MANAJEMEN KONFLIK
-
Upload
nursaadah95 -
Category
Documents
-
view
31 -
download
7
description
Transcript of MANAJEMEN KONFLIK
MANAJEMEN KONFLIK
SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH PERILAKU ORGANISASI DI BIMBING OLEH IBU FATIMAH AULIA S.E.,M.Si
DISUSUN
OLEH
NAMA : NUR SAADAHNPM : 1305160603KELAS : 4 B MALAMJURUSAN : MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
T.A 2014-2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Bismillahirrahmanirrahim, dengan memanjatkan doa dan puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan karunia-NYA sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Manejemen Konflik, yang merupakan salah satu tugas untuk memenuhi mata kuliah perilaku organisasi.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga saran dan kritik sangat saya harapkan kepada ibu dosen pembimbing mata kuliah perilaku organisasi. Akhirnya semoga makalah ini memberikan manfaat kepada pembaca.
Medan, 14 April 2015
Nursaadah
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Konflik selalu ada dalam menunjang terjadi perubahan atau ada setiap perubahan itu
terjadi. Konflik dapat diartikan sebuah pertentangan. Sejak jaman dahulu hingga sekarang
konflik masih sering terjadi bahkan kian meluas dalam berbagai hal. Konflik juga dapat terjadi
dalam dunia keperawatan dan yang lainnya.
Konflik dikategorikan sebagai suatu kejadian atau proses. Sejak dahulu hingga kini,
konflik mengalami perubahan arti, jika dahulu konflik dianggap sebagai hal yang tabu atau
negatif sehingga penyelesaiannya pun bisa dengan mendiamkan dan berusaha membiarkan
berlalu atau bisa dengan penyelesaian sampi ke akar-akarnya. Sekarang, konflik dianggap
sebagai sebuah pemicu terjadinya perubahan dimana kini penyelesaian konflik dapat difasilitasi
demi tercapainya tujuan bersama yang telah disepakati. Sebagai manajer keperawatan, konflik
sering terjadi pada tatanan asuhan keperawatan.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa Defenisi dan proses konflik?
b. Apa Gejala dan factor konflik?
c. Apa Penyebab konflik?
d. Apa Faktor yang mempengaruhi konflik?
e. Bagaimana Tahapan dan tipe konflik?
f. Apa Sumber dan akibat konflik?
g. Bagaimana Analisa konflik?
h. Apa Intervensi dan penyelesaian konflik?
i. Bagaimana Pembahasan kasus?
3. TUJUAN
a. Mengetahui Defenisi dan proses konflik
b. Mengetahui Gejala dan faktor konflik
c. Mengetahui Penyebab konflik
d. Mengetahui Faktor yang mempengaruhi konflik
e. Mengetahui bagaimana Tahapan dan tipe konflik
f. Mengetahui Sumber dan akibat konflik
g. Mengetahui bagaimana Analisa konflik
h. Mengetahui Intervensi dan penyelesaian konflik
i. Mengetahui bagaimana Pembahasan kasus
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI DAN PROSES KONFLIK
Terdapat beberapa definisi konflik menurut para ahli, yaitu :
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara seseorang dan orang
lain (Gillies, 1994).
Konflik adalah segala macam pertentangan intervensi atau antagonistik antara
dua pihak atau lebih (Handoko, 1997).
Konflik adalah suatu perselisihan atau perjuangan yang timbul bila
keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat dan perilaku seseorang
terancam (Deustsch, 1969).
Konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-
tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam
hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut
dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Killman dan Thomas (1978)
dalam Wijono, 1993).
Konflik adalahmencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya yang
langka atau peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau
kepribadian(Stoner dalam Wahyudi, 2006 : 17).
Konflik adalah :
1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok
satu sama lain.
2. Keadaan atau perilaku yang bertentangan (Daniel Webster dalam
Pickering, 2001).
Konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju
terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi
dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
Konflik adalah perjuangan yang dilakukan secara sadar dan langsung antara
individu dan/atau kelompok untuk tujuan yang sama dan mengalahkan
saingan nampaknyamerupakan cara yang penting untuk mencapai
tujuan(Theodorson & Theodorson, 1979 : 71dikutip dari jurnal Manajemen
Konflik oleh Prof. Dr. Sadu Wasistiono, MS).
Konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling
bertentengan. Kekuatan-kekuatan ini bersumber padakeinginan manusia
(Luthans, 1981 dalam “Organization Behaviour” yang dikutip dari
jurnalMemenajemeni Konflik dalam Suatu Organisasi oleh Juanita, SE,
M.Kes).
Jadi, dari beberapa pemikiran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konflikadalah
perbedaan pandangan maupun pendapat karena adanya perbedaan keinginan terhadap suatu
permasalahan sebagai peringatan bahwa sesuatu itu tidak benar dan perlu adanya solusi
(problem solving).
B. GEJALA KONFLIK
Menurut Manchester Open Learning (1989),gejala-gejala konflik tergantung pada penyebab
atau orang-orang maupun kelompok yang terlibat dalam konflik tersebut.
Diantara gejala-gejalanya adalah :
Kemerosotan standar kerja
Perselisihan
Menghindari kontak social
Suasana tegang
Bersikap berlebihan. Misalnya, terlalu formal dalam bertegur sapa atu berbicara
Tidak sabaran
Moral merosot
Sering menggunakan kata “kita” atau “mereka”
C. PENYEBAB KONFLIK
Konflik di dalam organisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Faktor Manusia
Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.
Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
Timbul karena ciri-ciri kepribadian individual, antara lain sikap egoistis,
temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
b. Faktor Organisasi
Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.
Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi,
maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya
konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.
Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.
Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya.
Perbedaan ini sering mengarah pada konflik antar unit tersebut. Misalnya, unit penjualan
menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk lebih menarik konsumen,
sementara unit produksi menginginkan harga yang tinggi dengan tujuan untuk memajukan
perusahaan.
Interdependensi tugas.
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok
lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari
kelompok lainnya.
Perbedaan nilai dan persepsi.
Ketidakjelasan yurisdiksional
Konflik terjadi karena batas-batas aturan yang tidak jelas, yaitu adanya tanggung-jawab
yang tumpang-tindih.
Masalah “status”
Hambatan dalam komunikasi
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONFLIK
Dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
a. Faktor-faktor intern
Kemantapan organisasi
Organisasi yang telah mantap lebih mampu menyesuaikan diri sehingga tidak mudahterlibat
konflik dan mampu menyelesaikannya. Analoginya adalah seseorang yang matang
mempunyai pandangan hidup luas, mengenal dan menghargai perbedaan nilai dan lain-lain.
Sistem nilai
Sistem nilai suatu organisasi ialah sekumpulan batasan yang meliputi landasanmaksud dan
cara berinteraksi suatu organisasi, apakah sesuatu itu baik, buruk, salah atau benar.
Tujuan
Tujuan suatu organisasi dapat menjadi dasar tingkah laku organisasi itu serta para
anggotanya.
Sistem lain dalam organisasi
Seperti sistem komunikasi, sistem kepemimpinan, sistem pengambilan keputusan, sistem
imbalan dan lain-lain.
b. Faktor-faktor ekstern
Keterbatasan sumber daya
Kelangkaan suatu hal yang dapat menumbuhkan persaingan dan seterusnya dapat berakhir
menjadi konflik.
Kekaburan aturan/norma di masyarakat
Hal ini memperbesar peluang perbedaan persepsi dan pola bertindak.
Derajat ketergantungan dengan pihak lain.
Semakin tergantung satu pihak dengan pihak lain semakin mudah konflik terjadi.
Pola interaksi dengan pihak lain
Pola yang bebas memudahkan pemamparan dengan nilai-nilai ain sedangkan pola tertutup
menimbulkan sikap kabur dan kesulitan penyesuaian diri.
E. PROSES KONFLIK
Perbedaan keyakinan dan benturan sosial dapat mengindikasikan terjadinya konflik. Berikut
beberapa tahapan terjadinya konflik.
1. Konflik Laten. Tahapan konflik yang terus menerus (laten) dalam suatu organisasi, sepeti
kondisi keterbatasan staf.
2. Felt konflik (affective’s). Konflik yang terjadi karena adanya suatu yang dirasakan
sebagai ancaman, ketakutan, tidak percaya, marah.
3. Konflik yang Nampak (sengaja dimunculkan). Konflik yang sengaja dimunculkan untuk
dicari solusi. Memerlukan suatu upaya dan strategi untuk mencapai tujuan organisasi.
4. Resolusi Konflik adalah suatu penyelesaian masalah dengan cara memuaskan semua
orang yang ada didalamnya.
5. Konflik Aftermath. Konflik yang terjadi akibat terselesaikannnya konflik yang pertama.
Maka dapat dijelaskan bahwa ;
1. Kondisi pendahulu
Kondisi yang bisa mencetuskan konflik antara lain adanya perubahan-perubahan cepat.
Tahap ini disebut juga sebagai latent conflict. Oleh karena itu, tahapan ini merupakan
tahapan konflik yang berlangsung secara kontinyu.
2. Konflik yang dipersepsi
Merupakan pengenalan kondisi-kondisi yang ada diantara pihak yang terlibat atau di dalam
diri yang dapat menyebabkan konflik. Konflik ini bersifat logis, tidak personal dan objektif.
Disebut juga perceived conflict.
3. Konflik yang dirasakan
Disebut juga felt conflict, konflik yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai
ancaman, ketakutan, tidak percaya dan marah. Konflik ini juga dikenal sebagai konflik
“affectiveness”. Hal ini penting bagi seseorang untuk menerima konflik dan tidk merasakan
konflik tersebut sebagai suatu masalah/ancaman terhadap keberadaannya.
4. Perilaku yang dinyatakan
Merupakan akibat dari konflik yang dipersepsikan dan yang dirasakan. Biasanya dalam
bentuk agresif, pasif, asertif, persaingan, debat ataupun pemecahan masalah.
5. Penyelesaian atau penekanan konflik
Adalah tindakan yang dilaksanakan untuk menghindar, mengakhiri atau mencari
penyelesaian konflik, baik dengan kompetisi, persaingan maupun perjanjian diantara yang
terlibat atau melalui penaklukan salah satu pihak.
6. Penyelesaian akibat konflik
Disebut dengan resolusi konflik. Merupakan suatu penyelesaian masalah dengan cara
memuaskan semua orang yang terlibat didalamnya dengan prinsip “win-win solution”.
F. TAHAPAN-TAHAPAN DAN TIPE KONFLIK
a. Tahapan-tahapan Konflik
Konflik merupakan suatu keadaan yang terjadi dan mempunyai siklus yang pada akhirnya
mencapai puncak yang membawa individu pada situasi yang tidak sehat.
Adapun tahapan konflik adalah :
Tahap awal
Mulai mengembangkan rasa curiga dan perasaan bersalah terhadap orang lain tapi tidak jelas
faktor atau perbedaan tersebut dan masih menganggap bahwa hal itu tidak menganggu
dirinya.
Tahap kedua
Mulai terjadi perubahan seperti rasa bermusuhan disampaikan secara verbal atau
ditunjukkan melalui perilaku. Contohnya : saling menyindir.
Tahap ketiga
Mulai menarik diri atau menghindar dari upaya penyelesaian konflik sehingga secara
keseluruhan mulai terjadi perbedaan tujuan yang tak terselesaikan.
Tahap terakhir
Terjadi konflik total dan permusuhan yang mendalam. Biasanya pada tahap ini konflik
sangat sulit untuk diselesaikan.
Tipe-tipe Konflik
Konflik dalam organisasi secara struktural dapat dikategorikan sebagai konflik vertikal dan
horizontal (Marriner, 1979). Konflik vertikal meliputi perbedaan antara pimpinan dan anak
buah. Konflik horizontal adalah garis konflik antara staf dan ada hubungannya dengan
praktek, keahlian, otoritas dan sebagainya.
Selain itu, konflik juga dapat dibedakan menjadi :
a. Menurut Sifat Kejadiannya
Konflik Langsung (direct conflict)
Yaitu konflik yang terjadi secara langsung yang disebabkan oleh perbedaan pandangan antar
satu orang dengan orang lain atau gangguan hubungan interpersonal atau dengan orang lain.
Konflik Tidak Langsung (indirect conflict)
Yaitu perbedaan pandangan individu dan organisasi. Perbedaan tersebut tidak ditunjukkan
secara langsung, melainkan melalui konteks kinerja atau hubungan kerja. Misalnya : antara
atasan dan bawahan. Atasan yang selalu menyuruh-nyuruh bawahan sehingga akhirnya
bawahan selalu datang terlambat bahkan tidak hadir sama sekali.
b. Menurut Tingkatan Kejadian Dalam organisasi (Winardi (1992:174)
Konflik dalam diri individu
Adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila seseorang individu
menghadapi ketidakpuasan tentang pekerjaan (yand tidak sesuai ketidakmampuan, pekerjaan
yang bertentangan atau pekerjaan yang tidak diharapkan).
Konflik antar individu
Adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentangan kepentingan
atau keinginan saat berinteraksi. Hal ini sering terjadi karena perbedaan kepribadian dan
perbedaan peranan.
Konflik antar individu dan kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk
mencapai konformitas atau keseragaman yang dipaksakan atau ditekankan kepada mereka
oleh kelompok kerja mereka.
Konflik antar kelompok
Hal ini terjadi karena perbedaan kepentingan antar kelompok. Hal ini terjadi karena adanya
perbedaan kepentingan dan kelompok berupaya dalam mencapainya.
Konflik antar organisasi
Biasanya terjadi karena adanya persaingan antar organisasi dan di Amerika atau negara-
negara maju konflik ini muncul dalam persaingan bisnis yang mempengaruhi sistem
perekonomian.
G. SUMBER-SUMBER DAN AKIBAT KONFLIK
a. Sumber-sumber Konflik
Saling Ketergantungan Tugas
Terbagi menjadi tiga, yaitu :
Ketergantungan yang dikelompokkan
Kelompok yang satu dengan yang lain tidak saling ketergantungan. Namun, prestasi yang
dihasilkan menentukan kelangsungan kelompok dalam organisasi secara keseluruhan.
Ketergantungan yang berurutan
Kelompok yang satu dan lainnya saling ketergantungan sehingga suatu pekerjaan akan
terhambat apabila sebuah kelompok tidak mampu menyelesaikan tugasnya.
Ketergantungan yang timbal-balik
Prestasi yang dihasilkan sebuah kelompok menjadi patokan bagi kelompok lain.
b. Perbedaan Prioritas dan Tujuan
c. Faktor Birokrasi (Lini Staf)
d. Kriteria Penilaian Berprestasi yang Bertentangan
e. Persaingan Sumberdaya yang Langka
f. Sikap Menang-Kalah
Akibat Konflik
Konflik dapat berdampak positif dan negatif yang rinciannya adalah sebagai berikut :
a) Dampak Positif Konflik (Wijono, 1993 : 3)
Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu bekerja.
Seperti hampir tidak pernah ada karyawan yang absen tanpa alasan yang jelas, masuk
dan pulang kerja tepat pada waktunya, pada waktu jam kerja setiap karyawan
menggunakan waktu secara efektif, hasil kerja meningkat baik kuantitas maupun
kualitasnya.
Meningkatnya hubungan kerjasama yang produktif.
Hal ini terlihat dari cara pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan analisis
pekerjaan masing-masing.
Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat antar pribadi
maupun antar kelompok dalam organisasi.
Seperti terlihat dalam upaya peningkatan prestasi kerja, tanggung jawab, dedikasi, loyalitas,
kejujuran, inisiatif dan kreativitas.
Semakin berkurangnya tekanan-tekanan, intrik-intrik yang dapat membuat stress
bahkan produktivitas kerja semakin meningkat.
Hal ini karena karyawan memperoleh perasaan-perasaan aman, kepercayaan diri,
penghargaan dalam keberhasilan kerjanya atau bahkan bisa mengembangkan karier dan
potensi dirinya secara optimal.
Banyaknya karyawan yang dapat mengembangkan kariernya sesuai dengan
potensinya melalui pelayanan pendidikan (education), pelatihan (training) dan
konseling (counseling) dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
b) Dampak Negatif Konflik(Wijono, 1993)
Disebabkan oleh kurang efektif dalam pengelolaannya yaitu ada kecenderungan untuk
membiarkan konflik tumbuh subur dan menghindari terjadinya konflik. Akibatnya muncul
keadaan-keadaan sebagai berikut :
Meningkatkan jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan mangkir pada
waktu jam-jam kerja berlangsung.
Seperti ngobrol berjam-jam sambil mendengarkan sandiwara radio, berjalan mondar-
mandir menyibukkan diri, tidur selama pimpinan tidak ada di tempat, pulang lebih
awal atau datang terlambat dengan berbagai alasan yang tak jelas.
Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman kerjanya yang
dirasakan kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung jawab.
Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing kemarahan,
ketersinggungan yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan, kondisi psikis dan
keluarganya.
Banyak karyawan yang sakit-sakitan, sulit untuk konsentrasi dalam pekerjaannya,
muncul perasaan-perasaan kurang aman, merasa tertolak oleh teman ataupun atasan,
merasa tidak dihargai hasil pekerjaannya, timbul stres yang berkepanjangan yang
bisa berakibat sakit tekanan darah tinggi, maag ataupun yang lainnya.
Seringnya karyawan melakukan mekanisme pertahanan diri bila memperoleh teguran
dari atasan.
Misalnya mengadakan sabotase terhadap jalannya produksi dengan cara merusak
mesin-mesin atau peralatan kerja, mengadakan provokasi terhadap rekan kerja,
membuat intrik-intrik yang merugikan orang lain.
Meningkatnya kecenderungan karyawan yang keluar masuk dan ini disebut labor
turn-over. Kondisi semacam ini bisa menghambat kelancaran dan kestabilan
organisasi secara menyeluruh karena produksi bisa macet.
H. INTERVENSI DAN CARA PENYELESAIAN KONFLIK
a. Intervensi (campur-tangan) pihak ketiga
Arbitrase (arbitration) : Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak
dan berfungsi sebagai “hakim” yang mencari pemecahan mengikat.
Penengahan (mediation) : Pihak ketiga yang menengahi sengketa,
membantu mengumpulkan fakta, menjalin komunikasi yang terputus,
menjernihkan dan memperjelas masalah serta melapangkan jalan untuk
pemecahan masalah secara terpadu.
Konsultasi : Tujuannya untuk memperbaiki hubungan antar kedua piahk
serta mengembangkan kemapuan mereka sendiri untuk menyelesaikan
konflik. Konsultan digunakan untuk mengubah persepsi dan kesadaran
tingkah laku kedua pihak yang bersengketa.
b. Strategi Mengatasi Konflik (Stevenin, 2000 : 134-135)
Terdapat lima langkah meraih kedamaian dalam konflik :
Pengenalan
Permasalahan yang terjadi lebih baik dikenali terlebih dahulu sehingga masalah
dapat teridentifikasi dengan benar.
Diagnosis
Metode yang memusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada hal-hal
sepele.
Menyepakati suatu solusi
Menyaring masukan ataupun penyelesaian yang dapat diterapkan atau tidak dan yang
praktis atau tidak.
Pelaksanaan
Evaluasi
Selain itu, juga terdapat beberapa langkah mendasar lain yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan konflik, yakni :
Melibatkan diri
Memisahkan diri
Mendengarkan
Menjelaskan
Mengkonsultasikan
Memantau (Resolution Conflict yang dikutip dari modul 9 tentang Perilaku
Keorganisasian oleh Medrin Daran, 2009)
c. Strategi Penyelesaian Konflik
Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua
dimensiialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua
macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau
mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilahwin-
lose orientation (menang-kalah).
Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang
memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha
memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan
kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua
kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini
adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang
memerlukan integrasi dari kedua pihak.
Penghindaran.
Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan
kepentingan kelompok lain untuk menghindari konflik yang lebih besar.
Penanganan konflik yang lainnya adalah :
Introspeksi diri
Mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat
Identifikasi sumber konflik
Mengetahui pilihan penyelesaian atau penanganan konflik yang ada dan
memilihyang tepat (Spiegel, 1994 dalam Memenajemeni Konflik dalam Suatu
Organisasi oleh Fenita, SE, M.Kes)
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
STUDI KASUS
Selama pergantian dinas malam, seorang perawat yang bertugas mengalami sakit dan staf yang
lain tidak bisa menggantikannya. Jadi yang bertugas pada malam itu hanya seorang perawat. Perawat1
harus melayani 15 pasien yang berada di ruangan tersebut. Perawat1 mengatakan “Saya akan
melaksanakan pekerjaan ini. Saya akan mengerjakan sift ini tetapi saya tidak mampu tanpa bantuan
perawat lain segera. Saya tidak peduli dengan perawat siapa, asalkan dia harus seorang yang mempunyai
keterampilan dalam merawat pasien”. Alasan kenapa setiap perawat tidak mau berada di ruangan itu
karena mereka selalu bekerja terlalu berat, dengan gaji yang kecil serta manajemen ruangan yang tidak
memberi perhatian. Tempat/ruangan itu harus di teliti dan diperbaiki manajemennya.
A. Pengenalan Konflik
Kaji Apa penyebab Konflik :
Sesuai dengan kasus diatas, konflik tersebut disebabkan oleh keterbatasannya tenaga kerja
perawat di ruangan tersebut. Dan tidak segeranya mendapatkan perawat tambahan. Konflik juga
disebabkan oleh tidak adanya keinginan perawat lain untuk membantu karena di ruangan tersebut tidak
memiliki manajemen tenaga keja dan keuangan yang baik.
B. Analisa Konfik:
1. Analisa situasi
Kasus ini masuk dalam konflik laten karena terjadi terus menerus dimana terjadi
keterbatasan staf yang memicu ketidakstabilan didalam manajemen organisasi RS. Dalam hal ini
ada keurangan tenaga kerja yang ada di ruangan dan perawat1 bekerja sendiri di ruangan dengan
jumlah pasien 15 orang, hal ini tentu saja merupakan suatu beban kerja yang berat.
2. Analisa dan mematikan isu yang berkembang
Hal ini terjadi karena beban kerja terlalu berat, gaji yang kecil serta manajemen RS yang
tidak memberikan perhatian kepada pekerja jadi pekerja merasa tidak nyaman bekerja di Rumah
Sakit dan banyak pekerja yang memilih untuk mengundurkan diri
C. Perencanaan/Menyepakati suatu solusi
Tujuan
Masalah kekurangan tenaga kerja dapat terselesaikan
Terjadinya perbaikan manajemen di segala bidang.
Menyusun perencanaan
Kelola perasaan perawat terhadap tugasnya
Meminta tambahan perawat yang bekerja diruangan untuk membantu tugas.
Memperbaiki manajemen dari segala bidang; keuangan, penjadwalan,
Keterampilan Khusus yang diperlukan
Pastikan bahwa keinginan orang lain sudah di ketahui bersama
Perlakukan orang lain sebagai teman dalam menyelesaikan masalah bukan sebagai musuh.
Hadapi masalah yang ada tapi bukan orangnya.
Masalah dapat di terima jika disampaikan dengan baik
Perhatikan baik-baik perkataan dan gerak tubuh lawan bicara
Antisiasi penolakan yang akan terjadi
Aserfif bukan agresif
Tunjukkan ketaatan dan keterukaan jika orang lain sepakat terhadap pendapat.
Konsisten terhadap sesuatu yang dianggap benar
Intervensi
1. Hindari respon emosional karena setiap orang mempunyai respon yang berbeda terhadap kata-
kata, ekspresi dan tindakan.
2. Membuka penerimaan anggota baru untuk bekerja pada ruangan tempat Perawat1 bekerja
3. Metode yang di gunakan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi yaitu metode kompromi atau
negosiasi
Negosiasi yaitu suatu strategi penyelesaian konflik dimana semua yang terlibat saling menyadari
dan sepakat tentang keinginan bersama. Penyelesaian strategi ini sering dirtikan sebagai “lose-lose
situation” kedua unsur yang terlibat dan menyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat.didalam
manajemen keperawatan strategi ini sering digunakan oleh middle- dan top manajer keperawatan.
D. Pelaksanaan
Mengumpulkan segala informasi tentang masalah yang terjadi sebanyak mungkin, mulai dari
jadwal kerja, keuangan, jumlah pegawai dan manajerial di Rumah Sakit
Perawat ruangan meminta kepada manajer agar dapat menambah perawat untuk membantu
pemberian asuhan keperawatan kepeada pasien di ruangan.
Memilih alternative lainnya seperti kolaborasi perawat antar ruangan jadi jika ada ruangan yang
jumlah perawatnya mencukupi bisa dialihkan ke rungan yang kekurangan tenaga.
Selama bernegosiasi dengan manajer, perawat harus bersikap asertif dan antusias untuk
memperbaiki system manajemen Rumah Sakit.
E. Evaluasi
Setelah dilakukannya pelaksanaan tersebut, diharapkan:
Jumlah tenaga kerja perawat pada ruangan tersebut kembali stabil
Manajemen tenaga kerjda dan keuangan berjalan dengan baik
Perawat dapat kembali menjalankan tugasnya
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Konflik yang terjadi dalam suatu tatanan organisasi harus segera dikenali sifat,
jenis, penyebab, lamanya, dan kepelikan konflik dalam rangka menyelesikannnya.
Seorang manajer (missal kepala ruang) hendaknya tanggap dalam menyelesaikan
konflik yang ada. Seorang manajer bisa saja mengabaikan konflik jka konflik tersebut
tidak mempengaruhi asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien. Bila konflik
yang terjadi sangat mempengaruhi pemberian asuhan keperawatan, seorang manajer
dapat segera mengambil inisiatif untuk ikut campur dan menyelesaikannya.
2. SARAN
Deutsch (1969 dan 1973), mengenali empat faktor utama yang menentukan hasil
konflik, seperti isu, kekuasaan, kemampuan menanggapi kebutuhan, dan komunikasi.
Konflik dapat mengakibatkan hasil yang dapat produktif untuk pertumbuhan indivudu
atau organisasi. Sebaliknya, konflik dapat sangat destruktif (Kramer, Schmalendeberg,
1978, Lewis, 1976, Myrtle. Glogow, 1978, Nielsen, 1977).
Sehingga peran kita sebagai perawat adalah meningkatkan kemampuan menangapi
kebutuhan dan komunikasi yang terapeutik.
BAB IV
DAFTAR PUSAKA
Dikutip dari jurnal Metta Novita,Scribd.