ANALISA KONFLIK
-
Upload
iqbal-sumbarta -
Category
Documents
-
view
22 -
download
3
description
Transcript of ANALISA KONFLIK
Analisa konflik adalah sebagai proses praktis untuk mengkaji dan memahami
kenyataan konflik dari berbagai sudut pandang. Analisis konflik dapat dilakukan dengan
sejumlah alat bantu dan teknik yang sederhana, praktis dan yang sesuai. Analisis konflik
bukan merupakan kegiatan satu kali saja, namun berlangsung terus menerus, sehingga dapat
menyesuaikan tindaka penanganan dgn berbagai faktor, dinamikan dan keadaan. Ada
sejumlah alat bantu (instrument) untuk menganalisis konflik dan menjelaskan cara
penggunaannya dalam kasus-kasus penanganan konflik tertentu, yakni: 1) penahapan konflik;
2) pengurutan kejadian; 3) segitiga SPK (sikap-perilaku-konteks); 4) Analogi bawang
Bombay (Donat); 5) Pohon Konflik; 6) Analisis Kekuatan Konflik; 7) Analogi Pilar; dan 8)
Piramida (Fisher, dkk., 2001).
1. Penahapan Konflik
Teknik penahapan konflik merupakan suatu cara menganalisis konflik dalam bentuk
sebuah grafik yang menunjukkan fluktuasi (peningkatan dan penurunan) intensitas konflik
yang dilukiskan dalam skala waktu tertentu. Tujuannya yakni: pertama, untuk melihat tahap-
tahap dan siklus peningkatan dan penurunan konflik; kedua, untuk membahas pada tahap
situasinya sekarang berada; ketiga, untuk berusaha meramalkan pola-pola intensitas konflik
di masa depan dengan tujuan untuk menghindari pola-pola itu terjadi; dan keempat, untuk
mengidentifikasi periode waktu yang dianalisis dengan menggunakan alat-alat bantu lain.
Analisis dasar dengan teknik penahapan konflik terdiri dari lima tahap berikut ini:
l Tahap Prakonflik. Ini merupkan periode di mana terdapat ketidaksesuaian sasaran di antara
dua pihak atau lebih, sehingga timbul konflik. Konflik tersembunyi dari pandangan umum,
meskipun satu pihak atau, lebih mungkin mengetahui potensi terjadinya konfrontasi.
l Tahap Konfrontasi. Pada tahap ini konflik semakin terbuka. Jika hanya satu pihak yang
merasa bersalah, mungkin para pendukungnya melakukan aksi demonstrasi atau perilaku
konfrontatif lainnya. Kadang pertikaian atau kekerasan pada tingkat rendah lainnya terjadi di
antara kedua pihak.
l Tahap Krisis. Ini merupakan puncak konflik, ketika ketegangan dan atau kekerasan terjadi
paling hebat. Dalam skala besar, ini merupakan periode perang, ketika orang-orang dari
kedua belah pihak terbunuh. Komunikasi normal di antara kedua pihak kemungkinan putus.
Pernyataan-pernyataan umum cenderung menentang pihak-pihak lainnya.
l Tahap Akibat Konflik. Suatu krisis akan menimbulkan suatu akibat. Satu pihak mungkin
menaklukan pihak lain, atau mungkin melakukan gencatan senjata (jika perang terjadi). Suatu
pihak mungkin menyerah atau menyerah atas desakan pihak lain.
l Tahap Pascakonflik. Akhirnya, situasi diselenggarakan dengan cara mengakhiri berbagai
konfrontasi kekerasan, ketegangan berkurang dan hubungan mengarah ke lebih normal di
antara kedua pihak. Namun, jika isu-isu dan masalah-masalah yang timbul karena sasaran
mereka yang saling bertentangan tidak diatasi dengan baik, tahap ini sering kembali menjadi
situasi pra-konflik.
Adapun teknik penahapan konflik biasanya digunakan di awal proses analisis untuk
mengidentifikasi pola-pola dalam konflik. Selain itu, digunakan pula diakhir proses untuk
membantu menyusun strategi.
2. Pengurutan kejadian
Teknik pengurutan kejadian merupakan suatu alat bantu analisis konflik dalam bentuk sebuah
grafik yang menunjukkan kejadian-kejadian yang digambarkan di dalam skala waktu tertentu.
Tujuan menggunakan teknik ini yakni: pertama, untuk menunjukkan pandangan-pandangan
yang berbeda tentang sejarah dalam suatu konflik; kedua, untuk menjelaskan dan memahami
pandangan masing-masing pihak tentang kejadian-kejadian; ketiga, untuk mengidentifikasi
kejadian-kejadian mana yang paling penting bagi masing-masing pihak.
Teknik pengurutan kejadian biasanya digunakan mulai pada awal proses, bersama dengan
alat-alat bantu analisis lainnya; tetapi digunakan pula diakhir proses untuk membantu
menyusun strategi; biasanya digunakan pada saat mana orang-orang berbeda pendapat
tentang kejadian-kejadian, atau tidak saling mengetahui sejarah masing-masing; serta menjadi
suatu cara membantu masyarakat untuk menerima bahwa pandangan mereka sendiri hanyalah
sebagian dari “kebenaran”.
3. Pemetaan Konflik
Teknik pemetaan konflik merupakan sebuah alat bantu analisis konflik dalam bentuk
semacam teknik visual yang menggambarkan hubungan diantara berbagai pihak yang
berkonflik. Tujuannya yakni: pertama, untuk lebih memahami situasi dengan baik; kedua,
untuk melihat hubungan di antara berbagai pihak secara lebih jelas; ketiga, untuk
menjelaskan di mana letak kekuasaan; keempat, untuk memeriksa keseimbangan masing-
masing kegiatan atau reaksi; kelima, untuk melihat para sekutu atau sekutu yang potensial
berada di mana; keenam, untuk mengidentifikasi intervensi atau tindakan; ketujuh, untuk
mengevaluasi apa yang dilakukan. Teknik ini biasanya digunakan pada awal proses, bersama
dengan alat-alat bantu analisis lainnya; Juga diakhir proses, untuk mengidentifikasi
kemungkinan jalan pembuka dalam mengambil tindakan atau untuk membantu proses
membangun strategi. Variasi penggunaannya meliputi: peta geografis yang menunjukkan
tempat dan pihak-pihak yang terlibat; pemetaan berbagai isu; pemetaan penjajaran
kekuasaan; pemetaan berbagai kebutuhan dan ketakutan; serta patung manusia untuk
mengungkap berbagai perasaan dan hubungan yang ada.
4. Segitiga SPK (Sikap-Perilaku-Konteks)
Segitiga SPK merupakan sebuah alat bantu analisis konflik yang menganalisis berbagai
faktor yang berkaitan dengan sikap, perilaku, dan konteks bagi masing-masing pihak
utama. Tujuannya yakni:
1. Untuk mengidentifikasi ketiga faktor itu di setiap pihak utama.
2. Untuk menganalisi bagaimana faktor-faktor itu dengan berbagai kebutuhan dan
ketakutan masing-masing pihak.
3. Unutuk menghubungkan faktor-faktor itu dengan berbagai kebutuhan dan ketakutan
masing-masing pihak.
4. Untuk mengidentifikasi titik awal intervensi dalam suatu situasi.
Adapun teknik segitiga SPK digunakan pada awal proses untuk memperoleh pemahaman
yang lebih luas tentang motivasi pihak yang berbeda. Demikian pula, digunakan diakhir
proses untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa yang dapat diatasi dengan suatu intervensi.
Serta untuk menunjukkan bagaimana perubahan dalam satu aspek mungkin mempengaruhi
aspek lain. Cara menggunakannya yakni, setelah membuat daftar isu bagi masing-masing
komponen spk, maka usulkan kebutuhan atau ketakutan pokok dari pihak yang berbeda di
tengah-tengah segitiga.
5. Analogi bawang Bombay
Teknik analisis bawang Bombay merupakan suatu cara untuk menganalisis perbedaan
pandangan tentang konflik dari pihak-pihak yang berkonflik. Tujuannya adalah: untuk
bergerak berdasarkan posisi publik masing-masing pihak dan memahami berbagai
kepentingan serta kebutuhan masing-masing pihak; juga untuk mencari titik kesamaan di
antara kelompok-kelompok, sehingga dapat menjadi dasar bagi pembahasan selanjutnya.
Adapun teknik ini digunakan sebagai bagian dari suatu analisis untuk memahami berbagai
dinamika situasi suatu konflik; juga sebagai persiapan untuk melancarkan dialong di antara
kelompok-kelompok dalan suatu konflik; serta sebagai bagian dari proses mediasi atau
negosiasi.
Contoh: Konflik antara Direktur Rs.A dengan Kepala ruangan ruang mawar
Direktur Rs.A : Kepala ruangan ruang mawar (position). Kepala ruangan ruang
mawar : Direktur Rs.A harus turun (position). Direktur Rs.A: saya butuh ketenangan
(interest). Kepala ruangan ruang mawar : saya butuh kemerdekaan (interest).
Keduanya butuh well-being dan tercukupinya kebutuhan hidup (needs)
6. Analisis Pohon konflik
Teknik analisis pohon konflik merupakan suatu alat bantu analisis dengan menggunakan
sebuah pohon untuk mengurutkan isu-isu pokok konflik, yakni inti masalah, sebab masalah,
dan akibat masalah. Jadi, tujuan dari analisis dengan pohon konflik yakni:
1) Untuk merangsang diskusi tentang berbagai sebab dan efek dalam suatu konflik.
2) Untuk membantu kelompok untuk menyepakati masalah inti.
3) Untuk membantu suatu kelompok atau suatu tim dalam mengambil keputusan tentang
prioritas untuk mengatasi berbagai isu konflik.
4) Unutk menghubungkan berbagai sebab dan efek sutu sama lain, dan untuk
memfokuskan organisasinya.
Analisis pohon konflik digunakan dengan suatu kelompok yang mengalami kesulitan untuk
menyepakati masalah inti dalam situasi mereka; juga dengan suatu tim yang harus
memutuskan isu-isu konflik mana yang seharusnya mereka atasi.
Model Analisis 5W1H & PPP
When : kapan terjadi?; Where : dimana letak wilayah konflik terjadi? ; What : Apa masalah
yang menjadi materi konflik? ; Who : Siapa yang terlibat dalam konflik? ; Why : Mengapa
konflik terjadi? ; dan How : Bagaimana proses terjadinya konflik? Problem disini menunjuk
pada masalah yang menjadi latar belakang dan inti konflik; Parties adalah pihak-pihak yang
terlibat dalam konflik, sedangkan Proses menunjuk kepada kronologis peristiwa, tahapan
konflik (sengketa, sudah ada kekerasan terbatas, perdamaian, dst.).
Model Analisis SAT
· Struktural: menunjuk pada masalah mendasar berupa ketimpangan ekonomi, social,
politik yang telah berlangsung lama dan terus-menerus.
· Akselerator: hal-hal yang mempercepat tumbuhnya konflik menjadi besar. Misalnya,
kebijakan yang hanya menguntungkan pihak tertentu, lumpuhnya penegakan hukum yang
adil, fatwa larangan agama tertentu, polisi membiarkan penjahat berkeliaran, dst.
· Trigger: kata lainnya Pemicu. Pemicu ini adalah kejadian biasa yang bisa menjadi
alasan terjadinya konflik. Misalnya pertengkaran antar sopir, pertikaian pemuda sebagai
buntut dari mabuk atau judi. Sebuah kebakaran besar di padang rumput disebabkan karena
adanya rumput kering (structural atau conditio), adanya sepercik api (trigger), serta adanya
angin yang bertiup kencang (akselerator).
Analogi pilar
Analogi pilar merupakan suatu teknik analisis konflik dalam bentuk grafik dari elemen-
elemen atau kekuatan-kekuatan yang ‘menahan’ situasi yang tidak stabil. Tujuannya adalah:
untuk untuk memahami bagaimana berbagai struktur ditopang; juga untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang membuat situasi yang tidak diinginkan tetap bertahan; serta untuk
mempertimbangkan berbagai cara untuk mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor
negatif ini, atau mungkin untuk mengubahnya menjadi kekuatan-kekuatan yang lebih positif.
Teknik ini digunakan manakala situasi tidak jelas kekuatan apa saja yang membuat situasi
tidak stabil tetap bertahan, juga ketika suatu situasi tampak ‘macet’ dalam ketidakadilan
struktural.
Analisis Piramida
Teknik piramida merupakan sebuah alat bantu analisis konflik dalam bentuk grafik yang
menunjukkan tingkat-tingkat stakeholder (para pihak pemangku kepentingan) dalam suatu
konflik. Tujuannya yakni: untuk mengidentifikasi pelaku-pelaku utama, termasuk
kepemimpinan, pada masing-masing tingkat; untuk memutuskan pada tingkat mana anda
sedang mengatasi konflik sekarang dan bagaimana anda melibatkan tingkat-tingkat lainnya;
juga untuk menilai tipe-tipe pendekatan atau tindakan-tindakan tepat yang dilakukan untuk
pada masing-masing tingkat; dan untuk mempertimbangkan cara-cara untuk membangun
kaitan antartingkat; serta untuk mengidentifikasi para sekutu yang potensial masing-masing
tingkat. Teknik ini digunakan ketika menganalisis situasi yang tampaknya melibatkan
beberapa pelaku di berbagai tingkat; tetapi juga ketika merencanakan berbagai tindakan
untuk mengatasi konflik multitingkat; serta manakala memutuskan dimana energi difokuskan.