KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... ·...

332
KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMA DENGAN PEMERINTAH DI SUMATERA BARAT TAHUN 1999 HINGGA 2015 (Studi Kasus Kabupaten Tanah Datar) Penulis Yanti Mulia Roza

Transcript of KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... ·...

Page 1: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

KONFLIK DAN AKOMODASI

ANTARA ADAT DAN AGAMA DENGAN PEMERINTAH DI SUMATERA BARAT

TAHUN 1999 HINGGA 2015 (Studi Kasus Kabupaten Tanah Datar)

Penulis

Yanti Mulia Roza

Page 2: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMA

DENGAN PEMERINTAH DI SUMATERA BARAT TAHUN 1999 HINGGA 2015

(Studi Kasus Kabupaten Tanah Datar)

Penulis : Yanti Mulia Roza Editor : Hanifah Azwar Desain Sampul : Soraya Layout : Numay

ISBN: 978-623-7331-11-7

Penerbit Cinta Buku Media Redaksi: Alamat : Jl. Musyawarah, Komplek Pratama A1 No.8 Kp. Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan Hotline CBMedia 0858 1413 1928 e_mail: [email protected] Cetakan: Ke-1 Januari 2020 All rights reserverd Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara

apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

Page 3: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

iii

Kata Pengantar

uji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas

limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga disertasi ini

dapat terselesaikan. Semoga kebahagiaan dan keselamatan

tercurahkan kepada Nabi Muhammad beserta kelurga, sahabat dan

para pengikutnya.

Disertasi ini disusun sebagai tugas akhir syarat meraih gelar

Doktor dalam bidang Sejarah Peradaban Islam (DR) di Sekolah

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada

berbagai pihak yang telah banyak membantu sehingga tugas ini dapat

terselesaikan, diantaranya :

1. Ucapan terimaksih yang tidak terhingga untuk orang-orang

tercinta Ayahanda Zainal Abidin, Ibunda Yusni dan suami

Saidani,SP dan anak-anak kami serta adik-adik dan keluarga

besar yang senantiasa mengiringi dengan doa dan motivasi serta

semanagat dengan harapan semoga penulis diberikan kemudahan

dan kelancaran dalam menyelesaikan studi.

2. Ucapan terimakasih untuk Prof.Dr.Amani Lubis, Lc, MA. Sebagai

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Prof. Dr.Jamhari, MA

selaku Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

3. Ucapan terimakasih kepada Prof.Dr. Didin Saepudin, MA.yang

telah mengingatkan penulis terhadap penyelesaian desertasi ini.

4. Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA dan Prof. Dr. Iik Arifin

Mansurnoor, MA. Selaku pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing dan berdiskusi serta

memberikan motivasi.

5. Ucapan terimakasih kepada TIM penguji Prof. Dr. M. Atho

Mudzhar. MSPD, Prof. Dr. Zulkifli, MA dan Prof. Dr. Ridwan

Lubis, MA.

P

Page 4: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

iv

6. Ucapan terimakasih kepada Bapak dan Ibu dosen atas ilmu,

bimbingan dan motivasinya, juga ucapan terimakasih kepada

seluruh civitas akademik Sekolah Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dan memberikan iklim

belajar yang kondusif dan semoga menjadi amal baik.

7. Ucapan terimakasih pula kepada teman sejawat yang tidak biaso

disebutkan satu pertasu.

8. Petugas perpustakaan dan seluruh staf civitas akademika Sekolah

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Kepada PEMDA Tanah Datar dan para Nara Sumber Tokoh Adat,

Agama Sumatera Barat dan Kabupaten Tanah Datarkhususnya

yang telah menyediakan waktu dan fikirannya.

10. Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang tidak mungkin

penulis sebutkan satu persatu, semoga amal kebaikannya

mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Akhirnya penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh

dari sempurna karena kekurang dan keterbatasan. Oleh karena itu,

saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan penelitian.

Jakarta, 2020

Penulis

Yanti Mulia Roza

Page 5: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

v

Abstrak

ntara adat, agama dan kepemimpinan terjadi hubungan

yang saling mendukung satu sama lain. Aktifitas sosial

keagamaan masyarakat tidak akan berjalan tanpa didukung

kepemimpinan yang baik. Adat dan agama akan lebih kuat, jika

didukung kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah, namun

karena sebuah kebijakan pemerintah yang bersifat sentralisasi pada

masa Orde Baru, yang memberlakukan pemerintahan Desa,

menyebabkan nagari berada pada posisi kepemimpinan masyarakat

yang paling rendah. Di masa Orde Baru, lembaga adat dan agama

tidak masuk dalam konstitusi, keterlibatanya hanya bersifat

pendukung program pemerintah, akibatnya hubungan adat, agama

dan kepemimpinan tidak berjalan dengan baik. Di samping ada

Akomodasi, Konflik juga tidak bisa dielakkan yang terjadi antara

lembaga adat dan agama, lembaga adat dan pemerintah bahkan

konflik internal lembaga, lembaga ini merasa punya wewenang dan

kekuasaan.

Berakhirnya Orde Baru, merupakan masa awal reformasi. Di

masa ini terjadi perubahan dalam hubungan adat, agama dan

kepemimpinan terlihat saling sejalan, namun pada masa akhir

kembali terjadi disharmoni karena kebijakan pemerintah. Hubungan

antara kaum adat, agama, dan negara mendorong sebuah proses

kontestasi satu sama lain. Kontestasi ini disebabkan oleh tiga hal;

pertama, munculnya kesadaran kaum adat terhadap otoritas dan

tradisi Minangkabau ketika berhadapan dengan kepentingan politik

negara; kedua, penguatan nilai-nilai ke-Islaman dalam mengisi ruang

Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah; ketiga, kuatnya

campur tangan negara dalam ruang identitas sosial-budaya dan

keagamaan masyarakat Minangkabau.

Penelitian ini mendukung teroi Taufik Abdullah tentang, pola

integratif (integrative tradition) dan pola dialog (tradition of

dialogue). Serta kajian yang dilakukan oleh Abdurrahman Wahid,

serta Djoko Suryo dan kawan-kawan terhadap pola relasi agama

A

Page 6: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

vi

(Islam) dan masyarakat yakni, “Islamisasi”, “pribumisasi”,

“negosiasi” dan “konflik”. Di lain pihak, penelitian ini mengkritisasi

kajian yang dilakukan Falantino Eryk Latu papua Da Costa dan

Romilda Arivina, yang menyatakan hubungan agama dan adat terjadi

pada model akomodasi, sementara mereka tidak masuk lebih jauh ke

dalam dimensi-dimensi akomodasi adat dan agama yang lebih detail,

sebagaimana yang penulis paparkan dalam penelitian ini.

Tulisan ini memakai pendekatan penulisan sejarah secara

kritis, yakni dengan melihat jejak yang masih tersimpan dalam study

of mouth (cerita dari mulut ke mulut), atau petatah petitih sebagai

warisan budaya tutur masyarakat Minangkabau, yang diperoleh

melalui wawancara lisan dan studi manuskrip atau kajian budaya

masyarakat Minangkabau di Kabupaten Tanah Datar, sebagai

kasusnya. Di dalam pengumpulan sumber dan analisa data digunakan

metode heuristik yaitu mencari, dan mengumpulkan data kemudian

memberikan kritikan terhadap sumber yang diperoleh, serta

interpretasi berupa pemahaman terhadap sumber yang diperoleh.

Key word: Akomodasi, adat, agama, kepemimpinan dan konflik

Page 7: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

vii

Daftar Singkatan

MUI : Majelis Ulama Indonesia

MM : Masriadi Martunus

KAN : Kerapatan Adat Nagari

LKAAM : Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau

APBD : Angggaran Pendapatan Belanja Daerah

DAK : Dana Alokasi khusus

DAU : Dana Alokasi Umu

ABRI : Angkatan Bersenjata Indonesia

ABSSBK : Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

PAD : Pendapatan Asli Daerah

TNI : Tentara Nasional Indonesia

POLRI : Polisi Republik Indonesia

IKTD : Ikatan Keluarga Tanah Datar

SDM : Sumber Daya Manusia

DKI : Daerah Khusus Ibu Kota

AMD : Abri Masuk Desa

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Perda : Peraturan Daerah

Pemda : Pemerintahan Daerah

MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

BAMUS : Badan Musyawarah

BPRN : Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SUMBAR : Sumatera Barat

MUI : Majelis Ulama Indonesia

UU : Undang-Undang

PRRI : Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia

Pilwana : Pemilihan Wali Nagari

BAZNAS : Badan Amil Zakat Nasional

UPZ : Unit Pengumpulan Zakat

TPA : Taman Pendidikan Alquran

MDA : Madrasah Diniyah Awaliayah

Page 8: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

viii

TPSA : Taman Pendidikan Seni Baca Al-Quran

Depag : Departemen Agama

TPA : Sekolah Dasar

P4 : Pendidikan Penataran Pengamalan Pancasila

PAD : Pendapatan Asli Daerah

Golkar : Golongan Karya

MUSPIDA : Musyawarah Pimpinan Daerah

NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia

LDS : Lembaga Dididkan Subuh

LPTQ : Lembaga Pendidikan Tahfiz Quran

BKMT : Badan Kontak Majelis Taklim

SMA : Sekolah Menengah Atas

SD : Sekolah Dasar

NU : Nahdatul Ulama

Permesta : Perjuangan Rakyat Semesta

Kemenag : Kementrian Agama

RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Orba : Orde Baru

MTQ : Musabaqoh Tilawatil Quran

RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang

RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

PDI : Partai Demokrasi Indonesia

UUD : Undang-Undang Dasar

PRD : Partai Rakyat Demokratik

KPU : Komisi Pemilihan Umum

Pemilu : Pemilihan Umum

PPP : Partai Persatuan Pembangunan

Page 9: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

ix

Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................. iii

Abstrak ......................................................................................... v

Daftar Singkatan .......................................................................... vii

Daftar Isi ...................................................................................... ix

Daftar Tabel, Grafik dan Bagan ................................................... xi

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Permasalahan ..................................................................... 14

1. Identifikasi Masalah ........................................................... 14

2. Perumumusan Masalah ...................................................... 15

3. Pembatasan Masalah ......................................................... 15

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 16

D. Manfaat Penelitian ............................................................. 16

E. Kajian Terdahulu yang Relevan ......................................... 17

F. Metode Penelitian ............................................................. 22

1. Jenis penelitian ................................................................... 22

2. Pendekatan ......................................................................... 22

3. Sumber Data ...................................................................... 23

4. Analisis Data ...................................................................... 27

5. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................. 28

G. Teknik Penulisan ................................................................ 28

H. Sistematika Penulisan ........................................................ 28

BAB II

Masyarakat dalam Perspektif

Teori Konflik dan Akomodasi

A. Masyarakat Dalam Perspektif Teori Konflik .................... 31

B. Masyarakat Dalam Perspektif Teori Akomodasi .............. 44

C. Konflik Dan Akomodasi

dalam Taradisi Masyarakat Minangkabau ......................... 69

Page 10: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

x

BAB III.

Kabupaten Tanah Datar

Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama

A. Monografi Tanah Datar dan Kehidupan sosial masyarakat 75

B. Perubahan Sosial Masyarakat Tanah Datar:

dari PRRI Hingga Otonomi daerah .................................... 105

C. Posisi Adat dan Agama Dalam Masyarakat Minangkabau 121

BAB IV

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi

Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah

dalam Bidang Kepemimpinan dan Kebijakan Daerah ............... 133

A. Konflik dan Akomodasi antara Adat dan Agama

Dengan Pemerintah dalam bidang kepemimpinan

Tahun 1999-2005 ............................................................... 133

B. Konflik Dan Akomodasi antara Adat dan Agama

Dengan Pemerintah dalam bidang kebijakan daerah

Tahun 2006-2015 ............................................................... 167

BAB V

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi

Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah

dalam Bidang Kehidupan Tradisional di Kabupaten Tanah Datar

A. Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi antara Adat

dan Agama dengan Pemerintah

Dalam Kelembagaan ......................................................... 203

B. Kasus dan Pola Akomodasi Antara Adat Dan Agama

Dalam Kehidupam Keseharian Masyarakat ...................... 222

BAB VI

Penutup

A. Kesimpulan ........................................................................ 279

B. Saran ................................................................................... 282

Daftar Pustaka .............................................................................. 285

Lampiran ...................................................................................... 307

Indeks ........................................................................................... 313

Biodata penulis ............................................................................. 319

Page 11: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

xi

Daftar Tabel, Grafik, dan Bagan

Daftar Tabel

Tabel 1. Model Konsensus dan Konflik Masyarakat P.S.Cohen . 35.

Tabel 2. Model Konflik Dahrendorf ............................................. 36.

Tabel 3. Jumlah Anggata Fraksi DPRD Peserta Pemilu

Kabupaten Tanah Datar Pemilu tahun 2014 ..................... 79.

Tabel 4. Afiliasi politik Bupati Kabupaten Tanah Datar

Masa Orde Baru Hingga Reformasi ................................. 80.

Tabel 5. Sturuktur Kekerabatan di Tanah Datar

dari urutan terendah sampai ke tingkat Nagari ................ 90.

Tabel 6. Perbandingan Budaya Birokrasi Orde Baru

Dengan Budaya Masyarakat Tanah Datar ........................ 148.

Tabel 7. Sejarah Lembaga KAN (Kerapatan Adat nagari) .......... 177.

Tabel 8. Perda-Perda Syariah di Kabupaten Tanah Datar .......... 190.

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Tanah Datar

2000 sampai 2017 ......................................................................... 80

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.Alur Konflik Adat dan Syarak di MInangkabau ........... 74

Bagan 2. Struktur Kepemimpinan Adat ...................................... 138.

Bagan 3. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa di Orde Baru . 151.

Bagan4. Struktur Organisasi Pemerintahan Nagari

sesuai Perda Nagari no.17 tahun 2001 .............................. 152.

Bagan 5. Struktur Nagari di Tanah Datar sesuai Perda Nagari

no.13 tahun 2008 ................................................................ 175.

Bagan 6.Hirarki Lembaga yang Berkonflik

di Tingkat Kabupaten sampai Tingkat Terendah .............. 195.

Bagan 7.Konsensus Antar Lembaga ............................................ 201

Bagan 8. Alur Konflik di Nagari Batu Bulek Lintau Buo Utara . 217.

Bagan 9. Alur Konflik di Nagari Pariangan,

Kecamatan Pariangan ................................................................... 218.

Page 12: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

xii

Page 13: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Islam masuk ke Tanah Datar di saat penduduk setempat sudah

memiliki struktur kepemimpinan dan wilayah secara adat.1 Tanah

Datar juga merupakan pusat kerajaan Minangkabau dan salah satu

wilayah yang tertua di Minangkabau, maka daerah ini dikatakan

Luhak Nan Tuo (artinya daerah yang tertua dari pada luhak-luhak

yang lain). Asal usul orang Tanah Datar menurut Tambo adalah

berasal dari Nagari Pariangan. Nagari Pariangan merupakan salah

satu nagari (desa) di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar

Provinsi Sumatera Barat.

Nagari adalah nama lain dari desa di Provinsi selain Sumatera

Barat. Nagari bagi orang Minangkabau diibaratakan sebuah negara

kecil yang memiliki hak dan kewajiban untuk mengatur rumah

tangganya. Suatu nagari terdiri dari 3 sampai 5 jorong, luasnya

hampir sama dengan luas tiga sampai 5 desa. Sistem pemerintahan di

Minangkabau suatu nagari dikepalai oleh seorang penghulu yaitu

penghulu pucuak (kepala) yang dipilih dari dan oleh Kerapatan

Penghulu (disebut juga dewan penghulu nagari). Penghulu yang

berkuasa di nagari tidaklah mewakili Raja Alam beserta pembantu-

pembantunya, tetapi mewakili rakyat di nagari itu sendiri. Masing-

masing nagari menjalankan pemerintahan sendiri-sendiri, terlepas

dari kontrol raja. Oleh karena itu, hubungan antara masing-masing

nagari di Minangkabau bersifat renggang dan berjalan sendiri-sendiri.

Asal mula bentuk kelompok masyarakat adalah taratak,

kemudian dusun dan koto, gabungan beberapa koto disebut nagari

dan nagari dipimpin oleh penghulu pucuak.2 Dari daerah ini

1Musyair Zainuddin, Implementasi Pemerintahan Nagari Berdasarkan Hak

Asal-Usul Adat Minagkabau, (Yogyakarta: Ombak, 2008), 4.

2Penghulu Pucuak artinya dalam satu suku terdapat beberapa penghulu,

maka untuk urusan nagari diangkatlah satu orang sebagai koordinator yang dipilih

dari pemimpin suku itu. Di kawasan pusat Alam Minangkabau terdapat empat

Page 14: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

2 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

menyebarlah penduduk ke Agam Biaro, Lembah nan Panampuang3.

Mereka inilah yang berkembang menjadi penduduk Luhak4 Agam ke

sekitar Gunung Sago, penduduk yang berasal dari Pariangan juga

sebagian mengungsi ke daerah lainnya. Mereka berjumlah sekitar 50

orang dan dari mereka inilah yang berkembang menjadi penduduk

Lima puluh Kota yang dianggap sebagai luhak termuda. Jadi,

penduduk yang menyebar di Sumatera Barat pada mulanya adalah

berasal dari ketiga luhak tersebut, sementara dari ketiga luhak itu

mereka berasal dari Luhak Nan Tuo , sehingga sekarang orang

menyebut Kabupaten Tanah Datar dengan Luhak Nan Tuo (luhak

yang tertua).5

Kabupaten Tanah Datar sebagai luhak yang tertua seperti

panglima yaitu tenang, tegas, disiplin, dan bijaksana dalam berbuat,

ini dilambangkan dengan bendera warna kuning. Baik atau buruk

yang terjadi di seluruh Minangkabau ditentukan oleh orang Luhak

Tanah Datar. Dengan adanya perkembangan penduduk ini, maka

berdirilah Alam Minangkabau. Secara garis besar Alam Minangkabau

terdiri atas tiga daerah yaitu; darek, pasisie, rantau.6 Luhak Tanah

macam suku yang merupakan suku asal Koto, Piliang Bodi, Caniago. Menurut L.C.

Westenenk, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya pada abad ke-20 ini,

keempat suku itu telah berkembang menjadi 96 cabang suku dan tersebar di seluruh

penjuru Alam Minangkabau. Berkaitan dengan corak kepemimpinan dalam suku ,

maka sifat kepemimpinannya dapat dibedakan kedalam dua kelompok yang disebut

laras yaitu laras Koto Piliang dan Bodi Caniago. Pemerintahan tertinggi dalam suku

menurut sistem kelarasan Bodi Caniago dipegang oleh penghulu pucuk. Satu atau

beberapa suku mendiami suatu perkampunagan yang disebut koto. Koto terbentuk

dari taratak dan dusun. Gabungan dari beberapa koto membentuk nagari. Nagari

merupakan pengelompokan sosial yang berbeda di atas suku. Walaupun demikian

nagari pada prinsipnya mengandung pengertian teritorial, tanpa pertimbangan segi

geneologis dan suku. Nagari lebih menonjol peranannya dalam lapangan politis dan

pemerintahan nagari merupakan pemerintahan tertinggi yang memegang kekuasaan

langsung terhadap masyarakat di Minangkabau.

3Lembah nan Panampuang adalah nama suatu daerah di Agam.

4Luhak merupakan salah satu kawasan konfederasi dari beberapa nagari

dalam budaya alam Minangkabau.

5Pemerintah Daerah Tingkat II Tanah Datar, Sejarah Tanah Datar, (Batusangkar: Pemda TD, 1995), 16.

6Daerah darek adalah adalah daerah asli Minangkabau, yakni Luhak Nan

Tigo, Luhak Tanah datar, Luhak Agam, Luhak Limapuluh Kota; pasisie merupakan

Page 15: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Pendahuluan 3

Datar, Luhak Agam dan Luhak Lima Puluh Kota yang disebut

wilayah darek.

Islam masuk ke Minangkabau dengan mudah diterima oleh

masyarakat dan diakui sebagai aturan kehidupan masyarakat. Karena

ajaran Islam yang didasarkan pada wahyu Allah, diakui sebagai

sesuatu yang pasti seperti pastinya kenyataan yang berlaku dalam

alam. Menurut orang Minang, Adat Minangkabau sangat sejalan

dengan ajaran Islam, hal inilah yang membuat Islam sangat mudah

diterima oleh masyarakat Minangkabau.7

Penduduk Tanah Datar pada abad ke 16 M sudah memeluk

beragama Islam. Islam berkembang dengan damai dan telah terjadi

akulturasi budaya Islam dengan budaya masyarakat setempat.

Peristiwa itu adalah suatu musyawarah besar yang terkenal dengan

nama Sumpah Sati Bukik Marapalam yang dilaksanakan di daerah

Pato Nagari Bukit Marapalam Kecamatan Lintau Utara Kabupaten

Tanah Datar.8

Sumpah Sati Bukik Marapalam menjadi suatu kesepakatan

yang mendasar dan merupakan kebulatan tekad dari pemuka adat dan

pemuka Islam di Minangkabau. Musyawarah ini dilakukan karena

adat sudah berurat berakar dalam diri masyarakat dan banyak

memiliki persamaan dengan ajaran Islam. Persamaan itu dapat dilihat

dari sopan santun, budi pekerti, musyawarah, persaudaraan,

silaturrahmi, menghornati kaum wanita, tolong menolong, dan lain

sebagainya.

Adanya kesepakatan di atas, maka terdoronglah para tokoh

adat dan agama untuk mengukuhkan ikrar yang terkenal dengan

falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-

SBK).9 Kesepakatan pemuka adat dan agama ini menjadi falsafah

hidup bagi penduduk Tanah Datar dan Sumatera Barat secara umum

daerah pertemuan antara darat dan laut; rantau adalah pantai sepanjang teluk

(sungai).

7MD Mansoer, Sejarah Minangkabau, (Jakarta: Bharata, 1970), 10-126

8Marwan, dkk, Badan Pengelolaan Keragaman Budaya, Revitalisasi, Reaktualisasi Budaya Lokal, Monografi Adat Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara, (Batusangkar: Pemda Tanah Datar, 2014), 17.

9 Musyair Zainuddin, Implementasi Pemerintahan Nagari Berdasarkan Hak Asal-Usul Adat Minagkabau, (Yogyakarta: Ombak, 2008), 1.

Page 16: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

4 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

dari dahulu sampai sekarang. Setelah peristiwa ini, maka struktur

pemerintahan pun berubah, di samping ada Raja Alam dan Raja Adat

ditambah lagi dengan Raja Ibadat.10

Falsafah ABS-SBK inilah yang

menjadi pegangan masyarakat Minangkabau untuk kedamaian antara

adat dan agama dalam kehidupan sehari-hari.

Pertentangan antara kaum adat dan kaum agama puncaknya

ketika kepulangan tiga ulama dari Mekah yang ingin memurnikan

ajaran Islam di Tanah Datar pada tahun 1803. Gerakan ulama ini

disambut baik oleh para tuanku (pemimpin agama)11

di Tanah Datar

meskipun mendapat tantangan dari kelompok adat.12

Pada saat itu

pula kolonial Belanda memanfaatkan para penghulu (pemimpin adat)

untuk kepentingan mereka. 13

Belanda secara politik dan ekonomi menguasai Tanah Datar,

akan tetapi aktivitas adat dan agama tidak mengalami perubahan.14

Karena adat istiadat menurut masyarakat Minangkabau adalah tradisi

yang berlaku di suatu tempat di wilayah Minangkabau. Tradisi ini

berkaitan dengan pola kebiasaan dan kesenangan masyarakat. Tradisi

tersebut disusun dan ditentukan oleh penghulu pemangku adat15

untuk menampung kesukaan orang banyak.16

Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah yang istimewa di

antara Kabupaten dan kota lain yang ada di Sumatera Barat karena

latar belakang sejarah masa lampau daerah ini dikenal sebagai pusat

Kerajaan Minangkabau. Hal ini yang menyebabkan Kabupaten ini

kaya dengan peninggalan sejarah, baik berupa peninggalan dalam

10 Raja Alam yang merupakan Raja seluruh Alam Minangkabau. Raja Adat

yang kedudukannya di Buo dan ada Raja Ibadat yang kedudukannya di Sumpur

Kudus.

11 Tuanku adalah pemimpin agama di setiap nagari.

12 Kelompok adat adalah para penghulu sebagai pemimpin suku.

13Pemerintah Daerah Tingkat II Tanah Datar, Sejarah Tanah Datar, (Batusangkar: Pemda TD, 1995).

14 Tim Yayasan Gunung Bungsu, Mengenal Tanah Datar Sebuah Kabupaten di Sumatera Barat, (Batusangkar: Yayasan Gunung Bungsu, 2014), 26-28.

15Niniak Mamak adalah sebutan untuk kumpulan dari para penghulu (kepala

suku).

16Amir, M. S. Adat Minangkabau: Pola dan tujuan hidup orang Minang,

(Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1997), 49.

Page 17: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Pendahuluan 5

bentuk benda-benda kepurbakalaan maupun adat istiadat lokal

masyarakat yang hampir seluruhnya berasal dari suku bangsa

Minangkabau. Masyarakat Tanah Datar pada masa lampau maupun

pada masa sekarang tidak dapat dipisahkan dari adat dan tradisi

budaya Alam Minangkabau.17

Pada akhir abad ke-18 golongan agama mulai berjuang untuk

ikut menentukan pemerintahan di tingkat nagari karena kelompok

agama sudah memiliki posisi di nagari sebagai pemimpin agama. Hal

itu merupakan salah satu sebab munculnya pergolakan sosial di

Minangkabau pada abad ke-19, yaitu pergolakan kaum intelektual

agama yang ikut serta dalam pemerintahan nagari. Pada setiap nagari

di kuasai oleh kaum ulama, di nagari dibentuk pemerintahan ulama

yang dipimpin oleh Tuanku Imam dan Tuanku Kadi.18

Puncak dari

perjuangan tersebut melahirkan sistem pemerintahan yang disebut

Tungku Tigo Sajarangan. Susunan pemerintahan demikian

mencerminkan berbagai golongan yang terdapat dalam masyarakat

Minangkabau seperti golongan adat, agama, dan cerdik pandai.

Sistem pemerintahan terakhir ini baru terwujud setelah dilakukan

pendekatan antara kaum adat dan agama pada masa gerakan Paderi

pada tahun 1830-an.19

Falsafah ABS-SBK menjadi suatu pengikat atau pemersatu

kaum adat dan agama dalam masyarakat Minangkabau, namun dalam

aktualisasinya tetap saja terjadi konflik yang berkesinambungan

antara kelompok adat dan agama,20

pada Pasca Kemerdekaan

ditambah lagi konflik dengan pihak pemerintah. Sejarah yang

berkesinambungan itu memunculkan berbagai gerakan sosiol

keagamaan yang diawali oleh Gerakan Wahabi yang merupakan

17Marwan, dkk, Badan Pengelolaan Keragaman Budaya, Revitalisasi,

Reaktualisasi Budaya Lokal, Monografi Adat nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara, 30.

18Darwis Datoek Majolelo dan Ahmad Marzuki, Tuanku Imam Bonjol (Jakarta: Jambatan, t.th.), 59.

19Sutan Mahmud, Sumpah Sati Bukit Marapalam, ”Menghela Rambut Dalam Tepung”, (Tanah Datar: t.th.), 69.

20Taufik Abdullah, “Adat and Islam: An Examination of Conflict in

Minangkabau”, Jurnal Indonesa, Vol. 2, No. 3 (1966): 1.

Page 18: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

6 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

sebuah usaha agar tidak ada kesenjangan antara keharusan agama

dengan realitas hubungan dan kehidupan sosial,21

tetapi secara

substansial gerakan Wahabi tidak dapat merubah struktur sosial

budaya dan politik di Minangkabau.22

Di antara konflik yang terjadi di Minangkabau adalah

mengenai pembagian harta warisan kepada keponakan. Adat ini sulit

dirubah sampai sekarang, hal ini pernah ditentang oleh ulama Syaikh

Ahmad Khatib Minangkabau pada masa pembaruan Islam abad ke-

20.23

Begitu juga Buya Hamka menentang sistem pembagian harta

warisan di Minagkabau sehingga beliau tuangkan dalam bukunya

Adat Minagkabau Menghadapi Revolusi. Tulisan ini banyak menuai

protes dikalangan pemuka adat Minangkabau pada saat itu.24

Perkembangan berikutnya sebelum masa Kemerdekaan RI

(Republik Indonesia) pada tahun 1937 para pemuka adat (ninik

mamak) membentuk organisasi adat di Sumatera Barat yaitu Majelis

Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau) (MTKAAM) yang

bertujuan untuk memperjuangakan kemerdekaan RI. Organisasi ini

dibentuk di lima provinsi Sumatera di antaranya Sumatera Barat ,

Riau Daratan, Bengkulu Utara, Jambi (Tanjung Simalidu), Sikilang

Air Bangis, Natal (Sumut). Pada masa PRRI para tokoh organisasi ini

menghilang tidak tahu rimbanya, organisasi ini tidak muncul lagi ke

permukaan hingga Era Reformasi.25

Pada tahun 1960-an berakhirnya

PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) adalah

periode yang sangat penting tentang keberadaan masyarakat

Minangkabau. Pada saat itu di antrara para pemuka adat, agama, dan

umumnya laki-laki dewasa Minangkabau tidak tahan terhadap

21Von Benda-Beckmann, Franz, and Keebet von Benda-Beckmann, "Identity

in Dispute: Law, Religion, and Identity in Minangkabau." Asian Ethnicity, Vol. 13,

No. 4 (2012): 341-358.

22Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: PT. Logos, 1999), 128.

23Soegijanto Padmo," Gerakan Pembaruaan Islam Indonesia dari Masa Ke

Masa: Sebuah Pengantar," Jurnal Humaniora, Vol. 19, No. 2, (2007): 151-160.

24Azyumardi Azra, Surau Pendidikan Islam Tradisional Dalam Transisi Dan Modernisasi, (Jakarta: PT.Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 2003), 3-4.

25Wawancara STS. Dt. Rajo Indo, Ketua MTKAAM Tanah Datar, Sabtu, 09

Maret 2018 di Batusangkar.

Page 19: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Pendahuluan 7

tekanan dan intimidasi yang dilakukan OPR (Operasi Perlawanan

Rakyat) di nagari mereka. Bahkan tekanan itu masih dirasakan oleh

rakyat setelah adanya amnesti dan abolisi terhadap PRRI oleh

pemerintah untuk menghentikan gerakannya. Meski pada tahun 1961

pemberontakan sudah berakhir, tetapi pada kenyataannya pada era ini

situasi kehidupan masyarakat di Sumatera Barat masih dalam

keadaan tertekan, tidak banyak bedanya dengan situasi penumpasan

pemberontakan pada masa sebelumnya.26

Kelahiran Orde Baru menjadi pembuka katup dari berbagai

tekanan. Dan pada masa Harun Zain menjadi Kepala Daerah di

Sumatera Barat, beliau mengejar ketertinggalan dalam bidang

pembangunan. Menurut sebagian masyarakat Sumatera Barat,

pemberlakuan Peraturan Undang-undang Nomor 5 tahun 1975

mengenai Pemerintahan Desa, secara tidak langsung telah

menghilangkan konsep nagari27 sebagaimana yang sudah dipakai

sejak lama oleh masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat. Pada

akhir tahun 60-an, masa rezim Orde Baru telah menjadikan

masyarakat penuh keraguan kondisi yang mulai stabil akan kembali

mengusik kehidupan mereka. Penerapan sistem pemerintahan Desa

26Periode pasca PRRI masa yang gelap oleh daerah dan penduduk Sumatra

Barat. Masyarakat Sumatera Barat merasa harga dirinya turun seperti orang yang

kalah dalam bertarun. Umumnya mereka merasa bahwa mereka orang kelas dua di

negerinya sendiri. Akibatnya terjadinya eksodus secara besar-besaran para pemuda

pergi meninggalkan nagarinya. Sehingga nagari-nagari menjadi lengang, pemuda-

pemuda yang produktif pergi mencari kehidupan keluar Sumatra Barat. Pada saat

itu banyak orang yang malu mengatakan bahwa dirinya orang Sumatera Barat

Bahkan ada yang menyembunyikan namanaya dengan mengganti nama lain agar

orang tidak mengetahui bahwa ia orang Sumatera Barat., lihat Abrar Yusra (ed.),

Tokoh yang Berhati Rakyat: Biografi Harun Zain (Jakarta: Gebu Minang, 1997),

111.

27Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas‐batas

wilayah tertentu, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan filosofi adat Minangkabau (Adat Basandi Syarak,

Syarak Basandi Kitabullah) dan atau berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat

dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat. Di era reformasi dukungan Pemerintah

Daerah adalah lahirnya beberapa peraturan daerah dan instruksi-instruksi serta

edaran Bupati dan kepala daerah, misalnya, Perda Provinsi Sumatera Barat nomor 2

tahun 2007 tentang pokok‐pokok Pemerintahan Nagari. Pasal 1 angka 7 Perda

Nagari.

Page 20: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

8 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

menghapus nilai budaya tanah ulayat dengan program tanah-tanah

tersebut disertifikasi .28

Penerapan sistem desa di zaman Orde Baru juga telah menjadi

pemicu konflik pada tataran bawah masyarakat di Sumatera Barat.

Sebuah program pemerintah yang mewajibkan tanah-tanah ulayat

(adat) yang dulunya luas dan dikelola bersama dengan sistem

pembagian penggarapan harus memiliki sertifikat tanah. Tanah

ulayat sebagai identitas wilayah budaya satu kaum. Dengan adanya

proses sertifikasi, kemudian mulai menimbulkan pergeseran

filosofinya dari makna kolektif ke individu, dibuatkan nama satu

pemilik dalam sertifikat.29

Pada masa Orde Baru (Orba) pemerintah membentuk Lembaga

Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) yang merupakan

salah satu lembaga yang paling dikenal pada masa itu. Institusi

tersebut digunakan untuk mobilisasi massa dalam kampanye partai

pemerintah.30

Lembaga ini didirikan atas inisiasi pemerintah untuk

merangkul kelompok adat. LKAAM aktif sampai pada Era Reformasi

meskipun pada Era Reformasi terjadi perubahan orientasi. Begitu

pula dengan organisasi Bundo Kanduang31 yang lahir pada masa Orde

Baru sebagai aspirasi perempuan minang yang eksis sampai Era

Reformasi dengan perubahan-perubahannya.32

Sistem pemerintahan desa pada masa Orde Baru dengan sistem

sentralisasi agaknya telah mengganggu tatanan adat Minangkabau.

28 Yudhi Andoni. Mengonstruksi Ruang Identitas: Fenomena Hubungan

Adat, Islam dan Negara di Sumatera Barat 1999-2009, (Padang: Jurusan Ilmu

Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Andalas (2009).

29Taufik Abdullah. "Adat dan Islam: Suatu Tinjauan tentang Konflik di

Minangkabau”, dalam Taufik Abdullah (ed.), Sejarah dan Masyarakat, (Jakarta:

Pustaka Firdaus ,1987), 18.

30 Zaiyardam Ubir, Budaya Konflik dan Jaringan Kekerasan: Pendekatan Penyelesaian Berdasarkan Kearifan Lokal Minangkabau, (Padang: Insist Press,

2010), 13.

31 Bundo Kanduang yang dimaksud di sini adalah organisasi perempuan yang

dibentuk pada masa Orde Baru untuk kepentingan pemerintah dalam rangka

mengakomodir aspirasi perempuan Minang, bertujuan melestarikan adat dan istiadat

Minagkabau.

32 Wawancara ketua LKAAM dan Ketua Bundo Kanduang Kabupaten Tanah

Datar, 01 Juli 2016 di Batusangkar.

Page 21: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Pendahuluan 9

Menurut kelompok adat selama sistem desa berlangsung, aspirasi

kelompok adat tidak terakomodir dalam pemerintahan, sehingga

dilakukanlah usaha-usaha untuk mengembalikan sistem pemerintahan

desa ke sistem nagari oleh pemuka-pemuka adat di Sumatera Barat.

Hal ini terus-menerus dilakukan di Sumatera Barat, terlihat dengan

adanya Peraturan Daerah (Perda) tentang Nagari sebagai sebuah

kesatuan hukum yang diatur dalam Perda Nomor 13 Tahun 1983.33

Salah satu sistem nagari pada masa Orde Lama yang menjadi

wali nagari (kepala desa) adalah seorang penghulu yang bergelar

datuk dan memerintah dengan aturan adat. Sedangkan pada sistem

pemerintahan desa yang menjadi kepala desa tidak harus penghulu,

melainkan dipilih secara langsung dari masyarakat desa yang

menjalankan pemerintahan dengan aturan-aturan yang ditetapkan

oleh pemerintahan pusat.34

Hal inilah yang menjadi harapan dan

tuntutan masyarakat adat dan agama terhadap pemerintah pada Era

Reformasi. Pada tahun 1999 yang populer dengan wacana “Kembali

ke Nagari” dan “Kembali ke Surau” . Wacana ini pun menuai konflik

persepsi antara kelompok adat dengan pemerintah dan kelompok

agama dengan pemerintah. Kembali ke nagari diartikan masyarakat

Sumatera Barat bahwa kembali upaya mengaktifkan peran budaya

lokal dalam sistem pemerintahan. Hal ini memberikan harapan

terhadap adat dan agama seolah akan terpenuhi keinginan

masyarakat untuk muncul kembali republik-repuplik kecil dengan

sistem pemerintahan tersendiri yang otonom dan berbasis kepada

masyarakat.35

Kelompok adat berkeinginan untuk mempertahankan dan

melestarikan adat istiadat daerahnya agar tidak hilang dari kehidupan

masyarakat dan generasi muda. Meskipun wacana ini menuai konflik

horizontal antar-lembaga adat yang ada di Sumatera Barat dalam hal

33Aulia Rahmat, Rekonstruksi Adat Minangkabau Dalam Pemerintahan

Nagari Era Otonomi Daerah, (Jakarta: Ngundi Ilmu, 2013), 10.

34 Hedar Laudjeng, "Kesatuan Masyarakat Hukum Adat", Makalah pada “Simposium Masyarakat Adat: Mempersoalkan Keberadaan Masyarakat Adat sebagai Subjek Hukum”, Jakarta (2012), 27-28.

35 Yondri Erricsyah, Peranan KAN Dalam Mensukseskan Program Pemerintah di Nagari Sariak, (Padang: BPSNT Padang Press, 2010), 1.

Page 22: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

10 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

teknis pendekatan kepada masyarakat, misalnya antara LKAAM

(Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau) dengan MTKAAM

(Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau) antara internal

KAN (Kerapatan Adat Nagari), konflik internal dalam suku seperti

konflik perebutan gelar pusaka dan harta pusaka.36

Pasca tumbangnya rezim Soeharto, momentum bagi

kemunculan banyak partai politik Islam (parpol) dan semakin

banyaknya kelompok Muslim yang menuntut penegakan syariat Islam

dan melakukan pemberantasan maksiat di tingkat pusat dan sampai

merambah ke daerah provinsi dan kabupaten/koto, tidak terkecuali di

Kabupaten Tanah Datar. Oleh sebab itu, pemerintah daerah harus

merespon keinginan kelompok-kelompok agama dan adat dalam

konteks tidak keluar dari peraturan dan perundangan yang berlaku di

Negara Republik Indonesia.37

Untuk mengakomodir kaum adat dan agama, pemerintah

daerah Sumatera Barat merespon gerakan “Kembali ke Nagari” dan

“Kembali ke Surau” pada Era Reformasi dengan melahirkan Perda-

perda, seruan-seruan, dan himbauan-himbauan Gubernur dan

Bupati/Wali kota yang berkaitan dengan aturan-atuaran Syariat Islam

dan yang berkaiatan dengan adat istiadat. Sehingga di Sumatera

Barat terdapat beberapa Perda yang mengakomodir adat dan agama

dalam pemerintahan baik berupa regulasi maupun anggaran

pendanaan kegiatan.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat berlaku di

kabupaten dan kota-kota yang ada di Sumatera Barat. Di antara

Perda yang menjadi momentum perubahan adalah Undang-Undang

No. 9 Tahun 2000 tentang perubahan Pemerintah Daerah Sumatera

Barat dari Sistem Desa kembali ke bentuk Sistem Nagari dan

Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah

Sumatera Barat tentang perubahan Sistem Nagari.38

36 Wawancara tokoh masyarakat Pariangan, 2 September 2017

37 Azyumardi Azra, Konflik Baru Antar Peradaban, Globalisasi, Radikalisme dan Pluralitas, (Jakarta: Raja Grafindo, 2002), 167.

38 Perda di atas keluar berdasarkan Lembaran Undang-undang Nomor 22

Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang memberi peluang kepada daerah

untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri termasuk menyesuaikan

Page 23: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Pendahuluan 11

Di Kabupaten Tanah Datar di Era Reformasi juga terdapat

beberapa Perda Syariah dan himbauan-himbauan Bupati untuk

mendukung adat dan agama. Di samping itu di Tanah Datar juga

terjadi akomodasi antara seremonial adat dan ritual agama dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat. Pada dasarnya apa yang

dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat Minangkabau dalam

berbagai upacara adat, terlihat adaya akomodasi ajaran Islam dalam

seremonial adat.39

Akomodasi ini bukan hanya tampak pada upacaran

ritual dan seremonial, tetapi juga pada pola kehidupan sosial

masyarakat sehari-hari, seperti halnya pada acara pernikahan, sampai

pada upacara adat kedukaan dan kematian. Masyarakat sulit

memisahkan antara seremonial adat dengan ritual agama sehingga

pelaksanaan ritual agama dan seremonial adat sering dianggap

sebagai ritual ibadah karena di dalamnya memuat beberapa unsur-

unsur syi’ar Islam, dan begitu sebaliknya.

Pola kehidupan model di atas menjadi polemik bagi sebagian

ulama dan tokoh agama, ada yang membenarkan dan ada yang tidak,

yang tidak membenarkan terdiri dari para tokoh-tokoh ulama muda

yang sudah mendapatkan pembaruan dari luar dan para perantau yang

telah lama meninggalkan kampung dan mendapatkan pengaruh dari

perantauan.40

Kaum adat dan agama dengan pemerintah daerah meskipun

terjadi perbedaan persepsi tentang penerapan ABS-SBK, akan tetapi

pada saat tertentu terjadi saling akomodasi. Upaya-upaya yang

dilakukan menunjukan signifikansi peran mereka dalam merumuskan

bentuk dan susunan pemerintahan desa berdasarkan asal usul dan kondisi sosial

masyarakat setempat harus dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Pemerintah

Sumatera Barat menata kembali Pemerintahan Nagari dengan Peraturan Provinsi

Sumatera Barat tentang kemajuan masyarakat Sumatera Barat berdasarkan ABS-

SBK.

39 Yudhi Andoni, Mengonstruksi Ruang Identitas: Fenomena Hubungan Adat, Islam dan Negara di Sumatera Barat 1999-2009, (Padang: Jurusan Ilmu

Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Andalas, 2009).

40 Seperti halnya dalam upacara adat dalam memperingati hari ketiga, tujuh

hari, empat puluh hari sampai seratus hari tidak dilaksanakan lagi oleh kelompok

Islam muda. Kesimpulan wawancara dengan perantau, salah satunya HM. Yunus

Sirhan ketua IKTD (Ikatan Keluarga Tanah Datar) Sumatera Utara, wawancara, 27

September 2017 di Batusangkar.

Page 24: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

12 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

dan mengimplementasikan konsep adat dan agama dalam kelompok

masing-masing untuk mewujudkan visi misinya kepada masyarakat.

Pemerintah mendukung upaya masyarakat untuk

menghidupkan seremonial adat dan ritual agama dengan program

melestarikan Adat Salingka Nagari.41 Apa yang dilakukan oleh

kelompok adat, agama dan pemerintah daerah, ketiganya cendrung

mengeliminasi konflik kepentingan masing-masing, namun pada saat

tertentu masing-masing justru ingin menunjukan kepopulerannya

sebagai pihak yang dapat mempengaruhi dan didengar oleh

masyarakat, di sini terlihat terjadinya semacam kontestasi.42

MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang mewakili pihak agama

mengharapkan perhatian dari Pemerintah Daerah agar dilibatkan di

dalam perencanaan pembangunan dan didukung secara anggaran oleh

Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program-program

keagamaannya. Selain MUI di Kabupaten Tanah Datar terdapat

Lembaga dan Organisasi masyarakat (Ormas) Islam, seperti; STAIN

(Sekolah Tinggi Agama Islam), STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam)

Al-Hikmah, Ormas; Muhammadiyah, NU (Nahdatul Ulama), IPHI,

(Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia). Lembaga dan Ormas ini ikut

ambil bagian dalam wacana keagamaan di Kabupaten Tanah Datar.

Sangat relevan jika membahas konflik dan akomodasi adat dan

agama masyarakat Sumatera Barat dan menganalisa apa yang terjadi

di Kabupaten Tanah Datar khususnya pada awal Era Reformasi

sampai Tahun 2015. Dengan berlakunya undang-undang Otonomi

Daerah seperti ada penguatan nilai-nilai lokal di semua kabupaten

dan kota di Sumatera Barat, yang mayoritas penduduknya merupakan

suku-bangsa Minangkabau, termasuk di Kabupaten Tanah Datar

sebagai daerah pusat kerajaan Alam Minangkabau.

Masyarakat Minangkabau yang terkenal fanatik dengan nilai-

nilai adat dan budaya termasuk dalam beragama yang mayoritas

41Adat Salingka Nagari adalah semua potensi dan hasil karya,cipta dan

budaya masyarakat di setiap nagari dan adat selingkar nagari ini berbeda-beda pada

setiap nagari.

42Yance Arizona, "Masyarakat Adat Dalam Kontestasi Pembaruan Hukum",

Makalah Seminar Pemberdayaan Sosial Komunitas Adat: Upaya peningkatan efektivitas pemberdayaan KAT saat ini dan pengembangan ke depan. 2013.

Page 25: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Pendahuluan 13

beragama Islam, sangat aneh jika seorang Minang tidak beragama

Islam. Ini dibuktikan dalam bentuk falsafah Adat Basandikan Syarak,

Syarak Basandikan Kitabullah (Adat Bersendikan Agama, Agama

Bersendikan Kitabullah). Dua nilai di atas tampak menguat di era

reformasi di Kabupaten Tanah Datar.43

Sumatera Barat salah satu wilayah Indonesia yang

berpenduduk asli dari etnik Minangkabau dan yang memeluk agama

Islam, sejauh ini masyarakat pendatang hidup aman dan damai

berdampingan dengan masyarakat Minangkabau, bahkan ada yang

masuk dalam struktur sosial Minangkabau. Meskipun ada terjadi

konflik akan tetapi tidak sampai menjadi konflik bertumpahan darah

seperti di Ambon atau Aceh.

Pada Era Reformasi, pemerintah telah membuat perubahan

kebijakan dalam pelestarian adat dan budaya. Salah satu potensi

budaya kearifan lokal yang menjadi ciri khas Indonesia adalah

eksistensi adat yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Hubungan

antara hukum adat dan hukum Islam dalam sejarah panjang di

Indonesia dan telah banyak diteliti oleh pakar hukum ataupun ahli

sejarah.

Sejarah masyarakat Kabupaten Tanah Datar, tidak terlepas dari

sejarah masyarakat Minangkabau secara umum. Kajian-kajian

tentang Minangkabau perspektif konflik antara adat dan agama

dilakukan oleh para pakar, di antaranya adalah kajian Taufik

Abdullah dan Benda Backman tentang perbandingan antara konflik di

Ambon dan Minangkabau, konflik dikarenakan sengketa tanah atau

masalah warisan dan berebut gelar saka dan pusaka. Dan juga

masalah adat yang memakai sistem matrilinial (garis keturunun

ibu).44

Ada kesamaan dengan yang terjadi pada suku Minang di

beberapa daerah di Indonesia.

Walaupun kajian mengenai konflik dan akomodasi adat dan

agama di Minangkabau telah diteliti oleh para akademisi dan peneliti,

43Idrus Hakimi Datuak Rajo Panghulu, Pokok-pokok Pengetahuan Adat

Miangkabau, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), 30-31.

44 Franz von Benda-Beckmann and Keebet von Benda-Beckmann, "Property,

Politics, and Conflict: Ambon and Minangkabau Compared", Law & Society Review, Vol. 28, No. 3, (1994): 589-608.

Page 26: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

14 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

baik dalam dan luar negeri. Namun berdasarkan penelusuran yang

telah dilakukan, belum ditemukan penelitian yang secara spesifik

mengkaji tentang konflik dan akomodasi adat dan agama dengan

kebijakan pemerintah daerah di Era Reformasi dalam kehidupan

masyarakat Tanah Datar.

Maka oleh sebab itu dalam penelitian ini, fokus pada kajian

dengan judul, Konflik dan Akomodasi antara Adat dan Agama

Dengan Pemerintah di Sumatera Barat Pada Era Reformasi (Studi

Kasus Kabupaten Tanah Datar). Titik Fokus kajian pada Era

Reformasi yang dapat dibagi dua periode pemerintahan yaitu periode

tahun 1998 sampai tahun 2005 dan periode tahun 2006 sampai

dengan 2015. Dalam kajian ini akan melihat bagaimana konflik dan

akomodasi antara adat dan agama dengan pemerintah dalam hal

kepemimpiinan dan kebijakan daerah dan dalam hal kehidupan

tradisional masyarakat.45

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk para peneliti

sejarah khususnya dan kalangan akademik umumnya serta yang

paling penting adalah dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah

dalam membuat regulasi atau Peraturan Daerah dalam membangun

masyarakat yang berlandaskan falsafah ABS-SBK.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasi masalah yang dapat diteliti sebagai berikut:

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa

masalah yang berkaitan dengan Kasus dan Pola konflik dan

akomodasi antara adat, agama dan kebijakan pemerintah di Sumatera

Barat dan Kabupaten Tanah Datar sebagai studi kasusnya, sebagai

berikut:

45Kabupaten Tanah Datar pernah menjadi Pusat Kerajaan Pagaruyung yang

mengandung banyak nilai budaya dan agama, ketiga, Kabupaten Tanah Datar adalah

luhak tertua dari luhak-luhak yang lain dan dari sana asal mula pembentukan nagari di Minangkabau.

Page 27: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Pendahuluan 15

a) Konflik antara adat dan agama telah terjadi di Sumatera Barat

sejak awal masuknya Islam ke Sumatera Barat.

b) Ajaran Islam seolah-olah menyatu dengan adat istiadat dalam

pelaksanaan ritual agama dan seremonial adat dalam bingkai

falsafah hidup ABS-SBK.

c) Akomodasi adat, Islam (agama), dan kekuasaan dapat dilihat

pada ritual dan pola hidup sosial masyarakat Minangkabau di

Kabupaten Tanah Datar.

d) Konflik antara lembaga adat, agama, dan pemerintah di tingkat

Kabupaten.

e) Terjadi konflik antar lembaga adat di tingkat Kabupaten.

f) Terjadi konflik internal suku perebutan gelar pusaka dan harta

pusaka.

g) Terjadi perubahan mendasar akibat dari revolusi agama, pasca

runtuhnya Orde Baru, adanya perubahan-perubahan regulasi

selama 15 tahun Reformasi.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah tersebut di atas,

rumusan masalah pokok adalah bagaimana konflik dan akomodasi

adat dan agama dengan pemerintah di Sumatera Barat pada tahun

1999 sampai 2015 (studi kasus Kabupaten Tanah Datar). Pertanyaan

minor lebih lanjut, yaitu: Bagaimanakah kasus dan pola konflik dan

akomodasi adat dan agama dengan pemerintah dalam bidang

kepemimpinan dan kebijakan daerah? Bagaimanakah kasus dan pola

konflik dan akomodasi dalam bidang kehidupan tradisional ?

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas yang menjadi fokus

penelitian ini adalah bagaimana Kasus dan pola konflik akomodasi

adat dan agama dengan pemerintah di Sumatera Barat pada Era

Reformasi (studi kasus Kabupaten Tanah Datar). Pembatasan waktu

penelitian tahun 1998 sampai tahun 2015. Penelitian dilakukan di

Kabupaten Tanah Datar, untuk kasus konflik dan akomodasi antar

lembaga di tingkat Kabupaten Tanah Datar objeknya adalah

Page 28: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

16 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

LKAAM, MUI (Majelis Ulama Indonesia) Kabupaten Tanah Datar

dan Pemerintahan Daerah Kabupaten Tanah Datar secara umum.

Untuk kasus konflik dan akomodasi dalam bidang kehidupan

tradisional mengambil sampel pada tiga kecamatan di Kabupaten

Tanah Datar yaitu Kecamatan Limakaum, Kecamatan Pariangan dan

Lintau Buo Utara.

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tujuan penelitian ini secara umum

adalah : Untuk mengidentifikasi kasus dan pola konflik dan

akomodasi antara adat dan agama dengan pemerintah di Sumatera

Barat pada Era Reformasi (studi kasus Kabupaten Tanah Datar).

Tujuan minor penelitian ini adalah; pertama, untuk mengidentifikasi

kasus dan pola konflik dan akomodasi antara adat dan agama dengan

pemerintah dalam bidang kepemimpinan dan kebijakan daerah.

Kedua, untuk mengidentifikasi kasus dan pola konflik dan akomodasi

antara adat dan agama dengan pemerintah dalam bidang kehidupan

tradisional.

D. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini ditujukan kepada

beberapa pihak terkait sebagai berikut :

a) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi kajian bagi peneliti

selanjutnya terkhusus mengkaji tentang masyarakat

Minangkabau di Sumatera Barat dan pola kehidupan

masyarakat adat agama di Kabupaten Tanah Datar.

b) Teori-teori ilmiah yang dihasilkan dapat menambah khazanah

keilmuan dan dapat menjadi bahan bacaan dan studi pustaka

bagi akademisi, peneliti, dan masyarakat umum yang ingin

mengetahui lebih jauh tentang konflik dan akomodasi antara

adat dan agama dengan pemerintah yang terjadi pada

masyarakat Tanah Datar.

c) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

pedoman bagi pemerintah daerah untuk mengambil kebijakan

dalam penyusunan peraturan Daerah dalam penerapan falsafah

Page 29: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Pendahuluan 17

Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah di Sumatera

Barat.

E. Kajian Terdahulu yang Relevan

Diantara kajian terdahulu yang relevan dengan disertasi ini

adalah sebagai berikut:

Pertama, penelitian Taufik Abdullah, Adat and Islam: An

Examination of Conflict in Minangkabau. Penelitian dilakukan tahun

1966. Hasil penelitian ini menumjukkan bahwa konflik antara adat

dengan Islam dan perubahan sosial yang terjadi di Minangkabau

menjadi sebuah sistem dan oposisi dengan hukum Islam. Adat

sebagai sistem pertimbangan nilai, etika, dan hukum serta sumber

harapan sosial mewakili pola prilaku sosial. Adanya konflik abadi

antara adat istiadat dengan syariat Islam dan konsep yang ada

dimasyarakat bersifat ambigu. Maksudnya hubungan antar

masyarakat diatur oleh hukum adat dan hubungan dengan Tuhan

diatur oleh hukum agama. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan

bahwa masyarakat tidak mampu menyatukan dua nilai yang

berlawanan, perjuangan ini terjadi terus menerus antara adat dan

agama pada fragmentasi sosial di Minangkabau.46

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Tsuyoshi Kato pada

tahun 1979 yang berjudul “Different fields similar locusts: adat

Communities and the village law of 1979 in Indonesia",Pada

tulisannya Kato mendeskripsikan bagaimana dampak yang

ditimbulkan akibat diterbitkannya UU No.5 tahun 1979 tentang desa.

Di bawah rezim desa ini ada perubahan yang mendasar dalam

pelaksanaan nagari di Sumatera Barat. Kehadiran pemerintahan desa

menempatkan nagari sebagai bentuk penyelenggaraan pemerintahan

terendah. Lebih jauh Kato menjelaskan tujuan dari pemerintahan desa

didesain sebagai pendorong dinamika dan pemberdayaan masyarakat

serta memberi ruang partisipasi yang seimbang antara masyarakat

dan pemerintah desa, dan dalam pembuatan struktur pemerintahan

46Taufik Abdullah, Adat and Islam: An Examination of Conflict in

Minangkabau: Source: Indonesia,No. 2 (1966): 1-24. Published by: Southeast Asia Program Publications at Cornell UniversityStable URL: http://www.jstor.org/stable/ 3350753 Accessed: 15-04-2015 12:22 UTC

Page 30: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

18 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

desa baru bisa dipertimbangkan dengan merevitalisasi struktur lama

(adat) dengan isi dan jiwa baru yang rasional, demokratis, dan

modern. Kebijakan Pemerintah pusat membuat pudarnya "otonomi

desa" sehingga melahirkan pemerintahan desa yang birokratis.

Akibatnya adalah tidak dapat berkembangnya potensi dan kreativitas

masyarakat desa.47

Ketiga, penelitian Von Benda-Beckmann dkk, pada tahun

1994, berjudul “property, Politics and Conflict: Ambon and

Minangkabau Compared”.48 Dalam pandangannya Beckman

menyatakan bahwa Indonesia adalah Negara kepulauan dan memiliki

berbagai suku, agama, ras, budaya, bahasa daerah, dan golongan

serta beberapa agama yang diperbolehkan berkembang di Indonesia.

Indonesia meliliki lebih dari 300 suku bangsa. Di mana setiap suku

bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan

yang lain. Selain itu masing-masing suku bangsa juga memiliki

norma sosial yang mengikat masyarakat agar taat dan melakukan

segala yang tertera didalamnya. Beckmann menjelaskan bahwa

terdapat beberapa hal yang berpotensi sebagai sumber konflik, antara

lain perluasan batas-batas identitas sosial budaya dari sekelompok

etnik, perubahan sosial, perebutan sumber daya, alat-alat produksi

dan akses ekonomi lainnya. Selain itu juga benturan-benturan

kepentingan kekuasaan, politik dan ideologi. Konflik di Ambon

disebabkan oleh perebutaan lahan dan ideologi, sedang konlik di

Minangkabau disebkan oleh konflik agama dan adat.

Keempat, penelitian yang dilakukan Mohd. Anuar Ramli pada

tahun 2006, tentang Islamisasi di Tanah Melayu: Analisis terhadap

Proses Interaksi antara adat dan syariah Islam. Dalam penilitian ini

47Tsuyoshi Kato. Different Fields, Similar Locusts: Adat Communities and

the Village Law of 1979 in Indonesia Author(s): Source: Indonesia, No. 47 (Apr.,

1989), pp. 89-114 Published by: Southeast Asia Program Publications at Cornell

University Stable URL: http://www.jstor.org/stable/3351077 Accessed: 11-08-2017

04:32 UTC

48Franz von, Benda-Beckmann, and Keebet von Benda-Beckmann Source:

Property, Politics, and Conflict: Ambon and Minangkabau Compared Author(s): Law & Society Review,Vol. 28, No. 3, Law and Society in Southeast Asia (1994), pp.

589-608Published by: on behalf of the WileyLaw and Society AssociationStable

URL: http://www.jstor.org/stable/3054079Accessed: 27-08-2014 05:55 UTC

Page 31: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Pendahuluan 19

Ramli menemukan ada tiga peringkat interaksi yang terjadi antara

adat dan syariah di dalam masyarakat Sumatera Barat, yaitu: (1)

Salari, adat dan syariah berjalan seiring dan tidak mempengaruhi satu

sama lain, (2) Transisi, adat dan syariah saling menuntut hak, namun

tanpa menggeserkan pihak lain, dan yang ke (3) Dominasi,

memperlihatkan keunggulan syariah yang menguasai dan

mendominasi adat, keterpaduan ini sejalan secara akomodatif yang

saling serasi antara satu sama lain.49

Kelima, kumpulan jurnal Amir.MS yang menjadi buku yang

berjudul Masyarakat Adat Minangkabau Hampir Punah, terbit tahun

2007 yang berisikan tentang seluk beluk adat dan budaya

Minangkabau dan perkembangan politik Sumatera Barat pasca Orde

baru.

Keenam, penelitian yang dilakukan Muridan pada tahun 2007,

yaitu: “Islam dan Budaya Lokal: Kajian makna simbol dalam

Perkawinan Adat Keraton”. Walaupun kajianya pada tradisi

perkawinan adat keraton, namun cukup banyak membahas adanya

pertemuan antar Islam dan budaya lokal Jawa, yang terakomodasi

sebagai dinamika antropologi Islam. Agama tidak akan mungkin

meninggalkan pergolakanya dengan budaya lokal. Pertemuan antara

Islam dan budaya lokal ini telah memproduksi konfigurasi budaya

baru yang berwatak Islam kejawen, tetapi mengamalkan ajaran Islam

tanpa meninggalkan tradisi Jawa.50

Ketujuh, Jeffrey Hadler yang memfokuskan pada Sengketa

Tiada Putus, dalam judul Muslim and Matriarchs: Cultural Rasiliens

in Indonesia Though Jihad and Colonialism yang diterbitkan oleh

Cornell University Press, pada tahun 2008.51

Pembahasan Hadler

menekankan pada aspek konflik yang menjadi dinamika

perkembangan pemikiran dan gerakan keislaman di Sumatera Barat,

49Mohd Anuar Ramli. "Islamisasi di Tanah Melayu: Analisis Terhadap Proses

Interaksi Antara Adat dan Syariah Islam." dalam Hashim Awang et al (2006).

Accessed, 18 November 2017

50Muridan.”Islam dan Budaya Lokal: Kajian makna simbol dalam Perkawinan

Adat Keraton”, IbdaJurnal Studi Budaya , Vol. 5 No.1, Januari-Juni(P3M STAIN

Purwokerto, 2007), 10.

51Jeffrey Hadler, Muslim and Matriarchs: Cultural Resilience in Indonesia Through Jihad and Colonialism(New York: Cornell University Press: 2008).

Page 32: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

20 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

sekaligus memperhatikan bahwa kultur dan budaya muslim

Minangkabau mendorong tingkat agresifitas. Permulaan konflik yang

berujung pada gerakan radikal adalah bentuk perlawanan atas sikap

dan tindakan beberapa kelompok yang telah menyimpang.

Minangkabau termasuk wilayah yang unik, ditengah kuat kultur

keagamaannya, juga dapat tumbuh dan berkembang kultur

matrilineal. Kekayaan dinamika sosial-kultural Minangkabau

menjadikan orang Minang salah satu etnis yang telah memainkan

peran dalam proses pembentukan bangsa.

Kedelapan, Disertasi Zayadi Hamzah pada tahun

2010,tentang “Interaksi Islam dengan Budaya Lokal dalam suku

Rejang” Interaksi antara Islam dan budaya lokal membentuk

akulturasi, akomodasi konflik dan interaksi. Akulturasi tersebut

terjadi dalam bentuk pemberian status oleh orang Islam terhadap

budaya lokal atau sebaliknya, sedangkan akomodasi cenderung

bersifat konversi ketimbang adhesi, sehingga praktek rite de passage

dalam bentuk upacara kelahiran, perkawinan dan kematian dominan

menyerupai ritual ke-Islaman. Proses akulturasi dan akomodasi ini

menunjukkan bahwa Islam telah berhasil mendapatkan simbol-simbol

yang selaras dengan kemampuan menangkap nilai-nilai kultural dari

budaya lokal, yang akhirnya memunculkan atau membentuk realitas-

realitas baru berupa lokalitas Islam (Islam lokal) yang tumbuh dari

tradisi Islam Rejang.52

Kesembilan, penelitian yang dilakukan Syafwan Rozi, pada

tahun 2012, yang berjudul konstruksi identitas Islam perbatasan,

sebuah sintesis terhadap identitas tradisional dan identitas modernis

dalam paham keagamaan di daerah Rao Sumatera Barat.53

Dalam

penelitian Rozi, identitas keagamaan masyarakat Islam di perbatasan

ditemukan dalam keunikan dinamika dan perilaku keagamaan.

Penganut paham keagamaan modernis seperti Muhammadiyah

cenderung akomodatif dan membaur dalam beberapa dimensi

keagamaan seperti ritual dan ekspresi keagamaan, sementara di sisi

52Zayadi Hamzah, Islam dalam Perspektif Budaya Lokal Studi Kasus

Tentang Ritual Siklus Hidup Keluarga Suku Rejang Di Kabupaten Rejang Lebang Provinsi Bengkulu (Disertasi Sps Syarif Hidayatullah, 2010).

53Syafwan Rozi, "Konstruksi Identitas, 1643-1660.

Page 33: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Pendahuluan 21

lain, penganut paham keagamaan tradisional seperti NU, Perti dan

Tarekat Naqsyabandiah secara bertahap mulai selektif dalam

melaksanakan ritual berbasis tradisi seperti salawatan, selametan dan

tahlilan. Meleburnya dua paham keagamaan yang berbeda orientasi

ini dipicu dengan terjalinnya dialog dan kontak budaya yang sangat

intensif serta munculnya kesadaran baru di kalangan generasi kedua

paham keagamaan tersebut. Integrasi dalam proses interaksi antar

penganut paham keagamaan di perbatasan Rao ini mengarah pada

perubahan identitas paham keagamaan sehingga pada gilirannya

memunculkan identitas Islam akomodatif yang menghargai

perbedaan, integratif dengan budaya lokal dan perekat terhadap

konflik etnik.

Kesepuluh, penelitian Ismail Wekke pada tahun 2012, tentang

Islam dan adat dalam pernikahan masyarakat Bugis di Papua

Barat.Wekke melakukan penelitian bagaimana adat mengakomodasi

ajaran Islam dengan baik, serasi dan tanpa penolakan dari tokoh-

tokoh agama Islam. Penelitian ini memperlihatkan kuatnya adat suku

Bugis dan ajaran Islam yang dijalankan oleh Masyarakat. Beberapa

hal yang menjadi aturan besar Islam pernikahan justru diakulturasi ke

dalam prosesi adat Bugis yang lebih dikenal dalam kehidupan sehari-

hari, prosesi pernikahan tidak menggunakan bahasa Arab tetapi tetap

selaras dengan ajaran Islam dan dibingkai dalam suasana adat

kedaerahan.54

Disini terlihat bagaimana prosesi adat mengakomodasi

syariat Islam, dalam ritual-ritualnya dalam hubungan kemasyarakatan

sehari-hari.

Kesebelas, penelitian Aulia Rahmat; Rekonstruksi Adat

Minangkabau Dalam Pemerintah Nagari Era Otonomi Daerah.

Penelitian ini tentang kebijakan-kebijakan Pemerintah Daerah

Provinsi Sumatera Barat pada Era Otonomi daerah yang berkaitan

dengan sistem pemerintahan nagari dalam Perda Nomor 9 Tahun

2000 Nomor 2 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pokok Pemerintahan

Nagari dan pencapaian daerah Sumatera Barat pada era pemerintahan

nagari. Fokus kajian ini adalah regulasi mengenai eksistensi adat di

54Ismail Swadi Wekke. Islam dan Adat dalam Pernikahan Masyarakat Bugis

di Papua Barat. Jurnal kajian budaya Islam Thaqafiyah,vo.13 No.2(Desember 2012).

Page 34: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

22 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Sumatera Barat. Bagaimana pembangunan sistem pemerintahan

nagari pada Era Otonomi Daerah di Sumatera Barat dan bagaimana

pencapaian Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat hukum adat Minangkabau.55

Beberapa penelitian terdahulu diatas, baik yang berupa

disertasi, maupun penelitian-penelitian yang dilakukan oleh peneliti,

dua merupakan penelitian dari luar negeri dan selebihnya penelitian

dari dalam negeri. Semuanya memiliki materi dan objek bahasan

yang sama dengan disertasi ini, namun ada dua penelitian yang

berbeda dengan lokasi kajian, walaupun demikian metodologi dan

objek serta pendekatan yang digunakan memiliki persamaan, dalam

mengkaji tentang adat dan Islam di Sumatera Barat. Penelitian ini

diharapkan menemukan faktor-faktor terjadinya konflik dan

akomodasi serta mendapatkan solusi atas hal itu yang belum

disebutkan oleh penelitian sebelumnya.

F. Metode Penelitian Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode

deskriptif analisis berdasarkan konsep dan teori yang dianggap

relevan,56

sementara deskripsi yang dipaparkan akan dianalisis

dengan perpektif sejumlah fenomena dan pola konflik dan akomodasi

antar-lembaga atau kelompok. Bentuk penelitiannya adalah studi

kasus, mengambil beberapa kasus yang terjadi di tingkat Kabupaten

dan beberapa kasus di tingkat nagari (desa).

2. Pendekatan Penelitian

Permasalahan dalam penelitian ini cukup kompleks yang

membutuhkan pendekatan interdisipliner. Maka dari itu dalam

penelitian ini digunakan beberapa pendekatan; historis, sosiologis.

55Aulia Rahmat, Rekonstruksi Adat Minangkabau Dalam Pemerintahan

Nagari Era Otonomi Daerah, (Jakarta: Ngundi Ilmu, 2013).

56Dudung Abdurrahman. Metode Penelitian Sejarah (Ciputat: PT. Logos

Wacana Ilmu,1999), 3.

Page 35: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Pendahuluan 23

Mengingat kajian konflik dan akomodasi antara Adat dan agama

dengan pemerintah melibatkan tiga lembaga besar yang menjadi

pelaku yang berperan dalam menerapkan falsafah ABS-SBK. Dalam

interaksi mencapai tujuan masing-masing kerap terjadi konflik

persepsi dan kerap juga terjadi akomodasi.

Pendekatan historis digunakan untuk memahami kronologis

karakteristik periode pemerintahan dan latar belakang konflik yang

berkelanjutan di Sumatera Barat. Pendekatan sosiologi digunakan

untuk melihat perilaku masing-masing kelompok masyarakat dalam

berinteraksi sosial dan keagamaan. Sosiologi merupakan sebagai ilmu

khusus untuk mempelajari agregat sosial dan kelompok-kelompok

dalam organisasi institusional, serta faktor dan konsekuensi

perubahan dalam institusi dan organisasi sosial. Makanya perlu

menggunakan pendekatan sosiologi.57

Pendekatan sosiologi

merupakan pendekatan yang perhatiannya pada interaksi adat, agama

dengan masyarakat, perspektif konsennya adalah pada struktur sosial,

konstruksi pengalaman manusia dan kebudayaan agama. Pendekatan

antropologi digunakan untuk mengetahui latar belakang kondisi

mayarakat dalam konflik dan akomodasi sudah berlangsung sejak

lama dan peneliti ingin mengetahui kondisi yang masih berlangsung

di masyarakat sampai sekarang. Pendekatan antropologi untuk

memperhatikan praktek-praktek keagamaan masyarakat, akar konflik

antar kelompok, suku, politik dan magic.58

3. Sumber Data

Pengumpulan data dilakukan dengan melihat langsung fakta-

fakta sosial masyarakat yaitu aktifitas sosial keagamaan dan ritual

adat yang dilakukan oleh masyarakat baik secara personal maupun

kelompok. Dokumen pemerintah daerah kabupaten Tanah Datar dan

Provinsi Sumatera Barat yang dijadikan sebagai data primer

menyangkut topik penelitian ini di antaranya: peraturan-peraturan

daerah, kesepakatan-kesepakatan adat dan agama, wawancara, serta

57Dalam Zainuddin Maliki. Sosiologi politik: makna kekuasaan dan

transformasi politik. Gadjah Mada University Press, 2010.

58Peter Connoly, Aneka Pendekatan Studi Agama,terj.(Yogyakarta: Lkis,

2002), 271-172

Page 36: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

24 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

dokumen pemerintah, dokumen adat petatah petitih baik tertulis

maupun tidak tertulis (lisan) dari informan tokoh adat, agama dan

mantan pejabat pemda. Sementara data sekunder dan pendukung

diperoleh dari majalah, koran lokal dan nasional, kata-kata bijak

kaum adat dan agama, serta catatan harian yang sejaman, buku-buku

di perpustakaan jurnal-jurnal ilmiah, artikel dan hasil obsevasi

lapangan. Semua sumber data diperoleh dari wawancara mendalam

kepada tokoh masyarakat, pemuka adat, pemuka agama dan hasil

bacaan, diskusi dan kajian di perpustakaan. Peneliti melihat ritual-

ritual di masyarakat dalam akomodasi antara adat, agama dan

pemerintah, peneliti melihat beberapa aktifitas kegiatan seremonial

masyarakat secara langsung. Misalnya Kehidupan tradisional

seremonial adat, kegiatan agama dan kegiatan yang dilaksanakan

oleh pemerintah daerah Tanah Datar. Kegiatan adat contohnya

seremonial prosesi pernikahan, empat puluh hari bayi lahir,

peringatan hari-hari besar Islam, batagak gala (peresmian gelar

pusaka adat) dan upacar-upacara adat lainnya.59

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

a) Metode Observasi (pengamatan langsung)

Oobservasi langsung dilakukan untuk mengetahui dan

mengungkap data yang berkaiatan dengan situasi, kondisi

serta yang berkaitan dengan pihak-pihak terkait, waktu

terjadinya, dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah

interaksi ritual adat dan agama, interaksi internal kelompak

adat, interaksi kelompok adat, agama dan Pemerintah Daerah.

Peneliti mengamati kejadian yang berlangsung dan dapat

dianalisa pada waktu kejadian itu terjadi.60

Teknik ini

merupakan suatu strategi untuk memadukan analisis dokumen,

wawancara dengan informan, observasi langsung serta koreksi

kebenaran data.

59Peter Connoly. Aneka Pendekatan Studi Agama,terj.(Yogyakarta: Lkis,

2002), 269.

60Lexy J Moleong."Metodologi penelitian." (Cet: XII: Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999), 32.

Page 37: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Pendahuluan 25

Observasi dilakukan pada bulan Desember 2015, selama enam

kali. Obeservasi dilakukan berupa pengamatan pada ritual-

ritual keagamaan dan kegiatan seremonial adat yang dilakukan

oleh masyarakat, seperti acara pernikahan, kematian, turun

mandi, pengukuhan gelar datuk di nagari, Festval budaya

(Festival Pagaruyung) yg dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah

setiap tahun yang dihadiri para datuk, pemuka agama, alim

ulama, perantau, bundo kanduang, pejabat pemerintah dan lain

sebagainya. Untuk data konflik dan akomodasi ditingkat nagari

dilakukan observasi fokus pada tiga nagari yaitu,(1) nagari

Pariangan (kecamatan pariangan) yang merupakan nagari

tertua di Sumatera Barat, (2) nagari Batu Bulek (kecamatan

Lintau Buo Utara) yang merupakan nagari berprestasi dalam

mengelola administrasi di Sumatera Barat dan (3) nagari

Limakaum (kecamatan Limakaum) yang merupakan nagari

yang terletak di pusat kota Batusangkar. Dalam obervasi ini,

peneliti mendokumentasikan hasil pengamatan di lapangan,

dalam bentuk catatan dan gambar-gambar digital.

b) Wawancara mendalam (in depth interview)

Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai masa

terdekat sesuai batasan masalah. Dalam wawancara tersebut

biasa dilakukan secara individu maupun dalam bentuk

kelompok, sehingga didapat data informasi yang otentik.24

wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan

pernyataan sampai ke hal-hal yang spesifik dan detail, untuk

mengetahui hal-hal lain yang masih tersembunyi dalam kasus

yang diangkat dalam penelitian ini. Sebelum wawancara

dilakukan, terlebih dahulu dibuat kerangka dan garis-garis

besar atau pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses

wawancara, yang dijadikan sebagai pedoman dengan mengikuti

petunjuk umum.61

Proses pengambilan data lapangan dan

wawancara dilakukan sesuai dengan kebutuhan topik

permasalahan disertasi. Di antara sumber subjek penelitian

61 Lexy J. Moleong. Metodologi penelitian.

Page 38: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

26 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

dalam wawancara, terdiri dari: Pertama, kelompok adat; ketua

LKAAM Tanah Datar , anggota KAN (Kerapatan Adat

Nagari), pengurus MTKAAM (Majelis Tinggi Kerapatan Adat

Alam Minangkabau), Penghulu/Datuk kepala suku dari ke dua

belah pihak yang berkonflik, Bundo kandung, Cerdik pandai.

Kedua, tokoh agama; ketua MUI (Majelis UlamaIndonesia)

Kabupaten Tanah Datar, Alim Ulama di nagari. Wawancara

masyarakat yang terlibat kegiatan keagamaan baik di Masjid

maupun di surau.

Ketiga, pihak pemerintah; wali nagari, mantan wali nagari,

perangkat nagari, mantan pegawai Pemda, mantan bupati,

anggota DPRD, dan mantan Anggpta DPRD Kabupaten

Tanah Datar dan Kepala bidang pelestarian adat Dinas

Pariwisata. Wawancara dilakukan dengan menggunakan

recorder dan gadget sehingga data yang direkam dapat

tersimpan dan terarsip, agar memudahkan penulis dalam

mengelolanya kembali, ada yang langsung dicatat jika

informan tidak mau direkam, adapun materi wawancara

disesuaikan dengan topik dari sub-sub bab penelitian. Untuk

membuktikan kebenaran data yang disampaikan oleh

informan, maka peneliti melakukan cross chek dengan

mengajukan pertanyaan yang kepada informan dari kelompok

yang berbeda atau peneliti mewawancarai tokoh masyarakat

yang tidak berada dalam lembaga tersebut. Dari teknik

wawancara seperti disebutkan sebelumnya akan terlihat

konflik persepsi antara kelompok-kelompok yang telah

disebutkan di atas. Peneliti juga mewawancara perantau

Kabupaten Tanah Datar yang tergabung dalam IKTD (Ikatan

Keluarga Tanah Datar). Di antaranya IKTD DKI Jakarta,

IKTD Riau, IKTD Bengkulu, IKTD Medan. Perantau-

perantau pihak yang dianggap mampu memberikan penilaian

terhadap situasi sosial yang terjadi di Kampung halamannya.

c) Studi dokumen

Peneliti melakukan penelusuran buku-buku, Junal, artikel di

perpustakaan, baik perpustakaan UIN Jakarta maupun

Page 39: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Pendahuluan 27

perpustakaan daerah Kabupaten Tanah Datar. Untuk

dokumen tentang peraturan daerah, himbaun-himbauan

Bupati, peneliti melakukan penelusuran ke Kantor Arsip

Pemda Tanah Datar dan dinas-dinas terkait serta dokumen

pribadi. Melalui studi dokumentasi, data yang diperoleh di

lapangan, akan dikaji secara mendalam dengan melihat

beberapa referensi dan bahan di perpustakaan , manual dan

online, yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian

ini.62

4. Analisis Data

Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan metode

analisis komparatif konstan (grounded theory research). Analisis ini

dilakukan terhadap pola dan kasus konflik dan akomodasi antara

adat dan agama dengan pemerintah. Indikator yang dijadikan

sebagai bahan perbandingan adalah terkait dengan bidang

kepemimpinan, kebijakan daerah, kelembagaan dan kehidupan

tradisional.63

Selain itu pembahasan dalam penelitian ini lebih memberikan

konstruksi daripada historical event (menceritakan rentetan sejarah

dan peristiwa saja), akan tetapi historis sebelumnya dengan melihat

kesinambungan dan perubahan sosial budaya melalui analisa

komparatif dan analisa sosiologis, dan dilakukan secara

interpretatif”.64

Kesimpulannya dalam teknis analisis data peneliti

menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknis analisis deskriptif

digunakan untuk menuturkan, menafsirkan, serta menguraikan data

yang bersifat kuantitatif yang diperoleh dari hasil wawancara/

interview, observasi dan dokumenter.

62Burhan Bungi, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis

dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2003), 53

63 Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam Dalam Teori dan Praktek,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011).

64Azyumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer: wacana, Aktualitas dan Aktor Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002).

Page 40: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

28 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Teknis analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan

sejak awal pengumpulan data dan tidak harus menunggu sampai

data terkumpul semuanya. Biasanya setiap selesai observasi dan

wawancara, hasil transkripnya langsung dianalisis dan dibuat

refleksi dan klasifikasi data dari berbagai informan tentang suatu

pertanyaan. Prosedur analisis data sebagai berikut; reduksi data,

penyajian data, penarikan kesimpulan serta verifikasi data.

5. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanah Datar

Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Tanah Datar sangat layak

dijadikan lokasi penelitian ini mengingat pada zaman kerajaan

pernah menjadi pusat kerajaan Minangkabau. Tanah Datar di

dalam historiografi tradisional Minangkabau meliputi dua

kawasan utama yaitu luhak dan rantau. Penelitian ini

berlangsung selama 1 tahun mulai dari bulan Desember tahun

2016 sampai dengan Maret tahun 2017.

G. Teknik Penulisan

Penulisan disertasi ini mengacu kepada Buku Pedoman

Penulisan Bahada Indonesia, Transliterasi, dan Pembuatan

Notes dalam karya ilmiah yang diterbitkan oleh Sekolah

Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta , tahun 2011-2015. Adapun Transliterasi

bahasa Arab ke Bahasa Indonesia berpedoman kepada Arab-

Latin ALA-LC Romanization Tables.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini terdiri dari beberapa bab,

antara bab satu dengan bab yang lainnya saling berhubungan.

Bab I merupakan bab pendahuluan. Bab ini berisi uraian

tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian

terdahulu yang relevan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Page 41: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Pendahuluan 29

Bab II merupakan landasan teori dan perdebatan akademik.

Bab ini menguraikan teori dan perdebatan akademik tentang sejarah

konflik dan akomodasi adat dan agama dengan kebijakan Pemerintah.

Bab III menguraikan geografi dan monografi Kabupaten Tanah

Datar, sosial budaya, ekonomi dan keagamaan masyarakat Luhak

Tanah Datar, masyarakar tradisional dan komunal, sistem

pemerintahan tradisional dan budaya merantau masyarakat Tanah

Datar, serta kebijakan pemerintah dalam penerapan Falsafah Adat

Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.

Bab IV merupakan bagian yang pertama tentang analisis

terhadap temuan di lapangan. Pada bagian ini, diakukan analisis

terhadap kasus konflik dan Akomodasi adat dan agama dengan

kebijakan pemerintah di Tanah Datar dan peran masing-masing

lembaga, penyelesaian sengketa dan konflik dalam bidang

kepemimpinan dan kebijakan daerah.

Sebelum menjelaskan tentang kasus konflik di Tanah Datar

baik itu konflik antar tiga lembaga tingkat kabupaten Tanah Datar,

yakni lembaga adat, Agama dan Pemerintah daerah, konflik internal

dalam suku, terlebih dahulu dijelaskan bagaimana kepemimpinan di

Kabupaten Tanah Datar mulai dari pengertian, fungsi, peran dan

perkembangannya dari beberapa periode pemerintahan. Untuk

melihat konflik Adat, Agama dan Pemerintahan, peneliti mengambil

objek Kabupaten Tanah Datar secara umum dan untuk melihat kasus-

kasus konflik internal suku yang terjadi sampai sekarang, fokus pada

tiga nagari yang berbeda, yaitu Nagari Limakaum Kecamatan

Limakaum yang terletak di Kota Batusangkar, Nagari Batu Bulek

Kecamatan Lintau Buo Utara yaitu berprestasi tingkat Regiaonal dan

Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan (nagari pertama berdiri di

Minangkabau). Bab ini membahas kasus dan pola konflik dibidang

kepemimpinan.

Bab V Merupakan bagian kedua tentang analisis konflik dan

Akomodasi adat dan agama dengan Pemerintah, kasus dalam bidang

kehidupan tradisional. Bab ini akan membahas tentang bentuk-

bentuk akomodasi adat dan agama dalam ritual-ritual, baik dalam

seremonial adat maupun agama. Akomodasi adat dan agama juga

terlihat dalam seremonial pernikahan sampai kematian. Bab ini

Page 42: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

30 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

membahas kasus dan pola konflik dan akomodasi dalam bidang

kehidupan tradisional.

Bab VI merupakan bab penutup. Bagian ini berisikan

kesimpulan dan saran.

Page 43: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

31

BAB II

Masayarakat dalam Perspektif

Teori Konflik dan Akomodasi

A. Masyarakat Dalam Perspektif Teori Konflik

Penganut teori konflik menunjukkan persepsi yang sangat

berbeda dengan kalangan fungsionalis dalam memahami masyarakat.

Jika kalangan fungsionalis melihat saling ketergantungan dan

kesatuan dalam masyarakat, maka kalangan yang menganut teori

konflik justru melihat masyarakat merupakan arena di mana suatu

kelompok dengan kelompok yang lainnya saling bersaing untuk

memperebutkan "power", dan sumber-sumber bahkan melakukan

penekanan bagi saingan-saingan mereka. Jika kalangan fungsionalis

melihat hukum atau undang-undang sebagai sarana untuk

meningkatkan integrasi sosial, maka para penghuni teori konflik

melihat undang-undang itu tidak lain merupakan cara yang digunakan

untuk menegakkan dan memperkukuh suatu ketentuan yang

menguntungkan kelompok tertentu di atas pengorbanan kelompok

lainnya.65

Menurut Alison Wolf dan A.Ruth Wallace, bahwa teori konflik

memiliki dua asumsi utama, di mana satu dengan yang lainnya saling

berhubungan. Asumsi utama teori konflik menegaskan, manusia

memiliki kepentingan-kepentingan yang asasi dan mereka berusaha

untuk merealisasikan kepentingan-kepentingannya itu. Asumsi kedua

menyatakan "power" (kekuasaan) bukan hanya sekedar barang langka

dan terbagi secara tidak merata sehingga merupakan sumber konflik,

melainkan juga sebagai sesuatu yang bersifat memaksa (coercive).

Asumsi kedua ini menempati posisi sentral bagi perspektif teori

konflik.66

65Sutaryo, Dinamika Masyarakat Dalam Perspektif Konflik (Yogyakarta:

FISIPOL-Universitas Gajah Mada, 1992), 31. 66Alison Wolf dan A.Ruth Wallace, Contemporary Socilogical Theory

.The Continuing Classical Tradition,Second Edition (Englewood Cliffs: New Jersey,

Prentice Hall.Inc.1986), 64.

Page 44: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

32 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Teori konflik banyak dikembangkan oleh para ahli. Apabila

dirunut secara historis elemen-elemen dasarnya berakar pada

pemikiran sosiolog besar yaitu Karl Marx dan Max Weber. Beberapa

preposisi teori konflik sebagai berikut; (1) semakin tidak merata

distribusi sumber di dalam suatu sistem, maka akan semakin besar

konflik kepentingan antara segmen dominan dan segmen lemah di

dalam suatu sistem. Dalam preposisi ini Marx memandang bahwa

tingkat ketidakmerataan distribusi sumber, terutama kekuasaan

merupakan determinan konflik kepentingan objektif di antara mereka

yang memilki kekuasaan dan mereka yang tidak memiliki kekuasaan.

Preposisi ini secara langsung mengikuti asumsi Marx bahwa ,"Di

dalam sebuah struktur sosial distribusi kekuasaan yang tidak merata

pasti akan menimbulkan konflik kepentingan antara mereka yang

memiliki kekuasaan dan mereka yang tidak memilki kekuasaan."

Kesadaran akan konflik kepentingan dapat menyebabkan mereka

yang lemah mulai mempertanyakan keabsahan distribusi yang ada

sekarang, (2) Apabila segmen yang lebih rendah (subordinate )

semakin menyadari akan kepentingan kolektif mereka, maka akan

semakin besar kemungkinan mereka itu akan mempertanyakan

keabsahan distribusi sumber yang merata.67

(3)Apabila segmen yang

lemah di dalam suatu sistem sadar akan kepentingan kelompok

mereka, maka semakin besar kemungkinan mereka

mempermasalahkan keabsahan distribusi sumber-sumber, dan

semakin besar pula kemungkinanya mereka mengorganisasi untuk

memulai konflik secara terang-terangan terhadap segmen-segmen

dominan suatu sistem, (4) apabila segmen-segmen subordinat

semakin dipersatukan oleh keyakinan umum dan semakin

berkembang struktur kepemimpinan politik mereka, maka segmen

dominan dan segmen yang dikuasai yang lebih lemah akan semakin

terpolarisasi.

Pokok-pokok pemikiran Marx Weber tentang masyarakat

menyangkut konflik sebagai suatu realitas kehidupan sosial. Weber

menempatkan konflik dalam posisi sentral dalam menganalisis

67H.Jonathan Tuner, The Strukture of Sosiological Theory, Revised

Edition. HomeWood, Illinois, Irwin Dorsey Limited, (Georgetown. Ontari: The

Dorsey Press, 1978).

Page 45: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 33

tentang masyarakat. Pertentangan tidak dapat dilenyapkan dari

kehidupan manusia. Orang dapat mengubah sarananya, objeknya,

arah dasar ataupun pendukungnya, akan tetapi orang tidak dapat

membuang konflik itu sendiri.68

Sementara Marx, melihat konflik

sosial terjadi di antara kelompok atau kelas daripada di antara

individu. Hakekat konflik antar-kelas tergantung pada jumlah

pendapatan mereka. Kepentingan ekonomi mereka bertentangan

karena kaum proletariat memperoleh upah dari kaum kapitalis yang

hidup dari keuntungan dan bukan karena yang pertama melarat yang

terakhir kaya raya. Menurut Marx negara tidak lebih dari penjagaan

kepentingan-kepentingan kelas ekonomi yang berkuasa dengan jalan

kekerasan, pemerintah merupakan pertahanan kekuasaan. Moralitas

dan agama sebuah masyarakat adalah sarana bagi kelas yang berkuasa

untuk mempertahankan kedudukannya dengan mempunyai

ideologinya. Peraturan-peraturan dan cita-cita sebenarnya hanya

kepentingan kelas, institusi-institusi legal sebuah masyarakat hanya

instrumen sebuah negara.

Aristoteles dan Smith dalam Sutaryo, melihat bahwa keadilan

itu sesuatu yang alami terjadi di masyarakat. Sedangkan Marx

melihat bahwa masyarakat berproses dari primitif ke masyarakat

perbudakan, feodalisme, kapitalisme, dan akhirnya komunisme.69

Sementara teori konflik Weber memandang bahwa konflik

adalah suatu realitas sosial yang menyertai kehidupan sosial manusia.

Maka orang tidak terbuai dalam mimpi yang membayangkan keadaan

masyarakat tanpa ketegangan, tanpa percekcokan, ataupun tanpa

perang. Konflik itu eksis dan hidup bersama kehidupan sosial

masyarakat. Dalam perjalanan sejarah suatu waktu muncul

kekompakan sosial dalam masyarakat, setelah itu muncul konflik

perpecahan yang berkeping-keping, kemudian muncul lagi perubahan

dalam suatu institusi sosial. Jadi di dalam masyarakat, memang ada

saat di mana konflik muncul dan ada saatnya terjadi integrasi yang

sangat baik. Sepanjang manusia bebas memberikan arti dan

interpretasi terhadap kenyataan yang ada di luarnya dan sepanjang

68Sutaryo, Dinamika Masyarakat Dalam Perspektif Konflik,.. 69 Wirawan. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma Fakta Sosial,

Definisi Sosial & Perilaku Sosial (Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama, 2013), 66.

Page 46: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

34 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

tatanan-tatanan yang ada dalam masyarakat akan menuntut

penyesuaian diri individu, maka konflik akan selalu mungkin

terjadi.70

Konflik juga terjadi dalam hal gagasan dan cita-cita. Weber

berpendapat bahwa orang juga sering tertantang untuk memperoleh

dominasi dalam pandangan dunia mereka, baik itu berupa doktrin

keagamaan, filsafat sosial, ataupun konsepsi tentang bentuk gaya

hidup kultural yang terbaik. Persamaan pandangan Marx dan Weber

adalah sama-sama menolak gagasan bahwa masyarakat cendrung

kepada beberapa konsensus dasar atau harmoni, di mana struktur

masyarakat bekerja untuk kebaikan setiap orang. Perbedaan

pandangan mereka adalah dalam memandang konflik yaitu teori

konflik Marxian adalah materialis dan lebih menekankan sifat

multidimensional dari konflik dan dominasi, konflik pada dasarnya

muncul dalam upaya memperoleh akses terhadap kekuatan produksi,

sekali kekuatan itu dikembalikan kepada kontrol seluruh masyarakat,

maka konflik dasar tersebut akan terhapuskan. Adapun pandangan

Weber lebih pesimistis, baginya pertentangan merupakan salah satu

prinsip kehidupan sosial yang sangat kukuh dan tidak dapat

dihilangkan.71

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai

bagaimana citra masyarakat dalam wawasan teori konflik, Sutaryo

menyajikan gambaran tentang perspektif Cohen dalam tabel 1. Model

konflik Cohen menyatakan bahwa kehidupan sosial menghasilkan

konflik yang berstruktur (social life generates structured conflict).

Sangat erat juga hubungannya dengan pendapat Dahrendorf yang

mengatakan bahwa," Konflik selalu terjadi dalam suatu struktur atau

sistem tertentu yang secara umum dapat dilihat pada lapisan atas

dengan lapaisan bawah." Konflik ini terjadi karena kepentingan yang

berbeda.

Dari tabel 2. terlihat bahwa kepentingan merupakan elemen

dasar dalam kehidupan sosial. Apabila kepentingan itu saling

bertabrakan, maka tentu akan terjadi konflik. Kondisi politik berupa

70M.Z. Robert Lawang, Buku Materi Pokok Sistem Sosial Indonesia

(Jakarta: Universitas Terbuka, Depertemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1986). 71 Sutaryo, Dinamika Masyarakat Dalam Perspektif Konflik..

Page 47: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 35

tingkat keabsahan membentuk kelompok dan tindakan kelompok.

Kondisi sosial meliputi tingkat komunikasi antar-anggota dari suatu

kelompok semu. Kelompok-kelompok konflik pasti tidak akan

muncul di antara orang-orang yang terpencil satu sama lain, yang

secara ekologis sangat terpencar-pencar atau yang tidak mampu atau

tidak bersedia karena alasan apa pun untuk membentuk ikatan sosial.

Dahrendorf mengingatkan kondisi tersebut tidak menjamin suatu

kelompok konflik akan terbentuk. Dari Tabel di 2. juga menunjukkan,

bahwa jika dalam model konsensus komitmen merupakan konsensus

dari kehidupan sosial, maka menurut model konflik paksaan

merupakan konsekuensi kehidupan sosial.72

Kesimpulannya konflik

selalu ada di dalam masyarakat antara lapisan atas dan lapisan

bawah.

Tabel 1.

Model Konsensus dan Konflik Masyarakat P.S.Cohen

Model Konsensus

(Integrasi/Fungsional)

Model Konflik

(Coercion)

1) Norma dan nilai merupakan

elemen-elemen dasar dalam

kehidupan sosial

Kepentingan merupakan

elemen dasar dalam kehidupan

sosial

2) Konsekuensi kehidupan sosial

adalah komitmen

Konsekuensi kehidupan sosial

adalah paksaan

3) Masyarakat pasti kompak Kehidupan sosial pasti terpecah

belah

4) Kehidupan sosial tergantung

solidaritas

Kehidupan sosial menghasilkan

oposisi

5) Kehidupan sosial didasarkan

pada kerja sama

Kehidupan sosial menghasilkan

konflik yang berstruktur

6) Sistem sosial tergantung

konsensus

Kehidupan sosial menghasilkan

kepentingan yang sudah

dikotak-kotakkan

7) Masyarakat mengakui adanya

otoritas yang absah

Diferensiasi sosial

menghasilkan kekuasaan

8) Sistem sosial bersifat integratif Sistem sosial merusakkan

integrasi dan dapat kontradiksi

9) Sistem sosial cendrung bertahan. Sistem sosial cendrung berubah.

72 P.Doyle Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Edisi Indonesia,

Terjemahan Robert MZ.Lawang (Jakarta: PT.Gramedia,1986), 186.

Page 48: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

36 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Teori konflik perspektif Rendhal Collins mengatakan bahwa

perselisihan jarang terjadi, apalagi perusakkan fisik. Kondisi yang

terjadi hanya monuver untuk memisahkan hubungan organisasi. Teori

konflik sama sekali tidak meninggalkan teori solidaritas, sosial, cita-

cita sosial, sentimen sosial, dan perasaan. Kekuasaan, otoritas atau

pengaruh merupakan sifat dari suatu proses interaksional, bukan

merupakan sifat dari kepribadian individu. Poin terpenting teori

Collins adalah teori konflik tidak menganalisis cita-cita dan moral

sebagai kesucian selama memberikan hasil dari analisis soosiolog.

Marx melihat kondisi ini, dimana ide-ide dan cita-cita dinyatakan

bagaimana dan kapan mereka menciptakan solidaritas, kapan mereka

bermaksud mendominasi dengan memberikannya atuaran-aturan atau

undang-undang dan kapan semua proses ini disusun.73

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa konflik sebagaimana

konsensus merupakan realitas sosial yang terdapat di dalam

masyarakat. Konflik merupakan unsur dasar kehidupan manusia.

Konflik merupakan perselisihan mengenai nilai-nilai yang berkenaan

dengan status, kekuasaan dan sumber-sumber kekayaan yang

persediaannya terbatas. Teori konflik merupakan alternatif utama

dari fungsionalisme untuk menganalisis struktur sosial. Konflik dapat

bersifat individual, kelompok ataupun kombinasi dari keduanya.

Teori konflik menganggap bahwa kehidupan sosial menghasilkan

konflik terstruktur yaitu konflik kepentingan antara lapisan atas dan

lapisan bawah.

Tabel 2.

Model Konflik Dahrendorf

Model Integrasi Model Konflik

1) Setiap masyarakat secara

relatif bersifat langgeng

Setiap proses Masyarakat kapan

saja tunduk pada proses

perubahan

2) Setiap masyarakat merupakan

struktur elemen yang

terintegrasi dengan baik

Setiap masyarakat kapan saja

memperhatikan perpecahan dan

konflik, konflik sosial ada di

mana-mana

73George Ritzer. Sociology; A Multiple Paradigm Science Revised Edition.

(London. Boston. Sydnney, Toronto: 1975), 14.

Page 49: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 37

3) Setiap elemen di dalam suatu

masyarakat memiliki satu

fungsi, yaitu menyumbang

pada bertahannya sistem itu

Setiap elemen dalam masyarakat

menyumbang pada disintegrasi

dan perubahan

4) Setiap struktur sosial yang

berfungsi didasarkan pada

konsensus nilai di antara para

anggotanya.

Setiap masyarakat didasarkan

pada paksaan atau beberapa

anggotanya oleh orang lain.

Konflik juga terjadi dalam konteks penyebaran Islam di

Minangkabau. Penyebaran Islam disempurnakan oleh Gerakan Paderi

pada awal abad ke 19 melalui jalur pedalaman Minangkabau. Bukti

sejarah ini menegaskan bahwa etnik Minangkabau dan Mandailing

telah lama memeluk Islam. Kedua etnik ini dikenal sebagai Muslim

yang taat menjalankan ajaran agama sekaligus komunitas adat yang

konsisten menghidupkan tradisi budaya mereka. Islam dan adat sama-

sama mendukung dalam bentuk ekspresi identitas etnik mereka. Bagi

kedua kelompok etnik ini batas-batas budaya dan agama bersifat

isomatik dengan memakai asosiasi religius untuk mengekspresikan

dan mendukung identitas etnik.74

Sementara itu, di daerah perbatasan

Rao Sumatera Barat, hal ini berkembang beberapa afiliasi atau

identitas organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah, NU, Perti

dan Tarekat Naqsyabandiyah. Secara teologis, paham-paham

keagamaan yang dikategorikan sebagai modernis dan tradisionalis,

dalam beberapa kasus memunculkan perbedaan pola tindakan dan

interpretasi, sehingga terjadi konflik dalam interaksi sosial.75

Dalam interaksi antara kelompok adat dan agama telah terjadi

kontak sosial sejak lama di Sumatera Barat yang mana kelompok

adat gigih memegang adat dan budayanya. Kontak ini terjadi dalam

bentuk dialogis dan anti dialogis (tidak mau kompromi), sehingga

menimbulkan dua varian bentuk interaksi, yaitu antara konflik dan

integrasi. Bahkan dalam interaksi selama puluhan tahun telah

74Rakhmat Subagya, and Y. W. M. Bakker. Agama Asli Indonesia. (Jakarta:

Sinar Harapan, 1981). 75Tom Jacobs. Paham Allah, Dalam Filsafat, Agama-Agama, dan Teologi.

Kanisius, 2002. (Accessed, 19 Desember 2017).

Page 50: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

38 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

memunculkan konstruksi baru identitas Islam di daerah masyarakat

komunal.76

Paham keagamaan dalam beberapa kasus memunculkan

perbedaan pola tindakan dan interpretasi sehingga terjadi konflik dan

integrasi dalam interaksi sosial mereka. Tipologi modernis dan

tradisionalis juga digunakan para peneliti agar lebih mudah untuk

mengidentifikasi gerakan keagamaan di Indonesia yang ada selama

ini.77

Umumnya para peneliti seperti Greetz, Peacock, Beck, dan

Nakamura, berpendapat bahwa Muhammadiyah cenderung berpaham

modernis yang bersifat puritan, skripturalis, dan menentang

kepercayaan budaya sinkretis yang bercampur baur dengan unsur-

unsur tradisi, sedangkan NU beserta organisasi tradisional lainnya

menurut Greetz, Benda Beaty dan Mark Woordward cenderung

berpaham tradisionalis yang bersifat mistis, hirarkis dan permisif

(kompromi) terhadap unsur budaya lokal.

Agaknya temuan sementara penulis kelompok Muhammadiyah

dan NU kadangkala dalam suatu hal modernis dan dalam hal lain

masih tradisional. Kelompok modernis ini tidak bisa memaksakan

perubahan agama yang dianutnya kepada masyarakat karena adat

istiadat sudah mendarah daging dalam masyarakat. Kelompok

modernis ini biasanya orang-orang yang telah berinteraksi dengan

dunia luar atau sudah merantau yang kembali ke kampung

halamannya.

Konstruksi identitas keagamaan terkait dengan perspektif

konstruktif dalam perubahan identitas, penulis merujuk pada

pemikiran Castell yang dikutip dari James Collins yang

menguraikan konstruksi identitas sebagai formasi identitas, melalui

tiga sudut yang berbeda, yaitu: legitimizing identitity,

resistanceidentity, dan project identity.78 Legitimizing identit

merupakan identitas yang dipaksakan oleh suatu lembaga dominan,

76Syafwan Rozi. Konstruksi Identitas Islam Perbatasan sebuah Sintesis

terhadap Identitas Tradisional dan Identitas Modrnis dalam Paham Keagamaan di Daerah Rao Sumatera Barat. (2012), 43-60.

77Abdul Aziz, and Imam Tholkhah. Gerakan Islam Kontemporer di Indonesia.

Pustaka Firdaus, 1989. (Accessed, 20 Desember 2017). 78James Collins, and Richard Blot. Literacy and literacies: Texts, power, and

identity. Vol. 22. Cambridge University Press, 2003. (Accessed, 21 Desember 2017).

Page 51: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 39

misalnya, negara yang memaksa rakyatnya mengikuti pola

kemasyarakatan yang sesuai dengan kehendak partai berkuasa atau

rezim penguasa.79

Wujud paksaan tersebut berupa aturan-aturan

keputusan pemerintah, seperti halnya rezim Orde Baru dengan

sentralisasinya, semua tergantung “maunya Jakarta (pusat)”.

Resistance identity, adalah salah satu identitas tandingan yang

muncul menentang penyeragaman identitas oleh lembaga dominan.

Project identity, yaitu identitas baru yang diciptakan dari perubahan

sosial yang terjadi, masa ini dimulai dari runtuhnya Orde Baru dan

munculnya Orde Reformasi dengan desentralisasinya yang banyak

melahirkan otonomi daerah dan perda-perdanya (peraturan

daerahnya), edaran serta instruksi-istruksi gubernur, bupati dan

walikota.80

Sejarah masuknya Islam ke Minangkabau dapat pula merujuk

pada pendapat Christine Dobbin yang menjelaskan bahwa sejak abad

7 M sampai abad ke 17, Islam sudah berinteraksi dengan masyarakat

Minangkabau. Dimulai dengan tersebarnya Islam di perbatasan Rao.

Pedagang Rao sudah melakukan kontak dagang dengan saudagar

Arab dan India yang bermukim di pantai timur.81

Hal ini juga

dibuktikan dengan perjalanan Marco Polo pada akhir abad ke 13 M

dan perjalanan Ibn Batutah pada pertengahan abad ke 14 M yang

memberitakan bahwa telah hadir agama Islam secara intensif di

berbagai pelabuhan Sumatera di bagian timur.

Daerah perbatasan Rao merupakan daerah rantau hilir di daerah

pinggiran Minangkabau sebagai kawasan pintu gerbangnya Islam di

Sumatera Barat. Islam sudah lama berakulturasi dengan budaya lokal

tidak hanya budaya Minangkabau tetapi juga budaya lain seperti;

Mandailing, Melayu dan Jawa. Agama Islam yang datang ke

Minangkabau khususnya Rao berhadapan dengan sosial budaya

79Yance Zadrak Rumahuru, and Irwan Abdullah. Islam Syariah dan Islam

Adat (Konstruksi Identitas Keagamaan dan Perubahan Sosial di Kalangan Komunitas Muslim Hatuhaha di Negeri Pelauw). Diss. Universitas Gadjah Mada,

2012. (Accessed, 21 Desember 2017). 80Helene Cherrier, "Anti-consumption discourses and consumer-resistant

identities." Journal of Business Research 62.2 (2009), 181-190. 81Christine Dobbin,. Islamic revivalism in a changing peasant economy:

Central Sumatra, 1784-1847. Routledge, 2016. (Accessed, 27 Desember 2017).

Page 52: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

40 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

masyarakat perbatasan yang khas. Identitas keagamaan masyarakat

Islam di perbatasan ditemukan dalam keunikan dinamika dan perilaku

keagamaan.

Kerajaan Pasai telah berdiri pada tahun 1270 M yang

merupakan sebagai kerajaan pertama di Aceh yang menguasai

rempah-rempah sampai ke pedalaman Sumatera di daerah Kampar di

bagian timur Minangkabau. Selanjutnya Portugis menguasai Selat

Malaka sehingga Kerajaan Aceh mengalihkan perdagangan ke pantai

barat seperti; Meulaboh, Barus, Natal, Pariaman dan Indrapura.

Sementara Putra Raja Syamsul Syah yang kedua Laksamana Tuanku

Burhanuddin Syah selaku Syahbandar Pariaman menjalankan

ekspansi perdagangan rempah-rempah Minangkabau melalui

pelabuhan Pariaman.82

Di samping itu, Syahbandar juga mempunyai

misi untuk menyebarkan Islam dengan mendirikan pusat pengajaran

Islam di Ulakan Pariaman yang lebih dikenal dengan pusat Tarekat

Syatariah,

Paham keagamaan di perbatasan Rao mulanya berkembang

aliran Syiah dan kemudian disusul oleh Tarekat Samaniyah.83

Menurut keterangan Syamsir tokoh masyarakat Rao:“Kuat dugaan

Islam yang pertama masuk ke Rao adalah Islam bermazhab Syiah dari

pantai timur yang dibuktikan ditemukan cawan dibawahnya ada

nama Muhammad, Ali dan Fatimah. Islam yang masuk ke Rao adalah

Islam Syiah yang percaya pada mistik-mistik, Islam Syiah identik

dengan kepercayaan Hindu Budha pada waktu itu.84

Kemudian pada Abad 16 M masuk Tarekat Samaniyah. Islam

Samaniyah awalnya sudah ada di Aceh. Abdul Saman, tokoh tarekat

yang berperan dalam memurnikan Islam di Aceh.”Keterangan ini

didukung oleh A.A Navis bahwa jauh sebelum Kerajaan Samudera

Pasai yang didirikan oleh Dinasti Mamalik tahun 1270 M yang

bermazhab Sunni/Syafiiyah, telah berdiri kesyahbandaran Daya

82Duski Samad. Syekh Burhanuddin dan Islamisasi Minangkabau.

Minangkabau Foundation atas bantuan Yayasan Pengembangan Ekonomi dan

Kesejahteraan MasyarakatJakarta, 2003. (Accessed, 27 Desember 2017). 83Oman Fathurahman,. Tarekat Syattariyah di Minangkabau: teks dan

konteks. Prenada Media Group, 2008. (Accessed, 27 Desember 2017). 84Syafwan Rozi,. "Konstruksi Identitas,

Page 53: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 41

(1128-1204 M) dan kesultanan Pasai (1204-1285 M).85

Kekuasaan

Islam mazhab Syiah ini telah berkuasa selama 157 tahun di Sumatera

yang menguasai perdagangan di Selat Malaka. Hanya saja, tidak

banyak sumber sejarah yang menjelaskan tentang keberadaan Syiah

dan Tarekat Samaniyah sebagai gerakan keagamaan yang mula-mula

masuk ke perbatasan utara Minangkabau, namun dapat dipahami

bahwa di perbatasan utara Minangkabau, Tarekat Samaniyah ini

sudah lebih awal masuk melalui jalur perdagangan sungai ke Selat

Malaka.86

Eksistensi Tarekat Samaniyah ini dilatarbelakangi oleh

pertentangan dalam upaya pemurnian terhadap Islam Syiah yang

masuk melalui Aceh. Selanjutnya, Islam Rao memasuki fase penting

dalam gerakan Paderi pada abad ke 18 M. Gerakan ini mempunyai

misi guna memurnikan ajaran Islam dari khurafat dan tahayul yang

mempunyai sejarah penting bagi masyarakat Rao. Menurut Graves

misi gerakan Paderi berhasil di daerah perbatasan utara Minangkabau

ini. Setelah Minangkabau daratan dikuasai Belanda, kemudian

akhirnya gerakan Paderi berpusat di Bonjol dengan kepemimpinan

Tuanku Imam Bonjol dan di Rao dengan Tuanku Rao.87

Pasca kekalahan gerakan Paderi, Tarekat Naqsyabandiah terus

berkembang di daerah perbatasan ini. Motivasi mereka menganut

Tarekat Naqsyabandiah adalah sebagai kompensasi atas kegagalan

Paderi oleh kolonial Belanda. Selanjutnya, pada saat di pedalaman

Minangkabau terjadi kontradiksi antara paham keagamaan kaum

muda dengan kaum tua yang direpresentasikan oleh penganut

Tarekat Naqsyabandiah dan kaum tua yang diwakili Tarekat

Syatariah. Sementara di Rao hanya berkembang ajaran Tarekat

Naqsyabandiah karena pada waktu itu hanya dihuni oleh penghulu

85A.A. Navis,. Alam terkembang jadi guru: Adat dan kebudayaan

Minangkabau. Grafiti Pers, 1984. 86Duski Samad,. Syekh Burhanuddin dan Islamisasi Minangkabau.

Minangkabau Foundation atas bantuan Yayasan Pengembangan Ekonomi dan

Kesejahteraan Masyarakat Jakarta,… 87Syafwan Rozi,. "Konstruksi, 1643-1660...

Page 54: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

42 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

dan kaum tua yang sejak awal menganut Naqsyabandiah88

sampai

akhirnya pada tahun 1948 M, ajaran Muhammadiyah masuk ke Rao

yang dibawa oleh ulama-lama yang pulang belajar dari Mekah.

Bahkan dalam sejarah lokal, kedatangan Syafruddin Prawiranegara

pemimpin PDRI ke Sumatera Barat khususnya daerah Rao telah

mempunyai andil besar untuk masuk dan berkembangnya ajaran

Muhammadiyah ke rantau utara Sumatera Barat.89

Sebagai organisasi

pembaruan yang dibawa oleh kaum muda, masuknya Muhammadiyah

ke Rao tentu saja mendapat tantangan dari tokoh-tokoh adat yang

mana pada waktu itu mereka bergabung dengan Tarekat

Naqsyabandiah yang berafiliasi dengan organisasi kaum tua yaitu

Persatuan Tarbiyah Islamiah yang disingkat dengan Perti. Kehadiran

ajaran-ajaran tersebut di atas menimbulkan konflik dan dinamika di

Rao. Pengikut Muhammadiyah sebagai kelompok modernis

sedangkan Naqsyabandiah dan Perti sebagai kelompok tradisionalis.

Hingga kemudian, seiring dengan migrasi etnik Mandailing ke Rao

secara besar-besaran tahun 1960-an, maka masuklah paham Nahdlatul

Ulama (NU) ke daerah Rao. Nahdhatul Ulama yang bercorak

tradisional ini kemudian ikut meramaikan dinamika keagamaan di

Sumatera Barat.

Kondisi masyarakat semakin menjadi tegang dengan

munculnya konflik-konflik yang berlatar belakang dar berbagai

etnik, agama dan adat. Ketegangan-ketegangan sosial yang terjadi

menyebabkan perseteruan dan konflik pada masyarakat tingkat

tertentu, terjadinya benturan budaya antar kelompok tidak bias

dielakkan. Pada kondisi seperti ini, terkadang menimbulkan

prasangka-prasangka yang memicu perpecahan. Persoalan semakin

kompleks kala migrasi etnik Mandailing semakin gencar masuk ke

daerah perbatasan karena mereka membutuhkan lahan tempat tinggal

dan lahan mata pencarian.90

Perebutan lahan menimbulkan konflik

88Ahmad Fauzi Ilyas,. "Syekh Ahmad Khatib Minangkabau Dan Polemik

Tarekat Naqsyabandiyah Di Nusantara." Journal of Contemporary Islam and Muslim Societies 1.1 (2017). (Accessedi,28 Desember 2017).

89Syafwan Rozi. "Konstruksi Identitas, 643. 90Yudhi Andoni. "Mengonstruksi Ruang Identitas: Fenomena Hubungan

Adat, Islam dan Negara di Sumatera Barat 1999-2009." Laporan Penelitian. Padang:

Page 55: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 43

baru yang bukan saja bermain pada persoalan agama, adat dan tradisi,

namun lebih dari itu merembet pada perebutan lahan tempat tinggal

dan lahan mata pencaharian antar kelompok. Konflik yang

dilatarbelakangi oleh penguasaan tanah dan lahan mewarnai interaksi

sosial antar etnik di daerah ini. Sebagai solusi, sistem sosial

masyarakat perbatasan, berperan dan berfungsinya agama Islam yang

berupaya mendamaikan perbedaan dan benturan-benturan budaya.

Dapat dicapai dengan kesadaran bahwa mereka mempunyai sistem

agama yang sama. Persentuhan budaya dapat ditemukan dalam

masalah kekerabatan dan kewarisan dalam interaksi antar etnik

mereka.

Prinsip-prinsip Islam tampil untuk menjembatani kontroversial

sistem kekerabatan antara adat matrilineal dan adat patrilineal.

Dalam hal ini masyarakat melakukan konfirmitas secara genuine.

Mereka tetap menganut matrilineal, di samping itu, juga

mengakomodasi sistem adat patrilineal seperti kehadiran seorang

ayah dalam sistem keluarga matrilineal. Pembagian kewarisan Islam

merupakan akomodasi Islam terhadap perbedaan sistem pembagian

waris di antara etnik Minang kepada pihak perempuan dan etnik

Mandailing kepada laki-laki. Sistem kewarisan Islam yang membagi

harta sesuai ketentuan secara proporsional menjadikan sistem Islam

ini sebagai perekat perbedaan budaya.

Selanjutnya berkaitan dengan dimensi keagamaan masyarakat

Islam, antara modernis dan tradisionalis dipakai secara bersamaan

ketika menjelaskan dimensi-dimensi keberagamaan dalam dinamika

dan perilaku sosial masyarakat Islam di perbatasan. Relasi sosial

umat Islam penganut paham keagamaan tertentu di daerah ini secara

tidak langsung akan memunculkan dinamika sosial yang unik dan

merupakan identitas keagamaan Islam yang khas.

Selain teori sosiologi konflik dalam penelitian ini juga

memakai teori antropologi politik karena kajian ini berkenaan dengan

organisasi atau lembaga, antropolog A.R. Radelliffe Brown dikutip

dalam Koentjaraningrat(2015) mengatakan bahwa" Organisasi politik

adalah organisasi yang melaksanakan aktivitas social yang

Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Andalas (2009). (Accessed, 27

Desember 2017).

Page 56: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

44 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

menyangkut penjagaan keteraturan dan stabilitas masyarakat dalam

suatu wilayah tertentudengan menggunakan kekuasaan, jika perlu

kekerasan. Topik-topik yang termasuk dalam antropologi politik

meliputi masalah-masalah hokum adat, organisasi kenegaraan,

organisasi perang, organisasi kepemimpinan, pemerintahan dan

kekuasaan.91

B. Masyarakat Dalam Perspektif Teori Akomodasi

Istilah akomodasi dalam pengertian sosiologi adalah kenyataan

adanya suatu keseimbangan dan usaha untuk meredakan suatu

pertikaian. Teori Akomodasi merupakan salah satu teori tentang

perilaku komunikasi yang sangat berpengaruh. Howard Giles dan

para koleganya menjelaskan teori akomodasi bagaimana kita dan

kenapa kita harus menyesuaikan perilaku komunikasi terhadap

tindakan orang lain. Para pelaku komunikasi seringkali meniru

perilaku, Giles menyebutnya dengan pemusatan (convergensi) atau

penyamaan, sedangkan kebalikannya pelebaran (divergensi) atau

pemisahan terjadi ketika pembicara mulai melebih-lebihkan

perbedaan. Penyesuaian dalam kedua bentuk ini telah dilihatnya

dalam hampir semua perilaku komunikasi, termasuk aksen,

kecepatan, kerasnya suara, kosa kata, tata bahasa, suara, gerak tubuh

dan fitur-fitur lainnya.

Para peneliti penyesuaian menemukan bahwa penyesuaian

penting dalam komunikasi karena hal ini dapat memberikan jati diri

sosial dan mengikat. Pemusatan perhatian sering kali terjadi dalam

situasi-situasi di mana seseorang mencari persetujuan dari orang lain.

Begitu pula halnya dalam kelompok-kelompok yang sudah sama

dalam cara-cara tertentu karena kelompok-kelompok tersebut terdiri

dari individu-individu yang sama yang dapat menyelaraskan tndakan

mereka. 92

91 Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi II ( Jakarta: UI Press), 196-

197. 92Stephen E. Littlejohn dan Karen A.Foss, Teori Komunikasi judul asli;

Theories oh Human Communication, Penterjemah,Mohammad Yusuf Hamdan,

(Jakarta: Salemba Humanika, 2018), 222-223.

Page 57: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 45

Sedangkan Durkheim menyebutkan masyarakat yang stabil

adalah masyarakat yang warganya saling bergantung dan anggota

masyarakat perlu diajari untuk berfikir dan berprilaku menurut cara-

cara yang menjamin saling ketergantungan, baik untuk kebaikannya

sendiri maupun bagi kebaikan masyarakat atau kelompok. Inti teori

Durkheim adalah menyelesaikan persoalan. Pencapaian kehidupan

sosial manusia dan eksistensi keteraturan sosial dalam masyarakat

disebut Durkheim dengan "solidaritas sosial". Manusia secara

kolektif mempelajari aturan-aturan prilaku. Mereka memiliki aturan-

aturan kolektif yang mengatur bagaimana berprilaku yang dipenuhi

tanpa kesukaran yang berarti. Ada tiga kesimpulan pendapat

Dhurkheim: Pertama, sosiologi adalah ilmu pengetahuan darinya kita

dapat bukti yang kita perlukan untuk memahami tatanan sosial.

Kedua, masyarakat bekerja sebagai sistem sosial yang saling

ketergantungan mengikuti prinsip-prinsip fungsional. Ketiga,

peranan kritis dari agama dalam menghambat anomi dan menjamin

terwujudnya solidaritas sosial dalam masyarakat manusia.93

Identitas adat dan agama dalam masyarakat merupakan dua

hal penting yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Apabila

nilai agama masuk ke dalam sebuah komunitas yang memiliki

budaya, maka akan terjadi tarik menarik antara kepentingan agama

dengan kepentingan budaya yang ada di sebuah komunitas

masyarakat. Akan tetapi di sisi lain, interaksi Islam dan budaya lokal

adalah sebagai upaya untuk melihat hubungan dinamis antara Islam

dengan berbagai nilai dan konsep kehidupan yang dipelihara dan

diwarisi serta dipandang sebagai pedoman hidup masyarakat.

Keunikan dinamika Islam dengan budaya lokal dapat kita ditemukan

di daerah perbatasan Sumatera Barat, yang mana etnis Minang dan

etnik Mandailing beragama Islam serta sedikit dari etnik Jawa tinggal

bersama.94

Syi'ar Islam sudah berpengaruh ke daerah multi etnik, hal

ini berlangsung mulai abad ke 7 M melalui lajur pantai Timur

93 Pip Jones, Pengantar Teori-Teori Sosial (Dari Teori Fungsionalisme

hingga Post Modernisme), judul asli: Introducing Social Theory, (Jakarta; Pustaka

Obor Indonesia, 2010), 46-49. 94Sumarto, "Agama dan Budaya."Ri'ayah: Journal of Social and Religious

2.02 (2017), 20-30.

Page 58: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

46 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

perdagangan emas Rao ke Selat Malaka dan abad ke 16 M melalui

jalur pantai Barat yang dibawa oleh saudagar Aceh dan Gujarat

India.95

Adat dalam ensklopedi Indonesia disebut juga ‘urf, yang

artinya sesuatu yang dikenal yang diulang-ulang serta sudah menjadi

suatu kebiasaan pada masyarakat, baik berupa kata-kata ataupun

berupa berbagai macam bentuk tingkah laku keseharian masyarakat.

Dalam kamus bahasa Indonesia adat berarti kebiasaan, lembaga,

rasam, peraturan dan hukum.96

Begitu pula halnya dengan adat dalam

istilah bagi penduduk Sumatera Barat atau yang lebih dikenal

dengan suku Minang. Bagi orang Minang adat merupakan tatanan

kebiasaan yang berlaku di kalangan masyarakat, baik yang tinggal di

kampung maupun di rantau (luar Sumatera Barat).97

Beberapa antropolog dan sosiolog telah meneliti peran agama

dalam mempertahankan identitas kelompok dan solidaritas sosial

dikutip dalam Andi Markarma, seperti penelitian Ebaugh dan

Chafetz, Gibson, serta Haddad dan Lummis. Mereka menyimpulkan

bahwa agama berperan penting dalam melestarikan tradisi dan

95Syafwan Razi. "Dari Islam Radikal ke Islam Pluralis Geneologi Gerakan

Paderi dan Pengaruhnya terhadap Islam Pluralis di Perbatasan Minangkabau."

Masyarakat Indonesia 41.1 (2016), 15-27. 96Js. Badudu dan Sutan M Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 2001), 7. Lihat Enslopedi Indonesia, h.76,bahwa Adat atau

Urf bagi orang muslim, ada kebiasaan yang sesuai dengan ajaran Islam da nada yang

tidaksesuai bahkan bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh sebab itu inilah tugas dan

tujuan kedatangan agama dan syariat Tuhan untuk menghapus adat yang tidak

sesuai dengan syariat. Adat yang sesuai dengan syariat seperti kebiasaan

memberikan hadiah kepada pengantin dan contoh yang buruknya adalah

menyuguhkan minuman keras kepada para tamu pada pesta kenduri atau pada

acara-acara hiburan lainnya. Adat dapat juga menjadi sumber hukum bagi orang

Islam apabila terdapat padanya tiga syarat: a) tidak berlawanan dengan dalilyang

tegas dari Al-quranatau Hadis; b) telah menjadi kebiasaan yang terus menerus

berlaku dalam masyarakat; c) menjadi kebiasaan mayarakat pada umumnya. Adat

yang melembaga berisi norma atau nilai perbuatan yang harus dilakukan dan

meninggalkannya dapat dihukum oleh masyarakat dengan cemooh, menganggap

sepia tau pengucilan terhadap yang meninggalkannya. Adat yang melembaga yang

berjalan lama sekali dan turun temurun disebut tradisi, adat yang dipakai dalam

merayakan hal-hal resmi disebut Upacara. 97Elizabeth E.Graves, Asal-Usul Eilite Minangkabau Modern,Respon

Terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007),

282.

Page 59: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 47

budaya etnis. Hal ini sesuai dengan kajian Bankston dan Zhou,

Chong, dan Williams. Menurut mereka integrasi antara agama dengan

identitas etnis bertujuan untuk melestarikan tradisi budaya dan batas-

batas etnis. Agama merupakan salah satu aspek identitas dalam

masyarakat. Ada beberapa fungsi identitas agama di antaranya:

Pertama, identitas agama merupakan kebutuhan rohani, keanggotaan

dalam sebuah organisasi keagamaan. Kedua, identitas dan ekspresi

keagamaan berfungsi untuk mengurangi ketegangan dan membantu

individu untuk mengatasi isolasi sosial. Ketiga, identitas agama

digunakan untuk mempertahankan kekhasan pribadi dan sosial.98

Identitas keagamaan akan berkaitan dengan kesalehan seorang

penganut beragama. Glock and Stark yang dikutip Ahmad Syafi'i

Mufid mengidentifikasi lima dimensi inti keberagamaan yaitu:

Pertama, dimensi belief atau kepercayaan pokok di mana seseorang

yang beragama diharapkan atau dituntut untuk percaya. Kepercayaan

ini yang berhubungan bersama perangkat kepercayaan (beliefs) yang

dapat memberikan “premis eksistensial” untuk menggambarkan

tentang Tuhan, alam semesta, manusia dan bagaimana hubungan di

antaranya. Kedua, dimensi practice atau ritual yang mencakup

praktek-praktek ajaran agama termasuk ibadah dan semua hal yang

dilakukan manusia dalam melaksanakan perintah ajaran

agamanya.99

Pada prinsipnya semua ajaran agama berisikan ritual,

do’a dan pujian-pujian, meskipun penekanan yang diberikan berbeda

atas nilai-nilai tersebut. Ketiga, dimensi intelektual atau pengetahuan

agama yang harus diketahui tentang ajaran-ajaran agamanya atau

pengetahuan mengenai dasar-dasar keimanan. Keempat, dimensi

pengalaman keberagamaan yaitu pengalaman yang mencakup

pengetahuan perasaan atau emosi yang timbul dari lingkungannya.

Sedangkan, kelima dimensi konsekuensial adalah bagian keagamaan

98Andi Markarma, "Pola Interaksi Berbasis Agama Pada Masyarakat Rawan

Konflik di Kabupaten Sigi." Jurnal Penelitian Ilmiah (2014). 99Ahmad Syafi'i Mufid. Perkembangan paham keagamaan transnasional di

Indonesia. Kementerian Agama RI, Badan Litbang dan Diklat, Puslitbang Kehidupan

Keagamaan, 2011. (Accessed, 19 Desember 2017).

Page 60: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

48 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

yang meliputi pengaruh sekular terhadap kepercayaan, praktik,

pengalaman dan pengetahuan agama yang dimiliki seseorang.100

Relasi agama dan adat sudah berlangsung lama, semenjak

datangnya Islam di Tanah Arab, oleh Rasul Allah Muhammad Saw.

Datangnya Islam di tengah-tengah komunitas masyarakat adat

kebiasaan orang-orang Arab, yang dikenal dengan Arab Jahiliah,

cukup meresahkan komunitas masyarakat tersebut, penolakan pun

dilakuan terhadap ajaran baru ini. Resistensi kepada agama,

memberikan dampak dan benturan dialogis dan ideologis, yang

berakhir dengan konflik yang panjang antara Islam Rasul Allah

Muhammad beserta pengikutnya.101

Lambat laun pola penerimaan

masyarakat menjadi berubah, yang dulunya menolak, kini muncul

orang-orang yang mendukung ajaran agama ini, diakibatkan pola

dialogis dan dialogis yang dilakukan Rasul Allah Saw dapat

menggugah keyakinan dan kepercayaan yang mereka jalani

sebelumnya, walaupun ajaran ini terkesan baik dan tidak buruk,

namun masih saja terdapat orang-orang yang tidak menyukainya,

yang terdiri dari kelompok-kelompok pembesar, kepala suku dan

tokoh adat pada saat itu.102

Sehingga membentuk komunitas-

komunitas masyarakat kecil, ada yang menolak, mendukung secara

terang-terangan dan mendukung secara sembunyi-sembunyi. Bentuk

masyarakat model ini lebih jauh memunculkan tipologi-tiplogi

penerimaan masyarakat terhadap agama. Sehingga dikenal saat ini

dua tipologi akomodasi kelompok agama dan adat di masyarakat,

antara tradisionalis dan modernis. Tradisionalis merupakan kelompok

paham agama masyarakat yang senantiasa mempertahankan

pemahaman nilai-nilai adat dan budaya lokal dan diselaraskan dengan

ajaran-ajaran agama, sementara modernis, adalah kelompok

100A.A. Navis. Alam terkembang jadi guru: Adat dan kebudayaan

Minangkabau (Jakarta: Grafiti Pers, 1984). 101Sidi Gazalba. Modernisasi dalam persoalan: bagaiman sikap Islam?. Vol. 5.

Bulan Bintang, 1973. (Accessed, 20 Desember 2017). 102Syafwan Rozi. "Konstruksi Identitas Islam, 1643-1660.

Page 61: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 49

masyarakat dengan paham agama yang beriorientasi pembaharuan

dan menolak kebiasaan adat budaya.103

Perkembangan tipologi tradisionalis dan modernis dalam

paham keagamaan merupakan asumsi para peneliti untuk melihat

identitas keagamaan masyarakat.104

Gelner misalnya, menjelaskan ada

dua tipologi formasi sosial Islam yang disebutnya dengan “Islam

tinggi” dan “Islam rakyat”. Islam tinggi mempunyai ciri puritanis-

skripturalis dan mewakili Islamnya para ulama atau para sarjana

Muslim. Sedangkan Islam rakyat adalah Islamnya massa dan rakyat

dan dipengaruhi ulama dan kharismatiknya, tempat-tempat suci dan

keramat.105

Senada dengan pendapat di atas, Azyumardi Azra ketika

mengkaji tentang gerakan politik dan keagamaan masyarakat Islam

mentipologikan berdasarkan kategori modernisme dan

tradisionalisme. Menurut Azra, organisasi Islam pembaharu seperti

Pan Islamisme dan Muhammadiyah lebih dekat pada tipologi

modernis. Sedangkan gerakan pemurnian dalam sejarah gerakan Islam

lebih cenderung tradisionalis, walaupun menurutnya tipologi tersebut

tidak harus dipahami secara kaku karena satu sisi mereka modernis,

tapi di sisi lain mereka bisa saja tradisionalis,106

sementara itu, dalam

ranah kajian sosiologi antropologi, menurut Dadang Kahmad istilah

modernisme dan tradisionalis memerupakan tipe ideal dari dua

tatanan masyarakat yang berbeda.107

Istilah modern ini dipahami

sebagai masyarakat masa kini yang berorientasi ke depan. Mereka

berusaha merubah dan memperbaharui aspek lama dalam kehidupan,

sedangkan tradisional merupakan masyarakat yang hidup pada masa

kini yang berorientasi masa lalu. Mereka berusaha menjaga keaslian

103Abdul Rahman Haji Abdullah. Pemikiran umat Islam di Nusantara: sejarah

dan perkembangannya hingga abad ke-19. Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian

Pendidikan Malaysia, 1990. 104Azyumardi Azra. Surau, pendidikan Islam tradisional dalam transisi dan

modernisasi. Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 2003. 105 John A. Hall, ed. The state of the nation: Ernest Gellner and the theory of

nationalism. Cambridge University Press, 1998. (Accessed, 20 Desember 2017). 106 Azyumardi Azra. Surau, pendidikan Islam tradisional… 107Dadang Kahmad, "Metode Penelitian Agama Perspektif Perbandingan

Agama." (2000). (Accessed, 28 Desember 2017).

Page 62: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

50 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

dan orisinilitas masa lalu sebagai acuan dan pedoman hidup untuk

masa kini dan akan datang.108

Sementara itu agama pun menjadi sebuah sistem simbol yang

memiliki fungsi sebagai mengokohkan kondisi jiwa dan motivasi

yang kuat, namun dipihak lain Greetz mendefinisikan kebudayaan

sebagai sebuah sistem konsepsi yang diwariskan dan simbol yang

dinyatakan dalam sikap mereka terhadap kehidupan. Menurut

Dadang, agama juga merupakan bagian dari kebudayaan, baik dalam

bentuk wujud idea maupun berupa gagasan yang menjadi sebuah

sistem norma dan nilai yang dihasilkan anggota masyarakat dan

mengikat.109

Dalam perspektif sosiolog, antara agama dan kebudayaan telah

terjadi dialektika fundamental seperti dikemukakan Peter L. Berger

yang terdiri dari tiga momentum yaitu: eksternalisasi, objektivikasi

dan internalisasi.110 Ketika agama berhadapan dengan budaya lokal,

agama akan senantiasa dianggap sebagai bagian penting dalam

budaya tersebut. Proses ini dikenal dengan eksternalisasi dikarenakan

agama mengalami sosialisasi yang tidak sempurna secara bersama-

sama dalam realitas baru.111

Kemudian, dalam perkembangannya

dilakukan pemaknaan baru terhadap sistim nilai suatu masyarakat

dengan meminjam simbol-simbol budaya yang telah tersedia.

Hubugan agama dan budaya sebagaimana yang dipaparkan

sebelumnya, terjadi dalam tiga bentuk, yaitu: akomodasi, dominasi

dan kontekstual. Ketiga bentuk akomodasi tersebut juga terjadi pada

kasus masuknya Islam di Tanah Minangkabau dan Sumatera Barat

pada umumnya. Seperti halnya yang terjadi pada keanekaragaman

paham keagamaan dan etnik Minangkabau di perbatasan Rao.

108Abdul Rahman Haji Abdullah,. Pemikiran umat Islam di Nusantara: sejarah

dan perkembangannya hingga abad ke-19. Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian

Pendidikan Malaysia, 1990. (Accessed, 19 Desember 2017). 109Dadang Kahmad, Cherrier, "Metode Penelitian Agama Perspektif

Perpbandingan Agama." (2000). (Accessed, 28 Desember 2017). 110Peter L. Berger, Invitation to sociology: A humanistic perspective. Open

Road Media, 2011. (Accessed, 22 Desember 2017). 111Peter L. Berger, "Reflections on the sociology of religion today." Sociology

of Religion 62.4 (2001), 443-454.

Page 63: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 51

Keanekaragaman budaya masyarakat telah menunjukkan batas-

batas identitas golongan sosial kedua kelompok. Keanekaragaman

telah menimbulkan batas-batas sosial serta perbedaan-perbedaan

yang sering menimbulkan konflik pada tingkat tertentu. Para ahli

sejarah sampai saat ini belum mempunyai kesepakatan mengenai

waktu yang tepat masuknya Islam ke Minangkabau, namun yang

pasti daerah rantau hilir merupakan daerah Minangkabau yang lebih

dahulu berinteraksi dengan agama Islam dari pada daerah pusat

(darek) Minangkabau.112

Para antropolog sepakat bahwa dimensi belief atau

kepercayaan merupakan kebutuhan mendasar manusia beragama

sebagai pedoman pokok dalam bertindak, memuja dan memohon

pertolongan kepada sesuatu. Menurut Bustanuddin Agus,

kepercayaan adanya kekuatan gaib dalam antropologi lebih dikenal

dengan supernatural being yang merupakan inti kepercayaan

agama.113

Kepercayaan di atas dikritik oleh kalangan modernis.

Kepercayaan kepada yang gaib menurut mereka sudah dijelaskan dan

diatur dalam rukun iman yaitu percaya pada Tuhan, malaikat, nabi,

wahyu dan hari berbangkit. Kepercayaan yang menyimpang dari

koridor iman dinilai sebagai tahayul, khurafat dan syirik. Bapak

Siregar, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Pasaman menjelaskan

persoalan ini: “Ajaran Islam dengan tegas memberikan batas mana

yang boleh mana yang dilarang termasuk persoalan kepercayaan pada

unsur gaib. Islam dengan tegas memberikan benang merah antara

pengikut Tuhan dan pengikut syaithan. Apapun bentuk dan dalihnya

mempercayai dan meyakini kekuatan gaib selain Tuhan adalah syirik

dan termasuk dosa besar,” namun, kalangan Islam modernisme dalam

masyarakat tidak menolak unsur sakral secara keseluruhan.114

Namun

unsur sakral yang ditolak adalah sesuatu yang dikhawatirkan akan

merusak keyakinan keagamaan seseorang. Karena menurut mereka

112Taufik Abdullah, "Adat and Islam: An examination of conflict in

Minangkabau." Indonesia 2 (1966), 1-24. 113Zainul Arifin, "Model-Model Relasi Agama dan Sains."Psikoislamika

(2008). (Accessed, 27 Desember 2017). 114Syafwan Rozi. Konstruksi,

Page 64: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

52 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

kesakralan dalam agama adalah unsur penting tetapi harus dalam

rangka mengesakan Tuhan. Menolak secara keseluruhan unsur-unsur

sakral akan mengarah pada desakralisasi yang tidak mengakui aspek

batin dan immateri.

Masih dalam perspektif antropolog, ibadah dan upacara

keagamaan dikenal dengan istilah ritus atau ritual. Dimensi ritual

dalam sebuah agama merupakan sesuatu yang tampak, konkrit dan

bukan abstrak, bahkan sesuatu yang benar-benar melibatkan anggota

badan atau fisik. Kalangan Islam modernis hanya meyakini dan

mempraktekan ritual-ritual dalam bentuk ibadah yang terdapat

dalam anjuran agama dalam nash al-Qur’an dan Sunnah. Secara

prinsip mereka tidak menerima aturan baru atau menambahnya,

seperti praktek Tahayul, Bid’ah dan Churafat (TBC) dalam

peribadatan agama Islam.115

Marjohan, sekretaris Muhammadiyah

Pasaman menjelaskan: “K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah

dalam berbagai pengajian dan syiar dakwahnya selalu menekankan

agar menegakkan agama Islam yang benar. Senantiasa meyakini

bahwa kepercayaan dan keyakinan agama harus bersih dan lurus

seperti yang ditentukan oleh al-Qur’an dan Sunnah”. Namun

fenomena menarik bahwa kalangan modernisme di perbatasan tidak

mengarah pada puritanisme ekstrim. Mereka masih mentolerir

beberapa tradisi lokal selagi tidak mengarah pada mempersekutukan

Tuhan.

Beberapa temuan di lapangan menegaskan bahwa corak puritan

yang dialamatkan pada gerakan Muhammadiyah tidak ditemukan

sepenuhnya di daerah masyarakat Minang, namun jika ada, boleh jadi

jumlahnya hanya sedikit. Bahkan, gejala keagamaan ini membantah

anggapan bahwa fenomena ke-Islaman di daerah ini bercorak

Wahabisme karena pengaruh gerakan Paderi. Seperti yang terjadi di

daerah perbatasan Rao yang merupakan daerah agraris yang sebagian

besar wilayahnya adalah pertanian. Di samping itu, tingkat

pengetahuan keagamaan mereka juga sangat tradisional. Di wilayah

ini masih banyak dijumpai berbagai tradisi masyarakat seperti ritual-

115Nurcholish Majid. Islam agama peradaban: membangun makna dan

relevansi doktrin Islam dalam sejarah. Paramadina, 1995. (Accessed, 28 Desember

2017).

Page 65: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 53

ritual tahlilan, yasinan, zikiran dan shalawatan. Tradisi-tradisi ini

berkaitan dengan siklus hidup manusia sejak dalam kandungan

sampai meninggal.116

Terus bertahannya tradisi slametan, tahlilan dan lainnya

disebabkan oleh kharisma para ulama tradisional masih mengental

dalam masyarakat pedesaan yang dominan menganut paham

tradisional. Sehingga masyarakat masih melakukan taqlid dan

menjadikannya sebagai wasilah. Bahkan tidak jarang seorang ulama

dijadikan sebagai orang keramat dan wali. Kalangan modernis

sebenarnya harus menerima kenyataaan bahwa kalangan tradisionalis

ini sangat dominan di daerah daerah pelosok.

Dimensi intelektual berhubungan kuat dengan belief

(kepercayaan), disebabkan pengetahuan tentang keimanan

merupakan persyarat mutlak untuk mendapatkan pemahaman

keagamaan, namun iman tidak mesti berasal dari pengetahuan. Dalam

perspektif lain Dadang Kahmad mengkategorikan dua jenis

penghayatan keagamaan sebagai sistem pengetahuan ajaran agama

Islam. Pertama, eksetoris (zahiri), yakni penghayatan keagamaan

yang orientasinya pada formalitas fiqhiyah dengan norma-norma dan

aturan agama yang ketat. Kedua, eksoteris (batini), yaitu

penghayatan keagamaan yang orientasinya menitik beratkan pada

inti keagamaan dan misi beragama.117

Dua kategori pemahaman terhadap pengetahuan agama

tersebut juga ditemukan pada masyarakat Islam di Minangkabau.

Bagi kalangan modernis Muhammadiyah lebih cenderung memahami

sumber formalitas nash sebagai sumber pengetahuan keagamaan.

Menurut mereka teks suci adalah harga mati sebagai satu-satunya

sumber kebenaran dan pengetahuan. Kallen berpendapat puritannya

kelompok Muhammadiyah merupakan bentuk kekuatan keyakinan

terhadap kebenaran ideologi yang mereka bawa.118

116 Pengamatan langsung, kegiatan seremonial turun mandi adat Limakaum, 5

Desember 2016 di Batusangkar. 117Dadang Kahmad. "Metode Penelitian Agama Perspektif Perpbandingan

Agama." (2000), 12. (Accessed, 28 Desember 2017). 118Dalam Soegijanto Padmo. "Gerakan pembaharuan Islam Indonesia dari

masa ke masa: Sebuah pengantar." Humaniora 19.2 (2007), 151-160.

Page 66: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

54 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Menurut Kuntowijoyo, ada dimensi rasionalisasi dalam

gerakan Muhammadiyah, tercermin dalam upaya pemurnian dengan

menghapuskan sumber budaya lama untuk dirubah dengan budaya

baru, istilah lainnya menggantikan tradisi lama dengan tradisi yang

baru, sementara itu, kelompok tradisionalis seperti kelompok

Tarekat, Perti dan NU tidak hanya mengedepankan nash sebagai

sumber pengetahuan tetapi juga aspek lain seperti budaya dan

dimensi ruang dan waktu. Mereka lebih mementingkan tujuan dan

hasil sebagai inti keagamaan, tidak semata proses dan aturannya.119

Sistem pengetahuan kalangan awam tradisional lebih bersifat

taklid dan wasilah. Masyarakat tradisionalis hanya terpesona pada

doktrin sehingga tidak toleran terhadap kepercayaan dan praktik

keagamaan yang lain. Experience atau pengalaman keagamaan yang

berhubungan dengan perasaan keagamaan yang diraskan oleh

penganutnya.

Munculnya perasaan rohani beragama menurut William James

seperti dikutip oleh Jalaluddin Rahmat ketika agama dirasakan

seperti demam akut yang berada di balik konversi, kejadian yang

dramatis yang membuat orang kembali kepada ajaran agama. Dengan

kembali ke ajaran agamanya, maka kegelisahan eksistensial akan

hilang yang membuat sesorang menjadi tenang batin serta akan

menemukan makna hidup.120

Sebagai karunia Tuhan kepada hamba pilihan dan tercermin

dalam ibadah dan ketauladanan sang penerimanya, namun sekarang

banyak yang mengaku-ngaku mendapat ilham, wangsit dan

sebagainya dengan kedok agama. Oleh sebab itu itu kita harus

selektif dalam meyakini pengalaman keagamaan tersebut. Kalangan

modernis sangat selektif meyakini pengalaman keagamaan yang

dialami oleh manusia biasa karena pada prinsipnya pengalaman batin

pada umumnya tidak dirasakan oleh penganut agama yang awam

yang hanya melaksanakan ajaran agama dari aspek hukum (formal)

119A. E. Priyono, "Peri-feralisasi, Oposisi, dan Integrasi Islam di Indonesia

(Menyimak Pemikiran Dr. Kuntowijoyo)." kata pengantar untuk buku Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi. Bandung: Mizan (1993),7.Accessed, 28

Desember 2017. 120Jalaluddin Rahmat,. "Psikologi Agama." Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

(2005). 13.

Page 67: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 55

saja. Sementara itu, penganut agama di kalangan tradisionalis

umumnya mengakomodir dan mengakui pengalaman keagamaan

seperti pengalaman batin yang dialami secara individu oleh umat

beragama.

Dimensi konsekuensial keagamaan merujuk pada pengaruh

konkrit terhadap kepercayaan, praktik dan pengalaman keagamaan.

Menurut Glock & Stark dimensi eksperiensial adalah bagian dari

pengamalan agama yaitu keterlibatan emosional dan sentimentil pada

praktek ritual ajaran agama.121

Dimensi afektif ini menurut A.D

Woodruff sebagaimana dikutip Hendro Puspito diistilahkan dengan

kedewasaan sikap keagamaan atau sikap iman. Ia membedakan dua

macam sikap iman, yaitu 1) sikap yang dapat mempengaruhi serta

merangkum sikap-sikap yang ada dalam diri seseorang. 2) sikap yang

tidak berhasil menyusun nilai pribadi sehingga sikap itu tinggal

dangkal dan tidak meresap ke dalam dasar motivasi.122

Konsekuensi keagamaan bagi kelompok modernis dan

tradisionalis di daerah perbatasan ditemukan dalam bentuk

keteladanan dan sikap positif sebagai dampak dari pengamalan

keagamaan. Kedisiplinan orang-orang modernis terlihat dalam

kegiatan keagamaan berjalan rutin setiap bulan termasuk peringatan

hari besar keagamaan. Acara wirid dan peringatan keagamaan

diliburkan atau ditiadakan dalam kondisi tertentu. Wirid akan

diundur jika hari yang ditetapkan berbenturan dengan awal

Ramadhan atau hari libur keagamaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha,

sementara itu, ulama dan pemimpin keagamaan tradisional

menduduki posisi sentral dalam masyarakat Islam pedesaan karena

mereka mengambil peran sebagai poros hubungan antara umat dan

Tuhan.

Islam yang pluralitas bagi masyarakat Mandailing dan

Minangkabau sudah lama dijalankan dalam memeluk ajaran Islam.

Kelompok Minangkabau sudah mulai sejak permulaan abad ke 7 M

dan kelompok Mandailing baru pada permulaan abad ke 18 M. Kedua

kelompok etnik ini dikenal di Indonesia sebagai Muslim yang taat

121 Charles Young Glock, and Rodney Stark.Religion and society in tension.

Chicago: Rand McNally, 1965. (Accessed, 28 Desember 2017). 122 O. C. D Hendropuspito. Sosiologi Agama. Kanisius, 1983.

Page 68: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

56 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

dan patuh. Islam dan tradisi (adat) sama-sama mendukung identitas-

identitas etnik kedua kelompok itu. Agama berperan penting dalam

mengekspresikan identitas etnik kedua kelompok itu. Sudah sejak

lama, anggota kedua kelompok ini secara otomatis memperoleh

identitas religius dan etnik mereka sejak dilahirkan. Kedua kelompok

memakai asosiasi-asosiasi religius untuk mengekspresikan identitas

etnik dan untuk mendukung kepentingan-kepentingan etnik.

Interaksi antara kedua kelompok, baik formal maupun informal

selalu merupakan ekspresi identitas etnik, namun, menurut Usman

Pelly bahwa organisasi Islam reformis dan modernis seperti

Muhammadiyah cenderung dianut oleh masyarakat dari etnik

Minangkabau, sedangkan organisasi Islam tradisional yang sinkretis

seperti Nadhlatul Ulama cenderung dianut oleh etnik Mandailing.

Walaupun, secara umum kemunculan NU sebagai suatu asosiasi

Islam tradisional merupakan reaksi terhadap Muhammadiyah.123

Agaknya pendapat Usman Pelly ini tidak selalu dapat dibenarkan

tergantung siapa yang memaknai modernis dan tradisional.

Corak akomodasi antara budaya lokal dan ajaran Islam yang

berkembang di penduduk Minangkabau, secara umum merupakan

pergulatan tradisi yang turun-temurun. Corak tersebut menjawab

keraguan bahwa terdapat tumpang tindih antara budaya lokal dan

Islam yang telah mengisi sejarah dan pergumulan masyarakat

Minangkabau. Bahkan, fenomena ini telah menarik minat Bousquet

dan Van Ronkel sebagaimana dikutip Taufik Abdullah, yang

menganggap kasus Minangkabau sebagai “suatu paradoks mencolok

dalam sosiologi Islam ”. Menurut Mochtar Naim, kebudayaan

Minangkabau dari dahulu sudah mengenal konsep kebudayaan

dualitas yaitu dualitas antara alam luhak (asli) dan alam rantau

(penyebaran).124

Keanekaragaman terkadang menimbulkan benturan

dan ketegangan sosial yang tidak bias dielakan dan tidak jarang juga

terjadi konflik

123Usman Pelly. "Urban Mifration and Adaptation in Indonesia: a Case Study

of Minangkabau and Mandailing Batak Migrants in Medan, North Sumatra." (1984),

1852-1852. 124Taufik Abdullah. "Adat and Islam: An examination”.

Page 69: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 57

Persentuhan budaya dapat ditemukan dalam masalah

kekerabatan dan kewarisan dalam interaksi antar etnik mereka.

Prinsip-prinsip Islam tampil untuk menjembatani kontroversial

sistem kekerabatan antar a adat matrilineal dan adat patrilineal.

Dalam hal ini masyarakat melakukan konfirmitas secara genuine.

Mereka tetap menganut matrilineal, tetapi juga mengakomodasi

sistem adat patrilineal seperti menjelaskan kehadiran seseorang ayah

dalam sistem keluarga matrilineal.125

Pembagian kewarisan Islam juga merupakan akomodasi Islam

terhadap perbedaan sistem pembagian waris di antara etnik Minang

kepada pihak perempuan sedangkan etnik Mandailing kepada laki-

laki. Sistem kewarisan Islam yang membagi harta sesuai ketentuan

secara proporsional menjadikan sistem Islam ini sebagai perekat

perbedaan budaya.

Penganut paham keagamaan modernis seperti Muhammadiyah

cenderung akomodatif dan membaur dalam beberapa dimensi

keagamaan seperti ritual dan ekspresi keagamaan. Sementara di sisi

lain, penganut paham keagamaan tradisional seperti NU, Perti dan

Tarekat Naqsyabandiah secara bertahap juga mulai selektif dalam

melaksanakan ritual berbasis tradisi seperti salawatan, selametan dan

tahlilan. Meleburnya dua paham keagamaan yang berbeda orientasi

ini dipicu dengan terjalinnya dialog dan kontak budaya yang sangat

intensif serta munculnya kesadaran baru di kalangan generasi kedua

paham keagamaan tersebut. Integrasi dalam proses interaksi antar

penganut paham keagamaan di perbatasan Rao ini mengarah pada

perubahan identitas paham keagamaan sehingga pada gilirannya

memunculkan identitas Islam perbatasan yang menghargai

perbedaan, integratif dengan budaya lokal dan perekat terhadap

konflik etnik.

Sistem budaya yang dibawa oleh kelompok modernis

Muhammadiyah di perbatasan adalah sistem budaya yang

mengkehendaki kembali pada sistem kehidupan ajaran Islam yang

asli/murni dengan berpedoman pada teks al-Quran dan sunnah.

Kelompok yang awalnya cenderung puritan ini berusaha untuk

125Alo Liliweri,. Prasangka & konflik: komunikasi lintas budaya masyarakat

multikultur.(Jakarta: PT LKIS Pelangi Aksara, 2005)

Page 70: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

58 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

mentolerir akomodasi budaya local dalam praktek dan ritual

keagamaan selagi tidak menyimpang dari ajaran dasar agama Islam.

Di samping itu, sistem budaya yang dibawa oleh kelompok

tradisional seperti NU, Naqsyabandiyah dan Perti merupakan aturan

agama yang mencerminkan pembauran antara budaya Islam dengan

budaya lokal. Secara umum, kelompok ini menerapkan tradisi Islam

yang menggambarkan suatu genre keagamaan yang jauh dari

kemurnian ajaran Islam seperti tradisi slametan, tahlilan dan, yasinan.

Namun, kelompok tradisionalis tidak bisa sepenuhnya disebut

sinkretisme karena mereka menerapkan upaya puritanisme dalam

tradisi keagamaan. Kelompok ini sudah mulai agak selektif terhadap

unsur budaya lokal.126

Pendapat Yudhi Andoni di atas agaknya tidak

selalu benar adanya dalam konteks identitas keagamaan di Sumatera

Barat.

Relasi dialogis antara adat dan agama tidak dapat dipisahkan

dari sejarah masuknya agama di Indonesia sejak dahulu hingga kini.

Sebagai contoh, kajian yang menggambarkan jenis dialog antara

adat dan agama pada komunitas masyarakat adat di Maluku Tengah

dilakukan sebagai sebuah usaha memahami model akomodasi adat

dan agama Islam secara khusus di Indonesia. Karya tulis ini

mengungkapkan hasil penelitian lapangan di Pulau Haruku Maluku

Tengah tahun 2009 yang dilakukan oleh Romilda Arivina da Costa

and Falantino Eryk Latupapua, menggunakan paradikma penelitian

kualitatif.127

Dalam Penelitian ditemukan bahwa, 1) Terjadinya relasi

dan akomodasi yang mereka istilahkan dengan dialog antara budaya

Islam dan budaya lokal (adat) semenjak Islam diterima sebagai

“ideologi” baru pada masyarakat di kepulauan Indonesia. 2)

ditemukan tiga bentuk dialog antara adat dan agama pada

masyarakat Islam di Indoneisa, yaitu model “dominasi”,

“akomodasi” dan “kontekstual”.

126Yudhi Andoni,. "Mengonstruksi Ruang Identitas: Fenomena Hubungan

Adat, Islam dan Negara di Sumatera Barat 1999-2009."(Accessed, 28 Desember

2017). 127Romilda Arivina Da Costa, and Falantino Eryk Latupapua. "Identitas

Budaya Amarima Hatuhaha."

Page 71: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 59

Kajian mengenai relasi adat dan agama walaupun bukan topik

yang baru dalam wacana keilmuuan sosial dan humaniora, namun

tetap saja termasuk bagian studi agama. Dan isu ini masih relevan

sampai kini karena terdapat respon yang berbeda dari masyarakat

tentang posisi adat terhadap agama atau sebaliknya. Tidak aneh jika

terdapat kontestasi relasi adat dan agama dalam masyarakat, yang

melahirkan cara pandang yang berbeda, setidaknya tiga cara pandang

atau sikap berbeda terhadap hubungan tersebut.128

Pertama,

pandangan yang melihat bahwa agama perlu dimurnikan dari unsur-

unsur budaya lokal, yang terlihat dalam praktik adat. Kedua,

pandangan yang melihat bahwa adat perlu dipertahankan dalam relasi

dengan agama, bahkan pelaksanaan tuntutan adat dilihat sebagai

bagian dari tuntutan agama juga. Ketiga, pandangan yang lebih

moderat mengatakan bahwasanya adat dan agama patut diberi porsi

yang seimbang dalam konteks kehidupan masyarakat atau dalam

komunitas beragama.

Clifford Geertz, dalam penelitiannya tentang masyarakat Islam

Jawa di Mojokuto, menemukan bahwa ada dua sikap penerimaan

masyarakat terhadap agama (Islam). Pertama, kelompok masyarakat

yang menekankan aspek-keyakinan lama, yang cenderung sinkretik

dengan memadukan ajaran agama dan budaya lokal,terlihat dari

praktek “animisme”. Geertz menyebut kelompok ini sebagai Islam

“abangan”. Kedua, masyarakat praktik beragamanya lebih

menekankan pentingnya pemurnian Islam dari pengaruh lain,

termasuk budaya lokal yang dilihat sebagai kepercayaan animisme.

Geertz menyebut kelompok ini sebagai “santri”. Kedua penelitian

tersebut di atas sekalipun dalam konteks yang berbeda akan tetapi

menunjukan adanya dinamika relasi agama dan adat dalam

masyarakat.129

Clifford Geertz ketika mengklasifikasikan tipologi

masyarakat Islam Jawa menjadi Abangan, Santri dan Priyayi,

128Yance Arizona,. "Masyarakat adat dalam kontestasi pembaruan hukum."

Makalah Seminar Pemberdayaan Sosial Komunitas Adat: Upaya peningkatan efektivitas pemberdayaan KAT saat ini dan pengembangan ke depan. 2013.

(Accessed, 23 Desember 2017) 129Clifford Geertz. The religion of Java. University of Chicago Press, 1976.

(Accessed, 23 Desember 2017).

Page 72: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

60 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

tampaknya dipengaruhi oleh pandangan mengenai relasi dialektis

antara kebudayaan lokal dan agama, sehingga pengklasifikasian yang

dikemukakan oleh Geertz bukan semata-mata untuk menampakan

sebuah struktur sosial masyarakat Jawa, yang belakangan menjadi

konstruksi sejarah kelompok Islam di Jawa dan cenderung untuk

disamakan dengan wilayah lainnya di Indonesia.130

Melalui tipologi

yang dibuatnya menunjukan sikap masing-masing kelompok terhadap

kebudayaan lokal, yang menjadi acuan untuk dialog kebudayaan

lokal (adat) dan agama. Apabila diperhatikani bahwa tipologi

abangan menunjukan pada pola dialog adat dan agama yang

cenderung mengedepankan keunggulan nilai budaya lokal (adat) dari

pada nilai-nilai agama Islam.131

Secara umum tampak dalam penelitian-penelitian tersebut di

atas bahwa kelompok-kelompok masyarakat memiliki penilaian dan

cara pandangnya masing-masing yang terkait dengan pola-pola

akomodasi adat dan agama,132

sebagaiamana yang disebutkan di atas,

dan selanjutnya akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini.

Sebagai bahan kajian pustaka pertama, adalah penelitian

tentang bentuk dialog adat dan agama yang terdapat pada kelompok

masyarakat muslim Hatuhaha di Maluku Tengah. Dalam tulisan

tersebut digambarkan bentuk dialog adat dan agama di kalangan

yang terjadi di Maluku Tengah, sebagai upaya memahami pola-pola

interaksi adat dan agama, yang diharapkan dapat dijadikan sebagai

rujukan tentang bentuk-bentuk relasi adat dan agama dalam

masyarakat Indonesia.

Bentuk akomodasi adat dan Islam di Indonesia dapat diungkap

dengan melihat pola pembentukan Islam pada setiap daerah di

Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena persentuhan antara Islam

dengan kelompok masyarakat di wilayah Nusantara yang

berlangsunng dari abat ke IX M sampai abad XVI M telah

130 Clifford Geertz. The religion of Java,… 131 M. Bambang Pranowo, Memahami Islam Jawa.(Jakarta: Pustaka , 2011),

40. 132 Mark R. Woodward. Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus

Kebatinan.(Jakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2004. (Accessed, 24 Desember 2017).

Page 73: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 61

mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap adat dan agama

dalam kehidupannya sampai saat ini.133

Djoko Suryo dan kawan-kawan mengemukakan dalam

penelitiannya tentang hubungan antara Islam, masyarakat dan

struktur sosial-politik di Indonesia, bahwa Islam di Indonesia terjadi

dalam beberapa pembentukan.134

Penelitiannya mendeteksi beberapa

tipologi atau pola relasi agama Islam dan masyarakat yang

disebutnya formasi sosial Islam yaitu, “pola islamisasi”,

“pribumisasi”, “negosiasi” dan“pola konflik”. Pola-pola yang

dikemukakan Djoko Suryo dkk ini adalah telaah dari dua pola

penerimaan Islam di Indonesia sebagaimana yang dikemukakan oleh

Taufik Abdullah yakni, pola dialog (tradition of dialogue) dan pola

integratif (integrative tradition).135

Keempat pola dia atas terjadi hampir di seluruh wilayah

Indonesia yang merupakan daerah konsentrasi penyebaran Islam.

Tidak dapat disangkal bahwasanya pada sebagian besar wilayah

Indonesia, sejak nenek moyang terdahulu berkenalan dengan Islam,

mereka berupaya untuk memadukan antara ajaran Islam dengan

nilai-nilai adat dan kebiasaan masyarakat setempat. Penyebaran Islam

seperti ini yang disebut oleh Taufik Abdullah sebagai pola

dialog.136

Sementara Djoko Suryo menyebutnya dengan model pola

pribumisasi. Dialog yang terjadi secara dinamis antara nilai-nilai

agama dan nilai-nilai budaya lokal (adat) pada kelompok masyarakat

ini disebutnya dengan model kontekstualisasi. Disebut demikian

alasannya bahwa antara ajaran agama Islam dengan adat masyarakat

lokal dalam relasi dialogis, terjadi penyesuaian nilai-nilai yang

memungkinkan terbentuknya nilai-nilai baru dari perpaduan adat

133Hasan Muarif Ambary. Menemukan peradaban: jejak arkeologis dan

historis Islam Indonesia. (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 1998). (Accessed, 24

Desember 2017). 134Djoko Suryo,. "Tradisi Santri dalam Historiografi Jawa, Pengaruh Islam di

Jawa." Seminar Pengaruh Islam terhadap budaya Jawa,( Jakarta. 2000). (Accessed,

24 Desember 2017). 135Taufik Abdullah. "Adat and Islam: An examination of conflict in

Minangkabau." Indonesia 2 (1966). 1-24. 136Taufik Abdullah,. Islam dan Masyarakat: Pantulan Sejarah Indonesia.

Lembaga Penelitian Pendidika, 1987. (Accessed, 24 Desember 2017).

Page 74: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

62 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

dan agama.137

Perpaduan antara nilai-nilai Islam dengan adat yang

seimbang yang dijadikan oleh komunitas lokal sebagai bentuk baru

dari sikap keagamaan Islam di Indonesia.

Menerima nilai Islam dan nilai adat secara bersamaan dengan

seimbang, inilah bentuk dialog kelompok dapat dikatakan yaitu

model akomodasi. Model ini bisa disamakan juga dengan pola

negosiasi dalam formasi sosial Islam sebagaimana yang dikemukakan

Suryo dkk. Tipologi Santri yang menunjukkan pola dialog antara adat

dan agama ini terjadi melalui dominasi ajaran Islam daripada adat

(nilai-nilai kebudayaan lokal). Jenis dialog seperti ini dapat dikatakan

dengan bentuk dominasi, yaitu hanya menerima nilai-nilai Islam dan

menolak nilai-nilai adat, dapat pula disamakan dengan apa yang

dikemukakan oleh Suryo dkk tentang pola Islamisasi dalam formasi

sosial Islam.138

Geertz menyebutnya dengan Tipologi priyayi, orientasi praktik

keagamaan tertentu tidak seperti tipologi abangan dan santri,

kelompok ini diasumsikan sebagai kelompok yang mempunyai latar

belakang keilmuan dan sumber daya manusia yang lebih baik dari

pada dua kelompok lainnya dan sikap mereka lebih terbuka untuk

perubahan. Hal ini juga sangat berpengaruh terhadapa penerimaan

nilai-nilai Islam dan tradisi.139

Mengacu pada pemikiran seperti ini,

maka dapat dikatakan bahwa keberagamaan kelompok “priyayi”

menunjukan sebuah model dialog agama dan adat yang lebih

moderat, yang bisa menerima ajaran Islam dan adat sehingga

memunculkan sebuah identitas baru yang saling menghargai satu

sama lainnya.

Kasus yang terjadi di Maluku Tengah memiliki kategori

sendiri, berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Geertz tentang

Islam dan adat di Jawa, yaitu kelompok adat dan kelompok Islam

syariah seperti telah diuraikan terdahulu. Kelompok Islam yang

137Djoko Suryo. "Tradisi Santri dalam Historiografi Jawa, Pengaruh Islam di

Jawa." Seminar Pengaruh Islam terhadap budaya Jawa. Jakarta, 2000. (Accessed, 25

Desember 2017). 138 H. Abdul. Djamil, Islam dan kebudayaan Jawa.(Jakarta; Gama Media,

2000).11. 139Clifford Geertz, Abangan, santri, Priyayi: dalam Masyarakat

Jawa.(Jakarta: PT.Dunia PustakaJaya, 1983), 10-11.

Page 75: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 63

dimaksud di sini adalah kelompok yang berkomitmen melaksanakan

tuntutan syariah berdasarkan ajaran al-Qur’an dan Sunnah yang bisa

disebut sebagai model dialog agama dan adat yang kontekstual.

Model dialog ini tidak bisa disamakan dengan yang dikemukakan

oleh Suryo dkk tentang salah satu pola formalisasi Islam.

Model kontekstual adalah suatu sikap yang mengakomodasi

unsur-unsur nilai adat dan agama yang tidak langsung menerima atau

menolak, akan tetapi melalui penilaian atau seleksi yang cermat

terhadap adat dan agama. Nilai-nilai baru yang ditemukan dari

pertemuan adat dan agama, kemudian menjadi bentuk baru sikap

keberagamaan kelompok-kelompok masyarakat Islam di berbagai

daerah di Indonesia, sedangkan masyarakat Islam adat yaitu

kelompok yang mengamalkan nilai-nilai adat dan agama secara

bersamaan.140

Pembentukan ini sudah terjadi pada zaman dahulu,

kelompok Islam adat dan syariah sebenarnya memiliki dasar ajaran

yang sama, yaitu al-Qur’an dan Sunnah, dan melaksanakan rukun

Islam keduanya tetapi berbeda tatacaranya.

Setidaknya yang membedakan antara kelompok adat dan

kelompok syariah terdapat tiga hal mendasar yaitu, pertama

penafsiran terhadap ajaran Islam; kedua, cara pandang terhadap adat;

dan ketiga, penentuan waktu praktek ritual-ritual. Perbedaan cara

pandang dalam bentuk penafsiran agama akan menimbulkan

perpedaan dalam praktek ajaran-ajaran agama.141

Perbedaan praktik

keagamaan sehari-hari antara kelompok adat dan syariah terlihat jelas

pada tatacara berpakaian dan pada pelaksanaan sholat. Misalnya

dalam pelaksanaan sholat Jumat, antara kelompok Islam syariah dan

muslim berbeda, pada ke3lompok muslim biasa boleh melakukan

sholat Jumat berjemaah dimasjid mana saja dan setiap jamaah boleh

menghadiri. Namun lain lain halnya seperti yang terjadi pada

masyarakat muslim di Maluku Tengah, contohnya pada kelompok

Islam adat tidak semua orang muslim dapat melakukan sholat Jumat

140Abidin Nurdin. "Integrasi Agama dan Budaya: Kajian Tentang Tradisi

Maulod dalam Masyarakat Aceh." El-Harakah (Terakreditasi)18.1 (2016), 45-62. 141Sunan Gunung Djati. "Islam Inklusirf Kontekstualisasi Nilai-Nilai Islam

Upaya Mewujudkan Kesalehan Pluralisme di Nusantara. Makalah Diajukan Untuk

Mengikuti International Conference On Islam In Malaya-World (ICON IMAD III)".

(Accessed, 22 November 2017)

Page 76: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

64 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

bersama di suatu masjid adat, karena dibatasi pada orang-orang

tertentu yang diundang. Dalam kelompok Islam adat terdapat

aturan-aturan tertentu yang tidak ditemukan pada kelompok Islam

syariah dan tidak lazim ditemukan pada kelompok masyarakat

muslim umumnya, misalnya: (1) datang ke masjid mengenakan

pakaian yang seragam dengan warna yang sama berwarna putih dan

hijau, celana yang panjangnya sampai di mata kaki, danpanjang

jubah di bawah lutut, ikat kepala warna putih atau warna lain yang

sesuai dengan jubah yang pakai, serta kain sarung yang bermotif. (2)

sholat sesuai dengan waktu, sementara pada kelompok adat ke masjid

berjalan satu-satu secara teratur, ada aturan-aturan dalam perjalanan

ke tempat sholat, seperti menjaga jarak antara satu jamah dengan

jamaah yang lainnya dan sepanjang perjalanan tidak berbicara, tidak

melihat ke sekeliling mereka. Selain itu terdapat juga cara yang

berbeda di kelompok orang adat dengan kelompok orang syariah

dalam hal melaksanakan sholat. Penelitian ini menemui hal ini

melalui pengamatan dan penuturan seorang informan bahwa: Orang

adat, sebelum sholat Jumat, malamnya terlebih dahulu ada

pemberitahuan.142

Akomodasi adat dan agama dalam pola lain juga terjadi di

wilayah lainya di pulau Sumatera, seperti juga terjadi di Aceh.

Perkembangan perpaduan agama dan adat ini juga tidak terlepas dari

peran pemimpin-pemimpin Aceh di masa lalu.143

Orientalis Hurgronje

(1985) berpendapat, sebagian besar adat yang dilakukan berasal dari

Surakata yang merupakan karangan raja-raja Aceh. Adat dan Islam

sebagai agama pendatang mengalami peleburan yang bertransformasi

menjadi cara pandang masyarakat Aceh hingga saat ini, sesuai

dengan perkataan “Hukum ngon adat han jeuet cre, lagee dat ngon

sipheut” (Hukum dan adat tidak bisa berpisah, seperti zat dan sifat

Allah).144

142Romilda Arivina Da Costa, and Falantino Eryk Latupapua,.. 143Abidin Nurdin. "Integrasi Agama dan Budaya: Kajian Tentang Tradisi

Maulod dalam Masyarakat Aceh." El-HARAKAH (TERAKREDITASI) 18.1 (2016),

h. 45-62. 144Ito Takeshi,. "The world of the adat Aceh: A historical study of the

sultanate of Aceh." (2013). (Accessed, 25 Desember 2017)

Page 77: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 65

Pola yang terjadi di Aceh ini lebih dikenal dengan nama

harmonisasi antara adat dan Islam pada masyarakat Kuala Langsa,

penelitian yang dilakukan oleh Kamaruzzaman mengobservasi

keeksistensian lembaga adat Panglima Laot. Panglima Laot

merupakan lembaga adat yang bertugas mengawasi pelabuhan-

pelabuhan di Aceh yang berada di bawah Syahbandar. Pandangan ini

sesuai dengan pendapat Van Vollenhoven yang mengatakan, kalau

tugas panglima laot adalah berkenaan dengan ekspor-impor

pelabuhan.145

Kini, lembaga adat ini masih tetap terjaga dan

dijalankan oleh masyarakat pesisir Aceh, khususnya Kuala Langsa.

Dalam Pasal 6 Perda Aceh Nomor 7 Tahun 2000, panglima laot di

Kuala Langsa saat ini selain memiliki tugas sebagai pengatur dan

pengelola sumber daya laut, namun dalam masyarakat pesisir,

nyatanya tugas dan fungsi lembaga Panglima Laot lebih luas lagi. Hal

ini dapat terlihat dari wewenang panglima laot sebagai pengatur

hukum adat laot di Kuala Langsa.

Melalui pola harmonisasi ini, Islam dalam pemahaman dan

praktik keagamaan masyarakat nelayan Kuala Langsa telah

dipribumisasikan dengan kehidupan atau disesuaikan dengan adat

masyarakat setempat. Hal ini dapat terlihat secara praktiknya dalam

adat Panglima Laot, utamanya dalam proses dan keputusan-

keputusan adat yang diambil merupakan hasil negosiasi antara Islam

dan adat. Sebagai corong dari hukum adat laot, Panglima Laot

memiliki status pemegang kekuasaan tertinggi dalam mengatur adat

laot.

Kajian tersebut di atas antara pola relasi agama dan adat yang

terjadi di Maluku dan Aceh, dapat dikaji lebih mendalam dalam

bingkai Pribumisasi Islam Abdurrahman Wahid.146

Dalam pandangan

Wahid, pribumisasi merupakan pertimbangan kebutuhan lokal untuk

merumuskan hukum agama, tanpa mengubah hukum itu sendiri.

Keberadaan panglima laot dilihat sebagai adat yang hidup dan tetap

145Crispen Wilson, and Matthew Linkie. "The Panglima Laot of Aceh: a case

study in large-scale community-based marine management after the 2004 Indian

Ocean tsunami." Oryx 46.4 (2012), 495-500. 146Abdurrahman Wahid,. "Pribumisasi Islam” dalam Muntaha Azhari dan

Abdul Mun’im Saleh."Islam Indonesia Menatap Masa Depan (1989). (Accessed, 19

Desember 2017)

Page 78: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

66 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

dijalankan oleh masyarakat Kuala Langsa, di samping itu pula tetap

mempertahankan nilai-nilai Islam dalam kehidupan pesisir.147

Ada

banyak kajian dan penelitian tentang hubungan adat dan agama

dalam berbagai sudut dan frame kajian. Seperti penelitian tentang

“pergumulan” antara agama dan adat didalam kehidupan masyarakat

pesisir sudah dilakukan. Salah satunya, tulisan Lukman Daris yang

menjelaskan, bahwa lembaga adat berfungsi sebagai pengawas dan

pelestari dari kehidupan dan pengelolaan laut yang dikelola secara

bersama-sama. Selanjutnya, Arifuddin Ismail dalam bukunya tentang

“pergumulan” Islam dengan adat pesisir kampung nelayan di Mandar

menggambarkan pribumisasi Islam ke dalam bentuk-bentuk tradisi

kelautan yang disesuaikan dengan falsafah hidup nelayan Mandar.148

Dalam dialogisasi agama dan adat, yang menjadi penyebab

konflik dan perseteruan biasanya hanya pada kisaran tatanan adat dan

syariat, fungsi masjid sebagai tempat ibadat atau hanya sebagai

tempat-tempat pertemuan saja. Biasanya bagi kelompok masyarakat

syariat masjid difungsikan setiap waktu untuk aktivitas keagamaan

maupun sosial, sedangkan bagi kelompok adat masjid difungsikan

seminggu sekali, secara temporer teratur pada waktu tertentu saja.

Teramati bahwa kelompok syariah aktifitas keagamaannya terpusat

di masjid, sedangkan kelompok adat berada di balai.

Penekanan pada otensitas agama dan adat telah melahirkan

suatu sikap beragama yang dibangun dari akar budaya lokal yang

telah mendarah daging dalam praktek sehari-hari sejak dari leluhur

dan agama samawi yang diturunkan ke bumi, yang menjadi kekuatan

masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari ketika berjumpa dengan

komunitas setempat. Kelompok moderat muslim baik yang ada di

Maluku, Sumatera, Aceh, Jawa dalam mempraktikkan ajaran agama

Islam dapat diposisikan sebagai kolompok agama yang melakukan

dialog adat dan agama dengan model kontekstual. Di antara ciri

147Muhammad Adli Abdullah, Sulaiman Tripa, and Muttaqin (Teuku).Selama

kearifan adalah kekayaan: eksistensi panglima laot dan hukom adat laot di Aceh.

Lembaga Hukom Adat Laot/Panglima Laot Aceh, 2006. (Accessed, 26 Desember

2017) 148Eva Achjani Zulfa. "Keadilan Restoratif Dan Revitalisasi Lembaga Adat

Di Indonesia."Jurnal Kriminologi Indonesia 6.2 (2012). (Accessed, 19 Desember

2017)

Page 79: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 67

model ini adalah memperhatikan konteks historis dan kekinian

komunitas setempat.

Bentuk nyata model kontekstual respon masyarakat terhadap

model dialog adat dan agama dapat dilihat pada pelaksanaan ritual

dan upacara dalam masyarakat.149

Ritual mempunyai posisi penting

dalam kehidupan masyarakat, karena (1) ritual adalah sebagai sarana

untuk memediasi dua atau lebih entitas yang berbeda, sekaligus

penyeimbang dalam kosmos. (2) ritual adalah suatu transformasi

sikap dari yang profan kepada sesuatu yang suci. Geertz lebih jauh

menyebut tentang posisi ritual dalam masyarakat, bahwa dalam ritual

dan tingkah laku yang dikeramatkan, seseorang akan menemukan

tujuan religiusnya. Dhavamony lebih detail lagi mengelompokkan

tindakan ritual dengan empat kategori yaitu: Pertama, tindakan

magic yang dihubunngkan dengan menggunakan bahan-bahan yang

bekerja karena kekuatan-kekuatan mistik.150

Kedua, tindakan religius

dan kultus para leluhur, ketiga, ritual yang mengungkapkan hubungan

sosial dan merujuk pada pengertian-pengertian mistik.

Terakhir, ritual yang dapat meningkatkan produktivitas

kekuatan atau pemurnian dan perlindungan. Upacara ini penting

mereka dilakukan, karena (1) dalam upacara manusia mengekspresi

kan apa yang menjadi keinginan dalam pikiran mereka, (2) dalam

upacara tersebut ditemukan nilai-nilai masyarakat yang sukar diamati

dalam kehidupan biasa.

Secara kongkrit, sejumlah ritual kelompok-kelompok

masyarakat di Indonesia yang dapat dijadikan sarana untuk melihat

akomodasi atau dominasi agama dan adat adalah pertama, di

Yogyakarta dikenal dengan upacara Garebek , upacara Garabek ini

terdiri dari beberapa upacara ritual yaitu; Garebek mulud merupakan

upacara untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW,

Garebek puasa hari Raya Idul Fitri dan Garebek besar hari Raya Idul

Adha. Ritual ini gunanya untuk melestarikan nilai-nilai adat dan

agama serta membentuk berbagai relasi sosial suatu masyarakat yang

149Eva Achjani Zulfa,. "Keadilan Restoratif Dan Revitalisasi Lembaga Adat

Di Indonesia."Jurnal Kriminologi Indonesia 6.2 (2012). (Accessed, 26 Desember

2017) 150Mariasusai Dhavamony. Fenomenologi Agama. Kanisius, 1995.

Page 80: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

68 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

ditandai dengan simbol-simbol.151

Upacara Garebek tujuannya adalah

untuk keselamatan dan kesejahteraan masyarakat. Kedua, di

Banyuwangi Jawa Timur dikenal dengan tari Seblang, oleh Wessing

disebut sebagai tarian hidup, sebab pandangan hidup orang Jawa

memposisikan Dewi Sri sebagai dewi padi yang tatap hidup.

Masyarakat bergaman Islam dan non Islam melakukan penghormatan

kepada Dewi Sri, di sini terlihat terjadinya dialog antara kebudayaan

lokal (adat) dengan agama yang menyatu dalam praktik

keberagamaan kebanyakan orang Jawa.152

Apa yang dikemukakan di atas merupakan sebuah contoh

adanya akomodasi dalam dialog agama dan adat. Ritual adat

mengakomodasi nilai-nilai religious dalam agama, sementara agama,

mendominasi ritual-ritual dan upacara adat masyarakat. Seperti

halnya yang dilakukan Orang Islam di Maluku Tengah mempunyai

ritual-ritual komunal yang relevan yang menunjukkan dialog adat

dan agama.

Gambaran tentang dialog adat dan agama di atas mengantar

kita pada kesimpulan bahwa (1) telah terjadi akomodasi dalam

bentuk relasi dialogis antara agama (Islam) dan budaya lokal (adat)

sejak Islam diterima sebagai “ideologi” baru kelompok masyarakat di

kepulauan Indonesia pada abad IX Masehi s/d abad XVI Masehi.

Bentuk dari akomodasi dialogis tersebut masih membekas hingga

saat ini, yang menjadi kekhasan komunitas muslim pada berbagai

wilayah di Indonesia. (2)terdapat tiga model dialog antara adat dan

agama yang dijumpai pada masyarakat Islam di Indoneisa, yakni

model “dominasi” model“akomodasi” dan model “kontekstual”. Dari

ketiga model tersebut, model kontekstual lebih cocok untuk

menjelaskan model dialog adat dan agama di sebagian besar wilayah

Indonesia, karena model ini lebih dinamis dan sesuai dengan cara

kelompok-kelompok masyarakatdi berbagai tempat di Indonesia

151Thomas Wiyasa Bratawijaya. Upacara tradisional masyarakat Jawa.

Pustaka Sinar Harapan, 1988. (Accessed, 19 Desember 2017) 152M. Nurdin Zuhdi,, and Sawaun Sawaun. "Dialog al-Qu’an dengan Budaya

Lokal Nusantara: Resepsi al-Qur’an dalam Budaya Sekaten di Keraton Yogyakarta."

MAGHZA 2.1 (2017). (Accessed, 27 Desember 2017)

Page 81: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 69

beragama secara otentik, yakni menerima Islam sebagai ”ideologi”

utamanya, tetapi tetap menghargai budaya lokal.

C. Konflik dan Akomodasi Dalam Tradisi Masyarakat

Minangkabau

Menurut Mukhtar Naim, Masyarakat Minangkabau merupakan

masyarakat tribal, terdiri atas kelompok-kelompok kecil yang mandiri

dan otonom, tetapi keluar secara totalitas adalah satu. Tidak institusi

kekuasaan yang mengatur seluruh masyarakat secara hirarkis verbal

dari atas sampai ke bawah. Ketika masih ada raja hingga bermulanya

perang Paderi, 1821 yang berkedudukan dipagaruyung, hanyalah

bersifat simbolik.153

Realitas masyarakat dengan falsafah hidup yang mengajarkan

kesamaan, persaingan akan tetapi keseimbangan menyebabkan

konflik dalam masyarakat Minangkabau menjadi suatu yang lumrah

dan diniscayakan terjadi. Persaingan permusuhan dan bahkan

kadangkala perperangan terjadi tidak saja antar suku dalam satu

kesatuan teritorial nagari, melainkan juga antar nagari-nagari yang

berdekatan.154

Konflik-konflik seringkali terjadi, namun konsensus

juga selalu diupayakan dan dihasilkan. Naluri berkonflik diimbangi

dengan kemauan untuk senantiasa berkonsensus dan bersintesis.

Konflik terbesar dalam sejarah sosial Minangkabau adalah

antara adat dan Islam, yang diaktualisasikan oleh para pendukung

dari kedua belah pihak. Konflik yang mendasar tersebut mencapai

puncaknya pada awal abad ke 19, yaitu ditandai oleh muaranya

perang Paderi (1821-1837). Konflik tersebut terjadi ketika proses

integrasi keduanya telah memberikan bekas, dengan duduknya ulama

Islam dalam struktur pemerintahan, baik pemerintahan pusat maupun

tingkat nagari. Ulama duduk di kerajaan sebagai raja ibadat setara

dengan raja adat dan raja alam. Konflik terjadi karena inginnya

pembaharuan dan pemurnian kehidupan keagamaan masyarakat dari

maksiat. Munculnya gerakan pembaharuan yang dimotori oleh ulama

153Mochtar Naim. Merantau Pola Migrasi Minangkabau (Yogyakarta: Gajah-

mada University Press. 1984), 30. 154Muhamad Rajab, Perang Paderi di Sumatera Barat (1803-1838), (Jakarta:

Balai Pustaka, 1964).

Page 82: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

70 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Islam. Pemurnian yang dimaksud adalah pembersihan masyarakat

dari perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Perbuatan

tercela yang mengakibatkan dosa besar, seperti miinum arak,

mengisap candu, menyabung ayam, berjudi dan mengundi nasib.

Kebiassaan-kebiasaan ttersebut dilakukan dan dilindungi oleh para

penghulu. Ulama tidak memiliki kekuasaan untuk merubah keadaan

tersebut. Wibawa Ulama hanya sebatas di surau dan masjid, di luar

itu petuah ulama tidak didengarkan.155

Dengan begitu ulama

memendam kedongkolan masing-masing. Tuanku Koto Tuo, ulama

berpengaruhdi daerah darek (dataran tinggi) mengkehendari agar

dilakukan upaya perubahan keadaaan. Hal itu disambut oleh para

muridnya termasuk Tuanku Nan Renceh. Namun ulama ini belum

menemukan cara yang tepat untuk memulai. Baru ketika kepulangan

ulama dari mekah yaitu Haji Miskin, Haji Piobang dan Haji Sumanik,

memberi inspirasi yang diilhami oleh pengalaman mereka dengan

gerakan Wahabi melakukan pembersihan dan pemurnian Islam di

mekah setelah menaklukan kekuasaan Dinasti Turki Utsmani.

Gerakan ulama yang diilhami gerakan kaum Wahabi tersebut

menandai dimulainya konflik eksplisit antara kaum adat dan ulama di

Minangkabau. Contohnya gerakan yang dilakukan oleh Tuanku Nan

Renceh diam-diam ditentang oleh para penghulu karena khawatir

kekuasaan mereka akan diambil alih oleh para ulama. Sebaliknya para

ulama yang telah lama memendam kedongkolan terhadap para

penghulu dan pelaku maksiat mendukungnya dengan antusias. Para

penghulu sangat gelisah ketika Tuanku Nan Renceh menunjukan

konsistensinya menegakkan kebenaran ajaran Islam. Untuk

menandingi gerakan paderi itu, para penghulu menggelar pesta pora

dengan judi, minum arak, sabung ayam, dan perbuatan-perbuatan

terlarang lainnya di Bukit Batabuah. Pesta tersebut dihadang oleh

para ulama, terjadilah pertempuran. Pertempuran dan pergolakkan

kemudian terjadi diberbagai nagari.156

155Hamka, Islam dan Adat Minangkabau (Jakarta: PT.Pustaka Panji Emas,

1984), 39. 156 Wisran Hadi, Tuanku Nan Renceh (Padang: Fakultas Sastra Unand dan

Bengkel Teater, 1983).

Page 83: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 71

Konflik internal itu dimenangkan oleh para ulama Paderi.

Kaum adat meminta bantuan kepada pemerintahan Belanda yang

berbasis di pesisir. Ketika Belanda masuk ke Minangkabau, naka

konflik kedua kubu tersebut, justru dimenangkan oleh Belanda.

Dengan beralihnya sasaran konflik, gerakan Paderi tidak

menimbulkan kesan apa-apa terhadap peribadatan masyarakat

Minangkabau selanjutnya. Walaupun demikian tidak berarti bahwa

konflik antara adat dan Islam berakhir sampai di situ. Konflik-konflik

di antara ulama yang berlainan paham setelah itu juga diwarnai

perkembangan Islam di Minangkabau sekalipun dengan ekspresi yang

berbeda. Ulama Paderi yang beraliran Tarekat Wujudiyah juga

berkonflik dengan penganut aliran Tarekat Syatariyah.157

Kaum Naksabandiyah dan syatariyah juga mendapat tentangan

dari Syekh Ahmad Khatib yang telah lama bermukim di Mekah

melalui muridnya Haji Yahya.

Gerakan pembaharuan berikutnya lebih cendrung moderat,

walupun Syekh Ahmad Khatib menyerang sistem kekerabatan

matrilinial dan sistem pewarisan harta pusaka yang berlaku di

<Minangkabau. Murid dari Syekh Ahmad Khatib yaitu Haji Abdul

Karim Amrullah (ayah Hamka dari Maninjau), Haji Abdullah Ahmad

dan Haji Jamil jambek yang menyebut diri mereka sebagai Kaum

Muda. Mereka lebih memfokuskan gerakan mereka pada upaya

pencarian kompromi antara adat dan ajaran Islam. Mereka lebih fokus

pada sektor pendidikan yang terinspirasi dari tokoh Muhammad

Abduh di Mesir. Hal ini dilakukan untuk mengangkat drajat dan

martabat ulama agar setaraf dengan kaum elite baru yang

mendapatkan pendidikan dari Belanda. Sistem pendidikan surau

dikembangkan menjadi madrasah, sehingga pada tahun 1915

didirikan tiga perguruan sekaligus, yaitu Sumatera Thawalib (khusus

putra) dan Diniyah Putri (sekolah khusus putri) di Padang Panjang,

serta Adabiyah di Padang.

Dari paparan di atas konflik-konflik yang terjadi betapapun

keras dan sentralnya tetapi tidak saling melenyapkan satu sama

lainnya. Gerakan Paderi berlanjut kepada gerakan melawan kolonial

157 AA.Navis, Alam Takambang Jadi Guru; Adat dan Kebudayaan

Minangkabau ,(Jakarta: Grafiti Press, 1983), 77.

Page 84: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

72 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Belanda selama 34 tahun tidak serta merta membasmi ajaran tarekat

Syatariyah, begitu pula terhadap kaum adat. Kaum Paderi bukanlah

menentang adat dan kerajaan Pagaruyung, melainkan gerakan

solidaritas ulama untuk membersihkan kehidupan masyarakat dari

perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.158

Sumber konflik yang berkepanjangan di Minangkabau adalah

persoalan harta warisan atau harta pusaka. Konflik dalam konteks ini

dilandasi oleh perbedaan sumber hukum antara adat Minangkabau

dan ajaran Islam. Harta menurut adat dimiliki secara kolektif oleh

seluruh anggota kaum (klan) dan diwariskan secara turun temurun

berlandaskan stelsel matrilineal. Sebaliknya, harta menurut ajaran

Islam dimiliki oleh individu atau keluarga batih dan pewarisannya

adalah hukum Islam. Pewaris harta kaum adalah kemenakan (anak-

anak perempuan dari sauadara perempuan) seorang laki-laki,

sedangkan ahli waris dalam sistem pewarisan Islam di antaranya

adalah anak. Oleh karena itu, konflik juga seringkali terjadi antara

antara anak dan kemenakan dan antara kemenakan itu sendiri.159

Beberapa jenis konflik di Minangkabau adalah sebagai berikut;

1) Konflik substansial ditandai dengan perbedaan mendasar baik

material maupun non material memerlukan konsensus, proses

integrasinya lamban, namun dalam proses dialektika keduanyan

membuahkan sintesis kultural yang mendasar. Konflik substansial ini

di Minangkabau terjadi antara adat dan Islam. Dalam tahap awal

konflik di antara keduanya diperlukan konsesnsus (sejak sebelum

zaman paderi) yang dirumuskan dalam pernyataan ABS SBK,

konsenses tersebut ternyata tidak menghilangkan konflik-konflik.

Konflik-konflik tetap terjadi membentuk jaringan yang komplek dan

rumit, masing-masing mempertahankan perbedaan yang ada yang

diaktualisasikan dalam bentuk pernyataan, adat bersandi alur dan

patut, syarak basandi kitabullah, adat dan syarak tidak sandi basandi

158 Schriekee, Pergolakan Agama Di Sumatera Barat, Terjemahan dari

"Bijdrage tot de bibliographie van tuidige grdsdientige beweding ter Sumatera's'

Westkust', (Jakarta: Bharata, 1920). 159Hasanuddin, Adat dan Syarak (Sumber INspirasi dan Rujukan Nilai

Dialektika Minangkabau), Padang: Pusat Studi dan Informasi dan Kabudayaan

Minagkabau (PSIKM) Universitas Andalas Padang , 2013), 30.

Page 85: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 73

(alas mengalas), tetapi sanda basanda (sandar bersandar). 2) Konflik

instrumental ditandai oleh perbedaan di antara kelompok yang

berkonflik tidak mendasar, rekonsiliasi keduanya dapat terjadi

dengan mudah, tidak memerlukan konsensus dan tdak terjadi

integrasi dalam bentuk aktual berupa sintesis kultural. Konflik yang

dapat dikategorikan ke dalam tipe ini adalah konflik di antara

kelompok-kelompok sosial yang lebih dimotivasi oleh instrumen-

instrumen seperti harga diri, perbedaan pemahaman, perbedaan aliran

dan perbedaan-perbedaan yang tidak substansial. Konflik antara

kelompok agama yang berlainan mazhab karena perbedaan khilafiyah.

Terkadang sekali waktu mereka berkonflik, akan tetapi pada waktu

lain keduanya berekonsiliasi dalam menghadapi pihak lain yang

menjadi rival baru.

Konflik-konflik dalam masyarakat Minangkabau disertai oleh

konsensus-konsesnsus, dan konsensus menunjukkan adanya

pergeseran-pergeseran struktural. Pergeseran yang dimaksud terjadi

terjadi pada struktur sosial, berupa fenomena semakin longgarnya

ikatan keluarga kaum dan semakin kuatnya keluarga batih dan

bergesernya sistem ekonomi komunalmenjadi sistem ekonomi

individual. Segara agresif dan substansial, konflik-konflik tersebut

berpangkal pada perbedaan ajaran antara adat dan Islam mengenai

prilaku dan harta pusaka. Hak ini dibuktikan ketika muncul suatu

gerakan pembaharuan Islam Islam yang baru, selalu saja golongan

Islam sebelumnya diidentikan dengan adat: "ulama " atau "ulama

kono". Dari berbagai konflik konsensus utama yang dihasilkan adalah

mengenai persoalan yang menjadi pokok pertentangan anatara adat

dan Islam, sebagaimana dapat digambarkan sebagai Bagan Alur

konflik di bagan 1.

Page 86: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

74 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Bagan 1.

Alur-Alur Konflik Dan Syarak di Minangkabau

Keterangan Bagan:

Budaya Minangkabau dilandasi oleh dua sistem yaitu nilai

adat dan syarak. Pokok perbenturannya ada pada perilaku maksiat

dan sistem harta pusaka. Perbenturan ajaran adat dan syarak

teraktualisasi melalui kaum adat dan agama, sementara kaum

cendikiawan mengambil posisi tengah sebagai kaum moderat dan

konformis. Konflik kaum adat dan agama sebelum Paderi

menghasilkan konsensus sebagaimana tergambar dalam rumusan

falsafah ABS SBK. Konsesntus tidak serta merta menghentikan

konfli yang ada, tetapi diteruskan dengan konflik-konflik lanjutan

karena perbedaan azas dan masing-masing bertahan dengan azas

kelompoknya sendiri.160

160Hasanuddin, Adat dan Syarak, 32.

Tradisi

Minangkabau

Adat/Harta Masyarakat Minangkabau Islam/prilaku

Kaum Adat Kaum Cendikiawan Kaum Agama

Adat Basandi

Aluo Jo Patuik

ABS SBK

(Konformitas) Syarak Basandi

ABS SBK (Sintesis)

Page 87: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

75

BAB III

Kabupaten Tanah Datar

Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama

A. Monografi Tanah Datar dan Struktur masyarakat

Minangkabau

Sumatera Barat terdiri atas 19 kabupaten/ kota dan Kabupaten

Tanah Datar, ibu kotanya Batusangkar. Kabupaten Tanah Datar

memiliki luas wilayah; 133.600 Ha (1.336 Km2) dan daerah terkecil

di Provinsi Sumatera Barat yang terdiri dari 14 kecamatan, 75

nagari, dan 395 jorong. Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah

agraris, lebih 70% penduduknya bekerja pada sektor pertanian, baik

pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan maupun

peternakan jumlah penduduk pada tahun 2006 adalah 345.383.161

Kabupaten Tanah Datar secara geografis terletak di tengah-

tengah provinsi Sumatera Barat, yaitu pada 00º17" LS - 00º39" LS

dan 100º19" BT – 100º51" BT. Pada ketinggian rata-rata 400 hingga

1000 meter di atas permukaan laut. Kabupaten ini diapit oleh dua

gunung, yaitu gunung Merapi dan gunung Singgalang. Kondisi

topografi didominasi oleh perbukitan, dan mempunyai dua pertiga

bagian danau Singkarak.162

Rincian kondisi topografis Kabupaten Tanah Datar adalah

sebagai berikut :

1. Wilayah datar 0 – 3 % dengan luas 6. 189 Ha atau 6.63 % dari

luar wilayah Kabupaten Tanah Datar

2. Wilayah berombak 3 – 8 % dengan luas 3.594 Ha atau 2,67 %

dari luar wilayah Kabupaten Tanah Datar

3. Wilayah bergelombang 8 - 15 % dengan luas 43.922 Ha atau

32.93 % dari luas Kabupaten Tanah Datar

161BPS Kabupaten Tanah. "Tanah Datar Dalam Angka 2003." Kabupaten

Tanah Datar (2003). 162Pemerintah Daerah Tingkat II Tanah Datar, Sejarah Tanah Datar

(Batusangkar, Pemda TD 1995).

Page 88: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

76 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

4. Kemiringan di atas 15 % dengan luas wilayah 79.895 Ha atau

59.77 % dari luas Kabupaten Tanah Datar

Curah hujan kebanyakan turun pada bulan September hingga

bulan Februari. Curah hujan yang cukup tinggi ini menyebabkan

ketersediaan air cukup, sehingga memungkinkan usaha pertanian

secara luas dapat dikembangkan. Iklim di kawasan kabupaten Tanah

Datar umumnya sedang dengan temperatur antara 12 0C – 25 0C,

curah hujan rata-rata lebih dari 3.000 mm pertahun.163

Daerah ini, memiliki perbatasan dengan beberapa

kabupaten/kota di Sumatera Barat, yaitu: sebelah Utara berbatas

dengan Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima puluh kota, Selatan

berbatas dengan Kota Sawah Lunto dan Kabupaten Solok, sebelah

barat dengan kabupaten Padang Pariaman dan sebelah Timur dengan

Kabupaten Sijunjung.

Kabupaten Tanah Datar pada tahun 2003 mendapatkan

penghargaan salah satu di antara tujuh kabupaten terbaik dari 400

kabupaten yang ada di Indonesia. Penghargaan ini diperoleh dari

Lembaga International Partnership dan Kedutaan Inggris. Selain itu

juga penobatan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

sebagai salah satu dari empat daerah paling berprestasi dan

keberhasilan dalam melaksanakan otonomi daerah. Di Tanah Datar

masih banyak terdapat peninggalan sejarah seperti prasasti atau batu

basurek (batu bertulisan) terutama peninggalan zaman

Adityawarman. Di samping itu Kabupaten ini juga daerah yang kaya

dengan sumber air. Selain Danau Singkarak, di Kabupaten ini

terdapat lebih dari 25 buah sungai.164

Luhak Nan Tuo merupakan nama lain dari Kabupaten Tanah

Datar sejak dadulu. Masyarakat Tanah Datar memiliki suatu

keyakinan bahwa asal usul orang Minangkabau adalah dari

Kabupaten Tanah Datar, tepatnya dari Dusun Tuo Pariangan

Kecamatan Pariangan. Sebagai bukti adalah adanya kuburan

163Tim Yayasan Gunung Bungsu, Mengenal Tanah Datar Sebuah Kabupaten

di Sumatera Barat (Batusangkar: Yayasan Gunung Bungsu, 2014), 26-28. 164Z Pador and F. Zakir. "Pola Partisipatif: Alternatif Kembali ke Sistem

Nagari." Kembali ke Nagari: Batuka Baruak jo Cigak, 14.

Page 89: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 77

Panjang Datuk Tantejo Gurhano yang diketahui sebagai arsitek

rumah gadang (rumah besar). Dari Luhak Tanah Datar ini kemudian

orang Minangkabau berkembang ke daerah lain seperti luhak 50 kota

dan luhak Agam. Di Kabupaten Tanah Datar ditemukan banyak

peninggalan sejarah adat Minangkabau, baik berupa benda maupun

tatanan budaya adat Minangkabau. Masyarakatnya sangat kuat

memegang ajaran adat Minangkabau dan agama Islam. Mereka

menyebutnya dengan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi

Kitabullah.165

Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu kabupaten yang

mempunyai Indeks Persepsi Korupsi tertinggi, sejajar dengan

Kabupaten Wonosobo dan Kota Pare-pare dengan indeks 5.66. Sesuai

dengan hasil survei ini, Kabupaten Tanah Datar dinilai sebagi salah

satu kabupaten yang tinggi praktek korupsi di antara 32 kota dan

kabupaten yang diteliti dalam IPK 2006.166

Pusat Kota Batusangkar sebagai ibukota berjarak 100

kilometer dari Padang sebagai ibukota Provinsi Sumatera Barat,

sedangkan dari Bukittinggi berjarak 40 km. Dari sepanjang jalan

Padang dan Bukittinggi, terhampar pemandangan persawahan dan

perbukitan serta pegunungan yang indah.

Kabupaten Tanah Datar adalah daerah yang beriklim tropis

memiliki potensi seperti hasil pertanian, peternakan, pertambangan,

pariwisata dan lainnya. Kabupaten ini memiliki kawasan hutan

seluas 47.440 km persegi atau 35,51% dari luas keseluruhan

Kabupaten Tanah Datar. Areal persawahan seluas 28.910 km persegi

(21,64%), pertanian tanah kering 18.245,1 km persegi (13,66%),

perkebunan 16.833,50 km persegi (12,60%), rawa/danau 6.420 km

persegi (4,81%), kebun campuran 5.190 km persegi (3,88%), tanah

tandus 1.208 km persegi (0,90%) dan kolam ikan 863,50 km persegi

(0,65%).167

165Kaum Adat sepakatmenyebutnya sebagai Hari Suci dengan nama Hari

Absyar(Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah). 166BPS. Tanah Datar dalam angka 2011

167BPS Kabupaten Tanah. "Tanah Datar Dalam Angka 2003." Kabupaten

Tanah Datar (2003).

Page 90: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

78 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Dari luas wilayah Kabupaten Tanah Datar 133.600 ha, telah

dimanfaatkan untuk lahan budidaya seluas 61.07% dan untuk rumah

tangga petani seluas 36.908 ha (45,2%), telah digunakan untuk usaha

pertanian seluas 32.652 ha (88.4%). Jumlah masyarakat yang

berusaha tani lebih kurang 76% dari jumlah penduduk, yaitu

sebanyak 250.771 orang atau 64.338 KK. Dengan demikian, rata-rata

luas lahan garapannya hanya 0.51 Ha/KK.

Komoditas tanaman pangan yang utama di Kabupaten Tanah

Datar meliputi ubi kayu, ubi jalar, padi, jagung, dan kacang hijau.

Sebagai komoditas yang berperan penting secara strategis dan politis

terutama dalam pengamanan dan ketahanan pangan, dalam hal ini

tanaman padi mendapat perhatian yang khusus di Kabupaten Tanah

Datar. Komoditas padi ditemui hampir di seluruh wilayah Kabupaten

Tanah Datar dan penanaman padi terluas beraada di kecamatan

Sungai Tarab, Lintau Buo, dan Batipuh.168

Kabupaten Tanah Datar termasuk kabupaten yang terbatas

kemampuan keuangannya, disebabkan oleh terbatasnya potensi

sumber daya alam. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanah Datar

hanya sekitar Rp 20 milyar setahun atau hanya lima persen saja dari

jumlah APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) setiap

tahunnya. Sedangkan dana yang 95% persen lagi diperoleh dari

pemerintah pusat dalam bentuk DAU (Dana Alokasi Umum) dan

DAK (Dana Alokasi Khusus). Namun, Dana Alokasi Khusus yang

dialokasikan kepada Kabupaten Tanah Datar masih belum dapat

memacu pembangunan di daerah ini dengan cepat, sehingga

pembangunan di Tanah Datar masih sangat terbatas. Kabupaten

Tanah Datar masih terdapat 18.229 keluarga yang tergolong miskin

yang masih sangat membutuhkan bantuan baik berupa pelatihan

keterampilan maupun bantuan modal usaha.169

Hingga tahun 2006,

masih ada jorong dan nagari yang belum menikmati aliran listrik dan

air bersih, termasuk air untuk aliran irigasi teknis. Hal ini sangatlah

168Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Datar, Tanah Datar Daalam

Angka, 2016. 169KABUPATEN TANAH DATAR: NILAI-NILAI DEMOKRASI SEBAGAI KEARIFAN

LOKAL.HTTPS://ARIEFHILMANARDA.WORDPRESS.COM/2009/02/03/43/. ACCESSED, 18

DESEMBER 2017.

Page 91: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 79

mendasar sebab mata pencaharian masyarakat sebagian besar

ditopang oleh hasil pertanian terutama padi, di samping hasil

perkebunan dan peternakan. Untuk melihat pertumbuhan pendapatan

daerah bisa dilihat pada garafik 1.

Dari grafik 1. terlihat bahwa Pendapatan Daerah cendrung

meningkat, namun belum sebanding dengan pertumbuhan jumlah

penduduk dan kebutuhan pembangunan fisik dan non fisik.

Jumlah Anggata Fraksi DPRD Peserta Pemilu Kabupaten

Tanah Datar Pemilu tahun 2014 dapat dilihat pada table 3. Selama

Era Reformasi empat kali Pemilu Legislatif partai pemenang atau

terbanyak perolehan jumlah suara dan kursi di Tanah Datar adalah

Partai Golkar, sedangkan diurutan ke dua adalah PAN dan urutan ke

tiga PKS kecuali 2009 Partai Demokrat pada urutan ke-3 karena

kuatnya pengaruh sebagai Partai yang berkuasa.170

Tabel 3.

Jumlah Anggata Fraksi DPRD Peserta Pemilu Kabupaten Tanah

Datar Pemilu tahun 2014

No Fraksi Jumlah Perolehan Kursi

1 Golkar 8 (delapan)

2 PKS 4 (empat)

3 PAN 4 (empat)

4 Hanura 3 (tiga)

5 Demokrat 3 (tiga)

6 PPP 4 (empat)

7 Gerindra 3 (empat)

8 Nasdem 2 (dua)

9 PDIP 3 (tiga)

10 PBB 1 (satu)

Jumlah Kursi 35 (tiga lima)

170Badan Pusar Statistik Kabupaten Tanah Datar, Tanah Datar Dalam

Angka(Batusangkar:BPS,2016) http;/tanahdatar.bps.go.id

Page 92: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

80 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Sumber. Dispenda Kab.Tanah Datar

Tabel 4.

Afiliasi politik Bupati Kabupaten Tanah Datar Masa Orde Baru

Hingga Reformasi sebagai mana tergambar di bawah ini :

Nama Bupati Periode Dari Unsur/Partai

Sulaiman Zuhdi Tahun 1970-1975 ABRI

Mahyudin Algamar Tahun 1975-1980 ABRI

M.Nalis Tahun 1980-1985 ABRI

Ika Suma Hamid Tahun 1985-1990 ABRI

Ika Suma Hamid Tahun 1990-1995 ABRI

Masdar Saisa Tahun 1995-2000 ABRI

Masriadi Martunus Tahun 2000-2005 Partai Golkar

M.Shadiq Pasadigoe Tahun 2005-2010 Partai Golkar

M.Shadiq Pasadigoe Tahun 2010-2015 Partai Golkar

Irdinansyah Tarmizi Tahun 2015-2020 Partai Golkar

Dari Tabel di atas terlihat bahwa selama Orde Baru yang

menjadi Bupati dan wakil bupati dari kelompok ABRI. Pada Era

Reformasi sudah berfariasi tidak lagi dari meliter. Pada Era

Reformasi sistem pemilihan kepala daerah sudah berubah dari

-

500,000,000,000

1,000,000,000,000

1,500,000,000,000

2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016

Tahun

Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2000-2017

Jumlah Realisasi PAD (PendapatanAsli Daerah)

Page 93: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 81

pemilihan perwakilan menjadi pemilihan langsung. Namun pemilihan

Bupati pada tahun 2000 masih pemilihan melalui DPRD, baru pada

tahun 2005 sistem pemilihan langsung oleh rakyat melalui Pilkada

(Pemilihan Kepala daerah).

Masyarakat Tanah Datar juga dikenal gemar menabung dengan

total dana tabungan masyarakat sebesar Rp 223 Milyar tahun

2004.171

Kabupaten Tanah Datar memiliki potensi ekonomi yang

dapat dikatagorikan tiga katagori yaitu: sangat potensial, potensial

dan tidak potensial. Ubi kayu, kubis, karet, tebu, peternakan sapi

potong, peternakan kuda, peternakan kambing potong, budidaya

ayam ras pedaging, ayam bukan ras, budidaya itik dan budidaya ikan

air tawar, ini termasuk sektor pertanian yang sangat potensia di

Kabupaten Tanah Datar. Dan pada sektor lain yang sangat potensial

untuk dikembangkan yaitu pedagang eceran makanan olahan hasil

bumi, industri konstruksi bangunan sipil, usaha warung

telekomunikasi, pedagang cinderamata dan wisata sejarah.172

Semua

sektor pertanian sangat potensial kecuali cengkeh, tembakau, bayam

dan merica. Sedangkan pada sektor pertambangan yang sangat

potensial untuk dikembangkan adalah galian kapur.173

Dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah) Kabupaten Tanah Datar Tahun 2010-2015 yaitu

meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan daerah

melalui kawasan strategis dan cepat tumbuh serta prioritas

pembangunan sektor pertanian, pariwisata, dan industri berbasis

pertanian. Berdasarkan visi perkembangan kebijakan umum

pembangunan Tanah Datar tahun 2005-2025 yaitu Tanah Datar

171Syamsul Bahri( mantan sekda kabupaten Tanah Datar dan Pegawai di

Tanah Datar sejak Bupati IKA Sumahamid) ,Wawancara, 17 Februari 2017

pukul.10.00 di Jakarta. 172BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TANAH DATARHTTPS:// TANAH

DATARKAB.BPS.GO.ID/ 173Rina Rezeki. Disparitas Sub Wilayah (Kasus Perkembangan Antar

Kecamatan di Kabupaten Tanah Datar). Diss. Program Pasca Sarjana Universitas

Diponegoro, 2007.

Page 94: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

82 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

sebagai pusat budaya Minangkabau yang maju, sejahtera dan

berkeadilan.174

1) Sektor usaha pertambangan

Potensi bahan tambang Kabupaten Tanah Datar adalah batu

gamping kristalian, dolomit, granit, sirtukil, tanah liat, batu

setengah permata, trass, fosfat, batubara, besi, emas, belerang,

kuarsa dan slate.

2) Sektor usaha industri

Industri di Kabupaten Tanah Datar didominasi oleh industri

kecil seperti tenunan pandai sikek yang terdapat di kecamatan

Sepuluh Koto, kopi bubuk, kerupuk ubi, kerupuk kulit,

anyaman lidi, gula aren, gula tebu. Sektor industri besar berupa

peternakan ulat sutera oleh PT. Sutera Krida. Pada tahun 2004

nilai investasi sektor industri kecil di kabupaten Tanah Datar

mencapai Rp. 7 milyar dengan nilai produksi sebesar Rp. 60

milyar.

3) Sektor usaha pariwisata

(a) Wisata Istano Basa Pagaruyuang

Istano Basa yang lebih terkenal dengan nama Istana

Pagaruyung, adalah sebuah istana terletak di Batusangkar,

Kabupaten Tanah Datar Sumatra Barat. Istana ini merupakan

obyek wisata budaya yang terkenal di Sumatera Barat.Istano

Basa yang berdiri sekarang sebenarnya adalah replika dari yang

asli.Istano Basa asli terletak di atas Bukit Batu Patah itu dan

terbakar habis pada sebuah kerusuhan berdarah pada tahun

1804. Istana tersebut kemudian didirikan kembali namun

kembali terbakar tahun 1966. Proses pembangunan kembali

Istano Basa dilakukan dengan peletakan tunggak tuo (tiang

utama).175

Pada 27 Desember 1976 oleh Gubernur Sumatra Barat (waktu

itu Harun Zain). Bangunan baru ini tidak didirikan di tapak

174 Helmi, Laporan Hasil Rapid Assessment Pengembangan Ekonomi

Masyarakat di (Kabupaten Tanah Datar , 2017), 3. 175Observasi dan wawncara Kamaruzzaman (Kabid Pariwisata ), 01 April

2016 jam 10.00 di kantor Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabid Dinas Pariwisata

Kab.Tanah Datar,

Page 95: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 83

istana lama, tetapi di lokasi baru di sebelah selatannya. Pada

akhir 1970-an, istana ini telah bisa dikunjungi oleh masyarakat

umum. Pada tanggal 27 Februari 2007, Istano Basa mengalami

kebakaran hebat akibat petir yang menyambar di puncak

istana. Akibatnya, bangunan tiga tingkat ini rata dengan tanah.

Ikut terbakar juga sebagian dokumen, serta kain-kain hiasan.

Diperkirakan hanya sekitar 15 persen barang-barang berharga

ini yang selamat. Barang-barang yang lolos dari kebakaran ini

sekarang disimpan di Balai Benda Purbakala Kabupaten Tanah

Datar.

(b) Rumah Adat Kampai Nan Panjang

Objek wisata Rumah Adat Kampai Nan Panjang merupakan

Rumah Adat tertua di Minangkabau dibangun pada sekitar 350

tahun yang lalu. Rumah Adat Kampai Nan Panjang merupakan

rumah dengan kontruksi bangunan Tidak menggunakan paku,

konstruksi pasak (sama dengan rumah adat tua di Seremban,

Malaysia). Sangat unik, dengan posisi di Desa Balimbing yang

masih bersuasana desa Minang lama. Kamar-kamarnya relatif

kecil sekali dengan pintu berbentuk oval. Rumah adat Kampai

Nan Panjang terletak di desa Balimbing, Kecamatan

Rambatan,Kabupaten Tanah Datar. Desa ini merupakan jalan

kabupaten antara Batusangkar (Sekitar 30 km dari

Batusangkar) dan Danau Singkarak (masuk ke jalan desa kira-

kira 5 km).176

(c) Objek wisata Batu Basurek( prasasti)

Objek Wisata Batu Basurek terletak di Desa Kubu Rajo Nagari

Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar, lebih kurang 4 km dari

Kota Batusangkar. Di bagian atas Batu Bersurat terdapat

makam raja Adityawarman. Prasasti Batu Basurek ini

bertuliskan tulisan Jawa Kuno bahasa Sanskerta, lebarnya 25

cm tingginya 80 cm dengan ketebalan 10 cm dan berat sekitar

50 kg. Batu basurek ini telah berumur 659 tahun. Penemuan

prasasti ini pertama kali ditulis pada 16 Desember 1880 oleh

176Efrizon (penyusun). Pesona dan Profil Luhak Nan Tuo. Batusangkar:

Kantor Inforkom dan PDE Tanah Datar, 2005

Page 96: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

84 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

P.H. Van Hengst, Asisten Residen Tanah Datar. Prof. H Kern,

seorang ahli dari Belanda, Ia orang yang pertama kali

membahas prasasti dengan tulisan Jawa Kuno berbahasa

Sanskerta itu. Pada 1917 dia menerjemahkan isinya

adalah:"Adityawarman maju perkasa, ia penguasa

Kanakamedinindra atau Suwarnadwipa (Sumatera atau Tanah

Emas).177

Adityawarman lahir dari rahim Dara Jingga, putri

raja Darmasraya yang terletak di tepi Sungai Batanghari, Jambi

dan ayahnya, Adityawarman tadi, kerabat Keraton Singosari.178

(d) Objek wisata Puncak Pato

Di Kecamatan Lintau Buo Utara terdapat objek wisata Puncak

Pato atau Bukit Marapalam. Tempat ini terkenal dengan

sejarah Sumpah Satie Bukik Marapalam dan merupakan

kawasan benteng pertahanan perang Paderi. Objek wisata

Puncak Pato terletak di Nagari Batu Bulek kecamatan Lintau

Buo Utara ini terletak sekitar 17 km dari Kota Batusangkar.

Di sana terdapat bangunan yang melambangkan tempat

pertemuan tiga pemimpin masyarakat yang beratap tumpuk,

disinilah tempat musyawarah yang melahirkan pedoman hidup

masyarakat Minangkabau yang dikenal sebagai Perjanjian

Marapalam.

(e) Objek wisata Batu Batikam

Situs Batu Batikam di Koto Tuo, Kabupaten Tanah Datar,

Sumatera Barat, merupakan salah satu peninggalan sejarah

masyarakat Minangkabau. Batu Batikam adalah simbol

demokrasi, yang terbentuk dari tikaman keris saat terjadi

perbedaan pendapat antara Datuk Ketemanggungan dengan

Datuk Perpatih Nan Sebatang. Akan tetapi, karena kurang

177Local Governance Support Program (LGSP). "Buku Pegangan bagi Kepala

Daerah dan DPRD". United States Agency for International Development (USAID). 178Pemerintah Daerah Tingkat II Tanah Datar, Sejarah Tanah Datar

(Batusangkar, Pemda TD 1995).

Page 97: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 85

perawatan, situs yang berada di Dusun Tuo tersebut kini

ditumbuhi lumut dan berjamur.179

Di Kabupaten Tanah Datar tempat lahirnya orang

Minangkabau dan di sini pula kerajaan Minangkabau berada. Di

samping itu, juga memiliki potensi budaya dan sejarah baik berwujud

seni maupun benda. Kabupaten Tanah Datar mempunyai nama lain

Luhak Nan Tuo (luhak yang tua) atau luhak yang pertama kali

didirikan. Luhak Tanah Datar jika dilihat dari geografisnya

sebenarnya tidak datar, tentang asal usul nama Tanah Datar. hanya

ada sebuah penafsiran lain dari penggunaan nama Tanah Datar ini,

yaitu tak nan data dalam bahasa Minangkabau berarti tidak ada

yang datar. Dalam kawasan Tanah Datar memangg sulit ditemukan

tanah yang datar melainkan kondisi perbukitan dan berlembah,

sehingga maksud tidak ada tanah yang datar lebih tepat untuk

kondisi geografis kawasan Luhak Tanah Datar.

Faktor adat dan pertambahan penduduk serta faktor ekonomis,

ikut mendorong terbentuknya kawasan rantau. Ketiga faktor di atas

sangat erat kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya.

Sehubungan dengan hal itu diambil sebagai contoh, perkembangan

urang nan saparuik (saudari seibu kandung atau saudara senenek dari

pihak ibu kandung) dengan segala implikasinya, dalam ajaran Adat

Minangkabau dijelaskan sebagai berikut; gadang menyimpang, pecah

paruik, panjang bakarek, laweh bakapiang, ganggan nan babantuak,

iduik nan bapado dari pusako tinggi, iduik nan bakarilahan mati nan

batungkek budi.180 Ungkapan tersebut mengandung pengertian bahwa

suatu suku terdiri dari beberapa buah paruik, maka suku itu dapat

dipecah menjadi beberapa bagian.

Dalam suku Minang dikenal istilah harta pusaka tinggi yang

akan dibagi sesuai dengan jumlah paruik yang ada, tidak

179Marwan dkk, Badan Pengelolaan Keragaman Budaya, Revitalisasi,

Reaktualisasi Budaya Lokal, Monografi Adat nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara (Batusangkar, 2014), 17

180Herman Sihombing, Hukum Adat Minangkabau Mengenai Tungku Tigo

Sajarangan Dan Tali Tigo Sapilin: Hukun adat Minangkabau Dewasa ini dan

Dikemudian Hari dalam A.A. Navis (ed.), Dialektika Minangkabau (Padang:

Penerbitan Genta Singgalang Press, 1983 ), 40-41.

Page 98: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

86 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

berdasarkan jumlah anggota yang terdapat dalam sebuah paruik.

Apabila sebuah paruik mempunyai banyak anggota, tentu pembagian

itu tidak akan mencukupi ekonomi mereka. Hal itu mendorong

sebahagian anggota masyarakat mencari pemukiman baru di sekitar

(di luar) kawasan pusat Alam Minangkabau, selanjutnya menetap di

sana. Pada awal pertumbuhannya, kawasan rantau merupakan

pemukiman sementara, tetapi dalam periode selanjutnya berkembang

menjadi pemukiman yang terpisah dari kawasan inti (pusat).181

Walaupun demikian dalam lapangan kebudayaan penduduk kawasan

rantau tetap menganggap dirinya orang Minangkabau. Oleh karena

itu, mereka tetap mengaitkan dan menghubungkan garis

keturunannya dengan pesukuan (marga keturunan) di tempat asal

mereka.182

Kawasan rantau terdiri dari rantau Pesisir dan rantau

hilir,183

sebaliknya kawasan pusat juga menempati posisi yang tidak

kalah pentingnya, karena merupkan daerah penghasil lada hitam,

emas dan hasil-hasil lainnya. Di samping itu masyarakat di kawasan

pusat Alam Minangkabau juga dapat sebagai konsumen dari barang-

barang yang diperdagangkan oleh pedagang-pedagang lokal. Barang-

barang dagangan yang diperjualbelikan dikawasan rantau, selanjutnya

dibawa ke kawasan pusat Alam Minangkabau untuk diperdagangkan

di sana. Dengan demikian kawasan pusat Alam Minangkabau

memegang posisi penting, di samping sebagai produsen sekaligus

juga sebagai konsumen. Hubungan dan integrasi antara penduduk

kedua kawasan itu dipelihara melalui ikatan struktural, kultural, dan

181 Muhammad Rajab, Sistem kekerabatan di Minangkabau (Padang: Center

For Minangkabau Studies Press, 1969), 15. 182Pengamatan Peneliti terhadap Perantau Tanah Datar dan wawancara

Perantau yang tergabung dalam Organisasi IKTD (Ikatan Keluarga Tanah Datar)

pada kegiatan peresmian Istana Pagaruyung yang dihadiri oleh Wakil Presiden Yusuf

Kalla, Agustus 2016 di Istana Basa Pagaruyung Batusangkar. 183Rantau Hilir adalah daerah rantau Alam Minangkabau yang terletak di

sebelah timur kawasan pusat.Jika dilihat dari segi perpindahan penduduk dari

daratan Asia di Sumatra (Pesisir Barat Sumatra), barangkali terlebih dahulu sampai

dirantau hilir kemudian baru menuju pedalaman. Akan tetapi bila ditinjau dari

konsep Minangkabau dan penyebaran penduduk, serta kebudayaannya, maka daerah

tersebut termasuk kepada kawasan rantau. Lihat, Leonard Y. Andaya” Raja Kechil

And The Minangkabau Conquest of Johor In 1718” dalam Imras, No. 45. (1972), 51-

53.

Page 99: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 87

perdagangan. Melalui ikatan struktural terbina hubungan antara raja-

raja yang memerintah di kawasan rantau dengan raja Alam,184

yang

berkedudukan di Pagaruyung. Raja-raja di kawasan rantau pada

waktu tertentu menyampaikan persembahan pada Raja Alam, berupa

barang-barang berharga yang dipungut dari hasil bumi dan bea-cukai

daerah setempat. Hal itu merupakan pertanda adanya ikatan antara

kedua kawasan tersebut.185

Dari segi kultural, penduduk dikawasan rantau tetap mengakui

bahwa mereka adalah orang Minangkabau dan menjalankan

kebudayaannya . Oleh karena itu, mereka tetap menelusuri dan

mengaitkan garis keturunana mereka dengan pesukuan di daerah asal

mereka dalam kawasan Luhak Nan Tigo. Kedua bentuk hubungan itu

diperkuat dengan kontak-kontak perdagangan. Penduduk dan para

pedagang dari kawasan pusat menyalurkan hasil bumi mereka melalui

kota-kota dagang di daerah tertentu. Sebaliknya barang-barang dari

daerah luar yng dibutuhkan masyarakat di kawasan pusat, juga

disalurkan melalui Rantau. Dengan demikian, baik kawasan pusat

maupun Rantau menempati posisi penting, sehingga hubungan antara

keduanya menguntungkan kedua belah pihak.186

Struktur sosial masyarakat tradisional Minangkabau bersifat

geneologis, garis keturunan diambil berdasarkan pertalian darah yang

ditarik berdasarkan garis keturunan ibu atau disebut juga matrilinial.

Kelompok-kelompok adat di Minangkabau berkembang mulai dari

unit yang terkecil sampai pada unit yang paling besar. Kelompok adat

itu dapat dikategorikan pada: saparuik, induak bako dan anak

184Raja-raja di rantau, tidak sama fungsi dan kedudukannya dengan raja

Pagaruyung. Kekuasan yang dimilikinya mirip dengan kekuasaan penghulu di

kawasan Luhak. Lihat, M. Nasroen, Dasar Falsafah adat Minangkabau (Jakarta:

Bulan Bintang, 1972), 132. 185Raja Alam adalah penuasa tertinggi dalam kerajaan Pagaruyung

Minangkabau, raja tersebut tidak seperti raja-rajadalam kerajaan lain, kekuasaan

secara politis yang dimilikinya hanya terbatas pada pusat kerajaan belaka, sementara

itu kekuasaannya terhadap seluruh Alam Minangkabau hanyalah bersifat nominal

dan dia dihormati sebagai tokoh kharismatik dan orang betuah. Lihat Mukhtar Naim,

Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabu (Yogyakarta: Gajah Mada University

Press , 1979) 63-64. 186M.D. Manshoer, Sejarah Minangkabau(Jakarta: Bharata,1970), 126.

Page 100: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

88 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

pisang.187

Unit yang terkecil bagi urang nan saparuik adalah samande

(seibu). Selanjutnya kelompok itu dapat dihubungkan dengan cabang

yang lebih luas seperti; jurai, kampuang, kaum dan suku. Suku

merupakan unit yang paling utama dalam struktur sosial masyarakat

Minangkabau setelah ikatan saparuik.188

Ikatan perkawinan dalam masyarakat Minangkabau melahirkan

pola hubungan yang disebut induak bako, yaitu kelompok nan

saparuik di pihak ayah. Anak-anak yang lahir dari perkawinan itu

menyebut urang nan saparuik di pihak ayah dengan induak bako.

Perkawinan dalam masyarakat Tanah Datar harus dilakukan dengan

orang yang berasal dari suku yang berbeda. Setelah perkawinan

berlangsung biasanya pihak laki-laki tinggal dan menetap di

lingkungan keluarga istrinya atau bersifat matrilokal.189 Hubungan

perkawinan itu tidak mengubah dan mempengaruhi seseorang dengan

sukunya, suami maupun istri tetap terikat suku ibunya masing-

masing. Pasangan suami istri melalui ikatan perkawinan

mangharapkan lahirnya generasi baru untuk melanjutkan keturunan,

yaitu anak. Anak itu dinamakan anak pisang 190bila dilihat dalam

hubungannya dengan induak bako. Jika dilihat dari segi keturunan

ibu, maka anak-anak tersebut tergolong kepada urang nan saparuik

yang merupakan kelompok sosial terkecil dalam struktur masyarakat

Tanah Datar.191

Oleh karena sistem kekerabatan di Tanah Datar berdasarkan

pertalian darah yang diambil menurut garis keturunan ibu

(matrilinial), maka ikatan antara anak dan ibu lebih kuat bila

dibandingkan dengan ikatan antara anak dan ayah. Hal itu merupakan

gejala umum bagi masyarakat yang menganut garis keturunana ibu,

187Herman Sihombing. Hukum Adat Minangkabau Mengenai Tungku Tigo

Sajarangan Dan Tali Tigo Sapilin: Hukum adat Minangkabau Dewasa ini dan Dikemudian Hari, 40-41.

188Muhammad Rajab, Sistem kekerabatan di Minangkabau, 15.

189Matrilokal (hal kebiasaan yang) menentukan bahwa pengantin menetap di

sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri. 190Istilah Anak pisang dalam kekerabatan orang minang adalah semua anak

dari saudara laki-laki yang seibu, jika hanya seaya 191Wawancara, Rifka Yarni (Pengurus Bundo Kanduang Pariangan), 05

Desember 2016 di Pariangan.

Page 101: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 89

sebab anak lebih banyak tinggal dengan ibunya, akibatnya ikatan

antara anak dan ayah bersifat longgar. Ikatan tersebut akan terasa

semakin longgar bila terdapat faktor-faktor sebagai berikut: 1)

Kesibukan ayah bekerja dan mencari nafkah di luar lingkungan rumah

tangganya, 2) Jika seorang ayah berpoligami, dengan berpoligami si

ayah akan mendatangi istri-istrinya secara bergilir, sehingga si ayah

jarang bertemu dengan anaknya. 3) Bila terjadi perceraian antara si

ayah dengan ibu, biasanya anak akan tetap tinggal dengan ibunya dan

jarang sekali dapat bertemu dengan si ayah, kalaupun bertemu hanya

untuk beberapa waktu yang sangat terbatas.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa,

keluarga dalam pengertian orang Minangkabau berbeda dengan

konsep keluarga inti. Komponen keluarga menurut nuclear family

terdiri dari; ayah (sebagai kepala keluarga) ditambah dengan ibu dan

anak-anak.192

Sedangkan keluarga menurut pengertian orang Tanah

Datar lebih luas dari pada itu, di samping ibu, ayah dan anak, juga

termasuk mamak yang berfungsi sebagai pimpinan keluarga tersebut.

Selain itu masih terdapat pengertian keluarga yang lebih luas,

meliputi urang nan saparuik, jurai, kampuang dan kaum, bahkan

orang yang sesuku pun masih dianggap sekeluarga, karena orang

Tanah Datar beranggapan bahwa orang yang sesuku berasal dari

nenek moyang yang sama.193

Kelompok kekerabatan terkecil di Tanah Datar adalah

samande (seibu) yang dipimpin oleh mamak (saudara laki-laki dari

ibu). Gabungan beberapa kelompok terkecil itu disebut kampuang

(kampung), dipimpin mamak tertua yang dinamai tungganai194.

Selanjutnya beberapa kampuang (kampung) bersatu dan membentuk

kaum yang dipimpin oleh mamak kaum. Suku yang merupakan

gabungan dari beberapa kaum sejenis dipimpin oleh penghulu suku.

192Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial (Jakarta: PT. Dian

Rakyat, 1997), 105. 193A.A Navis, Dialektika Minangkabau (Padang: Genta Singgalang Press,

1983), 13-25. 194Tungganai adalah kelompok yang di pimpin mamak (paman) yang tua,

memimpin beberapa paruik.

Page 102: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

90 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Suku memiliki penghulu suku, kaum memiliki mamak kaum,

kampuang memilki tungganai, sumando memiliki mamak.195

Tabel 5.

Sturuktur Kekerabatan di Tanah Datar

dari urutan terendah sampai ke Nagari

Tingkat

kekerabatan

Sebutan

pemimpin Pemimpin

Samande Mamak Mamak

Kampuang Tungganai Datuk/penghulu kampuang

Kaum Mamak kaum Datuk/penghulu kaum

Suku Penghulu suku Datuk/Penghulu suku

Kumpulan

penghuku suku

KAN (Kerapatan

Adat Nagari)

Ketua KAN

Di kawasan pusat Alam Minangkabau terdapat empat macam

suku yang merupakan suku asal ; Bodi, Caniago, Koto dan Piliang.196

Berkaitan dengan corak kepemimpinan dalam suku, maka sifat

kepemimpinannya dapat dibedakan kedalam dua kelompok yang

disebut laras yaitu; laras Bodi caniago dan laras Koto Piliang.

Pemerintahan tertinggi dalam suku menurut sistem kelarasan Bodi

Caniago dipegang oleh penghulu pucuak (penghulu yang paling tinggi

di suatu suku). Satu atau beberapa suku mendiami suatu

perkampugan yang disebut koto. Koto terbentuk dari taratak dan

dusun. Gabungan dari beberapa koto membentuk nagari.197Nagari

merupakan pengelompokan sosial yang berbeda di atas suku.

Walaupun demikian nagari pada prinsipnya mengandung pengertian

teritorial, tanpa pertimbangan segi geneologis dan suku. Nagari lebih

menonjol peranannya dalam lapangan politis dan pemerintahan nagari

195Marwan dkk, Badan Pengelolaan Keragaman Budaya, Revitalisasi,

Reaktualisasi Budaya Lokal, Monografi Adat nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara (Batusangkar, 2014), 17.

196 Muchtar Naim, Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau(Yogyakarta:

Gajah Mada University Press, 1979), 18. 197Syarat-syarat berdirinya suatu nagari adalah sebagai berikut : adanya

masjid, balai adat, labuah (jalan raya kampong) serta terdapatnya tepian tempat

mandi. Hamka. Ayahku (Jakarta: Uminda,1982),h.2. Lihat Taufik Abdullah, Schools

and Politics (Ithaca, New York: Cornell University Press, 1971), 4.

Page 103: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 91

merupakan pemerintahan tertinggi yang memegang kekuasaan

langsung terhadap masyarakat di Minangkabau.

Berbeda keadaannya dengan di pusat Alam Minangkabau,

dikawasan rantau pemerintahan dipegang oleh raja, sebagaimana

ternukil dalam ungkapan rantau beraja, luhak berpenghulu (rantau

punya raja dan luhak punya penghulu). Dalam menjalankan roda

pemerintahan raja-raja di rantau itu juga memiliki otonomi penuh.

Raja-raja tersebut ada yang merupakan keturunan langsung dari raja

Pagaruyung yang terletak dalam kawasan pusat alam Minangkabau.

Di samping itu ada pula yang merupakan utusannya, dan yang lain

ada yang dipilih dari daerah setempat, selanjutnya dinobatkan

menjadi penguasa di daerahnya.198

Pada saat-saat tertentu raja-raja

dari rantau menyampaikan persembahan kepada raja di Pagaruyung,

hal itu bukan berarti sebagai ketundukan dari kawasan pusat, apalagi

sepeninggal Adityawarman, namun persembahan itu merupakan

pertanda adanya ikatan antara kedua kawasan Alam Minangkabau.

Uraian di atas mengandung pengertian, bahwa nagari dan

rantau dalam kawasan alam Minangkabau bebas dan merdeka

menjalankan pemerintahannya sendiri. Raja Pagaruyung tidak

berkuasa secara politis dan administratif terhadap kedua kawasan itu,

kekuasaan yang mereka miliki hanya bersifat komunal, mereka

dianggap sebagai tokoh kharismatik dan orang bertuah. Oleh karena

itu , mereka tetap dihormati oleh masyarakat Minangkabau. Beberapa

fungsi raja dalam masyarakat Minangkabau, antara lain:

1)Menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan (tidak putus)

di tingkat nagari. Bila orang yang terlibat dalam suatu perkara tidak

dapat menerima putusan akhir Kerapatan Penghulu, maka dia dapat

naik banding sampai ke tingkat kerajaan. Setelah itu perkara tersebut

akan diusut oleh anggota Basa Empat Balai, namun putusan terakhir

terletak pada putusan Raja Alam. 2)Menjaga keseimbangan hubungan

antara kawasan pusat alam Minangkabau dengan kawasan rantau,

dalam bentuk pemerintahan nagari yang sudah ada sejak dulu dan

masih populer di masyarakat Tanah Datar.199

198Muchtar Naim, Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau, h.12 199Amir, M. S. Adat Minangkabau: Pola dan tujuan hidup orang Minang, 143.

Page 104: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

92 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Masyarakat tradisional Minangkabau dapat dibagi dalam dua

sistem yang berbeda, yaitu: The Royal Family System (Sistem

keluarga penguasa kerajaan/bangsawan) dan The Commoners (rakyat

biasa). Bentuk pertama adalah sistem patrilinial yang tak dapat

dipisahkan dari Alam Minangkabau. Ini juga dapat dianggap sebagai

perwakilan dari The male principle. Sedangkan yang kedua dapat

dikatakan mewakili model sistem matrilinial (the fame principle).

Namun kedua bentuk ini disatukan ke dalam a sacral marrige.200

Berdasarkan bukti-bukti sejarah setelah abad ke-16, setelah

peme-rintahan Adityawarman, terdapat tiga raja di Minangkabau,

yaitu Raja Alam, Raja Ibadat, dan Raja Adat. Ketiga raja tersebut

disebut Rajo Tigo Selo. Yosselin De Jong menyebutkan Raja Adat

adalah simbol kewanitaan, oleh karena itu kadang-kadang disebut

dengan Tuan Gadis.201

Raja ini boleh laki-laki dengan syarat harus

memanjangkan rambutnya. Sedang-kan raja ibadat adalah simbol

kaum laki-laki. Keduanya disebut Rajo Duo Selo. Namun kekuasaan

raja tidak pernah berfungsi sebagai kepala pemerintahan di

Minangkabau.

Wilayah ini terdiri dari Dua laras dan Tiga Luhak. Luhak itu

sendiri bukan merupakan unit politik dalam pengertian tradisional.

Organisasi sosial politik tertinggi sebelum masuknya pengaruh asing

adalah Nagari yang terdiri dari beberapa kampung yang saling

berdekatan nagari biasanya diperintahi oleh sebuah lembaga

kampung. Tidak terdapat kaitan struktur secara formal antara nagari

dengan nagari lainnya.202

Oleh karena itu setiap nagari berdiri sendiri

di mana nagari satu terlepas dari nagari yang lainnya. Dengan

demikian orang sering menyebutnya dengan Republik Nagari.203

200Taufik Abdullah. “Adat dan Islam: An Examination of Conflict in

Minangkabau” dalam Indonesia, No 2 Oktober 1966. 201 Herman Sihombing. 1983. ”Hukum Adat Minangkabau mengenai Tungku

Tigo Sajarangan dan Tali Tigo Sapilin” dalam A.A. Navis (Ed). Dialektika Minangkabau dalam Kemelut Sosial. (Padang:Genta Singgalang Press, 1983).

202Masalah antara satu nagari dan nagari lainnya sering terjadi

perkelahian.P.E. de Josselin de Jong. Minangkabau and Negeri Sembilan: Sosio Political Structure in Indonesia. Den Haag: Martinus Nijhoft Iletgeverij, 1980.

Accessed, 14 Desember 2017 203Ahmad Dt. Batuah A. Dt. Madjoindo. Tanpa Tahun. Tambo Alam

Minangkabau. (Jakarta: Balai Pustaka. 2011), 17.

Page 105: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 93

Sebuah kampung biasanya dikepalai oleh kepala kampung.

Disamping itu juga terdapat kepala dari masing-masing suku.

Biasanya ada beberapa buah suku yang termasuk ke dalam sebuah

kampung. Kepala suku yang tertua di antara kepala suku yang ada

dalam kampung yang bersangkutan dipilih untuk menjadi kepala

kampung, mereka dimuliakan dengan istilah Datuk yang dipusakai.204

Di Minangkabau pada awalnya terdiri dari empat suku pokok

yang berasal dari dua kelarasan yaitu Suku Koto dan Suku Pilliang,

keduanya tergolong kelarasan Koto Piliang. Sementara Suku Bodi

dan Caniago tergolong kelarasan Bodi Caniago. Menurut L.C.

Westenenk telah berkembang cabang-cabang suku, lebih kurang 96

suku yang menyebar di seluruh nagari di Minangkabau.205

Suku adalah unit utama dari struktur sosial masyarakat

Minangkabau. Orang yang tidak memiliki suku, maka tidak dianggap

sebagai orang Minangkabau kalau tidak mempunyai suku.Tiap suku

biasanya terdiri dari beberapa paruik 206

. Paruik terbagi ke dalam

jurai/kaum207, dan jurai terbagi lagi kedalam Samande.

208Cara

pembagian suku yang demikian masuk ke dalam berbagai tingkat

jenis keturunan, namun bisa berbeda antara satu daerah dengan

daerah lainnya. Sebagai mana yang dikatakan de Jong, jurai adalah

istilah yang tidak jelas yang mungkin menun-jukkan persamaan

consangulinealitas saja atau pertalian kelompok di bawah atau di atas

tingkatan paruik. Sebaliknya samande sukar dipandang sebagai unit

yang berdiri sendiri oleh karena dua atau tiga samande bisa sama

mendiami rumah yang satu.209

204Mochtar Naim. Merantau Pola Migrasi Minangkabau (Yogyakarta: Gajah-

mada University Press. 1984), 22. 205A.A Navis. Alam Takambang Jadi Guru:Adat dan Kebudayaan

Minangkabau. (Jakarta: Grafiti Press, 1984), 48. 206 Saparuik adalah satu keturunan dari nenek 207 Jurai adalah sama dengan suku yang terdidri dari beberapa kaum 208Samande adalah satu keturunan dari ibu 209 Taufik Abdullah. Modernization in the Minangkabau World; West

Sumatera In Early of the twentienth Century. London, Ithaca, London: Cornel

University Press; Taufik Abdullah. 1972. Schools and Politics: The Kaum Muda Moyement in West Sumatera. New York: Ithaca Cornell University Press; Taufik

Abdullah. 1966. “Adat and Islam An examination of conflict in Minangkabau” dalam

Indonesia, No. 2 Oktober 1966; Schrieke. 1973. Pergolakan Agama di Sumatera

Page 106: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

94 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Sebuah nagari biasanya dapat berisikan empat sampai sepuluh

suku. Bahkan lebih, di padang tahun 1933 terdapat delapan sampai

sepuluh suku di Koto Tangah. Keberadaan suku bukanlah merupakan

unit teritorial,. Oleh karena itu kesatuan teritorial yang merupakan

daerah otonom adalah nagari.Terdapat beberapa tingkat bentuk unit

teritorial, dari rumah adat, berikut taratak (kumpulan beberapa

kekuarga), dusun, koto (kumpulan beberapa taratak), sampai pada

nagari sebagai puncaknya. Setiap nagari memiliki sebuah balai adat,

masjid, jalan-jalan raya atau setapak, pandan pakuburan, medan laga,

tepian mandi, lapangan olah raga dan tempat hiburan. Bahkan nagari

seharusnya juga memiliki sawah, perkebunan dengan berbagai jenis

tumbuhan yang ada di dalamnya.

Pada masa pemeintahan Belanda terdapat istilah lareh(laras)210.

Laras dibentuk bila nagari mempunyai adat yang sama dalam bentuk

federasi (gabungan) yang sering diistilahkan dengan koto, seperti

sebutan IV koto, VI koto, XIII koto dan seterusnya. Pada masa

kedatangan Belanda tahun 1937 di Tanah Datar terdapat empat belas

kelarasan dan di Agam dua belas kelarasan, di dalam sukunya

penghulu paling berkuasa. Ada-kalanya penghulu bersama penghulu

lainnya mengadakan rapat di balai adat nagari bila ada masalah-

masalah dalam penduduk nagari, sedangkan penghulu pada dasarnya

tidak bekerja sendiri: dia dibantu oleh penghulu kecil di daerah lain

adakalanya terdapat istilah atau sebutan yang berbeda untuk tujuan

dan maksud yang sama.

Di Bukittinggi masing-masing keluarga atau paruik dikepalai

oleh penghulu Andiko. Di Payakumbuh kepala puruik juga disebut

penghulu Andiko. Di Suliki disebut penghulu nan VI suku, tapi

penghulu Andiko tetap kepala paruik. Sedangkan menurut informasi

Ronkel dan Pamuncak, sendangkan orang yang terkemuka

mengepalai nagari disebut pucuak, di rantau pucuak sering disebut

raja. Data memperlihatkan kelompok geneologis dibentuk oleh

nagari. Setiap nagari berbentuk republik kecil, begitu juga di rantau,

Barat: Sebuah Sumbangan Bibliografi (terjemahan oleh: Soergata Poerbakawatja.

(Jakarta: Bharata). 210Laras/lareh dalam bahasa Minang adalah sistem pemerintahan di

Minangkabau

Page 107: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 95

kecuali Indragiri disebut berbeda. Masing-masing daerah berbeda

sebutan untuk penghulu pucuk (pucukP.211

Unsur-unsur dari Koto Piliang dan Bodi Caniago kemungkinan

ditemukan dalam nagari yang sama. Walaupun nagari tersebut

terdapat suku yang berlainan. Akan tetapi biasanya ditandai dengan

suku yang dominan. Oleh karena itu biasanya orang mengatakan

bahwa Luhak Agam lebih didominasi oleh Bodi Caniago, Luhak Lima

Puluh Koto oleh Koto Piliang dan Tanah Datar campuran di antara

keduanya. Sedangkan keluarga kerajaan lebih didominasi oleh Koto

Piliang.212

Luhak Tanah Datar yang merupakan gabungan antara adat

Koto Piliang dengan Bodi Caniago, tiga daerahnya yang terpenting

adalah Solok, Singkarak dan Batu Sangkar. Di Solok keluarga disebut

sesuku yang dikepalai oleh penghulu Andiko. Bila suku atau keluarga

menempati beberapa rumah, maka penghulu Andiko mengepalai

beberapa mamak, sedangkan nagari dikepalai oleh penghulu pucuak.

Tetapi ia adalah seorang penghulu Andiko. Di Singkarak sama

dengan di Solok yang berbeda hanya keluarga tidak disebut suku

tetapi kampuang.213

Luhak Tanah Datar disebut juga Luhak Nan Tuo karena luhak

ini adalah luhak yang pertama muncul di Minangkabau. Luhak ini

dikenal dengan kekhasanya buminyo tenang , aianyo tawa, ikannyo

banyak. (buminya tenang, airnya tawar dan ikannya banyak). Hal ini

menggambarkan masyarakatnya yang ramai, statusnya tidak merata.

Asal usul Luhak Tanah Datar, terjadi sejak dahulu kala, ketika

nenek moyangnya masih tinggal di puncak gunung Merapi, ada tiga

sumur (luhak). Salah satu dari ketiga sumur itu terletak di tanah yang

datar. Orang yang biasa minum dari sumur tersebut pindah ke suatu

211Syafwan Rozi. Kontruksi Identitas Islam Perbatasan sebuah Sintesis

terhadap Identitas Tradisional dan Identitas Modernis dalam Paham Keagamaan di

Daerah Rao Sumatera Barat" (2012), 1643-1660. 212Nursyirwan Effendi. "Kearifan Lokal Menuju Penguatan Karakter Sosial:

suatu Tantangan dari Kemajemukan Budaya di Sumatera Barat." Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya 16.2 (2014), 107-115.

213Ronald Fransyaigu. Penerapan Inkuiri Moral Berbasis Nilai-Nilai Kearifan

Lokal Minangkabau“Alam Takambang jadi Guru Untuk Pembentukan Karakter Siswa. Diss. (Universitas Pendidikan Indonesia, 2014), 16.

Page 108: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

96 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

tempat, yang kemudian dinamakan Luhak Tanah Datar, sesuai

tempat sumur mereka.

Nenek moyang orang Minangkabau pertama-tama membuat

nagari di Pariangan Padang Panjang. Lama-kelamaan nagari itu terasa

sempit karena penduduk berkembang, dan akhirnya mereka mencari

daerah baru. Salah satu daerah itu adalah daerah yang tidak

datar.Tanahnya berbukit-bukit dan berlembah-lembah. Nama tempat

itu mereka tetapkan sesuai dengan kondisi daerahnya, yakni Luhak

Tanah Datar. Luhak disini mengandung makna “kurang”, jadi daerah

yang tanahnya kurang datar. Di antara nagari-nagari yang termasuk

Luhak Tanah Datar adalah sebagai berikut: 1)Panti, Silabuak

Ampalu, Parambahan, Cubadak, Supanjang, Pabalutan, Sawah Jauah,

Rambatan, Tabek Sawah Tangah. 2)Dusun Tuo, Balah Labuah, Balai

Batu, Kubu Rajo, Piliang, Ngungun. 3)Tujuah Langgam di Hilia;

Turawan, Padang Lua, Padang Magek, Sawah Kareh, Kinawai,

Balimbiang, Bukik Tamusu. Limo Kaum Duo Baleh Koto.

4)Tampuak Tangkai Pariangan Salapan Koto.Pariangan, Padang

Panjang, Guguak, Sikaladi, Koto Tuo, Tanjuang Limau, Sialahan,

Batu Basa. 5)Sambilan Koto di dalam; Tabek Boto, Salagondo,

Baringin, Koto, Baranjak, Lantai Batu, Bukik Gombak, Sungai

Ameh, Ambacang Baririk, Rajo Dani. 6)Tanjuang Nan Tigo, Lubuak

Nan Tigo; Tanjuang Alam, Tanjuang Sungayang, Tanjuang Barulak,

Lubuak Sikarah, Lubuak Simauang, Lubuak Sipurai. 7)Sungai Tarab

Tujuah Batu; Limo Batu, Tigo Batu, Ikua Kapalo Kapak, Randai

Gombak Katitiran, Koto Tuo Pasia Laweh, Koto Baru, Rao-Rao, Salo

Patir Sumaniak, Supayang, Situmbuak, Gurun Ampalu, Sijangek

Koto Badampiang. 8)Langgam Nan Tujuah. 9)Labutan, Sungai

Jambu, Batipuah Nagari Gadang, Tanjuang Balik Sulik Aia,

Singkarak, Saniang Baka, Silungkang, Padang Sibusuak, Sumaniak,

Suraso. 10)Batipuah Sapuluah Koto; Batipuah, Koto Baru Aia

Angek, Koto Laweh Pandai Sikek, Panyalaian, Bukik Suruangan,

Gunuang, Paninjauan, Jaho Tambangan, Pitalah Bungo Tanjuang,

Sumpu Malalo, Singgalang. 11)Lintau Buo Sambilan Koto. 12)Batu

Bulek, Balai Tangah, Tanjuang Bonai, Tapi Selo Lubuak Jantan, Buo,

Pangian, Taluak Tigo Jangko.

Page 109: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 97

Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu dari 19

Kabupaten/ Kota di Sumatera Barat dengan ibukota Batusangkar.

Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Barat ini merupakan

Kabupaten terkecil luas wilayahnya, yaitu 133.600 Ha (1.336 Km2).

Jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar pada tahun 2006 adalah

345.383. Kabupaten Tanah Datar adalah daerah agraris, lebih dari

tujuh puluh prsen Penduduknya bekerja di sektor pertanian, baik

pertanian pada tanaman pangan dan , perkebunan, perikanan maupun

peternakan. Begitu juga dengan usaha masyarakat pada sektor lain

juga berbasis pertanian seperti pariwisata dan industri kecil atau agro

industri. Masyarakat yang telah bertani secara turun temurun ini

mempunyai motivasi dan semangat kerja yang tinggi.

Ada suatu keyakinan bagi masyarakat Minangkabau bahwa

asal usul orang Minangkabau dari Kabupaten Tanah Datar, tepatnya

dari Dusun Tuo Pariangan Kecamatan Pariangan. Sebagai buktinya

masih terdapat Sawah, Lurah dan Kuburan Panjang Datuk Tantejo

Gurhano yang dikenal sebagai arsitek rumah gadang. Kemudian dari

Luhak Tanah Datar inilah kemudian orang Minangkabau berkembang

dan berpindah ke daerah lain seperti Luhak 50 kota dan Luhak

Agam.214

Luhak pada prinsipnya bukan merupakan unit politik,

sekalipun dalam pengertian tradisional, akan tetapi secara mitologis

orang-orang yang mendiami kawasan tersebut dianggap berasal dari

moyang yang sama.215

Di samping itu luhak juga mengandung

pengertian kesatuan geografis, sosial ekonomis dan sosial budaya

yang mempunyai corak dan ciri tersendiri. Terbentuknya masing-

214Hasanuddin, W. S. "Kearifan Lokal dalam Tradisi Lisan Kepercayaan

Rakyat Ungkapan Larangan tentang Kehamilan, Masa Bayi, dan Kanak-kanak

Masyarakat Minangkabau Wilayah Adat Luhak Nan Tigo." Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya 1.2 (2015): 198-204.

215Menurut ceritra rakyat Minangkabau, masyarakat yang mendiami masing-

masing Luhak dalam kawasan pusat alam Minangkabau menghubungkan nenek

moyangnya dangan binatang seperti; harimau sebagai nenek moyang orang Agam,

Kuciang siam serta kambing bagi orang Lima puluh Kotadan kucing bagi Tanah

Datar, sera anjing moalam bagi orang solak. Baca, P.E.de Joselin de Jong

Minangkabau and Negeri Sembilan Sosio Politikal Strukture in Indonesia (Den

Haag: Martinus Nijhoff-‘S-Gravenhage, 1980) h.101. Muctar Naim, Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1979), 17.

Page 110: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

98 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

masing luhak dalam kawasan pusat Alam Minangkabau, terutama

didorong oleh faktor geografis yang memisahkan ketiga daerah

pemukiman tersebut. Faktor yang dimaksud adalah berupa hutan-

hutan lebat serta jurang yang dalam dan terjal. Keadaan alam seperti

itu sulit diatasi oleh masyarakat, apalagi pada masa itu belum

diketahui teknologi modern. Oleh karena itu, masing-masing daerah

pemukiman tersebut mengalami perkembangan tersendiri, sebab

hubungan antara satu luhak dengan yang lainnya belum berjalan

dengan baik. Luhak rantau merupakan sebutan bagi penduduk yang

menyebar dan membentuk perkampungan dari kawasan Luhak Nan

Tigo.216

Di Kabupaten Tanah Datar saat ini masih banyak terdapat

peninggalan sejarah adat Minangkabau tersebut, baik berupa benda

maupun tatanan budaya adat Minangkabau. Dan masyarakatnya

dikenal kuat memegang ajaran adat Minangkabau dan agama Islam.

Mereka menyebutnya dengan "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi

Kitabullah". Ikrar ini disebut juga dengan Sumpah Satie yang juga di

Tanah Datar dilahirkan, yaitu tempatnya di Bukit Marapalam Puncak

Pato Kecamatan Lintau Buo Utara.217

Diskursus masyarakat Tanah Datar pada masa lampau maupun

pada masa sekarang tidak dapat dipisahkan dengan adat dan budaya

Minangkabau. Maka penggunaan istilah masyarakat Minangkabau di

Kabupaten Tanah Datar sering digunakan untuk mewakili kata

masyarakat Tanah Datar. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan

sering digunakan masyarakat atau orang Minangkabau untuk merujuk

masyarakat Minangkabau yang ada di Kabupaten Tanah Datar.

Sangat relevan jika membahas adat dan budaya suku bangsa

Minangkabau jika berbicara dan menganalisa apa yang terjadi saat ini

pada masyarakat Kabupaten Tanah Datar dan juga di sebagian besar

216Yang dimaksud dengan ‘Rantau’ dalam kajian ini adalah daerah persebaran

masyarakat dan kebudayaan Minangkabau yang terletak di sekitar kawasan pusat

Alam Minangkabau. Mereka menetap dan tinggal di daerah itu bukan hanya untuk

mencari nafkah (tempat menetap sementara). Rantau disini tidak sama dengan

pengertian tempat tinggal sementara, dalam konsep ‘merantau’( berlayar mencari

penghidupan di sepanjang rantau, dari satu sungai ke sungai lain; pergi ke pantai

(pesisir); pergi ke negeri lain untuk mencari penghidupan, ilmu. 217 Marwan dkk, Badan Pengelolaan Keragaman Budaya, Revitalisasi,

Reaktualisasi Budaya Lokal, Monografi Adat nagari Batu Bulek , 18.

Page 111: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 99

Provinsi Sumatera Barat. Dengan adanya otonomi daerah, ada

semacam penguatan nilai-nilai lokal di semua kabupaten dan kota di

Sumatera Barat yang mayoritas penduduknya adalah suku bangsa

Minangkabau, termasuk di Kabupaten Tanah Datar sebagai daerah

pusat kerajaan alam Minangkabau.

Masyarakat Minangkabau dikenal fanatik dengan nilai-nilai

budaya mereka, termasuk dalam beragama. Sangat aneh jika orang

Minang tidak beragama Islam. Ini dibuktikan dalam bentuk falsafah

adat Basandikan Syarak, Syarak Basandikan Kitabullah (adat

bersendikan agama, agama bersendikan Kitabullah). Dua nilai (nilai

adat dan nilai agama Islam) yang tidak bias dipisahkan yang

menguat saat ini menurut orang Kabupaten Tanah Datar.

Dalam perjalanan sejarah panjang masyarakat Tanah Datar,

perubahan budaya tentunya selalu ada seiring dengan perubahan

waktu dan masyarakatnya. Dalam keadaan normal, proses perubahan

budaya berjalan secara evolusif (berubah sedikit demi sedikit). Pada

masa-masa tertentu di mana terdapat momentum atau kejadian

khusus, perubahan tersebut dapat berupa revolusi. Perubahan yang

terjadi pada kejadian khusus ini lebih memudahkan analisa terhadap

perubahan sosial suatu masyarakat.218

Minangkabau terkenal dengan

ungkapan falsafah yang dijadikan pedoman: Adat Basandi Syarak,

Syarak Basandi Kitabullah. Maksudnya bahwa adat berdasarkan

syariat, syariat berdasarkan Al-quran. Hukum Islam diberlakukan

sejak Islam tiba di Indonesia, ada yang mengatakan abad ke-1 H, ada

yang mengatakan abad ke- 7 H terutama dalam kerajaan-kerajaan

lama.219

Adat Minangkabau adalah peraturan dan undang-undang atau

hukum adat yang berlaku dalam kehidupan sosial masyarakat

Minangkabau, terutama yang bertempat tinggal di Ranah Minang

atau Sumatera Barat. Dalam batas tertentu, adat Minangkabau juga

dipakai dan berlaku bagi masyarakat Minang yang berada di wilayah

218Rizki Hidayat. Konstruksi Makna dalam Upacara Adat Tradisi Pacu Jawi

Sebagai Kearifan Lokal Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat. " 2014.

(Accessed, 15 Desember 2017). 219Deliar Noer, Islam &Politik(Jakarta: Yayasan Risalah, 2003), 2.

Page 112: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

100 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Minangkabau.220

Setelah Aditiawarman menjalankan pemerintahan

dengan melancarkan undang-undang adat Minangkabau di dalam

Luhak Nan Tiga, maka keamanan dan kemakmuran rakyat dan negeri

lebih maju dan sempurna dari biasa.221

Adat Minangkabau merupakan

kesepakatan bersama antara penghulu /ninik mamak, alim ulama,

cerdik pandai, bundo kanduang dan pemuda dalam suatu nagari di

Minangkabau, yang disesuaikan dengan perkembangan zaman

memakai etika-etika dasar adat Minangkabau namun tetap dilandasi

ajaran agama Islam. Dengan semboyan adat, indak lapuak dek

hujan,indak lakang dek paneh (tidak lapuk karena hujan dan tidak

lekang karena panas). Seboyan tersebut menggambarkan kekokahan

adat di nagari-nagari di Minangkabau. Agama Hindu dan Budha yang

masuk ke sana pada abad V dan VI M, tidak mempengaruhi adat dan

kebudayaan tersebut. Kemudian akhirnya kebudayaan Hindu dan

Budha tidak berkembang di Minangkabau.222

Aditiyawarman menjalankan pemerintahan dengan

menlancarkan undang-undang adat Minangkabau di dalam Luhak

Nan Tigo (Kabupaten yang tiga ), maka keamanan dan kemakmuran

rakyat dan negeri lebih maju dan sempurna dari biasa. Kemudian

turun temurun pemerintahan dilanjutkan anak dan cucu

Aditiawarman yang merupakan kemenakan dari Perpatih Nan

Sabatang dan Katumanggungan. Karena waris adalah dari mamak

yang dibangsakan kepada pihak ibu, maka akhirnya tidak ada lagi

sangkut pautnya waris dengan keturunan Aditiawarman. Hanya

keturunan Perpatih Nan Sabatang serta Datuk Katumanggungan yang

sampai sekarang tetap diwarisi dan diakui oleh rakyat

Minangkabau.223

Hampir seluruh penduduk Kabupaten Tanah Datar merupakan

suku-bangsa Minangkabau yang memliki sistem sosial berdasarkan

220Evelyn Blackwood,”Representing Women”: The Politics of Minangkabau

Adat Writings Source: The Journal of Asian Studies,Vol. 60, No. 1 (Feb., 2001), pp.

125-149Published by: Association for Asian StudiesStable URL:

http://www.jstor.org/stable/2659507Accessed: 15-04-2015 14:06 UTC,H.126 221M.Radjab, Sistem Kekerabatan Di Minangkabau(Padang:CMS,1969),h.17 222M.Nasroen, Dasar Falsafah Adat Minangkabau,(Jakarta: Bulang Bintang,

1972).32 223 M.Radjab, Sistem Kekerabatan Di Minangkabau(Padang:CMS,1969),17.

Page 113: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 101

kekerabatan matrilineal (keturunan menurut garis ibu). Sistem ini

melahirkan tatanan sosial dan sistem kepemilikan yang bersifat

komunal dengan sistem pewarisan mengikuti garis keturunan ibu.

Konsepsi masyarakat Minangkabau tentang hirarki dalam

kehidupan sosial dan politik penting untuk dipahami sebagai sistem

pemerintahan yang ada dalam masyarakat Minangkabau yang

merupakan warisan dari nenek moyang orang Minangkabau adalah

nagari. Nagari merupakan sebuah wilayah otonom yang terlepas dari

nagari lain. Semua urusan sosial dan adat istiadat merupakan urusan

masing-masing nagari. Kadang kala nagari yang berdekatan

mempunyai perbedaan adat dalam bentuk varian-varian kecil.

Masyarakat Minangkabau adalah masyarakat komunal yang

hidup dalam keluarga luas. Ikatan sosial dan emosional dalam

masyarakat Minangkabau sangat kuat yang dimulai dari unit

keluarga, dan terus berkembang menjadi saparuik, sasuku, sakaum,

sakampuang, dan sanagari224. Nagari merupakan wilayah kesatuan

adat yang memiliki lembaga sendiri yaitu KAN (Kerapatan Adat

Nagari), sebuah lembaga otonom dipimpin oleh penghulu-penghulu

adat serta alim ulam dan cerdik pandai. Gabungan beberapa nagari

membentuk derah yang disebut luhak. Dalam sejarah Alam

Minangkabau, pada awalnya ada tiga luhak yang merupakan tempat

awal bermukimnya masyarakat Minangkabau, yaitu Luhak Tanah

Datar, sebagai Luhak nan tuo (luhak yang pertama kali ada), luhak

Agam sebagi luhak nan tangah (luhak yang tengah) dan Luhak 50

Koto sebagai luhak nan bungsu (luhak yang bungsu). Ketiga luhak ini

sekarang berubah menjadi kabupaten yang mempunyai wilayah

kurang lebih sama dengan luas wilayah luhak. Daerah masyarakat

Minangkabau terus berkembang menjadi luhak-luhak yang lain dan

daerah rantau. Kumpulan luhak dan rantau inilah yang disebut

224 Saparuik adalah keluarga satu nenek atau berasal dari perut seorang nenek

yang sama dan bagian dari suku yang sama, sasuku adalah berasal dari seorang "Niniak" (niniak menempati jenjang tertinggi dari susunan sesuku. Dari niniak inilah

suku bermula , kendatipun generasi di atas niniak adalah moyang , sekampung adalah satu tempat tinggal dengan kelompok atau suku lain, maka himpunan kelompok itu disebut sekampung. Bertetangga dan sanagari adalah bertempat

tinggal dalam satu nagari baik sesuku maupun tidak sesuku.

Page 114: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

102 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

sebagai daerah Kerajaan Minangkabau yang luasnya kurang lebih

sama dengan luas Provinsi Sumatera Barat sekarang.225

Pemerintahan nagari ini mencerminkan kuatnya hubungan

kerajaan dengan daerahnya. Bentuk kerajaan Minangkabau tidak

seperti bentuk kerajaan di Jawa pada umumnya. Kerajaan merupakan

simbol adanya wilayah yang mempunyai satu kesatuan adat dan

pemerintahan. Kerajaan mempunyai wewenang dalam menjaga dan

menjalankan urusan pemerintahan, adat, dan agama. Raja tidak

mempunyai wewewang dalam urusan harta pusaka dari setiap kaum

di nagari. Semua keputusan diambil sendiri oleh masyarakat nagari

melalui kera patan adat nagari asal sejalan dengan adat dan undang-

undang Minangkabau. Raja berfungsi sebagai penengah jika ada

perselisihan yang terjadi antara dua atau lebi. Raja juga berfungsi

menjaga pelaksanaan undang-undang dan hukum adat di setiap

nagari.226

Nagari dapat diandaikan seperti sebuah negara kecil yang

mempunyai hak untuk mengatur urusan mereka sendiri. Saat ini, luas

sebuah nagari kurang lebih sama dengan luas tiga sampai lima desa.

Sistem pemerintahan seperti ini merupakan pencerminan dari nilai-

nilai demokrasi dan egaliter di dalam masyarakat Minangkabau.

Setidaknya masyarakat Minangkabau, ada dua sistem

pemerintahan yang berjalan di masyarakat Minangkabau pada masa

pemerintahan Orde Baru, yaitu 1) Sistem pemerintahan adat dengan

unit pemerintahan terkecil adalah suku, dan unit pemerintahan

terbesar adalah nagari, 2) Sistem pemerintahan NKRI. Ini berlaku

sejak diberlakukannya UU penyeragaman desa sebagai unit

pemerintahan terkecil. Dengan adanya otonomi daerah, maka

masyarakat Sumatera Barat yang sebagian besar penduduknya

adalah suku bangsa Minangkabau bersepakat untuk mengembalikan

fungsi nagari sebagai sebuah unit pemerintahan yang mendapat

225M. S Amir. Masyarakat adat Minangkabau terancam punah., 29. 226John Haba, and Lilis Mulyani. Nagari & krama desa.Pusat Penelitian

Kemasyarakatan dan Kebudayaan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PMB-

LIPI), 2001.

Page 115: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 103

legitimasi menurut sistem pemerintaan NKRI dan sistem

pemerintahan adat.227

Kepemimpinan kolektif adalah Pola kepemimpinan di

masyarakat Minangkabau. Pada masa lalu, nagari mempunyai aparat-

aparat yaitu penghulu, malin, manti dan dubalang. Pada masa

reformasi, pimpinan kolektif yang ada di kerapatan adat nagari adalah

orang yang tergolong urang nan ampek jinih yaitu niniak mamak,

cadiak pandai, alim ulama dan Bundo kanduang (organinsasi )

perempuam Minangkabau.228

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah di

seluruh Indonesia, di Sumatera Barat terjadi perubahan pemerintahan

di tingkat terendah yang sebelumnya berada di tingkat desa/keluharan

beralih ke tingkat nagari. Untuk Kabupaten Tanah Datar berdasarkan

Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2001 tentang Pemerintahan

Nagari, semula kabupatan Tanah Datar yang terdiri dari 221

desa/kelurahan, sekarang berdasarkan Perda tersebut telah terbentuk

75 nagari dan 280 jorong.

Sistem pemerintahan nagari dipandang efektif guna

memelihara ketahanan agama dan sosial budaya masyarakat

kabupaten Tanah Datar yang berdasarkan filosofi Adat Basandi

Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Kembali ke sistem pemerintahan

nagari antara lain bertujuan untuk menciptakan sistem pemerintahan

yang demokratis, dapat diterima, dan memiliki legitimasi dalam

masyarakat. Di samping itu juga menciptakan mekanisme

pemerintahan yang mampu memberikan pelayanan secara maksimal

kepada masyarakat.

Untuk mensukseskan proses kembali ke nagari telah

dilaksanakan persiapan-persiapan baik dalam bentuk kegiatan

pembekalan dan pelatihan teknis untuk wali nagari, Badan

Perwakilan Rakyat (BPRN), Kerapatan Adat Nagari (KAN) dan

aparat nagari sehingga mendapat gambaran yang jelas tentang tugas

pokok dan fungsi institusi masing-masing dan sekaligus mendapat

227Amir M. S. Adat Minangkabau Terancam Punah,8. 228Mochtar Naim. "Konsep Kepemimpinan Tungku Nan Tigo Sajarangan dan

Masalah Penerapannya dalam Rangka Kembali Ke Nagari." (2004). Accessed, 16

Desember 2017

Page 116: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

104 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

pedoman dalam melaksanakan tugas. Tujuannya adalah untuk

memberikan dampak positif terhadap peningkatan pelayanan kepada

masyarakat dan lancarnya komunikasi dengan Pemerintahan

Daerah.229

Melalui gambaran singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa

nilai-nilai demokrasi adalah nilai budaya masyarakat Minang yang

telah ada sejak dahulu. Masyarakat Minangkabau tidak dibesarkan

dalam budaya feodalisme seperti yang ada pada masyarakat Jawa

pada umumnya. Masyarakat Minang tidak mengenal konsep raja yang

didewakan sehingga raja harus dihormati sedemikian rupa. Kondisi

budaya seperti ini menciptakan kepribadian masyarakat Minang yang

bebas dan merdeka. Konsepsi masyarakat Minangkabau tentang

pemimpin dapat terwakili dengan baik dalam pepatah Minang yang

menyatakan bahwa pemimpin itu ditinggian sarantiang, didahuluan

salangkah (ditinggikan seranting, didahulukan selangkah). Maknanya,

pemimpin adalah wakil masyarakat yang dipilih oleh karena

kecakapannya dan kepandaiannya.Warga masyarakat yang memiliki

kemampuan ini dihormati oleh seluruh masyarakat untuk menjadi

pemimpin dalam kaumnya untuk membawa kaumnya ke arah yang

lebih baik. Konsep ini dilaksanakan berjenjang sesuai dengan tingkat

kepemimpinan seseorang. Mulai dari sebagai mamak dalam keluarga

besar hingga penghulu dalam suku. Para penghulu suku inilah yang

kemudian bergabung dalam lembaga KAN (Kerapatan Adat

Nagari).230

Kepribadian dan konsepsi tentang kepemimpinan adat dan

agama seperti inilah yang akan melandasi pembahasan dalam

penelitian ini, tentang bagaimana orang Minang melihat pemimpin

mereka yang duduk di pemerintahan sehingga dapat melakukan

kontrol sosial kepada adat dan agama, serta menciptakan

pemerintahan yang baik dan bersih. Selain itu, perubahan budaya dan

terjadinya interaksi dengan nilai-nilai luar, seperti pola pemerintahan

229Wawancara Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), 03 September 2016

Jam: 14.00 Wib di Batu Bulek kecamatan Lintau Buo Utara. Lihat A. M Syahmunir.

Pemerintahan Nagari dan tanah ulayat.Andalas University Press, 2006. 230I Dirajo. Datuak Sangguno. Curaian Adat Minangkabau. (Kristal

Multimedia, 2003).

Page 117: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 105

yang terpusat pada masa Orde Baru sampai kebijakan di masa Orde

Reformasi, yang sering menimbulkan polemik di tengah masyarakat.

B. Perubahan Sosial Masyarakat Tanah Datar: Dari PRRI Hingga

Otonomi Daerah

Apa yang dulunya dianggap sebagai daerah kebudayaan

Minangkabau, sekarang sudah banyak mengalami pengaruh dari

unsur-unsur lain akibat kontak dengan dunia luar. Perubahan ini juga

terjadi karena tidak cocoknya nilai lama untuk keadaan sekarang ini.

Tidak setiap penduduknya dapat dianggap sebagai pemangku

kebudayaan Minangkabau, dan sebaliknya tidak setiap orang yang

dari ayah dan ibunya adalah keturunan Minangkabau dapat dikatakan

sebagai pendukung kebudayaan Minangkabau, terutama jika mereka

dibesarkan di luar daerah kebudayaan Minangkabau.231

Pada pertengahan dekade 50-an sampai awal dekade 60-an,

terjadi berbagai pergolakan atau pemberontakan di negara Republik

Indonesia yang umumnya disebabkan karena ketidakpuasan pada

pemerintah pusat karena ada kesenjangan antara pusat dan daerah

yang cukup mencolok. Pemberontakan PRRI (Pemerintahan

Revolusioner Republik Indonesia) dan Permesta (Perjuangan Rakyat

Semesta) misalnya. Semula, gerakan itu tidak tampak berniat ingin

menghancurkan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI). Tetapi, pemberontakan itu akhirnya dikenal sebagai

“gerakan anti-Jawa”, karena kesenjangan pembangunan antara Pulau

Jawa dan luar Jawa dianggap semakin besar.232

Sumatera Barat yang pada waktu itu masih bergabung dengan

Medan dan Riau dalam Sumatera Tengah juga merupakan basis

gerakan PRRI. Gerakan ini akhirnya dapat dipadamkan oleh

pemerintah pusat. Berlatar-belakang sejarah PRRI ini, terjadi

perubahan budaya yang menurut Ketua Legiun Veteran Kabupaten

Tanah Datar Bapak H. Faisal Kasim sebagai salah satu perubahan

231Hedar Laudjeng. "Kesatuan Masyarakat Hukum Adat." Makalah pada

“Simposium Masyarakat Adat: Mempersoalkan Keberadaan Masyarakat Adat sebagai Subjek Hukum”, Jakarta (2012), 27-28.

232Daniel F Doeppers. "An incident in the PRRI/Permesta rebellion of

1958."Indonesia 14 (1972), 183-195. (Accessed, 15 Desember 2017)

Page 118: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

106 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

yang cepat pada nilai-nilai budaya Minangkabau. Dengan kalahnya

PRRI atas pemerintah pusat, mulai ada perbauran budaya yang

dibawa oleh tentara dan aparat pemerintahan pusat dengan budaya

masyarakat Minangkabau. H. Faisal Kasim menyatakan bahwa

sebelum terjadinya PRRI, budaya masyarakat Minangkabau cukup

terjaga karena tidak ada hubungan yang berarti dengan dunia luar

yang dapat menyebabkan pergeseran budaya dengan cepat.233

Kondisi sebagai pihak yang kalah menyebabkan proses

pergeseran budaya masyarakat Minangkabau pada masa paska PRRI

semakin cepat karena adanya perasaan sebagai pihak yang kalah yang

lebih rentan terpengaruhi oleh budaya baru, dan di sisi lain adanya

perasaan sebagai pihak yang menang pada diri tentara pusat. Keadaan

pada masa itu kurang lebih sama dengan keadaan ketika rakyat

Bonjol kalah dari Belanda pada Perang Paderi.

Proses perubahan sosial yang cepat pada masyarakat

Minangkabau berlanjut hingga pemerintahan Presiden Soeharto

selama 32 tahun dalam masa Orde Baru. Orde Baru dikenal sebagai

masa pemerintahan dengan pola kepemimpinannya yang terpusat.

Semua kebijakan ditentukan dari Jakarta sebagai pusat kekuasaan.

Salah satu kebijakan Orde Baru melalui UU No 9 Tahun 1979 adalah

melakukan penyeragaman sistem pemerintahan terkecil menjadi desa

di seluruh Indonesia termasuk di Kabupaten Tanah Datar. Tanah

Datar harus merubah pola pemerintahan mereka dari pola hidup

dalam nagari menjadi desa. Proses perubahan sistem pemerintahan ini

berarti menghilangkan fungsi nagari sebagai sistem pemerintahan

masyarakat Minangkabau yang dijalankan dengan prinsip-prinsip

adat dan diganti dengan prinsip desa yang diperkenalkan oleh

pemerintah.234

Salah satu yang berubah adalah sistem pimpinan masyarakat,

jika di nagari yang menjadi wali nagari adalah seorang penghulu yang

bergelar datuk dan memerintah dengan aturan adat, sedangkan di

233Meldawati. "Kehidupan di Bukit Nilam Pasaman pada Masa PRRI (1956-

1958)."Jurnal Pelangi 6.1 (2015). Accessed, 16 Desember 2017 234Hedar Laudjeng. "Kesatuan Masyarakat Hukum Adat." Makalah pada

“Simposium Masyarakat Adat: Mempersoalkan Keberadaan Masyarakat Adat sebagai Subjek Hukum”, Jakarta (2012), 27-28.

Page 119: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 107

dalam sistem desa yang menjadi kepala desa tidak harus datuk dan

menjalankan pemerintahan dengan aturan-aturan yang ditetapkan

dari pusat. Proses ini berjalan paling tidak selama 32 tahun sehingga

selama itu pula peran adat dalam mengatur kehidupan masyarakatnya

harus berbagi dengan sistem birokrasi yang didatangkan dari pusat.

Selama masa ini, terjadi proses penurunan fungsi adat dalam

masyarakat Minangkabau.

Di tingkat birokrasi yang lebih tinggi, ada semacam nilai-nilai

birokrasi yang tersosialisasikan. Antara lain bahwa pemimpin atau

aparat pemerintah mempunyai status yang sangat tinggi

dibandingkan dengan masyarakat. Konsep pelayan masyarakat tidak

cocok disebutkan bagi aparat pemerintah pada masa Orde Baru ini.

Ini dipengaruhi oleh budaya feodalisme dan patron klien yang ada

pada masyarakat Jawa yang memang mendominasi pejabat-pejabat

negara pada masa itu, sehingga dikenal pula proses ”jawanisasi” di

seluruh Indonesia. Ditambah lagi dengan pemerintahan yang

dikendalikan secara militeristik di berbagai lini pemerintahan,

sehingga menambah bentuk pemerintahan satu komando dari

pimpinan dan penggunaan cara-cara represif dalam menciptakan

keamanan.235

Merantau adalah salah satu karakteristik orang Minang,

merantau bagi orang Minang tidak hanya sebuah produk dari

urbanisasi, tetapi telah berakar dalam sejarah dan sistem sosial

Minangkabau. Mitos dan legenda setempat menyebutkan bahwa

pemukim-pemukim awal Minangkabau ditemukan di banyak tempat

di Sumatera. Mobilisasi migrasi mereka melampaui tepi laut

Sumatera. Di Semenanjung Malaya, tepatnya diseberang Selat

Malaka, orang dapat menemukan pemukiman besar penduduk

Minangkabau di Negeri Sembilan. Josseline de Jong menegaskan

bahwa pola perpindahan seperti ini telah dimulai sejak abad ke-16

atau ke-17, dan mungkin saja awal abad ke-15. Sistem sosio-ekonomi

Minangkabau dengan tradisi merantaunya, yaitu anak muda

meninggalkan kampung halaman untuk mengadu nasib, secara khas

bertujuan mengambil manfaat dari kesempatan-kesempatan baru

235Zenwen Pador. Kembali ke nagari: batuka baruak jo cigak?.Lembaga

Bantuan Hukum Padang, 2002. (Accessed, 16 Desember 2017).

Page 120: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

108 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

yang ditawarkan perkembangan baru di dalam dan di luar Alam

Minangkabau itu sendiri. Merantau dipandang suatu tradisi yang

mulia di kalangan masyarakat Minangkabau dan sering diidealisasi

sebagai jalan yang tepat menuju kehidupan dewasa, disamping itu

sistem sosial Minangkabau memfasilitasi dan mendorong terjadinya

eksodos kaum laki-laki, terutama anak muda yang belum menikah,

keluar wilayah Minangkabau.236

Hubungan perantau dengan kampung dalam hal ini nagari

masing-masing, ikatan sosial berdasarkan nagari di rantau bukan

imajiner, tapi riel. Dari struktur sosial masyarakat Minang yang ada

dirantau, seolah-olah ada Minangkabau mini di setiap rantau di mana

setiap perantau tahu persis keorganisian bernagari mana dia masuk. Ia

juga mengetahui biasanya sebagian besar anggota perkumpulan itu,

bagaimana sangkut pautnya seseorang dengan yang lainnya dan apa

suku setiap orang. Ia tunaikan tugas-tugas adatnya terutama pada

saat adanya perkawinan dan kematian. Jika ia adalah orang se-

pesukuan, maka dia akan bertindak dan menempatkan dirinya seperti

apa yang diperbuatnya ketika berada di kampung Sumatera Barat.

Para penghulu yang berada di rantau juga akan membantu

meringankan beban anak buah mereka dalam menunaikan tanggung

jawab adat yang penting. Seperti di Jakarta terdapat sekitar 700

orang datuk (penghulu), begitu juga rantau-rantau yang lain.237

Beberapa perhimpunan yang bercorak kenagarian, ada yang

melebarkan jaringan organisasinya dalam ruang lingkup nasional.

Organisasi perantau ini di Orde Baru belum diakomodir pemerintah

daerah tingkat kabupaten untuk dilibatkan dalan pembangunan

daerah. Walaupun sebenarnya ikatan paguyuban perantau Tanah

Datar memiliki komunikasi langsung dengan pemuka kampungnya

atau nagari masing-masing, bisa jadi komunikasi melalui wali nagari,

jorong dan pemuka masyarakat yang ada di kampung, perantau

memberikan sumbangan untuk pembangunan masjid, surau,

236 Azyumardi Azra, Surau Pendidikan Islam Tradisional Dalam

Modernisasi(Jakarta: PT.Logos wacana Ilmu, 2003),.37. 237 Mochtar Naim, Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1984),215-217

Page 121: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 109

pembangunan sekolah bahkan bantuan beasiswa pendidikan untuk

anak yatim dan anak-anak yang kurang mampu.238

Masa Orde Reformasi peran perantau semakin terlihat dengan

adanya pemerintah melakukan komunikasi dengan ikatan-ikatan

perantau Tanah Datar yang disebut IKTD (Ikatan Keluarga Tanah

Datar) yang ada di perantauan terutama di pusat-pusat kota besar

seperti, Jakarta, Bandung, Aceh, Medan , Bengkulu, Pekan Baru,

Dumai, Batam dan kota-kota lain.239

Dalam Pembangunan Daerah para perantau diakomodir di

kabag (kepala bagian) pemerintahan nagari dan rantau. Dan Dinas

Pemberdayaan Desa dan keluarga berencana Tata Pemerintahan.

Orang Tanah Datar, walaupun mereka tidak tinggal di kampung

halaman, akan tetapi memiliki keinginan yang tinggi untuk

memajukan kampung tempat kelahirannya.240

Sebagian para perantau

orang tua dan sanak familinya yang masih tinggal menetap di

kampung, sebahagia sudah tidak ada lagi keluarga sekandung di

kampung yang ada hanya keluarga sepupu dan bako, namun kecintaan

mereka terhadap kampung halaman tetap berlangsung.241

Tahun 2001 silaturrahmi perantau Tanah Datar se-Nusantara

diadakan di Tanah Datar dalam kegiatan pulang basamo (pulang

bersama), melakukan penggalangan dana, bakti sosial, disamping itu

masing-masing kecamatan dan nagari bahkan jorong memiliki ikatan

perantau walaupun tidak semua kecamatan dan nagari.242

Para

perantau juga berperan dalam transformasi nilai-nilai keagamaan

disamping memberikan bantuan-bantuan untuk pembangunann

masjid dan surau juga mengadakan kegiatan-kegiatan tabliq akbar

atau ceramah agama ketika pulang kampung.

238 Hasril Chaniago dkk, Memoar Ikasuma Hamid (Catatan 10 Tahun

Menjadi Bupati)(Jakarta: PT.Carina Indah Utama,1990), 63-64. 239 Wawancara HM.Yunus Sirhan (ketua IKTD Sumatera Utara), 27

September 2017 di Batusangkar. 240wawancara An Ciat Cipta (Pengurus IKTD DKI), kamis 29 Juni 2017 di

Batusangkar pada kegiatan SILATNAS perantau Tanah Datar. 241Hasril Chaniago dkk, Memoar Ikasuma Hamid (Catatan 10 Tahun

Menjadi Bupati (Jakarta: PT.Carina Indah Utama,1990), 63-64. 242 Mochtar Naim, Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1984),215-217.

Page 122: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

110 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Perkumpulan sosio- sekampung atau se-nagari ini, memiliki

paling kurang dua fungsi dasar: Pertama, adalah sebagai pengganti

lembaga nagari di rantau guna mengayomi anggota-anggota se-nagari

serta menjaga terlaksananya kewajiban adat, terutama saat

perkawinan dan kematian. Kedua, berfungsi sebagai agen dari nagari

yang bersangkutan dalam mengumpulkan dana untuk berbagai proyek

yang sedang dilaksanakan di kampung, misalnya untuk pendirian atau

perbaikan masjid di kampung, sekolah, madrasah, kadang kala jalan-

jalan, sistem irigasi bahkan sampai untuk bantuan penerangan listrik

kampung.243

Di sebagian daerah kebanyakan dipergunakan untuk bantuan

pendidikan dan agama. Kenyataannya uang akan segera mengalir dari

rantau jika untuk tujuan-tujuan yang berhubungan dengan agama

(seperti untuk perbaikan bangunan surau dan pelengkapannya, masjid

dan madrasah) karena keyakinan akan adanya dua macam pahala

kebaikan di dunia dan akhirat. Utusan yang menjemput dana

kadangkala utusan wali nagari sendiri diutus ke berbagai rantau untuk

menjelaskan keadaan yang terjadi di kampung dan menerangkan

dengan cara yang lebih khas mengenai perlunya dana untuk

melancarkan proyek-proyek yang sedang digarap di kampung.

Menyadari bahwa yang demikian adalah bahagian dari tanggung

jawab mereka yang ada di rantau juga untuk membantu kegiatan-

kegiatan yang berlangsung di kampung, banyak perkumpulan

perantau yang mendirikan yayasan tersendiri yang secara resmi

bekerja untuk menghimpun dana khusus untuk berbagai proyek di

kampung.244

Tidak jarang ada yang memberikan bantuan perorangan dan

bahkan ada yang memberikan sumbangan dana untuk pembangunan

satu masjid di kampung hanya satu orang atau satu keluarga yang

sudah kaya di rantau. Menurut keterangan Mantan Bupati IKA Suma

Hamid dalam memoarnya, bahwa sering sekali kepala desa datang

243Wawancara Syamsul Bahri ( mantan sekda kabupaten Tanah Datar an

Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA Sumahamid) , 17 Februari 2017

pukul.10.00 di Jakarta. 244 Wawancara Yunen (camat Limakaum), 06 Agustus 2016 di Limakaum

Batusarngkar.

Page 123: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 111

melapor ke Bupati atau menyampaikan melalui Camat untuk diberi

surat jalan untuk berangkat ke luar kota menemui perantau ke Jakarta

atau ke kota lain untuk tujuannya minta sumbangan pembangunan

desa. Saya tandai, paling tidak satu kali dalam satu tahun kepala desa

pasti berangkat ke rantau.Terkadang berangkat rombongan pula, tapi

sepulangnya dari rantau tidak pernah melapor ke Bupati atau camat.

Jika berangkat rombongan, kadang uang sumbangan dari perantau

impas habis untuk biaya perjalanan saja, bahkan kadang tekor. Hal

seperti ini juga dikeluhkan perantau. Masalahnya sementara orang di

kampung sudah berdesa-desa sedangkan diperantauan kesatuan-

kesatuan perantau itu tetap kukuh dalam ikatan nagari, atau bahkan

kumpulan dari beberapa nagari. Jadi kepala desa yang datang ke

persatuan perantau tidak hanya satu orang kepala desa dalam satu

nagari ada lima desa berarti yang datang lima orang atau enam orang

rombongan yang datang minta sumbangan.245

Untuk mengantisipasi hal ini Bupati mempunyai pemikiran

untuk memfasilitasi, bagaimana sumbangan tidak perlu di jemput

oleh masing-masing kepala desa ke rantau. Lahirlah ide bagaimana

kalau di setiap nagari didirikan Yayasan Pembangunan Nagari.

Yayasan ini yang mewadahi kegiatan pembangunan Nagari. Melalui

yayasan ini akan menampung kebutuhan pembangunan nagari, baik

untuk menggerakkan partisipasi masyarakat maupun menampung

usulan-usulan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan desa-desa. Jadi

partisipasi perantau cukup cukup melalui yayasan nagari ini yang

berhubungan dengan perantau, hasilnya nanti dibagi ke desa-desa

dengan cara dimusyawarahkan.

Namun gagasan ini ditolak oleh tokoh-tokoh masyarakat, ninik

mamak dan ulama. Meraka khawatir muncul lagi pergolakan daerah

seperti dahulu. Bupati tidak berhasil meyakinkan pemuka

masyarakat, walaupun Bupati sudah menjelaskan bahwa tidak akan

terjadi apa yang dicemaskan karena hampir semua masyarakat sudah

ditatar P4 (Pelatihan Pendididkan Pengamalan Pancasila) masyarakat

hanya ingin membangun.

245Hasril Chaniago dkk, Memoar Ikasuma Hamid (Catatan 10 Tahun

Menjadi Bupati (Jakarta: PT.Carina Indah Utama,1990), 63-64.

Page 124: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

112 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Agaknya masyarakat trauma masa lalu yang membuat tidak

mau adanya yayasan yang dikelola oleh masyarakat, khawatir akan

menimbulkan konflik antar desa dan antar-anggota masyarakat.

Bupati akhirnya menyampaikan ide ini ke Gubernur Sumatera Barat

ketika itu Hasan Basri Durin. Ternyata Gubernur sudah memikirkan

hal ini sejak lama. Dan ini terbukti dikeluarkannya beberapa

kebijakan di Sumatera Barat. Di antara kebijakan yang mendasar

adalah Program Penataran Desa dengan Instruksi Gubernur No.6

Tahun 1988, dan kemudian keluar pula instruksi Gubernur Nomor 12

tahun 1991 tentang pelaksanaan Musyawarah Pembangunan

Nagari.246

Dari Uraian di atas tergambar bagaimana peran perantau

sangat besar untuk pembangunan kampung di nagari-nagari di Tanah

Datar baik pembangunan fisik maupun mental. Di Era Reformasi

semakin diakomodir oleh pemerintah daerah untu memaksimalkan

potensi perantau untuk pembangunan Tanah Datar dan Sumatera

Barat umumnya. Para perantau banyak membawa perubahan untuk

masyarakat Tanah Datar termasuk masalah keagamaan. Namun

masalah adat, orang rantau tidak terlalu fanatik dengan adat istiadat.

Semua orang mengakui adanya hubungan antara hukum adat

dan Hukum Islam. Hanya yang diperselisihkan mengenai sejauh mana

hubungan itu terjadi dan sejauh mana pula terjadi di berbagai daerah

di Indonesia. Untuk ini perlu kita mengetahui bahwa terjadinya

hubungan antara hukum adat dan hukum Islam disebabkan dua hal:

Pertama, diterimanya hukum Islam itu oleh masyarakat, seperti

hukum perkawinan di seluruh Indonesia dan hukum warisan di Aceh.

Kedua, Islam dapat mengakui hukum adat itu dengan syarat-syarat

tertentu, seperti adat gono-gini di Jawa, gunakarya di Sunda, harta

suarang di Minangkabau, hareuta sihareukat di Aceh, druwe gabro di

Bali dan barang berpantengan di Kalimantan.247

Dalam masyarakat adat Minangkabau, sering disebut Undang

nan Empat (undang-undang yang empat) sebagaimana dipahami dan

246 Hasril Chaniago dkk, Memoar Ikasuma Hamid (Catatan 10 Tahun

Menjadi Bupati (Jakarta: PT.Carina Indah Utama,1990), 63-64. 247Happy Susanto, Pembagian Harta Gono Gini Saat Terjadi Perceraian

(Jakarta: Transmedia Pustaka , 2008)

Page 125: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 113

hidup dalam masyarkat Minangkabau. Minangkabau yang terkenal

dengan adatnya yang kuat dari zaman dahulu sampai sekarang dengan

semboyan adat Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi

Kitabullah248dengan pengertian yang lebih dalam adalah:

1)Pengertian menurut bahasa dalam dialektika Minangkabau adalah:

Adaik yang berarti adat, kultur/budaya, sandi yang berati

asas/landasan, syarak yang berarti Agama Islam, dan kitabullah yang

berarti Al-quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. 2)Pengertian

dalam implementasi keseharian adalah : Bagi masyarakat Minang

dalam melaksanakan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi

Kitabullah disimpulkan lagi dengan kalimat syarak mangato Adaik

mamakai yang artinya Islam mengajarkan, memerintahkan

menganjurkan sedangkan adat melaksanakannya, dalam arti yang

sesungguhnya bahwa Islam di Minangkabau diamalkan dengan gaya

adat Minangkabau dan adat Minangkabau dilaksanakan menurut

ajaran Islam dengan landasan dan acuan dari Alquran dan Sunnah

Nabi Muhammad SAW. yang intinya bahwa “adat Minangkabau itu

adalah Agama Islam”.249

3)Pengertian yang sesungguhnya adalah :

Bahwa adat Minangkabau harus sesuai dengan ajaran Agama Islam

secara sempurna , tidak boleh ada praktek adat yang bertentangan

dengan ajaran Islam, karena apabila ada praktek adat oleh masyarakat

Minangkabau yang bertentangan dengan ajaran Islam maka itu

bukanlah adat Minangkabau, dan apa bila ada orang Minang yang

melanggar ajaran Islam maka dia boleh disebut orang yang tidak

beradat (dalam lingkup adat Minangkabau).

Adat Minangkabau terbagi kepada 4 bagian disebut Adaik nan

ampek (adat yang empat),250

yaitu:

Pertama, Adaik nan sabana Adaik (Adat yang sebenarnya adat)

yang sebenarnya adat merupakan kenyataan yang terjadi di Alam

Minangkabau yang merupakan kodrat Ilahi dan sesuatu yang terjadi

terus berjalan sepanjang masa seperti;”api membakar, air membasahi,

248Nasroen, Dasar Falsafah Adat Minangkabau (Jakarta: Bualan Bintang,

1972), 132. 249Salmadanis & Duski Samad, Adat Basandi Syarak, Nilai dan Aplikasinya

Menuju Kembali Ke Nagari dan Surau (Jakarta: PT Kartika Insan Lestari Press,

2003), 13-19. 250Idrus Hakimi Datuak Rajo Panghulu, Mustika Adat, 2-3.

Page 126: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

114 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

ayam berkokok, burung berkicau dan laut berombak”. Hal ini

termasuk adat, yang menunjukkan bahwa apa yang terjadi di alam ini

tidak ada yang pasti secara mutlak. Walaupun dalam pertimbangan

akal terdapat kepastian, namun tidaklah mustahil bahwa kebiasaan

yang pasti itu sewaktu-waktu tidak berlaku menurut kehendak Allah.

Oleh sebab itu kelaziman seperti disebutkaan di atas tetap disebut

kelaziman secara adat. Kalau ada pengertian adat, maka yang

dimaksud dengan adat yang sebenarnya adalah adat yang lazim itu.

Keseluruhan adat itu didasarkan pada alam nyata, sehingga ia

menjadi dasar bagi falsafah adat Minangkabau.251

Sejak masuknya Islam ke Minangkabau dan berlakunya Islam

sebagai peraturan kehidupan umat, maka ajaran Islam yang

berdasarkan kepada Wahyu Allah diakui sebagai suatu yang pasti

sebagaimana pastinya kenyataan yang berlaku dalam alam. Dengan

demikian ajaraan Islam dimasukkan ke dalam kelompok adat yang

sebenarnya adat. Memasukkan ajaran Islam ke dalam kelompok adat

yang tertinggi yang tidak setaraf dengan adat yang lain.

Kedudukannya yang tertinggi sebagai pedoman dalam kehidupan.

Kebiasaan yang berlaku atas dasar kodrat Ilahi yang dinamakan adat

yang sebenarnya adat itu dijadikan pedoman dalam penyususnan tata

cara dan peraturan yang dipakai sebagai pengatur kehidupan manusia

di dunia.252

Oleh sebab itu adat ini merupakan adat yang paling utama

yang tidak dapat dirubah sampai kapanpun dia merupakan harga mati

bagi seluruh masyarakat Minangkabau, tidaklah bisa dikatakan dia

orang Minangkabau apabila tidak melaksanakan adat ini dan akan

dikeluarkan dari orang Minang apabila meninggalkan adat ini. Adat

ini yang paling perinsip adalah bahwa seorang Minang wajib

beragama Islam dan akan hilang Minangnya jika keluar dari agama

Islam.

251Duski Samad, Shekh Burhanuddindan Islamisasi Minagkabau (Padang:

Minangkabau Foundation, 2003), 100. 252Disertasi Zainal, Islam Radikal di Sumatera Barat Pasca Orde baru (1998-

2012) : Kajian Historis Gerakan Ormas Islam Garis Keras (Jakarta: UIN Disertasi,

2014), 62.

Page 127: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 115

Kedua, Adat nan diadaikkan (adat yang didatkan).253

Adat ini

adalah sebuah aturan yang telah disepakati dan diundangkan dalam

tatanan Adat Minangkabau dari zaman dulu melalui sebuah

pengkajian dan yang amat dalam dan sempurna oleh para nenek

moyang orang Minang dizaman dulu, contoh yang paling perinsip

dalam adat ini adalah adalah orang minang wajib memakai

kekerabatan “Matrilineal” mengambil pesukuan dari garis ibu dan

nasab keturunan dari ayah, makanya ada “Dunsanak” (persaudaraan

dari keluarga ibu) dan adanya “Bako” (persaudaraan dari keluarga

ayah), Memilih dan atau menetapkan penguhulu suku dan ninik

mamak dari garis persaudaraan badunsanak (famili) berdasarkan dari

ampek suku asal (empat suku asal) “Koto Piliang, Bodi Caniago”

atau berdasarkan pecahan suku nan ampek (yang empat) tersebut,

menetapkan dan memelihara harta pusaka tinggi yang tidak bisa

diwariskan kepada siapapun kecuali diambil manfaatnya untuk anak

kemenakan, seperti sawah, ladang, hutan, pandam pakuburan, rumah

gadang (rumah adat).254

Dua adat di atas disebut Adaik nan babuhua mati (Adat yang

diikat mati) dan inilah disebut “Adat”, adat yang sudah menjadi

sebuah ketetapan dan keputusan berdasarkan kajian dan musyawarah

yang menjadi kesepakatan bersama antara tokoh Agama, tokoh Adat

dan cerdik pandai Minangkabau, adat ini tidak boleh dirubah-rubah

lagi oleh siapapun, sampai kapanpun, sehingga ia disebut nan indak

lakang dek paneh nan indak lapuak dek hujan, dibubuik indaknyo

layua dianjak indaknyo mati (yang tidak lekang terkena panas dan

tidak lapuk terkena hujan, dipindah tidak layu dicabut tidak mati).255

253Taufik, Abdullah,”Adat and Islam: An Examination of Conflict in

Minangkabau” Author(s): Source: Indonesia,No. 2 (Oct., 1966), pp. 1-24Published by: Southeast Asia Program Publications at Cornell University Stable URL:

http://www.jstor.org/stable/ 3350753. Accessed: 27-08-2014 05:07 UTCYour use of

the JSTOR archive indicates your acceptance of the Terms & Conditions of Use,

available at http://www.jstor.org/page/info/about/policies/terms.jsp, 10 254Herman Sihombing, Hukum Adat Minangkabau Mengenai Tungku Tigo

Sajarangan Dan Tali Tigo Sapilin : Hukun adat Minangkabau Dewasa ini dan Dikemudian Hari dalam A.A. Navis (ed.), Dialektika Minangkabau (Padang:

Penerbitan Genta Singgalang Press, 1983 ), 40-41. 255A.A. Nafiz, Dialektika Minagkabau Dalam Kemelut Sosial dan Politik

(Padang: Genta Singgalang Press, 1983), 32.

Page 128: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

116 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Adat ini juga sama diseluruh daerah dalam wilayah adat

Minangkabau tidak boleh ada perbedaan karena inilah yang

mendasari adat Minangkabau itu sendiri yang membuat keistimewaan

dan perbedaannya dari adat-adat lain di dunia. Seperti pepatah: Anak

sicerek didalam padi, Babuah batangkai-tangkai, Salamaik buah nan

mudo, Kabek nan arek buhua mati, Indaklah sia kamaungkai, Antah

kok kiamaik nan katibo( Adat yang tidak bisa dirobah karena sudah

diikat mati, kecuali hari kiamat datang ).

Ketiga, Adat nan Taradaik (adat yang teradat), adat ini adanya

karena sudah teradat dari zaman dahulu dia adalah ragam budaya di

beberapa daerah di Minangkabau yang tidak sama masing masing

daerah, adat ini juga disebut dalam istilah adat salingka nagari (adat

yang ada di nagari-nagari atau disekitar nagari tersebut). Adat ini

mengatur tatanan hidup bermasyarakat dalam suatu nagari dan

iteraksi antara satu suku dan suku lainnya dalam nagari itu yang

disesuaikan dengan kultur di daerah msing-masing.256

Keempat,, Adat Istiadat (adat istiadat), adat ini adalah

merupakan ragam adat dalam pelaksanaan silaturrahim,

berkomunikasi, berintegrasi, bersosialisasi dalam masyarakat suatu

nagari di Minangkabau seperti acara pinang meminang, pesta

perkawinan dan lain-lain, adat ini pun tidak sama dalam wilayah

Minangkabau, disetiap daerah ada saja perbedaannya namun tetap

harus mengacu kepada ajaran Agama Islam.257

Adat yang terakhir ini disebut adat nan babuhua sintak (adat

yang tidak diikat mati) dan inilah yang dinamakan ”Istiadat”, karena

ia tidak diikat mati maka ia boleh dirubah kapan saja diperlukan

melalui kesepakatan penghulu, alim ulama, cerdik pandai, bundo

kanduang dan pemuda yang disesuaikan dengan perkembangan zaman

namun acuannya adalah sepanjang tidak melanggar ajaran adat dan

ajaran Agama Islam. sehingga disebut dalam pepatah adat maso

batuka musim baganti (masa bertukar musim berganti), sakali aie

gadang sakali tapian baranjak (sekali datang air besar, sekali tepian

256Syekh Sulaiman Arrasuli, Pertalian Adat dan Syarak(Jakarta: Ciputat

Press, 2003), 5. 257Alfian dkk,Wanita dalam Masyarakat Minangkabau (Jakarta: Yayasan

Bunda 17 April 1973), 7.

Page 129: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 117

berpindah), masaklah padi rang singkarak, masaknyo batangkai-

tangkai (masaklah padi orang Singkarak masaknya bertangkai-

tangkai), dibaok urang ka malalo, kabek sabalik buhua sintak(dibawa

orang ke daerah Malalo diikat sekeliling dengan simpul sintak),

jaranglah urang kamaungkai ,tibo nan punyo rarak sajo ( jarang orang

yang akan melepaskan, datang orang yang punya akan lepas juga)

artinya adat bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman,

ibaratnya sebuah benda ikatannya tidak mati.258

Lebih kurang tiga setengan abad sepeninggal Datuak Perpatih

nan sabantang dan Datuk Katumanggungan, maka masuklah agama

Islam ke tanah Aceh dan berkembanglah di sana dengan pesatnya.

Setelah Raja Pasai memasuki agama Islam pada penghabisan abad

kedua belas, maka menjalarlah agama suci itu ke seluruh Sumatera,

demikian pula ke Minangkabau.259

Di Minangkabau dengan cepat

orang-orang menerimanya, sebab setelah ditinjau oleh cerdik pandai

agama yang baru itu sangat suci dan luhur untuk memperbaiki budi

pekerti manusia dari yang tidak baik sampai ke tingkat yang

setingginya. Lebih-lebih setelah dipersesuaikan dengan adat Alam

Minangkabau hampir-hampir tidak ada pertentangan, karena

kebanyakan apa yang dianjurkan agama itu telah dipakai oleh adat.

Buktinya adalah pepatah yang ditinggalkan oleh nenek moyang yang

mula-mula menerima agama Islam di masa itu, yaitu: Syarak

Mengato Adat Mamakai yaitu apa-apa yang dikatakan syarak telah

dipakai oleh adat. Seperti syarak menyuruh bertolong-tolongan atas

kebaikan, adat telah memakaikan “seberat seringan, serebah setegak,

ke bukit sama mendaki, ke lurah sama menurun, berlaba sama dibagi,

sedikit sama dicecah, jika banyak sama dilapah.260

Oleh sebab itulah maka penduduk Minangkabau dengan tidak

ada kecualinya sesuai saja dengan masuknya agama Islam menambah

258 Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam

Lingkungan Adat Minangkabau (Jakarta: Gunung Agung, 1984), 145-146 . 259W.Marsden, The History of Sumatera: Containing an Account of The

Government, Law Costums ang Manners of The Native Inhabitants With A Description of The Natural Production and Relation of the Acient Political State of That Island (London: Printed for the Autor by J. McCreey,1811), h. 21.

260Azyumardi Azra, Surau: Pendidikan Islam Tradisional Dalam Transisi dan Modernisme (Jakarta: Logos, 2003), 39.

Page 130: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

118 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

kokohnya Adat Minangkabau, sehingga nenek moyang diwaktu itu

menciptakan pepatah-pepatah berkenan dengan kedatangan syarak

itu, seumpama “besi baik diringgiti, terlebih pada masa Paderi juga

pengaruh dari Muhammad abduh.261

Lama kelamaan pengetahuan tentang agama Islam di

Minangkabau makin diperdalam orang dengan jalan menyelidiki ayat

Tuhan dan mempelajari sunnah Rasul. Masyarakat pun bertambah

mengerti dan paham akan misi syari’at dan hakikatnya, sehingga

timbullah ulama-ulama syarak yang dapat memperluas perkembangan

agama pada setiap masa. Dalam menyelidiki kebiasaan-kebiasaan

adat untuk disesuaikan dengan agama untuk diamalkan, maka

terdapatlah beberapa perbuatan yang dalam adat yang tidak sesuai

dengan aturan agama, seperti menyabung ayam, mengadu balam dan

lain-lain yang biasa dipakai menurut adat di waktu perhelatan besar

yang disebut memakai yang seruncing-runcing adat.262

Pemakaian adat seperti di bawah ini terdapat pula beberapa

pekerjaan yang mubazir menurut agama Islam, seperti berkacang

padi, yaitu meneburkan uang sewaktu mengusung mayat orang

bangsawan menjelang pekuburan dan lain-lain lagi pekerjaan yang

tidak berfaedah. Segala yang disalahi agama Islam itu terdapat di

dalam adat istiadat, bukan didalam undang-undang dasar adat yang

Perpatih Nan Sabatang. Didalam Undang-undang dasar adat susunan

Datuk Perpatih Nan Sabatang dan Datuk Katumanggungan yang

berselisih dengan agama Islam hanyalah mengenai waris yaitu

matriarchaat.263 Setelah agama menjadi pegangan teguh penduduk

Minangkabau, ternyatalah agama belum dapat mengembalikan soal

waris pangkat dan harta pusaka tinggi (harta yang telah turun

261Nikki R. Keddie,”Islam and Society in Minangkabau and in the Middle

East: Comparative Reflections”Sojourn: Journal of Social Issues in Southeast AsiaVol. 2, No. 1 (FEBRUARY 1987), pp. 1-30Published by: Institute of Southeast

Asian Studies (ISEAS)Stable URL: http://www.jstor.org/stable/41056716. Page

Count: 30. 262 Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam

Lingkungan Adat Minangkabau, 145-146. 263 Wirman, Hardi Putra. "Dinamika Perubahan Adat Salingka Nagari (Studi

Analisis tentang Pewarisan Nilai-Nilai Adat di Kanagarian Pagadih Kabupaten

Agam Sumatera Barat). "Islam Realitas: Journal of Islamic & Social Studies 6.2

(2013), 35-52.

Page 131: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 119

temurun dari nenek moyang) kepada yang sesuai dengan agama

Islam. Maka timbullah aturan adat, yaitu tidak boleh menjual

menggadai harta pusaka tinggi untuk kepentingan pribadi, kecuali

untuk keperluan menurut adat yang empat perkara dengan batas-

batasnya yang tertentu. 264

Adat yang dilarang oleh agama Islam seperti yang terdapat di

dalam adat istiadat yaitu menyabung ayam dan lain-lainnya disebut

adat yang mumtanik. Adat yang tidak sesuai dengan agama yang

terdapat di dalam undang-undang dasar susunan Perpatih Nan

Sabatang ialah waris harta pusaka tinggi. Dimasa yang lampau belum

dapat orang mengembalikan kepada siapa atau bagaimana cara

memulangkan harta itu, agar jatuh kepada yang berhak menerimanya

sesuai dengan garis yang ditentukan oleh undang-undang agama

Islam. Adat Istiadat yang dipakai di satu tempat (negeri), yang tak

sesuai dengan ajaran Agama Islam sebab orang telah beriman kepada

Allah dan Rasulnya, maka adat itu banyak yang ditinggalkan dirubah

disesuaikan dengan ajaran Islam.265

Oleh karena aturan adat itu

semakin lama makin berkurang, sebab telah ditinggalkan juga yang

menyalahi agama, dan aturan agama semakin nyata mana yang

sunnat dan mana yang wajib, maka disebutkan oleh orang tua-tua di

masa itu, “adat menurun, Syarak mendaki, sebab makin tinggi

begitulah sampai sekarang kata-kata itu dipandang orang sebagai

pepatah, tetapi banyak yang salah memahami.266

Setelah agama Islam dianut oleh orang Minangkabau dan

menjadi pegangan teguh, maka di dalam badan pemerintahan

diadakan urusan agama yang dipimpin oleh pucuk pimpinannya

disebut Tuan Kadi, yang berkedudukan di Padang Ganting. Maka

jadilah orang basa yang empat balai dahulunya itu menjadi lima

264C. W. Watson”Islamic Family Law And The Minangkabau Of West

Sumatera” The Cambridge Journal of Anthropology Vol. 16, No. 2, Special Issue:

Islamic Family Law: Ideals and Realities (1992/1993), pp. 69-84.Published

by: Berghahn Books Stable URL:http://www.jstor.org/stable/23817349 Page Count:

16. 265J. S. Kahn "Tradition", Matriliny And Change Among The Minangkabau

Of Indonesia Source: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, Deel 132, 1ste Afl., ANTHROPOLOGICA XVIII (1976), pp. 64-95 Published by: Brill Stable URL:

http://www.jstor.org/stable/27863021 Accessed: 16-02-2016 07:34 UTC 266 Darwis Thaib, Seluk Beluk Adat Minangkabau, t,tp , 72.

Page 132: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

120 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

orang, tetapi disebut Basa Empat Balai sebab Tuan Kadi tidak

berbalai hanya bermasjid. Mulai saat itu ‘adat dipakai syarak diturut,

diamalkan sejalan adat dengan syarak. Maka timbullah kata-kata adat

bersendi syarak, syarak bersendi adat, yaitu dibidang pemakaian

(pelaksanaannya) bukan syarak diambil dari adat dan adat bukan

diambil dari syarak, hanya jika akan melaksanakan adat janganlah

yang terpakainya yang dilarang oleh agama, begitu pula sebaliknya.

Jika menjalankan agama jangan ketinggalan adat. Umpamnya

diwaktu kematian, wajib bagi orang yang hidup memandikan,

mengapani, menyembahyangkan, dan menguburkan. Semuanya itu

baru dapat dilaksanakan, bila telah cukup orang-orang yang

bersangkutan menurut adat, seperti bako (kaum bahagian bapa

almarhum), anak dan yang patut-patut lainnya. Sebelum cukup orang-

orang yang bersangkutan menurut adat, maka belumlah aturan agama

itu dijalankan, harus ditunggu kehadiran orang-orang yang

bersangkutan, menurut jangka waktu yang patut ditunggu.267

Dalam hal ini adat dengan syarak hanyalah bersendi bila waktu

memakaikan salah satu diantara kedua aturan itu, bukannya adat

bersendi kepada ayat dan hadis, dan tidak pula syarak bersendi

kepada lembaga “tapi hal yang mungki dan patus saja. Maka sejak

berdirinya Raja adat di buo sebagai perdana menteri dan Tuan Kadi

di Padang Gantiang, maka adat dan agama Islam (Syarak) telah

dipatuhi oleh penduduk Minangkabau, menjadi perpegangan zahir

dan batin dengan seutas tali yang berpilin dua. Sehingga seluruh

penduduk Minangkabau amat terhina perasaannya jika dia dikatakan

“tidak beradat atau tidak Islam. Alam Minangkabau dengan

rakyatnya ibarat satu tubuh dua pimpinan, pemeliharaannya:

pertama; mamak (paman), kedua bapak. Dan dua pula perturan yang

mengungkapnya yang menjadi kepercayaan untuk menyelamatkan

diri dunia dan akhirat, itulah dia adat dan agama Islam.268

267Taufik Abdullah, Modernity in Minangkabau World, Claire Holt, Culture

And Politic in Indonesia (New York: University Press, 1977), 189. 268A.A. Navis, Alam Takambang Jadi Guru (Jakarta: ADKM,1984), 59.

Page 133: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 121

C. Posisi adat dan Agama Dalam Masyarakat Minangkabau

Pada sekitar tahun 1560 ada yang mengatakan tahun 1250,

Islam mulai masuk ke kerajaan Minangkabau dan dijadikan sebagai

agama resmi kerajaan, di bawah Sultan Alif sebagai rajanya.269

Pada

abad 16 M di Luhak Nan Tuo penduduk sudah beragama Islam. Islam

berkembang dengan damai dan terjadi akulturasi budaya Islam dan

budaya masyarakat setempat. Pada masa sultan Alif terjadi sebuah

peristiwa penting dalam masyarakat Minangkabau yang sampai saat

ini menjadi kebanggaan penduduknya. Peristiwa itu adalah

dilaksanakannya suatu musyawarah besar yang terkenal dengan nama

Sumpah Sati Bukik Marapalam yang dilaksanakan di Pato Nagari

Bukit Marapalam Lintau Kabupaten Tanah Datar.270

Masuknya Agama Islam ke Sumatra Barat merupakan

tonggak dimulainya pendidikan Islam di Mingkabau. Syekh

Burhanuddin merupakan tokoh terkenal yang dipercayai sebagai

pendiri surau atau madrasah di Ulakan, di mana tempat beliau

menetap. Surau Syekh Burhanuddin ini, dipercaya sebagai surau yang

pertama kali didirikan di Minangkabau. Beliau belajar ilmu agama di

Kotaraja, Aceh kepada Syekh Abdul Rauf bin Ali dari Singkil.

Setelah itu melanjutkan belajar ke Kutaraja dan Burhanuddin

kembali ke Pariaman di Kampung kelahirannya Sintuk, terakhir

beliau pindah ke Ulakan.

Walaupun data mengenai sistem pendidikan yang dilakukan

oleh Syekh Burhanuddin tidak diketahui secara pasti, namun

dikisahkan bahwa sebelum beliau datang ke Minangkabau beliau

sudah belajar agama di Aceh selama 10 tahun. Di Minangkabau

terdapat banyak ulama yang aktif mengajarkan agama, baik di

kampung halamannya maupun ke luar daerahnya. Seperti pada tahun

1603 tiga orang dari Minangkabau yakni Datuk Ribandang, Datuk

Patimang, dan Datuk di Tiro pergi menyi'arkan Islam ke Sulawesi.

Tuanku Mansiang Nan Tuo di Paninjauan merupakan salah seorang

269Rusli Amran, Sumatra Barat Hingga Plakat Panjang (Jakarta: Sinar

Harapan, 1981), 123. 270Marwan dkk, Badan Pengelolaan Keragaman Budaya, Revitalisasi,

Reaktualisasi Budaya Lokal, Monografi Adat nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara (Batusangkar, 2014), 17.

Page 134: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

122 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

murid Syekh Burhanuddin yang termasyhur. Selain itu, datang pula

seorang ulama dari Mekah yaitu Tuanku di Tanah Rao, yang

membawa ilmu mantiq dan Ma’ani dan menurunkan ilmunya kepada

Tuanku nan Kacik dalam negeri Koto Gedang.271

Pada tahun 1803, tiga orang ulama Minangkabau pulang dari

Mekah yaitu H. Sumanik asal Tanah Datar, H.Piobang dari Pandai

Sikat, dan H.Miskin dari Lima Puluh Kota, pergi berhaji dan tinggal

lima tahun di Mekah. Saat itu, gerakan Wahabi sedang berkembang

di Mekah. Kaum Wahabi melarang orang merokok, makan sirih,

berpakaian yang indah-indah, dan menyuruh rajin melakukan

sembahyang. Sepulang ke Minang, mereka menyaksikan praktik

kehidupan di Minang sangat berbeda dengan apa yang dilihatnya di

Mekah. Ketiga orang ini membawa semangat Islam yang diilhami

oleh gerakan Wahabi yang puritan, sementara itu, di di luhak Agam

para tuanku mengadakan kebulatan tekad untuk menegakkan syarak

sekaligus memberantas kemaksiatan yang mulai semarak dikerjakan

oleh kaum adat. Para ulama tersebut adalah Tuanku nan Renceh,

Tuanku Bansa, Tuanku Galung, Tuanku Lubuk Aur, Tuanku Padang

Lawas, Tuanku Padang Luar, Tuanku Kubu Ambelan, dan Tuanku

Kubu Sanang.272

Di samping delapan tokoh itu, pembaharu Islam di

Minangkabau adalah kaum Paderi yaitu Muhammad Syahab yang

membangun benteng di Bonjol sehingga ia dikenal dengan Imam

Bonjol. Dalam melakukan pembaharuan banyak di antara mereka

menggunakan cara kekerasan sehingga terjadi konflik antara kaun

Paderi dan kaum adat, yang diakhiri dengan perang terbuka. Karena

dalam pertempuran itu kaum adat selalu mengalami kekalahan,

kemudian mereka minta bantuan kepada Kompeni. Dengan senang

hati Kompeni menyanggupi. Dan perang babak baru dimulai setelah

Kompeni mendatangkan bala bantuannya untuk memerangi kaum

271Amri Marzali. "Agama dan Kebudayaan."UMBARA Indonesian Journal of

Anthropology 1.1 (2017). (Accessed, 3 Desember 2017) 272Azyumardi Azra. Jaringan ulama: Timur Tengah dan kepulauan Nusantara

abad XVII dan XVIII: melacak akar-akar pembaruan pemikiran Islam di Indonesia.

Mizan, 1994.

Page 135: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 123

Paderi. Mulai saat itu, kaum Paderi bukan menghadapi kaum adat,

melainkan perang melawan kolonial Belanda.273

Di antara ulama yang kritis terhadap adat Minang adalah

Syaikh Ahmad Khatib, lahir di Bukittinggi pada tahun 1855. Pada

usia 21 tahun, ia pergi ke Mekah dan menetap di sana untuk

memperdalam pengetahuan agama Islam yang berpahamkan madzab

Syafe’i. Syaikh Ahmad Khatib mampu mengembangkan ilmunya

sehingga diangkat menjadi Imam Madzab Syafe’i di Masjid ‘il

Haram. Beliau adalah ulama yang cerdas, kritis, sekaligus toleran.

Secara terang-terangan, ia tidak menyetujui aliran Naqsabandiyah

serta terhadap adat pembagian waris model Minangkabau yang

memberikan waris kepada kemenakan. Murid-muridnya diberi

kebebasan membaca buku termasuk tafsir al-Manar-nya Muhammad

Abduh maupun tulisan kaum pembaharu lainnya dengan harapan

bahwa murid akan memahami pikiran baru sehingga akan

menentangnya. Tetapi yang terjadi adalah bahwa mereka justru

menjadi pendukung pembaharuan tersebut seperti Syekh Muhammad

Jambek, Abdul Karim Amrullah, Abdullah Ahmad, dan Ahmad

Dahlan (pendiri Muhammadiyah). Sebagian murid lainnya yang

berpegang pada Madzab Syafe’i antara lain Syeh Sulaiman Rasul, dan

Hasyim Asy’ari yang pendiri Nahdatul Ulama.274

Ulama pembaharu Islam lain dari Minangkabau adalah Syaikh

Thahir Djalaluddin al-Azari yang ide pembaharuannya disalurkan

lewat majalah al-Imam, Syaih Jamil Jambek, Abdul Karim Amrullah

yang dikenal dengan Haji Rasul (ayah Hamka). Tokoh lain adalah

Abdullah Ahmad yang ide pembaharuannya disalurkan

lewat al-Munir yang bertujuan untuk “memimpin dan

memajukan anak-anak bangsa kita pada agama yang lurus dan pada

i’tikad yang betul”. Pengetahuan tentang Islam tokoh ini diakui oleh

ulama Timur Tengah dan pada satu konferensi khilafat di Cairo pada

273Sjafnir Abu Nain. "Tuanku Imam Bonjol: sejarah intelektual Islam di

Minangkabau, 1784-1832." Esa, 1988. Accessed, 3 Desember 2017 274Taufik Abdullah. "Adat and Islam: An examination of conflict in

Minangkabau." Indonesia 2 (1966), 1-24.

Page 136: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

124 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

1926 dia bersama Haji Rasul menerima gelar kehormatan Doktor

dalam Bidang Agama (Doktor Fiddin).275

Perkembangan Islam di Sumatera Barat yang dibawa oleh

murid-murid syaikh Ahmad Khatib, sesungguhnya sangat membawa

perubahan atas pola hidup dan struktus masyarakat Minangkabau,

masyarakat yang sebelumnya sangat kental dengan kebiasaan dan

pola hidup yang sangat feodal dan memegang adat secara kuat dapat

mengalami perubahan. Proses masuknya Islam ini yang mendapat

resistensi oleh kaum adat (persitiwa perang Paderi) para ulama tidak

serta merta melakukan perubahan dan penentangan hukum adat dan

kebiasaan masyarakat adat dengan keras, namun dilakukan dengan

pendekatan-pendekatan syariah dan menyesuaikan adat dengan

syarak (syariat) Islam, meskipun ada saja yang melakukan dakwah

dengan keras, sehingga sering terjadi benturan antara kaum agama

dan kaum adat di masyarakat.276

Dakwah dan syiar Islam ini, akhirnya juga sampai ke wilayah

Tanah Datar. Kabupaten Tanah Datar mendapat tempat istimewa

diantara kabupaten dan kota lain di Sumatera Barat. Latar belakang

sejarah yang kuat sebagai pusat kerajaan Alam Minangkabau pada

masa lampau menyebabkan kabupaten ini kaya dengan peninggalan

sejarah, baik berupa peninggalan dalam bentuk benda-benda

kepurbakalaan maupun nilai-nilai lokal masyarakat yang hampir

seluruhnya berasal dari suku bangsa Minangkabau. Masyarakat Tanah

Datar pada masa lampau maupun pada masa sekarang tidak dapat

dipisahkan dengan adat dan budaya Minangkabau.277

Agama begitu penting dalam kehidupan manusia, mengandung

aspirasi-aspirasi manusia yang paling dalam (sublime), sumber dari

semua budaya tinggi, bahkan candu bagi manusia kata Karl Marx.

Definisi yang ada tentang agama mencerminkan tentang isu-isu yang

berkaitan dengan perubahan sosial, ibadah dan modernitas.

275Gusti Asnan. Memikir ulang regionalisme: Sumatera Barat tahun 1950-an.

Yayasan Obor Indonesia, 2007. (Accessed, 3 Desember 2017) 276Azyumardi Azra. Jaringan ulama: Timur Tengah dan kepulauan Nusantara

abad XVII dan XVIII. 277Marwan dkk, Badan Pengelolaan Keragaman Budaya, Revitalisasi,

Reaktualisasi Budaya Lokal, Monografi Adat nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara (Batusangkar, 2014), 30.

Page 137: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 125

Pentingnya beragama dirasakan pula oleh masyarakat

Minangkabu di Tanah Datar. Agama sudah menjadi pegangan kuat

bagi masyarakat Minangkabau. Menurut Deliar Noer, berbicara

agama harus dibedakan dengan kepercayaan. Kepercayaan dijumpai

pada bangsa-bangsa bersahaja (primitif) dan masih sangat tergantung

pada alam. Sementara agama melingkupi masalah penyerahan diri

kepada Tuhan serta meliputi tata dan tuntunan tingkah laku manusia,

baik perseorangan maupun dalam hidup kelompok, sedangakan

menurut pendekatan sosiologi oleh Michael S. Northcott agama

adalah salah satu bentuk konstruksi sosial.278

Oleh karena itu, agama

dalam perspektif sosiologi lebih konsen pada struktur sosial,

konstruksi pengalaman manusia dan kebudayaan. Sampai sekarang

perdebatan tentang defenisi agama masih belum selesai, hingga Wh

Clark, seorang ahli ilmu Jiwa Agama, sebagaimana dikutip Zakiah

Darajat mengatakan, bahwa tidak ada yang lebih sukar daripada

mencari kata-kata yang dapat digunakan untuk membuat definisi

agama, karena pengalaman agama adalah subyektif, intern, dan

individual, dimana setiap orang akan merasakan pengalaman agama

yang berbeda dari orang lain.279

Agama secara bahasa segenap kepercayaan kepada Tuhan,

Dewa serta dengan ajarannya dan kewajiban-kewajibannya yang

bertalian dengan kepecayaan itu, seperti Islam, Kristen dan Budha.

Istilah peraturan agama dijumpai pada abad ke 19 yang merupakan

akibat pengaruh teori Van Den Berg dan Salmon Keyzer yang

terkenal dengan Teori Reseption in Complexu yaitu teori penerimaan

dan keseluruhan. Menurut teori ini adat (hukum adat) suatu golongan

masyarakat merupakan resepsi seluruhnya dari agama yang dianut

oleh golongan masyarakat itu.280

Namun berbeda dengan Bakhtiar Efendi yang melihat agama

sebagai suatu unit analisis tersendiri yang berupa suatu sistem

278Michael S Northcott. The environment and Christian ethics.Vol.

10.Cambridge University Press, 1996. (Accessed, 4 Desember 2017) 279Zakiah Daradjat. Peranan agama dalam kesehatan mental.Haji Masagung,

1988. 280Dalam Sajuti Thalib. "Reception in Complexu, Theory Receptie dan

Receptie A Contrario."PP Hazairin, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia in Memoriam Prof. Mr. Dr. Hazairin (1981). 44-45.

Page 138: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

126 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

normatif yang terbatas, yaitu sistem kepercayaan (a system of

beliefs) dan membedakan dari unit yang lain yang dinamakan adat.281

Istilah agama dalam kajian sosio-antropologi adalah

terjemahan dari kata religion dalam bahasa Inggris, tidak sama

dengan istilah agama dalam bahasa politik-administratif pemerintah

Republik Indonesia.282

Dipihak lain ada yang melihat agama sebagai

suatu sistem kebudayaan. Kebudayaan tidak didefinisikan sebagai

pola kelakuan, tetapi sebagai pola bagi kelakuan; terdiri atas

serangkaian aturan-aturan, resep-resep, rencana-rencana dan

petunjuk-petunjuk yang digunakan manusia untuk mengatur tingkah

lakunya.

Menurut Bryan S.Tuner makna agama dapat dilihat dari dua

perspektif, yakni perspektif reduksionis dan non reduksionis. Masing-

masing perspektif ini mempunyai landasan dasar yang berbeda.

Perspektif reduksionis melihat agama sebagai fenomena, yakni

ekspresi dasar dalam perilaku manusia secara individual maupun

kelompok. Perspektif ini menggunakan landasan dasar berfikir

saintifik atau positifistik. Namun beda halnya dengan yang

dikemukakan Weber, bahwa ajaran agama berperan dalam

meningkatkan perubahan sosial, kebudayaan, khususnya nilai sosial,

norma, kepercayaan, cita-cita dan pandangan hidup. Ide ini

mempunyai pengaruh sendiri terhadap perilaku manusia atau struktur

sosial.283

Dari sudut pandang sosio-antropologi, atau ilmu-ilmu sosial

pada umumnya, agama adalah berkaitan dengan kepercayaan (belief)

dan upacara (ritual) yang dimiliki bersama oleh suatu kelompok

masyarakat. Menurut Vilfredo Pareto, agama berkaitan dengan

‘transcends experience’ yaitu pengalaman dengan ‘Yang di atas’,

atau sesuatu yang berada di luar, sesuatu yang tidak terjamah.284

281Bahtiar Effendi. Islam dan Negara Transformasi Gagasan dan Praktik

Politik Islam di Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1998),128-129. 282Amri Marzali. "Agama dan Kebudayaan."UMBARA Indonesian Journal of

Anthropology 1.1 (2017). Acceessed, 5 Desember 2017 283Dalam Peter L. Berger . Invitation to sociology: A humanistic perspective.

Open Road Media, 2011. Accessed, 5 Desember 2017 284Vilfredo Pareto.The rise and fall of the elites: an application of theoretical

sociology. Transaction Publishers, 1991. (Accessed, 6 Desember 2017)

Page 139: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 127

Pentingnya agama, sangat dirasakan oleh masyarakat di Tanah

Datar, namun penerimaan agama di tengah-tengah masyarakat adat

tidak harus melepaskan kebiasaan adat yang mereka peroleh secara

turun temurun dari nenek moyang mereka, disinilah strategi para

tokoh agama dan masyarakat adat mengakomodasi agama dalam

lingkungan masyarakat adat sehingga dapat berjalan dengan tidak

saling berbenturan satu sama lainya.

Di antara kesepakatan yang dibuat antara kaum adat dan

agama yang disebut Sumpah Sati Bukik Marapalam adalah suatu

kesepakatan yang mendasar dan merupakan kebulatan tekad dari

pemuka adat dan pemuka Islam di Minangkabau. Musyawarah ini

dilakukan karena adat sudah berurat berakar dalam diri masyarakat

dan banyak memiliki persamaan dengan ajaran Islam. Persamaan itu

dapat dilihat dari sopan santun, budi pekerti, musyawarah,

persaudaraan, silaturahmi, menghornati kaum wanita, tolong

menolong dan lain sebagainya. Adanya persamaan-persamaan ini,

maka pemuka adat dan pemuka agama berinisiatif untuk

mengukuhkan suatu ikrar yang dikenal dengan Adat Basandi Syarak,

Syarak Basandi Kitabullah. Kesepakatan pemuka adat dan agama

menjadi falsafah hidup bagi masyarakat Tanah Datar dan Sumatera

Barat secara umum sampai sekarang. Setelah peristiwa ini struktur

pemerintahan pun berubah, di samping ada raja Alam dan raja Adat

ditambah dengan raja Ibadat.285

Pada saat Tanah Datar terjadi

pertentangan kelompok adat dan agama datang pula kolonial,

sehingga kolonial memanfaatkan situasi kepemimpinan masyarakat

Tanah Datar yang tidak kuat untuk kepentingan mereka. Para

penghulu sebagai pemimpin dalam kaumnya masih sangat disegani

oleh masyarakat, bahkan mengganggapnya sebagai dewa pelindung.

Pemerintahan Belanda dengan strategi ini menguasai penghulu

sehingga dengan anggapan mereka dengan mudah menguasai

rakyat.286

285Mohammad Hasbi,. "Intervensi Negara Terhadap Komunitas Nagari di

Minangkabau." Nagari, Desa Dan Pembangunan Pedesaan di Sumatera Barat (1990).

Accessed, 6 Desember 2017 286 Buya Yusrizal, wawancara, kamis 14 April 2016 di Batusangkar.

Page 140: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

128 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Pada masa Pemerintahan Belanda di Tanah Datar dipimpin

oleh seorang Regen, satuan daerahnya adalah Hoofdafdeling. Untuk

Hoofdregent Minangkabau sekaligus Regen Tanah Datar ditunjuk

Sultan Alam Bagagrsyah. Dan berkedudukan di Batusangkar juga

dikenal dengan sebutan Fort Van Der Capellen. Namun pada tanggal

20 Desember 1825 kembali struktur ini berubah yakni menghapus

Hoofdadeling dan hanya membentuk Afdelling. Sumatera Barat

hanya menjadi dua Afdelling yaitu Afdelling Padang dan Afdelling

Padangsche Bovenlanden. Afdelling padang terdiri dari atas 4 Onder

Afdelling yakni Onder Afdelling Padang, Onder Afdelling Pariaman,

Onder Afdelling Salido, Onder Afdelling Indrapura. Sedangkan Onder

Afdelling Padangsche Bovenlanden hanya ada dua yakni Onder

Afdelling Tanah Datar dan Onder Afdelling Agam. Pemimpin

Afdellinng ini adalah seorang Regen saja yang bertanggung jawab

langsung pada reseden.287

Sultan Alam Bagagarsyah pun turun menjadi Regen saja yaitu

Regen Tanah Datar yang merupakan gabungan dari Regentschappen

Tanah Datar dengan Regentschappen Tanah Datar bawah.

Penghapusan Hoofdregent oleh Belanda menunjukan telah adanya

usaha pengurangan peranan pribumi dalam birokrasi pemerintahan.

Pada tahun 1830 Belanda secara politik dan ekonomi sudah

menguasai Tanah Datar, namun aktivitas adat dan agama di Tanah

Datar tetap berlangsung walaupun mengalami perubahan akibat

kekuasaan Hindia Belanda ini. Hari besar Islam diperingati tetapi

biasa-biasa saja. Menyambut tamu dengan pantun, setiap ada resepsi

ada pantun seperti pada pernikahan.288

Dalam perjalanan sejarah panjang masyarakat Tanah Datar,

perubahan adat dan budaya selalu ada seiring dengan perubahan

waktu dan perkembangan zaman serta sistem atau kebijakan

pemerintahan. Dalam keadaan normal, proses perubahan budaya

berjalan secara evolusif (berubah sedikit demi sedikit). Pada masa-

masa tertentu dimana terdapat momentum atau kejadian khusus,

287 Tim Yayasan Gunung Bungsu, Mengenal Tanah Datar Sebuah Kabupaten

di Sumatera Barat (Batusangkar: Yayasan Gunung Bungsu, 2014), 26-28. 288 Bahar Datuk Nagari Basa. Tambo dan silsilah adat

Minangkabau.Eleonora, 1966.

Page 141: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 129

perubahan tersebut dapat berupa revolusi. Perubahan yang terjadi

pada kejadian khusus ini lebih memudahkan analisa terhadap

perubahan sosial suatu masyarakat.

Hampir seluruh penduduk kabupaten Tanah Datar merupakan

suku bangsa Minangkabau yang memiliki sistem sosial berdasarkan

kekerabatan matrilineal (keturunan menurut garis ibu). Sistem ini

melahirkan tatanan sosial dan sistem kepemilikan yang bersifat

komunal dengan sistem pewarisan mengikuti garis keturunan

ibu.289

Sangat penting untuk memahami konsepsi masyarakat

Minangkabau tentang hirarki dalam kehidupan sosial dan politik.

Sistem pemerintahan yang ada dalam masyarakat

Minangkabau yang merupakan warisan dari nenek moyang orang

Minangkabau adalah nagari. Nagari merupakan sebuah wilayah

otonom yang terlepas dari nagari lain. Semua urusan sosial dan adat-

istiadat merupakan urusan masing-masing nagari. Kadang kala nagari

yang berdekatan mempunyai perbedaan adat dalam bentuk varian-

varian kecil.

Salah satu kebijakan Orde baru melalui UU No 9 Tahun 1979

adalah melakukan penyeragaman sistem pemerintahan terkecil

menjadi desa di seluruh Indonesia termasuk di Kabupaten Tanah

Datar. Tanah Datar harus merubah pola pemerintahan mereka dari

pola hidup dalam nagari menjadi desa. Proses perubahan sistem

pemerintahan ini berarti menghilangkan fungsi nagari sebagai sistem

pemerintahan masyarakat Minangkabau yang dijalankan dengan

prinsip-prinsip adat dan diganti dengan prinsip desa yang

diperkenalkan oleh pemerintah.290

Beberapa upacara-upacara dan

ritual adat dilakukan, seperti upacara pernikahan, kelahiran sampai

kematian, kelihatanya masih dipertahankan sampai sekarang.

Pada Era Orde Baru, ada kebijakan dari pusat yang

menyeragamkan sistem pemerintahan terkecil di semua Indonesia

dengan sistem pemerintahan desa. Ketika sistem desa ini diterapkan,

secara perlahan, nilai-nilai adat yang saling melekat dengan pola

289Tim Yayasan Gunung Bungsu, Mengenal Tanah Datar Sebuah Kabupaten

di Sumatera Barat (Batusangkar: Yayasan Gunung Bungsu, 2014), 26-28. 290Martin Jimung, Politik Lokal dan Pemerintahan Daerah Dalam Perspektif

Otonomi Daerah (Yogyakarta: Pustaka Nusantama, 2005), 38-39.

Page 142: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

130 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

hidup bernagari berkurang funginya, digantikan dengan peran desa,

walaupun sistem bernagari tidak hilang seratus persen. Namun

penggunaan sistem pemerintahan nagari telah dilaksanakan lagi sejak

adanya Era Otonomi daerah dengan Perda Pemprov Sumbar No. 09

Tahun 2001 tentang kembali menerapkan sistem pemerintahan

nagari291

Ada dua sistem pemerintahan yang berjalan di masyarakat

Minangkabau pada masa pemerintahan Orde Baru, yaitu 1) sistem

pemerintahan adat dengan unit pemerintahan terkecil adalah suku,

dan unit pemerintahan terbesar adalah nagari, 2) Sistem

pemerintahan NKRI yang berlaku sejak diberlakukannya UU

penyeragaman desa sebagai unit pemerintahan terkecil. Dengan

adanya otonomi daerah, maka masyarakat Sumatera Barat dimana

sebagian besar penduduknya adalah suku bangsa Minangkabau

bersepakat untuk mengembalikan fungsi nagari sebagai sebuah unit

pemerintahan yang mendapat legitimasi menurut sistem pemerintaan

NKRI dan sistem pemerintahan adat.292

Nilai-nilai demokrasi adalah nilai budaya masyarakat Tanah

Datar yang telah ada sejak dahulu. Masyarakat Tanah Datar tidak

dibesarkan dalam budaya feodalisme seperti yang ada pada

masyarakat Jawa pada umumnya. Masyarakat Tanah Datar tidak

mengenal konsep raja sebagai titisan dari dewa sehingga raja harus

dihormati sedemikian rupa. Kondisi budaya seperti ini menciptakan

kepribadian masyarakat Tanah Datar yang bebas dan merdeka.

Konsepsi masyarakat Tanah Datar tentang pemimpin dapat terwakili

dengan baik dalam pepatah Minang berikut yang menyatakan bahwa

pemimpin itu ditinggian sarantiang, didahuluan salangkah (yang

ditinggikan seranting dan didahulukan selangkah). Maknanya,

pemimpin adalah wakil masyarakat yang dipilih oleh karena

kecakapannya dan kepandaiannya. Warga masyarakat yang memiliki

kemampuan ini dihormati oleh seluruh masyarakat untuk menjadi

291Rian Nugroho Ddwidjawijoto, Otonomi Daerah: Desentralisasi Tanpa

Revolusi (Jakarta: Elex Media Komputuido, 2006), 46. 292Musyair Zainuddin, Implementasi Pemerintahan Nagari Berdasarkan Hak

Asal-Usul Adat Minagkabau (Yokyakarta: Ombak, 2008), 16.

Page 143: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 131

pemimpin dalam kaumnya untuk membawa kaumnya ke arah yang

lebih baik.293

Konsep ini dilaksanakan berjenjang sesuai dengan tingkat

kepemimpinan seseorang. Mulai dari sebagai mamak dalam keluarga

besar hingga penghulu dalam suku. Para penghulu-penghulu suku

inilah yang kemudian bergabung dalam lembaga Kerapatan Adat

Nagari (KAN). Orang Minang melihat pemimpin mereka yang duduk

di pemerintahan sehingga dapat melakukan kontrol sosial untuk

menciptakan pemerintahan yang baik dan bersih. Selain itu,

perubahan budaya dan terjadinya interaksi dengan nilai-nilai luar,

seperti pola pemerintahan yang terpusat pada masa Orde Baru.294

Kondisi masa pasca persitiwa PRRI menyebabkan proses

pergeseran budaya masyarakat Minangkabau terjadi semakin cepat,

karena adanya perasaan sebagai pihak yang kalah yang lebih rentan

terpengaruhi oleh budaya baru, dan di sisi lain adanya perasaan

sebagai pihak yang menang pada diri tentara pusat. Keadaan pada

masa itu kurang lebih sama dengan keadaan ketika rakyat Bonjol

kalah dari Belanda pada Perang Paderi. Proses perubahan sosial yang

yang cepat pada masyarakat Minangkabau berlanjut hingga

pemerintahan Presiden Soeharto selama 32 tahun dalam masa Orde

Baru. Orde Baru dikenal sebagai masa pemerintahan dengan pola

kepemimpinannya yang terpusat. Semua kebijakan ditentukan dari

Jakarta sebagai pusat kekuasaan.

Upacara kematian meskipun diatur oleh ajaran agama, namun

pelaksanaan upacaranya diatur oleh adat yang akan berbeda

penyelenngggaraannya pada setiap daerah. Masyarakat sangat

meyakini bahwa adat mereka berazazkan Islam yang terdapat dalam

Kitab Allah, jadi adat bagi mereka adalah aturan-aturan perbuatan

seperti yang dikatan syarak (agama). Oleh sebab itu jenazah

sesearang yang meninggal wajib dikuburkan menurut aturan agama

dan kemudian baru acara adat. Tradisi ini berlaku sampai sekarang

bagi masyarakat di Tanah Datar.

293Observasi Langsung dan mengamaati kegiataan persukuan di Kecamataan

Lintau Buo.30 November 2016. 294Dt.Feri Idrus, (ketua LKKM kabupaten Tanah Datar),Wawancara, Senin 21

maret 2016, Jam:11.00 Wib di Batusangkar.

Page 144: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

132 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Tradisi penguburan orang yang meninggal telah dikenal dalam

masyarakat Minangkabau jauh sebelum Agama Islam datang ke

daerah ini, namun setelah Islam datang, beberapa upacara yang

bertentangan dengan ajaran Islam terhapus secara perlahan-lahan.

Bukti penguburan orang yang meninggal sudah dikenal sebelum

Islam masuk ke Tanah Datar dapat dilihat dari bekas-bekas

peninggalan yang ditemukan di Nagari “Pariangan”, yang terletak di

lereng gunung Merapi sebelah selatan dalam Kabupaten Tanah

Datar.295

295Amir.B dkk, Upacara Tradisional, 29.

Page 145: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

133

BAB IV

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi

Antara Adat danAgama dengan Pemerintah

di Kabupaten Tanah Datar

dalam Bidang Kepemimpinan dan Kebijakan Daerah

ada bab ini pembahasan tentang konflik dan akomodasi

pada dua periode masa kepemimpinan Bupati Kabupaten

Tanah Datar pada Era Reformasi- periode tahun 2000-2005 dan

periode 2006-2015. Terlebih dahulu akan dipaparkan mengenai

sejarah perubahan kepemimpinan di tingkat nasional dan dampaknya

terhadap Sumatera Barat. Pada bab ini menggunakan teori yang

dikemukakan oleh Alison Wolf dan A.Ruth Wallace. Pertama, bahwa

manusia memiliki kepentingan-kepentingan dan mereka berusaha

untuk merealisasikan kepentingannya. Kedua, memperebutkan

"power" (kekuasaan) sehingga menjadi sumber konflik.296

A. Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan

Pemerintah Dalam Bidang Kepemimpinan Tahun 1999-2005

Kepemimpinan di Kabupaten Tanah Datar telah populer sejak

adanya adat Minangkabau yang dirancang oleh pemimpin yang

kharismatik Datuk Katumanggungan dan Datuk Perpatih Nan

Sabatang. Kepemimpinan bermula dari suku yang dipimpin oleh satu

orang penghulu. Penghulu memimpin suku dengan anggota-

anggotanya. Orang-orang yang berada di dalam suku adalah sebagai

rakyat, di samping itu ada anggota suku sebagai sub-sub pemimpin

di bidang tugasnya guna kepentingan bersama suku atau kaum.297

Kepemimpinan di Minangkabau dimulai dari kepemimpinan

adat istiadat yang disebut dengan pemerintahan suku sejak adanya

adat Minangkabau sampai pada masa kerajaan Pagaruyung. Setelah

296Dalam Sutaryo, Dinamika Masyarakat Dalam Perspektif Konflik

(Yogyakarta: FISIPOL-Universitas Gajah Mada, 1992), 31. 297Musyair Zainuddin, Implementasi Pemerintahan Nagari Berdasarkan Hak

Asal-Usul Adat Minagkabau, (Yogyakarta: Ombak, 2008), 18.

P

Page 146: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

134 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

dipengaruhi oleh kolonial, maka kepemimpinan mulai terganggu oleh

politik kolonial yang memanfaatkan para penghulu untuk

memperlancar urusan mereka dengan berbagai cara, sehingga

kepentingan adat sudah bergeser kepada kepentingan kolonial.298

Minangkabau terkenal dengan demokrasi yang dimulai dengan

kepemimpinan suku. Seorang penghulu dalam memimpin sukunya

selalu bermusyawarah dengan semua anggota suku, seperti istilah pai

jo manjapuik299. Dalam bermusyawarah berpegang kepada azas adat

Minangkabau yang disebut dengan Tigo Tungku Sajarangan, yaitu

penghulu (ninik mamak), cerdik pandai dan alim ulama, ibaratnya

anggo tanggo (anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

Minangkabau), raso pareso (rasa periksa), dan alua patuik (alur

patut). Bahwasanya dalam diri seseorang orang Minang harus

memilikinya sebagai implementasi adat Minangkabau, sehingga

dalam bermusyawarah akan menjaga posisinya masing-masing sesuai

jabatan yang telah terbagi dalam suku tersebut, seperti penghulu yang

memimpin (biang tabuak, kato putuih, ado di pangulu). Artinya,

penghulu yang memutuskan dan menetapkan, nan rajo kato mufakat

(keputusan yang diambil disetujui oleh semua anggota suku). Bundo

kanduang (perempuan Minang yang telah menikah) sebagai pegangan

kunci, artinya mengikuti seluruh perbincangan rapat sehingga semua

keputusan dapat direkam dan bila tidak berkenan dapat mengajukan

keberatan, sehingga segala keputusan dapat dijalankan oleh semua

anggota kaum.300

Dari uraian di atas tergambar, bahwa peran penghulu sangat

penting dalam pengambilan keputusan dalam memimpin anggota

sukunya. Sistem musyawarah berlangsung sejak lama dan masih tetap

berlangsung di Tanah Datar sampai sekarang.

Pada zaman awal kemerdekaan kepentingan negara telah

mempengaruhi kepemimpinan penghulu. Orientasi telah mengarah

kepada kepentingan yang lebih besar. Kegiatan keluarga suku mulai

298Tim Yayasan Gunung Bungsu, Mengenal Tanah Datar Sebuah Kabupaten

di Sumatera Barat, (Batusangkar: Yayasan Gunung Bungsu, 2014), 27. 299Pai dan manjapuik (pergi dan menjeput) artinya semua urusan mulai dari

awal dan sampai berakhir diselesaikan bersama oleh penghulu dan anggotanya. 300 Amir M.S, Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah, (Jakarta: PT.

Mutiara Sumber Widya, 2007), 48.

Page 147: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 135

menurun dan secara perlahan peran mamak (paman) mulai berkurang

pada akhirnya menampakkan gejala pergeseran, keluarga suku

berubah menjadi ke arah keluarga kecil (batih) yang mengindikasikan

kuatnya peran ibu-bapak dalam keluarga, sementara mamak (paman)

sebagai pemimpin adat dalam suku atau kaum perannya melemah.301

Pada masa pemerintahan Orde Lama yang berjalan di

masyarakat Tanah Datar ada dua sistem yang berlangsung yakni; 1)

sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, 2) sistem

pemerintahan adat dengan unit pemerintahan terkecil adalah suku,

dan unit pemerintahan terbesar adalah nagari. Semasa Orde Lama,

pemerintahan nagari dipimpin oleh seorang penghulu sampai pada

masa awal Orde Baru. Setelah lahirnya Undang Undang No. 5 tahun

1979 tentang pemerintahan desa, terjadi penyeragaman desa sebagai

unit pemerintahan terkecil di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Termasuk Sumatera Barat harus mengikuti kebijakan pemerintah

pusat tersebut.302Penghulu dalam memimpin nagari mempunyai

aparat-aparat, yaitu malin, manti dan dubalang. Perubahan pada

masa Reformasi, pimpinan kolektif yang ada di kerapatan adat nagari

adalah orang yang tergolong urang nan ampek jinih (orang empat

jenis) yaitu niniak mamak (penghulu/kepala suku), cadiak pandai

(cerdik pandai), alim ulama dan Bundo Kanduang (perempuan

dewasa).303

Dengan lahirnya reformasi pada tahun 1998, timbul kesadaran

kolektif masyarakat Sumatera Barat untuk kembali pada sistem

pemerintahan nagari dengan kembali ke nagari. Aspirasi masyarakat

diakomodir oleh pemerintahan Provinsi Sumatera Barat dengan

mengeluarkan Peraturan Daerah No. 9 tahun 1999 tentang sistem

pemerintahan nagari di Sumatera Barat.

Di Kabupaten Tanah Datar lahir pula Peraturan Daerah No. 17

Tahun 2000 tentang Sistem Pemerintahan nagari. Sistem ini berlaku

sampai adanya revisi Peraturan Daerah pada tahun 2008 yang

301 Musyair Zainuddin, Implementasi Pemerintahan Nagari Berdasarkan Hak

Asal-Usul Adat Minangkabau, (Yogyakarta: Ombak, 2008), 17-19. 302 Musyair Zainuddin, Implementasi Pemerintahan Nagari Berdasarkan Hak

Asal-Usul Adat Minangkabau, (Yogyakarta: Ombak, 2008), 1. 303 Wawancara Buya Yusrizal (tokoh agama) pada hari kamis,14 April 2016,

jam: 10.00 WIB di Batusangkar.

Page 148: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

136 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

kemudian menjadi Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2008 tentang

sistem pemerintahan nagari di Kabupaten Tanah Datar berkaku

sampai sekarang.

Di Kabupaten Tanah Datar antara adat dan agama hampir tidak

bisa dipisahkan. Maksudnya pada praktek sehari-hari adat dan agama

keduanya berjalan dalam waktu yang bersamaan dalam kehidupan

masyarakat. Hal ini yang dikenal dengan filosofi ABS-SBK, begitu

pula dalam kepemimpinan adat dan agama. Kepemimpinan dikenal

dengan kepemimpinan Tigo Tungku Sajarangan (yaitu penghulu,

ulama dan cerdik pandai) seperti yang telah disinggung di atas.

Tungku Tigo Sajarangan di Sumatera Barat bermakna yaitu

tungku dalam arti sebenarnya adalah tempat meletakkan wajan,

periuk, dan kuali supaya menghasilkan masakan. Tungku selalu tiga,

tidak ada tungku yang dua. Kegunaan tungku tersebut tiga yaitu, agar

apa yang diletakkan di atasnya dapat terletak dengan baik, apa yang

diletakkan di atasnya itu tidak miring, tidak tertumpah atau dengan

kata lain menjadi seimbang. Jadi kepemimpinan Tungku Tigo

Sajarangan (tungku tiga sejerangan) merupakan simbol kokohnya

kepemimpinan masyarakat di Minangkabau.304

Oleh sebab itu,

keberadaan masyarakat sangat penting di depan adat, diibaratkan

masyarakat itu adalah bejana yang akan diterangkan di atas tiga

tungku tadi, ia akan merasa aman dan tentram. Bejana tidak akan ada

yang jatuh ke atas api, karena kekuatan tungku yang tiga itu.

Maksudnya masyarakat tidak akan sesat, tidak kacau dan tidak rusak

jika tungku yang tiga itu masih tetap bekerja sama, masih tetap

menempatkan diri pada posisinya masing-masing.

Falsafah adat Minangkabau ABS-SBK artinya antara adat dan

agama/syarak menurut orang Minangkabau tidak ada pertentangan.

Syarak memberikan hukum atau syariat, kemudian adat

melaksanakannya. Seperti ungkapan “syarak mangato, adat

mamakai” (syarak berkata, adat memakai). Dari dua konsep itu (adat

dan syarak), dibutuhkan dua unsur pimpinan, yaitu penghulu (niniak

mamak) dan alim ulama. Kemudian sebagai unsur ketiga dibutuhkan

304 W.S. Sundari, Perbandingan Etnobotani Upacara Adat Batagak Panghulu

Masyarakat Minangkabau Di Sumatera Barat, (Padang: Universitas Andalas, 2011),

18.

Page 149: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 137

undang-undang. Undang-undang itu adalah cadiak pandai (cerdik

pandai) yang menguasainya. Dengan demikian ada adat, ada agama,

dan ada undang-undang, inilah yang diwakili oleh Tigo Tungku

Sajarangan .305

Di pusat kota Batusangkar, hukum adat sudah tidak lagi

dijalankan seperti di nagari-nagari yang masyarakatnya masih

homogen. Dalam falsafah masyarakat Tanah Datar, kekuasaan

tertinggi pada masyarakat Tanah Datar adalah Tuah Sakato (hal-hal

yang terjadi menjadi kesepakatan bersama). Artinya, segala sesuatu

yang bersifat mengatur di dalam kehidupan masyarakat harus terlebih

dahulu dimusyawarahkan dengan tiga unsur pimpinan dalam

masyarakat Minangkabau, yaitu penghulu, alim ulama, dan cerdik

pandai. Ketiga unsur pemimpin inilah yang akan menyelesaikan

permasalaahan sesuai dengan kedudukannya masing-masing dan hasil

musyawarah itu selanjutnya dikukuhkan dalam suatu rapat yang

dihadiri seluruh wakil masyarakat yang biasanya bertempat di balai

adat.306

Dengan adanya gabungan Tungku Tigo Sajarangan seperti

yang telah dijelaskan di atas, mereka saling bahu-membahu,

bekerjasama dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

masyarakat, sehingga masyarakat akan aman, permasalahan-

permasalahan akan dapat diselesaikan. Masing-masing menempatkan

diri pada posisinya yaitu, penghulu di bidang adat, alim ulama pada

bidang keagamaan/syariat dan cerdik pandai dalam bidang peraturan

dan perundang-undangan.307

Bagan 2 menggambarkan kepemimpinan

adat di Minangkabau.

305 Penghulu, Idrus Hakimy Dt Rajo, Rangkaian Mustika Adat Basandi

Syarak di Minangkabau, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), 12 306 Wawancara Rifka Yarni (Bundo Kanduang), 10 januari 2017 jam 10.00 di

Pariangan dan pengamatan lansung. 307 Amir M.S, Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah, (Jakarta: PT.

Mutiara Sumber Widya, 2007), 80.

Page 150: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

138 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Bagan 2.

Struktur Kepemimpinan Adat

Sejak berlakunya undang-undang desa sistem sentralistik,

maka saat itu pula dapat terlihat adanya sentralistik hukum negara

dan semakin tergusurnya jenis hukum lainnya seperti hukum adat.308

Pemerintah harus mempertimbangkan keputusan untuk

melanjutkan tradisi hukum kolonial atau menggunakan hukum adat

dalam kerangka hukum nasional. Dibutuhkan klasifikasi yang berbeda

terhadap bidang hukum yang memungkinkan adanya inovasi dan

modifikasi dengan yang tidak mungkin dilakukan modifikasi. Inovasi

dan modifikasi terhadap bidang-bidang yang berhubungan dengan

kehidupan kultural dan spiritual masyarakat. Terhadap beberapa

wilayah netral yang diatur oleh hubungan sosial dari pranata

kehidupan modern, pemerintah mempunyai keleluasaan untuk

mengadopsi hukum yang datang dari luar.309

Pada tahun 1950-an, Mahkamah Agung beserta beberapa pakar

hukum seperti Hazairin telah berusaha membangun sejumlah gagasan

dan lembaga adat nasional, akan tetapi hanya sedikit. Tidak ada

aparat negara pusat setara direktorat yang merumuskan dalil-dalil

tentang adat, sementara lembaga yang ada hanya terbatas pada satu

atau dua provinsi saja. Lebih jauh lagi, pemerintah Orde Baru

308 Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain Dari Hukum di Indonesia (Jakarta:

Kompas, 2003), 23. 309 Konsep inilah yang kemudian disebut dengan teori unifikasi hukum

selektif oleh Ratno Lukito. Lihat Ratno Lukito, Islamic Law and Adat Encounter: The Experience of Indonesia, (Jakarta: Logos, 2001), 68.

Kepemimpinan Tigo Tungku Sajarangan

Ninik mamak Alim Ulama Cerdik Pandai

Page 151: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 139

menentang gagasan adat sebagai sebuah sistem hukum alternatif.310

Adat lebih digambarkan sebagai sebuah upacara dan ritual-ritual

daripada kepemilikan tanah dan penyelesaian beberapa konflik yang

mungkin saja akan terjadi dalam masyarakat. Salah satu kondisi

sosial yang terjadi di Sumatera Barat adalah adanya penghapusan

sistem administrasi pemerintahan nagari yang sudah ada sebelumnya.

Upaya reorganisasi pemerintahan pada tingkat yang lebih rendah

berakibat pada hilangnya struktur sosial asli masyarakat

Minangkabau.

Sistem pemerintahan nagari yang sudah ada harus digantikan

oleh sistem pemerintahan desa seperti yang berlaku di Pulau Jawa.

Pada masa awal pemerintahan Orde Baru, nagari telah diakui

memiliki potensi besar dalam pembangunan.311

Untuk hal ini

pemerintah pada tingkat Provinsi di Sumatera Barat telah

mempersiapkan perangkat guna merealisasikan tujuan ini. Namun

dengan disahkannya Undang-undang No. 5 tahun 1979 tentang

penyeragaman Sistem Administrasi Pemerintahan Desa, usaha ini

kemudian menjadi sia-sia. Regulasi ini memaksakan fungsi dan term

desa sebagai unit pemerintahan terkecil dalam pemerintahan,

mengatur organisasi internal, fungsi dan prerogatifnya yang seragam

berdasarkan model desa yang ada di Jawa. Terkait pelaksanaan

undang-undang ini, pemerintah Sumatera Barat pada masa jabatan

Gubernur Azwar Anas, pada awalnya cenderung untuk memutuskan

nagari sebagai suatu kesatuan administrasi desa yang baru. Diakui

bahwa keputusan ini akan mempertahankan keserasian antara fungsi

administrasi, ekonomi dan budaya dari unit teritorial tradisional

310John R. Bowen, Syariah, Negara dan Norma-norma Sosial di Perancis dan

Indonesia, dalam Dick van der Meij, Dinamika Kontemporer Dalam Masyarakat Islam, (Jakarta: INIS, 2003), 111.

311Mestika Zed, Eddy Utama dan Hasril Chaniago, Sumatera Barat di Panggung Sejarah 1945-1995, (Padang: Bidang Penerbitan Khusus Panitia

Peringatan 50 Tahun Kemerdekaan Indonesia, 1995), 294. Dibandingkan desa, nagari

lebih cocok untuk dijadikan model pemerintahan pada tingkat terkecil. Nagari di

Minangkabau, meskipun jumlah penduduknya sama dengan jumlah penduduk desa di

Jawa, nagari memiliki daerah yang lebih luas dan telah cukup berpengalaman dalam

penerapan sistem dewan yang pernah dimodifikasi oleh Belanda. Nagari juga

menguasai sumber-sumber pendapatan yang lebih memadai. J.D. Legge, Cultural Authorithy and Regional Autonomy in Indonesia: a Study in Local Administration 1950-1960, (Ithaca: Cornell University Press, 1961), 93-94.

Page 152: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

140 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

kendatipun namanya telah diubah, tetapi nagari menggabungkan

wilayah yang lebih luas dan lebih banyak jumlah penduduknya dari

unit desa yang ada di daerah Jawa dan daerah lainnya di Indonesia.312

Pada masa jabatan yang kedua di tahun 1983, Gubernur Azwar Anas

memberlakukan regulasi yang menetapkan bagian dari nagari, yakni

jorong yang menjadi unit desa. Dengan satu lompatan jumlah desa di

Sumatera Barat mengalami perkembangan yang signifikan dari 543

jumlah nagari menjadi 3.138 jumlah jorong, ditambah dengan 408

daerah kota atau kelurahan.313

Akan tetapi, pemecahan nagari ini

berimbas pada kehancuran institusi lokal tradisional yang sudah ada

sejak beratus tahun sebelumnya.

Konsep unifikasi selektif mempunyai kontribusi penting dalam

pembangunan hukum modern Era Orde Baru di Indonesia.314

Dukungan penuh yang diberikan oleh lembaga eksekutif terhadap ide

ini mampu meredam ketegangan konflik yang terjadi antara kaum

pluralis dengan kelompok uniformis. Dalam upaya meningkatkan

taraf perekonomian Indonesia, institusi hukum dipaksa untuk lebih

selektif dan berhati-hati dalam menjalankan tugasnya dan harus lebih

akomodatif dengan perkembangan ekonomi. Pada masa ini, hukum

sepenuhnya menjadi alat kontrol sosial pemerintah.315

Kondisi ini

sangat tidak menguntungkan bagi kalangan yang menyuarakan

pluralitas hukum, terlebih lagi dikarenakan semakin berkurangnya

para ahli hukum adat.

Berbeda dengan tantangan yang dialami hukum adat, hukum

Islam tidak begitu terpengaruh dengan iklim perubahan peta

perpolitikan dan sentralisasi pembangunan hukum Indonesia. Hukum

Islam yang lebih nasionalis mampu bertahan lebih baik daripada

312 Audrey Kahin, Dari Pemberontakan ke Integrasi, 406-409. 313 Asnawi, “Pembangunan Sumatera Barat”, dalam Mestika Zed, Edy Utama

dan Hasril Chaniago, Sumatera Barat di Panggung Sejarah 1945-1995, (Sumatera

Barat: Bidang Penerbitan Khusus Panitia Peringatan 50 tahun RI Sumatera barat,

1995), 290-291. 314 Sajuti Thalib, Politik Hukum Baru: Mengenai Kedudukan dan Peranan

Hukum Adat dan Hukum Islam dalam Pembangunan Hukum Nasional, (Bandung:

Bina Cipta, 1987), 65-67. 315 Ratno Lukito, Islamic Law and Adat Encounter: The Experience of

Indonesia, (Jakarta: Logos, 2001), 68-69.

Page 153: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 141

hukum adat yang bersifat lokal.316

Titik singgung maksimum antara

kekuatan agama dengan politik nasional adalah kedudukan dan

kekuasaan khusus yang diberikan kepada hakim agama yang dipilih

dan ditetapkan oleh negara.317

Di Indonesia, hal ini terlihat jelas

dengan eksistensi perjalanan lembaga peradilan agama.

Pada dekade awal kemerdekaan Indonesia, peradilan agama

menjalankan tugas dan wewenangnya berdasarkan ketetapan pada

masa kolonialisme. Usaha untuk meluaskan wilayah yuridiksinya

selalu kandas dikarenakan kegagalan usaha reorganisasi sistem

peradilan pada masa awal kemerdekaan. Pada masa penjajahan

Jepang, peradilan agama berada di bawah naungan Kementerian

Kehakiman, namun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5

Tahun 1946 tanggal 25 Maret 1946, beralih ke bawah naungan

Kementerian Keagamaan. Pada tahun 1948, berdasarkan Undang-

undang Nomor 19 Tahun 1948, peradilan agama digabungkan ke

peradilan umum. Artinya, semua perkara yang melibatkan orang

Islam akan diselesaikan oleh hakim muslim di Pengadilan Negeri.318

Adanya agresi militer yang dilakukan oleh Belanda berakibat pada

tidak terlaksananya regulasi ini.

Berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945,319

maka

eksistensi Pengadilan Agama tetap berlanjut berdasarkan ketetapan

dalam Staatsblad 1882 Nomor 152, terutama bagi wilayah Jawa dan

Madura. Pengadilan Agama untuk wilayah di luar pulau Jawa dan

316 Secara teoritis, posisi hukum adat semakin dilemahkan pada tingkat

nasional dengan adanya 19 wilayah hukum berdasarkan kesamaan adat budaya.

Ratno Lukito, Islamic Law and Adat Encounter: The Experience of Indonesia,

(Jakarta: Logos, 2001), 68. 317 Pendapat ini dinyatakan oleh Allan Christelow berdasarkan penelitian dan

analisisnya terhadap hubungan antara politik dan agama dalam Islam. Penjabaran

lebih lanjut lihat Allan Christelow, Muslim Law Courts and the French Colonial State in Algeria (New Jersey; Princeton University Press, 1985). Hal ini dapat

dibenarkan apabila dilihat pada fenomena akomodasi hukum yang tercipta pada

beberapa negara muslim. Ratno Lukito, Islamic Law and Adat Encounter: The Experience of Indonesia, (Jakarta: Logos, 2001), 69.

318 Ratno Lukito, Islamic Law and Adat Encounter: The Experience of Indonesia, (Jakarta: Logos, 2001), 70

319 Undang-undang Dasar Republik Indonesia masih memberikan margin of tolerance melalui eksistensi Aturan Peralihan. Hal ini bertujuan untuk menghindari

kekosongan hukum yang berimbas pada kekacauan kehidupan. Satjipto Rahardjo,

Sisi-sisi Lain Dari Hukum di Indonesia (Jakarta: Kompas, 2003), 24.

Page 154: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

142 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Madura kembali dibangun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

45 Tahun 1957. Perkembangan Pengadilan Agama juga mengalami

hambatan pada tatanan akademisi dan praktisi. Teori resepsi yang

dikembangkan ahli hukum Belanda ternyata mempengaruhi

pemikiran dan sikap para sarjana hukum tamatan Belanda yang

bekerja di lembaga kehakiman.320

Sikap antagonisme terhadap

eksistensi Pengadilan Agama terlihat dari beberapa pemikiran yang

dilontarkan oleh Raden Soepomo ketika menjabat sebagai penasehat

pada Departemen Kehakiman.321

Sementara itu, para hakim yang

bekerja pada Pengadilan Agama merupakan kaum tradisionalis yang

hanya memahami mazhab fiqh Shafi'i klasik. Kondisi ini

memperlihatkan adanya kesenjangan yang tinggi antara kualitas dan

pengetahuan hakim-hakim yang terlibat dalam lembaga peradilan.

Kesenjangan ini juga menunjukkan ketidakseimbangan kekuatan

dalam ketegangan antara kaum muslim dengan kelompok nasionalis.

Puncak ketegangan antara kedua kelompok ini terlihat pada

ditetapkannya Undang-undang Nomor 17 Tahun 1970 sebagai

pengganti dari Undang-undang Nomor 19 Tahun 1964. Dalam

ketentuan pasal 10 Undang-undang ini, dinyatakan bahwa kekuasaan

peradilan dijalankan oleh lembaga-lembaga peradilan dalam bentuk

pengadilan agama, militer dan administrasi. Meskipun regulasi ini

mengakui keberadaan pengadilan agama dalam lingkungan peradilan,

namun dalam tatanan praksisnya ternyata pengadilan agama tidaklah

mempunyai kewenangan sepenuhnya terhadap perkara yang telah

diputuskannya. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan yang

menyatakan bahwa setiap putusan Pengadilan Agama harus

diratifikasi oleh Pengadilan Negeri sebelum diimplementasikan

320 Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo

bahwa aktivitas pengembangan hukum yang berskala besar akan melibatkan banyak

pihak, terutama pembuat dan penegak hukum. Demikian juga halnya dengan upaya

pembentukan hukum itu sendiri yang tidak boleh mengabaikan aspek manusia

sebagai sosok sentral dari hukum itu sendiri. Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain Hukum di Indonesia, 5-6. Kondisi ini jelas-jelas mempengaruhi subjektivitas dalam

pembuatan dan penerapan hukum itu sendiri, sehingga tidak menutup kemungkinan

adanya tarik ulur dari polaritas kelompok yang berbeda. 321 Deliar Noer, The Administration of Islam in Indonesia, (Itacha; Cornell

University, 1978), 45. Lihat juga dalam Ratno Lukito, Islamic Law and Adat Encounter: The Experience of Indonesia, (Jakarta: Logos, 2001), 71.

Page 155: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 143

secara resmi. executoire verklaring dibutuhkan apabila pihak yang

berperkara tidak secara sukarela tunduk pada putusan Pengadilan

Agama. Ketentuan ini menunjukkan adanya superioritas Pengadilan

Negeri terhadap Pengadilan Agama, sehingga tidak sedikit hakim-

hakim Pengadilan Negeri yang memandang rendah hakim-hakim pada

Pengadilan Agama.

Hal di atas yang mengundang reaksi keras dari Hazairin322

terhadap ketidakseimbangan kedudukan lembaga peradilan. Baik

pemerintahan Soekarno maupun pemerintahan Soeharto sama-sama

menekankan pentingnya suatu kesatuan sistem hukum, sebagian

besar untuk menjamin pengawasan ideologi dan politik yang lebih

besar terhadap lembaga-lembaga sosial dan politik. Tapi mereka pun

berusaha menghindar dari upaya mengasingkan tokoh muslim yang

menuntut penerapan hukum Islam secara lebih efektif.323

Ditetapkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang

Pengadilan Agama ternyata cukup mengejutkan beberapa pihak.

Regulasi ini memberikan perubahan baru terhadap kedudukan dan

kewenangan Pengadilan Agama. Pengesahan regulasi ini

menunjukkan keberhasilan usaha kelompok muslim dalam

membentuk suatu lembaga peradilan modern. Hal ini terlihat dari

penyamaan nama bagi semua tingkatan Pengadilan Agama di seluruh

Indonesia.

Pengakuan kedudukan ini juga disertai dengan perluasan

yuridiksi kasus yang boleh diselesaikannya. Satu hal yang paling

penting dari regulasi ini adalah adanya kedudukan yang sama antara

Pengadilan Agama dengan Pengadilan Negeri, sehingga executoire

verklaring tidak diperlukan lagi. Keberadaan undang-undang ini

memperluas yuridiksi dan memperbesar kekuasaan penyelenggaraan

pengadilan agama, bahkan ketika undang-undang ini dan beberapa

undang-undang lainnya menjadikan sistem hukum Indonesia lebih

322 Hazairin dikenal sebagai tokoh yang sangat menentang dan mengkritik

teori resepsi yang dilontarkan oleh ahli hukum Belanda. Bahkan, beliau menyebut

teori resepsi ini dengan “teori iblis”. Lihat Hazairin, Hukum Kekeluargaan Nasional (Jakarta: Tintamas, 1982), 7-10.

323 John R. Bowen, Syariah, Negara dan Norma-norma Sosial, 108-109.

Page 156: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

144 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

terintegrasi secara rapat, sehingga dengan demikian tunduk pada

pengawasan negara yang lebih besar.

Perkembangan ranah ketegangan antara kalangan muslim

dengan kalangan nasionalis mulai mengalami pergeseran. Setelah

ditetapkannya Undang-undang yang secara khusus mengenai

kedudukan dan kewenangan Pengadilan Agama, diskusi-diskusi yang

muncul lebih cenderung terfokus pada pemikiran-pemikiran untuk

mengintegrasikan Islam ke sistem ideologi negara.324

Pada masa ini,

kekuatan Islam dalam perpolitikan boleh saja mengalami

kemunduran, namun kekuatan kulturalnya mempunyai pengaruh yang

kuat terhadap iklim politik kontemporer Indonesia. Pola baru

pengembangan kebijakan hukum ini mengundang reaksi dan

pergolakan dari berbagai pihak, seperti dalam pelembagaan hukum

adat dan hukum Islam. Berbagai kritik terhadap kebijaksanaan ini

didasarkan pada argumen bahwa lembaga-lembaga peradilan tersebut

akan berafiliasi dengan kekuasaan lokal yang berada di luar

kekuasaan politik formal pemerintahan pusat. Terlepas dari

pergolakan tersebut, kedua komponen ini mempunyai pengaruh kuat

dalam upaya legislasi regulasi modern dan dalam upaya pemecahan

masalah kontemporer di Indonesia, terlebih lagi dalam masalah

hukum keluarga. Simbiosis antara kedua sistem hukum juga

dipengaruhi oleh pemikiran tokoh-tokoh Islam yang sejak awal

kemerdekaan sudah berupaya untuk merekonstruksi pemahaman baru

terhadap hukum Islam yang diderivikasikan dari nilai-nilai lokal

masyarakat Indonesia.

Dari paparan di atas, kondisi ketegangan-ketegangan yang

terjadi di tingkat pusat sangat terasa dampaknya terhadap sistem di

Sumatera Barat, khusunya Tanah Datar. Ditambah lagi beberapa

peristiwa pada pertengahan dekade 50-an sampai awal dekade 60-an,

terjadi bermacam-macam pergolakan di Negara Republik Indonesia

yang umumnya disebabkan oleh ketidakpuasan pada pemerintah

pusat karena ada kesenjangan antara pusat dan daerah yang cukup

mencolok. Misalnya Pemberontakan PRRI (Pemerintahan

Revolusioner Republik Indonesia) dan Permesta (Perjuangan Rakyat

324 B. J. Boland, The Struggle of Islam in Modern Indonesia (Nijhoff: The

Hauge, 1982), 159.

Page 157: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 145

Semesta). Semula gerakan itu tidak tampak berniat ingin

menghancurkan keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik

Indonesia). Tetapi, pemberontakan itu akhirnya dikenal sebagai

“gerakan anti-Jawa”, karena kesenjangan pembangunan antara Pulau

Jawa dan luar Jawa dianggap semakin besar.

Sumatera Barat yang pada waktu itu masih bergabung dengan

Medan dan Riau dalam Sumatera Tengah juga merupakan basis

gerakan PRRI. Gerakan ini akhirnya dapat dipadamkan oleh

pemerintah pusat. Berlatar-belakang sejarah PRRI ini, terjadi

perubahan budaya yang menurut Ketua Legiun Veteran Kabupaten

Tanah Datar Bapak H. Faisal Kasim adalah sebagai salah satu

perubahan yang cepat pada nilai-nilai budaya Minangkabau. Dengan

kalahnya PRRI atas pemerintah pusat, mulai ada perbauran budaya

yang dibawa oleh tentara dan aparat pemerintahan pusat dengan

budaya masyarakat Minangkabau. H. Faisal Kasim menyatakan

bahwa sebelum terjadinya PRRI, budaya masyarakat Minangkabau

cukup terjaga karena tidak ada hubungan yang berarti dengan dunia

luar yang dapat menyebabkan pergeseran budaya dengan cepat.325

Sejak keluarnya undang-undang penyeragaman Pemerintahan

desa, maka desa berlaku efektif sejak tanggal 1 Agustus 1983 dengan

pemberlakuan SK Gubernur Sumatera Barat Nomor 162/GSB/1983,

yakni jorong/korong yang merupakan bagian dari nagari yang

dinyatakana desa. Dalam sistem pemerintahan desa, kepala desa

adalah pelaksana otoritas pemerintahan pusat, masa ini terkenal

dengan republik kecil. Pengaturan dan pengelola adat yang disebut

Kerapatan Adat Nagari (KAN) tidak terpisah dari pemerintahan dan

wilayahnya adalah nagari sedangkan pemerintahan desa wilayahnya

adalah Jorong atau korang di nagari sebelumnya.326

Kebijakan pemerintah pusat untuk penyeragaman sistem desa

sebagai pemerintahan terkecil di wilayah Indonesia, diterapkan secara

perlahan di Sumatera Barat dan Tanah Datar khususnya. Karena

nilai-nilai adat yang saling melekat dengan pola hidup bernagari

325 Gusti Asnan, Mengukir Ulang Regionalisme Sumatera Barat 1950-an,

(Jakarta: yayasan Obor Indonesi, 2007), 1. 326 Aulia Rahmat, Rekonstruksi Adat Minangkabau Dalam Pemerintahan

Nagari Era Otonomi Daerah, Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.

Page 158: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

146 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

berkurang funginya karena berganti dengan peran desa yang

aturannya dari pusat (sentralistik), walaupun sistem bernagari tidak

hilang seratus persen.327

Pada masa pemerintahan desa, para Pamong

dan pegawai desa adalah sebagai alat pemerintahan pusat. Melakukan

pekerjaan-pekerjaan yang dibebankan kepadanya oleh pemerintah

atasan, mengawasi Pemerintah Desa bersangkutan, mengkooardinir,

membantu mengawasi instansi-instansi atau petugas-petugas

pemerintah yang beroperasi di desa.

Kondisi Tanah Datar pada Orde Baru, hukum adat dan agama

dan posisi pemerintahan bersifat sentralistik, sehingga peran ninik

mamak tidak terlihat. Ninik mamak menjadi pemimpin non formal di

masyarakat dalam pemerintahan NKRI (Negara Kesatuan Republik

Indonesia) dan tidak berperan dalam musyawarah pembangunan

nagari. Untuk menjawab kekhawatiran masyarakat Sumatera Barat,

maka lahirlah Perda (Peraturan Daerah) Provinsi Sumatera Barat

tentang pembentukan KAN (Kerapatan Adat Nagari) tahun 1983.

Sehingga dibentuklah KAN di seluruh nagari di Sumatera Barat yang

tujuanya untuk menjaga dan memelihara adat dan budaya

Minangkabau.328

Pada masa Orde Baru bentuk Pemerintahan Desa dengan

struktur pemerintahannya di tingkat kabupaten dikepalai Bupati,

tingkat kecamatan dikepalai camat dan tingkat Desa yang dikepalai

oleh kepala desa. Sistem Pemerintahan daerah diatur oleh

pemerintahan pusat. Perubahan-perubahan regulasi pemerintah pusat

dan daerah menuai konflik yang mana konflik tersebut tidak

menimbulkan kegaduhan fisik. Sesuai dengan teori konflik perspektif

Rendhal Collins mengatakan bahwa perselisihan jarang terjadi

dengan perusakan fisik. Kondisi yang terjadi hanya monuver untuk

memisahkan hubungan organisasi. Teori konflik sama sekali tidak

meninggalkan teori solidaritas, sosial, cita-cita sosial, sentimen

sosial, dan perasaan. Kekuasaan, otoritas atau pengaruh merupakan

sifat dari suatu proses interaksional, bukan merupakan sifat dari

327 Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar), pada

kamis, 26 Januari 2017 jam 17.00 di Jakarta. 328 Wawancara Mukhlasin Anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat. 4 April

2017, Jam: 14.00, di Padang.

Page 159: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 147

kepribadian individu. Poin terpenting teori Collins adalah teori

konflik tidak menganalisis cita-cita dan moral sebagai kesucian

selama memberikan hasil dari analisis sosiolog. Marx melihat kondisi

ini, dimana ide-ide dan cita-cita dinyatakan bagaimana dan kapan

mereka menciptakan solidaritas, kapan mereka bermaksud

mendominasi dengan memberikannya atuaran-aturan atau undang-

undang dan kapan semua proses ini disusun.329

Penggunaan sistem pemerintahan nagari telah dilaksanakan

kembali sejak adanya Era Otonomi Daerah dengan Perda Pemprov

Sumbar No. 09 Tahun 2001 tentang kembali menerapkan sistem

pemerintahan nagari. Pada Era Orde Baru kebijakan dari pusat yang

menyeragamkan sistem pemerintahan terkecil di wilayah Indonesia

dengan sistem pemerintahan desa dan ketika sistem ini diterapkan

secara perlahan nilai-nilai adat yang melekat dengan pola hidup

bernagari semakin berkurang fungsinya karena digantikan dengan

peran desa, walaupun sistem bernagari tidak hilang seratus persen.330

Nilai-nilai budaya dan adat masyarakat Tanah Datar dengan

nilai-nilai budaya yang dibentuk oleh pemerintahan Orde Baru pada

masa pemberlakuan sistem pemerintahan desa sebagian besar budaya

birokrasi di Kabupaten Tanah Datar ikut dipengaruhi oleh budaya

Orde Baru. Di antara nilai-nilai birokrasi Orde Baru adalah:

militeritik, feodal, top down, patrimonial, otoriter, aristokrasi dan

partai tunggal.331

Tabel di bawah ini adalah perbandingan nilai-nilai

yang ada pada tataran birokrasi dengan tataran budaya masyarakat

Minangkabau. Perbandingan dalam nilai-nilai adat dan budaya

masyarakat Tanah Datar dengan nilai budaya birokrasi Orde Baru,

dijabarkan pada tabel 6 :

329 George Ritzer. Sociology; A Multiple Paradigm Science Revised Edition.

(London. Boston. Sydnney, Toronto: Ally and Bacon, 2005), 24. 330 Tsuyoshi Kato, Adat Minangkabau & Merantau, (Jakarta: PT Balai

Pustaka, 2005), 21. 331 Idrus Hakimy Dt Rajo Penghulu. Rangkaian mustika adat basandi syarak

di Minangkabau, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), 13.

Page 160: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

148 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Tabel 6.

Perbandingan Budaya Birokrasi Orde Baru

Dengan Budaya Masyarakat Tanah Datar

No Orde Baru Masyarakat Tanah Datar

1 Patriakat Matriakat

2 Sentralisasi Desentralisasi

3 Manifest Laten

4 Top Down Bottom Up

5 Amuk massa Diplomasi

6 Feodal, aristokrasi Musyawarah

7 Dominan Subordinat

Dari tabel 6 tergambar perbedaan budaya lama peninggalan Orde

Baru dengan budaya masyarakat Minangkabau.332

Selama Pemerintahan Orde Baru masyarakat Minangkabau

hidup dan dipengaruhi oleh dua nilai besar ni. Pertama, nilai-nilai

pemerintahan militeristik, dan feodalisme di bawah kepemimpinan

Soeharto, kedua, nilai-nilai budaya masyarakat Sumatera Barat yang

telah mengakar dalam kehidupan mereka. Inilah dua nilai besar yang

mempengaruhi para pejabat dan aparat pemerintahan di Tanah Datar

sampai Era Reformasi. Walaupun Era Reformasi telah berjalan sejak

lengsernya rezim Orde Baru, namun masyarakat Tanah Datar serta

aparat dan pejabat masa berikutnya adalah sisa produk yang

dibesarkan dalam nilai-nilai Orde Baru. Oleh karena faktor kuatnya

pengaruh pusat terhadap daerah, termasuk budaya birokrasi, maka

semua praktek korupsi yang umum diketahui di daerah lain di

Indonesia selama Orde Baru juga terjadi di Kabupaten Tanah Datar.

Semasa Orde Baru, Bupati Tanah Datar berasal dari unsur TNI

dan Polri (ABRI), mulai dari tahun 1970 sampai tahun 2000. Tanah

Datar mengalami kemajuan pada masa kepemimpinan Bupati Ika

Suma Hamid, yang menjadi bupati selama dua periode tahun 1985

sampai dengan 1995. Dan fraksi di DPRD (Dewan Perwakilan

332 Hasil penelitian Arief Hilman Arda, Nilai-nilai Demokrasi Sebagai

Kearifan Lokal Masyarakat Minangkabau, (Jakarta: Transparency International

Indonesia, 2008), 21.

Page 161: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 149

Rakyat Daerah) pada masa itu hanya tiga yaitu PPP (Partai Persatuan

Pembangunan), Partai GOLKAR (Golongan Karya) dan Partai PDIP

yang menjadi ketua DPRD. Sejak adanya Era Otonomi daerah,333

lahirlah Peraturan Daerah Provinsi Sumbar No. 09 Tahun 2001

tentang kembali menerapkan sistem pemerintahan nagari di

Sumatera Barat. Dengan kembalinya bentuk pemerintahan desa ke

bentuk pemerintahan nagari pada tahun 2001 ini, maka peran

kepemimpinan lembaga adat di tingkat nagari mulai berjalan

walaupun tidak sepenuhnya. Peran pemimpin suku dan agama (Tigo

Tungku Sajarangan) di tingkat pemerintahan nagari berfungsi

kembali. Namun menurut ketua MUI Kabupaten Tanah Datar untuk

ditingkat kabupaten pada saat ini kepemimpinan Tigo Tungku

Sajarangan tidak berjalan bersama, tetapi masing-masing berjalan

333Otonomi Daerah menurut Jazuli Juwaini Esensi otonomi itu sebenarnya

adalah proses otonomi masyarakat, masyarakatlah yang harus terberdaya dan

memahami hak-hakmereka dalam mengembangkan potensi sumber daya daerah.

Masyarakat menjadib subjek otonomi, bukan objek. Artinya, otonomi harus

membuka ruang partisipasinmasyarakat seluas-luasnya dalam mengembangkan

potensi daerah. Merekalah nantinya yang paling merasakan dampak otonomi, yang

terukur dalam dua hal: Pertama, membaiknya pelayanan publik bagi masyarakat.

Kedua, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam beragam aspeknya.

Para Stakeholder harus menjalankan otonomi dengan sepenuh hati tanpa

ada uapaya untuk membaak otonomi untukkepentingan pribadi dan kelompok.

Pemerintah pusat dituntut untuk memberikan apa yang benar-benar menjadi hak dan

kompetensi daerah (hal,17-18), sebaliknya pemerintah daerah menerima dan

mengoptimalkan dengan penuh komitmen apa-appa yang mmenjadi hak dan

kompetensinya tersebut, bukan hanya harmonisasi dalam level pemerintahan,

otonomi memberikan ruang partisipasi dan kontribusi bagi masyarakat sehinggga

otonomi benar-benar menjadi berkah bagi masyarakat.

Otonomi bukan berarti tanpa batas, saling lepas, otonomi dimaksud bukan

dalam lenggam sentralisasi seperti yang pernah dialami pada massa orde baru.

Seharusnya inti dari otonomi adalah proses otonomisasi masyarakat yang

didalamnya terkandung makna upaya penyyelesaian masalah (kebutuhan) masyarakat

sendiri. Hal ini berarti masyarakatlah yang menjadi subjek utama dalam otonomi

daerah. Kebijakan otonomi tidak lain bertujuan untuk mengotonomikan masyarakat

atau proses otonomisasi masyarakat. Dalam konteks ini tidak bisa tidak otonomi

harus mampu memberdayakan dan meningkatkan kemandirian masyarakat. Oleh

karena itu program-program pembangunan daerah khususnya didorong untuk

mewujudkan tujuan tersebut. Lihat Jazuli Juwaini, Otonomi Sepenuh Hati, (Jakarta:

Darussalam Publising, 2015), 17-19 dan lihat juga Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, (Jakarta: Raja

GrafindoPersada, 2005), 131.

Page 162: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

150 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

sendiri, hanya simbolnya saja yang tiga unsur berjalan bersama, akan

tetapi pada hakekatnya tidak bersatu.334

Pada tingkat nagari, wali nagari seperti untuk melangsungkan

sebuah pernikahan harus ada surat rekomendasi dari penghulu.

Peraturan wali nagari pada prosedur pengurusan surat nikah; langkah

pertama, harus meminta surat rekomendasi kepada penghulu suku si

calon penganten; kedua, persetujuan dari kedua orang tua; ketiga,

baru diberi persetujuan oleh wali nagari setempat. Jika tidak ada

persetujuan dari penghulu atau ninik mamak dan kedua orang tua,

maka wali nagari tidak akan memberi rekomendasi surat nikah.

Ketika pemerintahan desa juga ada prosedur rekomendasi pernikahan

seperti ini, akan tetapi rekomendasi penghulu tidak

diperhitungkan.335

Pemerintahan nagari dalam mengambil keputusan melibatkan

Tigo Tungku Sajarangan. Contohnya di Nagari Batubulek dalam

menyelesaikan sebuah kasus atau dalam mengambil sebuah

keputusan di nagari, maka dilakukan muyawarah.336

Permasalahan-

permasalahan masyarakat terkait kasus pidana akibat melanggar adat

dan agama seperti plecehan seksual, cabul, selingkuh, judi, miras,

asusila dan sejenisnya sudah diatur dalam Peraturan Nagari

Batubulek kecamataan Lintau Buo Utara sampai denda dan sangsi

yang akan diberikan oleh Wali Nagari kepada pelaku. Jika nagari

tidak bisa menyelesaikan, maka kasus naik ke pihak yang

berwajib.337

Begitu juga di Nagari Pariangan yang merupakan nagari

tuo di Minangkabau, kepemimpinan Tigo Tungku Sajarangan masih

berfungsi sampai saat sekarang dan bergandengan tangan dengan

pemerintahan nagari dalam musyawarah untuk mengambil kebijakan

pembangunan di nagari.338 Lain halnya dengan nagari Limakaum

334 Wawancara Syukri Iska (ketua MUI Tanah Datar), pada 4 April 2016,

Jam: 16.00 WIB, di Batusangkar. 335 Wawancara Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), pada 3 September

2016, Jam: 14.00 WIB di Batu Bulek kecamatan Lintau Buo Utara. 336 Wawancara KAN nagari Batu Bulek, pada 4 September 2016, Jam: 14.00

WIB di Batu Bulek kecamatan Lintau Buo Utara. 337 Sekretaris Nagari Batu Bulek, Monografi Adat Nagari Batubulek (Lintau,

2015), 61-65. 338 Wawancara Mulkhair (wali nagari pariangan), di Pariangaan.

Page 163: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 151

yang teletak di perkotaan, kepemimpinan Tigo Tungku Sajarangan

fungsinya sudah berkurang, yang lebih berfungsi dan dominan di sini

adalah kepemimpinan pemerintahan nagari oleh wali nagari dan

perangkatnya, walaupun kepemimpinan adat tidak punah sama

sekali.339

Pada Era Reformasi, Pemerintah Pusat sampai daerah ingin

mengakomodir keinginan kelompok adat dan agama. Terlihat

perubahan pada struktur pemerintahan tingkat terendah yaitu bentuk

desa ke bentuk nagari khususya di Sumatera Barat. Dapat dilihat

dari bagan-bagan di 3,4:

Keterangan bagan 3: KK ( Kaur Pemerintahan), KP (Kaur

Pembangunan), KK: (Kaur Kesra), dalam sturktur pemerintahan desa

tidak ada pelibatan KAN (Kerapatan Adat Nagari). Dalam struktur

Pemerintahan Desa, kelompok adat belum terakomoder dalam

pemerintahan desa baik secara struktur maupun dalam pelibatan

pengambilan kebujakan dalam pembangunan desa.

Bagan 3.

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa di Orde Baru

339 Wawancara Irman Idrus (Wali Nagari baringin), pada rabu 24 Agustus

2016, Jam: 14.00 WIB di kecamatan Limakaum dan Observasi langsung pada

kegiatan masyarakat.

Kepala Desa

Sekretaris Desa

KK KP

M

KK

Kpl

Jorong

Kpl Jorong Kpl Jorong Kpl Jorong

Page 164: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

152 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Bagan 4.

Struktur Organisasi Pemerintahan Nagari sesuai Perda Nagari no.17

tahun 2001

Keterangan bagan 4:

KAUR A; Koordinator Urusan Pemerintahan, KAUR B; Koordinator

Urusan Pembangunan, KAUR C; Koordinator Urusan Kesra.

Dari bagan 3 dan 4 terlihat perbedaan antara struktur

pemerintahan nagari pada masa pemerintahan Desa di Orde Baru dan

tahun 2001 kembali ke bentuk Pemerintahan nagari. BPRN (Badan

Permusyawaran Ranyat Nagari) atau Bamus (Badan Musyawarah)

penamaan di luar Sumatra Barat terdiri dari perwakilan jorong

(dusun) yang utusannya ini diambil dari ninik mamak, cerdik pandai,

alim ulama utusannya dari salah satunya saja. Pada Pemerintahan

Desa namanya LMD (Lembaga Musyawarah Desa).

Dari wawancara peneliti dengan beberapa tokoh adat dan

agama, ada beberapa kebijakan pemerintah yang menimbulkan pro-

kontra diantaranya; pertama, kebijakan tentang Undang-Undang

Otonomi Daerah. Kewenangan pemerintah daerah lebih luas dan

terbuka, namun dari segi penganggaran tetap saja diatur oleh

pemerintahan pusat, secara politik tetap saja tidak ada otonomi,

termasuk birokrasi pelayanan masyarakat yang kurang memuaskan.

Kedua, peraturan-peraturan yang berbau syariah. Perubahan diawali

periode bupati pertama masa Reformasi.

KAUR A KAUR B

BPRN Wali

Nagari

Sekretaris

KAUR C

Page 165: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 153

Perubahan dari Orde Baru ke Reformasi dari sistem

sentralisasi ke desentralisasi telah membawa harapan baru pada

kelompok masyarakat Adat di Sumatera Barat dan Tanah Datar

khususnya. Di Orde Baru kekuasaan pemerintah otoriter, sedangkan

Orde Reformasi masyarakat lebih bisa berpartisipasi. Gubernur

Zainal Bakar tahun 2000 telah mengeluarkan Peraturan Gubernur

Tentang "Kembali ke Nagari", untuk mengakomodir kaum adat dan

pemerintahan "Kembali ke Surau" untuk mengakomodir kaum agama

menerapkan falsafah ABS-SBK. Di awal reformasi 1998 lahir

banyak partai Islam, wacana "Kembali ke Nagari" ini didukung oleh

partai-partai di DPRD. Demokrasi ini juga dimanfaatkan oleh

berbagai kalangan untuk menyampaikan aspirasinya yang semula

terkekang pada masa Orde Baru, pada Era Reformasi ada kebebasan,

walaupun pemilihan kepala daerah awal Era reformasi masih dipilih

oleh anggota DPRD dan hakekatnya calon kepala daerah tetap dari

pusat.340

Peralihan dari bentuk pemerinthan desa ke nagari di Sumatera

Barat merupakan satu kesatuan adat yang tidak bisa dipisah,

sementara jorong adalah setingkat dengan desa. Antara adat, agama

dan pemerintah di masa Orde Baru, lebih dominan kekuasaan

pemerintah otoriter dan Era Orde Reformasi341

masyarakat lebih bisa

berpartisipasi. Pada tahun 2000 Gubernur Zainal Bakar sudah

mengesahkan Peraturan Gubernur untuk kembali ke Nagari.

Tujuannya agar kaum adat, agama dan pemerintahan bersinergi untuk

kembali ke nagari dan kembali ke surau. 342

Pada masa Orde Baru, secara formal organisasi politik hanya

tiga partai , yakni PPP (Partai Persatuan Pembangunan), Golkar

(Golongan Karya) dan PDI (Partai Demokrasi Indonesia). Tetapi

340 Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar),

Wawancara, Kamis, 26 Januari 2017 jam 17.00 di Jakarta. 341 Orde Reformasi dimulai sejak lengsernya Soeharto pada tanggal 21 Mei

1998. Di masa Reformasi telah lahir banyak partai dan lahirnya Undang-undang

Nomor 2 tahun 1998 tentang Otonomi Daerah. Lihat, Eka Yusuf Singka,

Desentralisasi Layanan Kesehatan Haji Indonesia Pada Masa Reformasi, (Bandung:

Pustaka Aura Semesta, 2015), 72. 342Peraturan daerah Sumatera Barat No.9 Tahun 2000 Tentang Pokok-Pokok

Pemerintahan Nagari.

Page 166: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

154 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

harus diakui karena berbagai alasan terdapat pula aspirasi politik di

kalangan masyarakat yang belum sepenuhnya terakomodasi atau

bahkan tidak terwakili oleh tiga partai tersebut. Sehingga muncul

“kelompok-kelompok sempalan seperti PRD (Partai Rakyat

Demokratik) dan lain-lain yang mengkalaim sebagai “gerakan pro-

demokrasi”. Dalam konteks menguatnya negara dengan isu tentang

pusat dan daerah terlihat tidak relevan lagi sistem sentralisasi, sistem

ini telah membuat konflik kepentingan pusat dan daerah,343

sampai

pada Pemilu 1999 partai politik pesera pemilu membludak dari tiga

partai politik di Orde Baru menjadi 62 partai pada Pemilu Tahun

1999.344

Undang-undang Otonomi daerah No. 22 tahun 1999 asas

pemerintahan yang dipakai adalah Sistem Desentralisasi dengan

memperkuat fungsi DPRD melalui pembuatan Peraturan Daerah.

Kaum reformis memandang bahwa regulasi Otonomi Daerah ini

memiliki kelemahan yang tidak sesuai dengan tuntutan reformasi,

maka diajukan usulan revisi.345

Oleh sebab itu, muncullah perubahan

Undang-undang Otonomi Daerah yang terdiri dari 1) Undang-undang

Pemerintahan Daerah Nomor 32 Tahun 2004; 2) Undang-undang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah

Nomor 33 tahun 2004; 3) Undang-undang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional Nomor 25 tahun 2004. Dengan tiga undang-

undang ini pemerintah dapat mensikapi pelaksanaan pembangunan

daerah secara berencana, baik jangka panjang dan menengah maupun

jangka pendek yang akan dibiayai oleh APBD (Anggaran Pendapatan

343 Azyumardi Azra, Reposisi Hubungan Agama dan Negara,Merajut

Kerukunan Antar Ummat, 42-44. 344 Sejak Soeharto lengser pada tanggal 21 Mei 1998, Indonesia mengalamai

perubahan politik. Karena pada masa Rezim Soeharto dan Soekarno mengalami

pengungkungan, maka di Era Reformasi ada kebebasan berpolitik yang melahirkan

banyak partai politk. Tercatat sebanyak 62 partai politik yang mengikuti pemilihan

umum (Pemilu) tahun 1999 yang lolos electoral threshold di KPU Pusat dari 200

partai politk yang mengajukan secara administrasi. Pada Tahun 2004 hanya 50 partai

yang bias mengikuti pemilu. Lihat Soetrisno Hadi, Pemikiran Politik Islam di Indonesia Pasca Soeharto 1998-2008, (Jakarta: "PKBM Ngundi Ilmu" , 2004), 1-3.

345 Aulia Rahmat, Rekonstruksi Adat Minangkabau Dalam Pemerintahan Nagari Era Otonomi Daerah, (Jakarta: Ngundi Ilmu, 2013), 1-5.

Page 167: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 155

Belanja Daerah) maupun APBN (Anggaran Pendapatan Belanja

Negara) .346

Konflik persepsi tentang otonomi daerah, untuk Sumatera

Barat isinya "Kembali ke Surau" dan "Kembali ke Nagari". Namun

kembali ke surau, kembali ke surau zaman kapan, apakah zaman

sebelum datangnya penjajah, surau zaman kolonial, surau zaman Orde

Lama atau model yang mana, hal inilah yang menjadi konflik persepsi

di kalangan masyarakat Sumatera Barat. Keinginan pemuka adat

kembali ke nagari seperti masa Orde Lama yang mana nagari

memiliki otonomi untuk memimpin masyarakatnya. Pemerintahan

nagari yang dipimpin oleh seorang penghulu yang menguasai tentang

seluk beluk adat dan agama.

Kembali ke nagari menurut regulasi pemerintah, kenyataannya

tetap saja tidak berubah secara kewenangan. Hanya lebel atau

bungkusnya saja yang berubah, prakteknya kelompok adat tetap saja

tidak memiliki wewenang dalam pemerintahan, maka khusus Pemda

Tanah Datar pada tahun 2008, mengeluarkan Perda untuk menjawab

keinginan kelompok adat yaitu digabungkannya unsur adat ke

dalaman pemerintahan nagari yang tergabung dalam BPRN yang di

atur oleh Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008.347

Menurut Buya Masnefi (mantan wakil Bupati Kabupaten

Tanah Datar periode 2001/2005, bahwa pada Era Reformasi di Tanah

Datar lembaga agama dan adat serta pemerintah secara formalitas

sudah bersinergi dalam membangun daerah dalam penerapan falsafah

ABS-SBK. Namun dalam pelaksanaannya tergantung kepada pihak

yang memegang wewenang. Bedanya dengan pemerintahan

sebelumnya, masa Orde Baru, agama dan adat dimanfaatkan oleh

penguasa, tidak hanya untuk kemaslahatan masyarakat, agama

hanya topeng bagi kekuasaan, di Era Reformasi Agama dan adat lebih

346 RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) untuk periode 25 tahun,

RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) untuk jangka 5 tahun dan RPJP

(Rencana Pembangunan jangka Pendek) untuk waktu 1 tahun. 347 Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Berita Daerah Kabupaten Tanah

Datar, (Batusangkar: Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Tanah Datar,

2008), 70-73.

Page 168: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

156 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

terakomodir di pemerintahan, kebebasan untuk berpendapat mulai

terjadi pada tahun 2000-2004.348

Pada awal Pemerintahan Reformasi, kepala daerah dalam hal

ini bupati masih dipilih oleh DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah) tidak ada perbedaanya dengan zaman Orde Baru, kuat

campur tangan petinggi partai-partai politik pusat, walaupun sudah

Otonomi Daerah. Pemerintahan Daerah mempunyai kewenangan

untuk mengelola daerah yang merupakan sebagian dari kekuasaan

presiden.

Besar harapan masyarakat Sumbar dengan perubahan sistem

Otonomi daerah. Masyarakat Sumatera Barat yang sebagian besar

penduduknya adalah suku-bangsa Minangkabau bersepakat untuk

mengembalikan fungsi nagari sebagai sebuah unit pemerintahan yang

mendapat legitimasi menurut sistem pemerintaan NKRI (Negara

Kesatuan Republik Indonesia) dan sistem pemerintahan adat.

Diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah349

di

seluruh Indonesia, maka di Sumatera Barat terjadi perubahan

pemerintahan di tingkat terendah yang sebelumnya berada di tingkat

desa/keluharan beralih ke tingkat nagari. Untuk Kabupaten Tanah

Datar berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2001 tentang

Pemerintahan Nagari, semula Kabupatan Tanah Datar terdiri dari

221 desa, maka berdasarkan Peraturan Daerah tersebut terbentuk

menjadi 75 nagari dan 280 jorong.350

Dalam Perda No.17 Tahun 2001 diseebutkan bahwa

pemerintahan Nagari dijalankan oleh wali nagari. BPRN (Badan

Perwakilan Rakyat Nagari) berfungsi sebgai BAMUS (Badan

Musyawarah Nagari), sementara KAN adalah organisasi adat yang

berkedudukan di nagari yang dibantu oleh aparat pemerintahan

nagari yang terdiri dari sekretaris nagari, Kaur Pemerintahan), (Kaur

Pembangunan, Kaur Kesra dan kepala jorong (dusun)

348 Wawancara Buya Masnefi, Senin, 21 maret 2016, Jam 11.00 WIB di

Batusangkar. 349 Undang-undang Otonomi Daerah adalah hak atau kewenangan Pemerintah

Daerah untuk mengatur daerahnya sendiri sesuai dengn kearifan lokal dan

perundangan yang berlaku. 350 Badan Pusat Statististik, Tanah Datar Dalam Angka, (Batusangkar: BPS,

2016) http:/tanahdatar.bps.go.id.

Page 169: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 157

Dalam Perda No.17 tahun 2001 disebutkan bagaimana

pembentukan lembaga BPRN (Badan Perwakilan Rakyat Nagari)

yang menjadi Bamus (Badan Musyawarah) Nagari, KAN (Kerapatan

Adat Nagari) dan aparat nagari diharapkan selaras dalam

menjalankan tugas pokok dan fungsi lembags masing-masing dan

sekaligus mendapat pedoman dalam melaksanakan tugas. Kondisi ini

telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan pelayanan

kepada masyarakat dan lancarnya komunikasi dengan Pemerintahan

Daerah pada Orde Reformasi.351

Sistem pemerintahan nagari ini dipandang efektif guna

memelihara ketahanan agama dan sosial budaya masyarakat

Kabupaten Tanah Datar yang berdasarkan filosofi ABS-SBK.

Menurut kelompok adat kembali ke sistem pemerintahan nagari

antara lain bertujuan untuk menciptakan sistem pemerintahan yang

demokratis, dapat diterima dan memiliki legitimasi dalam

masyarakat. Di samping itu juga dapat menciptakan mekanisme

pemerintahan yang mampu memberikan pelayanan secara maksimal

kepada masyarakat.352

Dukungan pemerintah terhadap nilai adat dan agama (ABS-

SBK) berupa pengalokasian anggaran, membuat regulasi berupa

Peraturan Daerah, himbauan bupati, seruan-seruan Pemerintah

Daerah melalui media cetak, media elektronik, radio, panflet dan lain-

lain. Setiap periode pemerintahan seorang bupati berbeda pula bentuk

dukungannya terhadap adat dan agama baik secara lembaga maupun

dalam hal melestarikan ritual-ritual nilai adat dan ajaran agama

Islam. Untuk melihat bagaimana dampak dari Otonomi Daerah pada

Era Reformasi, maka pembahasan fokus pada 2 periode

Pemerintahan yaitu 5 (lima) tahun periode Bupati Masriadi Martunus

dan 10 ( sepuluh) tahun periode Shadiq Pasadiqu.

Masa kepemimpinan MM (Masriadi Martunus) di awal

reformasi, menurutnya semua aspirasi masyarakat ditampung,

351 Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Berita Daerah Kabupaten Tanah

Datar, (Batusangkar: Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Tanah Datar,

2008), 70-73. 352 Wawancara Dt. Basrizal. (mantan anggota DPRD Tanah Datar), 10

Agustus 2016 Jam: 11.00 WIB, di Istana Pagaruyung Batusangkar.

Page 170: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

158 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

anggaran untuk kegiataan keagamaan paling tinggi dari seluruh

kabupaten di Sumatera Barat, menfasiliitasi APBD (Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah) untuk kegiatan Adat dan Agama yang

dialokasikan ke LKAAM (Lembaga Kerapatan Adat Alam

Minangkabau), KAN (Kerapatan Adat Nagari) dan MUI (Majelis

Ulama Indonesia) tingkat Kabupaten Tanah Datar dan ormas

(organisasi masyarakat) lainnya. Suatu hal yang tidak populis

dilakukan oleh mantan Bupati MM. Seperti seluruh siswa di bulan

Ramadhan tetap melakukan aktivitas sekolah. Dengan dasar

pemikiran; bahwa kualitas ummat Islam itu tertinggal, maksudnya

untuk meningkatkan kualitas pendidikan, beliau melihat sistem libur

siswa di luar negeri, masa liburan siswa tetap membaca buku dan

budaya ini belum muncul pada pelajar di Tanah Datar, dengan

demikian MM membuat kebijakan di Bulan Ramadhan siswa tetap

sekolah.353

Masriadi Martunus tidak setuju dengan aturan–aturan agama

diatur dimasukkan ke dalam Perda (Peraturan Daerah), seperti aturan

berbusana muslim, memakai jilbab dan lain-lain. Dengan alasan jika

menjadi Perda, maka akan memiliki konsekwensin hukum, jika tidak

menjalankan aturan tersebut akan ada sangsi, jadi orang menjalankan

agama karena terpaksa dan takut sangsi bukan karena kesadaran

beragama. Itu alasan MM tidak setuju aturan-aturan agama masuk di

dalam Perda. Strategi MM adalah dengan melakukan himbauan

secara lisan kepada para pejabat dan istri para pejabat. Terlebih

dahulu aturan berbusana muslim dan menutup aurat dicontohkan

oleh para istri pejabat daerah seperti; istri sekretaris daerah, istri

asisten dan istri kepala dinas sampai ke istri camat. Dasar

pemikirannya adalah jika aturan-aturan itu sudah dicontohkan oleh

para pemimpin, maka masyarakat akan mengikuti dengan sendirinya.

Masalah larangan merokok misalnya, beliau memberikan arahan

kepada masyarakat dengan menggajak mereka berdialog. Begitu pula

hal-hal lain untuk perbaikan masyarakat, seperti sebuah kasus

ditemukan anak kekurangan gizi sebanyak 34 orang di sebuah Nagari,

lalu Bupati MM dengan dinas terkait turun kelokasi untuk

353 Wawancara Masnefi (Mantan Wakil Bupati Tanah Datar 2000-2005),

Senin 21 Maret 2016, jam 11.00 WIB di Batusangkar.

Page 171: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 159

berkomunikasi langsung dengan masyarakat untuk memantau kenapa

hal yang demikian terjadi, ternyata setelah berdialog dengan

masyarakat setempat, ternyata keluarga tersebut anaknya busung

lapar, sang bapak setiap hari merokok, bapaknya hobi berburu babi

dengan menghabiskan biaya yang banyak dan ibu dari sang anak juga

memilki perhiasan emas. Artinya biaya yang seharusnya untuk biaya

kesehatan dan pendidikan anak, dipergunakan untuk hal yang kurang

bermanfaat atau kebutuhan primer. Dalam hal ini Bupati MM

memberikan arahan kepada masyarakat, jika berhenti merokok dan

uangnya ditabung, maka bisa untuk membeli kambing. Sebuah Usaha

MM pada tahun 2001 diadakan gerakan tidak merokok dan uang jatah

untuk beli rokok dibelikan ke kambing sebagai cadangan untuk uang

sekolah anak-anak untuk sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk

pegawai Pemda (Pemerintah Daerah) di kantor Bupati, salah satu

strategi Bupati agar pegawainya tidak merokok yaitu dengan beliau

sering duduk bersama di kantor pegawai, seperti di kantor setda,

asisten dan kabag (kepala bagian), mengarahkan pegawai untuk tidak

menyediakan asbak rokok (sebagai sindiran agar tidak merokok di

ruangan). Strategi Bupati ini diterapkan oleh sebagian pegawai

bawahannya. Menurut MM ini adalah sebuah keberhasilannya selama

menjadi Bupati.354

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Bupati MM tidak

mendukung Perda-perda syari'ah, beliau lebih cenderung untuk

mengamalkan ajaran agama dengan kesadaran dan mencontohkan.

Dalam hal pembinaan masyarakat MM lebih cenderung

menggunakan pendekatan persuasif. Meskipun cara ini ada plus dan

minusnya, satu sisi segi positifnya masyarakat tidak merasa terpaksa

untuk melaksanakan aturan-aturan agama dan minusnya cara tersebut

lamban untuk suatu perubahan masyarakat.

Pada tahun 2001 permulaan otonomi daerah, Bupati mulai

mempunyai kewenangan untuk mengelola daerah, dan mengambil

alih sebagian kekuasaan presiden.355

Karena adanya otonomi daerah

354Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar),Wawancara,

Kamis, 26 Januari 2017 jam 17.00 di Jakarta. 355Otonomi daerah merupakan wewenang untuk mengatur urusan pemerintah

yang bersifat lokalitas menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Page 172: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

160 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

ini, maka muncullah lembaga-lembaga masyarakat yang didukung

oleh pemerintah daerah, baik moril maupun materil. Misalnya

Pemerintah Daerah memberikan dukungan anggaran dana kepada

lembaga-lembaga yang ada di Kabupaten Tanah Datar, baik

lembaga adat maupun agama. Bupati MM mengalokasikan dana dari

1,9 miliyar PAD (Pendapatan Asli Daerah), sebanyak 30 persen

dialokasikan untuk bantuan sosial kegiatan keagamaan. Lembaga

keagamaan yang muncul di Kabupaten Tanah Datar seperti BKMT

(Badan Kontak Majelis Taklim), LDS (Lembaga Didikan Subuh),

LPTQ (Lembaga Pendidikan Tahfiz Quran), Pondok al-Quran dan

lain-lain. Kegiatan keagamaan ini selalu dihadiri oleh pihak

Pemerintah. Kegiatan MTQ (Musabaqoh Tilawatil Quran) yang

diselenggarakan oleh Kementerian Agama Kabupaten Tanah Datar)

dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan Pemda (Pemerintahan

Daerah) Kabupaten Tanah Datar. Begitu juga dengan

penyelenggaraan kegiatan keagamaan yang lainnya. Pemda bersinergi

dengan Kementerian Agama dan Organisasi Muhammadiyah,

kegiatan berjalan tanpa ada permasalahan. Menurut Masnefi tanpa

dukungan lembaga adat dan agama, maka pemerintah daerah tidak

akan berhasil.356

Menurut Ketua LKAAM Kabupaten Tanah Datar Dt.Fery Irsal

Idrus, meskipun sebelumnya sistem pemerintahan desa sentralistik,

akan tetapi peran adat tidak hilang di Sumatera Barat. Dengan

adanya undang-undang kembali ke Nagari adalah kembali ke adat.

Namun dalam hal ini Pemerintah Daerah tidak memahami keinginan

dari pemuka adat dan agama. Lanjut menurut ketua LKAAM, kondisi

kembali ke nagari menurut pemerintah, tidak kembali kepada

substansi. Untuk mengakomodir kelompok adat ingin kembali ke

bentuk pemerintahan nagari, maka Pemerintah Daerah merespon

dengan membuat undang-undang nagari (Peraturan Nagari).

Dengan demikian desentralisasi sebenarnya menjelmakan otonomi masyarakat

setempat untuk memecahkan berbagai masalah dan pemberian layanan yang bersifat

lokalitas demi kesejahteraan masyarakat daerah tersebut. Lihat. Nurcholis Majid,

Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, 14. 356 Wawancara Buya Masnefi, Senin, 21 maret 2016, Jam 11.00 WIB di

Batusangkar.

Page 173: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 161

Ulama-ulama Minangkabau masa sebelumnya konsisten

dengan adat dan agama, namun dewasa ini tidak terlaksana lagi,

keulamaan lebih kepada nilai jual politik calon-calon eksekutif dan

legislatif, agama dan adat menjadi kepentingan untuk mencapai

tujuan politik. Padahal untuk kesuksesan pembangunan, pemerintah

harus melibatkan ulama, orang-orang adat dan harus dilibatkan

dalam perencanaan pembanguan daerah. Pembanguan masyarakat

bukan hanya pembangunan fisik, tetapi juga pembanguanan karakter

yang di dalamya terdapat karakter adat dan agama.357

Menurut MM masa kepemimpinannya, di samping Bupati

berfungsi sebagai kepala daerah secara NKRI, juga berperan sebagai

pengulu (pemimpin adat) dan wakil bupati sebagai mewakili agama.

Wakil Bupati Buya Masnefi adalah seorang ustad atau ulama yang

berlatar pendidikan agama yaitu alumni IAIN Imam Bonjol Padang.

Masa kepemimpinannya antara Bupati dan wakil Bupati mulai

mengakomodir kelompok adat dan agama.358

LKAAM (Lembaga

Kerapatan Adat Alam Minangkabau)359

merupakan sebagai lembaga

adat di tingkat kabupaten, MUI (Majelis Ulama Indonesia) Cabang

Kabupaten Tanah Datar sebagai unsur ulama dan lembaga adat

Bundo Kanduang sebagai organisasi perwakilan perempuan yang juga

dilibatkan dalam rapat MUSPIDA (Musyawarah Pimpinan daerah)

Kabupaten Tanah Datar. Lembaga adat Bundo Kanduang360 juga

357 Wawancara Dt.Feri Irsal Idrus (ketua LKAAM Tanah Datar), Senin 21

maret 2016, Jam: 14.00 WIB di Batusangkar. 358 Wawancara Buya Masnefi, Senin, 21 maret 2016, Jam 11.00 WIB di

Batusangkar. 359 Sejarah LKAAM di Sumatera Barat, bahwa di setiap kabupaten dan kota

sudah ada LKAAM dan ditingkat kecamatan lembaga adat disebut KAN (Kerapatan

Adat Nagari) yang tidak ada hubungan hirarki dengan struktur LKAAM Kabupaten

Tanah datar dan LKAAM Provinsi. 360 Bundo Kanduang terdiri dari dua suku kata yaitu bundo dan kanduang.

Bundo artinya ibu sedangkan kanduang artinya kandung atau sejati, maka bundo kanduang artinya ibu yang sejati yang tidak cacat baik dipandang sebagai sifat

keibuannya maupun dipandang dari sifat kepemimpinannya. Bunda Kanduang yang

dimaksud di atas adalah sebuah lembaga yang mewakili perempuan yang masuk

dalam struktur pemerintahan yang merupakan bagian dari KAN (Kerapatan Adat

Nagari). Bundo kanduang menjadi struktur independen dalam menjalankan

organisasi kenagarian. Wawancara Nofri Aides (Bundo Kanduang Limakaum), 29

Juni 2017 di Batusangkar, jam :10.00. Lihat Peraturan Daerah Kabupaten Tanah

Datar Nomor 15 tahun 2008.

Page 174: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

162 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

diberikan anggaran untuk kegiatan organisasinya, walaupun hanya

sedikit, akan tetapi pemerintah sudah memberikan perhatian terhadap

organisasi yang bertujuan melestarikan nilai-nilai adat.361

Di awal

Era reformasi, Islam secara struktural dan kultural mulai didukung

oleh pemerintah. Aspirasi kelompok adat dan agama terakomodir

walaupun pemilihan kepala daerah tidak dipilih langsung oleh rakyat.

Paparan di atas sesuai dengan teori yang dikemukakan Cak Nur

bahwa demokrasi itu adalah kedaulatan di tangan rakyat, namun

sistem pemilihan pemimpin belum menyerap aspirasi rakyat.362

Meskipun kepala daerah belum dipilih secara langsung oleh

rakyat, akan tetapi di Tanah Datar sudah ada usaha pemerintah untuk

mengakomodir aspirasi kelompak agama dan adat sebagai wujud

perhatian pemerintah terhadap masyarakat, karena masyarakat di

Tanah Datar bukan hanya dipimpin oleh pemerintah tetapi juga

kepala adat atau suku.363

Untuk mendukung Agama, program MM

yaitu dengan mengaktifkan masyarakat agar datang ke masjid, di

masjid membuat koperasi simpan pinjam, ini diprogramkan di

masjid-masjid yang ada Tanah Datar, khususnya di masjid raya

(masjid besar) yang ada di nagari-nagari yang pengelolaannya

ditangani secara baik. Pemerintah memberikan bantuan dana hibah

sebanyak Rp. 3.000.000 kepada setiap masjid raya, tujuannya antara

lain adalah untuk membantu ekonomi masyarakat, untuk syi’ar di

masjid, dan di samping itu dapat memotivasi masyarakat supaya

rajin datang ke Masjid.364

Untuk peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) MM

memberikan peluang kepada para pegawai untuk mengikuti tambahan

pendidikan. Tahun 2002 MM mengikutkan pegawai Pemda untuk

mengikuti pelatihan jabatan sebanyak 32 (tiga puluh dua) orang

361 Wawancara Buya Masnefi, Senin, 21 maret 2016, Jam 11.00 WIB di

Batusangkar. 362 Nurcholis Madjid, Demokrasi dan Demokratisasi, Dalam Demokratisasi

Politik, Ekonomi dan Budaya; Pengalaman Indonesia Masa Orba. (Jakarta:

Paramadina, 1994). 363 Di dalam kepemimpinan Adat di dalamnya ada pemimpin bidang

keagamaan dan pelaksana lapangannya. Lihat Amir M.S, Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 2007), 80.

364 Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah Datar), 17

Februari 2017, jam 10.00 WIB di Jakarta.

Page 175: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 163

yang bertujuan untuk peningkatan SDM, pegawai yang diutus untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sebanyak 42

(empat puluh dua) orang yang diberikan beasiswa dari APBD. Akan

tetapi menurut MM pemimpin Tanah Datar periode bupati setelah

beliau, sudah lebih 10 tahun, tidak ada usaha untuk menambah

pengetahuan staf dan pegawai Pemda, padahal ilmu pemimpin itu

akan bertambah jika ilmu pegawainya bertambah dengan

disekolahkan pemerintah, karena ilmu terus berkembang dan

berputar.

Dalam pergantian pejabat diberlakukan masa tenggang waktu

pergantian jabatan, tidak semuanya pejabat di bawahnya harus

diganti pada masa yang sama, alasannya akan kesulitan dalam

pelanjutan kerja pejabat yang lama jika semua sekaligus pejabat dan

staf diganti. Dan dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka

Menengah) seharusnya juga melibatkan sesepuh (orang-orang lama

yang sudah berpengalaman).365

Strategi MM adalah pada masa awal pemerintahannya, 6

(enam) bulan pertama tidak dilakukan mutasi pegawai, baik pejabat

maupun pegawai biasa, tetapi diarahkan untuk meningkatkan kinerja,

prioritas meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Walaupun

bupati pada saat itu masih dipilih oleh DPRD, namun penempatan

pejabat oleh MM berdasarkan kompetensi bukan berdasarkan

kepentingan politik, berbeda dengan pemerintahan setelah MM,

sistem pemilihan bupati secara langsung melalui pilkada, pejabat

dipilih berdasarkan kepentingan politik yang disebut politik balas

budi kepada tim sukses.366

Program penghematan anggaran yang dilakukan seperti

regrouping (penggabungan dan pengurangan) sekolah, digabungkan

beberapa sekolah untuk penghematan tenaga guru dan pegawai dan

berefek kepada pengurangan anggaran belanja pegawai, peningkatan

PAD 350 (tiga ratus lima puluh) persen, dana pengurang pengeluaran

didepositokan. Dalam bidang kesehatan sistem atau program yang

365 Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar), kamis, 26

Januari 2017, jam 17.00 WIB di Jakarta. 366 Wawancara Buya Masnefi, senin, 21 maret 2016, Jam 11.00 WIB di

Batusangkar.

Page 176: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

164 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

diterapkan ke masyarakat adalah program subsidi kesehatan untuk

penduduk miskin. Namun menurut MM dalam pelaksanaannya sulit

untuk tepat sasaran. Wali nagari tidak memberikan kepada orang

yang tepat sasaran, usaha untuk mengindari ini diadakkanlah sensus

terhadap penduduk yang beridentitas miskin dan ditempel label

khusus di rumah penduduk yang termasuk kriteria miskin, akan tetapi

sulit juga untuk melaksanakannya terkendala dengan sumber daya

pegawai yang kurang.367

MM tidak merasa berhutang budi kepada

masyarakat karena pemilihan bupati semasa beliau tidak pemilihan

langsung oleh masyarakat. MM ketika akan menjadi bupati tidak

mengeluarkan uang yang banyak untuk mencari suara dan dukungan

masyarakat. Tidak seperti periode 2005 sampai sekarang, pemilihan

langsung kepala daerah (Pilkada) dan pemilu sistem langsung

legislatif membutuhkan dana yang banyak untuk meraih suara. Maka

oleh sebab itu Bupati MM tidak merasa memilki beban kepada

masyarakat atau tim sukses. MM tidak bersedia menandatangani

plakat peresmian suatu bangunan dari APBD (Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah). Menurut MM penendatanan plakat pembangunan

seharusnnya dilakukan oleh pemborong proyek pemerintah dalam hal

PT atau CV sebagai pihak yang harus mempertanggungjawabkan

pengerjaan proyek tersebut, bukan Bupati.

Untuk dukungan terhadap pendidikan formal, peserta didik

sekolah dasar dan menengah masuk lebih pagi jam 07.15 sampai jam

15.00 sore, tidak diberlakukan rayon, di mana saja akan bisa masuk

sekolah. Murid sebanyak 30 orang sekelas dan 24 orang untuk lokal

unggul. Guru yang remedial diberikan tunjangan. Setiap kenaikan

kelas, harus ada minimal dua siswa/i yang tidak naik kelas.368

Dalam

Bidang pendidikan, ketika guru-guru banyak yang pensiun, maka

diangkat guru bantu yang awalnya guru magang, karena MM ada

koneksi dengan kementerian, maka beliau bisa mengusulkan lebih

banyak quota untuk tenaga PNS (Pegawai Negeri Sipil) di kabupaten

Tanah Datar.

367 Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar), kamis, 26

Januari 2017, jam 17.00 WIB di Jakarta. 368 Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar), kamis, 26

Januari 2017 jam 17.00 WIB di Jakarta.

Page 177: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 165

Sebagai perantau, MM merasa memiliki tanggung jawab untuk

membangun daerah, selama menjabat sebagai bupati, beliau tidak

pernah menerima setoran dari kepala dinas dan pihak-pihak proyek,

bahkan sebaliknya. Perantau sangat besar perannya dalam

pembangunan daerah Kabupaten Tanah Datar, perantau membangun

ruangan-ruangan di rumah sakit. MM pernah diundang ke Harvard

University atas prestasinya dalam mengelola keuangan daerah,

pernah juga diundang ke Korea untuk presentasi tentang bagaimana

kesuksesannya dalam mengelola keuangann daerah. Karena berhasil

meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) kabupaten Tanah

Datar secara signifikan. Menurut MM dalam pembangunan daerah

harus melibatkan dan memberdayakan perantau.

Manajemen organisasi sangat penting dalam birokrasi

pemerintahan, MM mengendalikan dinas-dinas dan pemilihan

pejabat berdasarkan kompetensi, bukan berdasarkan politik balas

jasa. Berbeda dengan periode setelah MM, hal ini disebakan oleh

pengaruh sistem pemilihan bupati yang semulanya dipilih oleh DPRD

dengan pemilihan langsung oleh masyarakat melalui pilkada yang

menghabiskan banyak biaya dan tim sukses untuk mendulang

suara.369

Perubahan-perubahan kebijakan Bupati MM menuai pro dan

kontra di tengah masyarakat baik masyarakat umum maupun di

kalangan pejabat pemerintahan. Begitu juga dengan perubahan dari

bentuk pemerintahan desa ke nagari, terjadi pemekaran di tingkat

kecamatan, Kabupaten Tanah Datar yang semula terdiri dari 11

kecamatan menjadi 14 kecamatan.

Menurut ketua LKAAM Tanah Datar kembali ke bentuk

pemerintahan nagari yang diatur oleh peraturan pemerintah daerah

yang berpedoman kepada regulasi pusat, hal yang dipahami oleh

pemerintahan tidak sama dengan apa yang diinginkan oleh

masyarakat Tanah Datar khusunya dan Sumatera Barat umumnya.370

Alasan ketua LKAAM mengatakan demikian adalah sebagai berikut:

369 Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah Datar), 17

Februari 2017, jam 10.00 WIB di Jakarta. 370 Wawancara Dt. Feri Irsal Idrus (ketua LKAAM Tanah Datar), Senin 21

maret 2016, jam 11.00 WIB di Batusangkar.

Page 178: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

166 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

1) Dukungan pemerintah terhadap pelestarian adat dan agama jauh

dari harapan pemuka adat dan agama, kalaupun ada perhatian

pemerintah hanya seremonial tidak substansi; 2) Peran perantau

belum optimal karena tidak ada pemimpin yang berfungsi sebagai

pemersatu yang kuat; 3) Kepemimpinan TigoTungku Sajarangan

hanya pemanis di bibir, tetapi tidak berperan di tengah masyarakat.

Sedangkan ulama dan ninik mamak sebagai leading sektor seperti

mati suri yang seharusnya leader; 4) Ulama dan surau peranannnya

terpinggirkan, sumber sengketa warisan, penyelesaian yang tidak

jelas, dalam dakwah kultural sejauh ini tidak ada yang prinsip yang

dipertentangkan.

Pada tahun 2004 sistem pemilihan kepala daerah adalah dengan

sistem pemilihan langsung, baik pilkada (pemilihan kepala daerah)

maupun pileg (pemilihan legislatif). Kelemahan pemilihan lansung

oleh rakyat adalah tidak selektifnya dalam pemilihan calon dan

keuntungan pemilihan langsung ini adalah terakomodirnya aspirasi

kelompok adat dan agama.371

Bantuan yang diberikan pemerintah kepada lembaga adat

seperti LKAAM (Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau),

MUI Majelis Ulama Indonesia) dari Ulama Tanah Datar dan lembaga

adat Bundo kanduang tidak tercantum dalam anggaran SK (Surat

Keterangan) resmi, hanya sifatnya bantuan sosial kegiatan

kemasyarakatan, seperti; diberikan anggaran, dilibatkan dalam rapat

MUSPIDA (Musyawarah Pimpinan daerah) Kabupaten Tanah Datar,

Lembaga adat Bundo kanduang masa ini sangat minim diberikan

bantuan karena masa krisis dan anggaran masih kecil.372

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ada konflik dan

juga akomodasi dalam bidang kepemimpinan pada tahun 1999-2005.

Sehingga membawa perubahan pada masyarakat Sumatera Barat

khususnya Tanah Datar namun perubahan itu tidak signifikan.

Keinginan kelompok adat dan agama belum terakomodir sepenuhnya.

371 Wawancara Basrizal tokoh mayarakat, kamis, 27 Oktober 2016 di

Batusangkar. 372 Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar), Kamis 26

Januari 2017, jam 17.00 WIB di Jakarta.

Page 179: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 167

B. Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan

Pemerintah dalam Bidang Kebijakan DaerahTahun 2006-2015

Pilkada langsung tahun 2005 kepala daerah yang terpilih

sebagai Bupati adalah Ir.Shadiq Pasadiqu, SH. Dalam lima tahun

kepemimpinannya, secara umum dapat dikatakan Kabupaten Tanah

Datar masih terkendali dalam hal munculnya praktek-praktek

korupsi, walaupun dengan catatan khusus terkait dengan sejarah

birokrasi pada masa Orde Baru.373

Shadiq Pasadiqu diusung oleh partai Golkar, bupati sebelumya

juga dari partai Golkar. Di awal pemerintahnnya, hanya melanjutkan

program-program bupati sebelumnya, tidak banyak perubahan.

Maraknya Perda-Perda Syariah di Sumatera Barat pada masa Bupati

Shadiq di Kabupaten Tanah Datar pun muncul semangat untuk

melahirkan beberapa Perda Syariah dan Perda yang mengakomodir

adat. Bantuan anggaran pun lebih meningkat baik untuk kelompok

adat maupun agama, faktor regulasi pusat dan otonomi daerah

semakin luas.374

Shadiq sendiri menilai bahwa Kabupaten Tanah Datar tingkat

bersih dari korupsi 70-80 dalam skala 100. Shadiq juga melihat

bahwa yang paling penting adalah komitmen kepala daerah untuk

menindaklanjuti setiap penyelewengan yang terjadi. Usaha yang

dilakukan oleh Bupati Shadiq untuk mendapatkan masukan dari

masyarakat tentang berbagai kasus penyelewengan di tingkat bawah

adalah dengan meminta masyarakat untuk mengadukan setiap

penyelewengan yang ada baik melalui SMS ke nomor telepon selular

beliau ataupun surat. Beliau berpendapat bahwa animo masyarakat

sangat besar dalam berpartisipasi memberikan laporan melalui SMS

ini. Beliau mencontohkan, sudah ditemukan beberapa kasus

penyelewengan yang berada di tingkat staf yang dapat beliau

373 Hendra Cipta. Kabupaten Tanah Datar. "Analisis Penerapan

Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) Pada Pemerintah

Daerah (Studi Eksploratif Pada Pemerintah." (2011). Accessed, 12 Desember 2017 374 Wawancara Dedi Admon Anggota DPRD Praksi PBB, 5 Juli 2017 di

Batusangkar

Page 180: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

168 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

selesaikan dengan cepat akibat adanya laporan melalui SMS dari

masyarakat tersebut.375

Komposisi masyarakat Kabupaten Tanah Datar yang homogen

secara suku-bangsa, keseragaman nilai-nilai budaya dan agama, serta

wilayah yang relatif kecil dibandingkan dengan kabupaten lain di

Sumatera Barat menyebabkan kontrol sosial masih terbilang kuat

antar sesama masyarakat maupun terhadap birokrat pemerintah.

Selain itu, sedikitnya nilai perputaran uang yang ada di Kabupaten

Tanah Datar menyebabkan kecilnya peluang untuk terjadinya korupsi

dalam jumlah yang besar. Sama sekali tidak ada kegiatan industri

dalam skala besar di kabupaten ini, dan ini terlihat dari komposisi

penduduk Kabupaten Tanah Datar di mana 75 persen penduduknya

bermata pencaharian sebagai petani. Dalam satu tahun berjalan, satu-

satunya kegiatan yang menggunakan anggaran yang besar adalah

kegiatan operasional pemerintah yang didanai oleh APBD. Dalam

APBD Kabupaten Tanah Datar tahun 2008 yang telah disahkan

dalam rapat DPRD, dinas yang mendapatkan anggaran yang paling

besar adalah Dinas Pendidikan dan Tenaga Kerja serta Dinas

Pemukiman dan Prasarana Wilayah.376

Dari segi PAD (pendapatan Asli Daerah) masa shadiq semakin

meningkat, dana bantuan sosial (Bansos) dan Hibbah juga semakin

meningkat. Untuk keuangan dana alokasi nagari pun semakin

meningkat, sejak tahun 2009 mencapai lebih kurang 2 - 3 ratus juta

pertahun dan pada tahun 2016 mencapai sekitar 1 (satu) miliyar

rupiah pertahun, lima kali lipat naiknya dibanding tahun sebelumnya.

Dalam program nagari ini ada yang berdiri sendiri dan ada juga yang

bekerja sama dan bersinergi dengan lembaga terkait. Shadiq Pasadiqu

selama dua periode terpilih menjadi Bupati Tanah Datar yaitu

periode tahun 2005-2010 dan periode tahun 2010-2015. Selama 10

tahun kepemimpinannya regulasi pusat tentang dana hibah dan

bansos sangat menguntungkan bagi kelompok adat dalam hal ini

375 Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah Datar dan Pegawai di

Tanah Datar sejak Bupati IKA Sumahamid), Wawancara, 17 Februari 2017, jam

10.00 WIB di Jakarta. 376 Hendra Cipta. Kabupaten Tanah Datar. "Analisis Penerapan

Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) Pada Pemerintah

Daerah (Studi Eksploratif Pada Pemerintah." (2011). Accessed, 12 Desember 2017.

Page 181: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 169

LKAAM, KAN dan kelompok agama dalam hal ini MUI merasa

diakomodir pemerintah secara anggaran. Dengan adanya anggaran

dana dari pemerintah, maka lembaga-lembaga ini dapat melakukan

kegiatan-kegiatan untuk pelestarian adat, seperti pelatihan-pelatihan

adat untuk para pemuda, kegiatan pembinaan untuk para penghulu

dan lain-lain.377

Dan begitu pula untuk MUI Tanah Datar dengan

dengan adanya anggaran dana dari pemerintah dapat menjalankan

kegiatan-kegiatan pembinaan ummat, mengaktifkan kegiatan seperti

penelitian, muzakarah, penyuluhan dan untuk administrasi secretariat

kantor MUI. Namun dalam hal pembangunan daerah tetap saja ke

dua kelompok ini merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan

kebijakan ditingkat kabupaten, misalnya dalam musyawarah tentang

RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah). Mereka

merasa hanya dilibatkan di saat pemerintah membutuhkan, misalnya

ada kasus-kasus yang tidak bisa ditangani oleh pihak pemerintah,

hal-hal yang sifatnya insidentil.378

Selama 10 (sepuluh tahun) pemerintahan Shodiq semakin

marak Perda-Perda syariah di kabupaten/kota di Sumatera Barat,

termasuk di Kabupaten Tanah Datar. Lahir Perda Syari'ah dan

himbauan bupati untuk menjalankan syariat Islam. Begitu pula Perda

adat yang mengakomodir kelompok adat. Termasuk Perda nagari

yang mengatur tata kelola pemerintahan nagari. Dan musyawarah

masih menjadi budaya masyarakat Tanah Datar, sistem pengambilan

keputusan pembuatan Perda ini dimulai dari musyawarah tingkat

jorong, walaupun terdampak pengaruh modernisasi dan teknologi,

masyarakat masih mempertahankan nilai-nilai budaya lokal dalam

pengambilan keputusan. Salah satu contoh adalah dalam penyususnan

Peraturan Daerah tentang pemilihan wali nagari (desa di Jawa),

prosesnya diawali dengan hearing (dengar pendapat) dengan segala

unsur masyarakat untuk menjaring pendapat dan masukan-masukan

masyarakat, mulai dari unsur Pemerintah Nagari, wali nagari, unsur

cerdik pandai, niniak mamak (para pemimpin adat), alim ulama,

377 Wawancara Dt. Feri Irsal Idrus (ketua LKAAM Tanah Datar), Senin 21

Maret 2016, jam 11.00 WIB di Batusangkar. 378 Wawancara Syukri Iska (ketua MUI Tanah Datar), 4 April 2016, jam

16.00 WIB, di Batusangkar .

Page 182: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

170 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Bundo Kanduang dan pemuda yang tergabung dalam BPRN (Badan

Permusyawaratan Rakyat Nagari).379

Konsep falsafah ABS-SBK yang telah dicanangkan oleh

Pemerintah daerah mulai sejak awal Refomasi dilanjutkan oleh

Pemerintahan Shadiq. Menurut beberapa kalangan konsep tersebut

sudah memenuhi harapan, namun dalam pelaksanaannya sulit untuk

mengimplementasikan di tengah masyarakat. Belum ditemukan

format yang tepat oleh Pemerintah Daerah untuk menerapkan konsep

tersebut, walaupun konsep tersebut menurut mereka sudah selaras

dengan ajaran al-Quran. Hal ini pada tataran aplikasi di lapangan

diterapkan pada realitas dalam aturan norma masyarakat, seperti

dilarang minuman keras, laki-laki dan perempuan tidak berkeliaran di

malam hari, berbuat maksiat. Program pemerintah ini akan sukses

berjalan apabila didukung oleh para penghulu adat (ninik mamak),

cerdik pandai dan alim ulama, namun permasalahannya adalah peran

ninik mamak sudah lemah di tengah anak kemenakannya (anak

keponakan) dan masyarakat secara umun.

Bentuk dukungan pemerintah terhadap nilai-nilai agama di

antaranya adalah dengan mengeluarkan Perda (Peraturan daerah)

tentang wajib mengaji dan baca tulis al-Quran. Mulai dari siswa SD

(Sekolah Dasar) sampai tingkat menengah, orang dewasa wajib

pandai mengaji dan begitu juga bagi calon penganten.380

Jika Perda

ini terlaksaana dengan baik maka akan terjadi kesejukkan di

masyarakat.381

Pada masa Shadiq ada beberapa Perda Syariah yang

ditetapkan, selain Perda tentang wajib pandai baca tulis al-Quran, ada

Peraturan Bupati tentang Lembaga Pendidikan al-Quran dan Perda

tentang zakat. Namun Perda ini belum berjalan sepenuhnya.

Walaupun sudah ada lembaga-lembaga pendidikan al-Quran yang

sudah difasilitasi oleh pemerintah untuk anggaran pembangunan

sarana dan honor guru mengaji.

379 Wawancara, Dedi Admon, Anggota DPRD Kab Tanah Datar, 5 Februari

2017 di Jakarta. 380Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Perda Nomor 2 Tahun 2007 BAB

(Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar: 2007). 381 Wawancara Irman Idrus (Wali Nagari Limakaum), Rabu 24 Agustus 2016,

jam 14.00 WIB di kantor Wali Nagari Limakaum.

Page 183: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 171

Uraian di atas menunjukan bahwa nilai-nilai agama kurang

mengakar di tengah masyarakat, walaupun pemerintah membuat

program yang bagus untuk melaksanakan falsafah ABS-SBK dan

bahkan sudah menjadikan Perda (Peraturan Daerah), namun tidak

mudah untuk merealisasikan di tengah-tengah masyarakat. Tidak

semua masyarakat bisa diatur dengan Perda-Perda, kadangkala

masyarakat membutuhkan pendekatan persuasif dari pihak

pemerintah, ulama dan para penghulu pemimpin suku.

Dukungan pemerintah terhadap kelompok adat dalam hal ini

melibatkan KAN (Kerapatan Adat Nagari) dalam pengambilan

keputusan di nagari adalah terbitnya Perda pembentukan BPRN dan

peraturan-peraturan mengenai BPRN diatur oleh Bupati dalam

peraturan Bupati Tanah Datar Nomor 13 tahun 2008. Struktur

pemerintahan Nagari382 diatur dalam Peraturan Bupati Tanah Datar

Nomor 14 tahun 2008 tentang Pedoman Tata Cara Pemilihan Wali

Nagari.383 Di antara isi dari Perda (Peraturan Daerah) dimaksudkan

bahwa; 1) Nagari adalah kesatuan hukum adat yang memiliki batas-

batas wilayah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kesatuan

masyarakat setempat berdasarkan filosofi Adat Basandi Syarak,

Syarak Basandi Kitabullah atau berdasarkan asal-usul dan adat

Minangkabau yang diakui dan dihormati; 2) Pemerintahan nagari

adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh

pemerintah nagari dan Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari

(BPRN) berdasarkan asal usul nagari di wilayah Provinsi Sumatera

Barat yang berada dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia; 3) Pemerintahan nagari adalah wali nagari dan

perangkat nagari sebagai unsur penyelenggara pemerintahan nagari;

4) Wali nagari adalah pimpinan pemerintahan nigari; 5) Badan

Permusyawaratan Rakyat Nagari yang selanjutnya disingkat dengan

BPRN adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Nagari; 6) Kerapatan adat nagari

382 Bentuk Pemerintahan Nagari adalah pemerintahan Desa di Provinsi selain

di luar Sumatera Barat. 383 Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Berita Daerah Kabupaten Tanah

Datar, (Batusangkar: Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Tanah Datar,

2008), 71.

Page 184: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

172 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

yang selanjutnya disingkat dengan KAN (Kerapatan adat Nagari)

adalah lembaga kerapatan niniak mamak (perkumpulan para

penghulu/kepala suku di tingkat nagari) pemangku adat yang telah

ada dan diwarisi secara turun temurun sepanjang adat yang berlaku di

masing-masing nagari dan merupakan lembaga tertinggi dalam

penyelenggaraan adat di nigari; 7) Panitia pemilihan wali nagari yang

selanjutnya disebut panitia pemilihan adalah pemilihan wali nagari

yang dibentuk BPRN; 8) Panitia pengawas pemilihan wali nagari

selanjutnya disebut panitia pengawas adalah panitia pemilihan wali

nagari yang dibentuk oleh bupati; 9) Kelompok penyelenggara

pemungutan suara dan selanjutnya disebut KPPS adalah

penyelenggara pelaksana pemungutan suara pemilihan wali nigari;

10) Tempat pemungutan suara dan selanjutnya disebut TPS adalah

tempat pemberian suara; 11) Anak nagari adalah setiap yang

mempunyai hubungan adat dan ikatan kekeluargaan serta hubungan

emosional dengan nagari yang bersangkutan baik yang ada di nagari

maupun dirantau; 12) Rakyat nagari adalah setiap orang, baik warga

Negara Republik Indonesia maupun orang asing yang bertempat

tinggal tetap di dalam wilayah nigari; 13) Lembaga unsur nagari

adalah lembaga unsur niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai,

Bundo kanduang dan pemuda nagari yang dibentuk dan dikukuhkan

oleh KAN.384

Calon Anggota BPRN yang dimaksud adalah berasal dari

lembaga unsur yaitu, niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai,

bundo kanduang dan unsur pemuda, masing-masing utusan sesuai

dengan jumlah anggota BPRN. Misalnya perbandingan jumlah wakil

unsur dalam BPRN adalah sebagai berikut; BPRN dengan jumlah 7

orang, maka mewakili unsur niniak mamak 2 orang, unsur alim

ulama 1 orang, unsur cadiak pandai 2 orang, unsur bundo kanduang

berjumlah 1 orang, unsur pemuda berjumlah 1 orang. Jika BPRN

berjumlah 9 orang, maka dari unsur niniak mamak 2 orang, unsur

alim ulama 2 orang, unsur cadiak pandai 2 orang, unsur bundo

kanduang 1 orang dan unsur pemuda 2 orang, jika jumlah angggota

384 Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Berita Daerah Kabupaten Tanah

Datar, (Batusangkar: Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Tanah Datar,

2008), 70-73.

Page 185: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 173

BPRN sebanyak 11 orang, maka dari unsur niniak mamak 3 orang,

alim ulama 2 orang, cadiak pandai 2 orang, bundo kanduang 2 orang

dan dari unsur pemuda 2 oang.385

Mengenai jumlah keterwakilan,

unsur niniak mamak jumlahnya lebih banyak, dikarenakan niniak

mamak mewakili aspirasi banyak suku. Struktur organisasi Badan

Permusyawaratan Rakyat Nagari terdiri dari : Ketua, wakil Ketua,

Sekretaris, Komisi A (bidang pemerintahan), Komisi B (bidang

Pembangunan), Komisi C (bidang Kemasyarakatan). Walaupun di

awal Reformasi kepala daerah belum dipilih secara langsung oleh

rakyat, akan tetapi di Tanah Datar sudah ada usaha pemerintah untuk

mengakomodir aspirasi kelompak agama dan adat.

Perda (Peraturan Daerah) di atas mengatur tentang pelibatan

kelompok adat dan agama dalam musyawarah nagari yang tertuang

dalam Perda yaitu tentang Pedoman Pembentukan Badan

Permusyawaratan Rakyat Nagari (BPRN) dalam PERDA Nomor 13

Tahun 2008. Perda ini mengatur tentang pembentukan BPRN.

Pembentukan BPRN difasilitasi oleh wali nagari dan KAN

(Kerapatan Adat Nagari). KAN mengusulkan calon anggota BPRN ke

wali nagari. Dalam pasal 6 Perda tersebut mengatur tentang

ketentuan jumlah utusan dari lima unsur yaitu; 1) unsur ninik mamak

2 orang; 2) unsur alim ulama berjumlah 1 orang; 3) unsur cerdik

pandai 2 orang; 4) unsur Bundo kanduang 1 orang dan; 5) unsur

pemuda 1 orang. Pimpinan BPRN ini dipilih berdasarkan suara

terbanyak.

Sementara untuk pemilihan wali nagari dipilih langsung oleh

masyarakat melalui Pilwana (Pemilihan Wali Nagari). BPRN

membentuk Panitia pemilihan yang terdiri dari unsur perangkat

nagari dan pengurus lembaga unsur dengan jumlah paling sedikit 11

(sebelas) orang dan paling banyak 17 (tujuh belas) orang. KAN juga

berperan dalam hal ini sebagai pengawas. Jadi unsur pengawas

Pilwana adalah dari unsur KAN, BPRN dan Pemerintahan

Kabupaten. 386

385 Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Berita Daerah Kabupaten Tanah

Datar, 60. 386Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Perda Nomor 13 Tahun 2015 BAB

(Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar: 2008), 77-84.

Page 186: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

174 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Perubahan Struktur Pemerintahan nagari pada tahun 2008

dengan berfungsinya KAN (Kerapatan Adat Nagari) dalam

Pemerintahan Nagari untuk membentuk lembaga unsur. Lembaga

unsur tergambung di dalam BPRN yang mana BPRN sebelumnya

utusannya dari jorong merupakan salah satu dari tiga unsur ninik

mamak, cerdik pandai dan alim ulama. Perubahan pada tahun 2008,

lembaga unsur terdiri dari utusan ninik mamak, alim ulama, cerdik

pandai, pemuda dan Bundo Kanduang. Dari Perda ini terjadi dualisme

kepemimpinan antara wali nagari dan perangkatnya di satu sisi dan

dilain sisi KAN sebagai komando lembaga non pemerintah.

Lembaga KAN (Kerapatan Adat Nagari) pertama kali dibentuk

berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 1983.

Hal ini dilatarbelakangi oleh lahirnya Undang-undang Desa tahun

1975 tentang penyeragaman bentuk pemerintahan terkecil yaitu desa

di seluruh Provinsi di Indonesia,387

sehingga Sumatera Barat harus

mengikuti peraturan pusat ini yang mana sebelumnya Sumatera barat

berbentuk nagari. Tujuannya dibentuk KAN ini adalah untuk

melestarikan adat Minangkabau. Dibentuknya KAN ini adalah

menjawab kekhawatiran orang Sumatera Barat akan adat dan budaya

Minangkabau hilang. Maka dibentuklah KAN di setiap nagari di

Sumatera Barat termasuk di Kabupaten Tanah Datar. Masa

Pemerintahan Desa KAN tidak ikut campur dalam urusan

pemerintahan, walaupun desa yang mengurus masyarakat secara

formal, tetapi hakekat nagari adat tetap berlangsung dalam interaksi

masyarakat.

KAN (Kerapatan Adat Nagari) terdiri dari penguhulu suku,

setiap penghulu suku dibantu oleh malin, manti dan dubalang. Peran

lembaga adat, Wali nagari terlibat dalam pembinaan kegiatan

keagamaan seperti pembina di masjid TPA (Taman Pendidikan al-

Quran), didikan subuh, menyelenggarakan shalat mayit, pembinaan

adat, seperti pelatihan alua pasambahan adat, seperti pepatah,

penghulu ba limbago (ada lembaga) artinya komponen, organisasi

387Tsuyoshi Kato “Different fields similar locusts: adat Communities and the

village law of 1979 in Indonesia" . Author(s): Tsuyoshi Kato Source: Indonesia

No.47 (April, 1989), PP, 89-114. Published by: Southeast Asia Program Publication at Cornell University, Stable URL: http://www jstor.org/stable/3351077. Accassed:

11-08-2017 04: 32 UTC

Page 187: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 175

masyarakat, seperti; rumah tangga, kaum, suku korong kampuang,

dan nagari. Maka seorang penghulu harus berada di dalamnya dan

tidak melepaskan diri dari kelompok masyarakat tersebut.388

Dari

temuan peneliti di Era Reformasi, Kerapatan Adat Nagari ini masih

berfungsi di nagari, seperti di Batu Bulek. Melakukan pertemuan satu

kali dalam satu bulan dengan lembaga adat di nagari yang mana pada

masa sebelumnya KAN (Kerapatan Adat Nagari) belum berfungsi

sebagaimana mestinya.

Bagan 5.

Struktur Nagari di Tanah Datar sesuai Perda Nagari no.13

tahun 2008

388 Amir Syarifuddin, dkk, Proses Pengangkatan Penghulu Di Luhak Nan Tuo

Tanah Datar, (Batusangkar: Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga

Bekerja sama dengan Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM)

Luhak Nan Tuo Kabupaten Tanah Datar, 2014), 25.

Wali Nagari BPRN KAN

Sekretaris

KAUR KAUR Jorong Jorong

Utusan Lembaga Unsur

Lembaga Unsur :

1. 1. Pemuda

2. 2. Ninik Mamak

3. 3. Alim Ulama

4. 4. .Cerdik Pandai

5. Bundo Kanduang

Kepala-Kepala Suku

Page 188: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

176 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Permasalahan dewasa ini adalah orang yang mengemban amanah di

KAN tersebut kurang memiliki kemampuan dalam kepemimpinan,

kurang memiliki wawasan secara intelektual maupun keagamaan.

Sumber daya di KAN ini agak kurang, tetapi tetap dipakai dalam

mengambil keputusan pada setiap permasalahan anak kemenakan dan

permasalahan nagari.389

Dari uraian di atas tergambar bahwa Pemerintah Daerah

memberikan dukungan terhadap lembaga adat. Dalam hal ini KAN

(Kerapatan Adat Nagari) diakomodir dalam pemerintahan Nagari,

dapat dilihat pada poin 6 (enam ) dan 13 (tiga belas) dalam isi Perda

tersebut dalam table 7.

KAN sebagai lembaga tertinggi dalam penyelenggaraan

pemilihan wali nagari. Namun dari hasil wawancara dengan informan

tetap saja petinggi adat dan agama tidak puas dengan dukungan

pemerintah ini, mereka merasa belum banyak terlibat dalam

penyelenggaraan pembangunan daerah. Pemerintah daerah melalui

Peraturan Daerah mengintervensi atau mengatur lembaga adat,

lembaga KAN memiliki aturan sendiri dalam suku asalnya. KAN

(Kerapatan Adat Nagari) adalah perwakilan dari pemimpin suku-suku

yang ada di suatu nagari. Agaknya kelompok adat khususnya KAN

ingin kembali ke pemerintahan nagari seperti di zaman dulu sebelum

Orde Baru, yang mana nagari memiliki otoritas di dalam

pemerintahan nagari.

Dari paparan di atas agaknya sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Alison Wolf dan A.Ruth Wallace yang

mengatakan bahwa pertama, manusia memiliki kepentingan yang

asasi dan mereka akan berusaha untuk merealisasikan

kepentingannya itu, kedua menyatakan "power" (kekuasaan)

merupakan sumber konflik sebagai sesuatu yang bersifat memaksa.

Asumsi kedua ini menempati posisi sentral bagi perspektif teori

konflik bahwa masyarakat merupakan arena di mana suatu

kelompok dengan yang lain saling bersaing untuk memperebutkan

389 Wawancara Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), 3 September 2016,

jam 14.00 WIB di Batu Bulek kecamatan Lintau Buo Utara.

Page 189: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 177

"power" dan mengontrol, bahkan melakukan penekanan bagi saingan-

saingan mereka.390

Tabel 7.

Sejarah Lembaga KAN (Kerapatan Adat Nagari)

No Regulasi Pemerintah Posisi Penghulu/KAN

1 Sebelum lahir UU

Desa No.5 Tahun 1975 Wali Nagari adalah Penghulu

2 UU Desa no.5 Tahun

1979

Penyeragaman Pemerintahan Desa

(kepala Desa) di seluruh RI, sehingga

Penghulu Tidak Berfungsi di Nagari

3

Peraturan Daerah

SUMBAR Tahun

1983

Dibentuk KAN untuk

mempertahankan dan melestarikan

adat

4 Tahun 2000 KAN diakomodir dalam Pemerinthan

nagari

5

Perda Kab.Tanah

Datar No 24 Tahun

2008

KAN masuk dalam mengambil

kebijakan di pemerintahan nagari

6 UU Desa no.16 Tahun

2014

Adanya UU Desa no 23 yang mana

KAN tidak termasuk dalamnya

Praktek korupsi menjadi perdebatan di tengah budaya

ketimuran masyarakat Indonesia, begitu pula di Sumatera Barat. Hal

ini terjadi pula di Tanah Datar. Praktek-praktek korupsi kadangkala

terkaburkan dengan kebiasaan masyarakat yang mempunyai

hubungan kekerabatan dan kekeluargaan yang erat. Dalam

masyarakat Minangkabau, saling memberi dan bertenggang rasa

kepada tetangga adalah hal yang lumrah. Agak rancu jika seorang

aparat pemerintah menerima sesuatu dari masyarakat sebagai bentuk

saling memberi dalam bentuk hubungan ketetanggaan. Sulit

membedakan antara perilaku pemberian hadiah ketika aparat

pemerintah membantu si tetangga dalam urusan pengurusan surat-

surat penting. Pada masyarakat timur, tujuan pemberian hadiah

bukan hanya untuk memberikan uang pelicin atau uang bayaran

390 Dalam Sutaryo, Dinamika Masyarakat Dalam Perspektif Konflik

(Yogyakarta: FISIPOL-Universitas Gajah Mada, 1992), 31.

Page 190: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

178 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

terhadap pelayanan yang dikhususkan kepada seseorang, tetapi

ucapan terima kasih kepada saudara, tetangga, teman dan sebagainya

yang sudah menjadi semacam nilai budaya. Topik seperti ini menjadi

pertanyaan dari beberapa informan dalam merumuskan konsep

korupsi yang dapat diterima oleh semua kalangan. Di luar semua

perdebatan tentang kebiasaan mayarakat yang mempunyai indikasi

korupsi tersebut, semua informan sepakat bahwa ada tindakan dari

aparat pemerintah maupun pengusaha sebagai rekanan pemerintah

yang melakukan praktek korupsi yang terdapat aspek merugikan

keuangan negara, merugikan terhadap pelayanan masyarakat, serta

tindakan yang dianggap melakukan pemerasan terhadap

masyarakat.391

Pemerintah menyatakan bahwa prestasi Tanah Datar cukup

dikenal di Indonesia. Pada masa kepemimpinan Bupati Shadiq,

contoh sebuah kasus pimpinan proyek dan bendahara sudah diminta

untuk menandatangani surat pernyataan untuk tidak melaksanakan

tindakan penyelewengan dalam pelaksanaan proyek-proyek di

instansi pemerintah. Selain itu, sudah dilaksanakan pendataan harta

kekayaan para pejabat yang diorganisir oleh KPK, walaupun sebagian

dari anggota DPRD Kabupaten Tanah Datar belum menyerahkan

laporan harta kekayaan mereka. Perda Transparansi dan Partisipasi

yang telah disahkan tersebut mengamanatkan semua informasi

tentang pemda dapat diakses oleh masyarakat dengan bebas. Amanat

dari Perda yang saat ini mengalami kendala adalah pembentukan

Komisi Transparansi yang masih menyisakan salah persepsi antara

Pemda dan DPRD, sehingga sampai saat itu Komisi Transparansi dan

Partisipasi di Tanah Datar belum terbentuk.392

Wakil masyarakat memberi masukan bahwa penting untuk

meningkatkan dan menumbuhkan keterlibatan masyarakat dalam

pelaksanaan dan penciptaan pemerintahan yang baik dan bersih.

Setiap program yang akan dilaksanakan di Kabupaten Tanah Datar

391 Wawancara Dedi Admon, Anggota DPRD Kab Tanah Datar, 5 Februari

2017 di Jakarta. 392 Eniza Wati "Pengaruh Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi

Terhadap Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Pemerintah

Daerah (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kab. Tanah Datar)."

Jurnal Akuntansi, Vol 1, No. 2 (2013). Accessed, 12 Desember 2017

Page 191: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 179

harus melibatkan masyarakat dari awal sampai akhir. Inilah yang

menjadi inti dari pelaksanan pemerintahan yang baik dalam bentuk

partisipasi masyarakat di semua kegiatan dan program yang

direncanakan pemerintah.393

Nilai-nilai transparansi bukan hal yang

asing bagi masyarakat Tanah Datar. Penerapan nilai-nilai

transparansi telah umum dijalankan oleh masyarakat Tanah Datar,

misalnya dalam pengelolaan pendapatan dan belanja mesjid. Selain

itu, nilai-nilai akuntabilitas dan partisipasi masyarakat juga harus

menjadi hal yang mesti ditumbuhkan.394

Ada kritik yang diberikan oleh informan sebagai wakil dari

partai oposisi kepada pemerintah perihal kebijakan dari pemerintah

yang baru untuk melanjutkan program-program yang dinilai berhasil

dilakukan oleh pemerintah yang lama. Setiap kebijakan yang terbukti

efektif dari pemerintahan sebelumnya, sebaiknya dilanjutkan oleh

pemimpin yang berikutnya. Jika tidak dilanjutkannya kebijakan

pemimpin yang lalu, menyebabkan terjadinya pemborosan anggaran,

usaha dan pemikiran. Jika satu langkah telah dilaksanakan

setengahnya dan terbukti berhasil, namun pergantian pemimpin

menyebabkan program yang dinilai sudah baik ini tidak dilanjutkan

lagi.395

Pada dasarnya pihak oposisi menilai bahwa sudah ada

perubahan yang mengarah kepada yang lebih baik dari proses

pemerintahan di Tanah Datar. Keterbukaan dari pemerintah sejak

masa Reformasi ini sudah terlihat. Namun, informan dari partai

oposisi menilai bahwa ada kebiasaan dalam masyarakat untuk

mengkritik dengan membabi buta kepada pemerintah. Padahal,

sesuatu yang dikritik oleh masyarakat itu sebenarnya sudah

dipecahkan dan sudah diselesaikan masalahnya oleh pemerintah.

Selain itu, masyarakat masih belum menggunakan perkembangan

393 Wawancara Basrizal, kamis, 27 Oktober 2016 di Batusangkar. 394 R. Siti Zuhro, Demokrasi lokal: Perubahan Dan Kesinambungan Nilai-

Nilai Budaya Politik Lokal di Jawa Timur, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Bali, (Yogyakarta: Ombak, 2009).

395 Elfida Agus, "Kajian Topologi, Morfologi, dan Tipologi pada Rumah

Gadang Minangkabau", Internasional Conference on Construction Industry (ICCI), Padang: Universitas Bung Hata (2006).

Page 192: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

180 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

dalam tata kelola pemerintahan yang baik dengan maksimal

disebabkan karena faktor sumber daya manusia yang masih kurang.396

Dalam pengadaan barang dan jasa di Dinas Pemukiman dan

Transmigrasi, diketahui adanya permainan dan berbagai praktek

kecurangan yang terjadi, temasuk di Kabupaten Tanah Datar yang

menurut beberapa informan masih terjadi sampai saat ini. Jika dilihat

di dalam proses tender proyek pengadaan jalan, banyak informan

yang mempercayai adanya semacam kerjasama antara aparat

pemerintah dengan pelaku bisnis sehingga pelaku bisnis yang bisa

membayar lebih besar atau pelaku bisnis yang mempunyai hubungan

kedekatan dengan aparat pemerintah yang mempunyai peluang lebih

besar untuk mendapatkan proyek. Selain itu, sebagian informan dari

kalangan masyarakat menyampaikan bahwa memberikan proyek

kepada penawar terendah yang kadang kala diragukan mutunya juga

masih terjadi. Informan melihat bahwa ada permainan aparat untuk

memenangkan penawar terendah dan ketidakseriusan dari aparat

dalam menilai pentingnya asas manfaat hasil dari proyek tersebut

sehingga sudah dapat dibayangkan bagaimana hasil dari proyek

tersebut nantinya karena sudah pasti tidak sesuai dengan kualitas

yang diinginkan.397

Dalam pelayanan terhadap masyarakat, beberapa informan

meyakini masih ada praktek-praktek yang merugikan keuangan

negara sampai berbentuk pemerasan terhadap masyarakat seperti

meminta biaya perizinan lebih dari biaya yang telah ditentukan.

Contoh kasus yang diberikan oleh seorang wakil masyarakat berikut

menceritakan tentang biaya untuk pengurusan sertifikat tanah di

badan pertanahan. Biaya yang tertera di peraturan misalnya Rp 600

ribu, namun, aparat pemerintah meminta biaya pengurusan yang lebih

besar dari itu hingga Rp 1,5 juta. Selain itu, waktu yang dibutuhkan

untuk pengurusan izin dan sebagainya juga sering diselewengkan dan

dibuat lama. Jika berdasarkan peraturan proses perizinannya dapat

396 Jamaris, Edwar, Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau, (Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 2002). 397Fitri, Syarifah Massuki, Unti Ludigdo, and Ali Djamhuri. "Pengaruh Gaya

Kepemimpinan, Komitmen, Organisasi, Kualitas Sumber Daya, Reward, Dan

Punishment Terhadap Anggaran Berbasis Kinerja (Studi Empirik Pada Pemerintah

Kabupaten Lombok Barat)." Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol. 5, No. 2 (2013).

Page 193: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 181

selesai dalam waktu 4 jam, namun pada kenyataanya bisa menjadi 24

jam. Jika ada uang tambahan sebagai pelicin, semua urusan perizinan

tersebut bisa cepat diproses.398

Perwakilan dari aparat pemerintahan memaparkan, sejak

Reformasi sudah ada perubahan dalam paradigma praktek korupsi di

kalangan aparat Pemerintah Daerah ke arah yang lebih baik. Pemda

termasuk organisasi yang relatif cepat dalam pembenahan birokrasi

dibandingkan dengan masih banyaknya praktek korupsi yang

merugikan masyarakat yang terjadi di beberapa instansi pemerintah

seperti kepolisian, lembaga penegak hukum dan badan pertanahan.399

Penyebab perubahan yang sudah ada di instansi Pemerintahan

Daerah, selain memang ada keinginan dari pribadi aparat

pemerintahan dalam membenahi sistem birokrasi dan organisasi,

dorongan dari luar juga kuat menuntut perubahan tersebut.

Contohnya, lembaga-lembaga donor dari luar negeri mensyaratkan

beberapa hal kepada pemerintah daerah jika ingin menerima bantuan

dalam bentuk program maupun hibah. Sebelumnya, bantuan yang

sudah sering diberikan oleh pihak luar ini ditengarai mengalami

banyak kebocoran, sehingga pihak donor semakin berhati-hati dalam

menyalurkan bantuan mereka. Salah satu program yang berjalan saat

ini di Kabupaten Tanah Datar adalah program P2TPD yang

dilaksanakan di 14 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Program

ini mensyaratkan adanya kesepakatan-kesepakatan yang harus

ditandatangani oleh Pemda Tanah Datar sebelum diterapkan di

lapangan, di antaranya adalah adanya Perda Transparansi dan

Partisipasi serta adanya sosialisasi APBD ke seluruh masyarakat.400

Pemerintah Daerah menyatakan bahwa prestasi Tanah Datar

cukup dikenal di Indonesia. Saat ini pimpinan proyek dan bendahara

sudah diminta untuk menandatangani surat pernyataan agar tidak

398 Wawancara Zainal Abidin (Tokoh Masyarakat), 4 Maret 2017 di Lintau

Buo. 399 Wawancara Dedi Admon, Anggota DPRD Kab Tanah Datar, 5 Februari

2017 di Jakarta 400A.Anantha dan G.A Elmizan,"Analisis Konsistensi Perencanaan dan

Penganggaran Pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tanah Datar

Tahun 2011-2015 Dengan Prediksi Kerugian Untuk Tahun 2016-2020", Jurnal KBP,

Vol. 3, No. 1 (2015): 129-145.

Page 194: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

182 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

melaksanakan tindakan penyelewengan dalam pelaksanaan proyek-

proyek di instansi pemerintah. Selain itu, sudah dilaksanakan

pendataan harta kekayaan para pejabat yang diorganisir oleh KPK,

walaupun sebagian dari anggota DPRD Kabupaten Tanah Datar

belum menyerahkan laporan harta kekayaan mereka. Perda

Transparansi dan Partisipasi yang telah disahkan tersebut

mengamanatkan semua informasi tentang pemda dapat diakses oleh

masyarakat dengan bebas. Amanat dari Perda ini yang saat ini

mengalami kendala yaitu pembentukan Komisi Transparansi yang

masih menyisakan salah persepsi antara Pemda dan DPRD, sehingga

sampai saat ini Komisi Transparansi dan Partisipasi di Tanah Datar

belum terbentuk.401

Pemda Tanah Datar juga bekerja sama dengan Kemenpan

dalam melakukan pengukuran indeks kepuasan masyarakat. Pemda

juga sudah melakukan berbagai upaya untuk memotong jalur

birokrasi. Salah satu yang menjadi program kebanggaan dari Pemda

Tanah Datar adalah adanya kredit lunak tanpa agunan yang diberikan

kepada pedagang kecil di pasar Batusangkar. Program ini melibatkan

Bank Nagari sebagai pengelola kredit. Pemda memberikan

kemudahan dalam pengurusan izin untuk mendapatkan kredit.

Program ini sangat membantu pedagang kecil yang memerlukan

modal tambahan untuk mengembangkan usahanya. Program ini sudah

menjadi “Best Practice” dari Kabupaten Tanah Datar yang telah

ditiru dan dicoba diterapkan di seluruh kabupaten di Sumatera

Barat.402

Seperti penjelasan di atas bahwa masyarakat Sumatera Barat

memiliki pola hidup kekeluargaan sebagai akibat dari sistem

kekerabatan keluarga yang luas.403

Sistem kekerabatan dan

401 Reza Marizka , "Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil,

Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian

Keuangan Daerah Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Barat (Tahun 2006–

2011)." Jurnal Akuntansi, Vol. 1, No. 3 (2013). 402 Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah Datar dan

Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA Sumahamid) 17 Februari 2017, jam 10.00

WIB di Jakarta. 403 Wawancara Buya Masud Abidin Ulama Sumatera Barat, Padang Minggu

/10 April 2016.

Page 195: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 183

kekeluargaan ini akan memberi pengaruh positif dalam mengurangi

praktek-praktek korupsi di masyarakat. Mereka akan merasa malu

jika diketahui melakukan praktek korupsi oleh masyarakat, apalagi

jika kasus tersebut sampai ke pengadilan. Jika dihubungkan dengan

pola hidup kekeluargaan, seorang anggota keluarga melakukan

kesalahan, maka yang akan mendapat aib adalah semua keluarga

besar, mulai dari kedua orang tuanya, paman dan kerabat-kerabat

lainnya. Sebuah pepatah minang mengatakan “anak mamanjek orang

tuo nan jatuah, kamanakan mamanjek, mamak nan jatuah” (anak

yang memanjat orang tuanya yang jatuh, keponakan yang memanjat,

paman yang jatuh). Maksudnya, jika seorang anak melakukan

kesalahan, maka semua keluarga ikut menanggung malu.404

Nilai-nilai kekerabatan ini sebenarnya alat yang ampuh dalam

masyarakat Tanah Datar untuk memberikan kontrol sosial terhadap

sebuah tindakkan kesalahan, di antaranya praktek korupsi, namun

catatan dari beberapa tokoh masyarakat beranggapan bahwa telah

banyak perubahan yang terjadi secara sosial dan budaya di

masyarakat Tanah Datar. Tuntutan hidup yang lebih tinggi seiring

perkembangan zaman membuat masyarakat mulai tumbuh gaya tidak

peduli dengan keadaan yang jelas-jelas melanggar adat atau

peraturan. Saat ini banyak manusia yang tidak puas dengan apa yang

dia dapat sekarang padahal yang didapatnya tersebut sebenarnya

sudah sesuai dengan kemampuannya, namun jika ada kesempatan dan

celah untuk melakukan tindakan yang melanggar norma, maka

mereka akan memanfaatkan kesempatan itu. Di samping itu nilai-

nilai agama juga tidak mengakar di dalam kehidupan sebagian

masyarakat.405

Sistem kekerabatan masyarakat di Tanah Datar ini mempunyai

praktek yang lebih mengarah kepada nepotisme. Salah seorang

informan perwakilan dari masyarakat menjelaskan bahwa aparat

Pemda akan mendahulukan kerabatnya dan orang yang disegani misal

pejabat, jika ada urusan-urusan administrasi yang harus diselesaikan.

Seorang yang sedang berurusan dengan Pemda akan meminta bantuan

404 Wawancara Bapak Jamilis (mantan Kepala Dinas Pariwisata Tanah

Datar), 29 Juni 2017, jam 10.00 WIB di Batusangkar. 405 Wawancara, dr.Afdhol (perantau), 5 Maret 2017 di Batusangkar.

Page 196: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

184 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

kerabatnya yang menjadi aparat Pemda. Sepertinya belum menjadi

budaya bagi masyarakat kita untuk antri dan mengikuti prosedur

yang ada. Kebiasaan ini karena sistem birokrasi Indonesia yang

berbelit-belit, tidak praktis dan membutuhkan waktu yang lama.406

Pepatah Minang mengatakan “baraie sawah di ateh, lambok sawah di

bawah” (berair sawah di atas, lembab sawah di bawah), artinya,

bahwa jika seorang anggota kelompok mendapat rezeki atau

mempunyai jabatan maka orang-orang di sekelilingnya akan ikut

menikmati rezeki atau jabatan tersebut. Hal ini dianggap sebagai

kodrat alam dan pepatah ini dipahami benar oleh masyarakat

Minangkabau. Setiap orang cenderung untuk mendahulukan

keluarganya.407

Aparat pemerintah seharusnya menghindari praktek korupsi,

seperti; pungutan liar, pelayanan tepat waktu, ramah tamah dan

menyegerakan pelayanan semua urusan masyarakat, sehingga tidak

ada kesempatan bagi aparat pemerintah untuk melakukan kecurangan

dengan meminta uang lebih. Proses pengurusan berbagai urusan

masyarakat yang sering tertunda meyebabkan masyarakat berpikir

lain. Kadangkala masyarakat membaca keadaan ini sebagai tanda

bahwa aparat pemerintahan memerlukan uang pelicin agar urusan

cepat selesai. Masyarakat berinisiatif sendiri untuk memberi uang

kepada aparat. Ada hubungan timbal balik terhadap terjadinya

praktek korupsi, yaitu ada permintaan dan ada penawaran.

Permintaan dari masyarakat disebabkan proses birokrasi yang lama.

Ini disambut dengan penawaran aparat pemerintah yang bersedia

membantu dengan imbalan yang sesuai.

Sikap seperti di atas sudah menjadi budaya di era tersebut,

praktek ini sudah terjadi sejak dulu, bahkan sejak zaman kerajaan

sampai penjajahan Belanda. Salah seorang wakil dari pemerintahan

beranggapan bahwa kebiasaan memberi upeti kepada penguasa baik

pada zaman kerajaan dulu hingga kebiasaan pedagang Tionghoa

memberi sogokan kepada pejabat Belanda merupakan cikal bakal

406 Observasi dan wawancara Pida tokoh masyarakat pedagang Pasar, 7

Maret 2017 di Batusangkar 407 Obervasi dan wawancara Saidani tokoh masyarakat Tanah Datar, 10

Maret 2017 di Batusangkar.

Page 197: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 185

budaya korupsi di Indonesia. Selain itu, dikuatkan oleh nilai-nilai

feodalisme yang ada pada sebagian besar masyarakat Indonesia

umumnya.

Dalam pemberantasan praktek korupsi, wakil dari pemerintah

mempunyai pendapat bahwa pemberantasan korupsi akan efektif jika

dilakukan dari atas karena para bawahan yang ada di daerah menurut

saja apa yang dikatakan pusat. Jika masih ada orang pusat yang minta

dilayani setiap mereka berkunjung ke daerah, orang daerah tetap akan

melayani mereka walaupun itu merupakan praktek korupsi. Bupati

dan wakil Bupati di bawahnya camat memimpin tingkat kecamatan,

dibawah camat, wali nagari yang memimpin sebuah nagari, dibawah

nagari, wali jorong yang pemimpin satu jorong.408

Teori konflik filsafat dialektika Hegel mengatakan bahwa

proses dialektika (sebab akibat atau selayaknya pertanyaan dan

jawabaan dalam percakapan) dan perkembangan pemikiran, sangat

menentukan bagi perkembangan dalam sejarah masyarakat. Oleh

karena itu, proses dialektika itu tidak hanya ada dalam pemikiran

tetapi juga dalam sejarah. Menurut tokoh idealisme historis dalam

filsafat ini, setiap konsep atau fenomena akan menyebabkan

terjadinya negasi (penyangkalan) atau kontradiksi demikian

seterusnya suatu sintesis sebagai resolusi akan menyebabkan

terjadinya suatu kontradiksi yang baru lagi kekuasaan dan

kepemimpinan dalam interaksi sosial kemasyarakatan.409

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa pihak pemerintah

belum bisa menjamin pelayanan masyarakat dan kebersihan aparat

Pemda dari penyelewengan seperti korupsi dan nepotisme. Menurut

pemerintah telah ada usaha-usaha untuk meningkatkan pelayanan

masyarakat dan untuk kesejahteraan masyarakat. Ada kecendrungan

di masyarakat yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin

dan yang sejahtera semakin sejahtera yang melarat semakin melarat.

408 Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar), Kamis, 26

Januari 2017, jam 17.00 WIB di Jakarta. 409 Hasanuddin, Adat dan Syarak Sumber Inspirasi dan Rujukan Nilai

Dialektika Minangkabau, (Padang: Universitas Anadalas Pusat Studi Informasi dan

Kebudayaan Minangkabau (PSIKM): 2013), 9.

Page 198: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

186 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Ketimpangan sosial ini terjadi baik di pusat kota maupun di

kampung-kampung.

Selama masa Pemerintahan Shadiq Pasadiqu Perda-Perda

Syari'ah yang telah digulirkan di Kabupaten Tanah Datar adalah

sebagai berikut; pertama, Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar

Nomor 2 Tahun 2007 tentang Wajib Pandai Baca Tulis al-Quran bagi

Peserta Didik dan bagi Calon Penganten. Maksud dan tujuan dari

Perda tersebut adalah agar peserta didik sekolah dasar sampai

menengah dan calon penganten dapat meningkatkan kemampuan dan

keterampilan baca tulis al-Quran sebagai modal dasar untuk

mempelajari, memahami, dan mengamalkan isi kandungan al-Quran.

Dalam pasal Perda tersebut dijelaskan bahwa setiap peserta didik

pada pendidikan dasar dan menengah wajib pandai tulis baca al-

Quran. Dan baca tulis al-Quran dibuktikan dengan ijazah,

pengecualian bagi peserta didik yang bukan beragama Islam.

Penyelenggaraan pembelajaran dilaksanakan oleh lembaga yang

terdaftar atau mempunyai izin dari kantor Kementrian Agama.410

Dasar pemikiran Pemerintah dalam menyusun Peraturan

Daerah Tentang Pandai Baca tulis al-Quran bagi peserta didik pada

Pendidikan Dasar dan Menengah dan Bagi Calon Penganten adalah 1)

bahwa pendidikan al-Quran sebagai bagian yang integral dari

pendidikan agama Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional yang

merupakan bagian dari aktivitas kehidupan masyarakat muslim di

Kabupaten Tanah Datar dengan filosofi "ABS-SBK, Syarak mangato

Adat mamakai, Alam takambang jadi guru," (Syariat mengatakan dan

adat melaksanakan, Alam menjadi guru) oleh sebab itu perlu

mendapatkan dukungan dan arahan dari Pemerintah Kabupaten dalam

rangka mengembangkan dan meningkatkan Pandai Baca Tulis Al-

Quran; 2) Bahwa al-Quran adalah kitab suci yang diturunkan Allah

kepada Nabi Muhammad sebagai rahmatan lil'alamin yang apabila

dibaca menjadi ibadah dan di dalamnya terkandung Wahyu Ilahi dan

menjadi dasar hukum, petunjuk, pedoman dan pelajaran serta

410 Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Perda Nomor 2 Tahun 2015 BAB

I-III (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar: 2017), 3-6.

Page 199: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 187

merupakan kewajiban bagi ummat Islam untuk membaca,

mempelajari, mengimani dan mengamalkannya.411

Dalam bab I pasal 1 Perda tersebut, disebutkan bahwa bagi

peserta didik sekolah dasar dan menengah, yang menjadi pelaksanan

program ini adalah lembaga formal Dinas Pendidikan Kabupaten

Tanah Datar dan lembaga non formal seperti MDA (Madrasah

Diniyah Awaliayah), TPA (Taman Pendidikan al-Quran) dan TPSA

(Taman Pendidikan Seni Baca Al-Quran) yang terdaftar pada kantor

Departemen Agama Kabupaten Tanah Datar. Ijazah Pandai Baca

tulis al-Quran adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh

Pimpinan Lembaga al-Quran yang diketahui oleh Kepala Kantor

Agama yang menyatakan peserta didik telah lulus baca tulis al-

Quran.

Kepala sekolah harus mewajibkan siswa SD dan Menengah

untuk belajar Baca tulis al-Quran karena dalam bab 2 pasal 10 ayat 1

dan 2 berbunyi bahwa Kepala SMP dan SMA sederajat diwajibkan

mensyaratkan adanya ijazah baca tulis al-Quran sebagai salah satu

syarat penerimaan peserta didik baru.

Sementara untuk calon penganten wajib pandai baca tulis al-

Quran dengan baik dan benar dibuktikan dengan ijazah atau surat

keterangan pandai baca tulis al-Quran. Jika ternyata belum mampu

baca tulis al-Quran sewaktu akan akad nikah akan dilangsungkan,

maka dapat dilaksanakan tindakan sebagai berikut seperti menunda

proses akad nikah samapi calon penganten mampu membaca dan

menulis al-Quran, atau boleh melangsungkan akad nikah dengan

syarat membuat surat perjanjian di atas kertas bermaterai bahwa

calon penganten yang bersangkutan akan sungguh-sungguh belajar

baca tulis al-Quran. Surat perjanjian tersebut ditanda tangani oleh

kedua calon penganten, wali nikah, para saksi dan penghulu/

pembantu penghulu412

yang mengawasi dan mencatat pernikahan.

Dalam bab 4 pasal 13 mengatakan bahwa masyarakat harus

berperan serta dalam pelaksanaan Perda, mensosialisasikan,

memotivasi, mendukung sepenuhnya program ini. Dan sumber

411 Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar,Perda No 2 Tahun 2015, 7. 412 Penghulu dalam hal ini adalah petugas nikah. Dalam Pemerintahan

Kabupaten Tanah Datar, Perda No 2 Tahun 20151, 2.

Page 200: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

188 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

pembiayaan adalah dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah) dan sumbangsih masyarakat sesuai dengan peraturann

perundang-undangan.413

Dalam pelaksanaannya dibutuhkan proses

agar Perda tersebut bisa diaplikasikan. Di antara kendalanya yaitu

masyarakat tidak semuanya fokus terhadap pendidikan, baik

pendidikan agama maupun umum. Terutama bagi keluarga yang

kurang mampu secara ekonomi dan orang tua yang sibuk dengan

mencari penghidupan. Di samping itu kurangnya pemahaman

masyarakat akan pentingnya nilai agama.414

Menurut salah seorang wali nagari di Kota Batusangkar,

Peraturan pemerintah tentang wajib mengaji mulai dari siswa tingkat

SD (Sekolah Dasar) sampai menengah dan wajib pandai mengaji bagi

calon penganten, jika Perda ini terlaksaana dengan baik maka akan

terjadi suatu kesejukan di tengah masyarakat. Karena melihat dari

kondisi generasi muda yang sibuk dengan dunia mayanya, orang tua

juga sibuk dengan pekerjaannya, disinilah peran pemerintah dan alim

ulama, cerdik pandai untuk memperhatikan dan membentengi

generasi dan nilai-nilai Qur"ani.415

Kedua, Perda yang mendukung Agama sekaligus adat terdapat

pada Perda Kabupaten Tanah Datar No 1 Tahun 2015 yang mengatur

tentang lembaga pendidikan bahwa Lembaga Pendidikan Al-Quran

dan Lembaga Didikan Subuh diatur oleh Peraturan Daerah Pasal 46:

1) Lembaga Pendidikan Al-Quran dan Lembaga Didikan Subuh

atau bentuk lain yang sejenis dapat menyelenggarakan

pendidikan bagi warga masyarakat untuk;

a. Memperoleh nilai-nilai dasar keagamaan serta pandai baca

tulis al-Quran;

b. Memperoleh pengetahuan adat dan budaya;

c. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan;

d. Memperoleh keterampilan kecakapan hidup;

413 Pemerintahan Tanah Datar, Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar

Tahun 2007 (kabupaten Tanah Datar: Bagian Hukum 2007), 11-13. 414 Wawancara Dedi Admon Anggota DPRD Kabupaten Tanah Datar periode

2014/2019 , 1 Juni 2018 di Batusangkar 415 Wawancara Irman Idrus (Wali Nagari baringin), Rabu 24 Agustus 2016,

jam 14.00 WIB di kecamatan Limakaum, dan Observasi langsung pada kegiatan

masyarakat.

Page 201: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 189

e. Mengembangkan sikap dan kepribadian profesional; dan/atau

f. Mempersiapkan diri untuk berusaha mandiri.

2) Penyelenggaraan lembaga pendidikan Al-Quran dan Lembaga

Didikan Subuh mengacu kepada peraturan perundang-

undangan.

Peraturan Daerah di atas merupakan bagian dari dukungan

pemerintah daerah untuk mendukung nilai-nilai adat dan agama di

Kabupaten Tanah Datar yang pengelolaannya pada di Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tanah Datar.416

Ketiga, Perda (Peraturan Daerah) Kabupaten Tanah Datar

Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Zakat di antara isinya

yaitu pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,

pendistribusian, dan pendayagunaan. Zakat adalah harta yang wajib

dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan

kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Badan

Amil Zakat (BAZNAS) adalah lembaga yang melakukan pengelolaan

zakat secara nasional dan provinsi dan kabupaten/kota. Di

Kabupaten Tanah Datar untuk membantu pengumpulan zakat

ditingkat kecamatan dan masjid dibentuk UPZ (Unit Pengumpulan

Zakat) yang merupakan perpanjangan tangan dari BAZNAS

Kabupaten Tanah Datar. 417

Hak Amil Zakat adalah bagian tertentu dari zakat yang dapat

dimanfaatkan untuk biaya operasional dalam pengelolaan zakat

sesuai dengan syariat. Perda zakat ini sebenarnya hanya melanjutkan

regulasi dari pusat yang dituangkan dalam peraturan daerah,418

416 Wawancara Jasrinaldi, Bupati Tanah Datar Peraturan Daerah Kabupaten

Tanah Datar Nomor 1 Tahun 2015, (Tanah Datar: Dokumen Bagian Hukum dan

Ham Setda KaB.Tanah Datar), 17. 417 Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Perda Nomor 2 Tahun 2015 BAB

I-III (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar : 2017), 3-6. 418 Peraturan Zakat dimuat dalam Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999

tentang pengelolaan zakat. Undang-undang ini lebih menekankan pada aspek

pengelolaan zakat, yaitu kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan dana

zakat. Di dalam undang-undang tersebut tidak ditemukan ketentuan nisab, kadar dan

waktu pengeluaran zakat. Gagasan pembuatan undang-undang zakat ini sudah ada

sejak Orde Baru karena zakat merupakan suatu ibadah yang dapat memperkuat rasa

Page 202: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

190 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

intinya tidak ada suatu hal yang baru yang akan menambah atau

mengurangi jumlah muzakki. Bahkan ada butir yang diinginkan oleh

pengelola Baznas Tanah Datar sendiri yang tidak diakomodir dalam

Peraturan Daerah tersebut.419

Tabel 8.

Perda-Perda Syariah di Kabupaten Tanah Datar

NO Tahun Peraturan Pemerintah Daerah Tentang

1 2007 Peraturan Daerah Kabupaten Tanah

Datar, Nomor : 2 Tahun 2007 tentang

Pandai Tulis Baca al-Quran bagi

Peserta Didik pada Pendidikan Dasar

dan Menengah dan Calon Penganten

Baca Tulis

Al-Quran

2 2008 PERDA Nomor 13 Tahun 2008

Dukungan adat ,regulasi , anggaran ,

dalam perda nagari.no.4 tahun 2008.

KAN

3 2015 PERDA Kabupaten Tanah Datar No 1

Tahun 2015 mengatur tentang lembaga

pendidikan bahwa Lembaga Pendidikan

Al-Quran dan lembaga Didikan subuh

Lembaga

Pendidikan

Al-Quran

PERDA (Peraturan Daerah Kabupaten

Tanah Datar Nomor 2 Tahun 2015

Tentang Pengelolaan Zakat

Zakat

Himbaun Bupati Tanah Datar berbentuk surat edaran yang

terbit untuk mendukung nilai agama dan adat dalam rentang waktu

di tahun 2005 -2015. Bupati Shadiq mendukung dengan regulasi dan

bantuan-bantuan sosial untuk kegiatan kemasyarakatan baik adat

maupun keagamaan. Namun di akhir masa jabatannya tahun 2014

keluarnya regulasi pusat yang ketat dalam masalah pengelolaan

keuangan, sehingga pemerintah daerah harus selektif dalam

persatuan dan kesatuan. Oleh karena itu pemerintah pusat secara akomodatif

membuat suatu aturan yang berproses untuk mengakakomodir ibadah ini. Lihat

.Bambang Iswanto, Kebijakan Pemerintah Di Bidang Ekonomi Islam Masa Orde Baru Dan Era Reformasi (Jakarta: PKBM Ngundi Ilmu, 2014) 151.

419 Wawancara Arif Zunzul mantan pengurus Basnas Kabupaten Tanah

Datar 2014, 3 November 2018 di Batusangkar.

Page 203: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 191

penggunaan keuangan dan semakin sulit untuk mengalokasikan

anggaran kepada lembaga di luar organisasi pemerintah.420

Pada tingkat nagari konflik dan harmonis hubungan antar

lembaga tidak terlepas dari pengaruh sistem pemerintahan pusat yang

dilaksanakan di daerah. Nagari-nagari membuat peraturan yang

disepakati dengan niniak mamak (kelompok adat) dan wali nagari,

BPRN dan dengan Alim Ulama aturan untuk mengatur masyarakat

dalam menghindari dan mencegah masyarakat dari perbuatan yang

melanggar aturan agama dan adat. Contohnya peraturan dan sanksi

pelanggarannya bagi yang melanggar aturan adat dan agama, namun

hal ini juga sulit dilaksanakan jika tidak didukung oleh seluruh unsur

masyarakat, seperti peraturan larangan berbuat maksiat, larangan

membuka warung di bulan Ramadhan dan larangan main

marcun/kembang api di masjid ketika shalat tarawih.421

Kesimpulan dari uraian di atas bahwa dari dua masa

kepemimpinan Bupati di Tanah Datar, lima tahun pertama setelah

otonomi daerah belum banyak perubahan yang signifikan baik secara

sosial budaya maupun ekonomi. Periode lima tahun ke dua sudah

mulai terlihat perubahan pada birokrasi pemerintah, keinginan

pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terlihat

dari dukungan secara anggaran dan mengakomodir dalam bentuk

regulasi untuk menjawab keinginan kelompok adat dan agama.

Namun Pro-kontra dengan kebijakan pemerintah tidak bisa dihindari

terutama mengenai pelaksanaan Perda-Perda Syariah, masyarakat

awam tidak terlalu peduli dengan regulasi tersebut karena untuk

kehidupan sehari-hari saja sulit, sehingga hanya masyarakat kalangan

tertentu saja yang bisa menerima. Hal ini tentu tidak terlepas dari

pengaruh pelayanan pemerintah terhadap masyarakat, baik

pemerintah daerah, provinsi maupun pusat.

Pada masa pemerintahan Orde Lama sebuah kegiatan rutin

dinas kebudayaan adalah mengadakan seminar tentang falsafah Adat

420 Wawancara Saidani Anggota DPRD Kabupaten Tanah Datar, 2 Juli 2018

di Batusangkar. 421 Wawancara dengan tokoh masyarakat dan membaca peraturan Nagari

Tigo Jangko Linta Buo tertulis yang telah disepakti antara wali Nagari, kaum adat

dan alim ulama di tingkat nagari.

Page 204: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

192 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Program di Era

reformasi untuk melestarikan nilai-nilai adat dan budaya oleh Dinas

Pariwisata mempunyai program untuk menuliskan/membukukan dan

mengumpulkan monografi adat salingka nagari, tujuannya untuk

menghimpun adat Salingka Nagari,422 tahun 2014 terhimpun

sebanyak 6 jilid yang terhimpun dari 15 nagari. Di antara adat

salingka nagari yang dihimpun dalam tulisan adalah sejarah nagari,

yaitu tentang rumah gadang, bagaimana prosesi adat dan benda cagar

budaya, juga telah ditulis tentang “nilai-nilai dalam prosesi adat

perkawinan nagari Padang Magek Kabupaten Tanah Datar Sumatera

Barat.423

Menurut ketua MUI Kabupaten Tanah Datar dukungan

pemerintah terhadap pelaksanaan kegiatan keagamaan indikatornya

dapat terlihat dari segi anggaran. Anggaran sangat kecil yang

diperuntukkan untuk program keagamaan, ini menandakan kecilnya

dukungan pemerintah terhadap kegiatan keagamaan, apalagi sejak

adanya permendagri tahun 2013 tentang tidak boleh mendapat

bantuan berturut-turut selama dua tahun, jika tidak dihapuskan

aturan ini, maka bantuan-bantuan menjadi strategis untuk kegiatan

pembinaan keagamaan oleh MUI. Kegiatan-kegiatan keagamaan oleh

pemerintah daerah anggarannya di Kesra, hal ini akibat birokrasi dan

regulasi pusat. Walaupun tidak ada pendanaan kegiatan untuk MUI

akan tetapi kegiatan-kegiatan keagamaan tetap berjalan di

masyarakat seperti seremonial-seremonial yang diikuti dalam

kegiatan keagamaan masyarakat karena ada kegiatan falsafah ABS-

SBK.424

Kegiatan keagamaan tidak pernah berhenti, seperti peringatan

hari besar Islam, satu dekade ini rutin berlangsung di masyarakat.

Permendagri muncul karena adanya kepentingan pemerintah daerah.

Permendagri tentang penghapusan dana hibbah dan bansos tidak

422 Adat Salingka Nagari maksudnya adalah hasil-hasil karya anak nagari

baik berupa benda maupun tidak seperti seperti makanan khas, hasil jahitan, hasil

kesenian tradisional dan lain-lain. 423 Wawancar Kamaruzzaman (Kabid Pariwisata), 1 April 2016, jam 10.00

WIB di kantor Dinas Kebudayaan dan Parawisata. 424Wawancara Syukri Iska (ketua MUI Tanah Datar), 4 April 2016, Jam:

16.00, di Batusangkar .

Page 205: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 193

tepat dengan keberadaan organisasi keagamaan, intinya permendagri

jangan diberlakukan kepada lembaga keagamaan. Kebijakan politik

sering menghambat aktifitas keagamaan. MUI tidak diikutsertakan

dalam RPJM (FGD). Sementara Lembaga MUI ingin dilibatkan

untuk mengambil kebijakan yang strategis di daerah Kabupaten

Tanah Datar.

Menurut keterangan ketua MUI Kabupaten Tanah Datar, MUI

hanya dilibatkan dalam hal tertentu saja, Tigo Tungku Sajarangan

itu belum duduk bersama, belum terwujud dalam realisasinya. MUI

diikutsertakan musyawarah hanya pada kasus tertentu yang harus

ditangani bersama atau diundang dalam musyawarah perkasus,

dilibatkan pada kegiatan yang sifatnya insidentil, kasus tertentu,

kemudian diundang dalam kegiatan peringatan-peringatan hari besar

Islam (PHBI) seremonial keagamaan masyarakat.425

Kegiatan seremonial adat dibenarkan dalam agama sejauh adat

tidak menyalahi atau bertentangan dengan prinsip dasar agama

Islam, aktivitas yang mengandung maslahah adat dapat dikatakan

sesuai dengan syariat Islam. Misal al-adah muhakkamah adat bisa

menjadi pertimbangan hukum, misal ketika orang meninggal ada

manigo hari (mengaji sampai tiga hari kematian) dan manujuah hari

(tujuh hari), tidak ada menyalahi prinsip Islam, Nabi menyuruh

menggembirakan keluarga yang meninggal kecuali yang

menimbulkan kemudharatan. Kegiatan yang mendatangkan ke

maslahatan dan menghindarkan diri dari kemudharatan.426

Hirarki MUI Kabupaten Tanah Datar adalah MUI kecamatan

dan untuk di tingkat nagari ada ulama nagari yang disebut MUNA

(Majelis Ulama Nagari) yang terdiri dari kumpulan ulama atau malin.

Malin ada disetiap persukuan (tidak formal). Anggota formal MUI

dari pusat sampai daerah terdiri dari Ulama, Zu’ama, Cendikiawan

(pakar ilmu umum). MUI kabupaten memikirkan persoalan umat dan

bangsa, pendamping terhadap Pemerintah Daerah dan masyarakat,

pencerahan terhadap ummat, pembinaan, sebagai narasumber,

425 Wawancara Syukri Iska (ketua MUI Tanah Datar), 4 April 2016, jam

16.00 WIB, di Batusangkar . 426 Wawancara Syukri Iska (ketua MUI Tanah Datar), 4 April 2016, jam

16.00 WIB, di Batusangkar .

Page 206: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

194 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

konsultan, muzakarah melahirkan fatwa (dalam hal ini MUI

kabupaten hanya menjalan kan Fatwa MUI pusat, seperti Fatwa

Zakat, Fatwa Ekonomi Syariah dan Fatwa Imunisasi), persoalan

keummatan dan kemasyarakatan.427

Dalam menyusun Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) MUI dan LKAAM belum

dilibatkan oleh Pemerintah Daerah, bahkan MUI tidak diundang

dalam musywarah daerah. Program-program MUI belum terakomodir

oleh pemerintah daerah.428

Sebaliknya menurut Yunen camat

Limakaum, pemerintah sangat mengakomodir dan mendukung

kegiatan keagamaaan, baik yang dilaksanakan oleh lembaga maupun

kegiatan masyarakat. Untuk anggaran kegiatan keagamaan dan adat,

pemerintah tidak bisa berbuat banyak karena terbentur dengan aturan

perundang-undangan .429

Menurut Dt.Very, pemerintah Sumatera Barat dalam hal

pembangun pada masa-masa sebelumnya selalu melibatkan ninik

mamak siapapun yang menjadi gubernur atau bupati, wilayah

Sumatera Barat adalah wilayah adat, warga gubernur adalah warga

ninik mamak dan begitu juga warga bupati. Dari dulu Minangkabau

mempunyai tujuan yang ingin dicapai yaitu kebahagiaan yang mana

pedomannya adalah adat (tuntunannya adalah adat), nilai dasarnya

adalah budi yang dikenal dengan nan ampek (yang empat), terdiri

dari 4 (empat) unsur, yaitu; raso (rasa), pareso (periksa), malu jo

sopan (malu dan sopan).430

Sinergi adat dan agama sebenarnya sudah mulai dari Sumpah

Sati Bukit Marapalam, akan tetapi tidak ada catatan dan bukti yang

asli tentang peristiwa tersebut. Kepala Dinas Budpora dan Setda

Kabupaten Tanah Datar telah pergi ke Belanda untuk melacak data-

427Wawancara melalui WA dengan Arif, mantan pengurus MUI Tanah Datar, 25

November 2019. 428Wawancara Dt.Feri Irsal Idrus (ketua LKAAM Tanah Datar), Senin 21

maret 2016, Jam: 11.00 Wib di Batusangkar. 429 Wawancara Yunen(camat Limakaum), Agustus 2016 di Limakaum

Batusangkar 430 Wawancara Buya Masnefi, Senin, 21 maret 2016, jam 11.00 WIB di

Batusangkar.

Page 207: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 195

data tentang Tanah Datar, namun tidak didapatkan data-data

tersebut.431

Kesimpulan dari hasil wawancara peneliti, faktor yang

menimbulkan konflik persepsi antara LKAAM dan Pemda, MUI dan

Pemda adalah karena perubahan peraturan penerimaan dan hibbah

dan bancos oleh emntrian dalam negeri. Sehingga Pemerintahan

daerah tidak leluasa memyalurkan anggarak kepada lembaga-lembaga

non pemerintah. Faktor kedua adalah Pemda tidak melibatkan kedua

lembaga ini di dalam pengambialn kebijakan dalam pembangunan.

Kepmen tentang Dana Hibah dan Bansos Pemerintah Daerah tidak

dilibatkan MUI Tanah Datar dan LKAAM Tanah Datar dalam

pengambilan kebijakan rencana pembangunan daerah.

Uraian di atas adalah kritikan-kritikan lembaga-lembaga adat

dan agama terhadap Pemerintah Daerah yang menimbulkan konflik

persepsi. Pihak Pemerintah Daerah berjalan sesuai dengan aturan

Negara, sementara pihak lain menginginkan pemerintah

mengakomodir semua keinginan kelompok-kelompok masyarakat ini.

Bagan 6.

Hirarki Lembaga yang Berkonflik di Tingkat Kabupaten sampai

Tingkat Terendah

Pemda (Pemerintahan daerah) terdiri dari eksekutif dan

legislatif atau Bupati dan jajarannya dan Pimpinan DPRD (Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah) beserta jajarannya. Bupati struktur

wilayah di bawahnya adalah camat dan di bawah camat adalah wali

431 Wawancara Buya Yusrizal, kamis,14 April 2016 di Batusangkar

PEMDA LKAAM MUI MTKAAM

Kecamatan Kecamatan Kecamatan

Nagari Nagari

Page 208: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

196 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

nagari. Sementara lembaga adat LKAAN (Lembaga Kerapatan Adat

Alam Minangkabau) tidak ada hirarki ke bawah dan tidak ada pula

hirarki ke atas tingkat Provinsi. MUI Majelis Ulama Indonesia)

kabupaten memiliki hirarki ke kecamatan sampai ke tingkat nagari.

Dan MTKAAM (Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam

Minangkabau) tidak memiliki hirarki ke tingkat bawah maupun ke

atas, sifatnya hanya berkoordinasi dengan wilayah-wilayah yang

sudah terbentuk lembaga MTKAAMnya.

Alasan Pemerintah Daerah kenapa tidak bisa memberikan

dukungan anggaran sepenuhnya kepada lembaga-lembaga di atas

adalah terbentur dengan aturan keuangn yang telah diatur oleh sistem

Pemerintah Pusat. Jika Pemda mengambil kebijakan keuangan

menyalahi aturan pusat, maka konsekuensinya adalah penjara.

Betapa banyak pejabat eksekutif dan legislatif yang tersandung

hukum karena menyalahgunaan wewenang. Persoalan lembaga

LKAAM dan MUI tidak dilibatkan dalam Musyawarah Daerah

tingkat Kabupaten untuk RPJD atau RPJM, belum ada jugnisnya,

untuk ke depan akan dipertimbangkan.432

Selain MUI, di Tanah Datar terdapat beberapa lembaga dan

Ormas Islam. Terdapat dua perguruan tinggi Islam yaitu IAIN

(Institut Agama Islam Negeri) Batusangkar dan STAI Al-Hikmah

(Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta) Pariangan. IAIN Batusangkar

yang awalnya adalah STAIN Batusangkar yang berdiri tahun 1997

alih status dari dari Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang.

Ketua STAIN 1997 adalah Prof.Dr. Ramayulis. Tahun 1999 hingga

tahun 2004 dan tahun 2004 hingga tahun 2009, dua periode tersebut

yang menjadi ketua STAIN adalah Drs. Syukri Iska, MAg. Pada

periode berikutnya tahun 2009 hingga tahun 2014 ketua STAIN

dipegang Prof.Dr. Hasan Zaini, MA. Kemudian 2015 STAIN alih

satatus menjadi IAIN dengan rektornya Kasmuri Slamet.

STAIN/IAIN sebagai PTAI yang mengalami kemajuan pesat dan

berdampak positif terhadap kemajuan masyarakat Tanah Datar dalam

berbagai bidang kehidupan. Namun dari hasil wawancara tokoh

masyarakat, masih belum maksimal peran lembaga ini, khusunya

432 Wawancara Ketua DPRD Kabupaten Tanah Datar, 5 Januari 2016 di

Batusangkar.

Page 209: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 197

untuk masyarakat Tanah Datar. Menurut Risman Bustamam Datuak

Tummad peran STAIN/IAIN sebagai institusi sifatnya masih

menyambil dengan kegiatan rutinitas, semisal KKN, dan pengabdian

masyarakat. Anehnya, pengabdian dalam bentuk desa binaan adat dan

agama justru diadakan IAIN melalui LP2m di sumpur kudus bukan di

Kabupaten tanah Datar. Kita belum melihat atau minimal mendengar

adanya seminar, workshop atau lainnya yang dirancang khusus untuk

tokoh adat dan ulama oleh IAIN. Kita masih berkutat dengan issu

nasional bahkan global tentang Islam, pendidikan, hukum, dan lain-

lain. Padahal kita katakan berkearifan lokal, tapi yang ini tidak

tergarab. Mata kuliah tentang keminangkabauan itu termasuk yang

masih dipertahankan meski sedikit tapi agak lumayan. Namun upaya-

upaya yang melibatkan tokoh adat dan ulama luar kampus sepertinya

minim, jika tida dikatakan nihil. Meskipun begitu, keterlibatan

person lain ada, misalnya yang aktif LKAAM Tanah Datar atau

karena memang ia seorang datuk pemangku adat.433

Khusus untuk

agama, semua kegiatan kampus dapat dikatakan berorientasi agama.

Tapi ini lebih bersifat tugas utamanya. Namun jika yang dimaksud

adalah kegiatan yang khusus dirancang bersama dengan elemen luar

kampus atau masyarakat sekitar dan atau cakupan Tanah Datar,

rasanya tidak ada. Jangankan dengan cakupan Tanah Datar, dengan

masyarakat sekitarnya kita bermasalah. Andaikan ada kerjasama

IAIN dengan masyarakat sekitarnya tentu kejadian asusila mahasiswa

dapat diminimalkan. Tentang kerjasama dengan lembaga

masyarakat, Pemda, lembaga adat dan agama katanya ada. Sudah

ada kerja sama dengan MUI dalam menyikapi LGBT, tetapi tidak

ada realisasinya. Mungkin kerjasama dengan lembaga-lembaga ada,

misalnya dengan Pemda, tapi kurang berjalan. Kerjasama dengan

LKAAM pun tidak terdengar. Hal di atas terjadi adalah soal

kepemimpinan yang kurang dimaksimalkan memberdayakan

masyarakat sekitar dan lokal Tanah Datar. Masyarakat kamous

masih terlalu elitis di Tanah Datar. Saran dari Risman Datuak

Tummad di antaranya; 1) IAIN harus nyata dalam

mengimplementasikan kearifan lokal khususnya di Tanah Datar. 2)

433 Wawancara Risman Bustamam Datuak Tummad, 9 November 2019

Page 210: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

198 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Harus ada planing yang jelas dalam bentuk program jangka pendek

rutin dan jangka panjang, guna melibatkan dan memberdayakan serta

mengadvokasi masyarakat dalam hal ABS-SBK. 3) Dosen-dosen

dan karyawan perlu diberi pencerahan tentang ABS-SBK agar mereka

bisa berpartisipasi dengan baik dan benar. 4) IAIN perlu melibatkan

diri pada kegiatan-kegiatan kembali bernagari dan bersurau. Menurut

Risman ada beberapa nagari yang sudah bekerja sama dengan IAIN

tetapi kurang ber jalan.434

Pada masa Pemerintahan MM hubungan

pimpinan STAIN agak harmonis, namun pada masa Bupati Shadiq

agak kurang harmonis. Melihat dari faktor latar belakang karena

masa MM, Wakil Bupatinya emosionalnya lebih dekat dengan Ketua

STAIN yang mana memiliki visi dan misi yang sama dalam hal

keagamaan, Wakil Bupati sama-sama berasal dari IAIN dan sebagai

tokoh agama di masyarakat. Peran STAIN dan IAIN dalam

keagamaan, terlihat dari tahun 1999 samapi 2000-an, setiap masjid

dan mushalla di Nagari Limakaum diisi oleh mahasiswa STAIN dan

para alumni. Hal ini telah menghidupkan dan menyemarakkan kajian

Islam dan rohani keagamaan. Dan juga pertumbuhan ekonomi

masyarakat sekitar meningkat serta menambah gairah pendidikan.435

Sementara STAI AL-Hikmah Pariangan yang tahun berdirinya

hampir sama dengan STAIN Batusangkar, tidak mengalami kemajuan

seperti Perguruan Tinggi Swasta yang lainnya dikarenakan pihak

yayasan yang kurang membuka diri, jadi peran dan pengaruhnya

kurang signifikan di masyarakat Tanah Datar, meskipun demikian

sedikit banyaknya memberikan kontribusi untuk daerah tersebut.

NU (Nahdatul Ulama dengan paham Ahlussunnah

waljamahnya (Aswaja) melakukan kerjasama dengan pihak Pemda

untuk melakukan pembinaan kepada masyarakat. Dalam kegiatan

hari besar Islam melakukan silaturahmi kepada pihak Pemerintah

dalam hal ini Bupati atau wakil Bupati untuk memusyawarahkan

kegiatan untuk menyemarakkan kegiatan peringatan hari besar Islam.

Pada tahun 2005 sekretaris NU Edra Mardi mengadakan Konfercap

NU Kabupaten Tanah datar yang dihadiri sejumlah tokoh antara lain,

434 Wawancara Dr. Risman Bustamam Datuak Tumammad. Batusangkar,

sabtu, 9 November 2019 435 Wawancara Elfadli, Tokoh masyarakat Limakaum, 9 November 2019

Page 211: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 199

H.Zainal MS, SH (ketua PWNU SUMBAR), Firdaus , SS (Sekretaris

BWNU SUMBAR), Drs.Ucu Benjamin (asisten Bupati Tanah Datar),

Zulkifli Bahri dari anggota DPRD dan Drs.HM.Yasin SH, M.Hum.

Dalam Konfercap merumuskan program untuk melakukan pembinaan

kepada masyarakat dalam bidang pendidikan, akan memberikan

pelatihan kepada pesantren-pesantren, dalam bidang pertanian akan

memberikan pelatihan kepada kelompok-kelompok tani binaannya.

NU Tanah Datar akan tetap mensosialisasikan Aswaja kepada

masyarakat, tujuannya agar masyarakat tolelan dengan perbedaan

yang ada.436

Muhammadiyah memiliki peran yang besar dalam tradisi Islam

di Kabupaten Tanah Datar. Ormas ini memiliki madrasah dan panti

asuhan. Madrasah Ibtidaitah 1 buah, MTSM (Masdrasah Tsanawiyah

Muhammadiyah) 6 buah, MAM (Madrasah Aliyah Muhammadiyah 2

buah. Taman Kanak-kanak Aisyah hampir di setiap kecamatan dan

Panti Asuhan sebanyak 5 buah. Dari data ada sekitar 5 masjid/

mushala, pangkas rambut, Rumah sakit 1 buah di Lintau. Sekolah-

sekolah yang dikelola Muhammadiyah ini, perkembangannya naik

turun, tergantung siapa yang menjadi pengurus dan berkuasa pada

saat itu. Pada masa Shadiq sebagian madrasah tidak berkembang

cendrung menurun, baik siswa maupun kualitasnya. Panti asuhan pun

tidak terurus.437

Organisasi Pemuda Muhammadiyah juga eksis dalam

kegiatan keagamaan di Kabupaten Tanah Datar, lima tahun ini

Ormas Muhammadiyah semakin eksis karena Bupati berasal dari

keluarga Muhammadiyah dan dibesarkan dari keluarga

Muhammadiyah.438

IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) Tanah Datar berdiri

sejak tahun 1987 di Indonesia dan tahun itu juga berdiri di Tanah

Datar. Tujuannya perhimpunan ini adalah untuk menyatukan dan

mempersaudarakan jamaah haji, mempererat persatuan dan kesatuan

berbangsa dan bernegara. Di kabupaten Tanah Datar sendiri terdapat

kepengurusan IPHI di hampir setiap kecamatan. Kegiatannya berupa

436 https//www.nu.or.id/post/read/12992/pcnu-tanah-datar. 437 Wawancara pengurus Pemuda Muhammadiyah Firdaus, 2 Desember

2019. 438 Wawancara Bendahara Aisyiah Tanah Datar, Linda, 13 November 2019.

Page 212: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

200 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

tablik akbar, acara-acara hajatan ke rumah anggota, dana dari infak

dan donatur anggota perhimpunan, dipunggut infak ketika ada

kegiatan, tidak ada anggaran maupun bantuan dari pemerintah.439

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulakan bahwa konflik

dan akomodasi adat dan agama dengan pemerintah dalam bidang

kebijakan tetap berlangsung. Kondisi ini menciptakan kepribadian

masyarakat Minang yang bebas dan merdeka. Disinilah terjadi

konflik dan akomodasi antara adat dan agama dengan pemerintah

dalam bidang kebijakan yaitu pemerintah terlalu ikut campur tangan

dalam persoalan adat dan agama di Tanah Datar.440

Pemerintah

membuat regulasi untuk mengakomodir adat dan agama, namun

kelompok adat dan agama menyatakan bahwa regulasi pemerintah

belum sesuai dengan keinginan mereka. Hal ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Marx bahwa kehidupan sosial menghasilkan

konflik terstruktur yaitu konflik kepentingan antara lapisan atas dan

lapisan bawah. Kalangan atas dimaksud adalah pemerintah sebagai

pengambil kebijakan, kalangan bawah adalah masyarakat.441

439 Wawancara Aulia Rijal, Ketua IPHI Tanah Datar, 3 Desember 2019.

440 Wawancara Dt. Basrizal (mantan anggota DPRD Tanah Datar), 10

Agustus 2016, jam 11.00 WIB, di Istana Pagaruyung Batusangkar.

441 Wirawan, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma Fakta Sosial, Definisi Sosial & Perilaku Sosial (Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama, 2013), 66.

Page 213: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 201

Bagan 7.

Konsensus Antar Lembaga

Bagan 7. Menggambarkan hubungan yang ideal antar lembaga

yang ada di tingkat Kabupaten Tanah Datar untuk mencapai

kemajuan dan kesejahteraan masyarakat dengan menghidupkan

tradisi saling mengisi, mengakomodasi, mengoreksi diri sendiri.

Etika

Agama

MUI

Fellow

Travel

Birokrasi Budaya

Eksekutif,legislatif Adat

LKAAM, MTKAAM, KAN

Pemda

Kemajuan dan Kesejahteraan

Daerah

Overlopping Consensus

Page 214: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

202 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Page 215: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

203

BAB V

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat

dan Agama dengan Pemerintah dalam Bidang

Kehidupan Tradisional

A. Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan

Agama Dengan Pemerintah Dalam Bidang Kelembagaan

Pemda (Pemerintahan Daerah) Kabupaten Tanah Datar adalah

terdiri dari eksekutif dan legislatif. Bagian ini menjelaskan tentang

lembaga-lembaga yang berkonflik di Tanah Datar. Konflik yang

dimaksud di sini adalah konflik ide atau konflik persepsi antar

lembaga adat yang ada, antara LKAAM dan Pemda antara LKAAM

dan MTKAAM. Kasus-kasus konflik yang ditemukan di lapangan

adalah perebutan gelar pusaka dan harta pusaka dalam internal suku,

salah satu orientasi perebutan gelar pusaka adalah untuk eksistensi

identitas keluarga. Jika gelar pusaka tersebut masih ada harta pusaka

tinggi, maka pemangku gelar datuk tersebut akan berhak mengelola

harta pusaka tersebut.

Pembagian harta warisan antara anak perempuan dan laki-laki

sering kali menimbulkan konflik dalam keluarga ketika orang tua

(ibu) telah meninggal dan tidak meninggalkan wasiat. Konflik antar

lembaga tingkat kabupaten disebabkan oleh rasa ketidakpuasan

lembaga adat terhadap kebijakan pemerintah, baik daerah maupun

pusat, konflik persepsi yang disebabkan oleh sebuah regulasi yang

tidak berpihak kepada lembaga-lembaga non pemerintah seperti

LKAAM, MUI dan MTKAAM. Konflik juga disebabkan oleh tidak

adanya komunikasi yang baik antara pihak Pemda dengan lembaga-

lembaga ini dalam urusan-urusan kemasyarakatan, masing-masing

merasa sudah melakukan hal yang tepat untuk masyarakat dan

masing-masing ingin lebih banyak terlibat dalam meraih simpati

masyarakat terutama dalam masing-masing kelompok. Namun pada

masa pemerintahan tertentu antara Pemda dan lembaga-lembaga ini

terjadi harmonisasi dalam program-program keagamaaan dan

Page 216: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

204 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

keadatan. Dalam sub berikutnya akan dijelaskan terlebih dahulu

tentang latar belakang masing-masing lembaga di atas.

1. Konflik Antar Lembaga di Tingkat Kabupaten

Lembaga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lembaga

tingkat kabupaten yaitu MUI, LKAAM, MTKAAM dan Pemda

(Pemerintah Daerah) sebagai perpanjangan tangan negara. Penyebab

konflik di antaranya yaitu regulasi pusat tentang pembatasan dana

hibah dan bansos (bantuan sosial) Permendagri (Peraturan Mentri

Dalam Negeri) Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan

APBD Tahun Anggaran 2012. Sebelum keluar Permendagri ini,

Pemerintah memberikan bantuan dana hibah dan bansos untuk

kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh MUI dan

lembaga-lembaga kemasyarakatan untuk melaksanakan kegiatan

keagamaan, begitu juga dengan program dan kegiatan yang

dilaksanakan oleh LKAAM untuk pelestarian adat dan budaya.

Hanya dengan diajukan proposal ke Bupati dalam waktu satu bulan

bisa diterima bantuan dana. Namun setelah diberlakukannya

Permendagri pembatasan dana hibbah bahwa penerimaan dana hibah

dan bansos harus dibuat program yang jelas dan terukur

keberhasilannya, selanjutnya diajukan dalam APBD di awal

(misalnya untuk kegiatan di tahun 2014 dianggarkan pada tahun

sebelumnya yaitu 2013), aturan ini rumit bagi lembaga sosial

keagamaan yang tidak memiliki dana operasional untuk administrasi.

Pemberian bantuan dana hibah dan bantuan sosial (bansos) dalam

satu lembaga tidak boleh menerima dua tahun berturut-turut. Pemda

Tanah Datar tidak bisa memberi bantuan rutin setiap tahunnya,

dalam hal ini tentu akan tunduk dengan peraturan pusat karena

peraturan keuangan diatur pemerintah pusat. Menurut LKAAM dan

MUI, Pemerintah Daerah tidak melibatkan mereka dalam

pengambilan kebijakan pembangunan daerah baik RPJMD (Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah) maupun RPJP (Rencana

Pembangunan Jangka Panjang).442

LKAAM (Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau)

dibentuk pada masa pemerintahan Orba di Sumatera Barat. Lembaga

442Wawancara Dt. Basrizal, Kamis, 27 Oktober 2016 di Batusangkar

Page 217: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 205

ini memiliki struktur di setiap kabupaten dan kota. Struktur

LKAAM hanya ada di tingkat provinsi dan tingkat kabupaten

sedangkan di tingkat kecamatan dan nagari lembaga adatnya adalah

KAN (Kerapatan Adat Nagari) dan tidak ada hubungan struktur

organisasi dengan LKAAM kabupaten maupun provinsi.443

Menurut ketua LKAAM Kabupaten Tanah Datar bahwa

Pemerintahan Sumatera Barat dari dahulu melibatkan ninik mamak

dalam pembangunan daerah, siapa saja yang menjadi gubernurnya.444

Dari dulu sampai sekarang, orang Minangkabau ada tujuan yang

ingin dicapai yaitu kebahagiaan masyarakat yang mana pedomannya

adalah adat (tuntunannya adalah adat), nilai dasarnya adalah budi.

Akan tetapi berbeda dengan hasil wawancara dengan mantan ketua

MUI Sumatera Barat Buya Masoed Abidin yang mengatakan bahwa

pemerintah provinsi tidak melibatkan ninik mamak dan ulama dalam

pembangunan daerah.445

Ketua LKAAM mengatakan bahwa

sebenarnya wilayah Sumatera Barat adalah wilayah adat, warga

gubernur adalah warga ninik mamak dan begitu juga warga bupati.446

443Amir M.S, Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah (Jakarta:

PT.Mutiara Sumber Widya, 2007), 80. 444Wawancara Dt.Feri Irsal Idrus ketua LKAAM Tanah Datar, Senin 21

Maret 2016, jam: 11.00 WIB di Batusangkar. 445Wawancara Buya Masoed Abidin, 14 Juni 2016, jam 10.00 WIB di Padang. 446Nilai dasar budi adalah sumber segala kebenaran dalam istilah pepatah.

Kemudian datang Islam membawa ajaran keimanan yang disebut budi, akhlak

karimah (keimanan, kepercayaan kepada Allah SWT) diiring dengan kepatuahan,

dari sinilah akhlak karimah (sumber segala kebaikan dan kebenaran (Islam datang ke

Smatera Barat menyempurnakan adat). Sebelum Islam, Adat Basandi Alua

(kebenaran) berdasarkan keyakinan, Alua nan bana sesuai dengan keyakinan.

Kebenaran berdasarkan Alam Takambang jadi guru: “Panakiak pisau sirawik, ambiak galah batang lintabuang (palapah pinang), cilodang ambiakkan niru, Satitiak jadikan lawik, sakapa jadikan gunuang, Alam takambang jadikan guru). Artinya sumber

pengetahuan menurut adat bersumber dari alam pemimpin tigo tungku sajarangan,

tigo tali sapilin, niniak mamak, Alim Ulama, cadiak pandai yang dipimpin adalah

Bundo Kanduang, anak kemenakan dalam kaum, suku dipimpin oleh niniak mamak.

Datang Islam membawa keyakinan kepada yang gaib, Allah, malaikat, surga neraka.

Contoh orang mati di Minangkabau sebelum datang Islam sudah dikuburkan, maka

kuburan adalah sarat mutlak di Minangkabau, tetapi masyarakat belum tau ada surga

atau neraka.

tahun 1945 Minangkabau bergabung dengan wilayah Administratif NKRI,

Minangkabau meliputi wilayah adat, terdidri dari Jambi, Riau, Bengkulu, Aceh 3 segi

yaitu Labuan Haji, Melabuh, Tapak tuan, negeri 9 malaysia, malaka, serawak, dalam

wilayah itulah berlakunya adat Minagkabau. Penguasa ada 2 limbago adat Limbago

Page 218: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

206 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

LKAAM versi tokoh-tokoh MTKAAM, bahwa LKAAM

adalah buatan pemerintahan Orba yang berfungsi sebagai fasilitator

dan mereka kurang menguasai tentang adat istiadat dan sejarah adat

Minangkabau, mereka hanya sebagai alat politik pemerintah dan

berpihak kepada Pemerintah Zaman Orba. Di antara tokoh pendiri

LKAAM adalah mayor Mansoer Harun, Safruddin Bahar, Junizar

Kopra dan lain-lain. Lembaga ini berdiri pada 17 Agustus 1966 di

Padang.

Tujuan pertama kali didirikan LKAAM adalah untuk

memberikan pembinaan bagi para penghulu adat dan untuk

menjembatani ABRI (Anggatan Bersenjata Republik Indonesia)

dengan masyarakat pada Orde Lama. Jadi LKAAM didirikan oleh

militer dan Gubernur Sumatera Barat sebagai fasilitator untuk

terbentuknya cabang-cabang LKKAM di kabupaten dan kota yang

ada di Sumatera Barat. 447

Untuk melestarikan adat dan budaya Minangkabau khususnya

di Tanah Datar pemerintah membangun museum dan Istana

Pagaruyung, sehingga adat tidak pernah hilang di Sumatera Barat dan

terus dilestarikan. Ketika adanya undang-undang "Kembali ke

Nagari" artinya adalah kembali ke adat, namun dalam hal ini

pemerintah kurang memahami. Kondisinya kembali ke nagari tidak

kembali ke substansi kembali ke pemerintah nagari. Pemerintah tidak

mengakomodir adat dan syarak dalam kegiatan dan anggaran. Begitu

juga dalam hal keagamaan, perubahan sistem menjadikan ulama

kurang konsisten dengan adat dan agama karena lebih kepada nilai

jual politik calon-calon eksekutif dan legislatif. Agama dan adat

menjadi kepentingan untuk mencapai tujuan politik eksekutif dan

legislatif.448

Rajo, Limbago Niniak Mamak/ Penghulu. Wilayah kekuasaan penghulu, kekuasaan

di Luhak nan tigo; Tanah datar, Lima puluh Kota dan Agam, diluar ini adalah

dibawah kekuasaan Raja Pagaruyung sesuai dengan pepatah luhak bapangulu (luhak

berpenghulu), rantau barajo (rantau beraja). Budaya ini masih hidup, pada

pemerintahan sentralisasi sempat adat tidak diakomodir, maka usaha pelestarian adat

dan adat nagari dilestarikan dan disosialisasikan. 447 Wawancara Dt. Feri Irsal Idrus (ketua LKAAM Tanah Datar), Senin 21

Maret 2016, jam: 11.00 WIB di Batusangkar. 448Wawancara Dt. Feri Irsal Idrus (ketua LKAAM Tanah Datar), Senin 21

Maret 2016, jam: 11.00 WIB di Batusangkar.

Page 219: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 207

LKAAM sebagai lembaga buatan pemerintah di Orba, akan

tetapi di Era reformasi sudah tidak melihatkan keberpihakan kepada

pemerintah dan sudah berani memberikan kritik serta menyuarakan

hal yang berbeda dengan Pemerintah Daerah. Menurut Irwan, mantan

sekretaris lembaga MTKAAM bahwa melihat kenyataan yang kurang

tepat antara LKAAM dan KAN yang mana menurutnya fungsi KAN

adalah melestarikan adat salingka nagari, namun keadaan sekarang

seakan-akan LKAAM menguasai lembaga adat KAN, padahal KAN

lembaga tertinggi di tingkat nagari (murni dari suara nagari) yang

tidak memiliki hubungan atasan dan bawahan dengan LKAAM

kabupaten maupun provinsi. Maka kata Irwan, LKAAM perlu di

revitalisasi hak dan kewajibannya dan perlu diformulasi ulang

aturannya. Setiap urusan pemerintahan tentang adat dan budaya yang

diundang menjadi narasumber adalah LKAAM padahal MTKAAM

lebih menguasai tentang seluk beluk adat dan budaya Alam

Minangkabau.449

Lagi pula MTKAAM fungsinya tidak hanya

sekedar melestarikan adat, tetapi mempertahankan adat, melakukan

upaya-upaya pelestarian adat. MTKAAM tidak mengharapkan

bantuan dana dari pemerintah untuk kegiatan-kegiatan pelestarian

adat. Orang-orang yang berada di dalamnya dengan kesadaran

mengeluarkan uangnya menyumbang untuk lembaga dan

kegiatannya, bahkan keberadaannya tidak diketahui oleh pemerintah.

Berani mengkritik kebijakan pemerintah baik Pemda Provinsi

Sumatera Barat maupun Kabupaten, walaupun merasa dipandang

sebaelah mata oleh pihak Pemerintah Daerah.450

Sejarah MTKAAM sebelum masa Kemerdekaan Republik

Indonesia tujuan organisasi ini didirikan adalah untuk perjuangan

merebut Kemerdekaan RI (Republik Indonesia). Tepatnya didirikan

pada 16Agustus 1937, pendirinya adalah para penghulu atau ninik

mamak di antarannya Datuak Rajo Penghulu, A.Y.Datuk Sinaro,

Datuk Tamami, dan lain-lainnya. MTKAAM berdiri di 5 (lima)

provinsi yaitu Sumatera Barat, Riau daratan, Bengkulu Utara, Jambi

449 Wawancara Irwan (mantan sekretaris MTKAAM) 10 januari 2017

jam.10.00 di Pariangan. 450 Wawancara Irwan (mantan sekretaris MTKAAM) 10 januari 2017

jam.10.00 di Pariangan.

Page 220: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

208 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Tanjung Simaludu, Natal Sumut. Pada masa PRRI para tokoh

MTKAAM ini menghilang tidak tahu rimbanya. Dan pada Era

Reformasi MTKAAM muncul lagi di Sumatera Barat tepatnya pada

tahun 2006. Salah satu faktor munculnya MTKAAM adalah karena

orang-orang yang pro adat melihat sudah banyaknya adat yang

berubah, seperti perubahan identitas warna lambang adat atau

marawa, tingkah laku masyarakat yang sudah banyak menyimpang

dari ABS-SBK, begitu pula dengan tradisi-tradisi ritual masyarakat

seperti pakaian dan makanan adat.451

Jadi tujuan MTKKAM adalah

melestarikan dan mempertahankan adat istiadat Minangkabau.

Menurut ketua MTKAAM, untuk mempertahankan adat harus

ditegakan aturan-aturan adat misalnya ada investor asing yang ingin

memanfaatkan lahan wilayat adat, para penghulu memberikan

peluang kepada investor asing tersebut untuk menyewa lahan tanah

ulayat dengan syarat-syarat sebagai berikut: 1) Jangan rusak tatanan

adat Minangkabau; 2) Tidak boleh dipergunakan untuk kegiatan

maksiat; 3) Tidak boleh untuk anggunan atau jaminan utang ke Bank;

4) Setelah habis masa kontrak, tanah harus dikembalikan lagi kepada

pemilik asalnya.452

Berbeda dengan Dt. Basrizal salah seorang ketua KAN bahwa

orang minang kurang berfikir banyak tentang kegiatan seremonial,

aspek kemasyarakatan dari banyaknya kriminal, perceraian , kasus-

kasus pidana dan perdata. Datuak tugas utamanya manyelesaikan nan

kusuik, pantang kusuik nan ndak tasalasaian nan karuah tajaniahan

(artinya penghulu menyelesaikan masalah yang kusut di perbaiki dan

yang keruh dijernihkan). Tetapi kenyataannya sekarang niniak

mamak menjadi sumber masalah. Pengulu itu sebenarnya adalah

orang yang paling sedikit kesalahannya. Di zaman sekarang banyak

yang sudah bergeser adat dan budaya minang seperti Bundo

Kanduang mengalami perubahan harus tampil di musyawarah adat,

seharusnya Bundo Kanduang itu tidak perlu ikut musyawarah di balai

adat karena penghulu tersebut untuk pergi musyawarah harus minta

451Wawancara Syahril Amka ketua MTKAAM Kabupaten Tanah Datar, 2

November 2017 di Batusangkar. 452Wawancara Syahril Amka ketua MTKAAM Kabupaten Tanah Datar 2

November 2017 di Batusangkar.

Page 221: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 209

izin Bundo Kanduang. Saluak (lambang pakaian datuk) terletak di

rumah keponakan bukan di rumah anak istri, pakaian kebesaran adat

sebenarnya punya mande (ibu).

Nagari sebenarnya merupakan satuan ekonomi, satuan adat,

satuan pemerintah. Ulama Tigo Tungku Sajarangan itu hanya

verbalislik didanga tapi dicaliak ndak barupo (didengar ada tetapi

dilihat tidak terlihat).453

Adat merupakan cerminan kepribadian

bangsa dan sekaligus penjelmaan jiwa bangsa. Setiap bangsa

mempunyai adat yang berbeda-beda dan sekaligus sebagai identitas

bangsa tersebut.

Bangsa Indonesia terdiri dari aneka ragam adat yang berbeda

beda (Bhineka Tunggal Ika). Hukum adat terbentuk dari fikiran

kehendak dan perilaku kelompok manusia menjadikannya kebiasaan,

jika kebiasaan itu di lakukan terus menerus menjadikannya adat

masyarakat, dan interaksi dengan masyarakat yang lain dengan adat

itu menjadi hukum adat (level negara). Setelah menjadi hukum adat,

akan ada tuntutan kewajiban hukum. Faktor yang mempengaruhi

perkembangan hukum adat adalah magic dan animism, agama,

kekuasaaan yang lebih tinggi dari persekutuan hukum adat dan

hubungan dengan orang-orang ataupun kekuasaan asing.454

Setelah sistem Pemerintahan Desa kembali ke sistem nagari,

kepemimpinan Tigo Tungku Sajarangan sudah kembali berfungsi

untuk menyelesaikan masalah di nagari. Tugas dan peran masing

masing-masing unsur tetap berjalan hingga Era Reformasi. Salah

satu aturan Pemerintahan nagari yang mengakomodir adat adalah

dengan menguatkan peran penghulu di tengah masyarakat. Seperti

syarat administrasi surat nikah, akan dikeluarkan oleh wali nagari jika

ada surat rekomendasi dari mamak/penghulu suku si calon penganten.

Prosedur surat nikah diawali dari surat persetujuan dari orang tua

kemudian disetujui mamak/penghulu dan kemudian baru bisa

ditandatangani oleh wali nagari. Pada masa Pemerintahan Desa

sebelumnya tidak seperti ini, syarat untuk nikah hanya persetujuan

453Wawancara Dt. Basrizal, Kamis, 27 Oktober 2016 di Batusangkar. 454Wawancara Dt. Basrizal, kamis, 27 Oktober 2016 di Batusangkar.

Page 222: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

210 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

malin (pembantu penghulu), akan tetapi saat itu malin kurang

dihargai dan dihormati oleh masyarakat.455

2. Konflik Internal Suku di Tanah Datar

Identitas orang Minang ada empat hal yaitu memiliki suku,

memiliki gelar sako (pusaka), memiliki harta pusaka (harta pusata

tinggi dan harta pusaka rendah) dan yang terakhir beragama satu

yaitu Islam. Jika agamanya bukan Islam berarti dia bukan orang

Minang. Gelar pusaka456

adalah gelar yang dimiliki oleh setiap suku

di Minangkabau.

Di Era Reformasi maraknya terjadi perebutan gelar pusaka,

misalnya di nagari Pangian terdapat perebutan gelar pusako atau

datuak (gelar pusaka atau datuk) dengan penyandang gelar datuk ini,

seorang datuk memiliki warisan harta pusaka, seperti sawah, ladang

dan lurah atau yang di sebut sako dan pusako. Gelar yang direbut oleh

orang yang menurutnya juga pantas disandang kemenakannya

menurut silsilah keluarga atau ranji keluarganya, namun tidak diakui

secara bernagari oleh KAN (Kerapatan Adat Nagari) dan hanya

diakui di dalam lingkaran suku kaumnya saja.457

Menurut ketua Bundo Kanduang nagari Sikaladi Pariangan

bahwa konflik gelar pusaka di nagari Pariangan sejalan dengan

konflik sangketa tanah. Ketidakjelasan di zaman sebelumnya

455Wawancara Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), 03 September 2016,

jam: 14.00 WIB di Batu Bulek kecamatan Lintau Buo Utara. 456Gelar pusaka ini semuanya diawali dengan kosa kata datuak, misalnya;

Datuak Bandaro, Datuak Sampono Rajo dan lain-lain. Gelar datuak termasuk

kelompok gelar pusaka dari setiap suku yang yang diberikan secara turun temurun

oleh suku bersangkutan dari mamak kepada kemenakan, bila tidak ada kemenakan

dibawa dagu dalam suku itu. Bila tidak ada kemenakan yang pantas atau bila tidak

ada kesepakatan dalam suku untuk mengangkat seorang penghulu suku yang

membawa gelar itu, maka gelar pusaka itu dilipat sementara sampai ada kesepakatan

atau sampai ada kemenakan yang pantas memikul gelar pusaka tersebut. Gelar

pusaka adalah milik suku dan wewenang suku untuk menyerahkan gelar kepada

kemenakan yang pantas dijadikan penghulu Andiko dalam dalam suku bersangkutan.

Gelar sako hanya diberikan kepada lelaki Minang dari suku pemiilik gelar ituyang

dilakukan sesuai dengan tata cara yang ditentukan adat yang berlaku di nagari bersangkutan. Lihat Amir M.S, Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah

(Jakarta: PT.Mutiara Sumber Widya, 2007), 80. 457 Wawancara Darmayeti (bundo kanduang keturunan datuak) 4 Desember

2017, jam 15.00 WIB di Lintau Buo.

Page 223: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 211

pembagian harta warisan pusako tinggi458, sehingga mewariskan

konflik sampai anak cucu.459

Pada masa Orde Baru pemerintah

menjembatani untuk mensertifikatkan tanah ulayat yang disebut

program sertifikat masal dari BPN (Badan Pertanahan Nasional),

maka tanah-tanah ulayat di nagari disertifikatkan oleh ninik mamak

atau penghulu. Hal ini menurut Muslim, pemerintah sangat merusak

sistem adat yang ada di nagari. Dengan alasan bahwa dengan adanya

peraturan ini, penghulu dan kemenakannya dengan mudah dapat

menjual tanah ulayat, padahal awalnya harta pusaka adalah untuk

kepentingan penghulu dalam menjalankan roda kepemimpinan

kesukuan dalam rangka menegakkan adat bukan kepentingan

pribadinya. Ini terjadi pada masa Orde Baru terus berlanjut di Orde

Reformasi. Orde Reformasi bahkan lebih menggerogoti masyarakat

adat dan pemerintah semakin tidak bersinergi dengan kelompok

adat.460

Dari temuan dilapangan kebanyakan sangketa adalah masalah

sako (gelar datuak atau penghulu) dan pusako (harta pusaka) yang

terjadi pada suku di nagari-nagari yang ada di Kabupaten Tanah

Datar. Namun dalam penelitian ini hanya mengambil contoh kasus di

3 nagari saja yaitu Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan, Nagari

Limakaum Kecamatan Limakaum dan Nagari Batu Bulek Kecamatan

Lintau Buo Utara.

Masalah sako dan pusako yang tidak bisa diselesaikan dengan

musyawarah mufakat di keluarga dan suku, terkadang terpaksa

dibawa kepengadilan negeri bahkan sampai ke Mahkamah Agung.

Banyak permasalahan yang tidak bisa diselesaikan oleh pengadilan

karena pihak pengadilan tidak berani masuk ke wilayah adat, maka

sengketa tanah seperti itu dikembalikan penyelesaiannya secara

adat.461

Jika secara adat pun tidak bisa diselesaikan akhirnya kedua

belah pihak yang bersengketa bermusuhan atau berkonflik sepanjang

458 Harta pusaka tinggi adalah harta turun temurun warisandari nenek

moyang yang dikuasai oleh suku. 459 Wawancara Inayah (ketua Bundo Kanduang), 10 Mei 2017 di Pariangan. 460 Wawancara Muslim (tokoh masyarakat), 30 Juni 2017, jam 19.00 WIB di

Lintau Buo. 461 Wawancara Jubaedah Wakil Ketua Pengadilan Agama Batusangkar, 26

Juli 2017 di Batusangkar.

Page 224: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

212 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

waktu. Konflik ini terus terjadi baik di Orde Baru maupun Orde

Reformasi, akhirnya masalah ini terkatung-katung dan sesekali ada

perang mulut antara kedua pihak yang bersengketa. Contoh kasus

perebutan harta pusaka di nagari Pariangan, ketika terjadi sengketa

tanah antara dua keluarga dalam suku yang tidak bisa diselesaikan,

maka kedua pihak keluarga tersebut bermusuhan satu sama lain

hingga sampai kepada anak cucu mereka, bahkan untuk satu generasi

atau dua generasi terjadi konflik. Kasus seperti ini banyak terjadi,

tidak jarang juga perang mulut dan dendam berkesumat sampai

mati.462

Motivasi berebut gelar adat tujuannya untuk mendapatkan

gelar dan harta pusaka, dan prestise di masyarakat. Ada empat hal

yang menyebabkan seseorang bergelar dan dipanggil datuk: 1) Karena

umur sudah tua (panggilah oleh cucunya); 2) Faktor penguasaan

pengetahuan adat; 3) Gelar yang diberikan melalui pemotongan

kerbau di dalam nagari; 4) Gelar yang berlaku di tanah merah

(sedang penguburan) mayat sang datuk yang tua).463

Gelar yang

diperebutkan adalah gelar datuk kategori ke tiga, gelar yang

diberikan melalui pembantaian kerbau dan kategori keempat gelar

yang dilewakan (dipanggilkan) di tanah merah (pekuburan). Kasus

berebut gala (gelar) sering juga terjadi misalnya di nagari Pangian

Lintau Buo dan di Nagari Tigo Jangko, kasus-kasus perebut gelar ini

sulit diselesaikan, pihak yang memiliki uang yang akan menang

dalam masalah ini. Karena yang memutuskan paedrkara alah ninik

mamak dan ninik mamak bisa disogok dengan uang untuk

menyetujui agar berpihak kepada salah satu dari yang berebut gelar

tersebut.464

Konflik berebut gelar pusaka sebelum Orde Reformasi berbeda

dengan masa Orde Reformasi. Faktor gelar datuk ingin diperebutkan

adalah pertama, motivasi untuk mendapatkan harta pusaka; kedua,

dorongan dari keluarga inti dan mamak kaum saparuik untuk menjaga

462 Wawancara Inayah (Bundo Kanduang Sikaladi), 10 Mei 2017, jam 13.00

WIB di Pariangan. 463 Wawancara Syahril Amka Ketua MTKAAM Kabupaten Tanah Datar 2

November 2017 di Batusangkar. 464wawancara Muslim (tokoh masyarakat), 30 Juni 2017, jam 19.00 WIB di

Lintau Buo.

Page 225: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 213

eksistensi keluaganya; ketiga, hanya ingin mendapatkan

prestise/penghormatan di tengah masyarakat sehingga dengan

bergelar datuk akan dekat dengan pejabat-pejabat baik eksekutif

maupun legislati. Dengan sistem pemilu langsung, maka calon-calon

eksekutif dan legislatif akan melakukan pendekatan kepada para

penghulu untuk dukungan suara, karena datuk dianggap orang yang

memliki massa paling tidak anak kemenakan yang dipimpinnya.465

Kasus konflik berebut gala (gelar) di nagari Batubulek sama

juga dengan nagari lain, yaitu sangketa sako dan pusako. Walaupun

budaya musyawarah mufakat masih kental berlangsung untuk

menyelesaikan masalah nagari atau kampuang (kampung), tetapi

untuk konflik perebutan gelar sako, tidak mudah diselesaikan dengan

musyawarah.

Konflik internal suku yang terjadi merupakan lanjutan konflik

masa lalu, pada masa Reformasi konflik-konflik di dalam suku

semakin marak terjadi. Hal ini disebabkan oleh bukan hanya untuk

mendapatkan harta pusaka, tetapi lebih kepada untuk eksistensi suku,

otoritas memimpin suku. Dengan menyandang gelar datuk atau gelar

pusaka, maka secara otomatis status sosial akan meningkat di

tengah masyarakat dan cita-cita sosial tercapai. Para calan eksekutif

dan legislatif pada masa kampanye akan mendekati para pemimpin

suku dan agama untuk memobilisasi massa untuk meraih suara

masyarakat yang akan memilihnya di pemilu legislatif atau pilkada

(pemilihan kepala daerah) bahkan tidak jarang kepala-kepala suku ini

ikut dalam pertarungan kontestasi pileg (pemilu legislatif).

Paparan di atas sesuai dengan teori konflik perspektif Randhal

Collins mengatakan bahwa konflik sama sekali tidak meninggalkan

teori solidaritas, sosial, cita-cita sosial, sentimen sosial, dan perasaan.

Kekuasaan, otoritas atau pengaruh merupakan sifat dari suatu proses

interaksional, bukan merupakan sifat dari kepribadian individu. Hal

465 HM.Yunus Sirhan (ketua IKTD Sumatera Utara), wawncara, 27

September 2017 di Pagaruyung.

Page 226: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

214 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

terpenting pada teori Collins adalah konflik tidak menganalisis cita-

cita dan moral sebagai kesucian.466

Kasus-kasus konflik berebut gelar pusaka pada setiap nagari

berbeda-beda latarbelakangnya. Berikut contoh-contoh kasus konflik

berebut gelar sako dan pusako di Kabupaten Tanah Datar :

a. Kasus konflik perebutan gelar pusaka yang terjadi di Nagari

Batu Bulek Kecamatan Lintau Utara. Sebut Pihak pertama

yang sedang memangku gelar pusaka datuk pucuk suku

Kutianyie (Kutianyir). Gelar pusaka yang diperebutkan Datuak

Mustafa.467 Setelah sekian lama gelar ini disandang oleh

pikak pertama, maka pihak kedua sekarang ingin merebut gelar

tersebut. Menurut pihak kedua mereka yang seharusnya paling

berhak menyandang gelar pusaka tersebut, karena menurut

sejarah yang mereka terima dari neneknya, mereka paling

dekat dengan datuk yang menyandang gelar sebelumnya, dulu

ketika datuk yang sebelumnya meninggal, di keluarganya itu

tidak ada yang cerdik dan tidak mampu menyandang gelar

tersebut, maka oleh sebab itu gelar itu diberikan ke laki-laki

yang ada di pihak kemenakan yang sudah agak jauh.

Memuncaknya sengketa ini adalah ketika Datuk Mustafa

meninggal. Pihak 1 dan 2 saling berebut ingin menyandang

gelar pusaka tersebut, ketika pihak satu memutuskan siapa

yang akan menyandang gelar itu, tetapi pihak kedua tidak

menyetujuinya dan begitu juga sebaliknya. Akhirnya sampai

sekarang gelar sako tersebut tidak bisa dikukuhkan oleh KAN

Batu Bulek Nagari Batu Bulek.468

Masalah ini diselesaikan oleh

ninik mamak yang terkumpul dalam KAN (Kerapatan Adat

Nagari). KAN memfasilitasi kedua belah pihak untuk

menyelesaikan sangketa, namun kedua belah pihak tidak ada

466George Ritzer. Sociology; A Multiple Paradigm Science Revised Edition.

(London. Boston. Sydnney, Toronto: 1975), 14. 467Wawancara Akhyar tokoh Agama Nagari Batu Bulek 4 September 2016 di

Lintau Utara. 468 Wawancara Usputra Veferi(anggota KAN Batu Bulek), Sabtu, 3

September 2016 di Jorong Aur duri, Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo

Utara.

Page 227: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 215

yang mau mengalah, maka gelar pusaka Datuk Mustafa

sampai sekarang tidak dipakaikan kepada pihak mana pun dan

baju datuknya digantung (istlahnya fakum) untuk sementara

waktu sampai suatu saat kedua belah pihak telah

bersepakat.469

Untuk menegakkan gelar ini kembali kepada pemangkunya,

maka harus dilakukan Alek batagak gala (pesta peresmian

gelar atau istilahnya melewakan/meresmikan gelar Datuak).

Untuk melewakan gelar ini, perlu dana yang cukup besar, untuk

pesta harus menyembelih seekor kerbau, mengisi amplop untuk

diberikan kepada para penghulu suku dan untuk membayar

hutang ke masjid setiap menggantikan gelar sako (setiap

meresmikan gelar sako harus memberikan sejumlah uang untuk

masjid nagari). 470 Sangketa seperti ini berlanjut sampai

sekarang antara kedua belah pihak. Alur konflik gelar pusaka di

Nagari Batu Bulek Kecamatamn Lintau Utara bisa dilihat pada

bagan 8.

Gelar adat Paduko Kayo dari suku Piliang, sudah sekian lama

gelar sako ini di pangku oleh pihak pertama dan ketika datuk

Paduko meninggal, sewaktu di pemakaman (waktu pemakaman

di Tanah merah) sudah diumumkan kepada khalayak

masyarakat bahwa keponakan yang akan memangku gelar itu

adalah Jalisman. Pakaian datuk sudah langsung diserahkan

kepada kemenaknnya secara simbolis. Ketika Datuk Paduko

meninggal pada tahun 2009 jenazahnya diboyong ke rumah

gadang kaumnya. Di rumah gadang (rumah adat) terlebih

dahulu para ninik mamak memusyawarahkan siapa yang akan

diangkat menjadi datuk sebagai penggantinya, maka hasil

musyawarah diputuskanlah Jalisman (kemenakan dekatnya). Di

pemakaman diumumkanlah bahwa sebagai pengganti atau

penerima tahta gelar Datuak Paduku adalah Jalisman dan baju

kebesaran datuaknya langsung diserahkan pada saat itu

(dipakaikan pakaian kebesaran adat. Ternyata pihak kedua

469 Wawancara Joni Aryuda, Tokoh masyarakat Batu Bulak, 12 Maret 2018. 470 Wawancara Afdirijal Tokoh masyarakat Nagari Batu Bulek Lintau Utara,

14 September 2016 di Lintau Utara.

Page 228: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

216 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

ingin pula merebut, karena menurutnya dari tungganai (lain

nenek) dia merasa berhak juga menyandang gelar sako

tersebut. Timbulah konflik di antara kedua tungganai ini.

Pihak kedua melakukan pendekatan kepada para penghulu

kampung supaya ia yang diakui di KAN. Pihak kedua ini

membuat rumah gadang sendiri dan membuat baju kebesaran

sendiri karena di kampung itu ia orang yang terkenal dan kaya.

Pada akhirnya KAN meresmikan atau melantik pihak kedua

yang merebut gelar tersebut.

b. Kasus yang terjadi di Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan

Gelar yang diperebutkan adalah Datuak Marajo dari suku Koto,

gelar sako ini masih memiliki harta pusaka satumpuak

(setumpuk) sawah untuk yang memangku gelar sako Datuak

Marajo. Sejak Datuok Marajo meninggal pada tahun 2000 gelar

sako ini tidak ada yang memangku karena pihak pertama dan

pihak kedua tidak saling sepakat. Pihak kedua tidak setuju

dengan pengangakatan gelar pusaka dipangku pihak pertama

dan begitu sebaliknya pihak pertama tidak mau memberikan

gelar itu kepada pihak kedua, karena mereka tidak bersepakat

di dalam kaumnya. Oleh sebab itu KAN di nagari Parianagan

tidak bisa mengesahkan, sehingga perwakilan suku ini tidak

ada yang mewakili dari kerapatan adat nagari. Sampai sekarang

masalah konflik gelar sako Datuak Marajo tidak bisa di

selesaikan. Konflik seperti ini merugikan kepada suku tersebut

di dalam bernagari, karena tidak ada perwakilannya di

kerapatan adat nagari.471

471 Wawancara Tokoh Adat Pariangan Datuk Siema di Paringan, 20 Maret

2017.

Page 229: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 217

Bagan 8.

Alur Konflik di Nagari Batu Bulek Lintau Buo Utara

Wawancara peneliti dengan pihak pertama bahwa, bagi pihak

kami tidak ada masalah, jika tidak diakui olen KAN dan secara

bernagari dan Datuk kami tidak diikut sertakan dalam rapat

KAN dan nagari. Kami tidak membutuhkan legitimasi dari

para ninik mamak (KAN). Jadi bagi pihak pertama tidak perlu

pengakuan formal dari KAN atau nagari yang penting adalah

anak kemenakannya tetap mengakui sebagai pemimpin

sukunya dan ada para kemenakan (keluarga-keluarga) yang

akan dipimpin oleh datuknya. Sementara pihak yang merebut

disebut pihak kedua hanya memimpin beberapa keluarga saja

walaupun dalam nagari diakui oleh pemerintahan dan KAN.472

Bahkan pihak kedua ini terpilih menjadi ketua KAN di nagari

tersebut.

472 Wawancara Zainal Abidin, Tokoh masyarakat Lintau Buo, 01 Maret 2017

di Kecamatan Lintau Buo.

Gelar sako yang

diperebutkan Datuak

Musthafa Suku

Kutianyie

Memiliki harta

Pusaka tinggi

Mamak

KAN

Pihak II merebut Pihak I mamangku gelar

Mamak Mamak

Mamak

Nenek (penghulu)

Page 230: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

218 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Konfik terjadi antara kedua belah pihak dalam interaksi

keseharian baik dalam praktek adat, keagamaan maupun

pemerintahan. Pihak kemenakan473

yang mengakui penghulu

kepada pihak pertama tidak dibolehkan berhubungan secara

adat dengan penghulu pihak kedua. Tidak boleh mengundang

pihak kedua di acara pesta, kematian dan hajatan lainnya dan

sebaliknya jika diundang oleh pihak kedua tidak boleh hadir.

Jika kedapatan melanggar maka kemenakan (anggota suku)

yang melanggar akan dikenakan sangsi bahkan sangsi

terberatnya dikeluarkan dari tungganai tersebut atau tidak

diakui lagi di tungganai itu.474

Alur konflik di Nagari Pariangan

lihat bagan 9.

Bagan 9.

Alur Konflik di Nagari Pariangan, Kecamatan Pariangan

473 Kemenekan adalah keponakan dari seorang penghulu dari adik atau kakak

perempuan. 474 Observasi di Pariangan dan wawancara Datuk Siema di Pariangan, 20

Maret 2017. Terdapat dalam monografi Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar.

Nenek

Harta Pusaka

Mamak

Mamak

Mamak

KAN

Gelar Sako yang

diperebutkan:

Datuok Marajo

(Suku Koto)

Jorong Sikaladi

Nagari

Parianagan

Pihak I sedang

memangku gelar

Pihak II

Merebut gelar

Mamak

Page 231: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 219

c. Kasus yang terjadi di Nagari Limakaum Kecamatan Limakaum

Kasus perebutan gelar sako dan pusako di Limakaum pada

Suku Patopang pihak pertama dan kedua merasa layak untuk

memangku gelar tersebut, namun tidak bisa diselesaikan oleh

KAN, maka sampai sekarang gelar tersebut diletakkan saja,

tidak bisa dilewakan atau diresmikan karena ada dua pihak

yang bertikai, maka tidak disetujui oleh ninik mamak nagari

(KAN).

Berdasarkan kasus-kasus yang telah dikemukakan dan dari

data-data wawancara secara bebas dari pemuka masyarakat di

nagari-nagari di Kabaupaten Tanah Datar bahwa peneliti

berkesimpulan bahwa hampir di setiap nagari terjadi kasus

konflik berebutan gelar pusaka dan harta pusaka. Pada Era

Reformasi masing-masing anggota suku ingin mempertahankan

identitasnya dan karena semakin berkembangnya anggota-

anggota suku yang memilki keinginan untuk tujuan sesuai

dengan yang telah dijelaskan di atas.

Masyarakat yang terkenal kental keagamaannya dengan

falsafah ABS-SBK, namun dalam hal eksistensi gelar pusaka

masing-masing kelompok ingin mendapatkan dan

mempertahankannya, walaupun akibatnya akan bermusuhan

secara hukum adat sepanjang waktu. Hal ini sesuai dengan

teori yang dikemukakan oleh Jeffrey Hadler bahwa konflik

yang menjadi dinamika perkembangan pemikiran dan gerakan

ke-Islaman di Sumatera Barat, kultur dan budaya muslim

Minangkabau mendorong tingkat agresifitas. Minangkabau

termasuk wilayah yang unik, ditengah kuatnya kultur

keagamaannya, di samping itu juga dapat tumbuh dan

berkembang kultur matrilineal (adat). Kekayaan dinamika

sosial-kultural Minangkabau menjadikan ia salah satu etnis

yang telah memainkan peran dalam proses pembentukan

bangsa.475

475 Jeffrey Hadler, Sengketa Tiada Putus, Muslim and Matriarchs: Cultural

Rasiliens in Indonesia Though Jihad and Colonialism (Cornell University Press, 2008).

Page 232: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

220 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Hampir setiap suku yang ada di nagari-nagari di Kabupatean

Tanah Datar terjadi konflik, walaupun dengan latar belakang

yang berbeda. Dari temuan lapangan dewasa ini kecendrungan

masyarakat ingin mengokohkan persatuan suku dan sekaligus

adat istiadatnya. Karena Era Reformasi Periode 2006-2015,

Pemda telah menguatkan eksistensi kepala suku untuk

pembangunan masyarakat. Untuk menerapkan falsafah ABS-

SBK, terlihat dari beberapa Perda yang mengakomodir

kelompok adat, dalam hal ini kepala suku (penghulu) yang

tergabung di dalam lembaga KAN.

Contoh suku-suku yang ada di sebuah nagari Di Tanah Datar ,

dalam hal ini adalah di Nagari Pariangan, Jorong Sikaladi :

Jorong Sikaladi memiliki tiga persukuan, dengan enam suku

serta 15 penghulu ( niniak mamak ) yaitu :

1) Persukuan Koto, yang dikepalai oleh pangulu pucuak

(Penghulu paling atas) Datuak Marajo Persukuan Koto ini

terdiri dari 3 suku, yaitu :

(1) Suku Koto, dengan 4 payung (datuak), yaitu : Payung

Datuak Marajo, Payung Datuak Siama, Payung Datuak

Majo Basa, Payung Datuak Bunsu.

(2) Suku Koto Malayu, dikepalai oleh Datuak Malano Basa

(3) Suku Koto Pisang, dikepalai oleh Datuak Gara

2) Persukuan Dalimo, yang dikepalai oleh pangulu pucuk

Datuak Barbanso

Persukuan Dalimo ini terdiri dari 2 suku, yaitu :

(1) Suku Dalimo Singkek, dengan 4 payuang (datuak), yaitu:

Payung Datuak Barbanso, Payung Datuak Gadang,

Payung Datuak Sudano, Payung Datuak Rangkayo

Batuah.

(2) Suku Dalimo Panjang, dengan 3 payung (datuak), yaitu :

Payung Datuak Intan Sati, Payung Datuak Panduko

Rajo, Payung Datuak Panduko Sibarajo.

(3) Persukan Sikumbang, yang dikepalai oleh Datuak

Tambijo

Persukuan ini terdiri dari 2 payung (datuak), yaitu :

Page 233: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 221

a. Payung Datuak Tambijo

b. Payung Datuak Indo Marajo476

Nagari Pariangan Jorong Sikaladi memiliki aturan-aturan dan

sangsi adat yang diberlakukan di Nagari tersebut. Beberapa

kesepakatan adat yang dirumuskan oleh para penghulu kepala-kepala

suku di Jorong Sikaladi yang berlaku sampai saat ini adalah :

a. Tidak boleh menikah se-suku;

Di persukuan Koto antara suku Koto, Koto Melayu dan Koto

Pisang boleh menikah, demikian juga dalam persukuan Dalimo

(Dalimo panjang dengan Dalimo singkek/pendek), tetapi antara

payung Datuak Marajo dengan payuang Datuak Siama/Datuak

Majo Basa/ Datuak Bunsu tidak boleh menikah, karena ini

dinamakan se-suku;

b. Tidak boleh memadu dua wanita yang se-suku

c. Tidak diizinkan bagi seorang perempuan untuk menikah

dengan suami dari perempuan lain yang se-suku (walaupun

sudah diizinkan oleh istri pertamanya);

d. Tidak boleh menikah tanpa sepengetahuan niniak mamak

(kawin lari), jika terjadi pelanggaran aturan adat atau norma

agama (zina), maka diberlakukan sanksi adat, berupa; dibuang

dari kampuang, untuk yang kawin se-suku, dikucilkan dari

masyarakat untuk yang kawin lari, menjemput suami dari

wanita yang nan sasuku, berzina. Sanksi ini dapat dicabut jika

sudah ada penyelesaian, berupa pengakuan kesalahan kepada

mamak.

Konflik kadangkala dapat diselesaikan secara adat dan ada

yang harus diselesaikan melalui jalur hukum perdata atau pidana yang

berlaku di NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan tidak

jarang konflik ini tidak bisa diselesaikan sama sekali. Sehingga satu

suku itu tidak saling mengunjungi dalam perhelatan dalam ritual-

ritual adat yang dilakukan atau yang diselenggaran oleh kedua belah

476 Wawancara Muslim (tokoh masyarakat), 30 Juni 2017, jam 19.00 WIB di

Lintau Buo.

Page 234: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

222 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

pihak. Namun dalam hal hubungan interaksi keagamaan atau ritual

ibadah dan urusan-urusan yang terkait dengan pemerintahan tetap

terjadi interaksi yang harmonis.

B. Kasus dan Pola Akomodasi Antara Adat dan Agama Dalam

Kehidupan Tradisional

Bentuk akomodasi adat dan agama dalam pembahasan ini

pertama dilihat dari adaptasi dalam ritual pernikahan. Dalam ritual

pernikahan langkah-langkahnya adalah penentuan jodoh, timbang

tando atau bertunangan, prosesi pernikahan dan perhelatan. Dominasi

nilai-nilai adat dalam ritual adat dan dominasi nilai-nilai agama

dalam ritual agama, kontekstual adat dan agama serta dukungan

pemerintah dalam melestarikan keduanya diuraikan dalam pasal ini.

1. Adaptasi dalam Ritual-Ritual Masyarakat

a. Ritual Pernikahan

1) Penentuan Jodoh

Proses adat sebelum upacara pernikahan di Nagari

Pariangan Kabupaten Tanah Datar, yaitu: Pertama, orang-

orang yang bertanggung jawab terhadap kedua calon

mempelai yang terdiri dari; Ayah (Sumando), pihak mamak

bermusyawarah. Jika ide ini datangnya dari pihak mamak,

maka mamak bertanya kepada sumando477 tentang kondisi

kemenakannya dan sebaliknya pihak sumando akan

menemui mamak menyampaikan tentang kesiapan anaknya

berumah tangga, langkah pihak mamak dan sumando akan

berunding(bermusyawarah) untuk memperkirakan siapa

yang mungkin untuk menjadi menantunya. Kriteria-kriteria

pemilihan calon menantu sebagai berikut:478

1) Bibit,

mengkaji bagaimana keadaan keturunan calon, 2) Bobot,

meninjau kepribadian calon, 3) Bebet, intelektual dan

material.

477 Pengertian sumando adalah Menantu laki-laki-dari anak perempuan atau

suami dari keponakan perempuan. 478 Observasi di Pariangan dan wawancara Datuk Siema di Pariangan, 20

Maret 2017. Terdapat dalam Monografi Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar .

Page 235: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 223

Kedua, jika sudah ditentukan kriteria tersebut dan sesuai

dalam diskusi, selanjutnya mamak mendapat tugas untuk

mewakili keluarga besar untuk menyampaikan maksudnya

kepada calon yang dipilih, setelah ada balasan positif dari

orang yang dituju, maka pihak keluarga batih (ibu, anak

dan mamak ) membawa hidangan berupa silamak kunyik

(nasi kuning), pakai pisang emas, maknanya : Silamak

kunyik melambangkan kedamaian dan kebesaran, sedangkan

pisang emas melambangkan kesejahteraan, diniatkan

pasangan ini kelak menjadi keluarga besar dan sejahtera.

2) Timbang Tando atau Bertunangan

Pertama; pemberitahuan pada keluarga dekat oleh ayah

kepada saudara dekatnya (bako), ibu kepada saudara

dekatnya perempuan (sepayuang, bako, sumandan, saudara

sedarah), mamak kepada urang sumando nan sepayuang dan

tuangku (malin) dalam suku. Calon mempelai laki-laki

kepada seluruh mamak dalam suku, bako, saudara sedarah,

kawan- kawan, penguhulu, alim ulama, cerdik pandai, tokoh

masyarakat (kegiatan ini disebut manyiriah). Bagi yang

patut disiriah (yang diberikan sirih yang patut diundang)

tetapi tidak didatangi maka orang tersebut tidak akan hadir

pada hari baralek (pesta) nanti.

Kedua; Mangadu (memberi tahu) dengan menjinjing tempat

sirih Mangadu dengan kampia siriah (tempat sirih)

merupakan kelanjutan pemberitahuan pada seluruh lapisan

masyarakat. Mangadu dilakukan oleh seorang perempuan

dewasa, sudah menikah, yang berasal dari payuang datuak

(rumpun datuk) lain dalam suku dan boleh juga yang

sepayuang yang sudah ditetapkan oleh Bundo Kanduang

dalam kaum tersebut. Orang mangadu dengan cara

menjinjing kampia siriah (tempat sirih) dan di atas

kepalanya diletakkan kain panjang balipek (dilipat) dan

mendatangi rumah-rumah mamak, niniak mamak, tungkatan

niniak mamak dan keluarga pihak ayah serta saudara

sedarah.

Page 236: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

224 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Ketiga; Pelaksanaan Batando479

Batando dilakukan setelah mangadu480, biasanya sehari sesudah

mangadu, orang yang maantaan tando (mengantar tanda) adalah

Bundo Kanduang dari pihak perempuan yang sesuku ke rumah calon

mempelai laki-laki dengan membawa kampia siriah dan kain tando

yang digendong dengan kain panjang. Kain tando adalah kain balapak

(kain adat) yang ada pada setiap kaum. Di rumah mempelai laki-laki

dilakukan kegiatan menanti tando dengan hidangan makanan oleh

bundo- bundo (ibu-ibu saparuik, sapayuang, sasuku,481

bako (keluarga

pihak ayah), sumandan (besan) dan saudara sedarah. Setelah makan

(biasanya sekitar jam 10 pagi) dilakukan batuka tando (saling tukar

tanda) dengan cara disiapkan carano (tempat sirih) yang berisi sirih

dan pinang, salah seorang bundo dari tuan rumah (sesuku) duduk

berhadapan dengan bundo yang membawa tando (tando), di antara

kedua bundo diletakkan carano (tempat sirih). Kedua bundo sama-

sama memegang kain tando di atas pelukannya dan keduanya

serentak memegang kain tando di atas carano dengan cara kain tando

laki-laki di atas dan kain tando perempuan di bawah, sementara itu

keduanya bergantian atau bersama-sama mengucapkan dua kalimah

syahadat, salawat nabi, doa, pepatah yang isinya hubungan kedua

calon hidup rukun, damai, sejahtera, panjang umur, murah rezki

sampai akhir hayat. Setelah itu menukar kain tando (tanda) dan

langsung didukung kembali (bundo dari perempuan) dan oleh bundo

tuan rumah menyerahkan kepada keluarga untuk disimpan ditempat

479Batando adalah bertunanagan yang mana kedua pihak mempelai saling

memberikan tanda berupa benda sebagai ikatan untuk melangsungkan pernikahan.

Tanda ini berbeda-beda pada setiap daerah, ada yang berupa cicin emas, cincin

khusus yang disepakati bundo kanduang setempat. 480Mengadu (pemberitahuan) yaitu memberitahukan kepada keluarga atau

family bahwasanya akan dilaksanakan pernikahan dan perhelatan anak

kemenakannya. 481Saparuik (satu perut), sapayuang (satu payung), sasuku (satu suku) adalah

kelompok matrilinial dalam nagari. Arti saparuik adalah merujuk kepada kelompok

penduduk yang bertalian darah (blood related) yang biasanya tinggal dalam satu

rumah; sapayuang merujuk kepada kelompok rumah tangga yang bertalian

pertetanggaan di bawah pengawasan penghulu; dan sasuku merujuk kepada related lineage yang sama-sama memiliki nenek moyang adat yang tidak diketahui pasti.

Lihat Tsuyosi Kato, Matriliny and Migration: Evolving Minangkabau Tradition in Indonesia, (NY: Ithaca, 1982), 11.

Page 237: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 225

yang aman. Bundo yang mengantar tando kembali ke rumah calon

mempelai perempuan dan menyerakhan kain tando kepada keluarga

untuk disimpan. Jika Allah berkehendak lain, perkawinan tidak bisa

dilangsungkan, maka cara pembatalan adalah dengan mengembalikan

kain tando ini, tetapi jika perkawinan berlangsung maka kain ini

ditukarkan kembali pada saat baralek (pesta walimahan).482

Paparan di atas merupakan acara pertunangan yang melibatkan

keluarga klein atau suku keduanya. Dalam acara itu dilakukan pesta

pertukaran tanda masing- masing. Pihak perempuan memberikan

keris kepada pihak laki-laki, dan pihak laki-laki memberikan cicin

kepada pihak perempuan. Cincin dipasangkan dijari perempuan yang

maknanya sudah terjadi ikatan antara dua keluarga dan sebagai

tanda sosialisasi kepada khalayak ramai, dalam acara ini mereka juga

merundingkan kapan mengadakan akad nikah dan resepsi kenduri.

Akad nikah itu merupakan amalan menjalankan syariat Islam dengan

pemberian ikatan yang agung. Resepsi pernikahan merupakan sarana

sosialisasi kepada khalayak ramai bahwa kedua pasangan ini sudah

sah sebagai suami istri.483

Setelah acara pesta penganten selesai pasangan akan manjalang

(bersilahturahmi), mengunjungi anggota keluarga besar masing-

masing kedua belah pihak. Pihak orang-orang yang dikunjungi itu

adalah Penghulu, Mamak, sumando -sumando, perangkat adat

masing-masing klein. Peralatan yang dibawa berupa suguhan yang

terdiri dari berbagai macam kue dan lauk-pauk. Orang yang

dikunjungi melepas kepergian menantunya dengan memberikan

ampau484

. Makna dari kegiatan itu memperkenalkan pasangan

masing-masing kepada kaum kerabatannya masing-masing.

482 Pengamatan langsung acara batando di Nagari Pariangan Jorong Sikaladi,

dan Rifka Yarni (bundo kanduang), Wawancara, 10 januari 2017 jam.10.00 di

Pariangan dan pengamatan lansung. Pengamatan langsung di Jorong Sikaladi, Nagari

Pariangan pada kegiatan seremonial adat. 483 Observasi dan wawancara Rifka Yarni (bundo kanduang), Wawancara, 10

januari 2017 jam.10.00 di Pariangan dan pengamatan lansung. Pengamatan

Langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada kegiatan seremonial adat. 484 Ampau tidak selalu uang, biasanya pakaian atau alat rumah tangga yang

lainnya.

Page 238: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

226 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Adaptasi antara nilai adat dan agama sudah berlangsung sejak

awal masuknya Islam ke Sumatera Barat, adaptasi dalam seremonial

adat dan ritual agama terus berlangsung, keduanya saling

menyesuaikan dan mempertahanakan. Namun masih ada kebiasaan

yang di luar konteks Islam masih berlangsung sampai sekarang,

contohnya membakar dan mengasap kemenyan dalam berdoa,

menurut keyakinan masyarakat dengan berbaun asap kemenyan para

malaikat akan hadir ditengah-tengah perkumpulan untuk

mendengarkan doa mereka. Contoh lain dalam pesta pernikahan

meletakkan sesajen di atas tempat tidur penganten dengan keyakinan

penganten akan terhindar dari gangguan-ganguan orang yang berniat

tidak baik.485

b. Prosesi Kelahiran

Setelah lima bulan perkawinan mertua menanyakan keadaan

menantu apakah sudah hamil atau belum. Apabila sudah ada jawaban

positif, mertua sudah bisa menghitung bulan kelahiran bayi, lalu

mertua selalu menyuguhi menantunya gulai manih jantung pisang

dalam upaya perawatan kandungan sampai si bayi lahir. Maknanya

agar si ibu sehat dan memberikan keturunan yang baik.

Setelah tujuh hari kelahiran anak, dilakukan prosesi turun

mandi486

, mendoa maknanya memberitahu kepada orang banyak

bahwa sudah bertambah satu lagi anak kemenakan. Ketika

pemotongan rambut si anak sekaligus para besan diskusi untuk

pemberian nama anak. Setelah umur anak tiga bulan pihak bako

(keluarga dari pihak ayah) mengadakan kenduri (mendo`a kecil) dalam

upaya menjemput si anak atau “anak pisang”. Maknanya sebagai

pengakuan di pihak bako (keluarga dari pihak ayah si anak) bahwa

anak yang dilahirkan itu benar-benar bagian dari keluarga mereka.

485 Wawancara Rifka Yarni (bundo kanduang), 10 januari 2017 jam.10.00 di

Pariangan dan pengamatan lansung. Pengamatan Langsung di Jorong Sikaladi,

Nagari Pariangan pada kegiatan seremonial adat. 486Turun mandi adalah membawa bayi mandi ke tepian (tempatpemandian

umum), tetapi sekarang si bayi hanya dimandikan di rumah saja.

Page 239: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 227

Pihak bako menjemput “anak pisang” dengan membawakan bawaan

dengan binatang-binatang seperti ayam, kambing, dan kerbau.487

Tradisi memberikan bawaan hewan peliharaan di sebagian

daerah tidak ada lagi, namun disebagian daerah masih sangat kental

seperti di Nagari Pariangan. Pada masa sekarang kebanyakan hanya

membawakan ayam 1 ekor dan biasanya pada kelahiran anak pertama

saja. Tujuan tradisi ini adalah untuk mempererat hubungan

kekerabatan antara anak dengan bako (keluarga ayah).

Adat turun mandi ini bukan hanya di laksanakan oleh

masyarakat biasa tetapi juga dilestarikan oleh keluarga-keluarga

pejabat daerah. Seperti Bupati Tanah Datar ketika cucu pertamanya

lahir, dilaksanakan prosesi adat turun mandi secara adat yang

menjadi panitianya adalah para Bundo Kanduang Kabupaten Tanah

Datar. Menurut Bupati dalam acara sambutannya, bahwa tradisi ini

perlu dilestarikan, karena dalam prosesi ini banyak manfaatnya dan

terkandung banyak hikmah nilai adat dan agama Islam. Dalam

pengamatan peneliti dalam ritual tersebut masih dilakukan

pembakaran kemenyan dan mengasap sang bayi dan kedua orang tua

si bayi.488

c. Prosesi Kematian

Kaba baiek baimbauan, kaba buruak bahamburan: artinya jika

ada kabar baik atau sesuatu keberuntungan maka diberitahukan

kepada orang lain, sedangkan dalam hal terjadi kabar buruk atau

kemalangan, orang lain akan berdatangan secara spontan, tanpa

dihimbau berita kematian tersiar segera, penduduk kampung segera

berdatangan.489

Pihak keluarga yang ditinggalkan memberitahukan

kepada mamak rumah bahwa seseorang telah berpulang ke

Rahmatullah. Dari sini mulainya tanggung jawab mamak rumah

487 Sekretaris nagari, Monografi Adat dan Buadaya Pariangan (Tanah Datar:

Arsip Nagari, 2015). Observasi dan wawancara pada Rifka Yarni (bundo kanduang),

10 januari 2017 jam.10.00 di Pariangan. Pengamatan Langsung di Jorong Sikaladi,

Nagari Pariangan pada kegiatan seremonial adat. 488 Pengamatan lansung dan mendengarkan sambutan Bupati, ketua MUI dan

ketua LKAAM pada acara tersebut pada tanggal 20 juni 2016 di Batusangkar. 489 Pengamatan Langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada kegiatan

seremonial adat.

Page 240: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

228 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

untuk memberitahukan kepada pihak-pihak yang terkait, terutama

sekali bako dan penghulu almarhum. Pihak-pihak mamak di rumah

almarhum bertugas menerima kunjungan-kunjungan para pelayat. Di

atas rumah para pihak mamak rumah dan pihak bako almarhum

memusyawarahkan posisi atau lokasi pemakaman almarhum. Ninik

mamak dan kaum kerabat orang yang meninggal segera melakukan

musyawarah untuk menyelenggarakan mayat. Setiap pesukuan atau

kaum memiliki pandam pekuburan.490

Setelah mendapatkan

kesepakatan maka penggalian tanah kuburan dipimpin oleh ulama

kaum (malin, labai, pakiah)491

. Segala acara-acara yang berbentuk

agama dipimpin oleh ulama kaum.492

Memandikan mayat (orang yang meninggal) dipimpin oleh

ulama kaum sampai kepada pengkafanan, menjelang mayat diangkat

dengan keranda wakil dari ahli waris atau penghulu dan orang yang

dipercayai lainnya meminta kerelaan dan maaf kepada hadirin atas

segala kesalahan dan jika ada hutang-hutang simayat. Ketika

pengafanan mayat, pihak bako yang memberi kain kafan untuk

simayat. Di saat penimbunan tanah berlangsung, sebagian hadirin

melakukan tahlilan yang dipimpin oleh ulama kaum. Dalam upacara

tersebut salah seorang ahli waris menyampaikan kepada hadirin,

antara lain :1) permohonan maaf atas segala kesalahan almarhum/ah,

2) jika ada utang piutang yang bersangkutan selama hidup, maka

pihak ahli waris akan menyelesaikannya, 3) berdoa.493

Setelah mayat satu hari dimakamkan, tiga malam berturut-

turut dilakukan tahlilan dirumah simayat. Hari ke tujuh diadakan doa

490 Wawancara Rifka Yarni (bundo kanduang), 10 januari 2017, jam 10.00

WIB di Pariangan. Pengamatan langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada

kegiatan seremonial adat. 491 Malin, Labai, Pakiah adalah orang-orang yang mengetahui tentang agama

Islam dan menjalankan nilai-nilai agama yang berfungsi sebagai tempat bertanya

tentang agama di dalam sukunya. 492 Wawancara Saidani, tokoh masyarakat nagari Pariangan, 10 Januari 2018

di Batusangkar. 493 Mohon doa yang dimaksud acara ditutup dengan memohon doa kepada

Allah SWT supaya simayat diampuni dosanya dan dilapangkan kuburnya dan orang

yang ditinggalkan bersabar dan merelakan.

Page 241: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 229

selamatan (menujuah hari)494, juga berdoa di empat puluh hari

simayat setelah dikuburkan dan seratus hari mayat setelah

dikuburkan, pada hari keseratus dilakukan batagak batu 495

, semenjak

satu hari simayat dikuburkan sampai hari keseratus pihak keluarga

dikunjungi ulama yang ditunjuk untuk memimpin doa bagi

kesalamatan simayat. Pada hari keseratus tuangku (tukang berdoa)

tadi akan diberi oleh pihak keluarga mayat cindera mata berupa

kasur, payung, piring, rantangan yang berisi makanan.496

d. Makanan dan pakaian Adat

Makanan adat berupa talam nan ampek497, siwajik (beras pulut

yang dimasak dengan gula aren), sikunyik (beras pulut yang dimasak

dengan kunyit warnanya kuning), silamak (nasi pulut putih), galamai,

jamuan yang wajib ada dalam upacara baralek (pesta).498

Menurut falsafah orang Minangkabau pakaian fungsinya bukan

hanya untuk melindungi tubuh dari cuaca panas dan dingin, untuk

keindahan, untuk kecantikan, pakaian juga sangat berfungsi untuk

menutup aurat, baik bagi laki-laki maupun bagi perempuan sebab di

dalam adat dikatakan syarak mangato adat mamakai artinya yang

dikatakan oleh agama selalu sejalan. Pakaian dapat mencerminkan

sopan santun si pemakainya seperti adat mangatakan rancak rupo

dapek di liek, elok bunyi karano didanga artinya bagus kalau dilihat,

indah kalau dipandang. Oleh karena itu, berpakaian itu harus selalu

serasi, tidak mencolok dan tidak membuka aurat.499

494 Dalam acara manujuah hari ini acaranya membaca ayat al-Quran yang

telah ditentukan biasanya ayat-ayat pendek Juz Amma, acara seperti ini berlanjut

sampai minggu ketiga ( 3 x7 = 21). 495 Menyusun batu di pinggiran kuburan si mayat 496 Wawancara Rifka Yarni (bundo kanduang), 10 januari 2017, jam 10.00

WIB di Pariangan. Pengamatan langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada

kegiatan seremonial adat. 497 Talam nan ampek adalah makanan yang harus ada dalam pesta perkawinan

yang sudah menjadi tradisi dari nenek moyang masyarakat Tanah Datar. 498 Wawancara Akhyar (kaur kesra), 29 Agustus 2016, Batubulek Lintau Buo

Utara. 499 Pengamatan langsug acara seremonial adat di istana Pagaruyung.

Wawancara Nofri Aides(Bundo Kanduang Limakaum), 29 Juni 2017, jam 10.00 WIB

di Batusangkar.

Page 242: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

230 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Berpakaian menurut kebiasaan orang Tanah Datar, jika ke

pasar pakailah pakaian ke pasar, pergi melayat juga disesuaikan,

pakaian kenduri begitu juga, jangan memakai pakaian kenduri ke

sekolah, secara umum pakaian itu ada dua jenis; 1) Pakaian sehari-

hari, yaitu pakaian yang digunakan sehari-hari oleh penduduknya; 2)

Pakaian adat, yaitu pakaian yang dipakai pada upacara-upacara adat.

Nabi bersabda dalam hadis yang artinya, Allah mengutuk laki-laki

yang berpakaian seperti wanita dan wanita berpakaian seperti laki-

laki. Di Tanah Datar berpakian sangat banyak makna dan

kegunaannya tidak hanya untuk melindungi tubuh dari cuaca dan

sekedar menutup aurat, tapi pakaian juga bisa melambangkan

kedudukan sosial seseorang dan juga mencerminkan sikap sopan

santun pemakainya. Cara berpakaian laki-laki dapat dibedakan sesuai

peruntukannya antara lain sebagai berikut: Pakaian untuk penghulu

dan pemanggku adat, pakaian pesta, pakaian anak muda, pakaian

anak-anak.500

Pakaian penghulu dan pemangku adat biasanya dipakai pada

acara-acara adat dan acara kebesaran lainnya. Pakaian adat untuk

laki-laki biasa perlengkapannya tidak sebanyak pakaian penghulu.

Pakaian pesta biasanya digunakan untuk acara-acara pesta dan

kegiatan lain sehingga kita dapat membedakan antara pakaian harian

di rumah dengan pakaian pesta.

Pakaian sehari-hari anak muda terdiri dari baju gunting cina,

celana panjang dari kain batik dan di bahunya tersandang kain sarung

bermotif halus biasanya disebut sarung bugih. Kepala ditutup dengan

peci yang terbuat dari beludru yang disebut kopiah ( peci tutup

kepala laki-laki). Anak-anak juga mempunyai cara berpakaian

tersendiri yang disesuaikan dengan adat istiadat daerah masing-

masing seperti acara khatam al-Quran, aqiqah dan khitanan.501

Model

500 W.S. Hasanuddin, "Kearifan Lokal dalam Tradisi Lisan Kepercayaan

Rakyat Ungkapan Larangan tentang Kehamilan, Masa Bayi, dan Kanak-kanak

Masyarakat Minangkabau Wilayah Adat Luhak Nan Tigo." Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Vol. 1, No. 2 (2015): 198-204.

501Wawancara Rifka Yarni (bundo kanduang), 10 januari 2017, jam 10.00

WIB di Pariangan. Pengamatan langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada

kegiatan seremonial adat.

Page 243: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 231

berpakaian yang baik bagi perempuan di Minang disebut Bundo

Kanduang, yang dimaksud perempuan menurut adat Minangkabau

adalah wanita, baik gadis atau telah menjadi ibu yang senantiasa

mempunyai sifat terpuji menurut adat. Oleh karena itu, dalam

berpakaian, perempuan hendaklah memperhatikan cara-cara

berpakaian, jangan sampai terjadi sumbang (tidak pantas atau tidak

sesuai dengan kondisi) pakaian. Sumbang pakaian bagi seorang

perempuan adalah; berpakaian seperti laki-laki kecuali ada sesuatu

hal yang sangat penting perlu berpakaian demikian, memperlihatkan

aurat, berpakaian ketat dan lain-lain.502

Pakaian adat wanita disebut juga pakaian Bundo Kanduang.

Perlengkapan adalah tangkuluak tanduak (selendang yang dipasang di

kepala seperti tanduk kerbau) penutup kepala.Tangkuluak terbuat

dari kain balapak hasil tenunan. Bentuk tangkuluak mirip dengan

gonjong rumah Gadang, baju kurung terbuat dari beludru. Kain

sarung songket pada bagian bawahnya, salempang yang dipasang dari

bahu ke pinggang yang melintang pada badan, gelang, dan kalung.

Pakaian sehari-hari wanita Minangkabau adalah baju kurung,

memakai tutup kepala (tangkuluak biasa), memakai kain dari kain

panjang. Dari dahulu pakaian yang dikenakan sesuai dengan tuntutan

adat, namun sekarang seiring dengan waktu maka tangkuluak

tanduak (selendang yang dipasang di kepala seperti tanduk kerbau)

dan kain panjang sudah lazim diganti dengan jilbab dan kain sarung.

Menurut pendapat beberapa ulama di Tanah Datar, model pakaian

adat resmi perempuan di Tanah Datar tidak ada yang bertentangan

dengan apa yang di syariatkan oleh Islam. Dari dulu sampai sekarang

orang Tanah Datar pada acara seremonial adat dan agama memakai

baju kurung. Era Reformasi ini mempopulerkan baju kurung basiba

seperti baju kurung Malaysia yang longgar.503

501Pengamatan langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada kegiatan

seremonial adat. 502Wawancara Nofri Aides (bundo kanduang Limakaum), 29 Juni 2017, jam

10.00 WIB di Batusangkar. 503Wawancara Rifka Yarni (Bundo Kanduang), 10 januari 2017, jam 10.00

WIB di Pariangan. Pengamatan langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada

kegiatan seremonial adat.

Page 244: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

232 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Dari paparan di atas terlihat akomodasi nilai-nilai agama dalam

adat istiadat masyarakat Tanah Datar dan sebaliknya dalam acara

seremonial agama juga terakomodir nilai-nilai adat setempat.

Walaupun masing-masing daerah memiliki perbedaan menurut

masyarakat adat dan agama tidak saling bertentangan, akan tetapi

saling melengkapi untuk kebersamaan. Masing-masing ritual ada

hikmahnya untuk kehidupan dan bermanfaat untuk keberlangsungan

dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Teori ini seperti

yang dikemukakan oleh Peter L. Berger bahwa dalam perspektif

sosiologis, antara agama dan kebudayaan telah terjadi dialektika

fundamental yang terdiri dari tiga momentum yaitu: eksternalisasi,

objektifikasi dan internalisasi.504

Ketika agama berhadapan dengan

budaya lokal, agama akan senantiasa dianggap sebagai bagian

penting dalam budaya tersebut. Proses ini dikenal dengan

eksternalisasi dikarenakan agama mengalami sosialisasi yang tidak

sempurna secara bersama-sama dalam realitas baru.505

Kemudian,

dalam perkembangannya dilakukan pemaknaan baru terhadap sistim

nilai suatu masyarakat dengan meminjam simbol-simbol budaya yang

telah tersedia.

Hal ini sudah berlangsung pada Orde Lama dan sebelumnya,

namun di Era Reformasi terjadi perubahan-perubahan dalam

pelakanaan prosesi. Tradisi tidak ada dalilnya dalam al-Quran dan

Hadis, tradisi tersebut tidak ada larangan dan suruhan dalam agama,

namun ketika tradisi tersebut tidak bertentangan dengan syariat

Islam, maka tidak ada permasalahan. Bahkan tradisi tersebut sangat

bermanfaat, contohnya bagi keluarga ada kematian yang sedang

berduka cita kemudian adanya kebiasan membaca al-Quran pada hari

ketujuh sampai hari ke 100, akan menghibur hati keluarga duka.506

Dalam pelaksanaan ritual-ritual di atas dari Orde Baru ke

Reformasi terjadi perubahan-perubahan, misalnya dalam prosesi

pernikahan sudah dipersingkat proses ritualnya. Perubahan ini bukan

504Peter L. Berger, Invitation to sociology: A humanistic perspective. Open

Road Media, 2011. Accessed, 22 Desember 2017. 505Peter L Berger, "Reflections on The Sociology of Religion Today",

Sociology of Religion, Vol. 62, No. 4 (2001): 443-454. 506Wawancara Syukri Iska (ketua MUI Tanah Datar), 4 April 2016, Jam:

16.00 WIB, di Batusangkar .

Page 245: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 233

karena perubahan Orde Reformasi saja tetapi perubahan terjadi

karena modernisasi, masyarakat modern sudah mempertimbangkan

efisiensi waktu, namun dalam ritual tertentu tidak bisa dipersingkat.

Misalnya manjalang mamak selama 15 hari dipersingkat menjadi 2

hari yang penting terjalani semuanya.

2. Dominasi

Dalam seremonial agama sering didomonasi nilai agama dari

pada nilai adatnya kadangkala seremonial didominasi adatnya dan

sebaliknya seremonial adat didominasi adatnya tetapi tidak

didominasi oleh agamanya. Seperti upacara atau seremonial agama

di bawah ini:

a. Upacara yang berhubungan dengan agama

Upacara yang berghubungan dengan agama; 1) Akikah;

mengakikahkan seorang anak yang baru dilahirkan merupakan ajaran

agama Islam; 2) Sunat Rasul; adalah bila seorang anak laki-laki telah

berumur lebih kurang 10 tahun, orang tuanya akan mengadakan

upacara sunat rasul (khitan). 3) Perayaan hari-hari besar agama

dilakukan kebiasaan “jalang manjalang” “maanta lamang” “maanta

pabukoan” (kebiasaan kunjung mengunjungi, antar mengantar

makanan untuk berbuka puasa) pada saat suasana bulan ramadhan. 4)

Mengaji di Surau dan Masjid.507

b. Upacara Budaya

Upacara budaya banyak jenis di masyarakat Tanah Datar,

hampir setiap momen penting dalam kehidupan memiliki ritual

agama dan dan seremonial adat. Di anataranya, 1) Upacara Turun

Mandi; upacara turun mandi ini dimaksudkan untuk menghormati

keturunan yang baru lahir dan berbagi kebahagiaan dengan

masyarakat bahwa di kaum tersebut telah lahir keturunan baru. Di

samping itu, memperkenalkan anak kepada orang banyak, bahwa

sudah bertambah lagi satu orang anggota keluarga dan kemenakan

suatu kaum yang akan mengisi ranji kaum itu. Jika jenis kelaminnya

laki-laki tentu dia akan menjadi salah satu mamak (pemimpin) di

507 Wawancara Inayah (bundo kanduang Sikaladi), 10 Mei 2017, jam. 13.00

WIB.

Page 246: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

234 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

kaum itu. Jika jenis kelaminnya perempuan maka akan jadi Bundo

Kanduang pewaris harta pusaka tinggi, akan menjadi pelanjut

keturunan kaumnya di masa yang akan datang. Menurut agama

seremonial turun mandi tidak ada sunnahnya, tapi banyak

hikmahnya.

Upacara turun mandi dilaksanakan di rumah orang tua si anak

saat anak tersebut berumur tiga bulan. Di sini si anak dimandikan

oleh bako (pihak keluarga ayah), selain itu juga ada perjamuan.508

2)

Upacara Sunat Rasul; sunat Rasul juga merupakan syariat Islam,

tanda pendewasaan bagi seorang anak. Upacara biasanya

diselenggarakan waktu si anak berumur 8-12 tahun, bertempat di

rumah ibu si anak atau rumah keluarga terdekat ibu si anak. Acara

dimulai dengan pembukaan, lalu si anak disunat, selanjutnya doa.509

3) Upacara mengangkat Penghulu; hari pertama, disebut “batagak

gala” (mendirikan penghulu), yaitu upacara peresmian. Upacara

berlangsung di rumah gadang, dihadiri oleh “urang nan ampek

jinih”,(orang yang empat jenis)510

serta pemuka masyarakat.

Penghulu yang sesuku atau sekaum dengan calon penghulu

menyampaikan pidato penobatan. Isinya, meminta agar penghulu

baru yang diangkat itu dibawo sahilie samudiak511 di dalam nagari.

Kemudian penghulu tertua di dalam pesukuan itu memasangkan

saluak (deta) di atas kepala penghulu yang dinobatkan dan

menyisipkan sebilah keris di pinggangnya. Akhirnya diucapkan

sumpah sakti, jika ia menyimpang dari tugasnya akan ada akibatnya,

sumpah tersebut berbunyi “dimakan biso kawi, di ateh indak

bapucuak, di bawah indak baurek, di tangah digariak kumbang”. (jika

dimakan berbisa yang mematikan, tidak bisa mengelak dari

508 Wawancara Rifka Yarni (bundo kanduang), 10 januari 2017, jam 10.00

WIB di Pariangan. Pengamatan langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada

kegiatan seremonial adat. 509 Wawancara Zainal Abidin (Tokoh masyarakat ), 4 Maret 2017 di Linntau

Buo. 510 Nan Ampek Jinih, (orang yang empat jenis) adalah penghulu, manti,malin

dubalang. 511 Dibawo Sahilie Samudiak adalah dilibatkan atau diikut sertakan dalam

kegiatan dan urusan-urusan kampung seperti dalam musyawarah kampung untuk

kemajuan kampung dan masalah-maslah yang terjadi di nagari tersebut.

Page 247: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 235

celaka).512

Selesai pengucapan sumpah, dibacakan doa selamat.

Kepada hadirin dipersilahkan menyantap jamuan yang hidangkan.513

Hari kedua merupakan hari perjamuan. Semua anak nagari, undangan

dan orang-orang terpandang dalam nagari dijamu makan dan minum.

Acara hari kedua ini dimeriahkan dengan kesenian anak nagari.

Selain upacara-upacara adat di atas, pemerintah dan

masyarakat biasa juga melaksanakan pagelaran budaya yang

dirangkaikan dengan upacara budaya, seperti pelaksanaan

Pagaruyung Walk Heritage (PWH) diselenggarakan oleh Dinas

Pariwisata Kabupaten Tanah Datar guna mempromosikan potensi

wisata, budaya, religi, sekaligus meningkatkan perekonomian

masyarakat dengan menjual makanan (kuliner) dan cenderamata.

Kegiatan ini rencananya diselenggarakan setiap tahun.514

Kegiatan PWH ini dilaksanakan dengan menempuh jarak

sekitar 12 km dengan melewati beberapa pos situs cagar budaya. Di

antaranya Situs Benteng Van Der Capellen, Situs Batu Basurek, Situs

Ustano Rajo Alam Pagaruyung, Istano Basa Pagruyung dan Prasasti

Banda Bapahek. Selain diikuti oleh peserta lokal, juga turut

mengundang wisatawan dari mancanegara, di antaranya Malaysia,

Singapura, Thailand dan Vietnam. Peserta yang ikut mulai dari

tingkat SLTA dan umum. Kegiatan ini diharapkan menjadi daya

tarik dari khususnya wisatwan lokal untuk memperkenalkan budaya

yang ada di Kabupaten Tanah Datar dengan cara yang menarik.

Selain jalan sehat melewati situs budaya di Kabupaten Tanah Datar,

Panitia penyelenggara juga menyediakan berbagai doorprice bagi

peserta yang beruntung di akhir acara.515

Budaya msyarakat Tanah Datar sebagai sebuah identitas suatu

bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan. Budaya lahir dari nilai

512 Irsal Verry Idrus dkk, Prosesi Pengangkatan Penghulu di Luhak Nan Tuo

Tanah Datar, (Batusangkar: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemuda dan Olah

Raga, 2014), 11. 513 Sativa Sutan Aswar, Antakesuma suji dalam adat Minangkabau.

Djambatan, 1999.Accessed, 18 Desember 2017 514 Observasi dan wawancara Kamaruzzaman tokoh masyarakat Kabupaten

Tanah Datar, 14 Mei 2017 di Batusangkar. 515 Observasi dan wawancara Kabid Pariwisata Kabupaten Tanah Datar, 14

Mei 2017 di Batusangkar.

Page 248: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

236 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

luhur yang dimiliki manusia yang menggambarkan kepribadian suatu

masyarakat. Hal ini yang diungkapkan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan RI Prof. Dr. Muhadjir Effendy pada saat membuka

Festival Pesona Budaya Minangkabau (FPBM) di Istano Basa

Pagaruyung.516

Mendikbud (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan) dengan

jajaran Kabinet Kerja sudah dua kali ke Sumatera Barat, datang

memenuhi undangan Pemerintah Daerah Tanah Datar. Lebih lanjut

Muhadjir menyampaikan bahwa kebudayaan sudah menjadi

domainnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.“Saya harus

datang ke Tanah Datar menyaksikan keindahan budaya

Minangkabau, ini bentuk tanggung jawab ikut melestarikan dan

mengembangkan kebudayaan,” ucap Muhadjir yang juga didampingi

Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid.

''Kebudayaan harus mendarah daging di tengah masyarakat dan

pendidikan anak bangsa harus dipayungi oleh kebudayaan,” tegas

Muhadjir. Muhadjir memberi apresiasi yang tinggi terhadap

pelaksanaan FPBM di Tanah Datar Luhak Nan Tuo Pusek Jalo

Pumpunan Ikan517 ini. “Ini langkah yang tepat, memajukan budaya

Minangkabau kemudian dikemas sebaik mungkin sehingga

mempunyai nilai jual pariwisata dan kita perlu kolabolarasi dengan

Kementerian Pariwisata,” pesannya kepada Menteri Pariwisata yang

diwakili oleh Asisten Departemen Bidang Pengembangan Pariwisata

Nusantara Esthy Reko Astuty.518

Sementara Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno pun

memuji langkah pemerintah daerah di bawah kepemimpinan Bupati

Irdinansyah Tarmizi.519

Melalui kesempatan itu Irwan Prayitno

memuji penampilan seni, atraksi dan pawai budaya pada alek besar

(pesta besar) Tanah Datar. Mulai dari arak-arakan 1.125 bajamba,

pawai budaya dari negara Malaysia, provinsi tetangga,

516Kamis (27/10). 517Luhak Nan Tuo Pusek Jalo Pumpunan Ikan artinya adalah daerah pusat

kebudayaan Minangkabau. 518 Observasi dan wawancara Kabid Pariwisata Kabupaten Tanah Datar, 14

Mei 2017 di Batusangkar. 519 Observasi dan wawancara Kabid Pariwisata Kabupaten Tanah Datar, 14

Mei 2017 di Batusangkar.

Page 249: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 237

kabupaten/kota dan tradisi budaya dari 14 kecamatan. “Mari kita

heboh-hebohkan pagelaran budaya sebagai sarana promosi wisata,”

ajak gubenur kepada bupati/walikota yang turut hadir.

Bupati Irdinansyah Tarmizi dalam sekapur sirihnya

mengungkapkan FPBM sebuah cita-cita dan harapan masyarakat

Tanah Datar. Pariwisata yang dipilih Tanah Datar adalah berbasis

budaya yang berlandaskan ABS-SBK.“Hari ini menjadi tonggak

sejarah Tanah Datar, melalui FPBM budaya Minangkabau kembali

dilestarikan di tengah-tengah masyarakat,” ucap Irdinansyah. Bupati

Irdinansyah juga sampaikan Pameran Nasional Cagar Budaya yang

digagas BPCB Batusangkar yang diikuti 15 satuang kerja UPT

Kebudayaan dari berbagai provinsi. “Kegiatan ini bernilai edukatif

bagi masyarakat terutama generasi muda dan pelajar,” tuturnya.520

Kegiatan FPBM yang berlangsung 27 s/d 29 Oktober 2016 ini

mendapat dukungan Kementerian Pariwisata, Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat,

pihak swasta, BUMN/BUMD dan perantau. Menggalang dukungan

tersebut merupakan bukti nyata keseriusan Pemerintahan Kabupaten

Tanah Datar mempromosikan pariwisata di Tanah Datar.

Walaupun pembukaan festival dibuka resmi tanggal 27

Oktober namun berbagai kegiatan dimulai lebih awal seperti tanggal

21-23 Oktober, Gelanggang Siliah Baganti (GSB) yang menampilkan

atraksi 800 pesilat dari berbagai sasaran silat di Tanah Datar, tanggal

15, 22 dan 29 Oktober Pacu Jawi di Sungai Tarab, 23-24 Pacu Kuda

di Gelanggang Dang Tuanku Bukit Gombak yang diikuti 150 ekor

kuda dari berbagai daerah termasuk dari DKI Jakarta.521

Pembukaan yang dilaksanakan di Istano Basa Pagaruyung

berlangsung sangat meriah dan disaksikan oleh ribuan masyarakat.

Turut hadir Anggota DPR RI Betty Shadiq Pasadigoe dan Nurzahedi

Tanjung, Ketua DPRD Sumbar Hendra Irwan Rahim, Wakil Ketua

DPRD Sumbar Arkadius Dt. Intan Bano, Bupati dan Walikota se-

Sumbar, Tokoh Masyarakat Minang Fahmi Idris, Andrinof Chaniago,

520 Observasi dan wawancara Kabid Pariwisata Kabupaten Tanah Datar, 14

Mei 2017 di Batusangkar. 521 Observasi dan wawancara Kabid Pariwisata Kabupaten Tanah Datar, 14

Mei 2017 di Batusangkar.

Page 250: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

238 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

H. Arnis Saleh, Hj. Meriwati, Ketua DPRD Anton Yondra, dan

Forkompinda Tanah Datar dan Padang Panjang dan IKTD se-

Indonesia.522

Dari uraian di atas terlihat dukungan pemerintah daerah

terhadap nilai-nilai adat dan budaya lokal. Masyarakat antusias

dengan kegiatan-kegiatan seremonial adat ini. Seremonial-seremonial

budaya tentu menghabiskan banyak dana, namun tidak terasa oleh

masyarakat karena merupakan suatu hiburan, kebahagiaan dan

kebangaan tersendiri. Uraian di atas juga menunjukan bahwa kegiatan

ritual keagamaan didominasi oleh nilai-nilai agama. Dan begitu

pula pada kegiatan seremonial adat mendominasi nilai-nilai adatnya

dan unsur agama tidak terlihat. Akan tetapi seremonial adat tersebut

tidak bertentangan dengan syariat. Pemerintah Daerah sangat

mendukung kegiatan seremonial adat yang bertujuan untuk

melestarikan tradisi masyarakat. Bahkan Pemda satu kali dalam satu

tahun menggelar kegiatan Festival budaya yang didanai dari

Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Tanah Datar. Untuk

Kegiatan Festival dari segi waktu Pemerintah dan masyarakat

mempersiapkan paling kurang satu bulan, untuk latihan-latihan seni

pelampilan, pakaian adat, keamanan, jamuan makanan, persiapan

tempat, dana dan lain-lain.

Kegiatan Festival budaya ini pun menuai konflik dikalangan

tokoh adat dan agama karena pesta ini menghabiskkan dana yang

cukup banyak. Kondisi ekonomi masyarakat tidak begitu baik dan

masyarakat harus menghabiskan waktu untuk kegiatan ini.523

Salah

satunya kritikan dari seorang tokoh masyarakat mengatakan bahwa

pemerintah perlu memikirkan untuk efisiensi waktu dan dana untuk

kegiatan-kegiatan seremonial seperti Festival Budaya yang digelar

setiap tahunnya.

3. Kontekstualisasi (menyesuaikan Islam dan Adat dengan

kondisi kekinian)

1) Musyawarah Mufakat

522 Wawancara Humas Pemda Tanah Datar. Kamis, 28 Oktober 2016 di

Batusangkar. 523 Wawancara Dt.Basrizal, kamis, 27 Oktober 2016 di Batusangkar.

Page 251: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 239

Dalam Islam bermusyawarah diperintahkan dalam Alquran,

salah satunya surah Ali Imran ayat 159 yang artinya: “Maka

disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut

terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,

tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu

maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian

apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkalah kepada

Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal

kepada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159)

Orang Minangkabau sejak dulu sangat mementingkan

musyawarah atau baiyo-iyo seperti dalam petitih di bawah ini:

Bajua bamurah-murah (berjualan bermurah-murah)

Ditanyo jawek batimbang (ditanya, jawab dipertimbangkan)

Pamimpin kok indak saarah (pemimpin jika tidak searah)

Disinan rakyat mangkonyo bimbang (di sanalah rakyat

makanya bimbang)

Bulek aie ka pambuluh (bulat air ke pembulih)

Bulek kato ka mupakaik (bulat kata karena mufakat)

Bulek baru digolongkan (bulat baru digolongkan)

Picak baru dilayangkan (sudah setuju baru disampaikan)

Sadanciang nan bak basi (sedencing bagaikan besi)

Saciok nan bak ayam.524 (Seciap bagaikan ayam).

Artinya adalah seiya sekata, satu pendapat dalam merumuskan

suatu persoalan yang ada dalam masyarakat baik dalam sesuku,

sekampung maupun senagari. Pada masa lampau musyawarah adat

dilaksanakan di lapangan yang terbuka yang disebut medan nan

bapaneh, sedangkan tempat musyawarah yang terlindung disebut

balai. Balai ini ada pula yang disebut balai saruang dan balai nan

panjang. Balai saruang artinya balai yang hanya terdiri dari satu

ruang, dibangun di Nagari Pariangan, yaitu nagari yang tertua di

524 Wawancara Dt.Feri Irsal Idrus (ketua LKAAM Tanah Datar), Senin 21

maret 2016, Jam: 11.00 Wib di Batusangkar.

Page 252: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

240 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Minangkabau.525

Balai saruang merupakan balai yang tertua di

Minangkabau yang dibuat seperti rumah gadang atapnya bergonjong

dan lantainya ditinggikan dari tanah. Setelah makin lama penduduk

Minangkabau semakin bertambah, niniak mamak membangun lagi

balai yang besar yang disebut dengan balai nan panjang. Balai nan

panjang artinya balai yang panjang yang terdiri dari 17 ruangan

letaknya di Nagari Tabek.526

Bentuknya serupa dengan rumah

gadang tiangnya sangat banyak. Balai ini dikenal dengan nama

balairung sari.

Pada masa Orde Baru musyawarah adat masih dilaksanakan di

medan bapaneh dan balai adat ini. Masa Reformasi Musrenbang

(musyawarah rencana pembangunan nagari) dilaksanakan di balai

saruang seperti di Nagari Tabek Pariangan. Namun balai saruang atau

balai nan panjang yang ada sekarang tidak semuanya aktif dipakai

dalam nagari-nagari di Kabupaten Tanah Datar. Zaman dulu

musyawarah juga dilaksanakan di rumah gadang, akan tetapi

sekarang rumah gadang kebanyakan dipakai untuk tempat berkumpul

di hari raya Idul Fitri saja karena anggota-anggota suku sudah

memiliki rumah sendiri. Rumah gadang ini dibangun secara bersama,

jadi kalau kemenakan mau tinggal di rumah gadang harus

sepersetujuan dari mamak/penghulu suku. Namun seperti di Alur

Tengah Kawai Nagari Batu Bulek Lintau Utara rumah gadang

banyak yang tidak berfungsi dan tidak ada penghuni.527

Di Era Reformasi ini, di Nagari Batubulek budaya

musyawarah masih dilakukan di surau, seperti pada surau jorong Aur

Duri Nagari Batubulek. Rumah gadang lebih digunakan untuk

tempat berkumpul di hari lebaran pulang basamo dan baralek

adat.528

Sementara di daerah sulit air Solok ada pula rumah gadang

yang panjang yang memiliki 20 ruang yang fungsinya sebagai tempat

525Wawancara Dt.Mangkuto (KAN Nagari pariangan), Musrenbang

(Musyawarah Rencana Pembangunan) di nagari Pariangan. 526Pengamatan langsung acara Musrenbang (Musyawarah Rencana

Pembangunan Nagari) !5 Januari 2017 di Nagari Tabek Pariangan. 527 Observasi dan wawancara Hj. Irsyam (ketua Bundo kanduang nagari

Batubulek Kecamatan Lintau Utara), senin 5 September 2016 di Lintau Utara. 528 Wawancara Akhyar (Kaur Kesra), 29 Agustus 2016, jam 10.00, di

Batubulek Lintau Buo Utara.

Page 253: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 241

tinggal. Di samping itu juga memiliki fungsi sosial, sebagai lambang

kehadiran satu kaum serta sebagai pusat kehidupan dan kerukunan,

paling pokok rumah gadang berfungsi untuk tempat bermusyawarah

bermufakat bahkan tempat merawat keluarga yang sakit.529

Di Nagari Batubulek Kecamataan Lintau Buo Utara

musyawarah mufakat masih berjalan untuk pengambilan keputusan di

nagari dengan menghadirkan unsur Tungku Tigo Sajarangan. Begitu

juga di tingkat kecamatan dalam Musrenbang (Musyawarah rencana

pembangunan) kecamatan menghadirkan alim ulama, cerdik pandai,

utusan pemuda dan bundo kanduang.530

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa musyawarah yang

diperintahkan dalam al-Quran sudah menjadi budaya di masyarakat

Tanah Datar dalam mengambil sebuah keputusan. Musyawarah

dilakukan dalam mengambil sebuah keputusan baik yang sifatnya

suku atau nagari yang diadakan di Masjid, di balai adat, di rumah

gadang atau di surau. Budaya musyawarah sudah ada sebelum

datangnya, setelah Islam, maka ulama pun mengakomodir budaya

musyawarah ala adat dengan petatah dan pantun-pantunnya. Walapun

ada perubahan sistem dan kepemimpinan secara pemerintahan,

namun tidak memusnahkan budaya musyawarah ini.

Agaknya masyarakat Nagari Batu Bulek termasuk tipolologi

akomodasi kelompok agama dan adat di masyarakat yang modernis

dalam hal pelaskanaan adat berbeda dengan Nagari Pariangan yang

masih Tradisionalis. Sebagian paham agama masyarakat senantiasa

mempertahankan pemahaman nilai-nilai adat dan budaya lokal dan

diselaraskan dengan ajaran-ajaran Islam.531

Masyarakat modernis lebih

selektif dan lebih mudah menerima perubahan dan pembaruan.

529 Yusfa Hendra Bahar (Staf Pokja Dokumentasi dan Publikasi BPCB

Provinsi SUMBAR, Riau dan Kep.Riau), Rumah Gadang 20 Ruang Sulit Air, (Batusangkar, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral

Kebudayaan, Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumatera barat, Riau, dan

Kepulauan Riau., No.Inventaris : 03/BCB-TB/A/15/2007). 530 Wawancara Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), 03 September 2016,

jam: 14.00 WIB di Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara. Dan Mengamati

langsung kegiatan Musyawarah Nagari Batu Bulek. 531Abdul Rahman Haji Abdullah, Pemikiran Umat Islam di Nusantara:

Sejarah dan Perkembangannya Hingga Abad ke-19. Dewan Bahasa dan Pustaka,

Kementerian Pendidikan Malaysia, 1990.

Page 254: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

242 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Masyarakat yang sudah moderat menunjukan sikap bukan hanya

sekedar menerima atau menolak adat dan agama dalam praktek

kesehariannya, bahkan melampaui penerimaan dan penolakan

terhadap nilai-nilai baru, mereka menerima nilai-nilai baru secara

rasional. Ajaran Islam tetap dilaksanakan secara konsekwen dan adat

dihargai dengan porsi yang seimbang. Hal ini terlihat dalam

pelaksanaan ritual dan seremonial keseharian mereka antara nilai-

nilai adat bercampur dengan nilai-nilai agama.532

2) Tradisi Peringatan Hari Besar Islam

1) Salawaik dulang (salawat dulang)

Adalah sastra lisan Minangkabau bernafaskan Islam yang

terdiri dari dua kata yakni salawat yang artinya doa untuk Nabi

Muhammad SAW, dan dulang adalah talam (tempa), yaitu piring

besar dari loyang terbuat dari logam atau aluminium yang biasa

digunakan untuk tempat makan bersama. Dipertunjukkan oleh

minimal dua klub diiringi tabuhan pada ‘dulang’, yaitu nampan

kuningan yang bergaris tengah sekitar 65 cm. Dalam bahasa sehari-

hari, sastra lisan ini hanya disebut ‘salawat’ ataupun ‘salawek’ saja.

Di beberapa tempat, salawat dulang disebut juga salawat talam.

Salawat dulang dalam sastra Minang berupa cerita kehidupan

Nabi Muhammad, memuji Nabi, cerita tentang kehidupan sehari-hari

yang berhubungan dengan persoalan agama Islam dan diiringi juga

dengan irama bunyi ketukan jari pada dulang atau piring logam

besar.533

Pertunjukan salawat dulang biasanya dilakukan dalam

rangka memperingati hari-hari besar agama Islam dan ‘alek

nagari’(pesta nagari). Pertunjukan ini tidak dilakukan di kedai (lapau)

atau lapangan terbuka. Biasanya hanya dipertunjukkan di tempat

yang dipandang terhormat seperti masjid, surau. Pertunjukan juga

biasanya dimulai selepas waktu shalat Isya. Sifat pertunjukan yang

532Syafwan Rozi. "Konstruksi Identitas Islam Perbatasan Sebuah Sintesis

terhadap Identitas Tradisional dan Identitas Modernis dalam Paham Keagamaan di

Daerah Rao Sumatera Barat. 533Melalui Salawat Dulang menyampaikan dakwah Islam, berupa; nasehat-

nasehat, pituah-pituah, cerita-cerita yang bersumber pada Sunnah Nabi dengan

menggunakan bahasa Minang. Wawancara kepala sanggar tigo sapilin Guguak

Nagari Pariangan.

Page 255: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 243

bertanya jawab, saling serang dan saling berusaha mempertahankan

diri. Dalam pertunjukannya, kedua tukang salawat duduk dan

menabuh talam secara bersamaan. Keduanya berdendang secara

bersamaan atau saling menyambung lirik-liriknya. Lirik-lirik itu

berbentuk syair, tidak jarang syair-syairnya selain sejarah nabi juga

nasehat muda-mudi dan rumah tangga.534

Tradisi salawat dulang berkembang di hampir seluruh wilayah

Minangkabau, baik ‘darek’ maupun ‘pasisia’. Hampir di semua

wilayah Minangkabau tradisi ini bisa ditemukan seperti Luhak Agam,

Tanah Datar, Lima Puluh Koto, bahkan pesisir atau rantau. Satu-

satunya daerah yang tidak ada penutur salawat dulang adalah di

pasaman. Masing-masing daerah mengklaim kalau tradisi ini adalah

tradisi mereka.535

Menurut sejarah, Salawat dulang berawal dari banyaknya ahli

agama Islam Minang yang belajar ke Aceh, diantaranya adalah Syekh

Burhanuddin. Ia kemudian kembali ke Minang dan menetap di

Pariaman. Dari daerah itu Islam menyebar ke seluruh wilayah

Minangkabau. Saat berdakwah, beliau teringat pada kesenian Aceh

yang fungsinya adalah menghibur sekaligus menyampaikan dakwah,

yaitu tim rebana. Beliau kemudian mengambil talam atau dulang

yang biasa digunakan untuk makan dan menabuhnya sambil

mendendangkan syair-syair dakwah.536

Ada juga yang menyatakan bahwa Salawat Dulang berasal dari

Tanah Datar dikembangkan oleh kelompok tarekat Syatariah sebagai

salah satu bentuk untuk mendiskusikan pelajaran yang mereka

terima dari guru. Oleh sebab itu, teks Salawat Dulang lebih

cenderung berisi ajaran Tasawuf. Ada juga yang menghubungkan

bahwa salawat dulang di Tanah Datar tidak lepas dari tiga tokoh

Tanah Datar yaitu Tuanku Sumanik (1930), Tuanku Limo puluh

(1930) dan Katik Rajo (1960).

534Observasi dan wawancara Inayah pada 1 November 2017 di Nagari

Pariangan. 535Wawancara Ketua KAN Pariangan, 10 januari 2017 jam.10.00 di

Pariangan dan pengamatan lansung. 536Wawancara Mulkhair (wali nagari pariangan), 10 januari 2017, jam 10.00

WIB di Pariangan dan pengamatan lansung.di Pariangaan.

Page 256: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

244 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Pertunjukan Salawat Talam baru dapat dilaksanakan jika ada

paling tidak dua klub, karena teksnya mengandung tanya jawab.

Artinya, pertunjukan sastra lisan ini juga merupakan sebuah

kompetisi. Penampilan satu teks tersebut disebut salabuahan atau

satanggak ataupun satunggak; (satu paket) memakan waktu 25-40

menit.

Teks salabuahan terdiri dari pambukaan, batang, dan panutuik

(penutup). Bagian batang berisi kaji, yaitu bagian inti salabuahan

penampilan salawat dulang. Teks tersebut dihafal oleh tukang

salawat kata demi kata. Umumnya, ia merupakan tafsiran dari ayat

al-Quran atau pun hadist. Bagian berikutnya adalah bagian penutup,

yang dimulai dengan pertanyaan, lalu memberi pertanyaan. Bagian

penutup ini juga dapat disisipi dengan pesan-pesan pemerintah,

seperti keluarga berencana, bahkan pemilihan umum; atau sekedar

hiburan dengan syair-syair lagu yang tengah populer.

Tradisi ini masih berkembang hingga sekarang, hal ini bisa

dilihat dari banyaknya tukang salawat, semakin sering dipertunjukan

dan irama pendendangnya semakin terbuka yaitu mengikuti

perkembangan irama lagu-lagu yang telah populer di tengah

masyarakat. Salawat dulang adalah tradisi minangkabau yang bersifat

terbuka karena memiliki daya adaptif baik dari segi tema maupun

irama, dapat diimprovisasi sesuai dengan hal-hal yang disenangi

masyarakat baik dari segi isi maupun irama.

Pada awalnya tradisi lisan sebagai sarana dakwah pada

perayaan-perayaan agama Islam. Saat sekarang fungsi tradisi lisan

disamping untuk sarana dakwah juga sarana hiburan yang enak

didengar serta sarana menarik perhatian penonton untuk mengikuti

suatu aktivitas, seperti penggalangan dana. Tradisi salawat dulang ini

telah diusulkan sebagai warisan budaya bukan benda/immaterial.

2) Ma arak Jamba (mengarak jamuan)537

, ratusan perempuan

berpakaian.

Adat lengkap atau berbaju kurung khas Minang. Contohnya

arakan jamba memenuhi jalanan Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah

537Mengiringi jamba atau jamuan makanan yang di talam bersama-sama yang

di bawa oleh ibu-ibu memakai baju adat Minang.

Page 257: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 245

Datar, Sumatera Barat, Ahad, 30 Oktober 2016. Mereka menuju

Istana Basa Pagaruyung, sambil membawa nampan besar di kepala.

Dalam bahasa setempat, nampan dikenal sebagai talam. Dalam talam

itu, terdapat banyak piring berisi makanan, yang dibungkus kain

perca berornamen adat Minangkabau. Makanan yang terbungkus rapi

itulah disebut jamba.538

Ketika ada acara ritual adat dan agama

penyambutan tamu biasanya petatah petitih yang berisi

penghormatan. Penyambutan tamu sangat mencerminkan kesantunan

orang Tanah Datar dalam menerima tamu. Hal ini sangat sesuai

dengan suruhan agama Islam untuk memulikan tamu.539

Perayaan ini biasanya dilakukan di bekas Istana Raja

Pagaruyung – kerajaan yang pernah berdiri di Sumatera. Dalam acara

yang dikemas dalam Festival Pesona Budaya Minangkabau.

Perempuan-perempuan sedang ma arak jamba atau mengarak jamuan.

Ada ratusan jamba beragam corak yang diarak. Jamba-jamba

kemudian dikumpulkan dalam istana untuk disantap bersama. Tradisi

itu disebut bajamba (menjamu makanan dengan menghidangkan di

piring), tradisi makan yang dilakukan masyarakat Minang dengan

cara duduk bersama dalam ruangan. Tradisi ini biasa ditemui pada

peringatan hari-hari besar agama Islam atau upacara adat, pesta adat,

dan pertemuan penting lain.540

Secara harfiah, makan bajamba bermakna sangat dalam karena

tradisi makan bersama akan memunculkan rasa kebersamaan tanpa

melihat perbedaan status sosial di masyarakat. Tradisi ini

diperkirakan telah ada sejak Islam masuk ke Minangkabau sekitar

abad ke-7 dan diyakini berasal dari Nagari Koto Gadang, daerah di

Kabupaten Agam, Sumatera Barat, yang melahirkan banyak tokoh

seperti H. Agus Salim, Muhammad Hatta, Sutan Syahrir, dan

538Observasi dan wawancara bundo kandung di acara Pesona Budaya

Minangkabau, 30 Oktober 2016 di Istana Pagaruyung Batusangkar. 539Observasi dan pengamatan langsung kegiatan penyambutan tamu pada

acara seremonial peresmian rumah adat Istana Pagaruyung, 07 September 2016 di

Batusangkar. 540Bajamba (makan yang dihidang di atas talam) merupakan tradisi makan

secara adat di Tanah Datar, jika kegiatan seremonial adat yang dihadiri oleh ninik mamak atau pejabat, hidangan makanannya bajamba (dihidangkan di lantai saja dan

makan duduk bersila).

Page 258: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

246 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Mohammad Natsir. Meski di perkotaan kebiasaan ini mulai tergerus

perubahan zaman, tetapi di daerah seperti Batusangkar, masih tetap

lestari sebagai bagian dari upaya mempertahankan budaya dan

sekaligus menjadi daya tarik wisatawan dalam dan mancanegara.541

Paparan di atas dalam ranah kajian sosial antropologi, menurut

Dadang Kahmad istilah modernis dan tradisionalis memerupakan tipe

ideal dari dua tatanan masyarakat yang berbeda.542

Istilah modern ini

dipahami sebagai masyarakat masa kini yang beorientasi ke depan.

Mereka berusaha merubah dan memperbaharui aspek lama dalam

kehidupan, sedangkan tradisional merupakan masyarakat yang hidup

pada masa kini yang berorientasi masa lalu. Mereka berusaha

menjaga keaslian dan orisinilitas masa lalu sebagai acuan dan

pedoman hidup untuk masa kini dan akan datang.

3) Pengangkatan Penghulu / melewakan Gala

Penghulu di Minangkabau adalah pemimpin kaum, Penghulu

diangkat oleh anak kemenakannya. Gelar sako dan pusako yang

disandangnya merupakan turun temurun dari niniak mamak ke

mamak. Dari mamak turun ke kemenakan (ponakan). Tugas seorang

penghulu melalui petitih Minang sebagai berikut :

Manuruik pusako nan dijawek (menurut pusaka yang diterima)

Sapanjang adaik turun temurun (selama adat turun temurun)

Baurek tunggang bapucuak bulek (berurat tunggang berpucuk

bulat)

Babatang gadang badahan kuek (berbatang besar berdahan

kuat)

Badaun rimbun babuah labek (berdaun rimbun berbuah lebat)

Ureknyo tampek baselo (uratnya tempat duduk)

Daunnyo tampek banaung (daunnya tempat bernaung)

Buahnyo untuak dimakan (buahnya untuk dimakan)

Dahannyo tampek bagantuang (dahannya tempat bergantung)

541Observasi dan wawancara Bapak Jamilis, mantan Kepala Dinas Pariwisata

2 periode Bupati, 29 Juni 2017, di Batusangkar, jam :10.00. 542Dadang Kahmad, "Metode Penelitian Agama Perspektif Perbandingan

Agama." (2000). Accessed, 28 Desember 2017.

Page 259: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 247

Daun rimbun untuak balindung (daunnya rimbun tempat

berlindung)

Tampek balinduang kapanehan (tempat berlindung kepanasan)

Nan salingka cupak adaik (yang diselingkung keluarga)

Nan sapayuang sapatagak (yang selingkung sekaum)

Dibawah payuang di lingkuang cupak (yang selingkung suku)

Manjala masuak ka nagari (terus keselingkunng nagari)

Kapai tampek batanyo (ingin pergi tempat bertanya)

Kapulang tampek babarito (ingin pulang tempat memberi

kabar)

Kusuik nan kamanyalasaian menyelesaikan keadaan yang

kusut)

Karuah nan ka mampajaniah (Menjernihkan keadaaan yang

keruh)

Mahukum adaik bakato bana (memberi hukuman secara adat

dan berkata benar).

Basayak landai ba aia janiah (memberi jalan keluar).543

Pepatah Minang di atas menggambarkan tugas-tugas dari

seorang penghulu sebagai seorang pemimpin di sukunya. Keduduan

penghulu tidak sama di sebuah nagari. Pada keselarasan Bodi

Caniago penghulu duduk sehamparan, tagak sapamatang artinya

duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dan hak bersuara sama.

Penghulu itu di Tanah Datar bertingkat-tingkat antara lain; 1)

Penghulu suku yaitu Penghulu pemimpin suku. Menurut keselarasan

Koto Piliang ia disebut penghulu pucuk atau penghulu tuo, sedangkan

menurut aliran Bodi Caniago penghulu pucuk disebut penghulu dari

empat suku pertama, 2) Penghulu kampung.

Upacara pengangkatan Penghulu dilakukan apabila: Pertama,

Mati batungkek budi; bila Penghulu meninggal dunia dan dicarikan

penggantinya kedua, Hiduik bakarilahan; bila Penghulu digantikan

selagi ia masih hidup, ketiga, Mambangkik batang tarandam;

mengangkat seorang Penghulu untuk menyandang gelar pusaka yang

543Wawancara Rifka Yarni (Bundo Kanduang), 10 januari 2017, jam 10.00

WIB di Pariangan. Pengamatan langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada

kegiatan seremonial adat.

Page 260: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

248 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

sudah lama terpendam, keempat, Malakekan baju balipek (memakai

baju dilipat); berarti gelar pusaka selama ini balipek (dilipat)atau

tidak dipakai, karena yang akan memakai belum ada atau masih kecil,

sehingga gelar diserahkan kepada keluarga dekat yang mampu

menyandang gelar sako tersebut.

Penghulu dan jajarannya memiliki pakaian kebesaran adat yang

mana menurut falsafah orang Minangkabau pakaian fungsinya bukan

hanya untuk melindungi tubuh dari cuaca panas dan dingin, untuk

keindahan, untuk kecantikan, pakaian juga sangat berfungsi untuk

menutup aurat, baik bagi laki-laki maupun bagi perempuan sebab di

dalam adat dikatakan syarak mangato adat mamakai artinya yang

dikatakan oleh agama selalu sejalan. Pakaian dapat mencerminkan

sopan santun si pemakainya seperti adat mangatakan rancak rupo

dapek di liek, elok bunyi karano didanga artinya bagus kalau dilihat,

indah jika dipandang. Jadi berpakaian itu harus selalu serasi, tidak

mencolok dan tidak membuka aurat. Pakaian adat hampir sama di

setiap nagari dalam acara seremonial adat dianjurkan memakai

pakaian kebesaran adat.544

Setiap upacara adat memiliki pakaian

tersendiri. Pakaian penghulu dan bundo kanduang adalah khusus dan

tidak sembarangan orang bias memakai pakaian penghulu dan

pakaian bundo kanduang, penjelasan sebagai berikut:

(1) Pakaian Penghulu.

Pertama; saluak (penutup kepala terbuat dari kain yang

dipuntal), sebelum datangnya Aditiyawarman, Penghulu memakai

deta. Setelah kedatangan Aditiyawarman deta diganti dengan saluak,

saluak berkuak di atasnya ke kiri dan ke kanan.Waktu itu

Minangkabau dibagi dua Keselarasan Bodi Caniago dan Koto Piliang.

Saluak berkerut-kerut mengandung arti akal seorang Penghulu itu

harus banyak dan berfikiran luas. Dan juga melambangkan bajanjang

naik batanggo turun (segala sesuatunya mengikuti prosedural).

Jumlah kerutnya lima melambangkan di dalam pemerintahan

Minangkabau terdapat lima unsur yang selalu berdampingan yaitu

Penghulu, alim ulama, cadiak pandai, manti dan dubalang. Saluak

dibuka dari lipatannya berupa kain yang lebar berarti Penghulu harus

544Wawancara Andrizal (Kaur Ekonomi), 29 Agustus 2016, jam 10.00 di

Batu Bulek Lintau Utara.

Page 261: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 249

berfikiran luas.Kedua; baju, baju Penghulu berwarna hitam

mengandung arti, seorang Penghulu harus tahan dalam bermacam

ujian dan penderitaan. Lengan baju lebar mengandung arti, Penghulu

bebas melaksanakan tugasnya.Pertemuan antara badan dengan lengan

dinamakan siba balanti, diles dengan benang emas artinya mauleh

indak mangasan, mambua indak mambuku. Leher berbelah tidak

berkancing mengandung arti, Penghulu harus tabah dan sabar.

Kesabaran seorang Penghulu dapat diibaratkan sebagai :

Tagangnyo bajelo-jelo

Kanduanyo badantiang-dantiang

Hati lapang pikiran saiyo

Cukuik surek kato barundiang.

Ketiga; Sarawa/celana , celana Penghulu lapang,

melambangkan kebesaran dalam memimpin anak kemenakan. Secara

spontan dengan cepat mengunjungi buruk baik anak

kemenakannya.545

Keempat; sesamping, bewarna merah atau hitam

mengandung arti, mempunyai keberanian dalam kebenaran. Kainnya

senteng hingga lutut mengartikan hatinya miskin di atas kebenaran.

Kelima; cawek/ikat pinggang terbuat dari sutra, diujungnya ada

umbai pucuk rebung, melambangkan seorang Penghulu dengan cara

halus dapat memperbaiki akhlak kemenakannya yang hampir

menyeleweng.546

Keenam; sandang atau salempang , sandang adalah

kain segi empat yang terdapat di bahu, melambangkan Penghulu akan

menerima anak kemenakannya yang sudah melanggar adat istiadat.

Pada ujung kain dibahulkan seuntai anak unci, rantai, dan alat kecil

lainnya yang teruntai, yang disebut karenteng. Karenteng

menggambarkan kecukupan Penghulu dalam persediaan ilmu adat,

guna pelaksanaan adat itu sendiri.

Ketujuh; keris, keris Penghulu bengkok melambangkan

menarik orang yang bersalah, sedangkan dia tetap mempertahankan

545Pengamatan langsung di Jorong Batu Bulek, Nagari Batu Bulek pada

kegiatan seremonial adat. 546Wawancara Rifka Yarni (bundo kanduang), 10 januari 2017, jam 10.00

WIB di Pariangan. Pengamatan langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada

kegiatan seremonial adat.

Page 262: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

250 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

kesalahannya. Mata keris timbal balik melambangkan kata-kata

kebenaran yang disampaikan oleh Penghulu, akan diterima dengan

baik oleh anak kemenakannya sendiri dan pihak yang bertentangan

dengan dia. Mata keris tajam tapi tidak melukai, artinya Penghulu

tidak akan turut saja kepada pendapat orang lain, dia percaya pada

diri sendiri, Kedelapan; tongkat adalah pamenan(mainan) Penghulu

yang terbuat dari kayu, ujungnya pakai tanduk berkepala perak.

Artinya, seorang Penghulu itu bukan orang yang tua umurnya

melainkan orang yang dituakan dalam sebuah payung yang diakui

nagari.547 Kesembilan; sandal, sandal untuk menjaga kebersihan kaki,

maksudnya agar kaki Penghulu selalu dilangkahkan bagi kebaikan

anak-kemenakannya.548

Upacara adat, petatah petitih yang disebut pasambahan

diadakan di surau-surau dan di rumah-rumah pribadi. Hal ini

dilakukan sebagai program masyarakat tidak didanai pemerintah,

suka rela masyarakat dalam rangka melestarikan nilai-nilai adat.

Rumah gadang dibangun secara bersama seperti di Jorong Alur

Tengah Kawai. Musyawarah lebih banyak dilakukan tempatnya di

surau. Rumah gadang lebih untuk tempat berkumpul di hari lebaran

pulang basamo dan baralek adat. Dubalang dan malin baca doa,

masih ada badoa kerumah-rumah, sebagian masyarakat masih

melestarikannya. Biasanya yang baca doa disebut tuok angku (malin).

Hari besar Islam diperingati tetapi biasa-biasa saja. Menyambut tamu

denga pantun, setiap ada resepsi ada pantun seperti pada pernikahan.

Makanan adat talam nan ampek (talam yang empat), siwajik (nasi

pulut pakai gula merah), sikunyik (nasi pulut pakai kunyit-warnanya

kuning), silamak (nasi pulut putih) , kalamai (dodol terbuat dari beras

pulut), wajib ada kalau baralek (pesta).549

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap

simbol-simbol pakaian adat Penghulu di Tanah Datar memiliki

makna dan makna-makna tersebut tidak bertentangan dengan syariat

547Wawancara Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), 03 September 2016,

Jam: 14.00 WIB di Batu Bulek kecamatan Lintau Buo Utara. 548 Wawancara Nofri Aides (Bundo Kanduang Limakaum), 29 Juni 2017, jam

10.00 WIB di Batusangkar. 549Wawancara Andrizal, 29 Agustus 2016, di Batu Bulek Lintau Utara.

Page 263: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 251

Islam. Penghulu idealnya memiliki semua sifat-sifat kepemimpinan

dan ilmu kepemimpinan seperti yang diajaarkan oleh Nabi

Muhammad SAW, namun menurut ketua Ikatan Keluarga Tanah

Datar (IKTD) cabang Medan Sumatera Utara seorang Penghulu di

Era Modern ini seharusnya orang yang berpendidikan. Kalaupun tidak

berpendidikan tinggi, setidaknya mau belajar karena anak kemenakan

yang dipimpin sudah banyak yang berpendidikan tinggi.550

Begitu juga hal-hal untuk januan makanan Penghulu dalam

pesta-pesta atau seremonial adat dan agama ada tradisi khusus, tidak

boleh makanan sembarangan yang tidak sesuai dengan aturan adat.

Aturan ini tidak ada tercatat, akan tetapi diketahui turun temurun.

Jika tidak dipenuhi oleh sebuah keluarga yang sedang hajatan pesta,

maka akan ditegur oleh Penghulu.

Dari pengamatan dilapangan pada acara seremonial-

seremonial adat, Penghulu posisi duduknya paling depan,

penampilan pakaian Penghulu ini terkesan orang yang berkedudukan

tinggi harus hati-hati berbicara dengan mereka, duduknya selalu di

depan yang melambangkan adat. Sementara alim ulama posisi

duduknya di belakang, berpakaian biasa-biasa saja, tidak ada pakaian

(identitas khusus).

(2) Pakaian Bundo Kanduang

Sebelum menjelaskan tentang pakaian bundo kanduang akan

dijelaskan makna bundo kanduang sebagai perempuan Minang dan

bundo kanduang sebagai organisasi perempuan, karena pakaian bundo

kanduang terkait dengan posisi bundo kanduang dalam kontekstual.

Bundo kanduang dalam pepatah Minang diungkapkan

bahwa,”Bundo Kanduang Limpapeh rumah nan gadang, umbun

puruik pegangan kunci, ambun puruik aluang bunian, pusek jalo

kumpulan tali, sumarak di dalam kampuang, hiasan dalam nagari nan

gadang basa batuah, kok hiduik tampek banasa, kok mati tampek

baniat, kaundang-undang madinah, kapayuang panji ka sarugo.” Arti

gurindam di atas adalah bahwa adat Minagkabau memberikan

beberapa keutamaan terhadap wanita Minagkabau, sebagai bukti

550Wawancara HM.Yunus Sirhan (ketua IKTD Sumatera Utara), 27

September 2017 di Batusangkar.

Page 264: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

252 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

kemuliaan dan kehormatan yang diberikan kepada Bundo kanduang

dan untuk menjaga kemuliaan itu dari segala kemungkinan yang akan

menjatuhkan martabatnya. Ada lima garis besar ciri khas adat

Minangkabau terhadap Bundo kanduang : (a)Keturunan ditarik dari

garis keturunan ibu. Menurut pemuka-pemuka Minang tujuannya

adalah manuusia yang dilahirkan ibu terutamaa anak laki-laki,

menghormati dan memuliakan jenis keturunannya tanpa pandang

bulu. Seseorang tidak bisa semena-mena terhadap kaum ibu yang

melahirkan apalagi berbuat sesuatu yang amoral. Karena ibu menurut

orang Minangkabau akan banyak menentukan watak karakter anak,

(b)Rumah tempat berdiam, (c) Sumber ekonomi diutamakan untuk

wanita, (d)Yang menyimpan hasil ekonomi adalah wanita, (e)Wanita

mempunyai hak suara dalam musyawarah.

Bundo kanduang terdiri dari dua suku kata yaitu bundo dan

kanduang. Bundo artinya ibu sedangkan kanduang artinya kandung

atau sejati, maka bundo kanduang artinya ibu yang sejati yang tidak

cacat baik dipandang sebagai sifat keibuannya maupun dipandang

dari sifat kepemimpinannya. Dalam nagari Bundo kanduang adalah

sebuah lembaga yang mewakili perempuan termasuk dalam struktur

pemerintahan yang merupakan bagian dari KAN (Kerapatan Adat

Nagari). Bundo kanduang menjadi struktur independen dalam

menjalankan organisasi kenagarian yang diatur dalam Peraturan

Daerah Kabupaten Tanah Datar.551

Beberapa pengertian Bundo kanduang; 1)bundo kanduang

adalah raja atau ratu dari kerajaan Minangkabau, 2)bundo kanduang

berarti panggilan kehormatan dan panggilan kesayangan seorang anak

kepada ibunya, 3)Panggilan bundo kanduang ditujukan kepada istri

niniak mamak atau pendamping niniak mamak dalam acara

seremonial, 4)Panggilan bundo kanduang ditujukan kepada kelompok

wanita yang mendampinggi Penghulu dalam sebuah acara adat. Baik

dalam nagari atau acara secara pemerintahan, 5)Dari struktur

pemerintahan, bundo kanduang termasuk bagian dari KAN di Tanah

551Wawancara Nofri Aides (Bundo Kanduang Limakaum), 29 Juni 2017 , jam

10.00 WIB di Batusangkar.

Page 265: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 253

Datar, 6)Dan menurut adat salingka nagari 552pengertian bundo

kanduang adalah; istri seorang niniak mamak, Ibu kandung atau

saudara perempuan yang tertua dari seorang niniak mamak,

perempuan yang sudah menikah dan merupakan tokoh.

Aturan mengenai bundo kanduang ini dirumuskan dalam perda

Tanah DatarNo.15 Tahun 2008 dan diberi badan otonom kepada

bundo kanduang untuk bergerak kepada perempuan agar bisa

mengembangkan diri lebih luas.Bundo kanduang merupakan

pemimpin perempuan non formal terhadap seluruh perempuan dalam

kaum sampai kepada cucunya. Kepemimpinan bundo kanduang ini

dengan sendirinya tumbuh dan memiliki kharismatik dari kaumnya

sendiri.553

Di Era Orde Baru bundo kanduang secara organisasi tidak

masuk dalam lembaga unsur554

yang dilibatkan dalam nagari, di Era

Reformasi Bundo kanduang secara organisasi sudah masuk dalam

lembaga unsur perempuan yang masuk dalam pemerintahan mulai

tingkat nagari dan secara hirarki organisasi memiliki struktur

organisasi bundo kanduang tingkat Provinsi Sumatera Barat, bundo

kanduang Kabupaten Tanah Datar, bundo kanduang tingkat

kecamatan dan bundo kanduang di masing-masing nagari. Anak gadis

belum bisa dikatakan bundo kanduang, tetapi disebut puti bungsu

(gadis).

Mulai masa pemerintahan di Orde Reformasi secara organisasi

bundo kanduang sudah masuk dalam lembaga unsur Adat. Kegiatan

bundo kanduang berjalan mulai tingkat kabupaten sampai tingkat

jorong di Kabupaten Tanah Datar. Untuk tingkat kecamatan tempat

kegiatan di pergilirkan pada masing-masing nagari dan setiap

kegiatan dihadiri oleh wali nagari, bundo kanduang dari nagari-nagari

dalam kecamatan tersebut serta dihadiri utusan puti bungsu (anak

gadis), begitu seterusnya kegiatan di setiap Jorong.

552 Adat Salingka (selingkup) Nagari adalah adat yang berlaku di suatu

nagari. 553 Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar N0.15 tahun 2008. 554 Lembaga unsur yang diakui oleh Perda pasal 6 adalah 5 unsur yaitu unsur

ninik mamak, unsur alim ulama, unsur cadiak pandai(cerdik pandai), unsur bundo kandung dan unsur pemuda. Terdapat dalam Peraturan Bupati Tentang Pedoman

Pembentukan Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari No.13 tahun 2008 hal 60.

Page 266: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

254 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Kegiatan-kegiatan bundo kanduang ini diantaranya

memberikan seminar dan ceramah-ceramah tentang rumah tangga,

peran suami, peran istri, peran bundo kanduang serta hal-hal yang

menyangkut pengetahuan/wawasan tentang keperempuanan. Dan

juga membimbing anak gadis untuk beretika dalam berpakaian

(sumbang pakaian), wawasan tentang adat istiadat minang.Kegiatan

bundo kanduang diberi anggaran oleh pemerintah setiap tahunnya.555

Dari uraian di atas bahwa di Era Orde Reformasibundo

kanduang bukan hanya perwakilan perempuan dalam musyawarah

adat tetapi sudah menjadi organisasi perempuan yang masuk dalam

lembaga unsur yang dilibatkan dalam menjalankan atau pengambilan

kebijakan pembangunan pemerintahan mulai tingkat nagari sampai

tingkat provinsi dan di kegiatan seremonial-seremonial adat baik dari

masyarakat maupun pemerintahan,bundo kanduang duduknya sejajar

dengan Ketua Penggerak PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan

Keluarga) dan Ketua GOW (Gobungan Organisasi Wanita)556

Pakaian adat bundo kanduang menurut lazim adat yang lazim,

pertama; tangkuluk (penutup kepala seorang wanita) ciri khas

sebagai bundo kanduang pada waktu menghadiri upacara adat dan

tengkuluk ini pemasangannya seperti tanduk kerbau. Tengkuluak ini

terbuat dari selendang tenunan Pandai Sikek yang mana setiap daerah

berbeda pula model pemakainnya. Ada yang runcing ujungnya dan

ujung pepat dan di daerah Lintau Kabupaten Tanah Datar tanduknya

bertingkat.

Kedua; Baju kurung yang dihiasi sulaman benang emas yang

melambangkan orang yang berlapang dada menghadapi masalah.

Ketiga; kodek yang dipakai oleh bundo kanduang dibuat dari

kain balapak atau songket tenunan pandai Sikek Padang Panjang.

Kain sarung ini berhiaskan benang emas atau perak dengan motif

555Wawancara Hj. Irsyam (ketua Bundo kanduang nagari Batubulek

Kecamatan Lintau Utara), senin 5 September 2016 di Lintau Utara. 556Pengamatan langsung pada kegiatan seremonial pemerintahan di kabupaten

Tanah Tatar pada acara peresmian Istana Pagaruyung oleh wakil presiden Yusuf

Kalla, pengamatan langsung pada acara seremonial festival budaya Pagaruyung dan

terakhir peneliti menghadiri acara Silatnas perantau tanah Datar di Gedung Nasional

Batusangkar, kamis, 29 Juni 2017.

Page 267: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 255

bunga, daun atau garis-garis geometris, tepinya dihiasi motif pucuk

rebung. Melambangkan kedinamisan orang Minangkabau

Keempat; Salendang adalah dipakai sejalan dengan baju kurung

yang dipakaikan di atas bahu kanan atau salempang dari kain songket

yang disebut kain balapak buatan Pandai Sikek.Cara memakainya

disalempanagkan dari bahu kanan ke bawah tangan kiri yang

melambangkan tanggung jawab yang dibebankan di pundak bundo

kanduang, yang harus dilaksankan dengan baik.557

Baik di Orde Lama maupun Orde Reformassi bundo kanduang

sudah berperan dalam musyawarah adat, namun di Era Reformasi

sudah melembaga dan diakomodir oleh pemerintah daerah baik

secara posisi dalam konstitusi pemerinaahan maupun secara

anggaran. Apalagi dengan adanya regulasi legislatif 30 persen

keterwakilan perempuan dengan demikian posisi lembaga bundo

kanduang di Tanah Datar juga semakin terangkat.

Bundo kanduang adat berada pada keluarga inti dari Penghulu

yang berasal dari satu keturunan ibu (saparuik). Sedangkan bundo

kanduang sebagai organisasi dibentuk pada tahun 1976 di Kota

Payakumbuh. Secara umum yang digolongkana bundo kanduang

adalah semua istri atau perempuan yang sudah pernah menikah.

Organisasi Bundo Kanduang mempunyai program jangka

panjang dan jangka pendek. Program jangka panjang adalah

melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk melestarikan budaya Minang

sesuai dengan ABSSBK. Pada masa Orde Baru organisasi bundo

kanduang dikuasai oleh salah satu partai politik, namun dari Munas

Bundo Kanduang tahun 1998, hasil keputusan Munas organisasi

bundo kanduang tidak boleh memihak pada salah satu partai politik.

Sejak itu organisasi bundo kanduang menjadi organisasi independen.

Akan tetapi kenyataannya dalam perjalanan waktu tetap saja menjadi

alat politik dari berbagai partai politik. Tergantung partai apa yang

menjadi kepala daerah pada masa tersebut.558

557Wawancara Inayah (Bundo Kanduang Sikaladi), 10 Mei 2017, jam. 13.00

WIB. 558 Wawancara Nofri Aides (Bundo Kanduang Limakaum), 29 Juni 2017 di

Batusangkar, jam 10.00 WIB.

Page 268: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

256 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

4) Upacara batagak rumah /mandoso

Upacara batagak rumah/mandoso559 adalah seremonial

persiapan akan membangun sebuah rumah. Rumah adalah tempat

berdiam kemenakam perempuan dan keluarganya. Rumah bukan

hanya tempat tinggal tapi tempat musyawarah, tempat berkumpul

keluarga anak kemenakan maka membangun rumah dilakukan secara

bersama. Tanah untuk membangun rumah tidak dibeli melainkan

tanah kaum yang telah diberikan berdasarkan musyawarah mamak-

mamak. Pembangunan rumah kemenakan ini biasanya dilakukan

gotong royong oleh kaum dari mamak perempuan.560

Beberapa urutan seremonial batagak rumah yaitu maramu ka

rimbo (meramu ke rimba) maksudnya mencari kayu ke rimba yang

dilakukan oleh famili keluarga laki-laki, kemudian Mairik pakayuan

dari rimbo (membawa pekayuan dari rimba) ke kampung, Marandam

pakayuan maksudnya perkayuan yang dibawa dari rimba tadi

direndam dalam tempat yang berlumpur setelah itu Mambangkik

pakayuan atau mambangkik batang tarandam, maksudnya pekayuan

yang sudah direndam sekian lama dikeluarkan kembali, lantas

dibersihkan dan dikeringkan, selanjutnya Cacak paek artinya

memahat kayu pertanda pekerjaan dimulai. Batagak rumah, artinya

menegakkan kerangka rumah yang seluruh bagian-bagiannya telah

selesai dikerjakan, Manjanguak tukang, maksudnya orang yang punya

rumah pergi menjenguk tukang ke rumah atau ke kampungnya. Baru

terakhir settelah rumah selesai, sebelum dihuni ada istilah Manaiki

rumah yag artinya rumah mulai dihuni, maka yang empunya rumah

mengadakan doa selamatan sebagai pernyataan rasa syukur. zaman

sekarang upacara “Batagak rumah” melalui tahap-tahap seperti masih

terjadi di Sikaladi Nagari Pariangan561

dan sebagian di tempat sudah

jarang dijumpai.

559 Mandoso artinya berdoa pada yang kuasa atas dimulainya pekerjaan,

tradisi ini sudah ada sejak zaman sebelum Islam, setelah Islam berdoanya sesuai

dengan agama Islam. Wawancara penghulu suku Koto Pariangan dan pengamatan

langsung. 560 Wawancara dan pengamatan langsung di nagari Pariangan, 10 Mei 2017,

jam. 13.00 WIB. 561Wawancara Inayah (bundo kanduang Sikaladi), 10 Mei 2017, jam. 13.00

WIB.

Page 269: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 257

Banyak hikmah dari seremonial ini di antaranya adalah agar

tidak terjadi perselisihan dan konflik antara anak kemenakan,

tanggung jawab sebagai mamak dilaksanakan sehingga anak

kemenakan merasakan kepemimpinan dari mamak/penghulunya, dan

meringankan kemenakan dalam ekonomi. Budaya ini berlangsung

sejak dahulu sampai sekarang di nagari Pariangan jorong Sikaladi.

Dalam seremonial-seremonial ini telah terjadi perubahan karena

pengaruh modernisasi dan globalisasi.

Dari uraian di atas tergambar bahwa masyarakat menjalankan

nilai-nilai adat dan agama secara bersamaan, nilai adat mengandung

hikmah-hikmah yang positif untuk kehidupan sehari-hari dalam

keluarga, dalam berkaum dan di dalam sukunya serta kehidupan

bermasyarakat. Begitu juga nilai agama sekaligus juga harus

dilaksanakan karena keyakinan yang sudah melekat dalam kehidupan

mereka. Sikap masyarakat di atas adalah akomodasi model

kontekstual yang mengakomodasi unsur-unsur nilai adat dan agama

tidak langsung menerima dan menolak akan tetapi melalui penilaian

sehingga ditemukan nilai-nilai baru antara adat dan agama yang

menjadi sikap keberagamaan masyarakat. Masyarakat menjalankan

nilai-nilai adat dan agama secara bersamaan.562

Dari paparan di atas juga terjadi suatu perubahan pada

upacara-upacara atau seromonial adat dan agama pada masyarakat di

nagari-nagari yang terletak di pusat kota dan yang berdekatan.

Sementara yang berjauhan dari kota masih memiliki budaya

kebersamaan, beberapa adat istiadat masih kental dan kukuh untuk

mempertahankan.

Dalam melaksanakan nilai keagamaan surau tidak kalah

penting fungsinya sebagai sarana bersatunya seremonial adat dan

ritual agama. Bila dilihat pengertiang kata surau dari kamus Besar

Bahasa Indonesia, adalah tempat (rumah) umat Islam melakukan

ibadah seperti shalat dan mengaji dan juga dapat berarti langgar. Di

Sumatera Barat di samping dua pengertian di atas yang disebut

mus}alla> dengan fungsi yang sama. Untuk itu dalam istilah nasional,

ada tiga nama yang populer untuk surau yaitu langgar di Jawa,

562Abidin Nurdin. "Integrasi Agama dan Budaya: Kajian Tentang Tradisi

Maulod dalam Masyarakat Aceh." El-Harakah, Vol. 18, No.1 (2016): 45-62.

Page 270: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

258 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

mus}alla> di luar Sumatera Barat dan surau di Sumatera Barat. Surau

adalah disebut lembaga pendidikan Islam yang memiliki karekteristik

sama dengan pesantren di luar Sumatera Barat. Surau juga sebagai

pelengkap rumah gadang oleh suatu kaum tertentu.

Latar belakang historis surau adalah sebelum datangnya Islam

surau sebagai tempat beribadatan nenek moyang Minangkabau,

kemudian terjadi Islamisasi, di samping sebagai tempat berkumpul

anak-anak muda laki-laki sekaligus tempat tidurnya juga berfungsi

lebih luas sebagai tempat belajar, mengembangkan ajaran Islam

seperti menjadi tempat shalat, tempat belajar membaca al-Quran,

belajar agama, tempat upacara-upacara yang berkaitan dengan agama,

suluk 563

, tempat berkumpul dan musyawarah, tempat penginapan

musafir, tempat berkasidah/ bergambus, latihan silat dan lain

sebagainya.564

Ada beberapa jenis surau di Tanah Datar yaitu ada yang

disebut dengan surau nagari, surau kaum, dan surau suku. Surau

nagari saat ini banyak berubah menjadi masjid, surau kaum yang

sering disebut mus}al>a dan surau suku yang akhirnya menjadi surau

yang dipimpin oleh tuanku565 yaitu orang yang mempunyai

563Suluk adalah ibadah yang dilakukan oleh penganut tarekat dengan

mengurung diri di dalam kelambu atau kamar kecil, bertekun melakukan ibadah

guna mendekatkan diri kepada Tuhan sepanjang waktu. 564Azyumardi Azra, Surau Pendidikan Islam Tradisional Dalam Transisi Dan

Modernisasi (Jakarta: Logos wacana Ilmu, 2003), 7-9. 565Tuanku adalah salah satu gelar ulama di Minangkabau. Para tuanku

terkemuka biasanya disebut berdasarkan tempat tinggalnya, surau atau sejumlah

karakteristik personal mereka. Syekh (syaikh) dianggap gelar keagamaan yang lebih

tinggi bagi ulama daripada tuanku. Gelar-gelar tersebut mencerminkan sifat alami

ulama di Minangkabau yang merupakan satu-satunya kelompok di dalam masyarakat

Minangkabau yang memiliki pengaruh dan concern yang supra nagari atau trans

nagari. Gelar tuanku seperti Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Nan Tuo, dan lain-lain,

bersifat personal karena berada di luar hirarki adat. Biasanya nama nagari ditambahkan dengan tepat karena para pengikut tuanku berasal dari daerah yang jauh

lebih luas daripada satu nagari. Gelar tuanku ini berbeda dengan gelar-gelar murni

adat, seperti Datuk Bandaro Kuning dan Malin Marajo. Gelar-gelar adat

diperuntukkan bagi suku tertentu, bukan individu yang memegangnya dalam waktu

tertentu; pengganti Datuk Bandaro Kuning dan hal yang sama akan terjadi pada

pengganti selanjutnya. Gelar adat tidak dimodifikasi dengan nama nagari , karena

hanya relavan bagi nagari tertentu dan kebanyakan rakyat di nagari memahami

gelar mana yang diperuntukkan bagi suku. Sebaliknya, gelar tuanku dapat diterapkan

hanya bagi orang tertentu hanya ada satu Tuanku Imam Bonjol, tetapi pasti ada

Page 271: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 259

keilmuan agama dan adat yang mendalam, yang diturunkan kepada

anak kemenakan dan cucunya, maupun kaumnya. Salah seorang

tokoh masyarakat Lintau Buo mengatakan bahwa adat dan agama

menyatu di masjid. Di masjid dan di surau berjalan Tigo Tungku

Sajarangan. Masjid posisinya adalah milik nagari, kalau sekarang

dinamakan masjid raya yang merupakan pusat informasi

penyelenggaraan nagari karena syarat dikatakan sebuah nagari harus

memiliki sebuah masjid.566

Pada surau terdapat terminan hubungan adat dan agama, jika

ditelusuri dari sejarah Minangkabau hubungan ini tercapai dalam

jangka waktu yang cukup panjang, berkaitan dengan konsepsi "Alam

Minangkabau" pola hubungan adat dan agama berlangsung proses

Islamisasi yang terus-menerus di dalam masyarakat Minangkabau,

terutama dalam pengenalan ide-ide baru dalam Islam yang dibawa

oleh orang-orang Minangkabau yang kembali dari Mekah, Madinah

dan Kairo. Pembaharuan dalam penghayatan dan pengamalan Islam

ini menimbulkan dinamika dan sekaligus konflik tersendiri dalam

masyarakat Minangkabau. Hamka mencatat, gerakan pembaharuan di

Minangkabau ini adalah gerakan pembaharuan paham Islam yang

pertama kali berlangsung di Indonesia.567

Proses pembaharuan ini menjadikan Minangkabau memegang

peranan penting dalam menyebarkan ide-ide pembaharuan dalam

Islam ke daerah-daerah lain. Surau sebelunya adalah tempat ibadah

persembahan dan pertapaan nenek moyang orang Minangkabau yang

menganut kepercayaan Dinamisme dan Animisme. Dengan

masuknya Islam ke Minangkabau, surau mengalami proses

Islamisasi. Surau dalam makna fisik merupakan bangunan-bangunan

peninggalan kebudayaan masyarakat Minangkabau sebelum datangya

Islam. Surau dalam sistem adat Minangkabau adalah kaum atau suku

yang didirikan oleh suatu kaum sebagai bangunan lengkap rumah

lusinan Datuk Bandaro Kuning dalam sejarah suku. Lihat Hamka, Ayahku Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perdjuangan Kaum Agama di Sumatera Barat, (Djakarta: 1976), 24.

566Wawancara Muslim (tokoh masyarakat), 30 Juni 2017 di Lintau Buo

pukul.19.00 WIB. 567Hamka, Muhammadiyah di Minangkabau (Jakarta: yayasan Nurul

Islam,1974), 7.

Page 272: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

260 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

gadang, di sini ditempati oleh beberapa keluarga yang saparuik

(berasal dari satu perut (nenek) di bawah pimpinan seorang datuk

(penghulu/kepala suku).568

Dakwah Islam di Indonesia dalam pelaksanaanya sering

bersentuhan dengan budaya lokal yang sering dijadikan sarana dalam

penyebaran Islam. Seperti Wali Songo menjadikan wayang sebagai

media penyebaran Islam. Di Minangkabau pun tradisi lokal yang

sangat besar artinya dalam penyebaran Islam yaitu tradisi surau.

Semula surau tempat pertapaan kemudian terjadi Islamisasi surau

sebagai institus pendidikan, yang semula dipakai sebagai tempat

rutinitas ibadah. Surau menjadi tempat ritualisasi Islam setelah

mengalami Islamisasi dan berkembang sebagai lembaga pendidikan.

Di lembaga ini berlangsung revivalisme pemikiran Islam pertama di

Minangkabau. Surau sebagai tempat menimba ilmu agama bagi orang

Sumatera Barat sekaligus media difusi Islam.569

Ulama-ulama

mendirikan surau sebagai lembaga pendidikan dan murid-muridnya

ketika kembali ke kampungnya mendirikan surau pula dan di sana

terjadi penyebaran Islam, sehingga Islam cepat terakses oleh

masyarakat. Surau semakin populer sebagai media penyebaran Islam,

dan yang penting adalah surau telah membentuk karakteristik

masyarakat Minangkabau.

Surau dalam wacana intelektual surau merupakan gelombang

dasar sejarah pemikiran Islam di Minangkabau. Melalui surau ulama-

ulama menumbuhkan pemikiran Islam. Surau merupakan bagian

penting yang tidak bisa dipisahkan dari dunia pendidikan dan

pemikiran ke-Islaman orang Minangkabau. Corak dan karakteristik

surau sangat ditentutakan oleh otoritas ulama suraunya, membangun

tradisi surau secara tersendiri. Bahkan surau sangat identik dengan

corak pemikiran ke-Islaman seorang ulama. Otoritas keulamaan

terlihat dalam tarekat yang diamalkan oleh ulama tersebut. Dengan

tradisi tarekat tersebut sangat mudah untuk mencari link antara surau

568 Azyumardi Azra, Surau Pendidikan Islam Tradisional Dalam Transisi Dan

Modernisasi, 8. 569Duski Samad, Syekh Burhanuddin dan Islamisasi Minangkabau.

Minangkabau Foundation atas bantuan Yayasan Pengembangan Ekonomi dan

Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 2003. Accessed, 18 Desember 2017

Page 273: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 261

yang satu dengan yang lainnya. Surau-surau yang mempunyai aliran

yang sama akan berhubungan satu sama lainnya, misalnya tarekat

syatariah akan berhubungan secara emosional dengan penganut

tarekat yang sama, begitu pula surau yang menjalankan tarekat

naqsyabandiah akan terus menjalin hubungan dengan surau yang

sealiran dengannya.570

Sejak kekalahan paderi oleh Belanda, surau termajinalisasi

ditambah dengan pembangunan sekolah secara besar-besaran oleh

Belanda. Politik etis Belanda mengambil bentuk pembangunan

sejumlah besar sekolah untuk kaum pribumi awal abad ke-20 ketika

itu muncullah sejumlah besar Volkschool di berbagai pelosok di

Minangkabau. Pada tahun 1913 sekolah Belanda berjumlah 111 buah.

Dua tahun kemudian berkembang menjadi 358 buah sekolah.571

Melihat sejarah Islam di Minangkabau, Sumatera Barat sebagai

salah satu pusat penyebaran ajaran Islam tertua di Nusantara tidak

telepas dari kehidupan surau. Keberadaan peninggalan sejarah Islam

berupa surau-surau tua beserta bukti sejarah di dalamnya menandakan

bahwa masyarakat Sumbar memiliki kebudayaan maju. Kebanyakan

surau menjadi pusat pembelajaran Islam termasuk dalam melahirkan

kebudayaan seperti halnya reproduksi naskah kuno dan ilmu beladiri

silat. Surau di Minangkabau bahkan menjadi pusat kegiatan

intelektual masyarakat.572

Fungsi surau sebagai pusat penulisan dan penyalinan teks al-

Quran, tafsir, tauhid, fiqih, mantik, ma’ani, kitab-kitab pelajaran

Bahasa Arab, juga sebagai pusat pendidikan agama, serta sebagai

tempat pendidikan yang berkenaan dengan tradisi dan adat istiadat

Minangkabau sejak ratusan tahun silam. Jejak Islam ini dapat

ditelusuri dengan ditemukannya surau-surau yang memiliki koleksi

manuskrip (naskah) yang berusia lebih dari tiga abad. Dan sampai

saat ini setidaknya masih ada puluhan surau kuno yang masih terjaga

570Wahyu Hanafi, "Pergeseran Epistemologi Pendidikan Islam (Menelusuri

Jejak Historis Pendidikan Islam Klasik hingga Kontemporer)." Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan, Vol. 9, No. 1 (2015): 1-20.

571Tim Yayasan Gunung Bungsu, Mengenal Tanah Datar Sebuah Kabupaten di Sumatera Barat (Batusangkar: Yayasan Gunung Bungsu, 2014), 26-28.

572Taufik Abdullah. "Adat and Islam: An examination of conflict in

Minangkabau." Indonesia 2 (1966). 1-24.

Page 274: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

262 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

menurut kriteria di atas. Surau-surau ini tentu sebuah potensi wisata

religi yang tersebar di berbagai daerah di Sumbar.Terutama daerah

Darek dengan tiga Luhak utama yaitu; Tanah Datar, Luhak Lima

Puluh Kota, dan Luhak Agam, rata-rata memiliki tempat-tempat

yang berpotensi untuk dijadikan daerah tujuan wisata religi. Belum

lagi di daerah Rantau, dikenal sebagai daerah pesisir Minangkabau,

juga banyak tempat peninggalan sejarah Islam.573

Kita lihat satu

wilayah saja peninggalan di Luhak Tanah Datar, selain memiliki

situs-situs budaya religius seperti Makam Tuan Kadhi -salah seorang

dari Basa Ampek Balai574 yang sangat penting dalam konteks ideal

masyarakat tradisi Minangkabau di Padang Ganting, Surau dan

Makam Syeh Abdurrahman di Kumango, Masjid Tua di Limakaum,

Masjid Rao-Rao, dan situs Tuanku di Simabur, serta komplek surau

di Pariangan yang merupakan gambaran ideal mengenai harmonisasi

pengembangan beberapa mazhab Islam di Minangkabau. Usianya

yang sudah tua, arsitekturnya yang unik, koleksi manuskrip yang ada,

dan aktivitas ritual yang khas, serta sumber air panas yang alami,

menjadi modal utama dalam mengundang wisatawan untuk datang ke

daerah ini.575

Sebaran tujuan wisata di darek dan rantau, mengindikasikan

masuknya Islam ke Minangkabau melalui dua jalur dengan dua

periode. Pertama Islam masuk dari selat Malaka dan membentuk

koloni di Luhak Lima Puluh Kota. Kedua, Islam masuk melalui

pesisir Minangkabau yang merupakan kelanjutan dari rute Aceh.

Dalam perkembangannya, daerah pesisir lebih terkenal sebagai pusat

sebaran Islam di Minangkabau, seperti ungkapan adat: Syarak

573Azyumardi Azra,. "Surau di Tengah Krisis: Pesantren dalam Perspektif

Masyarakat." Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun dari Bawah, (Jakarta: P3M,

1985). 574Basa Ampek Balai adalah dewan mentri yang membantu raja pagaruyung

yang terdiri dari empat orang yang memiliki tugas dan wewenang yang berbeda serta

wilayah dan kedudukan yang berbeda-beda. Basa Ampek Balai setelah Islam terdiri

dari: 1)Datuak Bandaro Putiah di Sungai Tarab Pamuncak Alam Koto Piliang,

2)Makhudum di Sumaniak, Aluang Bunian Koto Piliang, 3)Indomo di Saruaso,

Payuang Panji Koto Piliang, 4)Tuan Kadi di Padang Gantiang, Suluah Bendang Koto

Piliang. 575 Observasi dan pengamatan langsung 10 Mei 2017, jam. 13.00 WIB di

Pariangan.

Page 275: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 263

mandaki, adat manurun. Artinya agama datang dari pesisir,

sedangkan adat warisan daerah darek, namun demikian keduanya

meninggalkan jejak sejarah Islam yang bernilai tinggi.576

Berbicara tentang suku bangsa Minangkabau dan

kebudayaannya, sama halnya dengan berbicara tentang banyak suku

bangsa lain di Indonesia. Kita tidak dapat mengabaikan perubahan

yang telah berjalan sejak beberapa lama dan telah menghilangkan

nilai-nilai lama dan diganti dengan nilai-nilai baru yang dianggap

lebih cocok dalam memenuhi kebutuhan mereka pada saat ini. Apa

yang dulunya dianggap sebagai daerah kebudayaan Minangkabau,

sekarang sudah banyak mengalami pengaruh dari unsur-unsur lain

akibat kontak dengan dunia luar. Perubahan ini juga terjadi karena

tidak sesuai nilai-nilai lama untuk keadaan sekarang ini. Tidak setiap

penduduk dapat dianggap sebagai pemangku kebudayaan

Minangkabau; dan sebaliknya, tidak setiap orang yang dari ayah dan

ibunya keturunan Minangkabau yang dapat dikatakan sebagai

pendukung kebudayaan Minangkabau, terutama jika mereka

dibesarkan di luar daerah kebudayaan Minangkabau.577

Menurut kelompok ini, ketertinggalan itu bisa diatasi melalui

pengotimalan pemahaman ajaran Islam. Dalam pandangan kalangan

modernis Islam, ketertinggalan umat Islam merupakan kesalahan

umat Islam itu sendiri, karena memahami agama secara picik dan

kepicikan berfikir. Di samping itu, enggan menerima pluralitas

sebagai khazanah dan fitrah budaya. Kemudian, menjadikan

perbedaan sebagai konfrontatif yang melelahkan. Kelompok modernis

menginginkan Islamisasi agar masyarakat tidak terjebak dalam

pemikiran ke-Islaman yang sempit yang biasanya lebih

mementingkan kesimbangan pemahaman tariqah dengan

syariah.Tariqah merupakan pemahaman keagaman menuju kekayaan

bathiniah, sedangkan syariah adalah hukum yang harus didekontruksi

576 Observasi dan pengamatan langsung 10 Mei 2017, jam. 13.00 WIB di

Pariangan. 577Gusti Asnan, Memikir ulang regionalisme: Sumatera Barat tahun 1950-an.

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007).

Page 276: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

264 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

oleh Islam dalam kehidupannya. Perpaduan ini lebih tepat disebut

dengan keseimbangan antara eksotoritik dengan esotorik.578

Dengan adanya modernisasi sistem pendidikan, maka surau

tidak menarik lagi dikalangan muda Sumatera Barat. Madrasah

mengembangkan metode pengajaran baru yang tidak hanya belajar

membaca al-Quran. Sistem modernisasi pendidikan terlihat dengan

kehadiran sistem pendidikan madrasah yang berlangsung sejak 1907

di Sumatera Barat sedangkan di Jawa pondok pesentrennya baru

mengenal sistem madrasah ini pada tahun 1920-an.

Dalam hal ini, yang lebih tegas dilakukan oleh kelompok

modernis Islam adalah meletakan Islam sebagai idologi atau

paradigma dalam tranformasi sosial.Tugas ini lah yang harus

dilakukan oleh agamawan atau ulama.Tidak semua ulama yang dapat

menjalankan misi tersebut.Tugas ini kemudian banyak diambil alih

oleh kelompok akademisi yang terdidik dan menaruh perahatian

terhadap Islam. Era ini di Minangkabau sangat terlihat pada

zamannya Hamka, Hatta dengan gerakan ekonomis sosialis Islam,

Modernisasi Islam dipahami sebagai paradigma pemikiran umat

Islam, bukan membangun defenisi Islam yang baru. Di lihat dari alur

pemikiran lahirnya paradigma ini disebabkan oleh ketidakrelaan

kelompok pemikir ini terhadap ketertinggalan umat Islam dalam

dunia sosial, serta kepicikan pemikiran umat Islam itu sendiri dalam

mentransfer literasinya ke dalam dunia nyata. Di Minangkabau,

paradigma pemikiran modernisasi Islam ini, sebenarnya sudah muncul

semenjak lahirnya puritanisasi sebagai pendobrak pemurnian

pemahaman Islam orang Minangkabau yang sinkretisme. Namun,

modernisasi Islam ini lebih berkembang ketika awal abad ke-19

seiring dengan, bergeraknya kaum agama membangun sekolah-

sekolah agama modern di Minangkabau.579

Modernisasi Islam, lebih menekankan pada pembentukan

karakteristik umat Islam untuk memanifestasikan hidup dengan

konteks keberagamaan yang sesungguhnya. Oleh sebab itu,

578Ahmad Baso, Plesetan lokalitas: politik pribumisasi Islam, (Jakarta: the

Asia Foundation Desantara, 2002). 579 Burhanuddin Daya, Gerakan pembaharuan pemikiran Islam, (Yogyakarta:

Tiara Wacana Yogya, 1990).

Page 277: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 265

diperlukan pengajaran dan sistem pendidikan agama yang signifikan

terhadap tujuan tersebut. Maka dalam modernisasi awal ini, sangat

kentara terjadinya pembaharuan-pembaharuan institusi, organisasi

ke-Islaman, seperti lahirnya madrasah-madrasah dengan pola

modernis dan munculnya organisasi plat form Islam.580

Di Minangkabau, dimulai dengan menukar sistem surau yang

tardisional dengan sistem pendidikan modern, yang mengenal

klasikal, berijazah dan memiliki kurikulum yang terarah. Di Padang

Panjang misalnya, surau Jembatan Besi dengan duet tenaga pengajar

yakni Haji Abdullah Ahmad dan Haji Rasul menjadi cikal bakal

sekolah Thawalib. Eksistensi sekolah ini sangat berpengaruh di

Minangkabau.

Pada masa modernisasi Islam awal ini, ada dua pendekatan

yang dilakukan ulama untuk membangun ke Islaman umat, yakni

pendekatan pendidikan dan pendekatan pergerakan. Pendekatan

pendidikan; lebih tertuju pada perubahan identitas generasi muda.

Sedangkan pendekatan pergerakan, di dalamnya tercakup

pembentukan jamaah dan institusi Islam yang progresif, seperti

organisasi-organisasi ke-Islaman.581

Transformasi pendidikan oleh ulama-ulama konservatif ini,

setidaknya telah melahirkan peta pemikiran ke-Islaman Minangkabau

sekaligus terjadinya pergeseran pemikiran Islam dari tradisional

Islam ke modernisasi Islam. Dengan lahirnya madrasah-madrasah

modernis secara tidak langsung telah menjadikan Minangkabau tidak

lama mengalami kekosongan sistem pendidikan, sementara itu, ulama

pada masa modernisasi Islam ini terbagi menjadi dua kutup, ulama

kaum muda dan kaum tua. Ulama kaum muda kelompok modernis

dan konservatif, biasanya ulama-ulama punya view oriented, dan

mereka terpengaruh oleh konsep-konsep pembaruan dari luar. Dan

kaum tua, kelompok ulama yang bertahan dengan konsep-konsep

580 Fakhry Ali and Bahtiar Effendy. Merambah Jalan Baru Islam: Rekontruksi

Pemikiran Islam Indonesia Masa Orde Baru, (Bandung: Mizan, 1986). 581 Wawancara Buya Masnefi, Senin, 21 Maret 2016, Jam 11.00 WIB di

Batusangkar.

Page 278: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

266 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

surau masa lalu, serta masih mempertahankan tradisi lama misal

ritualisasi keguruan.582

Kelompok ulama modernisasi, agama itu diaplikasikan secara

realistis. Agama ditujukan untuk pemberdayaan umat secara

keseluruhan. Masa awal konseptual itu belum berkembang

sepenuhnya karena terkendala oleh sistem penjajahan. Di samping

itu, madrasah-madrasah yang dikembangkan hanya baru bergerak

dengan sistem pendidikan yang teoritik keagamaan dan belum

dilengkapi dengan skill education. Akibatnya, ketika terjadi

perubahan terutama berkembangnya pasar dalam sistem ekonomi

masyarakat Minangkabau, alumni surau-madrasah sulit mengikut

perkembangan ini.

Dari uraian di atas tergambar bahwa sangat besar peranan

surau dalam penyebaran Islam dan mencetak ulama di Sumatera

Barat. Akomodasi adat dan syariat terdapat surau, surau bukan hanya

sebagai tempat ritual adat tetapi sebagai tempat transformasi nilai

Islam. Walaupun mengalami pasang surut karena pengaruh politik

penguasa, akan tetapi eksistensi nilai-nilai surau tetap berjalan dan

dirasakan masyarakat sumatera Barat.

Untuk penerapan syariat Islam dan adat, masing-masing suku

mempunyai surau yang biasa disebut surau kaum yang memadukan

syarak dan adat, surau menjadi sarana belajar anak laki-laki bujangan

yang telah baligh, surau sebagai tempat tidur bersama-sama

seangkatan mungkin sepesukuan atau sekaum, mereka tidak

memiliki kamar tidur di rumah gadang, disamping tidur di surau,

mereka belajar mengaji dan seluk beluk adat. Orang yang

kecendrungannya adat mendalami adat dan mendalami agama juga,

dan sebaliknya orang yang kecenderungannya agama mendalami

agama dan sekaligus mempelajari adat, sehingga kedua-duanya

mereka paham. Disamping belajar agama Islam di surau para

pemuda belajar adat istiadat yang diturunkan oleh tetua, pemuka

adat maupun pemuka agama dan dibantu oleh guru tuo (yang

dianggap cakap dan mampu serta yang lebih besar dari

582 Yudhi Andoni,. "Mengonstruksi Ruang Identitas: Fenomena Hubungan

Adat, Islam dan Negara.

Page 279: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 267

seangkatannya) dan juga tempat belajar silat (bela diri).583

Di Era

Reformasi ini di Kabupaten Tanah Datar tidak ditemukan lagi fungsi

surau yang demikian584

yang menurut data tahun 1998 terdapat 6469

buah surau pada 11 kabupaten dan 1226 buah di 7 kota dalam

Provinsi Sumatera Barat.585

Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat nagari pariangan,

pada saat Orde Lama surau-surau masih hidup sebagai tempat belajar

adat dan agama. Namun semenjak lahirnya Undang-undang Desa di

Orde Baru pada tahun 1974 nagari-nagari diatur dengan aturan desa

sehingga pemerintahan nagari berubah menjadi desa. Nagari hukum

adat terpecah menjadi desa-desa untuk keseragaman di seluruh

Indonesia. Dengan adanya penyeragaman ini bentuk nagari menjadi

terhapus, walaupun tidak hilang sama sekali. Akan tetapi menurut

orang Sumatera Barat pemerintah pusat telah merusak sistem adat

di Minangkabau, penghulu dan anak kemenakan mementingkan

pendidikan formal sehingga lama kelamaan peran surau berkurang,

namun surau sebagai sarana mengaji, bersilat, menguji Sumando

dengan silat pandekar, alua pasambahan (alur persembahan) artinya

belajar berbicara bersilat lidah tetap berlangsung. Pada 1945-an orang

Minangkabau banyak yang sukses di pusat (Jakarta) karena pandai

berbicara, dahulu mengutamakan kebersamaan, berbeda dengan

sekarang yang mengemukakan uang, biaya pendidikan sangat mahal.

Seperti di Nagari Balimbing Kabupaten Tanah Datar banyak terdapat

qori'ah dan banyak lahir hafiz al-Quran tempat belajarnya adalah di

surau, santri tanpa dipungut bayaran selain iuran uang lampu dan

membawa beras.586

583 Wisran Hadi, "The history of surau in minangkabau." workshops of

empoerment movement back to surau. Padang: Empowerment Bureau Social, Education and Sport Secretary West Sumatra. 2007.Accessed, 18 Desember 2017

584 Wawancara Budiman Munazir (Tokoh Agama Pariangan), 23 Februari

2017, di Batusangkar 585 Lihat Silfia Hanani, "Dalam Surau Aset Lokal Yang Tercecer di

Minangkabau." Dengan pendidikan surau dan bekembangnya madrasah-madrasah

modern, yang mirip pondok pesentran secara langsung menyebabkan Minangkabau

tidak lama mengalami kekosongan sistem pendidikan. Sekaligus dari sistem

pendidikan ini, lahir mentalitas Islam ke Minangkabauan. 586 Wawancara Buya Yusrizal, Kamis,14 April 2016 di Batusangkar.

Page 280: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

268 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Nilai-nilai surau yang melekat di masyarakat seperti adanya

rasa malu dan sopan santun (raso pareso nan mendalam artinya rasa

periksa yang mendalam), jika ada orang yang lebih tua duduk di

kedai atau warung, maka orang muda seperlunya saja berada di kedai

tersebut karena ada rasa malu, rasa hormat dan santun, sesorang

dikatakan tidak sopan jika ikut campu pembicaraan orang tua dan

nimbrung diskusi dengan orang yang lebih tua, begitulah adat sopan

santun pada masa-masa sebelumnya, tetapi zaman modern sekarang

sama rata saja.587

Begitu pula dengan pemilihan jodoh dilakukan oleh mamak

(paman) untuk kemenakannya. Zaman dulu mencari jodoh dipilih,

jika jodohnya lambat berarti bermasalah, jika mamak (paman) tidak

bisa mencarikan jodoh yang tepat, maka orang tua harus turun

tangan memilihkan jodoh anaknya baik anak laki-laki maupun

perempuan. Di suraulah tempat mereka anak muda-muda menjelang

berumah tangga belajar bela diri dan berguru kepada guru tentang

persiapan pernikahan.588

Surau suku selain sebagai sarana untuk belajar mengaji juga

sebagai sarana untuk belajar silat karena jika sesorang yang ingin

menikah harus pandai bersilat (bela diri) nanti akan diuji ketika akan

naik ke atas rumah calon istrinya. Untuk calon sumando dites terlebih

dahulu kemampuan silatnya apakah pendekar atau tidak. Mamak

rumah589 yang akan menguji calon sumando590

dengan silat pandekar),

kemampuan kependekarannya akan kelihatan dan menambah

keyakinan mamak rumah untuk menerima sebagai sumando. Orang

dahulu mencari jodoh bapiliah (dipilih), tidak mencari sendiri seperti

sekarang jika seseorang terlambat dapat jodohnya maka yang berhak

587 Wawancara Buya Masud Abidin Ulama Sumatera Barat, Padang Minggu

/10 April 2016 588 Wawancara Saidani Tokoh masyarakat nagari Pariangan, 10 Januari 2018

di Batusangkar. 589 Mamak Rumah artinya suami dari Bundo Kanduang (Bundo Kandungan

yang dimaksud di sini adalah wanita yang telah menikah). 590 Sumando adalah bahasa minang untuk laki-laki yang bergabung dengan

keluarga perempuan yang diikat dengan tali pernikahan.

Page 281: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 269

memilihkan jodohnya adalah mamak (paman) dan kedua orang

tuanya, zaman modern tradisi ini tidak berlaku lagi.591

Surau juga tempat belajar Alua pasambahan (belajar berbicara

atau bersilat lidah), zaman sekarang sudah sedikit orang pandai

bersilat lidah, termasuk berbicaraa di tingkat nasional. Tahun 1945-

an orang Minangkabau banyak yang sukses di pusat, pandai

berbicara, orator, karena waktu muda-mudanya sudah terlatih di

surau bersilat lidah. Dan di masa sebelumnya diutamakan

kebersamaan bukan seperti sekarang yang dikemukakan adalah uang,

sekolah modern bayarannya mahal.592

Surau dan masjid sebagai sarana berkumpul masyarakat dari

dulu dan sampai sekarang. Surau di Tanah Datar dimiliki oleh suku-

suku, masing-masing suku mempunyai surau. Surau sebagai tempat

mengaji anak kemenakan (keponakan), tempat bermusyawarah

keluarga sepersukuan. Sementara masjid adalah milik nagari tempat

berbagai kegiatan masyarakat, sedangkan bagi masyarakat Sumatera

Barat sendiri sudah tidak asing lagi karena memang bagian dari

kehidupan sehari-hari. Mungkin generasi dekade sekarang banyak

yang belum mengetahui karena sejak peralihan Pemerintahan Nagari

menjadi pemerintahan Desa selama 20 tahun lamanya, di Orde Baru

surau sudah hampir tidak berfungsi seperti masa sebelumnya.593

Sistem Pemerintahan Desa kembali ke bentuk Pemerintahan

Nagari dengan lahirnya Perda No.9 tahun 2000 tentang pokok

pemerintahan nagari . Sistem desa selama 20 tahun tetap saja telah

mengurangi makna rasa bernagari sebagai satu kesatuan hukum adat

di Sumatera Barat khususnya di Kabupaten Tanah Datar. Namun

dengan kembali ke sistem pemerintahan nagari, maka seruan

"Kembali ke surau" mulai bergema di masyarakat dan mendapat

dukungan dari pemerintah daerah. Makna "Kembali ke surau" ada

yang memaknai dengan kembali melaksanakan ibadah/sembahyang

dan mengaji sesuai dengan arti surau menurut kamus bahasa

591 Wawancara Afdirizal di Nagari Batu Bulek. 592 Wawancara Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), 03 September 2016,

jam: 14.00 WIB di Batu Bulek kecamatan Lintau Buo Utara. 593 Azyumardi Azra, "The Surau and the early Reform Movements in

Minangkabau”, Mizan: Indonesian Forum for Islamic and Social Studies, Vol. 4, No.

2 (1994).

Page 282: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

270 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Indonesia, ada yang memaknai kembali ke surau seperti zaman

dahulu yang mengaktifkan surau-surau sebagai tempat belajar agama

, sebagai sarana berkumpul dan bermusyawarah. Namun tetap saja

konsep ini menuai polemik di tengah-tengah masyarakat. Makna

"Kembali ke Surau" dimaknai sendiri-sendiri sesuai persepsi masing-

masing kelompok.

Menurut peneliti makna "Kembali ke Surau" seperti fungsi

zaman dulu secara fisik tidak mungkin. Karena secara fisik surau-

surau yang ada di Tanah Datar sudah tua dan sarana belajar agama

anak –anak muda sudah beralih ke madrasah-madrasah dan masjid.

Lebih tepatnya kembali ke nilai-nilai agama Islam yang sejalan

dengan falsafah ABS-BK.

Pada masa pemerintahan Bupati Masriadi Martunus di awal

Era Reformasi untuk mendukung gerakkan "Kembali ke Surau"

masing-masing masjid nagari diberikan bantuan dana untuk

pengelolaan masjid tiga juta rupiah. Tujuannya untuk melaksanakan

program meningkatkan ekonomi masyarakat. Dengan memberi

bantuan kepada masjid supaya dibentuk koperasi masjid di setiap

nagari. Agaknya program ini cukup positif untuk dilanjutkan pada

periode pemerintahan berikutnya, hanya saja masyarakat dan

pengelola koperasi masjid tersebut perlu diberikan pembinaan dan

pengawasan. Dan pada periode berikutnya program ini tidak ada

kelanjutannya. Di Orde Baru bantuan-bantuan pemerintah untuk

kegiatan keagamaan juga sudah tampak tetapi lebih banyak swadaya

masyarakat untuk pembangunan dan secara gotong royong,

termasuk gotong royong surau dan masjid.594

Di Era Reformasi surau sudah tidak berfungsi seperti masa

sebelumnya, kegiatan surau sudah beralih ke masjid sebagai sarana

belajar mengaji adalah TPA (Taman Pendidikan al-Quran), akan

tetapi di nagari-nagari di kampung sebagian surau masih aktif

tempat mengaji seperti di surau Nagari Batu Bulek kecamatan Lintau

Bou Utara masih ada surau yang berfungsi untuk belajar mengaji

pada malam hari dan tempat berkumpul sepersukuan

594Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah Datar dan

Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA Sumahamid), 17 Februari 2017, jam

10.00 WIB di Jakarta.

Page 283: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 271

memusyawarahkan hal-hal yang menyangkut suku dan belajar

berkolah (bersilat lidah/pantun). Surau-surau yang sudah lapuk sudah

bagus bangunannya yang merupakan bangunan surau lama dijadikan

bangunan baru, dana pembangunan dari uang wakaf salah seorang

pengusaha di rantau yang berasal dari daerah tersebut.595

Agaknya bergesernya fungsi surau sekarang ini karena berbagai

faktor di antaranya pengaruh modernisasi dan kebijakan pemerintah,

walaupun sebagian surau di Tanah Datar bangunan fisiknya sudah

banyak yang direhab seperti masjid yang masih tetap berfungsi untuk

belajar mengaji anak-anak, wirid pengajian majlis taklim, tempat

penyelenggaraan qurban di hari raya Idul Adha, seperti surau di

Nagari Batu Bulek Lintau Utara dan surau di Sikaladi Pariangan.

Sementara masjid menjadi sentral kegiatan keagamaan di

nagari, karena syarat berdirinya sebuah nagari adalah adanya sebuah

masjid milik nagari, jadi disetiap nagari memiliki masjid. Menurut

Buya Yusrizal tokoh agama Tanah Datar, latar belakang kenapa

disyaratkan disuatu nagari ada dibangun masjid, asal mulanya adalah

pada tahun 1347-1475 disusun di kerajaan setelah peristiwa Sumpah

Sati Marapalam yang disusun oleh Sultan Alif Rajo Adat dan Rajo

Ibadat. Ini merupakan tindak lanjut dari Sumpah Sati Marapalam.

Penghulu mengatur struktur Tungku Tigo Sajarangan, alim ulama

dan cadiak pandai melahirkan tigo tali sapilin mengakomodir aturan

adat dan syariat. Sistim pengaturan nagari mirip dengan sistim

pengaturan kerajaan. Rapat dimulai dengan pemutusan angka

menurut syarak, jumlah kotak 13 berdasarkan rukun shalat.

Kesepakan musyawarah syarat nagari sudah punya masjid, agar

masjid makmur pengelolalannya diserahkan kepada 4 unsur596

: 1)

Ada imam, 2) Ada khatib, 3) Bilal, 4) Qadi, dalam adat disebut Jinih

nan ampek. Empat gala atau gelar ini punya nagari, imam nagari dari

turun temurun dan masih berlaku sampai sekarang. Kedudukan

empat unsur ini sama kedudukannya dengan niniak mamak di nagari.

Kotak-kotak yang kosong diisi dengan istilah syarak penamaannya.

595 Observasi dan pengamatan langsung, 03 September 2016 di lokasi surau

Batu Bulek Lintau Buo Utara. 596 Wawancara Buya Yusrizal, kamis 14 April 2016 di Batusangkar.

Page 284: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

272 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Aturan-aturan yang tidak tertulis ini berlaku sampai sekarang.597

Para

penghafal al-Quran masih banyak ditemukan sekarang, seperti di

Nagari Balimbing puluhan qori dan puluhan hafiz al-Quran tempat

belajarnya di surau.598

Surau-surau ini memiliki aliran yang berbeda-beda sangat

mudah menjejaki tradisi ke- Islaman yang berkembang pada surau,

karena link pemikiran dan tradisi yang berkembang selalu menurut

alur tradisi guru terdahulu. Tradisi guru menjadi panutan dan

dikembangkan oleh murid atau pengikut-pengikut selanjutnya.

Difusi ini secara langsung atau tidak langsung telah mempengaruhi

tingkat pengamalan ke-Islaman masyarakat.599

Pada masa ini ada dua

kekuatan mendasar membangun tradisi pemikiran ke-Islaman di

Minangkabau, pertama tradisi pendidikan surau dan kedua tradisi

tariqat. Pada tradisi pendidikan surau, ulama adalah guru secara

akademik, yang memberikan transfer knowledge.Yakni memberikan

pengetahuan ke-Islaman kepada murid-muridnya dengan sistem

pendidikan ke-surauan atau dengan sistem salaf.

Di Tanah Datar ulama surau hampir tidak memiliki guru. Guru-

guru tarekat sudah meninggal dan generasi penerusnya tidak ada.

Pengajian tarekat di surau-surau biasanya diundang dari luar

Kabupaten Tanah Datar seperti dari Kabupaten Lima puluh Kota dan

dari Padang Pariaman.

Di Era Reformasi ini di nagari Batu Bulek dan di nagari

Pariangan, surau masih berfungsai untuk belajar mengaji di malam

hari. Di nagari Batubulek ini surau dipakai untuk tempat belajar silet,

belajar bakolah (petatah petitih Minang), di samping surau masih

dipakai tempat bermusyawarah. Mengaji di surau masih berlangsung

di beberapa surau dengan memakai metode lama mengaji malam dan

ada yang sudah memakai metode baru belajar mengaji pada sore

hari, dari data nagari ditemukan 27 surau yang ada di nagari Batu

Bulek. Surau tidak dianggarkan dananya oleh pemerintah murid

597Mhd. Natsir, "Peranan Surau Sebagai Lembaga Pendidikan Islam

Tradisional Di Padang Pariaman Sumatera Barat (Surau Syaikh Burhanuddin)."

Pedagogi: Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 12, No. 2 (2012): 39-46. 598 Wawancara Buya Yusrizal, kamis 14 April 2016 di Batusangkar. 599 Moenada, Meimunah S. "Surau dan Modernisasi Pendidikan di Masa

Hindia Belanda." Sosial Budaya, Vol. 8, No.1 (2011): 40-53.

Page 285: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 273

mengaji membayar uang minyak (uang lampu) saja Rp.6000/ bulan

satu orang murid dan yang mengajar diistilahkan dengan guru tuo

(guru tua).600

Sementara di pusat kota Batusangkar sudah hampir tidak ada

lagi surau yang berfungsi sebagai tempat belajar mengaji, tempat

belajar mengaji al-Quran adalah di masjid atau TPA (Taman

Pendidikan al-Quran) walaupun ada yang disebut surau tapi sudah

menjadi masjid atau mus}al>a.601

Surau masih berfungsi untuk tempat musyawarah dan belajar

silek serta kegiatan-kegiatan adat dan keagamaan. Dari sejumlah

surau yang ada masih ada yang dipakai untuk mengaji Alquran pada

malam hari dengan metode konvensional, duduk melingkar

mengelilingi guru tanpa kursi dan meja. Guru mengaji hanya

tamatan madrasah tsanawiyah dan guru tidak diberi gaji hanya honor

dari uang iuran murid (istilah disini uang minyak lampu).602

Pada

masa orde baru repelita pertama surau-surau di Batu Bulek masih

dipakai oleh pemuda untuk kegiatan mengaji, tidur di surau, main

disurau dan kegiatan-kegiatan keagamaan di surau.603

Di Era Otonomi Daerah, pemerintah daerah memilki

wewenang daerahnya sendiri sehingga terakomodir keinginan

masyarakat untuk kembali menggiatkan budaya lokal baik bidang

keagamaan maupun sosial budaya. Di antara aspirasi masyarakat

kelompok agama adalah "Kembali ke Surau" dan aspirasi kelompak

adat adalah "Kembali ke Nagari".604

Sehingga dengan dengan

demikian lahirlah peraturan-peraturan daerah yang mengatur masalah

ini sebagai wujud dukungan pemerintah terhadap aspirasi adat dan

600 Wawancara Efdirijal, (Kaur Uumum), 3 September 2016 di nagari Batu

Bulek, Lintau Buo Utara 601 Observasi dan Wawancara Usputra Veferi (anggota KAN Batubulek),

sabtu, 3 September 2016 di Jorong Aur duri, Nagari Batubulek kecamatan Lintau

Buo Utara. 602 Mengamati langsung ke surau tempat mengaji di Nagari Batu Bulat Lintau

Utara 603 Wawancara sekretaris Wali Nagari Batu Bulek Lintau Utara, 03

September 2016 di Nagari Batu Bulek, Lintau Buo Utara 604AMZ Tuanku Kay Khadimullah, Menuju Tegaknya Syariat Islam di

Minangkabau: Peranan Ulama Sufi dalam Pembaruan Adat. Marja, 2007.

Page 286: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

274 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

agama.605

Pemerintah Daerah juga memberikan dukungan dalam

bentuk anggaran dana.

Dari penjelasan di atas bahwa surau di masa lampau berfungsi

sangat besar dalam pembentukan berbagai aspek karakter manusia

sehingga menghasilkan ulama. Di Era Reformasi, dengan Otonomi

Daerah ada keinginan masyarakat Sumatera Barat untuk kembali

memfungsikan surau. Namun di Era Modern sekarang ini tidak

mungkin "Kembali ke Surau" seperti di masa lampau, namun nilai-

nilai surau tersebut yang bisa diterapkan.

Pola dasar pembangunan adalah kegiatan adat dan agama.

Bupati Ika sumahamid dalam hal ini langsung terjum ke masyarakat

dan mengikut sertakan tokoh adat dan ulama mengadakan wirid-

wirid di kantor. Dalam Pembangunan masjid beliau melibatkan para

perantau.606

Kegiatan keagamaan bulan Ramdhan MTQ ke masjid dan

Bupati meninggalkan bantuan dari dana taktisnya.Bupati punya

otoritas dipilih oleh DPRD melalui pemilu yang dipilih partai dan

partai yang menentukan siapa yang akan duduk menjadi Anggota

DPRD, partai hanya tiga. PNS boleh menjadi pengurus partai, karena

dampak masa krisis pada akhir pemerintahan soeharto, maka

anggaran keuangan semakin tidak punya arti, rupiah anjlok

17000/dolar.607

Kondisi negara secara nasional sangat teras

dampaknya ke daerah.608

Dalam pembangunan Desa didukungan oleh penghulu

(pimpinan suku). Kegiatan-kegitana agama, sosial keagamaan

masyarakat, pada masa kepemimpinan Ika Sumahamid berjalan

walaupun tanpa ada anggaran dari pemerintah, Bupati dekat dengan

perantau dan merangkul perantau melalui ikatan keluarga di rantau

605Observasi dan Wawancara, Dedi Admon, Anggota DPRD Kabupaten

Tanah Datar, 5 Februari 2017 di Jakarta. 606Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah Datar dan

Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA Sumahamid), 17 Februari 2017, jam

10.00 WIB di Jakarta. 607Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah Datar dan

Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA Sumahamid), 17 Februari 2017, jam

10.00 WIB di Jakarta. 608Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar), pada kamis,

26 Januari 2017 jam 17.00 di Jakarta.

Page 287: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 275

melalui ikatan tingkat kabupaten, tingkat kecamatan sampai ke

tingkat Nagari .609

Pembinaan ekonomi masyarakat dengan pembangunan

ekonomi masyarakat , bupati langsung terjun kemasyarakat

memberikan motivasi, misalnya, gerakan penenanaman kulit manis

yang mana waktu itu menjadi komoditi mahal, kulit manis Tanah

Datar terkenal bagus kwalitasnya. Pembangunan suaka purbakala di

Tanah Datar untuk pelestarian adat. Dalam rangka visualisasi tiga

tali sapilin,610

konsep Bupati Ika Sumahamid, Istana Pagaruyung

adalah representasi adat, kantor bupati (representasi pemerintah)

dipindahkan dekat istana pagaruyung dan di sebelahnya dibangun

masjid. Rumah sakit daerah dibangun dengan sistem manunggal,

untuk membangun didatangkan utusan masyarakat dari kecamatan-

kecamatan. Dibangun lapangan pacuan kuda sebagai gelanggang olah

raga, dalam kegiatan-kegiatan masyarakat bupati langsung turun

membangun daerah dengan inisiatif karena anggaran dana daerah

sulit masa itu. Istano pagaruyung dibangun pada tahun 1975, kantor

bupati dibangun pada tahun 1989 dan masjid kabupaten dibangun

pada tahun 1990 yang dibangun dengan bantuan dana perantau

Jakarta , Aminujal memiliki relasi bisnis dengan Bambang soeharto.

Pada saat itu sudah ada budaya membangun di kampung bagi

perantau-perantau yang kaya.

Lumbung padi nagari sebagai ciri hemat menurut Adat

Minangkabau, Rumah adat adalah rumah Gadang yang puncaknya

bergonjong runjing menjulang ke udara. Rumah adat ada empat

macam dan setiap rumah adat mmempunyai lumbung padi disebut

dengan rangkiang. Jadi lumbung padi atau rangkiang gunannya

tempat menyimpan hasil sawah. Rangkiang terletak di hadapan

rumah gadang yang menurut adat Minangkabau ada tiga macam;1)

Lumbung sitinjau lawik (nama sebah daerah di Sumatera Barat)

gunanya untuk menolong orang yang terlatar dalam perjalanan,

609Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah Datar dan

Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA Sumahamid), 17 Februari 2017, jam

10.00 WIB di Jakarta. 610Representasi adat, pemerintah dan agama terlihat dari tiga bangunan di

atas.

Page 288: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

276 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

2)Lumbung sibayau-bayau(nama sebah daerah di Sumatera Barat)

guna padinya untuk menolong orang yang kesempitan di dalam

kampung dan nagari, 3) Lumbuang baperong guna padinya untuk

makanan sehari-hari oleh anak kemenakkan yang menghuni rumah

gadang.611

Dilihat dari kegunaannya lumbung padi tersebut oleh

masyarakat sudah sejak lama mempunyai sifat hemat, sehingga rezeki

yang dikaruniakan Tuhan dimanfaatkan dengan teratur dan tidak

digunakan sesuka kita walaupun telah miilik kita. Bank nagari tidak

ada yang milik nagari adalah lembaga mikro ponding budi yang

merupakan lembaga keuangan rakyat. Lumbung piti nagari sudah

tidak ada lagi yang ada BMT Masjid yang merupakan masjid milik

nagari.

Masa Pemerintahan Ika Sumahamid dalam pembinaan ekonomi

ada program lumbung desa, jiwa gotong royong masyarakat sangat

tinggi, namun pada periode pemerintahan Masdar Saisa lebih banyak

pembinaan kegiatan olah raga, yang bersifat keagamaan dan adat

sangat kurang karena pengaruh kondisi politik pemerintah pusat,

tahun 1997 negara dalam keadaan kacau, terjadi krisis moneter

Indonesia, hal ini berpengaruh sampai ke daerah Kabupaten Tanah

Datar. Pembangunan pada periode pemerintah ini oleh dikatakan

mandeg, banyak demo kepada pemerintah juga sampai ke tingkat

Kabupaten Tanah Datar. BBM naik ,angggaran banyak membantu

bank-bank yang koleps, tahun terakhir pemerintahannya Bupati

mengalami sakit sehingga posisi digantikan Plt (Pelaksana tugas)

Bupati. Pada tahun 2000 pemilihan bupati masih dilakukan oleh

anggota DPRD kabupaten Tanah Datar. Bupati terpilih tahun 2000

adalah Masriadi Martunus dari 27 orang calon Bupati.612

Dari uraian di atas terlihat bahwa masa sebelum reformasi

Bupati Tanah Datar sudah ada usaha untuk mengakomodir adat dan

agama untuk kesejahteraan masyarakat dengan mengerahkan segala

611 Wawancara Muslim (tokoh masyarakat), 30 Juni 2017, jam 19.00 WIB di

Lintau Buo. 612Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah Datar an

Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA Sumahamid), 17 Februari 2017, jam

10.00 WIB di Jakarta.

Page 289: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 277

potensi masyarakat. Hanya saja sistem pusat tidak mendukung baik

sisi kebijakan politik maupun kebijakan anggaran. Perubahan terjadi

di Reformasi, walaupun lima tahun Reformasi tidak banyak

perubahan terhadap sistem politik dan anggaran, setidaknya

perubahan sistem sentralistik ke Desentralistik telah memberikan

ruang perubahan untuk masyarakat Tanah Datar.

Perkembangan peranan ulama dewasa ini, bahwa sebenarnya

ulama tidak saja punya otoritas kemasyarakatan dalam lapisan sosial,

tetapi sekaligus punya otoritas keilmuan sebagai basis pembaruan.

Sesuai dengan dikatakan Gibb dalam Boland bahwa untuk melihat

perkembangan agama tidaklah melihat untuk menilai kecendrungan

pemikiran agama saja, akan tetapi kepada para pemimpin (para

ulama). Peranan ulama menduduki posisi penting dari lapisan dan

struktur masyarakat lainnya. Seperti penjelasan Tuner dikutib dari

Tamrin Kamal, bahwa suatu komunitas dalam masyarakat memiliki

semacam lambang dominan yang berfungsi efektif untuk

mempersatukan kelompok dan merupakan pendorong bagi kegiatan

anggotanya.

Bagi masyarakat Islam di pedesaaan seorang ulama memegang

peranan penting untuk membentengi umat dan cita-cita Islam

terhadap ancaman kekuatan –kekuatan sekuler dari luar.613

Ulama

merupakan pemimpin kharismatik dalam bidang agama, ia fasih dan

mempunyai kemampuan yang cermat dalam membaca pikiran

pengikut-pengikutnya. Sebagai seorang ahli, ia dengan mudah dapat

menerapkan dan menginterpretasikan agama ke dalam prinsip-prinsip

ijtihad.

Mengenai peran ulama dalam masyarakat, secara teoritis ada

konsep-konsep yang perlu dikembangkan, untuk melihat peranan

ulama dalam kajiannya adalah mengenai konsep “Mediator

(penghubung) dan cultural broker (makelar budaya), mediator dapat

didefinisikan sebagai orang-orang atau kelompok yang menempati

posisi penghubung dan perantara antara masyarakat dan sistem

613 Jajat Burhanudin, Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elite Politik Muslim

dalam Sejarah Indonesia. Noura Books, 2012.Accessed, 18 Desember 2017

Page 290: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

278 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

nasional yang bersifat perkotaan.614

Tergantung kepada posisi

strukturnya dalam jaringan masyarakat yang kompleks, mediator ini

juga dapat diperankan oleh pemimpin tradisional yang membentengi

titik-titik rawan dalam jalinan yang menghubungkan sistem lokal

dengan keseluruhan sistem yang lebih luas. Sedangkan sebagai

kultural broker ia berperan sebagai makelar budaya atau agen

modernisasi yang secara aktif mencoba mengenalkan elemen-elemen

budaya kota kepada masyarakat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi konflik

dan akomodasi antara lembaga adat, dan agama dengan pemerintah

pada setiap periode pemerintahan, namun pada saat tertentu saling

mengakomodasi dan akan terjadi harmonisasi. Akomodasi nilai-nilai

agama dalam adat istiadat masyarakat Tanah Datar dan sebaliknya

dalam acara seremonial agama juga terakomodir nilai-nilai adat

setempat. Walaupun masing-masing daerah memiliki perbedaan

menurut masyarakat adat dan agama, mereka tidak saling

bertentangan, akan tetapi saling melengkapi untuk kebersamaan.

Masing-masing ritual ada hikmahnya dan bermanfaat untuk

keberlangsungan kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.

614Idrus Hakimy Dt Rajo. Pokok-pokok Pengetahuan Adat Alam

Minangkabau, (Bandung: Remadja Karya, 2001),11.

Page 291: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

279

BAB VI

Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan penyajian dan analisis data pada pembahasan

sebelumnya memperlihatkan kesimpulan bahwa Konflik dalam

bidang kepemimpinan disebabkan oleh perbedaan masing-masing

kelompok dalam memahami peranannya. Masing-masing kelompok

ingin memiliki andil di dalam memimpin masyarakat. Konflik juga

disebabkan oleh karena kurangnya komunikasi dan interaksi antara

masing-masing kelompok ( Adat, Agama dan Pemerintah). Ketika

terjadi komunikasi dan akomodasi, maka akan ada hormonisasi

antara kelompok adat dengan pemerintah dan antara kelompok agama

dengan pemerintah. Faktor lain, konflik muncul karena ketidakpuasan

terhadap pemerintah dalam hal keterlibatan dalam merumuskan

program dan perencanaan pembangunan. Pihak Pemerintah memiliki

pemahaman bahwa kelompok adat dan agama tidak termasuk

komponen yang perlu terlibat dalam musyawarah daerah dalam

merumuskan anggaran. Hal ini tergantung siapa yang menjadi aktor

masing-masing kelompok pada periode pemerintahan saat itu. Ketika

yang menjadi pemimpinnya sosok yang agamis, maka akan sinergi

dengan kelompok agama dan jika pemimpinnya tokoh adat dan

agama, maka akan lebih bersinergi dengan kedua kelompok ini.

Konflik dan akomodasi adat dan agama dengan pemerintah

dalam bidang kebijakan penyebabnya adalah, pemerintah terlalu ikut

campur dalam persoalan adat dan agama. Pemerintah membuat

regulasi untuk mengakomodir adat dan agama, namun kelompok adat

dan agama menyatakan bahwa regulasi pemerintah belum sesuai

dengan keinginan mereka. Pandangan pihak pemerintah, bahwa

pengambilan kebijakan keuangan negara sudah ditur oleh undang-

undang, penganggaran belanja daerah tidak otonomi, tetapi

tergantung kepada aturan pusat. Konflik ini membawa dampak

positif untuk perubahan masyarakat Sumatera Barat dan

masyarakat Tanah Datar khususnya, karena masing-masing

Page 292: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

280 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

kelompok berkeinginan untuk ikut andil dalam melestarikan ABS

SBK, walaupun perubahan itu tidak signifikan. Ketika Pemerintah

mengakomodasi kedua kelompok, maka akan terjadi harmonisasi

antar kelompok. Kesimpulan di atas selaras dengan pernyataan ahli.

Pertama, Cohen mengatakan bahwa kehidupan sosial menghasilkan

konflik yang terstruktur. Kedua, Dahrendorf yang mengatakan

bahwa, "Konflik selalu terjadi dalam suatu struktur masyarakat atau

sistem tertentu yang secara umum dapat dilihat pada lapisan atas dan

lapisan bawah". Konflik terjadi karena kepentingan yang berbeda.

Ketiga, selaras dengan Weber, konflik terjadi dalam hal gagasan dan

cita-cita.

Konflik antar lembaga Adat disebabkan oleh karena masing-

masing kelompok mengklaim paling menguasai seluk beluk adat,

sehingga sulit untuk harmonis. Di setiap nagari di Kabupaten Tanah

Datar ditemukan kasus konflik berebutan gelar pusaka dan harta

pusaka dengan latar belakang yang berbeda. Masing-masing anggota

suku ingin mempertahankan identitasnya. Semakin berkembangnya

anggota-anggota suku yang memilki keinginan untuk tujuan

kelompoknya, baik tujuan prestise maupun tujuan ekonomi.

Masyarakat yang terkenal kental keagamaannya dengan falsafah

ABS-SBK, namun dalam hal eksistensi gelar pusaka dan harta

pusaka, masing-masing kelompok ingin mendapatkan dan

mempertahankannya, meskipun menimbulkan konflik secara hukum

adat sepanjang waktu. Konflik kadangkala dapat diselesaikan

secara adat dan ada yang harus diselesaikan melalui jalur hukum

perdata atau pidana yang berlaku di NKRI (Negara Kesatuan

Republik Indonesia) dan tidak jarang konflik tidak bisa diselesaikan

sama sekali. Sehingga dalam satu suku terjadi konflik abadi, namun

dalam hal hubungan interaksi keagamaan atau ritual ibadah dan

urusan-urusan yang terkait dengan pemerintahan tetap terjadi

interaksi yang harmonis. Dalam hal ini Pemda telah menguatkan

eksistensi kepala suku untuk pembangunan masyarakat, untuk

menerapkan falsafah ABS-SBK, terlihat dari beberapa Perda yang

mengakomodir kelompok adat dalam hal ini kepala suku (penghulu)

yang tergabung di dalam lembaga KAN.

Page 293: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Penutup 281

Adanya dialektika antar nilai adat dan agama. Akomodasi

nilai-nilai agama dalam adat istiadat masyarakat Tanah Datar dan

sebaliknya dalam acara seremonial agama juga terakomodir nilai-nilai

adat setempat. Meskipun masing-masing daerah memiliki perbedaan

menurut masyarakat adat dan agama mereka tidak saling

mempertentangkan, akan tetapi saling melengkapi untuk

kebersamaan. Masing-masing ritual ada hikmahnya untuk kehidupan,

dan bermanfaat untuk keberlangsungan kehidupan berkeluarga dan

bermasyarakat. Dalam pelaksanaan seremonial adat dan ritual agama

terjadi perubahan dari masa Orde Baru ke Reformasi, misalnya

dalam prosesi pernikahan proses ritual dan seremonialnya

dipersingkat terutama di nagari-nagari yang terletak di pusat kota

dan yang berdekatan. Perubahan terjadi karena pengaruh modernisasi.

Sementara masyarakat yang berjauhan dari kota masih memiliki

budaya kebersamaan, beberapa adat istiadat masih kental dan kukuh

dipertahankan. Dukungan pemerintah daerah terlihat terhadap nilai-

nilai adat dan budaya lokal dengan memberikan anggaran keuangan

untuk kegiatan festival budaya Minangkabau. Seremonial-seremonial

budaya menghabiskan banyak dana masyarakat, namun tidak terasa

oleh masyarakat karena merupakan suatu hiburan, kebahagiaan dan

kebangaan tersendiri. Kegiatan ritual keagamaan didominasi oleh

nilai-nilai agama, begitu pula pada kegiatan seremonial adat

didominasi oleh nilai-nilai adat walaupun unsur agama tidak terlihat,

tetapi seremonial adat tersebut tidak bertentangan dengan syariat.

Masyarakat menjalankan nilai-nilai adat dan agama secara

bersamaan, nilai adat mengandung hikmah-hikmah yang positif untuk

kehidupan sehari-hari dalam keluarga, dalam berkaum dan di dalam

sukunya serta kehidupan bermasyarakat. Begitu juga nilai agama

sekaligus juga harus dilaksanakan karena keyakinan yang sudah

melekat dalam kehidupan mereka. Sikap masyarakat di atas adalah

akomodasi model kontekstual yang mengakomodasi unsur-unsur nilai

adat dan agama tidak langsung menerima dan menolak akan tetapi

melalui penilaian sehingga ditemukan nilai-nilai baru antara adat dan

agama yang menjadi sikap keberagamaan masyarakat. Masyarakat

menjalankan nilai-nilai adat dan agama secara bersamaan.

Page 294: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

282 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Terjadinya konflik dan akomodasi antara lembaga adat, dan

agama dengan pemerintah pada setiap periode pemerintahan, namun

pada saat tertentu saling mengakomodasi dan akan terjadi

harmonisasi. Akomodasi nilai-nilai agama dalam adat istiadat

masyarakat Tanah Datar dan sebaliknya dalam acara seremonial

agama juga terakomodir nilai-nilai adat setempat. Walaupun masing-

masing daerah memiliki perbedaan menurut masyarakat adat dan

agama, mereka tidak saling bertentangan, akan tetapi saling

melengkapi untuk kebersamaan. Masing-masing ritual ada hikmahnya

dan bermanfaat untuk keberlangsungan kehidupan berkeluarga dan

bermasyarakat. Persamaan dengan penelitian Taufik Abdullah,

bahwa terjadi konflik dalam masyarakat Minangkabau.

Perbedaannya pada subjek konfliknya, Taufik melihat konflik abadi

antara adat dan Islam, sementara dalam temuan ini, konflik terjadi

antara kelompok adat dan agama dengan pemerintah, antar

kelompok adat dan antar internal suku.

Penelitian ini juga menguatkan beberapa hasil penelitian.

Pertama, Muridan; adanya pertemuan Islam dan budaya lokal yang

terakomodasi sebagai dinamika antropologi Islam. Pertemuan Islam

dan budaya lokal memproduksi budaya baru, mengamalkan ajaran

Islam tanpa meninggalkan tradisi. Kedua, Zayadi Hamzah; Interaksi

Islam dengan budaya lokal membentuk akulturasi, akomodasi, konflik

dan interaksi. Proses akulturasi dan akomodasi menunjukkan bahwa

Islam telah berhasil mendapatkan simbol-simbol yang selaras dengan

kemampuan menangkap nilai-nilai kultural dan budaya lokal.

B. Saran

Perlu penelitian lanjutan yang mendalam tentang persoalan-

persoalan antar lembaga di Kabupaten Tanah Datar sehingga

menghasilkan konsensus. Masing-masing lembaga mengoreksi diri

dan tokoh-tokihnya berusaha untuk meningkatkan wawasan

pemikiran, mendudukkan konsep, memberikan solusi dan berdialog.

Pemerintah lebih mengakomodir kelompok adat dan agama serta

ormas-ormas yang terdapat di daerah tersebut sehingga dapat

membantu percepatan pembangunan daerah, baik pembangunan

mental maupun spiritual.

Page 295: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Penutup 283

Berikutnya pemerintah daerah sebelum membuat peraturan

daerah (Perda) dan Perencanaan pembangunan, melakukan hearing

dengan kelompok-kelompak masyarakat (Adat, Agama dan Ormas-

ormas yang ada). Sehingga visi dan misi pemerintah ( pembangunan

berbasis faklsafah ABS SBK) dapat dicapai.

Page 296: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

284 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Page 297: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

285

Daftar Pustaka

Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Ciputat: PT.

Logos Wacana Ilmu.1999.

Abdullah, Taufik. Schools and Politics (Ithaca, New York: Cornell

University Press. 1971.de Jong, P.E. de Josselin.

Minangkabau and Negeri Sembilan: Sosio Political

Structure in Indonesia. Den Haag: Martinus Nijhoft

Iletgeverij. 1980. Accessed, 14 Desember 2017.

----------- "Adat and Islam: An examination of conflict in

Minangkabau." Indonesia 2. 1986.

-----------Islam dan Masyarakat: Pantulan Sejarah Indonesia.

Lembaga Penelitian Pendidika. 1987. Accessed, 24

Desember 2017.

----------"Adat dan Islam: Suatu Tinjauan tentang Konflik di

Minangkabau”, dalam Taufik Abdullah (ed.), Sejarah

dan Masyarakat. Jakarta: Pustaka Firdaus.1987.

--------- Modernization in the Minangkabau World: West Sumatera In

Early of the twentienth Century. London, Ithaca,

London: Cornel University Press. Taufik Abdullah.

1972. Schools and Politics: The Kaum Muda Moyement

in West Sumatera. New York: Ithaca Cornell University

Press; Taufik Abdullah. 1966.

-----------“Adat dan Islam: An Examination of Conflict in

Minangkabau” dalam Indonesia. No 2 Oktober 1966.

----------- Modernity in Minangkabau World, Claire Holt, Culture

And Politic in Indonesia. New York: University Press.

1977.

Abdullah, Muhammad Adli, Sulaiman Tripa, and Muttaqin (Teuku).

Selama kearifan adalah kekayaan: eksistensi panglima

laot dan hukom adat laot di Aceh. Lembaga Hukom

Page 298: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

286 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Adat Laot/Panglima Laot Aceh. 2006. Accessed, 26

Desember 2017.

Alfian dkk.Wanita dalam Masyarakat Minangkabau. Jakarta:

Yayasan Bunda 17 April 1973.

A.A. Navis (ed.), Dialektika Minangkabau. Padang: Penerbitan Genta

Singgalang Press. 1983.

Andoni, Yudhi. Mengonstruksi Ruang Identitas: Fenomena

Hubungan Adat, Islam dan Negara di Sumatera Barat

1999-2009. Padang: Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas

Sastra, Universitas Andalas 2009.

Ambary, Hasan Muarif. Menemukan peradaban: jejak arkeologis dan

historis Islam Indonesia. Pusat Penelitian Arkeologi

Nasional. 1998. Accessed, 24 Desember 2017.

Agus, Elfida. "Kajian Topologi, Morfologi, dan Tipologi pada Rumah

Gadang Minangkabau", Internasional Conference on

Construction Industry (ICCI), Padang: Universitas Bung

Hata (2006).

Amran, Rusli. Sumatra Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar

Harapan. 1981.

Asnan, Gusti. Memikir ulang regionalisme: Sumatera Barat tahun

1950-an. Yayasan Obor Indonesia. 2007. Accessed, 3

Desember 2017.

Arrasuli, Syekh Sulaiman. Pertalian Adat dan Syarak. Jakarta:

Ciputat Press. 2003.

A.A. Navis. Alam terkembang jadi guru: Adat dan kebudayaan

Minangkabau. Grafiti Pers, 1984.

Aziz, Abdul, and Imam Tholkhah. Gerakan Islam Kontemporer di

Indonesia. Pustaka Firdaus, 1989. Accessed, 20

Desember 2017.

Andoni, Yudhi. "Mengonstruksi Ruang Identitas: Fenomena

Hubungan Adat, Islam dan Negara di Sumatera Barat

1999-2009." Laporan Penelitian. Padang: Jurusan Ilmu

Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Andalas 2009.

Accessed, 27 Desember 2017.

Page 299: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Daftar Pustaka 287

Amir M.S, Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah. Jakarta:

PT. Mutiara Sumber Widya, 2007.

----------, Adat Minangkabau: Pola dan tujuan hidup orang Minang.

Jakarta: Mutiara Sumber Widya. 1997.

Asnan, Gusti, Memikir ulang regionalisme: Sumatera Barat tahun

1950-an. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.

Arifin, Zainul. "Model-Model Relasi Agama dan Sains."

Psikoislamika. 2008. Accessed, 27 Desember 2017.

A.Foss, Karaen dan Littlejohn , Stephen E. Teori Komunikasi judul

asli: Theories oh Human Communication,

Penterjemah,Mohammad Yusuf Hamdan. Jakarta:

Salemba Humanika. 2018.

A. E. Priyono. "Peri-feralisasi, Oposisi, dan Integrasi Islam di

Indonesia (Menyimak Pemikiran Dr. Kuntowijoyo)."

kata pengantar untuk buku Kuntowijoyo, Paradigma

Islam Interpretasi untuk Aksi. Bandung: Mizan. 1993.

Accessed, 28 Desember 2017.

Azra, Azyumardi. Surau, pendidikan Islam tradisional dalam transisi

dan modernisasi. Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran,

2003.

-----------Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju

Milenium Baru. Jakarta: PT. Logos. 1999.

-----------Konflik Baru Antar Peradaban, Globalisasi, Radikalisme dan

Pluralitas. Jakarta: Raja Grafindo. 2002.

----------Historiografi Islam Kontemporer: wacana, Aktualitas dan

Aktor Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2002.

---------"Surau di Tengah Krisis: Pesantren dalam Perspektif

Masyarakat." Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun

dari Bawah, (Jakarta: P3M, 1985).

-----------Surau Pendidikan Islam Tradisional Dalam Modernisasi.

Jakarta: PT.Logos wacana Ilmu. 2003.

-----------Jaringan ulama: Timur Tengah dan kepulauan Nusantara

abad XVII dan XVIII: melacak akar-akar pembaruan

pemikiran Islam di Indonesia. Mizan. 1994.

Page 300: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

288 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

A. Hall, John. The state of the nation: Ernest Gellner and the theory

of nationalism. Cambridge University Press. 1998.

Accessed, 20 Desember 2017.

Allan Christelow, Muslim Law Courts and the French Colonial State

in Algeria (New Jersey; Princeton University Press,

1985). Hal ini dapat dibenarkan apabila dilihat pada

fenomena akomodasi hukum yang Noer, Deliar . The

Administration of Islam in Indonesia. Itacha; Cornell

University, 1978.

Arda, Arief Hilman Arda. Nilai-nilai Demokrasi Sebagai Kearifan

Lokal Masyarakat Minangkabau. Jakarta: Transparency

International Indonesia.

Abdullah, Rozali. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan

Kepala Daerah Secara Langsung. Jakarta: Raja

GrafindoPersada, 2005.

Aswar, Sativa Sutan. Antakesuma suji dalam adat Minangkabau.

Djambatan, 1999.Accessed, 18 Desember 2017

Abdullah , Abdul Rahman Pemikiran Umat Islam di Nusantara:

Sejarah dan Perkembangannya Hingga Abad ke-19.

Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan

Malaysia, 1990.

Bahar, Yusfa Hendra (Staf Pokja Dokumentasi dan Publikasi BPCB

Provinsi SUMBAR, Riau dan Kep.Riau), Rumah Gadang

20 Ruang Sulit Air, (Batusangkar, Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral

Kebudayaan, Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi

Sumatera barat, Riau, dan Kepulauan Riau.,

No.Inventaris : 03/BCB-TB/A/15/2007).

Bratawijaya, Thomas Wiyasa. Upacara tradisional masyarakat Jawa.

Pustaka Sinar Harapan. 1988. Accessed, 19 Desember

2017.

Baso, Ahmad. Plesetan lokalitas: politik pribumisasi Islam. Jakarta:

the Asia Foundation Desantara, 2002.

Page 301: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Daftar Pustaka 289

Bowen, John R., Syariah, Negara dan Norma-norma Sosial di

Perancis dan Indonesia, dalam Dick van der Meij,

Dinamika Kontemporer Dalam Masyarakat Islam.

Jakarta: INIS, 2003.

Bungi, Burhan. Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman

Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal

Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003.

BPS Kabupaten Tanah. "Tanah Datar Dalam Angka 2003."

Kabupaten Tanah Datar. 2003.

Berger, Peter L. Invitation to sociology: A humanistic perspective.

Open Road Media. 2011. Accessed, 5 Desember 2017.

Cipta, Hendra. Kabupaten Tanah Datar. "Analisis Penerapan

Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based

Budgeting) Pada Pemerintah Daerah (Studi Eksploratif

Pada Pemerintah." (2011). Accessed, 12 Desember 2017.

Chaniago Hasril, dkk. Memoar Ikasuma Hamid (Catatan 10 Tahun

Menjadi Bupati). Jakarta: PT.Carina Indah Utama.1990.

Collins, James, and Richard Blot. Literacy and literacies: Texts,

power, and identity. Vol. 22. Cambridge University

Press, 2003. Accessed, 21 Desember 2017.

Connoly, Peter. Aneka Pendekatan Studi Agama,terj. Yogyakarta:

Lkis. 2002.

Daradjat, Zakiah. Peranan agama dalam kesehatan mental. Haji

Masagung. 1988.

Daya, Burhanuddin Gerakan pembaharuan pemikiran Islam.

Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1990.

Dobbin, Christine. Islamic revivalism in a changing peasant

economy: Central Sumatra, 1784-1847. Routledge, 2016.

Accessed, 27 Desember 2017.

Djamil, Abdul. Islam dan kebudayaan Jawa. Jakarta: Gama Media.

2000.

Datuak Sangguno, I Dirajo. Curaian Adat Minangkabau. Kristal

Multimedia. 2003.

Page 302: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

290 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Doeppers Daniel F. "An incident in the PRRI/Permesta rebellion of

1958." Indonesia 14. 1972. Accessed, 15 Desember

2017.

Ddwidjawijoto, Rian Nugroho. Otonomi Daerah: Desentralisasi

Tanpa Revolusi. Jakarta: Elex Media Komputuido.

2006.

Djati, Sunan Gunung. "Islam Inklusirf Kontekstualisasi Nilai-Nilai

Islam Upaya Mewujudkan Kesalehan Pluralisme di

Nusantara. Makalah Diajukan Untuk Mengikuti

International Conference On Islam In Malaya-World

(ICON IMAD III)". Accessed, 22 November 2017.

Efendi, Bakhtiar dan Fakhry Ali. Merambah Jalan Baru Islam:

Rekontruksi Pemikiran Islam Indonesia Masa Orde Baru,

Bandung: Mizan, 1986.

-----------.Islam dan Negara Transformasi Gagasan dan Praktik Politik

Islam di Indonesia. Jakarta: Paramadina. 1998.

Efrizon. Pesona dan Profil Luhak Nan Tuo. Batusangkar: Kantor

Inforkom dan PDE Tanah Datar. 2005.

Local Governance Support Program (LGSP). "Buku Pegangan bagi

Kepala Daerah dan DPRD". United States Agency for

International Development (USAID).

Erricsyah, Yondri. Peranan KAN Dalam Mensukseskan Program

Pemerintah di Nagari Sariak. Padang: BPSNT Padang

Press. 2010.

Edwar, Jamaris. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2002.

Gazalba, Sidi. Modernisasi dalam persoalan: bagaiman sikap Islam.

Vol. 5. Bulan Bintang. 1973. Accessed, 20 Desember

2017.

Glock, Charles Young, and Rodney Stark.Religion and society in

tension. Chicago: Rand McNally. 1965. Accessed, 28

Desember 2017.

Geertz, Clifford. The religion of Java. University of Chicago Pres.

1976. Accessed, 23 Desember 2017.

Page 303: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Daftar Pustaka 291

---------- Abangan, santri, Priyayi: dalam Masyarakat Jawa. Jakarta:

PT.Dunia PustakaJaya. 1983.

E.Graves , Elizabeth. Asal-Usul Eilite Minangkabau Modern,Respon

Terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX . Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia. 2007.

Fathurahman, Oman. Tarekat Syattariyah di Minangkabau: teks dan

konteks. Prenada Media Group, 2008. Accessed, 27

Desember 2017.

Fransyaigu, Ronald. Penerapan Inkuiri Moral Berbasis Nilai-Nilai

Kearifan Lokal Minangkabau“Alam Takambang jadi

Guru Untuk Pembentukan Karakter Siswa. Diss.

Universitas Pendidikan Indonesia. 2014.

Haba, John and Lilis Mulyani. Nagari & krama desa.Pusat Penelitian

Kemasyarakatan dan Kebudayaan, Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia. PMB-LIPI. 2001.

Hakimy, Idrus Datuak Rajo. Pokok-pokok Pengetahuan Adat

Miangkabau. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2001.

Hadler, Jeffrey. Muslim and Matriarchs: Cultural Resilience in

Indonesia Through Jihad and Colonialism. New York:

Cornell University Press: 2008.

Hadler, Jeffrey Hadler. Sengketa Tiada Putus, Muslim and

Matriarchs: Cultural Rasiliens in Indonesia Though Jihad

and Colonialism . Cornell University Press, 2008.

Hamzah, Zayadi. Islam dalam Perspektif Budaya Lokal Studi Kasus

Tentang Ritual Siklus Hidup Keluarga Suku Rejang Di

Kabupaten Rejang Lebang Provinsi Bengkulu. Disertasi

Sps Syarif Hidayatullah. 2010.

Hasbi, Mohammad. "Intervensi Negara Terhadap Komunitas Nagari

di Minangkabau." Nagari, Desa Dan Pmbangunan

Pedesaan di Sumatera Barat. 1990. Accessed, 6

Desember 2017.

Hadi, Wisran. "The history of surau in minangkabau." workshops of

empoerment movement back to surau. Padang:

Empowerment Bureau Social, Education and Sport

Page 304: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

292 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Secretary West Sumatra. 2007.Accessed, 18 Desember

2017.

Hadi, Soetrisno. Pemikiran Politik Islam di Indonesia Pasca Soeharto

1998-2008. Jakarta: "PKBM Ngundi Ilmu" , 2004.

Hasanuddin, Adat dan Syarak Sumber Inspirasi dan Rujukan Nilai

Dialektika Minangkabau, (Padang: Universitas Anadalas

Pusat Studi Informasi dan Kebudayaan Minangkabau

(PSIKM): 2013), 9.

Hazairin, Hukum Kekeluargaan Nasional . Jakarta: Tintamas, 1982.

Hakimy, Idrus Dt Rajo. Pokok-pokok Pengetahuan Adat Alam

Minangkabau. Bandung: Remadja Karya, 200. -----------

--, Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di

Minangkabau. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.

Hamka, Ayahku Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan

Perdjuangan Kaum Agama di Sumatera Barat, (Djakarta:

1976), 24.

---------,Islam dan Adat Minangkabau. Jakarta: PT.Pustaka Panji

Emas. 1984.

Hasanuddin. Adat dan Syarak (Sumber INspirasi dan Rujukan Nilai

Dialektika Minangkabau). Padang: Pusat Studi dan

Informasi dan Kabudayaan Minagkabau (PSIKM)

Universitas Andalas Padang. 2013.

---------Muhammadiyah di Minangkabau .Jakarta: yayasan Nurul

Islam.

Hidayat, Rizki. Konstruksi Makna dalam Upacara Adat Tradisi Pacu

Jawi Sebagai Kearifan Lokal Kabupaten Tanah Datar

Propinsi Sumatera Barat. 2014. Accessed, 15 Desember

2017.

Iswanto, Bambang. Kebijakan Pemerintah Di Bidang Ekonomi Islam

Masa Orde Baru Dan Era Reformasi .Jakarta: PKBM

Ngundi Ilmu, 2014.

Johnson, P.Doyle, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Edisi

Indonesia, Terjemahan Robert MZ.Lawang . Jakarta:

PT.Gramedia,1986.

Page 305: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Daftar Pustaka 293

Jimung, Martin. Politik Lokal dan Pemerintahan Daerah Dalam

Perspektif Otonomi Daerah. Yogyakarta: Pustaka

Nusantama. 2005.

Juwaini, Jazuli. Otonomi Sepenuh Hati. Jakarta: Darussalam

Publising, 2015.

J.D. Legge, Cultural Authorithy and Regional Autonomy in

Indonesia: a Study in Local Administration 1950-1960,

(Ithaca: Cornell University Press, 1961), 93-94.

Jones, Pip. Pengantar Teori-Teori Sosial (Dari Teori Fungsionalisme

hingga Post Modernisme), judul asli: Introducing Social

Theory. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia. 2010.

Jajat Burhanudin, Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elite Politik

Muslim dalam Sejarah Indonesia. Noura Books,

2012.Accessed, 18 Desember 2017

Js. Badudu dan Sutan M Zain. Kamus Umum Bahasa Indonesia .

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 2001.

Khadimullah,AMZ Tuanku Kay . Menuju Tegaknya Syariat Islam di

Minangkabau: Peranan Ulama Sufi dalam Pembaruan

Adat. Marja, 2007.

Kato, Tsuyoshi. Adat Minangkabau & Merantau. Jakarta: PT Balai

Pustaka, 2005.

Kato, Tsuyosi Kato. Matriliny and Migration: Evolving

Minangkabau Tradition in Indonesia. NY: Ithaca, 1982.

Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI Press.

-----------Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT. Dian

Rakyat. 1997.

Kahmad, Dadang. "Metode Penelitian Agama Perspektif

Perbandingan Agama." Accessed, 28 Desember 2017.

Lawang , M.Z. Robrt, Buku Materi Pokok Sistem Sosial Indonesia.

Jakarta: Universitas Terbuka, Depertemen Pendidikan

Dan Kebudayaan RI, 1986.

L. Berger, Peter. Invitation to sociology: A humanistic perspective.

Open Road Media. 2011. Accessed, 22 Desember 2017.

Page 306: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

294 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Liliweri, Alo. Prasangka & konflik: komunikasi lintas budaya

masyarakat multikultur. Jakarta: PT LKIS Pelangi

Aksara. 2005.

Lukito, Ratno. Islamic Law and Adat Encounter: The Experience of

Indonesia. Jakarta: Logos, 2001.

Mufid, Ahmad Syafi'i. Perkembangan paham keagamaan

transnasional di Indonesia. Kementerian Agama RI,

Badan Litbang dan Diklat, Puslitbang Kehidupan

Keagamaan. 2011. Accessed, 19 Desember 2017.

Majid, Nurcholish. Islam agama peradaban: membangun makna dan

relevansi doktrin Islam dalam sejarah. Paramadina, 1995.

Accessed, 28 Desember 2017.

Mansoer, MD. Sejarah Minangkabau. Jakarta: Bharata. 1997.

Madjoindo, Ahmad Dt. Batuah A.Tanpa Tahun. Tambo Alam

Minangkabau. Jakarta: Balai Pustaka. 2011.

Mudzhar, Atho. Pendekatan Studi Islam Dalam Teori dan Praktek.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011.

Marwan, dkk. Badan Pengelolaan Keragaman Budaya, Revitalisasi,

Reaktualisasi Budaya Lokal, Monografi Adat Nagari

Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara. Batusangkar:

Pemda Tanah Datar. 2014.

Tim Yayasan Gunung Bungsu. Mengenal Tanah Datar Sebuah

Kabupaten di Sumatera Barat,. Batusangkar: Yayasan

Gunung Bungsu. 2014.

Maliki, Zainuddin. Sosiologi politik: makna kekuasaan dan

transformasi politik. Gadjah Mada University Press.

2010.

Marsden, W. The History of Sumatera: Containing an Account of

The Government, Law Costums ang Manners of The

Native Inhabitants With A Description of The Natural

Production and Relation of the Acient Political State of

That Island. London: Printed for the Autor by J.

McCreey. 1811.

Page 307: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Daftar Pustaka 295

Madjid, Nurcholis. Demokrasi dan Demokratisasi, Dalam

Demokratisasi Politik, Ekonomi dan Budaya;

Pengalaman Indonesia Masa Orba. Jakarta: Paramadina,

1994.

Moleong, Lexy J. "Metodologi penelitian." Cet: XII: Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya. 1999.

Majolelo, Darwis Datoek dan Ahmad Marzuki. Tuanku Imam Bonjol.

Jakarta: Jambatan. t.th.

Mahmud, Sutan. Sumpah Sati Bukit Marapalam, ”Menghela Rambut

Dalam Tepung”. Tanah Datar: t.th.

Nurdin, Abidin. "Integrasi Agama dan Budaya: Kajian Tentang

Tradisi Maulod dalam Masyarakat Aceh." El-Harakah

(Terakreditasi)18.1. 2016.

Nasroen, M. Dasar Falsafah adat Minangkabau. Jakarta: Bulan

Bintang. 1972.

Naim, Mukhtar. Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabu.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 1979.

----------"Konsep Kepemimpinan Tungku Nan Tigo Sajarangan dan

Masalah Penerapannya dalam Rangka Kembali Ke

Nagari." 2004. Accessed, 16 Desember 2017.

Nain, Sjafnir Abu. "Tuanku Imam Bonjol: sejarah intelektual Islam di

Minangkabau, 1784-1832." Esa. 1988. Accessed, 3

Desember 2017.

Northcott, Michael S. The environment and Christian ethics.Vol. 10.

Cambridge University Press. 1996. Accessed, 4

Desember 2017.

Noer, Deliar. Islam &Politik. Jakarta: Yayasan Risalah. 2003.

Nasroen,M. Dasar Falsafah Adat Minangkabau. Jakarta: Bulang

Bintang. 1972.

Padmo, Soegijanto. "Gerakan pembaharuan Islam Indonesia dari

masa ke masa: Sebuah pengantar." Humaniora 19.2.

2007.

Page 308: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

296 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Pador, Z and F. Zakir. "Pola Partisipatif: Alternatif Kembali ke

Sistem Nagari." Kembali ke Nagari: Batuka Baruak jo

Cigak. 2014.

Pareto, Vilfredo. The rise and fall of the elites: an application of

theoretical sociology. Transaction Publishers. 1991.

Accessed, 6 Desember 2017.

Pemerintah Daerah Tingkat II Tanah Datar. Sejarah Tanah Datar.

Batusangkar: Pemda TD. 1995).

Pranowo, M. Bambang. Memahami Islam Jawa. Jakarta: Pustaka.

2011.

Pador, Zenwen. Kembali ke nagari: batuka baruak jo cigak . Lembaga

Bantuan Hukum Padang. 2002. Accessed, 16 Desember

2017.

Pelly, Usman. "Urban Mifration and Adaptation in Indonesia: a Case

Study of Minangkabau and Mandailing Batak Migrants

in Medan, North Sumatra. 1984.

Ritzer, George. Sociology; A Multiple Paradigm Science Revised

Edition. London. Boston. Sydnney, Toronto: 1975.

Rakhmat Subagya, and Y. W. M. Bakker. Agama Asli Indonesia.

Jakarta: Sinar Harapan, 1981.

Rahmat, Aulia. Rekonstruksi Adat Minangkabau Dalam

Pemerintahan Nagari Era Otonomi Daerah. Jakarta:

Ngundi Ilmu. 2013.

Rozi, Syafwan. Konstruksi Identitas Islam Perbatasan sebuah Sintesis

terhadap Identitas Tradisional dan Identitas Modrnis

dalam Paham Keagamaan di Daerah Rao Sumatera

Barat. 2012.

---------- "Dari Islam Radikal ke Islam Pluralis Geneologi Gerakan

Paderi dan Pengaruhnya terhadap Islam Pluralis di

Perbatasan Minangkabau." Masyarakat Indonesia . 2016.

Rumahuru, Yance Zadrak, and Irwan Abdullah. Islam Syariah dan

Islam Adat. Konstruksi Identitas Keagamaan dan

Perubahan Sosial di Kalangan Komunitas Muslim

Page 309: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Daftar Pustaka 297

Hatuhaha di Negeri Pelauw. Diss. Universitas Gadjah

Mada, 2012. Accessed, 21 Desember 2017.

Rahman , Abdul. Pemikiran umat Islam di Nusantara: sejarah dan

perkembangannya hingga abad ke-19. Dewan Bahasa

dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia. 1990.

Ramli, Mohd Anuar. "Islamisasi di Tanah Melayu: Analisis Terhadap

Proses Interaksi Antara Adat dan Syariah Islam." dalam

Hashim Awang et al. 2006. Accessed, 18 November

2017.

Rahmat, Jalaluddin."Psikologi Agama." Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada. 2005.

Rezeki, Rina. Disparitas Sub Wilayah (Kasus Perkembangan Antar

Kecamatan di Kabupaten Tanah Datar). Diss. Program

Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. 2007.

Rajab, Muhammad. Sistem kekerabatan di Minangkabau. Padang:

Center For Minangkabau Studies Press. 1969.

Samad, Duski. Syekh Burhanuddin dan Islamisasi Minangkabau.

Minangkabau Foundation atas bantuan Yayasan

Pengembangan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat

Jakarta, 2003. Accessed, 27 Desember 2017.

Salmadanis & Duski Samad. Adat Basandi Syarak, Nilai dan

Aplikasinya Menuju Kembali Ke Nagari dan Surau.

Jakarta: PT Kartika Insan Lestari Press. 2003.

Sutaryo, Dinamika Masyarakat Dalam Perspektif Konflik

.Yogyakarta: FISIPOL-Universitas Gajah Mada, 1992.

Suryo, Djoko. "Tradisi Santri dalam Historiografi Jawa, Pengaruh

Islam di Jawa." Seminar Pengaruh Islam terhadap

budaya Jawa, Jakarta. 2000. Accessed, 24 Desember

2017.

Suryo, Djoko. "Tradisi Santri dalam Historiografi Jawa, Pengaruh

Islam di Jawa." Seminar Pengaruh Islam terhadap budaya

Jawa. Jakarta. 2000. Accessed, 25 Desember 2017.

Page 310: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

298 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Sihombing, Herman. Hukum Adat Minangkabau Mengenai Tungku

Tigo Sajarangan Dan Tali Tigo Sapilin: Hukun adat

Minangkabau Dewasa ini.

Schrieke. 1973. Pergolakan Agama di Sumatera Barat: Sebuah

Sumbangan Bibliografi (terjemahan oleh:

Soergata Poerbakawatja. Jakarta: Bharata.

Syarifuddin, Amir. Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam

Lingkungan Adat Minangkabau. Jakarta: Gunung

Agung. 1984.

Sundari, W.S. Perbandingan Etnobotani Upacara Adat Batagak

Panghulu Masyarakat Minangkabau Di Sumatera Barat.

Padang: Universitas Andalas.

Singka, Eka Yusuf. Desentralisasi Layanan Kesehatan Haji Indonesia

Pada Masa Reformasi,. Bandung: Pustaka Aura Semesta,

2015.

Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain Dari Hukum di Indonesia (Jakarta:

Kompas, 2003), 23.

Syahmunir, A. M. Pemerintahan Nagari dan tanah ulayat. Andalas

University Press. 2006.

Susanto, Happy. Pembagian Harta Gono Gini Saat Terjadi

Perceraian. Jakarta: Transmedia Pustaka. 2008.

Tuner, H.Jonathan, The Strukture of Sosiological Theory, Revised

Edition. HomeWood, Illinois, Irwin Dorsey Limited.

Georgetown. Ontari: The Dorsey Press, 1978.

Tom Jacobs. Paham Allah, Dalam Filsafat, Agama-Agama, dan

Teologi. Kanisius, 2002. Accessed, 19 Desember 2017.

Takeshi, Ito. "The world of the adat Aceh: A historical study of the

sultanate of Aceh." 2013. Accessed, 25 Desember 2017.

Thalib, Sajuti. "Reception in Complexu, Theory Receptie dan

Receptie A Contrario."PP Hazairin, Pembaharuan

Hukum Islam di Indonesia in Memoriam Prof. Mr. Dr.

Hazairin. 1981.

Page 311: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Daftar Pustaka 299

-----------Politik Hukum Baru: Mengenai Kedudukan dan Peranan

Hukum Adat dan Hukum Islam dalam Pembangunan

Hukum Nasional. Bandung: Bina Cipta, 1987.

Ubir, Zaiyardam. Budaya Konflik dan Jaringan Kekerasan:

Pendekatan Penyelesaian Berdasarkan Kearifan Lokal

Minangkabau. Padang: Insist Press. 2010.

Wirawan. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma Fakta Sosial,

Definisi Sosial & Perilaku Sosial. Jakarta: PT. Kharisma

Putra Utama, 2013.

-----------"Reflections on the sociology of religion today." Sociology

of Religion 62.4. 2001.

Woodward, Mark R. Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus

Kebatinan. Jakarta: PT LKiS Pelangi Aksara. 2004.

Accessed, 24 Desember 2017.

Wolf, Alison dan A.Ruth Wallace, Contemporary Socilogical Theory

.The Continuing Classical Tradition,Second Edition.

Englewood Cliffs: New Jersey, Prentice Hall.Inc.1986.

Wilson, Crispen, and Matthew Linkie. "The Panglima Laot of Aceh:

a case study in large-scale community-based marine

management after the 2004 Indian Ocean tsunami."

Oryx 46.4 2012.

Wahid, Abdurrahman. "Pribumisasi Islam” dalam Muntaha Azhari

dan Abdul Mun’im Saleh."Islam Indonesia Menatap

Masa Depan. 1989. Accessed, 19 Desember 2017.

Yusra, Abrar.Tokoh yang Berhati Rakyat: Biografi Harun Zai.

Jakarta: Gebu Minang. 1997.

Zuhdi, M. Nurdin. "Dialog al-Qu’an dengan Budaya Lokal Nusantara:

Resepsi al-Qur’an dalam Budaya Sekaten di Keraton

Yogyakarta." MAGHZA 2.1. 2017. Accessed, 27

Desember 2017

Zainuddin, Musyair. Implementasi Pemerintahan Nagari Berdasarkan

Hak Asal-Usul Adat Minagkabau. Yogyakarta: Ombak.

2008.

Page 312: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

300 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Zainal. Islam Radikal di Sumatera Barat Pasca Orde baru (1998-

2012) : Kajian Historis Gerakan Ormas Islam Garis

Kera. Jakarta: UIN Disertasi. 2014.

Zainuddin, Musyair. Implementasi Pemerintahan Nagari Berdasarkan

Hak Asal-Usul Adat Minagkabau. Yogyakarta: Ombak,

2008.

Zed, Mestika. Eddy Utama dan Hasril Chaniago, Sumatera Barat di

Panggung Sejarah 1945-1995. Padang: Bidang

Penerbitan Khusus Panitia Peringatan 50 Tahun

Kemerdekaan Indonesia, 1995.

Zuhroh, R. Siti. Demokrasi lokal: Perubahan Dan Kesinambungan

Nilai-Nilai Budaya Politik Lokal di Jawa Timur,

Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Bali. Yogyakarta:

Ombak, 2009.

Jurnal, Artikel, Perda

Azyumardi Azra, "The Surau and the early Reform Movements in

Minangkabau”, Mizan: Indonesian Forum for Islamic

and Social Studies, Vol. 4, No. 2 (1994).

Eva Achjani Zulfa. "Keadilan Restoratif Dan Revitalisasi Lembaga

Adat Di Indonesia."Jurnal Kriminologi Indonesia 6.2

(2012). (Accessed, 19 Desember 2017)

Amri Marzali. "Agama dan Kebudayaan."UMBARA Indonesian

Journal of Anthropology 1.1. 2017. Accessed, 3

Desember 2017.

Arizona, Yance. "Masyarakat adat dalam kontestasi pembaruan

hukum." Makalah Seminar Pemberdayaan Sosial

Komunitas Adat: Upaya peningkatan efektivitas

pemberdayaan KAT saat ini dan pengembangan ke

depan. 2013. Accessed, 23 Desember 2017.

A.Anantha dan G.A Elmizan,"Analisis Konsistensi Perencanaan dan

Penganggaran Pada Badan Penanggulangan Bencana

Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2011-2015

Page 313: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Daftar Pustaka 301

Dengan Prediksi Kerugian Untuk Tahun 2016-2020",

Jurnal KBP, Vol. 3, No. 1 (2015): 129-145.

Abidin Nurdin. "Integrasi Agama dan Budaya: Kajian Tentang

Tradisi Maulod dalam Masyarakat Aceh." El-Harakah,

Vol. 18, No.1 (2016): 45-62.

Andi Markarma, "Pola Interaksi Berbasis Agama Pada Masyarakat

Rawan Konflik di Kabupaten Sigi." Jurnal Penelitian

Ilmiah (2014).

Benda-Beckmann, Von Franz, and Keebet von Benda-Beckmann.

"Identity in Dispute: Law, Religion, and Identity in

Minangkabau." Asian Ethnicity, Vol. 13, No. 4. 2012.

-----------"Property, Politics, and Conflict: Ambon and Minangkabau

Compared", Law & Society Review, Vol. 28, No. 3.

1994.

Evelyn Blackwood,”Representing Women”: The Politics of

Minangkabau Adat Writings Source: The Journal of

Asian Studies,Vol. 60, No. 1 (Feb., 2001), pp. 125-

149Published by: Association for Asian StudiesStable

URL: http://www.jstor.org/stable/2659507Accessed: 15-

04-2015 14:06 UTC,H.126

Franz von, Benda-Beckmann, and Keebet von Benda-Beckmann

Source: Property, Politics, and Conflict: Ambon and

Minangkabau Compared Author(s): Law & Society

Review,Vol. 28, No. 3,

Helene Cherrier, "Anti-consumption discourses and consumer-

resistant identities." Journal of Business Research 62.2

(2009).

Ilyas , Ahmad Fauzi. "Syekh Ahmad Khatib Minangkabau Dan

Polemik Tarekat Naqsyabandiyah Di Nusantara."

Journal of Contemporary Islam and Muslim Societies 1.1 (2017).

(Accessedi,28 Desember 2017).

Law and Society in Southeast Asia (1994), pp. 589-608Published by:

on behalf of the WileyLaw and Society Association

Page 314: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

302 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Stable URL: http://www.jstor.org/stable/ 3054079

Accessed: 27-08-2014 05:55 UTC

Muridan. ”Islam dan Budaya Lokal: Kajian makna simbol dalam

Perkawinan Adat Keraton”, IbdaJurnal Studi Budaya ,

Vol. 5 No.1, Januari-Juni(P3M STAIN Purwokerto,

2007), 10.

Sumarto, "Agama dan Budaya."Ri'ayah: Journal of Social and

Religious 2.02 (2017), 20-30.

Taufik Abdullah, Adat and Islam: An Examination of Conflict in

Minangkabau: Source: Indonesia,No. 2 (1966): 1-24.

Published by: Southeast Asia Program Publications at

Cornell UniversityStable URL: http://www.jstor.org/

stable/3350753 Accessed: 15-04-2015 12:22 UTC

Tsuyoshi Kato. Different Fields, Similar Locusts: Adat Communities

and the Village Law of 1979 in Indonesia Author(s):

Source: Indonesia, No. 47 (Apr., 1989), pp. 89-114

Published by: Southeast Asia Program Publications at

Cornell University Stable URL: http://www.jstor.org/

stable/3351077 Accessed: 11-08-2017 04:32 UTC

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TANAH DATARHTTPS://

TANAHDATARKAB.BPS.GO.ID/

Moenada, Meimunah S. "Surau dan Modernisasi Pendidikan di Masa

Hindia Belanda." Sosial Budaya, Vol. 8, No.1 (2011):

40-53.

Nursyirwan Effendi. "Kearifan Lokal Menuju Penguatan Karakter

Sosial: suatu Tantangan dari Kemajemukan Budaya di

Sumatera Barat." Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial

Budaya 16.2 (2014), 107-115.

Hasanuddin, W. S. "Kearifan Lokal dalam Tradisi Lisan Kepercayaan

Rakyat Ungkapan Larangan tentang Kehamilan, Masa

Bayi, dan Kanak-kanak Masyarakat Minangkabau

Wilayah Adat Luhak Nan Tigo." Jurnal Keilmuan

Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya 1.2 (2015): 198-204.

Page 315: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Daftar Pustaka 303

Meldawati. "Kehidupan di Bukit Nilam Pasaman pada Masa PRRI

(1956-1958)."Jurnal Pelangi 6.1 (2015). Accessed, 16

Desember 2017

Da Costa, Romilda Arivina and Falantino Eryk Latupapua. "Identitas

Budaya Amarima Hatuhaha." Taufik, Abdullah,”Adat

and Islam: An Examination of Conflict in Minangkabau”

Author(s): Source:

Indonesia,No. 2 (Oct., 1966), pp. 1-24Published by: Southeast Asia

Program Publications at Cornell University Stable URL:

http://www.jstor.org/stable/ 3350753. Accessed: 27-08-

2014 05:07 UTCYour use of the JSTOR archive

indicates your acceptance of the Terms & Conditions of

Use, available at http://www.jstor.org/page/info/about/

policies/terms.jsp, 10

Nikki R. Keddie,”Islam and Society in Minangkabau and in the

Middle East: Comparative Reflections”Sojourn: Journal

of Social Issues in Southeast AsiaVol. 2, No. 1

(FEBRUARY 1987), pp. 1-30Published by: Institute of

Southeast Asian Studies (ISEAS)Stable URL:

http://www.jstor.org/stable/41056716. Page Count: 30.

Wirman, Hardi Putra. "Dinamika Perubahan Adat Salingka Nagari

(Studi Analisis tentang Pewarisan Nilai-Nilai Adat di

Kanagarian Pagadih Kabupaten Agam Sumatera Barat).

"Islam Realitas: Journal of Islamic & Social Studies 6.2

(2013), 35-52.

C. W. Watson”Islamic Family Law And The Minangkabau Of West

Sumatera” The Cambridge Journal of Anthropology Vol.

16, No. 2, Special Issue: Islamic Family Law: Ideals and

Realities (1992/1993), pp. 69-84.Published by: Berghahn

Books Stable URL:http://www.jstor.org/stable/ 238173

49 Page Count: 16.

J. S. Kahn "Tradition", Matriliny And Change Among The

Minangkabau Of Indonesia Source: Bijdragen tot de

Taal-, Land- en Volkenkunde, Deel 132, 1ste Afl.,

ANTHROPOLOGICA XVIII (1976), pp. 64-95

Page 316: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

304 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Published by: Brill Stable URL:

http://www.jstor.org/stable/27863021 Accessed: 16-02-

2016 07:34 UTC

Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain Dari Hukum di Indonesia (Jakarta:

Kompas, 2003), 24.

Badan Pusat Statististik, Tanah Datar Dalam Angka, (Batusangkar:

BPS, 2016) http:/tanahdatar.bps.go.id.

Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Berita Daerah Kabupaten

Tanah Datar. Batusangkar: Bagian Hukum Sekretariat

Daerah Kabupaten Tanah Datar, 2008.

Mhd. Natsir, "Peranan Surau Sebagai Lembaga Pendidikan Islam

Tradisional Di Padang Pariaman Sumatera Barat (Surau

Syaikh Burhanuddin)." Pedagogi: Jurnal Ilmu

Pendidikan, Vol. 12, No. 2 (2012): 39-46.

Eniza Wati "Pengaruh Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi

Terhadap Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran

Dengan Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada

Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kab. Tanah Datar)."

Jurnal Akuntansi, Vol 1, No. 2 (2013). Accessed, 12

Desember 2017

Fitri, Syarifah Massuki, Unti Ludigdo, and Ali Djamhuri. "Pengaruh

Gaya Kepemimpinan, Komitmen, Organisasi, Kualitas

Sumber Daya, Reward, Dan Punishment Terhadap

Anggaran Berbasis Kinerja

(Studi Empirik Pada Pemerintah Kabupaten Lombok Barat)." Jurnal

Dinamika Akuntansi, Vol. 5, No. 2 (2013).

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Datar. Tanah Datar Dalam

Angka. 2016.

KABUPATEN TANAH DATAR: NILAI-NILAI DEMOKRASI SEBAGAI

KEARIFAN

LOKAL.HTTPS://ARIEFHILMANARDA.WORDPRESS.COM/20

09/02/03/43/. ACCESSED, 18 DESEMBER 2017.

Helmi, Laporan Hasil Rapid Assessment Pengembangan Ekonomi

Masyarakat di Kabupaten Tanah Datar. 2017.

Page 317: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Daftar Pustaka 305

Reza Marizka , "Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil,

Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus

Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada

Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Barat (Tahun 2006–

2011)." Jurnal Akuntansi, Vol. 1, No. 3 (2013).

Peter L.Berger "Reflections on The Sociology of Religion Today",

Sociology of Religion, Vol. 62, No. 4 (2001).

Wahyu Hanafi, "Pergeseran Epistemologi Pendidikan Islam

(Menelusuri Jejak Historis Pendidikan Islam Klasik

hingga Kontemporer)." Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan

dan Keagamaan, Vol. 9, No. 1 (2015): 1-20.

Ismail Swadi Wekke. Islam dan Adat dalam Pernikahan Masyarakat

Bugis di Papua Barat. Jurnal kajian budaya Islam

Thaqafiyah,vo.13 No.2(Desember 2012).

Laudjeng Hedar. "Kesatuan Masyarakat Hukum Adat." Makalah pada

“Simposium Masyarakat Adat: Mempersoalkan

Keberadaan Masyarakat Adat sebagai Subjek Hukum”.

Jakarta. 2012.

Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Perda Nomor 2 Tahun 2015

BAB I-III. Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar:

2017.

Pemerintahan Tanah Datar, Lembaran Daerah Kabupaten Tanah

Datar Tahun 2007. Kabupaten Tanah Datar: Bagian

Hukum 2007.

Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Perda Nomor 2 Tahun 2015

BAB I-III. Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar :

2017.

Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar N0.15 tahun 2008.

Page 318: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

306 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Page 319: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

307

Lampiran-lampiran

Page 320: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

308

DAFTAR WAWANCARA

1. Dt.Feri Irsal Idrus (ketua LKAAM Tanah Datar), wawancara ,

Senin 21 maret 2016, Jam: 11.00 Wib di Batusangkar.

2. Dt.Mangkuto (KAN Nagari pariangan), Wawancara,

musrenbang di nagari Pariangan

3. Basrizal ,Dt, wawancara, Kamis, 27 Oktober 2016 di

Batusangkar.

4. Akhyar( Kaur Kesra), wawancara, 29 Agustus 2016, jam 10.00,

di Batubulek Lintau Buo Utara.

5. Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), Wawancara, 03

September 2016 Jam: 14.00 Wib di Batu Bulek kecamatan

Lintau Buo Utara.

6. Rifka Yarni (bundo kanduang), Wawancara, 10 januari 2017

jam.10.00 di Pariangan dan pengamatan lansung. Pengamatan

Langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada kegiatan

seremonial adat.

7. Nofri Aides(Bundo Kanduang Limakaum), wawancara, 29 Juni

2017, di Batusangkar, jam :10.00.

8. Andrizal, wawancara, 29 Agustus 2016, di Batubulek Lintau

Utara.

9. HM.Yunus Sirhan (ketua IKTD Sumatera Utara), wawncara,

27 September 2017 di Batusangkar.

10. Hj.Irsyam (ketua Bundo kanduang nagari Batubulek

Kecamatan Lintau Utara), wawancara, senin 5 September 2016

di Lintau Utara.

11. Inayah (Bundo Kanduang Sikaladi), wawancara, 10 Mei 2017,

jam. 13.00

12. Buya Yusrizal, wawancara, kamis 14 April 2016 di

Batusangkar.

13. Muslim (tokoh masyarakat), wawancara, 30 Juni 2017 di

Lintau Buo pukul.19.00 Wib.

14. Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar),Wawancara,

Kamis, 26 Januari 2017 jam 17.00 di Jakarta.

Page 321: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Daftar Pustaka 309

15. Zainal Abidin( Tokoh masyarakat ), wawancara, 4 Maret 2017

di Linntau Buo.

16. Syukri Iska (ketua MUI Tanah Datar), Wawancara,4 April

2016, Jam: 16.00, di Batusangkar .

17. Usputra Veferi(anggota KAN Batubulek), wawancara, sabtu ,3

September 2016 di Jorong Aur duri, Nagari Batubulek

kecamatan Lintau Buo Utara.

18. Wawancara, dr.Afdhol (perantau), 5 Maret 2017 di

Batusangkar.

19. Ketua KAN Pariangan , Wawancara, 10 januari 2017

jam.10.00 di Pariangan dan pengamatan lansung.

20. Irman Idrus (Wali baringin), Wewancara, Babu 24 Agustus

2016 , Jam:14 di kecamatan Limakaum, dan Observasi

l|angsung pada kegietan. Masyarakat.

21. Wawancara Risman Bustamam

22. Wawancara Dedi Admon Anggota DPRD Praksi PBB, 5 Juli

2017 di Batusangkar

23. Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah

Datar dan Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA

Sumahamid), 17 Februari 2017, jam 10.00 WIB di Jakarta.

24. Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah

Datar dan Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA

Sumahamid), 17 Februari 2017, jam 10.00 WIB di Jakarta.

25. 1Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar),

pada kamis, 26 Januari 2017 jam 17.00 di Jakarta.

26. Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah

Datar dan Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA

Sumahamid), 17 Februari 2017, jam 10.00 WIB di Jakarta.

27. Wawancara Muslim (tokoh masyarakat), 30 Juni 2017, jam

19.00 WIB di Lintau Buo.

28. 1Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah

Datar an Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA

Sumahamid), 17 Februari 2017, jam 10.00 WIB di Jakarta.

Page 322: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

310 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

29. Wawancara Syukri Iska (ketua MUI Tanah Datar), pada 4

April 2016, Jam: 16.00 WIB, di Batusangkar.

30. Wawancara Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), pada 3

September 2016, Jam: 14.00 WIB di Batu Bulek kecamatan

Lintau Buo Utara.

31. Wawancara KAN nagari Batu Bulek, pada 4 September 2016,

Jam: 14.00 WIB di Batu Bulek kecamatan Lintau Buo Utara.

32. Wawancawra Sekretaris Nagari Batu Bulek, Monografi Adat

Nagari Batubulek (Lintau, 2015), 61-65.

33. Wawancara Mulkhair (wali nagari pariangan), di Pariangaan.

34. Wawancara Irman Idrus (Wali Nagari baringin), pada rabu 24

Agustus 2016, Jam: 14.00 WIB di kecamatan Limakaum dan

Observasi langsung pada kegiatan masyarakat.

35. Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar),

Wawancara, Kamis, 26 Januari 2017 jam 17.00 di Jaka

36. Wawancara Efdirijal, (Kaur Uumum), 3 September 2016 di

nagari Batu Bulek, Lintau Buo Utara

37. Observasi dan Wawancara Usputra Veferi (anggota KAN

Batubulek), sabtu, 3 September 2016 di Jorong Aur duri,

Nagari Batubulek kecamatan Lintau Buo Utara.

38. Mengamati langsung ke surau tempat mengaji di Nagari Batu

Bulat Lintau Utara

39. Wawancara sekretaris Wali Nagari Batu Bulek Lintau Utara,

03 September 2016 di Nagari Batu Bulek, Lintau Buo Utara

40. Observasi dan Wawancara, Dedi Admon, Anggota DPRD

Kabupaten Tanah Datar, 5 Februari 2017 di Jakarta.

41. Observasi dan pengamatan langsung, 03 September 2016 di

lokasi surau Batu Bulek Lintau Buo Utara.

42. Wawancara Buya Yusrizal, kamis 14 April 2016 di

Batusangkar.

43. Wawancara Buya Yusrizal, kamis 14 April 2016 di

Batusangkar.

44. Wawancara Afdirizal di Nagari Batu Bulek.

Page 323: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Daftar Pustaka 311

45. Wawancara Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), 03

September 2016, jam: 14.00 WIB di Batu Bulek kecamatan

Lintau Buo Utara.

46. Wawancara Inayah (Bundo Kanduang Sikaladi), 10 Mei 2017,

jam. 13.00 WIB.

47. Wawancara Nofri Aides (Bundo Kanduang Limakaum), 29 Juni

2017 di Batusangkar, jam 10.00 WIB.

48. Wawancara Dr. Risman Bustamam Datuak Tumammad.

Batusangkar, sabtu, 9 November 2019

49. Wawancara Elfadli, Tokoh masyarakat Limakaum, 9

November 2019

50. https//www.nu.or.id/post/read/12992/pcnu-tanah-datar.

51. Wawancara pengurus Pemuda Muhammadiyah Firdaus, 2

Desember 2019.

52. wawancara Bendahara Aisyiah Tanah Datar, Linda, 13

November 2019.

53. Wawancara Aulia Rijal, Ketua IPHI Tanah Datar, 3 Desember

2019.

Page 324: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

312 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Page 325: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

313

Indeks

Abdullah Ahmad 71, 123, 265

ABSSBK vii, 255

Aceh 13, 40, 41, 46, 63, 64, 65, 66,

109, 112, 117, 121, 205, 243, 257,

262, 285, 295, 298, 299, 301

Adaptasi 222, 226

adat v, vi, 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,

11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,

21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 37,

38, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 53, 56,

57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65,

66, 67, 68, 69, 71, 72, 73, 74, 77,

83, 85, 87, 88, 90, 94, 95, 98, 99,

100,101, 102, 103, 104, 106, 108,

110, 112, 113, 114, 115, 116, 117,

118, 119, 120, 121, 122, 123, 124,

125, 126, 127, 128, 129, 130, 131,

133, 134, 135, 136, 137, 138, 140,

141, 144, 145, 146, 147, 149, 151,

152, 153, 155, 156, 157, 160, 161,

162, 166, 167, 168, 169, 170, 171,

173, 174, 175, 176, 177, 183, 186,

188, 189, 190, 191, 192, 193, 194,

195, 196, 197, 200, 203, 204, 205,

206, 207, 208, 209, 210, 211, 212,

215, 216, 218, 219, 220, 221, 222,

224, 225, 226, 227, 228, 229, 230,

231, 232, 233, 234, 235, 238, 239,

240, 241, 244, 245, 246, 247, 248,

249, 250, 251, 252, 253, 254, 255,

257, 258, 259, 261, 262, 266, 267,

268, 271, 273, 274, 275, 276, 278,

279, 280, 281, 282, 285, 288, 295,

298, 300, 308

Adat iv, v, vii, ix, x, xi, 1, 3, 4, 5, 6,

7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 18,

19, 21, 22, 23, 26, 29, 39, 41, 42,

46, 48, 51, 56, 58, 59, 61, 64, 66,

67, 70, 71, 72, 74, 75, 77, 83, 85,

88, 90, 91, 92, 93, 97, 98, 99, 100,

101, 103, 104, 105, 106, 113, 114,

115, 116, 117, 118, 119, 121, 123,

124, 127, 130, 131, 133, 134, 135,

136, 137, 138, 139, 140, 141, 142,

145, 146, 147, 150, 151, 153, 154,

157, 158, 161, 162, 166, 167, 171,

173, 174, 175, 176, 177, 185, 186,

191, 192, 196, 203, 204, 205, 209,

210, 214, 216, 222, 227, 229, 230,

238, 244, 248, 252, 253, 261, 266,

271, 273, 275, 278, 279, 280, 283,

285, 286, 287, 289, 291, 292, 293,

294, 295, 296, 297, 298, 299, 300,

301, 302, 303, 305, 310

adat istiadat 4, 5, 7, 9, 10, 15,

17, 112, 118, 208, 230, 232, 249,

254, 257, 261, 266, 278, 281, 282

Adat istiadat 4

Adat Salingka Nagari 12, 118,

192, 303

agama v, vi, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 12,

13, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 23, 24,

25, 26, 27, 29, 33, 37, 38, 39, 42,

45, 46, 47, 48, 50, 51, 52, 53, 54,

55, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65,

66, 67, 68, 73, 74, 77, 98, 99, 100,

102, 103, 104, 109, 110, 114, 117,

118, 119, 120, 121, 123, 124, 125,

126, 127, 128, 131, 135, 136, 141,

142, 143, 146, 149, 150, 151, 152,

153, 155, 157, 158, 159, 160, 161,

162, 166, 167, 168, 169, 170, 171,

173, 176, 183, 186, 188, 189, 190,

191, 193, 194, 195, 197, 200, 206,

209, 213, 221, 222, 226, 227, 228,

229, 231, 232, 233, 238, 241, 242,

243, 244, 245, 248, 251, 256, 257,

258, 259, 260, 261, 263, 264, 265,

Page 326: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

314 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

266, 267, 270, 271, 273, 274, 275,

276, 277, 278, 279, 281, 282, 289,

294

Agama iv, vii, ix, x, 12, 13, 14, 19,

23, 24, 29, 37, 39, 45, 47, 49, 50,

51, 53, 54, 55, 56, 63, 64, 67, 72,

75, 93, 100, 113, 115, 116, 119,

121, 122, 124, 125, 126, 132, 133,

141, 142, 143, 144, 154, 155, 158,

160, 162, 167, 186, 187, 188, 196,

203, 206, 211, 214, 222, 246, 257,

259, 266, 267, 279, 283, 287, 289,

292, 293, 294, 295, 296, 297, 298,

300, 301, 302

akomodasi vi, 11, 12, 13, 14,

15, 16, 20, 22, 23, 24, 25, 27, 29,

43, 44, 48, 50, 56, 57, 58, 60, 62,

67, 68, 133, 141, 166, 200, 222,

232, 241, 257, 278, 279, 281, 282,

288

Akomodasi v, vi, ix, x, 11, 14,

15, 29, 31, 44, 64, 69, 133, 167,

203, 222, 266

akulturasi budaya 3

akulturasi Budaya 3

alim ulama 25, 100, 103, 116,

134, 135, 136, 137, 152, 169, 170,

172, 173, 174, 188, 191, 223, 241,

248, 251, 253, 271

Allah iii, iv, 3, 37, 48, 64, 114, 119,

131, 186, 205, 224, 228, 230, 239,

298

Ambon 13, 18

amnesti 7

anggota DPR 26, 276

Azyumardi Azra 6, 10, 27, 258, 260,

262, 269, 287, 300

Badan Permusyawaratan Rakyat

Nagari 171

balai 239, 240, 241

Batusangkar 2, 3, 4, 6, 8, 11, 25,

29, 227, 229, 231, 232, 235, 236,

237, 239, 241, 245, 246, 250, 251,

252, 254, 255, 261, 265, 267, 271,

272, 273, 288, 310, 311

Belanda 4, 46, 131, 194, 261, 291

Benda Backman 13

budaya 9, 13, 14, 27, 29, 97, 113,

116, 121, 124, 128, 130, 131, 148,

157, 169, 188, 192, 241, 254, 257,

263, 281

Bukit Marapalam 3, 5

bundo kanduang 25, 223, 224, 225,

227, 228, 229, 230, 231, 234, 241,

247, 249, 252, 253, 254, 255

Bundo kanduang 226, 227, 231,

240, 252, 253, 254, 255, 256

Bundo Kanduang 8, 229, 233, 250,

251, 252, 255, 311

bupati 26, 236, 237, 275, 276

Bupati 7, 10, 11, 27, 227, 236, 237,

246, 270, 274, 275, 276, 309

cadiak pandai 248, 271

Caniago 2, 247, 248

cerdik pandai 5, 223

Dadang Kahmad 246

daerah 1, 2, 3, 4, 7, 10, 11, 12, 13,

14, 15, 16, 18, 20, 21, 23, 27, 29,

224, 227, 230, 232, 236, 237, 240,

243, 245, 254, 255, 259, 261, 262,

263, 269, 271, 273, 275, 276, 278,

281, 282

Darek 262

datuk 9, 25, 223, 260

desa 9, 129, 130, 135, 146, 149,

156, 169, 209, 239, 267, 276

Desa 7, 10, 269, 274, 275

Dominasi 19, 233

DPRD 26, 237, 274, 310

dubalang 248

Dubalang 250

dusun 1, 2

Era Reformasi 6, 8, 9, 10, 11, 13,

14, 15, 16, 231, 232, 240, 253,

255, 267, 270, 272, 273

Falsafah 4, 5, 29

Franz von Benda-Beckmann 13

gerakan 5, 10, 19, 259, 264, 275

Gerakan 4, 5, 6, 264, 289

gerakan Wahabi 6

Globalisasi 10

Haji Rasul 265

Page 327: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Indeks 315

Hamka 6, 259, 264

harmonisasi 262

harta pusaka 10, 15

Harun Zain 7

Hindia Belanda 272, 302

hirarki 253

historiografi tradisional 28

historis 22, 23, 27

hukum 7, 9, 13, 17, 22, 263, 267,

269

Hukum 9, 12

hukum adat 7, 13, 17, 22, 267,

269

Identitas 8, 11, 20, 266

identitas keagamaan 20

ideologi 18

Idrus Hakimi Datuak Rajo Panghulu

13

Idul Adha 271

IKTD 11, 26, 238, 251

Indonesia 6, 10, 12, 13, 16, 17, 18, 19,

28, 238, 257, 259, 260, 263, 265,

270, 276, 277, 287, 290, 293

Integrasi 21

interaksi 19, 20, 21, 23, 24

Interaksi 18, 19, 20

Irdinansyah Tarmizi 236, 237

Islam 1, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 13,

15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 27,

28, 227, 231, 233, 239, 241, 242,

243, 244, 245, 250, 258, 259, 260,

261, 262, 263, 264, 265, 266, 267,

272, 277, 288, 289, 290, 304, 305

Islami 264

Islamisasi 18, 19, 259, 260,

263

Istana Pagaruyung 245, 254

Jawa 19, 257, 264

Jeffrey Hadler 19

Jihad 19

Jorong 225, 226, 227, 228, 229,

230, 231, 234, 247, 249, 250, 253,

273, 310

Kabupaten Tanah Datar 1, 2, 3, 4,

8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 26, 27,

28, 29, 222, 227, 235, 236, 237,

240, 242, 245, 253, 254, 267, 272,

276, 305

Kamaruzzaman 235

kampung 11, 227, 247, 275, 276

KAN 9, 10, 26, 240, 243, 252, 267,

273, 310

Kaum 11, 262

keagamaan 5, 12, 20, 23, 25,

26, 29, 266, 271, 273, 274, 276

Keagamaan 261, 305

kearifan lokal 13

kebijakan pemerinta 14, 29,

271

Kecamatan 1, 3, 5, 16, 29, 240,

254

Kecamatan Lintau Buo 3, 5, 29

Kecamatan Lintau Buo Utara 3, 5, 29

Kecamatan Pariangan 1, 16, 29

Keebet von Benda-Beckmann

6, 13, 18

kelarasan Bodi Caniago 2

Kembali ke Nagari 9

Kembali ke Surau 9

kepala desa 9

Kerajaan 4, 14

kerajaan Alam Minangkabau 12

Kerajaan Minangkabau 121

Kerapatan Adat Nagari 10, 26,

252

komunal 129

komunitas 277

konflik 5, 6, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16,

17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26,

27, 29, 259

Konflik 8, 10, 14, 15, 18

konflik adat 14, 16, 29

konsepsi 259

konstruksi 20, 23, 27

Konstruksi 20

Kontemporer 27, 261, 305

Kontestasi 12

Kota Batusangkar 29, 244

kota Batusangkar. 25

koto 1, 2, 10, 87, 90

kualitatif 22, 27, 28

kultural 20, 278

Page 328: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

316 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

L.C. Westenenk 2

lembaga 9, 15, 22, 23, 26, 29, 252,

253, 254, 255, 258, 260, 276

Lembaga 8, 10, 12, 272, 304

Lima Puluh Kota 3, 262

Lintau 3, 5, 16, 25, 29, 229, 240,

241, 248, 250, 254, 259, 270, 271,

273, 276, 309, 310

LKAAM 8, 10, 16, 26, 227, 239

luhak 1, 2, 14, 28

Luhak 1, 2, 29, 87, 97, 100, 175,

206, 230, 235, 236, 243, 262

Luhak Nan Tigo 2, 230

Luhak Nan Tuo 1, 2, 235, 236

Masriadi Martunus 270

Masyarakat 5, 7, 8, 9, 11, 12,

19, 21, 230, 237, 260, 262, 287

Masyarakat Tanah Datar 124, 130

matrilineal 20

Mekah 4

melambangkan 223, 230, 248,

249, 251, 254, 255

Mengonstruksi 8, 11, 266

Minangkabau v, vi, 1, 2, 3, 4, 5,

6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,

17, 18, 19, 20, 21, 22, 26, 28, 29,

46, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 97,

98, 99, 100, 112, 113, 114, 115,

116, 117, 118, 119, 120, 124, 129,

130, 131, 133, 134, 135, 137, 145,

148, 150, 154, 161, 171, 175, 185,

194, 205, 206, 219, 229, 230, 231,

235, 236, 237, 239, 240, 242, 243,

245, 246, 248, 252, 255, 259, 260,

261, 262, 263, 264, 265, 266, 267,

269, 273, 275, 278, 285, 286, 287,

288, 291, 292, 293, 294, 295, 296,

297, 298, 299, 300, 301, 302, 303

Modern 251, 274

modernis 20, 241, 263, 264, 265

Monografi Adat 3, 5, 227

MTKAAM 6, 10, 26

MTQ 274

mufakat 239

Mufakat 238

Muhammad 242, 245, 251

Muhammadiyah 12, 20

MUI 12, 16, 26, 227, 232

Muslim 10, 19, 259, 276, 309

musyawarah 3, 228, 239, 240,

241, 252, 254, 255, 271, 273

Musyawarah 157, 213, 238,

241, 250

musyawarah mufakat 241

Nabi 230, 242, 251

Nagari 1, 3, 7, 9, 10, 11, 12, 21, 22,

26, 29, 90, 104, 113, 118, 129,

130, 133, 135, 145, 150, 151, 154,

156, 157, 160, 161, 169, 170, 171,

173, 175, 176, 188, 191, 192, 209,

210, 211, 214, 225, 226, 227, 228,

229, 230, 231, 234, 240, 241, 245,

247, 249, 250, 252, 267, 269, 270,

271, 272, 273, 275, 290, 294, 296,

297, 299, 300, 303, 308, 309, 310,

311

nagari Batu Bulek 5, 25, 272, 273,

310

Nagari Pariangan 1, 29, 225, 226,

227, 228, 229, 230, 231, 234, 239,

243, 247, 249, 256

Nahdatul Ulama 12

nenek moyang 259

niniak mamak 223, 240, 246,

252, 271

NU 12, 21

Obeservasi 25

Orde Baru vii, xi, 7, 8, 15, 129,

130, 131, 135, 148, 153, 210, 232,

240, 253, 255, 265, 267, 269, 270,

281, 290

otonom 9, 129, 253

Otonomi 21, 22, 129, 130, 145, 149,

156, 288, 290, 293

Otonomi daerah 21

Otoritas 260

Padang Ganting 262

Paderi 5, 131

paham 20, 241, 259, 266

Pariaman 243, 272, 304

Pariangan 1, 2, 10, 16, 25, 29,

88, 137, 150, 211, 212, 218, 222,

Page 329: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Indeks 317

225, 226, 227, 228, 229, 230, 231,

234, 239, 240, 241, 243, 247, 249,

262, 267, 271, 272, 308, 309

pasambahan 250, 267, 269

Pemerintahan Desa 7

Pemprov Sumbar 130, 149

pemuda 7, 241, 273

pendekatan sosiologi 23

peneliti 13, 14, 16, 22, 23, 24, 25, 26,

27, 29, 227, 254

Penelitian 14, 15, 16, 17, 21,

22, 24, 27, 28, 246

penghulu 1, 4, 9, 87, 89, 90, 91, 116,

131, 134, 135, 137, 150, 175, 206,

211, 230, 246, 247, 248, 249, 250,

252, 267, 274

Penghulu 1, 26, 225, 228, 230, 234,

235, 240, 246, 247, 248, 249, 250,

251, 252, 255, 260, 267, 271, 274

penghulu pucuak 1

perantau 11, 25, 26, 237, 254, 274,

275

Peraturan 7, 10, 11, 14, 253, 305

Perda 7, 9, 10, 11, 21, 269

Perda Nagari 7

Pergumulan 277, 293

periode 6, 14, 23, 29, 246, 262, 270,

276

Perti 21

perubahan sosial 17, 18, 27

petatah petitih 24, 245, 250, 272

Pluralitas 10

pola konflik 15, 22, 29, 30

Politik 23, 261

pribumisasi 264, 288

Provinsi Sumatera Barat 1, 7, 10,

11, 21, 23, 28, 237, 253, 267

PRRI 6, 7

Raja 1, 4, 10, 27, 245

Raja Ibadat 4

Raja Adat 4

Raja Alam 1, 4

Raja Ibadat 4

rantau 2, 3, 28, 243, 271, 274

Rantau 262

Rao Sumatera Barat 20

Rasul 233, 234

Reaktualisasi Budaya Lokal 3, 5

Reformasi x, 79, 155, 212,

231, 240, 253, 254

religion 232, 305

religius 262

republik 9

Republik Indonesia 6, 10

Revitalisasi 3, 5

Revolusioner 6

ritual 11, 12, 15, 20, 21, 23, 24, 25,

29, 227, 232, 245, 262, 278, 281,

282

ritual-ritual 21, 24, 25, 29, 232

rumah gadang 234, 240, 241,

258, 260, 266, 275

Sago 2

sako 246

salawatan 21

salingka nagari 253

Sengketa 19

sengketa tanah 13

sentralisasi 8

sertifikasi 8

Shadiq Pasadigoe 237

Sistim Desa 8

struktur sosial 6, 13, 23

suku 1, 4, 5, 85, 88, 89, 90, 115,

116, 124, 129, 130, 131, 133, 134,

135, 161, 173, 175, 205, 210, 220,

241, 247, 252, 263, 274

suku Minang 13

Sumatera Barat x, 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8,

9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19,

20, 21, 22, 23, 25, 28, 46, 76, 99,

114, 118, 124, 128, 129, 130, 134,

145, 156, 160, 161, 171, 182, 194,

204, 205, 219, 236, 245, 257, 260,

261, 263, 264, 268, 269, 272, 274,

275, 286, 287, 294, 300, 303, 304

Sumpah Sati Bukik marapalam

3

Sungai Tarab 237

surau 10, 26, 240, 241, 242, 250,

258, 259, 260, 261, 262, 264, 265,

Page 330: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

318 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

266, 267, 269, 270, 271, 272, 273,

274, 291, 310

Syafwan Rozi 20

Syaikh Ahmad Khatib 6

syarak 229, 248, 266, 271

Syarak 17, 113, 116, 117, 119, 120,

171, 185, 192, 286, 292, 297

syariat Islam 10, 17, 21, 225,

232, 234, 251, 273, 293

Syekh Burhanuddin 260

Tambo 1

Tanah Datar xi, 1, 2, 3, 4, 5, 6,

8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 23, 24,

26, 27, 28, 29, 75, 76, 77, 78, 79,

81, 84, 86, 88, 89, 91, 97, 98, 109,

110, 124, 128, 129, 130, 131, 133,

134, 137, 146, 148, 149, 150, 153,

155, 156, 157, 159, 161, 162, 163,

164, 165, 166, 168, 169, 170, 171,

172, 173, 175, 178, 181, 182, 185,

188, 189, 190, 192, 193, 194, 200,

206, 227, 230, 231, 232, 235, 236,

237, 238, 239, 240, 241, 243, 245,

247, 250, 253, 254, 255, 258, 261,

262, 269, 270, 271, 272, 274, 275,

276, 278, 281, 282, 295, 304, 308,

309, 310

tanah ulayat (kaum 8

Taufik Abdullah 5, 8, 13, 17

tradisi v, 4, 5, 19, 20, 21, 227, 232,

237, 243, 244, 245, 251, 260, 261,

266, 272

Tradisi 4, 6, 227, 230, 232, 242, 243,

244, 245, 272, 287

tradisi budaya 5, 237

tradisi Minangkabau 262

tradisionalis 246

Tradisionalis 241

Tsuyoshi Kato 17, 18

tuanku 4

Tuanku 4, 5, 237, 243, 262, 273, 293,

295

Tuanku Imam Bonjol 5

Tungku 5, 241, 259, 271

Tungku Tigo Sajarangan 5, 241,

271

umat Islam 241, 257, 263,

264, 288

upacara 11, 20, 24, 222, 228, 229,

230, 233, 235, 245, 248, 254, 256

urang nan ampek jinih 234

UU Desa 267

Von Benda-Beckmann 6, 18

Wahabi 5

Wahyu 261, 305

wali nagari 9, 26, 243, 253

warisan 6, 13, 244, 263

Yogyakarta 1, 3, 23, 24, 27

Page 331: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

319

Biografi Penulis

Nama : Dr.Hj.Yanti Mulia Roza, SS, MA

Penulis dilahirkan dari Ibu yang bernama Yusni dan

Ayah bernama Zainal Abidin

TTL : Lintau, 2 Juli 1975

Suami : Saidani SP. (Periode 2004-2009 Wakil Ketua DPRD

Kab.Tanah Datar, Periode 2014-2019 Wakil Keta

DPRD Kab.Tanah Datar, Periode 2019-2024 Wakil

Keta DPRD Kab.Tanah Datar –Sumatera Barat)

Anak sebanyak 5 Orang :

Muhammad Fatih Yasa kelas 1 SMA

Rahmat Ramadhan yasa kelas 3 SMP

Siti Khofifah Yasa kelas 6 SD

Khofifah Putri Yasa kelas 4 SD

Muhammad Fathan Yasa kelas 2 SD

Pendidikan : SDN Tigo Jangko Kecamatan Lintau Buo

SMPN Tigo Jangko Kecamatan Lintau

SMAN Lintau Lulusan 1993

S-1 Jurusan Bahasa dan Sastra Arab USU Medan

Medan lulusan 1999

S-2 Jurusan Sejarah Perdaban Islam IAIN Imam

Bonjol Padang 2009

S-3 jurusan Sejarah Peradaban Islam UIN Jakarta

2014 -sekarang

Tempat Tugas di IAIN Batusangkar dari Tahun 1999

sampai sekarang.

Karya Ilmiah : Aljinas fii Ilmi Badi"

Biografi dan Gerakan Tuanku Lintau di Luhak Tanah

Datar-Sumatera Barat.

Buku : Sejarah Perdaban Ekonomi Islam

Page 332: KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pemda : Pemerintahan Daerah MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

320 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat

Penulis menetap di Batusangkar Kabupaten Tanah Datar Sumatera

Barat, dengan alamat Jalan Hamka no.999 Batusangkar NO.Hp

081363259221. Email [email protected]. Untuk pengabdian

kepada masyarakat penulis mendirikan Yayasan (Yayasan Sepakat

Maju Insan Kamil Batusangkat-SUMBAR-Indonesia) yang bergerak

di bidang Pendidikan dan Pemberdayaan masyarakat Alhamdulillah

tahun 2012 sudah berdiri setingkat SMP yaitu SMPIT (Sekolah

Mengengah Islam Terpadu) Islamic Boarding School di Batusangkar

Sumatera Barat. Yayasan juga bergerak dalam bidang Sosial dan

Pemberdayaan masyarakat.