KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... ·...
Transcript of KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... ·...
KONFLIK DAN AKOMODASI
ANTARA ADAT DAN AGAMA DENGAN PEMERINTAH DI SUMATERA BARAT
TAHUN 1999 HINGGA 2015 (Studi Kasus Kabupaten Tanah Datar)
Penulis
Yanti Mulia Roza
KONFLIK DAN AKOMODASI ANTARA ADAT DAN AGAMA
DENGAN PEMERINTAH DI SUMATERA BARAT TAHUN 1999 HINGGA 2015
(Studi Kasus Kabupaten Tanah Datar)
Penulis : Yanti Mulia Roza Editor : Hanifah Azwar Desain Sampul : Soraya Layout : Numay
ISBN: 978-623-7331-11-7
Penerbit Cinta Buku Media Redaksi: Alamat : Jl. Musyawarah, Komplek Pratama A1 No.8 Kp. Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan Hotline CBMedia 0858 1413 1928 e_mail: [email protected] Cetakan: Ke-1 Januari 2020 All rights reserverd Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara
apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.
iii
Kata Pengantar
uji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas
limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga disertasi ini
dapat terselesaikan. Semoga kebahagiaan dan keselamatan
tercurahkan kepada Nabi Muhammad beserta kelurga, sahabat dan
para pengikutnya.
Disertasi ini disusun sebagai tugas akhir syarat meraih gelar
Doktor dalam bidang Sejarah Peradaban Islam (DR) di Sekolah
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada
berbagai pihak yang telah banyak membantu sehingga tugas ini dapat
terselesaikan, diantaranya :
1. Ucapan terimaksih yang tidak terhingga untuk orang-orang
tercinta Ayahanda Zainal Abidin, Ibunda Yusni dan suami
Saidani,SP dan anak-anak kami serta adik-adik dan keluarga
besar yang senantiasa mengiringi dengan doa dan motivasi serta
semanagat dengan harapan semoga penulis diberikan kemudahan
dan kelancaran dalam menyelesaikan studi.
2. Ucapan terimakasih untuk Prof.Dr.Amani Lubis, Lc, MA. Sebagai
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Prof. Dr.Jamhari, MA
selaku Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Ucapan terimakasih kepada Prof.Dr. Didin Saepudin, MA.yang
telah mengingatkan penulis terhadap penyelesaian desertasi ini.
4. Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA dan Prof. Dr. Iik Arifin
Mansurnoor, MA. Selaku pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing dan berdiskusi serta
memberikan motivasi.
5. Ucapan terimakasih kepada TIM penguji Prof. Dr. M. Atho
Mudzhar. MSPD, Prof. Dr. Zulkifli, MA dan Prof. Dr. Ridwan
Lubis, MA.
P
iv
6. Ucapan terimakasih kepada Bapak dan Ibu dosen atas ilmu,
bimbingan dan motivasinya, juga ucapan terimakasih kepada
seluruh civitas akademik Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dan memberikan iklim
belajar yang kondusif dan semoga menjadi amal baik.
7. Ucapan terimakasih pula kepada teman sejawat yang tidak biaso
disebutkan satu pertasu.
8. Petugas perpustakaan dan seluruh staf civitas akademika Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Kepada PEMDA Tanah Datar dan para Nara Sumber Tokoh Adat,
Agama Sumatera Barat dan Kabupaten Tanah Datarkhususnya
yang telah menyediakan waktu dan fikirannya.
10. Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang tidak mungkin
penulis sebutkan satu persatu, semoga amal kebaikannya
mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Akhirnya penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh
dari sempurna karena kekurang dan keterbatasan. Oleh karena itu,
saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan penelitian.
Jakarta, 2020
Penulis
Yanti Mulia Roza
v
Abstrak
ntara adat, agama dan kepemimpinan terjadi hubungan
yang saling mendukung satu sama lain. Aktifitas sosial
keagamaan masyarakat tidak akan berjalan tanpa didukung
kepemimpinan yang baik. Adat dan agama akan lebih kuat, jika
didukung kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah, namun
karena sebuah kebijakan pemerintah yang bersifat sentralisasi pada
masa Orde Baru, yang memberlakukan pemerintahan Desa,
menyebabkan nagari berada pada posisi kepemimpinan masyarakat
yang paling rendah. Di masa Orde Baru, lembaga adat dan agama
tidak masuk dalam konstitusi, keterlibatanya hanya bersifat
pendukung program pemerintah, akibatnya hubungan adat, agama
dan kepemimpinan tidak berjalan dengan baik. Di samping ada
Akomodasi, Konflik juga tidak bisa dielakkan yang terjadi antara
lembaga adat dan agama, lembaga adat dan pemerintah bahkan
konflik internal lembaga, lembaga ini merasa punya wewenang dan
kekuasaan.
Berakhirnya Orde Baru, merupakan masa awal reformasi. Di
masa ini terjadi perubahan dalam hubungan adat, agama dan
kepemimpinan terlihat saling sejalan, namun pada masa akhir
kembali terjadi disharmoni karena kebijakan pemerintah. Hubungan
antara kaum adat, agama, dan negara mendorong sebuah proses
kontestasi satu sama lain. Kontestasi ini disebabkan oleh tiga hal;
pertama, munculnya kesadaran kaum adat terhadap otoritas dan
tradisi Minangkabau ketika berhadapan dengan kepentingan politik
negara; kedua, penguatan nilai-nilai ke-Islaman dalam mengisi ruang
Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah; ketiga, kuatnya
campur tangan negara dalam ruang identitas sosial-budaya dan
keagamaan masyarakat Minangkabau.
Penelitian ini mendukung teroi Taufik Abdullah tentang, pola
integratif (integrative tradition) dan pola dialog (tradition of
dialogue). Serta kajian yang dilakukan oleh Abdurrahman Wahid,
serta Djoko Suryo dan kawan-kawan terhadap pola relasi agama
A
vi
(Islam) dan masyarakat yakni, “Islamisasi”, “pribumisasi”,
“negosiasi” dan “konflik”. Di lain pihak, penelitian ini mengkritisasi
kajian yang dilakukan Falantino Eryk Latu papua Da Costa dan
Romilda Arivina, yang menyatakan hubungan agama dan adat terjadi
pada model akomodasi, sementara mereka tidak masuk lebih jauh ke
dalam dimensi-dimensi akomodasi adat dan agama yang lebih detail,
sebagaimana yang penulis paparkan dalam penelitian ini.
Tulisan ini memakai pendekatan penulisan sejarah secara
kritis, yakni dengan melihat jejak yang masih tersimpan dalam study
of mouth (cerita dari mulut ke mulut), atau petatah petitih sebagai
warisan budaya tutur masyarakat Minangkabau, yang diperoleh
melalui wawancara lisan dan studi manuskrip atau kajian budaya
masyarakat Minangkabau di Kabupaten Tanah Datar, sebagai
kasusnya. Di dalam pengumpulan sumber dan analisa data digunakan
metode heuristik yaitu mencari, dan mengumpulkan data kemudian
memberikan kritikan terhadap sumber yang diperoleh, serta
interpretasi berupa pemahaman terhadap sumber yang diperoleh.
Key word: Akomodasi, adat, agama, kepemimpinan dan konflik
vii
Daftar Singkatan
MUI : Majelis Ulama Indonesia
MM : Masriadi Martunus
KAN : Kerapatan Adat Nagari
LKAAM : Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau
APBD : Angggaran Pendapatan Belanja Daerah
DAK : Dana Alokasi khusus
DAU : Dana Alokasi Umu
ABRI : Angkatan Bersenjata Indonesia
ABSSBK : Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah
PAD : Pendapatan Asli Daerah
TNI : Tentara Nasional Indonesia
POLRI : Polisi Republik Indonesia
IKTD : Ikatan Keluarga Tanah Datar
SDM : Sumber Daya Manusia
DKI : Daerah Khusus Ibu Kota
AMD : Abri Masuk Desa
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Perda : Peraturan Daerah
Pemda : Pemerintahan Daerah
MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau
BAMUS : Badan Musyawarah
BPRN : Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SUMBAR : Sumatera Barat
MUI : Majelis Ulama Indonesia
UU : Undang-Undang
PRRI : Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
Pilwana : Pemilihan Wali Nagari
BAZNAS : Badan Amil Zakat Nasional
UPZ : Unit Pengumpulan Zakat
TPA : Taman Pendidikan Alquran
MDA : Madrasah Diniyah Awaliayah
viii
TPSA : Taman Pendidikan Seni Baca Al-Quran
Depag : Departemen Agama
TPA : Sekolah Dasar
P4 : Pendidikan Penataran Pengamalan Pancasila
PAD : Pendapatan Asli Daerah
Golkar : Golongan Karya
MUSPIDA : Musyawarah Pimpinan Daerah
NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia
LDS : Lembaga Dididkan Subuh
LPTQ : Lembaga Pendidikan Tahfiz Quran
BKMT : Badan Kontak Majelis Taklim
SMA : Sekolah Menengah Atas
SD : Sekolah Dasar
NU : Nahdatul Ulama
Permesta : Perjuangan Rakyat Semesta
Kemenag : Kementrian Agama
RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Orba : Orde Baru
MTQ : Musabaqoh Tilawatil Quran
RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang
RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
PDI : Partai Demokrasi Indonesia
UUD : Undang-Undang Dasar
PRD : Partai Rakyat Demokratik
KPU : Komisi Pemilihan Umum
Pemilu : Pemilihan Umum
PPP : Partai Persatuan Pembangunan
ix
Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................. iii
Abstrak ......................................................................................... v
Daftar Singkatan .......................................................................... vii
Daftar Isi ...................................................................................... ix
Daftar Tabel, Grafik dan Bagan ................................................... xi
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Permasalahan ..................................................................... 14
1. Identifikasi Masalah ........................................................... 14
2. Perumumusan Masalah ...................................................... 15
3. Pembatasan Masalah ......................................................... 15
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 16
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 16
E. Kajian Terdahulu yang Relevan ......................................... 17
F. Metode Penelitian ............................................................. 22
1. Jenis penelitian ................................................................... 22
2. Pendekatan ......................................................................... 22
3. Sumber Data ...................................................................... 23
4. Analisis Data ...................................................................... 27
5. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................. 28
G. Teknik Penulisan ................................................................ 28
H. Sistematika Penulisan ........................................................ 28
BAB II
Masyarakat dalam Perspektif
Teori Konflik dan Akomodasi
A. Masyarakat Dalam Perspektif Teori Konflik .................... 31
B. Masyarakat Dalam Perspektif Teori Akomodasi .............. 44
C. Konflik Dan Akomodasi
dalam Taradisi Masyarakat Minangkabau ......................... 69
x
BAB III.
Kabupaten Tanah Datar
Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama
A. Monografi Tanah Datar dan Kehidupan sosial masyarakat 75
B. Perubahan Sosial Masyarakat Tanah Datar:
dari PRRI Hingga Otonomi daerah .................................... 105
C. Posisi Adat dan Agama Dalam Masyarakat Minangkabau 121
BAB IV
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi
Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah
dalam Bidang Kepemimpinan dan Kebijakan Daerah ............... 133
A. Konflik dan Akomodasi antara Adat dan Agama
Dengan Pemerintah dalam bidang kepemimpinan
Tahun 1999-2005 ............................................................... 133
B. Konflik Dan Akomodasi antara Adat dan Agama
Dengan Pemerintah dalam bidang kebijakan daerah
Tahun 2006-2015 ............................................................... 167
BAB V
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi
Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah
dalam Bidang Kehidupan Tradisional di Kabupaten Tanah Datar
A. Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi antara Adat
dan Agama dengan Pemerintah
Dalam Kelembagaan ......................................................... 203
B. Kasus dan Pola Akomodasi Antara Adat Dan Agama
Dalam Kehidupam Keseharian Masyarakat ...................... 222
BAB VI
Penutup
A. Kesimpulan ........................................................................ 279
B. Saran ................................................................................... 282
Daftar Pustaka .............................................................................. 285
Lampiran ...................................................................................... 307
Indeks ........................................................................................... 313
Biodata penulis ............................................................................. 319
xi
Daftar Tabel, Grafik, dan Bagan
Daftar Tabel
Tabel 1. Model Konsensus dan Konflik Masyarakat P.S.Cohen . 35.
Tabel 2. Model Konflik Dahrendorf ............................................. 36.
Tabel 3. Jumlah Anggata Fraksi DPRD Peserta Pemilu
Kabupaten Tanah Datar Pemilu tahun 2014 ..................... 79.
Tabel 4. Afiliasi politik Bupati Kabupaten Tanah Datar
Masa Orde Baru Hingga Reformasi ................................. 80.
Tabel 5. Sturuktur Kekerabatan di Tanah Datar
dari urutan terendah sampai ke tingkat Nagari ................ 90.
Tabel 6. Perbandingan Budaya Birokrasi Orde Baru
Dengan Budaya Masyarakat Tanah Datar ........................ 148.
Tabel 7. Sejarah Lembaga KAN (Kerapatan Adat nagari) .......... 177.
Tabel 8. Perda-Perda Syariah di Kabupaten Tanah Datar .......... 190.
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Tanah Datar
2000 sampai 2017 ......................................................................... 80
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.Alur Konflik Adat dan Syarak di MInangkabau ........... 74
Bagan 2. Struktur Kepemimpinan Adat ...................................... 138.
Bagan 3. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa di Orde Baru . 151.
Bagan4. Struktur Organisasi Pemerintahan Nagari
sesuai Perda Nagari no.17 tahun 2001 .............................. 152.
Bagan 5. Struktur Nagari di Tanah Datar sesuai Perda Nagari
no.13 tahun 2008 ................................................................ 175.
Bagan 6.Hirarki Lembaga yang Berkonflik
di Tingkat Kabupaten sampai Tingkat Terendah .............. 195.
Bagan 7.Konsensus Antar Lembaga ............................................ 201
Bagan 8. Alur Konflik di Nagari Batu Bulek Lintau Buo Utara . 217.
Bagan 9. Alur Konflik di Nagari Pariangan,
Kecamatan Pariangan ................................................................... 218.
xii
1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Islam masuk ke Tanah Datar di saat penduduk setempat sudah
memiliki struktur kepemimpinan dan wilayah secara adat.1 Tanah
Datar juga merupakan pusat kerajaan Minangkabau dan salah satu
wilayah yang tertua di Minangkabau, maka daerah ini dikatakan
Luhak Nan Tuo (artinya daerah yang tertua dari pada luhak-luhak
yang lain). Asal usul orang Tanah Datar menurut Tambo adalah
berasal dari Nagari Pariangan. Nagari Pariangan merupakan salah
satu nagari (desa) di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar
Provinsi Sumatera Barat.
Nagari adalah nama lain dari desa di Provinsi selain Sumatera
Barat. Nagari bagi orang Minangkabau diibaratakan sebuah negara
kecil yang memiliki hak dan kewajiban untuk mengatur rumah
tangganya. Suatu nagari terdiri dari 3 sampai 5 jorong, luasnya
hampir sama dengan luas tiga sampai 5 desa. Sistem pemerintahan di
Minangkabau suatu nagari dikepalai oleh seorang penghulu yaitu
penghulu pucuak (kepala) yang dipilih dari dan oleh Kerapatan
Penghulu (disebut juga dewan penghulu nagari). Penghulu yang
berkuasa di nagari tidaklah mewakili Raja Alam beserta pembantu-
pembantunya, tetapi mewakili rakyat di nagari itu sendiri. Masing-
masing nagari menjalankan pemerintahan sendiri-sendiri, terlepas
dari kontrol raja. Oleh karena itu, hubungan antara masing-masing
nagari di Minangkabau bersifat renggang dan berjalan sendiri-sendiri.
Asal mula bentuk kelompok masyarakat adalah taratak,
kemudian dusun dan koto, gabungan beberapa koto disebut nagari
dan nagari dipimpin oleh penghulu pucuak.2 Dari daerah ini
1Musyair Zainuddin, Implementasi Pemerintahan Nagari Berdasarkan Hak
Asal-Usul Adat Minagkabau, (Yogyakarta: Ombak, 2008), 4.
2Penghulu Pucuak artinya dalam satu suku terdapat beberapa penghulu,
maka untuk urusan nagari diangkatlah satu orang sebagai koordinator yang dipilih
dari pemimpin suku itu. Di kawasan pusat Alam Minangkabau terdapat empat
2 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
menyebarlah penduduk ke Agam Biaro, Lembah nan Panampuang3.
Mereka inilah yang berkembang menjadi penduduk Luhak4 Agam ke
sekitar Gunung Sago, penduduk yang berasal dari Pariangan juga
sebagian mengungsi ke daerah lainnya. Mereka berjumlah sekitar 50
orang dan dari mereka inilah yang berkembang menjadi penduduk
Lima puluh Kota yang dianggap sebagai luhak termuda. Jadi,
penduduk yang menyebar di Sumatera Barat pada mulanya adalah
berasal dari ketiga luhak tersebut, sementara dari ketiga luhak itu
mereka berasal dari Luhak Nan Tuo , sehingga sekarang orang
menyebut Kabupaten Tanah Datar dengan Luhak Nan Tuo (luhak
yang tertua).5
Kabupaten Tanah Datar sebagai luhak yang tertua seperti
panglima yaitu tenang, tegas, disiplin, dan bijaksana dalam berbuat,
ini dilambangkan dengan bendera warna kuning. Baik atau buruk
yang terjadi di seluruh Minangkabau ditentukan oleh orang Luhak
Tanah Datar. Dengan adanya perkembangan penduduk ini, maka
berdirilah Alam Minangkabau. Secara garis besar Alam Minangkabau
terdiri atas tiga daerah yaitu; darek, pasisie, rantau.6 Luhak Tanah
macam suku yang merupakan suku asal Koto, Piliang Bodi, Caniago. Menurut L.C.
Westenenk, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya pada abad ke-20 ini,
keempat suku itu telah berkembang menjadi 96 cabang suku dan tersebar di seluruh
penjuru Alam Minangkabau. Berkaitan dengan corak kepemimpinan dalam suku ,
maka sifat kepemimpinannya dapat dibedakan kedalam dua kelompok yang disebut
laras yaitu laras Koto Piliang dan Bodi Caniago. Pemerintahan tertinggi dalam suku
menurut sistem kelarasan Bodi Caniago dipegang oleh penghulu pucuk. Satu atau
beberapa suku mendiami suatu perkampunagan yang disebut koto. Koto terbentuk
dari taratak dan dusun. Gabungan dari beberapa koto membentuk nagari. Nagari
merupakan pengelompokan sosial yang berbeda di atas suku. Walaupun demikian
nagari pada prinsipnya mengandung pengertian teritorial, tanpa pertimbangan segi
geneologis dan suku. Nagari lebih menonjol peranannya dalam lapangan politis dan
pemerintahan nagari merupakan pemerintahan tertinggi yang memegang kekuasaan
langsung terhadap masyarakat di Minangkabau.
3Lembah nan Panampuang adalah nama suatu daerah di Agam.
4Luhak merupakan salah satu kawasan konfederasi dari beberapa nagari
dalam budaya alam Minangkabau.
5Pemerintah Daerah Tingkat II Tanah Datar, Sejarah Tanah Datar, (Batusangkar: Pemda TD, 1995), 16.
6Daerah darek adalah adalah daerah asli Minangkabau, yakni Luhak Nan
Tigo, Luhak Tanah datar, Luhak Agam, Luhak Limapuluh Kota; pasisie merupakan
Pendahuluan 3
Datar, Luhak Agam dan Luhak Lima Puluh Kota yang disebut
wilayah darek.
Islam masuk ke Minangkabau dengan mudah diterima oleh
masyarakat dan diakui sebagai aturan kehidupan masyarakat. Karena
ajaran Islam yang didasarkan pada wahyu Allah, diakui sebagai
sesuatu yang pasti seperti pastinya kenyataan yang berlaku dalam
alam. Menurut orang Minang, Adat Minangkabau sangat sejalan
dengan ajaran Islam, hal inilah yang membuat Islam sangat mudah
diterima oleh masyarakat Minangkabau.7
Penduduk Tanah Datar pada abad ke 16 M sudah memeluk
beragama Islam. Islam berkembang dengan damai dan telah terjadi
akulturasi budaya Islam dengan budaya masyarakat setempat.
Peristiwa itu adalah suatu musyawarah besar yang terkenal dengan
nama Sumpah Sati Bukik Marapalam yang dilaksanakan di daerah
Pato Nagari Bukit Marapalam Kecamatan Lintau Utara Kabupaten
Tanah Datar.8
Sumpah Sati Bukik Marapalam menjadi suatu kesepakatan
yang mendasar dan merupakan kebulatan tekad dari pemuka adat dan
pemuka Islam di Minangkabau. Musyawarah ini dilakukan karena
adat sudah berurat berakar dalam diri masyarakat dan banyak
memiliki persamaan dengan ajaran Islam. Persamaan itu dapat dilihat
dari sopan santun, budi pekerti, musyawarah, persaudaraan,
silaturrahmi, menghornati kaum wanita, tolong menolong, dan lain
sebagainya.
Adanya kesepakatan di atas, maka terdoronglah para tokoh
adat dan agama untuk mengukuhkan ikrar yang terkenal dengan
falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-
SBK).9 Kesepakatan pemuka adat dan agama ini menjadi falsafah
hidup bagi penduduk Tanah Datar dan Sumatera Barat secara umum
daerah pertemuan antara darat dan laut; rantau adalah pantai sepanjang teluk
(sungai).
7MD Mansoer, Sejarah Minangkabau, (Jakarta: Bharata, 1970), 10-126
8Marwan, dkk, Badan Pengelolaan Keragaman Budaya, Revitalisasi, Reaktualisasi Budaya Lokal, Monografi Adat Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara, (Batusangkar: Pemda Tanah Datar, 2014), 17.
9 Musyair Zainuddin, Implementasi Pemerintahan Nagari Berdasarkan Hak Asal-Usul Adat Minagkabau, (Yogyakarta: Ombak, 2008), 1.
4 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
dari dahulu sampai sekarang. Setelah peristiwa ini, maka struktur
pemerintahan pun berubah, di samping ada Raja Alam dan Raja Adat
ditambah lagi dengan Raja Ibadat.10
Falsafah ABS-SBK inilah yang
menjadi pegangan masyarakat Minangkabau untuk kedamaian antara
adat dan agama dalam kehidupan sehari-hari.
Pertentangan antara kaum adat dan kaum agama puncaknya
ketika kepulangan tiga ulama dari Mekah yang ingin memurnikan
ajaran Islam di Tanah Datar pada tahun 1803. Gerakan ulama ini
disambut baik oleh para tuanku (pemimpin agama)11
di Tanah Datar
meskipun mendapat tantangan dari kelompok adat.12
Pada saat itu
pula kolonial Belanda memanfaatkan para penghulu (pemimpin adat)
untuk kepentingan mereka. 13
Belanda secara politik dan ekonomi menguasai Tanah Datar,
akan tetapi aktivitas adat dan agama tidak mengalami perubahan.14
Karena adat istiadat menurut masyarakat Minangkabau adalah tradisi
yang berlaku di suatu tempat di wilayah Minangkabau. Tradisi ini
berkaitan dengan pola kebiasaan dan kesenangan masyarakat. Tradisi
tersebut disusun dan ditentukan oleh penghulu pemangku adat15
untuk menampung kesukaan orang banyak.16
Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah yang istimewa di
antara Kabupaten dan kota lain yang ada di Sumatera Barat karena
latar belakang sejarah masa lampau daerah ini dikenal sebagai pusat
Kerajaan Minangkabau. Hal ini yang menyebabkan Kabupaten ini
kaya dengan peninggalan sejarah, baik berupa peninggalan dalam
10 Raja Alam yang merupakan Raja seluruh Alam Minangkabau. Raja Adat
yang kedudukannya di Buo dan ada Raja Ibadat yang kedudukannya di Sumpur
Kudus.
11 Tuanku adalah pemimpin agama di setiap nagari.
12 Kelompok adat adalah para penghulu sebagai pemimpin suku.
13Pemerintah Daerah Tingkat II Tanah Datar, Sejarah Tanah Datar, (Batusangkar: Pemda TD, 1995).
14 Tim Yayasan Gunung Bungsu, Mengenal Tanah Datar Sebuah Kabupaten di Sumatera Barat, (Batusangkar: Yayasan Gunung Bungsu, 2014), 26-28.
15Niniak Mamak adalah sebutan untuk kumpulan dari para penghulu (kepala
suku).
16Amir, M. S. Adat Minangkabau: Pola dan tujuan hidup orang Minang,
(Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1997), 49.
Pendahuluan 5
bentuk benda-benda kepurbakalaan maupun adat istiadat lokal
masyarakat yang hampir seluruhnya berasal dari suku bangsa
Minangkabau. Masyarakat Tanah Datar pada masa lampau maupun
pada masa sekarang tidak dapat dipisahkan dari adat dan tradisi
budaya Alam Minangkabau.17
Pada akhir abad ke-18 golongan agama mulai berjuang untuk
ikut menentukan pemerintahan di tingkat nagari karena kelompok
agama sudah memiliki posisi di nagari sebagai pemimpin agama. Hal
itu merupakan salah satu sebab munculnya pergolakan sosial di
Minangkabau pada abad ke-19, yaitu pergolakan kaum intelektual
agama yang ikut serta dalam pemerintahan nagari. Pada setiap nagari
di kuasai oleh kaum ulama, di nagari dibentuk pemerintahan ulama
yang dipimpin oleh Tuanku Imam dan Tuanku Kadi.18
Puncak dari
perjuangan tersebut melahirkan sistem pemerintahan yang disebut
Tungku Tigo Sajarangan. Susunan pemerintahan demikian
mencerminkan berbagai golongan yang terdapat dalam masyarakat
Minangkabau seperti golongan adat, agama, dan cerdik pandai.
Sistem pemerintahan terakhir ini baru terwujud setelah dilakukan
pendekatan antara kaum adat dan agama pada masa gerakan Paderi
pada tahun 1830-an.19
Falsafah ABS-SBK menjadi suatu pengikat atau pemersatu
kaum adat dan agama dalam masyarakat Minangkabau, namun dalam
aktualisasinya tetap saja terjadi konflik yang berkesinambungan
antara kelompok adat dan agama,20
pada Pasca Kemerdekaan
ditambah lagi konflik dengan pihak pemerintah. Sejarah yang
berkesinambungan itu memunculkan berbagai gerakan sosiol
keagamaan yang diawali oleh Gerakan Wahabi yang merupakan
17Marwan, dkk, Badan Pengelolaan Keragaman Budaya, Revitalisasi,
Reaktualisasi Budaya Lokal, Monografi Adat nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara, 30.
18Darwis Datoek Majolelo dan Ahmad Marzuki, Tuanku Imam Bonjol (Jakarta: Jambatan, t.th.), 59.
19Sutan Mahmud, Sumpah Sati Bukit Marapalam, ”Menghela Rambut Dalam Tepung”, (Tanah Datar: t.th.), 69.
20Taufik Abdullah, “Adat and Islam: An Examination of Conflict in
Minangkabau”, Jurnal Indonesa, Vol. 2, No. 3 (1966): 1.
6 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
sebuah usaha agar tidak ada kesenjangan antara keharusan agama
dengan realitas hubungan dan kehidupan sosial,21
tetapi secara
substansial gerakan Wahabi tidak dapat merubah struktur sosial
budaya dan politik di Minangkabau.22
Di antara konflik yang terjadi di Minangkabau adalah
mengenai pembagian harta warisan kepada keponakan. Adat ini sulit
dirubah sampai sekarang, hal ini pernah ditentang oleh ulama Syaikh
Ahmad Khatib Minangkabau pada masa pembaruan Islam abad ke-
20.23
Begitu juga Buya Hamka menentang sistem pembagian harta
warisan di Minagkabau sehingga beliau tuangkan dalam bukunya
Adat Minagkabau Menghadapi Revolusi. Tulisan ini banyak menuai
protes dikalangan pemuka adat Minangkabau pada saat itu.24
Perkembangan berikutnya sebelum masa Kemerdekaan RI
(Republik Indonesia) pada tahun 1937 para pemuka adat (ninik
mamak) membentuk organisasi adat di Sumatera Barat yaitu Majelis
Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau) (MTKAAM) yang
bertujuan untuk memperjuangakan kemerdekaan RI. Organisasi ini
dibentuk di lima provinsi Sumatera di antaranya Sumatera Barat ,
Riau Daratan, Bengkulu Utara, Jambi (Tanjung Simalidu), Sikilang
Air Bangis, Natal (Sumut). Pada masa PRRI para tokoh organisasi ini
menghilang tidak tahu rimbanya, organisasi ini tidak muncul lagi ke
permukaan hingga Era Reformasi.25
Pada tahun 1960-an berakhirnya
PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) adalah
periode yang sangat penting tentang keberadaan masyarakat
Minangkabau. Pada saat itu di antrara para pemuka adat, agama, dan
umumnya laki-laki dewasa Minangkabau tidak tahan terhadap
21Von Benda-Beckmann, Franz, and Keebet von Benda-Beckmann, "Identity
in Dispute: Law, Religion, and Identity in Minangkabau." Asian Ethnicity, Vol. 13,
No. 4 (2012): 341-358.
22Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: PT. Logos, 1999), 128.
23Soegijanto Padmo," Gerakan Pembaruaan Islam Indonesia dari Masa Ke
Masa: Sebuah Pengantar," Jurnal Humaniora, Vol. 19, No. 2, (2007): 151-160.
24Azyumardi Azra, Surau Pendidikan Islam Tradisional Dalam Transisi Dan Modernisasi, (Jakarta: PT.Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 2003), 3-4.
25Wawancara STS. Dt. Rajo Indo, Ketua MTKAAM Tanah Datar, Sabtu, 09
Maret 2018 di Batusangkar.
Pendahuluan 7
tekanan dan intimidasi yang dilakukan OPR (Operasi Perlawanan
Rakyat) di nagari mereka. Bahkan tekanan itu masih dirasakan oleh
rakyat setelah adanya amnesti dan abolisi terhadap PRRI oleh
pemerintah untuk menghentikan gerakannya. Meski pada tahun 1961
pemberontakan sudah berakhir, tetapi pada kenyataannya pada era ini
situasi kehidupan masyarakat di Sumatera Barat masih dalam
keadaan tertekan, tidak banyak bedanya dengan situasi penumpasan
pemberontakan pada masa sebelumnya.26
Kelahiran Orde Baru menjadi pembuka katup dari berbagai
tekanan. Dan pada masa Harun Zain menjadi Kepala Daerah di
Sumatera Barat, beliau mengejar ketertinggalan dalam bidang
pembangunan. Menurut sebagian masyarakat Sumatera Barat,
pemberlakuan Peraturan Undang-undang Nomor 5 tahun 1975
mengenai Pemerintahan Desa, secara tidak langsung telah
menghilangkan konsep nagari27 sebagaimana yang sudah dipakai
sejak lama oleh masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat. Pada
akhir tahun 60-an, masa rezim Orde Baru telah menjadikan
masyarakat penuh keraguan kondisi yang mulai stabil akan kembali
mengusik kehidupan mereka. Penerapan sistem pemerintahan Desa
26Periode pasca PRRI masa yang gelap oleh daerah dan penduduk Sumatra
Barat. Masyarakat Sumatera Barat merasa harga dirinya turun seperti orang yang
kalah dalam bertarun. Umumnya mereka merasa bahwa mereka orang kelas dua di
negerinya sendiri. Akibatnya terjadinya eksodus secara besar-besaran para pemuda
pergi meninggalkan nagarinya. Sehingga nagari-nagari menjadi lengang, pemuda-
pemuda yang produktif pergi mencari kehidupan keluar Sumatra Barat. Pada saat
itu banyak orang yang malu mengatakan bahwa dirinya orang Sumatera Barat
Bahkan ada yang menyembunyikan namanaya dengan mengganti nama lain agar
orang tidak mengetahui bahwa ia orang Sumatera Barat., lihat Abrar Yusra (ed.),
Tokoh yang Berhati Rakyat: Biografi Harun Zain (Jakarta: Gebu Minang, 1997),
111.
27Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas‐batas
wilayah tertentu, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan filosofi adat Minangkabau (Adat Basandi Syarak,
Syarak Basandi Kitabullah) dan atau berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat
dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat. Di era reformasi dukungan Pemerintah
Daerah adalah lahirnya beberapa peraturan daerah dan instruksi-instruksi serta
edaran Bupati dan kepala daerah, misalnya, Perda Provinsi Sumatera Barat nomor 2
tahun 2007 tentang pokok‐pokok Pemerintahan Nagari. Pasal 1 angka 7 Perda
Nagari.
8 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
menghapus nilai budaya tanah ulayat dengan program tanah-tanah
tersebut disertifikasi .28
Penerapan sistem desa di zaman Orde Baru juga telah menjadi
pemicu konflik pada tataran bawah masyarakat di Sumatera Barat.
Sebuah program pemerintah yang mewajibkan tanah-tanah ulayat
(adat) yang dulunya luas dan dikelola bersama dengan sistem
pembagian penggarapan harus memiliki sertifikat tanah. Tanah
ulayat sebagai identitas wilayah budaya satu kaum. Dengan adanya
proses sertifikasi, kemudian mulai menimbulkan pergeseran
filosofinya dari makna kolektif ke individu, dibuatkan nama satu
pemilik dalam sertifikat.29
Pada masa Orde Baru (Orba) pemerintah membentuk Lembaga
Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) yang merupakan
salah satu lembaga yang paling dikenal pada masa itu. Institusi
tersebut digunakan untuk mobilisasi massa dalam kampanye partai
pemerintah.30
Lembaga ini didirikan atas inisiasi pemerintah untuk
merangkul kelompok adat. LKAAM aktif sampai pada Era Reformasi
meskipun pada Era Reformasi terjadi perubahan orientasi. Begitu
pula dengan organisasi Bundo Kanduang31 yang lahir pada masa Orde
Baru sebagai aspirasi perempuan minang yang eksis sampai Era
Reformasi dengan perubahan-perubahannya.32
Sistem pemerintahan desa pada masa Orde Baru dengan sistem
sentralisasi agaknya telah mengganggu tatanan adat Minangkabau.
28 Yudhi Andoni. Mengonstruksi Ruang Identitas: Fenomena Hubungan
Adat, Islam dan Negara di Sumatera Barat 1999-2009, (Padang: Jurusan Ilmu
Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Andalas (2009).
29Taufik Abdullah. "Adat dan Islam: Suatu Tinjauan tentang Konflik di
Minangkabau”, dalam Taufik Abdullah (ed.), Sejarah dan Masyarakat, (Jakarta:
Pustaka Firdaus ,1987), 18.
30 Zaiyardam Ubir, Budaya Konflik dan Jaringan Kekerasan: Pendekatan Penyelesaian Berdasarkan Kearifan Lokal Minangkabau, (Padang: Insist Press,
2010), 13.
31 Bundo Kanduang yang dimaksud di sini adalah organisasi perempuan yang
dibentuk pada masa Orde Baru untuk kepentingan pemerintah dalam rangka
mengakomodir aspirasi perempuan Minang, bertujuan melestarikan adat dan istiadat
Minagkabau.
32 Wawancara ketua LKAAM dan Ketua Bundo Kanduang Kabupaten Tanah
Datar, 01 Juli 2016 di Batusangkar.
Pendahuluan 9
Menurut kelompok adat selama sistem desa berlangsung, aspirasi
kelompok adat tidak terakomodir dalam pemerintahan, sehingga
dilakukanlah usaha-usaha untuk mengembalikan sistem pemerintahan
desa ke sistem nagari oleh pemuka-pemuka adat di Sumatera Barat.
Hal ini terus-menerus dilakukan di Sumatera Barat, terlihat dengan
adanya Peraturan Daerah (Perda) tentang Nagari sebagai sebuah
kesatuan hukum yang diatur dalam Perda Nomor 13 Tahun 1983.33
Salah satu sistem nagari pada masa Orde Lama yang menjadi
wali nagari (kepala desa) adalah seorang penghulu yang bergelar
datuk dan memerintah dengan aturan adat. Sedangkan pada sistem
pemerintahan desa yang menjadi kepala desa tidak harus penghulu,
melainkan dipilih secara langsung dari masyarakat desa yang
menjalankan pemerintahan dengan aturan-aturan yang ditetapkan
oleh pemerintahan pusat.34
Hal inilah yang menjadi harapan dan
tuntutan masyarakat adat dan agama terhadap pemerintah pada Era
Reformasi. Pada tahun 1999 yang populer dengan wacana “Kembali
ke Nagari” dan “Kembali ke Surau” . Wacana ini pun menuai konflik
persepsi antara kelompok adat dengan pemerintah dan kelompok
agama dengan pemerintah. Kembali ke nagari diartikan masyarakat
Sumatera Barat bahwa kembali upaya mengaktifkan peran budaya
lokal dalam sistem pemerintahan. Hal ini memberikan harapan
terhadap adat dan agama seolah akan terpenuhi keinginan
masyarakat untuk muncul kembali republik-repuplik kecil dengan
sistem pemerintahan tersendiri yang otonom dan berbasis kepada
masyarakat.35
Kelompok adat berkeinginan untuk mempertahankan dan
melestarikan adat istiadat daerahnya agar tidak hilang dari kehidupan
masyarakat dan generasi muda. Meskipun wacana ini menuai konflik
horizontal antar-lembaga adat yang ada di Sumatera Barat dalam hal
33Aulia Rahmat, Rekonstruksi Adat Minangkabau Dalam Pemerintahan
Nagari Era Otonomi Daerah, (Jakarta: Ngundi Ilmu, 2013), 10.
34 Hedar Laudjeng, "Kesatuan Masyarakat Hukum Adat", Makalah pada “Simposium Masyarakat Adat: Mempersoalkan Keberadaan Masyarakat Adat sebagai Subjek Hukum”, Jakarta (2012), 27-28.
35 Yondri Erricsyah, Peranan KAN Dalam Mensukseskan Program Pemerintah di Nagari Sariak, (Padang: BPSNT Padang Press, 2010), 1.
10 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
teknis pendekatan kepada masyarakat, misalnya antara LKAAM
(Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau) dengan MTKAAM
(Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau) antara internal
KAN (Kerapatan Adat Nagari), konflik internal dalam suku seperti
konflik perebutan gelar pusaka dan harta pusaka.36
Pasca tumbangnya rezim Soeharto, momentum bagi
kemunculan banyak partai politik Islam (parpol) dan semakin
banyaknya kelompok Muslim yang menuntut penegakan syariat Islam
dan melakukan pemberantasan maksiat di tingkat pusat dan sampai
merambah ke daerah provinsi dan kabupaten/koto, tidak terkecuali di
Kabupaten Tanah Datar. Oleh sebab itu, pemerintah daerah harus
merespon keinginan kelompok-kelompok agama dan adat dalam
konteks tidak keluar dari peraturan dan perundangan yang berlaku di
Negara Republik Indonesia.37
Untuk mengakomodir kaum adat dan agama, pemerintah
daerah Sumatera Barat merespon gerakan “Kembali ke Nagari” dan
“Kembali ke Surau” pada Era Reformasi dengan melahirkan Perda-
perda, seruan-seruan, dan himbauan-himbauan Gubernur dan
Bupati/Wali kota yang berkaitan dengan aturan-atuaran Syariat Islam
dan yang berkaiatan dengan adat istiadat. Sehingga di Sumatera
Barat terdapat beberapa Perda yang mengakomodir adat dan agama
dalam pemerintahan baik berupa regulasi maupun anggaran
pendanaan kegiatan.
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat berlaku di
kabupaten dan kota-kota yang ada di Sumatera Barat. Di antara
Perda yang menjadi momentum perubahan adalah Undang-Undang
No. 9 Tahun 2000 tentang perubahan Pemerintah Daerah Sumatera
Barat dari Sistem Desa kembali ke bentuk Sistem Nagari dan
Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
Sumatera Barat tentang perubahan Sistem Nagari.38
36 Wawancara tokoh masyarakat Pariangan, 2 September 2017
37 Azyumardi Azra, Konflik Baru Antar Peradaban, Globalisasi, Radikalisme dan Pluralitas, (Jakarta: Raja Grafindo, 2002), 167.
38 Perda di atas keluar berdasarkan Lembaran Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang memberi peluang kepada daerah
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri termasuk menyesuaikan
Pendahuluan 11
Di Kabupaten Tanah Datar di Era Reformasi juga terdapat
beberapa Perda Syariah dan himbauan-himbauan Bupati untuk
mendukung adat dan agama. Di samping itu di Tanah Datar juga
terjadi akomodasi antara seremonial adat dan ritual agama dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat. Pada dasarnya apa yang
dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat Minangkabau dalam
berbagai upacara adat, terlihat adaya akomodasi ajaran Islam dalam
seremonial adat.39
Akomodasi ini bukan hanya tampak pada upacaran
ritual dan seremonial, tetapi juga pada pola kehidupan sosial
masyarakat sehari-hari, seperti halnya pada acara pernikahan, sampai
pada upacara adat kedukaan dan kematian. Masyarakat sulit
memisahkan antara seremonial adat dengan ritual agama sehingga
pelaksanaan ritual agama dan seremonial adat sering dianggap
sebagai ritual ibadah karena di dalamnya memuat beberapa unsur-
unsur syi’ar Islam, dan begitu sebaliknya.
Pola kehidupan model di atas menjadi polemik bagi sebagian
ulama dan tokoh agama, ada yang membenarkan dan ada yang tidak,
yang tidak membenarkan terdiri dari para tokoh-tokoh ulama muda
yang sudah mendapatkan pembaruan dari luar dan para perantau yang
telah lama meninggalkan kampung dan mendapatkan pengaruh dari
perantauan.40
Kaum adat dan agama dengan pemerintah daerah meskipun
terjadi perbedaan persepsi tentang penerapan ABS-SBK, akan tetapi
pada saat tertentu terjadi saling akomodasi. Upaya-upaya yang
dilakukan menunjukan signifikansi peran mereka dalam merumuskan
bentuk dan susunan pemerintahan desa berdasarkan asal usul dan kondisi sosial
masyarakat setempat harus dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Pemerintah
Sumatera Barat menata kembali Pemerintahan Nagari dengan Peraturan Provinsi
Sumatera Barat tentang kemajuan masyarakat Sumatera Barat berdasarkan ABS-
SBK.
39 Yudhi Andoni, Mengonstruksi Ruang Identitas: Fenomena Hubungan Adat, Islam dan Negara di Sumatera Barat 1999-2009, (Padang: Jurusan Ilmu
Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Andalas, 2009).
40 Seperti halnya dalam upacara adat dalam memperingati hari ketiga, tujuh
hari, empat puluh hari sampai seratus hari tidak dilaksanakan lagi oleh kelompok
Islam muda. Kesimpulan wawancara dengan perantau, salah satunya HM. Yunus
Sirhan ketua IKTD (Ikatan Keluarga Tanah Datar) Sumatera Utara, wawancara, 27
September 2017 di Batusangkar.
12 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
dan mengimplementasikan konsep adat dan agama dalam kelompok
masing-masing untuk mewujudkan visi misinya kepada masyarakat.
Pemerintah mendukung upaya masyarakat untuk
menghidupkan seremonial adat dan ritual agama dengan program
melestarikan Adat Salingka Nagari.41 Apa yang dilakukan oleh
kelompok adat, agama dan pemerintah daerah, ketiganya cendrung
mengeliminasi konflik kepentingan masing-masing, namun pada saat
tertentu masing-masing justru ingin menunjukan kepopulerannya
sebagai pihak yang dapat mempengaruhi dan didengar oleh
masyarakat, di sini terlihat terjadinya semacam kontestasi.42
MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang mewakili pihak agama
mengharapkan perhatian dari Pemerintah Daerah agar dilibatkan di
dalam perencanaan pembangunan dan didukung secara anggaran oleh
Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program-program
keagamaannya. Selain MUI di Kabupaten Tanah Datar terdapat
Lembaga dan Organisasi masyarakat (Ormas) Islam, seperti; STAIN
(Sekolah Tinggi Agama Islam), STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam)
Al-Hikmah, Ormas; Muhammadiyah, NU (Nahdatul Ulama), IPHI,
(Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia). Lembaga dan Ormas ini ikut
ambil bagian dalam wacana keagamaan di Kabupaten Tanah Datar.
Sangat relevan jika membahas konflik dan akomodasi adat dan
agama masyarakat Sumatera Barat dan menganalisa apa yang terjadi
di Kabupaten Tanah Datar khususnya pada awal Era Reformasi
sampai Tahun 2015. Dengan berlakunya undang-undang Otonomi
Daerah seperti ada penguatan nilai-nilai lokal di semua kabupaten
dan kota di Sumatera Barat, yang mayoritas penduduknya merupakan
suku-bangsa Minangkabau, termasuk di Kabupaten Tanah Datar
sebagai daerah pusat kerajaan Alam Minangkabau.
Masyarakat Minangkabau yang terkenal fanatik dengan nilai-
nilai adat dan budaya termasuk dalam beragama yang mayoritas
41Adat Salingka Nagari adalah semua potensi dan hasil karya,cipta dan
budaya masyarakat di setiap nagari dan adat selingkar nagari ini berbeda-beda pada
setiap nagari.
42Yance Arizona, "Masyarakat Adat Dalam Kontestasi Pembaruan Hukum",
Makalah Seminar Pemberdayaan Sosial Komunitas Adat: Upaya peningkatan efektivitas pemberdayaan KAT saat ini dan pengembangan ke depan. 2013.
Pendahuluan 13
beragama Islam, sangat aneh jika seorang Minang tidak beragama
Islam. Ini dibuktikan dalam bentuk falsafah Adat Basandikan Syarak,
Syarak Basandikan Kitabullah (Adat Bersendikan Agama, Agama
Bersendikan Kitabullah). Dua nilai di atas tampak menguat di era
reformasi di Kabupaten Tanah Datar.43
Sumatera Barat salah satu wilayah Indonesia yang
berpenduduk asli dari etnik Minangkabau dan yang memeluk agama
Islam, sejauh ini masyarakat pendatang hidup aman dan damai
berdampingan dengan masyarakat Minangkabau, bahkan ada yang
masuk dalam struktur sosial Minangkabau. Meskipun ada terjadi
konflik akan tetapi tidak sampai menjadi konflik bertumpahan darah
seperti di Ambon atau Aceh.
Pada Era Reformasi, pemerintah telah membuat perubahan
kebijakan dalam pelestarian adat dan budaya. Salah satu potensi
budaya kearifan lokal yang menjadi ciri khas Indonesia adalah
eksistensi adat yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Hubungan
antara hukum adat dan hukum Islam dalam sejarah panjang di
Indonesia dan telah banyak diteliti oleh pakar hukum ataupun ahli
sejarah.
Sejarah masyarakat Kabupaten Tanah Datar, tidak terlepas dari
sejarah masyarakat Minangkabau secara umum. Kajian-kajian
tentang Minangkabau perspektif konflik antara adat dan agama
dilakukan oleh para pakar, di antaranya adalah kajian Taufik
Abdullah dan Benda Backman tentang perbandingan antara konflik di
Ambon dan Minangkabau, konflik dikarenakan sengketa tanah atau
masalah warisan dan berebut gelar saka dan pusaka. Dan juga
masalah adat yang memakai sistem matrilinial (garis keturunun
ibu).44
Ada kesamaan dengan yang terjadi pada suku Minang di
beberapa daerah di Indonesia.
Walaupun kajian mengenai konflik dan akomodasi adat dan
agama di Minangkabau telah diteliti oleh para akademisi dan peneliti,
43Idrus Hakimi Datuak Rajo Panghulu, Pokok-pokok Pengetahuan Adat
Miangkabau, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), 30-31.
44 Franz von Benda-Beckmann and Keebet von Benda-Beckmann, "Property,
Politics, and Conflict: Ambon and Minangkabau Compared", Law & Society Review, Vol. 28, No. 3, (1994): 589-608.
14 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
baik dalam dan luar negeri. Namun berdasarkan penelusuran yang
telah dilakukan, belum ditemukan penelitian yang secara spesifik
mengkaji tentang konflik dan akomodasi adat dan agama dengan
kebijakan pemerintah daerah di Era Reformasi dalam kehidupan
masyarakat Tanah Datar.
Maka oleh sebab itu dalam penelitian ini, fokus pada kajian
dengan judul, Konflik dan Akomodasi antara Adat dan Agama
Dengan Pemerintah di Sumatera Barat Pada Era Reformasi (Studi
Kasus Kabupaten Tanah Datar). Titik Fokus kajian pada Era
Reformasi yang dapat dibagi dua periode pemerintahan yaitu periode
tahun 1998 sampai tahun 2005 dan periode tahun 2006 sampai
dengan 2015. Dalam kajian ini akan melihat bagaimana konflik dan
akomodasi antara adat dan agama dengan pemerintah dalam hal
kepemimpiinan dan kebijakan daerah dan dalam hal kehidupan
tradisional masyarakat.45
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk para peneliti
sejarah khususnya dan kalangan akademik umumnya serta yang
paling penting adalah dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah
dalam membuat regulasi atau Peraturan Daerah dalam membangun
masyarakat yang berlandaskan falsafah ABS-SBK.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah yang dapat diteliti sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa
masalah yang berkaitan dengan Kasus dan Pola konflik dan
akomodasi antara adat, agama dan kebijakan pemerintah di Sumatera
Barat dan Kabupaten Tanah Datar sebagai studi kasusnya, sebagai
berikut:
45Kabupaten Tanah Datar pernah menjadi Pusat Kerajaan Pagaruyung yang
mengandung banyak nilai budaya dan agama, ketiga, Kabupaten Tanah Datar adalah
luhak tertua dari luhak-luhak yang lain dan dari sana asal mula pembentukan nagari di Minangkabau.
Pendahuluan 15
a) Konflik antara adat dan agama telah terjadi di Sumatera Barat
sejak awal masuknya Islam ke Sumatera Barat.
b) Ajaran Islam seolah-olah menyatu dengan adat istiadat dalam
pelaksanaan ritual agama dan seremonial adat dalam bingkai
falsafah hidup ABS-SBK.
c) Akomodasi adat, Islam (agama), dan kekuasaan dapat dilihat
pada ritual dan pola hidup sosial masyarakat Minangkabau di
Kabupaten Tanah Datar.
d) Konflik antara lembaga adat, agama, dan pemerintah di tingkat
Kabupaten.
e) Terjadi konflik antar lembaga adat di tingkat Kabupaten.
f) Terjadi konflik internal suku perebutan gelar pusaka dan harta
pusaka.
g) Terjadi perubahan mendasar akibat dari revolusi agama, pasca
runtuhnya Orde Baru, adanya perubahan-perubahan regulasi
selama 15 tahun Reformasi.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah tersebut di atas,
rumusan masalah pokok adalah bagaimana konflik dan akomodasi
adat dan agama dengan pemerintah di Sumatera Barat pada tahun
1999 sampai 2015 (studi kasus Kabupaten Tanah Datar). Pertanyaan
minor lebih lanjut, yaitu: Bagaimanakah kasus dan pola konflik dan
akomodasi adat dan agama dengan pemerintah dalam bidang
kepemimpinan dan kebijakan daerah? Bagaimanakah kasus dan pola
konflik dan akomodasi dalam bidang kehidupan tradisional ?
3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas yang menjadi fokus
penelitian ini adalah bagaimana Kasus dan pola konflik akomodasi
adat dan agama dengan pemerintah di Sumatera Barat pada Era
Reformasi (studi kasus Kabupaten Tanah Datar). Pembatasan waktu
penelitian tahun 1998 sampai tahun 2015. Penelitian dilakukan di
Kabupaten Tanah Datar, untuk kasus konflik dan akomodasi antar
lembaga di tingkat Kabupaten Tanah Datar objeknya adalah
16 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
LKAAM, MUI (Majelis Ulama Indonesia) Kabupaten Tanah Datar
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten Tanah Datar secara umum.
Untuk kasus konflik dan akomodasi dalam bidang kehidupan
tradisional mengambil sampel pada tiga kecamatan di Kabupaten
Tanah Datar yaitu Kecamatan Limakaum, Kecamatan Pariangan dan
Lintau Buo Utara.
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tujuan penelitian ini secara umum
adalah : Untuk mengidentifikasi kasus dan pola konflik dan
akomodasi antara adat dan agama dengan pemerintah di Sumatera
Barat pada Era Reformasi (studi kasus Kabupaten Tanah Datar).
Tujuan minor penelitian ini adalah; pertama, untuk mengidentifikasi
kasus dan pola konflik dan akomodasi antara adat dan agama dengan
pemerintah dalam bidang kepemimpinan dan kebijakan daerah.
Kedua, untuk mengidentifikasi kasus dan pola konflik dan akomodasi
antara adat dan agama dengan pemerintah dalam bidang kehidupan
tradisional.
D. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini ditujukan kepada
beberapa pihak terkait sebagai berikut :
a) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi kajian bagi peneliti
selanjutnya terkhusus mengkaji tentang masyarakat
Minangkabau di Sumatera Barat dan pola kehidupan
masyarakat adat agama di Kabupaten Tanah Datar.
b) Teori-teori ilmiah yang dihasilkan dapat menambah khazanah
keilmuan dan dapat menjadi bahan bacaan dan studi pustaka
bagi akademisi, peneliti, dan masyarakat umum yang ingin
mengetahui lebih jauh tentang konflik dan akomodasi antara
adat dan agama dengan pemerintah yang terjadi pada
masyarakat Tanah Datar.
c) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pedoman bagi pemerintah daerah untuk mengambil kebijakan
dalam penyusunan peraturan Daerah dalam penerapan falsafah
Pendahuluan 17
Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah di Sumatera
Barat.
E. Kajian Terdahulu yang Relevan
Diantara kajian terdahulu yang relevan dengan disertasi ini
adalah sebagai berikut:
Pertama, penelitian Taufik Abdullah, Adat and Islam: An
Examination of Conflict in Minangkabau. Penelitian dilakukan tahun
1966. Hasil penelitian ini menumjukkan bahwa konflik antara adat
dengan Islam dan perubahan sosial yang terjadi di Minangkabau
menjadi sebuah sistem dan oposisi dengan hukum Islam. Adat
sebagai sistem pertimbangan nilai, etika, dan hukum serta sumber
harapan sosial mewakili pola prilaku sosial. Adanya konflik abadi
antara adat istiadat dengan syariat Islam dan konsep yang ada
dimasyarakat bersifat ambigu. Maksudnya hubungan antar
masyarakat diatur oleh hukum adat dan hubungan dengan Tuhan
diatur oleh hukum agama. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan
bahwa masyarakat tidak mampu menyatukan dua nilai yang
berlawanan, perjuangan ini terjadi terus menerus antara adat dan
agama pada fragmentasi sosial di Minangkabau.46
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Tsuyoshi Kato pada
tahun 1979 yang berjudul “Different fields similar locusts: adat
Communities and the village law of 1979 in Indonesia",Pada
tulisannya Kato mendeskripsikan bagaimana dampak yang
ditimbulkan akibat diterbitkannya UU No.5 tahun 1979 tentang desa.
Di bawah rezim desa ini ada perubahan yang mendasar dalam
pelaksanaan nagari di Sumatera Barat. Kehadiran pemerintahan desa
menempatkan nagari sebagai bentuk penyelenggaraan pemerintahan
terendah. Lebih jauh Kato menjelaskan tujuan dari pemerintahan desa
didesain sebagai pendorong dinamika dan pemberdayaan masyarakat
serta memberi ruang partisipasi yang seimbang antara masyarakat
dan pemerintah desa, dan dalam pembuatan struktur pemerintahan
46Taufik Abdullah, Adat and Islam: An Examination of Conflict in
Minangkabau: Source: Indonesia,No. 2 (1966): 1-24. Published by: Southeast Asia Program Publications at Cornell UniversityStable URL: http://www.jstor.org/stable/ 3350753 Accessed: 15-04-2015 12:22 UTC
18 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
desa baru bisa dipertimbangkan dengan merevitalisasi struktur lama
(adat) dengan isi dan jiwa baru yang rasional, demokratis, dan
modern. Kebijakan Pemerintah pusat membuat pudarnya "otonomi
desa" sehingga melahirkan pemerintahan desa yang birokratis.
Akibatnya adalah tidak dapat berkembangnya potensi dan kreativitas
masyarakat desa.47
Ketiga, penelitian Von Benda-Beckmann dkk, pada tahun
1994, berjudul “property, Politics and Conflict: Ambon and
Minangkabau Compared”.48 Dalam pandangannya Beckman
menyatakan bahwa Indonesia adalah Negara kepulauan dan memiliki
berbagai suku, agama, ras, budaya, bahasa daerah, dan golongan
serta beberapa agama yang diperbolehkan berkembang di Indonesia.
Indonesia meliliki lebih dari 300 suku bangsa. Di mana setiap suku
bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan
yang lain. Selain itu masing-masing suku bangsa juga memiliki
norma sosial yang mengikat masyarakat agar taat dan melakukan
segala yang tertera didalamnya. Beckmann menjelaskan bahwa
terdapat beberapa hal yang berpotensi sebagai sumber konflik, antara
lain perluasan batas-batas identitas sosial budaya dari sekelompok
etnik, perubahan sosial, perebutan sumber daya, alat-alat produksi
dan akses ekonomi lainnya. Selain itu juga benturan-benturan
kepentingan kekuasaan, politik dan ideologi. Konflik di Ambon
disebabkan oleh perebutaan lahan dan ideologi, sedang konlik di
Minangkabau disebkan oleh konflik agama dan adat.
Keempat, penelitian yang dilakukan Mohd. Anuar Ramli pada
tahun 2006, tentang Islamisasi di Tanah Melayu: Analisis terhadap
Proses Interaksi antara adat dan syariah Islam. Dalam penilitian ini
47Tsuyoshi Kato. Different Fields, Similar Locusts: Adat Communities and
the Village Law of 1979 in Indonesia Author(s): Source: Indonesia, No. 47 (Apr.,
1989), pp. 89-114 Published by: Southeast Asia Program Publications at Cornell
University Stable URL: http://www.jstor.org/stable/3351077 Accessed: 11-08-2017
04:32 UTC
48Franz von, Benda-Beckmann, and Keebet von Benda-Beckmann Source:
Property, Politics, and Conflict: Ambon and Minangkabau Compared Author(s): Law & Society Review,Vol. 28, No. 3, Law and Society in Southeast Asia (1994), pp.
589-608Published by: on behalf of the WileyLaw and Society AssociationStable
URL: http://www.jstor.org/stable/3054079Accessed: 27-08-2014 05:55 UTC
Pendahuluan 19
Ramli menemukan ada tiga peringkat interaksi yang terjadi antara
adat dan syariah di dalam masyarakat Sumatera Barat, yaitu: (1)
Salari, adat dan syariah berjalan seiring dan tidak mempengaruhi satu
sama lain, (2) Transisi, adat dan syariah saling menuntut hak, namun
tanpa menggeserkan pihak lain, dan yang ke (3) Dominasi,
memperlihatkan keunggulan syariah yang menguasai dan
mendominasi adat, keterpaduan ini sejalan secara akomodatif yang
saling serasi antara satu sama lain.49
Kelima, kumpulan jurnal Amir.MS yang menjadi buku yang
berjudul Masyarakat Adat Minangkabau Hampir Punah, terbit tahun
2007 yang berisikan tentang seluk beluk adat dan budaya
Minangkabau dan perkembangan politik Sumatera Barat pasca Orde
baru.
Keenam, penelitian yang dilakukan Muridan pada tahun 2007,
yaitu: “Islam dan Budaya Lokal: Kajian makna simbol dalam
Perkawinan Adat Keraton”. Walaupun kajianya pada tradisi
perkawinan adat keraton, namun cukup banyak membahas adanya
pertemuan antar Islam dan budaya lokal Jawa, yang terakomodasi
sebagai dinamika antropologi Islam. Agama tidak akan mungkin
meninggalkan pergolakanya dengan budaya lokal. Pertemuan antara
Islam dan budaya lokal ini telah memproduksi konfigurasi budaya
baru yang berwatak Islam kejawen, tetapi mengamalkan ajaran Islam
tanpa meninggalkan tradisi Jawa.50
Ketujuh, Jeffrey Hadler yang memfokuskan pada Sengketa
Tiada Putus, dalam judul Muslim and Matriarchs: Cultural Rasiliens
in Indonesia Though Jihad and Colonialism yang diterbitkan oleh
Cornell University Press, pada tahun 2008.51
Pembahasan Hadler
menekankan pada aspek konflik yang menjadi dinamika
perkembangan pemikiran dan gerakan keislaman di Sumatera Barat,
49Mohd Anuar Ramli. "Islamisasi di Tanah Melayu: Analisis Terhadap Proses
Interaksi Antara Adat dan Syariah Islam." dalam Hashim Awang et al (2006).
Accessed, 18 November 2017
50Muridan.”Islam dan Budaya Lokal: Kajian makna simbol dalam Perkawinan
Adat Keraton”, IbdaJurnal Studi Budaya , Vol. 5 No.1, Januari-Juni(P3M STAIN
Purwokerto, 2007), 10.
51Jeffrey Hadler, Muslim and Matriarchs: Cultural Resilience in Indonesia Through Jihad and Colonialism(New York: Cornell University Press: 2008).
20 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
sekaligus memperhatikan bahwa kultur dan budaya muslim
Minangkabau mendorong tingkat agresifitas. Permulaan konflik yang
berujung pada gerakan radikal adalah bentuk perlawanan atas sikap
dan tindakan beberapa kelompok yang telah menyimpang.
Minangkabau termasuk wilayah yang unik, ditengah kuat kultur
keagamaannya, juga dapat tumbuh dan berkembang kultur
matrilineal. Kekayaan dinamika sosial-kultural Minangkabau
menjadikan orang Minang salah satu etnis yang telah memainkan
peran dalam proses pembentukan bangsa.
Kedelapan, Disertasi Zayadi Hamzah pada tahun
2010,tentang “Interaksi Islam dengan Budaya Lokal dalam suku
Rejang” Interaksi antara Islam dan budaya lokal membentuk
akulturasi, akomodasi konflik dan interaksi. Akulturasi tersebut
terjadi dalam bentuk pemberian status oleh orang Islam terhadap
budaya lokal atau sebaliknya, sedangkan akomodasi cenderung
bersifat konversi ketimbang adhesi, sehingga praktek rite de passage
dalam bentuk upacara kelahiran, perkawinan dan kematian dominan
menyerupai ritual ke-Islaman. Proses akulturasi dan akomodasi ini
menunjukkan bahwa Islam telah berhasil mendapatkan simbol-simbol
yang selaras dengan kemampuan menangkap nilai-nilai kultural dari
budaya lokal, yang akhirnya memunculkan atau membentuk realitas-
realitas baru berupa lokalitas Islam (Islam lokal) yang tumbuh dari
tradisi Islam Rejang.52
Kesembilan, penelitian yang dilakukan Syafwan Rozi, pada
tahun 2012, yang berjudul konstruksi identitas Islam perbatasan,
sebuah sintesis terhadap identitas tradisional dan identitas modernis
dalam paham keagamaan di daerah Rao Sumatera Barat.53
Dalam
penelitian Rozi, identitas keagamaan masyarakat Islam di perbatasan
ditemukan dalam keunikan dinamika dan perilaku keagamaan.
Penganut paham keagamaan modernis seperti Muhammadiyah
cenderung akomodatif dan membaur dalam beberapa dimensi
keagamaan seperti ritual dan ekspresi keagamaan, sementara di sisi
52Zayadi Hamzah, Islam dalam Perspektif Budaya Lokal Studi Kasus
Tentang Ritual Siklus Hidup Keluarga Suku Rejang Di Kabupaten Rejang Lebang Provinsi Bengkulu (Disertasi Sps Syarif Hidayatullah, 2010).
53Syafwan Rozi, "Konstruksi Identitas, 1643-1660.
Pendahuluan 21
lain, penganut paham keagamaan tradisional seperti NU, Perti dan
Tarekat Naqsyabandiah secara bertahap mulai selektif dalam
melaksanakan ritual berbasis tradisi seperti salawatan, selametan dan
tahlilan. Meleburnya dua paham keagamaan yang berbeda orientasi
ini dipicu dengan terjalinnya dialog dan kontak budaya yang sangat
intensif serta munculnya kesadaran baru di kalangan generasi kedua
paham keagamaan tersebut. Integrasi dalam proses interaksi antar
penganut paham keagamaan di perbatasan Rao ini mengarah pada
perubahan identitas paham keagamaan sehingga pada gilirannya
memunculkan identitas Islam akomodatif yang menghargai
perbedaan, integratif dengan budaya lokal dan perekat terhadap
konflik etnik.
Kesepuluh, penelitian Ismail Wekke pada tahun 2012, tentang
Islam dan adat dalam pernikahan masyarakat Bugis di Papua
Barat.Wekke melakukan penelitian bagaimana adat mengakomodasi
ajaran Islam dengan baik, serasi dan tanpa penolakan dari tokoh-
tokoh agama Islam. Penelitian ini memperlihatkan kuatnya adat suku
Bugis dan ajaran Islam yang dijalankan oleh Masyarakat. Beberapa
hal yang menjadi aturan besar Islam pernikahan justru diakulturasi ke
dalam prosesi adat Bugis yang lebih dikenal dalam kehidupan sehari-
hari, prosesi pernikahan tidak menggunakan bahasa Arab tetapi tetap
selaras dengan ajaran Islam dan dibingkai dalam suasana adat
kedaerahan.54
Disini terlihat bagaimana prosesi adat mengakomodasi
syariat Islam, dalam ritual-ritualnya dalam hubungan kemasyarakatan
sehari-hari.
Kesebelas, penelitian Aulia Rahmat; Rekonstruksi Adat
Minangkabau Dalam Pemerintah Nagari Era Otonomi Daerah.
Penelitian ini tentang kebijakan-kebijakan Pemerintah Daerah
Provinsi Sumatera Barat pada Era Otonomi daerah yang berkaitan
dengan sistem pemerintahan nagari dalam Perda Nomor 9 Tahun
2000 Nomor 2 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pokok Pemerintahan
Nagari dan pencapaian daerah Sumatera Barat pada era pemerintahan
nagari. Fokus kajian ini adalah regulasi mengenai eksistensi adat di
54Ismail Swadi Wekke. Islam dan Adat dalam Pernikahan Masyarakat Bugis
di Papua Barat. Jurnal kajian budaya Islam Thaqafiyah,vo.13 No.2(Desember 2012).
22 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Sumatera Barat. Bagaimana pembangunan sistem pemerintahan
nagari pada Era Otonomi Daerah di Sumatera Barat dan bagaimana
pencapaian Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat hukum adat Minangkabau.55
Beberapa penelitian terdahulu diatas, baik yang berupa
disertasi, maupun penelitian-penelitian yang dilakukan oleh peneliti,
dua merupakan penelitian dari luar negeri dan selebihnya penelitian
dari dalam negeri. Semuanya memiliki materi dan objek bahasan
yang sama dengan disertasi ini, namun ada dua penelitian yang
berbeda dengan lokasi kajian, walaupun demikian metodologi dan
objek serta pendekatan yang digunakan memiliki persamaan, dalam
mengkaji tentang adat dan Islam di Sumatera Barat. Penelitian ini
diharapkan menemukan faktor-faktor terjadinya konflik dan
akomodasi serta mendapatkan solusi atas hal itu yang belum
disebutkan oleh penelitian sebelumnya.
F. Metode Penelitian Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode
deskriptif analisis berdasarkan konsep dan teori yang dianggap
relevan,56
sementara deskripsi yang dipaparkan akan dianalisis
dengan perpektif sejumlah fenomena dan pola konflik dan akomodasi
antar-lembaga atau kelompok. Bentuk penelitiannya adalah studi
kasus, mengambil beberapa kasus yang terjadi di tingkat Kabupaten
dan beberapa kasus di tingkat nagari (desa).
2. Pendekatan Penelitian
Permasalahan dalam penelitian ini cukup kompleks yang
membutuhkan pendekatan interdisipliner. Maka dari itu dalam
penelitian ini digunakan beberapa pendekatan; historis, sosiologis.
55Aulia Rahmat, Rekonstruksi Adat Minangkabau Dalam Pemerintahan
Nagari Era Otonomi Daerah, (Jakarta: Ngundi Ilmu, 2013).
56Dudung Abdurrahman. Metode Penelitian Sejarah (Ciputat: PT. Logos
Wacana Ilmu,1999), 3.
Pendahuluan 23
Mengingat kajian konflik dan akomodasi antara Adat dan agama
dengan pemerintah melibatkan tiga lembaga besar yang menjadi
pelaku yang berperan dalam menerapkan falsafah ABS-SBK. Dalam
interaksi mencapai tujuan masing-masing kerap terjadi konflik
persepsi dan kerap juga terjadi akomodasi.
Pendekatan historis digunakan untuk memahami kronologis
karakteristik periode pemerintahan dan latar belakang konflik yang
berkelanjutan di Sumatera Barat. Pendekatan sosiologi digunakan
untuk melihat perilaku masing-masing kelompok masyarakat dalam
berinteraksi sosial dan keagamaan. Sosiologi merupakan sebagai ilmu
khusus untuk mempelajari agregat sosial dan kelompok-kelompok
dalam organisasi institusional, serta faktor dan konsekuensi
perubahan dalam institusi dan organisasi sosial. Makanya perlu
menggunakan pendekatan sosiologi.57
Pendekatan sosiologi
merupakan pendekatan yang perhatiannya pada interaksi adat, agama
dengan masyarakat, perspektif konsennya adalah pada struktur sosial,
konstruksi pengalaman manusia dan kebudayaan agama. Pendekatan
antropologi digunakan untuk mengetahui latar belakang kondisi
mayarakat dalam konflik dan akomodasi sudah berlangsung sejak
lama dan peneliti ingin mengetahui kondisi yang masih berlangsung
di masyarakat sampai sekarang. Pendekatan antropologi untuk
memperhatikan praktek-praktek keagamaan masyarakat, akar konflik
antar kelompok, suku, politik dan magic.58
3. Sumber Data
Pengumpulan data dilakukan dengan melihat langsung fakta-
fakta sosial masyarakat yaitu aktifitas sosial keagamaan dan ritual
adat yang dilakukan oleh masyarakat baik secara personal maupun
kelompok. Dokumen pemerintah daerah kabupaten Tanah Datar dan
Provinsi Sumatera Barat yang dijadikan sebagai data primer
menyangkut topik penelitian ini di antaranya: peraturan-peraturan
daerah, kesepakatan-kesepakatan adat dan agama, wawancara, serta
57Dalam Zainuddin Maliki. Sosiologi politik: makna kekuasaan dan
transformasi politik. Gadjah Mada University Press, 2010.
58Peter Connoly, Aneka Pendekatan Studi Agama,terj.(Yogyakarta: Lkis,
2002), 271-172
24 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
dokumen pemerintah, dokumen adat petatah petitih baik tertulis
maupun tidak tertulis (lisan) dari informan tokoh adat, agama dan
mantan pejabat pemda. Sementara data sekunder dan pendukung
diperoleh dari majalah, koran lokal dan nasional, kata-kata bijak
kaum adat dan agama, serta catatan harian yang sejaman, buku-buku
di perpustakaan jurnal-jurnal ilmiah, artikel dan hasil obsevasi
lapangan. Semua sumber data diperoleh dari wawancara mendalam
kepada tokoh masyarakat, pemuka adat, pemuka agama dan hasil
bacaan, diskusi dan kajian di perpustakaan. Peneliti melihat ritual-
ritual di masyarakat dalam akomodasi antara adat, agama dan
pemerintah, peneliti melihat beberapa aktifitas kegiatan seremonial
masyarakat secara langsung. Misalnya Kehidupan tradisional
seremonial adat, kegiatan agama dan kegiatan yang dilaksanakan
oleh pemerintah daerah Tanah Datar. Kegiatan adat contohnya
seremonial prosesi pernikahan, empat puluh hari bayi lahir,
peringatan hari-hari besar Islam, batagak gala (peresmian gelar
pusaka adat) dan upacar-upacara adat lainnya.59
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
a) Metode Observasi (pengamatan langsung)
Oobservasi langsung dilakukan untuk mengetahui dan
mengungkap data yang berkaiatan dengan situasi, kondisi
serta yang berkaitan dengan pihak-pihak terkait, waktu
terjadinya, dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah
interaksi ritual adat dan agama, interaksi internal kelompak
adat, interaksi kelompok adat, agama dan Pemerintah Daerah.
Peneliti mengamati kejadian yang berlangsung dan dapat
dianalisa pada waktu kejadian itu terjadi.60
Teknik ini
merupakan suatu strategi untuk memadukan analisis dokumen,
wawancara dengan informan, observasi langsung serta koreksi
kebenaran data.
59Peter Connoly. Aneka Pendekatan Studi Agama,terj.(Yogyakarta: Lkis,
2002), 269.
60Lexy J Moleong."Metodologi penelitian." (Cet: XII: Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999), 32.
Pendahuluan 25
Observasi dilakukan pada bulan Desember 2015, selama enam
kali. Obeservasi dilakukan berupa pengamatan pada ritual-
ritual keagamaan dan kegiatan seremonial adat yang dilakukan
oleh masyarakat, seperti acara pernikahan, kematian, turun
mandi, pengukuhan gelar datuk di nagari, Festval budaya
(Festival Pagaruyung) yg dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
setiap tahun yang dihadiri para datuk, pemuka agama, alim
ulama, perantau, bundo kanduang, pejabat pemerintah dan lain
sebagainya. Untuk data konflik dan akomodasi ditingkat nagari
dilakukan observasi fokus pada tiga nagari yaitu,(1) nagari
Pariangan (kecamatan pariangan) yang merupakan nagari
tertua di Sumatera Barat, (2) nagari Batu Bulek (kecamatan
Lintau Buo Utara) yang merupakan nagari berprestasi dalam
mengelola administrasi di Sumatera Barat dan (3) nagari
Limakaum (kecamatan Limakaum) yang merupakan nagari
yang terletak di pusat kota Batusangkar. Dalam obervasi ini,
peneliti mendokumentasikan hasil pengamatan di lapangan,
dalam bentuk catatan dan gambar-gambar digital.
b) Wawancara mendalam (in depth interview)
Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai masa
terdekat sesuai batasan masalah. Dalam wawancara tersebut
biasa dilakukan secara individu maupun dalam bentuk
kelompok, sehingga didapat data informasi yang otentik.24
wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan
pernyataan sampai ke hal-hal yang spesifik dan detail, untuk
mengetahui hal-hal lain yang masih tersembunyi dalam kasus
yang diangkat dalam penelitian ini. Sebelum wawancara
dilakukan, terlebih dahulu dibuat kerangka dan garis-garis
besar atau pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses
wawancara, yang dijadikan sebagai pedoman dengan mengikuti
petunjuk umum.61
Proses pengambilan data lapangan dan
wawancara dilakukan sesuai dengan kebutuhan topik
permasalahan disertasi. Di antara sumber subjek penelitian
61 Lexy J. Moleong. Metodologi penelitian.
26 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
dalam wawancara, terdiri dari: Pertama, kelompok adat; ketua
LKAAM Tanah Datar , anggota KAN (Kerapatan Adat
Nagari), pengurus MTKAAM (Majelis Tinggi Kerapatan Adat
Alam Minangkabau), Penghulu/Datuk kepala suku dari ke dua
belah pihak yang berkonflik, Bundo kandung, Cerdik pandai.
Kedua, tokoh agama; ketua MUI (Majelis UlamaIndonesia)
Kabupaten Tanah Datar, Alim Ulama di nagari. Wawancara
masyarakat yang terlibat kegiatan keagamaan baik di Masjid
maupun di surau.
Ketiga, pihak pemerintah; wali nagari, mantan wali nagari,
perangkat nagari, mantan pegawai Pemda, mantan bupati,
anggota DPRD, dan mantan Anggpta DPRD Kabupaten
Tanah Datar dan Kepala bidang pelestarian adat Dinas
Pariwisata. Wawancara dilakukan dengan menggunakan
recorder dan gadget sehingga data yang direkam dapat
tersimpan dan terarsip, agar memudahkan penulis dalam
mengelolanya kembali, ada yang langsung dicatat jika
informan tidak mau direkam, adapun materi wawancara
disesuaikan dengan topik dari sub-sub bab penelitian. Untuk
membuktikan kebenaran data yang disampaikan oleh
informan, maka peneliti melakukan cross chek dengan
mengajukan pertanyaan yang kepada informan dari kelompok
yang berbeda atau peneliti mewawancarai tokoh masyarakat
yang tidak berada dalam lembaga tersebut. Dari teknik
wawancara seperti disebutkan sebelumnya akan terlihat
konflik persepsi antara kelompok-kelompok yang telah
disebutkan di atas. Peneliti juga mewawancara perantau
Kabupaten Tanah Datar yang tergabung dalam IKTD (Ikatan
Keluarga Tanah Datar). Di antaranya IKTD DKI Jakarta,
IKTD Riau, IKTD Bengkulu, IKTD Medan. Perantau-
perantau pihak yang dianggap mampu memberikan penilaian
terhadap situasi sosial yang terjadi di Kampung halamannya.
c) Studi dokumen
Peneliti melakukan penelusuran buku-buku, Junal, artikel di
perpustakaan, baik perpustakaan UIN Jakarta maupun
Pendahuluan 27
perpustakaan daerah Kabupaten Tanah Datar. Untuk
dokumen tentang peraturan daerah, himbaun-himbauan
Bupati, peneliti melakukan penelusuran ke Kantor Arsip
Pemda Tanah Datar dan dinas-dinas terkait serta dokumen
pribadi. Melalui studi dokumentasi, data yang diperoleh di
lapangan, akan dikaji secara mendalam dengan melihat
beberapa referensi dan bahan di perpustakaan , manual dan
online, yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian
ini.62
4. Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
analisis komparatif konstan (grounded theory research). Analisis ini
dilakukan terhadap pola dan kasus konflik dan akomodasi antara
adat dan agama dengan pemerintah. Indikator yang dijadikan
sebagai bahan perbandingan adalah terkait dengan bidang
kepemimpinan, kebijakan daerah, kelembagaan dan kehidupan
tradisional.63
Selain itu pembahasan dalam penelitian ini lebih memberikan
konstruksi daripada historical event (menceritakan rentetan sejarah
dan peristiwa saja), akan tetapi historis sebelumnya dengan melihat
kesinambungan dan perubahan sosial budaya melalui analisa
komparatif dan analisa sosiologis, dan dilakukan secara
interpretatif”.64
Kesimpulannya dalam teknis analisis data peneliti
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknis analisis deskriptif
digunakan untuk menuturkan, menafsirkan, serta menguraikan data
yang bersifat kuantitatif yang diperoleh dari hasil wawancara/
interview, observasi dan dokumenter.
62Burhan Bungi, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis
dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), 53
63 Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam Dalam Teori dan Praktek,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011).
64Azyumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer: wacana, Aktualitas dan Aktor Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002).
28 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Teknis analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
sejak awal pengumpulan data dan tidak harus menunggu sampai
data terkumpul semuanya. Biasanya setiap selesai observasi dan
wawancara, hasil transkripnya langsung dianalisis dan dibuat
refleksi dan klasifikasi data dari berbagai informan tentang suatu
pertanyaan. Prosedur analisis data sebagai berikut; reduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan serta verifikasi data.
5. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanah Datar
Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Tanah Datar sangat layak
dijadikan lokasi penelitian ini mengingat pada zaman kerajaan
pernah menjadi pusat kerajaan Minangkabau. Tanah Datar di
dalam historiografi tradisional Minangkabau meliputi dua
kawasan utama yaitu luhak dan rantau. Penelitian ini
berlangsung selama 1 tahun mulai dari bulan Desember tahun
2016 sampai dengan Maret tahun 2017.
G. Teknik Penulisan
Penulisan disertasi ini mengacu kepada Buku Pedoman
Penulisan Bahada Indonesia, Transliterasi, dan Pembuatan
Notes dalam karya ilmiah yang diterbitkan oleh Sekolah
Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta , tahun 2011-2015. Adapun Transliterasi
bahasa Arab ke Bahasa Indonesia berpedoman kepada Arab-
Latin ALA-LC Romanization Tables.
H. Sistematika Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini terdiri dari beberapa bab,
antara bab satu dengan bab yang lainnya saling berhubungan.
Bab I merupakan bab pendahuluan. Bab ini berisi uraian
tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian
terdahulu yang relevan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Pendahuluan 29
Bab II merupakan landasan teori dan perdebatan akademik.
Bab ini menguraikan teori dan perdebatan akademik tentang sejarah
konflik dan akomodasi adat dan agama dengan kebijakan Pemerintah.
Bab III menguraikan geografi dan monografi Kabupaten Tanah
Datar, sosial budaya, ekonomi dan keagamaan masyarakat Luhak
Tanah Datar, masyarakar tradisional dan komunal, sistem
pemerintahan tradisional dan budaya merantau masyarakat Tanah
Datar, serta kebijakan pemerintah dalam penerapan Falsafah Adat
Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.
Bab IV merupakan bagian yang pertama tentang analisis
terhadap temuan di lapangan. Pada bagian ini, diakukan analisis
terhadap kasus konflik dan Akomodasi adat dan agama dengan
kebijakan pemerintah di Tanah Datar dan peran masing-masing
lembaga, penyelesaian sengketa dan konflik dalam bidang
kepemimpinan dan kebijakan daerah.
Sebelum menjelaskan tentang kasus konflik di Tanah Datar
baik itu konflik antar tiga lembaga tingkat kabupaten Tanah Datar,
yakni lembaga adat, Agama dan Pemerintah daerah, konflik internal
dalam suku, terlebih dahulu dijelaskan bagaimana kepemimpinan di
Kabupaten Tanah Datar mulai dari pengertian, fungsi, peran dan
perkembangannya dari beberapa periode pemerintahan. Untuk
melihat konflik Adat, Agama dan Pemerintahan, peneliti mengambil
objek Kabupaten Tanah Datar secara umum dan untuk melihat kasus-
kasus konflik internal suku yang terjadi sampai sekarang, fokus pada
tiga nagari yang berbeda, yaitu Nagari Limakaum Kecamatan
Limakaum yang terletak di Kota Batusangkar, Nagari Batu Bulek
Kecamatan Lintau Buo Utara yaitu berprestasi tingkat Regiaonal dan
Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan (nagari pertama berdiri di
Minangkabau). Bab ini membahas kasus dan pola konflik dibidang
kepemimpinan.
Bab V Merupakan bagian kedua tentang analisis konflik dan
Akomodasi adat dan agama dengan Pemerintah, kasus dalam bidang
kehidupan tradisional. Bab ini akan membahas tentang bentuk-
bentuk akomodasi adat dan agama dalam ritual-ritual, baik dalam
seremonial adat maupun agama. Akomodasi adat dan agama juga
terlihat dalam seremonial pernikahan sampai kematian. Bab ini
30 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
membahas kasus dan pola konflik dan akomodasi dalam bidang
kehidupan tradisional.
Bab VI merupakan bab penutup. Bagian ini berisikan
kesimpulan dan saran.
31
BAB II
Masayarakat dalam Perspektif
Teori Konflik dan Akomodasi
A. Masyarakat Dalam Perspektif Teori Konflik
Penganut teori konflik menunjukkan persepsi yang sangat
berbeda dengan kalangan fungsionalis dalam memahami masyarakat.
Jika kalangan fungsionalis melihat saling ketergantungan dan
kesatuan dalam masyarakat, maka kalangan yang menganut teori
konflik justru melihat masyarakat merupakan arena di mana suatu
kelompok dengan kelompok yang lainnya saling bersaing untuk
memperebutkan "power", dan sumber-sumber bahkan melakukan
penekanan bagi saingan-saingan mereka. Jika kalangan fungsionalis
melihat hukum atau undang-undang sebagai sarana untuk
meningkatkan integrasi sosial, maka para penghuni teori konflik
melihat undang-undang itu tidak lain merupakan cara yang digunakan
untuk menegakkan dan memperkukuh suatu ketentuan yang
menguntungkan kelompok tertentu di atas pengorbanan kelompok
lainnya.65
Menurut Alison Wolf dan A.Ruth Wallace, bahwa teori konflik
memiliki dua asumsi utama, di mana satu dengan yang lainnya saling
berhubungan. Asumsi utama teori konflik menegaskan, manusia
memiliki kepentingan-kepentingan yang asasi dan mereka berusaha
untuk merealisasikan kepentingan-kepentingannya itu. Asumsi kedua
menyatakan "power" (kekuasaan) bukan hanya sekedar barang langka
dan terbagi secara tidak merata sehingga merupakan sumber konflik,
melainkan juga sebagai sesuatu yang bersifat memaksa (coercive).
Asumsi kedua ini menempati posisi sentral bagi perspektif teori
konflik.66
65Sutaryo, Dinamika Masyarakat Dalam Perspektif Konflik (Yogyakarta:
FISIPOL-Universitas Gajah Mada, 1992), 31. 66Alison Wolf dan A.Ruth Wallace, Contemporary Socilogical Theory
.The Continuing Classical Tradition,Second Edition (Englewood Cliffs: New Jersey,
Prentice Hall.Inc.1986), 64.
32 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Teori konflik banyak dikembangkan oleh para ahli. Apabila
dirunut secara historis elemen-elemen dasarnya berakar pada
pemikiran sosiolog besar yaitu Karl Marx dan Max Weber. Beberapa
preposisi teori konflik sebagai berikut; (1) semakin tidak merata
distribusi sumber di dalam suatu sistem, maka akan semakin besar
konflik kepentingan antara segmen dominan dan segmen lemah di
dalam suatu sistem. Dalam preposisi ini Marx memandang bahwa
tingkat ketidakmerataan distribusi sumber, terutama kekuasaan
merupakan determinan konflik kepentingan objektif di antara mereka
yang memilki kekuasaan dan mereka yang tidak memiliki kekuasaan.
Preposisi ini secara langsung mengikuti asumsi Marx bahwa ,"Di
dalam sebuah struktur sosial distribusi kekuasaan yang tidak merata
pasti akan menimbulkan konflik kepentingan antara mereka yang
memiliki kekuasaan dan mereka yang tidak memilki kekuasaan."
Kesadaran akan konflik kepentingan dapat menyebabkan mereka
yang lemah mulai mempertanyakan keabsahan distribusi yang ada
sekarang, (2) Apabila segmen yang lebih rendah (subordinate )
semakin menyadari akan kepentingan kolektif mereka, maka akan
semakin besar kemungkinan mereka itu akan mempertanyakan
keabsahan distribusi sumber yang merata.67
(3)Apabila segmen yang
lemah di dalam suatu sistem sadar akan kepentingan kelompok
mereka, maka semakin besar kemungkinan mereka
mempermasalahkan keabsahan distribusi sumber-sumber, dan
semakin besar pula kemungkinanya mereka mengorganisasi untuk
memulai konflik secara terang-terangan terhadap segmen-segmen
dominan suatu sistem, (4) apabila segmen-segmen subordinat
semakin dipersatukan oleh keyakinan umum dan semakin
berkembang struktur kepemimpinan politik mereka, maka segmen
dominan dan segmen yang dikuasai yang lebih lemah akan semakin
terpolarisasi.
Pokok-pokok pemikiran Marx Weber tentang masyarakat
menyangkut konflik sebagai suatu realitas kehidupan sosial. Weber
menempatkan konflik dalam posisi sentral dalam menganalisis
67H.Jonathan Tuner, The Strukture of Sosiological Theory, Revised
Edition. HomeWood, Illinois, Irwin Dorsey Limited, (Georgetown. Ontari: The
Dorsey Press, 1978).
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 33
tentang masyarakat. Pertentangan tidak dapat dilenyapkan dari
kehidupan manusia. Orang dapat mengubah sarananya, objeknya,
arah dasar ataupun pendukungnya, akan tetapi orang tidak dapat
membuang konflik itu sendiri.68
Sementara Marx, melihat konflik
sosial terjadi di antara kelompok atau kelas daripada di antara
individu. Hakekat konflik antar-kelas tergantung pada jumlah
pendapatan mereka. Kepentingan ekonomi mereka bertentangan
karena kaum proletariat memperoleh upah dari kaum kapitalis yang
hidup dari keuntungan dan bukan karena yang pertama melarat yang
terakhir kaya raya. Menurut Marx negara tidak lebih dari penjagaan
kepentingan-kepentingan kelas ekonomi yang berkuasa dengan jalan
kekerasan, pemerintah merupakan pertahanan kekuasaan. Moralitas
dan agama sebuah masyarakat adalah sarana bagi kelas yang berkuasa
untuk mempertahankan kedudukannya dengan mempunyai
ideologinya. Peraturan-peraturan dan cita-cita sebenarnya hanya
kepentingan kelas, institusi-institusi legal sebuah masyarakat hanya
instrumen sebuah negara.
Aristoteles dan Smith dalam Sutaryo, melihat bahwa keadilan
itu sesuatu yang alami terjadi di masyarakat. Sedangkan Marx
melihat bahwa masyarakat berproses dari primitif ke masyarakat
perbudakan, feodalisme, kapitalisme, dan akhirnya komunisme.69
Sementara teori konflik Weber memandang bahwa konflik
adalah suatu realitas sosial yang menyertai kehidupan sosial manusia.
Maka orang tidak terbuai dalam mimpi yang membayangkan keadaan
masyarakat tanpa ketegangan, tanpa percekcokan, ataupun tanpa
perang. Konflik itu eksis dan hidup bersama kehidupan sosial
masyarakat. Dalam perjalanan sejarah suatu waktu muncul
kekompakan sosial dalam masyarakat, setelah itu muncul konflik
perpecahan yang berkeping-keping, kemudian muncul lagi perubahan
dalam suatu institusi sosial. Jadi di dalam masyarakat, memang ada
saat di mana konflik muncul dan ada saatnya terjadi integrasi yang
sangat baik. Sepanjang manusia bebas memberikan arti dan
interpretasi terhadap kenyataan yang ada di luarnya dan sepanjang
68Sutaryo, Dinamika Masyarakat Dalam Perspektif Konflik,.. 69 Wirawan. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma Fakta Sosial,
Definisi Sosial & Perilaku Sosial (Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama, 2013), 66.
34 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
tatanan-tatanan yang ada dalam masyarakat akan menuntut
penyesuaian diri individu, maka konflik akan selalu mungkin
terjadi.70
Konflik juga terjadi dalam hal gagasan dan cita-cita. Weber
berpendapat bahwa orang juga sering tertantang untuk memperoleh
dominasi dalam pandangan dunia mereka, baik itu berupa doktrin
keagamaan, filsafat sosial, ataupun konsepsi tentang bentuk gaya
hidup kultural yang terbaik. Persamaan pandangan Marx dan Weber
adalah sama-sama menolak gagasan bahwa masyarakat cendrung
kepada beberapa konsensus dasar atau harmoni, di mana struktur
masyarakat bekerja untuk kebaikan setiap orang. Perbedaan
pandangan mereka adalah dalam memandang konflik yaitu teori
konflik Marxian adalah materialis dan lebih menekankan sifat
multidimensional dari konflik dan dominasi, konflik pada dasarnya
muncul dalam upaya memperoleh akses terhadap kekuatan produksi,
sekali kekuatan itu dikembalikan kepada kontrol seluruh masyarakat,
maka konflik dasar tersebut akan terhapuskan. Adapun pandangan
Weber lebih pesimistis, baginya pertentangan merupakan salah satu
prinsip kehidupan sosial yang sangat kukuh dan tidak dapat
dihilangkan.71
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai
bagaimana citra masyarakat dalam wawasan teori konflik, Sutaryo
menyajikan gambaran tentang perspektif Cohen dalam tabel 1. Model
konflik Cohen menyatakan bahwa kehidupan sosial menghasilkan
konflik yang berstruktur (social life generates structured conflict).
Sangat erat juga hubungannya dengan pendapat Dahrendorf yang
mengatakan bahwa," Konflik selalu terjadi dalam suatu struktur atau
sistem tertentu yang secara umum dapat dilihat pada lapisan atas
dengan lapaisan bawah." Konflik ini terjadi karena kepentingan yang
berbeda.
Dari tabel 2. terlihat bahwa kepentingan merupakan elemen
dasar dalam kehidupan sosial. Apabila kepentingan itu saling
bertabrakan, maka tentu akan terjadi konflik. Kondisi politik berupa
70M.Z. Robert Lawang, Buku Materi Pokok Sistem Sosial Indonesia
(Jakarta: Universitas Terbuka, Depertemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1986). 71 Sutaryo, Dinamika Masyarakat Dalam Perspektif Konflik..
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 35
tingkat keabsahan membentuk kelompok dan tindakan kelompok.
Kondisi sosial meliputi tingkat komunikasi antar-anggota dari suatu
kelompok semu. Kelompok-kelompok konflik pasti tidak akan
muncul di antara orang-orang yang terpencil satu sama lain, yang
secara ekologis sangat terpencar-pencar atau yang tidak mampu atau
tidak bersedia karena alasan apa pun untuk membentuk ikatan sosial.
Dahrendorf mengingatkan kondisi tersebut tidak menjamin suatu
kelompok konflik akan terbentuk. Dari Tabel di 2. juga menunjukkan,
bahwa jika dalam model konsensus komitmen merupakan konsensus
dari kehidupan sosial, maka menurut model konflik paksaan
merupakan konsekuensi kehidupan sosial.72
Kesimpulannya konflik
selalu ada di dalam masyarakat antara lapisan atas dan lapisan
bawah.
Tabel 1.
Model Konsensus dan Konflik Masyarakat P.S.Cohen
Model Konsensus
(Integrasi/Fungsional)
Model Konflik
(Coercion)
1) Norma dan nilai merupakan
elemen-elemen dasar dalam
kehidupan sosial
Kepentingan merupakan
elemen dasar dalam kehidupan
sosial
2) Konsekuensi kehidupan sosial
adalah komitmen
Konsekuensi kehidupan sosial
adalah paksaan
3) Masyarakat pasti kompak Kehidupan sosial pasti terpecah
belah
4) Kehidupan sosial tergantung
solidaritas
Kehidupan sosial menghasilkan
oposisi
5) Kehidupan sosial didasarkan
pada kerja sama
Kehidupan sosial menghasilkan
konflik yang berstruktur
6) Sistem sosial tergantung
konsensus
Kehidupan sosial menghasilkan
kepentingan yang sudah
dikotak-kotakkan
7) Masyarakat mengakui adanya
otoritas yang absah
Diferensiasi sosial
menghasilkan kekuasaan
8) Sistem sosial bersifat integratif Sistem sosial merusakkan
integrasi dan dapat kontradiksi
9) Sistem sosial cendrung bertahan. Sistem sosial cendrung berubah.
72 P.Doyle Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Edisi Indonesia,
Terjemahan Robert MZ.Lawang (Jakarta: PT.Gramedia,1986), 186.
36 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Teori konflik perspektif Rendhal Collins mengatakan bahwa
perselisihan jarang terjadi, apalagi perusakkan fisik. Kondisi yang
terjadi hanya monuver untuk memisahkan hubungan organisasi. Teori
konflik sama sekali tidak meninggalkan teori solidaritas, sosial, cita-
cita sosial, sentimen sosial, dan perasaan. Kekuasaan, otoritas atau
pengaruh merupakan sifat dari suatu proses interaksional, bukan
merupakan sifat dari kepribadian individu. Poin terpenting teori
Collins adalah teori konflik tidak menganalisis cita-cita dan moral
sebagai kesucian selama memberikan hasil dari analisis soosiolog.
Marx melihat kondisi ini, dimana ide-ide dan cita-cita dinyatakan
bagaimana dan kapan mereka menciptakan solidaritas, kapan mereka
bermaksud mendominasi dengan memberikannya atuaran-aturan atau
undang-undang dan kapan semua proses ini disusun.73
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa konflik sebagaimana
konsensus merupakan realitas sosial yang terdapat di dalam
masyarakat. Konflik merupakan unsur dasar kehidupan manusia.
Konflik merupakan perselisihan mengenai nilai-nilai yang berkenaan
dengan status, kekuasaan dan sumber-sumber kekayaan yang
persediaannya terbatas. Teori konflik merupakan alternatif utama
dari fungsionalisme untuk menganalisis struktur sosial. Konflik dapat
bersifat individual, kelompok ataupun kombinasi dari keduanya.
Teori konflik menganggap bahwa kehidupan sosial menghasilkan
konflik terstruktur yaitu konflik kepentingan antara lapisan atas dan
lapisan bawah.
Tabel 2.
Model Konflik Dahrendorf
Model Integrasi Model Konflik
1) Setiap masyarakat secara
relatif bersifat langgeng
Setiap proses Masyarakat kapan
saja tunduk pada proses
perubahan
2) Setiap masyarakat merupakan
struktur elemen yang
terintegrasi dengan baik
Setiap masyarakat kapan saja
memperhatikan perpecahan dan
konflik, konflik sosial ada di
mana-mana
73George Ritzer. Sociology; A Multiple Paradigm Science Revised Edition.
(London. Boston. Sydnney, Toronto: 1975), 14.
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 37
3) Setiap elemen di dalam suatu
masyarakat memiliki satu
fungsi, yaitu menyumbang
pada bertahannya sistem itu
Setiap elemen dalam masyarakat
menyumbang pada disintegrasi
dan perubahan
4) Setiap struktur sosial yang
berfungsi didasarkan pada
konsensus nilai di antara para
anggotanya.
Setiap masyarakat didasarkan
pada paksaan atau beberapa
anggotanya oleh orang lain.
Konflik juga terjadi dalam konteks penyebaran Islam di
Minangkabau. Penyebaran Islam disempurnakan oleh Gerakan Paderi
pada awal abad ke 19 melalui jalur pedalaman Minangkabau. Bukti
sejarah ini menegaskan bahwa etnik Minangkabau dan Mandailing
telah lama memeluk Islam. Kedua etnik ini dikenal sebagai Muslim
yang taat menjalankan ajaran agama sekaligus komunitas adat yang
konsisten menghidupkan tradisi budaya mereka. Islam dan adat sama-
sama mendukung dalam bentuk ekspresi identitas etnik mereka. Bagi
kedua kelompok etnik ini batas-batas budaya dan agama bersifat
isomatik dengan memakai asosiasi religius untuk mengekspresikan
dan mendukung identitas etnik.74
Sementara itu, di daerah perbatasan
Rao Sumatera Barat, hal ini berkembang beberapa afiliasi atau
identitas organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah, NU, Perti
dan Tarekat Naqsyabandiyah. Secara teologis, paham-paham
keagamaan yang dikategorikan sebagai modernis dan tradisionalis,
dalam beberapa kasus memunculkan perbedaan pola tindakan dan
interpretasi, sehingga terjadi konflik dalam interaksi sosial.75
Dalam interaksi antara kelompok adat dan agama telah terjadi
kontak sosial sejak lama di Sumatera Barat yang mana kelompok
adat gigih memegang adat dan budayanya. Kontak ini terjadi dalam
bentuk dialogis dan anti dialogis (tidak mau kompromi), sehingga
menimbulkan dua varian bentuk interaksi, yaitu antara konflik dan
integrasi. Bahkan dalam interaksi selama puluhan tahun telah
74Rakhmat Subagya, and Y. W. M. Bakker. Agama Asli Indonesia. (Jakarta:
Sinar Harapan, 1981). 75Tom Jacobs. Paham Allah, Dalam Filsafat, Agama-Agama, dan Teologi.
Kanisius, 2002. (Accessed, 19 Desember 2017).
38 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
memunculkan konstruksi baru identitas Islam di daerah masyarakat
komunal.76
Paham keagamaan dalam beberapa kasus memunculkan
perbedaan pola tindakan dan interpretasi sehingga terjadi konflik dan
integrasi dalam interaksi sosial mereka. Tipologi modernis dan
tradisionalis juga digunakan para peneliti agar lebih mudah untuk
mengidentifikasi gerakan keagamaan di Indonesia yang ada selama
ini.77
Umumnya para peneliti seperti Greetz, Peacock, Beck, dan
Nakamura, berpendapat bahwa Muhammadiyah cenderung berpaham
modernis yang bersifat puritan, skripturalis, dan menentang
kepercayaan budaya sinkretis yang bercampur baur dengan unsur-
unsur tradisi, sedangkan NU beserta organisasi tradisional lainnya
menurut Greetz, Benda Beaty dan Mark Woordward cenderung
berpaham tradisionalis yang bersifat mistis, hirarkis dan permisif
(kompromi) terhadap unsur budaya lokal.
Agaknya temuan sementara penulis kelompok Muhammadiyah
dan NU kadangkala dalam suatu hal modernis dan dalam hal lain
masih tradisional. Kelompok modernis ini tidak bisa memaksakan
perubahan agama yang dianutnya kepada masyarakat karena adat
istiadat sudah mendarah daging dalam masyarakat. Kelompok
modernis ini biasanya orang-orang yang telah berinteraksi dengan
dunia luar atau sudah merantau yang kembali ke kampung
halamannya.
Konstruksi identitas keagamaan terkait dengan perspektif
konstruktif dalam perubahan identitas, penulis merujuk pada
pemikiran Castell yang dikutip dari James Collins yang
menguraikan konstruksi identitas sebagai formasi identitas, melalui
tiga sudut yang berbeda, yaitu: legitimizing identitity,
resistanceidentity, dan project identity.78 Legitimizing identit
merupakan identitas yang dipaksakan oleh suatu lembaga dominan,
76Syafwan Rozi. Konstruksi Identitas Islam Perbatasan sebuah Sintesis
terhadap Identitas Tradisional dan Identitas Modrnis dalam Paham Keagamaan di Daerah Rao Sumatera Barat. (2012), 43-60.
77Abdul Aziz, and Imam Tholkhah. Gerakan Islam Kontemporer di Indonesia.
Pustaka Firdaus, 1989. (Accessed, 20 Desember 2017). 78James Collins, and Richard Blot. Literacy and literacies: Texts, power, and
identity. Vol. 22. Cambridge University Press, 2003. (Accessed, 21 Desember 2017).
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 39
misalnya, negara yang memaksa rakyatnya mengikuti pola
kemasyarakatan yang sesuai dengan kehendak partai berkuasa atau
rezim penguasa.79
Wujud paksaan tersebut berupa aturan-aturan
keputusan pemerintah, seperti halnya rezim Orde Baru dengan
sentralisasinya, semua tergantung “maunya Jakarta (pusat)”.
Resistance identity, adalah salah satu identitas tandingan yang
muncul menentang penyeragaman identitas oleh lembaga dominan.
Project identity, yaitu identitas baru yang diciptakan dari perubahan
sosial yang terjadi, masa ini dimulai dari runtuhnya Orde Baru dan
munculnya Orde Reformasi dengan desentralisasinya yang banyak
melahirkan otonomi daerah dan perda-perdanya (peraturan
daerahnya), edaran serta instruksi-istruksi gubernur, bupati dan
walikota.80
Sejarah masuknya Islam ke Minangkabau dapat pula merujuk
pada pendapat Christine Dobbin yang menjelaskan bahwa sejak abad
7 M sampai abad ke 17, Islam sudah berinteraksi dengan masyarakat
Minangkabau. Dimulai dengan tersebarnya Islam di perbatasan Rao.
Pedagang Rao sudah melakukan kontak dagang dengan saudagar
Arab dan India yang bermukim di pantai timur.81
Hal ini juga
dibuktikan dengan perjalanan Marco Polo pada akhir abad ke 13 M
dan perjalanan Ibn Batutah pada pertengahan abad ke 14 M yang
memberitakan bahwa telah hadir agama Islam secara intensif di
berbagai pelabuhan Sumatera di bagian timur.
Daerah perbatasan Rao merupakan daerah rantau hilir di daerah
pinggiran Minangkabau sebagai kawasan pintu gerbangnya Islam di
Sumatera Barat. Islam sudah lama berakulturasi dengan budaya lokal
tidak hanya budaya Minangkabau tetapi juga budaya lain seperti;
Mandailing, Melayu dan Jawa. Agama Islam yang datang ke
Minangkabau khususnya Rao berhadapan dengan sosial budaya
79Yance Zadrak Rumahuru, and Irwan Abdullah. Islam Syariah dan Islam
Adat (Konstruksi Identitas Keagamaan dan Perubahan Sosial di Kalangan Komunitas Muslim Hatuhaha di Negeri Pelauw). Diss. Universitas Gadjah Mada,
2012. (Accessed, 21 Desember 2017). 80Helene Cherrier, "Anti-consumption discourses and consumer-resistant
identities." Journal of Business Research 62.2 (2009), 181-190. 81Christine Dobbin,. Islamic revivalism in a changing peasant economy:
Central Sumatra, 1784-1847. Routledge, 2016. (Accessed, 27 Desember 2017).
40 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
masyarakat perbatasan yang khas. Identitas keagamaan masyarakat
Islam di perbatasan ditemukan dalam keunikan dinamika dan perilaku
keagamaan.
Kerajaan Pasai telah berdiri pada tahun 1270 M yang
merupakan sebagai kerajaan pertama di Aceh yang menguasai
rempah-rempah sampai ke pedalaman Sumatera di daerah Kampar di
bagian timur Minangkabau. Selanjutnya Portugis menguasai Selat
Malaka sehingga Kerajaan Aceh mengalihkan perdagangan ke pantai
barat seperti; Meulaboh, Barus, Natal, Pariaman dan Indrapura.
Sementara Putra Raja Syamsul Syah yang kedua Laksamana Tuanku
Burhanuddin Syah selaku Syahbandar Pariaman menjalankan
ekspansi perdagangan rempah-rempah Minangkabau melalui
pelabuhan Pariaman.82
Di samping itu, Syahbandar juga mempunyai
misi untuk menyebarkan Islam dengan mendirikan pusat pengajaran
Islam di Ulakan Pariaman yang lebih dikenal dengan pusat Tarekat
Syatariah,
Paham keagamaan di perbatasan Rao mulanya berkembang
aliran Syiah dan kemudian disusul oleh Tarekat Samaniyah.83
Menurut keterangan Syamsir tokoh masyarakat Rao:“Kuat dugaan
Islam yang pertama masuk ke Rao adalah Islam bermazhab Syiah dari
pantai timur yang dibuktikan ditemukan cawan dibawahnya ada
nama Muhammad, Ali dan Fatimah. Islam yang masuk ke Rao adalah
Islam Syiah yang percaya pada mistik-mistik, Islam Syiah identik
dengan kepercayaan Hindu Budha pada waktu itu.84
Kemudian pada Abad 16 M masuk Tarekat Samaniyah. Islam
Samaniyah awalnya sudah ada di Aceh. Abdul Saman, tokoh tarekat
yang berperan dalam memurnikan Islam di Aceh.”Keterangan ini
didukung oleh A.A Navis bahwa jauh sebelum Kerajaan Samudera
Pasai yang didirikan oleh Dinasti Mamalik tahun 1270 M yang
bermazhab Sunni/Syafiiyah, telah berdiri kesyahbandaran Daya
82Duski Samad. Syekh Burhanuddin dan Islamisasi Minangkabau.
Minangkabau Foundation atas bantuan Yayasan Pengembangan Ekonomi dan
Kesejahteraan MasyarakatJakarta, 2003. (Accessed, 27 Desember 2017). 83Oman Fathurahman,. Tarekat Syattariyah di Minangkabau: teks dan
konteks. Prenada Media Group, 2008. (Accessed, 27 Desember 2017). 84Syafwan Rozi,. "Konstruksi Identitas,
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 41
(1128-1204 M) dan kesultanan Pasai (1204-1285 M).85
Kekuasaan
Islam mazhab Syiah ini telah berkuasa selama 157 tahun di Sumatera
yang menguasai perdagangan di Selat Malaka. Hanya saja, tidak
banyak sumber sejarah yang menjelaskan tentang keberadaan Syiah
dan Tarekat Samaniyah sebagai gerakan keagamaan yang mula-mula
masuk ke perbatasan utara Minangkabau, namun dapat dipahami
bahwa di perbatasan utara Minangkabau, Tarekat Samaniyah ini
sudah lebih awal masuk melalui jalur perdagangan sungai ke Selat
Malaka.86
Eksistensi Tarekat Samaniyah ini dilatarbelakangi oleh
pertentangan dalam upaya pemurnian terhadap Islam Syiah yang
masuk melalui Aceh. Selanjutnya, Islam Rao memasuki fase penting
dalam gerakan Paderi pada abad ke 18 M. Gerakan ini mempunyai
misi guna memurnikan ajaran Islam dari khurafat dan tahayul yang
mempunyai sejarah penting bagi masyarakat Rao. Menurut Graves
misi gerakan Paderi berhasil di daerah perbatasan utara Minangkabau
ini. Setelah Minangkabau daratan dikuasai Belanda, kemudian
akhirnya gerakan Paderi berpusat di Bonjol dengan kepemimpinan
Tuanku Imam Bonjol dan di Rao dengan Tuanku Rao.87
Pasca kekalahan gerakan Paderi, Tarekat Naqsyabandiah terus
berkembang di daerah perbatasan ini. Motivasi mereka menganut
Tarekat Naqsyabandiah adalah sebagai kompensasi atas kegagalan
Paderi oleh kolonial Belanda. Selanjutnya, pada saat di pedalaman
Minangkabau terjadi kontradiksi antara paham keagamaan kaum
muda dengan kaum tua yang direpresentasikan oleh penganut
Tarekat Naqsyabandiah dan kaum tua yang diwakili Tarekat
Syatariah. Sementara di Rao hanya berkembang ajaran Tarekat
Naqsyabandiah karena pada waktu itu hanya dihuni oleh penghulu
85A.A. Navis,. Alam terkembang jadi guru: Adat dan kebudayaan
Minangkabau. Grafiti Pers, 1984. 86Duski Samad,. Syekh Burhanuddin dan Islamisasi Minangkabau.
Minangkabau Foundation atas bantuan Yayasan Pengembangan Ekonomi dan
Kesejahteraan Masyarakat Jakarta,… 87Syafwan Rozi,. "Konstruksi, 1643-1660...
42 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
dan kaum tua yang sejak awal menganut Naqsyabandiah88
sampai
akhirnya pada tahun 1948 M, ajaran Muhammadiyah masuk ke Rao
yang dibawa oleh ulama-lama yang pulang belajar dari Mekah.
Bahkan dalam sejarah lokal, kedatangan Syafruddin Prawiranegara
pemimpin PDRI ke Sumatera Barat khususnya daerah Rao telah
mempunyai andil besar untuk masuk dan berkembangnya ajaran
Muhammadiyah ke rantau utara Sumatera Barat.89
Sebagai organisasi
pembaruan yang dibawa oleh kaum muda, masuknya Muhammadiyah
ke Rao tentu saja mendapat tantangan dari tokoh-tokoh adat yang
mana pada waktu itu mereka bergabung dengan Tarekat
Naqsyabandiah yang berafiliasi dengan organisasi kaum tua yaitu
Persatuan Tarbiyah Islamiah yang disingkat dengan Perti. Kehadiran
ajaran-ajaran tersebut di atas menimbulkan konflik dan dinamika di
Rao. Pengikut Muhammadiyah sebagai kelompok modernis
sedangkan Naqsyabandiah dan Perti sebagai kelompok tradisionalis.
Hingga kemudian, seiring dengan migrasi etnik Mandailing ke Rao
secara besar-besaran tahun 1960-an, maka masuklah paham Nahdlatul
Ulama (NU) ke daerah Rao. Nahdhatul Ulama yang bercorak
tradisional ini kemudian ikut meramaikan dinamika keagamaan di
Sumatera Barat.
Kondisi masyarakat semakin menjadi tegang dengan
munculnya konflik-konflik yang berlatar belakang dar berbagai
etnik, agama dan adat. Ketegangan-ketegangan sosial yang terjadi
menyebabkan perseteruan dan konflik pada masyarakat tingkat
tertentu, terjadinya benturan budaya antar kelompok tidak bias
dielakkan. Pada kondisi seperti ini, terkadang menimbulkan
prasangka-prasangka yang memicu perpecahan. Persoalan semakin
kompleks kala migrasi etnik Mandailing semakin gencar masuk ke
daerah perbatasan karena mereka membutuhkan lahan tempat tinggal
dan lahan mata pencarian.90
Perebutan lahan menimbulkan konflik
88Ahmad Fauzi Ilyas,. "Syekh Ahmad Khatib Minangkabau Dan Polemik
Tarekat Naqsyabandiyah Di Nusantara." Journal of Contemporary Islam and Muslim Societies 1.1 (2017). (Accessedi,28 Desember 2017).
89Syafwan Rozi. "Konstruksi Identitas, 643. 90Yudhi Andoni. "Mengonstruksi Ruang Identitas: Fenomena Hubungan
Adat, Islam dan Negara di Sumatera Barat 1999-2009." Laporan Penelitian. Padang:
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 43
baru yang bukan saja bermain pada persoalan agama, adat dan tradisi,
namun lebih dari itu merembet pada perebutan lahan tempat tinggal
dan lahan mata pencaharian antar kelompok. Konflik yang
dilatarbelakangi oleh penguasaan tanah dan lahan mewarnai interaksi
sosial antar etnik di daerah ini. Sebagai solusi, sistem sosial
masyarakat perbatasan, berperan dan berfungsinya agama Islam yang
berupaya mendamaikan perbedaan dan benturan-benturan budaya.
Dapat dicapai dengan kesadaran bahwa mereka mempunyai sistem
agama yang sama. Persentuhan budaya dapat ditemukan dalam
masalah kekerabatan dan kewarisan dalam interaksi antar etnik
mereka.
Prinsip-prinsip Islam tampil untuk menjembatani kontroversial
sistem kekerabatan antara adat matrilineal dan adat patrilineal.
Dalam hal ini masyarakat melakukan konfirmitas secara genuine.
Mereka tetap menganut matrilineal, di samping itu, juga
mengakomodasi sistem adat patrilineal seperti kehadiran seorang
ayah dalam sistem keluarga matrilineal. Pembagian kewarisan Islam
merupakan akomodasi Islam terhadap perbedaan sistem pembagian
waris di antara etnik Minang kepada pihak perempuan dan etnik
Mandailing kepada laki-laki. Sistem kewarisan Islam yang membagi
harta sesuai ketentuan secara proporsional menjadikan sistem Islam
ini sebagai perekat perbedaan budaya.
Selanjutnya berkaitan dengan dimensi keagamaan masyarakat
Islam, antara modernis dan tradisionalis dipakai secara bersamaan
ketika menjelaskan dimensi-dimensi keberagamaan dalam dinamika
dan perilaku sosial masyarakat Islam di perbatasan. Relasi sosial
umat Islam penganut paham keagamaan tertentu di daerah ini secara
tidak langsung akan memunculkan dinamika sosial yang unik dan
merupakan identitas keagamaan Islam yang khas.
Selain teori sosiologi konflik dalam penelitian ini juga
memakai teori antropologi politik karena kajian ini berkenaan dengan
organisasi atau lembaga, antropolog A.R. Radelliffe Brown dikutip
dalam Koentjaraningrat(2015) mengatakan bahwa" Organisasi politik
adalah organisasi yang melaksanakan aktivitas social yang
Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Andalas (2009). (Accessed, 27
Desember 2017).
44 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
menyangkut penjagaan keteraturan dan stabilitas masyarakat dalam
suatu wilayah tertentudengan menggunakan kekuasaan, jika perlu
kekerasan. Topik-topik yang termasuk dalam antropologi politik
meliputi masalah-masalah hokum adat, organisasi kenegaraan,
organisasi perang, organisasi kepemimpinan, pemerintahan dan
kekuasaan.91
B. Masyarakat Dalam Perspektif Teori Akomodasi
Istilah akomodasi dalam pengertian sosiologi adalah kenyataan
adanya suatu keseimbangan dan usaha untuk meredakan suatu
pertikaian. Teori Akomodasi merupakan salah satu teori tentang
perilaku komunikasi yang sangat berpengaruh. Howard Giles dan
para koleganya menjelaskan teori akomodasi bagaimana kita dan
kenapa kita harus menyesuaikan perilaku komunikasi terhadap
tindakan orang lain. Para pelaku komunikasi seringkali meniru
perilaku, Giles menyebutnya dengan pemusatan (convergensi) atau
penyamaan, sedangkan kebalikannya pelebaran (divergensi) atau
pemisahan terjadi ketika pembicara mulai melebih-lebihkan
perbedaan. Penyesuaian dalam kedua bentuk ini telah dilihatnya
dalam hampir semua perilaku komunikasi, termasuk aksen,
kecepatan, kerasnya suara, kosa kata, tata bahasa, suara, gerak tubuh
dan fitur-fitur lainnya.
Para peneliti penyesuaian menemukan bahwa penyesuaian
penting dalam komunikasi karena hal ini dapat memberikan jati diri
sosial dan mengikat. Pemusatan perhatian sering kali terjadi dalam
situasi-situasi di mana seseorang mencari persetujuan dari orang lain.
Begitu pula halnya dalam kelompok-kelompok yang sudah sama
dalam cara-cara tertentu karena kelompok-kelompok tersebut terdiri
dari individu-individu yang sama yang dapat menyelaraskan tndakan
mereka. 92
91 Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi II ( Jakarta: UI Press), 196-
197. 92Stephen E. Littlejohn dan Karen A.Foss, Teori Komunikasi judul asli;
Theories oh Human Communication, Penterjemah,Mohammad Yusuf Hamdan,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2018), 222-223.
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 45
Sedangkan Durkheim menyebutkan masyarakat yang stabil
adalah masyarakat yang warganya saling bergantung dan anggota
masyarakat perlu diajari untuk berfikir dan berprilaku menurut cara-
cara yang menjamin saling ketergantungan, baik untuk kebaikannya
sendiri maupun bagi kebaikan masyarakat atau kelompok. Inti teori
Durkheim adalah menyelesaikan persoalan. Pencapaian kehidupan
sosial manusia dan eksistensi keteraturan sosial dalam masyarakat
disebut Durkheim dengan "solidaritas sosial". Manusia secara
kolektif mempelajari aturan-aturan prilaku. Mereka memiliki aturan-
aturan kolektif yang mengatur bagaimana berprilaku yang dipenuhi
tanpa kesukaran yang berarti. Ada tiga kesimpulan pendapat
Dhurkheim: Pertama, sosiologi adalah ilmu pengetahuan darinya kita
dapat bukti yang kita perlukan untuk memahami tatanan sosial.
Kedua, masyarakat bekerja sebagai sistem sosial yang saling
ketergantungan mengikuti prinsip-prinsip fungsional. Ketiga,
peranan kritis dari agama dalam menghambat anomi dan menjamin
terwujudnya solidaritas sosial dalam masyarakat manusia.93
Identitas adat dan agama dalam masyarakat merupakan dua
hal penting yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Apabila
nilai agama masuk ke dalam sebuah komunitas yang memiliki
budaya, maka akan terjadi tarik menarik antara kepentingan agama
dengan kepentingan budaya yang ada di sebuah komunitas
masyarakat. Akan tetapi di sisi lain, interaksi Islam dan budaya lokal
adalah sebagai upaya untuk melihat hubungan dinamis antara Islam
dengan berbagai nilai dan konsep kehidupan yang dipelihara dan
diwarisi serta dipandang sebagai pedoman hidup masyarakat.
Keunikan dinamika Islam dengan budaya lokal dapat kita ditemukan
di daerah perbatasan Sumatera Barat, yang mana etnis Minang dan
etnik Mandailing beragama Islam serta sedikit dari etnik Jawa tinggal
bersama.94
Syi'ar Islam sudah berpengaruh ke daerah multi etnik, hal
ini berlangsung mulai abad ke 7 M melalui lajur pantai Timur
93 Pip Jones, Pengantar Teori-Teori Sosial (Dari Teori Fungsionalisme
hingga Post Modernisme), judul asli: Introducing Social Theory, (Jakarta; Pustaka
Obor Indonesia, 2010), 46-49. 94Sumarto, "Agama dan Budaya."Ri'ayah: Journal of Social and Religious
2.02 (2017), 20-30.
46 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
perdagangan emas Rao ke Selat Malaka dan abad ke 16 M melalui
jalur pantai Barat yang dibawa oleh saudagar Aceh dan Gujarat
India.95
Adat dalam ensklopedi Indonesia disebut juga ‘urf, yang
artinya sesuatu yang dikenal yang diulang-ulang serta sudah menjadi
suatu kebiasaan pada masyarakat, baik berupa kata-kata ataupun
berupa berbagai macam bentuk tingkah laku keseharian masyarakat.
Dalam kamus bahasa Indonesia adat berarti kebiasaan, lembaga,
rasam, peraturan dan hukum.96
Begitu pula halnya dengan adat dalam
istilah bagi penduduk Sumatera Barat atau yang lebih dikenal
dengan suku Minang. Bagi orang Minang adat merupakan tatanan
kebiasaan yang berlaku di kalangan masyarakat, baik yang tinggal di
kampung maupun di rantau (luar Sumatera Barat).97
Beberapa antropolog dan sosiolog telah meneliti peran agama
dalam mempertahankan identitas kelompok dan solidaritas sosial
dikutip dalam Andi Markarma, seperti penelitian Ebaugh dan
Chafetz, Gibson, serta Haddad dan Lummis. Mereka menyimpulkan
bahwa agama berperan penting dalam melestarikan tradisi dan
95Syafwan Razi. "Dari Islam Radikal ke Islam Pluralis Geneologi Gerakan
Paderi dan Pengaruhnya terhadap Islam Pluralis di Perbatasan Minangkabau."
Masyarakat Indonesia 41.1 (2016), 15-27. 96Js. Badudu dan Sutan M Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2001), 7. Lihat Enslopedi Indonesia, h.76,bahwa Adat atau
Urf bagi orang muslim, ada kebiasaan yang sesuai dengan ajaran Islam da nada yang
tidaksesuai bahkan bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh sebab itu inilah tugas dan
tujuan kedatangan agama dan syariat Tuhan untuk menghapus adat yang tidak
sesuai dengan syariat. Adat yang sesuai dengan syariat seperti kebiasaan
memberikan hadiah kepada pengantin dan contoh yang buruknya adalah
menyuguhkan minuman keras kepada para tamu pada pesta kenduri atau pada
acara-acara hiburan lainnya. Adat dapat juga menjadi sumber hukum bagi orang
Islam apabila terdapat padanya tiga syarat: a) tidak berlawanan dengan dalilyang
tegas dari Al-quranatau Hadis; b) telah menjadi kebiasaan yang terus menerus
berlaku dalam masyarakat; c) menjadi kebiasaan mayarakat pada umumnya. Adat
yang melembaga berisi norma atau nilai perbuatan yang harus dilakukan dan
meninggalkannya dapat dihukum oleh masyarakat dengan cemooh, menganggap
sepia tau pengucilan terhadap yang meninggalkannya. Adat yang melembaga yang
berjalan lama sekali dan turun temurun disebut tradisi, adat yang dipakai dalam
merayakan hal-hal resmi disebut Upacara. 97Elizabeth E.Graves, Asal-Usul Eilite Minangkabau Modern,Respon
Terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007),
282.
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 47
budaya etnis. Hal ini sesuai dengan kajian Bankston dan Zhou,
Chong, dan Williams. Menurut mereka integrasi antara agama dengan
identitas etnis bertujuan untuk melestarikan tradisi budaya dan batas-
batas etnis. Agama merupakan salah satu aspek identitas dalam
masyarakat. Ada beberapa fungsi identitas agama di antaranya:
Pertama, identitas agama merupakan kebutuhan rohani, keanggotaan
dalam sebuah organisasi keagamaan. Kedua, identitas dan ekspresi
keagamaan berfungsi untuk mengurangi ketegangan dan membantu
individu untuk mengatasi isolasi sosial. Ketiga, identitas agama
digunakan untuk mempertahankan kekhasan pribadi dan sosial.98
Identitas keagamaan akan berkaitan dengan kesalehan seorang
penganut beragama. Glock and Stark yang dikutip Ahmad Syafi'i
Mufid mengidentifikasi lima dimensi inti keberagamaan yaitu:
Pertama, dimensi belief atau kepercayaan pokok di mana seseorang
yang beragama diharapkan atau dituntut untuk percaya. Kepercayaan
ini yang berhubungan bersama perangkat kepercayaan (beliefs) yang
dapat memberikan “premis eksistensial” untuk menggambarkan
tentang Tuhan, alam semesta, manusia dan bagaimana hubungan di
antaranya. Kedua, dimensi practice atau ritual yang mencakup
praktek-praktek ajaran agama termasuk ibadah dan semua hal yang
dilakukan manusia dalam melaksanakan perintah ajaran
agamanya.99
Pada prinsipnya semua ajaran agama berisikan ritual,
do’a dan pujian-pujian, meskipun penekanan yang diberikan berbeda
atas nilai-nilai tersebut. Ketiga, dimensi intelektual atau pengetahuan
agama yang harus diketahui tentang ajaran-ajaran agamanya atau
pengetahuan mengenai dasar-dasar keimanan. Keempat, dimensi
pengalaman keberagamaan yaitu pengalaman yang mencakup
pengetahuan perasaan atau emosi yang timbul dari lingkungannya.
Sedangkan, kelima dimensi konsekuensial adalah bagian keagamaan
98Andi Markarma, "Pola Interaksi Berbasis Agama Pada Masyarakat Rawan
Konflik di Kabupaten Sigi." Jurnal Penelitian Ilmiah (2014). 99Ahmad Syafi'i Mufid. Perkembangan paham keagamaan transnasional di
Indonesia. Kementerian Agama RI, Badan Litbang dan Diklat, Puslitbang Kehidupan
Keagamaan, 2011. (Accessed, 19 Desember 2017).
48 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
yang meliputi pengaruh sekular terhadap kepercayaan, praktik,
pengalaman dan pengetahuan agama yang dimiliki seseorang.100
Relasi agama dan adat sudah berlangsung lama, semenjak
datangnya Islam di Tanah Arab, oleh Rasul Allah Muhammad Saw.
Datangnya Islam di tengah-tengah komunitas masyarakat adat
kebiasaan orang-orang Arab, yang dikenal dengan Arab Jahiliah,
cukup meresahkan komunitas masyarakat tersebut, penolakan pun
dilakuan terhadap ajaran baru ini. Resistensi kepada agama,
memberikan dampak dan benturan dialogis dan ideologis, yang
berakhir dengan konflik yang panjang antara Islam Rasul Allah
Muhammad beserta pengikutnya.101
Lambat laun pola penerimaan
masyarakat menjadi berubah, yang dulunya menolak, kini muncul
orang-orang yang mendukung ajaran agama ini, diakibatkan pola
dialogis dan dialogis yang dilakukan Rasul Allah Saw dapat
menggugah keyakinan dan kepercayaan yang mereka jalani
sebelumnya, walaupun ajaran ini terkesan baik dan tidak buruk,
namun masih saja terdapat orang-orang yang tidak menyukainya,
yang terdiri dari kelompok-kelompok pembesar, kepala suku dan
tokoh adat pada saat itu.102
Sehingga membentuk komunitas-
komunitas masyarakat kecil, ada yang menolak, mendukung secara
terang-terangan dan mendukung secara sembunyi-sembunyi. Bentuk
masyarakat model ini lebih jauh memunculkan tipologi-tiplogi
penerimaan masyarakat terhadap agama. Sehingga dikenal saat ini
dua tipologi akomodasi kelompok agama dan adat di masyarakat,
antara tradisionalis dan modernis. Tradisionalis merupakan kelompok
paham agama masyarakat yang senantiasa mempertahankan
pemahaman nilai-nilai adat dan budaya lokal dan diselaraskan dengan
ajaran-ajaran agama, sementara modernis, adalah kelompok
100A.A. Navis. Alam terkembang jadi guru: Adat dan kebudayaan
Minangkabau (Jakarta: Grafiti Pers, 1984). 101Sidi Gazalba. Modernisasi dalam persoalan: bagaiman sikap Islam?. Vol. 5.
Bulan Bintang, 1973. (Accessed, 20 Desember 2017). 102Syafwan Rozi. "Konstruksi Identitas Islam, 1643-1660.
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 49
masyarakat dengan paham agama yang beriorientasi pembaharuan
dan menolak kebiasaan adat budaya.103
Perkembangan tipologi tradisionalis dan modernis dalam
paham keagamaan merupakan asumsi para peneliti untuk melihat
identitas keagamaan masyarakat.104
Gelner misalnya, menjelaskan ada
dua tipologi formasi sosial Islam yang disebutnya dengan “Islam
tinggi” dan “Islam rakyat”. Islam tinggi mempunyai ciri puritanis-
skripturalis dan mewakili Islamnya para ulama atau para sarjana
Muslim. Sedangkan Islam rakyat adalah Islamnya massa dan rakyat
dan dipengaruhi ulama dan kharismatiknya, tempat-tempat suci dan
keramat.105
Senada dengan pendapat di atas, Azyumardi Azra ketika
mengkaji tentang gerakan politik dan keagamaan masyarakat Islam
mentipologikan berdasarkan kategori modernisme dan
tradisionalisme. Menurut Azra, organisasi Islam pembaharu seperti
Pan Islamisme dan Muhammadiyah lebih dekat pada tipologi
modernis. Sedangkan gerakan pemurnian dalam sejarah gerakan Islam
lebih cenderung tradisionalis, walaupun menurutnya tipologi tersebut
tidak harus dipahami secara kaku karena satu sisi mereka modernis,
tapi di sisi lain mereka bisa saja tradisionalis,106
sementara itu, dalam
ranah kajian sosiologi antropologi, menurut Dadang Kahmad istilah
modernisme dan tradisionalis memerupakan tipe ideal dari dua
tatanan masyarakat yang berbeda.107
Istilah modern ini dipahami
sebagai masyarakat masa kini yang berorientasi ke depan. Mereka
berusaha merubah dan memperbaharui aspek lama dalam kehidupan,
sedangkan tradisional merupakan masyarakat yang hidup pada masa
kini yang berorientasi masa lalu. Mereka berusaha menjaga keaslian
103Abdul Rahman Haji Abdullah. Pemikiran umat Islam di Nusantara: sejarah
dan perkembangannya hingga abad ke-19. Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian
Pendidikan Malaysia, 1990. 104Azyumardi Azra. Surau, pendidikan Islam tradisional dalam transisi dan
modernisasi. Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 2003. 105 John A. Hall, ed. The state of the nation: Ernest Gellner and the theory of
nationalism. Cambridge University Press, 1998. (Accessed, 20 Desember 2017). 106 Azyumardi Azra. Surau, pendidikan Islam tradisional… 107Dadang Kahmad, "Metode Penelitian Agama Perspektif Perbandingan
Agama." (2000). (Accessed, 28 Desember 2017).
50 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
dan orisinilitas masa lalu sebagai acuan dan pedoman hidup untuk
masa kini dan akan datang.108
Sementara itu agama pun menjadi sebuah sistem simbol yang
memiliki fungsi sebagai mengokohkan kondisi jiwa dan motivasi
yang kuat, namun dipihak lain Greetz mendefinisikan kebudayaan
sebagai sebuah sistem konsepsi yang diwariskan dan simbol yang
dinyatakan dalam sikap mereka terhadap kehidupan. Menurut
Dadang, agama juga merupakan bagian dari kebudayaan, baik dalam
bentuk wujud idea maupun berupa gagasan yang menjadi sebuah
sistem norma dan nilai yang dihasilkan anggota masyarakat dan
mengikat.109
Dalam perspektif sosiolog, antara agama dan kebudayaan telah
terjadi dialektika fundamental seperti dikemukakan Peter L. Berger
yang terdiri dari tiga momentum yaitu: eksternalisasi, objektivikasi
dan internalisasi.110 Ketika agama berhadapan dengan budaya lokal,
agama akan senantiasa dianggap sebagai bagian penting dalam
budaya tersebut. Proses ini dikenal dengan eksternalisasi dikarenakan
agama mengalami sosialisasi yang tidak sempurna secara bersama-
sama dalam realitas baru.111
Kemudian, dalam perkembangannya
dilakukan pemaknaan baru terhadap sistim nilai suatu masyarakat
dengan meminjam simbol-simbol budaya yang telah tersedia.
Hubugan agama dan budaya sebagaimana yang dipaparkan
sebelumnya, terjadi dalam tiga bentuk, yaitu: akomodasi, dominasi
dan kontekstual. Ketiga bentuk akomodasi tersebut juga terjadi pada
kasus masuknya Islam di Tanah Minangkabau dan Sumatera Barat
pada umumnya. Seperti halnya yang terjadi pada keanekaragaman
paham keagamaan dan etnik Minangkabau di perbatasan Rao.
108Abdul Rahman Haji Abdullah,. Pemikiran umat Islam di Nusantara: sejarah
dan perkembangannya hingga abad ke-19. Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian
Pendidikan Malaysia, 1990. (Accessed, 19 Desember 2017). 109Dadang Kahmad, Cherrier, "Metode Penelitian Agama Perspektif
Perpbandingan Agama." (2000). (Accessed, 28 Desember 2017). 110Peter L. Berger, Invitation to sociology: A humanistic perspective. Open
Road Media, 2011. (Accessed, 22 Desember 2017). 111Peter L. Berger, "Reflections on the sociology of religion today." Sociology
of Religion 62.4 (2001), 443-454.
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 51
Keanekaragaman budaya masyarakat telah menunjukkan batas-
batas identitas golongan sosial kedua kelompok. Keanekaragaman
telah menimbulkan batas-batas sosial serta perbedaan-perbedaan
yang sering menimbulkan konflik pada tingkat tertentu. Para ahli
sejarah sampai saat ini belum mempunyai kesepakatan mengenai
waktu yang tepat masuknya Islam ke Minangkabau, namun yang
pasti daerah rantau hilir merupakan daerah Minangkabau yang lebih
dahulu berinteraksi dengan agama Islam dari pada daerah pusat
(darek) Minangkabau.112
Para antropolog sepakat bahwa dimensi belief atau
kepercayaan merupakan kebutuhan mendasar manusia beragama
sebagai pedoman pokok dalam bertindak, memuja dan memohon
pertolongan kepada sesuatu. Menurut Bustanuddin Agus,
kepercayaan adanya kekuatan gaib dalam antropologi lebih dikenal
dengan supernatural being yang merupakan inti kepercayaan
agama.113
Kepercayaan di atas dikritik oleh kalangan modernis.
Kepercayaan kepada yang gaib menurut mereka sudah dijelaskan dan
diatur dalam rukun iman yaitu percaya pada Tuhan, malaikat, nabi,
wahyu dan hari berbangkit. Kepercayaan yang menyimpang dari
koridor iman dinilai sebagai tahayul, khurafat dan syirik. Bapak
Siregar, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Pasaman menjelaskan
persoalan ini: “Ajaran Islam dengan tegas memberikan batas mana
yang boleh mana yang dilarang termasuk persoalan kepercayaan pada
unsur gaib. Islam dengan tegas memberikan benang merah antara
pengikut Tuhan dan pengikut syaithan. Apapun bentuk dan dalihnya
mempercayai dan meyakini kekuatan gaib selain Tuhan adalah syirik
dan termasuk dosa besar,” namun, kalangan Islam modernisme dalam
masyarakat tidak menolak unsur sakral secara keseluruhan.114
Namun
unsur sakral yang ditolak adalah sesuatu yang dikhawatirkan akan
merusak keyakinan keagamaan seseorang. Karena menurut mereka
112Taufik Abdullah, "Adat and Islam: An examination of conflict in
Minangkabau." Indonesia 2 (1966), 1-24. 113Zainul Arifin, "Model-Model Relasi Agama dan Sains."Psikoislamika
(2008). (Accessed, 27 Desember 2017). 114Syafwan Rozi. Konstruksi,
52 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
kesakralan dalam agama adalah unsur penting tetapi harus dalam
rangka mengesakan Tuhan. Menolak secara keseluruhan unsur-unsur
sakral akan mengarah pada desakralisasi yang tidak mengakui aspek
batin dan immateri.
Masih dalam perspektif antropolog, ibadah dan upacara
keagamaan dikenal dengan istilah ritus atau ritual. Dimensi ritual
dalam sebuah agama merupakan sesuatu yang tampak, konkrit dan
bukan abstrak, bahkan sesuatu yang benar-benar melibatkan anggota
badan atau fisik. Kalangan Islam modernis hanya meyakini dan
mempraktekan ritual-ritual dalam bentuk ibadah yang terdapat
dalam anjuran agama dalam nash al-Qur’an dan Sunnah. Secara
prinsip mereka tidak menerima aturan baru atau menambahnya,
seperti praktek Tahayul, Bid’ah dan Churafat (TBC) dalam
peribadatan agama Islam.115
Marjohan, sekretaris Muhammadiyah
Pasaman menjelaskan: “K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah
dalam berbagai pengajian dan syiar dakwahnya selalu menekankan
agar menegakkan agama Islam yang benar. Senantiasa meyakini
bahwa kepercayaan dan keyakinan agama harus bersih dan lurus
seperti yang ditentukan oleh al-Qur’an dan Sunnah”. Namun
fenomena menarik bahwa kalangan modernisme di perbatasan tidak
mengarah pada puritanisme ekstrim. Mereka masih mentolerir
beberapa tradisi lokal selagi tidak mengarah pada mempersekutukan
Tuhan.
Beberapa temuan di lapangan menegaskan bahwa corak puritan
yang dialamatkan pada gerakan Muhammadiyah tidak ditemukan
sepenuhnya di daerah masyarakat Minang, namun jika ada, boleh jadi
jumlahnya hanya sedikit. Bahkan, gejala keagamaan ini membantah
anggapan bahwa fenomena ke-Islaman di daerah ini bercorak
Wahabisme karena pengaruh gerakan Paderi. Seperti yang terjadi di
daerah perbatasan Rao yang merupakan daerah agraris yang sebagian
besar wilayahnya adalah pertanian. Di samping itu, tingkat
pengetahuan keagamaan mereka juga sangat tradisional. Di wilayah
ini masih banyak dijumpai berbagai tradisi masyarakat seperti ritual-
115Nurcholish Majid. Islam agama peradaban: membangun makna dan
relevansi doktrin Islam dalam sejarah. Paramadina, 1995. (Accessed, 28 Desember
2017).
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 53
ritual tahlilan, yasinan, zikiran dan shalawatan. Tradisi-tradisi ini
berkaitan dengan siklus hidup manusia sejak dalam kandungan
sampai meninggal.116
Terus bertahannya tradisi slametan, tahlilan dan lainnya
disebabkan oleh kharisma para ulama tradisional masih mengental
dalam masyarakat pedesaan yang dominan menganut paham
tradisional. Sehingga masyarakat masih melakukan taqlid dan
menjadikannya sebagai wasilah. Bahkan tidak jarang seorang ulama
dijadikan sebagai orang keramat dan wali. Kalangan modernis
sebenarnya harus menerima kenyataaan bahwa kalangan tradisionalis
ini sangat dominan di daerah daerah pelosok.
Dimensi intelektual berhubungan kuat dengan belief
(kepercayaan), disebabkan pengetahuan tentang keimanan
merupakan persyarat mutlak untuk mendapatkan pemahaman
keagamaan, namun iman tidak mesti berasal dari pengetahuan. Dalam
perspektif lain Dadang Kahmad mengkategorikan dua jenis
penghayatan keagamaan sebagai sistem pengetahuan ajaran agama
Islam. Pertama, eksetoris (zahiri), yakni penghayatan keagamaan
yang orientasinya pada formalitas fiqhiyah dengan norma-norma dan
aturan agama yang ketat. Kedua, eksoteris (batini), yaitu
penghayatan keagamaan yang orientasinya menitik beratkan pada
inti keagamaan dan misi beragama.117
Dua kategori pemahaman terhadap pengetahuan agama
tersebut juga ditemukan pada masyarakat Islam di Minangkabau.
Bagi kalangan modernis Muhammadiyah lebih cenderung memahami
sumber formalitas nash sebagai sumber pengetahuan keagamaan.
Menurut mereka teks suci adalah harga mati sebagai satu-satunya
sumber kebenaran dan pengetahuan. Kallen berpendapat puritannya
kelompok Muhammadiyah merupakan bentuk kekuatan keyakinan
terhadap kebenaran ideologi yang mereka bawa.118
116 Pengamatan langsung, kegiatan seremonial turun mandi adat Limakaum, 5
Desember 2016 di Batusangkar. 117Dadang Kahmad. "Metode Penelitian Agama Perspektif Perpbandingan
Agama." (2000), 12. (Accessed, 28 Desember 2017). 118Dalam Soegijanto Padmo. "Gerakan pembaharuan Islam Indonesia dari
masa ke masa: Sebuah pengantar." Humaniora 19.2 (2007), 151-160.
54 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Menurut Kuntowijoyo, ada dimensi rasionalisasi dalam
gerakan Muhammadiyah, tercermin dalam upaya pemurnian dengan
menghapuskan sumber budaya lama untuk dirubah dengan budaya
baru, istilah lainnya menggantikan tradisi lama dengan tradisi yang
baru, sementara itu, kelompok tradisionalis seperti kelompok
Tarekat, Perti dan NU tidak hanya mengedepankan nash sebagai
sumber pengetahuan tetapi juga aspek lain seperti budaya dan
dimensi ruang dan waktu. Mereka lebih mementingkan tujuan dan
hasil sebagai inti keagamaan, tidak semata proses dan aturannya.119
Sistem pengetahuan kalangan awam tradisional lebih bersifat
taklid dan wasilah. Masyarakat tradisionalis hanya terpesona pada
doktrin sehingga tidak toleran terhadap kepercayaan dan praktik
keagamaan yang lain. Experience atau pengalaman keagamaan yang
berhubungan dengan perasaan keagamaan yang diraskan oleh
penganutnya.
Munculnya perasaan rohani beragama menurut William James
seperti dikutip oleh Jalaluddin Rahmat ketika agama dirasakan
seperti demam akut yang berada di balik konversi, kejadian yang
dramatis yang membuat orang kembali kepada ajaran agama. Dengan
kembali ke ajaran agamanya, maka kegelisahan eksistensial akan
hilang yang membuat sesorang menjadi tenang batin serta akan
menemukan makna hidup.120
Sebagai karunia Tuhan kepada hamba pilihan dan tercermin
dalam ibadah dan ketauladanan sang penerimanya, namun sekarang
banyak yang mengaku-ngaku mendapat ilham, wangsit dan
sebagainya dengan kedok agama. Oleh sebab itu itu kita harus
selektif dalam meyakini pengalaman keagamaan tersebut. Kalangan
modernis sangat selektif meyakini pengalaman keagamaan yang
dialami oleh manusia biasa karena pada prinsipnya pengalaman batin
pada umumnya tidak dirasakan oleh penganut agama yang awam
yang hanya melaksanakan ajaran agama dari aspek hukum (formal)
119A. E. Priyono, "Peri-feralisasi, Oposisi, dan Integrasi Islam di Indonesia
(Menyimak Pemikiran Dr. Kuntowijoyo)." kata pengantar untuk buku Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi. Bandung: Mizan (1993),7.Accessed, 28
Desember 2017. 120Jalaluddin Rahmat,. "Psikologi Agama." Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
(2005). 13.
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 55
saja. Sementara itu, penganut agama di kalangan tradisionalis
umumnya mengakomodir dan mengakui pengalaman keagamaan
seperti pengalaman batin yang dialami secara individu oleh umat
beragama.
Dimensi konsekuensial keagamaan merujuk pada pengaruh
konkrit terhadap kepercayaan, praktik dan pengalaman keagamaan.
Menurut Glock & Stark dimensi eksperiensial adalah bagian dari
pengamalan agama yaitu keterlibatan emosional dan sentimentil pada
praktek ritual ajaran agama.121
Dimensi afektif ini menurut A.D
Woodruff sebagaimana dikutip Hendro Puspito diistilahkan dengan
kedewasaan sikap keagamaan atau sikap iman. Ia membedakan dua
macam sikap iman, yaitu 1) sikap yang dapat mempengaruhi serta
merangkum sikap-sikap yang ada dalam diri seseorang. 2) sikap yang
tidak berhasil menyusun nilai pribadi sehingga sikap itu tinggal
dangkal dan tidak meresap ke dalam dasar motivasi.122
Konsekuensi keagamaan bagi kelompok modernis dan
tradisionalis di daerah perbatasan ditemukan dalam bentuk
keteladanan dan sikap positif sebagai dampak dari pengamalan
keagamaan. Kedisiplinan orang-orang modernis terlihat dalam
kegiatan keagamaan berjalan rutin setiap bulan termasuk peringatan
hari besar keagamaan. Acara wirid dan peringatan keagamaan
diliburkan atau ditiadakan dalam kondisi tertentu. Wirid akan
diundur jika hari yang ditetapkan berbenturan dengan awal
Ramadhan atau hari libur keagamaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha,
sementara itu, ulama dan pemimpin keagamaan tradisional
menduduki posisi sentral dalam masyarakat Islam pedesaan karena
mereka mengambil peran sebagai poros hubungan antara umat dan
Tuhan.
Islam yang pluralitas bagi masyarakat Mandailing dan
Minangkabau sudah lama dijalankan dalam memeluk ajaran Islam.
Kelompok Minangkabau sudah mulai sejak permulaan abad ke 7 M
dan kelompok Mandailing baru pada permulaan abad ke 18 M. Kedua
kelompok etnik ini dikenal di Indonesia sebagai Muslim yang taat
121 Charles Young Glock, and Rodney Stark.Religion and society in tension.
Chicago: Rand McNally, 1965. (Accessed, 28 Desember 2017). 122 O. C. D Hendropuspito. Sosiologi Agama. Kanisius, 1983.
56 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
dan patuh. Islam dan tradisi (adat) sama-sama mendukung identitas-
identitas etnik kedua kelompok itu. Agama berperan penting dalam
mengekspresikan identitas etnik kedua kelompok itu. Sudah sejak
lama, anggota kedua kelompok ini secara otomatis memperoleh
identitas religius dan etnik mereka sejak dilahirkan. Kedua kelompok
memakai asosiasi-asosiasi religius untuk mengekspresikan identitas
etnik dan untuk mendukung kepentingan-kepentingan etnik.
Interaksi antara kedua kelompok, baik formal maupun informal
selalu merupakan ekspresi identitas etnik, namun, menurut Usman
Pelly bahwa organisasi Islam reformis dan modernis seperti
Muhammadiyah cenderung dianut oleh masyarakat dari etnik
Minangkabau, sedangkan organisasi Islam tradisional yang sinkretis
seperti Nadhlatul Ulama cenderung dianut oleh etnik Mandailing.
Walaupun, secara umum kemunculan NU sebagai suatu asosiasi
Islam tradisional merupakan reaksi terhadap Muhammadiyah.123
Agaknya pendapat Usman Pelly ini tidak selalu dapat dibenarkan
tergantung siapa yang memaknai modernis dan tradisional.
Corak akomodasi antara budaya lokal dan ajaran Islam yang
berkembang di penduduk Minangkabau, secara umum merupakan
pergulatan tradisi yang turun-temurun. Corak tersebut menjawab
keraguan bahwa terdapat tumpang tindih antara budaya lokal dan
Islam yang telah mengisi sejarah dan pergumulan masyarakat
Minangkabau. Bahkan, fenomena ini telah menarik minat Bousquet
dan Van Ronkel sebagaimana dikutip Taufik Abdullah, yang
menganggap kasus Minangkabau sebagai “suatu paradoks mencolok
dalam sosiologi Islam ”. Menurut Mochtar Naim, kebudayaan
Minangkabau dari dahulu sudah mengenal konsep kebudayaan
dualitas yaitu dualitas antara alam luhak (asli) dan alam rantau
(penyebaran).124
Keanekaragaman terkadang menimbulkan benturan
dan ketegangan sosial yang tidak bias dielakan dan tidak jarang juga
terjadi konflik
123Usman Pelly. "Urban Mifration and Adaptation in Indonesia: a Case Study
of Minangkabau and Mandailing Batak Migrants in Medan, North Sumatra." (1984),
1852-1852. 124Taufik Abdullah. "Adat and Islam: An examination”.
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 57
Persentuhan budaya dapat ditemukan dalam masalah
kekerabatan dan kewarisan dalam interaksi antar etnik mereka.
Prinsip-prinsip Islam tampil untuk menjembatani kontroversial
sistem kekerabatan antar a adat matrilineal dan adat patrilineal.
Dalam hal ini masyarakat melakukan konfirmitas secara genuine.
Mereka tetap menganut matrilineal, tetapi juga mengakomodasi
sistem adat patrilineal seperti menjelaskan kehadiran seseorang ayah
dalam sistem keluarga matrilineal.125
Pembagian kewarisan Islam juga merupakan akomodasi Islam
terhadap perbedaan sistem pembagian waris di antara etnik Minang
kepada pihak perempuan sedangkan etnik Mandailing kepada laki-
laki. Sistem kewarisan Islam yang membagi harta sesuai ketentuan
secara proporsional menjadikan sistem Islam ini sebagai perekat
perbedaan budaya.
Penganut paham keagamaan modernis seperti Muhammadiyah
cenderung akomodatif dan membaur dalam beberapa dimensi
keagamaan seperti ritual dan ekspresi keagamaan. Sementara di sisi
lain, penganut paham keagamaan tradisional seperti NU, Perti dan
Tarekat Naqsyabandiah secara bertahap juga mulai selektif dalam
melaksanakan ritual berbasis tradisi seperti salawatan, selametan dan
tahlilan. Meleburnya dua paham keagamaan yang berbeda orientasi
ini dipicu dengan terjalinnya dialog dan kontak budaya yang sangat
intensif serta munculnya kesadaran baru di kalangan generasi kedua
paham keagamaan tersebut. Integrasi dalam proses interaksi antar
penganut paham keagamaan di perbatasan Rao ini mengarah pada
perubahan identitas paham keagamaan sehingga pada gilirannya
memunculkan identitas Islam perbatasan yang menghargai
perbedaan, integratif dengan budaya lokal dan perekat terhadap
konflik etnik.
Sistem budaya yang dibawa oleh kelompok modernis
Muhammadiyah di perbatasan adalah sistem budaya yang
mengkehendaki kembali pada sistem kehidupan ajaran Islam yang
asli/murni dengan berpedoman pada teks al-Quran dan sunnah.
Kelompok yang awalnya cenderung puritan ini berusaha untuk
125Alo Liliweri,. Prasangka & konflik: komunikasi lintas budaya masyarakat
multikultur.(Jakarta: PT LKIS Pelangi Aksara, 2005)
58 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
mentolerir akomodasi budaya local dalam praktek dan ritual
keagamaan selagi tidak menyimpang dari ajaran dasar agama Islam.
Di samping itu, sistem budaya yang dibawa oleh kelompok
tradisional seperti NU, Naqsyabandiyah dan Perti merupakan aturan
agama yang mencerminkan pembauran antara budaya Islam dengan
budaya lokal. Secara umum, kelompok ini menerapkan tradisi Islam
yang menggambarkan suatu genre keagamaan yang jauh dari
kemurnian ajaran Islam seperti tradisi slametan, tahlilan dan, yasinan.
Namun, kelompok tradisionalis tidak bisa sepenuhnya disebut
sinkretisme karena mereka menerapkan upaya puritanisme dalam
tradisi keagamaan. Kelompok ini sudah mulai agak selektif terhadap
unsur budaya lokal.126
Pendapat Yudhi Andoni di atas agaknya tidak
selalu benar adanya dalam konteks identitas keagamaan di Sumatera
Barat.
Relasi dialogis antara adat dan agama tidak dapat dipisahkan
dari sejarah masuknya agama di Indonesia sejak dahulu hingga kini.
Sebagai contoh, kajian yang menggambarkan jenis dialog antara
adat dan agama pada komunitas masyarakat adat di Maluku Tengah
dilakukan sebagai sebuah usaha memahami model akomodasi adat
dan agama Islam secara khusus di Indonesia. Karya tulis ini
mengungkapkan hasil penelitian lapangan di Pulau Haruku Maluku
Tengah tahun 2009 yang dilakukan oleh Romilda Arivina da Costa
and Falantino Eryk Latupapua, menggunakan paradikma penelitian
kualitatif.127
Dalam Penelitian ditemukan bahwa, 1) Terjadinya relasi
dan akomodasi yang mereka istilahkan dengan dialog antara budaya
Islam dan budaya lokal (adat) semenjak Islam diterima sebagai
“ideologi” baru pada masyarakat di kepulauan Indonesia. 2)
ditemukan tiga bentuk dialog antara adat dan agama pada
masyarakat Islam di Indoneisa, yaitu model “dominasi”,
“akomodasi” dan “kontekstual”.
126Yudhi Andoni,. "Mengonstruksi Ruang Identitas: Fenomena Hubungan
Adat, Islam dan Negara di Sumatera Barat 1999-2009."(Accessed, 28 Desember
2017). 127Romilda Arivina Da Costa, and Falantino Eryk Latupapua. "Identitas
Budaya Amarima Hatuhaha."
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 59
Kajian mengenai relasi adat dan agama walaupun bukan topik
yang baru dalam wacana keilmuuan sosial dan humaniora, namun
tetap saja termasuk bagian studi agama. Dan isu ini masih relevan
sampai kini karena terdapat respon yang berbeda dari masyarakat
tentang posisi adat terhadap agama atau sebaliknya. Tidak aneh jika
terdapat kontestasi relasi adat dan agama dalam masyarakat, yang
melahirkan cara pandang yang berbeda, setidaknya tiga cara pandang
atau sikap berbeda terhadap hubungan tersebut.128
Pertama,
pandangan yang melihat bahwa agama perlu dimurnikan dari unsur-
unsur budaya lokal, yang terlihat dalam praktik adat. Kedua,
pandangan yang melihat bahwa adat perlu dipertahankan dalam relasi
dengan agama, bahkan pelaksanaan tuntutan adat dilihat sebagai
bagian dari tuntutan agama juga. Ketiga, pandangan yang lebih
moderat mengatakan bahwasanya adat dan agama patut diberi porsi
yang seimbang dalam konteks kehidupan masyarakat atau dalam
komunitas beragama.
Clifford Geertz, dalam penelitiannya tentang masyarakat Islam
Jawa di Mojokuto, menemukan bahwa ada dua sikap penerimaan
masyarakat terhadap agama (Islam). Pertama, kelompok masyarakat
yang menekankan aspek-keyakinan lama, yang cenderung sinkretik
dengan memadukan ajaran agama dan budaya lokal,terlihat dari
praktek “animisme”. Geertz menyebut kelompok ini sebagai Islam
“abangan”. Kedua, masyarakat praktik beragamanya lebih
menekankan pentingnya pemurnian Islam dari pengaruh lain,
termasuk budaya lokal yang dilihat sebagai kepercayaan animisme.
Geertz menyebut kelompok ini sebagai “santri”. Kedua penelitian
tersebut di atas sekalipun dalam konteks yang berbeda akan tetapi
menunjukan adanya dinamika relasi agama dan adat dalam
masyarakat.129
Clifford Geertz ketika mengklasifikasikan tipologi
masyarakat Islam Jawa menjadi Abangan, Santri dan Priyayi,
128Yance Arizona,. "Masyarakat adat dalam kontestasi pembaruan hukum."
Makalah Seminar Pemberdayaan Sosial Komunitas Adat: Upaya peningkatan efektivitas pemberdayaan KAT saat ini dan pengembangan ke depan. 2013.
(Accessed, 23 Desember 2017) 129Clifford Geertz. The religion of Java. University of Chicago Press, 1976.
(Accessed, 23 Desember 2017).
60 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
tampaknya dipengaruhi oleh pandangan mengenai relasi dialektis
antara kebudayaan lokal dan agama, sehingga pengklasifikasian yang
dikemukakan oleh Geertz bukan semata-mata untuk menampakan
sebuah struktur sosial masyarakat Jawa, yang belakangan menjadi
konstruksi sejarah kelompok Islam di Jawa dan cenderung untuk
disamakan dengan wilayah lainnya di Indonesia.130
Melalui tipologi
yang dibuatnya menunjukan sikap masing-masing kelompok terhadap
kebudayaan lokal, yang menjadi acuan untuk dialog kebudayaan
lokal (adat) dan agama. Apabila diperhatikani bahwa tipologi
abangan menunjukan pada pola dialog adat dan agama yang
cenderung mengedepankan keunggulan nilai budaya lokal (adat) dari
pada nilai-nilai agama Islam.131
Secara umum tampak dalam penelitian-penelitian tersebut di
atas bahwa kelompok-kelompok masyarakat memiliki penilaian dan
cara pandangnya masing-masing yang terkait dengan pola-pola
akomodasi adat dan agama,132
sebagaiamana yang disebutkan di atas,
dan selanjutnya akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini.
Sebagai bahan kajian pustaka pertama, adalah penelitian
tentang bentuk dialog adat dan agama yang terdapat pada kelompok
masyarakat muslim Hatuhaha di Maluku Tengah. Dalam tulisan
tersebut digambarkan bentuk dialog adat dan agama di kalangan
yang terjadi di Maluku Tengah, sebagai upaya memahami pola-pola
interaksi adat dan agama, yang diharapkan dapat dijadikan sebagai
rujukan tentang bentuk-bentuk relasi adat dan agama dalam
masyarakat Indonesia.
Bentuk akomodasi adat dan Islam di Indonesia dapat diungkap
dengan melihat pola pembentukan Islam pada setiap daerah di
Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena persentuhan antara Islam
dengan kelompok masyarakat di wilayah Nusantara yang
berlangsunng dari abat ke IX M sampai abad XVI M telah
130 Clifford Geertz. The religion of Java,… 131 M. Bambang Pranowo, Memahami Islam Jawa.(Jakarta: Pustaka , 2011),
40. 132 Mark R. Woodward. Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus
Kebatinan.(Jakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2004. (Accessed, 24 Desember 2017).
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 61
mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap adat dan agama
dalam kehidupannya sampai saat ini.133
Djoko Suryo dan kawan-kawan mengemukakan dalam
penelitiannya tentang hubungan antara Islam, masyarakat dan
struktur sosial-politik di Indonesia, bahwa Islam di Indonesia terjadi
dalam beberapa pembentukan.134
Penelitiannya mendeteksi beberapa
tipologi atau pola relasi agama Islam dan masyarakat yang
disebutnya formasi sosial Islam yaitu, “pola islamisasi”,
“pribumisasi”, “negosiasi” dan“pola konflik”. Pola-pola yang
dikemukakan Djoko Suryo dkk ini adalah telaah dari dua pola
penerimaan Islam di Indonesia sebagaimana yang dikemukakan oleh
Taufik Abdullah yakni, pola dialog (tradition of dialogue) dan pola
integratif (integrative tradition).135
Keempat pola dia atas terjadi hampir di seluruh wilayah
Indonesia yang merupakan daerah konsentrasi penyebaran Islam.
Tidak dapat disangkal bahwasanya pada sebagian besar wilayah
Indonesia, sejak nenek moyang terdahulu berkenalan dengan Islam,
mereka berupaya untuk memadukan antara ajaran Islam dengan
nilai-nilai adat dan kebiasaan masyarakat setempat. Penyebaran Islam
seperti ini yang disebut oleh Taufik Abdullah sebagai pola
dialog.136
Sementara Djoko Suryo menyebutnya dengan model pola
pribumisasi. Dialog yang terjadi secara dinamis antara nilai-nilai
agama dan nilai-nilai budaya lokal (adat) pada kelompok masyarakat
ini disebutnya dengan model kontekstualisasi. Disebut demikian
alasannya bahwa antara ajaran agama Islam dengan adat masyarakat
lokal dalam relasi dialogis, terjadi penyesuaian nilai-nilai yang
memungkinkan terbentuknya nilai-nilai baru dari perpaduan adat
133Hasan Muarif Ambary. Menemukan peradaban: jejak arkeologis dan
historis Islam Indonesia. (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 1998). (Accessed, 24
Desember 2017). 134Djoko Suryo,. "Tradisi Santri dalam Historiografi Jawa, Pengaruh Islam di
Jawa." Seminar Pengaruh Islam terhadap budaya Jawa,( Jakarta. 2000). (Accessed,
24 Desember 2017). 135Taufik Abdullah. "Adat and Islam: An examination of conflict in
Minangkabau." Indonesia 2 (1966). 1-24. 136Taufik Abdullah,. Islam dan Masyarakat: Pantulan Sejarah Indonesia.
Lembaga Penelitian Pendidika, 1987. (Accessed, 24 Desember 2017).
62 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
dan agama.137
Perpaduan antara nilai-nilai Islam dengan adat yang
seimbang yang dijadikan oleh komunitas lokal sebagai bentuk baru
dari sikap keagamaan Islam di Indonesia.
Menerima nilai Islam dan nilai adat secara bersamaan dengan
seimbang, inilah bentuk dialog kelompok dapat dikatakan yaitu
model akomodasi. Model ini bisa disamakan juga dengan pola
negosiasi dalam formasi sosial Islam sebagaimana yang dikemukakan
Suryo dkk. Tipologi Santri yang menunjukkan pola dialog antara adat
dan agama ini terjadi melalui dominasi ajaran Islam daripada adat
(nilai-nilai kebudayaan lokal). Jenis dialog seperti ini dapat dikatakan
dengan bentuk dominasi, yaitu hanya menerima nilai-nilai Islam dan
menolak nilai-nilai adat, dapat pula disamakan dengan apa yang
dikemukakan oleh Suryo dkk tentang pola Islamisasi dalam formasi
sosial Islam.138
Geertz menyebutnya dengan Tipologi priyayi, orientasi praktik
keagamaan tertentu tidak seperti tipologi abangan dan santri,
kelompok ini diasumsikan sebagai kelompok yang mempunyai latar
belakang keilmuan dan sumber daya manusia yang lebih baik dari
pada dua kelompok lainnya dan sikap mereka lebih terbuka untuk
perubahan. Hal ini juga sangat berpengaruh terhadapa penerimaan
nilai-nilai Islam dan tradisi.139
Mengacu pada pemikiran seperti ini,
maka dapat dikatakan bahwa keberagamaan kelompok “priyayi”
menunjukan sebuah model dialog agama dan adat yang lebih
moderat, yang bisa menerima ajaran Islam dan adat sehingga
memunculkan sebuah identitas baru yang saling menghargai satu
sama lainnya.
Kasus yang terjadi di Maluku Tengah memiliki kategori
sendiri, berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Geertz tentang
Islam dan adat di Jawa, yaitu kelompok adat dan kelompok Islam
syariah seperti telah diuraikan terdahulu. Kelompok Islam yang
137Djoko Suryo. "Tradisi Santri dalam Historiografi Jawa, Pengaruh Islam di
Jawa." Seminar Pengaruh Islam terhadap budaya Jawa. Jakarta, 2000. (Accessed, 25
Desember 2017). 138 H. Abdul. Djamil, Islam dan kebudayaan Jawa.(Jakarta; Gama Media,
2000).11. 139Clifford Geertz, Abangan, santri, Priyayi: dalam Masyarakat
Jawa.(Jakarta: PT.Dunia PustakaJaya, 1983), 10-11.
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 63
dimaksud di sini adalah kelompok yang berkomitmen melaksanakan
tuntutan syariah berdasarkan ajaran al-Qur’an dan Sunnah yang bisa
disebut sebagai model dialog agama dan adat yang kontekstual.
Model dialog ini tidak bisa disamakan dengan yang dikemukakan
oleh Suryo dkk tentang salah satu pola formalisasi Islam.
Model kontekstual adalah suatu sikap yang mengakomodasi
unsur-unsur nilai adat dan agama yang tidak langsung menerima atau
menolak, akan tetapi melalui penilaian atau seleksi yang cermat
terhadap adat dan agama. Nilai-nilai baru yang ditemukan dari
pertemuan adat dan agama, kemudian menjadi bentuk baru sikap
keberagamaan kelompok-kelompok masyarakat Islam di berbagai
daerah di Indonesia, sedangkan masyarakat Islam adat yaitu
kelompok yang mengamalkan nilai-nilai adat dan agama secara
bersamaan.140
Pembentukan ini sudah terjadi pada zaman dahulu,
kelompok Islam adat dan syariah sebenarnya memiliki dasar ajaran
yang sama, yaitu al-Qur’an dan Sunnah, dan melaksanakan rukun
Islam keduanya tetapi berbeda tatacaranya.
Setidaknya yang membedakan antara kelompok adat dan
kelompok syariah terdapat tiga hal mendasar yaitu, pertama
penafsiran terhadap ajaran Islam; kedua, cara pandang terhadap adat;
dan ketiga, penentuan waktu praktek ritual-ritual. Perbedaan cara
pandang dalam bentuk penafsiran agama akan menimbulkan
perpedaan dalam praktek ajaran-ajaran agama.141
Perbedaan praktik
keagamaan sehari-hari antara kelompok adat dan syariah terlihat jelas
pada tatacara berpakaian dan pada pelaksanaan sholat. Misalnya
dalam pelaksanaan sholat Jumat, antara kelompok Islam syariah dan
muslim berbeda, pada ke3lompok muslim biasa boleh melakukan
sholat Jumat berjemaah dimasjid mana saja dan setiap jamaah boleh
menghadiri. Namun lain lain halnya seperti yang terjadi pada
masyarakat muslim di Maluku Tengah, contohnya pada kelompok
Islam adat tidak semua orang muslim dapat melakukan sholat Jumat
140Abidin Nurdin. "Integrasi Agama dan Budaya: Kajian Tentang Tradisi
Maulod dalam Masyarakat Aceh." El-Harakah (Terakreditasi)18.1 (2016), 45-62. 141Sunan Gunung Djati. "Islam Inklusirf Kontekstualisasi Nilai-Nilai Islam
Upaya Mewujudkan Kesalehan Pluralisme di Nusantara. Makalah Diajukan Untuk
Mengikuti International Conference On Islam In Malaya-World (ICON IMAD III)".
(Accessed, 22 November 2017)
64 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
bersama di suatu masjid adat, karena dibatasi pada orang-orang
tertentu yang diundang. Dalam kelompok Islam adat terdapat
aturan-aturan tertentu yang tidak ditemukan pada kelompok Islam
syariah dan tidak lazim ditemukan pada kelompok masyarakat
muslim umumnya, misalnya: (1) datang ke masjid mengenakan
pakaian yang seragam dengan warna yang sama berwarna putih dan
hijau, celana yang panjangnya sampai di mata kaki, danpanjang
jubah di bawah lutut, ikat kepala warna putih atau warna lain yang
sesuai dengan jubah yang pakai, serta kain sarung yang bermotif. (2)
sholat sesuai dengan waktu, sementara pada kelompok adat ke masjid
berjalan satu-satu secara teratur, ada aturan-aturan dalam perjalanan
ke tempat sholat, seperti menjaga jarak antara satu jamah dengan
jamaah yang lainnya dan sepanjang perjalanan tidak berbicara, tidak
melihat ke sekeliling mereka. Selain itu terdapat juga cara yang
berbeda di kelompok orang adat dengan kelompok orang syariah
dalam hal melaksanakan sholat. Penelitian ini menemui hal ini
melalui pengamatan dan penuturan seorang informan bahwa: Orang
adat, sebelum sholat Jumat, malamnya terlebih dahulu ada
pemberitahuan.142
Akomodasi adat dan agama dalam pola lain juga terjadi di
wilayah lainya di pulau Sumatera, seperti juga terjadi di Aceh.
Perkembangan perpaduan agama dan adat ini juga tidak terlepas dari
peran pemimpin-pemimpin Aceh di masa lalu.143
Orientalis Hurgronje
(1985) berpendapat, sebagian besar adat yang dilakukan berasal dari
Surakata yang merupakan karangan raja-raja Aceh. Adat dan Islam
sebagai agama pendatang mengalami peleburan yang bertransformasi
menjadi cara pandang masyarakat Aceh hingga saat ini, sesuai
dengan perkataan “Hukum ngon adat han jeuet cre, lagee dat ngon
sipheut” (Hukum dan adat tidak bisa berpisah, seperti zat dan sifat
Allah).144
142Romilda Arivina Da Costa, and Falantino Eryk Latupapua,.. 143Abidin Nurdin. "Integrasi Agama dan Budaya: Kajian Tentang Tradisi
Maulod dalam Masyarakat Aceh." El-HARAKAH (TERAKREDITASI) 18.1 (2016),
h. 45-62. 144Ito Takeshi,. "The world of the adat Aceh: A historical study of the
sultanate of Aceh." (2013). (Accessed, 25 Desember 2017)
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 65
Pola yang terjadi di Aceh ini lebih dikenal dengan nama
harmonisasi antara adat dan Islam pada masyarakat Kuala Langsa,
penelitian yang dilakukan oleh Kamaruzzaman mengobservasi
keeksistensian lembaga adat Panglima Laot. Panglima Laot
merupakan lembaga adat yang bertugas mengawasi pelabuhan-
pelabuhan di Aceh yang berada di bawah Syahbandar. Pandangan ini
sesuai dengan pendapat Van Vollenhoven yang mengatakan, kalau
tugas panglima laot adalah berkenaan dengan ekspor-impor
pelabuhan.145
Kini, lembaga adat ini masih tetap terjaga dan
dijalankan oleh masyarakat pesisir Aceh, khususnya Kuala Langsa.
Dalam Pasal 6 Perda Aceh Nomor 7 Tahun 2000, panglima laot di
Kuala Langsa saat ini selain memiliki tugas sebagai pengatur dan
pengelola sumber daya laut, namun dalam masyarakat pesisir,
nyatanya tugas dan fungsi lembaga Panglima Laot lebih luas lagi. Hal
ini dapat terlihat dari wewenang panglima laot sebagai pengatur
hukum adat laot di Kuala Langsa.
Melalui pola harmonisasi ini, Islam dalam pemahaman dan
praktik keagamaan masyarakat nelayan Kuala Langsa telah
dipribumisasikan dengan kehidupan atau disesuaikan dengan adat
masyarakat setempat. Hal ini dapat terlihat secara praktiknya dalam
adat Panglima Laot, utamanya dalam proses dan keputusan-
keputusan adat yang diambil merupakan hasil negosiasi antara Islam
dan adat. Sebagai corong dari hukum adat laot, Panglima Laot
memiliki status pemegang kekuasaan tertinggi dalam mengatur adat
laot.
Kajian tersebut di atas antara pola relasi agama dan adat yang
terjadi di Maluku dan Aceh, dapat dikaji lebih mendalam dalam
bingkai Pribumisasi Islam Abdurrahman Wahid.146
Dalam pandangan
Wahid, pribumisasi merupakan pertimbangan kebutuhan lokal untuk
merumuskan hukum agama, tanpa mengubah hukum itu sendiri.
Keberadaan panglima laot dilihat sebagai adat yang hidup dan tetap
145Crispen Wilson, and Matthew Linkie. "The Panglima Laot of Aceh: a case
study in large-scale community-based marine management after the 2004 Indian
Ocean tsunami." Oryx 46.4 (2012), 495-500. 146Abdurrahman Wahid,. "Pribumisasi Islam” dalam Muntaha Azhari dan
Abdul Mun’im Saleh."Islam Indonesia Menatap Masa Depan (1989). (Accessed, 19
Desember 2017)
66 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
dijalankan oleh masyarakat Kuala Langsa, di samping itu pula tetap
mempertahankan nilai-nilai Islam dalam kehidupan pesisir.147
Ada
banyak kajian dan penelitian tentang hubungan adat dan agama
dalam berbagai sudut dan frame kajian. Seperti penelitian tentang
“pergumulan” antara agama dan adat didalam kehidupan masyarakat
pesisir sudah dilakukan. Salah satunya, tulisan Lukman Daris yang
menjelaskan, bahwa lembaga adat berfungsi sebagai pengawas dan
pelestari dari kehidupan dan pengelolaan laut yang dikelola secara
bersama-sama. Selanjutnya, Arifuddin Ismail dalam bukunya tentang
“pergumulan” Islam dengan adat pesisir kampung nelayan di Mandar
menggambarkan pribumisasi Islam ke dalam bentuk-bentuk tradisi
kelautan yang disesuaikan dengan falsafah hidup nelayan Mandar.148
Dalam dialogisasi agama dan adat, yang menjadi penyebab
konflik dan perseteruan biasanya hanya pada kisaran tatanan adat dan
syariat, fungsi masjid sebagai tempat ibadat atau hanya sebagai
tempat-tempat pertemuan saja. Biasanya bagi kelompok masyarakat
syariat masjid difungsikan setiap waktu untuk aktivitas keagamaan
maupun sosial, sedangkan bagi kelompok adat masjid difungsikan
seminggu sekali, secara temporer teratur pada waktu tertentu saja.
Teramati bahwa kelompok syariah aktifitas keagamaannya terpusat
di masjid, sedangkan kelompok adat berada di balai.
Penekanan pada otensitas agama dan adat telah melahirkan
suatu sikap beragama yang dibangun dari akar budaya lokal yang
telah mendarah daging dalam praktek sehari-hari sejak dari leluhur
dan agama samawi yang diturunkan ke bumi, yang menjadi kekuatan
masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari ketika berjumpa dengan
komunitas setempat. Kelompok moderat muslim baik yang ada di
Maluku, Sumatera, Aceh, Jawa dalam mempraktikkan ajaran agama
Islam dapat diposisikan sebagai kolompok agama yang melakukan
dialog adat dan agama dengan model kontekstual. Di antara ciri
147Muhammad Adli Abdullah, Sulaiman Tripa, and Muttaqin (Teuku).Selama
kearifan adalah kekayaan: eksistensi panglima laot dan hukom adat laot di Aceh.
Lembaga Hukom Adat Laot/Panglima Laot Aceh, 2006. (Accessed, 26 Desember
2017) 148Eva Achjani Zulfa. "Keadilan Restoratif Dan Revitalisasi Lembaga Adat
Di Indonesia."Jurnal Kriminologi Indonesia 6.2 (2012). (Accessed, 19 Desember
2017)
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 67
model ini adalah memperhatikan konteks historis dan kekinian
komunitas setempat.
Bentuk nyata model kontekstual respon masyarakat terhadap
model dialog adat dan agama dapat dilihat pada pelaksanaan ritual
dan upacara dalam masyarakat.149
Ritual mempunyai posisi penting
dalam kehidupan masyarakat, karena (1) ritual adalah sebagai sarana
untuk memediasi dua atau lebih entitas yang berbeda, sekaligus
penyeimbang dalam kosmos. (2) ritual adalah suatu transformasi
sikap dari yang profan kepada sesuatu yang suci. Geertz lebih jauh
menyebut tentang posisi ritual dalam masyarakat, bahwa dalam ritual
dan tingkah laku yang dikeramatkan, seseorang akan menemukan
tujuan religiusnya. Dhavamony lebih detail lagi mengelompokkan
tindakan ritual dengan empat kategori yaitu: Pertama, tindakan
magic yang dihubunngkan dengan menggunakan bahan-bahan yang
bekerja karena kekuatan-kekuatan mistik.150
Kedua, tindakan religius
dan kultus para leluhur, ketiga, ritual yang mengungkapkan hubungan
sosial dan merujuk pada pengertian-pengertian mistik.
Terakhir, ritual yang dapat meningkatkan produktivitas
kekuatan atau pemurnian dan perlindungan. Upacara ini penting
mereka dilakukan, karena (1) dalam upacara manusia mengekspresi
kan apa yang menjadi keinginan dalam pikiran mereka, (2) dalam
upacara tersebut ditemukan nilai-nilai masyarakat yang sukar diamati
dalam kehidupan biasa.
Secara kongkrit, sejumlah ritual kelompok-kelompok
masyarakat di Indonesia yang dapat dijadikan sarana untuk melihat
akomodasi atau dominasi agama dan adat adalah pertama, di
Yogyakarta dikenal dengan upacara Garebek , upacara Garabek ini
terdiri dari beberapa upacara ritual yaitu; Garebek mulud merupakan
upacara untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW,
Garebek puasa hari Raya Idul Fitri dan Garebek besar hari Raya Idul
Adha. Ritual ini gunanya untuk melestarikan nilai-nilai adat dan
agama serta membentuk berbagai relasi sosial suatu masyarakat yang
149Eva Achjani Zulfa,. "Keadilan Restoratif Dan Revitalisasi Lembaga Adat
Di Indonesia."Jurnal Kriminologi Indonesia 6.2 (2012). (Accessed, 26 Desember
2017) 150Mariasusai Dhavamony. Fenomenologi Agama. Kanisius, 1995.
68 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
ditandai dengan simbol-simbol.151
Upacara Garebek tujuannya adalah
untuk keselamatan dan kesejahteraan masyarakat. Kedua, di
Banyuwangi Jawa Timur dikenal dengan tari Seblang, oleh Wessing
disebut sebagai tarian hidup, sebab pandangan hidup orang Jawa
memposisikan Dewi Sri sebagai dewi padi yang tatap hidup.
Masyarakat bergaman Islam dan non Islam melakukan penghormatan
kepada Dewi Sri, di sini terlihat terjadinya dialog antara kebudayaan
lokal (adat) dengan agama yang menyatu dalam praktik
keberagamaan kebanyakan orang Jawa.152
Apa yang dikemukakan di atas merupakan sebuah contoh
adanya akomodasi dalam dialog agama dan adat. Ritual adat
mengakomodasi nilai-nilai religious dalam agama, sementara agama,
mendominasi ritual-ritual dan upacara adat masyarakat. Seperti
halnya yang dilakukan Orang Islam di Maluku Tengah mempunyai
ritual-ritual komunal yang relevan yang menunjukkan dialog adat
dan agama.
Gambaran tentang dialog adat dan agama di atas mengantar
kita pada kesimpulan bahwa (1) telah terjadi akomodasi dalam
bentuk relasi dialogis antara agama (Islam) dan budaya lokal (adat)
sejak Islam diterima sebagai “ideologi” baru kelompok masyarakat di
kepulauan Indonesia pada abad IX Masehi s/d abad XVI Masehi.
Bentuk dari akomodasi dialogis tersebut masih membekas hingga
saat ini, yang menjadi kekhasan komunitas muslim pada berbagai
wilayah di Indonesia. (2)terdapat tiga model dialog antara adat dan
agama yang dijumpai pada masyarakat Islam di Indoneisa, yakni
model “dominasi” model“akomodasi” dan model “kontekstual”. Dari
ketiga model tersebut, model kontekstual lebih cocok untuk
menjelaskan model dialog adat dan agama di sebagian besar wilayah
Indonesia, karena model ini lebih dinamis dan sesuai dengan cara
kelompok-kelompok masyarakatdi berbagai tempat di Indonesia
151Thomas Wiyasa Bratawijaya. Upacara tradisional masyarakat Jawa.
Pustaka Sinar Harapan, 1988. (Accessed, 19 Desember 2017) 152M. Nurdin Zuhdi,, and Sawaun Sawaun. "Dialog al-Qu’an dengan Budaya
Lokal Nusantara: Resepsi al-Qur’an dalam Budaya Sekaten di Keraton Yogyakarta."
MAGHZA 2.1 (2017). (Accessed, 27 Desember 2017)
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 69
beragama secara otentik, yakni menerima Islam sebagai ”ideologi”
utamanya, tetapi tetap menghargai budaya lokal.
C. Konflik dan Akomodasi Dalam Tradisi Masyarakat
Minangkabau
Menurut Mukhtar Naim, Masyarakat Minangkabau merupakan
masyarakat tribal, terdiri atas kelompok-kelompok kecil yang mandiri
dan otonom, tetapi keluar secara totalitas adalah satu. Tidak institusi
kekuasaan yang mengatur seluruh masyarakat secara hirarkis verbal
dari atas sampai ke bawah. Ketika masih ada raja hingga bermulanya
perang Paderi, 1821 yang berkedudukan dipagaruyung, hanyalah
bersifat simbolik.153
Realitas masyarakat dengan falsafah hidup yang mengajarkan
kesamaan, persaingan akan tetapi keseimbangan menyebabkan
konflik dalam masyarakat Minangkabau menjadi suatu yang lumrah
dan diniscayakan terjadi. Persaingan permusuhan dan bahkan
kadangkala perperangan terjadi tidak saja antar suku dalam satu
kesatuan teritorial nagari, melainkan juga antar nagari-nagari yang
berdekatan.154
Konflik-konflik seringkali terjadi, namun konsensus
juga selalu diupayakan dan dihasilkan. Naluri berkonflik diimbangi
dengan kemauan untuk senantiasa berkonsensus dan bersintesis.
Konflik terbesar dalam sejarah sosial Minangkabau adalah
antara adat dan Islam, yang diaktualisasikan oleh para pendukung
dari kedua belah pihak. Konflik yang mendasar tersebut mencapai
puncaknya pada awal abad ke 19, yaitu ditandai oleh muaranya
perang Paderi (1821-1837). Konflik tersebut terjadi ketika proses
integrasi keduanya telah memberikan bekas, dengan duduknya ulama
Islam dalam struktur pemerintahan, baik pemerintahan pusat maupun
tingkat nagari. Ulama duduk di kerajaan sebagai raja ibadat setara
dengan raja adat dan raja alam. Konflik terjadi karena inginnya
pembaharuan dan pemurnian kehidupan keagamaan masyarakat dari
maksiat. Munculnya gerakan pembaharuan yang dimotori oleh ulama
153Mochtar Naim. Merantau Pola Migrasi Minangkabau (Yogyakarta: Gajah-
mada University Press. 1984), 30. 154Muhamad Rajab, Perang Paderi di Sumatera Barat (1803-1838), (Jakarta:
Balai Pustaka, 1964).
70 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Islam. Pemurnian yang dimaksud adalah pembersihan masyarakat
dari perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Perbuatan
tercela yang mengakibatkan dosa besar, seperti miinum arak,
mengisap candu, menyabung ayam, berjudi dan mengundi nasib.
Kebiassaan-kebiasaan ttersebut dilakukan dan dilindungi oleh para
penghulu. Ulama tidak memiliki kekuasaan untuk merubah keadaan
tersebut. Wibawa Ulama hanya sebatas di surau dan masjid, di luar
itu petuah ulama tidak didengarkan.155
Dengan begitu ulama
memendam kedongkolan masing-masing. Tuanku Koto Tuo, ulama
berpengaruhdi daerah darek (dataran tinggi) mengkehendari agar
dilakukan upaya perubahan keadaaan. Hal itu disambut oleh para
muridnya termasuk Tuanku Nan Renceh. Namun ulama ini belum
menemukan cara yang tepat untuk memulai. Baru ketika kepulangan
ulama dari mekah yaitu Haji Miskin, Haji Piobang dan Haji Sumanik,
memberi inspirasi yang diilhami oleh pengalaman mereka dengan
gerakan Wahabi melakukan pembersihan dan pemurnian Islam di
mekah setelah menaklukan kekuasaan Dinasti Turki Utsmani.
Gerakan ulama yang diilhami gerakan kaum Wahabi tersebut
menandai dimulainya konflik eksplisit antara kaum adat dan ulama di
Minangkabau. Contohnya gerakan yang dilakukan oleh Tuanku Nan
Renceh diam-diam ditentang oleh para penghulu karena khawatir
kekuasaan mereka akan diambil alih oleh para ulama. Sebaliknya para
ulama yang telah lama memendam kedongkolan terhadap para
penghulu dan pelaku maksiat mendukungnya dengan antusias. Para
penghulu sangat gelisah ketika Tuanku Nan Renceh menunjukan
konsistensinya menegakkan kebenaran ajaran Islam. Untuk
menandingi gerakan paderi itu, para penghulu menggelar pesta pora
dengan judi, minum arak, sabung ayam, dan perbuatan-perbuatan
terlarang lainnya di Bukit Batabuah. Pesta tersebut dihadang oleh
para ulama, terjadilah pertempuran. Pertempuran dan pergolakkan
kemudian terjadi diberbagai nagari.156
155Hamka, Islam dan Adat Minangkabau (Jakarta: PT.Pustaka Panji Emas,
1984), 39. 156 Wisran Hadi, Tuanku Nan Renceh (Padang: Fakultas Sastra Unand dan
Bengkel Teater, 1983).
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 71
Konflik internal itu dimenangkan oleh para ulama Paderi.
Kaum adat meminta bantuan kepada pemerintahan Belanda yang
berbasis di pesisir. Ketika Belanda masuk ke Minangkabau, naka
konflik kedua kubu tersebut, justru dimenangkan oleh Belanda.
Dengan beralihnya sasaran konflik, gerakan Paderi tidak
menimbulkan kesan apa-apa terhadap peribadatan masyarakat
Minangkabau selanjutnya. Walaupun demikian tidak berarti bahwa
konflik antara adat dan Islam berakhir sampai di situ. Konflik-konflik
di antara ulama yang berlainan paham setelah itu juga diwarnai
perkembangan Islam di Minangkabau sekalipun dengan ekspresi yang
berbeda. Ulama Paderi yang beraliran Tarekat Wujudiyah juga
berkonflik dengan penganut aliran Tarekat Syatariyah.157
Kaum Naksabandiyah dan syatariyah juga mendapat tentangan
dari Syekh Ahmad Khatib yang telah lama bermukim di Mekah
melalui muridnya Haji Yahya.
Gerakan pembaharuan berikutnya lebih cendrung moderat,
walupun Syekh Ahmad Khatib menyerang sistem kekerabatan
matrilinial dan sistem pewarisan harta pusaka yang berlaku di
<Minangkabau. Murid dari Syekh Ahmad Khatib yaitu Haji Abdul
Karim Amrullah (ayah Hamka dari Maninjau), Haji Abdullah Ahmad
dan Haji Jamil jambek yang menyebut diri mereka sebagai Kaum
Muda. Mereka lebih memfokuskan gerakan mereka pada upaya
pencarian kompromi antara adat dan ajaran Islam. Mereka lebih fokus
pada sektor pendidikan yang terinspirasi dari tokoh Muhammad
Abduh di Mesir. Hal ini dilakukan untuk mengangkat drajat dan
martabat ulama agar setaraf dengan kaum elite baru yang
mendapatkan pendidikan dari Belanda. Sistem pendidikan surau
dikembangkan menjadi madrasah, sehingga pada tahun 1915
didirikan tiga perguruan sekaligus, yaitu Sumatera Thawalib (khusus
putra) dan Diniyah Putri (sekolah khusus putri) di Padang Panjang,
serta Adabiyah di Padang.
Dari paparan di atas konflik-konflik yang terjadi betapapun
keras dan sentralnya tetapi tidak saling melenyapkan satu sama
lainnya. Gerakan Paderi berlanjut kepada gerakan melawan kolonial
157 AA.Navis, Alam Takambang Jadi Guru; Adat dan Kebudayaan
Minangkabau ,(Jakarta: Grafiti Press, 1983), 77.
72 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Belanda selama 34 tahun tidak serta merta membasmi ajaran tarekat
Syatariyah, begitu pula terhadap kaum adat. Kaum Paderi bukanlah
menentang adat dan kerajaan Pagaruyung, melainkan gerakan
solidaritas ulama untuk membersihkan kehidupan masyarakat dari
perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.158
Sumber konflik yang berkepanjangan di Minangkabau adalah
persoalan harta warisan atau harta pusaka. Konflik dalam konteks ini
dilandasi oleh perbedaan sumber hukum antara adat Minangkabau
dan ajaran Islam. Harta menurut adat dimiliki secara kolektif oleh
seluruh anggota kaum (klan) dan diwariskan secara turun temurun
berlandaskan stelsel matrilineal. Sebaliknya, harta menurut ajaran
Islam dimiliki oleh individu atau keluarga batih dan pewarisannya
adalah hukum Islam. Pewaris harta kaum adalah kemenakan (anak-
anak perempuan dari sauadara perempuan) seorang laki-laki,
sedangkan ahli waris dalam sistem pewarisan Islam di antaranya
adalah anak. Oleh karena itu, konflik juga seringkali terjadi antara
antara anak dan kemenakan dan antara kemenakan itu sendiri.159
Beberapa jenis konflik di Minangkabau adalah sebagai berikut;
1) Konflik substansial ditandai dengan perbedaan mendasar baik
material maupun non material memerlukan konsensus, proses
integrasinya lamban, namun dalam proses dialektika keduanyan
membuahkan sintesis kultural yang mendasar. Konflik substansial ini
di Minangkabau terjadi antara adat dan Islam. Dalam tahap awal
konflik di antara keduanya diperlukan konsesnsus (sejak sebelum
zaman paderi) yang dirumuskan dalam pernyataan ABS SBK,
konsenses tersebut ternyata tidak menghilangkan konflik-konflik.
Konflik-konflik tetap terjadi membentuk jaringan yang komplek dan
rumit, masing-masing mempertahankan perbedaan yang ada yang
diaktualisasikan dalam bentuk pernyataan, adat bersandi alur dan
patut, syarak basandi kitabullah, adat dan syarak tidak sandi basandi
158 Schriekee, Pergolakan Agama Di Sumatera Barat, Terjemahan dari
"Bijdrage tot de bibliographie van tuidige grdsdientige beweding ter Sumatera's'
Westkust', (Jakarta: Bharata, 1920). 159Hasanuddin, Adat dan Syarak (Sumber INspirasi dan Rujukan Nilai
Dialektika Minangkabau), Padang: Pusat Studi dan Informasi dan Kabudayaan
Minagkabau (PSIKM) Universitas Andalas Padang , 2013), 30.
Masyarakat dalam Perspektif Teori Konflik dan Akomodasi 73
(alas mengalas), tetapi sanda basanda (sandar bersandar). 2) Konflik
instrumental ditandai oleh perbedaan di antara kelompok yang
berkonflik tidak mendasar, rekonsiliasi keduanya dapat terjadi
dengan mudah, tidak memerlukan konsensus dan tdak terjadi
integrasi dalam bentuk aktual berupa sintesis kultural. Konflik yang
dapat dikategorikan ke dalam tipe ini adalah konflik di antara
kelompok-kelompok sosial yang lebih dimotivasi oleh instrumen-
instrumen seperti harga diri, perbedaan pemahaman, perbedaan aliran
dan perbedaan-perbedaan yang tidak substansial. Konflik antara
kelompok agama yang berlainan mazhab karena perbedaan khilafiyah.
Terkadang sekali waktu mereka berkonflik, akan tetapi pada waktu
lain keduanya berekonsiliasi dalam menghadapi pihak lain yang
menjadi rival baru.
Konflik-konflik dalam masyarakat Minangkabau disertai oleh
konsensus-konsesnsus, dan konsensus menunjukkan adanya
pergeseran-pergeseran struktural. Pergeseran yang dimaksud terjadi
terjadi pada struktur sosial, berupa fenomena semakin longgarnya
ikatan keluarga kaum dan semakin kuatnya keluarga batih dan
bergesernya sistem ekonomi komunalmenjadi sistem ekonomi
individual. Segara agresif dan substansial, konflik-konflik tersebut
berpangkal pada perbedaan ajaran antara adat dan Islam mengenai
prilaku dan harta pusaka. Hak ini dibuktikan ketika muncul suatu
gerakan pembaharuan Islam Islam yang baru, selalu saja golongan
Islam sebelumnya diidentikan dengan adat: "ulama " atau "ulama
kono". Dari berbagai konflik konsensus utama yang dihasilkan adalah
mengenai persoalan yang menjadi pokok pertentangan anatara adat
dan Islam, sebagaimana dapat digambarkan sebagai Bagan Alur
konflik di bagan 1.
74 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Bagan 1.
Alur-Alur Konflik Dan Syarak di Minangkabau
Keterangan Bagan:
Budaya Minangkabau dilandasi oleh dua sistem yaitu nilai
adat dan syarak. Pokok perbenturannya ada pada perilaku maksiat
dan sistem harta pusaka. Perbenturan ajaran adat dan syarak
teraktualisasi melalui kaum adat dan agama, sementara kaum
cendikiawan mengambil posisi tengah sebagai kaum moderat dan
konformis. Konflik kaum adat dan agama sebelum Paderi
menghasilkan konsensus sebagaimana tergambar dalam rumusan
falsafah ABS SBK. Konsesntus tidak serta merta menghentikan
konfli yang ada, tetapi diteruskan dengan konflik-konflik lanjutan
karena perbedaan azas dan masing-masing bertahan dengan azas
kelompoknya sendiri.160
160Hasanuddin, Adat dan Syarak, 32.
Tradisi
Minangkabau
Adat/Harta Masyarakat Minangkabau Islam/prilaku
Kaum Adat Kaum Cendikiawan Kaum Agama
Adat Basandi
Aluo Jo Patuik
ABS SBK
(Konformitas) Syarak Basandi
ABS SBK (Sintesis)
75
BAB III
Kabupaten Tanah Datar
Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama
A. Monografi Tanah Datar dan Struktur masyarakat
Minangkabau
Sumatera Barat terdiri atas 19 kabupaten/ kota dan Kabupaten
Tanah Datar, ibu kotanya Batusangkar. Kabupaten Tanah Datar
memiliki luas wilayah; 133.600 Ha (1.336 Km2) dan daerah terkecil
di Provinsi Sumatera Barat yang terdiri dari 14 kecamatan, 75
nagari, dan 395 jorong. Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah
agraris, lebih 70% penduduknya bekerja pada sektor pertanian, baik
pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan maupun
peternakan jumlah penduduk pada tahun 2006 adalah 345.383.161
Kabupaten Tanah Datar secara geografis terletak di tengah-
tengah provinsi Sumatera Barat, yaitu pada 00º17" LS - 00º39" LS
dan 100º19" BT – 100º51" BT. Pada ketinggian rata-rata 400 hingga
1000 meter di atas permukaan laut. Kabupaten ini diapit oleh dua
gunung, yaitu gunung Merapi dan gunung Singgalang. Kondisi
topografi didominasi oleh perbukitan, dan mempunyai dua pertiga
bagian danau Singkarak.162
Rincian kondisi topografis Kabupaten Tanah Datar adalah
sebagai berikut :
1. Wilayah datar 0 – 3 % dengan luas 6. 189 Ha atau 6.63 % dari
luar wilayah Kabupaten Tanah Datar
2. Wilayah berombak 3 – 8 % dengan luas 3.594 Ha atau 2,67 %
dari luar wilayah Kabupaten Tanah Datar
3. Wilayah bergelombang 8 - 15 % dengan luas 43.922 Ha atau
32.93 % dari luas Kabupaten Tanah Datar
161BPS Kabupaten Tanah. "Tanah Datar Dalam Angka 2003." Kabupaten
Tanah Datar (2003). 162Pemerintah Daerah Tingkat II Tanah Datar, Sejarah Tanah Datar
(Batusangkar, Pemda TD 1995).
76 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
4. Kemiringan di atas 15 % dengan luas wilayah 79.895 Ha atau
59.77 % dari luas Kabupaten Tanah Datar
Curah hujan kebanyakan turun pada bulan September hingga
bulan Februari. Curah hujan yang cukup tinggi ini menyebabkan
ketersediaan air cukup, sehingga memungkinkan usaha pertanian
secara luas dapat dikembangkan. Iklim di kawasan kabupaten Tanah
Datar umumnya sedang dengan temperatur antara 12 0C – 25 0C,
curah hujan rata-rata lebih dari 3.000 mm pertahun.163
Daerah ini, memiliki perbatasan dengan beberapa
kabupaten/kota di Sumatera Barat, yaitu: sebelah Utara berbatas
dengan Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima puluh kota, Selatan
berbatas dengan Kota Sawah Lunto dan Kabupaten Solok, sebelah
barat dengan kabupaten Padang Pariaman dan sebelah Timur dengan
Kabupaten Sijunjung.
Kabupaten Tanah Datar pada tahun 2003 mendapatkan
penghargaan salah satu di antara tujuh kabupaten terbaik dari 400
kabupaten yang ada di Indonesia. Penghargaan ini diperoleh dari
Lembaga International Partnership dan Kedutaan Inggris. Selain itu
juga penobatan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
sebagai salah satu dari empat daerah paling berprestasi dan
keberhasilan dalam melaksanakan otonomi daerah. Di Tanah Datar
masih banyak terdapat peninggalan sejarah seperti prasasti atau batu
basurek (batu bertulisan) terutama peninggalan zaman
Adityawarman. Di samping itu Kabupaten ini juga daerah yang kaya
dengan sumber air. Selain Danau Singkarak, di Kabupaten ini
terdapat lebih dari 25 buah sungai.164
Luhak Nan Tuo merupakan nama lain dari Kabupaten Tanah
Datar sejak dadulu. Masyarakat Tanah Datar memiliki suatu
keyakinan bahwa asal usul orang Minangkabau adalah dari
Kabupaten Tanah Datar, tepatnya dari Dusun Tuo Pariangan
Kecamatan Pariangan. Sebagai bukti adalah adanya kuburan
163Tim Yayasan Gunung Bungsu, Mengenal Tanah Datar Sebuah Kabupaten
di Sumatera Barat (Batusangkar: Yayasan Gunung Bungsu, 2014), 26-28. 164Z Pador and F. Zakir. "Pola Partisipatif: Alternatif Kembali ke Sistem
Nagari." Kembali ke Nagari: Batuka Baruak jo Cigak, 14.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 77
Panjang Datuk Tantejo Gurhano yang diketahui sebagai arsitek
rumah gadang (rumah besar). Dari Luhak Tanah Datar ini kemudian
orang Minangkabau berkembang ke daerah lain seperti luhak 50 kota
dan luhak Agam. Di Kabupaten Tanah Datar ditemukan banyak
peninggalan sejarah adat Minangkabau, baik berupa benda maupun
tatanan budaya adat Minangkabau. Masyarakatnya sangat kuat
memegang ajaran adat Minangkabau dan agama Islam. Mereka
menyebutnya dengan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah.165
Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu kabupaten yang
mempunyai Indeks Persepsi Korupsi tertinggi, sejajar dengan
Kabupaten Wonosobo dan Kota Pare-pare dengan indeks 5.66. Sesuai
dengan hasil survei ini, Kabupaten Tanah Datar dinilai sebagi salah
satu kabupaten yang tinggi praktek korupsi di antara 32 kota dan
kabupaten yang diteliti dalam IPK 2006.166
Pusat Kota Batusangkar sebagai ibukota berjarak 100
kilometer dari Padang sebagai ibukota Provinsi Sumatera Barat,
sedangkan dari Bukittinggi berjarak 40 km. Dari sepanjang jalan
Padang dan Bukittinggi, terhampar pemandangan persawahan dan
perbukitan serta pegunungan yang indah.
Kabupaten Tanah Datar adalah daerah yang beriklim tropis
memiliki potensi seperti hasil pertanian, peternakan, pertambangan,
pariwisata dan lainnya. Kabupaten ini memiliki kawasan hutan
seluas 47.440 km persegi atau 35,51% dari luas keseluruhan
Kabupaten Tanah Datar. Areal persawahan seluas 28.910 km persegi
(21,64%), pertanian tanah kering 18.245,1 km persegi (13,66%),
perkebunan 16.833,50 km persegi (12,60%), rawa/danau 6.420 km
persegi (4,81%), kebun campuran 5.190 km persegi (3,88%), tanah
tandus 1.208 km persegi (0,90%) dan kolam ikan 863,50 km persegi
(0,65%).167
165Kaum Adat sepakatmenyebutnya sebagai Hari Suci dengan nama Hari
Absyar(Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah). 166BPS. Tanah Datar dalam angka 2011
167BPS Kabupaten Tanah. "Tanah Datar Dalam Angka 2003." Kabupaten
Tanah Datar (2003).
78 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Dari luas wilayah Kabupaten Tanah Datar 133.600 ha, telah
dimanfaatkan untuk lahan budidaya seluas 61.07% dan untuk rumah
tangga petani seluas 36.908 ha (45,2%), telah digunakan untuk usaha
pertanian seluas 32.652 ha (88.4%). Jumlah masyarakat yang
berusaha tani lebih kurang 76% dari jumlah penduduk, yaitu
sebanyak 250.771 orang atau 64.338 KK. Dengan demikian, rata-rata
luas lahan garapannya hanya 0.51 Ha/KK.
Komoditas tanaman pangan yang utama di Kabupaten Tanah
Datar meliputi ubi kayu, ubi jalar, padi, jagung, dan kacang hijau.
Sebagai komoditas yang berperan penting secara strategis dan politis
terutama dalam pengamanan dan ketahanan pangan, dalam hal ini
tanaman padi mendapat perhatian yang khusus di Kabupaten Tanah
Datar. Komoditas padi ditemui hampir di seluruh wilayah Kabupaten
Tanah Datar dan penanaman padi terluas beraada di kecamatan
Sungai Tarab, Lintau Buo, dan Batipuh.168
Kabupaten Tanah Datar termasuk kabupaten yang terbatas
kemampuan keuangannya, disebabkan oleh terbatasnya potensi
sumber daya alam. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanah Datar
hanya sekitar Rp 20 milyar setahun atau hanya lima persen saja dari
jumlah APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) setiap
tahunnya. Sedangkan dana yang 95% persen lagi diperoleh dari
pemerintah pusat dalam bentuk DAU (Dana Alokasi Umum) dan
DAK (Dana Alokasi Khusus). Namun, Dana Alokasi Khusus yang
dialokasikan kepada Kabupaten Tanah Datar masih belum dapat
memacu pembangunan di daerah ini dengan cepat, sehingga
pembangunan di Tanah Datar masih sangat terbatas. Kabupaten
Tanah Datar masih terdapat 18.229 keluarga yang tergolong miskin
yang masih sangat membutuhkan bantuan baik berupa pelatihan
keterampilan maupun bantuan modal usaha.169
Hingga tahun 2006,
masih ada jorong dan nagari yang belum menikmati aliran listrik dan
air bersih, termasuk air untuk aliran irigasi teknis. Hal ini sangatlah
168Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Datar, Tanah Datar Daalam
Angka, 2016. 169KABUPATEN TANAH DATAR: NILAI-NILAI DEMOKRASI SEBAGAI KEARIFAN
LOKAL.HTTPS://ARIEFHILMANARDA.WORDPRESS.COM/2009/02/03/43/. ACCESSED, 18
DESEMBER 2017.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 79
mendasar sebab mata pencaharian masyarakat sebagian besar
ditopang oleh hasil pertanian terutama padi, di samping hasil
perkebunan dan peternakan. Untuk melihat pertumbuhan pendapatan
daerah bisa dilihat pada garafik 1.
Dari grafik 1. terlihat bahwa Pendapatan Daerah cendrung
meningkat, namun belum sebanding dengan pertumbuhan jumlah
penduduk dan kebutuhan pembangunan fisik dan non fisik.
Jumlah Anggata Fraksi DPRD Peserta Pemilu Kabupaten
Tanah Datar Pemilu tahun 2014 dapat dilihat pada table 3. Selama
Era Reformasi empat kali Pemilu Legislatif partai pemenang atau
terbanyak perolehan jumlah suara dan kursi di Tanah Datar adalah
Partai Golkar, sedangkan diurutan ke dua adalah PAN dan urutan ke
tiga PKS kecuali 2009 Partai Demokrat pada urutan ke-3 karena
kuatnya pengaruh sebagai Partai yang berkuasa.170
Tabel 3.
Jumlah Anggata Fraksi DPRD Peserta Pemilu Kabupaten Tanah
Datar Pemilu tahun 2014
No Fraksi Jumlah Perolehan Kursi
1 Golkar 8 (delapan)
2 PKS 4 (empat)
3 PAN 4 (empat)
4 Hanura 3 (tiga)
5 Demokrat 3 (tiga)
6 PPP 4 (empat)
7 Gerindra 3 (empat)
8 Nasdem 2 (dua)
9 PDIP 3 (tiga)
10 PBB 1 (satu)
Jumlah Kursi 35 (tiga lima)
170Badan Pusar Statistik Kabupaten Tanah Datar, Tanah Datar Dalam
Angka(Batusangkar:BPS,2016) http;/tanahdatar.bps.go.id
80 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Sumber. Dispenda Kab.Tanah Datar
Tabel 4.
Afiliasi politik Bupati Kabupaten Tanah Datar Masa Orde Baru
Hingga Reformasi sebagai mana tergambar di bawah ini :
Nama Bupati Periode Dari Unsur/Partai
Sulaiman Zuhdi Tahun 1970-1975 ABRI
Mahyudin Algamar Tahun 1975-1980 ABRI
M.Nalis Tahun 1980-1985 ABRI
Ika Suma Hamid Tahun 1985-1990 ABRI
Ika Suma Hamid Tahun 1990-1995 ABRI
Masdar Saisa Tahun 1995-2000 ABRI
Masriadi Martunus Tahun 2000-2005 Partai Golkar
M.Shadiq Pasadigoe Tahun 2005-2010 Partai Golkar
M.Shadiq Pasadigoe Tahun 2010-2015 Partai Golkar
Irdinansyah Tarmizi Tahun 2015-2020 Partai Golkar
Dari Tabel di atas terlihat bahwa selama Orde Baru yang
menjadi Bupati dan wakil bupati dari kelompok ABRI. Pada Era
Reformasi sudah berfariasi tidak lagi dari meliter. Pada Era
Reformasi sistem pemilihan kepala daerah sudah berubah dari
-
500,000,000,000
1,000,000,000,000
1,500,000,000,000
2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016
Tahun
Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2000-2017
Jumlah Realisasi PAD (PendapatanAsli Daerah)
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 81
pemilihan perwakilan menjadi pemilihan langsung. Namun pemilihan
Bupati pada tahun 2000 masih pemilihan melalui DPRD, baru pada
tahun 2005 sistem pemilihan langsung oleh rakyat melalui Pilkada
(Pemilihan Kepala daerah).
Masyarakat Tanah Datar juga dikenal gemar menabung dengan
total dana tabungan masyarakat sebesar Rp 223 Milyar tahun
2004.171
Kabupaten Tanah Datar memiliki potensi ekonomi yang
dapat dikatagorikan tiga katagori yaitu: sangat potensial, potensial
dan tidak potensial. Ubi kayu, kubis, karet, tebu, peternakan sapi
potong, peternakan kuda, peternakan kambing potong, budidaya
ayam ras pedaging, ayam bukan ras, budidaya itik dan budidaya ikan
air tawar, ini termasuk sektor pertanian yang sangat potensia di
Kabupaten Tanah Datar. Dan pada sektor lain yang sangat potensial
untuk dikembangkan yaitu pedagang eceran makanan olahan hasil
bumi, industri konstruksi bangunan sipil, usaha warung
telekomunikasi, pedagang cinderamata dan wisata sejarah.172
Semua
sektor pertanian sangat potensial kecuali cengkeh, tembakau, bayam
dan merica. Sedangkan pada sektor pertambangan yang sangat
potensial untuk dikembangkan adalah galian kapur.173
Dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah) Kabupaten Tanah Datar Tahun 2010-2015 yaitu
meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan daerah
melalui kawasan strategis dan cepat tumbuh serta prioritas
pembangunan sektor pertanian, pariwisata, dan industri berbasis
pertanian. Berdasarkan visi perkembangan kebijakan umum
pembangunan Tanah Datar tahun 2005-2025 yaitu Tanah Datar
171Syamsul Bahri( mantan sekda kabupaten Tanah Datar dan Pegawai di
Tanah Datar sejak Bupati IKA Sumahamid) ,Wawancara, 17 Februari 2017
pukul.10.00 di Jakarta. 172BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TANAH DATARHTTPS:// TANAH
DATARKAB.BPS.GO.ID/ 173Rina Rezeki. Disparitas Sub Wilayah (Kasus Perkembangan Antar
Kecamatan di Kabupaten Tanah Datar). Diss. Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro, 2007.
82 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
sebagai pusat budaya Minangkabau yang maju, sejahtera dan
berkeadilan.174
1) Sektor usaha pertambangan
Potensi bahan tambang Kabupaten Tanah Datar adalah batu
gamping kristalian, dolomit, granit, sirtukil, tanah liat, batu
setengah permata, trass, fosfat, batubara, besi, emas, belerang,
kuarsa dan slate.
2) Sektor usaha industri
Industri di Kabupaten Tanah Datar didominasi oleh industri
kecil seperti tenunan pandai sikek yang terdapat di kecamatan
Sepuluh Koto, kopi bubuk, kerupuk ubi, kerupuk kulit,
anyaman lidi, gula aren, gula tebu. Sektor industri besar berupa
peternakan ulat sutera oleh PT. Sutera Krida. Pada tahun 2004
nilai investasi sektor industri kecil di kabupaten Tanah Datar
mencapai Rp. 7 milyar dengan nilai produksi sebesar Rp. 60
milyar.
3) Sektor usaha pariwisata
(a) Wisata Istano Basa Pagaruyuang
Istano Basa yang lebih terkenal dengan nama Istana
Pagaruyung, adalah sebuah istana terletak di Batusangkar,
Kabupaten Tanah Datar Sumatra Barat. Istana ini merupakan
obyek wisata budaya yang terkenal di Sumatera Barat.Istano
Basa yang berdiri sekarang sebenarnya adalah replika dari yang
asli.Istano Basa asli terletak di atas Bukit Batu Patah itu dan
terbakar habis pada sebuah kerusuhan berdarah pada tahun
1804. Istana tersebut kemudian didirikan kembali namun
kembali terbakar tahun 1966. Proses pembangunan kembali
Istano Basa dilakukan dengan peletakan tunggak tuo (tiang
utama).175
Pada 27 Desember 1976 oleh Gubernur Sumatra Barat (waktu
itu Harun Zain). Bangunan baru ini tidak didirikan di tapak
174 Helmi, Laporan Hasil Rapid Assessment Pengembangan Ekonomi
Masyarakat di (Kabupaten Tanah Datar , 2017), 3. 175Observasi dan wawncara Kamaruzzaman (Kabid Pariwisata ), 01 April
2016 jam 10.00 di kantor Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabid Dinas Pariwisata
Kab.Tanah Datar,
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 83
istana lama, tetapi di lokasi baru di sebelah selatannya. Pada
akhir 1970-an, istana ini telah bisa dikunjungi oleh masyarakat
umum. Pada tanggal 27 Februari 2007, Istano Basa mengalami
kebakaran hebat akibat petir yang menyambar di puncak
istana. Akibatnya, bangunan tiga tingkat ini rata dengan tanah.
Ikut terbakar juga sebagian dokumen, serta kain-kain hiasan.
Diperkirakan hanya sekitar 15 persen barang-barang berharga
ini yang selamat. Barang-barang yang lolos dari kebakaran ini
sekarang disimpan di Balai Benda Purbakala Kabupaten Tanah
Datar.
(b) Rumah Adat Kampai Nan Panjang
Objek wisata Rumah Adat Kampai Nan Panjang merupakan
Rumah Adat tertua di Minangkabau dibangun pada sekitar 350
tahun yang lalu. Rumah Adat Kampai Nan Panjang merupakan
rumah dengan kontruksi bangunan Tidak menggunakan paku,
konstruksi pasak (sama dengan rumah adat tua di Seremban,
Malaysia). Sangat unik, dengan posisi di Desa Balimbing yang
masih bersuasana desa Minang lama. Kamar-kamarnya relatif
kecil sekali dengan pintu berbentuk oval. Rumah adat Kampai
Nan Panjang terletak di desa Balimbing, Kecamatan
Rambatan,Kabupaten Tanah Datar. Desa ini merupakan jalan
kabupaten antara Batusangkar (Sekitar 30 km dari
Batusangkar) dan Danau Singkarak (masuk ke jalan desa kira-
kira 5 km).176
(c) Objek wisata Batu Basurek( prasasti)
Objek Wisata Batu Basurek terletak di Desa Kubu Rajo Nagari
Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar, lebih kurang 4 km dari
Kota Batusangkar. Di bagian atas Batu Bersurat terdapat
makam raja Adityawarman. Prasasti Batu Basurek ini
bertuliskan tulisan Jawa Kuno bahasa Sanskerta, lebarnya 25
cm tingginya 80 cm dengan ketebalan 10 cm dan berat sekitar
50 kg. Batu basurek ini telah berumur 659 tahun. Penemuan
prasasti ini pertama kali ditulis pada 16 Desember 1880 oleh
176Efrizon (penyusun). Pesona dan Profil Luhak Nan Tuo. Batusangkar:
Kantor Inforkom dan PDE Tanah Datar, 2005
84 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
P.H. Van Hengst, Asisten Residen Tanah Datar. Prof. H Kern,
seorang ahli dari Belanda, Ia orang yang pertama kali
membahas prasasti dengan tulisan Jawa Kuno berbahasa
Sanskerta itu. Pada 1917 dia menerjemahkan isinya
adalah:"Adityawarman maju perkasa, ia penguasa
Kanakamedinindra atau Suwarnadwipa (Sumatera atau Tanah
Emas).177
Adityawarman lahir dari rahim Dara Jingga, putri
raja Darmasraya yang terletak di tepi Sungai Batanghari, Jambi
dan ayahnya, Adityawarman tadi, kerabat Keraton Singosari.178
(d) Objek wisata Puncak Pato
Di Kecamatan Lintau Buo Utara terdapat objek wisata Puncak
Pato atau Bukit Marapalam. Tempat ini terkenal dengan
sejarah Sumpah Satie Bukik Marapalam dan merupakan
kawasan benteng pertahanan perang Paderi. Objek wisata
Puncak Pato terletak di Nagari Batu Bulek kecamatan Lintau
Buo Utara ini terletak sekitar 17 km dari Kota Batusangkar.
Di sana terdapat bangunan yang melambangkan tempat
pertemuan tiga pemimpin masyarakat yang beratap tumpuk,
disinilah tempat musyawarah yang melahirkan pedoman hidup
masyarakat Minangkabau yang dikenal sebagai Perjanjian
Marapalam.
(e) Objek wisata Batu Batikam
Situs Batu Batikam di Koto Tuo, Kabupaten Tanah Datar,
Sumatera Barat, merupakan salah satu peninggalan sejarah
masyarakat Minangkabau. Batu Batikam adalah simbol
demokrasi, yang terbentuk dari tikaman keris saat terjadi
perbedaan pendapat antara Datuk Ketemanggungan dengan
Datuk Perpatih Nan Sebatang. Akan tetapi, karena kurang
177Local Governance Support Program (LGSP). "Buku Pegangan bagi Kepala
Daerah dan DPRD". United States Agency for International Development (USAID). 178Pemerintah Daerah Tingkat II Tanah Datar, Sejarah Tanah Datar
(Batusangkar, Pemda TD 1995).
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 85
perawatan, situs yang berada di Dusun Tuo tersebut kini
ditumbuhi lumut dan berjamur.179
Di Kabupaten Tanah Datar tempat lahirnya orang
Minangkabau dan di sini pula kerajaan Minangkabau berada. Di
samping itu, juga memiliki potensi budaya dan sejarah baik berwujud
seni maupun benda. Kabupaten Tanah Datar mempunyai nama lain
Luhak Nan Tuo (luhak yang tua) atau luhak yang pertama kali
didirikan. Luhak Tanah Datar jika dilihat dari geografisnya
sebenarnya tidak datar, tentang asal usul nama Tanah Datar. hanya
ada sebuah penafsiran lain dari penggunaan nama Tanah Datar ini,
yaitu tak nan data dalam bahasa Minangkabau berarti tidak ada
yang datar. Dalam kawasan Tanah Datar memangg sulit ditemukan
tanah yang datar melainkan kondisi perbukitan dan berlembah,
sehingga maksud tidak ada tanah yang datar lebih tepat untuk
kondisi geografis kawasan Luhak Tanah Datar.
Faktor adat dan pertambahan penduduk serta faktor ekonomis,
ikut mendorong terbentuknya kawasan rantau. Ketiga faktor di atas
sangat erat kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya.
Sehubungan dengan hal itu diambil sebagai contoh, perkembangan
urang nan saparuik (saudari seibu kandung atau saudara senenek dari
pihak ibu kandung) dengan segala implikasinya, dalam ajaran Adat
Minangkabau dijelaskan sebagai berikut; gadang menyimpang, pecah
paruik, panjang bakarek, laweh bakapiang, ganggan nan babantuak,
iduik nan bapado dari pusako tinggi, iduik nan bakarilahan mati nan
batungkek budi.180 Ungkapan tersebut mengandung pengertian bahwa
suatu suku terdiri dari beberapa buah paruik, maka suku itu dapat
dipecah menjadi beberapa bagian.
Dalam suku Minang dikenal istilah harta pusaka tinggi yang
akan dibagi sesuai dengan jumlah paruik yang ada, tidak
179Marwan dkk, Badan Pengelolaan Keragaman Budaya, Revitalisasi,
Reaktualisasi Budaya Lokal, Monografi Adat nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara (Batusangkar, 2014), 17
180Herman Sihombing, Hukum Adat Minangkabau Mengenai Tungku Tigo
Sajarangan Dan Tali Tigo Sapilin: Hukun adat Minangkabau Dewasa ini dan
Dikemudian Hari dalam A.A. Navis (ed.), Dialektika Minangkabau (Padang:
Penerbitan Genta Singgalang Press, 1983 ), 40-41.
86 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
berdasarkan jumlah anggota yang terdapat dalam sebuah paruik.
Apabila sebuah paruik mempunyai banyak anggota, tentu pembagian
itu tidak akan mencukupi ekonomi mereka. Hal itu mendorong
sebahagian anggota masyarakat mencari pemukiman baru di sekitar
(di luar) kawasan pusat Alam Minangkabau, selanjutnya menetap di
sana. Pada awal pertumbuhannya, kawasan rantau merupakan
pemukiman sementara, tetapi dalam periode selanjutnya berkembang
menjadi pemukiman yang terpisah dari kawasan inti (pusat).181
Walaupun demikian dalam lapangan kebudayaan penduduk kawasan
rantau tetap menganggap dirinya orang Minangkabau. Oleh karena
itu, mereka tetap mengaitkan dan menghubungkan garis
keturunannya dengan pesukuan (marga keturunan) di tempat asal
mereka.182
Kawasan rantau terdiri dari rantau Pesisir dan rantau
hilir,183
sebaliknya kawasan pusat juga menempati posisi yang tidak
kalah pentingnya, karena merupkan daerah penghasil lada hitam,
emas dan hasil-hasil lainnya. Di samping itu masyarakat di kawasan
pusat Alam Minangkabau juga dapat sebagai konsumen dari barang-
barang yang diperdagangkan oleh pedagang-pedagang lokal. Barang-
barang dagangan yang diperjualbelikan dikawasan rantau, selanjutnya
dibawa ke kawasan pusat Alam Minangkabau untuk diperdagangkan
di sana. Dengan demikian kawasan pusat Alam Minangkabau
memegang posisi penting, di samping sebagai produsen sekaligus
juga sebagai konsumen. Hubungan dan integrasi antara penduduk
kedua kawasan itu dipelihara melalui ikatan struktural, kultural, dan
181 Muhammad Rajab, Sistem kekerabatan di Minangkabau (Padang: Center
For Minangkabau Studies Press, 1969), 15. 182Pengamatan Peneliti terhadap Perantau Tanah Datar dan wawancara
Perantau yang tergabung dalam Organisasi IKTD (Ikatan Keluarga Tanah Datar)
pada kegiatan peresmian Istana Pagaruyung yang dihadiri oleh Wakil Presiden Yusuf
Kalla, Agustus 2016 di Istana Basa Pagaruyung Batusangkar. 183Rantau Hilir adalah daerah rantau Alam Minangkabau yang terletak di
sebelah timur kawasan pusat.Jika dilihat dari segi perpindahan penduduk dari
daratan Asia di Sumatra (Pesisir Barat Sumatra), barangkali terlebih dahulu sampai
dirantau hilir kemudian baru menuju pedalaman. Akan tetapi bila ditinjau dari
konsep Minangkabau dan penyebaran penduduk, serta kebudayaannya, maka daerah
tersebut termasuk kepada kawasan rantau. Lihat, Leonard Y. Andaya” Raja Kechil
And The Minangkabau Conquest of Johor In 1718” dalam Imras, No. 45. (1972), 51-
53.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 87
perdagangan. Melalui ikatan struktural terbina hubungan antara raja-
raja yang memerintah di kawasan rantau dengan raja Alam,184
yang
berkedudukan di Pagaruyung. Raja-raja di kawasan rantau pada
waktu tertentu menyampaikan persembahan pada Raja Alam, berupa
barang-barang berharga yang dipungut dari hasil bumi dan bea-cukai
daerah setempat. Hal itu merupakan pertanda adanya ikatan antara
kedua kawasan tersebut.185
Dari segi kultural, penduduk dikawasan rantau tetap mengakui
bahwa mereka adalah orang Minangkabau dan menjalankan
kebudayaannya . Oleh karena itu, mereka tetap menelusuri dan
mengaitkan garis keturunana mereka dengan pesukuan di daerah asal
mereka dalam kawasan Luhak Nan Tigo. Kedua bentuk hubungan itu
diperkuat dengan kontak-kontak perdagangan. Penduduk dan para
pedagang dari kawasan pusat menyalurkan hasil bumi mereka melalui
kota-kota dagang di daerah tertentu. Sebaliknya barang-barang dari
daerah luar yng dibutuhkan masyarakat di kawasan pusat, juga
disalurkan melalui Rantau. Dengan demikian, baik kawasan pusat
maupun Rantau menempati posisi penting, sehingga hubungan antara
keduanya menguntungkan kedua belah pihak.186
Struktur sosial masyarakat tradisional Minangkabau bersifat
geneologis, garis keturunan diambil berdasarkan pertalian darah yang
ditarik berdasarkan garis keturunan ibu atau disebut juga matrilinial.
Kelompok-kelompok adat di Minangkabau berkembang mulai dari
unit yang terkecil sampai pada unit yang paling besar. Kelompok adat
itu dapat dikategorikan pada: saparuik, induak bako dan anak
184Raja-raja di rantau, tidak sama fungsi dan kedudukannya dengan raja
Pagaruyung. Kekuasan yang dimilikinya mirip dengan kekuasaan penghulu di
kawasan Luhak. Lihat, M. Nasroen, Dasar Falsafah adat Minangkabau (Jakarta:
Bulan Bintang, 1972), 132. 185Raja Alam adalah penuasa tertinggi dalam kerajaan Pagaruyung
Minangkabau, raja tersebut tidak seperti raja-rajadalam kerajaan lain, kekuasaan
secara politis yang dimilikinya hanya terbatas pada pusat kerajaan belaka, sementara
itu kekuasaannya terhadap seluruh Alam Minangkabau hanyalah bersifat nominal
dan dia dihormati sebagai tokoh kharismatik dan orang betuah. Lihat Mukhtar Naim,
Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabu (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press , 1979) 63-64. 186M.D. Manshoer, Sejarah Minangkabau(Jakarta: Bharata,1970), 126.
88 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
pisang.187
Unit yang terkecil bagi urang nan saparuik adalah samande
(seibu). Selanjutnya kelompok itu dapat dihubungkan dengan cabang
yang lebih luas seperti; jurai, kampuang, kaum dan suku. Suku
merupakan unit yang paling utama dalam struktur sosial masyarakat
Minangkabau setelah ikatan saparuik.188
Ikatan perkawinan dalam masyarakat Minangkabau melahirkan
pola hubungan yang disebut induak bako, yaitu kelompok nan
saparuik di pihak ayah. Anak-anak yang lahir dari perkawinan itu
menyebut urang nan saparuik di pihak ayah dengan induak bako.
Perkawinan dalam masyarakat Tanah Datar harus dilakukan dengan
orang yang berasal dari suku yang berbeda. Setelah perkawinan
berlangsung biasanya pihak laki-laki tinggal dan menetap di
lingkungan keluarga istrinya atau bersifat matrilokal.189 Hubungan
perkawinan itu tidak mengubah dan mempengaruhi seseorang dengan
sukunya, suami maupun istri tetap terikat suku ibunya masing-
masing. Pasangan suami istri melalui ikatan perkawinan
mangharapkan lahirnya generasi baru untuk melanjutkan keturunan,
yaitu anak. Anak itu dinamakan anak pisang 190bila dilihat dalam
hubungannya dengan induak bako. Jika dilihat dari segi keturunan
ibu, maka anak-anak tersebut tergolong kepada urang nan saparuik
yang merupakan kelompok sosial terkecil dalam struktur masyarakat
Tanah Datar.191
Oleh karena sistem kekerabatan di Tanah Datar berdasarkan
pertalian darah yang diambil menurut garis keturunan ibu
(matrilinial), maka ikatan antara anak dan ibu lebih kuat bila
dibandingkan dengan ikatan antara anak dan ayah. Hal itu merupakan
gejala umum bagi masyarakat yang menganut garis keturunana ibu,
187Herman Sihombing. Hukum Adat Minangkabau Mengenai Tungku Tigo
Sajarangan Dan Tali Tigo Sapilin: Hukum adat Minangkabau Dewasa ini dan Dikemudian Hari, 40-41.
188Muhammad Rajab, Sistem kekerabatan di Minangkabau, 15.
189Matrilokal (hal kebiasaan yang) menentukan bahwa pengantin menetap di
sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri. 190Istilah Anak pisang dalam kekerabatan orang minang adalah semua anak
dari saudara laki-laki yang seibu, jika hanya seaya 191Wawancara, Rifka Yarni (Pengurus Bundo Kanduang Pariangan), 05
Desember 2016 di Pariangan.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 89
sebab anak lebih banyak tinggal dengan ibunya, akibatnya ikatan
antara anak dan ayah bersifat longgar. Ikatan tersebut akan terasa
semakin longgar bila terdapat faktor-faktor sebagai berikut: 1)
Kesibukan ayah bekerja dan mencari nafkah di luar lingkungan rumah
tangganya, 2) Jika seorang ayah berpoligami, dengan berpoligami si
ayah akan mendatangi istri-istrinya secara bergilir, sehingga si ayah
jarang bertemu dengan anaknya. 3) Bila terjadi perceraian antara si
ayah dengan ibu, biasanya anak akan tetap tinggal dengan ibunya dan
jarang sekali dapat bertemu dengan si ayah, kalaupun bertemu hanya
untuk beberapa waktu yang sangat terbatas.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa,
keluarga dalam pengertian orang Minangkabau berbeda dengan
konsep keluarga inti. Komponen keluarga menurut nuclear family
terdiri dari; ayah (sebagai kepala keluarga) ditambah dengan ibu dan
anak-anak.192
Sedangkan keluarga menurut pengertian orang Tanah
Datar lebih luas dari pada itu, di samping ibu, ayah dan anak, juga
termasuk mamak yang berfungsi sebagai pimpinan keluarga tersebut.
Selain itu masih terdapat pengertian keluarga yang lebih luas,
meliputi urang nan saparuik, jurai, kampuang dan kaum, bahkan
orang yang sesuku pun masih dianggap sekeluarga, karena orang
Tanah Datar beranggapan bahwa orang yang sesuku berasal dari
nenek moyang yang sama.193
Kelompok kekerabatan terkecil di Tanah Datar adalah
samande (seibu) yang dipimpin oleh mamak (saudara laki-laki dari
ibu). Gabungan beberapa kelompok terkecil itu disebut kampuang
(kampung), dipimpin mamak tertua yang dinamai tungganai194.
Selanjutnya beberapa kampuang (kampung) bersatu dan membentuk
kaum yang dipimpin oleh mamak kaum. Suku yang merupakan
gabungan dari beberapa kaum sejenis dipimpin oleh penghulu suku.
192Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial (Jakarta: PT. Dian
Rakyat, 1997), 105. 193A.A Navis, Dialektika Minangkabau (Padang: Genta Singgalang Press,
1983), 13-25. 194Tungganai adalah kelompok yang di pimpin mamak (paman) yang tua,
memimpin beberapa paruik.
90 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Suku memiliki penghulu suku, kaum memiliki mamak kaum,
kampuang memilki tungganai, sumando memiliki mamak.195
Tabel 5.
Sturuktur Kekerabatan di Tanah Datar
dari urutan terendah sampai ke Nagari
Tingkat
kekerabatan
Sebutan
pemimpin Pemimpin
Samande Mamak Mamak
Kampuang Tungganai Datuk/penghulu kampuang
Kaum Mamak kaum Datuk/penghulu kaum
Suku Penghulu suku Datuk/Penghulu suku
Kumpulan
penghuku suku
KAN (Kerapatan
Adat Nagari)
Ketua KAN
Di kawasan pusat Alam Minangkabau terdapat empat macam
suku yang merupakan suku asal ; Bodi, Caniago, Koto dan Piliang.196
Berkaitan dengan corak kepemimpinan dalam suku, maka sifat
kepemimpinannya dapat dibedakan kedalam dua kelompok yang
disebut laras yaitu; laras Bodi caniago dan laras Koto Piliang.
Pemerintahan tertinggi dalam suku menurut sistem kelarasan Bodi
Caniago dipegang oleh penghulu pucuak (penghulu yang paling tinggi
di suatu suku). Satu atau beberapa suku mendiami suatu
perkampugan yang disebut koto. Koto terbentuk dari taratak dan
dusun. Gabungan dari beberapa koto membentuk nagari.197Nagari
merupakan pengelompokan sosial yang berbeda di atas suku.
Walaupun demikian nagari pada prinsipnya mengandung pengertian
teritorial, tanpa pertimbangan segi geneologis dan suku. Nagari lebih
menonjol peranannya dalam lapangan politis dan pemerintahan nagari
195Marwan dkk, Badan Pengelolaan Keragaman Budaya, Revitalisasi,
Reaktualisasi Budaya Lokal, Monografi Adat nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara (Batusangkar, 2014), 17.
196 Muchtar Naim, Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau(Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 1979), 18. 197Syarat-syarat berdirinya suatu nagari adalah sebagai berikut : adanya
masjid, balai adat, labuah (jalan raya kampong) serta terdapatnya tepian tempat
mandi. Hamka. Ayahku (Jakarta: Uminda,1982),h.2. Lihat Taufik Abdullah, Schools
and Politics (Ithaca, New York: Cornell University Press, 1971), 4.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 91
merupakan pemerintahan tertinggi yang memegang kekuasaan
langsung terhadap masyarakat di Minangkabau.
Berbeda keadaannya dengan di pusat Alam Minangkabau,
dikawasan rantau pemerintahan dipegang oleh raja, sebagaimana
ternukil dalam ungkapan rantau beraja, luhak berpenghulu (rantau
punya raja dan luhak punya penghulu). Dalam menjalankan roda
pemerintahan raja-raja di rantau itu juga memiliki otonomi penuh.
Raja-raja tersebut ada yang merupakan keturunan langsung dari raja
Pagaruyung yang terletak dalam kawasan pusat alam Minangkabau.
Di samping itu ada pula yang merupakan utusannya, dan yang lain
ada yang dipilih dari daerah setempat, selanjutnya dinobatkan
menjadi penguasa di daerahnya.198
Pada saat-saat tertentu raja-raja
dari rantau menyampaikan persembahan kepada raja di Pagaruyung,
hal itu bukan berarti sebagai ketundukan dari kawasan pusat, apalagi
sepeninggal Adityawarman, namun persembahan itu merupakan
pertanda adanya ikatan antara kedua kawasan Alam Minangkabau.
Uraian di atas mengandung pengertian, bahwa nagari dan
rantau dalam kawasan alam Minangkabau bebas dan merdeka
menjalankan pemerintahannya sendiri. Raja Pagaruyung tidak
berkuasa secara politis dan administratif terhadap kedua kawasan itu,
kekuasaan yang mereka miliki hanya bersifat komunal, mereka
dianggap sebagai tokoh kharismatik dan orang bertuah. Oleh karena
itu , mereka tetap dihormati oleh masyarakat Minangkabau. Beberapa
fungsi raja dalam masyarakat Minangkabau, antara lain:
1)Menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan (tidak putus)
di tingkat nagari. Bila orang yang terlibat dalam suatu perkara tidak
dapat menerima putusan akhir Kerapatan Penghulu, maka dia dapat
naik banding sampai ke tingkat kerajaan. Setelah itu perkara tersebut
akan diusut oleh anggota Basa Empat Balai, namun putusan terakhir
terletak pada putusan Raja Alam. 2)Menjaga keseimbangan hubungan
antara kawasan pusat alam Minangkabau dengan kawasan rantau,
dalam bentuk pemerintahan nagari yang sudah ada sejak dulu dan
masih populer di masyarakat Tanah Datar.199
198Muchtar Naim, Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau, h.12 199Amir, M. S. Adat Minangkabau: Pola dan tujuan hidup orang Minang, 143.
92 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Masyarakat tradisional Minangkabau dapat dibagi dalam dua
sistem yang berbeda, yaitu: The Royal Family System (Sistem
keluarga penguasa kerajaan/bangsawan) dan The Commoners (rakyat
biasa). Bentuk pertama adalah sistem patrilinial yang tak dapat
dipisahkan dari Alam Minangkabau. Ini juga dapat dianggap sebagai
perwakilan dari The male principle. Sedangkan yang kedua dapat
dikatakan mewakili model sistem matrilinial (the fame principle).
Namun kedua bentuk ini disatukan ke dalam a sacral marrige.200
Berdasarkan bukti-bukti sejarah setelah abad ke-16, setelah
peme-rintahan Adityawarman, terdapat tiga raja di Minangkabau,
yaitu Raja Alam, Raja Ibadat, dan Raja Adat. Ketiga raja tersebut
disebut Rajo Tigo Selo. Yosselin De Jong menyebutkan Raja Adat
adalah simbol kewanitaan, oleh karena itu kadang-kadang disebut
dengan Tuan Gadis.201
Raja ini boleh laki-laki dengan syarat harus
memanjangkan rambutnya. Sedang-kan raja ibadat adalah simbol
kaum laki-laki. Keduanya disebut Rajo Duo Selo. Namun kekuasaan
raja tidak pernah berfungsi sebagai kepala pemerintahan di
Minangkabau.
Wilayah ini terdiri dari Dua laras dan Tiga Luhak. Luhak itu
sendiri bukan merupakan unit politik dalam pengertian tradisional.
Organisasi sosial politik tertinggi sebelum masuknya pengaruh asing
adalah Nagari yang terdiri dari beberapa kampung yang saling
berdekatan nagari biasanya diperintahi oleh sebuah lembaga
kampung. Tidak terdapat kaitan struktur secara formal antara nagari
dengan nagari lainnya.202
Oleh karena itu setiap nagari berdiri sendiri
di mana nagari satu terlepas dari nagari yang lainnya. Dengan
demikian orang sering menyebutnya dengan Republik Nagari.203
200Taufik Abdullah. “Adat dan Islam: An Examination of Conflict in
Minangkabau” dalam Indonesia, No 2 Oktober 1966. 201 Herman Sihombing. 1983. ”Hukum Adat Minangkabau mengenai Tungku
Tigo Sajarangan dan Tali Tigo Sapilin” dalam A.A. Navis (Ed). Dialektika Minangkabau dalam Kemelut Sosial. (Padang:Genta Singgalang Press, 1983).
202Masalah antara satu nagari dan nagari lainnya sering terjadi
perkelahian.P.E. de Josselin de Jong. Minangkabau and Negeri Sembilan: Sosio Political Structure in Indonesia. Den Haag: Martinus Nijhoft Iletgeverij, 1980.
Accessed, 14 Desember 2017 203Ahmad Dt. Batuah A. Dt. Madjoindo. Tanpa Tahun. Tambo Alam
Minangkabau. (Jakarta: Balai Pustaka. 2011), 17.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 93
Sebuah kampung biasanya dikepalai oleh kepala kampung.
Disamping itu juga terdapat kepala dari masing-masing suku.
Biasanya ada beberapa buah suku yang termasuk ke dalam sebuah
kampung. Kepala suku yang tertua di antara kepala suku yang ada
dalam kampung yang bersangkutan dipilih untuk menjadi kepala
kampung, mereka dimuliakan dengan istilah Datuk yang dipusakai.204
Di Minangkabau pada awalnya terdiri dari empat suku pokok
yang berasal dari dua kelarasan yaitu Suku Koto dan Suku Pilliang,
keduanya tergolong kelarasan Koto Piliang. Sementara Suku Bodi
dan Caniago tergolong kelarasan Bodi Caniago. Menurut L.C.
Westenenk telah berkembang cabang-cabang suku, lebih kurang 96
suku yang menyebar di seluruh nagari di Minangkabau.205
Suku adalah unit utama dari struktur sosial masyarakat
Minangkabau. Orang yang tidak memiliki suku, maka tidak dianggap
sebagai orang Minangkabau kalau tidak mempunyai suku.Tiap suku
biasanya terdiri dari beberapa paruik 206
. Paruik terbagi ke dalam
jurai/kaum207, dan jurai terbagi lagi kedalam Samande.
208Cara
pembagian suku yang demikian masuk ke dalam berbagai tingkat
jenis keturunan, namun bisa berbeda antara satu daerah dengan
daerah lainnya. Sebagai mana yang dikatakan de Jong, jurai adalah
istilah yang tidak jelas yang mungkin menun-jukkan persamaan
consangulinealitas saja atau pertalian kelompok di bawah atau di atas
tingkatan paruik. Sebaliknya samande sukar dipandang sebagai unit
yang berdiri sendiri oleh karena dua atau tiga samande bisa sama
mendiami rumah yang satu.209
204Mochtar Naim. Merantau Pola Migrasi Minangkabau (Yogyakarta: Gajah-
mada University Press. 1984), 22. 205A.A Navis. Alam Takambang Jadi Guru:Adat dan Kebudayaan
Minangkabau. (Jakarta: Grafiti Press, 1984), 48. 206 Saparuik adalah satu keturunan dari nenek 207 Jurai adalah sama dengan suku yang terdidri dari beberapa kaum 208Samande adalah satu keturunan dari ibu 209 Taufik Abdullah. Modernization in the Minangkabau World; West
Sumatera In Early of the twentienth Century. London, Ithaca, London: Cornel
University Press; Taufik Abdullah. 1972. Schools and Politics: The Kaum Muda Moyement in West Sumatera. New York: Ithaca Cornell University Press; Taufik
Abdullah. 1966. “Adat and Islam An examination of conflict in Minangkabau” dalam
Indonesia, No. 2 Oktober 1966; Schrieke. 1973. Pergolakan Agama di Sumatera
94 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Sebuah nagari biasanya dapat berisikan empat sampai sepuluh
suku. Bahkan lebih, di padang tahun 1933 terdapat delapan sampai
sepuluh suku di Koto Tangah. Keberadaan suku bukanlah merupakan
unit teritorial,. Oleh karena itu kesatuan teritorial yang merupakan
daerah otonom adalah nagari.Terdapat beberapa tingkat bentuk unit
teritorial, dari rumah adat, berikut taratak (kumpulan beberapa
kekuarga), dusun, koto (kumpulan beberapa taratak), sampai pada
nagari sebagai puncaknya. Setiap nagari memiliki sebuah balai adat,
masjid, jalan-jalan raya atau setapak, pandan pakuburan, medan laga,
tepian mandi, lapangan olah raga dan tempat hiburan. Bahkan nagari
seharusnya juga memiliki sawah, perkebunan dengan berbagai jenis
tumbuhan yang ada di dalamnya.
Pada masa pemeintahan Belanda terdapat istilah lareh(laras)210.
Laras dibentuk bila nagari mempunyai adat yang sama dalam bentuk
federasi (gabungan) yang sering diistilahkan dengan koto, seperti
sebutan IV koto, VI koto, XIII koto dan seterusnya. Pada masa
kedatangan Belanda tahun 1937 di Tanah Datar terdapat empat belas
kelarasan dan di Agam dua belas kelarasan, di dalam sukunya
penghulu paling berkuasa. Ada-kalanya penghulu bersama penghulu
lainnya mengadakan rapat di balai adat nagari bila ada masalah-
masalah dalam penduduk nagari, sedangkan penghulu pada dasarnya
tidak bekerja sendiri: dia dibantu oleh penghulu kecil di daerah lain
adakalanya terdapat istilah atau sebutan yang berbeda untuk tujuan
dan maksud yang sama.
Di Bukittinggi masing-masing keluarga atau paruik dikepalai
oleh penghulu Andiko. Di Payakumbuh kepala puruik juga disebut
penghulu Andiko. Di Suliki disebut penghulu nan VI suku, tapi
penghulu Andiko tetap kepala paruik. Sedangkan menurut informasi
Ronkel dan Pamuncak, sendangkan orang yang terkemuka
mengepalai nagari disebut pucuak, di rantau pucuak sering disebut
raja. Data memperlihatkan kelompok geneologis dibentuk oleh
nagari. Setiap nagari berbentuk republik kecil, begitu juga di rantau,
Barat: Sebuah Sumbangan Bibliografi (terjemahan oleh: Soergata Poerbakawatja.
(Jakarta: Bharata). 210Laras/lareh dalam bahasa Minang adalah sistem pemerintahan di
Minangkabau
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 95
kecuali Indragiri disebut berbeda. Masing-masing daerah berbeda
sebutan untuk penghulu pucuk (pucukP.211
Unsur-unsur dari Koto Piliang dan Bodi Caniago kemungkinan
ditemukan dalam nagari yang sama. Walaupun nagari tersebut
terdapat suku yang berlainan. Akan tetapi biasanya ditandai dengan
suku yang dominan. Oleh karena itu biasanya orang mengatakan
bahwa Luhak Agam lebih didominasi oleh Bodi Caniago, Luhak Lima
Puluh Koto oleh Koto Piliang dan Tanah Datar campuran di antara
keduanya. Sedangkan keluarga kerajaan lebih didominasi oleh Koto
Piliang.212
Luhak Tanah Datar yang merupakan gabungan antara adat
Koto Piliang dengan Bodi Caniago, tiga daerahnya yang terpenting
adalah Solok, Singkarak dan Batu Sangkar. Di Solok keluarga disebut
sesuku yang dikepalai oleh penghulu Andiko. Bila suku atau keluarga
menempati beberapa rumah, maka penghulu Andiko mengepalai
beberapa mamak, sedangkan nagari dikepalai oleh penghulu pucuak.
Tetapi ia adalah seorang penghulu Andiko. Di Singkarak sama
dengan di Solok yang berbeda hanya keluarga tidak disebut suku
tetapi kampuang.213
Luhak Tanah Datar disebut juga Luhak Nan Tuo karena luhak
ini adalah luhak yang pertama muncul di Minangkabau. Luhak ini
dikenal dengan kekhasanya buminyo tenang , aianyo tawa, ikannyo
banyak. (buminya tenang, airnya tawar dan ikannya banyak). Hal ini
menggambarkan masyarakatnya yang ramai, statusnya tidak merata.
Asal usul Luhak Tanah Datar, terjadi sejak dahulu kala, ketika
nenek moyangnya masih tinggal di puncak gunung Merapi, ada tiga
sumur (luhak). Salah satu dari ketiga sumur itu terletak di tanah yang
datar. Orang yang biasa minum dari sumur tersebut pindah ke suatu
211Syafwan Rozi. Kontruksi Identitas Islam Perbatasan sebuah Sintesis
terhadap Identitas Tradisional dan Identitas Modernis dalam Paham Keagamaan di
Daerah Rao Sumatera Barat" (2012), 1643-1660. 212Nursyirwan Effendi. "Kearifan Lokal Menuju Penguatan Karakter Sosial:
suatu Tantangan dari Kemajemukan Budaya di Sumatera Barat." Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya 16.2 (2014), 107-115.
213Ronald Fransyaigu. Penerapan Inkuiri Moral Berbasis Nilai-Nilai Kearifan
Lokal Minangkabau“Alam Takambang jadi Guru Untuk Pembentukan Karakter Siswa. Diss. (Universitas Pendidikan Indonesia, 2014), 16.
96 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
tempat, yang kemudian dinamakan Luhak Tanah Datar, sesuai
tempat sumur mereka.
Nenek moyang orang Minangkabau pertama-tama membuat
nagari di Pariangan Padang Panjang. Lama-kelamaan nagari itu terasa
sempit karena penduduk berkembang, dan akhirnya mereka mencari
daerah baru. Salah satu daerah itu adalah daerah yang tidak
datar.Tanahnya berbukit-bukit dan berlembah-lembah. Nama tempat
itu mereka tetapkan sesuai dengan kondisi daerahnya, yakni Luhak
Tanah Datar. Luhak disini mengandung makna “kurang”, jadi daerah
yang tanahnya kurang datar. Di antara nagari-nagari yang termasuk
Luhak Tanah Datar adalah sebagai berikut: 1)Panti, Silabuak
Ampalu, Parambahan, Cubadak, Supanjang, Pabalutan, Sawah Jauah,
Rambatan, Tabek Sawah Tangah. 2)Dusun Tuo, Balah Labuah, Balai
Batu, Kubu Rajo, Piliang, Ngungun. 3)Tujuah Langgam di Hilia;
Turawan, Padang Lua, Padang Magek, Sawah Kareh, Kinawai,
Balimbiang, Bukik Tamusu. Limo Kaum Duo Baleh Koto.
4)Tampuak Tangkai Pariangan Salapan Koto.Pariangan, Padang
Panjang, Guguak, Sikaladi, Koto Tuo, Tanjuang Limau, Sialahan,
Batu Basa. 5)Sambilan Koto di dalam; Tabek Boto, Salagondo,
Baringin, Koto, Baranjak, Lantai Batu, Bukik Gombak, Sungai
Ameh, Ambacang Baririk, Rajo Dani. 6)Tanjuang Nan Tigo, Lubuak
Nan Tigo; Tanjuang Alam, Tanjuang Sungayang, Tanjuang Barulak,
Lubuak Sikarah, Lubuak Simauang, Lubuak Sipurai. 7)Sungai Tarab
Tujuah Batu; Limo Batu, Tigo Batu, Ikua Kapalo Kapak, Randai
Gombak Katitiran, Koto Tuo Pasia Laweh, Koto Baru, Rao-Rao, Salo
Patir Sumaniak, Supayang, Situmbuak, Gurun Ampalu, Sijangek
Koto Badampiang. 8)Langgam Nan Tujuah. 9)Labutan, Sungai
Jambu, Batipuah Nagari Gadang, Tanjuang Balik Sulik Aia,
Singkarak, Saniang Baka, Silungkang, Padang Sibusuak, Sumaniak,
Suraso. 10)Batipuah Sapuluah Koto; Batipuah, Koto Baru Aia
Angek, Koto Laweh Pandai Sikek, Panyalaian, Bukik Suruangan,
Gunuang, Paninjauan, Jaho Tambangan, Pitalah Bungo Tanjuang,
Sumpu Malalo, Singgalang. 11)Lintau Buo Sambilan Koto. 12)Batu
Bulek, Balai Tangah, Tanjuang Bonai, Tapi Selo Lubuak Jantan, Buo,
Pangian, Taluak Tigo Jangko.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 97
Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu dari 19
Kabupaten/ Kota di Sumatera Barat dengan ibukota Batusangkar.
Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Barat ini merupakan
Kabupaten terkecil luas wilayahnya, yaitu 133.600 Ha (1.336 Km2).
Jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar pada tahun 2006 adalah
345.383. Kabupaten Tanah Datar adalah daerah agraris, lebih dari
tujuh puluh prsen Penduduknya bekerja di sektor pertanian, baik
pertanian pada tanaman pangan dan , perkebunan, perikanan maupun
peternakan. Begitu juga dengan usaha masyarakat pada sektor lain
juga berbasis pertanian seperti pariwisata dan industri kecil atau agro
industri. Masyarakat yang telah bertani secara turun temurun ini
mempunyai motivasi dan semangat kerja yang tinggi.
Ada suatu keyakinan bagi masyarakat Minangkabau bahwa
asal usul orang Minangkabau dari Kabupaten Tanah Datar, tepatnya
dari Dusun Tuo Pariangan Kecamatan Pariangan. Sebagai buktinya
masih terdapat Sawah, Lurah dan Kuburan Panjang Datuk Tantejo
Gurhano yang dikenal sebagai arsitek rumah gadang. Kemudian dari
Luhak Tanah Datar inilah kemudian orang Minangkabau berkembang
dan berpindah ke daerah lain seperti Luhak 50 kota dan Luhak
Agam.214
Luhak pada prinsipnya bukan merupakan unit politik,
sekalipun dalam pengertian tradisional, akan tetapi secara mitologis
orang-orang yang mendiami kawasan tersebut dianggap berasal dari
moyang yang sama.215
Di samping itu luhak juga mengandung
pengertian kesatuan geografis, sosial ekonomis dan sosial budaya
yang mempunyai corak dan ciri tersendiri. Terbentuknya masing-
214Hasanuddin, W. S. "Kearifan Lokal dalam Tradisi Lisan Kepercayaan
Rakyat Ungkapan Larangan tentang Kehamilan, Masa Bayi, dan Kanak-kanak
Masyarakat Minangkabau Wilayah Adat Luhak Nan Tigo." Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya 1.2 (2015): 198-204.
215Menurut ceritra rakyat Minangkabau, masyarakat yang mendiami masing-
masing Luhak dalam kawasan pusat alam Minangkabau menghubungkan nenek
moyangnya dangan binatang seperti; harimau sebagai nenek moyang orang Agam,
Kuciang siam serta kambing bagi orang Lima puluh Kotadan kucing bagi Tanah
Datar, sera anjing moalam bagi orang solak. Baca, P.E.de Joselin de Jong
Minangkabau and Negeri Sembilan Sosio Politikal Strukture in Indonesia (Den
Haag: Martinus Nijhoff-‘S-Gravenhage, 1980) h.101. Muctar Naim, Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1979), 17.
98 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
masing luhak dalam kawasan pusat Alam Minangkabau, terutama
didorong oleh faktor geografis yang memisahkan ketiga daerah
pemukiman tersebut. Faktor yang dimaksud adalah berupa hutan-
hutan lebat serta jurang yang dalam dan terjal. Keadaan alam seperti
itu sulit diatasi oleh masyarakat, apalagi pada masa itu belum
diketahui teknologi modern. Oleh karena itu, masing-masing daerah
pemukiman tersebut mengalami perkembangan tersendiri, sebab
hubungan antara satu luhak dengan yang lainnya belum berjalan
dengan baik. Luhak rantau merupakan sebutan bagi penduduk yang
menyebar dan membentuk perkampungan dari kawasan Luhak Nan
Tigo.216
Di Kabupaten Tanah Datar saat ini masih banyak terdapat
peninggalan sejarah adat Minangkabau tersebut, baik berupa benda
maupun tatanan budaya adat Minangkabau. Dan masyarakatnya
dikenal kuat memegang ajaran adat Minangkabau dan agama Islam.
Mereka menyebutnya dengan "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah". Ikrar ini disebut juga dengan Sumpah Satie yang juga di
Tanah Datar dilahirkan, yaitu tempatnya di Bukit Marapalam Puncak
Pato Kecamatan Lintau Buo Utara.217
Diskursus masyarakat Tanah Datar pada masa lampau maupun
pada masa sekarang tidak dapat dipisahkan dengan adat dan budaya
Minangkabau. Maka penggunaan istilah masyarakat Minangkabau di
Kabupaten Tanah Datar sering digunakan untuk mewakili kata
masyarakat Tanah Datar. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan
sering digunakan masyarakat atau orang Minangkabau untuk merujuk
masyarakat Minangkabau yang ada di Kabupaten Tanah Datar.
Sangat relevan jika membahas adat dan budaya suku bangsa
Minangkabau jika berbicara dan menganalisa apa yang terjadi saat ini
pada masyarakat Kabupaten Tanah Datar dan juga di sebagian besar
216Yang dimaksud dengan ‘Rantau’ dalam kajian ini adalah daerah persebaran
masyarakat dan kebudayaan Minangkabau yang terletak di sekitar kawasan pusat
Alam Minangkabau. Mereka menetap dan tinggal di daerah itu bukan hanya untuk
mencari nafkah (tempat menetap sementara). Rantau disini tidak sama dengan
pengertian tempat tinggal sementara, dalam konsep ‘merantau’( berlayar mencari
penghidupan di sepanjang rantau, dari satu sungai ke sungai lain; pergi ke pantai
(pesisir); pergi ke negeri lain untuk mencari penghidupan, ilmu. 217 Marwan dkk, Badan Pengelolaan Keragaman Budaya, Revitalisasi,
Reaktualisasi Budaya Lokal, Monografi Adat nagari Batu Bulek , 18.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 99
Provinsi Sumatera Barat. Dengan adanya otonomi daerah, ada
semacam penguatan nilai-nilai lokal di semua kabupaten dan kota di
Sumatera Barat yang mayoritas penduduknya adalah suku bangsa
Minangkabau, termasuk di Kabupaten Tanah Datar sebagai daerah
pusat kerajaan alam Minangkabau.
Masyarakat Minangkabau dikenal fanatik dengan nilai-nilai
budaya mereka, termasuk dalam beragama. Sangat aneh jika orang
Minang tidak beragama Islam. Ini dibuktikan dalam bentuk falsafah
adat Basandikan Syarak, Syarak Basandikan Kitabullah (adat
bersendikan agama, agama bersendikan Kitabullah). Dua nilai (nilai
adat dan nilai agama Islam) yang tidak bias dipisahkan yang
menguat saat ini menurut orang Kabupaten Tanah Datar.
Dalam perjalanan sejarah panjang masyarakat Tanah Datar,
perubahan budaya tentunya selalu ada seiring dengan perubahan
waktu dan masyarakatnya. Dalam keadaan normal, proses perubahan
budaya berjalan secara evolusif (berubah sedikit demi sedikit). Pada
masa-masa tertentu di mana terdapat momentum atau kejadian
khusus, perubahan tersebut dapat berupa revolusi. Perubahan yang
terjadi pada kejadian khusus ini lebih memudahkan analisa terhadap
perubahan sosial suatu masyarakat.218
Minangkabau terkenal dengan
ungkapan falsafah yang dijadikan pedoman: Adat Basandi Syarak,
Syarak Basandi Kitabullah. Maksudnya bahwa adat berdasarkan
syariat, syariat berdasarkan Al-quran. Hukum Islam diberlakukan
sejak Islam tiba di Indonesia, ada yang mengatakan abad ke-1 H, ada
yang mengatakan abad ke- 7 H terutama dalam kerajaan-kerajaan
lama.219
Adat Minangkabau adalah peraturan dan undang-undang atau
hukum adat yang berlaku dalam kehidupan sosial masyarakat
Minangkabau, terutama yang bertempat tinggal di Ranah Minang
atau Sumatera Barat. Dalam batas tertentu, adat Minangkabau juga
dipakai dan berlaku bagi masyarakat Minang yang berada di wilayah
218Rizki Hidayat. Konstruksi Makna dalam Upacara Adat Tradisi Pacu Jawi
Sebagai Kearifan Lokal Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat. " 2014.
(Accessed, 15 Desember 2017). 219Deliar Noer, Islam &Politik(Jakarta: Yayasan Risalah, 2003), 2.
100 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Minangkabau.220
Setelah Aditiawarman menjalankan pemerintahan
dengan melancarkan undang-undang adat Minangkabau di dalam
Luhak Nan Tiga, maka keamanan dan kemakmuran rakyat dan negeri
lebih maju dan sempurna dari biasa.221
Adat Minangkabau merupakan
kesepakatan bersama antara penghulu /ninik mamak, alim ulama,
cerdik pandai, bundo kanduang dan pemuda dalam suatu nagari di
Minangkabau, yang disesuaikan dengan perkembangan zaman
memakai etika-etika dasar adat Minangkabau namun tetap dilandasi
ajaran agama Islam. Dengan semboyan adat, indak lapuak dek
hujan,indak lakang dek paneh (tidak lapuk karena hujan dan tidak
lekang karena panas). Seboyan tersebut menggambarkan kekokahan
adat di nagari-nagari di Minangkabau. Agama Hindu dan Budha yang
masuk ke sana pada abad V dan VI M, tidak mempengaruhi adat dan
kebudayaan tersebut. Kemudian akhirnya kebudayaan Hindu dan
Budha tidak berkembang di Minangkabau.222
Aditiyawarman menjalankan pemerintahan dengan
menlancarkan undang-undang adat Minangkabau di dalam Luhak
Nan Tigo (Kabupaten yang tiga ), maka keamanan dan kemakmuran
rakyat dan negeri lebih maju dan sempurna dari biasa. Kemudian
turun temurun pemerintahan dilanjutkan anak dan cucu
Aditiawarman yang merupakan kemenakan dari Perpatih Nan
Sabatang dan Katumanggungan. Karena waris adalah dari mamak
yang dibangsakan kepada pihak ibu, maka akhirnya tidak ada lagi
sangkut pautnya waris dengan keturunan Aditiawarman. Hanya
keturunan Perpatih Nan Sabatang serta Datuk Katumanggungan yang
sampai sekarang tetap diwarisi dan diakui oleh rakyat
Minangkabau.223
Hampir seluruh penduduk Kabupaten Tanah Datar merupakan
suku-bangsa Minangkabau yang memliki sistem sosial berdasarkan
220Evelyn Blackwood,”Representing Women”: The Politics of Minangkabau
Adat Writings Source: The Journal of Asian Studies,Vol. 60, No. 1 (Feb., 2001), pp.
125-149Published by: Association for Asian StudiesStable URL:
http://www.jstor.org/stable/2659507Accessed: 15-04-2015 14:06 UTC,H.126 221M.Radjab, Sistem Kekerabatan Di Minangkabau(Padang:CMS,1969),h.17 222M.Nasroen, Dasar Falsafah Adat Minangkabau,(Jakarta: Bulang Bintang,
1972).32 223 M.Radjab, Sistem Kekerabatan Di Minangkabau(Padang:CMS,1969),17.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 101
kekerabatan matrilineal (keturunan menurut garis ibu). Sistem ini
melahirkan tatanan sosial dan sistem kepemilikan yang bersifat
komunal dengan sistem pewarisan mengikuti garis keturunan ibu.
Konsepsi masyarakat Minangkabau tentang hirarki dalam
kehidupan sosial dan politik penting untuk dipahami sebagai sistem
pemerintahan yang ada dalam masyarakat Minangkabau yang
merupakan warisan dari nenek moyang orang Minangkabau adalah
nagari. Nagari merupakan sebuah wilayah otonom yang terlepas dari
nagari lain. Semua urusan sosial dan adat istiadat merupakan urusan
masing-masing nagari. Kadang kala nagari yang berdekatan
mempunyai perbedaan adat dalam bentuk varian-varian kecil.
Masyarakat Minangkabau adalah masyarakat komunal yang
hidup dalam keluarga luas. Ikatan sosial dan emosional dalam
masyarakat Minangkabau sangat kuat yang dimulai dari unit
keluarga, dan terus berkembang menjadi saparuik, sasuku, sakaum,
sakampuang, dan sanagari224. Nagari merupakan wilayah kesatuan
adat yang memiliki lembaga sendiri yaitu KAN (Kerapatan Adat
Nagari), sebuah lembaga otonom dipimpin oleh penghulu-penghulu
adat serta alim ulam dan cerdik pandai. Gabungan beberapa nagari
membentuk derah yang disebut luhak. Dalam sejarah Alam
Minangkabau, pada awalnya ada tiga luhak yang merupakan tempat
awal bermukimnya masyarakat Minangkabau, yaitu Luhak Tanah
Datar, sebagai Luhak nan tuo (luhak yang pertama kali ada), luhak
Agam sebagi luhak nan tangah (luhak yang tengah) dan Luhak 50
Koto sebagai luhak nan bungsu (luhak yang bungsu). Ketiga luhak ini
sekarang berubah menjadi kabupaten yang mempunyai wilayah
kurang lebih sama dengan luas wilayah luhak. Daerah masyarakat
Minangkabau terus berkembang menjadi luhak-luhak yang lain dan
daerah rantau. Kumpulan luhak dan rantau inilah yang disebut
224 Saparuik adalah keluarga satu nenek atau berasal dari perut seorang nenek
yang sama dan bagian dari suku yang sama, sasuku adalah berasal dari seorang "Niniak" (niniak menempati jenjang tertinggi dari susunan sesuku. Dari niniak inilah
suku bermula , kendatipun generasi di atas niniak adalah moyang , sekampung adalah satu tempat tinggal dengan kelompok atau suku lain, maka himpunan kelompok itu disebut sekampung. Bertetangga dan sanagari adalah bertempat
tinggal dalam satu nagari baik sesuku maupun tidak sesuku.
102 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
sebagai daerah Kerajaan Minangkabau yang luasnya kurang lebih
sama dengan luas Provinsi Sumatera Barat sekarang.225
Pemerintahan nagari ini mencerminkan kuatnya hubungan
kerajaan dengan daerahnya. Bentuk kerajaan Minangkabau tidak
seperti bentuk kerajaan di Jawa pada umumnya. Kerajaan merupakan
simbol adanya wilayah yang mempunyai satu kesatuan adat dan
pemerintahan. Kerajaan mempunyai wewenang dalam menjaga dan
menjalankan urusan pemerintahan, adat, dan agama. Raja tidak
mempunyai wewewang dalam urusan harta pusaka dari setiap kaum
di nagari. Semua keputusan diambil sendiri oleh masyarakat nagari
melalui kera patan adat nagari asal sejalan dengan adat dan undang-
undang Minangkabau. Raja berfungsi sebagai penengah jika ada
perselisihan yang terjadi antara dua atau lebi. Raja juga berfungsi
menjaga pelaksanaan undang-undang dan hukum adat di setiap
nagari.226
Nagari dapat diandaikan seperti sebuah negara kecil yang
mempunyai hak untuk mengatur urusan mereka sendiri. Saat ini, luas
sebuah nagari kurang lebih sama dengan luas tiga sampai lima desa.
Sistem pemerintahan seperti ini merupakan pencerminan dari nilai-
nilai demokrasi dan egaliter di dalam masyarakat Minangkabau.
Setidaknya masyarakat Minangkabau, ada dua sistem
pemerintahan yang berjalan di masyarakat Minangkabau pada masa
pemerintahan Orde Baru, yaitu 1) Sistem pemerintahan adat dengan
unit pemerintahan terkecil adalah suku, dan unit pemerintahan
terbesar adalah nagari, 2) Sistem pemerintahan NKRI. Ini berlaku
sejak diberlakukannya UU penyeragaman desa sebagai unit
pemerintahan terkecil. Dengan adanya otonomi daerah, maka
masyarakat Sumatera Barat yang sebagian besar penduduknya
adalah suku bangsa Minangkabau bersepakat untuk mengembalikan
fungsi nagari sebagai sebuah unit pemerintahan yang mendapat
225M. S Amir. Masyarakat adat Minangkabau terancam punah., 29. 226John Haba, and Lilis Mulyani. Nagari & krama desa.Pusat Penelitian
Kemasyarakatan dan Kebudayaan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PMB-
LIPI), 2001.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 103
legitimasi menurut sistem pemerintaan NKRI dan sistem
pemerintahan adat.227
Kepemimpinan kolektif adalah Pola kepemimpinan di
masyarakat Minangkabau. Pada masa lalu, nagari mempunyai aparat-
aparat yaitu penghulu, malin, manti dan dubalang. Pada masa
reformasi, pimpinan kolektif yang ada di kerapatan adat nagari adalah
orang yang tergolong urang nan ampek jinih yaitu niniak mamak,
cadiak pandai, alim ulama dan Bundo kanduang (organinsasi )
perempuam Minangkabau.228
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah di
seluruh Indonesia, di Sumatera Barat terjadi perubahan pemerintahan
di tingkat terendah yang sebelumnya berada di tingkat desa/keluharan
beralih ke tingkat nagari. Untuk Kabupaten Tanah Datar berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2001 tentang Pemerintahan
Nagari, semula kabupatan Tanah Datar yang terdiri dari 221
desa/kelurahan, sekarang berdasarkan Perda tersebut telah terbentuk
75 nagari dan 280 jorong.
Sistem pemerintahan nagari dipandang efektif guna
memelihara ketahanan agama dan sosial budaya masyarakat
kabupaten Tanah Datar yang berdasarkan filosofi Adat Basandi
Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Kembali ke sistem pemerintahan
nagari antara lain bertujuan untuk menciptakan sistem pemerintahan
yang demokratis, dapat diterima, dan memiliki legitimasi dalam
masyarakat. Di samping itu juga menciptakan mekanisme
pemerintahan yang mampu memberikan pelayanan secara maksimal
kepada masyarakat.
Untuk mensukseskan proses kembali ke nagari telah
dilaksanakan persiapan-persiapan baik dalam bentuk kegiatan
pembekalan dan pelatihan teknis untuk wali nagari, Badan
Perwakilan Rakyat (BPRN), Kerapatan Adat Nagari (KAN) dan
aparat nagari sehingga mendapat gambaran yang jelas tentang tugas
pokok dan fungsi institusi masing-masing dan sekaligus mendapat
227Amir M. S. Adat Minangkabau Terancam Punah,8. 228Mochtar Naim. "Konsep Kepemimpinan Tungku Nan Tigo Sajarangan dan
Masalah Penerapannya dalam Rangka Kembali Ke Nagari." (2004). Accessed, 16
Desember 2017
104 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
pedoman dalam melaksanakan tugas. Tujuannya adalah untuk
memberikan dampak positif terhadap peningkatan pelayanan kepada
masyarakat dan lancarnya komunikasi dengan Pemerintahan
Daerah.229
Melalui gambaran singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa
nilai-nilai demokrasi adalah nilai budaya masyarakat Minang yang
telah ada sejak dahulu. Masyarakat Minangkabau tidak dibesarkan
dalam budaya feodalisme seperti yang ada pada masyarakat Jawa
pada umumnya. Masyarakat Minang tidak mengenal konsep raja yang
didewakan sehingga raja harus dihormati sedemikian rupa. Kondisi
budaya seperti ini menciptakan kepribadian masyarakat Minang yang
bebas dan merdeka. Konsepsi masyarakat Minangkabau tentang
pemimpin dapat terwakili dengan baik dalam pepatah Minang yang
menyatakan bahwa pemimpin itu ditinggian sarantiang, didahuluan
salangkah (ditinggikan seranting, didahulukan selangkah). Maknanya,
pemimpin adalah wakil masyarakat yang dipilih oleh karena
kecakapannya dan kepandaiannya.Warga masyarakat yang memiliki
kemampuan ini dihormati oleh seluruh masyarakat untuk menjadi
pemimpin dalam kaumnya untuk membawa kaumnya ke arah yang
lebih baik. Konsep ini dilaksanakan berjenjang sesuai dengan tingkat
kepemimpinan seseorang. Mulai dari sebagai mamak dalam keluarga
besar hingga penghulu dalam suku. Para penghulu suku inilah yang
kemudian bergabung dalam lembaga KAN (Kerapatan Adat
Nagari).230
Kepribadian dan konsepsi tentang kepemimpinan adat dan
agama seperti inilah yang akan melandasi pembahasan dalam
penelitian ini, tentang bagaimana orang Minang melihat pemimpin
mereka yang duduk di pemerintahan sehingga dapat melakukan
kontrol sosial kepada adat dan agama, serta menciptakan
pemerintahan yang baik dan bersih. Selain itu, perubahan budaya dan
terjadinya interaksi dengan nilai-nilai luar, seperti pola pemerintahan
229Wawancara Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), 03 September 2016
Jam: 14.00 Wib di Batu Bulek kecamatan Lintau Buo Utara. Lihat A. M Syahmunir.
Pemerintahan Nagari dan tanah ulayat.Andalas University Press, 2006. 230I Dirajo. Datuak Sangguno. Curaian Adat Minangkabau. (Kristal
Multimedia, 2003).
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 105
yang terpusat pada masa Orde Baru sampai kebijakan di masa Orde
Reformasi, yang sering menimbulkan polemik di tengah masyarakat.
B. Perubahan Sosial Masyarakat Tanah Datar: Dari PRRI Hingga
Otonomi Daerah
Apa yang dulunya dianggap sebagai daerah kebudayaan
Minangkabau, sekarang sudah banyak mengalami pengaruh dari
unsur-unsur lain akibat kontak dengan dunia luar. Perubahan ini juga
terjadi karena tidak cocoknya nilai lama untuk keadaan sekarang ini.
Tidak setiap penduduknya dapat dianggap sebagai pemangku
kebudayaan Minangkabau, dan sebaliknya tidak setiap orang yang
dari ayah dan ibunya adalah keturunan Minangkabau dapat dikatakan
sebagai pendukung kebudayaan Minangkabau, terutama jika mereka
dibesarkan di luar daerah kebudayaan Minangkabau.231
Pada pertengahan dekade 50-an sampai awal dekade 60-an,
terjadi berbagai pergolakan atau pemberontakan di negara Republik
Indonesia yang umumnya disebabkan karena ketidakpuasan pada
pemerintah pusat karena ada kesenjangan antara pusat dan daerah
yang cukup mencolok. Pemberontakan PRRI (Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia) dan Permesta (Perjuangan Rakyat
Semesta) misalnya. Semula, gerakan itu tidak tampak berniat ingin
menghancurkan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Tetapi, pemberontakan itu akhirnya dikenal sebagai
“gerakan anti-Jawa”, karena kesenjangan pembangunan antara Pulau
Jawa dan luar Jawa dianggap semakin besar.232
Sumatera Barat yang pada waktu itu masih bergabung dengan
Medan dan Riau dalam Sumatera Tengah juga merupakan basis
gerakan PRRI. Gerakan ini akhirnya dapat dipadamkan oleh
pemerintah pusat. Berlatar-belakang sejarah PRRI ini, terjadi
perubahan budaya yang menurut Ketua Legiun Veteran Kabupaten
Tanah Datar Bapak H. Faisal Kasim sebagai salah satu perubahan
231Hedar Laudjeng. "Kesatuan Masyarakat Hukum Adat." Makalah pada
“Simposium Masyarakat Adat: Mempersoalkan Keberadaan Masyarakat Adat sebagai Subjek Hukum”, Jakarta (2012), 27-28.
232Daniel F Doeppers. "An incident in the PRRI/Permesta rebellion of
1958."Indonesia 14 (1972), 183-195. (Accessed, 15 Desember 2017)
106 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
yang cepat pada nilai-nilai budaya Minangkabau. Dengan kalahnya
PRRI atas pemerintah pusat, mulai ada perbauran budaya yang
dibawa oleh tentara dan aparat pemerintahan pusat dengan budaya
masyarakat Minangkabau. H. Faisal Kasim menyatakan bahwa
sebelum terjadinya PRRI, budaya masyarakat Minangkabau cukup
terjaga karena tidak ada hubungan yang berarti dengan dunia luar
yang dapat menyebabkan pergeseran budaya dengan cepat.233
Kondisi sebagai pihak yang kalah menyebabkan proses
pergeseran budaya masyarakat Minangkabau pada masa paska PRRI
semakin cepat karena adanya perasaan sebagai pihak yang kalah yang
lebih rentan terpengaruhi oleh budaya baru, dan di sisi lain adanya
perasaan sebagai pihak yang menang pada diri tentara pusat. Keadaan
pada masa itu kurang lebih sama dengan keadaan ketika rakyat
Bonjol kalah dari Belanda pada Perang Paderi.
Proses perubahan sosial yang cepat pada masyarakat
Minangkabau berlanjut hingga pemerintahan Presiden Soeharto
selama 32 tahun dalam masa Orde Baru. Orde Baru dikenal sebagai
masa pemerintahan dengan pola kepemimpinannya yang terpusat.
Semua kebijakan ditentukan dari Jakarta sebagai pusat kekuasaan.
Salah satu kebijakan Orde Baru melalui UU No 9 Tahun 1979 adalah
melakukan penyeragaman sistem pemerintahan terkecil menjadi desa
di seluruh Indonesia termasuk di Kabupaten Tanah Datar. Tanah
Datar harus merubah pola pemerintahan mereka dari pola hidup
dalam nagari menjadi desa. Proses perubahan sistem pemerintahan ini
berarti menghilangkan fungsi nagari sebagai sistem pemerintahan
masyarakat Minangkabau yang dijalankan dengan prinsip-prinsip
adat dan diganti dengan prinsip desa yang diperkenalkan oleh
pemerintah.234
Salah satu yang berubah adalah sistem pimpinan masyarakat,
jika di nagari yang menjadi wali nagari adalah seorang penghulu yang
bergelar datuk dan memerintah dengan aturan adat, sedangkan di
233Meldawati. "Kehidupan di Bukit Nilam Pasaman pada Masa PRRI (1956-
1958)."Jurnal Pelangi 6.1 (2015). Accessed, 16 Desember 2017 234Hedar Laudjeng. "Kesatuan Masyarakat Hukum Adat." Makalah pada
“Simposium Masyarakat Adat: Mempersoalkan Keberadaan Masyarakat Adat sebagai Subjek Hukum”, Jakarta (2012), 27-28.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 107
dalam sistem desa yang menjadi kepala desa tidak harus datuk dan
menjalankan pemerintahan dengan aturan-aturan yang ditetapkan
dari pusat. Proses ini berjalan paling tidak selama 32 tahun sehingga
selama itu pula peran adat dalam mengatur kehidupan masyarakatnya
harus berbagi dengan sistem birokrasi yang didatangkan dari pusat.
Selama masa ini, terjadi proses penurunan fungsi adat dalam
masyarakat Minangkabau.
Di tingkat birokrasi yang lebih tinggi, ada semacam nilai-nilai
birokrasi yang tersosialisasikan. Antara lain bahwa pemimpin atau
aparat pemerintah mempunyai status yang sangat tinggi
dibandingkan dengan masyarakat. Konsep pelayan masyarakat tidak
cocok disebutkan bagi aparat pemerintah pada masa Orde Baru ini.
Ini dipengaruhi oleh budaya feodalisme dan patron klien yang ada
pada masyarakat Jawa yang memang mendominasi pejabat-pejabat
negara pada masa itu, sehingga dikenal pula proses ”jawanisasi” di
seluruh Indonesia. Ditambah lagi dengan pemerintahan yang
dikendalikan secara militeristik di berbagai lini pemerintahan,
sehingga menambah bentuk pemerintahan satu komando dari
pimpinan dan penggunaan cara-cara represif dalam menciptakan
keamanan.235
Merantau adalah salah satu karakteristik orang Minang,
merantau bagi orang Minang tidak hanya sebuah produk dari
urbanisasi, tetapi telah berakar dalam sejarah dan sistem sosial
Minangkabau. Mitos dan legenda setempat menyebutkan bahwa
pemukim-pemukim awal Minangkabau ditemukan di banyak tempat
di Sumatera. Mobilisasi migrasi mereka melampaui tepi laut
Sumatera. Di Semenanjung Malaya, tepatnya diseberang Selat
Malaka, orang dapat menemukan pemukiman besar penduduk
Minangkabau di Negeri Sembilan. Josseline de Jong menegaskan
bahwa pola perpindahan seperti ini telah dimulai sejak abad ke-16
atau ke-17, dan mungkin saja awal abad ke-15. Sistem sosio-ekonomi
Minangkabau dengan tradisi merantaunya, yaitu anak muda
meninggalkan kampung halaman untuk mengadu nasib, secara khas
bertujuan mengambil manfaat dari kesempatan-kesempatan baru
235Zenwen Pador. Kembali ke nagari: batuka baruak jo cigak?.Lembaga
Bantuan Hukum Padang, 2002. (Accessed, 16 Desember 2017).
108 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
yang ditawarkan perkembangan baru di dalam dan di luar Alam
Minangkabau itu sendiri. Merantau dipandang suatu tradisi yang
mulia di kalangan masyarakat Minangkabau dan sering diidealisasi
sebagai jalan yang tepat menuju kehidupan dewasa, disamping itu
sistem sosial Minangkabau memfasilitasi dan mendorong terjadinya
eksodos kaum laki-laki, terutama anak muda yang belum menikah,
keluar wilayah Minangkabau.236
Hubungan perantau dengan kampung dalam hal ini nagari
masing-masing, ikatan sosial berdasarkan nagari di rantau bukan
imajiner, tapi riel. Dari struktur sosial masyarakat Minang yang ada
dirantau, seolah-olah ada Minangkabau mini di setiap rantau di mana
setiap perantau tahu persis keorganisian bernagari mana dia masuk. Ia
juga mengetahui biasanya sebagian besar anggota perkumpulan itu,
bagaimana sangkut pautnya seseorang dengan yang lainnya dan apa
suku setiap orang. Ia tunaikan tugas-tugas adatnya terutama pada
saat adanya perkawinan dan kematian. Jika ia adalah orang se-
pesukuan, maka dia akan bertindak dan menempatkan dirinya seperti
apa yang diperbuatnya ketika berada di kampung Sumatera Barat.
Para penghulu yang berada di rantau juga akan membantu
meringankan beban anak buah mereka dalam menunaikan tanggung
jawab adat yang penting. Seperti di Jakarta terdapat sekitar 700
orang datuk (penghulu), begitu juga rantau-rantau yang lain.237
Beberapa perhimpunan yang bercorak kenagarian, ada yang
melebarkan jaringan organisasinya dalam ruang lingkup nasional.
Organisasi perantau ini di Orde Baru belum diakomodir pemerintah
daerah tingkat kabupaten untuk dilibatkan dalan pembangunan
daerah. Walaupun sebenarnya ikatan paguyuban perantau Tanah
Datar memiliki komunikasi langsung dengan pemuka kampungnya
atau nagari masing-masing, bisa jadi komunikasi melalui wali nagari,
jorong dan pemuka masyarakat yang ada di kampung, perantau
memberikan sumbangan untuk pembangunan masjid, surau,
236 Azyumardi Azra, Surau Pendidikan Islam Tradisional Dalam
Modernisasi(Jakarta: PT.Logos wacana Ilmu, 2003),.37. 237 Mochtar Naim, Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1984),215-217
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 109
pembangunan sekolah bahkan bantuan beasiswa pendidikan untuk
anak yatim dan anak-anak yang kurang mampu.238
Masa Orde Reformasi peran perantau semakin terlihat dengan
adanya pemerintah melakukan komunikasi dengan ikatan-ikatan
perantau Tanah Datar yang disebut IKTD (Ikatan Keluarga Tanah
Datar) yang ada di perantauan terutama di pusat-pusat kota besar
seperti, Jakarta, Bandung, Aceh, Medan , Bengkulu, Pekan Baru,
Dumai, Batam dan kota-kota lain.239
Dalam Pembangunan Daerah para perantau diakomodir di
kabag (kepala bagian) pemerintahan nagari dan rantau. Dan Dinas
Pemberdayaan Desa dan keluarga berencana Tata Pemerintahan.
Orang Tanah Datar, walaupun mereka tidak tinggal di kampung
halaman, akan tetapi memiliki keinginan yang tinggi untuk
memajukan kampung tempat kelahirannya.240
Sebagian para perantau
orang tua dan sanak familinya yang masih tinggal menetap di
kampung, sebahagia sudah tidak ada lagi keluarga sekandung di
kampung yang ada hanya keluarga sepupu dan bako, namun kecintaan
mereka terhadap kampung halaman tetap berlangsung.241
Tahun 2001 silaturrahmi perantau Tanah Datar se-Nusantara
diadakan di Tanah Datar dalam kegiatan pulang basamo (pulang
bersama), melakukan penggalangan dana, bakti sosial, disamping itu
masing-masing kecamatan dan nagari bahkan jorong memiliki ikatan
perantau walaupun tidak semua kecamatan dan nagari.242
Para
perantau juga berperan dalam transformasi nilai-nilai keagamaan
disamping memberikan bantuan-bantuan untuk pembangunann
masjid dan surau juga mengadakan kegiatan-kegiatan tabliq akbar
atau ceramah agama ketika pulang kampung.
238 Hasril Chaniago dkk, Memoar Ikasuma Hamid (Catatan 10 Tahun
Menjadi Bupati)(Jakarta: PT.Carina Indah Utama,1990), 63-64. 239 Wawancara HM.Yunus Sirhan (ketua IKTD Sumatera Utara), 27
September 2017 di Batusangkar. 240wawancara An Ciat Cipta (Pengurus IKTD DKI), kamis 29 Juni 2017 di
Batusangkar pada kegiatan SILATNAS perantau Tanah Datar. 241Hasril Chaniago dkk, Memoar Ikasuma Hamid (Catatan 10 Tahun
Menjadi Bupati (Jakarta: PT.Carina Indah Utama,1990), 63-64. 242 Mochtar Naim, Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1984),215-217.
110 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Perkumpulan sosio- sekampung atau se-nagari ini, memiliki
paling kurang dua fungsi dasar: Pertama, adalah sebagai pengganti
lembaga nagari di rantau guna mengayomi anggota-anggota se-nagari
serta menjaga terlaksananya kewajiban adat, terutama saat
perkawinan dan kematian. Kedua, berfungsi sebagai agen dari nagari
yang bersangkutan dalam mengumpulkan dana untuk berbagai proyek
yang sedang dilaksanakan di kampung, misalnya untuk pendirian atau
perbaikan masjid di kampung, sekolah, madrasah, kadang kala jalan-
jalan, sistem irigasi bahkan sampai untuk bantuan penerangan listrik
kampung.243
Di sebagian daerah kebanyakan dipergunakan untuk bantuan
pendidikan dan agama. Kenyataannya uang akan segera mengalir dari
rantau jika untuk tujuan-tujuan yang berhubungan dengan agama
(seperti untuk perbaikan bangunan surau dan pelengkapannya, masjid
dan madrasah) karena keyakinan akan adanya dua macam pahala
kebaikan di dunia dan akhirat. Utusan yang menjemput dana
kadangkala utusan wali nagari sendiri diutus ke berbagai rantau untuk
menjelaskan keadaan yang terjadi di kampung dan menerangkan
dengan cara yang lebih khas mengenai perlunya dana untuk
melancarkan proyek-proyek yang sedang digarap di kampung.
Menyadari bahwa yang demikian adalah bahagian dari tanggung
jawab mereka yang ada di rantau juga untuk membantu kegiatan-
kegiatan yang berlangsung di kampung, banyak perkumpulan
perantau yang mendirikan yayasan tersendiri yang secara resmi
bekerja untuk menghimpun dana khusus untuk berbagai proyek di
kampung.244
Tidak jarang ada yang memberikan bantuan perorangan dan
bahkan ada yang memberikan sumbangan dana untuk pembangunan
satu masjid di kampung hanya satu orang atau satu keluarga yang
sudah kaya di rantau. Menurut keterangan Mantan Bupati IKA Suma
Hamid dalam memoarnya, bahwa sering sekali kepala desa datang
243Wawancara Syamsul Bahri ( mantan sekda kabupaten Tanah Datar an
Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA Sumahamid) , 17 Februari 2017
pukul.10.00 di Jakarta. 244 Wawancara Yunen (camat Limakaum), 06 Agustus 2016 di Limakaum
Batusarngkar.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 111
melapor ke Bupati atau menyampaikan melalui Camat untuk diberi
surat jalan untuk berangkat ke luar kota menemui perantau ke Jakarta
atau ke kota lain untuk tujuannya minta sumbangan pembangunan
desa. Saya tandai, paling tidak satu kali dalam satu tahun kepala desa
pasti berangkat ke rantau.Terkadang berangkat rombongan pula, tapi
sepulangnya dari rantau tidak pernah melapor ke Bupati atau camat.
Jika berangkat rombongan, kadang uang sumbangan dari perantau
impas habis untuk biaya perjalanan saja, bahkan kadang tekor. Hal
seperti ini juga dikeluhkan perantau. Masalahnya sementara orang di
kampung sudah berdesa-desa sedangkan diperantauan kesatuan-
kesatuan perantau itu tetap kukuh dalam ikatan nagari, atau bahkan
kumpulan dari beberapa nagari. Jadi kepala desa yang datang ke
persatuan perantau tidak hanya satu orang kepala desa dalam satu
nagari ada lima desa berarti yang datang lima orang atau enam orang
rombongan yang datang minta sumbangan.245
Untuk mengantisipasi hal ini Bupati mempunyai pemikiran
untuk memfasilitasi, bagaimana sumbangan tidak perlu di jemput
oleh masing-masing kepala desa ke rantau. Lahirlah ide bagaimana
kalau di setiap nagari didirikan Yayasan Pembangunan Nagari.
Yayasan ini yang mewadahi kegiatan pembangunan Nagari. Melalui
yayasan ini akan menampung kebutuhan pembangunan nagari, baik
untuk menggerakkan partisipasi masyarakat maupun menampung
usulan-usulan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan desa-desa. Jadi
partisipasi perantau cukup cukup melalui yayasan nagari ini yang
berhubungan dengan perantau, hasilnya nanti dibagi ke desa-desa
dengan cara dimusyawarahkan.
Namun gagasan ini ditolak oleh tokoh-tokoh masyarakat, ninik
mamak dan ulama. Meraka khawatir muncul lagi pergolakan daerah
seperti dahulu. Bupati tidak berhasil meyakinkan pemuka
masyarakat, walaupun Bupati sudah menjelaskan bahwa tidak akan
terjadi apa yang dicemaskan karena hampir semua masyarakat sudah
ditatar P4 (Pelatihan Pendididkan Pengamalan Pancasila) masyarakat
hanya ingin membangun.
245Hasril Chaniago dkk, Memoar Ikasuma Hamid (Catatan 10 Tahun
Menjadi Bupati (Jakarta: PT.Carina Indah Utama,1990), 63-64.
112 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Agaknya masyarakat trauma masa lalu yang membuat tidak
mau adanya yayasan yang dikelola oleh masyarakat, khawatir akan
menimbulkan konflik antar desa dan antar-anggota masyarakat.
Bupati akhirnya menyampaikan ide ini ke Gubernur Sumatera Barat
ketika itu Hasan Basri Durin. Ternyata Gubernur sudah memikirkan
hal ini sejak lama. Dan ini terbukti dikeluarkannya beberapa
kebijakan di Sumatera Barat. Di antara kebijakan yang mendasar
adalah Program Penataran Desa dengan Instruksi Gubernur No.6
Tahun 1988, dan kemudian keluar pula instruksi Gubernur Nomor 12
tahun 1991 tentang pelaksanaan Musyawarah Pembangunan
Nagari.246
Dari Uraian di atas tergambar bagaimana peran perantau
sangat besar untuk pembangunan kampung di nagari-nagari di Tanah
Datar baik pembangunan fisik maupun mental. Di Era Reformasi
semakin diakomodir oleh pemerintah daerah untu memaksimalkan
potensi perantau untuk pembangunan Tanah Datar dan Sumatera
Barat umumnya. Para perantau banyak membawa perubahan untuk
masyarakat Tanah Datar termasuk masalah keagamaan. Namun
masalah adat, orang rantau tidak terlalu fanatik dengan adat istiadat.
Semua orang mengakui adanya hubungan antara hukum adat
dan Hukum Islam. Hanya yang diperselisihkan mengenai sejauh mana
hubungan itu terjadi dan sejauh mana pula terjadi di berbagai daerah
di Indonesia. Untuk ini perlu kita mengetahui bahwa terjadinya
hubungan antara hukum adat dan hukum Islam disebabkan dua hal:
Pertama, diterimanya hukum Islam itu oleh masyarakat, seperti
hukum perkawinan di seluruh Indonesia dan hukum warisan di Aceh.
Kedua, Islam dapat mengakui hukum adat itu dengan syarat-syarat
tertentu, seperti adat gono-gini di Jawa, gunakarya di Sunda, harta
suarang di Minangkabau, hareuta sihareukat di Aceh, druwe gabro di
Bali dan barang berpantengan di Kalimantan.247
Dalam masyarakat adat Minangkabau, sering disebut Undang
nan Empat (undang-undang yang empat) sebagaimana dipahami dan
246 Hasril Chaniago dkk, Memoar Ikasuma Hamid (Catatan 10 Tahun
Menjadi Bupati (Jakarta: PT.Carina Indah Utama,1990), 63-64. 247Happy Susanto, Pembagian Harta Gono Gini Saat Terjadi Perceraian
(Jakarta: Transmedia Pustaka , 2008)
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 113
hidup dalam masyarkat Minangkabau. Minangkabau yang terkenal
dengan adatnya yang kuat dari zaman dahulu sampai sekarang dengan
semboyan adat Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah248dengan pengertian yang lebih dalam adalah:
1)Pengertian menurut bahasa dalam dialektika Minangkabau adalah:
Adaik yang berarti adat, kultur/budaya, sandi yang berati
asas/landasan, syarak yang berarti Agama Islam, dan kitabullah yang
berarti Al-quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. 2)Pengertian
dalam implementasi keseharian adalah : Bagi masyarakat Minang
dalam melaksanakan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah disimpulkan lagi dengan kalimat syarak mangato Adaik
mamakai yang artinya Islam mengajarkan, memerintahkan
menganjurkan sedangkan adat melaksanakannya, dalam arti yang
sesungguhnya bahwa Islam di Minangkabau diamalkan dengan gaya
adat Minangkabau dan adat Minangkabau dilaksanakan menurut
ajaran Islam dengan landasan dan acuan dari Alquran dan Sunnah
Nabi Muhammad SAW. yang intinya bahwa “adat Minangkabau itu
adalah Agama Islam”.249
3)Pengertian yang sesungguhnya adalah :
Bahwa adat Minangkabau harus sesuai dengan ajaran Agama Islam
secara sempurna , tidak boleh ada praktek adat yang bertentangan
dengan ajaran Islam, karena apabila ada praktek adat oleh masyarakat
Minangkabau yang bertentangan dengan ajaran Islam maka itu
bukanlah adat Minangkabau, dan apa bila ada orang Minang yang
melanggar ajaran Islam maka dia boleh disebut orang yang tidak
beradat (dalam lingkup adat Minangkabau).
Adat Minangkabau terbagi kepada 4 bagian disebut Adaik nan
ampek (adat yang empat),250
yaitu:
Pertama, Adaik nan sabana Adaik (Adat yang sebenarnya adat)
yang sebenarnya adat merupakan kenyataan yang terjadi di Alam
Minangkabau yang merupakan kodrat Ilahi dan sesuatu yang terjadi
terus berjalan sepanjang masa seperti;”api membakar, air membasahi,
248Nasroen, Dasar Falsafah Adat Minangkabau (Jakarta: Bualan Bintang,
1972), 132. 249Salmadanis & Duski Samad, Adat Basandi Syarak, Nilai dan Aplikasinya
Menuju Kembali Ke Nagari dan Surau (Jakarta: PT Kartika Insan Lestari Press,
2003), 13-19. 250Idrus Hakimi Datuak Rajo Panghulu, Mustika Adat, 2-3.
114 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
ayam berkokok, burung berkicau dan laut berombak”. Hal ini
termasuk adat, yang menunjukkan bahwa apa yang terjadi di alam ini
tidak ada yang pasti secara mutlak. Walaupun dalam pertimbangan
akal terdapat kepastian, namun tidaklah mustahil bahwa kebiasaan
yang pasti itu sewaktu-waktu tidak berlaku menurut kehendak Allah.
Oleh sebab itu kelaziman seperti disebutkaan di atas tetap disebut
kelaziman secara adat. Kalau ada pengertian adat, maka yang
dimaksud dengan adat yang sebenarnya adalah adat yang lazim itu.
Keseluruhan adat itu didasarkan pada alam nyata, sehingga ia
menjadi dasar bagi falsafah adat Minangkabau.251
Sejak masuknya Islam ke Minangkabau dan berlakunya Islam
sebagai peraturan kehidupan umat, maka ajaran Islam yang
berdasarkan kepada Wahyu Allah diakui sebagai suatu yang pasti
sebagaimana pastinya kenyataan yang berlaku dalam alam. Dengan
demikian ajaraan Islam dimasukkan ke dalam kelompok adat yang
sebenarnya adat. Memasukkan ajaran Islam ke dalam kelompok adat
yang tertinggi yang tidak setaraf dengan adat yang lain.
Kedudukannya yang tertinggi sebagai pedoman dalam kehidupan.
Kebiasaan yang berlaku atas dasar kodrat Ilahi yang dinamakan adat
yang sebenarnya adat itu dijadikan pedoman dalam penyususnan tata
cara dan peraturan yang dipakai sebagai pengatur kehidupan manusia
di dunia.252
Oleh sebab itu adat ini merupakan adat yang paling utama
yang tidak dapat dirubah sampai kapanpun dia merupakan harga mati
bagi seluruh masyarakat Minangkabau, tidaklah bisa dikatakan dia
orang Minangkabau apabila tidak melaksanakan adat ini dan akan
dikeluarkan dari orang Minang apabila meninggalkan adat ini. Adat
ini yang paling perinsip adalah bahwa seorang Minang wajib
beragama Islam dan akan hilang Minangnya jika keluar dari agama
Islam.
251Duski Samad, Shekh Burhanuddindan Islamisasi Minagkabau (Padang:
Minangkabau Foundation, 2003), 100. 252Disertasi Zainal, Islam Radikal di Sumatera Barat Pasca Orde baru (1998-
2012) : Kajian Historis Gerakan Ormas Islam Garis Keras (Jakarta: UIN Disertasi,
2014), 62.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 115
Kedua, Adat nan diadaikkan (adat yang didatkan).253
Adat ini
adalah sebuah aturan yang telah disepakati dan diundangkan dalam
tatanan Adat Minangkabau dari zaman dulu melalui sebuah
pengkajian dan yang amat dalam dan sempurna oleh para nenek
moyang orang Minang dizaman dulu, contoh yang paling perinsip
dalam adat ini adalah adalah orang minang wajib memakai
kekerabatan “Matrilineal” mengambil pesukuan dari garis ibu dan
nasab keturunan dari ayah, makanya ada “Dunsanak” (persaudaraan
dari keluarga ibu) dan adanya “Bako” (persaudaraan dari keluarga
ayah), Memilih dan atau menetapkan penguhulu suku dan ninik
mamak dari garis persaudaraan badunsanak (famili) berdasarkan dari
ampek suku asal (empat suku asal) “Koto Piliang, Bodi Caniago”
atau berdasarkan pecahan suku nan ampek (yang empat) tersebut,
menetapkan dan memelihara harta pusaka tinggi yang tidak bisa
diwariskan kepada siapapun kecuali diambil manfaatnya untuk anak
kemenakan, seperti sawah, ladang, hutan, pandam pakuburan, rumah
gadang (rumah adat).254
Dua adat di atas disebut Adaik nan babuhua mati (Adat yang
diikat mati) dan inilah disebut “Adat”, adat yang sudah menjadi
sebuah ketetapan dan keputusan berdasarkan kajian dan musyawarah
yang menjadi kesepakatan bersama antara tokoh Agama, tokoh Adat
dan cerdik pandai Minangkabau, adat ini tidak boleh dirubah-rubah
lagi oleh siapapun, sampai kapanpun, sehingga ia disebut nan indak
lakang dek paneh nan indak lapuak dek hujan, dibubuik indaknyo
layua dianjak indaknyo mati (yang tidak lekang terkena panas dan
tidak lapuk terkena hujan, dipindah tidak layu dicabut tidak mati).255
253Taufik, Abdullah,”Adat and Islam: An Examination of Conflict in
Minangkabau” Author(s): Source: Indonesia,No. 2 (Oct., 1966), pp. 1-24Published by: Southeast Asia Program Publications at Cornell University Stable URL:
http://www.jstor.org/stable/ 3350753. Accessed: 27-08-2014 05:07 UTCYour use of
the JSTOR archive indicates your acceptance of the Terms & Conditions of Use,
available at http://www.jstor.org/page/info/about/policies/terms.jsp, 10 254Herman Sihombing, Hukum Adat Minangkabau Mengenai Tungku Tigo
Sajarangan Dan Tali Tigo Sapilin : Hukun adat Minangkabau Dewasa ini dan Dikemudian Hari dalam A.A. Navis (ed.), Dialektika Minangkabau (Padang:
Penerbitan Genta Singgalang Press, 1983 ), 40-41. 255A.A. Nafiz, Dialektika Minagkabau Dalam Kemelut Sosial dan Politik
(Padang: Genta Singgalang Press, 1983), 32.
116 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Adat ini juga sama diseluruh daerah dalam wilayah adat
Minangkabau tidak boleh ada perbedaan karena inilah yang
mendasari adat Minangkabau itu sendiri yang membuat keistimewaan
dan perbedaannya dari adat-adat lain di dunia. Seperti pepatah: Anak
sicerek didalam padi, Babuah batangkai-tangkai, Salamaik buah nan
mudo, Kabek nan arek buhua mati, Indaklah sia kamaungkai, Antah
kok kiamaik nan katibo( Adat yang tidak bisa dirobah karena sudah
diikat mati, kecuali hari kiamat datang ).
Ketiga, Adat nan Taradaik (adat yang teradat), adat ini adanya
karena sudah teradat dari zaman dahulu dia adalah ragam budaya di
beberapa daerah di Minangkabau yang tidak sama masing masing
daerah, adat ini juga disebut dalam istilah adat salingka nagari (adat
yang ada di nagari-nagari atau disekitar nagari tersebut). Adat ini
mengatur tatanan hidup bermasyarakat dalam suatu nagari dan
iteraksi antara satu suku dan suku lainnya dalam nagari itu yang
disesuaikan dengan kultur di daerah msing-masing.256
Keempat,, Adat Istiadat (adat istiadat), adat ini adalah
merupakan ragam adat dalam pelaksanaan silaturrahim,
berkomunikasi, berintegrasi, bersosialisasi dalam masyarakat suatu
nagari di Minangkabau seperti acara pinang meminang, pesta
perkawinan dan lain-lain, adat ini pun tidak sama dalam wilayah
Minangkabau, disetiap daerah ada saja perbedaannya namun tetap
harus mengacu kepada ajaran Agama Islam.257
Adat yang terakhir ini disebut adat nan babuhua sintak (adat
yang tidak diikat mati) dan inilah yang dinamakan ”Istiadat”, karena
ia tidak diikat mati maka ia boleh dirubah kapan saja diperlukan
melalui kesepakatan penghulu, alim ulama, cerdik pandai, bundo
kanduang dan pemuda yang disesuaikan dengan perkembangan zaman
namun acuannya adalah sepanjang tidak melanggar ajaran adat dan
ajaran Agama Islam. sehingga disebut dalam pepatah adat maso
batuka musim baganti (masa bertukar musim berganti), sakali aie
gadang sakali tapian baranjak (sekali datang air besar, sekali tepian
256Syekh Sulaiman Arrasuli, Pertalian Adat dan Syarak(Jakarta: Ciputat
Press, 2003), 5. 257Alfian dkk,Wanita dalam Masyarakat Minangkabau (Jakarta: Yayasan
Bunda 17 April 1973), 7.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 117
berpindah), masaklah padi rang singkarak, masaknyo batangkai-
tangkai (masaklah padi orang Singkarak masaknya bertangkai-
tangkai), dibaok urang ka malalo, kabek sabalik buhua sintak(dibawa
orang ke daerah Malalo diikat sekeliling dengan simpul sintak),
jaranglah urang kamaungkai ,tibo nan punyo rarak sajo ( jarang orang
yang akan melepaskan, datang orang yang punya akan lepas juga)
artinya adat bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman,
ibaratnya sebuah benda ikatannya tidak mati.258
Lebih kurang tiga setengan abad sepeninggal Datuak Perpatih
nan sabantang dan Datuk Katumanggungan, maka masuklah agama
Islam ke tanah Aceh dan berkembanglah di sana dengan pesatnya.
Setelah Raja Pasai memasuki agama Islam pada penghabisan abad
kedua belas, maka menjalarlah agama suci itu ke seluruh Sumatera,
demikian pula ke Minangkabau.259
Di Minangkabau dengan cepat
orang-orang menerimanya, sebab setelah ditinjau oleh cerdik pandai
agama yang baru itu sangat suci dan luhur untuk memperbaiki budi
pekerti manusia dari yang tidak baik sampai ke tingkat yang
setingginya. Lebih-lebih setelah dipersesuaikan dengan adat Alam
Minangkabau hampir-hampir tidak ada pertentangan, karena
kebanyakan apa yang dianjurkan agama itu telah dipakai oleh adat.
Buktinya adalah pepatah yang ditinggalkan oleh nenek moyang yang
mula-mula menerima agama Islam di masa itu, yaitu: Syarak
Mengato Adat Mamakai yaitu apa-apa yang dikatakan syarak telah
dipakai oleh adat. Seperti syarak menyuruh bertolong-tolongan atas
kebaikan, adat telah memakaikan “seberat seringan, serebah setegak,
ke bukit sama mendaki, ke lurah sama menurun, berlaba sama dibagi,
sedikit sama dicecah, jika banyak sama dilapah.260
Oleh sebab itulah maka penduduk Minangkabau dengan tidak
ada kecualinya sesuai saja dengan masuknya agama Islam menambah
258 Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam
Lingkungan Adat Minangkabau (Jakarta: Gunung Agung, 1984), 145-146 . 259W.Marsden, The History of Sumatera: Containing an Account of The
Government, Law Costums ang Manners of The Native Inhabitants With A Description of The Natural Production and Relation of the Acient Political State of That Island (London: Printed for the Autor by J. McCreey,1811), h. 21.
260Azyumardi Azra, Surau: Pendidikan Islam Tradisional Dalam Transisi dan Modernisme (Jakarta: Logos, 2003), 39.
118 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
kokohnya Adat Minangkabau, sehingga nenek moyang diwaktu itu
menciptakan pepatah-pepatah berkenan dengan kedatangan syarak
itu, seumpama “besi baik diringgiti, terlebih pada masa Paderi juga
pengaruh dari Muhammad abduh.261
Lama kelamaan pengetahuan tentang agama Islam di
Minangkabau makin diperdalam orang dengan jalan menyelidiki ayat
Tuhan dan mempelajari sunnah Rasul. Masyarakat pun bertambah
mengerti dan paham akan misi syari’at dan hakikatnya, sehingga
timbullah ulama-ulama syarak yang dapat memperluas perkembangan
agama pada setiap masa. Dalam menyelidiki kebiasaan-kebiasaan
adat untuk disesuaikan dengan agama untuk diamalkan, maka
terdapatlah beberapa perbuatan yang dalam adat yang tidak sesuai
dengan aturan agama, seperti menyabung ayam, mengadu balam dan
lain-lain yang biasa dipakai menurut adat di waktu perhelatan besar
yang disebut memakai yang seruncing-runcing adat.262
Pemakaian adat seperti di bawah ini terdapat pula beberapa
pekerjaan yang mubazir menurut agama Islam, seperti berkacang
padi, yaitu meneburkan uang sewaktu mengusung mayat orang
bangsawan menjelang pekuburan dan lain-lain lagi pekerjaan yang
tidak berfaedah. Segala yang disalahi agama Islam itu terdapat di
dalam adat istiadat, bukan didalam undang-undang dasar adat yang
Perpatih Nan Sabatang. Didalam Undang-undang dasar adat susunan
Datuk Perpatih Nan Sabatang dan Datuk Katumanggungan yang
berselisih dengan agama Islam hanyalah mengenai waris yaitu
matriarchaat.263 Setelah agama menjadi pegangan teguh penduduk
Minangkabau, ternyatalah agama belum dapat mengembalikan soal
waris pangkat dan harta pusaka tinggi (harta yang telah turun
261Nikki R. Keddie,”Islam and Society in Minangkabau and in the Middle
East: Comparative Reflections”Sojourn: Journal of Social Issues in Southeast AsiaVol. 2, No. 1 (FEBRUARY 1987), pp. 1-30Published by: Institute of Southeast
Asian Studies (ISEAS)Stable URL: http://www.jstor.org/stable/41056716. Page
Count: 30. 262 Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam
Lingkungan Adat Minangkabau, 145-146. 263 Wirman, Hardi Putra. "Dinamika Perubahan Adat Salingka Nagari (Studi
Analisis tentang Pewarisan Nilai-Nilai Adat di Kanagarian Pagadih Kabupaten
Agam Sumatera Barat). "Islam Realitas: Journal of Islamic & Social Studies 6.2
(2013), 35-52.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 119
temurun dari nenek moyang) kepada yang sesuai dengan agama
Islam. Maka timbullah aturan adat, yaitu tidak boleh menjual
menggadai harta pusaka tinggi untuk kepentingan pribadi, kecuali
untuk keperluan menurut adat yang empat perkara dengan batas-
batasnya yang tertentu. 264
Adat yang dilarang oleh agama Islam seperti yang terdapat di
dalam adat istiadat yaitu menyabung ayam dan lain-lainnya disebut
adat yang mumtanik. Adat yang tidak sesuai dengan agama yang
terdapat di dalam undang-undang dasar susunan Perpatih Nan
Sabatang ialah waris harta pusaka tinggi. Dimasa yang lampau belum
dapat orang mengembalikan kepada siapa atau bagaimana cara
memulangkan harta itu, agar jatuh kepada yang berhak menerimanya
sesuai dengan garis yang ditentukan oleh undang-undang agama
Islam. Adat Istiadat yang dipakai di satu tempat (negeri), yang tak
sesuai dengan ajaran Agama Islam sebab orang telah beriman kepada
Allah dan Rasulnya, maka adat itu banyak yang ditinggalkan dirubah
disesuaikan dengan ajaran Islam.265
Oleh karena aturan adat itu
semakin lama makin berkurang, sebab telah ditinggalkan juga yang
menyalahi agama, dan aturan agama semakin nyata mana yang
sunnat dan mana yang wajib, maka disebutkan oleh orang tua-tua di
masa itu, “adat menurun, Syarak mendaki, sebab makin tinggi
begitulah sampai sekarang kata-kata itu dipandang orang sebagai
pepatah, tetapi banyak yang salah memahami.266
Setelah agama Islam dianut oleh orang Minangkabau dan
menjadi pegangan teguh, maka di dalam badan pemerintahan
diadakan urusan agama yang dipimpin oleh pucuk pimpinannya
disebut Tuan Kadi, yang berkedudukan di Padang Ganting. Maka
jadilah orang basa yang empat balai dahulunya itu menjadi lima
264C. W. Watson”Islamic Family Law And The Minangkabau Of West
Sumatera” The Cambridge Journal of Anthropology Vol. 16, No. 2, Special Issue:
Islamic Family Law: Ideals and Realities (1992/1993), pp. 69-84.Published
by: Berghahn Books Stable URL:http://www.jstor.org/stable/23817349 Page Count:
16. 265J. S. Kahn "Tradition", Matriliny And Change Among The Minangkabau
Of Indonesia Source: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, Deel 132, 1ste Afl., ANTHROPOLOGICA XVIII (1976), pp. 64-95 Published by: Brill Stable URL:
http://www.jstor.org/stable/27863021 Accessed: 16-02-2016 07:34 UTC 266 Darwis Thaib, Seluk Beluk Adat Minangkabau, t,tp , 72.
120 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
orang, tetapi disebut Basa Empat Balai sebab Tuan Kadi tidak
berbalai hanya bermasjid. Mulai saat itu ‘adat dipakai syarak diturut,
diamalkan sejalan adat dengan syarak. Maka timbullah kata-kata adat
bersendi syarak, syarak bersendi adat, yaitu dibidang pemakaian
(pelaksanaannya) bukan syarak diambil dari adat dan adat bukan
diambil dari syarak, hanya jika akan melaksanakan adat janganlah
yang terpakainya yang dilarang oleh agama, begitu pula sebaliknya.
Jika menjalankan agama jangan ketinggalan adat. Umpamnya
diwaktu kematian, wajib bagi orang yang hidup memandikan,
mengapani, menyembahyangkan, dan menguburkan. Semuanya itu
baru dapat dilaksanakan, bila telah cukup orang-orang yang
bersangkutan menurut adat, seperti bako (kaum bahagian bapa
almarhum), anak dan yang patut-patut lainnya. Sebelum cukup orang-
orang yang bersangkutan menurut adat, maka belumlah aturan agama
itu dijalankan, harus ditunggu kehadiran orang-orang yang
bersangkutan, menurut jangka waktu yang patut ditunggu.267
Dalam hal ini adat dengan syarak hanyalah bersendi bila waktu
memakaikan salah satu diantara kedua aturan itu, bukannya adat
bersendi kepada ayat dan hadis, dan tidak pula syarak bersendi
kepada lembaga “tapi hal yang mungki dan patus saja. Maka sejak
berdirinya Raja adat di buo sebagai perdana menteri dan Tuan Kadi
di Padang Gantiang, maka adat dan agama Islam (Syarak) telah
dipatuhi oleh penduduk Minangkabau, menjadi perpegangan zahir
dan batin dengan seutas tali yang berpilin dua. Sehingga seluruh
penduduk Minangkabau amat terhina perasaannya jika dia dikatakan
“tidak beradat atau tidak Islam. Alam Minangkabau dengan
rakyatnya ibarat satu tubuh dua pimpinan, pemeliharaannya:
pertama; mamak (paman), kedua bapak. Dan dua pula perturan yang
mengungkapnya yang menjadi kepercayaan untuk menyelamatkan
diri dunia dan akhirat, itulah dia adat dan agama Islam.268
267Taufik Abdullah, Modernity in Minangkabau World, Claire Holt, Culture
And Politic in Indonesia (New York: University Press, 1977), 189. 268A.A. Navis, Alam Takambang Jadi Guru (Jakarta: ADKM,1984), 59.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 121
C. Posisi adat dan Agama Dalam Masyarakat Minangkabau
Pada sekitar tahun 1560 ada yang mengatakan tahun 1250,
Islam mulai masuk ke kerajaan Minangkabau dan dijadikan sebagai
agama resmi kerajaan, di bawah Sultan Alif sebagai rajanya.269
Pada
abad 16 M di Luhak Nan Tuo penduduk sudah beragama Islam. Islam
berkembang dengan damai dan terjadi akulturasi budaya Islam dan
budaya masyarakat setempat. Pada masa sultan Alif terjadi sebuah
peristiwa penting dalam masyarakat Minangkabau yang sampai saat
ini menjadi kebanggaan penduduknya. Peristiwa itu adalah
dilaksanakannya suatu musyawarah besar yang terkenal dengan nama
Sumpah Sati Bukik Marapalam yang dilaksanakan di Pato Nagari
Bukit Marapalam Lintau Kabupaten Tanah Datar.270
Masuknya Agama Islam ke Sumatra Barat merupakan
tonggak dimulainya pendidikan Islam di Mingkabau. Syekh
Burhanuddin merupakan tokoh terkenal yang dipercayai sebagai
pendiri surau atau madrasah di Ulakan, di mana tempat beliau
menetap. Surau Syekh Burhanuddin ini, dipercaya sebagai surau yang
pertama kali didirikan di Minangkabau. Beliau belajar ilmu agama di
Kotaraja, Aceh kepada Syekh Abdul Rauf bin Ali dari Singkil.
Setelah itu melanjutkan belajar ke Kutaraja dan Burhanuddin
kembali ke Pariaman di Kampung kelahirannya Sintuk, terakhir
beliau pindah ke Ulakan.
Walaupun data mengenai sistem pendidikan yang dilakukan
oleh Syekh Burhanuddin tidak diketahui secara pasti, namun
dikisahkan bahwa sebelum beliau datang ke Minangkabau beliau
sudah belajar agama di Aceh selama 10 tahun. Di Minangkabau
terdapat banyak ulama yang aktif mengajarkan agama, baik di
kampung halamannya maupun ke luar daerahnya. Seperti pada tahun
1603 tiga orang dari Minangkabau yakni Datuk Ribandang, Datuk
Patimang, dan Datuk di Tiro pergi menyi'arkan Islam ke Sulawesi.
Tuanku Mansiang Nan Tuo di Paninjauan merupakan salah seorang
269Rusli Amran, Sumatra Barat Hingga Plakat Panjang (Jakarta: Sinar
Harapan, 1981), 123. 270Marwan dkk, Badan Pengelolaan Keragaman Budaya, Revitalisasi,
Reaktualisasi Budaya Lokal, Monografi Adat nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara (Batusangkar, 2014), 17.
122 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
murid Syekh Burhanuddin yang termasyhur. Selain itu, datang pula
seorang ulama dari Mekah yaitu Tuanku di Tanah Rao, yang
membawa ilmu mantiq dan Ma’ani dan menurunkan ilmunya kepada
Tuanku nan Kacik dalam negeri Koto Gedang.271
Pada tahun 1803, tiga orang ulama Minangkabau pulang dari
Mekah yaitu H. Sumanik asal Tanah Datar, H.Piobang dari Pandai
Sikat, dan H.Miskin dari Lima Puluh Kota, pergi berhaji dan tinggal
lima tahun di Mekah. Saat itu, gerakan Wahabi sedang berkembang
di Mekah. Kaum Wahabi melarang orang merokok, makan sirih,
berpakaian yang indah-indah, dan menyuruh rajin melakukan
sembahyang. Sepulang ke Minang, mereka menyaksikan praktik
kehidupan di Minang sangat berbeda dengan apa yang dilihatnya di
Mekah. Ketiga orang ini membawa semangat Islam yang diilhami
oleh gerakan Wahabi yang puritan, sementara itu, di di luhak Agam
para tuanku mengadakan kebulatan tekad untuk menegakkan syarak
sekaligus memberantas kemaksiatan yang mulai semarak dikerjakan
oleh kaum adat. Para ulama tersebut adalah Tuanku nan Renceh,
Tuanku Bansa, Tuanku Galung, Tuanku Lubuk Aur, Tuanku Padang
Lawas, Tuanku Padang Luar, Tuanku Kubu Ambelan, dan Tuanku
Kubu Sanang.272
Di samping delapan tokoh itu, pembaharu Islam di
Minangkabau adalah kaum Paderi yaitu Muhammad Syahab yang
membangun benteng di Bonjol sehingga ia dikenal dengan Imam
Bonjol. Dalam melakukan pembaharuan banyak di antara mereka
menggunakan cara kekerasan sehingga terjadi konflik antara kaun
Paderi dan kaum adat, yang diakhiri dengan perang terbuka. Karena
dalam pertempuran itu kaum adat selalu mengalami kekalahan,
kemudian mereka minta bantuan kepada Kompeni. Dengan senang
hati Kompeni menyanggupi. Dan perang babak baru dimulai setelah
Kompeni mendatangkan bala bantuannya untuk memerangi kaum
271Amri Marzali. "Agama dan Kebudayaan."UMBARA Indonesian Journal of
Anthropology 1.1 (2017). (Accessed, 3 Desember 2017) 272Azyumardi Azra. Jaringan ulama: Timur Tengah dan kepulauan Nusantara
abad XVII dan XVIII: melacak akar-akar pembaruan pemikiran Islam di Indonesia.
Mizan, 1994.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 123
Paderi. Mulai saat itu, kaum Paderi bukan menghadapi kaum adat,
melainkan perang melawan kolonial Belanda.273
Di antara ulama yang kritis terhadap adat Minang adalah
Syaikh Ahmad Khatib, lahir di Bukittinggi pada tahun 1855. Pada
usia 21 tahun, ia pergi ke Mekah dan menetap di sana untuk
memperdalam pengetahuan agama Islam yang berpahamkan madzab
Syafe’i. Syaikh Ahmad Khatib mampu mengembangkan ilmunya
sehingga diangkat menjadi Imam Madzab Syafe’i di Masjid ‘il
Haram. Beliau adalah ulama yang cerdas, kritis, sekaligus toleran.
Secara terang-terangan, ia tidak menyetujui aliran Naqsabandiyah
serta terhadap adat pembagian waris model Minangkabau yang
memberikan waris kepada kemenakan. Murid-muridnya diberi
kebebasan membaca buku termasuk tafsir al-Manar-nya Muhammad
Abduh maupun tulisan kaum pembaharu lainnya dengan harapan
bahwa murid akan memahami pikiran baru sehingga akan
menentangnya. Tetapi yang terjadi adalah bahwa mereka justru
menjadi pendukung pembaharuan tersebut seperti Syekh Muhammad
Jambek, Abdul Karim Amrullah, Abdullah Ahmad, dan Ahmad
Dahlan (pendiri Muhammadiyah). Sebagian murid lainnya yang
berpegang pada Madzab Syafe’i antara lain Syeh Sulaiman Rasul, dan
Hasyim Asy’ari yang pendiri Nahdatul Ulama.274
Ulama pembaharu Islam lain dari Minangkabau adalah Syaikh
Thahir Djalaluddin al-Azari yang ide pembaharuannya disalurkan
lewat majalah al-Imam, Syaih Jamil Jambek, Abdul Karim Amrullah
yang dikenal dengan Haji Rasul (ayah Hamka). Tokoh lain adalah
Abdullah Ahmad yang ide pembaharuannya disalurkan
lewat al-Munir yang bertujuan untuk “memimpin dan
memajukan anak-anak bangsa kita pada agama yang lurus dan pada
i’tikad yang betul”. Pengetahuan tentang Islam tokoh ini diakui oleh
ulama Timur Tengah dan pada satu konferensi khilafat di Cairo pada
273Sjafnir Abu Nain. "Tuanku Imam Bonjol: sejarah intelektual Islam di
Minangkabau, 1784-1832." Esa, 1988. Accessed, 3 Desember 2017 274Taufik Abdullah. "Adat and Islam: An examination of conflict in
Minangkabau." Indonesia 2 (1966), 1-24.
124 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
1926 dia bersama Haji Rasul menerima gelar kehormatan Doktor
dalam Bidang Agama (Doktor Fiddin).275
Perkembangan Islam di Sumatera Barat yang dibawa oleh
murid-murid syaikh Ahmad Khatib, sesungguhnya sangat membawa
perubahan atas pola hidup dan struktus masyarakat Minangkabau,
masyarakat yang sebelumnya sangat kental dengan kebiasaan dan
pola hidup yang sangat feodal dan memegang adat secara kuat dapat
mengalami perubahan. Proses masuknya Islam ini yang mendapat
resistensi oleh kaum adat (persitiwa perang Paderi) para ulama tidak
serta merta melakukan perubahan dan penentangan hukum adat dan
kebiasaan masyarakat adat dengan keras, namun dilakukan dengan
pendekatan-pendekatan syariah dan menyesuaikan adat dengan
syarak (syariat) Islam, meskipun ada saja yang melakukan dakwah
dengan keras, sehingga sering terjadi benturan antara kaum agama
dan kaum adat di masyarakat.276
Dakwah dan syiar Islam ini, akhirnya juga sampai ke wilayah
Tanah Datar. Kabupaten Tanah Datar mendapat tempat istimewa
diantara kabupaten dan kota lain di Sumatera Barat. Latar belakang
sejarah yang kuat sebagai pusat kerajaan Alam Minangkabau pada
masa lampau menyebabkan kabupaten ini kaya dengan peninggalan
sejarah, baik berupa peninggalan dalam bentuk benda-benda
kepurbakalaan maupun nilai-nilai lokal masyarakat yang hampir
seluruhnya berasal dari suku bangsa Minangkabau. Masyarakat Tanah
Datar pada masa lampau maupun pada masa sekarang tidak dapat
dipisahkan dengan adat dan budaya Minangkabau.277
Agama begitu penting dalam kehidupan manusia, mengandung
aspirasi-aspirasi manusia yang paling dalam (sublime), sumber dari
semua budaya tinggi, bahkan candu bagi manusia kata Karl Marx.
Definisi yang ada tentang agama mencerminkan tentang isu-isu yang
berkaitan dengan perubahan sosial, ibadah dan modernitas.
275Gusti Asnan. Memikir ulang regionalisme: Sumatera Barat tahun 1950-an.
Yayasan Obor Indonesia, 2007. (Accessed, 3 Desember 2017) 276Azyumardi Azra. Jaringan ulama: Timur Tengah dan kepulauan Nusantara
abad XVII dan XVIII. 277Marwan dkk, Badan Pengelolaan Keragaman Budaya, Revitalisasi,
Reaktualisasi Budaya Lokal, Monografi Adat nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara (Batusangkar, 2014), 30.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 125
Pentingnya beragama dirasakan pula oleh masyarakat
Minangkabu di Tanah Datar. Agama sudah menjadi pegangan kuat
bagi masyarakat Minangkabau. Menurut Deliar Noer, berbicara
agama harus dibedakan dengan kepercayaan. Kepercayaan dijumpai
pada bangsa-bangsa bersahaja (primitif) dan masih sangat tergantung
pada alam. Sementara agama melingkupi masalah penyerahan diri
kepada Tuhan serta meliputi tata dan tuntunan tingkah laku manusia,
baik perseorangan maupun dalam hidup kelompok, sedangakan
menurut pendekatan sosiologi oleh Michael S. Northcott agama
adalah salah satu bentuk konstruksi sosial.278
Oleh karena itu, agama
dalam perspektif sosiologi lebih konsen pada struktur sosial,
konstruksi pengalaman manusia dan kebudayaan. Sampai sekarang
perdebatan tentang defenisi agama masih belum selesai, hingga Wh
Clark, seorang ahli ilmu Jiwa Agama, sebagaimana dikutip Zakiah
Darajat mengatakan, bahwa tidak ada yang lebih sukar daripada
mencari kata-kata yang dapat digunakan untuk membuat definisi
agama, karena pengalaman agama adalah subyektif, intern, dan
individual, dimana setiap orang akan merasakan pengalaman agama
yang berbeda dari orang lain.279
Agama secara bahasa segenap kepercayaan kepada Tuhan,
Dewa serta dengan ajarannya dan kewajiban-kewajibannya yang
bertalian dengan kepecayaan itu, seperti Islam, Kristen dan Budha.
Istilah peraturan agama dijumpai pada abad ke 19 yang merupakan
akibat pengaruh teori Van Den Berg dan Salmon Keyzer yang
terkenal dengan Teori Reseption in Complexu yaitu teori penerimaan
dan keseluruhan. Menurut teori ini adat (hukum adat) suatu golongan
masyarakat merupakan resepsi seluruhnya dari agama yang dianut
oleh golongan masyarakat itu.280
Namun berbeda dengan Bakhtiar Efendi yang melihat agama
sebagai suatu unit analisis tersendiri yang berupa suatu sistem
278Michael S Northcott. The environment and Christian ethics.Vol.
10.Cambridge University Press, 1996. (Accessed, 4 Desember 2017) 279Zakiah Daradjat. Peranan agama dalam kesehatan mental.Haji Masagung,
1988. 280Dalam Sajuti Thalib. "Reception in Complexu, Theory Receptie dan
Receptie A Contrario."PP Hazairin, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia in Memoriam Prof. Mr. Dr. Hazairin (1981). 44-45.
126 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
normatif yang terbatas, yaitu sistem kepercayaan (a system of
beliefs) dan membedakan dari unit yang lain yang dinamakan adat.281
Istilah agama dalam kajian sosio-antropologi adalah
terjemahan dari kata religion dalam bahasa Inggris, tidak sama
dengan istilah agama dalam bahasa politik-administratif pemerintah
Republik Indonesia.282
Dipihak lain ada yang melihat agama sebagai
suatu sistem kebudayaan. Kebudayaan tidak didefinisikan sebagai
pola kelakuan, tetapi sebagai pola bagi kelakuan; terdiri atas
serangkaian aturan-aturan, resep-resep, rencana-rencana dan
petunjuk-petunjuk yang digunakan manusia untuk mengatur tingkah
lakunya.
Menurut Bryan S.Tuner makna agama dapat dilihat dari dua
perspektif, yakni perspektif reduksionis dan non reduksionis. Masing-
masing perspektif ini mempunyai landasan dasar yang berbeda.
Perspektif reduksionis melihat agama sebagai fenomena, yakni
ekspresi dasar dalam perilaku manusia secara individual maupun
kelompok. Perspektif ini menggunakan landasan dasar berfikir
saintifik atau positifistik. Namun beda halnya dengan yang
dikemukakan Weber, bahwa ajaran agama berperan dalam
meningkatkan perubahan sosial, kebudayaan, khususnya nilai sosial,
norma, kepercayaan, cita-cita dan pandangan hidup. Ide ini
mempunyai pengaruh sendiri terhadap perilaku manusia atau struktur
sosial.283
Dari sudut pandang sosio-antropologi, atau ilmu-ilmu sosial
pada umumnya, agama adalah berkaitan dengan kepercayaan (belief)
dan upacara (ritual) yang dimiliki bersama oleh suatu kelompok
masyarakat. Menurut Vilfredo Pareto, agama berkaitan dengan
‘transcends experience’ yaitu pengalaman dengan ‘Yang di atas’,
atau sesuatu yang berada di luar, sesuatu yang tidak terjamah.284
281Bahtiar Effendi. Islam dan Negara Transformasi Gagasan dan Praktik
Politik Islam di Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1998),128-129. 282Amri Marzali. "Agama dan Kebudayaan."UMBARA Indonesian Journal of
Anthropology 1.1 (2017). Acceessed, 5 Desember 2017 283Dalam Peter L. Berger . Invitation to sociology: A humanistic perspective.
Open Road Media, 2011. Accessed, 5 Desember 2017 284Vilfredo Pareto.The rise and fall of the elites: an application of theoretical
sociology. Transaction Publishers, 1991. (Accessed, 6 Desember 2017)
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 127
Pentingnya agama, sangat dirasakan oleh masyarakat di Tanah
Datar, namun penerimaan agama di tengah-tengah masyarakat adat
tidak harus melepaskan kebiasaan adat yang mereka peroleh secara
turun temurun dari nenek moyang mereka, disinilah strategi para
tokoh agama dan masyarakat adat mengakomodasi agama dalam
lingkungan masyarakat adat sehingga dapat berjalan dengan tidak
saling berbenturan satu sama lainya.
Di antara kesepakatan yang dibuat antara kaum adat dan
agama yang disebut Sumpah Sati Bukik Marapalam adalah suatu
kesepakatan yang mendasar dan merupakan kebulatan tekad dari
pemuka adat dan pemuka Islam di Minangkabau. Musyawarah ini
dilakukan karena adat sudah berurat berakar dalam diri masyarakat
dan banyak memiliki persamaan dengan ajaran Islam. Persamaan itu
dapat dilihat dari sopan santun, budi pekerti, musyawarah,
persaudaraan, silaturahmi, menghornati kaum wanita, tolong
menolong dan lain sebagainya. Adanya persamaan-persamaan ini,
maka pemuka adat dan pemuka agama berinisiatif untuk
mengukuhkan suatu ikrar yang dikenal dengan Adat Basandi Syarak,
Syarak Basandi Kitabullah. Kesepakatan pemuka adat dan agama
menjadi falsafah hidup bagi masyarakat Tanah Datar dan Sumatera
Barat secara umum sampai sekarang. Setelah peristiwa ini struktur
pemerintahan pun berubah, di samping ada raja Alam dan raja Adat
ditambah dengan raja Ibadat.285
Pada saat Tanah Datar terjadi
pertentangan kelompok adat dan agama datang pula kolonial,
sehingga kolonial memanfaatkan situasi kepemimpinan masyarakat
Tanah Datar yang tidak kuat untuk kepentingan mereka. Para
penghulu sebagai pemimpin dalam kaumnya masih sangat disegani
oleh masyarakat, bahkan mengganggapnya sebagai dewa pelindung.
Pemerintahan Belanda dengan strategi ini menguasai penghulu
sehingga dengan anggapan mereka dengan mudah menguasai
rakyat.286
285Mohammad Hasbi,. "Intervensi Negara Terhadap Komunitas Nagari di
Minangkabau." Nagari, Desa Dan Pembangunan Pedesaan di Sumatera Barat (1990).
Accessed, 6 Desember 2017 286 Buya Yusrizal, wawancara, kamis 14 April 2016 di Batusangkar.
128 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Pada masa Pemerintahan Belanda di Tanah Datar dipimpin
oleh seorang Regen, satuan daerahnya adalah Hoofdafdeling. Untuk
Hoofdregent Minangkabau sekaligus Regen Tanah Datar ditunjuk
Sultan Alam Bagagrsyah. Dan berkedudukan di Batusangkar juga
dikenal dengan sebutan Fort Van Der Capellen. Namun pada tanggal
20 Desember 1825 kembali struktur ini berubah yakni menghapus
Hoofdadeling dan hanya membentuk Afdelling. Sumatera Barat
hanya menjadi dua Afdelling yaitu Afdelling Padang dan Afdelling
Padangsche Bovenlanden. Afdelling padang terdiri dari atas 4 Onder
Afdelling yakni Onder Afdelling Padang, Onder Afdelling Pariaman,
Onder Afdelling Salido, Onder Afdelling Indrapura. Sedangkan Onder
Afdelling Padangsche Bovenlanden hanya ada dua yakni Onder
Afdelling Tanah Datar dan Onder Afdelling Agam. Pemimpin
Afdellinng ini adalah seorang Regen saja yang bertanggung jawab
langsung pada reseden.287
Sultan Alam Bagagarsyah pun turun menjadi Regen saja yaitu
Regen Tanah Datar yang merupakan gabungan dari Regentschappen
Tanah Datar dengan Regentschappen Tanah Datar bawah.
Penghapusan Hoofdregent oleh Belanda menunjukan telah adanya
usaha pengurangan peranan pribumi dalam birokrasi pemerintahan.
Pada tahun 1830 Belanda secara politik dan ekonomi sudah
menguasai Tanah Datar, namun aktivitas adat dan agama di Tanah
Datar tetap berlangsung walaupun mengalami perubahan akibat
kekuasaan Hindia Belanda ini. Hari besar Islam diperingati tetapi
biasa-biasa saja. Menyambut tamu dengan pantun, setiap ada resepsi
ada pantun seperti pada pernikahan.288
Dalam perjalanan sejarah panjang masyarakat Tanah Datar,
perubahan adat dan budaya selalu ada seiring dengan perubahan
waktu dan perkembangan zaman serta sistem atau kebijakan
pemerintahan. Dalam keadaan normal, proses perubahan budaya
berjalan secara evolusif (berubah sedikit demi sedikit). Pada masa-
masa tertentu dimana terdapat momentum atau kejadian khusus,
287 Tim Yayasan Gunung Bungsu, Mengenal Tanah Datar Sebuah Kabupaten
di Sumatera Barat (Batusangkar: Yayasan Gunung Bungsu, 2014), 26-28. 288 Bahar Datuk Nagari Basa. Tambo dan silsilah adat
Minangkabau.Eleonora, 1966.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 129
perubahan tersebut dapat berupa revolusi. Perubahan yang terjadi
pada kejadian khusus ini lebih memudahkan analisa terhadap
perubahan sosial suatu masyarakat.
Hampir seluruh penduduk kabupaten Tanah Datar merupakan
suku bangsa Minangkabau yang memiliki sistem sosial berdasarkan
kekerabatan matrilineal (keturunan menurut garis ibu). Sistem ini
melahirkan tatanan sosial dan sistem kepemilikan yang bersifat
komunal dengan sistem pewarisan mengikuti garis keturunan
ibu.289
Sangat penting untuk memahami konsepsi masyarakat
Minangkabau tentang hirarki dalam kehidupan sosial dan politik.
Sistem pemerintahan yang ada dalam masyarakat
Minangkabau yang merupakan warisan dari nenek moyang orang
Minangkabau adalah nagari. Nagari merupakan sebuah wilayah
otonom yang terlepas dari nagari lain. Semua urusan sosial dan adat-
istiadat merupakan urusan masing-masing nagari. Kadang kala nagari
yang berdekatan mempunyai perbedaan adat dalam bentuk varian-
varian kecil.
Salah satu kebijakan Orde baru melalui UU No 9 Tahun 1979
adalah melakukan penyeragaman sistem pemerintahan terkecil
menjadi desa di seluruh Indonesia termasuk di Kabupaten Tanah
Datar. Tanah Datar harus merubah pola pemerintahan mereka dari
pola hidup dalam nagari menjadi desa. Proses perubahan sistem
pemerintahan ini berarti menghilangkan fungsi nagari sebagai sistem
pemerintahan masyarakat Minangkabau yang dijalankan dengan
prinsip-prinsip adat dan diganti dengan prinsip desa yang
diperkenalkan oleh pemerintah.290
Beberapa upacara-upacara dan
ritual adat dilakukan, seperti upacara pernikahan, kelahiran sampai
kematian, kelihatanya masih dipertahankan sampai sekarang.
Pada Era Orde Baru, ada kebijakan dari pusat yang
menyeragamkan sistem pemerintahan terkecil di semua Indonesia
dengan sistem pemerintahan desa. Ketika sistem desa ini diterapkan,
secara perlahan, nilai-nilai adat yang saling melekat dengan pola
289Tim Yayasan Gunung Bungsu, Mengenal Tanah Datar Sebuah Kabupaten
di Sumatera Barat (Batusangkar: Yayasan Gunung Bungsu, 2014), 26-28. 290Martin Jimung, Politik Lokal dan Pemerintahan Daerah Dalam Perspektif
Otonomi Daerah (Yogyakarta: Pustaka Nusantama, 2005), 38-39.
130 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
hidup bernagari berkurang funginya, digantikan dengan peran desa,
walaupun sistem bernagari tidak hilang seratus persen. Namun
penggunaan sistem pemerintahan nagari telah dilaksanakan lagi sejak
adanya Era Otonomi daerah dengan Perda Pemprov Sumbar No. 09
Tahun 2001 tentang kembali menerapkan sistem pemerintahan
nagari291
Ada dua sistem pemerintahan yang berjalan di masyarakat
Minangkabau pada masa pemerintahan Orde Baru, yaitu 1) sistem
pemerintahan adat dengan unit pemerintahan terkecil adalah suku,
dan unit pemerintahan terbesar adalah nagari, 2) Sistem
pemerintahan NKRI yang berlaku sejak diberlakukannya UU
penyeragaman desa sebagai unit pemerintahan terkecil. Dengan
adanya otonomi daerah, maka masyarakat Sumatera Barat dimana
sebagian besar penduduknya adalah suku bangsa Minangkabau
bersepakat untuk mengembalikan fungsi nagari sebagai sebuah unit
pemerintahan yang mendapat legitimasi menurut sistem pemerintaan
NKRI dan sistem pemerintahan adat.292
Nilai-nilai demokrasi adalah nilai budaya masyarakat Tanah
Datar yang telah ada sejak dahulu. Masyarakat Tanah Datar tidak
dibesarkan dalam budaya feodalisme seperti yang ada pada
masyarakat Jawa pada umumnya. Masyarakat Tanah Datar tidak
mengenal konsep raja sebagai titisan dari dewa sehingga raja harus
dihormati sedemikian rupa. Kondisi budaya seperti ini menciptakan
kepribadian masyarakat Tanah Datar yang bebas dan merdeka.
Konsepsi masyarakat Tanah Datar tentang pemimpin dapat terwakili
dengan baik dalam pepatah Minang berikut yang menyatakan bahwa
pemimpin itu ditinggian sarantiang, didahuluan salangkah (yang
ditinggikan seranting dan didahulukan selangkah). Maknanya,
pemimpin adalah wakil masyarakat yang dipilih oleh karena
kecakapannya dan kepandaiannya. Warga masyarakat yang memiliki
kemampuan ini dihormati oleh seluruh masyarakat untuk menjadi
291Rian Nugroho Ddwidjawijoto, Otonomi Daerah: Desentralisasi Tanpa
Revolusi (Jakarta: Elex Media Komputuido, 2006), 46. 292Musyair Zainuddin, Implementasi Pemerintahan Nagari Berdasarkan Hak
Asal-Usul Adat Minagkabau (Yokyakarta: Ombak, 2008), 16.
Kabupaten Tanah Datar Sebagai Tempat Perjumpaan Adat dan Agama 131
pemimpin dalam kaumnya untuk membawa kaumnya ke arah yang
lebih baik.293
Konsep ini dilaksanakan berjenjang sesuai dengan tingkat
kepemimpinan seseorang. Mulai dari sebagai mamak dalam keluarga
besar hingga penghulu dalam suku. Para penghulu-penghulu suku
inilah yang kemudian bergabung dalam lembaga Kerapatan Adat
Nagari (KAN). Orang Minang melihat pemimpin mereka yang duduk
di pemerintahan sehingga dapat melakukan kontrol sosial untuk
menciptakan pemerintahan yang baik dan bersih. Selain itu,
perubahan budaya dan terjadinya interaksi dengan nilai-nilai luar,
seperti pola pemerintahan yang terpusat pada masa Orde Baru.294
Kondisi masa pasca persitiwa PRRI menyebabkan proses
pergeseran budaya masyarakat Minangkabau terjadi semakin cepat,
karena adanya perasaan sebagai pihak yang kalah yang lebih rentan
terpengaruhi oleh budaya baru, dan di sisi lain adanya perasaan
sebagai pihak yang menang pada diri tentara pusat. Keadaan pada
masa itu kurang lebih sama dengan keadaan ketika rakyat Bonjol
kalah dari Belanda pada Perang Paderi. Proses perubahan sosial yang
yang cepat pada masyarakat Minangkabau berlanjut hingga
pemerintahan Presiden Soeharto selama 32 tahun dalam masa Orde
Baru. Orde Baru dikenal sebagai masa pemerintahan dengan pola
kepemimpinannya yang terpusat. Semua kebijakan ditentukan dari
Jakarta sebagai pusat kekuasaan.
Upacara kematian meskipun diatur oleh ajaran agama, namun
pelaksanaan upacaranya diatur oleh adat yang akan berbeda
penyelenngggaraannya pada setiap daerah. Masyarakat sangat
meyakini bahwa adat mereka berazazkan Islam yang terdapat dalam
Kitab Allah, jadi adat bagi mereka adalah aturan-aturan perbuatan
seperti yang dikatan syarak (agama). Oleh sebab itu jenazah
sesearang yang meninggal wajib dikuburkan menurut aturan agama
dan kemudian baru acara adat. Tradisi ini berlaku sampai sekarang
bagi masyarakat di Tanah Datar.
293Observasi Langsung dan mengamaati kegiataan persukuan di Kecamataan
Lintau Buo.30 November 2016. 294Dt.Feri Idrus, (ketua LKKM kabupaten Tanah Datar),Wawancara, Senin 21
maret 2016, Jam:11.00 Wib di Batusangkar.
132 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Tradisi penguburan orang yang meninggal telah dikenal dalam
masyarakat Minangkabau jauh sebelum Agama Islam datang ke
daerah ini, namun setelah Islam datang, beberapa upacara yang
bertentangan dengan ajaran Islam terhapus secara perlahan-lahan.
Bukti penguburan orang yang meninggal sudah dikenal sebelum
Islam masuk ke Tanah Datar dapat dilihat dari bekas-bekas
peninggalan yang ditemukan di Nagari “Pariangan”, yang terletak di
lereng gunung Merapi sebelah selatan dalam Kabupaten Tanah
Datar.295
295Amir.B dkk, Upacara Tradisional, 29.
133
BAB IV
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi
Antara Adat danAgama dengan Pemerintah
di Kabupaten Tanah Datar
dalam Bidang Kepemimpinan dan Kebijakan Daerah
ada bab ini pembahasan tentang konflik dan akomodasi
pada dua periode masa kepemimpinan Bupati Kabupaten
Tanah Datar pada Era Reformasi- periode tahun 2000-2005 dan
periode 2006-2015. Terlebih dahulu akan dipaparkan mengenai
sejarah perubahan kepemimpinan di tingkat nasional dan dampaknya
terhadap Sumatera Barat. Pada bab ini menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Alison Wolf dan A.Ruth Wallace. Pertama, bahwa
manusia memiliki kepentingan-kepentingan dan mereka berusaha
untuk merealisasikan kepentingannya. Kedua, memperebutkan
"power" (kekuasaan) sehingga menjadi sumber konflik.296
A. Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan
Pemerintah Dalam Bidang Kepemimpinan Tahun 1999-2005
Kepemimpinan di Kabupaten Tanah Datar telah populer sejak
adanya adat Minangkabau yang dirancang oleh pemimpin yang
kharismatik Datuk Katumanggungan dan Datuk Perpatih Nan
Sabatang. Kepemimpinan bermula dari suku yang dipimpin oleh satu
orang penghulu. Penghulu memimpin suku dengan anggota-
anggotanya. Orang-orang yang berada di dalam suku adalah sebagai
rakyat, di samping itu ada anggota suku sebagai sub-sub pemimpin
di bidang tugasnya guna kepentingan bersama suku atau kaum.297
Kepemimpinan di Minangkabau dimulai dari kepemimpinan
adat istiadat yang disebut dengan pemerintahan suku sejak adanya
adat Minangkabau sampai pada masa kerajaan Pagaruyung. Setelah
296Dalam Sutaryo, Dinamika Masyarakat Dalam Perspektif Konflik
(Yogyakarta: FISIPOL-Universitas Gajah Mada, 1992), 31. 297Musyair Zainuddin, Implementasi Pemerintahan Nagari Berdasarkan Hak
Asal-Usul Adat Minagkabau, (Yogyakarta: Ombak, 2008), 18.
P
134 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
dipengaruhi oleh kolonial, maka kepemimpinan mulai terganggu oleh
politik kolonial yang memanfaatkan para penghulu untuk
memperlancar urusan mereka dengan berbagai cara, sehingga
kepentingan adat sudah bergeser kepada kepentingan kolonial.298
Minangkabau terkenal dengan demokrasi yang dimulai dengan
kepemimpinan suku. Seorang penghulu dalam memimpin sukunya
selalu bermusyawarah dengan semua anggota suku, seperti istilah pai
jo manjapuik299. Dalam bermusyawarah berpegang kepada azas adat
Minangkabau yang disebut dengan Tigo Tungku Sajarangan, yaitu
penghulu (ninik mamak), cerdik pandai dan alim ulama, ibaratnya
anggo tanggo (anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
Minangkabau), raso pareso (rasa periksa), dan alua patuik (alur
patut). Bahwasanya dalam diri seseorang orang Minang harus
memilikinya sebagai implementasi adat Minangkabau, sehingga
dalam bermusyawarah akan menjaga posisinya masing-masing sesuai
jabatan yang telah terbagi dalam suku tersebut, seperti penghulu yang
memimpin (biang tabuak, kato putuih, ado di pangulu). Artinya,
penghulu yang memutuskan dan menetapkan, nan rajo kato mufakat
(keputusan yang diambil disetujui oleh semua anggota suku). Bundo
kanduang (perempuan Minang yang telah menikah) sebagai pegangan
kunci, artinya mengikuti seluruh perbincangan rapat sehingga semua
keputusan dapat direkam dan bila tidak berkenan dapat mengajukan
keberatan, sehingga segala keputusan dapat dijalankan oleh semua
anggota kaum.300
Dari uraian di atas tergambar, bahwa peran penghulu sangat
penting dalam pengambilan keputusan dalam memimpin anggota
sukunya. Sistem musyawarah berlangsung sejak lama dan masih tetap
berlangsung di Tanah Datar sampai sekarang.
Pada zaman awal kemerdekaan kepentingan negara telah
mempengaruhi kepemimpinan penghulu. Orientasi telah mengarah
kepada kepentingan yang lebih besar. Kegiatan keluarga suku mulai
298Tim Yayasan Gunung Bungsu, Mengenal Tanah Datar Sebuah Kabupaten
di Sumatera Barat, (Batusangkar: Yayasan Gunung Bungsu, 2014), 27. 299Pai dan manjapuik (pergi dan menjeput) artinya semua urusan mulai dari
awal dan sampai berakhir diselesaikan bersama oleh penghulu dan anggotanya. 300 Amir M.S, Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah, (Jakarta: PT.
Mutiara Sumber Widya, 2007), 48.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 135
menurun dan secara perlahan peran mamak (paman) mulai berkurang
pada akhirnya menampakkan gejala pergeseran, keluarga suku
berubah menjadi ke arah keluarga kecil (batih) yang mengindikasikan
kuatnya peran ibu-bapak dalam keluarga, sementara mamak (paman)
sebagai pemimpin adat dalam suku atau kaum perannya melemah.301
Pada masa pemerintahan Orde Lama yang berjalan di
masyarakat Tanah Datar ada dua sistem yang berlangsung yakni; 1)
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, 2) sistem
pemerintahan adat dengan unit pemerintahan terkecil adalah suku,
dan unit pemerintahan terbesar adalah nagari. Semasa Orde Lama,
pemerintahan nagari dipimpin oleh seorang penghulu sampai pada
masa awal Orde Baru. Setelah lahirnya Undang Undang No. 5 tahun
1979 tentang pemerintahan desa, terjadi penyeragaman desa sebagai
unit pemerintahan terkecil di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Termasuk Sumatera Barat harus mengikuti kebijakan pemerintah
pusat tersebut.302Penghulu dalam memimpin nagari mempunyai
aparat-aparat, yaitu malin, manti dan dubalang. Perubahan pada
masa Reformasi, pimpinan kolektif yang ada di kerapatan adat nagari
adalah orang yang tergolong urang nan ampek jinih (orang empat
jenis) yaitu niniak mamak (penghulu/kepala suku), cadiak pandai
(cerdik pandai), alim ulama dan Bundo Kanduang (perempuan
dewasa).303
Dengan lahirnya reformasi pada tahun 1998, timbul kesadaran
kolektif masyarakat Sumatera Barat untuk kembali pada sistem
pemerintahan nagari dengan kembali ke nagari. Aspirasi masyarakat
diakomodir oleh pemerintahan Provinsi Sumatera Barat dengan
mengeluarkan Peraturan Daerah No. 9 tahun 1999 tentang sistem
pemerintahan nagari di Sumatera Barat.
Di Kabupaten Tanah Datar lahir pula Peraturan Daerah No. 17
Tahun 2000 tentang Sistem Pemerintahan nagari. Sistem ini berlaku
sampai adanya revisi Peraturan Daerah pada tahun 2008 yang
301 Musyair Zainuddin, Implementasi Pemerintahan Nagari Berdasarkan Hak
Asal-Usul Adat Minangkabau, (Yogyakarta: Ombak, 2008), 17-19. 302 Musyair Zainuddin, Implementasi Pemerintahan Nagari Berdasarkan Hak
Asal-Usul Adat Minangkabau, (Yogyakarta: Ombak, 2008), 1. 303 Wawancara Buya Yusrizal (tokoh agama) pada hari kamis,14 April 2016,
jam: 10.00 WIB di Batusangkar.
136 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
kemudian menjadi Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2008 tentang
sistem pemerintahan nagari di Kabupaten Tanah Datar berkaku
sampai sekarang.
Di Kabupaten Tanah Datar antara adat dan agama hampir tidak
bisa dipisahkan. Maksudnya pada praktek sehari-hari adat dan agama
keduanya berjalan dalam waktu yang bersamaan dalam kehidupan
masyarakat. Hal ini yang dikenal dengan filosofi ABS-SBK, begitu
pula dalam kepemimpinan adat dan agama. Kepemimpinan dikenal
dengan kepemimpinan Tigo Tungku Sajarangan (yaitu penghulu,
ulama dan cerdik pandai) seperti yang telah disinggung di atas.
Tungku Tigo Sajarangan di Sumatera Barat bermakna yaitu
tungku dalam arti sebenarnya adalah tempat meletakkan wajan,
periuk, dan kuali supaya menghasilkan masakan. Tungku selalu tiga,
tidak ada tungku yang dua. Kegunaan tungku tersebut tiga yaitu, agar
apa yang diletakkan di atasnya dapat terletak dengan baik, apa yang
diletakkan di atasnya itu tidak miring, tidak tertumpah atau dengan
kata lain menjadi seimbang. Jadi kepemimpinan Tungku Tigo
Sajarangan (tungku tiga sejerangan) merupakan simbol kokohnya
kepemimpinan masyarakat di Minangkabau.304
Oleh sebab itu,
keberadaan masyarakat sangat penting di depan adat, diibaratkan
masyarakat itu adalah bejana yang akan diterangkan di atas tiga
tungku tadi, ia akan merasa aman dan tentram. Bejana tidak akan ada
yang jatuh ke atas api, karena kekuatan tungku yang tiga itu.
Maksudnya masyarakat tidak akan sesat, tidak kacau dan tidak rusak
jika tungku yang tiga itu masih tetap bekerja sama, masih tetap
menempatkan diri pada posisinya masing-masing.
Falsafah adat Minangkabau ABS-SBK artinya antara adat dan
agama/syarak menurut orang Minangkabau tidak ada pertentangan.
Syarak memberikan hukum atau syariat, kemudian adat
melaksanakannya. Seperti ungkapan “syarak mangato, adat
mamakai” (syarak berkata, adat memakai). Dari dua konsep itu (adat
dan syarak), dibutuhkan dua unsur pimpinan, yaitu penghulu (niniak
mamak) dan alim ulama. Kemudian sebagai unsur ketiga dibutuhkan
304 W.S. Sundari, Perbandingan Etnobotani Upacara Adat Batagak Panghulu
Masyarakat Minangkabau Di Sumatera Barat, (Padang: Universitas Andalas, 2011),
18.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 137
undang-undang. Undang-undang itu adalah cadiak pandai (cerdik
pandai) yang menguasainya. Dengan demikian ada adat, ada agama,
dan ada undang-undang, inilah yang diwakili oleh Tigo Tungku
Sajarangan .305
Di pusat kota Batusangkar, hukum adat sudah tidak lagi
dijalankan seperti di nagari-nagari yang masyarakatnya masih
homogen. Dalam falsafah masyarakat Tanah Datar, kekuasaan
tertinggi pada masyarakat Tanah Datar adalah Tuah Sakato (hal-hal
yang terjadi menjadi kesepakatan bersama). Artinya, segala sesuatu
yang bersifat mengatur di dalam kehidupan masyarakat harus terlebih
dahulu dimusyawarahkan dengan tiga unsur pimpinan dalam
masyarakat Minangkabau, yaitu penghulu, alim ulama, dan cerdik
pandai. Ketiga unsur pemimpin inilah yang akan menyelesaikan
permasalaahan sesuai dengan kedudukannya masing-masing dan hasil
musyawarah itu selanjutnya dikukuhkan dalam suatu rapat yang
dihadiri seluruh wakil masyarakat yang biasanya bertempat di balai
adat.306
Dengan adanya gabungan Tungku Tigo Sajarangan seperti
yang telah dijelaskan di atas, mereka saling bahu-membahu,
bekerjasama dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat, sehingga masyarakat akan aman, permasalahan-
permasalahan akan dapat diselesaikan. Masing-masing menempatkan
diri pada posisinya yaitu, penghulu di bidang adat, alim ulama pada
bidang keagamaan/syariat dan cerdik pandai dalam bidang peraturan
dan perundang-undangan.307
Bagan 2 menggambarkan kepemimpinan
adat di Minangkabau.
305 Penghulu, Idrus Hakimy Dt Rajo, Rangkaian Mustika Adat Basandi
Syarak di Minangkabau, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), 12 306 Wawancara Rifka Yarni (Bundo Kanduang), 10 januari 2017 jam 10.00 di
Pariangan dan pengamatan lansung. 307 Amir M.S, Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah, (Jakarta: PT.
Mutiara Sumber Widya, 2007), 80.
138 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Bagan 2.
Struktur Kepemimpinan Adat
Sejak berlakunya undang-undang desa sistem sentralistik,
maka saat itu pula dapat terlihat adanya sentralistik hukum negara
dan semakin tergusurnya jenis hukum lainnya seperti hukum adat.308
Pemerintah harus mempertimbangkan keputusan untuk
melanjutkan tradisi hukum kolonial atau menggunakan hukum adat
dalam kerangka hukum nasional. Dibutuhkan klasifikasi yang berbeda
terhadap bidang hukum yang memungkinkan adanya inovasi dan
modifikasi dengan yang tidak mungkin dilakukan modifikasi. Inovasi
dan modifikasi terhadap bidang-bidang yang berhubungan dengan
kehidupan kultural dan spiritual masyarakat. Terhadap beberapa
wilayah netral yang diatur oleh hubungan sosial dari pranata
kehidupan modern, pemerintah mempunyai keleluasaan untuk
mengadopsi hukum yang datang dari luar.309
Pada tahun 1950-an, Mahkamah Agung beserta beberapa pakar
hukum seperti Hazairin telah berusaha membangun sejumlah gagasan
dan lembaga adat nasional, akan tetapi hanya sedikit. Tidak ada
aparat negara pusat setara direktorat yang merumuskan dalil-dalil
tentang adat, sementara lembaga yang ada hanya terbatas pada satu
atau dua provinsi saja. Lebih jauh lagi, pemerintah Orde Baru
308 Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain Dari Hukum di Indonesia (Jakarta:
Kompas, 2003), 23. 309 Konsep inilah yang kemudian disebut dengan teori unifikasi hukum
selektif oleh Ratno Lukito. Lihat Ratno Lukito, Islamic Law and Adat Encounter: The Experience of Indonesia, (Jakarta: Logos, 2001), 68.
Kepemimpinan Tigo Tungku Sajarangan
Ninik mamak Alim Ulama Cerdik Pandai
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 139
menentang gagasan adat sebagai sebuah sistem hukum alternatif.310
Adat lebih digambarkan sebagai sebuah upacara dan ritual-ritual
daripada kepemilikan tanah dan penyelesaian beberapa konflik yang
mungkin saja akan terjadi dalam masyarakat. Salah satu kondisi
sosial yang terjadi di Sumatera Barat adalah adanya penghapusan
sistem administrasi pemerintahan nagari yang sudah ada sebelumnya.
Upaya reorganisasi pemerintahan pada tingkat yang lebih rendah
berakibat pada hilangnya struktur sosial asli masyarakat
Minangkabau.
Sistem pemerintahan nagari yang sudah ada harus digantikan
oleh sistem pemerintahan desa seperti yang berlaku di Pulau Jawa.
Pada masa awal pemerintahan Orde Baru, nagari telah diakui
memiliki potensi besar dalam pembangunan.311
Untuk hal ini
pemerintah pada tingkat Provinsi di Sumatera Barat telah
mempersiapkan perangkat guna merealisasikan tujuan ini. Namun
dengan disahkannya Undang-undang No. 5 tahun 1979 tentang
penyeragaman Sistem Administrasi Pemerintahan Desa, usaha ini
kemudian menjadi sia-sia. Regulasi ini memaksakan fungsi dan term
desa sebagai unit pemerintahan terkecil dalam pemerintahan,
mengatur organisasi internal, fungsi dan prerogatifnya yang seragam
berdasarkan model desa yang ada di Jawa. Terkait pelaksanaan
undang-undang ini, pemerintah Sumatera Barat pada masa jabatan
Gubernur Azwar Anas, pada awalnya cenderung untuk memutuskan
nagari sebagai suatu kesatuan administrasi desa yang baru. Diakui
bahwa keputusan ini akan mempertahankan keserasian antara fungsi
administrasi, ekonomi dan budaya dari unit teritorial tradisional
310John R. Bowen, Syariah, Negara dan Norma-norma Sosial di Perancis dan
Indonesia, dalam Dick van der Meij, Dinamika Kontemporer Dalam Masyarakat Islam, (Jakarta: INIS, 2003), 111.
311Mestika Zed, Eddy Utama dan Hasril Chaniago, Sumatera Barat di Panggung Sejarah 1945-1995, (Padang: Bidang Penerbitan Khusus Panitia
Peringatan 50 Tahun Kemerdekaan Indonesia, 1995), 294. Dibandingkan desa, nagari
lebih cocok untuk dijadikan model pemerintahan pada tingkat terkecil. Nagari di
Minangkabau, meskipun jumlah penduduknya sama dengan jumlah penduduk desa di
Jawa, nagari memiliki daerah yang lebih luas dan telah cukup berpengalaman dalam
penerapan sistem dewan yang pernah dimodifikasi oleh Belanda. Nagari juga
menguasai sumber-sumber pendapatan yang lebih memadai. J.D. Legge, Cultural Authorithy and Regional Autonomy in Indonesia: a Study in Local Administration 1950-1960, (Ithaca: Cornell University Press, 1961), 93-94.
140 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
kendatipun namanya telah diubah, tetapi nagari menggabungkan
wilayah yang lebih luas dan lebih banyak jumlah penduduknya dari
unit desa yang ada di daerah Jawa dan daerah lainnya di Indonesia.312
Pada masa jabatan yang kedua di tahun 1983, Gubernur Azwar Anas
memberlakukan regulasi yang menetapkan bagian dari nagari, yakni
jorong yang menjadi unit desa. Dengan satu lompatan jumlah desa di
Sumatera Barat mengalami perkembangan yang signifikan dari 543
jumlah nagari menjadi 3.138 jumlah jorong, ditambah dengan 408
daerah kota atau kelurahan.313
Akan tetapi, pemecahan nagari ini
berimbas pada kehancuran institusi lokal tradisional yang sudah ada
sejak beratus tahun sebelumnya.
Konsep unifikasi selektif mempunyai kontribusi penting dalam
pembangunan hukum modern Era Orde Baru di Indonesia.314
Dukungan penuh yang diberikan oleh lembaga eksekutif terhadap ide
ini mampu meredam ketegangan konflik yang terjadi antara kaum
pluralis dengan kelompok uniformis. Dalam upaya meningkatkan
taraf perekonomian Indonesia, institusi hukum dipaksa untuk lebih
selektif dan berhati-hati dalam menjalankan tugasnya dan harus lebih
akomodatif dengan perkembangan ekonomi. Pada masa ini, hukum
sepenuhnya menjadi alat kontrol sosial pemerintah.315
Kondisi ini
sangat tidak menguntungkan bagi kalangan yang menyuarakan
pluralitas hukum, terlebih lagi dikarenakan semakin berkurangnya
para ahli hukum adat.
Berbeda dengan tantangan yang dialami hukum adat, hukum
Islam tidak begitu terpengaruh dengan iklim perubahan peta
perpolitikan dan sentralisasi pembangunan hukum Indonesia. Hukum
Islam yang lebih nasionalis mampu bertahan lebih baik daripada
312 Audrey Kahin, Dari Pemberontakan ke Integrasi, 406-409. 313 Asnawi, “Pembangunan Sumatera Barat”, dalam Mestika Zed, Edy Utama
dan Hasril Chaniago, Sumatera Barat di Panggung Sejarah 1945-1995, (Sumatera
Barat: Bidang Penerbitan Khusus Panitia Peringatan 50 tahun RI Sumatera barat,
1995), 290-291. 314 Sajuti Thalib, Politik Hukum Baru: Mengenai Kedudukan dan Peranan
Hukum Adat dan Hukum Islam dalam Pembangunan Hukum Nasional, (Bandung:
Bina Cipta, 1987), 65-67. 315 Ratno Lukito, Islamic Law and Adat Encounter: The Experience of
Indonesia, (Jakarta: Logos, 2001), 68-69.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 141
hukum adat yang bersifat lokal.316
Titik singgung maksimum antara
kekuatan agama dengan politik nasional adalah kedudukan dan
kekuasaan khusus yang diberikan kepada hakim agama yang dipilih
dan ditetapkan oleh negara.317
Di Indonesia, hal ini terlihat jelas
dengan eksistensi perjalanan lembaga peradilan agama.
Pada dekade awal kemerdekaan Indonesia, peradilan agama
menjalankan tugas dan wewenangnya berdasarkan ketetapan pada
masa kolonialisme. Usaha untuk meluaskan wilayah yuridiksinya
selalu kandas dikarenakan kegagalan usaha reorganisasi sistem
peradilan pada masa awal kemerdekaan. Pada masa penjajahan
Jepang, peradilan agama berada di bawah naungan Kementerian
Kehakiman, namun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5
Tahun 1946 tanggal 25 Maret 1946, beralih ke bawah naungan
Kementerian Keagamaan. Pada tahun 1948, berdasarkan Undang-
undang Nomor 19 Tahun 1948, peradilan agama digabungkan ke
peradilan umum. Artinya, semua perkara yang melibatkan orang
Islam akan diselesaikan oleh hakim muslim di Pengadilan Negeri.318
Adanya agresi militer yang dilakukan oleh Belanda berakibat pada
tidak terlaksananya regulasi ini.
Berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945,319
maka
eksistensi Pengadilan Agama tetap berlanjut berdasarkan ketetapan
dalam Staatsblad 1882 Nomor 152, terutama bagi wilayah Jawa dan
Madura. Pengadilan Agama untuk wilayah di luar pulau Jawa dan
316 Secara teoritis, posisi hukum adat semakin dilemahkan pada tingkat
nasional dengan adanya 19 wilayah hukum berdasarkan kesamaan adat budaya.
Ratno Lukito, Islamic Law and Adat Encounter: The Experience of Indonesia,
(Jakarta: Logos, 2001), 68. 317 Pendapat ini dinyatakan oleh Allan Christelow berdasarkan penelitian dan
analisisnya terhadap hubungan antara politik dan agama dalam Islam. Penjabaran
lebih lanjut lihat Allan Christelow, Muslim Law Courts and the French Colonial State in Algeria (New Jersey; Princeton University Press, 1985). Hal ini dapat
dibenarkan apabila dilihat pada fenomena akomodasi hukum yang tercipta pada
beberapa negara muslim. Ratno Lukito, Islamic Law and Adat Encounter: The Experience of Indonesia, (Jakarta: Logos, 2001), 69.
318 Ratno Lukito, Islamic Law and Adat Encounter: The Experience of Indonesia, (Jakarta: Logos, 2001), 70
319 Undang-undang Dasar Republik Indonesia masih memberikan margin of tolerance melalui eksistensi Aturan Peralihan. Hal ini bertujuan untuk menghindari
kekosongan hukum yang berimbas pada kekacauan kehidupan. Satjipto Rahardjo,
Sisi-sisi Lain Dari Hukum di Indonesia (Jakarta: Kompas, 2003), 24.
142 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Madura kembali dibangun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
45 Tahun 1957. Perkembangan Pengadilan Agama juga mengalami
hambatan pada tatanan akademisi dan praktisi. Teori resepsi yang
dikembangkan ahli hukum Belanda ternyata mempengaruhi
pemikiran dan sikap para sarjana hukum tamatan Belanda yang
bekerja di lembaga kehakiman.320
Sikap antagonisme terhadap
eksistensi Pengadilan Agama terlihat dari beberapa pemikiran yang
dilontarkan oleh Raden Soepomo ketika menjabat sebagai penasehat
pada Departemen Kehakiman.321
Sementara itu, para hakim yang
bekerja pada Pengadilan Agama merupakan kaum tradisionalis yang
hanya memahami mazhab fiqh Shafi'i klasik. Kondisi ini
memperlihatkan adanya kesenjangan yang tinggi antara kualitas dan
pengetahuan hakim-hakim yang terlibat dalam lembaga peradilan.
Kesenjangan ini juga menunjukkan ketidakseimbangan kekuatan
dalam ketegangan antara kaum muslim dengan kelompok nasionalis.
Puncak ketegangan antara kedua kelompok ini terlihat pada
ditetapkannya Undang-undang Nomor 17 Tahun 1970 sebagai
pengganti dari Undang-undang Nomor 19 Tahun 1964. Dalam
ketentuan pasal 10 Undang-undang ini, dinyatakan bahwa kekuasaan
peradilan dijalankan oleh lembaga-lembaga peradilan dalam bentuk
pengadilan agama, militer dan administrasi. Meskipun regulasi ini
mengakui keberadaan pengadilan agama dalam lingkungan peradilan,
namun dalam tatanan praksisnya ternyata pengadilan agama tidaklah
mempunyai kewenangan sepenuhnya terhadap perkara yang telah
diputuskannya. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan yang
menyatakan bahwa setiap putusan Pengadilan Agama harus
diratifikasi oleh Pengadilan Negeri sebelum diimplementasikan
320 Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo
bahwa aktivitas pengembangan hukum yang berskala besar akan melibatkan banyak
pihak, terutama pembuat dan penegak hukum. Demikian juga halnya dengan upaya
pembentukan hukum itu sendiri yang tidak boleh mengabaikan aspek manusia
sebagai sosok sentral dari hukum itu sendiri. Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain Hukum di Indonesia, 5-6. Kondisi ini jelas-jelas mempengaruhi subjektivitas dalam
pembuatan dan penerapan hukum itu sendiri, sehingga tidak menutup kemungkinan
adanya tarik ulur dari polaritas kelompok yang berbeda. 321 Deliar Noer, The Administration of Islam in Indonesia, (Itacha; Cornell
University, 1978), 45. Lihat juga dalam Ratno Lukito, Islamic Law and Adat Encounter: The Experience of Indonesia, (Jakarta: Logos, 2001), 71.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 143
secara resmi. executoire verklaring dibutuhkan apabila pihak yang
berperkara tidak secara sukarela tunduk pada putusan Pengadilan
Agama. Ketentuan ini menunjukkan adanya superioritas Pengadilan
Negeri terhadap Pengadilan Agama, sehingga tidak sedikit hakim-
hakim Pengadilan Negeri yang memandang rendah hakim-hakim pada
Pengadilan Agama.
Hal di atas yang mengundang reaksi keras dari Hazairin322
terhadap ketidakseimbangan kedudukan lembaga peradilan. Baik
pemerintahan Soekarno maupun pemerintahan Soeharto sama-sama
menekankan pentingnya suatu kesatuan sistem hukum, sebagian
besar untuk menjamin pengawasan ideologi dan politik yang lebih
besar terhadap lembaga-lembaga sosial dan politik. Tapi mereka pun
berusaha menghindar dari upaya mengasingkan tokoh muslim yang
menuntut penerapan hukum Islam secara lebih efektif.323
Ditetapkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Pengadilan Agama ternyata cukup mengejutkan beberapa pihak.
Regulasi ini memberikan perubahan baru terhadap kedudukan dan
kewenangan Pengadilan Agama. Pengesahan regulasi ini
menunjukkan keberhasilan usaha kelompok muslim dalam
membentuk suatu lembaga peradilan modern. Hal ini terlihat dari
penyamaan nama bagi semua tingkatan Pengadilan Agama di seluruh
Indonesia.
Pengakuan kedudukan ini juga disertai dengan perluasan
yuridiksi kasus yang boleh diselesaikannya. Satu hal yang paling
penting dari regulasi ini adalah adanya kedudukan yang sama antara
Pengadilan Agama dengan Pengadilan Negeri, sehingga executoire
verklaring tidak diperlukan lagi. Keberadaan undang-undang ini
memperluas yuridiksi dan memperbesar kekuasaan penyelenggaraan
pengadilan agama, bahkan ketika undang-undang ini dan beberapa
undang-undang lainnya menjadikan sistem hukum Indonesia lebih
322 Hazairin dikenal sebagai tokoh yang sangat menentang dan mengkritik
teori resepsi yang dilontarkan oleh ahli hukum Belanda. Bahkan, beliau menyebut
teori resepsi ini dengan “teori iblis”. Lihat Hazairin, Hukum Kekeluargaan Nasional (Jakarta: Tintamas, 1982), 7-10.
323 John R. Bowen, Syariah, Negara dan Norma-norma Sosial, 108-109.
144 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
terintegrasi secara rapat, sehingga dengan demikian tunduk pada
pengawasan negara yang lebih besar.
Perkembangan ranah ketegangan antara kalangan muslim
dengan kalangan nasionalis mulai mengalami pergeseran. Setelah
ditetapkannya Undang-undang yang secara khusus mengenai
kedudukan dan kewenangan Pengadilan Agama, diskusi-diskusi yang
muncul lebih cenderung terfokus pada pemikiran-pemikiran untuk
mengintegrasikan Islam ke sistem ideologi negara.324
Pada masa ini,
kekuatan Islam dalam perpolitikan boleh saja mengalami
kemunduran, namun kekuatan kulturalnya mempunyai pengaruh yang
kuat terhadap iklim politik kontemporer Indonesia. Pola baru
pengembangan kebijakan hukum ini mengundang reaksi dan
pergolakan dari berbagai pihak, seperti dalam pelembagaan hukum
adat dan hukum Islam. Berbagai kritik terhadap kebijaksanaan ini
didasarkan pada argumen bahwa lembaga-lembaga peradilan tersebut
akan berafiliasi dengan kekuasaan lokal yang berada di luar
kekuasaan politik formal pemerintahan pusat. Terlepas dari
pergolakan tersebut, kedua komponen ini mempunyai pengaruh kuat
dalam upaya legislasi regulasi modern dan dalam upaya pemecahan
masalah kontemporer di Indonesia, terlebih lagi dalam masalah
hukum keluarga. Simbiosis antara kedua sistem hukum juga
dipengaruhi oleh pemikiran tokoh-tokoh Islam yang sejak awal
kemerdekaan sudah berupaya untuk merekonstruksi pemahaman baru
terhadap hukum Islam yang diderivikasikan dari nilai-nilai lokal
masyarakat Indonesia.
Dari paparan di atas, kondisi ketegangan-ketegangan yang
terjadi di tingkat pusat sangat terasa dampaknya terhadap sistem di
Sumatera Barat, khusunya Tanah Datar. Ditambah lagi beberapa
peristiwa pada pertengahan dekade 50-an sampai awal dekade 60-an,
terjadi bermacam-macam pergolakan di Negara Republik Indonesia
yang umumnya disebabkan oleh ketidakpuasan pada pemerintah
pusat karena ada kesenjangan antara pusat dan daerah yang cukup
mencolok. Misalnya Pemberontakan PRRI (Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia) dan Permesta (Perjuangan Rakyat
324 B. J. Boland, The Struggle of Islam in Modern Indonesia (Nijhoff: The
Hauge, 1982), 159.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 145
Semesta). Semula gerakan itu tidak tampak berniat ingin
menghancurkan keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia). Tetapi, pemberontakan itu akhirnya dikenal sebagai
“gerakan anti-Jawa”, karena kesenjangan pembangunan antara Pulau
Jawa dan luar Jawa dianggap semakin besar.
Sumatera Barat yang pada waktu itu masih bergabung dengan
Medan dan Riau dalam Sumatera Tengah juga merupakan basis
gerakan PRRI. Gerakan ini akhirnya dapat dipadamkan oleh
pemerintah pusat. Berlatar-belakang sejarah PRRI ini, terjadi
perubahan budaya yang menurut Ketua Legiun Veteran Kabupaten
Tanah Datar Bapak H. Faisal Kasim adalah sebagai salah satu
perubahan yang cepat pada nilai-nilai budaya Minangkabau. Dengan
kalahnya PRRI atas pemerintah pusat, mulai ada perbauran budaya
yang dibawa oleh tentara dan aparat pemerintahan pusat dengan
budaya masyarakat Minangkabau. H. Faisal Kasim menyatakan
bahwa sebelum terjadinya PRRI, budaya masyarakat Minangkabau
cukup terjaga karena tidak ada hubungan yang berarti dengan dunia
luar yang dapat menyebabkan pergeseran budaya dengan cepat.325
Sejak keluarnya undang-undang penyeragaman Pemerintahan
desa, maka desa berlaku efektif sejak tanggal 1 Agustus 1983 dengan
pemberlakuan SK Gubernur Sumatera Barat Nomor 162/GSB/1983,
yakni jorong/korong yang merupakan bagian dari nagari yang
dinyatakana desa. Dalam sistem pemerintahan desa, kepala desa
adalah pelaksana otoritas pemerintahan pusat, masa ini terkenal
dengan republik kecil. Pengaturan dan pengelola adat yang disebut
Kerapatan Adat Nagari (KAN) tidak terpisah dari pemerintahan dan
wilayahnya adalah nagari sedangkan pemerintahan desa wilayahnya
adalah Jorong atau korang di nagari sebelumnya.326
Kebijakan pemerintah pusat untuk penyeragaman sistem desa
sebagai pemerintahan terkecil di wilayah Indonesia, diterapkan secara
perlahan di Sumatera Barat dan Tanah Datar khususnya. Karena
nilai-nilai adat yang saling melekat dengan pola hidup bernagari
325 Gusti Asnan, Mengukir Ulang Regionalisme Sumatera Barat 1950-an,
(Jakarta: yayasan Obor Indonesi, 2007), 1. 326 Aulia Rahmat, Rekonstruksi Adat Minangkabau Dalam Pemerintahan
Nagari Era Otonomi Daerah, Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.
146 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
berkurang funginya karena berganti dengan peran desa yang
aturannya dari pusat (sentralistik), walaupun sistem bernagari tidak
hilang seratus persen.327
Pada masa pemerintahan desa, para Pamong
dan pegawai desa adalah sebagai alat pemerintahan pusat. Melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang dibebankan kepadanya oleh pemerintah
atasan, mengawasi Pemerintah Desa bersangkutan, mengkooardinir,
membantu mengawasi instansi-instansi atau petugas-petugas
pemerintah yang beroperasi di desa.
Kondisi Tanah Datar pada Orde Baru, hukum adat dan agama
dan posisi pemerintahan bersifat sentralistik, sehingga peran ninik
mamak tidak terlihat. Ninik mamak menjadi pemimpin non formal di
masyarakat dalam pemerintahan NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia) dan tidak berperan dalam musyawarah pembangunan
nagari. Untuk menjawab kekhawatiran masyarakat Sumatera Barat,
maka lahirlah Perda (Peraturan Daerah) Provinsi Sumatera Barat
tentang pembentukan KAN (Kerapatan Adat Nagari) tahun 1983.
Sehingga dibentuklah KAN di seluruh nagari di Sumatera Barat yang
tujuanya untuk menjaga dan memelihara adat dan budaya
Minangkabau.328
Pada masa Orde Baru bentuk Pemerintahan Desa dengan
struktur pemerintahannya di tingkat kabupaten dikepalai Bupati,
tingkat kecamatan dikepalai camat dan tingkat Desa yang dikepalai
oleh kepala desa. Sistem Pemerintahan daerah diatur oleh
pemerintahan pusat. Perubahan-perubahan regulasi pemerintah pusat
dan daerah menuai konflik yang mana konflik tersebut tidak
menimbulkan kegaduhan fisik. Sesuai dengan teori konflik perspektif
Rendhal Collins mengatakan bahwa perselisihan jarang terjadi
dengan perusakan fisik. Kondisi yang terjadi hanya monuver untuk
memisahkan hubungan organisasi. Teori konflik sama sekali tidak
meninggalkan teori solidaritas, sosial, cita-cita sosial, sentimen
sosial, dan perasaan. Kekuasaan, otoritas atau pengaruh merupakan
sifat dari suatu proses interaksional, bukan merupakan sifat dari
327 Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar), pada
kamis, 26 Januari 2017 jam 17.00 di Jakarta. 328 Wawancara Mukhlasin Anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat. 4 April
2017, Jam: 14.00, di Padang.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 147
kepribadian individu. Poin terpenting teori Collins adalah teori
konflik tidak menganalisis cita-cita dan moral sebagai kesucian
selama memberikan hasil dari analisis sosiolog. Marx melihat kondisi
ini, dimana ide-ide dan cita-cita dinyatakan bagaimana dan kapan
mereka menciptakan solidaritas, kapan mereka bermaksud
mendominasi dengan memberikannya atuaran-aturan atau undang-
undang dan kapan semua proses ini disusun.329
Penggunaan sistem pemerintahan nagari telah dilaksanakan
kembali sejak adanya Era Otonomi Daerah dengan Perda Pemprov
Sumbar No. 09 Tahun 2001 tentang kembali menerapkan sistem
pemerintahan nagari. Pada Era Orde Baru kebijakan dari pusat yang
menyeragamkan sistem pemerintahan terkecil di wilayah Indonesia
dengan sistem pemerintahan desa dan ketika sistem ini diterapkan
secara perlahan nilai-nilai adat yang melekat dengan pola hidup
bernagari semakin berkurang fungsinya karena digantikan dengan
peran desa, walaupun sistem bernagari tidak hilang seratus persen.330
Nilai-nilai budaya dan adat masyarakat Tanah Datar dengan
nilai-nilai budaya yang dibentuk oleh pemerintahan Orde Baru pada
masa pemberlakuan sistem pemerintahan desa sebagian besar budaya
birokrasi di Kabupaten Tanah Datar ikut dipengaruhi oleh budaya
Orde Baru. Di antara nilai-nilai birokrasi Orde Baru adalah:
militeritik, feodal, top down, patrimonial, otoriter, aristokrasi dan
partai tunggal.331
Tabel di bawah ini adalah perbandingan nilai-nilai
yang ada pada tataran birokrasi dengan tataran budaya masyarakat
Minangkabau. Perbandingan dalam nilai-nilai adat dan budaya
masyarakat Tanah Datar dengan nilai budaya birokrasi Orde Baru,
dijabarkan pada tabel 6 :
329 George Ritzer. Sociology; A Multiple Paradigm Science Revised Edition.
(London. Boston. Sydnney, Toronto: Ally and Bacon, 2005), 24. 330 Tsuyoshi Kato, Adat Minangkabau & Merantau, (Jakarta: PT Balai
Pustaka, 2005), 21. 331 Idrus Hakimy Dt Rajo Penghulu. Rangkaian mustika adat basandi syarak
di Minangkabau, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), 13.
148 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Tabel 6.
Perbandingan Budaya Birokrasi Orde Baru
Dengan Budaya Masyarakat Tanah Datar
No Orde Baru Masyarakat Tanah Datar
1 Patriakat Matriakat
2 Sentralisasi Desentralisasi
3 Manifest Laten
4 Top Down Bottom Up
5 Amuk massa Diplomasi
6 Feodal, aristokrasi Musyawarah
7 Dominan Subordinat
Dari tabel 6 tergambar perbedaan budaya lama peninggalan Orde
Baru dengan budaya masyarakat Minangkabau.332
Selama Pemerintahan Orde Baru masyarakat Minangkabau
hidup dan dipengaruhi oleh dua nilai besar ni. Pertama, nilai-nilai
pemerintahan militeristik, dan feodalisme di bawah kepemimpinan
Soeharto, kedua, nilai-nilai budaya masyarakat Sumatera Barat yang
telah mengakar dalam kehidupan mereka. Inilah dua nilai besar yang
mempengaruhi para pejabat dan aparat pemerintahan di Tanah Datar
sampai Era Reformasi. Walaupun Era Reformasi telah berjalan sejak
lengsernya rezim Orde Baru, namun masyarakat Tanah Datar serta
aparat dan pejabat masa berikutnya adalah sisa produk yang
dibesarkan dalam nilai-nilai Orde Baru. Oleh karena faktor kuatnya
pengaruh pusat terhadap daerah, termasuk budaya birokrasi, maka
semua praktek korupsi yang umum diketahui di daerah lain di
Indonesia selama Orde Baru juga terjadi di Kabupaten Tanah Datar.
Semasa Orde Baru, Bupati Tanah Datar berasal dari unsur TNI
dan Polri (ABRI), mulai dari tahun 1970 sampai tahun 2000. Tanah
Datar mengalami kemajuan pada masa kepemimpinan Bupati Ika
Suma Hamid, yang menjadi bupati selama dua periode tahun 1985
sampai dengan 1995. Dan fraksi di DPRD (Dewan Perwakilan
332 Hasil penelitian Arief Hilman Arda, Nilai-nilai Demokrasi Sebagai
Kearifan Lokal Masyarakat Minangkabau, (Jakarta: Transparency International
Indonesia, 2008), 21.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 149
Rakyat Daerah) pada masa itu hanya tiga yaitu PPP (Partai Persatuan
Pembangunan), Partai GOLKAR (Golongan Karya) dan Partai PDIP
yang menjadi ketua DPRD. Sejak adanya Era Otonomi daerah,333
lahirlah Peraturan Daerah Provinsi Sumbar No. 09 Tahun 2001
tentang kembali menerapkan sistem pemerintahan nagari di
Sumatera Barat. Dengan kembalinya bentuk pemerintahan desa ke
bentuk pemerintahan nagari pada tahun 2001 ini, maka peran
kepemimpinan lembaga adat di tingkat nagari mulai berjalan
walaupun tidak sepenuhnya. Peran pemimpin suku dan agama (Tigo
Tungku Sajarangan) di tingkat pemerintahan nagari berfungsi
kembali. Namun menurut ketua MUI Kabupaten Tanah Datar untuk
ditingkat kabupaten pada saat ini kepemimpinan Tigo Tungku
Sajarangan tidak berjalan bersama, tetapi masing-masing berjalan
333Otonomi Daerah menurut Jazuli Juwaini Esensi otonomi itu sebenarnya
adalah proses otonomi masyarakat, masyarakatlah yang harus terberdaya dan
memahami hak-hakmereka dalam mengembangkan potensi sumber daya daerah.
Masyarakat menjadib subjek otonomi, bukan objek. Artinya, otonomi harus
membuka ruang partisipasinmasyarakat seluas-luasnya dalam mengembangkan
potensi daerah. Merekalah nantinya yang paling merasakan dampak otonomi, yang
terukur dalam dua hal: Pertama, membaiknya pelayanan publik bagi masyarakat.
Kedua, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam beragam aspeknya.
Para Stakeholder harus menjalankan otonomi dengan sepenuh hati tanpa
ada uapaya untuk membaak otonomi untukkepentingan pribadi dan kelompok.
Pemerintah pusat dituntut untuk memberikan apa yang benar-benar menjadi hak dan
kompetensi daerah (hal,17-18), sebaliknya pemerintah daerah menerima dan
mengoptimalkan dengan penuh komitmen apa-appa yang mmenjadi hak dan
kompetensinya tersebut, bukan hanya harmonisasi dalam level pemerintahan,
otonomi memberikan ruang partisipasi dan kontribusi bagi masyarakat sehinggga
otonomi benar-benar menjadi berkah bagi masyarakat.
Otonomi bukan berarti tanpa batas, saling lepas, otonomi dimaksud bukan
dalam lenggam sentralisasi seperti yang pernah dialami pada massa orde baru.
Seharusnya inti dari otonomi adalah proses otonomisasi masyarakat yang
didalamnya terkandung makna upaya penyyelesaian masalah (kebutuhan) masyarakat
sendiri. Hal ini berarti masyarakatlah yang menjadi subjek utama dalam otonomi
daerah. Kebijakan otonomi tidak lain bertujuan untuk mengotonomikan masyarakat
atau proses otonomisasi masyarakat. Dalam konteks ini tidak bisa tidak otonomi
harus mampu memberdayakan dan meningkatkan kemandirian masyarakat. Oleh
karena itu program-program pembangunan daerah khususnya didorong untuk
mewujudkan tujuan tersebut. Lihat Jazuli Juwaini, Otonomi Sepenuh Hati, (Jakarta:
Darussalam Publising, 2015), 17-19 dan lihat juga Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, (Jakarta: Raja
GrafindoPersada, 2005), 131.
150 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
sendiri, hanya simbolnya saja yang tiga unsur berjalan bersama, akan
tetapi pada hakekatnya tidak bersatu.334
Pada tingkat nagari, wali nagari seperti untuk melangsungkan
sebuah pernikahan harus ada surat rekomendasi dari penghulu.
Peraturan wali nagari pada prosedur pengurusan surat nikah; langkah
pertama, harus meminta surat rekomendasi kepada penghulu suku si
calon penganten; kedua, persetujuan dari kedua orang tua; ketiga,
baru diberi persetujuan oleh wali nagari setempat. Jika tidak ada
persetujuan dari penghulu atau ninik mamak dan kedua orang tua,
maka wali nagari tidak akan memberi rekomendasi surat nikah.
Ketika pemerintahan desa juga ada prosedur rekomendasi pernikahan
seperti ini, akan tetapi rekomendasi penghulu tidak
diperhitungkan.335
Pemerintahan nagari dalam mengambil keputusan melibatkan
Tigo Tungku Sajarangan. Contohnya di Nagari Batubulek dalam
menyelesaikan sebuah kasus atau dalam mengambil sebuah
keputusan di nagari, maka dilakukan muyawarah.336
Permasalahan-
permasalahan masyarakat terkait kasus pidana akibat melanggar adat
dan agama seperti plecehan seksual, cabul, selingkuh, judi, miras,
asusila dan sejenisnya sudah diatur dalam Peraturan Nagari
Batubulek kecamataan Lintau Buo Utara sampai denda dan sangsi
yang akan diberikan oleh Wali Nagari kepada pelaku. Jika nagari
tidak bisa menyelesaikan, maka kasus naik ke pihak yang
berwajib.337
Begitu juga di Nagari Pariangan yang merupakan nagari
tuo di Minangkabau, kepemimpinan Tigo Tungku Sajarangan masih
berfungsi sampai saat sekarang dan bergandengan tangan dengan
pemerintahan nagari dalam musyawarah untuk mengambil kebijakan
pembangunan di nagari.338 Lain halnya dengan nagari Limakaum
334 Wawancara Syukri Iska (ketua MUI Tanah Datar), pada 4 April 2016,
Jam: 16.00 WIB, di Batusangkar. 335 Wawancara Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), pada 3 September
2016, Jam: 14.00 WIB di Batu Bulek kecamatan Lintau Buo Utara. 336 Wawancara KAN nagari Batu Bulek, pada 4 September 2016, Jam: 14.00
WIB di Batu Bulek kecamatan Lintau Buo Utara. 337 Sekretaris Nagari Batu Bulek, Monografi Adat Nagari Batubulek (Lintau,
2015), 61-65. 338 Wawancara Mulkhair (wali nagari pariangan), di Pariangaan.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 151
yang teletak di perkotaan, kepemimpinan Tigo Tungku Sajarangan
fungsinya sudah berkurang, yang lebih berfungsi dan dominan di sini
adalah kepemimpinan pemerintahan nagari oleh wali nagari dan
perangkatnya, walaupun kepemimpinan adat tidak punah sama
sekali.339
Pada Era Reformasi, Pemerintah Pusat sampai daerah ingin
mengakomodir keinginan kelompok adat dan agama. Terlihat
perubahan pada struktur pemerintahan tingkat terendah yaitu bentuk
desa ke bentuk nagari khususya di Sumatera Barat. Dapat dilihat
dari bagan-bagan di 3,4:
Keterangan bagan 3: KK ( Kaur Pemerintahan), KP (Kaur
Pembangunan), KK: (Kaur Kesra), dalam sturktur pemerintahan desa
tidak ada pelibatan KAN (Kerapatan Adat Nagari). Dalam struktur
Pemerintahan Desa, kelompok adat belum terakomoder dalam
pemerintahan desa baik secara struktur maupun dalam pelibatan
pengambilan kebujakan dalam pembangunan desa.
Bagan 3.
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa di Orde Baru
339 Wawancara Irman Idrus (Wali Nagari baringin), pada rabu 24 Agustus
2016, Jam: 14.00 WIB di kecamatan Limakaum dan Observasi langsung pada
kegiatan masyarakat.
Kepala Desa
Sekretaris Desa
KK KP
M
KK
Kpl
Jorong
Kpl Jorong Kpl Jorong Kpl Jorong
152 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Bagan 4.
Struktur Organisasi Pemerintahan Nagari sesuai Perda Nagari no.17
tahun 2001
Keterangan bagan 4:
KAUR A; Koordinator Urusan Pemerintahan, KAUR B; Koordinator
Urusan Pembangunan, KAUR C; Koordinator Urusan Kesra.
Dari bagan 3 dan 4 terlihat perbedaan antara struktur
pemerintahan nagari pada masa pemerintahan Desa di Orde Baru dan
tahun 2001 kembali ke bentuk Pemerintahan nagari. BPRN (Badan
Permusyawaran Ranyat Nagari) atau Bamus (Badan Musyawarah)
penamaan di luar Sumatra Barat terdiri dari perwakilan jorong
(dusun) yang utusannya ini diambil dari ninik mamak, cerdik pandai,
alim ulama utusannya dari salah satunya saja. Pada Pemerintahan
Desa namanya LMD (Lembaga Musyawarah Desa).
Dari wawancara peneliti dengan beberapa tokoh adat dan
agama, ada beberapa kebijakan pemerintah yang menimbulkan pro-
kontra diantaranya; pertama, kebijakan tentang Undang-Undang
Otonomi Daerah. Kewenangan pemerintah daerah lebih luas dan
terbuka, namun dari segi penganggaran tetap saja diatur oleh
pemerintahan pusat, secara politik tetap saja tidak ada otonomi,
termasuk birokrasi pelayanan masyarakat yang kurang memuaskan.
Kedua, peraturan-peraturan yang berbau syariah. Perubahan diawali
periode bupati pertama masa Reformasi.
KAUR A KAUR B
BPRN Wali
Nagari
Sekretaris
KAUR C
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 153
Perubahan dari Orde Baru ke Reformasi dari sistem
sentralisasi ke desentralisasi telah membawa harapan baru pada
kelompok masyarakat Adat di Sumatera Barat dan Tanah Datar
khususnya. Di Orde Baru kekuasaan pemerintah otoriter, sedangkan
Orde Reformasi masyarakat lebih bisa berpartisipasi. Gubernur
Zainal Bakar tahun 2000 telah mengeluarkan Peraturan Gubernur
Tentang "Kembali ke Nagari", untuk mengakomodir kaum adat dan
pemerintahan "Kembali ke Surau" untuk mengakomodir kaum agama
menerapkan falsafah ABS-SBK. Di awal reformasi 1998 lahir
banyak partai Islam, wacana "Kembali ke Nagari" ini didukung oleh
partai-partai di DPRD. Demokrasi ini juga dimanfaatkan oleh
berbagai kalangan untuk menyampaikan aspirasinya yang semula
terkekang pada masa Orde Baru, pada Era Reformasi ada kebebasan,
walaupun pemilihan kepala daerah awal Era reformasi masih dipilih
oleh anggota DPRD dan hakekatnya calon kepala daerah tetap dari
pusat.340
Peralihan dari bentuk pemerinthan desa ke nagari di Sumatera
Barat merupakan satu kesatuan adat yang tidak bisa dipisah,
sementara jorong adalah setingkat dengan desa. Antara adat, agama
dan pemerintah di masa Orde Baru, lebih dominan kekuasaan
pemerintah otoriter dan Era Orde Reformasi341
masyarakat lebih bisa
berpartisipasi. Pada tahun 2000 Gubernur Zainal Bakar sudah
mengesahkan Peraturan Gubernur untuk kembali ke Nagari.
Tujuannya agar kaum adat, agama dan pemerintahan bersinergi untuk
kembali ke nagari dan kembali ke surau. 342
Pada masa Orde Baru, secara formal organisasi politik hanya
tiga partai , yakni PPP (Partai Persatuan Pembangunan), Golkar
(Golongan Karya) dan PDI (Partai Demokrasi Indonesia). Tetapi
340 Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar),
Wawancara, Kamis, 26 Januari 2017 jam 17.00 di Jakarta. 341 Orde Reformasi dimulai sejak lengsernya Soeharto pada tanggal 21 Mei
1998. Di masa Reformasi telah lahir banyak partai dan lahirnya Undang-undang
Nomor 2 tahun 1998 tentang Otonomi Daerah. Lihat, Eka Yusuf Singka,
Desentralisasi Layanan Kesehatan Haji Indonesia Pada Masa Reformasi, (Bandung:
Pustaka Aura Semesta, 2015), 72. 342Peraturan daerah Sumatera Barat No.9 Tahun 2000 Tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan Nagari.
154 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
harus diakui karena berbagai alasan terdapat pula aspirasi politik di
kalangan masyarakat yang belum sepenuhnya terakomodasi atau
bahkan tidak terwakili oleh tiga partai tersebut. Sehingga muncul
“kelompok-kelompok sempalan seperti PRD (Partai Rakyat
Demokratik) dan lain-lain yang mengkalaim sebagai “gerakan pro-
demokrasi”. Dalam konteks menguatnya negara dengan isu tentang
pusat dan daerah terlihat tidak relevan lagi sistem sentralisasi, sistem
ini telah membuat konflik kepentingan pusat dan daerah,343
sampai
pada Pemilu 1999 partai politik pesera pemilu membludak dari tiga
partai politik di Orde Baru menjadi 62 partai pada Pemilu Tahun
1999.344
Undang-undang Otonomi daerah No. 22 tahun 1999 asas
pemerintahan yang dipakai adalah Sistem Desentralisasi dengan
memperkuat fungsi DPRD melalui pembuatan Peraturan Daerah.
Kaum reformis memandang bahwa regulasi Otonomi Daerah ini
memiliki kelemahan yang tidak sesuai dengan tuntutan reformasi,
maka diajukan usulan revisi.345
Oleh sebab itu, muncullah perubahan
Undang-undang Otonomi Daerah yang terdiri dari 1) Undang-undang
Pemerintahan Daerah Nomor 32 Tahun 2004; 2) Undang-undang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah
Nomor 33 tahun 2004; 3) Undang-undang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional Nomor 25 tahun 2004. Dengan tiga undang-
undang ini pemerintah dapat mensikapi pelaksanaan pembangunan
daerah secara berencana, baik jangka panjang dan menengah maupun
jangka pendek yang akan dibiayai oleh APBD (Anggaran Pendapatan
343 Azyumardi Azra, Reposisi Hubungan Agama dan Negara,Merajut
Kerukunan Antar Ummat, 42-44. 344 Sejak Soeharto lengser pada tanggal 21 Mei 1998, Indonesia mengalamai
perubahan politik. Karena pada masa Rezim Soeharto dan Soekarno mengalami
pengungkungan, maka di Era Reformasi ada kebebasan berpolitik yang melahirkan
banyak partai politk. Tercatat sebanyak 62 partai politik yang mengikuti pemilihan
umum (Pemilu) tahun 1999 yang lolos electoral threshold di KPU Pusat dari 200
partai politk yang mengajukan secara administrasi. Pada Tahun 2004 hanya 50 partai
yang bias mengikuti pemilu. Lihat Soetrisno Hadi, Pemikiran Politik Islam di Indonesia Pasca Soeharto 1998-2008, (Jakarta: "PKBM Ngundi Ilmu" , 2004), 1-3.
345 Aulia Rahmat, Rekonstruksi Adat Minangkabau Dalam Pemerintahan Nagari Era Otonomi Daerah, (Jakarta: Ngundi Ilmu, 2013), 1-5.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 155
Belanja Daerah) maupun APBN (Anggaran Pendapatan Belanja
Negara) .346
Konflik persepsi tentang otonomi daerah, untuk Sumatera
Barat isinya "Kembali ke Surau" dan "Kembali ke Nagari". Namun
kembali ke surau, kembali ke surau zaman kapan, apakah zaman
sebelum datangnya penjajah, surau zaman kolonial, surau zaman Orde
Lama atau model yang mana, hal inilah yang menjadi konflik persepsi
di kalangan masyarakat Sumatera Barat. Keinginan pemuka adat
kembali ke nagari seperti masa Orde Lama yang mana nagari
memiliki otonomi untuk memimpin masyarakatnya. Pemerintahan
nagari yang dipimpin oleh seorang penghulu yang menguasai tentang
seluk beluk adat dan agama.
Kembali ke nagari menurut regulasi pemerintah, kenyataannya
tetap saja tidak berubah secara kewenangan. Hanya lebel atau
bungkusnya saja yang berubah, prakteknya kelompok adat tetap saja
tidak memiliki wewenang dalam pemerintahan, maka khusus Pemda
Tanah Datar pada tahun 2008, mengeluarkan Perda untuk menjawab
keinginan kelompok adat yaitu digabungkannya unsur adat ke
dalaman pemerintahan nagari yang tergabung dalam BPRN yang di
atur oleh Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008.347
Menurut Buya Masnefi (mantan wakil Bupati Kabupaten
Tanah Datar periode 2001/2005, bahwa pada Era Reformasi di Tanah
Datar lembaga agama dan adat serta pemerintah secara formalitas
sudah bersinergi dalam membangun daerah dalam penerapan falsafah
ABS-SBK. Namun dalam pelaksanaannya tergantung kepada pihak
yang memegang wewenang. Bedanya dengan pemerintahan
sebelumnya, masa Orde Baru, agama dan adat dimanfaatkan oleh
penguasa, tidak hanya untuk kemaslahatan masyarakat, agama
hanya topeng bagi kekuasaan, di Era Reformasi Agama dan adat lebih
346 RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) untuk periode 25 tahun,
RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) untuk jangka 5 tahun dan RPJP
(Rencana Pembangunan jangka Pendek) untuk waktu 1 tahun. 347 Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Berita Daerah Kabupaten Tanah
Datar, (Batusangkar: Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Tanah Datar,
2008), 70-73.
156 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
terakomodir di pemerintahan, kebebasan untuk berpendapat mulai
terjadi pada tahun 2000-2004.348
Pada awal Pemerintahan Reformasi, kepala daerah dalam hal
ini bupati masih dipilih oleh DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah) tidak ada perbedaanya dengan zaman Orde Baru, kuat
campur tangan petinggi partai-partai politik pusat, walaupun sudah
Otonomi Daerah. Pemerintahan Daerah mempunyai kewenangan
untuk mengelola daerah yang merupakan sebagian dari kekuasaan
presiden.
Besar harapan masyarakat Sumbar dengan perubahan sistem
Otonomi daerah. Masyarakat Sumatera Barat yang sebagian besar
penduduknya adalah suku-bangsa Minangkabau bersepakat untuk
mengembalikan fungsi nagari sebagai sebuah unit pemerintahan yang
mendapat legitimasi menurut sistem pemerintaan NKRI (Negara
Kesatuan Republik Indonesia) dan sistem pemerintahan adat.
Diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah349
di
seluruh Indonesia, maka di Sumatera Barat terjadi perubahan
pemerintahan di tingkat terendah yang sebelumnya berada di tingkat
desa/keluharan beralih ke tingkat nagari. Untuk Kabupaten Tanah
Datar berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2001 tentang
Pemerintahan Nagari, semula Kabupatan Tanah Datar terdiri dari
221 desa, maka berdasarkan Peraturan Daerah tersebut terbentuk
menjadi 75 nagari dan 280 jorong.350
Dalam Perda No.17 Tahun 2001 diseebutkan bahwa
pemerintahan Nagari dijalankan oleh wali nagari. BPRN (Badan
Perwakilan Rakyat Nagari) berfungsi sebgai BAMUS (Badan
Musyawarah Nagari), sementara KAN adalah organisasi adat yang
berkedudukan di nagari yang dibantu oleh aparat pemerintahan
nagari yang terdiri dari sekretaris nagari, Kaur Pemerintahan), (Kaur
Pembangunan, Kaur Kesra dan kepala jorong (dusun)
348 Wawancara Buya Masnefi, Senin, 21 maret 2016, Jam 11.00 WIB di
Batusangkar. 349 Undang-undang Otonomi Daerah adalah hak atau kewenangan Pemerintah
Daerah untuk mengatur daerahnya sendiri sesuai dengn kearifan lokal dan
perundangan yang berlaku. 350 Badan Pusat Statististik, Tanah Datar Dalam Angka, (Batusangkar: BPS,
2016) http:/tanahdatar.bps.go.id.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 157
Dalam Perda No.17 tahun 2001 disebutkan bagaimana
pembentukan lembaga BPRN (Badan Perwakilan Rakyat Nagari)
yang menjadi Bamus (Badan Musyawarah) Nagari, KAN (Kerapatan
Adat Nagari) dan aparat nagari diharapkan selaras dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsi lembags masing-masing dan
sekaligus mendapat pedoman dalam melaksanakan tugas. Kondisi ini
telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan pelayanan
kepada masyarakat dan lancarnya komunikasi dengan Pemerintahan
Daerah pada Orde Reformasi.351
Sistem pemerintahan nagari ini dipandang efektif guna
memelihara ketahanan agama dan sosial budaya masyarakat
Kabupaten Tanah Datar yang berdasarkan filosofi ABS-SBK.
Menurut kelompok adat kembali ke sistem pemerintahan nagari
antara lain bertujuan untuk menciptakan sistem pemerintahan yang
demokratis, dapat diterima dan memiliki legitimasi dalam
masyarakat. Di samping itu juga dapat menciptakan mekanisme
pemerintahan yang mampu memberikan pelayanan secara maksimal
kepada masyarakat.352
Dukungan pemerintah terhadap nilai adat dan agama (ABS-
SBK) berupa pengalokasian anggaran, membuat regulasi berupa
Peraturan Daerah, himbauan bupati, seruan-seruan Pemerintah
Daerah melalui media cetak, media elektronik, radio, panflet dan lain-
lain. Setiap periode pemerintahan seorang bupati berbeda pula bentuk
dukungannya terhadap adat dan agama baik secara lembaga maupun
dalam hal melestarikan ritual-ritual nilai adat dan ajaran agama
Islam. Untuk melihat bagaimana dampak dari Otonomi Daerah pada
Era Reformasi, maka pembahasan fokus pada 2 periode
Pemerintahan yaitu 5 (lima) tahun periode Bupati Masriadi Martunus
dan 10 ( sepuluh) tahun periode Shadiq Pasadiqu.
Masa kepemimpinan MM (Masriadi Martunus) di awal
reformasi, menurutnya semua aspirasi masyarakat ditampung,
351 Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Berita Daerah Kabupaten Tanah
Datar, (Batusangkar: Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Tanah Datar,
2008), 70-73. 352 Wawancara Dt. Basrizal. (mantan anggota DPRD Tanah Datar), 10
Agustus 2016 Jam: 11.00 WIB, di Istana Pagaruyung Batusangkar.
158 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
anggaran untuk kegiataan keagamaan paling tinggi dari seluruh
kabupaten di Sumatera Barat, menfasiliitasi APBD (Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah) untuk kegiatan Adat dan Agama yang
dialokasikan ke LKAAM (Lembaga Kerapatan Adat Alam
Minangkabau), KAN (Kerapatan Adat Nagari) dan MUI (Majelis
Ulama Indonesia) tingkat Kabupaten Tanah Datar dan ormas
(organisasi masyarakat) lainnya. Suatu hal yang tidak populis
dilakukan oleh mantan Bupati MM. Seperti seluruh siswa di bulan
Ramadhan tetap melakukan aktivitas sekolah. Dengan dasar
pemikiran; bahwa kualitas ummat Islam itu tertinggal, maksudnya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan, beliau melihat sistem libur
siswa di luar negeri, masa liburan siswa tetap membaca buku dan
budaya ini belum muncul pada pelajar di Tanah Datar, dengan
demikian MM membuat kebijakan di Bulan Ramadhan siswa tetap
sekolah.353
Masriadi Martunus tidak setuju dengan aturan–aturan agama
diatur dimasukkan ke dalam Perda (Peraturan Daerah), seperti aturan
berbusana muslim, memakai jilbab dan lain-lain. Dengan alasan jika
menjadi Perda, maka akan memiliki konsekwensin hukum, jika tidak
menjalankan aturan tersebut akan ada sangsi, jadi orang menjalankan
agama karena terpaksa dan takut sangsi bukan karena kesadaran
beragama. Itu alasan MM tidak setuju aturan-aturan agama masuk di
dalam Perda. Strategi MM adalah dengan melakukan himbauan
secara lisan kepada para pejabat dan istri para pejabat. Terlebih
dahulu aturan berbusana muslim dan menutup aurat dicontohkan
oleh para istri pejabat daerah seperti; istri sekretaris daerah, istri
asisten dan istri kepala dinas sampai ke istri camat. Dasar
pemikirannya adalah jika aturan-aturan itu sudah dicontohkan oleh
para pemimpin, maka masyarakat akan mengikuti dengan sendirinya.
Masalah larangan merokok misalnya, beliau memberikan arahan
kepada masyarakat dengan menggajak mereka berdialog. Begitu pula
hal-hal lain untuk perbaikan masyarakat, seperti sebuah kasus
ditemukan anak kekurangan gizi sebanyak 34 orang di sebuah Nagari,
lalu Bupati MM dengan dinas terkait turun kelokasi untuk
353 Wawancara Masnefi (Mantan Wakil Bupati Tanah Datar 2000-2005),
Senin 21 Maret 2016, jam 11.00 WIB di Batusangkar.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 159
berkomunikasi langsung dengan masyarakat untuk memantau kenapa
hal yang demikian terjadi, ternyata setelah berdialog dengan
masyarakat setempat, ternyata keluarga tersebut anaknya busung
lapar, sang bapak setiap hari merokok, bapaknya hobi berburu babi
dengan menghabiskan biaya yang banyak dan ibu dari sang anak juga
memilki perhiasan emas. Artinya biaya yang seharusnya untuk biaya
kesehatan dan pendidikan anak, dipergunakan untuk hal yang kurang
bermanfaat atau kebutuhan primer. Dalam hal ini Bupati MM
memberikan arahan kepada masyarakat, jika berhenti merokok dan
uangnya ditabung, maka bisa untuk membeli kambing. Sebuah Usaha
MM pada tahun 2001 diadakan gerakan tidak merokok dan uang jatah
untuk beli rokok dibelikan ke kambing sebagai cadangan untuk uang
sekolah anak-anak untuk sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk
pegawai Pemda (Pemerintah Daerah) di kantor Bupati, salah satu
strategi Bupati agar pegawainya tidak merokok yaitu dengan beliau
sering duduk bersama di kantor pegawai, seperti di kantor setda,
asisten dan kabag (kepala bagian), mengarahkan pegawai untuk tidak
menyediakan asbak rokok (sebagai sindiran agar tidak merokok di
ruangan). Strategi Bupati ini diterapkan oleh sebagian pegawai
bawahannya. Menurut MM ini adalah sebuah keberhasilannya selama
menjadi Bupati.354
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Bupati MM tidak
mendukung Perda-perda syari'ah, beliau lebih cenderung untuk
mengamalkan ajaran agama dengan kesadaran dan mencontohkan.
Dalam hal pembinaan masyarakat MM lebih cenderung
menggunakan pendekatan persuasif. Meskipun cara ini ada plus dan
minusnya, satu sisi segi positifnya masyarakat tidak merasa terpaksa
untuk melaksanakan aturan-aturan agama dan minusnya cara tersebut
lamban untuk suatu perubahan masyarakat.
Pada tahun 2001 permulaan otonomi daerah, Bupati mulai
mempunyai kewenangan untuk mengelola daerah, dan mengambil
alih sebagian kekuasaan presiden.355
Karena adanya otonomi daerah
354Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar),Wawancara,
Kamis, 26 Januari 2017 jam 17.00 di Jakarta. 355Otonomi daerah merupakan wewenang untuk mengatur urusan pemerintah
yang bersifat lokalitas menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
160 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
ini, maka muncullah lembaga-lembaga masyarakat yang didukung
oleh pemerintah daerah, baik moril maupun materil. Misalnya
Pemerintah Daerah memberikan dukungan anggaran dana kepada
lembaga-lembaga yang ada di Kabupaten Tanah Datar, baik
lembaga adat maupun agama. Bupati MM mengalokasikan dana dari
1,9 miliyar PAD (Pendapatan Asli Daerah), sebanyak 30 persen
dialokasikan untuk bantuan sosial kegiatan keagamaan. Lembaga
keagamaan yang muncul di Kabupaten Tanah Datar seperti BKMT
(Badan Kontak Majelis Taklim), LDS (Lembaga Didikan Subuh),
LPTQ (Lembaga Pendidikan Tahfiz Quran), Pondok al-Quran dan
lain-lain. Kegiatan keagamaan ini selalu dihadiri oleh pihak
Pemerintah. Kegiatan MTQ (Musabaqoh Tilawatil Quran) yang
diselenggarakan oleh Kementerian Agama Kabupaten Tanah Datar)
dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan Pemda (Pemerintahan
Daerah) Kabupaten Tanah Datar. Begitu juga dengan
penyelenggaraan kegiatan keagamaan yang lainnya. Pemda bersinergi
dengan Kementerian Agama dan Organisasi Muhammadiyah,
kegiatan berjalan tanpa ada permasalahan. Menurut Masnefi tanpa
dukungan lembaga adat dan agama, maka pemerintah daerah tidak
akan berhasil.356
Menurut Ketua LKAAM Kabupaten Tanah Datar Dt.Fery Irsal
Idrus, meskipun sebelumnya sistem pemerintahan desa sentralistik,
akan tetapi peran adat tidak hilang di Sumatera Barat. Dengan
adanya undang-undang kembali ke Nagari adalah kembali ke adat.
Namun dalam hal ini Pemerintah Daerah tidak memahami keinginan
dari pemuka adat dan agama. Lanjut menurut ketua LKAAM, kondisi
kembali ke nagari menurut pemerintah, tidak kembali kepada
substansi. Untuk mengakomodir kelompok adat ingin kembali ke
bentuk pemerintahan nagari, maka Pemerintah Daerah merespon
dengan membuat undang-undang nagari (Peraturan Nagari).
Dengan demikian desentralisasi sebenarnya menjelmakan otonomi masyarakat
setempat untuk memecahkan berbagai masalah dan pemberian layanan yang bersifat
lokalitas demi kesejahteraan masyarakat daerah tersebut. Lihat. Nurcholis Majid,
Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, 14. 356 Wawancara Buya Masnefi, Senin, 21 maret 2016, Jam 11.00 WIB di
Batusangkar.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 161
Ulama-ulama Minangkabau masa sebelumnya konsisten
dengan adat dan agama, namun dewasa ini tidak terlaksana lagi,
keulamaan lebih kepada nilai jual politik calon-calon eksekutif dan
legislatif, agama dan adat menjadi kepentingan untuk mencapai
tujuan politik. Padahal untuk kesuksesan pembangunan, pemerintah
harus melibatkan ulama, orang-orang adat dan harus dilibatkan
dalam perencanaan pembanguan daerah. Pembanguan masyarakat
bukan hanya pembangunan fisik, tetapi juga pembanguanan karakter
yang di dalamya terdapat karakter adat dan agama.357
Menurut MM masa kepemimpinannya, di samping Bupati
berfungsi sebagai kepala daerah secara NKRI, juga berperan sebagai
pengulu (pemimpin adat) dan wakil bupati sebagai mewakili agama.
Wakil Bupati Buya Masnefi adalah seorang ustad atau ulama yang
berlatar pendidikan agama yaitu alumni IAIN Imam Bonjol Padang.
Masa kepemimpinannya antara Bupati dan wakil Bupati mulai
mengakomodir kelompok adat dan agama.358
LKAAM (Lembaga
Kerapatan Adat Alam Minangkabau)359
merupakan sebagai lembaga
adat di tingkat kabupaten, MUI (Majelis Ulama Indonesia) Cabang
Kabupaten Tanah Datar sebagai unsur ulama dan lembaga adat
Bundo Kanduang sebagai organisasi perwakilan perempuan yang juga
dilibatkan dalam rapat MUSPIDA (Musyawarah Pimpinan daerah)
Kabupaten Tanah Datar. Lembaga adat Bundo Kanduang360 juga
357 Wawancara Dt.Feri Irsal Idrus (ketua LKAAM Tanah Datar), Senin 21
maret 2016, Jam: 14.00 WIB di Batusangkar. 358 Wawancara Buya Masnefi, Senin, 21 maret 2016, Jam 11.00 WIB di
Batusangkar. 359 Sejarah LKAAM di Sumatera Barat, bahwa di setiap kabupaten dan kota
sudah ada LKAAM dan ditingkat kecamatan lembaga adat disebut KAN (Kerapatan
Adat Nagari) yang tidak ada hubungan hirarki dengan struktur LKAAM Kabupaten
Tanah datar dan LKAAM Provinsi. 360 Bundo Kanduang terdiri dari dua suku kata yaitu bundo dan kanduang.
Bundo artinya ibu sedangkan kanduang artinya kandung atau sejati, maka bundo kanduang artinya ibu yang sejati yang tidak cacat baik dipandang sebagai sifat
keibuannya maupun dipandang dari sifat kepemimpinannya. Bunda Kanduang yang
dimaksud di atas adalah sebuah lembaga yang mewakili perempuan yang masuk
dalam struktur pemerintahan yang merupakan bagian dari KAN (Kerapatan Adat
Nagari). Bundo kanduang menjadi struktur independen dalam menjalankan
organisasi kenagarian. Wawancara Nofri Aides (Bundo Kanduang Limakaum), 29
Juni 2017 di Batusangkar, jam :10.00. Lihat Peraturan Daerah Kabupaten Tanah
Datar Nomor 15 tahun 2008.
162 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
diberikan anggaran untuk kegiatan organisasinya, walaupun hanya
sedikit, akan tetapi pemerintah sudah memberikan perhatian terhadap
organisasi yang bertujuan melestarikan nilai-nilai adat.361
Di awal
Era reformasi, Islam secara struktural dan kultural mulai didukung
oleh pemerintah. Aspirasi kelompok adat dan agama terakomodir
walaupun pemilihan kepala daerah tidak dipilih langsung oleh rakyat.
Paparan di atas sesuai dengan teori yang dikemukakan Cak Nur
bahwa demokrasi itu adalah kedaulatan di tangan rakyat, namun
sistem pemilihan pemimpin belum menyerap aspirasi rakyat.362
Meskipun kepala daerah belum dipilih secara langsung oleh
rakyat, akan tetapi di Tanah Datar sudah ada usaha pemerintah untuk
mengakomodir aspirasi kelompak agama dan adat sebagai wujud
perhatian pemerintah terhadap masyarakat, karena masyarakat di
Tanah Datar bukan hanya dipimpin oleh pemerintah tetapi juga
kepala adat atau suku.363
Untuk mendukung Agama, program MM
yaitu dengan mengaktifkan masyarakat agar datang ke masjid, di
masjid membuat koperasi simpan pinjam, ini diprogramkan di
masjid-masjid yang ada Tanah Datar, khususnya di masjid raya
(masjid besar) yang ada di nagari-nagari yang pengelolaannya
ditangani secara baik. Pemerintah memberikan bantuan dana hibah
sebanyak Rp. 3.000.000 kepada setiap masjid raya, tujuannya antara
lain adalah untuk membantu ekonomi masyarakat, untuk syi’ar di
masjid, dan di samping itu dapat memotivasi masyarakat supaya
rajin datang ke Masjid.364
Untuk peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) MM
memberikan peluang kepada para pegawai untuk mengikuti tambahan
pendidikan. Tahun 2002 MM mengikutkan pegawai Pemda untuk
mengikuti pelatihan jabatan sebanyak 32 (tiga puluh dua) orang
361 Wawancara Buya Masnefi, Senin, 21 maret 2016, Jam 11.00 WIB di
Batusangkar. 362 Nurcholis Madjid, Demokrasi dan Demokratisasi, Dalam Demokratisasi
Politik, Ekonomi dan Budaya; Pengalaman Indonesia Masa Orba. (Jakarta:
Paramadina, 1994). 363 Di dalam kepemimpinan Adat di dalamnya ada pemimpin bidang
keagamaan dan pelaksana lapangannya. Lihat Amir M.S, Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 2007), 80.
364 Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah Datar), 17
Februari 2017, jam 10.00 WIB di Jakarta.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 163
yang bertujuan untuk peningkatan SDM, pegawai yang diutus untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sebanyak 42
(empat puluh dua) orang yang diberikan beasiswa dari APBD. Akan
tetapi menurut MM pemimpin Tanah Datar periode bupati setelah
beliau, sudah lebih 10 tahun, tidak ada usaha untuk menambah
pengetahuan staf dan pegawai Pemda, padahal ilmu pemimpin itu
akan bertambah jika ilmu pegawainya bertambah dengan
disekolahkan pemerintah, karena ilmu terus berkembang dan
berputar.
Dalam pergantian pejabat diberlakukan masa tenggang waktu
pergantian jabatan, tidak semuanya pejabat di bawahnya harus
diganti pada masa yang sama, alasannya akan kesulitan dalam
pelanjutan kerja pejabat yang lama jika semua sekaligus pejabat dan
staf diganti. Dan dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah) seharusnya juga melibatkan sesepuh (orang-orang lama
yang sudah berpengalaman).365
Strategi MM adalah pada masa awal pemerintahannya, 6
(enam) bulan pertama tidak dilakukan mutasi pegawai, baik pejabat
maupun pegawai biasa, tetapi diarahkan untuk meningkatkan kinerja,
prioritas meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Walaupun
bupati pada saat itu masih dipilih oleh DPRD, namun penempatan
pejabat oleh MM berdasarkan kompetensi bukan berdasarkan
kepentingan politik, berbeda dengan pemerintahan setelah MM,
sistem pemilihan bupati secara langsung melalui pilkada, pejabat
dipilih berdasarkan kepentingan politik yang disebut politik balas
budi kepada tim sukses.366
Program penghematan anggaran yang dilakukan seperti
regrouping (penggabungan dan pengurangan) sekolah, digabungkan
beberapa sekolah untuk penghematan tenaga guru dan pegawai dan
berefek kepada pengurangan anggaran belanja pegawai, peningkatan
PAD 350 (tiga ratus lima puluh) persen, dana pengurang pengeluaran
didepositokan. Dalam bidang kesehatan sistem atau program yang
365 Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar), kamis, 26
Januari 2017, jam 17.00 WIB di Jakarta. 366 Wawancara Buya Masnefi, senin, 21 maret 2016, Jam 11.00 WIB di
Batusangkar.
164 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
diterapkan ke masyarakat adalah program subsidi kesehatan untuk
penduduk miskin. Namun menurut MM dalam pelaksanaannya sulit
untuk tepat sasaran. Wali nagari tidak memberikan kepada orang
yang tepat sasaran, usaha untuk mengindari ini diadakkanlah sensus
terhadap penduduk yang beridentitas miskin dan ditempel label
khusus di rumah penduduk yang termasuk kriteria miskin, akan tetapi
sulit juga untuk melaksanakannya terkendala dengan sumber daya
pegawai yang kurang.367
MM tidak merasa berhutang budi kepada
masyarakat karena pemilihan bupati semasa beliau tidak pemilihan
langsung oleh masyarakat. MM ketika akan menjadi bupati tidak
mengeluarkan uang yang banyak untuk mencari suara dan dukungan
masyarakat. Tidak seperti periode 2005 sampai sekarang, pemilihan
langsung kepala daerah (Pilkada) dan pemilu sistem langsung
legislatif membutuhkan dana yang banyak untuk meraih suara. Maka
oleh sebab itu Bupati MM tidak merasa memilki beban kepada
masyarakat atau tim sukses. MM tidak bersedia menandatangani
plakat peresmian suatu bangunan dari APBD (Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah). Menurut MM penendatanan plakat pembangunan
seharusnnya dilakukan oleh pemborong proyek pemerintah dalam hal
PT atau CV sebagai pihak yang harus mempertanggungjawabkan
pengerjaan proyek tersebut, bukan Bupati.
Untuk dukungan terhadap pendidikan formal, peserta didik
sekolah dasar dan menengah masuk lebih pagi jam 07.15 sampai jam
15.00 sore, tidak diberlakukan rayon, di mana saja akan bisa masuk
sekolah. Murid sebanyak 30 orang sekelas dan 24 orang untuk lokal
unggul. Guru yang remedial diberikan tunjangan. Setiap kenaikan
kelas, harus ada minimal dua siswa/i yang tidak naik kelas.368
Dalam
Bidang pendidikan, ketika guru-guru banyak yang pensiun, maka
diangkat guru bantu yang awalnya guru magang, karena MM ada
koneksi dengan kementerian, maka beliau bisa mengusulkan lebih
banyak quota untuk tenaga PNS (Pegawai Negeri Sipil) di kabupaten
Tanah Datar.
367 Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar), kamis, 26
Januari 2017, jam 17.00 WIB di Jakarta. 368 Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar), kamis, 26
Januari 2017 jam 17.00 WIB di Jakarta.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 165
Sebagai perantau, MM merasa memiliki tanggung jawab untuk
membangun daerah, selama menjabat sebagai bupati, beliau tidak
pernah menerima setoran dari kepala dinas dan pihak-pihak proyek,
bahkan sebaliknya. Perantau sangat besar perannya dalam
pembangunan daerah Kabupaten Tanah Datar, perantau membangun
ruangan-ruangan di rumah sakit. MM pernah diundang ke Harvard
University atas prestasinya dalam mengelola keuangan daerah,
pernah juga diundang ke Korea untuk presentasi tentang bagaimana
kesuksesannya dalam mengelola keuangann daerah. Karena berhasil
meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) kabupaten Tanah
Datar secara signifikan. Menurut MM dalam pembangunan daerah
harus melibatkan dan memberdayakan perantau.
Manajemen organisasi sangat penting dalam birokrasi
pemerintahan, MM mengendalikan dinas-dinas dan pemilihan
pejabat berdasarkan kompetensi, bukan berdasarkan politik balas
jasa. Berbeda dengan periode setelah MM, hal ini disebakan oleh
pengaruh sistem pemilihan bupati yang semulanya dipilih oleh DPRD
dengan pemilihan langsung oleh masyarakat melalui pilkada yang
menghabiskan banyak biaya dan tim sukses untuk mendulang
suara.369
Perubahan-perubahan kebijakan Bupati MM menuai pro dan
kontra di tengah masyarakat baik masyarakat umum maupun di
kalangan pejabat pemerintahan. Begitu juga dengan perubahan dari
bentuk pemerintahan desa ke nagari, terjadi pemekaran di tingkat
kecamatan, Kabupaten Tanah Datar yang semula terdiri dari 11
kecamatan menjadi 14 kecamatan.
Menurut ketua LKAAM Tanah Datar kembali ke bentuk
pemerintahan nagari yang diatur oleh peraturan pemerintah daerah
yang berpedoman kepada regulasi pusat, hal yang dipahami oleh
pemerintahan tidak sama dengan apa yang diinginkan oleh
masyarakat Tanah Datar khusunya dan Sumatera Barat umumnya.370
Alasan ketua LKAAM mengatakan demikian adalah sebagai berikut:
369 Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah Datar), 17
Februari 2017, jam 10.00 WIB di Jakarta. 370 Wawancara Dt. Feri Irsal Idrus (ketua LKAAM Tanah Datar), Senin 21
maret 2016, jam 11.00 WIB di Batusangkar.
166 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
1) Dukungan pemerintah terhadap pelestarian adat dan agama jauh
dari harapan pemuka adat dan agama, kalaupun ada perhatian
pemerintah hanya seremonial tidak substansi; 2) Peran perantau
belum optimal karena tidak ada pemimpin yang berfungsi sebagai
pemersatu yang kuat; 3) Kepemimpinan TigoTungku Sajarangan
hanya pemanis di bibir, tetapi tidak berperan di tengah masyarakat.
Sedangkan ulama dan ninik mamak sebagai leading sektor seperti
mati suri yang seharusnya leader; 4) Ulama dan surau peranannnya
terpinggirkan, sumber sengketa warisan, penyelesaian yang tidak
jelas, dalam dakwah kultural sejauh ini tidak ada yang prinsip yang
dipertentangkan.
Pada tahun 2004 sistem pemilihan kepala daerah adalah dengan
sistem pemilihan langsung, baik pilkada (pemilihan kepala daerah)
maupun pileg (pemilihan legislatif). Kelemahan pemilihan lansung
oleh rakyat adalah tidak selektifnya dalam pemilihan calon dan
keuntungan pemilihan langsung ini adalah terakomodirnya aspirasi
kelompok adat dan agama.371
Bantuan yang diberikan pemerintah kepada lembaga adat
seperti LKAAM (Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau),
MUI Majelis Ulama Indonesia) dari Ulama Tanah Datar dan lembaga
adat Bundo kanduang tidak tercantum dalam anggaran SK (Surat
Keterangan) resmi, hanya sifatnya bantuan sosial kegiatan
kemasyarakatan, seperti; diberikan anggaran, dilibatkan dalam rapat
MUSPIDA (Musyawarah Pimpinan daerah) Kabupaten Tanah Datar,
Lembaga adat Bundo kanduang masa ini sangat minim diberikan
bantuan karena masa krisis dan anggaran masih kecil.372
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ada konflik dan
juga akomodasi dalam bidang kepemimpinan pada tahun 1999-2005.
Sehingga membawa perubahan pada masyarakat Sumatera Barat
khususnya Tanah Datar namun perubahan itu tidak signifikan.
Keinginan kelompok adat dan agama belum terakomodir sepenuhnya.
371 Wawancara Basrizal tokoh mayarakat, kamis, 27 Oktober 2016 di
Batusangkar. 372 Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar), Kamis 26
Januari 2017, jam 17.00 WIB di Jakarta.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 167
B. Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan
Pemerintah dalam Bidang Kebijakan DaerahTahun 2006-2015
Pilkada langsung tahun 2005 kepala daerah yang terpilih
sebagai Bupati adalah Ir.Shadiq Pasadiqu, SH. Dalam lima tahun
kepemimpinannya, secara umum dapat dikatakan Kabupaten Tanah
Datar masih terkendali dalam hal munculnya praktek-praktek
korupsi, walaupun dengan catatan khusus terkait dengan sejarah
birokrasi pada masa Orde Baru.373
Shadiq Pasadiqu diusung oleh partai Golkar, bupati sebelumya
juga dari partai Golkar. Di awal pemerintahnnya, hanya melanjutkan
program-program bupati sebelumnya, tidak banyak perubahan.
Maraknya Perda-Perda Syariah di Sumatera Barat pada masa Bupati
Shadiq di Kabupaten Tanah Datar pun muncul semangat untuk
melahirkan beberapa Perda Syariah dan Perda yang mengakomodir
adat. Bantuan anggaran pun lebih meningkat baik untuk kelompok
adat maupun agama, faktor regulasi pusat dan otonomi daerah
semakin luas.374
Shadiq sendiri menilai bahwa Kabupaten Tanah Datar tingkat
bersih dari korupsi 70-80 dalam skala 100. Shadiq juga melihat
bahwa yang paling penting adalah komitmen kepala daerah untuk
menindaklanjuti setiap penyelewengan yang terjadi. Usaha yang
dilakukan oleh Bupati Shadiq untuk mendapatkan masukan dari
masyarakat tentang berbagai kasus penyelewengan di tingkat bawah
adalah dengan meminta masyarakat untuk mengadukan setiap
penyelewengan yang ada baik melalui SMS ke nomor telepon selular
beliau ataupun surat. Beliau berpendapat bahwa animo masyarakat
sangat besar dalam berpartisipasi memberikan laporan melalui SMS
ini. Beliau mencontohkan, sudah ditemukan beberapa kasus
penyelewengan yang berada di tingkat staf yang dapat beliau
373 Hendra Cipta. Kabupaten Tanah Datar. "Analisis Penerapan
Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) Pada Pemerintah
Daerah (Studi Eksploratif Pada Pemerintah." (2011). Accessed, 12 Desember 2017 374 Wawancara Dedi Admon Anggota DPRD Praksi PBB, 5 Juli 2017 di
Batusangkar
168 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
selesaikan dengan cepat akibat adanya laporan melalui SMS dari
masyarakat tersebut.375
Komposisi masyarakat Kabupaten Tanah Datar yang homogen
secara suku-bangsa, keseragaman nilai-nilai budaya dan agama, serta
wilayah yang relatif kecil dibandingkan dengan kabupaten lain di
Sumatera Barat menyebabkan kontrol sosial masih terbilang kuat
antar sesama masyarakat maupun terhadap birokrat pemerintah.
Selain itu, sedikitnya nilai perputaran uang yang ada di Kabupaten
Tanah Datar menyebabkan kecilnya peluang untuk terjadinya korupsi
dalam jumlah yang besar. Sama sekali tidak ada kegiatan industri
dalam skala besar di kabupaten ini, dan ini terlihat dari komposisi
penduduk Kabupaten Tanah Datar di mana 75 persen penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani. Dalam satu tahun berjalan, satu-
satunya kegiatan yang menggunakan anggaran yang besar adalah
kegiatan operasional pemerintah yang didanai oleh APBD. Dalam
APBD Kabupaten Tanah Datar tahun 2008 yang telah disahkan
dalam rapat DPRD, dinas yang mendapatkan anggaran yang paling
besar adalah Dinas Pendidikan dan Tenaga Kerja serta Dinas
Pemukiman dan Prasarana Wilayah.376
Dari segi PAD (pendapatan Asli Daerah) masa shadiq semakin
meningkat, dana bantuan sosial (Bansos) dan Hibbah juga semakin
meningkat. Untuk keuangan dana alokasi nagari pun semakin
meningkat, sejak tahun 2009 mencapai lebih kurang 2 - 3 ratus juta
pertahun dan pada tahun 2016 mencapai sekitar 1 (satu) miliyar
rupiah pertahun, lima kali lipat naiknya dibanding tahun sebelumnya.
Dalam program nagari ini ada yang berdiri sendiri dan ada juga yang
bekerja sama dan bersinergi dengan lembaga terkait. Shadiq Pasadiqu
selama dua periode terpilih menjadi Bupati Tanah Datar yaitu
periode tahun 2005-2010 dan periode tahun 2010-2015. Selama 10
tahun kepemimpinannya regulasi pusat tentang dana hibah dan
bansos sangat menguntungkan bagi kelompok adat dalam hal ini
375 Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah Datar dan Pegawai di
Tanah Datar sejak Bupati IKA Sumahamid), Wawancara, 17 Februari 2017, jam
10.00 WIB di Jakarta. 376 Hendra Cipta. Kabupaten Tanah Datar. "Analisis Penerapan
Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) Pada Pemerintah
Daerah (Studi Eksploratif Pada Pemerintah." (2011). Accessed, 12 Desember 2017.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 169
LKAAM, KAN dan kelompok agama dalam hal ini MUI merasa
diakomodir pemerintah secara anggaran. Dengan adanya anggaran
dana dari pemerintah, maka lembaga-lembaga ini dapat melakukan
kegiatan-kegiatan untuk pelestarian adat, seperti pelatihan-pelatihan
adat untuk para pemuda, kegiatan pembinaan untuk para penghulu
dan lain-lain.377
Dan begitu pula untuk MUI Tanah Datar dengan
dengan adanya anggaran dana dari pemerintah dapat menjalankan
kegiatan-kegiatan pembinaan ummat, mengaktifkan kegiatan seperti
penelitian, muzakarah, penyuluhan dan untuk administrasi secretariat
kantor MUI. Namun dalam hal pembangunan daerah tetap saja ke
dua kelompok ini merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan
kebijakan ditingkat kabupaten, misalnya dalam musyawarah tentang
RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah). Mereka
merasa hanya dilibatkan di saat pemerintah membutuhkan, misalnya
ada kasus-kasus yang tidak bisa ditangani oleh pihak pemerintah,
hal-hal yang sifatnya insidentil.378
Selama 10 (sepuluh tahun) pemerintahan Shodiq semakin
marak Perda-Perda syariah di kabupaten/kota di Sumatera Barat,
termasuk di Kabupaten Tanah Datar. Lahir Perda Syari'ah dan
himbauan bupati untuk menjalankan syariat Islam. Begitu pula Perda
adat yang mengakomodir kelompok adat. Termasuk Perda nagari
yang mengatur tata kelola pemerintahan nagari. Dan musyawarah
masih menjadi budaya masyarakat Tanah Datar, sistem pengambilan
keputusan pembuatan Perda ini dimulai dari musyawarah tingkat
jorong, walaupun terdampak pengaruh modernisasi dan teknologi,
masyarakat masih mempertahankan nilai-nilai budaya lokal dalam
pengambilan keputusan. Salah satu contoh adalah dalam penyususnan
Peraturan Daerah tentang pemilihan wali nagari (desa di Jawa),
prosesnya diawali dengan hearing (dengar pendapat) dengan segala
unsur masyarakat untuk menjaring pendapat dan masukan-masukan
masyarakat, mulai dari unsur Pemerintah Nagari, wali nagari, unsur
cerdik pandai, niniak mamak (para pemimpin adat), alim ulama,
377 Wawancara Dt. Feri Irsal Idrus (ketua LKAAM Tanah Datar), Senin 21
Maret 2016, jam 11.00 WIB di Batusangkar. 378 Wawancara Syukri Iska (ketua MUI Tanah Datar), 4 April 2016, jam
16.00 WIB, di Batusangkar .
170 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Bundo Kanduang dan pemuda yang tergabung dalam BPRN (Badan
Permusyawaratan Rakyat Nagari).379
Konsep falsafah ABS-SBK yang telah dicanangkan oleh
Pemerintah daerah mulai sejak awal Refomasi dilanjutkan oleh
Pemerintahan Shadiq. Menurut beberapa kalangan konsep tersebut
sudah memenuhi harapan, namun dalam pelaksanaannya sulit untuk
mengimplementasikan di tengah masyarakat. Belum ditemukan
format yang tepat oleh Pemerintah Daerah untuk menerapkan konsep
tersebut, walaupun konsep tersebut menurut mereka sudah selaras
dengan ajaran al-Quran. Hal ini pada tataran aplikasi di lapangan
diterapkan pada realitas dalam aturan norma masyarakat, seperti
dilarang minuman keras, laki-laki dan perempuan tidak berkeliaran di
malam hari, berbuat maksiat. Program pemerintah ini akan sukses
berjalan apabila didukung oleh para penghulu adat (ninik mamak),
cerdik pandai dan alim ulama, namun permasalahannya adalah peran
ninik mamak sudah lemah di tengah anak kemenakannya (anak
keponakan) dan masyarakat secara umun.
Bentuk dukungan pemerintah terhadap nilai-nilai agama di
antaranya adalah dengan mengeluarkan Perda (Peraturan daerah)
tentang wajib mengaji dan baca tulis al-Quran. Mulai dari siswa SD
(Sekolah Dasar) sampai tingkat menengah, orang dewasa wajib
pandai mengaji dan begitu juga bagi calon penganten.380
Jika Perda
ini terlaksaana dengan baik maka akan terjadi kesejukkan di
masyarakat.381
Pada masa Shadiq ada beberapa Perda Syariah yang
ditetapkan, selain Perda tentang wajib pandai baca tulis al-Quran, ada
Peraturan Bupati tentang Lembaga Pendidikan al-Quran dan Perda
tentang zakat. Namun Perda ini belum berjalan sepenuhnya.
Walaupun sudah ada lembaga-lembaga pendidikan al-Quran yang
sudah difasilitasi oleh pemerintah untuk anggaran pembangunan
sarana dan honor guru mengaji.
379 Wawancara, Dedi Admon, Anggota DPRD Kab Tanah Datar, 5 Februari
2017 di Jakarta. 380Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Perda Nomor 2 Tahun 2007 BAB
(Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar: 2007). 381 Wawancara Irman Idrus (Wali Nagari Limakaum), Rabu 24 Agustus 2016,
jam 14.00 WIB di kantor Wali Nagari Limakaum.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 171
Uraian di atas menunjukan bahwa nilai-nilai agama kurang
mengakar di tengah masyarakat, walaupun pemerintah membuat
program yang bagus untuk melaksanakan falsafah ABS-SBK dan
bahkan sudah menjadikan Perda (Peraturan Daerah), namun tidak
mudah untuk merealisasikan di tengah-tengah masyarakat. Tidak
semua masyarakat bisa diatur dengan Perda-Perda, kadangkala
masyarakat membutuhkan pendekatan persuasif dari pihak
pemerintah, ulama dan para penghulu pemimpin suku.
Dukungan pemerintah terhadap kelompok adat dalam hal ini
melibatkan KAN (Kerapatan Adat Nagari) dalam pengambilan
keputusan di nagari adalah terbitnya Perda pembentukan BPRN dan
peraturan-peraturan mengenai BPRN diatur oleh Bupati dalam
peraturan Bupati Tanah Datar Nomor 13 tahun 2008. Struktur
pemerintahan Nagari382 diatur dalam Peraturan Bupati Tanah Datar
Nomor 14 tahun 2008 tentang Pedoman Tata Cara Pemilihan Wali
Nagari.383 Di antara isi dari Perda (Peraturan Daerah) dimaksudkan
bahwa; 1) Nagari adalah kesatuan hukum adat yang memiliki batas-
batas wilayah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kesatuan
masyarakat setempat berdasarkan filosofi Adat Basandi Syarak,
Syarak Basandi Kitabullah atau berdasarkan asal-usul dan adat
Minangkabau yang diakui dan dihormati; 2) Pemerintahan nagari
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh
pemerintah nagari dan Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari
(BPRN) berdasarkan asal usul nagari di wilayah Provinsi Sumatera
Barat yang berada dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia; 3) Pemerintahan nagari adalah wali nagari dan
perangkat nagari sebagai unsur penyelenggara pemerintahan nagari;
4) Wali nagari adalah pimpinan pemerintahan nigari; 5) Badan
Permusyawaratan Rakyat Nagari yang selanjutnya disingkat dengan
BPRN adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Nagari; 6) Kerapatan adat nagari
382 Bentuk Pemerintahan Nagari adalah pemerintahan Desa di Provinsi selain
di luar Sumatera Barat. 383 Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Berita Daerah Kabupaten Tanah
Datar, (Batusangkar: Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Tanah Datar,
2008), 71.
172 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
yang selanjutnya disingkat dengan KAN (Kerapatan adat Nagari)
adalah lembaga kerapatan niniak mamak (perkumpulan para
penghulu/kepala suku di tingkat nagari) pemangku adat yang telah
ada dan diwarisi secara turun temurun sepanjang adat yang berlaku di
masing-masing nagari dan merupakan lembaga tertinggi dalam
penyelenggaraan adat di nigari; 7) Panitia pemilihan wali nagari yang
selanjutnya disebut panitia pemilihan adalah pemilihan wali nagari
yang dibentuk BPRN; 8) Panitia pengawas pemilihan wali nagari
selanjutnya disebut panitia pengawas adalah panitia pemilihan wali
nagari yang dibentuk oleh bupati; 9) Kelompok penyelenggara
pemungutan suara dan selanjutnya disebut KPPS adalah
penyelenggara pelaksana pemungutan suara pemilihan wali nigari;
10) Tempat pemungutan suara dan selanjutnya disebut TPS adalah
tempat pemberian suara; 11) Anak nagari adalah setiap yang
mempunyai hubungan adat dan ikatan kekeluargaan serta hubungan
emosional dengan nagari yang bersangkutan baik yang ada di nagari
maupun dirantau; 12) Rakyat nagari adalah setiap orang, baik warga
Negara Republik Indonesia maupun orang asing yang bertempat
tinggal tetap di dalam wilayah nigari; 13) Lembaga unsur nagari
adalah lembaga unsur niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai,
Bundo kanduang dan pemuda nagari yang dibentuk dan dikukuhkan
oleh KAN.384
Calon Anggota BPRN yang dimaksud adalah berasal dari
lembaga unsur yaitu, niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai,
bundo kanduang dan unsur pemuda, masing-masing utusan sesuai
dengan jumlah anggota BPRN. Misalnya perbandingan jumlah wakil
unsur dalam BPRN adalah sebagai berikut; BPRN dengan jumlah 7
orang, maka mewakili unsur niniak mamak 2 orang, unsur alim
ulama 1 orang, unsur cadiak pandai 2 orang, unsur bundo kanduang
berjumlah 1 orang, unsur pemuda berjumlah 1 orang. Jika BPRN
berjumlah 9 orang, maka dari unsur niniak mamak 2 orang, unsur
alim ulama 2 orang, unsur cadiak pandai 2 orang, unsur bundo
kanduang 1 orang dan unsur pemuda 2 orang, jika jumlah angggota
384 Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Berita Daerah Kabupaten Tanah
Datar, (Batusangkar: Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Tanah Datar,
2008), 70-73.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 173
BPRN sebanyak 11 orang, maka dari unsur niniak mamak 3 orang,
alim ulama 2 orang, cadiak pandai 2 orang, bundo kanduang 2 orang
dan dari unsur pemuda 2 oang.385
Mengenai jumlah keterwakilan,
unsur niniak mamak jumlahnya lebih banyak, dikarenakan niniak
mamak mewakili aspirasi banyak suku. Struktur organisasi Badan
Permusyawaratan Rakyat Nagari terdiri dari : Ketua, wakil Ketua,
Sekretaris, Komisi A (bidang pemerintahan), Komisi B (bidang
Pembangunan), Komisi C (bidang Kemasyarakatan). Walaupun di
awal Reformasi kepala daerah belum dipilih secara langsung oleh
rakyat, akan tetapi di Tanah Datar sudah ada usaha pemerintah untuk
mengakomodir aspirasi kelompak agama dan adat.
Perda (Peraturan Daerah) di atas mengatur tentang pelibatan
kelompok adat dan agama dalam musyawarah nagari yang tertuang
dalam Perda yaitu tentang Pedoman Pembentukan Badan
Permusyawaratan Rakyat Nagari (BPRN) dalam PERDA Nomor 13
Tahun 2008. Perda ini mengatur tentang pembentukan BPRN.
Pembentukan BPRN difasilitasi oleh wali nagari dan KAN
(Kerapatan Adat Nagari). KAN mengusulkan calon anggota BPRN ke
wali nagari. Dalam pasal 6 Perda tersebut mengatur tentang
ketentuan jumlah utusan dari lima unsur yaitu; 1) unsur ninik mamak
2 orang; 2) unsur alim ulama berjumlah 1 orang; 3) unsur cerdik
pandai 2 orang; 4) unsur Bundo kanduang 1 orang dan; 5) unsur
pemuda 1 orang. Pimpinan BPRN ini dipilih berdasarkan suara
terbanyak.
Sementara untuk pemilihan wali nagari dipilih langsung oleh
masyarakat melalui Pilwana (Pemilihan Wali Nagari). BPRN
membentuk Panitia pemilihan yang terdiri dari unsur perangkat
nagari dan pengurus lembaga unsur dengan jumlah paling sedikit 11
(sebelas) orang dan paling banyak 17 (tujuh belas) orang. KAN juga
berperan dalam hal ini sebagai pengawas. Jadi unsur pengawas
Pilwana adalah dari unsur KAN, BPRN dan Pemerintahan
Kabupaten. 386
385 Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Berita Daerah Kabupaten Tanah
Datar, 60. 386Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Perda Nomor 13 Tahun 2015 BAB
(Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar: 2008), 77-84.
174 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Perubahan Struktur Pemerintahan nagari pada tahun 2008
dengan berfungsinya KAN (Kerapatan Adat Nagari) dalam
Pemerintahan Nagari untuk membentuk lembaga unsur. Lembaga
unsur tergambung di dalam BPRN yang mana BPRN sebelumnya
utusannya dari jorong merupakan salah satu dari tiga unsur ninik
mamak, cerdik pandai dan alim ulama. Perubahan pada tahun 2008,
lembaga unsur terdiri dari utusan ninik mamak, alim ulama, cerdik
pandai, pemuda dan Bundo Kanduang. Dari Perda ini terjadi dualisme
kepemimpinan antara wali nagari dan perangkatnya di satu sisi dan
dilain sisi KAN sebagai komando lembaga non pemerintah.
Lembaga KAN (Kerapatan Adat Nagari) pertama kali dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 1983.
Hal ini dilatarbelakangi oleh lahirnya Undang-undang Desa tahun
1975 tentang penyeragaman bentuk pemerintahan terkecil yaitu desa
di seluruh Provinsi di Indonesia,387
sehingga Sumatera Barat harus
mengikuti peraturan pusat ini yang mana sebelumnya Sumatera barat
berbentuk nagari. Tujuannya dibentuk KAN ini adalah untuk
melestarikan adat Minangkabau. Dibentuknya KAN ini adalah
menjawab kekhawatiran orang Sumatera Barat akan adat dan budaya
Minangkabau hilang. Maka dibentuklah KAN di setiap nagari di
Sumatera Barat termasuk di Kabupaten Tanah Datar. Masa
Pemerintahan Desa KAN tidak ikut campur dalam urusan
pemerintahan, walaupun desa yang mengurus masyarakat secara
formal, tetapi hakekat nagari adat tetap berlangsung dalam interaksi
masyarakat.
KAN (Kerapatan Adat Nagari) terdiri dari penguhulu suku,
setiap penghulu suku dibantu oleh malin, manti dan dubalang. Peran
lembaga adat, Wali nagari terlibat dalam pembinaan kegiatan
keagamaan seperti pembina di masjid TPA (Taman Pendidikan al-
Quran), didikan subuh, menyelenggarakan shalat mayit, pembinaan
adat, seperti pelatihan alua pasambahan adat, seperti pepatah,
penghulu ba limbago (ada lembaga) artinya komponen, organisasi
387Tsuyoshi Kato “Different fields similar locusts: adat Communities and the
village law of 1979 in Indonesia" . Author(s): Tsuyoshi Kato Source: Indonesia
No.47 (April, 1989), PP, 89-114. Published by: Southeast Asia Program Publication at Cornell University, Stable URL: http://www jstor.org/stable/3351077. Accassed:
11-08-2017 04: 32 UTC
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 175
masyarakat, seperti; rumah tangga, kaum, suku korong kampuang,
dan nagari. Maka seorang penghulu harus berada di dalamnya dan
tidak melepaskan diri dari kelompok masyarakat tersebut.388
Dari
temuan peneliti di Era Reformasi, Kerapatan Adat Nagari ini masih
berfungsi di nagari, seperti di Batu Bulek. Melakukan pertemuan satu
kali dalam satu bulan dengan lembaga adat di nagari yang mana pada
masa sebelumnya KAN (Kerapatan Adat Nagari) belum berfungsi
sebagaimana mestinya.
Bagan 5.
Struktur Nagari di Tanah Datar sesuai Perda Nagari no.13
tahun 2008
388 Amir Syarifuddin, dkk, Proses Pengangkatan Penghulu Di Luhak Nan Tuo
Tanah Datar, (Batusangkar: Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga
Bekerja sama dengan Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM)
Luhak Nan Tuo Kabupaten Tanah Datar, 2014), 25.
Wali Nagari BPRN KAN
Sekretaris
KAUR KAUR Jorong Jorong
Utusan Lembaga Unsur
Lembaga Unsur :
1. 1. Pemuda
2. 2. Ninik Mamak
3. 3. Alim Ulama
4. 4. .Cerdik Pandai
5. Bundo Kanduang
Kepala-Kepala Suku
176 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Permasalahan dewasa ini adalah orang yang mengemban amanah di
KAN tersebut kurang memiliki kemampuan dalam kepemimpinan,
kurang memiliki wawasan secara intelektual maupun keagamaan.
Sumber daya di KAN ini agak kurang, tetapi tetap dipakai dalam
mengambil keputusan pada setiap permasalahan anak kemenakan dan
permasalahan nagari.389
Dari uraian di atas tergambar bahwa Pemerintah Daerah
memberikan dukungan terhadap lembaga adat. Dalam hal ini KAN
(Kerapatan Adat Nagari) diakomodir dalam pemerintahan Nagari,
dapat dilihat pada poin 6 (enam ) dan 13 (tiga belas) dalam isi Perda
tersebut dalam table 7.
KAN sebagai lembaga tertinggi dalam penyelenggaraan
pemilihan wali nagari. Namun dari hasil wawancara dengan informan
tetap saja petinggi adat dan agama tidak puas dengan dukungan
pemerintah ini, mereka merasa belum banyak terlibat dalam
penyelenggaraan pembangunan daerah. Pemerintah daerah melalui
Peraturan Daerah mengintervensi atau mengatur lembaga adat,
lembaga KAN memiliki aturan sendiri dalam suku asalnya. KAN
(Kerapatan Adat Nagari) adalah perwakilan dari pemimpin suku-suku
yang ada di suatu nagari. Agaknya kelompok adat khususnya KAN
ingin kembali ke pemerintahan nagari seperti di zaman dulu sebelum
Orde Baru, yang mana nagari memiliki otoritas di dalam
pemerintahan nagari.
Dari paparan di atas agaknya sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Alison Wolf dan A.Ruth Wallace yang
mengatakan bahwa pertama, manusia memiliki kepentingan yang
asasi dan mereka akan berusaha untuk merealisasikan
kepentingannya itu, kedua menyatakan "power" (kekuasaan)
merupakan sumber konflik sebagai sesuatu yang bersifat memaksa.
Asumsi kedua ini menempati posisi sentral bagi perspektif teori
konflik bahwa masyarakat merupakan arena di mana suatu
kelompok dengan yang lain saling bersaing untuk memperebutkan
389 Wawancara Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), 3 September 2016,
jam 14.00 WIB di Batu Bulek kecamatan Lintau Buo Utara.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 177
"power" dan mengontrol, bahkan melakukan penekanan bagi saingan-
saingan mereka.390
Tabel 7.
Sejarah Lembaga KAN (Kerapatan Adat Nagari)
No Regulasi Pemerintah Posisi Penghulu/KAN
1 Sebelum lahir UU
Desa No.5 Tahun 1975 Wali Nagari adalah Penghulu
2 UU Desa no.5 Tahun
1979
Penyeragaman Pemerintahan Desa
(kepala Desa) di seluruh RI, sehingga
Penghulu Tidak Berfungsi di Nagari
3
Peraturan Daerah
SUMBAR Tahun
1983
Dibentuk KAN untuk
mempertahankan dan melestarikan
adat
4 Tahun 2000 KAN diakomodir dalam Pemerinthan
nagari
5
Perda Kab.Tanah
Datar No 24 Tahun
2008
KAN masuk dalam mengambil
kebijakan di pemerintahan nagari
6 UU Desa no.16 Tahun
2014
Adanya UU Desa no 23 yang mana
KAN tidak termasuk dalamnya
Praktek korupsi menjadi perdebatan di tengah budaya
ketimuran masyarakat Indonesia, begitu pula di Sumatera Barat. Hal
ini terjadi pula di Tanah Datar. Praktek-praktek korupsi kadangkala
terkaburkan dengan kebiasaan masyarakat yang mempunyai
hubungan kekerabatan dan kekeluargaan yang erat. Dalam
masyarakat Minangkabau, saling memberi dan bertenggang rasa
kepada tetangga adalah hal yang lumrah. Agak rancu jika seorang
aparat pemerintah menerima sesuatu dari masyarakat sebagai bentuk
saling memberi dalam bentuk hubungan ketetanggaan. Sulit
membedakan antara perilaku pemberian hadiah ketika aparat
pemerintah membantu si tetangga dalam urusan pengurusan surat-
surat penting. Pada masyarakat timur, tujuan pemberian hadiah
bukan hanya untuk memberikan uang pelicin atau uang bayaran
390 Dalam Sutaryo, Dinamika Masyarakat Dalam Perspektif Konflik
(Yogyakarta: FISIPOL-Universitas Gajah Mada, 1992), 31.
178 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
terhadap pelayanan yang dikhususkan kepada seseorang, tetapi
ucapan terima kasih kepada saudara, tetangga, teman dan sebagainya
yang sudah menjadi semacam nilai budaya. Topik seperti ini menjadi
pertanyaan dari beberapa informan dalam merumuskan konsep
korupsi yang dapat diterima oleh semua kalangan. Di luar semua
perdebatan tentang kebiasaan mayarakat yang mempunyai indikasi
korupsi tersebut, semua informan sepakat bahwa ada tindakan dari
aparat pemerintah maupun pengusaha sebagai rekanan pemerintah
yang melakukan praktek korupsi yang terdapat aspek merugikan
keuangan negara, merugikan terhadap pelayanan masyarakat, serta
tindakan yang dianggap melakukan pemerasan terhadap
masyarakat.391
Pemerintah menyatakan bahwa prestasi Tanah Datar cukup
dikenal di Indonesia. Pada masa kepemimpinan Bupati Shadiq,
contoh sebuah kasus pimpinan proyek dan bendahara sudah diminta
untuk menandatangani surat pernyataan untuk tidak melaksanakan
tindakan penyelewengan dalam pelaksanaan proyek-proyek di
instansi pemerintah. Selain itu, sudah dilaksanakan pendataan harta
kekayaan para pejabat yang diorganisir oleh KPK, walaupun sebagian
dari anggota DPRD Kabupaten Tanah Datar belum menyerahkan
laporan harta kekayaan mereka. Perda Transparansi dan Partisipasi
yang telah disahkan tersebut mengamanatkan semua informasi
tentang pemda dapat diakses oleh masyarakat dengan bebas. Amanat
dari Perda yang saat ini mengalami kendala adalah pembentukan
Komisi Transparansi yang masih menyisakan salah persepsi antara
Pemda dan DPRD, sehingga sampai saat itu Komisi Transparansi dan
Partisipasi di Tanah Datar belum terbentuk.392
Wakil masyarakat memberi masukan bahwa penting untuk
meningkatkan dan menumbuhkan keterlibatan masyarakat dalam
pelaksanaan dan penciptaan pemerintahan yang baik dan bersih.
Setiap program yang akan dilaksanakan di Kabupaten Tanah Datar
391 Wawancara Dedi Admon, Anggota DPRD Kab Tanah Datar, 5 Februari
2017 di Jakarta. 392 Eniza Wati "Pengaruh Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi
Terhadap Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Pemerintah
Daerah (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kab. Tanah Datar)."
Jurnal Akuntansi, Vol 1, No. 2 (2013). Accessed, 12 Desember 2017
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 179
harus melibatkan masyarakat dari awal sampai akhir. Inilah yang
menjadi inti dari pelaksanan pemerintahan yang baik dalam bentuk
partisipasi masyarakat di semua kegiatan dan program yang
direncanakan pemerintah.393
Nilai-nilai transparansi bukan hal yang
asing bagi masyarakat Tanah Datar. Penerapan nilai-nilai
transparansi telah umum dijalankan oleh masyarakat Tanah Datar,
misalnya dalam pengelolaan pendapatan dan belanja mesjid. Selain
itu, nilai-nilai akuntabilitas dan partisipasi masyarakat juga harus
menjadi hal yang mesti ditumbuhkan.394
Ada kritik yang diberikan oleh informan sebagai wakil dari
partai oposisi kepada pemerintah perihal kebijakan dari pemerintah
yang baru untuk melanjutkan program-program yang dinilai berhasil
dilakukan oleh pemerintah yang lama. Setiap kebijakan yang terbukti
efektif dari pemerintahan sebelumnya, sebaiknya dilanjutkan oleh
pemimpin yang berikutnya. Jika tidak dilanjutkannya kebijakan
pemimpin yang lalu, menyebabkan terjadinya pemborosan anggaran,
usaha dan pemikiran. Jika satu langkah telah dilaksanakan
setengahnya dan terbukti berhasil, namun pergantian pemimpin
menyebabkan program yang dinilai sudah baik ini tidak dilanjutkan
lagi.395
Pada dasarnya pihak oposisi menilai bahwa sudah ada
perubahan yang mengarah kepada yang lebih baik dari proses
pemerintahan di Tanah Datar. Keterbukaan dari pemerintah sejak
masa Reformasi ini sudah terlihat. Namun, informan dari partai
oposisi menilai bahwa ada kebiasaan dalam masyarakat untuk
mengkritik dengan membabi buta kepada pemerintah. Padahal,
sesuatu yang dikritik oleh masyarakat itu sebenarnya sudah
dipecahkan dan sudah diselesaikan masalahnya oleh pemerintah.
Selain itu, masyarakat masih belum menggunakan perkembangan
393 Wawancara Basrizal, kamis, 27 Oktober 2016 di Batusangkar. 394 R. Siti Zuhro, Demokrasi lokal: Perubahan Dan Kesinambungan Nilai-
Nilai Budaya Politik Lokal di Jawa Timur, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Bali, (Yogyakarta: Ombak, 2009).
395 Elfida Agus, "Kajian Topologi, Morfologi, dan Tipologi pada Rumah
Gadang Minangkabau", Internasional Conference on Construction Industry (ICCI), Padang: Universitas Bung Hata (2006).
180 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
dalam tata kelola pemerintahan yang baik dengan maksimal
disebabkan karena faktor sumber daya manusia yang masih kurang.396
Dalam pengadaan barang dan jasa di Dinas Pemukiman dan
Transmigrasi, diketahui adanya permainan dan berbagai praktek
kecurangan yang terjadi, temasuk di Kabupaten Tanah Datar yang
menurut beberapa informan masih terjadi sampai saat ini. Jika dilihat
di dalam proses tender proyek pengadaan jalan, banyak informan
yang mempercayai adanya semacam kerjasama antara aparat
pemerintah dengan pelaku bisnis sehingga pelaku bisnis yang bisa
membayar lebih besar atau pelaku bisnis yang mempunyai hubungan
kedekatan dengan aparat pemerintah yang mempunyai peluang lebih
besar untuk mendapatkan proyek. Selain itu, sebagian informan dari
kalangan masyarakat menyampaikan bahwa memberikan proyek
kepada penawar terendah yang kadang kala diragukan mutunya juga
masih terjadi. Informan melihat bahwa ada permainan aparat untuk
memenangkan penawar terendah dan ketidakseriusan dari aparat
dalam menilai pentingnya asas manfaat hasil dari proyek tersebut
sehingga sudah dapat dibayangkan bagaimana hasil dari proyek
tersebut nantinya karena sudah pasti tidak sesuai dengan kualitas
yang diinginkan.397
Dalam pelayanan terhadap masyarakat, beberapa informan
meyakini masih ada praktek-praktek yang merugikan keuangan
negara sampai berbentuk pemerasan terhadap masyarakat seperti
meminta biaya perizinan lebih dari biaya yang telah ditentukan.
Contoh kasus yang diberikan oleh seorang wakil masyarakat berikut
menceritakan tentang biaya untuk pengurusan sertifikat tanah di
badan pertanahan. Biaya yang tertera di peraturan misalnya Rp 600
ribu, namun, aparat pemerintah meminta biaya pengurusan yang lebih
besar dari itu hingga Rp 1,5 juta. Selain itu, waktu yang dibutuhkan
untuk pengurusan izin dan sebagainya juga sering diselewengkan dan
dibuat lama. Jika berdasarkan peraturan proses perizinannya dapat
396 Jamaris, Edwar, Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau, (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2002). 397Fitri, Syarifah Massuki, Unti Ludigdo, and Ali Djamhuri. "Pengaruh Gaya
Kepemimpinan, Komitmen, Organisasi, Kualitas Sumber Daya, Reward, Dan
Punishment Terhadap Anggaran Berbasis Kinerja (Studi Empirik Pada Pemerintah
Kabupaten Lombok Barat)." Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol. 5, No. 2 (2013).
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 181
selesai dalam waktu 4 jam, namun pada kenyataanya bisa menjadi 24
jam. Jika ada uang tambahan sebagai pelicin, semua urusan perizinan
tersebut bisa cepat diproses.398
Perwakilan dari aparat pemerintahan memaparkan, sejak
Reformasi sudah ada perubahan dalam paradigma praktek korupsi di
kalangan aparat Pemerintah Daerah ke arah yang lebih baik. Pemda
termasuk organisasi yang relatif cepat dalam pembenahan birokrasi
dibandingkan dengan masih banyaknya praktek korupsi yang
merugikan masyarakat yang terjadi di beberapa instansi pemerintah
seperti kepolisian, lembaga penegak hukum dan badan pertanahan.399
Penyebab perubahan yang sudah ada di instansi Pemerintahan
Daerah, selain memang ada keinginan dari pribadi aparat
pemerintahan dalam membenahi sistem birokrasi dan organisasi,
dorongan dari luar juga kuat menuntut perubahan tersebut.
Contohnya, lembaga-lembaga donor dari luar negeri mensyaratkan
beberapa hal kepada pemerintah daerah jika ingin menerima bantuan
dalam bentuk program maupun hibah. Sebelumnya, bantuan yang
sudah sering diberikan oleh pihak luar ini ditengarai mengalami
banyak kebocoran, sehingga pihak donor semakin berhati-hati dalam
menyalurkan bantuan mereka. Salah satu program yang berjalan saat
ini di Kabupaten Tanah Datar adalah program P2TPD yang
dilaksanakan di 14 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Program
ini mensyaratkan adanya kesepakatan-kesepakatan yang harus
ditandatangani oleh Pemda Tanah Datar sebelum diterapkan di
lapangan, di antaranya adalah adanya Perda Transparansi dan
Partisipasi serta adanya sosialisasi APBD ke seluruh masyarakat.400
Pemerintah Daerah menyatakan bahwa prestasi Tanah Datar
cukup dikenal di Indonesia. Saat ini pimpinan proyek dan bendahara
sudah diminta untuk menandatangani surat pernyataan agar tidak
398 Wawancara Zainal Abidin (Tokoh Masyarakat), 4 Maret 2017 di Lintau
Buo. 399 Wawancara Dedi Admon, Anggota DPRD Kab Tanah Datar, 5 Februari
2017 di Jakarta 400A.Anantha dan G.A Elmizan,"Analisis Konsistensi Perencanaan dan
Penganggaran Pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tanah Datar
Tahun 2011-2015 Dengan Prediksi Kerugian Untuk Tahun 2016-2020", Jurnal KBP,
Vol. 3, No. 1 (2015): 129-145.
182 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
melaksanakan tindakan penyelewengan dalam pelaksanaan proyek-
proyek di instansi pemerintah. Selain itu, sudah dilaksanakan
pendataan harta kekayaan para pejabat yang diorganisir oleh KPK,
walaupun sebagian dari anggota DPRD Kabupaten Tanah Datar
belum menyerahkan laporan harta kekayaan mereka. Perda
Transparansi dan Partisipasi yang telah disahkan tersebut
mengamanatkan semua informasi tentang pemda dapat diakses oleh
masyarakat dengan bebas. Amanat dari Perda ini yang saat ini
mengalami kendala yaitu pembentukan Komisi Transparansi yang
masih menyisakan salah persepsi antara Pemda dan DPRD, sehingga
sampai saat ini Komisi Transparansi dan Partisipasi di Tanah Datar
belum terbentuk.401
Pemda Tanah Datar juga bekerja sama dengan Kemenpan
dalam melakukan pengukuran indeks kepuasan masyarakat. Pemda
juga sudah melakukan berbagai upaya untuk memotong jalur
birokrasi. Salah satu yang menjadi program kebanggaan dari Pemda
Tanah Datar adalah adanya kredit lunak tanpa agunan yang diberikan
kepada pedagang kecil di pasar Batusangkar. Program ini melibatkan
Bank Nagari sebagai pengelola kredit. Pemda memberikan
kemudahan dalam pengurusan izin untuk mendapatkan kredit.
Program ini sangat membantu pedagang kecil yang memerlukan
modal tambahan untuk mengembangkan usahanya. Program ini sudah
menjadi “Best Practice” dari Kabupaten Tanah Datar yang telah
ditiru dan dicoba diterapkan di seluruh kabupaten di Sumatera
Barat.402
Seperti penjelasan di atas bahwa masyarakat Sumatera Barat
memiliki pola hidup kekeluargaan sebagai akibat dari sistem
kekerabatan keluarga yang luas.403
Sistem kekerabatan dan
401 Reza Marizka , "Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil,
Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Barat (Tahun 2006–
2011)." Jurnal Akuntansi, Vol. 1, No. 3 (2013). 402 Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah Datar dan
Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA Sumahamid) 17 Februari 2017, jam 10.00
WIB di Jakarta. 403 Wawancara Buya Masud Abidin Ulama Sumatera Barat, Padang Minggu
/10 April 2016.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 183
kekeluargaan ini akan memberi pengaruh positif dalam mengurangi
praktek-praktek korupsi di masyarakat. Mereka akan merasa malu
jika diketahui melakukan praktek korupsi oleh masyarakat, apalagi
jika kasus tersebut sampai ke pengadilan. Jika dihubungkan dengan
pola hidup kekeluargaan, seorang anggota keluarga melakukan
kesalahan, maka yang akan mendapat aib adalah semua keluarga
besar, mulai dari kedua orang tuanya, paman dan kerabat-kerabat
lainnya. Sebuah pepatah minang mengatakan “anak mamanjek orang
tuo nan jatuah, kamanakan mamanjek, mamak nan jatuah” (anak
yang memanjat orang tuanya yang jatuh, keponakan yang memanjat,
paman yang jatuh). Maksudnya, jika seorang anak melakukan
kesalahan, maka semua keluarga ikut menanggung malu.404
Nilai-nilai kekerabatan ini sebenarnya alat yang ampuh dalam
masyarakat Tanah Datar untuk memberikan kontrol sosial terhadap
sebuah tindakkan kesalahan, di antaranya praktek korupsi, namun
catatan dari beberapa tokoh masyarakat beranggapan bahwa telah
banyak perubahan yang terjadi secara sosial dan budaya di
masyarakat Tanah Datar. Tuntutan hidup yang lebih tinggi seiring
perkembangan zaman membuat masyarakat mulai tumbuh gaya tidak
peduli dengan keadaan yang jelas-jelas melanggar adat atau
peraturan. Saat ini banyak manusia yang tidak puas dengan apa yang
dia dapat sekarang padahal yang didapatnya tersebut sebenarnya
sudah sesuai dengan kemampuannya, namun jika ada kesempatan dan
celah untuk melakukan tindakan yang melanggar norma, maka
mereka akan memanfaatkan kesempatan itu. Di samping itu nilai-
nilai agama juga tidak mengakar di dalam kehidupan sebagian
masyarakat.405
Sistem kekerabatan masyarakat di Tanah Datar ini mempunyai
praktek yang lebih mengarah kepada nepotisme. Salah seorang
informan perwakilan dari masyarakat menjelaskan bahwa aparat
Pemda akan mendahulukan kerabatnya dan orang yang disegani misal
pejabat, jika ada urusan-urusan administrasi yang harus diselesaikan.
Seorang yang sedang berurusan dengan Pemda akan meminta bantuan
404 Wawancara Bapak Jamilis (mantan Kepala Dinas Pariwisata Tanah
Datar), 29 Juni 2017, jam 10.00 WIB di Batusangkar. 405 Wawancara, dr.Afdhol (perantau), 5 Maret 2017 di Batusangkar.
184 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
kerabatnya yang menjadi aparat Pemda. Sepertinya belum menjadi
budaya bagi masyarakat kita untuk antri dan mengikuti prosedur
yang ada. Kebiasaan ini karena sistem birokrasi Indonesia yang
berbelit-belit, tidak praktis dan membutuhkan waktu yang lama.406
Pepatah Minang mengatakan “baraie sawah di ateh, lambok sawah di
bawah” (berair sawah di atas, lembab sawah di bawah), artinya,
bahwa jika seorang anggota kelompok mendapat rezeki atau
mempunyai jabatan maka orang-orang di sekelilingnya akan ikut
menikmati rezeki atau jabatan tersebut. Hal ini dianggap sebagai
kodrat alam dan pepatah ini dipahami benar oleh masyarakat
Minangkabau. Setiap orang cenderung untuk mendahulukan
keluarganya.407
Aparat pemerintah seharusnya menghindari praktek korupsi,
seperti; pungutan liar, pelayanan tepat waktu, ramah tamah dan
menyegerakan pelayanan semua urusan masyarakat, sehingga tidak
ada kesempatan bagi aparat pemerintah untuk melakukan kecurangan
dengan meminta uang lebih. Proses pengurusan berbagai urusan
masyarakat yang sering tertunda meyebabkan masyarakat berpikir
lain. Kadangkala masyarakat membaca keadaan ini sebagai tanda
bahwa aparat pemerintahan memerlukan uang pelicin agar urusan
cepat selesai. Masyarakat berinisiatif sendiri untuk memberi uang
kepada aparat. Ada hubungan timbal balik terhadap terjadinya
praktek korupsi, yaitu ada permintaan dan ada penawaran.
Permintaan dari masyarakat disebabkan proses birokrasi yang lama.
Ini disambut dengan penawaran aparat pemerintah yang bersedia
membantu dengan imbalan yang sesuai.
Sikap seperti di atas sudah menjadi budaya di era tersebut,
praktek ini sudah terjadi sejak dulu, bahkan sejak zaman kerajaan
sampai penjajahan Belanda. Salah seorang wakil dari pemerintahan
beranggapan bahwa kebiasaan memberi upeti kepada penguasa baik
pada zaman kerajaan dulu hingga kebiasaan pedagang Tionghoa
memberi sogokan kepada pejabat Belanda merupakan cikal bakal
406 Observasi dan wawancara Pida tokoh masyarakat pedagang Pasar, 7
Maret 2017 di Batusangkar 407 Obervasi dan wawancara Saidani tokoh masyarakat Tanah Datar, 10
Maret 2017 di Batusangkar.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 185
budaya korupsi di Indonesia. Selain itu, dikuatkan oleh nilai-nilai
feodalisme yang ada pada sebagian besar masyarakat Indonesia
umumnya.
Dalam pemberantasan praktek korupsi, wakil dari pemerintah
mempunyai pendapat bahwa pemberantasan korupsi akan efektif jika
dilakukan dari atas karena para bawahan yang ada di daerah menurut
saja apa yang dikatakan pusat. Jika masih ada orang pusat yang minta
dilayani setiap mereka berkunjung ke daerah, orang daerah tetap akan
melayani mereka walaupun itu merupakan praktek korupsi. Bupati
dan wakil Bupati di bawahnya camat memimpin tingkat kecamatan,
dibawah camat, wali nagari yang memimpin sebuah nagari, dibawah
nagari, wali jorong yang pemimpin satu jorong.408
Teori konflik filsafat dialektika Hegel mengatakan bahwa
proses dialektika (sebab akibat atau selayaknya pertanyaan dan
jawabaan dalam percakapan) dan perkembangan pemikiran, sangat
menentukan bagi perkembangan dalam sejarah masyarakat. Oleh
karena itu, proses dialektika itu tidak hanya ada dalam pemikiran
tetapi juga dalam sejarah. Menurut tokoh idealisme historis dalam
filsafat ini, setiap konsep atau fenomena akan menyebabkan
terjadinya negasi (penyangkalan) atau kontradiksi demikian
seterusnya suatu sintesis sebagai resolusi akan menyebabkan
terjadinya suatu kontradiksi yang baru lagi kekuasaan dan
kepemimpinan dalam interaksi sosial kemasyarakatan.409
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa pihak pemerintah
belum bisa menjamin pelayanan masyarakat dan kebersihan aparat
Pemda dari penyelewengan seperti korupsi dan nepotisme. Menurut
pemerintah telah ada usaha-usaha untuk meningkatkan pelayanan
masyarakat dan untuk kesejahteraan masyarakat. Ada kecendrungan
di masyarakat yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin
dan yang sejahtera semakin sejahtera yang melarat semakin melarat.
408 Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar), Kamis, 26
Januari 2017, jam 17.00 WIB di Jakarta. 409 Hasanuddin, Adat dan Syarak Sumber Inspirasi dan Rujukan Nilai
Dialektika Minangkabau, (Padang: Universitas Anadalas Pusat Studi Informasi dan
Kebudayaan Minangkabau (PSIKM): 2013), 9.
186 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Ketimpangan sosial ini terjadi baik di pusat kota maupun di
kampung-kampung.
Selama masa Pemerintahan Shadiq Pasadiqu Perda-Perda
Syari'ah yang telah digulirkan di Kabupaten Tanah Datar adalah
sebagai berikut; pertama, Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar
Nomor 2 Tahun 2007 tentang Wajib Pandai Baca Tulis al-Quran bagi
Peserta Didik dan bagi Calon Penganten. Maksud dan tujuan dari
Perda tersebut adalah agar peserta didik sekolah dasar sampai
menengah dan calon penganten dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilan baca tulis al-Quran sebagai modal dasar untuk
mempelajari, memahami, dan mengamalkan isi kandungan al-Quran.
Dalam pasal Perda tersebut dijelaskan bahwa setiap peserta didik
pada pendidikan dasar dan menengah wajib pandai tulis baca al-
Quran. Dan baca tulis al-Quran dibuktikan dengan ijazah,
pengecualian bagi peserta didik yang bukan beragama Islam.
Penyelenggaraan pembelajaran dilaksanakan oleh lembaga yang
terdaftar atau mempunyai izin dari kantor Kementrian Agama.410
Dasar pemikiran Pemerintah dalam menyusun Peraturan
Daerah Tentang Pandai Baca tulis al-Quran bagi peserta didik pada
Pendidikan Dasar dan Menengah dan Bagi Calon Penganten adalah 1)
bahwa pendidikan al-Quran sebagai bagian yang integral dari
pendidikan agama Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional yang
merupakan bagian dari aktivitas kehidupan masyarakat muslim di
Kabupaten Tanah Datar dengan filosofi "ABS-SBK, Syarak mangato
Adat mamakai, Alam takambang jadi guru," (Syariat mengatakan dan
adat melaksanakan, Alam menjadi guru) oleh sebab itu perlu
mendapatkan dukungan dan arahan dari Pemerintah Kabupaten dalam
rangka mengembangkan dan meningkatkan Pandai Baca Tulis Al-
Quran; 2) Bahwa al-Quran adalah kitab suci yang diturunkan Allah
kepada Nabi Muhammad sebagai rahmatan lil'alamin yang apabila
dibaca menjadi ibadah dan di dalamnya terkandung Wahyu Ilahi dan
menjadi dasar hukum, petunjuk, pedoman dan pelajaran serta
410 Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Perda Nomor 2 Tahun 2015 BAB
I-III (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar: 2017), 3-6.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 187
merupakan kewajiban bagi ummat Islam untuk membaca,
mempelajari, mengimani dan mengamalkannya.411
Dalam bab I pasal 1 Perda tersebut, disebutkan bahwa bagi
peserta didik sekolah dasar dan menengah, yang menjadi pelaksanan
program ini adalah lembaga formal Dinas Pendidikan Kabupaten
Tanah Datar dan lembaga non formal seperti MDA (Madrasah
Diniyah Awaliayah), TPA (Taman Pendidikan al-Quran) dan TPSA
(Taman Pendidikan Seni Baca Al-Quran) yang terdaftar pada kantor
Departemen Agama Kabupaten Tanah Datar. Ijazah Pandai Baca
tulis al-Quran adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh
Pimpinan Lembaga al-Quran yang diketahui oleh Kepala Kantor
Agama yang menyatakan peserta didik telah lulus baca tulis al-
Quran.
Kepala sekolah harus mewajibkan siswa SD dan Menengah
untuk belajar Baca tulis al-Quran karena dalam bab 2 pasal 10 ayat 1
dan 2 berbunyi bahwa Kepala SMP dan SMA sederajat diwajibkan
mensyaratkan adanya ijazah baca tulis al-Quran sebagai salah satu
syarat penerimaan peserta didik baru.
Sementara untuk calon penganten wajib pandai baca tulis al-
Quran dengan baik dan benar dibuktikan dengan ijazah atau surat
keterangan pandai baca tulis al-Quran. Jika ternyata belum mampu
baca tulis al-Quran sewaktu akan akad nikah akan dilangsungkan,
maka dapat dilaksanakan tindakan sebagai berikut seperti menunda
proses akad nikah samapi calon penganten mampu membaca dan
menulis al-Quran, atau boleh melangsungkan akad nikah dengan
syarat membuat surat perjanjian di atas kertas bermaterai bahwa
calon penganten yang bersangkutan akan sungguh-sungguh belajar
baca tulis al-Quran. Surat perjanjian tersebut ditanda tangani oleh
kedua calon penganten, wali nikah, para saksi dan penghulu/
pembantu penghulu412
yang mengawasi dan mencatat pernikahan.
Dalam bab 4 pasal 13 mengatakan bahwa masyarakat harus
berperan serta dalam pelaksanaan Perda, mensosialisasikan,
memotivasi, mendukung sepenuhnya program ini. Dan sumber
411 Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar,Perda No 2 Tahun 2015, 7. 412 Penghulu dalam hal ini adalah petugas nikah. Dalam Pemerintahan
Kabupaten Tanah Datar, Perda No 2 Tahun 20151, 2.
188 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
pembiayaan adalah dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah) dan sumbangsih masyarakat sesuai dengan peraturann
perundang-undangan.413
Dalam pelaksanaannya dibutuhkan proses
agar Perda tersebut bisa diaplikasikan. Di antara kendalanya yaitu
masyarakat tidak semuanya fokus terhadap pendidikan, baik
pendidikan agama maupun umum. Terutama bagi keluarga yang
kurang mampu secara ekonomi dan orang tua yang sibuk dengan
mencari penghidupan. Di samping itu kurangnya pemahaman
masyarakat akan pentingnya nilai agama.414
Menurut salah seorang wali nagari di Kota Batusangkar,
Peraturan pemerintah tentang wajib mengaji mulai dari siswa tingkat
SD (Sekolah Dasar) sampai menengah dan wajib pandai mengaji bagi
calon penganten, jika Perda ini terlaksaana dengan baik maka akan
terjadi suatu kesejukan di tengah masyarakat. Karena melihat dari
kondisi generasi muda yang sibuk dengan dunia mayanya, orang tua
juga sibuk dengan pekerjaannya, disinilah peran pemerintah dan alim
ulama, cerdik pandai untuk memperhatikan dan membentengi
generasi dan nilai-nilai Qur"ani.415
Kedua, Perda yang mendukung Agama sekaligus adat terdapat
pada Perda Kabupaten Tanah Datar No 1 Tahun 2015 yang mengatur
tentang lembaga pendidikan bahwa Lembaga Pendidikan Al-Quran
dan Lembaga Didikan Subuh diatur oleh Peraturan Daerah Pasal 46:
1) Lembaga Pendidikan Al-Quran dan Lembaga Didikan Subuh
atau bentuk lain yang sejenis dapat menyelenggarakan
pendidikan bagi warga masyarakat untuk;
a. Memperoleh nilai-nilai dasar keagamaan serta pandai baca
tulis al-Quran;
b. Memperoleh pengetahuan adat dan budaya;
c. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan;
d. Memperoleh keterampilan kecakapan hidup;
413 Pemerintahan Tanah Datar, Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar
Tahun 2007 (kabupaten Tanah Datar: Bagian Hukum 2007), 11-13. 414 Wawancara Dedi Admon Anggota DPRD Kabupaten Tanah Datar periode
2014/2019 , 1 Juni 2018 di Batusangkar 415 Wawancara Irman Idrus (Wali Nagari baringin), Rabu 24 Agustus 2016,
jam 14.00 WIB di kecamatan Limakaum, dan Observasi langsung pada kegiatan
masyarakat.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 189
e. Mengembangkan sikap dan kepribadian profesional; dan/atau
f. Mempersiapkan diri untuk berusaha mandiri.
2) Penyelenggaraan lembaga pendidikan Al-Quran dan Lembaga
Didikan Subuh mengacu kepada peraturan perundang-
undangan.
Peraturan Daerah di atas merupakan bagian dari dukungan
pemerintah daerah untuk mendukung nilai-nilai adat dan agama di
Kabupaten Tanah Datar yang pengelolaannya pada di Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tanah Datar.416
Ketiga, Perda (Peraturan Daerah) Kabupaten Tanah Datar
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Zakat di antara isinya
yaitu pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,
pendistribusian, dan pendayagunaan. Zakat adalah harta yang wajib
dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Badan
Amil Zakat (BAZNAS) adalah lembaga yang melakukan pengelolaan
zakat secara nasional dan provinsi dan kabupaten/kota. Di
Kabupaten Tanah Datar untuk membantu pengumpulan zakat
ditingkat kecamatan dan masjid dibentuk UPZ (Unit Pengumpulan
Zakat) yang merupakan perpanjangan tangan dari BAZNAS
Kabupaten Tanah Datar. 417
Hak Amil Zakat adalah bagian tertentu dari zakat yang dapat
dimanfaatkan untuk biaya operasional dalam pengelolaan zakat
sesuai dengan syariat. Perda zakat ini sebenarnya hanya melanjutkan
regulasi dari pusat yang dituangkan dalam peraturan daerah,418
416 Wawancara Jasrinaldi, Bupati Tanah Datar Peraturan Daerah Kabupaten
Tanah Datar Nomor 1 Tahun 2015, (Tanah Datar: Dokumen Bagian Hukum dan
Ham Setda KaB.Tanah Datar), 17. 417 Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Perda Nomor 2 Tahun 2015 BAB
I-III (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar : 2017), 3-6. 418 Peraturan Zakat dimuat dalam Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999
tentang pengelolaan zakat. Undang-undang ini lebih menekankan pada aspek
pengelolaan zakat, yaitu kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan dana
zakat. Di dalam undang-undang tersebut tidak ditemukan ketentuan nisab, kadar dan
waktu pengeluaran zakat. Gagasan pembuatan undang-undang zakat ini sudah ada
sejak Orde Baru karena zakat merupakan suatu ibadah yang dapat memperkuat rasa
190 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
intinya tidak ada suatu hal yang baru yang akan menambah atau
mengurangi jumlah muzakki. Bahkan ada butir yang diinginkan oleh
pengelola Baznas Tanah Datar sendiri yang tidak diakomodir dalam
Peraturan Daerah tersebut.419
Tabel 8.
Perda-Perda Syariah di Kabupaten Tanah Datar
NO Tahun Peraturan Pemerintah Daerah Tentang
1 2007 Peraturan Daerah Kabupaten Tanah
Datar, Nomor : 2 Tahun 2007 tentang
Pandai Tulis Baca al-Quran bagi
Peserta Didik pada Pendidikan Dasar
dan Menengah dan Calon Penganten
Baca Tulis
Al-Quran
2 2008 PERDA Nomor 13 Tahun 2008
Dukungan adat ,regulasi , anggaran ,
dalam perda nagari.no.4 tahun 2008.
KAN
3 2015 PERDA Kabupaten Tanah Datar No 1
Tahun 2015 mengatur tentang lembaga
pendidikan bahwa Lembaga Pendidikan
Al-Quran dan lembaga Didikan subuh
Lembaga
Pendidikan
Al-Quran
PERDA (Peraturan Daerah Kabupaten
Tanah Datar Nomor 2 Tahun 2015
Tentang Pengelolaan Zakat
Zakat
Himbaun Bupati Tanah Datar berbentuk surat edaran yang
terbit untuk mendukung nilai agama dan adat dalam rentang waktu
di tahun 2005 -2015. Bupati Shadiq mendukung dengan regulasi dan
bantuan-bantuan sosial untuk kegiatan kemasyarakatan baik adat
maupun keagamaan. Namun di akhir masa jabatannya tahun 2014
keluarnya regulasi pusat yang ketat dalam masalah pengelolaan
keuangan, sehingga pemerintah daerah harus selektif dalam
persatuan dan kesatuan. Oleh karena itu pemerintah pusat secara akomodatif
membuat suatu aturan yang berproses untuk mengakakomodir ibadah ini. Lihat
.Bambang Iswanto, Kebijakan Pemerintah Di Bidang Ekonomi Islam Masa Orde Baru Dan Era Reformasi (Jakarta: PKBM Ngundi Ilmu, 2014) 151.
419 Wawancara Arif Zunzul mantan pengurus Basnas Kabupaten Tanah
Datar 2014, 3 November 2018 di Batusangkar.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 191
penggunaan keuangan dan semakin sulit untuk mengalokasikan
anggaran kepada lembaga di luar organisasi pemerintah.420
Pada tingkat nagari konflik dan harmonis hubungan antar
lembaga tidak terlepas dari pengaruh sistem pemerintahan pusat yang
dilaksanakan di daerah. Nagari-nagari membuat peraturan yang
disepakati dengan niniak mamak (kelompok adat) dan wali nagari,
BPRN dan dengan Alim Ulama aturan untuk mengatur masyarakat
dalam menghindari dan mencegah masyarakat dari perbuatan yang
melanggar aturan agama dan adat. Contohnya peraturan dan sanksi
pelanggarannya bagi yang melanggar aturan adat dan agama, namun
hal ini juga sulit dilaksanakan jika tidak didukung oleh seluruh unsur
masyarakat, seperti peraturan larangan berbuat maksiat, larangan
membuka warung di bulan Ramadhan dan larangan main
marcun/kembang api di masjid ketika shalat tarawih.421
Kesimpulan dari uraian di atas bahwa dari dua masa
kepemimpinan Bupati di Tanah Datar, lima tahun pertama setelah
otonomi daerah belum banyak perubahan yang signifikan baik secara
sosial budaya maupun ekonomi. Periode lima tahun ke dua sudah
mulai terlihat perubahan pada birokrasi pemerintah, keinginan
pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terlihat
dari dukungan secara anggaran dan mengakomodir dalam bentuk
regulasi untuk menjawab keinginan kelompok adat dan agama.
Namun Pro-kontra dengan kebijakan pemerintah tidak bisa dihindari
terutama mengenai pelaksanaan Perda-Perda Syariah, masyarakat
awam tidak terlalu peduli dengan regulasi tersebut karena untuk
kehidupan sehari-hari saja sulit, sehingga hanya masyarakat kalangan
tertentu saja yang bisa menerima. Hal ini tentu tidak terlepas dari
pengaruh pelayanan pemerintah terhadap masyarakat, baik
pemerintah daerah, provinsi maupun pusat.
Pada masa pemerintahan Orde Lama sebuah kegiatan rutin
dinas kebudayaan adalah mengadakan seminar tentang falsafah Adat
420 Wawancara Saidani Anggota DPRD Kabupaten Tanah Datar, 2 Juli 2018
di Batusangkar. 421 Wawancara dengan tokoh masyarakat dan membaca peraturan Nagari
Tigo Jangko Linta Buo tertulis yang telah disepakti antara wali Nagari, kaum adat
dan alim ulama di tingkat nagari.
192 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Program di Era
reformasi untuk melestarikan nilai-nilai adat dan budaya oleh Dinas
Pariwisata mempunyai program untuk menuliskan/membukukan dan
mengumpulkan monografi adat salingka nagari, tujuannya untuk
menghimpun adat Salingka Nagari,422 tahun 2014 terhimpun
sebanyak 6 jilid yang terhimpun dari 15 nagari. Di antara adat
salingka nagari yang dihimpun dalam tulisan adalah sejarah nagari,
yaitu tentang rumah gadang, bagaimana prosesi adat dan benda cagar
budaya, juga telah ditulis tentang “nilai-nilai dalam prosesi adat
perkawinan nagari Padang Magek Kabupaten Tanah Datar Sumatera
Barat.423
Menurut ketua MUI Kabupaten Tanah Datar dukungan
pemerintah terhadap pelaksanaan kegiatan keagamaan indikatornya
dapat terlihat dari segi anggaran. Anggaran sangat kecil yang
diperuntukkan untuk program keagamaan, ini menandakan kecilnya
dukungan pemerintah terhadap kegiatan keagamaan, apalagi sejak
adanya permendagri tahun 2013 tentang tidak boleh mendapat
bantuan berturut-turut selama dua tahun, jika tidak dihapuskan
aturan ini, maka bantuan-bantuan menjadi strategis untuk kegiatan
pembinaan keagamaan oleh MUI. Kegiatan-kegiatan keagamaan oleh
pemerintah daerah anggarannya di Kesra, hal ini akibat birokrasi dan
regulasi pusat. Walaupun tidak ada pendanaan kegiatan untuk MUI
akan tetapi kegiatan-kegiatan keagamaan tetap berjalan di
masyarakat seperti seremonial-seremonial yang diikuti dalam
kegiatan keagamaan masyarakat karena ada kegiatan falsafah ABS-
SBK.424
Kegiatan keagamaan tidak pernah berhenti, seperti peringatan
hari besar Islam, satu dekade ini rutin berlangsung di masyarakat.
Permendagri muncul karena adanya kepentingan pemerintah daerah.
Permendagri tentang penghapusan dana hibbah dan bansos tidak
422 Adat Salingka Nagari maksudnya adalah hasil-hasil karya anak nagari
baik berupa benda maupun tidak seperti seperti makanan khas, hasil jahitan, hasil
kesenian tradisional dan lain-lain. 423 Wawancar Kamaruzzaman (Kabid Pariwisata), 1 April 2016, jam 10.00
WIB di kantor Dinas Kebudayaan dan Parawisata. 424Wawancara Syukri Iska (ketua MUI Tanah Datar), 4 April 2016, Jam:
16.00, di Batusangkar .
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 193
tepat dengan keberadaan organisasi keagamaan, intinya permendagri
jangan diberlakukan kepada lembaga keagamaan. Kebijakan politik
sering menghambat aktifitas keagamaan. MUI tidak diikutsertakan
dalam RPJM (FGD). Sementara Lembaga MUI ingin dilibatkan
untuk mengambil kebijakan yang strategis di daerah Kabupaten
Tanah Datar.
Menurut keterangan ketua MUI Kabupaten Tanah Datar, MUI
hanya dilibatkan dalam hal tertentu saja, Tigo Tungku Sajarangan
itu belum duduk bersama, belum terwujud dalam realisasinya. MUI
diikutsertakan musyawarah hanya pada kasus tertentu yang harus
ditangani bersama atau diundang dalam musyawarah perkasus,
dilibatkan pada kegiatan yang sifatnya insidentil, kasus tertentu,
kemudian diundang dalam kegiatan peringatan-peringatan hari besar
Islam (PHBI) seremonial keagamaan masyarakat.425
Kegiatan seremonial adat dibenarkan dalam agama sejauh adat
tidak menyalahi atau bertentangan dengan prinsip dasar agama
Islam, aktivitas yang mengandung maslahah adat dapat dikatakan
sesuai dengan syariat Islam. Misal al-adah muhakkamah adat bisa
menjadi pertimbangan hukum, misal ketika orang meninggal ada
manigo hari (mengaji sampai tiga hari kematian) dan manujuah hari
(tujuh hari), tidak ada menyalahi prinsip Islam, Nabi menyuruh
menggembirakan keluarga yang meninggal kecuali yang
menimbulkan kemudharatan. Kegiatan yang mendatangkan ke
maslahatan dan menghindarkan diri dari kemudharatan.426
Hirarki MUI Kabupaten Tanah Datar adalah MUI kecamatan
dan untuk di tingkat nagari ada ulama nagari yang disebut MUNA
(Majelis Ulama Nagari) yang terdiri dari kumpulan ulama atau malin.
Malin ada disetiap persukuan (tidak formal). Anggota formal MUI
dari pusat sampai daerah terdiri dari Ulama, Zu’ama, Cendikiawan
(pakar ilmu umum). MUI kabupaten memikirkan persoalan umat dan
bangsa, pendamping terhadap Pemerintah Daerah dan masyarakat,
pencerahan terhadap ummat, pembinaan, sebagai narasumber,
425 Wawancara Syukri Iska (ketua MUI Tanah Datar), 4 April 2016, jam
16.00 WIB, di Batusangkar . 426 Wawancara Syukri Iska (ketua MUI Tanah Datar), 4 April 2016, jam
16.00 WIB, di Batusangkar .
194 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
konsultan, muzakarah melahirkan fatwa (dalam hal ini MUI
kabupaten hanya menjalan kan Fatwa MUI pusat, seperti Fatwa
Zakat, Fatwa Ekonomi Syariah dan Fatwa Imunisasi), persoalan
keummatan dan kemasyarakatan.427
Dalam menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) MUI dan LKAAM belum
dilibatkan oleh Pemerintah Daerah, bahkan MUI tidak diundang
dalam musywarah daerah. Program-program MUI belum terakomodir
oleh pemerintah daerah.428
Sebaliknya menurut Yunen camat
Limakaum, pemerintah sangat mengakomodir dan mendukung
kegiatan keagamaaan, baik yang dilaksanakan oleh lembaga maupun
kegiatan masyarakat. Untuk anggaran kegiatan keagamaan dan adat,
pemerintah tidak bisa berbuat banyak karena terbentur dengan aturan
perundang-undangan .429
Menurut Dt.Very, pemerintah Sumatera Barat dalam hal
pembangun pada masa-masa sebelumnya selalu melibatkan ninik
mamak siapapun yang menjadi gubernur atau bupati, wilayah
Sumatera Barat adalah wilayah adat, warga gubernur adalah warga
ninik mamak dan begitu juga warga bupati. Dari dulu Minangkabau
mempunyai tujuan yang ingin dicapai yaitu kebahagiaan yang mana
pedomannya adalah adat (tuntunannya adalah adat), nilai dasarnya
adalah budi yang dikenal dengan nan ampek (yang empat), terdiri
dari 4 (empat) unsur, yaitu; raso (rasa), pareso (periksa), malu jo
sopan (malu dan sopan).430
Sinergi adat dan agama sebenarnya sudah mulai dari Sumpah
Sati Bukit Marapalam, akan tetapi tidak ada catatan dan bukti yang
asli tentang peristiwa tersebut. Kepala Dinas Budpora dan Setda
Kabupaten Tanah Datar telah pergi ke Belanda untuk melacak data-
427Wawancara melalui WA dengan Arif, mantan pengurus MUI Tanah Datar, 25
November 2019. 428Wawancara Dt.Feri Irsal Idrus (ketua LKAAM Tanah Datar), Senin 21
maret 2016, Jam: 11.00 Wib di Batusangkar. 429 Wawancara Yunen(camat Limakaum), Agustus 2016 di Limakaum
Batusangkar 430 Wawancara Buya Masnefi, Senin, 21 maret 2016, jam 11.00 WIB di
Batusangkar.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 195
data tentang Tanah Datar, namun tidak didapatkan data-data
tersebut.431
Kesimpulan dari hasil wawancara peneliti, faktor yang
menimbulkan konflik persepsi antara LKAAM dan Pemda, MUI dan
Pemda adalah karena perubahan peraturan penerimaan dan hibbah
dan bancos oleh emntrian dalam negeri. Sehingga Pemerintahan
daerah tidak leluasa memyalurkan anggarak kepada lembaga-lembaga
non pemerintah. Faktor kedua adalah Pemda tidak melibatkan kedua
lembaga ini di dalam pengambialn kebijakan dalam pembangunan.
Kepmen tentang Dana Hibah dan Bansos Pemerintah Daerah tidak
dilibatkan MUI Tanah Datar dan LKAAM Tanah Datar dalam
pengambilan kebijakan rencana pembangunan daerah.
Uraian di atas adalah kritikan-kritikan lembaga-lembaga adat
dan agama terhadap Pemerintah Daerah yang menimbulkan konflik
persepsi. Pihak Pemerintah Daerah berjalan sesuai dengan aturan
Negara, sementara pihak lain menginginkan pemerintah
mengakomodir semua keinginan kelompok-kelompok masyarakat ini.
Bagan 6.
Hirarki Lembaga yang Berkonflik di Tingkat Kabupaten sampai
Tingkat Terendah
Pemda (Pemerintahan daerah) terdiri dari eksekutif dan
legislatif atau Bupati dan jajarannya dan Pimpinan DPRD (Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah) beserta jajarannya. Bupati struktur
wilayah di bawahnya adalah camat dan di bawah camat adalah wali
431 Wawancara Buya Yusrizal, kamis,14 April 2016 di Batusangkar
PEMDA LKAAM MUI MTKAAM
Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Nagari Nagari
196 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
nagari. Sementara lembaga adat LKAAN (Lembaga Kerapatan Adat
Alam Minangkabau) tidak ada hirarki ke bawah dan tidak ada pula
hirarki ke atas tingkat Provinsi. MUI Majelis Ulama Indonesia)
kabupaten memiliki hirarki ke kecamatan sampai ke tingkat nagari.
Dan MTKAAM (Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam
Minangkabau) tidak memiliki hirarki ke tingkat bawah maupun ke
atas, sifatnya hanya berkoordinasi dengan wilayah-wilayah yang
sudah terbentuk lembaga MTKAAMnya.
Alasan Pemerintah Daerah kenapa tidak bisa memberikan
dukungan anggaran sepenuhnya kepada lembaga-lembaga di atas
adalah terbentur dengan aturan keuangn yang telah diatur oleh sistem
Pemerintah Pusat. Jika Pemda mengambil kebijakan keuangan
menyalahi aturan pusat, maka konsekuensinya adalah penjara.
Betapa banyak pejabat eksekutif dan legislatif yang tersandung
hukum karena menyalahgunaan wewenang. Persoalan lembaga
LKAAM dan MUI tidak dilibatkan dalam Musyawarah Daerah
tingkat Kabupaten untuk RPJD atau RPJM, belum ada jugnisnya,
untuk ke depan akan dipertimbangkan.432
Selain MUI, di Tanah Datar terdapat beberapa lembaga dan
Ormas Islam. Terdapat dua perguruan tinggi Islam yaitu IAIN
(Institut Agama Islam Negeri) Batusangkar dan STAI Al-Hikmah
(Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta) Pariangan. IAIN Batusangkar
yang awalnya adalah STAIN Batusangkar yang berdiri tahun 1997
alih status dari dari Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang.
Ketua STAIN 1997 adalah Prof.Dr. Ramayulis. Tahun 1999 hingga
tahun 2004 dan tahun 2004 hingga tahun 2009, dua periode tersebut
yang menjadi ketua STAIN adalah Drs. Syukri Iska, MAg. Pada
periode berikutnya tahun 2009 hingga tahun 2014 ketua STAIN
dipegang Prof.Dr. Hasan Zaini, MA. Kemudian 2015 STAIN alih
satatus menjadi IAIN dengan rektornya Kasmuri Slamet.
STAIN/IAIN sebagai PTAI yang mengalami kemajuan pesat dan
berdampak positif terhadap kemajuan masyarakat Tanah Datar dalam
berbagai bidang kehidupan. Namun dari hasil wawancara tokoh
masyarakat, masih belum maksimal peran lembaga ini, khusunya
432 Wawancara Ketua DPRD Kabupaten Tanah Datar, 5 Januari 2016 di
Batusangkar.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 197
untuk masyarakat Tanah Datar. Menurut Risman Bustamam Datuak
Tummad peran STAIN/IAIN sebagai institusi sifatnya masih
menyambil dengan kegiatan rutinitas, semisal KKN, dan pengabdian
masyarakat. Anehnya, pengabdian dalam bentuk desa binaan adat dan
agama justru diadakan IAIN melalui LP2m di sumpur kudus bukan di
Kabupaten tanah Datar. Kita belum melihat atau minimal mendengar
adanya seminar, workshop atau lainnya yang dirancang khusus untuk
tokoh adat dan ulama oleh IAIN. Kita masih berkutat dengan issu
nasional bahkan global tentang Islam, pendidikan, hukum, dan lain-
lain. Padahal kita katakan berkearifan lokal, tapi yang ini tidak
tergarab. Mata kuliah tentang keminangkabauan itu termasuk yang
masih dipertahankan meski sedikit tapi agak lumayan. Namun upaya-
upaya yang melibatkan tokoh adat dan ulama luar kampus sepertinya
minim, jika tida dikatakan nihil. Meskipun begitu, keterlibatan
person lain ada, misalnya yang aktif LKAAM Tanah Datar atau
karena memang ia seorang datuk pemangku adat.433
Khusus untuk
agama, semua kegiatan kampus dapat dikatakan berorientasi agama.
Tapi ini lebih bersifat tugas utamanya. Namun jika yang dimaksud
adalah kegiatan yang khusus dirancang bersama dengan elemen luar
kampus atau masyarakat sekitar dan atau cakupan Tanah Datar,
rasanya tidak ada. Jangankan dengan cakupan Tanah Datar, dengan
masyarakat sekitarnya kita bermasalah. Andaikan ada kerjasama
IAIN dengan masyarakat sekitarnya tentu kejadian asusila mahasiswa
dapat diminimalkan. Tentang kerjasama dengan lembaga
masyarakat, Pemda, lembaga adat dan agama katanya ada. Sudah
ada kerja sama dengan MUI dalam menyikapi LGBT, tetapi tidak
ada realisasinya. Mungkin kerjasama dengan lembaga-lembaga ada,
misalnya dengan Pemda, tapi kurang berjalan. Kerjasama dengan
LKAAM pun tidak terdengar. Hal di atas terjadi adalah soal
kepemimpinan yang kurang dimaksimalkan memberdayakan
masyarakat sekitar dan lokal Tanah Datar. Masyarakat kamous
masih terlalu elitis di Tanah Datar. Saran dari Risman Datuak
Tummad di antaranya; 1) IAIN harus nyata dalam
mengimplementasikan kearifan lokal khususnya di Tanah Datar. 2)
433 Wawancara Risman Bustamam Datuak Tummad, 9 November 2019
198 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Harus ada planing yang jelas dalam bentuk program jangka pendek
rutin dan jangka panjang, guna melibatkan dan memberdayakan serta
mengadvokasi masyarakat dalam hal ABS-SBK. 3) Dosen-dosen
dan karyawan perlu diberi pencerahan tentang ABS-SBK agar mereka
bisa berpartisipasi dengan baik dan benar. 4) IAIN perlu melibatkan
diri pada kegiatan-kegiatan kembali bernagari dan bersurau. Menurut
Risman ada beberapa nagari yang sudah bekerja sama dengan IAIN
tetapi kurang ber jalan.434
Pada masa Pemerintahan MM hubungan
pimpinan STAIN agak harmonis, namun pada masa Bupati Shadiq
agak kurang harmonis. Melihat dari faktor latar belakang karena
masa MM, Wakil Bupatinya emosionalnya lebih dekat dengan Ketua
STAIN yang mana memiliki visi dan misi yang sama dalam hal
keagamaan, Wakil Bupati sama-sama berasal dari IAIN dan sebagai
tokoh agama di masyarakat. Peran STAIN dan IAIN dalam
keagamaan, terlihat dari tahun 1999 samapi 2000-an, setiap masjid
dan mushalla di Nagari Limakaum diisi oleh mahasiswa STAIN dan
para alumni. Hal ini telah menghidupkan dan menyemarakkan kajian
Islam dan rohani keagamaan. Dan juga pertumbuhan ekonomi
masyarakat sekitar meningkat serta menambah gairah pendidikan.435
Sementara STAI AL-Hikmah Pariangan yang tahun berdirinya
hampir sama dengan STAIN Batusangkar, tidak mengalami kemajuan
seperti Perguruan Tinggi Swasta yang lainnya dikarenakan pihak
yayasan yang kurang membuka diri, jadi peran dan pengaruhnya
kurang signifikan di masyarakat Tanah Datar, meskipun demikian
sedikit banyaknya memberikan kontribusi untuk daerah tersebut.
NU (Nahdatul Ulama dengan paham Ahlussunnah
waljamahnya (Aswaja) melakukan kerjasama dengan pihak Pemda
untuk melakukan pembinaan kepada masyarakat. Dalam kegiatan
hari besar Islam melakukan silaturahmi kepada pihak Pemerintah
dalam hal ini Bupati atau wakil Bupati untuk memusyawarahkan
kegiatan untuk menyemarakkan kegiatan peringatan hari besar Islam.
Pada tahun 2005 sekretaris NU Edra Mardi mengadakan Konfercap
NU Kabupaten Tanah datar yang dihadiri sejumlah tokoh antara lain,
434 Wawancara Dr. Risman Bustamam Datuak Tumammad. Batusangkar,
sabtu, 9 November 2019 435 Wawancara Elfadli, Tokoh masyarakat Limakaum, 9 November 2019
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 199
H.Zainal MS, SH (ketua PWNU SUMBAR), Firdaus , SS (Sekretaris
BWNU SUMBAR), Drs.Ucu Benjamin (asisten Bupati Tanah Datar),
Zulkifli Bahri dari anggota DPRD dan Drs.HM.Yasin SH, M.Hum.
Dalam Konfercap merumuskan program untuk melakukan pembinaan
kepada masyarakat dalam bidang pendidikan, akan memberikan
pelatihan kepada pesantren-pesantren, dalam bidang pertanian akan
memberikan pelatihan kepada kelompok-kelompok tani binaannya.
NU Tanah Datar akan tetap mensosialisasikan Aswaja kepada
masyarakat, tujuannya agar masyarakat tolelan dengan perbedaan
yang ada.436
Muhammadiyah memiliki peran yang besar dalam tradisi Islam
di Kabupaten Tanah Datar. Ormas ini memiliki madrasah dan panti
asuhan. Madrasah Ibtidaitah 1 buah, MTSM (Masdrasah Tsanawiyah
Muhammadiyah) 6 buah, MAM (Madrasah Aliyah Muhammadiyah 2
buah. Taman Kanak-kanak Aisyah hampir di setiap kecamatan dan
Panti Asuhan sebanyak 5 buah. Dari data ada sekitar 5 masjid/
mushala, pangkas rambut, Rumah sakit 1 buah di Lintau. Sekolah-
sekolah yang dikelola Muhammadiyah ini, perkembangannya naik
turun, tergantung siapa yang menjadi pengurus dan berkuasa pada
saat itu. Pada masa Shadiq sebagian madrasah tidak berkembang
cendrung menurun, baik siswa maupun kualitasnya. Panti asuhan pun
tidak terurus.437
Organisasi Pemuda Muhammadiyah juga eksis dalam
kegiatan keagamaan di Kabupaten Tanah Datar, lima tahun ini
Ormas Muhammadiyah semakin eksis karena Bupati berasal dari
keluarga Muhammadiyah dan dibesarkan dari keluarga
Muhammadiyah.438
IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) Tanah Datar berdiri
sejak tahun 1987 di Indonesia dan tahun itu juga berdiri di Tanah
Datar. Tujuannya perhimpunan ini adalah untuk menyatukan dan
mempersaudarakan jamaah haji, mempererat persatuan dan kesatuan
berbangsa dan bernegara. Di kabupaten Tanah Datar sendiri terdapat
kepengurusan IPHI di hampir setiap kecamatan. Kegiatannya berupa
436 https//www.nu.or.id/post/read/12992/pcnu-tanah-datar. 437 Wawancara pengurus Pemuda Muhammadiyah Firdaus, 2 Desember
2019. 438 Wawancara Bendahara Aisyiah Tanah Datar, Linda, 13 November 2019.
200 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
tablik akbar, acara-acara hajatan ke rumah anggota, dana dari infak
dan donatur anggota perhimpunan, dipunggut infak ketika ada
kegiatan, tidak ada anggaran maupun bantuan dari pemerintah.439
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulakan bahwa konflik
dan akomodasi adat dan agama dengan pemerintah dalam bidang
kebijakan tetap berlangsung. Kondisi ini menciptakan kepribadian
masyarakat Minang yang bebas dan merdeka. Disinilah terjadi
konflik dan akomodasi antara adat dan agama dengan pemerintah
dalam bidang kebijakan yaitu pemerintah terlalu ikut campur tangan
dalam persoalan adat dan agama di Tanah Datar.440
Pemerintah
membuat regulasi untuk mengakomodir adat dan agama, namun
kelompok adat dan agama menyatakan bahwa regulasi pemerintah
belum sesuai dengan keinginan mereka. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Marx bahwa kehidupan sosial menghasilkan
konflik terstruktur yaitu konflik kepentingan antara lapisan atas dan
lapisan bawah. Kalangan atas dimaksud adalah pemerintah sebagai
pengambil kebijakan, kalangan bawah adalah masyarakat.441
439 Wawancara Aulia Rijal, Ketua IPHI Tanah Datar, 3 Desember 2019.
440 Wawancara Dt. Basrizal (mantan anggota DPRD Tanah Datar), 10
Agustus 2016, jam 11.00 WIB, di Istana Pagaruyung Batusangkar.
441 Wirawan, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma Fakta Sosial, Definisi Sosial & Perilaku Sosial (Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama, 2013), 66.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi 201
Bagan 7.
Konsensus Antar Lembaga
Bagan 7. Menggambarkan hubungan yang ideal antar lembaga
yang ada di tingkat Kabupaten Tanah Datar untuk mencapai
kemajuan dan kesejahteraan masyarakat dengan menghidupkan
tradisi saling mengisi, mengakomodasi, mengoreksi diri sendiri.
Etika
Agama
MUI
Fellow
Travel
Birokrasi Budaya
Eksekutif,legislatif Adat
LKAAM, MTKAAM, KAN
Pemda
Kemajuan dan Kesejahteraan
Daerah
Overlopping Consensus
202 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
203
BAB V
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat
dan Agama dengan Pemerintah dalam Bidang
Kehidupan Tradisional
A. Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan
Agama Dengan Pemerintah Dalam Bidang Kelembagaan
Pemda (Pemerintahan Daerah) Kabupaten Tanah Datar adalah
terdiri dari eksekutif dan legislatif. Bagian ini menjelaskan tentang
lembaga-lembaga yang berkonflik di Tanah Datar. Konflik yang
dimaksud di sini adalah konflik ide atau konflik persepsi antar
lembaga adat yang ada, antara LKAAM dan Pemda antara LKAAM
dan MTKAAM. Kasus-kasus konflik yang ditemukan di lapangan
adalah perebutan gelar pusaka dan harta pusaka dalam internal suku,
salah satu orientasi perebutan gelar pusaka adalah untuk eksistensi
identitas keluarga. Jika gelar pusaka tersebut masih ada harta pusaka
tinggi, maka pemangku gelar datuk tersebut akan berhak mengelola
harta pusaka tersebut.
Pembagian harta warisan antara anak perempuan dan laki-laki
sering kali menimbulkan konflik dalam keluarga ketika orang tua
(ibu) telah meninggal dan tidak meninggalkan wasiat. Konflik antar
lembaga tingkat kabupaten disebabkan oleh rasa ketidakpuasan
lembaga adat terhadap kebijakan pemerintah, baik daerah maupun
pusat, konflik persepsi yang disebabkan oleh sebuah regulasi yang
tidak berpihak kepada lembaga-lembaga non pemerintah seperti
LKAAM, MUI dan MTKAAM. Konflik juga disebabkan oleh tidak
adanya komunikasi yang baik antara pihak Pemda dengan lembaga-
lembaga ini dalam urusan-urusan kemasyarakatan, masing-masing
merasa sudah melakukan hal yang tepat untuk masyarakat dan
masing-masing ingin lebih banyak terlibat dalam meraih simpati
masyarakat terutama dalam masing-masing kelompok. Namun pada
masa pemerintahan tertentu antara Pemda dan lembaga-lembaga ini
terjadi harmonisasi dalam program-program keagamaaan dan
204 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
keadatan. Dalam sub berikutnya akan dijelaskan terlebih dahulu
tentang latar belakang masing-masing lembaga di atas.
1. Konflik Antar Lembaga di Tingkat Kabupaten
Lembaga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lembaga
tingkat kabupaten yaitu MUI, LKAAM, MTKAAM dan Pemda
(Pemerintah Daerah) sebagai perpanjangan tangan negara. Penyebab
konflik di antaranya yaitu regulasi pusat tentang pembatasan dana
hibah dan bansos (bantuan sosial) Permendagri (Peraturan Mentri
Dalam Negeri) Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan
APBD Tahun Anggaran 2012. Sebelum keluar Permendagri ini,
Pemerintah memberikan bantuan dana hibah dan bansos untuk
kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh MUI dan
lembaga-lembaga kemasyarakatan untuk melaksanakan kegiatan
keagamaan, begitu juga dengan program dan kegiatan yang
dilaksanakan oleh LKAAM untuk pelestarian adat dan budaya.
Hanya dengan diajukan proposal ke Bupati dalam waktu satu bulan
bisa diterima bantuan dana. Namun setelah diberlakukannya
Permendagri pembatasan dana hibbah bahwa penerimaan dana hibah
dan bansos harus dibuat program yang jelas dan terukur
keberhasilannya, selanjutnya diajukan dalam APBD di awal
(misalnya untuk kegiatan di tahun 2014 dianggarkan pada tahun
sebelumnya yaitu 2013), aturan ini rumit bagi lembaga sosial
keagamaan yang tidak memiliki dana operasional untuk administrasi.
Pemberian bantuan dana hibah dan bantuan sosial (bansos) dalam
satu lembaga tidak boleh menerima dua tahun berturut-turut. Pemda
Tanah Datar tidak bisa memberi bantuan rutin setiap tahunnya,
dalam hal ini tentu akan tunduk dengan peraturan pusat karena
peraturan keuangan diatur pemerintah pusat. Menurut LKAAM dan
MUI, Pemerintah Daerah tidak melibatkan mereka dalam
pengambilan kebijakan pembangunan daerah baik RPJMD (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah) maupun RPJP (Rencana
Pembangunan Jangka Panjang).442
LKAAM (Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau)
dibentuk pada masa pemerintahan Orba di Sumatera Barat. Lembaga
442Wawancara Dt. Basrizal, Kamis, 27 Oktober 2016 di Batusangkar
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 205
ini memiliki struktur di setiap kabupaten dan kota. Struktur
LKAAM hanya ada di tingkat provinsi dan tingkat kabupaten
sedangkan di tingkat kecamatan dan nagari lembaga adatnya adalah
KAN (Kerapatan Adat Nagari) dan tidak ada hubungan struktur
organisasi dengan LKAAM kabupaten maupun provinsi.443
Menurut ketua LKAAM Kabupaten Tanah Datar bahwa
Pemerintahan Sumatera Barat dari dahulu melibatkan ninik mamak
dalam pembangunan daerah, siapa saja yang menjadi gubernurnya.444
Dari dulu sampai sekarang, orang Minangkabau ada tujuan yang
ingin dicapai yaitu kebahagiaan masyarakat yang mana pedomannya
adalah adat (tuntunannya adalah adat), nilai dasarnya adalah budi.
Akan tetapi berbeda dengan hasil wawancara dengan mantan ketua
MUI Sumatera Barat Buya Masoed Abidin yang mengatakan bahwa
pemerintah provinsi tidak melibatkan ninik mamak dan ulama dalam
pembangunan daerah.445
Ketua LKAAM mengatakan bahwa
sebenarnya wilayah Sumatera Barat adalah wilayah adat, warga
gubernur adalah warga ninik mamak dan begitu juga warga bupati.446
443Amir M.S, Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah (Jakarta:
PT.Mutiara Sumber Widya, 2007), 80. 444Wawancara Dt.Feri Irsal Idrus ketua LKAAM Tanah Datar, Senin 21
Maret 2016, jam: 11.00 WIB di Batusangkar. 445Wawancara Buya Masoed Abidin, 14 Juni 2016, jam 10.00 WIB di Padang. 446Nilai dasar budi adalah sumber segala kebenaran dalam istilah pepatah.
Kemudian datang Islam membawa ajaran keimanan yang disebut budi, akhlak
karimah (keimanan, kepercayaan kepada Allah SWT) diiring dengan kepatuahan,
dari sinilah akhlak karimah (sumber segala kebaikan dan kebenaran (Islam datang ke
Smatera Barat menyempurnakan adat). Sebelum Islam, Adat Basandi Alua
(kebenaran) berdasarkan keyakinan, Alua nan bana sesuai dengan keyakinan.
Kebenaran berdasarkan Alam Takambang jadi guru: “Panakiak pisau sirawik, ambiak galah batang lintabuang (palapah pinang), cilodang ambiakkan niru, Satitiak jadikan lawik, sakapa jadikan gunuang, Alam takambang jadikan guru). Artinya sumber
pengetahuan menurut adat bersumber dari alam pemimpin tigo tungku sajarangan,
tigo tali sapilin, niniak mamak, Alim Ulama, cadiak pandai yang dipimpin adalah
Bundo Kanduang, anak kemenakan dalam kaum, suku dipimpin oleh niniak mamak.
Datang Islam membawa keyakinan kepada yang gaib, Allah, malaikat, surga neraka.
Contoh orang mati di Minangkabau sebelum datang Islam sudah dikuburkan, maka
kuburan adalah sarat mutlak di Minangkabau, tetapi masyarakat belum tau ada surga
atau neraka.
tahun 1945 Minangkabau bergabung dengan wilayah Administratif NKRI,
Minangkabau meliputi wilayah adat, terdidri dari Jambi, Riau, Bengkulu, Aceh 3 segi
yaitu Labuan Haji, Melabuh, Tapak tuan, negeri 9 malaysia, malaka, serawak, dalam
wilayah itulah berlakunya adat Minagkabau. Penguasa ada 2 limbago adat Limbago
206 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
LKAAM versi tokoh-tokoh MTKAAM, bahwa LKAAM
adalah buatan pemerintahan Orba yang berfungsi sebagai fasilitator
dan mereka kurang menguasai tentang adat istiadat dan sejarah adat
Minangkabau, mereka hanya sebagai alat politik pemerintah dan
berpihak kepada Pemerintah Zaman Orba. Di antara tokoh pendiri
LKAAM adalah mayor Mansoer Harun, Safruddin Bahar, Junizar
Kopra dan lain-lain. Lembaga ini berdiri pada 17 Agustus 1966 di
Padang.
Tujuan pertama kali didirikan LKAAM adalah untuk
memberikan pembinaan bagi para penghulu adat dan untuk
menjembatani ABRI (Anggatan Bersenjata Republik Indonesia)
dengan masyarakat pada Orde Lama. Jadi LKAAM didirikan oleh
militer dan Gubernur Sumatera Barat sebagai fasilitator untuk
terbentuknya cabang-cabang LKKAM di kabupaten dan kota yang
ada di Sumatera Barat. 447
Untuk melestarikan adat dan budaya Minangkabau khususnya
di Tanah Datar pemerintah membangun museum dan Istana
Pagaruyung, sehingga adat tidak pernah hilang di Sumatera Barat dan
terus dilestarikan. Ketika adanya undang-undang "Kembali ke
Nagari" artinya adalah kembali ke adat, namun dalam hal ini
pemerintah kurang memahami. Kondisinya kembali ke nagari tidak
kembali ke substansi kembali ke pemerintah nagari. Pemerintah tidak
mengakomodir adat dan syarak dalam kegiatan dan anggaran. Begitu
juga dalam hal keagamaan, perubahan sistem menjadikan ulama
kurang konsisten dengan adat dan agama karena lebih kepada nilai
jual politik calon-calon eksekutif dan legislatif. Agama dan adat
menjadi kepentingan untuk mencapai tujuan politik eksekutif dan
legislatif.448
Rajo, Limbago Niniak Mamak/ Penghulu. Wilayah kekuasaan penghulu, kekuasaan
di Luhak nan tigo; Tanah datar, Lima puluh Kota dan Agam, diluar ini adalah
dibawah kekuasaan Raja Pagaruyung sesuai dengan pepatah luhak bapangulu (luhak
berpenghulu), rantau barajo (rantau beraja). Budaya ini masih hidup, pada
pemerintahan sentralisasi sempat adat tidak diakomodir, maka usaha pelestarian adat
dan adat nagari dilestarikan dan disosialisasikan. 447 Wawancara Dt. Feri Irsal Idrus (ketua LKAAM Tanah Datar), Senin 21
Maret 2016, jam: 11.00 WIB di Batusangkar. 448Wawancara Dt. Feri Irsal Idrus (ketua LKAAM Tanah Datar), Senin 21
Maret 2016, jam: 11.00 WIB di Batusangkar.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 207
LKAAM sebagai lembaga buatan pemerintah di Orba, akan
tetapi di Era reformasi sudah tidak melihatkan keberpihakan kepada
pemerintah dan sudah berani memberikan kritik serta menyuarakan
hal yang berbeda dengan Pemerintah Daerah. Menurut Irwan, mantan
sekretaris lembaga MTKAAM bahwa melihat kenyataan yang kurang
tepat antara LKAAM dan KAN yang mana menurutnya fungsi KAN
adalah melestarikan adat salingka nagari, namun keadaan sekarang
seakan-akan LKAAM menguasai lembaga adat KAN, padahal KAN
lembaga tertinggi di tingkat nagari (murni dari suara nagari) yang
tidak memiliki hubungan atasan dan bawahan dengan LKAAM
kabupaten maupun provinsi. Maka kata Irwan, LKAAM perlu di
revitalisasi hak dan kewajibannya dan perlu diformulasi ulang
aturannya. Setiap urusan pemerintahan tentang adat dan budaya yang
diundang menjadi narasumber adalah LKAAM padahal MTKAAM
lebih menguasai tentang seluk beluk adat dan budaya Alam
Minangkabau.449
Lagi pula MTKAAM fungsinya tidak hanya
sekedar melestarikan adat, tetapi mempertahankan adat, melakukan
upaya-upaya pelestarian adat. MTKAAM tidak mengharapkan
bantuan dana dari pemerintah untuk kegiatan-kegiatan pelestarian
adat. Orang-orang yang berada di dalamnya dengan kesadaran
mengeluarkan uangnya menyumbang untuk lembaga dan
kegiatannya, bahkan keberadaannya tidak diketahui oleh pemerintah.
Berani mengkritik kebijakan pemerintah baik Pemda Provinsi
Sumatera Barat maupun Kabupaten, walaupun merasa dipandang
sebaelah mata oleh pihak Pemerintah Daerah.450
Sejarah MTKAAM sebelum masa Kemerdekaan Republik
Indonesia tujuan organisasi ini didirikan adalah untuk perjuangan
merebut Kemerdekaan RI (Republik Indonesia). Tepatnya didirikan
pada 16Agustus 1937, pendirinya adalah para penghulu atau ninik
mamak di antarannya Datuak Rajo Penghulu, A.Y.Datuk Sinaro,
Datuk Tamami, dan lain-lainnya. MTKAAM berdiri di 5 (lima)
provinsi yaitu Sumatera Barat, Riau daratan, Bengkulu Utara, Jambi
449 Wawancara Irwan (mantan sekretaris MTKAAM) 10 januari 2017
jam.10.00 di Pariangan. 450 Wawancara Irwan (mantan sekretaris MTKAAM) 10 januari 2017
jam.10.00 di Pariangan.
208 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Tanjung Simaludu, Natal Sumut. Pada masa PRRI para tokoh
MTKAAM ini menghilang tidak tahu rimbanya. Dan pada Era
Reformasi MTKAAM muncul lagi di Sumatera Barat tepatnya pada
tahun 2006. Salah satu faktor munculnya MTKAAM adalah karena
orang-orang yang pro adat melihat sudah banyaknya adat yang
berubah, seperti perubahan identitas warna lambang adat atau
marawa, tingkah laku masyarakat yang sudah banyak menyimpang
dari ABS-SBK, begitu pula dengan tradisi-tradisi ritual masyarakat
seperti pakaian dan makanan adat.451
Jadi tujuan MTKKAM adalah
melestarikan dan mempertahankan adat istiadat Minangkabau.
Menurut ketua MTKAAM, untuk mempertahankan adat harus
ditegakan aturan-aturan adat misalnya ada investor asing yang ingin
memanfaatkan lahan wilayat adat, para penghulu memberikan
peluang kepada investor asing tersebut untuk menyewa lahan tanah
ulayat dengan syarat-syarat sebagai berikut: 1) Jangan rusak tatanan
adat Minangkabau; 2) Tidak boleh dipergunakan untuk kegiatan
maksiat; 3) Tidak boleh untuk anggunan atau jaminan utang ke Bank;
4) Setelah habis masa kontrak, tanah harus dikembalikan lagi kepada
pemilik asalnya.452
Berbeda dengan Dt. Basrizal salah seorang ketua KAN bahwa
orang minang kurang berfikir banyak tentang kegiatan seremonial,
aspek kemasyarakatan dari banyaknya kriminal, perceraian , kasus-
kasus pidana dan perdata. Datuak tugas utamanya manyelesaikan nan
kusuik, pantang kusuik nan ndak tasalasaian nan karuah tajaniahan
(artinya penghulu menyelesaikan masalah yang kusut di perbaiki dan
yang keruh dijernihkan). Tetapi kenyataannya sekarang niniak
mamak menjadi sumber masalah. Pengulu itu sebenarnya adalah
orang yang paling sedikit kesalahannya. Di zaman sekarang banyak
yang sudah bergeser adat dan budaya minang seperti Bundo
Kanduang mengalami perubahan harus tampil di musyawarah adat,
seharusnya Bundo Kanduang itu tidak perlu ikut musyawarah di balai
adat karena penghulu tersebut untuk pergi musyawarah harus minta
451Wawancara Syahril Amka ketua MTKAAM Kabupaten Tanah Datar, 2
November 2017 di Batusangkar. 452Wawancara Syahril Amka ketua MTKAAM Kabupaten Tanah Datar 2
November 2017 di Batusangkar.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 209
izin Bundo Kanduang. Saluak (lambang pakaian datuk) terletak di
rumah keponakan bukan di rumah anak istri, pakaian kebesaran adat
sebenarnya punya mande (ibu).
Nagari sebenarnya merupakan satuan ekonomi, satuan adat,
satuan pemerintah. Ulama Tigo Tungku Sajarangan itu hanya
verbalislik didanga tapi dicaliak ndak barupo (didengar ada tetapi
dilihat tidak terlihat).453
Adat merupakan cerminan kepribadian
bangsa dan sekaligus penjelmaan jiwa bangsa. Setiap bangsa
mempunyai adat yang berbeda-beda dan sekaligus sebagai identitas
bangsa tersebut.
Bangsa Indonesia terdiri dari aneka ragam adat yang berbeda
beda (Bhineka Tunggal Ika). Hukum adat terbentuk dari fikiran
kehendak dan perilaku kelompok manusia menjadikannya kebiasaan,
jika kebiasaan itu di lakukan terus menerus menjadikannya adat
masyarakat, dan interaksi dengan masyarakat yang lain dengan adat
itu menjadi hukum adat (level negara). Setelah menjadi hukum adat,
akan ada tuntutan kewajiban hukum. Faktor yang mempengaruhi
perkembangan hukum adat adalah magic dan animism, agama,
kekuasaaan yang lebih tinggi dari persekutuan hukum adat dan
hubungan dengan orang-orang ataupun kekuasaan asing.454
Setelah sistem Pemerintahan Desa kembali ke sistem nagari,
kepemimpinan Tigo Tungku Sajarangan sudah kembali berfungsi
untuk menyelesaikan masalah di nagari. Tugas dan peran masing
masing-masing unsur tetap berjalan hingga Era Reformasi. Salah
satu aturan Pemerintahan nagari yang mengakomodir adat adalah
dengan menguatkan peran penghulu di tengah masyarakat. Seperti
syarat administrasi surat nikah, akan dikeluarkan oleh wali nagari jika
ada surat rekomendasi dari mamak/penghulu suku si calon penganten.
Prosedur surat nikah diawali dari surat persetujuan dari orang tua
kemudian disetujui mamak/penghulu dan kemudian baru bisa
ditandatangani oleh wali nagari. Pada masa Pemerintahan Desa
sebelumnya tidak seperti ini, syarat untuk nikah hanya persetujuan
453Wawancara Dt. Basrizal, Kamis, 27 Oktober 2016 di Batusangkar. 454Wawancara Dt. Basrizal, kamis, 27 Oktober 2016 di Batusangkar.
210 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
malin (pembantu penghulu), akan tetapi saat itu malin kurang
dihargai dan dihormati oleh masyarakat.455
2. Konflik Internal Suku di Tanah Datar
Identitas orang Minang ada empat hal yaitu memiliki suku,
memiliki gelar sako (pusaka), memiliki harta pusaka (harta pusata
tinggi dan harta pusaka rendah) dan yang terakhir beragama satu
yaitu Islam. Jika agamanya bukan Islam berarti dia bukan orang
Minang. Gelar pusaka456
adalah gelar yang dimiliki oleh setiap suku
di Minangkabau.
Di Era Reformasi maraknya terjadi perebutan gelar pusaka,
misalnya di nagari Pangian terdapat perebutan gelar pusako atau
datuak (gelar pusaka atau datuk) dengan penyandang gelar datuk ini,
seorang datuk memiliki warisan harta pusaka, seperti sawah, ladang
dan lurah atau yang di sebut sako dan pusako. Gelar yang direbut oleh
orang yang menurutnya juga pantas disandang kemenakannya
menurut silsilah keluarga atau ranji keluarganya, namun tidak diakui
secara bernagari oleh KAN (Kerapatan Adat Nagari) dan hanya
diakui di dalam lingkaran suku kaumnya saja.457
Menurut ketua Bundo Kanduang nagari Sikaladi Pariangan
bahwa konflik gelar pusaka di nagari Pariangan sejalan dengan
konflik sangketa tanah. Ketidakjelasan di zaman sebelumnya
455Wawancara Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), 03 September 2016,
jam: 14.00 WIB di Batu Bulek kecamatan Lintau Buo Utara. 456Gelar pusaka ini semuanya diawali dengan kosa kata datuak, misalnya;
Datuak Bandaro, Datuak Sampono Rajo dan lain-lain. Gelar datuak termasuk
kelompok gelar pusaka dari setiap suku yang yang diberikan secara turun temurun
oleh suku bersangkutan dari mamak kepada kemenakan, bila tidak ada kemenakan
dibawa dagu dalam suku itu. Bila tidak ada kemenakan yang pantas atau bila tidak
ada kesepakatan dalam suku untuk mengangkat seorang penghulu suku yang
membawa gelar itu, maka gelar pusaka itu dilipat sementara sampai ada kesepakatan
atau sampai ada kemenakan yang pantas memikul gelar pusaka tersebut. Gelar
pusaka adalah milik suku dan wewenang suku untuk menyerahkan gelar kepada
kemenakan yang pantas dijadikan penghulu Andiko dalam dalam suku bersangkutan.
Gelar sako hanya diberikan kepada lelaki Minang dari suku pemiilik gelar ituyang
dilakukan sesuai dengan tata cara yang ditentukan adat yang berlaku di nagari bersangkutan. Lihat Amir M.S, Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah
(Jakarta: PT.Mutiara Sumber Widya, 2007), 80. 457 Wawancara Darmayeti (bundo kanduang keturunan datuak) 4 Desember
2017, jam 15.00 WIB di Lintau Buo.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 211
pembagian harta warisan pusako tinggi458, sehingga mewariskan
konflik sampai anak cucu.459
Pada masa Orde Baru pemerintah
menjembatani untuk mensertifikatkan tanah ulayat yang disebut
program sertifikat masal dari BPN (Badan Pertanahan Nasional),
maka tanah-tanah ulayat di nagari disertifikatkan oleh ninik mamak
atau penghulu. Hal ini menurut Muslim, pemerintah sangat merusak
sistem adat yang ada di nagari. Dengan alasan bahwa dengan adanya
peraturan ini, penghulu dan kemenakannya dengan mudah dapat
menjual tanah ulayat, padahal awalnya harta pusaka adalah untuk
kepentingan penghulu dalam menjalankan roda kepemimpinan
kesukuan dalam rangka menegakkan adat bukan kepentingan
pribadinya. Ini terjadi pada masa Orde Baru terus berlanjut di Orde
Reformasi. Orde Reformasi bahkan lebih menggerogoti masyarakat
adat dan pemerintah semakin tidak bersinergi dengan kelompok
adat.460
Dari temuan dilapangan kebanyakan sangketa adalah masalah
sako (gelar datuak atau penghulu) dan pusako (harta pusaka) yang
terjadi pada suku di nagari-nagari yang ada di Kabupaten Tanah
Datar. Namun dalam penelitian ini hanya mengambil contoh kasus di
3 nagari saja yaitu Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan, Nagari
Limakaum Kecamatan Limakaum dan Nagari Batu Bulek Kecamatan
Lintau Buo Utara.
Masalah sako dan pusako yang tidak bisa diselesaikan dengan
musyawarah mufakat di keluarga dan suku, terkadang terpaksa
dibawa kepengadilan negeri bahkan sampai ke Mahkamah Agung.
Banyak permasalahan yang tidak bisa diselesaikan oleh pengadilan
karena pihak pengadilan tidak berani masuk ke wilayah adat, maka
sengketa tanah seperti itu dikembalikan penyelesaiannya secara
adat.461
Jika secara adat pun tidak bisa diselesaikan akhirnya kedua
belah pihak yang bersengketa bermusuhan atau berkonflik sepanjang
458 Harta pusaka tinggi adalah harta turun temurun warisandari nenek
moyang yang dikuasai oleh suku. 459 Wawancara Inayah (ketua Bundo Kanduang), 10 Mei 2017 di Pariangan. 460 Wawancara Muslim (tokoh masyarakat), 30 Juni 2017, jam 19.00 WIB di
Lintau Buo. 461 Wawancara Jubaedah Wakil Ketua Pengadilan Agama Batusangkar, 26
Juli 2017 di Batusangkar.
212 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
waktu. Konflik ini terus terjadi baik di Orde Baru maupun Orde
Reformasi, akhirnya masalah ini terkatung-katung dan sesekali ada
perang mulut antara kedua pihak yang bersengketa. Contoh kasus
perebutan harta pusaka di nagari Pariangan, ketika terjadi sengketa
tanah antara dua keluarga dalam suku yang tidak bisa diselesaikan,
maka kedua pihak keluarga tersebut bermusuhan satu sama lain
hingga sampai kepada anak cucu mereka, bahkan untuk satu generasi
atau dua generasi terjadi konflik. Kasus seperti ini banyak terjadi,
tidak jarang juga perang mulut dan dendam berkesumat sampai
mati.462
Motivasi berebut gelar adat tujuannya untuk mendapatkan
gelar dan harta pusaka, dan prestise di masyarakat. Ada empat hal
yang menyebabkan seseorang bergelar dan dipanggil datuk: 1) Karena
umur sudah tua (panggilah oleh cucunya); 2) Faktor penguasaan
pengetahuan adat; 3) Gelar yang diberikan melalui pemotongan
kerbau di dalam nagari; 4) Gelar yang berlaku di tanah merah
(sedang penguburan) mayat sang datuk yang tua).463
Gelar yang
diperebutkan adalah gelar datuk kategori ke tiga, gelar yang
diberikan melalui pembantaian kerbau dan kategori keempat gelar
yang dilewakan (dipanggilkan) di tanah merah (pekuburan). Kasus
berebut gala (gelar) sering juga terjadi misalnya di nagari Pangian
Lintau Buo dan di Nagari Tigo Jangko, kasus-kasus perebut gelar ini
sulit diselesaikan, pihak yang memiliki uang yang akan menang
dalam masalah ini. Karena yang memutuskan paedrkara alah ninik
mamak dan ninik mamak bisa disogok dengan uang untuk
menyetujui agar berpihak kepada salah satu dari yang berebut gelar
tersebut.464
Konflik berebut gelar pusaka sebelum Orde Reformasi berbeda
dengan masa Orde Reformasi. Faktor gelar datuk ingin diperebutkan
adalah pertama, motivasi untuk mendapatkan harta pusaka; kedua,
dorongan dari keluarga inti dan mamak kaum saparuik untuk menjaga
462 Wawancara Inayah (Bundo Kanduang Sikaladi), 10 Mei 2017, jam 13.00
WIB di Pariangan. 463 Wawancara Syahril Amka Ketua MTKAAM Kabupaten Tanah Datar 2
November 2017 di Batusangkar. 464wawancara Muslim (tokoh masyarakat), 30 Juni 2017, jam 19.00 WIB di
Lintau Buo.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 213
eksistensi keluaganya; ketiga, hanya ingin mendapatkan
prestise/penghormatan di tengah masyarakat sehingga dengan
bergelar datuk akan dekat dengan pejabat-pejabat baik eksekutif
maupun legislati. Dengan sistem pemilu langsung, maka calon-calon
eksekutif dan legislatif akan melakukan pendekatan kepada para
penghulu untuk dukungan suara, karena datuk dianggap orang yang
memliki massa paling tidak anak kemenakan yang dipimpinnya.465
Kasus konflik berebut gala (gelar) di nagari Batubulek sama
juga dengan nagari lain, yaitu sangketa sako dan pusako. Walaupun
budaya musyawarah mufakat masih kental berlangsung untuk
menyelesaikan masalah nagari atau kampuang (kampung), tetapi
untuk konflik perebutan gelar sako, tidak mudah diselesaikan dengan
musyawarah.
Konflik internal suku yang terjadi merupakan lanjutan konflik
masa lalu, pada masa Reformasi konflik-konflik di dalam suku
semakin marak terjadi. Hal ini disebabkan oleh bukan hanya untuk
mendapatkan harta pusaka, tetapi lebih kepada untuk eksistensi suku,
otoritas memimpin suku. Dengan menyandang gelar datuk atau gelar
pusaka, maka secara otomatis status sosial akan meningkat di
tengah masyarakat dan cita-cita sosial tercapai. Para calan eksekutif
dan legislatif pada masa kampanye akan mendekati para pemimpin
suku dan agama untuk memobilisasi massa untuk meraih suara
masyarakat yang akan memilihnya di pemilu legislatif atau pilkada
(pemilihan kepala daerah) bahkan tidak jarang kepala-kepala suku ini
ikut dalam pertarungan kontestasi pileg (pemilu legislatif).
Paparan di atas sesuai dengan teori konflik perspektif Randhal
Collins mengatakan bahwa konflik sama sekali tidak meninggalkan
teori solidaritas, sosial, cita-cita sosial, sentimen sosial, dan perasaan.
Kekuasaan, otoritas atau pengaruh merupakan sifat dari suatu proses
interaksional, bukan merupakan sifat dari kepribadian individu. Hal
465 HM.Yunus Sirhan (ketua IKTD Sumatera Utara), wawncara, 27
September 2017 di Pagaruyung.
214 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
terpenting pada teori Collins adalah konflik tidak menganalisis cita-
cita dan moral sebagai kesucian.466
Kasus-kasus konflik berebut gelar pusaka pada setiap nagari
berbeda-beda latarbelakangnya. Berikut contoh-contoh kasus konflik
berebut gelar sako dan pusako di Kabupaten Tanah Datar :
a. Kasus konflik perebutan gelar pusaka yang terjadi di Nagari
Batu Bulek Kecamatan Lintau Utara. Sebut Pihak pertama
yang sedang memangku gelar pusaka datuk pucuk suku
Kutianyie (Kutianyir). Gelar pusaka yang diperebutkan Datuak
Mustafa.467 Setelah sekian lama gelar ini disandang oleh
pikak pertama, maka pihak kedua sekarang ingin merebut gelar
tersebut. Menurut pihak kedua mereka yang seharusnya paling
berhak menyandang gelar pusaka tersebut, karena menurut
sejarah yang mereka terima dari neneknya, mereka paling
dekat dengan datuk yang menyandang gelar sebelumnya, dulu
ketika datuk yang sebelumnya meninggal, di keluarganya itu
tidak ada yang cerdik dan tidak mampu menyandang gelar
tersebut, maka oleh sebab itu gelar itu diberikan ke laki-laki
yang ada di pihak kemenakan yang sudah agak jauh.
Memuncaknya sengketa ini adalah ketika Datuk Mustafa
meninggal. Pihak 1 dan 2 saling berebut ingin menyandang
gelar pusaka tersebut, ketika pihak satu memutuskan siapa
yang akan menyandang gelar itu, tetapi pihak kedua tidak
menyetujuinya dan begitu juga sebaliknya. Akhirnya sampai
sekarang gelar sako tersebut tidak bisa dikukuhkan oleh KAN
Batu Bulek Nagari Batu Bulek.468
Masalah ini diselesaikan oleh
ninik mamak yang terkumpul dalam KAN (Kerapatan Adat
Nagari). KAN memfasilitasi kedua belah pihak untuk
menyelesaikan sangketa, namun kedua belah pihak tidak ada
466George Ritzer. Sociology; A Multiple Paradigm Science Revised Edition.
(London. Boston. Sydnney, Toronto: 1975), 14. 467Wawancara Akhyar tokoh Agama Nagari Batu Bulek 4 September 2016 di
Lintau Utara. 468 Wawancara Usputra Veferi(anggota KAN Batu Bulek), Sabtu, 3
September 2016 di Jorong Aur duri, Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo
Utara.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 215
yang mau mengalah, maka gelar pusaka Datuk Mustafa
sampai sekarang tidak dipakaikan kepada pihak mana pun dan
baju datuknya digantung (istlahnya fakum) untuk sementara
waktu sampai suatu saat kedua belah pihak telah
bersepakat.469
Untuk menegakkan gelar ini kembali kepada pemangkunya,
maka harus dilakukan Alek batagak gala (pesta peresmian
gelar atau istilahnya melewakan/meresmikan gelar Datuak).
Untuk melewakan gelar ini, perlu dana yang cukup besar, untuk
pesta harus menyembelih seekor kerbau, mengisi amplop untuk
diberikan kepada para penghulu suku dan untuk membayar
hutang ke masjid setiap menggantikan gelar sako (setiap
meresmikan gelar sako harus memberikan sejumlah uang untuk
masjid nagari). 470 Sangketa seperti ini berlanjut sampai
sekarang antara kedua belah pihak. Alur konflik gelar pusaka di
Nagari Batu Bulek Kecamatamn Lintau Utara bisa dilihat pada
bagan 8.
Gelar adat Paduko Kayo dari suku Piliang, sudah sekian lama
gelar sako ini di pangku oleh pihak pertama dan ketika datuk
Paduko meninggal, sewaktu di pemakaman (waktu pemakaman
di Tanah merah) sudah diumumkan kepada khalayak
masyarakat bahwa keponakan yang akan memangku gelar itu
adalah Jalisman. Pakaian datuk sudah langsung diserahkan
kepada kemenaknnya secara simbolis. Ketika Datuk Paduko
meninggal pada tahun 2009 jenazahnya diboyong ke rumah
gadang kaumnya. Di rumah gadang (rumah adat) terlebih
dahulu para ninik mamak memusyawarahkan siapa yang akan
diangkat menjadi datuk sebagai penggantinya, maka hasil
musyawarah diputuskanlah Jalisman (kemenakan dekatnya). Di
pemakaman diumumkanlah bahwa sebagai pengganti atau
penerima tahta gelar Datuak Paduku adalah Jalisman dan baju
kebesaran datuaknya langsung diserahkan pada saat itu
(dipakaikan pakaian kebesaran adat. Ternyata pihak kedua
469 Wawancara Joni Aryuda, Tokoh masyarakat Batu Bulak, 12 Maret 2018. 470 Wawancara Afdirijal Tokoh masyarakat Nagari Batu Bulek Lintau Utara,
14 September 2016 di Lintau Utara.
216 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
ingin pula merebut, karena menurutnya dari tungganai (lain
nenek) dia merasa berhak juga menyandang gelar sako
tersebut. Timbulah konflik di antara kedua tungganai ini.
Pihak kedua melakukan pendekatan kepada para penghulu
kampung supaya ia yang diakui di KAN. Pihak kedua ini
membuat rumah gadang sendiri dan membuat baju kebesaran
sendiri karena di kampung itu ia orang yang terkenal dan kaya.
Pada akhirnya KAN meresmikan atau melantik pihak kedua
yang merebut gelar tersebut.
b. Kasus yang terjadi di Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan
Gelar yang diperebutkan adalah Datuak Marajo dari suku Koto,
gelar sako ini masih memiliki harta pusaka satumpuak
(setumpuk) sawah untuk yang memangku gelar sako Datuak
Marajo. Sejak Datuok Marajo meninggal pada tahun 2000 gelar
sako ini tidak ada yang memangku karena pihak pertama dan
pihak kedua tidak saling sepakat. Pihak kedua tidak setuju
dengan pengangakatan gelar pusaka dipangku pihak pertama
dan begitu sebaliknya pihak pertama tidak mau memberikan
gelar itu kepada pihak kedua, karena mereka tidak bersepakat
di dalam kaumnya. Oleh sebab itu KAN di nagari Parianagan
tidak bisa mengesahkan, sehingga perwakilan suku ini tidak
ada yang mewakili dari kerapatan adat nagari. Sampai sekarang
masalah konflik gelar sako Datuak Marajo tidak bisa di
selesaikan. Konflik seperti ini merugikan kepada suku tersebut
di dalam bernagari, karena tidak ada perwakilannya di
kerapatan adat nagari.471
471 Wawancara Tokoh Adat Pariangan Datuk Siema di Paringan, 20 Maret
2017.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 217
Bagan 8.
Alur Konflik di Nagari Batu Bulek Lintau Buo Utara
Wawancara peneliti dengan pihak pertama bahwa, bagi pihak
kami tidak ada masalah, jika tidak diakui olen KAN dan secara
bernagari dan Datuk kami tidak diikut sertakan dalam rapat
KAN dan nagari. Kami tidak membutuhkan legitimasi dari
para ninik mamak (KAN). Jadi bagi pihak pertama tidak perlu
pengakuan formal dari KAN atau nagari yang penting adalah
anak kemenakannya tetap mengakui sebagai pemimpin
sukunya dan ada para kemenakan (keluarga-keluarga) yang
akan dipimpin oleh datuknya. Sementara pihak yang merebut
disebut pihak kedua hanya memimpin beberapa keluarga saja
walaupun dalam nagari diakui oleh pemerintahan dan KAN.472
Bahkan pihak kedua ini terpilih menjadi ketua KAN di nagari
tersebut.
472 Wawancara Zainal Abidin, Tokoh masyarakat Lintau Buo, 01 Maret 2017
di Kecamatan Lintau Buo.
Gelar sako yang
diperebutkan Datuak
Musthafa Suku
Kutianyie
Memiliki harta
Pusaka tinggi
Mamak
KAN
Pihak II merebut Pihak I mamangku gelar
Mamak Mamak
Mamak
Nenek (penghulu)
218 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Konfik terjadi antara kedua belah pihak dalam interaksi
keseharian baik dalam praktek adat, keagamaan maupun
pemerintahan. Pihak kemenakan473
yang mengakui penghulu
kepada pihak pertama tidak dibolehkan berhubungan secara
adat dengan penghulu pihak kedua. Tidak boleh mengundang
pihak kedua di acara pesta, kematian dan hajatan lainnya dan
sebaliknya jika diundang oleh pihak kedua tidak boleh hadir.
Jika kedapatan melanggar maka kemenakan (anggota suku)
yang melanggar akan dikenakan sangsi bahkan sangsi
terberatnya dikeluarkan dari tungganai tersebut atau tidak
diakui lagi di tungganai itu.474
Alur konflik di Nagari Pariangan
lihat bagan 9.
Bagan 9.
Alur Konflik di Nagari Pariangan, Kecamatan Pariangan
473 Kemenekan adalah keponakan dari seorang penghulu dari adik atau kakak
perempuan. 474 Observasi di Pariangan dan wawancara Datuk Siema di Pariangan, 20
Maret 2017. Terdapat dalam monografi Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar.
Nenek
Harta Pusaka
Mamak
Mamak
Mamak
KAN
Gelar Sako yang
diperebutkan:
Datuok Marajo
(Suku Koto)
Jorong Sikaladi
Nagari
Parianagan
Pihak I sedang
memangku gelar
Pihak II
Merebut gelar
Mamak
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 219
c. Kasus yang terjadi di Nagari Limakaum Kecamatan Limakaum
Kasus perebutan gelar sako dan pusako di Limakaum pada
Suku Patopang pihak pertama dan kedua merasa layak untuk
memangku gelar tersebut, namun tidak bisa diselesaikan oleh
KAN, maka sampai sekarang gelar tersebut diletakkan saja,
tidak bisa dilewakan atau diresmikan karena ada dua pihak
yang bertikai, maka tidak disetujui oleh ninik mamak nagari
(KAN).
Berdasarkan kasus-kasus yang telah dikemukakan dan dari
data-data wawancara secara bebas dari pemuka masyarakat di
nagari-nagari di Kabaupaten Tanah Datar bahwa peneliti
berkesimpulan bahwa hampir di setiap nagari terjadi kasus
konflik berebutan gelar pusaka dan harta pusaka. Pada Era
Reformasi masing-masing anggota suku ingin mempertahankan
identitasnya dan karena semakin berkembangnya anggota-
anggota suku yang memilki keinginan untuk tujuan sesuai
dengan yang telah dijelaskan di atas.
Masyarakat yang terkenal kental keagamaannya dengan
falsafah ABS-SBK, namun dalam hal eksistensi gelar pusaka
masing-masing kelompok ingin mendapatkan dan
mempertahankannya, walaupun akibatnya akan bermusuhan
secara hukum adat sepanjang waktu. Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Jeffrey Hadler bahwa konflik
yang menjadi dinamika perkembangan pemikiran dan gerakan
ke-Islaman di Sumatera Barat, kultur dan budaya muslim
Minangkabau mendorong tingkat agresifitas. Minangkabau
termasuk wilayah yang unik, ditengah kuatnya kultur
keagamaannya, di samping itu juga dapat tumbuh dan
berkembang kultur matrilineal (adat). Kekayaan dinamika
sosial-kultural Minangkabau menjadikan ia salah satu etnis
yang telah memainkan peran dalam proses pembentukan
bangsa.475
475 Jeffrey Hadler, Sengketa Tiada Putus, Muslim and Matriarchs: Cultural
Rasiliens in Indonesia Though Jihad and Colonialism (Cornell University Press, 2008).
220 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Hampir setiap suku yang ada di nagari-nagari di Kabupatean
Tanah Datar terjadi konflik, walaupun dengan latar belakang
yang berbeda. Dari temuan lapangan dewasa ini kecendrungan
masyarakat ingin mengokohkan persatuan suku dan sekaligus
adat istiadatnya. Karena Era Reformasi Periode 2006-2015,
Pemda telah menguatkan eksistensi kepala suku untuk
pembangunan masyarakat. Untuk menerapkan falsafah ABS-
SBK, terlihat dari beberapa Perda yang mengakomodir
kelompok adat, dalam hal ini kepala suku (penghulu) yang
tergabung di dalam lembaga KAN.
Contoh suku-suku yang ada di sebuah nagari Di Tanah Datar ,
dalam hal ini adalah di Nagari Pariangan, Jorong Sikaladi :
Jorong Sikaladi memiliki tiga persukuan, dengan enam suku
serta 15 penghulu ( niniak mamak ) yaitu :
1) Persukuan Koto, yang dikepalai oleh pangulu pucuak
(Penghulu paling atas) Datuak Marajo Persukuan Koto ini
terdiri dari 3 suku, yaitu :
(1) Suku Koto, dengan 4 payung (datuak), yaitu : Payung
Datuak Marajo, Payung Datuak Siama, Payung Datuak
Majo Basa, Payung Datuak Bunsu.
(2) Suku Koto Malayu, dikepalai oleh Datuak Malano Basa
(3) Suku Koto Pisang, dikepalai oleh Datuak Gara
2) Persukuan Dalimo, yang dikepalai oleh pangulu pucuk
Datuak Barbanso
Persukuan Dalimo ini terdiri dari 2 suku, yaitu :
(1) Suku Dalimo Singkek, dengan 4 payuang (datuak), yaitu:
Payung Datuak Barbanso, Payung Datuak Gadang,
Payung Datuak Sudano, Payung Datuak Rangkayo
Batuah.
(2) Suku Dalimo Panjang, dengan 3 payung (datuak), yaitu :
Payung Datuak Intan Sati, Payung Datuak Panduko
Rajo, Payung Datuak Panduko Sibarajo.
(3) Persukan Sikumbang, yang dikepalai oleh Datuak
Tambijo
Persukuan ini terdiri dari 2 payung (datuak), yaitu :
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 221
a. Payung Datuak Tambijo
b. Payung Datuak Indo Marajo476
Nagari Pariangan Jorong Sikaladi memiliki aturan-aturan dan
sangsi adat yang diberlakukan di Nagari tersebut. Beberapa
kesepakatan adat yang dirumuskan oleh para penghulu kepala-kepala
suku di Jorong Sikaladi yang berlaku sampai saat ini adalah :
a. Tidak boleh menikah se-suku;
Di persukuan Koto antara suku Koto, Koto Melayu dan Koto
Pisang boleh menikah, demikian juga dalam persukuan Dalimo
(Dalimo panjang dengan Dalimo singkek/pendek), tetapi antara
payung Datuak Marajo dengan payuang Datuak Siama/Datuak
Majo Basa/ Datuak Bunsu tidak boleh menikah, karena ini
dinamakan se-suku;
b. Tidak boleh memadu dua wanita yang se-suku
c. Tidak diizinkan bagi seorang perempuan untuk menikah
dengan suami dari perempuan lain yang se-suku (walaupun
sudah diizinkan oleh istri pertamanya);
d. Tidak boleh menikah tanpa sepengetahuan niniak mamak
(kawin lari), jika terjadi pelanggaran aturan adat atau norma
agama (zina), maka diberlakukan sanksi adat, berupa; dibuang
dari kampuang, untuk yang kawin se-suku, dikucilkan dari
masyarakat untuk yang kawin lari, menjemput suami dari
wanita yang nan sasuku, berzina. Sanksi ini dapat dicabut jika
sudah ada penyelesaian, berupa pengakuan kesalahan kepada
mamak.
Konflik kadangkala dapat diselesaikan secara adat dan ada
yang harus diselesaikan melalui jalur hukum perdata atau pidana yang
berlaku di NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan tidak
jarang konflik ini tidak bisa diselesaikan sama sekali. Sehingga satu
suku itu tidak saling mengunjungi dalam perhelatan dalam ritual-
ritual adat yang dilakukan atau yang diselenggaran oleh kedua belah
476 Wawancara Muslim (tokoh masyarakat), 30 Juni 2017, jam 19.00 WIB di
Lintau Buo.
222 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
pihak. Namun dalam hal hubungan interaksi keagamaan atau ritual
ibadah dan urusan-urusan yang terkait dengan pemerintahan tetap
terjadi interaksi yang harmonis.
B. Kasus dan Pola Akomodasi Antara Adat dan Agama Dalam
Kehidupan Tradisional
Bentuk akomodasi adat dan agama dalam pembahasan ini
pertama dilihat dari adaptasi dalam ritual pernikahan. Dalam ritual
pernikahan langkah-langkahnya adalah penentuan jodoh, timbang
tando atau bertunangan, prosesi pernikahan dan perhelatan. Dominasi
nilai-nilai adat dalam ritual adat dan dominasi nilai-nilai agama
dalam ritual agama, kontekstual adat dan agama serta dukungan
pemerintah dalam melestarikan keduanya diuraikan dalam pasal ini.
1. Adaptasi dalam Ritual-Ritual Masyarakat
a. Ritual Pernikahan
1) Penentuan Jodoh
Proses adat sebelum upacara pernikahan di Nagari
Pariangan Kabupaten Tanah Datar, yaitu: Pertama, orang-
orang yang bertanggung jawab terhadap kedua calon
mempelai yang terdiri dari; Ayah (Sumando), pihak mamak
bermusyawarah. Jika ide ini datangnya dari pihak mamak,
maka mamak bertanya kepada sumando477 tentang kondisi
kemenakannya dan sebaliknya pihak sumando akan
menemui mamak menyampaikan tentang kesiapan anaknya
berumah tangga, langkah pihak mamak dan sumando akan
berunding(bermusyawarah) untuk memperkirakan siapa
yang mungkin untuk menjadi menantunya. Kriteria-kriteria
pemilihan calon menantu sebagai berikut:478
1) Bibit,
mengkaji bagaimana keadaan keturunan calon, 2) Bobot,
meninjau kepribadian calon, 3) Bebet, intelektual dan
material.
477 Pengertian sumando adalah Menantu laki-laki-dari anak perempuan atau
suami dari keponakan perempuan. 478 Observasi di Pariangan dan wawancara Datuk Siema di Pariangan, 20
Maret 2017. Terdapat dalam Monografi Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar .
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 223
Kedua, jika sudah ditentukan kriteria tersebut dan sesuai
dalam diskusi, selanjutnya mamak mendapat tugas untuk
mewakili keluarga besar untuk menyampaikan maksudnya
kepada calon yang dipilih, setelah ada balasan positif dari
orang yang dituju, maka pihak keluarga batih (ibu, anak
dan mamak ) membawa hidangan berupa silamak kunyik
(nasi kuning), pakai pisang emas, maknanya : Silamak
kunyik melambangkan kedamaian dan kebesaran, sedangkan
pisang emas melambangkan kesejahteraan, diniatkan
pasangan ini kelak menjadi keluarga besar dan sejahtera.
2) Timbang Tando atau Bertunangan
Pertama; pemberitahuan pada keluarga dekat oleh ayah
kepada saudara dekatnya (bako), ibu kepada saudara
dekatnya perempuan (sepayuang, bako, sumandan, saudara
sedarah), mamak kepada urang sumando nan sepayuang dan
tuangku (malin) dalam suku. Calon mempelai laki-laki
kepada seluruh mamak dalam suku, bako, saudara sedarah,
kawan- kawan, penguhulu, alim ulama, cerdik pandai, tokoh
masyarakat (kegiatan ini disebut manyiriah). Bagi yang
patut disiriah (yang diberikan sirih yang patut diundang)
tetapi tidak didatangi maka orang tersebut tidak akan hadir
pada hari baralek (pesta) nanti.
Kedua; Mangadu (memberi tahu) dengan menjinjing tempat
sirih Mangadu dengan kampia siriah (tempat sirih)
merupakan kelanjutan pemberitahuan pada seluruh lapisan
masyarakat. Mangadu dilakukan oleh seorang perempuan
dewasa, sudah menikah, yang berasal dari payuang datuak
(rumpun datuk) lain dalam suku dan boleh juga yang
sepayuang yang sudah ditetapkan oleh Bundo Kanduang
dalam kaum tersebut. Orang mangadu dengan cara
menjinjing kampia siriah (tempat sirih) dan di atas
kepalanya diletakkan kain panjang balipek (dilipat) dan
mendatangi rumah-rumah mamak, niniak mamak, tungkatan
niniak mamak dan keluarga pihak ayah serta saudara
sedarah.
224 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Ketiga; Pelaksanaan Batando479
Batando dilakukan setelah mangadu480, biasanya sehari sesudah
mangadu, orang yang maantaan tando (mengantar tanda) adalah
Bundo Kanduang dari pihak perempuan yang sesuku ke rumah calon
mempelai laki-laki dengan membawa kampia siriah dan kain tando
yang digendong dengan kain panjang. Kain tando adalah kain balapak
(kain adat) yang ada pada setiap kaum. Di rumah mempelai laki-laki
dilakukan kegiatan menanti tando dengan hidangan makanan oleh
bundo- bundo (ibu-ibu saparuik, sapayuang, sasuku,481
bako (keluarga
pihak ayah), sumandan (besan) dan saudara sedarah. Setelah makan
(biasanya sekitar jam 10 pagi) dilakukan batuka tando (saling tukar
tanda) dengan cara disiapkan carano (tempat sirih) yang berisi sirih
dan pinang, salah seorang bundo dari tuan rumah (sesuku) duduk
berhadapan dengan bundo yang membawa tando (tando), di antara
kedua bundo diletakkan carano (tempat sirih). Kedua bundo sama-
sama memegang kain tando di atas pelukannya dan keduanya
serentak memegang kain tando di atas carano dengan cara kain tando
laki-laki di atas dan kain tando perempuan di bawah, sementara itu
keduanya bergantian atau bersama-sama mengucapkan dua kalimah
syahadat, salawat nabi, doa, pepatah yang isinya hubungan kedua
calon hidup rukun, damai, sejahtera, panjang umur, murah rezki
sampai akhir hayat. Setelah itu menukar kain tando (tanda) dan
langsung didukung kembali (bundo dari perempuan) dan oleh bundo
tuan rumah menyerahkan kepada keluarga untuk disimpan ditempat
479Batando adalah bertunanagan yang mana kedua pihak mempelai saling
memberikan tanda berupa benda sebagai ikatan untuk melangsungkan pernikahan.
Tanda ini berbeda-beda pada setiap daerah, ada yang berupa cicin emas, cincin
khusus yang disepakati bundo kanduang setempat. 480Mengadu (pemberitahuan) yaitu memberitahukan kepada keluarga atau
family bahwasanya akan dilaksanakan pernikahan dan perhelatan anak
kemenakannya. 481Saparuik (satu perut), sapayuang (satu payung), sasuku (satu suku) adalah
kelompok matrilinial dalam nagari. Arti saparuik adalah merujuk kepada kelompok
penduduk yang bertalian darah (blood related) yang biasanya tinggal dalam satu
rumah; sapayuang merujuk kepada kelompok rumah tangga yang bertalian
pertetanggaan di bawah pengawasan penghulu; dan sasuku merujuk kepada related lineage yang sama-sama memiliki nenek moyang adat yang tidak diketahui pasti.
Lihat Tsuyosi Kato, Matriliny and Migration: Evolving Minangkabau Tradition in Indonesia, (NY: Ithaca, 1982), 11.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 225
yang aman. Bundo yang mengantar tando kembali ke rumah calon
mempelai perempuan dan menyerakhan kain tando kepada keluarga
untuk disimpan. Jika Allah berkehendak lain, perkawinan tidak bisa
dilangsungkan, maka cara pembatalan adalah dengan mengembalikan
kain tando ini, tetapi jika perkawinan berlangsung maka kain ini
ditukarkan kembali pada saat baralek (pesta walimahan).482
Paparan di atas merupakan acara pertunangan yang melibatkan
keluarga klein atau suku keduanya. Dalam acara itu dilakukan pesta
pertukaran tanda masing- masing. Pihak perempuan memberikan
keris kepada pihak laki-laki, dan pihak laki-laki memberikan cicin
kepada pihak perempuan. Cincin dipasangkan dijari perempuan yang
maknanya sudah terjadi ikatan antara dua keluarga dan sebagai
tanda sosialisasi kepada khalayak ramai, dalam acara ini mereka juga
merundingkan kapan mengadakan akad nikah dan resepsi kenduri.
Akad nikah itu merupakan amalan menjalankan syariat Islam dengan
pemberian ikatan yang agung. Resepsi pernikahan merupakan sarana
sosialisasi kepada khalayak ramai bahwa kedua pasangan ini sudah
sah sebagai suami istri.483
Setelah acara pesta penganten selesai pasangan akan manjalang
(bersilahturahmi), mengunjungi anggota keluarga besar masing-
masing kedua belah pihak. Pihak orang-orang yang dikunjungi itu
adalah Penghulu, Mamak, sumando -sumando, perangkat adat
masing-masing klein. Peralatan yang dibawa berupa suguhan yang
terdiri dari berbagai macam kue dan lauk-pauk. Orang yang
dikunjungi melepas kepergian menantunya dengan memberikan
ampau484
. Makna dari kegiatan itu memperkenalkan pasangan
masing-masing kepada kaum kerabatannya masing-masing.
482 Pengamatan langsung acara batando di Nagari Pariangan Jorong Sikaladi,
dan Rifka Yarni (bundo kanduang), Wawancara, 10 januari 2017 jam.10.00 di
Pariangan dan pengamatan lansung. Pengamatan langsung di Jorong Sikaladi, Nagari
Pariangan pada kegiatan seremonial adat. 483 Observasi dan wawancara Rifka Yarni (bundo kanduang), Wawancara, 10
januari 2017 jam.10.00 di Pariangan dan pengamatan lansung. Pengamatan
Langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada kegiatan seremonial adat. 484 Ampau tidak selalu uang, biasanya pakaian atau alat rumah tangga yang
lainnya.
226 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Adaptasi antara nilai adat dan agama sudah berlangsung sejak
awal masuknya Islam ke Sumatera Barat, adaptasi dalam seremonial
adat dan ritual agama terus berlangsung, keduanya saling
menyesuaikan dan mempertahanakan. Namun masih ada kebiasaan
yang di luar konteks Islam masih berlangsung sampai sekarang,
contohnya membakar dan mengasap kemenyan dalam berdoa,
menurut keyakinan masyarakat dengan berbaun asap kemenyan para
malaikat akan hadir ditengah-tengah perkumpulan untuk
mendengarkan doa mereka. Contoh lain dalam pesta pernikahan
meletakkan sesajen di atas tempat tidur penganten dengan keyakinan
penganten akan terhindar dari gangguan-ganguan orang yang berniat
tidak baik.485
b. Prosesi Kelahiran
Setelah lima bulan perkawinan mertua menanyakan keadaan
menantu apakah sudah hamil atau belum. Apabila sudah ada jawaban
positif, mertua sudah bisa menghitung bulan kelahiran bayi, lalu
mertua selalu menyuguhi menantunya gulai manih jantung pisang
dalam upaya perawatan kandungan sampai si bayi lahir. Maknanya
agar si ibu sehat dan memberikan keturunan yang baik.
Setelah tujuh hari kelahiran anak, dilakukan prosesi turun
mandi486
, mendoa maknanya memberitahu kepada orang banyak
bahwa sudah bertambah satu lagi anak kemenakan. Ketika
pemotongan rambut si anak sekaligus para besan diskusi untuk
pemberian nama anak. Setelah umur anak tiga bulan pihak bako
(keluarga dari pihak ayah) mengadakan kenduri (mendo`a kecil) dalam
upaya menjemput si anak atau “anak pisang”. Maknanya sebagai
pengakuan di pihak bako (keluarga dari pihak ayah si anak) bahwa
anak yang dilahirkan itu benar-benar bagian dari keluarga mereka.
485 Wawancara Rifka Yarni (bundo kanduang), 10 januari 2017 jam.10.00 di
Pariangan dan pengamatan lansung. Pengamatan Langsung di Jorong Sikaladi,
Nagari Pariangan pada kegiatan seremonial adat. 486Turun mandi adalah membawa bayi mandi ke tepian (tempatpemandian
umum), tetapi sekarang si bayi hanya dimandikan di rumah saja.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 227
Pihak bako menjemput “anak pisang” dengan membawakan bawaan
dengan binatang-binatang seperti ayam, kambing, dan kerbau.487
Tradisi memberikan bawaan hewan peliharaan di sebagian
daerah tidak ada lagi, namun disebagian daerah masih sangat kental
seperti di Nagari Pariangan. Pada masa sekarang kebanyakan hanya
membawakan ayam 1 ekor dan biasanya pada kelahiran anak pertama
saja. Tujuan tradisi ini adalah untuk mempererat hubungan
kekerabatan antara anak dengan bako (keluarga ayah).
Adat turun mandi ini bukan hanya di laksanakan oleh
masyarakat biasa tetapi juga dilestarikan oleh keluarga-keluarga
pejabat daerah. Seperti Bupati Tanah Datar ketika cucu pertamanya
lahir, dilaksanakan prosesi adat turun mandi secara adat yang
menjadi panitianya adalah para Bundo Kanduang Kabupaten Tanah
Datar. Menurut Bupati dalam acara sambutannya, bahwa tradisi ini
perlu dilestarikan, karena dalam prosesi ini banyak manfaatnya dan
terkandung banyak hikmah nilai adat dan agama Islam. Dalam
pengamatan peneliti dalam ritual tersebut masih dilakukan
pembakaran kemenyan dan mengasap sang bayi dan kedua orang tua
si bayi.488
c. Prosesi Kematian
Kaba baiek baimbauan, kaba buruak bahamburan: artinya jika
ada kabar baik atau sesuatu keberuntungan maka diberitahukan
kepada orang lain, sedangkan dalam hal terjadi kabar buruk atau
kemalangan, orang lain akan berdatangan secara spontan, tanpa
dihimbau berita kematian tersiar segera, penduduk kampung segera
berdatangan.489
Pihak keluarga yang ditinggalkan memberitahukan
kepada mamak rumah bahwa seseorang telah berpulang ke
Rahmatullah. Dari sini mulainya tanggung jawab mamak rumah
487 Sekretaris nagari, Monografi Adat dan Buadaya Pariangan (Tanah Datar:
Arsip Nagari, 2015). Observasi dan wawancara pada Rifka Yarni (bundo kanduang),
10 januari 2017 jam.10.00 di Pariangan. Pengamatan Langsung di Jorong Sikaladi,
Nagari Pariangan pada kegiatan seremonial adat. 488 Pengamatan lansung dan mendengarkan sambutan Bupati, ketua MUI dan
ketua LKAAM pada acara tersebut pada tanggal 20 juni 2016 di Batusangkar. 489 Pengamatan Langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada kegiatan
seremonial adat.
228 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
untuk memberitahukan kepada pihak-pihak yang terkait, terutama
sekali bako dan penghulu almarhum. Pihak-pihak mamak di rumah
almarhum bertugas menerima kunjungan-kunjungan para pelayat. Di
atas rumah para pihak mamak rumah dan pihak bako almarhum
memusyawarahkan posisi atau lokasi pemakaman almarhum. Ninik
mamak dan kaum kerabat orang yang meninggal segera melakukan
musyawarah untuk menyelenggarakan mayat. Setiap pesukuan atau
kaum memiliki pandam pekuburan.490
Setelah mendapatkan
kesepakatan maka penggalian tanah kuburan dipimpin oleh ulama
kaum (malin, labai, pakiah)491
. Segala acara-acara yang berbentuk
agama dipimpin oleh ulama kaum.492
Memandikan mayat (orang yang meninggal) dipimpin oleh
ulama kaum sampai kepada pengkafanan, menjelang mayat diangkat
dengan keranda wakil dari ahli waris atau penghulu dan orang yang
dipercayai lainnya meminta kerelaan dan maaf kepada hadirin atas
segala kesalahan dan jika ada hutang-hutang simayat. Ketika
pengafanan mayat, pihak bako yang memberi kain kafan untuk
simayat. Di saat penimbunan tanah berlangsung, sebagian hadirin
melakukan tahlilan yang dipimpin oleh ulama kaum. Dalam upacara
tersebut salah seorang ahli waris menyampaikan kepada hadirin,
antara lain :1) permohonan maaf atas segala kesalahan almarhum/ah,
2) jika ada utang piutang yang bersangkutan selama hidup, maka
pihak ahli waris akan menyelesaikannya, 3) berdoa.493
Setelah mayat satu hari dimakamkan, tiga malam berturut-
turut dilakukan tahlilan dirumah simayat. Hari ke tujuh diadakan doa
490 Wawancara Rifka Yarni (bundo kanduang), 10 januari 2017, jam 10.00
WIB di Pariangan. Pengamatan langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada
kegiatan seremonial adat. 491 Malin, Labai, Pakiah adalah orang-orang yang mengetahui tentang agama
Islam dan menjalankan nilai-nilai agama yang berfungsi sebagai tempat bertanya
tentang agama di dalam sukunya. 492 Wawancara Saidani, tokoh masyarakat nagari Pariangan, 10 Januari 2018
di Batusangkar. 493 Mohon doa yang dimaksud acara ditutup dengan memohon doa kepada
Allah SWT supaya simayat diampuni dosanya dan dilapangkan kuburnya dan orang
yang ditinggalkan bersabar dan merelakan.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 229
selamatan (menujuah hari)494, juga berdoa di empat puluh hari
simayat setelah dikuburkan dan seratus hari mayat setelah
dikuburkan, pada hari keseratus dilakukan batagak batu 495
, semenjak
satu hari simayat dikuburkan sampai hari keseratus pihak keluarga
dikunjungi ulama yang ditunjuk untuk memimpin doa bagi
kesalamatan simayat. Pada hari keseratus tuangku (tukang berdoa)
tadi akan diberi oleh pihak keluarga mayat cindera mata berupa
kasur, payung, piring, rantangan yang berisi makanan.496
d. Makanan dan pakaian Adat
Makanan adat berupa talam nan ampek497, siwajik (beras pulut
yang dimasak dengan gula aren), sikunyik (beras pulut yang dimasak
dengan kunyit warnanya kuning), silamak (nasi pulut putih), galamai,
jamuan yang wajib ada dalam upacara baralek (pesta).498
Menurut falsafah orang Minangkabau pakaian fungsinya bukan
hanya untuk melindungi tubuh dari cuaca panas dan dingin, untuk
keindahan, untuk kecantikan, pakaian juga sangat berfungsi untuk
menutup aurat, baik bagi laki-laki maupun bagi perempuan sebab di
dalam adat dikatakan syarak mangato adat mamakai artinya yang
dikatakan oleh agama selalu sejalan. Pakaian dapat mencerminkan
sopan santun si pemakainya seperti adat mangatakan rancak rupo
dapek di liek, elok bunyi karano didanga artinya bagus kalau dilihat,
indah kalau dipandang. Oleh karena itu, berpakaian itu harus selalu
serasi, tidak mencolok dan tidak membuka aurat.499
494 Dalam acara manujuah hari ini acaranya membaca ayat al-Quran yang
telah ditentukan biasanya ayat-ayat pendek Juz Amma, acara seperti ini berlanjut
sampai minggu ketiga ( 3 x7 = 21). 495 Menyusun batu di pinggiran kuburan si mayat 496 Wawancara Rifka Yarni (bundo kanduang), 10 januari 2017, jam 10.00
WIB di Pariangan. Pengamatan langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada
kegiatan seremonial adat. 497 Talam nan ampek adalah makanan yang harus ada dalam pesta perkawinan
yang sudah menjadi tradisi dari nenek moyang masyarakat Tanah Datar. 498 Wawancara Akhyar (kaur kesra), 29 Agustus 2016, Batubulek Lintau Buo
Utara. 499 Pengamatan langsug acara seremonial adat di istana Pagaruyung.
Wawancara Nofri Aides(Bundo Kanduang Limakaum), 29 Juni 2017, jam 10.00 WIB
di Batusangkar.
230 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Berpakaian menurut kebiasaan orang Tanah Datar, jika ke
pasar pakailah pakaian ke pasar, pergi melayat juga disesuaikan,
pakaian kenduri begitu juga, jangan memakai pakaian kenduri ke
sekolah, secara umum pakaian itu ada dua jenis; 1) Pakaian sehari-
hari, yaitu pakaian yang digunakan sehari-hari oleh penduduknya; 2)
Pakaian adat, yaitu pakaian yang dipakai pada upacara-upacara adat.
Nabi bersabda dalam hadis yang artinya, Allah mengutuk laki-laki
yang berpakaian seperti wanita dan wanita berpakaian seperti laki-
laki. Di Tanah Datar berpakian sangat banyak makna dan
kegunaannya tidak hanya untuk melindungi tubuh dari cuaca dan
sekedar menutup aurat, tapi pakaian juga bisa melambangkan
kedudukan sosial seseorang dan juga mencerminkan sikap sopan
santun pemakainya. Cara berpakaian laki-laki dapat dibedakan sesuai
peruntukannya antara lain sebagai berikut: Pakaian untuk penghulu
dan pemanggku adat, pakaian pesta, pakaian anak muda, pakaian
anak-anak.500
Pakaian penghulu dan pemangku adat biasanya dipakai pada
acara-acara adat dan acara kebesaran lainnya. Pakaian adat untuk
laki-laki biasa perlengkapannya tidak sebanyak pakaian penghulu.
Pakaian pesta biasanya digunakan untuk acara-acara pesta dan
kegiatan lain sehingga kita dapat membedakan antara pakaian harian
di rumah dengan pakaian pesta.
Pakaian sehari-hari anak muda terdiri dari baju gunting cina,
celana panjang dari kain batik dan di bahunya tersandang kain sarung
bermotif halus biasanya disebut sarung bugih. Kepala ditutup dengan
peci yang terbuat dari beludru yang disebut kopiah ( peci tutup
kepala laki-laki). Anak-anak juga mempunyai cara berpakaian
tersendiri yang disesuaikan dengan adat istiadat daerah masing-
masing seperti acara khatam al-Quran, aqiqah dan khitanan.501
Model
500 W.S. Hasanuddin, "Kearifan Lokal dalam Tradisi Lisan Kepercayaan
Rakyat Ungkapan Larangan tentang Kehamilan, Masa Bayi, dan Kanak-kanak
Masyarakat Minangkabau Wilayah Adat Luhak Nan Tigo." Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Vol. 1, No. 2 (2015): 198-204.
501Wawancara Rifka Yarni (bundo kanduang), 10 januari 2017, jam 10.00
WIB di Pariangan. Pengamatan langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada
kegiatan seremonial adat.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 231
berpakaian yang baik bagi perempuan di Minang disebut Bundo
Kanduang, yang dimaksud perempuan menurut adat Minangkabau
adalah wanita, baik gadis atau telah menjadi ibu yang senantiasa
mempunyai sifat terpuji menurut adat. Oleh karena itu, dalam
berpakaian, perempuan hendaklah memperhatikan cara-cara
berpakaian, jangan sampai terjadi sumbang (tidak pantas atau tidak
sesuai dengan kondisi) pakaian. Sumbang pakaian bagi seorang
perempuan adalah; berpakaian seperti laki-laki kecuali ada sesuatu
hal yang sangat penting perlu berpakaian demikian, memperlihatkan
aurat, berpakaian ketat dan lain-lain.502
Pakaian adat wanita disebut juga pakaian Bundo Kanduang.
Perlengkapan adalah tangkuluak tanduak (selendang yang dipasang di
kepala seperti tanduk kerbau) penutup kepala.Tangkuluak terbuat
dari kain balapak hasil tenunan. Bentuk tangkuluak mirip dengan
gonjong rumah Gadang, baju kurung terbuat dari beludru. Kain
sarung songket pada bagian bawahnya, salempang yang dipasang dari
bahu ke pinggang yang melintang pada badan, gelang, dan kalung.
Pakaian sehari-hari wanita Minangkabau adalah baju kurung,
memakai tutup kepala (tangkuluak biasa), memakai kain dari kain
panjang. Dari dahulu pakaian yang dikenakan sesuai dengan tuntutan
adat, namun sekarang seiring dengan waktu maka tangkuluak
tanduak (selendang yang dipasang di kepala seperti tanduk kerbau)
dan kain panjang sudah lazim diganti dengan jilbab dan kain sarung.
Menurut pendapat beberapa ulama di Tanah Datar, model pakaian
adat resmi perempuan di Tanah Datar tidak ada yang bertentangan
dengan apa yang di syariatkan oleh Islam. Dari dulu sampai sekarang
orang Tanah Datar pada acara seremonial adat dan agama memakai
baju kurung. Era Reformasi ini mempopulerkan baju kurung basiba
seperti baju kurung Malaysia yang longgar.503
501Pengamatan langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada kegiatan
seremonial adat. 502Wawancara Nofri Aides (bundo kanduang Limakaum), 29 Juni 2017, jam
10.00 WIB di Batusangkar. 503Wawancara Rifka Yarni (Bundo Kanduang), 10 januari 2017, jam 10.00
WIB di Pariangan. Pengamatan langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada
kegiatan seremonial adat.
232 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Dari paparan di atas terlihat akomodasi nilai-nilai agama dalam
adat istiadat masyarakat Tanah Datar dan sebaliknya dalam acara
seremonial agama juga terakomodir nilai-nilai adat setempat.
Walaupun masing-masing daerah memiliki perbedaan menurut
masyarakat adat dan agama tidak saling bertentangan, akan tetapi
saling melengkapi untuk kebersamaan. Masing-masing ritual ada
hikmahnya untuk kehidupan dan bermanfaat untuk keberlangsungan
dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Teori ini seperti
yang dikemukakan oleh Peter L. Berger bahwa dalam perspektif
sosiologis, antara agama dan kebudayaan telah terjadi dialektika
fundamental yang terdiri dari tiga momentum yaitu: eksternalisasi,
objektifikasi dan internalisasi.504
Ketika agama berhadapan dengan
budaya lokal, agama akan senantiasa dianggap sebagai bagian
penting dalam budaya tersebut. Proses ini dikenal dengan
eksternalisasi dikarenakan agama mengalami sosialisasi yang tidak
sempurna secara bersama-sama dalam realitas baru.505
Kemudian,
dalam perkembangannya dilakukan pemaknaan baru terhadap sistim
nilai suatu masyarakat dengan meminjam simbol-simbol budaya yang
telah tersedia.
Hal ini sudah berlangsung pada Orde Lama dan sebelumnya,
namun di Era Reformasi terjadi perubahan-perubahan dalam
pelakanaan prosesi. Tradisi tidak ada dalilnya dalam al-Quran dan
Hadis, tradisi tersebut tidak ada larangan dan suruhan dalam agama,
namun ketika tradisi tersebut tidak bertentangan dengan syariat
Islam, maka tidak ada permasalahan. Bahkan tradisi tersebut sangat
bermanfaat, contohnya bagi keluarga ada kematian yang sedang
berduka cita kemudian adanya kebiasan membaca al-Quran pada hari
ketujuh sampai hari ke 100, akan menghibur hati keluarga duka.506
Dalam pelaksanaan ritual-ritual di atas dari Orde Baru ke
Reformasi terjadi perubahan-perubahan, misalnya dalam prosesi
pernikahan sudah dipersingkat proses ritualnya. Perubahan ini bukan
504Peter L. Berger, Invitation to sociology: A humanistic perspective. Open
Road Media, 2011. Accessed, 22 Desember 2017. 505Peter L Berger, "Reflections on The Sociology of Religion Today",
Sociology of Religion, Vol. 62, No. 4 (2001): 443-454. 506Wawancara Syukri Iska (ketua MUI Tanah Datar), 4 April 2016, Jam:
16.00 WIB, di Batusangkar .
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 233
karena perubahan Orde Reformasi saja tetapi perubahan terjadi
karena modernisasi, masyarakat modern sudah mempertimbangkan
efisiensi waktu, namun dalam ritual tertentu tidak bisa dipersingkat.
Misalnya manjalang mamak selama 15 hari dipersingkat menjadi 2
hari yang penting terjalani semuanya.
2. Dominasi
Dalam seremonial agama sering didomonasi nilai agama dari
pada nilai adatnya kadangkala seremonial didominasi adatnya dan
sebaliknya seremonial adat didominasi adatnya tetapi tidak
didominasi oleh agamanya. Seperti upacara atau seremonial agama
di bawah ini:
a. Upacara yang berhubungan dengan agama
Upacara yang berghubungan dengan agama; 1) Akikah;
mengakikahkan seorang anak yang baru dilahirkan merupakan ajaran
agama Islam; 2) Sunat Rasul; adalah bila seorang anak laki-laki telah
berumur lebih kurang 10 tahun, orang tuanya akan mengadakan
upacara sunat rasul (khitan). 3) Perayaan hari-hari besar agama
dilakukan kebiasaan “jalang manjalang” “maanta lamang” “maanta
pabukoan” (kebiasaan kunjung mengunjungi, antar mengantar
makanan untuk berbuka puasa) pada saat suasana bulan ramadhan. 4)
Mengaji di Surau dan Masjid.507
b. Upacara Budaya
Upacara budaya banyak jenis di masyarakat Tanah Datar,
hampir setiap momen penting dalam kehidupan memiliki ritual
agama dan dan seremonial adat. Di anataranya, 1) Upacara Turun
Mandi; upacara turun mandi ini dimaksudkan untuk menghormati
keturunan yang baru lahir dan berbagi kebahagiaan dengan
masyarakat bahwa di kaum tersebut telah lahir keturunan baru. Di
samping itu, memperkenalkan anak kepada orang banyak, bahwa
sudah bertambah lagi satu orang anggota keluarga dan kemenakan
suatu kaum yang akan mengisi ranji kaum itu. Jika jenis kelaminnya
laki-laki tentu dia akan menjadi salah satu mamak (pemimpin) di
507 Wawancara Inayah (bundo kanduang Sikaladi), 10 Mei 2017, jam. 13.00
WIB.
234 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
kaum itu. Jika jenis kelaminnya perempuan maka akan jadi Bundo
Kanduang pewaris harta pusaka tinggi, akan menjadi pelanjut
keturunan kaumnya di masa yang akan datang. Menurut agama
seremonial turun mandi tidak ada sunnahnya, tapi banyak
hikmahnya.
Upacara turun mandi dilaksanakan di rumah orang tua si anak
saat anak tersebut berumur tiga bulan. Di sini si anak dimandikan
oleh bako (pihak keluarga ayah), selain itu juga ada perjamuan.508
2)
Upacara Sunat Rasul; sunat Rasul juga merupakan syariat Islam,
tanda pendewasaan bagi seorang anak. Upacara biasanya
diselenggarakan waktu si anak berumur 8-12 tahun, bertempat di
rumah ibu si anak atau rumah keluarga terdekat ibu si anak. Acara
dimulai dengan pembukaan, lalu si anak disunat, selanjutnya doa.509
3) Upacara mengangkat Penghulu; hari pertama, disebut “batagak
gala” (mendirikan penghulu), yaitu upacara peresmian. Upacara
berlangsung di rumah gadang, dihadiri oleh “urang nan ampek
jinih”,(orang yang empat jenis)510
serta pemuka masyarakat.
Penghulu yang sesuku atau sekaum dengan calon penghulu
menyampaikan pidato penobatan. Isinya, meminta agar penghulu
baru yang diangkat itu dibawo sahilie samudiak511 di dalam nagari.
Kemudian penghulu tertua di dalam pesukuan itu memasangkan
saluak (deta) di atas kepala penghulu yang dinobatkan dan
menyisipkan sebilah keris di pinggangnya. Akhirnya diucapkan
sumpah sakti, jika ia menyimpang dari tugasnya akan ada akibatnya,
sumpah tersebut berbunyi “dimakan biso kawi, di ateh indak
bapucuak, di bawah indak baurek, di tangah digariak kumbang”. (jika
dimakan berbisa yang mematikan, tidak bisa mengelak dari
508 Wawancara Rifka Yarni (bundo kanduang), 10 januari 2017, jam 10.00
WIB di Pariangan. Pengamatan langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada
kegiatan seremonial adat. 509 Wawancara Zainal Abidin (Tokoh masyarakat ), 4 Maret 2017 di Linntau
Buo. 510 Nan Ampek Jinih, (orang yang empat jenis) adalah penghulu, manti,malin
dubalang. 511 Dibawo Sahilie Samudiak adalah dilibatkan atau diikut sertakan dalam
kegiatan dan urusan-urusan kampung seperti dalam musyawarah kampung untuk
kemajuan kampung dan masalah-maslah yang terjadi di nagari tersebut.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 235
celaka).512
Selesai pengucapan sumpah, dibacakan doa selamat.
Kepada hadirin dipersilahkan menyantap jamuan yang hidangkan.513
Hari kedua merupakan hari perjamuan. Semua anak nagari, undangan
dan orang-orang terpandang dalam nagari dijamu makan dan minum.
Acara hari kedua ini dimeriahkan dengan kesenian anak nagari.
Selain upacara-upacara adat di atas, pemerintah dan
masyarakat biasa juga melaksanakan pagelaran budaya yang
dirangkaikan dengan upacara budaya, seperti pelaksanaan
Pagaruyung Walk Heritage (PWH) diselenggarakan oleh Dinas
Pariwisata Kabupaten Tanah Datar guna mempromosikan potensi
wisata, budaya, religi, sekaligus meningkatkan perekonomian
masyarakat dengan menjual makanan (kuliner) dan cenderamata.
Kegiatan ini rencananya diselenggarakan setiap tahun.514
Kegiatan PWH ini dilaksanakan dengan menempuh jarak
sekitar 12 km dengan melewati beberapa pos situs cagar budaya. Di
antaranya Situs Benteng Van Der Capellen, Situs Batu Basurek, Situs
Ustano Rajo Alam Pagaruyung, Istano Basa Pagruyung dan Prasasti
Banda Bapahek. Selain diikuti oleh peserta lokal, juga turut
mengundang wisatawan dari mancanegara, di antaranya Malaysia,
Singapura, Thailand dan Vietnam. Peserta yang ikut mulai dari
tingkat SLTA dan umum. Kegiatan ini diharapkan menjadi daya
tarik dari khususnya wisatwan lokal untuk memperkenalkan budaya
yang ada di Kabupaten Tanah Datar dengan cara yang menarik.
Selain jalan sehat melewati situs budaya di Kabupaten Tanah Datar,
Panitia penyelenggara juga menyediakan berbagai doorprice bagi
peserta yang beruntung di akhir acara.515
Budaya msyarakat Tanah Datar sebagai sebuah identitas suatu
bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan. Budaya lahir dari nilai
512 Irsal Verry Idrus dkk, Prosesi Pengangkatan Penghulu di Luhak Nan Tuo
Tanah Datar, (Batusangkar: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemuda dan Olah
Raga, 2014), 11. 513 Sativa Sutan Aswar, Antakesuma suji dalam adat Minangkabau.
Djambatan, 1999.Accessed, 18 Desember 2017 514 Observasi dan wawancara Kamaruzzaman tokoh masyarakat Kabupaten
Tanah Datar, 14 Mei 2017 di Batusangkar. 515 Observasi dan wawancara Kabid Pariwisata Kabupaten Tanah Datar, 14
Mei 2017 di Batusangkar.
236 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
luhur yang dimiliki manusia yang menggambarkan kepribadian suatu
masyarakat. Hal ini yang diungkapkan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI Prof. Dr. Muhadjir Effendy pada saat membuka
Festival Pesona Budaya Minangkabau (FPBM) di Istano Basa
Pagaruyung.516
Mendikbud (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan) dengan
jajaran Kabinet Kerja sudah dua kali ke Sumatera Barat, datang
memenuhi undangan Pemerintah Daerah Tanah Datar. Lebih lanjut
Muhadjir menyampaikan bahwa kebudayaan sudah menjadi
domainnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.“Saya harus
datang ke Tanah Datar menyaksikan keindahan budaya
Minangkabau, ini bentuk tanggung jawab ikut melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan,” ucap Muhadjir yang juga didampingi
Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid.
''Kebudayaan harus mendarah daging di tengah masyarakat dan
pendidikan anak bangsa harus dipayungi oleh kebudayaan,” tegas
Muhadjir. Muhadjir memberi apresiasi yang tinggi terhadap
pelaksanaan FPBM di Tanah Datar Luhak Nan Tuo Pusek Jalo
Pumpunan Ikan517 ini. “Ini langkah yang tepat, memajukan budaya
Minangkabau kemudian dikemas sebaik mungkin sehingga
mempunyai nilai jual pariwisata dan kita perlu kolabolarasi dengan
Kementerian Pariwisata,” pesannya kepada Menteri Pariwisata yang
diwakili oleh Asisten Departemen Bidang Pengembangan Pariwisata
Nusantara Esthy Reko Astuty.518
Sementara Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno pun
memuji langkah pemerintah daerah di bawah kepemimpinan Bupati
Irdinansyah Tarmizi.519
Melalui kesempatan itu Irwan Prayitno
memuji penampilan seni, atraksi dan pawai budaya pada alek besar
(pesta besar) Tanah Datar. Mulai dari arak-arakan 1.125 bajamba,
pawai budaya dari negara Malaysia, provinsi tetangga,
516Kamis (27/10). 517Luhak Nan Tuo Pusek Jalo Pumpunan Ikan artinya adalah daerah pusat
kebudayaan Minangkabau. 518 Observasi dan wawancara Kabid Pariwisata Kabupaten Tanah Datar, 14
Mei 2017 di Batusangkar. 519 Observasi dan wawancara Kabid Pariwisata Kabupaten Tanah Datar, 14
Mei 2017 di Batusangkar.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 237
kabupaten/kota dan tradisi budaya dari 14 kecamatan. “Mari kita
heboh-hebohkan pagelaran budaya sebagai sarana promosi wisata,”
ajak gubenur kepada bupati/walikota yang turut hadir.
Bupati Irdinansyah Tarmizi dalam sekapur sirihnya
mengungkapkan FPBM sebuah cita-cita dan harapan masyarakat
Tanah Datar. Pariwisata yang dipilih Tanah Datar adalah berbasis
budaya yang berlandaskan ABS-SBK.“Hari ini menjadi tonggak
sejarah Tanah Datar, melalui FPBM budaya Minangkabau kembali
dilestarikan di tengah-tengah masyarakat,” ucap Irdinansyah. Bupati
Irdinansyah juga sampaikan Pameran Nasional Cagar Budaya yang
digagas BPCB Batusangkar yang diikuti 15 satuang kerja UPT
Kebudayaan dari berbagai provinsi. “Kegiatan ini bernilai edukatif
bagi masyarakat terutama generasi muda dan pelajar,” tuturnya.520
Kegiatan FPBM yang berlangsung 27 s/d 29 Oktober 2016 ini
mendapat dukungan Kementerian Pariwisata, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat,
pihak swasta, BUMN/BUMD dan perantau. Menggalang dukungan
tersebut merupakan bukti nyata keseriusan Pemerintahan Kabupaten
Tanah Datar mempromosikan pariwisata di Tanah Datar.
Walaupun pembukaan festival dibuka resmi tanggal 27
Oktober namun berbagai kegiatan dimulai lebih awal seperti tanggal
21-23 Oktober, Gelanggang Siliah Baganti (GSB) yang menampilkan
atraksi 800 pesilat dari berbagai sasaran silat di Tanah Datar, tanggal
15, 22 dan 29 Oktober Pacu Jawi di Sungai Tarab, 23-24 Pacu Kuda
di Gelanggang Dang Tuanku Bukit Gombak yang diikuti 150 ekor
kuda dari berbagai daerah termasuk dari DKI Jakarta.521
Pembukaan yang dilaksanakan di Istano Basa Pagaruyung
berlangsung sangat meriah dan disaksikan oleh ribuan masyarakat.
Turut hadir Anggota DPR RI Betty Shadiq Pasadigoe dan Nurzahedi
Tanjung, Ketua DPRD Sumbar Hendra Irwan Rahim, Wakil Ketua
DPRD Sumbar Arkadius Dt. Intan Bano, Bupati dan Walikota se-
Sumbar, Tokoh Masyarakat Minang Fahmi Idris, Andrinof Chaniago,
520 Observasi dan wawancara Kabid Pariwisata Kabupaten Tanah Datar, 14
Mei 2017 di Batusangkar. 521 Observasi dan wawancara Kabid Pariwisata Kabupaten Tanah Datar, 14
Mei 2017 di Batusangkar.
238 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
H. Arnis Saleh, Hj. Meriwati, Ketua DPRD Anton Yondra, dan
Forkompinda Tanah Datar dan Padang Panjang dan IKTD se-
Indonesia.522
Dari uraian di atas terlihat dukungan pemerintah daerah
terhadap nilai-nilai adat dan budaya lokal. Masyarakat antusias
dengan kegiatan-kegiatan seremonial adat ini. Seremonial-seremonial
budaya tentu menghabiskan banyak dana, namun tidak terasa oleh
masyarakat karena merupakan suatu hiburan, kebahagiaan dan
kebangaan tersendiri. Uraian di atas juga menunjukan bahwa kegiatan
ritual keagamaan didominasi oleh nilai-nilai agama. Dan begitu
pula pada kegiatan seremonial adat mendominasi nilai-nilai adatnya
dan unsur agama tidak terlihat. Akan tetapi seremonial adat tersebut
tidak bertentangan dengan syariat. Pemerintah Daerah sangat
mendukung kegiatan seremonial adat yang bertujuan untuk
melestarikan tradisi masyarakat. Bahkan Pemda satu kali dalam satu
tahun menggelar kegiatan Festival budaya yang didanai dari
Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Tanah Datar. Untuk
Kegiatan Festival dari segi waktu Pemerintah dan masyarakat
mempersiapkan paling kurang satu bulan, untuk latihan-latihan seni
pelampilan, pakaian adat, keamanan, jamuan makanan, persiapan
tempat, dana dan lain-lain.
Kegiatan Festival budaya ini pun menuai konflik dikalangan
tokoh adat dan agama karena pesta ini menghabiskkan dana yang
cukup banyak. Kondisi ekonomi masyarakat tidak begitu baik dan
masyarakat harus menghabiskan waktu untuk kegiatan ini.523
Salah
satunya kritikan dari seorang tokoh masyarakat mengatakan bahwa
pemerintah perlu memikirkan untuk efisiensi waktu dan dana untuk
kegiatan-kegiatan seremonial seperti Festival Budaya yang digelar
setiap tahunnya.
3. Kontekstualisasi (menyesuaikan Islam dan Adat dengan
kondisi kekinian)
1) Musyawarah Mufakat
522 Wawancara Humas Pemda Tanah Datar. Kamis, 28 Oktober 2016 di
Batusangkar. 523 Wawancara Dt.Basrizal, kamis, 27 Oktober 2016 di Batusangkar.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 239
Dalam Islam bermusyawarah diperintahkan dalam Alquran,
salah satunya surah Ali Imran ayat 159 yang artinya: “Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkalah kepada
Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159)
Orang Minangkabau sejak dulu sangat mementingkan
musyawarah atau baiyo-iyo seperti dalam petitih di bawah ini:
Bajua bamurah-murah (berjualan bermurah-murah)
Ditanyo jawek batimbang (ditanya, jawab dipertimbangkan)
Pamimpin kok indak saarah (pemimpin jika tidak searah)
Disinan rakyat mangkonyo bimbang (di sanalah rakyat
makanya bimbang)
Bulek aie ka pambuluh (bulat air ke pembulih)
Bulek kato ka mupakaik (bulat kata karena mufakat)
Bulek baru digolongkan (bulat baru digolongkan)
Picak baru dilayangkan (sudah setuju baru disampaikan)
Sadanciang nan bak basi (sedencing bagaikan besi)
Saciok nan bak ayam.524 (Seciap bagaikan ayam).
Artinya adalah seiya sekata, satu pendapat dalam merumuskan
suatu persoalan yang ada dalam masyarakat baik dalam sesuku,
sekampung maupun senagari. Pada masa lampau musyawarah adat
dilaksanakan di lapangan yang terbuka yang disebut medan nan
bapaneh, sedangkan tempat musyawarah yang terlindung disebut
balai. Balai ini ada pula yang disebut balai saruang dan balai nan
panjang. Balai saruang artinya balai yang hanya terdiri dari satu
ruang, dibangun di Nagari Pariangan, yaitu nagari yang tertua di
524 Wawancara Dt.Feri Irsal Idrus (ketua LKAAM Tanah Datar), Senin 21
maret 2016, Jam: 11.00 Wib di Batusangkar.
240 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Minangkabau.525
Balai saruang merupakan balai yang tertua di
Minangkabau yang dibuat seperti rumah gadang atapnya bergonjong
dan lantainya ditinggikan dari tanah. Setelah makin lama penduduk
Minangkabau semakin bertambah, niniak mamak membangun lagi
balai yang besar yang disebut dengan balai nan panjang. Balai nan
panjang artinya balai yang panjang yang terdiri dari 17 ruangan
letaknya di Nagari Tabek.526
Bentuknya serupa dengan rumah
gadang tiangnya sangat banyak. Balai ini dikenal dengan nama
balairung sari.
Pada masa Orde Baru musyawarah adat masih dilaksanakan di
medan bapaneh dan balai adat ini. Masa Reformasi Musrenbang
(musyawarah rencana pembangunan nagari) dilaksanakan di balai
saruang seperti di Nagari Tabek Pariangan. Namun balai saruang atau
balai nan panjang yang ada sekarang tidak semuanya aktif dipakai
dalam nagari-nagari di Kabupaten Tanah Datar. Zaman dulu
musyawarah juga dilaksanakan di rumah gadang, akan tetapi
sekarang rumah gadang kebanyakan dipakai untuk tempat berkumpul
di hari raya Idul Fitri saja karena anggota-anggota suku sudah
memiliki rumah sendiri. Rumah gadang ini dibangun secara bersama,
jadi kalau kemenakan mau tinggal di rumah gadang harus
sepersetujuan dari mamak/penghulu suku. Namun seperti di Alur
Tengah Kawai Nagari Batu Bulek Lintau Utara rumah gadang
banyak yang tidak berfungsi dan tidak ada penghuni.527
Di Era Reformasi ini, di Nagari Batubulek budaya
musyawarah masih dilakukan di surau, seperti pada surau jorong Aur
Duri Nagari Batubulek. Rumah gadang lebih digunakan untuk
tempat berkumpul di hari lebaran pulang basamo dan baralek
adat.528
Sementara di daerah sulit air Solok ada pula rumah gadang
yang panjang yang memiliki 20 ruang yang fungsinya sebagai tempat
525Wawancara Dt.Mangkuto (KAN Nagari pariangan), Musrenbang
(Musyawarah Rencana Pembangunan) di nagari Pariangan. 526Pengamatan langsung acara Musrenbang (Musyawarah Rencana
Pembangunan Nagari) !5 Januari 2017 di Nagari Tabek Pariangan. 527 Observasi dan wawancara Hj. Irsyam (ketua Bundo kanduang nagari
Batubulek Kecamatan Lintau Utara), senin 5 September 2016 di Lintau Utara. 528 Wawancara Akhyar (Kaur Kesra), 29 Agustus 2016, jam 10.00, di
Batubulek Lintau Buo Utara.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 241
tinggal. Di samping itu juga memiliki fungsi sosial, sebagai lambang
kehadiran satu kaum serta sebagai pusat kehidupan dan kerukunan,
paling pokok rumah gadang berfungsi untuk tempat bermusyawarah
bermufakat bahkan tempat merawat keluarga yang sakit.529
Di Nagari Batubulek Kecamataan Lintau Buo Utara
musyawarah mufakat masih berjalan untuk pengambilan keputusan di
nagari dengan menghadirkan unsur Tungku Tigo Sajarangan. Begitu
juga di tingkat kecamatan dalam Musrenbang (Musyawarah rencana
pembangunan) kecamatan menghadirkan alim ulama, cerdik pandai,
utusan pemuda dan bundo kanduang.530
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa musyawarah yang
diperintahkan dalam al-Quran sudah menjadi budaya di masyarakat
Tanah Datar dalam mengambil sebuah keputusan. Musyawarah
dilakukan dalam mengambil sebuah keputusan baik yang sifatnya
suku atau nagari yang diadakan di Masjid, di balai adat, di rumah
gadang atau di surau. Budaya musyawarah sudah ada sebelum
datangnya, setelah Islam, maka ulama pun mengakomodir budaya
musyawarah ala adat dengan petatah dan pantun-pantunnya. Walapun
ada perubahan sistem dan kepemimpinan secara pemerintahan,
namun tidak memusnahkan budaya musyawarah ini.
Agaknya masyarakat Nagari Batu Bulek termasuk tipolologi
akomodasi kelompok agama dan adat di masyarakat yang modernis
dalam hal pelaskanaan adat berbeda dengan Nagari Pariangan yang
masih Tradisionalis. Sebagian paham agama masyarakat senantiasa
mempertahankan pemahaman nilai-nilai adat dan budaya lokal dan
diselaraskan dengan ajaran-ajaran Islam.531
Masyarakat modernis lebih
selektif dan lebih mudah menerima perubahan dan pembaruan.
529 Yusfa Hendra Bahar (Staf Pokja Dokumentasi dan Publikasi BPCB
Provinsi SUMBAR, Riau dan Kep.Riau), Rumah Gadang 20 Ruang Sulit Air, (Batusangkar, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Kebudayaan, Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumatera barat, Riau, dan
Kepulauan Riau., No.Inventaris : 03/BCB-TB/A/15/2007). 530 Wawancara Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), 03 September 2016,
jam: 14.00 WIB di Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara. Dan Mengamati
langsung kegiatan Musyawarah Nagari Batu Bulek. 531Abdul Rahman Haji Abdullah, Pemikiran Umat Islam di Nusantara:
Sejarah dan Perkembangannya Hingga Abad ke-19. Dewan Bahasa dan Pustaka,
Kementerian Pendidikan Malaysia, 1990.
242 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Masyarakat yang sudah moderat menunjukan sikap bukan hanya
sekedar menerima atau menolak adat dan agama dalam praktek
kesehariannya, bahkan melampaui penerimaan dan penolakan
terhadap nilai-nilai baru, mereka menerima nilai-nilai baru secara
rasional. Ajaran Islam tetap dilaksanakan secara konsekwen dan adat
dihargai dengan porsi yang seimbang. Hal ini terlihat dalam
pelaksanaan ritual dan seremonial keseharian mereka antara nilai-
nilai adat bercampur dengan nilai-nilai agama.532
2) Tradisi Peringatan Hari Besar Islam
1) Salawaik dulang (salawat dulang)
Adalah sastra lisan Minangkabau bernafaskan Islam yang
terdiri dari dua kata yakni salawat yang artinya doa untuk Nabi
Muhammad SAW, dan dulang adalah talam (tempa), yaitu piring
besar dari loyang terbuat dari logam atau aluminium yang biasa
digunakan untuk tempat makan bersama. Dipertunjukkan oleh
minimal dua klub diiringi tabuhan pada ‘dulang’, yaitu nampan
kuningan yang bergaris tengah sekitar 65 cm. Dalam bahasa sehari-
hari, sastra lisan ini hanya disebut ‘salawat’ ataupun ‘salawek’ saja.
Di beberapa tempat, salawat dulang disebut juga salawat talam.
Salawat dulang dalam sastra Minang berupa cerita kehidupan
Nabi Muhammad, memuji Nabi, cerita tentang kehidupan sehari-hari
yang berhubungan dengan persoalan agama Islam dan diiringi juga
dengan irama bunyi ketukan jari pada dulang atau piring logam
besar.533
Pertunjukan salawat dulang biasanya dilakukan dalam
rangka memperingati hari-hari besar agama Islam dan ‘alek
nagari’(pesta nagari). Pertunjukan ini tidak dilakukan di kedai (lapau)
atau lapangan terbuka. Biasanya hanya dipertunjukkan di tempat
yang dipandang terhormat seperti masjid, surau. Pertunjukan juga
biasanya dimulai selepas waktu shalat Isya. Sifat pertunjukan yang
532Syafwan Rozi. "Konstruksi Identitas Islam Perbatasan Sebuah Sintesis
terhadap Identitas Tradisional dan Identitas Modernis dalam Paham Keagamaan di
Daerah Rao Sumatera Barat. 533Melalui Salawat Dulang menyampaikan dakwah Islam, berupa; nasehat-
nasehat, pituah-pituah, cerita-cerita yang bersumber pada Sunnah Nabi dengan
menggunakan bahasa Minang. Wawancara kepala sanggar tigo sapilin Guguak
Nagari Pariangan.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 243
bertanya jawab, saling serang dan saling berusaha mempertahankan
diri. Dalam pertunjukannya, kedua tukang salawat duduk dan
menabuh talam secara bersamaan. Keduanya berdendang secara
bersamaan atau saling menyambung lirik-liriknya. Lirik-lirik itu
berbentuk syair, tidak jarang syair-syairnya selain sejarah nabi juga
nasehat muda-mudi dan rumah tangga.534
Tradisi salawat dulang berkembang di hampir seluruh wilayah
Minangkabau, baik ‘darek’ maupun ‘pasisia’. Hampir di semua
wilayah Minangkabau tradisi ini bisa ditemukan seperti Luhak Agam,
Tanah Datar, Lima Puluh Koto, bahkan pesisir atau rantau. Satu-
satunya daerah yang tidak ada penutur salawat dulang adalah di
pasaman. Masing-masing daerah mengklaim kalau tradisi ini adalah
tradisi mereka.535
Menurut sejarah, Salawat dulang berawal dari banyaknya ahli
agama Islam Minang yang belajar ke Aceh, diantaranya adalah Syekh
Burhanuddin. Ia kemudian kembali ke Minang dan menetap di
Pariaman. Dari daerah itu Islam menyebar ke seluruh wilayah
Minangkabau. Saat berdakwah, beliau teringat pada kesenian Aceh
yang fungsinya adalah menghibur sekaligus menyampaikan dakwah,
yaitu tim rebana. Beliau kemudian mengambil talam atau dulang
yang biasa digunakan untuk makan dan menabuhnya sambil
mendendangkan syair-syair dakwah.536
Ada juga yang menyatakan bahwa Salawat Dulang berasal dari
Tanah Datar dikembangkan oleh kelompok tarekat Syatariah sebagai
salah satu bentuk untuk mendiskusikan pelajaran yang mereka
terima dari guru. Oleh sebab itu, teks Salawat Dulang lebih
cenderung berisi ajaran Tasawuf. Ada juga yang menghubungkan
bahwa salawat dulang di Tanah Datar tidak lepas dari tiga tokoh
Tanah Datar yaitu Tuanku Sumanik (1930), Tuanku Limo puluh
(1930) dan Katik Rajo (1960).
534Observasi dan wawancara Inayah pada 1 November 2017 di Nagari
Pariangan. 535Wawancara Ketua KAN Pariangan, 10 januari 2017 jam.10.00 di
Pariangan dan pengamatan lansung. 536Wawancara Mulkhair (wali nagari pariangan), 10 januari 2017, jam 10.00
WIB di Pariangan dan pengamatan lansung.di Pariangaan.
244 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Pertunjukan Salawat Talam baru dapat dilaksanakan jika ada
paling tidak dua klub, karena teksnya mengandung tanya jawab.
Artinya, pertunjukan sastra lisan ini juga merupakan sebuah
kompetisi. Penampilan satu teks tersebut disebut salabuahan atau
satanggak ataupun satunggak; (satu paket) memakan waktu 25-40
menit.
Teks salabuahan terdiri dari pambukaan, batang, dan panutuik
(penutup). Bagian batang berisi kaji, yaitu bagian inti salabuahan
penampilan salawat dulang. Teks tersebut dihafal oleh tukang
salawat kata demi kata. Umumnya, ia merupakan tafsiran dari ayat
al-Quran atau pun hadist. Bagian berikutnya adalah bagian penutup,
yang dimulai dengan pertanyaan, lalu memberi pertanyaan. Bagian
penutup ini juga dapat disisipi dengan pesan-pesan pemerintah,
seperti keluarga berencana, bahkan pemilihan umum; atau sekedar
hiburan dengan syair-syair lagu yang tengah populer.
Tradisi ini masih berkembang hingga sekarang, hal ini bisa
dilihat dari banyaknya tukang salawat, semakin sering dipertunjukan
dan irama pendendangnya semakin terbuka yaitu mengikuti
perkembangan irama lagu-lagu yang telah populer di tengah
masyarakat. Salawat dulang adalah tradisi minangkabau yang bersifat
terbuka karena memiliki daya adaptif baik dari segi tema maupun
irama, dapat diimprovisasi sesuai dengan hal-hal yang disenangi
masyarakat baik dari segi isi maupun irama.
Pada awalnya tradisi lisan sebagai sarana dakwah pada
perayaan-perayaan agama Islam. Saat sekarang fungsi tradisi lisan
disamping untuk sarana dakwah juga sarana hiburan yang enak
didengar serta sarana menarik perhatian penonton untuk mengikuti
suatu aktivitas, seperti penggalangan dana. Tradisi salawat dulang ini
telah diusulkan sebagai warisan budaya bukan benda/immaterial.
2) Ma arak Jamba (mengarak jamuan)537
, ratusan perempuan
berpakaian.
Adat lengkap atau berbaju kurung khas Minang. Contohnya
arakan jamba memenuhi jalanan Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah
537Mengiringi jamba atau jamuan makanan yang di talam bersama-sama yang
di bawa oleh ibu-ibu memakai baju adat Minang.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 245
Datar, Sumatera Barat, Ahad, 30 Oktober 2016. Mereka menuju
Istana Basa Pagaruyung, sambil membawa nampan besar di kepala.
Dalam bahasa setempat, nampan dikenal sebagai talam. Dalam talam
itu, terdapat banyak piring berisi makanan, yang dibungkus kain
perca berornamen adat Minangkabau. Makanan yang terbungkus rapi
itulah disebut jamba.538
Ketika ada acara ritual adat dan agama
penyambutan tamu biasanya petatah petitih yang berisi
penghormatan. Penyambutan tamu sangat mencerminkan kesantunan
orang Tanah Datar dalam menerima tamu. Hal ini sangat sesuai
dengan suruhan agama Islam untuk memulikan tamu.539
Perayaan ini biasanya dilakukan di bekas Istana Raja
Pagaruyung – kerajaan yang pernah berdiri di Sumatera. Dalam acara
yang dikemas dalam Festival Pesona Budaya Minangkabau.
Perempuan-perempuan sedang ma arak jamba atau mengarak jamuan.
Ada ratusan jamba beragam corak yang diarak. Jamba-jamba
kemudian dikumpulkan dalam istana untuk disantap bersama. Tradisi
itu disebut bajamba (menjamu makanan dengan menghidangkan di
piring), tradisi makan yang dilakukan masyarakat Minang dengan
cara duduk bersama dalam ruangan. Tradisi ini biasa ditemui pada
peringatan hari-hari besar agama Islam atau upacara adat, pesta adat,
dan pertemuan penting lain.540
Secara harfiah, makan bajamba bermakna sangat dalam karena
tradisi makan bersama akan memunculkan rasa kebersamaan tanpa
melihat perbedaan status sosial di masyarakat. Tradisi ini
diperkirakan telah ada sejak Islam masuk ke Minangkabau sekitar
abad ke-7 dan diyakini berasal dari Nagari Koto Gadang, daerah di
Kabupaten Agam, Sumatera Barat, yang melahirkan banyak tokoh
seperti H. Agus Salim, Muhammad Hatta, Sutan Syahrir, dan
538Observasi dan wawancara bundo kandung di acara Pesona Budaya
Minangkabau, 30 Oktober 2016 di Istana Pagaruyung Batusangkar. 539Observasi dan pengamatan langsung kegiatan penyambutan tamu pada
acara seremonial peresmian rumah adat Istana Pagaruyung, 07 September 2016 di
Batusangkar. 540Bajamba (makan yang dihidang di atas talam) merupakan tradisi makan
secara adat di Tanah Datar, jika kegiatan seremonial adat yang dihadiri oleh ninik mamak atau pejabat, hidangan makanannya bajamba (dihidangkan di lantai saja dan
makan duduk bersila).
246 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Mohammad Natsir. Meski di perkotaan kebiasaan ini mulai tergerus
perubahan zaman, tetapi di daerah seperti Batusangkar, masih tetap
lestari sebagai bagian dari upaya mempertahankan budaya dan
sekaligus menjadi daya tarik wisatawan dalam dan mancanegara.541
Paparan di atas dalam ranah kajian sosial antropologi, menurut
Dadang Kahmad istilah modernis dan tradisionalis memerupakan tipe
ideal dari dua tatanan masyarakat yang berbeda.542
Istilah modern ini
dipahami sebagai masyarakat masa kini yang beorientasi ke depan.
Mereka berusaha merubah dan memperbaharui aspek lama dalam
kehidupan, sedangkan tradisional merupakan masyarakat yang hidup
pada masa kini yang berorientasi masa lalu. Mereka berusaha
menjaga keaslian dan orisinilitas masa lalu sebagai acuan dan
pedoman hidup untuk masa kini dan akan datang.
3) Pengangkatan Penghulu / melewakan Gala
Penghulu di Minangkabau adalah pemimpin kaum, Penghulu
diangkat oleh anak kemenakannya. Gelar sako dan pusako yang
disandangnya merupakan turun temurun dari niniak mamak ke
mamak. Dari mamak turun ke kemenakan (ponakan). Tugas seorang
penghulu melalui petitih Minang sebagai berikut :
Manuruik pusako nan dijawek (menurut pusaka yang diterima)
Sapanjang adaik turun temurun (selama adat turun temurun)
Baurek tunggang bapucuak bulek (berurat tunggang berpucuk
bulat)
Babatang gadang badahan kuek (berbatang besar berdahan
kuat)
Badaun rimbun babuah labek (berdaun rimbun berbuah lebat)
Ureknyo tampek baselo (uratnya tempat duduk)
Daunnyo tampek banaung (daunnya tempat bernaung)
Buahnyo untuak dimakan (buahnya untuk dimakan)
Dahannyo tampek bagantuang (dahannya tempat bergantung)
541Observasi dan wawancara Bapak Jamilis, mantan Kepala Dinas Pariwisata
2 periode Bupati, 29 Juni 2017, di Batusangkar, jam :10.00. 542Dadang Kahmad, "Metode Penelitian Agama Perspektif Perbandingan
Agama." (2000). Accessed, 28 Desember 2017.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 247
Daun rimbun untuak balindung (daunnya rimbun tempat
berlindung)
Tampek balinduang kapanehan (tempat berlindung kepanasan)
Nan salingka cupak adaik (yang diselingkung keluarga)
Nan sapayuang sapatagak (yang selingkung sekaum)
Dibawah payuang di lingkuang cupak (yang selingkung suku)
Manjala masuak ka nagari (terus keselingkunng nagari)
Kapai tampek batanyo (ingin pergi tempat bertanya)
Kapulang tampek babarito (ingin pulang tempat memberi
kabar)
Kusuik nan kamanyalasaian menyelesaikan keadaan yang
kusut)
Karuah nan ka mampajaniah (Menjernihkan keadaaan yang
keruh)
Mahukum adaik bakato bana (memberi hukuman secara adat
dan berkata benar).
Basayak landai ba aia janiah (memberi jalan keluar).543
Pepatah Minang di atas menggambarkan tugas-tugas dari
seorang penghulu sebagai seorang pemimpin di sukunya. Keduduan
penghulu tidak sama di sebuah nagari. Pada keselarasan Bodi
Caniago penghulu duduk sehamparan, tagak sapamatang artinya
duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dan hak bersuara sama.
Penghulu itu di Tanah Datar bertingkat-tingkat antara lain; 1)
Penghulu suku yaitu Penghulu pemimpin suku. Menurut keselarasan
Koto Piliang ia disebut penghulu pucuk atau penghulu tuo, sedangkan
menurut aliran Bodi Caniago penghulu pucuk disebut penghulu dari
empat suku pertama, 2) Penghulu kampung.
Upacara pengangkatan Penghulu dilakukan apabila: Pertama,
Mati batungkek budi; bila Penghulu meninggal dunia dan dicarikan
penggantinya kedua, Hiduik bakarilahan; bila Penghulu digantikan
selagi ia masih hidup, ketiga, Mambangkik batang tarandam;
mengangkat seorang Penghulu untuk menyandang gelar pusaka yang
543Wawancara Rifka Yarni (Bundo Kanduang), 10 januari 2017, jam 10.00
WIB di Pariangan. Pengamatan langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada
kegiatan seremonial adat.
248 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
sudah lama terpendam, keempat, Malakekan baju balipek (memakai
baju dilipat); berarti gelar pusaka selama ini balipek (dilipat)atau
tidak dipakai, karena yang akan memakai belum ada atau masih kecil,
sehingga gelar diserahkan kepada keluarga dekat yang mampu
menyandang gelar sako tersebut.
Penghulu dan jajarannya memiliki pakaian kebesaran adat yang
mana menurut falsafah orang Minangkabau pakaian fungsinya bukan
hanya untuk melindungi tubuh dari cuaca panas dan dingin, untuk
keindahan, untuk kecantikan, pakaian juga sangat berfungsi untuk
menutup aurat, baik bagi laki-laki maupun bagi perempuan sebab di
dalam adat dikatakan syarak mangato adat mamakai artinya yang
dikatakan oleh agama selalu sejalan. Pakaian dapat mencerminkan
sopan santun si pemakainya seperti adat mangatakan rancak rupo
dapek di liek, elok bunyi karano didanga artinya bagus kalau dilihat,
indah jika dipandang. Jadi berpakaian itu harus selalu serasi, tidak
mencolok dan tidak membuka aurat. Pakaian adat hampir sama di
setiap nagari dalam acara seremonial adat dianjurkan memakai
pakaian kebesaran adat.544
Setiap upacara adat memiliki pakaian
tersendiri. Pakaian penghulu dan bundo kanduang adalah khusus dan
tidak sembarangan orang bias memakai pakaian penghulu dan
pakaian bundo kanduang, penjelasan sebagai berikut:
(1) Pakaian Penghulu.
Pertama; saluak (penutup kepala terbuat dari kain yang
dipuntal), sebelum datangnya Aditiyawarman, Penghulu memakai
deta. Setelah kedatangan Aditiyawarman deta diganti dengan saluak,
saluak berkuak di atasnya ke kiri dan ke kanan.Waktu itu
Minangkabau dibagi dua Keselarasan Bodi Caniago dan Koto Piliang.
Saluak berkerut-kerut mengandung arti akal seorang Penghulu itu
harus banyak dan berfikiran luas. Dan juga melambangkan bajanjang
naik batanggo turun (segala sesuatunya mengikuti prosedural).
Jumlah kerutnya lima melambangkan di dalam pemerintahan
Minangkabau terdapat lima unsur yang selalu berdampingan yaitu
Penghulu, alim ulama, cadiak pandai, manti dan dubalang. Saluak
dibuka dari lipatannya berupa kain yang lebar berarti Penghulu harus
544Wawancara Andrizal (Kaur Ekonomi), 29 Agustus 2016, jam 10.00 di
Batu Bulek Lintau Utara.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 249
berfikiran luas.Kedua; baju, baju Penghulu berwarna hitam
mengandung arti, seorang Penghulu harus tahan dalam bermacam
ujian dan penderitaan. Lengan baju lebar mengandung arti, Penghulu
bebas melaksanakan tugasnya.Pertemuan antara badan dengan lengan
dinamakan siba balanti, diles dengan benang emas artinya mauleh
indak mangasan, mambua indak mambuku. Leher berbelah tidak
berkancing mengandung arti, Penghulu harus tabah dan sabar.
Kesabaran seorang Penghulu dapat diibaratkan sebagai :
Tagangnyo bajelo-jelo
Kanduanyo badantiang-dantiang
Hati lapang pikiran saiyo
Cukuik surek kato barundiang.
Ketiga; Sarawa/celana , celana Penghulu lapang,
melambangkan kebesaran dalam memimpin anak kemenakan. Secara
spontan dengan cepat mengunjungi buruk baik anak
kemenakannya.545
Keempat; sesamping, bewarna merah atau hitam
mengandung arti, mempunyai keberanian dalam kebenaran. Kainnya
senteng hingga lutut mengartikan hatinya miskin di atas kebenaran.
Kelima; cawek/ikat pinggang terbuat dari sutra, diujungnya ada
umbai pucuk rebung, melambangkan seorang Penghulu dengan cara
halus dapat memperbaiki akhlak kemenakannya yang hampir
menyeleweng.546
Keenam; sandang atau salempang , sandang adalah
kain segi empat yang terdapat di bahu, melambangkan Penghulu akan
menerima anak kemenakannya yang sudah melanggar adat istiadat.
Pada ujung kain dibahulkan seuntai anak unci, rantai, dan alat kecil
lainnya yang teruntai, yang disebut karenteng. Karenteng
menggambarkan kecukupan Penghulu dalam persediaan ilmu adat,
guna pelaksanaan adat itu sendiri.
Ketujuh; keris, keris Penghulu bengkok melambangkan
menarik orang yang bersalah, sedangkan dia tetap mempertahankan
545Pengamatan langsung di Jorong Batu Bulek, Nagari Batu Bulek pada
kegiatan seremonial adat. 546Wawancara Rifka Yarni (bundo kanduang), 10 januari 2017, jam 10.00
WIB di Pariangan. Pengamatan langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada
kegiatan seremonial adat.
250 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
kesalahannya. Mata keris timbal balik melambangkan kata-kata
kebenaran yang disampaikan oleh Penghulu, akan diterima dengan
baik oleh anak kemenakannya sendiri dan pihak yang bertentangan
dengan dia. Mata keris tajam tapi tidak melukai, artinya Penghulu
tidak akan turut saja kepada pendapat orang lain, dia percaya pada
diri sendiri, Kedelapan; tongkat adalah pamenan(mainan) Penghulu
yang terbuat dari kayu, ujungnya pakai tanduk berkepala perak.
Artinya, seorang Penghulu itu bukan orang yang tua umurnya
melainkan orang yang dituakan dalam sebuah payung yang diakui
nagari.547 Kesembilan; sandal, sandal untuk menjaga kebersihan kaki,
maksudnya agar kaki Penghulu selalu dilangkahkan bagi kebaikan
anak-kemenakannya.548
Upacara adat, petatah petitih yang disebut pasambahan
diadakan di surau-surau dan di rumah-rumah pribadi. Hal ini
dilakukan sebagai program masyarakat tidak didanai pemerintah,
suka rela masyarakat dalam rangka melestarikan nilai-nilai adat.
Rumah gadang dibangun secara bersama seperti di Jorong Alur
Tengah Kawai. Musyawarah lebih banyak dilakukan tempatnya di
surau. Rumah gadang lebih untuk tempat berkumpul di hari lebaran
pulang basamo dan baralek adat. Dubalang dan malin baca doa,
masih ada badoa kerumah-rumah, sebagian masyarakat masih
melestarikannya. Biasanya yang baca doa disebut tuok angku (malin).
Hari besar Islam diperingati tetapi biasa-biasa saja. Menyambut tamu
denga pantun, setiap ada resepsi ada pantun seperti pada pernikahan.
Makanan adat talam nan ampek (talam yang empat), siwajik (nasi
pulut pakai gula merah), sikunyik (nasi pulut pakai kunyit-warnanya
kuning), silamak (nasi pulut putih) , kalamai (dodol terbuat dari beras
pulut), wajib ada kalau baralek (pesta).549
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap
simbol-simbol pakaian adat Penghulu di Tanah Datar memiliki
makna dan makna-makna tersebut tidak bertentangan dengan syariat
547Wawancara Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), 03 September 2016,
Jam: 14.00 WIB di Batu Bulek kecamatan Lintau Buo Utara. 548 Wawancara Nofri Aides (Bundo Kanduang Limakaum), 29 Juni 2017, jam
10.00 WIB di Batusangkar. 549Wawancara Andrizal, 29 Agustus 2016, di Batu Bulek Lintau Utara.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 251
Islam. Penghulu idealnya memiliki semua sifat-sifat kepemimpinan
dan ilmu kepemimpinan seperti yang diajaarkan oleh Nabi
Muhammad SAW, namun menurut ketua Ikatan Keluarga Tanah
Datar (IKTD) cabang Medan Sumatera Utara seorang Penghulu di
Era Modern ini seharusnya orang yang berpendidikan. Kalaupun tidak
berpendidikan tinggi, setidaknya mau belajar karena anak kemenakan
yang dipimpin sudah banyak yang berpendidikan tinggi.550
Begitu juga hal-hal untuk januan makanan Penghulu dalam
pesta-pesta atau seremonial adat dan agama ada tradisi khusus, tidak
boleh makanan sembarangan yang tidak sesuai dengan aturan adat.
Aturan ini tidak ada tercatat, akan tetapi diketahui turun temurun.
Jika tidak dipenuhi oleh sebuah keluarga yang sedang hajatan pesta,
maka akan ditegur oleh Penghulu.
Dari pengamatan dilapangan pada acara seremonial-
seremonial adat, Penghulu posisi duduknya paling depan,
penampilan pakaian Penghulu ini terkesan orang yang berkedudukan
tinggi harus hati-hati berbicara dengan mereka, duduknya selalu di
depan yang melambangkan adat. Sementara alim ulama posisi
duduknya di belakang, berpakaian biasa-biasa saja, tidak ada pakaian
(identitas khusus).
(2) Pakaian Bundo Kanduang
Sebelum menjelaskan tentang pakaian bundo kanduang akan
dijelaskan makna bundo kanduang sebagai perempuan Minang dan
bundo kanduang sebagai organisasi perempuan, karena pakaian bundo
kanduang terkait dengan posisi bundo kanduang dalam kontekstual.
Bundo kanduang dalam pepatah Minang diungkapkan
bahwa,”Bundo Kanduang Limpapeh rumah nan gadang, umbun
puruik pegangan kunci, ambun puruik aluang bunian, pusek jalo
kumpulan tali, sumarak di dalam kampuang, hiasan dalam nagari nan
gadang basa batuah, kok hiduik tampek banasa, kok mati tampek
baniat, kaundang-undang madinah, kapayuang panji ka sarugo.” Arti
gurindam di atas adalah bahwa adat Minagkabau memberikan
beberapa keutamaan terhadap wanita Minagkabau, sebagai bukti
550Wawancara HM.Yunus Sirhan (ketua IKTD Sumatera Utara), 27
September 2017 di Batusangkar.
252 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
kemuliaan dan kehormatan yang diberikan kepada Bundo kanduang
dan untuk menjaga kemuliaan itu dari segala kemungkinan yang akan
menjatuhkan martabatnya. Ada lima garis besar ciri khas adat
Minangkabau terhadap Bundo kanduang : (a)Keturunan ditarik dari
garis keturunan ibu. Menurut pemuka-pemuka Minang tujuannya
adalah manuusia yang dilahirkan ibu terutamaa anak laki-laki,
menghormati dan memuliakan jenis keturunannya tanpa pandang
bulu. Seseorang tidak bisa semena-mena terhadap kaum ibu yang
melahirkan apalagi berbuat sesuatu yang amoral. Karena ibu menurut
orang Minangkabau akan banyak menentukan watak karakter anak,
(b)Rumah tempat berdiam, (c) Sumber ekonomi diutamakan untuk
wanita, (d)Yang menyimpan hasil ekonomi adalah wanita, (e)Wanita
mempunyai hak suara dalam musyawarah.
Bundo kanduang terdiri dari dua suku kata yaitu bundo dan
kanduang. Bundo artinya ibu sedangkan kanduang artinya kandung
atau sejati, maka bundo kanduang artinya ibu yang sejati yang tidak
cacat baik dipandang sebagai sifat keibuannya maupun dipandang
dari sifat kepemimpinannya. Dalam nagari Bundo kanduang adalah
sebuah lembaga yang mewakili perempuan termasuk dalam struktur
pemerintahan yang merupakan bagian dari KAN (Kerapatan Adat
Nagari). Bundo kanduang menjadi struktur independen dalam
menjalankan organisasi kenagarian yang diatur dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Tanah Datar.551
Beberapa pengertian Bundo kanduang; 1)bundo kanduang
adalah raja atau ratu dari kerajaan Minangkabau, 2)bundo kanduang
berarti panggilan kehormatan dan panggilan kesayangan seorang anak
kepada ibunya, 3)Panggilan bundo kanduang ditujukan kepada istri
niniak mamak atau pendamping niniak mamak dalam acara
seremonial, 4)Panggilan bundo kanduang ditujukan kepada kelompok
wanita yang mendampinggi Penghulu dalam sebuah acara adat. Baik
dalam nagari atau acara secara pemerintahan, 5)Dari struktur
pemerintahan, bundo kanduang termasuk bagian dari KAN di Tanah
551Wawancara Nofri Aides (Bundo Kanduang Limakaum), 29 Juni 2017 , jam
10.00 WIB di Batusangkar.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 253
Datar, 6)Dan menurut adat salingka nagari 552pengertian bundo
kanduang adalah; istri seorang niniak mamak, Ibu kandung atau
saudara perempuan yang tertua dari seorang niniak mamak,
perempuan yang sudah menikah dan merupakan tokoh.
Aturan mengenai bundo kanduang ini dirumuskan dalam perda
Tanah DatarNo.15 Tahun 2008 dan diberi badan otonom kepada
bundo kanduang untuk bergerak kepada perempuan agar bisa
mengembangkan diri lebih luas.Bundo kanduang merupakan
pemimpin perempuan non formal terhadap seluruh perempuan dalam
kaum sampai kepada cucunya. Kepemimpinan bundo kanduang ini
dengan sendirinya tumbuh dan memiliki kharismatik dari kaumnya
sendiri.553
Di Era Orde Baru bundo kanduang secara organisasi tidak
masuk dalam lembaga unsur554
yang dilibatkan dalam nagari, di Era
Reformasi Bundo kanduang secara organisasi sudah masuk dalam
lembaga unsur perempuan yang masuk dalam pemerintahan mulai
tingkat nagari dan secara hirarki organisasi memiliki struktur
organisasi bundo kanduang tingkat Provinsi Sumatera Barat, bundo
kanduang Kabupaten Tanah Datar, bundo kanduang tingkat
kecamatan dan bundo kanduang di masing-masing nagari. Anak gadis
belum bisa dikatakan bundo kanduang, tetapi disebut puti bungsu
(gadis).
Mulai masa pemerintahan di Orde Reformasi secara organisasi
bundo kanduang sudah masuk dalam lembaga unsur Adat. Kegiatan
bundo kanduang berjalan mulai tingkat kabupaten sampai tingkat
jorong di Kabupaten Tanah Datar. Untuk tingkat kecamatan tempat
kegiatan di pergilirkan pada masing-masing nagari dan setiap
kegiatan dihadiri oleh wali nagari, bundo kanduang dari nagari-nagari
dalam kecamatan tersebut serta dihadiri utusan puti bungsu (anak
gadis), begitu seterusnya kegiatan di setiap Jorong.
552 Adat Salingka (selingkup) Nagari adalah adat yang berlaku di suatu
nagari. 553 Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar N0.15 tahun 2008. 554 Lembaga unsur yang diakui oleh Perda pasal 6 adalah 5 unsur yaitu unsur
ninik mamak, unsur alim ulama, unsur cadiak pandai(cerdik pandai), unsur bundo kandung dan unsur pemuda. Terdapat dalam Peraturan Bupati Tentang Pedoman
Pembentukan Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari No.13 tahun 2008 hal 60.
254 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Kegiatan-kegiatan bundo kanduang ini diantaranya
memberikan seminar dan ceramah-ceramah tentang rumah tangga,
peran suami, peran istri, peran bundo kanduang serta hal-hal yang
menyangkut pengetahuan/wawasan tentang keperempuanan. Dan
juga membimbing anak gadis untuk beretika dalam berpakaian
(sumbang pakaian), wawasan tentang adat istiadat minang.Kegiatan
bundo kanduang diberi anggaran oleh pemerintah setiap tahunnya.555
Dari uraian di atas bahwa di Era Orde Reformasibundo
kanduang bukan hanya perwakilan perempuan dalam musyawarah
adat tetapi sudah menjadi organisasi perempuan yang masuk dalam
lembaga unsur yang dilibatkan dalam menjalankan atau pengambilan
kebijakan pembangunan pemerintahan mulai tingkat nagari sampai
tingkat provinsi dan di kegiatan seremonial-seremonial adat baik dari
masyarakat maupun pemerintahan,bundo kanduang duduknya sejajar
dengan Ketua Penggerak PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga) dan Ketua GOW (Gobungan Organisasi Wanita)556
Pakaian adat bundo kanduang menurut lazim adat yang lazim,
pertama; tangkuluk (penutup kepala seorang wanita) ciri khas
sebagai bundo kanduang pada waktu menghadiri upacara adat dan
tengkuluk ini pemasangannya seperti tanduk kerbau. Tengkuluak ini
terbuat dari selendang tenunan Pandai Sikek yang mana setiap daerah
berbeda pula model pemakainnya. Ada yang runcing ujungnya dan
ujung pepat dan di daerah Lintau Kabupaten Tanah Datar tanduknya
bertingkat.
Kedua; Baju kurung yang dihiasi sulaman benang emas yang
melambangkan orang yang berlapang dada menghadapi masalah.
Ketiga; kodek yang dipakai oleh bundo kanduang dibuat dari
kain balapak atau songket tenunan pandai Sikek Padang Panjang.
Kain sarung ini berhiaskan benang emas atau perak dengan motif
555Wawancara Hj. Irsyam (ketua Bundo kanduang nagari Batubulek
Kecamatan Lintau Utara), senin 5 September 2016 di Lintau Utara. 556Pengamatan langsung pada kegiatan seremonial pemerintahan di kabupaten
Tanah Tatar pada acara peresmian Istana Pagaruyung oleh wakil presiden Yusuf
Kalla, pengamatan langsung pada acara seremonial festival budaya Pagaruyung dan
terakhir peneliti menghadiri acara Silatnas perantau tanah Datar di Gedung Nasional
Batusangkar, kamis, 29 Juni 2017.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 255
bunga, daun atau garis-garis geometris, tepinya dihiasi motif pucuk
rebung. Melambangkan kedinamisan orang Minangkabau
Keempat; Salendang adalah dipakai sejalan dengan baju kurung
yang dipakaikan di atas bahu kanan atau salempang dari kain songket
yang disebut kain balapak buatan Pandai Sikek.Cara memakainya
disalempanagkan dari bahu kanan ke bawah tangan kiri yang
melambangkan tanggung jawab yang dibebankan di pundak bundo
kanduang, yang harus dilaksankan dengan baik.557
Baik di Orde Lama maupun Orde Reformassi bundo kanduang
sudah berperan dalam musyawarah adat, namun di Era Reformasi
sudah melembaga dan diakomodir oleh pemerintah daerah baik
secara posisi dalam konstitusi pemerinaahan maupun secara
anggaran. Apalagi dengan adanya regulasi legislatif 30 persen
keterwakilan perempuan dengan demikian posisi lembaga bundo
kanduang di Tanah Datar juga semakin terangkat.
Bundo kanduang adat berada pada keluarga inti dari Penghulu
yang berasal dari satu keturunan ibu (saparuik). Sedangkan bundo
kanduang sebagai organisasi dibentuk pada tahun 1976 di Kota
Payakumbuh. Secara umum yang digolongkana bundo kanduang
adalah semua istri atau perempuan yang sudah pernah menikah.
Organisasi Bundo Kanduang mempunyai program jangka
panjang dan jangka pendek. Program jangka panjang adalah
melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk melestarikan budaya Minang
sesuai dengan ABSSBK. Pada masa Orde Baru organisasi bundo
kanduang dikuasai oleh salah satu partai politik, namun dari Munas
Bundo Kanduang tahun 1998, hasil keputusan Munas organisasi
bundo kanduang tidak boleh memihak pada salah satu partai politik.
Sejak itu organisasi bundo kanduang menjadi organisasi independen.
Akan tetapi kenyataannya dalam perjalanan waktu tetap saja menjadi
alat politik dari berbagai partai politik. Tergantung partai apa yang
menjadi kepala daerah pada masa tersebut.558
557Wawancara Inayah (Bundo Kanduang Sikaladi), 10 Mei 2017, jam. 13.00
WIB. 558 Wawancara Nofri Aides (Bundo Kanduang Limakaum), 29 Juni 2017 di
Batusangkar, jam 10.00 WIB.
256 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
4) Upacara batagak rumah /mandoso
Upacara batagak rumah/mandoso559 adalah seremonial
persiapan akan membangun sebuah rumah. Rumah adalah tempat
berdiam kemenakam perempuan dan keluarganya. Rumah bukan
hanya tempat tinggal tapi tempat musyawarah, tempat berkumpul
keluarga anak kemenakan maka membangun rumah dilakukan secara
bersama. Tanah untuk membangun rumah tidak dibeli melainkan
tanah kaum yang telah diberikan berdasarkan musyawarah mamak-
mamak. Pembangunan rumah kemenakan ini biasanya dilakukan
gotong royong oleh kaum dari mamak perempuan.560
Beberapa urutan seremonial batagak rumah yaitu maramu ka
rimbo (meramu ke rimba) maksudnya mencari kayu ke rimba yang
dilakukan oleh famili keluarga laki-laki, kemudian Mairik pakayuan
dari rimbo (membawa pekayuan dari rimba) ke kampung, Marandam
pakayuan maksudnya perkayuan yang dibawa dari rimba tadi
direndam dalam tempat yang berlumpur setelah itu Mambangkik
pakayuan atau mambangkik batang tarandam, maksudnya pekayuan
yang sudah direndam sekian lama dikeluarkan kembali, lantas
dibersihkan dan dikeringkan, selanjutnya Cacak paek artinya
memahat kayu pertanda pekerjaan dimulai. Batagak rumah, artinya
menegakkan kerangka rumah yang seluruh bagian-bagiannya telah
selesai dikerjakan, Manjanguak tukang, maksudnya orang yang punya
rumah pergi menjenguk tukang ke rumah atau ke kampungnya. Baru
terakhir settelah rumah selesai, sebelum dihuni ada istilah Manaiki
rumah yag artinya rumah mulai dihuni, maka yang empunya rumah
mengadakan doa selamatan sebagai pernyataan rasa syukur. zaman
sekarang upacara “Batagak rumah” melalui tahap-tahap seperti masih
terjadi di Sikaladi Nagari Pariangan561
dan sebagian di tempat sudah
jarang dijumpai.
559 Mandoso artinya berdoa pada yang kuasa atas dimulainya pekerjaan,
tradisi ini sudah ada sejak zaman sebelum Islam, setelah Islam berdoanya sesuai
dengan agama Islam. Wawancara penghulu suku Koto Pariangan dan pengamatan
langsung. 560 Wawancara dan pengamatan langsung di nagari Pariangan, 10 Mei 2017,
jam. 13.00 WIB. 561Wawancara Inayah (bundo kanduang Sikaladi), 10 Mei 2017, jam. 13.00
WIB.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 257
Banyak hikmah dari seremonial ini di antaranya adalah agar
tidak terjadi perselisihan dan konflik antara anak kemenakan,
tanggung jawab sebagai mamak dilaksanakan sehingga anak
kemenakan merasakan kepemimpinan dari mamak/penghulunya, dan
meringankan kemenakan dalam ekonomi. Budaya ini berlangsung
sejak dahulu sampai sekarang di nagari Pariangan jorong Sikaladi.
Dalam seremonial-seremonial ini telah terjadi perubahan karena
pengaruh modernisasi dan globalisasi.
Dari uraian di atas tergambar bahwa masyarakat menjalankan
nilai-nilai adat dan agama secara bersamaan, nilai adat mengandung
hikmah-hikmah yang positif untuk kehidupan sehari-hari dalam
keluarga, dalam berkaum dan di dalam sukunya serta kehidupan
bermasyarakat. Begitu juga nilai agama sekaligus juga harus
dilaksanakan karena keyakinan yang sudah melekat dalam kehidupan
mereka. Sikap masyarakat di atas adalah akomodasi model
kontekstual yang mengakomodasi unsur-unsur nilai adat dan agama
tidak langsung menerima dan menolak akan tetapi melalui penilaian
sehingga ditemukan nilai-nilai baru antara adat dan agama yang
menjadi sikap keberagamaan masyarakat. Masyarakat menjalankan
nilai-nilai adat dan agama secara bersamaan.562
Dari paparan di atas juga terjadi suatu perubahan pada
upacara-upacara atau seromonial adat dan agama pada masyarakat di
nagari-nagari yang terletak di pusat kota dan yang berdekatan.
Sementara yang berjauhan dari kota masih memiliki budaya
kebersamaan, beberapa adat istiadat masih kental dan kukuh untuk
mempertahankan.
Dalam melaksanakan nilai keagamaan surau tidak kalah
penting fungsinya sebagai sarana bersatunya seremonial adat dan
ritual agama. Bila dilihat pengertiang kata surau dari kamus Besar
Bahasa Indonesia, adalah tempat (rumah) umat Islam melakukan
ibadah seperti shalat dan mengaji dan juga dapat berarti langgar. Di
Sumatera Barat di samping dua pengertian di atas yang disebut
mus}alla> dengan fungsi yang sama. Untuk itu dalam istilah nasional,
ada tiga nama yang populer untuk surau yaitu langgar di Jawa,
562Abidin Nurdin. "Integrasi Agama dan Budaya: Kajian Tentang Tradisi
Maulod dalam Masyarakat Aceh." El-Harakah, Vol. 18, No.1 (2016): 45-62.
258 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
mus}alla> di luar Sumatera Barat dan surau di Sumatera Barat. Surau
adalah disebut lembaga pendidikan Islam yang memiliki karekteristik
sama dengan pesantren di luar Sumatera Barat. Surau juga sebagai
pelengkap rumah gadang oleh suatu kaum tertentu.
Latar belakang historis surau adalah sebelum datangnya Islam
surau sebagai tempat beribadatan nenek moyang Minangkabau,
kemudian terjadi Islamisasi, di samping sebagai tempat berkumpul
anak-anak muda laki-laki sekaligus tempat tidurnya juga berfungsi
lebih luas sebagai tempat belajar, mengembangkan ajaran Islam
seperti menjadi tempat shalat, tempat belajar membaca al-Quran,
belajar agama, tempat upacara-upacara yang berkaitan dengan agama,
suluk 563
, tempat berkumpul dan musyawarah, tempat penginapan
musafir, tempat berkasidah/ bergambus, latihan silat dan lain
sebagainya.564
Ada beberapa jenis surau di Tanah Datar yaitu ada yang
disebut dengan surau nagari, surau kaum, dan surau suku. Surau
nagari saat ini banyak berubah menjadi masjid, surau kaum yang
sering disebut mus}al>a dan surau suku yang akhirnya menjadi surau
yang dipimpin oleh tuanku565 yaitu orang yang mempunyai
563Suluk adalah ibadah yang dilakukan oleh penganut tarekat dengan
mengurung diri di dalam kelambu atau kamar kecil, bertekun melakukan ibadah
guna mendekatkan diri kepada Tuhan sepanjang waktu. 564Azyumardi Azra, Surau Pendidikan Islam Tradisional Dalam Transisi Dan
Modernisasi (Jakarta: Logos wacana Ilmu, 2003), 7-9. 565Tuanku adalah salah satu gelar ulama di Minangkabau. Para tuanku
terkemuka biasanya disebut berdasarkan tempat tinggalnya, surau atau sejumlah
karakteristik personal mereka. Syekh (syaikh) dianggap gelar keagamaan yang lebih
tinggi bagi ulama daripada tuanku. Gelar-gelar tersebut mencerminkan sifat alami
ulama di Minangkabau yang merupakan satu-satunya kelompok di dalam masyarakat
Minangkabau yang memiliki pengaruh dan concern yang supra nagari atau trans
nagari. Gelar tuanku seperti Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Nan Tuo, dan lain-lain,
bersifat personal karena berada di luar hirarki adat. Biasanya nama nagari ditambahkan dengan tepat karena para pengikut tuanku berasal dari daerah yang jauh
lebih luas daripada satu nagari. Gelar tuanku ini berbeda dengan gelar-gelar murni
adat, seperti Datuk Bandaro Kuning dan Malin Marajo. Gelar-gelar adat
diperuntukkan bagi suku tertentu, bukan individu yang memegangnya dalam waktu
tertentu; pengganti Datuk Bandaro Kuning dan hal yang sama akan terjadi pada
pengganti selanjutnya. Gelar adat tidak dimodifikasi dengan nama nagari , karena
hanya relavan bagi nagari tertentu dan kebanyakan rakyat di nagari memahami
gelar mana yang diperuntukkan bagi suku. Sebaliknya, gelar tuanku dapat diterapkan
hanya bagi orang tertentu hanya ada satu Tuanku Imam Bonjol, tetapi pasti ada
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 259
keilmuan agama dan adat yang mendalam, yang diturunkan kepada
anak kemenakan dan cucunya, maupun kaumnya. Salah seorang
tokoh masyarakat Lintau Buo mengatakan bahwa adat dan agama
menyatu di masjid. Di masjid dan di surau berjalan Tigo Tungku
Sajarangan. Masjid posisinya adalah milik nagari, kalau sekarang
dinamakan masjid raya yang merupakan pusat informasi
penyelenggaraan nagari karena syarat dikatakan sebuah nagari harus
memiliki sebuah masjid.566
Pada surau terdapat terminan hubungan adat dan agama, jika
ditelusuri dari sejarah Minangkabau hubungan ini tercapai dalam
jangka waktu yang cukup panjang, berkaitan dengan konsepsi "Alam
Minangkabau" pola hubungan adat dan agama berlangsung proses
Islamisasi yang terus-menerus di dalam masyarakat Minangkabau,
terutama dalam pengenalan ide-ide baru dalam Islam yang dibawa
oleh orang-orang Minangkabau yang kembali dari Mekah, Madinah
dan Kairo. Pembaharuan dalam penghayatan dan pengamalan Islam
ini menimbulkan dinamika dan sekaligus konflik tersendiri dalam
masyarakat Minangkabau. Hamka mencatat, gerakan pembaharuan di
Minangkabau ini adalah gerakan pembaharuan paham Islam yang
pertama kali berlangsung di Indonesia.567
Proses pembaharuan ini menjadikan Minangkabau memegang
peranan penting dalam menyebarkan ide-ide pembaharuan dalam
Islam ke daerah-daerah lain. Surau sebelunya adalah tempat ibadah
persembahan dan pertapaan nenek moyang orang Minangkabau yang
menganut kepercayaan Dinamisme dan Animisme. Dengan
masuknya Islam ke Minangkabau, surau mengalami proses
Islamisasi. Surau dalam makna fisik merupakan bangunan-bangunan
peninggalan kebudayaan masyarakat Minangkabau sebelum datangya
Islam. Surau dalam sistem adat Minangkabau adalah kaum atau suku
yang didirikan oleh suatu kaum sebagai bangunan lengkap rumah
lusinan Datuk Bandaro Kuning dalam sejarah suku. Lihat Hamka, Ayahku Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perdjuangan Kaum Agama di Sumatera Barat, (Djakarta: 1976), 24.
566Wawancara Muslim (tokoh masyarakat), 30 Juni 2017 di Lintau Buo
pukul.19.00 WIB. 567Hamka, Muhammadiyah di Minangkabau (Jakarta: yayasan Nurul
Islam,1974), 7.
260 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
gadang, di sini ditempati oleh beberapa keluarga yang saparuik
(berasal dari satu perut (nenek) di bawah pimpinan seorang datuk
(penghulu/kepala suku).568
Dakwah Islam di Indonesia dalam pelaksanaanya sering
bersentuhan dengan budaya lokal yang sering dijadikan sarana dalam
penyebaran Islam. Seperti Wali Songo menjadikan wayang sebagai
media penyebaran Islam. Di Minangkabau pun tradisi lokal yang
sangat besar artinya dalam penyebaran Islam yaitu tradisi surau.
Semula surau tempat pertapaan kemudian terjadi Islamisasi surau
sebagai institus pendidikan, yang semula dipakai sebagai tempat
rutinitas ibadah. Surau menjadi tempat ritualisasi Islam setelah
mengalami Islamisasi dan berkembang sebagai lembaga pendidikan.
Di lembaga ini berlangsung revivalisme pemikiran Islam pertama di
Minangkabau. Surau sebagai tempat menimba ilmu agama bagi orang
Sumatera Barat sekaligus media difusi Islam.569
Ulama-ulama
mendirikan surau sebagai lembaga pendidikan dan murid-muridnya
ketika kembali ke kampungnya mendirikan surau pula dan di sana
terjadi penyebaran Islam, sehingga Islam cepat terakses oleh
masyarakat. Surau semakin populer sebagai media penyebaran Islam,
dan yang penting adalah surau telah membentuk karakteristik
masyarakat Minangkabau.
Surau dalam wacana intelektual surau merupakan gelombang
dasar sejarah pemikiran Islam di Minangkabau. Melalui surau ulama-
ulama menumbuhkan pemikiran Islam. Surau merupakan bagian
penting yang tidak bisa dipisahkan dari dunia pendidikan dan
pemikiran ke-Islaman orang Minangkabau. Corak dan karakteristik
surau sangat ditentutakan oleh otoritas ulama suraunya, membangun
tradisi surau secara tersendiri. Bahkan surau sangat identik dengan
corak pemikiran ke-Islaman seorang ulama. Otoritas keulamaan
terlihat dalam tarekat yang diamalkan oleh ulama tersebut. Dengan
tradisi tarekat tersebut sangat mudah untuk mencari link antara surau
568 Azyumardi Azra, Surau Pendidikan Islam Tradisional Dalam Transisi Dan
Modernisasi, 8. 569Duski Samad, Syekh Burhanuddin dan Islamisasi Minangkabau.
Minangkabau Foundation atas bantuan Yayasan Pengembangan Ekonomi dan
Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 2003. Accessed, 18 Desember 2017
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 261
yang satu dengan yang lainnya. Surau-surau yang mempunyai aliran
yang sama akan berhubungan satu sama lainnya, misalnya tarekat
syatariah akan berhubungan secara emosional dengan penganut
tarekat yang sama, begitu pula surau yang menjalankan tarekat
naqsyabandiah akan terus menjalin hubungan dengan surau yang
sealiran dengannya.570
Sejak kekalahan paderi oleh Belanda, surau termajinalisasi
ditambah dengan pembangunan sekolah secara besar-besaran oleh
Belanda. Politik etis Belanda mengambil bentuk pembangunan
sejumlah besar sekolah untuk kaum pribumi awal abad ke-20 ketika
itu muncullah sejumlah besar Volkschool di berbagai pelosok di
Minangkabau. Pada tahun 1913 sekolah Belanda berjumlah 111 buah.
Dua tahun kemudian berkembang menjadi 358 buah sekolah.571
Melihat sejarah Islam di Minangkabau, Sumatera Barat sebagai
salah satu pusat penyebaran ajaran Islam tertua di Nusantara tidak
telepas dari kehidupan surau. Keberadaan peninggalan sejarah Islam
berupa surau-surau tua beserta bukti sejarah di dalamnya menandakan
bahwa masyarakat Sumbar memiliki kebudayaan maju. Kebanyakan
surau menjadi pusat pembelajaran Islam termasuk dalam melahirkan
kebudayaan seperti halnya reproduksi naskah kuno dan ilmu beladiri
silat. Surau di Minangkabau bahkan menjadi pusat kegiatan
intelektual masyarakat.572
Fungsi surau sebagai pusat penulisan dan penyalinan teks al-
Quran, tafsir, tauhid, fiqih, mantik, ma’ani, kitab-kitab pelajaran
Bahasa Arab, juga sebagai pusat pendidikan agama, serta sebagai
tempat pendidikan yang berkenaan dengan tradisi dan adat istiadat
Minangkabau sejak ratusan tahun silam. Jejak Islam ini dapat
ditelusuri dengan ditemukannya surau-surau yang memiliki koleksi
manuskrip (naskah) yang berusia lebih dari tiga abad. Dan sampai
saat ini setidaknya masih ada puluhan surau kuno yang masih terjaga
570Wahyu Hanafi, "Pergeseran Epistemologi Pendidikan Islam (Menelusuri
Jejak Historis Pendidikan Islam Klasik hingga Kontemporer)." Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan, Vol. 9, No. 1 (2015): 1-20.
571Tim Yayasan Gunung Bungsu, Mengenal Tanah Datar Sebuah Kabupaten di Sumatera Barat (Batusangkar: Yayasan Gunung Bungsu, 2014), 26-28.
572Taufik Abdullah. "Adat and Islam: An examination of conflict in
Minangkabau." Indonesia 2 (1966). 1-24.
262 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
menurut kriteria di atas. Surau-surau ini tentu sebuah potensi wisata
religi yang tersebar di berbagai daerah di Sumbar.Terutama daerah
Darek dengan tiga Luhak utama yaitu; Tanah Datar, Luhak Lima
Puluh Kota, dan Luhak Agam, rata-rata memiliki tempat-tempat
yang berpotensi untuk dijadikan daerah tujuan wisata religi. Belum
lagi di daerah Rantau, dikenal sebagai daerah pesisir Minangkabau,
juga banyak tempat peninggalan sejarah Islam.573
Kita lihat satu
wilayah saja peninggalan di Luhak Tanah Datar, selain memiliki
situs-situs budaya religius seperti Makam Tuan Kadhi -salah seorang
dari Basa Ampek Balai574 yang sangat penting dalam konteks ideal
masyarakat tradisi Minangkabau di Padang Ganting, Surau dan
Makam Syeh Abdurrahman di Kumango, Masjid Tua di Limakaum,
Masjid Rao-Rao, dan situs Tuanku di Simabur, serta komplek surau
di Pariangan yang merupakan gambaran ideal mengenai harmonisasi
pengembangan beberapa mazhab Islam di Minangkabau. Usianya
yang sudah tua, arsitekturnya yang unik, koleksi manuskrip yang ada,
dan aktivitas ritual yang khas, serta sumber air panas yang alami,
menjadi modal utama dalam mengundang wisatawan untuk datang ke
daerah ini.575
Sebaran tujuan wisata di darek dan rantau, mengindikasikan
masuknya Islam ke Minangkabau melalui dua jalur dengan dua
periode. Pertama Islam masuk dari selat Malaka dan membentuk
koloni di Luhak Lima Puluh Kota. Kedua, Islam masuk melalui
pesisir Minangkabau yang merupakan kelanjutan dari rute Aceh.
Dalam perkembangannya, daerah pesisir lebih terkenal sebagai pusat
sebaran Islam di Minangkabau, seperti ungkapan adat: Syarak
573Azyumardi Azra,. "Surau di Tengah Krisis: Pesantren dalam Perspektif
Masyarakat." Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun dari Bawah, (Jakarta: P3M,
1985). 574Basa Ampek Balai adalah dewan mentri yang membantu raja pagaruyung
yang terdiri dari empat orang yang memiliki tugas dan wewenang yang berbeda serta
wilayah dan kedudukan yang berbeda-beda. Basa Ampek Balai setelah Islam terdiri
dari: 1)Datuak Bandaro Putiah di Sungai Tarab Pamuncak Alam Koto Piliang,
2)Makhudum di Sumaniak, Aluang Bunian Koto Piliang, 3)Indomo di Saruaso,
Payuang Panji Koto Piliang, 4)Tuan Kadi di Padang Gantiang, Suluah Bendang Koto
Piliang. 575 Observasi dan pengamatan langsung 10 Mei 2017, jam. 13.00 WIB di
Pariangan.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 263
mandaki, adat manurun. Artinya agama datang dari pesisir,
sedangkan adat warisan daerah darek, namun demikian keduanya
meninggalkan jejak sejarah Islam yang bernilai tinggi.576
Berbicara tentang suku bangsa Minangkabau dan
kebudayaannya, sama halnya dengan berbicara tentang banyak suku
bangsa lain di Indonesia. Kita tidak dapat mengabaikan perubahan
yang telah berjalan sejak beberapa lama dan telah menghilangkan
nilai-nilai lama dan diganti dengan nilai-nilai baru yang dianggap
lebih cocok dalam memenuhi kebutuhan mereka pada saat ini. Apa
yang dulunya dianggap sebagai daerah kebudayaan Minangkabau,
sekarang sudah banyak mengalami pengaruh dari unsur-unsur lain
akibat kontak dengan dunia luar. Perubahan ini juga terjadi karena
tidak sesuai nilai-nilai lama untuk keadaan sekarang ini. Tidak setiap
penduduk dapat dianggap sebagai pemangku kebudayaan
Minangkabau; dan sebaliknya, tidak setiap orang yang dari ayah dan
ibunya keturunan Minangkabau yang dapat dikatakan sebagai
pendukung kebudayaan Minangkabau, terutama jika mereka
dibesarkan di luar daerah kebudayaan Minangkabau.577
Menurut kelompok ini, ketertinggalan itu bisa diatasi melalui
pengotimalan pemahaman ajaran Islam. Dalam pandangan kalangan
modernis Islam, ketertinggalan umat Islam merupakan kesalahan
umat Islam itu sendiri, karena memahami agama secara picik dan
kepicikan berfikir. Di samping itu, enggan menerima pluralitas
sebagai khazanah dan fitrah budaya. Kemudian, menjadikan
perbedaan sebagai konfrontatif yang melelahkan. Kelompok modernis
menginginkan Islamisasi agar masyarakat tidak terjebak dalam
pemikiran ke-Islaman yang sempit yang biasanya lebih
mementingkan kesimbangan pemahaman tariqah dengan
syariah.Tariqah merupakan pemahaman keagaman menuju kekayaan
bathiniah, sedangkan syariah adalah hukum yang harus didekontruksi
576 Observasi dan pengamatan langsung 10 Mei 2017, jam. 13.00 WIB di
Pariangan. 577Gusti Asnan, Memikir ulang regionalisme: Sumatera Barat tahun 1950-an.
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007).
264 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
oleh Islam dalam kehidupannya. Perpaduan ini lebih tepat disebut
dengan keseimbangan antara eksotoritik dengan esotorik.578
Dengan adanya modernisasi sistem pendidikan, maka surau
tidak menarik lagi dikalangan muda Sumatera Barat. Madrasah
mengembangkan metode pengajaran baru yang tidak hanya belajar
membaca al-Quran. Sistem modernisasi pendidikan terlihat dengan
kehadiran sistem pendidikan madrasah yang berlangsung sejak 1907
di Sumatera Barat sedangkan di Jawa pondok pesentrennya baru
mengenal sistem madrasah ini pada tahun 1920-an.
Dalam hal ini, yang lebih tegas dilakukan oleh kelompok
modernis Islam adalah meletakan Islam sebagai idologi atau
paradigma dalam tranformasi sosial.Tugas ini lah yang harus
dilakukan oleh agamawan atau ulama.Tidak semua ulama yang dapat
menjalankan misi tersebut.Tugas ini kemudian banyak diambil alih
oleh kelompok akademisi yang terdidik dan menaruh perahatian
terhadap Islam. Era ini di Minangkabau sangat terlihat pada
zamannya Hamka, Hatta dengan gerakan ekonomis sosialis Islam,
Modernisasi Islam dipahami sebagai paradigma pemikiran umat
Islam, bukan membangun defenisi Islam yang baru. Di lihat dari alur
pemikiran lahirnya paradigma ini disebabkan oleh ketidakrelaan
kelompok pemikir ini terhadap ketertinggalan umat Islam dalam
dunia sosial, serta kepicikan pemikiran umat Islam itu sendiri dalam
mentransfer literasinya ke dalam dunia nyata. Di Minangkabau,
paradigma pemikiran modernisasi Islam ini, sebenarnya sudah muncul
semenjak lahirnya puritanisasi sebagai pendobrak pemurnian
pemahaman Islam orang Minangkabau yang sinkretisme. Namun,
modernisasi Islam ini lebih berkembang ketika awal abad ke-19
seiring dengan, bergeraknya kaum agama membangun sekolah-
sekolah agama modern di Minangkabau.579
Modernisasi Islam, lebih menekankan pada pembentukan
karakteristik umat Islam untuk memanifestasikan hidup dengan
konteks keberagamaan yang sesungguhnya. Oleh sebab itu,
578Ahmad Baso, Plesetan lokalitas: politik pribumisasi Islam, (Jakarta: the
Asia Foundation Desantara, 2002). 579 Burhanuddin Daya, Gerakan pembaharuan pemikiran Islam, (Yogyakarta:
Tiara Wacana Yogya, 1990).
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 265
diperlukan pengajaran dan sistem pendidikan agama yang signifikan
terhadap tujuan tersebut. Maka dalam modernisasi awal ini, sangat
kentara terjadinya pembaharuan-pembaharuan institusi, organisasi
ke-Islaman, seperti lahirnya madrasah-madrasah dengan pola
modernis dan munculnya organisasi plat form Islam.580
Di Minangkabau, dimulai dengan menukar sistem surau yang
tardisional dengan sistem pendidikan modern, yang mengenal
klasikal, berijazah dan memiliki kurikulum yang terarah. Di Padang
Panjang misalnya, surau Jembatan Besi dengan duet tenaga pengajar
yakni Haji Abdullah Ahmad dan Haji Rasul menjadi cikal bakal
sekolah Thawalib. Eksistensi sekolah ini sangat berpengaruh di
Minangkabau.
Pada masa modernisasi Islam awal ini, ada dua pendekatan
yang dilakukan ulama untuk membangun ke Islaman umat, yakni
pendekatan pendidikan dan pendekatan pergerakan. Pendekatan
pendidikan; lebih tertuju pada perubahan identitas generasi muda.
Sedangkan pendekatan pergerakan, di dalamnya tercakup
pembentukan jamaah dan institusi Islam yang progresif, seperti
organisasi-organisasi ke-Islaman.581
Transformasi pendidikan oleh ulama-ulama konservatif ini,
setidaknya telah melahirkan peta pemikiran ke-Islaman Minangkabau
sekaligus terjadinya pergeseran pemikiran Islam dari tradisional
Islam ke modernisasi Islam. Dengan lahirnya madrasah-madrasah
modernis secara tidak langsung telah menjadikan Minangkabau tidak
lama mengalami kekosongan sistem pendidikan, sementara itu, ulama
pada masa modernisasi Islam ini terbagi menjadi dua kutup, ulama
kaum muda dan kaum tua. Ulama kaum muda kelompok modernis
dan konservatif, biasanya ulama-ulama punya view oriented, dan
mereka terpengaruh oleh konsep-konsep pembaruan dari luar. Dan
kaum tua, kelompok ulama yang bertahan dengan konsep-konsep
580 Fakhry Ali and Bahtiar Effendy. Merambah Jalan Baru Islam: Rekontruksi
Pemikiran Islam Indonesia Masa Orde Baru, (Bandung: Mizan, 1986). 581 Wawancara Buya Masnefi, Senin, 21 Maret 2016, Jam 11.00 WIB di
Batusangkar.
266 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
surau masa lalu, serta masih mempertahankan tradisi lama misal
ritualisasi keguruan.582
Kelompok ulama modernisasi, agama itu diaplikasikan secara
realistis. Agama ditujukan untuk pemberdayaan umat secara
keseluruhan. Masa awal konseptual itu belum berkembang
sepenuhnya karena terkendala oleh sistem penjajahan. Di samping
itu, madrasah-madrasah yang dikembangkan hanya baru bergerak
dengan sistem pendidikan yang teoritik keagamaan dan belum
dilengkapi dengan skill education. Akibatnya, ketika terjadi
perubahan terutama berkembangnya pasar dalam sistem ekonomi
masyarakat Minangkabau, alumni surau-madrasah sulit mengikut
perkembangan ini.
Dari uraian di atas tergambar bahwa sangat besar peranan
surau dalam penyebaran Islam dan mencetak ulama di Sumatera
Barat. Akomodasi adat dan syariat terdapat surau, surau bukan hanya
sebagai tempat ritual adat tetapi sebagai tempat transformasi nilai
Islam. Walaupun mengalami pasang surut karena pengaruh politik
penguasa, akan tetapi eksistensi nilai-nilai surau tetap berjalan dan
dirasakan masyarakat sumatera Barat.
Untuk penerapan syariat Islam dan adat, masing-masing suku
mempunyai surau yang biasa disebut surau kaum yang memadukan
syarak dan adat, surau menjadi sarana belajar anak laki-laki bujangan
yang telah baligh, surau sebagai tempat tidur bersama-sama
seangkatan mungkin sepesukuan atau sekaum, mereka tidak
memiliki kamar tidur di rumah gadang, disamping tidur di surau,
mereka belajar mengaji dan seluk beluk adat. Orang yang
kecendrungannya adat mendalami adat dan mendalami agama juga,
dan sebaliknya orang yang kecenderungannya agama mendalami
agama dan sekaligus mempelajari adat, sehingga kedua-duanya
mereka paham. Disamping belajar agama Islam di surau para
pemuda belajar adat istiadat yang diturunkan oleh tetua, pemuka
adat maupun pemuka agama dan dibantu oleh guru tuo (yang
dianggap cakap dan mampu serta yang lebih besar dari
582 Yudhi Andoni,. "Mengonstruksi Ruang Identitas: Fenomena Hubungan
Adat, Islam dan Negara.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 267
seangkatannya) dan juga tempat belajar silat (bela diri).583
Di Era
Reformasi ini di Kabupaten Tanah Datar tidak ditemukan lagi fungsi
surau yang demikian584
yang menurut data tahun 1998 terdapat 6469
buah surau pada 11 kabupaten dan 1226 buah di 7 kota dalam
Provinsi Sumatera Barat.585
Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat nagari pariangan,
pada saat Orde Lama surau-surau masih hidup sebagai tempat belajar
adat dan agama. Namun semenjak lahirnya Undang-undang Desa di
Orde Baru pada tahun 1974 nagari-nagari diatur dengan aturan desa
sehingga pemerintahan nagari berubah menjadi desa. Nagari hukum
adat terpecah menjadi desa-desa untuk keseragaman di seluruh
Indonesia. Dengan adanya penyeragaman ini bentuk nagari menjadi
terhapus, walaupun tidak hilang sama sekali. Akan tetapi menurut
orang Sumatera Barat pemerintah pusat telah merusak sistem adat
di Minangkabau, penghulu dan anak kemenakan mementingkan
pendidikan formal sehingga lama kelamaan peran surau berkurang,
namun surau sebagai sarana mengaji, bersilat, menguji Sumando
dengan silat pandekar, alua pasambahan (alur persembahan) artinya
belajar berbicara bersilat lidah tetap berlangsung. Pada 1945-an orang
Minangkabau banyak yang sukses di pusat (Jakarta) karena pandai
berbicara, dahulu mengutamakan kebersamaan, berbeda dengan
sekarang yang mengemukakan uang, biaya pendidikan sangat mahal.
Seperti di Nagari Balimbing Kabupaten Tanah Datar banyak terdapat
qori'ah dan banyak lahir hafiz al-Quran tempat belajarnya adalah di
surau, santri tanpa dipungut bayaran selain iuran uang lampu dan
membawa beras.586
583 Wisran Hadi, "The history of surau in minangkabau." workshops of
empoerment movement back to surau. Padang: Empowerment Bureau Social, Education and Sport Secretary West Sumatra. 2007.Accessed, 18 Desember 2017
584 Wawancara Budiman Munazir (Tokoh Agama Pariangan), 23 Februari
2017, di Batusangkar 585 Lihat Silfia Hanani, "Dalam Surau Aset Lokal Yang Tercecer di
Minangkabau." Dengan pendidikan surau dan bekembangnya madrasah-madrasah
modern, yang mirip pondok pesentran secara langsung menyebabkan Minangkabau
tidak lama mengalami kekosongan sistem pendidikan. Sekaligus dari sistem
pendidikan ini, lahir mentalitas Islam ke Minangkabauan. 586 Wawancara Buya Yusrizal, Kamis,14 April 2016 di Batusangkar.
268 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Nilai-nilai surau yang melekat di masyarakat seperti adanya
rasa malu dan sopan santun (raso pareso nan mendalam artinya rasa
periksa yang mendalam), jika ada orang yang lebih tua duduk di
kedai atau warung, maka orang muda seperlunya saja berada di kedai
tersebut karena ada rasa malu, rasa hormat dan santun, sesorang
dikatakan tidak sopan jika ikut campu pembicaraan orang tua dan
nimbrung diskusi dengan orang yang lebih tua, begitulah adat sopan
santun pada masa-masa sebelumnya, tetapi zaman modern sekarang
sama rata saja.587
Begitu pula dengan pemilihan jodoh dilakukan oleh mamak
(paman) untuk kemenakannya. Zaman dulu mencari jodoh dipilih,
jika jodohnya lambat berarti bermasalah, jika mamak (paman) tidak
bisa mencarikan jodoh yang tepat, maka orang tua harus turun
tangan memilihkan jodoh anaknya baik anak laki-laki maupun
perempuan. Di suraulah tempat mereka anak muda-muda menjelang
berumah tangga belajar bela diri dan berguru kepada guru tentang
persiapan pernikahan.588
Surau suku selain sebagai sarana untuk belajar mengaji juga
sebagai sarana untuk belajar silat karena jika sesorang yang ingin
menikah harus pandai bersilat (bela diri) nanti akan diuji ketika akan
naik ke atas rumah calon istrinya. Untuk calon sumando dites terlebih
dahulu kemampuan silatnya apakah pendekar atau tidak. Mamak
rumah589 yang akan menguji calon sumando590
dengan silat pandekar),
kemampuan kependekarannya akan kelihatan dan menambah
keyakinan mamak rumah untuk menerima sebagai sumando. Orang
dahulu mencari jodoh bapiliah (dipilih), tidak mencari sendiri seperti
sekarang jika seseorang terlambat dapat jodohnya maka yang berhak
587 Wawancara Buya Masud Abidin Ulama Sumatera Barat, Padang Minggu
/10 April 2016 588 Wawancara Saidani Tokoh masyarakat nagari Pariangan, 10 Januari 2018
di Batusangkar. 589 Mamak Rumah artinya suami dari Bundo Kanduang (Bundo Kandungan
yang dimaksud di sini adalah wanita yang telah menikah). 590 Sumando adalah bahasa minang untuk laki-laki yang bergabung dengan
keluarga perempuan yang diikat dengan tali pernikahan.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 269
memilihkan jodohnya adalah mamak (paman) dan kedua orang
tuanya, zaman modern tradisi ini tidak berlaku lagi.591
Surau juga tempat belajar Alua pasambahan (belajar berbicara
atau bersilat lidah), zaman sekarang sudah sedikit orang pandai
bersilat lidah, termasuk berbicaraa di tingkat nasional. Tahun 1945-
an orang Minangkabau banyak yang sukses di pusat, pandai
berbicara, orator, karena waktu muda-mudanya sudah terlatih di
surau bersilat lidah. Dan di masa sebelumnya diutamakan
kebersamaan bukan seperti sekarang yang dikemukakan adalah uang,
sekolah modern bayarannya mahal.592
Surau dan masjid sebagai sarana berkumpul masyarakat dari
dulu dan sampai sekarang. Surau di Tanah Datar dimiliki oleh suku-
suku, masing-masing suku mempunyai surau. Surau sebagai tempat
mengaji anak kemenakan (keponakan), tempat bermusyawarah
keluarga sepersukuan. Sementara masjid adalah milik nagari tempat
berbagai kegiatan masyarakat, sedangkan bagi masyarakat Sumatera
Barat sendiri sudah tidak asing lagi karena memang bagian dari
kehidupan sehari-hari. Mungkin generasi dekade sekarang banyak
yang belum mengetahui karena sejak peralihan Pemerintahan Nagari
menjadi pemerintahan Desa selama 20 tahun lamanya, di Orde Baru
surau sudah hampir tidak berfungsi seperti masa sebelumnya.593
Sistem Pemerintahan Desa kembali ke bentuk Pemerintahan
Nagari dengan lahirnya Perda No.9 tahun 2000 tentang pokok
pemerintahan nagari . Sistem desa selama 20 tahun tetap saja telah
mengurangi makna rasa bernagari sebagai satu kesatuan hukum adat
di Sumatera Barat khususnya di Kabupaten Tanah Datar. Namun
dengan kembali ke sistem pemerintahan nagari, maka seruan
"Kembali ke surau" mulai bergema di masyarakat dan mendapat
dukungan dari pemerintah daerah. Makna "Kembali ke surau" ada
yang memaknai dengan kembali melaksanakan ibadah/sembahyang
dan mengaji sesuai dengan arti surau menurut kamus bahasa
591 Wawancara Afdirizal di Nagari Batu Bulek. 592 Wawancara Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), 03 September 2016,
jam: 14.00 WIB di Batu Bulek kecamatan Lintau Buo Utara. 593 Azyumardi Azra, "The Surau and the early Reform Movements in
Minangkabau”, Mizan: Indonesian Forum for Islamic and Social Studies, Vol. 4, No.
2 (1994).
270 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Indonesia, ada yang memaknai kembali ke surau seperti zaman
dahulu yang mengaktifkan surau-surau sebagai tempat belajar agama
, sebagai sarana berkumpul dan bermusyawarah. Namun tetap saja
konsep ini menuai polemik di tengah-tengah masyarakat. Makna
"Kembali ke Surau" dimaknai sendiri-sendiri sesuai persepsi masing-
masing kelompok.
Menurut peneliti makna "Kembali ke Surau" seperti fungsi
zaman dulu secara fisik tidak mungkin. Karena secara fisik surau-
surau yang ada di Tanah Datar sudah tua dan sarana belajar agama
anak –anak muda sudah beralih ke madrasah-madrasah dan masjid.
Lebih tepatnya kembali ke nilai-nilai agama Islam yang sejalan
dengan falsafah ABS-BK.
Pada masa pemerintahan Bupati Masriadi Martunus di awal
Era Reformasi untuk mendukung gerakkan "Kembali ke Surau"
masing-masing masjid nagari diberikan bantuan dana untuk
pengelolaan masjid tiga juta rupiah. Tujuannya untuk melaksanakan
program meningkatkan ekonomi masyarakat. Dengan memberi
bantuan kepada masjid supaya dibentuk koperasi masjid di setiap
nagari. Agaknya program ini cukup positif untuk dilanjutkan pada
periode pemerintahan berikutnya, hanya saja masyarakat dan
pengelola koperasi masjid tersebut perlu diberikan pembinaan dan
pengawasan. Dan pada periode berikutnya program ini tidak ada
kelanjutannya. Di Orde Baru bantuan-bantuan pemerintah untuk
kegiatan keagamaan juga sudah tampak tetapi lebih banyak swadaya
masyarakat untuk pembangunan dan secara gotong royong,
termasuk gotong royong surau dan masjid.594
Di Era Reformasi surau sudah tidak berfungsi seperti masa
sebelumnya, kegiatan surau sudah beralih ke masjid sebagai sarana
belajar mengaji adalah TPA (Taman Pendidikan al-Quran), akan
tetapi di nagari-nagari di kampung sebagian surau masih aktif
tempat mengaji seperti di surau Nagari Batu Bulek kecamatan Lintau
Bou Utara masih ada surau yang berfungsi untuk belajar mengaji
pada malam hari dan tempat berkumpul sepersukuan
594Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah Datar dan
Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA Sumahamid), 17 Februari 2017, jam
10.00 WIB di Jakarta.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 271
memusyawarahkan hal-hal yang menyangkut suku dan belajar
berkolah (bersilat lidah/pantun). Surau-surau yang sudah lapuk sudah
bagus bangunannya yang merupakan bangunan surau lama dijadikan
bangunan baru, dana pembangunan dari uang wakaf salah seorang
pengusaha di rantau yang berasal dari daerah tersebut.595
Agaknya bergesernya fungsi surau sekarang ini karena berbagai
faktor di antaranya pengaruh modernisasi dan kebijakan pemerintah,
walaupun sebagian surau di Tanah Datar bangunan fisiknya sudah
banyak yang direhab seperti masjid yang masih tetap berfungsi untuk
belajar mengaji anak-anak, wirid pengajian majlis taklim, tempat
penyelenggaraan qurban di hari raya Idul Adha, seperti surau di
Nagari Batu Bulek Lintau Utara dan surau di Sikaladi Pariangan.
Sementara masjid menjadi sentral kegiatan keagamaan di
nagari, karena syarat berdirinya sebuah nagari adalah adanya sebuah
masjid milik nagari, jadi disetiap nagari memiliki masjid. Menurut
Buya Yusrizal tokoh agama Tanah Datar, latar belakang kenapa
disyaratkan disuatu nagari ada dibangun masjid, asal mulanya adalah
pada tahun 1347-1475 disusun di kerajaan setelah peristiwa Sumpah
Sati Marapalam yang disusun oleh Sultan Alif Rajo Adat dan Rajo
Ibadat. Ini merupakan tindak lanjut dari Sumpah Sati Marapalam.
Penghulu mengatur struktur Tungku Tigo Sajarangan, alim ulama
dan cadiak pandai melahirkan tigo tali sapilin mengakomodir aturan
adat dan syariat. Sistim pengaturan nagari mirip dengan sistim
pengaturan kerajaan. Rapat dimulai dengan pemutusan angka
menurut syarak, jumlah kotak 13 berdasarkan rukun shalat.
Kesepakan musyawarah syarat nagari sudah punya masjid, agar
masjid makmur pengelolalannya diserahkan kepada 4 unsur596
: 1)
Ada imam, 2) Ada khatib, 3) Bilal, 4) Qadi, dalam adat disebut Jinih
nan ampek. Empat gala atau gelar ini punya nagari, imam nagari dari
turun temurun dan masih berlaku sampai sekarang. Kedudukan
empat unsur ini sama kedudukannya dengan niniak mamak di nagari.
Kotak-kotak yang kosong diisi dengan istilah syarak penamaannya.
595 Observasi dan pengamatan langsung, 03 September 2016 di lokasi surau
Batu Bulek Lintau Buo Utara. 596 Wawancara Buya Yusrizal, kamis 14 April 2016 di Batusangkar.
272 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Aturan-aturan yang tidak tertulis ini berlaku sampai sekarang.597
Para
penghafal al-Quran masih banyak ditemukan sekarang, seperti di
Nagari Balimbing puluhan qori dan puluhan hafiz al-Quran tempat
belajarnya di surau.598
Surau-surau ini memiliki aliran yang berbeda-beda sangat
mudah menjejaki tradisi ke- Islaman yang berkembang pada surau,
karena link pemikiran dan tradisi yang berkembang selalu menurut
alur tradisi guru terdahulu. Tradisi guru menjadi panutan dan
dikembangkan oleh murid atau pengikut-pengikut selanjutnya.
Difusi ini secara langsung atau tidak langsung telah mempengaruhi
tingkat pengamalan ke-Islaman masyarakat.599
Pada masa ini ada dua
kekuatan mendasar membangun tradisi pemikiran ke-Islaman di
Minangkabau, pertama tradisi pendidikan surau dan kedua tradisi
tariqat. Pada tradisi pendidikan surau, ulama adalah guru secara
akademik, yang memberikan transfer knowledge.Yakni memberikan
pengetahuan ke-Islaman kepada murid-muridnya dengan sistem
pendidikan ke-surauan atau dengan sistem salaf.
Di Tanah Datar ulama surau hampir tidak memiliki guru. Guru-
guru tarekat sudah meninggal dan generasi penerusnya tidak ada.
Pengajian tarekat di surau-surau biasanya diundang dari luar
Kabupaten Tanah Datar seperti dari Kabupaten Lima puluh Kota dan
dari Padang Pariaman.
Di Era Reformasi ini di nagari Batu Bulek dan di nagari
Pariangan, surau masih berfungsai untuk belajar mengaji di malam
hari. Di nagari Batubulek ini surau dipakai untuk tempat belajar silet,
belajar bakolah (petatah petitih Minang), di samping surau masih
dipakai tempat bermusyawarah. Mengaji di surau masih berlangsung
di beberapa surau dengan memakai metode lama mengaji malam dan
ada yang sudah memakai metode baru belajar mengaji pada sore
hari, dari data nagari ditemukan 27 surau yang ada di nagari Batu
Bulek. Surau tidak dianggarkan dananya oleh pemerintah murid
597Mhd. Natsir, "Peranan Surau Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Tradisional Di Padang Pariaman Sumatera Barat (Surau Syaikh Burhanuddin)."
Pedagogi: Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 12, No. 2 (2012): 39-46. 598 Wawancara Buya Yusrizal, kamis 14 April 2016 di Batusangkar. 599 Moenada, Meimunah S. "Surau dan Modernisasi Pendidikan di Masa
Hindia Belanda." Sosial Budaya, Vol. 8, No.1 (2011): 40-53.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 273
mengaji membayar uang minyak (uang lampu) saja Rp.6000/ bulan
satu orang murid dan yang mengajar diistilahkan dengan guru tuo
(guru tua).600
Sementara di pusat kota Batusangkar sudah hampir tidak ada
lagi surau yang berfungsi sebagai tempat belajar mengaji, tempat
belajar mengaji al-Quran adalah di masjid atau TPA (Taman
Pendidikan al-Quran) walaupun ada yang disebut surau tapi sudah
menjadi masjid atau mus}al>a.601
Surau masih berfungsi untuk tempat musyawarah dan belajar
silek serta kegiatan-kegiatan adat dan keagamaan. Dari sejumlah
surau yang ada masih ada yang dipakai untuk mengaji Alquran pada
malam hari dengan metode konvensional, duduk melingkar
mengelilingi guru tanpa kursi dan meja. Guru mengaji hanya
tamatan madrasah tsanawiyah dan guru tidak diberi gaji hanya honor
dari uang iuran murid (istilah disini uang minyak lampu).602
Pada
masa orde baru repelita pertama surau-surau di Batu Bulek masih
dipakai oleh pemuda untuk kegiatan mengaji, tidur di surau, main
disurau dan kegiatan-kegiatan keagamaan di surau.603
Di Era Otonomi Daerah, pemerintah daerah memilki
wewenang daerahnya sendiri sehingga terakomodir keinginan
masyarakat untuk kembali menggiatkan budaya lokal baik bidang
keagamaan maupun sosial budaya. Di antara aspirasi masyarakat
kelompok agama adalah "Kembali ke Surau" dan aspirasi kelompak
adat adalah "Kembali ke Nagari".604
Sehingga dengan dengan
demikian lahirlah peraturan-peraturan daerah yang mengatur masalah
ini sebagai wujud dukungan pemerintah terhadap aspirasi adat dan
600 Wawancara Efdirijal, (Kaur Uumum), 3 September 2016 di nagari Batu
Bulek, Lintau Buo Utara 601 Observasi dan Wawancara Usputra Veferi (anggota KAN Batubulek),
sabtu, 3 September 2016 di Jorong Aur duri, Nagari Batubulek kecamatan Lintau
Buo Utara. 602 Mengamati langsung ke surau tempat mengaji di Nagari Batu Bulat Lintau
Utara 603 Wawancara sekretaris Wali Nagari Batu Bulek Lintau Utara, 03
September 2016 di Nagari Batu Bulek, Lintau Buo Utara 604AMZ Tuanku Kay Khadimullah, Menuju Tegaknya Syariat Islam di
Minangkabau: Peranan Ulama Sufi dalam Pembaruan Adat. Marja, 2007.
274 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
agama.605
Pemerintah Daerah juga memberikan dukungan dalam
bentuk anggaran dana.
Dari penjelasan di atas bahwa surau di masa lampau berfungsi
sangat besar dalam pembentukan berbagai aspek karakter manusia
sehingga menghasilkan ulama. Di Era Reformasi, dengan Otonomi
Daerah ada keinginan masyarakat Sumatera Barat untuk kembali
memfungsikan surau. Namun di Era Modern sekarang ini tidak
mungkin "Kembali ke Surau" seperti di masa lampau, namun nilai-
nilai surau tersebut yang bisa diterapkan.
Pola dasar pembangunan adalah kegiatan adat dan agama.
Bupati Ika sumahamid dalam hal ini langsung terjum ke masyarakat
dan mengikut sertakan tokoh adat dan ulama mengadakan wirid-
wirid di kantor. Dalam Pembangunan masjid beliau melibatkan para
perantau.606
Kegiatan keagamaan bulan Ramdhan MTQ ke masjid dan
Bupati meninggalkan bantuan dari dana taktisnya.Bupati punya
otoritas dipilih oleh DPRD melalui pemilu yang dipilih partai dan
partai yang menentukan siapa yang akan duduk menjadi Anggota
DPRD, partai hanya tiga. PNS boleh menjadi pengurus partai, karena
dampak masa krisis pada akhir pemerintahan soeharto, maka
anggaran keuangan semakin tidak punya arti, rupiah anjlok
17000/dolar.607
Kondisi negara secara nasional sangat teras
dampaknya ke daerah.608
Dalam pembangunan Desa didukungan oleh penghulu
(pimpinan suku). Kegiatan-kegitana agama, sosial keagamaan
masyarakat, pada masa kepemimpinan Ika Sumahamid berjalan
walaupun tanpa ada anggaran dari pemerintah, Bupati dekat dengan
perantau dan merangkul perantau melalui ikatan keluarga di rantau
605Observasi dan Wawancara, Dedi Admon, Anggota DPRD Kabupaten
Tanah Datar, 5 Februari 2017 di Jakarta. 606Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah Datar dan
Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA Sumahamid), 17 Februari 2017, jam
10.00 WIB di Jakarta. 607Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah Datar dan
Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA Sumahamid), 17 Februari 2017, jam
10.00 WIB di Jakarta. 608Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar), pada kamis,
26 Januari 2017 jam 17.00 di Jakarta.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 275
melalui ikatan tingkat kabupaten, tingkat kecamatan sampai ke
tingkat Nagari .609
Pembinaan ekonomi masyarakat dengan pembangunan
ekonomi masyarakat , bupati langsung terjun kemasyarakat
memberikan motivasi, misalnya, gerakan penenanaman kulit manis
yang mana waktu itu menjadi komoditi mahal, kulit manis Tanah
Datar terkenal bagus kwalitasnya. Pembangunan suaka purbakala di
Tanah Datar untuk pelestarian adat. Dalam rangka visualisasi tiga
tali sapilin,610
konsep Bupati Ika Sumahamid, Istana Pagaruyung
adalah representasi adat, kantor bupati (representasi pemerintah)
dipindahkan dekat istana pagaruyung dan di sebelahnya dibangun
masjid. Rumah sakit daerah dibangun dengan sistem manunggal,
untuk membangun didatangkan utusan masyarakat dari kecamatan-
kecamatan. Dibangun lapangan pacuan kuda sebagai gelanggang olah
raga, dalam kegiatan-kegiatan masyarakat bupati langsung turun
membangun daerah dengan inisiatif karena anggaran dana daerah
sulit masa itu. Istano pagaruyung dibangun pada tahun 1975, kantor
bupati dibangun pada tahun 1989 dan masjid kabupaten dibangun
pada tahun 1990 yang dibangun dengan bantuan dana perantau
Jakarta , Aminujal memiliki relasi bisnis dengan Bambang soeharto.
Pada saat itu sudah ada budaya membangun di kampung bagi
perantau-perantau yang kaya.
Lumbung padi nagari sebagai ciri hemat menurut Adat
Minangkabau, Rumah adat adalah rumah Gadang yang puncaknya
bergonjong runjing menjulang ke udara. Rumah adat ada empat
macam dan setiap rumah adat mmempunyai lumbung padi disebut
dengan rangkiang. Jadi lumbung padi atau rangkiang gunannya
tempat menyimpan hasil sawah. Rangkiang terletak di hadapan
rumah gadang yang menurut adat Minangkabau ada tiga macam;1)
Lumbung sitinjau lawik (nama sebah daerah di Sumatera Barat)
gunanya untuk menolong orang yang terlatar dalam perjalanan,
609Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah Datar dan
Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA Sumahamid), 17 Februari 2017, jam
10.00 WIB di Jakarta. 610Representasi adat, pemerintah dan agama terlihat dari tiga bangunan di
atas.
276 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
2)Lumbung sibayau-bayau(nama sebah daerah di Sumatera Barat)
guna padinya untuk menolong orang yang kesempitan di dalam
kampung dan nagari, 3) Lumbuang baperong guna padinya untuk
makanan sehari-hari oleh anak kemenakkan yang menghuni rumah
gadang.611
Dilihat dari kegunaannya lumbung padi tersebut oleh
masyarakat sudah sejak lama mempunyai sifat hemat, sehingga rezeki
yang dikaruniakan Tuhan dimanfaatkan dengan teratur dan tidak
digunakan sesuka kita walaupun telah miilik kita. Bank nagari tidak
ada yang milik nagari adalah lembaga mikro ponding budi yang
merupakan lembaga keuangan rakyat. Lumbung piti nagari sudah
tidak ada lagi yang ada BMT Masjid yang merupakan masjid milik
nagari.
Masa Pemerintahan Ika Sumahamid dalam pembinaan ekonomi
ada program lumbung desa, jiwa gotong royong masyarakat sangat
tinggi, namun pada periode pemerintahan Masdar Saisa lebih banyak
pembinaan kegiatan olah raga, yang bersifat keagamaan dan adat
sangat kurang karena pengaruh kondisi politik pemerintah pusat,
tahun 1997 negara dalam keadaan kacau, terjadi krisis moneter
Indonesia, hal ini berpengaruh sampai ke daerah Kabupaten Tanah
Datar. Pembangunan pada periode pemerintah ini oleh dikatakan
mandeg, banyak demo kepada pemerintah juga sampai ke tingkat
Kabupaten Tanah Datar. BBM naik ,angggaran banyak membantu
bank-bank yang koleps, tahun terakhir pemerintahannya Bupati
mengalami sakit sehingga posisi digantikan Plt (Pelaksana tugas)
Bupati. Pada tahun 2000 pemilihan bupati masih dilakukan oleh
anggota DPRD kabupaten Tanah Datar. Bupati terpilih tahun 2000
adalah Masriadi Martunus dari 27 orang calon Bupati.612
Dari uraian di atas terlihat bahwa masa sebelum reformasi
Bupati Tanah Datar sudah ada usaha untuk mengakomodir adat dan
agama untuk kesejahteraan masyarakat dengan mengerahkan segala
611 Wawancara Muslim (tokoh masyarakat), 30 Juni 2017, jam 19.00 WIB di
Lintau Buo. 612Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah Datar an
Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA Sumahamid), 17 Februari 2017, jam
10.00 WIB di Jakarta.
Kasus dan Pola Konflik dan Akomodasi Antara Adat dan Agama dengan Pemerintah 277
potensi masyarakat. Hanya saja sistem pusat tidak mendukung baik
sisi kebijakan politik maupun kebijakan anggaran. Perubahan terjadi
di Reformasi, walaupun lima tahun Reformasi tidak banyak
perubahan terhadap sistem politik dan anggaran, setidaknya
perubahan sistem sentralistik ke Desentralistik telah memberikan
ruang perubahan untuk masyarakat Tanah Datar.
Perkembangan peranan ulama dewasa ini, bahwa sebenarnya
ulama tidak saja punya otoritas kemasyarakatan dalam lapisan sosial,
tetapi sekaligus punya otoritas keilmuan sebagai basis pembaruan.
Sesuai dengan dikatakan Gibb dalam Boland bahwa untuk melihat
perkembangan agama tidaklah melihat untuk menilai kecendrungan
pemikiran agama saja, akan tetapi kepada para pemimpin (para
ulama). Peranan ulama menduduki posisi penting dari lapisan dan
struktur masyarakat lainnya. Seperti penjelasan Tuner dikutib dari
Tamrin Kamal, bahwa suatu komunitas dalam masyarakat memiliki
semacam lambang dominan yang berfungsi efektif untuk
mempersatukan kelompok dan merupakan pendorong bagi kegiatan
anggotanya.
Bagi masyarakat Islam di pedesaaan seorang ulama memegang
peranan penting untuk membentengi umat dan cita-cita Islam
terhadap ancaman kekuatan –kekuatan sekuler dari luar.613
Ulama
merupakan pemimpin kharismatik dalam bidang agama, ia fasih dan
mempunyai kemampuan yang cermat dalam membaca pikiran
pengikut-pengikutnya. Sebagai seorang ahli, ia dengan mudah dapat
menerapkan dan menginterpretasikan agama ke dalam prinsip-prinsip
ijtihad.
Mengenai peran ulama dalam masyarakat, secara teoritis ada
konsep-konsep yang perlu dikembangkan, untuk melihat peranan
ulama dalam kajiannya adalah mengenai konsep “Mediator
(penghubung) dan cultural broker (makelar budaya), mediator dapat
didefinisikan sebagai orang-orang atau kelompok yang menempati
posisi penghubung dan perantara antara masyarakat dan sistem
613 Jajat Burhanudin, Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elite Politik Muslim
dalam Sejarah Indonesia. Noura Books, 2012.Accessed, 18 Desember 2017
278 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
nasional yang bersifat perkotaan.614
Tergantung kepada posisi
strukturnya dalam jaringan masyarakat yang kompleks, mediator ini
juga dapat diperankan oleh pemimpin tradisional yang membentengi
titik-titik rawan dalam jalinan yang menghubungkan sistem lokal
dengan keseluruhan sistem yang lebih luas. Sedangkan sebagai
kultural broker ia berperan sebagai makelar budaya atau agen
modernisasi yang secara aktif mencoba mengenalkan elemen-elemen
budaya kota kepada masyarakat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi konflik
dan akomodasi antara lembaga adat, dan agama dengan pemerintah
pada setiap periode pemerintahan, namun pada saat tertentu saling
mengakomodasi dan akan terjadi harmonisasi. Akomodasi nilai-nilai
agama dalam adat istiadat masyarakat Tanah Datar dan sebaliknya
dalam acara seremonial agama juga terakomodir nilai-nilai adat
setempat. Walaupun masing-masing daerah memiliki perbedaan
menurut masyarakat adat dan agama, mereka tidak saling
bertentangan, akan tetapi saling melengkapi untuk kebersamaan.
Masing-masing ritual ada hikmahnya dan bermanfaat untuk
keberlangsungan kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.
614Idrus Hakimy Dt Rajo. Pokok-pokok Pengetahuan Adat Alam
Minangkabau, (Bandung: Remadja Karya, 2001),11.
279
BAB VI
Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan penyajian dan analisis data pada pembahasan
sebelumnya memperlihatkan kesimpulan bahwa Konflik dalam
bidang kepemimpinan disebabkan oleh perbedaan masing-masing
kelompok dalam memahami peranannya. Masing-masing kelompok
ingin memiliki andil di dalam memimpin masyarakat. Konflik juga
disebabkan oleh karena kurangnya komunikasi dan interaksi antara
masing-masing kelompok ( Adat, Agama dan Pemerintah). Ketika
terjadi komunikasi dan akomodasi, maka akan ada hormonisasi
antara kelompok adat dengan pemerintah dan antara kelompok agama
dengan pemerintah. Faktor lain, konflik muncul karena ketidakpuasan
terhadap pemerintah dalam hal keterlibatan dalam merumuskan
program dan perencanaan pembangunan. Pihak Pemerintah memiliki
pemahaman bahwa kelompok adat dan agama tidak termasuk
komponen yang perlu terlibat dalam musyawarah daerah dalam
merumuskan anggaran. Hal ini tergantung siapa yang menjadi aktor
masing-masing kelompok pada periode pemerintahan saat itu. Ketika
yang menjadi pemimpinnya sosok yang agamis, maka akan sinergi
dengan kelompok agama dan jika pemimpinnya tokoh adat dan
agama, maka akan lebih bersinergi dengan kedua kelompok ini.
Konflik dan akomodasi adat dan agama dengan pemerintah
dalam bidang kebijakan penyebabnya adalah, pemerintah terlalu ikut
campur dalam persoalan adat dan agama. Pemerintah membuat
regulasi untuk mengakomodir adat dan agama, namun kelompok adat
dan agama menyatakan bahwa regulasi pemerintah belum sesuai
dengan keinginan mereka. Pandangan pihak pemerintah, bahwa
pengambilan kebijakan keuangan negara sudah ditur oleh undang-
undang, penganggaran belanja daerah tidak otonomi, tetapi
tergantung kepada aturan pusat. Konflik ini membawa dampak
positif untuk perubahan masyarakat Sumatera Barat dan
masyarakat Tanah Datar khususnya, karena masing-masing
280 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
kelompok berkeinginan untuk ikut andil dalam melestarikan ABS
SBK, walaupun perubahan itu tidak signifikan. Ketika Pemerintah
mengakomodasi kedua kelompok, maka akan terjadi harmonisasi
antar kelompok. Kesimpulan di atas selaras dengan pernyataan ahli.
Pertama, Cohen mengatakan bahwa kehidupan sosial menghasilkan
konflik yang terstruktur. Kedua, Dahrendorf yang mengatakan
bahwa, "Konflik selalu terjadi dalam suatu struktur masyarakat atau
sistem tertentu yang secara umum dapat dilihat pada lapisan atas dan
lapisan bawah". Konflik terjadi karena kepentingan yang berbeda.
Ketiga, selaras dengan Weber, konflik terjadi dalam hal gagasan dan
cita-cita.
Konflik antar lembaga Adat disebabkan oleh karena masing-
masing kelompok mengklaim paling menguasai seluk beluk adat,
sehingga sulit untuk harmonis. Di setiap nagari di Kabupaten Tanah
Datar ditemukan kasus konflik berebutan gelar pusaka dan harta
pusaka dengan latar belakang yang berbeda. Masing-masing anggota
suku ingin mempertahankan identitasnya. Semakin berkembangnya
anggota-anggota suku yang memilki keinginan untuk tujuan
kelompoknya, baik tujuan prestise maupun tujuan ekonomi.
Masyarakat yang terkenal kental keagamaannya dengan falsafah
ABS-SBK, namun dalam hal eksistensi gelar pusaka dan harta
pusaka, masing-masing kelompok ingin mendapatkan dan
mempertahankannya, meskipun menimbulkan konflik secara hukum
adat sepanjang waktu. Konflik kadangkala dapat diselesaikan
secara adat dan ada yang harus diselesaikan melalui jalur hukum
perdata atau pidana yang berlaku di NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia) dan tidak jarang konflik tidak bisa diselesaikan
sama sekali. Sehingga dalam satu suku terjadi konflik abadi, namun
dalam hal hubungan interaksi keagamaan atau ritual ibadah dan
urusan-urusan yang terkait dengan pemerintahan tetap terjadi
interaksi yang harmonis. Dalam hal ini Pemda telah menguatkan
eksistensi kepala suku untuk pembangunan masyarakat, untuk
menerapkan falsafah ABS-SBK, terlihat dari beberapa Perda yang
mengakomodir kelompok adat dalam hal ini kepala suku (penghulu)
yang tergabung di dalam lembaga KAN.
Penutup 281
Adanya dialektika antar nilai adat dan agama. Akomodasi
nilai-nilai agama dalam adat istiadat masyarakat Tanah Datar dan
sebaliknya dalam acara seremonial agama juga terakomodir nilai-nilai
adat setempat. Meskipun masing-masing daerah memiliki perbedaan
menurut masyarakat adat dan agama mereka tidak saling
mempertentangkan, akan tetapi saling melengkapi untuk
kebersamaan. Masing-masing ritual ada hikmahnya untuk kehidupan,
dan bermanfaat untuk keberlangsungan kehidupan berkeluarga dan
bermasyarakat. Dalam pelaksanaan seremonial adat dan ritual agama
terjadi perubahan dari masa Orde Baru ke Reformasi, misalnya
dalam prosesi pernikahan proses ritual dan seremonialnya
dipersingkat terutama di nagari-nagari yang terletak di pusat kota
dan yang berdekatan. Perubahan terjadi karena pengaruh modernisasi.
Sementara masyarakat yang berjauhan dari kota masih memiliki
budaya kebersamaan, beberapa adat istiadat masih kental dan kukuh
dipertahankan. Dukungan pemerintah daerah terlihat terhadap nilai-
nilai adat dan budaya lokal dengan memberikan anggaran keuangan
untuk kegiatan festival budaya Minangkabau. Seremonial-seremonial
budaya menghabiskan banyak dana masyarakat, namun tidak terasa
oleh masyarakat karena merupakan suatu hiburan, kebahagiaan dan
kebangaan tersendiri. Kegiatan ritual keagamaan didominasi oleh
nilai-nilai agama, begitu pula pada kegiatan seremonial adat
didominasi oleh nilai-nilai adat walaupun unsur agama tidak terlihat,
tetapi seremonial adat tersebut tidak bertentangan dengan syariat.
Masyarakat menjalankan nilai-nilai adat dan agama secara
bersamaan, nilai adat mengandung hikmah-hikmah yang positif untuk
kehidupan sehari-hari dalam keluarga, dalam berkaum dan di dalam
sukunya serta kehidupan bermasyarakat. Begitu juga nilai agama
sekaligus juga harus dilaksanakan karena keyakinan yang sudah
melekat dalam kehidupan mereka. Sikap masyarakat di atas adalah
akomodasi model kontekstual yang mengakomodasi unsur-unsur nilai
adat dan agama tidak langsung menerima dan menolak akan tetapi
melalui penilaian sehingga ditemukan nilai-nilai baru antara adat dan
agama yang menjadi sikap keberagamaan masyarakat. Masyarakat
menjalankan nilai-nilai adat dan agama secara bersamaan.
282 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Terjadinya konflik dan akomodasi antara lembaga adat, dan
agama dengan pemerintah pada setiap periode pemerintahan, namun
pada saat tertentu saling mengakomodasi dan akan terjadi
harmonisasi. Akomodasi nilai-nilai agama dalam adat istiadat
masyarakat Tanah Datar dan sebaliknya dalam acara seremonial
agama juga terakomodir nilai-nilai adat setempat. Walaupun masing-
masing daerah memiliki perbedaan menurut masyarakat adat dan
agama, mereka tidak saling bertentangan, akan tetapi saling
melengkapi untuk kebersamaan. Masing-masing ritual ada hikmahnya
dan bermanfaat untuk keberlangsungan kehidupan berkeluarga dan
bermasyarakat. Persamaan dengan penelitian Taufik Abdullah,
bahwa terjadi konflik dalam masyarakat Minangkabau.
Perbedaannya pada subjek konfliknya, Taufik melihat konflik abadi
antara adat dan Islam, sementara dalam temuan ini, konflik terjadi
antara kelompok adat dan agama dengan pemerintah, antar
kelompok adat dan antar internal suku.
Penelitian ini juga menguatkan beberapa hasil penelitian.
Pertama, Muridan; adanya pertemuan Islam dan budaya lokal yang
terakomodasi sebagai dinamika antropologi Islam. Pertemuan Islam
dan budaya lokal memproduksi budaya baru, mengamalkan ajaran
Islam tanpa meninggalkan tradisi. Kedua, Zayadi Hamzah; Interaksi
Islam dengan budaya lokal membentuk akulturasi, akomodasi, konflik
dan interaksi. Proses akulturasi dan akomodasi menunjukkan bahwa
Islam telah berhasil mendapatkan simbol-simbol yang selaras dengan
kemampuan menangkap nilai-nilai kultural dan budaya lokal.
B. Saran
Perlu penelitian lanjutan yang mendalam tentang persoalan-
persoalan antar lembaga di Kabupaten Tanah Datar sehingga
menghasilkan konsensus. Masing-masing lembaga mengoreksi diri
dan tokoh-tokihnya berusaha untuk meningkatkan wawasan
pemikiran, mendudukkan konsep, memberikan solusi dan berdialog.
Pemerintah lebih mengakomodir kelompok adat dan agama serta
ormas-ormas yang terdapat di daerah tersebut sehingga dapat
membantu percepatan pembangunan daerah, baik pembangunan
mental maupun spiritual.
Penutup 283
Berikutnya pemerintah daerah sebelum membuat peraturan
daerah (Perda) dan Perencanaan pembangunan, melakukan hearing
dengan kelompok-kelompak masyarakat (Adat, Agama dan Ormas-
ormas yang ada). Sehingga visi dan misi pemerintah ( pembangunan
berbasis faklsafah ABS SBK) dapat dicapai.
284 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
285
Daftar Pustaka
Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Ciputat: PT.
Logos Wacana Ilmu.1999.
Abdullah, Taufik. Schools and Politics (Ithaca, New York: Cornell
University Press. 1971.de Jong, P.E. de Josselin.
Minangkabau and Negeri Sembilan: Sosio Political
Structure in Indonesia. Den Haag: Martinus Nijhoft
Iletgeverij. 1980. Accessed, 14 Desember 2017.
----------- "Adat and Islam: An examination of conflict in
Minangkabau." Indonesia 2. 1986.
-----------Islam dan Masyarakat: Pantulan Sejarah Indonesia.
Lembaga Penelitian Pendidika. 1987. Accessed, 24
Desember 2017.
----------"Adat dan Islam: Suatu Tinjauan tentang Konflik di
Minangkabau”, dalam Taufik Abdullah (ed.), Sejarah
dan Masyarakat. Jakarta: Pustaka Firdaus.1987.
--------- Modernization in the Minangkabau World: West Sumatera In
Early of the twentienth Century. London, Ithaca,
London: Cornel University Press. Taufik Abdullah.
1972. Schools and Politics: The Kaum Muda Moyement
in West Sumatera. New York: Ithaca Cornell University
Press; Taufik Abdullah. 1966.
-----------“Adat dan Islam: An Examination of Conflict in
Minangkabau” dalam Indonesia. No 2 Oktober 1966.
----------- Modernity in Minangkabau World, Claire Holt, Culture
And Politic in Indonesia. New York: University Press.
1977.
Abdullah, Muhammad Adli, Sulaiman Tripa, and Muttaqin (Teuku).
Selama kearifan adalah kekayaan: eksistensi panglima
laot dan hukom adat laot di Aceh. Lembaga Hukom
286 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Adat Laot/Panglima Laot Aceh. 2006. Accessed, 26
Desember 2017.
Alfian dkk.Wanita dalam Masyarakat Minangkabau. Jakarta:
Yayasan Bunda 17 April 1973.
A.A. Navis (ed.), Dialektika Minangkabau. Padang: Penerbitan Genta
Singgalang Press. 1983.
Andoni, Yudhi. Mengonstruksi Ruang Identitas: Fenomena
Hubungan Adat, Islam dan Negara di Sumatera Barat
1999-2009. Padang: Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas
Sastra, Universitas Andalas 2009.
Ambary, Hasan Muarif. Menemukan peradaban: jejak arkeologis dan
historis Islam Indonesia. Pusat Penelitian Arkeologi
Nasional. 1998. Accessed, 24 Desember 2017.
Agus, Elfida. "Kajian Topologi, Morfologi, dan Tipologi pada Rumah
Gadang Minangkabau", Internasional Conference on
Construction Industry (ICCI), Padang: Universitas Bung
Hata (2006).
Amran, Rusli. Sumatra Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar
Harapan. 1981.
Asnan, Gusti. Memikir ulang regionalisme: Sumatera Barat tahun
1950-an. Yayasan Obor Indonesia. 2007. Accessed, 3
Desember 2017.
Arrasuli, Syekh Sulaiman. Pertalian Adat dan Syarak. Jakarta:
Ciputat Press. 2003.
A.A. Navis. Alam terkembang jadi guru: Adat dan kebudayaan
Minangkabau. Grafiti Pers, 1984.
Aziz, Abdul, and Imam Tholkhah. Gerakan Islam Kontemporer di
Indonesia. Pustaka Firdaus, 1989. Accessed, 20
Desember 2017.
Andoni, Yudhi. "Mengonstruksi Ruang Identitas: Fenomena
Hubungan Adat, Islam dan Negara di Sumatera Barat
1999-2009." Laporan Penelitian. Padang: Jurusan Ilmu
Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Andalas 2009.
Accessed, 27 Desember 2017.
Daftar Pustaka 287
Amir M.S, Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah. Jakarta:
PT. Mutiara Sumber Widya, 2007.
----------, Adat Minangkabau: Pola dan tujuan hidup orang Minang.
Jakarta: Mutiara Sumber Widya. 1997.
Asnan, Gusti, Memikir ulang regionalisme: Sumatera Barat tahun
1950-an. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.
Arifin, Zainul. "Model-Model Relasi Agama dan Sains."
Psikoislamika. 2008. Accessed, 27 Desember 2017.
A.Foss, Karaen dan Littlejohn , Stephen E. Teori Komunikasi judul
asli: Theories oh Human Communication,
Penterjemah,Mohammad Yusuf Hamdan. Jakarta:
Salemba Humanika. 2018.
A. E. Priyono. "Peri-feralisasi, Oposisi, dan Integrasi Islam di
Indonesia (Menyimak Pemikiran Dr. Kuntowijoyo)."
kata pengantar untuk buku Kuntowijoyo, Paradigma
Islam Interpretasi untuk Aksi. Bandung: Mizan. 1993.
Accessed, 28 Desember 2017.
Azra, Azyumardi. Surau, pendidikan Islam tradisional dalam transisi
dan modernisasi. Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran,
2003.
-----------Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru. Jakarta: PT. Logos. 1999.
-----------Konflik Baru Antar Peradaban, Globalisasi, Radikalisme dan
Pluralitas. Jakarta: Raja Grafindo. 2002.
----------Historiografi Islam Kontemporer: wacana, Aktualitas dan
Aktor Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2002.
---------"Surau di Tengah Krisis: Pesantren dalam Perspektif
Masyarakat." Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun
dari Bawah, (Jakarta: P3M, 1985).
-----------Surau Pendidikan Islam Tradisional Dalam Modernisasi.
Jakarta: PT.Logos wacana Ilmu. 2003.
-----------Jaringan ulama: Timur Tengah dan kepulauan Nusantara
abad XVII dan XVIII: melacak akar-akar pembaruan
pemikiran Islam di Indonesia. Mizan. 1994.
288 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
A. Hall, John. The state of the nation: Ernest Gellner and the theory
of nationalism. Cambridge University Press. 1998.
Accessed, 20 Desember 2017.
Allan Christelow, Muslim Law Courts and the French Colonial State
in Algeria (New Jersey; Princeton University Press,
1985). Hal ini dapat dibenarkan apabila dilihat pada
fenomena akomodasi hukum yang Noer, Deliar . The
Administration of Islam in Indonesia. Itacha; Cornell
University, 1978.
Arda, Arief Hilman Arda. Nilai-nilai Demokrasi Sebagai Kearifan
Lokal Masyarakat Minangkabau. Jakarta: Transparency
International Indonesia.
Abdullah, Rozali. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan
Kepala Daerah Secara Langsung. Jakarta: Raja
GrafindoPersada, 2005.
Aswar, Sativa Sutan. Antakesuma suji dalam adat Minangkabau.
Djambatan, 1999.Accessed, 18 Desember 2017
Abdullah , Abdul Rahman Pemikiran Umat Islam di Nusantara:
Sejarah dan Perkembangannya Hingga Abad ke-19.
Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan
Malaysia, 1990.
Bahar, Yusfa Hendra (Staf Pokja Dokumentasi dan Publikasi BPCB
Provinsi SUMBAR, Riau dan Kep.Riau), Rumah Gadang
20 Ruang Sulit Air, (Batusangkar, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Kebudayaan, Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi
Sumatera barat, Riau, dan Kepulauan Riau.,
No.Inventaris : 03/BCB-TB/A/15/2007).
Bratawijaya, Thomas Wiyasa. Upacara tradisional masyarakat Jawa.
Pustaka Sinar Harapan. 1988. Accessed, 19 Desember
2017.
Baso, Ahmad. Plesetan lokalitas: politik pribumisasi Islam. Jakarta:
the Asia Foundation Desantara, 2002.
Daftar Pustaka 289
Bowen, John R., Syariah, Negara dan Norma-norma Sosial di
Perancis dan Indonesia, dalam Dick van der Meij,
Dinamika Kontemporer Dalam Masyarakat Islam.
Jakarta: INIS, 2003.
Bungi, Burhan. Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman
Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal
Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003.
BPS Kabupaten Tanah. "Tanah Datar Dalam Angka 2003."
Kabupaten Tanah Datar. 2003.
Berger, Peter L. Invitation to sociology: A humanistic perspective.
Open Road Media. 2011. Accessed, 5 Desember 2017.
Cipta, Hendra. Kabupaten Tanah Datar. "Analisis Penerapan
Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based
Budgeting) Pada Pemerintah Daerah (Studi Eksploratif
Pada Pemerintah." (2011). Accessed, 12 Desember 2017.
Chaniago Hasril, dkk. Memoar Ikasuma Hamid (Catatan 10 Tahun
Menjadi Bupati). Jakarta: PT.Carina Indah Utama.1990.
Collins, James, and Richard Blot. Literacy and literacies: Texts,
power, and identity. Vol. 22. Cambridge University
Press, 2003. Accessed, 21 Desember 2017.
Connoly, Peter. Aneka Pendekatan Studi Agama,terj. Yogyakarta:
Lkis. 2002.
Daradjat, Zakiah. Peranan agama dalam kesehatan mental. Haji
Masagung. 1988.
Daya, Burhanuddin Gerakan pembaharuan pemikiran Islam.
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1990.
Dobbin, Christine. Islamic revivalism in a changing peasant
economy: Central Sumatra, 1784-1847. Routledge, 2016.
Accessed, 27 Desember 2017.
Djamil, Abdul. Islam dan kebudayaan Jawa. Jakarta: Gama Media.
2000.
Datuak Sangguno, I Dirajo. Curaian Adat Minangkabau. Kristal
Multimedia. 2003.
290 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Doeppers Daniel F. "An incident in the PRRI/Permesta rebellion of
1958." Indonesia 14. 1972. Accessed, 15 Desember
2017.
Ddwidjawijoto, Rian Nugroho. Otonomi Daerah: Desentralisasi
Tanpa Revolusi. Jakarta: Elex Media Komputuido.
2006.
Djati, Sunan Gunung. "Islam Inklusirf Kontekstualisasi Nilai-Nilai
Islam Upaya Mewujudkan Kesalehan Pluralisme di
Nusantara. Makalah Diajukan Untuk Mengikuti
International Conference On Islam In Malaya-World
(ICON IMAD III)". Accessed, 22 November 2017.
Efendi, Bakhtiar dan Fakhry Ali. Merambah Jalan Baru Islam:
Rekontruksi Pemikiran Islam Indonesia Masa Orde Baru,
Bandung: Mizan, 1986.
-----------.Islam dan Negara Transformasi Gagasan dan Praktik Politik
Islam di Indonesia. Jakarta: Paramadina. 1998.
Efrizon. Pesona dan Profil Luhak Nan Tuo. Batusangkar: Kantor
Inforkom dan PDE Tanah Datar. 2005.
Local Governance Support Program (LGSP). "Buku Pegangan bagi
Kepala Daerah dan DPRD". United States Agency for
International Development (USAID).
Erricsyah, Yondri. Peranan KAN Dalam Mensukseskan Program
Pemerintah di Nagari Sariak. Padang: BPSNT Padang
Press. 2010.
Edwar, Jamaris. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2002.
Gazalba, Sidi. Modernisasi dalam persoalan: bagaiman sikap Islam.
Vol. 5. Bulan Bintang. 1973. Accessed, 20 Desember
2017.
Glock, Charles Young, and Rodney Stark.Religion and society in
tension. Chicago: Rand McNally. 1965. Accessed, 28
Desember 2017.
Geertz, Clifford. The religion of Java. University of Chicago Pres.
1976. Accessed, 23 Desember 2017.
Daftar Pustaka 291
---------- Abangan, santri, Priyayi: dalam Masyarakat Jawa. Jakarta:
PT.Dunia PustakaJaya. 1983.
E.Graves , Elizabeth. Asal-Usul Eilite Minangkabau Modern,Respon
Terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX . Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia. 2007.
Fathurahman, Oman. Tarekat Syattariyah di Minangkabau: teks dan
konteks. Prenada Media Group, 2008. Accessed, 27
Desember 2017.
Fransyaigu, Ronald. Penerapan Inkuiri Moral Berbasis Nilai-Nilai
Kearifan Lokal Minangkabau“Alam Takambang jadi
Guru Untuk Pembentukan Karakter Siswa. Diss.
Universitas Pendidikan Indonesia. 2014.
Haba, John and Lilis Mulyani. Nagari & krama desa.Pusat Penelitian
Kemasyarakatan dan Kebudayaan, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. PMB-LIPI. 2001.
Hakimy, Idrus Datuak Rajo. Pokok-pokok Pengetahuan Adat
Miangkabau. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2001.
Hadler, Jeffrey. Muslim and Matriarchs: Cultural Resilience in
Indonesia Through Jihad and Colonialism. New York:
Cornell University Press: 2008.
Hadler, Jeffrey Hadler. Sengketa Tiada Putus, Muslim and
Matriarchs: Cultural Rasiliens in Indonesia Though Jihad
and Colonialism . Cornell University Press, 2008.
Hamzah, Zayadi. Islam dalam Perspektif Budaya Lokal Studi Kasus
Tentang Ritual Siklus Hidup Keluarga Suku Rejang Di
Kabupaten Rejang Lebang Provinsi Bengkulu. Disertasi
Sps Syarif Hidayatullah. 2010.
Hasbi, Mohammad. "Intervensi Negara Terhadap Komunitas Nagari
di Minangkabau." Nagari, Desa Dan Pmbangunan
Pedesaan di Sumatera Barat. 1990. Accessed, 6
Desember 2017.
Hadi, Wisran. "The history of surau in minangkabau." workshops of
empoerment movement back to surau. Padang:
Empowerment Bureau Social, Education and Sport
292 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Secretary West Sumatra. 2007.Accessed, 18 Desember
2017.
Hadi, Soetrisno. Pemikiran Politik Islam di Indonesia Pasca Soeharto
1998-2008. Jakarta: "PKBM Ngundi Ilmu" , 2004.
Hasanuddin, Adat dan Syarak Sumber Inspirasi dan Rujukan Nilai
Dialektika Minangkabau, (Padang: Universitas Anadalas
Pusat Studi Informasi dan Kebudayaan Minangkabau
(PSIKM): 2013), 9.
Hazairin, Hukum Kekeluargaan Nasional . Jakarta: Tintamas, 1982.
Hakimy, Idrus Dt Rajo. Pokok-pokok Pengetahuan Adat Alam
Minangkabau. Bandung: Remadja Karya, 200. -----------
--, Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di
Minangkabau. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.
Hamka, Ayahku Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan
Perdjuangan Kaum Agama di Sumatera Barat, (Djakarta:
1976), 24.
---------,Islam dan Adat Minangkabau. Jakarta: PT.Pustaka Panji
Emas. 1984.
Hasanuddin. Adat dan Syarak (Sumber INspirasi dan Rujukan Nilai
Dialektika Minangkabau). Padang: Pusat Studi dan
Informasi dan Kabudayaan Minagkabau (PSIKM)
Universitas Andalas Padang. 2013.
---------Muhammadiyah di Minangkabau .Jakarta: yayasan Nurul
Islam.
Hidayat, Rizki. Konstruksi Makna dalam Upacara Adat Tradisi Pacu
Jawi Sebagai Kearifan Lokal Kabupaten Tanah Datar
Propinsi Sumatera Barat. 2014. Accessed, 15 Desember
2017.
Iswanto, Bambang. Kebijakan Pemerintah Di Bidang Ekonomi Islam
Masa Orde Baru Dan Era Reformasi .Jakarta: PKBM
Ngundi Ilmu, 2014.
Johnson, P.Doyle, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Edisi
Indonesia, Terjemahan Robert MZ.Lawang . Jakarta:
PT.Gramedia,1986.
Daftar Pustaka 293
Jimung, Martin. Politik Lokal dan Pemerintahan Daerah Dalam
Perspektif Otonomi Daerah. Yogyakarta: Pustaka
Nusantama. 2005.
Juwaini, Jazuli. Otonomi Sepenuh Hati. Jakarta: Darussalam
Publising, 2015.
J.D. Legge, Cultural Authorithy and Regional Autonomy in
Indonesia: a Study in Local Administration 1950-1960,
(Ithaca: Cornell University Press, 1961), 93-94.
Jones, Pip. Pengantar Teori-Teori Sosial (Dari Teori Fungsionalisme
hingga Post Modernisme), judul asli: Introducing Social
Theory. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia. 2010.
Jajat Burhanudin, Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elite Politik
Muslim dalam Sejarah Indonesia. Noura Books,
2012.Accessed, 18 Desember 2017
Js. Badudu dan Sutan M Zain. Kamus Umum Bahasa Indonesia .
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 2001.
Khadimullah,AMZ Tuanku Kay . Menuju Tegaknya Syariat Islam di
Minangkabau: Peranan Ulama Sufi dalam Pembaruan
Adat. Marja, 2007.
Kato, Tsuyoshi. Adat Minangkabau & Merantau. Jakarta: PT Balai
Pustaka, 2005.
Kato, Tsuyosi Kato. Matriliny and Migration: Evolving
Minangkabau Tradition in Indonesia. NY: Ithaca, 1982.
Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI Press.
-----------Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT. Dian
Rakyat. 1997.
Kahmad, Dadang. "Metode Penelitian Agama Perspektif
Perbandingan Agama." Accessed, 28 Desember 2017.
Lawang , M.Z. Robrt, Buku Materi Pokok Sistem Sosial Indonesia.
Jakarta: Universitas Terbuka, Depertemen Pendidikan
Dan Kebudayaan RI, 1986.
L. Berger, Peter. Invitation to sociology: A humanistic perspective.
Open Road Media. 2011. Accessed, 22 Desember 2017.
294 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Liliweri, Alo. Prasangka & konflik: komunikasi lintas budaya
masyarakat multikultur. Jakarta: PT LKIS Pelangi
Aksara. 2005.
Lukito, Ratno. Islamic Law and Adat Encounter: The Experience of
Indonesia. Jakarta: Logos, 2001.
Mufid, Ahmad Syafi'i. Perkembangan paham keagamaan
transnasional di Indonesia. Kementerian Agama RI,
Badan Litbang dan Diklat, Puslitbang Kehidupan
Keagamaan. 2011. Accessed, 19 Desember 2017.
Majid, Nurcholish. Islam agama peradaban: membangun makna dan
relevansi doktrin Islam dalam sejarah. Paramadina, 1995.
Accessed, 28 Desember 2017.
Mansoer, MD. Sejarah Minangkabau. Jakarta: Bharata. 1997.
Madjoindo, Ahmad Dt. Batuah A.Tanpa Tahun. Tambo Alam
Minangkabau. Jakarta: Balai Pustaka. 2011.
Mudzhar, Atho. Pendekatan Studi Islam Dalam Teori dan Praktek.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011.
Marwan, dkk. Badan Pengelolaan Keragaman Budaya, Revitalisasi,
Reaktualisasi Budaya Lokal, Monografi Adat Nagari
Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara. Batusangkar:
Pemda Tanah Datar. 2014.
Tim Yayasan Gunung Bungsu. Mengenal Tanah Datar Sebuah
Kabupaten di Sumatera Barat,. Batusangkar: Yayasan
Gunung Bungsu. 2014.
Maliki, Zainuddin. Sosiologi politik: makna kekuasaan dan
transformasi politik. Gadjah Mada University Press.
2010.
Marsden, W. The History of Sumatera: Containing an Account of
The Government, Law Costums ang Manners of The
Native Inhabitants With A Description of The Natural
Production and Relation of the Acient Political State of
That Island. London: Printed for the Autor by J.
McCreey. 1811.
Daftar Pustaka 295
Madjid, Nurcholis. Demokrasi dan Demokratisasi, Dalam
Demokratisasi Politik, Ekonomi dan Budaya;
Pengalaman Indonesia Masa Orba. Jakarta: Paramadina,
1994.
Moleong, Lexy J. "Metodologi penelitian." Cet: XII: Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya. 1999.
Majolelo, Darwis Datoek dan Ahmad Marzuki. Tuanku Imam Bonjol.
Jakarta: Jambatan. t.th.
Mahmud, Sutan. Sumpah Sati Bukit Marapalam, ”Menghela Rambut
Dalam Tepung”. Tanah Datar: t.th.
Nurdin, Abidin. "Integrasi Agama dan Budaya: Kajian Tentang
Tradisi Maulod dalam Masyarakat Aceh." El-Harakah
(Terakreditasi)18.1. 2016.
Nasroen, M. Dasar Falsafah adat Minangkabau. Jakarta: Bulan
Bintang. 1972.
Naim, Mukhtar. Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabu.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 1979.
----------"Konsep Kepemimpinan Tungku Nan Tigo Sajarangan dan
Masalah Penerapannya dalam Rangka Kembali Ke
Nagari." 2004. Accessed, 16 Desember 2017.
Nain, Sjafnir Abu. "Tuanku Imam Bonjol: sejarah intelektual Islam di
Minangkabau, 1784-1832." Esa. 1988. Accessed, 3
Desember 2017.
Northcott, Michael S. The environment and Christian ethics.Vol. 10.
Cambridge University Press. 1996. Accessed, 4
Desember 2017.
Noer, Deliar. Islam &Politik. Jakarta: Yayasan Risalah. 2003.
Nasroen,M. Dasar Falsafah Adat Minangkabau. Jakarta: Bulang
Bintang. 1972.
Padmo, Soegijanto. "Gerakan pembaharuan Islam Indonesia dari
masa ke masa: Sebuah pengantar." Humaniora 19.2.
2007.
296 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Pador, Z and F. Zakir. "Pola Partisipatif: Alternatif Kembali ke
Sistem Nagari." Kembali ke Nagari: Batuka Baruak jo
Cigak. 2014.
Pareto, Vilfredo. The rise and fall of the elites: an application of
theoretical sociology. Transaction Publishers. 1991.
Accessed, 6 Desember 2017.
Pemerintah Daerah Tingkat II Tanah Datar. Sejarah Tanah Datar.
Batusangkar: Pemda TD. 1995).
Pranowo, M. Bambang. Memahami Islam Jawa. Jakarta: Pustaka.
2011.
Pador, Zenwen. Kembali ke nagari: batuka baruak jo cigak . Lembaga
Bantuan Hukum Padang. 2002. Accessed, 16 Desember
2017.
Pelly, Usman. "Urban Mifration and Adaptation in Indonesia: a Case
Study of Minangkabau and Mandailing Batak Migrants
in Medan, North Sumatra. 1984.
Ritzer, George. Sociology; A Multiple Paradigm Science Revised
Edition. London. Boston. Sydnney, Toronto: 1975.
Rakhmat Subagya, and Y. W. M. Bakker. Agama Asli Indonesia.
Jakarta: Sinar Harapan, 1981.
Rahmat, Aulia. Rekonstruksi Adat Minangkabau Dalam
Pemerintahan Nagari Era Otonomi Daerah. Jakarta:
Ngundi Ilmu. 2013.
Rozi, Syafwan. Konstruksi Identitas Islam Perbatasan sebuah Sintesis
terhadap Identitas Tradisional dan Identitas Modrnis
dalam Paham Keagamaan di Daerah Rao Sumatera
Barat. 2012.
---------- "Dari Islam Radikal ke Islam Pluralis Geneologi Gerakan
Paderi dan Pengaruhnya terhadap Islam Pluralis di
Perbatasan Minangkabau." Masyarakat Indonesia . 2016.
Rumahuru, Yance Zadrak, and Irwan Abdullah. Islam Syariah dan
Islam Adat. Konstruksi Identitas Keagamaan dan
Perubahan Sosial di Kalangan Komunitas Muslim
Daftar Pustaka 297
Hatuhaha di Negeri Pelauw. Diss. Universitas Gadjah
Mada, 2012. Accessed, 21 Desember 2017.
Rahman , Abdul. Pemikiran umat Islam di Nusantara: sejarah dan
perkembangannya hingga abad ke-19. Dewan Bahasa
dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia. 1990.
Ramli, Mohd Anuar. "Islamisasi di Tanah Melayu: Analisis Terhadap
Proses Interaksi Antara Adat dan Syariah Islam." dalam
Hashim Awang et al. 2006. Accessed, 18 November
2017.
Rahmat, Jalaluddin."Psikologi Agama." Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2005.
Rezeki, Rina. Disparitas Sub Wilayah (Kasus Perkembangan Antar
Kecamatan di Kabupaten Tanah Datar). Diss. Program
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. 2007.
Rajab, Muhammad. Sistem kekerabatan di Minangkabau. Padang:
Center For Minangkabau Studies Press. 1969.
Samad, Duski. Syekh Burhanuddin dan Islamisasi Minangkabau.
Minangkabau Foundation atas bantuan Yayasan
Pengembangan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat
Jakarta, 2003. Accessed, 27 Desember 2017.
Salmadanis & Duski Samad. Adat Basandi Syarak, Nilai dan
Aplikasinya Menuju Kembali Ke Nagari dan Surau.
Jakarta: PT Kartika Insan Lestari Press. 2003.
Sutaryo, Dinamika Masyarakat Dalam Perspektif Konflik
.Yogyakarta: FISIPOL-Universitas Gajah Mada, 1992.
Suryo, Djoko. "Tradisi Santri dalam Historiografi Jawa, Pengaruh
Islam di Jawa." Seminar Pengaruh Islam terhadap
budaya Jawa, Jakarta. 2000. Accessed, 24 Desember
2017.
Suryo, Djoko. "Tradisi Santri dalam Historiografi Jawa, Pengaruh
Islam di Jawa." Seminar Pengaruh Islam terhadap budaya
Jawa. Jakarta. 2000. Accessed, 25 Desember 2017.
298 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Sihombing, Herman. Hukum Adat Minangkabau Mengenai Tungku
Tigo Sajarangan Dan Tali Tigo Sapilin: Hukun adat
Minangkabau Dewasa ini.
Schrieke. 1973. Pergolakan Agama di Sumatera Barat: Sebuah
Sumbangan Bibliografi (terjemahan oleh:
Soergata Poerbakawatja. Jakarta: Bharata.
Syarifuddin, Amir. Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam
Lingkungan Adat Minangkabau. Jakarta: Gunung
Agung. 1984.
Sundari, W.S. Perbandingan Etnobotani Upacara Adat Batagak
Panghulu Masyarakat Minangkabau Di Sumatera Barat.
Padang: Universitas Andalas.
Singka, Eka Yusuf. Desentralisasi Layanan Kesehatan Haji Indonesia
Pada Masa Reformasi,. Bandung: Pustaka Aura Semesta,
2015.
Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain Dari Hukum di Indonesia (Jakarta:
Kompas, 2003), 23.
Syahmunir, A. M. Pemerintahan Nagari dan tanah ulayat. Andalas
University Press. 2006.
Susanto, Happy. Pembagian Harta Gono Gini Saat Terjadi
Perceraian. Jakarta: Transmedia Pustaka. 2008.
Tuner, H.Jonathan, The Strukture of Sosiological Theory, Revised
Edition. HomeWood, Illinois, Irwin Dorsey Limited.
Georgetown. Ontari: The Dorsey Press, 1978.
Tom Jacobs. Paham Allah, Dalam Filsafat, Agama-Agama, dan
Teologi. Kanisius, 2002. Accessed, 19 Desember 2017.
Takeshi, Ito. "The world of the adat Aceh: A historical study of the
sultanate of Aceh." 2013. Accessed, 25 Desember 2017.
Thalib, Sajuti. "Reception in Complexu, Theory Receptie dan
Receptie A Contrario."PP Hazairin, Pembaharuan
Hukum Islam di Indonesia in Memoriam Prof. Mr. Dr.
Hazairin. 1981.
Daftar Pustaka 299
-----------Politik Hukum Baru: Mengenai Kedudukan dan Peranan
Hukum Adat dan Hukum Islam dalam Pembangunan
Hukum Nasional. Bandung: Bina Cipta, 1987.
Ubir, Zaiyardam. Budaya Konflik dan Jaringan Kekerasan:
Pendekatan Penyelesaian Berdasarkan Kearifan Lokal
Minangkabau. Padang: Insist Press. 2010.
Wirawan. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma Fakta Sosial,
Definisi Sosial & Perilaku Sosial. Jakarta: PT. Kharisma
Putra Utama, 2013.
-----------"Reflections on the sociology of religion today." Sociology
of Religion 62.4. 2001.
Woodward, Mark R. Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus
Kebatinan. Jakarta: PT LKiS Pelangi Aksara. 2004.
Accessed, 24 Desember 2017.
Wolf, Alison dan A.Ruth Wallace, Contemporary Socilogical Theory
.The Continuing Classical Tradition,Second Edition.
Englewood Cliffs: New Jersey, Prentice Hall.Inc.1986.
Wilson, Crispen, and Matthew Linkie. "The Panglima Laot of Aceh:
a case study in large-scale community-based marine
management after the 2004 Indian Ocean tsunami."
Oryx 46.4 2012.
Wahid, Abdurrahman. "Pribumisasi Islam” dalam Muntaha Azhari
dan Abdul Mun’im Saleh."Islam Indonesia Menatap
Masa Depan. 1989. Accessed, 19 Desember 2017.
Yusra, Abrar.Tokoh yang Berhati Rakyat: Biografi Harun Zai.
Jakarta: Gebu Minang. 1997.
Zuhdi, M. Nurdin. "Dialog al-Qu’an dengan Budaya Lokal Nusantara:
Resepsi al-Qur’an dalam Budaya Sekaten di Keraton
Yogyakarta." MAGHZA 2.1. 2017. Accessed, 27
Desember 2017
Zainuddin, Musyair. Implementasi Pemerintahan Nagari Berdasarkan
Hak Asal-Usul Adat Minagkabau. Yogyakarta: Ombak.
2008.
300 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Zainal. Islam Radikal di Sumatera Barat Pasca Orde baru (1998-
2012) : Kajian Historis Gerakan Ormas Islam Garis
Kera. Jakarta: UIN Disertasi. 2014.
Zainuddin, Musyair. Implementasi Pemerintahan Nagari Berdasarkan
Hak Asal-Usul Adat Minagkabau. Yogyakarta: Ombak,
2008.
Zed, Mestika. Eddy Utama dan Hasril Chaniago, Sumatera Barat di
Panggung Sejarah 1945-1995. Padang: Bidang
Penerbitan Khusus Panitia Peringatan 50 Tahun
Kemerdekaan Indonesia, 1995.
Zuhroh, R. Siti. Demokrasi lokal: Perubahan Dan Kesinambungan
Nilai-Nilai Budaya Politik Lokal di Jawa Timur,
Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Bali. Yogyakarta:
Ombak, 2009.
Jurnal, Artikel, Perda
Azyumardi Azra, "The Surau and the early Reform Movements in
Minangkabau”, Mizan: Indonesian Forum for Islamic
and Social Studies, Vol. 4, No. 2 (1994).
Eva Achjani Zulfa. "Keadilan Restoratif Dan Revitalisasi Lembaga
Adat Di Indonesia."Jurnal Kriminologi Indonesia 6.2
(2012). (Accessed, 19 Desember 2017)
Amri Marzali. "Agama dan Kebudayaan."UMBARA Indonesian
Journal of Anthropology 1.1. 2017. Accessed, 3
Desember 2017.
Arizona, Yance. "Masyarakat adat dalam kontestasi pembaruan
hukum." Makalah Seminar Pemberdayaan Sosial
Komunitas Adat: Upaya peningkatan efektivitas
pemberdayaan KAT saat ini dan pengembangan ke
depan. 2013. Accessed, 23 Desember 2017.
A.Anantha dan G.A Elmizan,"Analisis Konsistensi Perencanaan dan
Penganggaran Pada Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2011-2015
Daftar Pustaka 301
Dengan Prediksi Kerugian Untuk Tahun 2016-2020",
Jurnal KBP, Vol. 3, No. 1 (2015): 129-145.
Abidin Nurdin. "Integrasi Agama dan Budaya: Kajian Tentang
Tradisi Maulod dalam Masyarakat Aceh." El-Harakah,
Vol. 18, No.1 (2016): 45-62.
Andi Markarma, "Pola Interaksi Berbasis Agama Pada Masyarakat
Rawan Konflik di Kabupaten Sigi." Jurnal Penelitian
Ilmiah (2014).
Benda-Beckmann, Von Franz, and Keebet von Benda-Beckmann.
"Identity in Dispute: Law, Religion, and Identity in
Minangkabau." Asian Ethnicity, Vol. 13, No. 4. 2012.
-----------"Property, Politics, and Conflict: Ambon and Minangkabau
Compared", Law & Society Review, Vol. 28, No. 3.
1994.
Evelyn Blackwood,”Representing Women”: The Politics of
Minangkabau Adat Writings Source: The Journal of
Asian Studies,Vol. 60, No. 1 (Feb., 2001), pp. 125-
149Published by: Association for Asian StudiesStable
URL: http://www.jstor.org/stable/2659507Accessed: 15-
04-2015 14:06 UTC,H.126
Franz von, Benda-Beckmann, and Keebet von Benda-Beckmann
Source: Property, Politics, and Conflict: Ambon and
Minangkabau Compared Author(s): Law & Society
Review,Vol. 28, No. 3,
Helene Cherrier, "Anti-consumption discourses and consumer-
resistant identities." Journal of Business Research 62.2
(2009).
Ilyas , Ahmad Fauzi. "Syekh Ahmad Khatib Minangkabau Dan
Polemik Tarekat Naqsyabandiyah Di Nusantara."
Journal of Contemporary Islam and Muslim Societies 1.1 (2017).
(Accessedi,28 Desember 2017).
Law and Society in Southeast Asia (1994), pp. 589-608Published by:
on behalf of the WileyLaw and Society Association
302 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Stable URL: http://www.jstor.org/stable/ 3054079
Accessed: 27-08-2014 05:55 UTC
Muridan. ”Islam dan Budaya Lokal: Kajian makna simbol dalam
Perkawinan Adat Keraton”, IbdaJurnal Studi Budaya ,
Vol. 5 No.1, Januari-Juni(P3M STAIN Purwokerto,
2007), 10.
Sumarto, "Agama dan Budaya."Ri'ayah: Journal of Social and
Religious 2.02 (2017), 20-30.
Taufik Abdullah, Adat and Islam: An Examination of Conflict in
Minangkabau: Source: Indonesia,No. 2 (1966): 1-24.
Published by: Southeast Asia Program Publications at
Cornell UniversityStable URL: http://www.jstor.org/
stable/3350753 Accessed: 15-04-2015 12:22 UTC
Tsuyoshi Kato. Different Fields, Similar Locusts: Adat Communities
and the Village Law of 1979 in Indonesia Author(s):
Source: Indonesia, No. 47 (Apr., 1989), pp. 89-114
Published by: Southeast Asia Program Publications at
Cornell University Stable URL: http://www.jstor.org/
stable/3351077 Accessed: 11-08-2017 04:32 UTC
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TANAH DATARHTTPS://
TANAHDATARKAB.BPS.GO.ID/
Moenada, Meimunah S. "Surau dan Modernisasi Pendidikan di Masa
Hindia Belanda." Sosial Budaya, Vol. 8, No.1 (2011):
40-53.
Nursyirwan Effendi. "Kearifan Lokal Menuju Penguatan Karakter
Sosial: suatu Tantangan dari Kemajemukan Budaya di
Sumatera Barat." Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial
Budaya 16.2 (2014), 107-115.
Hasanuddin, W. S. "Kearifan Lokal dalam Tradisi Lisan Kepercayaan
Rakyat Ungkapan Larangan tentang Kehamilan, Masa
Bayi, dan Kanak-kanak Masyarakat Minangkabau
Wilayah Adat Luhak Nan Tigo." Jurnal Keilmuan
Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya 1.2 (2015): 198-204.
Daftar Pustaka 303
Meldawati. "Kehidupan di Bukit Nilam Pasaman pada Masa PRRI
(1956-1958)."Jurnal Pelangi 6.1 (2015). Accessed, 16
Desember 2017
Da Costa, Romilda Arivina and Falantino Eryk Latupapua. "Identitas
Budaya Amarima Hatuhaha." Taufik, Abdullah,”Adat
and Islam: An Examination of Conflict in Minangkabau”
Author(s): Source:
Indonesia,No. 2 (Oct., 1966), pp. 1-24Published by: Southeast Asia
Program Publications at Cornell University Stable URL:
http://www.jstor.org/stable/ 3350753. Accessed: 27-08-
2014 05:07 UTCYour use of the JSTOR archive
indicates your acceptance of the Terms & Conditions of
Use, available at http://www.jstor.org/page/info/about/
policies/terms.jsp, 10
Nikki R. Keddie,”Islam and Society in Minangkabau and in the
Middle East: Comparative Reflections”Sojourn: Journal
of Social Issues in Southeast AsiaVol. 2, No. 1
(FEBRUARY 1987), pp. 1-30Published by: Institute of
Southeast Asian Studies (ISEAS)Stable URL:
http://www.jstor.org/stable/41056716. Page Count: 30.
Wirman, Hardi Putra. "Dinamika Perubahan Adat Salingka Nagari
(Studi Analisis tentang Pewarisan Nilai-Nilai Adat di
Kanagarian Pagadih Kabupaten Agam Sumatera Barat).
"Islam Realitas: Journal of Islamic & Social Studies 6.2
(2013), 35-52.
C. W. Watson”Islamic Family Law And The Minangkabau Of West
Sumatera” The Cambridge Journal of Anthropology Vol.
16, No. 2, Special Issue: Islamic Family Law: Ideals and
Realities (1992/1993), pp. 69-84.Published by: Berghahn
Books Stable URL:http://www.jstor.org/stable/ 238173
49 Page Count: 16.
J. S. Kahn "Tradition", Matriliny And Change Among The
Minangkabau Of Indonesia Source: Bijdragen tot de
Taal-, Land- en Volkenkunde, Deel 132, 1ste Afl.,
ANTHROPOLOGICA XVIII (1976), pp. 64-95
304 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Published by: Brill Stable URL:
http://www.jstor.org/stable/27863021 Accessed: 16-02-
2016 07:34 UTC
Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain Dari Hukum di Indonesia (Jakarta:
Kompas, 2003), 24.
Badan Pusat Statististik, Tanah Datar Dalam Angka, (Batusangkar:
BPS, 2016) http:/tanahdatar.bps.go.id.
Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Berita Daerah Kabupaten
Tanah Datar. Batusangkar: Bagian Hukum Sekretariat
Daerah Kabupaten Tanah Datar, 2008.
Mhd. Natsir, "Peranan Surau Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Tradisional Di Padang Pariaman Sumatera Barat (Surau
Syaikh Burhanuddin)." Pedagogi: Jurnal Ilmu
Pendidikan, Vol. 12, No. 2 (2012): 39-46.
Eniza Wati "Pengaruh Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi
Terhadap Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran
Dengan Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada
Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kab. Tanah Datar)."
Jurnal Akuntansi, Vol 1, No. 2 (2013). Accessed, 12
Desember 2017
Fitri, Syarifah Massuki, Unti Ludigdo, and Ali Djamhuri. "Pengaruh
Gaya Kepemimpinan, Komitmen, Organisasi, Kualitas
Sumber Daya, Reward, Dan Punishment Terhadap
Anggaran Berbasis Kinerja
(Studi Empirik Pada Pemerintah Kabupaten Lombok Barat)." Jurnal
Dinamika Akuntansi, Vol. 5, No. 2 (2013).
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Datar. Tanah Datar Dalam
Angka. 2016.
KABUPATEN TANAH DATAR: NILAI-NILAI DEMOKRASI SEBAGAI
KEARIFAN
LOKAL.HTTPS://ARIEFHILMANARDA.WORDPRESS.COM/20
09/02/03/43/. ACCESSED, 18 DESEMBER 2017.
Helmi, Laporan Hasil Rapid Assessment Pengembangan Ekonomi
Masyarakat di Kabupaten Tanah Datar. 2017.
Daftar Pustaka 305
Reza Marizka , "Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil,
Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus
Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada
Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Barat (Tahun 2006–
2011)." Jurnal Akuntansi, Vol. 1, No. 3 (2013).
Peter L.Berger "Reflections on The Sociology of Religion Today",
Sociology of Religion, Vol. 62, No. 4 (2001).
Wahyu Hanafi, "Pergeseran Epistemologi Pendidikan Islam
(Menelusuri Jejak Historis Pendidikan Islam Klasik
hingga Kontemporer)." Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan
dan Keagamaan, Vol. 9, No. 1 (2015): 1-20.
Ismail Swadi Wekke. Islam dan Adat dalam Pernikahan Masyarakat
Bugis di Papua Barat. Jurnal kajian budaya Islam
Thaqafiyah,vo.13 No.2(Desember 2012).
Laudjeng Hedar. "Kesatuan Masyarakat Hukum Adat." Makalah pada
“Simposium Masyarakat Adat: Mempersoalkan
Keberadaan Masyarakat Adat sebagai Subjek Hukum”.
Jakarta. 2012.
Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Perda Nomor 2 Tahun 2015
BAB I-III. Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar:
2017.
Pemerintahan Tanah Datar, Lembaran Daerah Kabupaten Tanah
Datar Tahun 2007. Kabupaten Tanah Datar: Bagian
Hukum 2007.
Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, Perda Nomor 2 Tahun 2015
BAB I-III. Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar :
2017.
Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar N0.15 tahun 2008.
306 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
307
Lampiran-lampiran
308
DAFTAR WAWANCARA
1. Dt.Feri Irsal Idrus (ketua LKAAM Tanah Datar), wawancara ,
Senin 21 maret 2016, Jam: 11.00 Wib di Batusangkar.
2. Dt.Mangkuto (KAN Nagari pariangan), Wawancara,
musrenbang di nagari Pariangan
3. Basrizal ,Dt, wawancara, Kamis, 27 Oktober 2016 di
Batusangkar.
4. Akhyar( Kaur Kesra), wawancara, 29 Agustus 2016, jam 10.00,
di Batubulek Lintau Buo Utara.
5. Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), Wawancara, 03
September 2016 Jam: 14.00 Wib di Batu Bulek kecamatan
Lintau Buo Utara.
6. Rifka Yarni (bundo kanduang), Wawancara, 10 januari 2017
jam.10.00 di Pariangan dan pengamatan lansung. Pengamatan
Langsung di Jorong Sikaladi, Nagari Pariangan pada kegiatan
seremonial adat.
7. Nofri Aides(Bundo Kanduang Limakaum), wawancara, 29 Juni
2017, di Batusangkar, jam :10.00.
8. Andrizal, wawancara, 29 Agustus 2016, di Batubulek Lintau
Utara.
9. HM.Yunus Sirhan (ketua IKTD Sumatera Utara), wawncara,
27 September 2017 di Batusangkar.
10. Hj.Irsyam (ketua Bundo kanduang nagari Batubulek
Kecamatan Lintau Utara), wawancara, senin 5 September 2016
di Lintau Utara.
11. Inayah (Bundo Kanduang Sikaladi), wawancara, 10 Mei 2017,
jam. 13.00
12. Buya Yusrizal, wawancara, kamis 14 April 2016 di
Batusangkar.
13. Muslim (tokoh masyarakat), wawancara, 30 Juni 2017 di
Lintau Buo pukul.19.00 Wib.
14. Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar),Wawancara,
Kamis, 26 Januari 2017 jam 17.00 di Jakarta.
Daftar Pustaka 309
15. Zainal Abidin( Tokoh masyarakat ), wawancara, 4 Maret 2017
di Linntau Buo.
16. Syukri Iska (ketua MUI Tanah Datar), Wawancara,4 April
2016, Jam: 16.00, di Batusangkar .
17. Usputra Veferi(anggota KAN Batubulek), wawancara, sabtu ,3
September 2016 di Jorong Aur duri, Nagari Batubulek
kecamatan Lintau Buo Utara.
18. Wawancara, dr.Afdhol (perantau), 5 Maret 2017 di
Batusangkar.
19. Ketua KAN Pariangan , Wawancara, 10 januari 2017
jam.10.00 di Pariangan dan pengamatan lansung.
20. Irman Idrus (Wali baringin), Wewancara, Babu 24 Agustus
2016 , Jam:14 di kecamatan Limakaum, dan Observasi
l|angsung pada kegietan. Masyarakat.
21. Wawancara Risman Bustamam
22. Wawancara Dedi Admon Anggota DPRD Praksi PBB, 5 Juli
2017 di Batusangkar
23. Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah
Datar dan Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA
Sumahamid), 17 Februari 2017, jam 10.00 WIB di Jakarta.
24. Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah
Datar dan Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA
Sumahamid), 17 Februari 2017, jam 10.00 WIB di Jakarta.
25. 1Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar),
pada kamis, 26 Januari 2017 jam 17.00 di Jakarta.
26. Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah
Datar dan Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA
Sumahamid), 17 Februari 2017, jam 10.00 WIB di Jakarta.
27. Wawancara Muslim (tokoh masyarakat), 30 Juni 2017, jam
19.00 WIB di Lintau Buo.
28. 1Wawancara Syamsul Bahri (mantan sekda kabupaten Tanah
Datar an Pegawai di Tanah Datar sejak Bupati IKA
Sumahamid), 17 Februari 2017, jam 10.00 WIB di Jakarta.
310 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
29. Wawancara Syukri Iska (ketua MUI Tanah Datar), pada 4
April 2016, Jam: 16.00 WIB, di Batusangkar.
30. Wawancara Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), pada 3
September 2016, Jam: 14.00 WIB di Batu Bulek kecamatan
Lintau Buo Utara.
31. Wawancara KAN nagari Batu Bulek, pada 4 September 2016,
Jam: 14.00 WIB di Batu Bulek kecamatan Lintau Buo Utara.
32. Wawancawra Sekretaris Nagari Batu Bulek, Monografi Adat
Nagari Batubulek (Lintau, 2015), 61-65.
33. Wawancara Mulkhair (wali nagari pariangan), di Pariangaan.
34. Wawancara Irman Idrus (Wali Nagari baringin), pada rabu 24
Agustus 2016, Jam: 14.00 WIB di kecamatan Limakaum dan
Observasi langsung pada kegiatan masyarakat.
35. Wawancara Masriadi Martunus (mantan Bupati Tanah Datar),
Wawancara, Kamis, 26 Januari 2017 jam 17.00 di Jaka
36. Wawancara Efdirijal, (Kaur Uumum), 3 September 2016 di
nagari Batu Bulek, Lintau Buo Utara
37. Observasi dan Wawancara Usputra Veferi (anggota KAN
Batubulek), sabtu, 3 September 2016 di Jorong Aur duri,
Nagari Batubulek kecamatan Lintau Buo Utara.
38. Mengamati langsung ke surau tempat mengaji di Nagari Batu
Bulat Lintau Utara
39. Wawancara sekretaris Wali Nagari Batu Bulek Lintau Utara,
03 September 2016 di Nagari Batu Bulek, Lintau Buo Utara
40. Observasi dan Wawancara, Dedi Admon, Anggota DPRD
Kabupaten Tanah Datar, 5 Februari 2017 di Jakarta.
41. Observasi dan pengamatan langsung, 03 September 2016 di
lokasi surau Batu Bulek Lintau Buo Utara.
42. Wawancara Buya Yusrizal, kamis 14 April 2016 di
Batusangkar.
43. Wawancara Buya Yusrizal, kamis 14 April 2016 di
Batusangkar.
44. Wawancara Afdirizal di Nagari Batu Bulek.
Daftar Pustaka 311
45. Wawancara Imran Yasir (Wali Nagari Batu Bulek), 03
September 2016, jam: 14.00 WIB di Batu Bulek kecamatan
Lintau Buo Utara.
46. Wawancara Inayah (Bundo Kanduang Sikaladi), 10 Mei 2017,
jam. 13.00 WIB.
47. Wawancara Nofri Aides (Bundo Kanduang Limakaum), 29 Juni
2017 di Batusangkar, jam 10.00 WIB.
48. Wawancara Dr. Risman Bustamam Datuak Tumammad.
Batusangkar, sabtu, 9 November 2019
49. Wawancara Elfadli, Tokoh masyarakat Limakaum, 9
November 2019
50. https//www.nu.or.id/post/read/12992/pcnu-tanah-datar.
51. Wawancara pengurus Pemuda Muhammadiyah Firdaus, 2
Desember 2019.
52. wawancara Bendahara Aisyiah Tanah Datar, Linda, 13
November 2019.
53. Wawancara Aulia Rijal, Ketua IPHI Tanah Datar, 3 Desember
2019.
312 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
313
Indeks
Abdullah Ahmad 71, 123, 265
ABSSBK vii, 255
Aceh 13, 40, 41, 46, 63, 64, 65, 66,
109, 112, 117, 121, 205, 243, 257,
262, 285, 295, 298, 299, 301
Adaptasi 222, 226
adat v, vi, 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,
21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 37,
38, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 53, 56,
57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65,
66, 67, 68, 69, 71, 72, 73, 74, 77,
83, 85, 87, 88, 90, 94, 95, 98, 99,
100,101, 102, 103, 104, 106, 108,
110, 112, 113, 114, 115, 116, 117,
118, 119, 120, 121, 122, 123, 124,
125, 126, 127, 128, 129, 130, 131,
133, 134, 135, 136, 137, 138, 140,
141, 144, 145, 146, 147, 149, 151,
152, 153, 155, 156, 157, 160, 161,
162, 166, 167, 168, 169, 170, 171,
173, 174, 175, 176, 177, 183, 186,
188, 189, 190, 191, 192, 193, 194,
195, 196, 197, 200, 203, 204, 205,
206, 207, 208, 209, 210, 211, 212,
215, 216, 218, 219, 220, 221, 222,
224, 225, 226, 227, 228, 229, 230,
231, 232, 233, 234, 235, 238, 239,
240, 241, 244, 245, 246, 247, 248,
249, 250, 251, 252, 253, 254, 255,
257, 258, 259, 261, 262, 266, 267,
268, 271, 273, 274, 275, 276, 278,
279, 280, 281, 282, 285, 288, 295,
298, 300, 308
Adat iv, v, vii, ix, x, xi, 1, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 18,
19, 21, 22, 23, 26, 29, 39, 41, 42,
46, 48, 51, 56, 58, 59, 61, 64, 66,
67, 70, 71, 72, 74, 75, 77, 83, 85,
88, 90, 91, 92, 93, 97, 98, 99, 100,
101, 103, 104, 105, 106, 113, 114,
115, 116, 117, 118, 119, 121, 123,
124, 127, 130, 131, 133, 134, 135,
136, 137, 138, 139, 140, 141, 142,
145, 146, 147, 150, 151, 153, 154,
157, 158, 161, 162, 166, 167, 171,
173, 174, 175, 176, 177, 185, 186,
191, 192, 196, 203, 204, 205, 209,
210, 214, 216, 222, 227, 229, 230,
238, 244, 248, 252, 253, 261, 266,
271, 273, 275, 278, 279, 280, 283,
285, 286, 287, 289, 291, 292, 293,
294, 295, 296, 297, 298, 299, 300,
301, 302, 303, 305, 310
adat istiadat 4, 5, 7, 9, 10, 15,
17, 112, 118, 208, 230, 232, 249,
254, 257, 261, 266, 278, 281, 282
Adat istiadat 4
Adat Salingka Nagari 12, 118,
192, 303
agama v, vi, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 23, 24,
25, 26, 27, 29, 33, 37, 38, 39, 42,
45, 46, 47, 48, 50, 51, 52, 53, 54,
55, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65,
66, 67, 68, 73, 74, 77, 98, 99, 100,
102, 103, 104, 109, 110, 114, 117,
118, 119, 120, 121, 123, 124, 125,
126, 127, 128, 131, 135, 136, 141,
142, 143, 146, 149, 150, 151, 152,
153, 155, 157, 158, 159, 160, 161,
162, 166, 167, 168, 169, 170, 171,
173, 176, 183, 186, 188, 189, 190,
191, 193, 194, 195, 197, 200, 206,
209, 213, 221, 222, 226, 227, 228,
229, 231, 232, 233, 238, 241, 242,
243, 244, 245, 248, 251, 256, 257,
258, 259, 260, 261, 263, 264, 265,
314 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
266, 267, 270, 271, 273, 274, 275,
276, 277, 278, 279, 281, 282, 289,
294
Agama iv, vii, ix, x, 12, 13, 14, 19,
23, 24, 29, 37, 39, 45, 47, 49, 50,
51, 53, 54, 55, 56, 63, 64, 67, 72,
75, 93, 100, 113, 115, 116, 119,
121, 122, 124, 125, 126, 132, 133,
141, 142, 143, 144, 154, 155, 158,
160, 162, 167, 186, 187, 188, 196,
203, 206, 211, 214, 222, 246, 257,
259, 266, 267, 279, 283, 287, 289,
292, 293, 294, 295, 296, 297, 298,
300, 301, 302
akomodasi vi, 11, 12, 13, 14,
15, 16, 20, 22, 23, 24, 25, 27, 29,
43, 44, 48, 50, 56, 57, 58, 60, 62,
67, 68, 133, 141, 166, 200, 222,
232, 241, 257, 278, 279, 281, 282,
288
Akomodasi v, vi, ix, x, 11, 14,
15, 29, 31, 44, 64, 69, 133, 167,
203, 222, 266
akulturasi budaya 3
akulturasi Budaya 3
alim ulama 25, 100, 103, 116,
134, 135, 136, 137, 152, 169, 170,
172, 173, 174, 188, 191, 223, 241,
248, 251, 253, 271
Allah iii, iv, 3, 37, 48, 64, 114, 119,
131, 186, 205, 224, 228, 230, 239,
298
Ambon 13, 18
amnesti 7
anggota DPR 26, 276
Azyumardi Azra 6, 10, 27, 258, 260,
262, 269, 287, 300
Badan Permusyawaratan Rakyat
Nagari 171
balai 239, 240, 241
Batusangkar 2, 3, 4, 6, 8, 11, 25,
29, 227, 229, 231, 232, 235, 236,
237, 239, 241, 245, 246, 250, 251,
252, 254, 255, 261, 265, 267, 271,
272, 273, 288, 310, 311
Belanda 4, 46, 131, 194, 261, 291
Benda Backman 13
budaya 9, 13, 14, 27, 29, 97, 113,
116, 121, 124, 128, 130, 131, 148,
157, 169, 188, 192, 241, 254, 257,
263, 281
Bukit Marapalam 3, 5
bundo kanduang 25, 223, 224, 225,
227, 228, 229, 230, 231, 234, 241,
247, 249, 252, 253, 254, 255
Bundo kanduang 226, 227, 231,
240, 252, 253, 254, 255, 256
Bundo Kanduang 8, 229, 233, 250,
251, 252, 255, 311
bupati 26, 236, 237, 275, 276
Bupati 7, 10, 11, 27, 227, 236, 237,
246, 270, 274, 275, 276, 309
cadiak pandai 248, 271
Caniago 2, 247, 248
cerdik pandai 5, 223
Dadang Kahmad 246
daerah 1, 2, 3, 4, 7, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 18, 20, 21, 23, 27, 29,
224, 227, 230, 232, 236, 237, 240,
243, 245, 254, 255, 259, 261, 262,
263, 269, 271, 273, 275, 276, 278,
281, 282
Darek 262
datuk 9, 25, 223, 260
desa 9, 129, 130, 135, 146, 149,
156, 169, 209, 239, 267, 276
Desa 7, 10, 269, 274, 275
Dominasi 19, 233
DPRD 26, 237, 274, 310
dubalang 248
Dubalang 250
dusun 1, 2
Era Reformasi 6, 8, 9, 10, 11, 13,
14, 15, 16, 231, 232, 240, 253,
255, 267, 270, 272, 273
Falsafah 4, 5, 29
Franz von Benda-Beckmann 13
gerakan 5, 10, 19, 259, 264, 275
Gerakan 4, 5, 6, 264, 289
gerakan Wahabi 6
Globalisasi 10
Haji Rasul 265
Indeks 315
Hamka 6, 259, 264
harmonisasi 262
harta pusaka 10, 15
Harun Zain 7
Hindia Belanda 272, 302
hirarki 253
historiografi tradisional 28
historis 22, 23, 27
hukum 7, 9, 13, 17, 22, 263, 267,
269
Hukum 9, 12
hukum adat 7, 13, 17, 22, 267,
269
Identitas 8, 11, 20, 266
identitas keagamaan 20
ideologi 18
Idrus Hakimi Datuak Rajo Panghulu
13
Idul Adha 271
IKTD 11, 26, 238, 251
Indonesia 6, 10, 12, 13, 16, 17, 18, 19,
28, 238, 257, 259, 260, 263, 265,
270, 276, 277, 287, 290, 293
Integrasi 21
interaksi 19, 20, 21, 23, 24
Interaksi 18, 19, 20
Irdinansyah Tarmizi 236, 237
Islam 1, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 13,
15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 27,
28, 227, 231, 233, 239, 241, 242,
243, 244, 245, 250, 258, 259, 260,
261, 262, 263, 264, 265, 266, 267,
272, 277, 288, 289, 290, 304, 305
Islami 264
Islamisasi 18, 19, 259, 260,
263
Istana Pagaruyung 245, 254
Jawa 19, 257, 264
Jeffrey Hadler 19
Jihad 19
Jorong 225, 226, 227, 228, 229,
230, 231, 234, 247, 249, 250, 253,
273, 310
Kabupaten Tanah Datar 1, 2, 3, 4,
8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 26, 27,
28, 29, 222, 227, 235, 236, 237,
240, 242, 245, 253, 254, 267, 272,
276, 305
Kamaruzzaman 235
kampung 11, 227, 247, 275, 276
KAN 9, 10, 26, 240, 243, 252, 267,
273, 310
Kaum 11, 262
keagamaan 5, 12, 20, 23, 25,
26, 29, 266, 271, 273, 274, 276
Keagamaan 261, 305
kearifan lokal 13
kebijakan pemerinta 14, 29,
271
Kecamatan 1, 3, 5, 16, 29, 240,
254
Kecamatan Lintau Buo 3, 5, 29
Kecamatan Lintau Buo Utara 3, 5, 29
Kecamatan Pariangan 1, 16, 29
Keebet von Benda-Beckmann
6, 13, 18
kelarasan Bodi Caniago 2
Kembali ke Nagari 9
Kembali ke Surau 9
kepala desa 9
Kerajaan 4, 14
kerajaan Alam Minangkabau 12
Kerajaan Minangkabau 121
Kerapatan Adat Nagari 10, 26,
252
komunal 129
komunitas 277
konflik 5, 6, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16,
17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26,
27, 29, 259
Konflik 8, 10, 14, 15, 18
konflik adat 14, 16, 29
konsepsi 259
konstruksi 20, 23, 27
Konstruksi 20
Kontemporer 27, 261, 305
Kontestasi 12
Kota Batusangkar 29, 244
kota Batusangkar. 25
koto 1, 2, 10, 87, 90
kualitatif 22, 27, 28
kultural 20, 278
316 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
L.C. Westenenk 2
lembaga 9, 15, 22, 23, 26, 29, 252,
253, 254, 255, 258, 260, 276
Lembaga 8, 10, 12, 272, 304
Lima Puluh Kota 3, 262
Lintau 3, 5, 16, 25, 29, 229, 240,
241, 248, 250, 254, 259, 270, 271,
273, 276, 309, 310
LKAAM 8, 10, 16, 26, 227, 239
luhak 1, 2, 14, 28
Luhak 1, 2, 29, 87, 97, 100, 175,
206, 230, 235, 236, 243, 262
Luhak Nan Tigo 2, 230
Luhak Nan Tuo 1, 2, 235, 236
Masriadi Martunus 270
Masyarakat 5, 7, 8, 9, 11, 12,
19, 21, 230, 237, 260, 262, 287
Masyarakat Tanah Datar 124, 130
matrilineal 20
Mekah 4
melambangkan 223, 230, 248,
249, 251, 254, 255
Mengonstruksi 8, 11, 266
Minangkabau v, vi, 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,
17, 18, 19, 20, 21, 22, 26, 28, 29,
46, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 97,
98, 99, 100, 112, 113, 114, 115,
116, 117, 118, 119, 120, 124, 129,
130, 131, 133, 134, 135, 137, 145,
148, 150, 154, 161, 171, 175, 185,
194, 205, 206, 219, 229, 230, 231,
235, 236, 237, 239, 240, 242, 243,
245, 246, 248, 252, 255, 259, 260,
261, 262, 263, 264, 265, 266, 267,
269, 273, 275, 278, 285, 286, 287,
288, 291, 292, 293, 294, 295, 296,
297, 298, 299, 300, 301, 302, 303
Modern 251, 274
modernis 20, 241, 263, 264, 265
Monografi Adat 3, 5, 227
MTKAAM 6, 10, 26
MTQ 274
mufakat 239
Mufakat 238
Muhammad 242, 245, 251
Muhammadiyah 12, 20
MUI 12, 16, 26, 227, 232
Muslim 10, 19, 259, 276, 309
musyawarah 3, 228, 239, 240,
241, 252, 254, 255, 271, 273
Musyawarah 157, 213, 238,
241, 250
musyawarah mufakat 241
Nabi 230, 242, 251
Nagari 1, 3, 7, 9, 10, 11, 12, 21, 22,
26, 29, 90, 104, 113, 118, 129,
130, 133, 135, 145, 150, 151, 154,
156, 157, 160, 161, 169, 170, 171,
173, 175, 176, 188, 191, 192, 209,
210, 211, 214, 225, 226, 227, 228,
229, 230, 231, 234, 240, 241, 245,
247, 249, 250, 252, 267, 269, 270,
271, 272, 273, 275, 290, 294, 296,
297, 299, 300, 303, 308, 309, 310,
311
nagari Batu Bulek 5, 25, 272, 273,
310
Nagari Pariangan 1, 29, 225, 226,
227, 228, 229, 230, 231, 234, 239,
243, 247, 249, 256
Nahdatul Ulama 12
nenek moyang 259
niniak mamak 223, 240, 246,
252, 271
NU 12, 21
Obeservasi 25
Orde Baru vii, xi, 7, 8, 15, 129,
130, 131, 135, 148, 153, 210, 232,
240, 253, 255, 265, 267, 269, 270,
281, 290
otonom 9, 129, 253
Otonomi 21, 22, 129, 130, 145, 149,
156, 288, 290, 293
Otonomi daerah 21
Otoritas 260
Padang Ganting 262
Paderi 5, 131
paham 20, 241, 259, 266
Pariaman 243, 272, 304
Pariangan 1, 2, 10, 16, 25, 29,
88, 137, 150, 211, 212, 218, 222,
Indeks 317
225, 226, 227, 228, 229, 230, 231,
234, 239, 240, 241, 243, 247, 249,
262, 267, 271, 272, 308, 309
pasambahan 250, 267, 269
Pemerintahan Desa 7
Pemprov Sumbar 130, 149
pemuda 7, 241, 273
pendekatan sosiologi 23
peneliti 13, 14, 16, 22, 23, 24, 25, 26,
27, 29, 227, 254
Penelitian 14, 15, 16, 17, 21,
22, 24, 27, 28, 246
penghulu 1, 4, 9, 87, 89, 90, 91, 116,
131, 134, 135, 137, 150, 175, 206,
211, 230, 246, 247, 248, 249, 250,
252, 267, 274
Penghulu 1, 26, 225, 228, 230, 234,
235, 240, 246, 247, 248, 249, 250,
251, 252, 255, 260, 267, 271, 274
penghulu pucuak 1
perantau 11, 25, 26, 237, 254, 274,
275
Peraturan 7, 10, 11, 14, 253, 305
Perda 7, 9, 10, 11, 21, 269
Perda Nagari 7
Pergumulan 277, 293
periode 6, 14, 23, 29, 246, 262, 270,
276
Perti 21
perubahan sosial 17, 18, 27
petatah petitih 24, 245, 250, 272
Pluralitas 10
pola konflik 15, 22, 29, 30
Politik 23, 261
pribumisasi 264, 288
Provinsi Sumatera Barat 1, 7, 10,
11, 21, 23, 28, 237, 253, 267
PRRI 6, 7
Raja 1, 4, 10, 27, 245
Raja Ibadat 4
Raja Adat 4
Raja Alam 1, 4
Raja Ibadat 4
rantau 2, 3, 28, 243, 271, 274
Rantau 262
Rao Sumatera Barat 20
Rasul 233, 234
Reaktualisasi Budaya Lokal 3, 5
Reformasi x, 79, 155, 212,
231, 240, 253, 254
religion 232, 305
religius 262
republik 9
Republik Indonesia 6, 10
Revitalisasi 3, 5
Revolusioner 6
ritual 11, 12, 15, 20, 21, 23, 24, 25,
29, 227, 232, 245, 262, 278, 281,
282
ritual-ritual 21, 24, 25, 29, 232
rumah gadang 234, 240, 241,
258, 260, 266, 275
Sago 2
sako 246
salawatan 21
salingka nagari 253
Sengketa 19
sengketa tanah 13
sentralisasi 8
sertifikasi 8
Shadiq Pasadigoe 237
Sistim Desa 8
struktur sosial 6, 13, 23
suku 1, 4, 5, 85, 88, 89, 90, 115,
116, 124, 129, 130, 131, 133, 134,
135, 161, 173, 175, 205, 210, 220,
241, 247, 252, 263, 274
suku Minang 13
Sumatera Barat x, 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19,
20, 21, 22, 23, 25, 28, 46, 76, 99,
114, 118, 124, 128, 129, 130, 134,
145, 156, 160, 161, 171, 182, 194,
204, 205, 219, 236, 245, 257, 260,
261, 263, 264, 268, 269, 272, 274,
275, 286, 287, 294, 300, 303, 304
Sumpah Sati Bukik marapalam
3
Sungai Tarab 237
surau 10, 26, 240, 241, 242, 250,
258, 259, 260, 261, 262, 264, 265,
318 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
266, 267, 269, 270, 271, 272, 273,
274, 291, 310
Syafwan Rozi 20
Syaikh Ahmad Khatib 6
syarak 229, 248, 266, 271
Syarak 17, 113, 116, 117, 119, 120,
171, 185, 192, 286, 292, 297
syariat Islam 10, 17, 21, 225,
232, 234, 251, 273, 293
Syekh Burhanuddin 260
Tambo 1
Tanah Datar xi, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 23, 24,
26, 27, 28, 29, 75, 76, 77, 78, 79,
81, 84, 86, 88, 89, 91, 97, 98, 109,
110, 124, 128, 129, 130, 131, 133,
134, 137, 146, 148, 149, 150, 153,
155, 156, 157, 159, 161, 162, 163,
164, 165, 166, 168, 169, 170, 171,
172, 173, 175, 178, 181, 182, 185,
188, 189, 190, 192, 193, 194, 200,
206, 227, 230, 231, 232, 235, 236,
237, 238, 239, 240, 241, 243, 245,
247, 250, 253, 254, 255, 258, 261,
262, 269, 270, 271, 272, 274, 275,
276, 278, 281, 282, 295, 304, 308,
309, 310
tanah ulayat (kaum 8
Taufik Abdullah 5, 8, 13, 17
tradisi v, 4, 5, 19, 20, 21, 227, 232,
237, 243, 244, 245, 251, 260, 261,
266, 272
Tradisi 4, 6, 227, 230, 232, 242, 243,
244, 245, 272, 287
tradisi budaya 5, 237
tradisi Minangkabau 262
tradisionalis 246
Tradisionalis 241
Tsuyoshi Kato 17, 18
tuanku 4
Tuanku 4, 5, 237, 243, 262, 273, 293,
295
Tuanku Imam Bonjol 5
Tungku 5, 241, 259, 271
Tungku Tigo Sajarangan 5, 241,
271
umat Islam 241, 257, 263,
264, 288
upacara 11, 20, 24, 222, 228, 229,
230, 233, 235, 245, 248, 254, 256
urang nan ampek jinih 234
UU Desa 267
Von Benda-Beckmann 6, 18
Wahabi 5
Wahyu 261, 305
wali nagari 9, 26, 243, 253
warisan 6, 13, 244, 263
Yogyakarta 1, 3, 23, 24, 27
319
Biografi Penulis
Nama : Dr.Hj.Yanti Mulia Roza, SS, MA
Penulis dilahirkan dari Ibu yang bernama Yusni dan
Ayah bernama Zainal Abidin
TTL : Lintau, 2 Juli 1975
Suami : Saidani SP. (Periode 2004-2009 Wakil Ketua DPRD
Kab.Tanah Datar, Periode 2014-2019 Wakil Keta
DPRD Kab.Tanah Datar, Periode 2019-2024 Wakil
Keta DPRD Kab.Tanah Datar –Sumatera Barat)
Anak sebanyak 5 Orang :
Muhammad Fatih Yasa kelas 1 SMA
Rahmat Ramadhan yasa kelas 3 SMP
Siti Khofifah Yasa kelas 6 SD
Khofifah Putri Yasa kelas 4 SD
Muhammad Fathan Yasa kelas 2 SD
Pendidikan : SDN Tigo Jangko Kecamatan Lintau Buo
SMPN Tigo Jangko Kecamatan Lintau
SMAN Lintau Lulusan 1993
S-1 Jurusan Bahasa dan Sastra Arab USU Medan
Medan lulusan 1999
S-2 Jurusan Sejarah Perdaban Islam IAIN Imam
Bonjol Padang 2009
S-3 jurusan Sejarah Peradaban Islam UIN Jakarta
2014 -sekarang
Tempat Tugas di IAIN Batusangkar dari Tahun 1999
sampai sekarang.
Karya Ilmiah : Aljinas fii Ilmi Badi"
Biografi dan Gerakan Tuanku Lintau di Luhak Tanah
Datar-Sumatera Barat.
Buku : Sejarah Perdaban Ekonomi Islam
320 Konflik Dan Akomodasi Antara Adat Dan Agama Dengan Pemerintah di Sumatera Barat
Penulis menetap di Batusangkar Kabupaten Tanah Datar Sumatera
Barat, dengan alamat Jalan Hamka no.999 Batusangkar NO.Hp
081363259221. Email [email protected]. Untuk pengabdian
kepada masyarakat penulis mendirikan Yayasan (Yayasan Sepakat
Maju Insan Kamil Batusangkat-SUMBAR-Indonesia) yang bergerak
di bidang Pendidikan dan Pemberdayaan masyarakat Alhamdulillah
tahun 2012 sudah berdiri setingkat SMP yaitu SMPIT (Sekolah
Mengengah Islam Terpadu) Islamic Boarding School di Batusangkar
Sumatera Barat. Yayasan juga bergerak dalam bidang Sosial dan
Pemberdayaan masyarakat.