Kerapatan Zat

104
LABORATORIUM FARMASEUTIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA LAPORAN PRAKTIKUM PENETAPAN BOBOT JENIS DAN KERAPATAN OLEH : KELOMPOK II UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA M A K A S S A R

description

Kerapatan zat dalam satu larutan

Transcript of Kerapatan Zat

Page 1: Kerapatan Zat

LABORATORIUM FARMASEUTIKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM

PENETAPAN BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

OLEH :

KELOMPOK II

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

M A K A S S A R

2011

BAB I

Page 2: Kerapatan Zat

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pengidentifikasian suatu zat kimia dapat diketahui berdasarkan sifat-

sifat yang khas dari zat tersebut. Sifat-sifat tersebut dapat dibagi dalam

beberapa bagian yang luas. Salah satunya ialah sifat intensif dan sifat

ekstensif. Sifat ekstensif adalah sifat yang tergantung dari ukuran sampel

yang sedang diselidiki. Sedangkan sifat intensif adalah sifat yang tidak

tergantung dari ukuran sampel. Kerapatan atau densitas merupakan salah satu

dari sifat intensif. Dengan kata lain, kerapatan suatu zat tidak tergantung dari

ukuran sampel. Kerapatan merupakan perbandingan antara massa dan volume

dari suatu senyawa. Makin besar volume dan massa dari suatu senyawa,

makin kecil kerapatannya. Begitu juga sebaliknya, makin kecil volume dan

massa suatu senyawa, kerapatannya makin besar.

Kebanyakan zat padat dan cairan mengembang sedikit bila dipanaskan

dan menyusut sedikit bila dipengaruhi penambahan tekanan eksternal.

Kerapatan kebanyakan zat padat dan cairan hampir tidak bergantung pada

temperatur dan tekanan. Sebaliknya kerapatan gas sangat bergantung pada

temperatur dan tekanan. Kerapatan gas diberikan pada kondisi standar

(tekanan atmosfer pada ketinggian dan temperatur 00C). Kerapatan gas sangat

kecil bila dibandingkan dengan kerapatan zat padat. Kerapatan dan bobot

jenis dari tiap senyawa berbeda- beda. Berdasarkan pada teori ini, maka

dilakukanlah percobaan penentuan kerapatan dan bobot jenis beberapa

larutan.

2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :

Page 3: Kerapatan Zat

a. Menentukan bobot jenis beberapa cairan

b. Menentukan kerapatan beberapa padatan

BAB II

Page 4: Kerapatan Zat

TINJAUAN PUSTAKA

1. Dasar Teori

Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi

bobot zat dengan bobot air, dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam

monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25o (Anonim,2011)

Massa jenis atau kerapatan zat (p) merupakan karakteristik mendasar

yang dimiliki zat. Kerapatan suatu zat merupakan perbandingan massa dan

volume zat itu, sehingga nilai kerapatan dapat diukur melalui pengukuran

massa dan volumenya (Anonim,2011).

Volume gas akan berubah dengan adanya perubahan suhu dan tekanan.

Karenanya, berat jenis gas juga akan berubah bila suhu dan tekanan berubah.

Semakin tinggi tekanan suatu jumlah tertentu gas pada suhu yang konstan

akan

menyebabkan volume menjadi semakin kecil dan akibatnya berat jenis akan

semakin besar (Bird, 1993).

Kerapatan air adalah 1,00 g/ml pada 4oC. Sistem perhitungan untuk

kerapatan larutan didasari pada nilai ini. Untuk menghitung nilai kerapatan

suatu larutan, umumnya larutan itu dibandingkan dengan air. Hal ini

memudahkan untuk melihat apakah suatu larutan akan bercampur atau tidak,

karena dua larutan dengan kerapatan yang sangat berbeda biasanya tidak

dapat bercampur. Terdapat pengecualian, dimana larutan ionik seperti larutan

garam akan larut dalam air karena keduanya bersifat polar. Minyak yang

nonpolar tidak dapat larut dalam air meskipun kerapatan keduanya tidak jauh

berbeda. Keduanya gagal dicampurkan lebih disebabkan oleh sifat tersebut,

dibandingkan dengan kerapatannya. Contoh, kerapatan merkuri (13,5 g/ml)

dan air (1,0 g/ml) relatif berbeda. Perbedaan kerapatan relatif ini (kadang

disebut Gravitas Spesifik) menyebabkan merkuri terbenam di dasar wadah

yang berisi air. Kerapatan relatif (gravitas spesifik) adalah rasio dari

Page 5: Kerapatan Zat

kerapatan sampel pada 20oC dibagi dengan kerapatan air pada 4oC

(Williams, 2003).

Menurut Tipler (1991), kerapatan air berubah dengan berubahnya

temperatur. Persamaan di atas menyatakan nilai maksimumnya yang terjadi

pada suhu 4 oC. Satuan yang biasa dijumpai untuk volume adalah liter (L):

1 L = 103 cm3 = 10-3 m3

Rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu objek dengan

volumenya.

(d) = massa(m)volume (v)

Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang

diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volumenya adalah sifat-

sifat ekstensif. Suatu sifat yang bergantung pada jumlah bahan adalah sifat

intensif. Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan volume

adalah sifat intensif. Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan

untuk pekerjaan ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang

sedang diteliti. Karena volume berubah menurut suhu sedangkan massa tetap,

maka rapatan merupakan fungsi suhu (Petrucci, 1999).

Kerapatan relatif tidak dinyatakan dalam suatu satuan karena ia adalah

besaran relatif, yaitu perbandingan dua besaran sejenis. Sudah merupakan

kebiasaan untuk menyatakan kerapatan relatif dengan menggunakan air

sebagai acuan (Alonso, 1992).

Bila kerapatan suatu benda lebih besar daripada kerapatan air maka

benda akan tenggelam dalam air. Bila kerapatan lebih kecil maka benda akan

mengapung. Untuk benda-benda yang mengapung bagian volume sebuah

benda tercelup ke dalam cairan. Walaupun kebanyakan zat padat dan cairan

mengembang sedikit bila dipanaskan dan menyusut sedikit bila dipengaruhi

pertambahan eksternal, perubahan dalam volume ini relatif kecil sehingga

Page 6: Kerapatan Zat

dapat dikatakan bahwa kerapatan kebanyakan berasal dari zat padat dan

cairan hampir tidak bergantung pada temperatur dan tekanan. Sebaliknya

kerapatan gas sangat bergantung pada temperatur dan tekanan, sehingga

tekanan dan temperatur harus dinyatakan bila memberikan kerapatan gas

(Tipler, 1998).

Teori fungsi kerapatan adalah akar dari ilmu mekanika kuantum yang

nantinya akan dibahas dimulai dengan perkenalan materi atau yang lebih

dengan pengulangan konsep dasar mekanika kuantum molekul yang

difokuskan pada bagian praduga Hartree-Fock klasik. Sejak teori fungsi

kerapatan modern ini diperbincangkan hubungannya dengan teori Hartree-

Fock, maka orang-orang pun mulai meresponnya. Penghargaan yang mutlak

diberikan atas munculnya pengetahuan baru dalam bidang fisika sebagai

dasar pengembangan pengetahuan kedepannya (Koch, 2001).

Berat jenis suatu benda adalah massa jenis benda dibagi dengan massa

jenis standar. Massa jenis udara dipakai sebagai massa jenis standar untuk

keadaan gas. Massa jenis air dipakai sebagai patokan untuk benda cair dan

benda padat. Jadi, berat jenis hanyalah suatu perbandingan dari massa jenis

suatu benda terhadap massa jenis substansi standar (Bresnick, 2002).

2. Uraian Bahan

a. Alkohol (Ditjen POM, 1995 : 63)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Etanol / Alkohol

RM / BM : C2H6O / 46,07

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau

khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.

Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan

mendidih pada suhu 78o. Mudah terbakar.

Page 7: Kerapatan Zat

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan

semua pelarut organik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.

Kegunaan : Sebagai pelarut

b. Air Suling (Ditjen POM, 1979 : 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

RM / BM : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak

mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai pelarut

c. Asam Sitrat (Ditjen POM, 1995 : 48)

Nama resmi : ACIDUM CITRICUM

Nama lain : Asam Sitrat

RM / BM : C6H8O7 / 192,12

Pemerian : Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur

granul sampai halus, putih; tidak berbau atau praktis

tidak berbau; rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar

dalam udara kering.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam

etanol; agak sukar larut dalam eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai pelarut

d. Gliserin (Ditjen POM, 1995 : 413)

Nama resmi : GLYCEROLUM

Nama lain : Gliserin

RM / BM : C3H8O3 / 92,09

Page 8: Kerapatan Zat

Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa

manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau

tidak enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus.

Kelarutan : Dalam bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak

larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak

lemah dan dalam minyak menguap.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai pelarut

e. Parafin (Ditjen POM, 1995 : 652 )

Nama resmi : PARAFFINUM

Nama lain : Parafin

RM / BM : C3H8O3 / 92,09

Pemerian : Hablur tembus cahaya atau agak buram; tidak

berwarna atau putih; tidak berbau; tidak berasa; agak

berminyak.

Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol; mudah larut

dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak menguap,

dalam hampir semua jenis minyak lemak hangat;

sukar larut dalam etanol mutlah.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan cegah pemaparan

terhadap panas berlebih.

Kegunaan : Sebagai pelarut

Page 9: Kerapatan Zat

BAB III

PROSEDUR KERJA

1. Alat dan Bahan

1.1. Alat

Adapun alat yang digunakan, yaitu botol semprot, gelas arloji, gelas

ukur 10 ml dan 100 ml, Piknometer 25 ml dan 50 ml, pipet tetes, sendok

tanduk, timbangan digital.

1.2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan, yaitu Alkohol, Asam Sitrat, Aquades,

Gliserin, kertas timbang, Parafin, Tissu.

2. Langkah Percobaan

a. Menentukan Kerapatan Bulk

Timbang zat padat sebanyak 10 g, kemudian masukkan ke dalam gelas

ukur 50 ml. Ukur volume zat padat. Hitung kerapatan Bulk.

b. Menentukan Kerapatan Mampat

Timbang zat padat sebanyak 10 gram. Masukkan ke dalam gelas ukur.

Ketuk sebanyak 100 dan 500 kali ketukan. Ukur volume yang terbentuk.

Hitung Kerapatan Mampat.

c. Menentukan Kerapatan Sejati

Timabng piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya.

Isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisis 1/3 bagian

volumenya.

Timbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya. Isikan parafin

cair perlahan-lahan kedalam piknometerberisi zat padat, kocok-

kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembunh

didalamnya.

Bersihkan piknometer berisi penuh dengan parafin cair hingga tidak

ada gelembung didalamnya.

Page 10: Kerapatan Zat

Timbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnua.

Hitung kerapatan zat menggunakan persamaan

d. Menentukan Bobot Jenis Cairan

Gunakan piknometer yang bersih dan kering

Timbang piknometer kosong lalu isi dengan air dengan air suling,

bagian luar piknometer dila sampia kering dan ditimbang.

Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan

cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada

saat pemipetan, dan ditimbang.

Hitung bobot jenis ciran menggunakan persamaan (Ia)

Page 11: Kerapatan Zat

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil dan Perhitungan

a. Tabel

Kerapatan Bulk

Bobot zat (g) 2 gram

Volume bulk (ml) 2 ml

Kerapatan Bulk

(g/ml)1 gr/ml

Kerapatan Mampat

Bobot zat (g) 2 gram

Volume bulk (ml) 1,7 ml

Kerapatan Bulk

(g/ml)1.1769 gr/ml

Kerapatan Sejati

Bobot Piknometer Kosong (g) 14 gram

Bobot pikno + Zat cair (g) 36 gram

Bobor pikno + zat padat (g) 19 gram

Bbot jenis zat padat + cair (g/ml) 37 gr/ml

Page 12: Kerapatan Zat

Bobot Jenis zat cair

Bahan ParafinMinyak

kelapa

Sirup

DHTAlkohol Gliserin

Bobot

Piknometer

Kosong (g)

14 22 26 18 28

Bobot pikno +

air (g)63 77 75 67 77

Bobot pikno +

zat cair (g)55 71 91 58 69

Bobot jenis

zat cair (g/ml)0,83 0,88 1,326 0,816 0,836

b. Perhitungan

Kerapatan Bulk

Kerapatan bulk = bobot zat padat (g)

volume bulk(ml)

= 2 gram

2 ml

= 1 gr/ml

Kerapatan Mampat

Kerapatan mampat = bobot zat padat (g)

volume bulk(ml)

= 2 gram1,7 ml

= 1.176 gr/ml

Page 13: Kerapatan Zat

Kerapatan Sejati

P padatan = ( M 3−M 1)

( M 2−M 1 )−(M 4−M 3)

= (19 gr−14 gr )

(36 gr−14 gr )−(37 gr−19 gr)

= 45 gr

202 gr−18 ml

= 1,25 gr

Kerapan Bobot jenis zat cair

Kelompok 1

Dt = W 3−W 1W 2−W 1

= 55−1463−14

= 0,83 gr/ml

Kelompok 2

Dt = W 3−W 1W 2−W 1

= 71−2777−27

= 0,88 gr/ml

Kelompok 3

Dt = W 3−W 1W 2−W 1

= 91−2675−26

= 1,326 gr/ml

Kelompok 4

Dt = W 3−W 1W 2−W 1

= 58−1867−18

Page 14: Kerapatan Zat

= 0,816 gr/ml

Kelompok 5

Dt = W 3−W 1W 2−W 1

= 69−2877−28

= 0,836 gr/ml

2. Pembahasan

Kerapatan atau densitas merupakan salah satu dari sifat intensif.

Dengan kata lain, kerapatan suatu zat tidak tergantung dari ukuran sampel.

Kerapatan merupakan perbandingan antara massa dan volume dari suatu

senyawa. Makin besar volume dan massa dari suatu senyawa, makin kecil

kerapatannya. Begitu juga sebaliknya, makin kecil volume dan massa suatu

senyawa, kerapatannya makin besar.

Pada praktikum kali ini, didapatkan hasil bobot jenis zat cair yang

berbeda-beda pada saat menggunakan parafin, minyak kelapa, sirup DHT,

alkohol, dan gliserin. Pada saat penggunaan sirup DHT menghasilkan bobot

jenis zat cair yang lebih tinggi, yaitu 1,326 daripada zat cair yang lain.

Kerapatan bulk lebih ringan daripada kerapatan mampat karena lubang

udara pada kerapatan bulk lebih banyak daripada kerapatan mampat.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :

1. Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat

jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya,

demikian pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat

menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung

bobot jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya

senyawa stabil, yaitu pada suhu 25oC (suhu kamar).

2. Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan

bobot jenisnya juga menjadi lebih besar.

3. Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan

Page 15: Kerapatan Zat

berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana

ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu

zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.

4. Kekentalan/viskositas sutau zat dapat juga mempengaruhi berat

jenisnya. Hal ini dapat dilihat dari rumus :

V = k x d x t

Dari rumus tersebut, viskositas berbanding lurus dengan bobot jenis (d).

Jadi semakin besar viksositas suatu zat maka semakin besar pula berat

jenisnya.

Adapun pada praktikum ini alat yang digunakan seperti piknometer

harus dalam keadaan bersih dan kering agar tidak mempengaruhi berat

piknometer yang dapat membuat data pengamatan menjadi salah. Selain

pengaruh kebersihan alat, tumpahnya bahan dan kurangnya bahan seperti

pada saat penimbangan juga merupakan salah satu faktor kesalahan pada

percobaan ini.

Adapun manfaat penentuan bobot jenis dan kerapatan dalam bidang

farmasi, yaitu faktor memungkinkan pengubahan jumlah zat dalam formula

farmasetika juga digunakan untuk mengubah pernyataan kekuatan adalah b/b,

b/v, dan v/v.

Page 16: Kerapatan Zat

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan, yaitu :

a. Pada percobaan Kerapatan Bulk didapatkan hasil 1 gr/ml

b. Pada percobaan Kerapatan Mampat didapatkan hasil 1,176 gr/ml

c. Pada percobaan Kerapatan Sejatin didapatkan hasil 1,25 gr

d. Pada percobaan bobot jenis farafin adalah 0,839 gr/ml

e. Pada percobaan bobot jenis minyak kelapa adalah 0.88 gr/ml

f. Pada percobaan bobot jenis sirup DHT adalah 1,326 gr/ml

g. Pada percobaan bobot jenis alkohol adalah 0,816 gr/ml

h. Pada percobaan bobot jenis gliserin adalah 0,836 gr/ml

2. Saran

a. Sebaiknya sebelum melakukan praktikum, semua praktikan

mengetahui prosedur kerja atau langkah-langkah kerja yang akan

dilakukan.

b. Praktikan dan asisten sebaiknya melakukan kerjasama yang baik agar

tidak terjadi kesalahan dan hal-hal yang tidak diinginkan pada saat

praktikum

Page 17: Kerapatan Zat

DAFTAR PUSTAKA

Bird, T., 1993, Kimia Fisik untuk Universitas, PT Gramedia : Jakarta.

Bresnick, S., 2002, Intisari Fisika, Hipokrates : Jakarta.

Petrucci, R.H., 1999, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 1, Erlangga: Jakarta.

Taba, P., Zakir, M., dan Fauziah, S., 2010, Penuntun Praktikum Kimia Fisika,

Universitas Hasanuddin : Makassar.

Tipler, P.A., 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 1, Erlangga : Jakarta.

Williams, L.D., 2003, Chemistry Demystified, McGraw Hill, New York

Page 18: Kerapatan Zat

LABORATORIUM FARMASEUTIKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM

VISKOSITAS

OLEH :

KELOMPOK II

Page 19: Kerapatan Zat

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

M A K A S S A R

2011

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Sebelum mengetahui lebih jauh tentang viskositas, kita harus

mengetahui pengertian dari viskositas. Viskositas adalah ukuran resistensi zat

cair untuk mengalir. Semakin besar resistensi suatu zat cair untuk mengalir

semakin besar pula viskositasnya.

Viskositas cairan dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu :

a. Metode Viskometer Ostwald. Metode ini ditemukan berdasarkan hukum

Paseorlle menggunakan alat viscometer Ostwald.

b. Metode Viskometer bola jatuh. Metode ini berdasarkan hukum stokes,

penetapannya dilakukan bola kelereng dari logam dan alat gelas silender

berupa tabung.

Dalam bidang farmasi, viskositas dapat diaplikasikan dalam

pembuatan krim, suspensi, emulsi, losion, pasta, penyalut tablet, dan lain-lain.

Selain itu digunakan uga untuk karakteristik produk sediaan farmasi.

2. TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan dari praktikum ini yakni untuk menentukan viskositas

zat cair.

Page 20: Kerapatan Zat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DASAR TEORI

Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Semakin

besar resistensi suatu zat cair untuk mengalir semakin besar pula viskositasnya.

(Mirawati, 2011)

Viskositas merupakan salah satu sifat fisik zat cair yang pada

umumnya dapat berubah oleh zat terlarut dan suhu. Zat cair dan larutannya

dapat ditatapkan viskositasnya dengan cepat dan mudah dengan alat yang

sederhana. Tetapan fisis ini, dapat digunakan untuk membedakan satu zat

dengan zat lain. Satu zat juga dapat memiliki beberapa viskositas misalnya

parafin cair dapat dibagi menjadi dua yaitu heavy paraffin dan light paraffin.

(Mirawati, 2011)

Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan

atau fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan

hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat,

sedangkan lainnya mengalir lambat. Cairan yang mengalir cepat seperti air,

alkohol, bensin yang mempunyai viskositas kecil. Sedangkan cairan yang

mengalir lambat seperti gliserin, minyak castor dan madu mempunyai

viskositas besar. Jadi viskositas tidak lain menentukan kecepatan mengalirnya

suatu cairan. (Estien, 2005)

Page 21: Kerapatan Zat

Faktor yang mempengaruhi viskositas suatu zat cair yaitu (Martin,

1993) :

1. Suhu, semakin tinggi suhu maka viskositas dari bahan tersebut semakin

kecil.

2. Konsentrasi, semakin besar konsentrasi suatu bahan maka viskositasnya

akan semakin besar.

3. Berat molekul, terjadi hubungan langsung non-linier antara berat molekul

dan viskositas larutan pada konsentrasi yang sama.

4. Derajat kekentalan zat cair, semakin besar viskositas zat cair, maka semakin

susah susah benda padat bergerak di dalam zat cair.

Meskipun viskositas merupakan tetapan zat cair namun ternyata dapat

digunakan untuk menetapkan gas, menetapkan pelarut murni dan tidak murni.

Pemahaman viskositas dapat dijelaskan sebagai berikut : Daerah A

memperoleh gaya tertentu (f) dengan kecepatan (v) dan menempuh jarak (y),

maka gaya (f) sebanding dengan luas daerah A. (Anonim, 2008)

Viskositas cairan dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu (Sukardjo,

1997) :

c. Metode Viskometer Ostwald. Metode ini ditemukan berdasarkan hukum

Paseorlle menggunakan alat viscometer Ostwald. (Sukardjo, 1997)

d. Metode Viskometer bola jatuh. Metode ini berdasarkan hukum stokes,

penetapannya dilakukan bola kelereng dari logam dan alat gelas silender

berupa tabung. (Soedojo, 2000)

Viskositas dari kebanyakan cairan turun dengan naiknya suhu,

menurut teori “Lubans” terdapat kekosongan ini, sehingga kekosongan akan

bergerak keliling. Proses ini menyebabkan aliran, tetapi memerlukan energy

karena adanya energi pengaktifan. (Alberty, 1984)

Viskositas dari kebanyakan cairan tubuh dengan naiknya suhu.

Menurut “teori Lubans” terdapat kekosongan dalam cairan dan molekul

bergerak secara kontinu kedalam kekosongan ini. (Alberty, 1984)

Page 22: Kerapatan Zat

Viskositas (kekentalan) cairan akan menimbulkan oleh gaya kohesi

dalam air. Sedangkan viskositas gas ditimbulkan oleh peristiwa tumbukan yang

terjadi antara-antara molekul-molekul gas. (Soedojo, 2000)

Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran viskositas yakni (Martin,

1993) :

a. Viskometer kapiler / Ostwald. Viskositas dari cairan newton bisa ditentukan

dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat

antara dua tanda ketika ia mengalir karena gravitasi melalui Viskometer

Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang

dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air)

untuk lewat dua tanda tersebut.

b. Viskometer Hoppler. Berdasarkan hokum stokes pada kecepatan bola

maksimum, terjadi keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya

Archimedes. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola (yang terbuat

dari kaca) melalui tabung gelas yang hamper tidak berisi zat cair yang

diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok

sampel.

c. Viskometer Cup dan Bob. Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan

antara dinding luar dari Bob dan dinding dalam dari Cup dimana Bob masuk

persisi ditengah-tengah. Kelemahan viskositas ini adalah terjadinya lairan

sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi disepanjang keliling bagian

tube sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi

ini menyebabkan bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini

disebut aliran sumbat.

d. Viskometer Cone dan Plate. Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan

ditengah-tengah papan, kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut.

Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya

digeser di dalam ruang sempit antara papan yang diam dan kemudian

kerucut yang berputar.

Viskositas dengan aliran reologi. Reologi adalah ilmu yang

mempelajari tentang aliran zat cair dan deformasi zat padat. Reologi erat

Page 23: Kerapatan Zat

kaitannya dengan viskositas. Viskositas merupakan suatu pernyataan tahanan

dari suatu cairan untuk mengalir. (Martin, 1993)

Cara menentukan koefisien viskositas dengan rumus stokes, yang

memerlukan kelereng dari bahan yang amat ringan misalnya aluminium

berukuran kecil dengan jari-jari 21 cm saja. Sewaktu kelereng hendak

dijatuhkan kedalam bejana kecil yang berisi cairan yang hendak ditentukan

koefisien viskositasnya oleh gaya beratnya, kelereng akan semakin cepat

jatuhnya, sesuai rumus stokes. (Martin, 1993)

2. URAIAN BAHAN

1. Alkohol (Ditjen POM, 1979 : 65)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Etanol

RM / BM : C2H6O / 46,02

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap,

dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas;

mudah terbakar dengan memberikan nyala biru

yang tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

kloroform P dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pereaksi

2. Aquades (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air Suling /Aquades

RM / BM : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak

mempunyai rasa.

Kelarutan : Murni diperoleh dari penyaringan.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Page 24: Kerapatan Zat

Kegunaan : Sebagai zat tambahan.

3. Gliserin (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : GLYCEROLUM

Nama lain : Gliserol / Gliserin

RM / BM : C3H8O3 / 92,10

Pemerian : Cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna; tidak

berbau; manis diikuti rasa hangat.

Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol

(95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform,

dalam eter P dan dalam minyak lemak.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sampel.

4. Minyak Kelapa (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : OLEUM COCOS

Nama lain : Minyak Kelapa

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna atau kuniing pucat;

bau khas; tidak tengik.

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu

600; sangat mudah larut dalam kloroform P dan

dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Zat tambahan atau sebagai sampel

5. Parafin (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : PARAFFINUM LIQUIDIUM

Nama lain : Parafin Cair

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi;

tidak berwarna; hamper tidak berbau; hamper

tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol

(95%) P; larut dalam kloroform P dan dalam eter

P.

Page 25: Kerapatan Zat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sampel

BAB III

PROSEDUR KERJA

1. ALAT DAN BAHAN

1.1 Alat yang Digunakan

1. Viskometer Kapiler

2. Statif

3. Botol Semprot

4. Pipet Tetes

5. Corong

6. Spindel

7. Buret

1.2 Bahan yang Digunakan

1. Minyak Kelapa

2. Alkohol 70%

3. Aquades

4. Parafin

5. Sirup DHT

Page 26: Kerapatan Zat

6. Gliserin

2. LANGKAH PERCOBAAN

a. Penentuan koefisien Viskositas mengguanakan buret

1. Tentukan bobot jenis zat cair menggunakan piknometer.

2. Bersihkan buret 50 ml dengan alkohol.

3. Pasang buret tegak lurus menggunakan statif.

4. Isi buret dengan aquadest sebanyak 25 ml.

5. Buka kran buret dan ukur waktu alir dengan menggunakan stopwatch.

6. Lakukan hal diatas sebanyak tiga kali.

7. Lakukan hal yang sama untuk parafin, gliserin, dan propilenglikol.

8. Hitung koefisien viskositas menggunakan persamaan (2b).

b. Penentuan Koefisien Viskositas dengan menggunakan Viskometer Ostwald

1. Pasang viscometer Ostwald pada statif dengan menggunakan klem.

2. Masukkan cairan kedalam tabung B hingga sampai dibagian atas yang

diberi tanda.

3. Jalankan stopwatch ketika cairan sampai ditanda bagian bawah tabung A,

biarkan cairan mengalir hingga ke tanda bagian atas dari tabung A dan

matikan stopwatch. Catat waktunya.

4. Ulangi sebannyak 3 kali untuk cairan yang sama.

5. Keluarkan isi cairan dang anti dengan cairan lainnya.

c. Penentuan Viskositas dengan menggunakan Viskometer Brookfield

1. Pilih spindle sesuai dengan viskositas cairan yang hendak diukur.

2. Pasang spindle pada gantungan spindle.

3. Turunkan spindle sedemikian rupa sehingga batas spindle tercelup dalam

cairan yang akan diukur viskositasnya.

4. Pasangkan stop kontak.

5. Atur RPM, hidupkan motor. Catat angka yang terbaca. Angka tersebut

adalah viskositas dalam satuan senti poise (cP).

Page 27: Kerapatan Zat

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. HASIL DAN PERHITUNGAN

A. KOEFISIEN VISKOSITAS MENGGUNAKAN BURET

Bobot jenis Air 1 gr/ml

Viskositas Air 0,89 cP

Bobot Jenis Zat Cair (Parafin) 0,83 mg/ml

Waktu Tempuh Air 15,03 s; 15,07 s; 17,46 s

Waktu Tempuh Zat Cair (Parafin) 36,00 s; 33,84 s; 43,87 s

Koefisien Viskositas Zat Cair (Parafin) 1,76 cP; 1,66 cP; 1,86 cP

Perhitungan :

Kelompok I (Parafin) :

I. η 1η 2

= t 1 P 1t 2 P 2

0,89η 2

= (15,03 )(1)(36 )(0,83)

Page 28: Kerapatan Zat

η2 = 1,76 cP

II. η 1η 2

= t 1 P 1t 2 P 2

0,89η 2

= (15,07 )(1)(34 )(0,83)

η2 = 1,66 cP

III. η 1η 2

= t 1 P 1t 2 P 2

0,89η 2

= (17,46 )(1)

(43,87 )(0,83)

η2 = 1,86 cP

Kelompok III (Sirup DHT)

I. η 1η 2

= t 1 P 1t 2 P 2

0,89η 2

= (16,26 )(1)

(162,29 )(1,32)

η2 = 11,725 cP

II. η 1η 2

= t 1 P 1t 2 P 2

0,89η 2

= (17,59 )(1)

(143,67 )(1,32)

η2 = 9,595 cP

III. η 1η 2

= t 1 P 1t 2 P 2

Page 29: Kerapatan Zat

0,89η 2

= (15,20 )(1)

(146,64 )(1,32)

η2 = 11,333 cP

Kelompok IV (Alkohol) :

I. η 1η 2

= t 1 P 1t 2 P 2

0,89η 2

= (18 )(1)

(24 )(0,816)

η2 = 0,968 cP

II. η 1η 2

= t 1 P 1t 2 P 2

0,89η 2

= (16 )(1)

(24 )(0,816)

η2 = 1,180 cP

III. η 1η 2

= t 1 P 1t 2 P 2

0,89η 2

= (17 )(1)

(27 )(0,816)

η2 = 1,163 cP

Kelompok V (Gliserin) :

I. η 1η 2

= t 1 P 1t 2 P 2

0,89η 2

= (17,54 )(1)

(454 )(0,836)

η2 = 19,25 cP

II. η 1η 2

= t 1 P 1t 2 P 2

Page 30: Kerapatan Zat

0,89η 2

= (17,78 )(1)

(393 )(0,836)

η2 = 16,44 cP

III. η 1η 2

= t 1 P 1t 2 P 2

0,89η 2

= (13,74 )(1)

(450 )(0,836)

η2 = 21,27 cP

B. KOEFISIEN VISKOSITAS MENGGUNAKAN VISKOMETER

OSTWALD

Bobot Jenis Air 1 gr/ml

Viskositas Air 0,89 cP

Bobot Jenis Zat Cair (Minyak Kelapa) 0,88 gr/ml

Waktu Tempuh Air 10 sekon

Waktu Tempuh Zat Cair (Minyak Kelapa) 67,28 sekon

Koefisien Viskositas Zat Cair (Minyak Kelapa dan air) 5,247 cP

Perhitungan :

η 1η 2

= t 1 P 1t 2 P 2

Page 31: Kerapatan Zat

0,89η 2

= (10,00 )(1)(67 )(0,83)

η2 = 5,247 cP

C. MENENTUKAN VISKOSITAS DENGAN VISKOMETER

BROOKFIELD

NAMA CAIRAN NO SPINDLE RPM VISKOSITAS

Sirup DHT 61 50 508,2

Sirup DHT 61 50 508,8

Sirup DHT 61 50 508,8

2. PEMBAHASAN

Viskositas merupakan salah satu sifat fisik zat cair yang pada

umumnya dapat berubah oleh zat terlarut, dan suhu. Tetapan fisis ini, dapat

digunakan untuk membedakan satu zat dengan zat lain. Satu zat juga dapat

memiliki beberapa viskositas misalnya parafin cair dapat dibagi menjadi dua

yaitu heavy paraffin dan light paraffin. Viskositas adalah resistensi zat cair

untuk mengalir.

Pada percobaan viskositas menggunakan viscometer kapiler dan

buret, alkohol 70% dimasukkan pada viscometer kapiler dan buret yang

berguna untuk membersihkan viscometer kapiler dan buret. Lalu dilakukan

percobaan pada masing masing bahan yakni :

1. Pada bahan Parafin dengan waktu tempuh air 15,03 sekon, 15,07 sekon,

17,46 sekon. Waktu tempuh parafin 36,00 sekon, 33,84 sekon, 43,87

Page 32: Kerapatan Zat

sekon. Koefisien viskositas yakni pertama ialah 1,76 cP, kedua ialah

1,66 cP, ketiga ialah 1,86 cP.

2. Pada bahan minyak kelapa dengan waktu tempuh air 10 sekon. Waktu

tempuh minyak kelapa 67,28 sekon. Koefisien viskositas yakni 5,247

cP.

3. Pada bahan Sirup DHT dengan waktu tempuh air 16,26 sekon, 17,59

sekon, 15,20 sekon. Waktu tempuh Sirup DHT 162,29 sekon, 143,67

sekon, 146,64 sekon. Koefisien viskositas yakni 11,725 cP, 9,595 cP,

11,333 cP.

Pada Viskometer Brookfield, nomor spindle ialah 61 dan RPM ialah 50.

Viskositasnya ialah 508,2; 508,8; 508,8.

4. Pada bahan alkohol dengan waktu tempuh air 18 sekon, 16 sekon, 17

sekon. Waktu tempuh alkohol 24 sekon, 24 sekon, 27 sekon. Koefisien

viskositas yakni 0,968 cP, 1,180 cP, 1,163 cP.

5. Pada bahan gliserin dengan waktu tempuh air 17,54 sekon, 17,78 sekon,

13,74 sekon. Waktu tempuh alkohol 454 sekon, 393 sekon, 450 sekon.

Koefisien viskositas yakni 19,25 cP; 16,44 cP; 21,27 cP.

Dalam bidang farmasi, viskositas dapat diaplikasikan dalam

pembuatan krim, suspensi, emulsi, losion, pasta, penyalut tablet, dan lain-lain.

Selain itu digunakan uga untuk karakteristik produk sediaan farmasi.

Kesalahan yang mungkin terjadi pada praktikum yakni ketika

memasukkan zat cair pada viscometer kapiler terlalu berlebih pada batas bawah

dan ketika menghitung waktunya dapat pula terjadi kesalahan.

Page 33: Kerapatan Zat

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan yakni :

1. Pada bahan Parafin dengan waktu tempuh air 15,03 sekon, 15,07 sekon,

17,46 sekon. Waktu tempuh parafin 36,00 sekon, 33,84 sekon, 43,87

sekon. Koefisien viskositas yakni pertama ialah 1,76 cP, kedua ialah 1,66

cP, ketiga ialah 1,86 cP.

2. Pada bahan minyak kelapa dengan waktu tempuh air 10 sekon. Waktu

tempuh minyak kelapa 67,28 sekon. Koefisien viskositas yakni 5,247 cP.

3. Pada bahan Sirup DHT dengan waktu tempuh air 16,26 sekon, 17,59

sekon, 15,20 sekon. Waktu tempuh Sirup DHT 162,29 sekon, 143,67

sekon, 146,64 sekon. Koefisien viskositas yakni 11,725 cP, 9,595 cP,

11,333 cP.

Page 34: Kerapatan Zat

Pada Viskometer Brookfield, nomor spindle ialah 61 dan RPM ialah 50.

Viskositasnya ialah 508,2; 508,8; 508,8.

4. Pada bahan alkohol dengan waktu tempuh air 18 sekon, 16 sekon, 17

sekon. Waktu tempuh alkohol 24 sekon, 24 sekon, 27 sekon. Koefisien

viskositas yakni 0,968 cP, 1,180 cP, 1,163 cP.

5. Pada bahan gliserin dengan waktu tempuh air 17,54 sekon, 17,78 sekon,

13,74 sekon. Waktu tempuh alkohol 454 sekon, 393 sekon, 450 sekon.

Koefisien viskositas yakni 19,25 cP; 16,44 cP; 21,27 cP.

2. SARAN

Sebaiknya untuk viscometer kapiler jangan menggunakan minyak

kelapa, sebab dalam membersihkan viskometer kapiler sangat sulit, karena

terdapat endapan pada alat.

DAFTAR PUSTAKA

Alberty, Robert. 1984. Kimia Fisika. Erlangga : Jakarta.

Anonim. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Universitas Muslim Indonesia : Makassar.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisika. UI Press : Jakarta.

Mirawati. 2011. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika 1. Universitas Muslim Indonesia : Makassar.

Soedojo. 2000. Fisika Dasar. Andi : Jakarta.

Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Rineka Cipta : Yogyakarta.

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Andi : Jakarta.

Page 35: Kerapatan Zat

LABORATORIUM FARMASEUTIKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM

pH dan DAPAR

Page 36: Kerapatan Zat

OLEH :

KELOMPOK II

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

M A K A S S A R

2011

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Sebelum membahas lebih jauh tentang praktikum pH dan dapar. Maka

kita harus mengetahui terlebih dahulu pengertian pH dan larutan dapar.

Page 37: Kerapatan Zat

pH atau potensial hydrogen adalah ukuran keasaman atatu kebasaan dari

larutan air. Air murni memiliki pH netral, yaitu mendekati 7 pada suhu 250C,

larutan dengan pH kurang dari 7 disebut asam dan larutan dengan pH diatas 7

disebut basa atau alkali.

Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat

meniadakan perubahan pH terhadap penambahan sedikit asam atau basa.

Peniadaan perubahan pH tersebut dikenal sebagai aksi dapar.

Faktor-faktor yang penting dalam pembuatan dapar farmasi meliputi

bahan-bahan kimia yang tersedia. Sterilitas larutan akhir, kestabilan obat dan

dapar untuk waktu yang cukup lama, contoh dapar borat karena sifatnya yang

toksik tidak dapat digunakan dalam menstabilkan larutan yang dipakai secara

oral ataupun parental.

2. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :

a. menentukan pH beberapa zat cair

b. membuat larutan dapar pada berbagai pH

c. menghitung kapasitas dapar yang telah dibuat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Dasar Teori

pH atau potensial hydrogen adalah ukuran keasama atau kebasaan dari

larutan air. Air murni memiliki pH netral, yaitu mendekati 7 pada suhu 25 oC.

Page 38: Kerapatan Zat

larutan dengan pH kurang dari 7 disebut asam dan larutan dengan pH diatas 7

disebut basa atau alkali (Mirawati, 2011).

pH dalam larutan kira sama dengan negative logaritma dari konsentrasi ion

hidronium (H3O+). pH rendah menunjukkan tingginya konsentrasi ion

hidronium sedangkan pH tingginya menunjukkan konsentrasi yang rendah

(Mirawati, 2011).

Teori tentang asam dan basa ada tiga yaitu (Mirawati, 2011):

1. Arrhenius (Svante August Arrhenius)

Asam adalah suatu zat atau bahan yang bila dilarutkan dalam air akan

melepaskan ion H+.

HA + H2O H3O + A

Basa adalah suatu bahan/zat yang bila dilarutkan dalam air akan melepaskan

ion OH-.

BOH + H2O B+aq + OH-

2. Bronsted dan Lowry

Asam adalah baik ion atau molekul yang dapat melepaskan proton atau

donor proton. Basa adalah baik ion atau molekul yang dapat menerima

proton atau akseptor proton.

HCl + NH3 NH4+ + Cl-

A1 B2 A2 B1

Setiap asam atau basa mempunyai basa atau asam konjugasi.

A1 adalah asam dari basa konjugasi B1

B2 adalah basa dari asam konjugasi A2

3. Lewis

Asam adalah suatu spesies yang dapat menerima pasangan electron,

sedangkan basa adalah suatu spesies yang dapat menyumbangkan pasangan

elektronnya.

A + :B A + B

A adalah asam karena dapat menerima electron dan B adalah basa karena

dapat, menyumbangkan pasangan elektronnya.

Page 39: Kerapatan Zat

Larutan dapar (buffer solution) merupakan nama lain dari penyangga.

(Purpasari, 2010)

Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat

meniadakan perubahan pH terhadap penambahan sedikit asam atau basa.

Peniadaan perubahan Ph tersebut dikenal sebagai aksi dapar. Bila kedalam air

larutan natrium klorida ditambahkan sedikit asam atau basa kuat, pH larutan

akan berubah. Sistem semacam ini dikatakan tidak beraksi dapar (Martin,

1990).

Kombinasi asam lemah denga basa konjugasinya yaitu garamnya, atau

basa lemah dengan asam konjugasinya bertindak sebagai dapar. Jika 1 mol

0,1 N larutan HCl ditambahkan kedalam 100 ml air murni, Ph air akan turun

dari 7 menjadi 3. Jika asam kuat ditambahkan ke 0,01 M larutan yang

mengandung asam asetat dan natrium asetat dalam jumlah yang sama, Ph

larutan itu hanyaberubah sebesar 0,09 satuan Ph, karena basa Ac - mengikat

ion hydrogen sebagai berikut (Martin, 1990) :

Ac- + H3O+ HAc + H2O

Jika suatu basa kuat, NaOH misalnya ditambahkan kedalam campuran dapar itu, asam asetat akan menetralisir ion hidroksilnya (Martin, 1990).

Efek ion sejenis dan persamaa dapar untuk asam lemah dan garamnya. pH dari suatu larutan dapar dan perubahan pH larutan akibat penambahan asam atau basa dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dapar. Pernyataan ini berkembang dengan mengenggap adanya pengaruh garam pada ionisasi asam lemah apabila garam dan asam memilki ion sejenis (Martin, 1990).

Sebagai contoh ketika natriun asetat ditambahkan ke asam asetat, tetapan disosiasi asam lemah itu : (Martin, 1990).

[ H3O+] [ Ac-]

Ka = = 1,75 x 10-5

[ HAc]

Page 40: Kerapatan Zat

Untuk asetat lamanya terganggu, karena ion asetat yang diberikan oleh garam meningkatkan Ac- di pembilang. Untuk mencapai harga Ka yang konstan pada 1,75 x 10-5 ion hydrogen H3O+ di pembilang segera berkurang, diikuti peningkatan HAc . Dengan demikian, tetapan Ka tidak berubah dengan kesetimbangan bergerak kearah reaktan. Akibatnya ionisasi asam asetat (Martin, 1990).

Bila ke dalam air atau larutan natrium klorida ditambahkan dengan sedikit

asam atau basa kuat, pH larutan akan berubah. Sistem semacam ini dikatakan

tidak beraksi dapar. (Martin, 1990)

Larutan dapar terdiri dari dua tipe yaitu (Mirawati, 2011):

1. Asam lemah dengan basa konyugasinya (garamnya).

2. Basa lemah dengan asam konyugasinya (garamnya).

Mekanisme sebagai pendapar dapat digambarkan oleh larutan dapar asam

asetat (CH3COOH) dan natrium asetat (CH3COONa), bila ditambahkan basa

(OH-) maka reaksi yang terjadi adalah (Mirawati, 2011):

CH3COOH + OH- CH3COO- + H2O

Bila yang ditambahkan dalam larutan adalah asam (H+) maka reaksi yang

terjadi adalah :

CH3COONa + H+ CH3COOH + Na+

Faktor-faktor yang mempengaruhi pH larutan dapar. Penambahan garam-

garam netral ke dalam larutan dapar mengubah pH larutan dengan berubahnya

kekuatan ion. Temperatur juga berpengaruh terhadap larutan-larutan dapar.

Kolthff dan Takelenburg menyatakan istilah koefisien temperatur pH yaitu

perubahan pH akibat pengaruh temperatur. pH dapar asetat dijumpai meningkat

dengan naiknya temperatur sedang pH dapar asam borat-natrium borat turun.

(Martin, 1990).

2. URAIAN BAHAN

a. NaOH (DITJEN POM,1979)

Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama lain : Natrium Hidroksida

Page 41: Kerapatan Zat

RM / BM : NaOH / 40,00

Pemerian : Bentuk batang, butiran, ,massa hablur atau

keping, kering, keras, rapuh, dan menunjukkan

susunan hablur; mudah meleh basah. Sangat

alkalis dan korosif. Segera menyerap

karbondioksida.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol

(95%) P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

b. HCl encer (DITJEN POM, 1979)

Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM

Nama lain : Asam klorida

RM /BM : HCl/36,46

Rumus struktur : H – Cl

Pemerian : Cairan, tidak berwarna,berasap bau

merangsang .Jika diencerkan dengan 2 bagian

air asap dan bau hilang.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Zat tambahan

c. Air suling (DITJEN POM, 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILATA

Nama lain : Air suling

RM / BM : H2O / 18,02

Rumus struktur : H – O – H

Pemerian : Cairan jernih;tidak berwarna;tidak

berbau;tidak mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

Page 42: Kerapatan Zat

d. Dinatrium Hidrogenfosfat (DITJEN POM, 1979)

Nama resmi : DINATRII HYDROGENPHOSPHAS

Nama lain : Dinatrium Hidrogenfosfat, Natrium Fosfat

RM / BM : Na2HPO4 / 358,14

Pemerian : Hablur tidak berwarna; tidak berbau; rasa asin.

Dalam udara kering merapuh.

Kelarutan : Larut dalam 5 bagian air; sukar larut dalam

etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

e. Natrium Dihidrogenfosfat (DITJEN POM, 17979)

Nama resmi : NATRII DIHYDROGENPHOSPHAS

Nama lain : Natrium Dihidrogenfosfat

RM / BM : NaH2PO4 / 156,01

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk habkur

putih; tidak berbau; rasa asam dan asin.

Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

BAB III

PROSEDUR KERJA

1. ALAT DAN BAHAN

1.1 Alat yang Digunakan

Page 43: Kerapatan Zat

1. Botol semprot

2. Gelas kimia

3. Labu ukur 50 ml

4. pH meter

5. Sendok tanduk

6. Timbangan analitik

1.2 Bahan yang Digunakan

1. Aquades

2. HCl 1 N

3. NaH2PO4

4. Na2HPO4

5. Kertas timbang

2. LANGKAH PERCOBAAN

a. Menentukan pH beberapa zat cair

1. Masukkan beberapa zat cair dalam gelas kimia.

2. Ukur pHnya dengan menggunakan indicator universal dan pH meter.

b. Membuat larutan dapar

1. Hitung jumlah asam dan garamnya atau basa dan garamnya yang

digunakan untuk membuat larutan dapar 6; 6,5; 7; 7,5; dan 8.

2. Buat dapar sesuai perhitungan di atas.

3. Ukur pH dari larutan yang dibuat.

4. Hitung kapasitas dapar dari dapar yang dibuat.

Page 44: Kerapatan Zat

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. HASIL DAN PERHITUNGAN

a. Menentukan pH dari beberapa zat cair

Page 45: Kerapatan Zat

Nama zat cair pH cairan

pH meter Kertas pH

HCl 0,01 M 6

HCl 0,1 M 2

HCl 1 M 4

NaOH 0,01 M 10

NaOH 0,1 M 13

NaOH 1 M 14

b. pH dapar

Jenis dapar Kapasitas dapar pH dapar Kadar dapar

Dapar fosfat 1,7461 x 10-14 6,5 6,0

Dapar fosfat 1,547 x 10-12 6 5

Dapar fosfat 10,28 x 10-12 7 6

Dapar fosfat 4,359 x 10-14 7,5 7

Dapar fosfat 1,046 x 10-13 8 7

c. Perhitungan berat sampel

Diketahui : PKa = 7,2

BM Na2HPO4 = 141,956

BM Na2H2PO4 = 119, 98

Volume = 50 ml = 0,05 ml

1)Kelompok I

pH = PKa + log [ garam][asam]

6 = 7,2 + log [ garam][asam]

Page 46: Kerapatan Zat

log [ garam][asam] = 6 – 7,2

[ garam][asam] = antilog – 1,2

[ garam ][asam ]

= 0,063

[garam] = 0,063

Gram = BM x M x V

= 141,96 x 0,063 M x 0,05ml

= 0,447 gram

[asam] = 1 M

Gram = BM x M x V

= 119,98 x 1 M x 0,05 ml

= 5,999

2) Kelompok II

Diketahui : pH = 6,5

pH = PKa + log [ garam][asam]

6,5 = 7,2 + log [ garam][asam]

log [ garam][asam] = 6,5 – 7,2

log [ garam][asam] = - 0,7

[ garam][asam] = antilog -0,7

= 0,1995

Page 47: Kerapatan Zat

[garam] = 0,1995

Gram = BM x M x V

= 141, 96 x 0,1995 M x 0,05 ml

= 1,416

[asam] = 1 M

gram=BM . M . V

= 141,96. 1.0,05

¿5,999gram

3) Kelompok 3

BM Na2HPO4 = 141,96

BM NaH2PO4 = 119,98

Dik : pH = 7

pKa = 7,2

PH=Pka+log[ garam ][asam]

7=7,2+log[garam ][asam]

log[ garam ][asam]

=7−7,2

log[ garam ][asam]

=−0,2

[ garam ][ asam ]

=antilog−0,2

= 0,63 M

[ garam ]=0,63 M

gram=BM . M . V

¿ 141,96. 0,63.0,05

¿1,47gram

Page 48: Kerapatan Zat

[ asam ]=1 M

gram=BM . M . V

= 141,96. 1.0,05

¿5,999gram

4) Kelompok 4

BM Na2HPO4 = 141,96

BM NaH2PO4 = 119,98

Dik : pH = 7,5

pKa = 7,2

PH=Pka+log[ garam ][asam]

7,5=7,2+ log[garam][asam]

log[ garam][asam ]

=7,5−7,2

log[ garam ][asam]

=−0,3

[ garam ][ asam ]

=antilog−0,3

¿1,995 M

[ garam ]=1,995 M

gram=BM . M . V

¿ 141,96. 1,995.0,05

¿14,160gram

[ asam ]=1 M

gram=BM . M . V

¿ 141,96. 1.0,05

¿5,999gram

5) Kelompok 5

Page 49: Kerapatan Zat

BM Na2HPO4 = 141,96

BM NaH2PO4 = 119,98

Dik : pH = 8

pKa = 7,2

PH=Pka+log[ garam ][asam]

8=7,2+log[garam ][asam]

log[ garam ][asam]

=8−7,2

log[ garam][asam ]

=0 , 8

[ garam ][ asam ]

=6,31 M

[ garam ]=6,31 M

gram=BM . M . V

¿ 141,96. 6,31.0,05

¿44,79gram

[ asam ]=1 M

gram=BM . M . V

¿ 141,96. 1.0,05

¿5,999gram

Perhitungan PH dapar

1) Kelompok 1

β = 2,3 .C (Ka [ H3O + ]

(Ka + [H3O+]

= 2,3.(1,063) (15,8 X 10 6 ) (1X10 -2 )

(15,8 X 106 + 1X 10-5)2

= 2,444 15,8 X 10

6,329 X10-13

= 1,547 X 10-12

Page 50: Kerapatan Zat

2) Kelompok 2

β = 2,3 .C (Ka [ H3O + ]

(Ka + [H3O+]

= 2,3.(1,1995) (15,8 X 10 7 ) (1X10 6 )

(15,8 X 10-7 + 1X 106)2

= 2,75885 x 6,329 x 10-13

= 1,7460 X 10-14

3) Kelompok 3

β = 2,3 .C (Ka [ H3O + ]

(Ka + [H3O+]

= 2,3.(4,47) (15,8 X 10 6 ) (1X10- 6 )

(15,8 X 106 + 1X 10 -6)2

= 10,281 1,58

1,58 x 1012

= 10,28 X 10-12

4) Kelompok 4

β = 2,3 .C (Ka [ H3O + ]

(Ka + [H3O+]

= 2,3.(2,995) (15,8 X 10 7 ) (1X10 -7 )

(15,8 X 107 + 1X 10-7)2

= 6,8885.6,329.10-12

= 4,359x 10-14

5) Kelompok 5

Page 51: Kerapatan Zat

β = 2,3 .C (Ka [ H3O + ]

(Ka + [H3O+]

= 2,3.(7,31) (15,8 X 10 7 ) (1X10 -7 )

(15,8 X 107 + 1X 10-7)2

= 16,813 15,8

2,4964.1014

= 16,813 x 6,33.10-15

= 1,064 x 10-13

2. Pembahasan

pH atau potesial hydrogen adalah ukuran keasaman atau kebasaan dari

larutan air, dimana air memiliki pH netral, yaitu 7. Sedangkan dapar adalah

larutan yang dapat mempertahankan harga pH tertentu terhadap usaha

pengubahan asam, basa atau pengenceran. Dimana larutan dapar tersebut

terdiri dari dua tipe, yaitu :

a. asam lemah dengan basa konjugasinya (garamnya)

b. basa lemah dengan asam konjugasinya (garamnya)

Pada percobaan ini dilakukan penentuan pH pada zat cair, dimana cara

kerja pada percobaan tersebut adalah dimasukkan beberapa zat cair dalam gelas

kimia, dimana zat cair yang digunakan adalah HCl 1 N. Kemudian diukur

pHnya, dimana pada pengukuran pH ini diperoleh pH zat cair tersebut adalah

4.

Selain dilakukan penentuan pH, pada percobaan ini juga dibuat larutan

dapar. Adapun cara kerja pada pembuatan larutan dapar tersebut adalah

pertama dihitung jumlah asam dan garam sampel yang akan digunakan, dengan

pH 6,5. Dimana dari perhitungan ini diperoleh berat asam (Na2HPO4) adalah

5,999 gram dan garamnya (NaH2PO4) adalah 1,416 gram. Setelah diperoleh

berat sampel, diambil NaH2PO4 dan Na2HPO4 dan ditimbang sesuai dengan

hasil perhitungan. Kemudian dibuat larutan dapar, yaitu dengan melarutkan

Page 52: Kerapatan Zat

Natrium biofosfat dengan aquadesh, dalam gelas kimia dan ditambahkan

natrium dihidrosulfat, diaduk, kemudian dimasukkan dalam labu ukur. Larutan

dihomogenkan dan dikocok. Setelah itu, diukur pHnya dengan menggunakan

kertas pH.

Pada percobaan ini pembuatan larutan dapar, diperoleh kapasitas dapar

(kelompok II) adalah 1,7460 x 10-14. Dimana pH awal larutan adsalah 6,5,

tetapi setelah dihomogenkan pH larutan 6,0. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa larutan tersebut dapat mempertahankan pHnya.

Adapun hasil percobaan pada masing-masing kelompok adalah sebagai

berikut :

1. Pada kelompok I kapasitas dapar yang diperoleh adalah 1,547 X 10-12

dengan berat asam 5,999 gram dan berat garam 0,447 gram

2. Pada kelompok III kapasitas dapar yang diperoleh adalah 10,28 X 10-12

dengan berat asam 5,999 gram dan berat garam 1,47 gram

3. Pada kelompok IV kapasitas dapar yang diperoleh adalah 4,359x 10-14

dengan berat asam 5, 999 gram dan berat garam 14,160 gram

4. Pada kelompok V kapasitas dapar yang diperoleh adalah 1,064 x 10 -13

dengan berat asam 5,99 gram dan berat garam 44,79 gram

Aplikasi dapar dalam bidang farmasi adalah digunakan untuk

mengetahui bahwa larutan obat yang merupakan larutan elektrolit lemah juga

dapat memperlihatkan kerja seperti dapar.

Page 53: Kerapatan Zat

BAB V

KESIMPILAN DAN SARAN

V. 1. KESIMPULAN

Dari percobaan ini dapat disimpulakn bahwa :

1. Pada kelompok I kapasitas dapar yang diperoleh adalah 1,547x 10-12

dengan berat asam 5,999 gram dan berat garam 0,447 gram

2. Pada kelompok II kapasitas dapar yang diperoleh adalah 1,7460 x 1014

dengan berat asam 5,999 gram dan berat garam 1,416 gram

3. Pada kelompok III kapasitas dapar yang diperoleh adalah 10,28 x 10 -12

dengan berat asam 5,999 dan berat garam 1,47 gram

Page 54: Kerapatan Zat

4. Pada kelompok IV kapasitas dapar yang diperoleh adalah 4,359x 10 -14

dengan berat asam 5, 999 gram dan berat garam 14,160 gram

5. Pada kelompok V kapasitas dapar yang diperoleh adalah 1,064 x 10 -13

dengan berat asam 5,99 gram dan berat garam 44,79 gram

V.2 Saran

Sebaiknya semua praktikan mengetahui cara kerja yang akan dilakukan

agar tidak bertanya-tanya pada saat praktikum berlangsung agar tidak

mengganggu praktikan yang lain sehingga praktikum dapat berjalan dengan

lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika 1. Universitas Muslim Indonesia : Makassar.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia; Edisi III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia; Edisi IV. Departemen Kesehatan RI: Jakarta

Martin, A., dkk. 1990. Farmasi Fisika, Edisi III. UI Press : Jakarta

Puspasari, D., dan Setyorini, D. 2010.Kamus Lengkap Kimia. Dwimedia Press : Jakarta

Page 55: Kerapatan Zat

Yazid, E. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Penerbit Andi : Yogyakarta

LABORATORIUM FARMASEUTIKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM

KOEFISIEN DISTRIBUSI

Page 56: Kerapatan Zat

OLEH :

KELOMPOK II

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

M A K A S S A R

2011

BAB I

PENDAHULUAN

Page 57: Kerapatan Zat

1. Latar Belakang

Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi suatu

senyawa antara dua fase cair yang tidak saling bercampur, tergantung pada

interaksi fisik dan kimia antara pelarut dan senyawa terlarut dalam dua fase

yaitu struktur molekul. Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi

kesetimbangan zat dalam dua pelarut yang berbeda yang tidak saling

bercampur.

Suatu zat dapat larut kedalam dua macam pelarut yang keduanya tidak

saling bercampur. Jika kelebihan cairan atau zat padat ditambahkan ke dalam

campuran dari dua cairan tidak bercampur, zat itu akan mendistribusi diri

diantara dua fase sehingga masing-masing menjadi jenuh. Jika zat itu

ditambahkan kedalam pelarut yang tidak saling bercampur dalam umlah yang

tidak cukup untuk menjenuhkan larutan, maka zat tersebut atan tetap

terdistribusikan diantara kedua lapisan dengan konsentrasi tertentu.

Pengetahuan tentang partisi penting untuk ahli farmasi, karena prinsip

ini melibatkan beberapa bidang ilmu farmasetik. Termasuk disini pengawetan

sistem minyak dalam air, kerja obat pada tempat yang tidak spesifik, absorbsi

dan distribusi obat keseluruh tubuh.

Kelebihan cairan atau zat padat ditambahkan kedalam campuran dari

dua cairan tidak saling bercampur, zat itu akan mendistribusi diri diantara

kedua fase sehingga masing-masing menjadi jenuh.

Aplikasi dalam bidang farmasi adalah apabila ada zat pengawet

senyawa organik berada dalam emulsi maka pengawet ini sebagian larut

dalam air dan segaian larut dalam minyak ini berarti kadar pengawet akan

menguraikan pengawet akan meninggalkan air menuju minyak, padahal kita

ketahui bahwa zat pengawet bekerja dalam media air.

2. Tujuan Praktikum

Page 58: Kerapatan Zat

1. Untuk menetapkan perbandingan kadar asam borat dalam pelarut minyak dan air yang tidak saling ebrcampur.

2. Untuk menentukan koefisien distribusi asam borat dalam pelarut air dan minyak yang tidak saling bercampur.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Teori Umum

Jika kelebihan cairan atau zat padat ditambahkan ke dalam campuran

dari dua cairan tidak bercampur, zat itu akan mendistribusi diri di antara

Page 59: Kerapatan Zat

kedua fase sehingga masing-masing menjadi jenuh. Jika zat itu ditambahkan

ke dalam pelarut tidak tercampur dalam jumlah yang tidak cukup untuk

menjenuhkan larutan, maka zat tersebut tetap berdistribusi di antara kedua

lapisan dengan perbandingan konsentrasi tertentu (Martin, 1993).

Jika C1 dan C2 adalah konsentrasi kesetimbangan zat dalam pelarut 1

dan pelarut 2, persamaan kesetimbangan menjadi ;

C1 / C2 = K

Tetapan keseimbangan K di kenal sebagai perbandingan distribusi,

koefisien distribusi atau koefisien patisi. Persamaan di atas yang di kenal

dengan hokum distribusi,jelas hanya dapat dipakai dalam larutan encer

dimana koefisien keaktifan dapat diabaikan (Martin, 1993).

Kelarutan asam organic lain dapat mempunyai keadaan demikian,

yaitu dapat laryt dalam air atau pun dapat larut dalam minyak. Aplikasi dalam

bidang farmasi adalah aplikasi ada zat pengawet senyawa organic berada

dalam emulsi maka pengawet ini sebagian larut dalam air dan sebagian larut

dalam minyak. Ini berarti kadar pengawet yang di tambahkan harus berlebih

dari semestinya, karena sebagian zat pengawet akan meninggalkan air menuju

minyak,padahal kita ketahui bahwa zat pengawet bekerja dalam media air

(Nurmaya, 2007).

Perlu diketahui bahwa perbandingan kelarutan ini di pengaruhi juga

oleh beberapa factor seperti yang telah disinggung seperti factor suhu. Factor

lain yang berpengaruh adalah pH larutan. Hubungan ini dapat terlihat sebagai

berikut (Nurmaya, 2007):

(HA)w=C/Ka + 1 + Ka (H30+)

Dimana;

(HA)w = kadar asam dalam air

C = kadar asam total

K = koefisien distribusi

Page 60: Kerapatan Zat

Q = perbandingan volume kedua cairan

Ka = konstanta asam

Zat terlarut dapat berada segagian atau keseluruhan sebagai molekul

terasosiasi dalam salah satu fase atau dapat terdisosiasi dalam ion-ion pada

salah satu fase tersebut.hukum distribusi digunakan hanya untuk konsentrasi

yang umum pada kedua fase, yaitu monomer atau molekul sederhana dari zat

terlarut (Martin,1993).

Misalkan ada distribusi dalam benzoat diantara fase minyak dan fase

air. Apabila asam benzoate tidak berasosiasi dalam fase minyak dan tidak

juga terdisosiasi menjadi ion-ionnya dalam air, persamaan C1/C2=K dapat

digunakan untuk menghitung tetapan distribusi. Tetapi apabila terjadi asosiasi

dan disosiasi keadaan menjadi lebih rumit. Kasus umum dimana asam

benzoate berasosiasi dalam fase minyak dan terdisosiasi dalam fase cair di

perlihatkan secara skematik (Martin,1993).

Larutan makanan ,obat dan kosmetik merupakan sarana kerusakan

oleh enzim mikroorganisme yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi

penguraian. Enzim-enzim ini di hasilkan oleh ragi,kapang,dan bakteri, dan

organism seperti ini harus dimatikan atau pertumbuhannya dihambat untuk

mencegah pengrusakan,sterilisasi dan penambahan zat kimia pengawet

adalah metode umum yang digunaklan dalam bidang farmasi untuk

mengawetkan larutan obat terhadap serangan dari berbagai

mikroorganisme.asam benzoate dalam bentuk garam larut yaitu natrium

benzoat, kadang-kadang digunakan untuk tujuan ini karena natrium benzoate

tidak memberikan efek yang membahayakan karena natrium benzoate tidak

memberikan efek yang membahayakan bagi manusia apabila termakan dalam

jumlah kecil (Martin,1993).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi distribusi zat dalam

larutan, yaitu (Cammarata, 1995) :

1. Temperatur

Page 61: Kerapatan Zat

Kecepatan berbagai reaksi bertambah kira-kira 2 atau 3 tiap kenaikan

suhu 10oC.

2. Kekuatan Ion

Semakin kecil konsentrasi suatu larutan maka laju distribusi makin

kecil.

3. Konstanta Dielektrik

Efek konstanta dielektrik terhadap konstanta laju reaksi ionik

diekstrapolarkan sampai pengenceran tak terbatas, yang pengaruh

kekuatan ionnya 0. Untuk reaktan ion yang kekuatannya bermuatan

berlawanan maka laju distribusi reaktan tersebut adalah positif dan untuk

reaktan yang muatannya sama maka laju distribusinya negatif.

4. Katalisis

Katalisis dapat menurunkan laju - laju distribusi (Katalis negatif).

Katalis dapat juga menurunkan energi aktivitas dengan mengubah

mekanisme reaksi sehingga kecepatan bertambah.

5. Katalis Asam Basa Spesifik

Laju distribusi dapat dipercepat dengan penambahan asam atau basa.

Jika laju peruraian ini terdapat bagian yang mengandung konsentrasi ion

hidrogen atau hidroksi.

6. Cahaya Energi

Cahaya seperti panas dapat memberikan keaktifan yang diperlukan untuk

terjadi reaksi. Radisi dengan frekuensi yang sesuai dengan energi yang cukup

akan diabsorbsi untuk mengaktifkan molekul – molekul. Molekul tidak

terdisosiasi, yang terdiri dari bagian non polar yang besar, larutan dalam

membran lipid dari mikroorganisme dan menembus membran ini dengan cepat.

2. Uraian Bahan

1. Aquadest (Dirjen POM F1 III 1979 hal : 96)

Nama Resmi : Aqua destillata

Nama Lain : Aquadest/air suling

Page 62: Kerapatan Zat

RM/BM : H2O/ 18,02

Rumus stuktur : H-O-H

Pemerian : Cairan jernih,tidak berwarna,tidak berbau, dan

tidak mempunyai rasa

Kelarutan : Dalam wadah tertutup rapat

Penyimpanan : Sebagai pelarut

2. Asam Borat (Dirjen POM F1 III 1979 hal : 49)

Nama Resmi : Acidum boricum

Nama Lain : Asam borat

RM/BM : NaOH /40,00

Rumus stuktur : H3BO3 / 61,83

Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih, atau sisik menkilap

tidak berwarna, kasar, tidak berbau, rasa agak

asam dan pahit kemudian manis.

Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air

mendidih, dalam 16bagian etanol (95%) P, dan

dalam 5 bagian gliserol P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sampel

3. Indikator PP (Dirjen POM F1 III 1979 hal : 675)

Nama Resmi : Fenolftalein

Nama Lain : Fenolftalein, PP

RM : C20H14O

Pemerian : larutan tidak berwarna dalam suasana asam dan

alkali lema h dan memberikan warna merah

dalam larutan alkali kuat.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol,

agak sukar larut dalam eter

Trayek PH : 8,3 – 10,0

Page 63: Kerapatan Zat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai indikator

4. Minyak kelapa (Dirjen POM F1 III 1979 hal : 456)

Nama resmi : Oleum cocos

Nama lain : Minyak kelapa

Pemerian : Cairan jernih , tidak berwarna atau kuning pucat,

bau khas tidak tengik

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P, pada suhu

600 sangat mudah larut dalam kloroform P,

dan eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

5. Natrium Hidroksida (Dirjen POM F1 III 1979 hal : 412)

Nama Resmi : Natrii hydroxydum

Nama Lain : Natrium Hidroksida

RM/BM : NaOH /40,00

Rumus stuktur : Na-O-H

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur, atau keping,

kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan

hablur putih, mudah meleleh basah sangat alkalis

dan korosit, segera menyerap karbondioksida.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai titran

3. Prosedur Kerja (Anonim, 2011)

a. Menentukan koefisien distribusi

1. Timbang 100mg asam borat, lalu masukkan ke dalam labu takar 100ml

Page 64: Kerapatan Zat

2. Larutkan dengan aquadest, kemudian dicelupkan volume larutan hingga

100ml dengan aquadest

3. Ambil 25ml dari larutan tersebut, masukkan dalam corong pisah, dan

tambahkan dengan minyak kelapa. Sebanyak 25ml

4. Kocok beberapa menit campuran tsb, diamkan selama 10 – 15 menit

hingga kedua cairan memisah satu sama lain.

5. Buka tutup corong pisah, lalu pisahkan air dari minyak dengan

menampung dalam Erlenmeyer.

6. Tambahkan indicator fenolftalein sebanyak 3 tetes ke dalam

Erlenmeyer

7. Titrasi larutan dengan titran larutan baku NaOH 0,1 N sampai terjadi

perubahan warna indicator dari bening menjadi merah muda.

8. Ambil 25 ml larutan no.2 diatas. Kemudian

9. Ulangi prosedur diatas untuk asam benzoate

10. Hitung koefisien distribusi

BAB III

METODE KERJA

1. Alat dan Bahan

1.1 Alat yang digunakan

Page 65: Kerapatan Zat

1. Buret

2. Corong pisah

3. Gelas kimia 100 ml

4. Erlnemeyer

5. Gelas ukur 50 ml

6. Pipet tetes

7. Statif

1.2 Bahan yang digunakan

1. Aquadest

2. Asam borat

3. Minyak kelapa

4. Phenolftalein (PP)

5. NaOH 0,1 N

6. Kertas timbang

7. Tissue

2. Cara Kerja

1. Ditimbang asam borat sebanyak 50 mg

2. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

3. Dimasukkan asam borat 50 mg kedalam corong pisah kemudian

ditambahkan air sebanyak 25 ml lalu dikocok hingga homogen

4. Setelah homogen ditambahkan lagi minyak kelapa 25 ml.

Page 66: Kerapatan Zat

5. Dikocok selama 10 menit, dimana setiap 10 detik penutup corong pisah

dibuka agar uap dan tekanan yang didalam corong keluar.

6. Setelah 10 menit corong pisah dibiarkan hingga air dan minyak terpisah

7. Setelah terpisah fase air dikeluarkan dari corong

8. Dimasukkan kedalam Erlenmeyer

9. Ditambahkan indicator PP sebanyak 3 tetes lalu dititrasi dengan

menggunakan NaOH hingga terjadi perubahan warna larutan dari bening

ke ungu.

10. Catat volume akhir titrasi dan dihitung kadar air, Wair, Wminyak dan

koefisien distribusi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil dan Perhitungan

a. Penentuan kadar asam borat dan asam benzoat

Page 67: Kerapatan Zat

No Sampel Volume titran

I II III IV V

1 Asam borat :

Minyak

Tanpa Minyak

1,1

3,2

1,2

1,7

0,6

2,5

0,7

0,8

0,5

0,6

2 Asam benzoat :

Minyak

Tanpa minyak

0,4

1,1

0,7

2,0

0,5

1,3

0,3

1,5

0,3

1,7

b. Penentuan % kadar asam borat dan asam benzoat

No Sampel % Kadar

I II III IV V

1 Asam borat:

Minyak

Tanpa minyak

27,15

79,98

29,32

41,54

14,60

60,85

14,60

19,51

12,36

14,84

2 Asam Benzoat:

Minyak

Tanpa minyak

3,85

10,59

3,40

9,7

2,41

6,28

1,49

7,22

1,46

8,25

Page 68: Kerapatan Zat

c. Penentuan koefisien distribusi

No Sampel Koefisien distribusi

I II III IV V

1 Asam borat:

Minyak

Tanpa minyak

1,91 0,42 1,5 0,14 0,20

2 Asam Benzoat:

Minyak

Tanpa minyak

1,75 1,85 0,3 4,01 4,65

Perhitungan

KELOMPOK I

A. % Kadar ( C )

1. Asam Borat

Dengan menggunakan minyak

%Kadar = V x N x Bst x Fo

Berat sampel x F koreksi x 100%

= 1,2 x 0,1 x 61,83 x2

50,1 x 1 x 100%

= 14,839

50,1 x 100%

= 29,618 %

Tidak menggunakan minyak

%Kadar = V x N x Bst x Fo

Berat sampel x F koreksi x 100%

= 1,5 x 0,1 x61,83 x2

50,1 x1 x 100%

= 18,549

50,1 x 100%

Page 69: Kerapatan Zat

= 37,023 %

2. Asam Benzoat

Dengan menggunakan minyak

%Kadar = V x N x Bst x Fo

Berat sampel x F koreksi x 100%

= 0,4 x 0,1 x 12,21 x 2

50,1 x1 x 100%

= 0,9768

50,1 x 100%

= 1,949 %

Tidak menggunakan minyak

%Kadar = V x N x Bst x Fo

Berat sampel x F koreksi x 100%

= 1,9 x 0,1 x12,21 x2

50,1 x 1 x 100%

= 4,6398

50,1 x 100%

= 9,261 %

B. Koefisien Distribusi

1. Asam Borat

Koefisien Distribusi = CB−CA

CA

= 37,023 %−29,618 %

29,618 %

= 0,2500 %

2. Asam Benzoat

Koefisien Distribusi = CB−CA

CA

Page 70: Kerapatan Zat

= 9 ,261%−1,949 %

1,949 %

= 3,751 %

KELOMPOK II

(1) Asam Borat

(a) Asam borat tanpa minyak

% Kadar=VTitran x Bst x Fpengenceran x NBsampel x Fk

X 100 %

¿ 1,7 ml x61,83 x 2 x 0,1 x

50,6 x 1x 100 %

= 41,54 %

(b) Asam borat dengan minyak

% Kadar=VTitran x Bst x Fpengenceran x NBsampel x Fk

X 100 %

¿ 1,2ml x 61,83 x2 x0,1 x

50,6 x1x100 %

=29,32 %

Jadi K=Ca−CbCb

K= 41,54 %−29 , 32 %29,32

= 0,20 %

(2) Asam Borat

(a) Asam benzoat tanpa minyak

% Kadar=VTitran x Bst x Fpengenceran x NBsampel x Fk

X 100 %

¿ 2,0 ml x12,21 x2 x0,1 x

50,6 x1x100 %

= 9,7 %

Page 71: Kerapatan Zat

(b) Asam benzoat dengan minyak

% Kadar=VTitran x Bst x Fpengenceran x NBsampel x Fk

X 100 %

¿ 0,7 ml x12,21 x2 x 0,1 x

50,6 x1x 100 %

= 3,40 %

Jadi K=Ca−CbCb

K=8,7 %−3,40 %3,40 %

=1,85 %

KELOMPOK III

KELOMPOK IV

asam borat

1. Dengan minyak

CA= % Kadar = V x N x fo

B . Sampel xF . koreksi100 %

= 1,2 x 0,1 x 61,83

50,5 x 1100 %

= 29,38 %

2. Tanpa minyak

CB= % Kadar = V x N x fo

B . Sampel xF . koreksi100 %

= 3,9 x 0,1 x61,83

50,5 x1100 %

= 95,499 %

Perhitungan asam benzoat

1. Dengan Minyak

CA= % Kadar = V x N x fo

B . Sampel xF . koreksi100 %

= 1 x 0,1 x 12,21

50,3 x 1100 %

= 4,854 %

Page 72: Kerapatan Zat

2. Tanpa minyak

CB= % Kadar = V x N x fo

B . Sampel xF . koreksi100 %

= 3,9 x 0,1 x12,21

50,3 x 1100 %

= 9,709 %

Perhitungan koefisien distribusi asam borat

K = CB−CA

CA

= 95,499−29,38

29,38

= 2,25

Perhitungan koefisien distribusi asam benzoat

K = CB−CA

CA

= 9,709−4,854

4,854

= 1,0002

KELOMPOK V

Perhitungan asam borat

1. Dengan minyak

CA= % Kadar = V x N x Bst x fo

B . Sampel xF . koreksi100 %

= 2,0 x 0,1 x61,83 x2

50,3 x1100 %

= 49,16 %

2. Tanpa minyak

CB= % Kadar = V x N x Bst x fo

B . Sampel xF . koreksi100 %

= 3,0 x 0,1 x61,83 x2

50,3 x1100 %

= 73,75 %

Perhitungan asam benzoat

Page 73: Kerapatan Zat

1. Dengan Minyak

CA= % Kadar = V x N x Bst x fo

B . Sampel xF . koreksi100 %

= 0,5 x0,1 x12,21 x2

50,1 x 1100 %

= 2,43 %

2. Tanpa minyak

CB= % Kadar = V x N x Bst x fo

B . Sampel xF . koreksi100 %

= 2 x 0,1 x 12,21 x 2

50,1x 1100 %

= 9,75 %

Perhitungan koefisien distribusi asam borat

K = CB−CA

CA

= 73,75 %−49,16 %

49,16 %

= 0,50

Perhitungan koefisien distribusi asam benzoat

K = CB−CA

CA

= 9,75 %−2,43 %

2,43 %

= 3,01

2. Pembahasan

Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi kesetimbangan

zat dalam 2 pelarut yang berbeda yang tidak bercampur. Sedangkan fenomena

distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi suatu senyawa antara 2

fase cair yang tidak saling bercampur, tergantung pada interaksi fisik dan

kimia antara pelarut dan senyawa terlarut dalam 2 fase yaitu struktur dan

molekul.

Dalam praktikum ini digunakan sampel asam borat dan asam benzoate

karena metode titrasi kali ini menggunakan metode alkalimetri. Selain itu,

Page 74: Kerapatan Zat

digunakan larutan baku NaOH karena dalam meode alkalimetri digunakan

larutan baku basa untuk menitrasi asam lemah.

Pada prakttikum kali ini pertama-tama ditimbang sampel uji sebanyak

50 gram kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml. dilarutkan

dengan aquadest kemudian dicukupkan hingga 100 ml dalam labu ukur.

Setelah itu ambil 25 ml dari larutan tersebut dan masukkan ke dalam corong

pisah, tambahkan dengan 25 ml minyak kelapa. Dikocok selama beberapa

menit kemudian didiamkan selama 10-15 menit hingga kedua larutan terpisah

satu sama lain. Dibuka tutup corong pisah dan pisahkan air dan minyak

dengan menampungnya dalam Erlenmeyer. Setelah itu tambahkan indicator

fenolftalin 3 tetes karena metode alkalimetri memang menggunakan indicator

fenolftalin. Kemudian dititrasi dengan larutan baku NaOH warna bening

menjadi merah muda. Setelah itu, hitung volume titran dan hitung koefisien

distribusinya.

Jika koefisien distribusi 1 maka kelarutan dalam air dan minyak sama.

Jika koefisien distribusi lebih kecil dari satu maka kelarutan dalam air lebih

banyak dan sebaliknya apabila koefisien distribusi lebih besar dari 1 maka

kelarutan dalam minyak lebih banyak. Jadi pada asam borat, kelarutan dalam

air lebih banyak dan pada asam benzoate kelarutan dalam minyak lebih

banyak.

Page 75: Kerapatan Zat

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

1. Kelompok 1

Koefisien distribusi asam borat adalah 1,91 % dan koefisien

distribusi asam benzoate 1,75 %.

2. Kelompok 2

Koefisien distribusi asam borat adalah 0,42% dan koefisien

distribusi asam benzoate 1,85 %.

3. Kelompok 3

Koefisien distribusi asam borat adalah 1,5 % dan koefisien

distribusi asam benzoate 0,3 %.

4. Kelompok 4

Koefisien distribusi asam borat adalah 0,14 % dan koefisien

distribusi asam benzoate 4,01 %.

Page 76: Kerapatan Zat

5. Kelompok 5

Koefisien distribusi asam borat adalah 0,20 % dan koefisien

distribusi asam benzoate 4,65 %.

2. Saran

Saran saya sebelum melakukan praktikum, bahan-bahan dan alat-alat

telah disiapkan terlebih dahulu agar lebih mengefisienkan waktu.

Page 77: Kerapatan Zat

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. “Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”. Universitas Muslim Indonesia, Makassar.

Ditjen POM, 1979. “Farmakope Indinesia Edisi III”, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Ditjen POM,1995. “Farmakope Indonesia Edisi IV”. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Lachman, L, 1994. “Teori dan Praktek Farmasi Industri”, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Martin, A. 1990. “Farmasi Fisika”, Universitas Indonesia Press, Jakarta.