01.Penentuan kerapatan dan bobot jenis
-
Upload
salminah-saleh -
Category
Documents
-
view
774 -
download
4
Transcript of 01.Penentuan kerapatan dan bobot jenis
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA FISIKA
PERCOBAAN 1
PENENTUAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS
NAMA : SALMINAH SALEH
NIM : H311 08 005
KELOMPOK : I ( SATU )
HARI/TGL PERCOBAAN : KAMIS/ 2 SEPTEMBER 2010
ASISTEN : TIUR MAULI S.
LABORATORIUM KIMIA FISIKAJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerapatan merupakan salah satu dari sifat intensif. Dengan kata lain,
kerapatan suatu zat tidak tergantung dari ukuran sampel. Kerapatan merupakan
perbandingan antara massa dan volume dari suatu senyawa. Makin besar volume
dari suatu senyawa, makin kecil kerapatannya. Begitu juga sebaliknya, makin
kecil volume suatu senyawa, maka kerapatannya makin besar. Bila kerapatan
suatu senyawa lebih besar daripada kerapatan air, maka senyawa tersebut akan
tenggelam dalam air. Namun, senyawa tersebut akan mengapung di atas air,
apabila kerapatannya lebih kecil.
Sementara itu, bobot jenis suatu zat adalah bilangan yang menyatakan
berapa gram bobot 1 dm3 suatu zat atau berapa kg bobot 1 dm3 air pada suhu 4oC.
Jadi, bilangan yang menyatakan berapa kali bobot 1 dm3 suatu zat dengan bobot
1 dm3 air pada suhu 4oC disebut juga bobot jenis. Selain itu, bobot jenis juga dapat
diartikan sebagai konstanta/tetapan bahan tergantung pada suhu untuk bentuk
padat, cair dan bentuk gas yang homogen.
Setiap senyawa memiliki nilai kerapatan dan bobot jenis yang berbeda-
beda. Sebagai contoh adalah minyak dan air. Air memiliki bobot jenis yang lebih
besar daripada minyak sehingga jika keduanya dicampur maka minyak akan
berada pada bagian atas (mengapung) karena memiliki nilai bobot jenis yang lebih
kecil daripada air. Berdasarkan hal tersebut, kita ingin membandingkan bobot
jenis air dengan senyawa-senyawa lain dalam hal ini adalah metanol dan gliserol,
maka dilakukanlah percobaan penentuan kerapatan dan bobot jenis ini dengan
menggunakan neraca Westphalt dan piknometer.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan
memahami cara pengukuran kerapatan dan bobot jenis suatu larutan dengan
menggunakan beberapa metode pengukuran.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kerapatan dan
bobot jenis aquadest, metanol dan gliserol dengan menggunakan neraca Westphalt
dan piknometer.
1.3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip dalam percobaan ini adalah mengukur dan menghitung
kerapatan dan bobot jenis larutan aquadest, metanol dan gliserol dengan
menggunakan neraca Westphalt dan piknometer serta membandingkan dengan
kerapatan dan bobot jenis sesuai dengan teori.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kerapatan suatu benda didefinisikan sebagai massa benda per satuan
volume. Dengan demikian sebuah benda yang memiliki massa m dan volume V
mempunyai kerapatan sebesar
Kerapatan dinyatakan dalam kg m-3. Kerapatan air, yang diperoleh dari informasi
bagian terdahulu adalah
ρ = 103 kg m-3 (atau 1 g cm-3 ).
Kerapatan yang terdefinisi dalam persamaan diatas hanya dapat diterapkan pada
benda homogen, artinya benda yang memiliki komposisi atau struktur yang sama
untuk seluruh volumenya (Alonso dan Finn, 1992).
Menurut Tipler (1991), kerapatan air berubah dengan berubahnya
temperatur. Persamaan di atas menyatakan nilai maksimumnya yang terjadi pada
suhu 4 oC. Satuan yang biasa dijumpai untuk volume adalah liter (L):
1 L = 103 cm3 = 10-3 m3
Rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu objek dengan volumenya.
(d) = massa(m)volume (v)
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki
disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volumenya adalah sifat-sifat ekstensif.
Suatu sifat yang bergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan yang
merupakan perbandingan massa dan volume adalah sifat intensif. Sifat-sifat
ρ = mv
intensif umumnya dipilih oleh para ilmuan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak
tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti (Petrucci, 1992).
Dahulu yang dimaksud dengan bobot jenis suatu zat adalah bilangan yang
menyatakan berapa gram bobot 1 cm3 suatu zat atau berapa kg bobot 1 dm3 air
pada suhu 4 oC. Jadi bilangan yang menyatakan berapa kali bobot 1 dm3 suatu zat
dengan bobot 1 dm3 air pada suhu 4 oC disebut juga bobot jenis (Taba, dkk.,
2010).
Volume gas akan berubah dengan adanya perubahan suhu dan tekanan.
Karenanya, bobot jenis gas juga akan berubah bila suhu dan tekanan berubah.
Semakin tinggi tekanan suatu jumlah gas pada suhu yang konstan akan
menyebabkan volume menjadi semakin kecil dan akibatnya bobot jenis akan
semakin besar (Bird, 1993).
Bila kerapatan suatu benda lebih besar daripada kerapatan air maka benda
akan tenggelam dalam air. Bila kerapatan lebih kecil maka benda akan
mengapung. Untuk benda-benda yang mengapung bagian volume sebuah benda
tercelup ke dalam cairan. Walaupun kebanyakan zat padat dan cairan
mengembang sedikit bila dipanaskan dan menyusut sedikit bila dipengaruhi
pertambahan eksternal, perubahan dalam volume ini relatif kecil sehingga dapat
dikatakan bahwa kerapatan kebanyakan berasal dari zat padat dan cairan hampir
tidak bergantung pada temperatur dan tekanan. Sebaliknya kerapatan gas sangat
bergantung pada temperatur dan tekanan, sehingga tekanan dan temperatur harus
dinyatakan bila memberikan kerapatan gas (Tipler, 1991).
Kerapatan relatif tidak dinyatakan dalam suatu satuan karena ia adalah
besaran relatif, yaitu perbandingan dua besaran sejenis. Sudah merupakan
kebiasaan untuk menyatakan kerapatan relatif dengan menggunakan air sebagai
acuan (Alonso dan Finn, 1992).
Density functional theory is rooted in quantum mechanics and we will
therefore start by introducing or better refreshing some elementary concepts from
basic molecular quantum mechanics, centered around the classical Hartree-Fock
approximation. Since modern density functional theory is often discussed in
relation to the Hartree-Fock model and the corresponding extensions to it, a solid
appreciation of the related physics is a crucial ingredient for a deeper
understanding of the things to come (Koch and Holthausen, 2001).
Teori fungsi kerapatan adalah akar dari ilmu mekanika kuantum yang
nantinya akan dibahas dimulai dengan perkenalan materi atau yang lebih dengan
pengulangan konsep dasar mekanika kuantum molekul yang difokuskan pada
bagian praduga Hartree-Fock klasik. Sejak teori fungsi kerapatan modern ini
diperbincangkan hubungannya dengan teori Hartree-Fock, maka orang-orang pun
mulai meresponnya. Penghargaan yang mutlak diberikan atas munculnya
pengetahuan baru dalam bidang fisika sebagai dasar pengembangan pengetahuan
kedepannya (Koch dan Holthausen, 2001).
Untuk menentukan atau mengukur bobot jenis suatu zat dapat
menggunakan alat seperti aerometer, neraca Westphalt dan piknometer (Taba,
dkk., 2010).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain aquadest, metanol,
gliserol dan tissue roll.
3.2 Alat Percobaan
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu neraca Westphalt,
piknometer 25 mL, neraca analitik, gelas piala 100 mL, termometer 100 oC dan
labu semprot.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Neraca Westphalt
Neraca Westphalt dirangkai, gelas ukur diisi dengan aquadest secukupnya
sampai mencapai batas skala atas, suhu aquadest diukur dan dicatat, penyelam
dimasukkan ke dalam gelas ukur berisi aquadest, anting-anting diletakkan pada
skala lengan tunggal mulai dari anting terbesar hingga anting yang terkecil
sehingga neraca Westphalt setimbang, angka skala yang ada antingnya dibaca
mulai dari anting yang terbesar ke anting yang terkecil, penyelam dan gelas ukur
dibersihkan lalu dikeringkan dengan tissue, kerja tersebut diulangi dengan
menggunakan contoh lain.
3.3.2 Piknometer
Disiapkan piknometer yang bersih dan kering, kemudian ditimbang berat
kosong piknometer dengan menggunakan neraca analitik, aquadest tersebut
dimasukkan ke dalam piknometer hingga mencapai garis batas, piknometer
tersebut ditutup hingga tidak ada lagi gelembung lalu dibersihkan dan dikeringkan
pada dinding luar piknometer dengan menggunakan tissue selanjutnya suhu yang
ditunjukkan pada tutup piknometer dicatat, piknometer yang berisi aquadest
ditimbang kembali, hasil pengamatan dicatat dan kerja tersebut diulangi dengan
menggunakan contoh lain.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Neraca Westphalt
N
NONama
Contoh
Pembacaan SkalaBobot
jenisAntin
g I
Antin
g IIa
Antin
g IIb
Antin
g IIc
Antin
g III
Antin
g IV
1
2
3
Aquades
t
Metanol
Gliserol
9
8
9
7
3
5
6
1
7
-
-
8
-
-
-
5
5
-
1,030
5
0,840
5
1,1
Tabel 2. Piknometer
NO Nama ContohBobot (gram)
Suhu oCPik. kosong Pik.+ sampel Sampel
1
2
3
Aquadest
Metanol
Gliserol
40,0952
40,0952
40,0952
62,1478
57,5098
62,7363
22,0526
17,4146
22,6411
30oC
29,4oC
30,6oC
4.2 Perhitungan
4.2.1 Neraca Westphalt
Bobot anting yang digunakan:
Berat anting I : 0,1 gram
Berat anting II : 0,01 gram
Berat anting III : 0,001 gram
Berat anting IV : 0,0001 gram
a. Aquadest
Berat anting I : 0,1 X 9 = 0,9
Berat anting IIa : 0,01 X 7 = 0,07
Berat anting IIb : 0.01 X 6 = 0,06
Berat anting IV : 0,0001 X 5 = 0,0005
Sgt = 1,0305
Dik dtaq (30,04oC) = 0.9955 g/cm3
dt4 = Sg
t x dt
aq
= 1,0305 x 0,9955 g/cm3
= 1,0259 g/cm3
b. Metanol
Berat anting I : 0,1 X 8 = 0,8
Berat anting IIa : 0,01 X 3 = 0,03
Berat anting IIb : 0,01 X 1 = 0,01
Berat anting IV : 0,0001 X 5 = 0,0005
Sgt = 0,8405
Dik dtaq (29oC) = 0.9959 g/cm3
dt4 = Sg
t x dt
aq
= 0,8405 x 0,9959 g/cm3
+
+
= 0,8370 g/cm3
c. Gliserol
Berat anting I : 0,1 X 9 = 0,9
Berat anting IIa : 0,01 X 5 = 0,05
Berat anting IIb : 0,01 X 7 = 0,07
Berat anting IIc : 0,01 X 8 = 0,08
Sgt = 1,1
Dik dtaq (30,3oC) = 0,9955 g/cm3
dt4 = Sg
t x dt
aq
= 1,1 x 0,9955 g/cm3
= 1,0950 g/cm3
4.2.2 Piknometer
a. Aquadest
Bobot Piknometer + Aquadest = 62,1478 gram
Bobot Piknometer kosong = 40,0952 gram
Bobot Aquadest = 22,0526 gram
Sgt =
bobot Aquadestbobot Aquadest
= 22,052622,0526
= 1
Dik dtaq (30oC) = 0,9956 g/cm3
dt4 = Sg
t x dt
aq
= 1 x 0,9956 g/cm3
-
+
= 0,9956 g/cm3
b. Metanol
Bobot Piknometer + Metanol = 57,5098 gram
Bobot Piknometer kosong = 40,0952 gram
Bobot Metanol = 17,4146 gram
Sgt =
bobot Metanolbobot Aquadest
= 17,414622,0526
= 0,7896
Dik dtaq (29,4oC) = 0,9958 g/cm3
dt4 = Sg
t x dt
aq
= 0,7896 x 0,9958 g/cm3
= 0,7862 g/cm3
c. Gliserol
Bobot Piknometer + Gliserol = 62,7363 gram
Bobot Piknometer kosong = 40,0952 gram
Bobot Gliserol = 22,6411 gram
Sgt =
bobot Gliserolbobot Aquadest
= 22,641122,0526
= 1,0266
Dik dtaq (30,6oC) = 0,9954 g/cm3
dt4 = Sg
t x dt
aq
= 1,0266 x 0,9954 g/cm3
-
-
= 1,0218 g/cm3
4.3 Pembahasan
Pada percobaan ini, digunakan dua macam alat untuk menentukan
kerapatan dan bobot jenis dari aquadest, metanol dan gliserol yang digunakan
sebagai bahan dasar. Sebenarnya pada percobaan kali ini kami menggunakan
asam asetat namun, karena asam asetat yang ada di laboratorium kurang baik,
maka diganti dengan gliserol. Adapun kedua alat yang digunakan yaitu neraca
Westphalt dan piknometer.
Pada percobaan penentuan bobot jenis dengan neraca Westphalt, neraca
Westphalt yang digunakan terlebih dahulu dikalibrasi. Aquadest yang akan
ditentukan bobot jenisnya dimasukkan ke dalam gelas ukur dan diukur suhunya.
Penyelam kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur, dan pada saat penyelam
dimasukkan ke dalam gelas ukur, penyelam tidak boleh menyentuh dinding
tabung reaksi agar tidak mempengaruhi hasil pengukuran. Anting-anting
kemudian diletakkan pada skala lengan tunggal sedemikian rupa sehingga neraca
Westphalt setimbang. Skala yang ada anting-antingya dibaca, mulai dari anting-
anting terbesar hingga anting-anting yang terkecil dan angka yang terbaca tersebut
merupakan bobot jenis aquadest yang diukur. Adapun anting-anting yang
digunakan pada lengan neraca memiliki berat yang berbeda-beda. Mulai dari
0,1 gram, 0,01 gram, 0,001 gram dan 0,0001 gram. Untuk menentukan bobot jenis
metanol dan gliserol dengan neraca Westphalt sama dengan cara penentuan bobot
jenis aquadest yaitu dengan mengganti isi gelas ukur dengan metanol dan gliserol.
Sedangkan untuk menentukan kerapatan aquadest, metanol, dan gliserol, bobot
jenis yang didapat dari hasil pengukuran dikalikan dengan kerapatan air pada suhu
kamar toC, sesuai dengan suhu masing-masing.
Pada pengukuran kerapatan bobot jenis dengan menggunakan piknometer,
yang harus dilakukan sebelumnya adalah mencuci bersih kemudian mengeringkan
piknometer terlebih dahulu kemudian ditimbang dengan menggunakan neraca
analitik yang sebelumnya telah dikalibrasi. Piknometer kemudian diisi dengan
aquadest dan ditutup rapat serta suhu aquadest diukur kemudian ditimbang
menggunakan neraca analitik. Piknometer kemudian dibersihkan dan dikeringkan
lalu diisi dengan metanol dan gliserol yang akan ditentukan bobot jenisnya dan
ditimbang dengan neraca analitik seperti perlakuan sebelumnya. Bobot aquadest
dapat ditentukan dengan cara mengurangkan antara bobot piknometer yang berisi
air dan bobot piknometer kosong. Demikian juga, bobot metanol dan gliserol
ditentukan dengan cara yang sama, yaitu dengan mengurangkan bobot piknometer
berisi metanol dan gliserol dengan bobot piknometer kosong. Untuk menghitung
bobot jenisnya, dilakukan dengan cara membandingkan bobot zat dengan bobot
aquadest, dalam hal ini membandingkan bobot metanol dan gliserol dengan bobot
aquadest. Sedangkan untuk menentukan kerapatannya, tinggal mengalikan bobot
jenis masing-masing dengan kerapatan air pada suhu kamar toC, sesuai dengan
suhu masing-masing.
Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh nilai densitas aquadest dengan
menggunakan neraca Westphalt yaitu 1,0259 g/cm3 dan bobot jenis 1,0305 gram.
Sedangkan nilai densitas aquadest dengan menggunakan piknometer yaitu
0,9956 g/cm3 dan bobot jenis aquadest 1, sedangkan menurut teori air pada suhu
4°C memiliki kerapatan 1 g.cm-3 dan pada suhu 20 °C memiliki kerapatan 0,9982
g.cm-3. Nilai densitas metanol dengan menggunakan neraca Westphalt yaitu
0,8370 g/cm3 dan bobot jenis 0,8405 gram sedangkan dengan menggunakan
piknometer yaitu 0,7862 g/cm3 dan bobot jenis 0,7896, sedangkan menurut teori
yaitu 0,7915 g/cm3. Nilai densitas gliserol dengan menggunakan neraca Mohr
(Westphalt) yaitu 1,0950 g/cm3 dengan bobot jenis 1,1 gram sedangkan dengan
menggunakan piknometer diperoleh densitas gliserol sebesar 1,0218 g/cm3 dengan
bobot jenis sebesar 1,0266 gr/cm3, sedangkan menurut teori yaitu 1,2077 g/cm3.
Pada pengukuran yang telah dilakukan, sangatlah berbeda jauh dengan
kenyataannya, dimana kerapatan aquadest pada literatur sebesar 1 g/cm3,
sedangkan metanol sebesar 0,81 g/cm3. Hal ini mungkin disebabkan karena
pembacaan skala neraca yang kurang teliti dan juga terkontaminasinya alat
pengukuran dengan zat lain yang disebabkan oleh ketidakbersihan alat pengukur.
Selain itu, faktor eksternal juga berpengaruh besar, dalam hal ini yang menjadi
faktor eksternalnya salah satunya yaitu suhu.
Secara teori, kerapatan aquadest adalah 1 g/cm3, kerapatan metanol adalah
0,806 g/cm3 dan kerapatan gliserol adalah 1,2077 g/cm3. Berdasarkan hasil yang
diperoleh dari percobaan, semuanya mendekati nilai kerapatan secara teoritis,
namun antara neraca Westphalt dan piknometer, pengukuran kerapatan dengan
piknometer lebih mendekati dengan nilai kerapatan teoritis daripada pengukuran
dengan neraca Westphalt. Dapat dikatakan pengukuran bobot jenis dengan
piknometer lebih akurat dibanding dengan neraca Westphalt. Hal ini disebabkan
karena pada piknometer bagian tutupnya mempunyai lubang berbentuk saluran
kecil sehingga gelembung udara dapat dihilangkan dari perangkat. Ini
memungkinkan kerapatan suatu cairan dapat ditentukan lebih akurat. Selain itu,
penggunaan piknometer jauh lebih simpel atau sederhana, hanya menimbang
bobot piknometer kosong dan bobot piknometer beserta contoh untuk menentukan
bobot jenisnya. Sementara neraca Westphalt penggunaannya lebih rumit, juga
tidak bisa menaruh anting-anting pada skala yang sama, sehingga hasil
pengukurannya kurang akurat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa hasil pengukuran yang diperoleh dengan menggunakan neraca westphalt
dari pengolahan data, yakni kerapatan aquadest, metanol, dan gliserol
berturut-turut adalah 1,0259 gr/cm3, 0,8370 gr/cm3, 1,0950 gr/cm3.
Hasil pengukuran yang diperoleh dengan menggunakan piknometer dari
pengolahan data, yakni kerapatan aquadest, metanol, dan gliserol berturut-turut
adalah 0,9956 gr/cm, 0,7862 gr/cm3, dan 1,0218 gr/cm3.
5.2 Saran
Adapun saran untuk laboratorium yaitu agar mengadakan alat aerometer
dalam laboratorium Kimia Fisika, karena alat tersebut sangat dibutuhkan
mahasiswa sebagai tambahan pengalaman dalam melakukan penelitian di
laboratorium.
Adapun saran untuk asisten yaitu tetap semangat dalam menjalankan tugas
sebagai asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Alonso, M., dan Finn, E. J., 1992, Dasar-Dasar Fisika Universitas Edisi Kedua Jilid I, Erlangga, Jakarta.
Bird, T., 1993, Kimia Fisika Untuk Universitas, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Koch, W., dan Holthausen, M. C., 2001, A Chemist’s Guide to Density Functional Theory Second Edition, WILEY-VCH, New York.
Petrucci, R. H., 1992, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid I, Erlangga, Jakarta.
Taba, P., Zakir, M., dan Fauziah, St., 2010, Penuntun Praktikum Kimia Fisika, Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.
Tipler, P. A., 1991, Fisika Untuk Sains Dan Teknik Jilid I, Erlangga, Jakarta.
.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 11 September 2010
Asisten Praktikan
( TIUR MAULI S ) ( SALMINAH SALEH)BAGAN KERJA PENENTUAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS
A. Penentuan bobot jenis dengan neraca Westphalt
Aquadest
- Neraca Westphalt dirangkai
- Gelas ukur diisi dengan aquades secukupnya sampai
mencapai batas skala atas.
- Suhu aquadest diukur dan kemudian dicatat suhunya.
- Penyelam dimasukkan ke dalam gelas ukur berisi aquades
tersebut.
- Lengan neraca diatur sedemikian rupa sehingga penyelam
kurang lebih 2 cm dari permukaan cairan.
- Anting-anting diletakkan pada skala lengan tunggal mulai
dari anting terbesar hingga anting terkecil sehingga neraca
Westphalt setimbang.
- Angka skala yang ada antingnya dibaca mulai dari anting
terbesar ke anting terkecil.
- Gelas ukur dibersihkan, lalu dikeringkan, begitu juga
penyelamnya.
Hasil
Cat. : Aquadest diganti dengan Metanol dan Gliserol
B. Penentuan bobot jenis dengan piknometer
Aquadest
- Piknometer yang bersih dan kering disiapkan.
- Berat piknometer yang kosong ditimbang dengan
menggunakan neraca digital.
- Aquadest dimasukkan ke dalam piknometer hingga mencapai
garis batas.
- Piknometer ditutup hingga tidak ada lagi gelembung, lalu
dibersihkan dan dikeringkan pada dinding luar piknometer.
- Selanjutnya suhu yang ditunjukkan pada tutup piknometer
dicatat.
- Piknometer yang berisi aquades ditimbang kembali.
- Hasil pengamatan dicatat.
Hasil
Cat. : Aquadest diganti dengan Metanol dan Gliserol