PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

35
PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK SEREH (CYMBOPOGON NARDUS L. RANDLE) YANG DIPRODUKSI OLEH MASYARAKAT ACEH TUGAS AKHIR Oleh: RANI AGATHA PRISCA NIM 142410015 PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017 Universitas Sumatera Utara

Transcript of PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

Page 1: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK SEREH (CYMBOPOGON NARDUS L. RANDLE)

YANG DIPRODUKSI OLEH MASYARAKAT ACEH

TUGAS AKHIR

Oleh: RANI AGATHA PRISCA

NIM 142410015

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK SEREH (CYMBOPOGON NARDUS L. RANDLE)

YANG DIPRODUKSI OLEH MASYARAKAT ACEH

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh: RANI AGATHA PRISCA

NIM 142410015

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

LEMBAR PENGESAHAN

PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK SEREH (CYMBOPOGON NARDUS L. RANDLE)

YANG DIPRODUKSI OLEH MASYARAKAT ACEH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh: RANI AGATHA PRISCA

NIM 142410015

Medan, 02 Juni 2017

Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,

Minda Sari Lubis, S.Farm., M.Si., Apt. NIP. 82080812012001

Disahkan Oleh:

Dekan,

Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt. NIP 195707231986012001

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rani Agatha Prisca

Nomor Induk Mahasiswa : 142410015

Program Studi : D III Analis Farmasi dan Makanan

Judul Tugas Akhir : Penentuan Kadar Sitronellal dan Bobot Jenis Minyak Sereh (Cymbopogon nardus L. Randle) yang diproduksi oleh Masyarakat Aceh

dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar ahli madya di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah menyebutkan atau mencantumkan sumbernya di dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam tugas akhir ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, 02 Juni 2017 Yang Menyatakan, Rani Agatha Prisca NIM 142410015

Materai Rp 6.000

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa,

Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan kasih-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Penentuan Kadar

Sitronellal dan Bobot Jenis Minyak Sereh (Cymbopogon nardus L. Randle) yang

diproduksi oleh Masyarakat Aceh”.

Tujuan penyusunan Tugas Akhir ini sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan

Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini disusun

berdasarkan apa yang penulis lakukan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

Unit Pelayanan Terpadu Pengujian Sertifikasi Mutu Barang (UPT. PSMB)

Medan.

Selama penulisan Tugas Akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa

jika tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, penulis

megucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan Tugas Akhir ini, yaitu kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Popi Patilaya, S.Si,. M.Sc. Apt., selaku Ketua Program Studi

Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

3. Ibu Minda Sari Lubis, S.Farm., M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing

yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan nasihat dan

bimbingan hingga Tugas Akhir ini selesai.

4. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Helmawati, seluruh staf dan pegawai Unit Pelayanan Terpadu

Pengujian Sertifikasi Mutu Barang (UPT. PSMB) Medan.

6. Teristimewa kepada orang-orang terkasih yang selalu menjadi bagian

inspirasi : Ayahanda Alm. Ogamota Telaumbanua dan Ibunda Rosdiana

Siregar, serta kepada saudara kandung penulis, Daniel Jan Louis

Telaumbanua dan Jeremia Nicholas Telaumbanua yang senantiasa

mendoakan, memberi semangat dan mendukung penulis dalam keadaan

apapun.

7. Sahabat-sahabat penulis

8. Teman-teman mahasiswa D3 Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2014

untuk kebersamaan, kerjasama dan kenangan selama 3 tahun masa

perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini kurang dari

sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan demi penyempurnaan Tugas Akhir ini.Semoga Tugas Akhir ini

dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Medan, 02 Juni 2017

Penulis,

Rani Agatha Prisca NIM 142410015

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

Penentuan Kadar Sitronellal dan Bobot Jenis Minyak Sereh (Cymbopogon nardus L. Randle) yang diproduksi

oleh Masyarakat Aceh

Abstrak

Minyak sereh merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang cukup berperan bagi Indonesia. Sekitar 80% minyak sereh yang diproduksi Indonesia di ekspor ke berbagai negara. Minyak Sereh bersifat multi khasiat dalam industri parfum sebagai pewangi dalam berbagai produk minyak wangi dan dalam industri farmasi obat-obatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadarsitronellal dan bobot jenis minyak sereh (Cymbopogon nardus L. Randle) yang diproduksi oleh Masyarakat Aceh memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).

Sampel yang digunakan adalahminyak sereh yang diproduksi oleh Masyarakat Aceh. Penentuan kadar sitronellal dan bobot jenis dilakukan menurut SNI 06-3953-1995.

Hasil penelitian menunjukkan bahwakadar sitronellal dari minyak sereh sebesar 48,296%, dimana kadar ini melampaui batas minimum 35%. Dan bobot jenis dari minyak sereh sebesar 0,880, dimana hasil tersebut berada diantara nilai yang ditetapkan oleh SNI 06-3953-1995 yaitu 0,880-0,922.

Minyak sereh yang diproduksi oleh Masyarakat Aceh mempunyai kadar sitronellal dan bobot jenis yang memenuhi persyaratanSNI 06-3953-1995. Kata kunci:minyak sereh, sitronellal, bobot jenis.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................... iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Tujuan ................................................................................................ 2

1.3 Manfaat ............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3

2.1 Minyak Atsiri .................................................................................... 3

2.2 Uraian Tanaman ................................................................................ 5

2.2.1 Sistematika tumbuhan ........................................................... 5

2.2.2Nama daerah .......................................................................... 5

2.2.3Deskripsi ................................................................................ 6

2.2.4Syarat tumbuh ........................................................................ 6

2.3 Minyak Sereh .................................................................................... 8

2.4Strandar Mutu Minyak Sereh ............................................................. 9

2.5Sitronellal ........................................................................................... 10

2.6Bobot Jenis ......................................................................................... 12

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

BAB III METODE .............................................................................................. 13

3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................ 13

3.2 Pengambilan Sampel ......................................................................... 13

3.3 Alat .................................................................................................... 13

3.4 Bahan ................................................................................................ 14

3.5Prosedur .............................................................................................. 14

3.5.1 Penentuan kadar sitronellal sesuai SNI 06-3953-1995 ......... 14 3.5.1 Penentuan bobot jenis sesuai SNI 06-3953-1995 ................. 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

................................................................................................................. 174.

1 Hasil Penentuan Kadar Sitronellal ....................................................... 17

4.2Hasil Penentuan Bobot Jenis .............................................................. 17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 19

5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 19

5.2 Saran ................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 20

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Parameter Syarat Mutu Minyak Sereh SNI 06-3953-1995 ................... 10

4.1 Data PenentuanBobot Jenis Minyak Sereh ........................................... 18

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Penentuan Kadar Sitronellal Minyak Sereh .......................................... 21

2 Penentuan Bobot Jenis Minyak Sereh ................................................... 23

3 Pengujian Minyak Sereh ....................................................................... 24

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak atsiri dalam Bahasa Inggris disebut essential oils, etherial oils dan

volatile oils. Dalam bahasa Indonesia ada yang menyebutnya minyak

terbang,bahkan ada pula yang menyebut minyak kabur karena minyak atsiri

mudah menguap dalam keadaan terbuka (Lutony dan Rahmayati, 2002).

Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar,

batang, kulit, daun, bunga, buah atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol

antara lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau

wangi sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya dan umumnya larut

dalam pelarut organik (Lutony dan Rahmayati, 2002).

Komponen kimia minyak atsiri sangat kompleks, tetapi biasanya tidak

melebihi 300 senyawa.Aroma minyak atsiri biasanya ditentukan oleh komponen

yang presentasenya tertinggi. Meskipun begitu, kehilangan satu komponen yang

presentasenya kecil memungkinkan terjadi perubahan aroma yang berarti

(Agoes,2007).

Minyak sereh merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang cukup berperan

bagi Indonesia. Ekspor minyak ini hampir mendominasi seluruh ekspor minyak

atsiri Indonesia, terutama di tahun 1970-an. Pada saat ini hampir 80% pengusaha

mancanegara meminta minyak sereh produksi Indonesia. Maka dari itu diperlukan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

kualitas minyak sereh yang memenuhi persyaratan yang baik(Lutony dan

Rahmayati, 2002).

Minyak Sereh bersifat multi khasiat dalam industri parfum sebagai pewangi

dalam berbagai produk minyak wangi; dalam industri farmasi obat-obatan; bahkan

digunakan pula sebagai zat antinyamukmelalui kandungan sitronellalnya

(Yulvianti,2014).

Penentu mutu minyak sereh yang memberikan dampak bagi produk industri

antara lain nilai bobot jenis dan kadar sitronelal. Maka dari itu, penulis membuat

Tugas Akhir dengan judul “Penentuan Kadar Sitronellal dan Bobot Jenis Minyak

Sereh (Cymbopogon nardus L. Randle) yang diproduksi oleh Masyarakat Aceh”.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadarsitronellal

dan bobot jenis minyak sereh (Cymbopogon nardus L. Randle) yang diproduksi

oleh Masyarakat Acehmemenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Standar

Nasional Indonesia (SNI).

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat

menambah pengetahuan tentang minyak sereh danmenginformasikan kepada

masyarakat bahwa minyak sereh yang diproduksi oleh Masyarakat Aceh

memenuhi persyaratan yang ditetapkan SNI dan layak untuk dipasarkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Atsiri

Sejak dahulu orang telah mengenal berbagai jenis tanaman yang memiliki

bau spesifik.Bau tersebut bukan ditimbulkan oleh bunganya, tetapi oleh tanaman,

baik dari batang, daun,rimpang atau keseluruhan bagian tanaman.Masyarakat

kemudian mengenalnya sebagai tanaman beraroma. Bau khas dari tanaman

tersebut ternyata ditimbulkan secara biokimia sejalan dengan perkembangan

proses hidupnya sebagai suatu produk metabolit sekunder yang disebut minyak

atsiri (Gunawan,2004).

Minyak atsiri (volatile oils atau essential oils) didefinisikan sebagai

campuran kompleks yang menunjukkan dan merupakan senyawa yang menguap

bersama uap air. Sifat fisik terpenting minyak atsiri adalah sangat mudah

menguap pada suhu kamar (sering digunakan untuk parfum). Selain itu,

mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan aroma tanaman yang

menghasilkannya dan umunya larut dalam pelarut organik. (Agoes,2007; Lutony

dan Rahmayati, 2002).

Minyak atsiri pertama kali diisolasi pada tahun 1300 oleh Arnold de

Villanova.Produksi secara modern baru dilakukan Lavoisier (Perancis) pada tahun

1760-1770. Untuk memperoleh minyak atsiri diterapkan beberapa cara, seperti

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

penyulingan, pemerasan/ekspresi, ekstraksi dengan pelarut mudah menguap, atau

pengikatan dengan lemak padat atau enflurage (Agoes,2007).

Minyak atsiri dari tanaman dapat diperoleh dengan cara berikut ini :

a. Penyulingan (destilasi)

Penyulingan dapat diperoleh dengan carapenyulingan air, penyulingan

dengan air dan uap sertapenyulingan dengan uap. Destilasi juga dipengaruhi oleh

besarnya tekanan uap, bobot molekul dari tiap-tiap komponen yang berada dalam

minyak atsiri serta kecepatan pengeluaran minyak atsiri dari simplisia(Lutony dan

Rahmayati, 2002).

Namun disisi lain terdapat juga kelemahan-kelemahan perolehan minyak

atsiri dengan cara penyulingan seperti tidak dapat diaplikasikan untuk minyak

atsiri yang terurai oleh pengaruh panas dan air. Misalnya minyak atsiri yang

mengandung ester (Lutony dan Rahmayati, 2002).

b. Metode pengepresan atau pemerasan

Metode pemerasan atau pengepresan dilakukan terutama untuk minyak-

minyak atsiri yang tidak stabil dan tidak tahan pemanasan seperti minyak jeruk

(citrus). Juga terhadap minyak-minyak atsiri yang bau dan warnanya berubah

akibat pelarut penyari. Metode ini juga hanya cocok untuk minyak atsiri yang

rendemennya relatif besar. Bila tidak, nantinya hanya akan habis di dalam proses

(Gunawan,2004).

c. Ekstraksi dengan pelarut mudah menguap

Simplisia diestraksi dengan pelarut yang sesuai, seperti heksan, benzen,

toluene dan sebagainya dalam suatu ekstraktor. Produk yang dihasilkan berupa

masa setengah padat, seperti malam. Kemudian masa diekstraksi ulang dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

etanol dan didinginkan hingga menghasilkan 2 fraksi, yaitu fraksi pelarut

ditambah malam dan minyak atsiri dalam alkohol. Larutan minyak atsiri dalam

alkohol yang disuling, pada suhu dan tekanan rendah akan menghasilkan minyak

atsiri yang murni (Lutony dan Rahmayati, 2002).

d. Penyarian dengan lemak padat

Dilakukan tanpa pemanasan atau pemanasan pada suhu rendah (maserasi)

dan hanya menggunakan lemak. Proses ini ditujukan untuk minyak atsiri yang

tidak tahan panas atau enflurage(Lutony dan Rahmayati, 2002).

2.2 Uraian Tanaman

2.2.1 Sistematika Tanaman

Tanaman sereh wangi (Cymbopogon nardus L.) dapat diklasifikasikan

sebagai berikut(Khoirotunnisa, 2008) :

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Classis : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Familia : Poaceae

Genus : Cymbopogon

Spesies : Cymbopogon nardus (L.) Randle

2.2.2 Nama Daerah

Nama daerah di Indonesia untuk tanaman sereh wangi antara lain sere

mangat (Aceh), sange-sange (Toba), sere (Gayo, Jawa, Madura), sarai

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

(Minangkabau), serai (Kalimantan),kendoung witu (Sumba), timbuala

(Gorontalo), hisa-hisa (Ambon), isola (Nusa Laut) (Dalimantha, 2008).

2.2.3 Deksripsi

Minyak sereh, lazim digunakan sebagai disinfektan, bahan pengikat dan

bahan pengusir nyamuk.Sisa hasil dari destilasi mengandung sekitar 2% nitrogen

yang dapat digunakan sebagai pupuk (Sastrohamidjojo,2004).

2.2.4 Syarat Tumbuh

Tanaman sereh tumbuh pada berbagai tanah yang memiliki kesuburan

cukup, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. Untuk mendapatkan

tanah yang sesuai dapat dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang yang sudah

masak. Pemakaian pupuk kandang yang belum masak justru dapat menjadi

sumber inokulum yang mengakibatkan busuknya akar sereh wangi

(Santoso,1992).

Tanah jenis geluh pasiran pada ketinggian 180-450 m di atas permukaan

laut, iklim lembab dengan curah hujan teratur menghasilkan minyak berkualitas

tinggi. Hasil minyak sereh yang paling tinggi diperoleh dari tanaman yang

ditanam pada tanah geluh pasiran dengan pH 6,00 hinga 6,50. Sedangkan tanah

dengan pH lebih rendah tidak cocok untuk tanaman sereh (Santoso,1992).

Daerah yang beriklim panas dengan cukup sinar matahari dan curah hujan

setiap tahun berkisar 200 hingga 250 cm merupakan syarat utama untuk

menghasilkan daun dan minyak sereh yang baik. Kekeringan yang

berkepanjangan atau curah hujan yang berlebihan akan merusak tanaman sereh.

Tanaman yang terlindung akan mempengaruhi kandungan total geraniol. Pada

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

daerah yang memiliki curah hujan sedikit perlu memperoleh air dan irigasi

(Santoso,1992).

Tanaman sereh tumbuh paling baik pada ketinggian 180 hingga 450 m di

atas permukaan laut.Pada ketinggian yang lebih tinggi dari pada 450 m,

pertumbuhan tanaman lambat hingga minyak sereh yang dihasilkan rendah

(Sastrohamidjojo,2004).

Tanaman sereh dikembangbiakkan melalui akar pada permulaan musim

hujan.Rumpun tanaman sereh yang sehat dibagi menjadi beberapa bagian. Dua

batang tanaman yang mengandung akar sehat ditanam dalam setiap lubang dengan

kedalaman 15cm. Pada tanah yang subur jarak tanaman berukuran 90x90 cm atau

ukuran 75x75 cm. Sedangkan jarak tanaman lebih dekat daripada 75x75 akan

menurunkan hasil daun per satuan area lahan (Santoso,1992).

Sebelum panen tiba maka penyiangan gulma perlu dilakukan.Panen

pertama dilakukan 6 hingga 8 bulan setelah penanaman.Panen berikutnya dapat

dilakukan dalam jarak 3 hingga 4 bulan (Sastrohamidjojo,2004).

Panen dikerjakan pada pagi hari dan tidak pada saat hujan. Pemotongan

terlalu pendek akan menyebabkan minyak yang dihasilkan rendah yang berarti

juga akan mengurangi hasil minyak secara keseluruhan. Hasil panen daun sereh

wangi dari kebun, atau hasil yang telah dirajang, kemudian dijemur. Cara

penjemuran: daun sereh wangi dihamparkan setipis mungkin. Tujuannya untuk

mencegah prosesnya terjadinya fermentasi yang dapat mengurangi aroma minyak

sereh nantinya (Sastrohamidjojo,2004; Santoso,1992).

Lama pengeringan sekitar 3-4 jam, atau kandungan airnya tinggal sekitar

30-50%. Pengeringan daun yang terlalu lama dapat mengakibatkan terjadinya

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

penguapan unsur-unsur yang mudah terbang dari bahan atau justru terjadinya

oksidasi dari minyak yang akan dihasilkan (Santoso,1992).

2.3 Minyak Sereh

Dalam perdagangan dikenal ada tipe minyak sitronella (minyak sereh)

yaitu, tipe Ceylon. Tipe yang pertama diperoleh dengan cara destilasi daun dari

Cymbopogon nardus Rendle, di Ceylon disebut Lenabatu.

Berdasarkan hasil analisis, minyak sereh tersusun dari senyawa-senyawa

sitronellal, sitronelol dan geraniol, alpa-pinena, limonen, linalool, sitronelil asetat,

beta-kariofilen, geranil asetat, beta-kadinen sitral Khavikol, Eugenol, Kadinol,

Kadinen, Vanilin, dan Elemol. Beberapa dari senyawa tersebut hanya ada tiga

senyawa yang kuantitasnya besar yaitu sitronelal, sitronelol dan geraniol. Dengan

presentase komponen sebagai berikut : Sitronelal 32-45%, Geraniol 12-18%,

Sitronelol 11-15%(Sastrohamidjojo,2004).

Minyak sereh wangi dapat menenangkan, menyegarkan dan mempertajam

pikiran. Minyak ini juga merupakan salah satu deodoran alami, dan dapat

digunakan untuk perawatan kulit. Namun, tidak dianjurkan bagi wanita hamil

(Agusta,2000).

Selain itu minyak sereh merupakan salah satu minyak atsiri yang paling

penting dan merupakan sumber dari beberapa komponen yang dapat diisolasi,

yang digunakan secara luas dalam bidang parfum (sitronellal, hidroksi-sitronellal,

mentol sintetik dan ester geraniol), sebagai disinfektan, bahan pengikat dan bahan

pengusir nyamuk. Hasil sisadari destilasi mengandung sekitar 2% nitrogen yang

dapat digunakan sebagai pupuk (Sastrohamidjojo,2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

2.4 Standar Mutu MinyakSereh

Mutu minyak sereh khususnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu mutu dan

kemurniannya(tidak ditambah atau dicampur dengan benda atau cairan lain).

Penilaian kemurnian minyak atsiri dapat ditentukan berdasarkan sifat fisik dan

kimianya, terutamaterhadap penampilan, warna, bau, berat jenis, putaran optik,

indeks bias dan tingkat kelarutannya dalam alkohol (Lutony dan Rahmayati,

2002).

Menurut standar pasar internasional, kandungansitronellal harus lebih

tinggi daripada 35%, dan jumlah total alkohol harus lebih besar daripada

35%(Sastrohamidjojo,2004).

Pada tahun 1951 juga sekitar tahun 1970, kualitas minyak sereh turun. Hal

ini disebabkan kebutuhan minyak sereh pada saat tersebut naik, hingga untuk

memenuhinya para pengusaha atau petani melakukan panen serta pemotongan

tanaman sereh sebelum waktunya dan sebagai akibat, kandungan sitronellal dan

total alkohol menjadi lebih rendah(Sastrohamidjojo,2004).

Pemalsuan minyak atsiri sangat mudah dilakukan oleh produsen maupun

eksportir yang memang nakal.Praktek pemalsuan minyak atsiri dilakukan dengan

mencampurkan bahan asing sehingga mutu dari minyak atsiri berkurang.Namun,

kini pemalsuan minyak atsiri mudah diketahui karena pihak konsumen atau

importir telah memiliki peralatan untuk mengukur tingkat kemurnian dan adanya

laboratorium pengujian yang berada dibawah pengawasan pemerintahan yang

juga memberlakukan standar mutu secara umum (Lutony dan Rahmayati, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

Secara umum, uji mutu minyak sereh wangi terdiri atas 2 tahap. Tahap

pertama adalah uji organoleptik, dan tahap kedua uji sifat fisik dan kimia yang

umumnya meliputi (SNI-06-3953-1995) (BSN,1995) yaitu: bobot jenis, indeks

bias, total geraniol, sitronellal, kelarutan dalam etanol 80% dan zat asing.

Parameter syarat mutu minyak sereh dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Parameter Syarat Mutu Minyak Sereh SNI 06-3953-1995

No Jenis Uji Satuan Persyaratan 1

Warna -

Kuning pucatsampaikuning kecoklat-coklatan

2 Bobot jenis, 200C/200C - 0,880 – 0,922 3 Indeks bias (nD20) - 1,466 – 1,475 4 Total Geraniol bobot/bobot % Minimal 85 5 Sitronellal bobot/bobot % Minimal 35

6 Kelarutan dalam etanol 80% - 1 : 2jernih, seterusnya jernih

opalesensi 7 7.1 7.2 7.3 7.4

Zat asing : Lemak Alkohol tambahan Minyak pelikan Minyak terpentin

- - - -

Negatip Negatip Negatip Negatip

2.5 Sitronellal

Hasil penyulingan dari (Cymbopogon nardus L) dapat diperoleh minyak

atsiri yang disebut Oleum citronellae, sedangkan bahan aktif yang mematikan

bagi hama adalah Sitronellal dan Geraniol. Dalam konsentrasi tinggi senyawa

sitronelal ini memiliki sifat racun kontak.Sebagai racun kontak, zat tersebut

apabila dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian akibat kehilangan

cairan secara terus-menerus sehingga tubuh rayap kekurangan cairan, sedangkan

dalam konsentrasi rendah dapat bersifat sebagai racun perut(Yulvianti,2014).

Sitronellal adalah cairan tak berwarna, dengan bau menyegarkan dan

mempunyai sifat racun dehidrasi (desiccant).Racun tersebut merupakan racun

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

kontak yang dapat mengakibatkan kematian karena kehilangan cairan terus-

menerus. Serangga yang terkena racun ini akan mati karena kekurangan cairan.

(Yulvianti,2014).

Sitronellal bila direaksikan dengan berbagai senyawa yang bersifat asam

seperti silika gel dan anhidrida asetat akan mengalami siklisasi menjadi isopulegol

dan sejumlah isomer. Bila isopulegol dihidrogenasi dengan Raney Ni akan

menghasilkan mentol. Salah satu pabrik di Perancis mengonsumsi mentol sintetik

sekitar 10% dari produk total dunia minyak sereh. Penggunaan yang terpenting

sitronellal adalah untuk pembuatan hidroksi sitronellal melalui hidrasi.Senyawa

hidroksi sitronellal tidak diperoleh secara alami tetapi senyawa tersebut

merupakan salah satu senyawa sintetik yang paling penting dalam

pewangian.Senyawa tersebut memiliki bau yang harum seperti floral-lilydan

digunakan secara luas dalam pewangi untuk sabun dan kosmetika. Sejumlah orang

menyebutnya dengan namaking of the perfumes(Sastrohamidjojo,2004).

Sitronellal dapat dipisahkan dari penyusun lainnya dengan cara kimia.

Caranya minyak sereh ditambahkan dengan larutan jenuh natrium bisulfit.

Komponen minyak atsiri yang bereaksi hanya sitronellal yang membentuk

produksi adisi yang disebut dengan sitronellal natrium bisulfit

(Sastrohamidjojo,2004).

Dalam perdagangan sitronelol diperoleh dengan mereduksi sitronellal yang

terdapat dalam minyak sereh.Kandungan sitronellal dalam minyak sereh berkisar

30-45%.Dalam perdagangan dikenal “Rhodinol” merupakan campuran sitronelol

dan geraniol.Rhodinol memiliki bau yang “lembut” sehingga mempunyai harga

yang tinggi bila dibandingkan dengan sitronelol maupun geraniol.Sitronelol dan

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

geraniol dapat diesterifikasi dengan menggunakan berbagai asam organik

menghasilkan berbagai ester untuk parfum(Sastrohamidjojo,2004).

2.6 Bobot Jenis

Bobot jenis atau berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan

dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada

temperatur yang sama. Istilah bobot jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah;

akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif. Sifat ini merupakan

salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu

sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk

menentukan kemurnian suatu zat.Bobot jenis sering dihubungkan dengan berat

komponen yang terkandung didalamnya. Semakin besar fraksi berat yang

terkndung daam minyak, semakin pula nilai densitasnya.Bobot jenis merupakan

salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri.

Dari seluruh sifat fisika - kimia, nilai bobot jenis sudah sering dicantumkan dalam

pustaka(Sebayang,2011; Martin, A, 1993; Depkes RI, 1979; Guenther, 1972).

Bobot jenis dapat ditetapkan menggunakan piknometer. Piknometer adalah

wadah yang terbuat dari gelas umumnya berkapasitas 10-100 ml, bersumbat kaca

asah dilengkapi dengan termometer, terdapat pipa dengan sisi bertanda yang

bertutup kaca asah (Depkes RI, 1980).

Universitas Sumatera Utara

Page 24: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

BAB III

METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

Penyegar, Unit Pelayanan Terpadu Pengunjian dan Sertifikasi Mutu Barang

(UPT. PSMB) Medan yang bertempat di Jalan STM No. 17 Kampung Baru,

Medan pada tanggal 23 Januari 2017sampai 03 Februari 2017.

3.2 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak sereh yang

diproduksi oleh Masyarakat Aceh.

3.3 Alat

Alat yang digunakan adalah alat asetilasi, alat pemanas, alat penyabunan,

buret 50 ml (pyrex), corong pisah 250 ml, gelas ukur 10 ml (pyrex),gelas ukur 50

ml (pyrex), kondensor,labu cassia 100 ml (kimax),labu elenmeyer 200 ml, labu

kaca tahan alkali, labu ladenburg 100 ml, lampu uap natrium, neraca analitik

(mettle toledo),penangas air, penangas air yang dilengkapi dengan

thermostat,pembakar bunsen, piknometer 10 ml (duran), piknometer 25 ml

(duran), pipet volume 10 ml, pipet volume 20 ml,refraktometer (carlzeis jena),

tabung reaksi dan termometer.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

3.4 Bahan

Bahan yang digunakan adalah aquadest, asam asetat anhidrat, benzoyl

clorida, bromofenol blue larut dalam etanol, es batu, etanol 80%, etanol

90%,fenolftalein (PP) 20%, garam, hidroksilamonium khlorida larut dalam etanol,

kalium iodida, kertas lakmus, larutan asam khlorida (HCl) 0,5 N, larutan jenuh

natrium hidroksida (NaOH), larutan iodium, larutan kalium hidroksida (KOH)

0,5N dalam etanol 95%, larutan natrium karbonat (Na2CO3) dalam natrium

khlorida (NaCl), magnesium sulfat anhidrat (MgSO4), minyak sereh sampel I,

minyak sereh sampel II, dannatrium asetat anhidrat.

3.5 Prosedur

3.5.1 Penentuan kadar sitronellal sesuai SNI 06-3953-1995

Hidroksilamonium kloridadipipet 20 ml larutan dan dimasukkan

kedalamlabu Erlenmeyer, ditambahkan 10 ml larutan kalium hidroksida yang

diukur dengan buret, kemudian dicampurkan. Campuran tersebut dituangkan

kedalam labu yang berisi 700 mg contoh minyak, labu Erlenmeyer yang telah

kosong disimpan tanpa mencucinya.Diamkan labu yang berisi campuran dan

contoh minyak kemudian didihkan dengan refluks selama beberapa waktu dan

dinginkan dengan cepat sebelum pendingin refluks dipisahkan.Untuk contoh

minyak yang berwarna gelap ditambahkan bromfenol biru. Ditambahkan larutan

asam klorida yang terdapat dalam buret sampai terjadi warna kehijau-hijauan.

Kemudian dipindahkan separuh dari campuran reaksi ini kedalam Erlenmeyer

yang disimpan semula. Campuran yang separuhnya lagi dinetralkan sampai timbul

warna kuning muda, kemudian dipindahkan kembali kedalam labu yang satu lagi,

Universitas Sumatera Utara

Page 26: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

lalu dicampurkan dan dikembalikan lagi separuh dari larutan kedalam labu yang

kosong itu. Dilanjutkan cara ini sampai suatu saat dimana penambahan tetes asam

klorida kedalam larutan yang ada didalam salah satu dari kedua labu itu tidak lagi

menimbulkan perubahan warna bila dibandingkan dengan warna larutan yang

terdapat dalam labu kedua.Sebagai alternative titrasi ini dapat dilakukan dengan

metode potentiometris sampai pH 3,5. Bersamaan dengan penentuan, dilakukan

pengujian blanko dengan pereaksi-pereaksi yang sama mengikuti cara kerja yang

sama pula

Contoh perhitungan :

Kadar sitronellal = 𝑀𝑀(𝑉𝑉0−𝑉𝑉1)20 𝑚𝑚

Keterangan : m = massa cuplikan yang diperiksa V1 = volume larutan asam klorida yang digunakan dalam penentuan V0 = volume larutan asam klorida yang digunakan dalam pengujian blanko M = massa molar relative dari aldehida atau keton yang dimasukkan kedalam standar untuk minyak sereh.

3.5.2 Penentuan bobot jenis sesuai SNI 06-3953-1995

Piknometer dicuci dan dibersihkan, kemudian basuh berturut-turut dengan

etanol dan dietil eter. Lalu dikeringkan bagian dalam piknometer tersebut denga

arus udara kering dan sisipkan tutupnya. Dibiarkan piknometer di dalam lemari

timbangan selama 30 menit dan timbang (m). Setelah itu, diisi piknometer dengan

air suling sambil menghindari adanya gelembung-gelembung udara. Dicelupkan

piknometer ke dalam pengas air pada suhu 20oC ± 0,2oC selama 30 menit. Dan

disipkan penutupnya dan keringkan piknometernya. Lalu dibiarkan piknometer di

dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian timbang dengan isinya (m1).

Kemudian dikosongkan piknometer tersebut, cuci dengan etanol dan dietil eter,

Universitas Sumatera Utara

Page 27: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

kemudian keringkan dengan arus udara kering. Setelah itu, diisilah piknometer

dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung-gelembung udara.

Dicelupkan kembali piknometer ke dalam penangas air pada suhu 20oC ± 0,2oC

selama 30 menit. Dan disisipkan tutupnya dan keringkan piknometer tersebut.

Lalu dbiarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan

timbangan (m2).

Contoh perhitungan :

Bobot jenis = 𝑑𝑑2020 = 𝑚𝑚2−𝑚𝑚

𝑚𝑚1−𝑚𝑚

Keterangan : m =massa piknometer kosong (g) m1 =massa piknometer berisi air pada 20oC (g) m2 =massa piknometer berisi contoh pada 20oC (g)

Universitas Sumatera Utara

Page 28: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penentuan Kadar Sitronellal

Sitronellalyang diperoleh dari minyak sereh adalah 48,296%.Hal ini

menunjukkan kadar sitronellal pada minyak sereh yang diproduksi oleh

Masyarakat Aceh memenuhi persyaratan SNI 06-3953-1995. Mutu minyak sereh

khususnya ditentukan oleh kemurniannya. Penilaian kemurnian minyak sereh

dapat ditentukan berdasarkan sifat fisik dan kimianya, salah satunya yaitu

sitronellal dan bobot jenis (Lutony dan Rahmayati, 2002).

Sitronellal merupakan komponen minyak sereh yang terpenting. Lama

penyulingan memberikan pengaruh terhadap kadar sitronellal minyak sereh

wangi. Semakin lama penyulingan maka kadar sitronellal semakin naik sampai

batas lama penyulingan 4 jam. Kenaikkan kadar sitronellal disebabkan oleh

semkin banyaknya panas yang diterima oleh sereh wangi untuk menguapkan

minyak dari sereh wangi tersebut, sehingga kadar sitronellal semakin tinggi. Pada

penyulingan lebih dari 4 jam kadar sitronellal semakin turun, hal ini disebabkan

oleh bahan yang terlalu lama dipanasi, sehingga menyebabkan sitonellal

terdekomposisi menjadi senyawa isoterpen (Sebayang,2011).

4.2 Hasil Penentuan Bobot Jenis

Bobot jenis pada minyak sereh pada penelitian ini sebesar 0,880 (tabel

4.1).Hasil tersebut berada pada rentang batas nilai SNI 06-3953-1995 yaitu 0,880-

0,922. Hal ini menandakan kemungkinan minyak sereh yang diuji Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Page 29: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

Aceh memiliki banyak komponen-komponen kimia penyusun, yang menandakan

densitas (bobot jenis) minyak yang tinggi dikarenakan lamanya waktu destilasi.

Tabel 4.1 Data Penentuan Bobot Jenis Pada Minyak Sereh

No. M m1 m2 Bobot Jenis 1. 28,8200 gr 38,5100 gr 37,3431 gr 0,8796

2. 38,3514 gr 88,2252gr 82,1659 gr 0,8785

Bobot jenis rata-rata 0,8800

Keterangan : m =massa piknometer kosong (g) m1 =massa piknometer berisi air pada 20oC (g) m2 =massa piknometer berisi contoh pada 20oC (g)

Bobot jenis istilah lainnya adalah berat jenis. Berat jenis minyak atsiri

mempengaruhi komponen-komponen penyusun minyak atsiri. Semakin banyak

komponen penyusun minyak atsiri, semakin banyak komponen beranti panjang

atau senyawa polimer dalam minyak maka akan meningkatkan densitas minyak.

Semakin lama waktu destilasi akan terjadi peningkatan konsentrasi minyak yang

disebabkan oleh semakin banyaknya akumulasi komponen-komponen kimia

penyusun minyak atsiri, baik itu senyawa yang bertitik didih tinggi atau rendah

(Sebayang,2011).

BAB V

Universitas Sumatera Utara

Page 30: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan kadar sitronellal dan bobot jenis dari minyak

sereh (Cymbopogon nardus L. Randle) yang diproduksi oleh Masyarakat Aceh

masing-masing sebesar 48,296% dan 0,8800. Hal ini menunjukkan kadar

sitronellal dan bobot jenis minyak sereh SNI 06-3953-1995 yaitu min 35% dan

0,880-0,922.

5.2 Saran

Sebaiknya penelitian selanjutnya agar melakukan penetapan kadar

sitronellal menggunakan metode lain seperti Kromatografi Gas dan pada

penentuan bobot jenis minyak sereh dibuat triplo agar hasil lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

Page 31: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

Agoes, Goeswin. H. (2007).Teknologi Bahan Alam. Bandung: ITB. hal.118-119 Badan Standarisasi Nasional (BSN). (1995). SNI06-3953-1995. Standar Mutu

Minyak Sereh. Jakarta.hal.1, 3-4, 8-10. Dalimartha, Setiawan. 2008. Pertumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Jakarta:Pustaka

Bunda. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(1979). Farmakope Indonesia Edisi

III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Guenther, E. (1990). Minyak Atsiri Jilid IV B. Jakarta: Universitas IndonesiaPress. Gunawan, D. (2004). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Jakarta: Penerbit

Penebar Swadaya. Kementerian Kesehatan RI..(2014). Materia Kosmetika Bahasa Alam Indonesia.

Jakarta: Kementerian Kesehatan RIDirektorat Jenderal Bina efarmasian dan Alat Kesehatan

Khoirotunnisa, M., (2008).Aktifitas Minyak Atsiri Daun Serai Wangi

Cymbopogon nardus (L.)Randle Terhadap Pertumbuhan Malassezia Furfur invitro dan Identifikasinya dan sebagai penghalau nyamuk Aedes aegypti.Semarang :Universitas Diponegoro.

Lutony, T.L. dan Rahmayati, Y. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak

Atsiri. Jakarta : Penebar Swadaya. hlm. 1-6, 26-27, 107-111 Santoso, H.B. (1992). Sereh Wangi Bertanam dan Menyuling. Yogyakarta :

Kanisius. hal : 44-45 Sastrohamidjojo, H. (2004). Kimia Minyak Atsiri.Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press. hal. 1-10, 65-68 Sebayang, E.P.P. (2011). Minyak sereh wangi (Citronella oil)di UKM Sari

Murni.Tugas Akhir. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Lampiran 1.Penentuan Kadar Sitronellal Minyak Sereh

Rumus :

Universitas Sumatera Utara

Page 32: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

Kadar sitronelal = 𝑴𝑴(𝑽𝑽𝑽𝑽−𝑽𝑽𝑽𝑽)𝟐𝟐𝑽𝑽 𝒎𝒎

Keterangan :

M = massa molar relative dari aldehida atau keton yang dimasukkan

kedalam standar untuk minyak sereh

m = massa cuplikan yang diperiksa

V1 = volume larutan asam khlorida yang digunakan dalam penentuan

V0 = volume larutan asam khlorida yang digunakan dalam pengujian

blanko

Diketahui :

M = 154,24

m = 0,7370 gram

V0 = 9,1ml

V1 = 4,5ml

Perhitungan :

Kadar sitronellal 1= 154,24 (𝑉𝑉0−𝑉𝑉1)20 𝑚𝑚

= 154,24 (9,1−4,5)20 (0,7370)

= 48,1345

Diketahui :

M = 154,24

m = 0,7321 gram

V0 = 9,1ml

V1 = 4,5ml

Perhitungan :

Kadar sitronellal 2= 154,24 (𝑉𝑉0−𝑉𝑉1)20 𝑚𝑚

= 154,24 (9,1−4,5)20 (0,7321)

= 48,4567

Rata-rata kadar sitronellal = sitrone llal 1 +sitrone llal 22

= 48,1345+48,45672

Universitas Sumatera Utara

Page 33: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

= 48,296

Lampiran 2.Penentuan Bobot Jenis Minyak Sereh

Rumus :

Bobot jenis 𝒅𝒅𝒕𝒕𝑽𝑽𝒕𝒕𝑽𝑽 = 𝒎𝒎𝟐𝟐−𝒎𝒎𝒎𝒎𝑽𝑽−𝒎𝒎

Universitas Sumatera Utara

Page 34: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

Keterangan :

m = massa, piknometer kosong (g)

m1 = massa, piknometer berisi air pada suhu 20ºC (g)

m2 = massa, piknometer berisi contoh pada suhu 20ºC (g)

𝑑𝑑𝑡𝑡1𝑡𝑡1 = Pembacaan bobot jenis yang dilakukan pada suhu 20ºC (g)

Diketahui :

m = 28,8200g

m1 = 38,5100g

m2 = 37,3431g

Perhitungan :

Bobot jenis 1𝑑𝑑2020 = 𝑚𝑚2−𝑚𝑚

𝑚𝑚1−𝑚𝑚

= 37,3431g– 28,8200 g38,5100 g – 28,8200 g

= 0,8796

Diketahui :

m = 38,3514 g

m1 = 88,2252g

m2 = 82,1659 g

Perhitungan :

Bobot jenis 2𝑑𝑑2020 = 𝑚𝑚2−𝑚𝑚

𝑚𝑚1−𝑚𝑚

= 82,1659 g – 38,3514 g88,2252 g − 38,3514 g

= 0,8785

Rata-rata Bobot Jenis = Bobot 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 1+𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝑡𝑡 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 22

= 0,8796+0,87852

= 0,880

Lampiran 3.Pengujian Minyak Sereh

Universitas Sumatera Utara

Page 35: PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK …

Gambar a.Minyak Sereh dalam piknoeter

Gambar b.Erlenmeyer berisi hasil titrasi sitronellal minyak sereh

Universitas Sumatera Utara