KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui...

29
KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN PUISI PARA JENDERAL MARAH-MARAHOLEH EVAN ADIANANTA NONOPUTRA 80 2009 009 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memasuki Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYAWACANA SALATIGA 2016

Transcript of KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui...

Page 1: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN PUISI

“PARA JENDERAL MARAH-MARAH”

OLEH

EVAN ADIANANTA NONOPUTRA

80 2009 009

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memasuki Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYAWACANA

SALATIGA

2016

Page 2: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui
Page 3: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui
Page 4: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui
Page 5: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui
Page 6: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN PUISI

“PARA JENDERAL MARA-MARAH”

Evan Adiananta Nonoputra

Aloysius L. S. Soesilo

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 7: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

1

PENDAHULUAN

Keinginan mengetahui kejiwaan manusia menyebabkan orang melakukan

pendekatan psikologi dalam berbagai bidang, termasuk bidang sastra. Penjelajahan ke

dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri

manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui pendekatan psikologi sastra.

Tokoh-tokoh psikologi seperti Jung, Adler, Freud, dan Brill memberikan inspirasi

tentang pemecahan misteri tingkah laku manusia melalui psikologi. Ini juga bermula

dari terapi untuk mengobati penyakit kejiwaan yang terungkap melalui kata-kata.

Kesusastraan dipilih dan dianggap wajar, karena dalam sastra terungkap kejiwaan

manusia melalui bahasa (Jefferson dalam Winarni, 2013).

Freud (dalam Wiyatmi, 2007) secara jelas mengemukakan bahwa karya sastra

sama seperti mimpi yang dikaji dengan mengandalkan tanda-tanda (sistem tanda).

Berangkat dari kesamaan inilah Freud berpendapat, bahwa kajian mimpi itu sama

dengan kajian teks sastra. Psikoanalisis berusaha mengungkapkan (mengkaji) hasrat tak

sadar melalui makna yang terungkap dalam karya sastra. Menurut Winarni (2013),

karya sastra adalah perwujudan hasrat tak sadar, begitu pula dengan mimpi, namun

bukan berarti karya sastra mengatakan apa yang ada dalam mimpi itu, melainkan

kesamaan proses mengungkapkan apa yang terpendam dalam psikis yang tidak dapat

diungkapkan secara langsung.

Abrams (dalam Wiyatmi, 2011) berpendapat bahwa, pendefinisian sastra di

kalangan akademik sastra disesuaikan dengan kerangka teori yang mendasarinya.

Berdasarkan teori objektif, sastra didefinisikan secara otonom, berdiri sendiri, bebas

dari pengarangnya, realitas, maupun pembaca. Berdasarkan teori mimetik, sastra

dianggap sebagai tiruan alam atau kehidupan. Berdasarkan teori ekspresif, karya sastra

Page 8: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

2

dianggap sebagai ekspresi sastrawan, sebagai curahan perasaan dan pikiran sastrawan,

atau sebagai produk imajinasi sastrawan yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-

pikiran dan perasaan-perasaannya. Kemudian dari teori pragmatik, sastra dipandang

sebagai sarana menyampaikan tujuan tertentu, nilai-nilai atau ajaran-ajaran pada

pembacanya. Selain dari beberapa kerangka teori di atas, perkembangan kajian sastra

yang bersifat interdispliner, telah mempertemukan ilmu sastra dengan berbagai ilmu,

salah satunya adalah ilmu psikologi. Dari pertemuan ini, mulai muncul pendekatan

kedua ilmu yang bernama Psikologi Sastra yang menurut Wellek (dalam Winarni, 2013)

memiliki empat kerangka teori psikologi dalam sastra, yaitu: (1) proses penciptaan

karya sastra, (2) psikologi pengarang, (3) kaidah psikologi yang muncul dari karya

sastra, dan (4) pengaruh karya sastra terhadap pembacanya.

Puisi dalam Psikologi Sastra

Puisi adalah bentuk kesusastraan yang paling tua. Puisi tidak hanya

dipergunakan untuk penulisan karya besar saja, namun puisi juga erat hubungannya

dengan kehidupan sehari-hari (Waluyo, 1995). Sedangkan menurut Dresden (dalam

Mihardja, 2012), puisi adalah sebuah dunia dalam kata. Isi yang terkandung di dalam

puisi merupakan cerminan pengalaman, pengetahuan dan perasaan penyair yang

membentuk sebuah dunia bernama puisi. Kesusastraan, khususnya puisi, adalah cabang

seni yang paling sulit untuk dihayati secara langsung sebagai totalitas. Elemen-elemen

seni ini ialah kata. Sebuah kata adalah suatu unit totalitas utuh yang kuat berdiri sendiri.

Hawkes (dalam Pradopo, 2001) mengatakan bahwa puisi merupakan struktur

ketandaan yang bermakna dan kompleks, antar unsurnya terjadi hubungan yang erat

(koheren). Tiap unsur karya sastra mempunyai makna dalam hubungannya dengan

unsur lain dalam struktur itu dan keseluruhannya, salah satunya pergumulan atau

Page 9: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

3

konflik batin. Puisi menjadi totalitas-totalitas baru dalam pembentukan-pembentukan

baru, dalam kalimat-kalimat yang telah mempunyai suatu urutan yang logis. Seperti

yang pernah dikemukakan oleh Arief Budiman dan Goenawan Mohamad (dalam Ali,

ed. 1978) bahwa memahami puisi sama seperti memahami manusia, tidak bisa dengan

jalan setapak demi setapak, unsur demi unsur. Karena bukanlah kata-kata yang datang

terlebih dulu, melainkan totalitasnya. Itulah mengapa puisi dianggap sebagai karya

sastra dengan struktur yang kompleks.

Dalam penelitian sebelumnya pula, Budiman (1976) meneliti konflik batin

Chairil Anwar menggunakan teori psikologi gestalt dan metode sequence analysis.

Penelitian ini menganalisis konflik-konflik batin Chairil Anwar yang terungkap dalam

puisi-puisinya berdasarkan urutan kejadian secara utuh. Selain itu, penelitian ini juga

menyimpulkan bahwa puisi sebagai karya sastra merupakan tanggapan penyair terhadap

sesuatu yang penuh dengan pengalaman-pengalaman subjektif penyair, karena itu puisi

sama majemuknya dengan manusia atau penyair itu sendiri.

Dalam KBBI, konflik batin dapat diartikan sebagai konflik yang disebabkan

oleh adanya dua gagasan atau lebih atau keinginan yang saling bertentangan untuk

menguasai diri sehingga mempengaruhi tingkah laku. Maka, jika dikaitkan dengan

istilah psikologi, konflik batin merupakan pertentangan antara id, ego dan superego

teori yang dicetuskan oleh Sigmund Freud. Wordsworth (dalam Hardjana, 1984),

menyatakan bahwa proses penciptaan puisi merupakan pengungkapan alamiah dari

perasaan-perasaan yang meluap-luap, dari getaran hati yang berkembang dalam

kesyahduan, juga menunjukkan adanya aspek psikologis dalam proses penciptaan puisi.

Page 10: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

4

Wiji Thukul: Sastrawan yang Melawan Diktator

Widji Widodo atau yang lebih sering didengar dengan nama Wiji Thukul, adalah

anak pertama dari tiga bersaudara. Dia lahir dari keluarga sederhana pada tanggal 26

Agustus 1963 di kampung Sorogenen, Solo, yang sebagaian besar penduduknya bekerja

sebagai tukang becak dan buruh. Ayahnya adalah seorang penarik becak, sementara

ibunya terkadang menjual ayam bumbu untuk membantu perekonomian keluarga. Mulai

menulis puisi sejak SD, dan tertarik pada dunia teater ketika duduk di bangku SMP. Dia

bergabung dengan Teater Jagat (Jejibahan Agawe Genepe Akal Tumindak) milik

Cempe Lawu Warta, ketika Thukul masih kelas II di Sekolah Menengah Karawitan

Indonesia, Solo. Setahun kemudian, Thukul memutuskan untuk berhenti sekolah dan

aktif di dunia teater (Tempo, 2013).

Puisi-puisi Thukul –sapaan akrab Wiji Thukul—terkenal sebagai kritik sosial

dan penyemangat perlawanan kaum marginal terhadap kaum borjuis (pemilik modal dan

pemerintah). Dengan gaya bahasanya sendiri yang mudah dipahami semua kalangan,

Thukul menuliskan permasalahan-permasalahan sosial yang dia lihat sehari-hari dalam

sebagian besar puisi-puisinya. Menurut Lawu, guru Thukul semasa masih belajar di

Teater Jagat, meski sudah mengandung kritik, puisi Thukul awalnya merupakan

kontemplasi tentang dirinya dan lingkungannya, tidak bersinggungan dengan masalah

sosial apalagi politik. Puisi Thukul mulai mengalami pergeseran ketika ia berkenalan

dengan Halim H. D., aktifis kebudayaan jebolan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta. Dari Halim, Thukul mulai banyak terpengaruh oleh buku-buku

kritik sosial, serta majalah sastra yang ia pinjam dari Halim, seperti buku Tan Malaka,

Sjahrir, Bung Hatta, majalah Horison, Basis, dan lain-lainnya. Selain buku-buku itu,

puisi Thukul juga dipengaruhi oleh pemikiran Maxim Gorky, Arief Budiman, Romo Y.

Page 11: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

5

B. Mangunwijaya, dan naskah teater Jawa karya Bambang ―Kenthut‖ Widoyo S. P.

yang membuat Thukul mulai memasukkan bahasa Jawa dan bahasa sehari-hari dalam

puisinya (Tempo, 2013).

Sejak dia aktif di Partai Rakyat Demokratik (PRD), Thukul sering mendapat

bagian untuk penggalangan massa, terutama dengan menggunakan kata-kata yang bisa

dibuatnya dalam bentuk selembaran, pamflet dan puisi melalui Jaringan Kerja

Kebudayaan Rakyat (Jaker –organisasi yang awalnya merupakan organisasi kesenian

non-parpol, namun akhirnya menjadi organisasi sayap PRD). Pada saat deklarasi

berdirinya PRD secara resmi di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia,

22 Juli 1996, Thukul membacakan puisi di depan publik untuk yang terakhir kalinya,

karena sepekan kemudian Thukul menjadi buron dan hilang sejak 1998 hingga kini

(Tempo, 2013).

Jalan politik praktis memang menjadi pilihan Thukul dalam berkesenian,

terutama sastra. Bagi Thukul, sastra merupakan salah satu alat perjuangan, namun dia

juga menganggap berlebihan bila mengharapkan sastra akan membawa perubahan

sosial. Thukul mungkin bukan penyair paling cemerlang yang pernah Indonesia miliki.

Sejarah juga menunjukkan bahwa dia bukanlah satu-satunya orang yang menjadi korban

penghilangan paksa. Tapi Thukul adalah cerita penting dalam sejarah Orde Baru yang

tidak patut diabaikan: seorang penyair yang menakutkan sebuah rezim dan kematiannya

hingga kini menjadi misteri. Kini nama Thukul mulai dikenal khalayak sebagai penyair

sekaligus aktifis HAM yang hilang ketika kerusuhan Mei 1998 bergejolak (Tempo,

2013).

―Yang khas dari puisi Wiji Thukul adalah bahwa ia bukan puisi tentang protes,

melainkan protes itu sendiri. Karena itu, puisinya gampang melebur dalam tiap

Page 12: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

6

momen pergolakan dan berbagai aksi protes. Puisinya adalah bagian dari aksi, bukan

mengenai aksi, bukan juga ‗gaya‘ yang hendak ditambah-tambahkan untuk

memberikan kesan ‗estetis‘ terhadap suatu aksi. Karena itu, puisi Wiji Thukul hidup

tanpa memerlukan pengenalan siapa seniman pengarangnya. Puisi itu diketahui

sebagai puisinya, tapi ia tidak pernah dipersepsikan sebagai ‗tuan‘ atau ‗majikan‘

dari puisi-puisi itu. Puisinya beredar, hidup ke mana-mana melampaui dirinya! Puisi

Wiji Thukul adalah peristiwa, bukan lagi kata-kata.

Barangkali itu sebabnya mengapa Wiji Thukul dihilangkan! Pada masanya

banyak kritik ditulis seniman, beberapa dari mereka diancam penjara Orde Baru, tapi

cuma Wiji Thukul yang dihilangkan. Mungkin pada yang lain Orde Baru masih dapat

memilah-milah antara puisi, politik dan senimannya. Terhadap mereka, Orde Baru

masih bisa mengatakan, ‗‖Larang puisi, tapi ‗perbaiki‘ atau ‗dekati‘ penyairnya.‖‘

Barangkali para penyair yang lain itu hidup di ruang edar Jakarta yang pusat dan

sohor atau komunitas budaya yang mapan dan terbuka hingga mereka terlindung dari

tangan kekuasaan justru oleh sorot publisitas aktivitasnya. Para seniman ini dibenci,

tapi tidak dianggap berbahaya. Sedangkan Wiji Thukul, boleh dibilang ia adalah

artikulasi paling optimum dari suatu imaji ekstrem mengenai gerakan kelas. Tapi

kelas yang dalam sejarah kekuasaan Orde Baru masih terpencil dan penuh stigma.

Wiji Thukul adalah buruh dengan pikiran radikal tapi yang sekaligus juga mampu

berpuisi dengan kebebasan, artikulasi dan daya estetik yang setara bahkan dengan

borjuis paling terdidik di republik ini. Wiji Thukul dibenci sekaligus dianggap

berbahaya!‖ (Robet, 2013).

Page 13: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

7

METODE PENELITIAN

Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang menggunakan

analisis deskriptif yang merupakan ranah interdispliner dalam penginterpretasiannya

(Wiyatmi, 2011). Analisis deskriptif ini menggunakan critical discourse analysis atau

analisis wacana kritis. Menurut Eriyanto (2008) analisis wacana kritis memiliki lima

karakteristik utama yaitu: (1) tindakan, (2) konteks, (3) historis, (4) kekuasaan, dan (5)

ideologi.

Tindakan. Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan. Dengan pemahaman

seperti ini maka wacana harus dipandang; Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu

yang bertujuan, apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyangga,

bereaksi, dan sebagainya. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan

secara sadar, terkontrol bukan sesuatu yang diluar kendali atau diekspresikan diluar

kesadaran.

Konteks. Dalam analisis wacana kritis ada dua konteks yang penting, karena

berpengaruh terhadap produksi wacana. Pertama, partisipan wacana, latar siapa yang

memproduksi wacana. Kedua, keadaan sosial tertentu seperti, tempat, waktu, posisi

pembicara dan pendengar atau lingkungan fisik adalah konteks yang berguna untuk

mengerti suatu wacana.

Historis. Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti wacana

diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan

konteks yang menyertainya. Oleh karena itu, pada waktu melakukan analisis perlu

tinjauan untuk mengerti mengapa wacana yang berkembang atau dikembangkan seperti

itu, mengapa bahasa yang dipakai seperti itu.

Page 14: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

8

Kekuasaan. Analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan

(power) dalam analisisnya. Di sini, setiap wacana muncul, dalam bentuk teks,

percakapan, atau apapun tidak dipandang sebagai suatu yang alamiah, wajar dan netral,

tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu

kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat.

Ideologi. Ideologi juga konsep yang sentral dalam analisis yang bersifat kritis.

Hal ini disebabkan teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk dari praktik atau

pencerminan dari ideologi tertentu. Ideologi membuat anggota dari suatu kelompok

akan bertindak dalam situasi yang sama, dapat menghubungkan masalah mereka, serta

memberikan kontribusi membentuk solidaritas dan hubungan erat di dalam kelompok.

Dengan melihat dari kelima karakteristik analisis wacana kritis di atas, maka

analisis wacana kritis model Teun A. van Dijk, model yang selain mengkaji teks secara

konten (isi), model ini juga mengaitkan teks dengan konteks sosial dan sejarah yang

terjadi ketika teks tersebut dibuat, sehingga model ini cocok untuk mengkaji teks

apapun, termasuk sastra. Mengingat bahwa teks sastra merupakan ungkapan perasaan

dan pikiran penyair dalam menyikapi lingkungannya, maka analisis wacana kritis ini

sangatlah penting untuk mengkaji puisi-puisi ―Para Jenderal Marah-marah‖ karya Wiji

Thukul. Menurut van Dijk (1985), penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan

pada analisis atas teks semata, karena teks juga merupakan hasil dari proses produksi

yang harus juga diamati. Di sini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi,

sehingga kita memperoleh pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu.

Pada teorinya, van Dijk (dalam Eriyanto, 2008) melihat suatu teks terdiri dari

beberapa struktur atau tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia

membaginya dalam tiga tingkatan, yaitu (1) Struktur Makro, (2) Superstruktur (3) dan

Page 15: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

9

Struktur Mikro. Pertama, Struktur Makro. Ini merupakan makna global atau umum dari

suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam

suatu teks. Kedua, Superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan

dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian itu tersusun secara utuh dalam

teks. Ketiga, Struktur Mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil

dari suatu teks yaitu kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, dan parafrasa.

Meskipun terdiri atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan suatu

kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Makna global dari

suatu teks didukung oleh kerangka teks dan akhirnya didukung oleh pilihan kata dan

kalimat yang dipakai. Pemakaian kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentu bukan

semata-mata dipandang sebagai cara berkomunikasi, tetapi dipandang sebagai politik

berkomunikasi. Suatu cara untuk mempengaruhi pendapat umum, menciptakan

dukungan, memperkuat legitimasi dan menyingkirkan lawan atau penantang. Struktur

wacana adalah cara efektif untuk melihat proses retorika dan persuasi yang dijalankan

ketika seseorang menyampaikan pesan. Kata-kata tertentu mungkin dipilih untuk

mempertegas pilihan dan sikap, membentuk kesadaran politik dan sebagainya. Berikut

ini digambarkan elemen-elemen wacana menurut van Dijk:

Tabel 1.

Elemen-elemen wacana menurut van Dijk

STRUKTUR WACANA HAL YANG DIAMATI ELEMEN

Struktur Makro

Makna global dari suatu

teks yang dapat diamati dari

topik/tema yang diangkat

dari suatu.

Tematik

Tema/topik yang

dikedepankan dalam

suatu teks.

Topik

Page 16: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

10

Superstruktur

Kerangka suatu teks, seperti

bagian pendahuluan, isi,

penutup, dan kesimpulan.

Skematik

Bagaimana bagian dan

urutan teks diskemakan

dalam teks utuh.

Skema

Struktur Mikro

Makna lokal dari suatu teks

yang dapat diamati dari

pilihan kata, kalimat dan

gaya yang dipakai oleh

suatu teks.

Semantik

Makna yang ingin

ditekankan dalam teks.

Misal membuat detail

disatu sisi dan

mengurangi detil sisi

yang lain.

Latar, Detil,

Maksud, Pra-

anggapan,

Nominalisasi.

Sintaksis

Bagaimana kalimat

(bentuk susunan) yang

dipilih.

Bentuk kalimat,

koherensi, kata

ganti.

Stilistik

Bagaimana pilihan kata

yang dipakai dalam teks.

Leksikon

Retoris

Bagaimana dan dengan

cara penekanan apa

dilakukan.

Grafis, Metafora,

ekspresi.

Sumber: Eriyanto, 2008.

Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah kumpulan puisi Wiji Thukul yang

berjudul ―Para Jenderal Marah-marah‖ (judul ini diambil dari judul puisi pertama

Thukul ketika melakukan pelarian), yaitu kumpulan puisi yang dibuat ketika Thukul

sedang dalam masa pelariannya sebagai buronan pemerintahan Soeharto. Puisi-puisi ini

Page 17: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

11

menarik untuk diteliti, mengingat situasi Thukul yang sedang bersembunyi dari banyak

orang (agar bisa menghindari incaran pemerintah), sehingga tidak banyak yang tahu

mengenai keadaan seorang Thukul selama pelariannya tersebut. Kumpulan puisi ini

dirangkai secara sistematis, seperti pendahuluan, isi dan penutup. Terdapat 23 puisi di

dalamnya, namun dalam penelitian ini hanya akan mengambil 7 puisi; (1) puisi

pendahuluan, berisikan awal kebingungan Thukul ketika menjadi buron; (2) puisi yang

menggambarkan hubungan dia dengan teman-temannya saat buron; (3) puisi tentang

keluarganya saat menjadi buron; (4) puisi tentang dirinya sendiri saat menjadi buron; (5)

puisi tentang pemerintahnya saat itu; (6) puisi tentang negara; dan (7) puisi penutup.

Setiap puisi diperlakukan sebagai satu adegan yang saling berkaitan. Dengan

demikian ada 7 adegan yang dikonstruksi, termasuk pendahuluan dan penutup. Secara

keseluruhan utuh, naskah kumpulan puisi ini diawali dengan situasi kebingungan

Thukul yang menjadi buronan. Sedangkan isi kumpulan puisi ini terletak pada puisi-

puisi yang menanggapi berbagai aspek kehidupannya, seperti pertemanan, keluarga, diri

sendirinya, pemerintah saat itu, dan kondisi negara saat itu. Serta penutupnya (adegan 7)

merupakan puisi yang diletakkan pada bagian paling akhir dari kumpulan puisi ini.

Prosedur

Metode penggalian data dalam penelitian ini ialah menggunakan metode pustaka

dan simak dari elemen-elemen wacana kritis milik van Dijk. Peneliti sebagai instrumen

kunci melakukan penyimakan secara cermat, terarah dan teliti terhadap sumber data

primer yaitu teks kumpulan puisi Thukul yang berjudul ―Para Jenderal Marah-marah‖

dan hasil wawancara istri (Sipon) dan guru teater (Cempe Lawu Warta) Wiji Thukul

berdasarkan elemen-elemen wacana kritis milik van Dijk dalam memperoleh data yang

diinginkan.

Page 18: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

12

HASIL PENELITIAN

1. Struktur Makro (Tematik)

Pada puisi-puisi Wiji Thukul ini, tema besar digunakan hanya dua, yaitu (1)

kediktatoran pemerintah Orde Baru; dan (2) keadaan Wiji Thukul dan sekitarnya.

2. Super Struktur (Skematik)

Secara alur puisi-puisi Wiji Thukul ini memiliki awalan yang merupakan

deskripsi keadaan dirinya dan lingkungan sekitarnya, lalu isi berbeda-beda

tergantung dari pengalaman yang ia alami saat itu atau apa yang sedang ia lihat dan

rasakan, sehingga itu ia jadikan penjelasan dari awalan puisinya sekaligus sebagai

sudut pandang puisinya. Sedangkan pada penutupan puisi-puisinya ini ialah, Wiji

Thukul memiliki kecenderungan menulis kritikan terhadap pemerintah Orde Baru.

Namun ada dua puisinya yang memiliki penutupan berbeda, yaitu yang berjudul

―buat l. ch. & a. b.‖ dan ―pepatah buron‖.

Pada puisi ―buat l. ch. & a. b.‖, Wiji Thukul menyampaikan harapannya untuk

dapat berkunjung lagi ke rumah kedua temannya itu tanpa status buron, ―tapi aku

harus pergi//mungkin tahun depan//atau entah kapan//akan kuketuk lagi//daun

pintumu//bukan sebagai buron‖ (hal. 216). Sedangkan pada puisi ―pepatah buron‖,

Wiji Thukul menyampaikan perasaannya yang kesepian secara implisit dengan

mengatakan arti sesungguhnya seorang teman, ―kawan sejati adalah kawan yang

masih berani//tertawa bersama//walau dalam kepungan bahaya‖ (hal. 220).

Page 19: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

13

3. Struktur Mikro

3.1. Semantik

3.1.1. Latar

Puisi-puisi Wiji Thukul didominasi dengan latar pengalaman-

pengalamannya sebagai buronan pemerintah Orba yang diktator.

3.1.2. Detil

Wiji Thukul memang jarang mengatakan perasaannya secara langsung,

kalaupun ia mengatakan perasaannya, ia memilih untuk menggunakan kata-kata

penyangkalan akan perasaan sesungguhnya. Penyangkalan ini ia lakukan untuk

mengubah perasaan-perasaan negatifnya. Seperti pada puisi ―buat l. ch. & a. b.‖

dan ―(14)‖.

Dalam puisi ―buat l. ch. & a. b.‖, Wiji yang sedang kelelahan dan

kelaparan, datang ke rumah Arief Budiman dengan perasaan putus asa, ini ia

tulis dengan metafora ―pagi itu//budimu menjadi api‖ (hal. 216). Metafora ini

menunjukkan keputusasaan dirinya sebelum bertemu dengan Arief Budiman dan

keputusasaan itu berubah menjadi semangat karena kebaikan Arief Budiman,

serta Leila Chairini Budiman. Sedangkan pada puisi ―(14)‖, Wiji Thukul secara

implisit mengakui bahwa ia merasakan takut dan cemas, namun dengan

penyampaian yang menggunakan perasaan lainnya, yaitu marah. ―habis

cemasku//kaugilas//habis takutku//kautindas//kini padaku tinggal//tenaga

mendidih!‖ (hal. 227).

3.1.3. Maksud

Menurut van Dijk, suatu teks merupakan hal yang tidak terjadi begitu

saja, namun ada suatu pertarungan kekuasaan. Dari pertarungan yang terjadi

Page 20: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

14

itulah suatu teks dapat dianalisis maksudnya. Secara garis besar, puisi-puisi Wiji

Thukul ini memiliki maksud yang menyatakan pertentangan keinginan-

keinginannya (ingin beraktifitas seperti semula tanpa merasa cemas, serta

terancam) dan pertentangan ideologi atau kelas (Thukul dari kelas marginal

dengan pemerintah Orba dari kelas borjuis). Namun, ada satu puisi yang

memiliki maksud berbeda, yaitu pada puisi ―pepatah buron‖ (adegan 4). Maksud

yang terdapat pada puisi ini adalah penegasan bahwa apa yang dialami Wiji

Thukul merupakan penindasan yang nyata, ―penindasaan adalah guru yang

paling jujur//bagi yang mengalami‖ (hal. 220).

3.1.4. Pra-anggapan

Praanggapan atau latar belakang pola berpikir yang terdapat dalam puisi-

puisi Wiji Thukul, yaitu penetapan status Wiji Thukul menjadi buronan

dianggap sebagai tindakan pemerintah yang diktator, kejam, penindas, perenggut

kebebasan, dan gemar melakukan propaganda untuk membodohi, serta menakut-

nakuti rakyatnya dengan militer bergaya fasis.

3.1.5. Nominalisasi

Pada puisi-puisi Wiji Thukul yang dianalisis, hanya terdapat satu puisi

yang menggunakan nominalisasi, yaitu puisi ―(20)‖ bait pertama, ―sebuah

bank//memasang iklan//ukuran setengah halaman koran, teriaknya//Dirgahayu

Republik Indonesia 51 Tahun‖ (hal. 236).

3.2. Sintaksis

3.2.1. Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat-kalimat yang terdapat pada puisi Wiji Thukul cenderung

bentuk kalimat aktif. Bentuk kalimat aktif ini secara psikologis bertujuan untuk

Page 21: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

15

mempengaruhi pembaca, baik secara kognitif maupun afektif sehingga pembaca

dapat lebih mudah terhanyut dengan apa yang terjadi pada Wiji Thukul.

Namun ada puisinya yang menonjolkan kalimat pasif, yaitu pada puisi

―(20)‖ bait ketiga, ―sementara itu ratusan aktivis//di daerah dan di ibukota

ditangkapi‖ (hal. 236). Bait ini sengaja Wiji Thukul buat pasif, karena

penangkapan para aktifis ini memang sulit terpahami alasan dalam negara yang

katanya menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai Demokrasi Pancasila.

3.2.2. Koherensi

Dalam puisi-puisi Wiji Thukul terdapat koherensi-koherensi seperti,

koherensi kausal, koherensi perbandingan, koherensi pertentangan, koherensi

kondisional, dan koherensi konjungsi ―tapi‖. Koherensi konjungsi ―tapi‖

merupakan koherensi yang paling banyak terdapat di puisi-puisi Wiji Thukul.

3.2.3. Kata Ganti

Kata-kata ganti yang terdapat di puisi-puisi Wiji Thukul adalah ―aku‖, ―-

ku‖, ―-mu‖, ―-nya‖, ―mereka‖, dan ―kalian‖.

3.3. Stilistik (Leksikon)

Pemilihan kata-kata yang digunakan Wiji Thukul merupakan kata sehari-hari,

kata-kata yang mudah dipahami orang dari kelas bawah sekalipun. Contohnya

seperti, ―kekejaman kemanusiaan‖, ―penguasa‖, ―rezim‖, ―penindasan‖, ―damai‖,

―nelan‖, ―nenteng-nenteng senapan‖, dan lain-lain.

3.4. Retoris

3.4.1. Grafis

Pemakaian grafis ada pada semua puisi-puisi Wiji Thukul. Grafis

merupakan penggunaan kata-kata yang terlihat menonjol dibandingkan kata-kata

Page 22: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

16

lainnya untuk mempengaruhi pembacanya. Dari puisi-puisinya, ada dua puisi

yang pemakaian grafisnya paling menonjol, yaitu puisi ―para jenderal marah-

marah‖ dan puisi ―(20)‖.

Pada puisi ―para jenderal marah-marah‖, pemakaian grafis terdapat pada

penggunaan dua kata yang memiliki arti sama, ―menyeret-nyeret‖ dan ―ditarik-

tarik‖, ―Sebab seorang letnan jenderal menyeret-nyeret namaku. Dengan

tergopoh-gopoh selimutku ditarik-tariknya. (Istrinya)‖ (hal. 214). Ini

menunjukkan bahwa Wiji Thukul ingin mempengaruhi pembaca, bahwa ada

perbedaan perilaku antara Letnan Jenderal (mewakili pemerintah Orba yang

kasar dan memiliki daya paksa) dengan istrinya (mewakili rakyat biasa yang

berdaya kecil).

Sedangkan pada puisi ―(20)‖, pemakaian grafis terdapat pada

penggunaan satu kata sama yang memiliki penulisan berbeda, ―merdeka‖ dan

―MERDEKA‖, ―MERDEKA MERDEKA MERDEKA//siapa yang merdeka?‖

(hal. 236). Ini menunjukkan bahwa bagi Wiji Thukul kemerdekaan itu hanya

sebatas slogan yang didengungkan besar-besar oleh pemerintah Orba, namun

pada kenyataannya rakyat biasa masih mempertanyakan kemerdekaan itu

dengan bisik-bisik.

3.4.2. Metafora

Metafora-metafora yang digunakan Wiji Thukul dalam puisi-puisinya

cenderung mengkritik pemerintah Orba yang kejam, penindas dan diktator.

Namun ada metafora yang berbeda dengan metafora lainnya, yaitu puisi ―buat l.

ch. & a. b.‖ yang menunjukkan perasaan syukur atas dukungan sosial atau

bantuan Arief Budiman dan Leila Chairini Budiman.

Page 23: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

17

Metafora itu terdapat pada bait, ―pagi itu//budimu menjadi api‖ (hal.

216). Kata ―budi‖ memiliki arti akhlak, namun juga bisa sebagai bagian dari

nama Arief Budiman. Sedangkan kata ―api‖ berarti semangat.

4. Dimensi Kognisi Sosial

Dalam pandangan van Dijk, kognisi sosial terutama dihubungkan dengan

proses produksi teks. Van Dijk mengemukakan bahwa produksi teks sebagian besar

dan terutama terjadi pada proses mental dalam kognisi seorang penulis. Maka dalam

menganalisis kognisi sosial tersebut terdapat pertanyaan-pertanyaan utama, yaitu

bagaimana penulis mendengar dan membaca peristiwa; bagaimana peristiwa

tersebut dimengerti, dimaknai, dan ditampilkan dalam pikiran.

Wiji Thukul lahir dan besar dari lingkungan keluarga kelas bawah.

Bapaknya penarik becak, sebagaimana mayoritas profesi para tetangga di tempat

tinggalnya. Pada 1982 dia putus sekolah dan memilih bekerja mencari uang buat

membantu bapaknya. Dia pernah berjualan koran di Semarang, jadi buruh plitur di

kampungnya, calo karcis bioskop, dan jadi pengamen puisi. Pernah juga dia bekerja

jadi wartawan, meski hanya tiga bulan. Dalam keadaan ekonomi seperti itu,

membuat Wiji Thukul merasakan adanya kesenjangan sosial di lingkungannya.

Sering dia bilang pada istrinya, Sipon, bahwa suatu saat dia ingin mempunyai rumah

besar dan mewah untuk mereka berdua dan anak-anaknya.

Pengalaman bergaul dengan para aktivis juga membuat Thukul semakin

kritis dalam berpikir. Wiji Thukul aktif terlibat dalam sejumlah aksi solidaritas

terhadap para petani dan buruh. Pada 1992 dia ikut demonstrasi memprotes

pencemaran lingkungan oleh pabrik tekstil PT. Sariwarna Asli Solo. Pada 1994, saat

terjadi aksi petani di Ngawi, Jawa Timur, Thukul memimpin massa dan melakukan

Page 24: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

18

orasi. Dalam aksi ini dia ditangkap serta dipukuli sejumlah aparat militer. Setahun

berikutnya, saat ikut aksi demo 15.000 karyawan PT. Sritex, Thukul dipukuli

dengan popor senjata dan kepalanya dibenturkan ke mobil oleh aparat keamanan

yang mengakibatkan mata kirinya buta kemudian ditangkap.

Ketika Wiji Thukul dijadikan pemerintah Orde Baru sebagai buronan, ia

memilih untuk melarikan diri. Seringnya dia berpindah-pindah tempat dan

bersembunyi dengan penampilan berbeda menghindari keramaian, membuatnya

hanya bisa berdiam diri menuliskan semua yang ia lihat dan rasakan dalam puisi

dengan pensil di atas kertas surat putih bergaris 13 halaman bolak-balik. Bagi Wiji

Thukul, kelakuan pemerintah Orde Baru merupakan kesewenang-wenangan

terhadap kemerdekaan serta kemanusiaan dirinya dan sekitarnya yang tidak ditulis.

Karena itu sebelum Wiji Thukul memutuskan untuk pergi dari tempat

persembunyiannya, ia menyerahkan kumpulan puisinya itu pada Stanley Adi

Prasetyo, aktifis HAM saat itu, sambil berkata, ‖Tolong ini kamu pegang. Siapa tahu

suatu saat ada gunanya.‖ (Prasetyo, 2012).

5. Dimensi Konteks Sosial

Pada dimensi konteks sosial, merupakan dimensi di mana suatu wacana itu

diproduksi, direproduksi, dan berkembang dalam masyarakat. Kondisi bangsa

Indonesia pada periode antara tahun 1986-1998 sedang berada dalam sebuah fase

yang disebut oleh Gramsci sebagai situasi krisis hegemoni: ―Manakala kelas

penguasa telah kehilangan konsensusnya, misalnya tak lagi ‗memimpin‘ namun

hanya ‗dominasi‘, menjalankan kekuatan kekerasan sendiri, ini maknanya adalah

bahwa massa telah terlepas dari ideologi tradisional mereka, dan tak lagi percaya

Page 25: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

19

apa yang dahulunya mereka percayai, dll. Krisis ini memuat satu situasi dimana

yang tua sedang sekarat dan yang muda belum lahir‖ (Gramsci, 1976).

Periode ini terjadi karena pada fase itu Indonesia berada dalam pemerintahan

yang sangat otoriter dan didominasi oleh peran militer yang sangat kuat. Akibatnya

terjadi krisis multidimensional (berbagai bidang), seperti krisis politik, karena

terlalu lamanya Presiden Soeharto berkuasa (kurang lebih 32 tahun). Lalu, krisis

ekonomi, karena terlalu banyak utang Indonesia kepada luar negeri, dan banyak

terjadi korupsi. Pada masa Orde Baru, utang didefinisikan menjadi penerimaan

negara. Juga krisis sosial, pertikaian sosial yang terjadi sepanjang tahun 1996 telah

memicu munculnya kerusuhan antar agama dan etnis, misalnya di Situbondo, Haur

Koneng Majalengka, Tasikmalaya, Sanggau Ledo (Kalimantan Barat) yang meluas

hingga ke Singkawang dan Pontianak. (Hadiansyah, 2013).

Dalam menjalankan rezim Orde Baru, Soeharto selalu menggunakan militer

sebagai perpanjangan tangan pemerintah. Hingga pihak militer pada saat itu

mempunyai hak ekslusif dengan dikeluarkannya konsep Dwifungsi ABRI dan

Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat semesta. Cara ini menciptakan khierarki

jabatan militer yang ditempatkan ditingkat kabupaten/kota hingga tingkat

desa/kelurahan yang kemudian diidentikan sebagai alat pengusaha untuk menindas

buruh dan mereka-mereka yang dianggap mengancam keamanan Negara. Karena,

dibalik penugasan mereka selalu ada pesanan politik tertentu di dalamnya. Hal ini

terbukti dengan contoh kasus pada pengumuman Wiji Thukul sebagai buronan

pemerintah, karena seringnya Wiji Thukul ikut bahkan berkontribusi besar dalam

berbagai aksi solidaritas buruh dan petani, terutama pasca Peristiwa Kudatuli.

Page 26: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

20

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada tiap-tiap adegan, maka dapat

dilihat konflik batin yang terjadi pada Wiji Thukul saat itu seperti berikut ini:

1. Wiji Thukul menganggap bahwa pengumuman dirinya sebagai buronan

adalah kekejaman pemerintah terhadap kemanusiaan. Kekejaman inilah yang

membuatnya merasa terancam, hingga mau tidak mau ia merasa harus pergi

meninggalkan istri dan kedua anaknya.

2. Wiji Thukul merasa berhutang budi pada setiap kawan-kawannya yang telah

membantu dan mendukungnya, namun ia belum bisa membalasnya sehingga

berharap bisa datang lagi ke mereka tanpa status buronan.

3. Kabar penggeledahan rumah Wiji Thukul didengarnya, namun ia tidak bisa

berbuat apa-apa untuk mencegah itu. Akhirnya ia hanya menulis puisi

bernada satire dengan mengucapkan terima kasih karena telah mengajari

anak-anaknya tentang kekejaman pemerintah Orde Baru.

4. Wiji Thukul menemukan arti dari sebuah persahabatan yang di mana

persahabatan sejati adalah hubungan dengan orang yang tetap bersama

meskipun dalam bahaya. Pada titik ini, ia merasa kesepian karena banyak

teman-temannya yang takut untuk berhubungan secara langsung dengan

dirinya.

5. Wiji Thukul merasa marah dengan ketidakadilan yang dilakukan pemerintah

Orde Baru terhadap rakyat kecil, termasuk dirinya. Kemarahan ini

membuatnya sangat sadar waras bahwa ia harus segera melawan

ketidakadilan, namun harus melawan kecemasan dan ketakutannya sendiri

terlebih dulu.

Page 27: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

21

6. Mempertanyakan arti dari kemerdekaan. Hingar bingar perayaan Hari

Kemerdekaan berbanding terbalik dengan yang ia dan kawan-kawannya

alami.

7. Wiji Thukul juga merasa kesepian dan kebosanan dengan rutinitas

bersembunyinya. Akhirnya ia merasa harus segera pergi dari tempat

persembunyiannya saat itu.

Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti dapat meneliti dan

menganalisis seluruh puisi yang ada dalam kumpulan puisi ―Para Jenderal

Marah-marah‖, agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih lengkap

mengenai konflik batin Wiji Thukul sewaktu menjadi buronan.

2. Konflik batin yang terjadi oleh Wiji Thukul ini kiranya dapat menjadi

pembelajaran bagi negara ini, terutama pemerintah, agar tidak mengulangi

dan dapat menyelesaikan permasalahan ini secara cepat di kemudian hari,

karena melalui konflik batin ini dapat diketahui bahwa pemerintahan yang

diktator dan melanggar HAM hanya akan memperburuk kehidupan

rakyatnya.

Page 28: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

22

REFERENSI

Ali, L. (Ed.). 1967. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia Sebagai Cermin Manusia

Indonesia Baru. Jakarta: Gunung Agung.

Astuti, T. A. (2011). Analisis Wacana van Dijk Terhadap Berita ―Sebuah Kegilaan Di

Simpang Kraft‖ di Majalah Pantau. Skripsi. Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Budiman, A. (1976). Chairil Anwar; Sebuah Pertemuan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Endraswara, S. (2008). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Medpress.

Eriyanto. (2008). Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS.

Gramsci, Antonio. 1976. Selections From The Prisson Notebooks, Quintin Hoare and

Nowell Smith (ed.). New York: International Publisher.

Hadiansyah, O. N. (2013). Pemikiran Wiji Thukul Tentang Orde Baru (Analisis Wacana

Kritis Teun A. van Dijk Mengenai Pemikiran Wiji Thukul Tentang Orde Baru

Pada Puisi ―Peringatan‖). Artikel. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia.

Hardjana, A. (1984). Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.

Mihardja, R. (2012). Sastra Indonesia. Jakarta: Laskar Aksara.

Pradopo, R. D. (2001). Penelitian Sastra Dengan Pendekatan Semiotik. Yogyakarta:

PT. Hanindita.

Prasetyo, S. A. (2012). Puisi Pelarian Wiji Thukul. Jurnal Dignitas, 8 (1), 89-113.

Rafiq, A. (2013). Teka-teki Wiji Thukul. Tempo edisi 13-19 Mei 2013.

Robet, R. (2013). Wiji Thukul dan Kejahatan Yang Berkelanjutan. Tempo edisi 13-19

Mei 2013.

Thukul, W. (2014). Nyanyian Akar Rumput. Jakarta: Gramedia.

Page 29: KONFLIK BATIN WIJI THUKUL DALAM KUMPULAN …...dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui seluk-beluk manusia, konflik dalam diri manusia, kesuksesan manusia, dapat dilaksanakan melalui

23

Winarni, R. (2013). Kajian Sastra. Salatiga: Widya Sari Press.

Wiyatmi. (2007). Psikologi Sastra: Teori dan Aplikasinya. Sleman: Kanwa Publisher.

van Dijk, T. A. (ed.) (1985). Handbook of Discourse Analysis, Vols 1–4. London:

Academic Press.