Konferensi Hukum Laut Jenewa 1958

8
KONFERENSI HUKUM LAUT JENEWA1958 1. KONVENSI I TENTANG LAUT TERITORIAL DAN JALUR TAMBAHAN • Tidak berhasil memutuskan mengenai lebar laut teritorial. • Laut teritorial adalah jalur yang terletak di sepanjang pantai suatu negara dan berada di bawah kedaulatan negara tersebut. (Pasal 1). • Kedaulatan negara atas laut teritorial juga mencakup ruang udara di atasnya dan dasar laut serta tanah di bawahnya. (Pasal 2). • Garis pasang surut (low water mark) sebagai garis pangkal biasa atau garis pangkal normal (normal base-line). (Pasal 3). • GPL digunakan dalam keadaan tertentu (Pasal 4 ayat (1)), yaitu: o Di tempat-tempat di mana pantainya banyak liku-liku tajam dan laut masuk jauh ke dalam; dan o Apabila terdapat deretan pulau yang letaknya tidak jauh dari pantai. • Syarat-syarat penarikan GPL (Pasal 4 ayat (2) (3) dan (4)): o Garis-garis lurus itu tidak boleh menyimpang terlalu jauh dari arah umum pantai dan bahwa bagian laut yang terletak pada sisi dalam (sisi darat) dari garis-garis itu harus cukup dekat pada wilayah daratan untuk dapat diatur oleh rezim perairan pedalaman; o Garis-garis lurus tidak boleh ditarik diantara dua pulau atau bagian daratan yang hanya timbul di atas permukaan air pada waktu surut, kecuali jika di atasnya didirikan mercusuar-

description

Konferensi Hukum Laut Jenewa 1958

Transcript of Konferensi Hukum Laut Jenewa 1958

KONFERENSI HUKUM LAUT JENEWA1958

1. KONVENSI I TENTANG LAUT TERITORIAL DAN JALUR TAMBAHAN Tidak berhasil memutuskan mengenai lebar laut teritorial. Laut teritorial adalah jalur yang terletak di sepanjang pantai suatu negara dan berada di bawah kedaulatan negara tersebut. (Pasal 1). Kedaulatan negara atas laut teritorial juga mencakup ruang udara di atasnya dan dasar laut serta tanah di bawahnya. (Pasal 2). Garis pasang surut (low water mark) sebagai garis pangkal biasa atau garis pangkal normal (normal base-line). (Pasal 3). GPL digunakan dalam keadaan tertentu (Pasal 4 ayat (1)), yaitu:o Di tempat-tempat di mana pantainya banyak liku-liku tajam dan laut masuk jauh ke dalam; dano Apabila terdapat deretan pulau yang letaknya tidak jauh dari pantai. Syarat-syarat penarikan GPL (Pasal 4 ayat (2) (3) dan (4)):o Garis-garis lurus itu tidak boleh menyimpang terlalu jauh dari arah umum pantai dan bahwa bagian laut yang terletak pada sisi dalam (sisi darat) dari garis-garis itu harus cukup dekat pada wilayah daratan untuk dapat diatur oleh rezim perairan pedalaman;o Garis-garis lurus tidak boleh ditarik diantara dua pulau atau bagian daratan yang hanya timbul di atas permukaan air pada waktu surut, kecuali jika di atasnya didirikan mercusuar-mercusuar atau instalasi-instalasi serupa yang setiap saat ada di atas permukaan air;o Penarikan garis pangkal tidak boleh dilakukan sedemikian rupa sehingga memutuskan hubungan laut teritorial negara lain dengan laut lepas. Perairan pedalaman adalah perairan pada sisi darat dari garis pangkal laut teritorial. (Pasal 5). Pada perairan ini kapal-kapal asing mempunyai HLD. Dengan demikian pasal ini menciptakan sebuah konsep baru yaitu suatu bagian dari perairan wilayah yang berbentuk perairan pedalaman tetapi dengan rezim hukum yang serupa dengan laut teritorial. Panjang maksimum closing line sebuah teluk adalah 24 mil (dua kali lebar maksimum laut teritorial). (Pasal 7 (4)). Semua kapal termasuk kapal asing mempunyai HLD. (Pasal 14). Lintas adalah pelayaran melalui laut teritorial baik dengan maksud untuk melewati laut teritorial itu tanpa memasuki perairan pedalaman maupun untuk melanjutkannya ke perairan pedalaman atau menuju laut lepas dari perairan pedalaman (Pasal 14 ayat (2)). Lintas termasuk berhenti dan membuang sauh sepanjang diperlukan dalam pelayaran biasa (normal) atau karena force majeur atau karena keadaan bahaya (distress). Artinya apabila berhentinya kapal atau pembuangan sauh tersebuttidak diperlukan dalam pelayaran normal, atau bukan karena force majeur, atau karena keadaan bahaya maka hal tersebut bukan merupakan lintas. Pengertian lintas adalah unsur pokok pertama dari pengertian lintas damai, jadi jika suatu pelayaran tidak memenuhi syarat lintas berarti bukan merupakan lintas damai, walaupun unsur pokok kedua (sifat damai) dipenuhi. (Pasal 14 (3)). Suatu lintas adalah damai sepanjang tidak bertentangan dengan perdamaian, ketertiban, atau keamanan negara pantai. Lintas yang demikian harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan HI. (Pasal 14 (4)). Lintas dari kapal-kapal penangkap ikan asing harus tidak dianggap sebagai damai jika tidak mematuhi hukum dan perundang-undangan negara pantai yang mungkin dibuat dan diberlakukan dalam rangka mencegah kapal-kapal ini melakukan penangkapan ikan dalam laut teritorial. (Pasal 14 (5)). Kapal-kapal selam diharuskan berlayar di atas permukaan air dan menunjukkan benderanya. (pasal 14 (6)). Negara pantai berhak mengatur lalu lintas kapal untuk mencegah lalu lintas yang merugikan kepentingannya. (Pasal 16 (1)). Kapal asing wajib mentaati undang-undang dan peraturan negara pantai untuk mengatur lalu lintas pelayarannya. Namun bukan berarti negara pantai dapat dengan bebas mencegah atau menghalangi semua lintas kapal asing dalam laut teritorialnya. (Pasal 16 (2)). Syarat-syarat bagi negara pantai untuk mencegah lintas kapal asing dalam laut teritorialnya:o Tindakan tidak boleh bersifat diskriminatif antar kapal asing;o bersifatLarangan harus bersifat terbatas baik waktu maupun tempatnya sementara dan hanya berlaku pada bigian-bagian tertentu dari laut teritorialnya;o Larangan tidak bersifat mutlak, hanya bersifat menangguhkan saja. Terhadap kapal-kapal pemerintah yang digunakan dalam pelayaran niaga yang melakukan lintas di laut teritorial negara pantai, maka negara pantai berhak untuk memungut bayaran, serta mempunyai yurisdiksi kriminal dan perdata (tertentu) terhadapnya. Sedangkan terhadap kapal pemerintah yang bukan kapal perang, berlaku ketentuan umum lintas damai. Dalam hal kapal perang tidak menaati peraturan-peraturan negara pantai tentang lalu lintas dalam laut teritorialnya dan tidak menghiraukan permintaan negara pantai untuk memenuhi peraturan tersebut, maka negara pantai berhak memerintahkan agar kapal tersebut meninggalkan laut teritorialnya.2. KONVENSI II TENTANG LAUT LEPAS Laut lepas adalah setiap bagian laut yang tidak merupakan laut teritorial atau laut pedalaman suatu negara. (Pasal 1). Empat prinsip kebebasan laut lepas:o Kebebasan pelayaran;o Kebebasan menangkap ikan;o Kebebasan untuk memasang kabel dan saluran-saluran pipa bawah permukaan laut;o Kebebasan untuk terbang di atas laut lepas. Pasal 5 mengatur mengenai kebangsaan, registrasi dan bendera kapal.perompakan di laut. Pasal 14-21 Pasal 22 mengatur syarat agar kapal perang dapat dibenarkan menghentikan dan memeriksa suatu kapal asing adalah apabila terdapat kecurigaan bahwa:o Kapal itu terlibat perompakan;o Terlibat perdagangan budak;o Walaupun mengibarkan bendera asing atau menolak menunjukkan bendera, kapal itu sebenarnya sekebangsaan dengan kapal yang memeriksa. Pasal 23 mengatur mengenai hot pursuit, yang mengandung unsur-unsur hot pursuitbaru jika dibandingkan dengan Konferensi Den Haag 1930 dapat dimulai tidak hanya jika kapal yang melakukan pelanggaran itu, barada di laut teritorial, tetapi juga jika melakukan pelanggaran di jalur tambahan, dengan syarat bahwa perbuatan yang dilakukan itu merupakan pelanggaran terhadap salah satu kepentingan dari diadakannya jalur tambahan itu. Diatur juga pengejaran yang dilakukan oleh kapal terbang, dan ketentuan tentang pembayaran ganti kerugian jika kapal asing yang dikejar itu menderita kerugian akibat suatu pengejaran yang tidak dapat dibenarkan atau tidak memenuhi syarat sebagai pengejaran seketika.3. KONVENSI III TENTANG PERIKANAN DAN PERLINDUNGAN KEKAYAAN HAYATI LAUT LEPAS.

Bertujuan untuk menggalang kerja sama internasional dalam pencegahan dan penanggulangan sumber kekayaan hayati di laut lepas. Pasal 1 (1) mengakui nelayan negara-negara untuk melakukan penangkapan ikan di laut lepas namun dengan pembatasan-pembatasan: o yang ditentukan dalam perjanjian-perjanjian negara mereka dengan negara lain;o kepentingan dan hak-hak negara pantai;o ketentuan-ketentuan mengenai perlindungan perikanan sebagaimana ditetapkan dalam konvensi ini. Selanjutnya ayat (2) menegaskan kewajiban negara-negara untuk mengadakan tindakan-tindakan yang diperlukan bagi perlindungan kekayaan hayati laut, baik secara sepihak maupun melalui kerja sama dengan negara-negara lain. Sistematika pembahasan perlindungan perikanan dalam konvensi ini:o Perlindungan perikanan dan kekayaan hayati laut lepas yang berjauhan dari pantai negara yang nelayan-nelayannya menangkap ikan di sana;o Perlindungan perikanan dan kekayaan hayati laut lepas yang berbatasan dengan laut teritorial salah satu pihak;o Kepentingan istimewa suatu negara pantai dalam perlindungan perikanan dan kekayaan hayati laut lepas yang tidak berbatasan dengan pantainya sedangkan nelayan-nelayannya tidak menangkap ikan di sana.4. KONVENSI IV TENTANG LANDAS KONTINEN Landas kontinen merujuk pada:a) Dasar laut dan tanah bawah dari daerah-daerah dasar laut yang berdekatan dengan pantai tetapi di luar daerah laut teritorial, sampai pada kedalaman 200 meter, atau di luar batas itu sampai pada kedalaman air yang memungkinkan eksploitasi sumber-sumber daya alam di daerah-daerah yang disebutkan itu;b) Dasar laut dan tanah bawah dari daerah-daerah dasar laut yang sama yang berdekatan dengan pantai dari pulau-pulau. Hak-hak negara pantai atas landas kontinen adalah:a) Negara pantai menikmati hak-hak kedaulatan atas landas kontinen itu untuk maksud mengeksplorasinya dan mengeksploitasi sumber-sumber daya alamnya;b) Hak-hak tersebut bersifat eksklusif, artinya jika negara pantai tidak mampu mengeksplorasi landas kontinen atau mengeksploitasi sumber-sumber daya alamnya, maka negara lain tidak dapat menjalankan aktifitas-aktifitas itu atau mengajukan klaim terhadap landas kontinen tersebut tanpa persetujuan tegas dari negara pantai;c) Hak-hak negara pantai atas landas kontinen itu tidak tergantung pada pendudukan (occupation) baik secara efektif maupun secara anggapan, ataupun atas dasar pengumuman yang tegas;d) Sumber-sumber daya alam terdiri atas mineral dan sumber-sumber non-hayati lain dari dasar laut dan tanah di bawahnya, juga organisme-organisme hayati yang termasuk spisies menetap seperti organisme yang, pada tahap dapat dipanen, baik yang tidak mampu bergerak di atas atau di bawah dasar laut atau tidak mampu berpindah kecuali dalam kontak fisik yang konstan dengan dasar laut atau tanah di bawahnya. Pasal 4 menyatakan bahwa dalam melaksanakan hak-haknya untuk melakukan eksplorasi landas kontinen dan eksploitasi kekayaan alam di dalamnya, negara pantai tidak boleh menghalang-halangi pemasangan kabel dan saluran pipa di atas dasar landas kontinen. Pasal 5 menyatakan bahwa pelaksanaan hak-hak negara pantai atas landas kontinen tidak boleh mengakibatkan gangguan terhadap pelayaran, penangkapan ikan atau tindakan-tindakan perlindungan kekayaan hayati laut, serta tidak boleh pula mengganggu penyelidikan oceanografi dan penyelidikan ilmiah lainnya yang dilakukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Sedangkan bagi pihak-pihak yang hendak melakukan penyelidikan ilmiah di landas kontinen, terlebih dulu harus ada ijin dari negara pantai dan kemudian wajib mengumumkan hasil-hasil penelitian itu secara terbuka.