Konferensi Potsdam

63
1. Konferensi Potsdam Guna menyelesaikan konflik antara pihak Sekutu dan Jerman maka diadakan Konferensi Potsdam pada tanggal 2 Agustus 1945. Konferensi tersebut dihadiri oleh Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman, pemimpin Uni Sovietjoseph Stalin, dan perwakilan pemerintah Inggris Clement Richard Attlee. Keputusan yang dihasilkan dalam konferensi ini adalah sebagai berikut. Jerman dibagi atas empat daerah pendudukan. Jerman Timur (termasuk Berlin Timur) dikuasai oleh Uni Soviet. Jerman Barat (termasuk Berlin Barat) dikuasai oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis. Danzig dan daerah Jerman di bagian* timur Sungai Oder dan Neisse diberikan kepada Polandia. Dilakukan demiliterisasi terhadap Jerman. Penjahat perang harus dihukum. Jerman harus membayar ganti rugi perang. 2. Perjanjian Perdamaian antara Sekutu dan Jepang Perjanjian perdamaian antara Sekutu dengan Jepang dilakukan pada tahun 1945. Perjanjian ini menghasilkan keputusan sebagai berikut. Kepulauan Jepang untuk sementara berada di bawah kontrol Amerika Serikat. Kepulauan Kuril dan Sakhalin diberikan kepada Uni Soviet, sedangkan Taiwan dan Mancuria diserahkan kepada Cina. Kepulauan-kepulauan Jepang di Pasifik diserahkan kepada Amerika Serikat. Korea akan dimerdekakan dan untuk sementara waktu bagian selatan Korea akan diduduki oleh Amerika Serikat sedangkan bagian utara diduduki oleh Uni Soviet. 3. Perjanjian Perdamaian antara Sekutu dan Italia Peijanjian Sekutu dengan Italia dilaksanakan pada tahun 1945 di Paris, Prancis. Perjanjian ini menghasilkan keputusan sebagai berikut. Daerah Italia diperkecil. Trieste menjadi negara merdeka di bawah PBB. Abesinia dan Albania dimerdekakan kembali. Semua jajahan Italia di Afrika Utara diambil Inggris. Italia harus membayar kerugian perang. 4. Perjanjian Perdamaian antara Sekutu dan Austria Peijanjian Sekutu dengan Austria dilaksanakan pada tahun 1945. Peijanjian ini menghasilkan keputusan sebagai berikut. Kota Wina dibagi atas empat daerah pendudukan di bawah Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet. Syarat-syarat lain belum dapat ditentukan pada saat itu, karena keempat negara Sekutu tersebut belum dapat mengadakan persetujuan.

description

Pemerintahan

Transcript of Konferensi Potsdam

1. Konferensi Potsdam

Guna menyelesaikan konflik antara pihak Sekutu dan Jerman maka diadakan Konferensi Potsdam pada tanggal 2 Agustus 1945. Konferensi tersebut dihadiri oleh Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman, pemimpin Uni Sovietjoseph Stalin, dan perwakilan pemerintah Inggris Clement Richard Attlee. Keputusan yang dihasilkan dalam konferensi ini adalah sebagai berikut.• Jerman dibagi atas empat daerah pendudukan. Jerman Timur

(termasuk Berlin Timur) dikuasai oleh Uni Soviet.Jerman Barat (termasuk Berlin Barat) dikuasai oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis.

• Danzig dan daerah Jerman di bagian* timur Sungai Oder dan Neisse diberikan kepada Polandia.

• Dilakukan demiliterisasi terhadap Jerman.• Penjahat perang harus dihukum.• Jerman harus membayar ganti rugi perang.

2. Perjanjian Perdamaian antara Sekutu dan Jepang

Perjanjian perdamaian antara Sekutu dengan Jepang dilakukan pada tahun 1945. Perjanjian ini menghasilkan keputusan sebagai berikut.• Kepulauan Jepang untuk sementara berada di bawah kontrol Amerika Serikat.• Kepulauan Kuril dan Sakhalin diberikan kepada Uni Soviet, sedangkan Taiwan

dan Mancuria diserahkan kepada Cina. Kepulauan-kepulauan Jepang di Pasifik diserahkan kepada Amerika Serikat. Korea akan dimerdekakan dan untuk sementara waktu bagian selatan Korea akan diduduki oleh Amerika Serikat sedangkan bagian utara diduduki oleh Uni Soviet.

3. Perjanjian Perdamaian antara Sekutu dan Italia

Peijanjian Sekutu dengan Italia dilaksanakan pada tahun 1945 di Paris, Prancis. Perjanjian ini menghasilkan keputusan sebagai berikut.• Daerah Italia diperkecil.• Trieste menjadi negara merdeka di bawah PBB.• Abesinia dan Albania dimerdekakan kembali.• Semua jajahan Italia di Afrika Utara diambil Inggris.• Italia harus membayar kerugian perang.

4. Perjanjian Perdamaian antara Sekutu dan Austria

Peijanjian Sekutu dengan Austria dilaksanakan pada tahun 1945. Peijanjian ini menghasilkan keputusan sebagai berikut.• Kota Wina dibagi atas empat daerah pendudukan di bawah Amerika Serikat,

Inggris, Prancis, dan Uni Soviet.• Syarat-syarat lain belum dapat ditentukan pada saat itu, karena keempat negara

Sekutu tersebut belum dapat mengadakan persetujuan.5. Perjanjian Perdamaian antara Sekutu dan Hongaria, Rumania, serta

FinlandiaPerjanjian perdamaian antara Sekutu dan Hongaria, Rumania, serta Finlandia

dilaksanakan di Paris tahun 1945. Perjanjian tersebut menghasilkan keputusan sebagai berikut.• Wilayah setiap negara tersebut diperkecil.• Setiap negara tersebut harus membayar ganti rugi perang.

Pefang Dunia II membawa dampak yang sangat besar bagi dunia. Dampak tersebut sangat dirasakan di berbagai bidang kehidupan seperti di bidang politik, ekonomi, maupun sosial.

1. Bidang Politik

Dampak di bidang politik adalah tampilnya dua negara adikuasa, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai pemenang perang. Masing- masing pihak menjadi kutub politik dunia. Amerika Serikat menjadi poros demokrasi-liberal, sedangkan Uni Soviet menjadi poros sosialis komunis.

Akibat yang lain adalah munculnya negara-negara merdeka di Asia, seperti Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka, dan Filipina. Selain itu, teijadi persaingan pengaruh dari dua negara adikuasa yang menyebabkan terpecahnya beberapa negara. Hal ini tampak dari pembagian Jerman, Korea, dan Vietnam berdasarkan ideologi demokrasi liberal dan sosialis- komunis.

2. Bidang Ekonomi

Dampak di bidang ekonomi adalah tampilnya Amerika Serikat sebagai negara kreditor di seluruh dunia. Amerika Serikat melancarkan program Marshall Plan untuk membantu perekonomian negara-negara Eropa Barat.

Pasca Perang Dunia II perekonomian dunia terbagi atas sistem ekonomi liberal, sistem ekonomi terpusat pada negara, dan sistem ekonomi campuran. Sistem ekonomi liberal berlaku di negara-negara kapitalis, sistem ekonomi terpusat pada negara berlaku di negara-negara komunis, dan sistem ekonomi campuran berlaku di negara-negara yang baru merdeka.

3. Bidang Sosial

Dampak di bidang sosial adalah munculnya gerakan sosial untuk membantu memulihkan kesejahteraan rakyat yang porak-poranda akibat perang. Timbul inisiatif untuk mendirikan lembaga internasional yang memiliki wibawa dalam memelihara perdamaian dunia. Inisiatif itu datang dari F.D. Roosevelt (Presiden Amerika Serikat) yang diteruskan olehpenggantinya Harry S. Truman, Winston Churchill (Perdana Menteri Inggris), danjoseph Stalin (pemimpin Uni Soviet). Inisiatif itu terlaksana dengan berdirinya United Nations atau Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan organisasi dunia yang senantiasa memecahkan persoalan dan pertikaian demi kesejahteraan umat manusia di dunia. Organisasi ini bermarkas di Lake Succes, New York, Amerika Serikat.

1. latar Belakang Berdirinya PBB -

Pada saat Perang Dunia II berkecamuk, Perdana Menteri Inggris Winston Churchill dan Presiden Amerika Serikat F.D. Roosevelt mengadakan pertemuan di atas kapal Agusta di Teluk New Founland. Pertemuan tanggal 14 Agustus 1941 itu menghasilkan suatu piagam yang disebut Atlantic Charter.

Piagam ini menjadi dasar berdirinya organisasi internasional yang baru untuk menggantikan Liga Bangsa-Bangsa (LBB). Karena organisasi tersebut gagal dalam menjalankan tugasnya untuk menciptakan perdamaian di dunia.

Empat kesepakatan Atlantic Charter adalah sebagai berikut.

• Tidak dibenarkan adanya usaha perluasan wilayah.•Setiap bangsa berhak untuk menentukan nasibnya sendiri.• Setiap bangsa mempunyai hak untuk ikut serta dalam perdagangan dunia.• Perdamaian dunia harus diciptakan agar setiap bangsa hidup bebas dari rasa

takut dan kemiskinan.

Sebagai kelanjutan dari kesepakatan Atlantic Charter, diadakan konferensi di Dumbarton Oak (dekat Washington) pada tanggal 1 Januari 1942. Dalam pertemuan tersebut disepakati pembentukan sebuah lembaga yang bertugas untuk menyelesaikan konflik internasional. Presiden Amerika Serikat F.D. Roosevelt kemudian mengusulkan nama lembaga tersebut United Nations.

Pada tanggal 26 Juni 1945 diadakan sebuah konferensi di kota San Francisco, Amerika Serikat. Pertemuan yang dihadiri oleh 50 negara tersebut disponsori oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Uni Soviet, dan Cina (the big Jive). Dalam pertemuan tersebut berhasil dirumuskan United Nations Charter (Piagam PBB) yang kelak menjadi landasan bagi kegiatan PBB. Piagam PBB berisi tentang pengakuan terhadap hak setiap bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri (right of self determination).

Pada tanggal 24 Oktober 1945, diadakan konferensi di San Fransisco untuk mengesahkan pendirian PBB. Tanggal tersebut kemudian secara resmi diakui sebagai tanggal berdirinya PBB. Tujuan didirikannya PBB seperti berikut ini.• Memelihara perdamaian dan keamanan internasional.• Mengembangkan hubungan persaudaraan antarbangsa.• Mengadakan keija sama internasional dalam bidang ekonomi, sosial,

budaya, dan keamanan.• Sebagai pusat penyelarasan segala tindakan bersama terhadap negara yang

membahayakan perdamaian dunia.Asas PBB seperti berikut ini.

• Semua anggota mempunyai persamaan derajat dan kedaulatan.• Setiap anggota akan menyelesaikan segala persengketaan dengan j alan damai

tanpa membahayakan perdamaian, keamanan, dan keadilan.• Setiap anggota memberikan bantuan kepada PBB sesuai dengan Piagam PBB.• PBB tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara anggotanya.

2. Badan-Badan di Bawah PBB

PBB memiliki badan-badan untuk mengurus masalah yang berhubungan dengan setiap bidang kehidupan. Badan-badan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Majelis Umum (General Assembly)Majelis Umum berfungsi sebagai badan legislatif PBB yang anggotanya terdiri

atas semua wakil dari negara-negara anggota. Setiapnegara anggota memiliki wakil tidak lebih dari lima orang.Sidang Majelis Umum berlangsung satu kali dalam satu tahun.Bila Dewan Keamanan atau sebagian besar dari anggota Majelis Umum meminta diadakan sidang luar biasa maka Majelis Umum dapat mengadakan sidang istimewa.

Ketua Majelis Umum dipilih oleh anggota untuk satu kali persidangan. Semua negara anggota mempunyai hak yang sama. Keputusan dalam Sidang Majelis Umum diambil melalui voting (pemungutan suara).

Tugas Majelis Umum seperti berikut ini.• Memajukan kerja sama internasional dalam bidang politik dan

memajukan perkembangan hukum internasional.• Memajukan kerja sama internasional dalam lapangan sosial, ekonomi,

pendidikan, kebudayaan, dan kesehatan.• Membantu pelaksanaan hak asasi manusia dan kemerdekaan bagi semua

bangsa di seluruh dunia.• Pembentukan anggaran belanja dan pendapatan PBB.

b.Dewan Keamanan (Security Council)Dewan Keamanan terdiri dari lima belas anggota, yaitu lima 'anggota

tetap yang memiliki hak veto (Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Uni Soviet, dan Cina) dan sepuluh anggota tidak tetap yang dipilih oleh Majelis Umum dengan masa jabatan dua tahun. Hak veto adalah hak membatalkan keputusan Dewan Keamanan.

Tugas Dewan Keamanan seperti berikut ini.• Memelihara perdamaian dunia dan keamanan internasional.• Menyelesaikan sengketa dengan cara damai.• Mengambil tindakan-tindakan terhadap negara yang

mengancam perdamaian dunia.Jika dalam penyelesaian persengketaan internasional secara damai tidak

berhasil maka Dewan Keamanan dapat memberikan sanksi kepada anggota yang bersangkutan. Sanksi tersebut berupa pemutusan hubungan diplomatik, ekonomi, dan lalu lintas. Namun jika tidak berhasil juga, Dewan Keamanan dapat menggunakan kekuatan militer gabungan PBB. Kekuatan militer ini terdiri atas pasukan-pasukan bersenjata dari beberapa negara anggota.

c. Dewan Ekonomi dan Sosial (Economic and Social Council)Dewan Ekonomi dan Sosial ini terdiri atas 27 anggota yang dipilih oleh Majelis

Umum untuk masa jabatan tiga tahun. Tugas Dewan Ekonomi dan Sosial seperti berikut ini.• Mengadakan penyelidikan dan menyusun penyelesaian masalah ekonomi,

sosial, pendidikan, dan kesehatan di seluruh dunia.

• Membuat rencana perj anj ian tentang masalah tersebut dengan negara- negara anggota untuk diajukan kepada Majelis Umum.

• Mengadakan pertemuan-pertemuan internasional tentang hal-hal yang termasuk tugas dan wewenangnya.Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Ekonomi dan Sosial ini dibantu oleh

badan-badan khusus, seperti:• Food and Agriculture Organization (FAO) merupakan organisasi pangan dan

pertanian dunia.• World Health Organization (WHO) merupakan organisasi kesehatan sedunia.• International Labour Organization (ILO) merupakan organisasi buruh

internasional.• International Monetary Fund (IMF) merupakan dana moneter internasional.• International Atomic Energy Agency (IAEA) merupakan badan tenaga atom

internasional.• International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) merupakan barfk

internasional untuk membantu pembangunan dan rekonstruksi negara-negara berkembang.

• Universal Postal Union (UPU) merupakan perhimpunan pos sedunia.• International Telecommunication Union (ITU) merupakan persatuan

telekomunikasi internasional.• United Nations High Commisionerfor Refugees (UNHCR) merupakan organisasi

PBB yang mengurus masalah pengungsi.• United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO)

merupakan organisasi PBB yang mengurus bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.

• United Nations Children Fund (UNICEF) merupakan badan PBB yang mengurusi anak-anak.

d. Dewan Perwalian (Trusteeship Council)Dewan Perwalian adalah salah satu badan PBB yang bertugas mengawasi dan

memajukan daerah perwaliannya. Sistem pemerintahan pada daerah perwalian diserahkan kepada PBB. Daerah perwalian adalah daerah-daerah jajahan yang dilepaskan oleh musuh-musuh Sekutu setelah Perang Dunia II, seperti daerah jajahan Jerman, Italia, dan Jepang. Dewan Perwalian mempunyai wewenang mempertimbangkan permohonan rakyat daerah perwalian dan mengunjungi daerah perwalian secara berkala. Anggota Dewan Perwalian adalah sebagai berikut.• Negara yang ditugaskan oleh PBB untuk memerintah daerah perwalian.• Anggota Dewan Keamanan PBB.• Anggota lain yang dipilih Majelis Umum untuk waktu tiga tahun.

e. Mahkamah Internasional (International Court of Justice)Mahkamah Internasional berkedudukan di Den Haag, Belanda. Badan ini

mempunyai lima belas orang hakim internasional yang berasal dari lima belas negara anggota PBB. Para hakim tersebut dipilih oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan untuk masa jabatan sembilan tahun. Tugas Mahkamah Internasional adalah mengadili dan memutuskan perselisihan- perselisihan internasional dengan pedoman dari perjanjian-perjanjian internasional, adat kebiasaan internasional, asas hukum yang berlaku bagi bangsa-bangsa yang beradab, yurisprudensi, serta pendapat-pendapat ahli hukum.f. Sekretariat (Secretary)

Badan ini dipimpin oleh seorang sekretaris jenderal yang diangkat oleh Majelis Umum atas usul Dewan Keamanan PBB dengan masa jabatan lima tahun. Sekretaris jenderal bertugas menyelenggarakan pekerjaan administrasi PBB. Tokoh

yang pernah menjadi Sekretaris Jenderal PBB adalah sebagai berikut.• Trigve Lie dari Norwegia (1946-1953).• Dag Hammarskjold dari Swedia (1953-1961).• U Than dari Myanmar (1961-1971).• Kurt Waldheim dari Austria (1972-1981).• Javier Perez de Cuellar dari Peru (1982-1991).• Butros-Butros Ghali dari Mesir (1991-1996).• Kofi Anan dari Ghana (1997-2006). .• Ban Ki-Moon dari Korea Selatan (2007-sekarang).

3. Keanggotaan PBB

Keanggotaan PBB ada dua macam, yaitu anggota asli dan anggotatambahan. Anggota asli (original members), yaitu 50 negara yang ikut serta menandatangani United Nations Charter pada Konferensi San Francisco tanggal 26 Juni 1945. Anggota tambahan, yaitu negara-negara anggota PBB yang masuk berdasarkan persyaratan yang diatur oleh anggota itu sendiri. Sampai saat ini, negara anggota PBB sebanyak 192 negara.

Pasca Perang Dunia II muncul negara-negara baru di Asia dan Afrika. Negara-negara baru tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Cina

Pada akhir Perang Dunia II, Cina muncul sebagai negara besar dan menjadi salah satu dari the big five. Cina yang dimaksud adalah Cina Nasionalis di bawah Presiden Chiang Kai Shek. Sementara itu terjadi bentrokan antara goiongan nasionalis (Kuo Min Tang) dengan golongan komunis (Kung Chang Tang). Kedua golongan itu mempunyai ideologi yang berbeda. Walaupun telah diadakan perundingan untuk menghentikan perselisihan, namun tidak membuahkan hasil.Akibatnya, perang tidak dapat dihindari dan meletus pada tahun 1946.

Pada mulanya, Chiang Kai Shek dapat menguasai keadaan, tetapi ketika tentara komunis pimpinan Mao Tse Tung mulai melancarkan serangan terus-menerus, Chiang Kai Shek bersama pengikut-pengikutnya yang setia terpaksa meninggalkan daratan Cina dan menyingkir ke Pulau Taiwan sampai sekarang.

Setelah seluruh daratan Cina jatuh ke tangan Kung Chang Tang, maka pada tanggal 1 Oktober 1949 diproklamasikan berdirinya Republik Rakyat Cina dengan ibu kotanya Beijing. Mao Tse Tung diangkat sebagai presiden pertama. Pemerintahan Cina segera diakui oleh Uni Soviet dan negara-negara komunis lainnya. Beberapa waktu kemudian negara- negara nonkomunis juga mulai mengakuinya, seperti Myanmar, India, Inggris, Prancis, dan lain-lain. Sedangkan Amerika Serikat tidak mengakui pemerintahan Mao Tse Tung, tetapi mengakui pemerintahan Chiang Kai Shek di Taiwan. Amerika Serikat juga menentang hadirnya Cina di PBB.

2. Korea

Setglah berakhirnya Perang Dunia II, daerah jajahan Jepang di Asia Timur mengalami peralihan kekuasaan. Hal tersebut diatur oleh Sekutu dalam

Perundingan Moskow tahun 1945. Dalam perundingan tersebut dijelaskan selama lima tahun Korea di bawah pengawasan Dewan Perwalian dan dibagi menurut garis 38° LU. Korea Utara dengan pusatnya di Pyongyang di bawah pengawasan Uni Soviet. Sedangkan Korea Selatan dengan pusatnya Seoul di bawah pengawasan Amerika Serikat. Amerika Serikat membentuk Republik Korea Selatan dengan Syngman Rhee sebagai presiden, meskipun demikian tentara Amerika Serikat tetap menduduki wilayah tersebut. Kemudian Uni Soviet mengimbangi dengan membentuk Republik Demokrasi Korea dengan Kim II Sung sebagai presiden, tetapi Uni Soviet meninggalkan negara tersebut pada bulan September 1948.

Pada tanggal 25 Juni 1950, Korea Utara menyerang Korea Selatan dan menyerbu kota Seoul, Inchon, dan Pusan. Dewan Keamanan PBB dalam sidang yang tidak dihadiri Uni Soviet menetapkan Korea Utara sebagai agresor. Untuk membela Korea Selatan dibentuk pasukan PBB yang berasal dari enam belas negara. Presiden Harry S. Truman mengangkat Jenderal Douglas MacArthur sebagai panglima tertinggi pasukan PBB untuk membebaskan Korea Selatan. Menurut MacArthur, demi keamanan sebaiknya Korea menjadi satu negara. Oleh karena itu, operasi perlu dilanjutkan sampai melampaui garis demarkasi dan merebut Pyongyang.

Dalam keadaan terdesak, Korea Utara mendapat bantuan dari Cina yang menerjunkan puluhan ribu pasukannya. Akibatnya, pasukan PBB di bawah pimpinan MacArthur kembali ke daerah Korea Selatan sampai garis 38° LU. Pada tahun 1951, pasukan Korea Utara dapat menduduki Seoul. Dalam serbuan tersebut, Jenderal W.H. Walker dari Amerika Serikat tewas, ia kemudian digantikan oleh Jenderal Matthew Ridgway yang berhasil membebaskan kembali Korea Selatan. Atas desakan Amerika Serikat, Dewan Keamanan PBB memutuskan Cina bersalah. Oleh karena itu, dilakukan embargo terhadap Cina.

Menurut MacArthur, operasi militer harus dilanjutkan sampai ke Cina dan Mancuria sebagai sumber agresi. Tetapi pendapat MacArthur ditentang oleh negara-negara Sekutu dan juga menimbulkan penilaian kurang baik terhadap Amerika Serikat. Demi kepentingan politik Amerika Serikat, akhirnya Jenderal MacArthur ditarik oleh Presiden Harry S. Truman dan digantikan oleh Jenderal Ridgway sebagai panglima pasukan PBB di Korea. Guna menghentikan perang, diadakan Perjanjian Kaesong, namun tidakmembawa hasil. Sementara itu, pertempuran terus berlangsung. Jenderal Mark Clark yang menggantikan Ridgway memerintahkan pemboman terhadap pembangkit listrik Korea Utara di Sungai Yalu, sehingga timbul reaksi dari Uni Soviet dan Cina yang membela Korea Utara.

Perang Korea baru berakhir pada tanggal 27 Juli 1953 setelah Amerika Serikat, Cina, dan Korea Utara menandatangani perjanjian genjatan senjata. Pihak Korea Selatan menolak menandatangani perjanjian tersebut, namun berjanji untuk menghormatinya.

3. Malaysia

Setelah Perang Dunia II, pemerintah Inggris kembali berkuasa di Semenanjung Malaya. Sebagai langkah perubahan pemerintahan, pada tahun 1946 dibentuk Union of Malaya. Uni tersebut terdiri dari sembilan negeri, yaitu Pahang, Perak, Selangor, Kedah, Kelantan, Perlis, Trengganu, Malaka, dan Penang. Pada tahun 1948, Union of Malaya statusnya ditingkatkan menjadi Federation of Malaya.

Seperti wilayah jajahan Inggris di Semenanjung Malaya, setelah Perang Dunia II berakhir wilayah Kalimantan Utara (Sabah dan Serawak) juga mengalami peralihan kekuasaan. Sebelum pasukan Jepang masuk ke daerah tersebut pada tahun 1941, Serawak diperintah oleh keluarga James Brooke. Pada tahun 1946, pemerintah

Inggris menjadikan Sabah dan Serawak sebagai crown colony.Terjadi perundingan antara pemerintah Inggris dengan Federation of Malaya

yang menghasilkan pengakuan kemerdekaan dan terbentuknya Perserikatan Tanah Melayu. Pada tahun 1957, Perserikatan Tanah Melayu yang beribu kota di Kuala Lumpur bergabung dalam Commonwealth of Nations.

4. Singapura

Pada tahun 1946, Singapura menjadi crown colony dari Kerajaan Inggris. Kedudukannya sama dengan negara-negara di Malaka. Kemudian, pada tahun 1959 Singapura mendapat pemerintahan sendiri sebagai negara merdeka. Selanjutnya pada bulan November 1963, Sabah, Serawak, dan Singapura bergabung dengan Malaysia. Tetapi sejak 9 Agustus 1965, Singapura menarik diri dari Malaysia dan menjadi Republik Singapura sampai sekarang.

5. Vietnam

Sejak tahun 1940, Vietnam yang menjadi jajahan Prancis diduduki oleh Jepang. Vietnam dijadikan basis oleh Jepang untuk penyerbuan ke Semenanjung Malaya. Sementara itu terjadi gerakan bersenjata yang menentang Jepang. Gerakan tersebut bernama Vietminh atau Vietnam Doc Lap Dong Minh Hoa (Persatuan Kemerdekaan Vietnam) yang dipimpin oleh Nguyen Ai Quoc yang lebih dikenal dengan nama Ho Chi Minh. Pasukan Vietminh berhasil menguasai Vietnam bagian utara, sedangkan pihak Jepang mengangkat Kaisar Bao Dai sebagai pimpinan Vietnam. Setelah Jepang menyerah, Kaisar Bao Dai diturunkan dari takhta.

1Setelah Perang Dunia II, Vietnam dibagi atas Vietnam Utara dan Vietnam

Selatan menurut garis 17° LU. Vietnam Utara diduduki oleh Cina, sedangkan Vietnam Selatan diduduki oleh Inggris. Cina kemudian menginginkan Vietnam sebagai negara Asia yang merdeka, sedangkan Inggris menginginkan Prancis menjajah kembali Vietnam. Di daerah pendudukan Cina, Ho Chi Minh memproklamasikan berdirinya negara Vietnam Utara. Guna mengimbangi Vietnam Utara, Prancis kemudian mengangkat Kaisar Bao Dai menjadi kepala negara Vietnam Selatan.

Inggris dan Amerika Serikat mengakui pemerintahan Bao Dai, sedangkan Uni Soviet dan Cina mengakui Ho Chi Minh. Di bawah Jenderal Nguyen Giap, pada tahun 1954, Vietnam Utara melancarkan serangan dan berhasil merebut benteng terakhir pasukan Prancis di Dien Bien Phu yang dipertahankan oleh Kolonel De Castries.

Dalam Perjanjian Jenewa tahun 1954 disepakati membagi dua, Vietnam menjadi Vietnam Utara di bawah Ho Chi Minh dan Vietnam Selatan di bawah Bao Dai. Karena Bao Dai tidak mau kembali ke Vietnam Selatan, akhirnya ia digantikan oleh Perdana Menteri Ngo Dinh Diem. Melalui referendum pada tahun 1956, Vietnam Selatan berubah menjadi republik dan Ngo Dinh Diem diangkat sebagai presiden.

Pasukan Vietnam Utara melakukan perang ke wilayah Vietnam Selatan. Vietnam Utara mendapat bantuan dari Cina dan Uni Soviet, sedangkan Vietnam Selatan mendapat bantuan dari Amerika Serikat. Akibatnya, pecah Perang Vietnam yang secara tidak langsung melibatkan negara-negara besar.

6. Kamboja

Sesudah Perang Dunia II, Kamboja menjadi negara merdeka di bawah pimpinan Norodom Sihanouk. Pada tahun 1947, Kamboja maju selangkah menjadi negara monarki konstitusional. Sementara itu, rasa tidak puas terhadap Prancis juga timbul di Kamboja, sehingga Norodom Sihanouk pernah meninggalkan negaranya. Norodom Sihanouk mengungsi ke Thailand sambil mengancam akan membawa persoalan Kamboja ke forum PBB. Setelah keadaan dapat diatasi, akhirnya Norodom Sihanouk bersedia kembali ke negaranya. Pada tahun 1949, Kamboja diakui sebagai negara merdeka namun tetap dalam lingkungan Uni Prancis. Pada tahun 1953, Kamboja keluar dari lingkungan Uni Prancis dan menjadi negara yang merdeka dan berdiri sendiri.

7. Thailand

Pada akhir tahun 1941, Thailand diduduki oleh Jepang. Saat itu Thailand diperintah oleh Luang Phibun Songkhram. Atas desakan Jepang, Thailand menyatakan perang kepada Sekutu. Selama Perang Dunia II, beberapa wilayah Vietnam dan Semenanjung Malaya berhasil direbut oleh Thailand. Tetapi tidak semua rakyat mendukung politik Luang Phibun Songkhram. Rakyat di bawah pimpinan Pridi Banomyong mengadakan perjuangan bawah tanah melawan Jepang. Ketika perang berakhir Thailand mengalami nasib yang sangat buruk, Pridi Banomyong merebut kekuasaan dari tangan Luang Phibun Songkhram. Dalam perebutan kekuasaan

tersebut, Raja Ananda Mahidol terbunuh. Pridi Banomyong berhasil menyelamatkan negaranya dari tekanan dan hukuman negara-negara Sekutu.

Dengan terbunuhnya Raja Ananda Mahidol pada tahun 1946, kekuasaan jatuh ke tangan Luang Phibun Songkhram, sedangkan Pridi Banomyong melarikan diri ke luar negeri. Karena pemerintahan Luang Phibun Songkhram menunjukkan sikap anti komunis maka Amerika Serikat mengakui pemerintahannya. Sebagai pengganti Raja Ananda Mahidol diangkat adiknya yang bernama Bhumibol Adulyadej. Pada saat itu, Bhumibol Adulyadej baru berusia 19 tahun dan sedang belajar di Swiss. Dalam melaksanakan pemerintahannya, Bhumibol Adulyadej dibantu oleh Dewan Kerajaan hingga tahun 1950.

8. Pakistan

Negara Pakistan yang berdiri pada tanggal 15 Agustus 1947 merupakan pecahan dari India. Pada mulanya, Muhammad Ali Jinnah (Ketua Liga Muslim) yang berkedudukan sebagai gubernur jenderal dan perdana menterinya, Liaquat Ali Khan. Sebagai negara yang relatif muda, Pakistan mempunyai beberapa masalah yang menghambat perkembangannya. Hambatan-hambatan tersebut, antara lain sebagai berikut.• Ketegangan hubungan dengan India mengenai masalah Kashmir.• Keadaan geografis Pakistan yang tidak menyatu, yaitu terdiri dari Pakistan Barat

dan Pakistan Timur yang dipisahkan oleh India. Kedudukan Pakistan Barat dengan Pakistan Timur sejajar, tetapi sejak

lama sudah timbul rasa tidak puas di kalangan penduduk Pakistan Timur. Karena itulah mereka menuntut otonomi yang luas terhadap wilayahnya. Penduduk Pakistan Timur juga menginginkan agar bahasa Bengali yang ditulis dengan huruf Bengali (menyerupai huruf Nagari yang dipakai di India) diakui. Pada saat itu, bahasa nasional yang digunakan di Pakistan adalah bahasa Urdu yang ditulis dengan huruf Arab. Keadaan seperti inilah yang mendorong rakyat Pakistan Timur memisahkan diri dan membentuk negara Bangladesh pada tahun 1971.

9. Sri Lanka

Sri Lanka merdeka dari penjajah Inggris pada tanggal 4 Februari 1948. Sri Lanka atau Sailan (Ceylon) adalah sebuah negara kepulauan yang terletak di sebelah tenggara India. Wilayah Sri Lanka sebagian terdiri dari dataran dengan beberapa gunung di bagian selatan. Penduduknya terdiri dari suku Sinhala, Tamil, Eurasian, dan Eropa. Mereka memeluk agama Hindu, Buddha, Islam, dan Katolik.

Nama Sri Lanka tidak dapat dilepaskan dari Colombo Plan. Di mana pada tahun 1950, negara-negara anggota persemakmuran di Asia Tenggara dan Asia Selatan mendirikan Council Technical Cooperation atau biasa disebut Colombo Plan. Tujuannya adalah meningkatkan derajat kehidupan ekonomi dan sosial negara-negara berkembang atau yang baru merdeka. Bantuan itu berupa bantuan teknik yang disponsori oleh Amerika Serikat, Inggris, Selandia Baru, Australia, dan IBRD. Indonesia juga menjadi anggota Colombo Plan.to. Libya

Selama Perang Dunia II, Libya menjadi rebutan antara Inggris dan Prancis di satu pihak, serta Italia di pihak lain. Berkat bantuan Mohammad Idris, akhirnya Italia dapat dikalahkan. Setelah Perang Dunia II berakhir, PBB menetapkan Libya menjadi negara merdeka pada tanggal 1 Januari 1952 dengan Mohammad Idris sebagai rajanya.

Mohammad Idris memerintah secara otokratis, sehingga menimbulkan ketidakpuasan rakyat. Berbagai perlawanan untuk menurunkan Raja Idris dilakukan. Pada tahun 1969, kaum militer yang dipimpin oleh Kolonel Muamar Khadafi

akhirnya berhasil merebut kekuasaan. Di bawah kepemimpinan Muamar Khadafi, Libya menjadi negara republik sosialis.

11. Kamerun

Jerman menguasai Kamerun dari tahun 1884. Ketika Perang Dunia I meletus, Inggris dan Prancis merebut koloni Jerman itu. Bagian timur dan selatan Kamerun digabungkan dalam Ekuatorial Prancis dan sisanya dijadikan daerah mandat LBB yang dititipkan kepada Inggris dan Prancis.

Pada tanggal 1 Januari 1960, daerah mandat Inggris menjadi Republik Kamerun. Pada tahun 1961, dalam suatu plebisit, daerah mandat Inggris bagian selatan bergabung dengan Republik Kamerun. Sedangkan bagian utara bergabung dengan Nigeria.

12. Aljazair

Bangsa Prancis menguasai Aljazair sejak tahun 1830, sebelumnya Aljazair termasuk wilayah Turki. Karena iklimnya cocok untuk pertanian, banyak orang-orang Prancis yang menetap di pantai utara. Orang Prancis berhasil menguasai tiga perempat tanah pertanian di Aljazair. Mereka langsung menetap sehingga penduduk asli Aljazair makin terdesak. Karena banyaknya orang Prancis yang menetap di Aljazair maka Aljazair mendapat sebutan Prancis kedua atau French Algerei.

Tahun 1954, orang Aljazair mulai melawan Prancis. Perang gerilya dilakukan sampai tahun 1962. Perang kemerdekaan Aljazair dipelopori oleh organisasi Front de Liberation Nationale (FLN). Dalam perang kemerdekaan itu, muncul pahlawan perempuan yang bernama Jamilah.

Ketika Jenderal Charles de Gaulle menjadi Presiden Prancis pada tahun 1958, mulai dilakukan usaha-usaha untuk perdamaian. Akhirnya, pada tanggal 5 Juli 1962, Aljazair menjadi negara merdeka dengan Perdana Menterinya Ahmad Ben Belia. Pada tahun 1965, terjadi perebutan kekuasaan dan H. Boumediene menjadi perdana menteri.perang, baik di Eropa maupun di luar Eropa. Pusat-pusat industri, jalan kereta api, jembatan, dan alat komunikasi banyak yang hancur. Sehingga banyak negara yang mengalami kesulitan ekonomi dan terancam bahaya kelaparan.

Guna menghindari jatuhnya korban lebih banyak, pada tahun 1943 di Washington, Amerika Serikat, dibentuk suatu badan dengan tugas pokok memberikan bantuan kepada negara-negara Eropa yang pernah diduduki oleh pasukan Jerman. Badan ini bernama United Nations Relief Rehabilitation Administration (UNRRA). Tugas badan ini adalah meringankan penderitaan dan memulihkan daya produksi rakyat yang tinggal di daerah-daerah bekas pendudukan Jerman. Bantuan yang diberikan berupa makanan, pakaian, bibit tanaman, hewan ternak, alat-alat perindustrian, dan rumah sakit.

UNRRA menjadi salah satu bagian dari PBB. Pada tahun 1948, UNRRA dibubarkan karena tugas memberikan bantuan untuk pembangunan kembali negara-negara Eropa telah dilaksanakan oleh European Reconstructions Plan (ERP) atau rencana pembangunan kembali Eropa. ERP ini dikenal dengan Marshall Plan.

George C. Marshall adalah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat. Dengan persetujuan Presiden Harry S. Truman, George C. Marshall menawarkan bantuan kepada negara-negara Eropa Barat. Bantuan ini diterima dengan baik oleh negara-negara Eropa dalam suatu konferensi di Paris pada bulan Juli 1947. Marshall Plan ini diintegrasikan menjadi suatu rencana yang menyeluruh dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut.

• Amerika Serikat akan memberikan pinjaman jangka panjang kepada negara-negara Eropa Barat untuk membangun kembali perekonomiannya.

• Sebagai imbalan, negara-negara peminjam diwajibkan:- Berusaha menstabilkan keuangan masing-masing negara dan

melaksanakan anggaran pendapatan yang berimbang.- Mengurangi masalah-masalah yang menghambat kelancaran perdagangan

antara negara-negara peminjam.- Mencegah terjadinya inflasi.- Menempatkan perekonomian negara masing-masing negara atas dasar

sendi-sendi perekonomian yang sehat.- Memberikan bahan-bahan yang diperlukan Amerika Serikat untuk

kepentingan pertahanan.- Meningkatkan persenjataan masing-masing negara untuk kepentingan

pertahanan.• Bantuan akan dihentikan apabila di negara peminjam terjadi pergantian

kekuasaan yang mengakibatkan negara tersebut melaksanakan paham komunis.Bantuan Amerika Serikat kepada negara-negara Eropa Barat melalui Marshall

Plan berakhir tahun 1951. Sejak saat itu, Amerika Serikat lebih mengutamakan konsolidasi pertahanan terhadap kemungkinan meluasnya paham komunis. Negara-negara Eropa menempuh jalan lain untuk membangun perekonomiannya. Ternyata Marshall Plan telah menanamkan dasar-dasar terbentuknya kerja sama yang erat antara negara-negara Eropa Barat dalam pembangunan perekonomiannya.

Pada tahun 1957, terbentuk kerja sama dalam bidang perdagangan antara tujuh negara Eropa Barat, yaitu Prancis, Italia, Jerman Barat, Belgia,Belanda, Luksemburg, dan Denmark. Ketujuh negara ini membentuk badan kerja sama yang bernama Pasar Bersama Eropa (PBE). Kemudian, Inggris memprakarsai berdirinya daerah perdagangan bebas Eropa yang meliputi lima negara, yaitu Inggris, Norwegia, Swedia, Swiss, dan Austria.

Keadaan negara-negara Eropa Timur tidak jauh berbeda dengan negara-negara Eropa Barat. Perekonomian negara-negara Eropa Timur mengalami kehancuran yang serius. Negara-negara Eropa Timur membutuhkan bantuan untuk memperbaiki perekonomian negaranya. Tetapi Marshall Plan tidak memberikan bantuan kepada negara-negara tersebut, karena berhaluan komunis. Oleh karena itu, negara-negara Eropa Timur membangun perekonomian negaranya mengikuti pola Uni Soviet, yaitu melaksanakan pembangunan perekonomianjangka pendek dan selanjutnya disusul dengan jangka panjang.

Dengan keadaan seperti itu, perkembangan perekonomian di negara- negara Eropa Timur tidak secepat perkembangan perekonomian di negara- negara Eropa Barat. Seluruh aktivitas perekonomian negara-negara Eropa Timur diatur oleh negara dan dikuasai oleh negara.

Perkembangan perekonomian negara-negara yang berada di luar Eropa juga mengalami kemerosotan. Sebab sistem perekonomian mereka sebelum Perang Dunia II terjadi, lebih banyak tergantung pada negara-negara Eropa yang menjajah. Dengan meletusnya Perang Dunia II, hubungan antara negara-negara Eropa dengan negara jajahannya menjadi terputus. Bahkan banyak negara jajahan melepaskan diri dan menjadi negara merdeka, serta berusaha membangun perekonomiannya sendiri atau dengan bantuan negara lain. Oleh karena itu, negara-negara tersebut tidak dapat membangun perekonomiannya dengan cepat. Bahkan, banyak negara yang ada di luar Eropa terjerat utang untuk membangun perekonomiannya. Dengan demikian, perkembangan perekonomian negara-negara

di luar Eropa tidak secepat negara-negara Eropa Barat.

1. Berlangsungnya Perang Dingin

Perang Dingin terjadi sebagai akibat dari konflik ideologi antara Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. Kemunculan dua blok yang semakin diakui eksistensinya ditandai dengan persaingan kepentingan yang tajam. Ketegangan dari peristiwa ini dimulai sejak pembagian Jerman menjadi dua wilayah, yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur. Pembagian Jerman menjadi dua wilayah pasca Perang Dunia II itu berakibat pada pembagian kota Berlin menjadi Berlin Barat dan Berlin Timur. Berlin Barat dikuasai Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, sedangkan Berlin Timur dikuasai oleh Uni Soviet.

Polarisasi kekuatan politik dunia, sebenarnya sudah terlihat sejak tahun 1946. Pada saat itu, dalam sebuah pertemuan di Fulton, Missouri (Amerika Serikat) Perdana Menteri Winston Churchill menyebut Uni Soviet sebagai negara tirai besi. Hal tersebut didasarkan sikap Uni Soviet yang tertutup dan anti terhadap negara-negara Barat.

Demikian cepat dan besarnya pengaruh Uni Soviet dalam mengembangkan pengaruhnya di Eropa membuat pihak Barat semakin gelisah. Amerika Serikat merasa berkewajiban mencegah berkembangnya gerakan komunis. Untuk itu disusunlah strategi politik global yang dikenal dengan containment policy. Politik ini pada dasarnya bertujuan untuk mencegah berkembangnya pengaruh negara lawan atau sistem politiknya. Sistem politik yang menjadi lawan Amerika Serikat adalah komunisme. Oleh karena itu, containment policy dikenal pula sebagai containment of communism.

Guna membendung pengaruh komunis di negara-negara Eropa Barat, Amerika Serikat memberikan bantuan ekonomi yang dikenal dengan Truman Doctrine. Bantuan yang diberikan tersebut bukan hanya bantuan keuangan, tetapi juga bantuan militer. Bantuan tersebut diberikan kepada Yunani dan Turki guna menghadapi gerilyawan-gerilyawan komunis. Tujuannya untuk mempertahankan Yunani dan Turki dari pengaruh komunis, serta untuk menghambat jalur ofensif pasukan Uni Soviet menuju ke selatan yang dapat mengancam negara-negara Barat.

Guna mengimbangi Truman Doctrine dan Marshall Plan, pemerintah Uni Soviet membuat Molotov Plan. Tujuannya untuk menata kembali perekonomian negara-negara Eropa Timur. Selain itu, Uni Soviet juga membentuk badan kerja sama ekonomi yang bernama Comintern Economic (Comecon).

Konflik ideologi antara dua negara adidaya terus berkembang sampai di kawasan Asia. Hegemoni Uni Soviet di kawasan ini muncul sejak Perang Dunia II. Benih persaingan ideologi antara Blok Barat dan Blok Timur di kawasan Asia ini muncul sejak Yalta Conference (Konferensi Yalta). Dalam konferensi ini, Uni Soviet akan menerima semua daerah yang telah diambil Jepang sejak kekalahannya dalam Perang Jepang-Rusia tahun 1905, jika Uni Soviet sebagai anggota Sekutu mengumumkan perang kepada Jepang. Berdasarkan perjanjian ini, Uni Soviet bersedia berperang melawan Jepang.

Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, seluruh wilayah Mancuria dan Korea sampai garis 38° LU diduduki oleh Uni Soviet. Selain itu, Jepang harus menyerahkan senjatanya kepada Uni Soviet. Seluruh senjata yang diserahkan kepada Uni Soviet diberikan kepada tentara Cina Komunis. Sehingga kaum komunis di Cina menjadi kuat. Dengan kuatnya tentara Cina Komunis berarti kedudukan Uni Soviet di Cina semakin kuat pula.

Kuatnya gerakan komunis di Cina berdampak semakin suburnya perkembangan komunisme di wilayah Asia Tenggara. Cina membentangkan tirai bambu dengan maksud menghalangi rakyatnya agar terhindar dari propaganda kaum kapitalis yang

dipimpin oleh Amerika Serikat dan Inggris. Pengaruh Cina semakin meningkat seiring dengan politik luar negerinya yang ingin mengembalikan daerah-daerah kekuasaan Cina di zaman kuno. Daerah kekuasaan Cina Kuno, meliputi Korea, Myanmar, dan sebagian India, serta beberapa daerah di Asia Tenggara. Penanaman pengaruh komunis di kawasan ini sesungguhnya bukan hanya alasan historis, tetapi lebih didorong oleh faktor kekayaan alam kawasan Asia Tenggara. Alasan terakhir ini lebih mengarah pada ambisi Cina untuk memperkukuh posisi ekonominya di percaturan politik internasional. Dengan demikian, sangatlah logis kalau Cina semakin melibatkan diri di kawasan Asia Tenggara.

Pengaruh Cina Komunis dan Uni Soviet di Asia Tenggara tidak saja mengancam kehidupan demokrasi negara-negara kawasan itu, tetapi juga tantangan serius terhadap Amerika Serikat. Amerika Serikat memandang perlu memberikan bantuan kepada negara-negara di Asia Tenggara. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Foster Dulles, mendesak Presiden Dwight David Eisenhower untuk menciptakan politik baru di Vietnam dengan jalan memberikan bantuan kepada Prancis yang sudah di ambang kekalahan melawan pasukan Vietminh. Apalagi kalau melihat Vietminh mendapat suplai senjata dari Cina dan Uni Soviet. Akan tetapi, bantuan Amerika Serikat itu sia-sia, karena pada tanggal 7 Mei 1954 Dien Bien Phu yang merupakan benteng pertahanan Prancis jatuh ke tangan Vietminh. Peristiwa ini merupakan kekalahan pihak Prancis, dan sebaliknya kemenangan pihak komunis.

Berdasarkan alasan itulah Presiden Amerika Serikat, Dwight David Eisenhower dan Menteri Luar Negeri John Foster Dulles mempertegas politik luar negerinya dengan mendekritkan sebuah teori yang bernama domino theory. Nama ini berdasarkan pada suatu ilusi Presiden Eisenhower yang mengumpamakan percaturan politik disamakan dengan permainan kartu domino. Perjanjian Jenewa yang diharapkan dapat mengakhiri konflik di antara pihak yang saling bertentangan di Vietnam tidak membuahkan hasil. Pembagian Vietnam menjadi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan tidak mendatangkan kepuasan antara kaum komunis di satu pihak dan nonkomunis di lain pihak. Pembagian ini justru memperdalam jurang pertentangan di antara kedua belah pihak yang masing-masing mengundang campur tangan asing. Vietnam Utara yang berhaluan komunis mendapat bantuan dari Cina dan Uni Soviet. Sementara Vietnam Selatan yang berideologi demokrasi liberal mendapat bantuan dari Amerika Serikat.

Keterlibatan Amerika Serikat secara langsung di Vietnam Selatan jika dilihat dari situasi dan kondisinya memang sangat tepat. Sebab pada saat itu keadaan Vietnam Selatan sangat lemah.Keadaan sosial-ekonominya sangat rapuh, sedangkan keadaan politiknya mengalami goncangan. Setelah Prancis meninggalkan daerah itu, ternyata Vietnam Selatan belum juga dapat berdiri tegak. Hal ini disebabkan adanya pengaruh masa sebelumnya, yaitu sifat pemerintahan boneka yang selalu menguntungkan negara asing yang dianggap sebagai pelindung. Oleh karena itu, kedatangan Amerika Serikat oleh pemerintah Vietnam Selatan betul-betul diterima dengan baik.

Guna memperkuat pertahanan Vietnam Selatan, Amerika Serikat menempatkan 460.000 pasukannya di negeri itu. Mulai tahun 1955, Amerika Serikat benar-benar'menjadi pendukung pemerintahan Ngo Dinh Diem.

Setelah bertahun-tahun diperjuangkan, pada tahun 1976 akhirnya Vietnam dapat dipersatukan di bawah kekuasaan komunis. Kemudian Vietnam membentuk persatuan Indo Cina yang diberi nama Federasi Indo Cina di bawah panji-panji komunis sebagaimana yang dicita-citakan oleh Ho Chi Minh.

Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi persaingan antarnegara komunis di Asia Tenggara. Hal ini dapat dilihat dari konflik yang terjadi antara negara Vietnam

dan Kamboja soal wilayah perbatasan. Dalam persoalan ini, Kamboja di bawah pimpinan Pol Pot menolak usul penyelesaian konflik perbatasan melalui forum PBB. Sikap keras Kamboja terhadap masalah perbatasan dengan Vietnam sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari konflik politik yang lebih luas, yakni konflik Cina-Soviet. Di belakang Kamboja berdiri Cina dan di belakang Vietnam ada Uni Soviet. Menurut Brzenzinski, apa yang sedang berkembang di Kamboja itu adalah suatu proxy war, perang tanding j arak jauh antara Cina dan Uni Soviet di Asia Tenggara. Vietnam dan Kamboja adalah pion-pion yang bertempur di medan perang.

Selain di wilayah Asia dan Eropa, pertentangan ideologi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet terjadi juga di kawasan Amerika. Presiden Kuba, Fidel Castro mendirikan negara komunis di Kuba. Peristiwa ini mendapat reaksi keras dari Amerika Serikat. Pemerintah Amerika Serikat mendukung pemberontakan yang dilakukan oleh kekuatan antikomunis di Kuba, namun tidak berhasil. Titik ketegangan ini terjadi di Teluk Babi pada tahun 1961. Negara-negara di kawasan Amerika Tengah lainnya, seperti Nikaragua juga dikuasai oleh kaum komunis. Kelompok komunis yang bernama Front Pembebasan Nasional Sandinista antara tahun 1975-1990 berkuasa di Nikaragua.

Di Benua Afrika, kelompok militer sayap kiri telah menguasai pemerintahan Ethiopia antara tahun 1974—1991. Sistem pemerintahan sosialis telah membuat negara itu bersekutu dengan Uni Soviet. Di Angola dan Mozambik sejak tahun 1975-1990 kelompok komunis juga menguasai pemerintahan.

Pada tahun 1978, gerakan berhaluan komunis di Afganistan pimpinan Mohammad Tariki berhasil menumbangkan Daud Khan melalui kudeta

berdarah. Setelah berkuasa, pemerintahan Mohammad Tariki yang pro-Uni Soviet ini mendapat perlawanan dari kelompok lain yang dipimpin oleh Haizullah Amin. Guna menyelamatkan rezim komunis yang sedang berkuasa, pada bulan Desember 1979 Uni Soviet melakukan invasi militer ke Afganistan. Invasi ini juga dimaksudkan untuk mengimbangi kekuatan bersenjata Amerika Serikat di Asia Barat Daya dan pengaruh liberalismenya. Kelompok Mujahidin melakukan perlawanan gigih terhadap invasi militer Uni Soviet. Akhirnya, kelompok Mujahidin berhasil memukul mundur pasukan Uni Soviet. Pada tahun 1989, pasukan Uni Soviet ditarik mundur dari Afganistan.

Selama Perang Dingin berlangsung, kedua negara adikuasa tersebut tidak pernah terlibat langsung dalam suatu konflik (peperangan) terbuka, tetapi mereka hampir selalu berada di belakang negara-negara yang sedang bersengketa. Mereka memberikan bantuan persenjataan dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat negara-negara yang sedang bersengketa itu. Selama berlangsung Perang Dingin, situasi dan kondisi dunia telah diwarnai oleh peristiwa-peristiwa sebagai berikut.

a. Perlombaan Senjata NuklirPerlombaan senjata nuklir antara Amerika Serikat dan Uni Soviet telah

menimbulkan ketegangan yang luar biasa di kalangan masyarakat dunia. Masyarakat dunia diliputi kekhawatiran akan meletusnya perang nuklir yang dahsyat. Suatu isu sensitif yang menyangkut kedua pihak atau berbagai isu global bisa menyeret mereka ke dalam kancah perang terbuka.

Jenis-jenis senjata nuklir ini meliputi senjata nuklir yang mempunyai jarak jangkau antarnegara dan antarbenua. Bahaya yang ditimbulkannya bila terjadi perang sangat dahsyat dan bisa menghancurkan kelangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya. Sebagai contoh dari bahaya yang ditimbulkan oleh senjata nuklir

adalah ketika reaktor nuklir Chernobil di Uni Soviet meledak pada tanggal 26 April 1986. Bencana tersebut telah mengakibatkan puluhan orang meninggal dunia, ratusan orang terkontaminasi zat radio aktif, dan ratusan ribu orang terpaksa mengungsi. Kontaminasi akibat ledakan reaktor nuklir tersebut menyebabkan cacat pada kulit dan organ tubuh lainnya.

Sementara itu, PBB merasa terpanggil untuk mengurangi meningkatnya perlombaan senjata nuklir kedua belah pihak. PBB membentuk lembaga yang disebut Atomic Energy Commission pada tanggal 24 Januari 1946. Lembaga ini bertugas mencarijalan untuk penggunaan tenaga atom guna maksud-maksud damai, serta mencegah penggunaannya untuk tujuan perang. Pada akhir Desember 1946, komisi itu menyetujui usul Amerika Serikat untuk mengadakan pengawasan dan pengaturan yang ketat dengan maksud mencegah produksi senjata nuklir yang dilakukansecara diam-diam. Akan tetapi, Uni Soviet keberatan dan mengemukakan usul pengurangan persenjataan secara menyeluruh. Namun, Amerika Serikat menolak usul Uni Soviet. Oleh karena itu, Uni Soviet memveto usul Amerika Serikat dalam sidang Dewan Keamanan PBB tahun 1947. Pada tanggal 29 Agustus 1949, Uni Soviet mengadakan uji coba peledakan bom atomnya yang pertama.

Peristiwa uji coba peledakan bom atom Uni Soviet ini menimbulkan rasa khawatir Amerika Serikat. Amerika Serikat tidak menduga akan secepat itu Uni Soviet mengejar ketertinggalannya. Pada tahun 1950, Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman, memerintahkan pengadaan program darurat bagi penelitian bom hidrogen. Penelitian tersebut berhasil menghasilkan bom hidrogen dan pengujiannya dilakukan pada bulan November 1952. Namun, sembilan bulan kemudian Uni Soviet juga sudah mampu membuat bom hidrogen sfcndiri.

Berikut ini perbandingan kekuatan militer antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada tahun 1983.Tabel Perbandingan Persenjataan Antara Blok Barat dan Timur

No. Jenis SenjataAmerika Serikat Uni Soviet

1. Rudal antibalistik yang berpangkalan di darat 1.052 1.398

2.Rudal balistik yang ditembakkan dari kapal selam 584 989

3.Pesawat pembom pembawa rudal balistik 376 150

4. Rudal balistik bersasaran ledak jamak 6.774 4.872

5. Rudal balistik yang ditembakkan dari darat 108 860

6.Rudal balistik yang ditembakkan dari pesawat pembom 218 880

NATOPakta

Warsawa

7. Tank 17.000 45.0008. Senjata artileri 9.500 19.400

9.Senjata antipesawat

udara 5.300 6.500

10. Peluncur rudal darat ke udara 1.800 6.300

11. Peluncur rudal darat ke darat 350 1.200

b. Sistem AliansiPada saat memuncaknya Perang Dingin, setiap negara yang bertentangan

berusaha memperkuat dirinya dengan bergabung dalam suatu aliansi. Hal ini sesuai dengan polarisasi kekuatan dua negara adikuasa,yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dunia terbagi dalam dua blok yang saling bertentangan. Keadaan seperti ini memengaruhi perkembangan dunia.

Beberapa bentuk sistem aliansi, antara lain sebagai berikut.The Communist Information Bureau (Cominform), dibentuk tahun 1947 sebagai wadah kerja sama partai-partai komunis Eropa yang berpusat di Beograd, Yugoslavia.North Atlantic Treaty Organization (NATO) didirikan pada tahun 1949. Anggota NATO antara lain Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Prancis, Jerman Barat, Belgia, Luksemburg, Norwegia, Irlandia, Denmark, Portugal, Italia, Yunani, Belanda, dan Turki. Mula-mula NATO bermarkas di Paris, Prancis. Namun setelah Prancis keluar dari NATO, markas besar NATO dipindah ke Brussel, Belgia. Prancis keluar dari NATO karena Prancis beranggapan bahwa NATO didominasi oleh Amerika Serikat. Sejak itu, Prancis lebih dekat kepada Uni Soviet dan Cina meskipun tidak menjadi anggota Blok Timur. NATO merupakan pakta pertahanan yang berprinsip jika salah satu negara anggotanya diserang maka negara anggota yang lain akan membantu.Perjanjian antara Cina dan Uni Soviet tahun 1950 mengenai kerja sama kedua negara guna menghadapi kemungkinan agresi Jepang. Pakta Australia, New Zealand, and United State (ANZUS), yaitu pakta pertahanan antara negara Amerika Serikat, Australia, dan New Zealand (Selandia Baru) yang didirikan tahun 1951.Pakta Warsawa dibentuk pada tahun 1955. Pakta Warsawa merupakan kerja sama pertahanan negara-negara komunis di kawasan Eropa Timur. Anggota Pakta Warsawa antara lain Uni Soviet, Albania, Bulgaria, Cekoslovakia, Jerman Timur, Hongaria, Polandia, dan Rumania.South East Asia Treaty Organization (SEATO) dibentuk tahun 1954. SEATO merupakan kerja sama pertahanan antara negara-negara Asia Tenggara dengan pihak Barat. Anggotanya terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Filipina, Singapura, dan Thailand.Central Treaty Organization (CENTO) atau Pakta Bagdad merupakan pakta pertahanan yang bertujuan membendung pengaruh komunis. Pakta ini didirikan oleh Irak, Iran, Turki, Pakistan, dan Inggris di Bagdad (Irak) pada tahun 1955. Pada tahun 1958, Amerika Serikat menggabungkan diri dengan pakta ini.

c. Kegiatan SpionaseKegiatan spionase (mata-mata) juga turut mewarnai percaturan politik selama

berlangsungnya Perang Dingin. Kegiatan spionase tersebut dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan oleh agen-agen intelijen kedua belah pihak yang bertikai.

Dinas intelijen Uni Soviet bernama Komitet Gasudarstevennoy Bezopasnosti (KGB) sedangkan dinas intelijen Amerika Serikat bernama Central Intelligence Agency (CIA). KGB dan CIA selalu berusaha untuk memperoleh informasi rahasia mengenai segala hal yang menyangkut kekuatan musuh-musuh mereka. KGB dan CLA juga turut berperanmembantu terciptanya berbagai peristiwa dunia. Misalnya dalam Perang Korea,

Perang Vietnam, dan Insiden Teluk Babi di Kuba.

2. Akibat Perang Dingin

Perang Dingin yang menyangkut hubungan Amerika Serikat dan Uni Soviet, serta usaha mereka untuk merebut pengaruh seluas-luasnya telah membawa dampak besar dalam pergaulan negara-negara di dunia. Beberapa dampak yang muncul berpangkal dari kebijakan dua negara adikuasa tersebut dalam era Perang Dingin. Dampak yang dirasakan sebagian besar negara-negara di dunia adalah kecemasan akan meletusnya Perang Dunia III.

Akibat Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet menyangkut bidang yang sangat luas, bidang-bidang tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Bidang PolitikAmerika Serikat berusaha menjadikan negara-negara yang sedang berkembang

menjadi negara demokrasi. Tujuannya agar hak-hak asasi manusia dapat dijamin. Bagi negara yang sebelumnya kalah perang, seperti Jepang dan Jerman, selain paham demokrasi, paham kapitalisme juga dikembangkan. Negara-negara tersebut dapat sehaluan dengan Amerika Serikat dan merupakan negara yang berada di bawah pengaruhnya.

Sedangkan Uni Soviet dengan paham sosialis-komunis mendengungkan pembangunan negara dengan rencana lima tahunnya. Caranya tidak dengan sistem liberal, tetapi dengan sistem ekonomi terpusat pada pemerintah atau diktator. Negara-negara yang sehaluan dikatakan sebagai satelit Uni Soviet, karena apa yang diperintahkan Uni Soviet wajib dilaksanakan oleh negara satelit tersebut. Penyimpangan yang pernah dilakukan oleh Polandia dan Hongaria ditindak tegas oleh Uni Soviet. Demi kepentingan politik, ekonomi, dan militer, kedua negara adikuasa tersebut menjalankan politik pecah belah.

b. Bidang MiliterHal yang paling mencolok dalam perebutan pengaruh antara Amerika Serikat

dan Uni Soviet adalah adanya pakta pertahanan. Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat mendirikan NATO, sedangkan negara- negara yang antikomunis di Asia Tenggara mendirikan SEATO. Selain itu, masih ada ANZUS dan CENTO.

Di pihak lain, Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur mendirikan Pakta Warsawa. Di luar wilayah Eropa, Uni Soviet juga aktif mendukung perkembangan negara-negara komunis.

c. Bidang EkonomiSebagai negara kreditor terbesar, Amerika Serikat dapat memberikan pinjaman

atau bantuan ekonomi kepada negara-negara yang sedang berkembang (developing countries). Negara-negara Barat yang hancur ekonominya karena Perang Dunia II, dibantu melalui program Marshall Plan. Ada negara yang memperoleh grant in aid, yaitu bantuan ekonomi dengan kewajiban mengembalikannya dalam bentuk dolar atau dengan cara membeli produk Amerika Serikat.

Untuk negara-negara di kawasan Asia, Presiden Truman mengeluarkan The Points Four Program for the Economic Development in Asia. Program tersebut berupa bantuan teknik dalam wujud sarana ekonomi atau bantuan kredit yang berasal dari sektor swasta di Amerika Serikat.

d. Bidang Ruang AngkasaPerang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet membawa pengaruh

terhadap penjelajahan ruang angkasa. Amerika Serikat dan Uni Soviet saling

berebut menguasai ruang angkasa. Mula-mula Uni Soviet meluncurkan pesawat ruang angkasa Sputnik yang membawa seekor anjing. Amerika Serikat mengimbangi dengan meluncurkan Explorer I tahun 1958, kemudian diikuti oleh Explorer II, Discovery, dan Vanguard. Uni Soviet mengungguli dengan meluncurkan Lunik yang berhasil didaratkan di bulan. Kemudian Amerika Serikat berusaha menaklukkan ruang angkasa lebih lanjut dengan mengadakan penyelidikan atas benda- benda ruang angkasa.

Perubahan politik dan ekonomi dunia telah mengarah ke bentuk hubungan secara menyeluruh (global), maupun kawasan (regional). Hubungan itu tercipta karena adanya kesadaran bahwa setiap negara memerlukan bantuan negara lain untuk mencukupi kebutuhannya. Berikut ini akan kita bahas perkembangan tatanan dunia, hubungan Utara- Selatan, serta munculnya ikatan yang bersifat global dan regional.

I. Kebangkitan JepangSelama beberapa tahun setelah kekalahannya dalam Perang Dunia

II, ekonomi Jepang hampir seluruhnya lumpuh akibat kerusakan perang. Kekurangan pangan yang parah, inflasi yang tinggi, dan pasar gelap terjadi di mana-mana. Bangsa Jepang telah kehilangan semua wilayahnya di seberang lautan, selain itu jumlah penduduknya juga melonjak dengan penambahan sekitar enam juta orang yang pulang dari luar negeri. Pabrik- pabrik hancur karena serangan udara yang dilakukan oleh tentara Sekutu. Produksi dalam negeri menurun karena dihentikannya pesanan oleh pihak militer dan perdagangan luar negeri dibatasi oleh tentara pendudukan Amerika Serikat. Meskipun demikian, rakyat Jepang mulai bangkit untuk membangun kembali ekonomi yang hancur akibat perang.

Dalam perkembangannya, Jepang mampu memanfaatkan segala dukungan dan bantuan dari Amerika Serikat. Bahkan dalam beberapa hal, Jepang telah mampu mengambil alih fungsi-fungsi ekonomi global yang dipikul Amerika Serikat. Kelebihan dana yang dimiliki Jepang digunakan untuk membantu perekonomian negara lain di kawasan Asia Pasifik, bahkan Amerika Latin. Nilai investasi Jepang di Amerika Serikat lebih kurang 12%. Nilai investasi itu mengalami lonjakan pada tahun 1988. Pada tahun 1987, nilai investasi Jepang US$7 miliar dan pada tahun 1988

menjadi US$14,2 miliar. California merupakan daerah tujuan utama bagi kepentingan investasi Jepang. Terdapat lebih kurang 750 cabang perusahaan Jepang dan sembilan bank dengan total aset lebih dari US$10 miliar.

Di kawasan Asia Pasifik, Jepang merupakan mitra dagang utama bagi lebih dari setengah jumlah negara di kawasan itu. Investasi Jepang di Asia Pasifik mencapai US$ 6 miliar atau meningkat lebih dari dua kali lipat hanya dalam waktu dua tahun. Pada tahun 1987, Jepang merupakan negara donor terbesar di dunia. Pada tahun 1988, bantuan luar negeri Jepang seluruhnya mencapai US$10 miliar.

Kedudukan Jepang sebagai pasar impor, penyedia bantuan luar negeri, dan sumber investasi asing begitu dominan bagi negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Dominasi ini dipertahankan Jepang hingga sekarang.

2. Perkembangan Tatanan Dunia dan Hubungan Utara- SelatanSejak berakhirnya Perang Dunia II, tatanan dunia terus mengalami

perkembangan menuju globalisasi pembangunan dunia. Proses globalisasi pembangunan dunia ditandai dengan Perjanjian Bretton Woods, yang diselenggarakan di Amerika Serikat, pada bulan Juli 1944. Lembaga- lembaga yang dibentuk atas dasar Perjanjian Bretton Woods, antara lain Bank Dunia dan IMF.

Setelah Perang Dunia II, secara ekonomi dunia juga terpolarisasi dalam dua kelompok, yaitu kelompok Utara dan Selatan. Kelompok Utara adalah negara industri maju dan kelompok Selatan adalah kelompok negara yang sedang berkembang. Kedua kelompok tersebut masing- masing mempunyai potensi dan peran yang penting dalam perekonomian internasional. Hubungan Utara-Selatan diharapkan dapat menghasilkan kemakmuran bagi semua negara di dunia. Namun, kenyataannya hubungan Utara-Selatan hanya menciptakan kemakmuran bagi negara- negara di kawasan Utara dan merugikan negara-negara di kawasan Selatan. Negara-negara di kawasan Selatan mengalami kesengsaraan berupa penurunan nilai tukar bagi barang-barang yang dihasilkannya. Selain itu, terjadi kerusakan lingkungan yang semakin memprihatinkan dan ketergantungan yang semakin tinggi terhadap negara-negara di kawasan Utara. Jurang kesenjangan antara kawasan Utara dan Selatan yang ada menjadi semakin lebar dan dalam. Oleh karena itu, jelas ada yang salah dalam proses globalisasi ini, khususnya dalam hubungan Utara-Selatan.

Istilah Utara dan Selatan sebenarnya lebih bermakna ekonomis daripada geografis. Utara diidentikkan sebagai kelompok negara-negara maju, sedangkan Selatan cenderung dialamatkan kepada negara-negara berkembang atau negara miskin. Negara-negara Utara mencakup negara- negara maju yang terletak di Eropa Barat, Kanada, dan Amerika Serikat. Negara-negara Selatan mencakup negara yang terletak di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Secara ekonomis, negara-negara maju memiliki ekonomi yang kuat, sedangkan negara-negara berkembang memiliki ekonomi yang lemah. Berdasarkan segi kekayaan alam, negara-negara maju tidak memiliki kekayaan alam yang cukup. Meskipun demikian, kekurangan tersebut dapat diatasi dengan penguasaan teknologi.

Perbedaan kondisi sosial, ekonomi, serta budaya antara pihak Utara dan Selatan menggiring mereka pada keadaan saling ketergantungan (interdependensi). Di satu sisi, negara-negara Utara memiliki keunggulan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, namun kurang didukung oleh sumber daya alam yang melimpah. Sebaliknya, negara-negara Selatan memiliki sumber daya alam yang melimpah, namun kurang didukung oleh penguasaan teknologi. Dengan kondisi ini, kedua pihak menganggap penting adanya kerja sama Utara-Selatan.

Pokok persoalan dalam kerja sama Utara-Selatan adalah upaya perubahan dalam tata hubungan dunia baru yang lebih adil. Hubungan tersebut harus berubah dari bentuk pemerasan oleh negara-negara di kawasan Utara ke bentuk pembagian keuntungan bersama. Dengan kata lain, hubungan tersebut harus berubah dari subordinasi ke bentuk kemitraan.

Negara-negara Utara cenderung memaksakan model pembangunan mereka terhadap negara-negara Selatan. Pemaksaan ini dapat mereka lakukan melalui perundingan-perundingan dalam lembaga keuangan internasional, seperti Bank Dunia dan IMF. Bank Dunia dan IMF mengeluarkan Program Penyelesaian Terstruktur atau Structural Adjustment Program (SAP) yang intinya memaksa negara-negara yang mendapat bantuan utang untuk lebih membuka pasar dalam negeri mereka, menekankan kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang-barang yang bisa diekspor, dan mengurangi subsidi pemerintah terhadap sektor publik. Di Afrika dan Amerika Latin, program ini menciptakan kemiskinan di kalangan rakyat jelata. Sehubungan dengan keadaan yang dialami oleh negara-negara Selatan itu, ada baiknya diadakan pembenahan di kalangan negara-negara Selatan sendiri. Negara-negara Selatan harus meningkatkan kekuatan politik dan ekonomi mereka. Di pihak lain, negara-negara Utara harus membiarkan negara-negara Selatan bebas melaksanakan strategi pembangunan alternatif mereka tanpa melakukan pembatasan terhadap negara-negara tersebut. Negara-negara di Utara harus melaksanakan kebijakan ekonomi dan kebijakan luar negeri yang didasarkan atas kepentingan jangka panjang yang sehat.

Guna menghindari terjadinya pertentangan yang semakin tajam antara kelompok Utara dan Selatan maka perlu diadakan dialog Utara- Selatan. Istilah dialog Utara-Selatan mulai popular sejak dilangsungkannya konferensi kerja sama ekonomi internasional tingkat menteri di Paris, Prancis tahun 1975. Tujuan yang mendasar dari dialog Utara-Selatan adalah mencari kesepakatan dalam mengubah hubungan antara negara- negara maju dengan negara-negara berkembang. Konferensi Paris diharapkan bisa menghasilkan perubahan hubungan ke arah persamaan dalam Orde Ekonomi Internasional Baru. Dapat pula dikatakan bahwa negara-negara berkembang menginginkar distribusi kekayaan yang lebih adil dan menuntut partisipasi yang lebih besar dalam hubungan ekonomi internasional.

3. Munculnya Ikatan yang Bersifat Global dan Regional

Berdirinya lembaga atau organisasi internasional, baik yang bersifat global maupun regional bertujuan untuk meningkatkan keamanan dankesejahteraan para anggotanya. Beberapa lembaga atau organisasi tersebut akan diuraikan dalam pokok bahasan berikut ini.

a. Konferensi Asia-AfrikaSetelah berakhirnya Perang Dunia II, muncul negara-negara

baru di kawasan Asia dan Afrika.Secara umum, kondisi negara-negara tersebut sangat memprihatinkan. Hal tersebut disebabkan oleh munculnya masalah di bidang politik, ekonomi, sosial, dan keamanan di masing-masing negara tersebut.

Pada tanggal 28 April-2 Mei 1954, diadakan Konferensi Colombo di negara Sri Lanka. Pada konferensi tersebut, Perdana Meneteri Ali Sastroamijoyo mengungkapkan gagasannya untuk memajukan kerja sama negara-negara di kawasan Asia dan Afrika. Gagasan tersebut memperoleh dukungan dari Perdana Menteri Pandit Jawaharlal Nehru (India), Perdana Menteri Mohammad Ali Boqra (Pakistan), Sir John Kotelawala (Sri Lanka), dan Perdana Menteri U Nu (Myanmar).

Pada tanggal 28-29 Desember 1954, diadakan konferensi di kota Bogor untuk menindaklanjuti gagasan yang disampaikan oleh Perdana Menteri Ali Sastoamijoyo. Pertemuan tersebut dikenal sebagai Konferensi Bogor atau Konferensi Pancanegara. Dalam konferensi tersebut berhasil dirumuskan bentuk kerja sama negara-negara di kawasan Asia dan Afrika seperti berikut ini.• Memajukan kerja sama dan persahabatan negara-negara di kawasan Asia dan

Afrika.• Menyelesaikan masalah-masalah sosial, ekonomi, dan kebudayaan negara-

negara yang terwakili.• Mempertimbangkan masalah-masalah yang dihadapi negara-negara di

kawasan Asia dan Afrika terutama mengenai kedaulatan nasional, rasialisme, dan kolonialisme.

• Meninjau kedudukan rakyat Asia dan Afrika khususnya dan dunia pada umumnya, serta sumbangan yang dapat mereka berikan untuk perdamaian dunia.Puncak dari komitmen tersebut diwujudkan dalam Konferensi Asia-Afrika pada

tanggal 18 April 1955 di Bandung. Ketua konferensi tersebut adalah Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo, sedangkan sekretaris konferensi dijabat oleh Roeslan Abdul Ghani.

Dalam konferensi yang dihadiri 29 negara tersebut, berhasil dirumuskan Dasasila Bandung. Dasasila Bandung merupakan dasar bagi bangsa-bangsa di kawasan Asia dan Afrika dalam memperjuangkan hak- haknya. Berikut ini isi dari Dasasila Bandung.• Menghormati hak dasar manusia sebagaimana yang tercantum dalam Piagam

PBB.• Menghormati kedaulatan dan integrasi teritorial semua bangsa.• Mengakui persamaan semua bangsa, baik besar maupun kecil.• Tidak melakukan intervensi atau campur tangan masalah dalam negeri negara

lain.• Menghormati hak segala bangsa untuk mempertahankan diri baik secara

sendirian, maupun secara kolektif sesuai dengan Piagam PBB.• Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.• Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi terhadap keutuhan wilayah dan

kemerdekaan negara lain.• Menyelesaikan perselisihan internasional secara damai sesuai dengan Piagam

PBB.• Memajukan kerja sama untuk kepentingan bersama.• Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional. Konferensi Asia-

Afrika memberi kontribusi yang besar bagi kemajuankerja sama bangsa-bangsa di kawasan Asia-Afrika. Bahkan menjadipendorong bagi pembentukan Gerakan Non Blok.

b. Gerakan Non BlokGerakan Non Blok (Non Aligned Movement) lahir

sekitar tahun 1960- an. Pada saat itu, politik dunia sedang

didominasi oleh dua blok pertahanan, yaitu Blok Barat yang menganut kapitalisme dan Blok Timur yang menganut komunisme. Masing-masing blok berada di bawah pengaruh dua negara adikuasa, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet. i) Latar Belakang Berdirinya Gerakan Non Blok

Pada tahun 1955, berlangsung Konferensi Asia-Afrika di kota Bandung. Konferensi itu diikuti oleh negara-negara yang pernah mengalami penjajahan. Berangkat dari pengalaman dijajah itu, negara- negara peserta konferensi sepakat menggalang solidaritas untuk mengenyahkan kolonialisme dan meredakan Perang Dingin.Pada tahun 1961, ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur semakin memuncak. Blok Timur membangun tembok yang membelah kota Berlin. Masih pada tahun yang sama, timbul krisis di Kuba setelah Uni Soviet membangun pangkalan peluru kendali di negara itu. Ketegangan itu ikut memicu segera terbentuknya Gerakan Non Blok.Pada tahun 1961, berlangsung pertemuan persiapan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I Gerakan Non Blok di Kairo, Mesir. Pertemuan itu berhasil mengangkat lima prinsip yang menjadi dasar Gerakan Non Blok. Kelima prinsip tersebut memuat dua hal utama yang menjadi perhatian Gerakan Non Blok, yaitu kolonialisme dan negara adikuasa. Berikut ini lima prinsip Gerakan Non Blok.• Tidak berpihak terhadap persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur.• Berpihak pada perjuangan antikolonialisme.• Menolak ikut serta dalam berbagai bentuk aliansi militer.• Menolak ikut serta dalam aliansi bilateral dengan negara adikuasa.• Menolak pendirian basis militer negara adikuasa di wilayah masing-masing.

2) Keterlibatan Indonesia dalam Gerakan Non BlokPeranan penting Konferensi Asia-Afrika bagi pembentukan Gerakan Non Blok menunjukkan keterlibatan Indonesia dalam gerakan itu sejak masih dalam bentuk gagasan. Indonesia pun terlibat secara aktif dalam persiapan penyelenggaraan KTT I Gerakan Non Blok di Beograd, Yugoslavia. Dengan demikian, Indonesia termasuk perintis sekaligus pendiri Gerakan Non Blok.Keikutsertaan Indonesia dalam Gerakan Non Blok sejak awal disebabkan oleh kesesuaian prinsip gerakan itu dengan politik luar negeri bebas aktif. Indonesia berkeyakinan, perdamaian hanya dapat tercipta dengan sikap tidak mendukung pakta militer mana pun. Itulah sebabnya, sampai sekarang Indonesia tidak pernah ikut dalam pakta militer, termasuk SEATO.Sebagai wujud nyata keterlibatannya di forum Gerakan Non Blok, Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah KTTX Gerakan Non Blok yang diselenggarakan di Jakarta pada bulan September 1992. Dalam konferensi itu, Indonesia terpilih sebagai Ketua Gerakan Non Blok untuk periode 1992-1995.Pada KTT X Gerakan Non Blok di mana Indonesia menjadi ketuanya, untuk pertama kalinya dihasilkan suatu dialog yang konstruktif guna mencapai kemajuan bersama. Hal ini merupakan suatu orientasi baru yang belum pernah dibicarakan pada KTT Gerakan Non Blok sebelumnya. Dengan demikian, dapat dikatakan Gerakan Non Blok di bawah kepemimpinan Indonesia telah berhasil menempatkan agenda internasional yang penting untuk mendorong ke arah perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan masyarakat dunia.

3) Peran Gerakan Non Blok di Dunia InternasionalPada masa Perang Dingin, negara-negara anggota Gerakan Non Blok sering menjadi sasaran pengaruh Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kedua blok yang

saling bersengketa itu berusaha menarik dan menanamkan pengaruhnya ke negara-negara anggota Gerakan Non Blok. Gerakan Non Blok muncul sebagai kekuatan netral (tidak memihak salah satu blok) dan berusaha meredam persaingan kedua blok tersebut dengan tidak menjadi anggota salah satu blok guna menghindari pecahnya Perang Dunia III.Setelah Uni Soviet runtuh, negara Eropa Timur yang tergabung dalam Pakta Warsawa bubar dan Perang Dingin pun berakhir dengan sendirinya. Dengan berakhirnya Perang Dingin, isu utama yang diangkat Gerakan Non Blok bergeser menjadi aksi melawan kemiskinan di seluruh dunia, kerusakan lingkungan, uji coba senjata nuklir, serta perdagangan narkotika dan obat-obat terlarang.

c. ASEANAssociation of Southeast Asian Nations (ASEAN) dibentuk dalam rangka

menggalang kerja sama pada bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan di

kawasan Asia Tenggara. Organisasi regional itu secara resmi berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967. ASEAN dibentuk berdasarkan Deklarasi Bangkok (Bangkok Declaration) yang ditandatangani oleh lima utusan dari lima negara di kawasan Asia Tenggara. Berikut ini tokoh-tokoh yang menandatangani Deklarasi Bangkok.• Adam Malik (Menteri Utama Bidang Politik/Menteri Luar Negeri Indonesia).• Tun Abdul Razak (Wakil Perdana Menteri/Menteri Pembangunan Nasional

Malaysia).• S. Rajaratnam (Menteri Luar Negeri Singapura).• Narciso Ramos (Menteri Luar Negeri Filipina).• Thanat Khoman (Menteri Luar Negeri Thailand).

1) Tujuan ASEANSebagai sebuah organisasi, ASEAN mempunyai tujuan yang ingindicapai. Berikut ini tujuan yang ingin dicapai oleh ASEAN.• Mempercepat kemajuan ekonomi, sosial, dan mengembangkan kebudayaan

di kawasan Asia Tenggara.• Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan menghormati

keadilan dan tata tertib hukum di kawasan Asia Tenggara, serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam PBB.

• Meningkatkan kerja sama yang aktif serta saling membantu satu sama lain dalam mengatasi masalah bersama di bidang ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta administrasi.

• Saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana latihan dan pelatihan dalam bidang pendidikan, teknologi, dan administrasi.

• Bekerja sama meningkatkan pendayagunaan pertanian, industri, perluasan perdagangan komoditi internasional, perbaikan sarana distribusi dan komunikasi, serta peningkatan taraf hidup rakyat.

• Memelihara kerja sama yang semakin erat dengan organisasi-organisasi internasional.

Pada awal pembentukannya, ASEAN terdiri atas lima negara anggota. Sekarang ini anggota ASEAN berjumlah sepuluh negara, dengan masuknya Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam.Perkembangan itu memperlihatkan bahwa ASEAN merupakan organisasi terbuka bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara, tanpa membedakan sistem politik ataupun ideologi. Tergabungnya negara yang berbeda sistem politik dan ideologi itu justru merintis terpeliharanya perdamaian regional yang ikut menentukan perdamaian dunia.

2) Struktur Organisasi ASEANStruktur organisasi ASEAN telah mengalami pengembangan dan penyempurnaan sejak pembentukannya sampai sekarang. Struktur organisasi ASEAN sebelum KTT di Bali adalah sebagai berikut.• Sidang tahunan para menteri.• Standing Commitee.• Komite-komite tetap dan khusus.• Sekretariat nasional ASEAN pada setiap ibu kota negara anggota ASEAN.Setelah berlangsungnya KTT ASEAN di Bali tahun 1976, struktur organisasi ASEAN mengalami perubahan sebagai berikut.• Pertemuan para kepala pemerintahan (summit meeting). Pertemuan ini

merupakan kekuasaan tertinggi dalam ASEAN.• Sidang tahunan menteri-menteri luar negeri ASEAN.• Sidang para menteri ekonomi.• Sidang para menteri nonekonomi.• Standing Commitee.• Komite-komite ASEAN.

3) Kerja Sama Antaranggota ASEANASEAN merupakan suatu organisasi yang anggotanya memfokuskan kerja sama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Namun, tidak dapat diabaikan bahwa Deklarasi Bangkok merupakan dasar pendirian ASEAN. Dengan demikian, aspirasi dan komitmen politik Deklarasi Bangkok juga menjadi komitmen dan aspirasi politik ASEAN, yaitu bersatu dan bekerja sama dalam menghadapi permasalahan di kawasan Asia Tenggara. Aspirasi dan komitmen politik itu merupakan upaya untuk mewujudkan stabilitas regional yang dapat menunjang pembangunan nasional negara-negara anggotanya.Dalam merealisasikan maksud dan tujuan Deklarasi Bangkok tersebut, para pemimpin dan pendiri ASEAN menyadari bahwa di antara negara-negara anggota masih ada perbedaan latar belakang sejarah maupun sikap politik. Begitu pula dengan kenyataan bahwa dalambidang ekonomi sebagian besar negara anggota bersaing sebagai penghasil komoditi yang sama.Sejak pembentukan ASEAN, pemerintah Indonesia memberikan prioritas utama dalam penggalangan kerja sama dengan negara-negara tetangga di sekitarnya. Di samping itu, Indonesia berkeinginan dan berkeyakinan bahwa Asia Tenggara dapat berkembang menjadi kekuatan regional yang mandiri dan kuat.

Dalam perkembangan selanjutnya, kerja sama antarnegara anggota ASEAN semakin mantap dan berhasil meningkatkan semangat hidup setiap negara anggotanya. Bentuk kerja sama ASEAN antara lain dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial-budaya.a) Bidang Politik

Dalam bidang politik, ASEAN sepakat untuk menyelesaikan * segala permasalahan melalui meja perundingan. Pada KTT ASEAN di Bangkok tahun 1995, ASEAN juga sepakat untuk menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan bebas nuklir.b) Bidang Ekonomi

Dalam bidang ekonomi, negara-negara ASEAN berupaya menciptakan kerja sama perdagangan yang saling menguntungkan.

c) Bidang Sosial-BudayaDalam bidang sosial-budaya, kerja sama yang sudah dilakukan adalah pertukaran kunjungan dari misi kebudayaan masing- masing negara. Di samping itu, telah dilakukan pula program pertukaran pelajar dan mahasiswa.

d. Masyarakat Ekonomi EropaEuropean Economic Community atau Masyarakat Ekonomi Eropa merupakan

salah satu bentuk kerja sama regional negara-negara di kawasan Eropa Barat. Namun dalam pelaksanaannya, organisasi ini berupaya untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi Eropa dan dunia.

Terbentuknya Masyarakat Ekonomi Eropa diawali dengan berdirinya European Coal and Steel Community (ECSC) pada tahun 1952. Organisasi ini membentuk sebuah pasar bersama untuk produksi batu bara, besi, dan baja. Negara anggota ECSC antara lain Belgia, Jerman, Prancis, Italia, Luksemburg, dan Belanda. Keenam negara Eropa ini disebut dengan istilah the six.

Keberhasilan ECSC mendorong negara-negara the six membentuk pasar bersama yang mencakup semua sektor ekonomi. Hasil pertemuan di Messina tanggal 1 Juni 1955 menunjuk Paul Spaak (Menteri Luar Negeri Belgia) sebagai ketua komite. Ia bertugas menyusun laporan tentang kemungkinan kerja sama ekonomi dan tenaga kerja. Laporan Komite Spaak berisi dua rancangan yang lebih mengintegrasikan Eropa, yaitu• membentuk European Economic Community (EEC) atau Masyarakat Ekonomi

Eropa (MEE);• membentuk European Atomic Energy Community (EURATOM) atau Badan

Tenaga Atom Eropa.

181

Rancangan Spaak ini disetujui pada tanggal 25 Maret 1957 di Roma dan kedua rancangan tersebut mulai berlaku tanggal 1 Januari 1958.

Sebagai sebuah organisasi yang beranggotakan negara-negara maju, MEE mempunyai tujuan yang jelas. Berikut ini tujuan dari organisasi MEE.• Integrasi Eropa dengan cara meningkatkan perekonomian, memperbaiki taraf

hidup, dan memperluas lapangan kerja.• Memajukan perdagangan dan menjamin adanya persaingan bebas, serta

keseimbangan perdagangan antarnegara anggota.• Memperluas hubungan dengan negara-negara selain MEE.• Menghapuskan semua rintangan yang menghambat laj u perdagangan

internasional.Guna mencapai tujuan di atas, MEE membentuk badan-badan sebagai berikut.

*• Assembly, anggotanya berjumlah 142 orang yang dipilih parlemen negara

anggota. Tugasnya memberikan nasihat, usul, dan mengawasi pekerjaan Commission, serta meminta pertanggungjawabannya.

• Council (Dewan Menteri MEE), mempunyai kekuasaan tertinggi untuk merencanakan dan memberikan keputusan atas semua rencana baru.

• Commission (Badan Pengurus Harian MEE) beranggotakan sembilan orang dengan masa jabatan empat tahun.

• The Court of Justice (Mahkamah Peradilan MEE), beranggotakan tujuh orang dengan masa jabatan enam tahun.Upaya integrasi (penyatuan) masyarakat Eropa mulai dirintis sejak tahun 1998.

Guna mewujudkan integrasi itu, mereka telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang akan dipakai sebagai perangkat pendukung, yaitu• parlemen Eropa (European parliament),• sistem moneter Eropa (European monetary system),• unit uang Eropa (European currency unit), serta• pasar tunggal (single market).

Semua kebijakan yang dikeluarkan oleh MEE mengacu pada pembentukan satu kekuatan Eropa yang terintegrasi. Ide integrasi ekonomi melalui pasar tunggal tahun 1992 dipakai sebagai landasan pokok bagi integrasi Eropa secara keseluruhan. Guna membangun masyarakat Eropa yang bersatu dan berdaulat, MEE membangun basis ekonomi terlebih dahulu. Dengan kuatnya basis ekonomi masyarakat Eropa maka akan sangat membantu terhadap integrasi di bidang lainnya.

Realisasi dari ide integrasi ekonomi Eropa melalui pasar tunggal Eropa secara resmi mulai diterapkan pada tanggal 1 Januari 1993. Pasar tunggal Eropa tersebut masih tetap menggunakan satuan mata uang masing- masing negara.

Negara-negara yang menjadi anggota MEE sejak awal berdirinya adalah Prancis Jerman, Italia, Belgia, Belanda, dan Luksemburg. Kemudian beberapa negara lain juga bergabung dengan MEE, yaitu Inggris, Irlandia, Denmark, Spanyol, Portugal, dan Yunani.

Berdasarkan Perjanjian Maastricht yang ditandatangani tanggal 7 Februari 1992, MEE diubah menjadi Uni Eropa. Dengan demikian,

keanggotaan dari lembaga tersebut juga bertambah. Hal ini dibuktikan masuknya negara-negara lain sebagai anggota baru, yaitu Swedia, Finlandia, Estonia, Latvia, Lituania, Polandia, Malta, Austria, Slovenia, Siprus, Ceko, Slovakia, Hongaria, Bulgaria, dan Rumania.

e. Organisasi Konferensi Islam (OKI)Organisasi Konferensi Islam (OKI) merupakan organisasi negara- negara Islam

atau negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Organisasi ini dibentuk di Karachi (Pakistan) dalam suatu konferensi tingkat menteri luar negeri negara-negara Islam.1) Latar Belakang

Berdirinya OKI adalah akibat jatuhnya kota Jerusalem ke tangan Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967. Gagasan pembentukan organisasi ini semakin kuat setelah terjadi pembakaran Masjidil Aqsa, pada tanggal 21 Agustus 1969 oleh Israel. Peristiwa tersebut membangkitkan kemarahan umat Islam di seluruh dunia. Kemudian, Raja Hasan II dari Maroko menyerukan kepada pemimpin negara Arab khususnya dan umat Islam pada umumnya untuk secara bersama-sama menuntut pertanggungjawaban Israel.

2) Pembentukan OKIPada tanggal 22 Agustus 1969, berlangsung konferensi darurat para menteri luar negeri anggota Liga Arab. Konferensi tersebut mengeluarkan sejumlah resolusi yang mendesak agar diselenggarakan KTT negara-negara Islam. Tugas untuk mempersiapkan KTT tersebut dilaksanakan oleh pemerintah Arab Saudi dan Maroko.Kemudian, pemerintah Arab Saudi dan Maroko membentuk panitia penyelenggara KTT yang beranggotakan enam delegasi, yaitu Malaysia, Palestina, Arab Saudi, Maroko, Somalia, dan Nigeria. Selanjutnya, diselenggarakan KTT di Rabat (Maroko) pada tanggal 22-25 September 1969. Keputusan yang dihasilkan antara lain kecaman terhadap tindakan Israel dan rencana konferensi tingkat menteri luar negeri di Jeddah, Arab Saudi.Berdasarkan keputusan Konferensi Jeddah, akhirnya dibentuk Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Karachi (Pakistan), pada bulan Desember 1970. Sekretaris Jenderal OKI yang pertama adalah Perdana Menteri Malaysia, Tunku Abdul Rahman.

3) Tujuan OKITujuan pembentukan OKI seperti berikut ini.• Memajukan solidaritas Islam di antara negara-negara anggota.• Mengkonsolidasikan kerja sama di antara negara-negara anggota dalam

bidang ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, dan bidang kegiatan lainnya.

• Berusaha menghapus pemisahan rasial dan diskriminasi, serta menghilangkan kolonialisme dalam segala bentuknya.

• Mengkoordinasikan usaha-usaha untuk melindungi tempat suci dan mendukung setiap perjuangan rakyat Palestina dalam mendapatkan kembali hak-hak mereka atas tanah Palestina.

• Mendukung setiap upaya perdamaian dan keamanan dunia.• Memperkuat perj uangan umat Islam untuk melindungi martabat umat,

independensi, dan hak masing-masing negara Islam.• Menciptakan suasana yang harmonis untuk meningkatkan kerja sama dan

pengertian antara negara anggota OKI, serta negara- negara lain.4) Anggota OKI

Pertama kali dibentuk, jumlah anggota OKI hanya 27 negara, yaitu negara-negara yang hadir pada KTT I di Rabat, Maroko. Sekarang anggota OKI sebanyak 57 negara.Keanggotaan Indonesia dalam OKI tergolong sangat unik. Sebab Indonesia bukan negara Islam, tetapi merupakan negara dengan jumlah penganut agama Islam terbanyak di dunia. Berdasarkan sudut politik luar negeri, Indonesia adalah anggota OKI yang secara eksplisit menyatakan prinsip-prinsip kebebasan dan independensi sebagai pegangan politik luar negerinya. Indonesia memanfaatkan OKI sebagai forum kerja sama yang bertujuan menciptakan perdamaian dunia.

5) Peran Indonesia dalam OKIBerlandaskan politik luar negeri yang bebas dan aktif, Indonesia berupaya menjadi pemersatu umat Islam di seluruh dunia. Indonesia juga berusaha mencarikan jalan keluar dari masalah-masalah yang dihadapi oleh umat Islam. Keterlibatan Indonesia dalam OKI telah melahirkan kesempatan yang baik bagi terciptanya kerja sama dengan negara-negara lainnya.Di bidang politik, peran Indonesia dalam OKI cukup diperhitungkan. Pada KTT OKI tahun 1981 di Thaif, Arab Saudi, Indonesia mengajukan resolusi tentang solidaritas Islam, yang diterima baik oleh peserta KTT secara spontan. Resolusi tersebut kemudian menjadi dasar bagi pembentukan Komite Perdamaian Islam. Selain itu, peran Indonesia dalam mendamaikan sengketa antara Pakistan- Bangladesh juga diikuti oleh negara-negara Islam lainnya. Masalah minoritas muslim Moro di Filipina juga diperjuangkan Indonesia dalam forum OKI.

6) KTT OKIPada pertemuan-pertemuan selanjutnya, OKI mengalami perkembangan dalam berbagai bidang. Sesuai dengan hasil konferensi tingkat menteri luar negeri OKI di Jeddah tahun 1970, kemudiandibentuk sekretariat tetap OKI di Jeddah. Selanjutnya, diadakan pertemuan-pertemuan tingkat menteri luar negeri. Pada pertemuan di Jeddah inilah disahkan piagam pendirian OKI.

f. Asia Pacific Economic CooperationAsia Pacific Economic Cooperation (APEC) merupakan forum kerja sama

antarnegara-negara di kawasan Asia dan Pasifik. APEC terbentuk di Canberra, Australia pada bulan Desember 1989.1) Latar Belakang Berdirinya APEC

Pembentukan kerja sama regional di kawasan Asia Pasifik dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut.• Munculnya berbagai kelompok kerja sama perdagangan regional, seperti

North America Free Trade Agreement (NAFTA) dan Free Trade*Area of the Americas (FTAA).

• Adanya perubahan di bidang politik dan ekonomi yang terjadi di Uni Soviet

dan Eropa Timur.• Kekhawatiran terhadap gagalnya perundingan putaran Uruguay mengenai

perdagangan bebas. Jika putaran Uruguay gagal disepakati, diduga akan memicu sikap proteksi dari masing- masing negara.

Ketiga faktor tersebut mendorong negara-negara dan para pelaksana ekonomi di kawasan Asia Pasifik untuk melakukan antisipasi agar dapat menghadapi tantangan yang muncul dan mampu memanfaatkan peluang yang terbuka.

2) Pembentukan APECAPEC dibentuk dalam suatu pertemuan tingkat menteri di Canberra, Australia. Gagasan pembentukan APEC berasal dari Bob Hawke, Perdana Menteri Australia ketika itu. Pada awal pembentukannya, APEC beranggotakan 12 negara yang meliputi 6 negara ASEAN dan 6 mitra dialognya, yaitu Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, Kanada, dan Amerika Serikat.

Keanggotaan APEC berkembang relatif cepat. Pada tahun 1991, Cina, Hongkong, dan Taiwan diterima sebagai anggota. Selanjutnya, pada pertemuan di Seattle (Amerika Serikat) bulan November 1993, Papua Nugini dan Meksiko diterima sebagai anggota. Setahun kemudian, Chili diterima sebagai anggota.Peran Indonesia dalam APECSebagai anggota APEC, Indonesia mempunyai peran yang cukup penting. Dalam pertemuan di Seattle, Indonesia ditunjuk sebagai Ketua APEC periode 1994—1995. Sebagai Ketua APEC, Indonesia berhasil menyelenggarakan pertemuan APEC di Bogor pada tanggal 14—15 November 1994. Pertemuan tersebut dihadiri oleh 18 negara anggota.

Sejak proklamasi, Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif Sistem politik luar negeri ini dipilih dalam rangka menjamin kerja sama dan hubungan baik dengan bangsa lain di dunia. Prinsip bebas, artinya Indonesia tidak memihak kepada salah satu blok dan menempuh cara sendiri dalam menangani masalah-masalah internasional. Sedangkan prinsip aktif artinya Indonesia berusaha sekuat tenaga untuk ikut memelihara perdamaian dunia dan berpartisipasi meredakan ketegangan internasional. Dasar politik luar negeri yang diperkenalkan oleh Mohammad Hatta tersebut tidak hanya menjadi kebijakan pemerintah Orde Lama (Soekarno), namunjuga pada masa Orde Baru (Soeharto). Masing-masing pemerintah cenderung untuk memberikan penafsiran sendiri terhadap dasar-dasar politik luar negeri tersebut sesuai dengan tujuan masing-masing.

1. Masa Orde lama

Hubungan luar negeri yang dirintis sejak perang kemerdekaan berkembang sesudah pengakuan kedaulatan tahun 1949. Kabinet RIS di bawah Mohammad Hatta melaksanakan hubungan luar negeri yang dititikberatkan kepada negara-negara Asia dan negara-negara Barat, karena kepentingan Indonesia masih terkait dengan negara-negara Eropa. Pemasaran hasil bumi Indonesia masih berpusat di negeri Belanda dan Eropa Barat pada umumnya. Untuk kepentingan yang sama, pemerintah mengirim Ir. Juanda ke Amerika Serikat untuk mencari bantuan yang tidak mengikat.

Setelah kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950, kebijakan luar negeri Perdana Menteri Hatta dilanjutkan oleh kabinet berikutnya, di antaranya Kabinet Natsir dan Kabinet Sukiman. Pada masa

Kabinet Sukiman, pemerintah Indonesia mengadakan pertukaran surat dengan pemerintah Amerika Serikat. Pertukaran itu dilakukan antara Menteri Luar Negeri Ahmad Subarjo dan Duta Besar Merle Cochran. Isi surat tersebut adalah upaya penjajakan pemerintah Indonesia untuk mendapatkan bantuan dari Amerika Serikat berdasarkan Mutual Security Act (MSA). Sekalipun masihdalam tingkat pertukaran surat, kejadian ini mengundang reaksi dari berbagai pihak. DPRS mengajukan hak interpelasi atas kebijakan luar negeri yang menyangkut MSA. Pada waktu itu pemerintah dianggap telah meninggalkan politik luar negeri bebas aktif dan memasukkan Indonesia ke dalam sistem pertahanan Blok Barat.

Pengganti Kabinet Sukiman adalah Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Kabinet ini melaksanakan offensive diplomatic yang menonjol, yaitu menitikberatkan pada kerja sama antara negara-negara Asia-Afrika. Kenyataan ini bukan berarti Indonesia akan membentuk blok ketiga. Pembentukan organisasi ini merupakan landasan dalam rangka memupuk solidaritas bangsa Asia-Afrika dan menyusun kekuatan agar mendapatkan posisi yang menguntungkan bagi bangsa Asia-Afrika di tengah percaturan politik internasional. Indonesia mensponsori penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika di Bandung.

Pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap, pemerintah Indonesia menjalankan politik luar negeri yang dekat dengan Blok Barat. Selain dengan Amerika Serikat dan Australia, dijalin pula hubungan dengan Inggris, Singapura, dan Malaysia. Indonesia memperoleh bantuan makanan dari Amerika Serikat seharga US$96.700.000 berdasarkan perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 2 Maret 1956. Bahkan secara resmi Presiden Soekarno diundang untuk mengunjungi Amerika Serikat oleh Menteri Luar Negeri John Foster Dulles, pada bulan Maret 1956.

Untuk menunjukkan bahwa Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif, pada bulan Agustus 1956 Presiden Soekarno mengunjungi Uni Soviet. Pada kunjungan ini, telah ditandatangani perjanjian kerja sama pemberian bantuan ekonomi dengan tidak mengikat dari Uni

Soviet sebesar US$100.000.000. Pada bulan yang sama Presiden Soekarno mengadakan kunjungan ke Cekoslovakia dan Yugoslavia. Sedangkan kunjungan ke Cina dilakukan pada bulan Oktober 1956.

Setelah Manipol menjadi dasar pengambilan kebijakan luar negeri Indonesia. Maka dunia tidak lagi terbagi dalam Blok Barat dan Blok Timur, tetapi terbagi menjadi New Emerging Forces (Nefo) dan Old Established Forces (Oldefo). Nefo adalah kelompok negara-negara komunis dengan beberapa negara baru di kawasan Asia dan Afrika, termasuk Indonesia. Sedangkan Oldefo adalah kekuatan negara-negara imperialis dan kolonialis Barat.

Karena termasuk dalam kelompok Nefo maka Indonesia menjaga jarak dengan negara-negara Blok Barat, namun sebaliknya menjalin hubungan erat dengan negara-negara Blok Timur. Tindakan itu turut didorong oleh campur tangannya Amerika Serikat dalam pergolakan PRRI dan Permesta, juga oleh sikap pasiftiegara-negara Barat saat upaya pembebasan Irian Barat.

Politik luar negeri Nefo-Oldefo kemudian berkembang semakin radikal menjadi politik mercusuar, dan politik poros, dan politik konfrontasi.• Melalui politik mercusuar, Indonesia mengadakan proyek-proyek besar yang

menguras biaya besar. Proyek itu dimaksudkan untuk mengangkat Indonesia sebagai negara terkemuka (menjadi mercusuar) di kalangan Nefo. Proyek mercusuar, antara lain pembangunan kompleks olah raga Senayan dan penyelenggaraan Games New Emerging Forces (Ganefo) atau pesta olah raga untuk negara-negara Nefo.

• Melalui politik poros, Indonesia mengadakan hubungan istimewa dengan negara Kamboja, Vietnam Utara, Cina, dan Korea Utara. Hubungan itu disebut poros Jakarta-Pnom Penh-Hanoi-Peking- Pyongyang.

• Melalui politik konfrontasi, Indonesia mengadakan konfrontasi terhadap Malaysia yang dianggap sebagai negara boneka Inggris. Sikap bermusuhan tersebut ditegaskan oleh Presiden Soekarno melalui pencanangan Dwikora. Dwikora berisi seperti berikut ini.• Perhebat ketahanan revolusi.• Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak,

dan Brunei untuk menggagalkan pembentukan negara boneka Malaysia.Politik luar negeri Indonesia yang agresif selama Demokrasi Terpimpin

memboroskan cadangan devisa, inflasi menjadi tidak terkontrol. Kehidupan ekonomi terus memburuk pada tahun 1965. Keterpurukan ekonomi itu menjadi peluang bagi PKI melancarkan pemberontakan pada tanggal 30 September 1965.

2. Masa Orde Baru

Pada masa Orde Baru, kebijakan politik luar negeri Indonesia lebih menaruh perhatian khusus terhadap masalah regional. Para pemimpin Indonesia menyadari bahwa stabilitas regional akan menjamin keberhasilan rencana pembangunan di Indonesia. Kebijakan luar negeri Indonesiajuga mempertahankan persahabatan dengan pihak Barat dan menjalankanpolitik pintu terbuka bagi investor asing, serta pinjaman luar negeri. Seperti halnya pemerintahan Orde Lama, pemerintahan Orde Baru juga selalu menempatkan posisi Indonesia sebagai pemeran utama dalam pelaksanaan kebijakan politik luar negerinya. Wujud keseriusan sikap Indonesia dalam menjalankan politik luar negerinya, antara lain dengan masuknya kembali Indonesia menjadi anggota PBB pada tanggal 28 Desember 1966.

Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB berlanjut dengan upaya pemulihan hubungan dengan sejumlah negara yang sempat renggang akibat politik konfrontasi pada masa Orde Lama. Indonesia memulihkan hubungan dengan negara India,

Filipina, Thailand, Australia, dan sejumlah negara anggota Gerakan Non Blok di kawasan Asia, Afrika, dan Eropa.

Pada tahun 1971, Malaysia mengajukan sebuah konsep tentang kawasan Asia Tenggara yang damai, bebas, dan netral atau lebih dikenal dengail sebutan Zone of Peace, Freedom, and Neutral (ZOPFAN). Pada tahun 1983, Indonesia memperkenalkan konsep Asia Tenggara sebagai kawasan bebas senjata nuklir atau Southeast Asian Nuclear Weapons Free Zone (SEANWFZ). Konsep tersebut merupakan cerminan dari peran aktif Indonesia dalam menjaga stabilitas di kawasan Asia Tenggara.

Guna menangkal ancaman Cina di kawasan Asia Tenggara maka pada bulan Maret 1980, Presiden Soeharto bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia, Hussein Onn. Pertemuan ini berhasil merumuskan Doktrin Kuantan. Doktrin ini menganggap tekanan Cina atas Vietnam akan lebih mendekatkan Vietnam dengan Uni Soviet. Ini berarti membahayakan keamanan regional, sehingga negara-negara ASEAN sepakat untuk memberikan bantuan kepada Vietnam. Melalui bantuan tersebut diharapkan secara bertahap Vietnam akan menarik diri dari sekutunya, yaitu Uni Soviet dan stabilitas politik tersebut di Asia Tenggara dapat tercipta.

Hubungan antara Indonesia dan Cina membeku sejak bulan Oktober 1967, karena Cina diyakini berada di belakang kudeta yang dilakukan oleh PKI pada tahun 1965. Upaya normalisasi hubungan antara Indonesia dan Cina mulai dilakukan pada tahun 1984. Pada bulan November 1984, Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmaja, mengumumkan keinginan Indonesia untuk membuka kembali pedagangan langsung dengan negara Cina. Saat menghadiri peringatan tiga puluh tahun Konferensi Asia-Afrika di Bandung, Menteri Luar Negeri Wu Xueqian di hadapan pers mengatakan bahwa Cina telah berhenti mendukung PKI. Ia juga mengatakan bahwa kebanyakan pimpinan PKI yang mengungsi ke Cina setelah pemberontakan tahun 1965 telah meninggalkan Cina dan pergi ke Eropa.

Pada tanggal 23 Februari 1989, pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa ada kemungkinan hubungan diplomatik antara Jakarta dan Beijing dibuka kembali. Hal ini mengejutkan banyak orang, sebab rencana ini sebelumnya sangat dirahasiakan. Dilaporkan bahwa wakil pemerintah Cina di PBB telah menghubungi wakil Indonesia di PBB dan mengatakan keinginan mereka untuk bertemu dengan Presiden Soeharto di Tokyo. Pemerintah Indonesia menanggapi ajakan tersebut secara baik.

Pada bulan Desember 1990, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad mencetuskan ide pembentukan East Asian Economic Grouping(EAEG), namun pemerintah Indonesia keberatan atas usul ini. Dalam sebuah konferensi di Bali tanggal 3 Maret 1991, Presiden Soeharto mengatakan bahwa Indonesia tidak menginginkan suatu blok perdagangan yang tertutup. Indonesia menginginkan agar ditiadakan pengelompokan ekonomi lain yang akan merugikan kerja sama internasional yang dibutuhkan. Karena Indonesia melihat bahwa EAEG akan menutup peran Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Sementara Indonesia masih membutuhkan bantuan Amerika Serikat dan investasi asing lainnya. Selain itu, Indonesia juga ingin memanfaatkan Amerika Serikat untuk mengimbangi dominasi ekonomi Jepang di Asia Tenggara. Indonesia mengusulkan agar EAEG diganti caucus, dan akhirnya disetujui nama East Asian Economic Caucus (EAEC). Organisasi baru ini lebih merupakan suatu forum daripada suatu blok ekonomi dan bagian dari organisasi APEC.

Saat Indonesia menjabat sebagai Kettia Gerakan Non Blok terjadi pertikaian dan perpecahan di negara Yugoslavia. Etnis Serbia melakukan serangan terhadap etnis Bosnia yang mayoritas beragama Islam. Pada waktu itu ada usulan agar Gerakan Non Blok untuk menyebut Serbia sebagai agresor. Namun pemerintah Indonesia

tidak sepakat, karena sebagai Ketua Gerakan Non Blok tidak ingin mengaitkan organisasi tersebut dengan dasar-dasar Islam dan menolak mengirimkan pasukan perdamaiannya. Namun sikap pemerintah Indonesia terhadap masalah Bosnia dalam perkembangannya berubah. Pemerintah melakukan kunjungan ke Bosnia dan mengirim pasukan pemelihara perdamaian. Perubahan sikap pemerintah ini kemudian ditindaklanjuti dengan kunjungan Presiden Soeharto ke Bosnia.

Selain Gerakan Non Blok, Presiden Soeharto juga menggunakan APEC untuk memproyeksikan posisi kepemimpinan Indonesia. Pada awalnya Indonesia memiliki keberatan tertentu mengenai APEC. Kekhawatiran itu didasarkan pada ketidakmampuan Indonesia menghadapi liberalisasi perdagangan. Indonesia hanya akan dijadikan pasar tanpa meraih keuntungan. Kekhawatiran lainnya adalah kehadiran APEC dapat mengikis kerja sama di antara negera-negara ASEAN. Sebagaimana ditunjukkan oleh Perdana Menteri Mahathir Mohammad yang tidak sepakat dengan APEC.

Setelah berakhirnya Perang Dingin, Indonesia mengubah pandangannya terhadap APEC. Sikap Indonesia terhadap APEC mulai berubah pada tahun 1993 ketika Presiden Soeharto menerima undangan Presiden Bill Clinton untuk hadir dalam pertemuan di Seattle. Indonesia yang pada mulanya enggan membuka pasar dalam negerinya, sekarang muncul sebagai penganjur konsep perdagangan bebas.

Faktor-faktor yang mendorong perubahan sikap Indonesia terhadap APEC adalah ditunjuknya Indonesia menjadi Ketua APEC periode berikutnya. Faktor lainnya adalah kekhawatiran Indonesia yang akan tertinggal oleh Thailand, Vietnam, dan India dalam mendapatkan investasi asing jika tidak melakukan perdagangan bebas. Vietnam, Thailand, dan India telah membuka pasar dalam negeri mereka bagi para penanam modal asing yang menghasilkan peningkatan investasi asing yang luar biasa.

Prestasi Indonesia saat menjadi tuan rumah KTT APEC di Bogor adalah disepakatinya usulan Indonesia tentang batas waktu liberalisasi

Kedua negara adikuasa ini ingin menjadi pemimpin dunia dengan kekuatan senjata. Keadaan seperti ini menimbulkan kekhawatiran dan rasa cemas akan munculnya Perang Dunia III.

Amerika Serikat didukung oleh NATO, sedangkan Uni Soviet didukung oleh negara-negara komunis yang tergabung dalam organisasi Pakta Warsawa. Dengan adanya NATO dan Pakta Warsawa, perang terbuka dapat meletus setiap saat. Sebab kedua negara adikuasa itu selalu berada di belakang negara-negara yang sedang bertikai. Bila terjadi perang terbuka antara kedua negara adikuasa itu maka seluruh dunia akan hancur.

Perang Dingin dan hubungan yang memanas menyadarkan kedua negara adikuasa tersebut untuk mengurangi ketegangan antarnegara. Oleh karena itu, Amerika Serikat dan Uni Soviet sepakat untuk mengadakan perundingan. Perundingan tersebut antara lain melalui Strategic Arms Limitation Talks (SALT) atau Perundingan Pembatasan Persenjataan Strategis yang meliputi SALT I dan SALT II. Perundingan SALT I berlangsung di Helsinki, Finlandia tanggal 17 November 1969. Hasil perundingan SALT I ditandatangani oleh Presiden Amerika Serikat Richard Nixon dan Leonid Brezhnev dari Uni Soviet. Sedangkan perundingan SALT II dilangsungkan di Jenewa, Swiss pada bulan November 1972. Hasil perundingan SALT II baru ditandatangani oleh pemimpin Amerika Serikat, Jimmy Carter dan pemimpin Uni Soviet, Leonid Brezhnev pada tanggal 18 Juni 1979 di Wina, Austria.

Perang Dingin mulai berakhir ketika Uni Soviet berniat untuk mengalihkan energi mereka untuk menyelesaikan masalah dalam negeri mereka. Sampai tahun 1980, 11% GNP Uni Soviet dibelanjakan untuk kepentingan militer. Jatuhnya harga minyak pada tahun 1980, menghentikan ekonomi Uni Soviet yang sedang goyah. Sebelumnya Uni Soviet masih menikmati hasil ekspor minyaknya. Akan tetapi setelah tahun 1980, minyak tidak mampu lagi membiayai Perang Dingin.

Uni Soviet mulai mengurangi kekuatan militernya di Eropa Timur. Pada tahun 1989, Uni Soviet menarik tentaranya dari Afganistan. Kekuasan komunis mulai runtuh di negara-negara Eropa Timur dan Jerman kembali bersatu. Pada tahun 1991 Uni Soviet bubar, Rusia dan negara-negara bekas Uni Soviet yang lain mulai muncul sebagai negara yang merdeka. Runtuhnya kekuatan Uni Soviet di Eropa Timur mengakhiri Perang Dingin.

Q Perkembangan Mutakhir Dunia

Ada beberapa peristiwa mutakhir yang terjadi di dunia ini. Peristiwa- peristiwa tersebut adalah sebagai berikut.

1. People Power M Filipina

Filipina merdeka sejak tahun 1946. Salah seorang pemimpin dari negara itu adalah Ferdinand Marcos. Tokoh dari Partido Nasionalista itu, menjadi Presiden Filipina sejak tanggal 30 Desember 1965. Ia menempuh berbagai cara untuk mempertahankan kekuasaannya.a. Pertentangan antara Presiden Marcos dan Benigno Aquino

Tindakan Presiden Marcos itu mendapat kritik keras, dari Benigno Aquino, tokoh Partido Lakas Ng Bayan (yang berarti people power). Aquino menganggap Marcos memerintah secara totalitarian yang bertentangan dengan prinsip demokrasi Filipina.

Aquino kembali melancarkan kecaman saat Marcos terpilih lagi sebagai presiden pada tahun 1967. Ia menganggap Marcos melakukan kecurangan dalam

pemilihan presiden. Marcos mulai menekan Aquino ketika bersaing dalam pemilihan presiden tahun 1973. Untuk menyingkirkan Aquino, Marcos menjebloskannya ke pengadilan militer dengan tuduhan subversi. Namun upaya Marcos belum berhasil, hal ini terbukti dengan ikutnya Aquino dalam pemilu untuk anggota parlemen pada tahun 1978.

Persaingan Marcos dan Aquino berakhir pada tahun 1983. Ketika itu Aquino bermaksud kembali ke Filipina setelah selama tiga tahun menetap di Amerika Serikat untuk berobat. Meskipun Marcos tidak menjamin keselamatannya, Aquino tetap bersikeras kembali ke Filipina. Setibanya di Manila, ketika sedang menuruni tangga pesawat, Aquino tewas ditembak.

Perjuangan Benigno Aquino dilanjutkan oleh istrinya Corazon Aquino, atau yang lebih dikenal sebagai Cory Aquino. Dalam waktu yang singkat, ia mendapat simpati dari masyarakat yang menganggap kematian suaminya sebagai korban kekejaman Marcos. Dukungan yang semakin besar itu menempatkan Cory Aquino menjadi pemimpin oposisi yang harus diperhitungkan oleh Marcos.

Dengan dukungan dari sebagian besar rakyat Filipina, Cory mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilu pada tanggal tahun 1986. Tampilnya Cory Aquino diharapkan dapat memulihkan demokrasi Filipina. Rakyat Filipina sangat berharap Cory Aquino memenangkan pemilu.

Hasil pemungutan suara menunjukkan kenyataan yang membingungkan. Berdasarkan hasil perhitungan komisi pemilihan independen, Cory Aquino keluar sebagai pemenang. Sebaliknya, komisi pemilihan dari pihak pemerintah mengumumkan kemenangan Marcos. Perbedaan itu menimbulkan tuduhan bahwa Marcos melakukan kecurangan penghitungan suara. Kesimpulan itu dikuatkan oleh kesimpulan Richard Lugar, ketua tim pengamat dari Amerika Serikat yang menyatakan bahwa Marcos secara sistematis telah memanipulasi penghitungan suara.

b. People PowerMeskipun hasil penghitungan suara diragukan, parlemen Filipina tetap

mengumumkan Marcos sebagai pemenang. Hal itu menimbulkan kemarahan rakyat. Sehari setelah pengumuman parlemen, Cory Aquino menerima petisi dari 2,5 juta penduduk kota Manila. Petisi itu menghendaki Cory Aquino menjadi Presiden Filipina. Ia menyambut baik kehendak rakyat tersebut. Untuk memenuhi kehendak rakyat, Cory Aquino mengumumkan dirinya sebagai presiden dan Salvador Laurel sebagai wakil presiden.

Sementara itu dukungan terhadap Cory Aquino datang dari tokoh- tokoh politik, agama, dan militer. Mereka itu antara lain Menteri Pertahanan Juan Ponce Enrile, pemimpin gereja Katolik Kardinal Sin,dan Panglima Angkatan Bersenjata Letnan Jenderal Fidel Ramos. Selain itu, dukungan datang pula dari perwira muda yang membentuk gerakan pembaruan dalam tubuh militer. Gerakan tersebut dipimpin oleh Kolonel Gregorio Honasan.

Dengan dukungan yang semakin besar, rakyat Filipina melakukan gerakan massa untuk menggulingkan Marcos. Pada tanggal 22-25 Februari 1986, dilakukan revolusi damai tanpa pertumpahan darah. Pada tanggal 25 Februari 1986, secara resmi Cory Aquino dilantik menjadi Presiden Filipina untuk masa jabatan enam tahun.

2. Runtuhnya Uni Soviet

Kelahiran Uni Soviet berawal dari Revolusi Bolshevik di Rusia pada tahun 1917, yang dipimpin oleh Lenin. Sejak saat itu, negara tersebut menganut komunisme sebagai satu-satunya ideologi. Pada bulan Maret 1919, Lenin mengumandangkan gerakan komunis internasional yang disebut Communist International (Comintern).

Akibatnya komunisme bukan saja berkembang di Uni Soviet, melainkan juga berkembang di seluruh dunia.

a. Program Pembaruan GorbachevKetika Mikhail Gorbachev terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis

dan Presiden Uni Soviet (11 Maret 1985), ia menghadapi masalah stagnasi ekonomi warisan para pendahulunya. Uni Soviet memang maju di bidang militer, namun perekonomiannya jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara industri maju, khususnya Amerika Serikat. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut kekuatan politik dan militer Uni Soviet akan menjadi lemah. Akibatnya, Uni Soviet akan semakin terpuruk dalam percaturan politik internasional. Guna mengejar ketertinggalan, Uni Soviet melakukan pembaruan di bidang politik dan ekonomi. Program pembaruan itu dikenal sebagaiglasnost (keterbukaan),perestroika (restrukturisasi), demokratizatsiya (demokrasi), dan uskoreniye (percepatan pembangunan ekonomi). Melalui program tersebut, Gorbachev bermaksud menampilkan komunisme Uni Soviet dalam bentuk baru. Akan tetapi, program pembaruan itu justru menimbulkan masalah di dalam negeri yang serius.

b. Ujian Bagi GorbachevPolitik pembaruan yang dilakukan oleh Gorbachev mengakibatkan

munculnya berbagai gerakan di Uni Soviet. Gerakan itu terdiri atas gerakan yang ingin tetap mempertahankan kedudukan komunisme di Uni Soviet dan gerakan yang ingin mengadakan perubahan.

Tanggal 19 Agustus 1991, terjadi percobaan kudeta yang ingin menggulingkan Gorbachev sebagai Presiden Uni Soviet.Dengan dalih Gorbachev kurang sehat, Wakil Presiden Genadi Yanayev yang didampingi kelompok komunis garis keras, seperti Marsekal Dimitri Yazov (menteri pertahanan), Jenderal Vladimir Kruckhov (Kepala KGB), dan Boris Pugo (menteri dalam negeri) bermaksud mengambil alih jabatan presiden. Karena mendapattentangan keras dari rakyat di bawah pimpinan Boris Yeltsin (Presiden Republik Rusia), kudeta itu dapat digagalkan.

c. Pembubaran Uni SovietSetelah kembali kepada kedudukannya sebagai presiden, Gorbachev

melepaskanjabatan sebagai Sekretarisjenderal Partai Komunis. Kemudian, ia memerintahkan pembekuan segala aktivitas Partai Komunis dan menyita kekayaan partai. Sementara itu, semua negara bagian, (kecuali Rusia dan Kazhaksthan) mengumumkan kemerdekaannya.

Pada tanggal 5 September 1991, diadakan kongres wakil-wakil rakyat untuk membicarakan pembubaran pemerintahan pusat warisan Lenin. Lima negara bagian tidak ambil bagian dalam sidang tersebut, yaitu Lithuania, Estonia, Latvia, Georgia, dan Moldova. Lithuania, Estonia, dan Latvia telah mendapat kemerdekaan dari Uni Soviet pada tanggal 6 September 1991. Sedangkan Georgia dan Moldova menolak mengikuti perundingan karena sedang memperjuangkan pemerintahan sementara di wilayah masing-masing. Kongres tersebut sepakat membentuk Uni Negara-Negara Berdaulat. Namun, kesepakatan itu tidak berlaku, karena keutuhan Uni Soviet tidak bisa dipertahankan lagi.

Pada bulan Desember 1991, Gorbachev semakin tidak mampu mengatasi perpecahan di Uni Soviet. Akhirnya pada tanggal 18 Desember 1991, Gorbachev dan Boris Yeltsin sepakat untuk membubarkan Uni Soviet dan membentuk persemakmuran negara-negara merdeka bernama Commonwealth of Independent States (CIS).

3. lerman Bersatu

Runtuhnya komunisme di Eropa Timur menjadi salah satu penyebab penyatuan Jerman. Hal ini diawali dengan runtuhnya tembok Berlin. Rakyat Jerman Timur mulai bangkit untuk memperbaiki hidupnya yang selama ini terpuruk.

a. Latar BelakangDalam Perang Dunia II, Jerman berada di pihak yang kalah. Jerman kemudian

dipecah menjadi dua, yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur. Pada bulan Mei 1949, Jerman Barat membentuk negara Federasi Jerman dengan ibu kota di Bonn, sedangkan pada bulan Oktober 1949, Jerman Timur membentuk negara Republik Demokrasi Jerman dengan ibu kota di Berlin Timur.

Dalam perkembangannya, kedua negara tersebut mempunyai corak yang berbeda. Jerman Barat di bawah pengaruh Amerika Serikat merupakan negara kapitalis, sedangkan Jerman Timur di bawah pengaruh Uni Soviet berhaluan sosialis-komunis. Secara ekonomi, Jerman Barat mengalami perkembangan yang lebih pesat dibandingkan dengan Jerman Timur. Perkembangan ekonomi di Jerman Barat cukup baik. Pada tahun 1948, mata uang Jerman Barat deutsch mark diperkenalkan. Amerika Serikat membantu pembangunan ekonomi sektor swasta. Hal ini merupakan awal dari rekonstruksi yang benar-benar mentransformasikan Jerman Barat sebagai negara yang makmur di Eropa. Sedangkan Jerman Timur yang merupakan wilayah Uni Soviet berkembang sistem ekonomi yang sangat berbeda dengan Jerman Barat. Semua kepemilikan tanah yang lebihdari 100 hektar dipecah dan dibagi-bagikan kepada petani-petani kecil dan buruh yang tidak memiliki tanah. Bank-bank dan industri milik investor asing dinasionalisasikan.

Meskipun bertetangga, hubungan antara Jerman Barat dan Jerman Timur sering diwarnai ketegangan. Penduduk yang tinggal di Berlin Timur tidak dapat berhubungan dengan saudaranya yang tinggal di Berlin Barat karena dipisahkan oleh tembok Berlin. Pemerintah sosialis Jerman Timur melarang rakyatnya untuk bepergian ke Jerman Barat sehingga tidak ada hubungan antara keduanya. Ketegangan antara Jerman Barat dan Jerman Timur memuncak ketika Kanselir Jerman Barat yang pertama, Konrad Adenauer, mengklaim bahwa Jerman adalah satu bangsa dan ia lebih mengakui partai politiknya daripada pemerintahannya. Baru pada tahun 1972, pemerintah Jerman Timur dan Jerman Barat menandatangani perjanjian hubungan kedua negara.

b. Menuju Jerman BersatuPada akhir tahun 1980-an, paham komunis dan ekonomi Eropa Timur

mengalami kemunduran. Reformasi demokrasi dilakukan di banyak negara. Hongaria dan negara blok komunis lainnya mulai mengurangi pembatasan perjalanan ke Jerman Barat. Lewat negara-negara sosialis ini, ribuan warga Jerman Timur bermigrasi ke Jerman Barat.

Pada tanggal 7 Oktober 1989, Jerman Timur merayakan hari lahirnya yang ke-40. Ternyata perayaan ini menjadi perayaan terakhir bagi negara tersebut. Sejak saat itu, tekanan atas pemerintah Jerman Timur semakin meningkat. Demonstrasi secara damai terus terjadi dengan slogan ’’kita adalah rakyat”. Akhirnya, Komite Pusat Partai Komunis Jerman Timur menurunkan Erick Honecker dari jabatannya dan digantikan oleh Egon Krenz. Pemimpin yang baru menjanjikan reformasi, namun protes antikomunis terus berlangsung. Pada tanggal 9 November 1989, Jerman Timur runtuh. Juru bicara pemerintah Jerman Timur mengumumkan tembok Berlin dibuka. Mendengar berita itu, warga Jerman Timur dan Jerman Barat dengan penuh kegembiraan menghancurkan tembok Berlin. Setelah itu, ribuan warga Jerman Timur masuk ke Jerman Barat.

c. Penyatuan JermanPada tanggal 28 November 1989, Kanselir Jerman Barat Helmut Kohl

menyerahkan rencana sepuluh pasal tentang penyatuan Jerman secara bertahap. Ia merencanakan suatu konfederasi antara Jerman Barat dan Jerman Timur. Sedangkan usaha penyatuan Jerman direncanakan akan dilakukan beberapa tahun kemudian.

Sementara itu, keadaan di Jerman Timur kembali bergolak setelah Egon Krenz mengundurkan diri dan digantikan oleh Hans Modrow. Kemudian, Hans Modrow mengadakan pertemuan dengan Helmut Kohl. Hasil pertemuan tersebut adalah kesepakatan unifikasi Jerman. Selanjutnya, Helmut Kohl dan Menteri Luar Negeri Hans Dietrich Genshner, mengunjungi Uni Soviet. Misi Kohl untuk menyatukan Jerman tercapai berkat persetujuan dari Gorbachev. Pada tanggal 13 Februari 1990, diadakan pertemuan di Ottawa (Kanada) yang diikuti keempat menteri luar negeri dari negara-negara pemenang Perang Dunia II serta menteri luar negeri dari Jerman Barat dan Jerman Timur. Pertemuan tersebutlebih dikenal dengan rumusan Dua Plus Empat, yang terdiri dari Jerman Barat dan Jerman Timur dengan Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet.

Pertemuan Dua Plus Empat menjadi benang merah yang menghubungkan satu perundingan ke perundingan lainnya. Perundingan tersebut antara lain pertemuan puncak ekonomi internasional pada bulan Juli 1990, pertemuan puncak NATO, pertemuan tentang pengurangan persenjataan di Wina pada bulan Agustus 1990, serta pertemuan khusus dari konferensi keamanan dan kerja sama di sela-sela sidang utama PBB.

Pertemuan untuk membicarakan penyatuan Jerman terus berlanjut dan para pejabat dari enam negara itu mempersiapkan berbagai rapat kerja yang menghasilkan pertemuan para menteri. Pertemuan pertama dilakukan di Bonn pada bulan Mei 1990. Sebulan kemudian, diadakan pertemuan di Berlin Timur dan Paris. Memasuki babak akhir, pertemuan diselenggarakan di Moskow pada tanggal 12 September 1990. Pada pertemuan itu, ditandatangani rumusan penyatuan Jerman. Keberhasilan perundingan dalam rangka penyatuan Jerman tidak terlepas dari peran pemimpin Uni Soviet yang berhasil menciptakan suatu arus pemikiran baru dalam politik luar negerinya.

Seiring dengan kesepakatan tersebut, pada tanggal 13 Agustus 1990 parlemen Jerman sepakat menetapkan tanggal 23 Oktober sebagai hari yang tepat untuk menggabungkan kembali Jerman Barat dan Jerman Timur. Usulan itu didukung oleh 294 suara, lawan 62 suara, dan 7 suara abstain. Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya pada tanggal 23 Oktober 1990 Jerman resmi bersatu kembali.

4. Masalah Kamboja

Pada abad ke-19, Kamboja dijajah oleh Prancis. Selain menjajah, pemerintah kolonial Prancis juga mengembangkan perekonomian Kamboja untuk kepentingannya. Perkebunan karet dikembangkan dan hasilnya diekspor untuk mengisi kas negara Prancis. Pengaruh budaya Barat juga masuk dan memengaruhi perkembangan sosial-budaya orang Khmer. Namun, budaya lokal yang berdasarkan ajaran buddhisme tetap tumbuh dan berkembang.

Prancis berhasil menguasai Kamboja karena melakukan pendekatan kepada raja. Rakyat Kamboja tidak senang dengan tindakan raja. Mereka melakukan perlawanan terhadap Prancis. Keadaan yang kacau di Kamboja dimanfaatkan oleh Vietnam Utara untuk memperluas pengaruhnya dengan membentuk Gerakan Front Anti Prancis. Gerakan ini dibentuk seolah-olah untuk membantu rakyat Kamboja untuk mengusir Prancis. Kedok ini kemudian diketahui oleh rakyat Kamboja.

Akhirnya, timbul perlawanan untuk mengusir pasukan Vietnam Utara dari Kamboja.a. Perang Saudara di Kamboja

Kamboja merdeka pada tanggal 9 November 1953. Kamboja merupakan negara kerajaan dan Norodom Sihanouk sebagai rajanya. Sihanouk diangkat menjadi raja pada usia yang relatif muda. Sebetulnya yang berkuasa atas ekonomi, politik, dan sosial di Kamboja saat itu adalahPrancis. Pada masa Sihanouk berkuasa, mulai muncul golongan-golongan yang berusaha untuk merebut kekuasaan, yaitu golongan komunis dan golongan ultra nasionalis. Dengan dukungan kaum terpelajar, Sihanouk berhasil mempertahankan kedudukannya.

Ketika Amerika Serikat berusaha membendung meluasnya pengaruh komunis di Asia Tenggara dengan membentuk SEATO, Sihanoukjustru berusaha menjalin hubungan baik dengan Cina dan Vietnam Utara yang menganut paham komunisme. Hubungan Kamboja dengan Cina dan Vietnam Utara membuat Amerika Serikat khawatir terhadap perkembangan komunisme di Asia Tenggara.

Pada tahun 1970, keponakannya yang bernama Pangeran Sisoath Sirik Matak bersama Jenderal Lon Nol dengan bantuan Amerika Serikat berhasil menggulingkan kekuasaan Norodom Sihanouk. Jenderal Lon Nol kemudian menghapuskan sistem monarki dan menjadikan Kamboja sebagai Republik Khmer pada bulan Oktober 1970. Sementara itu, para pemimpin Cina dan Vietnam Utara mendorong Sihanouk untuk mendirikan pemerintahan di pengasingan dan bersekutu dengan Khmer Merah. Dalam pengungsiannya, Sihanouk mendirikan Royal Government of National Union of Cambodia (RGNUC). RGNUC mendapat dukungan dari Khmer Merah yang dipimpin Pol Pot. Bersama dengan Pol Pot, Sihanouk membentuk National United Front of Cambodia (NUFC).

Pada tahun 1975, kelompok Khmer Merah pimpinan Pol Pot berhasil menggulingkan Jenderal Lon Nol. Khmer Merah tetap berusaha menjalin hubungan dengan Norodom Sihanouk. Kedudukan sebagai kepala negara ditawarkan kepada Sihanouk. Akan tetapi tawaran itu ditolak, karena ia sadar bahwa jabatan tersebut adalah sebagai simbol belaka. Kemudian pada tahun 1976, Norodom Sihanouk mengasingkan diri ke Beijing.

Sementara itu, di Kamboja diadakan pemilu. Dalam pemilu tersebut Khieu Shampan terpilih menjadi presiden, Pol Pot terpilih sebagai perdana menteri, dan Son Sann sebagai wakil perdana menteri urusan ekonomi. Sejak saat itu, keadaan Kamboja menjadi kacau. Perang saudara berkecamuk dan rakyat menjadi korban. Keadaan menjadi sangat parah ketika Pol Pot dengan kelompok Khmer Merah mengadakan pembantaian massal. Menurut perkiraan, lebih dari sejuta rakyat Kamboja tewas karena kekejaman pasukan Khmer Merah.

Kebijakan Pol Pot ditentang oleh Heng Samrin dan Hun Sen. Mereka berusaha melakukan kudeta terhadap Khmer Merah tetapi gagal. Bersamaan dengan kekacauan tersebut, perselisihan antara Khrrier Merah dan Vietnam semakin tajam. Hal ini disebabkan Khmer Merah yang condong mengikuti aliran komunis Cina, sedangkan Vietnam condong kepada komunis Uni Soviet.

Pada tahun 1978, dengan dalih membebaskan rakyat Kamboja dari penindasan Khmer Merah, Vietnam menggulingkan kekuasaan Pol Pot. Kemudian, Kamboja dipimpin oleh Heng Samrin dan Hun Sen yang merupakan pemerintah boneka bentukan Vietnam. Pemerintahan boneka ini mendapat tentangan dari Son Sann yang membentuk Khmer People’s National Liberation Front atau Front Pembebasan Nasional Rakyat Kamboja yang anti terhadap komunis.

Pada tahun 1982, berdirilah pemerintahan Koalisi Demokratik Kamboja atau Coalition Government of Democratic Cambodia yang terdiri atas tiga fraksi, yaitu Sihanouk, Khieu Shampan, dan Son Sann. Mereka disatukan oleh semangat yang

sama, yaitu anti-Vietnam.

b. Perhatian Dunia terhadap Masalah KambojaGuna menghentikan kekacauan dan penderitaan rakyat Kamboja, ASEAN

berusaha mempertemukan pihak-pihak yang bertikai. ASEAN juga mengajukan penyelesaian masalah Kamboja dalam Sidang Umum PBB. Resolusi tersebut adalah penarikan pasukan Vietnam, penentuan nasib sendiri rakyat Kamboja, dan pemilihan umum yang bebas.

Guna mempertemukan pihak-pihak yang bertikai, atas usulan Indonesia diadakanJakarta Informal Meeting I (JIM I) pada bulan Juli 1988 di Bogor. Kemudian dilanjutkan dengan JIM II pada bulan Februari 1989.

Hasil terpenting dari JIM I dan JIM II adalah penarikan mundur pasukan Vietnam secara berangsur-angsur sejak tanggal 16November 1989. Selain itu, semua intervensi asing termasuk pasokan senjata dihentikan.

Dunia internasional ikut berperan dalam mengatasi permasalahan di Kamboja. Konferensi tingkat internasional diadakan di Paris. Konferensi itu dihadiri wakil dari ASEAN dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Konferensi ini disebut dengan International Conference on Kampuchea (ICK) atau Konferensi Internasional Mengenai Kamboja. ICK diharapkan mampu membentuk sebuah badan yang mengawasi penarikan mundur pasukan Vietnam dari Kamboja dan melaksanakan perjanjian perdamaian.

Kerja keras dunia untuk menyelesaikan masalah Kamboja akhirnya memberikan hasil. Pada tanggal 23-28 Mei 1993, dilaksanakan pemilu di Kamboja oleh Pemerintah Transisi PBB di Kamboja atau United Nations Transitional Authority in Cambodia (UNTAC).

Rakyat Kamboja menyambut pemilu ini dengan baik. Mereka mengharapkan melalui pemilu, Kamboja akan mempunyai sebuah pemerintahan yang resmi dan diakui dunia. Pemilu juga diharapkan dapat membawa rekonsiliasi nasional sehingga pembangunan rakyat Kamboja dapat beijalan kembali. Melalui hasil pemilu, pemerintahan baru Kamboja terbentuk. Pangeran Norodom Ranaridh dan Hun Sen terpilih sebagai perdana menteri. Sementara itu, Norodom Sihanouk diangkat menjadi kepala negara.

5. Perang Teluk

Perang Teluk adalah istilah yang dipakai untuk menyebut perang yang terjadi di Teluk Persia. Perang Teluk yang dahsyat teijadi dua kali. Perang Teluk I antara Irak dan Iran terjadi sejak tahun 1980-1988. Sedangkan Perang Teluk II antara Irak dengan pasukan Koalisi pimpinan Amerika Serikat yang membela kepentingan Kuwait.

a. Perang Teluk ILatar belakang terjadinya Perang Irak-Iran karena Irak khawatir akan meluasnya

pengaruh Revolusi Iran di bawah pimpinan Imam Khomaeni yang telah berhasil menggulingkan Dinasti Pahlevi pada tahun 1979. Pada tanggal 22 September 1980, Irak secara sepihak membatalkan PerjanjianAlgier yang ditandatangani tahun 1975 dengan Iran. Isi perjanjian tersebut tentang penguasaan bersama Shat el Arab yang kaya minyak oleh Irak dan Iran. Irakjuga merasa sebagai pewaris Nebuchadnezzar, sehingga Saddam Hussein sangat berambisi untuk menguasai daerah Mesopotamia (daerah yang pernah menjadi kekuasaan Nebuchadnezzar).

Perang antara Irak dan Iran ini meletus sejak tanggal 22 September 1980. Dalam Perang Teluk I, Irak mendapat bantuan dari negara-negara Arab yang khawatir terhadap pengaruh Revolusi Iran masuk ke dalam negaranya. Negara-

negara Arab tersebut, antara lain Arab Saudi, Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab, Oman, Mesir, Yordania, Kuwait, Yaman Utara, Maroko, dan Palestina. Sementara itu, negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Uni Soviet yang berkepentingan dengan keamanan jalur minyak mereka sangat mengkhawatirkan tumbuhnya Iran menjadi negara yang kuat dalam bidang militer. Perang Irak-Iran ini digunakan untuk menghancurkan kekuatan Iran. Sedangkan Iran hanya didukung oleh Suriah, Libya, dan Yaman Selatan.

Perang Teluk I berlangsung sangat dahsyat, karena kedua belah pihak saling menyerang dan saling menghancurkan. Pada tahun 1981, Iran berhasil menghancurkan instalasi minyak Irak. Karena kekuatannya seimbang maka perang berlangsung lama. Pada bulan Maret 1984, Saddam Hussein semakin berambisi untuk menghancurkan Iran dengan menggunakan senjata kimia. Sebenarnya penggunaan senjata kimia telah dilarang sejak tahun 1925. Akibat penggunaan senjata kimia tersebut, sebanyak 400 tentara Iran tewas.

Perang Teluk I berakhir setelah Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi No. 598 tentang gencatan senjata. Pada bulan Juni 1988, Iran menyetujui resolusi tersebut, beberapa hari kemudian Iran menyatakan mengakhiri perang selama delapan tahun dengan Irak. Menjelang akhir Perang Teluk I, Irak mengembalikan sebagian Shat el Arab yang pernah direbutnya kepada Iran.

b. Perang Teluk IISudah sejak lama antara Irak dan Kuwait terlibat dalam sengketa perbatasan.

Hal itu disebabkan batas negara yang tidak jelas sehingga pihak Irak sering mengklaim bahwa Kuwait sebagai wilayah Irak. Pada waktu itu, Irak mengalami kehancuran infrastruktur ekonomi sebagai akibat Perang Teluk I.

Pada suatu kesempatan, Saddam Hussein menuduh Kuwait mencuri minyak Irak (di Rumailah yang dipersengketakan) senilai US$2,4 miliar. Kuwait bersama dengan Uni Emirat Arab juga dituduh membanjiri pasokan minyak dunia yang menyebabkan harga minyak turun. Irak yang mengandalkan minyak sebagai komoditas utama sangat terpukul dengan turunnya harga minyak. Sebab pada saat itu, Irak sedang giat-giatnya membangun sektor ekonomi untuk menyejahterakan rakyatnya.

Kuwait secara tegas menolak tuntutan Saddam Husein agar membayar ganti rugi (kompensasi) kepada Irak sebesar US$16,4 miliar, menghapus semua utang Irak kepada Kuwait, serta memberikan daerah Rumailah dan Pulau Bubiyan yang kaya minyak kepada Irak. Penolakan itu membuat Saddam Hussein yang berambisi menjadi pemimpin bangsa Arab berang. Ia kemudian menggerakkan pasukannya menyerang Kuwait.

Pada tanggal 2 Agustus 1990, sekitar 80.000 pasukan Irak memasuki Kuwait. Mereka kemudian bergerak menuju ibu kota Kuwait. Dalam waktu singkat Kuwait dapat dikuasai oleh pasukan Irak. Hal ini dapat terjadi karena Kuwait merupakan negara kecil dengan kekuatan militer yang tidak sebanding dengan Irak. Penguasaan Kuwait oleh Irak mendapat reaksi keras dari negara-negara di sekitar Teluk Persia, negara-negara Barat, dan PBB. Negara-negara Barat terutama Amerika Serikat menawarkan bantuan. Karena rasa kekhawatiran yang sudah memuncak, akhirnya Arab Saudi dan negara-negara Arab yang lain menerima tawaran Amerika Serikat. Oleh karena itu, Amerika Serikat bersama sekutunya menempatkan pasukannya di sekitar Teluk Persia.

Serbuan Irak atas Kuwait mendapat reaksi keras dari PBB. Dewan Keamanan PBB pada tanggal 29 November 1990 mengeluarkan Resolusi No. 660yang menyatakan pasukan Irak harus ditarik mundur dari Kuwait paling lambat tanggal 17 Januari 1991. Jika tidak, Irak akan berhadapan dengan pasukan Koalisi pimpinan Amerika Serikat. Setelah Resolusi No. 660, Dewan Keamanan PBB juga

mengeluarkan Resolusi No. 661 yang berisi pemberian sanksi ekonomi kepada Irak.Guna menghindari perang antara Irak dan pasukan Koalisi maka

diupayakan sebuah perundingan. Presiden Amerika Serikat, George Bush, pada tanggal 30 November 1990 menawarkan perundingan langsung dengan Irak. Tawaran ini gagal karena tidak ada kesepakatan tentang waktu perundingan antara kedua belah pihak. Irak mengusulkan perundingan diadakan tanggal 12 Januari 1991. Amerika Serikat menolak, karena tanggal tersebut berdekatan dengan batas waktu penarikan pasukan Irak dari Kuwait.

Sampai batas waktu tanggal 15 Januari 1991, ternyata pasukan Irak tidak mundur dari Kuwait. Sehingga pada tanggal 17Januari 1991, pukul 00.00 GMT pasukan koalisi melakukan agresi ke Irak. Operasi militer pasukan Koalisi pimpinan Amerika Serikat ini diberi nama Operation Desert Storm (Operasi Badai Gurun). Irak dibombardir oleh pesawat-pesawat pasukan Koalisi. Sebagai aksi balasan, Irak menembakkan rudal Scud. Pihak Amerika Serikat menggunakan rudal Patriot untuk menangkal rudal-rudal Scud milik Irak. Rudal Scud Irakjuga ditembakkan ke ibu kota Israel, Tel Aviv. Irak mencurigai Israel terlibat dalam serangan ke negaranya.

Pada tanggal 24 Februari 1991, perang darat dimulai. Pasukan Koalisi menyerang posisi pasukan Irak di Kuwait. Perang yang terus berlangsung menelan banyak korban jiwa dan menimbulkan kebakaran pada sumur- sumur minyak. Setelah pasukan Irak terus terdesak, akhirnya pada tanggal 27 Februari 1991 wakil Irak di PBB menyatakan menerima semua Resolusi Dewan Keamanan PBB tanpa syarat.

Perang antara Irak dan pasukan Koalisi yang berlangsung lebih kurang satu bulan berakhir pada tanggal 28 Februan 1991. Presiden George Bush memerintahkan Jenderal Norman Schwarzkopf agar menghentikan semua operasi militer pasukan koalisi. Irak menerima semua syarat yang diajukan oleh Amerika Serikat untuk mencapai gencatan senjata secara permanen di kawasan Teluk Persia. Oleh karena itu, diadakan perundingan selamadua jam di kota kecil Safwan (bagian selatan Irak). Dalam perundingan itu disepakati pertukaran tawanan perang dan penarikan pasukan koalisi yang menduduki wilayah Irak bagian selatan.

c. Invasi Amerika Serikat terhadap IrakMemasuki tahun 2004, terjadi konflik antara Irak dengan Amerika Serikat.

Melalui PBB, Amerika Serikat menuduh Irak telah mengembangkan senjata nuklir dan senjata pemusnah massal lainnya. Beberapa penyelidik yang dibentuk PBB diturunkan di Irak untuk membuktikan tuduhan tersebut. Mereka tergabung dalam United Nations Monitoring Verification and Invection Commision (UNMOVIC), yaitu tim inspeksi senjata PBB yang ditugaskan untuk menyelidiki dugaan adanya usaha pengembangan senjata pemusnah massal di Irak. Lembaga itu dipimpin oleh Hans Blix. Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi No. 1441 pada tanggal 18 November 2002. Isi resolusi tersebut adalah menuntut Irak untuk mengizinkan dan memberikan akses sepenuhnya kepada UNMOVIC dan International Atomic Energy Agency (IAEA) atau Badan Energi Atom Internasional untuk meneliti segala hal yang berkaitan dengan persenjataan yang dimiliki Irak. Setelah diadakan penyelidikan, tidak ditemukan bukti bahwa Irak mengembangkan senjata pemusnah massal.

Meskipun demikian pada tanggal 21 Maret 2003, atas perintah Presiden George 'W. Bush, Amerika Serikat dan sekutunya melancarkan serangan ke Irak. Tujuan serangan tersebut adalah membentuk pemerintahan boneka di Irak, menguasai ladang minyak Irak, melindungi Israel dari serangan bangsa Arab terutama Irak, dan menggulingkan Saddam Hussein dari kursi kepresidenannya. Saddam Husein dianggap membahayakan perdamaian dunia dan berkolaborasi dengan teroris internasional pimpinan Osama bin Laden.

Dalam serangan itu, Amerika Serikat dapat melumpuhkan pasukan Irak dan menangkap Presiden Saddam Hussein. Keberhasilan Amerika Serikat dan sekutunya menumbangkan Saddam Hussein tidak berarti dapat menyelesaikan persoalan, sebab kehadiran tentara Amerika Serikat di Irak kini mendapat perlawanan yang sengit dari para gerilyawan lokal.

6. Upaya Perdamaian di Timur Tengah

Upaya perdamaian di Timur Tengah dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Masalah Timur Tengah cenderung mengarah kepada masalah Palestina dan Israel.

Masalah Palestina dengan bangsa Yahudi bertambah runcing karena adanya campur tangan pihak ketiga, yaitu Inggris. Dalam Perang Dunia I, Inggris menghadapi Turki di Timur Tengah. Pihak Inggris meminta kepada bangsa Arab dan Israel agar membantu Inggris menghadapi Turki. Kepada Hussein, Inggris menyanggupi untuk memberikan kemerdekaan negara-negara Arab termasuk Palestina. Hussein memihak Inggris dengan mengobarkan revolusi Arab dan berperang melawan Turki. Sementara itu, bangsa Yahudi pun menyanggupi untuk memberikan bantuan kepada Inggris. Untuk memikat hati bangsa Yahudi, pada tanggal 2 November 1917, Inggris mengeluarkan Balfour Declaration yang diambil dari nama Menteri Luar Negeri Inggris, Sir Arthur Balfour yang simpati terhadap usaha kaum zionis. Isi dari Balfour Declaration, seperti berikut ini.• Akan mendirikan a nation home untuk bangsa Yahudi di Palestina.• Hak-hak bukan bangsa Yahudi tidak dirugikan.

Balfour Declaration sangat merugikan bangsa Arab, karena Inggris secara terang-terangan telah melanggar janjinya. Sebaliknya bagi bangsa Yahudi, Balfour Declaration sangat menguntungkan dan diterima baik. Dengan dikeluarkannya Balfour Declaration, masalah Palestina menjelma menjadi masalah segitiga, yaitu Arab, Yahudi, dan Inggris.

Balfour Declaration disebut oleh politisi Prancis dengan istilah Negre Blanc (Negro Putih). Balfour Declaration menimbulkan banyak masalah. Dalam Balfour

Declaration, Inggris memberikan barang (Palestina) yang bukan miliknya (milik bangsa Arab) kepada orang lain (bangsa Yahudi) dengan mengatakan tidak bermaksud merugikan orang yang memiliki barang itu. Sebenarnya, Balfour Declaration adalah sebuah permainan politik Akibat dari permainan politik itu, Inggris sendiri bingung mencari jalan keluarnya.

Ketika berlangsung Perang Dunia II, bangsa Yahudi terus memihak Inggris. Hal ini dilakukan untuk memikat Inggris. Di pihak lain, Arab juga memihak Inggris. Tujuannya agar setelah perang usai Inggris mau memberikan Palestina kepada bangsa Arab. Selama perang berlangsung, terjadi hubungan kerja sama antara Arab-Inggris-Yahudi. Namun setelah perang usai, Yahudi menjelma sebagai negara yang kuat. Sebab selama bekerja sama dengan Inggris, mereka mendapatkan persenjataan yang modern dalam jumlah yang banyak. Setelah Perang Dunia 11,Jewis Agency yang merupakan sayap politik gerakan zionisme menjelma menjadi pemerintahan Yahudi. Organisasi Haganah yang merupakan sayap militer zionisme menjadi tentara Yahudi. Jumlah orang Yahudi di Palestina terus meningkat. Mereka adalah korban perang yang tidak punya tempat tinggalyang seharusnya diurus oleh PBB. Semakin lama orang-orang Yahudi yang memasuki Palestina semakin banyak. Inggris menolak kedatangan orang- orang Yahudi dengan kekerasan. Akan tetapi, Jewis Agency dan Haganah menjawab dengan kekerasan juga sehingga terjadi perang antara Yahudi dengan Inggris di Palestina.

Pada tanggal 18 Februari 1947, Inggris membawa masalah Palestina ke Sidang Umum PBB. Pada tanggal 29 November 1947, PBB memutuskan untuk membagi wilayah Palestina menjadi wilayah untuk bangsa Palestina dan wilayah untuk bangsa Yahudi. Keputusan PBB itu berarti kemenangan bangsa Yahudi, karena dunia mengakui adanya negara dan bangsa Yahudi di Palestina.

a. Proklamasi Negara IsraelPembagian Palestina oleh PBB menjadi dua wilayah untuk bangsa Arab-

Palestina dan Israel merupakan benih munculnya negara Israel yang sangat mereka impikan. Sebaliknya, bangsa Arab menolak keputusan PBB dengan segala daya dan upaya. Akhirnya, terjadi perang antara bangsa Arab dan bangsa Yahudi. Setelah Inggris mengundurkan diri dari Palestina, maka pada tanggal 14 Mei 1948 diproklamasikan berdirinya negara Israel dengan ibu kota Jerusalem.

Sehari kemudian bangsa Arab langsung menyerbu Israel. Guna mengakhiri perang tersebut, atas prakarsa PBB dilaksanakan gencatan senjata tanpa penandatanganan perjanjian damai. Pertempuran antara bangsa Arab dan bangsa Yahudi kembali terjadi dan mencapai puncaknya pada Perang Arab-Israel tahun 1967.

Pada tahun 1973, terjadi perang antara Arab dan Israel.Pada tahun 1974, dilakukan gencatan senjata untuk mengakhiri perang tersebut. Pada tahun 1977, Presiden Mesir Anwar Sadat, berkunjung ke Israel untuk memberikan pengakuan terhadap hak hidup bangsa Israel. Setahun berikutnya, diadakan Perjanjian Camp David yang memper-temukan Presiden Anwar Sadat, Perdana Menteri Israel Menachem Begin, dan Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter. Pertemuan tersebut dapat menyelesaikan masalah status otonomi daerah Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Pada tahun 1982, Israel menginvasi Libanon. Hal tersebut membuat hubungan antara Israel dan Mesir menjadi memburuk. Hubungan itu semakin memburuk dan bahkan putus setelah Israel menyerang Beirut dan mendukung pembantaian pengungsi Palestina di kamp pengungsi Sabra Satila oleh milisi Phalangist. Pada tahun itu juga, Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan mengusulkan resolusi

perdamaian yang didasarkan atas aturan bahwa penentuan nasib bangsa Palestina harus dicapai dalam hubungannya dengan Yordania.

Pada tahun 1990, Palestine Liberation Organization (PLO) memproklamasikan kemerdekaan negara Palestina dan mendapat dukungan dari beberapa negara, termasuk Indonesia. Akan tetapi peristiwa ini tidak menghapuskan krisis politik di Timur Tengah. Sampai saat ini, pihak Israel masih melakukan penindasan terhadap bangsa Palestina.b. Upaya-Upaya Perdamaian

Perdamaian antara bangsa Arab-Israel diadakan dengan menyelenggarakan Konferensi Timur Tengah di Madrid, Spanyol pada bulan Oktober 1991. Negara Israel tidak hadir dan negara sponsor Amerika Serikat serta Uni Soviet tidak dapat berbuat banyak.

Upaya-upaya untuk menyelesaikan konflik terus dilakukan oleh berbagai pihak. PBB telah berulang kali mengeluarkan resolusi yang isinya menuntut agar Israel segera menarik diri dari daerah-daerah yang didudukinya. Namun, hingga kini Israel masih belum menaati resolusi- resolusi tersebut.

Pada tanggal 13 September 1993, tercapai perdamaian antara Israel dan Palestina di Washington, Amerika Serikat. Penandatanganan perjanjian perdamaian dilakukan oleh Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin dan pemimpin Palestina, Yaser Arafat disaksikan oleh Presiden Amerika Serikat Bill Clinton. Perjanjian tersebut antara lain berisi penyerahan pemerintahan wilayah Jericho dan Jalur Gaza kepada Palestina. Kemudian, pada bulan September 1995, diadakan perjanjian persetujuan antara Israel- PLO di Washington, Amerika Serikat mengenai penyerahan beberapa wilayah yang diduduki oleh Israel kepada Palestina.

Namun, peristiwa pembunuhan Perdana Menteri Yitzhak Rabin pada tahun 1995 dan kemenangan Benyamin Netanyahu merusak perdamaian di Timur Tengah. Setelah menjadi perdana menteri, Benyamin Netanyahu melanjutkan pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Berkat tekanan dari negara-negara Arab, Amerika Serikat, dan Uni Eropa, akhirnya upaya perdamaian dilanjutkan. Pada tahun 1996, diadakan perjanjian penarikan tentara Israel dari kota Hebron. Perjanjian tersebut mengharuskan Israel secara bertahap meninggalkan kota Hebron. Meskipun demikian, konflik masih terus berlangsung. Hal ini dipicu oleh rencana Benyamin Netanyahu membangun permukiman Yahudi di Jerusalem Timur.

Ketika upaya perdamaian belum menjadi kenyataan, pada tanggal 11 November 2004 Yaser Arafat meninggal dunia di sebuah rumah sakit militer Prancis. Setelah Yaser Arafat meninggal, diselenggarakan pemilu di Palestina. Tokoh yang terpilih sebagai Presiden Palestina adalah Mah- moud Abbas atau Abu Mazen. Sampai sekarang upaya perdamaian antara Palestina dan Israel masih terus dilakukan.

7. Masalah ApartheidIstilah apartheid pertama kali digunakan oleh orang-orang keturunan Belanda

yang lahir di Afrika Selatan. Istilah itu sendiri mengandung arti ’’pemisahan”, yaitu pemisahan orang-orang Belanda (kulit putih) dengan penduduk asli Afrika (kulit hitam). Kemudian, istilah apartheid berkembang menjadi suatu kebijakan politik.

a. Terbentuknya Pemerintahan Afrika SelatanSejak abad ke-15, kawasan Afrika Selatan sudah disinggahi oleh bangsa Eropa,

seperti Inggris, Belanda, Spanyol, dan Portugis. Pada tahun 1552, Jan van Riebeeck dan sembilan puluh orang lainnya mendarat diAfrika Selatan setelah menempuh perjalanan jauh dari Belanda. Mereka kemudian menetap di kawasan itu yang terkenal dengan sebutan bangsa Boer. Menetapnya bangsa Belanda di Afrika Selatan menimbulkan masalah diskriminasi rasial.

Penduduk asli Afrika Selatan yang berkulit hitam memiliki status di bawah penduduk keturunan Belanda yang berkulit putih.

Kedatangan bangsa Belanda ke Afrika Selatan diikuti oleh Inggris. Kedatangan Inggris tersebut mengakibatkan terjadinya Perang Boer (1899-1902) antara Inggris dan penduduk keturunan Belanda. Perang itu akhirnya dimenangkan oleh pihak Inggris. Daerah Afrika Selatan kemudian menjadi daerah kekuasaan Inggris, sedangkan bangsa Boer mengundurkan diri ke utara yang kemudian melahirkan dua negara Boer di Afrika Selatan, yaitu Orange Free State dan Transvaal. Sedangkan Inggris mendirikan negara Cape Town dan Natal.

Meskipun masing-masing telah mendirikan negara, pertentangan antara bangsa Boer dan Inggris terus berlangsung. Akhirnya, keempat negara itu berhasil dipersatukan oleh Inggris dan dijadikan negara yang berstatus dominion (persemakmuran). Negara itu diberi nama Uni Afrika Selatan dengan presiden pertamanya Hendrik Verwoed.

b. Politik ApartheidPemerintah Afrika Selatan di bawah Hendrik Verwoed menjalankan politik

perbedaan warna kulit atau apartheid. Politik itu mengistimewakan bangsa kulit putih dan menganaktirikan bangsa kulit hitam. Untuk menjalankan politik apartheid tersebut, Presiden Hendrik Verwoed mengeluarkan serangkaian kebijakan yang sangat merugikan warga kulit hitam. Kebijakan itu antara lain sebagai berikut.• Mengeluarkan undang-undang pertanahan yang melarang warga kulit hitam

membeli tanah di luar areal permukimannya.• Membentuk permukiman khusus bagi warga kulit hitam yang dinamakan

homeland. Permukiman itu dimaksudkan untuk mengkotak-kotakkan bangsa kulit hitam sehingga tidak bersatu.

• Semua orang kulit hitam mendaftarkan diri menurut kelompok suku masing-masing.

• Mengeluarkan undang-undang yang melarang perkawinan campuran antara warga kulit putih dan kulit hitam.

• Membatasi partisipasi politik warga kulit hitam.

c. Perjuangan Melawan ApartheidPenduduk kulit hitam yang berpikiran maju dan prihatin terhadap nasib

bangsanya berupaya menghapuskan politik apartheid. Tokoh-tokoh tersebut antara lain Nelson Mandela yang mendirikan African National Congress (ANC) dan Uskup Agung Desmon Tutu yang mendirikan United Democratic Front (UDF). Ujung tombak perjuangan melawan apartheid adalah ANC. ANC menuntut persamaan hak sekaligus penghapusan apartheid. Aksi tersebut ditanggapi oleh pemerintah dengan menangkap dan menjebloskan Nelson Mandela ke penjara pada tahun 1962. Ia baru dibebaskan pada tanggal 11 Februari 1990, semasa pemerintahan Presiden F.W. de Klerk.

Pembebasan Nelson Mandela membawa dampak positif terhadap perjuangan penghapusan apartheid. Pada tanggal 12 Mei 1990, untuk pertama kalinya pemerintah Afrika Selatan mengadakan perundingan dengan ANC untuk menghapuskan undang-undang rasial. Pada tanggal 17 Juni 1990, pemerintahan F.W de Klerk menghapuskan undang-undang darurat Afrika Selatan.

d. Reformasi di Afrika SelatanPada tanggal 21 Februari 1991, di hadapan sidang parlemen Afrika Selatan,

Presiden F.W de Klerk mengumumkan penghapusan ketentuan sistem politik apartheid. Penghapusan itu diikuti penghapusan tiga undang-undang yang memperkuat kekuasaan apartheid, yaitu• Land Act, yaitu undang-undang yang melarang orang kulit hitam memiliki tanah

di luar wilayah tempat tinggal yang telah ditentukan.• Group Areas Act, yaitu undang-undang yang mengatur pemisahan tempat

tinggal (homeland) orang-orang kulit putih dan kulit hitam.• Population Registration Act, yaitu undang-undang yang mewajibkan semua

orang kulit hitam mendaftarkan diri menurut suku masing- masing.

Penghapusan undang-undang tersebut diikuti dengan janji pemerintah F.W. de Klerk untuk menyelenggarakan pemilu tanpa pembatasan rasial. Ketika diadakan pemilu multirasial pertama pada tahun 1994, partai ANC yang dipimpin oleh Nelson Mandela berhasil meraih suara mayoritas. Pada tanggal 9 Mei 1994, Nelson Mandela dipilih oleh parlemen Afrika Selatan sebagai Presiden Afrika Selatan.

Setelah terpilih menjadi presiden, Nelson Mandela mengundurkan diri sebagai Ketua ANC. Setelah masa jabatannya sebagai presiden berakhir, ia tidak bersedia mencalonkan diri lagi. Kenyataan itu memperlihatkan Nelson Mandela sebagai pemimpin besar. Meskipun masih mampu dan diharapkan rakyat, ia memberi jalan bagi generasi berikutnya untuk membangun Afrika Selatan yang demokratis.

8. Perkembangan di Bekas YugoslaviaYugoslavia adalah negara federasi yang terdiri dari enam negara republik

pendukung, yaitu Serbia, Kroasia, Slovenia, Bosnia-Herzegovina, Macedonia, dan Montenegro. Mayoritas wilayah negara Yugoslavia didiami etnis Slavia Selatan. Tetapi sejak restrukturisasi politik (demokratisasi) Yugoslavia, Kroasia, Macedonia, Bosnia-Herzegovina, serta Slovenia menjadi negara merdeka.

a. Latar BelakangSelama beberapa abad, hampir seluruh Slavia Selatan terbagi-bagi dan

dikuasai oleh kekuatan asing, khususnya Austria, Hongaria, dan Turki. Menjelang akhir abad ke-18, hanya Serbia dan Montenegro yang merdeka. Pada saat itu muncul ide pembentukan federasi di Yugoslavia (tanah orang Slavia Selatan) untuk menyatukan orang-orang Slavia yang bebas dan memerintah negara sendiri.

Pada tahun 1918, berdiri negara Federasi Yugoslavia. Tetapi pada tahun 1941, Jerman menginvasi Yugoslavia dan selama Perang Dunia II memecahnya menjadi beberapa bagian. Pada tahun 1945, Yugoslavia dibangun kembali. Namun, konflik etnik dan politik menimbulkan disintegrasi untuk kedua kalinya.

Masalah utama dalam mendirikan negara Federasi Yugoslavia adalah konflik antaretnik yang mempunyai banyak sekali perbedaan. Sebelumnya, mereka tidak pernah tergabung dalam sistem politik yang sama. Keinginan untuk bersatu hanya dilandasi pada kemiripan asal-usul dan sama-sama terjajah selama berabad-abad. Perbedaan sejarah dan pengalaman telah menimbulkan berbagai konflik. Misalnya, bangsa Kroasia dan Slovenia beragama Katolik Roma dan menggunakan huruf Latin. Bangsa Serbia, Montenegro, dan Macedonia beragama Kristen Ortodoks dan menggunakan huruf Cyrilik Sedangkan bangsa BosniJ-Herzegovina beragama Islam. Setiap bangsa mendiami wilayah sendiri-sendiri yang berbentuk republik otonom dalam negara Federasi Yugoslavia.

Walaupun terjadi konflik antarnegara bagian, namun tidak pernah terjadi konflik militer secara terbuka. Pada masa Josip Broz Tito berkuasa, ia berhasil meredam gejolak etnik di negeri itu. Tito membentuk pemerintahan pusat yang kuat, tetapi setiap negara bagian diberikan kebebasan mengatur pemerintahan sendiri. Masing-masing republik mempunyai perwakilan dalam dewan kepresidenan yang bersifat kolektif, sehingga tercipta keseimbangan kekuatan antarnegara bagian. Tindakan Tito yang lain adalah menciptakan sistem politik satu partai dan sistem ekonomi sentralistik. Sistem pemerintahan seperti ini didukung oleh kekuatan militer nasional. Dengan kebijakan ini, semua gerakan yang ingin melepaskan diri dari Yugoslavia dapat ditumpas.

b. Konflik di YugoslaviaLangkah yang diambil Tito itu ternyata menimbulkan masalah di kemudian hari.

Kebijakan satu partai diprotes oleh rakyat. Kebijakan ekonomi sentralistik membuat Kroasia dan Slovenia merasa dieksploitasi oleh pemerintah pusat, karena kedua daerah itu yang terkaya dibanding daerah lain.

Guna mengatasi masalah itu, dibuat konstitusi baru pada tahun 1974. Konstitusi ini merupakan kompromi antara pemerintahan pusat dan pemerintah negara bagian yang menuntut desentralisasi kekuasaan. Berdasarkan konstitusi tahun 1974, kekuasaan mulai beralih kepada setiap negara bagian. Akhirnya, pemerintah pusat hanya memegang kekuasaan dalam bidang pertahanan, ekonomi, dan hubungan luar negeri.

Setelah Tito meninggal pada bulan Mei 1980, Yugoslavia menghadapi masalah ekonomi yang cukup serius, sehingga melemahkan pemerintahan pusat. Kewibawaan pemerintah pusat merosot, lebih-lebih karenajabatan presiden diatur bergiliran dari keenam negara bagian. Dengan demikian tidak muncul tokoh nasional yang kuat dan mampu menanggulangi masalah dalam negeri. Setiap negara bagian saling berebut kekuasaan.

Saat memasuki tahun 1980-an, perbedaan rasial mulai mencuat kembali di Yugoslavia. Ketegangan etnik dan kekerasan mewarnai kehidupan politik Yugoslavia. Slobodan Milosevic dari Serbia yang menggantikan Tito tidak berhasil menyelesaikan konflik dengan baik.

Pada tanggal 25 Juni 1991, Kroasia dan Slovenia mengumumkan kemerdekaannya. Tentara Yugoslavia tidak berhasil mempertahankan Slovenia dan Kroasia. Pada bulan Juli 1991, masyarakat Eropa mencoba untuk mempertahankan Yugoslavia namun tidak berhasil. Akhirnya pada tahun 1992, masyarakat Eropa mengakui kemerdekaan Kroasia dan Slovenia.

Setelah Kroasia dan Slovenia memerdekakan diri, Serbia berusaha mendominasi kekuasaan di Yugoslavia. Selain itu, Serbia merasa bertang- gungjawab atas keamanan orang-orang Serbia di Kroasia yang diperlakukan tidak adil di Kroasia.

Akan tetapi, Macedonia dan Bosnia-Herzegovina tidak bersedia di bawah kekuasaan Serbia. Oleh karena itu, kedua negara bagian tersebut juga memerdekakan diri dan meminta pengakuan masyarakat Eropa atas kemerdekaan mereka. Nasib Bosnia-Herzegovina tidak seberuntung Macedonia. Pada bulan April 1992, terjadi perang saudara di Bosnia- Herzegovina. Pada saat yang sama Amerika Serikat dan Masyarakat Eropa mengakui kemerdekaan negara baru itu. Konflik antara Serbia, Kroasia, dan Bosnia-Herzegovina ditandai dengan peristiwa ^encode yang mengejutkan dunia.

Pada tanggal 27 April 1992, Serbia dan Montenegro menyatakan diri sebagai Republik Federasi Yugoslavia dengan mengakui kemerdekaan empat negara bagian yang lain. Pada pertengahan tahun 1992, komunitas internasional mengakui kemerdekaan negara-negara bagian Yugoslavia itu, kecuali Macedonia. Sedangkan kedudukan Republik Federasi Yugoslavia sebagai pengganti negara Federasi Yugoslavia (sebelum pecah) ditolak.

Perang yang terjadi di bekas Yugoslavia merupakan perang yang mengeksploitasi sentimen agama dan etnis. Usaha mencari jalan untuk menyelesaikan konflik Balkan terus dilakukan. Pada tanggal 1 November 1995, diadakan perundingan perdamaian di Dayton, Amerika Serikat. Perundingan perdamaian yang diprakarsai oleh NATO dan Amerika Serikat itu bertujuan merumuskan perjanjian perdamaian yang menyeluruh di Bosnia-Herzegovina. Setelah berunding selama beberapa hari, perjanjian perdamaian mengenai Bosnia-Herzegovina tersebut ditandatangani pada tanggal 21 November 1995 di Paris,

Prancis. Yugoslavia dibagi sesuai dengan garis-garis etnis.