KONDISI KUALITAS UDARA KOTA CILEGON SEBAGAI BAHAN ... · Proses produksi yang terjadi, kondisi...
Transcript of KONDISI KUALITAS UDARA KOTA CILEGON SEBAGAI BAHAN ... · Proses produksi yang terjadi, kondisi...
42
KONDISI KUALITAS UDARA KOTA CILEGON SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN HUTAN KOTA
CINDEWIYANI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2006
43
ABSTRAK
Cindewiyani. Kondisi Kualitas Udara Kota Cilegon Sebagai Bahan Pertimbangan Pembangunan Hutan Kota. Dibimbing oleh Ir. Endes Nurfilmarasa Dahlan, MS dan Ir. Siti Badriyah Rushayati, MSi.
Kota Cilegon sebagai kota industri memiliki pabrik dan perusahaan yang
berperan penting baik secara nasional maupun internasional. Proses produksi yang
terjadi, kondisi transportasi dan permukiman di Kota Cilegon berpotensial akan
menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan, khususnya penurunan
kualitas udara.
Kegiatan pemantauan kualitas udara dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat pencemaran udara yang telah berlangsung sehingga dapat diambil
tindakan untuk mengantisipasi dampak negatif yang ditimbulkan dari pencemaran
udara dan sebagai dasar untuk penetapan kebijakan pengendalian pencemaran
udara. Informasi mengenai kualitas udara dapat digunakan untuk membangun
hutan kota terutama di lokasi yang memiliki konsentrasi polutan di atas baku mutu
udara dan atau hampir mendekati baku mutu udara yang berlaku.
Pengukuran konsentrasi polutan dilakukan di enam lokasi di Kota Cilegon
yang mewakili peruntukan padat transportasi (2 lokasi), permukiman (2 lokasi)
dan industri (2 lokasi). Parameter - parameter yang diukur adalah debu, HC, CO,
NO2, SO2, Pb dan kebisingan. Konsentrasi polutan hasil pengukuran kemudian
dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No. 41
Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional untuk selanjutnya
dianalisis secara deskriptif.
Berdasarkan hasil pengukuran, parameter debu, HC dan kebisingan
mempunyai nilai konsentrasi polutan dan kebisingan di atas baku mutu, sementara
CO hampir mendekati baku mutu. Lokasi yang mempunyai nilai konsentrasi
polutan di atas baku mutu udara yaitu Nirmala Optik, Polres Cilegon, Gerem
Raya, Arga Baja Pura dan Semang Raya, sedangkan parameter NO2, SO2 dan Pb
mempunyai nilai konsentrasi di bawah baku mutu udara.
44
Berdasarkan evaluasi konsentrasi polutan dan kebisingan dari tahun 2004 -
2006, seluruh lokasi mengalami peningkatan konsentrasi polutan dan kebisingan.
Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah kendaraan bermotor, kenaikan jumlah
kepala keluarga dan peningkatan produksi, untuk itu diperlukan tindakan
penanggulangan dengan membangun hutan kota. Pembangunan hutan kota di
Kota Cilegon diusulkan dilakukan di seluruh lokasi tetapi dengan tetap
memperhatikan ketersediaan lahan yang ada di masing - masing lokasi.
45
KONDISI KUALITAS UDARA KOTA CILEGON SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN HUTAN KOTA
CINDEWIYANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2006
46 Judul Skripsi : Kondisi Kualitas Udara Kota Cilegon sebagai Bahan
Pertimbangan Pembangunan Hutan Kota Nama : Cindewiyani NIM : E34102040
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Ir. Endes Nurfilmarasa Dahlan, MS Ir. Siti Badriyah Rushayati, MSi Ketua Anggota
Mengetahui
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS Dekan
Tanggal Lulus:
47
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 November 1983 dari ayah
Drs. H. Iyos Rostaman, MSi dan ibu Hj. Suharti. Penulis merupakan putri kelima
dari enam bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai di TK Bina Athfal
Merak dan lulus tahun 1990. Kemudian penulis melanjutkan ke SD IV Yayasan
Pendidikan Warga Krakatau Steel (YPWKS) sampai dengan kelas II, kemudian
pindah ke SDN Kedaleman I Cilegon (kelas III sampai dengan kelas VI) dan lulus
tahun 1996. Penulis melanjutkan ke SLTPN 1 Cilegon dan lulus tahun 1999.
Pendidikan selanjutnya ditempuh di SMUN 1 Ciamis dan lulus tahun
2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui
jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Fakultas Kehutanan Jurusan
Konservasi Sumberdaya Hutan yang saat ini telah menjadi Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.
Penulis pernah tergabung dalam IFSA (International Forest Student
Association) tahun 2002 - 2003. Penulis juga pernah mengikuti magang di Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) pada tahun 2003 dan di Taman
Nasional Kerinci Seblat (TNKS) pada tahun 2004. Pada tahun 2005 penulis
mengikuti Praktek Pengenalan Hutan di Cilacap - Baturaden dan Praktek
Pengelolaan Hutan di KPH Banyumas Timur. Pada tahun 2006 penulis melakukan
Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman Nasional Baluran.
Selain kegiatan praktek lapang, penulis telah mengikuti berbagai kegiatan
dan organisasi baik di dalam maupun di luar perguruan tinggi. Organisasi yang
pernah diikuti penulis antara lain Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya
Hutan (HIMAKOVA) dan pernah menjabat sebagai Sekretaris 1 HIMAKOVA
masa jabatan tahun 2003 - 2004.
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana kehutanan penulis
melakukan penelitian dengan judul ”Kondisi Kualitas Udara Kota Cilegon
Sebagai Bahan Pertimbangan Pembangunan Hutan Kota” dibawah bimbingan Ir.
Endes N Dahlan, MS dan Ir. Siti Badriyah Rushayati, MSi.
48
KATA PENGANTAR
Berkat Rahmat dan Karunia dari Allah SWT serta doa yang tulus dari
kedua orang tua selama menempuh pendidikan, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ”Kondisi Kualitas Udara Kota Cilegon
Sebagai Bahan Pertimbangan Pembangunan Hutan Kota”. Skripsi ini merupakan
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,
namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2006
Penulis
49
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan penuh hormat, penulis menyampaikan ucapkan terima kasih dan
rasa syukur kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada:
1. Allah SWT, yang tiada henti - hentinya memberikan anugrah kepada
hambanya.
2. Ayahanda Drs. H. Iyos Rostaman, MSi dan Ibunda tercinta Hj. Suharti
atas kasih sayang, pengorbanan, kesabaran dan dukungan tiada akhir yang
telah diberikan.
3. Ir. Endes Nurfilmarasa Dahlan, MS dan Ir. Siti Badriyah Rushayati, MSi
atas bimbingan, arahan dan kesabarannya.
4. Dr. Ir. Yusram Massijaya, MS selaku dosen penguji dari Departemen
Teknologi Hasil Hutan dan Ir. Endang Ahmad Husaeni selaku dosen
penguji dari Departemen Silvikultur.
5. Dinas Lingkungan Hidup dan Pertambangan Kota Cilegon atas semua
sarana dan prasarana.
6. Bapak Bramasto dan Bapak Andi serta teman - teman dari PT. Unilab
Perdana atas semua bantuan selama pengambilan data di lokasi penelitian.
7. Kakak dan adikku serta Mas Shofyan Hadi atas kesabaran, dukungan dan
kasih sayang tiada henti.
8. Arina, Ulfah, Rivo, Annisa dan KSH’39 atas persahabatan dan semoga
terjalin selamanya.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian karya ini.
50
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v
I. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang .................................................................................. 1 1. 2. Tujuan ............................................................................................... 2 1. 3. Manfaat Penelitian ............................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Pencemaran Udara ............................................................................. 3 2. 2. Kualitas Udara dan Konsentrasi Polutan ........................................... 6 2. 3. Manfaat Hutan Kota .......................................................................... 9 2. 4. Tipe Hutan Kota ................................................................................ 12 2. 5. Bentuk - bentuk Hutan Kota ............................................................. 14
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
3. 1. Letak dan Luas .................................................................................. 16 3. 2. Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lahan ...................................... 16
3. 3. Hidrogeologi ...................................................................................... 17 3. 4. Kondisi Iklim ..................................................................................... 17 3. 5. Jenis Batuan ....................................................................................... 18 3. 6. Jenis Tanah ........................................................................................ 18
IV. METODE PENELITIAN
4. 1. Lokasi dan Waktu ............................................................................. 19 4. 2. Bahan dan Alat ................................................................................. 19 4. 3. Jenis dan Cara Pengambilan Data ..................................................... 19 4. 4. Tahapan Penelitian ............................................................................ 21 4. 5. Analisis Data ..................................................................................... 22
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. 1. Karakteristik Lokasi Pengukuran ..................................................... 23 5. 2. Konsentrasi Polutan di tiap Lokasi ..............…................................. 25 5. 3. Manfaat Hutan Kota ......................................................................... 32 5. 4. Evaluasi Konsentrasi Polutan dan Kebisingan ................................. 32 5. 5. Pembangunan Hutan Kota ………………........................................ 34
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 38
51 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 39
LAMPIRAN ...................................................................................................... 41
52
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Peralatan yang digunakan ......................................................................... 19
2. Lokasi pengukuran kualitas udara ambien Kota Cilegon ......................... 21
3. Metode analisis ......................................................................................... 22
4. Konsentrasi Polutan Hasil Pengukuran .................................................... 26
5. Kondisi Meteorologis pada saat Pengukuran ........................................... 27
6. Jarak antar Lokasi Pengukuran dengan hutan kota .................................. 32
53
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Peta Lokasi Pengukuran ........................................................................... 20
2. Lokasi Pengukuran Nirmala Optik .......................................................... 23
3. Lokasi Pengukuran Palm Hills ................................................................ 24
4. Lokasi Pengukuran Gerem Raya ............................................................. 25
5. Lokasi Pengukuran Semang Raya ........................................................... 25
54
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Keputusan Pemerintah Tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional ........ 42
2. Evaluasi Konsentrasi Polutan Kota Cilegon Tahun 2004 – 2006 ............... 43
3. Data Sosial Ekonomi Kota Cilegon ............................................................ 47
4. Jumlah Produksi PT. Krakatau Steel Tahun 2004 – 2005 .......................... 48
5. Penggunaan Lahan untuk Permukiman ...................................................... 49
6. Daftar Tanaman Hias .................................................................................. 50
7. Daftar Tanaman Sebagai Peneduh Jalan ..................................................... 52
8. Daftar Tanaman Taman Hutan .................................................................... 53
9. Daftar Tanaman Kebun dan Halaman ......................................................... 54
55
I. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Pembangunan di segala bidang telah berkembang dengan pesat, hal ini
selain berdampak positif juga memiliki dampak negatif terutama terhadap
lingkungan hidup. Dalam rangka mewujudkan pembangunan berwawasan
lingkungan sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah, diperlukan upaya
penanganan dampak dari suatu kegiatan agar dapat dicapai pembangunan yang
berkelanjutan dan terciptanya kelestarian lingkungan hidup. Disadari atau tidak
pembangunan tersebut telah menimbulkan dampak terhadap kualitas lingkungan
hidup khususnya di perkotaan yang semakin lama cenderung semakin menurun.
Salah satu dampak negatif yang ditimbulkannya adalah penurunan kualitas udara.
Kota Cilegon merupakan salah satu kota industri besar yang berperan
penting dalam pembangunan perindustrian, perekonomian dan perdagangan di
Propinsi Banten. Secara umum pabrik dan perusahaan yang terdapat di Kota
Cilegon berperan penting baik secara nasional maupun internasional. Salah satu
contohnya adalah PT. Krakatau Steel yang memiliki luas 2.815 hektar atau
15,94% dari luas Kota Cilegon. Intensitas kegiatan industri PT. Krakatau Steel
sangat tinggi, hal ini berkaitan dengan produk utama yang dihasilkan yaitu bahan
baja dan komponen dasar dari baja yang merupakan produk orientasi ekspor dan
substitusi impor serta produk bahan kimia. Proses produksi yang terjadi, kegiatan
transportasi dan permukiman berpotensial akan menimbulkan dampak terhadap
komponen lingkungan, khususnya penurunan kualitas udara.
Kegiatan pemantauan kualitas udara Kota Cilegon secara kontinyu
dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Energi Kota Cilegon
setiap enam bulan. Pemantauan terhadap kualitas udara ini dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat pencemaran udara yang telah berlangsung,
sehingga dapat diambil tindakan untuk mengantisipasi dampak negatif yang
ditimbulkan dari pencemaran udara dan sebagai dasar untuk penetapan kebijakan
pengendalian pencemaran udara.
56
Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara
Ambien Nasional menjelaskan beberapa pengertian yang berkaitan dengan
kegiatan pemantauan kualitas udara, diantaranya adalah mengenai batas - batas
ambien maksimal yang berada di udara. Batas maksimal yang telah ditentukan
adalah batas dimana suatu polutan akan berdampak negatif bagi lingkungan,
sehingga suatu kota akan dapat dikatakan tercemar oleh suatu senyawa polutan
apabila telah melewati batas tersebut.
Informasi mengenai kualitas udara dapat digunakan untuk membangun
hutan kota terutama di lokasi yang memiliki konsentrasi polutan di atas baku mutu
udara dan atau hampir mendekati baku mutu udara yang berlaku. Hutan kota
memiliki beberapa manfaat penting, diantaranya menyerap dan menjerap gas - gas
berbahaya, menahan dan menyaring partikel padat (debu) dari udara dan dapat
meredam kebisingan (Dahlan, 2004).
1. 2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kondisi kualitas udara
Kota Cilegon sebagai bahan pertimbangan pembangunan hutan kota.
1. 3. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau
masukan bagi Pemerintah Kota Cilegon dalam perencanaan pembangunan hutan
kota masa mendatang.
57
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Pencemaran Udara
Menurut Neiburger (1995) pencemaran udara yaitu terdapatnya zat dalam
atmosfer yang bersifat racun, mengganggu dan berbahaya bagi manusia atau
bersifat merusak terhadap tumbuhan, hewan atau tanah. Bahan pencemaran udara
secara umum digolongkan dalam dua golongan dasar, yaitu partikel dan gas.
Bahan pencemar gas terdiri dari SO2, NO2, CO, oksidan dan hidrokarbon.
Menurut Kozak dan Sudarmo (1993) dalam Sukarsono (1998) ada 2
bentuk emisi dari unsur dan senyawa pencemar udara, yaitu :
1. Pencemar udara primer (Primary air pollution)
Merupakan emisi unsur - unsur pencemar udara langsung ke atmosfer dari
sumber - sumber diam maupun bergerak. Pencemar udara primer ini
mempunyai waktu paruh di atmosfer yang tinggi. Contoh pencemar udara
primer adalah CO, CO2, SO2, CFC, Cl2, debu.
2. Pencemar udara sekunder (Secondary air pollution)
Merupakan emisi pencemar udara dari hasil proses fisik dan kimia di
atmosfer dalam bentuk foto kimia (Photo Cemistry) yang umumnya bersifat
reaktif dan mengalami proses transformasi fisik kimia menjadi unsur atau
senyawa. Perubahan bentuk senyawa polutan terjadi saat mulai diemisikan
hingga setelah ada di atmosfer. Contoh pencemar udara sekunder adalah
ozon (O3), aldehida, PAN, hujan asam.
Budirahardjo dalam Pusparini (2002) menjelaskan bahwa konsentrasi
udara ambien merupakan polutan dari sumber pencemar yang terdiri dari partikel -
partikel dan gas - gas kemudian di atmosfer mendapat pengaruh dari antara lain
faktor meteorologis seperti curah hujan, arah dan kecepatan angin, kelembaban
udara dan temperatur serta secara bersamaan mengalami reaksi kimia. Senyawa
yang diketahui sebagai pencemar udara primer terhitung lebih dari 90 % dari total
pencemar. Senyawa tersebut adalah Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida
(NOx), Hidrokarbon (HC), Sulfur Oksida (SOx) dan partikulat. Sifat dan proses
pembentukan gas - gas pencemar menurut Fardiaz (1992) adalah sebagai berikut:
58 1. Sulfur dioksida (SO2)
Sulfur dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak terbakar. Berasal
dari pembakaran bahan bakar fosil (batu bara dan minyak bumi). Sulfur dioksida
termasuk gas polutan primer karena diemisikan langsung dari sumbernya. Pada
konsentrasi 0,3 - 1,0 ppm di udara dapat menimbulkan gangguan bau. Dalam
kelembaban tinggi dapat membentuk asam sulfat (H2SO4) yang sifatnya sangat
korosif pada berbagai material logam, disamping itu SO2 juga dapat menimbulkan
fotokimia yang dapat menimbulkan terjadinya smog, dan menurunkan daya
penglihatan (visibilitas). Pada konsentrasi 0,9 ppm selama 24 jam di udara bebas
(terbuka) sudah membahayakan manusia. Gas ini menimbulkan gangguan pada
sistem pernapasan, diantaranya penyakit kanker dan bronkitis yang sangat akut,
bahkan sering mengakibatkan kematian.
2. Nitrogen dioksida (NO2)
Banyak bentuk oksida nitrogen yang ada di atmosfir, antara lain NO, NO2
dan N2O. Sedangkan yang penting ditinjau dari segi pencemaran udara adalah NO
dan NO2. NO2 merupakan bahan pencemar udara sebagai hasil pembakaran
minyak bumi. Bersama - sama dengan hidrokarbon dan reaktan lainnya dapat
membentuk smog. Sebagian besar NO2 di daerah perkotaan berasal dari hasil
buangan gas kendaraan bermotor sebagai hasil proses mekanis dengan temperatur
tinggi. Pada suhu tinggi pembakaran berlangsung sempurna, hasil buangan CO
dan hidrokarbon menurun tetapi justru konsentrasi NO2 meningkat dengan cepat.
NO2 adalah gas yang berwarna kecoklatan, di udara terbuka dapat terjadi proses
terbaliknya NHO2 yang berwarna kekuningan. NHO2 dapat mengurangi daya
penglihatan (visibilitas), walaupun udara tidak mengandung partikel dalam
konsentrasi tinggi. NO2 dalam konsentrasi 0,063 - 0,083 ppm dapat menimbulkan
gangguan sistem pernapasan manusia.
3. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah gas yang sangat berbahaya, tidak berwarna,
tidak berbau dan tidak berasa, terbentuk dari pembakaran bahan - bahan bakar
Carbonaceous. CO bersifat sangat stabil dan mempunyai waktu tinggal di
atmosfer sekitar 2 - 4 bulan. CO paling luas tersebar dan paling umum dijumpai
59 sebagai polutan udara. CO dihasilkan oleh buangan gas kendaraan bermotor
akibat kurang sempurnanya proses pembakaran. Pada proses pembakaran yang
sempurna bahan buangan gas CO minimal, akan tetapi karena temperatur tinggi
maka buangan pada gas CO meningkat. Sumber emisi gas CO di alam antara lain
adalah akibat dari pembakaran bahan bakar fosil yang tidak sempurna, kebakaran
hutan dan penguraian bahan organik.
Dampak yang ditimbulkan dari gas CO adalah terganggunya saluran
pernapasan, fungsi ginjal serta mata perih dan pusing - pusing. Akibat terparah
dari gas CO adalah dapat menimbulkan kematian pada manusia karena CO
bereaksi dengan hemoglobin (Hb) darah membentuk Carboxy Hemoglobin (CO -
Hb) dimana afinitas CO dengan Hb adalah 240 kali lebih cepat dari afinitas
oksigen.
4. Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon adalah suatu senyawa organik yang tersusun dari hidrogen
dan karbon. Komponen - komponen utama dari campuran hidrokarbon adalah
metana, etana, propana dan turunan - turunan lainnya dari senyawa alifatik dan
emisi gas hidrokarbon yang berasal dari aktivitas manusia dan alam. Gas buangan
kendaraan bermotor memberi sumbangan yang diemisikan ke atmosfir, sementara
sisanya berasal dari sumber - sumber alami seperti tumbuh - tumbuhan dan
vegetasi hutan. Hidrokarbon dipertimbangkan sebagai polutan, karena dapat
bereaksi dengan oksida - oksida nitrogen membentuk oksidan fotokimia (smog).
5. Debu
Material pencemar memiliki ukuran diameter antara 10-3 sampai 10 µm,
konsentrasi partikel yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron (µm) disebut debu.
Kira - kira 90% semua partikel di atmosfer dihasilkan oleh sumber dari alam.
Sumber emisi lainnya adalah aktivitas manusia seperti proses pembakaran
batubara, pembakaran minyak oleh automobile, dan kegiatan industri. Semua
kegiatan tersebut akan menghasilkan emisi partikulat. Pengaruh yang dapat
ditimbulkan oleh debu adalah :
1. Penurunan visiabilitas (jarak pandang), hal ini disebabkan terserapnya
partikel padat atau bahan pencemar lain yang berbentuk cair oleh cahaya.
60
Penurunan visiabilitas memberikan efek psikologis dan dapat
membahayakan aktivitas transportasi.
2. Pengaruh terhadap kesehatan manusia, alergi yang ditimbulkan pada saluran
pernapasan serta akibatnya pada paru - paru akan mempengaruhi
kemampuan penyerapan oksigen.
3. Terhadap tanaman, hewan dan materi lainnya. Debu yang berkombinasi
dengan zat pencemar lain memberikan pengaruh terhadap tanaman,
penghancuran cat dan tekstil serta kerusakan material.
6. Timbal (Pb)
Timbal merupakan salah satu bahan aditif yang sering digunakan untuk
meningkatkan mutu bensin. Partikel Pb yang ada di udara berupa senyawa
anorganik yang berukuran kecil. Tsalev dan Zaprianov (1985) dalam Hasneni
(2004) menyebutkan 52 % pencemaran Pb sebagai salah satu bahan aditif dari
bensin sedangkan 48 % ditemukan dalam bahan pembungkus kabel, zat pewarna
pada cat, kristal, keramik dan sebagai bahan stabilitator pada bahan plastik dan
karet. Timbal salah satu pencemar logam berat yang memiliki sifat akumulatif
sehingga dapat menyebabkan gangguan terhadap manusia (Widriani, 1998 dalam
Rachmawati, 2005).
2. 2. Kualitas Udara dan Konsentrasi Polutan
Kualitas udara dapat dikatakan baik jika konsentrasi polutan udara lebih
kecil dari baku mutu udara ambien yang berlaku. Soedomo (2001) menyebutkan
bahwa kegiatan - kegiatan yang dapat mempengaruhi kualitas udara di suatu
daerah dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Alam, misalnya aktivitas gunung berapi dan rawa.
b. Antropogenik (kegiatan manusia), misalnya industri, transportasi dan
permukiman.
Kedua kelompok utama kegiatan tersebut akan memberikan pengaruh
yang berbeda - beda terhadap kualitas atmosfer. Kegiatan antropogenik akan
mengemisikan unsur dan senyawa pencemar tertentu ke udara sesuai dengan jenis
kegiatan yang ada. Menurut Soedomo (2001), daerah perkotaan akan
61 menghasilkan emisi unsur pencemar yang lebih kompleks bila dibandingkan
dengan pedesaan. Kegiatan umum yang dapat diperhitungkan sebagai sumber
pencemar antara lain : 1) transportasi, 2) permukiman, 3) industri dan 4)
pengelolaan limbah padat (sampah). Kelompok kegiatan perkotaan ini umumnya
ditandai dengan pelepasan senyawa utama seperti SOx, NOx, CO, hidrokarbon,
partikulat padat tersuspensi dan partikel timah hitam (Pb) yang merupakan produk
pembakaran bahan bakar minyak dan fosil.
Menurut Soedomo (2001), faktor - faktor yang mempengaruhi kadar
polutan di atmosfir adalah (1) jumlah total cemaran yang dikeluarkan atau
dipancarkan; (2) kondisi meteorologi di suatu lokasi pencemar dan sekitarnya; (3)
keadaan topografi di suatu lokasi pencemar dan sekitarnya; dan (4) sifat serta
karakteristik zat pencemar. Faktor meteorologi mempunyai peranan yang penting
dalam menentukan kualitas udara di suatu daerah. Atmosfer sangat ditentukan
oleh berbagai faktor meteorologi seperti : (1) kecepatan dan arah angin, (2)
kelembaban, (3) temperatur, (4) tekanan udara, dan (5) aspek permukaan
(topografi, dsb). Kadar polutan yang dimiliki suatu lokasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu : (1) jarak sumber polutan dengan lokasi, (2) faktor penurun
kadar polutan (vegetasi), dan (3) kondisi meteorologi dan topografi lokasi.
Faktor meteorologis akan menentukan penyebaran pencemar di udara
ambien, baik yang berasal dari emisi sumber tidak bergerak maupun dari sumber
bergerak. Kondisi meteorologi akan menentukan luasan penyebaran pencemar,
pola penyebarannya dan jangkauan penyebaran serta jangka waktu
penyebarannya. Suhu udara secara langsung mempengaruhi kondisi kestabilan
atmosfer. Dalam kondisi stabil, yaitu pada suhu udara yang lebih rendah dari
lingkungan, maka massa udara polutan tidak dapat naik tetapi tetap berada di
atmosfer dan terakumulasi, sehingga akan menaikkan konsentrasi polutan.
Sebaliknya pada saat suhu udara lebih tinggi daripada suhu lingkungan, maka
massa udara polutan akan naik dan menyebar sehingga tidak terjadi pengendapan
di permukaan dan akan meminimalkan konsentrasi polutan. Tingginya rata - rata
suhu harian akan menyebabkan terjadinya reaksi antara karbon dioksida (CO2)
dan atom karbon (C) yang menghasilkan gas CO dengan reaksi sebagai berikut:
CO2 + C 2 CO
62
Konsentrasi polutan di suatu tempat sangat dipengaruhi oleh arah dan
kecepatan angin. Angin akan mempengaruhi kecepatan penyebaran polutan
dengan udara disekitarnya. Semakin tinggi kecepatan angin maka pencampuran
dan penyebaran polutan dari sumber emisi di atmosfer akan semakin besar
sehingga konsentrasi zat pencemar menjadi encer, begitu juga sebaliknya, hal ini
akan menurunkan konsentrasi zat polutan di udara (Hasneni, 2004).
Arah angin berperan dalam penyebaran polutan yang akan membawa
polutan tersebut dari satu sumber tertentu ke area lain searah dengan arah angin.
Sedangkan kecepatan angin memegang peranan sampai sejauh mana polutan
tersebut diangkut dan disebarkan. Hujan mempunyai pengaruh yang penting
terhadap kualitas udara sebab hujan merupakan faktor utama dalam
membersihkan atmosfer dari polutan. Musim hujan di Indonesia umumnya pada
bulan November sampai April. Pada musim hujan ini masalah pencemaran udara
tidak terlalu mengkhawatirkan karena hujan akan mencuci atau menghilangkan
polutan di udara, sebaliknya pada musim kemarau, pada siang hari dimana
intensitas radiasi matahari tinggi dan pada malam hari langit cerah, maka
kemungkinan timbulnya inversi dekat permukaan akan lebih besar sehingga
konsentrasi polutan akan lebih besar juga.
Menurut Sastrawijaya (1991), kecepatan angin mempengaruhi distribusi
pencemar, konsentrasi pencemar akan berkurang jika angin berkecepatan tinggi
dan membagikan kecepatan tersebut secara mendatar atau vertikal. Selain
menurunkan intensitas cahaya langsung dan suhu, pohon (serta vegetasi lainnya)
dapat pula meningkatkan kelembaban udara dan mengurangi kecepatan angin.
Stabilitas atmosfer akan turut mendukung penetrasi (penetralisir) polusi udara ke
lapisan yang lebih tinggi dan juga mempunyai peranan penting dalam proses
dispersi serta pengenceran polusi di udara.
Pada malam hari, tanaman berperan sebagai penahan panas sehingga suhu
udara di bawah tajuk akan lebih hangat dibandingkan suhu udara di atas area
terbuka (tanpa vegetasi). Tajuk tanaman akan menyerap dan menahan sebagian
energi yang dipancarkan oleh permukaan tanah dan akan mengurangi fluktuasi
suhu siang dan malam hari (Lakitan, 1994). Penyerapan energi radiasi matahari
oleh sistem tajuk tanaman akan memacu tumbuhan untuk meningkatkan laju
transpirasinya (terutama menjaga stabilitas suhunya). Setiap gram air yang
63 diuapkan menggunakan energi sebesar 580 kalori. Karena besarnya energi yang
digunakan untuk menguapkan air dalam transpirasi ini, maka hanya sedikit panas
yang tersisa yang dipancarkan udara sekitarnya. Hal ini yang menyebabkan suhu
udara sekitar tanaman tidak meningkat secara drastis pada siang hari. Pada kondisi
kecukupan air, kehadiran pohon diperkirakan dapat menurunkan suhu udara
dibawahnya kira - kira 3,5oC pada siang hari yang terik (Lakitan, 1994).
2. 3. Manfaat Hutan Kota
Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon - pohon
yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara
maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang
berwenang (Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2002). Menurut Grey & Deneke
(1978), hutan kota dapat diartikan sebagai tempat yang ditumbuhi oleh pepohonan
dan berasosiasi dengan vegetasi atau bentuk - bentuk lahan lainnya, sehingga
dapat memberikan sumbangan lingkungan hidup yang baik kepada manusia.
Dari berbagai pengamatan yang dirangkum oleh Bianpoen (1977) dalam
Suharsono (1992), diketahui bahwa kumpulan pohon yang terdapat di sebidang
tanah seluas 300 x 400 m2 mampu menurunkan konsentrasi debu di udara dari
7.000 partikel/liter menjadi 4.000 partikel/liter. Selain itu diketahui pula bahwa
antara ujung satu dengan ujung yang lain dari suatu jalur hijau yang memiliki
panjang 5 km dengan lebar 2 km, terjadi penurunan konsentrasi debu dengan
perbandingan 50 : 3 dan dengan tajuknya yang lebat, barisan pohon mampu
mengurangi kecepatan angin. Menurut Kitredge (1948) dalam Suharsono (1992),
jalur hijau (shelterbelts) mampu mereduksi 20% dari kecepatan angin di tempat
terbuka. Ini berarti dapat mengurangi kadar debu yang beterbangan.
Hutan kota mampu mereduksi beberapa zat pencemar udara. Selain CO2,
peristiwa pembakaran (terutama yang berbahan bakar minyak) juga menghasilkan
limbah asap yang mengandung sulfur dioksida (SO2). Di udara, SO2 ini akan
bereaksi dengan uap air membentuk asam sulfat (H2SO4). Bila bercampur air
hujan akan menghasilkan hujan asam yang membahayakan kesehatan kulit serta
menimbulkan korosi. Dalam hal ini tajuk pohon berfungsi menahan air hujan
tersebut, yang kemudian pada beberapa pohon yang mengeluarkan air gutasi,
kandungan asamnya dinetralkan. Pepohonan yang terdapat di hutan kota juga
64 mampu menyaring kotoran (debu jalanan), dengan struktur tajuk dan kerimbunan
dedaunan, debu dan abu dapat menempel pada daun, yang di saat hujan akan
tercuci oleh air hujan.
Hutan kota berperan dalam meredam kebisingan yaitu dedaunan berair
dapat meredam suara, cabang - cabang tanaman yang bergerak dan bergetar dapat
menyerap dan menyelubungi suara, demikian pula daun yang tebal dapat
menghalangi suara dan daun yang tipis dapat mengurangi suara. Selain itu hutan
kota juga mampu meningkatkan kenyamanan lingkungan. Pepohonan mampu
membentuk mikroklimat yang sejuk, mengurangi kebisingan, mencegah silaunya
sinar matahari, mengurangi bau busuk serta menyekat pemandangan yang kurang
layak. Kegiatan metabolisme evapotranspirasi tumbuhan akan menyebabkan suhu
di sekitar tajuk menjadi lebih rendah dan kadar kelembabannya meningkat
(Zoer'aini, 1988) dalam Suharsono (1992).
Sudharnoto (1994) juga menyatakan bahwa hutan kota terdiri dari berbagai
macam vegetasi yang pada umumnya adalah vegetasi budidaya dengan semak
belukar (scrub) dan tanaman bawah (bush) mempunyai fungsi yang lebih luas lagi
dalam ekosistem suatu perkotaan, salah satunya adalah hutan kota yang terdiri
dari berbagai macam vegetasi mempunyai keunggulan dalam hal merekayasa
lingkungan. Secara substansial, pohon yang terdiri dari akar, batang dan daun
mempunyai potensi sebagai berikut:
a. Dedaunan yang berair dapat meredam (absorbent) suara.
b. Daun - daun yang berbulu dapat memakan butir - butir debu.
c. Pertukaran gas melalui mulut daun (stomata).
d. Pembungaan serta pembentukan daun yang dapat mengeluarkan bau harum
akan dapat menyelubungi atau mengurangi bau busuk (reodorized air).
e. Dedaunan dan cabang pohon dapat menghambat lajunya angin dan air hujan.
f. Cabang - cabang pohon yang bergerak dan bergetar dapat menyerap serta
menyelubungi suara (noise).
g. Penyebaran akar dapat mengikat tanah dalam kaitannya dengan erosi.
Tanaman merupakan bagian dari ekosistem kota yang keanekaragaman
jenisnya tinggi. Tanaman di dalam hutan kota mempunyai berbagai manfaat:
1. Fungsi ekologi, secara sudut pandang ekologi, keberadaan pohon ini dapat
berfungsi, di antaranya:
65
(a). Sebagai penyerap gas/partikel beracun. Tanaman dapat menyerap
bermacam gas/partikel beracun yang mencemari udara. Gas tersebut antara
lain adalah: 1). Gas CO2 (karbon dioksida), di mana berbagai jenis tanaman
mempunyai kemampuan untuk menyerap gas CO2 melalui proses fotosintesis;
2). Gas NO2 (nitrogen dioksida), di mana gas ini termasuk paling toksik
karena gas ini dapat menimbulkan iritasi pada paru - paru sehingga dapat
merusak lapisan sel paru - paru, dan sumber pencemarnya adalah gas dari
kendaraan bermotor terutama pagi hari antara pukul 6 sampai 9 pada saat
terjadi reaksi fotokimia serta ruangan dapur yang menggunakan bahan bakar
gas; 3). Gas SO2 (sulfur dioksida), di mana gas ini berasal dari industri
pengecoran logam, pembangkit listrik batu bara, dan penggunaan bahan bakar
fosil; 4). Partikel Pb, di mana kendaraan bermotor merupakan sumber utama
Pb yang mencemari udara di perkotaan dan setiap jenis tanaman mempunyai
kemampuan yang berbeda - beda dalam menurunkan kandungan Pb dari
udara.
(b). Sebagai paru - paru kota. Selain tanaman mempunyai peranan di dalam
menyerap gas beracun, tanaman juga menghasilkan gas oksigen pada waktu
proses fotosintesis. Gas oksigen ini dibutuhkan oleh semua makhluk hidup
untuk kelangsungan hidupnya. Karena tumbuhan berperan dalam
menghasilkan gas oksigen maka tumbuhan dapat dianggap sebagai paru - paru
suatu kota.
(c). Sebagai pelestarian plasma nutfah. Plasma nutfah yang merupakan bahan
baku penting untuk pembangunan di masa depan, terutama di bidang pangan,
sandang, papan, obat - obatan dan industri, maka perlu sekali untuk
dikembangkan dan dilestarikan bersama dengan mempertahankan
keanekaragaman biologinya. Kawasan hutan kota dapat dipandang sebagai
areal pelestarian di luar kawasan konservasi karena pada areal ini dapat
dilestarikan flora dan fauna secara eksitu.
(d). Sebagai peredam kebisingan. Keberadaan tanaman di pinggir jalan
ternyata dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara
oleh daun, cabang, dan ranting. Jenis tanaman yang paling efektif untuk
meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang
rindang.
66
(e). Sebagai habitat burung. Masyarakat modern kini cenderung kembali ke
alam (back to nature). Desiran angin, kicauan burung, dan atraksi satwa
lainnya di kota diharapkan dapat menghalau kejenuhan dan stres yang banyak
dialami oleh penduduk perkotaan. Salah satu satwa liar yang dapat
dikembangkan di perkotaan adalah burung. Beberapa jenis burung sangat
membutuhkan tanaman sebagai tempat mencari makan maupun sebagai
tempat bersarang dan bertelur.
2. Fungsi ekonomi. Dari sudut ekonomi, tanaman secara langsung dapat
digunakan sebagai bahan penghasil pangan terutama sebagai sumber buah -
buahan dan sayuran. Selain itu, tanaman di kota berfungsi untuk memberi
keindahan terutama golongan tanaman hias. Tanaman hias dapat memberikan
lapangan usaha kepada masyarakat seperti tanaman bonsai dan tanaman
anggrek.
3. Fungsi kesehatan dan lingkungan. Selain mempunyai peran dalam menyerap
gas beracun, ternyata tanaman juga menghasilkan gas oksigen pada waktu
fotosintesis. Keberadaan gas oksigen ini sangat dibutuhkan oleh semua
makhluk hidup untuk kelangsungan hidupnya. Beberapa jenis tanaman yang
dapat langsung dipakai untuk bahan obat yaitu kumis kucing (Orthosiphon
stamineus), jarak pagar (Jatropa curcas), dan jombang (Sonchus arvensis).
4. Fungsi psikologi. Secara psikologis, keberadaan tanaman mempunyai peran
untuk menghilangkan ketegangan - ketegangan mental (stress) yang banyak
diderita oleh penduduk kota. Kanopi tanaman yang bentuknya bulat, kerucut,
pagoda, atau serupa jantung, bulat telur, bentuk ginjal adalah bentuk - bentuk
yang menarik. Termasuk dengan bermacam warna bunga merah, kuning,
ungu, biru dan warna daun yang hijau akan mempengaruhi kejiwaan.
5. Fungsi pendidikan dan pengajaran. Keberadaan tanaman sebenarnya dapat
juga dijadikan sebagai objek pendidikan, pengajaran dan penelitian.
2. 4. Tipe Hutan Kota
67
Hutan kota dibedakan menjadi beberapa tipe Dahlan (1992), diantaranya:
a. Tipe Permukiman
Hutan kota di daerah permukiman dapat berupa taman dengan komposisi
tanaman pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan semak dan rerumputan.
Taman adalah sebidang tanah terbuka dengan luasan tertentu didalamnya di tanam
pepohonan, perdu, semak dan rerumputan yang dapat dikombinasikan dengan
kreasi dari bahan lainnya. Umumnya dipergunakan untuk olah raga, bersantai,
bermain dan sebagainya.
b. Tipe Kawasan Industri
Suatu wilayah perkotaan pada umumnya mempunyai satu atau beberapa
kawasan industri. Limbah dari industri dapat berupa partikel, aerosol, gas dan
cairan dapat mengganggu kesehatan manusia. Di samping itu juga dapat
menimbulkan masalah kebisingan dan bau yang dapat mengganggu kenyamanan.
c. Tipe Rekreasi dan Keindahan
Rekreasi pada kawasan hutan kota bertujuan untuk menyegarkan kembali
kondisi badan yang sudah penat dan jenuh dengan kegiatan rutin, supaya siap
menghadapi tugas yang baru. Untuk mendapatkan kesegaran diperlukan masa
istirahat yang terbebas dari proses berpikir yang rutin sambil menikmati sajian
alam yang indah, segar dan penuh ketenangan.
d. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah
Hutan konservasi memiliki tujuan untuk mencegah kerusakan,
perlindungan dan pelestarian terhadap sumberdaya alam. Bentuk hutan kota yang
memenuhi kriteria ini antara lain : kebun raya, hutan raya dan kebun binatang.
Ada 2 sasaran pembangunan hutan kota untuk pelestarian plasma nutfah yaitu
sebagai tempat koleksi plasma nutfah, khususnya vegetasi secara ex-situ dan
sebagai habitat, khususnya untuk satwa yang akan dilindungi atau dikembangkan
e. Tipe Perlindungan
Selain dari tipe yang telah disebutkan di atas, areal kota dengan mintakat
ke lima yaitu daerah dengan kemiringan yang cukup tinggi yang ditandai dengan
68 tebing - tebing yang curam ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan
membangun hutan kota agar terhindar dari bahaya erosi dan longsoran.
f. Tipe Pengamanan
Hutan kota dengan tipe pengamanan adalah jalur hijau di sepanjang tepi
jalan bebas hambatan. Dengan menanam perdu yang liat dan dilengkapi dengan
jalur pohon pisang dan tanaman yang merambat dari legum secara berlapis - lapis,
akan dapat menahan kendaraan yang keluar dari jalur jalan. Sehingga bahaya
kecelakaan karena pecah ban, patah setir ataupun karena pengendara mengantuk
dapat dikurangi.
2. 5. Bentuk-bentuk Hutan Kota
Menurut Dahlan (2004), hutan kota memiliki beberapa bentuk, yaitu:
a. Jalur Hijau
Jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman
pisang dan jalur tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang di
tanam secara berlapis - lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi
kendaraan yang keluar dari badan jalan. Sedangkan pada bagian yang lebih luar
lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap
pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor.
b. Taman Kota
Taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata
sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk
mendapatkan komposisi tertentu yang indah.
c. Kebun dan Halaman
Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis
yang dapat menghasilkan buah dan beberapa jenis lainnya. Halaman rumah dapat
memberikan suatu kebanggaan tertentu bagi pemiliknya, oleh sebab itu halaman
rumah ditata apik sedemikian rupa untuk mendapatkan citra, kebanggaan dan
keindahan tertentu bagi pemilik rumah maupun orang lain yang memandang dan
menikmatinya.
69 d. Kebun Raya, Hutan Raya dan Kebun Binatang
Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam
salah satu bentuk hutan kota. Tanaman dapat berasal dari daerah setempat,
maupun dari daerah lain, baik dari daerah lain di dalam negeri maupun di luar
negeri.
e. Hutan Lindung
Mintakat kota ke lima yaitu daerah dengan lereng yang curam harus
dijadikan kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah
pantai yang rawan akan abrasi air laut, hendaknya dijadikan hutan lindung.
f. Kuburan dan Taman Makam Pahlawan
Pada tempat pemakaman banyak ditanam pepohonan, nampaknya sebagai
manifestasi kecintaan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah
meninggal tak akan pernah berhenti, selama pohon tersebut masih tegak berdiri.
70
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
3. 1. Letak dan Luas
Kota Cilegon dengan luas 17.550 Ha merupakan bagian dari Propinsi
Banten dan berada di bagian ujung barat dari Pulau Jawa, terbagi kedalam 8
kecamatan dan 41 desa. Secara geografis, Kota Cilegon terletak pada 5o52'24" -
6o04'07" LS dan 105o54'05" - 106o05'11" BT, sedangkan secara administratif Kota
Cilegon memiliki batas - batas sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bojonegara (Kabupaten
Serang),
Sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda,
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Anyar dan Kecamatan
Mancak (Kabupaten Serang), dan
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kramatwatu (Kabupaten
Serang).
3. 2. Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lereng
Kota Cilegon berada pada ketinggian antara 0 - 553 meter di atas
permukaan laut. Wilayah tertinggi pada Gunung Gede (Kecamatan Pulomerak),
sedangkan wilayah terendah berada di bagian barat yang merupakan hamparan
pantai. Kemiringan lereng Kota Cilegon cukup bervariasi. Bagian barat, tengah
hingga timur kota Cilegon memiliki kelerengan antara 0 - 8 %. Wilayah utara di
dominasi oleh lahan yang mempunyai kemiringan lereng cukup besar karena
merupakan wilayah pegunungan dengan kemiringan > 45 %.
Aji (2006) menyatakan bahwa Kota Cilegon didominasi oleh lahan dengan
kemiringan 0 - 8 % dengan luas wilayah 5708,79 Ha. Daerah dengan kemiringan
0 - 8 % menyebar di seluruh kota yang umumnya digunakan sebagai perumahan,
bangunan dan pusat kegiatan manusia.
71 3. 3. Hidrogeologi
Hidrogeologi Kota Cilegon memperlihatkan ciri - ciri sebagai berikut :
• Akuifer tidak produktif dengan penyebaran luas, alirannya melalui ruang antar
butir, pada akuifer ini tidak terdapat mata air.
• Akuifer produktif dengan penyebaran luas, alirannya melalui ruang antar butir,
pada akuifer ini tidak terdapat mata air.
• Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas, alirannya melalui ruang
antar butir, pada akuifer ini tidak terdapat mata air.
3. 4. Kondisi Iklim
Menurut sistem klasifikasi Schmidt - Ferguson, Kota Cilegon mempunyai
tipe iklim B dengan bulan basah sepanjang tahun (Aji, 2006). Rata - rata jumlah
bulan basah sebesar 9,8 bulan dan bulan kering sebesar 1,6 bulan. Nilai Q yang
diperoleh sebesar 16,3 %. Menurut sistem klasifikasi Oldeman, Kota Cilegon
mempunyai tipe iklim B1. Menurut sistem klasifikasi Oldeman, panjang periode
bulan basah adalah 9 bulan yaitu mulai bulan Oktober sampai dengan bulan Mei
dan tanpa bulan kering.
Berdasarkan hasil penelitian Aji (2006), curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan Januari dengan rataan curah hujan bulanan sebesar 326 mm. Bulan
September merupakan awal musim penghujan dan mencapai puncaknya pada
bulan Januari. Bulan Juni curah hujan mulai rendah (di bawah 200 mm) dan curah
hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dengan rataan bulanan sebesar 154
mm. Besarnya curah hujan tahunan berkisar antara 1.374 - 5.716 mm/tahun.
Suhu rata - rata Kota Cilegon berkisar antara 26,2 - 27,3oC. Suhu terendah
pada bulan Januari yaitu 26,2 oC dan tertinggi pada bulan Oktober yaitu 27,3oC.
Suhu mengalami penurunan pada musim hujan yaitu pada bulan November. Suhu
mengalami kenaikan kembali pada bulan Mei yang merupakan bulan peralihan
musim. Awal musim kemarau yaitu pada bulan Juni dan berakhir pada bulan
Agustus. Kota Cilegon mempunyai panjang periode bulan basah 9 bulan yaitu
mulai bulan Oktober sampai dengan bulan Mei tanpa bulan kering dengan kisaran
curah hujan 145 mm - 326 mm.
72 3. 5. Jenis Batuan
Jenis bantuan yang terdapat di Kota Cilegon terdiri dari batuan vulkanik
dan aluvium. Jenis batuan tersebut mempunyai sebaran sebagai berikut:
• Lava dan Breksi Gunung Gede tersebar di bagian utara,
• Breksi dan tuva Gunung Gede tersebar di bagian wilayah tengah sampai
barat,
• Endapan sungai berada di antara sebaran lava/breksi Gunung Gede dan
Breksi/tuva Gunung Gede,
• Breksi dan tuva danau tersebar di bagian tengah, barat dan selatan,
• Tuva dan breksi Gunung Tukang berada di bagian barat daya, dan
• Tuva Gunung Danau berada di bagian timur.
3. 6. Jenis Tanah
Keadaan tanah Kota Cilegon merupakan hasil pelapukan batuan vulkanik
Gunung Gede. Jenis tanah yang dijumpai berwarna coklat muda, coklat tua
dengan tekstur halus - kasar, termasuk jenis tanah lempung, lempung pasiran dan
pasir. Jenis tanah pasir atau yang bersifat pasiran meresapkan air cukup baik.
Tanah aluvium dijumpai di wilayah utara Kota Cilegon dicirikan dengan warna
abu-abu muda kecoklatan dan bersifat agak lepas, ukuran butir dari lempung
hingga pasir, teksur halus - kasar. Jenis - jenis tanah yang ditemui di Kota Cilegon
adalah aluvial, latosol, regosol.
73
IV. METODE PENELITIAN
4. 1. Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Kota Cilegon selama dua bulan yaitu pada bulan
Juni - Juli 2006. Pengukuran kualitas udara dilakukan di enam lokasi yang
mewakili peruntukan padat transportasi (2 lokasi), permukiman (2 lokasi) dan
industri (2 lokasi). Analisis udara ambien dilakukan di Laboratorium PT. Unilab
Perdana Jakarta. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
4. 2. Bahan dan Alat
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran kualitas udara di Kota
Cilegon dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Peralatan yang Digunakan
No Alat Pengukuran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Air Sampler CO meter High Volume Sampler Sound Level Meter Stopwatch Thermometer Hygrometer Anemometer jenis baling-baling GPS Kamera
NO2, SO2 CO Debu, HC, Pb Kebisingan Lama waktu pengukuran Suhu udara Kelembaban udara Kecepatan dan arah angin Titik koordinat Dokumentasi
4. 3. Jenis dan Cara Pengambilan Data
Data yang diperlukan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer
yaitu konsentrasi debu, HC, CO, SO2, NO2, Pb dan kebisingan serta kondisi
meteorologi pada saat pengukuran. Data sekunder terdiri dari:
1. Konsentrasi udara ambien di lokasi yang sama tahun 2004 - 2005.
2. Jumlah kendaraan bermotor Kota Cilegon dan data produksi PT. Krakatau
Steel sebagai data penunjang.
42
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian.
42 4. 4. Tahapan Penelitian
4. 4. 1. Pemilihan Lokasi Pengukuran di Lapangan
Pemilihan lokasi pengukuran di lapangan disebabkan keenam lokasi
terletak di pusat kota dan mewakili berbagai peruntukan lahan (padat transportasi,
permukiman dan industri). Parameter - parameter yang diukur adalah debu, HC,
CO, NO2, SO2, Pb dan kebisingan. Selain parameter - parameter di atas parameter
meteorologi pada saat pengukuran juga diukur yaitu waktu pengukuran, suhu
udara, arah dan kecepatan angin, kelembaban udara dan kondisi cuaca.
Pengelompokan lokasi pengukuran dan parameter yang diukur disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Lokasi Pengukuran Kualitas Udara Ambien Kota Cilegon
No. Peruntukan Lokasi Parameter Kondisi meteorologis
1. Padat transportasi
Nirmala Optik Polres Cilegon
Debu, HC, CO, NO2, SO2, Pb, dan kebisingan.
Waktu, suhu udara, arah dan kecepatan angin, kelembaban udara dan kondisi cuaca.
2. Permukiman Arga Baja Pura Palm Hills
3. Industri Gerem Raya Semang Raya
4. 4. 2. Pengukuran
1). Konsentrasi debu, HC, CO, NO2, SO2 dan Pb
Pengambilan contoh udara untuk analisis NO2 dan SO2 dilakukan dengan
metode tidak langsung melalui penangkapan udara di lapangan dengan bantuan
pereaksi kimia. Pereaksi kimia tersebut ditempatkan di dalam tabung impinger,
kemudian udara dialirkan melalui tabung tersebut dengan bantuan pompa udara
dengan kecepatan alir tertentu. Kandungan gas - gas di udara akan bereaksi dan
terikat dengan pereaksi (absorben) yang terdapat pada tabung impinger, kemudian
setelah pengukuran berakhir dilakukan analisis di laboratorium.
Pengambilan contoh udara untuk pengukuran kadar debu, HC dan Pb
menggunakan filter debu dan pompa hisap. Pompa udara yang digunakan untuk
debu adalah jenis High Volume Sampler (HVS). Pengukuran CO dan kebisingan
dengan metode langsung yaitu menggunakan alat CO meter dan Sound Level
Meter sehingga konsentrasinya dapat diperoleh secara langsung di lapangan.
43 2). Analisis debu, HC, NO2, SO2 dan Pb
Seluruh contoh udara dianalisis di Laboratorium PT. Unilab Perdana
Jakarta, metoda dan alat analisis yang digunakan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Metode Analisis
No. Parameter Metode analisis Alat analisis Alat sampling 1. Debu Gravimetri Analitical Balance HVS 2. HC Kromatograp Spectrofotometer HVS 3. NO2 Saltzman Spectrofotometer Gas Sampler 4. SO2 Pararosanilin Spectrofotometer Gas Sampler 5. Pb Dekstruksi basah Spectrofotometer HVS
4. 5. Analisis Data
Konsentrasi udara ambien hasil pengukuran kemudian dibandingkan
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No. 41 Tahun 1999
tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional, kemudian dievaluasi dengan data
konsentrasi udara ambien di lokasi yang sama dari tahun 2004 - 2005. Data
disajikan dalam bentuk tabel dan diagram untuk selanjutnya dianalisis secara
deskriptif.
44
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. 1. Karakteristik Lokasi Pengukuran
Pengukuran dilakukan di enam lokasi yaitu Nirmala Optik, Polres Cilegon,
Arga Baja Pura, Palm Hills, Gerem Raya dan Semang Raya, karakteristik dari
keenam lokasi pengukuran sebagai berikut:
1. Nirmala Optik
Lokasi pengukuran merupakan perwakilan dari peruntukan padat
transportasi. Nirmala Optik berada di pusat kota serta merupakan pusat pertokoan,
pemerintahan dan perbelanjaan. Selain itu lokasi terletak di pinggir jalan utama
Kota Cilegon dan dekat (20 meter) dari pasar tradisional. Kondisi di sekitar
Nirmala Optik juga padat bangunan, dari ruko, gedung, pasar sampai kios - kios
dan warung.
Gambar 2. Lokasi pengukuran Nirmala Optik.
2. Polres Cilegon
Polres Cilegon merupakan perwakilan dari peruntukan padat transportasi,
terletak di jalan utama Kota Cilegon dan berdampingan dengan komplek
perkantoran Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon, selain itu lokasi juga berjarak
100 meter dengan pusat perbelanjaan terbesar di Kota Cilegon.
45 3. Arga Baja Pura
Lokasi pengukuran merupakan perwakilan dari peruntukan permukiman, titik
pengukuran terletak di lapangan sepakbola komplek Arga Baja Pura. Perumahan
ini hanya berjarak 1 km dari komplek industri Krakatau atau Krakatau Industrial
Estate Cilegon (KIEC).
4. Palm Hills
Lokasi pengukuran merupakan perwakilan dari peruntukan permukiman, lokasi
terletak di atas bukit komplek Palm Hills. Palm Hills merupakan komplek
perumahan kelas atas di Kota Cilegon dengan rumah - rumah yang mewah.
Gambar 3. Lokasi pengukuran Palm Hills.
5. Gerem Raya
Gerem Raya merupakan perwakilan dari peruntukan industri (kawasan
industri), di sekitar lokasi terdapat beberapa pabrik diantaranya PT. Amoco Mitsui
PTA Indonesia dan PT. Peni.
Gambar 4. Lokasi pengukuran Gerem Raya.
46 6. Semang Raya
Lokasi pengukuran merupakan perwakilan dari peruntukan industri.
Lokasi pengukuran berada di ketinggian yang sejajar dengan cerobong pabrik PT.
Krakatau Steel sehingga dari lokasi pengukuran dapat terlihat dengan jelas
cerobong pabrik PT. Krakatau Steel.
Gambar 5. Lokasi pengukuran Semang Raya.
5. 2. Konsentrasi Polutan di tiap Lokasi
Berdasarkan hasil pengukuran, masing - masing lokasi memiliki konsentrasi
polutan yang berbeda. Konsentrasi polutan hasil pengukuran disajikan pada Tabel
4, sedangkan kondisi meteorologis pada saat pengukuran di tiap lokasi disajikan
pada Tabel 5.
42
Tabel 4. Konsentrasi Polutan Hasil Pengukuran
No Peruntukan Lokasi Debu (µg/m3)
HC (µg/m3)
CO (µg/m3)
NO2 (µg/m3)
SO2 (µg/m3)
Pb (µg/m3)
Kebisingan(Desibel)
1. Padat
transportasi
Nirmala Optik 686* 686* 5.600 37,81 17,70 0,39 81,2*
Polres Cilegon 382* 523* 4.571 27,30 13,97 0,26 75,7*
2. Permukiman Arga Baja Pura 120 137 1.029 9,57 5,14 0,07 55,2*
Palm Hills 90 124 800 6,59 5,42 0,05 51,5
3. Industri Gerem Raya 432* 719* 7.771 20,28 15,38 0,37 70,9*
Semang Raya 102 170* 1.371 11,17 11,46 0,09 59,9 Keterangan: * = Melebihi baku mutu.
Baku mutu debu = 230 µg/m3, HC = 160 µg/m3, CO = 10.000 µg/m3, NO2 = 150 µg/m3, SO2 = 365 µg/m3, Pb = 2 µg/m3.
Baku mutu kebisingan; padat transportasi = 70 dB, permukiman = 55 dB, industri = 70 dB.
42 Tabel 5. Kondisi Meteorologis saat Pengukuran
Lokasi Waktu Jam (WIB)
Suhu (0C)
Kelembab-an
(%RH)
Arah angin dominan
dari
Kec angin rata-rata (km/jam)
Cuaca
Nirmala Optik
3 - 4 Juli 2006
11.00 - 23.00 23.00 - 11.00
26 - 34 24 - 30
57 - 81 70 - 84
Barat Timur
2,6 1,8
Cerah Cerah
Polres Cilegon
3 - 4 Juli 2006
10.30 - 22.30 22.30 - 10.30
25 - 35 24 - 34
55 - 84 56 - 88
Selatan Utara
4,7 2,4
Cerah Cerah
Arga Baja Pura 7 Juli 2006 12.30 - 15.30 32 - 35 56 - 64 Barat 3,4 Cerah
Palm Hills 7 Juli 2006 13.15 - 16.15 30 - 33 62 - 68 Utara 10,9 Cerah
Gerem Raya 7 Juli 2006 08.50 - 11.50 32 - 34 58 - 64 Timur 3,6 Cerah
Semang Raya 5 - 6 Juli 2006
10.00 - 22.00 22.00 - 10.00
23 - 33 23 - 32
60 - 92 64 - 94
Utara Selatan
4,6 2,0
Berawan Cerah
5. 2. 1. Padat Transportasi
Nirmala Optik dan Polres Cilegon merupakan daerah pertokoan dan pusat
kegiatan manusia. Lokasi pengukuran berada tepat di pinggir jalan raya Kota
Cilegon, jalan raya Kota Cilegon merupakan jalur utama keluar dan masuk Pulau
Jawa bagian barat. Nirmala Optik dan Polres Cilegon dengan sumber polutan
yang sama (transportasi) memiliki konsentrasi debu yang berbeda (Tabel 4).
Nirmala Optik memiliki konsentrasi debu sebesar 686 µg/m3, sedangkan Polres
Cilegon memiliki konsentrasi debu sebesar 382 µg/m3.
Meskipun konsentrasi debu di Polres Cilegon lebih rendah dibandingkan
Nirmala Optik, tetapi kedua lokasi telah melebihi baku mutu yang berlaku (230
µg/m3), hal ini disebabkan kedua lokasi berada di tepi jalan utama Kota Cilegon,
sering terjadi kemacetan, serta terdapat aktivitas perdagangan dan perkantoran
yang menghasilkan emisi debu ke udara. Selain itu juga disebabkan oleh kondisi
jalan yang bergelombang dan banyak lubang serta terdapat pasir pada aspal jalan
sehingga jika kendaraan melintas, pasir tersebut terkena putaran ban (bergesekan)
dan menyebabkan pasir beterbangan.
Konsentrasi hidrokarbon (HC) pada kedua lokasi juga berbeda, Nirmala
Optik memiliki konsentrasi HC sebesar 686 µg/m3, sedangkan Polres Cilegon
sebesar 523 µg/m3. Konsentrasi CO, NO2, SO2 dan Pb juga berbeda di kedua
lokasi, Nirmala Optik memiliki konsentrasi CO, NO2, SO2 dan Pb yang lebih
tinggi dibandingkan dengan Polres Cilegon.
43
Kebisingan di Nirmala Optik sebesar 81,2 dB dan Polres Cilegon sebesar
75,7 dB. Berdasarkan baku tingkat kebisingan Nirmala Optik dan Polres Cilegon
termasuk pada peruntukan perdagangan dan jasa dengan baku tingkat kebisingan
sebesar 70 dB. Kebisingan di kedua lokasi ditimbulkan dari kendaraan bermotor
dan aktivitas manusia serta pertokoan dan pusat perbelanjaan.
Konsentrasi debu, HC, serta kebisingan (melebihi baku mutu) dan CO
(hampir mendekati baku mutu) di kedua lokasi dikarenakan tidak terdapat
penghijauan yang dapat menahan dan menyaring debu, menyerap polutan, dan
meredam kebisingan. Selain tidak terdapat penghijauan, kondisi meterologis
kedua lokasi saat pengukuran juga mempengaruhi tingginya konsentrasi polutan.
Kedua lokasi berada pada kelerengan 0 - 8% (datar), pada kelerengan yang
datar angin akan menyebarkan polutan dengan merata karena sedikitnya halangan.
Pengukuran di Nirmala Optik dan Polres Cilegon dilakukan pada hari yang sama
(3 - 4 Juli 2006) selama 24 jam dengan perbedaan waktu pengukuran hanya 30
menit (Polres Cilegon memulai pengukuran lebih awal). Nirmala Optik memiliki
kisaran suhu udara 260C - 340C pada siang hari dan 240C - 300C pada malam hari,
sedangkan Polres Cilegon memiliki kisaran suhu udara 250C - 350C pada siang
hari dan 240C - 340C pada malam hari.
Tjasjono (1999) menyatakan bahwa kelembaban udara (RH) yang rendah
akan menyebabkan konsentrasi polutan meningkat. Berdasarkan hasil pengukuran
Nirmala Optik memiliki kelembaban udara (% RH) sebesar 57 - 81% pada siang
hari dan 70 - 84% pada malam hari, sedangkan Polres Cilegon memiliki
kelembaban udara (% RH) 55 - 84% pada siang hari dan 56 - 88% pada malam
hari.
Arah angin dominan Nirmala Optik berasal dari barat menuju ke timur
(Kecamatan Jombang dan Citangkil) yang merupakan pusat aktivitas dan
permukiman. Hal ini sangat berbahaya terutama berkaitan dengan penyebaran dan
kemungkinan akumulasi polutan. Angin dapat membawa polutan ke kawasan
permukiman dan terjadi akumulasi sehingga dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia. Arah angin dominan Polres Cilegon berasal dari timur menuju barat
(Kecamatan Jombang) yang merupakan pusat aktivitas dan permukiman. Hal ini
juga sangat membahayakan bagi kesehatan manusia.
44
Nirmala Optik memiliki kecepatan angin rata - rata 2,6 km/jam pada siang
hari dan 1,8 km/jam pada malam hari, sedangkan Polres Cilegon memiliki
kecepatan angin rata - rata 4,7 km/jam pada siang hari dan 2,4 km/jam pada
malam hari. Angin akan mempengaruhi kecepatan penyebaran polutan dengan
udara disekitarnya. Semakin tinggi kecepatan angin maka pencampuran dan
penyebaran polutan dari sumber emisi di atmosfer akan semakin besar sehingga
konsentrasi zat pencemar menjadi encer, begitu juga sebaliknya. Hal ini akan
menurunkan konsentrasi zat polutan di udara.
5. 2. 2. Permukiman
Pada peruntukan permukiman, yang diwakili oleh Arga Baja Pura dan
Palm Hills dengan sumber polutan yang sama yaitu aktivitas rumah tangga sehari-
hari seperti membakar sampah, menyapu halaman, memasak dan lain - lain
memiliki konsentrasi polutan yang berbeda. Arga Baja Pura memiliki konsentrasi
debu, HC, CO, NO2, SO2 dan kebisingan lebih tinggi dibandingkan dengan Palm
Hills, sedangkan untuk konsentrasi Pb kedua lokasi memiliki konsentrasi yang
sama.
Tingginya konsentrasi polutan di Arga Baja Pura dibandingkan dengan
Palm Hills dikarenakan jarak dengan sumber pencemar, letak topografi, kondisi
sekitar perumahan dan kondisi meteorologis kedua lokasi. Sumber pencemar
digolongkan berdasarkan mobilitas sumber pencemar, yaitu sumber diam
(stationary) dan sumber bergerak (kendaraan). Cerobong pabrik dan PLTU
merupakan contoh sumber pencemar diam dan kendaraan bermotor adalah sumber
pencemar bergerak.
Arga Baja Pura terletak dipinggir jalan utama yang menghubungkan
Cilegon dengan Merak, lokasi juga merupakan perumahan yang terdekat (berjarak
1 km) dengan Kawasan Industri Krakatau atau Krakatau Industrial Estate Cilegon
(KIEC), lain halnya dengan Palm Hills yang kondisinya jauh (berjarak 2 km) dari
jalan utama Kota Cilegon.
Arga Baja Pura berada pada kelerengan 0 - 8% (datar) sedangkan Palm
Hills berada pada kelerengan 15 - 25% (agak curam). Pada kelerengan yang datar
(Arga Baja Pura), angin akan menyebarkan polutan dengan merata karena
45 sedikitnya halangan, sedangkan Palm Hills yang terletak di atas bukit sulit
dijangkau oleh polutan. Menurut Sastrawijaya (1991), kecepatan angin akan
mempengaruhi distribusi pencemar. Konsentrasi pencemar akan berkurang jika
angin berkecepatan tinggi dan membagikan kecepatan tersebut secara mendatar
atau vertikal. Angin dapat berperan sebagai pengencer polutan, kecepatan angin
akan mengalami peningkatan seiring dengan ketinggian tempat. Semakin tinggi
letak suatu tempat maka konsentrasi polutan semakin rendah karena dalam
perjalanannya telah terjadi pengenceran.
Perbedaan kondisi meteorologi pada saat pengukuran juga berpengaruh,
diantaranya suhu udara, kelembaban udara, arah angin dan kecepatan angin.
Pengukuran di kedua lokasi dilakukan pada hari yang sama dan hanya berbeda 45
menit (Arga Baja Pura memulai pengukuran lebih awal) dan didapatkan hasil
bahwa suhu udara di Arga Baja Pura lebih tinggi yaitu sebesar 320C - 350C
sedangkan Palm Hils sebesar 300C - 330C. Untuk kelembaban udara, Arga Baja
Pura memiliki %RH lebih rendah sebesar 56 - 64% dibandingkan dengan Palm
Hills sebesar 62 - 68%.
Kecepatan angin rata - rata Arga Baja Pura lebih rendah dibandingkan
dengan Palm Hills, Arga Baja Pura sebesar 3,4 km/jam sedangkan Palm Hills 10,9
km/jam, dengan arah angin dominan berasal dari barat menuju timur (Arga Baja
Pura) dan dari utara menuju selatan (Palm Hills). Kecepatan angin di Palm Hills
yang tinggi akan mempengaruhi kecepatan penyebaran polutan dan pencampuran
polutan dengan udara di sekitarnya. Semakin tinggi kecepatan angin maka
pencampuran dan penyebaran polutan dari sumber emisi di atmosfer akan
semakin besar sehingga konsentrasi zat pencemar menjadi encer, hal ini akan
menurunkan konsentrasi zat polutan di udara.
5. 2. 3. Industri
Pada peruntukan industri, yang diwakili oleh Gerem Raya dan Semang
Raya dengan sumber polutan yang sama yaitu cerobong pembuangan, aktivitas
produksi, aktivitas kendaraan berat yang keluar masuk industri memiliki
konsentrasi debu, HC, CO, NO2, SO2 dan Pb yang berbeda. Gerem Raya memiliki
konsentrasi debu, HC, CO, NO2, SO2 dan Pb lebih tinggi dibandingkan dengan
Semang Raya.
46
Tingginya konsentrasi polutan di Gerem Raya dibandingkan dengan
Semang Raya dikarenakan jarak dengan sumber pencemar, kondisi sekitar dan
kondisi meteorologis kedua lokasi. Sumber pencemar digolongkan menjadi
sumber titik, sumber garis dan sumber area. Gerem Raya berdekatan dengan
Pelabuhan Merak (berjarak 5 km) dibandingkan dengan Semang Raya (berjarak
15 km). Pelabuhan Merak merupakan sumber pencemar titik sedangkan kawasan
industri Merak merupakan sumber pencemar area. Selain itu Gerem Raya terletak
dipinggir jalan utama yang menghubungkan Cilegon dan Merak.
Gerem Raya berada pada kelerengan 0 - 8% (datar) sedangkan Semang
Raya berada pada kelerengan 15 - 25% (agak curam). Pada kelerengan yang datar
(Gerem Raya), angin akan menyebarkan polutan dengan merata karena sedikitnya
halangan. Perbedaan kondisi meteorologi pada saat pengukuran juga berpengaruh,
diantaranya suhu udara, kelembaban udara, arah angin dan kecepatan angin.
Pengukuran di kedua lokasi didapatkan hasil bahwa suhu udara di Gerem Raya
(pengukuran selama 3 jam) lebih tinggi yaitu sebesar 320C - 340C sedangkan
Semang Raya (pengukuran selama 24 jam) sebesar 230C - 330C pada siang hari
dan 230C - 320C pada malam hari. Untuk kelembaban udara, Gerem Raya
memiliki %RH lebih rendah sebesar 58 - 64% dibandingkan dengan Semang Raya
sebesar 60 - 92% pada siang hari dan 64 - 94% pada malam hari.
Kecepatan angin rata - rata Gerem Raya lebih rendah dibandingkan
dengan Semang Raya, Gerem Raya sebesar 3,6 km/jam sedangkan Semang Raya
4,6 km/jam pada siang hari dan 2,0 km/jam pada malam hari, dengan arah angin
dominan berasal dari utara menuju selatan (Gerem Raya) dan dari selatan menuju
utara (Semang Raya). Kecepatan angin di Semang Raya yang tinggi akan
mempengaruhi kecepatan penyebaran polutan dan pencampuran polutan dengan
udara di sekitarnya.
47 5. 3. Manfaat Hutan Kota
Manfaat hutan kota dapat dilihat dari jarak lokasi dengan hutan kota dan
konsentrasi polutan di lokasi tersebut. Jarak antar lokasi pengukuran dengan hutan
kota (Pusdiklat PT. KS) dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jarak antar Lokasi Pengukuran dengan hutan kota
No Peruntukan Lokasi Jarak hutan kota
1. Padat transportasi
Nirmala Optik Polres Cilegon
2,73 km 1,69 km
2. Permukiman Arga Baja Pura Palm Hills
0,78 km 1,56 km
3. Industri Gerem Raya Semang Raya
3,9 km 4,29 km
Pada peruntukan padat transportasi, Nirmala Optik yang berjarak 2,73 km
dari hutan kota memiliki konsentrasi debu, HC, CO, NO2, SO2, Pb dan kebisingan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan Polres Cilegon yang berjarak 1,69 km dari
hutan kota. Sebaliknya pada peruntukan permukiman dan industri, lokasi yang
lebih dekat dengan hutan kota memiliki konsentrasi lebih tinggi dibandingkan
dengan lokasi yang jauh dengan hutan kota. Hal ini dikarenakan jarak dengan
sumber pencemar, kondisi meteorologis dan kondisi topografi lokasi pengukuran.
5. 4. Evaluasi Konsentrasi Polutan dan Kebisingan
Berdasarkan evaluasi konsentrasi polutan dan kebisingan dari tahun 2004 -
2006, pada peruntukan padat transportasi Nirmala Optik dan Polres Cilegon
mengalami peningkatan konsentrasi debu, HC, CO, NO2, SO2, Pb dan kebisingan.
Tabel dan diagram konsentrasi polutan dan kebisingan dapat dilihat pada
Lampiran 2. Peningkatan tersebut disebabkan semakin meningkatnya jumlah
kendaraan bermotor di Kota Cilegon, hal ini terlihat dari tabel jumlah kendaraan
bermotor dari tahun 2001 - 2005 (Lampiran 3). Dari jumlah kendaraan bermotor
4.014 pada tahun 2001 meningkat menjadi 10.975 kendaraan pada tahun 2005.
Kota Cilegon merupakan kota industri besar, kemajuan bidang industri
senantiasa diikuti dengan kenaikan jumlah penduduk, hal ini berdampak terhadap
kebutuhan akan transportasi, baik transportasi umum maupun transportasi pribadi,
selain itu Kota Cilegon juga merupakan pintu keluar masuk Pulau Jawa bagian
48 barat yang menjadi lintasan kendaraan bermotor baik yang menuju dan keluar
Kota Cilegon. Hal ini diperkirakan menjadi faktor terhadap peningkatan
konsentrasi polutan akibat emisi (pelepasan) dari kendaraan bermotor.
Pada peruntukan permukiman dan industri, konsentrasi debu, HC, CO,
NO2, SO2, Pb dan kebisingan juga mengalami peningkatan. Hal tersebut
diakibatkan dari penambahan luas lahan untuk perumahan dan jumlah kepala
keluarga pada peruntukan permukiman, sedangkan pada peruntukan industri
disebabkan oleh peningkatan produksi dan penambahan luas lahan untuk industri.
Dampak dari kenaikan jumlah penduduk di Kota Cilegon menyebabkan
kebutuhan lahan untuk permukiman meningkat, dari luas lahan 4.160,31 Ha pada
tahun 2002 meningkat menjadi 4.815,82 Ha pada tahun 2004 (Bapeda Kota
Cilegon). Untuk jumlah rumah, peningkatan dilihat dari jumlah RT Kota Cilegon
dari tahun 2000 - 2005 serta jumlah kepala keluarga (KK) Kota Cilegon tahun
2000 - 2005 (Lampiran 3).
Peningkatan jumlah produksi (PT. Krakatau Steel) merupakan salah satu
penyebab meningkatnya konsentrasi polutan di Kota Cilegon. PT. Krakatau Steel
yang memproduksi besi spons, slab baja, baja lembaran panas, baja lembaran
dingin, billet baja dan batang kawat mengalami peningkatan produksi dari tahun
2004 sampai tahun 2005 (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Cilegon),
disajikan pada Lampiran 4. Selain itu luas lahan untuk industri juga meningkat
dari 2.238,67 Ha pada tahun 2002 menjadi 2.955,51 Ha pada tahun 2004.
Kondisi tersebut bisa menjadi ancaman serius bila tidak dilakukan
tindakan. Bukan saja bagi lingkungan, tapi lebih jauh bisa mengakibatkan
menurunnya derajat kesehatan masyarakat Kota Cilegon dengan berjangkitnya
penyakit saluran pernapasan akibat polusi udara. Upaya penanggulangan yang
bisa dilakukan yaitu dengan membangun hutan kota sepanjang jalur jalan pada
peruntukan padat transportasi dan taman, arboretum serta tegakan campuran pada
peruntukan permukiman dan industri.
49 5. 5. Pembangunan Hutan Kota
Pembangunan hutan kota di Kota Cilegon diusulkan dilakukan di seluruh
lokasi tetapi dengan tetap memperhatikan ketersediaan lahan yang ada di masing -
masing lokasi. Dahlan (1992) mengatakan untuk mendapatkan hasil pertumbuhan
tanaman serta manfaat hutan kota yang maksimal, beberapa informasi yang perlu
diperhatikan dan dikumpulkan antara lain:
1. Persyaratan edaphis: pH, jenis tanah, tekstur, altitude, salinitas dan lain-lain,
2. Persyaratan meteorologis: suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, radiasi
matahari,
3. Persyaratan silvikultur: kemudahan dalam hal penyediaan benih dan bibit
dan kemudahan dalam tingkat pemeliharaan,
4. Persyaratan umum tanaman:
Tahan terhadap hama dan penyakit, cepat tumbuh, kelengkapan jenis dan
penyebaran jenis, mempunyai umur yang panjang, mempunyai bentuk yang
indah, ketika dewasa sesuai dengan ruang yang ada, kompatibel dengan
tanaman lain, serbuk sarinya tidak bersifat alergis,
5. Persyaratan untuk pohon peneduh jalan:
Mudah tumbuh pada tanah yang padat, tidak mempunyai akar yang besar di
permukaan tanah, tahan terhadap hembusan angin yang kuat, dahan dan
ranting tidak mudah patah, pohon tidak mudah tumbang, buah tidak terlalu
besar, serasah yang dihasilkan sedikit, tahan terhadap pencemar dari
kendaraan bermotor dan industri, luka akibat benturan mobil mudah
sembuh, cukup teduh tetapi tidak terlalu gelap, kompatibel dengan tanaman
lain, daun, bunga, buah, batang dan percabangannya secara keseluruhan
indah, pada saat dewasa cocok dengan ruang yang tersedia, berumur
panjang, pertumbuhan cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, dan
6. Persyaratan estetika:
Mempunyai tajuk dan bentuk percabangan yang indah, bunga dan buahnya
memiliki warna dan bentuk yang indah.
50 5. 5. 1. Peruntukan Padat Transportasi
Hutan kota yang dibangun pada peruntukan padat transportasi yaitu berupa
jalur hijau terutama di sepanjang jalan utama Kota Cilegon. Tanaman yang
terdapat di jalur hijau digolongkan sebagai berikut (Harsana, 2004): 1). Pohon
yang berfungsi sebagai peneduh, pengarah, penghalang terik matahari, pengatur
iklim mikro, memberikan keseimbangan lingkungan dan memberikan pengaruh
psikologis bagi pengguna jalan, memberikan perasaan nyaman serta memberikan
perasaan senang dengan keindahan yang dimiliki, 2). Semak atau perdu yang
berfungsi sebagai pembatas jalur jalan, pembatas visual, pengarah, mengurangi
silau cahaya lampu kendaraan dan pemberi nilai estetis.
Kota Cilegon memiliki jalan utama yang memanjang dan lurus sehingga
untuk menghindari kejenuhan dan cahaya silau serta mempercantik kota perlu
ditanam pohon sepanjang jalan (Green belt). Jenis - jenis pohon yang dapat
ditanam pada jalur hijau diantaranya Mimusops elengi (tanjung), Swietenia
macrophylla (mahoni), Lagerstroemia speciosa (bungur), Oreodoxa regia (palm
raja), Pterocarpus indicus (angsana) dan Filicium decipiens (krey payung).
Hutan kota dengan fungsi peneduh jalan, penanamannya dilakukan dengan
berselang - seling dengan berganti - ganti jenis, atau satu jalur jalan hanya
ditanami dengan jenis tertentu sedangkan bagian jalan lainnya dengan jenis
tanaman yang berbeda dengan ruas jalan sebelumnya. Kemampuan tanaman untuk
beberapa jenis tanaman pelindung yang biasanya ditemukan dalam hutan kota
dengan berbagai ukuran daun akan menghasilkan besaran luas area teduh yang
berbeda. Daftar tanaman peneduh jalan dapat dilihat pada Lampiran 7.
5. 5. 2. Peruntukan Permukiman
Menurut Fakuara (1986), bentuk hutan kota permukiman yang dapat
dikembangkan antara lain :
1. Taman bermain untuk anak - anak, tanaman yang di tanam di dalamnya
adalah dari kombinasi yang ketinggiannya berbeda, disusun sedemikian rupa
untuk memenuhi fungsi keindahan, meredam suara, produksi oksigen dan
meningkatkan kenyamanan.
51
2. Tanaman tepi jalan/trotoar, dibuat untuk tujuan meredam suara, menguapkan
air genangan, meningkatkan kenyamanan serta menahan silau sinar
kendaraan di malam hari. Jenis pohon yang dipakai untuk tujuan ini adalah
jenis pohon yang tidak terlalu tinggi, tajuknya rimbun serta tingkat
transpirasinya relatif tinggi.
3. Tanaman pekarangan.
4. Hutan kota.
Taman berisikan jenis vegetasi yang cukup beragam (multi jenis). Jumlah
vegetasi pengisi berkisar antara lima hingga dua puluh jenis vegetasi yang terdiri
atas vegetasi pohon dan non pohon, tetapi lebih didominasi oleh pohon. Adapun
jenis - jenis pohon yang dominan di taman diantaranya yaitu Samanea saman
(trembesi), Ficus benjamina (beringin), Delonix regia (flamboyan) dan
Caesalpinia pulcherrima (bunga merak). Daftar tanaman taman hutan dapat
dilihat pada Lampiran 8.
Hutan kota yang berbentuk pekarangan atau halaman rumah memiliki
keanekaragaman jenis yang lebih tinggi, sesuai dengan beragamnya pula minat
tiap pemilik rumah. Pada umumnya, tanaman - tanaman yang ditanam di halaman
rumah berupa jenis tanaman hias yang ukurannya relatif tidak begitu besar. Jenis -
jenis pohon besar yang ditanam di halaman rumah antara lain Mangifera indica
(mangga), Nephelium lapacceum (rambutan), Durio zibethinus (durian) dan
Averrhoa carambola (belimbing). Daftar tanaman kebun dan halaman dapat
dilihat pada Lampiran 9. Sedangkan jenis tanaman hias yang ditanam di halaman
rumah antara lain Chlorophytum comosum (lili alang putih), kaktus kodok dan
Rosa hybrida Hart. (bunga mawar). Daftar tanaman hias dapat dilihat pada
Lampiran 6.
5. 5. 3. Peruntukan Industri
Menurut Fakuara (1986), bentuk hutan kota kawasan industri yang dapat
dikembangkan antara lain:
1. Taman kawasan industri,
2. Hutan kota,
3. Taman parkir, dan
52
4. Jalur hijau sepanjang jalan di dalam kawasan industri.
Taman kawasan industri dibuat dengan tujuan untuk istirahat para pekerja,
sebagai tempat yang terlindungi secara alami dari kebisingan, debu dan gas
buangan industri. Untuk dapat meredam debu udara, maka dipilih tanaman yang
mempunyai tajuk yang rimbun dan rapat serta berdaya tahan tinggi. Untuk
menyerap gas, maka dipilih tanaman yang mempunyai stomata yang banyak serta
mempunyai ketahanan yang baik terhadap gas tertentu, mempunyai tingkat
pertumbuhan yang cepat, dan tahan terhadap serangan angin.
Jika digunakan untuk meredam kebisingan maka dipilih tanaman yang
rimbun daunnya, sedangkan untuk penghasil oksigen adalah yang mempunyai
tingkat pertumbuhan yang cepat. Pada kawasan industri bentuk dan struktur hutan
kota dibuat mengelompok (terkonsentrasi) dengan multi strata dan jenis yang
sedikit (tegakan yang kompak). Pohon yang dipilih memiliki tajuk yang rapat dan
jumlah daun yang banyak, memiliki sistem perakaran yang sangat kuat dan dalam,
serasah yang dihasilkan cukup banyak karena lantai hutan juga mampu menyerap
gas - gas berbahaya dari industri.
53
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6. 1. Kesimpulan
1. Parameter debu, HC dan kebisingan mempunyai nilai konsentrasi polutan
dan kebisingan di atas baku mutu, sementara CO hampir mendekati baku
mutu. Lokasi yang mempunyai nilai konsentrasi polutan di atas baku mutu
udara yaitu Nirmala Optik, Polres Cilegon, Gerem Raya, Arga Baja Pura
dan Semang Raya, sedangkan parameter NO2, SO2 dan Pb mempunyai
nilai konsentrasi di bawah baku mutu udara.
2. Berdasarkan evaluasi konsentrasi polutan dan kebisingan dari tahun 2004 -
2006, seluruh lokasi mengalami peningkatan konsentrasi polutan dan
kebisingan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah kendaraan
bermotor, kenaikan jumlah kepala keluarga dan peningkatan produksi di
Kota Cilegon, untuk itu diperlukan tindakan penanggulangan dengan
membangun hutan kota.
3. Pembangunan hutan kota di Kota Cilegon diusulkan dilakukan di seluruh
lokasi tetapi dengan tetap memperhatikan ketersediaan lahan yang ada di
masing - masing lokasi.
6. 2. Saran
1. Pembangunan hutan kota diharapkan menjadi prioritas utama Pemerintah
Kota Cilegon untuk meningkatkan kualitas udara.
2. Peningkatan kerjasama antara Pemerintah Kota Cilegon, industri dan
masyarakat dalam hal menjaga lingkungan terutama kualitas udara.
54
DAFTAR PUSTAKA
Aji, B. S. 2006. Pemetaan Penyebaran Polutan sebagai bahan Pertimbangan Pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Cilegon (Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis) [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dahlan, E. N. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan. APHI. Jakarta.
----------------. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan Kota. IPB PRESS. Bogor.
Fakuara, Y. 1986. Hutan Kota: Peranan dan Permasalahannya [Skripsi]. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Cetakan pertama. Kanisius. Jakarta.
Grey, G. W. & F. J. Deneke. 1978. Urban Forestry. John Wiley and Sons. New York.
Harsana, B. 2004. Fungsi Pengaman dan Estetika Jalur Hijau Jalan (Studi kasus di Jalan Pajajaran – Bogor) [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hasneni. 2004. Evaluasi Tingkat Pencemaran Udara Berdasarkan Konsentrasi Udara Ambien di Kota Bandung [Skripsi]. Departemen Geofisika dan Meteorologi Fakultas Matematika dan IPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lakitan, B. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Neiburger, J; G. E. William & D. Bonner. 1995. Memahami Lingkungan Atmosfer kita. Penerbit ITB. Bandung.
Pusparini, M. 2002. Evaluasi Tingkat Pencemaran Udara Berdasarkan Konsentrasi Udara Ambien di DKI Jakarta [Skripsi]. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika dan IPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rachmawati, D. S. 2005. Peranan Hutan Kota Dalam Menjerap dan Menyerap
Timbal (Pb) di Udara Ambien [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
55 Sastrawijaya, T. 1991. Pencemaran Lingkungan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Soedomo, M. 2001. Kumpulan Karya Ilmiah Pencemaran Udara. Penerbit ITB. Bandung.
Sudharnoto, D. 1994. Peran/Fungsi Hutan Kota dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan (Tinjauan Aspek Kebisingan). Magister Ilmu Lingkungan. Program Pascasarjana. Universitas Indonesia. Jakarta.
Suharsono, H. 1992. Dampak terhadap Kualitas Udara dan Kebisingan. Kumpulan Kuliah Kursus AMDAL 3. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sukarsono. 1998. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Tumbuhan Di Kebun Raya Bogor. Tesis. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Tjasjono, B. 1999. Klimatologi Umum. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
56
57 Lampiran 1.
Baku Tingkat Kebisingan berdasarkan KEPMENLH No. 48/MENLH/11/1996
Peruntukan kawasan/ lingkungan kegiatan
Tingkat kebisingan (dBA)
Peruntukan Kawasan 1. Perumahan dan permukiman 552. Perdagangan dan jasa 70 3. Perkantoran dan perdagangan 65 4. Ruang terbuka hijau 50 5. Industri 70 6. Pemerintahan dan fasilitas umum 60 7. Rekreasi 708. Khusus
• Bandar udara* • Stasiun KA* • Pelabuhan laut • Cagar budaya
70 60
Lingkungan kegiatan 1. Rumah sakit atau sejenisnya 55 2. Sekolah atau sejenisnya 55 3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55
Keterangan : *) Disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan.
58 Lampiran 2.
Evaluasi Konsentrasi Polutan Kota Cilegon Tahun 2004 – 2006
No Peruntukan Lokasi Semester/ Tahun
Debu µg/m3
HC µg/m3
CO µg/m3
NO2 µg/m3
SO2 µg/
Pb µg/m3
Kebisingan (dB)
1 Padat transportasi
Nirmala Optik
II/2004 I/2005 II/2005 I/2006
339 522 629 686
523 621 654 686
4.2294.686 5.143 5.600
15,86 16,82 18,51 37,81
6,26 10,51 14,46 17,70
0,21 0,24 0,30 0,39
68,5 73,0 73,9 81,2
Polres Cilegon II/2004 I/2005 II/2005 I/2006
204 238 263 382
170 469 506 523
1.371 4.357 4.400 4.571
8,95 16,7222,08 27,30
3,52 9,62 9,76
13,97
0,12 0,17 0,24 0,26
63,3 64,3 65,5 75,7
2 Permukiman Arga Baja Pura
II/2004 I/2005 II/2005 I/2006
67 79 92
120
91 93
104 137
686 829 929
1.029
7,45 8,05 8,60 9,57
3,50 3,91 4,35 5,14
<0,03 <0,03 0,04 0,07
44,6 45,6 47,4 55,2
Palm Hills II/2004 I/2005 II/2005 I/2006
32 52 60 90
59 65 78
124
457 457 571
1.486
4,78 5,31 6,01 6,59
2,44 2,41 4,51 7,40
<0,03 <0,03 <0,03 0,05
49,1 49,8 50,5 51,5
3 Industri Gerem Raya
II/2004 I/2005 II/2005 I/2006
306 342 360 432
550 617 650 719
5.914 6.571 6.685 7.771
18,36 19,18 19,22 20,28
11,37 12,12 13,55 15,38
0,12 0,29 0,34 0,37
68,3 69,1 69,6 70,9
Semang Raya II/2004 I/2005 II/2005 I/2006
82 91 95
102
144 157 163 170
814 843 929
1.371
9,68 10,08 10,36 11,17
5,82 7,28 5,35
11,46
0,04 0,04 0,05 0,09
45,3 46,3 49,1 59,9
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Energi Kota Cilegon.
1. Diagram konsentrasi Debu dari Tahun 2004 – 2006 di tiap Lokasi Pengukuran
0
100
200
300
400
500
600
700
µg/m3
NirmalaOptik
PolresCilegon
Arga BajaPura
Palm Hills Gerem Raya SemangRaya
Lokasi pengukuran
Debu
Smtr II Thn 2004 Smtr I Thn 2005 Smtr II Thn 2005 Smtr I thn 2006
59 Lampiran 2 (lanjutan).
2. Diagram konsentrasi HC dari Tahun 2004 – 2006 di tiap Lokasi Pengukuran
3. Diagram konsentrasi CO dari Tahun 2004 – 2006 di tiap Lokasi Pengukuran
0
100
200
300
400
500
600
700
800
µg/m3
NirmalaOptik
PolresCilegon
Arga BajaPura
Palm Hills Gerem Raya SemangRaya
Lokasi pengukuran
HC
Smtr II Thn 2004 Smtr I Thn 2005 Smtr II Thn 2005 Smtr I thn 2006
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
µg/m3
NirmalaOptik
PolresCilegon
Arga BajaPura
Palm Hills Gerem Raya SemangRaya
Lokasi pengukuran
CO
Smtr II Thn 2004 Smtr I Thn 2005 Smtr II Thn 2005 Smtr I thn 2006
60 Lampiran 2 (lanjutan).
4. Diagram konsentrasi NO2 dari Tahun 2004 – 2006 di tiap Lokasi Pengukuran
5. Diagram konsentrasi SO2 dari Tahun 2004 – 2006 di tiap Lokasi Pengukuran
0
5
10
15
20
25
30
35
40
µg/m3
NirmalaOptik
PolresCilegon
Arga BajaPura
Palm Hills Gerem Raya SemangRaya
Lokasi pengukuran
NO2
Smtr II Thn 2004 Smtr I Thn 2005 Smtr II Thn 2005 Smtr I thn 2006
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
µg/m3
NirmalaOptik
PolresCilegon
Arga BajaPura
Palm Hills Gerem Raya SemangRaya
Lokasi pengukuran
SO2
Smtr II Thn 2004 Smtr I Thn 2005 Smtr II Thn 2005 Smtr I thn 2006
61 Lampiran 2 (lanjutan).
6. Diagram konsentrasi Pb dari Tahun 2004 – 2006 di tiap Lokasi Pengukuran
7. Diagram Tingkat Kebisingan dari Tahun 2004 – 2006
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
µg/m3
NirmalaOptik
PolresCilegon
Arga BajaPura
Palm Hills Gerem Raya SemangRaya
Lokasi pengukuran
Pb
Smtr II Thn 2004 Smtr I Thn 2005 Smtr II Thn 2005 Smtr I thn 2006 3-D Column 5
0
1020304050607080
90
Desibel
NirmalaOptik
PolresCilegon
Arga BajaPura
Palm Hills GeremRaya
SemangRaya
Lokasi pengukuran
Kebisingan
Smtr II Thn 2004 Smtr I Thn 2005 Smtr II Thn 2005 Smtr I thn 2006
62 Lampiran 3.
Data Sosial Ekonomi Kota Cilegon
1. Jumlah Kendaraan Bermotor Kota Cilegon Tahun 2001 – 2005
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005
Jumlah Kendaraan bermotor 4.014 7.631 9.103 10.121 10.975
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Cilegon.
2. Jumlah Kepala Keluarga Kota Cilegon Tahun 2000 – 2004
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004
Jumlah Kepala Keluarga (KK) 62.571 61.646 63.417 66.967 69.513
Sumber: Badan Perencana Daerah Kota Cilegon.
3. Jumlah RT Kota Cilegon 2000 – 2005
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Jumlah RT 833 860 867 890 910 920
Sumber Data : BKKBN Kota Cilegon.
4. Jumlah Penduduk Kota Cilegon Tahun 2000-2004
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004
Jumlah penduduk (jiwa) 294.936 301.225 309.097 331.024 334.185
Sumber Data : BPS Kota Cilegon.
63 Lampiran 4.
Jumlah Produksi PT. Krakatau Steel Tahun 2004 – 2005
No Produksi 2004 Produksi 2005 Komoditi Jumlah Satuan Komoditi Jumlah Satuan
1. Besi spons 694.179 ton Besi spons 717.845 ton 2. Slab baja 538.752 ton Slab baja 719.862 ton 3. Baja lembaran
panas 721.474 ton Baja lembaran
panas 747.390 ton
4. Baja lembaran dingin
275.032 ton Baja lembaran dingin
354.600 ton
5. Billet baja 195.737 ton Billet baja 234.250 ton 6. Batang kawat 154.758 ton Batang kawat 177.283 ton
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Cilegon.
64 Lampiran 5.
1. Penggunaan Lahan untuk Permukiman Tahun 2002 dan 2004
Tahun 2002 2004
Luas lahan permukiman 4.160,31 Ha 4.815,82 HaSumber: Bapeda Kota Cilegon.
2. Penggunaan Lahan untuk Industri Tahun 2002 dan 2004
Tahun 2002 2004
Luas lahan industri 2.238,67 Ha 2.955,51 Ha Sumber: Bapeda Kota Cilegon.
65
Lampiran 6. Daftar Tanaman Hias
No. Nama Daerah Nama Latin No. Nama Daerah Nama Latin
1 Air mancur Jakobinia cornea 63 Landep Barleria crisfota
2 Air mata pengantin Antigonon leptosus 64 Lidah mertua Sanseviera trifasciata
3 Alamanda Allamanda cathartica 65 Lili paris Chlorophytum sp.
4 Alokasia Alocasia sp. 66 Mawar Rosa hybrida
5 Anyelir Dianthus caryophyllus 67 Melati Jasminum sambac
6 Arairut Marantha arundinacea 68 Miyana mangkuk Iresina herbstii
7 Bambu kuning Bambusa vulgaris 69 Monstera Monstera deliciosa
8 Bakung Cainum asiaticum 70 Nona makan sirih Clerodendrum sp.
9 Begonia rambut Ciscus bicolor 71 Nusa indah Musaena ahphillippica
10 Begonia rex Bigonia sp. 72 Ohna Ochna kirkii
11 Bintang buni Crytanthus sp. 73 Oleander Nerium olender
12 Bunga angsa Aristolochia sp. 74 Pacar Impatiens balsamina
13 Bunga harumsari Buddleja asiatica 75 Pacar cina Agloia odorata
14 Bunga bokor Hydrangea hortensis 76 Pacing Costus sp.
15 Bunga kana Canna indica 77 Palem australia Normanbya normanbyi
16 Bunga kupu-kupu Bauhinia purpurea 78 Palem bambu Chamaedorea erumpius
17 Bunga kancing Gomphrena globosa 79 Palem bambu Mascarena sp.
18 Bunga kuku macan Mucuna bennetii 80 Palem botol Revaogehaganii
19 Bunga matahari Helianthus annus 81 Palem ekor ikan Caryota mitis
20 Bunga mentega Taberna emontana coronaria 82 Palem pilifina Veitchia philippinensis 21 Bunga pukul empat Mirabilis jalapa 83 Palem jari Rhapis excelsa 22 Bunga tiga hari Brunfelsia ansericana 84 Palem kipas Livistona rotundifolia 23 Bugenvil Bougainvillea spectabilis 85 Palem kuning Chrysalidocarpus
lutescens 24 Bungur Lagerstroemia indica 86 Palem kol Licuala grandis
25 Cempaka Michelia champaka 87 Palem merah Cyatostachys lakka 26 Cente Lantana camara 88 Palem raja Roystonea regia
27 Cocor bebek Kalanchoe pinnuta 89 Paku pelanduk Pteris ensiformis
28 Daun beludru Gynura aurantiaca 90 Pandan hias Pandanus dubius
29 Daun panah Syngonium albolineatum 91 Pinang irisan Ptychosperma macorthurii
30 Daun saputangan Maniltoa grandiflora 92 Pinang monyet Areca vestiara
31 Daun zebra Zebrina pendula 93 Pinang tutul Pinanga densiflora 32 Dilem Coleus sp. 94 Pisang hias Heliconia Collinsiana
33 Drasena Dracaena sp. 95 Pohon bahagia Dieffenbachia sp.
34 Duranta Duranta erecta 96 Pohon saputangan Browned sp.
35 Duri cangkang Opuntia schumanii 97 Portulaka Portulaca grandiflora
36 Ekor cendrawasih Phylanthus alternifolia 98 Primula Primula denticulata 37 Ekor keledai Sedum morgalianum 99 Pucuk emas Galphinia gracilis
38 Ekor musang Lycopodium carinatum 100 Pulkra Kaemferia pluchra
66
39 Kere payung Filicium decipiens 101 Puring Codeaum variegatum
40 Flamboyan Delonix regia 102 Rane Selaginella plana
41 Gladiol Gladiolus hortulanus 103 Sambang Lapsia spinosa
42 Gloxinia Gloxinia speciosa 104 Sambang colok Aerva sp.
43 Handeleum Graptohylum pictum 105 Selandang darah Hemigraphis alternata
44 Hanjuang Cordylin sp. 106 Selandang putih Spathiphylum cannaefalium
45 Herbras Gerbera jamesonii 107 Senduduk Melastoma malabathricum
46 Homalomena Homalomena rubra 108 Seruni Wedelia montana 47 Jarak Jatropha multifida 109 Sirih belanda Scindapsus aureus 48 Kalatea Calathea sp. 110 Sirih Gading Rhaphidophora aurea
49 Kastuba Euphorbia pulcherrima 111 Sirih hias Peperomia sanderii
50 Kecubung Dafura metel 112 Suji Pleomele angustifolia
51 Keladi hias Caladium sp. 113 Tanaman lurik Geogenanthus undatus
52 Kembang bulan Tethonia diversifolia 114 Tanaman mosaik Fittonia sp.
53 Kembang emas Stephanotis floribunda 115 Tanaman perak Pilea cadierei
54 Kembang merak Caesalpinia pulcherrima 116 Tapak darah Catharanthus rosea
55 Kembang pita Storophanthus grandiflora 117 Tatarompetan Ipomoea tripida
56 Kamboja putih Plumeria alba 118 Teratai kecil Nymphaea lotus
57 Kembang sepatu Hibiscus rosasinensis 119 Terompet gading Randia maculata
58 Kembang soka Ixora coccinea 120 Verbena Verbena laciniata
59 Kembang sungsang Gloriosa superba 121 Violces Saintpaulia ionantha
60 Kemuning Muraya paniculata 122 Wanga Pigafetta filaris.
61 Kol banda Pisonia alba
62 Koreopsis Coreopsis sp.
Sumber: Departemen Kehutanan (2000).
67
Lampiran 7.
Daftar Tanaman Sebagai Peneduh Jalan
No. Nama Daerah Nama Latin No. Nama Daerah Nama Latin
1 Flamboyan Delonix regia 14 Jakaranda Jacaranda filicifolia
2 Angsana Pterocarpus indicus 15 Liang liu Salix babilinica
3 Ketapang Terminalia catappa 16 Kismis Muehlenbeckia sp.
4 Kupu-kupu Bauhinia purpurea 17 Ganitri Elaeocarpus spahaericus
5 Kere payung Filicium decipiens 18 Saga Adenanthera povoniana
6 Johar Cassia multiyoga 19 Anting-anting Elaeocarpus grandiflorus
7 Tanjung Mimusops elengi 20 Asam kranji Pithecelobium dulce
8 Mahoni Swientenia mahagoni 21 Johar Cassia siamea
9 Akasia Acacia auriculiformis 22 Cemara Cupresus papuana
10 Bungur Lagerstroemia loudonii 23 Pinus Pinus merkusii
11 Kenari Canarium commune 24 Beringin Ficus benjamina
12 Damar Agathis alba
13 Nyamplung Calophyllum inophyllum
Sumber: Departemen Kehutanan (2000).
68
Lampiran 8.
Daftar Tanaman Taman Hutan
No. Nama Daerah Nama Latin No. Nama Daerah Nama Latin 1 Bungur Lagerstromia speciosa 32 Kepuh Sterculia foetida 2 Jening Pithecolobium lobatum 33 Dadap Erythrina cristagalli 3 Khaya Khaya anthotheca 34 Salam Eugenia polyantha 4 Pingku Dysoxylum excelsum 35 Sungkai Pheronema canescens 5 Lamtorogung Leucaena lecocephala 36 Matoa/kasai Pometia pinnata 6 Puspa Schima wallichii 37 Locust Hymenaea courbaril7 Kenanga Canangium adoratum 38 Ebony/kayuhitam Dyospiros celebica 8 Kisireum Eugenia cymosa 39 Kempas Kompasia excelsa 9 Manglid Michelia velutina 40 Sawo kecik Manilkara kauki
10 Flamboyan Delonix regia 41 Asam Tamarindus indica 11 Tanjung Mimusops elengi 42 Pingku Dysoxyllum exelsum12 Trembesi Samanea saman 43 Johar Cassia grandis 13 Beringin Ficus benjamina 44 Angsana Pterocarpus indicus 14 Kepuh Sterculia foetida 45 Tengkawang layar Shorea mecistopteryx15 Angsret Spathodea campanulata 46 Kecapi Shandoricum koetjape 16 Nyamplung Callophylum inophyllum 47 Palem Raja Oerodoxa regia 17 Leda Eucalyptus deglupta 48 Kalak Poliantha lateriflora 18 Tengkawanglayar Shorea mecistopteryx 49 Saputangan Maniltoa brawneodes
19 Johar Cassia siamea 50 Bacang Manejitera foetida 20 Merbau pantai Intsia bijuga 51 Kayu manis Cinnamomun burmanni 21 Tengkawangmajau Shorea palembanica 52 Kawista Feronia limonia 22 Hoe Eucaliyptus platyphylla 53 Kenanga Canangium odoratum 23 Merawan Hopea mangarawan 54 Khaya K. sinegalensis 24 Blabag Terminalia citrina 55 Khaya K. grandiflora 25 Pala hutan Myristica fatua 56 Khaya K. anthotheca 26 Cemara sumatra Casuarina sumatrana
27 Palur raja Oreodoxa regia
28 Kibeusi leutik Lindera srtichchytolia
29 Kaliandra Calliandra marginata
30 Balam sudu Palaguium sumatranum
31 Sawo duren Crysophyllum cainito Sumber: Departemen Kehutanan (2000).
69
Lampiran 9.
Daftar Tanaman Kebun dan Halaman
No. Nama Daerah Nama Latin No. Nama Daerah Nama Latin
1 Nangka Artocarpus integra 15 Durian Durio zibethinus
2 Kenanga Canangium odoratum 16 Manggis Garcinia mangostana 3 Sirsak Annona muricata 17 Coklat Theobroma cacao 4 Srikaya A. squamosa 18 Duwet Eugenia cuminii 5 Pala Myristica fragrans 19 Cengkeh E. aromatica 6 Alpokat Persea americana 20 Jambu bol E. malaccensis
7 Belimbing Averrhoa carambola 21 Jambu air E. aquea
8 Jeruk Citrus sp. 22 Sawo manila Achras zapota 9 Mangga Mangifera indica 23 Sawo kecik Manilkara kauki
10 Rambutan Nephelium lappaceum 24 Kopi Coffea robusta
11 Kedondong Spondias rarak 25 Kopi C. Arabica
12 Kemiri Aleurites moluccana 26 Randu Ceiba pentandra 13 Wuni Antidesma bunius 27 Petai Parkia speciosa
14 Jambu monyet Anacardium occidentale
Sumber: Departemen Kehutanan (2000).