2019 - Cilegon
Embed Size (px)
Transcript of 2019 - Cilegon

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 1
2019
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL
DPMPTSP KOTA CILEGON BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN
PENANAMAN MODAL

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………. i
Daftar Isi …………………………………………………. ii
Pendahuluan / Latar Belakang …………………………………………………. 1-3
Dasar Hukum ………………………………………………….. 2-5
Maksud dan Tujuan …………………………………………………. 6
Sasaran ………………………………………………….. 6
Ruang Lingkup ………………………………………………….. 6
Selayang Pandang DPMPTSP Kota Cilegon ……………………………………………. 7-8
Maksud dan Tujuan Pendirian DPMPTSP …………………………………………. 9
Tugas Pokok dan Fungsi ………………………………………………………….. 9-10
Visi dan Misi DPMPTSP ………………………………………………………….. 10-11
Struktur Organisasi …………………………………………………............. 12-13
Tata Cara Pemantauan ..…………...…………………………………………… 15-17
Tata Cara Pembinaan ...……………………………………………………….. 17-18
Tata Cara Pengawasan ………………………………………………………….. 18-19
PENUTUP
Kesimpulan ……………………………………………………………
20-21
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. ………………22

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 3
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur seraya kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan kita sehat baik jasmani maupun rohani sehingga kita dapat melaksanakan tugas
keseharian sesuai denga tugas pokok dan fungsi masing – masing.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu kota Cilegon merupakan
salah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kota Cilegon yang bergerak dibidang
pelayanan perizinan, sudah barang tentu peningkatan pelayanan kepada masyarakat menjadi
tujuan utama, agar tercapainya sebuah pelayanan yang prima sesuai dengan moto Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Cilegon Cepat, mudah dan
transparan.
Pada kesempatan ini, saya sampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada
tim Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Cilegon yang telah
berkontribusi sehingga buku pedoman pelaksanaan penanaman modal bisa disusun dengan baik
dan rapi.
Pada kesempatan ini kami tim penyusun menerbitkan buku yang berjudul buku
pedoman pengendalian pelaksanaan penanaman modal pada Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Cilegon, dengan harapan Semoga buku ini dapat dijadikan
sebagai media informasi yang bermanfaat bagi semua pihak terkait.
Plt. KEPALA DPMPTSP KOTA
CILEGON
Ttd

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 4
PENDAHULUAN

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 5
LATAR BELAKANG
Penanaman modal merupakan instrument dalam rangka peningkatan pertumbuhan
ekonomi daerah meupun nasional. Untuk mempercepat pembangunan ekonomi daerah
diperlukan peningkatan penanaman modal yang berasal dari dalam negeri yaitu Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun dari luar negeri yaitu Penanaman Modal Asing (PMA).
Dalam pelaksanaan penanaman modal membutuhkan pengendalian dan pengawasan, agar
pelaksanaannya dapat terwujud dan dilaksanakan diperlukan kepatuhan para investor terhadap
peraturan dan perundang – undangan yang berlaku.
Pengendalian pelaksanaan penanaman modal merupakan upaya mengevaluasi kegiatan
penanaman modal. Kegiatan ini meliputi pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap
aktivitas proyek investasi sesuai hak, kewajiban dan tanggung jawab yang dimiliki investor .
Evaluasi penanaman modal merupakan sarana untuk mencapai kelancaran dan
ketepatan pelaksanaan penanaman modal. Sasaran lain yang ingin dicapai adalah pengumpulan
data realisasi investasi penanaman modal yang lebih akurat. Oleh karena itu, kegiatan
pengendalian pelaksanaan penanaman modal ini lebih menekankan diri untuk :
Memperoleh data perkembangan realisasi investasi penanaman modal serta informasi
masalah dan hambatan yang dihadapi perusahaan. Membimbing dan memfasilitasi
penyelesaian masalah dan hambatan yang dihadapi perusahaan. Mengawasi pelaksanaan
kegiatan proyek penanaman modal sesuai ketentuan yang berlaku. Termasuk pula mengawasi
penggunaan fasilitas fiscal serta melakukan koreksi terhadap penyimpangan yang dilakukan
perusahaan.
Menjadi seorang penanam modal merupakan profesi yang sangat penting karena
terlibat langsung dalam peningkatan ekonomi suatu bangsa. Begitu dihargainya sosok investor
sehingga keberadaannya diberikan hak, kewajiban dan tanggung jawab. Semua penghargaan
itu tentunya untuk menciptakan komitmen yang tinggi ketika melibatkan diri pada konstelasi
iklim penanaman modal di Indonesia.
I. Hak Investor
1. Memperoleh kepastian hukum dan perlindungan;
2. Mendapatkan informasi yang terbuka tentang bidang usaha yang
dijalankan;
3. Mendapatkan pelayanan;

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 6
4. Memperoleh berbagai bentuk fasilitas fiscal dan kemudahan sesuai
dengan peraturan yang ada;
II. Kewajiban penanam modal :
1. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja Indonesia (WNI) melalui
pelatihan kerja sesuai ketentuan yang berlaku;
2. Meyelenggarakan pelatihan dan melakukan slih teknologi kepada tenga
kerja Indonesia (WNI) bila perusahaannya memperkerjakan tenaga
asing, sesuai ketentuan yang berlaku;
3. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
4. Melaksanakan tanggung jawab social perusahaan;
5. Menyampaikan Laporan Realisasi Investasi (LKPM);
6. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi perusahaannya;
7. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang – undangan;
8. Mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang
memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup bila perusahaannya
mengusahaakan sumberdaya alam yang tidak terbarukan, sesuai
peraturan yang berlaku;
III. Tanggung jawab investor
1. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan yang berlaku;
2. Menaggung dan meyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika
investor menghentikan atau menelantarkan proyek investasinya;
3. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik
monopoli dan lainnya yang dapat merugikan Negara;
4. Menjaga kelestarian lingkungan hidup;
5. Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kesejahteraan pekerja;
6. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang – undangan.
Evaluasi penanaman modal dilakukan secara preventif dan korektif (termasuk represif).
Secara preventif, pengendalian pelaksanaan penanaman modal dilakukan dengan:
1. Pemantauan kompilasi, yakni verifikasi sserta evaluasi dari Laporan realisasi
investasi LKPM dan berbagai sumber lainnya;

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 7
2. melakukan pembinaan dengan cara penyuluhan tentang aturan penanaman
modal. Pembinaan juga dilakukan dengan cara memberikan konsultasi dan
bimbingan pelaksanaan penanaman modal sesuai ketentuan perizinan yang
dimiliki penanam modal. Pembinaan lainnya dengan cara memberikan bantuan
dan memfasilitasi investor yang mengalami masalah, kendala dan hambatan
ketika merealisasikan proyek penanaman modalnya;
3. melakukan pengawasan dengan cara meneliti dan mengevaluasi terhadap
informasi pelaksanaan ketentuan penanaman modal beserta fasilitas yang telah
diberikan kepada proyek investasi. Kegiatan ini dilakukan dengan cara
meninjau lokasi proyek penanaman modal secara langsung. Pengawasan
dilakukan dengan menindaklanjuti penyimpangan terhadap ketentuan
penanaman modal yang berlaku.
Kegiatan pemantauan dilakuakan oleh instansi penanaman modal pusat maupun daerah
sesuai tingkat kewenangan yang dimiliki. Hal ini bisa dilihat dari kewenangan (dalam
memproses pendaftara awal dalam tahap peizinan melalui lembaga OSS). Melalui buku
panduan pelaksanaan penanaman modal, Pelaku usaha dapat memahami kewajiabannya dalam
penyampaian Laporan Kegiatan Penananaman Modal (LKPM) baik secara daring ataupun
secara manual yang disampaiakan melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kota Cilegon.
DASAR HUKUM
Indonesia sebagai Negara yang besar dan berkembang memiliki berbagai macam faktor
yang menunjang untuk kegiatan ekonomi yaitu tenaga kerja yang berlimpah dan ketersediaan
bahan mentah, namun kita membutuhkan investasi untuk lebih memajukan perekonomian.
Untuk itu perlu diimbangi dengan peraturan perundang – undangan guna menjamin kepastian
hukum bagi para investor, tenaga kerja, pelaku usaha dan lain – lain, yaitu :
1. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4724);
2. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapakali diubah, terakhir dengan Undang
– Undang Nomor 9 Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 8
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik;
4. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2012 tentang
Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 90 tahun 2007 tentang Badan Koordinasi
Penanaman Modal (Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 210);
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan
Terpadu Satu Pintu;
6. Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017 tentang percepatan pelaksanaan berusaha.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.61 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang No.14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik;
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.96 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik;
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat
Daerah;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.138 Tahun 2017 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Daerah;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2011 Tentang Standar Operasional
Prosedur Di Lingkungan Pemerintah Provinsi Dan Kabupaten/Kota;
13. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 35
Tahun 2012 Tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan;
14. Peraturan Wali Kota Cilegon Nomor 60 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas & Fungsi, Serta Tata Kerja Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (Berita Daerah Kota Cilegon Tahun 2016, Nomor 60);
15. Peraturan Wali Kota Cilegon Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Di Lingkungan Pemerintah Kota Cilegon;
16. Peraturan Wali Kota Cilegon Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan Dan
Penerapan Standar Operasional Prosedur Di Lingkungan Pemerintah Kota Cilegon;

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 9
MAKSUD DAN TUJUAN
Buku Pedoman ini dimaksudkan untuk mewujudkan standarisasi dan informasi
peyelenggaraan pengendalian pelaksanaan penanaman modal sebagai acuan bagi para investor
atau pelaku usaha dalam melaksanakan hak, kewajiban dan tanggung jawab penanam modal
dalam menjalankan kegiatan proyek di wilayah Kota Cilegon.
SASARAN
Terlaksanakannya pengendalian pelaksanaan penanaaman modal di wilayah Kota
Cilegon sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terciptanya kondisi iklim
investasi yang kondusif di wilayah Kota Cilegon. Mendukung terwujudnya pemerintahan yang
baik dan percepatan pelaksanaan berusaha. Menumbuh kembangkan partisipasi investor atau
penanaam modal dalam melaksanakan hak, kewajiban dan tanggung jawabnya yang sesuai
dengan peraturan dan perundang- undangan yang berlaku.
RUANG LINGKUP
Pedoman ini mencakup pemantauan, pembinaan dan pegawasan penanaman modal.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 10
SELAYANG PANDANG DINAS PENANAMAN MODAL
DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA
CILEGON.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 11
SELAYANG PANDANG DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN
TERPADU SATU PINTU KOTA CILEGON.
Kegiatan investasi merupakan suatu tahapan aawal proses pembangunan yang strategis
namun krusial. Strategis, karena harus mengelola sumberdaya pembangunan untuk
membangun aset- aset produksi agar menghasilkan barang dan jasa untuk keperluan domestik
maupun ekspor. Krusial, karena memerlukan daya visioner yang jauh ke depan untuk
memprediksi permintaan pasar, sehingga apabila tidak tepat sasaran akan terjadi pemborosan
sumberdaya nasional. Sehubungan dengan itu diperlukan koordinasi, sinkronisasi dan
sinergitas peran dan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat lainnya dalam
mengelola kegiatan investasi untuk membangun Kota Cilegon.
Menarik investasi domestik dan luar negeri menjadi pilihan bagi daerah ketika kecenderungan
keterbatasan dana dari pusat dalam pengembangan ekonomi daerahnya. Agar investasi itu
datang maka daerah dituntut melakukan dua hal, yaitu memperbaiki tata kelola pengelolaan
unit yang bertanggung jawab terhadap keberadaan, kedatangan, dan keberlanjutan investasi di
daerah dan melakukan inventarisasi akan potensi lokal yang bersifat khas untu “dijual” kepada
investor luar daerah atau luar negeri. Mengacu pada analisa SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, and Thread), pemanfaatan sumber daya alam dan manusia harus dapat bersinergi
untuk memperoleh manfaat yang maksimal. Hal ini tentunya memerlukan perencanaan yang
sistematis, terarah dan terpadu.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Cilegon
merupakan lembaga yang memegang peranan dan fungsi strategis di bidang penyelenggaraan
pelayanan perizinan terpadu Kota Cilegon, yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Cilegon No 3 Tahun 2016 tentang Pembentukan Perangkat Daerah.
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Cilegon di tetapkan dengan peraturan Walikota
Cilegon Nomor 60 Tahun 2016. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kota Cilegon Memiliki tugas membantu Walikota Cilegon dalam melaksanakan urusan
Pemerintahan Daerah di Bidang Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang
menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 12
MAKSUD DAN TUJUAN PENDIRIAN DINAS PENANAMAN MODAL DAN
PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA CILEGON
MAKSUD
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Cilegon sebagai
bagian Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kota Cilegon dimaksudkan sebagai salah satu
upaya Pemerintah Daerah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif, dengan memberikan
penekanan pelayanan pada aspek:
a. Kesederhanaan pelayanan
b. Kejelasan, Keamanan
c. Transparan
d. Efisiensi, ekonomis
e. Ketepatan waktu pelayanan
TUJUAN
a. Meningkatkan pertumbuhan dan kualitas Penanaman Modal Daerah.
b. Meningkatkan Kinerja Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan.
c. Meningkatkan Kinerja penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang baik dan
bersih pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
TUGAS POKOK, FUNGSI DAN SASARAN
TUGAS POKOK
Kedudukan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Cilegon
adalah merupakan unsur pelaksana urusan Pemerintah Daerah, yang dipimpin oleh seorang
Kepala Dinas berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui
Sekretaris Daerah. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Walikota Cilegon Nomor 60 tahun
2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta tata kerja Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Cilegon yang mempunyai tugas
membantu Walikota dalam melaksanakan urusan Pemerintah Daerah dibidang Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang menjadi kewenagan daerah dan tugas
pembantuan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah berdasarkan ketentuan dan prosedur
yang berlaku.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 13
FUNGSI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU
PINTU KOTA CILEGON
Dalam menyelenggarakan tugas DPMPTSP memiliki fungsi : Penetapan Pemberian
Fasilitas / Insentif di Bidang Penanaman Modal yang menjadi Kewenangan Daerah.
Pembuatan Peta Potensi Investasi Daerah.
Penyelenggaraan Promosi Penanaman Modal yang menjadi Kewenangan Daerah. Pelayanan
Perizinan Dan Non Perizinan Secara Terpadu 1 (Satu) Pintu Di Bidang Penanaman Modal
yang menjadi Kewenangan Daerah. Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal yang
menjadi Kewenangan Daerah. Pengelolaan Data dan Informasi Perizinan Dan Non Perizinan
yang terintegrasi pada tingkat Daerah.
SASARAN
Meningkatkan realisasi Investasi Daerah. Meningkatkan kepuasan masyarakat dalam
mengurus Perizinan dan Non Perizinan. Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi
pemerintahan pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
VISI DAN MISI DPMPTSP
VISI
Visi adalah pandangan jauh kedepan tentang cita – cita yang ingin dicapai oleh Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Cilegon, Visi Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Cilegon adalah “Prima Dalam Pelayanan,
Profesional Dalam Perizinan dan non perizinan Menuju Cilegon Berdaya Saing “
rumusan ini adalah hasil penjabaran yang diselaraskan dengan Visi Pemerintah Kota Cilegon
yaitu dengan menjalankan Misi meningkatkan perekonomian melalui daya dukung sektor
industri, perdagangan dan jasa.makna dan harapan yang terkandung dalam pernyataan Visi
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Cilegon diatas merupakan
bentuk dedikasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Cilegon
dalam pembangunan daerah dengan menyiapkan diri sebagai lembaga Pelayanan Perizinan dan
non perizinan dan Penanaman Modal yang profesional dan prima dalam pelayanan.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 14
MISI
Dalam rangka mencapai Visi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kota Cilegon diatas, maka perumusan misi sangat penting menetapkan misi Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Cilegon sebagai berikut :
1. Memantapkan perekonomian daerah melalui kemudahan berinvestasi
2. Meningkatkan kualitas pelayanan perizinan dan non perizinan.
3. Memantapkan tata kelola administrasi pemerintah pada Dinas Penanaman Modal dan
Perlayanan Terpadu Satu Pintu.
MOTO
Moto DPMPTSP Kota Cilegon sebagai upaya memacu semangat kerja, sehingga dapat
meningkatkan kinerja pelayanan adalah : “Cepat Mudah Transparan”.
RENCANA STRATEGIS
Strategi merupakan suatu pola atau cara untuk mewujudkan tujuan atau sasaran dari misi yang
ditetapkan, adapun strategi pada setiap misi sebagai berikut :
a. Peningkatan kinerja kelembagaan Perangkat Daerah untuk mendukung pelayanan
penanaman modal;
b. Mewujudkan tata Pemerintahan yang baik dan bersih.
c. Meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan perizinan dan non perizinan.
d. Meningkatkan pertumbuhan, pengembangan dan kerjasama dibidang penanaman
modal.
e. Meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan informasi perizinan dan non
perizinan dan pengaduan.
f. Meningkatkan daya saing daerah melalui Investasi.
STRATEGI
Beberapa strategi yang perlu disiapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Cilegon, Yaitu : Meningkatkan
kualitas pelayanan dibidang perizinan dan non perizinan dan penanaman modal dan
meningkatkan kualitas serta disiplin aparatur. Pemenuhan teknologi lembaga dalam
menyajikan system informasi manajemen dan pelayanan serta kemudahan dalam pengurusan

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 15
perizinan dan non perizinan usaha dan non usaha yang tepat, mudah, murah, transparan dan
investasi. Pemenuhan daya dukung sarana dan prasarana pelayanan penunjang operasional
lembaga. Penataan terhadap daya dukung potensi investasi, kerjasama dan promosi serta
adanya jaminan hukum yang berkaitan dengan investasi di Kota Cilegon. Menyusun regulasi
yang berkaitan dengan investasi di Kota Cilegon.
STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN
TERPADU SATU PINTU KOTA CILEGON
Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Cilegon
Berdasarkan Peraturan Walikota Cilegon Nomor 60 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja DPMPTSP :sebagai berikut:
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat, membawahi :
3. Sub Bagian Program dan Evaluasi;
4. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
5. Sub Bagian Keuangan.
6. Bidang Promosi dan Pengembangan Penanaman Modal, membawahi :
7. Seksi Promosi Penanaman Modal;
8. Seksi Pengembangan Penanaman Modal;
9. Seksi Fasilitasi Penanaman Modal.
10. Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, membawahi :
11. Seksi Pengawasan Penanaman Modal;
12. Seksi Pembinaan Penanaman Modal;
13. Seksi Penertiban Penanaman Modal.
14. Bidang Data dan Informasi Perizinan dan Non Perizinan, membawahi:

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 16
15. Seksi Informasi dan Pengaduan;
16. Seksi Pengolahan Data dan Pelaporan Perizinan dan Non Perizinan;
17. Seksi Regulasi dan Pengembangan Sistem Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan
18. Bidang Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan, membawahi :
19. Seksi Pelayanan Perizinan Dasar dan Penanaman Modal;
20. Seksi Pelayanan Perizinan Sosial dan Kemasyarakatan;
21. Seksi Pelayanan Perizinan Jasa Usaha.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 17
TATA CARA PENGENDALIAN PELAKSANAAN
PENANAMAN MODAL

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 18
TATA CARA PEMANTAUAN
Pemantauan dilakukan untuk mengetahui perkembangan realisasi penanaman modal
dan permasalahan yang dihadapi oleh pelaku usaha melalui pengumpulan, verifikasi, dan
evaluasi terhadap :
a. Laporan kegiatan penanaman modal yang disampikan oleh pelaku usaha;
b. Laporan realisasi impor dan/ atau fasilitas fiskal yang disampikan oleh pelaku usaha
c. Laporan kegiatan kantor perwakilan oleh KPPA, KP3A, BUJKA, dan Migas; dan
d. Laporan kegiatan usaha lainnya yang diwajibkan sesuai dengan peraturan instansi
teknis terkait.
Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP
Kabupaten/Kota, badan pengusahaan KPBB, atau administrator KEK sesuai dengan
kewenangannya. Kegiatan pemantauan dilaksanakan terhadap penanaman modal sejak
mendapatkan perizinan berusaha, baik BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP
Kabupaten/Kota melakukan pemantauan terhadap seluruh realisasi investasi penanaman modal
baik yang perizinan berusahanya diterbitkan melalui system OSS, PTSP Pusat di BKPM,
DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota atau instansi teknis lainnya baik pusat
maupun daerah. Kepala BKPM dapat memberikan mandate pelaksanaan kegiatan pemantauan
yang menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur melalui dekonsentrasi,
pemberian mandat diatur dalam peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal. Pelaku usaha
mempunyai kewajiban dalam penyampian Laporan Kegiatan Penanaman Modal LKPM yang
dilakukan secara daring dan berkala melalui LKPM online untuk setiap kegiatan usaha yang
dilakukan oleh pelaku usaha, pelaku usaha yang melakukan kegiatan usaha untuk setiap
bidang usaha dan/atau lokasi dengan nilai investasi lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) wajib menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal LKPM, pelaku usaha
yang melakukan kegiatan usaha untuk setiap bidang usaha dan/atau lokasi dengan nilai
investasi sampai dengan Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), menyampaikan laporan
kegiatan berusaha sesuai dengan peraturan instansi teknis yang berwenang, penyampaian
laporan kegiatan penanaman modal LKPM mengacu pada data/atau perubahan data perizinan
berusaha termasuk perubahan data yang tercantum dalam system OSS sesuai dengan periode
berjalan.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 19
Penyampaian laporan kegiatan penanaman modal (LKPM) disampaikan dengan
ketentuan sebagai berikut : Pelaku usaha wajib menyampaikan Laporan kegiatan Penananam
Modal LKPM setiap 3 (tiga) bulan (triwulan) dengan format yang tercantum dalam peraturan
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia. Periode pelaporan laporan
kegiatan penanaman modal LKPM sebagaimana dimaksud laporan triwulan disampaikan
paling lambat tanggal 10 bulan april tahun yang bersangkutan, laporan trriwulan II
disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan juli tahun yang bersangkutan, laporan triwulan III
disampiakan paling lambat tanggal 10 bulan oktober tahun yang bersangkutan dan untuk
triwulan IV disampaikan paling lambat tanggal 10 januari tahun berikutnya. Pelaku usaha
memiliki kewajiban menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal LKPM pertama kali
atas pelaksanaan kegiatan penanaman modal pada periode yang sesuai, setelah tanggal
diterbitkannya perizinan berusaha. BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota,
Badan pengusahaan KPBB atau administrator KEK melakuakn verifiaksi dan evaluasi secara
daring pada PTSP pusat di BKPM terhadap data realisasi investasi penanaman modal yang
dicantumkan dalam laporan kegiatan penanaman modal LKPM atas perizinan berusaha sesuai
dengan kewengan masing –masing.
Dalam hal melaukan verifiasi dan evaluasi data BKPM, DPMPTSP provinsi,
DPMPTSP Kabupaten/Kota ,Badan pengusahaan KPBPB, atau administrator KEK dapat
meminta penjelasan dari perusahaan atau meminta perbaikan laporan kegiatan penanaman
modal LKPM, dalam hal pelaku usaha melakukan perbaikan atas laporan kegaiatn penanaman
modal LKPM perbaikan harus disampaikan secara daring paling banyak 2 (dua) kali, dengan
setiap perbaikan maksimal 2 (dua) hari pada periode pelaporan yang sama. Dalam hal pelaku
usaha tidak melakukan perbaikan atas laporan kegiatan penanaman modal pelaku usaha
dianggap tidak menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal, hasil verifikasi dan
evaluasi data realisasi penanaman modal yang dicantumkan dalam laporan kegiatan
penanaman modal LKPM yang telah disetujui disampaikan secara daring. Pelaku usaha yang
telah mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk mesin dan/atau barang dan bahan, wajib
menyampaikan laporan realisasi impor kepada BKPM paling lambat 7(tujuh) hari setelah
mendapatkan surat persetujuan pengeluaran barang (SPBB) dari direktorat jendral bea dan
cukai.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 20
Penyampaian laporan realisasi impor dilakukan secara daring. Badan Koordinasi
Penanaman Modal Republik Indonesia membuat laporan komulatif realisasi penanaman modal
secara nasional setiap 3 (tiga) bulan dan disampaikan kepada Presiden dan instansi teknis
terkait. DPMPTSP Provinsi membuat laporan kumulatif atas pelaksanaan penanaman modal di
wilayah provinsi setiap 3 (tiga) bulan dan disampaiakn kepad gubernur dengan tembusan ke
BKPM dan DPMPTSP Kabupaten/Kota membuat laporan kumulatif atas pelaksanaan
penanaman modal di wilayah kabupaten/kota setiap 3 (tiga) bulan dan disampaikan kepada
bupati/walikota dengan tembusan pada gubernur. Untuk meningkatkan kepatuhan perusahaan
terhadap kewajiban dan tanggung jawab BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP
Kabupaten/Kota dapat memberikan penghargaan kepada pelaku usaha terbaik sesuai dengan
kewenangannya.
TATA CARA PEMBINAAN
Kegiatan pembianaan dilaksanakan oleh BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP
Kabupaten/Kota kepada pelaku usaha, kegiatan pembianaan yang dilakukan terhadap pelaku
usaha melalui: Bimbingan sosialisasi, workshop, bimbingan teknis, atau dialog investasi
mengenai ketentuan pelaksanaan penananan modal secara berkala. Pemberian konsultasi
pengendalian pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan. Fasilitasi penyelesaian permasalahan yang dihadapi pelaku usaha.
Fasilitasi percepatan realisasi investasi proyek berupa kemudahan berusaha bagi pelaku
usaha atau pengawalan percepatan realisasi investasi proyek strategis nasional yang sudah
memiliki perizinan. Pelaksanaan kegiatan pembianaan dapat dilakukan secara terkoordinasi
dengan pihak terkait dalam hal pembinaan mengenai permasalahan atas pelaksanaan kegiatan
penanaman modal, pelaku usaha dapat memohonkan pembinaan mealui laporan kegiatan
penanaman modal LKPM dan/atau surat yang ditunjukkan kepada kepala BKPM atau Deputi
Bidang Pengendalian pelaksanaan penanaman modal, Kepala DPMPTSP Provinsi, Kepala
DPMPTSP Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya. Atas permohonan pembinaan
BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya
melakukan fasilitasi penyelesaian permasalahan penanaman modal melalui tahapan:
Identifikasi dan verifikasi permasalahan koordinasi dan fasilitasi penyelesaian masalah dengan
instansi teknis terkait, instansi teknis daerah terkait,dan/atau pihak terkait lainnya. Dalam hal
fasilitasi penyelesaian hambatan atas perizinan berusaha, dilakukan koordinasi dengan satuan
tugas nassional, satuan tugas instansi teknis,

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 21
satuan tugas provinsi,satuan tugas kabupaten/Kota, dan Laporan penyampaian hasil fasilitasi
penyelesaian masalah kepada pihak terkait. Hasil fasilitasi dituangkan dalam notula, yang
tertuang dalam peraturan kepala badan koordinasi penanaman modal republik Indonesia, dan
BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota memantau dan mengevaluasi
perkembangan hasil fasilitasi penyelesaian masalah.
TATA CARA PENGAWASAN
Kegiatan pengawasan dilakukan atas usaha dan/atau kegiatan sebagai tindak lanjut dari:
• Evalusi atas pelaksanaan penanaman modal
• Pemberian fasilitas pembebasan bea masuk mesin dan/atau barang dan bahan
• Permintaan dari unit lain di BKPM dan/atau insatansi teknis terkait
• Adanya indikasi atau bukti awal penyimpangan atas ketentuan pelaksanaan penanaman
modal atau tidak dipenuhinya kewajiban dan tanggung jawab
• Usulan pencabutan perizinan berusaha yang diajukan kepad BKPM oleh DPMPTSP
Provinsi atau DPMPTSP Kabupaten/Kota untuk proyek yang merupakan kewenangan
Pemerintah pusat
• Usulan pencabutan perizinan berusaha yang diajukan kepada DPMPTSP Provinsi oleh
DPMPTSP Kabupaten/Kota untuk proyek yang merupakan kewenangan pemerintah
daerah atau
• Proses pengenaan dan pencabutan sanksi.
Kegiatan pengawasan dilaksanakan oleh BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP
Kabupaten/Kota secara terkoordinasi dan dapat didampingi oleh instansi teknis dan/atau
instansi terkait, pengawasan pelaksanaan penanaman modal dilaksanakan sesuai dengan
kewenangannya, dalam melakukan pengawasan BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP
Kabupaten/Kota dapat bekerja sama dengan profesi yang memiliki sertifikat keahlian di
bidang pengawasan sesuai dengan bidang yang diperlukan, kegiatn pengawasan dilaksanakan
dengan mengirimkan surat pemberitahuan terlebih dahulu paling lambat 3 (tiga) hari sebelum
tanggal pelaksanaan pengawasan kepada perusahaan sesuai dengan kewenangannya, dalam
setiap pelaksanaan pengawasan menunjuk petugas pengawasan secara tertulis dalam hal
pimpinan/penanggung jawab perusahaan tidak memberikan tanggapan, pengawasan tetap
dilakukan Dalam hal pengawasan dilakukan karean adanya indikasi atau bukti awal
penyimpangan atas ketentuan pelaksanaan penanaman modal. Perusahaan wajib memberikan

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 22
penjelasan serta informasi dan/atau menyediakan data pendukung yang lengkap dan benar,
hasil pemeriksaan kelokasi proyek dalam rangka pengawasan dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) yang ditandatanganni oleh petugas pengawasan dan pimpinan/penanggung
jawab perusahaan dilokasi proyek. Dalam hal pimpinan/penanggung jawab perusahaan
dilokasi proyek menolak untuk menandatangani hasi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) petugas
pengawasan membuat berita acara penolakan yang ditandatanganni oleh pimpinan/penanggung
jawab perusahaan, berita acara pemeriksaan (BAP) yang tidak ditandatanganni oleh
pimpinan/penanggung jawab perusahaan dinyatakan sah. BKPM, DPMPTSP Provinsi,
DPMPTSP Kabupaten/Kota sesuai dengan perizinan dan non perizinan penanaman modal
yang diterbitkan dan kewenangannya dapat mengenakan sanksi administratif kepada
perusahaan yang selama ini :
• Tidak memenuhi kewajibannya dan tanggung jawab sebagai penanam modal
• Melakukan penyimpangan terhadap:
• Perizinan dan non perizinan penanaman modal atau,
• Ketentuan pelaksanaan penanaman modal termasuk fasilitas pembebasan bea masuk
mesin dan/atau barang
• Telah berproduksi komersial yang belum memiliki
• Pembatasan kegiatan usaha
• Pembekuan kegiatan usaha dan fasilitas penanaman modal atau izin usaha
Sanksi adminitatif yang berupa :
• Peringatan tertulis atau peringatan secara daring
• Pembatalan atau pencabutan perizinan penanaman modal dan kegiatan usaha atau
fasilitas penanaman modal.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 23
PENUTUP

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 24
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemantauan, pengawasan dan pembinaan bidang pengendalian
pelaksanaan penanaman modal, perlu adanya Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal
dikarenakan masih ada kurangnya informasi tentang tata cara pengendalian pelaksanaan
penanaman modal bagi para pelaku usaha/Investor.
Buku panduan adalah buku yang menyajikan informasi dan memandu atau
memberikan tuntunan kepada pembaca untuk melakukan apa yang disampaikan di dalam buku
tersebut. Sebuah buku panduan dikatakan berhasil apabila panduan yang disampaikan didalam
buku tersebut dapat dipahami dan diterapkan dengan baik oleh pembacanya.
Sebagaimana Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal ini dimaksudkan untuk
memberikan panduan dan sebagai pedoman kemudahan bagi pelaku usaha/investor tentang
kewajiban pelaku usaha dan tata cara pengendalian pelaksanaan penanaman modal, sehingga
memahami peraturan dan perundang-undangan yang berlaku untuk pelaku usaha/investor
tertib administrasi baik perizinan dan non perizinan.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 25
LAMPIRAN

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 26
TATA CARA PENGISIAN LAPORAN KEGIATAN PENANAMAN
MODAL
Aplikasi LKPM Online dapat diakses dengan menggunakan komputer (laptop) spesifikasi
standar yang dilengkapi dengan fasilitas akses ke jaringan internet. Terdapat banyak jenis aplikasi
browser yang daapt digunakan untuk mengkases internet seperti Internet Explorer, Firefox, Opera, dan
sebagainya. Namun, untuk mendapatkan tampilan terbaik dalam mengakses aplikasi LKPM Online
investor diwajibkan untuk menggunakan aplikasi browser Google Chrome atau Mozilla Firefox. Jika
pada komputer investor belum terdapat salah satu browser tersebut, keduanya dapat diunduh
(download) pada https://www.google.com/chrome/browser/desktop/ atau https://www.mozilla.org/en-
US/firefox/new/. Salah satu syarat dalam menggunakan aplikasi LKPM Online adalah investor
terlebih dahulu memperoleh hak akses berupa ID pengguna (username) dan kode akses (password)
dari BKPM. Jika investor sebelumnya telah mempunyai hak akses untuk menggunakan sistem
pelayanan perizinan online (SPIPISE Online), maka investor dapat menggunakan hak akses tersebut
untuk menggunakan aplikasi LKPM Online.Bagi investor yang belum memiliki hak akses, dapat
mengikuti langkah sebagai berikut::
1. Silakan mengunjungi alamat http://online-spipise.bkpm.go.id/
2. Pilih menu bahasa Indonesia.
3. Pada halaman website yang telah terbuka, tekan tombol Pendaftaran Akun (lihat
Gambar 1).
4. Kemudian pilih jenis hak akses: Perizinan dan Pelaporan (LKPM) untuk
PMA/PMDN Kewenangan PTSP-Pusat BKPM (lihat Gambar 2).
5. Silakan Anda isi formulir isian seperti yang tertera pada Gambar 3. Kemudian setelah
lengkap, tekan tombol Daftar.
6. BKPM kemudian akan memverifikasi pengajuan hak akses tersebut. Investor akan
menerima notifikasi atau informasi lebih lanjut melalui email.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 27
Gambar 1. Pendaftaran Akun
Gambar 2 Pendaftaran Akun

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 28
Gambar 3. Formulir Hak Akses
HALAMAN LOGIN
Untuk menggunakan aplikasi LKPM Online, terlebih dahulu jalankan aplikasi browser Google Chrome
atau Mozilla Forefox. Pada kolom isian alamat website web browser tersebut ketikkan alamat sebagai
berikut: lkpmonline.bkpm.go.id lalu tekan tombol ENTER pada keyboard Anda

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 29
Gambar 4. Cara Masuk ke Aplikasi LKPM Online
Kemudian akan tampil halaman login sebagai halaman default aplikasi LKPM. Masukkan user name
pada kolom isian ‘ID Pengguna’ dan password pada kolom isian ‘Kode Akses’. Klik tombol ‘Login’
atau tekan tombol ‘Enter’ pada keyboard untuk lanjut ke halaman berikutnya.
Gambar 5. Halaman Login

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 30
Gambar 6. Halaman Informasi
Kemudian tampil halaman utama yang terdiri atas 3 bagian proses, yang akan dijelaskan berikut ini.
Gambar 7. Halaman Utama
Bagian pencarian LKPM ini berfungsi untuk melakukan pencarian LKPM berdasarkan parameter
pencarian ‘Tahun’, ‘Tahap’ dan ‘Status’ laporan. Baik laporan yang masih dalam proses maupun yang
sudah selesai proses (final). Tentukan tahun laporan, tahap laporan (dapat di breakdown untuk
Acuan, Triwulan atau Semester) dan status laporan. Kemudian klik tombol ‘Cari’, dan hasil
pencarian akan tampil di ‘Bagian Daftar LKPM’.
Gambar 8. Pencarian LKPM

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 31
Bagian daftar LKPM berfungsi untuk menampilkan data hasil pencarian LKPM serta aksi yang bisa
dilakukan selanjutnya. Jika pada kolom ‘Status’ laporan adalah ‘Draft’ atau ‘Perlu Perbaikan’, maka
LKPM dapat di-edit dan di-hapus pada kolom ‘Aksi’. Jika pada kolom ‘Status’ laporan adalah
‘Terkirim’ atau ‘Sudah Diperbaiki’, maka LKPM dapat di-review oleh reviewer.
Gambar 9. Daftar LKPM
Bagian Penambahan LKPM berfungsi untuk membuat LKPM perusahaan dengan parameter tahapan
pelaporan, yaitu ‘Tahap Konstruksi’ atau ‘Tahap Produksi’.
Gambar 10. Penambahan LKPM
Jika pihak perusahaan hendak membuat LKPM baru, maka pengguna dapat memilih antara ‘Tahap
Konstruksi’ atau ‘Tahap Produksi’. Jika pengguna memilih ‘Tahap Konstruksi’, maka pengguna harus
memilih periode triwulan dan tahun dengan acuan Surat Persetujuan (SP)/Izin Prinsip (IP) atau
Pendaftaran Penanaman Modal (PPM). Sementara jika pengguna memilih ‘Tahap Produksi’, maka
pengguna dapat memilih periode semester dan periode tahun. Tahap Konstruksi adalah tahap dimana
perusahaan belum memiliki Izin Usaha untuk proyek atau kegiatan usaha yang datanya akan
dilaporkan melalui LKPM. Data LKPM tahap konstruksi ini dilaporkan secara berkala setiap tiga
bulan satu kali (per triwulan).
Batas Akhir Pelaporan
Triwulan I 10 April
Triwulan II 10 Juli
Triwulan III 10 Oktober
Triwulan IV 10 Januari
Tabel 1. Periode Pelaporan LKPM Tahap Kontruksi

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 32
Berikut tahapan pengisian form pada LKPM tahap konstruksi. Setelah login berhasil, lakukan seperti
yang terlihat pada penjelasan Gambar 10, dengan memilih terlebih dahulu ‘Tahap Konstruksi’
kemudian tentukan ‘Triwulan’ dan ‘Tahun’ pelaporan, serta pilih ‘Acuan’ atau izin referensi SP/IP
atau PPM yang diajukan untuk pelaporan. Kemudian klik tombol ‘Tambah LKPM Baru’.Setelah klik
tombol ‘Tambah LKPM Baru’ berhasil, akan tampil halaman ‘Keterangan Perusahaan’. Keterangan
perusahaan menjelaskan mengenai data umum milik perusahaan bersangkutan. Data ini langsung
diambil dari database dan tidak memerlukan masukan dari pengguna.
Jika LKPM yang dibuat adalah tahap konstruksi maka ‘Daftar Perijinan yang Dimiliki’ yang akan
ditampilkan adalah nomor Surat Persetujuan atau Izin Prinsip Penanaman Modal dan tanggal
penerbitannya. Pengguna harus memilih salah satu dari daftar perizinan tersebut dan spesifik proyek
atau kegiatan usahanya, yang berkaitan dengan LKPM yang dibuat. Kemudian klik tombol ‘Lanjut’
untuk melanjutkan proses. Jika dalam satu perizinan terdiri dari beberapa lokasi dan beberapa bidang
usaha, maka perusahaan diwajibkan untuk mengisi laporan pada tiap lokasi dan tiap bidang usaha
tersebut.
gambar 13. Tahap Konstruksi - Daftar Perizinan Yang Dimiliki
halaman berikutnya adalah halaman ‘Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal’, terdiri atas 12
jenis perizinan untuk melengkapi data pelaporan.
Gambar 14. Tahap Konstruksi - Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 33
Halaman ini berfungsi untuk mengisikan/menampilkan perizinan-perizinan yang dimiliki oleh
perusahaan yang diterbitkan baik dari instansi pusat maupun daerah. Halaman ini memiliki tombol
tambah (+) untuk menambah jumlah izin yang dimiliki dan kurang (-) untuk menghapus jumlah
perizinan yang dimiliki. Klik tombol ‘Lanjut’ untuk melanjutkan proses. Halaman berikutnya adalah
pendataan realisasi investasi, sumber pembiayaan, tenaga kerja dan permasalahan yang dihadapi.
Gambar 15. Tahap Konstruksi - Realisasi Investasi
Pada bagian ‘Realisasi Investasi’ pengguna dapat memasukkan data investasi tambahan sesuai
periode dibuatnya LKPM. Sementara kolom investasi ‘Total’ akan secara otomatis terisi
dengan akumulasi tambahan investasi dari data-data LKPM yang pernah dikirim sebelumnya.
Untuk lebih memahami, mengenai perbedaan Modal Tetap dan Modal Kerja khususnya dalam
pengisian LKPM tahap Konstruksi, berikut kami berikan ilustrasi tambahan beserta penjelasan
mengenai realisasi investasi pada Gambar 16 dan Tabel 2. LKPM tahap konstruksi wajib
disampaikan oleh perusahaan baik yang masih dalam proses konstruksi maupun dalam tahap
produksi percobaan. Tahap produksi percobaan adalah tahapan produksi selama satu turn over
yang dilakukan oleh perusahaan sebelum produksi komersial untuk mengevaluasi produk dan
proses produksi secara keseluruhan. Untuk bidang usaha industri, satu turn over umumnya
Gambar 16 . Tahapan Perusahaan terhadap Kewajiban Penyampaian LKPM

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 34
Tahap Konstruksi Produksi Percobaan
Modal Tetap Nilai perolehan pembelian
tanah, pembangunan
gedung, pembelian mesin
dan suku cadang.
Gaji/upah tenaga kerja
dimasukkan dalam pos
sesuai kegiatan (misal gaji
karyawan konstruksi
masuk ke bangunan, dsb)
atau
masuk ke lain-lain.
Nilai perolehan pembelian tanah,
pembangunan gedung, pembelian
mesin dan suku cadang.
Modal Kerja Dikosongkan (nol). Realisasi pengeluaran bahan baku, gaji/upah
karyawan dan biaya overhead
selama perusahaan
melakukan percobaan
produksi
Tabel 2. Penjelasan Bagian ‘’Realisasi Investasi’’
Pada bagian ‘Sumber Pembiayaan’ pengguna dapat mengisikan data sumber pembiayaan tambahan
sesuai periode dibuatnya LKPM. Sementara field sumber pembiayaan ‘Total’ akan secara otomatis
diambil dari data-data LKPM yang pernah dibuat sebelumnya.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 35
Jenis Data Keterangan
Modal Sendiri Modal yang dimiliki perusahaan dan digunakan untuk membiayai
proyek
perusahaan
Laba ditanam
Kemba
Laba ditahan yang dimiliki perusahaan dan digunakan untuk
mebiayai proyek
Tabel 3. Penjelasan Bagian “Sumber Pembiayaan”
Gambar 18. Tahap Konstruksi - Penggunaan Tenaga Kerja
Pada bagian ‘Penggunaan Tenaga Kerja’ pengguna dapat mengisikan data tenaga kerja yang telah
terealisasi hingga pelaporan ini dibuat.
Gambar 19. Tahap Konstruksi - Permasalahan
Pada bagian ‘Permasalahan Yang Dihadapi Perusahaan’ pengguna dapat mengisikan permasalahan
yang dihadapi oleh perusahaan hingga pelaporan ini dibuat. Setelah terisi semua pada halaman ini,
klik tombol ‘Lanjut’ untuk ke halaman berikutnya. Halaman berikutnya adalah halaman pendataan
petugas yang dapat dihubungi terkait dengan data LKPM yang dilaporkan pihak perusahaan.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 36
Gambar 20. Tahap Konstruksi – Contact Person
Halaman ini berfungsi untuk mengisikan contact person yang bertanggung jawab dalam pengisian
LKPM dan dapat dihubungi oleh pihak BKPM, PDPPM dan PDKPM atas LKPM yang dibuat. Pada
setiap halaman terdapat tombol “Batal, simpan sebagai draft”, “Kembali”, dan “Lanjut”. Jika
pengguna memilih “Batal, simpan sebagai draft”, maka LKPM otomatis akan tersimpan sebagai draft.
Pada halaman akhir, pengguna yang menyusun LKPM dapat memilih untuk mengirimkan LKPM atau
tetap menyimpannya sebagai draft.LKPM yang sudah dibuatkan baik ‘Tahap Konstruksi’ ataupun
‘Tahap Produksi’ oleh investor, ketika klik tombol ‘Kirim LKPM’ pada halaman akhir pembuatan
pelaporan, aplikasi LKPM secara otomatis akan diterima oleh pengguna atau reviewer baik Kepala
Seksi maupun Kepala Sub Direktorat di Unit Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM
Pusat berdasarkan wilayah kerja. Yang dilakukan oleh reviewer adalah akses ke
http://lkpmonline.bkpm.go.id pada kolom isian alamat web (url) browser.
Gambar 21. Review – Halaman Login

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 37
Kemudian login sebagai Kepala Seksi atau Kepala Sub Direktorat wilayah kerja. Setelah tampil
halaman utama, klik link Review pada daftar LKPM.
Gambar 22. Review – Daftar LKPM
Pada halaman akhir pemeriksaan LKPM terdapat tombol untuk meminta perbaikan dan menyetujui
LKPM. Jika LKPM masih memerlukan perbaikan, maka reviewer dapat memilih tombol “Permintaan
Perbaikan”. Hal ini akan membuat status LKPM yang tadinya “terkirim” berubah menjadi “perlu
perbaikan” dan membuat LKPM dapat di-edit oleh pihak perusahaan yang mengisikan data LKPM
sebelumnya.
Gambar 23. Review – Tambah Catatan Perbaikan
Sementara jika LKPM sudah dapat disetujui, reviewer dapat memilih tombol “Kirim LKPM” sehingga
status LKPM akan berubah menjadi “disetujui”. Pada tahap ini proses LKPM pada aplikasi dianggap
selesai.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 38
PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG
PEDOMAN DAN TATA CARA PENGENDALIAN
PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL
ENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14, Pasal 15 dan
Pasal 28 ayat (1) huruf h Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal dan memperhatikan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah telah ditetapkan Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor 14 Tahun 2017 tentang
Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman
Modal;bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 88 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, perlu disusun Norma,
Standar, Prosedur, dan Kriteria Pengendalian Pelaksanaan
Penanaman Modal; Penanaman Modal Nomor 14 Tahun 2017
tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan
Penanaman Modal perlu disesuaikan dengan perubahan
peraturan perundang- undangan;bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan
huruf c, perlu menetapkan Peraturan Badan Koordinasi
Penanaman Modal tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian
Pelaksanaan Penanaman Modal;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4724); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 39
Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679); Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 90);
Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan
Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2012 tentang Perubahan
atas Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan
Koordinasi Penanaman Modal (Lembaran Negara Tahun 2012
Nomor 210); Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran
Negara Tahun 2014 Nomor 221); Peraturan Presiden Nomor 91
Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 210);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGENDALIAN
PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:
Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam
modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam
modal asing, untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indones. Penanam Modal adalah perseorangan atau badan usaha
yang melakukan Penanaman Modal yang dapat berupa penanam
modal dalam negeri dan penanam modal asing yang selanjutnya
dalam Peraturan Badan ini dapat disebut juga sebagai pelaku
usaha.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 40
Penanam Modal Dalam Negeri adalah perseorangan warga negara
Indonesia badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau
daerah yang melakukan Penanaman Modal di wilayah negara
Republik Indonesia.
Penanam Modal Asing adalah perseorangan warga negara asing,
badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan
Penanaman Modal di wilayah negara Republik Indonesia.
penanaman Modal Dalam Negeri yang selanjutnya disingkat
PMDN adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh Penanam
Modal Dalam Negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
Penanaman Modal Asing yang selanjutnya disingkat PMA adalah
kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah
Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh Penanam Modal
Asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun
yang berpatungan dengan Penanam Modal Dalam Negeri.
Badan Koordinasi Penanaman Modal yang selanjutnya disingkat
BKPM adalah lembaga pemerintah non kementerian yang
bertanggung jawab di bidang Penanaman Modal, yang dipimpin oleh
seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Presiden.
Lembaga Pengelola dan Penyelenggara Online Single Submission
yang selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah lembaga
pemerintahan non kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang koordinasi penanaman modal, yaitu BKPM.
Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disingkat PTSP
adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan dan nonperizinan
berdasarkan mandat dari lembaga atau instansi yang memiliki
kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya
dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya
dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 41
PTSP Pusat di BKPM adalah pelayanan terkait Penanaman Modal
yang menjadi kewenangan Pemerintah diselenggarakan secara
terintegrasi dalam satu kesatuan proses dimulai dari tahap
permohonan sampai dengan tahap penyelesaian produk pelayanan
melalui satu pintu di BKPM.
Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan dewan perwakilan
rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas- luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Provinsi yang selanjutnya disebut DPMPTSP Provinsi adalah
perangkat daerah sebagai unsur pembantu gubernur untuk
melaksanakan urusan pemerintahan di bidang Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang menjadi kewenangan
provinsi.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut DPMPTSP
Kabupaten/Kota adalah perangkat daerah sebagai unsur pembantu
bupati/wali kota untuk melaksanakan urusan pemerintahan di
bidang Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang
menjadi kewenangan kabupaten/kota.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 42
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang
selanjutnya disebut KPBPB adalah suatu kawasan yang berada
dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan bea
masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang
mewah, dan cukai.
Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disingkat KEK adalah
kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
tertentu.
Satuan Tugas adalah satuan tugas yang dibentuk untuk
meningkatkan pelayanan, pengawalan, penyelesaian hambatan,
penyederhanaan, dan pengembangan sistem online dalam rangka
percepatan pelaksanaan perizinan berusaha termasuk bagi usaha
mikro, kecil, dan menengah setelah mendapatkan persetujuan
penanaman modal.
Perizinan Berusaha adalah pendaftaran yang diberikan kepada
Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan usaha dan/atau
kegiatan dan diberikan dalam bentuk persetujuan yang dituangkan
dalam bentuk surat/keputusan atau pemenuhan persyaratan
dan/atau komitmen.
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online
Single Submission yang selanjutnya disingkat OSS adalah
Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan
atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali
kota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik yang
terintegrasi.
Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara
Elektronik, yang selanjutnya disingkat SPIPISE, adalah sistem
elektronik pelayanan perizinan dan nonperizinan yang terintegrasi
antara BKPM dengan Kementerian/Lembaga Pemerintah Non
Kementerian yang memiliki kewenangan perizinan dan
nonperizinan, Badan Pengusahaan KPBPB, Administrator KEK,

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 43
DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, dan Instansi
Penyelenggara PTSP di Bidang Penanaman Modal.
Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah
identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS setelah
Pelaku Usaha melakukan pendaftaran.
Dokumen Elektronik adalah setiap informasi elektronik yang
dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam
bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya,
yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui
komputer atau sistem elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas
pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya,
huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi, yang
memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang
mampu memahaminya.
Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas
informasi elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait
dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat
verifikasi dan autentikasi.
Hari adalah hari kerja sesuai yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
Fasilitas Penanaman Modal adalah segala bentuk insentif fiskal dan
nonfiskal serta kemudahan pelayanan Penanaman Modal, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kantor Perwakilan Perusahaan Asing yang selanjutnya disingkat
KPPA adalah kantor yang dipimpin perorangan warga negara
Indonesia atau warga negara asing yang ditunjuk oleh perusahaan
asing atau gabungan perusahaan asing di luar negeri sebagai
perwakilannya di Indonesia.
Kantor Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing yang
selanjutnya disingkat KP3A adalah kantor yang dipimpin oleh
perorangan warga negara Indonesia atau warga negara asing yang
ditunjuk oleh perusahaan perdagangan asing atau gabungan
perusahaan asing di luar negeri sebagai perwakilannya di
Indonesia.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 44
Kantor Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing yang
selanjutnya disebut Kantor Perwakilan BUJKA adalah badan usaha
yang didirikan menurut hukum dan berdomisili di negara asing,
memiliki kantor perwakilan di Indonesia, dan dipersamakan dengan
badan hukum Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang usaha jasa
konstruksi.
Kantor Perwakilan Asing Subsektor Minyak dan Gas Bumi yang
selanjutnya disebut KPA Migas adalah kantor yang dipimpin
perorangan warga negara Indonesia atau warga negara asing yang
ditunjuk oleh perusahaan asing atau gabungan perusahaan asing di luar
negeri sebagai perwakilannya di Indonesia di subsektor minyak dan gas
bumi.
Pimpinan/Penanggung Jawab Perusahaan adalah direksi/pimpinan
perusahaan yang tercantum dalam Anggaran Dasar/Akta Pendirian
Perusahaan atau perubahannya yang telah mendapatkan
pengesahan/persetujuan/pemberitahuan dari Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia (Menteri Hukum dan HAM) bagi badan hukum
Perseroan Terbatas dan sesuai peraturan perundang-undangan untuk
selain badan hukum Perseroan Terbatas.
Hak Akses adalah hak yang diberikan kepada Pelaku Usaha yang telah
memiliki identitas pengguna dan kode akses untuk mengurus perizinan
dan fasilitas secara dalam jaringan (daring).
Folder Perusahaan adalah sarana penyimpanan dokumen perusahaan
dalam bentuk digital yang disediakan di dalam sistem di BKPM.
Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri
pengolahan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan fasilitas
penunjang lainnya yang disediakan dan dikelola oleh perusahaan
kawasan industri. Pengendalian adalah kegiatan Pemantauan,
Pembinaan, dan Pengawasan terhadap Penanam Modal yang telah
mendapatkan perizinan Penanaman Modal agar pelaksanaan Penanaman
Modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemantauan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan,
mengevaluasi, dan menyajikan data perkembangan realisasi
Penanaman Modal dan kantor perwakilan.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 45
Pembinaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan
bimbingan/sosialisasi ketentuan pelaksanaan Penanaman Modal serta
memfasilitasi penyelesaian permasalahan dalam rangka pelaksanaan
kegiatan Penanaman Modal.
Pengawasan adalah upaya atau kegiatan yang dilakukan guna memeriksa
perkembangan pelaksanaan Penanaman Modal, mencegah dan/atau
mengurangi terjadinya penyimpangan terhadap ketentuan pelaksanaan
Penanaman Modal, termasuk penggunaan fasilitas Penanaman Modal.
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada
gubernur.
Proyek adalah kegiatan usaha yang dilakukan oleh Pelaku Usaha yang
telah mendapat Perizinan Berusaha.
Laporan Kegiatan Penanaman Modal yang selanjutnya disingkat LKPM
adalah laporan mengenai perkembangan realisasi Penanaman Modal dan
permasalahan yang dihadapi Pelaku Usaha yang wajib dibuat dan
disampaikan secara berkala.
Berita Acara Pemeriksaan yang selanjutnya disingkat BAP adalah hasil
pemeriksaan yang dilakukan secara langsung ke lapangan terhadap
pelaksanaan kegiatan Penanaman Modal.
Kementerian/Lembaga Pemerintah Non-Kementerian Teknis yang
selanjutnya disebut Instansi Teknis adalah perangkat pemerintah yang
membidangi urusan tertentu atau melaksanakan tugas tertentu dalam
pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 atau peraturan
perundang-undangan lainnya.
Pembatasan adalah tindakan administratif untuk membatasi kegiatan
usaha perusahaan. Pembekuan adalah tindakan administratif yang
mengakibatkan dihentikannya kegiatan usaha dan/atau Fasilitas
Penanaman Modal untuk sementara waktu.
Pencabutan adalah tindakan administratif yang mengakibatkan
dicabutnya Perizinan Berusaha dan/atau Fasilitas Penanaman Modal.
Penutupan adalah tindakan administratif untuk mengakhiri kegiatan
KPPA, KPA Migas, dan Kantor Cabang yang Izin Usahanya diterbitkan
oleh PTSP Pusat di BKPM.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 46
BAB II MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan
Penanaman Modal yang diatur dalam Peraturan Badan ini
dimaksudkan sebagai panduan bagi aparatur BKPM, DPMPTSP
Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Administrator KEK, Badan
Pengelola KPBPB, dan para Pelaku Usaha serta masyarakat umum
lainnya.
Pasal 3
Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan
Penanaman Modal bertujuan untuk mewujudkan standardisasi dan
informasi penyelenggaraan pengendalian pelaksanaan Penanaman
Modal pada BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP
Kabupaten/Kota, Administrator KEK, Badan Pengelola KPBPB dan
para Pelaku Usaha serta masyarakat umum lainnya.
BAB III RUANG LINGKUP
pasal 4
Ruang lingkup pengendalian pelaksanaan Penanaman Modal
mencakup kegiatan:
Pemantauan;
Pembinaan; dan
Pengawasan.
BAB IV
KEWENANGAN PENGENDALIAN
PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL
Pasal 5
Kewenangan Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
dilaksanakan oleh: Pemerintah Pusat dilakukan oleh BKPM melalui
Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal atas
kegiatan berusaha yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, yaitu:
• Penanaman Modal yang ruang lingkupnya lintas daerah provinsi;
• Penanaman Modal terkait dengan sumber daya alam yang tidak
terbarukan dengan tingkat risiko kerusakan lingkungan yang tinggi;
• Penanaman Modal pada bidang industri yang merupakan prioritas
tinggi pada skala nasional;

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 47
• Penanaman Modal pada bidang industri yang mengolah dan
menghasilkan bahan beracun dan berbahaya (B3) dan jenis industri
teknologi tinggi yang strategis;
• Penanaman Modal yang terkait pada fungsi pemersatu dan penghubung
antar wilayah atau ruang lingkupnya lintas daerah provinsi;
• Penanaman Modal yang terkait pada pelaksanaan strategi pertahanan
dan keamanan nasional;
PMA dan Penanam Modal yang menggunakan modal asing yang
berasal dari pemerintah negara lain, yang didasarkan perjanjian yang
dibuat oleh pemerintah dan pemerintah negara lain; dan
Bidang Penanaman Modal lain yang menjadi urusan Pemerintah Pusat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Pemerintah Daerah provinsi dilakukan oleh DPMPTSP Provinsi atas
kegiatan berusaha yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah
provinsi, yaitu:
Penanaman Modal yang ruang lingkup kegiatan lintas daerah
kabupaten/kota; dan
Penanaman Modal yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah
provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Pemerintah Daerah kabupaten/kota dilakukan oleh DPMPTSP
Kabupaten/Kota atas kegiatan berusaha yang menjadi kewenangan
Pemerintah Daerah kabupaten/kota, yaitu yang ruang lingkup kegiatan
di daerah kabupaten/kota;
Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
atas kegiatan berusaha yang berlokasi di wilayah KPBPB; dan.
Administrator Kawasan Ekonomi Khusus atas kegiatan berusaha yang
berlokasi di wilayah KEK.
PMA dan Penanam Modal yang menggunakan modal asing,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 7 meliputi: PMA
yang dilakukan oleh pemerintah negara lain; PMA yang dilakukan oleh
warga negara asing atau badan usaha asing; Penanam Modal yang
menggunakan modal asing yang berasal dari pemerintah negara lain,
yang didasarkan pada perjanjian yang dibuat oleh Pemerintah dan

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 48
pemerintah negara lain. hal perizinan Penanaman Modal yang
diterbitkan PTSP Pusat di BKPM namun saat ini telah menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah provinsi atau Pemerintah Daerah
kabupaten/kota atau Badan Pengusahaan KPBPB, atau Administrator
KEK, penyelenggaraan Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
dilakukan oleh DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota,
Badan Pengusahaan KPBPB, atau Administrator KEK sesuai dengan
kewenangannya. Dalam hal tertentu, BKPM dapat langsung melakukan
pengendalian pelaksanaan Penanaman Modal yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah
kabupaten/kota, Badan Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK
dan menyampaikan hasil kepada DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP
Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK
sesuai dengan kewenangannya. Dalam hal tertentu, DPMPTSP Provinsi
dapat langsung melakukan pengendalian pelaksanaan Penanaman
Modal yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah kabupaten/kota,
Badan Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK dan
menyampaikan hasil kepada DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan
Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK sesuai dengan
kewenangannya. Dalam hal tertentu, DPMPTSP Provinsi dan
DPMPTSP Kabupaten/Kota dapat langsung melakukan pengendalian
pelaksanaan Penanaman Modal yang menjadi kewenangan BKPM dan
menyampaikan hasilnya kepada BKPM. Dalam hal tertentu, DPMPTSP
Kabupaten/Kota dapat langsung melakukan pengendalian pelaksanaan
Penanaman Modal yang menjadi kewenangan DPMPTSP Provinsi dan
menyampaikan hasilnya kepada DPMPTSP Provinsi. Hal tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sampai dengan ayat (7) meliputi:
adanya permintaan dari Instansi Teknis berwenang; adanya permintaan
pendampingan dari Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah
kabupaten/kota, Badan Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK;
adanya pengaduan masyarakat; adanya pengaduan dari Pelaku Usaha;
atau terjadinya pencemaran lingkungan dan/atau hal lain yang dapat
membahayakan keselamatan masyarakat dan/atau mengganggu
perekonomian nasional maupun perekonomian daerah.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 49
BAB V
HAK, KEWAJIBAN, DAN TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA
Pasal 6
1. Setiap Pelaku Usaha berhak mendapatkan:
2. kepastian hak, hukum, dan perlindungan;
3. informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang
dijalankannya;
4. hak pelayanan; dan
5. berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai
dengan
6. ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
Setiap Pelaku Usaha berkewajiban:
1. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
2. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
3. menyampaikan LKPM;
4. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan
usaha Penanaman Modal;
5. meningkatkan kompetensi tenaga kerja warga negara Indonesia
melalui pelatihan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
6. menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih teknologi
kepada tenaga kerja warga negara Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi perusahaan yang
memperkerjakan tenaga kerja asing;
mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang
memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup bagi perusahaan yang
mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan, yang
pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 50
Pasal 8
Setiap Pelaku Usaha bertanggung jawab:
1. menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika
Pelaku Usaha menghentikan atau menelantarkan kegiatan usahanya;
3. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat dan mencegah praktek
monopoli;
4. menjaga kelestarian lingkungan hidup; dan
5. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan
pekerja.
BAB VI
PENYELENGGARAAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN
PENANAMAN MODAL
Bagian Kesatu
Pemantauan
Pasal 9
Kegiatan Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a,
dilakukan untuk mengetahui perkembangan realisasi Penanaman Modal
dan permasalahan yang dihadapi oleh Pelaku Usaha melalui
pengumpulan, verifikasi, dan evaluasi terhadap:
a. LKPM yang disampaikan oleh Pelaku Usaha;
b. laporan realisasi impor dan/atau fasilitas fiskal yang disampaikan oleh
Pelaku Usaha;
c. laporankegiatan kantor perwakilan oleh KPPA, KP3A,
BUJKA, dan KPA Migas ; dan
d. laporan kegiatan usaha lainnya yang diwajibkan sesuai dengan
peraturan Instansi Teknis terkait.
Kegiatan Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP
Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB, atau Administrator KEK
sesuai dengan kewenangannya.
Kegiatan Pemantauan dilaksanakan terhadap Penanaman Modal sejak
mendapatkan Perizinan Berusaha.
BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota melakukan

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 51
Pemantauan terhadap seluruh realisasi Penanaman Modal baik yang
Perizinan Berusahanya diterbitkan melalui Sistem OSS, PTSP Pusat di
BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota atau Instansi
Teknis lainnya baik di pusat maupun daerah. Kepala BKPM dapat
memberikan mandat pelaksanaan kegiatan Pemantauan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur melalui Dekonsentrasi.
Pemberian mandat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam
Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Pasal 10
Kewajiban penyampaian LKPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf c dilakukan secara daring dan berkala melalui SPIPISE untuk
setiap kegiatan usaha yang dilakukan oleh Pelaku Usaha. Pelaku Usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang melakukan kegiatan usaha
untuk setiap bidang usaha dan/atau lokasi dengan nilai investasi lebih
dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) wajib menyampaikan
LKPM. Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan usaha untuk setiap
bidang usaha dan/atau lokasi dengan nilai investasi sampai dengan
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), menyampaikan laporan
kegiatan berusaha sesuai dengan peraturan Instansi Teknis yang
berwenang. Penyampaian LKPM mengacu pada data dan/atau
perubahan data Perizinan Berusaha termasuk perubahan data yang
tercantum dalam sistem OSS sesuai dengan periode berjalan.
Penyampaian LKPM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pelaku Usaha wajib menyampaikan LKPM setiap 3 (tiga) bulan
(triwulan) dengan format tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
b. Periode pelaporan LKPM sebagaimana dimaksud dalam huruf (a)
diatur sebagaimana berikut:
c. Laporan triwulan I disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan April
tahun yang bersangkutan;
d. Laporan triwulan II disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan Juli
tahun yang bersangkutan;

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 52
e. Laporan triwulan III disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan
Oktober tahun yang bersangkutan; dan
f. Laporan triwulan IV disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan
Januari tahun berikutnya.
Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memiliki kewajiban
menyampaikan LKPM pertama kali atas pelaksanaan kegiatan
Penanaman Modal pada periode yang sesuai, setelah tanggal
diterbitkannya Perizinan Berusaha.
Pasal 11
Format LKPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (5) huruf a
terdiri atas:
a. LKPM bagi kegiatan usaha yang belum berproduksi
komersial; dan
b. LKPM bagi kegiatan usaha yang sudah berproduksi
komersial.
Pasal 12
LKPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b disampaikan oleh
Pelaku Usaha yang telah menyatakan siap berproduksi/beroperasi
komersial secara daring melalui SPIPISE dengan format tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
Pasal 13
BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan
Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK melakukan verifikasi dan
evaluasi secara daring pada PTSP Pusat di BKPM terhadap data realisasi
Penanaman Modal yang dicantumkan dalam LKPM atas Perizinan
Berusaha sesuai dengan kewenangan masing-masing sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5.
Dalam hal melakukan verifikasi dan evaluasi data sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota,
Badan Pengusahaan KPBPB, atau Administrator KEK dapat meminta
penjelasan dari perusahaan atau meminta perbaikan LKPM. Dalam hal

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 53
Pelaku Usaha melakukan perbaikan atas LKPM sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), perbaikan harus disampaikan secara daring paling banyak 2
(dua) kali, dengan setiap perbaikan maksimal 2 (dua) Hari pada periode
pelaporan yang sama. Dalam hal Pelaku Usaha tidak melakukan
perbaikan atas LKPM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3),
Pelaku Usaha dianggap tidak menyampaikan LKPM. Hasil verifikasi dan
evaluasi data realisasi Penanaman Modal yang dicantumkan dalam
LKPM yang telah disetujui, disimpan secara daring melalui SPIPISE.
BKPM melakukan kompilasi data realisasi Penanaman Modal secara
nasional berdasarkan data hasil pencatatan LKPM secara daring
sebagaimana dimaksud pada ayat (5). Hasil kompilasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) disampaikan ke publik paling lambat:
a. tanggal 30 bulan April tahun yang bersangkutan untuk laporan triwulan I;
b. tanggal 31 bulan Juli tahun yang bersangkutan untuk laporan triwulan II;
c. tanggal 31 bulan Oktober tahun yang bersangkutan untuk laporan
triwulan III; dan
d. tanggal 31 bulan Januari tahun berikutnya untuk laporan triwulan IV.
Pasal 14
KPPA wajib menyampaikan laporan kegiatannya setiap 6 (enam) bulan
kepada BKPM dengan format tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini, dengan
periode laporan sebagai berikut:
a. Laporan semester I disampaikan paling lambat tanggal 10
bulan Juli tahun yang bersangkutan; dan
b. Laporan semester II disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan
Januari tahun berikutnya.
KP3A wajib menyampaikan laporan kegiatannya setiap 6 (enam) bulan
kepada BKPM dengan format tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini, dengan
periode laporan sebagai berikut:
a. Laporan semester I disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan Juli
tahun yang bersangkutan; dan
b. Laporan semester II disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan
Januari tahun berikutnya.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 54
Kantor Perwakilan BUJKA wajib menyampaikan laporan kegiatan
tahunan kepada BKPM dan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat paling lambat tanggal 10 bulan Januari tahun
berikutnya dengan format tercantum dalam Lampiran V yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. KPA Migas wajib
menyampaikan laporan kegiatannya setiap 6 (enam) bulan kepada BKPM
dengan format tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini, dengan periode laporan sebagai
berikut:\
a. laporan semester I disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan Juli
tahun yang bersangkutan; dan
b. Laporan semester II disampaikan paling lambat
tanggal 10 bulan Januari tahun berikutnya.
Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat sampai dengan
ayat (4) disampaikan kepada BKPM secara daring melalui SPIPISE .
Pasal 15
Pelaku Usaha yang telah mendapat fasilitas pembebasan bea masuk mesin
dan/atau barang dan bahan, wajib menyampaikan laporan realisasi impor
kepada BKPM paling lambat 7 (tujuh) Hari setelah mendapat Surat
Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) dari Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai, dengan format tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. Penyampaian laporan
realisasi impor, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan secara
daring melalui SPIPISE.
Pasal 16
BKPM membuat laporan:
a. kumulatif realisasi Penanaman Modal secara nasional setiap 3 (tiga) bulan
dan disampaikan kepada Presiden dan Instansi Teknis terkait; dan
b. rekapitulasi realisasi impor mesin dan/atau barang dan bahan yang
mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk dari BKPM setiap 6 (enam)
bulan kepada Menteri Keuangan melalui Badan Kebijakan Fiskal, dengan
format tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 55
c. DPMPTSP Provinsi membuat laporan kumulatif atas pelaksanaan
Penanaman Modal di wilayah provinsi setiap 3 (tiga) bulan dan
disampaikan kepada gubernur dengan tembusan kepada BKPM.
d. DPMPTSP Kabupaten/Kota membuat laporan kumulatif atas pelaksanaan
Penanaman Modal di wilayah kabupaten/kota setiap 3 (tiga) bulan dan
disampaikan kepada bupati/wali kota dengan tembusan pada gubernur.
e. Badan Pengusahaan KPBPB dan Administrator KEK membuat laporan
kumulatif atas pelaksanaan Penanaman Modal di wilayah KPBPB dan
KEK setiap 3 (tiga) bulan dan disampaikan kepada BKPM dengan
tembusan kepada gubernur.
f. Laporan kumulatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4) disampaikan dengan paling sedikit memuat:
a) periode laporan;
b) realisasi investasi PMA dan PMDN pada periode pelaporan;
c) jumlah proyek dan realisasi investasi berdasarkan lokasi proyek,
sektor usaha dan negara untuk PMA; dan
d) jumlah proyek dan realisasi investasi berdasarkan lokasi proyek,
sektor usaha untuk PMDN.
Pasal 17
Untuk meningkatkan kepatuhan perusahaan terhadap kewajiban dan
tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8, BKPM,
DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan
KPBPB, dan Administrator KEK dapat memberikan penghargaan kepada
Pelaku Usaha terbaik sesuai dengan kewenangannya.
Bagian Kedua
Pembinaan
Pasal 18
Kegiatan Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b
dilaksanakan oleh BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP
Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB, atau Administrator KEK
kepada aparatur daerah dan Pelaku Usaha.
Kegiatan Pembinaan yang dilakukan oleh BKPM sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terhadap aparatur daerah dilaksanakan oleh Unit Deputi
Kerjasama Penanaman Modal yang norma, standar, prosedur, dan kriteria
yang diatur tersendiri dalam Peraturan Badan Koordinasi Penanaman

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 56
Modal.Kegiatan Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
dilakukan terhadap Pelaku Usaha, dilaksanakan melalui:
a. bimbingan sosialisasi, workshop, bimbingan teknis, atau dialog
investasi mengenai ketentuan pelaksanaan Penanaman Modal
secara berkala;
b. pemberian konsultasi pengendalian pelaksanaan Penanaman Modal
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan;
c. fasilitasi penyelesaian permasalahan yang dihadapi Pelaku Usaha;
d. fasilitasi percepatan realisasi investasi proyek berupa kemudahan
berusaha bagi Pelaku Usaha; atau
e. pengawalan percepatan realisasi proyek strategis nasional yang
sudah memiliki perizinan.
Pelaksanaan kegiatan Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat dilakukan secara terkoordinasi dengan pihak terkait. Dalam hal
Pelaku Usaha memohon Pembinaan mengenai permasalahan atas
pelaksanaan kegiatan Penanaman Modal, BKPM, DPMPTSP Provinsi,
DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB, atau
Administrator KEK dapat melaksanakan kegiatan Pembinaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c. Dalam hal fasilitasi penyelesaian
permasalahan yang dihadapi Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf c, terkait dengan permasalahan sengketa antar pemegang
saham tidak mencapai kesepakatan penyelesaian, BKPM dapat melakukan
pemblokiran Hak Akses. Pembukaan pemblokiran Hak Akses sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) dapat dilakukan setelah para pemegang saham
mencapai kesepakatan penyelesaian permasalahan. Pemblokiran dan/atau
pembukaan hak akses sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan ayat (7)
dapat dilakukan atas usulan dari:
a. para pihak yang bersengketa;
b. Instansi Teknis, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP
Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB dan/atau
Administrator KEK.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 57
Pasal 19
Permohonan Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (5),
Pelaku Usaha dapat menyampaikan melalui LKPM dan/atau surat yang
ditujukan kepada Kepala BKPM atau Deputi Bidang Pengendalian
Pelaksanaan Penanaman Modal, Kepala DPMPTSP Provinsi, Kepala
DPMPTSP Kabupaten/Kota, Kepala Badan Pengusahaan KPBPB, atau
Administrator KEK sesuai dengan kewenangannya. Atas permohonan
Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BKPM, DPMPTSP
Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB, atau
Administrator KEK sesuai dengan kewenangannya melakukan fasilitasi
penyelesaian permasalahan Penanaman Modal melalui tahapan:
a. identifikasi dan verifikasi permasalahan;
b. koordinasi fasilitasi penyelesaian masalah dengan Instansi Teknis terkait,
instansi teknis daerah terkait, dan/atau pihak terkait lainnya;
c. dalam hal fasilitasi penyelesaian hambatan atas Perizinan Berusaha,
dilakukan koordinasi dengan Satuan Tugas Nasional, Satuan Tugas Instansi
Teknis, Satuan Tugas Provinsi, Satuan Tugas Kabupaten/Kota terkait; dan
d. laporan penyampaian hasil fasilitasi penyelesaian masalah kepada pihak
terkait.
Hasil fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c,
dituangkan dalam notula, dengan format tercantum dalam Lampiran IX
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan
Pengusahaan KPBPB, atau Administrator KEK memantau dan
mengevaluasi perkembangan hasil fasilitasi penyelesaian masalah.
Bagian Ketiga
Pengawasan
Pasal 20
Kegiatan Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c,
dilakukan atas usaha dan/atau kegiatan sebagai tindak lanjut dari:
a. evaluasi atas pelaksanaan Penanaman Modal;
b. pemberian fasilitas pembebasan bea masuk mesin dan/atau barang dan
bahan;
c. permintaan dari unit lain di BKPM dan/atau Instansi Teknis terkait;

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 58
d. adanya indikasi atau bukti awal penyimpangan atas ketentuan pelaksanaan
Penanaman Modal atau tidak dipenuhinya kewajiban dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8;
e. usulan Pencabutan Perizinan Berusaha yang diajukan kepada BKPM oleh
DPMPTSP Provinsi atau DPMPTSP Kabupaten/Kota untuk Proyek yang
merupakan kewenangan Pemerintah Pusat;
f. usulan pencabutan perizinan berusaha yang diajukan kepada DPMPTSP
Provinsi oleh DPMPTSP Kabupaten/Kota untuk proyek yang merupakan
kewenangan pemerintah daerah provinsi atau
g. proses pengenaan dan pencabutan sanksi.
Pasal 21
Kegiatan Pengawasan dilaksanakan oleh BKPM, DPMPTSP Provinsi,
DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB, atau
Administrator KEK secara terkoordinasi dan dapat didampingi oleh
Instansi Teknis dan/atau instansi terkait. Pengawasan, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 huruf a, dapat dilaksanakan oleh BKPM,
DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan
KPBPB, atau Administrator KEK sesuai dengan kewenangannya.
Pengawasan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b dan c,
dilaksanakan oleh BKPM dan dapat didampingi oleh DPMPTSP Provinsi
dan/atau DPMPTSP Kabupaten/Kota. Pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 huruf d dan g, dilaksanakan oleh BKPM, DPMPTSP
Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB, atau
Administrator KEK sesuai dengan kewenangannya dan dapat didampingi
oleh Instansi Pemerintah terkait dan berwenang. Pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 huruf e, dapat dilaksanakan oleh BKPM dan
didampingi oleh DPMPTSP Provinsi dan/atau DPMPTSP
Kabupaten/Kota. Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
huruf f, dilaksanakan oleh DPMPTSP Provinsi dan didampingi oleh
DPMPTSP Kabupaten/Kota. Dalam melakukan Pengawasan, BKPM,
DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan
KPBPB, atau Administrator KEK dapat bekerja sama dengan profesi yang
memiliki sertifikat keahlian di bidang Pengawasan sesuai dengan bidang
yang diperlukan.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 59
Pasal 22
Kegiatan Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
dilaksanakan dengan mengirimkan surat pemberitahuan terlebih dahulu
paling lambat 3 (tiga) Hari sebelum tanggal pelaksanaan Pengawasan
kepada perusahaan, menggunakan format tercantum dalam Lampiran X
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
Kegiatan Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
dilaksanakan dengan mengirimkan surat pemberitahuan terlebih dahulu
paling lambat 3 (tiga) Hari sebelum tanggal pelaksanaan Pengawasan
kepada DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan
Pengusahaan KPBPB, Administrator KEK dan/atau Instansi Teknis di
lokasi kegiatan Pengawasan, menggunakan format tercantum dalam
Lampiran XI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini. BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota,
Badan Pengusahaan KPBPB, atau Administrator KEK dalam setiap
pelaksanaan Pengawasan menunjuk petugas Pengawasan secara tertulis
dalam surat tugas, dengan format tercantum dalam Lampiran XII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini, dan
ditandatangani:
a. BKPM oleh Direktur Wilayah terkait di unit Deputi Bidang Pengendalian
Pelaksanaan Penanaman Modal;
b. DPMPTSP Provinsi oleh Kepala DPMPTSP Provinsi;
c. DPMPTSP Kabupaten/Kota oleh Kepala DPMPTSP Kabupaten/Kota;
d. Badan Pengusahaan KPBPB oleh Kepala Badan Pengusahaan KPBPB;
atau
e. KEK oleh Administrator KEK.
Dalam hal Pimpinan/Penanggung Jawab Perusahaan tidak memberikan
tanggapan, Pengawasan tetap dilakukan oleh BKPM, DPMPTSP Provinsi,
DMPTPSP Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB atau
Administrator KEK. Dalam hal pengawasan dilakukan karena adanya
indikasi atau bukti awal penyimpangan atas ketentuan pelaksanaan
Penanaman Modal sebagaimana dimaksud Pasal 20 huruf d, Pengawasan
dilakukan tanpa pemberitahu terlebih dahulu kepada

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 60
Pimpinan/Penanggung Jawab Perusahaan.
Pasal 23
BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan
Pengusahaan KPBPB, atau Administrator KEK berhak memperoleh
penjelasan dan informasi dan/atau meminta data pendukung yang
diperlukan terkait dengan perusahaan yang menjadi objek Pengawasan.
Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memberikan
penjelasan serta informasi dan/atau menyediakan data pendukung yang
lengkap dan benar.
Pasal 24
Hasil pemeriksaan ke lokasi Proyek dalam rangka Pengawasan dituangkan
dalam BAP yang ditandatangani bersama oleh petugas Pengawasan dari
BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan
Pengusahaan KPBPB, dan/atau Administrator KEK dengan Instansi
Teknis terkait dan Pimpinan/Penanggung Jawab perusahaan di lokasi
Proyek. BAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam formulir
yang tercantum dalam Lampiran XIII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini. Dalam hal Pimpinan/Penanggung
Jawab Perusahaan di lokasi Proyek menolak untuk menandatangani BAP,
petugas Pengawasan dari BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP
Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB, atau Administrator KEK
membuat berita acara penolakan, dengan format tercantum dalam
Lampiran XIV yang ditandatangani oleh Pimpinan/Penanggung Jawab
Perusahaan. BAP yang tidak ditandatangani oleh Pimpinan/Penanggung
Jawab Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dinyatakan sah.
BAB VII
TINDAKAN ADMINISTRATIF DALAM RANGKA
PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL
Bagian Kesatu Umum
Pasal 25
Tindakan administratif untuk pengendalian pelaksanaan Penanaman
Modal yang izinnya tidak diterbitkan melalui sistem OSS berupa:
a. pencabutan perizinan berdasarkan permohonan Pelaku Usaha;
b. pencabutan perizinan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap;
c. penutupan KPPA dan KPA Migas berdasarkan permohonan;

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 61
d. penutupan Kantor Cabang yang Izin Usahanya diterbitkan oleh PTSP
Pusat di BKPM, berdasarkan permohonan; dan
e. pengenaan sanksi.
Tindakan administratif untuk pengendalian pelaksanaan Penanaman
Modal yang izinnya tidak diterbitkan melalui sistem OSS berdasarkan
kewenangannya dilakukan oleh:
a. Kepala BKPM atas nama Menteri teknis atau Deputi Bidang Pengendalian
Pelaksanaan Penanaman Modal untuk Kepala BKPM atas nama Menteri
teknis terkait sesuai dengan izin yang dimandatkan kepada BKPM;
b. Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal atas nama
Kepala BKPM;
c. Kepala DPMPTSP Provinsi;
d. Kepala DPMPTSP Kabupaten/Kota;
e. Kepala Badan Pengusahaan KPBPB;
f. Administrator KEK; atau
g. Instansi Teknis terkait.
Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
1) ditandatangani oleh pejabat sesuai dengan kewenangannya
dengan:
a. tanda tangan secara elektronik; atau
b. tanda tangan secara manual.
Pencabutan atau penutupan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan terhadap perizinan penanaman modal yang masih berlaku.
Bagian Kedua
Pencabutan Perizinan Penanaman
Modal Berdasarkan Permohonan Perusahaan Tidak Melalui OSS
Pasal 26
BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan
Pengusahaan KPBPB, atau Administrator KEK, melakukan Pencabutan
perizinan sesuai dengan kewenangannya, dengan berdasarkan permohonan
dari Pelaku Usaha untuk:
a. pencabutan karena pembubaran perseroan (likuidasi); atau

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 62
b. pencabutan yang tidak termasuk pembubaran perseroan (likuidasi).
Dalam hal permohonan Pencabutan dilakukan oleh perusahaan PMA yang
hanya memiliki 1 (satu) perizinan Penanaman Modal dan masih berminat
melakukan usaha di Indonesia, perusahaan terlebih dahulu harus
memperoleh Perizinan Berusaha yang dilampirkan dalam permohonan
Pencabutan.
Dalam hal permohonan Pencabutan dilakukan oleh perusahaan PMA yang
hanya memiliki 1 (satu) perizinan Penanaman Modal dan tidak
melampirkan Perizinan Berusaha baru sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), maka permohonan pencabutan harus disertai dengan pembubaran
perseroan (likuidasi).
Pencabutan perizinan Penanaman Modal diterbitkan dalam bentuk Surat
Keputusan, dengan format tercantum dalam Lampiran XV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini atau sesuai
dengan nomenklatur, format, dan ketentuan yang ditetapkan oleh Instansi
Teknis terkait.
Pasal 27
Permohonan Pencabutan perizinan Penanaman Modal, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1), diajukan secara daring melalui
SPIPISE, dengan persyaratan data yang telah dilengkapi dalam Folder
Perusahaan sebagai berikut:
a. identitas direksi atau orang yang telah ditunjuk sebagai likuidator yang
menandatangani surat permohonan;
b. surat kuasa tanpa hak substitusi dan bermeterai cukup, dengan format
tercantum dalam Lampiran XVI yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Badan ini, beserta rekaman identitas penerima kuasa, dalam
hal pengurusan permohonan tidak dilakukan secara langsung oleh direksi
atau orang yang telah ditunjuk sebagai likuidator;
c. keputusan Rapat Umum Pemegang Saham atau pernyataan para pemegang
saham yang menyatakan persetujuan permohonan Pencabutan perizinan
Penanaman Modal atau pembubaran perusahaan;
d. pencatatan pembubaran perusahaan dari Kementerian Hukum dan HAM,
dalam hal terjadinya pembubaran atau likuidasi;

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 63
e. perizinan Penanaman Modal yang akan dicabut;
f. LKPM periode terakhir yang telah disetujui atas seluruh proyek dalam hal
Pelaku Usaha memiliki lebih dari 1 (satu) proyek;
g. NPWP perusahaan yang telah divalidasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
h. fakta pendirian perusahaan beserta perubahannya disertai dengan
pengesahan dan/atau penerimaan pemberitahuan dari Kementerian Hukum
dan HAM.
i. Pencabutan perizinan Penanaman Modal diterbitkan paling lambat 3 (tiga)
Hari setelah berkas dinyatakan lengkap dan benar.
j. Dalam hal Surat Keputusan Pencabutan perizinan
k. Penanaman Modal diterbitkan untuk likuidasi,
l. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
m. Surat Keputusan Pencabutan diikuti
n. dengan penutupan Hak Akses daring di BKPM.
Bagian Ketiga
Pencabutan Perizinan Penanaman
Modal Berdasarka Putusan Pengadilan
Pasal 28
BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan
Pengusahaan KPBPB, atau Administrator KEK, melakukan Pencabutan
sesuai dengan kewenangannya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap. Dalam hal putusan pengadilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memutuskan Pencabutan perizinan pada
perusahaan PMA yang hanya memiliki 1 (satu) Perizinan, perusahaan
harus melakukan likuidasi. Dalam hal putusan pengadilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memutuskan Pencabutan perizinan pada
perusahaan Penanaman Modal yang memiliki lebih dari 1 (satu) perizinan,
Pencabutan diproses tanpa melakukan likuidasi. Dalam hal putusan
pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memutuskan Pencabutan
pada salah 1 (satu) Proyek dalam 1 (satu) perizinan, ditindaklanjuti
melalui perubahan Perizinan. Pencabutan perizinan diterbitkan paling
lambat 21 (dua puluh satu) Hari setelah tanggal putusan pengadilan
berkekuatan hukum tetap. Pencabutan perizinan Penanaman Modal

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 64
diterbitkan dalam bentuk Surat Keputusan, sebagaimana format tercantum
dalam Lampiran XV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini atau sesuai dengan nomenklatur, format dan ketentuan
yang ditetapkan oleh Instansi Teknis terkait.
Bagian Keempat
Penutupan Kantor Perwakilan dan
Kantor Cabang Perusahaan Berdasarkan Permohonan
Pasal 29
BKPM melakukan Penutupan KPPA dan KPA Migas
berdasarkan permohonan;
Permohonan Penutupan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
oleh:
a. Kepala KPPA; atau
b. Kepala KPA Migas.
KP3A dan Kantor Perwakilan BUJKA menyampaikan permohonan
Penutupan melalui sistem OSS.
Permohonan Penutupan KPPA dan KPA Migas, diajukan secara daring
melalui SPIPISE, dengan persyaratan data yang telah dilengkapi dalam
Folder Perusahaan:
a. izin Kantor Perwakilan;
b. IMTA Kepala Kantor Perwakilan berkewarga- negaraan asing atau KTP
Kepala Kantor Perwakilan berkewarganegaraan Indonesia;
c. paspor Direksi Perusahaan di negara asal;
d. NPWP Kantor Perwakilan yang telah divalidasi;
e. surat pernyataan di atas meterai secukupnya dari Kepala Kantor
Perwakilan atau Direksi Perusahaan di negara asal yang menyatakan tidak
mempunyai hutang piutang dengan pihak lain;
f. surat perintah atau pernyataan dari Direksi Perusahaan di negara asal
tentang penutupan Kantor Perwakilan; dan
g. laporan Kantor Perwakilan periode terakhir.
Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal atas nama
Kepala BKPM menerbitkan Surat Penutupan KPPA dan KPA Migas,
dengan format tercantum dalam Lampiran XVII yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. Penerbitan Surat Penutupan

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 65
KPPA dan KPA Migas dilakukan paling lama 3 (tiga) Hari setelah berkas
dinyatakan lengkap dan benar.
Pasal 30
BKPM melakukan Penutupan Kantor Cabang Perusahaan yang izin usaha
perusahaan induknya diterbitkan oleh BKPM, berdasarkan permohonan.
Permohonan Penutupan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
oleh Direksi Perusahaan yang mendirikan Kantor Cabang. Permohonan
penutupan Kantor Cabang perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diajukan kepada BKPM sesuai dengan kewenangannya secara daring
melalui SPIPISE, dengan persyaratan data yang telah dilengkapi dalam
Folder Perusahaan:
a. izin pembukaan kantor cabang;
b. surat keterangan domisili kantor cabang perusahaan;
c. akta pendirian perusahaan beserta perubahannya;
d. KTP Kepala Kantor Cabang;
e. NPWP Kantor Cabang yang telah divalidasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
f. Surat Kuasa tanpa hak substitusi dan bermeterai cukup untuk pengurusan
permohonan yang tidak dilakukan secara langsung oleh direksi, dengan
format tercantum dalam Lampiran XVI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini, beserta identitasnya.
Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal atas nama
Kepala BKPM menerbitkan Surat Penutupan Kantor Cabang sesuai
dengan kewenangannya, dengan format tercantum dalam Lampiran XVIII
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
Penerbitan Surat Penutupan Kantor Cabang dilakukan paling lama 3 (tiga)
Hari setelah berkas dinyatakan lengkap dan benar.
Bagian
Kelima Pengenaan Sanksi
Pasal 31
BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan
Pengusahaan KPBPB, Administrator KEK, atau Instansi Teknis terkait
sesuai dengan kewenangannya, mengenakan sanksi administratif kepada

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 66
Pelaku Usaha yang:
a. tidak memenuhi salah satu kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7;
b. tidak memenuhi salah satu tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8;
c. melakukan pelanggaran tertentu dan mendesak yaitu terjadinya kerusakan
lingkungan dan/atau membahayakan keselamatan masyarakat yang
berdampak secara lintas daerah atau lintas Negara; dan/atau
d. memenuhi kriteria pengenaan sanksi yang diatur oleh Instansi Teknis
terkait.
Pasal 32
Sanksi administratif, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31,
dilakukan dengan cara:
a. peringatan tertulis atau secara daring;
b. pembatasan kegiatan usaha;
c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau Fasilitas Penanaman Modal; atau
d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau perizinan Penanaman Modal dan/atau
Fasilitas Penanaman Modal.
Untuk sanksi administratif, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
huruf b, dan huruf c, BKPM dapat melakukan pemblokiran Hak Akses.
Pembukaan pemblokiran Hak Akses sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat dilakukan setelah Pelaku Usaha telah memberikan tanggapan tertulis
dan tindak lanjut terhadap sanksi administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c;
Pemblokiran dan/atau pembukaan hak akses sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3) dapat dilakukan atas usulan dari Instansi Teknis,
DPMPTSP Provinsi, dan/atau DPMPTSP Kabupaten/Kota;
Sanksi administratif, sebagaimana dimaksud pada ayat huruf b, huruf c,
dan huruf d, dapat dikenakan secara langsung apabila terjadi pelanggaran
tertentu dan mendesak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf c.
Untuk pengenaan sanksi administratif, BKPM, DPMPTSP Provinsi,
DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB, atau
Administrator KEK, dapat meminta instansi lain di Pemerintah Pusat atau

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 67
Pemerintah Daerah untuk memberikan informasi dan data dukung, serta
pertimbangan hukum atas pelanggaran yang dilakukan Pelaku Usaha.
Pasal 33
Sanksi administratif berupa surat peringatan, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (1) huruf a dikenakan kepada Pelaku Usaha sebanyak
3 (tiga) kali berturut-turut, dengan tenggang waktu masing-masing paling
lama 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal peringatan
sebelumnya diterbitkan. Surat peringatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diterbitkan oleh Direktur Wilayah di lingkungan Unit Deputi
Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Kepala DPMPTSP
Provinsi, Kepala DPMPTSP Kabupaten/Kota, Kepala Badan Pengusahaan
KPBPB, atau Administrator KEK berdasarkan kewenangannya dan dapat
disampaikan secara daring. Bentuk surat peringatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dengan format tercantum dalam Lampiran XIX
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
Pasal 34
Sanksi administratif berupa surat peringatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (1) huruf a dikenakan kepada Pelaku Usaha pertama dan
terakhir dapat dikenakan dalam hal sebagai berikut:
a. tidak menyampaikan LKPM sesuai dengan ketentuan pelaksanaan
Penanaman Modal selama 3 (tiga) periode pelaporan secara berturut-turut;
dan/atau
b. adanya laporan dari Instansi Teknis berwenang dan/atau
c. instansi terkait mengenai terjadinya pelanggaran peraturan
perundang-undangan.
Pelaku Usaha wajib memberikan tanggapan secara tertulis dan tindak
lanjut terhadap sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak
tanggal surat diterbitkan. Pelaku Usaha yang dikenakan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) namun tidak
memberikan tanggapan secara tertulis dan tindak lanjut dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari kalender, Pejabat yang berwenang dapat

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 68
langsung mengenakan saksi administratif berupa Pencabutan perizinan
Penanaman Modal dan/atau Fasilitas Penanaman Modal. Bentuk surat
peringatan pertama dan terakhir, sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dengan format tercantum dalam Lampiran XX yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
Pasal 35
Sanksi administratif berupa pembatasan kegiatan usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf b dapat dikenakan apabila Pelaku
Usaha tidak memberikan tanggapan tertulis dan tindak lanjut dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak diterbitkannya surat
peringatan yang ketiga. Pembatasan kegiatan usaha, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat berupa:
a. Pembatasan kegiatan usaha di salah satu atau beberapa lokasi bagi Pelaku
Usaha yang memiliki Proyek di beberapa lokasi; dan/atau
b. Pembatasan kapasitas produksi;
Bentuk surat Pembatasan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dengan format tercantum dalam Lampiran XXI yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. Dalam hal Pelaku
Usaha telah memenuhi kewajiban dan perbaikan atas pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pelaku Usaha dapat
mengajukan permohonan pencabutan pembatasan kegiatan usaha pada
BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan
Pengusahaan KPBPB, atau Administrator KEK yang menerbitkan surat
Pembatasan kegiatan usaha dengan menggunakan bentuk surat, dengan
format tercantum dalam Lampiran XXII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini. Atas permohonan pencabutan
Pembatasan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (4), apabila
diperlukan BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota,
Badan Pengusahaan KPBPB, atau Administrator KEK paling lama 7
(tujuh) Hari, melakukan pemeriksaan di lokasi proyek yang dituangkan
dalam BAP, dengan format tercantum dalam Lampiran XIII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. Atas
permohonan pencabutan Pembatasan kegiatan usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 69
Penanaman Modal atas nama Kepala BKPM, Kepala DPMPTSP Provinsi,
Kepala DPMPTSP Kabupaten/Kota, Kepala Badan Pengusahaan KPBPB,
atau Administrator KEK sesuai dengan kewenangannya menerbitkan surat
pencabutan Pembatasan kegiatan usaha paling lama 3 (tiga) Hari setelah
dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5). Bentuk surat
pencabutan Pembatasan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) tercantum dalam Lampiran XXIII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
Pasal 36
Sanksi administratif berupa Pembekuan kegiatan usaha dan/atau Fasilitas
Penanaman Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf c
dikenakan apabila Pelaku Usaha tidak memberikan tanggapan tertulis dan
tindak lanjut dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung
sejak diterbitkannya surat Pembatasan kegiatan usaha. Pembekuan
kegiatan usaha dan/atau Fasilitas Penanaman Modal, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat berupa:
a. penghentian sementara sebagian kegiatan pada lokasi Proyek/tempat
usaha;
b. penghentian sementara sebagian bidang usaha bagi Pelaku Usaha yang
memiliki beberapa bidang usaha;
c. pembekuan terhadap Fasilitas Penanaman Modal yang telah diberikan
kepada Pelaku Usaha; dan/atau
d. tidak dilayaninya permohonan perizinan dan Fasilitas Penanaman Modal.
Bentuk surat Pembekuan kegiatan usaha dan/atau Fasilitas Penanaman
Modal, dengan format tercantum dalam Lampiran XXIV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. Dalam hal Pelaku
Usaha telah melakukan memenuhi kewajiban dan perbaikan atas
pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pelaku Usaha dapat mengajukan permohonan pencabutan Pembekuan
kegiatan usaha dan/atau Fasilitas Penanaman Modal kepada BKPM,
DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan
KPBPB atau Administrator KEK yang menerbitkan surat Pembekuan
kegiatan usaha dan/atau Fasilitas Penanaman Modal dengan menggunakan
bentuk surat, dengan format tercantum dalam Lampiran XXV yang

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 70
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. Atas
permohonan pencabutan pembekuan kegiatan usaha dan/atau Fasilitas
Penanaman Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (4), apabila
diperlukan BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota,
Badan Pengusahaan KPBPB, atau Administrator KEK paling lama 7
(tujuh) Hari, melakukan pemeriksaan di lokasi proyek yang dituangkan
dalam BAP, dengan format tercantum dalam Lampiran XIII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. BKPM,
DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan
KPBPB atau Administrator KEK menerbitkan surat pencabutan
Pembekuan kegiatan usaha dan/atau Fasilitas Penanaman Modal paling
lama 3 (tiga) Hari setelah dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (5). DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan
Pengusahaan KPBPB, atau Administrator KEK, memberitahukan secara
tertulis kepada BKPM, sebelum melakukan Pembekuan kegiatan usaha
terhadap Pelaku Usaha yang mendapatkan Fasilitas Penanaman Modal
yang diterbitkan oleh BKPM. Pelaku Usaha yang dikenakan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) namun tidak
memberikan tanggapan secara tertulis dan tindak lanjut dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari kalender, Pejabat yang berwenang dapat
langsung mengenakan sanksi administratif berupa Pencabutan perizinan
Penanaman Modal dan/atau Fasilitas Penanaman Modal. Bentuk surat
pencabutan Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas Penanaman
Modal, sebagaimana dimaksud pada ayat (6), dengan format tercantum
dalam Lampiran XXVI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini.
Pasal 37
Sanksi administratif berupa Pencabutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 Ayat (1) huruf d, dapat dikenakan kepada Pelaku Usaha, dengan
berdasarkan:
a. usulan dari BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP
Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB, atau Administrator KEK;
b. usulan dari Intansi Teknis terkait; atau

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 71
c. evaluasi dari unit kerja yang menjalankan fungsi Pengendalian
Pelaksanaan Penanaman Modal.
Pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh BKPM,
DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan
KPBPB, atau Administrator KEK sesuai dengan kewenangannya dengan
menerbitkan Surat Keputusan Pencabutan. PMPTSP Provinsi, DPMPTSP
Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB, atau Administrator KEK,
memberitahukan secara tertulis kepada BKPM, sebelum melakukan
Pencabutan terhadap Pelaku Usaha yang mendapatkan Fasilitas
Penanaman Modal yang diterbitkan oleh BKPM. Surat Keputusan
Pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan dalam bentuk
Surat Keputusan, dengan format tercantum dalam Lampiran XV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. Pencabutan
berdasarkan usulan dari Intansi Teknis terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b diterbitkan sesuai dengan nomenklatur, format, dan
ketentuan yang ditetapkan oleh Instansi Teknis terkait.
Pasal 38
Usulan Pencabutan perizinan Penanaman Modal dan/atau Fasilitas
Penanaman Modal, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) huruf
a dan huruf b, diajukan dengan kelengkapan berupa surat usulan
Pencabutan perizinan Penanaman Modal dan/atau Fasilitas Penanaman
Modal yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dari instansi
yang mengusulkan, dengan format tercantum dalam Lampiran XXVII
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
Pencabutan perizinan Penanaman Modal dan/atau Fasilitas Penanaman
Modal diterbitkan paling lama 5 (lima) Hari setelah berkas dinyatakan
lengkap dan benar
Pasal 39
Pencabutan perizinan Penanaman Modal dan/atau Fasilitas Penanaman
Modal, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) huruf c, dilengkapi
BAP dan/atau dokumen pendukung yang ada dalam basis data sistem di
BKPM.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 72
BAB VIII BIAYA
Pasal 40
Pelaku Usaha tidak dikenakan biaya dalam kegiatan pengendalian
pelaksanaan Penanaman Modal yang dilaksanakan oleh BKPM,
DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan
KPBPB, atau Administrator KEK.Biaya yang diperlukan pejabat BKPM
dan pejabat Instansi Teknis terkait untuk kegiatan pengendalian
pelaksanaan Penanaman Modal dibebankan pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara.Biaya yang diperlukan DPMPTSP Provinsi atau
DPMPTSP Kabupaten/Kota dan pejabat instansi terkait di daerah untuk
kegiatan pengendalian pelaksanaan Penanaman Modal dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah masing-masing.Biaya yang
diperlukan Badan Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK untuk
kegiatan pengendalian pelaksanaan Penanaman Modal dibebankan pada
Anggaran Badan Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK.
BAB IX KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 41
Penyampaian:
a. laporan kantor perwakilan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14;
b. laporan realisasi impor berdasarkan pembebasan bea masuk, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15;
c. permohonan pencabutan perizinan Penanaman Modal, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26;
d. permohonan penutupan kantor perwakilan, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29; dan
e. permohonan penutupan kantor cabang, sebagaimana dimaksud
dalam dilakukan secara bertahap melalui SPIPISE.
f. Penyampaian laporan, permohonan pencabutan, dan permohonan
penutupan secara daring melalui SPIPISE sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), kepada BKPM dimulai paling lambat pada tanggal 2
Juni 2019.
g. Penyampaian laporan, permohonan pencabutan, dan permohonan
penutupan secara daring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b dan huruf c, kepada DPMPTSP Provinsi, Badan Pengusahaan
KPBPB, dan Administrator KEK dimulai paling lambat tanggal 2

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 73
Januari 2019.
h. Dalam hal belum dimungkinkannya pelaporan, pencabutan dan
penutupan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) disebabkan
sarana dan prasarana yang belum mendukung, pelaporan, pencabutan
dan penutupan dilaksanakan secara luar jaringan (luring).
i. Dalam hal pelaksanaan pencabutan secara luring sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), menggunakan formulir pencabutan, dengan
format tercantum dalam Lampiran XXVIII yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
j. Dalam hal pelaksanaan penutupan secara luring sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), menggunakan formulir penutupan, dengan
format tercantum dalam Lampiran XXIX yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
Pasal 42
Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayathuruf c di
DPMPTSP Kabupaten/Kota secara bertahap disesuaikan dengan
kemampuan sarana dan prasarana pendukung di daerah masing-masing.
Dalam hal sarana dan prasarana belum mendukung, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), penyampaian laporan dan permohonan
pencabutan dilaksanakan secara daring.

Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal 74
BAB X KETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, Peraturan Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor 14 Tahun 2017 tentang Pedoman
dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1768), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 44
Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan
Peraturan Badan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 Juli 2018
KEPALA BADAN KOORDINASI
PENANAMAMODAL
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
THOMAS TRIKASIH LEMBONG

7 Proyek Perubahan : “ Buku Pedoman Pelaksanaan Penanaman Modal “
