Komunitas Burung

29

description

Ornithologi

Transcript of Komunitas Burung

Page 1: Komunitas Burung
Page 2: Komunitas Burung

i

EKOLOGI TERNATE

EDITOR

Ibnu MaryantoHari Sutrisno

PUSAT PENELITIAN BIOLOGI-LIPI2011

Page 3: Komunitas Burung

ii

© 2011 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian Biologi* Katalog dalam Terbitan Ekologi Ternate/Ibnu Maryanto dan Hari Sutrisno (Editor). – Jakarta:

LIPI Press, 2011. xiii + 371 hlm.; 14,8 x 21 cm ISBN 978-979-799-609-3

1. Ekologi 2. Ternate

577 Editor Bahasa : Risma Wahyu Hartiningsih Penata Letak : Ibnu Maryanto Penata Sampul : Fahmi Penerbit : LIPI Press

*Pusat Penelitian Biologi-LIPI Gedung Widyasatwaloka, Cibinong Science Center Jln. Raya Bogor Km. 46, Cibinong 169111 Telp.: 021-8765056, 8765057

Page 4: Komunitas Burung

xi

DAFTAR ISI

Ucapan Terimakasih iii Kata Sambutan v Kata Pengantar vii DAFTAR ISI xi GEOLOGI DAN IKLIM Gunung Gamalama, Ternate, Maluku Utara: Dinamika Erupsi dan Potensi Ancaman Bahayanya 1 Indyo Pratomo, Cecep Sulaeman, Estu Kriswati & Yasa Suparman Karakteristik Erupsi G Kie Besi dan Potensi Ancaman Bencananya Terhadap Lingkungan Kota Ternate: (Representasi dari karakter gunungapi aktif di Busur Gunungapi Halmahera) 15 Estu Kriswati & Indyo Pratomo Analisa Anomali Curah Hujan dan Parameter Laut-Atmosfer Periode Januari - Agustus 2010 di Provinsi Maluku Utara 27 Dodo Gunawan FAUNA Kelimpahan dan Keragaman Kelelawar (Chiroptera) dan Mamalia Kecil di Pulau Ternate 43 Sigit Wiantoro & Anang S Achmadi Keanekaragaman Mamalia Kecil di Pulau Moti 55 Anang Setiawan Achmadi & Sigit Wiantoro Kajian Ekologi Burung di Hutan Gunung Gamalama, Ternate, Maluku Utara 69 Wahyu Widodo Komunitas Burung Pulau Moti Ternate Maluku Utara 83 Eko Sulistyadi Keanekaragaman Herpetofauna di Pulau Ternate dan Moti, Maluku Utara 105 Mumpuni

 

Page 5: Komunitas Burung

xii

Komunitas Keong Darat di Pulau Moti, Maluku Utara 121 Heryanto Kajian keanekaragaman Ngengat (Insekta: Lepidoptera) di Gunung Gamalama, Ternate 133 Hari Sutrisno Tinjauan Keanekaragaman dan Sebaran Kupu Ternate 145 Djunijanti Peggie Efektifitas Trap Warna Terhadap Keberadaan Serangga Pada Pertanaman Budidaya Cabai di Kelurahan Sulamadaha Kecamatan P Ternate Ternate 159 Abdu Mas’ud Eksplorasi Keragaman Serangga Coleoptera dan Lepidoptera di Pulau Moti, Ternate, Maluku Utara 167 Warsito Tantowijoyo & Giyanto FLORA Analisis Tutupan Lahan Kawasan Pulau Moti, Ternate, Maluku Utara 187 Hetty IP Utaminingrum & Roemantyo Hutan mangrove di Pulau Moti 199 Suhardjono & Ujang Hapid Keanekaragaman Anggrek di G Gamalama, Ternate 219 Izu Andry Fijridiyanto & Sri Hartini Vegetasi Hutan Pulau Moti, Ternate, Maluku Utara 227 Edi Mirmanto Keanekaragaman Jenis Pohon di Hutan Sekunder Pulau Moti, Ternate-Maluku Utara 237 Razali Yusuf Keanekaragaman Tumbuhan Berkhasiat Obat di Pulau Moti, Ternate, Maluku Utara 251 Siti Sunarti Eksplorasi Tumbuhan di Pulau Moti, Ternate, Maluku Utara 267 Deden Girmansyah & Siti Sunarti

 

Page 6: Komunitas Burung

xiii

MIKROBIOLOGI Drug Discovery Antibiotik Berbasis Biodiversitas Aktinomisetes Lokal Asal Ternate

283

Arif Nurkanto Isolasi dan Identifikasi Kapang-Kapang Kontaminan Dari Biji Kenari Kering (Canarium ovatum) 295 Nurhasanah &Sundari Mikroba Laut Penghidrolisis Senyawa Nitril di Sekitar Pulau Moti, Ternate 301 Nunik Sulistinah & Rini Riffiani Isolasi dan Penapisan Bakteri Pendegradasi Dibenzothiophene, Phenanthrene dan Fluoranthene Asal Perairan Laut Sekitar Pulau Moti-Ternate 309 Rini Riffiani & Nunik Sulistinah Penapisan dan Isolasi Bacillus Penghasil Amilase Dari Limbah Sagu (Metroxylon sagu Rottb) 317 Deasy Liestianty1, Nurhasanah2 SOSIAL BUDAYA Membangun Ternate Bermodal Kekayaan Sosio-Historis 329 Dhurorudin Mashad Analisis Struktural Terhadap Mitos “Tujuh Putri” Pada Kebudayaan Ternate, Maluku Utara 343 Safrudin Amin

 

Page 7: Komunitas Burung

83

Ekologi Ternate 83-104 (2011)

Komunitas Burung Pulau Moti Ternate Maluku Utara

Eko Sulistyadi

Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi – LIPI, Email : [email protected]

ABSTRACT

Survey on birds has been conducted in Moti Island, Moluccas. The aim survey of the surveyto reveal to reveal the bird diversity and distribution. Expedition was conducted from 1 to 17May 2010 by using both transeck and point samplings. Survey was undertaken for all habitattypes including nutmeg, coconut, clove, open area and secondary forest habitats. The resultsrecorded 37 bird species in which 11 birds species were Indonesian endemic and 5 birdsspecies were moluccas endemic. Horizontal distribution analysis showed that birds tend tospread evently but some birds prefer to colonize spesific habitats. Moreoer vertical distributionanalysis showed that diversity decreases with altitude.

Key words: Moti island, habitat type, birds diversity, distribution, endemic bird.

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara kepulauanmemiliki begitu banyak pulau yangtersebar di seluruh wilayah nusantara.Keberadaan pulau-pulau yang terpisahakibat sejarah pergerakan lempengdataran masa lampau telah membentukpola distribusi berbagai jenis flora danfauna yang berbeda untuk tiap wilayah.

Kepulauan Maluku merupakangugusan pulau yang terletak di dalamkawasan Wallacea yang memiliki cirifauna campuran antara Oriental danAustralia. Penelitian-penelitian terdahulumenunjukkan bahwa keanekaragamanhayati di kawasan Maluku cukup tinggidengan tingkat endemisme yang tinggipula. Whitten dalam Vettel (2009)menjelaskan bahwa berdasarkan padakeunikan asal usul dan geografi, kawasanWallacea merupakan salah satu pusat

endemisme dengan perkiraan jenisendemik sebanyak 1500 jenis tanaman,126 jenis mamalia, 265 jenis burung dan99 jenis reptil.

Burung merupakan salah satukekayaan hayati yang dimiliki olehIndonesia. Sukmantoro et al. (2007)menyebutkan jumlah burung di Indonesiamencapai 1598 jenis dengan 372 (23,28%)jenis endemik dan 149 (9,32%) jenismigran. Hal ini telah menempatkanIndonesia sebagai negara dengan tingkatendemisitas tertinggi di dunia. Namundemikian fakta menyebutkan bahwasebanyak 118 (7,38%) jenis burungberstatus terancam punah dalam IUCNRed List.

Kepulauan Maluku memiliki seba-nyak 365 jenis burung asli indonesia dan9 jenis burung pendatang (Sukmantorodkk 2007). Dari jumlah tersebut 94 jenismerupakan jenis endemik Indonesia dan

Page 8: Komunitas Burung

84

Eko Sulistyadi

66 jenis diantaranya endemik Maluku.Birdlife Internasional (2003) menyebut-kan ada 10 titik daerah endemic burungdi kawasan Wallacea termasuk didalamnya wilayah Maluku Utara.

Moti merupakan pulau kecil yangtermasuk dalam wilayah kecamatanMoti, Kabupaten Ternate, PropinsiMaluku Utara. Letak pulau Motiberhadapan dengan pulau Makian yangterletak pada koordinat 0°27’28" LU dan127°20’10" BT. Wilayah KecamatanMoti ini terdiri dari 6 kelurahan yang terdiridari Moti kota, Tadenas, Tafaga, Takofi,Figur, Tafamutu dan 5 kampung yaituNanas, Subang, Sopongo, Guramadehedan Tanjungpura. P. Moti ini mempunyailuas keseluruhan ± 24 km2 dengansebagian besar masyarakat bermatapencaharian petani kebun dan nelayan.Pulau moti ini mempunyai ketinggian 925m dpl yang secara umum berbukit danberlembah dengan lereng yang cukupterjal. Sebagian besar kawasandidominasi oleh kebun pala dan kelapa.Sebagian kecil yang lain dimanfaatkanoleh penduduk untuk bertanam singkong,jagung, dan tanaman kebun lainnya.

Beberapa tahun terakhir sebagianbesar wilayah Maluku telah berubahmenjadi areal perkebunan terutama pala,cengkih dan kelapa. Vetter (2009)menjelaskan bahwa dari tahun 1990-2003telah terjadi penyusutan luasan hutan diMaluku Utara dari 86% menjadi tersisakurang dari 70% yang sebagian besarterjadi pada hutan dataran rendah(<400m dpl). Berkurangnya luasanvegetasi tentunya akan mempengaruhikeanekaragaman hayati di kawasantersebut. Noerdjito (2008) menyebutkan

jika keanekaragaman dan populasitumbuhan semakin berkurang, makasuatu kawasan/habitat hanya akanmampu mendukung kehidupan jenis-jenissatwa tertentu. Penelitian ini diharapkandapat mengungkapkan keanekaragamanjenis serta distribusi burung yang ada diPulau Moti sebagai upaya dalamkonservasi burung di Indonesia terutamajenis endemik.

BAHAN DAN CARA KERJA

Penelitian dilaksanakan pada tanggal1 – 17 Mei 2010 di P. Moti Ternate.Pengamatan dilakukan pada empat tipehabitat yaitu kebun pala, kebun kelapa,mangrove dan area pemukiman. Penga-matan dilakukan sepanjang hari dengankondisi intensif pada pagi (pukul 06.00-09.00) dan sore hari (15.00-18.00).

Peralatan dan bahan yang digunakandalam pengamatan antara lain binokuler(8x30), kamera digital, buku panduanlapang pengenalan burung-burung diWallacea, dan buku catatan lapangan.

Data yang diambil meliputi jenisburung, jumlah, waktu, aktivitas dan polapenggunaan vegetasi. Data diambilsepanjang jalur pengamatan baikberdasarkan pertemuan langsung visualmaupun berdasarkan pengenalan suara.Metode yang digunakan adalah kombinasiantara metode titik dan jalur (transek).Jarak tiap titik ditentukan sepanjang 200m dengan radius pengamatan sejauh 50m. Panjang jalur pengamatan berbedasesuai dengan rute jalan yang biasadilewati penduduk, diperkirakan berkisarantara 1,5 – 3 km. Pengamatan pada tiap

Page 9: Komunitas Burung

85

Komunitas Burung Pulau Moti Ternate Maluku Utara

titik dilakukan selama ±20 menit (Bibby1998).

Survey burung dilakukan dengancara eksplorasi menjelajah setiap tipehabitat dan ketinggian yang mungkindijangkau. Pengamatan dan pencatatandata dilakukan sepanjang jalurpengamatan dan titik-titik pengamatanyang potensial. Jalur pengamatanditentukan dengan melihat jenis-jenishabitat yang ada. Karena sebagian besarkawasan didominasi kebun pala makaperbedaan tipe habitat cenderung kecil.Dari observasi dapat dibagi menjadiempat tipe habitat yaitu kebun pala, kebunkelapa, mangrove/pantai dan areaterbuka. Sebagai data pelengkap titik-titikpengamatan juga ditentukan berdasarkandaerah/lokasi/desa yang ada. Data yangdicatat meliputi jenis burung, jumlah danhabitat (lokasi).

HASIL

Keanekaragaman jenis burungTercatat 37 jenis burung hidup di

kawasan P. Moti. Kawasan Moti yangdidominasi oleh vegetasi pala menyebab-kan distribusi jenis burung yang adacenderung seragam dan hanya terlihatsedikit perbedaan berdasarkan keting-gian tempat. Beberapa jenis burung sulitdiidentifikasi karena pergerakannya yangselalu terbang sehingga tidak bisadibedakan secara jelas. Berikut jenisburung yang tercatat selama penelitian(Mei 2010) di pulau Moti Ternate (Tabel1).

Berdasarkan analisis heterogenitasmenggunakan software EcologycalMethodology diketahui bahwa keaneka-

ragaman jenis burung di kawasan pulauMoti Ternate tergolong tinggi dengan nilaiindeks keanekaragaman Shannonsebesar 3,916 dan indeks Shimpsonsebesar 0,887.

AnalisisEstimasiAnalisis bootstrap menggunakan

software EstimateS ver 7.5 menunjukkanbahwa nilai observasi adalah sebesar 34,artinya sebanyak 34 jenis burung berhasilditemukan di lokasi penelitian. Berdasar-kan nilai bootstrap diperkirakan masihdapat ditemukan jenis burung sampai 37jenis. Grafik bootstrap dapat dilihat padaGambar 1.

Selisih antara observasi danperkiraan bootstrap disebabkan karenaadanya kesulitan dalam menghitung jenisburung walet (Collocalia infuscata danCollocalia esculenta) dan burunglayang layang batu (Hirundo tahitica)yang selalu bergarak aktif (terbang)sehingga tidak dimasukkan dalamperhitungan. Jika dihitung total jenisburung yang tercatat selama observasimaka ditemukan sebanyak 37 jenis,dengan demikian hasil observsai ini sesuaidengan perkiraan bootstrap. Ada satujenis yaitu Nuri kalung ungu (Eossquamata) diperkirakan masih adaberdasarkan informasi penduduk namuntidak dapat dijumpai di alam.

Pengelompokkan jenis burungditentukan dengan analisis clustermenggunakan software Ntsys ver 4.2.Terdapat 8 kelompok yang terpisahseperti pada Gambar 2.

Analisis cluster berdasarkan indeksbraycurtis menggunakan softwareNTSYSpc ver 2.1 dengan nilai koefisien

Page 10: Komunitas Burung

86

Eko Sulistyadi

Jenis burung Nama ilmiah E IUCN Habitat

Elang alap cina Accipiter soloensis Horsfield, 1821 - LC Mangga, kebun kelapa,

Elang alap ekor totol Accipiter trinotatus Bonaparte, 1850 E LC Mangga, kebun kelapa, Elang bondol Haliastur indus Boddaert, 1783 - LC Pantai, kelapa dan bakau Elang kecil maluku Accipiter erythrauchen Gray, 1861 E LC Pantai, kelapa Elang paria Milvus migrans Boddaert, 1783 - LC Kebun pala dan kelapa Cekakak pantai Halcyon saurophaga Gould, 1843 - LC Bakau, pantai Cekakak biru putih Halcyon diops Temminck, 1824 E LC Kebun pala Udang merah kecil Ceyx lepidus Temminck, 1836 - LC Pala, semak Walet sapi Collocalia esculenta Linnaues, 1758 - LC Semua habitat Walet maluku Collocalia infuscata Salvadori, 1880 E LC Semua habitat Kuntul karang Egretta sacra Gmelin, 1789. - LC Pantai, mangrove Kekep babi Artamus leucorynchus Linnaeus, 1771. - LC Pantai, kebun kelapa, bekas kebun Julang irian Rhyticeros plicatus J.R.Forst., 1781 - LC Kebun pala, vegetasi alami Kapasan halmahera Lalage aurea Temminck, 1827 E LC Pantai, bekas kebun, Kepudang sungu kartula Coracina papuensis Gmelin, 1788 - LC Pantai, pinggir kebun Delimukan zamrud Chalcophaps indica Linnaeus, 1758 - LC Kebun pala, kelapa Tekukur biasa Streptopelia chinensis Scopoli, 1768. - LC Dekat pantai, pala, kapuk. Walik raja Ptilinopus superbus Temminck, 1809 - LC Pala Walik topi biru Ptilinopus monacha Temminck, 1824 E NT Pala, mengrove Gagak orru Corvus orru Bonaparte, 1850 - LC Kebun pala, kelapa, pantai,

Tuwur asia Eudynamys scolopacea Linnaeus, 1758 - LC Pantai, mangrove, pala den kelapa dekat pantai

Wiwik rimba Cacomantis variolosus Vigors & Horsfield, 1826 - LC Vegetasi dekat pantai, kapuk, pala

Bondol jawa Lonchura leucogastroides Horsfield & Moore,1858 E LC Pinggir pantai, semak dan pala.

Layang-layang batu Hirundo tahitica Gmelin, 1789 - LC Pantai, pemukiman Gosong kelam Megapodius freycinet Gaimard, 1823 E LC Kebun kelapa dan kebun pala Kirik-kirik Australia Merops ornatus Latham, 1801 - LC Kebun pala (pohon besar) Sikatan kilap Myiagra alecto Temminck, 1827. - LC Bekas kebun, kelapa, pala. Madu hitam Leptocoma sericea Lesson & Garnot, 1828 - LC Semak dekat pantai, pala Madu sriganti Cinnyris jugularis Linnaeus, 1766 - LC Semak dekat pantai, pala

Kepudang halmahera Oriolus phaeochromus G. R. Gray, 1861 E LC Kebun kelapa, bekas kebun, mangrove

Kancilan emas Pachycephala pectoralis Latham, 1802. - N-recg Kebun pala atas Gereja Passer montanus Linnaeus, 1758 - LC Pantai, semak

Betet kelapa paruh besar Tanygnathus megalorynchos Boddaert, 1783 - LC Kebun kelapa, pala, dan pinggir

pantai. Nuri bayan Eclectus roratus Müller, 1776. - LC Pohon salawaku, pala, bekas sungai Nuri kalung-ungu Eos squamata Boddaert, 1783 E LC Informasi penduduk Kipasan kebun Rhipidura leucophrys Latham, 1802 - LC Pantai, pinggir kebun Perling maluku Aplonis mysolensis Gray, 1862 E LC Pantai, pala, kelapa, mangrove Perling ungu Aplonis metallica Temminck, 1824 - LC Pantai, pala, kelapa, mangrove

Page 11: Komunitas Burung

87

Komunitas Burung Pulau Moti Ternate Maluku Utara

0,73 menunjukkan ada 8 kelompok yangterpisah.• Kelompok pertama terdiri dari betetkelapa paruh besar, madu sriganti, gagakoru, madu hitam, kepudang sungu kartula,kipasan kebun, sikatan kilap, walik topibiru, elang paria, perling maluku danperling ungu.• Kelompok kedua terdiri daridelimukan zamrud, udang merah kerdil,tekukur biasa, elang bondol, gosongkelam, nuri bayan, julang irian, kapasanhalmahera, burung gereja, kekep babi dankuntul karang.• Kelompok ketiga terdiri dari elang

alap cina dan tuwur asia.• Kelompok keempat terdiri dari bondol

jawa dan wiwik rimba.• Kelompok kelima terdiri dari elang

alap ekor totol, kirik-kirik australia dankepudang halmahera.

• Kelompok keenam terdiri daricekakak biru putih dan walik raja.

• Kelompok ketujuh terdiri darikancilan emas.

• Kelompok kedelapan terdiri daricekakak pantai dan elang alapmaluku.Analisis cluster berdasarkan indeks

euclidean menggunakan softwareNTSYSpc ver 2.1 dengan nilai koefisien15 menunjukkan ada empat kelompokberdasarkan tipe habitat (Gambar 4).

Kelompok pertama adalah habitatcampuran yang mendominasi sebagianbesar kawasan di Moti yang terdiri dariperpaduan pohon kelapa, pala, mangrove,kebun, semak, dan bekas kebunpenduduk. Kelompok kedua adalahkebun pala yang memiliki luasan yangcukup besar di dalam kawasan.Kelompok ketiga adalah kebun kelapa.Kelompok keempat terdiri dari kebuncengkih, hutan sekunder, mangrove danhabitat terbuka.

 

05

101520

253035

4045

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

pengamatan

jeni

s

Sobs (Mao Tau)Jack 2 MeanBootstrap Mean

Gambar 1. Nilai hasil analisis estimate S burung di P.Moti

Page 12: Komunitas Burung

88

Eko Sulistyadi

 

Koefisien0.00 0.25 0.50 0.75 1.00

T.megalorynchos

T.megalorynchos C.jugularis

C.orru L.sericea

C.papuensis R.leucophrys

M.alecto P.monacha M.migrans

A.mysolensis A.metallica

C.indica C.lepidus

S.chinensis H.indus

M.freycinet E.roratus R.plicatus

L.aurea P.montanus

A.leucorhynchus E.sacra

A.soloensis E.scolopacea

L.leucogastroid C.variolosus A.trinotatus

M.ornatus O.phaeochromus

H.diops P.superbus

P.pectoralis H.saurophaga

A.erythrauchen

Gambar 2. Pengelompokkan kekerabatan penggunaan kebersamaan habitat jenis burungberdasarkan loefisien euklidian

Distribusi masing-masing jenisburung di Pulau Moti adalah sebagaiberikut:1. Betet kelapa paruh besar (Tanygna-

thus megalorynchos)Jenis ini lebih suka mengunjungidaerah yang agak terbuka denganbeberapa vegetasi yang tinggi untukbertengger. Biasanya jenis inimenyukai habitat kebun kelapa.Tercatat di moti kota, tuma, kori-kori,tafamutu, yari-yari, tadenas, nanas,tanjung pura, sopongo dan subang.Distribusi di Indonesia Sulawesi,Maluku, Nusa Tenggara dan Papua.

2. Bondol jawa (Lonchura leucogas-troides)Jenis ini cukup jarang ditemukan diMoti. Tercatat jenis ini hanyaditemukan pada habitat pinggirankebun pala dengan kondisi terbukadan banyak semak serta pada habitatmangrove. Tercatat di nanas dan

tafaga. Distribusi di IndonesiaSumatera, Jawa dan Nusa Tenggara.Jenis ini merupakan jenis endemikIndonesia.

3. Madu hitam (Leptocoma sericea)Jenis burung madu ini cukupdominan dan merata persebarannya.Kebanyakan menyukai kebun kelapadan pala serta area terbuka dimanabanyak terdapat semak yangberbunga sebagai sumber nektar.Madu hitam suka mengunjungi pohonkelapa untuk menghisap nektar daribunga kelapa. Tercatat di Moti kota,Tafamutu, Guramadehe, Tuma, Kori-kori, Tadenas, Tafaga, Nanas, Figur,Tanjungpura, Sopongo,Yari-yari,Subang. Distribusi di Indonesia:Sulawesi, Maluku dan Papua.

4. Madu sriganti (Cinnyris jugularis)Hampir sama dengan madu hitam,jenis ini menyukai habitat agakterbuka dan bersemak. Biasanya

Page 13: Komunitas Burung

89

Komunitas Burung Pulau Moti Ternate Maluku Utara

 

Koefisien0.00 15.00 30.00 45.00 60.00

habitat-campura

habitat-campura

kebun-pala

kebun-kelapa

kebun-cengkih

hutan-sekunder

mangrove

habitat-terbuka

Gambar 4. Pengelompokkan habitat berdasarkan koefisien euklidian

mengunjungi pohon kelapa dansemak berbunga untuk menghisapmadu/nektar. Tercatat di Moti kota,Tafamutu, Tadenas, Nanas, Tafaga,Figure, Tangpura, Sopongo, Subang.Distribusi di Indonesia: Sumatera,Kalimantan, Jawa, Sulawesi,Maluku, Nusa Tenggara dan Papua.

5. Walet sapi (Collocalia esculenta)Jenis burung yang selalu aktifterbang. Burung ini merupakanpemakan serangga dan aktivmenangkap serangga dengan caramenyambarnya di udara sewaktuterbang. Jenis ini cukup meratatersebar di hampir semua tipe habitat,terutama lebih menyukai habitat yangterbuka dan semak dimana banyakterdapat serangga. Tercatat hampirdi semua habitat yaitu Moti kota,Tafamutu, Tuma, Kori-kori, Tadenas,Tafaga, Nanas, Figur, Sopongo, Yari-yari, Subang, Guramadehe dan

Akimlau. Distribusi di IndonesiaSumatera, Kalimantan, Sulawesi,Maluku, Nusa Tenggara dan Papua.

6. Walet maluku (Collocalia infus-cata)Merupakan jenis dengan persebarandan kebiasaan yang hampir samadengan jenis walet sapi. Burung inimerupakan jenis endemik maluku.Tercatat hampir di semua habitatyaitu Moti kota, Tafamutu, Tuma,Kori-kori, Tadenas, Tafaga, Nanas,Figur, Sopongo, Yari-yari, Subang,Guramadehe dan Akimlau. Merupa-kan jenis endemik Maluku. Distribusidi Indonesia: Sulawesi dan Maluku.

7. Layang-layang batu (Hirundotahitica)Merupakan jenis burung yang aktifterbang, namun kadang sering terlihatbertengger di ranting kering, ataprumah atau di kabel listrik. Merupa-kan pemakan serangga yang aktif

Page 14: Komunitas Burung

90

Eko Sulistyadi

menyambar serangga terbang diudara. Jenis ini tersebar hampir diseluruh habitat namun populasinyamenurun pada ketinggian yangsemakin tinggi dan lebih banyakmenyukai habitat terbuka di tepipantai. Tercatat hampir di semuahabitat yaitu Moti kota, Tafamutu,Tuma, Kori-kori, Tadenas, Tafaga,Nanas, Figur, Sopongo, Yari-yari,Subang, Guramadehe dan Akimlau.Distribusi di Indonesia: Sumatera,Kalimantan, Jawa, Sulawesi,Maluku, Nusa Tenggara dan Papua.

8. Gagak oru (Corvus orru)Jenis burung pemakan segala(omnivora) yang mempunyaidistribusi yang merata hampir disemua habitat. Jenis pakannya yangberagam memberikan alternatif yangcukup banyak untuk dapat memilihhabitat mencari makan. Gagak orumudah untuk dikenali dengan warnahitam dan ukurannya yang besarserta suaranya yang keras dan khas.Tercatat di Moti kota, Tafamutu,Guramadehe, Kori-kori, Yari-yari,Tadenas, Figure, Tanjung Pura,Sopongo, dan Subang. Distribusi diIndonesia: Maluku, Nusa Tenggaradan Papua.

9. Perling ungu (Aplonis metallica)Merupakan jenis burung pemakanbiji/buah, namun kadang jugamengkonsumsi serangga sebagaipakan. Jenis ini memiliki populasiyang besar di pulau Moti. Habitatkebun pala dan kelapa serta mang-rove menyediakan banyak seranggasebagai pakan, selain itu jenistumbuhan seperti hatengoti yang

berbuah juga merupakan pakanutama burung ini. Jenis ini merupa-kan burung yang hidup berkolonibiasanya terdiri dari puluhan ekor tiapkoloninya. Biasanya bersarang padapohon hatengoti dengan jumlahsarang yang sangat banyak pada satupohon utama. Tercatat di Moti kota,Tafamutu, Tuma, Kori-kori, Tadenas,Tafaga, Nanas, Figur, Sopongo,Yari-yari,dan Akimlau. Distribusi diIndonesia: Sulawesi, Maluku, NusaTenggara dan Papua.

10. Perling maluku (Aplonis mysolen-sis)Jenis yang sering berinteraksi denganPerling ungu. Perbedaan yangmencolok adalah warna matanyayang hitam dengan iris putih berbedadengan Perling ungu yang bermatamerah terang. Jenis ini memilikiwarna dada yang putih bercorethitam. Tercatat di Moti kota, Tadenas,dan Tafaga. Distribusi di Indonesia:Sulawesi, Maluku dan Papua. Jenisini merupakan endemik Maluku.

11. Kekep babi (Artamus leucoryn-chus)Jenis burung yang hidup berkolonidengan jumlah tiap koloni berkisar 3-7 ekor. Jenis ini sering terlihat terbangmelayang berkelompok untukmencari mangsa. Saat istirahat danmengintai mangsa biasanya jenis inibertengger di ranting kering di tajukpohon sambil bersuara monotonket..ket..ket. Lebih menyukai habitatterbuka dengan beberapa pohontinggi tempat bertengger. Tercatat diTafamutu, Tadenas, Tafaga, danSopongo. Distribusi di Indonesia:

Page 15: Komunitas Burung

91

Komunitas Burung Pulau Moti Ternate Maluku Utara

Sumatera, Kalimantan, Jawa,Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggaradan Papua.

12. Kepudang halmahera (Oriolusphaeochromus)Merupakan jenis burung yang senangmenghuni habitat hutan sekunder,primer dan juga lahan budidaya.Biasanya lebih menyukai habitatdengan pohon-pohon yang tinggi.Jenis Kepudang halmahera diketahuimengalami fenomena mimikri,sehingga menyulitkan dalamidentifikasi dan penghitungan dihabitatnya. Jenis ini tercatat di Motikota, Tafamutu dan Nanas.Kepudang halmahera merupakanjenis endemik Maluku.

13. Elang alap cina (Accipiter soloen-sis)Merupakan jenis burung migran yangumum dijumpai di hampir seluruhpulau besar di Indonesia. Jenispemangsa ini memburu jenis burungdan mangsa lainnya yang lebih kecil.Biasanya menyukai habitat denganbanyak pohon tempat bertengger danmengintai mangsa. Ditemukan dihabitat kebun kelapa dan bekaskebun penduduk. Ada indikasi sarangdi pohon mangga dengan suara anakyang sedang diberi makan olehinduknya. Tercatat di Yari-yari.Distribusi di Indonesia: Sumatera,Kalimantan, Jawa, Sulawesi,Maluku, Nusa Tenggara dan Papua.

14. Elang alap maluku (Accipitererythrauchen)Jenis predator yang merupakanendemic maluku. Biasanya menyukaihabitat yang agak tertutup dengan

pohon tinggi tempat bertengger danmengintai mangsa. Terlihatbertengger di pohon kelapa dengangerakan berpindah dari satu pohonke pohon lainnya ketika merasaterganggu. Tercatat di Sopongo.Merupakan jenis endemik Maluku

15. Elang paria (Milvus migrans)Merupakan elang dengan ukurancukup besar. Biasanya terlihatterbang berputar tinggi denganjumlah 2-4 ekor. Kemungkinanmenyukai habitat hutan sekunderdengan vegetasi yang besar dantinggi. Tercatat terlihat di atas kebunkelapa dan pala di Tadenas. Tercatatdi Moti kota dan Tadenas. Distribusidi Indonesia: Sumatera, Kalimantan,Jawa, Sulawesi, Maluku, NusaTenggara dan Papua.

16. Elang bondol (Haliastur indus)Merupakan jenis pemangsa yangmenyukai habitat pinggir pantai.Biasanya terlihat bertengger di pohonkelapa di pinggir pantai untukmengintai ikan. Jenis ini mudahdikenali dengan warna tubuh coklatdan kepala, dada serta leher putih.Tercatat di habitat kebun kelapa danmagrove dekat pantai, kadang jugaterlihat melintas di atas kebun pala.Tercatat di Moti kota, Tadenas danTanjung pura. Distribusi di Indonesia:Sumatera, Kalimantan, Jawa,Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggaradan Papua.

17. Elang alap ekor totol (Accipitertrinotatus)Jenis yang sebenarnya belum pernahtercatat di kawasan Maluku. Namundalam pengamatan tercatat satu kali

Page 16: Komunitas Burung

92

Eko Sulistyadi

di kebun kelapa dan bekas kebunpenduduk. Memiliki kebiasaanbertengger di pohon yang cukuprimbun untuk mengintai mangsa.Tercatat di Moti kota dan Kori-kori.Merupakan jenis endemik Indonesiayang terdistribusi di Sulawesi.

18. Kapasan halmahera (Lalage aurea)Jenis endemik Maluku yang hiduptersebar pada habitat yang cenderungterbuka. Biasanya menyukai habitatbekas kebun dengan semak yangcukup lebat dan habitat pinggir kebunpala dan kebun kelapa. Mengunjungivegetasi untuk mencari serangga,bergerak aktif menyisir seranggayang ada di daun dan batang.Tercatat di Kori-kori, Yari-yari,Tadenas, Tafaga, Akimlau, danSopongo. Merupakan jenis endemikMaluku.

19. Kepudang sungu kartula (Coracinapapuensis)Merupakan jenis burung yang selalubersuara sewaktu terbang, dengansiulan tajam dan nyaring. Mengepak-kan sayap dengan gerakan khasmengayun saat berpindah dari satupohon ke pohon lainnya. Biasamengunjungi habitat mangrove dankebun kelapa serta semak dekatpantai. Tercatat di Tafamutu, Kori-kori, Tadenas, Nanas, Akimlau,Figure, dan Sopongo. Distribusi diIndonesia: Maluku, Nusa Tenggaradan Papua.

20. Delimukan zamrud (Chalcophapsindica)Jenis burung yang menyukai berdiamdi dalam kerimbunan pohon dengangerakan yang cepat dan rendah saat

berpindah pohon. Biasanya bersuaradengan dekuran yang khas nyaringdan berat. Merupakan pemakan biji,menyukai habitat kebun pala dansemak lebat serta mangrove. Biasamelintas di kebun penduduk saatberpindah dari satu rimbunan semakdan pohon ke lokasi lain. Tercatat diMoti kota, Tadenas, Tafaga, danKori-kori. Distribusi di IndonesiaSumatera, Kalimantan, Jawa,Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggaradan Papua.

21. Tekukur biasa (Streptopelia chinen-sis)Tekukur biasa merupakan burungyang umum dijumpai di habitatterbuka di hampir semua pulau besardi Indonesia. Merupakan pemakanbiji yang sering mencari biji-bijianrumput di tanah. Sering terlihatberkelompok maupun sendiri.Banyak dijumpai di habitat pinggirpantai dekat pemukiman pendudukdan di tepi kebun pala serta kebunkelapa. Sering terlihat bertengger dipohon kapuk randu. Tercatat diTadenas dan Tafaga. Distribusi diIndonesia: Sumatera, Kalimantan,Jawa dan Nusa Tenggara.

22. Kipasan kebun (Rhipidura leuco-phrys)Burung pemakan serangga yangselalu aktif bergerak di pinggir kebundekat pemukiman serta mengrove.Jenis ini bergerak khas denganmengepakkan ekornya ketikaberpindah dari satu cabang kecabang lainnya. Kadang terbangbersuara dengan lagu khas yangnyaring. Banyak dijumpai bersarang

Page 17: Komunitas Burung

93

Komunitas Burung Pulau Moti Ternate Maluku Utara

di pantai pada batang mangrove yangtidak terlalu tinggi. Tercatat di Motikota, Tafamutu, Guramadehe, Tuma,Kori-kori, Tadenas, Tafaga, Nanas,Akimlau, Figur, Tanjungpura, danSopongo. Distribusi di Indonesia:Maluku dan Papua.

23. Sikatan kilap (Myiagra alecto)Burung pemakan serangga yangmenyukai rimbunan pohon dansemak. Biasanya hidup berpasangandengan suara yang khas dan merdubersahutan. Sering dijumpai di habitatkebun pala, kebun kelapa dan bekaskebun penduduk. Tercatat juga dihabitat mangrove dekat pantai.Tercatat di Moti kota, Tafamutu,Kori-kori, Yari-yari, Tadenas, Nanas,Figur, Tanjungpura. Distribusi diIndonesia: Maluku, Nusa Tenggaradan Papua.

24. Nuri bayan (Eclectus roratus)Burung dengan warna yang indah.Jantan berwarna dominan hijausedangkan betina dominan merah.Bersarang pada pohon besar dantinggi. Biasa bersuara bersahutandengan suara yang mirip denganklakson truk sangat nyaring. Hanyadijumpai pada habitat bekas sungidengan vegetasi besar yang lebat diTadenas dan habitat kebun pala.Tercatat di Moti kota, Yari-yari, danTadenas. Distribusi di Indonesia:Maluku, Nusa Tenggara dan Papua.

25. Cekakak pantai (Halcyon sauro-phaga)Burung raja udang yang menyukaihabitat mangrove. Bertengger diranting mangrove untuk mengintaiikan yang menjadi mangsa.

Berwarna biru dengan dada putih.Terbang menjauh dan bersembunyidi kerimbunan mangrove saatmerasa terganggu. Tercatat diTanjungpura dan Sopongo. Distribusidi Indonesia: Maluku dan Papua.

26. Cekakak biru putih (Halcyon diops)Burung endemik Maluku yang jarangterlihat. Biasanya menyukai habitatyang cukup rimbun seperti kebunpala. Merupakan burung yangpendiam dan senang bertengger diranting pohon. Tercatat di Moti kota.Merupakan jenis endemic Maluku.

27. Udang merah kerdil (Ceyx lepidus)Burung yang menyukai habitat semakdan kebun pala yang rimbun. Seringjuga terlihat di habitat bekas kebundengan semak yang rimbun. Biasa-nya senang hidup di daerah yangmempunyai sumber air mengalir.Terbang dengan cepat dan bersuaranyaring tinggi. Banyak ditemukanpada habitat kebun pala dan kebunpenduduk di Moti kota, Kori-kori,Tadenas, Tafaga dan Figur. Distribusidi Indonesia: Sulawesi, Maluku danPapua.

28. Wiwik rimba (Cacomantis variolo-sus)Burung yang bersuara khas tiga nadaseri berurutan. Adalah burung yanglebih sering terdengar daripadaterlihat. Menyukai kerimbunan pohondan kadang bertengger di rantingkering. Tercatat di habitat mangrovedan kebun kelapa campuran pala didekat pantai. Bertengger pada pohonkapuk randu dan kenari. Tercatat diMoti kota, Nanas, Tafaga, danSopongo. Distribusi di Indonesia:

Page 18: Komunitas Burung

94

Eko Sulistyadi

Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggaradan Papua.

29. Tuwur asia (Eudynamys scolopa-cea)Merupakan jenis yang menyukaihabitat mangrove pinggir pantai dankebun pala/kelapa yang rimbun.Bersuara khas dua seri nada yangtajam. Cenderung sulit terlihat karenawarnanya yang lurik sehingga samardi kerimbunan pohon. Tercatat diYari-yari, Tadenas dan Figur.Distribusi di Indonesia: Sumatera,Kalimantan, Jawa, Sulawesi,Maluku, Nusa Tenggara dan Papua.

30. Walik topi biru (Ptilinopus mona-cha)Jenis endemik Maluku yang banyakdijumpai hampir di semua tipe habitat.Cenderung pendiam bertengger diranting dalam kerimbunan denganbersuara dua seri nada lembutberurutan. Mudah dikenali denganwarna kuning yang mencolok padabawah ekor dan warna hijau dominandi seluruh tubuhnya. Moti kota,Tafamutu, Kori-kori, Tadenas,Nanas, Tafaga, Figur, Sopongo,Subang. Merupakan jenis endemikMaluku.

31. Walik raja (Ptilinopus superbus)Lebih sulit dijumpai daripada waliktopi biru. Saat terbang menimpulkansuara yang nyaring dan sangat jelasterdengar. Menyukai berdiam dikerimbunan pala. Mudah dikenalidari warna putih di bagian bawahtubuhnya dengan coret atau titik yangjelas terlihat. Bagian sayap danpunggung hijau dengan kepala merahjambu. Tercatat di Kori-kori, Yari-

yari, dan Moti kota. Distribusi diIndonesia: Sulawesi, Maluku, NusaTenggara dan Papua.

32. Gosong kelam (Megapodiusfreycinet)Burung yang menyukai habitat ditanah dengan seresah dan semakrimbun. Mencari makan denganmenggaruk tanah. Tercatat di kebunpala dan pinggir sungai kering dengansemak lebat di Tadenas. Tercatat diyari-yari dan tadenas. Distribusi diIndonesia: Maluku dan Papua.

33. Kirik-kirik australia (Meropsornatus)Jenis yang menyukai vegetasi tinggidi pinggir pantai. Bertengger diranting kering menunggu seranggalewat lalu menyergapnya sambilterbang dengan kepakan sayap khas.Suara khas kirik-kirik-kirik. Jenis inimemiliki warna yang cukup indahdengan ekor yang meruncingpanjang. Tercatat di Moti kota danTadenas. Distribusi di Indonesia:Jawa, Sulawesi, Maluku, NusaTenggara dan Papua.

34. Kancilan emas (Pachycephalapectoralis)Jenis burung yang mudah terdengarnamun sulit terlihat. Suara merdukhas dari dalam kerimbunan pohon.Tercatat di kebun pala daerah Motikota. Burung ini dapat dikenali deriwarnanya yang dominan kuningdengan kalung hitam melingkar didadanya. Tercatat di Moti kota atas.Distribusi di Indonesia: Jawa,Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggaradan Papua.

35. Burung gereja (Passer montanus)

Page 19: Komunitas Burung

95

Komunitas Burung Pulau Moti Ternate Maluku Utara

Jenis umum yang hampir dapatditemui di seluruh wilayah Indonesia.Tercatat di habitat terbuka dekatpemukiman penduduk dan dekatpantai. Biasanya berkelompok dalamjumlah besar yang bersuara ribut.Tercatat di Tafamutu dan Tadenas.Distribusi di Indonesia: Sumatera,Kalimantan, Jawa, Sumatera,Maluku, Nusa Tenggara dan Papua.

36. Julang irian (Rhyticeros plicatus)Hanya tercatat satu ekor di daerahTadenas. Burung pemakan bijidengan paruh besar dan kukatberwarna putih. Terbang dengansuara kepakan sayap keras danberat. Menurut informasi pendudukmerupakan jenis burung lepasanyang diambil dari Halmahera.Tercatat di Tadenas. Distribusi diIndonesia: Maluku dan Papua.

37. Kuntul karang (Egretta sacra)Burung pantai yang menyukai habitatkarang dan magrove. Berwarna putihbersih dan sering terlihat terbangsepanjang mangrove dan pantai.Tercatat di Tadenas dan Subang.Distribusi di Indonesia: Sumatera,Kalimantan, Jawa, Sulawesi,Maluku, Nusa Tenggara dan Papua.

38. Nuri kalung ungu (Eos squamata)Menurut informasi penduduk jenis inimasih ada di kawasan Moti, namunobservasi tidak berhasil mencatatkeberadaan jenis ini di alam.Distribusi di Indonesia: Maluku danPapua.Berdasarkan penelusuran pustaka

(van Bemmel 1948) diketahui ada 15jenis burung yang pernah tercatat di Moti.Hasil observasi pada Mei 2010 ini hanya

mencatat 8 jenis dari 15 jenis tersebutyang masih dapat dijumpai di alam,sedangkan 29 yang lain merupakancatatan baru. Tercatat 11 jenis endemikindonesia dengan 5 jenis diantaranyaendemik Maluku, 8 jenis masuk kategoriappendix II CITES (Sukmantoro 2007)yaitu Elang bondol, Elang paria, Elangalap maluku, Elang alap cina, Elang alapekor totol, Julang irian, Betet kelapa paruhbesar dan Nuri bayan, 1 jenis masukkategori hampir terancam (NT) IUCNRed list yaitu Walik topi biru (Ptilinopusmonacha) dan 14 jenis dilindungiperundangan RI.

PEMBAHASAN

Keanekaragaman jenis burung diMoti termasuk tinggi, ditunjukkan dengannilai indeks Shannon sebesar 3,916.Kondisi hutan alami yang sudah berubahmenjadi lahan produksi ternyata masihmampu mendukung kehidupan berbagaijenis burung, hal ini tidak terlepas darifaktor hubungan antar habitat yang masihbaik antara satu lokasi dengan lokasi yanglainnya. Tidak adanya pemisah lebarantara kebun pala, kebun kelapa, bekaskebun, mangrove, dan area terbukamenjadikan mobilitas burung tidakmengalami hambatan. Sieving (2001)menunjukkan bahwa rasio panjang danlebar (P/L) koridor/penghubung mempe-ngaruhi kelimpahan jenis burung dimanapada rasio yang lebih besar dari 10 tidakditemukan jenis burung yang hadir.Dengan demikian jarak yang terlalu jauhakan menurunkan kehadiran burung diarea penghubung tersebut demikian jugasebaliknya.

Page 20: Komunitas Burung

96

Eko Sulistyadi

Pengubahan hutan alami menjadibeberapa tipe penggunaan lahan secaratidak langsung juga meningkatkankeanekaragaman habitat yang berimpli-kasi pada meningkatnya keterse-diaansumber pendukung kehidupan burung.Tews et al (2004) menunjukkan bahwasecara umum heterogenitas habitatmempunyai hubungan positif dengankeanekaragaman jenis fauna. Efekekologis dari heterogenitas habitatmungkin akan berbeda pada tiapkelompok spesies tergantung padaapakah heterogenitas tersebut dianggapsebagai keberagaman habitat ataupemisahan/fragmentasi habitat. Hetero-genitas habitat berkaitan langsungdengan heterogenitas vegetasi, hal inisesuai dengan pendapat Wiens (1989)bahwa struktur vegetasi merupakan salahsatu faktor kunci yang mempengaruhikekayaan spesies burung pada tingkatlokal. Lebih jauh lagi Shmida (1985)menjelaskna bahwa keanekaragamanjenis akan meningkat pada situasi yangseimbang antara kombinasi empat faktorbiologi penentu yaitu interaksi niche,kenekaragaman habitat, pengaruhakumulatif (mass effect) dan equivalensi/kesamaan ekologi. Keragaman habitatberupa kebun pala, kebun kelapa, habitatcampuran, hutan sekunder, mangrove danarea terbuka di Moti merupakan salahsatu faktor yang mendukungkeanekaragaman jenis burung. Intensitasrelatif antar faktor biologi penentutergantung pada tingkatan trofik, artinyapada tingkatan komunitas burung,interaksi niche merupakan faktor yangterpenting. Jika tiap jenis burung memilikiniche yang spesifik maka tekanan

kompetisi akan menurun dengandemikian kekayaan jenis akan meningkat.

Dengan menganggap variasi habitatsebagai komponen keberagaman makaJones et al. (2003) menjelaskan bahwadalam observasi burung kadang variasihabitat alami dapat memberikanpengaruh yang besar terhadap keaneka-ragaman jenis burung dibandingkandengan faktor gangguan habitat itusendiri. Studi di Pulau Buru (Jones et al.2003) menunjukkan bahwa pada habitatterganggu memperlihatkan perbedaankeanekaragaman jenis burung dibanding-kan habitat hutan alami, namun demikianfakta ini belum bisa digunakan untukmenjelaskan kontribusi dari pengaruhvariasi alami diantara area hutan. Hal inidiperkuat oleh pendapat Hill (2004) yangmenunjukkan pada penelitian burungdengan skala luasan yang besarcenderung menghasilkan kesimpulanbahwa pengaruh perubahan habitat akanberefek pada kenaikan keanekaragamanjenis burung, namun pada skala luasanyang kecil akan menunjukkan hasil yangsebaliknya.

Kemerataan jenis burung di Motitergolong tinggi ditunjukkan dengan nilaiindeks Shimpson sebesar 0,887. Nilaiyang semakin mendekati 1 menunjukkankemerataan populasi jenis yang semakintinggi. Sebagian besar jenis burungtersebar dan hampir dapat ditemuakandi semua tipe habitat. Jenis insektivoradan omnivora seperti Perling ungu, Gagakoru, Layang-layang batu dan jenis Walettersebar paling luas karena memilikimobilitas tinggi dan preferensi pakanyang bervariasi.

Page 21: Komunitas Burung

97

Komunitas Burung Pulau Moti Ternate Maluku Utara

Ketersediaan alternatif pakan yangberlimpah pada tiap habitat di Moti telahmenyebabkan interaksi jenis baik itukompetisi maupun predasi antar jenismenjadi kecil sehingga banyak jenis dapattersebar dengan luas dan merata.Diamond (1982) berpendapat jikainteraksi antar jenis mempengaruhidistribusi jenis, dan frekuensi keberadaanjenis diartikan sebagai proporsi jumlahpulau dimana jenis tersebut ada makajumlah jenis di suatu kawasan akansangat bervariasi bergantung pada ukuransumber kekayaan jenis. Rata-rata jumlahjenis yang mendiami suatu kepulauanakan menurun sebanding dengan ukurankepulauan tersebut. Namun dalam kasusdi Moti ukuran pulau yang kecil dapatmemiliki kekayaan jenis yang cukup tinggikarena diminimalisir dengan rendahnyakompetisi antar jenis. Studi yangdilakukan Diamond et al. (1982)menggambarkan pada kepulauan dengansumber jenis yang besar maka hanyaakan ada sedikit jenis yang tersebar dibanyak pulau dan sebaliknya akan adabanyak jenis yang hanya tersebar disedikit pulau. Hal ini menunjukkanadanya interaksi antar jenis yang ketatsehingga membatasi distribusi jenis.Perbedaan keberadaan jenis antarkepulauan mencerminkan perbedaandalam level kompetisi antar jenis(Diamond et al. 1982).

Analisis cluster menggunakan indekseuclidean menunjukkan 8 kelompok jenisburung yang terpisah. Sebagian besarpengelompokkan dipengaruhi oleh faktorpemilihan habitat, lokasi pengamatan.Kelompok pertama terdiri atas jenis yangmempunyai distribusi cukup luas dan

merata. Kelompok kedua memilikikarakteristik jenis burung yang sangatbergantung pada habitat spesifik tertentuuntuk mendukung kehidupannya.Kelompok ketiga merupakan jenispredator yang menyukai habitat terbukadi pinggir pantai dan mangrove.Kelompok keempat memiliki karakteristikhabitat terbuka. Kelompok kelima terdiridari jenis yang menyukai vegetasi dengantajuk tinggi sebagai tempat bertengger.Kelompok keenam terdiri dari jenis yangmenyukai berdiam pada habitat denganvegetasi yang lebat. Kelompok ketujuhmerupakan jenis burung dengankarakteristik mobilitas aktif pada habitatvegetasi yang rimbun. Kelompok delapanmerupakan jenis yang terdistribusi dihabitat dekat pantai serta habitatmangrove. Croocks (2001) menyebutkanbahwa faktor yang mempengaruhikepunahan dan kolonisasi ada dua yaitufaktor ektrinsik yaitu karakter habitatyang meliputi area, waktu dan isolasiserta faktor intrinsik yaitu karakteristikjenis yang meliputi ukuran tubuh dankepadatan populasi.

Empat kelompok habitat yangterpisah berdasarkan analisis clustermenggunakan indeks euclideanmenunjukkan bahwa keberagamanhabitat yang ada akibat dari perubahanhabitat alami di Moti memiliki karak-teristik yang khas. Faktor yang palingdominan berpengaruh adalah jenis,kerapatan dan penutupan vegetasi.Habitat campuran mendominasi sebagianbesar kawasan dengan heterogenitasvegetasi yang lebih tinggi menyebabkanlebih banyak jenis dan individu burungtercatat pada tipe habitat ini. Kebun pala

Page 22: Komunitas Burung

98

Eko Sulistyadi

relatif memiliki penutupan vegetasi yangpaling tinggi dibandingkan habitat lainnya.Sebagian besar jenis burung frugivoradan jenis yang menyukai kerimbunanpohon tercatat di habitat ini seperti Walikraja (Ptilinopus superbus) dan Kancilanemas (Pachycephala pectoralis).Kebun kelapa cenderung sedikit lebihterbuka dengan beberapa semak dibawah. Kelompok habitat dengan luasanterbatas seperti kebun cengkih, hutansekunder, mangrove dan habitat terbukamemiliki karakteristik yang spesifiksehingga lebih cenderung mendukungkehidupan jenis burung yang spesifik.Tercatat Julang irian (Rhyticerosplicatus) hanya ditemukan di habitathutan sekunder di Tadenas sedangkanjenis Tuwur asia (Eudynamys scolopa-cea) hanya tercatat di habitat mangrove.

Berdasarkan lokasi tercatat Tadenasmemiliki kondisi yang masih cukup baik.Keberadaan jenis pohon besar masih bisadijumpai terutama pada ketinggian 300-400 m dpl dimana terdapat alur sungaibatu kering. Keberadaan sungai inimungkin mempengaruhi keberadaanpohon-pohon besar tersebut yangmerupakan habitat yang disukai olehberbagai jenis burung. Hal ini sesuaidengan pendapat Storch et al (2003)yang menyebutkan bahwa distribusi jenisburung sangat dipengaruhi olehkeberadaan badan air dan lebih sedikitdipengaruhi oleh keberadaan padangrumput dan habitat bukit terbukawalaupun keduanya masih menunjukkanpengaruh yang signifikan. Habitat yangtidak umum menjadi penting hanyakarena keberadaan jenis langka. Dengandemikian keberadaan Julang irian yang

hanya tercatat satu ekor menjadikanTadenas termasuk habitat yang pentingbagi burung di Moti. Julang irian hanyatercatat di lokasi ini, hal inimengindikasikan bahwa keberadaan jenisvegetasi besar menyediakan tempat yangsesuai untuk jenis ini. Selain itukeberadaan berbagai jenis tumbuhanbuah dan biji seperti melinjo dan hatengotimerupakan sumber pakan yang potensialbagi jenis burung pemakan biji/buah.Dijelaskan oleh Gomes (2008) bahwajenis burung pemakan biji yang berukuranbesar cenderung memiliki toleransi yanglebih rendah terhadap gangguan habitatdibandingkan jenis burung pemakan bijiyang berukuran kecil sampai sedang.

Distribusi vertikal menunjukkan polayang umum yaitu keanekaragaman jenisburung cenderung tinggi pada tingkatketinggian dasar/rendah dan akanmenurun seiring naiknya ketinggian.Clergeau et al (2001) berpendapat halyang sama bahwa ketinggian tempatmemiliki pengaruh terhadap kekayaanjenis burung. Pada kawasan pinggirankekayaan jenis burung cenderung lebihtinggi dan pada area pusat menurunseiring dengan kenaikan ketinggiantempat.

Jenis insektivora mendominasihabitat pinggiran kebun dan mangrovedekat pantai, semakin naik jenisinsektivora digantikan oleh jenis frugivora(pemakan biji dan buah) yang senangmendiami kebun pala yang rimbun.Partasasmita (2003) menyebutkanbahwa perubahan komposisi komponenhabitat berupa jenis-jenis tumbuhan yangberimplikasi langsung terhadapperubahan ketersediaan sumberdaya

Page 23: Komunitas Burung

99

Komunitas Burung Pulau Moti Ternate Maluku Utara

akan merubah pula komposisi burung-burung yang memanfaatkanya yangsekaligus akan merubah jenis burungyang mendiami habitat tersebut. Jenispemangsa puncak seperti Elang pariasering terlihat terbang di ketinggian,namun jenis pemangsa lainnya sepertiElang alap maluku dan Elang bondoljustru banyak dijumpai di pinggiran pantaidan mangrove serta pinggiran kebunkelapa karena terkait keberadaanmangsa. Ketinggian rendah lebih banyakmenyediakan alternatif mangsa yang bisadiperoleh sehingga menyebabkan jenispemangsa tersebut lebih banyak dijumpaipada ketinggian rendah.

Distribusi horizontal burung yang adadi Moti menunjukkan adanya pola-polayang berbeda untuk beberapa spesiesnamun untuk sebagian besar spesiesterdistribusi secara merata di semua tipehabitat, namun ada jenis tertentu yanghanya dapat ditemukan pada habitattertentu saja. Kancilan emas hanyaditemukan pada habitat kebun pala yangrimbun, begitu juga dengan walik raja danCekakak biru putih. Habitat terbuka dipinggir pantai dan habitat mangrovedisukai oleh Elang bondol, Cekakakpantai, Tuwur asia dan Elang alap maluku.Perling ungu merupakan jenis yang palingdominan populasinya serta paling meratadistribusinya. Preferensi habitatkemungkinan dipengaruhi oleh faktorvegetasi dan ketersediaan pakan. Jenisyang generalis umumnya memilikialternatif pakan yang lebih beragamdemikian sebaliknya jenis yang spesifikdalam memilih habitat kemungkinanmemiliki jenis pakan yang lebih terbatas.Terkait dengan permasalahan distribusi

berbagai jenis burung, Sieving et al.(2001) mengidentifikasi bahwa fungsivegetasi koridor di hutan hujan di Chileadalah sebagai tempat hidup burung danalternative yang potensial untukpergerakan jarak dekat. Berdasarkanpengertian tersebut maka keberadaankoridor dengan kepadatan vegetasi yangmencukupi menjadi faktor penting dalammenjaga kelestarian berbagai jenisburung dan menjadi kunci suksesdistribusi berbagai jenis burung.

Habitat yang cenderung homogendan heterogenitas vegetasi yang tidakterlalu tinggi menyebabkan jenis yangmenyukai habitat terbuka yang cukupmelimpah di Moti. Habitat terbukabiasanya adalah area pinggiran dari suatuhabitat, dalam kasus di Moti adalahpinggiran kebun pala, kebun kelapa danmangrove. Yoza (2006) menjelaskanbahwa keanekaragaman jenis burunginsektivora dan karnivora sebagian besarjumlah jenisnya lebih tinggi di edge(daerah pinggiran) dibandingkan dengandi habitat hutan. Sedangkan untuk tipemakanan frugivora dan nektarivorasebagian besar jumlah jenisnyamengalami penurunan pada edge (daerahpinggiran) dibandingkan dengan habitathutan. Hal ini menunjukkan adanyainteraksi jenis burung tertentu denganvegetasi. Respon beberapa spesiesmenunjukkan adanya spesies yangmerupakan habitat generalis dan habitatspesialis. Ada juga spesies yang bersifatsebagai penjelajah daerah pinggiran danjenis yang menghindari daerah pinggiran.Menurut Paeman (2002) terdapatperbedaan struktur komunitas burungpada daerah yang mempunyai struktur

Page 24: Komunitas Burung

100

Eko Sulistyadi

vegetasi yang berbeda, ataupun antaravegetasi alami dengan area vegetasi yangterganggu. Chettri (2005) juga menjelas-kan bahwa hubungan yang sangat eratantara komunitas burung dengan indekskeragaman habitat menunjukkan bahwaburung sangat tergantung padakeragaman kompleksitas pohon, tiangdan semak.

Data luasan hutan yang hilang dapatdigunakan sebagai prediktor dalammenentukan tingkat keterancaman jenisburung. Trainor (2007) menjelaskan studikasus di pulau kawasan Wallacea bahwaperkebunan lokal menjadi penyebabutama hilangnya hutan. Studi terkait efekkonversi hutan menjadi kebun telahmenunjukkan pengaruh terhadapkomposisi dan kelimpahan jenis burungterutama jenis pemakan buah dan jenisdengan sebaran terbatas.

Observasi mencatat 11 jenisendemik Indonesia dan lima jenisdiantaranya adalah jenis endemikMaluku. Hal ini menunjukkan bahwabeberapa jenis burung endemik memilikirespon yang berbeda terhadap perubahanhabitat. Waltert et al (2005) menjelaskanbahwa kekayaan jenis burung tidaklahmenurun seiring perubahan habitat.Bagaimanapun untuk kelompok jenisburung yang berbeda memiliki responyang berbeda pula terhadap perubahanhabitat. Jenis pemakan biji rumput,pengunjung bunga dan jenis nonbreedingbiasanya akan lebih banyak ditemukanpada habitat dengan sistem tatagunalahan. Berbeda dengan jenis frugivorusdan omnivorus yang tidak terlalu sensitifterhadap perubahan habitat. Dengandemikian perubahan habitat tidak selalu

berpengaruh terhadap penurunankeanekaragaman jenis. Schulze (2004)mengemukakan bahwa hutan semiprimer merupakan faktor yang pentingbagi konservasi, selain itu sistem tataguna lahan seperti hutan sekunder danlahan agroforestri memiliki kontribusiyang cukup besar terhadap keanekara-gaman jenis sehingga memiliki peranyang besar dalam mendukung konservasikeanekaragaman hayati di kawasantropis.

Fauna endemik pada umumnyamerupakan jenis yang cukup sensitifterhadap perubahan habitat karenakebanyakan jenis endemik mempunyairentang habitat yang sempit dengandukungan sumber daya yang terbatas.Vetter (2009) berpendapat bahwa spesiesdengan jangkauan yang sangat terbatasmengalami kemerosotan jumlah yangtajam dalam wilayah endemik burung,misalnya Elang alap maluku dan Nurikalung ungu. Jenis elang alap malukucukup menarik diamati karena memilikiketergantungan yang tinggi terhadapkeberadaan hutan alami namun jugamemiliki persebaran di luar daerahendemik burung. Berdasarkan informasipenduduk Nuri kalung ungu (Eossquamata) terdeteksi masih ada, namunobservasi tidak menemukan jenis ini dihabitat alam. Faktor penangkapan danperdagangan kemungkinan menjadipenyebab utama menurunya bahkanhilangnya jenis ini di habitat alam. Hal inidiperkuat oleh pendapat Vetter (2009)bahwa Nuri kalung ungu mengalamipenurunan tajam bukan hanya dikarena-kan hilangnya habitat namun juga lebih

Page 25: Komunitas Burung

101

Komunitas Burung Pulau Moti Ternate Maluku Utara

dipengaruhi oleh faktor perdaganganillegal antara Halmahera dengan Filipina.

Keberadaan beberapa jenis endemikdi Moti disebabkan karena jenis-jenistersebut telah beradaptasi dengan kondisiMoti yang didominasi oleh kebun pala dankelapa. Pada kondisi relatif homogenbeberapa jenis biasanya memiliki rentanghabitat yang luas. Kasus yangdikemukakan Waltert (2005) menjelaskantentang perlunya upaya konservasi padahutan submontane yang tersisa diSulawesi sebagai upaya menjagakeanekaragaman jenis burung bawahtajuk, namun demikian beberapa jenisendemik dapat bertahan pada habitatyang telah mengalami perubahan. Jenisendemik seperti Walet maluku danKapasan halmahera sangat menyukaihabitat terbuka yang banyak terdapat dipinggir pantai atau pinggiran kebun. JenisPerling maluku, Walik topi ungu danCekakak biru putih dapat bertahankarena kebun pala menyediakan kondisirimbunan daun yang mereka perlukanuntuk mencari mangsa, bertengger,bersarang dan berlindung dari pemangsa.Jenis Gosong kelam sangat menyukaihabitat bawah vegetasi yang terbuka danmenyediakan banyak pakan berupaserangga tanah dan biji-bijian, dimanakarakteristik ini sangat sesuai dengankondisi kebun pala yang rimbun. Proporsiyang besar terkait jenis endemik dan jenisyang dilindungi merupakan indikasibahwa kawasan Ternate khususnya Motimerupakan kawasan yang penting bagikelestarian berbagai jenis burungterutama jenis yang dilindungi.

Hasil observasi pada Mei 2010 inihanya mencatat 8 jenis dari 15 jenis (van

Bemmel 1946) yang sebelumnya pernahtercatat di Moti, sedangkan 29 jenis yanglain merupakan catatan baru. Catatanbaru ini merupakan data yang sangatpenting bagi pemetaan distribusi burungdi Indonesia. Berdasarkan catatan jenisbaru dapat dianalisis faktor-faktor yangmempengaruhi pola-pola distribusi,kepunahan lokal dan juga kolonisasi baru.Terkait dengan semakin cepatnya lajudegradasi habitat alami menjadi lahanyang didayagunakan, maka upayakonservasi mutlak segera dilakukanuntuk menjaga keanakaragaman jenisburung. Data yang cukup mangkha-watirkan diungkapkan oleh Croocks(2001) yang menyebutkan bahwa setiapsatu dekade telah terjadi setidaknyakepunahan pada satu jenis burung padalebih dari 50 % luasan habitat alami.Selain itu laju kepunahan lokal tercatatdua kali lebih cepat dibandingkan denganlaju pembentukan koloni baru. Fakta inimenjadi alasan bahwa pengungkapankeanekaragaman hayati yang masihbanyak tersimpan di Indonesia menjadisangat mendesak untuk dilakukandisamping juga harus disertai denganupaya konservasi secara intensif danberkelanjutan.

KESIMPULAN

Keanekaragaman dan kemerataanjenis burung di pulau Moti termasukkategori tinggi yang ditunjukkan dengannilai indeks keanekaragaman Shannonsebesar 3,916 atau indeks Shimpsonsebesar 0,887.

Distribusi horizontal burung di pulauMoti didominasi oleh jenis-jenis yang

Page 26: Komunitas Burung

102

Eko Sulistyadi

generalis, dengan beberapa jenis memilikipreferensi habitat khusus terutama jenispredator/carnivora dan frugivora.Distribusi vertikal menunjukkan pola yangumum dengan nilai keanekaragamanjenis burung tinggi pada ketinggianrendah dan menurun seiring naiknyaketinggian.

Pulau moti merupakan kawasanyang penting bagi pelestarian berbagaijenis burung terutama jenis yangdilindungi, diindikasikan denganditemukannya 11 jenis endemik Indonesia(5 jenis endemik Maluku), 8 jenis masukkategori appendix II CITES, 1 jenismasuk kategori hampir terancam (NT)IUCN Red list dan 14 jenis dilindungiperundangan RI.

DAFTAR PUSTAKA

Bibby, CM Jones & S. Marsden. 1998.Expedition Field Techniques BirdSurveys. London: ExpeditionAdvisory Centre Royal Geographi-cal Society. 134 hal.

BirdLife International. 2003. BirdLife’sonline World Bird Database:The Site for Bird Conservation.Version 2.0. Cambridge, UK:BirdLife International. Availa-ble:ht tp: / /www.birdl ife .org.Diakses pada 28 Juni 2010.

Coates, BJ. & KD. Bishop. 2000.Pandual Lapangan Burung-Burung di Kawasan Wallacea.Bogor: BirdLife International-Indonesia Programme & DovePublications.

Croocks, KR., AV. Suarez, DT. Bolger& ME. Soule. 2001. Extinction and

Colonization of Birds on HabitatIslands. Conservation Biology 15(1): 159-172.

Diamond, J. 1982. Effect of species poolsize on species occurrence fre-quencies: Musical chairs onislands. Population Biology (79):2420-2424.

Gomes, LGL., V. Oostra, V. Nijman, A.M. Cleef & M. Kappelle. 2008.Tolerance of Frugivorous Birds toHabitat Disturbance in a TropicalCloud Forest. Biological Conser-vation 141: 860-871.

Hill, JK. & KC. Hamer. 2004. Determi-ning impacts of habitat modificationon diversity of tropical forest fauna:the importance of spatial scale.Journal of Applied Ecology 41:744–754

Jones, M., S J. Marsden & MD. Linsley.2003. Effects of habitat change andgeographical variation on the birdcommunities of two Indonesianislands. Biodiversity and Conser-vation 12: 1013–1032.

Noerdjito, M. 2009. KeanekartagamanJenis Burung di Enclave ArbanTaman Nasional Gunung Cire-mai. J. Biologi Indonesia 5(3) :269-278.

Paeman, PB. 2002. The Scale ofCommunity Structure: HabitatVariation and Avian Guilds in TheTropical Forest. EcologicalMonographs 72: 19-39.

Partasasmita, R. 2003. Ekologi BurungPemakan Buah dan Biji sebagaiPenyebar Biji (Paper Falsafah

Page 27: Komunitas Burung

103

Komunitas Burung Pulau Moti Ternate Maluku Utara

Sains Program Pasca Sarjana /S3).Institut Pertanian Bogor (25) hal.

Sieving, KE., MF. Willson & TL. DeSanto. 2001. Defining CorridorFunctions for Endemic Birds inFragmented South-TemperateRainforest. Conservation Biolo-gy 14 (4): 1120-1132.

Storch, D., M Konvicka, J. Benes, JMartinkova & KJ. Gaston. 2003.Distribution patterns in butterfliesand birds of the Czech Republic:separating effects of habitat andgeographical position. Journal ofBiogeography 30: 1195–1205

Sukmantoro, W., M. Irham, W. Novarino,F Hasudungan, N. Kemp & M.Muchtar. 2007. Daftar BurungIndonesia No 2. Bogor: Indone-sian Ornithologists’ Union. (X +157) hal.

Tews, J., U. Brose, V. Grimm, K.Tielborger, MC. Wichmann, M.Schwager & F. Jeltsch. 2004.Animal species diversity driven byhabitat heterogeneity/diversity: the

importance of keystone structures.Journal of Biogeography (31):79–92.RIG

Van Bemmel, ACV. 1948. Birds of theMoluccan Islands. Treubia (19):323-402.

Vetter, J. & J. Swenson. 2009. Impactsof Deforestation on theConservation Status of EndemicBirds in the North MalukuEndemic Bird Area from 1990-2003. [Tesis]. Master of Environ-mental Management degree:Nicholas School of the Environ-ment, Duke University

Waltert, M., K S. Bobo, NM. Sainge, H.Fermon & M. Muhlenberg. 2005.From Forest to Farmland: HabitatEffects on Afrotropical Forest BirdDiversity. Ecological Applica-tions 15(4): 1351–1366.

Wiens, JA. 1989. The Ecology of BirdCommunities 1. Cambridge:Cambridge University Press.

Page 28: Komunitas Burung

104

Eko Sulistyadi

Lampiran 1. Beberapa jenis burung ditemukan di P.Moti

Page 29: Komunitas Burung