KOMUNIKASI POLITIK

download KOMUNIKASI POLITIK

If you can't read please download the document

Transcript of KOMUNIKASI POLITIK

UNGKAPAN MASSA, PUBLIK, DAN RAKYAT Dalam pemikiran opini publik, teringat akan pepatah tua: setiap orang membicarakan cuaca, tetapi tidak seorangpun yang melakukan sesuatu terhadapnya. Tampaknya seseorang juga membicarakan opini publik. Politikus, anggota pers, pollster, dan bahkan orang-orang yang duduk bermalas-malas mengomel tentang pajak dan berbagai masalah lain. Akan tetapi berbeda dengan orang yang tidak berbuat sesuatui terhadap cuaca, banyak yang berbicara tentang opini publik memang melakukan sesuatu terhadapnya. Peninjauan dan pengamatan suatu proses. Kita melukiskan secar singkat karakterisasai opini publik yang berlaku dengan mengatakan bahwa karaterisasi itu merupakan suatu aspek komunikasi politik.karena perspektip itu sangat penting bagi si buku ini selanjutnya.kita melukiskan opini publik sebagai proses yang menggabungan pikiran,perasaan,dan usul yang di ungkapkan oleh warga Negara secara pribadi terhadap pilihan kebijakan yang di buat oleh pejabat pemerintah yang bertaggung jawab atas di capainy ketertiban sosial dalam situasi yang mengandung konflik atau perbantahan,dan perselisihan pendapat tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya.seperti setiap proses, opini publik berubah dan berkembang.ada sifat dinamis yang serupa pada opini publik, sifat yang dapat ditelusuri ke sejumlah hal. Ada sebuah faktor utama yang menonjol, faktor yang telah kita bahas, tetapi sekarang pantas di telaah lebih cermat. Kecenderuangan kegiatan opini Pokok dasar pikiran kita tentang komunikasi politik ialah bahwa orang bertindak terhadap objek berdasarkan makna objek itu bagi dirinya. Akan tetapi, makna sebuah objek, demikian telah kita katakana, apakah objek itu manusia, tempat, peristiwa, gagasan, atau kata, tidak tetap dan tidak statis. Orang terus menerus menyusun makna sebagai objek dengan menangani objek-objek itu. Singkatnya orang berprilaku terhadap objek dengan memberikan makna kepadanya, makana yang pada gilirannya diturunkan dari prilakunya sebagai individu. Melalui kegiatan komunikasi memberi dan menerima di antara makna dan tindakan ini orang memperoleh kecenderungan tertentu. Miller, Balanter, dan Pribam menguraikan hubungan anatara kecenderungan dan kegiatan dengan cara yang akan membantu kita memahami bagian peran yang dimainkan

oleh kecenderungan dalam kegiatan mengungkapan kepercayaan, nilai, dan pengharapan personal. Kegiatan adalah karakteristik intrinsic setiap organisme, termasuk manusia. Kegiatan terdiri dari tiga tahap pokok citra, rencana, dan oprasi. Citra personal tentang politik Pikiran, perasaan, dan kesudian subjektif yang menyusun citra orang tentang politik itu berguna, dan juga memuaskan bagi orang itu. Gunanya paling sedikit tiga: pertama, betapapun benar atau kelirunya, lengkap atau tidak lengkapnya pengetahuan orang tentang politik, hal itu memberi jalan kepadanya untuk memahami peristiwa politik tertentu. Kedua, kesukaan atau ketidak sukaan umum pada citra seseorang tentang pilotik menyajikan dasar untuk menilai objek politik. Orang yang lebih menyukai tidak meminum minuman beralkohol atau menggunakan obat bius bias juga menjadi menentang undang-undang yang mengesahkan penjualan minuman keras atau mariyuana. Ketiga, citra diri seseorang memberikan cara menghubungakan dirinya dengan orang lain. Dengan demikian, citra seseorang membantu dalam pemahaman, penilaiaan, daan pengidentifikasian peristiwa, gagasan, tujuan, atau pemimpin politik. Orang juga mempunyai kebutuhan untuk bertindak. Abraham maslow berteori bahwa orang mempunyai hierarki kebutuhan; jika ia memenuhi kebutuhan suatu tingkat, muncullah tingkat kebutuhan orang lain. Bagi maslow, hierarki itu terdiri atas lima tingkatan kebutuhan manusia diantaranya: 1. fisiologis: makanan, pakaian, udara, air, keturunan, dsb. 2. keamanan dan keterjaminan: jaminan kesejahteraan, perlindungan terhadap serangan, dsb. 3. cinta dan kebersamaan: afeksi, kebersamaan dengan orang lain, dsb 4. penghargaan: merasa diri berharga dan mampu. 5. aktualisasi diri: rasa pemenuhan diri, control atas lingkungan dan nasib sendiri, dan kemampuan mencapai sesuatu yang diharapkan. INTERPRETASI PERSONAL TENTANG POLITIK Dengan interpretasi, individu memperhitungkan segala sesuatu, menyusunnya, dan menanggapi yang paling menonjol. Riset menunjukkan sejumlah hal yang secara rutin

diperhitungkan public:

orang

dalam

merumuskan

opini

politik

pribadi

mereka

dan

mengumumkannya. Berikut ini adalah beberapa kemungkinan dalam perumusan opini 1. keadaan internal 2. karakteristik demogratif 3. karakteristik social 4. pertimbangan resmi/formal 5. prefereens partisan 6. komunikasi 7. objek politik 8. setting politik 9. pilihan penyusunan opini publik opini pribadi terdiri atas kegiatan verbal dan nonverbal yang menyajikan citra dan interpretasi individual tentang objek tertentu di dalam setting, biasanya dalam bentuk isu, yang diperhitungkan orang. Agar opini public dapat tersusun, opini pribadi harus dimiliki bersama secara luas melalui kegiatan kolektif dengan lebih banyak orang ketimbang yang menjadi pihak pencetus perselisihan atau masalah yang menyebabkan munculnya isu. Penyusunan opini public dari opini pribadi ini melibatkan saling pengaruh diantara proses personal, sosial, dan politik. TAHAP-TAHAP PEMBENTUKAN OPINI Asal mula opini tentang kebanyakan masalah terletak dalam perselisihan atau pembantahan yang memiliki potensi untuk berkebang menjadi isu yang akan menangkap perhatian banyak orang. Seperti yang ditunjukkan oleh Davidson, perkembangan pertikaian demikian sangat mirip dengan perkembangan biji: dari ribuan yang ditebarkan di tanah, ada yang jatuh pada batu dan tidak dapat bertunas, yang lain berakar tetapi mati karena tanahnya tidak cukup dalam, atau tertutup oleh biji yang tumbuh lebih cepat, dan hanya sedikit yang jatuh ditempat yang keadaannya mendukung pertumbuhan dan perbanyakan. Demikian juga sebenarnya setiap orang mempunyai keluhan, harapan, dan cita-cita, banyak yang menimbulkan pertikaiaan, akan tetapi, seperti yang dikemukakan

oleh Davidson, kebanyakan keluhan itu isu lenyapdalam gerutu atau dalam percakapan sambil lalu: suatu isu mulai berakar hanya jika dikomunikasikan dari satju orang ke orang kedua, yang kemudian dilanjutkan dalam percakapan sendiri. Kebanyakan isu yang potensial tidak pernah menjadi suatu yang diperhitungkan oleh banyak orang; hanya sedikit yang mampu bertahan sebagai dasar bagi opini publik. Pola opini publik Filosofi yunani, aristoteles, menguraikan secara rinci salah satu cara yang paling tua dan masih tetap merupakan salah satu dari yang paling berguna untuk mengklasifikasikan tipe-tipe pemerintah. Polanya menggunakan criteria kuantitatif maupun kualitatif. Menurut banyaknya orang ayang mengambil bagian dalam pemerintah, aristoteles membagi pemerintahan ke dalam yang satu, yang sedikit, dan yang banyak. Ketiga kelas ini masing-masing memiliki dua variasi yang menyangkut sifatnya dalam memerintah, pada hakikatnya apakah rezim itu memerintah untuk kepentingan penguasa atau untuk kepentingan seluruh komunitas. Jadi, pemerintahan yang satu bias merupakan tirani (untuk kepentingan penguasa). Demikian pula pemerintahan yang sedikit bias oligarki atau aristrokasi, dan pemerintahan yang banyak bias demokrasi atau politik. Criteria kuantitatif aristoteles menyajikan cara yang mudah untuk mengklasifikasikan ketiga konstruksi kolektif dari kepercayaan, nilai, dan pengharapan personal yang kita sebut opini public. Dengan mengikuti pola demikian, kita memberi label ungkapan massa dengan opini yang satu, ungkapan kelompok dengan opini yang banyak. konsekuensi komunikasi untuk sosialisasi Orang tidak dilahirkan kepercayaan, nilai dan penghargaan politik. Namun, mereka menyusunnya secara sinambung jika dihadapkan pada rangsangan politik. Salah satu tingkat dalam tahap penyusunan personal ini terdiri atas segala sesuatu yang dapat dipelajari orang melalui komunikasi politik. KEPRIBADIAN POLITIK Di antara para peneliti politik terdapat aliran yang berargumentasi bahwa jika seseorang telah memiliki kepribadian, terdapat kemungkinan yang besar bahwa kepribadian itu akan memproyeksikan pada objek politik; dengan demikian dapat

mewarnai persepsi politiknya dan menentukan prilaku politiknya. Harold lasswell mengajukan variasi dari tema ini dengan menurunkan rumus yang disebutnya manusia politik:p}d}r}= P. bila diterjemahkan rumus ini mengatakan bahwa motif pribadi (p) ditransformasikan (1) dan dipindah tempatkan (d) ke dalam gelanggang public, kemudian dirasionalkan (r) menurut kepentingan public dan atau nilai komunitas yang diterima secara luas. Bukanlah maksud kita megiakan atau menyangkal kesohihan persepektif seperti itu di sini. DIRI POLITIK Kita mengambil pandangan bahwa kepribadian adalah totalitas prilaku individu yang terwujud dalam kecenderungan yang berulang dan berpola pada seluruh variasi situasi dan mengenai berbagai objek tindakan orang sehari-hari ialah diri sendiri. Tidak berbeda dengan tindakan terhadap orang lain, orang bisa menghargai dan mendorong diri sendiri atau merasa jijik, menyalahkan, dan menghukumdiri sendiri. Dengan memperlakukan diri sendiri sebagai objek, orang merumuskan jawaban bagi pertanyaan seperti siapakah saya? (mengembangkan konsep diri, ingin menjadi siapa saya? diri ideal). Banyak orang yang memperoleh diri politik, yakni bagian dari diri yang terdiri dari paket orientasi individual mengenai politik sosialisasi politik menghasilkan diri politik. KOMUNIKASI POLITIK DAN BELAJAR POLITIK: SUMBER, SALURAN, DAN PESAN Bila telah berkembang, diri politik membantu berhubungan dengan politik dengan tiga cara: (1) mengungkapkan identitas personal sebagai warga negara yang sesuai atau berbeda pendapatnya, anggota kelompok dan atau partai politik, sebagai pemimpin, pengikut, atau bukan pengikut, dan sebagainya. (2) mengevaluasi objek politik, menerima atau menolak pemimpin politik, kelompok, partai, kebijakan, dan autoritas. (3) memahami bahwa mencapai tujuan nyata dengan cara instrumental dengan mempengaruhi pemerintah adalah yang terbaik. Ketiga fungsi diri politik ini mengungkapkan, mempertimbangkan, dan menolong sama dengan cara orang menggunakan lambang dalam politik. Sebenanya, belajar diri politik sebagian besar

merupakan masalah menyesuaikan diri dengan lambang signifikan dari organisasi politik (dengan kata lain, lambang yang signifikan dalam pengertian mead tentang penyampaian makna yang sama bagi semua pihak dalam komunikasi) dan dapat menggunakannya dengan efektif. Maka, memperoleh isi dari politik terdiri dari pemungutan dan pemodifikasian lambang signifikan untuk meningkatkan prilaku yang mengungkapkan, mempertimbangkan, dan menolong. Isi itu di turunkan dari partisipasi seseorang dalam komunokasi interpersonal, organisasi, dan massa. KOMUNIKATOR POLITIK SEBAGAI PARTISIPAN POLITIK Dalam menguraikan tipe-tipe orang, politikus, profesional, dan aktivis, yang memainkan peran kepemimpinan dalam komunikasi politik. Politikus baik representatif maupun idiologi, berkomunikasi untuk kepentingan para pemilih atau untuk kepentingan tujuan. Juru bicara kelompok terorganisasi dan pemuka pendapat memainkan peran yang jauh lebih aktif dalam komunikasi politik dibandingkan dengan warga negara pada umumnya. James Rosenau, meminta kita memperhatikan dua perangkat yang utama warga negara yang merupakan khalayak dari partisipan dalam komunikasi politik. Yang pertama terdiri atas orang-orang yang sangat memperhatikan politik, tidak selama tahuntahun pemilihan umum, tetapi juga diantara pemilihan umum yang satu dan pemilihan umum berikutnya. Para pengamat politik ini berlaku sebagai halayak tak terorganisasi bagi imbawan bagi para pemimpin politik; mereka memirsa berita yang di televisikan, membaca surat kabar, mengikuti ceramah, mengajukan pertanyaan tentang pemimpin, berbicara tentang politi dengan kawan dan kenalan, menulis surat dan membaca buku. BAGAIMANA PARTISIPAN MENANGGAPI KOMUNIKASI POLITIK Peringatan sigel bahwa kepribadian itu hanya sebagian dari keterangan tentang mengapa orang terlibat dalam politik, juga berlaku bagi faktor hukum dan faktor sosial. Pesan tentang politik dibawa melalui komunikasi politik ke dalammatriks peluang resmi yang di persepsikan, sumber daya sosial, dan motivasi sosial yang merupakan dunia seseorang. Pesan itu berisi informasi tentang pilihan yang tersedia. Pilihan mana yang diperhitungkan oleh mereka yakni, yang ditanggapi dan bukan yang diberi reaksi,

menyebabkan perbedaan dan kegiatan politik mereka. Jenis komunikasi Dalam rumus berelson, jenis komunikasi mengacu pada saluran komunikasi (interpersonal, organisasi, atau massa) maupun pada isi komunikasi. Mengenai saluran, riset yang diselenggarakan setelah perang dunia II menekankan bahwa semakin personal media itu, semakin efektif mengubah opini. Karena orang percaya pada yang informal personal, ingin sesuai dengan opini rekan dekat dan anggota kelompok yang menjadi favorit, atau semata-mata merasa lebih aman memperhatikan media informal daripada media formal, riset menyingkapkan bahwa mereka lebih tanggap terhadap pemuka pendapat personal dalam komunikasi arus dua langkah (two-step-flow) dari pada olangsung terhadap media massa. MEMPENGARUHI PEMBERIAN SUARA: konsekuensi Komunikasi Pemilihan Umum kampanye pemilihan umum menyajikan peluang yang sangat baik untuk meneliti konsekuensi komunikasi. Berkaitan dengan pemberian suara dan tindakan memberikan suara ialah upaya untuk mempersuasi rakyat melalui propaganda, perikalanan, dan retorika yang diuraikan. Pada karakter pemberian suara sebagai konstruksi sosial dan personal yang aktif dari opini politik, dan kedua cara pilihan memperhitungkan komunikasi kampanye dalam membentuk prilaku mereka. Kampanye, Komunikasi, Dan Pemberian Suara Memberikan suara adalah salah satu tindakan terakhir dalam kampanye pemilihan umum, suatu rangkaian pertukaran yang panjang dan kadang-kadang memanas yang membentuk proses komunikasi. Untuk memahami ciri dasar kampanye politik sebagai proses komunikasi ada baiknya kita menunjau kembali secara singkat dan perspektif dasar kita tentang kegiatan manusia. Ingat bahwa prilaku sosial adalah s uatu komplek interaksi. Interaksi ini ada dua jenis, yaitu yang non simbolik dan yang simbolik. Interaksi nonsimbolik jika orang menanggapi objek, termasuk prilaku orang lain, secara langsung tanpa menginterpretasikan rangsangannya. Sebaliknya, interaksi simbolik diturunkan dari orang yang menginterpretasikan objek dan tindakan. Prilaku nonsimbolik menyangkut tanggapan langsung terhadap objek, prilaku simbolik terhadap makna objek.

Konsekuensi komunikasi kebijakan Pertanyaan pokok dalam menutup setiap diskusi tentang komunikasi politik dan opini publik adalah tingkat dan kondisi keterkaitan yang erat di antara apa yang dipikirkan oleh rakyat dan apa yang dilakukan oleh pemerintah. Ini adalah topik yang diacu oleh beberapa penulis sebagai pemerintah oleh opini publik atau proses kebijakan opini sejak semula kita menegaskan, seperti yang dikemukakan oleh V.O.key, Jr. Subjek itu paling baik didekati dalam kompleksitasnya, bukan dalam kesederhanaannya: kita harus membuang konsepsi simplistik seperti anggapan bahwa dengan suatu cara opini publik memancara dari masa manusia dan menghasilkan garis pedoman bagi tindakan pemerintah. Terjjadilah interaksi yang kompleks, dengan pemerintah (dan juga pusat-pusat pengaruh yang lain) mempengaruhi bentuk dan isi opini dan pada gilirannya, opini publik bisa mengondisikan cara, isi, dan penentuan waktu tindakan publik. BERKOMUNIKASI TENTANG KEBIJAKAN Dalam karya klasik tentang teori dan praktik pemerintah konstitusional yang diterbitkan lebih dari empat dasa warsa yang lalu, Carl J. Friedrich mendefinisikan perwakilan ( representation) sebagi berikut : proses yang menjelaskan bagai mana kekuasaan politik dan pengaruh seluruh rakyat atau sebagian dari mereka terhadap tindakan pemerintah dengan persetujuan mereka yang dinyatakan atau disiratkan, dilaksanakan untuk kepentingan mereka kesejumlah kecil dari mereka dengan akibat yang mengikat seluruh komunitas yang diwakili oleh mereka dengan cara itu. Pandangan ini menunjukan bahwa perwakilan itu memerlukan alat iuntuk menyampaikan persetujuan untuk menyatakan atau disiratkan itu kepada sejumlah pejabat yang lebih kecil yang bertindak untuk kepentingan komunitas. Dan jika keputusan pejabat itu harus mengikat setiap orang, maka harus ada alat untuk memberi informasi kkepada rakyat tentang isi keputusan itu. Ringkasnya, perwaklilan terjadi bila garis-garis komunikasi menghubungkan publik dengan pembuat kebijakan dalam pembuatan kebijakan, garis yang menyalurkan preprensi kebijakan, keputusan, dan penerimaan atau penolakan. Akan tetapi, kita ingat dari bagian ke tiga bahwa sekurang-kurangnya ada tiga wajah opini publik: (1) ungkapan populer dari banyak warga negara, (2) ungkapan simbolik dari massa atau dari warga

negara, (3) ungkapan terorganisasi atau tak terorganisasi dari sejumlah kecil kepentingan khusus. Dari ketiga modus mengungkapkan opini ini banyak opini yang disebut, tetapi hanya sedikit (dan kadang-kadang hanya satu) yang dipilih dalam pembuatan kebijakan. Apa yang disebut jumlah yang kecil oleh Friedrich dalam proses perwakilan ini adalah pelaksanaan memilih oleh pembuat kebijakan ; mereka bisa jadi memperhitungkan keseluruhan warga negara atau hanya sebagian dari mereka. Dari luar sumber-sumber opini publik yang diperhitungkan oleh mereka, apakah banyak, satu, atau sedikit, pembuat keputusan juga menginterpretasikan dan menetapkan isi opini. Yang khas ialah mereka menggap bahwa opini tentang masalah yang berhubungan daengan kebijakan sebagai mendukung atau memveto, secara tersirat atau dengan tegas menyetujui atau menolak, kegiatan mereka sebagai wakil. PEMBUAT KEBIJAKAN: KONFERGENSI SELEKTIF, KONTROL SOSIAL, ATAU NEGOSIASI Salah satu diantara orang yang bebas bertindak sebagai perseorangan memilih arah tindakan dari berbagi jenis pilihan; jika pilihan diri ini berkonfegensi, hasilnya adalah tatanan social. Pendirian yang kedua berargumentasi bahwa pemimpin politik menyusun tatanan dengan menggunakan mekanisme control social seperti organisasi keagamaan, pemerintah, sanksi ekonomi, kekuatan, dan propaganda agar anggota kelompok sesuai dengan garis tindakan yang identik. SUMBER OPINI PUBLIK BAGI PEJABAT dalam menaksir perasaan rakyat, suasana hati masa, dan tungtutan kepentingan khusus, pembuat kebijakan mengandalkan berbagai sumber. Dua susunan kelembagaan utama, yang satu sangat tua dan yang lain relatif baru, menunjukan trend dalam kepercayaan, nilai, dan mengharap pengharapan rakyat tehadap pejabat pemerintah: pemilihan umum dan polls. Ketika berkampanye dalam pemilihan pendahuluan kepresidenan pada tahun 1960an dan 1970an George Wallace mendesak para pemberi suara utnuk mendukung pencalonannya sebagai cara mengomunikasikan kekecewaan terhadap pejabat pederalmengenai berbagai kebijakan. Ada tiga teori umum tentang peran komunikasi dalam pemilihan umum. Yang

pertama ialah: teri kehendak rakyat. Teori ini beragumentasi bahwa pemilihan umum mempunyai dimensi instrumental yang penting, yani menyajikan kepada para pemberi suara alat alternatif untuk mencapai tujuan yang telah disepakati didalam kerangka peraturan yang telah diterima. Teori yang kedua menekankan bahwa penelitian umum menyajikan mekanisme kontrol rakyat. Fokus pandangan inii lebih evaluatif ketimbang instrumental, lebih efektif ketimbang kognitif. Pemberi suara bukan memilih kandidat dan atau partai untuk mengajukan tujuan yang kentara dan tertentu, melainkan memilih siapa yang akan memerintah selama periode tertentu yang terbatas teori control rakyat menekankan bahwa pemberian suara yang berorentasikan partai. Teori yang ketiga adalah teori dukungan rakyat. Dalam teori kehendak rakyat, pemilihan umum mengkomunikasikan kebijakan atau mandat; dalam pandangan control rakyat, mereka mengkomunikasikan persetujuan atau penolakan terhadap pemegang pemerintahan. Dalam gagasan dukungan rakyat, fungsi pemilihan umum ialah megkomunikasikan kesetiaan dan kepatuhan kepada komunitas, rezim, dan prosedur politik. Fokusnya expresif, bukan instrumental atau evaluatif, katetik (chatetic) bukan kognitif atau efektif. Pandangan dukungan rakyat menekankan peran propaganda, periklanan, dan retorika kampanye dalam meningkatkan partisipasi dengan suatu ritual yang mendukung lembaga politik yang memerintah tetapi memiliki pengaruh yang relative kecil terhadap pembentukan kebijakan, pengalokasian keuntungan dan kerugian menyodorkan drama material, dan pemilihan pemerintah. Fungsi pemilihan umum ialah psikologis, tujuannya ialah yang spektakuler, actor-aktor yang menarik dan alat untuk menghaluskan kecenderungan kearah kekerasan terorganisasi untuk mengubah statusquo. KARAKTER PROBLEMATIK DARI HUBUNGAN OPINI PUBLIK Tidak ada persetujuan satu-sama-satu di antara apa yang dikira orang dan apa yang dil lakukan pemerintah, dan karena alasan yang disinggung dalam ringkasan ini. Tampaknya tidak mungkin akan ada, baik pada masa sekarang maupun jauh di masa depan. Dalam politik, opini terutama di turunkan dari tindakan memperhitungkan pesan persuasif dari komunokator yang bertindak dalam peran sebagai pemimpin politik. Apakah dinyatakan atau tidak, opini menggambarkan secara tepat segala jenis kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang di miliki orang tentang masalah publik yang

karena itu mula-kula bergantung pada tiga faktor: (1) apa pesan yang di kemukakan oleh pemimpin politik ke gelanggang wacana publik, baik mengenai pokok masalah yang di tempatkan oleh pemimpin daalam agenda publik maupun bahasa dan gaya bicara yang di gunakan oleh mereka untuk menempatkan pokok masalah itu di sana. (2) bagaimana orang memperhitungkan pesan itu, mempersepsi, menginterpretasikan, dan menyusun citra yang berarti tentang pesan itu. Singkatnya, konstruksi personal opini publik sangat selektif, tidak mewakili segala macam pernyataan opini rakyat ataupun pernyataan opini tentang politik.

RESUMEKOMUNIKASI POLITIK Khalayak Dan Efek

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Komunikasi Politik

Disusun oleh: Andri Armansyah 205 204 824 Kelas A

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI JURUSAN ILMU KOMUNIKASI KONS. JURNALISTIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2007