Laporan Komunikasi Politik (2)

55
MAKALAH SIMULASI DEBAT POLITIK (Kampanye dan Debat Antar Calon Presiden) MATA KULIAH KOMUNIKASI POLITIK Disusun Oleh: Ryanita Arrini 125120209111005 E.IK.5

description

Tugas Komunikasi Politik

Transcript of Laporan Komunikasi Politik (2)

Page 1: Laporan Komunikasi Politik (2)

MAKALAH SIMULASI DEBAT POLITIK (Kampanye dan Debat Antar Calon Presiden)

MATA KULIAH KOMUNIKASI POLITIK

Disusun Oleh:

Ryanita Arrini125120209111005

E.IK.5

Program Studi Ilmu KomunikasiFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas BrawijayaMalang

2013

Page 2: Laporan Komunikasi Politik (2)

BAB IPENDAHULUAN

Pemilu adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya,

dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi, merupakan suatu bagi pemerintah untuk

melaksanakan Pemilu. Sesuai dengan azas bahwa rakyatlah yang berdaulat, maka semuanya

itu harus dikembalikan kepada rakyat untuk menentukannya. Apabila pemerintah tidak

mengadakan Pemilu atau memperlambat Pemilu tanpa persetujuan dari wakil-wakil rakyat,

berarti pemerintah telah melakukan suatu pelanggaran terhadap hak-hak asasi. Akan timbul

keraguan, apabila suatu pemerintah menyatakan dirinya sebagai pemerintah dari rakyat, tetapi

pembentukannya tidak didasarkan kepada hasil Pemilu.

Dengan Pemilu maka demokrasi dapat ditegakan di negara Indonesia karena menurut

prinsip demokrasi negara diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Apabila

suatu pemerintah menyatakan dirinya sebagai pemerintah dari rakyat maka hal itu harus

sesuai dengan hasil Pemilu. Karena itulah pemilu menjadi suatu syarat.mutlak bagi suatu

negara demokrasi, untuk melaksanakan kedaulatan rakyat. Di negara demokrasi, pemilu

merupakan aktivitas periodik yang diatur dalam konstitusi atau Undang-undang Dasar.

Pemilu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan demokrasi, karena pada saat

itulah rakyat berkesempatan mencurahkan segala aspirasinya kepada para kandidat/politisi

dalam rangka membangun bangsa. Dalam setiap pemilu, tentu ada kampanye, dan setiap

kampanye pasti melibatkan sejumlah orang. Para kandidat/politisi berkampanye untuk

mempengaruhi massa dan meraih dukungan massa sebanyak-banyaknya, dalam pemilu

parlemen ataupun pemilu eksekutif, seperti presiden, gubernur, bupati, atau walikota.

Kampanye itu penting agar kandidat/politisi bisa dikenal oleh rakyat/konstituen,

sehingga pada saat berlangsungnya Pemilu, kandidat tadi mendapat dukungan riil massa yang

dibuktikan dengan jumlah suara yang memadai untuk memenuhi syarat sebagai anggota

parlemen atau presiden. Para kandidat/politisi berkampanye, karena termotivasi oleh berbagai

kepentingan, sehingga apabila masuk dalam sistem dirinya memiliki keleluasaan untuk

menyuarakan aspirasi masyarakat sekaligus menyalurkan ambisi dirinya sejalan dengan

keinginan para pendukungnya. Bagi orang yang sudah dikenal luas, kampanye merupakan

pengenalan lanjutan. Berbeda dengan yang baru dikenal yang harus mengawali dari bawah

dengan ekstra energi. Dalam kampanye, masalah program akan menjadi perhatian serius

kandidat karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Dalam hal ini, tentu para politisi akan

senantiasa membaca situasi dan kondisi masyarakat pemilih agar programnya diterima pasar.

Page 3: Laporan Komunikasi Politik (2)

Tidak heran apabila para kandidat/politisi memiliki perbendaharaan program yang baku dan

spontanitas (tiba-tiba) yang dicanangkan sesuai dengan keperluan pasar tadi.

Saat kampanye adalah saat yang menentukan bagi kandidat. Kandidat benar-benar

diuji kemampuannya mulai penampilan, gaya bicara, hingga materi program. Kandidat yang

tidak mampu meyakinkan massa pemilih dan para pendukungnya, atau kandidat yang terkena

tuduhan skandal/kasus amoral, reputasinya akan mengalami penurunan di mata massa

pemilih. Kampanye merupakan ajang adu kekuatan pengaruh, pengenalan diri, dan adu

program. Kandidat yang mampu menawarkan program menarik dan menjanjikan cenderung

mendapat dukungan massa selama massa itu “mempedomani” program. Juru kampanye tidak

mengumbar janji yang berlebihan, tapi berusaha menyampaikan sesuatu dibarengi dengan

empati kandidat terhadap konstituen.

Pemilihan Umum di Indonesia, khususnya Pemilu Presiden yang menggunakan sistem

baru ini, dapat dikatakan sebagai pembelajaran bagi kandidat, rakyat, dan pemerintah.

Namun, sayangnya, pada kampanye di televisi, misalnya, tidak ada debat antar kandidat,

yang ada hanya monolog dan dialog antara kandidat dengan penonton di studio. Demikian

pula di surat kabar dan spanduk, tidak pernah ditemukan kampanye negatif dalam arti positif,

padahal kran kebebasan pers terbuka lebar. Saat itu para kandidat dalam kampanyenya lebih

banyak menekankan kesejahteraan dengan gaya bahasa santun, persuasif dibarengi dengan

penampilan yang necis dan simpatik. Selain itu, muncul ajakan kepada pemilih dengan

bahasa-bahasa ringan dan lucu. Bahasa-bahasa ringan muncul seolah-seolah sebagai

refreshing atas bosannya konstituen terhadap janji-janji para kandidat, dan konon bahasa itu

muncul setelahtim sukses/tim manajemen kandidat masing-masing melihat situasi pasar yang

berkembang.

Simulasi dalam politik telah mereproduksi kesadaran baru bagi masyarakat dalam

jebakan false counciusness, ketika yang palsu justru lebih digandrungi ketimbang yang rill

atau nyata. Dalam kontes pesta demokrasi populisme adalah kiblat utama pencapaian politik.

Dunia simulasi selalu mngantarkan populisme sebagai pemenang, menenggelamkan

idealisme. Tidak mengherankan ketika realitas partai hari ini justru hanya mengandalkan

popularitas artis ketimbang dengan memperkuat kaderisasi. Pembengkakan artis yang masuk

dalam politik bukan untuk melarang, melainakan sebuah hal harus diketahui bahwa dunia

politik tidak semudah dan semudah memetik gitar dibuktikan dengan beberapa artis yang

justru banyak mengundurkan diri setelah jabatan telah melekat.

Kesadaran politik masyarakat yang rendah dengan mudahnya dijebak dalam simulasi

politik, tereksploitasi atas dulangan suara para pemangku kepentingan, ketika masyarakat

Page 4: Laporan Komunikasi Politik (2)

telah tersandera dengan citra, terjebak pada kesadaran pragmatis, maka nurani politik pun

terpasung oleh realitas falsity. Tentu kita tidak berharap bahwa sandiwara kekuasaan berupa

kegaduhan elit politik ditahun politik ini tidak mengakibatkan kegaduhan ditingkatan

masyarakat bawah. Rendahnya kesadaran politik masyarakat tidak lepas dari sistem politik

kita yang cenderung bercorak instan. Janji-janji politik tidak lagi berbasis ideologis

melainkan murni pembentukan kesadaran palsu. Seolah-olah persoalan-persoalan masyarakat

yang kompleks, kesejahteraan, isu kemiskinan dan ketimpangan, tawuran sosial, korupsi,

kedaulatan ekonomi yang tidak berdaulat (kelangkaan pangan dan minyak/BBM) serta

keadilan dapat dibangun dan diseleseikan dalam hitungan detik. Politisi sepertinya

menjajakan surga yang serba instant sebagai halusinasi estetik. Meskipun kita tahu persoalan

yang melanda masyarakat ini adalah persoalan laten bukan persoalan yang instant.

Kuatnya pembentukan kesadaran simulasi ini semakin menguat setelah peran-peran

politik berafiasi dengan keberadaan sebagian media yang tidak berfungsi sebagai penyampai

informasi, melainkan mendikte masyarakat tentang kepentingan. Ketika media telah bergeser

fungi menjadi corong politik, menapilkan realitas artificial yang bersembunyi dalam realitas

faktual. Citra yang merakyat, citra kesederhanaan temporer menguasai dan mengeksploitasi

kesadaran masyarakat ditengah budaya politik masyarakat yang rendah, meskipun

didalamnya terkandung unsur syahwat tirani kuasa. Konsumerisme politik masyarakat

kemudian mengonsumsi dagangan politik bukan atas dasar kepentingan ideologis melainkan

kepetingan ekonomis yang opurtunis dan pragmatis.

Page 5: Laporan Komunikasi Politik (2)

BAB IIREVIEW SIMULASI POLITIK

Belajar Demokrasi dengan simulasi Pemilu dalam kelas komunikasi politik E.IK.5

diikuti dengan semangat sekali. Proses kreatif dimulai pada awalnya dengan membagi kelas

menjadi beberapa kelompok kandidat (dan tim suksesnya) dan mengutarakan visi misi

mereka, hingga satu persatu kandidat berguguran dan yang tersisa hanya tinggal tiga orang

kandidat presiden. Masing-masing kandidat yang tersisa kemudian mengutarakan visi

misinya lagi dan melakukan debat secara terbuka dihadapan khalayak ramai. Mereka terlihat

sudah mempersiapkan diri masing-masing. Namun, pada kesempatan debat ini hanya ada dua

kandidat yang hadir dari sebelumnya ada tiga kandidat, yaitu Bintang Adiyaksa, Mas

Nayyirotul A dan I Made Nara Virjana. Dalam simulasi politik ini juga terdapat Komisi

Pemilihan Umum (KPU), Pengawas Pemilu (Panwaslu), Komentator, dan pakar politik.

Masing-masing melakukan fungsi dan tugasnya sesuai dengan peran masing-masing. Saya

disini sebagai komentator akan menuliskan review dari beberapa pertanyaan yang saya dan

rekan saya ajukan dan juga pertanyaan yang lainnya. Sebelum memasuki review pertanyaan,

berikut merupakan review visi dan misi dari masing-masing kandidat:

KANDIDAT I

Nama : Mas Nayyirotul A.

Tagline : Saya tidak akan mengumbar janji.

Visi : Negara yang tertata rapi dan manusiawi dengan kepemimpinan dan

pemerintahan yang bersih dan melayani.

Misi : Membangun pemerintahan yang bersih dan transparan serta berorientasi pada

pelayanan publik.

KANDIDAT II

Nama : Bintang Adiyaksa

Tagline : Calon Presiden kedua yang terbaik dan terhebat.

Visi : Indonesia menjadi Macan Asia.

Misi :

Tercapainya ekonomi bangsa yang mandiri, berdaya saing dan berkeadilan demi

terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Page 6: Laporan Komunikasi Politik (2)

Mewujudkan pemerintahan yang bersih, berwibawa, demokratis dengan pengambilan

keputusan yang cepat dan tepat.

Mewujudkan kesejahteraan sosial, ketahanan budaya dan otonomi daerah yang yang

sehat, efisien dan efektif untuk lebih memantapkan integrasi nasional yang lebih

menjamin kebhinekaan.

Mewujudkan bangsa yang aman, tentram, damai dengan penegakan hukum dan Hak

Asasi Manusia.

Mewujudkan Indonesia yang dihormati dan disegani oleh bangsa-bangsa lain dalam

bidang ekonomi dan politik.

KANDIDAT III

Nama : I Made Nara Virjana

Tagline : Pangan untuk Indonesia! Indonesia untuk dunia

Visi : Tegaknya toleransi kehidupan serta menjunjung tinggi budaya asli

Misi :

Meningkatkan kesejahteraan penjual kuliner

Meningkatkan cita rasa kuliner local

Berikut nama pakar politik yang turut berpartisipasi dalam simulasi politik ini:

Pakar 1 : Ratu Nafisah Latief

Pakar 2 : Yudha Pranata

Pakar 3 : Aisyah

Berikut nama komentator yang turut berpartisipasi dalam simulasi politik ini:

Komentator 1 : Ryanita Arrini

Komentator 2 : Alief

Dan juga, ada satu orang yang mewakili khalayak untuk menyampaikan aspirasinya kepada

para calon presiden, yaitu Anggi Tanjung.

Page 7: Laporan Komunikasi Politik (2)

Berikut uraian transkrip pertanyaan dan jawaban yang terjadi pada saat simulasi debat calon

presiden:

SESI PENYAMPAIAN VISI-MISI KANDIDAT PERTAMA

Pertanyaan

Pakar 1 : 1. Dalam visi anda, disebutkan negara yang tertata rapi. Boleh dijelaskan

negara yang tertata rapi itu seperti apa?

2. Sebelumnya anda sebutkan dalam misi anda adalah berorientasi pada

pelayanan publik dimana salah satunya adalah media. Jadi bagaimana cara

anda membangun minat masyarakat terhadap politik dengan menggunakan

pelayanan publik dalam hal ini media?

Jawaban

Capres 1 : Dalam membentuk negara yang tertapa rapi banyak hal yang diperlukan.

Poin pertama sendiri adalah pemimpinnya dulu, jadi jika pemimpinnya sudah

bersih, sudah memiliki sistem yang bagus maka bawahnya juga akan

tersusun dengan rapi. Tetapi jika pertama saja pemimpinnya sudah tidak

baik, maka akan menjadikan contoh untuk bawahannya mengikuti.

“Atasannya saja tidak baik apalagi bawahannya”.

Saya disini sebagai Calon Presiden. Saya bekerja bukan untuk kepentingan

saya, karena jika pemimpin memiliki kepentingan maka kemudian harinya

akan mendahulukan kepentingannya dan golongannya saja. Jadi saya disini

tidak memiliki kepentingan selain untuk rakyat. Saya nantinya tidak akan

duduk di kantor tetapi akan turun ke lapangan, sehingga semua permasalahan

yang ada pada masyarakat. Saya tidak akan bermewah-mewahan dalam

kantor, tetapi saya akan melayani publik dengan hati nurani dan saya akan

mempersilahkan masyarakat untuk datang ke kantor saya untuk mengadukan

permasalahannya.

Jadi dengan sikap seperti itu maka minat dan partisipasi politik dari

masyarakat akan memiliki presentase yang lebih tinggi. Sebab saya pikir,

banyak mahasiswa dan pelajar yang apatis terhadap politik karena melihat

kenyataannya banyak politisi dan pejabat yang mengumbar janji-janji namun

Page 8: Laporan Komunikasi Politik (2)

penerapannya tidak terbukti, tidak ada hasilnya. Jadi poin yang penting bagi

saya adalah contoh sebagai pemimpin.

Pertanyaan

Pakar 2 : 1. Retorika dari pernyataan yang diberikan memang sudah baik, namun

bagaimana bentuk kerja nyata dari Capres Mas Nayyirotul?

2. Terlihat bahwa anda mengangkat bagian dari kebudayaan dan agama

tertentu. Bagaimana cara anda agar bagian dari agama lain bisa mendapat

perlakuan yang sama, sehingga anda dapat merangkul kaum minoritas dan

pemeluk kepercayaan lain?

Jawaban

Capres 1 : Program kerja nyata dalam agenda saya ada cukup banyak, diantaranya yang

pertama dalam hal birokrasi, saya akan melaksanakan reformasi birokrasi,

menjadi birokrasi yang bersih, transparan dan professional. Yang kedua

dalam bidang ekonomi, saya akan membangun sebuah mall khusus untuk

pedagang kaki lima, sehingga pedagang kaki lima menjadi tertib dan tidak

menggunakan badan jalan (trotoar) sebagai tempat usaha. Selanjutnya yang

ketiga dalam bidang kebudayaan, saya akan merevitalisasi fasilitas tempat

wisata yang ada di Indonesia. Lalu yang keempat dalam bidang kesehatan,

saya akan memperpendek birokrasi pelayanan kesehatan yang saat ini

menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu menjadi Kartu Indonesia

Sehat. Kemudian poin kelima, saya akan menjalankan amanat UU, dengan

mengimplementasikan Wajib Belajar 9 tahun dan pelayanan pendidikan

siswa dari keluarga yang tidak mampu.

Untuk menjawab pertanyaan kedua dimana hal berkaitan dengan agama,saya

memiliki 3 konsep. Yang pertama adalah Garuda Indonesia, Garuda atau

Bhineka Tunggal Ika, yang bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu. Indo

yang menyatakan suku, ras, agama dan lainnya. Maka saya akan menganut

dasar reformasi kita, reformasi pancasila. Selanjutnya saya akan

menggunakan kitab suci dan menganut dasar agama saya. Jika agama

dihubungkan dengan politik memang akan sedikit rumit, tetapi sebenarnya

pesoalan agama disini akan sangat penting. Baik dalam Islam, Kristen,

Page 9: Laporan Komunikasi Politik (2)

Katolik, Hindu, Budha karena setiap agama memiliki kitab suci dan tentunya

tidak ada agama yang mengajarkan keburukan. Oleh karena saya akan

menggunakan Bhineka Tunggal Ika, lalu kitab suci dari agama dan Pancasila

sebagai pedoman dasar NKRI.

Pertanyaan

Komentator 1 : Dalam pernyataan anda sebelumnya, anda menyebutkan untuk membangun

pemerintahan yang bersih dan transparan, hal ini berarti anda kontra dengan

korupsi. Namun bagaimana jika dalam pemerintahan yang anda pimpin salah

satu bawahan anda melakukan KKN. Hukuman apa yang tepat untuk orang-

orang dalam cabinet anda yang melakukan korupsi dan bawahan anda yang

melakukan KKN?

Jawaban

Capres 1 : Sekarang memang marak terjadi korupsi, bahkan mungkin pemimpin yang

tidak melakukan korupsi mungkin dapat dihitung bisa jadi sekitar 90%.

Namun jika pertanyaannya adalah bagaimana jika bagian dari kabinet saya

melakukan tindakkriminal yakni korupsi tersebut. Apabila melihat realita

yang ada iklan saat Presiden SBY masih bersama Wapres Jusuf Kalla. Beliau

melakukan kampanye melalui media ada iklan untuk berkata tidak korupsi.

Saat itu hampir semua orang menolak korupsi, berkata tidak. Tapi pada

kenyataannya orang-orang yang mengatakan tidak itu juga melakukan

korupsi. Hal ini saya jadikan pelajaran, bahwa saya tidak akan hanya

mengatakan tidak pada korupsi, tetapi saya juga akan melakukan bimbingan

pada bawahan-bawahan saya dengan sistem-sistem yang saya miliki. Jika

bawahan saya tidak mentaati sistem yang sayabuat maka saya

akanmemecatnya.mungkin saya akan mengikuti cara Jokowi, karena jika

seseorang sudah melakukan korupsi maka akan terus melakukan hal itu.

Pertanyaan

Komentator 1 : Apa yang akan anda lakukan untuk membentuk pemerintahan yang bersih

dan transparan tersebut?

Page 10: Laporan Komunikasi Politik (2)

Jawaban

Capres 1 : Saya akan melakukan sistem demokrasi. Demokrasi berarti dari rakyat, untuk

rakyat dan oleh rakyat. Jadi pelayanan publik memang diberikan hanya untuk

rakyat

Pertanyaan

Komentator 1 : Mengapa anda tidak membuat sistem agar anggota kabinet anda untuk tidak

menerima gratifikasi?

Jawaban

Capres 1 : Tidak.

Pertanyaan

Komentator 1 : Mengapa anda tidak akan membuat kebijakan seperti itu, karena problem

seperti itu (kebijakan untuk tidak menerima gratifikasi) adalah problem yang

sulit diatasi?

Jawaban

Capres 1 : karena sekarang contohnya saja ada namanya subsidi BBM, disini

mengartikan bahwa rakyat dalam negara ini tidak membutuhkan hal itu.

Kemudian pajak mobil yang murah, dikatakan bahwa kebijakanitu akan

membantu masyarakat. Tapi menurut saya hal itu adalah kebijakan yang

tidak tepat. Kebijakan tersebut hanya mempersulit orang miskin dan

mempermudah orang kaya. Jika diteruskan yang miskin akan terus miskin

dan yang kaya akan semakin kaya. Jadi disini yang dibutuhkan oleh orang

miskin adalah hal-hal seperti sembako murah dan menyediakan lokasi untuk

usaha, bukan seenaknya saja menggusur tetapi memindahkan. Karena jika

melakukan penggusuran maka pedagang kaki lima menggunakan bahu jalan,

seperti juga motor menggunakan trotoar akan menjadi tidak adil. Menurut

saya, kita itu duduk untuk rakyat, tidak melakukan diskriminasi dan

menguntungkan golongan atas saja tetapi juga memberikan tempat bagi

rakyat tersebut.

Page 11: Laporan Komunikasi Politik (2)

Pertanyaan

Komentator 1 : Jadi sebenarnya maksud saya dalam gratifikasi disini adalah mengenai

kebijakan untuk tidak menerima pemberian dari orang lain.

Jawaban

Capres 1 : Tentu tidak.

SESI PENYAMPAIAN VISI-MISI KANDIDAT KEDUA

Pertanyaan

Pakar 3 : Tadi dikatakan mewujudkan Indonesia yang luar biasa dengan membangun

ekonomi mandiri. Ekonomi yang mandiri itu seperti apa?

Pakar 1 : Saya ingin menambahkan, dari segi komunikasi yang anda sampaikan

sebagai tagline dalam visi-misi anda bahwa anda sebagai calon presiden

terbaik dan terhebat. Menurut saya, menggunakan kata-kata seperti itu sangat

arogan. Apakah anda merasa dapat mewakili masyarakat minoritas dengan

arogansi yang anda tunjukkan seperti itu. Bagaimana anda menarik perhatian

masyarakat tersebut jika anda bersikap arogan?

Jawaban

Capres 2 : Ekonomi yang mandiri adalah ekonomi yang bisa berdiri sendiri. Jadi

masyarakat dapat membiayai usahanya tanpa perlu melakukan pinjaman dari

pihak lain. Hal ini agar masyarakat tidak lagi terlilit hutang dalam melunasi

pinjamannya.

Masyarakat Indonesia memang perlu di perlakukan secara arogan. Karena

tanpa arogansi, masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang tidak mandiri

sehingga terjadilah kerumitan pengurusan hal-hal yang sepele.

Pertanyaan

Pakar 3 : Untuk membangun ekonomi yang mandiri memerlukan modal. Jika tidak

meminjam, darimana modal itu di dapatkan?

Page 12: Laporan Komunikasi Politik (2)

Kemudian, masing-masing dari kedua calon presiden memiliki personal

branding-nya sendiri.jadi bagaimana para calon ingin memposisikan dirinya,

saya rasa bukanlah masalah apakah calon yang satu ingin menjadi arogan

sementara yang lain tidak.

Pakar 2 : Tadi anda katakan bahwa masyarakat Indonesia, khususnya minoritas perlu

di arogansikan, pertanyaannya bagaimana cara anda memenangkan

pemilihan ini sehingga kaum minoritas dapat memilih anda. Apa yang akan

anda lakukan?

Jawaban

Capres 2 : Untuk mewujudkan ekonomi mandiri memang diperlukan modal. Tapi

pertama-tama perlu diberikan pendidikan yang cukup bagi enterpreneur

Indonesia, yaitu dengan mengajarkan mereka untuk menabung, karena

menabung baik untuk kita semua. Dengan menabung, maka mereka akan

memiliki cukup modal dalam membangun usahanya.

Pertanyaan yang sangat brilliant, tapi untuk merangkul masyarakat minoritas

adalah hal yang sangat mudah karena saya memiliki tim sukses yang

berkualitas, sehingga persoalan tersebut dapat diatasi dengan mudah. Hanya

perlu memberikan pernyataan-pernyataan (capres mengatakan “spik”, yang

dalam bahasa Indonesia slang hal ini berarti hanya omong kosong, banyak

omong, omong kosong, berbicara bohong. Dari asal–usul kata atau etimologi,

berasal dari kata bahasa Inggris, yaitu "speak" yang artinya berbicara, bicara)

sehingga kaum minoritas tersebut akan memilih saya.

Pertanyaan

Komentator 2 : Menurut tim komentator khususnya saya, terdapat kekurangan pada unsur

etika dan estetika dari penampilan anda. Namun berdasarkan gaya bahasa

anda yang jujur dan polos, kami dapat memprediksikan bahwa anda memiliki

potensi untuk lebih dekat dengan rakyat dibandingkan pesaing anda. Namun

hal tersebut tidak mempengaruhi elektabilitas kedua calon presiden.

Dengan studi kasus yang akan saya berikan kepada anda, semoga kita dapat

melihat apakah anda adalah sosok pemimpin yang tepat. Hal yang akan saya

Page 13: Laporan Komunikasi Politik (2)

bahas adalah mengenai OPM (Organisasi Papua Merdeka), kita saat ini

mengalami situasi membingungkan. Karena daerah OPM ini merupakan aset

paling berharga bagi Indonesia, namun disisi lain kedaulatan Indonesia

benar-benar dijajah saat mereka mengibarkan bendera OPM. Pertanyaan

saya, jika anda menjadi pemimpin dan permasalahan ini semakin meruncing,

apa yang akan anda lakukan? Apakah akan melepaskan Papua dengan risiko

kehilangan aset paling berharga dari Indonesia ataukah tetap

mempertahankannya dengan konsekuensi mengoyak kedaulatan Indonesia?

Jawaban

Capres 2 : Menurut saya, persoalan ini memang membingungkan. Karena OPM

dipenuhi oleh orang-orang yang sangat berambisi untuk membentuk negara

sendiri. Jika saya menjadi pemimpin, saya akan menemui pemimpin dari

OPM untuk berunding, agar jangan sampai Papua melepaskan diri dari

Indonesia. (Kandidat menyebutkan untuk menggunakan subsidi BBM untuk

menahan Papua menjadi negara merdeka. Kandidat juga kembali

menyebutkan untuk melakukan “spik-spik” terhadap Papua).

Pertanyaan

Komentator 2 : Kebetulan sekali, saya memiliki saudara di Papua, di Irian khususnya Fakfak.

Saudara saya tersebut mengatakan bahwa untuk pembelian BBM didapatkan

sebesar Rp 30.000/liter, sementara di Fakfak, Irian seharga Rp 12.500/liter.

Hal ini yang menjadi pembicaraan bagi masyarakat disana pada saat

pemerintah akan menaikkan harga BBM dan menyebabkan demo, karena

disana sudah terbiasa membeli BBM dengan nominal yang jauh diatas harga

aslinya. Jadi menurut saya, jika menggunakan solusi yang anda tawarkan

akan memberi hasil yang nihil.

Jawaban

Capres 2 : Jika memang begitu persoalannya, maka subsidi BBM haruslah diratakan.

Pada dasarnya anggota OPM mematuhi pemimpinnya, jadi apabila diatasi

dengan langsung berunding dengan pemimpinnya, memberikan kesepakatan-

kesepakatan yang kemudian akan dijalankan, saya rasa Papua dan Indonesia

tetap akan bersatu.

Page 14: Laporan Komunikasi Politik (2)

SESI DEBAT ANTAR KANDIDAT

Capres 2 : Penggunaan media kampanye melalui kertas (Tim sukses kandidat 1

membagikan flyer sebagai media kampanye) saya rasa sangat tidak efisien.

Kertas dihasilkan dari serat pohon, sementara dimana kita semua mengetahui

bahwa Indonesia adalah paru-paru dunia. Dapat dibayangkan berapa banyak

pohon yang dipotong untuk membuat kertas.

Capres 1 : Sesuai dengan matakuliah pada hari ini, Komunikasi Politik, penggunaan

kertas tersebut adalah bagian dari media kampanye saya. Untuk dapat dipilih

rakyat harus mengenal saya, dan bagaimana caranya rakyat dapat mengenal

saya apalagi memilih?

Capres 2 : Saya rasa untuk 2013 era globalisasi seperti ini, sudah tidak efisien lagi

dengan menggunakan kertas seperti itu. Sekarang zaman sudah lebih maju

dengan teknologi, ada namanya ponsel bisa menggunakan sms, semua orang

memiliki ponsel dan bahkan pengemis sekalipun memiliki ponsel. Jadi bisa

menggunakan sms agar lebih efisien dan efektif.

Rakyat 1 : Dikatakan kandidat capres 2, bahwa selembaran flyer yang dibagikan

kandidat capres 1 adalah cara yang tidak efisien, dan lebih

merekomendasikan penggunaan media atau ponsel. Sementara jika melihat

sebagai bangsa Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Kita tidak bisa

menutup mata dan begitu saja menggunakan media atau ponsel, karena tidak

semua rakyat Indonesia memiliki ponsel. Walaupun kemudian ditemukan

pengemis yang memiliki ponsel, atau pengemis yang memilki penghasilan

Rp 25.000.000, namun perlu diperhatikan pengemis tersebut berasal

darimana, apakah dari kota besar seperti Malang, Surabaya, Bandung? Lalu

bagaimana dengan suku-suku di pedalaman yang tidak menggunakan ponsel,

di Kalimantan di Papua, pulau-pulau kecil di kepulauan di Indonesia.

Bagaimana jika seperti itu? Anda harus memikirkan cara yang tepat untuk

mencapai daerah yang tidak bisa dijangkau dengan media dan ponsel. Jadi

permasalahan efektif atau tidaknya adalah tergantung target lokasi yang

dituju.

Capres 2 : Saya rasa untuk daerah pedalaman, komunikasi yang terbaik adalah dengan

datang langsung ke daerah tersebut. Bahkan jika datang lalu memberikan

kertas belum tentu masyarakat setempat dapat memahami apa yang tertulis

Page 15: Laporan Komunikasi Politik (2)

dalam kertas tersebut. Solusi terbaik adalah dengan bertatap muka langsung

dan menjelaskan maksud kedatangan agar masyarakat tersebut memilih saya.

Capres 1 : Saya setuju dengan penjelasan dari saudari perwakilan rakyat. Dan dalam hal

ini saya juga mempertimbangkan segi biaya, karena daripada uang tersebut

digunakan untuk korupsi, alangkah lebih baik jika digunakan untuk rakyat.

Karena jika mengestimasi biaya yang digunakan untuk iklan, biaya yang

besar dan dapat lebih berguna untuk kemajuan rakyat dan kaum minoritas.

Capres 2 : Benar sekali, uang memang adalah topik yang berbahaya dan sangat sensitif.

Jadi kembali, perlu disesuaikan dengan masyarakat mana yang dijadikan

target kampanye. Menggunakan kertas tetap menggunakan uang, bahkan

uang saja dari kertas. Lebih baik melakukan kampanye yang bertemu secara

langsung, walaupun mengeluarkan uang banyaktapi pesan tersampaikan.

Kalau pesan tersampaikan target kampanye akan memilih kandidat yang

membawa jalan menuju kebaikan.

Capres 1 : Jadi kalau memang tujuan akhirnya agar pesan tersampaikan, mengapa

mengeluarkan biaya yang sedikit jadi tidak tersampaikan? Jika sudah

memenuhi, kenapa opsi tersebut tidak di pilih? Kita sudah mendapatkan mata

kuliah Filsafat, membahas mengenai sudut pandang. Jadi jika anda memilih

pendapat tersebut, saya tidak akan menyalahkan.karena paradigm sendiri ada

banyak. Para ilmuan saja memiliki pendapat yang berbeda-beda dan

begitupun saya juga memiliki pendapat sendiri.

Capres 1 : Saya disini sebagai kandidat no 1, saya hanya bagian dari rakyat dan tidak

berbeda dengan anda. Saya akan duduk (sebagai pemimpin) untuk rakyat dan

biarlah rakyat yang menilai. Saya akan kembalikan penilaian anda, karena

seluruhnya sesuai dengan hati nurani anda. Ini adalah saya, keputusan saya,

pilihan saya, kata-kata saya, perbuatan saya. Tapi pilihlah dengan hati nurani

anda.

Capres 2 : Saya adalah kandidat no 2, tapi walaupun sebagai kandidat kedua saya yakin

akan menjadi no 1 nantinya. Saya meminta tolong untuk yang mau memilih

saya, silahkan pilih saya, jangan malu-malu untuk memilih saya. Karena saya

adalah kandidat yang terbaik disini. Jadi pilih saya.

Analisis simulasi debat akan dibahas lebih lanjut dalam bab selanjutnya.

Page 16: Laporan Komunikasi Politik (2)

BAB III

TEORI KOMUNIKASI POLITIK

3.1 PEMILU

Pengertian Pemilu

Pemilu adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya,

dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi, merupakan suatu bagi pemerintah untuk

melaksanakan Pemilu. Sesuai dengan azas bahwa rakyatlah yang berdaulat, maka semuanya

itu harus dikembalikan kepada rakyat untuk menentukannya. Apabila pemerintah tidak

mengadakan Pemilu atau memperlambat Pemilu tanpa persetujuan dari wakil-wakil rakyat,

berarti pemerintah telah melakukan suatu pelanggaran terhadap hak-hak asasi. Akan timbul

keraguan, apabila suatu pemerintah menyatakan dirinya sebagai pemerintah dari rakyat, tetapi

pembentukannya tidak didasarkan kepada hasil Pemilu.

Dengan Pemilu maka demokrasi dapat ditegakan di negara Indonesia karena menurut

prinsip demokrasi negara diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Apabila

suatu pemerintah menyatakan dirinya sebagai pemerintah dari rakyat maka hal itu harus

sesuai dengan hasil Pemilu. Karena itulah pemilu menjadi suatu syarat.mutlak bagi suatu

negara demokrasi, untuk melaksanakan kedaulatan rakyat. Pemilu juga merupakan media

kompetisi yang dianggap paling demokratis dalam upaya mengganti suatu pemerintah dari

tingkat pusat sampai tingkat daerah. Aspirasi rakyat dapat disalurkan dalam suatu partai

politik secara langsung. Partai politik inilah yang akan memperjuangkan aspirasi dan

kepentingan rakyat itu dalam pentas Pemilu, sehingga mutlak diperlukan adanya

penyelenggaraan Pemilu yang adil, jujur, transparan, mandiri, dan profesional. Untuk itu,

Pemilu perlu diatur sebaik mungkin.

Landasan Hukum Pemilu

Pelaksanaan Pemilu di Indonesia selama orde baru berkuasa didasarkan pada landasan

berikut:

A. Landasan Idiil, yaitu Pancasila, terutama sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

B. Landasan Konstitusional, yaitu UUD '45 yang termuat dalam: Pembukaan alinea keempat:

Batang Tubuh pasal 1 ayat 2

Page 17: Laporan Komunikasi Politik (2)

Penjelasan umum tentang sistem pemerintahan negara.

C. Landasan Operasional, yaitu GBHN yang berupa Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR, serta

peraturan perundang-undangan lainnya.

Tujuan Pemilu

Secara umum Pemilu yang biasanya dilaksanakan tiap lima tahun sekali memiliki tujuan

sebagai berikut:

Melaksanakan Kedaulatan rakyat,

Sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat,

Untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR dan atau Presiden.

Melaksanakan pergantian personil Pemerintah secara damai, aman, dan tertib (secara

konstitusional).

Menjamin kesinambungan pembangunan nasional.

Sistem Pemilu

Ada banyak jenis sistem pemilihan umum yang saat ini diimplementasikan di seluruh

dunia. Namun secara sederhana, hanya ada tiga sistem pemilihan umum yang dikenal dewasa

ini. Ketiga sistem tersebut ialah sistem pemilihan mayoritas plural (plural majority), sistem

pemilihan proporsional (representasi), dan sistem pemilihan semi proporsional.

Sistem Pemilu mayoritas plural lebih menekankan pada perwakilan setempat melalui

penggunaan distrik pemilihan yang kecil dan beranggota tunggal. Sebaliknya, sistem Pemilu

Proporsional menggunakan distrik yang lebih besar dan anggota yang banyak serta hasil yang

lebih proporsional. Sedangkan sistem semi proporsional merupakan campuran dari model-

model umum dengan model proporsional. Maksudnya sebagian dari badan legislatif dipilih

melalui perwakilan proporsional dan sebagian melalui distrik lokal.

Sistem yang pertama yakni sistem pemilihan plural majority, menurut penulis tidak

cocok diterapkan di Indonesia. Hal tersebut berkaitan dengan apa yang telah dijelaskan pada

uraian sistem kepartaian diatas. Masyarakat Indonesia sangat beraneka ragam latar belakang

dan kebutuhannya, sehingga harus diwakili oleh anggota arlemen yang berbeda pula.

Sementara dalam sistem pemilihan plural majority, anggota parlemen yang terpilih adalah

tunggal. Wakil tunggal tidak akan bisa mewakili aspirasi atau kebutuhan yang beraneka

ragam.

Page 18: Laporan Komunikasi Politik (2)

Sistem pemilihan proporsional juga menurut penulis kurang sesuai untuk diterapkan

di Indonesia. Dalam sistem proporsional, perolehan suara partai secara nasional akan sama

dengan perolehan kursi di parlemen. Hal tersebut sangat berbahaya apabila suara sebuah

partai secara nasional lebih dari 50 persen, yang juga akan diikuti oleh kursi parlemen yang

lebih dari 50 persen. Suara atau aspirasi partai atau wakil rakyat lain tidak akan terakomodasi

secara baik. Hal tersebut karena partai pemenang pemilu akan tetap menang juga bila

diadakan voting dalam menentukan suatu kebijakan. Sehingga kebijakan yang akan diambil

berpotensi untuk tujuan kepentingan kelompok atau partai yang menang.

Berdasarkan uraian tersebut, maka sistem yang cocok untuk diterapkan di Indonesia

adalah sistem semi proporsional. Sistem ini merupakan gabungan antara sistem mayoritas

plural dan sistem proporsional. Dalam sistem ini, terdapat daftar-daftar calon seperti pada

sistem proporsional yang digabungkan dengan sistem distrik pluralmajority. Melalui sistem

ini, maka kemungkinan terpilihnya calon legislatif yang kuat dari kaum minoritas. Dalam

sistem semi proporsional, yang akan menjadi anggota legislatif terpilih adalah mereka yang

memperoleh suara terbanyak, bukan yang bernomor urut kecil. Melalui sistem ini pulalah,

sebuah partai akan memiliki daerah basis massa yang absolute. Hal tersebut karena sistem

semi proporsional memberi peluang untuk terpilihnya lebih dari satu calon dari satu partai

dalam saru distrik. Itulah beberapa alasan, mengapa penulis berpendapat bahwa sistem semi

proporsional-lah yang paling sesuai untuk diterapkan di Indonesia.

3.2 PARTAI POLITIK

Pengertian Partai Politik

Dalam kaitannya dengan Pemilu partai politik sangat diperlukan sebagai wadah

aspirasi yang memperjuangkan hak-hak asasi politik rakyat dalam suatu negara. Partai politik

sebagai wadah aspirasi bagi para anggotanya yang memiliki tujuan yang sama untuk

negaranya. Mengenai partai politik memang belum ada pengertian yang baku. Akan tetapi

para pakar memberi pengertian sebagai bertikut:

Menurut prof. Miriam Budiardjo, partai politik adalah organisasi atau golongan yang

berusaha untuk memperoleh dan menggunakan kekuasaan.

Menurut Neumann, partai politik adalah tempat kegiatan politik yang berusaha untuk

menguasai kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar

persaingan melawan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang tidak

sepaham.

Page 19: Laporan Komunikasi Politik (2)

Menurut prof. E. M. Said, partai politik adalah suatu kelompok orang yang

terorganisasi serta berusaha untuk mengendalikan, baik kebijaksanaan pemerintah

maupun pegawai negeri.

Partai politik berbeda dengan gerakan (movement). Seatu gerakan adalah kelompok

yang ingin mengadakan perubahan pada lembaga-lambaga politik atau kadang-kadang malah

ingin menciptakan suatu tata masyarakat yang baru sama sekali, dengan memakai cara-cara

politik. Dibanding dengan partai politik, gerakan mempunyai tujuan yang lebih terbatas dan

fundamentil sifatnya, dan kadang-kadang malahan bersifat ideologi. Orientasi ini mempunyai

ikatan yang kuat diantara anggota-anggotanya dan dan dapat menumbuhkan suatu identitas

kelompok yang kuat. Organisasinya kurang ketat dibanding partai politik. Gerakan juga

sering tidak mengadukan nasib dalam pemilihan umum.

Tipe-Tipe Partai Politik

Dari segi komposisi dan fungsi keanggotaannya, partai politik dapat dibagi menjadi:

A.     Partai Kader

Disebut juga partai elite atau tradisional yang dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu

tipe Eropa dan Amerika. Tipe Eropa bertujuan untuk mendapatkan anggota sebanyak

mungkin, tetapi lebih  menekankan pada dukungan dari orang-orang terkemuka, lebih

memperhatikan kualitas daripada kuantitas. Sedangkan tipe Amerika menekankan pada usaha

menjaring tokoh partai yang loyal.

B.     Partai Massa

Tekhnik mengorganisasi partai dilakukan oleh gerakan sosialis, yang kemudian diambil

oleh partai komunis dan banyak digunakan di negara-negara berkembang. Dapat dibedakan

menjadi tipe sosialis, yang berorientasi terhadap kaum buruh. Tipe partai komunis yang

diorganisasi secara otoriter dan terpusat, lebih menggambarkan sentralisasi daripada

demokrasi. Tipe partai fasis, menggunakan tekhnik militer untuk mengorganisasi politik

massa.

C. Tipe Partai Tengah

Yaitu partai yang menggunakan organisasi massa sebagai alat dukungan partai.

Page 20: Laporan Komunikasi Politik (2)

Dari segi sifat dan orientasi partai politik dibagi menjadi:

A. Partai Perlindungan (Patronage Party)

Partai perlindungan umumnya memiliki organisasi nasional yang longgar, disiplin

yang lemah dan biasanya tidak mementingkan pemungutan suara secara teratur. Tujuan

pendiriannya adalah memenangkan pemilihan umum untuk anggota-anggota yang

dicalonkannya, partai ini hanya giat menjelang pemilihan umum.

B.     Partai Ideologi

Biasanya mempunyai pandangan hidup yang digariskan dalam kebijakan pimpinan

dan berpedoman pada disiplin partai yang kuat dan mengikat.

Sistem Kepartaian

1.    Sistem partai tunggal

Merupakan sistem dimana hanya ada satu partai didalam satu negara. Partai tersebut memiliki

kedudukan dominan dibandingkan dengan partai lain.

2.    Sistem dwi-partai

Pada sistem dwi-partai, partai-partai politik dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu partai

yang berkuasa (karena menang dalam pemilihan umum) dan partai oposisi (karena kalah

dalam pemilihan umum). Partai yang kalah berperan sebagai pengecam utama terhadap

kebijakan partai yang duduk dalam pemerintahan.

3.    Sistem Multi-Partai

Sistem mult-partai memiliki banyak jenis partai politik didalamnya. Keanekaragaman ras,

agama atau suku bangsa yang kuat membuat masyarakat cenderung untuk menyalurkan

ikatan-ikatan terbatas yang mereka miliki ke dalam satu wadah saja. Sistem multi-partai

dianggap lebih mencerminkan keanekaragaman budaya dan politik daripada pola dwi-partai.

Fungsi Partai Politik

1.      Fungsi di Negara Demokrasi

Dalam negara demokrasi, partai politik mempunyai beberapa fungsi antara lain:

Sebagai sarana komunikasi politik

Page 21: Laporan Komunikasi Politik (2)

Salah satu tugas dari partai politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi

masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam

masyarakat bisa diminimalkan.

Sebagai sarana sosialisasi politik

Partai politik memainkan peran dalam membentuk pribadi anggotanya. Sosialisasi yang

dimaksudkan adalah partai berusaha menanamkan solidaritas internal partai, mendidik

anggotanya, pendukung dan simpatisannya serta bertanggung jawab sebagai warga negara

dengan menempatkan kepentingan sendiri dibawah kepentingan bersama.

Sebagai sarana rekruitment politik.

Partai politik mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan

politik sebagai anggota partai. Cara-cara yang dilakukan oleh partai politik sangat beragam,

bisa melalui kontrak pribadi, persuasi atau menarik golongan muda untuk menjadi kader.

Sebagai sarana pengatur konflik.

Partai politik harus berusaha untuk mengatasi dan memikirkan solusi apabila terjadi

persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat. Namun, hal ini lebih sering diabaikan

dan fungsi-fungsi diatas tidak dilaksanakan seperti yang diharpakan.

Sebagai sarana partisipasi politik

Partai politik harus selalu aktif mempromosikan dirinya untuk menarik perhatian dan minat

warga negara agar bersedia masuk dan aktif sebagai anggota partai tersebut. Partai politik

juga melakukan penyaringan-penyaringan terhadap individu-individu baru yang akan masuk

kedalamnya.

Sebagai sarana pembuatan kebijakan

Fungsi partai politik sebagai pembuat kebijakan hanya akan efektif jika sebuah partai

memegang kekuasaan pemerintahan dan mendominasi lembaga perwakilan rakyat. Dengan

memegang kekuasaan, partai politik akan lebih leluasa dalam menempatkan orang-orangnya

sebagai eksekutif dalam jabatan yang bersifat politis dan berfungsi sebagai pembuat

keputusan dalam tiap-tiap instansi pemerintahan.

2.      Fungsi di Negara Otoriter

Page 22: Laporan Komunikasi Politik (2)

Menurut faham komunis, sifat dan tujuan partai politik bergantung pada situasi

apakah partai tersebut berkuasa di negara ia berada. Karena partai komunis bertujuan untuk

mencapai kedudukan kekuasaan yang dapat dijadikan batu loncatan guna menguasai semua

partai politik yang ada dan menghancurkan sistem politik yang demokratis.

Partai komunis juga mempunyai beberapa fungsi, namun sangat berbeda dengan yang

ada di negara demokrasi. Sebagai sarana komunikasi partai politik menyalurkan informasi

dengan mengindokrinasi masyarakat dengan informasi yang menunjang partai. Fungsi

sebagai sarana sosialisasi juga lebih ditekankan pada aspek pembinaan warga negara ke arah

dan cara berfikir yang sesuai dengan pola yang ditentukan partai. Partai sebagai sarana

reruitment politik lebih mengutamakan orang yang mempunyai kemampuan untuk mengabdi

kepada partai.

Jadi pada dasarnya partai komunis mengendalikan semua aspek kehidupan secara

monolitik dan memaksa individu agar menyesuaikan diri dengan suatu cara hidup yang

sejalan dengan kepentingan partai.

3.      Fungsi di Negara Berkembang

Di negara-negara berkembang, partai politik diharapkan untuk memperkembangkan

sarana integrasi nasional dan memupuk identitas nasional, karena negara-negara baru sering

dihadapkan pada masalah bagaimana mengintegrasikan berbagai golongan, daerah,  serta

suku bangsa yang berbeda corak sosial dan pandangan hidupnya menjadi satu bangsa.

3.3 PEMASARAN POLITIK

Pemasaran politik adalah proses dimana calon untuk pemilihan dan semua ide-ide

mereka disatukan dalam kampanye dan diarahkan pada pemilih. Idenya adalah untuk

memajukan agenda politik kandidat serta keuntungan dukungan massa. Sama seperti dalam

pemasaran biasa, ada konsep penjual, produk dan pembeli. Calon politik menawarkan produk

pemilih dalam bentuk ide-ide yang akan menjamin perbaikan ekonomi, masyarakat lebih baik

dan semua ini dilakukan untuk penilaian.

Di pusat pemasaran politik adalah konsumen. Tanpa mereka tidak akan ada kampanye

dan tidak ada suara. Mereka adalah rangsangan dan kampanye harus tweak untuk

menarik sisi kanan mereka. Sama seperti orang akan lakukan dalam penjualan produk, pasar

konsumen dianalisa dan perilakunya dipahami. Sastra terdiri, konsep diciptakan dan persepsi

diukur. Komunikasi bisa melalui pemaparan selektif atau melalui beberapa tahapan.

Page 23: Laporan Komunikasi Politik (2)

Pemasaran politik memanfaatkan konsep segmentasi pasar serta kelompok sasaran

dalam rangka meningkatkan keberhasilan mereka di voting. Segmentasi pasar adalah tempat

potensial bank suara diidentifikasi dan kelompok sasaran yang diidentifikasi di dalamnya.

Hal ini dapat pada usia, jenis kelamin, pendapatan tahunan, lokasi perumahan, ras,

kepribadian, sistem kepercayaan dan banyak lagi. Bank Voting kemudian dipilih dan jenis

komunikasi ditargetkan pada mereka berbeda. Tergantung pada ini jenis promosi yang

ditujukan untuk kelompok akan berputar di sekitar tema-tema seperti hukum dan ketertiban,

ketenagakerjaan, kebijakan dll media asing iklan, canvassing dll cara-cara untuk

berkomunikasi.

Pemasaran kandidat politik adalah tentang menciptakan sebuah gambar atau

mengingat seperti yang Anda lakukan dengan produk lain. Gambar ini dibangun dalam

berbagai cara dan diberikan kepada publik. Ini adalah sebuah konsep dan didasarkan pada

banyak penelitian. Loyalitas terhadap merek tertentu adalah sama dengan loyalitas kepada

partai politik. Ada kebutuhan untuk mengidentifikasi pemilih loyal terhadap merek dan

memanfaatkan mereka untuk membantu orang menilainya ayunan jalan Anda.

Partai politik atau seorang kandidat pemilihan kepala daerah, dalam upaya untuk

menarik simpati dari masyarakat harus melakukan kampanye. Pengertian kampanye dalam

buku Komunikasi Politik oleh Dan Nimmo adalah “upaya untuk mempropagandakan pemberi

suara yang potensial” (Nimmo, 2005:195).

Berdasarkan definisi di atas, kampanye pada dasarnya adalah kegiatan yang dilakukan

untuk mempengaruhi khalayak. Kegiatan ini dilakukan dengan terlebih dulu menentukan

khalayak sasaran yang telah disesuaikan dengan tujuan pelaksanaan kampanye.

Merujuk kepada definisi-definisi yang telah diungkapkan oleh para pakar maka setiap

aktifitas kampanye setidaknya harus mengandung empat hal yakni:

1. Tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu,

2. Jumlah khalayak sasaran yang besar,

3. Biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan

4. Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.

Di samping keempat ciri pokok di atas, kampanye juga memiliki karakteristik lain,

yaitu sumber yang jelas, yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus

penanggung jawab suatu produk kampanye (campaign makers), sehingga setiap individu

yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas

sumber pesan tersebut setiap saat.

Page 24: Laporan Komunikasi Politik (2)

Komunikasi Politik akan sukses bila sukses memproyeksi diri ke dalam sudut

pandang orang lain. Ini erat kaitannya dengan citra diri sang komunikator politik untuk

menyesuaikan suasana pikirannya dengan alam pikir khalayak. Komunikasi di dasarkan oleh

kesamaan (Hemofili) akan lebih efektif dan lancar ketimbang oleh ketidaksamaan (derajat,

usia, ras, agama, ideologi, visi dan misi, simbol politik, doktrin politik dan sebaginya).

Terdapat beberapa bentuk komunikasi politik yang di lakukan oleh komunikator

infrastruktur politik untuk mencapai tujuan politiknya (Arifin, 2003:65-98), adalah sebagai

berikut:

1. Retorika

2. Agitasi Politik

3. Propaganda

4. Public Relations Politic

5. Kampanye Politik

6. Lobi Politik

Kampanye Politik

Kampanye politik adalah periode yang diberikan oleh panitia pemilu kepada semua

kontestan baik partai politik atau perorangan untuk memaparkan program – program kerja

dan mempengaruhi opini publik sekaligus memobilisasi masyarakat agar memberikan suara

kepada mereka sewaktu pencoblosan. (Firmanzah, 2008:271).

Berdasarkan definisi di atas, kampanye politik dalam kaitan ini dilihat sebagai suatu

aktivitas pengumpulan massa, parade, orasi politik, pemasangan atribut partai (umbul-

umbul, bendera, poster, spanduk, baliho, stiker) dan pengiklanan partai atau kandidat

pemilukada. Periode waktu sudah ditentukan oleh panitia pemilukada (KPUD setempat)

yaitu 14 hari dan berakhir 3 hari sebelum hari pencoblosan sebagai masa tenang.

Pengertian Strategi

Strategi secara umum adalah suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak

yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau

upaya bagaimana tujuan tersebut dapat di capai. Secara khusus strategi adalah tindakan yang

bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan

sudut pandang tentang apa yang di harapkan oleh para khalayak di masa depan.

Page 25: Laporan Komunikasi Politik (2)

Perumusan Strategi

Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang di

maksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi. Beberapa langkah dalam

merumuskan strategi adalah mengidentifikasi lingkungan dan menentukan misi untuk

mencapai visi yang di cita-citakan dalam lingkungan tersebut, melakukan analisis

lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang

dan ancaman yang akan di hadapi oleh organisasi, merumuskan faktor-faktor ukuran

keberhasilan dari strategi-strategi yang di rancang berdasarkan analisis sebelumnya,

menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi dengan

mempertimbangkan sumberdaya yang di miliki dan kondisi eksternal yang di hadapi,

memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka

panjang.

Strategi Kampanye Politik

Penetapan strategi dalam kampanye politik merupakan langkah krusial yang

memerlukan penanganan secara hati-hati, sebab jika penetapan strategi salah atau keliru

hasil yang di peoleh bisa fatal, terutama kerugian dari segi waktu materi dan tenaga. Tujuan

akhir dalam kampanye pemilihan kepala daerah adalah untuk membawa calon kepala daerah

yang didukung oleh tim kampanye politiknya menduduki jabatan kepala daerah yang

diperebutkan melalui mekanisme pemilihan secara langsung oleh masyarakat. Agar tujuan

akhir tersebut dapat dicapai, diperlukan strategi yang disebut dengan strategi komunikasi

dalam konteks kampanye politik. Terdapat empat jenis strategi komunikasi dalam konteks

kampanye politik (Cangara, 2011:290) yaitu:

1. Penetapan komunikator

Sebagai pelaku utama dalam aktivitas komunikasi, komunikator memegang peranan

yang sangat penting. Untuk itu, seorang komunikator yang akan bertindak sebagai juru

kampanye harus terampil berkomunikasi, kaya ide, serta penuh dengan daya kreativitas.

2. Menetapkan target sasaran

Dalam studi komunikasi target sasaran di sebut juga dengan khalayak. Memahami

masyarakat, terutama yang akan menjadi target sasaran dalam kampanye, merupakan hal

yang sangat penting. Sebab semua aktivitas komunikasi kampanye di arahkan kepada

mereka. Mereka lah yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu kampanye sebab

Page 26: Laporan Komunikasi Politik (2)

bagaimana pun besar biaya, waktu dan tenaga yang di keluarkan untuk mempengaruhi

mereka, namun jika mereka tidak mau memberi suara kepada partai atau calon yang di

perkenalkan, kampanye akan sia-sia.

3. Menyusun pesan-pesan kampanye

Untuk mengelola dan manyusun pesan yang mengena dan efektif, perlu di perhatikan

beberapa hal, yaitu: (a) harus menguasai lebih dahulu pesan yang di sampaikan, termasuk

struktur penyusunan. (b) mampu mengemukakan argumentasi secara logis. Sehingga harus

mempunyai alasan berupa fakta dan pendapat yang mendukung materi yang di sajikan. (c)

memiliki kemampuan untuk membuat intonasi bahasa (vocal), serta gerakan-gerakan tubuh

yang dapat menarik perhatian pendengar. (d) memiliki kemampuan membumbui pesan

berupa humor untuk menarik perhatian pendengar. Penyampaian pesan terdiri dari 3 jenis

yaitu pesan yang berbentuk informatif, pesan yang berbentuk persuasif serta propaganda.

4. Pemilihan media

Bentuk-bentuk media menurut Cangara dalam buku komunikasi politiknya meliputi

media cetak, media elektronik, media luar ruangan, media ruang kecil dan saluran tatap

muka langsung dengan masyarakat.

Page 27: Laporan Komunikasi Politik (2)

ANALISIS TEORI

Berdasarkan simulasi debat politik yang berlangsung pada hari jumat 13 Desember

2013 lalu, debat terselenggara dengan baik dan lancar. Walaupun mungkin memang ada

beberapa hal yang membingungkan dalam simulasi debat politik ini, yaitu sistematika

jalannya debat. Namun secara keseluruhan, debat politik ini telah berjalan sesuai rencana

meskipun kurang persiapan yang matang.

Penyampaian visi dan misi para kandidat tentu memiliki penilaian yang berbeda-beda.

Untuk kandidat pertama, cara penyampaian pesan politik yang digunakan oleh kandidat

pertama cukup baik dengan penggunaan kata yang bagus dan baku serta disampaikan dengan

pengucapan dan artikulasi yang jelas. Namun ada beberapa hal yang kurang begitu ia kuasai,

contohnya saja saat saya menanyakan mengenai gratifikasi. Jawabannya pada awalnya sangat

jauh dari ekspektasi saya. Di sisi lain Kandidat pertama juga tak segan-segan menggunakan

bahasa non verbal melalui gerakan tubuhnya dan tatapan mata yang meyakinkan kalau ia

pantas untuk dipilih oleh khalayak ramai. Selain itu juga kandidat pertama menggunakan

pemasaran politik dengan berkampanye menyebarkan flyer kepada seluruh khalayak di dalam

kelas.

Hal ini berbeda dengan kandidat kedua. Kandidat kedua cenderung terlihat agak

gugur (nervous) saat menyampaikan visi-misi dan juga menjawab pertanyaan. Hal ini

berdampak pada kurang menariknya pesan politik yang ia sampaikan, meskipun konten

pesannya sudah cukup baik. Namun kandidat kedua ini lebih bisa menguasai jalannya debat

karena pengetahuan yang ia miliki cenderung lebih banyak daripada kandidat yang pertama.

Terbukti dengan jawaban-jawaban logis yang ia lontarkan saat menjawab berbagai

pertanyaan baik itu dari komentator maupun dari pakar.

Sedangkan untuk kandidat yang terakhir, saya tidak mempunyai penilaian apapun

tentang dirinya, meskipun saya megetahui nama dan visi misinya. Jika saya harus

memberikan penilaian tanpa debat, maka saya akan memberikan nilai kosong karena saya

tidak dapat melihat kredibilitas, kapabilitas dan elektabilitasnya serta kemampuannya dalam

menyampaikan pesan politik. Lalu bagaimana kemudian ia bisa membuat dirinya terpilih

pada pemilihan presiden? Namun jika saya menilai dari visi misi yang ia miliki, komentar

saya adalah visi misinya bagus akan tetapi kurang mengena ke seluruh wilayah dan aspek

permasalahan yang terdapat di Indonesia. Permasalahan kita bukan hanya soal pangan,

banyak persoalan serius yang harus dibenahi seperti misalnya hukum, kesehatan, kemiskinan

dan lain sebagainya.

Page 28: Laporan Komunikasi Politik (2)

Jika teori komunikasi politik di atas dianalisis berdasarkan dinamika atau

perkembangan perpolitikan yang terjadi di Indonesia maka analisa saya adalah keberhasilan

suatu partai politik dalam memenangkan pemilihan umum sangat ditentukan oleh beberapa

factor, baik factor internal maupun factor eksternal. Salah satu factor yang menentukan

keberhasilan partai politik itu adalah pemasaran politik. Pemasaran politik mendorong dan

memungkinkan partai dan pemilih untuk menjadi bagian dari suatu dialog konstruktif.

Karena pemasaran politik merupakan salah satu factor yang menentukan keberhasilan partai

politik dalam mengambil simpati dari para pemilih yang akhirnya memenangkan pemilihan

umum, maka perlu menentukan strategi yang paling tepat dalam pemasaran politik.

Pada saat ini partai-partai politik di Indonesia dalam memenangkan pemilihan umum,

pada umumnya belum menerapkan strategi pemasaran yang tepat, yaitu strategi yang

dihasilkan dari hasil pengkajian secara ilmiah. Dengan demikian hasilnya masih banyak yang

belum sesuai dengan harapan, baik harapan masyarakat pemilih ataupun harapan partai yang

bersangkutan. Beberapa penyebab seluruh partai di Indonesia belum menggunakan strategi

pemasaran yang tepat diantaranya adalah kemampuan sumber daya manusia partai, sistem

yang ada dan diberlakukan dalam partai yang bersangkutan, anggaran yang dimiliki dalam

menggerakkan partai yang bersangkutan, sarana dan prasarana yang dimiliki partai yang

bersangkutan, serta karakteristik dari masyarakat pemilih serta bauran pemasaran yang

diterapkan belum tepat. Namun demikian apa yang menjadi dominan dalam

mempengaruhinya, untuk setiap partai adalah berbeda-beda, sehingga pemasaran politik yang

harus dilakukan masing-masing partai tersebut juga memerlukan strategi pemasaran yang

berbeda-beda pula. Pentingnya menerapkan strategi pemasaran politik yang tepat oleh

masing-masing partai, karena hal tersebut juga akan menentukan baik tidaknya hasil

pemilihan umum.

Dalam prosesnya komunikasi politik menjadi salah satu jurus terjitu sebagai jembatan

dalam penyampaian pesan politik dan tujuan – tujuan politik. Proses komunikasi politik ini

terjadi disemua lapisan masyarakat dari yang awam sampai pada para elit politik. Kegiatan

ini juga sering kali melibatkan media massa sebagai alat untuk menyebar luaskan jangkauan

dan efek informasi dari kegiatan komunikasi politik itu sendiri.

Seperti halnya dalam Pemilu Presiden yang para kandidat dan partai saling berlomba-

lomba untuk mendapatkan citra positif dimata masyarakat dengan berbagai upaya komunikasi

politik demi mendapatkan suara dukungan terbanyak, mereka tidak hanya berkomunikasi

politik tetapi seringkali juga terdapat “kampanye hitam” dan “kampanye putih”.

Page 29: Laporan Komunikasi Politik (2)

Usaha yang dilancarkan para kandidat yang didukung oleh partai tidaklah main-main,

mereka melakukan komunikasi langsung dengan warga korban banjir, warga kolong

jembatan atau bahkan meraka mendatangi pemukiman kumuh dipinggiran sungai atau

pembungan sampah. Mereka berdialog sekaligus mengunggkapkan janji-janji manis sebagai

bentuk komuniksi politik mereka yang pada nyatanya janji tersebut belum tentu dipenuhi

pada saat mereka terpilih. Kegiatan tersebut juga diliput oleh rekan media dengan tujuan agar

bahwa seluruh warga Negara Indonesia dapat mengetahui apa yang dilakukan oleh para

kandidat demi memunculkan citra positif dan merebut suara.

Media massa selama ini dimaknai sebagai salah satu pilar demokrasi. Artinya, media

memiliki peranan yang penting di dalam menjaga bahkan mempengaruhi jalannya

suatusistem politik yang demokratis di suatu negara atau wilayah tertentu. Sedikit

banyaknya praktek media massa berkontribusi terhadap bagaimana prinsip-prinsip

demokratisasi mampu terselenggarakan dalam tatanan masyarakat. Media massa menjadi

indicator dalam pelaksanaan system politik. Selanjutnya mereka akan memposisikan dirinya

sebagai penyeimbang dalam perjalanan system tersebut dalam upaya menjaga demokratisasi

yang berjalan.

Masalahnya, kita percaya bahwa media massa – terutama televisi – memiliki kekuatan

untuk mempengaruhi opini publik. Karena itu, bila media dikuasai oleh para pemain politik

tertentu, dikhawatirkan masyarakat pemilih akan tergiring untuk mengambil keputusan

tentang para pemimpin tidak dengan panduan informasi yang lengkap, akurat dan

berimbang.     

Sistem politik yang demokratis tentunya memungkinkan praktek media yang lebih

bebas. Di lain pihak jika sistem politiknya dikatakan belum demokratis maka kita akan

menemukan praktek-praktek sensor terhadap media. Atau bahkan dalam tahapan yang

ekstrem, media hanya digunakan sebagai alat propaganda penguasa atau pemerintah. Dalam

kasus Indonesia perbedaan ini sangat signifikan. Jika dalam fase pemerintahan Orde Baru di

bawah rezim Soeharto yang otoriter maka dapat dikatakan bahwa media massa sama sekali

tidak mencerminkan demokrasi. Buktinya adalah adanya kontrol yang ketat

dari pemerintah terhadap praktek media massa waktu itu. 

Peran politik media massa di dalam negara demokratis setidaknya dapat dilihat dari

dua peristiwa. Pertama, terlihat pada proses seleksi kepemimpinan politik (dalam pemilu

atau pemilihan kepala daerah). Di dalam pemilu, media massa dapat mempublikasikan berba

gai isu, termasuk visi dan misi yang ditawarkan oleh para calon atau partai. Media massa

Page 30: Laporan Komunikasi Politik (2)

juga berperan dalam memberikan kritik terhadap mereka. Kedua adalah pasca pemilu. Hal ini

terutama terkait dengan jalannya pemerintahan.

Dalam relasi antara media massa dan demokrasi, media terutama dilihat sebagai

saluran politik. Hal ini dapat terlihat dari dua bentuk saluran politik. Pertama, media sebagai

saluran komunikasi antara para elit, baik yang berada di posisi tertentu dalam pemeritaha

ataupun elit yang tidak berada dalam pemerintahan, dengan warga atau konsituennya. Kedua,

media berperan sebagai saluran komunikasi politik bagi dirinya sendiri. Media disini

dipandang memiliki kepentingannya sendiri yang belum tentu beriringan dengan kepentingan

para elit yang ada.

Demokrasi mensyaratkan adanya suasana kekebasan dalam berbicara dan

menyampaikan pendapat sehingga terciptanya ruang debat public yang sehat. Untuk itu,

syarat ini secara tidak langsung akan menciptakan system pers yang juga bersifat demokratis.

Posisi media massa dianggap netral dan hanya sebagai perantara semata. Media massa hanya

sebagai alat yang menjembatani segala macam fakta dan opini dalam komunikasi politik yang

terjadi. Padahal, ada kalanya media massa justru berfungsi sebagai pihak yang menciptakan

isu-isu tertentu dalam debat publik dalam suatu peritiwa politik.

Menurunnya partisipasi publik dalam demokrasi di Indonesia juga menjadi salah satu

hal yang harus diperhatikan dalam dunia perpolitikan di Indonesia.

Demokrasi perwakilan merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari dalam negara

modern. Akan tetapi beriringan dengan menurunnya tingkat kepercayaan publik terhadap

para wakil rakyat yang duduk di dalam pemerintahan, pelibatan anggota masyarakat di dalam

prosea pengambilan keputusan-keputusan penting yang menyangkut diri mereka semakin

berkurang, menjadikan problematika yang mulai tampil ke permukaan politik Indonesia.

Ada gejala keterputusan hubungan dalam sistem demokrasi perwakilan di Indonesia.

Para elit politik yang menduduki posisi dalam pemerintahan yang awalnya mengatasnamakan

diri mereka sebagai perwakilan dari rakyat atau konstituennya menjadi

semakin berjarak dengan para pemilih mereka tersebut. Hubungan antara elit dengan rakyat

hanya akrab ketika dalam momentum pemilu atau pilkada. Selebihnya keduanya berjalan

sendiri sendiri.

Hadirnya partisipasi publik merupakan sebuah indikator bahwa demokrasi yg sedang

berjalan di suatu negara itu dikatakan sehat. Tanpa adanya partisipasi dari publik tadi maka

rakyat akan merasa ikut serta dalam segala macam proses pembuatan keputusan

dalam pemerintahan maupun dalam dinamika politik lainnya.

Page 31: Laporan Komunikasi Politik (2)

Fenomena di Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat hanya dilibatkan dalam parti

sipasi politik sebatas keterlibatan mereka di dalam pemilihan umum atau pemilihan kepala

daerah saja. Tentunya partisipasi ini hanya termasuk ke dalam definisi partisipasi yang

minimal. Selepas pemilu biasanya masyarakat tidak lagi diharapkan ikut serta dalam partisipa

si politik karena peran mereka sudah diwakilkan oleh wakil rakyat yang mereka pilih dalam

pemilu. Persoalan muncul ketika wakil rakyat yang mereka pilih melalui mekanisme pemilu

tadi ternyata tidak amanah.

Artinya wakil rakyat berjalan tidak konsisten dengan apa yang mereka janjikan pada

saat kampanye sehingga perilaku politik elit tidak sinkron dengan aspirasi konstituennya.

Ada kesenjangan antara masyarakat dengan elit politik sehingga komunikasi politik yang ada

menjadi sangat minim.

Gejala yang lain dapat terlihat dari mulai banyaknya angka golongan putih (golput)

didalam pemilu. Sejumlah pihak memaknai naiknya jumlah masyarakat yang memutuskan

untuk tidak berpartisipasi dalam pemilihan umum sebagai salah satu bentuk ketidakpercayaan

mereka terhadap wakil rakyat atau elit politik yang ada. Mereka merasa bahwa elit

politik tidak cukup representatif dalam membela atau mewakili suara politik masyarakat.

Ketika masyarakat tidak lagi terlalu antusias untuk berpartisipasi dalam saluran

politik semacam pemilihan umum, maka mereka menjadi kehilangan saluran dalam

komunikasi politik. 

Masyarakat menjadi kebingungan di dalam memikirkan bagaimana caranyaagar suara

dan aspirasi mereka didengar atau setidaknya dapat tersalurkan ke ranah publik. Masyarakat

butuh medium yang mana kepentingan politik mereka mendapatkan tempat untuk menjadi

diskursus. Untuk itu masyarakat berupaya mencari saluran komunikasi politiknya.

Sebagaimana terlihat, Indonesia sebenarnya memiliki peraturan-perundangan yang di

satu sisi melindungi kebebasan pers dan di pihak lain dapat digunakan untuk melindungi

kepentingan publik dari penyalahgunaan media untuk kepentingan sempit dalam proses

politik. Namun ada sejumlah catatan penting. Pertama, pola pengaturan semacam ini memang

lebih menguntungkan mereka yang memiliki dana besar untuk kampanye. Aturan tentang

jumlah tayangan iklan yang hanya 300 detik per televisi per hari hanya berlaku di masa

kampanye yang relatif singkat. Di luar masa kampanye, sama sekali tak ada pembatasan

iklan. Terlebih pula, dengan tarif iklan yang bisa mencapai Rp 30 juta per 30 detik, tetap saja

diperlukan kantong yang tebal untuk memanfaatkan masa kampanye dengan seoptimal

mungkin.

Page 32: Laporan Komunikasi Politik (2)

Kedua, karena iklan politik dimungkinkan, bisa diperkirakan kampanye politik

melalui televisi dan radio sesungguhnya sudah dimulai jauh hari sebelum masa kampanye

resmi dimulai. Konsekuensinya, karena dilakukan sebelum masa kampanye, iklan politik

semacam itu – misalnya iklan Prabowo, ARB atau iklan Hanura dan Nasdem – tidak harus

tunduk pada aturan kampanye. Ketiga, di luar soal iklan kampanye, yang bisa diatur adalah

soal isi jurnalisitik yang harus netral, berimbang dan tidak berpihak pada kepentingan

tertentu. Yang harus mengawasi pelaksanaan peraturan ini adalah Komisi Penyiaran

Indonesia.

Karena itu, saat ini, mungkin yang lebih diperlukan adalah masyarakat yang  kritis

dan secara terbuka mengecam bentuk-bentuk penyalahgunaan media oleh kepentingan politik

tertentu, kalau masyarakat memandang bahwa praktek itu terjadi di layar televisi atau siaran

radio. Bila media menyadari bahwa keberpihakan mereka akan merugikan secara bisnis dan

politik, sangat mungkin mereka akan berperilaku secara lebih profesional.

Page 33: Laporan Komunikasi Politik (2)

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Partai politik sebagai salah satu instrumen politik yang memiliki tujuan untuk meraih

kekuasaan. Selain memiliki tujuan yang jelas adapula fungsi-fungsi yang harus dijalankan

yaitu rekrutmen politik, komunikasi politik, pengendali konflik dan lain-lain. Disamping itu

partai politik merupakan representasi dari beberapa kelompok yang ada di dalam masyarakat.

Partai politik sangat diperlukan untuk menampung seluruh aspirasi rakyat namun pada saat

sekarang ini, partai politik lebih banyak menjadi media atau alat agar penguasa dapat

menjalankan tujuannya.

Komunikasi politik, hal ini sebernanya difungsikan sebagai cara, perantara, dan

jembatan pemilik kekuasaan dengan rakyat atau publiknya yang bersifat saling

ketergantungan dalam ruang lingkup bernegara. Peran media massa sendiri selain sebagai alat

penyampai dan penyebarluasan komunikasi politik diharapkan sebagai pengontrol informasi

dan tidak dituggangi oleh pemilik dan penguasa demi tujuan – tujuan tertentu, tetapi media

dapat berdiri sendiri sebagai suatu media yang sehat dan berguna bagi masyarakat dalam

memenuhi semua kebutuhan informasi yang dibutuhkan.

Secara sederhana komunikasi politik merupakan komunikasi yang melibatkan pesan-

pesan politik, aktor politik atau berkaitan dengan kekuasaan pemerintahan dan kebijaksanaan

pemerintah. Komunikasi politik juga bisa di pahami antara yang memerintah dan di perintah.

Dalam hal ini komunikasi politik mempunyai kedakatan terhadap media massa, dimana

media massa mempunyai posisi yang sangat strategis baik upaya penyebarluasan informasi

maupun menumbuhkan citra. Pada dasarnya komunikasi politik di zaman modern saat ini

merupakan komunikasi politik melalui media massa tidak terkecuali termasuk kampanye

pemilihan. Hal ini mengambil titik berat atas keberadaan media massa dalam konteks secara

umum, dan kampanye pemilihan secara khusus.

Dalam konteks pemilihan, termasuk pemilihan anggota Legislatif maupun pemilihan

pejabat eksekutif terlihat jelas bahwa kampanye pemilihan diupayakan dengan mengunakan

berbagai teknik pemasaran politik. Selain hal ini keterkaitan media massa dalam kajian

komunikasi politik, tampaknya juga semakin bervariasi, termasuk misalnya pembangunan

demokrasi, konflik dan integrasi, demonstrasi, pemilihan umum serta sosialisasi dan

partisipasi politik.

Page 34: Laporan Komunikasi Politik (2)

Media tidak dapat dipisahkan dari kegiatan kampanye. Karena itu, tidak kurang para

kandidat sering menggunakan media sebagai sarana untuk kampanye. Sebaliknya, media juga

merasa penting untuk menyampaikan informasi kampanye kepada khalayak terutama

beberapa bagian/poin yang dianggap menarik untuk tujuan komersial. Menggalang massa

dalam kampanye adalah suatu hal yang tidak dapat dihindarkan. Kunjungan para kandidat ke

berbagai komunitas masyarakat dengan membawa pesan politis, baik samar maupun nyata,

adalah suatu hal biasa.

Kampanye adalah aktivitas kandidat parlemen atau presiden yang terencana untuk

mempengaruhi massa sebagai upaya untuk memperoleh dukungan. Kandidat yang

berkeinginan kuat dan sungguh-sungguh akan mengerahkan tenaga dan kemampuannya

dengan segala cara dalam berkampanye. Kampanye yang tertib diawali dengan persiapan

yang memadai dengan melibatkan sejumlah orang untuk merancang acara dan program

kampanye di berbagai tempat dan kesempatan dengan memperhatikan substansi materi

kampanye dan segala yang terkait di dalamnya. Para perancang pesan bertugas membuat

pesan kampanye dengan memperhatikan berbagai perkembangan yang terjadi, apakah pesan

itu aktual, dan atau marketable.

Keragaman alur pikir dan kehendak masyarakat adalah suatu dinamika dilihat dari

berbagai sisi/latar belakang, seperti sisi pendidikan, ekonomi, dan budaya. Keragaman ini

akan menimbulkan tuntutan yang kompleks dan menyibukkan kandidat beserta tim

manajemen untuk mencari tahu informasi yang lengkap sebelum melakukan tindakan. Karena

itu, presentasi yang efektif harus dilakukan dengan memanfaatkan kontek simbolis tertentu

agar produk yang disampaikan dapat menarik perhatian, mudah dipahami, dan mengandung

muatan emosi.

Page 35: Laporan Komunikasi Politik (2)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik: Paradigma-Teori-Aplikasi-Strategi

Komunikasi Politik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Cangara, Hafied. 2011. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta:

Rajawali Pers.

Firmanzah. 2008. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia

Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

http://id.wikipedia.org/