Komunikasi Antar Petugas Kesehatan

10
Tinjauan Pustaka Komunikasi antar Petugas Kesehatan Endang Basuki Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Abstrak: Salah satu masalah yang sering menimbulkan ketidakpuasan pasien adalah komunikasi antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya, atau antar petugas kesehatan sendiri. Semakin banyak jenis komunikasi yang ada pada suatu organisasi kesehatan, kemungkinan terjadinya gangguan komunikasi juga lebih besar. Ada 3 penyebab yang dapat berdampak terhadap hubungan antar petugas kesehatan, yakni: (1) role stress, (2) lack of interprofessional understanding, dan (3) autonomy struggles. Konflik antar petugas kesehatan sangat penting karena pada gilirannya akan mempengaruhi komunikasi antar petugas serta kualitas pelayanan kepada pasien. Tulisan ini bertujuan untuk menyampaikan pemahaman terhadap jenis komunikasi di organisasi layanan kedokteran, bagaimana komunikasi dilaksanakan, identifikasi masalah komunikasi, penyebab hambatan komunikasi dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan. Semangat kerjasama antar petugas kesehatan sangat penting bagi suksesnya suatu pelayanan kesehatan. Kata kunci: komunikasi, antar petugas kesehatan 340 Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 9, September 2008

Transcript of Komunikasi Antar Petugas Kesehatan

Page 1: Komunikasi Antar Petugas Kesehatan

Tinjauan  Pustaka

Komunikasi antar Petugas Kesehatan

Endang  Basuki

Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Abstrak:  Salah  satu  masalah  yang  sering  menimbulkan  ketidakpuasan  pasien  adalahkomunikasi  antara  petugas  kesehatan  dengan  pasien  dan  keluarganya,  atau  antar  petugaskesehatan sendiri. Semakin banyak jenis komunikasi yang ada pada suatu organisasi kesehatan,kemungkinan  terjadinya  gangguan  komunikasi  juga  lebih  besar.  Ada  3  penyebab  yang  dapatberdampak  terhadap  hubungan  antar  petugas  kesehatan,  yakni:  (1)  role  stress,  (2)  lack  ofinterprofessional understanding, dan (3) autonomy struggles. Konflik antar petugas kesehatansangat  penting  karena  pada  gilirannya  akan  mempengaruhi  komunikasi  antar  petugas  sertakualitas  pelayanan  kepada  pasien.  Tulisan  ini  bertujuan  untuk  menyampaikan  pemahamanterhadap  jenis  komunikasi  di  organisasi  layanan  kedokteran,  bagaimana  komunikasidilaksanakan, identifikasi masalah komunikasi, penyebab hambatan komunikasi dan bagaimanamengatasi  hambatan  tersebut  sehingga  diharapkan  dapat  meningkatkan  kualitas  pelayananyang diberikan. Semangat kerjasama antar petugas kesehatan sangat penting bagi suksesnyasuatu  pelayanan  kesehatan.Kata  kunci:  komunikasi,  antar  petugas  kesehatan

340 Maj  Kedokt  Indon,  Volum:  58,  Nomor:  9,  September 2008

Page 2: Komunikasi Antar Petugas Kesehatan

Komunikasi  antar  Petugas  Kesehatan

Communication  between  Health  Professionals

Endang Basuki

Department of Community Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia, Jakarta

Abstract: One of the problem which causes patient dissatisfaction is communication betweenhealth professionals with patient and or the family, or between health professionals themselves. Ifthe communication in a health institution becomes more complicated, the obstacle of communica-tion is increased. There are 3 kinds of underlying causes which could have impact to the profes-sionals relationship:(1) role stress, (2) lack of interprofessional understanding, and (3) au-tonomy struggles. Conflict among health professionals is important because in turn it will influ-ence their communication and the quality of health services. This paper aimed to convey thecomprehension of communication in a health  institution/organization, how communication isconducted, identification of communication problem, the causes of communication problems, andhow to overcome the obstacles so that the quality of health services can be enhanced. Enthusiasticcollaboration between health professionals  is needed for the success of health services.Key words: communication, interprofessionals

Pendahuluan

Petugas  kesehatan  telah  berusaha  sebaik-baiknyamemberikan pelayanan kepada pasien, tetapi masih seringterjadi ketidakpuasan pasien dan atau keluarganya. Kepuasanakhir merupakan resultan dari berbagai komponen layanankedokteran.  Di  rumah  sakit  kepuasan  akhir  pasien  bisadipengaruhi  oleh  berbagai  faktor  masukan  misalnyakeberadaan  berbagai  jenis  petugas  kesehatan,  alat-alatdiagnostik, terapi dan obat-obatan. Selain itu kepuasan jugadipengaruhi  oleh  komponen  proses,  yakni  bagaimanalayanan kesehatan diberikan. Contohnya antara lain apakahdiagnosis ditegakkan dalam waktu yang relatif singkat dantepat, pemberian terapi sesuai dengan prosedur standar, ataupemberian  informasi  yang  sesuai  dengan  harapan  pasien.Masih ada satu faktor lagi, yakni hasil layanan kesehatanyang  bisa  berupa  kesembuhan  atau  sebaliknya  kecacatanatau  kematian.  Pasien  lebih  mementingkan  hasil  layanankesehatan  yang  diberikan,  sedangkan  pemberi  layanankesehatan yang sebenarnya juga sangat mengharapkan hasillayanan yang setinggi-tingginya, lebih menekankan masukandan  proses  layanan  kesehatan  tersebut.  Pada  umumnyapengaduan malapraktik dilakukan karena pasien merasa tidakpuas terhadap layanan kesehatan yang diberikan, khususnyalayanan oleh dokter. Layanan yang banyak diadukan adalahkecacatan  atau  kematian  pasien.1  Ketidakpuasan  tersebutterjadi karena adanya kesenjangan antara kenyataan layanankedokteran yang diperoleh dengan yang diharapkan pasien.

Maj  Kedokt  Indon,  Volum:  58,  Nomor:  9,  September 2008

Pengaduan tidak terbatas oleh pasien itu sendiri, tetapi bisaorangtua, suami, isteri, atau asuransi.

Pemberi layanan kesehatan yang baik akan menempatkanpasien sebagai pusat strategi organisasi. Cara terbaik untukselalu  mempertahankan  pasien  pada  posisi  utama  adalahdengan selalu menilai dan mempertahankan hubungan antarapemberi layanan dengan pasien. Tantangan yang dihadapioleh manajemen layanan kesehatan adalah jaminan bahwasemua pemberi layanan kesehatan menghasilkan keluaransesuai  dengan  “kontrak”  yang  dibuat  bersama  pasien.Pemberi layanan kesehatan yang “istimewa” akan melengkapiusaha tersebut dengan pelayanan yang melampaui harapanpasien  yang  dikenal  sebagai  service  excellence.2    Semuapetugas ditantang untuk memberikan layanan yang istimewa,dan cara terbaik untuk melakukan hal tersebut adalah denganmanajemen yang terarah dengan baik dan penilaian kepuasanpasien.

Kepuasan PasienKepuasan pasien akan membuahkan hal-hal yang sangat

diharapkan oleh setiap penyedia layanan kesehatan, antaralain:  (1)  Peningkatan  kepatuhan  terhadap  regimenpengobatan.  Penelitian  menunjukkan  bahwa  pasien  yangpuas akan mengikuti petunjuk petugas kesehatan lebih baikdaripada pasien yang tidak puas, (2) Peningkatan loyalitaskepada pemberi layanan kedokteran. Pasien tidak berpalingke  pemberi  layanan  kedokteran  lainnya.  Loyalitas  akan

341

Komunikasi  antar  Petugas  Kesehatan

meningkatkan  pendapatan  finansial  pemberi  layanan

kedokteran. Pendapatan finansial yang meningkat dan yangdimanfaatkan  secara  proporsional  dapat  meningkatkan

Page 3: Komunikasi Antar Petugas Kesehatan

kualitas pelayanan dan kesejahteraan petugas. Selanjutnyakesejahteraan   petugas   yang   baik   akan   menjaminmeningkatnya kualitas pelayanan, (3) Menurunkan tuntutanmalpraktik.

Sebagai hasil layanan kedokteran kadang-kadang terjadikecacatan  atau  kematian  pada  pasien.  Bila  pasien  dankeluarganya  merasa  puas  dengan  proses  pelayanan  yangdiberikan,  biasanya  tidak  mengajukan  tuntutan,  danmenganggap kejadian tersebut merupakan takdir. Ini bisaterjadi bila mereka merekam hal-hal positif menurut persepsimereka, misalnya dokter/perawat/bidan selalu dapat dikontakbila diperlukan, informasi yang diinginkan bisa diperoleh,penggunaan obat dapat dimonitor oleh pasien/keluarganya,diagnosis diperoleh dalam waktu yang relatif singkat, adakerjasama  yang  baik  antar  petugas  kesehatan  dsbnya.1,3

Tentu  saja  persepsi  tersebut  berbeda-beda  sesuai  dengantingkat pendidikan dan pengalaman mereka. Seorang pasienyang  pernah  berobat  di  fasilitas  yang  lebih  baik  akanmenuntut layanan yang lebih tinggi pula.

Sumber Ketidakpuasan PasienSalah  satu  masalah  yang  sering  menimbulkan

ketidakpuasan  pasien  adalah  komunikasi  antara  petugaskesehatan  dengan  pasien  dan  keluarganya,  atau  antarpetugas kesehatan sendiri. Kadang-kadang kecacatan ataukematian  terjadi  karena  komunikasi  yang  kurang  baik.Penelitian telah menunjukkan bahwa semangat kerjasamaantar  petugas  kesehatan  sangat  penting  bagi  suksesnyasuatu  pelayanan  kesehatan.4,5  Petugas  kesehatan  harusbekerjasama membantu pasien untuk memecahkan masalahkesehatan  yang  kompleks.  Sayangnya  semangat  untukbekerjasama tersebut kadang-kadang tidak tampak. Pasiensering merasa bingung karena dua dokter yang menanganipenyakitnya memberikan nasehat yang berbeda, atau kadangbertentangan.  Lemahnya  komunikasi  antar  petugaskesehatan  dapat  mempengaruhi  kualitas  pelayanankedokteran  yang  diberikan,  yang  pada  gilirannya  dapatmenimbulkan kerugian pada pasien dan keluarganya.

Jenis KomunikasiBerbagai jenis komunikasi antar petugas dapat terjadi

di fasilitas kesehatan, bergantung pada besar dan strukturorganisasi  fasilitas  tersebut.  Komunikasi  dalam  satupuskesmas  kelurahan  akan  sangat  berbeda  dengankomunikasi dalam puskesmas kecamatan. Komunikasi dalamklinik 24 jam akan sangat berbeda dengan rumah sakit daerahtingkat II, lebih-lebih bila di bandingkan dengan rumah sakitrujukan. Secara umum, jenis komunikasi antar petugas yangdapat terjadi di suatu organisasi layanan kedokteran yangbesar antara lain: (1) Komunikasi antara manajer fasilitas

342

kesehatan dengan petugas kesehatan, (2) Komunikasi antaradokter  dengan  perawat/bidan,  dan  (3)  Komunikasi  antaradokter  dengan  dokter,  misalnya  komunikasi  antara  dokterspesialis dengan dokter ruangan atau antar dokter spesialisyang merawat pasien, (4) Komunikasi antara dokter/bidan/perawat dengan petugas apotik, (5) Komunikasi antara dokter/bidan/perawat  dengan  petugas  administrasi/keuangan,  (6)Komunikasi  antara  dokter/bidan/perawat  dengan  petugaspemeriksaan penunjang (radiology, laboratorium, dsbnya).Jenis-jenis komunikasi tersebut tentunya bisa lebih banyaklagi bergantung kepada besarnya organisasi dan banyaknyajenis  pelayanan  yang  diberikan.  Semakin  banyak  jeniskomunikasi  yang  ada  pada  suatu  organisasi  tersebut,kemungkinan  terjadinya  gangguan  komunikasi  juga  lebihbesar.

Pemahaman  terhadap  jenis  komunikasi  di  organisasilayanan kedokteran, bagaimana komunikasi dilaksanakan,identifikasi  masalah  komunikasi,  penyebab  hambatankomunikasi  dan  bagaimana  mengatasi  hambatan  tersebutdiharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan.6

Cara KomunikasiKomunikasi  dalam  suatu  organisasi  kesehatan  dapat

berupa tulisan dan atau komunikasi yang bersifat verbal sertanon-verbal.  Bentuk  komunikasi  tertulis  antara  lain  rekammedik, resep serta surat edaran. Pada rekam medik, riwayatpenyakit, diagnosis, rencana kerja dan instruksi pengobatanpasien dituliskan. Rekam medik menjadi sumber informasisiapapun yang ikut merawat pasien tersebut masa kini atausuatu saat nanti, bahkan pasien pun berhak membaca rekammedik  tersebut,7  karena  itu  kelengkapan  dan  kejelasantulisannya  menjadi  sangat  penting.  Penulisan  resep  padadasarnya adalah memberikan instruksi kepada petugas apotikuntuk  memberikan  obat  kepada  pasien  sesuai  dengankeinginan  si  penulis,  sedangkan  surat  edaran  biasanyadikeluarkan oleh direktur utama rumah sakit, direktur medik,atau  kepala  divisi,  bergantung  isi  dan  kepada  siapa  suratedaran tersebut ditujukan.

Cara komunikasi lainnya antar petugas kesehatan adalahkomunikasi verbal dan non-verbal. Cara ini dapat terjadi dalamberbagai  bentuk  misalnya  komunikasi  interpersonal  yangmelibatkan dua atau beberapa orang saja, atau dalam bentukpertemuan  yang  bisa  melibatkan  banyak  orang.    Padakomunikasi interpersonal, komunikasi verbal dan non-verbaldigunakan baik secara tersendiri, atau sebagai pendukungdari  komunikasi  tulisan  yang  dilakukan.6  Sebagai  contohseorang dokter yang telah menuliskan instruksi pengobatan,menjelaskan instruksinya tersebut kepada perawat atau bidan.Pada pertemuan apapun akan terjadi komunikasi verbal dannon-verbal  antar  peserta  pertemuan.  Sangat  penting  bagihadirin untuk menguasai keterampilan komunikasi interper-sonal agar pertemuan dapat membuahkan hasil yang opti-mal. Konferensi kasus merupakan contoh pertemuan yang

Maj  Kedokt  Indon,  Volum:  58,  Nomor:  9,  September 2008

Komunikasi  antar  Petugas  Kesehatan

diharapkan  dapat  memberikan  solusi  yang  terbaik  bagipasien.

Masalah KomunikasiTulisan  sering  digunakan  oleh  dokter  yang  merawat

pasien  untuk  memberikan  instruksi  kepada  petugaskesehatan lainnya misalnya dokter ruangan atau perawat/bidan   untuk melaksanakan pengobatan atau pemeriksaan

Page 4: Komunikasi Antar Petugas Kesehatan

penunjang. Pada dasarnya penulisan rekam medik merupakansumber informasi tentang pasien yang dibuat bukan hanyauntuk  penulis  tetapi  juga  bagi  semua  pihak  yang  terlibatdalam penanganan pasien pada saat tersebut atau di masamendatang. Masalah yang sering timbul adalah tulisan yangsulit  dibaca  oleh  petugas  lainnya,  bahkan  kadang-kadangpenulis  sendiri  pada  kesempatan  berikutnya  tidak  dapatmembaca  kembali  tulisannya.  Kerugian  yang  dapatditimbulkan adalah, dokter lain tidak dapat memahami situasipasien  dengan  baik  sehingga  tidak  dapat  melanjutkanperawatan dengan baik. Perawat atau bidan juga tidak dapatmembaca instruksi yang seharusnya dilakukan. Pada akhirnyapasien akan terlambat mendapatkan penanganan. Instruksiyang  baik  selain  dituliskan  juga  seharusnya  dibicarakandengan  petugas  yang  akan  melakukan  instruksi  tersebut,baik  dokter  ruangan  atau  perawat/bidan  yang  menanganipasien tersebut.8 Penulisan yang tidak jelas membuat suasanakerja menjadi terganggu, dan perasaan kesal dapat timbul.Tidak  jarang  klarifikasi  melalui  telepon  perlu  dilakukan,padahal pembicaraan melalui telepon terkadang tidak mudahdilakukan  karena  koneksi  yang  buruk  atau  dokter  tidakmengaktifkan  pesawat  teleponnya.  Bila  tidak  dapatberkomunikasi dengan pemberi instruksi, sebagian petugasmenunda pekerjaan tersebut, atau menduga-duga instruksiapa yang harus dilaksanakan. Instruksi yang kurang jelasdan tidak diklarifikasi dapat berakibat fatal bagi pasien.

Resep menjadi salah satu bentuk informasi dari dokterkepada  petugas  apotik  untuk  memberikan  obat  kepadapasien. Mengingat obat selain dapat menyembuhkan pasientetapi juga bersifat racun, maka tulisan dokter harus dapatdibaca dengan mudah, baik macam obat maupun angka yangmenyatakan dosis obat.9 Kesalahan pemberian obat bukanhanya milik penulis resep, tetapi bisa juga disebabkan olehsi pemberi obat. Kesalahan bisa terjadi karena pemberi obattidak dapat membaca tulisan dengan baik, tetapi kemudianmemberikan obat yang mirip tulisannya tanpa melakukankonfirmasi kepada dokter. Konfirmasi tidak dilakukan karenamalas   atau   sulit   menghubungi,   atau   dokter   tidakmencantumkan nomor teleponnya di kertas resep. Kesalahanlain adalah mengganti obat dengan obat yang serupa tanpamelakukan  konfirmasi  dengan  dokter  penulis  resep.Kesalahan ini biasanya dilakukan oleh petugas apotik yangbukan  apoteker,  misalnya  asisten  apoteker  atau  petugasapotik yang sebenarnya tidak mempunyai wewenang untukmelakukan  hal  tersebut.  Tanggungjawab  sepenuhnya

Maj  Kedokt  Indon,  Volum:  58,  Nomor:  9,  September 2008

tentunya berada pada penanggungjawab apotik tersebut.Surat edaran biasanya dipakai oleh manajemen rumah

sakit atau fasilitas kesehatan lainnya untuk menginformasikamsuatu kebijakan baru atau perubahan kebijakan. Informasidengan cara ini kadang-kadang tidak cukup, perlu ditunjangdengan  cara  komunikasi  yang  lain  misalnya  pertemuankhusus  atau  pelatihan/workshop,  bergantung  kepada  sifatinformasi itu sendiri. Bila informasi bersifat sederhana, tidakdiperlukan pertemuan khusus, tetapi bila informasi tersebutmenuntut perubahan perilaku petugas kesehatan, diperlukanpertemuan khusus berbentuk ceramah tanya-jawab, atau bilalebih kompleks diperlukan pelatihan atau lokakarya.

Masalah  komunikasi  interpersonal  antar  petugaskesehatan  dapat  terjadi  pada  proses  pemberian  layanankesehatan bagi pasien di bangsal rawat atau di klinik rawatjalan. Masalah di klinik rawat jalan relatif lebih sedikit, karenapetugas yang terlibat juga relatif sedikit. Jenis petugas yangterlibat antara lain dokter, perawat atau bidan, ahli gizi ataukonselor,  petugas  pemeriksaan  penunjang,  serta  petugasapotik  dan  administrasi.  Namun  bila  pasien  memerlukanpenanganan  oleh  beberapa  ahli,  tentunya  diperlukankomunikasi antara dua atau lebih dokter. Selama ini komunikasiantar dokter lebih banyak menggunakan tulisan, kecuali padapasien  yang  dirawat  kadang-kadang  dilakukan  konferensikasus yang tentunya melibatkan komunikasi verbal dan non-verbal.

Di bangsal rawat situasi lebih kompleks karena selaindokter yang merawat pasien ada dokter ruangan, perawat/bidan jaga serta petugas laboratorium dan apotik. Masalahyang  ada  biasanya  timbul  berdasarkan  persepsi  masing-masing petugas. Dokter menyatakan bahwa pada umumnyaperawat tidak menjalankan instruksi dengan benar tetapi tidakmerasa bersalah, perawat sering salah menginterpretasikanperintah atau tidak menjalankan perintah. Antar dokter seringtidak ada negosiasi rencana terapi, juga sebagian dokter tidakmau tahu terapi yang diberikan oleh sejawat lainnya, merasatidak ada pembagian tugas yang jelas sehingga terjadi salinglempar tanggungjawab. Perawat mengeluh tulisan dokter sulitdibaca, dan mereka sering cepat-cepat meninggalkan ruangansehingga  tidak  terjadi  klarifikasi  instruksi,  juga  terjadihambatan psikologis yang mengakibatkan mereka engganmenyampaikan kesulitan mereka.6

Ada beberapa hal yang patut dicermati antara lain:1.   instruksi yang diberikan kurang jelas dan petugas yang

diberikan instruksi tidak minta klarifikasi,2.   tidak terjadi interaksi verbal sama sekali, biasanya antar

dokter ahli kecuali bila ada konferensi kasus,3.   pemberi instruksi tidak meyakinkan bahwa instruksinya

dimengerti oleh petugas,4.   dokter ahli tidak menganggap dokter ruangan, perawat/

bidan sebagai mitra kerja,5.   masih lemahnya aturan mengenai hak dan tanggungjawab

masing-masing  petugas  kesehatan.  Sebagai  contoh

343

Komunikasi  antar  Petugas  Kesehatan

setelah selesai operasi operator meninggalkan tempatterburu-buru tanpa menemui keluarga pasien terlebihdahulu,  sedangkan  dokter  pendamping  operasi  tidak

merasa berhak untuk menjelaskan hasil operasi kepadakeluarga pasien. Di mata keluarga pasien telah terjadilempar tanggungjawab antar petugas kesehatan, lebih-lebih  kalau  operasi  tidak  berhasil.  Hal  ini  akanmempengaruhi penilaian terhadap kinerja rumah sakit.

Page 5: Komunikasi Antar Petugas Kesehatan

Contoh lain, sering dokter datang terlambat menolongpersalinan,  sehingga  persalinan  ditolong  oleh  bidan,tetapi di lain pihak honorarium diperoleh dokter. Ini akansangat mempengaruhi hubungan dokter dengan bidanterebut.

PenyebabAda  3  penyebab  yang  dapat  berdampak  terhadap

hubungan antar petugas kesehatan, yakni: (1) role stress,(2)  lack  of  interprofessional  understanding,  dan  (3)  au-tonomy struggles.6 Konflik antar petugas kesehatan sangatpenting karena pada gilirannya akan mempengaruhi kualitaspelayanan kepada pasien.

Role Stress. Menghadapi pasien setiap hari bukanlahsuatu hal yang mudah. Petugas kesehatan hampir setiap hariharus  menjelaskan  hal-hal  yang  berkaitan  dengan  nyawaseseorang, misalnya menentukan diagnosis penyakit fatal,menjelaskan  pengobatan  yang  kadang-kadang  tidakmenjanjikan kesembuhan, menginformasikan prognosis yangtidak baik atau harus memberikan obat yang harganya sulitdijangkau  oleh  pasien.  Hal-hal  ini  sedikit  banyak  akanmempengaruhi suasana hati dokter dan dapat mempengaruhikomunikasi  verbal  dan  non-verbalnya  dengan  sesamapetugas. Ada 2 hal yang termasuk dalam role stress, yaknirole conflict dan role overload.

Role  conflict  adalah  perbedaan  antara  peran  yangdiharapkan dengan yang diperoleh. Seseorang yang ketikamenjalani  pendidikan  mempunyai  impian  atau  bayanganperannya nanti setelah menjadi dokter atau bidan/perawatakan mengalami konflik peran bila ia mendapatkan pekerjaanyang  berbeda  dengan  pekerjaan  yang  diharapkannya.Sebenarnya masalahnya tidak sesederhana itu, dalam lubukhati setiap orang menginginkan penghargaan dari siapapundalam  melakukan  tugasnya.  Bila  ini  tidak  terpenuhi  dilingkungan kerjanya, akan sangat mempengaruhi kinerjanya.Sikap saling menhormati antar petugas akan mengurangi roleconflict.

Role overload, terjadi karena jumlah pasien yang terlalubanyak. Jumlah pasien yang terlalu banyak dengan derajatkesulitan yang tinggi akan melelahkan petugas kesehatan.10

Jenis pekerjaan di ICU, ICCU dan IGD di rumah sakit rujukantentunya  berbeda  dengan  pekerjaan  di  klinik  rawat  jalan.Jumlah pasien yang lebih dari kapasitas petugas kesehatanakan sangat mempengaruhi suasana hati petugas. Efek darirole conflict dan role overload akan berdampak terhadap

344

terhadap pasien juga. Petugas kesehatan yang   secara fisikdan mental menderita kelelahan akan kehabisan tenaga untukmemenuhi kebutuhan pasien.

Lack  of  interprofessional  understanding.  Kitamengharapkan  semua  petugas  kesehatan  memahamiperannya masing-masing dalam lingkungan kerjanya. Dalampraktiknya,  ternyata  tidak  demikian.  Walaupun  telah  adakemajuan  dalam  memahami  peran  petugas  lainnya,kebingungan atau kesalahtafsiran tentang peran dari masing-masing petugas masih sering terjadi.4,11

Autonomy  Struggles.  Faktor  ketiga  adalah  masalahotonomi, yakni “the freedom to be self-governing or self-directing”. Pentingnya otonomi digarisbawahi oleh Conway,yang menyatakan bahwa kapasitas untuk melakukan otonomisangat  penting  agar  petugas  dapat  memenuhi  peranprofesinya.12 Tingginya professional autonomy berhubungandengan membaiknya job morale dan job performance. 10

Perbedaan  tingkat  otonomi  pada  petugas  kesehatandapat memacu ketegangan interpersonal. Perawat misalnyasering menyatakan kekesalannya karena rendahnya  otoritasmereka untuk pengambilan keputusan yang sederhana tetapipenting bagi keamanan atau kenyamanan pasien. Di dalammenghadapi tantangan globalisasi, setiap petugas kesehatanmemerlukan otonomi sesuai dengan tugas dan kewajibannyamasing-masing.  13

Pemecahan MasalahBeberapa  usaha  perlu  dilakukan  dengan  cara  meng-

hilangkan atau mengurangi role stress dengan cara membukawawasan  mahasiswa  kedokteran,  perawat,  bidan  dansebagainya, tentang perannya masing-masing dalam duniakerja  nyata,  serta  khususnya  dalam  sistem  pelayanankesehatan. Untuk mengatasi role overload, perlu dilakukanpengaturan jumlah pasien yang harus ditangani oleh petugaskesehatan.  Di  dalam  suatu  institusi  kesehatan,  diperlukanbeberapa hal yang bersifat pembenahan manajerial yakni: (1)memperjelas uraian hak, tugas dan koordinasi masing-masingpetugas dalam suatu fasilitas kesehatan. Peran, hak dan tugaspetugas  lain  juga  harus  diketahui  oleh  masing-masingpetugas,  (2)  memberikan  otonomi  kepada  petugas  untukmengambil  keputusan  sesuai  dengan  kewajiban  dankemampuannya, dan (3) mereposisi kembali hubungan antarpetugas kesehatan sebagai hubungan yang saling melengkapi

Secara umum setiap petugas kesehatan dituntut untukmempraktikkan cara-cara komunikasi interpersonal yang baiktermasuk komunikasi verbal dan non-verbal.14,15 Tidak berbedadengan  bila  menghadapi  pasien,  setiap  petugas  kesehatanseyogyanya  menerapkan  keterampilan  komunikasi  inter-personalnya  bila  berhadapan  dengan  sesama  petugaskesehatan. Komunikasi tertulis hendaknya ditunjang denganpenulisan yang jelas, dan bila perlu didukung oleh komunikasiverbal dan non-verbal yang sesuai. Menciptakan situasi yangnyaman  dalam  lingkungan  kerja  perlu  dilakukan  dan

Maj  Kedokt  Indon,  Volum:  58,  Nomor:  9,  September 2008

Komunikasi  antar  Petugas  Kesehatan

sebenarnya  sangat  mudah  dilakukan  bila  semua  petugaskesehatan menyadari bahwa hasilnya akan sangat bermanfaatbagi pasien yang telah memberikan amanah kepada mereka,

bukan kepada orang lain, untuk merawat.

Daftar Pustaka1.   Weiss GL, Lonnquist, LE. The sociology of health, healing and

illness. 2nd ed. Upper Saddle River (NJ): Prentice Hall; 1997.

Page 6: Komunikasi Antar Petugas Kesehatan

2.   http://www.theexcellencenetwork.co.uk/. Diunduh 5 April, 2008.3.   Krowinski WJ, Steiber SR. Measuring and managing patient sat-

isfaction. 2nd ed.   USA: American Hospital Publishing, Inc; 1996.4.   Fagin C. Collaboration between nurses and physicians: No longer

a choice. Nurs Health Care 1992;13(7):354-63.5.   Knauss WA, Draper E, Wagner D, Zimmerman JE. An evaluation

of outcomes from intensive care in major medical centres. AnnInt  Med  1986;104:410-18.

6.   Northouse LL, Northouse PG. Health communication. Strategiesfor health professionals. 3rd ed. Stamford (Conn): Appleton andLange; 1998.

7.   h t t p : / / w w w.dh.g ov.   u   k   /   e   n   /   M   a   n   a   g   i   n   g   y   o   u   r   o   r   g   a   n   i   s   a   t   i   o   n   / Informationpolicy/Patientconfidentialityandcaldicottguardians/FAQ/DH_065886#_1

Maj  Kedokt  Indon,  Volum:  58,  Nomor:  9,  September 2008

8.   http://www.aafp.org/fpm/20020700/27pres.html.  Diunduh  16April  2008.

9.   http://www.aafp.org/fpm/20020700/27pres.html.  Diunduh  17April   2008 .

10. Schaefer JA, Moos RH. Effects of work stressor and work cli-mate on long-term care staff’s job morale and functioning. Re-search Nurs & Health 1996;19:63-73.

11.  Laschinger HKS, Weston W. Role perception of freshman andsenior nursing and medical students and attitudes towards col-laborative decision making. J Prof Nurs. 1995;11(2):119-28.

12.  Conway M. Organizations, professional autonomy and roles. In:Hardy M, Conway M, editors. Role theory. E. Norwalk (CT);Apleton & Lange; 1988.

13.  Schutzenhofer KK, Musser DB. Nurse characteristics and profes-sional autonomy. J Nurs Scholl 1994;26(3),201-5.

14.  Burnard P. Acquiring interpersonal skills. A handbook of experi-ential learning for health professionals. Cheltenham (UK); StanleyThornes  Ltd;  1996.

15.  Tate P. The  doctor’s  communication  handbook.  Oxford  (UK);Radcliffe Medical Press; 1994.

HQ

345