Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

96
EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM MEGENDALIKAN EMOSI ANAK PRA-SEKOLAH DI PLAYGROUP CATERPILLAR SUPER KIDS LEBAK BULUS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam Oleh Dina Prahasty NIM: 105051001926 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSI TAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2009 M.

Transcript of Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

Page 1: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAMMEGENDALIKAN EMOSI ANAK PRA-SEKOLAH DI

PLAYGROUP CATERPILLAR SUPER KIDSLEBAK BULUS

SkripsiDiajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam

OlehDina Prahasty

NIM: 105051001926

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARANISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH

JAKARTA1429 H./2009 M.

Page 2: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

DALAM MEGENDALIKAN EMOSI ANAK PRA-SEKOLAH DI

PLAYGROUP CATERPILLAR SUPERKIDS LEBAK BULUS telah diujikan

dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 5 Maret 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam pada Program Studi

Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 5 Maret 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretaris

Dr. Arief Subhan, MA Wati Nilamsari, M. Si.NIP. 150262442 NIP. 150293223

Anggota

Penguji I Penguji II

Drs. Wahidin Saputra, MA Drs. Masran, M. AgNIP. 150276299 NIP. 150275384

Pembimbing,

Umi Musyarofah, MANIP. 150281980

Page 3: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

ABSTRAK

Dina PrahastyEfektifitas Komunikasi Antarpribadi dalam Megendalikan Emosi AnakPra- Sekolah di Playgroup Caterpillar Superkids Lebak Bulus.

Emosi pada anak-anak mengalami perbedaan antara satu anak dengan anakyang lainnya. Perbedaan itu terjadi karena adanya pengaruh yang menyebabkananak untuk berinteraksi dengan emosi yang sangat kuat dan adanya reaksi anakdengan emosi yang lemah.

Pada saat seorang anak meluapkan emosinya, seharusnya ia mendapatkanperhatian dari orang-orang di sekitarnya untuk mengendalikan emosi. Perhatiantersebut harus didapat dari orang-orang terdekat seperti orang tua, keluarga, guru,dan teman-teman. Reaksi-reaksi yang ditimbulkan anak pada masa ini adalahtakut, marah, sedih, gembira, dan cemburu. Apabila anak mengalami salah satukeadaan tersebut, maka diperlukan pendekatan, yang salah satunya denganmenggunakan komunikasi antar pribadi untuk mengatasinya.

Penelitian ini ingin mengetahui tentang bagaimana komunikasiantarpribadi dalam proses pengendalian emosi terhadap anak pra sekolah diPlaygroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus Jakarta. Untuk memperolehpengetahuan mengenai hal ini, maka peneliti menggunakan metodologi kualitatif.Yakni peneliti melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian dan bahkanikut terjun langsung selama 5 bulan. Selain observasi dan terjun langsung penelitijuga memperoleh data-data penelitian melalui wawancara.

Dari hasil observasi yang diperoleh di lapangan diketahui bahwakomunikasi antarpribadi dalam mengendalikan emosi anak sangat efektif. Hal inikarena anak-anak usia pra-sekolah masih mudah menerima apa yang kitasampaikan atau harapkan pada dirinya. Subyek yang diteliti melakukanpendekatan dengan komunikasi antar pribadi, yang dilakukan jika anak-anakmeluapkan emosinya. Keefektifan komunikasi dalam hubungan antarpribadiditentukan oleh kemampuan komunikan untuk mengkomunikasikan secara jelasapa yang ingin disampaikan, menciptakan kesan yang diinginkan, ataumempengaruhi orang lain sesuai keinginan komunikan.

Page 4: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

15

KATA PENGANTAR

“Alhamdulillah” merupakan yang paling pantas bagi saya untuk diucapkan

sebagai bentuk rasa syukur dan segala puji senantiasa penulis panjatkan kepada

Allah SWT. Dialah yang memberikan cinta, rahmat, karunia, nikmat, dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan

penelitian ini dengan judul “Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi dalam

Mengendalikan Emosi pada Anak Pra-sekolah di Play Group Caterpillar Super

Kids Lebak Bulus”.

Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga yaumul akhir.

Aamiinn.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program

pendidikan Strata 1 (satu) di bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas

Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis pun sadar tanpa dukungan dari lingkungan sekitar yang

memberikan motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak, sulit kiranya

menyelesaikan laporan penelitian ini. Karenanya, dari lubuk hati yang paling

dalam penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga

kepada kedua orang tuaku tercinta: Tasmadi dan Hasanah Latifah, yang telah

melimpahkan segala kasih sayangnya yang tiada akhir, atas pengorbanannya yang

tiada pamrih, nasihat dan do’anya yang berguna untuk memotivasi penulis dalam

menyusun skripsi ini segera selesai. Dan juga saya ucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Murodi, MA.

2. Bapak Dr. H. Arief Subhan selaku Pudek I, Bapak Drs. H. Mahmud

Djalal, MA selaku Pudek II, dan Pudek III bapak Drs. Study Rizal, LK,

MA.

3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Bapak Drs. Wahidin

Saputra MA. Dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Ibu

Umi Musyarofah MA, yang sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi.

Page 5: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

16

Yang telah banyak membantu penulis dalam melayani kebutuhan-

kebutuhan mahasiswa.

4. Drs. Jumroni, M.SI. selaku dosen pengajar dari mata kuliah metodologi

penelitian komunikasi. Karenanya peneliti dapat belajar banyak bagaimana

cara menyusun laporan yang baik.

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik dan membantu penulis selama

duduk di bangku kuliah dengan bimbingan, arahan, motivasi, dan

kesabaran serta keikhlasan dalam mendidik peneliti.

6. Kakak, adik dan keponakanku tercinta: Lilyz Miftahul Jannah, Kiki

Hasdiki, Reza Lukmanul Hakin, Sarah Saleh, Sultan Saleh, Alif Diaz

Hasdiki, Ana Huliyatul Jannah, Faridatul Jannah, Mujiburrahman, Nabila

Iffah, terutama Shellia Viantika yang banyak membantu dan mendukung

peneliti dalam menyusun laporan ini. Terima kasih atas semuanya.

7. Buat Imron Alwahdi, yang telah banyak membantu dan memberi semangat

dalam pembuatan laporan penelitian ini, dan selalu setia ada dalam suka

dan duka.

8. Sahabat-sahabat aku yang cantik semua dan baik hati: Khoerunnisa,

Maulida, Indira, Siti Muthi’ah, Azach, Fatimah Az-zahra. Makasih ya

dukungannya… Keep in touch galz!!!

9. Miss-miss di Caterpillar Super Kids: miss Juliet, miss Fitri, miss Dwi,

khususnya miss Saidah (Ida) yang telah banyak membantu peneliti.

10. Teman-teman KPI angkatan 2005, Indra Gunawan, Zakka Abdul Malik,

dan lain-lainnya.

11. Dan buat semua pihak yang turut mendukung dan membantu penulis

dalam menyusun laporan ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, saya

ucapkan banyak terima kasih.

Hanya kepada Allah, penulis memohon semoga amal baik yang telah

diberikan menjadi amal sholeh dan diterima di sisi Allah SWT. Amin.

Jakarta,

Penulis

Page 6: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

17

DAFTAR ISI

ABSTRAK...................................................................................................... i

KATA PENGATAR....................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................. 5

D. Metodologi Penelitian............................................................... 5

E. Tinjauan Pustaka....................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan ............................................................... 10

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Pengertian Efektifitas................................................................ 12

B. Komunikasi dan Komunikasi Antarpribadi

1. Pengertian Komunikasi ..................................................... 13

2. Pengertian Komunikasi Antarpribadi................................. 16

3. Tujuan Komunikasi Antarpribadi ...................................... 19

4. Efektifitas Komunikasi Antarpribadi ................................. 21

C. Emosi Anak

1. Pengertian Emosi dan Macam-macam Emosi .................... 26

2. Prinsip Utama Mengelola Emosi Anak.............................. 32

3. Sebab Utama dan Tanda Gejolak Emosi Anak................... 37

Page 7: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

18

4. Manfaat Pengendalian Emosi bagi Anak ........................... 43

D. Kondisi Psikologis (Intelegensi) Anak Pra-sekolah ................... 45

E. Upaya dengan Komunikasi Antar-pribadi

dalam Mengatasi Emosi Anak................................................... 49

BAB III: GAMBARAN UMUM PLAYGROUP CATERPILLAR

SUPERKIDS LEBAK BULUS

A. Sejarah Berdirinya Playgroup Caterpillar Superkids............... 54

B. Visi dan Misi ........................................................................ 55

C. Struktur Organisasi ................................................................ 56

D. Fasilitas yang Tersedia........................................................... 57

BAB IV : ANALISIS DATA EFEKTIFITAS KOMUNIKASI

ANTARPRIBADI DALAM MENGENDALIKAN EMOSI

ANAK PRA-SEKOLAH di PLAYGROUP CATERPILLAR

SUPERKIDS

A. Cara Pengendalian Emosi Anak Pra-sekolah di Playgroup

Caterpillar Superkids Lebak Bulus

1. Cara Pengendalian Emosi Takut pada Anak .................... 59

2. Cara Pengendalian Emosi Marah pada Anak .................... 60

3. Cara Pengendalian Emosi Gembira pada Anak ................ 63

4. Cara Pengendalian Emosi Sedih pada Anak ..................... 65

5. Cara Pengendalian Emosi Cemburu pada Anak ............... 66

Page 8: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

19

B. Respon Komunikasi Antarpribadi dalam Mengendalikan

Emosi Anak Pra-sekolah

di Playgroup Caterpillar Superkids Lebak Bulus .................... 67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................ 70

B. Saran-saran ........................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai umat muslim kita diwajibkan untuk dapat berkomunikasi dengan

baik dan efektif, karena komunikasi berpengaruh langsung pada tingkat dukungan

dan bantuan yang kita terima dari orang lain, serta mendikte kemampuan kita agar

gagasan kita diterima dan diterapkan.

Pemikiran seorang anak awal mulanya terbentuk dari hubungannya dengan

keluarga. Ia mendapati dirinya dicintai, disukai, dikucilkan, dicukupi, ataupun

dibiarkan. Atas dasar semua sikap ini, ia akan tumbuh dilingkupi rasa senang dan

percaya diri. Atau malah sebaliknya, ia merasa dibenci dan tidak percaya diri

sehingga ia terkekang dalam iklim psikologis yang hitam. Si anak akan terjebak

dalam kesulitan, kesusahan, dan keguncangan dalam menjalani hidupnya. Haus

akan kenikmatan dan ketenangan. Dan ia akan selalu merasa jenuh dan bosan.

Dari apa yang dipaparkan di atas, maka keluarga memiliki peran penting

dalam membentuk kepribadian anak. Bentuk hubungan yang melingkupi keluarga,

antara kedua orang tua dan anak-anaknya sangat menentukan sebaik apa tipe

kepribadian anak. Seorang anak lebih banyak berinteraksi dengan anggota

keluarganya daripada dengan komunitas masyarakat luar. Lebih-lebih pada fase

pertama hidupnya. Maka praktis, perasaannya tidak pernah jauh dari keluarga.

Pada beberapa kasus, ada anak yang sifat dan sikapnya berubah-ubah.

Bahkan ada anak yang jelas-jelas menunjukkan sifat tidak tenang. Mereka

memendam gejolak emosional yang tercermin pada gerakan-gerakan refleks yang

Page 10: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

21

tidak disengaja dan tidak dikehendaki. Contohnya memotong bulu mata,

menggerak-gerakkan bahu, menggeleng-gelengkan kepala, menggigit jari atau

pulpen, atau gerakan-gerakan lain yang dipandang tidak etis ditengah-tengah

masyarakat. Dan hasilnya, ibu marah dan membentaknya. Namun hal itu tidak

menghasilkan apa-apa.

Semua gerakan ini sejatinya adalah gerakan refleks yang tidak disengaja

da tidak dikehendaki. Penyebabnya adalah ketegangan jiwa yang dialami anak.

Yang mana ketegangan jiwa ini mengakibatkan susunan saraf ikut menegang.

Anak tersebut berusaha menghilangkannya dengan melakukan gerakan tadi secara

berkesinambungan.

Munculnya berbagai macam reaksi emosi terlihat sejak anak sudah mampu

untuk berhubungan dengan lingkungan di luar dirinya, yaitu reaksi terhadap benda

maupun orang lain di sekitarnya”1. Reaksi-reaksi emosi yang ditimbulkan anak

pada masa ini sebagai berikut:

1. Rasa takut. Dijumpai pada umumnya pada usia-usia tertentu dengan

bertambah pengalaman dan pengertian rasa takut akan berubah atau

berganti dengan rasa takut yang lebih kuat dan lebih lemah. “Takut

adalah perasaan yang sangat mendorong individu untuk menjauhi

sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu”2.

2. Rasa marah. Terjadi dan dijumpai pada usia-usia anak yang sudah

mengerti adanya orang lain dan benda lain di sekitarnya. “Sumber

1 Abu Bakar Baradja. Psikologi Perkembangan Tahapan dan Aspek-aspeknya, Cet. Ke-1

(Jakarta: Studis Press, 2005), h. 222-223. 2 Sarlito, W. Sarwono. Pengantar Umum Psikologi, Cet. Ke-9 (Jakarta: PT. Bulan

Bintang, 2003), h. 58.

Page 11: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

22

utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk

mencapai tujuannya”3.

3. Rasa cemburu, iri hati. Perasaan ini ditimbulkan adanya persaingan

yang muncul diantara anak yang lainnya. Perhatian yang berkurang

atau beralih pada yang lain, menginginkan permainan yang dimiliki

orang. “Kecemburuan adalah bentuk khusus dari kekhawatiran yang

didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan

ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari seseorang. Seseorang

yang cemburu selalu mempunyai sikap benci terhadap saingannya”4.

4. Rasa sedih. Rasa sedih yang terjadi pada masa ini sering terjadi karena

adanya imitasi, pada awal perkembangan anak belum mengerti dan

memahami kejadian yang menyebabkan sedih tersebut.

Rasa gembira. “Gembira adalah ekspresi dari kelegaan, yakni perasaan

terbebas dari ketegangan. Biasanya kegembiraan itu disebabkan oleh hal-hal yang

bersifat tiba-tiba (surprise) dan kegembiraan biasanya bersifat sosial, yaitu

melibatkan orang-orang lain di sekitar orang yang sedang gembira tersebut”5.

Emosi anak memang sudah umum kita lihat, dimana anak-anak meluapkan

emosinya jika sedang kesal. Seperti dengan mengamuk, berkelahi, mengolok-

olok, jika rasa kesal dan marah mereka meluap yang tanpa kita tahu penyebabnya.

Namun ada juga anak yang meluapkan emosinya dengan perasaan senang, misal

dengan bercanda bersama teman-temannya untuk menandakan perasaan senang

atau gembira. Dan terkadang sebagai pihak ibu pun tidak dapat mengatasi

anaknya yang selalu meluapkan emosinya tersebut.

3 Ibid., h. 59.

4 Ibid 5 Ibid

Page 12: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

23

Pada pengamatan awal di Playgroup Caterpillar Super Kids, terlihat bahwa

anak yang sedang meluapkan emosinya dapat dikendalikan oleh guru di sekolah

dengan menggunakan komunikasi antarpribadi. Karena itu peneliti tertarik untuk

mengetahui lebih jauh tentang efektifitas komunikasi antarpribadi dalam

mengendalikan emosi anak, hal ini agar hidup anak menjadi lebih terencana dan

terkendali. Karena pada masa kanak-kanak dalam Islam digambarkan sebagai

suatu keindahan dunia, yang diliputi oleh kebahagiaan, keindahan, cita-cita, cinta

dan fantasi.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk menyikapi permasalahan di atas maka peneliti ingin memberikan

batasan dan perumusan masalah agar permasalahan yang ada dapat diatasi dengan

baik. Untuk mempermudah peneliti memberi batasan yaitu, hanya mengamati satu

kelas dalam mencari data, yaitu kelas Jumper, yakni kelas yang diduduki oleh

anak usia 3-4 tahun. Peneliti hanya memberi batasan seperti ini dikarenakan

keterbatasan ilmu, waktu dan tenaga. Adapun perumusan masalah tersebut adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru

dalam mengendalikan emosi anak pra-sekolah?

2. Bagaimana efektifitas komunikasi antarpribadi dalam pengendalian emosi

anak di playgroup Caterpillar Super Kids?

Page 13: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

24

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk memperoleh gambaran tentang keefektifan komunikasi antarpribadi

dalam proses pengendalian emosi pada anak pra-sekolah di Playgroup Caterpillar

Super Kids Lebak Bulus.

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini mengacu pada beberapa kepentingan, yaitu :

1. Manfaat Teoritis, yaitu pengembangan ilmu pengetahuan dan

menambah wawasan tentang masalah-masalah anak, terutama dalam

megendalikan emosi pada anak.

2. Manfaat praktis, yaitu diharapkan dari hasil penelitian ini dapat

bermanfaat bagi pembaca, terutama kaum orang tua yang ingin

mengetahui bagaimana caranya untuk bisa mengendalikan emosi pada

anaknya.

E. Metodologi Penelitian

1. Sumber data

Satuan kajian menurut Lexy J. Moleong biasanya ditetapkan juga

dalam rancangan penelitian. Dalam penelitian ini, ada empat satuan kajian

yang terdiri dari pengurus organisasi, siswa-siswi Playgroup Caterpillar

Super Kids, guru-guru yang di Playgroup Caterpillar Super Kids, dan

orang tua dari siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids, dengan

rincian : 1 kelompok bermain yang terdiri dari 10 murid kelas Jumper

Page 14: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

25

Playgroup Caterpillar Super Kids, yang bernama Kirani (perempuan),

Winahyo (laki-laki), Nayla (perempuan), Daffa (laki-laki), Adrien

(perempuan), Brandon (laki-laki), Rafif (laki-laki), Tania (perempuan),

Namira (perempuan), dan Diandra (perempuan), lalu 1 orang guru

bernama Saidah dari siswa-siswi kelas Jumper, dan 1 orang tua dari siswa-

siswi Playgroup Caterpillar Super Kids yang bernama Ibu Titi. Pencatatan

data dilakukan dengan menggunakan sample bertujuan, maksudnya untuk

menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber. Hal ini

didasarkan atas pendapat Moleong bahwa “Pada penelitian kualitatif tidak

ada sample acak tetapi sample bertujuan”.6 Mengenai hal ini maka subyek

yang diteliti adalah guru, dan objek penelitiannya adalah komunikasi

antarpribadi antara guru dan murid dalam mengendalikan emosi yang

timbul.

2. Pendekatan yang digunakan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Dan pada pendekatan kualitatif harus meneliti secara berulang-ulang, guna

peneliti memperoleh data yang mendalam tentang objek yang dikaji.

Untuk itu peneliti turut berperan dalam lingkungan sekolah, agar data

yang diperlukan diperoleh secara mendalam. Selain itu pendekatan

kualitatif ini dapat digunakan untuk menemukan perspektif baru tentang

hal-hal yang sudah banyak diketahui. Dalam hal ini yang akan diteliti

adalah keefektifan komunikasi antarpribadi dalam mengendalikan anak

pra-sekolah yang suka meluapkan emosinya di Playgroup Caterpillar

6 Lexy J. Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif, cet ke-20, edisi revisi (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2004), h. 224.

Page 15: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

26

Super Kids Lebak Bulus, baik berdasarkan pengamatan langsung di

lapangan maupun wawancara dengan guru. Dalam penelitian kualitatif,

metode yang digunakan yaitu observasi yang artinya pengamatan dengan

menggunakan panca indera langsung untuk melihat sendiri, kemudian

mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan

sebenarnya. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini juga melalui

wawancara, wawancara dilakukan untuk memperluas informasi yang

diperoleh. Instrumen dari penelitian ini adalah peneliti sendiri karena ia

sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,

penafsir data, dan pada akhirnyaia menjadi pelapor hasil penelitian.7 Dan

dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh pengurus sekolah yang

bernama Ibu Juliet Kiroma, seorang guru yang bernama Saidah (miss Ida),

dan 1 orang tua murid yang bernama Ibu Titi.

3. Teknik Pengumpulan data

a. Observasi

Alasan untuk mengambil teknik observasi atau pengamatan, karena

didasarkan pengalaman secara langsung yang memungkinkan peneliti

untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan

kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Karena

selain sebagai pengamat, peneliti juga turut berperan serta selama 5

bulan. Dan dalam kurun waktu tersebut, Alhamdulillah peneliti

memperoleh data-data sesuai dengan yang dibutuhkan.

7 Ibid., h. 168-173.

Page 16: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

27

b. Wawancara

Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Jenis

wawancara yang peneliti gunakan yaitu dengan pembicaraan informal,

di mana hubungan pewawancara dengan nara sumber adalah dalam

suasana biasa dan wajar. Peneliti mewawancarai nara sumber miss Ida

selaku guru kelas Jumper, dan ibu Titi selaku orang tua murid, serta

ibu Juliet selaku pengurus sekolah.

c. Dokumen

Dokumen menurut Guba dan Lincoln (1981: 228) adalah setiap bahan

tertulis ataupun film. Alasan menggunakan dokumen karena

merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong, sebagai bukti

untuk suatu pengujian dan berguna, serta sesuai dengan penelitian

kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir

dan berada dalam konteks. Jenis dokumen yang digunakan oleh

peneliti yaitu menggunakan laporan catatan diri siswa, keadaan, dan

aturan dari Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus.

4. Analisis Data

Dalam menganalisa data hasil observasi, peneliti

menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian

menyimpulkannya, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang nampak

pada data tersebut. Analisa data melibatkan upaya mengidentifikasi ciri-

ciri suatu objek dan kejadian. Kategori dari analisa data ini diperoleh

berdasarkan fenomena yang nampak pada cara-cara mengendalikan anak

yang suka meluapkan emosinya.

Page 17: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

28

5. Teknik pemerikasaan keabsahan data

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-

unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang

sedang dicari, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara

rinci. Maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai

dengan rumusan masalah saja.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan pustaka peneliti mengumpulkan teori-teori atau konsep-

konsep yang terkait dengan topik yang peneliti ambil, yakni Efektifitas

Komunikasi Antarpribadi dalam Mengendalikan Emosi Anak Pra-sekolah di

Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus.

Efektifitas diambil dari kata “efek” yang berarti akibat atau pengaruh,

sedangkan “efektif” berarti adanya pengaruh atau adanya akibat serta

penekanannya jadi sesuatu. Jadi “efektiifitas” berarti keberpengaruhan atau

keadaan berpengaruh (keberhasilan setelah melakukan sesuatu).8

Benak manusia memiliki tiga fungsi: berfikir, merasa, dan berkehendak,

(kognisi, emosi, dan perilaku). “Setiap aspek berhubungan dengan kedua aspek

yang lain dan tidak terjadi secara berpisah. Jadi, bila perasaan dialami, maka

pikiran akan menyertainya dan juga perilaku terjadi pada saat yang sama”.9

Adalah keliru untuk berpendapat bahwa emosi dihasilkan seluruhnya oleh otak.

8 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar B. Indonesia, Cet. Ke-7, edisi 2 (Jakarta: Balai Pustaka

Depdikbud, 1995), h. 250. 9 Jhon Pearce, Bagaimana Mengatasi Perkelahian, Olok-olok dan Gertakan, Cet. ke-1

(Jakarta: PT. Binarupa Aksara, 1990), h.47.

Page 18: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

29

William McDougall, psikolog, menyebutkan bahwa faktor-faktor personal

(yang datang dari dalam diri individu) akan menentukan interaksi sosial dan

masyarakat. Manusia memiliki sejumlah naluri (instink) yang membuat dirinya

melakukan berbagai tindakan dalam konteks interaksinya denga individu lain.

Manusia berperang karena memperturutkan instink berkelahinya. Kita senang

berkelompok dan berorganisasi karena didorong instink berkelompok. Begitu

seterusnya.10

Menurut kamus ilmiah populer, karangan Drs. M. Ridwan dkk, “Emosi

yaitu perasaan, kemampuan jiwa untuk merasakan gejala sesuatu yang disebabkan

oleh rangsangan dari luar (rasa sedih, susah, marah)”.11

Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi. Pendapat yang

nativistik mengatakan bahwa “emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak

lahir. Sedangkan pendapat empiristik mengatakan bahwa emosi dibentuk oleh

pengalaman dan proses belajar.”12

Dalam komunikasi Antarpribadi, konsep diri sangat penting. Setiap orang

akan bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya. 13

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan penulisan laporan ini, maka penulis

mengklasifikasikan permasalahan dalam beberapa bab yang saling berhubungan,

10

Siti Mutmainah dan Ahmad Fauzi, Modul UT “Psikologi Komunikasi” , Cet. ke-8

(Jakarta: Universitas Terbuka , 2005), h. 2. 11

Drs. M. Ridwan dkk, Kamus Ilmiah Populer (Jakarta: Pustaka Indonesia, 1999). h. 45. 12

Sarlito. W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, Cet. ke-9 (Jakarta: PT. Bulan

Bintang, 2003), h. 54. 13

Siti Mutmainah dan Drs. Ahmad Fauzi, h. 5-11.

Page 19: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

30

sehingga tampak adanya gambaran yang terarah. Adapun sistematika

penulisannya sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, kerangka teori,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan umum dan landasan teori tentang Komunikasi Antarpribadi dan

Emosi Anak.

Bab III Gambaran umum Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus.

Bab IV Analisis data yang telah diperoleh di lapangan, yang kemudian

dibandingkan dengan teori yang digunakan.

Bab V Penutup yang terdiri dri kesimpulan dan saran, serta diakhiri dengan

daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Efektivitas

Efektivitas diambil dari kata “efek” yang berarti akibat atau pengaruh,

sedangkan “efektif” berarti adanya pengaruh atau adanya akibat serta

Page 20: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

31

penekanannya jadi sesuatu. Jadi “efektivifitas” berarti keberpengaruhan atau

keadaan berpengaruh (keberhasilan setelah melakukan sesuatu).14

Menurut Jhon M. Echols dan Hasan Shadily dalam kamus Inggris-

Indonesia, efektivitas secara etimologis berasal dari kata efektif artinya berhasil

guna.15

Efektivitas dalam Kamus Besar “Bahasa Indonesia” berasal dari kata

efektif yang artinya:16

1. Dengan adanya efek (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)

2. Manjur atau mujarab (tentang obat)

3. Dapat membawa hasil, berhasil guna (tentang usaha, tindakan)

4. Hal mulai berlakunya (tentang Undang-undang peraturan).

Efektivitas dalam The Oxford English Dictionary mengartikan sebagai

“the quality of being effective in various sense” 17, secara sederhana dapat

diartikan sebagai suatu kualitas yang menjadikan efektif dalam berbagai hal atau

bidang.

Menurut Ensiklopedi Umum, Efektivitas menunjukkan taraf tercapaiannya

tujuan usaha, dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal

keefektifan adalah pencapaian prestasi dari tujuan, taraf efektivitas dapat

dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti.18

14 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar B. Indonesia. Cet. Ke-7, edisi 2 (Jakarta: Balai Pustaka

Depdikbud, 1995), h. 250. 15

Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Cet. Ke-8 (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 1990), h. 207. 16

Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 219. 17

Erick Buckley, The Oxford English Dictionary, Vol. III (Oxford: the clarendon press,

1978), h. 49. 18 A. B. Prinnodigdo dan Hasan Shadily, Ensiklopedi Umum (Yogyakarta: Kanisius,

1990). h. 51.

Page 21: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

32

Dalam upaya mengukur sejauh mana tingkat keefektifan, F. X Swarto

mengemukakan bahwa terdapat tiga pendekatan dalam hal pengukuran

keefektifan, yaitu:

1. Pendekatan tujuan, yaitu pendekatan yang menekankan pada pentingnya

pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian keefektifan.

2. Pendekatan teori sistem, yaitu pendekatan yang menekankan pentingnya

adaptasi tuntunan sebagai kriteria penilaian keefektifan sehingga satu

elemen dari sejumlah elemen saling tergantung.

3. Pendekatan teori multiple konstituensi, organisasi dapat dikatakan efektif

bila dapat memenuhi tuntunan dari konstituensi yang menjadi pendukung

kelanjutan eksistensi organisasi tersebut.

B. Komunikasi dan Komunikasi Antarpribadi

1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia

akan tampak “hampa” atau tiada kehidupan sama sekali apabila tidak ada

komunikasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia baik secara

perorangan, kelompok atau organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Dua orang

dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi.

Aksi dan reaksi yang dilakukan manusia ini (baik erorangan, kelompok,

organisasi) dalam ilmu komunikasi disebut sebagai tindakan komunikasi.19

Menurut Onong Uchjana Effendi. Komunikasi secara etimologis berasal

dari bahasa Latin, yakni “communication” yang bersumber dari kata “communis”.

19 T. A Lathief Rusydi, Dasar-dasar Rethorika Komunikasi dan Informasi, Cet, Ke-1

(Medan: T.pn.,1985), h. 48.

Page 22: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

33

Arti communis disini adalah sama, dalam arti sama makna, yaitu sama makna

mengenai suatu hal. Sedangkan secara terminologis komunikasi berarti proses

penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.20

Edward Depari dalam karyanya “Komunikasi dalam organisasi” yang

dikutip A. W Widjaja, mengatakan komunikasi adalah proses penyampaian

gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu.

Mengandung arti, dilakukan oleh penyampaian pesan ditujukan kepada penerima

pesan.21

Keith Davis menddefinisikan komunikasi sebagai, “the transfer of

information and understanding from one person to another person”22

secara

sederhana diartikan “Pengiriman informasi dan pemahaman dari satu orang

kepada orang lain”.

Menurut Noel Gist, bilamana interaksi sosial meliputi pengoperan arti-arti

dengan jalan menggunakan lambang-lambang, maka ini dinamakan komunikasi.23

Komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan

penyampaian atau pengoperan lambang-lambang, yang mengandung arti atau

makna. Atau perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang

kepada orang lain24

20

Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi Cet. Ke-4 (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2000), h. 3-4. 21

A. W Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Cet, Ke-2 (Jakarta: Rineka Cipta,

2000), h. 13. 22

Keith Davis, Human Behavior at work: Organizational Behavior,6th

ed. (New York:

Mc Graww Hill, 1981), h. 399. 23

Onong Uchjana Effendy, h. 10. 24 James G. Robbins, Komunikasi Yang Efektif (Jakarta : Cv. Pedoman Ilmu Jaya, 1995),

h.1.

Page 23: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

34

Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si

pengirim dan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.25 Menurut

kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi

antar manusia (Human Communication) bahwa :

Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki

orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan

antar sesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk

menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha merubah

sikap dan tingkah laku itu.

Everett M. Rogers seorang pakar sosiologi pedesaan Amerika

mendefinisikan bahwa :

Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada

satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.26

Komunikasi telah kita definisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar

manusia. Dari definisi ini terlihat bahwa untuk dapat terjadi proses komunikasi

minimal terdiri dari tiga unsur utama, yakni:

a. Pengirim pesan (komunikator)

b. Pesan

c. Penerima pesan (komunikan)27

Antara komunikator dan komunikan, dalam berkomunikasi menghasilkan

empat tindakan, yaitu ; membentuk pesan, menyampaikan transmisi, menerima

pesan, dan mengolah pesan.

2. Pengertian Komunikasi Antarpribadi

25

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara,t.t.), h.4. 26

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT. Raja grafindo Persada,

2006), h.18-19. 27 Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi (Bogor : Ghalia Indonesia, 2004), h.

18.

Page 24: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

35

Ada tiga perspektif yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang

definisi komunikasi antarpribadi, yaitu:28

a. Perspektif komponensial, yaiti definisi komunikasi antarpribadi yang

dilihat dari komponen-komponennya. Komunikasi antarpribadi dalam

definisi ini diartikan sebagai proses mengirim dan menerima pesan-pesan

diantara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang, dengan berbagai

umpan balik dan efek.

b. Perspektif pengembangan, yaitu definisi komunikasi antarpribadi yang

dilihat dari “proses pengembangannya”. Komunikasi dalam definisi ini

dianggap sebagai proses yang berkembang, yakni dari hubungan yang

bersifat impersonal meningkat menjadi hubungan interpersonal. Suatu

komunikasi dikatakan bersifat interpersonal bila berdasarkan pada a) data

psikologis; b) pengetahuan yang dimiliki, dan c) aturan-aturan yang

ditentukan sendiri oleh para pelaku komunikasi.

c. Perspektif relasional, yaitu definisi komunikasi antarpribadi yang dilihat

dari hubungan diantara dua orang.

Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia

akan tampak “hampa” atau tiada kehidupan sama sekali apabila tidak ada

komunikasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia baik secara

perorangan, kelompok atau organisasi tidak mungkin dapat terjadi.29

Sebagian

besar interaksi antar manusia berlangsung dalam situasi komunikasi antarpribadi.

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua

orang, di mana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini

28

Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk., Pengantar Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka,

1999), h. 109. 29

. Ibid., h. 2.

Page 25: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

36

biasanya berlangsung secara berhadapan muka, bisa juga melalui sebuah medium

telepon30.

Komunikasi antarpribadi dapat terjadi dalam konteks satu komunikator

dengan satu komunikan (komunikasi diadik: dua orang) atau satu komunikator

dengan dua komunikan (komunikasi triadik: tiga orang). Lebih dari tiga orang

biasanya dianggap komunikasi kelompok. Dalam komunikasi antarpribadi,

biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut:31

a. Komunikator relatif cukup mengenal komunikan, dan sebaliknya,

b. Pesan dikirim dan diterima secara simultan dan spontan, relatif kurang

terstruktur,

c. Umpan balik (feedback) dapat diterima dengan segera.

Dalam tataran antarpribadi, komunikasi berlangsung secara sirkuler, peran

komunikator dan komunikan terus dipertukarkan, karenanya dikatakan bahwa

kedudukan komunikator dan komunikan relatif setara. Efek komunikasi

antarpribadi, paling kuat diantara tataran komunikasi lainnya. Dalam komunikasi

antarpribadi, komunikator dapat mempengaruhi langsung tingkah laku (efek

konatif) dari komunikannya, memanfaatkan pesan verbal dan non-verbal, serta

segera merubah atau menyesuaikan pesannya apabila didapat umpan balik negatif.

Menurut Gerald A Miller komunikasi antarpribadi dapat dilihat dari 3

tigkatan analisis:

a. Analisis tingkat kultural, bahwa untuk dapat berkomunikasi dengan orang

lain paling tidak mempunyai kesamaan kultral.

30 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, h. 48. 31

Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 31.

Page 26: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

37

b. Analisis tingkat sosiologis, yaitu komunikator melakukan prediksi

mengenai reaksi komunikan terhadap pesan yang disampaikan berdasarkan

keanggotaan kelompok yang mempunyai aturan-aturan yang bernilai.

c. Analisis tingkat psikologis, komunikator ataupun komunikan mampu

memprediksi kejiwaan lawannya.

Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi

merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan.

Keefektifan komunikasi dalam hubungan antarpribadi ditentukan oleh

kemampuan kita untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin kita

sampaikan, menciptakan kesan yang kita inginkan, atau mempengaruhi orang lain

sesuai keinginan kita. Dengan cara berlatih mengungkapkan maksud keinginan

kita, menerima umpan balik tentang tingkah laku kita, dan memodifikasi tingkah

laku kita sampai orang lain mempersepsikannya sebagaimana kita maksudkan.

Komunikasi antarpribadi merupakan landasan dari komunikasi pada

tataran di atasnya. Dalam tataran antarpribadi, komunikasi relatif lebih dinamis,

bersifat dua arah, komunikator dan komunikan sama-sama aktif saling

mempertukarkan pesan (mengirim dan menerima pesan) untuk dimaknai dan

ditanggapi oleh pihak lainnya. Jadi, disebut komunikasi antarpribadi jika antara

komunikator dan komunikan mempunyai persepsi yang sama, saling kenal, dan

mempunyai tujuan yang sama.

3. Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa tujuan-tujuan komunikasi

antarpribadi ini tidak harus dilakukan dengan sadar ataupun dengan suatu maksud,

Page 27: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

38

tetapi bisa pula dilakukan dengan tanpa sadar ataupun tanpa maksud tertentu.

Berikut tujuan dari komuikasi antarpribadi:32

a. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Salah satu cara untuk mengenal diri kita sendiri adalah melalui komunikasi

antarpribadi. Dengan membicarakan tentang diri kita sendiri pada orang lain,

kita akan mendapat perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami

lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita.

Melalui komunikasi antarpribadi kita juga belajar tentang bagaimana dan

sejauh mana kita harus membuka diri pada orang lain. Selain itu, komunikasi

antarpribadi kita juga akan mengetahui nilai, sikap dan perilaku orang lain.

Serta kita dapat memprediksi tindakan orang lain.

b. Mengetahui dunia luar

Komunikasi antarpribadi juga memungkinkan kita untuk memahami

lingkungan kita secara baik yakni tentang objek, kejadian-kejadian orang lain.

Banyak informasi yang kita miliki sekarang berasal dari interaksi antarpribadi.

c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna

Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial.

Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin menciptakan dan

memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Hal ini karena kita ingin

merasakan dicintai dan disukai serta menyayangi dan menyukai orang lain.

d. Mengubah sikap dan perilaku

Dalam komunikasi antarpribadi sering kita berupaya mengubah sikap dan

perilaku orang lain. Kita ingin seseorang memilih suatu cara tertentu, mencoba

32 Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk., Pengantar Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka,

1999), h. 112-113.

Page 28: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

39

makanan baru, membeli suatu barang, mendengarkan musik tertentu, dan

sebagainya. Intinya, kita banyak mempergunakan waktu untuk mempersuasi

orang lain melalui komunikasi antarpribadi.

e. Bermain dan mencari hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan.

Bercerita dengan teman tentang kegiatan di akhir pekan, menceritakan tentang

kejadian-kejadian lucu dan pembicaraan-pembicaraan lain yang hamper sama

merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan. Seringkali

tujuan ini dianggap tidak penting, tetapi sebenarnya komunikasi yang

demikian perlu dilakukan, karena bisa memberi suasana yang lepas dari

keseriusan, ketegangan, kejenuhan dan sebagainya.

f. Membantu

Psikiater, psikologi klinik dan ahli terapi adalah contoh-contoh profesi

yang mempunyai fungsi menolong orang lain. Tugas-tugas tersebut sebagian

besar dilakukan melalui komunikasi antarpribadi. Demikian pula, kita sering

memberikan berbagai nasihat dan saran kepada teman-teman kita yang sedang

menghadapi suatu persoalan dan berusaha untuk menyelesaikan persoalan

tersebut.

Tujuan-tujuan komunikasi antarpribadi yang diuraikan di atas dapat dilihat

dari dua perspektif, yaitu:

1) Tujuan yang dilihat sebagai motivasi atau alasan mengapa seseorang

terlibat dalam komunikasi antarpribadi.

2) Tujuan-tujuan yang dilihat sebagai hasil atau efek dari komunikasi

antarpribadi.

Page 29: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

40

4. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi

Efek komunikasi adalah pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator

dalam diri komunikannya. Efek komunikasi dapat kita bedakan atas efek kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap), dan konatif (tingkah laku). Efek komunikasi dapat

diukur dengan membandingkan antara pengetahuan, sikap, dan tingkah laku

sebelum dan sesudah komunikan menerima pesan (Stuart, 1987). Karenanya, efek

adalah salah satu elemen komunikasi yang penting untuk mengetahui berhasil atau

tidaknya komunikasi yang diinginkan.33

Komunikasi antarpribadi, sebagai suatu bentuk perilaku, dapat berubah

dari sangat efektif ke sangat tidak efektif. Pada suatu saat komunikasi bisa lebih

buruk dan pada saat lain bisa lebih baik

Karakteristik-karakteristik efektivitas komunikasi antarpribadi oleh

Yoseph De Vito (1986) dalam bukunya “The Interpersonal Communication

Book” dilihat dari dua perspektif, yaitu:34

a. Perspektif Humanistik

Pendekatan ini berasal dari psikologis humanistik yang dinyatakan oleh

Abraham Maslow, Gordon Allport dan Carl Rogers. Berikut adalah uraian

mengenai sifat-sifat yang tercakup dalam perspektif humanistik.

1) Keterbukaan, artinya kita harus mau membuka diri pada orang lain,

memberikan reaksi-reaksi pada orang lain dengan spontan dan tanpa dalih

perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang dimiliki kita.

2) Empati, yaitu kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada

peranan atau posisi orang lain.

33 Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 110-111. 34

Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk., Pengantar Komunikasi, h. 123.

Page 30: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

41

3) Perilaku suportif, ditandai dengan sifat deskripsi, spontanitas dan

provisionalisme yang mendorong peilaku suportif.

4) Perilaku positif, adalah ekspresif sikap-sikap positif terhadap diri sendiri,

orang lain dan situasi.

5) Kesamaan, kesamaan disini meliputi 2 hal: i). Kesamaan dalam “bidang

pengalaman” seperti nilai, sikap, perilaku, pengalaman, dan sebagainya.

ii). Kesamaan dalam hal mengirim dan menerima pesan.

b. Perspektif Pragmatis

Perspektif pragmatis atau perilaku, menekankan manajemen interaksi,

kebersamaan dan sifat-sifat umum yang membantu mencapai berbagai tujuan

yang diinginkan dalam komunikasi antarpribadi. Pendekatan ini berasal dari

pendekatan pragmatis yang dinyatakan oleh Paul Watzlawick, William Ledeer

dan Don Jackson. Berikut adalah uraian mengenai sifat-sifat yang tercakup dalam

perspektif pragmatis.

1) Sikap yakin. Tidak mempunyai perasaan malu dan gelisah dalam

menghadapi orang lain, tetapi mempunyai rasa percaya diri yang bersikap

luwes dalam berbagai situasi komunikasi.

2) Kebersamaan. Sifat ini ditandai dengan adanya hubungan dan rasa

kebersamaan dengan memperhatikan perasaan dan kepentingan orang lain.

3) Manajemen interaksi. Adalah mengontrol dan menjaga interaksi dengan

maksud untuk memuaskan kedua belah pihak, yang ditunjukkan dengan

mengatur isi, kelancaran dan arah pembicaraan secara konsisten.

4) Perilaku ekspresif. Keterlibatan sungguh-sungguh dalam interaksi dengan

orang lain, yang diekspresikan secara verbal dan non-verbal.

Page 31: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

42

5) Orientasi pada orang lain. Kemampuan seseorang untuk beradaptasi pada

orang lain selama interaksi, dengan menunjukkan perhatian, kepentingan

dan pendapat orang lain.

6) Untuk mencapai efektivitas komunikasi, seseorang harus memiliki sifat

yang berorientasi pada orang lain. Artinya adalah kemampuan seseorang

untuk beradaptasi dengan orang lain selama komunikasi antarpribadi.

Page 32: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

43

C. mosi Anak

������������������������������������ �������� �������������������� ����������������

������������������������������������ �������� ���� !!!!"""" ####$$$$%%%%&&&&''''

(((())))****++++----....////0000 ����1111####2222&&&&////33334444 ������������////$$$$��������5555

����6666!!!!""""����77778888%%%%����9999 ������������::::;;;;****<<<<��������$$$$%%%%����$$$$ ����������������

������������������������::::;;;;�������������������� ((((====���������������� .����>>>>????++++ ????&&&&@@@@

Artinya:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan

dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap

(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah

dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” Q.S. An-nisaa’(4): 9.

Sebagai orang tua harus bangga dan gembira apabila Allah memberikan

keturunan kepada kita dan sayangilah anak tersebut tanpa paksaan. Islam

mengagungkan dan selalu memelihara kepentingan anak, bukan hanya setelah

anak lahir, melainkan semenjak ia masih berada dalam kandungan.

Ikatan keluarga dalam Islam dianggap sebagai pemula kelompok sosial.

Keluarga terdiri dari orang tua dan anak-anak, dan dalam hati orang tua tersebut

bersemayam rasa cinta terhadap anak yang tak pernah putus.

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai orang tua hendaklah

menyangi anak mereka sepenuh hati tanpa ada kebohongan. Seperti jangan terlalu

mengumbar-umbar janji kepada anak mereka dalam mendidik, karena jika janji

tersebut tidak terpenuhi, anak akan memendam rasa kecewa yang berat dan akan

menimbulkan rasa sedih. Sebab anak tersebut merasa bahwa orang tuanya tidak

menyayangi mereka karena telah membohonginya dengan tidak menepati janji

untuk membelikannya sesuatu. Padahal sebagai orang tua bertanggung jawab

untuk menyenangkan hati buah hati mereka. Karena bagi anak-anak, orang tua

Page 33: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

44

merupakan panutan dalam kehidupan mereka, terlebih di masa awal anak mulai

mempelajari lingkunagan sekitarnya.

1. Pengertian Emosi dan Macam-macam Emosi

Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan

tertentu, yaitu perasaan senang atau tidak senang. “Perasaan senang atau tidak

senang yang selalu menyertai perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif.

Warna ini kadang-kadang kuat, kadang lemah, atau samar-samar saja. Dalam hal

ini warna efektif yang kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam,

lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan itu disebut emosi”35

.

Benak manusia memiliki tiga fungsi: berpikir, merasa, dan berkehendak,

(kognisi, emosi dan prilaku). “Setiap aspek berhubungan dengan ke dua aspek

yang lain dan tidak terjadi secara berpisah. Jadi, bila perasaan dialami maka

pikiran akan menyertainya dan juga prilaku terjadi pada saat yang sama”36.

Adalah keliru untuk berpendapat bahwa emosi dihasilkan seluruhnya oleh otak.

“Saraf di dalam otak meneruskan pesan dari satu serat ke serat yang lain

melalui agen pengirim kimia yang terdiri dari beberapa buah. Kadar dari bahan

kimia dan keseimbangan diantar bahan-bahan tersebut penting dalam menentukan

cara emosi dialami. Bila kadarnya tidak seimbang, suasana hati yang tidak

menyenangkan seperti kejengkelan, kecemasan, atau depresi mungkin timbul”.37

Beberapa macam emosi antara lain; gembira, bahagia, jemu, benci, terkejut, was-

was, dan sebagainya.

35

,Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, h. 54. 36 Jhon Pearce, Bagaimana Mengatasi Perkelahian, Olok-olok dan Gertakan, h. 47. 37

Ibid., h. 48-49.

Page 34: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

45

“Emosi-emosionalitas merupakan daya penggerak suatu tingkah laku.

Dengan demikian dalam usaha mencari sumber-sumber persoalan dan sebab-

sebab daripada tingkah laku anak. Tibalah saatnya untuk melihat emosionalitas

anak. Pelampiasan kekecewaan melalui kemarahan sebagai reaksi terhadap

frustasi, memperlihatkan adanya emosi yang sedang menggerakkan tingkah laku

anak. Emosi-kemarahan, telah menyebabkan anak melakukan macam-macam

tingkah laku. Suatu bentuk lain, yang sering kurang dimengerti sebagai suatu

sebab situasi yang menimbulkan reaksi tertentu adalah ketakutan”.38

Menurut Kamus Ilmiah Populer, karangan Drs. M. Ridwan dkk. “Emosi

yaitu perasaan, kemampuan jiwa untuk merasakan gejala sesuatu yang disebabkan

oleh rangsangan dari luar (rasa sedih, susah, marah)”39

.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Pendidikan dasar (Nugroho Dewanto)

“emosi yaitu luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu yang

singkat”40.

Menurut kamus lengkap psikologi (Jp. Chaplin) “emosi yaitu suatu

keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang

disadari, yang mendalam sifatnya dan perubahan perilaku”.41

Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi. Pendapat yang

nativistik mengatakan bahwa “emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak

38

Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, Cet. Ke-1 (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 68-69. 39

M, Ridwan, dkk., Kamus Ilmiah Populer, h 45. 40

Nugroho Dewanto, Kamus Bahasa Indonesia Pendidikan Dasar (Bandung: Yrama

Widya, 2004). h. 25. 41 JP. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono, Cet. Ke- 9

(Jakarta: Rajawali Press, 2004). h. 63.

Page 35: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

46

lahir. Sedangkan pendapat empiristik mengatakan bahwa emosi dibentuk oleh

pengalaman dan proses belajar”.42

Salah satu penganut paham navistik adalah Rene Descartes. Ia mengatakan

bahwa “sejak lahir telah mempunyai enam emosi dasar, yakni: cinta,

kegembiraan, keinginan, benci, sedih, dan kagum”.43

Wilhem Wundt (1832-1920) mengemukakan tiga pasang kutub emosi,

yakni: “Lust – Unlust (senang – tidak senang), Spannung – Losung (tegang – tidak

tegang), Erregung – Berubigung (semangat – tenang). Jadi, kalau seorang melihat

harimau, maka emosinya adalah Unlust, Spannung, dan Erregung; kalau seorang

mahasiswa lulus ujian, emosinya adalah Lust, Losung, dan Berubigung dan

seterusnya”.44

a. Perubahan-perubahan pada tubuh saat terjadi emosi

“Terutama pada emosi yang kuat, seringkali terjadi juga perubahan-

perubahan pada tubuh kita, antara lain”.45

1) Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona

2) Peredaran darah: bertambah cepat bila marah

3) Denyut jantung: bertambah cepat bila terkejut

4) Pernafasan: bernafas panjang kalau kecewa

5) Pupil mata: membesar bila sakit atau marah

6) Liur: mongering kalau takut atau tegang

7) Bulu roma: berdiri kalau takut

8) Pencernaan: mules atau mencret-mencret kalau tegang

42

Sarlito. W. Sarwono, Penagntar Umum Psikologi, h. 54. 43

Ibid., h. 54-55. 44 Ibid., h. 55-56. 45

Ibid.,

Page 36: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

47

9) Otot: ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau

bergetar (tremor)

10) Komposisi darah: komposisi darah akan ikut berubah dalam keadaan

emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif.

b. Faktor yang mempengaruhi emosi

“Emosi pada anak-anak mengalami perbedaan satu anak dengan anak yang

lainnya. Perbedaan itu terjadi karena adanya pengaruh yang menyebabkan anak

untuk berinteraksi dengan emosi yang sangat kuat dan adanya reaksi anak dengan

emosi yang lemah”.46

Diantara faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut

ialah:

1) Kecerdasan: Perkembangan kecerdasan anak sangat mempengaruhi reaksi

emosi yang ditimbulkan. Anak mempunyai kecerdasan dan

keingintahuannyang baik, ternyata lebih aktif untuk merespon rangsangan

untuk membangkitkan emosinya. Dibandingkan anak yang tidak

mempunyai rasa keingintahuan dan kurang kecerdasan.

2) Jenis kelamin: karena pengkodisian anak sehingga banyak anak laki-laki

yang menggunakan secara aktif emosinya, seperti ledakan emosi marah

lebih ditujukan pada anak laki-laki, dibandingkan dengan anak perempuan.

Sebaliknya rasa takut, cemburu dan kasih saying merupakan tempat emosi

yang sesuai bagi anak perempuan daripada anak laki-laki.

3) Lingkungan keluarga: keluarga yang sedikit anaknya akan sangat kurang

persaingannya, dibandingkan dengan keluarga besar yang banyak anak

46 Abu Bakar Baradja, Psikologi Perkembangan Tahapan dan Aspek-aspeknya, Cet. Ke-

1 (Jakarta: Studia Press, 2005), h. 217-218.

Page 37: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

48

lebih sering menimbulkan persaingan. Yaitu persaingan untuk

mendapatkan sesuatu, baik kasih saying maupun berbentuk benda.

4) Lingkungan sosial: lebih banyak anak bersosialisasi dengan teman-

temannya lebih mampu untuk mereaksi emosinya dibandingkan dengan

anak yang tidak mendapat kesempatan untuk bersosialisasi. Rasa emosi

yang dipengaruhi lingkungan sosial, akan lebih banyak menimbulkan rasa

solidaritas yang tinggi, persaudaraan, simpati, kasih sayang, rasa tanggung

jawab, rasa tentram, dan optimistis, dan lain sebagainya.

c. Karakteristik emosi

“Emosi dikatakan sebagai suatu peristiwa psikologis maka sesuai dengan

perkembangannya terdapat karakteristik emosi,47

yakni:

1) Emosinya agak berlangsung lama, dan apabila saat berhenti dengan

berangsur-angsur, atau perlahan-lahan kemudian berhenti. Meskipun

kebutuhan dan keinginan telah terpenuhi, tetapi emosinya anak masih

terlihat.

2) Emosinya ditinjukkan dengan kuatnya, jika tertawa dengan terbahak-

bahak atau menangis dengan menjerit dan bersuara keras. Emosi ini

memberikan isyarat bahwa ia meminta pertolongan dan bantuan atas

kebutuhan dan keinginannya.

3) Terjadinya emosi sewaktu-waktu dan sudah direncanakan, maksudnya

bahwa saat ia akan menangis dan tertawa melihat suatu kejadian yang

membuat ia takut atau tertawa.

47

Ibid., h. 219.

Page 38: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

49

4) Emosinya lebih bersifat agak subyektif, emosinya hanya ditujukan apa

yang terjadi pada dirinya, ia belum memperhatikan bagaimana bila terjadi

pada orang lain.

d. Macam-macam emosi pada masa anak pra-sekolah

“Munculnya berbagai macam reaksi emosi terlihat sejak anak sudah

mampu untuk berhubungan dengan lingkungan di luar dirinya, yaitu reaksi

terhadap benda maupun orang lain yang ada di sekitarnya.”48

Reaksi-reaksi yang

ditimbulkan anak pada masa ini sebagai berikut:

1) Rasa takut. Dijumpai pada umumnya pada usia-usia tertentu dengan

bertambah pengalaman dan pengertian rasa takut akan berubah atau

berganti dengan rasa takut yang lebih kuat dan lebih lemah. “Takut adalah

perasaan yang sangat mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan

sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu”49.

2) Rasa marah. Terjadi dan dijumpai pada usia-usia anak yang sudah

mengerti adanya orang lain dan benda lain di sekitarnya. “Sumber utama

dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk mencapai

tujuannya”50

.

3) Rasa cemburu, iri hati. Perasaan ini ditimbulkan adanya persaingan yang

muncul diantara anak yang lainnya. Perhatian yang berkurang atau beralih

pada yang lain, menginginkan permainan yang dimiliki orang.

“Kecemburuan adalah bentuk khusus dari kekuatiran yang didasari oleh

kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan

48

Ibid., h. 222-223. 49 Sarlito, W. Sarwono. Pengantar Umum Psikologi, h. 58. 50

Ibid., h. 59.

Page 39: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

50

kehilangan kasih sayang dari seseorang. Seseorang yang cemburu selalu

mempunyai sikap benci terhadap saingannya”51.

4) Rasa sedih. Rasa sedih yang terjadi pada masa ini sering terjadi karena

adanya imitasi, pada awal perkembangan anak belum mengerti dan

memahami kejadian yang menyebabkan sedih tersebut. Umumnya rasa

sedih timbul karena ada sesuatu yang hilang, baik itu berupa benda

maupun perasaannya yang menjadi suatu yang menyenangkan atau

penting untukya.

5) Rasa gembira. “Gembira adalah ekspresi dari kelegaan, yakni perasaan

terbebas dari ketegangan. Biasanya kegembiraan itu disebabkan oleh hal-

hal yang bersifat tiba-tiba (surprise) dan kegembiraan biasanya bersifat

sosial, yaitu melibatkan orang-orang lain di sekitar orang yang sedang

gembira tersebut”52. Kenyaman dan perhatian yang diterima anak akan

direspon dengan rasa kegembiraan.

2. Prinsip Utama Mengelola Emosi Anak

Menurut pendapat Seto Mulyadi didalam buku yang berjudul “Membantu

Anak Balita Mengelola Amarahnya”, terdapat beberapa prinsip antara lain:

a. Tidak ada perasaan salah

Rasa amarah sangat menusiawi sehingga tidak dapat disalahkan.

Rasa marah sama manusiawinya dengan rasa lapar yang kita alami karena

belum makan, rasa sakit karena tertusuk benda tajam, ataupun rasa

ngantuk akibat kurang tidur. Perasaan itu adalah reaksi kimiawi tubuh, dan

51 Ibid. 52

Ibid

Page 40: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

51

memang seperti itulah tubuh kita bekerja. Masih banyak orang tua yang

mengaitkan perasaan negatif yang dirasakan oleh anak dengan watak anak

yang buruk. Si adik yang iri dengan kakaknya dianggap memiliki watak

jelek, sedangkan si kakak dianggap lebih banyak memperoleh perhatian.

Menurut Dr. Elizabeth Hurlock “reaksi marah pada anak memang akan

mencapai puncaknya pada usia 2-4 tahun. Marah juga merupakan emosi

yang paling sering ditunjukkan anak-anak disbanding rangsangan emosi

lainnya”.53

b. Perasaan harus diungkapkan, tetapi secara bijak

Cara seorang anak mengungkapkan perasaannya terkait dengan

kemampuan anak untuk mengendalikan diri. Tidak perlu khawatir apabila

si kecil masih mengekspresikan emosinya dengan cara yang salah.

Kemampuan untuk mengelola emosi setiap anak pun berbeda-beda

tergantung usia, penyebab, latar belakang keluarga, serta kondisi

psikologis saat stimulasi terjadi. Kemampuan mengelola emosi ini perlu

dilatih, sama halnya dengan kemampuan si kecil untuk menngontrol

anggota gerak dan benda-benda didekatnya. Lebih baik apabila emosi itu

diungkapkan dan tidak dipendam. Perasaan yang dipendam dapat

berakibat destruktif pada diri sendiri, terutama jika ada tekanan yang

dirasakan oleh anak. Ada dua hal yang membuat anak tidak dapat

mengungkapkan rasa marahnya, yaitu:

1) Kemampuan berbahasanya yang belum berkembang dan pengaruh

lingkungan sosial atau budaya

53

Ibid., h. 12.

Page 41: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

52

2) Ada kemungkinan seorang anak takut untuk mengakui bahwa ia

sedang marah karena ajaran orang dewasa yang megatakan bahwa

anak yang baik tidak boleh marah atau ngambek.

“Kemampuan mengelola emosi perlu dilatih, sama halnya dengan

kemampuan si kecil untuk mengontrol anggota gerak dan benda-benda

disekitarnya”.54

Orang tua sebaiknya memfasilitasi anak agar mampu

mengungkapkan perasaannya ini sekaligus bertindak sebagai mentor yang

membimbingnya agar mampu mengungkapkan perasaan dengan bijak.

Contoh, dengan melampiaskan amarah anak pada benda mati atau dengan

cara yang sesedikit mungkin menimbulkan kerugian, misalnya; membuat

coret-coretan, mewarnai, menulis dan sebagainya. Jika telah mencapai

tahap pengendalian diri yang lebih baik, rasa marah bahkan bisa

ditransformasikan dalam kegiatan yang positif dan menghasilkan manfaat,

seperti mencipta lagu, syair, tulisan dan sebagainya.

c. Letakkan harapan sesuai kemampuan

Jangan pernah lupa bahwa anak-anak tetaplah anak-anak. Mereka

memiliki keterbatasan pemahaman maupun kontrol terhadap dirinya. Jadi,

tak mungkin mengharapkan mereka mampu mengerti, mengendalikan diri,

dan berperilaku seperti layaknya orang dewasa. Sebagai contoh, seorang

ibu mengharapakan anak laki-lakinya yang berusia 2 tahun dapat duduk

tenang di meja makan tanpa melempar makanan. Dalam hal ini, harapan si

ibu sudah cukup sesuai dengan usia anak. Namun sebaliknya, harapan ibu

54

Ibid., h. 13

Page 42: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

53

menjadi tidak sesuai jika megharapkan si anak untuk duduk tenang selama

20 menit di meja makan.

Menurut Dr. Seto Mulyadi dalam karangan bukunya yang berjudul

membantu anak balita mengelola amarahnya, terdapat beberapa tahap

perkembangan anak masa kanak-kanak awal (3-6 tahun) yaitu:

1) Mulai meningkatkan kekuatan dan kehalusan motorik, kemandirian,

pengendalian diri, kreativitas, dan imajinasi.

2) Sudah memiliki gagasan atau pemhaman konkrit, belum mampu

memiliki pemahaman abstrak, mulai menyadari orang lain, dan

egosentrisme menurun.

Untuk membuat harapan yang sesuai dengan taraf perkembangan

anak, orang tua perlu memahami pola-pola perkembangan anak

berdasarkan usia. Orang tua perlu mengetahui apa yang dapat diharapkan

dari anak sesuai usianya, berapa usia yang tepat untuk munculya suatu

perilaku positif pada anak, dan kapan biasanya pola perilaku ini meningkat

ke pola perilaku yang lebih matang.

d. Berusaha menjadi model terbaik

Untuk mendidik anak kita memang tak ada cara lain selain

menjadikan diri kita sebagai model. Anak-anak adalah peniru yang paling

baik sehinggan orang tua haruslah menjadikan dirinya sebagai contoh,

karena orang tua adalah model utama dan paling dekat dalam kehidupan

anak. “Apabila orang tua tidak mampu mengendalikan diri dan emosi

dengan baik maka sukar untuk mengharapkan anak mengendalikan diri”.55

55

Ibid., h. 17.

Page 43: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

54

Karena orang tua sebagai contoh terbaik bagi anak-anak, tunjukkanlah

bagaimana cara orang dewasa mengatasi kemarahan dan kekecewaan

dengan sikap tenang. Jadilah guru bagi buah hati kita sambil membantu

mereka memahami dari apa yang kita teladani.

e. Bersikap konsekuen

Sikap yang konsekuen dalam mengasuh anak adalah hal yang

sangat penting. Sikap ini akan membantu orang tua untuk mencapai

tujuan, karena dapat mendorong anak untuk patuh dan menghormati orang

tua. Sebagai contoh, kita telah membuat kesepakatan dengan si kecil

bahwa ia harus tidur pukul 20.00, kecuali hari libur. Jika suatu malam ia

tidur pada pukul 20.30, maka kita harus mengejarnya untuk bersikap

konsekuen dengan peraturan yang telah disepakati bersama. Untuk kasus

ini, kita dapat mengatakan padanya, ‘mama (papa) tahu kamu marah,

mungkin kamu akan menganggap mama sebagai orang terkejam di dunia.

Namun, kamu telah melanggar waktu tidur. Jadi, besok kamu harus tidur

lebih cepat, yaitu pada pukul 19.30’.

Sikap konsekuen ini juga berlaku bagi orang tua. Ingatlah kembali

bahwa “orang tua adalah model atau panutan untuk anak. Apabila orang

tua melanggar peraturan, ia juga harus mencontohkan pada anak bahwa ia

menerima konsekuensi pila”.56

Misalnya, apabila orang tua melanggar

peraturan, ia pun harus bersedia ‘dihukum’. Namun hal ini hanya

bertujuan mengajarkan konsekuensi kehidupan pada anak. Jika orang tua

56

Ibid., h. 18.

Page 44: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

55

tidak konsekuen, tentunya anak akan mengalami kebingungan. Selain itu,

batasan aturan yang dibuat orang tua menjadi kabur atau tidak jelas.

Kita juga perlu menjelaskan tujuan dan alas an kita menerapkan

aturan tersebut dengan bahasa yang mudah dimengerti. Selain itu, kita

perlu pula menjelaskan bahwa peraturan itu berbeda-beda untuk orang

yang berbeda. Namun, hukuman ini hanya bertujuan untuk mengajarkan

konsekuensi.

3. Sebab Utama dan Tanda Gejolak Emosi Anak

Seperti diketahui beberapa macam emosi antara lain: gembira, bahagia,

jemu, benci, was-was, dan sebagainya. “Faktor penyebab utama gejolak

emosional anak, karena perasaan bahwa dirinya tidak mampu, perasaan bahwa

dirinya dimusuhi, dan perasaan bahwa dirinya dikucilkan”.57

Itu semua merupakan akibat kurangnya simpati keluarga pada mereka.

Tidak terlimpahnya rasa cinta yang dibutuhkan. Tidak adanya pengawasan orang

tua, serta tidak adanya perhatian pada anak.

Barangkali tanda-tanda gejolak emosional anak yang paling dominan

adalah hilangnya rasa tenang, gerakan-gerakan refleks, melamun, temperamental,

menangis, mudah emosi dan marah karena faktor sepele, kejang urat saraf sambil

berteriak histeris (tapi bukan penyakit ayan), menggigit atau memukul saudaranya

atau siapa saja yang berkelahi dengannya.

57 Malak Jurjis, Cara Mengatasi Gejolak Emosi Anak Cet. Ke- 1 (Bandung: PT. Mizan

Publika, 2004), h. 5.

Page 45: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

56

Perlu digaris bawahi, “terbentuknya karakter seorang anak baik perasaan,

gejala-gejala emosional, tingkah laku, maupun kebiasaan, timbul dan berpusat

pada kedua orang tuanya”.58

Menurut Dr. Seto Mulyadi, sebab utama dan tanda gejolak emosi yang

terjadi bila anak sedang marah:59

a. Janji yang tidak ditepati.

Semua orang tua tentu ingin anaknya bahagia. Salah satu caranya adalah

dengan menjanjikan suatu hal kepada anak mereka. Hal penting yang harus

diperhatikan oleh para orang tua dalam berjanji adalah dapatka kita menepati

janji?. Salah satu akibat dari janji yang tidak ditepati adalah munculnya

kemarahan pada anak. Kemarahan anak tidak boleh dianggap sebagai perkara

yang mudah karena dapat mengakibatkan pengaruh yang buruk pada hubungan

anak dengan orang tua. Akibat janji tidak ditepati:

1) Berkurangnya kepercayaan anak kepada orang tua

2) Berkurangnya wibawa orang tua dihadapan anak

3) Anak bersikap masa bodoh dengan aturan yang telah disepakati

b. Mencari perhatian.

Rasa kasih sayang orang tua kepada anak harus ditunjukkan secara nyata

sesuai dengan tahap perkembangannya. Karena kemampuan anak untuk

memahami sesuatu berbeda satu sama lain dan tergantung tingkat kedewasaannya,

kita perlu mewujudkan kasih sayang dalam bentuk yang konkret. Permasalahan

yang mungkin muncul adalah anak merasa bahwa kasih sayang yang ditunjukkan

oarng tua padanya belumlah cukup. Ia menginginkan agar orang tuanya

58

Ibid., h.7. 59 Seto Mulyadi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya (Jakarta :Erlangga,

2004), h. 27-25.

Page 46: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

57

mencurahkan seluruh perhatian kepada dirinya. Hal ini mungkin sulit dilakukan

karena banyak hal lain yang perlu diperhatikan oleh orang tuanya, misalnya orang

tua juga harus membagi perhatian untuk si adik.

Kadang ada anak yang melakukan suatu hal untuk menarik perhatian

orang tuanya. Salah satunya adalah dengan marah. Rasa marah merupakan cara

yang digunakan untuk menunjukkan bahwa dirinya membutuhkan perhatian dari

orang tua. Kemarahan dapat digunakan anak untuk mendapatkan perhatian lebih

banyak.

Akibat bila anak merasa tidak diperhatikan:

1) Hubungan anak secara emosional dengan orang tua akan semakin jauh,

karena anak merasa orang tua tidak memperhatikan dan menyayanginya.

2) Anak yang merasa tidak mendapat perhatian cenderung sukar untuk diatur

dan tidak pedulian, karena ia sendiri merasa tidak dipedulikan.

3) Anak akan bersikap makin agresif, misalnya berkelahi dan memukul

saudara atau teman-temannya. Karena dengan semakin menunjukkan

kemarahannya, dia akan berhasil menarik perhatian yang lebih besar dari

orang tuanya.

4) Anak akan mengembangkan sikap mental yang cenderung tidak suka

melihat orang lain senang karena ia merasa pahit dengan dirinya sendiri.

Dalam sikap lain, anak akan bersikap over acting dihadapan orang lain

dengan tujuan untuk memperoleh perhatian juga.

c. Dipaksa disiplin.

Setiap orang tua meyakini bahwa pembentukkan disiplin pada anak

merupakan sebuah proses yang harus mulai ditanamkan sedini mungkin. Orang

Page 47: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

58

tua tentunya berusaha mengajarkan disiplin kepada putra-putrinya dengan cara

menanamkan tingkah laku yang dianggap baik dan menghindari tingkah laku yang

buruk. Menurut psikolog pendidikan, Soetarlinah Sukadji, “pendidikan disiplin

merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan menanamkan pola perilaku

dan kebiasaan tertentu, terutama untuk meningkatkan kualitas mental dan

moral”.60

Dengan demikian, pendidikan disiplin dalam keluarga dapat diartikan

sebagai bimbingan dari orang tua kepada putra-putrinya untuk menampilkan

tingkah laku dan tindakan yang sesuai dan dapat diterima oleh norma-norma yang

berlaku.

Namun, penerapan disiplin tidak selamanya dapat diterima dengan

sepenuh hati oleh anak. Anak mungkin tidak menyukai aturan yang diterapkan

oleh orang tuanya. Akibatnya anak merasa terpaksa dalam menjalankan disiplin.

Reaksi anak terhadap keterpaksaan ini adalah rasa marah yang dapat ditunjukkan

dengan cara beragam tergantung kepribadian anak.

Akibat disiplin yang dispaksa:

1) Disiplin hanya terjadi sesaat saja

2) Anak cenderung lebih mengingat hal-hal negatif dari disiplin daripada hal-

hal positif

3) Tujuan disiplin menjadi kurang efektif

d. Cemburu pada saudara.

Rasa cemburu antara adik dan kakak dalam sebuah keluarga merupakan

hal yang wajar. Rasa cemburu tersebut merupakan reaksi normal yang dialami

60

Ibid., h. 36.

Page 48: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

59

manusia karena takut akan kehilangan kasih sayang atau perasaan terancam

kehilangan orang yang disayangi. Hal ini wajar dialami seorang anak yang akan

memperoleh adik baru. Bagi kakak, sang adik dapat dianggap sebagai saingan

yang akan merebut cinta kasih dan perhatian orang tua yang selama ini ia

dapatkan.

“Rasa cemburu pada anak dapat mengakibatkan reaksi marah. Kemarahan

ini timbul karena anak merasa saling bersaing untuk mendapatkan perhatian dari

oaring tua”.61

Akibat kecemburuan antar saudara yang tidak segera diatasi:

1) Konflik dengan saudara

2) Persaingan yang tidak sehat dengan saudara

3) Merasa tidak mendapatkan kasih sayang orang tua

4) Rasa marah terhadap saudara dan orang tua

e. Orang yang terlalu mendikte.

Kadang orang tua menganggap bahwa anak belum dapat menentukan

keinginannya. Dengan anggapan seperti itu, orang tua cenderung mengatur anak

agar sesuai seperti keinginan orang tua. Hal itu dilakukan terkadang tanpa

memikirkan bahwa anak juga mempunyai keinginan dan perasaan yang harus

dipertimbangkan dalam memutuskan suatu hal. Respon anak terhadap orang tua

yang telah mengatur segala hal untuk anak dapat bermacam-macam. Ada anak

yang menerima saja dan melakukannya dengan senang hati, tetapi ada juga anak

yang tidak menyukainya dan bereaksi marah. Anak merasa marah karena dirinya

61

Ibid., h. 41.

Page 49: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

60

kurang dihargai oleh orang tua. Anak juga mempunyai hak untuk didengar dan

untuk menentukan apa yang ia inginkan.

Akibat anak terlalu didikte:

1) Anak menjadi tergantung pada orang tua

2) Anak merasa kurang percaya diri

3) Anak tidak terbiasa menyelesaikan masalah sendiri

f. Meniru.

Sikap orang tua berpengaruh pada perilaku anak. Selain itu, pengaruh

teman sebaya dan televisi berperan dalam membentuk perilaku marah anak.

Akibat perbuatan meniru yaitu:

1) Sifat marah akan menjadi bagian yang dominan, dalam diri anak, bahkan

hingga ia dewasa

2) Jika orang tua tidak pernah memberikan penjelasan, anak tentunya tidak

akan mengetahui mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk.

g. Tak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan.

Tidak hanya orang dewasa yang mengalami perubahan, tetapi anak-anak

juga. Orang dewasa mungkin dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru,

tetapi anak-anak belum tentu dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-

perubaha yang terjadi dalam hidupnya. Macam-macam perubahan yang

memerlukan adaptasi; “kehilangan figur orang tua, karena orang tuanya bercerai,

pindah rumah, pertama kali masuk sekolah, kehilangan binatang peliharaan,

kehilangan teman baru, mendapatkan teman baru”.62

62

Ibid., h. 54.

Page 50: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

61

Akibat tak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan:

1) Anak akan mengalami kesulitan jika harus menyesuaikan diri terhadap

setiap perubahan baru, bahkan hingga ia dewasa

2) Anak tidak akan diterima oleh lingkungan barunya, misalnya oleh teman-

teman barunya, karena sering menunjukkan perasaan marah. Kemarahan

disebabkan oleh perasaan tidak nyaman terhadap lingkungan baru. Selain

itu, mungkin anak membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri.

3) Anak akan menggunakan ekspresi marah jika ia mengalami perubahan

baru dan bila orang tua kurang memberikan dorongan untuk

mengungkapkan perasaan marah anak.

4. Manfaat Pengendalian Emosi untuk Anak

Menurut Dr. Seto Mulyadi, “dalam mengendalikan emosi pada anak.

Terdapat beberapa manfaat bagi anak tersebut, antara lain”:63

a. Meningkatkan kecerdasan emosi anak

Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan kognitif hanya berpengaruh

sebesar 20% saja pada keberhasilan seseorang, sedangkan sisanya tergantung pada

kecerdasan emosionalnya. Berikut adalah unsur-unsur kecerdasan emosi yang

ingin kita penuhi dengan membantu anak mengelola emosinya berdasarkan

prinsip cerdas emosi:

1) Anak belajar dan menjadi mampu untuk mengidentifikasi emosinya.

2) Mengekspresikan perasaannya.

3) Memperkirakan tingkat emosinya.

4) Mampu mengelola emosi.

63

Ibid., h. 25-26.

Page 51: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

62

5) Mampu menunda ledakan emosi.

6) Mampu mengendalikannya.

7) Mampu mengurangi tekanan diri akibat emosi.

8) Dapat membedakan antara perasaan dan tindakan.

b. Meningkatkan kesehatan fisik dan mental anak

Ketidakmampuan anak untuk mengekspresikan emosinya dapat

berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental. Emosi yang dipendam dapat

membuat anak merasa tertekan dan terbebani sehingga menyebabkan anak

mengalami keluhan-keluhan fisik maupun mental. Anak yang tak mampu

mengatasi tekanan emosi dalam dirinya seringkali mengalami gangguan fisik.

Misalnya: ingin buang air kecil karena ketakutan atau bicara gagap saat sedang

gugup. Bantuan orang tua amat diperlukan untuk mendorong anak

mengekspresikan emosi yang dirasakannya.

c. Membantu anak melakukan penyesuaian sosial

Emosi memegang peranan penting dalam penyesuaian diri karena akan

mempengaruhi anak-anak pada saat mereka tumbuh menjadi remaja dan dewasa.

Segala sesuatu yang menghambat perkembangan emosional anak dapat

berpengaruh pada penyesuaian diri si anak, baik pribadi maupun sosial. Dengan

mengajari anak untuk memahami dan mengekspresikan perasaannya, banyak

aspek dalam perkembangan dan keberhasilan hidup yang akan dipengaruhi.

Kemampuan untuk menampilkan emosi yang sesuai dengan lingkungan

merupakan kunci penting agar anak dapat diterima dalam lingkungan sosial.

Page 52: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

63

D. Kondisi Psikologis (Intelegensi) Anak Pra-sekolah

Perkembangan anak sebelum masuk sekolah, antara umur 3-6 tahun, cepat

sekali dalam semua bidang. Badan anak bagian atas lebih lamban berkembangnya

daripada bagian bawah. Anggota-anggota badan masih relatif pendek, kepala

relatif besar, perutnya masih besar, dan ada gigi susu.

Dalam tahun-tahun pra-sekolah umur 3-6 tahun, anak-anak mulai

menggunakan keterampilan mereka untuk berinteraksi dan mengerti dunia orang

dan benda-benda. Mereka menemukan siapa mereka, menentukan apa yang

mereka dapat lakukan, dan membentuk perasaan tentang diri mereka sendiri (a

sense of self). Keterampilannya terus bertambah, anak-anak pra-sekolah dapat

ditarik keluar ke dalam dunia, pertam berjuang untuk otonomi dan mengontrol diri

mereka sendiri dan orang lain, dan kemudian menggunakan bahasa, kognitif,

motor dan keterampilan sosial untuk mengumpulkan informasi tentang dunia. Jika

sukses, anak-anak pra-sekolah menggunakan informasi ini untuk menemukan cara

baru dalam berpikir yang lebih sehat, membuat keputusan, dan memecahkan

masalah.64

Tahap-tahap perkembangan anak:

1. Perkembangan Motorik

Yang dimaksud dengan motorik adalah segala sesuatu yang ada

hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Dalam perkembangan motoris,

unsur-unsur yang menentukan adalah otot, saraf dan otak. Ketiga unsur itu

melaksanakan masing-masing peranannya secara “interaksi positif”, aratinya

unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling melengkapi dengan unsur yang

64 Sri Esti Wuryani Djiwandoyo, Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua

(Jakarta: PT. Grasindo, 2005), h. 25.

Page 53: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

64

lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih sempurna keadaannya. Selain

mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesempurnaan otak juga turut menentukan

keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang

terampil menggerak-gerakkan tubuhnya.

Semua anak dalam tahap perkembangan ini menyukai sesuatu yang kreatif

seperti menggambar, mewarnai, dan membuat benda-benda dengan bermain

adonan roti. Ketika keterampilan motor berkembang dengan baik, anak-anak di

sekolah dapat memotong dan melipat kertas, menggambar segitiga dan segi

empat, menyalin desain, surat, dan angka.

Peristiwa-peristiwa penting dalam perkembangan motor pada anak anak

umur 3-6 tahun:

a. Usia 3 tahun; memakai sepatu, menuang air dari poci, menumpuk 9 balok,

melompat, menggambar lingkaran.

b. Usia 4 tahun; berpakaian sendiri, menggunakan gunting, menggambar

pola, melempar bola, meloncat dengan satu kaki.

c. Usia 5 tahun; mengancingkan baju, menylin surat dan pola, melempar

dengan benar.

d. Usia 6 tahun; bersepeda, ,menulis, menggambar, meloncat dengan tali,

memperagakan suatu aksi.

2. Perkembangan Bahasa

Anak terus menambah kata demi kata selama masa awal kanak-kanak dan

dapat mengikuti perintah secara sederhana. Meskipun demikian anak kecil masih

banyak menggunakan keterampilan non verbal, seperti gerakan tubuh, bahkan

ketika mereka dapat menggunakan kata-kata. Selama tahun-tahun prasekolah,

Page 54: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

65

perubahan bahasa dari ucapan satu kata ke pembicaraan dengan menggunakan tata

bahasa yang lebih kompleks.

Ketika anak-anak tumbuh dan berkembang, arti dan isi bahasa berubah,

mengimbangi kecepatan pertumbuhan pribadi anak dalam keterampilan sosial dan

mengembangkan pengertian mereka tentang dunia.

Bahasa mempunyai tiga fungsi:

a. Alat untuk menyatakan ekspresi

Contoh sebagai penjelasan: tukang masak tersentuh wajan panas, segera ia

berteriak: “aaaaauuu…!”.

b. Alat untuk mempengaruhi orang lain

Contoh sebagai penjelasan: anak terjatuh dari tangga, sambil kesakitan ia

berteriak: “tolong….tolong…!”.65

c. Alat untuk memberi nama

Kita mengetahui bahwa setiap nama merupakan symbol yang mewakili

benda itu.

3. Perkembangan Kognitif

Secara intelektual, anak pra-sekolah telah meninggalkan tahap

perkembangan sensorimotor dan memasuki tahap perkembangan preoperasional

atau prelogical (Piaget, 1950). Ini berarti bahwa anak-anak pra-sekolah dapat

berpikir dan mewakili tentang objek, orang, dan perbuatan-perbuatan yang tidak

tampak. Karena pengetahuan mereka maju pesat selama periode ini, kemampuan

mereka menggunakan gambaran simbolik dalam berpikir, memecahkan masalah,

dan aktivitas bermain kreatif akan meningkat lebih jauh dalam beberapa tahun

65

Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986, h. 34

Page 55: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

66

berikutnya. Meskipun begitu, pemikiran anak praoperasional terbatas dalam

beberapa hal penting. Menurut Piaget, pikiran itu khas bersifat egosentrik, anak

praoperasional sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari

perspektif orang lain.

Anak kecil mewakili pengalaman mereka ke dalam konsep kelas, waktu,

ruang, angka, dan sebab akibat, tetapi karena mereka tidak dapat mengonsep

sampai kira-kira umur 4 tahun, pikiran awal mereka dilabelkan sebagai

preconceptual. Kesimpulan Piaget menunjukkan bahwa pikiran anak pra-sekolah

sedikit egosentris dan memusat. Bila anak dikonfrontasi dengan situasi yang

multi-dimensional, maka ia akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu

dimensi saja, dan mengabaikan dimensi-dimensi yang lain, dan akhirnya juga

mengabaikan hubungan antara dimensi-dimensi itu. Perkembangan kognitif anak

dapat distimuli dengan program-program yang langsung.

4. Perkembangan Sosial

Antara usia 2 sampai 4 tahun, anak akan menemukan kenyataan bahwa

anggota keluarganya tidak dapat atau tidak mau menyediakan waktu yang cukup

umtuk bermain dengan dia, untuk memenuhi kebutuhannya akan teman.

Akibatnya anak sangat mengharapkan hubungan dengan teman sebayanya.

Pada umur 4 tahun, perasaan initiative meminta perhatian ketika anak pra-

sekolah aktif mencari tentang informasi yang lebih luas tentang orang dan

lingkungan dengan menanyakan benyak pertanyaan dan berpura-pura melalui

permainan. Melalui permainan imajinasi, anak-anak meniru model tingkah laku

orang dewasa. Antara umur 3-6 tahun anak mengambil suara orang tua dan

Page 56: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

67

membentuk suara hati dan berharap cukup kuat untuk mengatur tingkah laku

tanpa begitu banyak menghukum kesalahan.66

E. Upaya dengan Komunikasi Antarpribadi dalam Mengatasi Emosi Anak

Telah dijelaskan pada awal Bab II mengenai pengertian Komunikasi

Antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, di mana

terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini biasanya

berlangsung secara berhadapan muka, bisa juga melalui sebuah medium telepon67

.

Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi

merupakan hal yag menyenangkan bagi komunikan.

Dalam hubungan ini “komunikasi antarpribadi digunakan kepada siswa

dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, lebih percaya diri,

mengenal dan dapat menyesuaikan lingkungan, serta dapat mengelola emosinya.

Dan komunikasi antarpribadi yang digunakan kali ini bersama anak-anak pra-

sekolah di sebuah Playgroup. Namun terdapat pebedaan disini, dimana kita

ketahui bahwa seorang anak pada usia tersebut belum mampu untuk

menyelesaikan masalahnya sendiri. Apalagi untuk menyadari bahwa mereka

mempunyai masalah. Karena pada usia ini mereka hanya ingin merasakan

kebebasan dan khayalan-khayalan dalam bermain dengan teman sebayanya.

Maka dari itu peran guru (pembimbing) disini selain terjun langsung dan

bertatap muka dengan para anak-anak tersebut, tetapi guru juga memerlukan

bantuan dari orang tua mereka sendiri. Karena orang tua adalah media terpenting

66

Sri Esti Wuryani Djiwandono, Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua, h.

25-43. 67

Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, h. 48.

Page 57: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

68

dan sebagai orang pertama yang mengenal mereka secara mendalam untuk

membantu anak dalam mengatasi emosi dan masalahnya.

Upaya dengan komunikasi antarpribadi ini tidak hanya diberikan kepada

para murid, guru/ pembimbing mereka, tetapi juga orang tua mereka. Sebab

dengan bantuan orang tua mereka biasanya mereka lebih mendengarkan, patuh

dan menurut dengan apa yang harus dilakukan dan yang harus tidak dilakukan.

Yaitu dengan cara:

1. Menghargai perasaan dan pikiran anak-anak dan orang tua mereka

2. Mendengarkan emosi yang diungkapkan anak, mereka sedang

menceritakan sesuatu kepada anda

3. Tidak ada orang sempurna. Jika anda mempunyai keraguan-keraguan

tetang ini, ambilah kartu laporan tentang anak

4. Cobalah menjadi pribadi yang baik, yang anda inginkan untuk berbicara

ketika anda menjadi anak

5. Ketika sedang bersama anak-anak, anda benar-benar ada disana, bukannya

sedang memikirkan tugas-tugas kantor (misalnya)

6. Jika anak-anak tahu bahwa mereka dipercaya, didengar kata-katanya,

dipahami, disayangi dan dihargai - mereka terbuka terhadap prinsip-

prinsip disiplin yang efektif, kita membantu anak-anak tumbuh dalam

kedewasaan dan pengertian

7. Tingkatkan harga diri anda dengan penerimaan dan dukungan anda

8. Doronglah anak-anak untuk menjelajahi dunianya. Orang tua mempunyai

hak untuk mendirikan pagar dan batas-batas bagi anak-anak, namun dalam

pagar itu biarlah anak-anak menjelajahi dengan bebas tapi terkontrol.

Page 58: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

69

Selain itu cara-cara yang dilakukan dalam menghadapi kemarahan yaitu

dengan cara; menunjukkan kasih sayang anda, pendekatan yang bijaksana dan

luwes terhadap tingkah laku anak yang bekerja dengan baik, hindari hukuman

fisik, membiarkan anak membuat keputusan untuk dirinya sendiri, dan memberi

tahu tidak menyetujui agresi yang bermusuhan dan meghentikan dengan cara yang

tegas dan sebagainya.68

Persoalan utama dalam komunikasi efektif adalah sejauh mana motif

komunikasi komunikator terwujud dalam diri komunikannya. Apabila motif

komunikasi kita maknai sebagai tujuan komunikasi, maka dapat dinyatakan

bahwa ; 1). Apabila hasil yang didapatkan sama dengan tujuan yang diharapkan,

dikatakan bahwa komunikasi berlangsung efektif, 2). Apabila hasil yang

didapatkan lebih besar dari tujuan yang diharapkan, dikatakan bahwa komunikasi

berlangsung sangat efektif. Sebaliknya 3). Apabila hasil yang didapatkan lebih

kecil daripada tujuan yang diharapkan, dikatakan bahwa komunikasi kurang atau

tidak efektif.

Dari pengertian yang telah dijabarkan di atas, peneliti akan menjabarkan

temuan data yang peneliti dapatkan, ditinjau dari pengaruh metode komunikasi

antarpribadi. Dalam bentuk respon siswa dan siswi Playgroup Caterpillar Super

Kids Lebak Bulus, pada saat proses pengendalian emosi.

Dapat kita lihat dalam temuan data yang berupa tabel respon siswa di

bawah ini:

68

Sri Esti Wuryani D, Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua, h. 65.

Page 59: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

70

Tabel Respon Siswa terhadap metode komunikasi antarpribadi:

Respon Jumlah Siswa Nama Siswa

Sangat efektif

8 siswa

Kirani, Nayla, Namira, Daffa, Rafif,

Win, Tania, Dania.

Efektif 1 siswa Brandon

Kurang/ Tidak efektif 1 siswa Adrien

Indikasi dari tabel diatas yaitu:

1. Sangat Efektif : Mendengarkan dan mau merubah seperti apa yang

diinginkan gurunya.

Siswa dan siswi mau menerima apa yang disampaikan oleh gurunya pada saat

mereka sedang meluapkan emosinya. Contohnya Kirani menangis pada hari

pertama ia masuk ke kelas Jumper (kelas anak usia 3-4 tahun), dalam

menangani emosi takut seperti ini, guru melakukan pendekatan dengan

komunikasi antarpribadi yaitu dengan menggendongnya dan membuat anak

merasa nyaman dengan kita kemudian menasehatinya agar mau masuk kelas.

Dan setelah melakukan pendekatan tersebut, Kirani langsung dapat menerima

pesan yang guru sampaikan dan memberi umpan balik yang positif, yakni mau

masuk kelas dan bergabung dengan teman barunya. Dan juga pada kasus

siswa-siswi lainnya yang termasuk dalam kategori sangat efektif, dapat dilihat

di catatan lapangan pada laporan skripsi ini.

2. Efektif : Mendengarkan, namun terkadang masih mengulangi perbuatannya.

Brandon terlihat oleh peneliti masih suka menangis apabila dipisahkan oleh

orang tuanya ketika mau masuk kelas. Kemudian guru menasehatinya dan

pada saat setelah dinasehati, ia bisa menerima apa yang disampaikan guru dan

Page 60: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

71

merubah perbuatannya. Namun, beberapa hari kemudian ia seperti lupa

dengan apa yang dikatakan oleh guru, dan untuk itu maka guru harus

menasehatinya lagi seraya mengingatkan.

3. Kurang/ Tidak efektif : kurang Peduli, dan kurang memperhatikan.

Adrien terlihat sedang asyik bercanda dan tertawa dengan temannya, sehingga

ketika guru menasehatinya ia asyik bermain dan bersikap acuh.

Page 61: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

72

Dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka secara ringkas kajian unsur komunikasi

pada tataran komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut:

Jumlah

Komunikator

Sifat

pesan

Saluran dan

media

komunikasi

Jml

komunikan

Efek

konatif

Kesegeraan

umpan balik

Pola hubungan kom.tor

KO

MU

NIK

AS

I A

NT

AR

PR

IBA

DI

satu

Informal,

tidak

terstruktur

Media

Antarpribadi.

Contoh: tatap

muka langsung

/telepon.

Satu s/d

Dua mudah segera

Page 62: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

73

BAB III

GAMBARAN UMUM PLAYGROUP

CATERPILLAR SUPER KIDS LEBAK BULUS

A. Sejarah Berdirinya Playgroup Caterpillar Super Kids

Playgroup Caterpillar Super Kids menawarkan pendidikan bagi anak dengan

pola pendidikan Australia dan Nasional. Caterpillar menawarkan pendidikan bagi

anak sejak usia yang sangat belia yaitu 6 bulan sampai dengan lima setengah tahun.

Di usia yang masih sangat belia ini anak anak akan dilatih berkreatifitas dan mengenal

lingkungan sekitarnya.

Playgroup Caterpillar Super Kids merupakan franchise dari Bayi Gemes Super

Kids yaitu Early Childhood Centre yang berdiri sejak tahun 2001 yang terletak di

daerah Kemang. Seluruh tenaga pengajar telah mendapat sertifikasi Australia. Bahasa

pengantar yang dipakai di Playgroup Caterpillar Super Kids adalah bi- lingual, yakni

bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kurikulum yang dipergunakan di Playgroup

Caterpillar Super Kids adalah kurikulum yang berasal dari Australia dengan

kombinasi kurikulum Nasional. 69

Playgroup Caterpillar Super Kids yang berada di Lebak Bulus III No. 13 ini

terbagi atas 2 program yakni Playgroup70, untuk usia enam bulan sampai dengan tiga

setengah tahun dan Kindergarten, untuk usia empat setengah sampai dengan lima

setengah tahun. Playgroup Caterpillar Super Kids terbagi atas lima kelas, yakni

69

Booklet Caterpillar Super Kids, Guiding Principles (Jakarta: Super Kids, 2001), h. 1. 70

Wawancara Pribadi dengan Ibu Juliet Kiroma, Jakarta, 12 November 2008.

Page 63: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

74

Infants untuk usia 6 bulan hingga 18 bulan. Kedua, Toddlers usia 18 bulan sampai 2.5

tahun. Ketiga, Jumper usia 2.5 tahun sampai 3.5 tahun. Keempat, Explorers usia 3.5

sampai 4.5 tahun dan Kelima, Preps usia 4.5 sampai 5.5 tahun.71

Based on Play dan Toddlers with mum

Dalam proses pembelajaran untuk Infants dan Toddlers, Playgroup Caterpillar

Super Kids menggunakan metode play-based yang memberikan kelebihan tersendiri

dimana setiap pembelajaran itu melalu proses bermain. Karena anak Infants dan

Toddlers masih dalam tahapan yang membutuhkan proses bermain dalam proses

pembelajarannya. Lain halnya dengan kategori berikutnya yaitu Jumper, Explorer dan

Preps yang telah memiliki kelebihan untuk mandiri dalam belajar, serta sudah mulai

menyenangi pelajaran terutama literacy dan numeracy.

Selain itu, Playgroup Caterpillar Super Kids juga memiliki program khusus,

Toddlers with mums, dimana orangtua ikut serta dalam kegiatan kelas mendampingi

anaknya. Tujuannya tak lain untuk bermitra dengan para pendidik dalam pengajaran.

Mengingat waktu sekolah yang jumlah presentasenya sedikit dibanding waktu di

rumah. Melalui program ini, ibu atau pengasuh dapat mengetahui lebih banyak cara

mengajarkan anak dirumah dengan lebih efektif dan efisien.

B. Visi dan Misi

1. Visi Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus.

Playgroup Caterpillar mempunyai visi sebagai berikut:72

a) Menjadi Playgroup yang unggul dalam IPTEK sesuai prinsip belajar di

Playgroup.

71

Wawancara Pribadi dengan Ibu Juliet Kiroma. 72

Ibid.

Page 64: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

75

b) Menciptakan Playgroup yang berwawasan internasional, kebangsaan dan budi

pekerti luhur.

c) Menjadi Playgroup yang berkualitas lebih baik lagi, sehingga bisa

berkompetisi secara positif dengan pra-sekolah yang berbasis internasional

lainnya.

2. Misi Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus

Adapun misi Playgroup Caterpillar Super Kids sebagai berikut:

a) Mengantarkan pra-sekolah berkualitas tinggi dan program dini masa kanak-

kanak berdasarkan kurikulum Australia dan Nasional.

b) Membina anak-anak Playgroup dalam mengembangkan kemampuan serta

aspek intelektual, emosional, dan sosial.

c) Memberikan kegiatan-kegiatan sesuai usia perkembangan anak dengan

memperhatian prinsip-prinsip belajar di Playgroup yaitu “Belajar sambil

Bermain dan Bermain sambil Belajar”, seraya belajar dengan mengutamakan

pembentukan perilaku serta akhlak mulia. Dalam Guiding Principles

Playgroup Caterpillar Super Kids disebutkan bahwa bermain merupakan

media untuk belajar.

C. Struktur Organisasi

1. Struktur Guru dan Staf Playroup Playgroup Caterpillar Super Kids:73

Owner Playgroup Caterpillar : Juliet Kiroma

Kepala Sekolah : Wati Walyani S.E

Bidang Humas : Fitri Andriyani

Guru&Asisten guru : 1). Saidah

73

Wawancara Pribadi dengan Ibu Juliet Kiroma.

Page 65: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

76

2). Dwi Pakpahan

3). Geordyna

4). Icha

5). Linda

6). Tya

Security : 1). Heri

2). Farhan

Cleaning Service : Bibi Rah (Indira)

D. Fasilitas yang Tersedia

Di Playgroup Caterpillar Super Kids terdapat beberapa fasilitas yang sangat

eksklusif. Indoor Play, tempat bermain dalam ruangan yang memberikan

kenyamanan, yang terdiri dari ruang belajar senam dan olahraga dan ruang

perpustakaan dengan buku yang sesuai untuk perkembangan pendidikan anak usia

dini. Selain fasilitas Indoor, ada fasilitas Out door Playground yang berfungsi untuk

tempat bermain diluar ruangan, seperti bermain pasir putih, ayunan, sepeda dan lain

sebagainya.

Berikut rincian dari fasilitas yang dimiliki Playgroup Caterpillar Super Kids :74

1. Gedung sekolah milik sendiri

2. 4 lokal belajar (untuk toddler, jumper, explorers, preps)

3. Kantor

4. Library

5. Audio visual dan Komputer

6. Playground outdoor dan indoor

74

Wawancara Pribadi dengan Ibu Juliet Kiroma.

Page 66: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

77

7. Gross motor

8. Kamar mandi 3 (2 for girls dan , 1 for boys)

9. 2 washtafel

10. Pantry

11. Parents room

12. Dropped off

13. Area Parking

14. Kegiatan ekskul:

a. Berenang

b. Iqra’

c. Sempoa

d. Kelas membaca

f. Field Trip

Page 67: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

78

BAB IV

ANALISIS DATA EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM

MENGENDALIKAN EMOSI ANAK

C. Cara Pengendalian Emosi Anak Pra-sekolah di Playgroup Caterpillar Super

Kids Lebak Bulus

1. Cara Pengendalian Emosi Takut pada Anak Pra-sekolah

Selama peneliti meneliti di Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus,

peneliti menemukan beberapa jenis emosi yang ada yaitu Takut, misalnya takut

karena belum merasa nyaman dengan lingkungan baru di sekitarnya.75 Dan untuk

penanganan contoh ini yaitu menggendongnya keluar kelas karena khawatir memicu

emosi murid lainnya dan mengalihkan rasa takutnya dengan bermain. Kemudian

ketika ia sudah tidak takut lagi, miss Ida mendekati anak tersebut dengan berkata

“tidak apa-apa sayang, miss ada di samping kamu” (seraya memeluknya), dan selalu

usahakan agar tepat berada di sampingnya hingga anak tersebut merasa nyaman dan

tenang. Dan reaksi anak setelah ditangani oleh miss Ida melalui komunikasi

antarpribadi yaitu, Kirani akhirnya berhasil ditenangkan dan dia menjadi tidak takut

lagi sehingga ia mau masuk kelas.76 Dalam kasus ini

Lalu contoh lainnya yang peneliti lihat di lapangan seperti kasus Daffa,

dimana dia takut dimarahi miss Ida karena dia tahu bahwa dirinya bersalah. Dan untuk

penanganannya yaitu dengan memanggilnya karena dikhawatirkan Daffa menjadi

tambah takut jika teman-temannya tahu, setelah anak tersebut dipanggil guru beri

75

Wawancara Pribadi dengan miss Ida, Jakarta, 11 November 2008. 76

Wawancara Pribadi dengan miss Ida.

59

Page 68: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

79

kesempatan Daffa untuk menceritakan sendiri apa kesalahannya, agar dia sadar kalau

perbuatannya itu salah dan dapat berbahaya untuk dirinya dan orang lain. Dan jika dia

mengakuinya, miss tidak akan memarahinya melainkan akan memeluknya karena dia

telah mengakui kesalahannya itu dan miss Ida mengajak Daffa untuk berjanji tidak

mengulangi perbuatan tersebut. Reaksi anak sendiri terhadap cara penanganan yang

diberikan miss yaitu, Daffa tampak ketakutan awal mulanya karena dia tahu kalau

perbuatannya itu salah, namun setelah menceritakan kejadiannya terlihat sedikit

hilang rasa ketakutan di dalam dirinya dan akhirnya dia berjanji untuk tidak

mengulangi perbuatan seperti demikian dan meminta maaf kepada miss Ida atas

kesalahannya.

Dari kedua contoh di atas terlihat bahwa guru saat mengendalikan emosi takut

pada anak menggunakan komunikasi antarpribadi, dengan cara memanggil dan

memisahkan anak tersebut dari murid lainnya, dan hasil yang diperoleh di lapangan

ternyata pola komunikasi ini sangat efektif karena anak mau menerima apa yang

diharapkan gurunya.

2. Cara Pengendalian Emosi Marah pada Anak Pra-sekolah

Jenis emosi lain yang peneliti temukan yaitu, marah, misalnya marah karena

rasa ego yang tinggi, dimana ego itu timbul sebelum masuk playgroup. Mereka biasa

main dirumah dan tidak bersosialisasi dengan teman-temannya.77 Cara penanganan

yang peneliti amati yaitu dengan introspeksi diri atau mengembalikan ke anak itu

sendiri untuk merasakan perilakunya salah atau benar. Jenis marah yang kedua yaitu

marah karena diganggu oleh teman mainnya ketika sedang belajar atau mengerjakan

sesuatu. Cara penangganan untuk kasus seperti ini yaitu dengan pendekatan secara

77

Wawancara Pribadi dengan Bu Juliet, Jakarta, 12 November 2008.

Page 69: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

80

individual atau dengan merangkulnya, memeluknya agar anak tidak merasa

disalahkan hingga anak tidak merasa tervonis, tetapi menyadari kesalahannya lalu kita

ajak mereka untuk membangun kembali pekerjaan tadi yang telah diganggu bersama-

sama agar mereka berteman kembali.78

Jenis marah yang ketiga yaitu marah karena bawaan anak dari rumah, hingga

terbawa sampai kesekolah.79

Cara penangganan untuk kasus seperti ini yaitu dengan

pendekatan secara individual untuk mengetahui penyebabnya dengan berkata apa

yang terjadi sampai membuat si anak terlihat murung sambil kita peluk dan kita elus-

elus hingga akhirnya membuahkan hasil dan murid pun mau menceritakan

permasalahannya dan kita bantu mencari jalan keluarnya.80

Sementara itu contoh lain yang peneliti temukan dilapangan seperti kasus Win

dimana ia marah karena ia tidak diizinkan oleh wali kelasnya untuk bermain pada saat

makan, sehingga membuat ia marah. Cara penanganan untuk kasus seperti ini dengan

introspeksi diri atau mengembalikan ke anak itu sendiri untuk merasakan perilakunya

salah atau benar, sambil memeluk dia dan menanyakan apa keingginan dia lalu kita

penuhi keingginannya terlebih dahulu agar marah mereda lalu kita buat anak marasa

aman dan mau mendengarkan nasehat miss, semua itu agar sama-sama saling

memahami antara murid dan guru. Dan guru pada saat mengendalikan emosi yang

dialami Win, dilakukan dihadapan teman-temannya. Hal ini bertujuan agar murid

lainnya dapat mencontoh aksi Win bahwa hal tersebut tidak baik dilakukan. Reaksi

anak sendiri setelah ditangani terhadap cara penanganan yang telah diberikan miss

yaitu, Win sebelumnya tidak mau mendengarkan nasehat miss-nya karena

keinginannya tidak dituruti namun akhirnya setelah kemaunnya dituruti Win mau

mendengarkan nasehat miss -nya dan duduk yang baik pada saat makan.

78

Wawancara Pribadi dengan Bu Juliet. 79

Wawancara Pribadi dengan miss Ida, Jakarta, 11 November 2008. 80

Wawancara Pribadi dengan miss Ida.

Page 70: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

81

Contoh lain dari lapangan seperti kasus Adrien dan Nayla yang berebut trolley

pada saat bermain, sehingga Adrien marah kepada Nayla. Dan cara penanganan untuk

kasus seperti ini yaitu pendekatan secara individual atau dengan mengingatkannya

dengan berkata “mainan ini punya sekolah, bukan punya Adrien. Jadi, mainnya

gantian ya sama teman yang lain” sambil mengelus kepala anak yang sedang marah

(Adrien) agar anak merasa tidak egois dan mau berbagi dengan yang lain, dan itu

memudahkan kita untuk menasehati mereka kalau perbuatan mereka itu salah dan

tidak baik. Lalu mengajak mereka untuk saling berdamai dan saling berbagi satu sama

lain pada saat bermain atau aktivitas lainnya. Dan guru dalam mengendalikan jenis

emosi marah pada kasus ini, dilakukan di hadapan murid lainnya, yang bertujuan agar

anak yang lain tidak meniru perbuatan tersebut. Reaksi anak sendiri setelah ditangani

oleh miss yaitu, pada kasus Adrien dan Nayla mereka awalnya tetap saja bertengkar

walau sudah ditegur oleh miss hingga akhirnya mereka saling menyalahkan satu sama

lain karena mereka tidak merasa bersalah, namun akhirnya mereka mau menghentikan

pertengkaran mereka setelah miss meminta mohon kepada mereka secara baik-baik.

Dari kedua contoh tersebut, tercemin bahwa komunikasi antarpribadi yang

dilakukan guru dalam mengendalikan emosi marah anak sangat efektif, walaupun

pada kasus Nayla dan Adrien awalnya terlihat kurang efektif karena mereka masih

tetap berebut, namun akhirnya menjadi efektif.

3. Cara Pengendalian Emosi Gembira pada Anak Pra-sekolah

Jenis emosi lain yang peneliti dapatkan berdasarkan wawancara yaitu

gembira, misalnya gembira karena dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru

dengan mudah, lalu misalnya gembira karena menyelesaikan tugasnya paling pertama

dibandingkan dengan teman yang lainnya atau contoh lainya gembira karena

waktunya pelajaran berenang atau pergi keruang audio untuk menonton film edukatif.

Page 71: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

82

Untuk penanganan pada kasus-kasus tersebut yaitu, sama, dengan membiarkan

mereka bersorak-sorak dahulu karena mereka senang. Namun, setelah itu kita katakan

“cukup, karena pelajaran atau pertanyaan berikutnya akan dimulai lagi”, dan dengan

sendirinya anak-anak tersebut akan diam dan mendengarkan nasehat gurunya tersebut

karena mereka faham dengan keadaan saat belajar mereka tidak boleh berteriak,

namun sebaiknya jika sedang bermain mereka diizinkan untuk berteriak sampai

puas.81

Sementara itu contoh lain yang peneliti dapatkan di lapangan yaitu seperti

kasus Namira, dan kasus Rafif dan Daffa yang gembira karena sedang asik bercanda

dengan temannya disaat pelajaran dimulai. Dan untuk penanganan pada kasus seperti

ini yaitu dengan pendekatan secara individual kepada anak-anak tersebut dan

menasehati mereka di hadapan murid lainnya secara baik-baik agar mereka dan murid

lainnya dapat menyesuaikan diri pada saat belajar, mereka diharapkan mengikuti

pelajaran tersebut tanpa diselingi bercanda. Namun sebaliknya pada saat waktunya

bermain mereka diizinkan untuk bercanda dengan temannya sampai puas. Reaksi

anak-anak sendiri setelah ditangani oleh miss Ida yaitu, pada kasus Namira, ia

awalnya hanya diam saja sambil mendengarkan nasihat miss Ida tentang perilakunya

itu namun akhirnya ia menuruti nasihat miss Ida untuk kembali belajar bersama

temannya yang lain, sementara itu pada kasus Rafif dan Daffa yaitu mereka awalnya

tetap saja bercanda walau sudah ditegur dan waktu pelajaran telah dimulai, namun

akhirnya mereka mau mendengarkan nasihat miss Ida setelah dinasihati secara baik-

baik dan kembali belajar tanpa mengganggu temannya yang lainnya sampai puas.

Lalu contoh lainnya seperti kasus Brandon dimana dia gembira karena

menertawakan temannya yang sedang susah. Dan untuk penanganannya yaitu dengan

pendekatan langsung kepada Brandon sambil menasehati di depan beberapa temannya

81

Wawancara Pribadi dengan miss Ida.

Page 72: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

83

bahwa apa yang dia perbuat itu salah dan tidak baik. Dan setelah miss Ida menegur

seperti ini diharapkan dia tidak mengulanginya. Dan juga seharusnya kita menolong

teman yang sedang susah dan bukan menertawakannya. Reaksi anak sendiri setelah

ditangani oleh miss yaitu, dia menertawakannya karena menganggap hal tersebut lucu,

namun setelah dinasihati oleh miss Ida akhirnya mereka meminta maaf pada miss Ida

dan meminta maaf kepada temannya yang tadi ia tertawakan dan berjanji untuk tidak

mengulangi perbuatannya tersebut.

Ketiga contoh kasus tersebut dikendalikan guru menggunakan komunikasi

antarpribadi, yang mana hasil dari cara pengendalian emosi gembira anak dengan

komunikasi antarpribadi sangat efektif. Hal ini tercermin dari respon dan reaksi anak-

anak tersebut ketika missnya mengendalikan emosi mereka, meskipun awalnya

mereka belum melakukan seperti yang diharapkan gurunya.

4. Cara Pengendalian Emosi Sedih pada Anak Pra-sekolah

Jenis emosi lain yang peneliti temukan yaitu sedih, misalnya sedih karena

memiliki perasaan takut untuk ditinggalkan oleh orang yang mereka sayangi hingga

timbul rasa ketergantungan dengan orang yang disayanginya atau biasanya anak

seusia pra-sekolah merasa takut bila bertemu dengan orang yang baru dikenalnya.82

Untuk penangganan pada kasus seperi ini, yaitu dengan mencoba mendekati secara

individual untuk mencari penyebabnya mengapa anak ini sangat lengket dengan orang

tuanya, apakah ada kesukaannya yang dapat membuat anak ini lupa pada orang tua

mereka selama mereka disekolah atau dengan mendekati orang tua mereka agar kita

menjadi faham dengan jelas penyebabnya mengapa anak ini mempunyai rasa takut

82

Wawancara Pribadi dengan Bu Juliet.

Page 73: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

84

seperti itu.83 Dan setelah mengetahui penyebabnya kita peluk dia agar dia merasa

nyaman disamping kita dan mau berbagi cerita dengan kita serta tidak menganggap

kita sebagai orang asing, hingga akhirnya anak tersebut mau mendengarkan nasehat

kita dan mau bergabung main dengan jenis permainan kesukaannya dan dengan teman

yang lainnya . Sementara itu contoh lain yang peneliti dapat dilapangan seperti kasus

Kirani yang sedih karena ingat dengan mamanya di kantor hingga membuatnya

menangis. Untuk penanganan kasus seperti ini yaitu dengan membawa anak tersebut,

mendekatinya dan memeluknya, kemudian bertanya secara baik-baik penyebab anak

tersebut menjadi demikian, setelah pemasalahnya jelas kita ajak anak tersebut untuk

melupakan sejenak rasa rindunya itu dengan mengalihkan ke permainan yang

disukainya. anak yang menangis sebaiknya di jauhkan dari anak-anak lainnya, hal ini

karena dapat menimbulkan rasa ingin nangis pula pada murid lainnya. Setelah dia

merasa aman dan nyaman kemudian kita membujuknya supaya mau belajar kembali

agar tidak ketinggalan pelajaran. Reaksi anak setelah itu Kirani awalnya menjawab

kangen karena ingin main sama mama di rumah, kemudian setelah dicari jalan

keluarnya akhirnya ia mau melupakan sejenak rasa rindunya itu dan kembali belajar

bersama teman-temannya. 84

dan terlihat jelas di sini bahwa komunikasi antarpribadi

sangat efektif untuk mengendalikanya.

5. Cara Pengendalian Emosi Cemburu pada Anak Pra-sekolah

Jenis gejolak emosi terakhir yang peneliti dapat yaitu Cemburu, misalnya

cemburu memperebutkan guru yang mereka sayangi dengan teman main mereka jika

sedang balajar atau istirahat. Cara penanganannya yaitu cukup dengan ungkapan

humor seperti “lebih baik miss dibagi dua saja daripada miss diperebutkan seperti ini,

83

Ibid.,. 84

Wawancara Pribadi dengan miss Ida.

Page 74: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

85

agar kalian mendapatkan pelukan dari miss”. Kemudian setelah mereka tertawa miss

mengajak mereka untuk kembali belajar atau membiarkan mereka makan siang

kembali. Dan untuk pengamatan penelitian di lapangan peneliti menemukan gejala

yang sama dengan di atas dan dengan disertai penanganan yang sama pula. Adapun

reaksi yang timbul dari proses komunikasi antarpribadi dalam mengendalikan emosi,

adalah anak dapat menerima apa yang kita harapkan.

B. Respon Komunikasi Antarpribadi dalam Mengendalikan Emosi Anak Pra-

sekolah di Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus

Telah dijelaskan pada bab II bahwasannya, efektivitas diambil dari kata “efek”

yang berarti akibat atau pengaruh, sedangkan “efektif” berarti adanya pengaruh atau

adanya akibat serta aksennya jadi sesuatu. Jadi “efektivitas” berarti keberpengaruhan

atau keadaan berpengaruh (keberhasilan setelah melakukan sesuatu).85

Dari pengertian di atas peneliti akan menjabarkan temuan data yang peneliti

peroleh, ditinjau dari pengaruh metode komunikasi antarpribadi dalam mengendalikan

emosi murid-murid Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus.

Dapat kita lihat dalam temuan data, yang berupa respon dari murid-murid

Playgroup Caterpillar Super Kids. Yaitu bahwa setiap anak memang masih labil untuk

bisa mengendalikan emosinya, terlebih anak-anak usia pra-sekolah seperti para murid

di sekolah ini. Nah disinilah peran seorang pendidik (baik guru dan orang tua) untuk

bisa mengendalikan emosi mereka dengan baik dan bijak.

85

Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan Bahasa (P3B) Departeman Pendidikan dan

Kebudaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 250.

Page 75: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

86

Dalam temuan data yang diperoleh, salah satu yang digunakan untuk bisa

mengendalikan atau mengatasi luapan emosi anak adalah dengan menggunakan

komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang

berlangsung antara dua orang, di mana terjadi kontak langsung dalam bentuk

percakapan. Komunikasi ini biasanya berlangsung secara berhadapan muka, bisa juga

melalui sebuah medium telepon86

.

Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi

merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan.

Keefektifan komunikasi dalam hubungan antarpribadi ditentukan oleh

kemampuan kita untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin kita

sampaikan, menciptakan kesan yang kita inginkan, atau mempengaruhi orang lain

sesuai keinginan kita. Dengan cara berlatih mengungkapkan maksud keinginan kita,

menerima umpan balik tentang tingkah laku kita, dan memodifikasi tingkah laku kita

sampai orang lain mempersepsikannya sebagaimana kita maksudkan.

Dalam berbagai kasus mengenai bagaimana cara mengendalikan emosi anak

pra-sekolah yang peneliti temukan di lapangan, adalah para guru (miss-miss) berusaha

mendekati anak yang bermasalah, kemudian guru berusaha memasuki dunianya.

Maksudnya menjadi teman yang dipercaya oleh anak tersebut, dan membiarkan si

anak untuk meluapkan apa yang sebenarnya dia rasakan, kemudian setelah dia merasa

lega untuk meluapkan emosinya, guru menasehatinya dan memberi masukkan yang

positif untuk merubah tingkah lakunya atau mengendalikan emosinya. Dan apa yang

dilakukan oleh para guru tersebut Alhamdulillah bisa diterima oleh anak-anak, dan

mereka tidak merasa terkekang atau tertekan dengan apa yang kita sampaikan.

86

Onong Uchjana, Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, h. 48.

Page 76: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

87

Sama halnya dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan, yakni para guru

dalam mengendalikan emosi anak pra-sekolah itu dengan menggunakan komunikasi

antarpribadi. Karena dengan bentuk komunikasi ini antara guru dan murid dapat

berhubungan dengan baik, khususnya dalam mengendalikan emosi anak-anak, karena

mereka merasa nyaman dan percaya dengan missnya. Dan seperti yang telah

dijelaskan pada bab II, bahwa komunikasi terjadi bisa dilihat dari beberapa perspektif

dan tingkatan analisis. Dan yang dilakukan para guru tersebut tentu mencakup semua

itu.

Dari apa yang dilakukan oleh para miss dengan komunikasi antarpribadi dalam

mengendalikan emosi anak, berindikasi bahwa anak-anak bisa menerima apa yang

kita sampaikan dan mereka mau berubah menjadi apa yang kita harapkan, dan

mungkin juga sebaliknya. Mereka mengaharapkan kita untuk seperti yang mereka

inginkan. Dan juga para miss berharap bahwa dengan metode komunikasi antarpribadi

ini bisa dilakukan oleh para orang tua di rumah. Karena hal ini dapat membantu dalam

perkembangan psikologis anak-anak mereka juga.

Dari hasil data lapangan dan wawancara yang peneliti dapatkan yaitu: kedua

hasil data ini menunjukkan bahwa dalam mengendalikan emosi anak yaitu, sama-

sama menghargai perasaan dan pikiran anak, mendengartkan emosi yang diungkapkan

anak (mereka sedang menceritakan sesuatu kepada anda) menjadi pribadi yang baik

untuk anak, mendorong anak untuk menjelajahi dunianya, meluangkan waktu hanya

untuk anak ketika sedang bersama mereka, menunjukkan kasih sayang, sama-sama

memberitahu anak tidak menyetujui agresi yang bermusuhan dan menghentikan

dengan tegas, dan pendekatan yang bijaksana dan luwes terhadap tingkah laku anak

yang bekerja dengan baik.

Page 77: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

88

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan mengenai pengendalikan emosi

anak pra-sekolah melalui komunikasi antar pribadi di Playgroup Caterpillar Super

Kids Lebak Bulus, dan pada bab-bab sebelumnya. Maka peneliti menyimpulkan

tentang cara pengendalian emosi anak melalui Komunikasi Antar Pribadi:

1. Cara pengendalian emosi (marah, sedih, gembira, takut, dan cemburu)

berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan obsevasi di lapangan yaitu:

menunjukkan kasih sayang pada anak disertai pelukan yang hangat, melalui

pendekatan individual pada anak, membiarkan anak berjelajah ke dunianya,

mengajarkan disiplin pada anak yang disesuaikan dengan situasi, dan terakhir

yaitu mengajarkan pada anak untuk hidup rukun dan tidak saling bermusuhan.

Kemudian ditambahkan memberikan bujukan pada anak agar mereka menurut

pada kita, dan diupayakan memberikan bujukkan yang mendidik.

2. Berdasarkan analisis antara teori Sri Esti dengan hasil temuan data peneliti

yaitu: terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dalam mengendalikan

emosi anak antara lain persamaannya, sama-sama menghargai perasaan dan

pikiran anak, mendengarkan emosi yang diungkapkan anak (mereka sedang

menceritakan sesuatu kepada anda), menjadi pribadi yang baik untuk anak,

mendorong anak untuk menjelajahi dunianya, meluangkan waktu hanya untuk

anak ketika sedang bersama mereka, menunjukkan kasih sayang, sama-sama

memberitahu anak tidak menyetujui agresi yang bermusuhan dan

70

Page 78: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

89

menghentikan dengan yang tegas, dan pendekatan yang bijaksana dan luwes

terhadap tingkah laku anak yang bekerja dengan baik.

3. Perbedaan antara keduanya yaitu, mengendalikan emosi anak, dengan cara

mengandalkan peran orang tua dalam memecahkan masalah ini, jadi orang tua

disini memiliki pengaruh besar karena teori Sri Esti menganggap orang tua

biasanya lebih didengarkan oleh anak dan pasti mereka akan patuh dan

menurut dengan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan

sedangkan pada temuan data yang didapat, mereka menggunakan jasa orang

tua hanya sebagai pendamping saja; menurut Teori Si Esti menghindari

hukuman fisik pada anak sedangkan berdasarkan hasil penelitian saya

menggunakan sedikit hukuman fisik namun bertujuan agar anak menjadi

disiplin; pada hasil penelitian memberi teguran secara halus pada anak jika

terlihat si anak memang bersalah sedangkan pada Teori Sri Esti tidak; dan

terakhir pada hasil penelitian saya ditemukan menggunakan intropeksi diri

pada anak agar menyadari perbuatan mereka salah atau benar dan

mengusahakan agar anak tidak merasa tervonis sedangkan pada Teori Sri Esti

tidak.

B. Saran-saran

Selanjutnya peneliti akan mencoba untuk memberikan beberapa saran-saran

yang diperlukan sebatas ilmu yang dimiliki, agar kiranya dapat berguna untuk

membantu:

1. Playgroup Caterpillar Super Kids dalam mengendalikan emosi anak

khususnya para guru harus lebih bersabar dalam menjalaninya dan usahakan

untuk lebih memahami dan memasuki dunia mereka agar kita dapat merasakan

apa keinginan mereka.

Page 79: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

90

2. Sarana dan pra-sarana harus digunakan sebaik mungkin agar kenyamanan dan

kegiatan menjadi tetap berlangsung.

3. Dalam menjalani suatu tugas haruslah dikerjakan secara benar dan semangat

agar tidak tersendat-sendat dalam pengerjaannya.

4. Komunikasi antara orang tua murid dan guru sangat penting dalam

membentuk pribadi seorang anak.

5. Sebaiknya guru dan orang tua membentuk tim yang saling bekejasama dengan

baik dalam mendidik anak.

Page 80: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

91

DAFTAR PUSTAKA

Agus, M. Hardjana. Komunikasi Intrapersonal da Interpersonal. Yogyakarta:

Kanisius, Cet Ke-1, 2003.

Bahauddin, Muhammad Khalid. Membimbing Anak Hidup Terencana dan Teratur.

Jakarta: Gema Insani Press, 2003.

Baradja, Abu Bakar. Psikologi Perkembangan (tahapan dan Aspek-aspeknya). Jakarta: Studia Press, 2005.

Buckley, Erick. The Oxford English Dictionary. Oxford: The Clarendon Press, 1978.

Chaplin, JP. (Penerjemah Kartini Kartono). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta:

Rajawali Press, 2004.

Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1996.

Daradjat, Zakiah, Dr,. Perawatan Jiwa Untuk Anak-anak. Jakarta: N.V. Bulan

Bintang, 1982.

Dewanto, Nugroho. Kamus Bahasa Indonesia Pendidikan Dasar. Bandung: Yrama

Widya, 2004.

Djiwandoyo, Sri Esti Wuryani. Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua.

Jakarta: PT. Grasindo, 2005.

Davis, Keith. Human Behavior at work: Organizational Behavior,6

th ed. New York,

Mc Graww Hill, 1981.

Effendy, Onong Uchjana. Prof. Drs, MA. Dimensi-dimensi Komunikasi. Jakarta: Alumni.

------------------------. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

------------------------. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1998.

Fadhlullah, Husain. Dunia Anak (memahami perasaan dan pemikiran anak anda).

Jakarta: Cahaya, 2004.

Fauzi, Ahmad. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia, 1997.

Gunarsa, Ny. Singgih D., Dra. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: PT. BPK Gunung

Mulia, 2004. Gunarsa, Singgih D. Prof. Dr, dan Singgih, Yulia, Dra. Psikologi Perkembangan Anak

dan Remaja, Jakarta: Erlangga, 2004.

Page 81: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

92

Hafid, Muhammad Nur Abdul. Mendidik Anak Bidang Sosial, Budi Pekerti, dan

Kejiwaan. Yogyakarta: Darussalam, 2004.

Hafied, Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet

ke-4, 2003.

Jurjis, Malak, Dr. Cara Mengatasi Gejolak Emosi Anak. Bandung: PT. Mizan Publika, 2004.

L. Tubbs, Steward, Moss, Sylvia. Human Communication (prinsip-prinsip dasar

pengantar. Dr. Dedi Mulyana M. A. ). Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001.

Lathief, Rusydi, T. A. Dasar-dasar Rethorika Komunikasi dan Informasi. Medan, cet ke-1, 1985.

Masyah, Syarif Hade. Kiat Menjadi Orang Tua Bijak. Jakarta: Hikmah, 2004.

Merriam Webster, G & C Merriam Company Webster’s. third new international

dictionary: of the English language un a bridge: USA;,,editor in chief Phillip

Babcock Gove, Ph. D & The Merriam- Webstereditor; all staff, 1992, A. B.

Prinnodigdo, Hasan Shadily, Ensiklopedi Umum, Yogyakarta: Kanisius, 1990.

Moleong, Lexy J, Prof, Dr, MA. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2004.

Mulyadi, Seto, Dr. M.Psi. Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya. Jakarta:

Erlangga, 2004.

Mutmainah, Dra. Siti dan Fauzi, Drs. Ahmad. Modul UT “Psikologi Komunikasi”. Jakarta: Universitas Terbuka , 2005.

Pearce, Jhon, Dr,. Bagaimana Mengatasi Perkelahian, Olok-olok dan Gertakan.

Jakarta: Binarupa Aksara, 1990.

Ridwan, M. Drs. Dkk. Kamus Ilmiah Populer. Jakarta: Pustaka Indonesia, 1999.

Robbins, G., James. Komunikasi Yang Efektif. Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya,

1995.

Sarwono, Sarlito W, Prof. Dr. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT. Bulan

Bintang, 2003.

Sendjaja, Sasa Djuarsa. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.

Shadily, Hasan dan Echols, M. Jhon. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 1990.

Surviani, Istanti. Menghias Jiwa Dan Perilaku Anak. Bandung: Pustaka Ulummudin,

2004.

Page 82: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

93

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar B. Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka Depdikbud, 1995.

Tim Redaksi Ayah Bunda. Anak Pra-Sekolah (Pegangan Orang Tua Untuk

Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun). Jakarta: PT. Gaya Favorit Press, 1994.

Ulama Besar Universitas Al-Azhar Mesir. Mengasuh Anak Menurut Ajaran Islam.

Jakarta: Pustaka Shadra, 2004.

Widjaja,A. W. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta, cet ke-2, 2000.

Zulkifli L. Drs,. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986.

Page 83: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

94

CATATAN LAPANGAN

Catatan lapangan No: 1

Waktu : Minggu Ke-1 bulan Oktober 2007, pukul 07.45- 10.45 WIB

Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus

Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids

Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya.

Peneliti : Dina Prahasty

LATAR

Cuaca cerah, bangunan sekolah Caterpillar Super Kids yang terlihat cukup luas

dipenuhi alat-alat permainan. Loker-loker yang berwarna-warni untuk menyusun

tempat sepatu dan tas para murid. Washtafel yang bersih dan rapi untuk para murid

mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan berbagai kegiatan. Suasana di dalam

kelas setelah selesai istirahat selama ½ jam. Murid-murid telah selesai makan siang

dan berkumpul di kelas yang sangat penuh dengan hiasan di dinding kelas dan

bermacam-macam alat permainan untuk para murid. AC (Air Conditioner) dinyalakan

karena anak-anak berada di kelas, dan mereka duduk tertib bersama miss Ida dan miss

Icha diatas ubin beralaskan karpet hijau.

CATATAN LANGSUNG/ DESKRIPTIF

Waktu menunjukkan pukul 09.45 WIB acara makan siang telah selesai. Lalu miss Ida

menyerukan muridnya yang sudah selesai makan untuk merapihkan tempat makannya

kemudian mencuci tangan(ditemani miss Dyna (saya)). Setelah semuanya selesai dan

telah berkumpul di kelas, miss Ida dan saya membentuk murid-murid dalam barisan

seperti ular panjang untuk pindah ke ruang perpustakaan. Dan mereka pun berkumpul

dan duduk dengan tertib di atas karpet pink, dengan mata yang penuh tanda tanya miss

Ida menanyakan kepada beberapa muridnya yaitu Daffa, Win, dan Adrien. Karena

sejak dimulainya masuk kelas, ke-3 anak ini terlihat suka berlari-lari kesana kemari,

terlihat melamun dengan pandangan kosong hingga tidak mendengar jika miss Ida

memanggil, terlihat suka mencolak-colek teman-temannya yang sedang mengerjakan

tugas hingga marah dan saling memukul. Pertama dengan mata yang tajam sambil

menatap wajah Adrien, miss Ida bertanya pada Adrien, “Adrien, miss Ida sering

Page 84: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

95

berbicara dengan Adrien, tetapi kenapa sih Adrien tidak mau mendengarkan sehingga

miss harus bicara lagi dengan Adrien?” Ini membuat miss Ida mengerutkan wajah dan

menggeleng-gelengkan kepalanya karena harus berbicara berkali-kali baru didengar

oleh Adrien. Namun Adrien tidak memberikan jawaban apa-apa hanya menundukkan

kepala saja sambil memainkan jari tangannya. Karena Adrien tidak berkata apa-apa,

miss Ida meneyerukan Adrien agar lain kali mendengarkan apa yang miss Ida katakan,

cukup dengan sekali tanpa harus diulang-ulang. Dengan wajah yang memerah Adrien

menganggukkan kepala saja. Kemudian pertanyaan yang kedua miss Ida bertanya

kepada Win, “Win kenapa sih melamun terus, apa yang dilamunin Win?” Dengan

wajah yang memerah Win menjawab, “aku inget di rumah, waktu main sama mas

Bimo (kakaknya)”. Sambil mengerutkan dahi miss Ida bertanya lagi, “kenapa ingat di

rumah dan main sama mas Bimo?”, Win menjawab lagi “di rumah aku bisa main PS

(Playstation) sama kakak, jadi pengen main deh.” Lalu sambil tersenyum miss Ida

bilang “ya sudah nanti kalau liburan kan Win bisa main, sekarang di sekolah jangan

memikirkan main PS lagi ya, dan ingat di kelas jangan suka melamun lagi, karena di

sini kan Win mau belajar, jadi kita bisa main sambil belajar dan belajar sambil

bermain.” Dan Win berkata “ya miss” sambil menganggukkan kepalanya. Lalu

pertanyaan yang ketiga diberikan kepada Daffa, “Daffa kenapa sih suka sekali berlari

kesana kemari, padahal bukan pelajaran olah raga?” Lalu dengan pandangan mata

yang melihat kesana-kemari Daffa menjawab “gak tahu”. Sambil tersenyum karena

miss Ida sudah sering menasehati Daffa, miss Ida kemudian berkata “ya udah, besok-

besok dikurangi ya berlari-lari di sekolah kecuali pada saat pelajaran olahraga. Miss

Ida pasti senang deh sama Daffa”. Dan Daffa menjawab “iya miss” sambil

menganggukkan kepala. Demikian miss Ida memberi beberapa jawaban atas beberapa

pertanyaan yang diberikan kepada ke-3 muridnya tersebut. Waktu pun menunjukkan

pukul 10.00 WIB pelajaran Math pun segera dimulai.

CATATAN REFLEKTIF

Waktu menunjukkan pukul 09.45 WIB istirahat telah selesai, lalu miss Ida mengajak

muridnya untuk berkumpul dikelas dan membaca doa selesai makan. Setelah

membaca do’a, miss Ida mengajak murid-muridnya untuk pindah ke ruang

perpustakaan. Lalu mereka pun berkumpul dan duduk di atas karpet pink, tiba-tiba

Page 85: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

96

miss Ida menanyakan beberapa pertanyaan kepada beberapa muridnya yaitu Adrien,

Daffa dan Brandon. Karena sejak dimulainya masuk kelas, ke-3 anak ini sangat susah

diatur oleh miss Ida. Pertama miss Ida bertanya pada Adrien masalah pendengaran

Adrien, karena Adrien harus disuruh berulang kali baru mendengar perintah miss Ida.

Namun Adrien tidak menjawab apa-apa, Karen Adrien hanya diam saja maka miss Ida

menasehati Adrien agar mendengarkan apa yang miss Ida perintahkan cukup dengan

sekali perintah saja, tanpa harus diulang-ulang. Kemudian miss Ida bertanya kepada

Win mengenai alaskan Win yang suka melamun pada saat belajar, jawaban Win yaitu

ia ingin main sama kakaknya. Lalu miss Ida memberi saran untuk lupakan

keinginannya jika Win sedang belajar, dan hal itu bisa Win lakukan pada saat liburan.

Yang ketiga miss Ida bertanya kepada Daffa mengenai kebiasaan Daffa yang suka

lari-larian disaat pelajaran dimulai dan setiap berjalan. Namun Daffa sendiri

menjawab ia tidak tahu mengapa ia suka berlari-lari. Kesekian kali miss Ida

menasehati Daffa untuk mengurangi kebiasaannya itu dan menggantinya jika sedang

pelajaran olah raga saja. Dan akhirnya ketiga anak tersebut mang-iya kan nasihat miss

Ida dan pelajaran pun berganti menjadi pelajaran Math.

Page 86: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

97

CATATAN LAPANGAN

Catatan Lapangan No: 2

Waktu : Minggu ke-2 bulan November 2007, pukul 08.00- 10.00 WIB

Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus

Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids

Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya.

Peneliti : Dina Prahasty

LATAR

Ruang kelas Jumper yang dipenuhi oleh berbagai macam hiasan dinding, terdapat

juga loker-loker berwarna-warni tempat untuk murid menaruh sepatu & tasnya. Jadi

para murid tidak memakai sepatu saat berada di dalam ruangan sekolah, kecuali di

Playground. Cuaca tampak cerah di luar gedung sekolah, karena di dalam gedung

sekolah setiap ruangan memakai AC.

CATATAN LANGSUNG/ DESKRIPTIF

Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB dimana saatnya murid-murid masuk kelas

untuk memulai pelajaran. Lalu kemudian terdengar pintu kelas terketuk, dan ternyata

Kirani yang datang terlambat. Pada saat mau masuk ke kelas wajah Kirani terlihat

sedih dan tak lama kemudian dia menangis. Dan pada hari itu juga kebetulan

merupakan hari pertamanya dia masuk kelas jumper, karena sebelumnya dia masih

duduk di kelas toodler. Lalu miss Ida meminta tolong saya untuk mengajak Kirani

keluar kelas dahulu untuk menenangkannya. Tetapi dia tetap sedih dan menangis,

saya lalu bilang seraya memangkunya “Kirani kenapa sayang?”. Kirani menjawab

“pengen sama mama!”, sambil terbata-bata karena sambil menangis. Saya berkata lagi

“kan nanti pulang sekolah ketemu sama mama, sekarang Kirani main dulu yuk sama

teman-teman”. Kirani masih saja menangis, saya bilang “teman-teman di kelas jumper

senang lho Kirani sekarang bisa belajar bareng sama mereka”. Namun dia masih

sedih, dan saya menggendong dia ke ruang gross motor dan mengalihkan

kesedihannya dengan bermain, hingga akhirnya dia berhenti menangisnya dan mau

masuk kelas.

CATATAN REFLEKTIF

Page 87: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

98

Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB pelajaran dimulai, murid-murid masuk kelas.

Lalu miss Ida menyerukan murid-muridnya untuk mengecat bahan-bahan pelajaran

hari itu, sebelum dimulai terdengar pintu diketuk dan ternyata Kirani terlambat.

Kemudian saya menggendongnya untuk menenangkannya, yaitu dengan memeluknya

dan mengalihkan kesedihannya dengan bermain di gross motor. Sampai akhirnya dia

lupa dan merasa sudah nyaman sehingga mau masuk kelas. Sedangkan murid- murid

lainnya belajar di kelas dengan miss Ida.

Page 88: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

99

CATATAN LAPANGAN

Catatan Lapangan No: 3

Waktu : Minggu ke-4 bulan Desember 2007, pukul 08.00- 10.00 WIB

Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus

Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids

Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya.

Peneliti : Dina Prahasty

LATAR

Hari yang indah untuk memulai pelajaran hari ini, pelajaran dimulai di library yang

tersedia buku-buku cerita dan boneka bear yang besar. Dengan materi story telling,

dimana murid-murid menceritakan sesuatu yang paling ia sukai di depan teman-

temannya. Yang sebelumnya miss Ida menceritakan terlebih dahulu, dan anak-anak

mendengarkannya. Kemudian murid-murid duduk di atas bantal boneka yang

beralaskan karpet berwarna pink, dan menunggu giliran mereka untuk bercerita.

CATATAN LANGSUNG/ DESKRIPTIF

Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB setelah murid-murid masuk kelas dan

meletakkan tas dan sepatunya, lalu miss Ida menyerukan murid-murid untuk

membentuk barisan kemudian menuju library. Di perpustakaan murid-murid segera

menduduki bantal boneka untuk duduk mereka. Pada saat miss Ida bercerita, terlihat

Win dan Nayla berebut salah satu bantal boneka tersebut, hingga akhirnya Win dan

Nayla bertengkar dan Win marah sekali pada Nayla, sampai membuyarkan perhatian

murid-murid yang lain mendengarkan miss Ida. Akhirnya miss Ida meminta tolong

saya untuk melerainya. saya berkata “Win, bantal ini punya sekolah bukan punya

Win, jadi harus berbagi ya sama teman-teman yang lain”. Win menjawab “iya miss,

tapi aku mau duduk di sini”. Saya kemudian berkata “iya boleh, tapi kan tadi Nayla

duluan yang duduk di sini, Win duduk di bantal yang lain aja ya?”. “gak mau, aku

maunya di situ”, jawab Win. Akan tetapi Nayla tidak mau pindah, jadi saya

menawarkan Win untuk duduk di pangkuan saya. Dan akhirnya Win mau dan senang,

kemudian saya menyeru Win untuk meminta maaf sama Nayla. Mereka pun akhirnya

berbaikan lagi. Setelah miss Ida selesai cerita, sekarang giliran murid-murid untuk

Page 89: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

100

menceritakan salah satu yang paling disukainya. Dan pada saat story telling, murid-

murid sangat antusias dan senang.

CATATAN REFLEKTIF

Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB miss Ida menyerukan murid-murid untuk

membentuk barisan kemudian menuju library. Di dalamnya murid-murid

mendengarkan cerita dari miss Ida, kemudian setelah miss Ida selesai bercerita murid-

murid diminta untuk menceritakan sesuatun yang paling mereka sukai. Namun pada

saat miss Ida bercerita terlihat Win sangat marah dengan Nayla karena merebutkan

sebuah bantal boneka. Yang sempat mengganggu perhatian murid-murid lainnya

mendengarkan cerita miss Ida. Hingga akhirnya saya meleraikan mereka, sampai

mereka bermaafan. Lalu dalam menceritakan hal-hal yang disukai oleh setiap murid,

murid-murid merasa senang dan antusias. Walaupun pada awal bercerita mereka ada

yang terlihat sedikit takut atau malu.

Page 90: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

101

CATATAN LAPANGAN

Catatan Lapangan No: 4

Waktu : Minggu ke-2 bulan Januari 2008, pukul 09.00- 11.00 WIB

Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus

Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids

Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya.

Peneliti : Dina Prahasty

LATAR

Cuaca hari ini sangat cerah dan sejuk. Hari ini merupakan jadwal ekstrakurikuler yang

diadakan oleh sekolah, yaitu kegiatan field trip atau darmawisata. Pada acara kali ini

para murid dan guru-guru memakai baju berwana merah, sehingga tampak menambah

semangat berwisata.

CATATAN LANGSUNG/ DESKRIPTIF

Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB, murid-murid terlihat sangat senang sekali dan

terlihat tidak sabar untuk segera berangkat menuju lokasi. Pada field trip kali ini

playgroup Caterpillar Super Kids berwisata ke Kebun Binatang Ragunan dan Pusat

Primata Schmudtzer. Sesampainya di sana, anak-anak sangat senang sekali sehingga

sampai ada yang berlari, yaitu Adrien, Rafif, dan Daffa. Mereka berlari karena saking

senangnya, sampai akhirnya Daffa terjatuh karena matanya meleng. Padahal miss Ida

sudah mencoba meraihnya. Dan kemudian miss Ida menasehatinya “Daffa sabar ya,

miss tau kamu senang banget tapi jangan terlalu senang dan harus sabar”. “iya miss”,

jawab Daffa sambil menangis. Dan kejadian ini diingatkan juga kepada murid-murid

lainnya, sehingga tidak terulang kembali. Kemudian miss Ida menggendong Daffa

karena kakinya sedikit luka. Sesampai di sekolah murid-murid sudah dinanti oleh

mama atau susternya untuk pulang ke rumah masing-masing. Dan tak lupa miss Ida

memberi tahu kepada mamanya Daffa, kenapa kakinya Daffa luka. Dan mamanya

Daffa juga menasehati anaknya itu.

CATATAN REFLEKTIF

Page 91: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

102

Waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB, murid-murid dan para guru bersiap-siap

untuk berangkat wisata ke Kebun Binatang Ragunan. Murid-murid sangat senang

sekali di dalam perjalanan dan di lokasi wisata. Sampai ada yang berlari-lari yaitu

Adrien, Rafif dan Daffa. Yang mana Daffa akhirnya terjatuh dan menangis. Dan ini

dijadikan pelajaran untuk murid-murid lainnya, agar bisa mengontrol rasa senangnya.

Sesampai di sekolah, miss Ida menemui ibunya untuk menjelaskan apa yang dialami

Daffa.

Page 92: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

103

CATATAN LAPANGAN

Catatan Lapangan No: 5

Waktu : Minggu ke-1 bulan Februari 2008, pukul 09.00- 11.00 WIB

Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus

Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids

Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya.

Peneliti : Dina Prahasty

LATAR

Hari ini sedikit mendung, tapi sesekali matahari menampakkan sinarnya. Murid kelas

jumper akan bermain di playground. Banyak mainan yang disediakan di sekolah ini,

ada area pasir putih, bak yang diisi air, perosotan, ayunan, mobil-mobil kecil,

jembatan, dan papan untuk murid belajar keseimbangan. Semuanya tampak segar

dipandang mata karena indahnya suasana di playground yang ada tumbuhan segar dan

mainan yang berwarna-warni.

CATATAN LANGSUNG/DESKRIPTIF

Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB seusai belajar collage di dalam kelas, miss Ida

dan miss Icha menyerukan murid-murid untuk membentuk barisan karena akan

bermain di playground. Sebelum keluar kelas, miss Ida dan saya mengoleskan

mosquito repellent agar murid-murid tidak digigit serangga. Setelah itu murid-murid

bebas mau main apa, akan tetapi guru tetap mengawasi dengan seksama. Ada yang

main ayunan, mobil, air dan pasir. Tiba-tiba ketika sedang asyik bermain terdengar

teriakan suara Namira yang sedang bermain pasir. Miss Ida kemudian mendektinya,

dan bertanya “kenapa Namira?”. “ada kodok miss, aku takut..!”, kata Namira dengan

wajah ketakutan. Lalu miss Ida memeluknya dan mengatakan “gak apa-apa kok

sayang, kodoknya gak ganggu Nami, cuma numpang lewat aja. Nami kaget ya?”.

Dengan raut wajah yang masih takut sampai air matanya jatuh, dia menjawab “iya

miss”, sambil agak merengek. “yaudah jangan takut lagi ya, kan di sini ada miss Ida

yang nemenin kamu, lagipula kodoknya sudah pergi”, lanjut miss Ida. Akhirnya Nami

pun melanjutkan permainannya. Kemudian waktu menunjukkan pukul 09.30 WIB,

Page 93: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

104

miss Ida menyerukan murid-muridnya untuk melanjutkan pelajaran di kelas. Seusai

bermain di playground, murid-murid harus mencuci tangannya terlebih dahulu

sebelum memulai aktivitas lainnya.

CATATAN REFLEKTIF

Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB murid-murid yang telah selesai

menyelesaikan materi collage ,memakai sepatu dan membentuk barisan, kemudian

diolesi mosquito repellent. Setelah semua murid siap, mereka langsung menuju

playground. Dan tiba-tiba Namira teriak ketakutan, karena ketika dia sedang asyik

bermain pasir ada seekor kodok kecil lewat mengagetkannya. Kemudian miss Ida

datang untuk menenangkan Namira, hingga akhirnya rasa takutnya hilang.

Page 94: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

105

CATATAN LAPANGAN

Catatan Lapangan No: 6

Waktu : Minggu ke-3 bulan Februari 2008, pukul 10.00- 10.20 WIB

Tempat : Playgroup Caterpillar Super Kids Lebak Bulus

Subjek Penelitian : Siswa-siswi Playgroup Caterpillar Super Kids

Objek Penelitian : Cara guru mengendalikan anak yang meluapkan emosinya.

Peneliti : Dina Prahasty

LATAR

Cuaca di luar gedung sekolah hujan deras, jadi murid-murid bermain di ruang

manipulative area yang dipenuhi mainan edukatif untuk murid-murid tertata rapih dan

indah. Diantaranya ada mainan play dough, berbagai macam boneka, mainan masak-

masakan, dokter-dokteran, trolley dan keranjang shopping dan masih banyak lagi.

CATATAN LANGSUNG/DESKRIPTIF

Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB seusai belajar di kelas, murid jumper bermain

di ruang manipulative area, karena diluar hujan deras. Ada yang yang bermain puzzle,

masak-masakan, belanja-belanjaan dan lain-lain. Tapi pada saat bersamaan, murid-

murid dari kelas toodler juga ikut gabung bermain di sini. Dan ketika miss Ida

menggoda dede’ Sandro, tanpa disadari Win cemburu, hal ini tampak karena Win

melarang miss Ida untuk main dengan Sandro dan hanya boleh main sama dia. Miss

Ida dan miss Dwi jadi tersenyum. Lalu Win bilang “miss Ida gak boleh main sama

dede’ Sandro!”. Kemudian miss Ida sambil bercanda bilang “aduh,,Win miss dibagi

dua aja deh, supaya miss bisa main sama Win dan dede’ Sandro”. Dan juga miss Ida

memberi pengertian sama Win, kalau yang sudah besar harus bisa mengalah sama

adiknya dan juga bisa mengajak main bersama. Dan Win pun akhirnya mengerti.

Istirahat pun selesai, para murid kelas jumper masuk kelas lagi untuk melanjutkan

pelajaran berikutnya.

CATATAN REFLEKTIF

Page 95: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

106

Selesai materi di kelas, murid-murid jumper beristirahat atau bermain di manipulative

area, para murid berlari untuk memilih permainan yang akan dimainkannya. Pada saat

bermain tiba-tiba murid kelas toodler juga ikut gabung bermain di sini, karena di luar

hujan jadi semua murid beristirahat di ruangan ini. Ketika miss Ida coba menggoda

dede’ Sandro untuk bermain, Win nampak cemburu, yaitu miss Ida tidak boleh

bermain dengan dede’ Sandro. Kemudian miss Ida memberi pengertian sama Win dan

akhirnya Win mengerti dan mau main bersama dengan adik kelasnya itu.

Page 96: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

107