Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

33
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi Oleh: KELOMPOK 7 Nama Kelompok: 1. Kadek Ari Dwiarwati (1011011019) 2. I Nengah Budhi Saputra (1111011009) 3. Ni Luh Gd. Mudiyathi Mawar Sari (1111011010) 4. I. D. A. Asti Metayani (1111011030) 5. Pande Kadek Ayu Sugianitri (1111011032) 6. Ni Made Ayu Dwi Safitri (1111011038) JURUSAN BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2013

Transcript of Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

Page 1: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

Oleh: KELOMPOK 7

Nama Kelompok:

1. Kadek Ari Dwiarwati (1011011019)

2. I Nengah Budhi Saputra (1111011009)

3. Ni Luh Gd. Mudiyathi Mawar Sari (1111011010)

4. I. D. A. Asti Metayani (1111011030)

5. Pande Kadek Ayu Sugianitri (1111011032)

6. Ni Made Ayu Dwi Safitri (1111011038)

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2013

Page 2: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat rahmat dan karunia-Nya dan juga usaha dari kami akhirnya kami dapat

menyelesaikan makalah sederhana yang berjudul “Mengembangkan Keterampilan

Komunikasi Antar Pribadi”.

Pada kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada

Prof. Dr. Gede Sedanayasa, M.Pd selaku dosen pengajar mata kuliah Komunikasi

Antar Pribadi yang telah bersedia memberikan bimbingan dan arahannya. Kami

juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa, serta pihak lain

yang turut membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari

segi isi dan penyusunannya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kami dalam

hal pengetahuan dan pengalaman. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan

makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi

mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Singaraja, Maret 2013

Penyusun

ii

Page 3: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 1

1.3 Tujuan ................................................................................................. 2

1.4 Manfaat ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Keterampilan Merefleksi Perasaan .................................................. 3

2.2 Keterampilan Memberi Penguatan ................................................... 4

2.3 Keterampilan Mendengarkan .......................................................... 5

2.4 Keterampilan Bertanya ..................................................................... 13

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan ............................................................................................. 28

3.2 Saran ................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 4: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai seorang calon guru bimbingan konseling yang nantinya akan

selalu berkomunikasi dengan seluruh lapisan sekolah. Komunikasi sendiri

memiliki arti sebagai suatu proses pengiriman pesan dari komunikator ke

komunikan. Pesan disini disampaikan dalam bentuk yang sederhana dan

diharapkan mampu dimengerti oleh lawan bicara. Pesan itu harus memiliki

makna, dimana pesan itu akan bermakna apabila pesan disampaikan secara

lengkap tanpa mengurangi isi dari pesan itu. Kekaburan sebuah makna pesan

dapat dikurangi dengan melihat cara pemakaian kata itu atau konteks suatu

kalimat. Penyampaian pesan akan terputus apabila tidak terjadi suatu hubungan

yang baik antar pribadi, hubungan antar pribadi adalah suatu proses hubungan

yang tercipta, tumbuh dan berkembang antar individu satu dengan individu yang

lain. Tidak cukup hanya dengan hubungan antar pribadi saja suatu komunikasi itu

kan berjalan dengan baik, tetapi dalamsuatu komunikasi diperlukan juga

keterampilan dalam melakukannya. Jadi dalam melakukan komunikasi

dibutuhkan keterampila-keterampilan khusus agar nantinya komunikasi itu akan

mendapat tindak lanjut dan tidak terputus. Ketermpilan ini harus dikuasi oleh

setiap guru bimbingan konseling karena mengingat tugas kita yang nantinya akan

sebagai seorang pendengar, pemberi motivasi, pemberi penguatan dan lain-lain.

Maka dari itu kita wajib mengetahui dan mempelajiri keterampilan-keterampilan

tersebut sebagai dasar dan modal utama kita dalam melaksanakan tugas.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keterampilan merefleksi perasaan?

2. Bagaimana keterampilan memberi penguatan?

3. Bagaimana keterampilan mendengarkan ?

4. Bagaimana keterampilan bertanya?

1

Page 5: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui keterampilan merefleksi perasaan.

2. Mahasiswa dapat mengetahui keterampilan memberi penguatan.

3. Mahasiswa dapat mengetahui keterampilan mendengarkan.

4. Mahasiswa dapat mengetahui keterampilan bertanya.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dari penyusunan makalah ini adalah

makalah ini nantinya dapat dijadikan sumber atau bahan bacaan bagi mahasiswa.

Karena sebagai seorang calon konselor kita harus dapat mengetahui model

konseling humanistik agar dapat membantu konseli.

2

Page 6: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

BAB II

PEMBAHASAN

2. 1. Keterampilan Merefleksi Perasaan

Bagaimana seseorang merasakan suatu masalah sama pentingnya dari pada

hakekat atau isi masalah itu sendiri. Perasaan terjalin bersama dengan masalah itu

sendiri. Kesuksesan pemecahan masalah sebagaian tergantung pada pemahaman

seseorang akan perasaan dan kesadaran kembali akan segala sesuatu yang ada

kaitannya dengan perasaannya.

Untuk membantu orang lain agar menjelaskan perasaannya, kamunikator

harus mengenal betul perasaan orang yang diajak bicara. Itulah sebabnya,

penekanan dalam uraian dan kegiatan ini terletak pada identefikasi dan ekspresi

perasaan komunikator sendiri dan sebagai terletak pada pengenalan perasaan

orang lain. Keterampilan merespon perasaan komunikan secara aktual difokuskan

pada penggalan berikutnya.

Untuk mengomunikasikan perasaan anda sendiri dengan cermat atau untuk

memahami perasaan orang lain, merupakan kegiatan yang sulit. Alasannya:

a. Ekspresi perasaan mengambil banyak bentuk yang berbeda. Perasaan-

perasaan dapat mengekspresikan diri melalui perubahan-perubahan

badaniah, seperti : kecepatan detak jantung, pernafasan, malu, keringatan,

teriakan atau tangisan, benturan, melihat satu arah atau memalingkan

wajah, membungkuk, menggigit bibir. Dalam bentuk kata misalnya :

komentar, gerak isyarat, tuduhan, panggilan nama, sindiran tajam,

pertimbangan. Ekspresi perasan yang spesifik dapat bersumber dari

perasaan yang sangat berbeda-beda. Wajah yang merah umpamanya, dapat

menjadi indikasi perasaan kecewa atau malu, jengkel atau susah.

b. Persepsi komunikator akan perasaan orang lain didasarkan pada berbagai

situasi atau pengalaman yang berbeda. Bila seseorang berbicara dan anda

lebih memungkinkan mempengaruhi perasaan seseorang. Persepsi anda

akan perasaan orang lain, sering lebih tergantung pada apa yang anda

rasakan dari pada kata-kata atau tindakan orang lain. Selanjutnya

keterampilan mereleksi perasaan adalah respon terhadap poerasaan

3

Page 7: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

komunikan. Respon ini dapat dilakukan dengan jalan merefleksi atau

memantulkan perasaan komunikan. Untuk dapat memberikan respon yang

tepat maka sebelumnya komunikator harus mengenali daftar perasaan dan

tingkatannya mulai perasaan yang paling halus sampai perasaan yang

paling keras. Pengenalan terhadap jenis-jenis perasaan yang tepat. Tidak

mungkin akan memrefleksi perasaan senang kalau ekspresi komunikan

cemberut.

2. 2. Keterampilan Memberi Penguatan

Komunikator bisa memberikan respon dalam bentuk dukungan atau

penghargaan kepada komunikan apabila pertanyaan sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai bersama. Tujuan respon penguatan adalah disamping memotivasi

komunikan agar dapat lebih terbuka, juga dapat mengmbangkan diri dalam

komunikasi. Menurut D.N.Pah (1996) membedakan penguatan menjadi dua yaitu:

1. Penguatan Verbal

Penguatan verbal berupa kata-kata pujian, dukungan, dorongan yang

digunakan untuk menguatkan tingkah laku dan penampilan komunikan.

Kata-kata yang digunakan seperti, benar, bagus sekali, tepat, dan

sebagainya. Atau dalam bentuk kalimat seperti, bagus sekali jawaban mu.

2. Penguatan non verbal

Penguatan non verbal adalah penguatan berupa mimik dan gerak tubuh

seperti, senyuman, anggukan, acungan jempol dan sebagainya.

Kedua jenis penguatan diatas bisa dilakukan bersamaan tergantung situasi.

Contohnya, ketikan komunikator memberikan penguatan verbal “saya sangat

senang”, pada saat itu juga komunikator tersenyum sambil menganggukan kepala.

Penguatan

Ada beberapa bentuk penguatan yang dapat dilakukan dalam komunikasi

antar pribadi yang dapat memperkokoh terjadinya komunikasi antar pribadi.

1. Penguatan minimal yang baik mencangkup

a. Mengelaborasi aspek-aspek nonverbal tentang prilaku attending

yang baik, contoh :

Memelihara kontak mata

4

Page 8: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

Badan condong kedepan dengan penuh perhatian

Gerak isyarat yang tepat

Tanpa gerakan-gerakan gugup yang menggangu

Anggukan kepala

Gerakan badan kedepan bersama gerak isyarat yang hangat

pada waktu yang tepat.

b. Ungkapan/ucapan verbal yang singkat, umpanya:

• “Oh”, “Begitu”, “Kemudian”, “Dan”.

• “Ceritakan Lagi”

• “Mm”, “He”

• Menyatakan kembali secara sederhana kata-kata eksak dari

pertanyataan terakhir komunikan

• Mengulangi satu atau dua kata-kata kunci

2. Penguat minimal yang jelek mencangkup:

• Sikap badan yang kaku

• Tidak terbata-bata

• Gerakan badan yang terlalu banyak

• Keadaan diam yang menimbulkan perasaan malu

2. 3. Keterampilan Mendengarkan

Mendengarkan bukan sekedar merupakan perkara fisik “mendengarkan”.

Mendengarkan merupakan proses intelektual dan emosional. Dengar proses itu

orang menyimpulkan dan mengintegrasi antara, input, fisik, emosional dan

intelektual dari orang lain dan berusaha menangkap pesan serta maknanya. Tujuan

mendengarkan menurut Soli Abimayu adalah mengumpulkan informasi yang ada

hubungannya dengan masalah yang dihadapi dan tujuan yang dikemukakan oleh

seseorang.

Mendengarkan dengan baik tidak terjadi dengan gampang. Mendengarkan

merupakan kerja keras. Mendengarkan bukan hanya menyangkut konsentrasi, dan

kepekaan tetapi juga berbagai perubahan fisik dalam tubuh. Pada waktu

mendengarkan dengar baik, detak jantung kita bertambah, suhu badan sedikit

naik, dan peredaran darah lebih cepat.

5

Page 9: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

Agar dapat menjadi pendengar yang baik, kita harus berusaha menjadi

objektif. Meskipun objektivitas penuh itu jarang ada, mendengarkan menuntut

usaha yang secra sadar mencoba untuk mengerti orang yang berbicara dengan

kita, tanpa membiarkan pendapat pribadi mempengaruhi arti dan maksud kata-

katanya. Kita harus berusaha untuk mengerti apa yang hendak disampaikan

kepada kita oleh orang yang berbicara dengan kita dan bukan apa yang ingin kita

mengerti. Hal ini membantu kita untuk melihat dan merasakan apa yang dilihat

dan dirasakan oleh orang yang berbicara dengan kita. Dengan demikian kita,

jasanya dapat menembus lambing-lambang komunikasi dan lebih dekat dengan

kenyataan yang bersangkutan dalam pembicaraan.

Sebagai komunikan dam komunikator dengan pendengar yang jelek, maka

kita tidak akan mampu menangkap pesan yang disampaikan masing-masing.

Akibatnya kita tidak menangkap makna yang tersirat dalam ungkapan tersebut.

Karena tidak menangkap makna pesan yang tepat, maka diantara keduanya saling

mengajukan pertanyaan kembali. Kondisi seperti ini tentu merupakan komunikasi

yang tidak efektif. Kurangnya kecakapan mendengarkan juga menciptakan rasa

kurang percaya pada orang yang diajak berbicara. Karena mereka tidak percaya

kepada kita, pada waktu berbicara dengan mereka, mereka juga tidak akan

mendengarkan lawan bicranya. Sebaliknya jika kita memiliki kecakapan yang

baik dengan orang-orang yang kita ajak berbicara kita akan membangun

hubungan yang komunikatif dengan orang yang kita ajak bicara. Kita dengan

mudah dapat menangkap makna pesan yang disampaikan apakah itu harapan,

komentar, gagasan dan sebagaiannya.

Cara mendengarkan yang baik mencakup :

Memelihara perhatian penuh dan terpusat kepada klien.

Mendengarkan segala sesuatu yang dikatakan oleh klien.

Mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata-katanya, perasaan, dan

prilakunya). Memahami seluruh pesanya.

Mengarahkan apa yang anda katakan terhadap apa yang telah dikatakan

oleh klien. Verma menyarankan bahwa jika ingin menjadi pendengar yang

baik maka jadilah “ACTIVE LISTEN”. A singkatan dari attention yang

berarti menaruh perhatian penuh terhadap pesan yang disampaikan baik

6

Page 10: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

oleh komunikator maupun komunikan, C singkatan dari concern yang

berarti, tertarik atau focus pada pesan pokok yang disampaikan, T

singkatan dari timing yang berarti, memilih waktu yang tepat dalam

merespon dan tidak menyela, I singkatan dari involvement yang bearti

merasa ikut terlibat dalam suatu percakapan, V singkatan dari vocal tones

(memperhatiakan irama suara dalam komunikasi dengan menyesuaikan

diri dengan lawan bicara), E singkatan dari eye contact yang berarti,

melakukan kontak mata yang baik yaitu tidak menatap secara menoton

tetapi sesuai dengan kebutuhan. Berikutnya, L singkatan dari look yaitu

melihat dan memperhatikan bahasa tubuh (body language) lawan bicara

apakah antara respon verbak telah sesuai dengan bahasa non verbal, I

singkatan dari intetset menunjukan minat yang tinggi terhadap lawan

bicara atau materi yang dibicarakan, S singkatan summarize artinya dapat

menangkap makna pokok pesan singkat, T singkatan dari territory focus

pada hal-hal penting saja tidak melebar pada konteks lain, W singkatan

dari empathy yang berarti menunjukan kebersamaan, merasakan apa yang

dirasakan lawan bicara, dan N singkatan dari nod yang menandakan telah

memahami atau setuju dengan apa yang dibicarakan.

Cara mendengarkan yang jelek mencakup:

Memungkinkan anda sendiri diganggu oleh keributan lain, pandangan

diluar pandangan klien mengajukan pertimbangan-pertimbangan tentang

pribadi klien sebelum mendengarkan semua pesan klien.

Merumuskan suatu respon terhadap pesan klien sebelum klien mengakhiri

pesannya.

Melompat-lompat dari topic yang satu ke topic yang lain.

a. Macam-Macam Pendengar

Phillip I. Hunsaker dan Antony J. Alessandra mengklasifikasikan

pendengar menjadi empat tingkatan yaitu: 1. Pendengar yang bukan mendegar, 2.

Pendengar dangkal, 3. Pendengar evaluative, dan 4. Pendengar aktif. Dalam

kaitan dengan uraian ini hanya dijelaskan tiga jenis pendengar saja yaitu

pendengar danggkal, pendengar evaluative, dan pendengar aktif. Sedangkan

7

Page 11: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

tingkatan yang pertama yang disebut bukan pendengar tampaknya kurang relevan

untuk dijelaskan.

1. Pendengar dangkal

Pendengar dangkal artinya, mendengarkan suara dan kata-kata, tetapi tidak

sunguh-sunguh mendengarkan. Isi atau pesan pembicaraan terungkap, tetapi tidak

tertangkap. Pendengar dangal secara datar ada dipermukaan persoalan atau

masalah, dan tidak mengambil resiko untuk masuk kedalamnya. Dia menunda

perkara diluar. Dia menghindari pembicaraan serius. Dan jika mendengarkan, dia

cenderung mendengarkan hal-hal yang sepele dan bukan yang pokok. Pendengar

dangkaldapat jatuh pada perasaan terhibur palsu bahwa dia dapat mendengarkan,

tetapi dia tidak mengerti apa yang dikatakan orang kepadanya. Tanggapan

terhadap hal yang disampaikan kepadanya sering dipersoalkan karena meleset dari

masalah pokoknya.

2. Pendengar evaluatif

Pendengar evaluative artinya, mendengarkan dengan konsentrasi dan

perhatian lebih besar dari pada tingkat mendengarkan diatas. Pendengar

evaluative dimana pendengar secara aktif berusaha mendengar apa yang dikatakan

orang, tetapi tidak berusaha untuk mengerti sepenuhnya apa makna pembicaraan

orang. Kita lebih cenderung menjadi pendengar yang logis, lebih menaruh

perhatia pada isi dari pada perasaan. Pendengar evaluative cenderung tetap tak

terlibat secara emosional dalam pembicaraan. Dia cakap merumuskan kembali isi

pembicaraan yang baru didengar dari orang lain, tetapi sama sekali tidak tahu isi

lain dari pembicaraan yang diungkapkan oleh pembicara lewat nada suara,

ungkapan wajah, dan gerak-gerik. Dia dapat dapat menangkap arti kata, dan atau

fakta yang diuraikan dan kesimpulan yang dapat ditarik daripembicaraan, tetapi

kepekaan untuk menangkap perasaan dan pemahaman yang benar, lemah sekali.

Pendengar evaluative merasa yakin bahwa dirinya mengerti orang yang berbicara

dengannya, tetapi orang yang berbicara dengannya merasa tidak mengerti

olehnya. Mendengarkan secra evaluative mempercepat pembicaraan. Karena

pendengar evaluative cepat menyambung, bahkan memotong, pembicaraan orang

lain, entah karena setuju atautidak. Konsentrasi pendengar evaluative hanya

terpusat pada satu segi pembicaraan. Karena dia membentuk pendapatnya atas

8

Page 12: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

dasar pendapatan atas dasar penangkapan yang tidak lengkap atas isi pembicaraan

orang lain. Akibatnya orang yang berbicara dengan dia merasa kurang dimengerti,

dipahami dan diterima.

3. Pendengar aktif

Tingkat mendengarkan ini merupakan tingkat mendengarkan yang paling

tinggi dan paling baik. Jika kita sudah mampu menahan diri untuk tidak menilai

ucapan-ucapan orang yang berbicara dengan kita dan menempatkan diri pada

tempatnya dengan berusaha untuk melihat perkara dari segi pandangannya, kita

sudah berhasi mencapai tingkat pendengaran ini. Kita sudah menjadi pendengar

aktif. Pada tingkat ini terjadi komunikasi yang sejati. Kita tidak hanya penuh

perhatian terhadap kata-kata yang diucapkan orang, tetapi berusha menjadi satu

dengannya. Untuk ini kita perlu menahan pikiran dan perasaan kita sendiri dan

memusatkan perhatian pada mendengarkan orang yang berbicara dengan kita.

Kita tidak hanya mendegarkan isi ucapan-ucapan tetapi lebih penting juga

perasaan yang menyertai. Kita perlu menunjukan kepada orang yang berbicara

kepada kita, baik secara verbal maupun non verbal, bahwa kita betul-betul

mendengarkannya. Pendengar aktif tidak perlu memotong pembicaraan orang. Dia

amat penuh pengertian. Dia berusaha berusa untuk selalu mencari tanda-tanda

suatu gejala-gejala verbal atau non verbal yang merupakan ungkapan untuk

menyatakan hal yang ingin yang dikatakan. Dia mendengarkan tidak hanya apa

yang dikatakan dan bagaimana hal itu dikatakan orang, tetapi juga peka terhadap

apa yang tidak dikatakan. Pendengar aktif adalah orang yang cakap mengajukan

pertanyaan-pertanyaan. Dia mempergunakan pertanyaan-pertanyaan untuk

memperjelas mengenbangkan dan memperluas pembicaraan dengan maksud agar

seluruh hal yang hendak dikatakan orang kepadanya terungkap secara enak dan

leluasa.

Pendengar aktif memiliki tiga keterampilan penting yang tidak dimiliki

oleh pendengar-pedengar pada tingkat dibawahnya. Dia dapat menangkap,

memperhatikan dan menjawab dengan baik.dia dapat menangkap dalam arti dapat

mengenal dan menghargai maksud yang tak terucapkan yang disampaikan orang

yang berbicara dengannya lewat nada suara, raut wajah, gerak-gerik dan

sebagainnya. Dia mampu memperhatikan dalam arti mampu menyampaikan

9

Page 13: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

pesan-pesan kepada orang yang bebicara dengannya lewat katakata suara, raut

wajah dan gerak-gerik yang menunjukan perhatian, sikap bersedia menerima, dan

pengakuannya terhadap orang yang berbicara dengannya berserta maksung yang

hendak disampaikan olehnya. Hal ini mencakup kontak mata, raut wajah, gerak-

gerik, anggukan kepala, sikap tenang dan tindak tanduk yang jauh dari pertanda

bosan atau marah. Dia cakap menjiwai dalam artian cakap member tanggapan

yang menunjukan ketepatannya menangkap agar orang itu dengan bebas dapat

terus berbicara dengan enakdan mengeluarkan isi pikiran dan hatinya, mendapat

informasi yang dibutuhkan, serta membuat orang berbicara dengannya dipahami.

Cara mendengarkan tingkat ini melelhkan sebab menuntut konsentrasi yang besar.

b. Hambatan Dalam Mendengarkan

Ada beberapa hambatan untuk mendengarkan secara baik. Dibawah ini

disebutkan macam-macamnya. Dengan mengetahui hambatan-hambatan itu

diharapkan kita mampu mencari jalan untuk mengatasinya.

1. Motivasi Dan Sikap

Motivasi dan sikap mungkin merupakan hambatan yang paling besar

untuk mendengarkan dengan baik. Kita cenderung untuk mendengarkan hal yang

ingin kita dengar saja dan tidak mendengarkan hal yang seharusnya kita dengar.

Maka jika kita masuk dalam situasi dimana kita harus mendengarkan dan kita

tidak memiliki motivasi dan sikap untuk mendengarkan, kita tidak akan

mendengarkan, menangkap atau mengerti apa yang dikatakan orang.

2. Kurang Konsentrasi Dan Perhatian

Kekurangan konsentrasi dan perhatian dapat terjadi karena orangnya

memang tidak cakap memusatkan perhatian untuk jangka waktuyang cukup lama,

karena orang itu terbagai perhatiannya. Misalnya, antara membaca majalah yang

dipegangnya dan mendengarkan orang yang berbicara dengannya. Karena

gangguan diluar seperti suara, orang-orang yang berbicara ramai-ramai, telepon

yang terus-menerus bordering dan sebagaiannya. Semua ini mengganggu

konsentrasi dan perhatian dalam mendengarkan.

3. Pengertian Salah Tentang Arti Mendengarkan

10

Page 14: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

Banyak orang mengira bahwa mendengarkan merupakan kegiatan yang

pasif. Maka kita cenderung mau banyak bicara dan tidak mau mendengarkan.

Tetapi kalu ada dua orang berbicara dan kedua-duanya hanya mau berbicara dan

tidak mau mendengarkan, mereka tidak hanya saling mendengarkan, tetapi juga

merusk komunikasi dan hubungan antara mereka. Karena dari tindakan tidak

saling mendengarkan itu, mereka tidak saling menerima. Sebaliknya jka

mendengarkan itu merupakan kegiatan aktif dan terjadi interaksi antara pendengar

an orang yang berbicara, maka kemungkinan untuk saling menerima dan mengerti

diantara mereka menjadi lebih besar.

4. Pengalaman Dan Latar Belakang

Pengalaman dan pendidikan mempengaruhi dalam mendengarkan.

Misalnya, jika kita mendengarkan ceramah di bidang ilmu yang tidak kita kuasai

dan dalam ceramah itu dipergunakan banyak istilah teknis, kita akan sulit

mendengarkan dan menangkap isi ceramah dengan lengkap. Sama halnya jika kita

miskin dalam pembendaharaan kata dalam bahasa yang digunakan dalam

pembicaraan, kita akan sulit berbicara dengan orang yang kaya dengan berbagai

istilah muktahir.

5. Tempat Untuk Mendengarkan Yang Jelek

Tempat dimana kita berkomunikasi dan berbicara dengan orang lain

mempengaruhi cara kita mendengarkan orang itu. Kita tidak dapat mendengarkan

orang lain dengan baik, jika tempat berkomunikasi dan berbicara itu ramai. Kita

tidak dapat mendengarkan orang lain dengan baik jika tempat berkomunikasi dan

berbicara itu tidak nyaman. Misalnya tempat duduk itu tidak enak dan udara

pengap, penuh bau tidak sedap. Kita tidak dapat mendengarkan orang lain, yang

berbicara dengan kita dengan baik, jika tempat duduk kita jauh dari tempat duduk

orang yang berbicra dengan kita. Kita tidak dapat mendengarkan dengan baik, jika

tempat komunikasi dan tempat berbicara terlalu banyak hiasan yang begitu indah

dan asing, sehingga kita lebih tertarik pada hiasan dari pada isi dan maksud yang

hendak disampaikan orang kepada kita. Maka kita hendak mendengarkan orang

dengan baik, tempat untuk mengadakan pembicaraan, apalagi untuk pembicaraan

yang serius perlu dipertimbangkan.

11

Page 15: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

6. Prasangka

Prasangka tercipta dalam diri kita dapat sekedar rasa, keyakinan, atau

nilai-nilai yang kita pegang. Rasa dapat menghambat dan membantu kita untuk

mendengarkan orang lain. Kita cenderung sulit mendengarkan orang yang tidak

kita sukai dan mudah mendengarkan orang yang kita sukai. Jika hal yang kita

dengar sejalan dengan keyakinan kita, kita cenderung untuk lebih mendengarkan

dengan penuh perhatian dari pada hal-hal yang tidak sejalan dengan keyakinan

kita. Jika nilai yang terkandung dalam pembicaraab cocok dengan nilai yang kita

pegang, kita cenderung lebih menyerapnya dari pada pembicaraan tentang nilai

yang tidak cocok. Oleh karena itu dalam proses mendengarkan kita perlu kritis

dengan diri sendiri dan berusaha menghilangkan prasangka yang ada dalam diri

kita. Sebab hanya dengan bebas dari prasangka kita dapat mendengarkan orang

lain secara penuh dan tanpa saingan.

7. Cara Orang Berbicara

Ada orang yang berbicara secara sistematik. Ada orang yang berbicara

agak acak-acakan. Ada orang berbicara cepat. Ada orang yang berbicara lambat.

Cara orang berbicara itu mempengaruhi kita waktu mendengarkan. Kita mungkin

lebih mudah mendengarkan orang yang berbicara cepat. Tetapi orang lain lebih

mungkin mudah mendengarkan orang yang berbicara lambat. Tambahan pula cara

orang menangkap pembicaraan juga berbeda-beda. Tipe auditif, misalnya lebih

mudah menangkap pembicaraan lewat telinga dari pada visual yang lebih mudah

menangkap pembicaraan orang lain, kita mampu memanfaatkan kekuatan kita dan

menangkap pembicaraan orang dengan lebih baik.

8. Kurang Kecakapan Untuk Mendengarkan

Kurang cakapan untuk mendengarkan merupakan hambatan untuk

mendengarkan yang paling jelas. Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan itu

adalah menyadari hambatan-hambatan yang sudah disebut diatas. Dan jika sudah

merasa melihat hambatan itu pada diri sendiri berusaha untuk mengatasinya. Cara

yang kedua adalah mengembangkan kecakapan itu. Dan cara ketiga adalah

membina motivasi menjadi pendengar baik.

12

Page 16: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

2. 4. Keterampilan Bertanya

Bertanya adalah kegiatan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Di

sekolah, di kantor, di rumah dan dimana saja selalu terjadi kegiatan tanya jawab.

Pertanyaan yang diajukan oleh seseorang biasanya untuk memperoleh informasi

mengenai hal-hal yang belu diketaui. Dalam komunikasi atar pribadi, pertnyaan

yang diajukan oleh komunikator atau oleh komunikan bertujuan untuk

mengetahui apa yang belum diketahui oelh masing-masing pihak. Secara lebih

khusus tujuan bertanya antara lain:

1. Untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap suatu

konsep atau pokok bahasan.

2. Untuk memusatkan perhatian terhadap satu topik yang dibahas dalam

komunikasi.

3. Mendorong pendengar untuk mengemukan ide atau informasi.

Kecakapan bertanya juga memberi kemungkinan kepada komunikator

untuk mampu menemukan masalah tujuan yang diinginkan, sasaran yang dituju

dan lebih jauh memungkinkan untuk menemukan diri sendiri.

a. Mengapa Orang Bertanya

Fungsi pertama dan utama dari pertanyaan adalah untuk merangsang,

mendorong, dan menciptakan komunikasi. Dengan mengajukan pertanyaan, kita

membuka saluran atau jalan untuk berkomunikasi, memulai interaksi verbal dan

menciptakan hubungan dalam bentuk kata. Jika interaksi sudah dimulai dan jalan

komunikasi sudah terbuka, fungsi pertanyaan kita dapat berubah . kita dapat terus

mendorong jalannya komunikasi, dan dapat mempergunakan pertanyaan ini

untuk mencapai tujuan-tujuan lain, seperti dijelaskan dibawah ini.

1. Bertanya untuk mendapatkan informasi

Pertanyaan dapat digunakan untuk mendapatkan informasi berkenaan

dengan topik yang dibicarakan. Topik tersebut bisa menyangkut masalah

sosial, pribadi,pekerjaan, dan karir, juga masalah-masalah lainnya.

Informasi yang diperoleh dapat member gambaran mengenai latar

belakang, sebab-sebab dan sumber-sumber masalah.

2. Bertanya untuk mendapatkan pengertian yang mendalam

13

Page 17: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

Berkat kecakapan kita untuk mengajukan pertanyaan, kita dapat mengerti

sudut pandang orang yang kita ajak berbicara. Karena pengertian sudut

pandangnya, kita dapat menyesuaikan isi serta gaya kita dengan

pandangan kita. Kita dapat membantu dia untuk merumuskan gagasan dan

isi, cara dan gaya kita dengan pandangan dia. Kita dapat membantu dia

untuk merumuskan gagasan dan isi hatinya berdasarkan motif, harapan

dan cirta-citanya. Kita juga dapat mengerti apa yang dia butuhkan.

3. Bertanya memberikan informasi

Dengan pertanyaan komunikator mendapatkan fakta dan data yang perlu

diketahui. Isinya adalah penyampaian informasi, tetapi bentuknya berupa

pertanyaan. Seperti : apakah kamu mengetahui setiap kegiatan di hmj

memerlukan dana untuk pelaksanaannya? Bentuk pertanyaan ini sangat

khas dalam arti tidak memerlukan jawaban lagi kita sudah memahami dan

tahu akan jawabannya.

4. Bertanya untuk mengharapkan partisipasi

Tidak jarang terjadi komunikasi kurang komunikatif. Untuk itu kita perlu

membantu komunikan agar keluar dari permasalahan. Tujuannya adalah

membuka dan mengungkapkan diri, dan pada akhirnya melibatkan diri

pada komunikasi tersebut. Untuk ini kita perlu mencari bentuk pertanyaan

yang sesuai dan menemukan saat yang tepat untuk mengajukannya.

Pertanyaan seperti : selama beberapa hari terakhir ini, kamu tampak tidak

seperti biasanyanya. Apakah saya boleh mengetahui penyebabnya?.

Pertanyaan yang penuh minat dan perhatian ini dapat menjadi awal untuk

meruntuhkan hambatan-hambatan yang membuat orang menarik dan

menutup diri. Dengan merasa diperhatikan, meskipun masalahnya belum

tentu dapat terselesaikan namun orang merasa dimengerti dan dipahami.

Akibatnya dia rela untuk keluar dari masalahnya sendiri, dan mau terlibat

dalam hidup dan tugasnya. Inti dari pertanyaan untuk mengharapkan

partisipasi dan kerja sama, pada pokoknya bertujuan untuk membantu

orang agar mau dan mampu terlepas dari permasalahnya.

5. Bertanya untuk mengecek pengertian

14

Page 18: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

Pertanyaan dapat digunakan untuk mendapatkan umpan balik kritis yang

perlu untuk mengetahui benar-benar bahwa komunikasi dan arahnya betul-

betul terjadi. Umpan balik membantu kita untuk memastikan diri bahwa

kita telah menangkap pesan yang hendak disampaikan oleh orang-orang

yang diajak berbicara, baik perasaan maupun isinya. Sebaliknya umpan

balik ini juga dapat kita pergunakan untuk menilai perasaan dan pengertian

seseorang tentang topic yang dibicarakan. Kita perlu mempergunakan

pertanyaan untuk mendapatkan umpan balik itu secara teratur dan

periodik, untuk mengetahui dengan pasti bahwa kita mengerti maksud

orang-orang yang diajak berbicara. Dengan mengajukan pertanyaan untuk

mengecek pengertian dan minat, kita menyampaikan beberapa hal penting

kepada orang yang diajak berbicara, 1. Kita menunjukan bahwa kita

berusaha sungguh-sungguh untuk mendengarkan, 2. Kita membuktikan

dengan tindakan konkrit bahwa hal-hal yang mereka kemukakan itu

penting, 3. Kita menegaskan hal-hal yang dikemukakan itu, sehingga salah

pengertian dan rasa tidak enak itu dapat terhindarkan.

6. Bertanya untuk mengajak berpikir

Pertanyaan yang kita ajukan untuk memperoleh pendapat dan usulan,

membantu orang yang diajak berbicara untuk berpikir, fan

menyumbangkan gagasan yang kita perlukan. Bila kita minta pendapat,

kita mengakui kemampuannya untuk menyumbangkan sesuatu yang

berarti dan berharga. Permintaan pendapat ini bukanlah merupakan

semacamusaha untuk menarik hati orang yang diajak bicara. Karena kita

memang betul-betul menerima, menghargai dan memanfaatkan

sumbangan dan pengetahuannya. Dasarnya adalah keyakinan bahwa orang

yang kita ajak bicara mempunyai pengetahuan yang cukup tentang apa

yang dibahas. Maka dengan menanyakan pendapatnya kita bermaksud

memanfaatkan pengalamannya untuk menyampaikan usulan yang berguna

dalam pengambilan keputusan.

7. Bertanya untuk mencapai kesepakatan

15

Page 19: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

Dengan mengajukan pertanyaan kepada orang yang diajak bicara apakah

dia setuju dengan pemikiran, pendapat, saran kita, kita dapat mengerti

bagaimana hubungan kita dengan dia. Sia-sialah untuk maju terus dengan

suatu perkara, jika orang yang diajak bicara tidak menemukan jalan keluar

atau keputusannya, sebelum itu lebih baik menggali bidang-bidang yang

disetujui dan tidak disetujui bersama.

8. Bertanya untuk menarik kembali perhatian pada masalahnya

Jika tidak berhasil menarik perhatian lawan bicara bicara atau menahannya

pada masalah yang sedang kita bicarakan. Mungkin kita dapat

mengembalikan perhatiaanya dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan

kepada dia. Namun jika hal ini tidak berhasil dan kejenuhan terlihat jelas

dan berlangsung alot. Kita perlu mencari waktu lain agar komunikan

terlihat lebih siap untuk kita ajak membahas suatu permasalahan.

9. Bertanya untuk menemukan kesenjangan antara keinginan dengan

kenyataan

Banyak orang suka mengatakan bahwa dia melakukan sesuatu sesuai

dengan kemampuan atau keadaannya. Tetapi tidak, tujuan pertanyaan

adalah untuk membantunya menyadari keadaan dan melihat hubungan

antara keadaan itu dengan tujuan dan cita-cita yang seharusnya dicapai.

Pertanyaan ini pada pokoknya menyangkut hal-hal yang tidak memuaskan,

kesulitan yang dijumpai, hambatan yang ada, pada waktu dan melakukan

sesuatu itu. Berkat jawabanya kita dapat membantu memahami keduanya

dengan menyampaikan informasi dan penjelasan yang perlu. Bersama itu

perlu komunikator dapat menjelaskan hubungan antara keinginan dengan

kenyataan. Dalam konseling upaya ini disebut dengan personalisasi, yang

artinya menggerakan komunikasi kepada komunikan tentang masalahnya,

tujuan yang ingin dicapai dengan keadaan dirinya.

b. Macam-macam pertanyaan

Untuk mengetahui atau mendapatkan informasi dari komunikan pada saat

melakukan komunikasi, ada beberapa jenis pertanyaan yang bisa diajukan seprti:

1. Pertanyaan terbuka

16

Page 20: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

Pertanyaan terbuka pda umumnya dipergunakan untuk mendapatkan

berbagai jawaban atas suatu poko yang luas. Dengan pertanyaan terbuka kita bisa

menanyakan pengetahuannya mengenai suatu hal atau pendapatnya mengenai

sesuatu. Pertanyaan terbuka itu biasanya seperti:

a. Tidak dapat dijawab hanya dengan “ya” atau “tidak”.

b. Dimulai dengan kata “apa”, “bagaimana”, dan “mengapa”.

c. Tidak mendorng orang yang lita tanyai menuju kearah tertentu.

d. Mengembangkan diaolog dengan menarik perasaan dan pendapat orang

yang kita tanyai.

e. Dapat dipergunakan untuk memberi arah kepada orang yang kita tanyai

untuk membeberkan tujuan, kebutuhan, kekurangan , masalah, situasi yang

ada.

f. Dapat dipergunakan untuk membantu orang yang kita tanyai menemukan

masalahnya sendiri.

g. Dapat dipergunakan untuk merangdsng orang yang kita tanyai,

memikirkan gagasan, saran, pengarahan kita.

h. Membantu orang yang kita tanyai menampakkan gaya mereka secara lebih

siap dan tepat.

Pertanyaan-pertanyaan ysng diajukan dapat membantu agar wawancara

tetap dapat berlangsung. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan membuka bidang-

bidang diskusi yang baru, membantu menunjukkan isu dengan cepat, dan dapat

digunakan untuk membantu konseli agar meneliti atau mengeksplorasi aspek-

aspek masalahnya. Konseli mengikuti wawancara karena merasakan suatu

masalah. Tugas pertama komunikator adalah “menjauhkan diri dari konseli” agar

ditemukan bagaiman konseli melihat situasinya. Alat yang bermanfaat untuk

menentukan kegiatan ini ialah keterampilan menciptakan struktur yang terbatas

dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Ajakan terbuka untuk berbicara

memberi kesempatan konseli agar mengeksplorasi dirinya sendiri dengan

dukungan komunikator. Kegiatan itu memberi peluang konseli untuk

mengeksplorasi dirinya tanpa menyesuaikannya dengan setiap kategori yang telah

ditentukan oleh komunikan. Sebaliknya pertanyaan tertutup biasanya lebih

melacak isi pembicaraan faktual dari pada perasaan, mendemontrasikan

17

Page 21: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

kurangnya minat tehadap apa yang telah dikatakan oleh konseli, dan kadang-

kadang menyerang konseli tanpa menyadari posisinya. Karena pertanyaan tertutup

biasanya dapat dijawab dengan beberapa kata atau dengan kata “ya” atau “tidak”,

jarang memperkuat konseli untuk mengeksplorasi dirinya sendiri. Yang lebih

jelek lagi, penggunaan sejumlah petanyaantertutup lebih memudahkan timbulnya

semacam “introgasi” dari pada konseling. Pada umumnya pertanyaan terbuka

memberi peluang konseli untuk mengemukakan ide, perasaa, dan arahnya dalam

wawancara. Responnya terhadap pertanyaan terbuka ialah untuk menunjukan

kesadarannya bahwa dia dimintauntuk menceritakan sejarahnya atau lebih

menjabarkan apa yang telah dikatakan. Penguat minimal adalah indikator kecil

terhadap orang lain, bahwa konselor bersama konseli. Sekali kamu telah

mengajukan pertanyaan (atau menggunakan keterampilan konseling yang lain),

konselor menginginkan agar konseli lebih terdorong berbicara terus. Kegiatan ini

dapat dilaksanakan secara non verbalatau dengan mengekspresikan ungkapan

singkaat yang menunjukan bahwa konselor mendengarkan bersama dengan orang

yang sedang dibantu.

2. Pertanyaan tertutup

Pertanyaan tertutup meminta jawaban yang tegas mengenai suatu hal yang

khusus. Jawaban itu “ya”, “tidak”, atau “singkat”. Pertanyaan tertutup biasanya:

a. Memberi kemungkinan untuk memperoleh fakta dan data yang diperlukan.

b. Menuntut pemikiran sedikit dari orang yang ditanyai.

c. Berguna dalam proses umpan balik.

d. Dipergunakan untuk mendapat kesanggupan atau keterlibatan dalam

pendirian atau hal tertentu.

e. Dapat digunakan untuk menekankan pertanyaan-pertanyan yang positif.

f. Dapat digunakan untuk mengarahkan pembicaraan menuju kebidang

pembicaraan tertentu.

Contoh-contoh pertanyaan tertutup, misalnya:

1) Berapa jam kamu belajar dalam seminggu?

2) Apakah kamu perpendapat bahwa belajar itu bisa dilakukan lebih baik

lagi?

18

Page 22: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

3) Apakah hal itu yang paling membuatmu cemas?

4) Apakah itu merupakan jalan keluar yang baik?

Pertanyaan-pertanyaan yang baik

Pertanyan yang baik dapat digolongkan menjdadi 3 jenis, yaitu:

1. Pertanyaan yang membantu memulai wawancara, misl: “apa yang akan

kamu bicarakan hari ini? Sampai dimana pembicaraan kita diperrtemuan

yang terrakhir?”. Pertanyaan seperti itu biasanya dilontarkan untuk

memulai wawancara oleh konselor.

2. Membantu lawan bicara untuk mengutarakan sesuatu, misl: “ lalu

dapatkah kamu menceritakan masalah kamu secara lebih detail? Bagaiman

perasaan kamu pada saat itu?”. Pertanyaan seperti ini bertujuan untuk

mendapatkan informasi yang lebih detail mengenai masalah yang dialami

oleh konseli.

3. Membantu memunculkan contoh-contoh perilaku khusus sehingga

konselor dapat memahami dengan lebih baik apa yang dijelaskan oleh

konseli. Misl: “ apa yang kamu rasakan pada saat kamu menceritakan

masalah kamu kepada saya? Bagaimana perasaan kamu pada saat

mengalami masalah seprti itu?”. Nampak jelas dari pertanyaan itu akan

mendapat jawaban berupa peubahan tingkah laku dari konseli.

Sebaliknya pertanyaan yang jelek apabila:

1. Pemakaian pertanyaan tertutup yang terlalu sering. Misl: “ apakah kita

akan kembali melakukan proses konseling? Apakah kamu akan tetap diam

dan tidak mengambil keputusan tentang masalah yang kamu alami?”.

2. Pengajuan pertanyaan lebih dari satu pada waktu yang sama. Misl: “

masalah apa yang sedang kamu alami? Apakah kamu sudah pernah

melakukan proses konseling sebelumnya?”. Pertanyaaan seperti itu

dilontarkan pada waktu yang sama, dimana konseli belum menjawab

pertanyaan pertama namun sudah dilontarkan pertanyaan yang kedua.

3. Pengajuan pertanyaan mengapa. Misl: “ mengapa kamu tidak mengikuti

pelajaran dengan baik?”. Pada umumnya pertanyaan mengapa terlalu

bersifat menyudutkan konseli, sebab pertanyan “mengapa” terlalu

menuntut konseli untuk menjawab secara detail dan konselor terlihat

19

Page 23: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

seperti ingin tahu masalah dari konseli. Pertanyaan mengapa lebih baik

diganti dengan apa bagaimana atau dapatkah karena lebih memberi

peluang yang lebih banyak pada konseli untuk mengemukakan hal-hal

yang berkaitan dengan topik masalahnya.

4. Memasukan jawaban dalam pertanyaan yang kamu ajukan. Misl: “kamu

sebenarnya belum mengerti tentang pertanyaan yang diberikan, bukan?”.

Pertanyaan seperti itu tidak baik dilontarkan sebab penanya terlihat seperti

mendeskrisikan bahwa orang yang ditanya seakan-akan memang belum

mengerti, melainkan belum tentu orang yang ditanya itu belum mengerti.

Didalam kategori pertanyaan terbuka dan tertutup kita dapat menemukan

macam-macam pertanyaan, yaitu sebagai berikut:

Pertanyaan dalam menemukan fakta

Pertanyaan tentang fakta biasanya mengambil pertanyaan dalam bentuk

tertutup. Dengen bentuk pertanyaan itu kita dapat memperoleh informasi tentang

keadaan, tujuan, cita-cita dan hal-hal lain yang kita perlukan. Biasanya pertanyaan

itu mudah untuk dijawab dan dapat dipergunakan untuk mengajak orang masuk

kedalam pembicaraan secara mudah dan bertahap. Jika fakta yang ingin kita

ketahui tidak sensitif, mengacam atau menantang, pertanyaan tentang fakta dapat

kita pergunakan untuk memulai membangun saling percaya dengan orang yang

kita tanyai. Dari situ pertanyaan dapat kita angkat menjadi pertanyaan untuk

mengetahui fakta.

Pada waktu mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan fakta, kita harus

menjaring informasi yang memang perlu untuk pembicaraan saat itu. Tambahan

pula informasi yang kita terima itu kita dengar dan ingat betul-betul. Kalau perlu

mengecek hal yang kita terima itu dengan menanyakan kepada orang yang kita

tanyai apakah pengumpulan informasi yang kita peroleh itu benar. Misl :

• “Di mana tempat tinggal mu?”

• “Berapa kamu membayar SPP?”

• “Berapa jam kamu biasanya kamu belajar?”

Pertanyaan untuk menemukan perasaan

Pertanyaan untuk menemukan perasaan biasanya pertanyaan terbuka.

Pertanyaan itu dipergunakan untuk mengenali perasaan, sikap, keyakinan,

20

Page 24: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

motivasi, dan isi hati seseorang. Sifat pertanyaan kadang-kadang dapat bersifat

pribadi dan menyetuh bidang-bidang yang sensitif, maka kita harus yakin terlebih

dahulu bahwa hubungan yang baik dan saling percaya sudah terbentuk.bentuk-

bentuk pertanyaan untuk menemukan perasaan, misl:

• “Bagaimana perasaan mu setelah diterima di perguruan tinggi

negeri?”

• “Dapatkah kamu menjelaskan, bagaimana perasaan mu ketika kamu

bertemu dengan orang yang kamu tidak sukai?”

• “Bagaimana perasaan mu jika dihadapkan dengan seekor singa?”

Pertanyaan untuk memperjelas

Menurut strukturnya, pertanyaan ini mengatakan kembali dengan kata-kata

sendiri ucapan orang yang kita tanyai. Bentuk opertanyaan ini bukan untuk

menyatakan apa ang dimaksud oleh orang yang mengucapkan kata-kata.

Pertanyaan ini digunakan untuk mempertegas dan memberi umpan balik tentang

apa yang kita ketahui dari ucapan yang sudah diucapkan oleh orang lain.

Pertanyaan jenis ini bertujuan untuk :

1. Mengucapkan dengan kata lain tapsiran kita mengenai apa yang

dimaksud oleh mereka.

2. Mengajak mereka untuk menguraikan lebih luas atau menjelaskan hal

yang sudah diutarakan sebelumnya.

3. Mencari kepastian apakah antara komunikator dan komunikan seduh

berbicara dalam bahasa yang sama.

4. Membantu mereka memperjelas hal-hal yang kita rasa masih kabur

dan ungkapan-ungkan umum yang terlalu luas.

5. Menemukan apa yang sebenarnya apa yang ada pada hati mereka.

Contoh :

• “Dari masalah yang saya dengarkan rupanya hal-hal yang kamu

perhatikan pada saat itu ialah rasa takut yang mendalam. Benarkah

begitu?”

• “Jika saya dengarkan dengan seksama saya menyimpulkan bahwa

kamu sangat kecewa. Betul begitu?”

Pertanyaan untuk memperluas

21

Page 25: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

Jenis pertanyaan ini diajukan untuk mendapatkan jawaban luas mengenai

suatu pokok yang sempit. Tujuannya adalah untuk :

1. Menanyakan informasi tambahan dalam bentuk yang lebih terperinci

2. Mendorong orang yang kita tanyai untuk menguraikan atau

mengembangkan pokok yang sudah diutarakan

Contoh:

• “Dapatkah kamu memberi contoh pilihan karir yang sesuai dengan

kemampuan kamu?”

• “Apakah kamu dapat menceritakan lebih lanjut mengenai masalah

yang kamu alami?”

• “Apakah ada faktor lain yang menyebabkan hal itu?”

Pertanyaan direktif

Bentuk pertanyaan direktif adalah pertanyaan tertutup. Tujuannya untuk

mengarahkan pembicaraan kesuatu bidang yang hendak diperhatikan secra

khusus. Pertanyaan seperti itu berguna jika :

1. kita ingin mengubah pembicaraan dari satu pokok ke pokok yang lain.

2. Kita mau memberikan arah khusus untuk jawaban yang hendak kita

peroleh dari orang yang kita tanyai

3. Kita ingin membantu orang yang kita tanyai agar lebih mengerti

tentang kebutuhan, masalah dan harapan-harapannya.

Contoh:

• “Apakah ada hal lain yang hendak kamu sampaikan kepada saya saat

ini?”

• “Sejauh yang saya tahu masih ada masalah lain yang kita perlu

pecahkan”.

Pertanyaan asumtif

Pertanyaan asumtif adalah pertanyaan uyang mengandung unsur

pengandaian dan bersifat tidak pasti. Maka dari itu untuk dapat menggunakan

pertanyaan ini dengan berhasil, kita harus tahu dengan pasti keadaan pikiran dan

sikap orang yang kita tanyai sebelum kita mengandaikan pertanyaan yang kita

ajukan. Apabila kita salah mengguanakan pertanyaan kita akan ditertawakan oleh

orang lain. Contoh: (dari percakapan sebelumnya diketahui bahwa orang yang kita

22

Page 26: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

ajak bicara sedang sakit). Pertanyaan asumtifnya adalah: “apakah besok anda

tidak pergi kedokter?”. Pertanyaan-pertanyaan ini harus tepat waktu. Jika tidak

dapat dikatakan sebagai “jebakan”, untuk memaksa orang-orangyang diajak

berbicara agar mengambil keutusan dalam perkara yang mereka tidak sikap. Hal

ini dapat membuat mereka kehilangan kepercayaan kepada kita.

Pertanyaan menguji

Pertanyaan ini berperan untuk mengukur keadaan hati, sikap atau

pendirian orang-orang yang kita tanyai mengenai suatu pokok atau

masalah tertentu. Pertanyaan itu baik kita ajukan, bila kita perlu

menentukan tingkat kesetujuan atau ketidak setujuan mereka mengenai

segi atau unsur-unsur masalah yang dibicarakan. Amat tepat jika kita

mempergunakan pertanyaan yang menguji itu, pada waktu kita

mengadakan usaha pemecahan masalah dengan orang yang kita ajak

bicara.

Contoh:

• “Bagaimana pendapatmu?”

• “Sejauh mana masalah itu kamu pandang penting?”

• “Apakah menurutmu langkah semacam itu baik?”

Pertanyaan meminta

Pertanyaan ini diajukan untuk mendapatkan kesepakatan bersama atau

melaksanakan rencana atau keputusan bersama. Untuk pertanyaan itu adalah

pertanyaan terbuka digabung dengan pengarahan. Meski bentuknya pertanyaan

terbuka namun juga mengarahkan seseorang untuk melibatkan diri pada sesuatu.

Contoh :

• “Kapan kita akan melanjutkan pembicaraan kita?”

• “Tindakan apa yang akan kamu ambil untuk mengatasi masalah itu?”

• “Langkah seperti apa yang harus kita ambil selanjutnya untuk

menyelesaikan masalah ini?”

c. Srategi dan Teknik Bertanya

Dengan kecakapan untuk mengajukan pertanyaan-pertayaan, kita

mengawali pembicaraan yang meningkatkan hubungan kita dengan orang-orang

23

Page 27: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

yang yang diajak bicara. Entah bagaimana sifat orang tersebut, pendiam, suka

bicara, atau biasa-biasa saja, jika kita cakap mengajukan pertanyaan kita akan

mendapatkan data atau informasi yang kita butuhkan, namun tetap menjaga

hubungan baik dengannya. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu cara kita

mrngajukan pertyaan, trategi umum untuk memilih pertayaan di bawah ini dapat

membantu.

1. Pilihan waktu yang tepat

Jika orang-orang yang diajak bicara tidak siap untuk menerima pertayaan,

kita tidak akan mendapat jawaban yang kita butuhkan. Pertayaan harus diajukan

pada saat yang tepat, tidak terlau cepat, tidak terlalu lambat. Untuk dapat

mengajukan pertayaan yang tepat diperlukan kepekaan dan kejelian membaca

orang-orang yang diajak bicara.

2. Menyikapi rencana pertayaan

Persiapan ini merupakan awal pembicaraan, titik tolak pengembangan

pertayaan-pertayaan dan titik kembali jika pertayaan menlantur dan menyeleweng

dari tujuan. Dengan persiapan itu, kita dibantu untuk menyusun pertayaan-

pertayaan sedikit demi sedikit membawa kita ke pertayaan pokok yang ingin kita

ajukan kepada lawan bicara kita.

3. Mengenal orang yang kita tanyai

Dalam komunikasi anta pribadi, mengenal dan memahami seseorang yang

akan diajak bicara adalah merupakan komponen pokok yang paling penting.

Dengan demikian informasi mengenai latar belakang pribadi, keluarga, pedidikan,

keyakinan, agama, sikap, minat, pendapat, cara kerja, gaya hidup orang yang kita

tanyai, kita dibantu untuk menyusun dan mengajukan pertanyaan yang tepat

kepada dia. Memeng mengenal orang diperlukan usaha dan waktu yang relative

memadai.

4. Minta izin sebelum mengajukan pertayaan

Pertmintaan izin sebelum mengajukan pertanyaan ini membuat orang-

orang yang kita tanyai merasa tenang. Karena permintaan izin ini menunjukan

sikap hormat kita kepada orang-orang yang kita tanyai. Dengan demikian

perrmintaan izin sebelum mengajukan pertanyaan kepada orang-orang yang kita

tanyai, dapat merupakan langkah pertama untuk membangun sikap saling percaya

24

Page 28: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

dan memperlancar jalannya pembicaraan. Hal ini dianggap penting pula, terutama

kepada orang-orang yang baru pertama kali kenal dengan kita.

5. Bergerak dari pertanyaan-pertanyaan umum (luas) menuju ke pertanyaan-

pertanyaan khusus (sempit)

Pertanyaan umum seperti, “ dapatkah kamu menceritakan kepada saya

sedikit mengenai masalah yang sedang kamu alami?”. Pertanyan terbuka memberi

kepada orang-orang yang kita tanyai kebebasan dan keleluasaan untuk menjawab.

Dari jawaban itu masalah pokok mereka akan dapat terungkap. Kecuali dari

jawaban itu kita juga akan mendapatkan informasi, misl: masalah yang dimiliki

merupakan masalah belajar, atau masalah sosialnya disekolah. Dari jawaban

umum ini kita akan mendapatkan jawaban pokok/khusus sebagai inti dari

pembicaraan kita. Dalam banyak hal dengan pertanyaan umum itu kita kerap

sudah mendapat jawabanatas pertanyaan khusus yang ingin kita ajukan.

6. Mengembangkan pertanyaan berdasarkan jawaban sebelumnya

Kita perlu mendengar dulu sebelum mengajukan pertanyaan. Dari pada

sibuk memikirkan pertanyaan yang kita ajukan, lebih baik memusatkan perhatian

pada hal-hal yang dikatakan oleh orang yang berbicara dengan kita, untuk

menjawab pertanyaan yang kita ajukan sebelumnya. Berpangkal dari jawaban itu

kita merumuskan pertanyaan kita selanjutnyadan pada saat mengajukan

pertanyaan itu kepada orang yang berbicara dengan kita. Cara ini akan membawa

banyak keuntungan seperti:

• Kita memusatkan perhatian pada apa yang dikatakan orang dan tidak

memberi kesempatan kepada pikiran kita untuk melantur ke hal-hal lain.

• Proses bertanya bertanya berjaan teratur, logis dan berfokus.

• Dengan mengajukan pertanyaan berdasarkan jawaban sebelumnya, kita

nyata-nyata menunjukan bahwa kita mendengarkan orang orang yang kita

tanyai.

• Kita dapat mencoba memproyeksi lebih jau hal-hal yang menjadi minat

orang-orang yang kita tanyai.

25

Page 29: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

7. Memfokuskan pertanyaan

Pertanyaan sebaiknya membantu orang yang berfikir secara logis

mengenai hal yang kita tanyakan. Dari pada menanyakan berbagai hal sekaligus,

lebih baik mengambil satu pertanyaan sama kita ikuti satu alur pemikiran yang

dengan mudah dapat diikuti oleh orang yang kita tanyai. Dengan lengkah

demikian kita, memperbesar kemungkinan untuk mendapatkan pemecahan

masalah atau hasil wawancara yang baik.

8. Hanya mengandung gagasan pokok

Kita perlu merumuskan pertanyaan, sehingga pertanyaan itu hanya

mengandung satu gagasan pokok. Orang yang kita tanyai harus mengerti dengan

apa yang kita tanyakan. Jika tidak, kita juga tidak mendapat jawaban yang kita

butuhkan. Dengan pertanyaan yang dirumuskan secara baik, orang yang kita

tanyai memusatkan perhatian kepada gagasan pokok yang kita ajukan lewat

pertanyaan.

9. Menghindari pertanyaan yang kabur

Pertanyaan kabur adalah pertanyaan yang rumusannya tidak jelas dan

terbuka untuk berbagai penafsiran. Kita akan mendapatkan jawaban yang kabus,

jika kita mengajukan petanyaan yang kabur. Kita akan mendapatkan jawaban

yang jelas, jika pertanyaan kita jelas juga.

10. Mempergunakan bahasa biasa

Pada waktu kita mengajukan pertanyaan, kita sebaiknya menghindari kata-

kata teknis, istilah-istilah khusus, yang tidak sepenuhnya dimengerti oleh orang

yang kita tanyai. Kita juga perlu menghindari kata-kata sulit. Karena dengan kata-

kata tenis dan sulit itu kita mengajukan pertanyaan yang sukar atau tidak

sepenuhnya dapat ditangkap. Akibatnya yang kita peroleh juga tidak tepat seperti

kita harapkan.

11. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan masalah dan kebutuhan

Dalam mengajukan pertanyaan, sebaiknya kita mengajukan pertanyaan

sesuai dengan masalah. Apakah pertanyaan untuk mendapatkan data, memahami

perasaan, memperjelas, mengembangkan, mengarahkan, mengulang, menguji, dan

pertanyaan yang meminta. Tujuannya agar kit adapt melibatkan orang yang kita

tanyai dalam proses Tanya jawab. Dengan demikian pertanyaan yang diajukan

26

Page 30: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

makin berarti dan tepat, sehingga jawaban yang diperoleh makin lengkap dan

sesuai kebutuhan.

12. Tidak mempergunakan pertanyaan yang menyinggung

Sebaiknya kita mengindari pertanyaan yang menyinggung harga diri orang

yang kita tanyai. Karena jika kita melontarkan pertanyaan yang kurang manusiawi

atau dapat menyinggung hati orang, maka kita akan menyakiti hati orang tersebut

dan merusak hubungan baik.

13. Memberi alasan pada waktu mengajukan pertanyaan yang sensitif

Dengan menerangkan mengapa pertanyaan diajukan dan mengapa

informasi sensitif perlu disampaikan?. Dengan pertanyaan itu ada kemungkinan

kita mendapat jawaban yang lengkap, jujur, dan tepat. Penjelasan mengenai alasan

itu memberi dasar untuk, mengurangi kecurigaan, dan menepis rasa cemas yang

mungkin muncul sehubungan dengan perkara yang ditanyakan.

27

Page 31: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Keterampilan merefleksi perasaan adalah bagaimana seseorang merasakan

suatu masalah sama pentingnya dari pada hakekat atau isi masalah itu sendiri.

Perasaan terjalin bersama dengan masalah itu sendiri. Untuk mengomunikasikan

perasaan anda sendiri dengan cermat atau untuk memahami perasaan orang lain,

merupakan kegiatan yang sulit. Alasannya:

1. Ekspresi perasaan mengambil banyak bentuk yang berbeda.

2. Persepsi komunikator akan perasaan orang lain didasarkan pada berbagai

situasi atau pengalaman yang berbeda.

Keterampilan memberi penguatan adalah dimana saat komunikator bisa

memberikan respon dalam bentuk dukungan atau penghargaan kepada komunikan

apabila pertanyaan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai bersama. Tujuan

respon penguatan adalah disamping memotivas komunikan agar dapat lebih

terbuka, juga dapat mengmbangkan diri dalam komunikasi. Menurut D.N.Pah

(1996) membedakan penguatan menjadi dua yaitu:

1. Penguatan Verbal

2. Pengutan Non verbal

Keterampilan mendengarkan adalah suatu proses intelektual dan

emosional. Dengar proses itu orang menyimpulkan dan mengintegrasi antara,

input, fisik, emosional dan intelektual dari orang lain dan berusaha menangkap

pesan serta maknanya. Tujuan mendengarkan menurut Soli Abimayu adalah

mengumpulkan informasi yang ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi

dan tujuan yang dikemukakan oleh seseorang. Phillip I. Hunsaker dan Antony J.

Alessandra mengklasifikasikan pendengar menjadi empat tingkatan yaitu: 1.

Pendengar yang bukan mendegar, 2. Pendengar dangkal, 3. Pendengar evaluative,

dan 4. Pendengar aktif. Dalam kaitan dengan uraian ini hanya dijelaskan tiga jenis

pendengar saja yaitu pendengar danggkal, pendengar evaluative, dan pendengar

aktif. Sedangkan tingkatan yang pertama yang disebut bukan pendengar

tampaknya kurang relevan untuk dijelaskan.

28

Page 32: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

Keterampilan bertanya adalah kegiatan yang terdapat dalam kehidupan

sehari-hari. Di sekolah, di kantor, di rumah dan dimana saja selalu terjadi kegiatan

tanya jawab. Pertanyaan yang diajukan oleh seseorang biasanya untuk

memperoleh informasi mengenai hal-hal yang belu diketaui. Dalam komunikasi

atar pribadi, pertnyaan yang diajukan oleh komunikator atau oleh komunikan

bertujuan untuk mengetahui apa yang belum diketahui oelh masing-masing pihak.

Secara lebih khusus tujuan bertanya antara lain:

1. Untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap suatu

konsep atau pokok bahasan.

2. Untuk memusatkan perhatian terhadap satu topik yang dibahas dalam

komunikasi.

3. Mendorong pendengar untuk mengemukan ide atau informasi.

3.2. Saran

Setelah mempelajari materi Mengembangkan Keterampilan Komunikasi

Antar Pribadi, diharapkan kita yang merupakan calon-calon seorang guru

bimbingan konseling dapat memiliki wawasan yang luas. Sehingga dalam

pelaksanaan bimbingan konseling kita bisa menjalankan tugas sesuai dengan

aturan-aturan yang ada.

29

Page 33: Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi

DAFTAR PUSTAKA

Sedanayasa Gede, 2009. Keterampilan Komunikasi, Singaraja FIP. UNDIKSHA