Komponen Imun Rongga Mulut

14
Komponen Imun Rongga Mulut I. A. Komponen Jaringan · Membran mukosa Barier protektif mukosa mulut terlihat berlapis-lapis terdiri atas air liur pada permukaannya, lapisan keratin, lapisan granular, membrane basal, dan komponen seluler serta humoral yang berasal dari pembuluh darah. Komposisi jaringan lunak mulut merupakan mukosa yang terdiri dari skuamosa yang karena bentuknya, berguna sebagai barier mekanik terhadap infeksi. Mekanisme proteksi, tergantung pada deskuamasinya yang konstan sehingga bakteri sulit melekat pada sel-sel epitel dan derajat keratinisasinya yang mengakibatkan epitel mukosa mulut sangaat efisien sebagai barier. Kedua hal ini, haruslah dalam keadaan seimbang. Keratinisasi palatum durum

description

hyfy

Transcript of Komponen Imun Rongga Mulut

Komponen Imun Rongga MulutI.

A. Komponen JaringanMembran mukosaBarier protektif mukosa mulut terlihat berlapis-lapis terdiri atas air liur pada permukaannya, lapisan keratin, lapisan granular, membrane basal, dan komponen seluler serta humoral yang berasal dari pembuluh darah. Komposisi jaringan lunak mulut merupakan mukosa yang terdiri dari skuamosa yang karena bentuknya, berguna sebagai barier mekanik terhadap infeksi. Mekanisme proteksi, tergantung pada deskuamasinya yang konstan sehingga bakteri sulit melekat pada sel-sel epitel dan derajat keratinisasinya yang mengakibatkan epitel mukosa mulut sangaat efisien sebagai barier. Kedua hal ini, haruslah dalam keadaan seimbang. Keratinisasi palatum durum dan gusi sangat baik sedangkan keratinisasi epitel kantong gusi sangat baik, karenanya merupakan barier pertahanan yang agaak lemah. Namun, kontak yang rapat antara epitel kantong gusi dan permukaan gigi dapat menurunkan kemungkinan penetrasi mikroorganisme.Jaringan lunaak rongga mulut berhubungan dengan nodus limfatik ekstraoral dan agregasi limfoid intraoral. Suatu jaringan halus kapiler limfatik yang terdapat pada permukaan mukosa lidah, dasar mulut. Palatum, pipi, bibir mirip yang berasal dari gusi dan pilpa gigi. Kapiler-kapiler ini bersatu membentuk pembuluh limfatik besar dan bergabung dengan pembuluh limfatik yang berasal dari bagian di dalam otot lidah dan struktur lainnya. Antigen mikrobial yang dapat menembus epitel masuk ke lamina propria. Akan difagositosis oleh sel-sel Langerhans yang banyak ditemukan pada mukosa mulut.Kelenjar saliva yang mengandung sel plasma dan limfosit, terdiri atas 6 kelenjar saliva utama dan beberapa kelenjar saliva kecil yang tersebar di bawah mukosa mulut. Kelenjar saliva ini memproduksi IgA yang akan disekresikan ke dalam rongga mulut dalam bentuk sIgA. Pada jaringaan gusi ditemukan berbagai komponen selular dan humoral, seperti PMN neutrofil, makrofag, limfosit dan sel plasma yang penting dalam respon imun terhadap plak bacterial. Pada daerah submukosa jugaa tersebar sel limfoid yang akan berproliferasi bila barier pertahanan pertama pada permukaan mukosa dapat ditembus antigen Mukosa rongga mulut terdiri atas epitel skuamosa yang berguna sebagai barrier terhapad infeksi. Mekanisme infeksinya tergantung pada duekuamasi sehinnga bakteri sulit melekat pada sel epitel dan derajat keratinisasi yang sangat efisien menahan penetrasi microbial..

SalivaSekresi saliva merupakan perlindungan alamiah karena fungsinya memelihara jaringa keras dan lunak rongga mulut agar tetap dalam keadaan fisiologis. Saliva yang disekresika oleh kelenjar parotis, sub mandibularis dan beberapa kelenjar saliva kecil yang teebar dibawah mukosa, berperan dalam membersihkan rongga mulut dari debris dan mikroorganisme selain bertindak sebagai pelumas pada saat mengunyah dan berbicara .Air liur disekresikan oleh kelenjar parotis, submandibularis, submaksilaris, dan beberapa kelenjar ludaah kecil pada permukaan mukosa. Aliran air liur sangat berperan dalam membersihkan rongga mulut dari mikroorganisme. Dalam hal ini, air liur bertindak sebagai pelumas aksi otot lidah, bibir, dan pipi. Aliran liur aakan mencuci permukaan mukosa mulut sedangkan sirkulasi darah subepitel bertindak sebagai suplemen paada batas jaringan lunak daan keras melalui cairan celah gusi.Air liur akan tetap mengalir meskipun tanpa dirangsang, rata-rata sekitar 19 ml/jam atau sekitar 500 ml/hari. Rata-rata sekresi air liur meningkaat paada saat makan atau rangsangan psikis dan menurun pada waktu tidur. Bila jumlah aliran aair liur menurun, dapat meningkatkan frekuensi karies gigi, parotitis atau peradangan kelenjar parotis. Pada pH air liur yang rendah, mikroorgnisme dapat berkembang dengan baik. Sebaliknya, pada pH tinggi dapat mencegah terjadinya karies tinggi.Celah gusiPengetahuan tentang struktur dan fungsi epitel jungsional yang terletak pada celah gusi, berguna untuk memahami hubungan biologic antara komponen vaskuler dan struktur periodontal. Epitel ini mempunyai dua lamina basalis, satu melekat pada jaringan konektif dan yang lainnya pada permukaan gigi. Polipeptida keratin pada epitel junctional berbeda pada keratin epitel sirkular. Perbedaan ini menunjukkan bahwa diantara keduanya funsinya juga berbeda.Komponen selular dan humoral dari darah akan melewati epitel junctional yang terletak pada celah gusi dalam bentuk cairan celah gusi. Apakah aliran celah gusi ini merupakan proses fisiologik atau merupakan respon terhadap inflamasi, sampai saat ini masih belum ada kesatuan pendapat. Pendapat yang banyak dianut saat ini adalah, pada keadaan normal cairan celah gusi yang mengandung leukosit ini akan melewati epitel junctional menuju ke permukaan gigi. Aliran cairan ini akan meningkat bila terjadi gingivitis atau periodontitis. Selain leukosit cairan celah gusi ini juga mengandung komponen komplemen selular dan humoral yang terlibat dalam respon imun.

.Nodus LimfatikJaringan lunak rongga mulut berhubungan dengan nodus limfatik ekstra oral dan agregasi intra oral. Kapiler limfatik yang terdapat pada permukaan mukosa lidah, dasar mulut, palatim pipi, dan bibir mirip yang berasal dari gingival dan pulpa gigi. Kapiler ini bersatu membentuk pembuluh limfatik besar dan bergabung dengan pembuluh limfatik yang berasal dari bagian dalam otot lidah dan struktur lainnya. Didalam rongga mulut terdapat tonsil palatel, lingual dan faringeal yang banyak mengandung sel B dan sel TEpitel jangsional dapat dilewati oleh komponen seluler dan humoral dari daerah dalam bentuk cairan celah ginggiva ( CCG ). Alira CCG merupakan proses fisiologik atau merupakan respon terhadap inflamiasi .

B. Komponen seluler

komponenseluler: - PMN neutrofil, makrofag, - sel T, sel B

komponenhumoral: - sIgA (200mg/L/hari) : berfungsi untuk mencegah transfer Ag lewat perm mukosa , mencegah plekatan S.sanguis di perm.epitel dan mencegah pbtkan plak gigi : mhambat pbtkan glukan dr sukrosa o/ S.mutans (mcegah karies) - IgG (1,4mg/dL), - IgM (0,2mg/dL) , C

II.

NONSPESIFIKRespon imun nonspesifik umumnya merupakan imunitas bawaan (innate immunity) dalam arti bahwa respon zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat tersebut, sedangkan respon imun spesifik merupakan respon didapat (acquired) yang timbul terhadap antigen tertentu, terhadap bagian tubuh mana yang terpapar sebelumnya. Perbedaan utama terhadap kedua jenis respon imun itu adalah dalam hal spesifisitas dan pembentukan memory terhadap antigen tertentu pada respon imun spesifik yang tidak terdapat pada respon imun nonspesifik. Namun telah dibuktikan pula bahwa kedua jenis respon di atas saling meningkat kan efektifitas dan bahwa respon imun yang terjadi sebenarnya merupakan int eraksi antara satu komponen dengan komponen lain yang dapat terdapat di dalam sistem imun. Interaksi tersebut berlangsung bersama-sama sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu aktivasi biologik yang seirama dan serasi.Sistem imun nonspesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi mikroorganisme, oleh karena itu dapat memberikan respon langsung terhadap antigen, sedangkan sistem imun spesifik membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum dapat memberikan responnya.Respon imun nonspesifik merupakan salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen, misalnya antigen bakteri, adalah menghancurkan bakteri bersangkutan secara nonspesifik dengan proses fagositosis. Dalam hal ini leukosit yang termasuk fagosit memegang peranan peranan yang sangat penting, khususnya makrofag demikian pula neutrifil dan monosit. Supaya dapat terjadi fagositosis sel-sel fagosit tersebut harus berada dala jarak dekat dengan part ikel bakteri, atau lebih tepat lagi bahwa partikel tersebut harus melekat pada permukaan fagosit . Untuk mencapai hal ini maka fagosit harus bergerak menuju sasaran. Hal ini dimungkinkan berkat dilepaskannya zat atau mediator tertentu yang disebut factor leukotaktik atau kemotaktik yang berasal dari bakteri maupun yang dilepaskan oleh neutrofil atau makrofag yang sebelumnya telah berada di lokasi bakteri atau yang dilepaskan oleh komplemen. Selain factor kemotaktik yang menarik fagosit menuju antigen sasaran, untuk proses fagositosis selanjutnya bakteri perlu mengalami opsonisasi terlebih dahulu.Ini berarti bahwa bakteri terlebih dahulu dilapisi oleh immunoglobulin atau komplemen (C3b), agar supaya lebih mudah ditangkap oleh fagosit. Selanjutnya partikel bakteri masuk ke dalam sel dengan cara endositosis dan oleh pembentukan fagosom yang terperangkap dalam kantung fagosom seolah-olah ditelan untuk kemudian dihancurkan, baik dengan proses oksidasi-reduksi maupun oleh derajat keasaman yang ada dalam fagosit atau penghancuran oleh lisozim dan gangguan metabolisme bakteri.Kekebalan tubuh nonspesifik adalah bagian dari tubuh kita yang telah ada sejak kita lahir. Ciri-cirinya: Sistem ini tidak selektif,artinya semua benda asing yang masuk ke dalam tubuh akan diserang dan dihancurkan tanpa seleksi, Tidak memiliki kemampuan untuk mengingat infeksi yan terjadi sebelumnya.Komponen-komponen yang berperan dalam sistem imun nonspesifik dalam rongga mulut adalah:1. Protein-Enzima. Enzim lisozomal : merupakan enzim mukolitik yang mampu memecahkan ikatan glikopeptide dinding bakteri gram positif, sehingga lisis. Termasuk kolagenase, elastase, hyaluronidase. Mesikupun enzim-enzim ini diproduksi oleh sel-sel neutrofil, sebagian besar dihasilkan oleh kelenjar ludah. Perlu ditekankan bahwa enzim penghancur juga di produksi oleh bakteri sehingga hadirnya enzim ini juga dapat merusak jaringan gingivanya sendiri. bahkan disebut suatu protase yang dapat mengaktifkan IgA.b. Laktoferin dan laktoperoksidase: yang mempunyai aktifitas antibakteri dan antivirus.c. Musin: yang menghambat perlekatan virus pada sel epitel.d. Interferon: diproduksi oleh sel hospes, sebagai reaksi terhadap invasi virus. Dibedakan tiga tipe interferon manusia, yaitu: (alfa), dihasilkan oleh sel-ael darah putih,(beta) oleh fibroblas dan (gamma) oleh limfosit yang teraktivasi. Zat ini mempunyai spectrum luas dari aktivitas biologiknya termasuk melindungi sel dari infeksi virus, menekan replikasi virus, meningkatkan aktivitas sel NK (Natural Killer) dan menghadirkan HLA pada permukaan sel makrofag dan sel limfosit B.e. Sitokin: merupakan zat biologik aktif yang diproduksi berbagai tipe sel dari kelompok non-limfoid, sebagai reaksi terhadap suatu radang. Misalnya: histamin yang dikenal sebagai vasodilator; prostaglandin, sebagai mediator rasa sakit yang potean bersama dengan leukotrin, SRA-A (Slow Reacting Substance of Anaphylaxis) yang menyebabkan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah dan kontraksi otot polos. IL1 (Interleukin-1 diproduksi oleh sel monosit yang paling banyak dibicarakan, memobilisasi sel yang terlibat dalam proses radang.

2. KomplemenSudah ada dalam darah, sebelum dibentuknya IgM dalam mobilitas elektroforosis termasuk kelompok alfa dan beta globulin. Terutama dihasilkan oleh hari beredar dalam darah sebagai bentuk yang tidak aktif, dan bersifat termolabil. Dalam cairan saku gusi ditemukan bentuk C2, C4, dan C5. Mengenai C3 disamping dalam bentuk yang tidak aktif, juga dalam bentuk yang berubah, artinya aktivasi komplemen sudah terjadi secara in vivo. Kehadiran ikatan kompleks Ag-Ab, akan mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik seperti model kaskade pembekuan darah (self amplifying). Dimulai dengan pengaktifan C142, berlanjut ke C3 dan berakhir dengan lisisnya membran sel target oelh C5-9. Pengaktifan C3 juga dapat brlangsung dengan jalan pintas tanpa adanya antibody yang disebut jalur alternatif. Plak gigi ternyata berpotensi membuka jalur ini, akan mengaktifkan C3 yang berakhir juga dengan membranolisis/antigenolisis. Konsentrasi C2 dan C4 dalam cairan gingival yang meradang, meningkat dibandingkan dengan normal. Sel-sel ini baru aktif bekerja kalau tubuh dimasuki zat-zat bersifat allergen ang biasanya terdapat dalam makanan.

3. Sel N.K (Natural killer)Sel ini baru jelas peranannya dalam system pertahanan, terutama menghadapi perubahan komponen tubuh sendiri, sebagai akibat dari perlakuan virus ataupun zat-zat kimia tertentu. Sel ini tidak memiliki permukaan sel T ataupun sel B. dapat mengenal benda asing tanpa memerlukan pengenalan spesifik terlebih dahulu (tidak mempunyai memori). Tidak memiliki sifat fagosit tetapi mempunyai reseptor IgG sehingga membunuh sel targetnya dengan mekanisme intim kontak ekstraseluler. Sel ini menempati garis pertahanan yang terdapat dalam system pertahanan seperti halnya natural antibody dari system kekebalan humoral. Terutama dalam upayanya mengendalikan kecenderungan sel menjadi ganas. Sel NK tidak membunuh bakteri maupun benda asing lainnya dengan fagositosis. Sel NK memiliki vesikel yang berisi perforin, dimana zat ini akan menempel pada dinding sel bakteri dan membuat lubang pada sel bakteri yang menyebabkan air, garam maupun zat lain yang berada di luar tubuh bakteri masuk ke dalam tubuh bakteri sehingga bakteri akan lisis.

SPESIFIKKekebalan tubuh spesifik adalah system kekebalan yang diaktifkan oleh kekebalan tubuh nonspesifik dan merupakan system pertahanan tubuh yang ketiga. Ciri-cirinya: Bersifat selektif terhadap bendaasing yang masuk ke dalam tubuh. Sistem reaksi ini tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing, Memiliki kemampuan untuk mengingat infeksi sebelumnya, Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia ( antibody ), Perlambatan, waktu antara eksposur dan respon maksimal.Tanggap kebal seluler dikendalikan oleh sel-sel yang tersebar dalam jaringan submukosa, gingival, kelenjar ludah, epitel, cairan saku gusi, tonsil dan kelenjar getah bening ekstraoral.

1. Agregasi Jaringan Limfoid SubmukosaSel-sel mononuclear (limfosit dan makrofag) ditemukan tersebar tepat dibawah epitel mulut, didaerah palatum lunak, dasar mulut, permukaan ventral dari lidah dan kadang-kadang di pipi dan di bibir. Secara histologik, massa jaringan ini seperti jaringan tonsil.

2. Jaringan Limfoid GingivalMelalui rangsang plak bakteri, jaringan ini menarik sel-sel terutama sel-sel limfosit yang dalam situasi radang berubah menjadi sel-sel plasma. Rasio sel T dan B dalam cairan saku gingival sehat akan meningkat menjadi 1:3 dibandingkan rasio dalam darah. Selain itu, dalam proporsinya, sel-sel ini mampu membuat antibody yang spesifik. Bagaimanapun juga kebanyakan sel-sel ini memproduksi zat-zat immunoglobulin non-reaktif. Makrofag hadir dalam gingiva, disamping memproses antigen juga ikut membantu penghancuran plak gigi. Reaksi timbal balik antara merusak dan melindungi berlangsung jelas dalam limfoid gingiva.

3. Kelenjar Getah Bening EkstraoralAnyaman halus saluran getah bening berjalan dari mucus saliva dasar mulut, palatum, bibir, dan pipi seperti juga dari gingival dan pulpa. Semuanya bergabung membentuk saluran yang lebih besar yang bersatu dengan saluran getah bening lainnya dari anyaman yang lebih dalam pada otot lidah. Saluran ini melayani pengangkutan antigen menuju kelenjar getah bening submental, submaksilaris, dan servikal. Tiap antigen yang berhasil masuk disebarkan langsung melalui getah bening ini ataupun melalui sel-sel fagosit. Lalu diteruskan ke kelenjarnya untuk dibangkitkan tanggap kebalnya. Gambaran khas dari kelenjar ini ialah adanya sel-sel dendritik yang berperan dalam pemrosesan dan pemaparan antigen. Demikian juga tonsil faringeal, lingual dan nasofaring memiliki sel-sel dendritik dan menjadi tempat berlangsungnya sekresi antibody local. Tenggap kebal yang ditunjukan, dapat berbeda sesuai dengan antigen dan prosentasinya . tanggap kebal seluler menyebabkan pembesaran daerah parakortikal yang mengemban sel T. sedangkan tanggap kebal humoral melibatkan bagian korteks yang didominasi oleh sel B. bagaimanapun juga sel-sel plasma yang memproduksi antibody sebagian besar terdapat didalam medula.

4. Jaringan Limfoid Kelenjar LudahLimfosit, makrofag dan sel-sel plasma ditemukan di dalam kelenjar baik yang besar ataupun kecil, tersebar dalam kelompok-kelompok dibawah mukosa mulut. Kebanyakan sel plasma memproduksi IgA dan beberapa diantaranya IgG dan IgM. Tampak bawah kebanyakan IgA dalam saliva disintesis secara local oleh sel-sel plasma kelenjar yang bersangkutan dalam bentuk dimerik.

5. Sel-Sel LangerhansAntigen yang masuk melalui mukosa difagositosis oleh sel-sel ini yang tersebar di atas selaput dasar. Sel-sel ini merupakan sel-sel dendritik yang besar kemampuan kerja seperti makrofag, memiliki reseptor Fe dan C3 serta antigen permukaan seperti Ia, yaitu antigen transplantasi yang dtemukan terutama pada sel B dan makrofag yang identik dengan antigen HLA-D. sesudah fagositosit, langerhans bermigrasi menuju kelenjar getah bening local dan menatap di daerah sel T parakortikal. Dengan demikian memprakarsai tanggap kebal seluler.