komplementer-gerontik

28
KELOMPOK 9 : TERAPI MEDIK DAN TERAPI KOMPLEMENTER YANG LAZIM DIGUNAKAN PADA LANSIA MAKALAH KOMUNITAS TERAPI MEDIK DAN TERAPI KOMP LEMENTER YANG LAZIM DIGUNAKAN PADA LANSIA  Disusun Oleh : Kelompok 9 1. Lailiyah Indri (101.0057 ) 2. Rahayu Apriliya W. (101.0089) 3. Septiananingsih (101.0103)  4. Vita Aristiarini (101.0113) PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA 2013 BAB 1 PENDAHULUAN  1.1. Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang diawali oleh adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada akhirnya akan meningkatkan risiko kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, proses  penuaan merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu.  Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaiyu : masa kanak-kanak, masa remaja, dan mas a tua. Tiga

description

keperawatan komplementer

Transcript of komplementer-gerontik

Page 1: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 1/28

KELOMPOK 9 : TERAPI MEDIK DAN TERAPI KOMPLEMENTER

YANG LAZIM DIGUNAKAN PADA LANSIA

MAKALAH KOMUNITAS

TERAPI MEDIK DAN TERAPI KOMPLEMENTER YANG LAZIM DIGUNAKAN PADA LANSIA

Disusun Oleh :

Kelompok 9

1. Lailiyah Indri (101.0057)

2. Rahayu Apriliya W. (101.0089)

3. Septiananingsih (101.0103)

4. Vita Aristiarini (101.0113)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2013

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang diawali olehadanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada akhirnya akan meningkatkanrisiko kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, proses

penuaan merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapaikematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalandengan waktu.

Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telahmelalui tiga tahap kehidupannya, yaiyu : masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa tua. Tiga

Page 2: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 2/28

tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berartimengalami kemunduran baik fisik maupun psikis.

Corak perkembangan proses penuaan bersifat lambat namun dinamis dan bersifatindividual baik secara fisiologis maupun patologis, karena banyak dipengaruhi oleh riwayatmaupun pengalaman hidup di masa lalu yang terkait dengan faktor biologis, psikologis,spiritual, fungsional, lingkungan fisik dan sosial. Perubahan struktur dan penurunan fungsisistem tubuh tersebut diyakini memberikan dampak yang signifikan terhadap gangguanhomeostasis sehingga lanjut usia mudah menderita penyakit yang terkait dengan usiamisalnya: stroke, Parkinson, dan osteoporosis dan berakhir pada kematian. Penuaan patologisdapat menyebabkan disabilitas pada lanjut usia sebagai akibat dari trauma, penyakit kronis,atau perubahan degeneratif yang timbul karena stres yang dialami oleh individu. Strestersebut dapat mempercepat penuaan dalam waktu tertentu, selanjutnya dapat terjadiakselerasi proses degenerasi pada lanjut usia apabila menimbulkan penyakit fisik.

Oleh karena itu diperlukannya pelaksanaan program terapi yang diperlukan suatuinstrument atau parameter yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kondisi lansia, sehingga

mudah untuk menentukan program terapi selanjutnya. Tetapi tentunya parameter tersebutharus disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana lansia itu berada, karena hal ini sangatindividual sekali, dan apabila dipaksakan justru tidak akan memperoleh hasil yangdiharapkan. Dalam keadaan ini maka upaya pencegahan berupa latihan-latihan atau terapiyang sesuai harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan terapi medis ?

2. Apa yang dimaksud dengan terapi komplementer ?

3. Terapi medic dan komplementer apa yang lazim digunakan pada lansia ?

1.3. Tujuan 1. Mengetahui tentang terapi medis

2. Mengetahui tentang terapi komplementer

3. Mengetahui terapi medic dan komplementer yang lazim digunakan pada lansia

Page 3: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 3/28

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terapi medis

Rehabilitasi merupakan semua tindakan yang bertujuan untuk mengurangi dampakdisability serta handicap agar individu lansia dapat berintegrasi dalam masyarakat.

Rehabilitasi adalah aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam pelayanan kesehatanlansia.( British G. Society ).

Terapi medic adalah proses pelayanan kesehatan yang bertujuan untukmengembangkan kemampuan fungsional dan fisikologik dan kalau perlu mengembangkanmekanisme kompensasinya agar individu dapat mandiri.

Terapi medik adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang bertujuan untukmemulihkan atau mengoptimalkan kemampuan seseorang setelah mengalami gangguankesehatan yang berakibat pada penurunan kemampuan fisik.

Reintegrasi adalah rentetan usaha untuk kembali pada kemampuan fungsional yang

pernah dimiliki. Reintegrasi terhadap kehidupan normal adalah hal yang samgat di dambakanoleh seorang pasien. Harapan inilah yang mewakili kualitas hidup yang diinginkan . upayareintegrasi diartikan sebagai reorganisasi kondisi fisik, psikis, dan social serta spiritualmenuju kesatuan yang harmonis sehingga adaptasi terhadap kehidupan dapat diperoleh,setelah mengalami sakit atau trauma.

Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa inti upaya mempertahankan danmeningkatkan kualitas hidup seseorang yang menderita sakit adalah yang melaksanakanupaya berdasarkan konsep rehabilitasi. Konsep rehabilitasi menyatu dan berkesinambungandengan proses penyembuhan penyakit, termasuk berbagai reaksi dan efek samping terapi,khususnya pada penyakit geriatric.

Tujuan Rehabilitasi Medik pada Usia Lanjut:1. Memberikan pelayanan rehabilitasi medik yang komprehensif.

2. Berperan dalam mempertahankan dan atau meningkatkan kualitas hidup pasien ( kesehatan,vitalitas, fisik, dan fungsi).

3. Mencegah atau mengurangi keterbatasan (impairment ), hambatan (disability) dan kecacatan(handicap ).

2.2 Terapi komplementer

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi adalah usaha untukmemulihkan kesehatan orang yang sedang sakit; pengobatan penyakit; perawatan

penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan. Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan komplementer adalah

pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan, sehinggauntuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan

pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudahdari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara.Tetapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatankomplementer.

Terapi Komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan laindiluar pengobatan medis yang Konvensional.

Page 4: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 4/28

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan Komplementertradisional-alternatif adalah pengobatan non konvensional yang di tunjukan untukmeningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotiv, preventive, kuratif,dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan,dan evektivitas yang tinggi berandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterimadalam kedokteran konvensional. Dalam penyelenggaraannya harus sinergis dan terintregrasidengan pelayanan pengobatan konvensional dengan tenaga pelaksanaanya dokter,dokter gigi,dan tenaga kesehatan lainnya yang memiliki pendidikan dalam bidang pengobatankomplementer tradisional-alternatif. Jenis pengobatan komplementer tradisional-alternatifyang daoat diselenggarakan secara sinergis dan terintergrasi harus di tetapkan oleh menterikesehatan setelah memalui pengkajian.

Terapi komplementer banyak menggunakan pada efektifitas dari beberapaterapi (Snyder dan lindquist, 1998). Florence nightingale menggambarkan penggunaan terapikomplementer, seperti musik, didalam perawatan holistik klien (nigthingale, 1860/1969).

Surver di afrika mengemukakan bahwa 42% reponden menggunakan 1 atau

lebih terapi komplementer (eisenberg dkk, 1998). Penggunaan terapi komplementermeningkatkan hampir 10% berdasarkan hasil survei tahun 90 (eisenberg dkk, 1993). Terapikomplementer lebih populer di Eropa daripada di Amerika Serikat (peletier, 2000). Di jerman

penggunaan herbal merupakan bagian dari keperawatan kesehatan. Hasil penelitian tentangobat herbal menunnjukkan bahwa 70 – 90 % dari terapi kesehatan diseluruh duniamenggunakan terapi komplementer secara rutin sebagai bagian perawatan kesehatan (kraitzer dan jansen, 2000).

2.2.1 Pengertian Terapi komplementer

Istilah terapi modalitas dalam ilmu keperawatan lebih dikenal dengan terapikomplementer, terapi alternativ, terapi holistis, terapi nonbiomedis, pengobatan integratifatau perawatan kesehatan, perawatan nanalopati, dan perawatan nontradisional. Terapimodalitas merupakan metode pemberian terapi yang menggunakan kemampuan fisik atauelektrik. Terapi modalitas bertujuan untuk membantu proses penyembuhan dan mengurangikeluhan yang dialami klien ( lundy dan jenes , 2009). Terapi komplementer adalah istilahuntuk terapi yang bukan bagian dari tepi medis kofensional.

Terapi komplementer atau terapi modalitas di akui sebagai upaya kesehatannasional oleh nasional center for complementary/ alternative medicine (NCCAM) di amerika.Penggunaan istilah komplementer disebabkan karena pemakaian bersama terapi lain, bukansebagai pengganti dan pengobatan biomedis. Terapi komplementer juga digunakan dalam

praktik keperawatan profesional sebagai terapi alternativ di beberapi klinik keperawatan,

misalnya latihan relaksasi oto progesif pada penanganan klien dengan epilepsi yangmenyertai penggunaan obat antiepilepsi. Study menunjukkan bahwa penggunaan relaksasiotot progesif dapat meningkatkan kontrol kejang ( whaitma dkk., 1990). Namun demikian,tera[i komplkementer dapat digunakan mandiri atau tidak berhubungan dengan terapi

biomedis karena di posisikan sebagai upaya promosi kesehatan, misalnya klien dpijat secararutin untuk mencegah munculnya stres.

Terapi komplementer merupakan terapi holistis atau terapi nonbiomedis.Hasil penelitian tentang psikoneuroimunologi mengungkapkan bahwa proses interaktif padamanusia dengantubuh, pikiran, dan interaksi sosial mempengaruhi kesejahteraan seseorang.

NCCAM. Menetapkan bahwa terapi komplementer secara garis besar di dasarkan sebagaikategori terapi pikiran penghubung tubuh (mind – body terapies) sementara terapi biomedislebih banyak mempengaruhi seluruh tubuh dan berfokus pada dampak terapi terhadap

Page 5: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 5/28

pengibatan atau penanganan masalah fisik. Sebagai contoh, pada terapi biomedis, evaluasiefek obat antihipertensi hanya ditentukan melalui tekanan darah dan tidak memperhatikan

bagaimana obat mempengaruhi alam rohani dan psikologis.

NCCAM mendefinisikan terapi komplementer adalah suatu penyembuhanyang mencakup sistem kesehatan, modalis, praktik dan teori serta keyakinana darimasyarakat atau budaya dalam periode secara tertentu . CAM mencakup semua praktik sertaide – ide yang dimaknai sebagai upaya mencegah atau mengobati penyakit ataumempromosikan kesehatan dan kesejahteraan .

2.2.2 Klasifikasi Terapi komplementer

Terdapat lebih dari 1800 terapi komplementer yang diidentifikasi berdasarkan sistem perawatan , terapi yang cukup dikenal luas dan digunakan, variasi dariterapi, praktik budaya asli yang tidak dikenal, dan mekanisme ang mendasari tindakan terapiyang tidak diketahui.

Kategori terapi konmpkementer menurut NCCAM adalah sebagai berikut :

1. Terapi pikiran, tubuh ( mind –

body terapies)

2. Terapi berbasis biologi ( biologokalli based terapies)

3. Terapi manipulatife dan berbasis tubuh(manipulatife and body based terapies)

4. Terapi energi yang termasuk dalam kategori energi hayati bioelektro magnetik( energi and biofild terapies)

Menurut NCCAM terapi komplementer menjadi pengobatan untuk kondisitertentu dan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan ternasuk profesi

perawat.

Basis filosofi yang mendasari penggunaan terapi komplementer berbeda denganmodal biomedis konfensional. Biomedis berusaha menghilangkan dan memperbaiki etiologiatau masalah yang mendasari serta menekankan pada pengobatan trauma maupun situasidarurat lainya (weil, 1995). Sementara itu tujuan terapi komplementer dalam sistemkeperawatan adalah untuk mencapai keselarasan dan keseimbangan dalam diri seseorang.Zollman dan vickers (1999)menyatakan tujuan dari intervensi terapeutik adalah untukmengembalikan keseimbangan dan memfasilitasi respon tubuh daripada menyembuhkan

proses penyakit atau penghentian gejala. Oleh karena itu, perawat memberikan perawatanyang mencakup modifikasi gaya hidup, perubahan diet, olah raga, pengobatan khusus,konseling, latihan, bimbingan, pada pernafasan, relaksasi, serta resep herbal. Konsep inimenenkan pentingnya sistem perawatan yang menerapkan pendekatan kepedulian holistikterhadap perawatan klien yang akan meningkatkan pelayanan kesehatan.

2.2.3 Penggunaan terapi komplementer Foktor yang mempengaruhi perkembangan atau penggunaan terapi

komplementer (Astin, 1998:kaptchuk dan eisenberg 1998 : jobs,1998 : mitzdorf dkk,1999)antara lain:

1. Adanya kenyakinan bahwa terapi biomedis tidak menyentuh seluruh dominan yang dimilikiindividu.

2. Adanya efek biomedis yang dianggap lebih buruk daripada efek terapi yang diharapkan;

3. Konsumen menginginkan penyedia layanan kesehatan yang pesuli (carig).

4. Konsumen menginginkan pengakuan dan perlakuan secarautuh atau holistis.

5. Konsumen menginginkan keterlibatandalam pengambilan keputusan dalam menanganimasalahkesehatan yang di hadapi.

Page 6: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 6/28

6. Faktor lain yang telah meningkatkan penggunaan terapi komplementer adalah peningkatan pengeseran budaya yang menggunakan pelayanan kesehatan selain sistem biomedis.

Terapi komplementer sangat penting dalam klien dengan kondisi kesahatanfonis yang meliputi spiritual, sosial, psikologi, dan masalah fisik (haines, McKibbon danKanani, 1996).

Terapi komplementer keperawatan Nightingale menyerahkan penggunaan terapikomplementer dalam perawatan klien. Fundamental of nursing menjelaskan beberapa

penggunaan prinsip terapi komplementer seperti pijat (massage), panas dan dingin, dan gizi.Pada akhir 1950 – an, proses keperawatan diperkenalkan dengan menggunakan 5 langkah

pendekatan pemecahan masalah untuk keperawatan yaitu pengakajian, diagnosiskeperawatan, perencanaan, intervensi, dan evaluasi. Keterampilan pengakajian sangat pentingkarena berkaitan dengan langkah selanjutnya, yaitu intervensi. Perpedaan dalam menyusunintervensi dipengaruhi oleh pengelompokan yangmeliputi tundakan dependen (dependent),kolaborasi (interdependent), mandiri (independent).

Perawat memiliki otonomi yang luas dalam memberikan intervensi,

terutama tindakan mandiri, sebagai tindakan profesi yang ditunjang pendidikan tinggi.Kondisi ini memberikan kesempatan kepada perawat untuk dapat memberikan praktikkeperawatan komplementer. Menurut Sydner, Bulechek, dan McCloskey (1985), beberapaintervensi keperawatan mandiri yang termasuk terapi komplementer antara lain musik,imagery, relaksasi otot progesif, jurnaling, reminis chance, dan pijat. Indetifikasi danklasifikasi intervensi keperawatan oleh internasional council of nurses poject (ICNP) dannational intervention clssification project (NIC) telah memperluas ruang lingkup intervensiyang mencangkup seluruh kegiatan keperawatan (ICNP, 1997; McCloskey, dan bulechek.1996). Dengan demikian berdasarkan konsep keperawatan, istilah intervensi tidakmembedakan terapi komplementer dengan tindakan keperawatan lainnya sperti pemantauanstatus perawatan klien atau koordinasi. Perawat harus menggunakan terapi komplementeryang lebih banyak untuk membantu klien mencapai hasil ksehatan yang lebih optimal.

Tabel 1.1 klasifiskasi berdasarkan National Center for Complementary/Alternative Medicine

Jenis Contoh

Terapi pikiran -tubuh

( mind – body) .

Pendekatan prilaku psikologi, sosial,dan spiritual untuk

kesehatan .

Yoga, tah chi, internal qi – gong, meditasi ,imagery,hipnosis, biofedback, dukungankelompok, terapi seni , terapi musik, terapi dansa ,

journaling , humor, psikoterapi tubuh, dan pengakuan nonlocality, soul retrieval, penyembuhan spiritual, holistik nursing, plasebo

sweat lodges. Terapi sistem

pengobatanalternatif ( alternatifmedical sistem ).

pengobatannonmedis yangmelibatkan teori dan

praktik dari sistemyang komplet.

Pengobatan tradisional cina (akupuntur, formulaherbal, diet, exterlan dan internal qi-gong, tai chi,

pijatan dan manipulasi, acupotomy), sistem adattradisional seperti pengobatan asli pendudukamerika, pengobatan ayuverda, unani-tibbi,

pengobatan kampo, pengobatan tradisional afrika, pengobatan tradisional aborigin, curanderismo,sistem pengobatan barat yang tidak konvensional(hemeopati, radiestasia,, cayce-based systems,

radionics). Naturopati.

Terapi berbasis Herbal, diet khusus (pritkin, omishatki, tinggi

Page 7: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 7/28

biologi (biological based therapies).

Terapi yang bersifatalami.

Praktik, intervensi,dan produknya

berbasis biologis

serat, makrobiotik), pengobatan orthomolecular(gizi), intervensi farmakologi/biologis/instrumental (kartilago ozon, cone therapy,sengatan lebahelektrodiasnostik, iridologi

Terapi manipulatifdan berbasis tubuh(manipulative and

body sistems)

Sistem yang berdasarkan padakegiatan manipulasidan atau gerakan

anggota tubuh.

Pengobatan kiropraktik pijatan dan gerakan tubuhatau body work (kranial-sakrum astheopaticmanipulative treatment. Pijatan swedia,refleksologi metode pilates, polaritas, gerak tubuhtrager, teknik alexander, teknik feldenkrais. Pijatanchinese tui Na, akupresur, ralfing), serta terapifisika nonkonvensional seperti hidroterapi,distermi, terapi, cahaya dan warna, colonic,

pernafasan ;ubang hidung secara bergantian(alternatenostrilbreathing).

Terapi energi(energy therapies)

Sistem pengobatanyang menggunakanmedan energi halusdi dalam dan sekitartubuh

Sentuhan terpeutik, sentuhan penyembuhan, penyembuhan natural, shen, reiki, huna, qi-gongexternal dan magnet

Page 8: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 8/28

Program Rehabilitasi

Untuk memulai program rehabilitasi pada penderita lansia,sebagai tenaga professionalharus mengetahui kondisi lansia saat itu,baik penyakit yang menyertai maupun kemampuanfungsional yang mampu dilakukan.salah satunya di kemukakan oleh Katz, DKK yang telahmenetapkan Fungsional Assessment Instrument untuk menggolongkan kemandian merawatdiri pada lansia dengan berbagai macam penyakit, misal fraktur collum femoris, infarkcerebri, arthritis, paraplegia, keganasan, dll. adapun aktivitas yang dinilai adalah Bathing,Dressing, Toileting, Transfering, Continence dan Feeding.

1. Program Fisioterapi

Dalam penanganan terapi latihan untuk lansia dimulai dari aktivitas fisik yang palingringan kemudian bertahap hingga maksimal yang bisa dicapai oleh individu tersebut,misalnya :

a. Aktivitas di tepat tidur

- Positioning, alih baring, latihan pasif & aktif lingkup gerak sendi

b. Mobilisasi

- Latihan bangun sendiri, duduk, transfer dari tempat tidur ke kursi, berdiri, jalan

- Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari : mandi, makan, berpakaian, dll

2. Program Okupasi terapi

Latihan ditujukan untuk mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari, denganmemberikan latihan dalam bentuk aktivitas, permainan, atau langsung pada aktiviats yangdiinginkan. Misalnya latihan jongkok-berdiri di WC yang dipunyai adalah harus jongkok,namun bila tidak memungkinkan maka dibuat modifikasi.

3. Program Ortotik-prostetik

Bila diperlukan alat bantu dalam mendukung aktivitas pada lansia maka seorangortotis-prostetis akan membuat alat penopang, atau alat pengganti bagian tubuh yangmemerlukan sesuai dengan kondisi penderita. Dan untuk lansia hal ini perlu pertimbanganlebih khusus, misalnya pembuatan alat diusahakan dari bahan yang ringan, model alat yanglebih sederhana sehingga mudah dipakai, dll.

4. Program Terapi Wicara

Program ini kadang-kadang tidak selalu ditujukan untuk latihan wicara saja, tetapi perludiperlukan untuk memberi latihan pada penderita dengan gangguan fungsi menelan apabiladitemukan adanya kelemahan pada otot-otot sekitar tenggorokan. Hal ini sering terjadi pada

penderita stroke, dimana terjadi kelumpuhan saraf vagus, saraf lidah, dll

5. Program Sosial-Medik

Petugas sosial-medik memerlukan data pribadi maupun keluarga yang tinggal bersamalansia, melihat bagaimana struktur/kondisi di rumahnya yang berkaitan dengan aktivitas yangdibutuhkan penderita, tingkat sosial-ekonomi. Hal ini sangat penting sebagai masukan untukmendukung program lain yang ahrus dilaksanakan, misalnya seorang lansia yang tinggaldirumahnya banyak trap/anak tangga, bagaimana bisa dibuat landai atau pindah kamar yangdatar dan biasa dekat dengan kamar mandi, dll

6. Program Psikologi

Dalam menghadapi lansia sering kali harus memperhatikan keadaan emosionalnya,yang mempunyai ciri-ciri yang khas pada lansia, misalnya apakah seorang yang tipe agresif,

Page 9: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 9/28

atau konstruktif, dll. Juga untuk memberikan motivasi agar lansia mau melakukan latihan,mau berkomunikasi, sosialisasi dan sebgainya. Hal ini diperlukan pula dalam pelaksanaan

program lain sehingga hasilnya bisa lebih baik.

Page 10: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 10/28

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1. Gangguan sistem muskuloskeletal dan integumen : osteoporosis

3.1.1 Pengertian

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar darikecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara

progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stresyang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal (Brunner&Suddarth, 2000).

Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang sehingga masa tulang berkurang.Resorpsi terjadi lebih cepat dari pada formasi tulang, sehingga tulang menjadi tipis(Pusdiknakes, 1995). Jadi osteoporosis adalah kelainan atau gangguan yang terjadi karena

penurunan masa tulang total.

3.1.2 Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:

a. Determinan Massa Tulang

1) Faktor genetik

Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orangmempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam

pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jaciiseseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imunterhadap fraktur karena osteoporosis

2) Faktor mekanis Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya

beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubunganlangsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkanrespons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot

besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama padalengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai

pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau

pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang disampihg faktor genetik

3) Faktor makanan dan hormon

Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein danmineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang

bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhanmaksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yangmelebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuangenetiknya.

b. Determinan Penurunan Massa Tulang

1) Faktor genetik

Page 11: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 11/28

Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulangyang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang

besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulangnormal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta

beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudianterjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia,maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang tobih banyak dari pada individu yangmempunyai tulang kecil pada usia yang sama

2) Faktor mekanis

Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telahterbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal.Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massatulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan

bertambahnya usia.

3) Kalsium

Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulangsehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium,merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, denganmasukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangankalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya

juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa padawanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengankeseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangankalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melaluiurin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopauseadalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.

4) Protein

Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang.Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandungsulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.

5) Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain.Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangiekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluarankalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akanmengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif

6) Estrogen. Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguankeseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsikalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

7) Rokok dan kopi

Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunanmassa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruhmerokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapatmemperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.

8) Alkohol

Page 12: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 12/28

Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu denganalkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresilewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .

3.1.3 Manifestasi Klinik

Gejala yang paling sering dan paling mencemaskan pada osteoporosis adalah : - Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.

- Nyeri timbul mendadak

- Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang

- Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur

- Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena melakukanaktivitas

- Deformitas vertebra thorakalis

- Penurunan tinggi badan

3.1.4 Penatalaksanaan Medis

Adapun penatalaksanaan pada klien dengan osteoporososis meliputi :

a. Pengobatan

· Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan tulanadalah Na-fluorida dan steroid anabolik

· Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang adalahkalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat

b. Pencegahan

Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:

1) Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal

2) Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:

· Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari) · Latihan teratur setiap hari

· Hindari:

- Makanan tinggi protein

- Minuman beralkohol

- Merokok - Minum kopi

Teknik terapi komplementer

a. Mencegah Osteoporosis

Osteoporosis adalah suatu sindroma penurunan densitas tulang (matrix dan mineral berkurang), terapi rasio matrik dan mineral tetap normal. Osteoporosis terjadi karenaketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang. Densitas mineral tulang

berkurang sehingga tulang menjadi keropos dan mudah patah walaupun dengan traumaminimal.

Contoh latihan yang harus dihindari :

1. Sit Up

2. Menyentuh jari kaki pada posisi berdiri

3. Duduk dengan punggung membungkuk

4. Mengangkat beban dengan ayunan punggung

Page 13: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 13/28

b. Menjaga Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani adalah suatu aspek fisik dari kebugaran menyeluruh. Kebugaran jasmani pada lansia adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan yaitu kebugaran jantung- paru dan peredaran darah serta kekuatan otot dan kelenturan sendi.

c. Mengangkat dan Mengangkut Melihat berbagai perubahan karena penuaan, cara mengangkat dang mengakut yang

efektif, efisien, dan aman merupakan kebutuhan bagi lansia. Untuk menunjang prinsip kineticdalam mengangkat dan mengangkut dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Pegangan harus tepat, kerja statis local dihindari

2) Pegangan/tangan berada sedekat mungkin dengan tubuh

3) Punggung harus lurus

4) Dagu (kepala) diusahakan segera ke posisi tegak

5) Kaki diusahakan sedemikian rupa sehingga keseimbangannya kuat

6) Menfaatkan berat badan sebagai gaya tarik/dorong

7) Beban berada sedekat mungkin dengan garis vertical yang melalui pusat gravitasi tubuh.

d. Perlindungan sendi

Usaha perlindungan sendi dapat dilakukan dengan menghindari pemakaian sendi secara berlebihan, menghindari trauma, mengurangi pembebanan, berusaha menggunakan sendiyang lebih kuat atau lebih besar, dan istirahat sejenak disela-sela aktivitas.

e. Konservasi Energi

Konservasi energy adalah suatu cara melakukan aktivitas dengan energy yang relativeminimal, namun dapat memperoleh hasil aktivitas yang baik. Teknik konservasi energy dapatdicapai apabila dalam setiap aktivitas memperhatikan hal-hal berikut :

1) Rencanakan aktivitas yang akan dilakukan sehingga tidak ada gerakan kejut yang akanmeningkatkan strees fisik atau emosional.

2) Atur lingkungan aktivitas sedemikian rupa sehingga pada waktu melaksanakan aktivitas,energy dapat digunakan secra efisien

3) Jika mungkin, aktivitas dilakukan dalam posisi duduk

4) Jangan menjinjing atau mengangkat barang jika dapat didorong atau digeser.

5) Gunakan alat aktivitas yang relatife ringan

6) Lakukan aktivitas dengan cara yang sama karena akan membuat lebih efisien.

7) Dalam setiap aktivitas, harus sering diselingi istirahat. Salah satu pedoman adalah sepuluhmenit istirahat untuk setiap satu jam bekerja.

8) Bagi aktivitas menjadi beberapa bagian kemudian kerjakan pada waktu yang berbeda.

f. Peningkatan Kekuatan Otot

Peningkatan kekuatan otot pada lansia lebih ditujukan agar mampu melakukan gerakfungsional tanpa adanya hambatan. Dalam latihan ini, jenis latihan yang dianjurkan adalahlatihan isotonic, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1) Tentukan kemampuan otot maksimal

2) Latihan pada 60%-80% kemampuan otot maksimal

3) Ukur ulang setiap minggu

4) 3X seri latihan, tiap seri 8-10 ulangan

5) Istirahat 1-2 menit diantara seri

6) Lakukan 3X seminggu, min selama 8 minggu

Page 14: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 14/28

3.2. Gangguan persepsi-sensori : demensia

3.2.1. Pengertian

Dalam Durand dan Barlow (2006) demensia adalah onset-gradual fungsi otak yangmelibatkan kehilangan ingatan, ketidakmampuan mengenali berbagai objek atau wajah, dankesulitan dalam merencanakan dan penalaran abstrak. Keadaan ini berhubungan denganfrustasi dan kehilangan semangat. Menurut WHO dalam Clinical Deskriptions andDiagnostic Guidelines for Mental and Behavioural Disorders dan International Classificationof Diseases (10th Revision) (ICD-10) (2008) demensia memiliki ciri-ciri yang harus adadiantaranya:

1. Kemunduran kemampuan intelektual terutama memori yang sampai menganggu aktivitas-aktivitas keseharian sehingga menjadikan penderita sulit bahkan tidak mungkin untuk hidupsecara mandiri.

2. Mengalami kemunduran dalam berfikir, merencanakan dan mengorganisasikan hal-hal dari

hari ke hari.

3. Awalnya, mengalami kesulitan menyebutkan nama-nama benda, orientasi waktu, tempat.

4. Kemunduran pengontrolan emosi, motivasi, perubahan dalam perilaku sosial yang tampakdalam kelabilan emosi, ketidak mampuan melakukan ritual keseharian, apatis (tidak peduli)terhadap perilaku sosial seperti makan, berpakaian dan interaksi dengan orang lain.

Ada bermacam-macam jenis demensia, menurut Durland dan Barlow (2006) ada limagolongan demensia berdasarkan etiologinya yang telah didefinisikan yaitu : (1) demensia tipeAlzheimer, (2) demensia vaskular, (3) demensia larena kondisi medis umum, (4) demensiamenetap yang diinduksi oleh substansi tertentu, dan (5) demensia karena etiologiganda/multiple, (6) demensia yang tak tergolongkan.

Demensia Alzheimer adalah demensia yang paling banyak terjadi dan dicirikan olehkemunduran intelektual yang progresif. Faktor risiko utama adalah usia yang lanjut,keturunan dan trauma kepala.

Demensia vaskuler (multi infrak) adalah demensia kedua yang banyak terjdai setelahdemensia Alzheimer. Demensia vaskuler seringkali dicirikan oleh adanya tanda dan gejalatertentu seperti kemunduran yang bertahap (step-wise), riwayat sroke atau hipertensi, buktiadanya aterosklerosis, gejala neurologis fokal, dan emosi stabil.

3.2.2. Etiologi

1. Penyebab secara biologis

a. Adanya penumpukan protein yang lengket yang disebut anyloid plauques yang berakumulasi

di otak pada penderita demensia. Plak amiloid juga ditemukan pada lansia yang tidakmemiliki gejala-gejala demensia, tetapi juga dalam jumlah yang jauh lebih sedikit (Bourgeoisdkk dalam Durand dan Barlow, 2006)

b. Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut saraf yangsemrawut) dan protein abnormal, yang bisa terlihat pada otopsi. Demensia sosok Lewy sangatmenyerupai penyakit Alzheimer, tetapi memiliki perbedaan dalam perubahan mikroskopikyang terjadi di dalam otak.

c. Penyebab yang lain dari demensia adalah serangan stroke yang berturut-turut.Stroke tunggalukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbulsecara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak,daerah otak yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah disebut infark.Demensia yang berasal dari stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian besar

Page 15: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 15/28

penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanyamenyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak.

d. Demensia juga bisa terjadi setelah seseorang mengalami cedera otak atau cardiac arrest.Penyebab lain dari demensia adalah penyakit parkinson, penyakit pick, AIDS, penyakit paru,ginjal, gangguan darah, gangguan nurtrisi, keracunan metabolism, diabetes.

e. Penyebab biologis demensia tidak diketahui penyebabnya hanya saja masalah kerusakancortex (jaringan otak). Penelitian otopsi mengungkapkan bahwa lebih dari setengah penderitayang meninggal karena demensia senile mengalami penyakit Alzheimer jenis ini. Padakebanyakan penderita, besar kasar otak pada saat otopsi jauh lebih rendah yang ventrikel dansulkus jauh lebih besar dibandingkan yang normal yang seukuran usia tersebut. Demielinasidan peningkatan kandungan air pada jaringan otak ditemukan berdekatan dengan ventrikellateral dan dalam beberapa daerah lain di bagian dalam hemifsfer serebrum pad penderitamanula.

f. Faktor genetik yang berhubungan dengan apoprotein E4 (Apo E4), alela (4) kromosom 19 pada penderita Alzheimer familial/sporadic. Mutasi 21,1, 14 awal penyakit. Penyebab lainnya

yaitu neorotransmiter lain yang berkurang (defisit) yaitu non adrenergic presinaptik,serotonin, somatostatin, corticotrophin, releasing faktor, glutamate, dll.

2. Penyebab secara psikologis

Penderita yang mengalami depresi memiliki risiko dua kali lebih besar mengalamidemensia. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian oleh Epidemiological Pathways Follow-UpStudy yang dilakukan selama lima tahun pasien yang sudah di diagnosis menderita demensiadikeluarkan dari penelitian ini.

Selama periode lima tahun 36 dari 445, atau 7.9 persen dari pasien diabetes dengandepresi berat didiagnosis dengan demensia. Di antara 3.382 pasien dengan diabetes saja, 163atau 4,8 persen mengembangkan gejala demensia. Para peneliti menemukan hasil bahwadepresi berat dengan diabetes mengalami peningkatan 2.7 kali lipat untuk mengalamidemensia, dibanding dengan pasien diabetes tanpa mengalami depresi berat.

Depresi meningkatkan risiko demensia, karena kelainan biologis afektif ini berhubungan dengan penyakit, termasuk tingginya kadar hormon stres kortisol, atau masalahsistem saraf otonom yang dapat mempengaruhi jantung, pembekuan darah. Selain itu faktor-faktor lain yang meningkatkan risiko demensia karena perilaku umum dalam kondisi sepertimerokok, makan berlebihan, kurang olahraga, dan kesulitan dalam mengikuti rejimen

pengobatan dan perawatan.

3. Penyebab secara sosial

Gaya hidup seseorang mungkin melibatkan kontak dengan faktor-faktor yang dapatmenyebabkan demensia, misalnya penyalahan substansi yang dapat mengakibatkandemensia. Gaya hidup seperti diet, olahraga, dan stres mempengaruhi penyakitkardiovaskuler dan dapat membantu menentukan siapa saja yang akan mengalami demensiavaskuler. Gaya hidup yang sehat seperti diet, olahraga dan kontrol terhadap makanan dapatmeminimalisir kemungkinan terjadinya stroke dan tekanan darah tinggi yang menyebabkandemensia vaskuler. Sedangkan gaya hidup yang tidak sehat seperti stres, tidak mengontrolmakanan, jarang berolahraga dapat meningkatkan risiko terkena stroke dan tekanan darahtinggi yang menyebabkan demensia vaskuler.

Faktor-faktor kultural juga dapat memengaruhi seseorang mengalami demensia.Sebagai contoh, hipertensi dan stroke menonjol di kalangan orang-orang Afrika-Amerika danorang-orang Asia-Amerika tertentu (Cruickshank dan Beevers dalam Durand dan Barlow,

Page 16: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 16/28

2006), yang menjelaskan mengapa demensia vaskular lebih sering dialami oleh kelompok ini.Hal ini terjadi akibat gaya hidup yang kurang sehat seperti dikalangan orang-orang Afrika-Amerika yang sering mengkonsumsi alkohol dan makanan-makanan cepat saji dan

berpengawet yang meningkatkan risiko terkena hieprtensi dan stroke yang menyebabkandemensia varskuler ( de la Monte, et all dalam Durand dan Barlow, 2006).

3.2.3. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala klinis demensia menurut Yatim (2003) meliputi:

a. Hilang atau menurunnya daya ingat serta penurunan intelektual.

b. Kadang-kadang gejala ini begitu ringan hingga luput dari perhatian pemeriksa bahkan dokterahli yang berpengalaman sekalipun.

c. Penderita kurang perhatian terhadap sesuatu yang merupakan kejadian sehari-hari dan tidakmampu berfikir jernih atas kejadian yang di hadapi sehari-hari, kurang inisiatif, serta mudahtersinggung.

d. Kurang perhatian dalam berfikir.

e. Emosi yang mudah berubah-ubah terlihat dari mudahnya gembira, tertawa terbahak-bahaklalu tiba-tiba sedih berurai air mata hanya karena sedikit pengaruh lain.

f. Muncul refleks sebagai tanda regresi (kemunduran kualitas fungsi seperti: refleks mengisap,rrefleks memegang, dan refleks glabella).

g. Banyak perubahan perilaku diakibatkan oleh penyakit syaraf, maka terlihat dalam bentuk lainyang dikaburkan oleh gejala penyakit syaraf.

Pada gejala klinis usia lanjut telihat dari penurunan perkembangan pemahaman yang terlihatsebagai berikut:

1. Penurunan daya ingat.

2. Salah satu gangguan pengamatan:

a. Aphasia (kurang lancar berbahasa).

b. Apraxia (tidak ada kemauan). c. Agnosia (kurang mampu merasakan rangsangan bau, penciuman dan rasa).

3. Penurunan pengamatan timbul secara bertahap dan terus menurus dari waktu ke waktusehingga menggangu kerja dan hubungan masyarakat.

3.2.4. Penatalaksanaan Medis

Hasil dari consensus epidemiologi di atas menyatakan bahwa prosentase untuk prevalensi orang yang mengalami demensia semakin meningkat setiap tahunnya, sehingga perlu diupayakan tindakan-tindakan promotif, preventif maupun kuratif. Baik bagi merekatanpa masalah maupun yang sudah bermasalah sesuai dengan yang sudah dibahas di atas.

Penanganan yang bisa dilakukan: a. Farmakologis (dengan obat): hal ini perlu pemeriksaan dan pertimbangan secara individual.

b. Non-Farmakologis (tanpa obat): hal ini bisa dilakukan oleh semua warga senior tanpa ada pertimbangan baik sebagai upaya promotif, prefentif maupun kuratif.

Penanganan secara farmakologis yang dilakukan (Yatim, 2003) diantaranya:

a. Mengobati penyakit-penyakit yang memperberat kejadian demensia.

b. Mengobati gejala-geja gangguan jiwa yang mungkin menyertai demensia.

c. Mengatasi masalah penyimpangan perilaku dengan obat-obat penenang (tranzquillizer danhypnotic) serta memberikan obat-obatan anti kejang bila perlu.

d. Intervensi lain yaitu dengan antipsykotics, Anxiiolitycs, Selegiline, Antimanic drugs,Acetlcholinesterase inhibit ( Gaskel, 2007)

Page 17: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 17/28

Konsep penanganan Non-farmakologis bisa menggunakan rekreasi terapeutik.

Konsep ini bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kebutuhan psikososial warga senior serta bertujuan meningkatkan dan mempertahankan kepercayaandiri, motivasi, mobilitas tantangan, interaksi sosial dan kebugaran mental.

Aktivitas-aktivitas yang memiliki dampak terapeutik (Kusumoputro & Sidiarto, 2006)diantaranya:

a. Reminisensi

b. Orientasi realitas

c. Stimulasi kognitif

d. Stimulasi sensorik

e. Stimulasi fisik (berupa gerak dan latihan otak, GLO)

Pelaksanaan program dilakukan dengan jumlah peserta yang tidak terlampau banyak,dipimpin seorang koordinator yang memahami konsep ini. Peserta harus dalam kelompokkebersamaan.

Aktivitas reminisensi dilakukan dengan berbincang-bincang mengenai masalah yanglampau, mengingat kembali masa lampaunya dengan memori episodik (materi tentang waktudan tempat kejadian). Dengan mengaktifkan memori episodik yang naratif, imajinatif danemosional akan meningkatkan daya ingat kembali. Bersamaan dengan aktivitas tersebut jugadilakukan aktivitas orientasi nyata dengan mengingatkan lokasi, waktu dan perang orang-orang di masa lampau.

Sebagai aktivitas rekreasi terapeutik ini juga dilakukan stimulasi kognitif disebut jugamemory training, memory retraining atau cognitive rehabilitation. Aktivitas ini perluditambah dengan aktivitas fisik seperti senam ataupun menurut selera masing-masing. Hal ini

bertujuan untuk meningkatkan kerja jantung dan paru untuk mengalirkan darah yang penuhoksigen ke bagian-bagian tubuh terutama otak selain itu juga memiliki tujuan renovasi seltubuh. Berbagai hal yang disebutkan tadi juga menguntungkan bagi kondisi klinis

prademensia seperti mild cognitive impairment, MCI dan vascular cognitive impairment, VCIserta kondisi klinis demensia vaskuler dan Alzeimer.

Dalam jurnal yang meniliti melalui efek dari terapi musik terhadap lansia penderitademensia (Wall, & Duffy, 2010 ). Dalam jurnal tersebut dijelaskan melalui kebiasaanmendengarkan music walaupun secara singkat akan sangat bermanfaat untuk melatih ingatan

para lansia penderitanya. Tingkat kegelisahannya pun akan menurun, termasuk perilakuagresif verbal maupun non-verbalnya.

Terapi lain dengan pendekatan psikososial adalah :

1. Care giver : mengoptimalkan kemampuan yang masih ada

2. Mengurangi perilaku sulit 3. Menjaga keselamatannya

4. Memperbaiki kualitas hidup

5. Mengurangi stres terhadap care giver

6. Memberi kepuasaan kepada care giver

Terapi life review

Life review terapi adalah suatu fenomena yang luas sebagai gambaran pengalaman kejadian,dimana didalamnya seseorang akan melihat secar cepat tentang totalitas riwayat kehidupan.

Teori terapi life review

Page 18: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 18/28

Terapi tersebut akan membawa seseorang untuk bisa menjadi lebih akrab pada realitakehidupan. Terapi ini membantu seseorang untuk mengaktifkan ingatkan jangka panjangdimana akan terjadi mekanisme recall tentang kejadian pada kehidupan masa lalu hinggasekarang. Dengan ini lansia akan lebih mengenal siapa dirinya dan dapat mempertimbangkankualitas hidup menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Manfaat live review terapi

1. Menurunkan depresi

2. Meningkatkan kepercayaan diri

3. Meningkatkan kemampuan individu untuk beraktivitas sehari-hari

4. Meningkatkan kepuasan hidup

Indikasi live review terapi

Menurut Jones (2008), live review terapi merupakan penanganan yang direkomendasikanuntuk lansia yang mengalami defisit kognitif dengan :

1. Depresi

2. Penyakit demensia alzheimer

3. Perawatan saat menjelang ajal

4. Perawatan terminal dan paliatif

Kontraindikasi live review terapi

1. Bahwa live review terapi dapat lebih menimbulkan efek menyakiti dibandingkan efekmembantu pada lansia yang memiliki peristiwa-peristiwa hidup negatif. Beberapa lansiamungkin akan menolak melakukan live review terapi, bukan karena mereka tidak mau,melainkan karena akan menjadi depresi ketika lansia melakukannya karena perasaankehilangan yang mereka alami (Colins, 2006)

2. Lansia dengan gangguan memory jangka panjang dimana akan menjadi kesulitan untukmelakukan mengingat kejadian masa lalu.

Teknik live review terapi

Teknik ini dilakukan dengan cara melibatkan orang yang dicintai karena akanmempermudah proses komunikasi. .Perawat berusaha mengkomunikasikan riwayat masalalu melalui buku memory yang dijelaskan sebagai berikut :

1. Menggunakan album foto dengan ukuran halaman yang besar sebagai media untukmeletakkan semua gambar atau dokumen dalam berbagai ukuran. Jika lansia mengalamigangguan penglihatan, maka sebisa mungkin gunakan ukuran gambar yang lebih besar agar

terlihat lebih jelas. a. Mengumpulkan album foto dari berbagai kehidupan masa lalu lansia mulai dari kecil,

dewasa hingga menua

b. Lansia mampu menyebutkan satu persatu situasi foto yang ditampilkan

c. Lansia menjelaskan situasi yang ada pada foto, seperti siapa saja yang ada didalam foto,dimana tempatnya, kapan terjadinya, serta apa yang dilakukan atau situasi yang terjadi padasaat mengambil foto tersebut.

2. Menjelaskan tentang nama bagian-bagian dari tingkatan kehidupan yang pernah dijalaniseperti :

a. Keluarga inti (informasi kelahiran, kehidupan, dan kematian mengenai ayah, ibu, kakek,nenek)

b. Tahun awal (kelahiran dari anak yang paling mudah)

Page 19: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 19/28

c. Riwayat pekerjaan (tugas anak, riwayat pekrjaan dan pensiun)

d. Bersikap ramah dan perkawinan

e. Riwayat pasangan

f. Pernikahan anak

g. Keluarga dan teman

h. Rekreasi, hobi, ketertarikan , dan liburan i. Memperingati hari keagamaan

3. Membuat narasi pada masing-masing kehidupan yang pernah dijalan lansia. Saat membuatnarasi dapat didampingi oleh yang disayangi agar lebih mudah dikomunikasikan

3.3. Gangguan konsep diri : depresi

3.3.1. Pengertian

Ada beberapa definisi depresi menurut para ahli, mari kita simak :

- Menurut Rice PL (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan

yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Padaumumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilanganharapan.

- Menurut Kusumanto (1981) depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis,yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yangmenuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerjasedikit saja, dan berkurangnya aktivitas. Depresi dapat merupakan suatu gejala, ataukumpulan gejala (sindroma).

- Menurut Kartono (2002) depresi adalah kemuraman hati (kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh; rasa inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendiri dan trauma psikis. Jika depresi itu psikotis sifatnya, maka iadisebut melankholi.

- Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa depresi adalahgangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental(berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang, muncul perasaan tidak berdaya dankehilangan harapan¸yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan,

berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangatnyata dan berkurangnya aktivitas.

3.3.2. Etiologi

Beberapa ahli juga memberikan penjelasan mengenai penyebab depresi. Menurut

Kaplan dalam Tarigan (2003) Faktor-faktor yang dihubungkan dengan penyebab dapat dibagiatas: faktor biologi, faktor genetik dan faktor psiko sosial. Dimana ketiga faktor tersebut jugadapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya

1. Faktor Biologi

Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan duaneurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Beberapa peneliti

juga menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan sistem limbiks sertaganglia basalis dan hypothalamus.

2. Faktor Genetik

Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam perkembangan gangguanmood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat, padaanak kembar monozigot adalah 50 %, sedangkan dizigot 10 – 25 %.

Page 20: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 20/28

3. Faktor Psikososial

Mungkin faktor inilah yang banyak diteliti oleh ahli psikologi. Faktor psikososial yangmemyebabkan terjadinya depresi antara lain;

a. Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan : suatu pengamatan klinik menyatakan bahwa peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering mendahului episodegangguan mood.

b. Faktor kepribadian Premorbid : Tidak ada satu kepribadian atau bentuk kepribadian yangkhusus sebagai predisposisi terhadap depresi. Semua orang dengan ciri kepribadian manapundapat mengalami depresi, walaupun tipetipe kepribadian seperti oral dependen, obsesikompulsif, histerik mempunyai risiko yang besar mengalami depresi dibandingkan denganlainnya.

c. Faktor Psikoanalitik dan Psikodinamik : Freud menyatakan suatu hubungan antarakehilangan objek dan melankoli. Ia menyatakan bahwa kemarahan pasien depresi diarahkankepada diri sendiri karena mengidentifikasikan terhadap objek yang hilang. Freud percaya

bahwa introjeksi merupakan suatu cara ego untuk melepaskan diri terhadap objek yang

hilang. depresi sebagai suatu efek yang dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yangdiarahkan kedalam dirinya. Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak hidupsesuai dengan yang dicita-citakannya, akan mengakibatkan mereka putus asa.

d. Ketidakberdayaan yang dipelajari: Didalam percobaan, dimana binatang secara berulang-ulang dihadapkan dengan kejutan listrik yang tidak dapat dihindarinya, binatang tersebutakhirnya menyerah dan tidak mencoba sama sekali untuk menghindari kejutan selanjutnya.Mereka belajar bahwa mereka tidak berdaya.

e. Teori Kognitif: Beck menunjukkan perhatian gangguan kognitif pada depresi Asikal H.S.dalam Tarigan (2003) Dia mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama pada depresi yangdisebut sebagai triad kognitif, yaitu : a) Pandangan negatif terhadap masa depan, b)Pandangan negatif terhadap diri sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh,

pemalas, tidak berharga, c) Pandangan negatif terhadap pengalaman hidup. Meyer berpendapat bahwa depresi adalah reaksi seseorang terhadap pengalaman hidup.

f. Penyebab depresi adalah faktor biologi, faktor genetik dan faktor psiko sosial. Dimana ketigafaktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

3.3.3. Manifestasi Klinis

Individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik &sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan gejala yang minim, beberapa oranglainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya gejala bervariasi pada individu dan juga bervariasidari waktu ke waktu. Berikut ini beberapa gejala dari depresi :

- Terus menerus merasa sedih, cemas, atau suasana hati yang kosong - Perasaan putus asa dan pesimis.

- Perasaan bersalah, tidak berdaya dan tidak berharga.

- Kehilangan minat atau kesenangan dalam hobi dan kegiatan yang pernah dinikmati.

- Penurunan energi dan mudah kelelahan.

- Kesuultan berkonsentrasi, mengingat, atau membuat keputusan.

- Insomnia, pagi hari terbangun, atau tidur berlebihan.

- Nafsu makan berkurang bahkan sangat berlebihan. Penurunan berat badan bahkan penambahan berat badan secara drastis.

- Selalu berpikir kematian atau bunuh diri, percobaan bunuh diri

- Gelisah dan mudah tersinggung

Page 21: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 21/28

- Terus menerus mengalami gejala fisik yang tidak respon terhadap pengobatan, seperti sakitkepala, gangguan pencernaan, dan sakit kronis

Pada umumnya gejala depresi antara lain murung, sedih berkepanjangan, sensitif,mudah marah dan tersinggung, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi danmenurunnya daya tahan.

3.3.4. Penatalaksanaan Medis

a. Terapi Medis

- Obat Anti Depresan golongan serotonin Selektif Reuptake Inhibitor (SSRI) dan Serotonin Norephinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI)

- Benzodiazepine (obat penenang)

- Alphrazolam, Lorazepam, (anti cemas)

b. Terapi Komplementer

Terapi rekreasi

Pengertian

Terapi rekreasi adalah kegiatan penyegaran kembali tubuh dan pikiran dan kegiatan yangmenggembirakan hati seperti hiburan atau piknik. Rekreasi dapat meningkatkan daya kreasimanusia dalam mencapai kesinambungan antara bekerja dan beristirahat.

Terapi rekreasi pada lansia adalah aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang bertujuan untuk membentuk serta meningkatkan kembali kesegaran fisik, mental, pikiran dandaya rekreasi (individual maupun kelompok) yang hilang akibat aktivitas rutin sehari – haridengan cara mencari kesenangan, hiburan, dan kesibukan yang berbeda. Rekreasi dapatmemberikan kepuasan serta kegembiraan yang ditujukan bagi kepuasan lahir dan batin lansia.

Teori terapi rekreasi

Terapi rekreasi yang diberikan kepada lansia akan memengaruhi kondisi fisik dan psikislansia. Secara fisik terapi rekreasi mampu membantu lansia dalam mengembalikan ataumemperbaiki kondisi fisik yang sudah lama jarang digerakkan akibat hospitalisasi yang lama.

Secara psikis terapi rekreasi akan mempengaruhi psikis lansia seperti membantumenyegarkan otak dan pikiran, membuat perasaan menjadi tenang, senang, serta nyaman.Dan demikian, lansia tidak akan merasa cemas, stress maupun depresi.

Tujuan terapi rekreasi

1. Menciptakan dan membina hubungan manusia.

2. Mempertahankan nilai – nilai budaya.

3. Menimbulkan kesenangan dan kepuasan karena dapat memenuhi rasa ingin tahu.

4. Memulihkan kesehatan jasmani dan rohani.

Indikasi terapi rekreasi

1. Lansia yang baru keluar dari rumah sakit setelah perawatan selama lebih dari 2 minggu.

2. Lansia yang sedang mengalami cemas, stress, maupun depresi.

3. Lansia yang mempunyai penyakit kronis.

Kontraindikasi terapi rekreasi

1. Lansia yang kondisinya harus tirah baring total msalnya sroke atau pasca operasi tumor otak.

2. Lansia yang mengalami demensia, ganguan jiwa, dan ketergantungan total.

Teknik terapi rekreasi

Persiapan

Page 22: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 22/28

Persiapan alat:

1. Tidak membutuhkna alat khusus untuk jenis rekreasi yang tujuannya jalan – jalan.

2. Untuk rekreasi yang bersifat olahraga dibutuhkan alat olahraga yang akan dilakukan,misalnya peralatan golf jika olahraga yang dilakukan adalah golf.

3. Untuk rekreasi yang bersifat permainan, perlu dipersiapkan alat permainan seperti permainancatur.

4. Bagi lansia yang aktivitas setiap harinya membutuhkan kacamata, tongkat, kursi roda,maupun alat bantu jalan yang lain, keluarga perlu mempersiapkan.

Persiapan lingkungan:

1. Tidak ada persiapan khusus untuk lingkungan, hanya tergantung dari tingkat rekreasi manayang akan dikunjungi.

2. Hindari lokasi yang akan menimbulkan resiko cidera bagi lansia seperti tangga,gunung atautempat yang tinggi-jangan meninggalkan lansia sendirian di tepi tangga,kolam renang ataulaut.

3. Hindari tempat yang terlalu ramai karena akan membuat pusing lansia.

4. Hindari tempat yang panas,ajak ke tempat yang suasananya sejuk. Terutama pada lansia yangmemiliki ganguuan pernafasan.

Persiapan klien:

1. Pastikan klien dalam kondisi yang sehat

2. Jangan mengajak lansia pergi rekreasi dengan paksaan sebab dapat mempengaruhi fungsidari rekreasi dan lansia tidak akan menikmati piknik.

3. Pastikan alat yang biasa di gunakan lansia selalu dibawa.

Prosedur 1. Memilih jenis rekreasi yang di inginkan lansia.

2. Memilih tujuan rekreasi yang akan dikunjungi.

3. Mempersiapakan kebutuhan yang akan diperlukan lansia.

4. Jangan lupa melihat kondisi lansia sebelum, selama perjalanan, saat di tempat tujuan, dansetelah rekreasi.

Kriteria evaluasi

1. Tanyakan apakah lansia merasa senang dan puas dengan rekreasi yang dilakukan.

2. Pastikan bahwa lansia tidak merasa cemas, stress, maupun depresi setelah perjalan rekreasitersebut.

3. Pantau kondisi lansia seperti kondisi fisik seperti lemah.

4. Pastikan lansia tidak lupa untuk menkonsumsi obat – obatan apabila sedang sakit.

5. Evaluasi apakah tempat rekreasi yang dikinjungi tadi bisa dijadikan tempat berkunjung rutinatau justru tidak cocok dikunjungi lagi.

3.4. Gangguan sistem pencernaan : gastritis

3.4.1 Pengertian

Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaituHelicobacter pylori. Tetapi factor – factor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secaraterus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis. Secarasederhana definisi gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung.

Page 23: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 23/28

Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik, karenadiagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi.

Definisi Gastritis menurut para ahli adalah :

- Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difusatau lokal. Sylvia A. Price (1995)

- Gastritis adalah suatu iritasi atau infeksi yang menjadikan dinding merah, bengkak, berdarahdan berparut. Dr. Robert B. Cooper (1996).

- Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Arif Mansjoer (1999).

- Gastritis adalah inflamasi dari lambung terutama pada mukosa gaster. Sujono Hadi (1999).

- Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembangdipenuhi bakteri. Charlene J (2001).

Klasifikasi Gastritis

Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu (David Ovedorf 2002) :

1. Gastritis akut

Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa

menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :

Gastritis Eksogen akut ( biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahankimiamisal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid , mekanis iritasi bakterial, obatanalgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapatmenyebabkan erosi mukosa lambung) ).

Gastritis Endogen akut (adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan ).

2. Gastritis Kronik

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna darilambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory). Gastritis kronik dikelompokkanlagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampumenghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan

penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi.Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe inidikaitkan dengan infeksi helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

3.4.2 Etiologi

1. Infeksi kuman Helicobacter pylori (bakteri yang tumbuh di dalam sel penghasil lendir dilapisan lambung).

Tidak ada bakteri lainnya yang dalam keadaan normal tumbuh di dalam lambung yang bersifat asam, tetapi jika lambung tidak menghasilkan asam, berbagai bakteri bisa tumbuh di

lambung. Bakteri ini bisa menyebabkan gastritis menetap atau gastritis sementara. 2. Penggunaan antibiotik

Penggunaan antibiotik untuk infeksi paru dicurigai mempengaruhi penularan kuman dikomunitas karena antibiotika tersebut mampu mengeradikasi infeksi Helicobacter pyloriwalaupun presentase keberhasilannya rendah.

3. Gangguan fungsi sistem imun

Sistem imun yang dimiliki oleh seseorang akan dapat menjadi pemacu reaksiimunologis terhadap infeksi virus atau jamur. Terdapat beberapa jenis virus yang dapatmenginfeksi mukosa lambung misalnya enteric rotavirus dan calici virus. Autoimmuneatrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang beradadalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskandinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu

Page 24: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 24/28

produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisiserius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmuneatrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.

4. Penggunaan Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid

Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxendapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang

bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekalimaka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannyadilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkangastritis.

5. Penggunaan alkohol secara berlebihan

Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dindinglambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.

6. Penggunaan kokain

Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.

7. Stress fisik

Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapatmenyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.

8. Radiasi and kemoterapi

Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer.Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapidalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapatmengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.

3.4.3 Manifestasi Klinis a. Dapat terjadi ulserasi superfisial dan mengarah pada hemoragi

b. Beberapa pasien menunjukan asimptomatik

c. Dapat terjadi kolik dan diare jika makan yang mengiritasi tidak dimuntahkan tetapi malahmencapi usus

d. Perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena.

e. Pasien biasa nya pulih kembali sekitar sehari, meskipu nafsu makan mungkin hilang selama2-3 hari

f. Nyeri disekitar ulu hati

g. Mual

h. Muntah i. Kembung

j. Anorexia

3.4.4 Penatalaksanaan Medis

Obat yang dipergunakan untuk gastritis adalah Obat yang mengandung bahan-bahanyang efektif menetralkan asam dilambung dan tidak diserap ke dalam tubuh sehingga cukupaman digunakan (sesuai anjuran pakai tentunya). Semakin banyak kadar antasida di dalamobat maag maka semakin banyak asam yang dapat dinetralkan sehingga lebih efektifmengatasi gejala sakit gastritis dengan baik.

Pengobatan gastritis tergantung pada penyebabnya. Gastritis akut akibat konsumsialkohol dan kopi berlebihan, obat-obat NSAID dan kebiasaan merokok dapat sembuh dengan

Page 25: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 25/28

menghentikan konsumsi bahan tersebut. Gastritis kronis akibat infeksi bakteri H. pylori dapatdiobati dengan terapi eradikasi H. pylori. Terapi eradikasi ini terdiri dari pemberian 2 macamantibiotik dan 1 macam penghambat produksi asam lambung, yaitu PPI (proton pumpinhibitor).

Untuk mengurangi gejala iritasi dinding lambung oleh asam lambung, penderitagastritis lazim diberi obat yang menetralkan atau mengurangi asam lambung, misalnya (MayoClinic,2007) :

1. Antasid : Obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yangumum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralkan asam lambungsehingga cepat mengobati gejala antara lain promag, mylanta, dll.

2. Penghambat asam (acid blocker) : Jika antasid tidak cukup untuk mengobati gejala, dokter biasanya meresepkan obat penghambat asam antara lain simetidin, ranitidin, atau famotidin.

3. Proton pump inhibitor (penghambat pompa proton) : Obat ini bekerja mengurangi asamlambung dengan cara menghambat pompa kecil dalam sel penghasil asam. Jenis obat yangtergolong dalam kelompok ini adalah omeprazole, lanzoprazole, esomeparazol, rabeprazole,

dll. Untuk mengatasi infeksi bakteri H. pylori, biasanya digunakan obat dari golongan penghambat pompa proton, dikombinasikan dengan antibiotika.

Terapi relaksasi nafas dalam

Menurut brunner & suddart (2002), relaksasi nafas adalah pernafasan abdomen denganfrekuensi lambat atau perlahan, berirama dan nyaman yang dilakukan dengan memejamkanmata.

Teori terapi relaksasi nafas dalam

Teknik relaksasi meliputi berbagai metode untuk perlambatan bawah tubuh dan pikiran.Meditasi, relaksasi otot progresif, latihan pernafasan, petunjuk gambar merupakan teknikrelaksasi yang sering digunakan dalam pengaturan klinis klien untuk membantu reaksi stresdan mengatur kesejahteraan secara keseluruhan.

Distraksi atau pengalihan perhatian akan menstimulasi kontrol desenden, yaitu suatusistem serabut yang barasal dari dalam otak bagian bawah dan bagian tengah dan berakhir

pada serabut interneural inhibitor dalam kornudorsalis dari medulla spinalis, yangmengakibatkan berkurangnya stimulasi nyeri yang ditransmisikan ke otak (smeltzher, 2002)

Manfaat terapi relaksasi nafas dalam

1. Lansia mendapatkan perasaan yang nyaman dan tenang

2. Mengurangi nyeri

3. Lansia tidak mengalami stress

4. Melemaskan otot untuk menurunkan ketegangan dan kejenuhan yang biasanya menyertainyeri

5. Mengurangi kecemasan yang memburuk persepsi nyeri

6. Relaksasi nafas dalam mempunyai efek distraksi atau pengalihan perhatian.

Indikasi terapi relaksasi nafas dalam

1. Lansia yang mengalami nyeri akut tingkat ringan sampai dengan sedang akibat penyakityang kooperatif

2. Lansia dengan nyeri kronis ( nyeri punggung)

3. Nyeri pasca operasi

4. Lansia yang mengalami stress

Page 26: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 26/28

Kontraindikasi terapi relaksasi nafas dalam

Terapi relaksasi nafas dalam tidak diberikan pada klien yang mengalami sesak nafas

Teknik Terapi relaksasi nafas dalam

Menurut earnest (1989), teknik terapi relaksasi nafas dalam dijabarkan sebagai berikut :

1. Klien menarik nafas dalam dan mengisi paru dengan udara, dalam tiga hitungan (hirup, dua,tiga)

2. Udara dihembuskan perlahan-lahan sambil membiarkan tubuh menjadi relaks dan nyaman.Lakukan pengitungan bersama klien (hembuskan, dua, tiga)

3. Klien bernafas beberapa kali dengan irama normal

4. Ulangi kegiatan menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Biarkan hanya kaki dantelapak kaki yang relaks. Perawat meminta klien mengonsentrasikan pikiran pada kakinyayang terasa ringan dan hangat.

5. Klien mengulangi lang ringan dan hangat.

6. Klien mengulangi langkah keempat dan mengonsentrasikan pikiran pada lengan, perut,

punggung dan kelompok otot yang lain.

7. Setelah seluruh tubuh klien merasa relaks, anjurkan untuk bernafas secara perlahan-lahan.Bila nyeri bertambah hebat, klien dapat bernafas secara dangkah keempat danmengonsentrasikan pikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot yang lain.

8. Setelah seluruh tubuh klien merasa relaks, anjurkan untuk bernafas secara perlahan-lahan.Bila nyeri bertambah hebat, klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.

Kriteria evaluasi

1. Catat skala nyeri yang dirasakan klien sesudah tindakan

2. Catat ekspresi klien sesudah tindakan

3. Catat tanda-tanda vital klien.

Page 27: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 27/28

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Terapi medis adalah meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pasien. Optimalisasiterapi medis harus aman, efektif, pemilihan terapi secara bijak dan pelayanan kesehatansecara akurat serta adanya kesepakatan antara pasien dan pemberi pelayanan berdasarkaninformasi terkini.

Terapi komplementer merupakan terapi holistis atau terapi nonbiomedis. Hasil penelitian tentang psikoneuroimunologi mengungkapkan bahwa proses interaktif padamanusia dengantubuh, pikiran, dan interaksi sosial mempengaruhi kesejahteraan seseorang.

NCCAM. Menetapkan bahwa terapi komplementer secara garis besar di dasarkan sebagaikategori terapi pikiran penghubung tubuh (mind – body terapies) sementara terapi biomedislebih banyak mempengaruhi seluruh tubuh dan berfokus pada dampak terapi terhadap

pengibatan.

4.2 Saran

Dengan adanya makalah yang kami buat ini tentang terapi medik dan terapikomlementer diharapkan pembaca atau teman-teman sejawat dapat memperoleh manfaat darimakalah yang kami buat. Jika ada pengembangan yang bermanfaat mohon untuk dilayangkan

pada penulis makalah ini karena masukan dari pembaca atau bapak/ ibu dosen sangatmendukung demi kesempurnaan makalah yang kami buat.

Page 28: komplementer-gerontik

7/18/2019 komplementer-gerontik

http://slidepdf.com/reader/full/komplementer-gerontik-56d6311cc3fd3 28/28

DAFTAR PUSTAKA

Kusumanto, R., Iskandar, Y., 1981. Depresi, Suatu problema Diagnosa dan Terapi pada praktekumum. Jakarta: Yayasan Dharma Graha

Kartono, Kartini. 2002. Patologi Sosial 3, Gangguan-gangguan Kejiwaan. Jakarta: Rajawali Pers.

Martono, Hadi dan Kris Pranarka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu KesehatanUsia Lanjut).Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. J akarta :Salemba Medika

Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika

Maslim, Rusdi. 2001. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik . Jakarta: Bagian IlmuKedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

Pudjiastuti, Sri Surini dan Budi Utomo. 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta : EGC

Setyoadi, Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas keperawatan pada klien psikogeriatik . Jakarta :Salemba medika

Stockslager, Jaime L. 2007. Buku Saku Asuhan Keparawatan Geriatrik. Edisi II. Jakarta : EGC

Tarigan, C., Julita 2003. Perbedaan Depresi Pada Pasien Dispepsia Fungsional dan DispepsiaOrganik . Diakses dalam http://www.usu.go.id.

Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia . Jakarta : EGC