kompetensi akuntan forensik

12
ATRIBUT, STANDAR, DAN KODE ETIK AKUNTANSI FORENSIK Atribut Howard R. Davia memberi lima nasehat kepada seorang auditor pemula dalam melaksanakan investigasi terhadap fraud yaitu : 1. Hindari pengumpulan fakta dan data yang berlebihan secara prematur. 2. Fraud auditor harus mampu membuktikan niat pelaku melakukan kecurangan (perpetrator intent to commit fraud). 3. Kreatiflah, berpikir seperti pelaku kejahatan, jangan mudah ditebak dalam hal arah pemeriksaan, penyelidikan, atau investigasi yang dilakukan (be creative, think like a perpetrator, do not be predictable) 4. Auditor harus tahu bahwa banyak kecurangan dilakukan dengan persekongkolan. 5. Dalam memilih proactive fraud detection strategy (strategi untuk menemukan kecurangan dalam investigasi proaktif), si auditor harus mempertimbangkan apakah kecurangan dilakukan di dalam pembukuan atau di luar pembukuan. Nasehat Davia mengenai pelaksanaan investigasi fraud oleh auditor pemula dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Dari awal upayakan “menduga” siapa pelaku. 2. Fokus pada pengumpulanbukti untuk proses pengadilan. 3. Kreatif dalam menerapkan teknik investigasi, berpikir seperti penjahat, jangan mudah ditebak. 4. (kalau sistem pengendalian intern sudah baik), fraud hanya bisa terjadi karena persekongkolan, investigator harus memiliki indera atau intuisi yang tajam untuk merumuskan “teori mengenai persekongkolan”; ini adalah sebagai bagian dari “teori mengenai fraud”. 5. Kenali pola fraud. Ini memungkinkan investigator menerapkan teknik investigasi yang sukses. Karakteristik Seorang Pemeriksa Fraud Berdasarkan Association of Certified Fraud Examiners, pemeriksa fraud harus memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Pemeriksa fraud harus memiliki kemampuan yang unik di samping keahlian teknisnya seperti kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara fair, tidak memihak, sahih (mengikuti ketentuan

description

kompetensi akuntan forensik

Transcript of kompetensi akuntan forensik

Page 1: kompetensi akuntan forensik

ATRIBUT, STANDAR, DAN KODE ETIK AKUNTANSI FORENSIK

AtributHoward R. Davia memberi lima nasehat kepada seorang auditor pemula dalam

melaksanakan investigasi terhadap fraud yaitu :1. Hindari pengumpulan fakta dan data yang berlebihan secara prematur.2. Fraud auditor harus mampu membuktikan niat pelaku melakukan kecurangan

(perpetrator intent to commit fraud).3. Kreatiflah, berpikir seperti pelaku kejahatan, jangan mudah ditebak dalam hal arah

pemeriksaan, penyelidikan, atau investigasi yang dilakukan (be creative, think like a perpetrator, do not be predictable)

4. Auditor harus tahu bahwa banyak kecurangan dilakukan dengan persekongkolan.5. Dalam memilih proactive fraud detection strategy (strategi untuk menemukan

kecurangan dalam investigasi proaktif), si auditor harus mempertimbangkan apakah kecurangan dilakukan di dalam pembukuan atau di luar pembukuan.

Nasehat Davia mengenai pelaksanaan investigasi fraud oleh auditor pemula dapat dirumuskan sebagai berikut :1. Dari awal upayakan “menduga” siapa pelaku.2. Fokus pada pengumpulanbukti untuk proses pengadilan.3. Kreatif dalam menerapkan teknik investigasi, berpikir seperti penjahat, jangan

mudah ditebak.4. (kalau sistem pengendalian intern sudah baik), fraud hanya bisa terjadi karena

persekongkolan, investigator harus memiliki indera atau intuisi yang tajam untuk merumuskan “teori mengenai persekongkolan”; ini adalah sebagai bagian dari “teori mengenai fraud”.

5. Kenali pola fraud. Ini memungkinkan investigator menerapkan teknik investigasi yang sukses.

Karakteristik Seorang Pemeriksa FraudBerdasarkan Association of Certified Fraud Examiners, pemeriksa fraud harus

memiliki karakteristik sebagai berikut :1. Pemeriksa fraud harus memiliki kemampuan yang unik di samping keahlian

teknisnya seperti kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara fair, tidak memihak, sahih (mengikuti ketentuan perundang-undangan), akurat, serta mampu melaporkan fakta-fakta itu secara akurat dan lengkap.

2. Pemeriksa harus memiliki kemampuan untuk menumbuhkan kepercayaan pada diri orang lain sehingga tujuan spesifik yakni mendapat informasi dapat tercapai. Hal tersebut juga diperlukan karena pemeriksa fraud berurusan dengan segala macam jenis manusia dari berbagai latar belakang. Idealnya, pemeriksa harus mempunyai kepribadian yang menarik dan memotivasi orang lain untuk membantunya.

3. Karena setiap orang itu “unik” (tiada duanya), maka pemeriksa fraud harus mampu berkomunikasi dalam “bahasa” mereka.

4. Pemeriksa fraud harus mempunyai kemampuan teknis untuk mengerti konsep-konsep keuangan, dan kemampuan untuk menarik kesimpulan terhadapnya.

Kualitas Akuntan ForensikBerdasarkan jawaban kuesioner yang dibagikan oleh Robert J. Lindquist,

kualitas yang harus dimiliki seorang akuntan forensik antara lain :

Page 2: kompetensi akuntan forensik

KreatifKemampuan untuk melihat sesuatu yang orang lain menganggap situasi bisnis yang normal dan mempertimbangkan interpreatsi lain, yakni bahwa itu tidak perlu merupakan situasi bisnis yang normal.

Rasa ingin tahuKeinginan untuk menemukan apa yang sesungguhnya terjadi dalam rangkaian peristiwa dan situasi.

Tak menyerahKemampuan untuk maju terus pandang mundur walaupun fakta (seolah-olah) tidak mendukung dan ketika dokumen dan informasi sulit diperoleh.

Akal sehatKemampuan untuk mempertahankan perspektif dunia nyata.

Business senseKemampuan untuk memahami bagaimana bisnis sesungguhnya berjalan dan bukan sekedar memahami bagaimana transaksi dicatat.

Percaya diriKemampuan untuk mempercayai diri dan temuan kita sehingga kita dapat bertahan di bawah cross examination (pertanyaan silang dari jaksa penuntut umum dan pembela).

Standar K.H. Spencer Pickett dan Jennifer Pickett merumuskan beberapa standar untuk

mereka yang melaksanakan investuagasi terhadap fraud. Konteks yang mereka rujuk adalah investigasi atas fraud yang dilakukan oleh pegawai perusahaan. Standar tersebut antara lain :Standar 1 : Seluruh investigasi harus dilandasi praktek terbaik yang diakui

(accepted best practice).Dalam istilah ini tersirat dua hal yaitu adanya upaya membandingkan antara praktek-praktek yang ada dengan merujuk kepada yang terbaik saat itu (benchmarking) dan upaya benchmarking dilakukan terus menerus mencari solusi terbaik.

Standar 2 : Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian (due care) sehingga bukti-bukti tadi dapat diterima di pengadilan.

Standar 3 : Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan diindeks, dan jejak audit tersedia.Dokumentasi ini diperlukan sebagai referensi apabila ada penyelidikan di kemdian hari untuk memastikan bahwa investigasi sudah dilakukan dengan benar dan juga membantu perusahaan dalam upaya perbaikan cara-cara investigasi sehingga accepted best practice dapat dilaksanakan.

Standar 4 : Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak asasi pegawai dan senatiasa menghormatinya.Apabila investigasi dilakukan dengan cara yang melanggar hak asasi pegawai yang bersangkutan dapat membuat perusahaan dan investigator dituntut.

Standar 5 : Beban pembuktian ada pada yang “menduga” pegawainya melakukan kecurangan dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut baik dalam kasus hukum administratif maupun hukum pidana.

Page 3: kompetensi akuntan forensik

Di Indonesia, terdapat tindak pidana di mana beban pembuktian terbalik dimungkinkan yang membuat jaksa penuntut umum harus mengajukan sedikitnya dua alat bukti yang memberikan keyakinan kepada hakim.

Standar 6 : Cakup seluruh substansi investigasi dan “kuasai” seluruh target yang sangat kritis ditinjau dari segi waktu.Sejak investigator memulai investigasinya, ia harus menentukan cakupan mengenai hal-hal yang esensial dalam tugasnya.

Standar 7 : Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan, pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak ketiga, pengamanan menganai hal-hal yang bersifat rahasia, ikuti tata cara atau protokol, dokumentasi dan penyelenggaraan catatan, keterlibatan polisi, kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai pelaporan.

Kode EtikKode etik berisi nilai-nilai luhur yang amat penting bagi eksistensi profesi.

Profesi bisa eksis karena ada integritas (sikap jujur walaupun tidak diketahui orang lain), rasa hormat dan kehormatan, dan nilai-nilai luhur lainnya yang menciptakan rasa percaya dari pengguna dan stakeholders lainnya.

Seorang ahli hukum berkebangsaan Inggris, Lord (John Fletcher) Moulton membedakan tiga wilayah tingkat manusia yaitu :1. Wilayah hukum positif, di mana orang patuh karena ada hukum dan hukuman untuk

ketidakpatuhan.2. Wilayah kebebasan memilih, di mana orang mempunyai kebebasan penuh untuk

menentukan sikapnya.3. Wilayah yang ketiga merupakan wilayah yang berada di tengah-tengah kedua

wilayah yang telah disebutkan sebelumnya atau disebut Lord Moulton sebagai kesopansantunan

Menurut Moulton, yang menentukan kebesaran suatu bangsa adalah berapa besarnya kepatuhan bangsa itu akan hal-hal yang tidak dapat dipaksakan kepadanya (namun mengandung nilai-nilai yang luhur) atau dengan kata lain kebesaran suatu bangsa ditentukan oleh kepatuhannya akan ethics. Berikut adalah contoh suatu kode etik yang dalam hal ini berlaku di dalam KPK/ Komisi Pemberantasan Korupsi (sebagian dari kode etik) :(1) Nilai-nilai dasar pribadi sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dilaksanakan dalam

bentuk sikap, tindakan, dan perilaku Pimpinan KPK.(2) Pimpinan KPK wajib menjaga kewenangan luar bisa yang dimilikinya demi

martabat KPK dan martabat pimpinan KPK dengan perilaku, tindakan, sikap, dan ucapan sebagaimana dirumuskan dalam Kode Etik.

(3) Kode Etik diterapkan tanpa toleransi sedikit pun atas penyimpangannya (zero tolerance) dan mengandung sanksi tegas bagi mereka yang melanggarnya.

(4) Perubahan atas Kode Etik Pimpinan KPK menurut keputusan ini akan segera dilakukan berdasarkan tanggapan dan masukan dari masyarakat yang ditetapkan oleh Pimpinan KPK.

Terdapat dua hal yang menarik dari Kode Etik di atas yaitu pimpinan KPK menetapkan kode etik bagi mereka sendiri yakni pimpinan KPK memulai dari diri mereka sendiri dan bukan dari karyawan mereka dan yang kedua adalah kode etik tersebut sejalan dengan temuan IRS terhadap orang Amerika yang berlatar belakang etnis Asia.

Page 4: kompetensi akuntan forensik

Dalam pelaksanaan kode etik, tidak cukup hanya dengan memiliki dokumen mengenai Standar dan Kode Etik, diperlukan pula penegakan yang tegas dan konsisten sehingga kredibilitas profesi tidak diragukan. Mempunyai dokumen mengenai Standar dan Kode Etik sendiri hanya merupakan langkah awal yang baik untuk memulai pelaksanaan kode etik tersebut.

Pengertian Akuntansi ForensikForensik, menurut Merriam Webster’s Collegiate Dictionary (edisi ke 10) dapat diartikan ”berkenaan dengan pengadialan” atau ”berkenaan dengan penerapan pengetahuan ilmiah pada masalah hukum”. Oleh karena itu akuntasi forensik dapat diartikan penggunaaan ilmu akuntansi untuk kepentingan hukum.Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting (JFA), mengatakan secara sederhana, akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat (cocok) untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan judicial atau administratif”.Bologna dan Liquist (1995) mendefinisikan akuntansi forensik sebagai aplikasi kecakapan finansial dan sebuah mentalitas penyelidikan terhadap isu-isu yang tak terpecahkan, yang dijalankan di dalam konteks rules of evidence. Sedangkan Hopwood, Leiner, & Young (2008) mendefinisikan Akuntansi Forensik adalah aplikasi keterampilan investigasi dan analitik yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah keuangan melalui cara-cara yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pengadilan atau hukum. Dengan demikian investigasi dan analisis yang dilakukan harus sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pengadilan atau hukum yang memiliki yurisdiksi yang kuat.Hopwood, Leiner, & Young (2008), menyatakan bahwa Akuntan Forensik adalah Akuntan yang menjalankan kegiatan evaluasi dan penyelidikan, dari hasil tersebut dapat digunakan di dalam pengadilan hukum. Meskipun demikian Akuntan forensik juga mempraktekkan keahlian khusus dalam bidang akuntansi, auditing, keuangan, metode-metode kuantitatif, bidang-bidang tertentu dalam hukum, penelitian, dan keterampilan investigatif dalam mengumpulkan bukti, menganalisis, dan mengevaluasi materi bukti dan menginterpretasi serta mengkomunikasikan hasil dari temuan tersebut.

Keahlian Akuntansi ForensikHarris & Brown (2000) bahwa Akuntan forensik mempelajari hal-hal yang positif bagi perusahaan saat terjadi merger atau akuisisi dan memastikan bahwa seorang pembeli telah memahami tentang situasi dan nilai keuangan perusahaan target. Akuntan forensik sering memanfaatkan keahlian akuntansinya dalam litigasi. Selanjutnya, hasil penelitian tersebut dibatasi pada pembahasan (a) penghitungan kerugian dalam kasus-kasus seperti cidera yang diderita oleh seseorang, liabilitas produk, sengketa kontrak, dan kekayaan intelektual dan (b) pengungkapan aset-aset yang tersembunyi dalam kasus hukum perkawinan yang kompleks.Jenis-jenis jasa ini dapat meningkat pada saat akuntan forensik diundang untuk bertindak sebagai saksi ahli (Durtschi, 2003; Messmer, 2004; Peterson & Reider, 2001; Ramasway, 2005). Dengan hal demikian Perusahaan menugaskan akuntan forensik untuk menjadi pengawas dalam evaluasi terhadap transaksi bisnis yang potensial bagi perusahaan tersebut.

Page 5: kompetensi akuntan forensik

Akuntan forensik saat ini menggunakan keahlian yang unik dalam menjalankan tugas-tugas seperti menentukan apakah sebuah perusahaan telah melakukan mis-interpretasi terhadap catatan laporan keuangan, apakah telah terjadi fraud atas inventaris dan modal yang dimiliki oleh perusahaan, dan apakah telah terjadi laporan keuangan yang berlebih-lebihan pada sebuah perusahaan (Harris & Brown, 2000; Messmer, 2004). Dengan demikian keahlian seorang akuntan forensik digunakan dalam menyelidiki fraud yang terjadi di perusahaan maupun di pemerintahanBrooks, Riley, & Thomas; Kahan (2005) dalam penelitiannya menggunakan informasi keuangan dengan volume sangat besar dan kompleks, biasanya permasalahan ini akan menyita sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan di dalam menyelidikinya. Oleh karena itu banyak kejahatan yang sulit untuk diidentifikasi karena pelaku menjalankan aksinya melalui serangkaian transaksi yang kompleks.Lebih lanjut mengatakan bahwa data menunjukkan bahwa sebagian besar tindak kecurangan terbongkar karena tip off dan ketidaksengajaan (accident). Agar dapat membongkar terjadinya fraud (kecurangan) maka seorang akuntan forensik harus mempunyai pengetahuan dasar akuntansi dan audit yang kuat, pengenalan perilaku manusia dan organisasi (human dan organization behaviour), pengetahuan tentang aspek yang mendorong terjadinya kecurangan (incentive, pressure, attitudes, rationalization, opportunities) pengetahuan tentang hukum dan peraturan (standar bukti keuangan dan bukti hukum), pengetahuan tentang kriminologi dan viktimologi (profiling) pemahaman terhadap pengendalian internal, dan kemampuan berpikir seperti pencuri (think as a theft).Hopwood, Leiner, & Young (2008), menyatakan bahwa Akuntan forensik sebaiknya menguasai keterampilan dalam banyak bidang. Beberapa akuntan forensik, sudah barang tentu, mengkhususkan diri pada bidang-bidang tertentu seperti teknologi informasi. Akan tetapi, semua akuntan forensik yang telah terlatih sekurang-kurangnya memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan dalam bidang-bidang berikut ini:

1. Keterampilan auditing merupakan hal terpenting bagi akuntan forensik karena adanya sifat pengumpulan-informasi dan verifikasi yang terdapat pada akuntansi forensik. Akuntan forensik yang terampil harus mampu mengumpulkan dan mengkaji informasi apapun yang relevan sehingga kasus-kasus yang mereka tangani akan didukung secara positif oleh pihak pengadilan.

2. Pengetahuan dan keterampilan investigasi, misalnya taktik-taktik surveillance dan keterampilan wawancara dan interogasi, membantu akuntan forensik untuk melangkah di luar keterampilan mereka di dalam mengaudit aspek-aspek forensik baik aspek legal maupun aspek finansial.

3. Kriminologi, khususnya studi psikologi tindak kejahatan, adalah penting bagi akuntan forensik karena keterampilan investigasi yang efektif sering bergantung pada pengetahuan tentang motif dan insentif yang dialami oleh perpetrator.

4. Pengetahuan akuntansi membantu akuntan forensik untuk menganalisis dan menginterpretasi informasi keuangan yang dibutuhkan untuk membangun sebuah kasus di dalam investigasi keuangan, apakah itu dalam kasus kebangkrutan, operasi pencucian uang, atau skema-skema penyelewangan lainnya. Hal ini meliputi pengetahuan tentang pengendalian internal yang baik seperti yang terkait dengan kepemimpinan perusahaan (corporate governance).

5. Pengetahuan tentang hukum sangat penting untuk menentukan keberhasilan akuntan forensik. Pengetahuan tentang prosedur hukum dan pengadilan mempermudah akuntan forensik untuk mengidentifikasi jenis bukti yang

Page 6: kompetensi akuntan forensik

diperlukan untuk memenuhi standar hukum yurisdiksi di mana kasus akan dinilai dan menjaga bukti melalui cara-cara yang memenuhi kriteria pengadilan.

6. Pengetahuan dan keterampilan bidang Teknologi informasi (TI) menjadi sarana yang penting bagi akuntan forensik di tengah dunia yang dipenuhi oleh kejahatan-kejahatan dunia maya. Pada taraf yang minimum, akuntan forensik harus mengetahui poin di mana mereka harus menghubungi seorang ahli bidang piranti keras (hardware) atau piranti lunak (software) komputer. Akuntan forensik menggunakan keterampilan teknologi untuk mengkarantina data, ekstraksi data melalui penggalian data, mendesain dan menjalankan pengendalian atas manipulasi data, menghimpun informasi database untuk perbandingan, dan menganalisis data.

7. Keterampilan berkomunikasi juga dibutuhkan oleh akuntan forensik untuk memastikan bahwa hasil penyelidikan/analisis mereka dapat dipahami secara benar dan jelas oleh pengguna jasanya.

Ramaswamy (2005) mengungkapkan inti pengetahuan seorang akuntan forensik untuk menjadi ahli akuntan forensik selalu memerlukan peningkatkan jumlah keahlian dan kompetensi dalam menemukan penipuan. Berikut adalah terdapat beberapa keahlian yang berguna untuk akuntan forensik:

1. Sebuah pengetahuan yang mendalam tentang laporan keuangan, dan kemampuan untuk menganalisa kritis mereka. Keterampilan ini membantu akuntan forensik menemukan pola abnormal dalam informasi akuntansi dan mengenali sumber mereka.

2. Sebuah ketelitian tentang pemahaman skema penipuan, namun tidak terbatas pada pengelapan aset termasuk, pencucian uang, penyuapan dan korupsi.

3. Kemampuan untuk memahami sistem pengendalian internal perusahaan, dan untuk membuat sebuah sistem kontrol yang menilai risiko, manajemen mencapai tujuan, memberitahu karyawan mereka kontrol tanggung jawab, dan memantau kualitas program sehingga koreksi dan perubahan dapat dibuat.

4. Keahlian di ilmu komputer dan sistem jaringan. Keterampilan ini membantu akuntan forensik melakukan penyelidikan di era e-banking dan sistem komputerisasi akuntansi.

5. Pengetahuan tentang psikologi, dalam rangka untuk memahami impulses dibalik perilaku kriminal dan menyiapkan program pencegahan penipuan yang mendorong dan memotivasi karyawan.

6. Interpersonal dan kemampuan komunikasi, yang membantu dalam penyebaran informasi tentang kebijakan etis perusahaan dan membantu akuntan forensik melakukan wawancara dan diperlukan memperoleh informasi yang sangat penting.

7. Pengetahuan ketelitian dari kebijakan pemerintahan dan undang-undang yang mengatur kebijakan perusahaan tersebut.

8. Perintah hukum pidana dan perdata, serta dari sistem hukum dan prosedur pengadilan.

James (2008) sebagai dasar penelitian dengan menggunakan 9 (sembilan) item kompentensi keahlian akuntansi forensic yang digunakan dalam penilaian perbedaan persepsi dari pihak Akademisi akuntansi, Praktisi akuntansi, dan pengguna jasa Akuntan forensik yaitu :

Page 7: kompetensi akuntan forensik

1. Keahlian yang penting bagi seorang akuntan forensik adalah analisis deduktif: kemampuan untuk menganalisis kejanggalan yang terjadi dalam laporan keuangan, yakni kejadian yang tidak sesuai dengan kondisi yang wajar.

2. Keahlian yang penting bagi seorang akuntan forensik adalah pemikiran yang kritis: kemampuan untuk membedakan antara opini dan fakta.

3. Keahlian yang penting bagi seorang akuntan forensik adalah pemecahan masalah yang tidak terstruktur: kemampuan untuk melakukan pendekatan terhadap masing-masing situasi (khususnya situasi yang tidak wajar) melalui pendekatan yang tidak terstruktur.

4. Keahlian yang penting bagi seorang akuntan forensik adalah fleksibilitas penyidikan: kemampuan untuk melakukan audit di luar ketentuan/prosedur yang berlaku.

5. Keahlian yang penting bagi seorang akuntan forensik adalah keahlian analitik: kemampuan untuk memeriksa apa yang seharusnya ada (yang seharusnya tersedia) bukan apa yang telah ada (yang telah tersedia).

6. Keahlian yang penting bagi seorang akuntan forensik adalah komunikasi lisan: kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif secara lisan melalui kesaksian ahli dan penjelasan umum tentang dasar-dasar opini.

7. Keahlian yang penting bagi seorang akuntan forensik adalah komunikasi tertulis: kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan tulisan melalui laporan, bagan, gambar, dan jadwal tentang dasar-dasar opini.

8. Keahlian yang penting bagi seorang akuntan forensik adalah pengetahuan tentang hokum: kemampuan untuk memahami proses-proses hokum dasar dan isu-isu hukum termasuk ketentuan bukti (rules of evidence).

9. Keahlian yang penting bagi seorang akuntan forensik adalah composure: kemampuan untuk menjaga sikap untuk tetap tenang meskipun dalam situasi tertekan.

Dengan demikian (9) Sembilan kompetensi yang digunakan oleh penelitian tersebut diatas bersumber dari penjabaran atau perluasan dari beberapa pengetahuan dan keterampilan yang di ungkapkan Ramaswamy (2005) dan dalam buku karya Hopwood, Leiner, & Young (2008)Kualifikasi yang harus dimiliki seorang akuntan forensik menurut Robert J. Lindquist yang dikutip Theodorus M. Tuanakotta dalam Akuntansi Forensik dan Audit Investgatif, 2006 diantaranya

1. Kreatif-kemampuan untuk melihat sesuatu yang orang lain menganggap situasi bisnis yang normal dan mempertimbangkan insterpretasi lain

2. Rasa ingin tahu – keingin tahu untuk menemukan apa yang sesungguhnya terjadi dalam serangkaian peristiwadan situasi

3. Tak menyerah – kemampuan untuk maju terus pantang mundur walaupun fakta tidak mendukung

4. Akal sehat – kemampuan untuk mempertahankan persfektif dunia nyata, 5. Business sense – kemampuan untuk memahami bisnis sesungguhnya berjalan

dan bukan sekedar memahami bagaimana transaksi dicatat. 6. Percaya diri – kemampuan untuk mempercayai diri dan temuan kita sehingga

kita dapat bertahan di bawah cross examination (pertanyaan silang dari jaksa penuntut umum dan pembela)