kolesteatom kanalis eksterna
-
Upload
amelia-cassandra-chatab -
Category
Documents
-
view
23 -
download
1
description
Transcript of kolesteatom kanalis eksterna
KOLESTEATOMA EKSTERNA
1.Definisi
Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).
Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar. Istilah
kolesteatoma mulai diperkenalkan oleh Johanes Muller pada tahun 1983 karena disangka
kolesteatoma merupakan suatu tumor, yang ternyata bukan. Beberapa istilah lain yang
diperkenalkan oleh para ahli antara lain adalah : keratoma (Schucknecht), squamous
epiteliosis (Birrel,1958), kolesteatosis (Birrel,1958), epidermoid kolesteatoma
(Friedman,1959), kista epidermoid (Ferlito,1970), epidermosis (Sumarkin,1988).1
Kolesteatoma pada meatus akustikus eksternus (MAE) merupakan keadaan patologi yang
sangat jarang terjadi. Kebanyakan literatur menggambarkan kasus sekunder, dengan beberapa
laporan dari kolesteatoma primer. Hal ini ditandai dengan erosi dari bagian tulang MAE yang
disebabkan proliferasi dari jaringan skuamosa yang berdekatan. Deskripsi awal mengenai
kolesteatoma kanalis auditorius eksternal diperkenalkan oleh Toynbee pada tahun 1850,
tetapi definisi yang tepat dari penyakit ini dipaparkan oleh Piepergerdes et al pada tahun
1980, ketika telah ditemukan perbedaan antara kolesteatoma kanalis auditorius eksternal
dengan keratosis obturans. Kolesteatoma didefinisikan sebagai akumulasi dari keratin
yang diproduksi oleh pengelupasan kulit kanalis auditorius eksternal. Di sisi lain,
kolesteatoma kanalis auditorius eksternal ini ditandai oleh erosi tulang sebagian dari kanalis
auditorius eksternal dari jaringan skuamosa yang berdekatan. Diagnosis diferensial juga harus
mencakup neoplasma, dan otitis eksternal maligna. Gejala klinis umumnya ditandai dengan
otalgia, otore sporadis dan pruritus pada kanalis auditorius eksternal. Terjadinya penurunan
pendengaran dapat disebabkan oleh terhalangnya kanalis auditorius eksternal oleh puing-
puing keratin. Perubahan dari membran timpani bukan bagian dari klinis.2
2.Epidemiologi
Kolesteatoma eksterna merupakan kondisi yang langka dengan angka kejadian
diperkirakan 1,2 kasus primer per 1.000 pasien dengan penyakit pada telinga. Vrabec dan
Chaljub memperkirakan peningkatan menjadi 1,7 per 1.000 pasien. Penelitian yang dilakukan
oleh Owen, Jorn dan Michael pada pasien dengan penyakit telinga pada tahun 1979 sampai
2005 mendapatkan angka yang lebih tinggi yakni 3,7 kasus per 1.000 pasien, sedangkan
kejadian dari semua kasus adalah 7,1 per 1.000 pasien. Namun, yang terakhir ini cocok
dengan Vrabec dan Chaljub, yang menemukan kejadian total 1 dari 200, atau 5 kasus per
1.000 pasien. Angka kejadian dari penelitian tersebut adalah 0,15 untuk kasus primer,
sementara 0,30 untuk semua kasus per tahun per 100.000 penduduk dalam perbandingan
tingkat kejadian kolesteatoma telinga tengah adalah sekitar 9,2 per 100.000 per tahun.3
3.Anatomi
Kanalis auditorius eksternal memiliki keunikan dengan lapisan epitel skuamos
berkeratinnya, dimana epitel tersebut tidak berpenetrasi ke permukaan kulit. Fakta inilah,
yang menyebabkan kolesteatoma dapat terjadi. Secara embriologi, kanalis auditorius eksterna
berasal dari celah bronkial pertama, dan merupakan invaginasi dari permukaan eksternal
wajah yang bertemu dengan turunan kantong pharingeal pertama, celah telinga tengah,
daerah membran timpani (membran timpani tersusun dari lapisan ektodermal luar, lapisan
mesodermal tengah fibrosa, dan lapisan endodermal mukosa dalam).4
Gambar 1. Embriologi telinga4
Telinga tengah/middle ear (ME) dibentuk dari kantong pharingeal pertama sedangkan
kanalis eksternal/ external auditori canal (EAC) dibangun dari celah pharingeal
pertama. (TM) Membran timpani merupakan tempat dimana struktur-struktur
tersebut bertemu dan terdiri dari 3 lapisan : endoderm (pink), mesoderm (hitam),
ektoderm (biru).
Anatomi meatus eksterna tidak kompleks. Kanalis auditorius eksterna terdiri dari pars
osseus pada 2/3 bagian medial dan pars kartilagenus di 1/3 bagian lateral. Pars osseus disusun
oleh tulang timpani yang berbentuk kaki kuda dan pada bagian superiornya terdapat celah
yang disebut notch of rivinus. Akhir anterosuperior tulang timpani terdiri dari sutura
timpanoskuamos dan akhir posterosuperiornya disusun oleh sutura timpanomastoid. Pars
kartilagenus kanalis auditorius disusun oleh meatus itu sendiri. Penghubung antara osseus dan
kartilagenus adalah bagian terpendek dari kanalis auditorius eksterna dan disinilah tempat
dimana serumen sering terperangkap. Kartilago yang menyusun meatus eksterna berbeda
dengan kartilago aurikula. Pada bagian anterosuperior pars kartilagenus, terdapat celah pada
insicura, yakni daerah antara helik dan tragus. Pada bagian inferior, kartilago menjadi lebih
tebal. Tragus dan antitragus berada pada posisi jam 6 pada meatus.4
Gambar 2. Pars Kartilagenus kanalis auditorius eksternal dextra4
Antiheliks(aH), Cavum konka(Cav), Heliks(H), Tragus(T), Antitragus (AT)
Gambar 3. Skema tulang temporal kanan4
Tulang timpani membentuk tulang kanalis auditoris eksternal, tulang ini berbentuk
kaki kuda dengan bagian superiornya terdapat celah atau disebut notch of rivinus (R).
Timpanomastoid (TM), Timpanoskuamos (TS)
Kulit yang menutupi kartilago kanalis auditorius cenderung tebal dan mengandung
kelenjar apokrin yang memproduksi serumen. Kulit yang menutupi tulang mastoid sangat
tipis, tidak ada bantalan dan kelenjar dan sangat sensitif terhadap nyeri dan tekanan. Kulit
yang menutupi notch rivinus suprior, antara dua garis sutura, lebih longgar dan hampir sama
dengan vaskular strip karena memiliki suplai darahnya sendiri. Kulit kanalis auditorius
eksterna yang ketat berbeda dengan epitel pada pars tensa membran timpani. Kulit vaskular
strip berbeda dengan pars flasid dan kulit pada manubrium sampai ke umbo.4
Gambar 4. Vaskular strip4
Vaskular strip adalah kulit yang longgar terdapat pada bagian superior kanalis
auditori, terletak antara sutura timpanimastoid dan timpanoskuamos. Heliks (H), Va
(Vaskular strip), Tragus (T), Anti tragus (aT), Membran timpani (TM)
4. Histologi
Secara makroskopik, kolesteatoma muncul sebagai lesi mutiara abu-abu atau kuning.
Namun, jika disertai oleh jaringan granulasi, tampilannya menjadi materi lunak, dan berubah
warna oleh perubahan inflamasi. Secara histologi, kista kolesteatoma tampil sebagai sel
skuamosa matriks eksternal dibentuk oleh epitel skuamosa bertingkat keratin yang mirip
dengan jaringan epidermis di tempat lain.5 Kolesteatoma terdiri dari matrik (epitel),
perimatrik (jaringan ikat sub-epitel), dan bagian kistik (keratin lamela). Kolesteatoma dapat
dianggap sebagai gangguan pertumbuhan sel yang melibatkan komponen seluler dan
ekstraseluler. Pertumbuhannya membutuhkan angiogenesis dalam perimatrix jaringan ikat,
dan zat dalam kaskade penyembuhan yang memainkan peran penting dalam pertumbuhan
dan perkembangannya.6
Menurut deskripsi dalam literatur, kolesteatoma bila dilihat melalui mikroskop cahaya
memiliki formasi kistik yang ditutup oleh keratin, epitel skuamosa bertingkat, yang disebut
matriks. Matriks tersebut dilapisi jaringan ikat padat yang memiliki ketebalan yang bervariasi
yang kemudian disebut perimatrix. Sering kali perimatrix memiliki limfosit-plasmocytic dan
atau jaringan granulasi. Isi kistik terdiri dari lamel keratin. Lapisan kolesteatoma (matriks)
mungkin sulit dibedakan dengan mukosa skuamosa (epitel skuamosa bertingkat seperti
yang ditemukan di mulut, vagina dan kerongkongan) dan kulit, yang berbeda ialah pada
mukosa tersebut memiliki adneksa kulit (rambut dan kelenjar).6
Gambar 5. Histologi Kolesteatoma6
A. Perimatrik, B. Matrik, C. Bagian kistik
Matriks menghasilkan keratin lamella melimpah, yang terkelupas dan tertarik ke dalam
kista. Matriks ini biasanya disertai dengan komponen eksternal yang berdekatan yang
mengandung serat kolagen dan elastin, campuran sel inflamasi, jaringan granulasi, dan vena
yang baru terbentuk disebut "perimatrix." Fragmen tulang adalah yang paling sering
ditemukan dalam perimatrix tersebut.5 Dalam studi yang dilakukan oleh Paludetti et al,
perimatrik terdiri dari jaringan granulasi atau jaringan ikat subepitel yang meradang. Menurut
Milewski et al, pertumbuhan kolesteatoma memerlukan angiogenesis pada jaringan ikat
perimatrix, dan zat-zat dari kaskade memiliki peranan penting dalam pengembangan dan
pertumbuhan kolesteatoma. Proses ini akan melibatkan faktor pertumbuhan b fibroblastik (b-
FGF), yang menurut beberapa penulis, bisa merangsang kolagenase. Mereka juga
menyatakan bahwa peradangan yang persisten akan menyebabkan proses permanen pada
perimatriks, proliferasi fibroblas (jaringan granulasi) dan epitel (matriks). Ferlito et al
menjelaskan perimatrix sebagai bagian yang paling perifer dari kolesteatoma, yang terdiri
dari jaringan granulasi atau inflamasi jaringan ikat subepitel, dengan limfosit, hystiocyt dan
neutrofil. Sprekelsen et al menyatakan bahwa matriks dan perimatrix, pada jaringan normal
atau patologis, terbentuk oleh kolagen tipe IV, tenascin, fibronektin, b-FGF dan
metalloproteinase (MMP) sebagai enzim proteolitik. Menurut Jacob et al, proliferasi matriks
kolesteatoma merupakan hasil dari proses peradangan, menunjukkan bahwa perimatrix
menjadi faktor utama pada perkembangan kolesteatoma.6
Beberapa penelitian melaporkan asam deoksiribonukleat aneuploidi di kolesteatoma
sebagai neoplasma stadium rendah. Namun, yang lain ditemukan asam deoksiribonukleat
normal yang berada di kolesteatoma. Saat ini, pendapat yang diterima adalah bahwa
kolesteatoma bukan neoplasma. Namun demikian, hubungan antara kolesteatoma telinga
tengah dan karsinoma sel skuamosa (yaitu, perkembangan dari kolesteatoma untuk karsinoma
sel skuamosa) telah diamati dan dilaporkan dalam literatur. Erosi tulang yang terkait dengan
kolesteatoma dilaporkan dalam 80% -96% dari kasus, dengan insiden yang lebih tinggi pada
anak dibandingkan pada dewasa dan di Pars flaccida daripada di Pars Tensa. Kolesteatoma
kongenital lebih jarang menyebabkan erosi tulang pendengaran dibandingkan kolesteatom
akuista.5
Secara histopatologis, kolesteatoma kanalis auditorius eksternal dimulai sebagai
hiperplastik epitel skuamosa focal pada kanalis auditorius eksternal dengan akumulasi sel-sel
inflamasi kronis pada jaringan stroma.yang berdekatan Pada tahap berikutnya, pertumbuhan
invasif kolesteatoma kanalis auditorius eksternal ke jaringan mesenkimal menghasilkan
akumulasi debris keratin nekrobiotik untuk membentuk rongga sentral. Ini adalah
patognomonik untukdiagnosis kolesteatoma kanalis auditorius eksternal. Tanpa pengobatan,
massa mengikis tulang kanalis yang berdekatan, menyebabkan tulang skuester.8
5.Patogenesis
Koesteatoma kanalis auditorius eksternal terjadi karena oklusi atau stenosis kanalis
eksternal yang kemudian menyebabkan retensi debris epitel skuamosa pada bagian medial
kanalis eksternal yang seharusnya dikeluarkan melalui kanalis, namun terhalang oleh oklusi
atau stenosis tersebut.8 Menurut Gray, kolesteatoma adalah epitel kulit yang berada pada
tempat yang salah. Sebagaimana kita ketahui bahwa seluruh epitel kulit pada tubuh kita
berada pada lokasi yang terbuka/terpapar ke dunia luar. Penghubung antara osseus dan
kartilagenus adalah bagian terpendek dari kanalis auditorius eksterna dan disinilah tempat
dimana serumen sering terperangkap Epitel kulit di kanalis auditorius merupakan suatu darah
cul-de-sac sehingga apabila terdapat serumen padat di kanalis auditorius dalam waktu yang
lama, maka dari epitel kulit yang berada medial dari serumen tersebut seakan terperangkap
sehingga membentuk kolesteatoma.1 Stenosis kanalis auditorius dapat terjadi post traumatik
dan post inflamasi, dimana epitel akan terperangkap lalu berakumulasi sebagai kolesteatoma.
Post radiasi juga dapat menyebabkan kolesteatoma, karena terjadi hiperplasia epitel.3,4
Kolesteatoma membutuhkan angiogenesis dalam perimatrix jaringan ikat, dan zat dalam
kaskade penyembuhan yang memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Namun, masih belum diketahui apakah hal ini disebabkan adanya defek
gen yang mengontrol proliferasi, baik itu oleh sitokin yang dikeluarkan oleh sel inflamasi
atau dengan mekanisme lain. Perimatrix dapat memainkan peranan penting dalam
patogenesis kolesteatoma, banyak mediator kimia yang terlibat dalam agresivitas dan erosi
tulang yang disebabkan oleh kolesteatoma.6 Kolagenase ditingkatkan oleh inflamasi kronik
yang menyerang molekul kolagen yang intak, selanjutnya di digesti oleh protease yang juga
merupakan produk dari inflamasi. Proses ini kemudian menyebabkan reasorbsi jaringan ikat
dan tulang. Erosi proteolitik pada tulang temporal merupakan patognomonik kolesteatoma
yang progresif. Selain itu, MMP juga memegang peranan penting dalam invasi ke tulang
temporal. Proliferasi epitel pada kolesteatoma dipengaruhi oleh Transforming Growth Factor
Alpha (TGF-α), interleukin-1 (IL-1) dan Epidermal Growth Factor (EGF).7
6.Klasifikasi
Klasifikasi dari kolesteatoma kanalis auditorius eksternal dapat didasarkan pada teori
patogenesis. Klasifikasi yang diusulkan Tos ialah :3,9
1. Kolesteatoma kanalis auditorius eksternal primer,
2. Kolesteatoma kanalis auditorius eksternal sekunder,
3. Kolesteatoma terkait dengan atresia kongenital saluran telinga
Kolesteatoma kanalis auditorius eksternal primer etiologinya tidak diketahui. Kolesteatoma
kanalis auditorius eksternal sekunder berkaitan dengan berbagai kondisi terutama pasca
operasi, meskipun faktor-faktor seperti peradangan berulang serta post inflamasi dan pasca
trauma stenosis atau atresia dengan obstruksi saluran telinga juga terjadi. Selain itu, terapi
radiasi pada saluran telinga juga dapat menyebabkan kolesteatoma kanalis auditorius
eksternal.
Tabel 1. Distribusi kolesteatom3
7. Gejala klinik
Pasien dengan kolesteatoma kanalis auditorius eksternal biasanya datang dengan otore
dan otalgia kronis, juga dapat disertai gangguan pendengaran. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Heilbrun et al mendapatkan hasil yang sama dengan gejala tersebut, hanya 4
dari pasien mereka yang mengalami tuli konduktif. Gangguan pendengaran ini jarang terjadi
mungkin dihubungkan dengan oklusi dari kanal eksternal oleh kolesteatoma. Tuli konduktif
ini dijelaskan dalam laporan kasus sebagai kolesteatoma raksasa dari kanalis auditorius
eksternal. Otore diduga berhubungan dengan infeksi lokal yang terkait dengan berbagai
organisme, paling sering adalah Pseudomonas aeruginosa. Jika sangat besar, mungkin
kolesteatoma kanalis auditorius eksternal mengakibatkan paresis saraf wajah fasialis.10
Analisis patologis kolesteatoma kanalis auditorius eksternal menunjukkan erosi luas
pada tulang kanalis auditorius ekstenal dengan perluasan epitel skuamosa bertingkat
keratinizing dengan periostitis lokal dan penyerapan tulang. Membran timpani biasanya
normal. Permukaan antara kolesteatoma kanalis auditorius eksternal dan tulang tereosi. Hal
ini diduga terkait dengan proteolitik enzim sepanjang margin lesi diproduksi dalam lapisan
kista, ini melemahkan tulang dan mengakibatkan periostitis dan penyerapan tulang. Erosi
juga bisa sebagian terkait dengan akumulasi puing keratin, yang terperangkap dan
menghasilkan suatu infeksi bakteri yang dapat menyebabkan ulserasi dari lapisan epitel dan
jaringan granulasi pada pasien yang mengalami infeksi.9
Tabel 2. Distribusi gejala kolesteatoma3
Tabel 3. Distribusi gejala berdasarkan penelitian yang berbeda3
8. Pemeriksaan penunjang
Pencitraan dapat bermanfaat dalam evaluasi kolesteatoma kanalis auditorius eksternal.
Namun, dalam literatur dikatakan bahwa pada CT, kolesteatoma kanalis auditorius eksternal
tidak dapat digambarkan dengan jelas. Bahkan, istilah keratosis obturans dan kolesteatoma
kanalis auditorius eksternal sering digunakan secara bergantian. Dengan resolusi tinggi pada
pemeriksaan CT tulang temporal, kolesteatoma kanalis auditorius eksternal ini paling sering
dilihat sebagai massa jaringan lunak dengan erosi tulang dan fragmen tulang intramural.
Tulang erosi yang berdekatan dengan massa jaringan lunak mungkin halus, mirip
dengan kolesteatoma telinga tengah. Namun,erosi dapat menjadi sekunder tidak teratur
dengan nekrotik tulang dan periostitis. Biasanya, dinding inferior dan posterior terlibat.
Penting untuk mengevaluasi perluasan ke telinga tengah dan untuk keutuhan saluran saraf
wajah, tegmen timpani, dan mastoid, karena dapat mengubah manajemen operasi. 10
9. Staging
Staging kolesteatoma kanalis auditorius eksternal dibagi menjadi 4, yakni :8,9
Stage I : hiperplasia dan hiperemis epitel meatal auditorius. Angka apoptosis meningkat pada
bagian atas permulaaan kolesteatoma.
Stage II : inflamasi lokal pada epitel yang berproliferasi dan periostesis yang berdekatan.
Tidak ada destruksi tulang kanalis auditorius. Akumulasi debris keratin. Secara klinis, nyeri
tumpul dan super infeksi. Dapat terjadi otore.
a. Permukaan epitel intak tanpa penampakan tulang kanalis
b. Defek epitel dengan penampakan tulang kanalis
Stage III : destruksi tulang kanalis auditorius dengan tulang skuestes (osteonekrosis asepsis).
Perusakan epitel ke tulang kanalis yang berdekatan. Akumulasi debris keratin dengan
superinfeksi dan otore.
Stage IV : destruksi spontan pada struktur anatomi yang berdekatan dengan otore, penurunan
pendengaran, parase nervus fasialis, trombosis sinus sigmoid, dan abses endokranial.
Subkelas M : Mastoid
Subkelas S : Dasar tlang dengan sinus sigmoid
Subkelas J : Sendi temporomandibular
Subkelas F : Nervus fasialis
10.Tatalaksana
Pembedahan direkomendasikan untuk kolesteatoma auditorius eksterna, terutama
dalam kasus yang kronis, infeksi yang terus menerus terjadi dan yang telah terjadi komplikasi
seperti hypoacusis, kelumpuhan nervus fasial, vertigo kronis, lesi yang berkembang progresif,
keterlibatan hypotympanum, jugularis foramen atau keterlibatan mastoid.11 Naim
merekomendasikan pendekatan berikut untuk melakukan operasi pengangkatan dari
kolesteatoma kanalis auditorius eksternal. Untuk stage I, pendekatan transkanal, untuk stage
II dan III, pendekatan endaural dengan anestesi lokal; dan untuk stage IV, insisi postauricular
diikuti dengan teknik kanal wall down. Sekuester yang kecil di kanalis auditorius dapat
dihilangkan melalui kuretase dengan anestesi lokal. Bagaimanapun, kolesteatoma kanalis
auditorius eksternal yang besar dan luas harus terapi dengan debridement melalui pendekatan
postaurikular. Setelah diangkat, penyembuhan berlangsung dalam 10 minggu. Setelah
sembuh, kanalis auditorius umumnya membutuhkan periode pembersihan untuk mencegah
reakumulasi debris keratin dalam depresi tulang. Skin graft bermanfaat bagi defek kulit
kanalis yang besar. Mastoidektomi kanal wall down digunakan untuk defek dinding posterior
yang besar dan disfungsi tuba estachius atau penyakit telinga tengah. Mastoidektomi dinding
kanal intak digunakan ketika fungsi telinga tengah normal. Tulang kortikal digunakan untuk
merekonstruksi kanal eksternal.8