Knowledge management organizational maturity model
-
Upload
andikafebrianta -
Category
Leadership & Management
-
view
155 -
download
0
description
Transcript of Knowledge management organizational maturity model
Knowledge Management
Organizational Maturity Model
Kelas A
Oleh :
Andika Febrianta 1201110160
MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
TELKOM ECONOMICS AND BUSINESS SCHOOL
TELKOM UNIVERSITY
2014
Organizational Maturity Model
Organizational Maturity model adalah model deskriptif dari tahapan yang dilalui
organisasi berkembang karena mereka menentukan, melaksanakan, terus berkembang dan
meningkatkan proses mereka. Ini adalah model organisasi yang menggambarkan evolusi lima
tahap (tingkat) di mana sebuah organisasi mengelola proses tersebut. Organisasi harus
mampu menyerap dan menjalankan aplikasi perangkat lunak. Model ini juga memberikan
langkah-langkah spesifik dan kegiatan untuk mendapatkan dari satu tingkat ke berikutnya.
The Capability Maturity Model (CMM) adalah framework untuk mengukur tingkat
“kematangan” pengembangan sistem informasi dan manajemen proses dan produk suatu
organisasi. Framework CMM untuk sistem dan perangkat lunak informasi bermaksud untuk
membantu organisasi meningkatkan kematangan dari proses pengembangan sistem. CMM
dibagi menjadi lima tingkatan kematangan yang mengukur kualitas dari proses
pengembangan sistem dan perangkat lunak organisasi (setiap level merupakan pra-syarat bagi
level sesudahnya).
Nilai-nilai yang dilihat dalam pengukuran CMM antara lain:
1. Apa yang akan diukur (Parameter)
2. Bagaimana cara mengukurnya (Metode)
3. Bagaimana standar penilaiannya (Skala penilaian)
4. Bagaimana Interpretasinya (Bagi Manusia).
Kegunaan CMM antara lain :
Untuk menilai tingkat kematangan sebuah organisasi pengembang perangkat lunak;
Untuk menyaring kontraktor yang akan menjadi pengembang perangkat lunak;
Untuk memberikan arah akan peningkatan organisasi bagi top management di dalam
sebuah oragnisasi pengembang perangkat lunak;
Sebagai alat bantu untuk menilai keunggulan kompetitif yang dimiliki sebuah
perusahaan dibandingkan perusahaan pesaingnya.
Bagan diatas adalah skala maturity pada organisasi :
Level 1 – Initial
Hampir setiap organisasi memulai dari level yang seringkali disebut anarki atau
kekacauan (chaos) ini. Pengembangan system tidak menggunakan proses yang terstruktur
dan tiap developer menggunakan alat dan metodenya masing-masing. Pada tahap ini
umumnya proses tidak dapat diprediksi, tidak berulang, sering mengalami krisis, over-budget,
dan gagal mencapai target waktu.
Ciri-ciri dari fungsi initial adalah tidak ada manajemen proyek, tidak adanya quality
assurance, tidak adanya mekanisme manajemen perubahan (change management), tidak ada
dokumentasi, adanya seorang ahli yang tau segalanya tentang perangkat lunak yang
dikembangkan, dan sangat bergantung pada kemampuan individual.
Level 2 – Repeatable
Proses dan praktek manajemen proyek pengembangan system telah dirancang untuk
melacak biaya proyek, jadwal, dan kegunaan dari sistem. Pada tahap ini, fokus ditekankan
pada manajemen proyeknya, bukan pada pengembangan sistem (pengembangan sistem
bervariasi untuk tiap proyek). Kesuksesan dan kegagalan masih bergantung pada kemampuan
dan pengalaman dari tim yang mengerjakan proyek. Walaupun begitu, telah terdapat usaha
untuk mengulang keberhasilan proyek sebelumnya, dan manajemen proyek yang efektif pun
akhirnya menjadi pondasi bagi standardisasi proses level berikutnya.
Ciri-ciri dari fungsi repeatable adalah kualitas perangkat lunak mulai bergantung pada
proses bukan pada orang, ada manajemen proyek sederhana, ada quality assurance
sederhana, ada dokumen sederhana, ada software configuration management sederhana, tidak
adanya knowledge management, tidak adanya komitmen untuk selalu mengikuti SDLC dalam
kondisi apapun, tidak adanya stastikal control untuk estimasi proyek dan rentan perubahan
struktur organisasi.
Level 3 – Defined
Proses pengembangan sistem standar (umumnya disebut metodologi) telah dimiliki
atau dikembangkan dan telah digunakan secara terintegrasi melalui unit sistem atau
pelayanan informasi organisasi. Sebagai hasilnya, hasil dari setiap proyek menjadi lebih
konsisten, dokumentasi serta penyampaian yang berkualitas tinggi, dan proses menjadi lebih
stabil, mampu diprediksi (predictable), dan berulang (repeatable).
Ciri-ciri dari level Defined adalah SDLC sudah ditentukan, ada komitmen untuk
mengikuti SDLC dalam keadaan apapun, kualitas proses dan produk masih bersifat kualitatif
atau hanya perkiraan saja, tidak menerapkan Activity Based Costing, dan tidak adanya
mekanisme umpan balik yang baku.
Level 4 – Managed
Telah memiliki tujuan yang terukur untuk kualitas dan produktivitas. Ukuran
mendetail mengenai proses pengembangan proses standar dan kualitas produk telah
dikumpulkan secara rutin dan disimpan dalam database. Pada tahap ini manajemen lebih
proaktif dalam melihat masalah pengembangan sistem. Jadi walaupun proyek menemui
masalah atau isu yang tidak diperkirakan, proses masih akan dapat disesuaikan berdasarkan
efek dari kondisi yang mampu diprediksi dan terukur.
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut, sudah ada Activity Based Costing dan digunakan
untuk estimasi proyek berikutnya, proses penilaian kualitas perangkat lunak dan proyek
bersifat kuantitatif, terjadi pemborosan biaya untuk pengumpulan data karena proses
pengumpulan data masih dilakukan secara manual, cenderung belum jelas disebabkan karena
manusia ketika diperhatikan perilakuknya cenderung berubah, tidak ada mekanisme
pencegahan defect dan adanya mekanisme umpan balik.
Level 5 – Optimized
Proses pengembangan sistem terstandarisasi secara kontinu dimonitor dan
ditingkatkan berdasarkan ukuran dan analisa data di level 4. Setiap pembelajaran yang ada
disebarluaskan pada seluruh bagian organisasi dengan penekanan pada penurunan
ketidakefisienandalam proses pengembangan sistem ketika menjaga kestabilan kualitas.
Sebagai kesimpulan, organisasi telah menjadikan peningkatan proses pengembangan sistem
yang kontinu bagian dari dirinya.
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut, Pengumpulan data secara automatis, adanya
mekanisme pencegahan defect, adanya mekanisme umpan balik yang sangat baik, dan adanya
peningkatan kualitas dari SDM dan juga peningkatan kualitas proses.
Model Bertingkat (Staged Model)
Model bertingkat menyediakan suatu peta jalan (roadmap) yang telah terdefinisi sebelumnya
untuk peningkatan organisasi berdasarkan pengelompokan dan pengurutan yang teruji untuk
proses dan hubungan-hubungan organisasi yang terkait. Istilah “bertingkat” (staged) berasal
dari cara model untuk menjelaskan peta jalan ini sebagai rentetan tingkat dari daerah proses
yang mengindikasikan dimana sebuah organisasi seharusnya berkonsentrasi untuk
meningkatkan proses organisasinya.
Lima Tingkat Kematangan (Five Maturity Levels)
Tahap Initial (Level 1)
Pada tingkat kematangan 1, proses-proses yang ada biasanya berantakan dan sifatnya ad hoc.
Organisasi biasanya tidak menyediakan lingkungan yang stabil untuk mendukung
berjalannya proses. Kesuksesan pada organisasi-organisasi semacam ini bergantung pada
kompetensi dan pengorbanan dari orang-orang di dalam organisasi dan bukan mengandalkan
proses-proses yang telah terbukti kehandalannya.
Tahap Managed (Level 2)
Pada tingkat kematangan 2, proyek-proyek organisasi telah memastikan bahwa kebutuhan-
kebutuhan dikelola dengan baik dan proses-proses yang ada telah terencana, terukur, dan
terkendali. Disiplin dari proses pada tahap ini membantu memastikan bahwa praktek-praktek
yang dijalankan tetap dipertahankan walaupun dalam waktu tekanan yang tinggi tingginya
(peak time). Ketika praktek-praktek ini dilakukan, proyek-proyek dilaksanakan dan dikelola
menurut rencana-rencana yang didokumentasi. Pada tingkat 2, status dari produk dan
pelepasan layanan dapat terlihat oleh pihak manajemen pada titik-titik yang telah
didefinisikan. Komitmen dibangun di antara stakeholder yang berwenang dan diperbaiki
apabila diperlukan. Produk-produk dikendalikan secara tepat. Produk dan layanan
memmenuhi deskripsi proses, standar proses, dan prosedur proses mereka.
Tahap Defined (Level 3)
Pada tahap ini, proses-proses telah dikarakterisasi dan dimengerti dengan baik, dan dijelaskan
melalui standar, prosedur, tool, dan metode yang ada. Kumpulan proses standar dari
organisasi, yang merupakan dasar dari tingkat kematangan 3, didirikan dan ditingkatkan
seiring berjalannya waktu. Proses-proses standar ini digunakan untuk membangun konsistensi
di dalam organisasi. Proyek membangun proses terdefinisi mereka dengan mengacu kepada
proses standar yang dimiliki oleh organisasi tersebut.
Tahap Quantatively Managed (Level 4)
Pada tahap kematangan 4, organisasi dan proyek membangun tujuan kuantitatif untuk
kualitas dan kinerja proses, dan menggunakan mereka sebagai kriteria dalam pengelolaan
proses. Tujuan kuantitatif didasarkan pada kebutuhan pelanggan, pengguna kahir, organisasi,
dan pihak yang mengimplementasi proses. Kualitas dan kinerja proses dimengerti dalam
istilah-istilah statistik dan dikelola sepanjang waktu pemakaian proses. Untuk subproses yang
terpilih, pengukuran detil akan kinerja proses dikumpulkan dan dianalisa secara statistik.
Pengukuran kualitas dan kinerja proses dimasukkan ke dalam penyimpanan pegukuran
organisasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan yang berdasarkan fakta.
Penyebab khusus dari variasi proses diidentifikasi dan, apabila tepat, sumbernya dikoreksi
untuk mencegah kejadian lagi di lain waktu.
Tahap Optimizing (Level 5)
Pada tahap ini, sebuah organisasi secara berkesinambungan meningkatkan proses-prosesnya
berdasarkan pengertian kuantitatif akanpenyebab-penyebab umum dari variasi proses.
Tingkat kematangan 5 mengkonsentrasikan kepada peningkatan secara berkesinambungan
akan kinerja proses melalui proses incremental dan inovatif, dan juga peningkatan secara
teknologi. Tujuan peningkatan proses secara kuantitatif untuk organisasi dibangun, diperbaiki
secara berkesinambungan untuk menangani tujuan bisnis yang dinamis, dan digunakan
sebagai kriteria dalam mengelola peningkatan proses. Akibat-akibat dari peningkatan proses
yang diterapkan diukur dan dievaluasi secara berlawanan terhadap tujuan peningkatan proses
kauntitatif. Baik proses terdefinisi maupun kumpulan proses standar organisasi merupakan
tujuan dari aktivitas peningkatan yang dapat diukur.