kmb 1

9

Click here to load reader

description

tugas

Transcript of kmb 1

Page 1: kmb 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di zaman era globalisasi, kemajuan teknologi saat ini semakin melesat

termasuk dalam ruang lingkup bedah. Perkembangan teknologi terakhir mengarah

pada prosedur yang kompleks. Pembedahan saat ini telah meliputi transplantasi

dari berbagai organ tubuh manusia, implantasi alat-alat mekanik dan pelekatan

kembali bagian-bagian tubuh

Untuk menghadapi pasien yang telah melakukan operasi atau yang biasa

disebut post operasi, seorang perawat perlu mengetahui sejauh mana

perkembangan pasien setelah dioperasi. Salah satu alternative yang dilakukan

adalah monitoring. Monitoring merupakan salah satu upaya perawat dalam

memantau perkembangan pasien pasca operasi. Tentunya perawat harus memliki

teknik dan keterampilan tertentu agar tindakan yang dilakukan mencapai hasil

yang memuaskan. Untuk itulah, perawat harus mengetahui teknik dan

keterampilan yang diperlukan dalam monitoring pasien post operasi yang

mengalami gangguan system pernafasan, kardiovaskuler, pencernaaan, dan

penginderaan.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk memahami tentang bagaimana cara monitoring yang baik pada

pasien post operasi dan menerapkannya pada tindakan keperawatan dalam

menghadapi pasien post operasi

1.2.2. Tujuan Khusus

Mengetahui dan memahami pengertian monitoring

Mengetahui dan memahami pengertian post operasi

Page 2: kmb 1

Mengetahui dan memahami pengkajian system pernafasan,

kardiovaskuler, pencernaan, dan penginderaan

Mengetahui dan memahami prosedur kerja dalam melakukan

monitoring terhadap pasien post operasi

Mengetahui hasil atau evaluasi dari monitoring pasien post operasi

Menerapkan aplikasi monitoring pada asuhan keperawatan dalam hal

pasien yang telah melakukan operasi

1.3. Sistematika Penulisan

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulisan

1.3 Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: kmb 1

BAB II

PEMABAHASAN

2.1. Pengertian Monitoring

Menurut Conor (1974 ),keberhasilan dalam mencapai tujuan, separuhnya

ditentukan oleh rencana yang telah ditetapkan dan setengahnya lagi fungsi oleh

pengawasan atau monitoring. Kegiatan monitoring dimaksudkan untuk mengetahui

kecocokan dan ketepatan kegiatan yang dilaksanakan dengan rencana yang telah

disusun.

Monitoring digunakan pula untuk memperbaiki kegiatan yang menyimpang

dari rencana, mengoreksi penyalahgunaan aturan dan sumber-sumber, serta

untuk mengupayakan agar tujuan dicapai seefektif dan seefisien mungkin.

2.2. Pengertian Post Operasi

Post operasi merupakan masa dimana masuknya pasien keruang

pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau

dirumah. Selama post operasi, proses keperawatan mengarah pada menstabilkan

kembali equilibrium fisiologi pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan

komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien

dalam kembali pada fungsi optimal dengan cepat, aman, dan senyaman mungkin.

Untuk mengkaji kondisi pasca atau post operasi ini, perawat mengandalkan

informasi yang berasal dari hasil pengkajian keperawatan preoperative.

Pengetahuan yang dimiliki klien tentang prosedur pembedahan dann hal-hal yang

terjadi selama pembedahan berlangsung. Informasi ini membantu perawat

mendeteksi adanya perubahan.

Tindakan pasca operasi dilakukan dalam 2 tahap, yaitu periode pemulihan

segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase pasca operasi. Untuk klien yang

menjalani bedah sehari, pemulihan normalnya terjadi dalam 1 sampai 2 jam dan

penyembuhan dilakukan di rumah. Untuk klien yang dirawat di rumah sakit

Page 4: kmb 1

pemulihan terjadi selama beberapa jam dan penyembuhan berlangsung selama 1

hari atau lebih tergantung pada luasnya pembedahan dan respon klien.

Upaya yang diarahkan pada mengantisipasi dan mencegah masalah pada

periode pascaoperatif. Pengkajian yang cepat mencegah komplikasi yang

memperlama perawatan di rumah sakit atau membahayakan pasien.

Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan pasien setelah pembedahan adalah

sama pentingnya dengan prosedur bedah itu sendiri.

2.3. Monitoring pasien post operasi

Pembedahan pada dasarnya merupakan trauma yang akan menimbulkan

perubahan faal, sebagai respon terhadap trauma. Selain terjadi gangguan faal

organ vital otak, alat nafas, system kardiovaskular, hati, ginjal, system pencernaan,

dan peninderaan.

Berikut ini hal-hal yang harus dipantau secara faktuil, singkat, jelas, dan

lengkap, dan dituliskan setiap harinya dalam periode yang berlangsung tepat

sesudah pembedahan:

1. Uraian secara umum: kesiapan mental, kesadaran, toleransi terhadap rasa

sakit dan lainnya.

2. Tanda-tanda vital

3. Respirasi kepatenan jalan nafas, kedalaman, frekuensi, sifat dan bunyi nafas

4. Neurologi: tingkat respon klien

5. Drainase: kondisi balutan ( adanya drainase atau tidak )

6. Keyamanan: type dan lokasi nyeri, mual dan muntah,perubahan posisi yang

diperlukan

7. Psikologi: kebutuhan akan istirahat dan tidur, sifat dan pertanyaan pasien

8. Keselamatan: kebutuhan akan pagar tempat tidur, drainase selang tidak

tersumbat.

9. Diit ( misalnaya toleransi terhadap cairan dan makanan )

10. Tes diagnostik

11. Fungsi pencernaan: flatus dan defekasi perrectum, distensi perut

Page 5: kmb 1

2.4. Pengkajian system yang dimonitoring

Berikut-berikut adalah pengkajian-pengkajian yang harus dimonitoring dan di

kaji secara actual meliputi pengkajian:

Sistem Pernafasan

Obat anastesi tertentu dapat menyebabkan depresi pernafasan sehingga

perawat perlu waspada terhadap pernafasan yang dangkaldan lambat serta batuk

yang lemah. Perawat mengkaji frekuensi, irama, kedalaman ventilasi pernafasan,

kesimetrisan gerakan dinding dada, bunyi nafas dan membrane mukosa. Apabila

pernafasan dangkal letakan tangan perawat diatas muka/mulut klien sehingga

perawat dapat merasakan udara yang keluar.

Salah satu kekhawatiran perawat terbesar adalah obstruksi jalan nafas akibat

aspirasi munta, akumulasi sekresi mukosa difaring atau bengkaknya spasme laring

(odom, 1993). Tindakan berikut ini untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas:

a)  Perawat mengatur posisi klien pada salah satu sisi dengan wajah menghadap

kebawah dengan leher agak ekstensi. Handuk kecil yang terlipat digunakan untuk

menyangga kepala. Ekstensi leher mencegah oklusi jalan nafas pada faring, saat

wajah menghadap kebawah, lidah akan bergerak kedepandan sekresi mucus

mengalir keluardari mulut sehingga tidak terkumpul pada faring. Apabila

pembedahan tidak memperbolehkan klien mirng kesalah satu sisi maka kepala

tempat tidur agak ditinggikan dan leher agak di ekstensikan dengan kepala miring

kesalah satu sisi klien tidak boleh pada posisi tangan diatas atau menyilang dada,

karena posisi ini akan menurunkan ekspansi dada yang maksimal. Pada beberapa

klien, perawat boleh menurunkan manuver jaw thrust  atau mengangkat dagu

secara terus menerus untuk mempertahankan jalan nafas.

b)  Perawat meminta klien untuk mulai melakukan latihan batuk dan nafas dalam

segera setelah klien berespon. Hal ini akan mengurangi resiko atelektasis. Kolaps

atau kurangnya udara pada bagian paru akibat penumpukan mukosa /cairan.

Page 6: kmb 1

c) Perawat melakukan pengisapan jika terdapat sekresi mucus pada alat bantuan

jalan nafas dan rongga mulut. Perawatan dilakukan untuk mencegah timbulnya

reflex muntah secara terus menerusyang dapat menyebabkan muntah. Sebelum

klien melepas alat bantuan jalan nafas, bagian belakang alat bantuan jalan nafas

harus diisap terlebih dahulu sehigga penumpukan dan sekresi mucus tidak

tertinggal.

D. Standar Prosedur Monitoring Post Operasi

a.      Persiapan Alat

1)      Spignomanometer

2)      Stetoskop

3)      Jam tangan dengan jarum detik

4)      Termometer

5)      Tonggue spatel

6)      Penlight

 b.      Prosedur Pelaksanaan

1)      Kaji status respiratori: oksigenasi, kebebasan saluran nafas, kedalaman

bernafas, kecepatan, irama nafas, dan bunyi nafas.

2)      Kaji status sirkulasi: nadi, tekanan darah, bunyi jantung, irama jantung, suhu,

warna kulit, dan pengisisan kapiler.

3)      Kaji status neurologis: tingkat kesadaran, refleks pupil, refleks menelan,

bising usus dan tonus otot.

4)      Kaji kenyamanan : respon nyeri, mual, muntah.

Page 7: kmb 1

5)      Perhatikan keselamatan klien : penghalang tempat tidur, alat pemanggil,

drain.

6)      Perhatikan peralatan: alat pemantau terpasang dan berfungsi dengan baik,

cairan infus lancar, sistem drainase