Kloning Nukleus
-
Upload
komarudin-m-zaelani -
Category
Science
-
view
34 -
download
1
Transcript of Kloning Nukleus
SELASA 23 PERBRUARI 2015
KLONING NUKLEUS
Disusun Oleh
Kelompok VI
Komarudin M. Zaelani
Peni Maulani Ibrahim
Selvina
XII IPA 5
Pembimbing
Deddy Junaedi, S.Pd, M.M
SEKOLAH MENENGAH ATAS
SMA NEGERI 1 JONGGOL
Jalan Sukasirna Nomor 36 Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor (16830)
Telp/Fax (021) 89931158 www.sman1jonggol.sch.id
23 Pebruari 2015
1. SEJARAH KLONING
Kloning pada tanaman dalam arti melalui kultur sel mula-mula dilakukan pada
tanaman wortel. Dalam hal ini sel akar wortel dikultur, dan tiap selnya dapat tumbuh
menjadi tanaman lengkap. Teknik ini digunakan untuk membuat klon tanaman dalam
perkebunan. Dari sebuah sel yang mempunyai sifat unggul, kemudian dipacu untuk
membelah dalam kultur, sampai ribuan atau bahkan sampai jutaan sel. Tiap sel mempunyai
susunan gen yang sama, sehingga tiap sel merupakan klon dari tanaman tersebut.
Kloning pada hewan dilakukan mula-mula pada amfibi (kodok), dengan mengadakan
transplantasi nukleus ke dalam telur kodok yang dienukleasi. Sebagai donor digunakan
nukleus sel somatik dari berbagai stadium perkembangan. Ternyata donor nukleus dari sel
somatik yang diambil dari sel epitel usus kecebong pun masih dapat membentuk embrio
normal.
Sejak Wilmut et al. berhasil membuat klon anak domba yang donor nukleusnya
diambil dari sel kelenjar susu domba dewasa, maka terbukti bahwa pada mammalia pun
klon dapat dibuat. Atas dasar itu para ahli berpendapat bahwa pada manusia pun secara
teknis klon dapat dibuat.
2. DEFINISI
Secara definisi, klon adalah sekelompok organisme hewan maupun tumbuh-tumbuhan
yang dihasilkan melalui reproduksi aseksual dan berasal dari satu induk yang sama.
Setiap anggota dari klon tersebut mempunyai susunan dan jumlah gen yang sama dan
kemungkinan besar fenotipnya juga sama.
3. TRANSFER NUKLEUS
Transfer nukleus membutuhkan dua sel yaitu suatu sel donor dan suatu oosit atau sel
telur. Telur matur sebelum dibuahi dibuang intinya atau nukleusnya. Proses pembuangan
nukleus tadi dinamakan enukleasi. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan informasi
genetisnya. Ke dalam telur yang telah dienukleasi tadi kemudian dimasukkan nukleus
(donor) dari sel somatik. Penelitian membuktikan bahwa sel telur akan berfungsi terbaik
bila ianya dalam anfertilisasi, sebab hal ini akan mempermudah penerimaan nukleus
donor seperti dirinya sendiri. Di dalam telur, inti sel donor tadi akan bertindak sebagai
inti sel zigot dan membelah serta berkembang menjadi blastosit. Blastosit selanjutnya
ditransfer ke dalam uterus induk pengganti (surrogate mother). Jika seluruh proses tadi
berjalan baik, suatu replika yang sempurna dari donor akan lahir. Jadi sebenarnya setelah
terbentuk blastosit in vitro, proses selanjutnya sama dengan proses bayi tabung yang
tehnologinya telah dikuasai oleh para ahli Obstetri Ginekologi.
4. TEHNIK ROSLIN
Kloning domba Dolly merupakan peristiwa penting dalam sejarah kloning. Tidak saja
hal tersebut membangkitkan antusias terhadap kloning, melainkan juga hal tersebut
membuktikan bahwa kloning binatang dewasa dapat disempurnakan. Sebelumnya, tidak
diketahui bahwa suatu nukleus dewasa ternyata mampu memproduksi suatu hewan yang
komplit. Bila terjadi kerusakan genetis dan deaktivasi gen yang sederhana maka kedua
keadaan tersebut kemungkinan bersifat menetap.
Hal tersebut di atas bukanlah suatu kasus yang menyusul setelah penemuan oleh Ian
Wilmut dan Keith Cambell tentang suatu metode yang mana mampu melakukan
singkronisasi siklus sel dari kedua sel donor dan sel telur. Tanpa singkronosasi siklus sel,
maka inti tidak akan berada pada suatu keadaan yang optimum untuk dapat diterima oleh
embrio. Bagaimanapun juga sel donor harus berjuang untuk dapat masuk ke Gap Zero,
atau stadium sel GO, atau stadium sel dorman.
Pertama, suatu sel (sel donor) diseleksi dari sel kelenjar mammae domba betina berbulu
putih (Finn Dorset) untuk menyediakan informasi genetis bagi pengklonan. Untuk studi
ini, peneliti membiarkan sel membelah dan membentuk jaringan in vitro atau diluar tubuh
hewan. Hal ini akan menghasilkan duplikat yang banyak dari suatu inti yang sama. Tahap
ini hanya akan bermanfaat bila DNA nya diubah, seperti pada kasus Polly, karena
perubahan tersebut dapat diteliti untuk memastikan bahwa mereka telah dipengaruhi.
Suatu sel donor diambil dari jaringan dan dimasukkan ke dalan campuran, yang hanya
memiliki nutrisi yang cukup untuk mempertahankan kehidupan sel. Hal ini menyebabkan
sel untuk menghentikan seluruh gen yang aktif dan memasuki stadium GO. Kemudian sel
telur dari domba betina Blackface (domba betina yang mukanya berbulu hitam = Scottish
Blackface) dienokulasi dan diletakkan disebelah sel donor.
Satu sampai delapan jam setelah pengambilan sel telur, kejutan listrik digunakan
untuk menggabungkan dua sel tadi, pada saat yang sama pertumbuhan dari suatu embrio
mulai diaktifkan. Teknik ini tidaklah sepenuhnya sama seperti aktivasi yang dilakukan
oleh sperma, karena hanya beberapa sel yang diaktifkan oleh kejutan listrik yang mampu
bertahan cukup lama untuk menghasilkan suatu embrio.
Jika embrio ini dapat bertahan, ia dibiarkan tumbuh selama sekitar enam hari,
diinkubasi di dalam oviduk domba. Ternyata sel yang diletakkan di dalam oviduk lebih
awal, di dalam pertumbuhannya lebih mampu bertahan dibandingkan dengan yang
diinkubasi di dalam laboratorium. Akhirnya embrio tadi ditempatkan ke dalam uterus
betina penerima (surrogate mother). Induk betina tersebut selanjutnya akan mengandung
hasil cloning tadi hingga ianya siap untuk dilahirkan. Bila tidak terjadi kekeliruan, suatu
duplikat yang persis sama dari donor akan lahir. Domba yang baru lahir tersebut memiliki
semua karakteristik yang sama dengan domba yang lahir secara alamiah. Dan telah diamati
bila ada efek yang merugikan, seperti resiko yang tinggi terhadap kanker atau penyakit
genetis lainnya yang terjadi atas kerusakan bertahap kepada DNA, dikemudian hari juga
terjadi pada Dolly atau hewan lainnya yang dikloning dengan metode ini.
Mekanisme Kloning Domba Dolly :
Pendonor Sel
Kelenjar Susu
Nukleus dipindahkan
Sel Berfusi
Nukleus dari Kelenjar susu
Sel Kelenjar Susu di
dalam kultur; siklus
sel ditahan fase (G0)
Ovum dari ovarium
Pendonor Sel telur
①
Embrio awal
②
Ditumbuhkan dalam kultur
Ditanam pada urterus domba ketiga
⑤
④
③
Induk pengganti
Anak domba (Dolly) secara kromosom identik dengan pendonor sel susu.
Perkembangan embrionik
⑥
Penjelasan:
① Sel susu diambil dari ambing seekor domba dan ditumbuhkan di dalam kultur dengan nutrisi
rendah. Kondisi nutrisi rendah (setengah kelaparan) ini menahan siklus del tetap berada pada
G0 dan tampaknya membiarkan sel berdiferensiasi. ② Sementara itu ovum diambil dari domba
lain dan nukleusnya dipindahkan. ③ sel kelenjar susu dalam fase G0 berfusi dengan sel telur
yang tak bernukleus dengan cara memberikan getaran arus listrik ke kedua sel tersebut, yang
juga merangsang sel agar mulai melakukan pembelahan. ④ setelah ditumbukan dalam kultur
selama 6 hari, embrio ⑤ ditanam pada urterus domba ketiga, yang mirip dengan pendonor
ovum ⑥ hasilnya setelah kehamilan berupa anak domba (Dolly) yang identic dengan
penampakan dan susunan kromosomnya dengan domba yang mendonorkan sel kelenjar susu.
(namun demikian, gen dolly tidak identic secara keseluruhan dengan domba pndonor ovum)
5. IMPLIKASI BIOTEKNOLOGI
A. Pengembangan Bioteknologi
Dalam perkembangan bioteknologi, makhluk hidup memiliki potensi untuk digunaka
sebagai donor gen ataupun penerima gen dalam rekayasa genetik, tergantung pada produk yang
akan dibuat. Salah satu contohnya, di bidang peternakan dikembangkan teknik-teknik yang
secara komersial menguntungkan, misalnya teknik embrio transfer pada sapi, domba, kambing,
dan babi. Teknik ini dikembangkan secara menyeluruh dari cara seleksi donor, perangsangan
superovulasi, koleksi embrio, evaluasi embrio, seleksi resipien,dan teknik mentransfer embrio.
In vitro fertilization (IVF) dan oocyte maturation
juga dikembangkan dan berhasil dengan baik pada hewan atau manusia. Pada hewan ternak
kombinasi antara IVF dan embrio transfer merupakan teknik yang menarik. Kedua teknik ini
memungkinkan hewan dapat memberikan keuntungan sebagai donor terus-menerus,
menyuplai banyak oocyte untuk meningkatkan mutu, dan pelipatgandaan hewan produksi.
Seperti contoh hewan yang berhasil dikembangkan dengan jalan kloning, yaitu domba dolly,
ikan karper, kera NETI (Nuclear Embryo Transfer Infant) dan ditto, kucing, sapi, dan
sebagainya.
B. Bioteknologi dan Hak atas Kekayaan Intelektual (Haki)
Perkembangan bioteknologi yang makin pesat, berdampak pada pengadaan proyek
dalam skala besar. Terkait dengan hal tersebut maka ada alasan ekonomi untuk melakukan
berbagai upaya pengadaan suatu produk bioteknologi. Untuk itu, kepemilikan adanya HAKI
(Hak Atas Kepemilikan Intelektual) mutlak harus dipunyai seorang ilmuwan atau penemu suatu
keilmuan, khususnya dalam bidang bioteknologi. Penemuan-penemuan baru yang dimiliki
tersebut dilindungi. Secara hukum ada kesepakatan internasional yang mengaturnya yaitu
Convention on Biological Diversity dan World Trade Organization. Saat sekarang, gen atau
bagian gen, bahkan gen manusia telah dipatenkan. Pada tahun 1997, kurang lebih 1.100 gen
telah dipatenkan. Perlindungan paten ini telah menjadi bagian dari kesepakatan internasional.
C. Bioteknologi dan Keamanan Hayati (Biosafety)
Untuk menjaga dampak negatif dari pengembangan bioteknologi, di tingkat
internasional telah diakui dan ditandatangani sebuah konvensi yang mengikat secara hukum,
yaitu Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity, 1992) yang
tidak ikut ditandatangani oleh Amerika Serikat. Indonesia telah meratifikasinya sebagai
Undang-Undang No. 5 Tahun 1994. Sebagai tindak lanjut konvensi tersebut, telah disepakati
pula Cartagena Protocol on Biosafety (Protokol Cartagena tentang Pengamanan Hayati).
Protokol ini menyinggung tentang prosedur transportasi produk bioteknologi antarnegara, yang
memperkuat adanya kemungkinan bahaya dampak merugikan terhadap keanekaragaman
hayati dan ekosistem, juga terhadap kesehatan manusia. Dalam protokol tersebut juga diakui
sebagian kedaulatan, yaitu potensi dampak ekonomi, sosial, budaya, dan pengetahuan
tradisional (indigenous knowledge). Dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati
dikarenakan adanya potensi transfer gen (horizontal and vertical gene flow) ke tanaman
sekerabat dekat. Selain itu, pengklonan akan menyebabkan keanekaragaman genetik yang
merugikan populasi terhadap kesehatan manusia, ada kemungkinan produk gen asing seperti
gen cry dari Bacillus thuringensis maupun Bacillus sphaericus untuk menimbulkan reaksi
alergi pada tubuh manusia. Perlu dicermati pula, insersi atau penyisipan gen asing ke gen inang
dapat menimbulkan interaksi antara gen asing dan gen-gen inang sehingga menghasilkan
perubahan sifat yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Subardi. Nuryani. & Pramono, Shidiq. 2008. Biologi 3 untuk SMA/MA kelas XII. Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Campbell, N.A., J.B Reece. & L.G. Mitchell. 2003. Biologi. Edisi ke-5 Terj. dari: Biology.
5th ed. Oleh Manalu, W. Jakarta. Penerbit Eralangga.
GAMBAR:
Campbell jilid 1 edisi ke-9