Hernia Nukleus Pulposus.

40
REFERAT HERNIA NUKLEUS PULPOSUS Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Program Pendidikan Profesi Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti RSUD KOTA SEMARANG Pembimbing : Dr. Mintarti, Sp.S Penyusun : Rachmawati Ayu Azhariya, S.Ked (030.04.181)

Transcript of Hernia Nukleus Pulposus.

Page 1: Hernia Nukleus Pulposus.

REFERAT

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Program Pendidikan Profesi KedokteranBagian Ilmu Penyakit Saraf

Fakultas Kedokteran Universitas TrisaktiRSUD KOTA SEMARANG

Pembimbing :Dr. Mintarti, Sp.S

Penyusun :Rachmawati Ayu Azhariya, S.Ked (030.04.181)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAFRSUD KOTA SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTIPERIODE 29 NOVEMBER 2010 – 31 DESEMBER 2010

SEMARANG

Page 2: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bahasa kedokteran Inggris, pinggang dikenal sebagai “low back”. Secara

anatomik pinggang adalah daerah tulang belakang L-1 sampai seluruh tulang sakrum

dan otot-otot sekitarnya. Tulang belakang lumbal sebagai unit struktural dalam berbagai

sikap tubuh dan gerakan ditinjau dari sudut mekanika. 1

Daerah pinggang mempunyai fungsi yang sangat penting pada tubuh manusia.

Fungsi penting tersebut antara lain, membuat tubuh berdiri tegak, pergerakan, dan

melindungi beberapa organ penting.

Peranan otot-otot erektor trunksi adalah memberikan tenaga imbangan ketika

mengangkat benda. Dengan menggunakan alat petunjuk tekanan yang ditempatkan di

dalam nukleus pulposus manusia, tekanan intradiskal dapat diselidiki pada berbagai

sikap tubuh dan keadaan. Sebagai standar dipakai tekanan intradiskal ketika berdiri

tegak.

Tekanan intradiskal yang meningkat pada berbagai sikap dan keadaan itu

diimbangi oleh tenaga otot abdominal dan torakal. Hal ini dapat diungkapkan oleh

penyelidikan yang menggunakan korset toraks atau abdomen yang bisa

dikembungkempiskan yang dikombinasi dengan penempatan alat penunjuk tekanan di

dalam lambung. Hasil penyelidikan tersebut mengungkapkan bahwa 30% sampai 50%

dari tekanan intradiskal torakal dan lumbal dapat dikurangi dengan mengencangkan

otot-otot torakal dan abdominal sewaktu melakukan pekerjaan dan dalam berbagai

posisi. 1

Kontraksi otot-otot torakal dan abdominal yang sesuai dan tepat dapat

meringankan beban tulang belakang sehingga tenaga otot yang relevan merupakan

mekanisme yang melindungi tulang belakang. Secara sederhana, kolumna vertebralis

torakolumbal dapat dianggap sebagai tong dan otot-otot torakal serta lumbal sebagai

simpai tongnya.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 2

Page 3: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak “Low Back

Pain” akibat proses degeneratif. Penyakit ini banyak ditemukan di masyarakat, dan

biasanya dikenal sebagai ‘loro boyok’. Biasanya mereka mengobatinya dengan pijat urat

dan obat-obatan gosok, karena anggapan yang salah bahwa penyakit ini hanya sakit otot

biasa atau karena capek bekerja. Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit pinggang

yang menjalar ke tungkai bawah terutama pada saat aktifitas membungkuk (sholat,

mencangkul). Penderita mayoritas melakukan suatu aktifitas mengangkat beban yang

berat dan sering membungkuk. 1,2

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 3

Page 4: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

BAB II

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

II.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI VERTEBRAE 1,2

Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen yang

terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah.

Columna vertebralis adalah pilar utama tubuh. Merupakan struktur fleksibel

yang dibentuk oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut vertebrae.

Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut :

- Cervicales (7)

- Thoracicae (12)

- Lumbales (5)

- Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)

- Coccygeae (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 4

Page 5: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi

atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis

(sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan posterior.

Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta

prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung

kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebrae antara satu dan lain dihubungkan dengan

sendi apofisial (fascet joint).

Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan tulang

rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang

dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus invertebralis

dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis

posterior.

Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskus

ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan

columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar kolumna

vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 5

Page 6: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage

Plate), nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus

pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit kedepan

dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 6

Page 7: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya

adalah bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang merupakan bagian peka nyeri

adalah:

Lig. Longitudinale anterior

Lig. Longitudinale posterior

Corpus vertebra dan periosteumnya

Articulatio zygoapophyseal

Lig. Supraspinosum

Fasia dan otot

Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus

intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot

(aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini stabilitas

daerah pinggang sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan refleks otot-otot

sakrospinalis, abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring.

Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun dan diganti

oleh fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur, dan

sukar dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1 sangat

lemah, sehingga HNP sering terjadi di bagian postero lateral.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 7

Page 8: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

II.2 DEFINISI 3

HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus

melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla

spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan

gangguan.

II.3 EPIDEMIOLOGI 3

HNP paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak pada dekade

ke-4 dan ke-5. HNP lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak

membungkuk dan mengangkat.

Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat pada

bagian tengahnya, maka protrusi discus cenderung terjadi ke arah postero lateral,

dengan kompresi radiks saraf.

II.4 PATOFISIOLOGI 1,2,3

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :

1. Aliran darah ke discus berkurang

2. Beban berat

3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit

Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus

pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di

canalis vertebralis menekan radiks.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 8

Page 9: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang

oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon

dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi

nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan

sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme

otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.

Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya

berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada

sistem saraf.

Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan.

Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor

dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi.

Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan

serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai

serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi

saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot

spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan

dasar pemeriksaan Laseque.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 9

Page 10: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 10

Page 11: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 11

Page 12: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

II.5 ETIOLOGI 4,5

Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :

Degenerasi diskus intervertebralis

Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi

Trauma berat atau terjatuh

Mengangkat atau menarik benda berat

II.6 GEJALA KLINIS

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 12

Page 13: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP

dapat terjadi kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah, yang

pertama ke arah postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang, sciatica, dan gejala

dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena. Berikutnya ke arah

postero-sentral menyebabkan nyeri pinggang dan sindroma kauda equina. 2,3,5

Kedua saraf sciatic (N. Ischiadicus) adalah saraf terbesar dan terpanjang pada

tubuh. masing-masing hampir sebesar jari. Pada setiap sisi tubuh, saraf sciatic menjalar

dari tulang punggung bawah ,di belakang persendian pinggul, turun ke bokong dan

dibelakang lutut. Di sana saraf sciatic terbagi dalam beberapa cabang dan terus menuju

kaki. 5

Ketika saraf sciatic terjepit, meradang, atau rusak, nyeri sciatica bisa

menyebarsepanjang panjang saraf sciatic menuju kaki. Sciatica terjadi sekitar 5% pada

orang Ischialgia, yaitu suatu kondisi dimana saraf Ischiadikus yang mempersarafi

daerah bokong sampai kaki terjepit. Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor,

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 13

Page 14: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

yaitu antara lain kontraksi atau radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran

tulang belakang atau adanya Herniasi Nukleus Pulposus (HNP), dan lain sebagainya. 6

Sciatica merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus ischiadicus

sampai ke tungkai, biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Nyeri dirasakan seperti

ditusuk jarum, sakit nagging, atau nyeri seperti ditembak. Kekakuan kemungkinan

dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki tangga, dan meluruskan kaki

memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan dengan menekuk punggung atau duduk.

Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah : 2,3,5,7

Nyeri punggung bawah.

Nyeri daerah bokong.

Rasa kaku/ tertarik pada punggung bawah.

Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal, yang

dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki,

tergantung bagian saraf mana yang terjepit.

Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan,

terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan.

Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat, batuk,

bersin akibat bertambahnya tekanan intratekal.

Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota

badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai

bawah dan hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan achilles (APR).

Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi

dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang

memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.

Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada

sisi yang sehat.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 14

Page 15: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

II.7 DIAGNOSA

Anamnesa 1,2,7,8

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 15

Page 16: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

Adanya nyeri di pinggang bagian bawah yang menjalar ke bawah (mulai dari

bokong, paha bagian belakang, tungkai bawah bagian atas). Hal ini dikarenakan

mengikuti jalannya N. Ischiadicus yang mempersarafi tungkai bagian belakang.

Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebagian belakang lutut, kemudian ke tungkai

bawah (sifat nyeri radikuler).

Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk, mengangkat barang berat.

Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 – S1 (garis antara dua

krista iliaka).

Nyeri Spontan

Sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri bertambah

hebat, sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.

Pemeriksaan Motoris 6

Gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke sisi tungkai yang nyeri

dengan fleksi di sendi panggul dan lutut, serta kaki yang berjingkat.

Motilitas tulang belakang lumbal yang terbatas.

Pemeriksaan Sensoris

Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat.

Skoliosis dengan konkavitas ke sisi tungkai yang nyeri, sifat sementara.

Tes-tes Khusus 5,6

1. Tes Laseque (Straight Leg Raising Test = SLRT)

Tungkai penderita diangkat perlahan tanpa fleksi di lutut sampai sudut 90°.

2. Gangguan sensibilitas, pada bagian lateral jari ke 5 (S1), atau bagian medial dari

ibu jari kaki (L5).

3. Gangguan motoris, penderita tidak dapat dorsofleksi, terutama ibu jari kaki (L5),

atau plantarfleksi (S1).

Tes dorsofleksi : penderita jalan diatas tumit

Tes plantarfleksi : penderita jalan diatas jari kaki

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 16

Page 17: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

4. Kadang-kadang terdapat gangguan autonom, yaitu retensi urine, merupakan

indikasi untuk segera operasi.

5. Kadang-kadang terdapat anestesia di perineum, juga merupakan indikasi untuk

operasi.

6. Tes provokasi : tes valsava dan naffziger untuk menaikkan tekanan intratekal.

7. Tes kernique

Tes Refleks

Refleks tendon achilles menurun atau menghilang jika radiks antara L5 – S1

terkena.

Penunjang 7,8,9

Darah rutin : tidak spesifik

Urine rutin : tidak spesifik

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 17

Page 18: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

Liquor cerebrospinalis : biasanya normal. Jika terjadi blok akan

didapatkan peningkatan kadar protein ringan dengan adanya penyakit

diskus. Kecil manfaatnya untuk diagnosis.

Myelogram mungkin disarankan untuk menjelaskan ukuran dan lokasi

dari hernia. Bila operasi dipertimbangkan maka myelogram dilakukan

untuk menentukan tingkat protrusi diskus.

MRI tulang belakang bermanfaat untuk diagnosis kompresi medula

spinalis atau kauda ekuina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scan

dalam hal mengevaluasi gangguan radiks saraf.

Foto : foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini

normal atau memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan

sela invertebrata dan pembentukan osteofit.

EMG : untuk membedakan kompresi radiks dari neuropati perifer

Myelo-CT untuk melihat lokasi HNP

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 18

Page 19: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

II. 8 PENATALAKSANAAN 2,4,5.6,9

Terapi Konservatif

Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi

fisik pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara

keseluruhan. Perawatan utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan istirahat

dengan obat-obatan untuk nyeri dan anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan

cara ini, lebih dari 95 % penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya.

Beberapa persen dari penderita butuh untuk terus mendapat perawatan lebih lanjut yang

meliputi injeksi steroid atau pembedahan.

Terapi konservatif meliputi:

1. Tirah baring

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 19

Page 20: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal,

lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot

melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktifitas biasa.

Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung,

lutut dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra

lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan

yang meradang.

2. Medikamentosa

1. Analgetik dan NSAID

2. Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot

3. Opioid: tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian

jangka panjang dapat menyebabkan ketergantungan

4. Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat

dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi.

5. Analgetik ajuvan: dipakai pada HNP kronis

3. Terapi fisik

Traksi pelvis

Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak terbukti

bermanfaat. Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan tirah

baring dan korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.

Diatermi/kompres panas/dingin

Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. 

keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema.

Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.

Korset lumbal

Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat digunakan untuk

mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri HNP kronis. Sebagai penyangga korset

dapat mengurangi beban diskus serta dapat mengurangi spasme.

Latihan

Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal  punggung seperti

jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 20

Page 21: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas

sendi dan jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan

tendon sehingga aliran darah semakin meningkat.

Proper body mechanics

Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik untuk

mencegah terjadinya cedera maupun nyeri. Beberapa prinsip dalam menjaga posisi

punggung adalah sebagai berikut:

Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan

lurus. Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.

Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir

tempat tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan

berubah ke posisi duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha

untuk membantu posisi berdiri.

Posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser posisi

panggul.

Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan

diangkat dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.

Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak jongkok,

punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan

punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki. Beban yang

diangkat dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.

Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan kaki

harus berubah posisi secara bersamaan.

Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan wc

duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat

bangkit.

Terapi Operatif

Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi saraf sehingga

nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif  HNP harus berdasarkan

alasan yang kuat yaitu berupa:

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 21

Page 22: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

Defisit neurologik memburuk.

Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).

Paresis otot tungkai bawah.

Laminectomy

Laminectomy, yaitu tindakan operatif membuang lamina vertebralis, dapat

dilakukan sebagai dekompresi terhadap radix spinalis yang tertekan atau terjepit oleh

protrusi nukleus pulposus.

Discectomy

Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat untuk

mengurangi tekanan terhadap nervus. Discectomy dilakukan untuk memindahkan

bagian yang menonjol dengan general anesthesia. Hanya sekitar 2 – 3 hari tinggal di

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 22

Page 23: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

rumah sakit. Akan diajurkan untuk berjalan pada hari pertama setelah operasi untuk

mengurangi resiko pengumpulan darah. Untuk sembuh total memakan waktu beberapa

minggu. Jika lebih dari satu diskus yang harus ditangani jika ada masalah lain selain

herniasi diskus. Operasi yang lebih ekstensif mungkin diperlukan dan mungkin

memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh (recovery).

Mikrodiskectomy

Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan

fragmen of nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan – ray

dan chemonucleosis. Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut

chymopapain) ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin yang

menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu alternatif disectomy pada kasus-kasus

tertentu.

Larangan

Peregangan yang mendadak pada punggung. Jangan sekali-kali mengangkat

benda atau sesuatu dengan tubuh dalam keadaan fleksi atau dalam keadaan

membungkuk. Hindari kerja dan aktifitas fisik yang berat untuk mengurangi kambuhnya

gejala setelah episode awal.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 23

Page 24: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 24

Page 25: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

Saran

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 25

Page 26: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

Istirahat mutlak di tempat tidur, kasur harus yang padat. Diantara kasur dan

tempat tidur harus dipasang papan atau “plywood” agar kasur jangan melengkung.

Sikap berbaring terlentang tidak membantu lordosis lumbal yang lazim, maka bantal

sebaiknya ditaruh di bawah pinggang. Penderita diperbolehkan untuk tidur miring

dengan kedua tungkai sedikit ditekuk pada sendi lutut.

Istirahat mutlak di tempat tidur berarti bahwa penderita tidak boleh bangun

untuk mandi dan makan. Namun untuk keperluan buang air kecil dan besar orang sakit

diperbolehkan meninggalkan tempat tidur. Oleh karena buang air besar dan kecil di pot

sambil berbaring terlentang justru membebani tulang belakang lumbal lebih berat lagi.

Analgetika yang non adiktif perlu diberikan untuk menghilangkan nyeri. Selama

nyeri belum hilang fisioterapi untuk mencegah atrofi otot dan dekalsifikasi sebaiknya

jangan dimulai, setelah nyeri sudah hilang latihan gerakan sambil berbaring terlentang

atau miring harus diajurkan.

Traksi dapat dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang sesuai dapat

dilakukan “pelvic traction”, alat-alat untuk itu sudah automatik. Cara “pelvic traction”,

sederhana kedua tungkai bebas untuk bergerak dan karena itu tidak menjemukan

penderita. Maka pelvic traction dapat dilakukan dalam masa yang cukup lama bahkan

terus-menerus. Latihan bisa dengan melakukan flexion excersise dan abdominal

excersise.

Masa istirahat mutlak dapat ditentukan sesuai dengan tercapainya perbaikan.

Bila iskhilagia sudah banyak hilang tanpa menggunakan analgetika, maka orang sakit

diperbolehkan untuk makan dan mandi seperti biasa. Korset pinggang atau griddle

support sebaiknya dipakai untuk masa peralihan ke mobilisasi penuh.

Penderita dapat ditolong dengan istirahat dan analegtika serta nasehat untuk

jangan sekali-kali mengangkat benda berat, terutama dalam sikap membungkuk.

Anjuran untuk segera kembali ke dokter bilamana terasa nyeri radikuler penting artinya.

Dengan demikian ia datang kembali dan “sakit pinggang” yang lebih jelas mengarah ke

lesi diskogenik.

II.9 PROGNOSIS 9

Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 26

Page 27: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

Sebagian kecil à berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi. Pada pasien yang dioperasi : 90% à membaik terutama nyeri tungkai,

kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%

DAFTAR PUSTAKA

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 27

Page 28: Hernia Nukleus Pulposus.

Hernia Nukleus Pulposus Rachmawati Ayu Azhariya 030.04.181

1. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima. Jakarta : PT

Dian Rakyat. 87-95. 1999

2. Sidharta, Priguna. Sakit Neuromuskuloskeletal Dalam Praktek Umum. Jakarta :

PT Dian Rakyat. 182-212.

3. Purwanto ET. Hernia Nukleus Pulposus. Jakarta: Perdossi

4. Nuarta, Bagus. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi III,

jilid kedua, cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius. 54-59. 2004

5. Sakit Pinggang. In: Neurologi Klinis Dalam Praktik Umum, edisi III, cetakan

kelima. Jakarta : PT Dian Rakyat. 203-205

6. Partono M. Mengenal Nyeri pinggang. http://mukipartono.com/mengenal-nyeri-

pinggang-hnp/ [diakses 7 Desember 2010]

7. Anonim. Hernia Nukleus Pulposus (HNP).

http://kliniksehat.wordpress.com/2008/10/02/hernia-nukleus-pulposus-hnp/

[diakses 9 Desember 2010]

8. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang Bawah. In :

http://www.kalbe.co.id Sidharta, Priguna., 2004.

9. http://www.inna-ppni.or.id/index.php?name=News&file=article&sid=130

Mansjoer, Arif, et all., 2007.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 29 November 2010 – 31 Desember 2010 28