Kliping Ekonomi Biru 5

5

Click here to load reader

Transcript of Kliping Ekonomi Biru 5

Page 1: Kliping Ekonomi Biru 5

Gagasan Ekonomi Biru Indonesia Mulai Dilirik

Agnes Swetta Br. Pandia | Nasru Alam Aziz | Senin, 4 Juni 2012 | 17:09 WIB

KAZAN, KOMPAS.com -- Gagasan Indonesia tentang ekonomi biru (blue economy) terus menggelinding. Hampir semua anggota Kerjasama Ekonomo Asia-Pasifik (APEC) menyambut dengan antusias, sehingga Pemerintah Indonesil perlu segera membuat konsepnya dalam tataran yang jelas.

Gagasan itu sebenarnya sudah muncul pada Senior Official Meeting (SOM) I di Moskow, Rusia, pada Januari 2012, dan ditindaklanjuti pada Forum APEC 2012 di Kazan, Rusia, Senin (4/6/2012).

Dalam kesempatan itu Amerika Serikat (AS), China, dan Filipina, sudah menyatakan dukungannya secara penuh tentang ekonomi biru. Wartawan Kompas Agnes Swetta Pandia melaporkan, dalam sidang APEC yang berlangsung, Minggu (3/6/2012), Filipina menyatakan pemerintahnya secara katagoris akan ikut mematangkan konsep ini bersama Indonesia.

Menurut Direktur Kerjasama Intra Kawasan Asia Pasifik Kementerian Luar Negeri Arto Suryodipuro, China malah sudah maju selangkah dengan konsep lanjutan berupa APEC Blue Economy Forum, sebagai wadah untuk menggodok soal ekonomi kelautan, tanggung jawab sosial perusaahaan (CSR), scientific management awareness, status kesehatan laut (pencemaran), serta manajemen kelautan.

Dalam pandangan China, lautan dan pantai merupakan sumber pangan, oksigen, dan kehidupan habitat yang tanpa batas. Sepanjang sejarah, manusia senantiasa memanfaatkan pantai untuk berbagai keperluan hidup, bahkan 40 persen populasi manus ia berada di bibir lautan. Namun sangat disayangkan, kata Arto, kesadaran manusia terhadap pentingnya lautan dan pantai baru muncul belum lama.

Sementara itu, beberapa anggota APEC justru fokus pada pembangunan dengan cara kurang ramah terhadap lautan, antara lain dengan cara mengeksploitasi laut tanpa mengindahkan keberlangsungan ekosistem di dalamnya. Justru karena penurunan kualitas laut, anggota APEC perlu mendukung konsep ekonomi biru, sebuah paradigma manajemen kelautan yang berkelanjutan dan memberi manfaat bagi kehidupan manusia.

Arto mengemukakan, sesuai permintaan Indonesia pada Desember 2011, Sekretrariat APEC telah menyelesaikan pemetaan kegiatan yang terkait dengan kelautan. Kegiatan itu tidak hanya terkait ketahanan pangan, namun menyangkut energi, transportasi, kesehatan, komunikasi, serta persiapan tanggap darurat. "Kami sadar bahwa banyak yang penuh harap tentang detail ide dari Ekonomi Biru. Saya bisa janjikan, dalam waktu tidak terlalu lama Inonesia akan meluncurkan tujuan dan mekanisme ekonomi biru," kata Arto.

Dalam kesempatan tersebut, Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia, Djauhari Oratmangun, sekaligus sebagai acting Senior Officials APEC Indonesia, menyatakan bahwa ekonomi biru akan memberi manfaat banyak bagi Indonesia. "Indonesia yang sebagian wilayahnya merupakan lautan, pasti akan meraup keuntungan paling banyak, karena Indonesia adalah negara maritim," katanya.

Page 2: Kliping Ekonomi Biru 5

http://economy.okezone.com/read/2012/03/26/320/599764/redirect

China Guyur Kementerian Kelautan RI Rp1,4 T

Gina Nur Maftuhah – Okezone Senin, 26 Maret 2012 14:09 wib

JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengantongi komitmen investasi senilai Rp1,4 triliun dari China atau Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Negeri Tirai Bambu tersebut mengucurkan dana untuk pengembangan sektor kelautan dan perikanan di Indonesia. "Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) telah berkomitmen mengucurkan dana sebesar Rp 1,4 triliun untuk kerja sama dibidang kelautan selama lima tahun," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo, melalui siaran persnya, Senin (26/3/2012). Komitmen investasi sebesar Rp1,4 triliun dari China itu merupakan satu poin dari sejumlah kesepakatan antara Indonesia dan China untuk mengembangkan pembangunan ekonomi berbasis kelautan (Blue Economy).

Konsep Blue Economy merupakan pengembangan ekonomi berbasis kelautan yang terkait dengan manajemen berkesinambungan serta melestarikan sumber-sumber kelautan, khususnya menyangkut keamanan pangan (food security), perubahan iklim (climate change), pemberantasan pencurian ikan (IUU fishing), kerja sama bidang riset dan pengembangan, serta peningkatan kesadaran atas isu-isu kelautan. Kesepakatan ini ditandai dengan penandatanganan Arrangement on the Development of Indonesia-China Center for Ocean and Climate (ICCOC) antara Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C Sutardjo dengan Administrator State Oceanic Administration (SOA) Republik Rakyat Tiongkok, Mr Liu Cigui di Beijing, akhir pekan lalu.

ICCOC akan dilakukan di lima lokasi, di antaranya Natuna, Prancak, Morotai, dan dua lagi Indonesia Kawasan Timur. Tugas pokoknya, antara lain meningkatkan komunikasi antar ilmuwan kedua negara, publikasi jurnal ilmiah dan laporan penelitian, dan menyusun peralatan dan kapal yang akan digunakan dalam investigasi bersama. Dalam pertemuan bilateral ini, kedua negara menggarisbawahi pentingnya penguatan kerja sama di sektor kelautan dan perikanan, di mana sektor ini di masa yang akan datang akan dapat memainkan peranan penting dalam menghadapi isu-isu global.

Pemerintah China juga siap membantu KKP untuk pengembangan pendidikan dalam bentuk Beasiswa untuk Paska Sarjana tingkat Master dan Doktoral dibidang kelautan dan perikanan. Kesepakatan lainnya, Pemerintah China akan membantu KKP dalam pengadaan kapal riset, khususnya riset di laut dalam. "Pemerintah akan terus mendorong masuknya investor untuk meningkatkan pengembangan sektor kelautan dan perikanan. Sehingga kesejahteran masyarakat semakin membaik," tandas Sharif. (mrt)

http://www.politikindonesia.com/index.php?k=politik&i=32519

24/03/2012 22:19 WIB

Indonesia - China Sepakat Kembangkan Blue Economy

Politikindonesia - Pemerintah Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok (China) sepakat mengembangkan pembangunan ekonomi berbasis kelautan (Blue Economy). Kesepakatan tersebut ditandai dengan penandatanganan Arrangement on the Development of Indonesia-China Center for Ocean and Climate (ICCOC) antara kedua negara.

Kesepakatan itu ditandatangani oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo serta Administrator State Oceanic Administration (SOA) China, Mr. Liu Cigui di Beijing, Kamis (22/03) lalu.

Dalam pertemuan bilateral tersebut, kedua belah pihak sepakat akan pentingnya penguatan kerjasama di sektor kelautan dan perikanan, di mana sektor ini di masa yang akan datang akan dapat memainkan peranan penting dalam menghadapi isu-isu global.

Kata Sharif, penandatanganan the Arrangement on the Development of ICCOC berikut dengan Marine Cooperation Work Plan 2011-2013, dapat menjadi sebuah landasan yang kuat dalam mengimplementasikan

Page 3: Kliping Ekonomi Biru 5

kerja sama bidang kelautan di masa depan.

Konsep "Blue Economy" yang disepakati merupakan pengembangan ekonomi berbasis kelautan yang terkait dengan manajemen berkesinambungan serta melestarikan sumber-sumber kelautan, khususnya yang menyangkut dengan keamanan pangan (food security), perubahan iklim (climate change), pemberantasan pencurian ikan (IUU fishing), kerja sama bidang riset dan pengembangan, serta peningkatan kesadaran atas isu-isu kelautan.

Kata Sharif, kedua belah pihak dapat memberikan upaya maksimal dalam implementasi kerja sama serta memastikan keberlangsungan kerja sama jangka panjang yang saling menguntungkan. Selain itu, sambung dia, kerja sama ini memberikan manfaat yang positif terhadap kemajuan ekonomi kedua negara serta dapat meningkatkan kemampuan SDM melalui pelatihan dan pendidikan formal yang lebih tinggi di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan managemen kelautan.

Kerjasama ini akan ditindaklanjuti dengan dibentuknya ICCOC di 5 lokasi yakni, Pulau Natuna, Kepulauan Riau, Perancak, Bali, Pulau Morotai di Maluku Utara serta 2 daerah yang berada di Indonesia kawasan Timur.

Komitmen Pemerintah China diwujudkan dengan mengucurkan dana sebesar Rp1,4 triliun untuk kerjasama di bidang kelautan selama 5 tahun. Terkait pengembangan pendidikan, China memberikan bea siswa bagi sarjana tingkat master dan doktor di bidang kelautan. Sedangkan di bidang penelitian oseanografi, KKP akan mendapatkan bantuan berupa kapal riset yang dapat meneliti hingga mencapai laut dalam.

Lebih lanjut Sharif mengungkapkan bahwa kerjasama ini dapat mengangkat kepentingan RI dalam mengusung penelitian dan pengembangan kelautan dan perikanan untuk menguatkan posisi geopolitis Indonesia sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia yang diakui dunia dalam World Ocean Conference (WOC) di Manado tahun 2009 silam. Kerjasama antara Indonesia dengan RRT telah dirintis oleh kedua negara sejak tahun 1994 lalu. Implementasi kerjasama antara kedua negara tersebut sangat signifikan dengan pendirian ICCOC (Indonesia China Ocean and Climate Center) dan Marine Station. (aan/rin/kap)

http://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2012/02/19/indonesia-sodorkan-konsep-ekonomi-biru/

Indonesia Sodorkan Konsep “Ekonomi Biru”

Posted February 19, 2012Indonesia Sodorkan Konsep “Ekonomi Biru”http://www.gatra. com/terpopuler/ 46-ekonomi/ 8866-indonesia- sodorkan- konsep-ekonomi- biruSaturday, 18 February 2012 14:14

Yuri O Thamrin [Dok KBRI Moskow]Moskow – Hari pertama pertemuan Senior Officials Meeting (SOM) APEC, Kamis (16/2), di Moskow, Rusia, delegasi Republik Indonesia langsung “menggebrak” pertemuan tingkat pejabat tinggi itu dengan mengajukan konsep yang disebut “Blue Economy”.

Pertemuan yang berlangsung pada suhu udara minus 31 derajat Celcius itu pun spontan “menghangat”. Perhatian ratusan delegasi APEC segera tersedot pada usulan delegasi RI tersebur. Pembicaraan pun berlangsung hangat seolah menafikan turunnya hujan salju yang tak berhenti.

Dirjen Asia Pasifik & Afrika (Apasaf) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang juga menjadi Ketua Delegasi Indonesia, Yuri O. Thamrin, mengemukakan bahwa konsep Blue Economy itu merupakan sebuah kebutuhan bersama, tidak hanya terkait dengan kepentingan Indonesia saja. “Namun pasti menjadi concern utama dari negara-negara yang memiliki laut yang merupakan mayoritas anggota APEC,” kata Yuri, sebagaimana dilaporkan M. Aji Surya dari KBRI Moskow.

Meski demikian, Yuri mengaku terminologi “Ekonomi Biru” memang bukanlah hal yang sama sekali baru. Istilah “Ekonomi Biru” sempat disebut-sebut dalam berbagai sidang internasional khususnya yang terkait dengan manajemen berkesinambungan dan melestarikan sumber-sumber kelautan. Tahun ini misalnya, “Blue Economy” menjadi tema pada international Expo di Yeosu, Korea Selatan.

Page 4: Kliping Ekonomi Biru 5

Walau demikian, Yuri menyebutkan bahwa terminologi dimaksud telah dibesut sedemikian rupa oleh tim APEC Indonesia sehingga memiliki makna yang lebih komprehensif. Diungkapkan, adalah kewajiban setiap negara untuk melakukan tindakan kongkrit terhadap manajemen kelautan serta sumber-sumbernya, khususnya yang menyangkut dengan keamanan pangan (food security), perubahan iklim (climate change), pemberantasan pencurian ikan, kerjasama bidang riset dan pengembangan, serta peningkatan kesadaran atas isu-isu kelautan. “Untuk itu Indonesia mengusulkan tiga inisiatif di APEC, yakni penurunkan tingkat pengambilan ikan yang tidak menjamin kesinambungan, penanganan perubahan iklim dan coral reef, serta meningkatkan koneksitas antar-kawasan,” ujar Dirjen Aspasaf.

Sejauh dalam pertemuan hari pertama tersebut, beberapa negara langsung memberikan acungan jempol dan menyampaikan komentarnya yang bernada dukungan. China, Amerika Serikat, Rusia dan Australia termasuk beberapa negara yang secara prinsip mengakui pentingnya konsep yang digulirkan Indonesia. Namun begitu, mereka pada umumnya tetap berharap agar Indonesia lebih mendetailkan konsep tersebut sampai pada tataran yang lebih praktis guna dipelajari lebih lanjut.

Direktur KIK Aspasar Kemlu, Arto Suryodipuro menambahkan bahwa konsep yang diperkenalkan di tengah bekunya kota Moskow itu sudah dipikirkan masak-masak. Bahkan akan diperjuangkan menjadi tema utama APEC pada saat dihelat di Indonesia di tahun depan. “Kita akan terus kembangkan sesuai dengan visi APEC dan kepentingan nasional Indonesia,” ujarnya.

Yang paling penting, menurut beberapa delegasi asing, konsep ini tidak boleh tumpang tindih dengan pembahasan yang ada di forum-forum internasional lainnya. Untuk ini, Dirjen Aspasaf akan memperhatikannya dan bahkan memberikan jaminan bahwa yang akan dipetik justru nilai tambah yang dibutuhkan semua anggota APEC. [NH]