KLB

23
I. KLB & Wabah KLB Definisi ; Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Definisinya, timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Kriteria KLB Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu : 1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal. 2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut- turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun) 3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun). 4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. 5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya. 6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya. 7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya. 8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, “DHF/DSS”, (a)Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). (b)Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan. 9. Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan pestisida. Klasifikasi KLB Menurut Penyebab: Toksin Entero toxin, misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio, Kholera, Eschorichia, Shigella. Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, Clostridium perfringens. Endotoxin. Infeksi Virus. Bacteri. Protozoa. Cacing Toksin Biologis Racun jamur. Alfatoxin. Plankton Racun ikan Racun tumbuh-tumbuhan Toksin Kimia Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), logam- logam lain cyanida. Zat kimia organik: nitrit, pestisida. Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainya 1

description

kejadian

Transcript of KLB

I. KLB & WabahKLBDefinisi ; Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Definisinya, timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Kriteria KLBKeputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu :1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)

3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).

4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.

6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.

7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.

8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSS, (a)Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). (b)Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.

9. Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan pestisida.

Klasifikasi KLBMenurut Penyebab:Toksin 14

Entero toxin, misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio, Kholera, Eschorichia, Shigella. Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, Clostridium perfringens. Endotoxin.

Infeksi Virus. Bacteri. Protozoa. Cacing

Toksin Biologis Racun jamur. Alfatoxin. Plankton Racun ikan Racun tumbuh-tumbuhan

Toksin Kimia Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), logam-logam lain cyanida. Zat kimia organik: nitrit, pestisida. Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainya

Menurut Sumber KLB Manusia misal: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti : Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis. Kegiatan manusia, misal : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun). Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella, Staphylokok, Streptokok. Udara, misal : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara. Permukaan benda-benda/alat-alat misal : Salmonella. Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella. Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.

Penanggulangan KLBPenanggulangan KLBdikenal dengan namaSistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes KotaSurabaya, 2002).Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi wabah secara dini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah penentuan penyakit didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003).Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan EarlyWarningOutbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu sistem jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruhIndonesiake pusat EWORS secara cepat (Badan Litbangkes, Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003)

WABAHDEFINISIKBBI 1989 : penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas.

DepKes RI Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan pemukiman 1981 : peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit.

UU RI No 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular : kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerahh tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

Benenson (1985) : terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu daerah, yang nyata-nyata melebihi jumlah biasa.

Last (1981) : timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa.

>> Kesimpulannya wabah : meningkatnya kasus atau kejadian kesakitan atau kematian yang melebihi dari biasanya dan bermakna secara epidemiologi serta menimbulkan kepanikan dan malapetaka pada masyarakat.

Letusan (outbreak,yaitu serangan penyakit) ; kejadian luar biasa (KLB).lingkup yang lebih luas (epidemis) atau bahkan lingkup global (pandemi). Apabila peningkatan penderita penyakit memenuhi kriteria definisi wabah di atas, akan dinyatakan sebagai letusan penyakit bila kejadian tersebut terbatas dan dapat ditanggulangi sendiri oleh pemerintah daerah dan dinyatakan sebagai KLB bila penanggulangannya membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat. Pernyataan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh menteri kesehatan.

Bentuk wabah menurut sifatnya1. Common Source Epidemic Keadaan wabah dengan bentuk common source epidemic (CSE) adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadinya dalam waktu yang relatif singkat ( sangat mendadak ). Jika keterpaparan kelompok serta penularan penyakit berlangsung sangat cepat waktu yang sangat singkat (point of epidemic atau poit source of epidemic), maka resultan dari semua kasus atau kejadian berkembang hanya dalam satu masa tunas saja. Pada dasarnya dijumpai bahwa pada CSE kurva epidemic mengikuti suatu distribusi normal, sehingga dengan demikian bila proporsi kumulatif kasus digambarkan menurut lamanya kejadian sakit (onset) akan berbentuk suatu garis lurus. Median dari masa tunas dapat ditentukan secara mudah dengan membaca waktu dari setengah (50%) yang terjadi pada grafik. Dalam hal ini, pengetahuan tentang median dari masa tunas dapat menolong kita dalam mengidentifikasi agent penyebab, mengingat tiap jenis agent mempunyai masa tunas tertentu. Point source epidemic dapat pula terjadi pada penyakit oleh faktor penyebab bukan infeksi yang menimbulkan keterpaparan umum seperti adanya zat beracun polusi zat kimia yang beracun di udara terbuka.

2. Propataged atau Progressive EpidemicBentuk epidemic ini terjadi karena adanya penularan dari orang ke orang baik secara langsung maupun tidak langsung melalui udara, makanan maupun vektor. Kejadian epidemi semacam ini relatif lebih lama waktunya sesuai dengan sifat penyakit serta lamanya masa tunas. Juga sangat di pengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran anggota masyarakat yang rentan terhadap penyakit tersebut. Masa tunas penyakit tersebut di atas adalah sekitar satu bulan sehingga tampak masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada saat di mana jumlah anggota masyarakat yang rentan mencapai batas yang minimal. Pada saat sebagian besar anggota masyarakat sudah terserang penyakit maka jumlah yang rentan mencapai batas kritis, sehingga kurva epidemi mulai menurun sampai batas minimal.

Penyebaran masalah kesehatan menurut Waktu, dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu : 1. Penyebaran Satu Saat Beberapa keadaan khusus yang ditemukan pada penyebaran penyakit pada Satu Saat dibedakan menjadi 2, yaitu : a) . Point Source Epidemic Disebut juga Common Source Epidemic yaitu : Suatu keadaan wabah yang ditandai oleh: Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang cepat, Masa inkubasi yang pendek Episode penyakit merupakan peristiwa tunggal Hilangnya penyakit dalam waktu yang cepat Contoh : Peristiwa keracunan makanan. Muncul hanya pada waktu tertentu saja

b) . Contagious Diseases Epidemic Disebut juga Propagated Epidemic, adalah : Suatu keadaan wabah yg ditandai oleh : Masa inkubasi yang panjang, Tim bulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang pelan, Episode penyakit me rupakan peristiwa m ajem uk, Waktu munculnya penyakit tidak jelas, Hilangnya penyakit dalam waktu yang lama.Contoh : Wabah penyakit menular.

2. Penyebaran Satu Kurun Waktu ?: Perhitungan penyebaran masalah kesehatan yg dilakukan pd satu kurun waktu tertentu atau disebut Clustering Menurut Waktu. Digunakan untuk mencari Penyebab Penyakit.

3. Penyebaran Siklis Disebut penyebaran secara siklis bila Frekuensi suatu masalah kesehatan naik atau turun menurut suatu siklus tertentu, misalnya menurut kalender tertentu (minggu, bulan, tahun); menurut keadaan cuaca tertentu (musim hujan, musim panas); menurut peristiwa tertentu (musim panen, paceklik).

4. Penyebaran Sekular Disebut penyebaran secara sekular apabila perubahan yang terjadi berlangsung dalam waktu yang cukup lama, Misalnya lebih dari 10 tahun.

Pengukuran epidemiologi : UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGIProporsi: Proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut, digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasiRumus:

Proporsi : x / (x+y) x k

Contoh:

Proporsi Mhs wanita =Jumlah Mahasiswa wanita------------------------------------------ kJumlah Mahasiswa wanita + pria

Ratio: Ratio adalah perbandingan dua bilangan yang tidak saling tergantung, untuk menyatakan besarnya kejadian;perbandinganRumus:Ratio: (x/y) k

Dependency ratio =Juml usia (0 - 65 th)------------------------------------------- kJumlah usia (15 64 th)

Contoh: Jumlah Mahasiswa Stikes = 100, ratio pria : wanita = 2 : 3. Berapa jumlah masing2 mahasiswa?

Rate : perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang mempunyai risiko kejadian tersebut,untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian tertentu dalam masyarakatRumus:Rate: (x/y) k X: angka kejadian Y: populasi berisiko K: konstanta (angka kelipatan dari 10)

Contoh: Campak berisiko pada balita Diare berisiko pada semua penduduk Ca servik berisiko pada wanita

PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN/ MORBIDITASINCIDENCE RATE: frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu

Incidence Rate (IR) =

PREVALENCE RATE: frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentuPR yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence RatePR yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember 2000) disebut Periode Prevalence Rate

Prevalence Rate (PR) =

ATTACK RATE: jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu

Attack Rate (AR) =

PENGUKURAN MORTALITY RATEMortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk.1. Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR).Konsep DasarAngka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda.

KegunaanAngka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan pengaruh umur penduduk. Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka kelahiran Kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah.

Definisi: Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per 1000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu.

X 1000

x kDimana:

D: Jumlah kematian pada tahun xP: jumlah penduduk pada pertengahan tahun xK: 1000

Catatan1: P idealnya adalah "jumlah penduduk pertengahan tahun tertentu" tetapi yang umumnya tersedia adalah "jumlah penduduk pada satu tahun tertentu" maka jumlah dapat dipakai sebagai pembagi. Kalau ada jumlah penduduk dari 2 data dengan tahun berurutan, maka rata-rata kedua data tersebut dapat dianggap sebagai penduduk tengah tahun.2. Age Specific Death Rate (ASDR = Angka Kematian Menurut Umur)adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu selama satu tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun

=

= angka kematian khusus umur tertentu (x)Dx = kematian pd umur tertentu selama 1 tahunPx = penduduk pada umur tertentu

CASE FATALITY RATE: persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut

3. Angka Kematian Bayi (AKB)Konsep DasarKematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Kegunaan Angka Kematian Bayi dan BalitaAngka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.DefinisiAngka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. X 1000

Angka Kematian NeonatalDefinisiAngka Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

Angka Kematian Neo-natal =

Dimana :Angka Kematian Neo-Natal =Angka Kematian Bayi umur 0-