KLB Rabies Poso 2011

download KLB Rabies Poso 2011

of 25

description

KLB rabies kab poso

Transcript of KLB Rabies Poso 2011

  • LAPORAN HASIL PENYIDIKAN KLB RABIES KABUPATEN POSO

    TAHUN 2011

    I. PENDAHULUAN

    Rabies adalah suatu penyakit encephalomyelitis viral akut dan fatal; serangan

    biasanya dimulai dengan perasaan ketakutan, sakit kepala, demam, malaise,

    perubahan perasaan sensoris, pada bekas gigitan binatang. Gejala yang sering

    muncul adalah eksitabilitas dan aerophobia. Penyakit ini berlanjut kearah terjadinya

    paresis atau paralisis, kejang otot-otot menelan menjurus kepada perasaan takut

    terhadap air (hydrophobia), diikuti dengan delirium dan kejang. Tanpa intervensi

    medis, basanya berlangsung 2-6 hari dan kadang-kadang lebih, 428 kematian

    biasanya karena paralisis pernafasan. Diagnosa ditegakkan dengan teknik

    pewarnaan FA yang spesifik terhadap jaringan otak atau dengan isolasi virus pada

    tikus atau sistem pembiakan sel. Diagnosa presumptive dapat ditegakkan dengan

    teknik pewarnaan FA spesifik dari potongan kulit yang dibekukan diambil dari kuduk

    kepala bagian yang berambut. Diagnosa serologis didasarkan pada tes neutralisasi

    pada mencit atau kultur sel.

    Penyebab penyakit rabies adalah Virus rabies, rhabdovirus dari genus

    Lyssavirus. Semua anggota genus ini mempunyai persamaan antigen, namun

    dengan teknik antibodi monoklonal dan nucleotide sequencing dari virus

    menunjukkan adanya perbedaan tergantung spesies binatang atau lokasi geografis

    darimana mereka berasal. Virus yang mirip dengan rabies yang ditemukan di Afrika

    (Mokola dan Duvenhage) jarang menyebabkan kesakitan pada manusia mirip

    seperti rabies dan jarang yang fatal. Lyssavirus baru telah ditemukan pertama kali

    pada tahun 1996, pada beberapa spesies dari Flying fox dan kelelawar di Australia

    dan telah menyebabkan dua kematian pada manusia dengan gejala penyakit seperti

    rabies. Virus ini untuk sementara diberi nama Lyssavirus kelelawar Australia. Virus

    ini mirip dengan virus rabies namun tidak identik dengan virus rabies klasik.

    Sebagian penderita penyakit yang disebabkan oleh virus yang mirip rabies inim

  • dengan teknik pemeriksaan standard FA test kemungkinan didiagnosa sebagai

    rabies.

    Reservoir adalah berbagai Canidae domestik dan liar, seperti anjing, serigala,

    coyotes, rubah, serigala serta jackal; juga skunks, arcoon, mongoose dan mamalia

    menggigit lainnya. Populasi vampire yang terinfeksi, kelelawar frugivorous (pemakan

    buah) dan insectivorous (pemakan serangga) ditemukan di Amerika Serikat, Kanada

    dan sekarang bahkan di Eropa. Di negara berkembang, anjing tetap merupakan

    reservoir utama, kelinci, opposums, bajing, chipmunk, tikus dan mencit jarang

    terinfeksi, dan kasus gigitan pada manusia juga jarang terjadi. Bila terjadi gigitan

    maka hubungi fasilitas kesehatan untuk profilaksis rabies.

    Cara-cara penularan air liur binatang sakit yang mengandung virus menularkan

    virus melalui gigitan atau cakaran (dan sangat jarang sekali melalui luka baru di kulit

    atau melalui selaput lendir yang utuh). Penularan dari orang ke orang secara teoritis

    dimungkinkan oleh karena liur dari orang yang terinfeksi dapat mengandung virus,

    namun hal ini belum pernah didokumentasikan. Transplantasi organ (cornea) dari

    orang yang meninggal karena penyakit sistem saraf pusat yang tidak terdiagnosa

    dapat menularkan rabies kepada penerima organ tadi. Penyebaran melalui udara

    telah dibuktikan terjadi di suatu gua dimana terdapat banyak kelelawar yang hinggap

    dan pernah juga terjadi di laboratorium, namun kejadiannya sangat jarang. Di

    Amerika Latin, penularan melalui kelelawar vampire yang terinfeksi kepada binatang

    domestik sering terjadi. Di Amerika Serikat kelelawar pemakan serangga jarang

    menularkan rabies kepada binatang di darat baik kepada binatang domestik maupun

    binatang liar.

    Masa inkubasi Biasanya berlangsung 3-8 mingu, jarang sekali sependek 9 hari

    atau sepanjang 7 tahun; masa inkubasi sangat tergantung pada tingkat keparahan

    luka, lokasi luka yang erat kaitannya dengan keadatan jaringan saraf di lokasi luka

    dan jarak luka dari otak, dan tergantung pula dengan jumah dan strain virus yang

    masuk, serta tergantung dari perlindungan oleh pakaian dan faktor-faktor lain. Masa

    inkubasi yang panjang terjadi pada individu prepubertal.

    Masa penularan Pada anjing dan kucing, biasanya 3 - 7 hari sebelum munclnya

    gejala klinis (jarang lebih dari 4 hari) dan selama periode sakit. Masa penularan

  • yang lebih panjang sebelum munculnya gejala klinis (yaitu 14 hari) telah diamati di

    Ethiopia pada strain virus rabies pada anjing. Pada satu studi diketahui kelelawar

    mengeluarkan virus melali tinjanya 12 hari sebelum sakit, pada studi yang lain skunk

    mengeluarkan virus melalui tinjanya untuk palng sedikit 8 hari sebelum munculnya

    gejala klinis. Skunk mungkin mengeluarkan virus sampai 18 hari sebelum mati.

    Kerentanan dan kekebalan Semua mamalia rentan terhadap rabies dengan

    berbagai tingkatan yang sangat dipengaruhi oleh strain virus. Manusia paling

    resisten terhadap infeksi dibandingkan dengan banyak spesies binatang, hanya

    sekitar 40% dari orang Iran yang dipastikan digigit binatang yang menderita rabies

    berkembang menjadi sakit.

    Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit zoonosa yang terpenting di

    Indonesia karena penyakit tersebut tersebar luas di 22 propinsi dengan jumlah

    kasus gigitan yang cukup tinggi setiap tahunnya (rata-rata 16.000 kasus gigitan),

    serta belum diketemukan obat atau cara pengobatan untuk penderita rabies

    sehingga selalu diakhiri dengan kematian pada hamper semua penderita rabies baik

    manusia maupun pada hewan. Penanggulangan rabies yang menyangkut hewan

    menjadi tugas dan tanggung jawab Departemen Pertaniancq. Direktorat Jenderal

    perternakan, sedangkan yang menyangkut manusia menjadi tugas dan tanggung

    jawab Departemen Kesehatan.

    Pada tanggal 29 April 2011 UPT Surveilans Data dan Informasi Dinas

    Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah mendapatkan laporan dari petugas surveilans

    Kabupaten Poso bahwa telah terjadi KLB Rabies di Kabupaten Poso dengan

    jumlah kasus sebanyak 75 orang dengan kematian 10 orang (CFR 13,3%).

    Berdasarkan laporan tersebut TGC KLB Propinsi Sulawesi Tengah melakukan

    koordinasi dengan program terkait dan TGC KLB Kabupaten Poso mengenai KLB

    Rabies tersebut dan mempersiapkan Logistik dan keperluan lain, tanggal 3 Mei

    2011 Tim menuju lokasi KLB untuk melakukan Investigasi dan penanggulangan

    KLB Rabies.

  • Lokasi Dan Tanggal Penyelidikan

    Lokasi kejadian KLB Rabies di 8 kecamatan 11 Puskesmas yang ada di Kabupaten

    Poso Provinsi Sulawesi Tengah. Penyelidikan dimulai pada tanggal 3 sampai

    dengan 6 Mei Tahun 2011

    Pelaksana Investigasi

    A. Pelaksana dari propinsi Sulawesi Tengah 3 orang adalah :

    1. Dr. I Made Suardiyasa, MPH (surveilans, Ketua Tim Investigasi)

    2. Yusmi, SKM (Program Rabies)

    3. Idris S.Sos, M.Kes (Program Wabah dan Bencana)

    B. Pelaksana dari Kabupaten Poso sebanyak 2 orang;

    1. Faisal Podungge (Surveilans)

    2. Rudi Gunawan, SKM (Program Rabies)

    C. Pelaksana dari Puskesmas sebanyak 2 orang

    1. Sitti Maimun Panape

    2. Ahmad Ali Akbar

    II. Tujuan

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui besarnya dan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap

    Kejadian Luar Biasa Rabies sehingga dapat dirumuskan saran untuk

    menghindari kejadian serupa.

    2. Tujuan Khusus

    a. Melakukan konfirmasi KLB Rabies

    b Memperoleh gambaran besaran masalah KLB Rabies

    c. Mengetahui penyebab dan sumber penyebab untuk mencegah perluasan.

    d. Menetapkan saran untuk mencegah terjadinya peristiwa serupa dikemudian

    hari.

    e. Menentukan cara penularan.

    f. Mendapatkan gambaran kasus rabies dan kematian akibat rabies secara

    epidemiologi.

  • BAHAN DAN CARA

    A. Batasan penyelidikan

    1. Wilayah penyelidikan

    Penyelidikan dilakukan di Wilayah Kabupaten Poso

    2. Sasaran Penyelidikan

    Sasaran penyidikan adalah penduduk yang ada di Kabupaten tersebut..

    3. Jenis Penyelidikan

    a. Deskriptif

    Untuk menggambarkan karakteristik epidemiologi KLB.

    b. Kohort

    Untuk memperkirakan faktor risiko KLB Rabies

    B. Pemastian diagnosis

    Diagnosis klinis :

    Diagnosis klinis kasus rabies ada 2 tipe yaitu :

    1. Furiuos (80%)

    Stadium Prodromal (2-4 hari)

    Adanya gejala-gejala awal berupa nyeri kepala, demam, serak, rasa baal,

    kesemutan, sakit pada gigitan, hiperakusis, fotofobia, lakrimasi dan hipersalivasi.

    Stadium Eksitasi

    Pada stadium ini penderita rabies menunjukan gejala panas, hidrofobia, sulit

    menelan, tonus otot meningkat, refleks meningkat dan menyerang.

    2. Paralitik (20%)

    Stadium paralisis

    Setelah timbul gejala prodromal timbul gejala paralysis flasid ditempat gigitan,

    ascending paralysis, kelumpuhan otot termasuk otot pernapasan.

    Diagnosis Laboratorium

    Jenis specimen rabies adalah:

    - Usap kornea

    - Swab saliva

    - Serum darah

  • Jenis pemeriksaannya adalah

    - Fluorescent Antibodies Test (FAT)

    - Metode Seller

    - Biologis

    Telah terjadi KLB Rabies jika memnuhi salah satu kriteria :

    1. Peningkatan jumlah kasus gigitan hewan tersangka rabies menurut waktu

    (mingguan/harian) dibanding dengan periode sebelumnya

    2. Terdapat satu kasus klinis pada manusia

    C. Cara penyelidikan

    1. Pengumpulan data

    a. Data primer, diperoleh dari observasi dan melakukan wawancara terhadap

    penduduk..

    b. Data sekunder, diperoleh berdasarkan laporan/rekam medis terhadap korban

    yang rawat inap maupun rawat jalan di puskesmas dan Fasilitas kesehatan

    lainnya.

    2. Pengambilan sample /spesimen

    Sampel diambil berupa kepala anjing

    3 .Analisis data

    Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer, untuk analsis deskriptif

    disajikan dalam bentuk narasi, table dan grafik

    D. Definisi operasional

    1. Kelompok terpapar

    Adalah orang orang yang mengalami kontak dengan faktor risiko yang dicurigai

    2. Kelompok tidak terpapar.

    Adalah orang orang yang tidak mengalami kontak dengan faktor risiko yang

    dicurigai

    3. Waktu sakit

    Adalah waktu pertama kali munculnya tanda dan gejala yang dirasakan oleh

    penderita.

  • 4. Kasus gigitan

    Adalah penderita yang digigit oleh hewan(yang sehat maupun yang diduga

    hewan penular rabies).

    5. Kasus rabies

    Adalah penderita yang digigit oleh hewan penular rabies dan menunjukan gejala

    klinis rabies (hidrofobi).

    6. Kejadian luar biasa

    Adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang

    bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah pada kurun waktu tertentu

    (mingguan/harian).

    7. Penyelidikan epidemiologi

    Adalah kegiatan yang dilaksanaakan pada suatu KLB atau dugaan adanya

    dugaan KLB untuk memastikan adanya KLB, mengetahui penyebab, gambaran

    epidemiologi, sumber-sumber penyebaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi

    serta menetapkan cara-cara penanggulangan yang efektif dan efisien.

    E. Langkah-langkah Penyidikan KLB

    Langkah penyelidikan dimulai dari konfirmasi adanya kejadian, persiapan

    penyelidikan melalui koordinasi penyiapan sumberdaya teknis maupun non teknis,

    penyelidikan lapangan yang lebih lengkap dengan wawancara dan pemeriksaan

    untuk mengidentifikasi kasus & paparan, menyusun dalam variabel epidemiologi,

    mengembangkan hypotesa, menilai hypotesa dengan dukungan hasil penyelidikan

    termasuk laboratorium sampai kepada penyusunan laporan untuk komunikasi KLB.

    Secara skematik seperti terlihat sbb :

  • Gambar 1. Skema langkah penyelidikan KLB (Dinkes DIY, 2007)

    Skema langkah penyelidikan dan penanggulangan KLB

    Informasi awal (lap Fas kes,Masy

    dll , surveilans epidemiologi

    Konfirmasi (Gambran awal-

    situasi setempat)

    Salah

    Benar

    Kesiapsiagaan dihentikan Rencana kerja:

    - Definisi kasus

    -Dugaan smntr.

    - Info lain

    perlukan

    - Cara dapat info

    - Sumberdaya

    PE

    NY

    EL

    IDIK

    AN

    Pemastian diagnosis

    Penentuan KLB/bukan

    Identifikasi kasus & paparan

    Deskripsi OTW

    Hypotesa sementara

    Penanggulangan

    Pelaporan

    Penyelidikan lanjut

    Analisis

    Laporan lengkap

  • HASIL PENYELIDIKAN

    A. Gambaran Umum

    Kabupaten Poso terdiri dari pesisir pantai, daratan, perbukitan dan pegunungan,

    dengan karakteristik budaya penduduk yang beragam dan adat istiadat yang

    berbeda-beda, termasuk perilaku yang berkaitan dengan kesehatan.

    Sejak dilaksanakannya kebijakan desentralisasi yang antara lain berimplikasi

    pada terus bertambahnya jumlah kecamatan. Pada tahun 2011 secara

    administrative wilayah kabupaten Poso terbagi atas 19 kecamatan, 160

    desa/kelurahan, 21 Puskesmas, 60 Puskesmas Pembantu dan 2 Rumah Sakit

    dengan jumlah penduduk sebesar : 209.252 jiwa Laki-laki : 104.768 jiwa dan

    Perempuan : 104.484 jiwa

    B. Distribusi Gejala dan tanda kasus Rabies di 13 Kecamatan Kabupaten Poso

    Pada umumnya penderita yang datang tanpa adanya gejala klinis . Penderita

    datang langsung setelah gigitan atau di cakar. Jadi pada umumnya penderita datang

    dengan luka gigitan tanpa gejala klinis.

    C. Gambaran Epidemiologi

    1. Gambaran epidemiologi berdasarkan waktu

    Berdasarkan hasil Investigasi kasus menyebar di 11 puskesmas di Kabupaten

    Poso di mulai pada minggu 1 tahun 2011 dengan jumlah kasus sebanyak 6

    orang, kasus berlanjut hingga saat penyelidikan epidemiologi dilakukan yaitu

    minggu ke 19 tahun 2011. Untuk jumlah keseluruhan penderita Rabies di lokasi

    KLB adalah sebanyak sebanyak 106 kasus, diantaranya 10 penderita yang

    meninggal (CFR 9,43 %), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik mingguan

    di bawah ini:

    Grafik 1. Mingguan Rabies minggu 1- 19 (Bulan Januari- April) Tahun 2011

    0

    5

    10

    15

    20

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

    MINGGU

  • Grafik 2. Bulanan Kasus Rabies Tahun 2008 - 2011 Di Kabupaten Poso

    2. Gambaran Epidemiologi menurut Orang

    Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi menurut kelompok umur

    paling banyak menderita penyakit Rabies adalah kelompok umur 5 9 tahun

    dan paling sedikit pada kelompok umur 50 54 tahun, seperti di sajikan dalam

    tabel di bawah ini :

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    2008

    2009

    2010

    2011

  • Berdasar distribusi kasus gigitan anjing (rabies) berdasarkan jenis kelamin

    antara perempuan dan laki-laki tidak ada perbedaanya karena risiko antara

    perempuan dan laki-laki digigit anjing adalah sama. Dari tahun 2008 sampai

    dengan tahun 2011 tidak ada perbedaan yang bermakna antara perempuan dan

    laki-laki yang digigit anjing (rabies) seperti dilihat pada grafik di bawah ini :

    Grafik 4. Distribusi Penderita Rabies Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kabupaten Poso Tahun 2008 - 2011

    3. Gambaran Epidemiologi menurut Tempat

    Pada tahun 2008 kasus gigitan anjing terdapat pada wilayah puskesmas

    Mapane, Tagolu, Tentena, Tonusu, Taripa, Gintu, Tangkura dan Kawua, kasus

    gigitan anjing paling banyak pada wilayah puskesmas Tentena seperti terlihat pada

    grafik di bawah ini :

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400

    2008 2009 2010 2011 TOTAL

    LAKI

    PRMPUAN

    JUMLAH

  • Pada tahun 2009 kasus gigitan anjing terdapat pada wilayah puskesmas

    Tambarana, Tentena, Tonusu, Pendolo, Mayoa, Tangkura dan Kawua, kasus

    gigitan anjing paling banyak pada wilayah puskesmas Tentena seperti terlihat pada

    grafik di bawah ini :

  • Pada tahun 2010 kasus gigitan anjing terdapat pada wilayah puskesmas

    Mapane,Togolu, Tentena, Taripa dan Miko, kasus gigitan anjing paling banyak

    pada wilayah puskesmas Togolu seperti terlihat pada grafik di bawah ini :

  • Pada tahun 2011 kasus gigitan anjing terdapat pada wilayah puskesmas

    Kayamanya, Mapane,Tambarana, Togolu, Tentena, Tonusu, Taripa, Pendolo,

    Mayoa, Tangkura dan Kawua, kasus gigitan anjing paling banyak pada wilayah

    puskesmas Togolu seperti terlihat pada grafik di bawah ini :

  • PEMBAHASAN

    Kalau dilihat dari gambaran umum Kabupaten Poso terdiri dari pesisir pantai,

    daratan, perbukitan dan pegunungan, dengan karakteristik budaya penduduk yang

    beragam dan adat istiadat yang berbeda-beda, termasuk perilaku yang berkaitan

    dengan kesehatan. dengan jumlah penduduk sebesar : 209.252 jiwa, Laki-laki :

    104.768 jiwa dan Perempuan : 104.484 jiwa dan mayoritas penduduknya bertani

    maka keberadaan anjing sangat diperlukan oleh petani untuk menjaga kebun atau

    lahan pertanian mereka, Bisa dilihat bahwa setiap rumah tangga memelihara anjing

    antara 10 12 ekor anjing. Beberapa desa populasi anjing lebih banyak di

    bandingkan dengan populasi penduduk, bisa dibanyagkan risiko terkena penyakit

    rabies sangatlah besar dimana lagi penduduk kurang paham tentang penyakit rabies

    sehingga anjing tersebut tidak pernah di vaksin. Dengan demikian untuk

    penanggulangan penyakit rabies dengan cara mengurangi faktor risiko dengan jalan

    pemusnahan anjing di wilayah ini sangat tidak mungkin maka pemerintah daerah

    mengeluarkan beberapa kebijaksanaan melalui Pertemuan lintas sektor ;wakil

    bupati,dinas kesehatan,dinas pertenakan,camat se-kabupaten Poso (aula kantor

    Bupati Poso, 8 April 2011) dan mengahasilkan kesepakatan yang harus

    ditindaklanjuti (menjadi surat edaran bupati) yaitu :

    - Setiap masyarakat yang memelihara anjing agar mengikat (merantai) atau

    mengandangkan anjing peliharaannya.

    - Melakukan vaksinasi secara rutin setiap 6 (enam) bulan sekali atau paling

    lambat 1 (satu) tahun sekali

    - Anjing yang berkeliaran atau yang diliarkan akan dilakukan pemusnahan

    (peracunan).

    - Apabila masyarakat ada yang digigit anjing agar segera melaporkan ke

    puskesmas/rumah sakit yang terdekat untuk mendapatkan perawatan

    - Anjing yang mengigit agar segera diperiksa otaknya ke Laboratorium Kesehatan

    Hewan Dinas Kelautan, Perikanan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Poso, Jln

    Pulau Kalimantan No 39 dengan cara membawa kepala anjing yang menggigit.

    Bila dilihat dari jumlah kasus gigitan sejak tahun 2008, tahun 2011 kasus

    gigitan sangat tinggi dan bila kita hubungkan dengan grafik distribusi penyakit

  • rabies menurut tempat dari tahun ke tahun jumlah kecamatan yang terserang

    penyakit rabies makin banyak kalau hal ini tidak ditindaklanjuti dengan segera bisa

    menyerang seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten poso..

    Berdasarkan grafik tentang distribusi penyakit rabies menurut golongan umur

    penderita paling banyak pada kelompok anak-anak, hal ini lebih dimungkinkan

    karena kelompok ini masih banyak bermain dan kurang waspada terhadap bahaya

    yang mengancam.

    Dinas Perternakan dalam hal ini manteri hewan yang melakukan vaksinasi

    anjing merupakan risiko yang paling besar terkena rabies dimana petugas tesebut

    tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) bila bekerja dan tidak mendapatkan

    VAR sebelum bekerja. Tujuan pemberian VAR sebelum gigitan adalah untuk

    memberikan kekebalan, terutama kepada orang-orang yang berisiko tinggi tertular

    rabies. Estimasi Populasi Hewan Penular Rabies (anjing) di Kabupaten Poso adalah

    20.000 ekor (sumber: lab.pemeriksaan Hewan dinas peternakan Kabupaten poso)

    dan pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu Jumlah sampel (kepala anjing) yang

    telah diperiksa tahun 2010 s.d April 2011

    - Kepala anjing 74 ekor,kepala Kera 1 ekor.

    - Sampel Postif 68,sampel negatif 5 dan sampel rusak 2.

    6 langkah penanggulangan rabies

    Pencucian luka gigitan hewan penular rabies dengan sabun atau detergen

    dengan air yang mengalir selama 10-15 menit.

    Penyuntikan dengan Vaksin Anti Rabies(VAR) yang diberikan pada :

    - hari ke 0 sebanyak 2 dosis secara muskuler (i.m) dilengan kiri dan kanan.

    - hari ke 7 sebanyak 1 dosis

    - hari ke 21 sebanyak 1 dosis

    Membentuk dan mengaktifkan Rabies Center.

    Melaksanakan Vaksinasi pada anjing-anjing yang berpemilik dan eliminasi pada

    anjing yang tidak berpemilik.

    Penyuluhan tentang bahaya rabies serta pencegahanya pada masyarakat.

    Pembatasan lalu lintas hewan penular Rabies

  • PERMASALAHAN

    1. Kurangnya Kesadaran Masyarakat pada kegiatan penanggulangan penyakit

    rabies dan Vaksinasi Anjing.

    2. Kurangnya penyuluhan sampai ketingkat desa mengenai penyakit rabies

    3. Upaya Eliminasi Anjing yang masih menjadi Kontrovesial di Masyarakat.

    4. Kurangnya tenaga (petugas) peternakan dalam melakukan Vaksinasi Anjing.

    5. Anjing yang telah di vaksin tidak diberi tanda

    6. Sikap masyarakat yang menganggap biasa gigitan awal anjing.

    7. Ditemukanya Virus Rabies pada Kera

    8. Petugas imunisasi binatang dari perternakan tidak menggunakan APD (Alat

    Pelindung Diri), dan tidak mendapatkan VAR sebelum melakukan pekerjaan.

    9. Surat edaran dari bupati mengenai penanggulangan penyakit rabies tidak

    sampai tingkat bawah

    UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN

    1. Penyelidikan Epidemiologi (PE)

    2. Pemberian VAR pada kasus positif rabies dan gigitan anjing

    3. Vaksinasi pada anjing oleh dinas peternakan

    4. Penyuluhan terpadu lintas sektor

    5. Pertemuan lintas sektor ;wakil bupati,dinas kesehatan,dinas pertenakan,camat

    se-kabupaten Poso (aula kantor Bupati Poso, 8 April 2011) dan mengahasilkan

    kesepakatan yang harus ditindaklanjuti (menjadi surat edaran bupati) yaitu :

    - Setiap masyarakat yang memelihara anjing agar mengikat (merantai) atau

    mengandangkan anjing peliharaannya.

    - Melakukan vaksinasi secara rutin setiap 6 (enam) bulan sekali atau paling

    lambat 1 (satu) tahun sekali

    - Anjing yang berkeliaran atau yang diliarkan akan dilakukan pemusnahan

    (peracunan).

    - Apabila masyarakat ada yang digigit anjing agar segera melaporkan ke

    puskesmas/rumah sakit yang terdekat untuk mendapatkan perawatan

  • - Anjing yang mengigit agar segera diperiksa otaknya ke Laboratorium

    Kesehatan Hewan Dinas Kelautan, Perikanan dan Kesehatan Hewan

    Kabupaten Poso, Jln Pulau Kalimantan No 39 dengan cara membawa

    kepala anjing yang menggigit.

    6. Surveilans ketat

    Melaporkan Perkembangan jumlah kasus gigitan dan kasus rabies

    Melaporkan Perkembangan Populasi hewan tersangka Rabies

  • KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Telah terjadi KLB Rabies di Kabupaten Poso menyerang 8 Kecamatan dan 11

    Puskesmas dengan jumlah kasus sebanyak 106 kasus dengan CFR sebesar 9,43%.

    Faktor risikonya adalah banyaknya populasi anjing di Kabupaten Poso dan tidak pernah

    di vaksin karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit rabies dan

    faktor-faktor yang mempengaruhinya.

    Saran

    Untuk Puskesmas Program dan Surveilans

    - SKD KLB lebih ditingkatkan

    - PWS lebih di tingkatkan

    - Penyuluhan di desa-desa lebih di galakan

    - Koordinasi dengan pemerintah setempat dalam hal penanggulangan

    penyakit rabies.

    Untuk Kabupaten Progran dan Surveilans

    - Membentuk rabies center

    - Meningkatkan koordinasi lintas sektor dalam hal penanggulangan

    penyakit rabies (anjing yang di beri vaksin harus diberi tanda).

    - Meningkatkan kewaspadaan terhadap kelompok resiko terkena penyakit

    rabies

    - Meningkatkan koordinasi lointas program dalam hal penyuluhan mengenai

    penyakit rabies dan meningkatkan peran serta masyarakat

    - Meningkatkan SKD KLB dan analisis data lebih ditingkatkan

    - Meningkatkan pembinaan ke puskesmas-puskesmas tentang SKD KLB

    - Meningkatkan pembinaan kepuskesmas-puskesmas tentang

    penanggulangan penyakit rabies.

  • Untuk Program Rabies Provinsi

    - Meningkatkan koordinasi lintas sektor terkait (anjing yang telah di vaksin

    harus diberi tanda)

    - Meningkatkan koordinasi lintas program terkait

    - Meningkatkan pembinaan ke kabupaten rawan rabies

    - Meningkatkan PWS

    - Meningkatkan pembinaan ke kabupaten yang berbatasan dengan

    Kabupaten Poso karena hampir seluruh kecamatan yang ada di

    Kabupaten Poso sudah tertular dengan penyakit rabies sehingga tidak

    menutup kemungkinan kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten

    Poso akan terserang dengan penyakit rabies .

    Mengetahui : Tim Investigasi Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi Ketua Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah

    Usman. Y. Tantu, S.Sos, M.Kes dr. I Made Suardiyasa,MPH Pembina Tkt I 19700421 200212 1 003

    19550605 197702 1 002

  • TIM YGC PROVINSI MEMBERIKAN PENYULUHAN

    KETUA TIM SAAT KOORDINASI DENGAN DINAS PERTERNAKAN POSO

  • PENDERITA YANG DIGIGIT ANJING DI DAERAH SIMPYSIS PUBIS

    PENDERITA SETELAH DI SUNTIK VAR

  • PEKERJAAN YANG PENUH DENGAN RISIKO TERGIGIT ANJING

    MANTERI HEWAN SEDANG BERAKSI

  • DIMANAPUN MANTERI HEWAN SIAP MELAYANI VAKSINASI ANJING

    ANJING YANG SEMENTARA DI VAKSIN