ASKEP Rabies

37
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rabies adalah suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang dapat menyerang semua jenis binatang berdarah panas dan manusia. Penyakit ini ditandai dengan disfungsi hebat susunan saraf pusat dan hampir selalu berakhir dengan kematian. Rabies merupakan salah satu penyakit menular tertua yang dikenal di Indonesia. Virus rabies termasuk dalam genus Lyssavirus dan famili Rhabdoviridae. Genus Lyssavirus sendiri terdiri dari 80 jenis virus dan virus rabies merupakan prototipe dari genus ini. Sejarah penemuan rabies bermula 2000 tahun SM ketika Aristoteles menemukan bahwa anjing dapat menularkan infeksi kepada anjing yang lain melalui gigitan. Ketika seorang anak laki-laki berumur 9 tahun digigit oleh seekor anjing rabies pada tahun 1885, Louis Pasteur mengobatinya dengan vaksin dari medulla spinalis anjing tersebut, menjadikannya orang pertama yang mendapatkan imunitas, karena anak tersebut tidak menderita rabies. B. Rumusan Masalah Bagaimana konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan rabies? 1

Transcript of ASKEP Rabies

Page 1: ASKEP Rabies

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rabies adalah suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang dapat

menyerang semua jenis binatang berdarah panas dan manusia. Penyakit ini ditandai

dengan disfungsi hebat susunan saraf pusat dan hampir selalu berakhir dengan

kematian. Rabies merupakan salah satu penyakit menular tertua yang dikenal di

Indonesia. Virus rabies termasuk dalam genus Lyssavirus dan famili Rhabdoviridae.

Genus Lyssavirus sendiri terdiri dari 80 jenis virus dan virus rabies merupakan prototipe

dari genus ini. Sejarah penemuan rabies bermula 2000 tahun SM ketika Aristoteles

menemukan bahwa anjing dapat menularkan infeksi kepada anjing yang lain melalui

gigitan. Ketika seorang anak laki-laki berumur 9 tahun digigit oleh seekor anjing rabies

pada tahun 1885, Louis Pasteur mengobatinya dengan vaksin dari medulla spinalis

anjing tersebut, menjadikannya orang pertama yang mendapatkan imunitas, karena

anak tersebut tidak menderita rabies.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan keperawatan pada

pasien dengan rabies?

C. Tujuan

Untuk mengetahui konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan keperawatan

pada pasien dengan penyakit rabies.

D. Manfaat

Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai konsep dasar teori dan

konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan rabies.

1

Page 2: ASKEP Rabies

E. Metode Penulisan

Makalah ini ditulis dengan teknik deskriptif kualitatif dimana data-data bersifat

sekunder. Makalah ini ditunjang dari dari data-data studi kepustakaan yaitu dari buku-

buku literattur penunjang masalah yang dibahas.

F. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

D. Manfaat

E. Metode Penulisan

F. Sistematika Penulisan

Bab II Pembahasan

A. Konsep Dasar Penyakit

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Bab III Penutup

A. Simpulan

B. Saran

2

Page 3: ASKEP Rabies

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi/Pengertian

Rabies atau lebih sering dikenal dengan nama anjing gila merupakan suatu

penyakit infeksi akut yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus

rabies dan ditularkan dari gigitan hewan penular rabies. Hewan yang rentan dengan

virus rabies ini adalah hewan berdarah panas. Penyakit rabies secara almi terdapat

pada bangsa kucing, anjing, kelelawar, kera dan karnivora liar lainnya.

Pada hewan yang menderita rabies, virus ditemukan dengan jumlah yang banyak

pada air liurnya. Virus ini ditularkan ke hewan lain atau ke manusia terutama melalui

luka gigitan. Oleh karena itu bangsa karnivora adalah hewan yang paling utama sebagai

penyebar rabies.

Penyakit rabies merupakan penyakit Zoonosa yang sangat berbahaya dan

ditakuti karena bila telah menyerang manusia atau hewan akan selau berakhir dengan

kematian.

2. Etiologi

Adapun penyebab dari rabies adalah :

a. Virus rabies.

b. Gigitan hewan atau manusia yang terkena rabies.

Penyakit rabies terutama ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman yang

terdapat dalam air liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan menginfeksi

tubuh manusia

3

Page 4: ASKEP Rabies

c. Air liur hewan atau manusia yang terkena rabies.

Walaupun jarang ditemukan, virus rabies ini dapat ditularkan ketika air liur hewan

yang terinfeksi mengenai selaput lendir seseorang seperti kelopak mata atau

mulut atau kontak melalui kulit yang terbuka

3. Patofisiologi

Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang

terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya atau manusia melaui

gigitan dan kadang melalui jilatan. Secara patogenesis, setelah virus rabies masuk

lewat gigitan, selama 2 minggu virus akan tetap tinggal pada tempat masuk dan

disekitrnya. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus rabies akan menghindari

penghancuran oleh sistem imunitas tubuh melalui pengikatannya pada sistem saraf.

Setelah inokulasi, virus ini memasuki saraf perifer. Masa inkubasi yang panjang

menunjukkan jarak virus pada saraf perifer tersebut dengan sistem saraf pusat.

Amplifikasi terjadi hingga nukleokapsid yang kosong masuk ke myoneural junction dan

memasuki akson motorik dan sensorik. Pada tahap ini, terapi pencegahan sudah tidak

berguna lagi dan perjalanan penyakit menjadi fatal dengan mortalitas 100 %. Jika virus

telah mencapai otak, maka ia akan memperbanyak diri dan menyebar ke dalam semua

bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik,

hipotalamus, dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron – neuron

sentral, virus kemudian bergerak ke perifer dalam serabut saraf eferen dan pada

serabut saraf volunter maupun otonom.

Dengan demikian, virus dapat menyerang hampir seluruh jaringan dan organ

tubuh dan berkembang biak dalam jaringan seperti kelenjar ludah. Khusus mengenai

infeksi sistem limbik, sebagaimana diketahui bahwa sistem limbik sangat berhubungan

erat dengan fungsi pengontrolan sikap emosional. Akibat pengaruh infeksi sel-sel dalam

sistem limbik ini, pasien akan menggigit mangsanya tanpa adanya provokasi dari luar.

Infeksi rabies pada manusia boleh dikatakan hampir semuanya akibat gigitan

hewan yang mengandung virus dalam salivanya. Kulit yang utuh tidak dapat terinfeksi

oleh rabies akan tetapi jilatan hewan yang terinfeksi dapat berbahaya jika kulit tidak utuh

4

Page 5: ASKEP Rabies

atau terluka. Virus juga dapat masuk melalui selaput mukosa yang utuh, misalnya

selaput konjungtiva mata, mulut, anus, alat genitalia eksterna. Penularan melalui

makanan belum pernah dikonfirmasi sedangkan infeksi melalui inhalasi jarang

ditemukan pada manusia. Hanya ditemukan 3 kasus yang infeksi terjadi melalui inhalasi

ini.

5

Page 6: ASKEP Rabies

4. Pathway

6

Anjing Kucing Kera Rakun

Virus masuk ke dalam tubuh,melalui ludah.

Virus berpindah dari tempatnya dengan perantara saraf.

Medula Spinalis Otak

Virus Berinkubasi

Depolarisasi membran dan lepas muatan listrik berlebih

Difusi Na dan Ca berlebih

Gangguan keseimbangan membran sel neuron

Kejang

parsial umum

Resiko Infeksi

Cemas

Menggigit/menjilati Manusia Luka

Page 7: ASKEP Rabies

5.

7

sederhana kompleks absens mioklonik Tonik kloni atonik

Kesadaran Gg peredaran darah Aktivitas otot

Reflek menelan

Gangguan Pola Nutrisi

hipoksia

Permeabilitas kapiler

Sel neuron otak rusak

Metabolisme

Keb. O2

asfiksia

Suhu tubuh makin meningkat

HipertermiGangguan Pola Nafas

Resiko injury

Page 8: ASKEP Rabies

6. Manifestasi Klinis

Gejala penyakit pada hewan dikenal dalam 3 bentuk :

a. Bentuk ganas (Furious Rabies)

Masa eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-

tanda terlihat.

Tanda-tanda yang sering terlihat :

- Hewan menjadi penakut atau menjadi galak

- Senang bersembunyi di tempat-tempat yang dingin, gelap dan menyendiri

tetapi dapat menjadi agresif

- Tidak menurut perintah majikannya

- Nafsu makan hilang

- Air liur meleleh tak terkendali

- Hewan akan menyerang benda yang ada disekitarnya dan memakan barang,

benda-benda asing seperti batu, kayu dsb.

- Menyerang dan menggigit barabg bergerak apa saja yang dijumpai

- Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan

- Ekor diantara 2 (dua)paha

b. Bentuk diam (Dumb Rabies)

Masa eksitasi pendek, paralisa cepat terjadi.

Tanda-tanda yang sering terlihat :

- Bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk

- Kejang-kejang berlangsung sangat singkat, bahkan sering tidak terlihat

- Lumpuh, tidak dapat menelan, mulut terbuka

- Air liur keluar terus menerus (berlebihan)

- Mati

c. Bentuk Asystomatis

- Hewan tidak menunjukan gejala sakit

- Hewan tiba-tiba mati

8

Page 9: ASKEP Rabies

Pada Manusia

Ketika seseorang pertama kali digigit oleh hewan yang terinfeksi rabies,

gejalanya dapat terlihat pada otot rangka. Masa inkubasi rata-rata pada manusia

sekitar 3 – 8 minggu, lebih lama daripada masa inkubasi pada hewan. Sangat

jarang tapi pernah ditemukan masa inkubasi selama 19 tahun. Pada 90 % kasus,

masa inkubasinya kurang dari 1 tahun. Ada pula yang menyebutkan bahwa masa

inkubasinya adalah 60 hari untuk gigitan yang terdapat di kaki. Gigitan pada

wajah hanya membutuhkan waktu sekitar 30 hari. Hal ini disebabkan karena

lokasi inokulasi yang makin dekat dengan otak, makin pendek masa latennya.

Pada masa inkubasi ini, virus rabies menghindari sistem imun dan tidak

ditemukan adanya respon antibodi. Saat ini, pasien dapat tidak menunjukkan

gejala apa – apa (asimptomatik).

Pada stadium prodromal, virus mulai memasuki sistem saraf pusat.

Stadium prodromal berlangsung 2 – 10 hari dan gejala tak spesifik mulai muncul

berupa sakit kepala, lemah, anoreksia, demam, rasa takut, cemas, nyeri otot,

insomnia, mual, muntah, dan nyeri perut. Parestesia atau nyeri pada lokasi

inokulasi merupakan tanda patognomonik pada rabies dan terjadi pada 50 %

kasus pada stadium ini, dan tanda ini mungkin menjadi satu-satunya tanda awal.

Setelah melewati stadium prodromal, maka dimulailah stadium kelainan

neurologi yang berlangsung sekitar 2 – 7 hari. Pada stadium ini, sudah terjadi

perkembangan penyakit pada otak dan gejalanya dapat berupa :

a. Bentuk spastik (furious rabies): peka terhadap rangsangan ringan, kontraksi otot

farings dan esofagus, kejang, aerofobia, kaku kuduk, delirium, semikoma, dan

hidrofobia. Yang sangat terkenal adalah hidrofobia di mana bila pasien diberikan

segelas air minum, pasien akan menerimanya karena ia sangat haus, dan

mencoba meminumnya. Akan tetapi kehendak ini dihalangi oleh spasme hebat

otot-otot faring. Dengan demikian, ia menjadi takut dengan air sehingga

mendengar suara percikan air kran atau bahkan mendengar perkataan air saja,

sudah menyebabkan kontraksi hebat otot-otot tenggorok. Spasme otot-otot faring

9

Page 10: ASKEP Rabies

maupun pernapasan dapat pula ditimbulkan oleh rangsangan sensorik seperti

meniupkan udara ke wajah pasien atau menyinari matanya. Pasien akan

meninggal dalam 3 – 5 hari setelah mengalami gejala-gejala ini.

b. Bentuk demensia.

Kepekaan terhadap rangsangan bertambah, gila mendadak, dapat melakukan

tindakan kekerasan, koma, mati.

c. Bentuk paralitik (dumb rabies): Pada bentuk ini pasien tampak lebih diam daripada

tipe furious. Gejala yang dapat muncul pada bentuk ini adalah demam dan

rigiditas. Paralisis yang terjadi bersifat simetrik dan mungkin menyeluruh atau

bersifat ascending sehingga dapat dikelirukan dengan Guillain-Barre Syndrome.

Sistem sensoris biasanya masih normal.

Gejala Rabies Pada Manusia:

a. Diawali dengan demam ringan atau sedang, sakit kepala, nafsu makan menurun,

badan terasa lemah, mual, muntah dan perasaan yang abnormal pada daerah

sekitar gigitan (rasa panas, nyeri berdenyut)

b. Rasa takut yang sangat pada air, dan peka terhadap cahaya, udara, dan suara

c. Air liur dan air mata keluar berlebihan

d. Pupil mata membesar

e. Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan

f. Selanjutnya ditandai dengan kejang-kejang lalu lumpuh dan akhirnya meninggal

dunia.

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Elektroensefalogram (EEG) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan

fokus dari kejang.

b. Pemindaian CT: menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya

untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

c. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan

menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk

10

Page 11: ASKEP Rabies

memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terlihat bila menggunakan

pemindaian CT

d. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang

yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik

atau aliran darah dalam otak

e. Uji laboratorium

1) Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler

2) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit

3) Panel elektrolit

4) Skrining toksik dari serum dan urin

5) GDA

a) Glukosa Darah: Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200

mq/dl)

b) BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan

merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.

c) Elektrolit : K, Na

d) Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang

e) Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )

f) Natrium ( N 135 – 144 meq/dl

8. Penatalaksanaan

Prinsip penanganan rabies adalah dengan menghilangkan virus bebas

dari tubuh dengan pembersihan dan netralisasi, yang diikuti dengan

penginduksian sistem imun spesifik terhadap virus rabies pada orang yang

terpajan sebelum virusnya bereplikasi di susunan saraf pusat. Hal ini

membutuhkan vaksinasi aktif maupun pasif. Pada vaksinasi pasif, imunoglobulin

rabies dari orang yang telah divaksinasi sebelumnya (Human Rabies Immune

Globulin), diberikan kepada pasien yang belum memiliki imunitas sama sekali.

Sehingga dalam hal ini vaksinasi pasif disebut pula serum anti rabies. Sedangkan

vaksinasi aktif rabies atau vaksin anti rabies terbagi atas:

11

Page 12: ASKEP Rabies

a. Nerve Tissue derived Vaccines (NTV) yang diproduksi dari jaringan otak hewan

yang terinfeksi. NTV dapat menyebabkan reaksi neurologi berat karena adanya

jaringan bermyelin pada vaksin. Akan tetapi, NTV , masih tetap banyak

digunakan sebagai pencegahan rabies.

b. Human Diploid Cell Vaccine (HDCV) yang dikultur dalam fibroblast manusia.

Merupakan jenis vaksin rabies yang paling optimal saat ini.

Di Amerika Serikat, pencegahan setelah terkena gigitan adalah sebagai

berikut : 1 dosis Human Rabies Immune Globulin (HRIG) dan 5 dosis vaksin anti

rabies dalam periode 28 hari. HRIG harus diberikan segera setelah

tergigit/terpajan dalam 24 jam pertama. HRIG hendaknya tidak diinjeksikan pada

tempat yang sama dengan vaksin. Setelah itu, 5 dosis vaksin anti rabies harus

diberikan pada hari 0, 3, 7, 14, dan 28 dengan dosis 1 ml tiap kali.

Sedangkan di Indonesia sendiri, penanganan penderita yang tergigit

anjing atau hewan tersangka dan positif rabies adalah sebagai berikut :

a. Luka gigitan

1. Dicuci dengan air sabun (detergen) 5–10 menit kemudian dibilas dengan air

bersih.

a) Alkohol 40-70 %

b) Berikan yodium atau senyawa amonium kuartener 0,1 %

c) Penyuntikan SAR secara infiltrasi di sekitar luka. Menunda penjahitan

luka, jika penjahitan diperlukan gunakan anti serum lokal.

d) Dapat diberikan Toxoid Tetanus, antibiotik, anti inflamasi, dan analgesik.

b. Kontak, tetapi tanpa lesi, kontak tak langsung, tak ada kontak - - - -

c. Menjilat kulit, garukan atau abrasi kulit, gigitan kecil (daerah tertutup), lengan,

badan, & tungkai. Beri VAR

1) Hari 0 : 2 x suntikan IM

2) Hari 7 : 1 x suntikan IM

12

Page 13: ASKEP Rabies

3) Hari 21 : 1 x suntikan IM Imovax / Verorab 0,5 ml deltoid kiri dan 0,5 ml di

kanan

d. Menjilat mukosa, luka gigitan besar/dalam, luka di kepala, leher, jari tangan, dan

kaki. Serum Anti Rabies (SAR)

1) ½ dosis disuntikkan infiltrasi di sekitar luka

2) ½ dosis sisa disuntikkan IM regio glutea.

3) Vaksin Anti Rabies (VAR)

4) sesuai poin 3 Imovag rabies

5) 20 IU/kgBB

6) Imovax atau Verorab

7) Hari 90 : 0,5 ml IM di deltoid kanan/kiri –

e. Kasus gigitan ulang

1) < 1 tahun

2) > 1 tahun Berikan VAR hari 0

a) Beri SAR + VAR secara lengkap Imovax, Verorab

b) Imovax, Verorab, Imogan Rabies - 0,5 ml IM deltoid. Umur < 3 tahun 0,1

ml IC flexor lengan bawah

c) Umur > 3 tahun 0,25 ml IC flexor lengan bawah.

d) Sesuai poin 1,3,4

f. Bila ada reaksi penyuntikan : lokal, kemerahan, gatal, & bengkak Beri

antihistamin sistemik atau lokal. Jangan beri kortikosteroid.

g. Bila timbul efek samping pemberian VAR berupa meningoensefalitis, berikan

kortikosteroid dosis tinggi.

9. Komplikasi

Berbagai komplikasi dapat terjadi pada penderita rabies dan biasanya

timbul pada fase koma. Komplikasi Neurologik dapat berupa peningkatan

tekanan intra cranial: kelainan pada hypothalamus berupa diabetes insipidus,

13

Page 14: ASKEP Rabies

sindrom abnormalitas hormone anti diuretic (SAHAD); disfungsi otonomik yang

menyebabkan hipertensi, hipotensi, hipertermia, hipotermia, aritmia dan henti

jantung. Kejang dapat local maupun generalisata, dan sering bersamaan dengan

aritmia dan gangguan respirasi. Pada stadium pradromal sering terjadi komplikasi

hiperventilasi dan depresi pernapasan terjadi pada fase neurolgik. Hipotensi

terjadi karena gagal jantung kongestif, dehidrasi dan gangguan saraf otonomik.

Table Komplikasi Pada Rabies dan Cara Penanganan

JENIS KOMLIKASI PENANGANANNYA

Neurologi

-          Hiperaktif

-          Hidrofobia

-          Kejang fokal

-          Gejala neurologi local

-          Edema serebri

-          Aerofobia

Fenotiazin, benzodiazepine

Tidak diberi apa-apa lewat mulut

Karbamazepine, fenitoin

Tak perlu tindak apa-apa

Mannitol, galiserol

Hindari stimulasi

Pituitary

-          SAHAD

-          Diabetes insipidus

Batasi cairan

Cairan, vasopressin

Pulmonal

-          Hiperventilasi

-          Hipoksemia

Tidak ada

Oksigen, ventilator, PEEP

14

Page 15: ASKEP Rabies

-          Atelektasis

-          Apnea

-          Pneumotoraks

Ventilator

Ventilator

Dilakukan ekspansi paru

Kardiovaskular

-          Aritmia

-          Hipotensi

-          Gagal jantung kongestif

-          Thrombosis arteri/vena

-          Obstruksi vena kava

superior

-          Henti jantung

Oksigen, obat anti aritmia

Cairan, dopamine

Batasi cairan, obat-obatan

Oksigen, obat anti aritmia

Cairan, dopamine

Batasi cairan, obat-obatan

-          Anemia

-          Perdarahan

gastrointestinal

-          Hipertermia

-          Hipotermia

-          Hipooalemia

-          Ileus paralitik

-          Retensio urine

-          Gagal ginjal akut

Pneumomediastinum

Transfuse darah

H2 blockers, transfusi darah

Lakukan pendinginan

Selimut panas

Pemberian cairan

Cairan paranteral

Kateterisasi

Hemodialisa

Tidak dilakukan apa-apa

15

Page 16: ASKEP Rabies

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Status Pernafasan

Peningkatan tingkat pernapasan

Takikardi

Suhu umumnya meningkat (37,9º C)

Menggigil

b. Status Nutrisi

kesulitan dalam menelan makanan

berapa berat badan pasien

mual dan muntah

porsi makanan dihabiskan

status gizi

c. Status Neurosensori

Adanya tanda-tanda inflamasi

d. Keamanan

Kejang

Kelemahan

e. Integritas Ego

Klien merasa cemas

Klien kurang paham tentang penyakitnya

f. Pengkajian Fisik Neurologik :

1. Tanda – tanda vital

Suhu

Pernapasan

Denyut jantung

Tekanan darah

Tekanan nadi16

Page 17: ASKEP Rabies

2. Hasil pemeriksaan kepala

Fontanel : menonjol, rata, cekung

Bentuk Umum Kepala

3. Reaksi pupil

Ukuran

Reaksi terhadap cahaya

Kesamaan respon

4. Tingkat kesadaran

Kewaspadaan : respon terhadap panggilan

Iritabilitas

Letargi dan rasa mengantuk

Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain

5. Afek

Alam perasaan

Labilitas

6. Aktivitas kejang

Jenis

Lamanya

7. Fungsi sensoris

Reaksi terhadap nyeri

Reaksi terhadap suhu

8. Refleks

Refleks tendo superficial

Reflek patologi

17

Page 18: ASKEP Rabies

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan pola nafas berhubungan dengan afiksia

b. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks menelan

c. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme

d. Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi

e. Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahan

f. Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka

18

Page 19: ASKEP Rabies

3. Rencana Keperawatan

No Dx.

Keperawata

n

Tujuan dan kriteria

hasil

Intervensi Rasional

1. Gangguan

pola nafas

berhubungan

dengan

afiksia

Setelah diberikan

tindakan keperawatan,

diharapkan pasien

bernafas tanpa ada

gangguan, dengan

kriteria hasil :

a. Pasien bernafas,

tanpa ada gangguan.

b. Pasien tidak

menggunakan alat

bantu dalam

bernafas

c. Respirasi normal (16-

20 x/menit)

a. Obsevasi tanda- tanda vital

pasien terutama respirasi.

b.Beri pasien alat bantu

pernafasan seperti O2.

c. Beri posisi yang nyaman.

a. Tanda vital merupakan acuan untuk

melihat kondisi pasien.

b. O2 membantu pasien dalam

bernafas.

c. posisi yang nyaman akan

membantu pasien dalam bernafas.

2. Gangguan

pola nutrisi

berhubungn

dengan

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan kebutuhan

nutrisi pasien terpenuhi,

a.Kaji keluhan mual, sakit

menelan, dan muntah yang

dialami pasien.

b.Kaji cara / bagaimana

a.menentukan intervensi selanjutnya.

b.Cara menghidangkan makanan

19

Page 20: ASKEP Rabies

penurunan

refleks

menelan

dengan kriteria hasil :

- pasien mampu

menghabiskan

makanan sesuai

dengan porsi yang

diberikan /dibutuhkan.

makanan dihidangkan.

c.Berikan makanan yang

mudah ditelan seperti bubur.

d. Berikan makanan dalam

porsi kecil dan frekuensi sering.

e. Catat jumlah / porsi

makanan yang dihabiskan oleh

pasien setiap hari.

f. Berikan obat-obatan

antiemetik sesuai program

dokter.

g. Ukur berat badan pasien

setiap minggu.

dapat mempengaruhi nafsu makan

pasien.

c.Membantu mengurangi kelelahan

pasien dan meningkatkan asupan

makanan

d.Untuk menghindari mual

e.Untuk mengetahui pemenuhan

kebutuhan nutrisi.

f.Antiemetik membantu pasien

mengurangi rasa mual dan muntah

dan diharapkan intake nutrisi pasien

meningkat.

g.Untuk mengetahui status gizi pasien

3. Hipertermi

berhubungan

dengan

peningkatan

metabolisme

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan demam

pasien teratasi, dengan

criteria hasil :

- Suhu tubuh normal (36

a.Kaji saat timbulnya demam

b.Observasi tanda vital (suhu,

nadi, tensi, pernafasan) setiap

3 jam

c. Berikan kompres hangat

a.untuk mengidentifikasi pola demam

pasien.

b. Tanda vital merupakan acuan untuk

mengetahui keadaan umum pasien.

c.Dengan vasodilatasi dapat

20

Page 21: ASKEP Rabies

– 370C).

- Pasien bebas dari

demam. d.Berikan terapi cairan

intravena dan obat-obatan

sesuai program dokter.

meningkatkan penguapan dan

mempercepat penurunan suhu tubuh.

d.Pemberian cairan sangat penting

bagi pasien dengan suhu tinggi.

4. Cemas

(keluarga)

berhubungan

kurang

terpajan

informasi

tentang

penyakit.

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

diharapkan tingkat

kecemasan keluarga

pasien

menurun/hilang,dengan

kriteria hasil :

- Melaporkan cemas

berkurang sampai

hilang

- Melaporkan

pengetahuan yang

cukup terhadap

penyakit pasien

- Keluarga menerima

keadaan panyakit yang

dialami pasien.

a.Kaji tingkat kecemasan

keluarga.

b. Jelaskan kepada keluarga

tentang penyakit dan kondisi

pasien.

c. Berikan dukungan dan

support kepada keluarga

pasien.

a.Untuk mengetahui tingkat

cemas,dan mengambil cara apa yang

akan digunakan

b. informasi yang benar tentang

kondisi pasien akan mengurangi

tingkat kecemasan keluarga.

c.Dengan dukungan dan support,akan

mengurangi rasa cemas keluarga

pasien.

21

Page 22: ASKEP Rabies

5. Resiko

cedera

berhubungan

dengan

kejang dan

kelemahan

Setelah diberikan

tindakan keperawatan,

diharapkan pasien tidak

mengalami

cedera,dengan kriteria

hasil :

a.Klien tidak ada cedera

akibat serangan kejang

b.klien tidur dengan

tempat tidur pengaman

c.Tidak terjadi serangan

kejang ulang.

d.Suhu 36 – 37,5 º C ,

Nadi 60-80x/menit,

Respirasi 16-20 x/menit

d.Kesadaran

composmentis

a.Identifikasi dan hindari faktor

pencetus

b.tempatkan klien pada tempat

tidur yang memakai pengaman

di ruang yang tenang dan

nyaman.

c.anjurkan klien istirahat

d.sediakan disamping tempat

tidur tongue spatel dan gudel

untuk mencegah lidah jatuh ke

belakng apabila klien kejang.

e.lindungi klien pada saat

kejang dengan :

- longgarakn pakaian

- posisi miring ke satu sisi

- jauhkan klien dari alat yang

dapat melukainya

- kencangkan pengaman

tempat tidur

- lakukan suction bila banyak

a.Penemuan faktor pencetus untuk

memutuskan rantai penyebaran virus

rabies.

b. Tempat yang nyaman dan tenang

dapat mengurangi stimuli atau

rangsangan yang dapat menimbulkan

kejang

c.efektivitas energi yang dibutuhkan

untuk metabolisme.

d. lidah jatung dapat menimbulkan

obstruksi jalan nafas.

e. tindakan untuk mengurangi atau

mencegah terjadinya cedera fisik.

22

Page 23: ASKEP Rabies

sekret

f.catat penyebab mulainya

kejang, proses berapa lama,

adanya sianosis dan

inkontinesia, deviasi dari mata

dan gejala-hgejala lainnya yang

timbul.

g. sesudah kejang observasi

TTV setiap 15-30 menit dan

obseervasi keadaan klien

sampai benar-benar pulih dari

kejang.

h.observasi efek samping dan

keefektifan obat.

i. observasi adanya depresi

pernafasan dan gangguan

irama jantung.

j.lakukan pemeriksaan

neurologis setelah kejang

k. kerja sama dengan tim :

f. dokumentasi untuk pedoman dalam

penaganan berikutnya.

g. tanda-tanda vital indikator terhadap

perkembangan penyakitnya dan

gambaran status umum klien.

h. efek samping dan efektifnya obat

diperlukan motitoring untuk tindakan

lanjut.

i.kompliksi kejang dapat terjadi

depresi pernafasan dan kelainan

irama jantung.

j. Kompliksi kejang dapat terjadi

depresi pernafasan dan kelainan

irama jantung.

k. Untuk mengantisipasi kejang,

23

Page 24: ASKEP Rabies

- pemberian obat

antikonvulsan dosis tinggi

- pemeberian antikonvulsan

(valium, dilantin,

phenobarbital)

- pemberian oksigen

tambahan

- pemberian cairan

parenteral

- pembuatan CT scan

kejang berulang dengan

menggunakan obat antikonvulsan baik

berupa bolus, syringe pump.

6. Resiko infeksi

berhubungan

dengan luka

terbuka

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

3X24 jam diharapkan

tidak terjadi tanda-tanda

infeksi.

Kriteria Hasil:

-Tidak terdapat tanda

tanda infeksi seperti:

Kalor,dubor,tumor,dolor,

dan fungsionalasia.

-TTV dalam batas

a.Kaji tanda – tanda infeksi

b.Pantau TTV,terutama suhu

tubuh.

c.Ajarkan teknik aseptik pada

pasien

a.Untuk mengetahui apakah pasian

mengalami infeksi. Dan untuk

menentukan tindakan keperawatan

berikutnya.

b.Tanda vital merupakan acuan untuk

mengetahuikeadaan umum pasien.

Perubahan suhu menjadi tinggi

merupakan salah satu tanda – tanda

infeksi.

c.Meminimalisasi terjadinya infeksi

24

Page 25: ASKEP Rabies

normal d.Cuci tangan sebelum

memberi asuhan keperawatan

ke pasien.

e. Lakukan perawatan luka

yang steril.

d.Mencegah terjadinya infeksi

nosokomial.

e.Perawatan luka yang steril

meminimalisasi terjadinya infeksi.

25

Page 26: ASKEP Rabies

4. Implementasi

Implementasi disesuaikan dengan intervensi

5. Evaluasi

Dx 1 :

a. pasien tidak mengalami gangguan dalam bernafas

b. pasien tidak menggunakan alat bantu dalam bernafas

Dx 2 :

a. Pasien tidak mengalami gangguan dalam makan dan minum

b. Pasien bisa menelan dengan baik

c. Pasien tidak mengalami penurunan berat badan.

Dx 3 :

a. Suhu pasien normal (36-370C)

b. Pasien tidak mengeluh demam

Dx 4 :

a. Keluarga pasien tidak cemas lagi.

b. Keluarga pasien bisa memahami kondisi pasiendan ikut membantu dalam

pemberian pengobatan.

Dx 5 :

a. Pasien tidak mengalami cedera.

b. Pasien tidak mengalami kejang

Dx 6 :

a. Tidak ada tanda – tanda infeksi seperti : kalor, dolor, tumor, dubor, dan

fungsionalasia.

b. Luka pasien terjaga dan terawat

26

Page 27: ASKEP Rabies

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Penyakit rabies disebabkan oleh virus rabies dan menular pada manusia lewat

gigitanatau cakaran hewan penderita rabies atau dapat pula lewat luka yang terkena air

liur hewan penderita rabies.Secara patogenesis, setelah virus rabies masuk lewat luka

gigitan, selama dua mingguvirus tetap tinggal pada tempat masuk dan dekatnya.

Kemudian, virus akan bergerak mencapaiujung-ujung serabut saraf posterios tanpa

menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya.

Masa inkubasi virus ini bervariasi, berkisar antara dua minggu sampai dua tahun.

Tapi umumnya 3-8minggu, tergantung jarak tempuh virus sebelum mencapai otak.

Sesampainya di otak, virus akanmemperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua

bagian neuron-neuron, terutamamempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem

limbik, hipotalamus dan batang otak.Akhirnya virus ini akan mencapai otak dan

menyerang banyak bagian penting otak yang menyebabkan kematian.

Setiap ada kasus gigitan hewan penular rabies harus ditanganidengan cepat dan

sesegera mungkin, untuk mengurangi atau mematikan virus rabies yang masuk pada

luka gigitan. Usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya

air mengalir) dan sabun atau ditergent selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik

(alkohol 70 persen, betadine, obat merah atau lainnya)

27

Page 28: ASKEP Rabies

DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta: Gaya Baru.

Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Doengoes E.Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Sylvia A. Price. 2006. Patofosiologi Konsep Penyakit. Jakarta: EGC

Santosa NI. 1989. Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan). Jakarta: Depkes RI,

Suharso Darto. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya: F.K. Airlangga.

28