Klasifikasi Dan Diagnosa

11
Materi III Klasifikasi dan Diagnosis Pokok Bahasan - Klasifikasi gangguan jiwa - Diagnosa tingkah laku abnormal - Pengertian frustasi, stress dan penyesuaian diri Pendahuluan Psikologi kllnis dipandang sebagai sebuah bidang terapan, Para ahli klinis berusaha untuk menerapkan prinsip-prinsip psikologi yang telah terbukti secara empiris untuk memecahkan masalah problem-problem penyesuaian perilaku abnormal, termasuk penemuan tentang cara perubahan perilaku, pikiran dan perasaan klien. Dengan cara ini psikologi klinis mengatasi gangguan yang dialami kliennya atau meningkatkan kemampuan penyesuaian dirinya. Para klinisi harus melakukan asesmen terhadap symptom-simptom psikopatologi dan tentang gangguan klien terlebih dahulu sebelum menyusun dan melakukan intervensi. Menariknya, definisi yang jelas tentang gangguan-gangguan tersebut dapat saja berbeda-beda. Demikian juga dengan cara-cara untuk menerapkan definisi tersebut klien kadang juga tidak sistematis. Psikologi klinis bergerak menjauhi pandangan primitive yang mendefinisikan gangguan mental sebagai orang yang sedang diganggu Psikologi Klinis dan Kesehatan Filino Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana ‘11 1

Transcript of Klasifikasi Dan Diagnosa

Page 1: Klasifikasi Dan Diagnosa

Materi III

Klasifikasi dan Diagnosis

Pokok Bahasan

- Klasifikasi gangguan jiwa

- Diagnosa tingkah laku abnormal

- Pengertian frustasi, stress dan penyesuaian diri

Pendahuluan

Psikologi kllnis dipandang sebagai sebuah bidang terapan, Para ahli klinis berusaha untuk

menerapkan prinsip-prinsip psikologi yang telah terbukti secara empiris untuk memecahkan masalah

problem-problem penyesuaian perilaku abnormal, termasuk penemuan tentang cara perubahan

perilaku, pikiran dan perasaan klien. Dengan cara ini psikologi klinis mengatasi gangguan yang dialami

kliennya atau meningkatkan kemampuan penyesuaian dirinya.

Para klinisi harus melakukan asesmen terhadap symptom-simptom psikopatologi dan tentang

gangguan klien terlebih dahulu sebelum menyusun dan melakukan intervensi. Menariknya, definisi yang

jelas tentang gangguan-gangguan tersebut dapat saja berbeda-beda. Demikian juga dengan cara-cara

untuk menerapkan definisi tersebut klien kadang juga tidak sistematis.

Psikologi klinis bergerak menjauhi pandangan primitive yang mendefinisikan gangguan mental

sebagai orang yang sedang diganggu makhluk halus. Para ahli klinis kontemporer telah memahami

gangguan tersebut melalui cara yang lebih terstruktur. Materi ini akan menguraikan bagaimana para ahli

klinis mendefinisikan dan memahami gangguan mental.

Klasifikasi Gangguan Jiwa

Henderson dan Gillespie (dalam Ardani, Rahayu, Sholichatun, 2007) menguraikan jenis klasifikasi

gangguan jiwa yaitu:

Psikologi Klinis dan KesehatanFilino

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘111

Page 2: Klasifikasi Dan Diagnosa

1. Klasifikasi Psikologis

- Linneaus membedakan antara gangguan-gangguan dalam ide, imajinasi dan emosi (pathetics)

- Zien membedakan antara ganggua tanpa efek atau kerusakan intelektual, dan gangguan dengan

efek intelektual baik dari lahir, maupun yang diperoleh kemudian.

2. Klasifikasi Fisiologis

Klasifikasi ini didasarkan atas asumsi bahwa proses mental memiliki dasar faali / fisiologis.

Kesulitan dari klasifikasi ini ialah belum jelasnya proses dan lokasi fisiologi dari proses dan lokasi

fisiologi dari proses-proses mental normal.

3. Klasifikasi Etiologis

Didasarkan atas sebab-sebab apa yang menyebabkan gangguan jiwa. Klasifikasi dari Inggris

mengusulkan pengelompokan gangguan jiwa dalam dua dimensi yakni dimensi berdasarkan

nama gangguan/penyakitnya dan dimensi berdasarkan penyebabnya.

Berdasarkan namanya terdapat gangguan sebagai berikut :

a. Oligophrenia

b. Neurosis dan Psikoneurosis

c. Psikosis Schzophrenia

d. Konstitusi Psikopatik

e. Psikosis Afektitik

f. Keadaan kacau

g. Psikosis Epileptik

h. Kelumpuhan umum

i. Dimentia

Henderson dkk mengkritik system klasifikasi ini karena tidak adanya landasan yang sama bagi

psikosis schizophrenia dengan keadaan kacau.

Psikologi Klinis dan KesehatanFilino

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘112

Page 3: Klasifikasi Dan Diagnosa

Klasifikasi Simtologis

Klasifikasi simtologis bertujuan untuk mencari gejala-gejala dan menyimpulkan jenis gangguan

berdasarkan gejala-gejala tersebut. Pada tahun 1934, WHO menyusun Diagnostic Statistical Manual for

Mental Disorder (DSM I). Karena masih ada kekurangan, DSM I diubah menjadi DSM II yang berlaku

hingga 1968. Depkes RI memakai DSM II yang sudah diadaptasi sebagai berikut :

1. Retardasi mental

2. Sindroma otak

3. Psikosis yang bertalian dengan kondisi fisik

4. Neurosis

5. Gangguan kepribadian + gangguan nonpsikotik

6. Gangguan psikofisiologis

7. Gejala-gejala khusus

8. Gangguan situasional sementara

9. Gangguan tingkah laku anak + remaja

10. Tidak ada kelainan psikiatrik tetapi bermasalah dan perlu dibantu

11. Tak tergolongkan

Penyempurnaan dilakukan kembali hingga muncul klasifikasi gangguan jiwa yang baru yaitu DSM

II dan DSM IV yang dibuat oleh American Psychiatric Assocation (APA). Berbeda dengan DSM I dan DSM

II, maka DSM III dan DSM IV memiliki dasar klasifikasi gangguan jiwa yang diperluas terdiri dari lima

dimensi.

Lima dimensi itu adalah :

1. Axis I : simtom klinis

2. Axis II : gangguan kepribadian

Psikologi Klinis dan KesehatanFilino

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘113

Page 4: Klasifikasi Dan Diagnosa

3. Axis III : dasar-dasar organic

4. Axis IV : keparahan stressor

5. Axis V : penyesuaian diri

Diagnosis Tingkah Laku Abnormal

Goldman mengemukakan bahwa diagnosis psikiatri mencakup tiga proses yaitu:

a. Mengorganisasikan gajala-gejala, simtom-simtom, keluhan-keluhan, serta tanda-tanda perilaku

abnormal yang diperoleh melalui interview dan observasi dalam pemeriksaan psikiatris

b. Mengelompokkan sejumlah simtom-simptom menjadi suatu sindrom

c. Pemerikasaan yang lebih spesifik untuk menentukan gangguan mental apa yang dihadapinya

Frustasi, Stres dan Penyesuaian Diri

Orang sering kali mengalami hambatan dalam pemuasan suatu kebutuhan, motif dan keinginan.

Keadaan terhambat dalam mencapai suatu tujuan dinamakan frustasi. Frustasi merupakan kekecewaan

yang disebabkan oelh gagalnya pencapaian suatu tujuan A blocking or thwartin of goal-directed activity

atau juga suatu keadaan ketegangan yang tak menyenangkan, dipenuhi perasaan dan aktivitas

simpatetis yang semakin meninggi yang disebabkan oleh rintangan dan hambatan. Sedang stress adalah

tekanan internal maupun eksternal serta kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan (an internal and

external pressure and other troublesome condition in life). Dalam kamus psikologi (Chaplin, dalam

Ardani, Rahayu, Sholichatun, 2007). Stress merupakan suatu keadaan tertekan baik itu secara fisik

maupun psikologis.

Stres bersumber dari frustasi dan konflik yang dialami individu yang dapat berasal dari berbagai

kehidupan manusia. Dalam hal hambatan, ada beberapa macam hambatan yang biasanya dihadapi oleh

individu tersebut seperti :

1. Hambatan fisik : kemiskinan, kekurangan gizi, bencana alam dan sebagainya

Psikologi Klinis dan KesehatanFilino

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘114

Page 5: Klasifikasi Dan Diagnosa

2. Hambatan social : kondisi perekonomian yang tidak bagus, persaingan hidup yang keras,

perubahan tidak pasti dalam berbagai aspek kehidupan. Hal-hal tersebut mempersepit kesempatan

individu untuk meraih kehidupan yang layah sehingga menyebabkan timbullnya frustasi pada diri

seseorang.

3. Hambatan pribadi : keterbatasan-ketebatasan pribadi individu dalam bantuk cacat fisik atau

penampilan fisik yang kurang menarik bisa menjadi pemicu frustasi dan stress pada individu. Konflik

antara dua atau lebih kebutuhan atau keinginan yang ingin dicapai, yang terjadi secara berbenturan

juga bisa menjadi penyebab timbulnya stress. Seringkali individu mengalami dilemma saat

diharuskan memilih diantara alternative yang ada apalagi bila hal tersebut menyangkut

kehidupannya dimasa depan. Konflik bisa menjadi pemicu timbulnya stress atau setidaknya

membuat individu mengalami ketegangan yang berkepanjangan yang akan mengalami kesulitan

untuk mengatasinya. Bila kita ingn mengetahui bagaimana cara mengatasi perilaku abnormal,

terlebih dahulu kita harus mengetahui konflik yang dihadapi oleh individu, yaitu :

a. Stress yang non ego-envolvement : stress yang tidak sampai mengancam kebutuhan dasar atau

dengan kata lain disebut dengan stress kecil-kecilan

b. Stres yang ego-envolved : stress yang mengancam kebutuhan dasar serta integritas kepribadian

seseorang. Stres semacam ego involved membutuhkan penanganan yang benar dan tepat

dengan melakukan reaksi penyesuaian agar tidak hancur karenanya.

Kemampuan individu dalam bertahan terhadap stress sehingga tidak membuat kepribadiannya

“berantakan” disebut dengan tingkat toleransi terhadap stress. Setiap individu memiliki tingkat toleransi

yang berbeda antara satu individu dengan individu yang lainnya. Individu dengan kepribadian yang

lemah bila dihadapkan pada stress yang kecil sekalipun akan menimbulkan perilaku abnormal. Berbeda

dengan individu yang berkepribadian kuat, meskipun dihadapkan pada stress yang ego envolved

kemungkinan besar akan mampu mengatasi kondisinya.

A. Frustasi

Seorang psikolog biasanya menggunakan istilah ini frustasi untuk :

Psikologi Klinis dan KesehatanFilino

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘115

Page 6: Klasifikasi Dan Diagnosa

a. Mengetahui keadaan yang timbul apabila terdapat halangan dalam usaha untuk

memenuhi keinginan, kebutuhan tujuan, harapan atau tindakan tertentu.

b. Menyebut hambatan atau halangan itu sendiri.

Keinginan, kebutuhan, tujuan, harapan dan tindakan tiap orang berbeda-beaa. Hal-hal

tertentu mungkin membuat orang frustasi sedang bagi orang lain tidak demikian. Salah

satu sebab yang membuat orang frustasi adalah rintangan fisik, pribadi dan social,

misalnya pada masa-masa sekolah kita menganggap atau melihat sekolah sebagai

penghalang (hambatan fisik) yang memenjarakan kita selama 7 jam setiap hari.

Frustasi ialah keadaan dimana suatu kebutuhan tidak bisa dipenuhi, tujuan tidak bisa tercapai.

Frustasi ini juga bisa menimbulkan dua kelompok diantaranya bisa menimbulkan situasi yang

menguntungkan (positif) dan sebaliknya juga mengakibatkan timbulnya situasi yang destruktif merusak

(negatif). Frustasi dengan demikian bisa memunculkan reaksi frustasi tertentu yang sifatnya bisa

negative dan positif.

Reaksi frustasi yang sifatnya positif:

o Mobilitas dan panambahan aktivitas

o Besinnung (berpikir secara menalam disertai dengan wawasan jernih

o Regignation (tawakal, pasrah pada Tuhan)

o Membuat dinamika nyata suatu kebutuhan

o Kompensasi atau substitusi dari tujuan

o Sublimasi

Reaksi-reaksi frustasi yang sifatnya negative :

Psikologi Klinis dan KesehatanFilino

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘116

Page 7: Klasifikasi Dan Diagnosa

o Agresi

o Regresi

o Fixatie

o Rasionalisasi

o Proyeksi

o Dll

B. Stress

Stres bersumber dari frustasi dan konflik yang dialami individu yang dapat berasal dari berbagai

bidang kehidupan manusia. Konflik antara dua atau lebih kebutuhan atau keinginan yang ingin dicapai,

yang terjadi secara berbenturan juga bisa mejadi penyebab timbulnya stress.

Seringkali individu mengalami dilemma saat diharuskan memilih diantara alternative yang ada

apalagi bila hal tersebut menyangkut kehidupan di masa depan. Konflik bisa menjadi pemicu timbulnya

stress atau setidaknya membuat individu mengalami ketegangan yang berkepanjangan yang akan

mengalami kesulitan untuk mengatasinya.

Ada beberapa macam strategi dalam menghadapi stress, yaitu :

a. Dalam perilaku

o Memecahkan persoalan secara tenang

o Agresi

o Regresi

o Menarik diri

o Mengelak

Psikologi Klinis dan KesehatanFilino

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘117

Page 8: Klasifikasi Dan Diagnosa

b. Secara kognitif

o Represi

o Menyangkal kenyataan

o Fantasi

o Rasionalisasi

o Intelektualisasi

o Pembentukan reaksi

o Proyeksi

c. Determinan strategi mengatasi stress

Menurut penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa menggunakan teknik untuk

mengatasi stress tertentu dapat ditingkatkan atau dikurangi dengan cara memberi

penguatan atau hukuman. Adanya tantangan, fantasi dan ketidakpuasan serta dukungan

orang tua dalam menghadapi stress anak secara pasti sangat berhubungan erat dengan

ketakutan anak ini mengatasi stress dikemudian hari.

Gaya seseorang menyelesaikan masalah tergantung pada kebiasaan standar budaya dimana

ia dibesarkan. Tingkatan kognitif juga mempengaruhi strategi seseorang untuk mengatasi

stress.

c. Penyesuaian Diri

Selama masa remaja orang mengalami banyak tantangan. Para remaja biasanya dihadapkan

pada berbagai perubahan yang cepat dalam hal berat badan dan perubahan bentuk tubuh, kematangan

seksual, kemampuan kognitif baru serta berbagai tuntutan alam harapan dari keluarga, teman-teman

serta masyarakat. Senada dengan itu, lingkungan menuntut serta mengharapkan yang berbeda pada

remaja tertentu. Para remaja diharapkan dapat menunjukkan identitas diri dan harus dapat membentuk

identitias diri.

Psikologi Klinis dan KesehatanFilino

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘118

Page 9: Klasifikasi Dan Diagnosa

Psikologi Klinis dan KesehatanFilino

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘119