Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Jalan

8
Klasifikasi berdasarkan fungsi jalan[sunting | sunting sumber] Jalan umum menurut fungsinya di Indonesia dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Klasifikasi fungsional seperti ini diangkat dari klasifikasi di Amerika Serikat [1] dan Canada. [2] Di atas arteri masih ada Freeway dan Highway. Klasifikasi jalan fungsional di Indonesia berdasarkan peraturan perundangan [3] [4] yang berlaku adalah: 1. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara berdaya guna. 2. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. 3. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. 4. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. Klasifikasi berdasarkan administrasi pemerintahan[sunting | sunting sumber] Pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan Pemerintah dan pemerintah daerah. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. 1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. 2. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi. 3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan

Transcript of Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Jalan

Page 1: Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Jalan

Klasifikasi berdasarkan fungsi jalan[sunting | sunting sumber]

Jalan umum menurut fungsinya di Indonesia dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan

lokal, dan jalan lingkungan. Klasifikasi fungsional seperti ini diangkat dari klasifikasi di Amerika

Serikat [1] dan Canada.[2] Di atas arteri masih ada Freeway dan Highway.

Klasifikasi jalan fungsional di Indonesia berdasarkan peraturan perundangan[3][4] yang berlaku adalah:

1. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri

perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara

berdaya guna.

2. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau

pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan

masuk dibatasi.

3. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri

perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

4. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan

ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

Klasifikasi berdasarkan administrasi pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan jalan sesuai

dengan kewenangan Pemerintah dan pemerintah daerah. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan

ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.

1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang

menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.

2. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang

menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota

kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.

3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk

jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota

kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta

jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis

kabupaten.

4. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan

antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,

menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di

dalam kota.

5. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman

di dalam desa, serta jalan lingkungan.

Klasifikasi berdasarkan muatan sumbu[sunting | sunting sumber]

Page 2: Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Jalan

Distribusi beban muatan sumbu ke badan jalan

Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan, jalan dibagi dalam

beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan

mempertimbangkan keunggulan karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan

bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan. Pengelompokkan

jalan[5]menurut muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan, terdiri dari:

1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan

ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter,

dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini masih belum

digunakan di Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan diberbagai negara maju seperti

di Prancis telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton;

2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan

ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan

muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk

angkutan peti kemas;

3. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk

muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi

18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;

4. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan

dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000

milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;

5. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor

termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak

melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

Page 3: Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Jalan

PENGERTIAN PARKIR DAN PERMASALAHANNYA

Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu pendek atau lama,

sesuai dengan kebutuhan pengendara. Parkir merupakan salah satu unsur prasarana

transportasi yang tidak terpisahkan dari sistem jaringan transportasi, sehingga

pengaturan parkir akan mempengaruhi kinerja suatu jaringan, terutama jaringan jalan

raya.

Daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk dan tingkat ekonomi yang tinggi

mengakibatkan tingkat kepemilikan kendaraan pribadi yang tinggi pula. Apabila kondisi

ini didukung dengan kebijakan pemerintah dalam manajemen lalu lintas yang tidak

membatasi penggunaan mobil pribadi, maka akan mendukung pelaku pergerakan untuk

selalu menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini akan menimbulkan kebutuhan lahan

parkir yang besar pada zona tarikan sebagai contoh pada daerah pusat bisnis

(CBD, Central Business District).

(sumber: harianjogja.com)

Tidak semua pengembang pusat bisnis mampu menyediakan lahan parkir yang

mencukupi, sehingga badan jalan yang berada di sekitarnya digunakan untuk lahan

parkir. Apabila badan jalan tersebut dilalui lalu lintas dalam jumlah yang cukup besar

maka bisa dipastikan bahwa parkir di badan jalan akan menimbulkan permasalahan lalu

lintas (kecepatan menurun dan waktu tempuh meningkat).

Page 4: Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Jalan

Timbulnya permasalahan parkir di kota-kota besar menuntut para ahli transportasi

untuk betul-betul memahami parkir. Konsep dan karakteristik parkir, analisis kebutuhan

parkirr, perencanaan geometrik lahan parkir, dan kebijakan parkir merupakan materi

bisa diimplementasikan untuk menangani permasalahan parkir.

CARA DAN JENIS PARKIR

Menurut Penempatannya1). Parkir di tepi jalan (on-street parking). Yakni parkir dengan menggunakan badan jalan sebagai tempat parkir

Kerugian : Mengganggu lalu lintas Mengurangi kapasitas jalan karena adanya pengurangan lebar lajur lalu lintas Meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan

Keuntungan : Murah tanpa investasi tambahan Bagi pengguna tempat parkir bisa lebih dekat dan mudah

Posisi parkir : Sejajar dengan sumbu jalan Tegak lurus sumbu jalan Membuat sudut dengan sumbu jalan

Gambar Ruang Parkir BersudutSumber : Menuju lalu lintas dan angkutan jalan yang tertib, DLLAJ, 1995

2). Parkir di luar badan jalan (off-street parking). Yakni parkir kendaraan di luar badan jalan bisa di halaman gedung perkantoran, supermarket, atau pada taman parkir.

Keuntungan : Tidak mengganggu lalu lintas Faktor keamanan lebih tinggi

Kerugian : Perlu biaya investasi awal yang besar.

Page 5: Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Jalan

Bagi pengguna dirasakan kurang praktis, apalagi jika kepentingannya hanya sebentar saja.

Menurut Statusnya Parkir umum, biasanya dikelola oleh pemerintah daerah. Parkir khusus, dikelola oleh swasta. Parkir darurat, diselenggarakan karena adanya kegiatan incidental. Taman Parkir, dikelola oleh pemerintah daerah. Gedung Parkir, biasanya diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan

pengelolaannya oleh swasta.

Menurut Jenis Kendaraan Kendaraan tidak bermesin (sepeda) Sepeda motor Mobil

Menurut Jenis Tujuan Parkir Parkir penumpang : untuk kebutuhan menaikkan dan menurunkan penumpang Parkir barang : untuk kebutuhan bongkar muat barang

Menurut Jenis Kepemilikan dan Pengoperasian Milik swasta dan dikelola oleh swasta Milik pemerintah daerah dan dikelola oleh pemda Milik pemerintah daerah dan dikelola oleh swasta

Page 6: Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Jalan

Definisi Jalan PP10/2000Posted on 03/01/2011 | 1 Comment

Jalan Arteri Primer

Jalan yang dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan nasional, antar pusat kegiatan nasional dan pusat kegiatan wilayah, dan antar kota yang melayani kawasan berskala besar dan atau cepat berkembang dan atau pelabuhan-pelabuhan utama

Jalan arteri sekunder

Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi seefisien,dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota.

Jalan Kolektor Primer

Jalan yang dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan ocal dan atau kawasan-kawasan berskala kecil dan atau pelabuhan pengumpan regional dan pelabuhan pengumpan ocal.

Jalan Kolektor Sekunder

Jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi, dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota.

Jalan Lokal

Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Jalan layang Jalan yang melintas di atas permukaan tanah

Jalan Bebas Hambatan Atau Jalan Tol

Jalan umum  bebas hambatan dengan dikenakan kewajiban membayar biaya tol.

Page 7: Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Jalan

Jalan lainJalan yang tidak termasuk dalam jenis-jenis jalan tersebut di atas.

Terminal angkutan jalan raya

Tempat perhentian bis untuk penumpang dan barang, yang mempunyai fasilitas lengkap.