Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Jalan
-
Upload
fadly-syamsul -
Category
Documents
-
view
32 -
download
2
Transcript of Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Jalan
Klasifikasi berdasarkan fungsi jalan[sunting | sunting sumber]
Jalan umum menurut fungsinya di Indonesia dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan
lokal, dan jalan lingkungan. Klasifikasi fungsional seperti ini diangkat dari klasifikasi di Amerika
Serikat [1] dan Canada.[2] Di atas arteri masih ada Freeway dan Highway.
Klasifikasi jalan fungsional di Indonesia berdasarkan peraturan perundangan[3][4] yang berlaku adalah:
1. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara
berdaya guna.
2. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan
masuk dibatasi.
3. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan
ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Klasifikasi berdasarkan administrasi pemerintahan[sunting | sunting sumber]
Pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan jalan sesuai
dengan kewenangan Pemerintah dan pemerintah daerah. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan
ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.
2. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk
jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota
kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta
jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis
kabupaten.
4. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan
antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di
dalam kota.
5. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman
di dalam desa, serta jalan lingkungan.
Klasifikasi berdasarkan muatan sumbu[sunting | sunting sumber]
Distribusi beban muatan sumbu ke badan jalan
Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan, jalan dibagi dalam
beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan
mempertimbangkan keunggulan karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan
bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan. Pengelompokkan
jalan[5]menurut muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan, terdiri dari:
1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter,
dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini masih belum
digunakan di Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan diberbagai negara maju seperti
di Prancis telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton;
2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk
angkutan peti kemas;
3. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;
4. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000
milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;
5. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
PENGERTIAN PARKIR DAN PERMASALAHANNYA
Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu pendek atau lama,
sesuai dengan kebutuhan pengendara. Parkir merupakan salah satu unsur prasarana
transportasi yang tidak terpisahkan dari sistem jaringan transportasi, sehingga
pengaturan parkir akan mempengaruhi kinerja suatu jaringan, terutama jaringan jalan
raya.
Daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk dan tingkat ekonomi yang tinggi
mengakibatkan tingkat kepemilikan kendaraan pribadi yang tinggi pula. Apabila kondisi
ini didukung dengan kebijakan pemerintah dalam manajemen lalu lintas yang tidak
membatasi penggunaan mobil pribadi, maka akan mendukung pelaku pergerakan untuk
selalu menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini akan menimbulkan kebutuhan lahan
parkir yang besar pada zona tarikan sebagai contoh pada daerah pusat bisnis
(CBD, Central Business District).
(sumber: harianjogja.com)
Tidak semua pengembang pusat bisnis mampu menyediakan lahan parkir yang
mencukupi, sehingga badan jalan yang berada di sekitarnya digunakan untuk lahan
parkir. Apabila badan jalan tersebut dilalui lalu lintas dalam jumlah yang cukup besar
maka bisa dipastikan bahwa parkir di badan jalan akan menimbulkan permasalahan lalu
lintas (kecepatan menurun dan waktu tempuh meningkat).
Timbulnya permasalahan parkir di kota-kota besar menuntut para ahli transportasi
untuk betul-betul memahami parkir. Konsep dan karakteristik parkir, analisis kebutuhan
parkirr, perencanaan geometrik lahan parkir, dan kebijakan parkir merupakan materi
bisa diimplementasikan untuk menangani permasalahan parkir.
CARA DAN JENIS PARKIR
Menurut Penempatannya1). Parkir di tepi jalan (on-street parking). Yakni parkir dengan menggunakan badan jalan sebagai tempat parkir
Kerugian : Mengganggu lalu lintas Mengurangi kapasitas jalan karena adanya pengurangan lebar lajur lalu lintas Meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan
Keuntungan : Murah tanpa investasi tambahan Bagi pengguna tempat parkir bisa lebih dekat dan mudah
Posisi parkir : Sejajar dengan sumbu jalan Tegak lurus sumbu jalan Membuat sudut dengan sumbu jalan
Gambar Ruang Parkir BersudutSumber : Menuju lalu lintas dan angkutan jalan yang tertib, DLLAJ, 1995
2). Parkir di luar badan jalan (off-street parking). Yakni parkir kendaraan di luar badan jalan bisa di halaman gedung perkantoran, supermarket, atau pada taman parkir.
Keuntungan : Tidak mengganggu lalu lintas Faktor keamanan lebih tinggi
Kerugian : Perlu biaya investasi awal yang besar.
Bagi pengguna dirasakan kurang praktis, apalagi jika kepentingannya hanya sebentar saja.
Menurut Statusnya Parkir umum, biasanya dikelola oleh pemerintah daerah. Parkir khusus, dikelola oleh swasta. Parkir darurat, diselenggarakan karena adanya kegiatan incidental. Taman Parkir, dikelola oleh pemerintah daerah. Gedung Parkir, biasanya diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan
pengelolaannya oleh swasta.
Menurut Jenis Kendaraan Kendaraan tidak bermesin (sepeda) Sepeda motor Mobil
Menurut Jenis Tujuan Parkir Parkir penumpang : untuk kebutuhan menaikkan dan menurunkan penumpang Parkir barang : untuk kebutuhan bongkar muat barang
Menurut Jenis Kepemilikan dan Pengoperasian Milik swasta dan dikelola oleh swasta Milik pemerintah daerah dan dikelola oleh pemda Milik pemerintah daerah dan dikelola oleh swasta
Definisi Jalan PP10/2000Posted on 03/01/2011 | 1 Comment
Jalan Arteri Primer
Jalan yang dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan nasional, antar pusat kegiatan nasional dan pusat kegiatan wilayah, dan antar kota yang melayani kawasan berskala besar dan atau cepat berkembang dan atau pelabuhan-pelabuhan utama
Jalan arteri sekunder
Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi seefisien,dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota.
Jalan Kolektor Primer
Jalan yang dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan ocal dan atau kawasan-kawasan berskala kecil dan atau pelabuhan pengumpan regional dan pelabuhan pengumpan ocal.
Jalan Kolektor Sekunder
Jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi, dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota.
Jalan Lokal
Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Jalan layang Jalan yang melintas di atas permukaan tanah
Jalan Bebas Hambatan Atau Jalan Tol
Jalan umum bebas hambatan dengan dikenakan kewajiban membayar biaya tol.
Jalan lainJalan yang tidak termasuk dalam jenis-jenis jalan tersebut di atas.
Terminal angkutan jalan raya
Tempat perhentian bis untuk penumpang dan barang, yang mempunyai fasilitas lengkap.