KKN PPD iting versi 2.doc

24
UNIVERSITAS UDAYANA LAPORAN HASIL PEMBINAAN KELUARGA DAN PENANGGULANGAN MASALAH ARTRITIS GOUT DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA AYU PUTRI SATYAWATI 1002005030 1. I NENGAH KENYUS, SEKARDADI, KINTAMANI 2. NI WAYAN RENI, SEKARDADI, KINTAMANI DALAM RANGKA PELATIHAN PRA-DOKTER KE-74 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER 1

Transcript of KKN PPD iting versi 2.doc

Page 1: KKN PPD iting versi 2.doc

UNIVERSITAS UDAYANA

LAPORAN

HASIL PEMBINAAN KELUARGA DAN PENANGGULANGAN

MASALAH ARTRITIS GOUT DENGAN PENDEKATAN

KEDOKTERAN KELUARGA

AYU PUTRI SATYAWATI

1002005030

1. I NENGAH KENYUS, SEKARDADI, KINTAMANI2. NI WAYAN RENI, SEKARDADI, KINTAMANI

DALAM RANGKA PELATIHAN PRA-DOKTER KE-74

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS UDAYANA

2015

1

Page 2: KKN PPD iting versi 2.doc

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................................................................

1

DAFTAR ISI....................................................................................................................................

2

LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN..............................................................................

3

Data Demografi Keluarga Binaan.......................................................................................

3

1.1.1 Keluarga Ni Wayan Reni............................................................................................

3

1.1.2 Keluarga I Nengah Kenyus........................................................................................

3

Status Sosial Ekonomi dan Kondisi Tempat Tinggal..........................................................

4

1.2.1 Keluarga Ni Wayan Reni..........................................................................................

4

1.2.2 Keluarga I Nengah Kenyus.......................................................................................

5

1.3 Rumusan Masalah Kesehatan.............................................................................................

6

1.3.1 Keluarga Ni Wayan Reni............................................................................................

7

1.3.2 Keluarga I Nengah Kenyus.........................................................................................

7

II. KEGIATAN DAN HASIL PEMBINAAN KELUARGA BINAAN........................................

8

2.1 Keluarga Ni Wayan Reni...............................................................................................

8

2.2 Keluarga I Nengah Kenyus...........................................................................................

8

III. PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA KELUARGA BINAAN...................................

9

2

Page 3: KKN PPD iting versi 2.doc

3.1 Latar Belakang Kasus ...................................................................................................

9

3.2 Analisis Situasi Keluarga Kasus....................................................................................

9

3.3 Rumusan Masalah dan Solusi Kasus.............................................................................

10

IV. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................

15

4.1 Kesimpulan....................................................................................................................

15

4.2 Saran..............................................................................................................................

15

BAB I

LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN

I.1 Data Demografi

I.1.1 Keluarga Ni Wayan Reni

Keluarga Ni Wayan Reni terdiri dari dirinya sendiri sebagai KK dan 5

anaknya. Suami Ibu Ni Wayan Reni meninggal 15 tahun yang lalu karena

penyakit stroke. Anak pertama hingga anak ketiga Ni Wayan Reni sudah

menikah keluar, sehingga yang masih menjadi tanggungan Ni Wayan Reni

hanya anak keempat dan kelima. Keluarga ini seluruhnya beragama Hindu.

3

Page 4: KKN PPD iting versi 2.doc

Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada di tangan KK,

yakni Ibu Ni Wayan Reni.

No. NamaJenis

KelaminStatus

Umur

(tahun)Pendidikan Pekerjaan

1Ni Wayan

ReniP

Kepala Keluarga

55Tidak tamat

SDBuruh Tani

2Ni Ketut Ditiyani

P Anak KK 23Tidak tamat

SDBuruh Tani

3 Ni Putu Sukri P Anak KK 20 Tamat SD Buruh Tani

I.1.2 Keluarga I Nengah Kenyus

Keluarga I Nengah Kenyus terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri

dan 10 orang anak, namun yang masih menjadi tanggungan bapak I Nengah

Kenyus hanya anak bungsunya. Istrinya bernama Ni Wayan Misi. Keluarga

ini seluruhnya beragama Hindu. Keluarga ini tinggal dalam satu pekarangan

yang terdiri dari satu bangunan rumah dan dapur, dan sanggah tempat

beribadah.

No. NamaJenis

KelaminStatus

Umur

(tahun)Pendidikan Pekerjaan

1 I Nengah Kenyus L Kepala Keluarga 80Tidak Tamat

SDSerabutan

2 Ni Wayan Misi P Istri KK 73Tidak Tamat

SDSerabutan

3 I Kadek Pada L Anak KK 25 Tamat SDBuruh Pasir

I.2 Status Sosial Ekonomi dan Kondisi Tempat Tinggal

I.2.1 Keluarga Ni Wayan Reni

4

Page 5: KKN PPD iting versi 2.doc

Ibu Ni Wayan Reni sehari-hari bekerja sebagai buruh tani di ladang orang

lain, dengan penghasilan yang tidak tentu berkisar antara Rp. 50.000,00 -

Rp. 55.000,00 per hari. Begitu juga dengan kedua anaknya Ni Ketut Ditiyani

dan Ni Putu Sukri juga bekerja bersama ibunya. Suami Ibu Ni Wayan Reni

sudah meninggal 15 tahun karena penyakit stroke. Keluarga Ibu Ni Wayan

Reni mendapatkan beras dari pemerintah setiap bulan sebanyak 50 kg,

namun jika kurang ibu Ni Wayan Reni akan membelinya di pasar. Sehari-

hari, untuk keperluan lauk-pauk, keluarga ini membeli sayur di pasar. Begitu

pula dengan keperluan daging, keluarga Ibu Ni Wayan Reni, dikatakan

hanya kadang-kadang membelinya di pasar. Keluarga ini tidak

mengeluarkan biaya untuk membayar air karena setiap hari mengambil dari

pancoran umum. Untuk biaya kesehatan, tidak terlalu banyak mengeluarkan

uang, dikarenakan keluarga Ibu Ni Wayan Reni jarang sakit. Biasanya

apabila ada anggota keluarga yang sakit, Ibu Ni Wayan Reni akan membawa

ke puskesmas. Keluarga ini juga memiliki kartu JKBM sehingga sedikit

meringankan apabila memerlukan biaya kesehatan. Keluarga ini hanya

memiliki tanah yang dijadikan tempat tinggal sekarang, dan tidak memiliki

ladang sendiri.

Keluarga Ibu Ni Wayan Reni tinggal dalam satu kompleks rumah permanen

dengan luas bangunan 6x4 m. Rumah tersebut terdiri dari dua kamar yang

masing-masing digunakan oleh Ibu Ni Wayan Reni dan kamar kedua

anaknya. Dinding rumah terbuat dari Batako yang belum diplester dan

berlantaikan semen. Atap rumah terbuat dari genteng dan plafon rumah

terbuat dari triplek. Masing-masing kamar memiliki jendela dan ventilasi.

Masing-masing kamar terdapat sebuah lampu untuk penerangan. Ibu Ni

Wayan Reni juga memiliki sebuah dapur tradisional di sebelah kamarnya.

Dapur tersebut seluas kira-kira 2x1 m dengan dinding terbuat dari anyaman

bambu dan beralaskan tanah. Dapur Ibu Ni Wayan Reni masih menggunakan

tungku kayu bakar dan tidak ada cerobong asap. Keluarga Ibu Ni Wayan

Reni belum memiliki jamban sendiri, sehingga BAK/BAB dilakukan di

sungai atau toilet tetangganya.

I.2.2 Keluarga I Nengah Kenyus

5

Page 6: KKN PPD iting versi 2.doc

Keluarga Bapak I Nengah Kenyus termasuk keluarga dengan ekonomi

menengah ke bawah. Sehari-hari, Bapak I Nengah Kenyus bekerja sebagai

buruh serabutan. Ni Wayan Misi sore hari berjualan ikan pindang di depan

rumahnya dan juga mencari rumput untuk makanan sapi. Karena I Nengah

Kenyus sudah sangat tua, jadi hanya kadang-kadang saja membantu Ni

Wayan Misi. Anak bungsu I Nengah Kenyus, I Kadek Pada bekerja sebagai

buruh penurun pasir, namun hanya bekerja kurang lebih 3 kali seminggu.

Pendapatan total keluarga I Nengah Kenyus adalah Rp 1.000.000,00 sampai

Rp 1.500.000,00 perbulan. Biasanya keluarga Bapak I Nengah Kenyus

mendapat beras dari Pemerintah sebanyak 50 kg perbulan, namun kadang-

kadang bila beras tersebut kurang untuk keperluan 1 bulan keluarga Bapak I

Nengah Kenyus akan membelinya di pasar. Untuk keperluan lauk-pauk,

Bapak I Nengah Kenyus biasanya membeli sayuran atau telur. Bapak I

Nengah Kenyus juga kadang-kadang memanfaatkan sayuran yang

didapatkan dari kebun sendiri.

Keluarga Bapak I Nengah Kenyus tidak mengeluarkan biaya untuk air

PDAM, karena setiap harinya beliau menggunakan air yang didapatkan dari

penampungan air swadaya yang dimilikinya bersama beberapa warga.

Keluarga Bapak I Nengah Kenyus hanya mengeluarkan biaya listrik. Untuk

keperluan MCK keluarga Bapak I Nengah Kenyus akan pergi ke sungai dan

pancoran di belakang rumahnya. Untuk biaya kesehatan, k`eluarga Bapak I

Nengah Kenyus tidak terlalu banyak mengeluarkan uang, karena apabila

sakit biasanya beliau sekeluarga akan pergi ke Puskesmas dengan

menggunakan jaminan kesehatan JAMKESMAS.

Keluarga Bapak I Nengah Kenyus tinggal dalam dua bangunan rumah

permanen dengan luas bangunan 4 x 3 meter dan 5 x 4 meter. Rumah yang

ditempati Bapak I Nengah Kenyus dan Ibu Ni Wayan Misi terdiri dari 1

kamar tidur. Dinding rumah terbuat dari bambu, berlantaikan semen, dan

atap rumah terbuat dari genteng. Kamar tersebut tidak memiliki jendela dan

ventilasi dan terdapat sebuah lampu untuk penerangan. Bapak I Nengah

Kenyus juga memiliki sebuah dapur tradisional di sebelah luar kamarnya.

6

Page 7: KKN PPD iting versi 2.doc

Dapur Bapak I Nengah Kenyus masih menggunakan tungku kayu bakar dan

tidak ada cerobong asap. Di dalam kamar Bapak I Nengah Kenyus terdapat

barang-barang seperti tempat tidur, lemari, dan barang keperluan rumah

tangga lain.

I.3 Rumusan Masalah Kesehatan

I.3.1 Keluarga Ni Wayan Reni

Masalah Kesehatan pada Ibu Ni Wayan Reni yaitu Ibu Ni Wayan Reni

mengeluh mengalami pembengkakan pada daerah sendi pada ruas jari

pertama dan pergelangan kaki kanannyanya sejak 6 tahun yang lalu.

Bengkak juga disertai dengan rasa nyeri dan kemerahan pada sendi.

Muncul benjolan padat awalnya pada ruas ibu jari kaki, awalnya kecil-

kecil kemudian bergabung menjadi tambah besar. Keluhan tersebut juga

disertai nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Ibu Ni Wayan Reni

dahulu memiliki kebiasaan suka makan jeroan ayam dan kacang-kacangan.

Almarhum Ibu Ni Wayan Reni dikatakan juga memiliki keluhan yang

sama seperti Ibu Ni Wayan Reni. Ibu Ni wayan Reni sudah pernah berobat

ke puskesmas dan dilakukan pemeriksaan kadar asam urat dikatakan

tinggi. Keluhan nyeri tersebut akan hilang setelah minum obat penghilang

rasa nyeri dan timbul setelah mengkonsumsi makanan seperti jeroan atau

kacang-kacangan. Penulis mendiagnosis Ibu Ni Wayan Reni dengan artritis

gout.

I.3.2 Keluarga I Nengah Kenyus

Bapak I Nengah Kenyus sering mengeluhkan nyeri pada persendian lutut dan

pinggang. Nyeri hanya muncul kadang-kadang saja, namun lama kelamaan

semakin sering terutama ketika cuaca dingin dan kondisi fisik Bapak I

Nengah Kenyus yang terlalu kelelahan setelah bekerja. Bapak I Nengah

Kenyus juga mengalami penglihatannya kabur seperti ada kabut yang

menutupi sejak 2 tahun yang lalu. Dalam enam bulan terakhir karena cuaca

yang dingin, I Nengah Kenyus sering menderita demam, batuk, dan pilek.

7

Page 8: KKN PPD iting versi 2.doc

Jika sakit, keluarga Bapak I Nengah Kenyus akan pergi berobat ke

Puskesmas atau bidan.

BAB II

KEGIATAN PADA KELUARGA BINAAN

Kegiatan pendampingan dan pembinaan pada keluarga binaan dilaksanakan hampir

setiap hari selama kegiatan PPD. Kegiatan ini berlangsung menyesuaikan dengan

kegiatan KK Dampingan yang sebagian besar bekerja di kebun. Waktu kekebun

keluarga dampingan biasanya adalah pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore, sehingga

seringkali pendampingan dilaksanakan malam hari atau langsung berkunjung ke

kebun masing-masing keluarga dampingan

I.4 Keluarga Ni Wayan Reni

8

Page 9: KKN PPD iting versi 2.doc

Pada pendampingan di keluarga Ni Wayan Reni, dapat dilihat yakni adanya

hubungan positif yang diberikan keluarga ini pada penulis. Hal ini

memudahkan komunikasi yang memberikan peluang penulis bercerita

tentang penyakit artritis gout serta faktor risikonya dan penanganannya.

I.5 Keluarga I Nengah Kenyus

Bapak I Nengah Kenyus sering mengeluhkan nyeri pada persendian lutut

dan pinggang. Nyeri hanya muncul kadang-kadang saja, namun lama

kelamaan semakin sering terutama ketika cuaca dingin dan kondisi fisik

Bapak I Nengah Kenyus yang terlalu kelelahan setelah bekerja. Bapak I

Nengah Kenyus juga mengalami penglihatannya kabur seperti ada kabut

yang menutupi sejak 3 tahun yang. Penulis menyarankan agar Bapak I

Nengah Kenyus untuk berobat di Puskesmas bila keluhan nyerinya muncul

kembali dan agar mengistirahatkan sendi yang nyeri. Sedangkan untuk

kasus katarak yang diderita Bapak I Nengah Kenyus disarankan berobat ke

Puskesmas untuk mendapat rujukan ke fasilitas yang lebih memadai

sehingga dapat dilakukan operasi.

BAB III

PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA KELUARGA BINAAN (KASUS)

3.1 Latar Belakang Kasus

Arthritis pirai atau gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena

deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi.gout juga suatu istilah

yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai dengan

meningkatnya konsentrasi asm urat (hiperurisemia). Gout dapat bersifat primer

maupun sekunder. Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam

urat tubuh yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat

9

Page 10: KKN PPD iting versi 2.doc

proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu. Ada sejumlah faktor yang

agaknya mempengaruhi timbulnya penyakit gout, termasuk diet, berat badan,

dan gaya hidup. Manifestasi klinis deposisi urat meliputi artitis gout akut,

akumulasi kristal pada jaringan yang merusak tulang, batu asam urat dan yang

jarang adalah gagal ginjal. Gangguan metabolisme yang mendasarkan gout

adalah hiperurisemia yang didefinisikan sebagai peninggian kadar urat lebih

dari 7,0 ml/dl dan 6,0 mg/dl. Pembagian arthritis gout terdiri dari arthritis gout

akut, interkritikal gout dan gout menahun dengan tofi. Pengobatan dilakukan

secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi atau komplikasi lain misalnya

pada ginjal. Pengobatan artritis gout akan bertujuan menghilangkan keluhan

nyeri sendi dan peradangan dengan obat-obatan.

3.2 Analisis Situasi Keluarga Kasus

Pada Ibu Ni Wayan Reni timbul keluhan nyeri dan bengkak sejak 6 tahun yang

lalu dengan awal berupa benjolan padat kecil pada ruas ibu jari kaki kemudian

muncul pada pergelangan kaki kanannya. Benjolan tersebut awalnya kecil

kemudian muncul benjolan kecil lainnya dan bergabung menjadi 1 benjolan

yang lebih besar. Saat serangan yang dikeluhkan yaitu timbul nyeri seperti

ditusuk-tusuk yang muncul biasanya setelah Ibu Ni Wayan Reni

mengkonsumsi makanan berupa jeroan ayam dan kacang-kacangan. Almarhum

Ibu Ni Wayan Reni dikatakan juga memiliki keluhan yang sama seperti Ibu Ni

Wayan Reni. Ibu Ni Wayan Reni sudah memeriksakan keluhannya ke

puskesmas dan dilakukan pemeriksaan kadar asam urat yang dikatakan tinggi.

Saat ini dengan pemeriksaan, didapatkan Tofus dengan konsistensi padat,

berbentuk bulat, berbatas tegas, tidak nyeri dengan diameter 2 cm. Saat nyeri

timbul dikatakan Ibu Ni Wayan Reni tidak dapat bekerja dan hanya istirahat

saja.

3.3 Rumusan Masalah dan Solusi Kasus

3.3.1 Riwayat Penyakit

Ibu Ni Wayan Reni memiliki keluhan nyeri dan bengkak sejak 6 tahun yang

lalu dengan awal berupa benjolan padat kecil pada ruas ibu jari kaki kemudian

muncul pada pergelangan kaki kanan dan kiri. Benjolan tersebut awalnya kecil

kemudian muncul benjolan kecil lainnya dan bergabung menjadi 1 benjolan

10

Page 11: KKN PPD iting versi 2.doc

yang lebih besar. Saat serangan yang dikeluhkan yaitu timbul nyeri seperti

ditusuk-tusuk yang muncul biasanya setelah Ibu Ni Wayan Reni

mengkonsumsi makanan berupa jeroan ayam dan kacang-kacangan.

Almarhum Ibu Ni Wayan Reni dikatakan juga memiliki keluhan yang sama

seperti Ibu Ni Wayan Reni. Ibu Ni Wayan Reni sudah memeriksakan

keluhannya ke puskesmas dan dilakukan pemeriksaan kadar asam urat yang

dikatakan tinggi. Saat ini dengan pemeriksaan, didapatkan Tofus dengan

konsistensi padat, berbentuk bulat, berbatas tegas, tidak nyeri dengan diameter

2 cm. Saat nyeri timbul dikatakan Ibu Ni Wayan Reni tidak dapat bekerja dan

hanya istirahat saja.

3.3.2 Solusi Kasus

Masalah kesehatan merupakan masalah yang kompleks sehingga dalam

penatalaksanaanya sangat memerlukan tindakan yang bersifat holistik

(menyeluruh). Secara holistik dalam memandang sebuah penyakit, merupakan

suatu pendekatan dalam menilai penyakit yang sedang dialami oleh seseorang

secara utuh, tidak hanya aspek medis atau biologis namun juga dari aspek

lainnya seperti psikologis, sosial, ekonomi dan religius. Kemunculan sebuah

masalah kesehatan atau penyakit itu tidak terlepas dari berbagai faktor yang

mendasari kemunculan penyakit tersebut yang dikenal dengan faktor risiko.

Pendekatan holistik dalam memandang faktor risiko sebuah permasalahan

kesehatan tentunya tidaklah hanya melihat dari sisi medis atau biologis saja,

namun juga dari faktor lingkungan, gaya hidup atau perilaku, kebugaran, gizi

dan sebagainya.

Pemecahan masalah kesehatan pada kasus yang terjadi di keluarga binaan

dilakukan berdasarkan pendekatan kedokteran keluarga. Berbagai aspek harus

diperhatikan dalam pengelolaan kasus penyakit diare baik individu, keluarga

dan lingkungan. Tahapan pengelolaan kasus diare pada keluarga binaan

dilakukan sesuai dengan enam ciri utama layanan kedokteran keluarga, yaitu:

1. Personal

Mengobati penderita dengan memberikan perlakuan sebagai manusia bukan

sekedar mengobati penyakitnya saja. Dalam artian, penderita ditangani secara

11

Page 12: KKN PPD iting versi 2.doc

holistik dari semua aspek kehidupannya, baik fisik, psikis, dan lingkungan

sosial. Karena sehat menurut WHO mengandung tiga aspek yaitu fisik, mental

dan sosial. Secara fisik, penderita sudah berusia tua yang rentan terhadap

munculnya berbagai penyakit kronis seperti hipertensi, osteoartritis, diabetes

dan lain sebagainya. Selain itu, usia yang sudah tua cenderung mengalami

penurunan fungsi kerja organ-organ tubuh yang nantinya akan berpengaruh

dengan dosis dan jenis obat yang diberikan. Untuk mengatasi masalah fisik ini,

kita perlu memberikan penanganan gout artritis dengan memberikan obat yang

tepat sesuai dengan diagnosis, indikasi, efektivitas dan tepat guna. Dari segi

mental, di sini perlu dikaji apakah gout artritis pada penderita ini memberikan

suatu pengaruh psikis kepada penderita. Untuk masalah psikis di sini, tentu

saja keluhan penderita apabila tidak ditangani dengan baik, keluhan tersebut

akan bertambah berat dan menjadi tidak tertahankan lagi. Ditambah lagi

apabila penderita sulit untuk bekerja maupun berjalan akibat nyeri pada

pergelangan kaki akan berpengaruh pada faktor psikis. Sehingga penderita

dengan penyakit kronis seperti gout artritis perlu mendapatkan dukungan dan

kasih sayang dari keluarganya serta lingkungan sekitar. Dari segi sosial, gout

artritis mampu menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari penderita

apabila kondisi yang sudah lanjut.

2. Paripurna (Komprehensif)

Komprehensif artinya meliputi semua aspek tingkat pencegahan (primer,

sekunder, dan tersier). Upaya pencegahan tersebut dilaksanakan sesuai dengan

perjalanan alamiah penyakit tersebut. Penyakit gout artritis pada Ibu Ni Wayan

Reni ini mulai sejak 1 tahun yang lalu. Saat itu Bapak I Nengah Kenyus masih

aktif bekerja sebagai buruh tani.

Pencegahan primer

Memberi penjelasan tentang gout artritis, faktor risikonya, pengobatan, serta

komplikasi yang mungkin terjadi kepada Ibu Ni wayan Reni.

Menyarankan untuk menghindari faktor risiko gout artritis. Adapun cara-

caranya adalah sebagai berikut:

12

Page 13: KKN PPD iting versi 2.doc

1. Mengurangi makanan yang mengandung banyak purin seperti jeroan dan

kacang - kacangan

2. Menyarankan agar mengontrol berat badan dan jangan sampai memiliki

berat badan yang berlebihan.

Pencegahan sekunder

Memberikan pengobatan dan penanganan gout atritis yang tepat. Memberikan

penjelasan mengenai pengobatan gout atritis kepada penderita dan keluarga.

Apa jenis obatnya, tujuan pengobatannya, efek sampingnya, dan akibatnya

apabila tidak patuh dalam menjalani pengobatannya. Perlu ditekankan pada

penderita bahwa pengobatan gout atritis tidak menghilangkan penyakitnya

namun untuk mengurangi keluhan dan memperlambat progresivitas

penyakitnya.

Menyarankan kepada keluarga penderita untuk memeriksakan diri apabila ada

yang memiliki keluhan yang sama untuk mendapat pengobatan yang lebih

cepat agar tidak sampai memburuk.

Pencegahan tersier

Bila penyakitnya sudah sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, penderita

disarankan untuk diperiksakan ke puskesmas/dokter/rumah sakit terdekat

untuk mencegah perburukan akibat komplikasi yang terjadi.

3. Berkesinambungan

Berkesinambungan artinya melakukan sistem monitoring untuk meningkatkan

kepatuhan keluarga penderita dalam perubahan perilaku dan pengobatan.

Dalam kasus ini, kasus osteoartritis yang terjadi pada penderita dapat dikontrol

dengan menggunakan obat dan terapi cukup, serta jangan sampai

menimbulkan komplikasi yang berat. Penderita diharapkan juga teratur untuk

memeriksakan diri ke poskesdes atau puskesmas terdekat apabila gejalanya

kambuh dan mendapat dukungan dan kasih sayang dari keluarga dalam

menghadapi penyakitnya. Pada penderita juga dilakukan pemantauan

13

Page 14: KKN PPD iting versi 2.doc

perkembangan penyakitnya dengan rutin mengadakan kunjungan rumah

selama kegiatan PPD.

4 Koordinatif dan kolaboratif

Bekerja sama dan membagi peran dengan berbagai pihak terkait seperti

kelompok profesional (spesialis, analis, apoteker, dsb), pemuka atau tokoh

masyarakat, termasuk keluarga pasien sendiri. Selain itu dilakukan koordinasi

dengan keluarga penderita untuk berperan aktif mendukung pengobatan

penderita dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mendukung

kesehatan penderita.

5. Mengutamakan pencegahan

Pencegahan diutamakan pada anggota keluarga dan masyarakat yang berisiko

(belum sakit). Penyakit gout atritis pada penderita ini terkait dengan faktor

sosial dan usia sehingga ada kemungkinan keluarga di rumah juga mengalami

keluhan yang sama. Jadi, disarankan kepada penderita dan keluarga untuk

memeriksakan diri apabila mengalami keluhan yang dirasakan sama.

6. Memberdayakan keluarga dan masyarakat

Memberikan penjelasan kepada keluarga penderita tentang kondisi penderita

yang sesungguhnya. Dijelaskan bahwa penyakit penderita merupakan penyakit

yang kronis dan menahun, sehingga penderita harus dihindarkan dari hal-hal

yang dapat menyebabkan bertambahnya keluhan nyeri sendinya. Peran

keluarga dan lingkungan sangatlah besar dalam mengawasi kesehatan

penderita.

Memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa penyakit penderita adalah

penyakit yang memiliki kecenderungan terjadi akibat faktor sosial dan usia,

sehingga ada kemungkinan nantinya ada anggota keluarga lain yang terkena

penyakit ini.

Menjelaskan mengenai kepatuhan pengobatan menjadi kunci utama dalam

penanganan gout atritis. Sehingga keluarga bisa mempersiapkan obat agar

selalu tersedia di rumah penderita.

14

Page 15: KKN PPD iting versi 2.doc

Memberikan penjelasan kepada anggota keluarga penderita tentang pentingnya

pencegahan terhadap timbulnya penyakit ini dengan mengajarkan faktor risiko

gout atritis yang bisa dihindari.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

15

Page 16: KKN PPD iting versi 2.doc

Berdasarkan hasil pengamatan dan KK Dampingan yang dilaksanakan

kurang lebih selama 1 (satu) bulan, dapat diambil simpulan sebagai berikut:

a. Permasalahan kesehatan keluarga Ni Wayan Reni adalah nyeri dan

bengkak pada ruas ibu jari kaki dan pergelangan kaki yang

didiagnosis dengan gout artritis

b. Permasalahan kesehatan keluarga I Nengah Kenyus adalah nyeri

pada kedua lutut dan pinggang yang sudah lama dirasakan serta

penglihatan Bapak I Nengah Kenyus

4.2 Saran

Adapun rekomendasi yang bisa diberikan penulis untuk keluarga

dampingan:

a. Untuk masalah kesehatan Ibu Ni Wayan Reni, penulis mencoba

memberikan solusi dengan memberikan saran rutin berobat ke

Puskesmas untuk mendapat pengobatan yang tepat serta mengurangi

faktor risiko agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut

b. Untuk masalah kesehatan Bapak I Nengah Kenyus, penulis

memberikan saran agar rutin berobat ke Puskesmas juga dan

mengurangi faktor risiko osteoartrisis seperti mengurangi

penggunaan sendi yang nyeri. Sedangkan untuk permasalahan

katarak yang dialam Bapak I Nengah Kenyus disarankan untuk

meminta surat rujukan dari ke Puskesmas ke fasilitas kesehatan yang

lebih tinggi untuk mendapat penanganan yang tepat.

16