KKA AAT TTAA PPPEEEN NNGGGAANNTTAARRR · 2019. 6. 18. · LAPORAN KINERJADIREKTORAT PERENCANAAN...

46

Transcript of KKA AAT TTAA PPPEEEN NNGGGAANNTTAARRR · 2019. 6. 18. · LAPORAN KINERJADIREKTORAT PERENCANAAN...

  • LAPORAN KINERJADIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG TAHUN 2015

    i KATA PENGANTAR

    KKKAAATTTAAA PPPEEENNNGGGAAANNNTTTAAARRR

    Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Perencanaan Tata Ruang Tahun 2015 disusun dengan

    maksud untuk mengkomunikasikan capaian kinerja tahunan yang terkait dengan proses

    pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam Perjajian Kinerja (PK) sekaligus

    sebagai sarana untuk mempertanggungjawaban tingkat kinerja yang dicapai.

    Dokumen Laporan Kinerja (LKj) terdiri dari empat bagian, Pertama, memaparkan

    gambaran umum tugas, fungsi direktorat dan struktur organisasi, serta Rencana Strategis

    yang dijadikan sebagai acuan dalam pemrograman dan penganggaran yang berpengaruh

    terhadap pencapaian kinerja. Kedua, menjelaskan tentang Rencana Kinerja atau

    Perjanjian Kinerja Tahunan, termasuk penjelasan terkait outcome yang pencapaiannya

    dipengaruhi oleh kinerja output Direktorat dan indikator kinerja output yang digunakan untuk

    pengukuran kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang. Ketiga, menjelaskan tentang

    akuntabilitas kinerja yang dicapai Direktorat melalui pengukuran kinerja, perbandingan

    pencapaian kinerja, dan evaluasi kinerja yang dilengkapi dengan analisis akuntabilitas

    kinerja dan tinjauan aspek keuangan, serta hal-hal pokok yang perlu dipertimbangkan untuk

    meningkatkan kinerja direktorat pada masa yang akan datang dan Keempat adalah

    penutup yang merupakan kesimpulan dari capaian kinerja dan upaya penyelesaian

    permasalahan dalam pencapaian kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang.

    Penilaian akuntabilitas kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang mengacu pada

    dokumen Penetapan Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang tahun 2015 yang

    ditetapkan di awal tahun anggaran meskipun kemudian didalam pelaksanaanya terdapat

    perubahan, baik berupa perubahan jumlah paket pekerjaan maupun alokasi dana kegiatan

    yang semuanya dilakukan melalui proses revisi anggaran serta tercantum dalam dokumen

    hasil revisi.

    Dengan disusunnya Laporan Kinerja (LKj), di samping sebagai suatu kewajiban,

    diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk melakukan evaluasi guna

    peningkatan kinerja dan penyempurnaan proses perencanaan dan penganggaran, baik di

    lingkungan Direktorat Perencanaan Tata Ruang khususnya maupun kinerja Direktorat

    Jenderal Tata Ruang pada umumnya sehingga visi dan misi yang ditetapkan dalam

    dokumen Renstra dapat tercapai.

    Jakarta, Januari 2016

    Plh. Direktur Perencanaan Tata Ruang

    Aria Indra Purnama, ST. MUM

    NIP. 19681228 199703 1 003

  • LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG TAHUN 2015

    ii DAFTAR ISI

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................I-1

    1.1. Gambaran Umum............................................................................................................I-1

    1.1.1 Landasan Hukum ...................................................................................................I-1

    1.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi .........................................................................................I-2

    1.1.3 Struktur Organisasi ................................................................................................I-2

    1.2. Isu Strategis Direktorat Perencanaan Tata Ruang ............................................................I-2

    1.2.1 Alih Fungsi Lahan ...................................................................................................I-3

    1.2.2 Ketimpangan Wilayah dan Kesenjangan Sosial .......................................................I-3

    1.2.3 Ketahanan Pangan Dan Produktivitas Pertanian .....................................................I-5

    1.2.4 Kawasan Perbatasan Dan Pertahanan Negara ........................................................I-6

    1.2.5 Penataan Ruang Daerah Dan Pemekaran Wilayah ..................................................I-7

    1.2.6 Kelautan, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil ..................................................................I-8

    1.2.7 Perubahan Iklim Dan Resiko Bencana.....................................................................I-9

    1.2.8 Tata Kelola Kelembagaan Penataan Ruang ........................................................... I-10

    1.2.9 Rangkuman Isu Strategis ...................................................................................... I-10

    1.3. Permasalahan dan Tantangan ....................................................................................... I-11

    BAB II PERJANJIAN KINERJA ....................................................................................................... II-1

    2.1 Perjanjian Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang ................................................... II-1

    2.2 Indikator Kinerja dan Output Direktorat Perencanaan Tata Ruang .................................. II-2

    BAB III AKUNTABILITAS KINERJA .................................................................................................. III-1

    3.1. Capaian Kinerja ............................................................................................................. III-1

    3.1.1 Perbandingan Antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2015............................. III-1

    3.1.2 Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 Dengan Target Jangka Menengah ..... III-8

    3.1.3 Perbandingan Antara Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja Pada Tahun 2015 dengan Tahun 2014 ........................................................................................................ III-13

    3.1.4 Perbandingan Realisasi Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang Tahun 2015 dengan Rencana Strategis .................................................................................. III-13

    3.1.5 Penyebab Keberhasilan / Kegagalan ................................................................... III-18

    3.2. Realisasi Anggaran....................................................................................................... III-19

    BAB IV PENUTUP ......................................................................................................................... IV-1

    Kesimpulan ............................................................................................................................. IV-1

  • LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG TAHUN 2015

    iii DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Rekapitulasi Perhitungan Tapak Ekologis dan Biokapasitas Pulau di Indonesia .................I-9

    Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang ................................................... II-1

    Tabel 3.1 Perbandingan Realisasi Kinerja 2015 dengan Target Jangka Menengah 2015 - 2019 ...... III-9

    Tabel 3.2 Perbandingan Capaian Kinerja Direktorat Tahun 2014 dengan Tahun 2015 ................. III-13

    Tabel 3.3 Perbandingan Realisasi Kinerja 2015 dengan Target Rencana Strategis 2015 ............... III-15

    Tabel 3.4 Realisasi Anggaran Direktorat Perencanaan Tata Ruang Tahun 2015 ........................... III-20

  • LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG TAHUN 2015

    iv DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Struktur Organisasi ......................................................................................................I-3

    Gambar 1.2 Peta Kondisi Kesenjangan Sosial per Pulau...................................................................I-5

    Gambar 1.3 Perkembangan Pola Konsumsi Pangan Pojok di Indonesia (1954-2010) .......................I-6

    Gambar 1.4 Struktur Organisasi ......................................................................................................I-7

    Gambar 2.1 Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Kementerian ATR ........................................................ II-1

    Gambar 3.1 Persentase Capaian Kinerja Antara Target dan Realisasi Kinerja Direktorat ................ III-1

    Gambar 3.2 Persentase Realisasi Kinerja 2015 dengan Rencana Strategis 2015 - 2019 ................ III-14

    Gambar 3.3 Prosedur Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden RTR pulau dan RTR KSN ........ III-18

  • BAB I

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-1

    Pendahuluan

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Gambaran Umum

    Rencana tata ruang digunakan sebagai arahan dalam penyusunan rencana pembangunan dan menjadi

    acuan dalam pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang sehingga rencana tata ruang

    merupakan aspek penting untuk dapat mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman

    produktif, dan berkelanjutan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

    tentang Penataan Ruang.

    Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja

    merupakan acuan beralihnya fungsi penataan ruang dari Kementerian Pekerjaan Umum ke

    Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional. Perubahan ini berimplikasi

    terhadap perubahan unit organisasi dan nomenklaturnya. Berdasarkan Perpres tersebut, Menteri

    Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor

    8 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan

    Pertanahan Nasional.

    1.1.1 Landasan Hukum

    1) Undang Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

    2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

    (RPJPN) Tahun 2005-2025

    3) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

    4) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi

    Pemerintah

    5) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

    6) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang,

    7) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

    Instansi Pemerintah.

    8) Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja.

    9) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia

    Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara

    Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

    10) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun

    2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Agraria Dan Tata Ruang / Badan Pertanahan

    Nasional

  • BAB I

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-2

    Pendahuluan

    1.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi

    Direktorat Perencanaan Tata Ruang yang berada di bawah Direktorat Jenderal Tata Ruang memiliki

    tugas pokok dan fungsi :

    melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di

    bidang perencanaan tata ruang wilayah nasional, pulau/kepulauan, dan kawasan strategis

    nasional.

    Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perencanaan Tata Ruang menyelenggarakan fungsi

    yaitu:

    a) penyiapan perumusan kebijakan dan strategi di bidang perencanaan tata ruang wilayah

    nasional, pulau/kepulauan, dan kawasan strategis nasional;

    b) penyiapan dan pelaksanaan program di bidang perencanaan tata ruang wilayah nasional,

    pulau/kepulauan, dan kawasan strategis nasional;

    c) penyiapan instrumen dan pelaksanaan peningkatan peran serta masyarakat dalam

    perencanaan tata ruang;

    d) penyiapan pengelolaan data dan informasi serta bahan komunikasi;

    e) penyusunan pedoman bidang perencanaan tata ruang;

    f) penyusunan dan pelaksanaan peninjauan kembali rencana tata ruang wilayah nasional,

    rencana tata ruang pulau/kepulauan, dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional,

    termasuk kawasan perbatasan negara; dan

    g) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

    Direktorat Perencanaan Tata Ruang terdiri atas:

    a) Subdirektorat Perencanaan dan Kemitraan;

    b) Subdirektorat Pedoman Perencanaan Tata Ruang;

    c) Subdirektorat Perencanaan Tata Ruang Nasional;

    d) Subdirektorat Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Wilayah I;

    e) Subdirektorat Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Wilayah II;

    f) Subbagian Tata Usaha; dan

    g) Kelompok Jabatan Fungsional.

    1.1.3 Struktur Organisasi

    Struktur Organisasi Direktorat Perencanaan Tata Ruang Direktorat Jenderal Tata Ruang dapat dilihat

    pada gambar 1.1

  • BAB I

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-3

    Pendahuluan

    Struktur Organisasi

    Gambar 1.1

    1.2. Isu Strategis Direktorat Perencanaan Tata Ruang

    1.2.1 Alih Fungsi Lahan

    Salah satu isu utama terkait konflik pemanfaatan lahan adalah semakin tingginya perubahan guna

    lahan atau konversi lahan. Konversi lahan atau alih fungsi secara umum menyangkut transformasi

    dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Pengalihan

    fungsi lahan dalam beberapa tahun terakhir menunjukan kecenderungan yang selalu meningkat,

    berikut adalah fakta-fakta yang ada:

    Luas lahan sawah di Pulau Jawa pada 2010 susut menjadi 3,4 juta ha dari 4,1 juta ha di 2007dengan luas sawah Indonesia seluas 7.741.533 ha (Kementerian Pertanian, 2012)

    Luas lahan pertanian khususnya panen padi Indonesia meningkat 516.463 ha yaitu tahun 2010seluas 13.253.450 dan tahun 2013 menjadi 13.769.913 ha (BPS, 2010-2013)

    Luas lahan panen pertanian non padi di Indonesia mengalami penurunan setiap tahunnya dari2010 ke 2013, dengan luas di tahun 2010 sebesar 7.035.339 ha menjadi 6.418.137 di tahun2013 (BPS, 2010-2013)

    Luas area bervegetasi meningkat dari 113,7 juta ha tahun 2007 menjadi 117,2 juta ha tahun2010, kecuali Pulau Jawa yang kehilangan lahan tersebut seluas ± 203 ribu ha (KementerianLingkungan Hidup, 2011).

    Selama 2000 - 2011, lahan kritis bertambah 4 juta ha menjadi 27.294.845 ha, dengan kontribusisetiap provinsi yang berbeda-beda. (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012)

    Tingkat kerusakan hutan di Indonesia mencapai 0,45 terbagi menjadi kerusakan kawasan hutan0,32 dan di luar kawasan hutan 0,13 per tahun. (Kemenhut, 2011)

  • BAB I

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-4

    Pendahuluan

    1.2.2 Ketimpangan Wilayah dan Kesenjangan Sosial

    Ketimpangan wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah

    yang dikarenakan salah satu penyebabnya adalah tidak meratanya konsentrasi ekonomi dan

    penyediaan infrastruktur. Di Indonesia, ketimpangan dapat teridentifikasi pada wilayah barat dan

    timur. Berdasarkan data BPS tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa

    sebesar 57% dengan luas wilayah 7% dari total luas wilayah Indonesia, sedangkan penduduk yang

    tinggal di Pulau Maluku dan Papua tidak lebih dari 3% dari total penduduk Indonesia. Kepadatan

    penduduk di Pulau Jawa mencapai 1055 jiwa/km² sedangkan kepadatan penduduk di Bali dan NT

    sebesar 179 jiwa/km², Sumatera hanya 105 jiwa/km², Kalimantan sebesar 25 jiwa/km², Sulawesi

    sebesar 92 jiwa/km², dan Maluku Papua sebesar 12² jiwa/km.

    Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan IV-2013 per tanggal publikasi 5 Februari

    2014 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap

    Produk Domestik Bruto sebesar 57,78 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,83

    persen, Pulau Kalimantan 8,52 persen, dan Pulau Sulawesi 4,90 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,54

    persen, serta sisanya 2,43 persen di Maluku dan Papua.

    Alih fungsi lahan kawasan hutan menjadi Cagar Alam (CA), Taman Buru (TB), Hutan Lindung (HL),Taman Wisata Alam (TWA), Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Produki Tetap dan HutanProduksi yang dapat Dikonversi (HPK) mengalami pengurangan luasnya dengan yang luas yaituHPT dari 687.415,13 ha menjadi 168.343,0 ha. (Kemenhut, 2012)

    Alih fungsi lahan menjadi Suaka Margasatwa (SM), Taman Nasional (TN), Taman Hutan Raya(Tahura), dan Hutan produksi (HP), diantaranya HP dari 160.309,27 ha menjadi 648.330,7 ha.(Kemenhut, 2012)

    Kawasan hutan pun mengalami perubahan untuk pemukiman transmigrasi tahap izin prinsip,yang pada tahun 2007 seluas 598.229,66 ha dan 2012 seluas 564.117,69 ha. (Kemenhut, 2012)

    Kawasan hutan pun mengalami perubahan untuk pemukiman transmigrasi tahap SK pelepasankawasan hutan yang pada tahun 2007 seluas 956.125,37 ha dan 2012 seluas 962.083,01 ha.(Kemenhut, 2012)

    Kawasan hutan yang dapat dikonversi untuk pertanian/ perkebunan tahap izin prinsip padatahun 2007 seluas 513.773,40 ha dan tahun 2012 menjadi seluas 808.809,40 ha. (Kemenhut,2012)

    Kawasan hutan yang dikonversi untuk Pertanian/ Perkebunan tahap SK Pelepasan Hutan padatahun 2007 seluas 4.569.309,10 ha dan pada tahun 2012 menjadi 5.793.039,23 ha. (Kemenhut,2012)

    Kementerian Kehutanan menjelaskan bahwa perkembangan tukar menukar kawasan hutanpada tahun 2012 terdapat penambahan sebanyak 1 unit untuk masing-masing tanah masuk dantanah keluar dan masing-masing seluas 40 ha. (Kemenhut, 2012)

    Penutupan hutan di Indonesia keseluruhan sebesar 1% per tahun di tahun 2000 hingga 2010,dengan laju penurunan tutupan hutan tahunan tertinggi ialah Seumatera (2,7%), disusul olehKalimantan sebesar 1,3% (Miettinen dkk, 2011).

    Laju deforestasi Indonesia diperkirakan sekitar 1,125 juta ha setiap tahun, dengan degradasirata-rata yang disebabkan oleh pembalakan yang diperkirakan sebesar 0,626 juta ha per tahun(Bappenas 2010)

  • BAB I

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-5

    Pendahuluan

    Peta Kondisi Kesenjangan Sosial per Pulau

    Sumber: Olahan dari BPS, 2014

    Gambar 1.2.

    1.2.3 Ketahanan Pangan Dan Produktivitas Pertanian

    Penurunan kapasitas produksi, ketidakpastian panen, degradasi kualitas lahan dan air, serta

    ketidakseimbangan produksi dan stok pangan merupakan sekelumit isu dalam menjaga ketahanan

    pangan. Sehingga diperlukan ketersediaan lahan yang disesuaikan dengan kebutuhan baik jangka

    pendek maupun panjang. Selain ketersediaan lahan untuk pemenuhan kebutuhan pangan pokok, hal

    yang perlu didorong juga adalah penyediaan lahan cadangan pangan pokok pemerintah daerah

    melalui penyediaan beragam pangan dan makanan berdasarkan potensi sumberdaya dan budaya

    lokal. Hal tersebut mutlak dibutuhkan mengingat pola konsumsi pangan pokok di Indonesia yang

    makin kurang variatif dan hanya mengandalkan beras. Perkembangan pola konsumsi pangan pokok di

    indonesia dalam kurun tahun 1954 sampai tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 1.3

    Sumatera Rata-rata IPM = 74 Penduduk Miskin = 11% Kontribusi PDB = 23,83%

    Kalimantan Rata-rata IPM = 73 Penduduk Miskin = 6% Kontribusi PDB = 8,52%

    Sulawesi Rata-rata IPM = 72 Penduduk Miskin = 12% Kontribusi PDB = 4,9%

    Jawa Rata-rata IPM = 74 Penduduk Miskin = 10% Kontribusi PDB = 57,78%

    Bali + NT Rata-rata IPM = 68 Penduduk Miskin = 14% Kontribusi PDB = 2,54%

    Maluku + Papua Rata-rata IPM = 69 Penduduk Miskin = 21% Kontribusi PDB = 2,43%

  • BAB I

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-6

    Pendahuluan

    Perkembangan Pola Konsumsi Pangan Pokok di Indonesia (1954-2010)

    Sumber: Diolah dari Kementerian Pertanian, 2011

    Gambar 1.3.

    Konversi lahan pertanian merupakan sebuah tantangan dalam menjaga ketahanan pangan. Kurangnya

    ketersediaan lahan akan mengakibatkan krisis pangan yang memicu kebijakan impor produksi luar

    negeri. Terkait hal tersebut negara dituntut untuk memantapkan ketahanan pangannya melalui

    peningkatan produksi pangan dalam negeri. Berikut adalah isu aktual terkait ketersediaan lahan

    pangan:

    a. Laju alih fungsi lahan sawah untuk penggunaan non pertanian masih cukup tinggi, yaitu

    sekitar 100.000 ha per tahun.

    b. Berdasarkan data BPS (2013), luas lahan panen padi tahun 2012 sebesar 13.445.524 Ha, luas

    panen jagung sebesar 3.957.595 Ha, luas panen kedelai sebesar 567.624 Ha, luas panen

    kacang tanah sebesar 541.340 Ha, luas panen kacang hijau sebesar 245.006 Ha, luas panen

    ubi kayu sebesar 1.129.688 Ha, dan luas panen ubi jalar sebesar 178.121 Ha.

    c. Tingkat ketersediaan beberapa pangan komoditas pangan domestik yang masih tergantung

    pada impor, yaitu kedelai sekitar 70 persen, gula sekitar 54 persen, dan daging sapi sekitar

    20 persen. Untuk beras dan jagung, impornya tidak terlalu besar yaitu hanya sekitar 11

    persen untuk jagung dan 5 persen untuk beras.

    1.2.4 Kawasan Perbatasan Dan Pertahanan Negara

    Kawasan perbatasan sebagai ‘beranda negara’ perlu mendapatkan prioritas penanganan seiring

    dengan berkembangnya berbagai isu dan permasalahan yang dihadapi. Isu utama di daerah

    perbatasan adalah isu geografis territorial, menyangkut penentuan tapal batas (demarkasi dan

    delimitasi) wilayah Indonesia dengan tetangga. Berikut beberapa detail konflik dan permasalahan

    perbatasan yang terangkum dalam gambar 1.4

    •Beras (54%),

    •Ubi kayu (22%),

    •Jagung (19%),

    •Lain-lain (5%)

    1954

    •Beras (80%),

    •Ubi kayu (10%),

    •Jagung (7%),

    •Lain-lain (3%)

    1987•Beras (86%),

    •Ubi kayu (5%),

    •Jagung (2%),

    •Lain-lain (7%)

    1999

    •Beras (139.15 kg),

    •Terigu (17 kg),

    •Pangsa pangan selain beras dalam pola konsumsi pangan nyaris hilang

    2010

  • BAB I

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-7

    Pendahuluan

    Konflik dan Permasalahan Perbatasan Negara

    Gambar 1.4

    Sesuai dengan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Undang-undang

    No.43 Tahun 2008 tentang wilayah Negara, kawasan perbatasan memiliki nilai strategis bagi

    kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan nasional. Sesuai dengan arahan pembangunan jangka

    panjang nasional, upaya pengembangan kawasan perbatasan dilakukan dnegan mengubah arah

    kebijakan yang cenderung berorientasi kedalam (memandang perbatasan semata-mata pertahanan

    keamanan) menjadi berorientasi ke luar (memanfaatkan perbatasan sebagai pintu gerbang aktivitas

    ekonomi dengan tetangga). Pendekatan pembangunan selain pendekatan keamanan (security

    approach) juga dilakukan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach).

    1.2.5 Penataan Ruang Daerah Dan Pemekaran Wilayah

    Kebijakan mengenai pemekaran wilayah dipertegas kembali melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun

    2004 yang memberikan penjelasan mengenai beberapa ketentuan terkait sebagaimana tercantum

    pada Pasal 4 ayat (1). Legalisasi pemekaran wilayah dicantumkan dalam pasal yang sama pada ayat 3

    yang menyatakan bahwa, “Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau

    bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih.”

    Ada beberapa hal menjadi penyebab utama sebuah wilayah menginginkan melepaskan diri dari

    wilayah induknya,hal-hal tersebut adalah: a. kemampuan ekonomi; b. potensi daerah; c. sosial

    Indonesia

    Singapura

    Malaysia

    Australia

    Palau

    Timor LestePNG

    Thailand

    Filipina

    Vietnam

    Selat Malaka& Pulau Nipah

    Tj. Datu, Landas Kontinen LCS, Selat Malaka

    Landas Kontinen Christmas, Karang Ashmore

    ZEE blm aplikatif

    Masalah batas di Noel Besi, Memo, Manusasi, TTU, dan Belu

    Penyepakatan 52 tugu batas utama

    ZEE laut Andaman

    ZEE landas kontinen dan Pulau Miangas

    Batas wilayah sekitar Natuna

  • BAB I

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-8

    Pendahuluan

    budaya; d. sosial politik; e. kependudukan; f. luas daerah; g. pertahanan; h. keamanan; dan i. dan

    faktor lain yang menunjang otonomi daerah.

    Sejak reformasi bergulir, pemerintah telah melakukan 205 pemekaran daerah (7 provinsi, 146

    kabupaten, dan sisanya kota) sehingga jumlah daerah di Indonesia, yaitu 33 provinsi dan 491

    kabupaten/kota yang menjadi daerah-daerah otonom. Pada 27 Desember 2013 lalu, telah

    dikeluarkannya Amanat Presiden terkait pemekaran 65 DOB (Daerah Otonomi Baru) yang tersebar di

    seluruh wilayah di Indonesia, delapan diantaranya merupakan usulan pemekaran provinsi. Namun,

    saat ini masih ditelisik syarat administrasinya, memenuhi syarat atau tidak sesuai Peraturan

    Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2007 tentang tata cara pembentukan, penghapusan, dan

    penggabungan daerah. Seperti 2012 lalu, dari 19 usulan, tersisa 4 daerah yang belum dimekarkan

    lantaran kurangnya persyaratan untuk menjadi DOB. Berdasarkan hasil evaluasi dari Kementerian

    Dalam Negeri (2012) terhadap kinerja pemekaran daerah, tercatat bahwa dari 205 DOB, 70 persen itu

    tidak baik. Hal tersebut ditinjau dari tata kelola daerah dan pelayanan publik yang belum memuaskan.

    Hingga maret 2014, tercatat bahwa terdapat 13 kabupaten telah menetapkan UU Pembentukan

    Kabupaten yang baru. Seringkali upaya pemekaran wilayah tidak hanya berlandaskan kesejahteraan

    masyarakatnya. Sehingga Pemerintah diamanatkan untuk tetap mengatur dan menjalankan urusan di

    beberapa sektor di tingkat kabupaten dan menjamin bahwa pemerintah lokal punya kapasitas dan

    mekanisme bagi pengaturan hukum tambahan atas bidang-bidang tertentu, serta membantu dalam

    penyelesaian perselisihan. Selain itu, Pemerintah Pusat juga diharapkan menguji kembali dan

    memperketat kriteria pemekaran wilayah.

    1.2.6 Kelautan, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil

    Hampir 70% wilayah Indonesia merupakan lautan yang mempunyai potensi ekonomi yang sangat

    besar, sehingga negara Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia atau The largest

    archipelago country in the world. Namun secara empiris pembangunan kelautan, pesisir, dan pulau-

    pulau kecil kurang mendapat perhatian dan selalu diposisikan sebagai pinggiran dalam pembangunan

    ekonomi nasional. Untuk itu pilihan pembangunan sektor kelautan dan perikanan sebagai salah satu

    sektor andalan utama pembangunan Indonesia merupakan pilihan yang sangat tepat.

    Permasalahan yang dihadapi terkait dalam pengelolaan masyarakat pesisir adalah (1) Penataan ruang

    wilayah pesisir laut yang belum maksimal; (2) Penataan ruang yang belum dapat diimplementasikan

    sesuai dengan kondisi dan karakteristik daerah; (3) konflik penataan ruang antar sektor, antar daerah

    atau stakeholder terkait lainnya; (4) Belum terkelolanya secara maksimal potensi sumber daya di

    wilayah pesisir laut yang mengakibatkan adanya kesenjangan yang tajam antar daerah dan antar

    wilayah pulau-pulau kecil/terluar; (5) Adanya Kegiatan yang bersifat eksploitatif dan destruktif,

    mengakibatkan terganggunya lingkungan di wilayah pesisir (sedimentasi, pencemaran, degradasi

    habitat, degradasi sumber daya dan keanekaragam hayati).

    Selain wilayah pesisir, konsentrasi pemerintah, swasta dan masyarakat terhadap pulau-pulau kecil

    juga mutlak dibutuhkan. Berdasarkan Konvensi Hukum Laut (UNCLOS) 1982, Indonesia memiliki

    kedaulatan atas wilayah perairan seluas 3,2 juta km2 yang terdiri dari perairan kepulauan seluas 2,9

    juta km2 dan laut teritorial seluas 0,3 juta km2. Selain itu Indonesia juga mempunyai hak eksklusif

    untuk memanfaatkan sumber daya kelautan dan berbagai kepentingan terkait seluas 2,7 km2 pada

    perairan ZEE (sampai dengan 200 mil dari garis pangkal). Menurut Pasal 47 Ayat 1 Konvensi Hukum

  • BAB I

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-9

    Pendahuluan

    Laut Internasional (UNCLOS) 1982, Negara Kepulauan berhak menarik garis pangkal kepulauan

    (archipelagic baseline), sebagai dasar pengukuran wilayah perairannya dari titik-titik terluar dari

    pulau-pulau terluarnya. Hal ini menunjukkan nilai strategis pulau-pulau kecil pada kawasan

    perbatasan negara sebagai ‘gatekeeper’ wilayah kedaulatan RI.

    Salah satu isu yang berkembang dalam konteks pengembangan pulau-pulau kecil di Indonesia adalah

    belum maksimalnya penatagunaan ruang pulau-pulau kecil, dengan berlandaskan pengembangan

    potensi sektor-sektor unggulan dan pembagian pusat-pusat pertumbuhan. Pada saat ini, sebagian

    besar kawasan perbatasan laut dapat dikelompokkan status perkembangannya ke dalam ‘kawasan

    tertinggal’. Sehingga konsep pengembangan laut, pesisir dan pulau kecil merupakan langkah nyata

    melindungi kedaulatan negara, mencegah konflik sekaligus menjaga kekayaan nabati dan hewani.

    1.2.7 Perubahan Iklim Dan Resiko Bencana

    Hasil perhitungan daya dukung wilayah Indonesia (selisih antara biokapasitas dan telapak ekologis)

    yang masih surplus adalah lahan peternakan, lahan kehutanan, dan lahan perikanan. Komponen yang

    menunjukkan nilai paling tinggi adalah lahan perikanan (0,26 gha/orang). Tingginya biokapasitas lahan

    perikanan dikarenakan secara geografis wilayah di Indonesia merupakan wilayah kepulauan dan

    memiliki perairan yang luas dengan potensi sumber daya perikanan yang melimpah dan beragam.

    Untuk komponen penggunaan lahan pertanian, perbandingan antara nilai telapak ekologis dan nilai

    biokapasitasnya memiliki nilai yang sama yaitu 0,35 ha/orang. Hal ini menunjukkan permintaan

    masyarakat terhadap produk pertanian dan kapasitas alam sebagai penyedia sumber daya untuk

    penghasil produk pertanian adalah sama.

    Sedangkan daya dukung yang telah mengalami defisit adalah pada lahan penyerap karbon dan lahan

    terbangun. Untuk kedua komponen tersebut, tingginya nilai telapak ekologis total dikarenakan

    sumbangan dari nilai telapak ekologis produksi. Salah satu penyebab tingginya telapak ekologis pada

    komponen penggunaan lahan untuk lahan penyerap karbon adalah nilai telapak ekologis produksi

    lahan penyerap karbon yang tinggi di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Hal yang menjadi faktor

    penyebabnya antara lain: banyaknya penggunaan kendaraan pribadi yang beremisi tinggi, banyak

    pengelola perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet yang tidak mengelola limbahnya dengan

    baik, banyaknya alih fungsi lahan kawasan hutan (seperti: hutan rawa/hutan gambut dan hutan

    mangrove) untuk dijadikan penggunaan lahan lainnya seperti pertanian, perkebunan, maupun lahan

    terbangun, serta lahan untuk aktivitas industri.

    Tabel 1.1. Rekapitulasi Perhitungan Telapak Ekologis dan Biokapasitas per Kapita Pulau-pulau di Indonesia

    Sumber : Telapak Ekologis di Indonesia Tahun 2010

    PULAU/ KEPULAUAN

    TE (gha/orang)

    BK (gha/orang)

    ED (gha/orang)

    Kategori

    Sumatera 1.56 1.96 0.40 Surplus

    Jawa 1.01 0.20 -0.81 Defisit

    Bali 1.76 0.24 -1.52 Defisit

    Kalimantan 1.26 4.05 2.79 Surplus

    Sulawesi 1.46 1.63 0.17 Surplus

    Nusa Tenggara 0.45 0.47 0.02 Surplus

    Maluku 1.20 1.25 0.05 Surplus

    Papua 0.79 7.43 6.64 Surplus

    Indonesia 1,07 1,12 0,05 Surplus

  • BAB I

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-10

    Pendahuluan

    Tabel ini memperlihatkan nilai telapak ekologis, nilai biokapasitas, serta nilai defisit ekologis yang

    menggambarkan daya dukung wilayah yang telah terlampaui atau belum. Dari hasil perhitungan

    menunjukkan masyarakat di Pulau Jawa dan Pulau Bali telah menggunakan sumber daya alam

    melebihi kapasitas alam penyedianya dengan nilai defisit ekologis masing-masing adalah -0,81

    gha/orang dan -1,52 gha/orang. Daya dukung wilayah yang belum terlampaui (surplus) yang berada

    di posisi pertama dan kedua adalah Pulau Papua dan Pulau Kalimantan, yang nilainya adalah 6,64

    gha/orang dan 2,79 gha/orang.

    1.2.8 Tata Kelola Kelembagaan Penataan Ruang

    Kegagalan mewujudkan rencana tata ruang dalam praktek pemanfaatan dan pengendalian ruang

    inilah yang dimaksud sebagai penataan ruang yang tidak efektif. Secara garis besar, ada beberapa

    permasalahan yang melatar-belakangi hal ini, di antaranya:

    a. Belum dijadikannya Lembaga Penataan Ruang (Nasional/Pusat dan Daerah) sebagai Leader

    dalam proses Pembangunan yang semuanya dilakukan didalam ruang (wilayah Regional dan

    Kota).

    b. Belum optimalnya kapasitas kelembagaan Bidang Tata Ruang yang mencakup kuantitas dan

    kualitas SDM di pusat dan daerah.

    c. Belum lengkapnya peraturan perundangan dan NSPK bidang penataan ruang sehingga sulit

    diimplemmentasikan.

    d. Masih minimnya penyediaan sistem informasi dan data bidang tata ruang yang terbuka dan

    interaktif.

    e. Lemahnya kepastian hukum, penegakan hukum dan ketidakjelasan kewenangan. Belum

    tersedianya instrumen pengendalian yang optimal, mekanisme perizinan yang mengacu

    kepada RTRW dan turunannya, dan petunjuk pelaksanaan pemberian sanksi terhadap

    pelanggaran RTRW (karena belum adanya ada kajian akademik mengenai posisi hukum untuk

    pelanggaran Tata Ruang).

    f. Lemahnya koordinasi dan konflik antar sektor dalam penyelenggaraan penataan ruang yang

    mengakibatkan disharmoni regulasi, disharmoni program dan disharmoni otonomi.

    g. Masih kurangnya penelitian dan pengembangan bidang penataan ruang yang bisa

    dikerjasamakan dengan PTN/PTS dan organisasi profesi.

    h. Kurangnya pemahaman mengenai konteks pembangunan di sektor publik. Kegagalan

    memahami konteks pembangunan di sektor publik. Di dalam konteks pembangunan di sektor

    publik, banyak sekali kepentingan, penguasaan sumberdaya, dan hubungan kekuasaan yang

    saling mempengaruhi satu sama lain.

    1.2.9 Rangkuman Isu Strategis

    Dari keseluruhan kondisi pembangunan dan penataan ruang di Indonesia yang telah dielaborasi secara

    rinci di atas, dapat dirangkum beberapa isu-isu strategis yang memiliki keterkaitan tinggi dengan

    penataan ruang di tingkat nasional, yang merupakan tugas utama dan fungsi dari organisasi Direktorat

    Perencanaan Tata Ruang. Isu-isu strategis tersebut adalah sebagai berikut.

    1) Perlunya KETERPADUAN penataan ruang udara, laut, daratan dan ruang dalam bumi

    Upaya untuk mewujudkan keterpaduan melalui integrasi rencana keruangan tersebut

    dilakukan dengan penyusunan rencana tata ruang udara, ruang bawah tanah dan ruang

  • BAB I

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 I-11

    Pendahuluan

    bawah laut di kawasan perbatasan negara, kawasan pertahanan Negara, dan di wilayah

    Nasional (Pulau, KSN, Kawasan Andalan), Provinsi, Kabupaten dan Kota

    2) Masih rendahnya peran MASYARAKAT DAN DUNIA USAHA dalam kegiatan perencanaan tata

    ruang. Perlunya pengembangan kemitraan dalam pembangunan sektoral ataupun wilayah

    guna mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.

    3) Tingginya frekuensi kejadian BENCANA. Perlu peningkatan peran penataan ruang dalam

    menata KAWASAN RAWAN BENCANA

    4) Perlu adanya PENINGKATAN PELAYANAN dalam perencanaan tata ruang

    5) Perlunya percepatan penyelesaian RDTR KAWASAN PERBATASAN

    6) Integrasi Lingkungan dan Kebijakan Strategis Nasional dengan Penataan Ruang → Integrasi

    dan Keterkaitan antara NAWACITA, RPJMN, dengan RTRWN

    7) Percepatan Penataan Kawasan Perkotaan Metropolitan.

    1.3. Permasalahan dan Tantangan

    Identifikasi permasalahan dan tantangan yang menjadi fokus strategis untuk ditangani sebagai

    berikut:

    1. Penyelenggaraan penataan ruang masih menghadapi berbagai kendala, antara lain

    pengaturan penataan ruang yang masih belum lengkap, pelaksanaan pembinaan penataan

    ruang yang masih belum efektif, pelaksanaan penataan ruang yang masih belum optimal, dan

    pengawasan penataan ruang yang masih lemah.

    2. Berkembangnya pemikiran dan kesadaran di tengah masyarakat untuk meningkatkan kinerja

    penyelenggaraan penataan ruang yang lebih menyentuh hal-hal yang terkait langsung dengan

    permasalahan kehidupan masyarakat, terutama dengan meningkatnya banjir dan longsor,

    kemacetan lalu lintas, bertambahnya perumahan kumuh, berkurangnya ruang publik dan

    ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan, kurang memadainya kapasitas kawasan

    metropolitan terhadap tekanan jumlah penduduk, serta kurang seimbangnya pembangunan

    kawasan perkotaan dan perdesaan.

    3. Masih belum serasinya berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

    penataan ruang dan penataan pertanahan. Hal itu telah menyebabkan terjadinya tumpang

    tindih wewenang dan tanggung jawab antar instansi dalam pengelolaan penataan ruang dan

    penataan pertanahan, terutama menyangkut pola pemanfaatan ruang dan kepastian hukum

    atas tanah.

    4. Upaya penataan ruang dan penataan pertanahan memerlukan ketersediaan data dasar dan

    informasi yang akurat dan rinci. Dengan demikian, pola pemanfaatan ruang dapat disusun

    secara lebih tepat dalam mencerminkan kebutuhan pembangunan di masa datang. Data

    dasar yang tepat dan rinci penting bagi administrasi pertanahan dalam kegiatan pendaftaran

    tanah, penentuan batas yang tegas dan akurat, identifikasi tanah negara, serta pemberian

    status hukum atas tanah.

  • BAB II

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 II-1

    Perjanjian Kinerja

    BAB II PERJANJIAN KINERJA

    2.1 Perjanjian Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang

    Adalah pernyataan komitmen dan janji berupa kesepakatan kinerja di Tahun 2015 yang akan

    diwujudkan oleh Direktur Perencanaan Tata Ruang sebagai penerima amanah kepada atasan

    langsungnya yaitu Direktur Jenderal Tata Ruang dengan mengacu pada dokumen DIPA.

    Dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang memuat informasi tentang sasaran

    yang ingin dicapai dalam Tahun 2015 meliputi sasaran, program, kegiatan dan indikator kinerja

    untuk mewujudkan sebagian dari sasaran yang harus dicapai oleh Kementerian Agraria dan Tata

    Ruang pada Tahun 2015 sebagaimana termuat pada gambar 2.1

    Gambar 2.1

    Perjanjian Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang Direktorat Jenderal Tata Ruang sebagaimana

    termuat pada tabel 2.1.

    Tabel 2.1. Perjanjian Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang

    No Sasaran Kegiatan

    Indikator Kinerja Target

    1. Terlaksananya Pengaturan, Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang, serta Pengembangan KSN

    Indikator Kinerja Kegiatan 1: Jumlah Dokumen Kebijakan, Strategi, dan Pelaksanaan Program Bidang Perencanaan Tata Ruang

    Output 01: Kebijakan Teknis dan Program Perencanaan Tata Ruang

    3 dokumen

    Indikator Kinerja Kegiatan 2: Jumlah Dokumen Monev Kinerja Bid. Perencanaan Tata Ruang

    Output 02: Dokumen monitoring dan evaluasi kinerja perencanaan tata ruang

    2 dokumen

    Indikator Kinerja Kegiatan 3: Jumlah Data dan Informasi bid.Perencanaan Tata Ruang

    Output 03: Data dan Informasi Bidang Perencanaan Tata Ruang

    1 dokumen

  • BAB II

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 II-2

    Perjanjian Kinerja

    No Sasaran Kegiatan

    Indikator Kinerja Target

    Indikator Kinerja Kegiatan 4: Jumlah Forum Masyarakat dan Kemitraaan Dunia Usaha, Lembaga Pendidikan, dan Organisasi Non Pemerintah yang dibentuk atau difasilitasi pengembangannya dalam Perencanaan Tata Ruang

    Output 04: Forum Masyarakat dan Kemitraan Dunia Usaha, Lembaga Pendidikan, dan Organisasi Non Pemerintah yang dibentuk atau difasilitasi pengembangannya dalam Perencanaan Tata Ruang

    1 dokumen

    Indikator Kinerja Kegiatan 5: Jumlah NSPK Perencanaan Tata Ruang

    Output 05: NSPK Perencanaan Tata Ruang

    8 dokumen

    Indikator Kinerja Kegiatan 6: RTRWN hasil reviu

    Output 06: RTRWN hasil reviu

    1 RTRWN

    Indikator Kinerja Kegiatan 7: Jumlah RTR Pulau/Kepulauan Hasil Reviu

    Output 07: RTR Pulau/Kepulauan Hasil Reviu

    1 dokumen

    Indikator Kinerja Kegiatan 8: Jumlah Dokumen Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang Udara Nasional

    Output 08: Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang Udara Nasional

    2 dokumen

    Indikator Kinerja Kegiatan 9: Jumlah RTR dan RDTR Kawasan Perbatasan Negara

    Output 09: RTR dan RDTR Kawasan perbatasan negara

    10 RDTR Kawasan Perbatasan Negara dan 2 RTR Kawasan Perbatasan Negara

    Indikator Kinerja Kegiatan 10: Jumlah RTR KSN dan RTR KSN Hasil Reviu

    Output 10: RTR KSN dan RTR KSN Hasil Reviu

    38 KSN

    Mengacu pada dokumen Perjanjian Kerja Tahun 2015 maka jumlah alokasi dana di Direktorat

    Perencanaan Tata Ruang sebesar Rp. 105.426.400.000 yang terdiri atas :

    1. Kegiatan Terlaksananya Pengaturan, Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang, serta

    Pengembangan KSN sebesar Rp. 98.520.793.000

    2. Administrasi dan Supervisi Kegiatan sebesar Rp. 6.905.607.000

    *

    2.2 Indikator Kinerja dan Output Direktorat Perencanaan Tata Ruang

    Indikator Kinerja Kegiatan 1 dengan output Kebijakan Teknis dan Program Perencanaan Tata Ruang merupakan Dokumen Kebijakan dan Strategi baik bersifat teknis maupun program dalam Perencanaan Tata Ruang yang akan menjadi bahan masukan dalam melakukan pekerjaan perencanaan tata ruang nasional selama 5 (lima) tahun.

  • BAB II

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 II-3

    Perjanjian Kinerja

    Indikator Kinerja Kegiatan 2 dengan output Dokumen monitoring dan evaluasi kinerja perencanaan tata ruang merupakan Dokumen pemantauan dan evaluasi kinerja perencanaan tata ruang yang dapat mendorong percepatan penyelesaian program perencanaan tata ruang nasional.

    Indikator Kinerja Kegiatan 3 dengan output Data dan Informasi Bidang Perencanaan Tata Ruang merupakan dokumen pengelolaan data dan informasi RTRWN, RTR Pulau/Kepulauan dan RTR KSN dan sebagai salah satu upaya media komunikasi Pemerintah dengan stakeholder terkait.

    Indikator Kinerja Kegiatan 4 dengan output Forum Masyarakat dan Kemitraan Dunia Usaha, Lembaga Pendidikan, dan Organisasi Non Pemerintah yang dibentuk atau difasilitasi pengembangannya dalam bidang perencanaan tata ruang sebagai bentuk upaya Pemerintah untuk memfasilitasi terbentuknya forum masyarakat agar dapat berperan aktif dalam bidang perencanaan tata ruang.

    Indikator Kinerja Kegiatan 5 dengan output NSPK Perencanaan Tata Ruang merupakan salah satu upaya Pemerintah menyiapkan acuan bagi pemerintah daerah dalam perencanaan tata ruang berupa norma standar pedoman dan kriteria.

    Indikator Kinerja Kegiatan 6 dengan output RTRWN hasil reviu merupakan dokumen hasil peninjauan kembali RTRWN yang dilakukan oleh Pemerintah setiap 5 (lima) tahun atau dapat dilakukan kurang dari 5 (lima) apabila memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam PP No. 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.

    Indikator Kinerja Kegiatan 7 dengan output RTR Pulau/Kepulauan hasil reviu merupakan dokumen hasil peninjauan kembali RTR Pulau/Kepulauan yang dilakukan oleh Pemerintah setiap 5 tahun atau dapat dilakukan kurang dari 5 (lima) apabila memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam PP No. 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. RTR Pulau merupakan rencana rinci dari RTRWN yang nantinya menjadi dokumen acuan pemerintah daerah dalam melakukan penyusunan maupun peninjauan kembali RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota serta menjadi acuan sektor pada Kementerian/Lembaga dalam penyiapan program pembangunan serta program lintas sektor.

    Indikator Kinerja Kegiatan 8 dengan output Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang Udara Nasional merupakan amanat Undang-undang yang dituangkan dalam RPJMN dan diturunkan sebagai dokumen materi teknis yang menjadi acuan dalam peyiapan pengelolaan ruang laut nasional dan pengelolaan ruang udara nasional.

    Indikator Kinerja Kegiatan 9 dengan output RTR dan RDTR Kawasan Perbatasan Negara merupakan dokumen acuan perencanaan tata ruang dan arahan zonasi di kawasan perbatasan Negara bagi pemerintah daerah serta sektor terkait keamanan dan pertahanan Negara dan upaya Pemerintah dalam peningkatan pengembangan kawasan perbatasan Negara.

    Indikator Kinerja Kegiatan 10 dengan output RTR KSN dan RTR KSN Hasil Reviu merupakan dokumen penyiapan penyusunan Raperpres RTR KSN dan dokumen hasil peninjauan kembali RTR KSN yang dilakukan oleh Pemerintah setiap 5 tahun atau dapat dilakukan kurang dari 5 (lima) apabila memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam PP No. 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. RTR KSN juga merupakan rencana rinci dari RTRWN nantinya menjadi dokumen acuan pemerintah daerah dalam melakukan penyusunan program prioritas pada KSN serta menjadi acuan sektor pada Kementerian/Lembaga dalam penyiapan program pembangunan serta program lintas sektor dalam mendukung program prioritas di KSN.

  • BAB III

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-1

    Akuntabilitas Kinerja

    BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

    3.1. Capaian Kinerja

    Capaian kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang

    merupakan hasil kerja pelaksanaan kegiatan atau

    program yang telah direncanakan untuk mencapai

    tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam jangka

    waktu tertentu.

    Penilaian pencapaian kinerja Direktorat Perencanaan

    Tata Ruang dilakukan dengan melihat realisasi masing-

    masing indikator output berdasarkan target output yang

    telah ditetapkan serta indikator outcome Direktorat

    Jenderal Tata Ruang yang pencapaiannya terkait langsung dengan indikator output yang ada di

    Direktorat Perencanaan Tata Ruang.

    3.1.1 Perbandingan Antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2015

    Tingkat capaian kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang untuk indikator kinerja dan output dapat

    dilihat pada tabel perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2015 pada Gambar 3.1

    Persentase Capaian Kinerja Antara Target dan Realisasi Kinerja Direktorat Perencanan Tata Ruang 2015

    Gambar 3. 1

    0

    20

    40

    60

    80

    100

  • BAB III

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-2

    Akuntabilitas Kinerja

    Indikator Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang dilakukan melalui kegiatan prioritas dan kegiatan

    pendukung.

    Indikator Kinerja Kegiatan 1

    Indikator Kinerja 1 dicapai melalui pelaksanaan 3 (tiga) pekerjaan prioritas :

    Jumlah Dokumen Kebijakan, Strategi, dan Pelaksanaan Program Bidang Perencanaan Tata Ruang

    Pekerjaan

    Kajian Isu-Isu Strategis Nasional dan Pengembangan Wilayah (Tol Laut)

    Penyusunan Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Sungai Strategis Nasional dan Lintas Negara

    Penyusunan Renstra Direktorat Perencanaan Tata Ruang 2015-2019

    Output 1 Kebijakan Teknis dan Program Perencanaan Tata Ruang

    TARGET : Tersedianya 3 (tiga) Dokumen Kebijakan, Strategi, dan Pelaksanaan Program Bidang

    Perencanaan Tata Ruang.

    REALISASI : Terselesaikannya pekerjaan yang menghasilkan 3 (tiga) Dokumen Kebijakan, Strategi,

    dan Pelaksanaan Program Bidang Perencanaan Tata Ruang.

    EVALUASI : Muatan substansi didalam pekerjaan belum sesuai dengan harapan karena

    keterbatasan waktu pelaksanaan dan adanya perubahan struktur organisasi

    Kementerian sehingga perlu penyesuaian dalam setiap penyusunan kebijakan,

    strategi, dan pelaksanaan program.

    MANFAAT : Tersedianya bahan masukan dalam melakukan pekerjaan perencanaan tata ruang

    nasional selama 5 (lima) tahun.

    Indikator Kinerja Kegiatan 2

    Indikator Kinerja 2 dicapai melalui pelaksanaan 2 (dua) pekerjaan prioritas :

    Jumlah Dokumen Monev Kinerja Bid. Perencanaan Tata Ruang

    Pekerjaan

    Fasilitasi Penyusunan serta Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program Perencanaan Tata Ruang (Fasilitasi Program, Monev Program, dan LAKIP)

    Supervisi Pelaksanaan Dekonsentrasi KSN

    Output 2 Dokumen monitoring dan evaluasi kinerja perencanaan tata ruang

    TARGET : Tersedianya 2 (dua) Dokumen monitoring dan evaluasi kinerja perencanaan tata

    ruang.

    REALISASI : Terselesaikannya pekerjaan yang menghasilkan 2 (dua) Dokumen monitoring dan

    evaluasi kinerja perencanaan tata ruang.

    EVALUASI : Muatan substansi didalam pekerjaan belum sesuai dengan harapan karena

    keterbatasan waktu pelaksanaan sehingga belum tercapainya pelaksanaan

    monitoring dan evaluasi kinerja perencanaan tata ruang.

    MANFAAT : Tersedianya bahan evaluasi untuk mendorong percepatan penyelesaian program

    perencanaan tata ruang nasional.

  • BAB III

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-3

    Akuntabilitas Kinerja

    Indikator kinerja kegiatan 3

    Indikator Kinerja 3 dicapai melalui pelaksanaan 1 (satu) pekerjaan prioritas :

    Jumlah Data dan Informasi Bidang Perencanaan Tata Ruang

    Pekerjaan

    Pemutakhiran Database Informasi RTRWN, RTR Pulau /Kepulauan dan KSN (Prioritas)

    Penyusunan Profil KSN (Pendukung)

    Strategi Pengembangan Kota - Kota Maritim di Indonesia (Pendukung)

    Pemutakhiran Kebutuhan Pedoman Penataan Ruang Wilayah Nasional (Pendukung)

    Output 3 Data dan Informasi Bidang Perencanaan Tata Ruang

    TARGET : Tersedianya 1 (satu) Data dan Informasi Bidang Perencanaan Tata Ruang.

    REALISASI : Terselesaikannya pekerjaan yang menghasilkan 1 (satu) Data dan Informasi Bidang

    Perencanaan Tata Ruang berupa aplikasi SITARUNAS.

    EVALUASI : Penyelesaian pekerjaan masih terkendala dalam penyiapan server berbasis GIS

    karena belum tersambungnya jaringan internet dari Pusdatin ke ruang server

    Direktorat Jenderal Tata Ruang sehingga belum sepenuhnya dapat tersajikan Peta

    pada aplikasi SITARUNAS sehingga perlu pengembangan aplikasi SITARUNAS di tahun

    berikutnya.

    MANFAAT : Tersedianya dokumen pengelolaan data dan informasi RTRWN, RTR

    Pulau/Kepulauan dan RTR KSN dan sebagai salah satu upaya media komunikasi

    Pemerintah dengan stakeholder terkait.

    Indikator kinerja kegiatan 4

    Indikator Kinerja 4 dicapai melalui pelaksanaan 1 (satu) pekerjaan prioritas :

    Jumlah Forum Masyarakat dan Kemitraaan Dunia Usaha, Lembaga Pendidikan, dan Organisasi Non Pemerintah yang dibentuk atau difasilitasi pengembangannya dalam Perencanaan Tata Ruang

    Pekerjaan Pembinaan Kompetensi Sumber Daya Perencana Indonesia (Kerjasama dengan IAP)

    Output 4 Forum Masyarakat dan Kemitraan Dunia Usaha, Lembaga Pendidikan, dan Organisasi Non

    Pemerintah yang dibentuk atau difasilitasi pengembangannya dalam Perencanaan Tata Ruang

    TARGET : Terfasilitasinya 1 (satu) Forum Masyarakat dan Kemitraan Dunia Usaha, Lembaga

    Pendidikan, dan Organisasi Non Pemerintah.

    REALISASI : Terfasilitasinya 1 (satu) Forum Masyarakat dan Kemitraan Dunia Usaha, Lembaga

    Pendidikan, dan Organisasi Non Pemerintah yaitu dengan IAP.

    EVALUASI : Belum terfasilitasinya dengan baik penyiapan Forum Masyarakat dan Kemitraan

    Dunia Usaha, Lembaga Pendidikan, dan Organisasi Non Pemerintah yang dilakukan

    dengan IAP karena perlu adanya petunjuk teknis pelaksanaan kerjasama dengan

    pihak terkait sehingga perlu dibuat pedoman/petunjuk teknis pelaksanaan kerjasama

    di tahun berikutnya.

  • BAB III

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-4

    Akuntabilitas Kinerja

    MANFAAT : Terbentuknya atau terfasilitasinya Forum Masyarakat dan Kemitraan Dunia Usaha,

    Lembaga Pendidikan, dan Organisasi Non Pemerintah untuk dapat berperan aktif

    dalam bidang perencanaan tata ruang.

    Indikator kinerja kegiatan 5

    Indikator Kinerja 5 dicapai melalui pelaksanaan 8 (delapan) pekerjaan prioritas :

    Jumlah NSPK Perencanaan Tata Ruang

    Pekerjaan

    Finalisasi Pedoman Perpetaan RDTR

    Finalisasi Pedoman Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana

    Finalisasi Pedoman Penataan Ruang Kawasan Strategis Kabupaten Direktorat Jenderal Tata Ruang

    Finalisasi Pedoman Kemitraan dalam Penataan Ruang

    Finalisasi Pedoman Delineasi Kawasan Perkotaan

    Penyusunan Materi Teknis Pedoman Penyusunan RTR Kawasan Industri

    Penyusunan Materi Teknis Pedoman Perencanaan Tata Ruang di Kawasan Reklamasi Pantai

    Penyusunan Naskah Akademis Pedoman Penyajian dan Interpretasi Peta Rencana Tata Ruang

    Output 5 NSPK Perencanaan Tata Ruang

    TARGET : Tersusunnya 8 (delapan) Dokumen NSPK Bidang Perencanaan Tata Ruang.

    REALISASI : Tersusunnya 8 (delapan) Dokumen NSPK Bidang Perencanaan Tata Ruang.

    EVALUASI : Dokumen tersebut belum sampai tahap legalisasi tapi baru pada tahapan proses

    pengajuan ke Bagian Hukum sebanyak 5 (lima) dokumen dan 3 (tiga) dokumen baru

    pada tahap disusunnya materi teknis.

    MANFAAT : Dokumen Draft NSPK Bidang Perencanaan Tata Ruang akan menjadi acuan bagi

    pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang.

    Indikator kinerja kegiatan 6

    Indikator Kinerja 6 dicapai melalui pelaksanaan 1 (satu) pekerjaan prioritas :

    RTRWN Hasil Reviu

    Pekerjaan Fasilitasi Tindak Lanjut Hasil Peninjauan Kembali RTRWN (Prioritas)

    Output 6 RTRWN Hasil Reviu.

    TARGET : Tersusunnya 1 (satu) Dokumen hasil peninjauan kembali RTRWN.

    REALISASI : Tersusunnya 1 (satu) Dokumen hasil peninjauan kembali RTRWN.

    EVALUASI : Dokumen hasil peninjauan kembali RTRWN sudah siap diajukan ke proses

    harmonisasi dengan Kemenkumham, masih perlu dilanjutkan pada tahun berikutnya.

    MANFAAT : Sebagai pemenuhan amanat Undang-Undang Penataan Ruang No. 26 tahun 2007

    dimana Dokumen hasil peninjauan kembali RTRWN akan menjadi dokumen acuan

    pemerintah daerah dalam melakukan penyusunan maupun peninjauan kembali

    RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota.

  • BAB III

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-5

    Akuntabilitas Kinerja

    Indikator kinerja kegiatan 7

    Indikator Kinerja 7 dicapai melalui pelaksanaan 1 (satu) pekerjaan prioritas :

    Jumlah RTR Pulau/Kepulauan hasil reviu

    Pekerjaan Penyiapan Materi Teknis Peninjauan Kembali RTR Pulau Sulawesi

    Output 7 RTR Pulau/Kepulauan Hasil Reviu

    TARGET : Tersusunnya 1 (satu) Dokumen hasil peninjauan kembali RTR Pulau/Kepulauan.

    REALISASI : Tersusunnya 1 (satu) Dokumen hasil peninjauan kembali RTR Pulau/Kepulauan untuk

    Pulau Sulawesi.

    EVALUASI : Dokumen hasil peninjauan kembali RTR Pulau/Kepulauan untuk Pulau Sulawesi

    berupa Materi Teknis masih perlu dilanjutkan ke proses penyusunan kajian aspek

    strategis pada tahun berikutnya sebagai bahan pendukung penyusunan reviu Perpres

    No.88 Tahun 2011.

    MANFAAT : Dokumen hasil peninjauan kembali RTR Pulau/Kepulauan akan menjadi dokumen

    acuan pemerintah daerah dengan pemerintah daerah lainnya bersinergi dalam

    melakukan penyusunan program pembangunan serta program lintas sektor serta

    acuan dalam peninjauan kembali RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota.

    Indikator kinerja kegiatan 8

    Indikator Kinerja 8 memuat 2 (dua) pekerjaan yaitu :

    Jumlah Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang Udara Nasional

    Pekerjaan Kajian Pemanfaatan dan Pengelolaan Ruang Laut dan Ruang Udara Nasional

    Penyusunan Naskah Akademis RUU Tentang Pengelolaan Udara Nasional

    Output 8 Rencana Pengelolaan Ruang Laut dan Rencana Pengelolaan Ruang Udara Nasional.

    TARGET : Tersusunnya 2 (dua) Dokumen Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang

    Udara Nasional.

    REALISASI : Tersusunnya 2 (dua) Dokumen Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang

    Udara Nasional.

    EVALUASI : Dokumen Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang Udara Nasional

    masih berupa draft Materi Teknis Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan

    digunakan sebagai bahan masukan dalam peninjauan kembali RTRWN, untuk kajian

    Rencana Pengelolaan Ruang Udara Nasional masih akan dilanjutkan ke proses

    penyusunan draft Rapepres pada tahun berikutnya.

    MANFAAT : Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang Udara Nasional merupakan

    amanat Undang-undang yang dituangkan dalam RPJMN dan diturunkan sebagai

    dokumen materi teknis yang menjadi acuan dalam peyiapan pengelolaan ruang laut

    nasional dan pengelolaan ruang udara nasional.

    Indikator kinerja kegiatan 9

    Indikator Kinerja 9 dicapai melalui pelaksanaan 12 (dua belas) pekerjaan prioritas :

  • BAB III

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-6

    Akuntabilitas Kinerja

    Jumlah RTR dan RDTR Kawasan Perbatasan Negara

    Pekerjaan

    Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Entikong

    Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Paloh

    Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Nanga Badau

    Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Nunukan

    Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Motaain

    Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Motamasin

    Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Skow

    Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Waris

    Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Miangas

    Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perbatasan di Morotai

    Rounding Up Fasilitasi Legislasi dan Penyusunan Raperpres RTR KSN Kawasan Perbatasan ( Aceh-Sumut, Riau-Kepri, Kaltim-Kaltara-Sulut-Gorontalo-Sulteng)

    Penyempurnaan Raperpres dan Penyiapan Peta Lampiran RTR Kawasan Perbatasan di Laut Lepas

    Output 9 RTR dan RDTR Kawasan Perbatasan Negara

    TARGET : Tersusunnya 10 (sepuluh) dokumen RDTR Kawasan Perbatasan Negara dan 2 (dua)

    dokumen RTR Kawasan Perbatasan Negara.

    REALISASI : Tersusunnya 10 (sepuluh) dokumen RDTR Kawasan Perbatasan Negara dan 2 (dua)

    dokumen RTR Kawasan Perbatasan Negara.

    EVALUASI : Proses penetapan Dokumen RTR Kawasan Perbatasan Negara :

    1. Kawasan Perbatasan Negara Kaltim-Kaltara-Sulut-Gorontalo-Sulteng, masih

    dalam proses penetapan dan permintaaan nomor Perpres

    2. Kawasan Perbatasan Negara Aceh-Sumut masih dalam proses pengajuan

    penetapannya oleh Presiden (melalui Setkab) .

    3. Kawasan Perbatasan Negara Riau-Kepri, masih dalam proses pengajuan

    penetapannya oleh Presiden (melalui Setkab).

    4. Penyempurnaan Raperpres di Laut Lepas, masih dalam tahap penyusunan

    materi teknis dan draft Raperpres.

    Dokumen RTR Kawasan Perbatasan Negara sudah masuk pada tahap persetujuan

    akhir (Program penyusunan peraturan Peraturan Presiden Tahun 2015/Prolegnas).

    Untuk dokumen RDTR Kawasan Perbatasan Negara berupa dokumen materi teknis.

    MANFAAT : RTR dan RDTR Kawasan Perbatasan Negara akan dijadikan acuan perencanaan tata

    ruang dan arahan zonasi di kawasan perbatasan Negara bagi pemerintah daerah

    serta sektor, terkait keamanan dan pertahanan Negara dan upaya Pemerintah dalam

    peningkatan pengembangan kawasan perbatasan Negara.

    Indikator output 10

    Indikator Kinerja 10 dicapai melalui penyelesaian 38 (tiga puluh delapan) RTR KSN:

    Jumlah RTR KSN hasil Reviu

    Pekerjaan Penyediaan Peta dan Fasilitasi Legislasi RTR KSN Taman Nasional (KE Leuser, TN Kerinci Seblat, HL Batabuh, TN Bukit Tiga puluh dan TN Ujung Kulon)

  • BAB III

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-7

    Akuntabilitas Kinerja

    Fasilitasi Penetapan RTR KSN Perkotaan (Kedungsepur, Gerbangkertosusilo, dan Cekungan Bandung)

    Finalisasi Penetapan RTR KSN Perkotaan Jabodetabekpunjur

    Rounding UP Fasilitasi Legalisasi dan Penyusunan Raperpres KSN Wilayah I Penyempurnaan Peta dan Fasilitasi Legislasi Raperpres RTR KSN Taman Nasional Tanjung Puting, Gunung RInjani, HoB, dan Komodo

    Rounding Up Fasilitasi Legalisasi Raperpres RTR KSN di Wilayah II ( 12 kapet, komodo, sorowako, timika, tondano, toraja, tangjung putting, rinjani)

    Penyepakatan Muatan dan Proses Legislasi Raperpres KSN Teknologi Tinggi

    Fasilitasi Legislasi Raperpres RTR KSN Timika dan Raja Ampat Finalisasi Revisi Perpes 54/2008 tentang Penataan Ruang Jabodetabekpunjur

    Penyusunan Raperpres dan Penyiapan Peta RTR KSN Berbak, Bukit Dua Belas dan Mahato

    Penyusunan KLHS KSN Mahato, Bukit Dua Belas, Berbak, dan Tanjung Lesung

    Penyempurnaan Materi Teknis Kawasan Cagar Budaya Bali Landscape

    Penyiapan Materi Teknis Peninjauan Kembali RTR KSN BBK

    Penyempurnaan Peta Lampiran Raperpres RTR KSN Laut Banda dan RTR KSN PBPB Sabang

    Penyiapan draft Raperpres dan Peta Lampiran Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Candi Prambanan

    Penyusunan KLHS KSN Teknologi Tinggi

    Penyiapan Peta Lampiran RTR KSN Teknologi Tinggi

    Penyempurnaan dan Penyiapan Peta Raperpres RTR KSN K3H Teluk Bintuni, KL Buol Lambunu, KL Balingara, dan Poso

    Penyempurnaan dan Penyiapan Peta Lampiran RTR KSN TN Rawa Aopa-Watumohai dan Rawa Tinondo

    Penyempurnaan Raperpres RTR KSN TN. Lorentz

    Penyiapan Peta Lampiran Raperpres RTR KSN Jabodetabekpunjur

    Rencana Pengembangan Kawasan Pusat Pelayanan Utama Danau Toba Kota Balige

    Rencana Pengembangan Wilayah Terisolir Pulau Sumatera Bagian Barat

    Rencana Pengembangan Wilayah Terisolir Pulau Jawa Bagian Selatan

    Rencana Pengembangan Wilayah Papua Bagian Selatan Rencana Pengembangan Wilayah Pulau Nias, Mentawai, Rupat, dan Simeuleu

    Penyiapan Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Rendah Karbon di Pulau Papua

    Penyiapan Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Rendah Karbon di Pulau Kalimantan

    Rencana Pengembangan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Bali dan Jawa

    Penyusunan Konsep Penataan Kawasan Pertambangan di KSN Timika

    Kajian Perkembangan Kebijakan dan Strategi dalam Penataan Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur

    Output 10 RTR KSN dan RTR KSN Hasil Reviu

    TARGET : Tersusunnya 38 (tiga puluh delapan) dokumen RTR KSN dan atau RTR KSN hasil reviu.

    REALISASI : Tersusunnya 37 (tiga puluh tujuh) dokumen RTR KSN dan 1 (satu) dokumen RTR KSN

    Hasil Reviu.

    EVALUASI : Dokumen RTR KSN dan dokumen RTR KSN hasil reviu masih dalam tahap proses

    legalisasi di Kemenkumham. Penyelesaian legalisasi Dokumen tersebut diatas

    mengikuti adanya kebijakan di Kemenkumham yang membatasi jumlah usulan

    Raperpres hanya 4 Raperpres setiap tahun sehingga proses legalisasi secara bertahap

    akan diajukan pada tahun berikutnya.

    MANFAAT : Dokumen RTR KSN merupakan rencana rinci dari RTRWN yang akan menjadi

    dokumen acuan pemerintah daerah dalam melakukan penyusunan program prioritas

    pada KSN serta menjadi acuan sektor pada Kementerian/Lembaga dalam penyiapan

    program pembangunan serta program lintas sektor dalam mendukung program

    prioritas di KSN.

  • BAB III

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-8

    Akuntabilitas Kinerja

    3.1.2 Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 Dengan Target Jangka Menengah

    RPJMN tahun 2015-2019 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima)

    tahun terhitung sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Dokumen ini merupakan penjabaran

    dari visi, misi dan program Presiden hasil Pemilihan Umum tahun 2015. RPJM memuat strategi

    pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas

    Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayah, serta kerangka ekonomi makro yang

    mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana

    kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

    Dalam penyelenggaraan penataan ruang yang meliputi kegiatan pengaturan, pembinaan,

    pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang, perlu dilakukan penyusunan, sinkronisasi, dan

    sosialisasi peraturan perundang-undangan serta berbagai pedoman teknisnya. Sejak ditetapkannya

    UU No. 26 Tahun 2007, kelembagaan penataan ruang baik di tingkat pusat maupun daerah menjadi

    prasyarat bagi tercapainya tujuan penataan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.

    Salah satu fungsi kelembagaan yang perlu diperkuat adalah koordinasi antara berbagai instansi terkait.

    Di tingkat pusat, koordinasi dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN)

    sesuai dengan Keppres No. 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional,

    sedangkan di tingkat daerah koordinasi dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah

    (BKPRD) sesuai dengan Kepmendagri No. 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang

    Daerah.

    Dalam rangka meningkatkan pemahaman seluruh pemangku kepentingan, maka telah dilakukan

    sosialisasi dan advokasi terhadap peraturan perundang-undangan yang telah disusun serta beberapa

    NSPK ke berbagai pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun daerah. Pelaksanaan sosialisasi

    dan advokasi diperlukan agar diperoleh kesamaan pemahaman terhadap produk penataan ruang yang

    berkualitas secara rutindan intensif mengingat adanya dinamika pergantian pemangku kepentingan di

    daerah.

    Untuk peningkatan penyelenggaraan penataan ruang maka perlu mengacu pada target-target RPJMN

    yang terkait dengan Program Penyelenggaraan Penataan Ruang. Target-target RPJMN pada Program

    Penyelenggaraan Penataan Ruang dipenuhi oleh realisasi kinerja dari Kegiatan yang ada di lingkungan

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang yaitu dari Sekretariat Direktorat Jenderal Tata Ruang, Direktorat

    Perencanaan Tata Ruang, Direktorat Pemanfaatan Ruang, Direktorat Penataan Kawasan, serta

    Direktorat Pembinaan Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah.

    Perbandingan Realisasi Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang Tahun 2015 Dengan Target Jangka

    Menengah 2015-2019 dapat dilihat pada tabel 3.1.

  • BAB III

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-9

    Akuntabilitas Kinerja

    Tabel 3.1 Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 Dengan Target Jangka Menengah 2015-2019

    No. Kode Sasaran Indikator Output Target Realisasi Pekerjaan

    1 Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II

    Meningkatnya ketersediaan regulasi tata ruang yang efektif dan harmonis

    Jumlah Dokumen Materi Teknis dan Rancangan NSPK Penataan Ruang yang Sudah Mengakomodasi Kebijakan Sektoral

    5 dokumen

    5 dokumen

    1. Finalisasi Pedoman Perpetaan RDTR

    2. Finalisasi Pedoman Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana

    3. Penyusunan Materi Teknis Pedoman Penyusunan RTR Kawasan Industri

    4. Penyusunan Materi Teknis Pedoman Perencanaan Tata Ruang di Kawasan Reklamasi Pantai

    5.Penyusunan Naskah Akademis Pedoman Penyajian dan Interpretasi Peta Rencana Tata Ruang

    2

    Pelaksanaan Penataan Ruang Nasional

    Meningkatnya ketersediaan regulasi tata ruang yang efektif dan harmonis

    Jumlah Dokumen Materi Teknis dan Rancangan NSPK Wilayah Nasional, Pulau/ Kepulauan, dan Pengelolaan Ruang Udara Nasional

    1 dokumen

    1 dokumen

    Finalisasi Pedoman Penataan Ruang Kawasan Strategis Kabupaten Direktorat Jenderal Tata Ruang(Prioritas)

    Jumlah Dokumen Materi Teknis dan Rancangan NSPK Wilayah Nasional, Pulau/ Kepulauan, dan Pengelolaan Ruang Laut di atas 12 mil

    1 dokumen

    1 dokumen

    Finalisasi Pedoman Kemitraan dalam Penataan Ruang

    Meningkatnya kualitas pelaksanaan penataan ruang nasional

    Jumlah Dokumen Kajian, Materi Teknis, Peninjauan Kembali RTRWN

    1 dokumen

    1 dokumen

    Prioritas

    1.Fasilitasi Tindak Lanjut Hasil Peninjauan Kembali RTRWN (Prioritas)

    Pendukung

    2.Pendampingan Penyusunan KLHS RTRWN

    3.Integrasi Peta RTRWN dengan Peta Rencana Rincinya

    Jumlah Dokumen Kajian, Materi Teknis, RTR dan Peninjauan Kembali RTR Laut Nasional

    1 dokumen

    1 dokumen

    Kajian Pemanfaatan dan Pengelolaan Ruang Laut dan Ruang Udara Nasional

  • BAB III

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-10

    Akuntabilitas Kinerja

    No. Kode Sasaran Indikator Output Target Realisasi Pekerjaan

    Jumlah Dokumen Kajian, Materi Teknis, RTR, Peninjauan Kembali, dan RTR KSN Non Perkotaan

    41 dokumen

    38 KSN

    Prioritas

    1. Penyediaan Peta dan Fasilitasi Legislasi RTR KSN Taman Nasioal (Kawasan Ekosistem Leuser, TN Kerinci Seblat, HL Batabuh, TN Bukit Tiga Puluh, dan TN Ujung Kulon)

    2. Fasilitasi Penetapan RTR KSN Perkotaan (Kedung Sepur, Gerbangkertosusila, dan Cekungan Bandung)

    3. Rounding Up Fasilitasi Legalisasi dan Penyusunan Raperpres RTR KSN Wilayah I (4 KSN)

    4. Penyempurnaan Peta dan Fasilitasi Legislasi Raperpres RTR KSN Taman Nasional ( Tanjung Putting, Gunung Rinjani, HoB, dan Komodo)

    5. Rounding Up Fasilitasi Legalisasi dan Penyusunan Raperpres RTR KSN Wilayah II ( 12 kapet, komodo, sorowako, timika, tondano, toraja, tangjung putting, rinjani)

    6. Penyepakatan Muatan dan Proses Legislasi RaperPres KSN Teknologi Tinggi (4 KSN)

    7. Fasilitasi Legislasi Raperpres RTR KSN Timika dan Raja Ampat

    Pendukung

    8.Penyusunan Raperpres dan Penyiapan Peta RTR KSN Berbak, Bukit Dua Belas dan Mahato

    9.Penyusunan KLHS KSN Mahato, Bukit Dua Belas, Berbak, dan Tanjung Lesung

    10. Penyempurnaan Materi Teknis Kawasan Cagar Budaya Bali Landscape

  • BAB III

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-11

    Akuntabilitas Kinerja

    No. Kode Sasaran Indikator Output Target Realisasi Pekerjaan

    11.Penyiapan Materi Teknis Peninjauan Kembali RTR KSN BBK

    12.Penyempurnaan Peta Lampiran Raperpres RTR KSN Laut Banda dan RTR KSN PBPB Sabang

    13.Penyiapan draft Raperpres dan Peta Lampiran Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Candi Prambanan

    14.Penyusunan KLHS KSN Teknologi Tinggi

    15.Penyiapan Peta Lampiran RTR KSN Teknologi Tinggi

    16.Penyempurnaan dan Penyiapan Peta Raperpres RTR KSN K3H Teluk Bintuni, KL Buol Lambunu, KL Balingara, dan Poso

    17.Penyempurnaan dan Penyiapan Peta Lampiran RTR KSN TN Rawa Aopa-Watumohai dan Rawa Tinondo

    18.Penyempurnaan Raperpres RTR KSN TN. Lorentz

    19.Rencana Pengembangan Kawasan Pusat Pelayanan Utama Danau Toba Kota Balige

    20.Rencana Pengembangan Wilayah Terisolir Pulau Sumatera Bagian Barat

    21.Rencana Pengembangan Wilayah Terisolir Pulau Jawa Bagian Selatan

    22.Rencana Pengembangan Wilayah Papua Bagian Selatan

    23.Rencana Pengembangan Wilayah Pulau Nias, Mentawai, Rupat, dan Simeuleu

    24.Penyiapan Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Rendah Karbon di Pulau Papua

  • BAB III

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-12

    Akuntabilitas Kinerja

    No. Kode Sasaran Indikator Output Target Realisasi Pekerjaan

    25.Penyiapan Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Rendah Karbon di Pulau Kalimantan

    26.Rencana Pengembangan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Bali dan Jawa

    27.Penyusunan Konsep Penataan Kawasan Pertambangan di KSN Timika

    3

    Pelaksanaan Pengembangan Perkotaan

    Meningkatnya kualitas pelaksanaan penataan ruang nasional

    Jumlah Dokumen Kajian, Materi Teknis, RTR dan Peninjauan Kembali RTR KSN Perkotaan

    2 dokumen/ Raperpres

    1 dokumen

    Finalisasi Pedoman Kemitraan dalam Penataan Ruang

    Jumlah Dokumen Materi Teknis dan Review RTR KSN Jabodetabekpunjur

    1 dokumen

    4 dokumen

    1. Finalisasi Revisi Perpres 54/2008 tentang Penataan Ruang Jabodetabebekpunjur (Prioritas)

    2. Fasilitasi Penetapan RTR KSN Perkotaan Jabodetabekpunjur (Prioritas)

    3.Penyiapan Peta Lampiran Raperpres RTR KSN Jabodetabekpunjur

    4.Kajian Perkembangan Kebijakan dan Strategi dalam Penataan Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur

    Meningkatnya ketersediaan regulasi tata ruang yang efektif dan harmonis

    Jumlah Dokumen Materi Teknis dan Rancangan NSPK Perkotaan

    2 Materi Teknis/ NSPK

    Jumlah Kelompok Masyarakat dan Dunia Usaha yang Terbina 35 kelompok

    1 dokumen

    Pembinaan Kompetensi Sumber Daya Perencana Indonesia (Kerjasama dengan IAP) (Prioritas)

  • BAB III

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-13

    Akuntabilitas Kinerja

    3.1.3 Perbandingan Antara Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja Pada Tahun 2015

    dengan Tahun 2014

    Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja Tahun 2014 dengan Tahun 2015 perlu

    memperhatikan beberapa hal seperti restrukturisasi organisasi Direktorat Jenderal Tata Ruang yang

    sebelumnya di Kementerian Pekerjaan Umum kemudian dipindahkan ke Kementerian Agraria dan

    Tata Ruang/ BPN mengakibatkan perubahan struktur organisasi. Perubahan struktur organisasi

    mempengaruhi kinerja dari Direktorat Perencanaan Tata Ruang dalam menentukan target dan juga

    realisasi pekerjaan.

    Perbandingan Realisasi dan Capaian Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang Tahun 2015 dengan

    Rencana dan Capaian Kinerja Direktorat Penataan Ruang Wilayah Nasional Tahun 2014 dapat dilihat

    pada tabel 3.2

    Tabel 3.2 Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2014 dengan

    Direktorat Perencanaan Tata Ruang Tahun 2015

    RENCANA KINERJA TAHUN 2014 RENCANA KINERJA TAHUN 2015 INDIKATOR OUTPUT 2014 TARGET REALISASI INDIKATOR OUTPUT

    2015 TARGET REALISASI

    Hasil pengendalian pelaksanaan

    pengembangan wilayah nasional,

    pulau, dan KSN (monev)

    12 laporan

    27 KSN

    13 laporan

    27 KSN

    Dokumen monitoring dan evaluasi kinerja perencanaan tata ruang

    2 dokumen

    2 dokumen

    Hasil penyiapan dan review

    RTRWN, RTR Pulau, dan RTR KSN

    6 raperpres

    6 materi teknis

    1 kajian

    16 laporan

    6 raperpres

    6 materi teknis

    1 kajian

    16 laporan

    Kebijakan dan strategi penataan

    ruang nasional 11 laporan 12 laporan Kebijakan Teknis dan Program Perencanaan Tata Ruang

    3 dokumen

    3 dokumen

    Standarisasi Teknis (NSPK)

    Nasional

    5 NSPK;

    4 Materi NSPK

    1 NSPK;

    4 Materi NSPK

    NSPK Perencanaan Tata Ruang

    8 NSPK 8 NSPK

    3.1.4 Perbandingan Realisasi Kinerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang Tahun

    2015 dengan Rencana Strategis

    Penyusunan Perjanjian Kinerja harus menyesuaikan dengan Rencana Strategis yang telah disusun.

    Perbandingan antara Rencana Stategis dengan Perjanjian Kinerja, bertujuan untuk mengetahui target

    apa saja yang telah direalisasikan dan sesuai dengan Rencana Strategis yang telah disusun.

    Perbandingan antara kegiatan yang ada pada Perjanjian Kinerja dengan Renstra 2015 ditemukan

    indikator dengan realisasi kinerja yang melebihi target Renstra namun juga juga sebaliknya ada yang

    belum sesuai dengan target pada Renstra.

    Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat

    Perencanaan Tata Ruang Tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 3.2 .

  • BAB III

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-14

    Akuntabilitas Kinerja

    Prosentase Perbandingan Realisasi Kinerja Direktorat Perencanan Tata

    Ruang Tahun 2015 Dengan Rencana Strategis 2015-2019

    Gambar3.2

    Dari grafik Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Perencanaan

    Tata Ruang Tahun 2015 adalah lebih rendah dari Renstra karena dipengaruhi adanya skala prioritas

    penganggaran Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN.

    Perbandingan Realisasi Kinerja 2015 dengan Target Renstra 2015 secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.3

    05

    1015202530354045

    Series1 Series2

    Keterangan : Series 1 : Renstra Tahun 2015, Series 2 : Realisasi Kinerja Tahun 2015

  • BAB III

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-15

    Akuntabilitas Kinerja

    Tabel 3.3 Perbandingan Realisasi Kinerja 2015 dengan Target Renstra 2015

    RENSTRA 2015 PERJANJIAN KINERJA 2015 INDIKATOR TARGET INDIKATOR TARGET

    NSPK Jumlah Dokumen kajian, materi teknis, rancangan permen, dan laporan pelaksanaan sosialisasi permen NSPK perencanaan tata ruang Wilayah (termasuk standarisasi penyusun RTR)

    1 Dokumen Jumlah NSPK Perencanaan Tata Ruang 8 Dokumen

    Jumlah Dokumen kajian, materi teknis, rancangan permen, dan laporan pelaksanaan sosialisasi permen NSPK Perencanaan Tata Ruang Wilayah Perkotaan

    9 Dokumen

    NSPK perencanaan tata ruang Kawasan Perdesaan (termasuk standarisasi penyusun RTR)

    1 Dokumen

    Pegelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang Udara Nasional Jumlah Dokumen kajian, materi teknis, rancangan permen, dan laporan pelaksanaan sosialisasi permen NSPK Pengelolaan Ruang Udara Nasional

    0 Dokumen Jumlah Dokumen Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Ruang Udara Nasional

    2 Dokumen

    Jumlah Dokumen Kajian dan Materi Teknis Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Rencana Pengelolaan Ruang Udara Nasional

    1 Dokumen

    Jumlah Rencana Pengelolaan Ruang Laut Nasional dan Rencana Pengelolaan Ruang Udara Nasional yang dilegalkan

    0 Dokumen

    RTRWN Jumlah Dokumen kajian, materi teknis, peninjauan kembali RTRWN 1 Dokumen RTRWN Hasil Review 1 RTRWN

    Jumlah Dokumen RTRWN hasil peninjauan kembali yang dilegalkan 0 Dokumen KSN Jumlah dokumen kajian dan materi teknis, RTR KSN Wilayah I

    20 Dokumen Jumlah RTR KSN dan RTR KSN Hasil Reviu 38 KSN

    Jumlah dokumen peninjauan kembali RTR KSN Wilayah I

    0 Dokumen

    Jumlah dokumen RTR KSN Wilayah I hasil peninjauan kembali yang dilegalkan

    20 Dokumen

    Jumlah dokumen kajian dan materi teknis, RTR KSN Wilayah II 21 Dokumen

    Jumlah dokumen peninjauan kembali RTR KSN Wilayah II 0 Dokumen

  • BAB III

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-16

    Akuntabilitas Kinerja

    Jumlah dokumen RTR KSN Wilayah II hasil peninjauan kembali yang dilegalkan

    21 Dokumen

    Jumlah dokumen materi teknis RTR KSN Jabodetabekjur 1 Dokumen

    Jumlah dokumen review RTR KSN Jabodetabekjur 0 Dokumen Forum Masyarakat Jumlah forum masyarakat yang dibentuk dan difasilitasi pengembangannya dalam perencanaan tata ruang(termasuk dengan asosiasi profesi terkait tata ruang)

    1 Dokumen Jumlah Forum Masyarakat dan Kemitraaan Dunia Usaha, Lembaga Pendidikan, dan Organisasi Non Pemerintah yang dibentuk atau difasilitasi pengembangannya dalam Perencanaan Tata Ruang

    1 Dokumen

    Jumlah kesepakatan kemitraan dengan dunia usaha yang difasilitasi pengembangannya dalam perencanaan tata ruang

    0 Dokumen

    Jumlah kesepakatan kemitraan dengan lembaga pendidikan yang difasilitasi pengembangannya dalam perencanaan tata ruang

    0 Dokumen

    Jumlah kesepakatan kemitraan dengan organisasi non pemerintah yang difasilitasi pengembangannya dalam perencanaan tata ruang

    0 Dokumen

    Monitoring dan Evaluasi Jumlah Dokumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan perencanaan tata ruang

    4 Dokumen Jumlah Dokumen Monev Kinerja Bidang Perencanaan Tata Ruang

    2 Dokumen

    Data dan Informasi Jumlah Dokumen Data Dan Informasi serta kemitraan Bidang Perencanaan Tata Ruang Yang Terdokumentasi

    3 Dokumen Jumlah Data dan Informasi Bidang Perencanaan Tata Ruang

    1 Dokumen

    RTR Pulau/Kepulauan Jumlah Dokumen kajian, materi teknis, peninjauan kembali RTR Pulau/Kepulauan

    0 Dokumen Jumlah RTR Pulau/Kepulauan Hasil Reviu 1 Dokumen

    RTR Pulau/Kepulauan hasil review yang dilegalkan 0 Dokumen Kebijakan Teknis dan Program Perencanaan Tata Ruang Jumlah Dokumen Kebijakan Teknis, Program Perencanaan Tata Ruang

    6 Dokumen Jumlah Dokumen Kebijakan, Strategi, dan Pelaksanaan Program Bidang Perencanaan Tata Ruang

    3 Dokumen

    Jumlah RTR dan RDTR Kawasan Perbatasan Negara 10 RDTR Kawasan Perbatasan Negara dan 2 RTR Kawasan Perbatasan Negara

  • BAB III

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-17

    Akuntabilitas Kinerja

    Dari perbandingan antara kegiatan yang ada pada Perjanjian Kinerja dengan Renstra 2015 ditemukan

    indikator dengan realisasi kinerja yang melebihi target Renstra namun juga juga sebaliknya ada yang

    kurang.

    ▪ Indikator dengan realisasi lebih banyak dibandingkan target Renstra 2015 :

    1. Jumlah RTR dan RDTR Kawasan Perbatasan Negara

    2. Jumlah Dokumen Kebijakan Teknis, Program Perencanaan Tata Ruang

    ▪ Indikator dengan realisasi lebih sedikit dibandingkan target Renstra 2015 :

    1. Jumlah Dokumen Monev Kinerja Bidang Perencanaan Tata Ruang

    2. Jumlah Data dan Informasi Bidang Perencanaan Tata Ruang

    3. Jumlah RTR KSN dan RTR KSN Hasil Reviu

    4. Jumlah NSPK Perencanaan Tata Ruang

    Tidak tercapainya realisasi dari target kegiatan Renstra Direktorat Perencanaan Tata Ruang

    disebabkan beberapa kendala.

    ▪ umum :

    1. Pembentukan Kementerian Agraria dan Tata Ruang berpengaruh pada Struktur

    Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Direktorat Perencanaan Tata Ruang. Perubahan

    SOTK tersebut juga mempengaruhi capian kinerja Direktorat dalam mencapai target

    yang diterdapat pada Renstra.

    2. DIPA anggaran turun terlambat dari jadwal yang telah ditentukan.

    3. Cukup tingginya dinamika perubahan kebijakan terkait pemprograman dan

    penganggaran serta terbatasnya alokasi anggaran.

    ▪ Secara Jumlah Dokumen Monev Kinerja Bidang Perencanaan Tata Ruang

    1. Adanya pemotongan pagu anggaran direktorat yang mengharuskan dikuranginya

    beberapa pekerjaan di lingkungan Direktorat Perencanaan Tata Ruang

    2. Walaupun jumlah output kurang dari yang ditargetkan dalam renstra, namun

    kedalaman dan kualitas materi dari indikator ini sudah memenuhi target, antara

    ditandai dengan telah dilakukannya penetapan kinerja, penyusunan laporan kinerja,

    monitoring kinerja pelaksanaan KSN, pemrograman, penyusunan RKA/KL, mid-term

    review hingga telah dilaksanakannya rapat koordinasi tahunan.

    ▪ Jumlah Data dan Informasi Bidang Perencanaan Tata Ruang

    1. Adanya pemotongan pagu anggaran direktorat yang mengharuskan dikuranginya

    beberapa pekerjaan di lingkungan Direktorat Perencanaan Tata Ruang

    2. Walaupun jumlah output kurang dari yang ditargetkan dalam renstra, namun salah

    satu milestone utama dalam indikator ini tercapai, yaitu menyusunan sistem

    informasi tata ruang nasional dalam bentuk aplikasi web (sitarunas.bpn.go.id).

    ▪ Jumlah RTR KSN dan RTR KSN Hasil Reviu

    KEMENKUMHAM hanya memberi batas pengajuan legalisasi dokumen hanya 4 (empat)

    dokumen untuk tiap tahunnya untuk tiap Kementrian. Pengajuan legalisasi dokumen juga

    belum tentu akan berhasil namun juga ada kemungkinan ditolak.

    ▪ Jumlah NSPK Perencanaan Tata Ruang

    Proses penyusunan dan penyepakatan muatan materi tiap-tiap kegiatan memerlukan

    keterlibatan dan persetujuan dari cukup banyak pihak.

  • BAB III

    LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG 2015 III-18

    Akuntabilitas Kinerja

    3.1.5 Penyebab Keberhasilan / Kegagalan

    Tahun 2015 merupakan tahun pertama berdirinya organisasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/

    Badan Pertanahan Nasional dan juga unit kerja Direktorat Perencanaan Tata Ruang. Perencanaan

    program kerja yang disusun untuk pelaksanaan pekerjaan tahun 2015 berbeda jauh dari realisasi

    pelaksanaan pekerjaan tahun 2015. Hal ini karena terjadi perubahan lingkungan strategis yaitu

    terbentuknya Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) yang baru, yang mengakibatkan tertundanya

    pelaksanaan pekerjaan pada tahun 2015, yang secara efektif membuat pelaksanaan pekerjaan

    dilaksanakan hanya pada semester 2 tahun 2015.

    Untuk pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan penyusunan, rounding up, maupun finalisasi RTR

    KSN, secara garis besar keberhasilan pencapaian sasaran dalam setiap tahapan untuk mendapatkan

    kesepakatan dalam proses penyusunan RTR KSN dengan pemerintah daerah maupun pemerintah

    pusat dipengaruhi oleh pembahasan secara intensif. Pembahasan dengan pemerintah daerah

    dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan gubernur yang kemudian dilakukan pembahasan Eselon

    I BKPRN untuk mendapatkan kesepakatan Pemerintah. Setelah didapatkan kesepakatan Eselon I

    BKPRN maka kemudian dilakukan proses harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM sebelum

    ditetapkan sebagai Peraturan Presiden oleh Sekretariat Kabinet. Kegagalan pencapaian sasaran pada

    salah satu tahapan dapat mempengaruhi tidak tercapainya konsensus kesepakatan sehingga

    menunda waktu penyelesaian proses pencapaian tahapan.

    Tahap selanjutnya yang menjadi kendala Direktorat Perencanaan Tata Ruang sehingga tidak maksimal

    dalam mencapai target Perjajian Kinerja terkait proses legalisasi. Tugas dari Direktorat Perencanaan

    Tata Ruang menyiapkan materi teknis dan pedoman yang merupakan produk fisik dari kegiatan yang

    dilaksanakan. Setelahnya materi teknis dan pedoman masuk pada tahap legalisasi yang menjadi tugas

    dan tanggung jawab bagian Hukum, Kepegawaian, dan Ortala, Seditjen Tata Ruang. Proses legalisasi

    membutuhkan waktu yang tidak singkat sehingga cukup mempengaruhi hasil capaian Perjanjian

    Kinerja.

    Terkait dengan penyusunan pedoman penataan ruang, kendala yang dihadapi antara lain konsensus

    atau penyepakatan dari materi atau draft yang telah disusun. Dalam menyusun pedoman diperlukan

    pembahasan dan penyepakatan dengan pakar, stakeholder yang terkait dan legalisasi di biro hukum.

    Karena efektif pelaksanaan pekerjaan terkendala masalah waktu yang terbatas pada tahun 2015

    hanya pada semester 2 maka beberapa aktivitas dan kesepakatan belum optimal didapat.

    Prosedur Penyusunan Rancang