29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

download 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

of 64

Transcript of 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    1/64

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    2/64

    2

    2

    Pemantauan Status Gizi (PSG) balita berdasarkan BB/U pada tahun 2008 di

    Kabupaten Bojonegoro, dari 70.749 balita yang ditimbang didapatkan balita

    dengan gizi buruk 1,32%, balita dengan gizi kurang 13,15%, balita dengan

    gizi baik 83,63% dan balita gizi lebih 1,90%. Sedangkan di Puskesmas

    Ngumpakdalem dari 2.267 balita yang ditimbang didapatkan balita dengan

    gizi buruk 2,03%, balita dengan gizi kurang 15,84%, balita dengan gizi baik

    80,90% dan balita dengan gizi lebih 1,24%. Berdasarkan register pencatatan

    operasional timbang Desa Ngumpakdalem tahun 2008 dari 323 balita yang

    ditimbang didapatkan balita dengan gizi buruk 3,72%, balita dengan gizi

    kurang 21,05%, balita dengan gizi baik 71,83% dan balita dengan gizi lebih

    3,41%.

    Berbagai faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita antara lain

    kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan

    (Almitsier S, 2001 : 301). Adapun faktor lain yang mempengaruhi adalah

    kondisi sosial ekonomi dan budaya keluarga seperti pola asuh keluarga

    (Depkes RI, 2002 : 2). Sosial ekonomi dapat diukur melalui variabel-

    variabel pendapatan keluarga, tingkat pendidikan dan pekerjaan

    (Notoatmodjo, S. 2005 : 68). Masalah gizi pada balita akan berdampak serius

    terhadap kualitas generasi mendatang (Depkes RI, 2002 : 2). Pada obesitas

    (gizi lebih) pada anak bila terus berlanjut sampai dewasa dapat mengakibatkan

    semakin meningkatnya penyakit degeneratif seperti jantung koroner, diabetes

    melitus, hipertensi dan penyakit hati (Almitsier S, 2001 : 308). Selain itu gizi

    kurang pada balita dapat menyebakan gangguan pertumbuhan fisik dan

    perkembangan mental (Depkes RI, 2002 : 2). Gizi buruk akan mempengaruhi

    banyak organ dan sistem organ yang akan merusak sistem pertahanan tubuh

    terhadap mikroorganisme maupun pertahanan mekanik, dampak selanjutnya

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    3/64

    3

    3

    dapat terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan mental serta

    menurunnya skor IQ (Pudjiadi S, 2001 : 134).

    Upaya penanggulangan gizi kurang yang dilakukan adalah peningkatan

    usaha pemberdayaan keluarga untuk ketahanan pangan tingkat rumah tangga,

    peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari

    tingkat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) hingga puskesmas dan rumah

    sakit, peningkatan komunikasi informasi dan edukasi di bidang pangan dan

    gizi masyarakat dan intervensi langsung kepada sasaran melalui Pemberian

    Makanan Tambahan (PMT), distribusi vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirup

    besi serta kapsul minyak beriodium (Almatsier S, 2001 : 307).

    Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian tentang “Hubungan Sosial Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi

    Balita di Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro

    tahun 2009”.

    B.

    Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

    permasalahan sebagai berikut : “Apakah ada hubungan antara sosial ekonomi

    keluarga dengan status gizi balita di Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander

    Kabupaten Bojonegoro ?”.

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan umum

    Untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi keluarga dengan status gizi

    balita di Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    4/64

    4

    4

    2. Tujuan khusus

    a. Mengidentifikasi sosial ekonomi keluarga meliputi pendapatan

    keluarga, pendidikan ibu dan pekerjaan ibu di Desa Ngumpakdalem

    Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.

    b. Mengidentifikasi status gizi balita di Desa Ngumpakdalem Kecamatan

    Dander Kabupaten Bojonegoro.

    c. Menganalisa hubungan sosial ekonomi keluarga (pendapatan keluarga,

    pendidikan ibu dan pekerjaan ibu) dengan status gizi balita di Desa

    Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Responden

    Dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang gizi seimbang pada

    balita sehingga bisa mengubah kebiasaan-kebiasaan yang salah terhadap

    pemberian makanan pada balita dan akhirnya dapat mengurangi kejadian

    kurang gizi.

    2. Bagi PenelitiDapat dijadikan sebagai pengalaman baru dalam melakukan penelitian

    serta dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh dari kampus dengan

    yang ada di masyarakat.

    3. Bagi Tenaga Kesehatan

    Dapat memberikan informasi tentang permasalahan gizi pada balita dan

    faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat dilakukan upaya

    perbaikan gizi.

    4. Bagi Institusi Pendidikan

    Dapat dipergunakan untuk menambahkan sumber kepustakaan sebagai

    bahan bacaan dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

    penelitian selanjutnya.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    5/64

    5

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Dalam bab ini akan dibahas mengenai konsep keluarga, konsep balita, konsep

    sosial ekonomi, konsep status gizi, kerangka konseptual dan hipotesa.

    A. Konsep Keluarga

    1. Pengertian

    Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

    keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu

    tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

    (Depkes RI, 1988).

    Menurut Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya (1989) keluarga

    adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan

    darah, hubungan pekawinan atau pengikatan dan mereka hidup dalam

    suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya

    masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

    Dari kedua definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

    keluarga adalah :

    a. Unit terkecil masyarakat

    b. Terdiri atas dua orang atau lebih

    c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah

    d. Hidup dalam satu rumah tangga

    e. Di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    6/64

    6

    6

    f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.

    g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.

    h. Menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

    (Effendy Nasrul, 1998 : 32).

    2. Tipe atau bentuk keluarga

    a. Keluarga inti ( nuclear family ) adalah keluarga yang terdiri dari ayah,

    ibu dan anak-anak.

    b. Keluarga besar ( Extended family ) adalah keluarga inti ditambah

    dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara

    sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

    c. Keluarga berantai ( Serial family ) adalah keluarga yang terdiri dari

    wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu

    keluarga inti.

    d. Keluarga duda dan janda ( single family ) adalah keluarga yang terjadi

    karena perceraian atau kematian.

    e. Keluarga berkomposisi ( Composite family ) adalah keluarga yang

    perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

    f. Keluarga kabitas ( Cahabitation ) adalah dua orang menjadi satu tanpa

    pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

    Keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar

    ( Extended family ) (Effendy Nasrul, 1998 : 34).

    3. Peranan keluarga

    Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

    interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam

    posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    7/64

    7

    7

    harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

    Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :

    a.

    Peranan ayah.Ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah,

    pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,

    sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota

    masyarakat dari lingkungannya.

    b. Peranan ibu.

    Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyaiperanan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan

    pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok

    dari peranan sosialnya, serta menjadi anggota masyarakat dari

    lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari

    nafkah tambahan dalam keluarganya.

    c.

    Peranan anak.Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan

    tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

    (Effendy Nasrul, 1998 : 34).

    4. Fungsi keluarga

    Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan

    sebagai berikut :

    a. Fungsi biologis.

    1) Untuk meneruskan keturunan.

    2) Memelihara dan membesarkan anak.

    3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    8/64

    8

    8

    b. Fungsi psikologis.

    1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga.

    2) Memberikan perhatian diantara keluarga.

    3) Memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga.

    4) Memberikan identitas keluarga.

    c. Fungsi sosialisasi

    1) Membina sosialisasi pada anak.

    2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

    perkembangan masing-masing.

    3) Meneruskan nilai-nilai keluarga.

    d. Fungsi ekonomi.

    1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

    keluarga.

    2)

    Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa

    yang akan datang.

    e. Fungsi pendidikan.

    1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

    keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat

    dan minat yang dimilikinya.

    2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang

    dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

    3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

    (Mubarak Wahit Iqbal, 2006 : 264)

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    9/64

    9

    9

    B. Konsep Balita

    Bawah lima tahun atau sering disingkat balita merupakan salah satu

    periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Balita dibedakan :1. Bayi (0-12 bulan).

    2. Anak balita (13-36 bulan).

    3. Anak balita (37-60 bulan).

    (Wijono Djoko, 2006 : 65).

    C. Konsep Sosial Ekonomi

    1. Pengertian

    Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat

    (Pius dan Dahlan, 2001 : 718).

    Ekonomi adalah segala usaha manusia dalam memenuhi

    kebutuhannya guna mencapai kemakmuran hidupnya, pengaturan rumah

    tangga (Pius dan Dahlan, 2001 : 131).

    Sosial ekonomi adalah suatu konsep, dan untuk mengukur sosial

    ekonomi keluarga harus melalui variabel-variabel pendapatan keluarga,

    tingkat pendidikan dan pekerjaan (Notoatmodjo, 2005 : 68).

    Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat

    dengan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi, hal ini disebabkan

    karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai

    masalah tersebut (Effendy Nasrul, 1998 : 39).

    2. Variabel yang diukur dalam sosial ekonomi keluarga

    a. Pendapatan keluarga

    Kemiskinan sebagai salah satu determinan sosial ekonomi

    merupakan penyebab gizi kurang yang pada umumnya menduduki

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    10/64

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    11/64

    11

    11

    Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan. Orang dengan

    tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar

    pendapatan untuk makanan, sedangkan orang dengan tingkat ekonomi

    tinggi akan berkurang belanja untuk makanan (FKM UI, 2007 : 176).

    Hal ini akan berdampak terhadap status gizi balita yang pada

    umumnya akan menurun (Depkes RI, 2000 : 3).

    Berdasarkan survey pendapatan dan pengeluaran rumah tangga

    tahun 2008 oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro,

    pendapatan keluarga di Kabupaten Bojonegoro dibedakan menjadi 3

    golongan :

    1) Pendapatan rendah : dibawah Rp 625.000 per bulan

    2) Pendapatan sedang : Rp 625.000- Rp 1.105.000 per bulan

    3) Pendapatan tinggi : diatas Rp 1.105.000 per bulan

    b. Pendidikan ibu

    Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan

    adalah pendidikan yang terlampau rendah. Dengan adanya tingkat

    pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai

    keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya

    (Ahmadi Abu, 1997 : 344). Tingkat pendidikan khususnya tingkat

    pendidikan ibu mempengaruhi derajat kesehatan karena unsur

    pendidikan ibu dapat berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak.

    Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan

    perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan

    memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan

    mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari

    (Depkes RI, 2004 : 27).

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    12/64

    12

    12

    Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

    mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

    didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

    kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

    kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

    masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No. 20 tahun 2003).

    Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan

    informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Tingkat

    pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah

    dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan tingkat pendidikan

    yang melandasi tingkat pendidikan menengah. Adapun tingkat

    pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah

    Pertama (SMP) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah

    merupakan lanjutan pendidikan dasar. Adapun bentuk pendidikan

    menengah adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) atau bentuk lain

    yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan tingkat pendidikan

    setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma,

    sarjana, magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh

    perguruan tinggi (UU RI No. 20 tahun 2003).

    Tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi karena

    dengan meningkatnya pendidikan kemungkinan akan meningkatkan

    pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan

    (FKM UI, 2007 : 276).

    Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya

    hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

    kualitas hidup.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    13/64

    13

    13

    Menurut Y.B Mantra yang dikutip oleh Notoatmodjo (1985)

    pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

    seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk

    sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan

    (Nursalam dan S Pariani, 2001 : 33). Makin tinggi tingkat pendidikan

    seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak

    pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang

    akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai

    yang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat, 1997).

    c. Pekerjaan ibu

    Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

    merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan

    banyak tantangan (Nursalam & S. Pariani, 2001 : 133).

    Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.

    Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan

    keluarga (Nursalam & S. Pariani, 2001 : 133).

    Batasan ibu yang bekerja adalah ibu-ibu yang melakukan

    aktivitas ekonomi mencari penghasilan baik di sektor formal maupun

    informal yang dilakukan secara reguler di luar rumah. Tentunya

    aktivitas ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap waktu yang

    dimiliki ibu untuk memberikan pelayanan/kasih sayang terhadap

    anaknya (http://syehaceh.wordpress.com). Anak yang mendapatkan

    perhatian lebih, baik secara fisik maupun emosional, selalu mendapat

    senyuman, mendapat makanan yang seimbang maka keadaan gizinya

    lebih baik dibandingkan dengan teman sebayanya yang kurang

    mendapat perhatian orang tua (Depkes RI, 2002 : 11). Anak yang

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    14/64

    14

    14

    diasuh oleh nenek atau tetangga bukan kerabat kemungkinan juga

    menjadi penyebab masalah gizi (http://www.kompas.com). Selain itu

    para ibu yang mencari nafkah tambahan pada waktu-waktu tertentu

    misalnya pada musim panen mereka pergi memotong padi para

    pemilik sawah yang letak sawahnya jauh dari tempat tinggal para ibu

    tersebut. Anak-anaknya terpaksa ditinggalkan di rumah sehingga

    kurang mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Para ibu yang

    menerima pekerjaan tetap sehingga harus meninggalkan anaknya

    dari pagi sampai sore. Dengan demikian pemberian ASI atau

    makanan tambahan tidak dilakukan sebagaimana mestinya

    (Pudjiadi S, 2001 : 105).

    Pekerjaan diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :

    1) Bekerja : PNS/ABRI, swasta, buruh/pegawai tidak tetap.

    2) Tidak bekerja/ibu rumah tangga

    (Nursalam & S. Pariani, 2001 : 138)

    D. Konsep Status Gizi

    1. Pengertian status gizi

    Status gizi adalah merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara

    makanan yang masuk kedalam tubuh ( nutrient input ) dengan kebutuhan

    tubuh ( nutrient out put ) akan gizi tersebut (Supariasa IDN, 2001 : 88).

    2. Klasifikasi status gizi

    Dalam menentukan status gizi harus ada ukuran baku yang sering

    disebut reference . Baku antropometri yang sekarang digunakan di

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    15/64

    15

    15

    Indonesia adalah WHO-NCHS ( World Health Organization-Nation Center

    for Health Statistics ) dengan melihat nilai Z-SCORE, sebagai berikut :

    TABEL 1

    KLASIFIKASI GIZI ANAK BAWAH LIMA TAHUN (BALITA)

    INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS *)Gizi lebih > + 2 SDGizi baik ≥ -2 SD sampai + 2 SD

    Gizi kurang < 2 SD sampai ≥– 3 SD

    Berat Badanmenurut

    Umur (BB/U)Gizi buruk < - 3 SD

    *) SD : Standar Deviasi

    (Dinkes Jatim, 2005 : 1)a. Status gizi lebih

    Status gizi lebih berkaitan dengan konsumsi makanan yang

    melebihi dari yang dibutuhkan terutama konsumsi lemak yang tinggi

    dan makanan dari gula murni (Djaeini Ahcmad, 2000 : 27).

    b. Status gizi baik

    Status gizi baik adalah kesesuaian antara jumlah asupan dengan

    kebutuhan gizi seorang anak (Santoso Soegeng, 2004 : 3).

    c. Status gizi kurang

    Status gizi kurang pada dasarnya merupakan gangguan kesehatan

    yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein dalam

    waktu tertentu (DepKes RI, 2002 : 2).

    d. Status gizi buruk

    Bila kondisi gizi kurang berlangsung lama maka akan berakibat

    semakin berat kekurangannya, dalam keadaan ini dapat menjadi gizi

    buruk (DepKes RI, 2000 : 6).

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    16/64

    16

    16

    3. Metode penilaian status gizi

    Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan pengukuran langsung

    maupun tidak langsung :a. Penilaian status gizi secara langsung

    Penilaian gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian

    yaitu :

    1) Klinis

    Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang

    terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi.2) Biokimia

    Metode ini menggunakan pemeriksaan spesimen yang diuji

    secara laboratoris.

    3) Biofisik

    Metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan

    fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan (Supariasa IDN, 2001 : 88).

    4) Antropometri

    Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap

    dimensi tubuh dan komposisi tubuh (FKM UI, 2007 : 264).

    Antropometri sebagai indikator status gizi dapat digunakan

    dalam memberikan indikasi tentang kondisi sosial ekonomipenduduk (Wijono Djoko, 2000 : 68). Antropometri sebagai

    indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa

    parameter (Supariasa IDN, 2001 : 38). Kombinasi antara beberapa

    parameter disebut indeks antropometri (Supariasa IDN, 2001 : 56).

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    17/64

    17

    17

    Indeks antropometri yang digunakan adalah berat badan menurut

    umur (BB/U).

    a)

    Berat badanPada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan

    untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi.

    Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang.

    Alat ukur yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi

    beberapa persyaratan : mudah digunakan dan dibawa dari satu

    tempat ketempat lain, mudah diperoleh dan relatif murahharganya, ketelitian penimbangan sebaiknya 0,1 kg, skalanya

    mudah dibaca dan cukup aman untuk menimbang badan anak

    balita. Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian

    dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan

    anak balita adalah dacin (Supariasa IDN, 2001 : 39).

    b)

    UmurFaktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.

    Kesalahan penentuan dapat menyebabkan interpretasi status

    gizi yang salah. Cara menghitung umur yaitu dengan

    menentukan tanggal, hari, bulan dan tahun pada waktu anak

    ditimbang kemudian dikurangi tanggal, hari, bulan dan tahun

    anak waktu lahir sehingga didapat umur anak. Bila kelebihanatau kekurangan hari sebanyak 16 hari sampai 30 hari

    dibulatkan 1 bulan. Bila kelebihan atau kekurangan 1 hari

    sampai 15 hari dibulatkan menjadi 0 bulan.

    (Supariasa IDN, 2001 : 38).

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    18/64

    18

    18

    b. Penilaian status gizi secara tidak langsung.

    1) Survey konsumsi makanan

    Adalah metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan jenis bahan makanan atau zat gizi yang dikonsumsi.

    2) Statistik vital

    Adalah menganalisis data beberapa statistik kesehatan.

    3) Faktor ekologi

    Adalah hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan

    lingkungan budaya.(Supariasa IDN, 2001 : 20)

    4. Cara penilaian status gizi

    a. Nilai indeks antropometri (BB/U, TB/U atau BB/TB) dibandingkan

    dengan nilai rujukan WHO-NCHS.

    b. Dengan menggunakan batas ambang ( cut-off point) untuk masing-

    masing indeks, maka status gizi seseorang atau anak dapat ditentukan.c. Istilah gizi dibedakan untuk setiap indeks yang digunakan agar tidak

    terjadi kerancuan interpretasi.

    (Dinkes Jatim, 2005 : 1)

    5. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita

    a. Ketersediaan pangan ditingkat keluarga

    Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan ditingkatkeluarga, hal ini sangat tergantung dari cukup tidaknya pangan yang

    dikonsumsi oleh setiap anggota keluarga untuk mencapai gizi baik dan

    hidup sehat (Depkes RI, 2004 : 19). Jika tidak cukup bisa

    dipastikan konsumsi setiap anggota keluarga tidak terpenuhi

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    19/64

    19

    19

    (Depkes RI, 2002 : 13). Padahal makanan untuk anak harus

    mengandung kualitas dan kuantitas cukup untuk menghasilkan

    kesehatan yang baik (http://www.okezone.com).

    b. Pola asuh keluarga

    Yaitu pola pendidikan yang diberikan pada anak-anaknya. Setiap

    anak membutuhkan cinta, perhatian, kasih sayang yang akan

    berdampak terhadap perkembangan fisik, mental dan emosional. Pola

    asuh terhadap anak berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi.

    Perhatian cukup dan pola asuh yang tepat akan memberi pengaruh

    yang besar dalam memperbaiki status gizi (Herwin B, 2004). Anak

    yang mendapatkan perhatian lebih, baik secara fisik maupun emosional

    misalnya selalu mendapat senyuman, mendapat respon ketika

    berceloteh, mendapatkan ASI dan makanan yang seimbang maka

    keadaan gizinya lebih baik dibandingkan dengan teman

    sebayanya yang kurang mendapatkan perhatian orang tuanya

    (Depkes RI, 2002 : 12).

    c. Kesehatan lingkungan

    Masalah gizi timbul tidak hanya karena dipengaruhi oleh ketidak

    seimbangan asupan makanan, tetapi juga dipengaruhi oleh penyakit

    infeksi. Masalah kesehatan lingkungan merupakan determinan penting

    dalam bidang kesehatan. Kesehatan lingkungan yang baik seperti

    penyediaan air bersih dan perilaku hidup bersih dan sehat akan

    mengurangi resiko kejadian penyakit infeksi (Depkes RI, 2002 : 12).

    Sebaliknya,lingkungan yang buruk seperti air minum tidak bersih,

    tidak ada saluran penampungan air limbah, tidak menggunakan kloset

    yang baik dapat menyebabkan penyebaran penyakit. Infeksi dapat

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    20/64

    20

    20

    menyebabkan kurangnya nafsu makan sehingga menyebabkan asupan

    makanan menjadi rendah dan akhirnya menyebabkan kurang gizi

    (FKM UI, 2007 : 276).

    d. Pelayanan kesehatan dasar

    Pemantauan pertumbuhan yang diikuti dengan tindak lanjut

    berupa konseling, terutama oleh petugas kesehatan berpengaruh pada

    pertumbuhan anak. Pemanfaatan fasilitas kesehatan seperti

    penimbangan balita, pemberian suplemen kapsul vitamin A,

    penanganan diare dengan oralit serta imunisasi (Depkes RI, 2002 : 12).

    e. Budaya keluarga

    Budaya berperan dalam status gizi masyarakat karena ada

    beberapa kepercayaan seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu

    oleh kelompok umur tertentu yang sebenarnya makanan tersebut

    justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok umur tertentu

    (FKM UI, 2007 : 277). Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu

    kebiasaan makan masyarakat yang kadang-kadang bertentangan

    dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Misalnya, terdapat budaya yang

    memprioritaskan anggota keluarga tertentu untuk mengonsumsi

    hidangan keluarga yang telah disiapkan yaitu umumnya kepala

    keluarga. Apabila keadaan tersebut berlangsung lama dapat berakibat

    timbulnya masalah gizi kurang terutama pada golongan rawan

    gizi seperti ibu hamil, ibu menyusui , bayi dan anak balita

    (Suhardjo, 2008 : 9).

    f. Sosial ekonomi

    Banyaknya anak balita yang kurang gizi dan gizi buruk di

    sejumlah wilayah di tanah air disebabkan ketidaktahuan orang tua

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    21/64

    21

    21

    akan pentingnya gizi seimbang bagi anak balita yang pada

    umumnya disebabkan pendidikan orang tua yang rendah serta

    faktor kemiskinan. Kurangnya asupan gizi bisa disebabkan

    oleh terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya

    tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial

    ekonomi yaitu kemiskinan (http://www.kompas.com).

    6. Dampak gizi tidak seimbang

    a. Dampak gizi lebih

    Obesitas (gizi lebih) jika tidak teratasi akan berlanjut sampai

    remaja dan dewasa, hal ini akan berdampak tingginya kejadian

    berbagai penyakit infeksi (Pudjiadi S, 2001 : 145). Pada orang dewasa

    tampak dengan semakin meningkatnya penyakit degeneratif seperti

    jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi dan penyakit hati

    (Almatsiar S, 2001 : 308).

    b. Dampak gizi kurang

    Pertumbuhan fisik terhambat (anak akan mempunyai tinggi

    badan lebih pendek), perkembangan mental dan kecerdasan terhambat,

    daya tahan anak menurun sehingga anak mudah terserang penyakit

    infeksi (Depkes RI, 2002 : 8).

    c. Dampak gizi buruk

    Gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan sistem organ

    yang akan merusak sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme

    maupun pertahanan mekanik. Dampak selanjutnya dapat terjadi

    gangguan pertumbuhan dan perkembangan mental serta penurunan

    skor tes IQ (Pudjiadi S, 2001 : 134). Penurunan fungsi otak

    berpengaruh terhadap kemampuan belajar, kemampuan anak bereaksi

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    22/64

    22

    22

    terhadap rangsangan dari lingkungannya dan perubahan kepribadian

    anak (Moehji, 2003 : 10).

    7. Penanggulangan masalah gizi tidak seimbang

    a. Masalah gizi lebih atau obesitas

    Penanggulangannya adalah dengan menyeimbangkan masukan

    dan keluaran energi melalui pengurangan makan dan penambahan

    latihan fisik atau olah raga serta menghindari tekanan hidup atau stres

    (Almatsier S, 2005 : 308).

    b. Masalah gizi kurangPenanggulangan masalah gizi kurang perlu dilakukan secara

    terpadu antar departemen dan kelompok profesi melalui upaya-upaya

    peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi dan

    konsumsi pangan, peningkatan status sosial ekonomi, pendidikan dan

    kesehatan masyarakat serta peningkatan teknologi hasil pertanian dan

    teknologi pangan (Almatsier S, 2001: 306).

    c. Masalah gizi buruk

    Penanggulangan masalah gizi buruk yang dilakukan antara lain :

    upaya pemenuhan persediaan pangan nasional, Peningkatan Usaha

    Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), peningkatan upaya pelayanan gizi

    terpadu dan sistem rujukan dimulai dari tingkat posyandu hingga

    puskemas dan rumah sakit. Intervensi langsung pada sasaran melalui

    Pemberian Makanan Tambahan (PMT), distribusi kapsul vitamin A

    dosis tinggi, tablet dan sirup besi serta tablet iodium.

    (Almatsier S, 2001 : 307).

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    23/64

    23

    23

    E. Kerangka Konseptual

    Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara

    konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian

    yang dilakukan (Notoatmodjo S, 2005 : 69).

    Keterangan :

    : diteliti

    : tidak diteliti

    Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan Antara Sosial EkonomiKeluarga Dengan Status Gizi Balita Di DesaNgumpakdalem Kecamatan Dander KabupatenBojonegoro.

    Penjelasan :Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi balita adalah

    ketersediaan pangan di tingkat keluarga, pola asuh keluarga, kesehatan

    lingkungan, pelayanan kesehatan dasar, budaya keluarga dan sosial ekonomi.

    Faktor-faktor yang mempengaruhistatus gizi balita :1. Ketersediaan pangan ditingkat

    keluarga.2. Pola asuh keluarga.3. Kesehatan lingkungan4. Pelayanan kesehatan dasar5. Budaya keluarga

    6. Sosial ekonomi- Pendapatan keluarga- Pendidikan ibu- Pekerjaan ibu

    Status gizi balita :- Gizi lebih- Gizi baik - Gizi kurang- Gizi buruk

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    24/64

    24

    24

    Disini yang akan diteliti adalah faktor sosial ekonomi yang meliputi

    pendapatan keluarga, pendidikan ibu dan pekerjaan ibu.

    F.

    HipotesaHipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

    pertanyaan penelitian (Nursalam, 2003 : 57).

    Hipotesa alternatif (H a /H 1) merupakan pernyataan operasional dari

    hipotesa penelitian (Ghozali Imam, 2006 : 4).

    Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (H 1) yaitu ada

    hubungan antara sosial ekonomi keluarga dengan status gizi balita di Desa

    Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    25/64

    25

    25

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah berdasarkan metode

    keilmuan (Nursalam dan S Pariani, 2001 : 135).

    Pada bab ini akan dijelaskan metode penelitian yang digunakan berdasarkan

    desain penelitian, populasi, sampel, besarnya sampel, sampling, kriteria sampel,

    variabel penelitian, definisi operasional, lokasi dan waktu penelitian, prosedur

    pengumpulan data, instrumen, teknik pengolahan data dan tehnik analisa data,

    etika penelitian dan jadwal kegiatan penelitian.

    A. Desain Penelitian

    Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang

    dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa

    diterapkan (Nursalam, 2003 : 80).

    Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain analitik korelasional

    bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel.

    (Nursalam, 2003 : 84).

    Jenis penelitian ini menggunakan penelitian cross sectional merupakan

    jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data

    variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali pada suatu saat

    (Nursalam, 2003 : 85).

    Desain dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan

    sosial ekonomi keluarga dengan status gizi balita di Desa Ngumpakdalem

    Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    26/64

    26

    26

    B. Populasi, Sampel, Besar Sampel Dan Sampling

    1. Populasi

    Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang

    diteliti (Notoatmodjo, S. 2005 : 70).

    Pada penelitian ini populasinya adalah semua ibu yang mempunyai

    balita di Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro

    tahun 2009 sebanyak 355 orang.

    2. Sampel

    Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti

    (Arikunto S, 2006 : 131). Adapun subjek penelitian yang akan digunakan

    adalah ibu yang mempunyai balita di Desa Ngumpakdalem Kecamatan

    Dander Kabupaten Bojonegoro tahun 2009 sebanyak 85 orang.

    3. Besar sampel

    Besar kecilnya jumlah sampel sangat dipengaruhi oleh desain dan

    ketersediaan subjek dan penelitian itu sendiri. Untuk memperoleh hasil

    penelitian yang menggambarkan keadaan populasi penelitian. Maka

    sampel yang diambil harus mewakili populasi yang ada.

    (Nursalam, 2001 : 951).

    Menurut Dr. Windhu Purnomo, M. S. Penentuan besar sampel

    menggunakan rumus analitik korelatif adalah :

    3

    11

    21

    2

    +

    −+

    +=

    ρ ρ β α

    In

    Z Z n

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    27/64

    27

    27

    Keterangan : Z ½ α = Adjusted SD untuk α inji 2 arah ( α =

    0,05, Z = 1,96).

    Zβ = Adjusted SD untuk β (β = 0,20, Z = 0,84).ρ = Koefisien korelasi antar variabel yang

    diharapkan (0,3).

    Berdasarkan data yang diperoleh maka didapatkan jumlah

    sampel.

    3

    0,310,31

    In21

    0,841,96n

    2

    +

    −++=

    31,85714)(In

    21

    8,2n

    2

    +=

    330951,08,2

    n

    2

    +=

    n = 81,84020 + 3

    n = 85

    Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 85 responden.

    Agar sampel yang diambil proporsional maka digunakan rumus

    menurut Praktiknya (2001 : 72) :

    Σ balita yang ada di posyandunA : Σ Populasi

    x Besar sampel

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    28/64

    28

    28

    4. Sampling

    Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk

    mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh

    dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar

    sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2003 : 97). Pada

    penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random

    sampling yaitu bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai

    kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Pengambilan

    sampel dilakukan dengan cara mengundi anggota populasi ( lottre

    technique ) atau teknik undian (Notoatmodjo S, 2005 : 85). Nama ibu balita

    tiap posyandu ditulis pada secarik kertas. Kemudian dimasukkan di kotak

    tiap-tiap posyandu, setelah itu diaduk dan diambil secara acak sejumlah

    ibu balita sesuai dengan rumus proporsional sampel, sehingga jumlah

    keseluruhan sampel sebanyak 85 responden yang mewakili tiap-tiap

    posyandu.

    C. Kriteria sampel

    Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

    populasi target yang akan diteliti (Nursalam, 2003 : 96).

    Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

    1. Ibu dan balitanya yang tinggal di Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander

    Kabupaten Bojonegoro tahun 2009.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    29/64

    29

    29

    2. Ibu yang mempunyai balita di Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander

    yang bisa membaca dan menulis.

    3. Ibu yang mempunyai balita di Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander

    yang bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed

    consent .

    D. Variabel Penelitian

    Variabel penelitian adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan

    nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia) (Nursalam, 2003 : 101).

    Pada penelitian ini ada 2 variabel, yaitu :

    1. Variabel independen (bebas)Adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain. variabel ini

    diamati dan diukur untuk diketahui hubungan atau pengaruhnya terhadap

    variabel lain (Nursalam, 2003 : 102). Pada penelitian ini variabel

    independennya adalah sosial ekonomi keluarga.

    2. Variabel dependen (tergantung)Adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel

    lain. Variabel ini muncul sebagai akibat dari variabel Independen

    (Nursalam, 2003 : 102). Pada penelitian ini variabel dependennya adalah

    status gizi balita.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    30/64

    30

    30

    E. Definisi Operasional

    Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

    diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2008 : 101).

    TABEL 2

    DEFINISI OPERASIONAL HUBUNGAN ANTARA SOSIALEKONOMI KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI

    DESA NGUMPAKDALEM KECAMATAN DANDERKABUPATEN BOJONEGORO

    VariabelDefinisi

    operasionalParameter Alat ukur Skala Kode

    Variabelindependent :Sosial ekonomikeluarga

    Suatu keadaanyang dimiliki olehsebuah keluargayang dapat dinilaidari pendapatankeluarga,pendidikan danpekerjaan ibu

    1. Pendapatankeluarga yaitubesarnyapenghasilan yangdinilai denganuang yangdiperoleh keluargadalam 1 bulandengan kriteria :a. Pendapatan

    rendah : dibawah Rp.625.000,

    b. Pendapatansedang :Rp. 625.000sampaiRp. 1.105.000

    c. Pendapatantinggi : diatasRp. 1.105.000

    2. Pendidikan ibuyaitu jenjangpendidikan formalyang telahditempuh ibu :a. Tidak tamat

    SD.b. SD/sederajat.c. SMP/sederajatd. SMA/sederajat

    Kuesioner

    Kuesioner

    Ordinal

    Ordinal

    PendapatankeluargaKode :- Pendapatan

    rendah : 0- Pendapatan

    sedang : 1- Pendapatan

    tinggi : 2

    Pendidikan ibu :

    - Tidak tamatSD : 0

    - SD : 1- SMP : 2- SMA : 3- Perguruan

    Tinggi : 4

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    31/64

    31

    31

    VariabelDefinisi

    operasionalParameter Alat ukur Skala Kode

    e. Perguruantinggi.

    3. Pekerjaan ibuyaitu kegiatanyang dilakukanuntuk mendapatkanpenghasilan :a. Bekerja (PNS/

    ABRI/swasta,buruh/pegawaitidak tetap).

    b. Tidak

    bekerja/iburumah tangga

    Kuesioner Nominal Bekerja : 0

    Tidak bekerja : 1

    Variabeldependent :Status gizibalita

    Keadaaan gizibalita (0-60 bulan)yang didapatkandari perbandinganBB/U.

    Tabel rujukan WHO-NCHS, dengan melihatZ-Score (standarBB/U)1. Gizi lebih :

    > +2 SD.2. Gizi baik : ≥ -2 SD

    sampai +2 SD

    3. Gizi kurang< -2 SD sampai ≥ -3 SD.

    4. Gizi buruk :< -3 SD.

    Dacin, KMSanak/buku

    KIA/registerkohort bayidan tabelrujukan

    WHO-NCHS(standar

    BB/U)

    Ordinal Gizi buruk : 0Gizi kurang : 1Gizi baik : 2Gizi lebih : 3

    F. Lokasi dan Waktu Penelitian

    1. Lokasi Penelitian

    Peneliti melakukan penelitian di Desa Ngumpakdalem Kecamatan

    Dander Kabupaten Bojonegoro.

    2. Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan tanggal 6 Juli sampai 15 Juli 2009.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    32/64

    32

    32

    G. Prosedur Pengumpulan Data

    Pengumpulan data adalah suatu pendekatan kepada subjek dan proses

    pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian(Nursalam, 2003 : 115).

    Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut : setelah

    peneliti mendapatkan rekomendasi dari institusi tertanggal 23 Juni 2009 dan

    surat pengantar dari Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan

    Masyarakat (BAKESBANGPOL DAN LINMAS), kemudian peneliti meminta

    ijin kepada Kepala Puskesmas Ngumpakdalem, Kepala Desa Ngumpakdalem

    dan bidan Desa Ngumpakdalem untuk melakukan penelitian. Selanjutnya

    peneliti bekerjasama dengan Bidan Desa Ngumpakdalem untuk mendapatkan

    data jumlah balita yang ada di Desa Ngumpakdalem pada tahun 2009. Setelah

    itu, peneliti memilih responden secara acak dari data populasi balita secara

    proporsional perposyandu. Didapatkan jumlah balita hasil pemilihan sebanyak

    85 balita. Kemudian peneliti bekerjasama dengan bidan dan kader kesehatan

    untuk melakukan pengambilan data terhadap responden yang terpilih dengan

    cara mengikuti posyandu pada tanggal 06 Juli sampai 15 Juli 2009 mulai

    pukul 09.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB. Sebelumnya peneliti

    menjelaskan tentang tujuan dan manfaat penelitian, untuk mendapatkan

    persetujuan menjadi responden penelitian dengan menggunakan lembar

    persetujuan ( informed consent ). Setelah itu peneliti memberikan lembar

    kuesioner kepada responden dan menjelaskan cara pengisian. Kuesioner

    dikumpulkan setelah responden menjawab semua pertanyaaan yang telah

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    33/64

    33

    33

    dijawab sesuai dengan keadaannya dengan memberikan tanda check (√) pada

    jawaban yang telah disediakan.

    Setelah itu dilanjutkan dengan menimbang berat badan balita

    menggunakan dacin dan melihat umur balita pada KMS anak. Setelah

    berat badan dan umur diketahui kemudian dibandingkan dengan tabel baku

    rujukan WHO-NCHS menurut BB/U (Berat Badan/Umur) dengan melihat

    nilai Z-skore.

    H. Alat Atau Instrumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini

    adalah :

    1. Kuesioner

    Dalam penelitian ini kuesioner berbentuk pertanyaan terbuka dan

    tertutup. Pengambilan data umum menggunakan pertanyaan terbuka ( open

    ended question ) yang terdiri dari 4 pertanyaan. Pengambilan data khusus

    menggunakan pertanyaan tertutup ( closed ended question) yang terdiri dari

    3 pertanyaan.

    2. Dacin

    Timbangan berat badan yang digunakan untuk mengetahui berat

    badan balita yang ada di posyandu Desa Ngumpakdalem Kecamatan

    Dander Kabupaten Bojonegoro.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    34/64

    34

    34

    3. KMS anak/buku KIA/Register Kohort bayi

    KMS anak digunakan untuk mencatat dan memantau pertumbuhan

    serta indikator perkembangan dari 85 balita. KMS anak/buku

    KIA/Register Kohort bayi digunakan untuk mengetahui umur balita.

    4. Baku rujukan WHO-NCHS

    Digunakan untuk membandingkan berat badan balita menurut umur

    sehingga dapat diketahui status gizi balita :

    a. Gizi lebih, bila Z-score > + 2 SD.

    b. Gizi baik, bila Z-score ≥ - 2 SD sampai + 2 SD.

    c. Gizi kurang, bila Z-score < -2 SD sampai ≥ -3 SD.

    d. Gizi buruk, bila Z-score < - 3 SD.

    Keterangan :

    SD : Standar deviasi.

    I. Analisa Data

    Data yang terkumpul dari kuesioner yang telah diisi kemudian diolah

    dengan tahap berikut :

    1. Editing /pemeriksaan data

    Pada penelitian ini pemeriksaan data ( editing ) dilakukan dengan

    mengumpulkan semua kuesioner yang telah diisi oleh responden, jika ada

    pertanyaan dalam kuesioner belum diisi maka dikembalikan pada

    responden untuk dilengkapi, kemudian dilakukan koreksi terhadap

    kuesioner tersebut.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    35/64

    35

    35

    2. Coding /pemberian kode

    Untuk mempermudah pengolahan, variabel penelitian diberi kode,

    dilakukan sebelum pengumpulan data dilaksanakan.

    a. Pada variabel independen (bebas)

    1) Pendapatan keluarga

    Pendapatan rendah : 0

    Pendapatan sedang : 1

    Pendapatan tinggi : 2

    2) Pendidikan ibu

    Tidak tamat SD : 0

    SD/sederajat : 1

    SMP/sederajat : 2

    SMA/sederajat : 3

    Perguruan tinggi : 4

    3) Pekerjaan ibu

    Bekerja : 0

    Tidak bekerja/ibu rumah tangga : 1

    b. Pada variabel dependen (tergantung)

    Gizi buruk: 0

    Gizi kurang : 1

    Gizi baik : 2

    Gizi lebih : 3

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    36/64

    36

    36

    3. Tabulating /penyusunan data

    Setelah data dikumpulkan, kemudian dilakukan proses editing dan

    coding . Selanjutnya, untuk menganalisa data dilakukan secara

    komputerisasi dengan program SPSS for windows kemudian untuk

    mengetahui hubungan antar variabel, dimana salah satu skalanya adalah

    ordinal maka digunakan uji statistik spearman rho .

    Untuk mengetahui hubungan antar variabel maka dilihat nilai

    koefisien korelasi (r) dengan interpretasi tabel sebagai berikut :

    TABEL 3

    INTERPRETASI NILAI r

    Besarnya nilai r Interpretasi

    Antara 0,80 sampai dengan 1,000

    Antara 0,60 sampai dengan 0,799

    Antara 0,40 sampai dengan 0,599

    Antara 0,20 sampai dengan 0,399

    Antara 0,00 sampai dengan 0,199

    Tinggi

    Cukup

    Sedang

    Rendah

    Sangat rendah (tidak berkorelasi)

    (Sugiyono, 2007 : 231)

    J. Etika Penelitian

    Secara umum pinsip etika dalam penelitian atau pengumpulan data

    menurut Nursalam (2008 : 114) dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :

    1. Prinsip manfaat

    a. Bebas dari penderitaan

    Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

    kepada subyek.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    37/64

    37

    37

    b. Bebas dari eksploitasi

    Subyek harus diyakinkan bahwa partisipasinya tidak akan

    dipergunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan subyek dalam bentuk

    apapun.

    c. Resiko

    Peneliti harus secara hati-hati mempertimbangkan resiko dan

    keuntungan yang akan berakibat kepada subyek pada setiap tindakan.

    2. Prinsip menghargai hak-hak subyek a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden

    Subyek mempunyai hak memutuskan apakah bersedia menjadi

    subyek ataupun tidak, tanpa adanya sanksi.

    b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan.

    Seorang peneliti harus memberikan penjelasan kepada responden

    secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada

    subyek.

    c. Informed consent

    Subyek harus mendapat informasi secara lengkap tentang tujuan

    penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk

    berpartisipasi atau menolak sebagai responden.

    3. Prinsip keadilan

    a. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil

    Subyek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan

    sesudah keikutsertaan dalam penelitian. Tanpa diskriminasi apabila

    ternyata mereka tidak bersedia menjadi responden.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    38/64

    38

    38

    b. Hak dijaga kerahasiaannya

    Subyek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang

    diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya anonymity (tanpa

    nama) dan confidentialit y (rahasia).

    K. Jadwal Kegiatan Penelitian

    TABEL 4

    TABEL GANT’S CHART

    Nopember Desember Januari FebruariNo. Jenis KegiatanI II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

    1 Pengajuan judul

    2 Penyusunan proposal

    3 Ujian Proposal

    4 Pengambilan Data / Penyusunan KTI

    5 Penyusunan KTI

    6 Ujian Sidang

    7 Perbaikan

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    39/64

    39

    39

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini peneliti akan menguraikan hasil dan pembahasan penelitian

    yang telah dilaksanakan pada 6-15 Juli 2009 di Desa Ngumpakdalem Kecamatan

    Dander Kabupaten Bojonegoro. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel

    distribusi frekuensi serta keterangan singkat dibawahnya untuk mempermudah

    pemahaman isi dari penelitian ini.

    Pada penyajian data dimulai dari diskripsi daerah penelitian, dan hasilpenelitian yang disajikan dalam dua bentuk yaitu data umum dan data khusus.

    Data umum yang disajikan tentang karakteristik responden yang terdiri dari umur

    ibu, umur balita dan jenis kelamin balita. Sedangkan data khusus mengenai sosial

    ekonomi keluarga responden (pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pekerjaan

    ibu) dan status gizi balita serta hubungan antara sosial ekonomi keluarga dengan

    status gizi balita.

    A. Hasil Penelitian

    1. Gambaran umum desa

    a. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander

    Kabupaten Bojonegoro dengan luas wilayah 1.131.767,35 m 2, yang

    terdiri dari 5 dusun, 9 Rukun Warga dan 49 Rukun tetangga. Adapun

    batas wilayah Desa Ngumpakdalem :

    1) Sebelah utara : Desa Sumber Tlaseh

    2) Sebelah selatan : Desa Sumodikaran, Desa Sumberagung,

    Desa Mojoranu

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    40/64

    40

    40

    3) Sebelah barat : Desa Leran

    4) Sebelah timur : Desa Kapas, Desa Bangilan, Desa Sembung,

    Desa Mojoranu.

    b. Data demografi

    Jumlah penduduk di Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander

    Kabupaten Bojonegoro adalah 9.668 jiwa dengan jumlah kepala

    keluarga (KK) sebanyak 2.680 KK. Sedangkan jumlah penduduk laki-

    laki 4.746 jiwa dan penduduk perempuan 4.922 jiwa.

    c. Sarana pendidikan1) Taman kanak-kanak : 2 unit

    2) SD/MI : 7 unit

    3) SMP : 2 unit

    4) SMA : 1 unit

    d. Fasilitas pelayanan kesehatan

    1) Puskesmas : 1 unit

    2) Polindes : 1 unit

    3) Posyandu : 9 unit

    e. Tenaga kesehatan

    1) Bidan Desa : 1 orang

    2) Kader kesehatan : 45 orang

    f. Mata pencaharian

    1) Petani : 6.364 orang

    2) Buruh tani : 318 orang

    3) Tukang : 48 orang

    4) Dagang : 41 orang

    5) Swasta : 238 orang

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    41/64

    41

    41

    6) TNI / Polri : 6 orang

    7) PNS : 273 orang

    8) Karyawan swasta : 54 orang

    9) Lain-lain : 73 orang

    g. Tempat peribadatan

    1) Masjid : 6 unit

    2) Musholla : 48 unit

    2. Data umum

    Data umum dalam penelitian ini adalah karakteristik responden

    meliputi umur ibu, umur balita dan jenis kelamin balita.

    a. Karakteristik responden berdasarkan umur ibu

    Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 85 orang ibu yang

    mempunyai balita dengan mean 28,95, median 29,00, modus 30. Umur

    termuda 18 tahun, umur tertua 46 tahun (lampiran 13), dengan melihat

    kecenderungan sentral persentil 50 dari hasil perhitungan SPSS maka

    peneliti membagi umur menjadi 2 interval yaitu umur ibu ≤ 29 tahun

    dan > 29 tahun. Distribusi responden berdasarkan umur ibu disajikan

    dalam bentuk tabel berikut ini :

    TABEL 5

    DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN UMUR IBU DI

    DESA NGUMPAKDALEM KECAMATAN DANDERKABUPATEN BOJONEGORO BULAN JULI 2009

    No. Umur ibu f %1.2.

    ≤ 29 tahun> 29 tahun

    4342

    50,649,4

    Jumlah 85 100Sumber : Data primer penelitian bulan Juli 2009

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    42/64

    42

    42

    Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa lebih dari

    sebagian responden berumur ≤ 29 tahun sebanyak 43 orang (50,6%).

    b. Karakteristik responden berdasarkan umur balita

    Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 85 balita dengan

    mean 24,09, median 22,00, modus 9 dan 18. Umur termuda 2 bulan

    dan umur tertua 57 bulan (lampiran 14). Dengan melihat

    kecenderungan sentral persentil 50 dari hasil perhitungan SPSS maka

    peneliti membagi umur menjadi dua interval yaitu umur balita ≤ 22

    bulan dan > 22 bulan. Distribusi responden berdasarkan umur balita

    disajikan dalam bentuk tabel berikut ini :

    TABEL 6

    DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN UMUR BALITADI DESA NGUMPAKDALEM KECAMATAN DANDER

    KABUPATEN BOJONEGORO BULAN JULI 2009

    No. Umur balita f %1.2.

    ≤ 22 bulan> 22 bulan

    4441

    51,849,2

    Jumlah 85 100Sumber : Data primer penelitian bulan Juli 2009

    Berdasarkan tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa lebih dari

    sebagian responden berumur ≤ 22 bulan sebanyak 44 balita (51,8%).

    c. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin balita

    Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 85 balita.

    Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin balita disajikan dalam

    bentuk tabel 7 di halaman berikutnya :

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    43/64

    43

    43

    TABEL 7

    DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMINBALITA DI DESA NGUMPAKDALEM KECAMATAN DANDER

    KABUPATEN BOJONEGORO BULAN JULI 2009

    No. Jenis kelamin balita f %1.2.

    Laki-lakiPerempuan

    3946

    45,954,1

    Jumlah 85 100Sumber : Data primer penelitian bulan Juli 2009

    Berdasarkan tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa dari 85 balita,

    lebih dari sebagian berjenis kelamin perempuan sebanyak 46 balita

    (54,1%).

    3. Data Khusus

    Data khusus dalam penelitian ini adalah sosial ekonomi keluarga

    (pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pekerjaan ibu) dan status gizi balita.

    a. Pendapatan keluarga

    Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 85 keluarga

    responden. Distribusi responden berdasarkan pendapatan keluarga

    disajikan dalam bentuk tabel berikut ini :

    TABEL 8

    DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN PENDAPATANKELUARGA DI DESA NGUMPAKDALEM KECAMATAN

    DANDER KABUPATEN BOJONEGORO

    BULAN JULI 2009

    No. Pendapatan keluarga f %1.2.3.

    Pendapatan tinggiPendapatan sedangPendapatan rendah

    92848

    10,632,956,5

    Jumlah 85 100Sumber : Data primer penelitian bulan Juli 2009

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    44/64

    44

    44

    Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa lebih dari sebagian

    keluarga responden berpendapatan rendah yaitu sebanyak 48 keluarga

    (56,5%), sedangkan keluarga responden yang berpendapatan tinggi

    sebanyak 9 responden (10,6%).

    b. Pendidikan ibu

    Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 85 ibu. Distribusi

    responden berdasarkan pendidikan ibu disajikan dalam bentuk tabel

    berikut ini :

    TABEL 9

    DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN PENDIDIKANIBU DI DESA NGUMPAKDALEM KECAMATAN DANDER

    KABUPATEN BOJONEGORO BULAN JULI 2009

    No. Pendidikan ibu f %1.2.3.

    4.5.

    Tidak tamat SDSD/sederajatSMP/sederajat

    SMA/sederajatAkademi/Perguruan Tinggi

    41838

    196

    4,721,244,7

    22,47,1Jumlah 85 100

    Sumber : Data primer penelitian bulan Juli 2009

    Berdasarkan tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa responden

    yang berpendidikan SMP/sederajat sebanyak 38 responden (44,7%),

    sedangkan responden yang tidak tamat SD/sederajat sebanyak

    4 responden (4,7%).

    c. Pekerjaan ibu

    Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 85 ibu. Distribusi

    responden berdasarkan pekerjaan ibu disajikan dalam bentuk tabel 10

    di halaman berikutnya :

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    45/64

    45

    45

    TABEL 10

    DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN PEKERJAANIBU DI DESA NGUMPAKDALEM KECAMATAN DANDER

    KABUPATEN BOJONEGORO BULAN JULI 2009

    No. Pekerjaan ibu f %1.2.

    BekerjaTidak bekerja

    3055

    35,364,7

    Jumlah 85 100Sumber : Data primer penelitian bulan Juli 2009

    Berdasarkan tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa lebih dari

    sebagian responden tidak bekerja sebanyak 55 orang (64,7%).

    d. Status gizi balita

    Status gizi pada balita yang didapat dari 85 responden. Distribusi

    responden berdasarkan status gizi balita disajikan dalam bentuk tabel

    berikut ini :

    TABEL 11

    DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN STATUS GIZI

    BALITA DI DESA NGUMPAKDALEM KECAMATANDANDER KABUPATEN BOJONEGORO

    BULAN JULI 2009

    No. Status gizi balita f %1.2.3.4.

    Gizi buruk Gizi kurangGizi baik Gizi lebih

    329521

    3,534,161,21,2

    Jumlah 85 100Sumber : Data primer penelitian bulan Juli 2009

    Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa lebih dari sebagian

    balita mempunyai status gizi baik yaitu sebanyak 52 balita (61,2%),

    sedangkan balita yang mempunyai status gizi buruk sebanyak 3 balita

    (3,5%).

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    46/64

    46

    46

    e. Tabulasi silang pendapatan keluarga dengan status gizi balita

    Tabulasi silang antara pendapatan keluarga dengan status gizi

    balita disajikan dalam tabel berikut ini :TABEL 12TABULASI SILANG PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUSGIZI BALITA DI DESA NGUMPAKDALEM KECAMATAN DANDER

    KABUPATEN BOJONEGORO BULAN JULI 2009

    Status gizi balitaGizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi lebihNo

    Pendapatankeluarga

    f % f % f % f %f %

    1.2.3.

    RendahSedangTinggi

    300

    6,300

    2810

    58,33,60

    17269

    35,492,9100

    010

    03,60

    48289

    100100100

    Jumlah 3 3,5 29 34,1 52 61,2 1 1,2 85 100Sumber : Data primer penelitian bulan Juli 2009

    Berdasarkan tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa dari

    48 responden yang mempunyai pendapatan keluarga rendah sebanyak

    28 responden (58,3%) mempunyai balita dengan status gizi kurang.

    Sedangkan dari 9 responden yang mempunyai pendapatan keluarga

    tinggi sebanyak 9 responden (100%) mempunyai balita dengan status

    gizi baik.

    Dengan menggunakan analisa korelasi dari uji statistik

    spearman rho dangan taraf signifikan 1%, ditemukan ρ = 0,000

    (ρ < 0,01) (lampiran 16) jadi H 0 ditolak. Ini menunjukkan bahwa ada

    hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita di DesaNgumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tahun

    2009. Sedangkan nilai koefisien korelasi positif 0,616 menunjukkan

    adanya keeratan hubungan yang sejajar dan searah dengan interpretasi

    hasil hubungan cukup.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    47/64

    47

    47

    f. Tabulasi silang pendidikan ibu dengan status gizi balita

    TABEL 13

    TABULASI SILANG PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZIBALITA DI DESA NGUMPAKDALEM KECAMATAN DANDER

    KABUPATEN BOJONEGORO BULAN JULI 2009

    Status gizi balitaGizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi lebihNo Pendidikan ibu

    f % f % f % f %f %

    1.2.3.4.

    5.

    A. Tid

    ak

    tam

    at

    SD

    SD/sederajatSMP/sederajatSMA/sederajatPerguruan Tinggi

    0210

    0

    011,12,60

    0

    46

    163

    0

    10033,342,115,8

    0

    0102116

    5

    056,655,384,2

    83,3

    0000

    1

    0000

    16,7

    4183819

    6

    100100100100

    100

    Jumlah 3 3,5 29 34,1 52 61,2 1 1,2 85 100

    Sumber : Data primer penelitian bulan Juli 2009

    Berdasarkan tabel 13 diatas dapat diketahui bahwa dari

    4 responden yang tidak tamat SD semua balitanya (100%) mempunyai

    status gizi kurang. Dari 38 responden yang berpendidikan SMP

    sebanyak 16 responden (42,1%) mempunyai balita dengan status gizi

    kurang dan sebanyak 1 responden (2,6%) mempunyai balita dengan

    status gizi buruk. Sedangkan dari 6 responden yang tamat perguruan

    tinggi terdapat 5 responden (83,3%) mempunyai balita dengan status

    gizi baik.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    48/64

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    49/64

    49

    49

    (ρ < 0,01) (lampiran 18) jadi H 0 ditolak. Ini menunjukkan bahwa ada

    hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi balita di Desa

    Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tahun

    2009. Sedangkan nilai koefisien korelasi positif 0,345 menunjukkan

    adanya keeratan hubungan yang sejajar dan searah dengan interpretasi

    hasil hubungan rendah.

    B. Pembahasan

    Pada bagian ini peneliti akan membahas tentang sosial ekonomi keluarga

    yang meliputi pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pekerjaan ibu serta

    membahas status gizi balita dan hubungan sosial ekonomi keluarga

    (pendapatan keluarga, pendidikan ibu dan pekerjaan ibu) dengan status gizi

    balita di Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro

    tahun 2009.

    1. Sosial Ekonomi keluarga

    a. Pendapatan keluarga

    Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 dapat dilihat bahwa

    lebih dari sebagian responden mempunyai pendapatan keluarga yang

    rendah yaitu sebanyak 48 orang (56,5%).

    Menurut Emil Salim (Hartomo, 2004 : 314) bahwa kemiskinan

    adalah merupakan suatu keadaan yang dilukiskan sebagai kurangnya

    pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok

    seperti pangan, pakaian, tempat berteduh dan lain-lain. Salah satu

    akibat dari kurangnya kesempatan kerja adalah rendahnya pendapatan

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    50/64

    50

    50

    masyarakat. Kurangnya kesempatan kerja yang tersedia tidak lepas

    dari struktur perekonomian Indonesia yang sebagian besar masih

    tergantung pada sektor pertanian termasuk masyarakat pedesaan dan

    sebagian besar hidup dari hasil pertaniaan (agraris) dan pekerjaan-

    pekerjaan yang bukan agraris hanya bersifat sambilan sebagai pengisi

    waktu luang (Ahmadi Abu, 1997 : 259).

    Dari analisa data yang diperoleh di Desa Ngumpakdalem

    Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro bahwa lebih dari sebagian

    responden mempunyai pendapatan keluarga rendah yaitu

    < Rp.625.000,- per bulan. Hal ini disebabkan karena kurangnya

    kesempatan kerja yang diperoleh masyarakat Desa Ngumpakdalem

    karena keterbatasan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki, selain

    itu sebagian besar masyarakat masih menggantungkan hidup pada

    sektor pertanian sehingga mayoritas mata pencaharian penduduk

    setempat adalah petani dan buruh tani dimana pendapatan yang

    diperoleh tidak tetap dan relatif kurang sehingga tidak dapat memenuhi

    kebutuhan pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh dan lain-

    lain. Hal tersebut menyebabkan rendahnya usaha dalam mempertinggi

    pendapatan keluarga mereka.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    51/64

    51

    51

    b. Pendidikan ibu

    Berdasarkan tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa responden

    yang berpendidikan SD/sederajat 18 (21,2%) dan yang berpendidikan

    SMP/sederajat sebanyak 38 responden (44,7%).

    Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya

    hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

    kualitas hidup. Menurut Y.B Mantra yang dikutip oleh Notoatmodjo

    (1985) pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

    perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi

    untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan

    (Nursalam dan S Pariani, 2001 : 33).

    Dari analisa data yang diperoleh di Desa Ngumpakdalem bahwa

    para ibu balita umumnya mempunyai tingkat pendidikan SD dan SMP

    atau sederajat sehingga kemampuan menerima informasi masih

    terbatas. Keterbatasan menerima informasi ini akan mempengaruhi

    pengetahuan responden khususnya pengetahuan tentang kesehatan. Hal

    ini dapat berpengaruh pada pemilihan makanan bagi keluarga termasuk

    bagi balitanya.

    c. Pekerjaan ibu

    Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 10 dapat dilihat bahwa

    responden yang tidak bekerja sebanyak 55 orang (64,7%).

    Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

    merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    52/64

    52

    52

    banyak tantangan. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh

    terhadap kehidupan keluarga (Nursalam dan Siti P, 2001 : 133).

    Keterbatasan ketrampilan yang dimiliki menyebabkan

    keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja

    (Ahmadi Abu, 1997 : 344). Pada umumnya wanita bekerja bukan

    karena terutama mencintai pekerjaan mereka, tetapi untuk membantu

    keuangan keluarga (Khairuddin, 2002 : 151).

    Dari analisa data yang diperoleh di Desa Ngumpakdalem

    Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro bahwa para ibu balita pada

    umumnya tidak bekerja. Sehingga ibu tidak bisa membantu ekonomi

    dasar keluarga untuk memenuhi kebutuhan pokok khususnya

    kebutuhan pangan.

    2. Status gizi balita

    Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 11 dapat dilihat bahwa lebih

    dari sebagian balita mempunyai status gizi baik yaitu sebanyak 52

    responden (61,2%), sedangkan balita yang mempunyai status gizi kurang

    sebanyak 29 responden (34,1%).

    Berdasarkan register pencatatan operasional timbang Desa

    Ngumpakdalem tahun 2008 dari 323 balita yang ditimbang didapatkan

    balita dengan gizi buruk 12 (3,72%) dan balita dengan gizi kurang 68

    (21,05%). Menurut Almatsier S (2001 : 301) terdapat berbagai faktor yang

    mempengaruhi status gizi pada balita antara lain kurangnya persediaan

    pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan. Adapun faktor lain yang

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    53/64

    53

    53

    mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi dan budaya keluarga seperti

    pola asuh keluarga (Depkes RI, 2002 : 2).

    Lebih dari sebagian balita di Desa Ngumpakdalem Kecamatan

    Dander Kabupaten Bojonegoro mempunyai status gizi baik. Namun

    prevalensi balita yang mempunyai status gizi kurang di Desa

    Ngumpakdalem masih melebihi prevalensi menurut register pencatatan

    operasional timbang Desa Ngumpakdalem tahun 2008. Hal ini dapat

    disebabkan oleh beberapa faktor yang salah satu diantaranya adalah

    keadaan sosial ekonomi.

    3. Hubungan pendapatan keluarga dengan status gizi balita

    Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa dari 48 responden yang

    mempunyai pendapatan keluarga rendah sebanyak 28 responden (58,3%)

    balitanya mempunyai status gizi kurang. Sedangkan dari 9 responden yang

    mempunyai pendapatan keluarga tinggi sebanyak 9 responden (100%)

    balitanya mempunyai status gizi baik.

    Dengan menggunakan analisa korelasi dari uji statistik spearman rho

    dangan taraf signifikan 1%, menunjukkan bahwa ada hubungan antara

    pendapatan keluarga dengan status gizi balita di Desa Ngumpakdalem

    Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tahun 2009. Sedangkan nilai

    koefisien korelasi positif 0,616 menunjukkan adanya keeratan hubungan

    yang sejajar dan searah dengan interpretasi hasil hubungan cukup.

    Menurut Berg (FKM UI, 2007 : 176) bahwa pendapatan merupakan

    faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    54/64

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    55/64

    55

    55

    perguruan tinggi sebanyak 5 responden (83,3%) balitanya mempunyai

    status gizi baik.

    Dengan menggunakan analisa korelasi dari uji statistik spearman rho

    dangan taraf signifikan 1%, menunjukkan bahwa ada hubungan antara

    pendidikan ibu dengan status gizi balita di Desa Ngumpakdalem

    Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tahun 2009. Sedangkan nilai

    koefisien korelasi positif 0,385 menunjukkan adanya keeratan hubungan

    yang sejajar dan searah dengan interpretasi hasil hubungan rendah.

    Tingkat pendidikan khususnya tingkat pendidikan ibu mempengaruhi

    derajat kesehatan karena unsur pendidikan ibu dapat berpengaruh pada

    kualitas pengasuhan anak (Depkes RI, 2004 : 27). Banyaknya anak balita

    yang kurang gizi dan gizi buruk disebabkan ketidaktahuan orang tua akan

    pentingnya gizi seimbang bagi anak balita yang pada umumnya akibat

    pendidikan orang tua yang rendah serta faktor kemiskinan

    (http://www.kompas.com). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan

    memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan

    mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari.

    Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima

    informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

    Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan

    sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan

    (Kuncoroningrat, 1997).

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    56/64

    56

    56

    Pernyataan di atas sesuai dengan hasil penelitian di Desa

    Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dimana lebih

    dari sebagian balita yang mempunyai status gizi kurang didapatkan dari

    ibu yang mempunyai pendidikan rendah. Hal ini disebabkan karena ibu

    yang mempunyai pendidikan rendah cenderung memiliki pengetahuan

    yang kurang terhadap pentingnya gizi seimbang bagi balita. Selain itu

    kemampuan untuk menerima informasi baru termasuk informasi tentang

    kesehatan menjadi terhambat dibandingkan ibu yang mempunyai tingkat

    pendidikan tinggi. Namun, ibu yang mempunyai tingkat pendidikan

    rendah belum tentu mempunyai balita dengan status gizi yang kurang atau

    buruk. Karena pengetahuan tentang gizi tidak hanya dapat diperoleh dari

    pendidikan formal akan tetapi bisa diperoleh melalui pengalaman, media

    massa ataupun penyuluhan.

    5.

    Hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi balita

    Berdasarkan tabel 14 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 30

    responden yang bekerja sebanyak 18 responden (60,1%) balitanya

    mempunyai status gizi kurang. Sedangkan dari 55 responden yang tidak

    bekerja sebanyak 42 responden (76,4%) balitanya berstatus gizi baik.

    Dengan menggunakan analisa korelasi dari uji statistik spearman rho

    dangan taraf signifikan 1%, menunjukkan bahwa ada hubungan antara

    pekerjaan ibu dengan status gizi balita di Desa Ngumpakdalem Kecamatan

    Dander Kabupaten Bojonegoro tahun 2009. Sedangkan nilai koefisien

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    57/64

    57

    57

    korelasi positif 0,345 menunjukkan adanya keeratan hubungan yang

    sejajar dan searah dengan interpretasi hasil hubungan rendah.

    Menurut Markum (Nursalam DAN Siti Pariani, 2001 : 133) bahwa

    bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Batasan bagi

    ibu yang bekerja adalah ibu-ibu yang melakukan aktivitas ekonomi

    mencari penghasilan baik disektor formal maupun informal. Tentunya

    aktivitas ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap waktu yang dimiliki

    ibu untuk memberikan pelayanan atau kasih sayang terhadap anaknya.

    Pernyataan di atas sesuai dengan penelitian di Desa Ngumpakdalem

    Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro bahwa sebagian besar balita

    yang mempunyai status gizi kurang didapatkan dari ibu yang bekerja. Hal

    ini disebabkan karena ibu yang bekerja tidak mempunyai cukup waktu

    untuk memperhatikan kebutuhan anaknya termasuk kebutuhan tentang

    gizi. Ibu yang bekerja cenderung akan menitipkan anaknya untuk diasuh

    orang lain (nenek atau kerabat) sehingga anak kurang mendapatkan

    perhatian dan kasih sayang seperti jika diasuh oleh ibunya sendiri. Dimana

    ibu lebih mengetahui kebutuhan anaknya, selain itu ibu yang tidak bekerja

    bisa memberikan kasih sayang dan perhatian yang lebih baik dibandingkan

    jika anak diasuh oleh orang lain.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    58/64

    58

    58

    BAB V

    PENUTUP

    Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dari hasil penelitian secara

    sistematis yang berkaitan dengan upaya menjawab tujuan penelitian serta

    dikemukakan saran-saran yang berkaitan dengan hasil penelitian yang telah

    dilakukan di Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro

    tahun 2009.

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan analisa data dan pembahasan maka dapat disimpulkan

    dengan uji korelasi spearman rho bahwa ada hubungan sosial ekonomi

    keluarga dengan status gizi balita. Adapun kesimpulan tersebut dapat

    diuraikan sebagai berikut :

    1.

    Dari hasil identifikasi sosial ekonomi keluarga :

    a. Lebih dari sebagian responden memiliki pendapatan keluarga yang

    masih rendah yaitu sebanyak 48 responden (56,5%).

    b. Lebih dari sebagian responden mempunyai tingkat pendidikan dasar

    yaitu SD atau sederajat sebanyak 18 responden (21,2%) dan SMP atau

    sederajat sebanyak 38 responden (44,7%).

    c. Lebih dari sebagian responden tidak bekerja yaitu sebanyak 55

    responden (64,7%).

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    59/64

    59

    59

    2. Lebih dari sebagian balita di Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander

    Kabupaten Bojonegoro mempunyai status gizi baik yaitu sebanyak 52

    balita (61,2%).

    3. Daril hasil uji korelasi spearman rho dapat dinyatakan bahwa ada

    hubungan antara sosial ekonomi keluarga dengan status gizi balita.

    Hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita didapatkan

    ρ = 0,000 dan nilai koefisien korelasi positif 0,616 menunjukkan

    interpretasi hasil hubungan cukup. Hubungan antara pendidikan ibu

    dengan status gizi balita didapatkan ρ = 0,000 dan nilai koefisien korelasi

    positif 0,385 menunjukkan interpretasi hasil hubungan rendah. Dan

    hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi balita didapatkan

    ρ = 0,001 dan nilai koefisien korelasi positif 0,345 menunjukkan

    interpretasi hasil hubungan rendah.

    B. Saran-saran

    1. Bagi responden

    Diharapkan orang tua yang mempunyai balita agar memberikan

    makanan yang bergizi bagi anaknya. Makanan yang bergizi tidak harus

    diperoleh dari makanan yang mahal. Oleh karena itu untuk orang tua yang

    mempunyai pendapatan keluarga rendah diharapkan dapat memanfaatkan

    hasil pekarangan dan peternakan sehingga anaknya bisa mempunyai status

    gizi yang baik. Selain itu orang tua harus rajin mencari informasi dengan

    mengikuti penyuluhan-penyuluhan tentang masalah gizi balita.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    60/64

    60

    60

    2. Bagi tenaga kesehatan

    Tenaga kesehatan terutama bidan desa setempat diharapkan lebih

    sering melakukan penyuluhan tentang gizi seimbang pada balita dan

    memberikan contoh menu seimbang dari bahan makanan yang murah, tapi

    mengandung gizi yang cukup serta dapat menambah pengetahuan dan

    keterampilan sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal untuk

    masyarakat. Selain itu tenaga kesehatan harus rajin melakukan

    pemantauan gizi balita melalui posyandu setiap bulan sehingga dapat

    mendeteksi secara dini bila terdapat masalah-masalah dalam pertumbuhan

    dan perkembangan balita.

    3. Bagi peneliti

    Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan harapan untuk

    mengkaji atau melihat faktor-faktor lain yang mempengaruhi status gizi

    balita.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    61/64

    61

    61

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmadi, A. 1997. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Rineka Cipta

    Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

    Anonim. 2008. Pala Asuh Orang Tua Pengaruhi Status Gizi.http://m.okezone.com. diakses 23 Mei 2009

    Anonim. 2009. Balita. http://id.wikipedia.org/wiki/balita/. diakses 5 Mei 2009 .

    Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta .Rineka Cipta

    Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.Jakarta : EGC

    Departemen Kesehatan RI. 2000. Pengelolaan Program Perbaikan GiziKabupaten/Kota. Jakarta : Depkes RI.

    Departemen . 2002. Program Gizi Makro. Jakarta : Depkes RI

    Departemen .. 2004. Analisis Situasi Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :Depkes RI

    Departemen gizi dan kesehatan masyarakat FKM UI. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

    Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2005. Pedoman Pemantauan Status Gizi Balita.Surabaya : Dinkes Jatim

    Effendi, N. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Jakarta :EGC

    Hidayat, Aziz A. 2007. metode penelitian kebidanan dan tehnik analisis data.

    Jakarta : Salemba Medika

    Mubarak, Iqbal Wahit. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta : CV. SagungSeto

    Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta : Papas SinarSinanti

    Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    62/64

    62

    62

    Notoatmodj . 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

    Notoatmodj . 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta

    Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak (Untuk Perawatan Dan Bidan). Jakarta : Salemba Medika

    Nursalami . 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian IlmunKeperawatan. Jakarta : Salemba Medika

    Nursalam dan Pariani, S. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta PT. Sagung Seto

    Paath, EF. 2004. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta :EGC

    Pius dan Dahlan. 2001. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya : Arkola

    Pratiknya, ahmad W. 2001. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran danKesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

    Pudjiadi, S, 2001. Imu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : Balai Penerbit FakultasKedokteran Indonesia

    Purnomo, Windu. 2007. Pengantar Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya.FKM Unair.

    Suhardjo. 2008. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Bumi Aksara

    Supariasa, IDN. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC

    Wijono, Djoko. 2006. Indikator Statistik Vital Kependudukan Dan Kesehatan.Surabaya : CV. Duta Prima Airlangga

    Yuliana. 2003. Kaitan Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan Dan StatusGizi. http://www.tomoutu.net.. Diakses Mei 2009

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    63/64

    63

    63

    LEMBAR KUESIONER

    HUBUNGAN ANTARA SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN

    STATUS GIZI BALITA DI DESA NGUMPAKDALEM KECAMATAN

    DANDER KABUPATEN BOJONEGORO

    No. Responden :

    Tanggal diisi : ……………………………………

    A. DATA UMUMPetunjuk pengisian :

    1. Isilah biodata di bawah ini dengan jujur sesuai dengan keadaan yang

    sebenarnya.

    2. Apabila kurang jelas tanya pada peneliti.

    Biodata Responden :

    1. Nama ibu (inisial) : ………………………………………….

    2. Umur ibu : ………………………………………….

    3. Nama balita (inisial) : ………………………………………….

    4. Tanggal lahir anak : ………………………………………….

    5. Jenis kelamin anak (L/P) : ………………………………………….

    B. DATA KHUSUS

    Petunjuk pengisian :

    1. Pilihlah jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda centang ( √) pada

    pilihan jawaban di bawah ini sesuai keadaan yang sebenarnya.

    2. Baca kembali setelah anda menjawab semua, agar tidak ada pertanyaan

    yang terlewatkan.

  • 8/19/2019 29551686 KTI AAT Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita

    64/64

    64

    Kuesioner variabel independent :

    1. Berapa pendapatan keluarga anda tiap bulan ?

    > Rp. 1.105.000 per bulanRp. 625.000 – Rp. 1.105.000 per bulan

    < Rp. 625.000 per bulan

    2. Apa pendidikan terakhir ibu ?

    SD tidak tamat

    SD/sederajat

    SMP/sederajat

    SMA/sederajat

    Akademi/Perguruan Tinggi

    3. Apakah pekerjaan ibu ?

    PNS/ABRI

    Swasta

    Buruh/pegawai tidak tetap

    Tidak bekerja

    Kode