AAT - Konservasi Air

16
TUGAS ALIRAN AIR TANAH KONSERVASI AIR TANAH ADHI ANTYANTO NARATAMA 2011410047 KELAS A FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG

description

konservasi air di indonesia

Transcript of AAT - Konservasi Air

TUGAS

ALIRAN AIR TANAH

KONSERVASI AIR TANAH

ADHI ANTYANTO NARATAMA

2011410047

KELAS A

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

BANDUNG

2014

Adhi Antyanto Naratama

2011410047

Konservasi Air Tanah

Pengambilan air tanah di Indonesia untuk berbagai sektor pembangunan  cenderung

terus meningkat. Hampir 70% kebutuhan air bersih masih mengandalkan air tanah, pada

sektor industri bahkan 90% kebutuhan airnya masih harus dipenuhi dari air tanah.

Pengambilan air tanah tersebut di samping memberi manfaat yang positif, di lain pihak juga

menimbulkan dampak negatif berupa penurunan muka air tanah, intrusi air laut, dan amblesan

tanah. Kemerosotan kondisi air tanah baik kuantitas dan kualitasnya perlu diupayakan untuk

diatasi melalui pengaturan, dilandasi kebijakan yang tepat yang penyusunannya melibatkan

berbagai instansi pemerintah serta melalui sarana rekayasa teknis.

Konservasi air tidak bisa lepas dari konservasi tanah, sehingga keduanya sering

disebut bersamaan menjadi konservasi tanah dan air. Hal ini mengandung makna, bahwa

kegiatan konservasi tanah akan berpengaruh tidak hanya pada perbaikan kondisi lahan tetapi

juga pada perbaikan kondisi sumber daya airnya, demikian juga sebaliknya (Suripin, 2002).

Konservasi air tanah adalah upaya melindungi dan memelihara keberadaan, kondisi dan

lingkungan air tanah guna mempertahankan kelestarian atau kesinambungan ketersediaan

dalam kuantitas dan kualitas yang memadai, demi kelangsungan fungsi dan kemanfaatannya

untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik waktu sekarang maupun pada generasi yang

akan datang (Danaryanto, et al., 2005).

Pada awalnya konservasi air tanah diartikan sebagai menyimpan air dan

menggunakannya untuk keperluan yang produktif di kemudian hari. Konsep ini disebut

konservasi segi pasokan. Perkembangan selanjutnya konservasi lebih mengarah kepada

pengurangan atau efisiensi penggunaan air, dan dikenal sebagai konservasi sisi kebutuhan

(Suripin, 2002). Konservasi air yang baik merupakan gabungan dari kedua konsep tersebut,

yaitu menyimpan air di kala berlebihan, menggunakannya sesedikit mungkin untuk keperluan

tertentu yang produktif. Konservasi air domestik berarti menggunakan air sesedikit mungkin

(secukupnya) untuk mandi, mencuci, menggelontor toilet, dan penggunaan-penggunaan

rumah tangga lainnya. Konservasi air industri berarti pemakaian air sesedikit mungkin

(secukupnya) untuk menghasilkan suatu produk.

Konservasi air pertanian pada dasarnya berarti penggunaan air sesedikit mungkin

(secukupnya) untuk menghasilkan hasil pertanian yang sebanyak-banyaknya (optimal)

(Suripin, 2002). Untuk mendukung konservasi air tanah, maka diselanggarakan pemantauan

air tanah. Obyek pemantauan air tanah antara lain pemantauan kedudukan muka air,

debit aliran, jumlah pengambilan air tanah, kuantitas, kualitas, dan lingkungan keberadaan air

tanah. Pembuatan sumur pantau di kawasan industri seperti daerah Cimahi Kab. Bandung

dimaksudkan untuk pengamatan perubahan kuantitas air tanah di daerah tersebut akibat

pengambilan air tanahnya, apakah terjadi penurunan muka air tanah yang signifikan dan

berpengaruh terhadap kondisi geologi tanahnya atau tidak. 

Kedalaman 150

Kedalaman 100 m

 

Kedalaman 50 m

   

                                                  (b)

Gambar 7-8 (a) Konstruksi sumur pantau muka air tanah, (b) Detail pipa sumur pantau

(sumber: foto survei 20 September 2007)

Konservasi Air Tanah Biopori

Berbeda dengan pemikiran umum yang berkembang saat ini dimana teknologi

diidentikkan dengan sesuatu yang canggih, rumit, serta memerlukan biaya yang besar untuk

diterapkan, Kamir Raziudin Brata justru dengan brilian mengembangkan suatu teknologi yang

terlihat sederhana, murah, dan mudah dilakukan oleh setiap orang, serta multi guna. Salah

satu manfaat teknologi ini yaitu mengatasi banjir. Teknologi ini dikenal sebagai teknologi

Lubang Resapan Biopori (LRB). Dinamakan biopori karena memanfaatkan aktivitas fauna

tanah atau akar tanaman (bio) yang membentuk lubang-lubang terowongan kecil (pore) di

dalam tanah. Peran organisme di dalam tanah itulah yang sering dilupakan dalam merancang

konsep penanganan banjir. Misalkan pembuatan waduk, jika aliran air menuju waduk tersebut

masih didominasi oleh aliran permukaan tanah, maka waduk tersebut akan mengalami

pendangkalan yang disebabkan material erosi yang terbawa aliran permukaan tersebut.

Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam

tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm atau kurang jika air tanah dangkal.

Selanjutnya agar organisme tanah bisa bekerja membentuk biopori, lubang yang sudah dibuat

tersebut diisi dengan sampah organik sebagai makanan organisme tanah. Pengisian sampah

tersebut diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu padat agar tersedia ukup oksigen untuk

mendukung organisme tanah pembentuk biopori. Ukuran diameter 10 cm merupaka ukuran

yang sudah dipikirkan secara cermat oleh Kamir R. Brata. Jika kurang dari 10 cm maka akan

sulit untuk memasukkan sampah ke dalam lubang tersebut. Ukuran 10 cm juga membuat tikus

enggan masuk karena meskipun bisa masuk namun tidak bisa berbelok. Kedalaman 100 cm

juga diperhitungkan agar tersedia cukup oksigen agar sampah yang dimasukkan segera diolah

oleh organisme tanah sebelum mengalami pembusukan yang menghasilkan gas metan.

Kedalaman yang kurang dari kedalaman air muka tanah tersebut juga dimaksudkan agar air

yang masuk mengalami proses bioremediasi sebelum masuk ke dalam air tanah.

Dengan demikian, lubang resapan biopori ini merupakan suatu teknologi yang multi

guna. Teknologi ini mampu mencegah genangan dan banjir, mencegah erosi dan longsor,

meningkatkan cadangan air bersih, penyuburan tanah dan mengubah sampah organik menjadi

kompos sehingga mengurangi emisi gas metan yang jauh lebih kuat dalam menyebabkan

pemanasan global dibandingkan gas karbondioksida. Manfaat tersebut telah teruji secara

ilmiah di lahan percobaan sejak tahun 1993, maupun secara empiris  di berbagai tempat yang

sudah menerapkannya dengan benar. 

Konservasi Air Tanah Sumur Resapan

Air tanah merupakan sumber air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air

tanahtersebut tersimpan dalam lapisan yang disebut akuifer. Akuifer merupakan sumber air

tanahyang sangat penting. Akuifer tersebut dapat dijumpai pada dataran pantai, daerah

kakigunung, lembah antar pegunungan, dataran aluvial dan daerah topografi karst.Akuifer

ditinjau dari sistemnya terdiri dari akuifer tak tertekan, akuifer semi tertekandan akuifer

tertekan. Akuifer dataran pantai pada umumnya berkembang sebagai daerah pemukiman yang

padat hal ini disebabkan karena akuifer daerah ini merupakan sumber air tanah yang sangat

penting bagi daerah kota daerah tersebut.

Air tanah di daerah tersebut disamping dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan

kota juga digunakanuntuk pertanian. Hidrogeologi suatu sistem akuifer pantai yang terdiri

dari tak tertekandengan lapisan dasar impermeable, akuifer tak tertekan dengan dasar bebas

dan akuifer tertekan. Secara lebih umum susunan hidrogeologi dalam lingkungan pantai

adalah suatu jajaran lapisan dengan berbagai kondisi terdiri dari kombinasi lapisan akuifer

tertekan dan tak tertekan.Kondisi lapisan akuifer daerah pantai pada umumnya tidak seideal

dalam teori yaituyang hanya terdiri dari lapisan akuifer tunggal akan tetapi amatlah kompleks.

Lapisan akuifer yang paling atas dapat sebagai lapisan akuifer tertekan atau dapat juga

sebagai lapisan tak tertekan. Tebal tipis lapisan akuifer di berbagai tempat tidak sama

(seragam).Pengelolaan sumberdaya air tanah memerlukan suatu pengetahuan dinamika

fisik aliran air dalam tanah terhadap fenomena intrusi air asin. Untuk alasan ini, maka

diperlukansuatu usaha meresapkan air hujan ke dalam tanah baik secara alami maupun

artifisial(buatan).Masuknya air hujan kedalam tanah secara alami terjadi pada daerah-daerah

yang porus misalnya sawah, tanah lapangan, permukaan tanah yang terbuka, Hutan, halamanr

umah yang tidak tertutup dll. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah pada awalnya

akanmembasahi tanah, bangunan, tumbuh-tumbuhan dan batuan. Ketika air hujan tersebut

jatuh pada daerah yang berpori maka akan meresap kedalam tanah sebagai air infiltrasi,

air tersebutsemakin lama akan meresap lebih dalam lagi sampai memasuki daerah akuifer dan

akirnyamenjadi air tanah.Teknologi sumur resapan dapat dibagi menjadi dua yaitu yang

bersifat pasif dan aktif.Pada teknologi sumur resapan pasif air hujan dibiarkan meresap secara

alami melalui sumur  buatan, sedangkan pada sumur resapan yang bersifat aktif air dipompa

(diinjeksikan) kedalamlapisan akuifer menggunakan pompa tekanan tinggi.

Tujuan diterapkannya teknologi sumur resapan adalah :

1.Pelestarian sumber daya air tanah, perbaikan kualitas lingkungan dan

membudayakankesadaran lingkungan.

2.Membantu menanggulangi kekurangan air bersih.

3.Menjaga kesetimbangan air di dalam tanah dalam sistem akuifer pantai.

4.Mengurangi limpasan permukaan (runoff) dan erosi tanah.

Sumur resapan merupakan salah satu cara konservasi air tanah yang memiliki banyak

manfaat. Caranya dengan membuat  bangunan berupa sumur yang berfungsi untuk

memasukkan air hujan kedalam tanah. Sumur resapan mempunyai manfaat untuk menambah

jumlah air yang masuk kedalam tanah. Sumur resapan dapat menambah jumlah air yang

masuk kedalam tanah sehinggadapat menjaga kesetimbangan hidrologi air tanah sehingga

dapat mencegah intrusi air laut. Mereduksi dimensi jaringan drainase dapat sampai nol jika

diperlukan. Menurunkan konsentrasi pencemaran air tanah. Mempertahankan tinggi muka air

tanah. Sumur resapan mempunyai manfaat untuk mengurangi limpasan permukaan

sehinggadapat mencegah banjir. Mencegah terjadinya penurunan tanah. Melestarikan

teknologi tradisionil. Sumur resapan dapat menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah

dan mengisi pori-pori tanah hal ini akan mencegah terjadinya penurunan tanah.

 

Konservasi Air Tanah Legum Cover Crop

Tanaman Penutup Tanah (Cover Crop)Tanaman penutup tanah atau yang lebih dikenal dengan sebutan cover

crop adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah

dari ancaman kerusakan oleh  erosi dan / atau untuk memperbaiki sifat kimia dan sifat

fisik tanah.

Tanaman penutup tanah berperan: (1) menahan atau mengurangi daya perusak

butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah, (2) menambah

bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan (3)

melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman

penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan,

mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air

ke dalam tanah, sehingga mengurangi erosi.

Tumbuhan atau tanaman yang sesuai untuk digunakan sebagai penutup tanah

dan digunakan dalam sistem pergiliran tanaman harus memenuhi syarat-syarat (Osche

et al, 1961): (a) mudah diperbanyak, sebaiknya dengan biji, (b)  mempunyai sistem

perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi berat bagi tanaman pokok, tetapi

mempunyai sifat pengikat tanah yang baik dan tidak mensyaratkan tingkat kesuburan

tanah yang tinggi, (c) tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun, (d) toleransi

terhadap pemangkasan, (e) resisten terhadap gulma, penyakit dan kekeringan, (f)

mampu menekan pertumbuhan gulma, (g) mudah diberantas jika tanah akan

digunakan untuk penanaman tanaman semusim atau tanaman pokok lainnya, (h)

sesuai dengan kegunaan untuk reklamasi tanah, dan (i) tidak mempunyai sifat-sifat

yang tidak menyenangkan seperti duri dan sulur-sulur yang membelit.

Cover crop atau tanaman penutup umumnya adalah tanaman yang berasal dari

famili legumineceae (tanaman legume/ kacang-kacangan). Cover crop atau tanaman

penutup tanah berperan sebagai penahan kelembaban tanah di daerah perkebunan

khususnya perkebunan kelapa sawit dan karet. Selain berfungsi menjaga kelembaban

tanah di areal sekitar perkebunan, cover crop juga memiliki peran sebagai

penggembur tanah.

Tanaman jenis legume, memiliki akar yang biasanya bersimbiosis dengan

bakteri rhizobium yang dapat mengikat nitrogen (N) secara langsung dari udara.

Selain itu, perakarannya tidak terlalu dalam dan merupakan akar serabut, sehingga

akar tanaman penutup ini dapat membuat tanah tetap gembur. Dengan adanya

tanaman penutup kelembaban tanah dapat terjaga dengan baik. Tanaman penutup

biasanya ditanam secara tumpang sari. Cover crop/ tanaman penutup dapat

meningkatkan kualitas tanah dengan meningkatkan tingkat bahan organik tanah

melalui input tutupan biomassa tanaman dari waktu ke waktu.

Kualitas tanah dikelola untuk menghasilkan situasi optimal untuk tanaman

berkembang. Faktor utama kualitas tanah adalah salinasi tanah, pH, keseimbangan

mikroorganisme dan pencegahan kontaminasi tanah. Dengan mengurangi erosi tanah,

tanaman penutup seringkali juga mengurangi baik tingkat dan kuantitas air yang

mengalir di luar lapangan, yang biasanya akan menimbulkan risiko lingkungan

perairan dan ekosistem hilir (Dabney et al 2001). Cover biomassa tanaman bertindak

sebagai penghalang fisik antara curah hujan dan permukaan tanah, sehingga air hujan

untuk terus menetes ke bawah melalui profil tanah. Dengan resapan air meningkat,

potensi untuk penyimpanan tanah air dan pengisian kembali akuifer dapat

ditingkatkan (Joyce et al 2002).

            Ketika tanaman penutup tanah adalah dimasukkan ke dalam tanah, atau

ditinggalkan di permukaan tanah, sering kali meningkatkan kelembaban tanah. Dalam

situasi petani lainnya mencoba untuk mengeringkan tanah secepat mungkin akan

memasuki musim tanam.  Di sini kelembaban konservasi tanah dapat menjadi

masalah yang berkepanjangan. Sementara tanaman penutup dapat membantu untuk

melestarikan air, di daerah beriklim sedang, mereka dapat penarikan pasokan air tanah

di musim semi, terutama jika kondisi pertumbuhan iklim yang baik.

            Dalam kasus ini, tepat sebelum tanam, petani seringkali menghadapi tradeoff

antara manfaat dari peningkatan pertumbuhan tanaman penutup dan kekurangan

mengurangi kelembaban tanah untuk produksi tanaman kas musim itu.

Daftar Pustaka

http://siat.bgl.esdm.go.id/?q=content/konservasi-air-tanah-0

http://hubunganalumni.ipb.ac.id/kamir-r-brata-penemu-lubang-resapan-biopori/

http://kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Sumur/sumur.html

http://cover-crop.blogspot.com/