kinetika rx.docx

download kinetika rx.docx

of 18

Transcript of kinetika rx.docx

  • 7/29/2019 kinetika rx.docx

    1/18

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.Tujuan Percobaan1. Mempelajari pengaruh perubahan konsentrasi pada laju reaksi.2. Mempelajari pengaruh suhu pada laju reaksi.

    1.2Dasar Teori1.2.1 Kinetika Kimia

    Kinetika kimia adalah bagian ilmu kimia fisika yang mempelajari laju reaksi kimia,

    faktor-faktor yang mempengaruhi serta penjelasan hubungannya terhadap mekanisme reaksi.

    Kinetika kimia disebut juga dinamika kimia, karena adanya gerakan molekul, elemen atau ion

    dalam mekanisme reaksi dan laaju reakssi sebagai fungsi waktu.

    Reaksi dapat berlangsung dengan laju yang bervariasi, ada yang serta merta, perlu

    waktu (pembakaran) atau waktu yang sangat lama seperti penuaan, pembentukan batubara dan

    beberapa reaksi peluruhan radioaktif (Yelmida,dkk, 2013).

    Untuk mempercepat laju reaksi ada 2 cara yang dapat dilakukan yaitu memperbesar

    energi kinetik suatu molekul atau menurunkan harga Ea. Kedua cara ini bertujuan agar

    molekul-molekul semakin banyak memiliki energi yang sama atau lebih dari energi aktivasi

    sehingga tumbukan yang terjadi semakin banyak (Ryan, 2001).

    Jika suatu zat dipanaskan, partikel-partikel zat tersebut menyerap energi kalor. Pada

    suhu yang lebih tinggi, molekul bergerak lebih cepat sehingga energi kinetiknya bertambah.

    Peningkatan energi kinetik menyebabkan kompleks teraktivasi lebih cepat terbentuk, karena

    aktivasi mudah terlampaui, dengan demikian reaksi lebih cepat (Santoso, 2012).

    Berdasarkan jumlah molekul yang bereaksi, reaksi terdiri atas:

    a. Reaksi unimolekuler: Hanya 1 mol reaktan yang bereaksi.Contoh: N2O5 N2O4 + O2

    b. Reaksi bimolekuler: Ada 2 mol reaktan yang bereaksi.Contoh: 2HI H2 + I2

    c. Reaksi termolekuler: Ada 3 mol reaktan yang bereaksi.Contoh: 2NO + O2 2NO2

    Berdasarkan banyak fasa yang terlibat, reaksi terbagi menjadi:

    a.

    Reaksi homogen: Hanya terdapat satu fasa dalam reaksi.b. Reaksi heterogen: Terdapat lebih dari satu fasa dalam reaksi.

  • 7/29/2019 kinetika rx.docx

    2/18

    2

    Dalam reaksi kimia baik itu homogen atau heterogen terdapat beberapa faktor yang

    mempengaruhi laju reaksi sehingga laju reaksi dapat bertambah atau berkurang.

    1.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi KimiaBerikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

    a. Sifat kimia molekul bereaksi dan hasil reaksi (produk). Bila semua faktor lain samasusunan kimia molekul atau ion mempengaruhi kecepatan reaksi kimia.

    b. Konsentrasi zat-zat yang bereaksi. Dalam suatu reaksi, semakin besar konsentrasi zatreaktan, akan semakin mempercepat laju reaksinya. Dengan bertambahnya konsentrasi

    zat reaktan jumlah partikel-partikel reaktan semakin banyak sehingga peluang

    bertumbukan semakin besar (Sahputra, 2012).

    c. Suhu. Laju reaksi akan semakin meningkat dengan meningkatnya suhu reaksi.Kenaikan suhu akan menambah energi kinetik molekul-molekul, akibatnya molekul-

    molekul yang bereaksi menjadi lebih akti mengadak tumbukan. Hal ini terjadi karena

    gerakan-gerakan molekul semakin ceat pada temeratur yang lebih tinggi. Berdasarkan

    penelitian, pada umumnya setiap kenaikan suhu 10C lau reaksi akan meningkat

    menjadi dua kali lipat (Sahputra, 2012)

    d. Luas permukaan bidang sentuh. Jika permukaan bidang sentuh samakin luas, akansering terjadi tumbukan dan menghasilkan zat produk yang semakin banyak sehingga

    laju reaksi meningkat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan laju reaksi salah satu

    caranya denga menambahkan luas permukaan bidang sentuh zat reaktan.

    Untuk menambah luas permukaan bidang sentuh zat reaktan adalah dengan

    mengubah ukuran zat reaktan menjadi lebih kecil. Misalnya saja kapur dalam bentuk

    serbuk lebih cepat bereaksi dengan HCl encer, dibandingkan kapur dalam bentuk

    bongkahan. Kapur dalam bentuk serbuk mempunyai luas permukaan bidang sentuh

    yang lebih besar dibandingkan dengan kapur berbentuk bongkahan (Sahputra,2012)

    e. Katalis. Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi tetapi tidak mengalamiperubahan kimia yang permanen. Dalam skala industri kimia katalis akan

    mempercepat laju reaksi tanpa menimbulkan produk yang tidak diinginkan (Sahputra,

    2012).

  • 7/29/2019 kinetika rx.docx

    3/18

    3

    1.2.3 Persamaan Laju ReaksiPersamaan laju reaksi mendeskripsikan persamaan matematika yang dipergunakan

    dalam kinetika kimia yang menghubungkan antara laju reaksi dengan konsentrasi reaktan.

    Untuk reaksi berikut,

    aA +bB cC + dD

    maka persamaan laju reaksinya secara umum dapat didefinisikan sebagai berikut:

    Dimana k adalah konstanta laju reaksi, a disebut orde reaksi terhadap A dan b disebut orde

    reaksi terhadap B. penjumlahan a+b menghasilkan orde reaksi total. Persamaan laju reaksi

    tidak dapat ditentukan secara teoritis akan tetapi bisa ditentukan melalui percobaan

    kimia/eksperimental. Ada kalanya reaksi hanya dipengaruhi oleh satu reaktan ataupun semua

    reaktan dan nilai orde reaksi bisa sama dengan koefisien reaksi maupun tidak (Solehan, 2012)

    1.2.4 Orde ReaksiOrde suatu reaksi adalah jumlah semua eksponen (dari konsentrasi dalam persamaan

    laju). Orde reaksi juga menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi reaktan (pereaksi) terhadap

    laju reaksi. Jika laju suatu reaksi berbanding luus dengan pangkat satu konsentrasi dari hanya

    satu pereaksi (Ratna,dkk, 2009)

    Laju = k [A]

    Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde pertama. Penguraian N2O5 merupakan suatu

    contoh reaksi orde pertama. Jika laju reaksi itu berbanding lurus dengan pangkat dua suatu

    pereaksi,

    Laju = k [A] [B]

    Maka rekasi itu disebut reakssi orde kedua. Dapat juga disebut orde terhadap masing-masing

    pereaksi (Ratna,dkk, 2012).

    Reaksi-reaksi lain banyak terjadi baik alamiah maupun denga rekayasa. Namun

    demikian setelah dikelompokkan mungkin reaksi yang terjadi adalah melalui salah satu dari

    mekanisme reaksi berikut:

    1. Reaksi orde pertama, irreversibleA produk

    2. Reaksi orde kedua, irreversible2A produk

    A + B produk3. Reaksi orde ketiga, irreversible

    V = k [A]a[B]

    b

  • 7/29/2019 kinetika rx.docx

    4/18

    4

    3A produk

    2A + B produk

    4. Reaksi orde ke-n, irreversiblenA produk

    5. Reaksi orde pertama, reversibleA B

    6. Reaksi orde pertama/kedua, reversibleA B + C

    7. Reaksi simultan, irreversibleA produk

    A + B produk

    3A produk

    8. Reaksi bersambung (consecutive), irreversibleA B

    B C

    Berdasarkan reaksi diatas, orde reaksi menyatakan banyaknya molekul reaktan yang

    terlibat dalam setiap satu reaksi. Mekanisme ini dinyatakan sebagai banyak molekul yang

    terlibat dalam tumbukan sehingga terjadi pertukaran komposisi atom dalam molekul-molekul

    reaktan menjadi produk (Clark, 2004).

    Sebagai contoh reaksi sederhana orde kedua irreversible,

    A + B AB

    Setiap satu molekul A bertumbukan dengan satu molekul B menghasilkan produk. Jika A dan

    B melakukan tumbukan efektif menghasilkan produk AB maka laju reaksi bisa dihitung

    berdasarkan pada laju berkurangnya A yang sekaligus sama dengan laju berkurangnya B dan

    sama pula dengan laju pembentukan AB atau,

    r = -rA2-rB = +rAB

    dengan r adalah lambang untuk laju reaksi. Tanda (-) pada r menyatakan laju pengurangan

    komponen dalam indeks dan tanda (+) menyatakan bahwa komponen dalam indeks bertambah.

    Proses tumbukan molekul dalam reaksi ini, sangat dipengaruhi oleh kuantitas molekul

    atau tekanan parsial, dinamakan probabilitas tumbukan. Dalam volume reaktor yang sama,

    penambahan salah satu komponen (misal dengan penambahan A,B tetap) akan meningkatkan

    probabilitas tumbukan karena makin kecil jarak antar molekul. Sehingga laju reaksi

    dipengaruhi oleh konsentrasi. Namun, tidak semua tumbukan molekul menghasilkan reaksi,

    yang menghasilkan reaksi hanyalah tumbukan yang disebut tumbukan efektif. Rasio tumbukan

  • 7/29/2019 kinetika rx.docx

    5/18

    5

    efektif terhadap tumbukan total adalah konstan pada temperatur yang dijaga tetap. Peningkatan

    temperatur akan menaikkan energi kinetik molekul-molekul, sehingga pada reaksi endotermis

    akan meningkatkan tumbukan efektif dan mempercepat reaksi. Dengan demikian laju reaksi

    akan sebanding dengan laju tumbukan efektif. Dalam formula dinyatakan dengan k, konstanta

    laju reaksi (Clark, 2004).

    Beberapa hal penting berkaitan dengan tumbukan efektif molekul dalam reaksi kimia

    adalah sebagai berikut:

    1. Tumbukan efektif akan makin besar jika probabilitas tumbukan makin besar, konsentrasiyang lebih besar mengindikasikan jumlah molekul yang lebih banyak dalam volume

    tertentu akan memberikan probabilitas tumbukan lebih besar (Clark, 2004).

    2. Energi kinetik molekul yang lebih besar akan menaikkan jumlah tumbukan efektif.Energi kinetik akan mempercepat laju molekul dan memperbanyak frekuensi

    bertumbukan. Beberapa reaksi dipercepat dengan pemanasan.

    3. Orientasi tumbukan yang tepat akan meningkatkan jumlah tumbukan efektif. Bagianmolekul yang berkutub positif akan efektif bila bertemu dengan bagian molekul lain yang

    berkutub negatif (Clark, 2004).

    4. Energi tambahan yang cukup untuk melakukan tumbukan efektif, dinamakan energiaktivasi. Suatu tumbukan akan efektif jika energi total dalam tumbukan mampu

    digunakan untuk melampaui energi aktivasi reaksi. Jika tidak maka reaksi tidak terjadi

    dan kembali ke keadaan semula. Faktor energi aktivasi ini merupakan penentu apakan

    suatu reaksi dapat berlangsung atau tidak. Jika dalam tumbukan A-B mempunyai energi

    yang cukup untuk melampaui energi aktivasi, maka selanjutnya dengan serta merta

    (spontan) reaksi terus berlanjut menghasilkan AB dengan tingkat energi lebih rendah dari

    A+B sebelum reaksi (Clark, 2004).

    Banyak reaksi yang bisa berlangsung spontan tetapi memerlukan waktu yang sangat

    lama, karena energi aktivasi reaksinya yang terlalu besar sehingga molekul-molekul

    ketika bertumbukan jarang bisa mencapai atau melampauinya.

    Untuk reaksi-reaksi semacam ini, biasanya dapat dipercepat dengan katalis seperti

    yang telah dijelaskan sebelumnya katalis adalah suatu zat yang ditambahkan pada reaksi

    untuk mempercepat laju reaksi dan zat tersebut akan didapatkan kembali seperti semula

    pada akhir reaksi. Diduga cara kerja katalis zat ini adalah dengan menurunkan energi

    aktivasi reaksi, sehingga molekul-molekul yang terlibat dalam reaksi dapat melakukan

    tumbukan lebih efektif dan lebih banyak.

    1.2.5 Persamaan Arrhenius

  • 7/29/2019 kinetika rx.docx

    6/18

    6

    Pada tahun 1889, Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik yang

    menggambarkan kebergantungan konstanta laju reaksi pada suhu. Persamaan yang diusulkan

    Arrhenius adalah sebagai berikut:

    k = konstanta laju reaksi

    A = faktor frekuensi

    EA = energi aktivasi

    Faktor e-Ea/RT memiliki kesamaan dengan hukum distribusi Boltzmann. Faktor ini

    menunjukkan fraksi molekul yang memiliki energi yang melebihi energi aktivasi. Persamaan

    tersebut sering ditulis dalam bentuk logaritma sebagai berikut:

    k = Ae-Ea/RT

    ln k = hA - EA/RT

  • 7/29/2019 kinetika rx.docx

    7/18

    7

    BAB II

    METODOLOGI PERCOBAAN

    2.1.Alat yang digunakan Gelas ukur 100 ml Stopwatch Water bath Gelas piala 600 ml Tabung reaksi Pipet ukur

    Batang pengaduk Termometer Corong kaca

    2.2.Bahan yang digunakan Na2S2O3 0,25 M Aquadest

    HCl 1 M

    2.3.Prosedur kerja2.3.1. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi

    1. 50 ml Na2S2O3 0,25 M dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml.2. Kertas putih yang telah diberi tanda silang ditempatkan dibagian bawah gelas

    ukur sebagai alas.

    3. 2 ml HCl 1M dicampurkan ke dalam gelas ukur yang berisi tiosianat danstopwatch dinyalakan.

    4. Larutan tersebut diaduk dengan menggunakan batang pengaduk, sementarapengamatan dari atas tetap dilakukan.

    5. Stopwatch dihentikan ketika tanda silang tidak terlihat lagi dari atas danwaktu yang diperoleh dicatat.

    6. Suhu larutan tersebut diukur dan dicatat.

  • 7/29/2019 kinetika rx.docx

    8/18

    8

    2.3.2. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi1. 10 ml larutan tiosulfat dimasukkan kedalam gelas ukur dan diencerkan hingga

    volumenya mencapai 50 ml.

    2. 2 ml HCl 1M diukur dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Tabung reaksi dangelas ukur tersebut ditempatkan di water bath denga suhu 35oC.

    3. Larutan tersebut dipanaskan hingga suhu kedua larutan sama.4. Asam dimasukkan kedalam larutan tiosulfat dan dengan bersamaan stopwatch

    dinyalakan.

    5. Larutan diaduk hingga tanda silang di kertas yang menjadi alas hilang dna waktuyang dibutuhkan dicatat.

    6. Langkah tersebut diulang sesuai dengan suhu yang diberikan oleh asisten.2.4.Pengamatan

    Larutan tiosulfat dan HCL memiliki warna awal bening. Namun ketika larutan asam

    dicampurkan ke tiosulfat, larutan tiosulfat berubah warna menjadi keruh setelah diaduk

    rata.

  • 7/29/2019 kinetika rx.docx

    9/18

    9

    BAB III

    HASIL DAN DISKUSI

    3.1.Hasil PercobaanPercobaan ini terbagi menjadi dua kegiatan yaitu penentuan pengaruh perubahan

    konsentrasi terhadap laju reaksi dan penentuan pengaruh suhu terhadap laju reaksi.

    A.Pengaruh perubahan konsentrasi terhadap laju reaksiHasil percobaan ditunjukkan pada Tabel 3.1.

    Tabel 3.1 Data Hasil Percobaan Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi

    Sistem Konsentrasi Relatif

    Tiosulfat (N)

    Waktu

    (detik)

    1/Waktu

    (detik-1)

    1 0,25 15,2 6,58 x 10-

    2 0,2 20,9 4,78 x 10-

    3 0,15 22,53 4,44 x 10-

    4 0,1 35,32 2,83 x 10-

    5 0.05 65,15 1,53 x 10-

    6 0,025 120 8,33 x 10-2

    Suhu = 29oC

    B.Pengaruh suhu terhadap laju reaksiHasil percobaan ditunjukkan pada Tabel 3.2

    Tabel 3.2 Data Hasil Percobaan Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi

    No.suhu

    (C)

    Suhu

    (K)1/k waktu 1/ waktu

    log

    (1/waktu)

    1 35 308 3,25 x 10-

    89,75 1,11 x 10-

    -1,95

    2 45 318 3,14 x 10-3 86,01 1,16 x 10-2 -1,94

    3 55 328 3,05 x 10-3 83,4 1,20 x 10-2 -1,92

    4 60 333 3,00 x 10- 60,57 1,65 x 10- -1,78

    5 65 338 2,96 x 10- 56,13 1,78 x 10- -1,75

  • 7/29/2019 kinetika rx.docx

    10/18

    10

    3.2.DiskusiPercobaan kinetika reaksi dilakukan dengan dua cara yaitu mengubah konsentrasi dan

    mengubah suhu untuk mengetahui pengaruhnya terhadap laju reaksi.

    A. Pengaruh Perubahan Konsentrasi Terhadap Laju ReaksiPengaruh perubahan konsentrasi terhadap laju reaksi dilakukan dengan cara mengubah

    volume tiosulfat yang digunakan dan mencampurkannya dengan air namun dengan volume

    total tetap sama sehingga akan diperoleh konsetrasi tiosulfat yang berbeda-beda.

    Penentuan konsentrasi relatif tiosulfat dilakukan dengan menggunakan persamaan

    pengenceran yaitu

    V1 dan N1 merupakan volume dan konsentrasi awal, sedangkan V2 dan N2 merupakan

    volume dan konsentrasi larutan yang encer. Perhitungan yang dilakukan pada percobaan

    ini dapat dilihat pada Lampiran.

    Tiosulfat dengan konsentrasi yang berbeda-beda tersebut ditambahkan 2ml HCl 1N

    dan ketika dilakukan pengukuran suhu diperoleh 29oC. Reaksi yang terjadi antara tiosulfat

    dan HCl menghasilkan endapan belerang yang menyebabkan campuran menjadi berwarna

    keruh. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut

    S2O3-2

    (aq) + 2H

    +

    (aq)

    H2O (l) + SO2(g) + S(s) (Yelmida, dkk, 2013)

    Data hasil percobaan yang terdapat pada Tabel 3.1 dapat ditunjukkan dalam bentuk

    kurva laju reaksi sebagai fungsi konsentrasi reelatif tiosulfat, seperti yang ditunjukkan

    pada Gambar 3.1.

    V1. N2 = V2. N2

    6.58.E-02

    4.78.E-024.44.E-02

    2.83.E-02

    1.53.E-02

    8.33.E-030.00.E+00

    1.00.E-02

    2.00.E-02

    3.00.E-02

    4.00.E-02

    5.00.E-02

    6.00.E-02

    7.00.E-02

    0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3

    1/waktu

    Konsentrasi Relatif Tiosulfat

    Laju Reaksi Sebagai Fungsi Konsentrasi Relatif Tiosulfat

    Gambar 3.1 Kurva Laju Reaksi Sebagai Fungsi Konsentrasi

  • 7/29/2019 kinetika rx.docx

    11/18

    11

    Plot pada kurva menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan

    maka akan semakin cepat laju reaksi yang terjadi sehingga waktu yang dibutuhkan untuk

    bereaksi pun akan semakin sedikit. Hal ini sesuai dengan persamaan kinetic rate law yang

    ditulis oleh Fogler dalam Elements of Chemical Reactio Engineering(ed.3, 1999) yaitu

    dimana rA merupakan laju reaksi A sedangkan CA dan CB merupakan konsentrasi zat A

    dan B. pangkat pada konsentrasi yaitu dan menunjukkan orde reaksi. Sehingga

    berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa laju reaksi sebanding dengan

    konsentrasi reaktan.

    Selain itu menurut Sahputra (2012), semakin besar konsentrasi zat reaktan maka akan

    semakin cepat laju reaksi berlangsung sebab bertambahnya konsentrasi zat reaktan

    menyebabkan jumlah partikel semakin banyak sehingga peluang bertumbukannya molekul

    semakin besar.

    B. Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Laju ReaksiPengaruh perubahan suhu terhadap laju reaksi dilakukan dengan cara mengubah suhu

    tiosulfat dan HCl yamg akan direaksikan. Suhu yang digunakan adalah 35oC, 45oC, 55oC,

    60o

    C dan 65o

    C. Data hasil percobaan mengenai pengaruh suhu terhadap laju reaksi

    ditunjukkan pada Tabel 3.2. Data tersebut dapat ditunjukkan dalam bentuk kurva log laju

    reaksi sebagai fungsi 1/suhu (K-1) seperti Gambar 3.2.

    -rA = kA CA

    CB

    -1.95

    -1.94

    -1.92

    -1.78

    -1.75

    -2.00

    -1.95

    -1.90

    -1.85

    -1.80

    -1.75

    -1.70

    2.90.E-032.95.E-033.00.E-033.05.E-033.10.E-033.15.E-033.20.E-033.25.E-033.30.E-03

    Log1/waktu

    1/suhu (K-1)

    Log Laju Reaksi sebagai Fungsi 1/suhu (K-1)

    Gambar 3.2 Kurva Log Laju Reaksi Sebagai Fungsi 1/suhu (K-1)

  • 7/29/2019 kinetika rx.docx

    12/18

    12

    Plot pada kurva menunjukkan bahwa log laju reaksi berbanding terbalik dengan

    1/suhu (K-1). Hal ini sesuai dengan logaritma persamaan Arhennius yang ditulis oleh

    Fogler dalam Elements of Chemical Reactio Engineering(ed.3, 1999) yaitu

    dimana k merupakan laju reaksi dan T merupakan suhu (OK). Persamaan tersebut

    menunjukkan bahwa log laju reaksi berbanding terbalik dengan suhu.

    Hal tersebut juga menunjukkan bahwa sebenarnya laju reaksi berbanding lurus dengan

    suhu apabila dilihat pada Tabel 3.2 dan Gambar 3.3.

    Menurut Keenan dalam Kimia Untuk Universitas (1989), laju suatu reaksi kimia

    bertambah dengan naiknya temperatur karena molekul-molekul bertabrakan dengan

    benturan yang lebih besar sebab kecepatan gerak molekul lebih besar. Semakin banyak

    molekul yang memiliki keceptan lebih besar maka reaksi semakin cepat sebab terdapat

    energi yang cukup untuk bereaksi.

    Log k = log A (E/2,3R) (1/T)

    1.11.E-021.16.E-02

    1.20.E-02

    1.65.E-02

    1.78.E-02

    0.00.E+00

    2.00.E-03

    4.00.E-03

    6.00.E-03

    8.00.E-03

    1.00.E-02

    1.20.E-02

    1.40.E-02

    1.60.E-02

    1.80.E-02

    2.00.E-02

    0 10 20 30 40 50 60 70

    1/waktu

    Suhu (oC)

    Laju Reaksi sebagai Fungsi Suhu (oC)

    Gambar 3.3 Kurva Laju Reaksi Sebagai Fungsi Suhu (oC)

  • 7/29/2019 kinetika rx.docx

    13/18

    13

    BAB IV

    KESIMPULAN DAN SARAN

    4.1.KesimpulanDari percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

    1. Konsentrasi suatu zat berbanding lurus dengan laju reaksi. Semakin besar konsentrasizat maka semakin cepat reaksi itu berlangsung sebaliknya semakin kecil konsentrasi

    maka semakin lambat reaksi berlangsung.

    2. Temperatur berbanding lurus dengan laju reaksi. Semakin tinggi temperatur suatu makaakan semakin cepat reaksi tersebut berlangsung sebaliknya semakin rendah temperatur

    maka semakin lambat pula laju reaksinya.

    4.2.Saran1. Sebelum melakukan praktikum sebaiknya peralatan yang akan digunakan diperhatikan

    dulu kebersihannya agar tidak mengganggu jalanya praktikum.

    2. Agitasi reaktan pada saat proses reaksi akan mempengaruhi hasil reaksi (laju reaksi),maka untuk hasil yang baik. Disarankan agitasi dilakukan pada kecepatan yang konstan.

  • 7/29/2019 kinetika rx.docx

    14/18

    14

    BAB V

    Tugas Dan Jawaban Pertanyaan

    5.1.TugasA. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi

    1. Lengkapi tabel hasil pengamatan saudara2. Dalam perrcobaan ini, 1/waktu yang digunakan untuk mengukur laju reaksi. Buatlah

    kurva laju reaksi sebagai fungsi komponen tiosulfat!

    3. Hitung orde reaksi terhadap tiosulfatB. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi

    1. Lengkapi tabel hasil pengamatan saudara2. Laju reaksi dinyatakan sebagai 1/waktu. Buat kurva laju reaksi sebagai fungsi suhu

    (C). Buat kurva laju reaksi sebagai fungsi 1/suhu (K-1). Beri komentar mengenai

    bentuk kurva yang anda peroleh.

    Jawab:

    A. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksiTabel 5.1 Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi pada suhu 29C.

    Sistem Konsentrasi Relatif Tiosulfat

    (N)

    Waktu

    (detik)1/waktu (detik

    -1) 10

    -2

    1. 0,25 15,2 6,58

    2. 0,2 20,9 4,78

    3. 0,15 22,53 4,44

    4. 0,1 35,32 2,83

    5. 0,05 65,16 1,53

    6. 0,025 120 0,83

    Orde reaksi terhadap Tiosulfat:

    Untuk mengitung orde reaksi gunakan data 4 dan 5.

    *+ ( [ ]

    )

    ([

    ])

  • 7/29/2019 kinetika rx.docx

    15/18

    15

    Jadi, orde reaksi terhadap tiosulfat adalah 1.

    Kurva Laju reaksi sebagai fungsi konsentrasi tiosulfat

    B. Pengaruh suhu terhadap laju reaksiTabel 5.2 Pengaruh suhu terhadap laju reaksi

    No.Suhu

    (C)

    Suhu

    (K)

    1/suhu (K-1

    )

    10-3

    Waktu

    (detik)

    1/waktu

    (detik-1

    )10-2

    Log

    1/waktu

    1. 35 308 3,25 89,75 1,11 -1,95

    2. 45 318 3,14 86,01 1,16 -1,94

    3. 55 328 3,05 83,4 1,20 -1,92

    4. 60 333 3 60,57 1,65 -1,78

    5. 65 338 2,96 56,13 1,78 -1,75

    Kurva fungsi logaritma laju reaksi sebagai fungsi 1/suhu (K-1)

    Kurva fungsi logaritma laju reaksi sebagai fungsi suhu (C)

    Komentar: Adanya beberapa titik yang menjauhi garis linear artinya terdapar beberapa

    penyimpangan data dimana pengamatan yang dilakukan mungkin kurang akurat.

    5.2.Pertanyaan1. Bagaimana cara menentukan orde reaksi secara keseluruhan2. peningkatan suhu tidak selalu berarti peningkatan laju reaksi. Beri komentar.

    Jawab:

    1. Penelitian orde reaksi tidak dapat diturunkan dari persamaan reaksi tetapi hanya dapatditentukan berdasarkan perbedaan. Suatu reaksi yang diturunkan secara eksperimen

    dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi:

    V = K (A) (B)2

    Persamaan tersebut mengandung pengertian reaksi orde 1 terhadap A dan reaksi orde 2

    terhadap B. Orde reaksi secara kesuluruhan yaitu B.

    2. Pada reaksi endotermal, peningkatan suhu akan menyebabkan kenaikan laju reaksi.Namun, pada reaksi eksotermal, yang terjadi justru sebaliknya dimana peningkatan

    suhu akan berdampak pada turunya laju reaksi.

  • 7/29/2019 kinetika rx.docx

    16/18

    16

    DAFTAR PUSTAKA

    Clark, J. 2004. Orde Reaksi dan Mekanisme Reaksi. www.chem_is_try.org-situs-kimia-

    indonesia. Diakses pada 19 April 2013

    Foggler, S.H. 1999. Elements of Chemical Reaction Engineering.edisi 3. Prentice Hail PTR:

    New Jersey.

    Keenan, C.W. 1989. Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Alih bahasa aloyilus Hadyana

    Pudjatmaka. Anggota IKAPI: Jakarta.

    Ratna, L. 2001. Chemistry For You. Nelson Thomas: London.

    Sahputra, H. 2002. Modul Laju Reaksi. http://hadiyantoguru-indonesia.net/artikel/detail-21223.html. Diakses pada 19 April 2013.

    Sanroso, H. 2012. Kinetika Reaksi. http://herweningsantoso.blogspot.com/2012/05/laporan-ii-

    kinetika-reaksi.html. Diakses pada 19 April 2013.

    Suroso, A. 2002.Ensiklopedia Sains dan Kehidupan. Tarity Samudra Berlian: Jakarta.

    Solehan. 2012. Laporan Praktikum Kinetika Reaksi Ion Permanganat dengan Asam Oksalat.

    http://solehans.blogspot.com./2012/11/laporan-praktikum-kinetika-reaksi-ion.html.

    Diakses pada 19 April 2013.

    http://www.chem_is_try.org-situs-kimia-indonesia/http://www.chem_is_try.org-situs-kimia-indonesia/http://hadiyantoguru-indonesia.net/artikel/detail-21223.htmlhttp://hadiyantoguru-indonesia.net/artikel/detail-21223.htmlhttp://herweningsantoso.blogspot.com/2012/05/laporan-ii-kinetika-reaksi.htmlhttp://herweningsantoso.blogspot.com/2012/05/laporan-ii-kinetika-reaksi.htmlhttp://solehans.blogspot.com./2012/11/laporan-praktikum-kinetika-reaksi-ion.htmlhttp://solehans.blogspot.com./2012/11/laporan-praktikum-kinetika-reaksi-ion.htmlhttp://herweningsantoso.blogspot.com/2012/05/laporan-ii-kinetika-reaksi.htmlhttp://herweningsantoso.blogspot.com/2012/05/laporan-ii-kinetika-reaksi.htmlhttp://hadiyantoguru-indonesia.net/artikel/detail-21223.htmlhttp://hadiyantoguru-indonesia.net/artikel/detail-21223.htmlhttp://www.chem_is_try.org-situs-kimia-indonesia/http://www.chem_is_try.org-situs-kimia-indonesia/
  • 7/29/2019 kinetika rx.docx

    17/18

    17

    LAMPIRAN

    Perhitungan pengenceran:

    1.

    Sistem 1V1= 50 mlN1= 0,25 N

    2. Sistem 2 : V2= 40 ml, N2 ?V1. N1 = V2. N2

    50 ml. 0,25 N = 40 ml. N2

    N2 = 0,20 N

    3. Sistem 3: V3= 30 ml, N3 ?V1. N1 = V3. N3

    50 ml. 0,25 N = 30 ml. N3

    N3 = 0,15 N

    4. Sistem 4: V4= 40 ml, N4 ?V1. N1 = V4. N4

    50 ml. 0,25 N = 20 ml. N4

    N4 = 0,10 N

    5. Sistem 5: V5= 40 ml, N5 ?V1. N1 = V5. N5

    50 ml. 0,25 N = 10 ml. N5

    N5 = 0,05 N

    6. Sistem 6: V6= 40 ml, N6 ?V1. N1 = V6. N6

    50 ml. 0,25 N = 5 ml. N6

    N6 = 0,025 N

  • 7/29/2019 kinetika rx.docx

    18/18

    18

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ......................................................................................................................... i

    Daftar Isi .................................................................................................................................. ii

    BAB IPENDAHULUAN ...................................................................................................... 11.1. Tujuan Percobaan .................................................................................................... 1

    1.2 Dasar Teori .............................................................................................................. 1

    BAB IIMETODOLOGI PERCOBAAN ............................................................................... 7

    2.1. Alat yang digunakan ................................................................................................ 7

    2.2. Bahan yang digunakan ............................................................................................. 7

    2.3. Prosedur kerja .......................................................................................................... 7

    2.4. Pengamatan .............................................................................................................. 8

    BAB IIIHASIL DAN DISKUSI ........................................................................................... 9

    3.1. Hasil Percobaan ....................................................................................................... 9

    3.2. Diskusi ................................................................................................................... 10

    BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 13

    4.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 13

    4.2. Saran ...................................................................................................................... 13

    BAB VTUGAS DAN JAWABAN PERTANYAAN ......................................................... 14

    5.1. Tugas ..................................................................................................................... 14

    5.2. Pertanyaan ............................................................................................................. 15

    LAMPIRAN ......................................................................................................................... 17