kinetika

17
BAB I PENDAHULUAN A. Tujuan Tujuan dari percobaan “Analisis Paracetamol Total dalam Cuplikan Urin” adalah sebagai berikut : 1. Dapat memahami langkah-langkah analisis paracetamol dalam cuplikan urin 2. Dapat melakukan analisis paracetamol dalam cuplikan urin B. Latar Belakang Parasetamol merupakan obat analgetik-antipiretik yang banyak beredar di pasaran dan dijual dengan harga yang terjangkau sehingga sering digunakan masyarakat untuk mengobati penyakit ringan seperti demam dan sakit kepala Parasetamol diketahui dapat berinteraksi dengan makanan maupun minuman yang mengandung karbohidrat dan alkohol Interaksi obat dapat terjadi antara obat dengan obat lain ataupun dengan senyawa lainya Pengaruh dari kehadiran obat atau senyawa lain tersebut akan tampak

description

laporan farma

Transcript of kinetika

BAB IPENDAHULUANA. Tujuan Tujuan dari percobaan Analisis Paracetamol Total dalam Cuplikan Urin adalah sebagai berikut :1. Dapat memahami langkah-langkah analisis paracetamol dalam cuplikan urin2. Dapat melakukan analisis paracetamol dalam cuplikan urinB. Latar BelakangParasetamol merupakan obat analgetik-antipiretik yang banyak beredar di pasaran dan dijual dengan harga yang terjangkau sehingga sering digunakan masyarakat untuk mengobati penyakit ringan seperti demam dan sakit kepala Parasetamol diketahui dapat berinteraksi dengan makanan maupun minuman yang mengandung karbohidrat dan alkohol Interaksi obat dapat terjadi antara obat dengan obat lain ataupun dengan senyawa lainya Pengaruh dari kehadiran obat atau senyawa lain tersebut akan tampak pada profil kadar obat terhadap waktu atau pada efek farmakologi obat (Andrie, 2013).Keberadaan beberapa jenis obat-obatan dalam tubuh dapat dianalisis melalui cairan tubuh seperti urin dan darah, maupun non cairan tubuh seperti rambut. Kelebihan penggunaan sampel rambut dibandingkan urin dan darah untukmenganalisis obat adalah rambut memiliki informasi keberadaan obat yang lebih lama dengan rentang waktu minggu hingga bulan dibandingkan pada urin atau darah yang hanya mendeteksi dengan kisaran waktu beberapa jam hingga beberapa hari (Suaniti dkk,2014).Obatobat yang eliminasinya terutama melalui ekskresi ginjal akan terakumulasi dengan adanya gangguan fungsi ginjal dan dapat menimbulkan efek toksik atau memperburuk keadaan ginjalnya bila aturan dosisnya tidak disesuaikan Gangguan fungsi ginjal adalah suatu keadaan yang mengakibatkan penurunan kemampuan ginjal untuk melakukan eliminasi zatzat yang tidak diperlukan lagi di dalam tubuh . Penurunan kemampuan ginjal pada pasien gagal ginjal ini menjadi alasan perlunya dilakukan penyesuaian dosis obat individu untuk mencegah terjadinya akumulasi obat di dalam tubuh. Secara klinis dosis obat pada pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal disesuaikan berdasarkan nilai klirens kreatinin. Bioavaibilitas suatu obat dapat diperkirakan dengan menggunakan data ekskresi obat lewat urin. Untuk mendapat perkiraan yang sahih, obat harus dieksresi dalam jumlah yang bermakna di dalam urin dan cuplikan urin harus dikumpulkan secara lengkap. Jumlah kumulatif obat yang dieksresikan lewat urin secara langsung berhubungan dengan jumlah total obat terabsorbsi. Di dalam percobaan, cuplikan urin dikumpulkan secara berkala setelah pemberian produk obat. Kadar obat bebas dalam cuplikan urin dianalisa dengan cara yang spesifik. Kemudian dibuat grafik yang menghubungkan kumulatif obat yang dieksresi terhadap jarak waktu pengumpulan (Raveinal, 2013).Di ginjal terdapat dua mekanisme eliminasi yaitu filtrasi glomeruli dan sekresi aktif (memerlukan protein transporter) atau dengan difusi pasif (obat dalam bentuk molekuler tak terionisasi ditubuli ginjal bagian proksimal ,namun obat yang t4elah disekresi ini ada sebagian yang mengalami reabsorpsi aktif atau pasif dibagian distal,dan kembali lagi kedalam saluran. setiap kejadian yang mampu menghambat filtrasi dan atau sekresi tubular akan meningkat kadar obat didalam darah dan atau memperlama waktu tinggal obat didalam tubuh dan sebaliknya jika reabsorbsi terhambat .dalam kaitannya dengan penurunan fungsi ginjal, perlu diperhatikan obat-obat yang menimbulkan metabolit toksik (Lukman, 2011).Pengukuran jumlah urin bermanfaat untuk ikut menentukan adanya gangguan faal ginjal dan kelainan dalam keseimbangan cairan tubuh. Volume urin berkaitan erat dengan penggunaan diuretik karena dapat menyebabkan terjadinya diuresis. Menurut Siswandono dan Soekardjo (1995), diuretik adalah senyawa atau obat yang dapat meningkatkan volume urin. Istilah diuresis sendiri mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam urin (Sutarno dkk, 2003).

BAB IIMETODE KERJAA. Alat Dan Bahan1. AlatAlat yang di gunakan pada percobaan Analisis Paracetamol Total dalam Cuplikan Urin adalah :a. Tabung reaksib. Spektroc. Gelas Ukur2. BahanBahan yang di gunakan pada percobaan Analisis Paracetamol Total dalam Cuplikan Urin adalah :a. Alkoholb. Akuadesc. HCld. Air kencing laki-laki dan wanitae. Water steril

B. Cara KerjaA. Pemberian Paracetamol dengan Pengumpulan UrinCuplikan urin harus dikumpulkan selama waktu 6 jam. Probandus dapat meminum obat dan dapat mengumpulkan cuplikan urin sehari sebelum dianalisis. Cuplikan urin dapat disimpan selama 1 malam pada suhu 40C tanpa penguraian yang berarti.1.Untuk menjaga aliran urin, subjek harus minum 200 ml air setelah 30 menit. Cuplikan ini digunakan sebagai blanko, catat volumenya.2.Paracetamol 500 mg diminum dengan 200 ml air dan waktu mulai dicatat. Ini adalah waktu jam ke nol.3.Setelah 1 jam, kandung kemih dikosongkan, banyaknya volume urin diukur dan dicatat serta ditandai. Ambil kurang lebih 15 ml. Probandus minum 200 ml air.4.Prosedur yang sama (seperti angka 3) diulang dengan interval waktu: 2,3,4,5 dan 6 jam.B.Analisis Cuplikan Paracetamol Total dalam Urin1.Tentukan kadar paracetamol total dalam cuplikan urin pada masing masing interval waktu yang telah ditentukan (jam ke-1, 2, 3, 4, 5 dan 6). Untuk penetapan kadarnya:a. Ambil 1 ml cuplikan urin dan tambahkan 4 ml HCL 4 M kedalam tabung reaksi.b. Cukupkan volumenya menjadi 10 ml dengan aquadestcampur homogen.c. Lakukan pembacaan serapan pada panjang gelombang 252 nm.2.Selanjutnya hitung parameter farmakokinetik paracetamol.

BAB IIIHASIL PERCOBAAN A. Hasil Pengamatan1. Tabel Larutan standarNo.Konsentrasi (ppm)WL1[231.0nm]ABS

11-0.063-0.063

220.0680.068

330.0360.036

440.0610.061

550.1250.125

2. Tabel Hasil PengamatanNo.Nama sampelWL1[231.0nm]AbsorbansiKonsentrasi(ppm)

1w 1`-0.661-0.661-23.6481 Low

2w2-1.009-1.009-36.0999 Low

3w355178.8543 High

4w455178.8543 High

5w5-1.207-1.207-43.1754 Low

6w655178.8543 High

7L155178.8543 High

8L255178.8543 High

9L355178.8543 High

10L455178.8543 High

11L555178.8543 High

12L655178.8543 High

3. Grafik

BAB IVPEMBAHASAN

Ketersediaan hayati digunakan untuk memberi gambaran mengenai keadaan dan kecepatan obat diabsorbsi dari bentuk sediaan dan digambarkan dengan kurva kadar-waktu setelah obat diminum dan berada pada jaringan biologis atau larutan sperti darah dan urine.Penilaian ketersediaan hayati dapat dilakukan dengan metode menggunakan data darah, data urin, dan data farmakologis atau klinis, namun lazimnya dipergunakan data darah atau data urin untuk menilai ketersediaan hayati sediaan obat yang metode analisis zat berkhasiatnya telah diketahui cara dan validitasinya. Jika cara dan validitas belum diketahui, dapat digunakan data farmakologi dengan syarat efek farmakologi yang timbul dapat diukur secara kuantitatif.Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk dapat memahami langkah-langkah analisis obat dalam cairan tubuh. Sampel obat yang digunakan adalah parasetamol dan data yang digunakan adalah data urine. Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah metode spektrofotometri UV.Alasan nenggunakan obat parasetamol sebagai sampel karena parasetamol dapat diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan massa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar keseluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25% parasetamol sehingga identifikasinya pun akan lebih mudah. Parasetamol berikatan dengan sulfat dan glukuronida terjadi di hati. Metabolisme utamanya meliputi senyawa sulfat yang tidak aktif dan konjugat glukoronida yang dikeluarkan lewat ginjal sehingga kami mengidentifikasi senyawa ini dalam benttuk konjugatnya yaitu senyawa glukoronida, sulfat dan fenol.Data urine yang diperoleh digunakan untuk menilai ketersediaan hayati sediaan obat dalam tubuh. Larutan standar yang digunakan menggunakan parasetamol murni. Hasil yang diperoleh, pada sampel urin pria pada jam pertama sampai jam ke 6 memiliki nilai absorbansi yang sama yaitu 5, hal ini dikarenakan sampel yang diukur sangat pekat sehingga konsentrasi parasetamol yang diperoleh dari sampel yaitu sebesar 178.8543 ppm. Sedangkan pada sampel urine wanita pada jam pertama mempunyai nilai absorbansi sebesar -0.661 dengan konsentrasi parasetamol sebesar -23.6481 ppm, hal ini terjadi karena larutan blanko sampel urine tidak dilakukan pengenceran. Sampel urine wanita pada jam ke 3 dan ke 4 memiliki nilai absorbansi sebesar 5 dengan konsentrasi parasetamol sebesar 178.8543 ppm.

BAB VKLESIMPULAN1. Langkah-langkah analisis paracetamol dalam cuplikan urin adalah mengumpulkan cuplikan urin selama waktu 6 jam. Probandus dapat meminum obat dan dapat mengumpulkan cuplikan urin sehari sebelum dianalisis. Cuplikan urin dapat disimpan selama 1 malam pada suhu 40C tanpa penguraian yang berarti.2. Analisis cuplikan paracetamol total dalam urin adalah dengan mentukan kadar paracetamol total dalam cuplikan urin pada masing masing interval waktu yang telah ditentukan (jam ke-1, 2, 3, 4, 5 dan 6). Untuk penetapan kadarnya:Ambil 1 ml cuplikan urin dan tambahkan 4 ml HCL 4 M kedalam tabung reaksi, cukupkan volumenya menjadi 10 ml dengan aquadest campur homogen, lakukan pembacaan serapan pada panjang gelombang 252 nm. Selanjutnya hitung parameter farmakokinetik paracetamol.

DAFTAR PUSTAKA Hakim lukman.,2011. Farmakokinetika klinik. Universitas Gadjah Mada., Yogyakarta.Andrie Mohamad,Wijianto Bambang,Simaremare Pinondang.,2013,. Pengaruh Jus Buah Durian (Durio Zibethinus Murr) Terhadap Profil Farmakokinetik Parasetamol Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus L.) Jantan Galur Wistar.Traditional Medicine Journal,18(3).Raveinal, suardi muslim,dan andria resta,.2013,. Tinjauan Akumulasi Seftriakson Dari Data Urin Menggunakan Elektroforesis Kapiler Pada Pasien Gangguan Fungsi Ginjal Stadium V. Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik. Suaniti Ni M., Komang Ari Gunapria Darmapatni, A. A. Bawa Putra, Ni K dan Ariati, 2014, Analisis Kualitatif Senyawa Parasetamol Kromatografi Gas Spektrometri Mass, Jurnal Kimia, Vol. 8. No. 2, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana.Sutarno, Shanti L., dan Suratman, 2003, Sifat Fisik Dan Kandungan NaCl Urin Tikus Putih (Rattus Norvegicus L.) Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Alangalang (Imperata Cylindrica L.) Secara Oral, Jurnal Biofarmasi, Vol.1. No. 1, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Surakarta.