Kinetik inaktivasi mikroorganisme

5
Kinetik inaktivasi mikroorganisme Mikroorganisme diinaktivasi bila terjadi reaksi intraseluler dimna terjadi gangguan metabolisme yang tidak reversibel. Pada suhu tinggi dan dengan keberadaan kelembapan seperti pada sterilisasi uap, input energi dari menginaktivasi mikroorganisme melalui cara denaturasi protein intraseluler. a. SAL (sterility assurance level ) Digunakan untuk menggambarkan probabilitas dari satu unit yang non-steril setelah mengalami proses sterilisasi. b. Nilai D Waktu/dosis yang dibutuhkan (pada temperatur tertentu) untuk membunuh suatu jenis mikroorganisme hidup menjadi sepersepuluh bagiannya (tersisa 10%). Nilai D ¿ Tu¿ log NOlog Nu Dimana : N = populasi mikroba N 0 = jumlah awal Nu = jumlah populasi yang bertahan hidup T 0 = waktu ekpose awal T U = waktu yang diperlukan untuk membinasakan 90% dari populasi awal C. Nilai Z kenaikan suhu yg dibutuhkan utk menurunkan harga D menjadi sepersepuluhnya. Z value menunjukkan perbedaan waktu yang diperlukan bagi setiap suhu yang digunakan untuk menurunkan jumlah mikroba menjadi 1/10nya. Z= TxT 0 log D 0log Dx

Transcript of Kinetik inaktivasi mikroorganisme

Kinetik inaktivasi mikroorganismeMikroorganisme diinaktivasi bila terjadi reaksi intraseluler dimna terjadi gangguan metabolisme yang tidak reversibel. Pada suhu tinggi dan dengan keberadaan kelembapan seperti pada sterilisasi uap, input energi dari menginaktivasi mikroorganisme melalui cara denaturasi protein intraseluler.

a. SAL (sterility assurance level )Digunakan untuk menggambarkan probabilitas dari satu unit yang non-steril setelah mengalami proses sterilisasi.

b. Nilai DWaktu/dosis yang dibutuhkan (pada temperatur tertentu) untuk membunuh suatu jenis mikroorganisme hidup menjadi sepersepuluh bagiannya (tersisa 10%).Nilai D

Dimana :N = populasi mikroba N0= jumlah awalNu = jumlah populasi yang bertahan hidupT0 = waktu ekpose awalTU = waktu yang diperlukan untuk membinasakan 90% dari populasi awal

C. Nilai Z kenaikan suhu yg dibutuhkan utk menurunkan harga D menjadi sepersepuluhnya. Z value menunjukkan perbedaan waktu yang diperlukan bagi setiap suhu yang digunakan untuk menurunkan jumlah mikroba menjadi 1/10nya.

Dimana: D0 = nilai D suhu awal T0Dx = nilai D dari suhu Tx

d. Nilai F0Nilai F didefinisikan sebagai waktu sterilisasi ekuivalen (dalam menit) objek yang diekspose terhadap lingkungan jenuh uap air pada suhu 121 0C dan merupakan nilai keseluruhan yang berasal dari formula tertentu sebagai berikut :

F0 L dt 10 (T (t) 121/Z dtDimana :L : kecepatan kematian 10(T-(t) 121/Z dtt: variable waktut0: waktu proses awal (inisial)tt: waktu proses akhirT(t) : variable suhu yang tergantug pada waktu/ 0cZ: perbedaan suhu yang menyebabkan 10 kali perubahan dalam kecepatan kematian.

Nilai DNilai D adalah ekspresi kecepatan secara kinetika, di mana mikroorganisme dibinasakan (dibunuh). Nilai D biasanya didasarkan pada kondisi sterilisasi spesifik, missal D121 adalah waktu yang diperlukan untuk menurunkan populasi sel (bentuk vegetative atau spora) sebesar 90 % jika diekpose pada suhu udara basah 121 0C. Nilai D sering digunakan dalam mendeskripsikan efektifitas proses sterilisasi, seperti jumlah nilai D yang dibutuhkan agen untuk mengurangi populasi mikroba selama proses sterilisasi. Sebagai contoh notasi 12D mengidentifikasikan penurunan populasi mikroba sebesar 12 log atau secara teoritis membunuh 1012 mikroorganisme.

Uji sterilitas meliputi :A. Pemeriksaan kebocoran1. Untuk injeksi yang disterilkan dengan pemanasan :a. Ampul : Disterilkan dalam kondisi terbalik dengan ujung yang dilebur berada di bawah. Wadah yang bocor akan berkurang setelah selesai sterilisasi.b. Vial : setelah disterilkan, masih dalam keadaan panas, masukan ke dalam larutan dingin metilen blue 0.1%. wadah yang bocor akan berwarna biru, karena larutan metilen biru akan masuk ke dalam larutan injeksi tersebut.2. Untuk injeksi yang disterilkan tanpa pemansandiperiksa dengan memasukannya ke dalam eksikator dan divakumkan. Pada wadah yang bocor, isi akan terserap keluar.

B. Pemeriksaan sterilitasUji ini dilakukan untuk menetapkan ada tidaknya bakteri, jamur, dan ragi yang hidup dalam sediaan yang diperiksa.Menurut FI III, pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :1. Pembenihan A Digunakan untuk memeriksa adanya bakteria. perbenihan tioglikolat untuk bakteri aerob ; sebagai pembanding digunakan Bacillus subtilise atau Sarcina lutea.b. Perbenihan tioglikolat yang disebabkan dari oksigen terlarut, denagan cara memanaskan pada suhu 100 oc selama waktu tertentu yang diperlukan untuk bakteri anaerob ; sebagai pembanding digunakan Bacteriodes vulgates atau Clostridium sporogenus.2. Pembenihan B Digunakan untuk memeriksa adanya jamur dan ragi, untuk itu dipakai asam amino; sebagai pembanding digunakan Candida albicans.

C. Pemeriksaan pirogenDengan mengukur peningkatan suhu badan kelinci percobaan yang disuntik dengan sediaan uji pirogenitas secara intravena.

D. Pemeriksaan Kejernihan dan warnaDiperiksa dengan melihat wadah pada latar belakang hitam putih, disinari dari samping. Kotoran berwarna akan terlihat pada latar belakang putih, kotoran tidak berwarna akan terlihat pada latar belakang hitam.