KHUSUS UNTUK ANGGOTA Buletin GINSI Jateng BULETIN GINSI · Mustafa Kemal (Wakil Ketua Bidang...

22
Buletin GINSI Jateng 1 Edisi Oktober 2017 BULETIN JATENG GINSI Edisi Oktober 2017 : 893 TAHUN KE - XXXIX KHUSUS UNTUK ANGGOTA Sekretariat : Jl. Abdul Rahman Saleh No. 226 H Semarang Telp/Fax : 024 – 76432943 Email : [email protected] // Website : www.ginsijateng.com

Transcript of KHUSUS UNTUK ANGGOTA Buletin GINSI Jateng BULETIN GINSI · Mustafa Kemal (Wakil Ketua Bidang...

Buletin GINSI Jateng 1

Edisi Oktober 2017

BULETIN

JATENG GINSI Edisi Oktober 2017 : 893 TAHUN KE - XXXIX

KHUSUS UNTUK ANGGOTA

Sekretariat : Jl. Abdul Rahman Saleh No. 226 H Semarang Telp/Fax : 024 – 76432943 Email : [email protected] // Website : www.ginsijateng.com

Buletin GINSI Jateng 2

Edisi Oktober 2017

OKTOBER 2017 NOMOR : 893 TAHUN KE - XXXIX

DAFTAR ISI Liputan Khusus : Peranan GINSI …………………………………………………………………………………………. 3 Australia Minta RI Bebaskan Bea Masuk 3 Komoditas Ini …………………………………………………….. 5 Mendag Buka Aktivitas Ekspor-Impor di Pelabuhan Bitung …………………………………………………. 6 Pemerintah Minta Kemudahan Impor Migas dari Negara Arab …………………………………………….. 7 GINSI: Biaya Logistik Meroket Akibat Minim Pengawasan ……………………………………………………. 8 Naik ke Peringkat 72, Kemudahan Berbisnis RI di Bawah Vietnam ………………………………………. 9 Pemerintah-BI Sebut Pertumbuhan Ekonomi 2017 Tak Capai Target ………………………………….. 10 OJK 'Coret' Satu Bank Berdampak Sistemik ………………………………………………………………………… 11 Pengusaha Pelayaran RI Keberatan Rencana Pemerintah Datangkan Kapal Kargo Jepang …….. 12 Hari ke-3 TEI, Pemerintah Sepakati Kontrak Dagang Rp 669 M dengan 3 Negara …………………. 13 Pengusaha Curhat ke Bos Bea Cukai Soal Lamanya Urus Izin Impor …………………………………….. 15 Sri Mulyani 'Ketok Palu', Naikkan Cukai Rokok 2018 …………………………………………………………… 16 Ceremonial Pemeriksaan Fisik Petikemas Impor Berbasis Teknologi …………………………………… 19 Kegiatan BPD GINSI Jawa Tengah Bulan September 2017 …………………….……………………………… 20 PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/PMK.010/2017 ……. 21

TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR …………… PRODUK CANAl LANTAIAN DARI BESI ATAU BAJA BUKAN PADUAN ……………………………………

*** dihimpun dari berbagai sumber

BULETIN GINSI JATENG

Buletin GINSI Jateng 3

Edisi Oktober 2017

LIPUTAN KHUSUS :

PERANAN GINSI GINSI Ikut Tumpas Importir Nakal

Dr. Capt. Anthon Sihombing resmi menjadi Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) untuk periode 2017-2022. Anthon menggantikan Rofik Natahadibrata yang habis masa baktinya.

Anthon merupakan alumnus Akademi Pelayaran Indonesia angkatan ke-15 dan meraih gelar doctor dari Universitas Satyagama. Saat ini pria kelahiran Tapanuli Utara, 28 Februari 1952 ini juga menjabat sebagai anggota Komisi V DPR RI.

Anthon Sihombing mengatakan program kerja jangka pendek pihaknya ialah akan mendata seluruh importir di Indonesia. Hal itu bertujuan untuk meminimalisir importir nakal.

"Kita butuhkan kemitraan dengan Kementerian Perdagangan sehingga importir itu bisa terdata seperti asosiasi-asosiasi lain," kata Anthon, di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, pada acara Pengukuhan BPP GINSI periode 2017-2022, Jumat (13/10).

Jika hal tersebut diterapkan, lanjutnya, maka pengusaha yang melakukan impor terpercaya dan mempunyai rekomendasi dari GISNI. Selain itu, Anthon berharap pemerintah juga meminimalisir hal-hal yang selama ini dinilai mempersulit para pengusaha seperti pungutan-pungutan liar.

"Tidak mempersulit atau tidak mengadakan pungutan-pungutan yang memberatkan sehingga importir itu bisa terdata semua," ujarnya.

Anthon mengakui, saat ini masih ada beberapa importir nakal lolos. Lolosnya importir nakal pasti karena ada dukungan aparat nakal. "Permasalahannya mungkin importirnya tidak mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan atau permasalahannya dari pihak Bea Cukai juga belum bekerja secara profesional."

Dalam kesempatan ini, Anthon juga mengukuhkan jajaran kepengurusan baru. "Para pengurus akan berupaya selalu berdampingan dengan pemerintah dalam menjalankan peraturan-peraturan yang berlaku terutama di dalam perdagangan internasional," katanya.

Berikut beberapa nama yang termasuk ke dalam kepengurusan BPP GINSI periode 2017-2022: 1. Bowo Sidik Pangarso (Pembina/Penasehat)

2. Edison Betaubun (Pembina/Penasehat) 3. Erwin Taufan (Sekretaris jenderal) 4. Setiaji (Wakil Ketua Bidang Kepelabuhanan) 5. Mustafa Kemal (Wakil Ketua Bidang Organisasi) 6. Husein Siregar (Wakitl Ketua Bidang

Perdagangan, Perindustrian)

Dengan pengukuhan jajaran Badan Pengurus Pusat (BPP) yang baru, GINSI berharap bisa lebih berperan dalam mengatur keanggotaannya. Sehingga seluruh anggotanya dapat terpantau dan tercatat untuk selanjutnya menjadi database nasional.

“Keberadaan GINSI sangat penting mengingat semua produk dari luar negeri diimpor secara resmi oleh pengusaha-pengusaha yang bergabung di GINSI. Kami sangat bersemangat untuk mengemban tugas bersama organisasi ini,” tambahnya.

Selain itu, produk dan perijinan yang diperuntukkan akan termonitor dan tertata dengan sistem yang terintegrasi dengan pihak regulator. Pemerintah Gandeng GINSI Racik Strategi

GINSI didirikan pada 21 Mei tahun 1969. Salah satu visi dan misi GINSI adalah menjadi mitra pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang baik dan tertib, sehingga dunia usaha berkembang secara wajar dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional.

“Para pengurus akan berupaya selalu berdampingan dengan pemerintah menjalankan peraturan-peraturan yang berlaku, terutama dalam perdagangan internasional. Karena itu, pengurus GINSI akan menjadi kepanjangan tangan dalam berpartisipasi mengamankan kebijakan-kebijakan pemerintah yang berlaku,” tutur Anthon.

Kementerian Perdagangan meminta program-program pemerintah dapat didukung pengusaha terutama dalam hal mengurangi ketergantungan impor. Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) diharapkan dapat bekerja sama dalam menciptakan kebijakan pendukung keinginan pemerintah ini.

"Tentu itu sangat penting kami komunikasikan karena kebijakan tersebut akan dikemas sedemikian rupa oleh pemerintah dan berkomunikasi dengan GINSI sehingga program

Buletin GINSI Jateng 4

Edisi Oktober 2017

pemerintah dapat berhasil," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan, di Hotel Sari Pan Pasifik, Jakarta, Jumat (13/10).

GINSI, lanjutnya, merupakan organisasi yang Kementerian Perdagangan tunggu. Sebab, melalui GINSI pemerintah akan dapat mengomunikasikan program dan kebijakannya secara efektif. "Khususnya GINSI sebagai mitra dalam penataan kebijakan pengelolaan impor," ujarnya.

Sebelumnya, pangan menjadi salah satu komoditas yang masih kerap didatangkan dari luar negeri atau impor. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan Indonesia sebagai negara besar harus memperkuat ketahanan pangannya sebisa mungkin untuk memenuhi kebutuhan rakyat dari produksi dalam negeri sendiri. Pasalnya, ketergantungan pada pangan impor dapat mengancam kedaulatan negara.

"Kalau ketahanan pangan lemah, kedaulatan negara terancam, kriminalitas juga pasti meningkat," jelas Menteri Amran. GINSI : Jangan Alergi Pada Importir

Importir yang tergabung dalam Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) meminta semua pihak tak mengucilkan importir. Lantaran importir memiliki peran penting dalam hubungan internasional.

Sekretaris jenderal Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI), Erwin Taufan, mengatakan, kegiatan impor berkaitan erat dengan kegiatan ekspor suatu negara. Dan beliau juga meminta masyarakat tidak alergi pada importir. Kegiatan impor, menurutnya, juga salah satu penyumbang penerimaan negara.

"Kita tidak boleh alergi pada importir. Impor itu silaturahmi internasional. Impor hubungan negara lain yang kita juga melakukan ekspor," kata dia Hotel Sari Pan Pasific Jakarta, Jumat (13/10/2017).

"Kita lakukan kepentingan bangsa ini. Yang menjadi perhatian karena kita mengeluarkan devisa impor," tambahnya.

Demi kemajuan importir, pemerintah diminta mengajak pelaku usaha saat pembuatan kebijakan dan regulasi. Sebab, beberapa regulasi

yang dikeluarkan tidak mudah dipahami oleh para pengusaha.

Lebih lanjut, dia berharap ke depan GINSI bisa menjalin hubungan baik dengan pemerintah. Dia menerangkan, saat ini terdapat 26 ribu hingga 28 ribu importir di Indonesia. Sementara, yang menjadi anggota GINSI aktif 1.200 anggota.

Dia meminta pemerintah turut melakukan pembinaan pada anggota. Sejalan dengan itu, pemerintah diharapkan terbuka pada kritik yang dilancarkan oleh pelaku usaha.

Sejalan dengan itu, dia juga meminta pemerintah tidak mengeluarkan peraturan yang sulit dipahami oleh pengusaha.

"Beberapa regulasi tersebut jangan menambah permasalahan di kami, karena kami juga mendapat keluhan kadang-kadang dari regulasi yang diterbitkan tak mudah dipahami oleh para anggota kita. Padahal maksud aturan tersebut demi untuk keberpihakan pada para pelaku usaha," jelas dia.

Dia menuturkan, sebelum mengeluarkan aturan sebaiknya pemerintah melakukan sosialisasi kepada para pelaku usaha.

Maka dari itu, dia meminta intensitas sosialisasi bisa ditingkatkan. "Karena nantinya aturan tersebut bagian yang akan kita laksanakan," tandasnya.

"Kita berharap aturan tersebut sebelum dilakukan atau diberlakukan seharusnya pemerintah bisa melakukan mediasi, sharing kepada GINSI memberikan suatu hal yang baik," ujar dia.

Pelaksana tugas (Plt) Dirjen Hubungan Laut Kementerian Luar Negeri, Bay M Hasani, mengatakan GINSI menjadi salah satu mitra penting bagi Kementerian Perhubungan khususnya Direktorat Perhubungan Laut dalam menunjang atau mendukung kelancaran arus barang di pelabuhan dan tentunya sebagai mitra kerja yang penting dalam menyusun kebijakan tarif.

"Kami juga selalu aktif berdiskusi tentang bagaimana tata pelabuhan yang baik dan benar baik. Bagaimana supaya dwelling time (waktu bongkar muat barang) itu menurun yang selama ini katakanlah 5,7 (hari) sekarang jadi 3 (hari)," kata Bay.

Buletin GINSI Jateng 5

Edisi Oktober 2017

Australia Minta RI Bebaskan Bea Masuk 3 Komoditas Ini

Indonesia dan Australia tengah menjajaki kerja sama bilateral untuk pemberlakuan tarif bea masuk 0 persen terhadap tiga komoditas unggulan dari masing-masing negara. Hal ini terkait dengan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pemberlakuan tarif bea masuk 0 persen ini diharapkan memacu pertumbuhan industri kedua negara melalui perluasan pasar ekspor.

“Kami akan pelajari terlebih dahulu, karena ini merupakan pembahasan dari implementasi free trade agreement. Jadi, harus diperhitungkan keuntungan dan kerugiannya,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (12/10/2017).

Dia menjelaskan, tiga komoditas yang diminta Australia untuk dibebaskan bea masuknya antara lain susu (skim milk dan skim milk powder), copper cathode, serta baja (hot rolled coil dan cold rolled coil). Sebagai gantinya, Australia memberi tawaran bea masuk nol persen untuk tiga komoditas potensial Tanah Air.

"Mereka menawarkan untuk ditukar dengan tekstil, footwear (alas kaki), dan clothing (pakaian) yang bea masuknya juga menjadi nol persen,” kata dia.

Menurut Airlangga, pembebasan bea masuk tersebut menjadi peluang besar bagi industri Indonesia untuk terus tumbuh dan berkembang. Misalnya di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT).

"Saat ini, China dan Vietnam sudah dikenakan nol persen, sedangkan ekspor produk tekstil Indonesia ke Amerika dan Eropa masih kena bea masuk 5 persen-20 persen. Dengan pembebasan bea masuk ini, industri kita akan semakin kuat," jelas dia.

Selain itu, selama ini industri TPT nasional mampu menunjukkan daya saingnya di tingkat global. Sebab, sektor andalan ini telah terintegrasi dari hulu sampai hilir dan produknya dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional.

“Khusus untuk industri shoes and apparel sport, kita sudah melewati Tiongkok. Bahkan, di

Brasil, kita sudah menguasai pasar di sana hingga 80 persen,” ucap Airlangga.

Dia berharap, kolaborasi ini dapat lebih meningatkan daya saing dan produktivitas bagi sektor manufaktur nasional melalui penyediaan bahan baku berkualitas. Pasalnya, selama ini Indonesia masih banyak dikenakan tarif bea masu ke pasar tradisional seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa.

“Ini karena kita punya daya saing tinggi, sehingga mereka pasang barikade juga,” ungkap dia. Sementara itu, Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Harjanto mengemukakan, pihaknya tidak akan langsung menyetujui usulan Australia tersebut. Sebab, diperlukan perhitungan yang komprehensif agar bisa saling menguntungkan.

Harjanto mengusulkan, Australia bisa menggunakan skema user specific duty free scheme (USDFS). Artinya, preferensi tarif nol persen dapat diberikan jika ada investasi yang masuk. Dengan demikian, masih ada nilai tambah dan Indonesia bisa melakukan ekspor ke negara lain.

"Bahan baku boleh saja dari mereka ke kita, akan tetapi investasi harus masuk sehingga ada transfer teknologi. Dengan begitu walaupun kita masih impor bahan baku, tetapi memiliki kemungkinan untuk ekspor produk turunannya," tutur dia.

Sebagai informasi, Australia merupakan salah satu negara sumber investasi bagi Indonesia. Data BKPM periode 2010-2015 menunjukkan realisasi investasi US$ 2,1 miliar terdiri dari investasi di sektor pertambangan, kimia dasar dan infrastruktur. Dari komitmen investasi, tercatat sebesar US$ 7,7 miliar dari sektor industri logam, properti dan sektor peternakan

Angka realisasi investasi pada kuartal I 2016 dari Australia tercatat sebesar US$ 59,98 juta terdiri dari 131 proyek investasi dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 5.070 orang. Secara keseluruhan total investasi yang masuk kuarta I 2016 tercatat mencapai Rp 146,5 triliun atau meningkat 17,6 persen dari periode sebelumnya sebesar Rp 124,6 triliun.

Buletin GINSI Jateng 6

Edisi Oktober 2017

Mendag Buka Aktivitas Ekspor - Impor di Pelabuhan Bitung

MANADO - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita membuka berbagai produk ekspor dan impor di Pelabukan Bitung, Provinsi Sulawesi Utara.

"Saat ini pemerintah pusat telah membuka aktivitas ekspor impor di Pelabuhan Bitung yang sebelumnya hanya dibatasi tiga produk saja," kata Mendag Enggartiasto Lukita, saat melakukan kunjungan kerja di Manado, Ahad (29/10).

Dia mengatakan, sebelumnya kegiatan ekspor impor di Pelabuhan Bitung hanya dibatasi tiga produk, yakni makanan dan minuman, pakaian jadi serta barang elektronik.

Saat ini, katanya lagi, pihaknya buka seperti di pelabuhan lain yakni produk alas kaki, mainan anak-anak, kosmetik, obat tradisional dan keperluan lainnya.

Dengan dibuka keran ekspor impor ini, diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

pelaku usaha di Sulut. "Dipastikan akan mampu meningkatkan perekonomian di daerah," kata Enggar.

Enggar memberikan contoh bahwa produk alas kaki memberikan dampak besar pada perekonomian di Indonesia. Ia menjelaskan peluang ini harus dimanfaatkan dengan baik, dan semua regulasi harus siap. Enggar menjelaskan pihaknya tidak ingin ada penyelundupan lewat peluang ini.

Gubernur Sulut Olly Dondokambey mengatakan hal itu merupakan kabar yang membahagiakan bagi Sulut. "Berarti Pelabuhan Bitung sebagai hub port akan berjalan dengan baik," katanya.

Olly berharap terjadi peningkatan arus barang dan jasa di Sulut, dan otomatis akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah ini.

Buletin GINSI Jateng 7

Edisi Oktober 2017

Pemerintah Minta Kemudahan Impor Migas dari Negara Arab

Jakarta - Pemerintah Indonesia meminta otoritas Arab Saudi untuk mempermudah impor minyak dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari Saudi Aramco. Adapun, permintaan ini disampaikan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar kepada CEO of Saudi Fund for Development H.E Al Khateeb dan Penasehat Senior Menteri Industri, Energi dan Mineral Arab Saudi Dr Nasser A Al-Dossary pada 25 Oktober silam.

Dalam pertemuan itu, Arcandra meminta pemerintah Arab Saudi untuk memberikan harga minyak Arab Light yang lebih rendah kepada Indonesia. Sementara untuk impor LPG, pemerintah Arab Saudi diharapkan bisa membantu pembelian langsung LPG dari Saudi Aramco untuk PT Pertamina (Persero), di mana kebutuhan LPG dari Saudi Aramco mengambil 13 persen dari impor sebesar 6 juta ton per tahun.

Tak hanya soal kemudahan impor, Indonesia juga berharap otoritas kebandarudaraan Arab Saudi (General Authority of Civil Aviation/GACA) bisa mengamini keinginan Pertamina untuk menjadi operator penyedia avtur di Arab Saudi. Sebelumnya, Pertamina berencana untuk menjadi operator avtur bandara King Abdul Aziz di kota Jeddah dan akan menggandeng badan usaha Arab Saudi, Dallah Trans Arabia di dalam operasionalnya.

“Pemerintah Arab Saudi diharapkan dapat memberikan penerbitan izin usaha avtur refuellingdi bandara Jeddah untuk Pertamina,” jelas Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik

dan Kerja Sama Kementerian ESDM Dadan Kusdiana dikutip Selasa (31/10).

Selain dengan Arab Saudi, permintaan kemudahan impor LPG juga disampaikan kepada Uni Emirat Arab. Setelah bertemu delegasi Arab Saudi, Arcandra meminta pemerintah UEA untuk membantu Pertamina dalam membeli langsung impor LPG dari Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC).

Permintaan ini disampaikan kepada Undersecretary, Ministry of Energy Uni Emirat Arab H.E. Matar Hamed Al Neyadi. “Hal ini dikarenakan sebagian LPG Indonesia berasal dari UAE,” tambah Dadan.

Selain membahas impor LPG, pemerintah juga menagih komitmen investasi UEA di bidang energi. Pertama, pemerintah Indonesia ingin agar proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di Cirata yang dibangun oleh Masdar bisa memasuki fase perjanjian jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA).

Kedua, dari sisi hulu migas, Mubadala Petroleum rencananya akan melakukan investasi di blok Andaman dan mempertimbangkan perluasan investasi ke Natuna. Blok Andaman sendiri merupakan satu dari 15 Wilayah Kerja (WK) migas yang dilelang pemerintah tahun ini.

Namun, sebelum melakukan investasi, Mubadala ingin agar seluruh aturan terkait kontrak bagi hasil Gross Split sudah rampung. “Mubadala Petroleum berharap agar peraturan perpajakan skema Gross Split dapat segera diterbitkan,” pungkas Dadan.

Buletin GINSI Jateng 8

Edisi Oktober 2017

GINSI: Biaya Logistik Meroket Akibat Minim Pengawasan

JAKARTA - Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) menyatakan minimnya pengawasan dari instansi terkait terhadap mekanisme penarifan layanan jasa logistik nasional membuat biayanya meroket, bahkan cenderung tidak bisa dikontrol.

Sekjen Badan Pengurus Pusat (BPP) GINSI

Erwin Taufan mengatakan selama ini pemilik barang atau importir selaku pihak yang paling dirugikan lantaran tidak ada kepastian tarif layanan logistik termasuk di pelabuhan karena mekanisme penarifan yang sudah disepakati asosiasi penyedia dan pengguna jasa sering tidak berjalan sebagaimana mestinya.

"Hal itu karena tidak adanya pengawasan melekat dari instansi yang berwenang. Kalau di pelabuhan tugas kontrol ada pada otoritas pelabuhan, sebab fungsi pengawasan ada pada institusi itu," ujarnya saat dihubungi Bisnis pada Rabu (18/10/2017).

Erwin menambahkan GINSI sedang melakukan kordinasi dengan para pengurus asosiasi tersebut di berbagai daerah pasca pengukuhan kepengurusan BPP GINSI 2017-2022.

"Sekarang saja kami sedang kordinasi dengan pengurus GINSI Jawa Tengah untuk menampung apa saja masalah dan keluhan yang terjadi.Salah satunya yang mencuat termasuk soal minimnya pengawasan soal penarifan layanan jasa kepelabuhanan," paparnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, terkait tarif-tarif jasa kepelabuhanan di Indonesia yang ada saat ini, GINSI meminta untuk ditinjau ulang, karena pemberlakuan tarif tersebut terkadang malah membebani para pelaku bisnis.

"Kondisi seperti ini tidak sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo yang menginginkan biaya logistik nasional bisa ditekan. Di sisi lain, situasi ekonomi yang belum sepenuhnya membaik justru menjadi kendala tersendiri, sementara biaya logistik yang seharusnya lebih mengakomodir kelangsungan dunia usaha belum mampu diwujudkan akibat biaya logistik tidak bisa termonitor," paparnya.

Ketua GINSI Jateng Budiatmoko mengatakan ketidakpastian biaya logistik yang tidak bisa termonitor dan langsung dibebankan saja kepada importir menyebabkan tingginya harga komoditas di pasaran dan menyulitkan masyarakat.

"Selama ini importir hanya pasrah dan mau tidak mau harus membayarnya teehadap seluruh komponen biaya logistik itu," ujarnya.

Buletin GINSI Jateng 9

Edisi Oktober 2017

Naik ke Peringkat 72, Kemudahan Berbisnis RI di Bawah Vietnam

JAKARTA - Bank Dunia dalam laporan teranyarnya terkait kemudahan berbisnis (Ease of Doing Business/EODB) 2018, menaikkan peringkat Indonesia ke posisi 72, naik 19 peringkat dibandingkan posisi 2017. Kendati demikian, peringkat Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan Vietnam.

Berdasarkan laporan Bank Dunia yang dipublikasikan Rabu (1/11), Indonesia mengantongi skor 66,47 atau naik 2,25 dibanding tahun lalu. Adapun New Zeland yang memperoleh peringkat pertama kemudahan berbisnis mengantongi skor 86,55. Sementara itu, Singapura berada di peringkat kedua dengan skor 84.57, Malaysia di peringkat ke-24 dengan skor 78,43, Thailand di peringkat ke-26 dengan skor 77,44, dan Vietman di peringkat ke-68 dengan skor 67,93.

Berdasarkan indikatornya, kenaikan peringkat kemudahan berbisnis Indonesia didorong

oleh indikator penyelesaian kebangkrutan (resolving insolvency) naik paling tajam sebanyak 38 peringkat, di susul oleh proteksi kepada investor minoritas (protecting minority ivestors) yang naik 17 peringkat, dan kemudahan memulai bisnis yang naik 16 peringkat.

Sementara itu, indikator terkait pembayaran pajak dan perdagangan lintas negara masing-masing turun 10 peringkat dan 4 peringkat.

Pemerintahan Presiden Joko Widodo selama tiga tahun terakhir memiliki konsen untuk mengerek peringkat kemudahan berbisnis. Jokowi bahkan menargetkan Indonesia dapat masuk dalam peringkat 40 besar pada 2019 mendatang.

EODB adalah survei tahunan yang dilaksanakan Bank Dunia yang mencerminkan daya tarik investasi dari segi kebijakan pemerintah. Supaya dianggap sebagai tempat yang paling nyaman investasi, Indonesia harus bersaing dengan 190 negara lainnya.

Buletin GINSI Jateng 10

Edisi Oktober 2017

Pemerintah-BI Sebut Pertumbuhan Ekonomi 2017 Tak Capai Target

emerintah dan Bank Indonesia menyebut pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun tidak akan mencapai target Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Penyesuaian (APBNP) sebesar 5,2 persen.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan, pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun diproyeksi sebesar 5,17 persen, atau 0,03 persen di bawah target APBNP 2017. Meski begitu, angka ini lebih baik dibanding pertumbuhan ekonomi tahun lalu sebesar 5,02 persen.

Angka itu dipengaruhi oleh membaiknya konsumsi masyarakat kelas menengah maupun kelas masyarakat dengan berpendapatan menengah ke bawah.

Ini ditandai dengan peningkatan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di akhir kuartal III, dan diharapkan tren ini akan membaik pada kuartal IV mendatang. Pada September lalu, pertumbuhan PPN mencapai 12,14 persen dan diperkirakan naik lagi jadi 12,29 persen di bulan Oktober.

“Pemerintah estimasi pertumbuhan ekonomi di kuartal III ada di angka 5,2 persen dan kuartal IV di angka 5,4 persen. Total seluruh tahun adalah 5,17 persen,” ujar Sri Mulyani, Selasa (31/10).

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memprediksi pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun nanti berada di angka 5,15 persen. Menurutnya, faktor perbaikan ini tak hanya disebabkan oleh faktor internal, namun juga faktor eksternal.

Ia menyebut, harga komoditas terus meningkat dan rata-rata mencapai pertumbuhan sebesar 18 persen hingga Oktober tahun ini. Perbaikan harga ini tentu saja mampu mendongkrak ekspor menjadi lebih baik.

Tak hanya dari sisi harga, volume perdagangan dunia juga diperkirakan membaik dengan pertumbuhan yang diperkirakan mencapai 2,9 persen tahun ini.

“Angka ini tentu saja lebih baik dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar 1,4 persen,” paparnya.

Selain itu, lembaga internasional juga memberikan pandangan positif untuk pertumbuhan ekonomi tahun ini. Ia mencontohkan, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia yang merevisi target pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,5 persen di tahun ini menjadi 3,6 persen.

“Kami melihat optimisme, di Eropa ada perbaikan, di China perbaikan, dunia membaik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I sebesar 5,01 persen. Namun pembahasan di semester II akan ada pemulihan lebih baik lagi,” jelasnya.

P

Buletin GINSI Jateng 11

Edisi Oktober 2017

OJK 'Coret' Satu Bank Berdampak Sistemik

toritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut, jumlah bank berdampak sistemik telah berkurang satu lantaran terdapat

penurunan aset yang digunakan untuk menghapus kredit bermasalah.

"Ada satu bank yang keluar dari risiko sistemik karena size (kapasitas aset) dari bank itu menurun. Karena bank itu telah hapus buku cukup besar maka yang tadinya sistemik jadi tidak," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, Selasa (31/10).

Keputusan tersebut diambil setelah Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menggelar rapat pada Senin (30/10). Artinya, saat ini perbankan sistemik tinggal 11 bank. Sayang, OJK tak menyebut perbankan yang dimaksud.

Namun, Wimboh menegaskan bahwa OJK bersama KSSK akan terus melakukan pengawasan terhadap kinerja seluruh pelaku jasa keuangan dan dampaknya pada sistem keuangan Indonesia.

Ia menyatakan, saat ini ada beberapa perbankan yang tengah dimonitor oleh OJK. Hal ini lantaran posisi perbankan berada di rentang batas atas (border line) sebagai perbankan yang berisiko sistemik.

"Kami indikasi ada beberapa bank yang hampir di border line. Maka bank-bank ini kami monitor meski tidak dalam kondisi sistemik," kata Wimboh.

Menurutnya, hal ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi bila sewaktu-waktu status perbankan yang dimaksud benar-benar sudah masuk kategori sistemik.

"Maka kalau ada risiko bisa kami tangkap lebih dini. Jadi kami langsung reaktif terhadap bank-bank ini," pungkasnya.

Penerapan kategori perbankan dengan risiko sistemik dibentuk berdasarkan instruksi dari Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK) yang dibentuk pada tahun lalu.

Hal ini dilakukan oleh OJK untuk mengantisipasi kinerja perbankan yang tiba-tiba memburuk. Namun, tolok ukurnya dilakukan pada saat kinerja bank tengah normal.

Kriteria bank sistemik tersebut, yaitu pertama, berdasarkan ukuran bank tersebut yang dilihat dari total aset hingga deposito. Kedua, berdasarkan kompleksitasnya, terlihat dari produk-produk keuangan yang dikeluarkan.

Ketiga, berdasarkan interkonektivitasnya dengan industri jasa keuangan lainnya. Misalnya, berdasarkan konglomerasi keuangan bank terhadap anak-anak usahanya.

O

Buletin GINSI Jateng 12

Edisi Oktober 2017

Pengusaha Pelayaran RI Keberatan Rencana Pemerintah Datangkan Kapal Kargo Jepang

Para pengusaha pelayaran yang tergabung

dalam Indonesian National Shipowners Association (INSA) keberatan dengan rencana pemerintah pusat yang ingin mendatangkan kapal kargo bermuatan besar dari Jepang untuk membantu program Tol Laut.

Bahkan, rencana tersebut dinilai berpotensi melanggar Undang-Undang Pelayaran Nomor 17 Tahun 2008.

"Sesuai undang-undang, kapal asing tidak boleh melayari domestik, kecuali jika kapal di Indonesia tidak ada yang yang serupa. Itu jelas-jelas melanggar undang-undang," kata Sekretaris Umum INSA, Budhi Halim di Jakarta, Senin (16/10).

Budhi menambahkan, pemerintah pusat seharusnya melakukan komunikasi dengan pelaku industri pelayaran nasional terlebih dahulu. Kemudian, alangkah lebih baiknya pengusaha pelayaran nasional yang paling diprioritaskan.

"Pemerintah itu seperti orang tua, jadi berikan kepada kami anak sendiri. Sewa kapal itu mahal dan tidak efektif, nanti pemerintah sendiri yang rugi," kata dia.

Dari kaca mata pemerintah pusat, menurut Budhi, ingin muatan logistik murah dengan cara menyediakan kapal besar. Namun masih ada kendala, mulai dari infrastruktur penunjang hingga tingkat keterisian barang. Dengan begitu, pemerintah berpotensi mengalami kerugian.

"Mesti dilihat, pelabuhan bisa menampung kapal besar atau tidak. Kedua, muatan baliknya ada tidak dari sana? Kapal besar ini bolak-balik dan nantinya subsidi dari pemerintah. Kalau pemerintah yang sewa, nanti pemerintah yang rugi," kata dia.

Budhi menegaskan pengusaha pelayaran nasional mampu mendukung program Tol Laut. Pemerintah hanya tinggal memberikan subsidi

kepada swasta. "Pengusaha kita bisa. Ingin biaya logistik swasta murah, subsidi tinggal diberikan kepada swasta untuk menutupi biaya," ucap dia.

Sebelumnya, Staf Khusus Presiden Lenis Kagoyo, dalam kunjungannya ke Manokwari, Papua Barat, menyatakan pemerintah pusat terus berupaya memperbaiki program tol laut dengan menggandeng perusahaan raksasa asal Jepang. Sebab, menurut Lenis, harga bahan pangan dan bahan bakar minyak (BBM) di Papua dan Papua Barat masih tinggi.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan kapal kargo bermuatan besar dan berteknologi tinggi. Sehingga, tidak membutuhkan crane untuk proses bongkar muat. Kapal ini diproyeksikan dapat beroperasi pada November 2017.

"Meski program sudah berjalan 3 tahun, masyarakat di Papua dan Papua Barat masih mengkritik. Tol laut tidak berfungsi sebagaimana mestinya, harga BBM tidak turun-turun sesuai program Nawacita Presiden Joko Widodo," ujar Lenis.

Ketua Himpunan Ahli Pelabuhan Indonesia (HAPI), Wahyono Bimarso, menyatakan pengusaha pelayaran Indonesia memiliki kapal-kapal bermuatan 1000-2000 teus serta melayani rute-rute besar ke Indonesia bagian barat dan timur. Swasta, lanjut Wahyono, takutnya ada investor besar khususnya dari asing yang masuk ke tol laut, kemudian mendatangkan kapal 3.000 dan akan mengambil rute-rute yang bersinggungan dengan mereka.

"Karena itu, investor tersebut harus ditahan, tidak boleh. Kita punya azas cabotage, jadi bendera asing tidak boleh masuk ke dalam pelayaran kita," ucap Wahyono.

Buletin GINSI Jateng 13

Edisi Oktober 2017

Hari ke-3 TEI , pemerintah sepakati kontrak dagang Rp 669 M dengan 3 negara

Penandatanganan Kontrak Dagang kembali

mewarnai hari ke-3 gelaran Trade Expo Indonesia (TEI) 2017. Kontrak dagang yang dilakukan hari ini berhasil membukukan nilai sebesar USD 49,58 juta atau setara Rp 669,2 miliar.

"Hari ini kita lakukan penandatanganan kontrak dagang dengan tiga negara. Thailand, Mesir, dan Saudi Arabia," ungkap Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan, Arlinda, di ICE, BSD City, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (13/10).

Dia mengatakan Mesir menjadi penyumbang pemasukan paling besar dalam kontrak dagang hari ini dengan nilai mencapai USD 30 juta. "Thailand itu balsem atau salep, ada juga bolt and nut, juga part fastener. Mesir, itu kopi USD 30 juta. Saudi Arabia wodden charcoal sekitar USD 1,3 juta," jelas dia.

Seperti diketahui, sejauh ini telah dilakukan sejumlah kontrak dagang dengan pembeli dari luar negeri dengan total transaksi sebesar USD 220 juta. "Transaksi yang terkait MoU, hari pertama itu USD 16 juta. Hari kedua kita sudah menandatangani USD 154 juta. Hari ini USD 49,58 juta. Totalnya sekitar USD 220 juta," jelas Arlinda.

Dia pun mengatakan Kementerian Perdagangan akan tetap melancarkan promosi produk-produk Indonesia dan menarik lebih banyak lagi pembeli dari luar. "Kita masih punya waktu, terus berupaya untuk menggaet pembeli dari luar negeri. Kami push perwakilan di luar

negeri untuk menarik pembeli untuk datang," tandasnya.

TEI 2017 Hadirkan Hasil Tangan Narapidana

Ada yang berbeda dalam Trade Expo

Indonesia (TEI) 2017. Tak hanya menampilkan berbagai produk dari pengusaha besar dan kecil, pameran ini juga menampilkan karya dari narapidana di Indonesia.

Ketua Yayasan Jeera Indonesia Gusti Arief mengatakan motivasi awal pembentukan kelompok usaha kreatif warga lapas ini semata keyakinan bahwa setiap orang punya potensi yang dapat digali dan dikembangkan. Tak peduli apa pun statusnya.

"Kita dapat info mereka punya potensi yang dapat dikembangkan tapi untuk akses dunia luarnya agak sulit dari situ kita izin sama pihak Rutan sama Dirjen PAS bahwa kita mau masuk," ungkapnya kepada merdeka.com di ICE, BSD City, Rabu (11/10).

Buletin GINSI Jateng 14

Edisi Oktober 2017

Berbekal izin dari Dirjen Pemasyarakatan dan pihak Rutan, Gusti dan teman-teman mulai melakukan pelatihan usaha kreatif untuk warga binaan di Lapas dan Rutan. Terhitung satu tahun sudah kegiatan pelatihan berjalan.

"Untuk satu tahun ini kita sudah masuk ke rutan Cipinang, Lapas Tanjung Gusta Medan, dan Lapas Pemuda I Tanggerang," katanya.

Berbagai pelatihan dilakukan, kebanyakan pelatihan untuk membuat barang kerajinan tangan seperti tas, tempat tisu, dan sepatu. Juga aneka furniture seperti meja dan kursi.

"Kita juga adakan pelatihan untuk kopi, tak hanya jadi barista tapi juga sisi manajemen, komunikasi dengan pelanggan kita latih semua. Sudah punya satu kedai yang isinya eks warga binaan. Alhamdulillah setelah keluar mereka bisa bekerja dengan baik lah," jelas dia.

Upaya pengembangan industri kreatif untuk warga binaan berkembang dan mulai mendunia. Bahkan dalam waktu dekat pihaknya akan bekerja sama dengan Parsons School of Design, Amerika Serikat sehingga, hasil desain dari murid sekolah desain tersebut akan dikerjakan oleh warga binaan Yayasan Jeera.

"Nanti hasil design anak-anak Parsons, dikerjakan oleh teman-teman di lapas," ujar Gusti.

Hasil karya anak Lapas sudah ada yang dipasarkan hingga ke luar negeri meskipun belum dalam jumlah yang besar. "Tas kulit, sudah ada juga diekspor ke Dubai. Volumenya belum banyak. Kita kan masih kecil ya. Insya Allah dengan kerja sama dengan banyak pihak akan semakin maju," kata dia.

Pantauan merdeka.com harga hasil kreasi yang ditawarkan cukup terjangkau. Untuk tas dengan bahan dasar kain batik dibanderol dengan harga Rp 75.000. Sedangkan untuk meja dari bahan rotan bisa mencapai harga Rp 4,5 juta.

Ada pun menurut Gusti hasil kerajinan tangan warga lapas ini dipasarkan secara online. Promosi pun dilakukan secara online melalui website www.mauberubah.com. Namun, tetap ada galeri untuk memajang dan memamerkan hasil karya.

"Dalam bisnis saat ini, konsep online dan konvensional harus diperhatikan. Kita perlu store untuk lebih komukasi intens ya dengan pelanggan. Kita juga tidak boleh terlalu terbelakang kita punya juga konsumen millenial kan. Juga untuk menjangkau orang yang tidak kita kenal, dengan itu kita bisa promosikan lebih luas," pungkas Gusti.

Buletin GINSI Jateng 15

Edisi Oktober 2017

Pengusaha curhat ke Bos Bea Cukai soal lamanya urus izin impor

amar Dagang Indonesia (Kadin) mengadakan talk show dengan topik “Direktur Jenderal Pajak & Direktur Jenderal

Bea dan Cukai, Mendengar dan Menjawab". Adapun acara ini diharapkan mampu mencari solusi atas permasalahan perpajakan yang dihadapi dunia usaha dan menciptakan keleluasaan dalam kebijakan fiskal agar mampu mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi nasional.

Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh para pengusaha. Beberapa diantaranya menggunakan momen talk show ini untuk mengutarakan hambatan-hambatan dari sisi regulasi yang mereka temui di lapangan.

Alex, peserta talk show yang juga merupakan pengusaha yang bergerak di sektor garmen dan tekstil, mengeluhkan masih sangat lamanya proses perizinan untuk melakukan impor.

"Kita mau urus surat API (Angka Pengenal Importir) itu susahnya setengah mati," ungkapnya di Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Rabu (20/9).

Kepada Dirjen Pajak, Ken Dwijugiasteadi dan Dirjen Bea Cukai, Heru Prambudi, dia menyampaikan proses perizinan impor yang ditempuh memakan waktu lama, padahal usahanya memerlukan izin dalam tempo yang lebih cepat.

"Contohnya begini, Surat API itu kita sudah urus dari tiga bulan lalu. Kita diping-pong. Saya suruh staf saya ke Bea Cukai. Dari Bea Cukai dilempar ke Kemendag. Harus minta bla, bla, bla begitu," keluh Alex.

Untuk itu, dia mengharapkan pemerintah sebagai regulator dapat mengambil kebijakan yang juga dapat mengakomodasi kebutuhan para pengusaha.

"Bisa enggak dibuat saja satu pintu. Jadi kita pengusaha tidak diping-pong. Jadi kita jelas. Bikin surat ini, syaratnya ini," ujar dia.

Menanggapi keluhan ini, Dirjen Bea Cukai, Heru Pambudi mengatakan pihaknya tentu akan melakukan berbagai perbaikan kebijakan agar dapat mengakomodasi kebutuhan para pengusaha apalagi yang mau taat pada peraturan yang telah ditetapkan Pemerintah.

"Ke tekstil sama dengan besi dan baja. Yang impor bagaimana yang mau legal tentunya kita akan buat cepat," tandas Heru.

Untuk diketahui, Angka Pengenal Importir (API) merupakan tanda pengenal yang harus dimiliki oleh setiap importir atau perusahaan yang melakukan perdagangan impor. API diberlakukan untuk menghindari penyalahgunaan kegiatan impor dan berbagai tindakan menyimpang lainnya.

K

Buletin GINSI Jateng 16

Edisi Oktober 2017

Sri Mulyani 'Ketok Palu', Naikkan Cukai Rokok 2018 Jakarta - Kementerian Keuangan

(Kemenkeu) resmi menetapkan kenaikan tarif cukai rokok tahun 2018. Ketentuan itu tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 146/PMK.010/2017 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau yang diteken Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada 24 Oktober 2017 lalu.

Dengan pertimbangan untuk pengendalian konsumsi barang kena cukai berupa hasil tembakau, kepentingan penerimaan negara, dan memberikan kepastian arah kebijakan tarif cukai, serta adanya kesepakatan dengan DPR-RI terkait target penerimaan cukai tahun 2018, Menteri Keuangan memandang perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau.

Berdasarkan aturan tersebut, kenaikan cukai hasil tembakau terbesar berada pada golongan sigaret putih mesin di kisaran 12 hingga 22 persen.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kemenkeu Heru Pambudi mengungkapkan, besaran kenaikan tarif cukai rokok ditetapkan dengan mempertimbangkan empat faktor yaitu kesehatan, industri, tenaga kerja dan penerimaan negara.

"Kami pertimbangkan secara bersama sama dan perlu harmonisasi dari beberapa faktor tadi dan tentunya pemerintah telah menetapkan bahwa average-nya sekitar 10,04 persen. Saya kira [tarif ini] adalah yang sudah terbaik dengan mempertimbangkan empat faktor tadi," ujar Heru saat ditemui di Kementerian Keuangan, Jumat (27/10).

Karenanya, Heru membantah tudingan Yayasan Lembaga Konsumsi Indonesia (YLKI) yang

menilai bahwa kenaikan tarif cukai tahun depan terlalu memihak pada industri rokok.

"Di satu sisi kami sudah mendengar masukan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kemenkes termasuk pemerhati di bidang kesehatan, tetapi juga satu sisi kami pertimbangkan bahwa tahun ini juga terjadi penurunan produksi rokok yang signifikan," ujarnya.

Selain itu, Heru juga menekankan bahwa kebijakan pemungutan cukai tujuan utamanya bukan untuk mendongkrak penerimaan tetapi untuk mengendalikan konsumsi barang-barang yang dianggap perlu dikendalikan konsumsinya.

Adapun target penerimaan cukai tahun depan telah ditetapkan sebesar Rp155,4 triliun dengan Cukai Hasil Tembakau (CHT) sebagai penopang terbesar di angka Rp 148,23 triliun atau naik 0,5 persen dibanding APBN-P 2017 sebesar Rp147,49 triliun.

Selain menetapkan tarif cukai, PMK 146/2017 juga menetapkan harga jual eceran rokok.

Menurut PMK ini, tarif cukai hasil tembakau ditetapkan dengan menggunakan jumlah dalam rupiah untuk setiap satuan batang atau gram hasil tembakau. Besaran tarif cukai hasil tembakau sebagaimana dimaksud didasarkan pada: a. jenis hasil tembakau; b. golongan pengusaha; dan c. Batasan Harga Jual Eceran per batang atau gram, yang ditetapkan oleh Menteri.

“Khusus untuk jenis HPTL (Hasil Pengolah Tembakau Lainnya), tarif cukai hasil tembakau ditetapkan sebesar 57% (lima puluh tujuh persen) dari Harga Jual Eceran yang diajukan oleh Pengusaha Pabrik hasil tembakau atau Importir

Buletin GINSI Jateng 17

Edisi Oktober 2017

tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini,” bunyi Pasal 6 ayat (3) PMK ini. Demikian seperti dalam siaran tertulisnya.

Batasan Harga Jual Eceran per batang atau gram dan tarif cukai per batang atau gram, untuk setiap jenis hasil tembakau dari masing-masing golongan Pengusaha Pabrik hasil tembakau tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini, yaitu:

Pengklasifikasian dalam penetapan tarif

cukai per batang atau gram sebagaimana dimaksud untuk setiap jenis hasil tembakau ditentukan berdasarkan jenis, jumlah produksi, dan: a. Harga Jual Eceran yang tercantum dalam penetapan tarif cukai yang masih berlaku; b. Harga Jual Eceran yang diberitahukan oleh Pengusaha Pabrik hasil tembakau untuk hasil tembakau Merek baru; atau c. Harga Jual Eceran yang mengalami kenaikan.

“Harga Jual Eceran sebagaimana dimaksud harus dalam kelipatan Rp25,00 (dua puluh lima rupiah),” bunyi Pasal 8 PMK ini.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan tarif cukai hasil tembakau, menurut PMK ini, diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal.

Sedangkan tarif cukai dan Batasan Harga Jual Eceran terendah per batang atau gram untuk setiap jenis hasil tembakau yang diimpor adalah tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini, yaitu:

“Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada

tanggal diundangkan,” bunyi Pasal 26 Peraturan Menteri keuangan Nomor: 146/PMK.010/2017, yang diundangkan oleh Dirjen Perundang-Undangan Kementerian Hukum dan HAM, Widodo Ekatjahjana, pada 25 Oktober 2017 itu. Tarif Cukai Rokok Disisihkan untuk Kesehatan

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menegaskan kebijakan kenaikan cukai rokok sebesar 10,04 persen pada tahun depan telah mempertimbangkan rencana penyisihan anggaran cukai untuk bidang kesehatan.

"Iya (sudah masuk untuk kesehatan)," ujar Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi, Rabu (25/10).

Sayang, Heru enggan mengelaborasi lebih lanjut terkait besaran alokasi penerimaan cukai yang bisa diberikan untuk sektor kesehatan tersebut. Sebab, hal ini harus menunggu penetapan besaran kenaikan cukai yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK).

Sebelumnya, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mengatakan bahwa pihaknya tengah mengkaji sumber pendanaan baru bagi lembaga peralihan PT Asuransi Kesehatan (Askes) itu.

Salah satunya dari penerimaan cukai industri hasil tembakau. Hal ini sebagai kompensasi bagi perokok terhadap program kesehatan. Namun, kajian itu masih dibahas lebih lanjut di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), dan ditargetkan berlaku mulai tahun depan.

Kendati begitu, Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan (PKEKK) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI) melihat, pemerintah seharusnya bisa menaikkan harga rokok lebih dari kisaran 10 persen untuk mendapatkan dampak yang lebih besar. Baik dari

Buletin GINSI Jateng 18

Edisi Oktober 2017

sisi penerimaan negara hingga sumbangan ke sektor kesehatan.

Peneliti Pusat PKEKK FKMUI Rahma Indira mengatakan, berdasarkan hitung-hitungan PKEKK FKMUI seharusnya kenaikan cukai rokok bisa mencapai batas maksimal yakni 57 persen, sesuai bunyi Undang-Undang (UU) Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai.

"Sayangnya pemerintah tak dapat menaikkan tarif cukai lebih dari 57 persen," kata Rahma.

Dia berpendapat, seharusnya aturan ini bisa diamandemenkan, sehingga pemerintah bisa mengerek tarif cukai rokok lebih tinggi dan memperoleh manfaat ke penerimaan dan sektor kesehatan yang lebih besar.

Bahkan, PKEKK FKMUI mengasumsikan, kenaikan cukai rokok seharusnya bisa mencapai 113 persen sehingga akan memberi dampak yang signifikan.

Dia menggambarkan, penurunan konsumsi rokok per kapita per bulan sebesar 0,53 persen, penurunan prevalensi merokok sebesar 1,33 persen, penerimaan cukai rokok naik 112,6 persen, dan angka kemiskinan turun menjadi 11,2 persen.

Cukai Tembakau RI Sangat Rendah Dibanding Anjuran WHO

Ketua Umum Komite Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT) Prijo Sidipratomo menilai tarif cukai tembakau yang diberlakukan di Indonesia masih sangat rendah, apalagi bila dibandingkan dengan anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Saat ini, tarif cukai tembakau masih di kisaran 35 persen, jauh di bawah anjuran WHO

yang menetapkan tarif cukai tembakau sebaiknya minimal 66 persen dari harga jual eceran," kata Prijo di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Senin (23/10).

Prijo mengatakan, pemerintah masih sangat mungkin menaikkan tarif cukai rokok jauh lebih tinggi karena Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai menetapkan tarif cukai rokok maksimal 57 persen. Tarif cukai tersebut, juga masih lebih rendah dari anjuran WHO.

Adapun kenaikan tarif cukai tembakau rata-rata 10,04 persen, menurut Prijo, masih sangat rendah. Angka tersebut , hanya meningkatkan harga rokok rata-rata Rp50 per batang.

"Itu angka yang sangat kecil. Bagaimana kita mau mengendalikan konsumsi rokok bila kenaikkanya hanya Rp50?" tanyanya.

Prijo mengatakan kebijakan tarif cukai tembakau seharusnya berfokus pada perlindungan anak-anak dan rumah tangga miskin yang menjadi kelompok rentan dalam konsumsi rokok.

"Rokok tidak hanya harus mahal, tetapi harus sangat mahal," ujarnya.

Pemerintah akan menaikkan cukai tembakau rata-rata 10,04 persen yang berlaku pada 1 Januari 2018. Keputusan menaikkan cukai tembakau itu ditetapkan dalam rapat internal yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Kamis (19/10).

Menurut laporan Bank Dunia yang berjudul "Reformasi Pajak Tembakau: Persimpangan Jalan antara Kesehatan dan Pembangunan", Menteri Keuangan sebuah negara bisa menyelamatkan lebih banyak jiwa dari pada Menteri Kesehatan dengan menaikkan cukai rokok.

Buletin GINSI Jateng 19

Edisi Oktober 2017

CEREMONIAL PEMERIKSAAN PETIKEMAS IMPOR BERBASIS TEKNOLOGI

Dalam acara Ceremonial Pemeriksaan Fisik

Petikemas Impor Berbasis Teknologi pada tanggal 31 Oktober 2017 telah disepakati MOU kerjasama antara BPD GINSI (Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia) Jawa Tengah, Terminal Petikemas Semarang (TPKS), ASDEKI (Asosiasi Depo Kontainer Indonesia) Jawa Tengah dan Surveyor Independent KSO Sucofindo & Surveyor Indoensia yang disaksikan oleh Kepala KSOP Tg. Emas Semarang dan BPP GINSI Indonesia dalam pelaksanaan Pemeriksaan Fisik Peti Kemas Impor Berbasis Teknologi.

Perjanjian kerjasama ini merupakan bagian dalam rangkaian acara Ceremonial Pemeriksaan Fisik Peti Kemas Berbasis Teknologi yang diadakan di Hotel Aston Semarang beberapa waktu lalu.

Pemeriksaan Fisik Peti Kemas Impor Berbasis Teknologi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi importir sebagai pengguna

jasa maupun KSOP selaku regulator yang membawahi wilayah Pelabuhan Tanjung Emas.

Dengan adanya pemeriksaan peti kemas impor berbasis teknologi oleh surveyor independent ini, maka importir mendapatkan fairnes (keterbukaan) atas kondisi peti kemas yang mereka gunakan, sehingga keluhan-keluhan dari importir mengenai kondisi peti kemas impor ini bisa terjawab dengan adanya pemeriksaan ini. Disamping itu bagi regulator, kegiatan ini akan dapat memantau langsung kegiatan arus barang impor yang ada di wilayah pelabuhan Tg. Emas ini secara lebih mudah.

Rangkaian acara ini merupakan puncak kegiatan yang sebelumnya sudah dilakukan dimulai dengan adanya kesepakatan bersama oleh GINSI, ASDEKI, ALFI, dan TPKS yang diketahui oleh Kepala KSOP Tg. Emas Semarang pada bulan Februari 2017 lalu.

Buletin GINSI Jateng 20

Edisi Oktober 2017

KEGIATAN BPD GINSI JATENG PERIODE SEPTEMBER 2017

1. Pembahasan Mengenai Penumpukan Kontainer di TPKS

Rapat yang diselenggarakan oleh TPKS pada Tanggal 6 September 2017 ini merupakan rapat pembahasan mengenai penumpukan kontainer yang selama ini terjadi di TPKS, baik mengenai penyebab dan bagaimana solusi untuk mengurangi penumpukan tersebut.

2. Evaluasi Hasil Gambar Pemeriksaan Fisik Kontainer Berbasis Teknologi

Rapat evaluasi yang dilaksanakan di TPKS pada tanggal 7 September 2017 ini merupakan salah satu tindak lanjut dari hasil uji coba program pemeriksaan kontainer impor sebelum pelaksanaan Go Live.

Adapun rapat tersebut dilakukan untuk menyempurnakan hasil pengambilan gambar dan memberikan solusi dan peningkatan dalam pelaksanaan program.

3. Sosialisasi PM 83 Th 2016

Sosialisasi yang diadakan oleh KSOP kelas I Tanjung Emas pada tanggal 12 September 2017 di ruang Rapat TPKS ini berisi tentang sosialisasi PM 83 tahun 2016 mengenai penyelenggaraan dan pengusahaan depo petikemas.

Dalam acara tersebut juga disinggung mengenai evaluasi pelaksanaan pemeriksaan kondisi petikemas impor di Pelabuhan Tanjung Emas.

Buletin GINSI Jateng 21

Edisi Oktober 2017

mmmmm333333333mmmmmmmmmmmmmm

mmmmm

Buletin GINSI Jateng 22

Edisi Oktober 2017