KHUSUS UNTUK ANGGOTA - Ginsi...

20
Buletin GINSI Jateng 1 Edisi Juni 2016 KHUSUS UNTUK ANGGOTA BULETIN JATENG GINSI JUNI 2016 NOMOR : 878 TAHUN KE - XXXVIII DAFTAR ISI Presiden Jokowi Kecewa, Data Statistik yang Disuguhkan K/L Selalu Berbeda ………………………………… 2 Lagi-lagi Impor Pangan Menjadi Persoalan ……………………………………………………………………………………. 3 Paket Kebijakan Ekonomi Ke-XII : Beri Kemudahan Untuk Berusaha ……………………………………………… 5 Pelabuhan Ternak Bojonegoro Akan Dibangun Australia ………………………………………………………………... 7 Cadangan Devisa Meningkat Kembali ……………………………………………………………………………………………. 8 Deregulasi : Yang Paling Banyak Dibenahi Peraturan Perdagangan ………………………………………………… 9 KPPU : Kartel di Indonesia Kejahatan Luar Biasa …………………………………………………………………………… 11 Perum Bulog Ditunjuk sebagai Importir Jagung …………………………………………………………………………….. 12 Impor Barang Komplementer Harus Memiliki Rekomendasi ………………………………………………………….. 14 Tata Laksana Pusat Logistik Berikat ……………………………………………………………………………………………… 15 GINSI : Indonesia Saatnya Memiliki Single Risk Management …………………………………………………………. 18 Tepis Kritik, Menteri Susi Sebut Tren Impor Ikan Menukik …………………………………………………………….. 19 BPS Ingatkan Pemerintah Waspadai Ancaman Barang Impor Thailand ………………………………………….. 20 *** dihimpun dari berbagai sumber Edisi Juni 2016 : 878 TAHUN KE - XXXVIII

Transcript of KHUSUS UNTUK ANGGOTA - Ginsi...

Buletin GINSI Jateng 1

Edisi Juni 2016

KHUSUS UNTUK ANGGOTA

BULETIN

JATENG GINSI JUNI 2016

NOMOR : 878 TAHUN KE - XXXVIII

DAFTAR ISI Presiden Jokowi Kecewa, Data Statistik yang Disuguhkan K/L Selalu Berbeda ………………………………… 2 Lagi-lagi Impor Pangan Menjadi Persoalan ……………………………………………………………………………………. 3 Paket Kebijakan Ekonomi Ke-XII : Beri Kemudahan Untuk Berusaha ……………………………………………… 5 Pelabuhan Ternak Bojonegoro Akan Dibangun Australia ………………………………………………………………... 7 Cadangan Devisa Meningkat Kembali ……………………………………………………………………………………………. 8 Deregulasi : Yang Paling Banyak Dibenahi Peraturan Perdagangan ………………………………………………… 9 KPPU : Kartel di Indonesia Kejahatan Luar Biasa …………………………………………………………………………… 11 Perum Bulog Ditunjuk sebagai Importir Jagung …………………………………………………………………………….. 12 Impor Barang Komplementer Harus Memiliki Rekomendasi ………………………………………………………….. 14 Tata Laksana Pusat Logistik Berikat ……………………………………………………………………………………………… 15 GINSI : Indonesia Saatnya Memiliki Single Risk Management …………………………………………………………. 18 Tepis Kritik, Menteri Susi Sebut Tren Impor Ikan Menukik …………………………………………………………….. 19 BPS Ingatkan Pemerintah Waspadai Ancaman Barang Impor Thailand ………………………………………….. 20

*** dihimpun dari berbagai sumber

Edisi Juni 2016 : 878 TAHUN KE - XXXVIII

Buletin GINSI Jateng 2

Edisi Juni 2016

Presiden Jokowi Kecewa, Data Statistik yang Disuguhkan K/L Selalu Berbeda

residen Joko Widodo (jokowi) mengungkapkan kekecewaanya karena data yang disuguhkan oleh

berbagai Kementerian/Lembaga (K/L) cenderung berbeda-beda. Padahal data sangat penting dalam mengambil keputusan. “Dari sejak masuk istana sampai sekarang kalau saya ingin misalnya data kemiskinan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ada, Kementerian Sosial (Kemensos) ada, Badan Pusat Statisik (BPS) ada. Datanya? Berbeda-beda,” ujar Jokowi, saat pencanangan sensus ekonomi 2016 di Jakarta (26/4).

Presiden mencotohkan saat pmerintah harus menentukan kebijakan impor beras beberapa waktu lalu. Saat itu Presiden menerima laporan yang berbeda mengenai produksi beras. Data produksi dan kebutuhan beras. Tiga data yang dipergunakan, pertama Kementan, kedua data Kemendag, dan ketiga data BPS. Ketiga data instansi tersebut juga tidak ada yang sama. Sehingga menyulitkan pengambilan keputusan terkait dengan impor beras. Sementara masyarakat menunggu keputusan, agar harga bisa kembali stabil.

“Bagaimana saya memutuskan tidak impor beras kalau disodori data beda-beda? Ini harus diakhiri. Kemudian ditekankan Presiden, kementerian untuk tidak lagi berorientasi pada proyek pencarian data. “Kementerian ini ada proyek cari data, kementerian ini ada proyek cari informasi. Enggak, stop ! Stop! Stop ! Sekarang kita pakai satu data. Diakui

Mengenai hal itu, Menko Perekonomian Darmin Nasution mengakui terdapatnya perbedaan data, karena setiap instansi dilandasi kepentingan berbeda. “Harusnya data di kementerian disatukan dengan data BPS baik itu pertanian, perindustrian, perdagangan, maupun kemiskinan, sehingga keputusan menjadi akurat. Begitu pula Kepala Bidang Sarana Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Taufik Kusmono, juga mengakui mengenai perbedaan data produk pertanian yang sampai kini masih sering terjadi. Hal itu, tidak hanya terjadi pada lintas kementerian, tetapi juga di satu instansi. Taufik menyarankan, kedepannya hanya ada satu lembaga saja yang mengeluarkan data terkait hasil pertanian ini. “Misalnya Badan Pusat Statisik (BPS). Kami mencoba ke arah sana,” kata Taufk, dalam siaran pers (26/4).

Sebelumnya, tahun 2015 lalu, dalam suatu diskusi di Jakarta (25/4), Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Viva Yoga Mauladi juga menyoroti hal yang sama. Menurut dia, akurasi data itu penting, agar jangan sampai data itu menjadi polemik seperti saat ini. “Data yang sekarang kan bernuanasa politis, jadi misalnya ada penurunan tidak diekspose. Saya kira BPS juga harus serius validasi data itu,” ujar Viva.

--- (Sumber : Warta Ginsi Edisi Mei 2016 Nomor 3465/V) ---

P

Buletin GINSI Jateng 3

Edisi Juni 2016

Lagi-lagi Impor Pangan Menjadi Persoalan

Menjelang berakhir tahun 2015, Menko Perekonomian menyatakan, untuk mengantisipasi tingginya inflasi terutama volatile food, pemerintah berencana mengimpor sejumlah komoditas pangan tahun 2016 agar ketersediaannya terjaga. Penundaan musim tanam akibat kemarau yang berkepanjangan, membuat pasokan dan harga sejumlah komoditas bergejolak (31/12).

Namun yang terjadi, kebijakan impor yang dilempar pemerintah sering kali justru salah arah karena disusupi nuansa politik. Kebijakan yang penuh celah itu, menurut Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategis and Internasional Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri, berdampak pada ketidakberesan sektor pangan nasional.

Karena tekanan berbagai pihak, pemerintah kerap menganggap dalam situasi apapun impor pangan adalah haram. Karena itu, mereka menganggap sukses ketika mampu menyetop impor. “Padahal ada alasan pemerintah yang tidak sepenuhnya benar,” ujar Yose dalam diskusi di Jakarta (4/5).

Ia mencontohkan situasi saat ini, pemerintah sering kali beranggapan harga komoditas pangan di pasar global terus meningkat dan berfluktuatif. Karena itu, pemerintah memutuskan stop impor. Namun, kenyataannya menurut Yose, harga berbagai komoditas pokok, seperti beras, jagung, dan gandum di pasar global justru mengalami penurunan. Hal itu sudah terjadi dalam lima tahun terakhir. “Jadi sebetulnya tidak

benar kalau pemerintah menggunakan alasan itu untuk membatasi impor.”

Selain itu, pemerintah acap kali beranggapan, impor pangan sama saja menyengsarakan petani. Namun, Yose melihat belum pernah terjadi fenomena penyetopan keran impor beras membuat petani lebih sejahtera.

Kemudian dirujuk Yose pada harga-harga penjualan beras di pasar yang cenderung terus merangkak naik. Kenaikan harga beras itu, seharusnya berimbas pada kenaikan pendapatan para petani. Namun, harga di konsumen dan pedagang makin tinggi, tetapi tidak menguntungkan petani. Sistem Kuota

Yose tidak sepakat dengan penerapan sistem pembatasan impor melalui kuota, diantaranya untuk produk jagung dan kedelai sebagai pakan ternak, kebijakan itu sangat rawan dengan terbentuknya praktik rente ekonomi.

“Jika disparitas harga dalam negeri dan di internasioanal makin lebar, peluang terjadi kartel makin kuat,” ujar Ketua Yose melalui keterangan tertulis.

Pemerintah Indonesia kerap kali mengatur urusan kebijakan pangan dengan pendekatan kebijakan perdagangan, lanjut Yose, salah satunya tercermin melalui pembatasan impor. Padahal, dengan sistem pembatasan, menurut dia, sering kali menimbulkan terjadinya perbedaan harga yang

Buletin GINSI Jateng 4

Edisi Juni 2016

tinggi. “Kita perlu melihat lagi kebijakan pembatasan tersebut, apalagi dengan adanya evaluasi 6 bulan. Rasanya itu tidak responsif terhadap keadaan,’ katanya.

Akibatnya, munculah disparitas harga antara dalam dan luar negeri. “Justru inilah yang membuat menjadi tidak efektif dan rawan terhadap rente ekonomi. Di sini bisa saja muncul konsesi-konsesi dan ini pernah terjadi pada kasus sapi 2014,” katanya.

Yose juga menilai pembatasan melalui sistem kuota seperti yang dilakukan terhadap beras telah membuat harga beras berisiko naik hingga 25% pada 2020. Apabila pembatasan impor dihilangkan, harga beras pada saat itu berpotensi turun 14,47%. Tidak hanya itu, menurut penialain Yose, sentimen pemerintah pada impor juga tidak baik bagi keadaan ekonomi Indonesia. Pasalnya, pembatasan impor dalam perjanjian perdagangan internasional juga dilarang.

“Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau perjanjian lain pembatasan atau pengaturan impor memang tidak diizinkan,” katanya. Pembatasan atau pengaturan oleh pemerintah, dianggap tidak holistis dilakukan lantaran dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu dan tidak stabil. “Jadi, pengaturannya ini saya lihat bermasalah,” ujar dia. Tidak Diharamkan

Senada dengan Yose, analis bidang kemiskinan Bank Dunia Maria Monica Wihardja menilai, impor pangan sejatinya bisa menjadi alternatif untuk menstabilkan harga di tingkat

masyarakat. Ditegaskan Maria, impor bukan kebijakan yang diharamkan, karena pada kenyataannya, stok di lapangan tidak selalu sama dengan data yang dipaparkan pemerintah.

“Dari sejarahnya, mungkin produksi beras kita bisa sampai 95% dari total konsumsi kita. Tapi 5% kita tidak bisa mencukupi, kecuali ada revolusi besar-besaran seperti pada tahun 1980, baru kita sampai pada swasembada. Tetapi impor juga harus direncanakan dari jauh hari, jangan sampai kejadian impor beras tahun lalu yang telat terulang lagi,” ujar dia.

Sementara itu, Direktur Impor Kemendag Indrasari Wisnu Wardhana menandaskan, pihaknya sudah memikirkan untuk membuat wacana penaikan tarif impor beberapa komoditas tertentu. Ditegaskannya, hal itu masih merupakan wacana awal yang harus diidentifikasi terlebih dahulu. Selain itu, kebijakan penaikan tarif impor juga harus bisa membuktikan kenaikan kesejahteraan para petani.

“Kita memang punya pemikiran seperti itu. Tapi, belum kita lihat komoditas apa saja, dari negara mana saja, dan apakah cukup dengan tarif sampai 40%-50% menyejahterakan petani?” ujar Wisnu. Apalagi, tandasnya, pemerintah kini sedang gencar membuka pakta perdagangan internasional yang bertujuan mempermudah jalur ekspor-impor di antara negara-negara anggota, termasuk menurunkan tarif impor. --- (Sumber : Warta Ginsi Edisi Mei 2016 Nomor 3465/V) ---

Buletin GINSI Jateng 5

Edisi Juni 2016

Paket Kebijakan Ekonomi Ke-XII : Beri Kemudahan Untuk Berusaha

Pemerintah kembali meluncurkan Paket

Kebijakan Ekonomi ke-XII yang sebagian besar isinya berupa pemangkasan sejumlah izin, prosedur, waktu dan biaya dengan tujuan untuk menaikkan peringkat kemudahan berusaha di Indonesia. “Ini paket yang besar dan penting dengan cakupan yang luas,” kata Menko Perekonomian Darmin Nasution di Istana Negara Jakarta (5/5).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam beberapa rapat kabinet terbatas menekankan, dalam paket ini telah dilakukan sejumlah perbaikan, bahkan upaya ekstra, baik dari aspek peraturan maupun prosedur perizinan dan biaya, agar peringkat kemudahan berusaha di Indonesia terutama bagi UMKM, semakin meningkat.

Menindaklanjuti 10 indikator yang ditetapkan Bank Dunia dalam memberi kemudahan berusaha. Masing-masing adalah : Memulai Usaha (Starting Business), Perizinan terkait Pendirian Bangunan (Dealing with Construction Permit), Pembayaran Pajak (Paying Taxes), Akses Perkreditan (Getting Credit). Selain itu, Penegakan Kontrak (Enforcing Contract), Penyambungan Listrik (Getting Electricity), Perdagangan Lintas Negara (Trading Across Borders), Penyelesaian Perkara Kepailatan (Resolving Insolvency), dan

Perlindungan Terhadap Investor Minoritas (Protecting Minority Investors).

Berpedoman pada 10 indikator itu, total jumlah prosedur yang sebelumnya 94 prosedur, telah dipangkas menjadi 49 prosedur. Begitu pula perizinan yang sebelumnya berjumlah sembilan izin, dipotong menjadi enam izin. Begitu pula mengenai waktu pengurusan, sebelumnya waktu yang dibutuhkan seluruhnya berjumlah 1.566 hari, kini dipersingkat menjadi 132 hari. Perhitungan total waktu ini belum menghitung jumlah hari dan biaya perkara pada indikator Resolving Insolvency karena belum ada praktik dari peraturan yang baru diterbitkan.

Meski survei Bank Dunia hanya terbatas pada wilayah Provinsi DKI Jakarta dan Kota Surabaya, pemerintah menginginkan kebijakan ini bisa berlaku secara nasional. Menurut Darmin Nasution, untuk meningkatkan peringkat kemudahan berusaha ini, sejumlah perbaikan dilakukan pada seluruh indikator yang ada.

Pada indikator Memulai Usaha, misalnya, sebelumnya pelaku usaha harus melalui 13 prosedur yang memakan waktu 47 hari dengan biaya berkisar antara Rp 6,8 – 7,8 juta. Izin yang harus diurus meliputi Surat Izin Usaha Perdagngan

Buletin GINSI Jateng 6

Edisi Juni 2016

(SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Akta Pendirian, Izin Tempat Usaha, dan Izin Gangguan.

Kini pelaku usaha hanya akan melalui tujuh prosedur selama 10 hari dengan biaya Rp 2,7 juta. Izin yang diperlukan bagi UMKM adalah SIUP dan TDP yang terbit bersamaan, dan Akta Pendirian.

Kemudahan lain yang diberikan kepada UMKM adalah persyaratan modal dasar pendirian perusahaan. Berdasarkan UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, modal minimal untuk mendirikan PT adalah Rp 50 juta. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perubahan Modal Dasar Perseroan Terbatas, modal Perseroan Terbatas tetap Rp 50 juta, tapi untuk UMKM modal dasar ditentukan berdasarkan kesepakatan para pendiri PT yang dituangkan dalam Akta Pendirian PT.

Begitu pula dengan perizinan yang terkait Pendirian Banguan. Kalau sebelumnya harus melewati 17 prosedur yang memakan waktu 210 hari dengan biaya Rp 86 juta untuk mengurus 4 izin (IMB, UKL/UPL, SLF, TDG), kini hanya ada 14 prosedur dalam waktu 52 hari dengan biaya Rp 70 juta untuk 3 periziann (IMB, SLF, TDG).

Pembayaran pajak yang sebelumnya melalui 54 kali pembayaran, dipangkas menjadi 10 kali pembayaran dengan sistem online. Sedangkan

Pendaftaran Properti yang sebelumnya melewati 5 prosedur dalam waktu 25 hari dengan biaya 10,8% dari nilai property, menjadi 3 prosedur dalam waktu 7 hari dengan biaya 8,3% dari nilai property per transaksi. Penegakan Kontrak

Dalam hal Penegakan Kontrak, untuk penyelesaian gugatan sederhana belum diatur. Begitu pula waktu penyelesaian perkara tidak diatur. Tapi berdasarkan hasil survei mengenai Ease of Doing Business (EODB), waktu penyelesaian perkara adalah 471 hari.

Dengan terbitnya Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana, maka sekarang untuk kasus gugatan sederhana diselesaikan melalui 8 prosedur dalam waktu 28 hari.

Bila ada keberatan terhadap hasil putusan, masih dapat melakukan banding. Namun jumlah prosedurnya bertambah 3 prosedur, sehingga total menjadi 11 prosedur. Waktu penyelesaian banding maksimal 10 hari.

--- (Sumber : Warta Ginsi Edisi Mei 2016 Nomor 3465/V) ---

Buletin GINSI Jateng 7

Edisi Juni 2016

Pelabuhan Ternak Bojonegoro Akan Dibangun Australia

alam suatu penjelasan, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (BKPMPT)

Banten, Babar Suharso mengatakan pada 9 sampai 10 Mei 2016 Gubernur Banten Rano Karno bersama BKPM RI akan melakukan kunjungan ke Australia dalam upaya menindaklanjuti rencana kerjasama investasi Australia yang berminat membangun Pelabuhan Peternakan di Bojonegara.

Rencana investasi Pelabuhan Peternakan di Pelabuhan Bojonegara yang luas lahannya 500 hektar, seluruhnya dikuasasi PT Pelindo, namun tidak semua lahan itu akan digunakan untuk pelabuhan ternak atau terminal agro oleh perusahaan Australia yakni National Port Corporation Limited (NPCL). “Nanti akan menggunakan dermaga terapung yang menjorok kelaut. Luasan untuk pelabuhan agro itu tidak menjadi halangan bagi pelabuhan Bojonegara,” tambah Babar.

Sementara itu, menurut Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Banten, Agus M Tauchid, rencana pembangunan Pelabuhan Ternak oleh NPCL itu akan membantu usaha penggemukan sapi (feedloter) di daerah Banten. Kehadiran pelabuhan ternak ini akan banyak membantu feedloter mendatangkan sapi bakalan dari luar negeri untuk digemukkan. Sampai saat ini baru terdapat enam perusahaan feedloter di daerah Banten.

Sekalipun feedloter tidak menggunakan sapi lokal, tetapi kehadiran pelabuhan ternak ini tidak akan menganggu kehidupan peternak lokal. “Sekitar 20 sampai 40 persen kebutuhan daging sapi di Banten saat ini dipasok dari luar Banten seperti Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat,” ujar Agus. Pelabuhan Kontainer

Sebelumnya, pelabuhan Bojonegara yang terletak di Desa Pulo Ampel, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang itu direncanakan akan menjadi pelabuhan kontainer terbesar di Indonesia. Japan International Coorporation Agency (JICA) direncanakan akan melakukan survei dan membuat kajian. Namun, rencana itu ditolak oleh Pimpinan Pelindo II, dan dialihkan ke rencana pembangunan pelabuhan Cilamaya.

Padahal pelabuhan Bojonegara ini paling tepat untuk dijadikan pelabuhan kontainer, karena di sekitar pelabuhan ini terdapat kawasan industri yang potensial. Dibandingkan dengan pembangunan pelabuhan New Priok, lokasi pelabuhan Bojonegara paling tepat. Karena, jarak dari Tanjung Priok menuju daerah Banten yang sudah berkembang menjadi daerah industri adalah sekitar 170 kilometer. Dengan demikian, angkutan kargo dari Tj Priok menuju Banten akan mengganggu lalu lintas di Jakarta.

--- (Sumber : Warta Ginsi Edisi Mei 2016 Nomor 3465/V) ---

D

Buletin GINSI Jateng 8

Edisi Juni 2016

Cadangan Devisa Meningkat Kembali

Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan cadangan devisa (cadev) saat memasuki kuartal kedua tahun 2016 meningkat menjadi USD 107,7 milyar. Trend peningkatan cadev ini telah berlangsung sejak Januari lalu setelah tergerus di tahun 2015 karena seringnya BI melakukan operasi pasar keuangan demi mempertahankan nilai tukar rupiah.

Menurut Direktur Departemen Komunikasi BI, Arbonas Hutabarat (10/5), BI mencatat Januari lalu cadangan devisa masih berada pada angka USD 102,2 milyar. Pada akhir Februari jumlah meningkat menjadi USD 104,5 milyar. Dan pada Maret meningkat menjadi USD 107,5 milyar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2016 sebesar USD 104,5 milyar.

“Peningkatan tersebut dipengaruhi penerimaan cadangan devisa, terutama berasal dari hasil penerbitan sukuk global pemerintah dan lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas, yang jauh melampaui kebutuhan devisa antara lain untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah,” ujar Arbonas. Posisi cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai 8,1 bulan impor atau 7,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Serta masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. “Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal

dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepan,” ujar dia. Tak Siginifikan

Sebelumnya itu, dalam suatu wawancara dengan Kompas, analis LBP Enterprise, Lucky Bayu Purnomo berpendapat, meningkatnya cadangan devisa Indonesia sebesar 2,34% atau mencapai USD 104,5 milyar pada Februari 2016 tidak signifikan. “Masih jadi importir. Ibaratnya, mengaku punya banyak uang di dompet, tapi hasilnya dari barang impor,” ujar Lucky (9/3).

Dilanjutkan, uang dalam bentuk devisa tersebut merupakan selisih dari penjualan luar negeri. Jadi, meningkatnya cadev akibat impor dan tidak akan mengubah apa-apa. Kecuali dari hasil ekspor. Kemudian disarankan Lucky, seharusnya produk-produk dari Indonesia dijual ke luar negeri lalu uangnya dijadikan devisa. “Pemerintah harus tekan impor dan mendorong ekspor.”

Akhirnya ditegaskan Lucky, selain tidak signifikan, peningkatan cadev ini dianggapnya tidak berdampak pada pertumbuhan sektor. Yang memberi dampak pada pertumbuhan sektor bukanlan cadev, melainkan rupiah dan suku bunga. Namun, yang tidak masuk dalam cakupan pemikirannya, saat ini harga komditas di pasar dunia memang sedang anjlok, jadi biar bagaimanapun masih susah mendorong ekspor. --- (Sumber : Warta Ginsi Edisi Mei 2016 Nomor 3465/V) ---

Buletin GINSI Jateng 9

Edisi Juni 2016

Deregulasi : Yang Paling Banyak Dibenahi Peraturan Perdagangan

Sebelumnya, pmerintah telah menerbitkan paket kebijakan yang mencakup deregulasi sejumlah peraturan yang dianggap menghambat perekonomian. Setidaknya ada 134 peraturan yang dianggap tumpang tindih ataupun menghambat, dan akan diubah. Presiden Jokowi menyebutkan dari sejumlah itu, ada 89 peraturan yang akan segera diubah. Peraturan itu terdiri dari rancangan peraturan pemerintah (RPP), rancangan peraturan presiden, rencana instruksi presiden, rancangan peraturan menteri, dan rancangan aturan lainnya.

Menko Perekonmian Darmin Nasution menyebutkan 89 rancangan peraturan itu akan segera tuntas. “Ini hanya diselesaikan dalam beberapa hari atau seminggu kedepan, hanya tinggal diteken,” dijelaskan Darmin tahun 2015 lalu (9/9). Lalu, apa saja 134 peraturan yang sudah disisir pemerintah dan selanjutnya akan mengalami deregulasi tersebut? Sektor Perdagangan

Berdasarkan data dari Kementerian Koordinator Perekonomian, dari 134 peraturan itu terbanyak berada di Kementerian Perdagangan, yakni sebanyak 32 buah. Selanjutnya adalah

Kementerian Koperasi dan UKM 28 buah, Kementerian Perindustrian 15 buah, Kementerian ESDM 11 buah, Kementerian Keuangan 10 buah, Kementerian Agraria dan Tata Ruang 10 buah. Lainnya yaitu Kementerian Pertanian 7 buah, Kementerian Perhubungan 6 buah, Kementerian Ketenagakerjaan 3 buah, Kementerian Pariwisata 2 buah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2 buah, Kementerian Perekonomian 2 buah, Badan Koordinasi Penanaman Modal 2 buah, Badan Pengawas Obat dan Makanan 2 buah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 1 buah, serta Kemeneterian Kesehatan 1 buah.

Adapun sejumlah peraturan yang akan diubah yakni Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pemilikan Rumah Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia. PP tersebut diubah untuk memberikan kemudahan bagi orang asing untuk mendapatkan tempat tinggal di Indonesia.

Selain itu ada pula revisi terhadap PP nomor 146 tahun 2000 tentang impor dan atau penyerahan barang kena pajak tertentu dan atau penyerahan jasa kena pajak tertentu yang

Buletin GINSI Jateng 10

Edisi Juni 2016

dibebaskan dari pengenaan PPN. Perubahan aturan ini untuk menurunkan biaya transportasi barang sehingga harga barang turun. Ada pula, perubahan aturan soal larangan penjualan minuman beralkohol yang tercantum dalam Perdirjen Dagri Nomor 4/2015 yang melaksanakan Permendag Nomor 6/M-DAG/PER/2015. Aturan ini akan diubah untuk menegaskan kembali peran pemerintah daerah dalam pengaturan penjualan minuman beralkohol golongan A di wilayah masing-masing. Ditunda

Sementara itu, tahun 2015 lalu, Mendag Thomas Lembong menjelaskan, menunda penyelesaian lima aturan deregulasi dari sebanyak 32 aturan yang ditargetkan selesai pada Desember 2015 ini, karena beberapa aturan itu masih memerlukan pertimbangan lebih lanjut untuk proses deregulasi. “Secara umum, proses deregulasi Paket I sudah selesai sebanyak 24 dari total 32 aturan deregulasi. Namun ada lima aturan, yang saya pribadi tunda dahulu karena saya sendiri masih belum yakin bahwa ketentuan tersebut layak untuk dideregulasi,” kata Lembong di Jakarta (22/12)

Dia mengatakan, salah satu aturan dari lima aturan yang ditunda penyelesaiannya adalah tentang impor besi dan baja. Dia merasa khawatir jika ketentuan tersebut dideregulasi akan menyebabkan tingginya importasi dikarenakan terdapat distorsi produk besi dan baja dalam sektor tersebut secara global.

Sementara untuk empat aturan lainnya, dia tidak menyebutkan apa saja aturan yang akan

ditunda penyelesaiannya tersebut. Beberapa aturan yang belum diselesaikan antara lain ketentuan impor limbah non B3, impor barang modal bukan baru, ekspor prokursor non farmasi, impor gula, impor besi baja dan impor garam.

“Saya masih khawatir sekali kebanjiran impor karena banyak distorsi dalam sektor itu secara global,” kata dia.

Dia menjelaskan, industri besi dan baja merupakan industri yang strategis dan Indonesia sebagai negara besar perlu untuk mempunyai industri dasar. “Tentunya ini sektor yang strategis, jadi kita tidak punya pilihan untuk mengembangkan industri besi dan baja nasional (jika banjir impor). Kita negara yang terlalu besar, kita harus mempunyai industri dasar seperti besi dan baja, serta industri dasar lainnya,” ujar Tom.

Pemerintah kembali mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VIII dimana salah satu poinnya adalah menghilangkan tarif bea masuk untuk suku cadang pesawat (21/12). Selama ini suku cadang dibeli dari luar negeri dan bila semula tarifnya mencapai 15%, kini bea dihapuskan. Dia mengatakan, inisiasi penghapusan bea masuk yang akhirnya dituangkan dalam Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VIII adalah atas inisiasi Kemendag, dikarenakan adanya bea masuk tersebut sudah lama dikeluhkan oleh industri dalam negeri dan dinilai menghambat pengembangan industri maintenance, repair, and overhaul (MRO) dalam negeri. Dengan dihapuskan tarif bea masuk tersebut, diharapkan indsutri akan berkembang.

--- (Sumber : Warta Ginsi Edisi Mei 2016 Nomor 3465/V) ---

Buletin GINSI Jateng 11

Edisi Juni 2016

KPPU : Kartel di Indonesia Kejahatan Luar Biasa

Di sela-sela acara “Workshop on Abuse of

Dominance and Unilateral” di Kuta, Bali (11/5), Ketua KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) Syarkawi Rauf mengemukakan, kartel di Indonesia saat ini sudah memasuki tahap kejahatan luar biasa. “Namun demikian, pemerintah dan para penegak hokum tidak mau menyentuhnya karena dengan berbagai alasan dan pertimbangan,” ujar Syarkawi.

Dalam pengamatannya para penegak hukum tidak paham dengan upaya konspirasi para pengusaha, dan di sisi lain adanya pembiaran karena terjadi konspirasi dengan kelompok pengusaha pelaku kartel. “Kartel yang dilakukan sekelompok pengusaha itu justru sektor yang menyangkut hajat hidup orang banyak termasuk bahan pokok yang menjadi kebutuhan sehari-hari. Kerugiannya sangat fantastis. Kartel daging ayam, misalnya, kerugian bisa mencapai Rp 300 triliun lebih per tahun,” katanya. Belum dikenal

Menurut Syarkawi, KPPU selama ini memang belum banyak diketahui publik. Masyarakat lebih mengenal lembaga lainnya seperti KPK karena sering melakukan operasi tangkap tangan dengan publikasi yang sangat tinggi, begitu juga KPU sebagai lembaga penyelenggara Pemilu yang demokratis. Begitu pula kinerja KPPU belum banyak mendapat perhatian masyarakat. Padahal KPPU, sudah mampu menyelamatkan asset ratusan triliunan rupiah, tapi belum dikenal publik termasuk lembaga pemerintah lainnya.

“Siapa yang menyangka jika kartel daging ayam bisa mencapai kerugian hingga Rp 300 triliunan per tahun. Itu baru satu sektor. Belum lagi sektor lainnya yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Pembongkaran mafia daging ayam itu dilakukan oleh KPPU tetapi tidak banyak diketahui publik. Saat ini sedang dalam proses hukum,” ucapnya. Ia mengatakan, ada beberapa usaha yang dikartelkan, di antaranya industri farmasi, daging ayam, daging sapi, bawang merah dan bawang putih, ban mobil ring 14 dan 15, pelayanan pesan singkat (SMS) oleh beberapa operator telekomunikasi.

Daging ayam, misalnya, harga di peternak setelah diteliti hanya antara Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu per kilogram. Sedangkan harga di tingkat pasar modern, pasar tradisional melonjak menjadi Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu. “Di sini sudah terjadi disparitas harga yang begitu tinggi. Bahkan, pemerintah pernah meminta untuk melakukan pengafkiran enam juta ekor ayam di Indonesia karena terjadi kelebihan stok daging ayam,” ujar Syarkawi. Praktek Kartel

Sebagai contoh, dikemukakan Ketua KPPU Syarkawi, KPPU sudah menetapkan 32 feedloter sapi sebagai tersangka pelaksana kartel. Mereka diduga melakukan persekongkolan untuk mengatur pasokan daging sapi karena sempat adanya isu pemangkasan impor sapi pada tahun lalu. “Karena itu rezin kuota, jadi para feedloter mengatur pasokan. Kuota yang seharusnya hanya untuk satu semester, tapi dibuat untuk dua semester. Dibuat pas-pasan.

Juga pihaknya sudah menetapkan 12 perusahaan yang diduga melakukan kartel daging ayam. Beberapa diantaranya, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, PT Charoen Pokphand Indonesia dan PT Malindo Feedmil Tbk. Perusahaan-perusahaan tersebut diduga mengatur pasokan day old chicks (DOC) atau ayam umur sehari alias bibit ayam dengan melakukan afkir dini parent stock. ”Kesepakatan untuk afkir dini kan sebenarnya sudah termasuk kartel didalam UU Persaingan usaha,” jelas Syarkawi dalam sebuah diskusi di Jakarta (22/2)

Selain itu, untuk komoditi beras, Syarkawi mengaku belum secara tegas menduga ada praktek kartel didalamnya. Saat ini, pihaknya masih dalam tahap monitoring di berbagai pasar. Namun, aroma kartel sudah sedikit tercium oleh KPPU. Syarkawi menilai adanya tindakan perdagangan-perdagangan nakal yang sengaja tidak mengambil beras dari pasar Induk Beras Karawang yang menumpuk. Pedagang tersebut sudah mengetahui akan adanya beras impor yang bakal digelontorkan Perum Bulog yang harganya lebih murah.

--- (Sumber : Warta Ginsi Edisi Mei 2016 Nomor 3465/V) ---

Buletin GINSI Jateng 12

Edisi Juni 2016

PERUM BULOG DITUNJUK SEBAGAI IMPORTIR JAGUNG Dalam upaya menjaga ketersediaan bahan

baku, mendorong peningkatan daya saing, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani sekaligus melindungi kepentingan konsumen, Menteri Perdagangan dengan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 20/M-DAG/PER/3/2016 menetapkan ketentuan impor jagung. Sesuai tataniaga yang ditetapkan tanggal 24 Maret 2016, jagung hanya dapat diimpor untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakan dan bahan baku industri. Penetapan jumlah dan peruntukan jagung yang dapat diimpor ditentukan dan disepakati dalam rapat koordinasi tingkat menteri bidang perekonomian.

Impor jagung untuk pemenuhan kebutuhan

hanya dapat dilakukan oleh Perum Bulog setelah mendapat penugasan dari pemerintah. Impor jagung untuk pemenuhan pangan dan bahan baku industri hanya dapat dilakukan perusahaan pemilik API-U atau API-P. Penugasan kepada Perum Bulog diberikan oleh Menteri BUMN berdasarkan usulan Menteri. Persetujuan impor dari menteri untuk impor jagung sebagai pemenuhan kebutuhan pakan oleh Perum Bulog hanya dapat dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari menteri yakni Menteri Pertanian (Mentan). Mentan memberikan mandat penerbitan persetujuan kepada Dirjen.

Perum Bulog yang telah mendapat penugasan pemrintah untuk impor jagung, pada tahap awal mengimpor 190.000 ton, dari total kuota tahun 2016 sebanyak 1,5 juta ton. Sementara menurut Kepala Biro Informasi Publik, Kementan, Agung Hendriadi, secara keseluruhan kuota impor jagung tahun 2016 sebanyak 2,4 juta ton. Impor dilakukan secara bertahap rata-rata sekitar 200 ribu ton per bulan. Secara nasional produksi jagung pada tahun 2015 tercatat 19,83 juta ton dengan peningkatan produktivitas lahan yang ada,

diharapkan jumlah produksi jagung meningkat menjadi 21,53 juta ton.

Untuk mendapatkan persetujuan impor, Perum Bulog harus mengajukan permohonan secara elektronik kepada Menteri dalam hal ini Dirjen, dengan melampirkan API-U dan rekomendasi dari Mentan atau pejabat yang ditunjuk. Untuk mendapatkan persetujuan impor, perusahaan pemilik API-U dan API-P harus mengajukan permohonan secara elektronik kepada menteri c/q Dirjen dengan melampirkan akta pendirian perusahaan beserta perubahannya, API-U atau API-I. Masa berlaku persetujuan impor bagi Perum Bulog sesuai dengan masa berlakunya rekomendasi terhitung sejak tanggal diterbitkannya. Sedangkan masa berlakunya persetujuan impor bagi perusahaan pemilik API-U atau API-P selama 3 bulan terhitung sejak tanggal diterbitkan. Paling Lambat 3 Hari

Persetujuan impor memuat data atau keterangan sedikitnya mengenai, nomor dan tanggal penerbitan API-U atau API-P, nomor dan tanggal penerbitan rekomendasi, nama dan alamat importir, volume jagung per pelabuhan tujuan, pos tarif / HS, negara asal, nomor dan tanggal penerbitan persetujuan impor dan masa berlaku persetujuan impor. Masa berlaku persetujuan impor dapat diperpanjang paling lama 30 hari kalender. Perpanjangan masa berlaku hanya dapat diberikan sepanjang tanggal Bill of Lading dari negara asal tidak melewati masa berlaku persetujuan impor. Masa berlaku persetujuan impor untuk triwulan keempat periode Oktober-Desember tidak dapat diperpanjang. Perpanjangan masa berlaku hanya dapat diajukan 1 kali setiap periode importasi.

Untuk mendapat perpanjangan masa berlaku persetujuan impor, perusahaan harus mengajukan permohonan secara elektronik kepada Menteri dalam hal ini Dirjen, dengan melampirkan persetujuan impor yang masih berlaku, bill of lading dan surat pernyataan bermaterai cukup dari importir mengenai alasan pengajuan permohonan perpanjangan masa berlaku persetujuan impor. Dirjen atas nama Menteri menerbitkan perpanjangan masa berlaku persetujuan impor paling lama 3 hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar atau penolakan paling lama 3 hari kerja sejak permohonan diterima kalau

Buletin GINSI Jateng 13

Edisi Juni 2016

permohonan tidak lengkap atau tidak benar. Perpanjangan masa berlaku disampaikan kepada perusahaan dan tembusan disampaikan ke instansi terkait.

Pengajuan permohonan untuk mendapat persetujuan impor dan perpanjangan masa berlaku persetujuan impor hanya dapat dilayani dengan sistem elektronik melalui http://inatrade.kemendag.go.id. Jika terjadi keadaan memaksa (force majeure) yang mengakibatkan sistem elekteronik tidak berfungsi, pengajuan permohonan disampaikan secara manual. Persetujuan impor dan perpanjangan masa berlaku persetujuan impor diteruskan secara elektronik dari portal Inatrade ke portal INSW (Indonesia National Single Window). Jika impor jagung dilakukan melalui pelabuhan yang belum terkoneksi dengan INSW, tembusan persetujuan impor disampaikan secara manual kepada instansi terkait. Jagung yang diimpor oleh perusahaan pemilik API-P hanya dapat digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong untuk kebutuhan proses produksi sendiri dan dilarang diperdagangkan atau dipindahtangankan kepada pihak lain. Pengamanan Harga

Dalam rangka pengamanan harga jagung ditingkat petani, Mendag juga menetapkan harga acuan pembelian jagung di tingkat petani.

Permendag yang ditetapkan tanggal 24 Maret 2016 tertuang pada Nomor 21/M-DAG/PER/3/2016. Harga acuan pembelian jagung di tingkat petani, yang disebut harga acuan jagung adalah harga acuan pembelian jagung dalam rangka pengamanan harga jagung di tingkat petani. Pembeli jagung hingga di tingkat petani dapat dilakukan Perum Bulog, BUMN, Koperasi atau swasta lain melakukan pembelian jagung produksi dalam negeri dari kelompok tani, gabungan kelompok tani atau koperasi petani terutama pada masa panen raya jagung. Masa panen raya jagung itu sendiri ditetapkan oleh Menteri Pertanian.

Harga acuan jagung ditetapkan menjadi empat tingkatan. Harga jagung dengan kriteria kadar air 35%, aflatoxin 100 ppb, butir rusak 3%, butir jamur 2%, butir pecah 2%, benda asing 2% sebesar Rp 2.500 per kg. Harga jagung dengan kriteria kadar air 30%, aflatoxin 100 ppb, butir rusak 3%, butir jamur 2%, butir pecah 2%, benda asing 2% sebesar Rp 2.750 per kg. Untuk jagung dengan kriteria kadar air 25%, aflatoxin 100 ppb, butir rusak 3%, butir jamur 2%, butir pecah 2%, benda asing 2% sebesar Rp 2.850 per kg. Harga jagung dengan kriteria kadar air 20%, aflatoxin 100 ppb, butir rusak 3%, butir jamur 2%, butir pecah 2%, benda asing 2% sebesar Rp 3.050 per kg. Untuk harga jagung dengan kriteria kadar air 15%, aflatoxin 100 ppb, butir rusak 3%, butir jamur 2%, butir pecah 2%, benda asing 2% sebesar Rp 3.150 per kg. Harga acuan jagung tersebut berlaku untuk periode 1 April 2016 hingga 31 Maret 2017. Jika masa berlaku harga acuan jagung berdasarkan ketentuan ini telah berakhir dan harga acuan jagung yang baru belum ditetapkan, maka harga acuan jagung dalam peraturan menteri ini tetap berlaku.

--- (Sumber : Warta Ginsi Edisi Mei 2016 Nomor 3465/V) ---

Buletin GINSI Jateng 14

Edisi Juni 2016

Impor Barang Komplementer Harus Memiliki Rekomendasi

Kalangan importasi di bidang kesehatan

dewasa ini perlu memperoleh rekomendasi untuk mendapatkan persetujuan impor barang komplementer, barang untuk keperluan tes pasar, dan pelayanan purna jual, sesuai yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 14 tahun 2016. Barang komplementer berdasarkan ketentuan adalah barang yang diimpor oleh perusahaan Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) dengan tujuan untuk melengkapi lini produk, yang berasal dari dan dihasilkan oleh perusahaan di luar negeri yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan pemilik API-P. Barang utnuk keperluan tes pasar adalah barang yang diimpor dan belum dapat diproduksi oleh perusahaan pemilik API-P dengan tujuan untuk mengetahui reaksi pasar dan digunakan dalam rangka pengembangan usahanya dalam jangka waktu tertentu.

Barang untuk keperluan pelayanan purna jual adalah barang yang diimpor oleh perusahaan pemilik API-P dengan tujuan untuk menjamin ketersediaan suku cadang, produk pengganti dan penggantian produk yang terkait dengan utamanya. Impor barang komplementer hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi, industri obat tradisional, usaha kecil obat tradisional atau industri kosmetik sebagai pemilik API-P setelah mendapat persetujuan impor dari Menteri Perdagangan.

Impor barang kompelmenter, barang untuk keperluan tes pasar, dan barang untuk purna jual hanya dapat dilakukan oleh industri alat kesehatan atu industri PKRT sebagai pemilik API-P setelah mendapat persetujuan impor dari Menteri Perdagangan. Persetujuan impor itu sendiri hanya dapat dilakukan setelah memiliki rekomendasi dari Menteri.

Menteri melimpahkan wewenang pemberian rekomendasi untuk mendapatkan

persetujuan impor obat, obat tradisional, supplemen kesehatan, atau kosmetika pada Kepala Badan. Rekomendasi untuk mendapatkan persetujuan harus diberikan dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Tata cara dan prosedur pemberian rekomendasi untuk mendapatkan persetujuan impor obat, obat tradisional, supplemen kesehatan, atau kosmetika ditetapkan oleh Kepala Badan. Rekomendasi yang diberikan oleh Kepala Badan harus ditembuskan kepada Dirjen. Permohonan rekomendasi untuk mendapatkan persetujuan impor alat kesehatan dan PKRT (Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga), industri alat kesehatan mengajukan kepada Dirjen dengan melampirkan fotokopi sertifikat produksi alat kesehatan/PKRT, fotokopi API-P, daftar alat kesehatan dan PKRT yang diimpor serta fotokopi izin edar alat kesehatan dan PKRT.

Pengajuan permohonan untuk memperoleh rekomendasi persetujuan impor, hanya dapat dilayani dengan sistem elektronik melalui http://www.regalkes.depkes.go.id. Jika pelayanan dengan sistem elektronik mengalami kendala operasioanl dalam aplikasi, permohonan dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan formulir 2. Importasi yang dilakukan perusahaan yang bersangkutan wajib menyampaikan laporan secara elektronik atas realisasi impor, baik terealisasi maupun tidak terealisasi kepada Menteri Perdagangan. Laporan dimaksud disampaikan setiap 3 bulan tanggal 15 bulan pertama triwulan berikutnya. Laporan untuk obat, obat tradisional, supplemen kesehatan, kosmetika harus disampaikan tembusan kepada Dirjen dan Kepala Badan secara elektronik melalui http://www.ephrm.kemkes.go.id.

--- (Sumber : Warta Ginsi Edisi Mei 2016 Nomor 3465/V) ---

Buletin GINSI Jateng 15

Edisi Juni 2016

Tata Laksana Pusat Logistik Berikat

Dalam rangka melaksanakan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) No. PER-272/PMK.04/2016 tentang Pusat Logistik Berikat, Dirjen Bea dan Cukai, Heru Pambudi menetapkan Peraturan Dirjen Bea dan Cukai no. PER-01/BC/2016 mengenai Tata Laksana Pusat Logistik Berikat. Pusat Logistik Berikat dan Tempat Penimbunan Berikat (PLB/TPB) adalah tempat untuk menimbun barang asal luar daerah pabean atau barang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean, dapat disertai satu atau lebih kegiatan sederhana dalam jangka waktu tertentu untuk dikeluar kembali. Di dalam TPB terdapat bangunan, tempat atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu dengan mendapatkan penangguhan bea masuk.

PLB merupakan kawasan pabean dan sepenuhnya berada di bawah pengawasan Ditjen Bea dan Cukai. Pengawasan dan pemeriksaan pabean meliputi penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan dilakukakn secara selektif berdasarkan manajemen resiko.

Penyelenggara PLB atau PD-PLB dapat diberikan kemudahan pelayanan kepabeanan dan cukai, berupa kemudahan pelayanan kepabeanan dan cukai, berupa kemudahan pelayanan perizinan,

kemudahan pelayanan kegiatan operasioanal atau kemudahan kepabeanan dan cukai. Pengusaha PLB atau PDPLB dapat memiliki lebih dari satu lokasi penyelenggaraan pengusahaan PLB dan satu izin penyelenggaraan atau pengusahaan PLB.

Kegiatan penimbunan barang di dalam PLB diberikan untuk jangka waktu paling lama 3 tahun sejak tanggal pemasukan ke PLB. Dapat diperpanjang paling lama tiga tahun terhitung sejak tanggal pemasukan ke PLB. Jangka waktu timbun dapat diperpanjang paling lama tiga tahun kalau barang yang ditimbun dalam PLB merupakan barang untuk keperluan operasional minyak atau gas bumi, pertambangan, industri tertentu atau industri lainnya dengan izin Kepala Kantor Pabean dengan mempertimbangkan alasan dan bukti yang mendukung. Pengusaha PLB atau PDPLB menyampaikan pemberitahuan perpanjangan jangka wkatu timbun kepada Kepala Kantor Pabean. Dimiliki Orang atau Badan

Industri tertentu dalam ketentuan ini meliputi industri penerbangan, perkapalan, kereta api, industri pertahanan keamanan dan industri pertanian, perikanan atau peterenakan. Kegiatan penimbunan barang asal luar daerah pabean atau

Buletin GINSI Jateng 16

Edisi Juni 2016

barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah di dalam PLB dapat disertai dengan satu atau lebih kegiatan sederhana, yaitu pengemasan atau pengemasan kembali, penyortiran, standarisasi (quality control), penggabungan (kitting), pengepakan, penyetelan, konsolitas barang tujuan ekspor, penyediaan barang tujuan ekspor, pemasanagan kembali atau perbaikan, maintenance pada industri yang bersifat strategis, termasuk pencetakan (painting). Kemudian untuk pembauran (blending), pemberian label berbahasa Indonesia, meletakkan pita cukai atau pembubuhan tanda pelunasan cukai lainnya atas barang kena cukai, pelelangan barang modal asal luar daerah pabean, pameran barang impor atau asal tempat lain dalam daerah pabean.

Berikutnya untuk pameran barang impor atau atas tempat lain dalam daerah pabean, pemeriksaan dari lembaga atau instansi terkait dalam rangka pemenuhan ketentuan pemabatasan impor atau ekspor. Pemeriksaan untuk penerbitan surat keterangan asal (SKA) oleh instansi teknis terkait dalam rangka impor dan ekspor atau kegiatan sederhana lainnya yang dapat ditetapkan oleh Dirjen. Kegiatan sederhana dimaksud bukan merupakan kegiatan pengolahan (manufacture) yang menghasilkan produk baru yang memilki sifat, karakteristik, atau fungsi yang berbeda dari barang asal. Di dalam satu lokasi pengusaha PLB atau PDPLB hanya dapat dilakukan penimbunan jenis barang yang memilki karakteristik sejenis atau untuk mendukung industri sejenis. Barang yang ditimbun di dalam PLB dapat dimiliki oleh penyelenggara PLB, pengusaha PLB, PDPLB, pemasok (supplier) di luar daerah pabean atau orang serta badan usaha lainnya. Orang atau badan yang dimaksud dalam ketentuan ini, meliputi pemilik barang di dalam daerah pabean atau pemilik barang di luar daerah pabean.

Bangunan, tempat atau kawasan yang akan menjadi PLB harus memenuhi persyaratan, sekurangnya terletak di lokasi yang dapat dilalui oleh sarana pengangkut lainnya. Mempunyai batas-batas dan luas yang jelas, mempunyai tempat untuk pemeriksaan fisik atas barang impor atau ekspor. Mempunyai tempat untuk melakukan penimbunan , pemuatan, pembongkaran, pemasukan dan pengeluaran dari dan keluar daerah pabean atau tempat lain dalam daerah pabean. Mempunyai tempat atau area transit untuk barang yang telah didaftarkan pemberitahuan pabeannya sebelum dilakukan pengeluaran barang, kecuali dalam hal calon PLB akan menimbun barang yang mempunyai

karakteristik tertentu berupa barang cair, gas atu sejenisnya. Mempunyai tata letak dan batas yang jelas untuk melakukan setiap kegiatan sederhana. Pelaku Tindak Pidana

Perusahaan atau orang yang bertanggung jawab terhadap perusahaan yang pernah melakukan tindak pidana kepabeanan, cukai atau perpajakan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, tidak dapat diberikan persetujuan sebagai penyelenggara PLB, pengusaha PLB atau PDPLB selama 10 tahun terhitung sejak selesai menjalani hukuman pidana. Untuk mendapatkan penetapan tempat sebagai PLB dan izin penyelenggara PLB mengajukan permohonan kepada Direktur Fasilitas Kepabeanan melalui Kepala Kantor Pabean yang mengawasi. Permohonan dilampiri berkas dalam bentuk softcopy berupa hasil scan dari dokumen asli atau fotokopi yang ditandasahkan dalam MPDE atau media elektronik lainnya, berupa dokumen yang menunjukkan bahwa perusahaan telah memiliki SPI yang baik dan mengisi daftar isian sesuai contoh format yang ditetapkan Dirjen.

Dokumen yang menunjukkan bahwa perusahaan telah mendayagunakan sistem informasi persediaan berbasis computer (IT Inventory) dalam pengelolaan barang pada PLB. Dokumen yang menunjukkan bahwa perusahaan telah ditetapkan sebagai perusahaan peserta Authorized Economic Operator (AEO) oleh Ditejn Bea dan Cukai, BUMN atau memiliki luas lokasi tanah atau bangunan paling kurang 10.000m², kecuali untuk jenis barang yang ditimbun dalam tank penimbunan. Bukti kepemilikan atau penguasaan suatu tempat, bangunan atau kawasan yang mempunyai batas-batas yang jelas, termasuk di dalamnya perjanjian sewa menyewa apabila tempat yang bersangkutan merupakan tempat yang disewa dari pihak lain. Peta dan denah (layout) lokasi/tempat yang akan dijadikan PLB, suart izin tempat usaha, izin lokasi atau dokumen sejenis, surat pengukuhan sebagai pengusaha kena pajak.

Buletin GINSI Jateng 17

Edisi Juni 2016

Berikutnya, SPT Tahunan PPh wajib pajak badan tahun terakhir bagi perusahaan yang sudah wajib menyerahkan SPT, dokumen lingkungan hidup berupa analisasi mengenai dampak lingkungan, upaya pengelolaan lingkungan hidup/upaya pemantauan lingkungan hidup (UKL/UPL), atau surat keterangan lain dari instansi teknis terkait. Akta pendirian badan usaha dan perubahan terakhir beserta pengesahan dari pejabat yang berwenang , identitas dari penanggung jawab dan usaha berupa KTP atau kartu izin tinggal yang dikeluarkan instansi terkait, surat keterangan dari kantor pajak atau bukti tidak memilki tunggakan. Profil perusahaan yang memuat informasi paling kurang mengenai bisnis proses yang dilakukan atau akan dilakukan, perkiraan investasi, jumlah tenaga kerja dan detil kegiatan yang akan dilakukan di dalam PLB. Penangguhan Bea Masuk

Direktur Fasilitas Kepabeanan memberikan persetujuan atau penolakan permohonan perubahan data yang diajukan melalui sistem komputer pelayanan PLB dalam jangka waktu paling lama 5 hari kerja sejak permohonan diterima. Direktur Fasilitas Kepabeanan memberikan persetujuan atau penolakan permohonan perubahan data yang diajukan menggunakan surat permohoan tertulis dalam

jangka waktu paling lama 10 hari kerja. Pemasukan barang ke PLB dapat dilakukan dari luar daerah pabean, TPB lainnya, tempat lain dalam daerah pabean, KEK, kawasan bebas atau kawasan ekonomi lainnya yang sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.

Barang yang dimasukkan dari luar daerah pabean untuk ditimbun di PLB diberikan penangguhan, diberikan pembebasan cukai atau tidak dipungut PDRI. Barang yang dimasukkan dari tempat lain dalam daerah pabean ke PLB yang ditunjukkan untuk ekspor dalam rangka konsolidasi ekspor atau penyediaan barang ekspor, tujuan khusus, mendukung kegiatan sederhana, tidak dipungut pajak pertambahan nilai (PPN) atau pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM). Barang yang dimasukkan dari PLB lainnya berupa barang asal luar daerah pabean diberikan penangguhan bea masuk, tidak dipungut PDRI, diberikan pembebasan cukai atau tidak dipungut PPN dan PPnBM. Barang asal tempat lain dalam daerah pabean, tidak dipungut PPN dan PPnBM.

Barang yang dimasukkan dari TPB selain PLB ke PLB, berupa barang asal luar daerah pabean diberikan penangguhan bea masuk, tidak dipungut PDRI, diberikan pembebasan cukai atau tidak dipungut PPN dan PPnBM. Tarif pengeluaran barang asal luar daerah pabean dari PLB ke tempat lain dalam daerah pabean dikenakan bea masuk, cukai atau PDRI yang dihitung dengan berdasarkan nilai transaksi pada saat pengeluaran dari PLB ke tempat lain lain dalam daerah pabean. Kalisifikasi yang berlaku atas barang pada saat pengeluaran dari PLB ke tempat lain daerah pabean dan pembebasan yang berlaku pada saat pemberitahuan pabean impor ditetapkan. Cukai berdasarkan ketentuan cukai yang berlaku. Sedangkan PDRI berdasarkan tarif pada saat pemberitahuan pabean impor didaftarkan dan nilai impor yang berlaku pada saat barang impor dikeluarkan dari PLB.

--- (Sumber : Warta Ginsi Edisi Mei 2016 Nomor 3465/V) ---

Buletin GINSI Jateng 18

Edisi Juni 2016

GINSI : Indonesia Saatnya Memiliki Single Risk Management

Sekjen BPP GINSI (Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia), Achmad Ridwan menyatakan bahwa Indonesia kini saatnya memiliki Single Risk Management. Risk Management atau manajemen resiko adalah sebuah cara sistematis dalam memandang sebuah resiko dan menentukan dengan tepat penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, memperkirakan dampak yang ditimbulkan dan mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko.

Strategi yang dapat diambil, antara lain dengan memindahkan resiko kepada pihak, menghindari resiko, mengurangi efek negative resiko dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu. Saran dari pelaksana manajemen resiko adalah untuk mengurangi resiko yang berbeda-beda yang bertemuan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa beberapa jenis rencana yang disebabakan oleh lingkungan, manusia, teknologi, dsb.

Sejauh ini, Indonesia National Single Window (INSW) sedang menyiapkan acuan utama single reference bagi kementerian dan lembaga non kementerian (K/L) yang akan bergabung ke dalam INSW. Sekretaris INSW, Kukuh Basuki mengatakan bahwa dengan single reference layanan yang diberikan oleh K/L bisa sama dan setara. Selain itu fokus INSW masih pada profiling pengusaha yang baik menurut penilaian K/L, untuk INSW sinkronkan untuk dapat disepakati. Menurutnya, konotasi baik dalam profil pengusaha tidak lagi secara individual di K/L, tetapi diupayakan, profil pengusaha yang baik masuk ke dalam penilaian bersama.

INSW Terkait Perizinan

Dalam peluncuran paket kebijakan XI di Istana Kepresidenan (29/3), Menteri Koordinator

(Menko) Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengungkapkan, pemerintah akan dibentuk INSW, terkait perizinana masuk dan keluar barang di pelabuhan. Darmin mengatakan, ada lima kebijakan guna mendukung pertumbuhan ekonomi di Tanah Air. Salah satu kebijakna yang diambil pemerintah terkait dwelling time atau waktu bongkar muat barang di pelabuhan. “Ada deregulasinya juga, seperti misalnya ada yang menyangkut dwelling time tetapi yang urusan prosedur, bukan urusan pelabuhan,” katanya.

Menurut Darmin, pemerintah membentuk Indonesia Single Risk Management, terkait perizinan masuk dan keluar barang di pelabuhan. Kedepan diharapkan, tidak ada lagi masalah periziaan sehingga waktu bongkar muat barang di pelabuhan menjadi lebih singkat. Dengan kata lain, jelas Darmin, akan dibuat penyatuan standar pemberian izin masuk dan keluarnya barang di pelabuhan mengingat masalah perizianan jalur hijau menyangkut 18 kementerian/lembaga. “Yang mneyangkut barang-barang masuk keluar, ada paling 18 kementerian. Masalahnya, barang itu masuk-keluar cepat kalau masuk jalur hijau. Jadi masalah kan yang 18 kementerian, 10 bilang hijau, 8 bilang merah, sehingga menjadi merah deh. Maka itu, kita mneyatukan standarnya supaya kalua hijau, ya hijau semua. Itu namanya Indonesia Single Risk Management,” jelas Darmin.

Selama ini, pemberian izin masuk-keluar barang di pelabuhan melibatkan 18 kementerian/lembaga. Untuk mempercepat waktu bongkar muat barang, Bea dan Cukai bersama Badan Koordinasi Penenaman Modal (BKPM) membuat program percepatan jalur hijau. Terhadap importir yang sudah mendapatkan rekomendasi dari BKPM, dalam waktu 30 menit bisa memproses bongkar muat barangnya. --- (Sumber : Warta Ginsi Edisi Mei 2016 Nomor 3465/V) ---

Buletin GINSI Jateng 19

Edisi Juni 2016

Tepis Kritik, Menteri Susi Sebut Tren Impor Ikan Menukik

Indonesia mengalami penurunan impor

ikan dalam lima tahun terakhir. Dari 431.871 ton pada 2011 menurun menjadi 290 ribu ton pada tahun lalu. Hal tersebut diungkapkan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, di tengah kritikan pedas berbagai kalangan atas sikapnya membuka keran impor Cakalang sebanyak 2 ribu ton. "Tren dalam beberapa tahun terus menurun," kata Susi di kantornya, Selasa (21/6).

Data terkini, impor ikan sepanjang Januari-Maret 2016 hanya sebesar 29.035 ton. Turun ketimbang periode sama tahun lalu sebesar 57.258 ton. "Karena stok ikan melimpah dalam 6 bulan terakhir makanya izin impor kami tahan," katanya.

Menurut Susi, pihaknya masih membuka keran impor lantaran kebutuhan industri pengolahan akan bahan baku ikan masih sangat tinggi. "Sebelumnya industri menjerit butuh bahan baku. Akhirnya saya izinkan dengan keyakinan tidak akan merusak harga. Setiap tahun ketentuannya sama, harus didasarkan pada syarat administrasi."

Impor Dinilai Tingkatkan Pendapatan

Dekan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB), Arif Satria menegaskan Indonesia masih melakukan impor ikan. Meski hasil laut Indonesia berlimpah kekayaan yang sangat banyak. Namun, tujuan impor memberikan tambahan pendapatan di sektor laut dan perikanan Indonesia.

"Keputusan (impor) ini dapat memberi nilai tambah bagi sektor laut dan perikanan kita. Keadaan itu pun didukung oleh adanya anomali cuaca yang terkadang dampaknya kepada banyaknya hasil tangkap ikan di sejumlah daerah. Misal Aceh tiba-tiba banyak ikan. Kenaikan ikan di Bali juga karena ada el nino. Ini juga kesempatan buat kita," ujar Arif, di Jakarta (18/6).

Langkah impor, kata dia, merupakan hal yang cerdas. Sebab, impor yang dilakukan memiliki tujuan akhir untuk kembali diekspor ke berbagai negara. "Posisi impor kita ini 43 persen untuk ekspor. Kita dapat bahan baku, karena kita impor. Lalu kita ekspor kembali bahan yang bernilai tambah dari impor tadi," kata Arif.

Kendati demikian, Indonesia harus mewaspadai penurunan produksi akibat infrastruktur penunjang yang dimiliki negeri ini masih sedikit. Dampaknya yang sangat besar membuat harga ikan menjadi mahal.

"Jadi, meski ekspor ikan olahan dapat tumbuh, tapi harga ikan mahal. Makanya kita perlu pembangunan infrastruktur, seperti jalan. Sehingga rantai distribusi bisa lebih baik, dan tidak ada lagi persoalan yang kita hadapi," jelas Arif.

Arif menambahkan, minimnya infrastruktur untuk kelautan saat ini sudah dirasakan di daerah Bitung. Pabrik di daerah tersebut banyak tutup karena penurunan produksi.

DPR Anggap Impor Ikan Turunkan Martabat

Wakil Ketua Komisi IV DPR Viva Yoga Mauladi mengatakan impor ikan yang dilakukan pemerintah sangat tidak pantas dan turunkan martabat negara. Lantaran, laut Indonesia sangat luas dengan potensi ikan yang melimpah. "Ini tidak pantas dilakukan oleh pemerintah dengan luasnya perairan Indonesia terkecuali ikan yang tidak bisa hidup di Indonesia baru boleh impor contohnya Salmon," ujarnya dalam acara diskusi di Jakarta (18/6).

Menurutnya, selama ini data impor ikan selalu ditutup-tutupi. Baru kali ini pemerintah membuka impor ikan. Kendati demikian, pada 2015, impor ikan mengalami penurunan. Saat ini hanya tercatat 2,3 persen dari total produksi ikan nasional. Namun, pemerintah masih kebobolan adanya impor ikan ilegal yang mencapai 100.000 ton. "Untuk impor, tahun 2011 ada 431.000 ton, lalu tahun 2012 ada 337.000 ton, 2013 tercatat 353.000 ton, lalu tahun 2014 ada 307.000 ton. Sedangkan tahun 2015 ada 290.000 ton turun sekitar 2,1 persen," kata Viva.

Viva mencatat jenis impor ikan yang menjadi favorit yaitu sarden, salmon dan kepiting. "Dari total impor ikan pada tahun ini sebesar 137.000 ton, impor ikan sarden tercatat paling banyak sebesar 19.000 ton, kepiting 4.000 ton, dan salmon sebesar 2.000 ton," pungkasnya. --- (Sumber : http://www.merdeka.com) ---

Buletin GINSI Jateng 20

Edisi Juni 2016

BPS Ingatkan Pemerintah Waspadai Ancaman Barang Impor Thailand

Kondisi impor Indonesia pada mei 2016

mengalami kenaikan sebesar 2,98 persen apabila dibandingkan dengan April 2016 sebesar USD 10,78 miliar. Impor Indonesia pada mei 2016 tercatat sebesar US$11,14 miliar yang disumbang oleh tiga negara besar yaitu Tiongkok, Jepang dan Thailand. Namun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia secara kumulatif (Januari-Mei 2016) mencapai USD 53,89 miliar, turun 11,61 persen dibanding periode sama 2015.

Suryamin, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), mengatakan dari capaian impor tersebut terdapat hal yang cukup mengejutkan. Thailand saat ini menduduki posisi tiga besar negara yang menyumbangkan barang impor ke Indonesia dengan nilai USD 3,77 miliar, meningkat dari periode sama di tahun sebelumnya sebesar USD 3,41 miliar.

Dia menjelaskan, untuk pangsa impor non-migas Indonesia, sejak Januari-Mei 2016, masih dipegang oleh Tiongkok dengan nilai US$12,26 miliar dan kontribusi sebesar 26,1 persen. Kemudian disusul oleh Jepang sebesar US$5,05 miliar dengan kontribusi 10,76 persen, dan ketiga

Thailand sebesar US$3,77 miliar dengan kontribusi 8,03 persen.

"Impor Indonesia dari Thailand meningkat, Thailand tampaknya mulai bersaing di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini," kata Suryamin di Kantor Pusat BPS (15/6).

Suryamin menilai peningkatan nilai impor dari negara gajah putih ini bisa menjadi ancaman bagi Indonesia, terutama di era perdagangan bebas seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). "Impor dari Thailand ini meningkat. Ini bisa jadi ancaman MEA," tegas Suryamin.

Dia mengimbau agar pemerintah bisa memilah barang-barang yang akan diimpor dari Thailand, terutama untuk impor kendaraan dan mesin. Menurutnya, pemerintah sebaiknya melakukan impor untuk bahan baku yang tidak dimiliki oleh Indonesia.

Suryamin menjelaskan, Thailand mulai mengembangkan ekspor di sektor mekanik. Seperti seperti spare part kendaraan hingga mesin-mesin pesawat. Tak hanya itu, untuk gula pun Thailand mulai dominan memasok barang ke Indonesia.

"Selama ini kita impor mesin-mesin pesawat mekanik, terus gula dan kembang gula, plastik dan barang dari plastik, mesin listrik, gandum, kimia organik dan karet dan bahan dari karet. Mesin-mesin pesawat mekanik bisa jadi sebagai bahan modal," imbuhnya.

Ia menambahkan, Impor spare part mesin dari Thailand kerap digunakan untuk barang modal di pabrik-pabrik di Indonesia. "kalau kendaraan dan bagiannya, itu di Indonesia banyak dijadikan sebagai barang modal, di kantor dan pabrik-pabrik," kata dia. --- (Sumber : http://www.merdeka.com dan http://www.viva.com) ---