Khrisna Proposal Lengkap

29
PERANAN MODAL SOSIAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI DESA PEJENG - BALI BERBASIS KEARIFAN LOKAL 1

description

pengelolaan sumber daya air pedesaan

Transcript of Khrisna Proposal Lengkap

PERANAN MODAL SOSIAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI DESA PEJENG - BALIBERBASIS KEARIFAN LOKAL20

PENDAHULUANLatar BelakangModal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama di dalam berbagai komunitas. Basis dari modal sosial adalah sekumpulan sumber daya aktual dan potensial, entitasnya terdiri atas beberapa aspek dari struktur sosial, dan entitas tersebut memfasilitasi tindakan-tidakan individu yang ada dalam struktur tersebut, asosiasi yang besifat horizontal, kemampuan aktor untuk menjamin manfaat, informasi, kepercayaan, norma-norma, nilai-nilai, timbal balik, kerjasama dan jejaring. Basis inilah yang nantinya akan digunakan dalam suatu komunitas demi mencapai tujuan bersama seperti pengelolaan sumber daya air di Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Desa pejeng memiliki sumber daya air tetapi belum mampu mengelola sumber daya air tersebut dengan tepat dan berkelanjutan. Diperlukan peranan modal sosial seperti kearifan lokal dalam mengelola sumber daya air tersebut. Kearifan lokal merupakan kepribadian, identitas kultural masyarakat yang berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat dan aturan khusus yang telah teruji kemampuannya sehingga dapat bertahan secara terus menerus. Pengelolaan sumber daya air berbasis kearifan lokal dipandang perlu dalam mengelola sumber daya air yang terdapat di Desa Pejeng.PermasalahanPermasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah bagaimana peranaan modal sosial dalam pengelolaan sumber daya air di Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar Provinsi Bali yang berbasis kearifan lokal.TujuanPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan modal sosial dalam pengelolaan sumber daya air di Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali yang berbasis kearifan lokal.Manfaat Penelitian1) Secara akademis, hasil penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam studi peranan modal sosial dalam pengelolaan sumber daya air perdesaan berbasis kearifan lokal;2) Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan masukan kepada masyarakat Desa Pejeng dalam penyempurnaan model pengelolaan sumber daya air berbasis kearifan lokal;3) Hasil penelitian ini juga berguna bagi para peneliti yang akan melakukan kajian sejenis.Ruang Lingkup Penelitian1) Penelitian dilakukan di Desa Pejeng Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar Provinsi Bali2) Penelitian ini hanya bersifat kualitatif, yaitu untuk mengetahui peranan dari Modal Sosial yang diterjemahkan ke dalam kearifan lokal yang digunakan sebagai dasar untuk mengelola sumber daya air di Desa Pejeng Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar Provinsi Bali;3) Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis isi/content analysis.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Modal Sosial2.1.1 Pengertian Modal Sosial (Social Capital)Pengertian modal sosial menurut Bourdieu (Jenkins, 2004) adalah sekumpulan sumber daya aktual atau potensial yang terkait dengan pemilikan suatu jejaring yang tahan lama dari hubungan-hubungan yang sudah terlembagakan yang berawal dari pengenalan dan pengakuan yang saling menguntungkan. Sedangkan menurut Coleman (1990) modal sosial dilihat berdasarkan fungsinya, yang bukan merupakan entitas tunggal tetapi terdiri dari berbagai entitas yang berbeda-beda, dengan dua karakteristik umum, yakni : (1) semuanya tediri dari atas beberapa aspek dari struktur sosial, dan (2) entitas-entitas tersebut memfasilitasi tindakan individu-individu yang ada dalam struktur tersebut. Putnam (1993) mendefinisikan modal sosial adalah suatu kumpulan dari asosiasi-asosiasi yang bersifat horizontal di antara orang-orang yang mempunyai pengaruh terdahap produktivitas dari masyarakat setempat. Ciri kunci dari modal sosial menurut Putnam adalah modal sosial memfasilitasi koordinasi dan kerjasama bagi keuntungan bersama (timbal balik) dari para anggota suatu asosiasi. Sedangkan menurut Portes (1998) modal sosial adalah kemampuan dari para aktor untuk menjamin manfaat dengan bertumpu pada keanggotaan dalam jejaring sosial dan struktur-struktur sosial lain. Menurut Woolcock (1998) modal sosial adalah derajat kohesi sosial yang ada dalam komunitas. Modal sosial menurut Lang & Hornburg (1998) adalah merujuk pada ketersediaan rasa saling percaya di dalam masyarakat, norma-norma dan jejaring yang dapat dimanfaatkan masyarakat dalam rangka menyelesaikan persoalan-persoalan bersama. Sedangkan Fukuyama (1995) mengkonsepsikan modal sosial sebagai suatu norma informal yang mendorong kerjasama yang saling menguntungkan.Berdasarkan pandangan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa modal sosial adalah : (1) sekumpulan sumber daya aktual, (2) entitasnya terdiri dari atas beberapa aspek dari struktur sosial, dan entitas-entitas tersebut memfasilitasi tindakan individu-individu yang ada dalam struktur tersebut; (3) asosiasi-asosiasi yang bersifat horizontal; (4) kemampuan aktor untuk menjamin manfaat; (5) informasi; (6) norma-norma; (7) nilai-nilai; (8) timbal balik; (9) Kerjasama; (10) jejaring.Dari ke sepuluh kesimpulan di atas dapat disaring lagi apa saja yang menjadi elemen-elemen inti dari modal sosial. Elemen-elemen inti tersebut terdiri dari : (1) kepercayaan (trust); (2) jaringan sosial (social networks); (3) pranata (institutions).2.1.2 Kepercayaan (Trust)Kepercayaan merupakan salah satu elemen dari modal sosial yang yang akan melahirkan sikap saling percaya yang menjadi jaminan awal dari suatu hubungan dua orang atau lebih untuk bekerjasama dan merupakan dasar munculnya keinginan untuk membentuk jaringan sosial (social networks) yang akan bermuara dalam bentuk pranata (institutions). Karena itu sikap saling percaya (trust) meliputi adanya unsur kejujuran (honesty), kewajaran (fairness), sikap egaliter (egalitarianism), toleransi (tolerance) dan kemurahan hati (generosity) (Badaruddin,2005).Menurut Robbins (2005), kejujuran (honesty) adalah sebuah unsur dari kepercayaan yang berhubungan dengan ketulusan dan keadaan yang sebenarnya, unsur ini juga merupakan unsur yang paling kritis ketika seseorang menilai kepercayaan orang lain. Sedangkan sikap egaliter merupakan salah satu ciri menyolok dari pemimpin masa yang karismatik dan populer adalah sikapnya yang egaliter atau merakyat dan accesible (mudah dihubungi) (Mario Gagho, 2004). Maksudnya merakyat di sini adalah sikap yang sama, walaupun kadang-kadang bersifat emosional, bertujuan untuk mencapai kesatuan atau paling sedikit untuk mencapai suatu integrasi dalam organisasi, fikiran dan tindakan (Soekanto, 1982:74). Sedangkan Toleransi didefinisikan sebagai perwujudan dari sifat dan sikap untuk menghargai dan membiarkan atau membolehkan (tenggang rasa) pendapat, pandangan kepercayaan, kebiasaan, kelakuan (pendirian) yang menunjukkan adanya pertentangan, atau berlawanan (Poerwadarminta, 1985).2.1.3 Jaringan Sosial (Social Networks)Infrastruktur dinamis dari modal sosial berwujud jaringan kerjasama antara manusia (Putnam,1993). Jaringan merupakan wadah terjalinnya komunikasi dan interaksi, yang memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama dalam masyarakat. Mereka kemudian membangun inter-relasi yang kental, baik bersifat formal maupun informal (Onyx,1996). Jaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dari partisipasinya.Menurut Badaruddin (2005), jaringan (networks) meliputi adanya unsur partisipasi (participations), pertukaran timbal balik (reciprocity), solidaritas (solidarity), kerja sama (cooperation), dan keadilan (equity). Faturrochman (2002) mengatakan Keadilan digambarkan sebagai situasi sosial ketika norma-norma tentang hak dan kewajiban dipenuhi. Durkheim dalam Lawang (1994:181) menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang di dasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.2.1.4 Pranata Sosial (Social Institutions)Selain elemen kepercayaan dan jaringan sosial terdapat satu elemen penting dari modal sosial yaitu pranata sosial. Menurut Badaruddin (2005) pranata (institutions), meliputi nilai-nilai yang dimiliki bersama (shared value), norma-norma dan sanksi-sanksi (norms and sanctions), dan aturan-aturan (rules). Koentjaraningrat (1990) mengatakan bahwa pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Terdapat dua hal yang menjadi kunci dari pengertian di atas, yaitu aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan norma yang mengatur aktivitas tersebut.2.2 Sumber Daya AirSumber daya air merupakan salah satu bagian dari sumber daya alam. Air merupakan kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan merupakan kebutuhan dasar bagi seluruh kehidupan, baik itu manusia, flora dan fauna. Air dapat dibedakan menjadi lima berdasarkan sumbernya, yaitu air laut, air hujan, air permukaan, air tanah dan mata air. Dari kelima sumber ini air akan dimanfaatkan untuk mendukung kehidupan seluruh makhluk hidup. Kekurangan air akan berdampak pada krisis pangan, krisis kesehatan, dan kemiskinan, dengan kata lain standar hidup tidak akan bisa ditingkatkan tanpa didukung oleh air yang baik dari segi kualitas dan kuantitas. Kelebihan air juga dapat berdampak buruk bagi kehidupan. Oleh karena itu, sumber daya air perlu dikelola secara tepat dan berkelanjutan. Mengingat pentingnya air bagi kehidupan dan dampak-dampak yang ditimbulkan, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber daya Air. Undang-Undang tersebut menjabarkan mengenai lima aspek dalam pengelolaan sumber daya air, yaitu :1) konservasi sumber daya air, adalah upaya memelihara keberadaan dan keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi sumber daya air agar tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun di waktu yang akan datang;2) Pendayagunaan sumber daya air, adalah upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan dan pengusahaan sumber daya air agar berdaya guna dan berhasil guna.3) Pengendalian daya rusak air, adalah upaya mencegah, menanggulangi dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan daya rusak air;4) Sistem informasi sumber daya air, merupakan jaringan informasi sumber daya air yang tersebar dan dikelola oleh berbagai institusi;5) Pemberdayaan masyarakat (stakeholders), merupakan kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengawasan, operasi dan pemeliharaan sumber daya air dengan melibatkan peran masyarakat.2.3 Desa Pakraman/AdatBali merupakan wilayah yang sangat kental menerapkan nilai-nilai hukum adat. Untuk menjaga keberlangsungan nilai-nilai hukum adat tersebut, di Bali menerapkan suatu sistem pemerintahan adat yang disebut dengan desa Pakraman/Adat. Menurut Perda Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman menjelaskan bahwa desa Pakraman adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Propinsi Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan kahyangan tiga atau kahyangan desa yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Desa Pakraman dipimpin oleh prajuru desa pakraman atau yang biasa disebut dengan Bendesa Adat atau Kelihan Desa Adat. Desa Pakraman biasanya dibagi menjadi beberapa Banjar Adat dan Banjar Adat ini dipimpin oleh kelihan adat. Desa Pakraman memiliki peraturan tertulis yang disebut dengan Awig-awig. Saat ini desa Pakraman bukan hanya berfungsi untuk memupuk nilai-nilai Agama dan adat-istiadat desanya, tetapi memiliki fungsi untuk menciptakan keamaan, ketertiban, administasi dan program-program pada sektor ekonomi. Sebagai contoh untuk menjaga keamanan dan ketertiban wilayah dari desa Pakraman itu sendiri maka desa Pakraman memiliki satuan keamanan yang disebut dengan Pecalang.2.4 Desa PejengDesa Pejeng merupakan salah satu desa Pakraman/Adat terletak di Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar Provinsi Bali. Desa pejeng merupakan salah satu desa yang kaya akan peninggalan purbakala, salah satunya yang terkenal adalah Bulan Pejeng yang diletakkan di Pura Penataran Sasih. Desa Pejeng juga memiliki banyak Pura dan salah satu Pura yang terkenal yaitu Pura Pusering Jagat. Desa Pejeng terbagi atas enam banjar. Selain dikenal dengan peninggalan-peninggalan purbakala, desa Pejeng juga dikenal dengan kawasan pertanian yang dipercaya menjadi fondasi dasar kehidupan Pejeng selama berabad-abad.Untuk urusan sumber daya alam khususnya sumber daya air sebenarnya desa Pejeng memiliki air yang cukup melimpah. Tetapi memiliki cukup air tidak menjamin tercukupinya seluruh kebutuhan akan air baik itu untuk air bersih maupun untuk pertanian. Hal ini disebabkan oleh belum maksimalnya pengelolaan sumber daya air yang dilakukan baik itu dari PDAM maupun dari masyarakat sekitar. Hal ini dirasakan oleh masyarakat sekitar yang mengeluhkan bahwa air bersih yang mereka dapatkan dari PDAM masih tersendat-sendat. Masyarakat sekitar berinisiatif untuk mencari jalan agar masalah air di desa ini bisa teratasi, salah satunya dengan cara memanfaatkan sumber mata air yang belum tersentuh dan belum dimanfaatkan sama sekali. Sumber mata air ini nantinya diharapkan dapat dikelola secara bijak dan berkelanjutan untuk kepentingan seluruh masyarakat di Desa Pejeng baik itu untuk air bersih maupun untuk pertanian.2.5 Kearifan Lokal2.5.1 Pengertian Kearifan LokalDalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, lokal berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka lokal wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.Gobyah (2003), mengatakan bahwa kearifan lokal (local genius) adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung didalamnya dianggap sangat universal. Menurut Nyamai-Kisia (2010), kearifan lokal adalah sumber pengetahuan yang diselenggarakan dinamis, berkembang dan diteruskan oleh populasi tertentu yang terintegrasi dengan pemahaman mereka terhadap alam dan budaya sekitarnya. Dalam kearifan lokal, terkandung pula kearifan budaya lokal. Kearifan budaya lokal sendiri adalah pengetahuan lokal yang sudah sedemikian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, dan budaya serta diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama.Jadi dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal adalah suatu produk dari masa lalu yang di dalamnya mengandung pengetahuan, kepribadian, identitas kultural masyarakat yang berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat dan aturan khusus yang tertanam dan diikuti oleh masyarakat setempat dan telah teruji kemampuannya sehingga dapat bertahan secara terus menerus.2.5.2 Nilai Kearifan Lokal di BaliKearifan lokal (local genius/local wisdom) merupakan pengetahuan lokal yang tercipta dari hasil adaptasi suatu komunitas yang berasal dari pengalaman hidup yang dikomunikasikan dari generasi ke generasi. Kearifan lokal dengan demikian merupakan pengetahuan lokal yang digunakan oleh masyarakat lokal untuk bertahan hidup dalam suatu lingkungannya yang menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, budaya dan diekspresikan di dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama. Proses regenerasi kearifan lokal dilakukan melalui tradisi lisan (cerita rakyat) dan karya-karya sastra, seperti babad, suluk, tembang, hikayat, lontarak dan lain sebagainya (Restu Gunawan, 2008).Sedangkan menurut Tim Sintesis Kebijakan (www.Wikapedia.com) mengatakan; Kayakinan tradisional mengandung sejumlah besar data empiris yang berhubungan dengan fenomena, proses dan sejarah perubahan lingkungan sehingga membawa implikasi bahwa sistem pengetahuan tradisional dapat memberikan gambaran informasi yang berguna bagi perencanaan dan proses pembangunan. Keyakinan tradisional dipandang sebagai kearifan budaya lokal (indigenous knowledge), dan merupakan sumber informasi empiris dan pengetahuan penting yang dapat ditingkatkan untuk melengkapi dan memperkaya keseluruhan pemahaman ilmiah. Kearifan budaya atau masyarakat merupakan kumpulan pengetahuan dan cara berpikir yang berakar dalam kebudayaan suatu etnis, yang merupakan hasil pengamatan dalam kurun waktu yang panjang. Kearifan tersebut banyak berisikan gambaran tentang anggapan masyarakat yang bersangkutan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kualitas lingkungan manusia, serta hubungan-hubungan manusia dan lingkungan alamannya.Masing-masing daerah, suku atau komunitas dalam suatu wilayah akan memiliki pengetahuan tradisional yang secara empiris merupakan nilai yang diyakini oleh komunitasnya sebagai pengetahuan bersama dalam menjalin hubungan antara sesama dan lingkungan alamnya. Masyarakat Bali sebagai satu kesatuan geografis, suku, ras, agama memiliki nilai kearifan lokal yang telah teruji dan terbukti daya jelajah sosialnya dalam mengatasi berbagai problematika kehidupan sosial. Nilai kearifan lokal yang berkembang dan diyakini sebagai perekat sosial yang kerap menjadi acuan dalam menata hubungan dan kerukunan antar sesama umat beragama di Provinsi Bali, diantaranya; Nilai kearifan Tri Hita Karana; suatu nilai kosmopolit tentang harmonisasi hubungan manusia dengan Tuhan (sutata parhyangan), hubungan manusia dengan sesama umat manusia (sutata pawongan) dan harmonisasi hubungan manusia dengan alam lingkungannya (sutata palemahan). Nilai kearfian lokal ini telah mampu menjaga dan menata pola hubungan sosial masyarakat yang berjalan sangat dinamis. Nilai kearifan lokal Tri Kaya Parisuda; sebagai wujud keseimbangan dalam membangun karakter dan jati diri insani, dengan menyatukan unsur pikiran, perkataan dan perbuatan. Tertanamnya nilai kearifan ini telah melahirkan insane yang berkarakter, memiliki konsistensi dan akuntabilitas dalam menjalankan kewajiban sosial. Nilai kearifan lokal Tatwam Asi; kamu adalah aku dan aku adalah kamu, nilai ini memberikan fibrasi bagi sikap dan prilaku mengakui eksistensi seraya menghormati orang lain sebagaimana menghormati diri sendiri. Nilai ini menjadi dasar yang bijaksana dalam membangun peradaban demokrasi modern yang saat ini sedang digalakkan. Nilai Salunglung Sabayantaka, paras paros sarpanaya; suatu nilai sosial tentang perlunya kebersamaan dan kerjasama yang setara antara satu dengan yang lainnya sebagai satu kesatuan sosial yang saling menghargai dan menghormati. Nilai Bhineka Tunggal Ika; sebagai sikap sosial yang menyadari akan kebersamaan ditengah perbedaan, dan perbedaan dalam kebersamaan. Semangat ini sangat penting untuk diaktualisasikan dalam tantanan kehidupan sosial yang multikultural. Nilai kearifan lokal menyama braya; mengandung makna persamaan dan persaudaraan dan pengakuan sosial bahwa kita adalah bersaudara. Sebagai satu kesatuan sosial persaudaraan maka sikap dan prilaku dalam memandang orang lain sebagai saudara yang patut diajak bersama dalam suka dan duka.Sederertan nilai-nilai kearifan lokal tersebut akan bermakna bagi kehidupan sosial apabila dapat menjadi rujukan dan bahan acuan dalam menjaga dan menciptakahn relasi sosial yang harmonis. Sistem pengetahuan lokal ini seharusnya dapat dipahami sebagai sistem pengetahuan yang dinamis dan berkembang terus secara kontekstual sejalan dengan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin heterogen dan kompleks.Menurut (Md Suyasa) nilai kearifan lokal Sad Kertih, merupakan konsep masyarakat Bali untuk memperbaiki dan memelihara kualitas lingkungan secara keagamaan yang meliputi 6 komponen yaitu:a) Wana Kertih, adalah suatu konsep wawasan mengenai fungsi hutan yang sangat luas dan komplek. Demikian banyak dan pentingnya fungsi hutan seperti, mengatur tata air (hidroorologis), menjaga ekositem dan menyediakan berbagai tumbuhan dan kayu untuk berbagai kebutuhan hidup. Dalam tradisi masyarakat Bali dikenal beberapa jenis hutan sesuai peruntukannya yaitu: Alas Angker, yaitu hutan Tutupan/hutan lindung yang tidak boleh diutak-atik; Alas Kekeran, yaitu hutan yang diperuntukan untuk melindungi suatu kawasan suci atau tempat pemujaan umat (hutan milik pura/ adat); Alas Rasmini, Yaitu hutan produksi, yang bisa diambil kayunya tetapi harus tetap memperhatikan kelestariannya; Alas Arum, yaitu merupakan kawasan penyangga atau kawasan budidaya (agrowisata).b) Samudra Kertih, yaitu konsep pemahaman kawasan kesamudraan atau kawasan maritim. Laut dipandang sebagai sesuatu yang sangat keramat dan merupakan sumber kehidupan. Karena adanya laut akan menimbulkan hujan, merupakan tempat hidup flora dan fauna dan menciptakan iklim yang kondusif bagi kehidupan, maka senantiasa harus dijaga kebersihannya jangan sampai tercemar.c) Danu Kertih, yaitu konsep menumbuhkan wawasan untuk memahami fungsi sumber mata air seperti danau, sungai, kolam/empang dan lainnya. Air merupakan sumber kehidupan yang mengalir dari gunung dan tertampung di danau, mengalir lewat mata air dan sungai. Oleh karena itu senantiasa harus dijaga kelestariannya jangan sampai kering atau tercemar.d) Jagat Kerti, yaitu konsep menumbuhkan wawasan untuk selalu hidup harmonis dan dinamis dalamn kehidupan bersama dalam masyarakat (paras paros selulung sebayantaka).e) Jana Kertih, yaitu merupaka motivasi untuk selalu menjaga dan menciptakan suasana hati yang harmonis dalam diri sendri.f) Atma Kertih, yaitu membangun kondisi dimana setiap orang mampu mengeksistensikan kesucian atmannya, sebagai unsur yang paling suci dalam dirinya.Demikian konsep pemeliharaan kelestarian lingkungan pada masyarakat Bali pada prinsipnya sudah ditanamkan sejak dahulu.

BAB IIIKERANGKA BERPIKIR DAN KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka PemikiranKerangka pemikiran merupakan hasil abstraksi dan sintesis dari teori yang dikaitkan dengan masalah penelitian yang dihadapi, disamping itu juga untuk menjawab dan memecahkan masalah penelitian. Sedangkan penelitian, merupakan aktivitas yang menggunakan kekuatan pikiran dan aktivitas observasi dengan menggunakan kaidah-kaidah tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan. Kerangka pemikiran rasional untuk menguji teori-teori atau menemukan sesuatu yang masih bersifat rahasia dapat dilakukan dengan menganalisis data/fakta secara ilmiah. Selanjutnya, hasil analisis tersebut dapat memecahkan masalah dan mampu mengembangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat.

Pengelolaan Sumberdaya AirModal Sosial

Pranata Sosial

Masalah

Kearifan Lokal

Tujuan Penelitian

Gambar 3.1Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dapat dijelaskan sesuai dengan Gambar 3.1, dimana: modal sosial sebagai sekumpulan sumber daya aktual yang entitasnya terdiri dari beberapa aspek dalam struktur sosial, dimana entitas tersebut memfasilitasi tindakan individu yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya air. Elemen terpenting dari modal sosial adalah pranata social (institutions) yang terdiri dari nilai, norma dan sanksi. Pranata sosial dalam kehidupan masyarakat Bali merupakan kearifan lokal yang menuntun masyarakatnya di dalam melakukan tindakan-tindakan untuk bertahan hidup dalam lingkungan yang berkeseimbangan dan berkelenjutan. Kearifan lokal sebagai produk masa lalu yang didalamnya mengandung pengetahuan, kepribadian, identitas kultural masyarakat yang telah diikuti oleh masyarakat setempat dan teruji kemampuannya sehingga dapat bertahan secara terus menerus. Kearifan lokalyang dipakai basis dalam pengelolaan sumberdaya air dimungkinkan untuk menyelesaikan masalah sehingga tujuan penelitian dapat dicapai

3.2 Kerangka KonsepKerangka konsep (Gambar 3.2) memberikan batasan terhadap terminologi teknis yang merupakan komponen dari Kerangka empiris.

Pengelolaan Sumber Daya Air

MasalahAspek Modal SosialAspek Kearifan Lokal

Teknik Pengumpulan Data:1. Observasi2. Wawancara MendalamAnalisa Data(Content Analysis)

Tujuan Penelitian

Kesimpulan

Gamabr 3.2Kerangka Konsep

JELASKAN DENGAN BAHASANYA KHRISNA, DENGAN RINGKAS DAN PADATBAGIAN YG MERAH (I.6) DIRAPIKAN LAGI DAN MASUKKAN KE METODOLOGI

Penelitian KualitatifKonsep dan Pengertian Penelitian KualitatifMenurut Nana Syaodih Sukmadinata (2012) penelitian kualitatif (qualitative research) bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial (a shared social experience) yang diinterpretasikan oleh individu-individu. Kenyataan merupakan suatu konstruksi sosial. Dengan demikian persepsi orang adalah apa yang diyakini nyata padanya, dan apa yang mengarahkan kegiatan, pemikiran dan perasaannya. Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (2002) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik, tidak dengan mengisolasi ke dalam variabel atau hipotesis. Mendukung pendapat tersebut Kirk dan Miller (1986) dalam Moleong (2002) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dalam bahasa dan istilah mereka sendiri. Adapun Sugiyono (2008) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti obyek alamiah, dan hasilnya lebih menekankan makna dari pada generalisasi.Tujuan dan Karakteristik Penelitian KualitatifMenurut Iskandar (2009), tujuan dilakukannya penelitian kualitatif adalah untuk memperoleh data yang valid, reliabel dan objektif tentang fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan melalui pengumpulan data. Adapun karakteristik dari penelitian kualitatif adalah : (1) Peneliti terlibat langsung dengan seting sosial penelitian; (2) Bersifat deskriptif; (3) Menekankan makna proses dari pada hasil; (4) Menggunakan pendekatan analisis induktif; dan (5) Peneliti merupakan instumen utama.Teknik Pengumpulan DataMenurut Iskandar (2009) teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Observasi meliputi kegiatan pengamatan, pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat, dan hal-hal lain yang diperlukan untuk mendukung penelitian (Iskandar, 2009). Wawancara merupakan percakapan antara dua pihak, yaitu pewawancara dengan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan (Moleong, 2002). Studi dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang berhubungan dengan topik penelitian (Iskandar, 2009).Teknik-Teknik Analisis KualitatifTerdapat beberapa teknik analisis data kualitatif yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif sebagaimana yang dijelaskan Burhan Bungin (2003) :1) Anakisis Isi (Content Analysis)Dalam penelitian kualitatif, terutama dalam strategi verifikasi kualitatif, teknik analisis data ini dianggap sebagai teknik analisis data yang sering digunakan. Content Analysis berangkat dari anggapan dasar dari ilmu-ilmu sosial bahwa studi tentang proses dan isi komunikasi adalah dasar dari studi-studi ilmu sosial. Cara kerja atau logika analisis data ini yaitu dimulai dengan analisis dengan menggunakan lambing-lambang tertentu, mengklasifikasi data tersebut dengan kriteria-kriteria tertentu serta melakukan prediksi dengan teknik analisis yang tertentu pula.2) Teknik Analisis Domain (Domain Analysis)Teknik analisis domain digunakan untuk menganalisis gambaran objek penelitian secara umum atau ditingkat permukaan, namun relatif utuh tentang objek penelitian tersebut. Teknik analisis domain sangat terkenal sebagai teknik yang dipakai dalam penelitian yang bertujuan explorasi.3) Teknik Analisis Taksonomik (Taxonomic Analysis)Teknik analisis taksonomik digunakan apabila hasil yang diinginkan dari penelitian terfokus pada suatu domain atau sub-sub domain tertentu. Dengan demikian, apabila dibandingkan dengan teknik analisis domain, maka teknik analisis taksonomik akan menghasilkan hasil analisis yang terbatas pada satu domain tertentu dan hanya berlaku pada satu domain tersebut pula.4) Teknik Analisis Tema Kultural (Discovering Cultural Themes Analysis)Teknik ini memiliki bentuk yang sama dengan teknik analisis domain tetapi muatan analisisnya berbeda dengan yang tersirat dalam nama masing-masing teknik tersebut. Teknik analisis tema mencoba mengumpulkan sekian banyak tema-tema, fokus budaya, etos budaya, nilai dan symbol-simbol budaya yang terkonsentrasi pada domain-domain tertentu. Lebih jauh dari itu, analisis tema berusaha menemukan hubungan-hubungan yang terdapat pada domain-domain yang dianalisis sehingga membentuk suatu pola yang akhirnya muncul kepermukaan tentang tema-tema atau faktor yang mendominasi dan kurang mendominasi dari domain-domain tersebut.5) Teknik Analisis Komparatif Konstan (Constant Comparative Analysis)Teknik analisis komparatif konstan cocok untuk analisis penelitian yang bersifat groundad, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan atau mengkonstruk konsep dan teori. Esensi teknik komparatif konstan adalah digunaan untuk membandingkan kejadian-kejadian yang sama untuk dianalisis pada waktu yang sama dan dilakukan secara terus menerus, dengan batasan selama penelitian berlangsung. Menurut G. Galaser dan Anselm ditulis Burhan Bungin, ada empat tahap dalam analisis komparasi konstan, yaitu; tahap membandingkan kejadian yang dapat diterapkan pada tiap kategori. Tahap memadukan kategori dan ciri-cirinya. Tahap membatasi lingkup teori. Tahap menulis teori.Kerangka Berpikir

METODOLOGI PENELITIANLokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di Desa Pejeng yang berlokasi di Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar Provinsi Bali.Jenis dan Sumber dataJenis data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan langsung. Data primer dikumpulkan dari masyarakat Desa Pejeng yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya air serta diperoleh juga dari pihak luar yang terkait. Data sekunder adalah merupakan data pendukung untuk melengkapi hasil penelitian. Data sekunder pada penelitian ini berupa dokumen-dokumen terkait dengan pengelolaan sumber daya alam yang ada di desa Pejeng.Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi observasi dan wawancara mendalam.ObservasiObservasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung dilapangan yang kemudian akan didokumentasikan dan dengan cara pengamatan tidak langsung yang didapat dari media visual/audiovisual.Wawancara MendalamWawancara dilakukan untuk mendapatkan keterangan yang lebih detail dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dengan informan atau orang yang diwawancarai, di mana peneliti dan informan secara aktif terlibat dalam masalah yang ditinjau.Teknik Analisa DataAnalisis kualitatif yang digunakan untuk menguraikan persoalan subyek yang berhubungan dengan manusia cendrung menggunakan pendekatan induktif, dimana masalah ini dibangun berdasarkan hal-hal khusus atau data di lapangan dan bermuara pada kesimpulan-kesimpulan umum. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode verifikatif. Dimana metode ini betujuan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis dimana dalam penelitian ini yang akan diuji adalah peranan modal sosial dalam pengelolaan sumber daya air di Desa Pejeng yang berbasis kearifan lokal. Adapun teknik analisis yang digunakan adalah content analysis/analisis isi. Analisis isi digunakan untuk menggali isi dan maksud pesan-pesan yang terkandung pada bahan-bahan atau sumber tertentu, kemudian memberi makna pada pesan yang terkandung didalamnya untuk menggambarkan gejala sosial yang terjadi. Secara lebih jelas alur analisis dengan menggunakan teknik ini dapat dilihat pada gambar berikut (Burhan Bungin, 2003) :Gambar III.1. Teknik Content Analysis

Menemukan Lambang/SimbolKlasifikasi Data Berdasarkan Lambang/SimbolPrediksi/Menganalisa DataKerangka Konsep PenelitianKerangka konsep pada penelitian ini tersaji pada gambar berikut :

MasalahTujuanTeknik Pengumpulan data :ObservasiWawancara MendalamAnalisa Data :content analysis/analisis isiKesimpulanGambar III.2. Kerangka Konsep PenelitianDaftar PustakaGunawan, Restu, 2008,Kearifan Lokal dalam Tradisi Lisan dan Karya Sastra, Makalah disampaikan dalam Kongres Bahasa, Tanggal 28-31 Oktober 2008, di JalartaTim Sintesis Kebijakan, Perspektif Kearifan Budaya Lokal dalam Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Pertanian, www.Wikapedia.comhttp://cybex.deptan.go.id/gerbanglokal/kearifan-lokal-masyarakat-bali-dalam-pelestarian-lingkungan-hidupMd Suyasa, Penyuluh Kehutanan BP3K Kec. Kediri Kabupaten TabananNana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2012), cet. 8, hal. 94Moleong, Lexy J 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, BandungSugiyono 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung.Iskandar 2009, Metododologi Penelitian Kualitatif, Gaung Persada Press, Jakarta.Burhan Bungin, 2003,Ananlisi Data Penelitian Kualitatif, Penerbit RajaGrafindo Persada, Jakarta.