KFA1_5.docx
-
Upload
olfaktorius-goenawan -
Category
Documents
-
view
101 -
download
27
Transcript of KFA1_5.docx
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI ANALISIS I
Judul :
PENENTUAN PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSIKOEFISIEN DISTRIBUSI
Disusun Oleh
NIM : 10012014
Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi
Bogor
2011
DAFTAR ISI
1. Prinsip/Dasar 1
2. Tujuan 1
3. Tinjauan Pustaka 1
4. Alat dan Bahan 5
5. Cara Kerja 5
6. Hasil 6
7. Pembahasan 7
8. Kesimpulan 10
9. Daftar Pustaka 10
KOEFISIEN DISTRIBUSI
Sampel Uji : Asam Salisilat
1. PRINSIP/DASAR
Asam salisilat dapat larut dalam pelarut organik melalui suatu proses ekstraksi. Dengan
membandingkan jumlah konsentrasi dalam pelarut organik dan pelarut air, maka harga
koefisien (tetapan) distribusi asam salisilat dapat diketahui.
2. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui tetapan distribusi asam salisilat.
3. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat terlarut dari larutannya di dalam air oleh
suatu pelarut lain yang tidak dapat bercampur. Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi
suatu zat terlarut (solut) di antara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik
ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih baik untuk zat
organik maupun zat anorganik.
Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut, maka
akan terjadi pembagian solut dengan perbandingan tertentu. Kedua pelarut tersebut
umumnya pelarut organik dan air. Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan
sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah.
Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan
suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien
distribusi, yang dinyatakan dengan rumus:
KD = [X]o / [X]a dengan KD adalah koefisien distribusi, [X]o adalah konsentrasi solut
pada pelarut organik [X]a adalah konsentrasi solut pada pelarut air.
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas, yang
menghasilkan sebuah larutan.Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-
hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia organik
(mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organik. Pelarut biasanya memiliki
titik didih rendah dan lebih mudah menguap, meninggalkan substansi terlarut yang
didapatkan. Untuk membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut
biasanya terdapat dalam jumlah yang lebih besar. Ekatraksi dilakukan dengan dua cara,
yaitu (1) ekstraksi langsung, dan (2) Ekstraksi dengan pelarut dan destilasi uap
sekaligus. Pada ekstraksi langsung, sampel dikocok dengan pelarut dietil eter dan
dipisahkan fase airnya. Fase pelarut selnjutnya dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat
dan dipekatkan dengan rotari evaporator. Sedangkan pada ekstraksi dengan alat
“Linkens-Nickerson” digunakan dietil eter sebagai pelarut. Sampel dicampur dengan
air destilat dan suhu penangas air pada labu pelarut diatur 37,5oC, ekstraksi-destilasi
dilangsungkan selama 1 jam. Pelarut yang sudah mengandung komponen volatil ini
dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat, dipekatkan dengan rotari evaporator
3.2 Asam asetil salisilat
Menurut Farmakope Asam Salisilat atau Acidm Salicylicum mengandung tidak krang
dari 99.5 % dan tidak lebiih dari 101.0% C7H6O3. Berupa hablur putih biasanya
berbenuk jaruh halus atau serbuk hablur halus putih, rasa agak manis dan tajam dan
stabil di udara. Bentuk sintetis dan tidak berbu. Jika dibuat dari metal salisilat alami
dpat berwarna kekuning-kuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol.
Asam salisilat sukar larut dalam air dan dalam benzene, mudah larut dlam etanol dan
bahan eter, larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam lorofoform.
Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat iritan lokal,
yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan
sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat
dari asam organik. Di samping itu digunakan pula garam salisilat. Turunannya yang
paling dikenal asalah asam asetilsalisilat.
Asam salisilat mendapatkan namanya dari spesies dedalu (bahasa Latin: salix), yang
memiliki kandungan asam tersebut secara alamiah, dan dari situlah manusia
mengisolasinya. Penggunaan dedalu dalam pengobatan tradisional telah dilakukan oleh
bangsa Sumeria, Asyur dan sejumlah suku Indian seperti Cherokee. Pada saat ini, asam
salisilat banyak diaplikasikan dalam pembuatan obat aspirin.
Salisilat umumnya bekerja melalui kandungan asamnya. Hal tersebut dikembangkan
secara menetap ke dalam salisilat baru. Selain sebagai obat, asam salisilat juga
merupakan hormon tumbuhan.
Dari gambar rumus struktur asam salisilat di atas, terlihat bahwa asam salisilat
memiliki gugus polar dan gugus nonpolar. Gugus polarnya adalah gugus –OH dan
gugus nonpolarnya adalah gugus cincin benzennya. Dari rumus struktur ini dapat
dilihat bahwa asam salisilat larut pada sebagian pelarut polar dan sebagian pada pelarut
non polar, tetapi sukar larut dengan sempurna pada pelarut polar saja atau pelarut
nonpolar saja karena memiliki gugus polar dan nonpolar sekaligus dalam satu gugus.
Sehingga otomatis mudah larut pada pelarut semipolar seperti alkohol dan eter. Hal ini
sesuai dengan pustaka yang menyebutkan bahwa asam salisilat sukar larut pada air
yang merupakan pelarut polar dan benzena yang merupakan pelarut nonpolar tetapi
mudah larut pada etanol dan eter yang merupakan pelarut semipolar Asam salisilat
dapat ditemukan pada banyak tanaman dalam bentuk metal salisilat dan dapat disintesa
dari phenol. Asam salisilat memiliki sifat-sifat: berasa manis, membentuk kristal
berwarna putih, sedikit larut dalam air, meleleh pada 159 °C (318 °F). Asam salisilat
biasanya digunakan untuk memproduksi ester dan garam yang cukup penting. Asam
salisilat menjadi bahan baku pembuatan aspirin. Sintesa asam salisilat yang terkenal
adalah Sintesis Kolbe.
Beberapa sifat fisik asam salisilat :
Sifat
Rumus molekul C7H6O3
Massa molar 138,12 g/mol
Densitas 1,44 g/cm3
Titik leleh 159 °C
Titik didih 211 °C (2666 Pa)
Kelarutan dalam kloroform, etanol, metanol
kloroform 0,19 M; etanol 1,84 M; metanol 2,65 M [1]
4. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
4.1 Buret
4.2 Corong pemisah
4.3 Gelas ukur 25 ml
4.4 Pipet volumetrik 10 ml
4.5 Labu semprot
4.6 Erlenmeyer
4.7 Labu ukur
4.8 KMnO4
4.9 Asam salisilat
4.10 Aquadest
5. CARA KERJA
5.1 Ekstraksi Kalium Permanganat dengan Kloroform
5.1.1 Ditimbang 50 mg Kalium /Permanganat, dilarutkan dalam 25 ml ar.
5.1.2 Dimasukkan ke dalam corong pisah, ditambah 25 ml kloroform.
5.1.3 Diekstraksi selama 10 menit.
5.1.4 Dibiarkan memisah, tentukan warna dan letak pelarut organik.
5.2 Penentuan koefisien Distribusi dengan Ekstraksi Tunggal
5.2.1 Ditimbang asam salisilat sebanyak 50 mg, kemudian dilarutkan dalam 40 ml
air, bila tidak larut dihangatkan.
5.2.2 Masukkan ke dalam corong pisah, tambahkan 10 ml eter, kemudian ekstraksi.
5.2.3 Biarkan kedua fasa memisah.
5.3 Penentuan kadar kedua fasa
5.3.1 Fasa air dan organik dipisahkan.
5.3.2 Fasa air dipindahkan ke dalam gelas kimia dan dipipet 10 ml dan dititrasi
dengan NaOH 0.5 N setara dengan 69,06 C7H6O3
5.3.3 Fasa organik dihitung dengan cara mengurangi berat awal dengan berat asam
salisilat dalam fasa air.
5.3.4 Tentukan koefisen distibusi K dengan cara :
K = Corganik / C air
C organik = berat sampel fasa organik / vol organik
C air = berat sampel fasa air / vol air
5.4 Penentuan koefisien distribusi menggunakan kurva
5.4.1 Harga K dihitung masing-masing untuk sampel sebanyak 100 mg, 150 mg, 200
mg, 250 mg, 300 mg, 350 mg.
5.4.2 Hasil C oganik dan C air diplot pada kurva
5.5 Penentuan koefisien distribusi menggunakan regresi linier
5.5.1 Harga koefisien distribusi masing-masing konsentrasi dihitung regresi liniernya.
5.5.2 Dengan persamaan regresi liniernya : Y = bx + a, dengan b = koefisien
distribusi.
6. HASIL
6.1 Ekstraksi KMnO4 dengan kloroform
Warna pelarut organik : jernih
Letak pelarut organik : di bagian bawah
6.2 K distribusi dengan ekstraksi tunggal
6.2.1 Kenormalan NaOH
W oksalat : 0.635 g
Vp1 : 2.10 ml
Vp2 : 2.20 ml
N NaOH = W oksalat / Bst okalat / Vp / fp
= 635 / 63 / 2.15 / 10
= 0.4688 N
6.2.2 Kadar Sampel
Vp1 = 0.05 ml (x 4)
Vp2 = 0.05 ml (x 4)
Mg sampel dlm air = Vp x N NaOH x 69.06 / 0.05
= 32.37 mg
Mg sampel dlm organik = 50 mg – 32.37 mg
= 17.63 mg
C air = mg sampel dalam air / bobot air
= 32.37 mg / (45 ml x 1 g /ml)
= 0.7193 mg / g air atau 0.7193 mg / ml air
C org=mg sampel dalam organik / bobot organik
=17.63 mg / (5 ml x 0.71 g/ml)
=4.9662 mg / g eter
K = C org / Cair
= 4.9662 / 0.7193
= 6.90
7. PEMBAHASAN
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan, didapat tetapan distribusi asam
salisilat adalah 6.90. Semakin tinggi suatu harga tetapan distribusi zat, menunjukkan
bahwa zat tersebut semakin mudah untuk larut di dalam fasa organik.
Seharusnya, percobaan dilakukan beberapa kali, yaitu untuk konsentrasi awal asam
salisilat 250 mg, 300 mg, dan 350 mg. Sehingga dapat diperoleh kurva hubungan antara C
organik dan C air yang lebih teliti.
Ekstraksi cairan-cairan merupakan suatu teknik dalam mana suatu larutan (biasanya
dalam air) di buat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada
hakekatnya tak tercampurkan dengan yang disebut pertama, dan menimbulkan
perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solute) kedalam pelarut yang kedua itu.
Pemisahan yang dapat dilakukan, bersifat sederhana, bersih, cepat, dan mudah. Dalam
banyak kasus, pemisahan dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok dalam sebuah
corong pemisah selama beberapa menit. Teknik ini sama dapat diterapkan untuk bahan-
bahan dari tingkat sedikit maupun yang dalam jumlah banyak
Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang
mengandung gugus yang bersangkutan. Dalam pemilihan pelarut organik agar kedua jenis
pelarut (dalam hal ini pelarut organik dan air) tidak saling tercampur satu sama lain.
Selanjutnya proses pemisahan dilakukan dalam corong pisah dengan jalan pengocokan
beberapa kali. Untuk memilih jenis pelarut yang sesuai harus diperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut:
(a) Harga konstanta distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan konstanta
distribusi rendah untuk gugus pengotor lainnya.
(b) Kelarutan pelarut organik rendah dalam air
(c) Viskositas kecil dan tidak membentuk emulsi dengan air
(d) Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun
(e) Mudah melepas kembali gugus yang terlarut didalamnya ntk keperluan analisa lebih
lanjut.
8. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan di laboratorium STTIF, didapatkan hasil tetapan
distribusi asam salisilat adalah 6.90 . Harga ini dapat dikatakan harga yang kurang teliti,
karena seharusnya tetapan distribusi diperoleh dari hasil kemiringan (slope) pada kurva
hubungan antara C organik dan C air yang melibatkan ekstraksi asam salisilat dalam
berbagai konsentrasi.
9. DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A JR & A.L Underwood. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi ke-6. 2002. Penerbit
Erlangga Jakarta.
Farmakope Indonesia. Edisi IV. 1995. Departemen Kesehatan RI
http://id.wikipedia.org