KEWAJIBAN
-
Upload
albertina-widiana-sentyaji -
Category
Documents
-
view
20 -
download
0
description
Transcript of KEWAJIBAN
-
Perbedaan Kewajiban Pada GAAP dan IFRS Dalam Laporan Posisi Keuangan
Putri Cinderakasih
121110046
Program studi akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ma Chung Malang
ABSTRAK
Dalam penyajiann Laporan keuangan terdapat laporan posisi keuangan yang merupakan
bagian dari laporan keuangan. Laporan posisi keuangan dalam GAAP dan IFRS memiliki
perbedaan, seperti nama akun pada neraca. Selain itu kerangka penyajiannya pun berbeda
antara GAAP daan IFRS. Dalam GAAP pelaporan kewajiban diletakkan sesuai standar yang
sudah ada yaitu di sisi kanan dan sisi kiri adalah aset. Pengklasifikasian dilakukan
berdasarkan likuiditasnya. Sedangkan IFRS tidak memiliki standar atau aturan seperti yang
ada pada GAAP, karena IFRS bersifat principle based. Kewajiban tidak memiliki
pengklasifikasian, pendefinisian, pelaporan, pengukuran, dan pengungkapan. Hal ini
disebabkan karena konvergensi IFRS atau telah berbasis IFRS. Sedikit hal yang menjadi
pembeda yaitu penggunaan istilah kewajiban diganti dengan liabilitas. Selain itu
menurut IFRS, liabilitas jangka panjang disajikan sebagai liabilitas jangka pendek jika akan
jatuh tempo dalam 12 bulan meskipun perjanjian pembiayaan kembali sudah selesai setelah
perioda pelaporan dan sebelum penerbitan laporan keuangan.
Kata kunci: Neraca, GAAP, IFRS, Kewajiban
PENDAHULUAN
Bisnis dapat dikatakan sebagai penopang sistem ekonomi suatu negara, tanpa adanya
bisnis, kekuatan perekonomian suatu negara tidak mungkin akan kuat. Ada berbagai macam
jenis bisnis yang bermunculan, namun yang akan dibahas dalam artikel ini ialah bisnis dalam
pasar modal. Anoraga dan Pakarti (2006:23) menyatakan bahwa Pasar modal (capital
market) adalah sarana yang mempertemukan antara pihak yang memiliki kelebihan dana
(surplus fund) dimana dana yang diperdagangkan merupakan dana jangka panjang.
Sehingga, pasar modal merupakan lahan yang tepat bagi perusahaan atau emiten untuk
-
memperoleh tambahan dana, hal ini lah yang membuat pasar modal semakin diminati sebagai
lahan bisnis.
Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Dikatakan
demikian, karena akuntansi merupakan sarana atau alat yang dibutuhkan untuk menyusun
laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi.
Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah
satu bahan informasi bagi pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan
keputusan (Wolk, et al., 2004). Oleh karena itu, dibutuhkanlah suatu standar akuntansi yang
baik guna penyusunan laporan keuangan yang dapat dipahami bagi para pemakainya. Standar
akuntansi dibutuhkan dalam penyusunan laporan keuangan tentunya bukan dengan maksud
bagaimana cara membuat laporan keuangan yang indah dan menarik bagi investor, namun
standar akuntansi dibutuhkan dengan tujuan mengatur penyusunan laporan keuangan yang
baik dan benar sehingga transparan dan relevan.
Namun, yang menjadi permasalahan bagaimana kebutuhan tersebut dapat dipenuhi bila
tiap-tiap perusahaan di berbagai negara menggunakan bentuk dan prinsip pelaporan yang
berbeda. Oleh karena itu, banyak Negara telah mengadopsi IFRS (International Financial
Reporting Standards), yang dikatakan standar tunggal pelaporan akuntansi berkualitas tinggi
dan kerangka akuntasi berbasiskan prinsip yang meliputi penilaian profesional yang kuat
dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi,
penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu, dan akuntansi terkait transaksi tersebut.
Neraca merupakan salah satu bagian dalam proses siklus akutansi pembuatan laporan
keuangan. Menurut Smith & Skousen (2004), laporan posisi keuangan merupakan laporan
pada suatu saat tertentu mengenai sumber daya perusahaan (aset), utangnya (kewajiban) dan
klaim kepemilikan terhadap sumber daya (ekuitas pemilik). Sedangkan menurut Ikatan
Akuntan Indonesia (2002), laporan posisi keuangan merupakan pembagian lancar dengan
tidak lancar dan jangka pendek dan jangka panjang. Jadi laporan posisi keuangan adalah
proses pelaporan keuangan yang dapat digunakan perusahaan untuk melihat aset dan
kewajiban suatu perusahaan.
Banyak Negara, termasuk negara-negara Uni Eropa, Afrika, Asia, Amerika Latin dan
Australia, yang mendukung serta megadopsi IFRS dikarenakan IFRS merupakan standar
yang berbasis lebih pada prinsip (principles-based standards) dibandingkan dengan standar
akuntansi yang diakui di Amerika (Generally Accepted Accounting Principles) yang lebih
berbasis pada aturan (rules-based standards). Standar akuntansi yang berbasis prinsip
memuat prinsip-prinsip umum, yang mengandalkan pada interpretasi dan pertimbangan
-
penyusun laporan keuangan. Standar berbasis prinsip memuat pedoman yang lebih umum
yang dimulai dengan tujuan umum dan prinsip-prinsip tanpa memberikan pedoman rinci. Hal
ini menjadikan IFRS lebih sederhana dan lebih fleskibel dalam persyaratan akuntansi dan
pengungkapannya. Sedangkan standar akuntansi yang berbasis aturan memuat seperangkat
aturan, yang membatasi fleksibilitas dan penggunaan pertimbangan profesional. Standar
akuntansi yang berbasis aturan berisi pedoman rinci yang harus diikuti ketika perusahaan
menyiapkan laporan keuangan. Pedoman tersebut didasarkan pada asumsi bahwa manajemen
memerlukan pedoman yang menjamin bahwa transaksi dilaporkan dengan tepat dan
konsisten. Pedoman rinci tersebut menjadikan standar tersebut lebih panjang dan lebih
kompleks.
Artikel ini, akan membahas mengenai kewajiban lancar (kewajiban jangka pendek) dan
kewajiban tidak lancar (kewajiban jangka panjang) dengan membandingkan GAAP dan IFRS
dalam laporan posisi keuangan. Menurut Suwardjono (2013), kewajiban adalah, Elemen
laporan posisi keuangan yang akan membentuk informasi semantik berupa posisi keuangan
bila dihubungkan dengan elemen lain yaitu aset dan ekuitas atau pos-pos rinciannya.
Kewajiban mempresentasikan sebagian sumber dana dari aset badan usaha berupa potensi
jasa (manfaat) fisis dan nonfisis yang memampukannya untuk menyediakan barang dan jasa.
Dalam kerangka konseptual telah dijelaskan bahwa laporan keuangan yang disusun harus
memenuhi dua asumsi dasar yaitu dasar akrual dan kelangsungan usaha. Yang dimaksud
dasar akrual ialah pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan
pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta
dilaporkan dalam laporan keuangan pada perioda yang bersangkutan.
LANDASAN TEORI
Laporan Posisi Keuangan
Menurut Wolk, et al., (2004), laporan posisi keuangan diturunkan dari istilah balance
sheet, Statement of Financial Conditions, Statement of Resources and Liabilities. Laporan
posisi keuangan adalah suatu laporan yang sistematis tentang aset (assets), utang (liabilities),
dan modal sendiri (owners equity). Menurut Kasmir (2009), laporan posisi keuangan
didefinisikan sebagai laporan yang menggambarkan keadaan keuangan pada suatu tanggal
tertentu. Keadaan keuangan yang dimaksud merupakan daftar yang sistematis tentang berapa
harta yang dimiliki perusahaan, berapa utang serta berapa modal dari suatu perusahaan.
Penyajian laporan posisi keuangan dapat ditujukan untuk kepentingan umum, yakni untuk
kepentingan diluar perusahaan, seperti kreditor, lembaga pemerintah dan masyarakat umum,
-
maupun untuk kepentingan khusus yang bersifat intern bagi kepentingan manajemen.
Laporan posisi keuangan merupakan salah satu laporan yang paling penting dari suatu
perusahaan. Menurut Kasmir (2009), tujuan pembuatan laporan posisi keuangan antara lain.
1. Untuk mengetahui berapa harta kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan pada suatu saat
tertentu, berapa utang dan berapa modal perusahaan pada saat yang bersamaan.
2. Dengan menganalisis hubungan diantara pos-pos atau unsur-unsur dari laporan posisi
keuangan, maka para kreditor, penanam modal dan pihak-pihak lain yang berkepentingan
dapat memelajari antara lain.
a. Kemampuan dari perusahaan tersebut di dalam melunasi kewajiban-kewajibannya,
baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat kewajiban-kewajiban tersebut
jatuh tempo.
b. Kemampuan untuk mendapatkan laba.
c. Kecenderungan perusahaan pada masa yang akan datang.
Tujuan penyusunan perhitungan rugi-laba adalah untuk member gambaran mengenai
hasil usaha (berapa besar laba rugi yang diperoleh) perusahaan dalam suatu perioda
tertentu. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan dipergunakan untuk
mengukur kemampuan dan pertumbuhan.
Klasifikasi Laporan Posisi Keuangan
Laporan posisi keuangan akan berguna dan memberikan gambaran yang tepat dalam
laporan keuangan jika diklasifikasikan dengan tepat. Laporan keuangan akan menjadi lebih
berguna bagi manajemen, kreditor, dan investor ketika akun-akun yang ada dalam laporan
diklasifikasikan secara tepat ke dalam masing-masing kelompok sesuai dengan
karakteristiknya. Klasifikasi secara tepat terhadap akun-akun laporan posisi keuangan akan
berguna untuk memberikan gambaran yang sesungguhnya mengenai besarnya jumlah aset
lancar, aset tetap, aset total, jumlah utang lancar, utang jangka panjang, total kewajiban dan
besarnya modal yang dimiliki perusahaan.
Kegunaan Laporan Posisi Keuangan
Salah satu laporan keuangan utama yang disiapkan oleh para akuntan adalah laporan
posisi keuangan yang menunjukkan status keuangan entitas bisnis pada waktu tertentu.
Laporan posisi keuangan kadang-kadang disebut juga sebagai laporan posisi keuangan yang
melaporkan aset, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham perusahaan bisnis pada suatu
tanggal tertentu. Laporan posisi keuangan memiliki bagian-bagian yang seimbang. Sisi kiri
-
memuat aset yang mencerminkan sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Sedangkan sisi
kanan memuat kewajiban dan ekuitas pemilik yang mencerminkan klaim terhadap sumber
daya yang dimiliki perusahaan. Keseimbangan dari persamaan laporan posisi keuangan atau
sisi kiri dan kanan tidak dapat diubah oleh transaksi apapun. Seoarang akuntan yang
menyusun sebuah laporan posisi keuangan yang tidak seimbang mengetahui bahwa suatu
kesalahan klerikal telah terjadi. Dengan melihat apa yang termuat dalam sisi kiri dan kanan
laporan posisi keuangan maka laporan posisi keuangan dapat juga membantu meramalkan
jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas dimasa yang akan datang.
Keterbatasan Laporan Posisi Keuangan
Meskipun memilki banyak manfaat, laporan posisi keuangan memiliki beberapa
keterbatasan. Pemakai eksternal sering kali perlu mengetahui nilai sebuah perusahaan.
Menurut Meythi (2013), laporan posisi keuangan secara umum tidak mencerminkan nilai saat
ini dari suatu usaha. Rasio yang disukai antara para pemain di Bursa Efek adalah rasio buku
terhadap pasar dihitung sebagai total nilai buku modal biasa dibagi dengan total nilai pasar
modal biasa (total market value of common equity). Rasio ini mencerminkan perbedaan
antara nilai laporan posisi keuangan sebuah perusahaan dan nilai pasar aktual perusahaan.
Biasanya rasio ini selalu berkisar kurang dari satu karena banyak aset dilaporkan pada biaya
historis. Selain itu karena laporan keuangan laba rugi dan laporan posisi keuangan saling
berhubungan, maka tidaklah mengejutkan jika laporan posisi keuangan memiliki banyak
keterbatasan yang sama dengan laba rugi (Meythi, 2013).
Menurut FASB (1987), SFAC NO. 6, paragraf 35, kewajiban adalah, Pengorbanan
manfaat ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu
entitas untuk menyerahkan aset atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa mendatang
sebagai akibat transaksi masa lalu. Menurut Suwardjono (2013), kewajiban dapat timbul
karena perusahaan memiliki keharusan-keharusan sebagai berikut.
1. Keharusan sekarang
Suatu kewajiban dapat disebut sebagai kewajiban jika pengorbanan manfaat ekonomik
masa datang harus timbul akibat adanya keharusan sekarang (obligations atau duties).
2. Keharusan kontraktual
Keharusan kontraktual adalah keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan
hukum yang di dalamnya kewajiban bagi suatu kesatuan usaha dinyatakan secara eksplisit
atau implisit secara mengikat.
3. Keharusan konstruktif
-
Keharusan konstruktif merupakan kewajiban yang timbul akibat kebijakan kesatuan
usaha dalam rangka menjalankan dan memajukan usahanya untuk memenuhi apa yang
disebut praktik usaha yang baik atau etika bisnis dan bukan untuk memenuhi kewajiban
yuridis.
4. Keharusan demi keadilan
Keharusan demi keadilan adalah keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan
kewajiban bagi perusahaan semata-mata karena panggilan etis atau moral daripada karena
peraturan hukum atau praktik bisnis yang sehat.
5. Keharusan bergantung atau bersyarat
Keharusan ini merupakan keharusan yang pemenuhannya tidak pasti karena bergantung
pada kejadian masa datang atau terpenuhinya syarat-syarat tertentu di masa datang.
Kewajiban sebagai Bayangan Cerminan Definisi Aset
Sebagai bayangan cerminan dari aset, kewajiban juga harus diukur dan diakui pada saat
terjadinya. Jika aset diukur atas dasar penghargaan sepakatan (kos), demikian juga dengan
kewajiban. Jadi, kos sebagai pengukur tidak hanya diterapkan untuk aset pada saat
pemerolehan tetapi juga untuk kewajiban pada saat terjadinya. Jika aset yang dipresentasikan
oleh kos mengalami tiga tahap perlakuan (perolehan, pengolahan, dan penyerahan),
kewajiban sebenarnya juga mengalami tiga tahap perlakuan, yaitu penangguhan (pengakuan
terjadinya), penelusuran, dan pelunasan (penyelesaian). Dalam hal kewajiban, penelusuran
berarti penentuan status dan jumlah rupiah (kos) kewajiban setiap saat. Penentuan kos setiap
saat dapat disebut dengan penilaian kewajiban. Begitu terjadi dan dicatat dan diakui,
kewajiban akan tetap menjadi kewajiban sampai kesatuan usaha untuk menyelesaikannya,
atau sampai adanya transaksi yang dibatalkannya atau yang membebaskan kesatuan usaha
dari keharusan untuk mengikat sehingga suatu melunasinya.
Pengukuran Kewajiban
Menurut Suwardjono (2013), pengakuan dilakukan setelah suatu kewajiban terukur
dengan cukup pasti. Terjadinya kewajiban pada umumnya disertai dengan pemerolehan aset
atau timbulnya biaya. Pemerolehan aset dapat berupa penguasaan baang dagangan atau ast
nonmoneter lainnya yang terjadi dari transaksi pembelian. Pemerolehan aset juga dapat
berupa kas yang terjadi dari transaksi peminjaman (penerbitan obligasi) atau penerimaan
uang muka untuk barang atau jasa. Oleh karena itu, pengukur yang paling objektif untuk
menentukan kos kewajiban pada saat terjadinya adalah penghargaan pada saat terjadi
-
kesepakatan dalam transaksi-transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah pengorbanan
ekonomik masa datang. Jadi, konsep dasar penghargaan berlaku baik untuk aset maupun
kewajiban. Konsep ini berlaku khususnya untuk kewajiban jangka panjang.
Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup material, sehingga
jumlah rupiah kewajiban yang diakui akan sama dengan jumlah rupiah pengorbanan sumber
ekonomik masa datang. Dengan kata lain, untuk kewajiban jangka pendek, kos pendanaan
(financing cost) atau kos penundaan (bunga sebagai nilai waktu uang) dianggap tidak
material.
Penilaian Kewajiban
Penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada setiap saat antara
terjadinya kewajiban sampai dilunasinya kewajiban. Makin mendekati saat jatuh tempo, nilai
kewajiban akan makin mendekati nilai nominal (face value) kewajiban. Jadi, penilaian
kewajiban pada saat tertentu adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dikorbankan
seandainya pada saat tersebut kewajiban harus dilunasi. Artinya, penilaian adalah penentuan
nilai sekarang kewajiban. Untuk kewajiban moneter, nilai sekarang biasanya ditentukan atas
dasar aliran kas keluar masa datang dengan tingkat bunga pasar sebagai tarif diskon. Tujuan
penilaian adalah untuk menentukan jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik (kas) pada
saat tertentu seandainya pada saat tersebut kewaajiban harus dilunasi.
Pelunasan Kewajiban
Menurut Suwardjono (2013), sebagai akibat adanya transaksi, kejadian, atau keadaan
yang memicu kesatuan usaha mengakui kewajiban, suatu kewajiban akan terus mengikat atau
menjadi keharusan sampai keharusan tersebut dipenuhi melalui transaksi, kejadian, atau
keadaan yang memengaruhi kesatuan usaha. Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang
sengaja dilakukan oleh kesatuan usaha untuk memenuhi kewajiban pada saatnya dan dalam
kondisi normal usaha. Pelunasan menjadikan kewajiban tersebut hapus, tiada, atau lenyap
secara langsung (kewajiban langsung didebit). Beberapa kewajiban dapat menjadi batal atau
kesatuan usaha menjadi bebas dari kewajiban lantaran pengampunan (forgiveness) sebagaian
atau seluruhnya, kompromi, penimbulan atau pengakuan kewajban baru atau pengganti, atauy
keadaan khusus misalnya dalam kasus restrukturisasi utang. Bila kewajiban menjadi hapus
karena berbagai transaksi atau kejadian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa keharusan
sekarang mengalami pembebasan atau pembatalan.
-
Menurut Suwardjono (2013), pelunasan dapat dibedakan menjadi pelunasan langsung
dan pelunasan tidak langsung. Pelunasan secara langsung disebut juga pelunasan secara
yuridis karena kewajiban kepada pihak yang berpiutang secara yuridis hapus melalui
transaksi langsung yang benar-benar terjadi. Pelunasan secara tidak langsung terjadi apabila
kesatuan usaha melakukan tindakan yang mengarah ke pelunasan, misalnya dengan
pembentukan dana khusus untuk pelunasan (sinking fund) baik dikelola sendiri atau melalui
wali amanat. Dalam mengakui lenyapnya suatu kewajiban, Financial Accounting Standard
Board (FASB) menentukan kriteria lenyapnya suatu kewajiban adalah sebagai berikut.
a. Debitor membayar atau melunasi kreditor dan bebas dai semua keharusan yang berkaitan
dengan utang. Pelunasan ini meliputi pemerolehan kembali sekuritas utang yang beredar
di pasar modal, tanpa memerhatikan apakah sekuritas utang tersebut dibatalkan atau
ditahan sementara sebagai obligasi treasuri.
b. Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang utama,
baik oleh keputusan pengadilan maupun oleh kreditor dan dapat dipastikan bahwa debitor
tidak akan diharuskan untuk melakukan pembayaran di masa datang yang berkaitan
dengan utang dengan penjaminan dalam bentuk apapun.
c. Debitor menaruh kas atau aset lainnya yang tidak dapat ditarik kembali dalam suatu
perwalian yang semata-mata digunakan untuk pelunasan pembayaran bunga serta pokok
suatu pinjaman tertentu dan sangat kecil kemungkinan bagi debitor untuk diharuskan lag
melakukan pembayaran di masa datang yang berkaitan dengan pinjaman tersebut.
Unsur-unsur Kewajiban
Kewajiban jangka pendek
Menurut PSAK 9 (2011), kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang diharapkan
akan dilunasi dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan. Kewajiban
jangka pendek atau kewajiban sekarang juga memiliki arti bahwa kewajiban tersebut timbul
karena pada saat sekarang suatu entitas memiliki tanggung jawab yang tidak dapat dihindari
untuk menyerahkan barang atau jasa. Kewajiban tersebut mungkin timbul dari pembelian
barang atau jasa, kerugian-kerugian yang dialami dan harus ditanggung oleh perusahaan dan
lain-lain. Entitas mengklasifikasikan kewajiban sebagai kewajiban jangka pendek jika.
a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi entitas.
b. Dimiliki untuk diperdagangkan
c. Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir perioda
pelaporan.
-
d. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian kewajiban
setidaknya 12 bulan setelah akhir perioda pelaporan.
e. Pinjaman dapat dilunasi sewaktu-waktu sesuai permintaan kreditor. Dengan pengecualian
jika kreditor telah menyetujui suatu jadwal pelunasan atas suatu pinjaman, maka
pinjaman tersebut diklasifikasikan sesuai dengan jadual pelunasannya, dengan
mengabaikan bahwa kreditor memiliki hak untuk meminta pelunasan sewaktu-waktu.
f. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun setelah
tanggal laporan posisi keuangan disajikan dalam laporan posisi keuangan sebagai bagian
dari kewajiban jangka pendek, kecuali jika perusahaan bermaksud melunasinya dengan
cara menimbulkan kewajiban jangka panjang baru.
g. Ketika entitas melanggar ketentuan perjanjian pinjaman jangka panjang pada saat atau
sebelum akhir perioda pelaporan yang menyebabkan liabilitas tersebut harus segera
dibayar sesuai permintaan, maka entitas mengklasifikasikan liabilitas tersebut sebagai
liabilitas jangka pendek, meskipun pemberi pinjaman menyetujui (setelah perioda
pelaporan dan sebelum tanggal penyelesaian laporan keuangan) untuk tidak mensyaratkan
pembayaran sebagai konsekuensi atas pelanggaran tersebut. Entitas mengklasifikasikan
liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka pendek karena (pada akhir perioda pelaporan)
entitas tidak memiliki hak untuk menunda penyelesaian liabilitas tersebut dalam jangka
waktu sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.
Entitas mengklasifikasikan liabilitas keuangan sebagai kewajiban jangka pendek jika
liabilitas tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan setelah perioda
pelaporan, meskipun terdapat hal-hal berikut.
a. Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas
bulan.
b. Perjanjian untuk pembiayaan kembali, atau penjadwalan kembali pembayaran, atas
dasar jangka panjang telah diselesaikan setelah perioda pelaporan dan sebelum
tanggal penyelesaian laporan keuangan.
Kewajiban jangka pendek terdiri dari antara lain.
a. Pinjaman bank dan pinjaman lainnya.
Jika suatu pinjaman dilunasi sesuai dengan jadwal yang disetujui oleh kreditor, maka
pinjaman tersebut diklasifikasikan sesuai dengan jadual pelunasannya, dengan
mengabaikan hak kreditor untuk meminta pembayaran sewaktu waktu.
b. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun
sejak tanggal laporan posisi keuangan.
-
c. Utang usaha dan biaya yang masih harus dibayar.
d. Uang muka penjualan.
e. Utang pembelian aset tetap, pinjaman bank dan rupa-rupa utang lainnya yang harus
diselesaikan dalam waktu satu tahun.
f. Penyisihan kewajiban pajak.
g. Utang dividen.
Utang dividen adalah kewajiban perusahaan kepada pemegang saham karena
mengumumkan pembagian laba berupa kas atau aset lainnya.
h. Pendapatan diterima dimuka
Pendapatan diterima dimuka adalah kewajiban yang timbul karena diterimanya kas
dari pelanggan untuk pesanan barang/jasa yang akan diserahkan pada perioda yang
akan datang.
i. Kewajiban kontinjen (sehubungan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
No. 8 tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Laporan posisi keuangan).
j. Utang bonus.
Utang bonus adalah kewajiban yang timbul akibat pemberian bonus kepada karyawan
pada akhir perioda yang dibayar pada perioda berikutnya.
Beberapa liabilitas jangka pendek, seperti utang dagang, beberapa akrual untuk
biaya karyawan dan biaya operasi lainnya, merupakan bagian modal kerja yang
digunakan dalam siklus operasi normal. Entitas mengklasifikasikan liabilitas-liabilitas
tersebut sebagai liabilitas jangka pendek meskipun liabilitas-liabilitas tersebut jatuh
tempo untuk diselesaikan lebih dari 12 bulan setelah perioda pelaporan. Berkaitan
dengan pinjaman yang diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika peristiwa-
peristiwa berikut ini terjadi antara akhir perioda pelaporan dan tanggal penyelesaian
laporan keuangan, maka peristiwa-peristiwa tersebut harus diungkapkan sebagai
peristiwa yang tidak memerlukan penyesuaian (non-adjusting events) sesuai dengan
PSAK 8.
a. pembiayaan kembali berbasis jangka panjang;
b. perbaikan pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang; dan
c. pemberian tenggang waktu pembayaran oleh pemberi pinjaman untuk memperbaiki
pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang yang berakhir sekurangkurangnya
dua belas bulan setelah perioda pelaporan.
Kewajiban Jangka Panjang
-
Menurut Kieso, et al., (2011), utang jangka panjang adalah kewajiban kepada pihak
tertentu yang harus dilunasi dalam jangka waktu lebih dari satu perioda akuntansi (1
tahun) dihitung dari tanggal pembuatan laporan posisi keuangan per 31 Desember.
Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang diperkirakan secara memadai
tidak akan dilikuidasi dalam siklus operasi normal, melainkan akan dibayar diluar
tanggal waktu tersebut. Secara garis besar utang jangka panjang digolongkan pada tiga
golongan yaitu.
a. Kewajiban yang berasal dari situasi pembiayaan khusus, seperti penerbitan obligasi,
kewajiban leasing jangka panjang, dan wesel bayar jangka panjang.
b. Kewajiban yang berasal dari operasi normal perusahaan, seperti kewajiban pension,
kewajiban pajak penghasilan yang ditangguhkan.
c. Kewajiban yang tergantung pada terjadi tidaknya suatu kejadian di masa depan atau
disebut kewajiban bersyarat (contingent liabilities) seperti kewajiban garansi.
Suatu kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika
terdapat hal-hal berikut.
a. Bagian dari kewajiban jangka panjang yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun
seringkali diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang bila aset yang akan
digunakan untuk pelunasan kewajiban tersebut pada tanggal laporan posisi keuangan
telah dikeluarkan dari aset lancar.
b. Jika entitas mengharapkan (dan memiliki hak) untuk melakukan pembiayaan kembali
atau perpanjangan liabilitas selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah perioda
pelaporan dengan menggunakan fasilitas pinjaman yang ada, maka entitas
mengklasifikasikan liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka panjang, meskipun
liabilitas tersebut akan jatuh tempo dalam perioda yang lebih pendek dari 12 bulan.
Namun, jika pembiayaan kembali atau perpanjangan kembali bukan merupakan
diskresi entitas (misalnya, tidak terdapat perjanjian untuk pembiayaan kembali), maka
entitas tidak mempertimbangkan kemungkinan pembiayaan kembali liabilitas dan
mengklasifikasikannya sebagai liabilitas jangka pendek.
c. Bila pemberi pinjaman menyetujui pada akhir perioda pelaporan untuk memberikan
tenggang waktu pembayaran yang berakhir sekurang-kurangnya dua belas bulan
setelah perioda pelaporan, selama perioda dimana entitas dapat memperbaiki
pelanggaran terhadap persyaratan perjanjian dan pemberi pinjaman tidak dapat
meminta percepatan pembayaran segera.
-
d. Liabilitas jangka pendek lainnya tidak diselesaikan dalam siklus operasi normal, tetapi
jatuh tempo untuk diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah perioda
pelaporan atau dimiliki untuk tujuan diperdagangkan. Misalnya, liabilitas keuangan
yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan, cerukan bank, dan
bagian jangka pendek dari liabilitas keuangan jangka panjang, dividen terutang, pajak
penghasilan terutang, dan terutang nonusaha lainnya.
Liabilitas keuangan yang merupakan pembiayaan jangka panjang (bukan bagian dari
modal kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal) dan tidak jatuh tempo dalam
waktu dua belas bulan setelah perioda pelaporan merupakan liabilitas jangka panjang.
Menurut Kieso, et al., (2011), klasifikasi kewajiban jangka panjang adalah utang
obligasi, utang wesel jangka panjang dan utang hipotik. Obligasi merupakan surat utang
jangka panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang
menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada perioda tertentu dan melunasi
pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
PEMBAHASAN
Perbedaan Laporan Posisi Keuangan Dalam GAAP dan IFRS
Neraca dalam GAAP memiliki arti yang lebih mengarah pada jumlah yang harus
seimbang antara sisi kiri yaitu aset dan sisi kanan, jadi penyajian kewajiban dalam GAAP
terdapat pada sisi kanan bagian neraca. Laporan posisi keuangan dalam GAAP memiliki
standar-standar seperti format yang sudah ditentukan. Berbeda dengan IFRS yang sifatnya
principle based yang artinya tidak memiliki batasan dalam pembuatan dan perancangan
laporan posisi keuanan. Tujuannya membantu para pengguna laporan keuangan dalam
mengestimasi nilai dari pelaporan suatu entitas. Akun-akun neraca dalam penyajian
mengunakan konsep GAAP dan IFRS memiliki bebedaan, seperti dalam GAAP terdapat
sepuluh akun dalam laporan posisi keuangan sedangkan jika mengunakan konsep IFRS hanya
ada enam akun saja.
Contoh daftar akun dalam penyajian GAAP dan IFRS:
-
Penyajian laporan pisis keuangan menurut GAAP dan IFRS masih memiliki beberapa
persamaan dalam penyajian akun-akunnya seperti Aset, Kewajiban dan Ekuitas. Akun-akun
seperti Pendapatan, keuntungan, beban dan kerugian dalam IFRS dibagi menjadi dua bagian
dan dirumah menjadi akun baru. Seperti akun pendapatan dan keuntungan disatukan dalam
penyajian IFRS menjadi laba (pendapatan dan keuntungan), sedangkan akun beban dan
kerugian disatukan menjadi beban (beban dan kerugian).
Pada neraca sisi kiri berisi aset yang telah terklasifikasi berdasarkan likuiditasnya
sehingga ada dua kelompok, yaitu aset lancar dan aset tidak lancar dan sisi kanan berisi
kelompok ekuitas dan kewajiban yang terdiri dari kewajiban lancar dan kewajiban jangka
panjang. Contoh dari penyajian laporan posisi keuangan adalah sebagai berikut.
Pelaporan keuangan yang telah terstruktur ini telah membuktikan GAAP sebagai standar
keuangan yang berbasis pada aturan (rule based). Rule-based memiliki arti bahwa segala
sesuatu telah ditetapkan batasannya dalam aturan yang dibuat. Pada standar dengan rule
based, akuntan memperoleh petunjuk implementasi secara detail sehingga mengurangi
-
ketidakpastian dan menghasilkan aplikasi aturan-aturan yang spesifik dalam standar secara
mekanis sehingga hal ini memudahkan akuntan karena telah terdapat aturan spesifik sehingga
akuntan tinggal menjalankan apa yang terdapat dalam aturan.
Pada IFRS yang sifatnya principle based, sebenarnya hanya ada satu standar yang
menjadi prinsip dasar yang menjadi dasar dalam penyusunan laporan posisi keuangan, yaitu
persamaan akuntansi di mana jumlah aset adalah sama dari penjumlahan kewajiban dengan
modal (Kieso, et al., 2011). Tidak adanya bentuk yang distandarisasikan dalam IFRS
pembuatan laporan posisi keuangan dalam IFRS dapat disajikan sesuai dengan pertimbangan
profesional dari akuntan yang menyusun laporan keuangan tersebut (Thompson, 2013).
Selain itu, tidak ada aturan juga untuk menyusun laporan posisi keuangan yang harus urut
berdasarkan kode akun seperti yang ada pada GAAP. Contoh di mana IFRS memberikan
kebebasan dalam penyusunan laporan keuangan adalah IFRS memperbolehkan adanya
penyusunan laporan posisi keuangan yang menampilkan aset tetap terlebih dahulu baru
kemudian aset lancar perusahaan ditampilkan seperti gambar berikut.
-
Penyusunan ini diperbolehkan oleh IFRS asalkan akuntan mempunyai dasar atau
pertimbangan profesional untuk penyusunan laporan posisi keuangan dengan format seperti
di atas. Dasar itu dapat berupa mengenai apa yang ingin ditampilkan terlebih dahulu oleh
perusahaan karena merupakan sesuatu yang berhubungan sangat erat dengan operasi
perusahaan ataukah karena ingin menampilkan informasi tertentu berdasarkan pada
professional judgment perusahaan.Dengan penyajian di atas, dasar yang dipakai oleh akuntan
adalah karena perusahaan di atas adalah perusahaan manufaktur, sehingga aset yang paling
berpengaruh terhadap operasi perusahaan adalah aset tetap. Hal ini membuat akuntan dari
perusahaan manufaktur tersebut menyajikan aset tetap lebih dahulu dari aset lancar karena
menganggap bahwa aset tersebut lebih merepresentasikan aset utama yang dimiliki
perusahaan.
Penyusunan laporan keuangan IFRS yang berlandaskan pada principle based membuat
akuntansi bukan menjadi sebuah ilmu yang kaku karena harus mengikuti ketentuan yang
sangat rinci seperti yang dituliskan dalam peraturan tanpa dan mengabaikan hakikat ekonomi
yang dinamis yang menyebabkan dibutuhkannya professional judgment dari seorang akuntan.
Hal ini dikarenakan IFRS yang berdasarkan principle based hanya memberikan pedoman-
pedoman saja yang menjadi garis besar dalam penyusunan laporan keuangan, akan tetapi
dalam implementasi atau pembuatan laporan keuangan banyak melibatkan professional
judment dari akuntan berdasarkan keadaan yang dihadapinya. Penguasaan dasar-dasar
akuntansi seperti rerangka konseptual dan juga persamaan akuntansi yang menjadi filosofis
akuntansi secara keseluruhan menjadi sangat penting karena penyusunan laporan keuangan
yang prinsipnya berdasarkan rerangka tersebut. Hal yang paling penting adalah laporan
keuangan tersebut mampu memberikan informasi bagi penggunanya untuk pengambilan
keputusan ekonomi sehingga IFRS justru memperkuat dasar penyusunan laporan keuangan
dengan memberikan prinsip-prinsip utama dalam penyusunan laporan posisi keuangan dan
juga prinsip-prinsip dari tiap elemen atau akun yang terdapat dari laporan posisi keuangan
tersebut.
Perbedaan Penyajian Kewajiban Dalam GAAP dan IFRS
Hampir tidak ada perbedaan pengklasifikasian, pendefinisian, pelaporan, pengukuran,
dan pengungkapan kewajiban dalam PSAK 2009 dan 2011. Hal ini disebabkan karena PSAK
2009 dan 2011 telah melakukan konvergensi IFRS atau telah berbasis IFRS. Dalam elemen-
-
elemen laporan keuangan yang lain tampak jelas perbedaan antara penggunaan standar
akuntansi berbasis US GAAP dan IFRS, namun dalam kewajiban tidak tampak
perbedaannya. Hanya sedikit poin pembedanya:
1. Dalam IFRS, liabilitas jangka panjang disajikan sebagai liabilitas jangka pendek jika akan
jatuh tempo dalam 12 bulan meskipun perjanjian pembiayaan kembali sudah selesai
setelah perioda pelaporan dan sebelum penerbitan laporan keuangan. Sedangkan menurut
US GAAP, tetap disajikan sebagai liabilitas jangka panjang.
2. Perbedaan unsur kewajiban yaitu pada standar akuntansi berbasis IFRS digunakan nilai
wajar, sehingga dalam pencatatannya kewajiban leasing (pada sewa pembiayaan) dicatat
sebesar nilai wajarnya.
Dalam dunia praktik, pengklasifikasian kewajiban jangka pendek dan jangka panjang
menemui beberapa kesulitan. Suatu kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka pendek bila jatuh temponya 12 bulan dari tanggal neraca, dengan catatan perusahaan
tersebut memiliki perioda siklus operasi yang normal. Namun, dalam kenyataannya ada
beberapa perusahaan yang perioda siklus operasi normalnya sulit ditentukan atau sangat
panjang, sehingga harus diatur secara khusus untuk jenis industri tertentu. Yang dimaksud
dengan siklus operasional ialah merupakan siklus dari mulai terjadinya transaksi sampai
pencatatan transaksi kedalam bentuk dokumen (source document). Siklus operasional ini
dapat terbagi dalam:
a. Siklus pendapatan (revenue cycle), yang mencakup kegiatan penjualan barang atau jasa,
yang merupakan faktor output atau produk perusahaan.
b. Siklus pengeluaran (expenditure cycle), mencakup kegiatan pengadaan bahan baku, barang
dagangan, bahan pembantu termasuk biaya faktor input.
c. Siklus produksi (production cycle), mencakup kegiatan (aktivitas) atau proses
pemanufakturan yang mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi (produk).
d. Siklus keuangan (finance cycle), mencakup aktivitas penerimaan dan pengeluaran uang
sebagai akibat dari pendapatan, pengeluaran dan produksi.
Melalui definisi di atas dapat dijabarkan bahwa semakin kompleks proses produksi suatu
perusahaan maka siklus operasi normalnya akan semakin panjang. Sebagai contoh,
perusahaan industri akan lebih membutuhkan banyak modal atau dana dibandingkan
perusahaan jasa. Modal yang besar akan berdampak semakin besar kewajiban yang
ditanggung perusahaan tersebut dan seberapa lama perusahaan dapat menjual barang
produksinya untuk memperoleh pendapatan yang selanjutnya digunakan untuk menutup
kewajibannya. Karena kendala di atas, alangkah baiknya bila dewan penyusunan standar
-
akuntansi mengeluarkan pernyataan khusus tentang pengklasifikasian perusahaan dengan
siklus opersional normal dan tidak normal. Apabila siklus operasional perusahaan tidak
normal maka perlu diatur bagaimana standar untuk pengklasifikasian kewajiban jangka
pendek dan jangka panjang. Dengan demikian, perusahaan dengan siklus operasional tidak
normal, tidak kebingungan dalam pengklasifikasian kewajiban yang berpengaruh dalam
penyusunan laporan keuangan. Selain itu, sebaiknya dikeluarkan pula standar yang mengatur
tarif penarikan pajaknya, sehingga perusahaan tidak merasa berat dengan tarif pajak yang
dibebankan padanya.
KESIMPULAN
Penyusunan neraca dan laporan posisi keuangan menurut GAAP dan IFRS memiliki
beberapa perbedaan. GAAP memiliki format khusus dalam penyusunan neraca. Bentuk
neraca tersebut yaitu neraca dua kolom (staffel) dan neraca empat kolom (scontro). Terdapat
juga beberapa perbedaan dari sisi per akun.Untuk IFRS, tidak terdapat format khusus yang
diharuskan oleh IFRS seperti pada GAAP karena IFRS merupakan sebuah standar yang
bersifat principle based atau lebih menekankan pada prinsip-prinsip akuntansi dasar yang
ada. Dalam IFRS, penyusunan laporan posisi keuangan dapat dibuat dengan bentuk apapun
dan urutan apapun berdasarkan profesional judgement yang dimiliki oleh akuntan. Klasifikasi
dari aset dan kewajiban sebagai bagian yang lancar dan tidak lancar bergantung kepada
jangka waktu aset tersebut akan diubah menjadi kas melalui proses penjualan, pelunasan oleh
customer, dan lain-lain atau untuk kewajiban dengan melihat jangka waktu kewajiban
tersebut akan dilunasi.
elemen-elemen laporan keuangan yang berbedaan antara penggunaan standar akuntansi
berbasis GAAP dan IFRS, namun dalam kewajiban tidak tampak perbedaannya. Dalam
IFRS, liabilitas jangka panjang disajikan sebagai liabilitas jangka pendek jika akan jatuh
tempo dalam 12 bulan, sedangkan menurut US GAAP, tetap disajikan sebagai liabilitas
jangka panjang. Perbedaan unsur kewajiban yaitu pada standar akuntansi berbasis IFRS
digunakan nilai wajar, sehingga dalam pencatatannya kewajiban leasing (pada sewa
pembiayaan) dicatat sebesar nilai wajarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga dan Pakarti. (2006). pengantar pasar modal. Rineka Cipta. Jakarta.
FASB. (1987). Statement of Financial Accounting Concept .No.1 The Objectives Of
-
Financial Statement. Connecticut: FASB Publication.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2002). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Jay M. Smith dan K. Fred Skousen. (2007). Akuntansi Intermediate. Edisi Sembilan. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Jumingan. (2009). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT.Bumi Aksara
Meythi. (2005). Rasio Keuangan Yang Paling Baik Untuk Memprediksi
Pertumbuhan Laba : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor
Basic And Chemichal Yang Terdaftar di BEJ Periode Tahun 2000-2003.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.XI No.2.
Kieso et al. (2007). Pengantar Akuntansi . Penerbit Salemba Empat.
Suwardjono. (2013). Teori Akuntansi, Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta:
BPFE.
Wolk, et al., (2004). Accounting theory: Consepttual Issues in a political and Economic
Environment. USA: Thompson-South Wedtern.