KEWAJIBAN

18
Perbedaan Kewajiban Pada GAAP dan IFRS Dalam Laporan Posisi Keuangan Putri Cinderakasih 121110046 Program studi akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ma Chung Malang ABSTRAK Dalam penyajiann Laporan keuangan terdapat laporan posisi keuangan yang merupakan bagian dari laporan keuangan. Laporan posisi keuangan dalam GAAP dan IFRS memiliki perbedaan, seperti nama akun pada neraca. Selain itu kerangka penyajiannya pun berbeda antara GAAP daan IFRS. Dalam GAAP pelaporan kewajiban diletakkan sesuai standar yang sudah ada yaitu di sisi kanan dan sisi kiri adalah aset. Pengklasifikasian dilakukan berdasarkan likuiditasnya. Sedangkan IFRS tidak memiliki standar atau aturan seperti yang ada pada GAAP, karena IFRS bersifat principle based. Kewajiban tidak memiliki pengklasifikasian, pendefinisian, pelaporan, pengukuran, dan pengungkapan. Hal ini disebabkan karena konvergensi IFRS atau telah berbasis IFRS. Sedikit hal yang menjadi pembeda yaitu penggunaan istilah “kewajiban” diganti dengan “liabilitas”. Selain itu menurut IFRS, liabilitas jangka panjang disajikan sebagai liabilitas jangka pendek jika akan jatuh tempo dalam 12 bulan meskipun perjanjian pembiayaan kembali sudah selesai setelah perioda pelaporan dan sebelum penerbitan laporan keuangan. Kata kunci: Neraca, GAAP, IFRS, Kewajiban PENDAHULUAN Bisnis dapat dikatakan sebagai penopang sistem ekonomi suatu negara, tanpa adanya bisnis, kekuatan perekonomian suatu negara tidak mungkin akan kuat. Ada berbagai macam jenis bisnis yang bermunculan, namun yang akan dibahas dalam artikel ini ialah bisnis dalam pasar modal. Anoraga dan Pakarti (2006:23) menyatakan bahwa Pasar modal (capital market) adalah sarana yang mempertemukan antara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus fund) dimana dana yang diperdagangkan merupakan dana jangka panjang”. Sehingga, pasar modal merupakan lahan yang tepat bagi perusahaan atau emiten untuk

description

Teori akuntansi normatif

Transcript of KEWAJIBAN

  • Perbedaan Kewajiban Pada GAAP dan IFRS Dalam Laporan Posisi Keuangan

    Putri Cinderakasih

    121110046

    Program studi akuntansi

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ma Chung Malang

    ABSTRAK

    Dalam penyajiann Laporan keuangan terdapat laporan posisi keuangan yang merupakan

    bagian dari laporan keuangan. Laporan posisi keuangan dalam GAAP dan IFRS memiliki

    perbedaan, seperti nama akun pada neraca. Selain itu kerangka penyajiannya pun berbeda

    antara GAAP daan IFRS. Dalam GAAP pelaporan kewajiban diletakkan sesuai standar yang

    sudah ada yaitu di sisi kanan dan sisi kiri adalah aset. Pengklasifikasian dilakukan

    berdasarkan likuiditasnya. Sedangkan IFRS tidak memiliki standar atau aturan seperti yang

    ada pada GAAP, karena IFRS bersifat principle based. Kewajiban tidak memiliki

    pengklasifikasian, pendefinisian, pelaporan, pengukuran, dan pengungkapan. Hal ini

    disebabkan karena konvergensi IFRS atau telah berbasis IFRS. Sedikit hal yang menjadi

    pembeda yaitu penggunaan istilah kewajiban diganti dengan liabilitas. Selain itu

    menurut IFRS, liabilitas jangka panjang disajikan sebagai liabilitas jangka pendek jika akan

    jatuh tempo dalam 12 bulan meskipun perjanjian pembiayaan kembali sudah selesai setelah

    perioda pelaporan dan sebelum penerbitan laporan keuangan.

    Kata kunci: Neraca, GAAP, IFRS, Kewajiban

    PENDAHULUAN

    Bisnis dapat dikatakan sebagai penopang sistem ekonomi suatu negara, tanpa adanya

    bisnis, kekuatan perekonomian suatu negara tidak mungkin akan kuat. Ada berbagai macam

    jenis bisnis yang bermunculan, namun yang akan dibahas dalam artikel ini ialah bisnis dalam

    pasar modal. Anoraga dan Pakarti (2006:23) menyatakan bahwa Pasar modal (capital

    market) adalah sarana yang mempertemukan antara pihak yang memiliki kelebihan dana

    (surplus fund) dimana dana yang diperdagangkan merupakan dana jangka panjang.

    Sehingga, pasar modal merupakan lahan yang tepat bagi perusahaan atau emiten untuk

  • memperoleh tambahan dana, hal ini lah yang membuat pasar modal semakin diminati sebagai

    lahan bisnis.

    Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Dikatakan

    demikian, karena akuntansi merupakan sarana atau alat yang dibutuhkan untuk menyusun

    laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi.

    Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah

    satu bahan informasi bagi pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan

    keputusan (Wolk, et al., 2004). Oleh karena itu, dibutuhkanlah suatu standar akuntansi yang

    baik guna penyusunan laporan keuangan yang dapat dipahami bagi para pemakainya. Standar

    akuntansi dibutuhkan dalam penyusunan laporan keuangan tentunya bukan dengan maksud

    bagaimana cara membuat laporan keuangan yang indah dan menarik bagi investor, namun

    standar akuntansi dibutuhkan dengan tujuan mengatur penyusunan laporan keuangan yang

    baik dan benar sehingga transparan dan relevan.

    Namun, yang menjadi permasalahan bagaimana kebutuhan tersebut dapat dipenuhi bila

    tiap-tiap perusahaan di berbagai negara menggunakan bentuk dan prinsip pelaporan yang

    berbeda. Oleh karena itu, banyak Negara telah mengadopsi IFRS (International Financial

    Reporting Standards), yang dikatakan standar tunggal pelaporan akuntansi berkualitas tinggi

    dan kerangka akuntasi berbasiskan prinsip yang meliputi penilaian profesional yang kuat

    dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi,

    penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu, dan akuntansi terkait transaksi tersebut.

    Neraca merupakan salah satu bagian dalam proses siklus akutansi pembuatan laporan

    keuangan. Menurut Smith & Skousen (2004), laporan posisi keuangan merupakan laporan

    pada suatu saat tertentu mengenai sumber daya perusahaan (aset), utangnya (kewajiban) dan

    klaim kepemilikan terhadap sumber daya (ekuitas pemilik). Sedangkan menurut Ikatan

    Akuntan Indonesia (2002), laporan posisi keuangan merupakan pembagian lancar dengan

    tidak lancar dan jangka pendek dan jangka panjang. Jadi laporan posisi keuangan adalah

    proses pelaporan keuangan yang dapat digunakan perusahaan untuk melihat aset dan

    kewajiban suatu perusahaan.

    Banyak Negara, termasuk negara-negara Uni Eropa, Afrika, Asia, Amerika Latin dan

    Australia, yang mendukung serta megadopsi IFRS dikarenakan IFRS merupakan standar

    yang berbasis lebih pada prinsip (principles-based standards) dibandingkan dengan standar

    akuntansi yang diakui di Amerika (Generally Accepted Accounting Principles) yang lebih

    berbasis pada aturan (rules-based standards). Standar akuntansi yang berbasis prinsip

    memuat prinsip-prinsip umum, yang mengandalkan pada interpretasi dan pertimbangan

  • penyusun laporan keuangan. Standar berbasis prinsip memuat pedoman yang lebih umum

    yang dimulai dengan tujuan umum dan prinsip-prinsip tanpa memberikan pedoman rinci. Hal

    ini menjadikan IFRS lebih sederhana dan lebih fleskibel dalam persyaratan akuntansi dan

    pengungkapannya. Sedangkan standar akuntansi yang berbasis aturan memuat seperangkat

    aturan, yang membatasi fleksibilitas dan penggunaan pertimbangan profesional. Standar

    akuntansi yang berbasis aturan berisi pedoman rinci yang harus diikuti ketika perusahaan

    menyiapkan laporan keuangan. Pedoman tersebut didasarkan pada asumsi bahwa manajemen

    memerlukan pedoman yang menjamin bahwa transaksi dilaporkan dengan tepat dan

    konsisten. Pedoman rinci tersebut menjadikan standar tersebut lebih panjang dan lebih

    kompleks.

    Artikel ini, akan membahas mengenai kewajiban lancar (kewajiban jangka pendek) dan

    kewajiban tidak lancar (kewajiban jangka panjang) dengan membandingkan GAAP dan IFRS

    dalam laporan posisi keuangan. Menurut Suwardjono (2013), kewajiban adalah, Elemen

    laporan posisi keuangan yang akan membentuk informasi semantik berupa posisi keuangan

    bila dihubungkan dengan elemen lain yaitu aset dan ekuitas atau pos-pos rinciannya.

    Kewajiban mempresentasikan sebagian sumber dana dari aset badan usaha berupa potensi

    jasa (manfaat) fisis dan nonfisis yang memampukannya untuk menyediakan barang dan jasa.

    Dalam kerangka konseptual telah dijelaskan bahwa laporan keuangan yang disusun harus

    memenuhi dua asumsi dasar yaitu dasar akrual dan kelangsungan usaha. Yang dimaksud

    dasar akrual ialah pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan

    pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta

    dilaporkan dalam laporan keuangan pada perioda yang bersangkutan.

    LANDASAN TEORI

    Laporan Posisi Keuangan

    Menurut Wolk, et al., (2004), laporan posisi keuangan diturunkan dari istilah balance

    sheet, Statement of Financial Conditions, Statement of Resources and Liabilities. Laporan

    posisi keuangan adalah suatu laporan yang sistematis tentang aset (assets), utang (liabilities),

    dan modal sendiri (owners equity). Menurut Kasmir (2009), laporan posisi keuangan

    didefinisikan sebagai laporan yang menggambarkan keadaan keuangan pada suatu tanggal

    tertentu. Keadaan keuangan yang dimaksud merupakan daftar yang sistematis tentang berapa

    harta yang dimiliki perusahaan, berapa utang serta berapa modal dari suatu perusahaan.

    Penyajian laporan posisi keuangan dapat ditujukan untuk kepentingan umum, yakni untuk

    kepentingan diluar perusahaan, seperti kreditor, lembaga pemerintah dan masyarakat umum,

  • maupun untuk kepentingan khusus yang bersifat intern bagi kepentingan manajemen.

    Laporan posisi keuangan merupakan salah satu laporan yang paling penting dari suatu

    perusahaan. Menurut Kasmir (2009), tujuan pembuatan laporan posisi keuangan antara lain.

    1. Untuk mengetahui berapa harta kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan pada suatu saat

    tertentu, berapa utang dan berapa modal perusahaan pada saat yang bersamaan.

    2. Dengan menganalisis hubungan diantara pos-pos atau unsur-unsur dari laporan posisi

    keuangan, maka para kreditor, penanam modal dan pihak-pihak lain yang berkepentingan

    dapat memelajari antara lain.

    a. Kemampuan dari perusahaan tersebut di dalam melunasi kewajiban-kewajibannya,

    baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat kewajiban-kewajiban tersebut

    jatuh tempo.

    b. Kemampuan untuk mendapatkan laba.

    c. Kecenderungan perusahaan pada masa yang akan datang.

    Tujuan penyusunan perhitungan rugi-laba adalah untuk member gambaran mengenai

    hasil usaha (berapa besar laba rugi yang diperoleh) perusahaan dalam suatu perioda

    tertentu. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan dipergunakan untuk

    mengukur kemampuan dan pertumbuhan.

    Klasifikasi Laporan Posisi Keuangan

    Laporan posisi keuangan akan berguna dan memberikan gambaran yang tepat dalam

    laporan keuangan jika diklasifikasikan dengan tepat. Laporan keuangan akan menjadi lebih

    berguna bagi manajemen, kreditor, dan investor ketika akun-akun yang ada dalam laporan

    diklasifikasikan secara tepat ke dalam masing-masing kelompok sesuai dengan

    karakteristiknya. Klasifikasi secara tepat terhadap akun-akun laporan posisi keuangan akan

    berguna untuk memberikan gambaran yang sesungguhnya mengenai besarnya jumlah aset

    lancar, aset tetap, aset total, jumlah utang lancar, utang jangka panjang, total kewajiban dan

    besarnya modal yang dimiliki perusahaan.

    Kegunaan Laporan Posisi Keuangan

    Salah satu laporan keuangan utama yang disiapkan oleh para akuntan adalah laporan

    posisi keuangan yang menunjukkan status keuangan entitas bisnis pada waktu tertentu.

    Laporan posisi keuangan kadang-kadang disebut juga sebagai laporan posisi keuangan yang

    melaporkan aset, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham perusahaan bisnis pada suatu

    tanggal tertentu. Laporan posisi keuangan memiliki bagian-bagian yang seimbang. Sisi kiri

  • memuat aset yang mencerminkan sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Sedangkan sisi

    kanan memuat kewajiban dan ekuitas pemilik yang mencerminkan klaim terhadap sumber

    daya yang dimiliki perusahaan. Keseimbangan dari persamaan laporan posisi keuangan atau

    sisi kiri dan kanan tidak dapat diubah oleh transaksi apapun. Seoarang akuntan yang

    menyusun sebuah laporan posisi keuangan yang tidak seimbang mengetahui bahwa suatu

    kesalahan klerikal telah terjadi. Dengan melihat apa yang termuat dalam sisi kiri dan kanan

    laporan posisi keuangan maka laporan posisi keuangan dapat juga membantu meramalkan

    jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas dimasa yang akan datang.

    Keterbatasan Laporan Posisi Keuangan

    Meskipun memilki banyak manfaat, laporan posisi keuangan memiliki beberapa

    keterbatasan. Pemakai eksternal sering kali perlu mengetahui nilai sebuah perusahaan.

    Menurut Meythi (2013), laporan posisi keuangan secara umum tidak mencerminkan nilai saat

    ini dari suatu usaha. Rasio yang disukai antara para pemain di Bursa Efek adalah rasio buku

    terhadap pasar dihitung sebagai total nilai buku modal biasa dibagi dengan total nilai pasar

    modal biasa (total market value of common equity). Rasio ini mencerminkan perbedaan

    antara nilai laporan posisi keuangan sebuah perusahaan dan nilai pasar aktual perusahaan.

    Biasanya rasio ini selalu berkisar kurang dari satu karena banyak aset dilaporkan pada biaya

    historis. Selain itu karena laporan keuangan laba rugi dan laporan posisi keuangan saling

    berhubungan, maka tidaklah mengejutkan jika laporan posisi keuangan memiliki banyak

    keterbatasan yang sama dengan laba rugi (Meythi, 2013).

    Menurut FASB (1987), SFAC NO. 6, paragraf 35, kewajiban adalah, Pengorbanan

    manfaat ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu

    entitas untuk menyerahkan aset atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa mendatang

    sebagai akibat transaksi masa lalu. Menurut Suwardjono (2013), kewajiban dapat timbul

    karena perusahaan memiliki keharusan-keharusan sebagai berikut.

    1. Keharusan sekarang

    Suatu kewajiban dapat disebut sebagai kewajiban jika pengorbanan manfaat ekonomik

    masa datang harus timbul akibat adanya keharusan sekarang (obligations atau duties).

    2. Keharusan kontraktual

    Keharusan kontraktual adalah keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan

    hukum yang di dalamnya kewajiban bagi suatu kesatuan usaha dinyatakan secara eksplisit

    atau implisit secara mengikat.

    3. Keharusan konstruktif

  • Keharusan konstruktif merupakan kewajiban yang timbul akibat kebijakan kesatuan

    usaha dalam rangka menjalankan dan memajukan usahanya untuk memenuhi apa yang

    disebut praktik usaha yang baik atau etika bisnis dan bukan untuk memenuhi kewajiban

    yuridis.

    4. Keharusan demi keadilan

    Keharusan demi keadilan adalah keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan

    kewajiban bagi perusahaan semata-mata karena panggilan etis atau moral daripada karena

    peraturan hukum atau praktik bisnis yang sehat.

    5. Keharusan bergantung atau bersyarat

    Keharusan ini merupakan keharusan yang pemenuhannya tidak pasti karena bergantung

    pada kejadian masa datang atau terpenuhinya syarat-syarat tertentu di masa datang.

    Kewajiban sebagai Bayangan Cerminan Definisi Aset

    Sebagai bayangan cerminan dari aset, kewajiban juga harus diukur dan diakui pada saat

    terjadinya. Jika aset diukur atas dasar penghargaan sepakatan (kos), demikian juga dengan

    kewajiban. Jadi, kos sebagai pengukur tidak hanya diterapkan untuk aset pada saat

    pemerolehan tetapi juga untuk kewajiban pada saat terjadinya. Jika aset yang dipresentasikan

    oleh kos mengalami tiga tahap perlakuan (perolehan, pengolahan, dan penyerahan),

    kewajiban sebenarnya juga mengalami tiga tahap perlakuan, yaitu penangguhan (pengakuan

    terjadinya), penelusuran, dan pelunasan (penyelesaian). Dalam hal kewajiban, penelusuran

    berarti penentuan status dan jumlah rupiah (kos) kewajiban setiap saat. Penentuan kos setiap

    saat dapat disebut dengan penilaian kewajiban. Begitu terjadi dan dicatat dan diakui,

    kewajiban akan tetap menjadi kewajiban sampai kesatuan usaha untuk menyelesaikannya,

    atau sampai adanya transaksi yang dibatalkannya atau yang membebaskan kesatuan usaha

    dari keharusan untuk mengikat sehingga suatu melunasinya.

    Pengukuran Kewajiban

    Menurut Suwardjono (2013), pengakuan dilakukan setelah suatu kewajiban terukur

    dengan cukup pasti. Terjadinya kewajiban pada umumnya disertai dengan pemerolehan aset

    atau timbulnya biaya. Pemerolehan aset dapat berupa penguasaan baang dagangan atau ast

    nonmoneter lainnya yang terjadi dari transaksi pembelian. Pemerolehan aset juga dapat

    berupa kas yang terjadi dari transaksi peminjaman (penerbitan obligasi) atau penerimaan

    uang muka untuk barang atau jasa. Oleh karena itu, pengukur yang paling objektif untuk

    menentukan kos kewajiban pada saat terjadinya adalah penghargaan pada saat terjadi

  • kesepakatan dalam transaksi-transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah pengorbanan

    ekonomik masa datang. Jadi, konsep dasar penghargaan berlaku baik untuk aset maupun

    kewajiban. Konsep ini berlaku khususnya untuk kewajiban jangka panjang.

    Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup material, sehingga

    jumlah rupiah kewajiban yang diakui akan sama dengan jumlah rupiah pengorbanan sumber

    ekonomik masa datang. Dengan kata lain, untuk kewajiban jangka pendek, kos pendanaan

    (financing cost) atau kos penundaan (bunga sebagai nilai waktu uang) dianggap tidak

    material.

    Penilaian Kewajiban

    Penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada setiap saat antara

    terjadinya kewajiban sampai dilunasinya kewajiban. Makin mendekati saat jatuh tempo, nilai

    kewajiban akan makin mendekati nilai nominal (face value) kewajiban. Jadi, penilaian

    kewajiban pada saat tertentu adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dikorbankan

    seandainya pada saat tersebut kewajiban harus dilunasi. Artinya, penilaian adalah penentuan

    nilai sekarang kewajiban. Untuk kewajiban moneter, nilai sekarang biasanya ditentukan atas

    dasar aliran kas keluar masa datang dengan tingkat bunga pasar sebagai tarif diskon. Tujuan

    penilaian adalah untuk menentukan jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik (kas) pada

    saat tertentu seandainya pada saat tersebut kewaajiban harus dilunasi.

    Pelunasan Kewajiban

    Menurut Suwardjono (2013), sebagai akibat adanya transaksi, kejadian, atau keadaan

    yang memicu kesatuan usaha mengakui kewajiban, suatu kewajiban akan terus mengikat atau

    menjadi keharusan sampai keharusan tersebut dipenuhi melalui transaksi, kejadian, atau

    keadaan yang memengaruhi kesatuan usaha. Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang

    sengaja dilakukan oleh kesatuan usaha untuk memenuhi kewajiban pada saatnya dan dalam

    kondisi normal usaha. Pelunasan menjadikan kewajiban tersebut hapus, tiada, atau lenyap

    secara langsung (kewajiban langsung didebit). Beberapa kewajiban dapat menjadi batal atau

    kesatuan usaha menjadi bebas dari kewajiban lantaran pengampunan (forgiveness) sebagaian

    atau seluruhnya, kompromi, penimbulan atau pengakuan kewajban baru atau pengganti, atauy

    keadaan khusus misalnya dalam kasus restrukturisasi utang. Bila kewajiban menjadi hapus

    karena berbagai transaksi atau kejadian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa keharusan

    sekarang mengalami pembebasan atau pembatalan.

  • Menurut Suwardjono (2013), pelunasan dapat dibedakan menjadi pelunasan langsung

    dan pelunasan tidak langsung. Pelunasan secara langsung disebut juga pelunasan secara

    yuridis karena kewajiban kepada pihak yang berpiutang secara yuridis hapus melalui

    transaksi langsung yang benar-benar terjadi. Pelunasan secara tidak langsung terjadi apabila

    kesatuan usaha melakukan tindakan yang mengarah ke pelunasan, misalnya dengan

    pembentukan dana khusus untuk pelunasan (sinking fund) baik dikelola sendiri atau melalui

    wali amanat. Dalam mengakui lenyapnya suatu kewajiban, Financial Accounting Standard

    Board (FASB) menentukan kriteria lenyapnya suatu kewajiban adalah sebagai berikut.

    a. Debitor membayar atau melunasi kreditor dan bebas dai semua keharusan yang berkaitan

    dengan utang. Pelunasan ini meliputi pemerolehan kembali sekuritas utang yang beredar

    di pasar modal, tanpa memerhatikan apakah sekuritas utang tersebut dibatalkan atau

    ditahan sementara sebagai obligasi treasuri.

    b. Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang utama,

    baik oleh keputusan pengadilan maupun oleh kreditor dan dapat dipastikan bahwa debitor

    tidak akan diharuskan untuk melakukan pembayaran di masa datang yang berkaitan

    dengan utang dengan penjaminan dalam bentuk apapun.

    c. Debitor menaruh kas atau aset lainnya yang tidak dapat ditarik kembali dalam suatu

    perwalian yang semata-mata digunakan untuk pelunasan pembayaran bunga serta pokok

    suatu pinjaman tertentu dan sangat kecil kemungkinan bagi debitor untuk diharuskan lag

    melakukan pembayaran di masa datang yang berkaitan dengan pinjaman tersebut.

    Unsur-unsur Kewajiban

    Kewajiban jangka pendek

    Menurut PSAK 9 (2011), kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang diharapkan

    akan dilunasi dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan. Kewajiban

    jangka pendek atau kewajiban sekarang juga memiliki arti bahwa kewajiban tersebut timbul

    karena pada saat sekarang suatu entitas memiliki tanggung jawab yang tidak dapat dihindari

    untuk menyerahkan barang atau jasa. Kewajiban tersebut mungkin timbul dari pembelian

    barang atau jasa, kerugian-kerugian yang dialami dan harus ditanggung oleh perusahaan dan

    lain-lain. Entitas mengklasifikasikan kewajiban sebagai kewajiban jangka pendek jika.

    a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi entitas.

    b. Dimiliki untuk diperdagangkan

    c. Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir perioda

    pelaporan.

  • d. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian kewajiban

    setidaknya 12 bulan setelah akhir perioda pelaporan.

    e. Pinjaman dapat dilunasi sewaktu-waktu sesuai permintaan kreditor. Dengan pengecualian

    jika kreditor telah menyetujui suatu jadwal pelunasan atas suatu pinjaman, maka

    pinjaman tersebut diklasifikasikan sesuai dengan jadual pelunasannya, dengan

    mengabaikan bahwa kreditor memiliki hak untuk meminta pelunasan sewaktu-waktu.

    f. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun setelah

    tanggal laporan posisi keuangan disajikan dalam laporan posisi keuangan sebagai bagian

    dari kewajiban jangka pendek, kecuali jika perusahaan bermaksud melunasinya dengan

    cara menimbulkan kewajiban jangka panjang baru.

    g. Ketika entitas melanggar ketentuan perjanjian pinjaman jangka panjang pada saat atau

    sebelum akhir perioda pelaporan yang menyebabkan liabilitas tersebut harus segera

    dibayar sesuai permintaan, maka entitas mengklasifikasikan liabilitas tersebut sebagai

    liabilitas jangka pendek, meskipun pemberi pinjaman menyetujui (setelah perioda

    pelaporan dan sebelum tanggal penyelesaian laporan keuangan) untuk tidak mensyaratkan

    pembayaran sebagai konsekuensi atas pelanggaran tersebut. Entitas mengklasifikasikan

    liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka pendek karena (pada akhir perioda pelaporan)

    entitas tidak memiliki hak untuk menunda penyelesaian liabilitas tersebut dalam jangka

    waktu sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.

    Entitas mengklasifikasikan liabilitas keuangan sebagai kewajiban jangka pendek jika

    liabilitas tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan setelah perioda

    pelaporan, meskipun terdapat hal-hal berikut.

    a. Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas

    bulan.

    b. Perjanjian untuk pembiayaan kembali, atau penjadwalan kembali pembayaran, atas

    dasar jangka panjang telah diselesaikan setelah perioda pelaporan dan sebelum

    tanggal penyelesaian laporan keuangan.

    Kewajiban jangka pendek terdiri dari antara lain.

    a. Pinjaman bank dan pinjaman lainnya.

    Jika suatu pinjaman dilunasi sesuai dengan jadwal yang disetujui oleh kreditor, maka

    pinjaman tersebut diklasifikasikan sesuai dengan jadual pelunasannya, dengan

    mengabaikan hak kreditor untuk meminta pembayaran sewaktu waktu.

    b. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun

    sejak tanggal laporan posisi keuangan.

  • c. Utang usaha dan biaya yang masih harus dibayar.

    d. Uang muka penjualan.

    e. Utang pembelian aset tetap, pinjaman bank dan rupa-rupa utang lainnya yang harus

    diselesaikan dalam waktu satu tahun.

    f. Penyisihan kewajiban pajak.

    g. Utang dividen.

    Utang dividen adalah kewajiban perusahaan kepada pemegang saham karena

    mengumumkan pembagian laba berupa kas atau aset lainnya.

    h. Pendapatan diterima dimuka

    Pendapatan diterima dimuka adalah kewajiban yang timbul karena diterimanya kas

    dari pelanggan untuk pesanan barang/jasa yang akan diserahkan pada perioda yang

    akan datang.

    i. Kewajiban kontinjen (sehubungan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

    No. 8 tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Laporan posisi keuangan).

    j. Utang bonus.

    Utang bonus adalah kewajiban yang timbul akibat pemberian bonus kepada karyawan

    pada akhir perioda yang dibayar pada perioda berikutnya.

    Beberapa liabilitas jangka pendek, seperti utang dagang, beberapa akrual untuk

    biaya karyawan dan biaya operasi lainnya, merupakan bagian modal kerja yang

    digunakan dalam siklus operasi normal. Entitas mengklasifikasikan liabilitas-liabilitas

    tersebut sebagai liabilitas jangka pendek meskipun liabilitas-liabilitas tersebut jatuh

    tempo untuk diselesaikan lebih dari 12 bulan setelah perioda pelaporan. Berkaitan

    dengan pinjaman yang diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika peristiwa-

    peristiwa berikut ini terjadi antara akhir perioda pelaporan dan tanggal penyelesaian

    laporan keuangan, maka peristiwa-peristiwa tersebut harus diungkapkan sebagai

    peristiwa yang tidak memerlukan penyesuaian (non-adjusting events) sesuai dengan

    PSAK 8.

    a. pembiayaan kembali berbasis jangka panjang;

    b. perbaikan pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang; dan

    c. pemberian tenggang waktu pembayaran oleh pemberi pinjaman untuk memperbaiki

    pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang yang berakhir sekurangkurangnya

    dua belas bulan setelah perioda pelaporan.

    Kewajiban Jangka Panjang

  • Menurut Kieso, et al., (2011), utang jangka panjang adalah kewajiban kepada pihak

    tertentu yang harus dilunasi dalam jangka waktu lebih dari satu perioda akuntansi (1

    tahun) dihitung dari tanggal pembuatan laporan posisi keuangan per 31 Desember.

    Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang diperkirakan secara memadai

    tidak akan dilikuidasi dalam siklus operasi normal, melainkan akan dibayar diluar

    tanggal waktu tersebut. Secara garis besar utang jangka panjang digolongkan pada tiga

    golongan yaitu.

    a. Kewajiban yang berasal dari situasi pembiayaan khusus, seperti penerbitan obligasi,

    kewajiban leasing jangka panjang, dan wesel bayar jangka panjang.

    b. Kewajiban yang berasal dari operasi normal perusahaan, seperti kewajiban pension,

    kewajiban pajak penghasilan yang ditangguhkan.

    c. Kewajiban yang tergantung pada terjadi tidaknya suatu kejadian di masa depan atau

    disebut kewajiban bersyarat (contingent liabilities) seperti kewajiban garansi.

    Suatu kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika

    terdapat hal-hal berikut.

    a. Bagian dari kewajiban jangka panjang yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun

    seringkali diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang bila aset yang akan

    digunakan untuk pelunasan kewajiban tersebut pada tanggal laporan posisi keuangan

    telah dikeluarkan dari aset lancar.

    b. Jika entitas mengharapkan (dan memiliki hak) untuk melakukan pembiayaan kembali

    atau perpanjangan liabilitas selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah perioda

    pelaporan dengan menggunakan fasilitas pinjaman yang ada, maka entitas

    mengklasifikasikan liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka panjang, meskipun

    liabilitas tersebut akan jatuh tempo dalam perioda yang lebih pendek dari 12 bulan.

    Namun, jika pembiayaan kembali atau perpanjangan kembali bukan merupakan

    diskresi entitas (misalnya, tidak terdapat perjanjian untuk pembiayaan kembali), maka

    entitas tidak mempertimbangkan kemungkinan pembiayaan kembali liabilitas dan

    mengklasifikasikannya sebagai liabilitas jangka pendek.

    c. Bila pemberi pinjaman menyetujui pada akhir perioda pelaporan untuk memberikan

    tenggang waktu pembayaran yang berakhir sekurang-kurangnya dua belas bulan

    setelah perioda pelaporan, selama perioda dimana entitas dapat memperbaiki

    pelanggaran terhadap persyaratan perjanjian dan pemberi pinjaman tidak dapat

    meminta percepatan pembayaran segera.

  • d. Liabilitas jangka pendek lainnya tidak diselesaikan dalam siklus operasi normal, tetapi

    jatuh tempo untuk diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah perioda

    pelaporan atau dimiliki untuk tujuan diperdagangkan. Misalnya, liabilitas keuangan

    yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan, cerukan bank, dan

    bagian jangka pendek dari liabilitas keuangan jangka panjang, dividen terutang, pajak

    penghasilan terutang, dan terutang nonusaha lainnya.

    Liabilitas keuangan yang merupakan pembiayaan jangka panjang (bukan bagian dari

    modal kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal) dan tidak jatuh tempo dalam

    waktu dua belas bulan setelah perioda pelaporan merupakan liabilitas jangka panjang.

    Menurut Kieso, et al., (2011), klasifikasi kewajiban jangka panjang adalah utang

    obligasi, utang wesel jangka panjang dan utang hipotik. Obligasi merupakan surat utang

    jangka panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang

    menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada perioda tertentu dan melunasi

    pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.

    PEMBAHASAN

    Perbedaan Laporan Posisi Keuangan Dalam GAAP dan IFRS

    Neraca dalam GAAP memiliki arti yang lebih mengarah pada jumlah yang harus

    seimbang antara sisi kiri yaitu aset dan sisi kanan, jadi penyajian kewajiban dalam GAAP

    terdapat pada sisi kanan bagian neraca. Laporan posisi keuangan dalam GAAP memiliki

    standar-standar seperti format yang sudah ditentukan. Berbeda dengan IFRS yang sifatnya

    principle based yang artinya tidak memiliki batasan dalam pembuatan dan perancangan

    laporan posisi keuanan. Tujuannya membantu para pengguna laporan keuangan dalam

    mengestimasi nilai dari pelaporan suatu entitas. Akun-akun neraca dalam penyajian

    mengunakan konsep GAAP dan IFRS memiliki bebedaan, seperti dalam GAAP terdapat

    sepuluh akun dalam laporan posisi keuangan sedangkan jika mengunakan konsep IFRS hanya

    ada enam akun saja.

    Contoh daftar akun dalam penyajian GAAP dan IFRS:

  • Penyajian laporan pisis keuangan menurut GAAP dan IFRS masih memiliki beberapa

    persamaan dalam penyajian akun-akunnya seperti Aset, Kewajiban dan Ekuitas. Akun-akun

    seperti Pendapatan, keuntungan, beban dan kerugian dalam IFRS dibagi menjadi dua bagian

    dan dirumah menjadi akun baru. Seperti akun pendapatan dan keuntungan disatukan dalam

    penyajian IFRS menjadi laba (pendapatan dan keuntungan), sedangkan akun beban dan

    kerugian disatukan menjadi beban (beban dan kerugian).

    Pada neraca sisi kiri berisi aset yang telah terklasifikasi berdasarkan likuiditasnya

    sehingga ada dua kelompok, yaitu aset lancar dan aset tidak lancar dan sisi kanan berisi

    kelompok ekuitas dan kewajiban yang terdiri dari kewajiban lancar dan kewajiban jangka

    panjang. Contoh dari penyajian laporan posisi keuangan adalah sebagai berikut.

    Pelaporan keuangan yang telah terstruktur ini telah membuktikan GAAP sebagai standar

    keuangan yang berbasis pada aturan (rule based). Rule-based memiliki arti bahwa segala

    sesuatu telah ditetapkan batasannya dalam aturan yang dibuat. Pada standar dengan rule

    based, akuntan memperoleh petunjuk implementasi secara detail sehingga mengurangi

  • ketidakpastian dan menghasilkan aplikasi aturan-aturan yang spesifik dalam standar secara

    mekanis sehingga hal ini memudahkan akuntan karena telah terdapat aturan spesifik sehingga

    akuntan tinggal menjalankan apa yang terdapat dalam aturan.

    Pada IFRS yang sifatnya principle based, sebenarnya hanya ada satu standar yang

    menjadi prinsip dasar yang menjadi dasar dalam penyusunan laporan posisi keuangan, yaitu

    persamaan akuntansi di mana jumlah aset adalah sama dari penjumlahan kewajiban dengan

    modal (Kieso, et al., 2011). Tidak adanya bentuk yang distandarisasikan dalam IFRS

    pembuatan laporan posisi keuangan dalam IFRS dapat disajikan sesuai dengan pertimbangan

    profesional dari akuntan yang menyusun laporan keuangan tersebut (Thompson, 2013).

    Selain itu, tidak ada aturan juga untuk menyusun laporan posisi keuangan yang harus urut

    berdasarkan kode akun seperti yang ada pada GAAP. Contoh di mana IFRS memberikan

    kebebasan dalam penyusunan laporan keuangan adalah IFRS memperbolehkan adanya

    penyusunan laporan posisi keuangan yang menampilkan aset tetap terlebih dahulu baru

    kemudian aset lancar perusahaan ditampilkan seperti gambar berikut.

  • Penyusunan ini diperbolehkan oleh IFRS asalkan akuntan mempunyai dasar atau

    pertimbangan profesional untuk penyusunan laporan posisi keuangan dengan format seperti

    di atas. Dasar itu dapat berupa mengenai apa yang ingin ditampilkan terlebih dahulu oleh

    perusahaan karena merupakan sesuatu yang berhubungan sangat erat dengan operasi

    perusahaan ataukah karena ingin menampilkan informasi tertentu berdasarkan pada

    professional judgment perusahaan.Dengan penyajian di atas, dasar yang dipakai oleh akuntan

    adalah karena perusahaan di atas adalah perusahaan manufaktur, sehingga aset yang paling

    berpengaruh terhadap operasi perusahaan adalah aset tetap. Hal ini membuat akuntan dari

    perusahaan manufaktur tersebut menyajikan aset tetap lebih dahulu dari aset lancar karena

    menganggap bahwa aset tersebut lebih merepresentasikan aset utama yang dimiliki

    perusahaan.

    Penyusunan laporan keuangan IFRS yang berlandaskan pada principle based membuat

    akuntansi bukan menjadi sebuah ilmu yang kaku karena harus mengikuti ketentuan yang

    sangat rinci seperti yang dituliskan dalam peraturan tanpa dan mengabaikan hakikat ekonomi

    yang dinamis yang menyebabkan dibutuhkannya professional judgment dari seorang akuntan.

    Hal ini dikarenakan IFRS yang berdasarkan principle based hanya memberikan pedoman-

    pedoman saja yang menjadi garis besar dalam penyusunan laporan keuangan, akan tetapi

    dalam implementasi atau pembuatan laporan keuangan banyak melibatkan professional

    judment dari akuntan berdasarkan keadaan yang dihadapinya. Penguasaan dasar-dasar

    akuntansi seperti rerangka konseptual dan juga persamaan akuntansi yang menjadi filosofis

    akuntansi secara keseluruhan menjadi sangat penting karena penyusunan laporan keuangan

    yang prinsipnya berdasarkan rerangka tersebut. Hal yang paling penting adalah laporan

    keuangan tersebut mampu memberikan informasi bagi penggunanya untuk pengambilan

    keputusan ekonomi sehingga IFRS justru memperkuat dasar penyusunan laporan keuangan

    dengan memberikan prinsip-prinsip utama dalam penyusunan laporan posisi keuangan dan

    juga prinsip-prinsip dari tiap elemen atau akun yang terdapat dari laporan posisi keuangan

    tersebut.

    Perbedaan Penyajian Kewajiban Dalam GAAP dan IFRS

    Hampir tidak ada perbedaan pengklasifikasian, pendefinisian, pelaporan, pengukuran,

    dan pengungkapan kewajiban dalam PSAK 2009 dan 2011. Hal ini disebabkan karena PSAK

    2009 dan 2011 telah melakukan konvergensi IFRS atau telah berbasis IFRS. Dalam elemen-

  • elemen laporan keuangan yang lain tampak jelas perbedaan antara penggunaan standar

    akuntansi berbasis US GAAP dan IFRS, namun dalam kewajiban tidak tampak

    perbedaannya. Hanya sedikit poin pembedanya:

    1. Dalam IFRS, liabilitas jangka panjang disajikan sebagai liabilitas jangka pendek jika akan

    jatuh tempo dalam 12 bulan meskipun perjanjian pembiayaan kembali sudah selesai

    setelah perioda pelaporan dan sebelum penerbitan laporan keuangan. Sedangkan menurut

    US GAAP, tetap disajikan sebagai liabilitas jangka panjang.

    2. Perbedaan unsur kewajiban yaitu pada standar akuntansi berbasis IFRS digunakan nilai

    wajar, sehingga dalam pencatatannya kewajiban leasing (pada sewa pembiayaan) dicatat

    sebesar nilai wajarnya.

    Dalam dunia praktik, pengklasifikasian kewajiban jangka pendek dan jangka panjang

    menemui beberapa kesulitan. Suatu kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban

    jangka pendek bila jatuh temponya 12 bulan dari tanggal neraca, dengan catatan perusahaan

    tersebut memiliki perioda siklus operasi yang normal. Namun, dalam kenyataannya ada

    beberapa perusahaan yang perioda siklus operasi normalnya sulit ditentukan atau sangat

    panjang, sehingga harus diatur secara khusus untuk jenis industri tertentu. Yang dimaksud

    dengan siklus operasional ialah merupakan siklus dari mulai terjadinya transaksi sampai

    pencatatan transaksi kedalam bentuk dokumen (source document). Siklus operasional ini

    dapat terbagi dalam:

    a. Siklus pendapatan (revenue cycle), yang mencakup kegiatan penjualan barang atau jasa,

    yang merupakan faktor output atau produk perusahaan.

    b. Siklus pengeluaran (expenditure cycle), mencakup kegiatan pengadaan bahan baku, barang

    dagangan, bahan pembantu termasuk biaya faktor input.

    c. Siklus produksi (production cycle), mencakup kegiatan (aktivitas) atau proses

    pemanufakturan yang mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi (produk).

    d. Siklus keuangan (finance cycle), mencakup aktivitas penerimaan dan pengeluaran uang

    sebagai akibat dari pendapatan, pengeluaran dan produksi.

    Melalui definisi di atas dapat dijabarkan bahwa semakin kompleks proses produksi suatu

    perusahaan maka siklus operasi normalnya akan semakin panjang. Sebagai contoh,

    perusahaan industri akan lebih membutuhkan banyak modal atau dana dibandingkan

    perusahaan jasa. Modal yang besar akan berdampak semakin besar kewajiban yang

    ditanggung perusahaan tersebut dan seberapa lama perusahaan dapat menjual barang

    produksinya untuk memperoleh pendapatan yang selanjutnya digunakan untuk menutup

    kewajibannya. Karena kendala di atas, alangkah baiknya bila dewan penyusunan standar

  • akuntansi mengeluarkan pernyataan khusus tentang pengklasifikasian perusahaan dengan

    siklus opersional normal dan tidak normal. Apabila siklus operasional perusahaan tidak

    normal maka perlu diatur bagaimana standar untuk pengklasifikasian kewajiban jangka

    pendek dan jangka panjang. Dengan demikian, perusahaan dengan siklus operasional tidak

    normal, tidak kebingungan dalam pengklasifikasian kewajiban yang berpengaruh dalam

    penyusunan laporan keuangan. Selain itu, sebaiknya dikeluarkan pula standar yang mengatur

    tarif penarikan pajaknya, sehingga perusahaan tidak merasa berat dengan tarif pajak yang

    dibebankan padanya.

    KESIMPULAN

    Penyusunan neraca dan laporan posisi keuangan menurut GAAP dan IFRS memiliki

    beberapa perbedaan. GAAP memiliki format khusus dalam penyusunan neraca. Bentuk

    neraca tersebut yaitu neraca dua kolom (staffel) dan neraca empat kolom (scontro). Terdapat

    juga beberapa perbedaan dari sisi per akun.Untuk IFRS, tidak terdapat format khusus yang

    diharuskan oleh IFRS seperti pada GAAP karena IFRS merupakan sebuah standar yang

    bersifat principle based atau lebih menekankan pada prinsip-prinsip akuntansi dasar yang

    ada. Dalam IFRS, penyusunan laporan posisi keuangan dapat dibuat dengan bentuk apapun

    dan urutan apapun berdasarkan profesional judgement yang dimiliki oleh akuntan. Klasifikasi

    dari aset dan kewajiban sebagai bagian yang lancar dan tidak lancar bergantung kepada

    jangka waktu aset tersebut akan diubah menjadi kas melalui proses penjualan, pelunasan oleh

    customer, dan lain-lain atau untuk kewajiban dengan melihat jangka waktu kewajiban

    tersebut akan dilunasi.

    elemen-elemen laporan keuangan yang berbedaan antara penggunaan standar akuntansi

    berbasis GAAP dan IFRS, namun dalam kewajiban tidak tampak perbedaannya. Dalam

    IFRS, liabilitas jangka panjang disajikan sebagai liabilitas jangka pendek jika akan jatuh

    tempo dalam 12 bulan, sedangkan menurut US GAAP, tetap disajikan sebagai liabilitas

    jangka panjang. Perbedaan unsur kewajiban yaitu pada standar akuntansi berbasis IFRS

    digunakan nilai wajar, sehingga dalam pencatatannya kewajiban leasing (pada sewa

    pembiayaan) dicatat sebesar nilai wajarnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anoraga dan Pakarti. (2006). pengantar pasar modal. Rineka Cipta. Jakarta.

    FASB. (1987). Statement of Financial Accounting Concept .No.1 The Objectives Of

  • Financial Statement. Connecticut: FASB Publication.

    Ikatan Akuntan Indonesia. (2002). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

    Jay M. Smith dan K. Fred Skousen. (2007). Akuntansi Intermediate. Edisi Sembilan. Jakarta:

    Penerbit Erlangga.

    Jumingan. (2009). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT.Bumi Aksara

    Meythi. (2005). Rasio Keuangan Yang Paling Baik Untuk Memprediksi

    Pertumbuhan Laba : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor

    Basic And Chemichal Yang Terdaftar di BEJ Periode Tahun 2000-2003.

    Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.XI No.2.

    Kieso et al. (2007). Pengantar Akuntansi . Penerbit Salemba Empat.

    Suwardjono. (2013). Teori Akuntansi, Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta:

    BPFE.

    Wolk, et al., (2004). Accounting theory: Consepttual Issues in a political and Economic

    Environment. USA: Thompson-South Wedtern.