Kewajiban

47
MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI PEMERINTAH AKUNTANSI KEWAJIBAN Disusun oleh: Ayi Awaluddin (07) Bima Adetya (08) Yustinus Aditya Deni Mahendra (30) 8B - DIV Akuntansi (Kurikulum Khusus)

description

okeh

Transcript of Kewajiban

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI PEMERINTAHAKUNTANSI KEWAJIBAN

Disusun oleh:

Ayi Awaluddin (07) Bima Adetya (08) Yustinus Aditya Deni Mahendra (30)

8B - DIV Akuntansi (Kurikulum Khusus)SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA2015

AKUNTANSI KEWAJIBAN

I. PENDAHULUAN

Menurut undang-undang keuangan negara UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, entitas pemerintah diwajibkan untuk menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dan penggunaan sumber daya dalam periode tertentu. Hal ini dilakukan untuk memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.Salah satu bagian dari laporan keuangan adalah neraca dimana di dalamnya terdapat informasi terkait kewajiban. Kewajiban merupakan dampak transaksi masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi. Beberapa hal yang menimbulkan kewajban pemerintah diantaranya dari pengadaan barang dan jasa atau gaji yang belum dibayar, yang pelunasannya akan dilakukan dengan pengeluaran belanja pemerintah. Kewajiban pemerintah dapat juga timbul dari keharusan membayar kembali penerimaan pembiayaan yang berasal dari pinjaman dalam negeri (obligasi), pinjaman lembaga internasional, pemerintah lain, atau lembaga keuangan dalam negeri.Kegiatan akuntansi terkait utang meliputi pencatatan, pengakuan, pengukuran, dan penyajian dalam laporan keuangan. Apabila aktivitas akuntansi terhadap utang tersebut andal dan memadai, maka informasi tersebut dapat digunakan oleh pemangku kepentingan dalam mengambil keputusan terkait pengelolaan keuangan negara.II. DEFINISI KEWAJIBANDalam menjalankan proses bisnisnya, selain memiliki harta suatu entitas umumnya juga memiliki kewajiban yang harus dibayarkan kepada pihak lain. Istilah lain yang sering dipakai untuk menyebut kewajiban adalah utang. Secara bahasa, kewajiban atau utang adalah sesuatu yang memberikan beban kewajiban bagi pemilik di masa depan di mana pembayarannya dilakukan dengan mengorbankan asset.FASB mendefinisikan kewajiban dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No. 6, prg. 35): Liabilities are probable future sacrifice of economic benefits arising from present obligations of a particular entity to transfer assets or provide services to other entities in the future as a result of past transactions events; yang artinya kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain di masa datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.Dengan makna yang sama, IASC mendefinisi kewajiban sebagai berikut: A liability is a present obligation of the enterprise arising from past events, the settlement of which is expected to result in an outflow from the enterprise resources embodying economic benefit.Dalam Statement of Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting Standard Board (AASB) mendefinisikan kewajiban sebagai (prg. 12): Liabilities are the future sacrifice of service potential or future economic benefits that the entity is presently obliged to make to other entities as a result of past transaction or other past events.Seperti dalam mendefinisikan aset, APB No. 4 mendefinisikan kewajiban dengan menggabungkan makna, pengukuran, dan pengakuan menjadi berikut ini (prg. 132): Liabilities economic obligations of an enterprise that are recognized and measured in conformity with generally accepted accounting principles. Liabilities also include certain deferred credits that are not obligations but that are recognized and measured in comformity with generally accepted accounting principles.Sedangkan definisi kewajiban menurut PSAP Nomor 9 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 adalah Utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Pengertian menurut PSAP Nomor 9 tersebut sejalan dengan pengertian kewajiban menurut IPSAS. Menurut IPSAS kewajiban adalah present obligations of entity arising from past event, the settlement of which is expected to result in an outflow from the entity of recources embodying economic benefits or service potential. Atau apabila diterjemahkan secara sederhana adalah kewajiban suatu entitas di masa sekarang yang timbul dari kejadian masa lalu, dimana pelunasannya diharapkan menghasilkan arus keluar dari entitas sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi atau potensi jasa.Dari beberapa definisi di atas dapat diuraikan karakteristik kewajiban sebagai berikut:a. Kewajiban menimbulkan adanya pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang.b. Kewajiban timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu.c. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.Secara umum Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal. Keberadaan peristiwa masa lalu (dalam hal ini meliputi transaksi) sangat penting dalam pengakuan kewajiban. Suatu peristiwa adalah terjadinya suatu konsekuensi keuangan terhadap suatu entitas. Suatu peristiwa mungkin dapat berupa suatu kejadian internal dalam suatu entitas seperti perubahan bahan baku menjadi suatu produk, ataupun dapat berupa kejadian eksternal yang melibatkan interaksi antara suatu entitas dengan lingkungannya seperti transaksi dengan entitas lain, bencana alam, pencurian, perusakan, kerusakan karena ketidaksengajaan. Suatu transaksi melibatkan transfer sesuatu yang mempunyai nilai. Transaksi mungkin berupa transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran. Pembedaan antara transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran sangat penting untuk menentukan saat pengakuan kewajiban.Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima oleh pemerintah atau dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan, dan/atau pada saat kewajiban timbul. Kewajiban dapat timbul dari:a. Transaksi dengan pertukaran (exchange transactions).Suatu transaksi dengan pertukaran timbul ketika masing-masing pihak dalam transaksi tersebut mengorbankan dan menerima suatu nilai sebagai gantinya. Terdapat dua arus timbal balik atas sumber daya atau janji untuk menyediakan sumber daya. Dalam transaksi dengan pertukaran, kewajiban diakui ketika satu pihak menerima barang atau jasa sebagai ganti janji untuk memberikan uang atau sumber daya lain di masa depanb. Transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions)Suatu transaksi tanpa pertukaran timbul ketika satu pihak dalam suatu transaksi menerima nilai tanpa secara langsung memberikan atau menjanjikan nilai sebagai gantinya. Dalam hal ini, hanya ada satu arah arus sumber daya atau janji. Untuk transaksi tanpa pertukaran, suatu kewajiban harus diakui atas jumlah terutang yang belum dibayar pada tanggal pelaporan. c. Kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government-related events).Kejadian yang berkaitan dengan Pemerintah adalah kejadian yang tidak didasari transaksi namun berdasarkan adanya interaksi antara pemerintah dan lingkungannya. Kejadian tersebut mungkin berada di luar kendali pemerintah. Secara umum suatu kewajiban diakui, dalam hubungannya dengan kejadian yang berkaitan dengan Pemerintah, dengan basis yang sama dengan kejadian yang timbul dari transaksi dengan pertukarand. Kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged events).Kejadian yang diakui Pemerintah adalah kejadian-kejadian yang tidak didasarkan pada transaksi namun kejadian tersebut mempunyai konsekuensi keuangan bagi pemerintah karena pemerintah memutuskan untuk merespon kejadian tersebut. Pemerintah mempunyai tanggung jawab luas untuk menyediakan kesejahteraan publik. Untuk itu, Pemerintah sering diasumsikan bertanggung jawab terhadap satu kejadian yang sebelumnya tidak diatur dalam peraturan formal yang ada. Konsekuensinya, biaya yang timbul dari berbagai kejadian, yang disebabkan oleh entitas nonpemerintah dan bencana alam, pada akhirnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Namun biaya-biaya tersebut belum dapat memenuhi definisi kewajiban sampai pemerintah secara formal mengakuinya sebagai tanggung jawab keuangan pemerintah, dan atas biaya yang timbul sehubungan dengan kejadian tersebut telah terjadi transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran.

III. PENDAPAT AHLI TERKAIT KEWAJIBAN DAN UTANG

a. Horngreen (1977)Utang merupakan suatu kewajiban untuk memindahkan harta atau memberikan jasa di masa yang akan datang. Kewajiban tersebut muncul karena transaksi yang dilakukan dengan pihak luar perusahaan.b. Munandar (1989)Utang, termasuk kewajiban lancar, yaitu kewajiban perusahaan kepada pihak lain kecuali kepada pemilik perusahaan yang harus dipenuhi atau dilunasi dalam jangka pendek atau kurang dari satu tahun.c. Weygent (1995)Utang merupakan suatu kewajiban atau beban yang masig harus dibayar yaitu pos-pos beban yang terjadi selama periode yang bersangkutan tetapi belum dicatat atau dibayarkan yang merupakan kewajiban pada akhir periode.d. S. Munawir (2002) Utang adalah kewajiban (untuk membauar sejumlah uang) kepada pihal lain yang timbul dari transaksi yang telah terjadi, atau merupakan pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan di masa mendatang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa yang disebabkan oleh transaksi yang telah terjadi sebelumnya. Utang lancar adalah kewajiban yang diperkirakan akan dapat dibayar dengan aktiva lancar atau dengan penciptaan tang lancar lainnya dalam jangka waktu satu tahun atau siklus normal operasi perusahaan. Utang jangka panjang adalah kewajiban yang jangka waktu temponya lebih dari satu tahun atau kewajiban yang penyelesaiannya atau pembayarannya dalam jangka lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca.

e. Hanafi Mamduh (2004)Utang didefinisikan sebagai pengorbanan ekonomis yang mungkin timbul di masa mendatang dari kewajiban organisasi sekarang untuk mentransfer aset atau memberikan jasa ke pihak lain di masa mendatang sebagai akinat transaksi atau kejadian di masa lalu.f. Haryanto (2009)Utang adalah kewajiban perusahaan untuk membayar sejumlah uang, jasa, atau barang di masa mendatang kepada pihak lain akibat transaksi yang dilakukan di masa lalu. Untuk dapat dikelompokkan sebagai utang, suatu kewajiban harus memiliki kriteria yaitu :1. Jumlah nominalnya, artinya utang tidak dapat didasarkan pada taksiran besarnya kewajiban yang harus dibayar di masa mendatang.2. Pihak penerimanya jelas, artinya pihak penerima uang barang dan jasa yang akan diberikan perusahaan di masa mendatang harus diketahui dengan pasti.3. Berdasarkan transaksi yang telah terjadi di masa lalu, artinya utang tersebut timbul akibat transaksi dan kesepakatan yang telah terjadi bukan karena suatu niat baik atau kewajiban sosial.

IV. KLASIFIKASI KEWAJIBANSecara umum kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.a. Kewajiban Jangka PendekKewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti aset lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya.b. Kewajiban Jangka PanjangKewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Dalam PSAP nomor 9, diatur juga bahwa kewajiban jangka panjang yang telah jatuh tempo dan akan diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan tetap diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika:a. Jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan; danb. Entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut atas dasar jangka panjang; danc. Maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan kembali (refinancing), atau adanya suatu perjanjian kembali terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu (covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu yang terkait dengan posisi keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan demikian, kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang hanya jika:a. Pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan sebagai konsekuensi adanya pelanggaran, danb. Terdapat jaminan bahwa tidak akan terjadi pelanggaran berikutnya dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.

V. PENILAIAN KEWAJIBANPenilaian kwajiban atau utang pemerintah dilaksanakan dengan disesuaikan karakteristik masing-masing utang. Adapun macamnya meliputi:a. Utang Pemerintaah yang Tidak DiperjualbelikanNilai nominal atas utang pemerintah yang tidak diperjualbelikan (non-traded debt) merupakan kewajiban entitas kepada pemberi utang sebesar pokok utang dan bunga sesuai yang diatur dalam kontrak perjanjian dan belum diselesaikan pada tanggal pelaporan. Untuk utang pemerintah dengan tarif bunga tetap, penilaiandapat menggunakan skedul pembayaran (payment schedule) menggunakantarif bunga tetap. Untuk utang pemerintah dengan tarif bunga variabel,misalnya tarif bunga dihubungkan dengan satu instrumen keuangan ataudengan satu indeks lainnya, penilaian utang pemerintah menggunakanprinsip yang sama dengan tarif bunga tetap, kecuali tarif bunganya diestimasikan secara wajar berdasarkan data-data sebelumnya danobservasi atas instrumen keuangan yang ada.b. Utang Pemerintah yang DiperjualbelikanUtang pemerintah yang dapat diperjualbelikanbiasanya dalam bentuk sekuritas utang pemerintah (government debt securities) yang dapatmemuat ketentuan mengenai nilai utang pada saat jatuh tempo.Jenis sekuritas utang pemerintah harus dinilai sebesar nilai pari (original face value) dengan memperhitungkan diskonto ataupremium yang belum diamortisasi. Sekuritas utang pemerintah yangdijual sebesar nilai pari (face) tanpa diskonto ataupun premium harusdinilai sebesar nilai pari (face).Sekuritas yang dijual dengan harga diskonto akan bertambah nilainya selama periode penjualan dan jatuhtempo; sedangkan sekuritas yang dijual dengan harga premium nilainya akan berkurang.VI. BIAYA-BIAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN UTANG PEMERINTAH

Biaya-biaya yang berhubungan dengan utang pemerintah adalah biaya bunga dan biaya lainnya yang timbul dalam kaitan dengan peminjaman dana. Biaya-biaya tersebut meliputi:a. Bunga dan provisi atas penggunaan dana pinjaman, baik pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang;b. Commitment fee atas dana pinjaman yang belum ditarik; c. Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman; d. Amortisasi kapitalisasi biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman seperti biaya konsultan, ahli hukum, dan sebagainya.e. Perbedaan nilai tukar pada pinjaman dengan mata uang asing sejauh hal tersebut diperlakukan sebagai penyesuaian atas biaya bunga.Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan perolehan atau produksi suatu aset tertentu (qualifying asset) harus dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aset tertentu tersebut. Apabila bunga pinjaman dapat diatribusikan secara langsung dengan aset tertentu, maka biaya pinjaman tersebut harus dikapitalisasi terhadap aset tertentu tersebut. Apabila biaya pinjaman terebut tidak dapat diatribusikan secara langsung dengan aset tertentu, maka biaya pinjaman yang harus dikapitalisasi ke aset tertentu harus dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang (weighted average) atas akumulasi biaya seluruh aset tertentu yang berkaitan selama periode pelaporan.Secara konsep hal ini selaras dengan apa yang dinyataan didalam paragraf 5 IPSAS 5 tentang Borrowing Cost yang menyebutkan bahwa Borrowing costs are interest and other expenses incurred by an entity in connection with the borrowing of funds dan paragraf 18 dengan perincian Borrowing costs that are directly attributable to the acquisition, construction, or production of a qualifying asset shall be capitalized as part of the cost of that asset. The amount of borrowing costs eligible for capitalization shall be determined in accordance with this Standard.

AKUNTANSI KEWAJIBAN BERDASARKAN IPSAS

I. DEFINISI DAN KLASIFIKASI KEWAJIBAN

IPSAS No. 01 menjelaskan bahwa liabilities are present obligations of the entity arising from past events, the settlement of which is expected to result in an outflow from the entity of resources embodying economic benefits or service potential. Termasuk dalam pengertian kewajiban tersebut di antaranya:a. financial liability;b. constructive obligation;c. contingent liabilities; dand. provision.Dalam IPSAS No. 01 dijelaskan pula bahwa secara umum kewajiban terdiri dari dua jenis yaitu current liabilities dan non-current liabilities. Suatu kewajiban dapat dinyatakan sebagai current liabilities apabila memenuhi salah satu dari kriteria berikut ini:a. diharapkan dapat diselesaikan dalam satu siklus operasi normal entitas;b. lebih diutamakan untuk tujuan diperjualbelikan;c. jatuh tempo berakhir dalam dua belas bulan setelah tanggal pelaporan; ataud. entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian kewajiban setidaknya dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.Jika tidak memenuhi salah satu dari kriteria tersebut, kewajibannya akan diklasifikasikan sebagai non-current liabilities.

II. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN KEWAJIBAN

a. Financial Liabilities

Financial Liabilities merupakan kewajiban yang terdiri dari1. Kewajiban Kontraktual :a. Untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain; ataub. Untuk bertukar aset keuangan atau kewajiban keuangan dengan entitas lain dalam kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan entitas; atau 2. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dalam instrumen ekuitas entitas sendiri dan merupakan: a. non-derivatif yang entitas tersebut atau mungkin diwajibkan untuk memberikan sejumlah variabel instrumen ekuitas entitas sendiri; ataub. derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan pertukaran uang tunai dengan jumlah yang tetap atau aset keuangan lain dengan jumlah yang tetap atas instrumen ekuitas milik entitas. Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa financial liabilities merupakan sejenis kontrak obligasi yang melibatkan kas dan non kas, dengan atau tanpa equity instruments, dan derivative. Contoh dari instrumen terkait financial liabilities di Indonesa adalah SUN. Dalam hal pengakuan, disebutkan dalam IPSAS No. 29 bahwa An entity shall recognize a financial asset or a financial liability in its statement of financial position when, and only when, the entity becomes a party to the contractual provisions of the instrument. Jadi, suatu entitas akan (harus) mengakui suatu financial liabilities jika dan hanya jika entitas tersebut menjadi bagian dalam contractual provision dari suatu instrumen.Untuk pengukurannya sendiri dapat dilakukan pada saat initial dan subsequent. Pada saat intial measurement, hanya ada satu pengukuran, yaitu menggunakan fair value ditambah dengan biaya-biaya langsung yang terkait dengan kewajiban tersebut. Sedangkan pada subsequent menggunakan biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan metode bunga efektif, kecuali untuk empat jenis yang telah disebutkan dalam definisi di atas.

b. Provision and Contingent Liabilities

Dalam IPSAS dikenal istilah seperti provision dan contingent liabilities. Keduanya memiliki kemiripan dalam hal uncertain in timing. Jika dilihat dari definisinya, provision merupakan a liability of uncertain timing or amount, sedangkan contingent liability merupakan:a. a possible obligation that arises from past events and whose existence will be confirmed only by the occurrence or nonoccurrence of one or more uncertain future events not wholly within the control of the entity; orb. a present obligation that arises from past events but is not recognized because:1. it is not probable that an outflow of resources embodying economic benefits or service potential will be required to settle the obligation; or2. the amount of the obligation cannot be measured with sufficient reliability.Istilah contingent liabilities lebih dikhususkan pada kewajiban yang tidak memenuhi kriteria pengungkapan possible obligations. Contingent liabilities adalah kewajiban yang memiliki karakterisik uncertain existence sebagaimana dinyatakan bahwa keberadaan kewajiban kontinjen terjadi bergantung pada kejadian dimasa mendatang yang tidak pasti. Dilain pihak, provision dapat dikategorikan sebagai kewajiban yang memiliki karakteristik certain existence karena tiga alasan, yaitu nilai kewajiban tersebut dapat diestimasi, kewajiban tersebut dikategorikan sebagai present obligations, dan adanya kemungkinan keluarnya sumber daya. Pengakuan untuk provision dan contingent liabilities dijelaskan dalam IPSAS No. 19, yaitu:a provision should be recognized when:a. An entity has a present obligation (legal or constructive) as a result of a past event;b. it is probable that an outflow of resources embodying economic benefits or service potential will be required to settle the obligation; andc. a reliable estimate can be made of the amount of the obligation.If these conditions are not met, no provision should be recognized, sedangkan untuk contingent liabilities dijelaskan bahwa an entity should not recognize a contingent liability.Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu provision dapat diakui :a. merupakan suatu kewajiban saat ini sebagai hasil dari peristiwa masa lalub. adanya kemungkinan arus keluar sumber daya ekonomi atau manfaat dan potensi jasa yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan kewajiban tersebutc. harus dapat diestimasi jumlah kewajibannya.Apabila persyaratan tersebut tidak dapat dipenuhi maka provision tidak dapat diakui.Untuk contingent liabilities, karena tidak ada kepastian mengenai estimasi jumlah dan keterjadiannya maka IPSAS menyatakan bahwa entitas tidak seharusnya mengakui kewajiban kontinjen. Dalam kewajiban kontinjen, suatu entitas memiliki tanggung jawab atas kewajiban yang diharapkan dapat dipenuhi oleh pihak lain. Kewajiban kontinjen dapat berkembang meskipun secara awalnya tidak diharapkan. Oleh karena itu, perlu adanya penilaian terus menerus apakah suatu arus keluar sumber daya dan manfaat ekonomi akan menjadi suatu kemungkinan. Bila hal tersebut terjadi, maka perlu adanya pengakuan penyisihan dalam laporan keuangan periode dimana terdapat perubahan probabilitas yang terjadi. Pengukuran untuk provision dilakukan berdasarkan estimasi terbaik mengenai pengeluaran yang harus dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban tersebut pada tanggal pelaporan. Estimasi terbaik mungkin akan sulit ditentukan atau nilainya sangat mahal untuk menyelesaikan kewajiban pada saat tanggal pelaporan, namun perkiraan ini akan memberikan jumlah pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban. Perkiraan estimasi terbaik ini ditentukan oleh penilaian dari manajemen entitas, dilengkapi dengan pengalaman transaksi yang sama dan laporan dari tim ahli independen.

III. PENGUNGKAPAN

a. Financial LiabilitiesEntitas harus mengungkapkan :1. The extend and nature of the instrument and the accounting policies and methoda adopted.2. Interest rate risk exposure.3. Fair value, where practicable, otherwise disclose principal characteristic of the underlying instrument.b. ProvisionUntuk masing-masing tingkatan provisi, entitas harus mengungkapkan: 1. Jumlah tercatat pada awal dan akhir periode. 2. Provisi tambahan yang dibuat dalam peride tertentu, termasuk kenaikan provisi yang ada. 3. Jumlah yang digunakan selama periode tertentu. 4. Jumlah sebaliknya yang tidak digunakan selama periode tertentu. 5. Kenaikan jumlah diskon yang timbul dari perjalanan waktu dan dampak dari perubahan tarif diskon selama periode tertentu.

c. Contingent liabilityKarena kewajiban kontinjen memiliki kemungkinan terjadi kecil dan sulit diukur secara handal, maka kewajiban kontijen tidak perlu diukur dan disajikan dalam laporan keuangan, hanya perlu diungkap dalam catatan atas laporan keuangan.

KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

I.DEFINISIa. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi PemerintahanSuatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.

b. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah PusatKewajiban jangka pendek adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah dan masa pembayaran / pelunasan diharapkan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.Dalam konteks pemerintahan, kewajiban jangka pendek dapat muncul antara lain karena :a. penggunaan sumber pembiayaan berupa pinjaman yang bersifat jangka pendek dari masyarakat dan lembaga keuangan.b. perikatan dengan pegawai bekerja pada pemerintah.c. kewajiban kepada masyarakat luas dalam tempo kurang dari satu tahun yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, kelebihan setoran pajak dari wajib pajak, atau kewajiban dengan pemberi jasa lainnya.d. kewajiban kepada entitas lainnya sebagai konsekuensi alokasi/realokasi pendapatan atau anggaran.e. kewajiban kepada lembaga internasional karena menjadi anggota yang harus memberikan iuran secara rutin dalam tempo kurang dari satu tahun.f. kewajiban kepada wajib bayar PNBP yang timbul karena pemerintah telah menerima uang dari wajib bayar namun pemerintah belum dapat menyelenggarakan jasa/pelayanan kepada wajib bayar sampai dengan tanggal pelaporan.II.JENIS JENISMenurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat, kewajiban jangka pendek terdiri dari:a. Utang Transfer.b. Utang Bunga.c. Utang kepada Pihak Ketiga.d. Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK).e. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang.f. Surat Perbendaharaan Negara.g. Kewajiban Diestimasi.h. Kewajiban Kontijensi.i. Utang Jangka Pendek Lainnya, yang terdiri dari :1) Pendapatan Diterima Di Muka.2) Utang Biaya.3) Kewajiban Pada Pihak Lain.III. PENGUKURANSecara umum, kewajiban jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal. Apabila kewajiban jangka pendek tersebut dalam bentuk mata uang asing maka harus dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank sentral pada akhir periode pelaporan.IV.PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPANKewajiban jangka pendek harus disajikan dalam Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Berikut adalah ilustrasi penyajian kewajiban jangka pendek pada neraca :Pemerintah ABCNERACAPer 31 Desember 20X1

URAIANJUMLAH

ASET

ASET LANCAR

ASET TETAP

INVESTASI JANGKA PANJANG

ASET LAINNYA

KEWAJIBAN

KEWAJIBAN JANGKA PENDEKXXXX

UTANG PERHITUNGAN FIHAK KETIGA XXXX

UTANG KEPADA PIHAK KETIGAXXXX

UTANG BIAYA PINJAMAN XXXX

UTANG SUBSIDI XXXX

BAGIAN LANCAR UTANG JANGKA PANJANG XXXX

UTANG SBN JANGKA PENDEK XXXX

UTANG KELEBIHAN PEMBAYARAN PENDAPATAN XXXX

UTANG JANGKA PENDEK LAINNYA XXXX

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEKXXXXX

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

EKUITAS

Ilustrasi Jurnala. Pada saat utang jangka pendek diakui melalui penerimaan kas atas penerbitan surat utang jangka pendek, Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menjurnal dan membukukan di Buku Besar Akrual dengan jurnal :AkunUraian AkunDebitKredit

313121Diterima dari Entitas Lain999.999

22xxxxKewajiban Jangka Pendek999.999

Kemudian KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Kas dengan jurnal :AkunUraian AkunDebitKredit

313121Diterima dari Entitas Lain999.999

71xxxxPenerimaan Pembayaran999.999

Kemudian Kuasa Bendahara Umum Negara (BUN) menjurnal penerimaan kas dan membukukan di Buku Besar Kas dan Buku Besar Akrual sesuai jurnal penerimaan kas.

b. Pada saat utang jangka pendek diakui melalui Resume Tagihan atau Jurnal Penyesuaian Akhir Periode, KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Akrual dengan jurnal :AkunUraian AkunDebitKredit

5xxxxxBelanja ....999.999

2xxxxxBelanja .... yang masih harus dibayar999.999

c. Pada saat mengakui bagian pendapatan diterima di muka, KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Akrual dengan jurnal :AkunUraian AkunDebitKredit

4xxxxxPendapatan ....999.999

2xxxxxPendapatan .... Diterima di Muka999.999

d. Pada saat reklasifikasi utang jangka panjang, KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Akrual dengan jurnal :AkunUraian AkunDebitKredit

22xxxxKewajiban Jangka Panjang999.999

216xxxBagian Lancar Utang Jangka Panjang999.999

V. PENGAKUAN DAN PENGUKURANKewajiban jangka pendek terdiri dari beberapa jenis atau klasifikasi utang. Masing-masing jenis utang tersebut memiliki karakteristik pengakuan, pengukuran, dan pelaporan yang berbeda-beda.a. Utang Transfer

Utang transfer adalah kewajiban suatu entitas pelaporan untuk melakukan pembayaran kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan perundang-undangan. Utang transfer terdiri dari :

1) Utang Transfer Dana Bagi Hasil (DBH).Utang transfer DBH timbul karena ada kewajiban transfer pemerintah yang belum diselesaikan/dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan. Selanjutnya, berdasarkan peraturan perundang-undangan, jenis pendapatan yang harus dan/atau dapat dibagihasilkan antara lain terdiri dari utang transfer DBH Pajak, utang transfer DBH SDA, dan kewajiban transfer DBH diestimasi. Utang Transfer DBH dapat terjadi karena:a) kesalahan tujuan dan/atau jumlah transfer.b) kekurangan transfer sebagai akibat realisasi penerimaan melebihi proyeksi penerimaan.Utang transfer DBH pajak dan DBH SDA diakui jika bagian pendapatan yang telah diterima belum dibagihasilkan seluruhnya namun telah diketahui jumlah hak masing-masing entitas penerima. Kewajiban transfer DBH diestimasi timbul pada saat penyaluran belum dilakukan karena belum diketahui jumlah hak masing-masing entitas penerima. Terkait pengukuran atas utang transfer DBH, utang transfer DBH disajikan sebesar bagian pendapatan Pemerintah Daerah yang belum dibayarkan sampai dengan periode pelaporan.

2) Utang Transfer Selain DBH.Utang transfer selain DBH terjadi karena penundaan atau keterlambatan penyaluran. Penundaan dapat terjadi karena pengenaan sanksi berdasarkan peraturan perundang-undangan. Keterlambatan yang dapat menyebabkan timbulnya utang transfer selain DBH adalah keterlambatan dari pihak yang menyalurkan, misalnya terlambatnya rekomendasi dari unit teknis atas penyaluran Dana Otonomi Khusus.Utang transfer selain DBH diakui pada saat terjadi penundaan dan keterlambatan penyaluran kepada entitas penerima dan diakui sebesar jumlah yang seharusnya menjadi hak entitas penerima dikurangi dengan jumlah yang telah disalurkan.

b. Utang Bunga

Utang bunga adalah kewajiban pemerintah atas beban bunga utang yang belum dibayar sampai dengan akhir periode pelaporan. Utang bunga pada dasarnya berakumulasi seiring dengan berjalannya waktu tetapi demi kepraktisan diakui pada setiap akhir periode pelaporan. Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk utang bunga adalah sebesar kewajiban bunga yang telah terjadi tetapi belum dibayar oleh pemerintah. Pada pinjaman luar negeri, besaran kewajiban tersebut dihitung berdasarkan persentase tingkat bunga pinjaman atas nominal pinjaman terutang selama periode terutang. Sedangkan untuk utang dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN), besaran kewajiban dihitung berdasarkan persentase tingkat kupon atas nominal SBN terutang selama periode terutang.Utang bunga diakui pada setiap akhir periode pelaporan sebagai bagian dari kewajiban yang berkaitan (Pinjaman dan SBN) dan pada saat penerbitan SBN yaitu bunga yang diterima di muka oleh pemerintah yang akan dibayar kembali secara penuh pada tanggal pembayaran bunga pertama. Pengukuran utang bunga yaitu diukur sebesar nilai kewajiban bunga yang telah terjadi/jatuh tempo tetapi belum dibayarkan oleh pemerintah.

c. Utang kepada Pihak Ketiga

Utang kepada pihak ketiga merupakan kewajiban pemerintah terhadap pihak lain/pihak ketiga karena penyediaan barang dan/atau jasa ataupun karena adanya putusan pengadilan yang mewajibkan pemerintah untuk membayar sejumlah uang/kompensasi kepada pihak lain.Utang pihak ketiga diakui pada saat pemerintah telah menerima hak atas barang/jasa, termasuk barang dalam perjalanan yang telah menjadi haknya. Dalam hal kontrak pembangunan fasilitas atau pengadaan peralatan, maka utang diakui pada saat sebagian/seluruh fasilitas atau peralatan tersebut telah diselesaikan sebagaimana dituangkan dalam berita acara kemajuan pekerjaan/serah terima, tetapi belum dibayar.Utang pihak ketiga diakui sebesar nilai nominal atas kewajiban entitas pemerintah terhadap barang/jasa yang belum dibayar sesuai kesepakatan/perjanjian.

d. Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

Utang PFK merupakan utang pemerintah kepada pihak lain yang disebabkan kedudukan pemerintah sebagai pemotong pendapatan atau penerima iuran Askes/BPJS, Taspen, dan Taperum.Potongan PFK tersebut seharusnya diserahkan kepada pihak lain sejumlah yang sama dengan jumlah yang dipungut/dipotong. Utang PFK diakui :1) pada saat dilakukan pemotongan oleh BUN atau diterima oleh BUN untuk PFK yang disetorkan oleh BUD.2) pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan berupa PFK yang belum disetorkan kepada pihak lain dicatat pada periode laporan keuangan sebesar jumlah yang masih harus disetorkan.Nilai yang dicatat adalah sebesar kewajiban PFK yang sudah dipotong tetapi oleh BUN belum disetorkan kepada yang berkepentingan.e. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

Bagian lancar utang jangka panjang adalah bagian dari utang jangka panjang baik pinjaman dalam negeri maupun luar negeri yang akan jatuh tempo dan diharapkan akan dibayar dalam waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan. Bagian lancar utang jangka panjang diakui pada saat melakukan reklasifikasi pinjaman jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan pada setiap akhir periode akuntansi, kecuali bagian lancar utang jangka panjang yang akan didanai kembali.Nilai yang dicantumkan di neraca untuk bagian lancar utang jangka panjang adalah sebesar jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan. Dalam kasus kewajiban jangka pendek yang terjadi karena payable on demand, nilai yang dicantumkan di neraca adalah sebesar saldo utang jangka panjang beserta denda dan kewajiban lainnya yang harus ditanggung oleh peminjam sesuai perjanjian. Bagian lancar SBN dicatat sebesar carrying amount yaitu nilai nominal/par, ditambah premium atau dikurangi diskon yang belum diamortisasi dan disajikan pada akun terpisah. Nilai nominal SBN tersebut mencerminkan nilai yang masih terutang pada tanggal pelaporan dan merupakan nilai yang akan dibayar pemerintah pada saat jatuh tempo. Premium/diskon diamortisasi sepanjang masa berlakunya SBN. Apabila SBN diterbitkan dengan denominasi valuta asing, maka kewajiban tersebut perlu dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank sentral/bank Indonesia pada akhir periode pelaporan.

f. Utang Jangka Pendek Lainnya

Utang jangka pendek lainnya terdiri dari :1) Pendapatan diterima dimuka, yaitu kewajiban pemerintah yang timbul karena pemerintah telah menerima barang/jasa/uang, namun pemerintah belum menyerahkan barang/jasa kepada pihak ketiga. Pendapatan diterima dimuka diakui pada saat terdapat/timbul klaim pihak ketiga kepada pemerintah terkait kas yang telah diterima pemerintah dari pihak ketiga tetapi belum ada penyerahan barang/jasa dari pemerintah. Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun pendapatan diterima dimuka adalh sebesar kas yang telah diterima tetapi sampai dengan akhir periode pelaporan seluruh atau sebagian barang/jasa belum diserahkan oleh pemerintah.2) Utang biaya, yaitu utang pemerintah yang timbul karena entitas secara rutin mengikat kontrak pengadaan barang/jasa dari pihak ketiga yang pembayarannya akan dilakukan setelah diterimanya barang/jasa tersebut. Utang biaya ini pada umumnya terjadi karena pihak ketiga melaksanakan penyediaan barang/jasa dimuka dan melakukan penagihan setelah diterimanya barang/jasa tersebut. Sebagai contoh, penyediaan barang/jasa berupa listrik, air PAM, dan telepon oleh masing-masing perusahaan untuk suatu bulan akan ditagih oleh yang bersangkutan kepada entitas selaku pelanggannya pada bulan berikutnya. Utang biaya diakui pada saat diterimanya surat tagihan ataun invoice dari pihak ketiga atas barang/jasa yang telah diterima oleh entitas atau sejumlah tagihan bulan terakhir sebelum berakhirnya tahun anggaran. Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun utang biaya adalah sebesar biaya yang belum dibayar oleh pemerintah sampai dengan akhir periode pelaporan.3) Kewajiban pada pihak lain, yaitu saldo dana yang berasal dari Surat Perintah Membayar secara Langsung (SPM LS) yang belum seluruhnya diserahkan kepada yang berhak pada akhir tahun. Kewajiban pada pihak lain diakui apabila pada akhir tahun masih terdapat dana yang berasal dari SPM LS kepada bendahara pengeluaran yang belum diserahkan kepada yang berhak. Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun kewajiban pada pihak lain adalah sebesar dana yang belum diserahkan kepada yang berhak. g. Surat Perbendaharaan Negara (SPN)

SPN adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara, yang berjangka waktu sampai dengan 12 bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto, yaitu pembayaran atas bunga yang tercermin secara implisit di dalam selisih antara harga pada saat penerbitan dan nilai nominal yang diterima saat jatuh tempo.SPN diakui pada saat kewajiban timbuk yaitu saat terjadi transaksi penjualan. SPN dicatat sebesar nilai tercatat (carrying amount) yaitu nilai nominal dikurangi diskon yang belum diamortisasi yang disajikan pada akun terpisah. Nilai nominal SPN tersebut mencerminkan nilai yang masih terutang pada tanggal pelaporan dan merupakan nilai yang akan dibayar pemerintah pada saat jatuh tempo. Diskon amortisasi sepanjang masa berlakunya SBN. Apabila SBN diterbitkan dengan denominasi valuta asing, maka kewajiban tersebut perlu dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank sentral pada akhir periode pelaporan.

h. Kewajiban Diestimasi

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah 09 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tidak mengatur mengenai akuntansi kewajiban diestimasi dan kewajiban kontijensi dan terhadap kewajiban tersebut diatur dalam pernyataan standar tersendiri. Namun, dalam Lampiran IX PMK 219/OMK.05/2013 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat, kewajiban diestimasi dan kewajiban kontijensi termasuk jenis kewajiban jangka pendek. Terkait hal ini, kewajiban diestimasi dan kewajiban kontijensi yang termasuk kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang nilainya telah dapat diukur secara andal.Kewajiban diestimasi yaitu kewajiban yang waktu dan jumlahnya belum pasti. Ketidakpastian ini disebabkan karena proses bisnis dalam transaksi tersebut belum selesai namun di satu sisi entitas harus melaporkan kewajiban tersebut dalam neraca mengingat kewajiban tersebut pasti akan dibayarkan.Kewajiban estimasi diakui pada saat derajat kepastian atas kewajiban tersebut sangat besar sehingga berdasarkan azas konservatif harus dilaporkan. Kewajiban diestimasi hanya dapat disajikan apabila nilainya dapat diestimasikan dengan andal. Contoh kewajiban diestimasi misalnya utang transfer disetimasi. Paragraf 6 PSAP 09 menyebutkan bahwa karakteristik utama kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai kewajiban sampai saat ini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang. Sementara pada Paragraf 7 juga disebutkan kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, kelebihan setoran pajak dari wajib pajak, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan pemberi jasa lainnya. Utang transfer yang diestimasi berkaitan dengan bagi hasil pendapatan kepada pemerintah daerah. Hal ini terjadi karena jenis pendapatan yang harus dibagihasilkan tersebut sudah diketahui tetapi entitas yang berhak menerima belum dapat diketahui dengan pasti hingga tanggal pelaporan keuangan.

i. Kewajiban Kontijensi

Kewajiban kontijensi adalah kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali suatu entitas.Kewajiban kontijensi diakui pada saat tingkat kemungkinan arus keluar sumber daya besar (probable). Kewajiban ini tidak diakui apabila tidak terdapat kemungkinan besar suatu entitas mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis untuk menyelesaikan kewajibannya, dan jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.Kewajiban kontijensi tidak dapat diukur secara tepat. Maka untuk memperoleh nilai yang andal diperlukan pertimbangan profesional oleh pihak yang berkompeten. Kewajiban kontijensi tidak disajikan pada neraca pemerintah, namun cukup diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan untuk setiap jenis kewajiban kontijensi pada akhir periode pelaporan, dimana pengungkapan tersebut meliputi karakteristik kewajiban kontijensi, estimasi dari dampak finansial yang diukur, indikasi tentang ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu arus keluar sumber daya, dan kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga.

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

I. DEFINISIa. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi PemerintahanSuatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan

b. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah PusatKewajiban jangka panjang adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.

Dalam konteks pemerintahan, kewajiban jangka panjang dapat muncul antara lain karena :1. penggunaan sumber pembiayaan berupa pinjaman yang bersifat jangka panjang baik yang berasal dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerinahan lain, maupun lembaga internasional;1. kewajiban dengan pemberi jasa yang penyelesaiaannya melalui cicilan dengan jangka waktu lebih dari satu tahun.IIJENIS KEWAJIBAN JANGKA PANJANGBerdasarkan Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan (Bultek SAP) Nomor 08 tentang Akuntansi Utang, kewajiban jangka panjang antara lain terdiri dari :a. Utang Luar Negerib. Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankanc. Utang Dalam Negeri - Obligasid. Utang Pembelian Cicilan; dan e. Utang Jangka Panjang Lainnya.Hampir selaras dengan uraian tersebut, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat, kewajiban jangka panjang dijabarkan memiliki jenis:1. Pinjaman Luar Negeri1. Pinjaman Dalam Negeri1. Utang Obligasi/Surat Utang Negara (SUN)1. Utang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)1. Utang Pembelian Cicilan; dan1. Utang Jangka Panjang Lainnya.III. PENGUKURANSecara umum, kewajiban jangka panjang dicatat sebesar nilai nominal. Apabila kewajiban jangka panjang tersebut dalam bentuk mata uang asing maka harus dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank sentral pada akhir periode pelaporanIV.PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPANKewajiban jangka panjang pemerintah harus diungkapkan pada periode pelaporan kedalam neraca dengan nilai yang handal. Guna mendukung kelengkapan informasi yang disajikan, selain disajikan dalam neraca, kewajiban jangka panjang juga harus diungkapkan kedalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Informasi yang harus diungkapkan kedalam CaLK antara lain meliputi:1. Jumlah saldo kewajiban jangka panjang berdasarkan tipe pemberi pinjaman1. Jumlah saldo utang pemerintah jangka panjang berdasarkan jenis sekuritas utang pemerintah dan jatuh temponya1. Syarat-syarat dan konsekuensi perjanjian atas pembayaran utang jangka panjang tersebutBerikut adalah ilustrasi penyajian kewajiban jangka panjang pada neraca :Pemerintah ABCNERACAPer 31 Desember 20X1

URAIANJUMLAH

ASET

ASET LANCAR

ASET TETAP

INVESTASI JANGKA PANJANG

ASET LAINNYA

KEWAJIBAN

KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

Utang Jangka Panjang Dalam Negeri

Utang Jangka Panjang Dalam Negeri PerbankanXXXX

Utang Jangka Panjang SBN Dalam NegeriXXXX

Premium (Diskonto) SBN Dalam NegeriXXXX

Utang Kepada Dana Pensiun dan THT XXXX

Utang Jangka Panjang Dalam Negeri LainnyaXXXX

Jumlah Utang Jangka Panjang Dalam NegeriXXXXXX

Utang Jangka Panjang Luar Negeri

Utang Jangka Panjang Luar Negeri PerbankanXXXX

Utang Jangka Panjang Luar Negeri Lainnya XXXX

Jumlah Utang Jangka Panjang Luar Negeri XXXXXX

Jumlah Kewajiban Jangka PanjangXXXXXX

EKUITAS

Ilustrasi JurnalPada saat utang jangka panjang diakui, Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menjurnal dan membukukan di Buku Besar Akrual dengan jurnal :AkunUraian AkunDebitKredit

313121Diterima dari Entitas Lainxxx.xxx

22xxxxKewajiban Jangka Panjangxxx.xxx

Kemudian KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Kas dan Buku Besar Akrual dengan jurnal :AkunUraian AkunDebitKredit

313121Diterima dari Entitas Lainxxx.xxx

71xxxxPenerimaan Pembiayaanxxx.xxx

Kemudian Kuasa Bendahara Umum Negara (BUN) menjurnal penerimaan kas dan membukukan di Buku Besar Kas dan Buku Besar Akrual sesuai jurnal penerimaan kas.V.PENGAKUAN DAN PENGUKURANSebagaimana dijelaskan sebelumnya, kewajiban jangka panjang terdiri dari beberapa jenis atau klasifikasi utang. Masing-masing jenis utang tersebut memiliki karakteristik pengakuan, pengukuran, dan pelaporan yang berbeda-beda yang meliputi:a. Pinjaman Luar NegeriBerdasarkan PP Nomor 02 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman, Pinjaman Luar Negeri didefinisikan sebagai setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa atau devisa yang dirupiahkan, mata uang rupiah, maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Dana pinjaman luar negeri dapat ditarik setidaknya melalui empat mekanisme, yang meliputi:1. Pembukaan Letter of Credit (L/C)1. Pembayaran Langsung1. Pembukaan Rekening Khusus1. Penggantian Pembiayaan PendahuluanLetter of Credit adalah janji tertulis dari bank penerbit L/C (issuing bank) untuk membayar kepada eksportir (beneficiary) sepanjang memenuhi persyaratan L/C. Pinjaman luar negeri yang cara penarikannya dilakukan dengan pembukaan L/C diakui pada saat lender melakukan disbursement kepada bank koresponden untuk membayar L/C tersebut. Realisasi disbursement diberitahukan oleh lender kepada borrower dengan dokumen Notice of Disbursement (NOD).Pembayaran langsung adalah penarikan dana yang dilakukan oleh KPPN yang ditunjuk atas permintaan Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA) dengan cara mengajukan aplikasi penarikan dana (withdrawal application) kepada pemberi pinjaman dan/atau hibah luar negeri (PPHLN) untuk membayar langsung kepada pihak yang dituju. Pinjaman luar negeri yang penarikannya dilakukan dengan pembayaran langsung diakui pada saat lender melakukan disbursement kepada pihak ketiga (rekanan). Realisasi disbursement diberitahukan oleh lender kepada borrower dengan dokumen Notice of Disbursement (NOD).Rekening khusus (Reksus) adalah rekening yang dibuka oleh Menteri Keuangan pada Bank Indonesia (BI) atau bank yang menampung sementara dana pinjaman dan/hibah luar negeri tertentu berupa initial deposit untuk kebutuhan pembiayaan kegiatan selama periode tertentu. Pinjaman luar negeri yang penarikannya dilakukan dengan pembukaan rekening khusus, diakui pada saat lender melakukan disbursement ke rekening khusus (reksus) dimaksud. Karena dana dalam reksus adalah milik borrower, maka pengisian reksus tersebut diberitahukan oleh lender kepada borrower dengan dokumen Notice of Disbursement (NOD) yang selanjutnya oleh borrower diakui sebagai utang. Penggantian pembiayaan pendahuluan (reimbursement) adalah pembayaran yang dilakukan oleh PPHLN untuk penggantian dana yang pembiayaan kegiatannya dilakukan terlebih dahulu melalui rekening BUN dan/atau Rekening Kas Negara atau Rekening Penerima Penerusan Pinjaman. Dalam hal ini, penerima penerusan pinjaman (PPP) adalah pemerintah daerah atau BUMN. Pinjaman luar negeri yang penarikannya dilakukan dengan pembiayaan pendahuluan, diakui pada saat lender melakukan disbursement ke rekening BUN dan/atau Rekening Kas Negara atau Rekening Penerima Penerusan Pinjaman untuk mengganti (reimburse) pengeluaran yang telah dilakukan. Realisasi disbursement diberitahukan oleh lender kepada borrower dengan dokumen Note of Disbursement (NOD).Pinjaman luar negeri dicatat sebesar nilai nominalnya. Pinjaman atau utang dalam mata uang asing dinyatakan dalam mata uang Rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Sentral) pada akhir periode pelaporan. Nilai nominal atas utang mencerminkan nilai utang pemerintah pada saat transaksi berlangsung untuk pertama kalinya, seperti nilai yang tertera pada lembar Surat Utang Pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat utang tersebut.b. Pinjaman Dalam Negeri.Pinjaman Dalam Negeri adalah pinjaman yang berasal dari dalam negeri dan diharapkan akan dibayar lebih dari dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan. Secara umum, Pinjaman Dalam Negeri dilakukan oleh Pemerintah, yang bersumber dari Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Perusahaan Daerah, yang digunakan untuk membiayai Kegiatan tertentu. Pinjaman Dalam Negeri nantinya dapat diterus pinjamkan kepada penerima penerusan Pinjaman Dalam Negeri, seperti misalnya Pemerintah Daerah atau BUMN/BUMD, untuk kemudian dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.Berbeda dengan PMK Nomor 219/PMK.05/2013, Bultek SAP Nomor 08 secara spesifik mengkategorikan jenis kewajiban jangka panjang berupa Pinjaman Dalam Negeri kedalam Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan. Meskipun secara konsep tidak jauh berbeda dalam Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan sumber pendanaannya hanya dibatasi kepada sektor perbankan, dimana terkait pihak yang menjadi borrower, secara umum dijabarkan sama dengan PMK Nomor 219/PMK.05/2013.Pinjaman Dalam Negeri diakui pada saat dana diterima di RKUN dan/atau pada saat kewajiban timbul. Jumlah utang yang tercantum dalam naskah perjanjian merupakan komitmen maksimum jumlah pendanaan yang disediakan oleh pemberi pinjaman. Sedangkan jumlah yang dicantumkan dalam neraca (terutama untuk Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan) adalah sebesar jumlah dana yang telah ditarik oleh penerima pinjaman.c. Utang Obligasi/Surat Utang Negara (SUN)Obligasi Negara adalah salah satu jenis Surat Utang Negara yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan imbalan bunga tetap (fixed rate) atau variabel (variable rate). Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran pokok utang dan bunganya oleh negara sesuai dengan masa berlakunya. Utang Obligasi Negara diakui pada saat kewajiban timbul yaitu pada saat terjadi transaksi penjualan. Utang Obligasi kemudian dicatat sebesar nilai tercatat (carrying amount), yaitu nilai nominal/par, ditambah premium atau dikurangi diskonto yang belum diamortisasi dan disajikan pada akun terpisah. Apabila Surat utang obligasi dijual di bawah nilai par (dengan diskonto) maupun di atas nilai par (dengan premium), maka nilai pokok utang tersebut adalah sebesar nilai nominalnya atau nilai jatuh temponya, sedangkan diskon atau premium dikapitalisasi untuk diamortisasi sepanjang masa berlakunya. Nilai nominal Utang Obligasi Negara tersebut mencerminkan nilai yang tertera pada lembar Surat utang pemerintah dan merupakan nilai yang akan dibayar pemerintah pada saat jatuh tempo. Dalam hal terdapat utang obligasi yang pelunasannya diangsur/dipercepat, aliran ekonomi setelahnya, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat (carrying amount) utang tersebut. Apabila Surat utang obligasi diterbitkan dengan valuta asing, maka kewajiban tersebut dinyatakan dalam mata uang Rupiah dengan kurs tengah bank sentral pada akhir periode pelaporan.d. Utang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)SBSN adalah Surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang Rupiah maupun dalam valuta asing. Aset SBSN adalah objek pembiayaan SBSN dan/atau Barang Milik Negara yang memiliki nilai ekonomis, berupa tanah dan/atau bangunan maupun selain tanah dan/atau bangunan, yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan sebagai dasar penerbitan SBSN.Utang SBSN diakui pada saat kewajiban timbul yaitu pada saat terjadinya transaksi penjualan. SBSN dicatat sebesar nilai tercatat (carrying amount), yaitu nilai nominal/par, ditambah premium atau dikurangi diskonto yang belum diamortisasi dan disajikan pada akun terpisah. Apabila SBSN dijual di bawah nilai par (dengan diskonto) maupun di atas nilai par (dengan premium), maka nilai pokok SBSN adalah sebesar nilai nominalnya atau nilai jatuh temponya, sedangkan diskon atau premium dikapitalisasi untuk diamortisasi sepanjang masa berlakunya. Nilai nominal SBSN tersebut mencerminkan nilai yang tertera pada ketentuan dan persyaratan SBSN dan merupakan nilai yang akan dibayar pemerintah pada saat jatuh tempo. Dalam hal SBSN pelunasannya diangsur/dipercepat, aliran ekonomi setelahnya, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat (carrying amount) utang tersebut. Apabila SBSN diterbitkan dengan valuta asing, maka kewajiban tersebut dinyatakan dalam mata uang Rupiah dengan kurs tengah bank sentral pada akhir periode pelaporan.

e. Utang Pembelian CicilanUtang Pembelian Cicilan adalah kewajiban yang timbul karena perolehan barang/jasa pemerintah yang pembayarannya dilakukan secara angsuran. Transaksi ini, secara hukum, ditandai dengan penandatanganan suatu akta utang atau hipotek oleh pembeli yang menetapkan secara spesifik syarat-syarat pembayaran atau penyelesaian kewajiban. Transaksi pembelian secara angsuran/cicilan memiliki dua varian utama yakni:a. Perjanjian dengan menetapkan jumlah cicilan di masa depan dengan tingkat bunga tertentub. Perjanjian dengan menetapkan skema pembayaran secara angsuran per periode dengan besaran jumlah tetap mencakup pokok dan bunga yang tidak disebutkan secara eksplisit. Agar pembelian secara kredit yang melampaui tahun anggaran dapat berlangsung, ada beberapa persyaratan dan asumsi yang harus diberlakukan yang meliputi:a. Setiap kementerian/lembaga/pemerintah daerah yang akan melaksanakan pengadaan barang dan jasa dengan kontrak pembayaran yang melampaui tahun anggaran harus terlebih dahulu mendapat dispensasi dari Menteri Keuangan. b. Berdasarkan dispensasi di atas, pencatatan utang sebagai bentuk pendanaan tahun jamak (multi years) dialihkan kepada kementerian/lembaga/pemerintah daerah yang diberi dispensasi.c. Setiap tahun, berdasarkan surat dispensasi Menteri Keuangan, kementerian/lembaga/ pemerintah menganggarkan belanja sebesar porsi pokok utang yang diklasifikasikan sebagai utang jangka pendek berikut bunganya yang jatuh tempo pada tahun anggaran berikutnya.d. Pelunasan pokok dan bunga pada suatu tahun anggaran dilakukan dengan membebani anggaran belanja kementerian/lembaga/pemerintah daerah yang diberi dispensasi. Utang pembelian cicilan, baik yang mengandung bunga secara eksplisit maupun bunga secara tersamar diakui ketika barang telah diserahkan dan perjanjian utang telah mengikat para pihak secara legal. Utang pembelian cicilan dicatat sebesar nilai nominal. Terkait utang cicilan anuitas, setiap pelunasan harus dipecah menjadi unsur pelunasan pokok utang dan pelunasan bunga. Dalam hal transaksi dalam mata uang asing maka kewajiban dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank sentral pada akhir periode pelaporan.f. Utang Jangka Panjang LainnyaUtang Jangka Panjang Lainnya adalah utang jangka panjang yang tidak termasuk pada kelompok Pinjaman Luar Negeri, Dalam Negeri, Utang Obligasi, dan Utang SBSN seperti misalnya Utang Kemitraan. Utang Kemitraan merupakan utang yang berkaitan dengan kemitraan pemerintah dengan pihak ketiga dalam bentuk Bangun, Serah, Kelola (BSK). Utang Kemitraan timbul apabila aset diserahkan oleh pihak ketiga kepada pemerintah yang selanjutnya membayar kepada investor baik secara angsuran maupun secara bagi basil pada saat penyerahan aset kemitraan. Utang Kemitraan akan disajikan sebesar dana yang dikeluarkan investor untuk membangun aset tersebut. Apabila pembayaran dilakukan dengan bagi hasil, utang kemitraan disajikan sebesar dana yang dikeluarkan investor setelah dikurangi dengan nilai bagi basil yang dibayarkan.Utang kemitraan diukur berdasarkan nilai yang disepakati dalam perjanjian kemitraan BSK sebesar nilai yang belum dibayar.VI.KONDISI KHUSUSa. Penyelesaian Kewajiban Sebelum Jatuh Tempo dan TunggakanUntuk sekuritas yang diselesaikan sebelum jatuh tempo misalnya karena memiliki fitur untuk ditarik oleh penerbit (call feature) atau karena memenuhi persyaratan untuk penyelesaian oleh permintaan pemegangnya maka perbedaan antara harga perolehan kembali dan nilai tercatat netonya (carrying amount) harus diungkapkan pada CaLK.Untuk pinjaman pemerintah yang memiliki tunggakan, jumlah tunggakan tersebut harus disajikan dalam bentuk daftar umur (aging schedule) pembayaran kepada kreditur pada CaLK sebagai bagian dari pengungkapan kewajiban.b. Perubahan Valuta AsingUtang pemerintah dalam mata uang asing dicatat dengan menggunakan kurs tengah bank sentral pada saat terjadinya transaksi. Pada setiap tanggal neraca, utang pemerintah dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah pada tanggal neraca. Selisih penjabaran pos utang pemerintah dalam mata uang asing antara tanggal transaksi dan tanggal neraca dicatat sebagai kenaikan atau penurunan ekuitas.Efek perubahan mata uang asing, dalam IPSAS diatur dalam satu standar tersendiri yaitu IPSAS 4 tentang Effects of Changes in Foreign Exchange Rate yang sejalan dengan PSAP, menyatakan bahwa utang pemerintah dalam mata uang asing harus dicatat dengan menggunakan mata uang fungsional pada saat terjadinya transaksi.c. Restrukturisasi UtangRestrukturisasi utang adalah kesepakatan antara kreditur dan debitur untuk memodifikasi syarat-syarat perjanjian utang dengan atau tanpa pengurangan jumlah utang, dalam bentuk:a. Pembiayaan kembali yaitu mengganti utang lama termasuk tunggakan dengan utang baru; atau b. Penjadwalan ulang atau modifikasi persyaratan utang yaitu mengubah persyaratan dan kondisi kontrak perjanjian yang ada. Penjadwalan utang dapat berbentuk perubahan jadwal pembayaran, penambahan masa tenggang, atau menjadwalkan kembali rencana pembayaran pokok dan bunga yang jatuh tempo dan/atau tertunggak.Restrukturisasi utang dapat terjadi sebelum, pada, atau sesudah tanggal jatuh tempo utang yang tercantum dalam perjanjian. Dalam restrukturisasi utang yang dilakukan melalui modifikasi persyaratan utang, debitur harus mencatat dampak restrukturisasi secara prospektif sejak restrukturisasi dilaksanakan dan tidak boleh mengubah nilai tercatat utang pada saat restrukturisasi kecuali jika nilai tercatat tersebut melebihi jumlah pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dengan persyaratan baru. Apabila jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan baru termasuk pembayaran untuk bunga maupun untuk pokok utang lebih rendah dari nilai tercatat, maka debitur harus mengurangi nilai tercatat utang ke jumlah yang sama dengan jumlah pembayaran kas masa depan. Restrukturisasi diakui pada saat telah disahkannya perjanjian restrukturisasi antara para pihak dan berlaku terhitung mulai tanggal yang ditetapkan dalam perjanjian. Besarnya utang baru sehubungan dengan restrukturisasi adalah sebesar nilai utang lama ditambah dan/atau dikurangi dengan nilai absolut dari faktor penambah dan/atau pengurang sebagaimana disebutkan dalam perjanjian restrukturisasi. Utang baru yang dihasilkan dari restrukturisasi disajikan di neraca dengan klasifikasi/pos yang sama dengan utang jangka panjang lama yang digantikannya.a. Berkenaan dengan adanya restrukturisasi, dalam CALK perlu juga diungkapkan informasi:b. Persyaratan kredit pada perjanjian utang lama yang direvisi;c. Persyaratan kredit baru pada perjanjian restrukturisasi, misalnya besaran persentase bunga baru, besaran absolut pemotongan bunga terutang, besaran 28 absolut pemotongan pokok utang, lamanya pengunduran jangka waktu pelunasan;d. Hal-hal penting yang menyebabkan terjadinya restrukturisasi utang;e. Hal lainnya yang dipandang perlu demi kewajaran pengungkapan.c. Penghapusan UtangPenghapusan utang adalah penghapusan secara sukarela tagihan oleh kreditur kepada debitur balk sebagian maupun seluruhnya jumlah utang debitur dalam bentuk perjanjian formal diantara keduanya. Penghapusan utang dapat diselesaikan melalui penyerahan aset kas maupun nonkas dengan nilai utang di bawah nilai tercatatnya. Atas penyelesaian utang dengan nilai penyelesaian di bawah nilai tercatat yang dilakukan dengan aset kas, berlaku ketentuan restrukturisasi. Atas penyelesaian utang dengan nilai penyelesaian di bawah nilai tercatat yang dilakukan dengan aset nonkas maka entitas sebagai debitur harus melakukan penilaian kembali atas aset nonkas tersebut ke nilai wajarnya baru kemudian menerapkan ketentuan resktrusturisasi.Informasi atas penghapusan utang harus disajikan dalam CaLK yang antara lain mengungkapkan jumlah perbedaan yang timbul sebagai akibat restrukturisasi kewajiban tersebut yang merupakan selisih lebih antara:a. Nilai tercatat utang yang diselesaikan Qumlah nominal dikurangi atau ditambah dengan bunga terutang dan premi, diskonto, biaya keuangan atau biaya penerbitan yang belum diamortisasi, denganb. Nilai wajar aset yang dialihkan ke kreditur.

DAFTAR PUSTAKA

Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 08 Tentang Akuntansi Utang Tahun 2009International Public Sector Accounting Standards 4The Effects of Changes in Foreign Exchange RatesInternational Public Sector Accounting Standards 5Borrowing CostsInternational Public Sector Accounting Standards 19Provisions, Contingent Liabilities and Contingent AssetsPeraturan Menteri Keuangan Nomor 219/PMK.05/2013 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahhttp://www.google.co.id

31 | Page