Ketikan Lo 1 Blok 11

4
PP GARPU TALA 1. Test Rinne Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. Ada 2 macam tes rinne , yaitu : A. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya B. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang. Terdapat 3 macam interpretasi dari hasil tes rinne : 1) Normal : tes rinne positif 2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama) 3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :

description

edw

Transcript of Ketikan Lo 1 Blok 11

PP GARPU TALA1.Test RinneTujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien.Ada 2 macam tes rinne , yaitu :A. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkantangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnyaB. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari padadibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.Terdapat 3 macam interpretasi dari hasil tes rinne :1) Normal : tes rinne positif2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama)3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan : Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala. Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul.2.Test WeberTujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Padakeadaan ptologis pada MAE atau cavum timpani missal:otitis media purulenta pada telinga kanan.Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.Interpretasi:A. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.B. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media disebelah kanan.2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan ebihhebat.3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar sebelah kanan.4) Tuli persepsi padakedua teling, tetapi sebelah kiri lebih hebaaaat dari pada sebelahkanan.5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang terdapat.3.Test SwabachTujuannya untuk membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan probandus.Pada pemeriksaan ini penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara.Dari hasil pemeriksaan garpu tala yang telah dilakukan pasien didapatkan hasil: Test rinne: AD (+) AS (-) Test weber: Lateralisasi ke kiri Test schwabach: AD (sama dengan pemeriksa) AS (memanjang)Hal tersebut menandakan jika pasien memiliki gangguan tuli konduksi pada telinga sebelah kirinya namun pada telinga kanan normal.

PP RHINOSCOPYRhinoscopy anterior: pada cavum nasi ditemukan mukosa hidung hiperemis, sekret mukopurulent, tidak ada massa, concha nasalis terdapat oedem dan hipertrofi.Dari hasil pemeriksaan rhinoscopy anterior dapat diinterpretasikan bahwa pada cavum nasi dan concha nasi ada tanda-tanda inflamasi.