KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

91
KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON INDOSARI CORPINDO TBK (Studi Atas Putusan KPPU No 07/KPPU-M.2018) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : Rahmat Fadhil NIM : 11150480000131 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 M / 20020 H

Transcript of KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

Page 1: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH

PT NIPPON INDOSARI CORPINDO TBK

(Studi Atas Putusan KPPU No 07/KPPU-M.2018)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

Rahmat Fadhil

NIM : 11150480000131

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 M / 20020 H

Page 2: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

i

KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH

PT NIPPON INDOSARI CORPINDO TBK

(Studi Atas Putusan KPPU No 07/KPPU-M.2018)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

Rahmat Fadhil

NIM : 11150480000131

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 M / 20020 H

Page 3: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

ii

Page 4: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

iii

Page 5: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

iv

Page 6: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

v

ABSTRAK

Rahmat Fadhil. NIM 11150480000131. KETERLAMBATAN PELAPORAN

DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON INDOSARI CORPINDO TBK (

STUDI ATAS PUTUSAN KPPU NOMOR 07/KPPU-M/2018). Skripsi

Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun 2010 M/ 1441 H, x + 77 Halaman + 3

Halaman daftar pustaka

Studi ini bertujuan untuk menganalisis ketidak sesuaian sanksi denda yang

dijatuhkan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha pada perkara keterlambatan

pelaporan akuisisi saham oleh PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk dengan nomor

perkara yaitu 07/KPPU-M/2018. Perbedaaan penjatuhan sanksi denda yang

dijatuhkan oleh majelis komisi pengawas persaingan usaha dengan peraturan

perundang-undangan tentunta menjadi keputusan yang tidak sah dan sangat

merugikan. Tetapi dalam menjalankan tugasnya komisi pengawas persaingan

usaha diberi kebebasan untuk menentukan jumlah sanksi denda yang akan

dijatuhkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang didapat didalam

persidangan dan hasil penyelidikan. Komisi pengawas persaingan usaha dalam

meberikan sanksi dalam perkara persaingan usaha harus berdasrkan

pertimbangan-pertimbangan atau alasan yang kuat dan logis dalam putusan yang

dikeluarkannya.

Tipe penelitian ini adalah penelitian hukum dengan pendekatan Yuridis

Normatif, dikatan demikian karena dalam penelitian ini digunakan cara-cara

pendekatan terhadap masalah dengan meninjau dari segi peraturan perundang-

undangan yang berlaku atau melakukan penelitian dari bahan pustaka yang ada.

Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa terlapor dalam kasus ini

yaitu PT. Nippon Inosari Corpindo Tbk diputuskan oleh majelis komisi pengawas

persaingn usaha bersalah dan membayar denda sebesar Rp 2.800.000.000,00 ( dua

miliar delapan ratus juta rupiah). Meskipun tidak sesuai dengan apa yang

ditetapka oleh peraturan untuk setiap hari keterlambatannya, Komisi Pengawas

Persaingan Usaha sebagai instansi yang berwenang menyelesaikan perkara

persaingan usaha diberikan kewenangan seluas-luasnya untk menetapkan denda

yang sesuai denagn pertimbangan-pertimbangan yang jelas yang didapat oleh

majelias dari penyelidikan dan kesaksian dalam persidangan.

Kata kunci: Keterlambatan pelaporan akuisis saham, sanksi denda,

pengambilalihan saham, Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Pembimbing Skripsi : Dra. Ipah Parihah, M.H.

Daftar Pustaka : Tahun 1983 sampai tahun 2018

Page 7: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

vi

KATA PENGANTAR

حي م حمن الر الر بسم الل

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang

telah meberikan rahmat dan hidayahnya kepada peneliti dalam penyusunan skripsi

yang berjudul KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISIS

OLEH PT NIPPON INDOSARI CORPINDO TBK (STUDI ATAS

PUTUSAN KPPU NOMOR 07/KPPU-M/2018), sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini sampai akhir. Salawat dan salam semoga

tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi

Wasallam, semoga kita semua mendapatkan syafa;atnya di akhirat kelak. Aamiin.

Pencapaian ini tidak akan terwujud tanpa pertolongan dan kemudahan

yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, pihak-pihak yang telah

memberikan bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung

kepada peneliti. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa

hormat peneliti mengucapkan terimakasih yang sebanyaknya kepada yang

terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A., Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum

dan Drs.Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini

3. Dra.Ipah Parihah M.H. Pembimbing skripsi dan pambimbing akademik

yang telah bersedia untuk meluangkan waktu untuk, pikiran, dan tenaga

Page 8: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

vii

untuk memberikan arahan,saran dan motivasi serta kesabaran dalam

membimbing peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepala Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta dan kepala Perpustakaan Nasional yang telah mengizinkan dan

memberikan fasilitas serta kemudahan dalam melakukan peminjaman dan

pencarian bahan, data-data dan referensi yang dibutuhkan oleh penulis

untuk menyelesaikan skripsi.

5. Kepada kedua orang tua penulis ibu Asnimar dan ayah Iswandi yang

selalu memberikan dorongan, semangat, dan masukan terhadap penulis.

6. Pihak-pihak lain yang telah memberikan kontribusi kepada peneliti dalam

penyelesaian skripsi ini

Demikian ucapan terima kasih ini, semoga Allah memberikan

balasan yang sebanding dengan apa yang telah diberikan oleh para pihak

yang telah membantu dan berbaik hati dalam penyususnan skripsi ini dan

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, Juli 2020

Rahmat Fadhil

Page 9: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

viii

DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SKRIPSI ........................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ............. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 7

D. Metode Penelitian ................................................................ 8

E. Sistematika Pembahasan ...................................................... 11

BAB II PENGAMBILALIHAN SAHAM DAN PENANAMAN

MODAL

A. Kerangka Konsep ............................................................... 13

B. Kerangka Teori................................................................... 22

C. Tinjauan (Review) Hasil Studi Terdahulu .......................... 27

BAB III NOTIFIKASI KE KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN

USAHA

A. Profil Komisi Pengawas Persaingan Usaha ......................... 32

Page 10: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

ix

B. Tugas Dan Wewenang KPPU .............................................. 35

C. Bentuk-Bentuk Sanksi Menurut Undang-Undang ............... 37

D. Sanksi Keterlambatan Pelaporan Ke KPPU ........................ 39

BAB IV SANKSI KETERLAMBATAN PELAPORAN AKUISISI KE KPPU

A. Kronologi Kasus .................................................................. 41

B. Jawaban Para Pihak ............................................................ 43

C. Pertimbangan Majelis Komisi ............................................. 47

D. Putusan Majelis KPPU......................................................... 49

E. Syarat Dan Prosedur Konsultasi Dan Pemberitahuan.......... 50

F. Analisis Putusan ................................................................... 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Hasil Penelitian ................................................ 74

B. Rekomendasi ........................................................................ 76

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 78

Page 11: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka melakukan

interaksi sosial yang mana salah satunya adalah dengan berdagang atau

berbisnis. Dalam memulai sebuah bisnis tidaklah mudah karena harus melihat

faktor-faktor yang membuat bisnis itu berkembang dan berpotensi

menghasilkan keuntungan yang sebesar mungkin. Faktor yang perlu

diperhatikan adalah pangsa pasar dan produk yang dijual. Tanpa

memperhatikan kedua faktor tersebut bisa di katakan sebuah bisnis akan sulit

untuk dipasarkan bahkan kegagalan yang ujungnya pada kebangkrutan.

Prakteknya, banyak para pengusaha menguasai pangsa pasar yang

sangat besar sehingga terjadi praktik monopoli dimana pihak lain tidak bisa

untuk melakukan kegiatan usaha yang sama karena satu pasar yang besar telah

di kuasai oleh satu pihak. Tentu hal ini sangat dikhawatirkan oleh para pihak

yang mempunyai modal usaha yang kecil, karena mereka tidak akan mampu

bersaing dengan para pengusaha yang memiliki modal besar dan memiliki

pangsa pasar yang besar.

Secara makro, saat ini kecenderungan banyak negara menganut pasar

bebas, dimana pelaku usaha secara bebas dapat memenuhi kebutuhan

konsumen dengan memberikan produk yang beragam sekaligus efisien.

Kebebasan pasar dalam sistem ini tidak jarang membuat pelaku usaha

melakukan perbuatan yang membentuk struktur pasar yang bersifat

monopolistik atau oligopolistik. Dalam konteks itulah, peran negara hadir

sebagai penengah dan pelurus. Dengan kata lain kehadiran hukum peraingan

usahasebagai penengah antara ekonomi pasar bebas dan peran negara dalam

ekonomi sangat di butuhkan1

Di Negara Republik Indonesia, dibentuklah sebuah undang-undang

yang mengatur tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak

1Mustafa Kamal Rokan, hukum persaingan usaha, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 1.

Page 12: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

2

sehat, yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Undang-undang ini juga

mengamanatkan berdirinya sebuah lembaga yang berwenang dalam

melakukan pengawasan dan monitoring terhadap pelaku usaha dalam

melakukan kegiatan usahanya agar tidak terjadi tindakan monopoli. Lembaga

iniberdiri setelah di sahkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yaitu komisi

pengawas persaingan usaha atau KPPU.

Berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999

komisi pengawas persaingan usaha adalah komisi yang dibentuk untuk

mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya agar tidak

melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. KPPU

adalah lembaga yang tepat untuk menyelesaikan persoalan persaingan usaha

yang mempunyai peran multifunction dan keahlian sehingga dianggap mampu

menyelesaikan dan mempercepat proses penangan perkara2. Selain melakukan

pengawasan terhadap praktik monopoli dan penguasaan pasar secara besar,

KPPU juga berwenang dalam mengawasi aksi korporasi berupa merger,

peleburan, akuisisi. Dan oleh karena itu KPPU memiliki kewenangan yang

sangat luas meliputi wilayah eksekutif,yudikatif,legislatif, dan konsultatif3

Dalam penelitian ini peneliti melihat sudut pandang persaingan usaha

dari segi akuisisi oleh suatu perusahaan terhadap perusahaan lain yang

memiliki kaitan terhadap produk yang mereka buat. Menurut Pasal 1 angka 11

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Peseroan Terbatas (PT),

akuisisi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau

orang perorangan untuk mengambil alih saham perseroan yang mengakibatkan

beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut4. Menurut Agus Darjanto

merumuskan akuisisi sebagai tindakan pengambilalihan (take over)

kepemilikan suatu perseroan melalui saham perseroan tersebut. Pengambil

alihan kepemilikan itu adala proses pembelian saham perseroan terakuisisi (

acquired company) oleh perseroan pengakuisisi ( acuiring company) sehingga

2Mustafa Kamal Rokan, hukum persaingan usaha,... h. 276. 3Mustafa Kamal Rokan, hukum persaingan usaha,... h. 276. 4Zainal Asikin, pengantar hukum perusahaan, (Jakarta: prenada media group, 2016), h. 118.

Page 13: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

3

perseroan itu memiliki jumlah mayoritas dalam kepemilikn saham5. Banyak

alasan yang mendasari perusahaanmelakukan akuisisi atau pengambilalihan

saham, alasan tersebut dapat bersifat karena banyaknya keuntungan jika

melakukan akuisisi atau pengambilalihan saham, dapat juga untuk

memperbesar perusahaan, atau dapat juga untuk mengurangi biaya

pengeluaran suatu perusahaan6.

Dalam melakukan aksi korporasi berupa akuisisi, suatu badan hukum

atau orang perseorangan diharuskan untuk melakukan pemberitahuan (

notification) kepada komisi pengawas persaingan usaha agar tidak terjadi

tindakan monopoli yang dapat merugikan pengusaha lain. Keharusan ini

sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat yang berbunyi:

Penggabungan badan usaha, peleburan badan usaha, atau

pengmbil alihan saham perusahaan lain yang berakibat nilai

ase dan/atau nilai penjualannya melbihi jumlah tertentu wajib

diberitahukan secara tertulis kepada komisi paling lama 30 (

tiga puluh ) hari kerja sehjak tanggal telah berlaku efektif

secara yuridis penggabungan badan usaha, peleburan badan

usaha, atau pengambil alihan saham perusahaan.

Perusahaan yang wajib untuk melakukan pelaporan dalam kegiatan

pengambil alihan adalah dengan ketentuan sebagaimana yang tercantum

dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang

berbunyi

Jumlah tertentu sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)

terdiri atas:

a. Nilai aset sebesar Rp. 2.500.000.000.000,00 ( dua triliun

lima ratus miliar rupiah); dan/atau

5AbdulkadirMuhammad, hukum perusahaan indonesia,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

2010), h. 361. 6Heni Ulfa Yuliatin Aminah, Jurnal et al., Tinjauan Yuridis Keterlambatan Melakukan

PemberitahuanPengambilalihansaham pt. austindo nusantara jaya rent olehpt. mitra pinastika

mustika ditinjau dari undang-undang no.5tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli

danpersaingan usaha tidak sehat(Studi Putusan No.09/KPPU-M/2012).

Page 14: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

4

b. Nilai penjualan sebesar Rp. 5.000.000.000.000,00 ( lima

triliun rupiah)

Pasal tersebut mengatur perihal kewajiban pemberitahuan oleh

perusahaan non perbankan yang memiliki nilai aset dan nilai penjualan

sebesar yang tersebut di atas. Sedangkan untuk perusahaan yang begerak

dibidang perbakan maka diatur dalam Pasal 5 ayat (3) Undang-undang Nomor

5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat yang berbunyi.

Bagi pelaku usaha dibidang perbankan kewajiban

menyampaikan pemberitahuan secara tertulis sebagaimana

dimaksud pada Ayat (1) berlaku jika nilai aset melebihi

Rp20.000.000.000.000,00 (dua puluh triliun rupiah).

Pemberitahuan yang dilakukan oleh para pelaku usaha pada dasarnya

terdapat 2 yaitu pemberitahuan yang dilakukan di awal sebelum terjadinya

akuisisi dan pemberitahuan yang dilakukan diakhir setelah terjadinya akuisisi.

Pemberitahuan yang dilakukan di awal hanya bersifat volunteer yaitu dimana

para pelaku usaha melaporkan ke komisi pengawas persaingan usaha hanya

secara sukarela, namun pelaporan atau pemberitahuan yang dilakukan setelah

terjadinya pengambil alihan bersifat mandatori yaitu dimana para pelaku usaha

wajib melapor atau memberitahu kepada komisi persaingan uasaha setelah

terjadinya pengambil alihan.

Para pelaku usaha wajib melaporkan kepada komisi pengawas persaingan

usaha paling lambat 30 hari setelah efektif secara yuridis. Efektif secara

yuridis adalah ketika dikeluarkannya surat ketetapan oleh kementrian hukum

dan ham atas perubahyan anggaran dasar suatu perusahaan yang diambil alih

oleh suatu badann hukum atau perseorangan. Dalam kasus yang saya teliti ini

perusahaan yang melakukan pengambil alihan merupakan perusahaan

penanaman modal asing sehingga perusahaan yang melakukan penanaman

modal asing juga harus melakukan pendaftaran kepada Badan Koordinasi

Penanaman Modal.

Page 15: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

5

Pada kasus yang Peneliti bahas adalah permasalahan keterterlambatan

dalam melakukan pemberitahuan kepada komisi pengawas persaingan usaha

yang di lalukan oleh pihak PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. Pihak PT

Nippon Indosari Corpindo melakukan pengambil alihan terhadap saham PT

Prima Top Boga sebesar Rp31.499.722.800,00 (tiga puluh satu miliar empat

ratus sembilan puluh sembilan juta tujuh ratus duapuluh dua ribu delapan ratus

rupiah). Atas pengambil alihan saham tersebut PT Nippon Indosari Corpindo

sebagai pemilik saham mayoritas terhadap PT Prima Top Boga.

Aksi korporasi tersebut mewajibkan PT Nippon Indosari Corpindo untuk

melakukan pemberitahuan kepada komisi pengawas persaingan usaha sejak

tanggal efektif yuridis berlaku. Dalam hal ini tanggal berlaku yuridisnya

adalah setelah di tetapkannya surat keputusan dari Mentri Hukum Dan Ham

pada tanggal 9 februari 2018. Pihak PT Nippon Indosari Corpindo Tbk sudah

harus melaporkan paling lambat pada tanggal 23 maret 2018. Namun pihak PT

Nippon Indosari Corpindo baru melakukan pelaporan pada tanggal 29 maret

2019.

Hasil analisis dari tim analisis komisi pengawas persaingan usaha

menyatakan bahwa pihak PT Nippon Indosari Corpindo Tbk telah terlambat

dalam melakukan pemberitahun yaitu selama 4 hari. Namun pihak PT Nippon

Indosari Corpino Tbk melakukan bantahan dengan menyatakan bahwa sebagai

perusahaan yang penanaman modal asing harus melakukan pendaftaran

terlebih dahulu ke BKPM. Setelah melakukan pendaftaran maka barulah

berlaku efektif yuridis dari pengambil alihan saham PT Prima Top Boga

tersebut. Namun dari pihak BKPM mereka menyatakan bahwa BKPM tidak

mengatur tentang efektif yuridis. Maka oleh karena itu majelis komisi tetap

menyatakan bahwa pihak PT Nippon Indosari Corpindo Tbk tetap terlambat

melakukan pemberitahuan karena tanggal berlaku efektif yuridis adalah

setelah di terbitkannya SK kementrian hukm dan ham. Maka pihak dari PT

Nippon Indosari Corpindo Tbk tetap terlambat selama 4 hari.

Keterlambatan pelaporan tersebut membuat majelis komisi menjatuhkan

sanksi berupa denda kepada pihak PT Nippon Indosari Corpindo Tbk sebagai

Page 16: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

6

terlapor sebagnyak 2.800.000.000 ( dua miliar delapan ratus juta rupiah)

namun di dalam aturan yang berlaku yaitu di dalam pasal 6 peraturan

pemerintah nomor 57 tahun 2010 menyatakan bahwa

Dalam hal Pelaku Usaha tidak menyampaikan

pemberitahuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal

5 ayat (1) dan ayat (3), Pelaku Usaha dikenakan sanksi

berupa denda administratif sebesar Rp1.000.000.000,00

(satu miliar rupiah) untuk setiap hari keterlambatan, dengan

ketentuan denda administratif secara keseluruhan paling

tinggi sebesar Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar

rupiah).

Keterlambatan Pelaporan yang dilakukan oleh pihak PT Nippon

Indosari Corpindo Tbk menurut pendapat peneliti seharusnya dikenakan

sanksi denda administratif sebesar 4.000.000.000 (empat milyar rupiah).

Namun majelis komisi memutuskan dengan sanksi denda sebesar

2.800.000.000 (dua milyar delapan ratus juta rupiah). Karena itu penulis ingin

meneliti tentang kenapa majelis komisi memutuskan memberikan sanksi

denda sebesar 2.800.000.000 (dua milyar delapan ratus juta rupiah) bukan

sebesar 4.000.000.000 (empat milyar rupiah). sebagaimana yang diatur oleh

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010.

Studi ini merasa perlu menelitinya dimana penelitian ini merupakan

hal yang baru atau belum pernah diteliti yang hasilnya dituangkan dalam judul

proposal yang berjudul “ KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM

AKUISISI OLEH PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO TBK. ( Studi Kasus

Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 07/KPPU-M/2018)

B. Indentifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi masalah

Dari pemaparan di atas terdapat berbagai masalah yang dapat

diidentifikasi, yang pada gilirannya akan diteliti sesuai batasan

kemampuan dalam studi ini, masalah yang dapat di identifikasi, yaitu:

a. Kewajiban yang harus dilakukan oleh perusahaan yang akan

melakukan akuisisi

b. Bentuk-bentuk sanksi atas keterlambatan pelaporan akuisisi

Page 17: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

7

c. Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum akuisisi

d. Kewajiban yang harus dipenuhi perusahaan asing dalam akuisisi

e. Lembaga-lembaga yang berwenang atas aksi korporasi akuisisi

f. Faktor yang mempengaruhi sanksi denda administrasi oleh KPPU

g. Mekanisme penetapan sanksi denda oleh KPPU

h. Mekanisme eksekusi terhadap penjatuhan sanksi denda oleh KPPU

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan dari apa yang telah peneliti identifikasi, karena begitu

luas cakupan penelitian ini, maka kajian ini hanya akan dibatasi pada

perihal penjatuhan sanksi denda administratif yang tidak sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010, yang mana juga dibatasi

pada studi kasus Putusan Komisi Pengawaas Persaingan Usaha Nomor

07/KPPU-M/2018.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah

dijabarkan sebelumnya yaitu penjatuhan sanksi denda administratif yang

tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010, maka

masalah tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian

sebagai berikut

a. Bagaimana putusan KPPU terhadap keterlambatan pemberitahuan oleh

PT Nippon Indosari Corpindo Tbk?

b. Bagaiamana putusan diuji dengan peraturan perundang-undangan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini secara umum sebagi berikut :

a. Untuk memahami pertimbangan hukum oleh majelis komisi dalam

memutus penetapan sanksi administratif terhadap PT Nippon Indosari

corpindo tbk

Page 18: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

8

b. Untuk memahami faktor yang dapat menyebabkan nilai jumlah sanksi

denda tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku

2. Manfaat Penelitian

Selain tujuan yang ingin dicapai diatas, ada beberapa hal yang

merupakan manfaat dari studi ini diantaranya:

a. Manfaat Teoritis

1) Dapat menambah pengetahuan dan khazanah keilmuan tentang

bagaiaman KPPU dalam menepkanj jumlah denda yang sanksikan

kepada pihak yang berperkara

2) Sebagai acuan untuk memperdalam penelitian berikutnya terkait

penetapan besaran denda administratif oleh KPPU.

b. Manfaat Praktis

1) Menambah pengetahuan bagi masyarakat khususnya para pelaku

usaha dalam hal terjadinya sengketa yang melibatkan KPPU.

2) Menjadi bahan masukan bagi penegak hukum agar menerapkan

hukum yang berlaku demi kelancaran bisnis di Indonesia.

D. Metode Penelitian

1. Tipe penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana yang digunakan untuk

mengungkapkan sesuatu yang masih menjadi perdebatan,keraguan,

keambiguan, dan ketidak jelasan dalam tujuannya untuk pengembangan

ilmu pengetahuan maupun untuk perkembangan teknologi. Penelitian

bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis dan

konsisten terhadap suatu permasalahan.

Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah

pedekatan yuridis normatif dan empiris sebagai bahan pendukung dalam

penelitian dengan cara menelaah semua peraturan perundang-undangan

yang berkaitan dengan masalah hukum yang sedang di telitiserta putusan-

putusan yang ada. Tipe penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang

Page 19: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

9

difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma

dalam hukum positif7. Sedangkan tipe penelitian yuridis empiris adalah

penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi

ketentuanhukum normatif secara in action pada setiap peristiwa hukum

tertentu yang terjadi dalam masyarakat8

2. Pendekatan Penelitian

Sehubungan dengan penelitian ini bersifat yuridis normatif maka

pendekatan yuridis ini digunakan untuk meneliti peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas yaitu

tentang permasalahan yang berkaitan dengan putusan majelis KPPU,

sedangkan pendekatan normatif digunakan untuk meneliti permasalahan

yang berkaitan dengan konsep-konsep hukum.

Pendekatan lain yang digunakan adalah pendekatan perundang-

undangan ( statue approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-

undang dan regulasi yang bersangkut paut debgan isu hukum yang sedang

di tangani9. Selain itu juga menggunakan pendekatan Study kasus ( case

study) merupakan suatu study terhadap kasus tertentu dari berbagai aspek

hukum10

Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan pendekatan

konseptual yaitu pendekatan yang beranjak dari pandangan-pandangan dan

doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum11 yang mana

pendekatan yang berdasarkan data dari lapangan baik berupa wawancara

atau data lainnya yang bersumber dari lapangan.

3. Jenis Penelitian

7JohnnyIbrahim, Teori dan MetodologiPenelitian Normatif, (Malang: Bayumedia

Publishing, 2006), h. 295. 8,AbdulkadirMuhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, ( Bandung: Citra Aditya bakti,

2004) h. 134. 9Petter Mahmud Marzuk, Penelitian Hukum, ( Jakarta: Kencana, 2005), h. 133. 10Petter Mahmud Marzuk, Penelitian Hukum,... h. 134. 11Petter Mahmud Marzuk, Penelitian Hukum,... h. 135.

Page 20: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

10

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian

Kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang temuan-temuannya

tidak diperoleh melalui prosedur statistic atau bentuk hitungan12.

4. Sumber data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data sekunder yaitu

seumber data yang bersumber dari:

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif

artinya mempunyai otoritas13 yang bersumber dari:

1) Undang-Undang No 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Pratek

Monopoli Dan Persaingan Tidak Sehat

2) Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010

3) Kode etik majelis

4) Peraturan komisi

5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang tidak memiliki kekuatan

yang mengikat tetapi membahas atau menjelaskan topik terkait

penelitian14 yaitu:

1) Buku-buku tentang KPPU

2) Buku tentang perseroan terbatas

3) Buku-buku tentang pedoman hakim

4) Buku tentang aturan kppu

5. Prosedur Pengumpulan Sumber Data

Untuk mengumpulkan data peneliti terlebih dahulu membaca putusan-

putusan yang terkait dengan putusan KPPU atas pengambil alihan

perseroan terbatas yang dilakukan oleh PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.

Selain itu peneliti juga mengumpulkan data yang bersumber dari undang-

12Anselm Staruss dan, Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kulaitatif,

(Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2009) h. 4. 13Petter Mahmud Marzuk, Penelitian Hukum,... h. 181. 14Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: raja Grafindo Persada,

2003), h. 13.

Page 21: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

11

undang dan buku-buku yang di peroleh dari studi pustaka berdasarkan

teori-teori yang sudah ada.

6. Pengolahan Dan Analisis Bahan Hukum

Sebagai penelitian yang bersifat yuridis normatif , peneliti melakukan

kegiatan penelitian bedasarkan undang-undang dan pustaka dan juga

dengan menganalsis berdasarkan kasus berdasarkan permasalahan yang

diangakat oleh peneliti yaitu yang terkait dengan bahan-bahan hukum.

Penelitian bahan hukum melalui pustaka dilakukan dengan menganalisisi

terhadapa bahan-bahan hukum yang telah terkumpul sesuai dengan

permasalahan yang di angkat. Dalam teknik analisis yang diperlukan

adalah deskripsi yang menguraikan kondisi hukum yang ada dalam

permasalahan yang diangkat.Selanjutnya dilakukan penafsiran untuk

menghasilkan penjelasan yang benar dan jelas tentang hukum yang

memilki hubungan dengan masalah penelitian.

7. Metode penulisan

Penyusunan penelitian ini menggunakan metode penulisan yang sesuai

dengan sistematika penulisan yang ada pada buku pedoman penulisan

skripsi,fakultas syariah dan hukum UIN syarif hidayatullah jakarta tahun

2017.

E. Sistematika Pembahasan

Penyusunan sistematika pembahasan ini berdasarkan ketentuan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Pembahasan ini dibagi

dalam 5 pokok pembahasan yang dibagi dalam tiap bab. Berikut adalah

bagian-bagian pembahasan dalam skripsi ini.

BAB I PENDAHULUAN

membahas latar belakang masalah, identifikasi batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

kajian(review) studi terdahulu, kerangkakonseptual dan

kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

Page 22: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

12

BAB II PENGAMBILALIHAN SAHAM DAN PENANAMAN

MODAL

membahas tentang penjabaran dan keterkaitan antara

masalah dengan kerangka teori yang mana teori berguna

untuk menganalisa masalah yang diteliti oleh peneliti. Bab

ini juga akan membahas tentang kerangka konseptual yang

merupakan bagian dari penulisan ini.

BAB III NOTIFIKASI KE KOMISI PENGAWAS

PERSAINGAN USAHA

dibagi kedalam beberapa fokus pembahasan diantaranya

adalah pengertian pengambil alihan, profil KPPU, tugas dan

wewenang KPPU, bentuk-bentuk sanksi oleh KPPU, sanksi

keterlambatan pelaporan pengambilalihan saham ke Komisi

Pengawas Persaingan Usaha,

BAB IV SANKSI KETERLAMBATAN PELAPORAN

AKUISISI KE KPPU

Berisi kronologi kasus, argumentasi para pihak, putusan

majelis komisi, mekanisme pelaporan pengambilalihan,

peleburan, dan penggabungan, analisis terhadap putusan

KPPU tentang keterlambatan pelaporan oleh perusahaan

pengambil alih yaitu PT Nippon Indosari Corpindo Tbk

yang mana putusannya tidak sesuai dengan aturan yang

berlaku serta hal yang berkaitan denagn faktor yang

mempengaruhi kenapa majelis komisi memutuskan tidak

sesuai dengan regulasi yang ada.

BAB V PENUTUP

membahas mengenai kesimpulan dan rekomendasi

berdasarkan hasil penelitian dari peneliti

Page 23: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

13

BAB II

PENGAMBILALIHAN SAHAM DAN PENANAMAN MODAL

A. Kerangka Konseptual

1. Dasar Hukum

Dasar hukum adalah norma hukum atau ketentuan dalam

peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan atau dasar

bagi setiap penyelenggaraan atau tindakan hukum oleh subyek

hukum baik orang perorangan atau badan hukum1

Komisi pengawas persaingan usaha atau yang lebih dikenal

sebagai KPPU adalah sebuah lembaga yang berwenang dalam

menegakkan aturan tentang persaingan usaha. KPPU dalam

menegakkan aturan harus berdasarkan kepada peraturan perundang-

undnagan yang berlaku. Di Indonesia aturan tersebut diatur dalam

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Peraturan ini di buat

bertujuan agar tidak terjadi praktik-praktik perdagangan yang

dilarang yang dapat merugikan pihak lain atau pengusaha lain.

Dalam peraturan ini terdapat aturan aturan yang melarang tindakan

monopoli, oligopoli, kartel dan perbuatan-perbuatan yang

merugikan pihak lain dalam dunia perdagangan. Peraturan

perundang-undangan ini pula yang mengamanatkan berdirinya

komisi pengawas persaingan usaha.

Akuisisi diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas. Dalam undang-undang ini diatur tahap-

tahap pelaksanaan akuisisi dan juga syarat-syarat yang harus

dipenuhi oleh perusahaan yang mengakuisisi atau yang diakuisisi.

Selain itu proses akuisisi juga diatur dalam Undang-Undang Nomor

1 Rosul Padri, Pengertian Dasar Hukum, Bentuk dasar hukum, dan

perbedaannya,(https://suara1996.blogspot.com/2019/01/pengertian-dasar-hukum-bentuk-dasar.

html diakses pada tanggal 20 juli 2020 jam 4.07 wibb).

Page 24: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

14

5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat. Undang-undang ini mengatur tentang akuisisi

supaya tidak terjadi tindakan monopoli yang dilakukan oleh para

pelaku usaha sehingga dapat merugikan pihak lain sebagaimana

yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 Pasal

28 ayat (2) yang berbunyi

Pelaku usaha dilarang melakukan pengambilalihan saham

perusahaan lain apabila tindakan tersebut dapat mengakibatkan

terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

Kegiatan akuisis merupakan aksi korporasi yang dapat

mengakibatkan tindakan monopoli. Kegiatan itu terjadi yaitu

apabila suatu perusahaan atau perorangan dapat menguasai suatu

pangsa pasar tertentu yang dapat mengakibatkan suatu proses

produksi dari hulu hingga hilir suatu produk yang dihasilkan oleh

perusahaan berasal dari perusahaan yang sama atau dari anak-anak

perusahaan tersebut. Kegiatan ini tentu dapat menyebabkan suatu

proses produksi yang lebih murah sehingga dapat mempengaruhi

suatu pangsa pasar. Jika suatu pasar sudah dipengaruhi oleh pelaku

usaha yang memiliki nilai produk lebih murah tentu dapat

mengakibtakan susahnya pelaku usaha lain untuk ikut dalam

kegiatan usaha yang sama. Maka kehadiran Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1999 sangat dibutuhkan. Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 selanjutnya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No

57 tahun 2010

2. Keterlambatan

Pengertian keterlambatan menurut Ervianto adalah sebagai

waktu pelaksanaan yang tidak dimanfaatkan sesuai dengan rencana

kegiatan sehingga menyebabkan satu atau beberapa kegiatan

Page 25: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

15

mengikuti menjadi tertunda atau tidak diselesaikan tepat sesuai

jadwal yang telah direncanakan2.

Keterlambatan dalam pelaporan akuisisi adalah keterlambatan

yang dilakukan oleh pihak yang melakukan akuisisi terhadap suatu

perusahaan kepada pihak yang berwenang dan mengawasi suatu

aksi korporasi yaitu komisi pengawas persaingan usaha atau KPPU.

Keterlambatan pelaporan berarti lewatnya batas waktu yang telah

ditentukan untuk melaksanakan pelaporan atas suatu tindakan

perusahaan. Keterlambatan ini bisa disebabkan oleh lalainya suatu

perusahaan terhadap waktu yang telah ditentukan atau bisa jadi

karena kesalahan informasi yang didapat oleh suatu perusahaan.

Waktu yang diberikan untuk melakukan pelaporan kepada para

pelaku usaha yang melakukan suatu tindakan yang wajib dilaporkan

kepada KPPU adalah selama 30 hari. Apabila suatu perusahaan

melakukan pelaporan dalam tenggang waktu yang diberikan maka

perusahaan tersebut memenuhi aturan yang ditentukan, namun

apabila para pelaku usaha terlambat dalam melakukan pelaporan

maka akan dikenakan sanksi yang telak di tetapkan oleh undang-

undang dan peraturan perundang-undangan lainnya.

3. Akuisisi

Menurut Pasal 1 angka (11) Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas, yang dimaksud dengan

pengambilalihan atau akuisis adalah perbuatan hukum yang

dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk

mengambil alih saham perseroan yang mengakibatkan beralihnya

pengendalian atas perseroan tersebut. Akuisisi menurut Summer N.

Levine yaitu semua transaksi yang terjadi antara dua pihak, di mana

pihak pembeli pada akhirnya mendapatkan dan menjadi pemilik

sebagian besar atau seluruh kekayaan dari pihak penjual3

2 https://text-id.123dok.com/document/4zpdp2m0z-pengertian-keterlambatan-

penyebab-keterlambatan.html diakses pada hari kamis tanggal 17 oktober 2019 jam 09.20 wibb 3 Guru pendidikan, Pengertian Akuisisi Menurut Para Ahli Terlengkap,

(https://seputarilmu.com/2020/03/akuisisi-menurut-para-ahli.html di akses pada 21 juli 2020 jam

12.31)

Page 26: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

16

Pengambilalihan atau akuisisi mengakibatkan berubahnya

kepemilikan saham mayoritas dalam suatu perusahaan yang dalam

arti lain bertukarnya kepemilikan atas perusahaan yang di akuisis.

Pengambilalihan saham oleh badan hukum atau orang perseorangan

dapat dilakukan terhadap saham yang telah ditempatkan atau disetor

oleh pemilik saham mayoritas sebelumnya kepada perusahaan.

Pengambilalihan dapat juga dilakukan terhadap saham yang belum

dikeluarkan atau yang akan dikeluarkan oleh perusahaan.

4. Pemberitahuan

Pemberitahuan atau pengumuman adalah sesuatu yang

dikatakan seseorang atau lembaga secara resmi atau tindakan

memberikan informasi tentang sesuatu4. Peberitahuan adalah suatu

tindakan atau perbuatan yang dilakukan ubtuk memberikan

informasi kepada suatu pihak bahwa telah terjadi suatu tindakan

yang dilakukan oleh pihak yang memberikan pemberitahuan.

Pemberitahuan akuisisi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh

suatu badan hukum perusahaan atau orang perorangan kepada pihak

yang berwenang atas tindakan hukum yang dilakukan oleh para

pelaku usaha atau orang peroangan terhadap perusahaan yang lain

berupa akuisisi. Pemberitahuan ini wajib dilakukan oleh orang

perorangan atau badan hukum perusahaan kepada komisi pengawas

persaingan usaha agar tidak terjadi kegiatan-kegiatan yang dapat

merugikan pihak lain.

Masa waktu yang diberikan oleh undang-undang untuk

melakukan pemberitahuan kepada komisi pengawas persaingan

usaha adalah selama 30 hari setelah tanda efektif yuridis di

4 Arum Sutrisni Putri, Pengumuman: Pengertian, Fungsi, Ciri, Struktur dan Cara

Penulisan,( https://www.kompas .com/skola/read/2020/01/18/160000269/pengumuman--

pengertian-fungsi-ciri-struktur-dan-cara-penulisan?page=all Diakses pada tanggal 20 juli 2020 jam

4.14 wibb).

Page 27: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

17

keluarkan oleh pihak kemenkumham. Apabila suatu perusahaan

terlambat dalam melakukan pemberitahuan makan akan dikenakan

sanksi sesuai yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

5. KPPU

Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah lembaga

independen yang dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. KPPU bertanggungjawab

kepada Presiden5. Menurut Pasal 1 angka (18) Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat Komisi Pengawas Persaingan Usaha

adalah komisi yang dibentuk untuk mengawasi pelaku usaha dalam

menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktek

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

Komisi ini dibentuk berdasarkan amanat dari Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 yang tujuannya sebagai pengawas terhadap

perilaku dan tindakan para pelaku usaha dalam menjalankan

kegiatan usahanya agar tidak terjadi perbuatan atau kegiatan-

kegiatan yang dapat merugikan para pelaku usaha atau pelaku pasar

lainnya dan juga para konsumen.

6. Perusahaan

Menurut Abdul Kadir Muhammad, pengertian perusahaan

adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya

semua faktor produksi. Berdasarkan tinjauan hukum, istilah

“Perusahaan” mengacu pada badan hukum dan pembuatan badan

usaha menjalankan usahanya6.

5 Wikipedia, Komisi Pengawas Persaingan Usaha, (https://id.wikipedia.org/wik

i/Komisi_Pengawas_Persaingan_ Usaha diakses pada tanggal 20 juli 2020 jam 4.19 wibb). 6Maxmanroe, Pengertian Perusahaan,unsur-unsur, jenis dan contoh perusahaan

(https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pengertian-perusahaan.html diakses pada hari kamis tanggal 17 oktober 2019 jam 11.16 wibb.

Page 28: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

18

Pengertian perusahaan menurut Undang-Undang Nomor 3

Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan Pasal 1 huruf b adalah

setiap bentuk usaha yang tetap dan terus menerus dan yang

didirikan, bekerja serta berpendudukan dalam wilayah

Negara Republik Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan

dan atau laba.

7. Putusan

Putusan merupakan ketetapan yang diberikan oleh hakim atau

pihak yang berwenang atas suatu perkara yang mana putusan

tersebut memberikan kepastian akhir atas suatu permasalahan atau

perkara yang sedang terjadi. Keputusan dikeluarkan berdasarkan

fakta-fakta yang telah diperlihatkan di dalam persidangan.

Putusan adalah pernyataan hakim yang dituangkan dalam

bentuk tertulis dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka

untuk umum sebagai hasil dari pemeriksaan perkara7

8. Penanaman Modal Asing

Menurut Pasal 1 angka (3) Undang Undang Republik Indonesia

Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal mengungkapkan

bahwa Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal

untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang

dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan

modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan

penanam modal dalam negeri.

Perusahaan penanaman modal asing merupakan perusahaan

yang mana sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh asing.

dengan dimilikinya seluruh atau sebagian saham oleh asing maka

pemilik modal harus patuh pada peraturan yang mengatur tentang

penanaman modal asing. Menurut Salim H.S. dan Budi Sutrisno

banyaknya keuntungan yang didapat oleh Indonesia dari penanam modal

7https://jojogaolsh.wordpress.com/2010/10/12/pengertian-dan-macam-macam

-putusan/ diakses pada hari kamis tanggal 17 oktober 2019 jam 11.28 wibb.

Page 29: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

19

asing membuat negara semakin tergantung dengan keberadaan penanam

modal asing, terutama dalam hal pembangunan ekonomi Indonesia.8

9. Aset

Menurut Munawir pengertian aset adalah sarana atau sumber

daya yang memiliki nilai ekonomis yang mampu menunjang

perusahaan dalam harga perolehnnya atau nilai wajarnya harus

diukur secara objektif9.

Aset merupakan bagian terpenting dalam sebuah perusahaan.

Tanpa adanya aset bisa jadi sebuah perusahaan tidak bisa

melakukan kegiatannya dengan baik atau tidak bisa memproduksi

produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Aset pada

dasarnya masuk kedalam bagian yang sangan di perhitungkan dalam

melakukan akuisis. Nilai aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan

sangat mempengaruhi nilai akuisisi suatu perusahaan.

10. Saham

Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai

instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah

perusahaan. Dengan menerbitkan saham, memungkinkan

perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pendanaan jangka

panjang untuk 'menjual' kepentingan dalam bisnis - saham - dengan

imbalan uang tunai. Menurut Tjiptono Darmaji dan Hendy M.

Fakhrudin “Saham dapat didefinisikan sebagai tanda atau pemilikan

8 Eva larasari, Pengertian Penanaman Modal Asing (Pma), Penanaman Modal

Dalam Negeri (Pmdn), Dan Joint Venture, (https://evalarasati10.wordpress.com/2015/04/08

/pengertian-penanaman-modal-asing-pmapenanaman-modal-dalam-negeri-pmdn-dan-joint-

venture/ diakses pada tanggal 20 juli 2020 jam 4.24 wibb). 9 Wahyu setiawan, 10 Definisi Aset Menurut Para Ahli Dan Institusi Secara

Lengkap,(https://akuntanmuslim.com/definisi-aset diakses pada tanggal 20 juli 2020 jam 4.31

wibb).

Page 30: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

20

seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan

terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan

bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan

surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa

besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut10

Dalam melakukan aksi korporasi berupa akuisisi, para pihak

baik badan hukum atau orang perorangan akan mengambilalih

kepemilikan saham mayoritas suatu perusahaan. Dengan

diambilalihnya saham mayortas suatu perusahaan maka kepemilikan

saham akan berpindah dari pemilik lama ke pemilik yang baru.

Ketentuan saham mayoritas adalah dengan memiliki jumlah saham

terbesar pada suatu perusahaan dibanding pemilik saham lainnya.

11. Efektif Yuridis

Efektif adalah hubungan antara keluaran dengan tujuan atau

sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatan efektif

apabila kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan11.

Menurut Plato Yuridis adalah seperangkat peraturan peraturan yang

tersusun dengan baik dan teratur dan bersifat mengikat hakim dan

masyarakat.12

Efektif yuridis adalah dimana suatu perusahaan secara sah telah

mendapatkan dasar hukum dalam melakukan kegiatannya atau atas

tindakan yang dilakukan tersebut. Dan berlaku sejak aturan hukum

tersebut diterbitkan.

10 Marioandi, pengertian saham menurut para ahli, (https://marioandi.blogspot

.com/2019/01/pengertian-saham-menurut-para-ahli.html diakses pada tanggal 20 juli 2020 jam

4.36 wibb). 11 Dosenpendidikan, efektif adalah, (https://www.dosenpendidikan.co.id/efektif-

adalah/ diakses pada tanggal 20 juli 2020 jam 4.42 wibb).

12 Pengertianaja, Pengertian Yuridis Menurut Para Ahli, (http://pengertianaja.

blogspot.com/2018/02/pengertian-yuridis-menurut-para-ahli.html diakses pada tanggal 20 juli

2020 jam 4.44 wibb).

Page 31: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

21

Ketentuan tentang efektif yuridis adalah ketika telah

dikeluarkannya atau disahkannya status perusahaan oleh pihak yang

berwenang yang dalam ketentuan ini adalah Kementrian Hukum

Dan Ham Republik Indonesia. Terhitung dari hari dikeluarkannya

dasar hukum suatu perusahaan maka semenjak itu pulalah

berlakuknya efektif yurudis suatu perusahaan.

12. Terlapor

Terlapor adalah pihak atau badan hukum yang telah melanggar

aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh KPPU dan dilakukan

sidang atas perbuatan yang melanggar hukum tersebut. Jadi terlapor

adalah orang yang dilaporkan. Dari laporan itu polisi melakukan

penyelidikan apakah benar ada tindak pidana atau tidak13

13. Denda

Denda adalah bentuk hukuman yang melibatkan uang yang harus

dibayarkan dalam jumlah tertentu. Jenis yang paling umum adalah

uang denda. Denda adalah bentuk hukuman yang berupa keharusan

membayar dalam bentuk uang karena melanggar aturan, undang-

undang, dan sebagainya14

14. Tenggat Waktu

Tenggat atau batas waktu adalah istilah yang digunakan untuk

menentukan batas akhir melakukan sesuatu15. Tenggat waktu adalah

istilah yang digunakan untuk menentukan batas akhir melakukan

13Kartini Laras Makmur, Ini Bedanya Terlapor, Tersangka, Terdakwa, dan

Terpidana, (https://www.hukumonline .com/berita/baca/lt5a05720c51f4e/ini-bedanya-terlapor--

tersangka--terdakwa--dan-terpidana. diakses pada tanggal 20 juli 2020 jam 4.47 wibb).

14 Digilibunila, babII, (http://digilib.unila.ac.id/5788/16/BAB%20II.pdf diakses pada

tanggal 20 juli 2020 jam 4.50 wibb) 15Wikipedia, tenggat, ( https://id.wikipedia.org/wiki/Tenggat diakses pada tanggal 20

juli 2020 jam 5.06 wibb).

Page 32: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

22

pemberitahuan atas tindakan yang dilakukan oleh seorang atau

badan hukum.

B. Kerangka Teori

1. Teori Kepastian Hukum

Menurut Hans Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma.

Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya”

atau das sollen, dengan menyertakan beberapa peraturan tentang apa

yang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dan aksi

manusia yang deliberative. Undang-Undang yang berisi aturan-

aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah

laku dalam bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesama

individu maupun dalam hubungannya dengan masyarakat. Aturan-

aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau

melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan

pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum16

Teori ini dapat menjadi acuan dalam menyelesaikan masalah yang

sedang di bahas karena dalam mengambil putusan seharusnya hakim

harus mengacu kepada undang-undang yang berlaku.

2. Teori Keadilan

Menurut Thomas Hobbes, suatu perbuatan dikatakan adil apabila

telah didasarkan pada perjanjian-perjanjian tertentu Yang telah

disepakati. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa keadilan

atau rasa keadilan baru dapat tercapai saat adanya kesepakatan antara

dua pihak yang berjanji. Perjanjian disini diartikan dalam wujud yang

luas tidak hanya sebatas perjanjian dua pihak yang sedang

mengadakan kontrak bisnis, sewa-menyewa, dan lain-lain. Melainkan

perjanjian disini juga perjanjian jatuhan putusan antara hakim dan

16Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008), h.158.

Page 33: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

23

terdakwa, peraturan perundangundangan yang tidak memihak pada

satu pihak saja tetapi saling mengedepankan kepentingan dan

kesejahteraan publik17. Perkataan Thomas hobbes bisa juga di artikan

secara sederhanya yaitu apabila seseorang yang berbuat berdasarkan

perjanjian yang disepakatinya bisa dikatakan adil. Teori keadilan ini

oleh Prof. Dr. Notonegoro, S.H. ditambahkan dengan adanya keadilan

legalitas atau keadilan hukum, yaitu suatu keadaan dikatakan adil jika

sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

Teori Keadilan Menurut Aristoteles

Dalam teorinya, Aristoteles mengemukakan lima jenis perbuatan

yang dapat digolongkan adil. Kelima jenis keadilan yang dikemukakan

oleh Aristoteles itu adalah sebagai berikut:

1) Keadilan Komutatif

Keadilan komutatif adalah perlakuan terhadap seseorang dengan

tidak melihat jasa-jasa yang telah diberikannya.

2) Keadilan Distributif

Keadilan distributif adalah perlakuan terhadap seseorang sesuai

dengan jasa-jasa yang telah diberikannya.

3) Keadilan Kodrat Alam

Keadilan kodrat alam adalah memberi sesuatu sesuai dengan yang

diberikan oleh orang lain kepada kita.

4) Keadilan Konvensional

17Muhammad Syukri Albani Nasution, Hukum dalam Pendekatan Filsafat,

(Kencana: Jakarta, 2017), h. 217-218.

Page 34: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

24

Keadilan Konvensional adalah kondisi jika seorang warga negara

telah menaati segala peraturan perundang-undangan yang telah

dikeluarkan.

5) Keadilan Perbaikan

Perbuatan adil menurut perbaikan adalah jika seseorang telah

berusaha memulihkan nama baik orang lain yang telah tercemar.

Misalnya, orang yang tidak bersalah maka nama baiknya harus

direhabilitasi.

Teori Keadilan Menurut Plato

Ada dua teori keadilan yang dikemukakan oleh Plato, yaitu sebagai

berikut:

1) Keadilan Moral

Suatu perbuatan dapat dikatakan adil secara moral apabila telah

mampu memberikan perlakuan yang seimbang (selaras) antara hak

dan kewajibannya.

2) Keadilan Prosedural

Suatu perbuatan dikatakan adil secara prosedural jika seseorang

telah mampu melaksanakan perbuatan adil berdasarkan tata cara yang

telah ditetapkan.

Dalam memutuskan suatu perkara seharusnya seorang hakim harus

melihat kepada teori keadilan yaitu dimana seorang hakim harus

memutuskan berdasarkan aturan yang telah berlaku sebagimana yang

telah disebutkan oleh para ahli di atas. Teori keadilan dapat menajadi

acuan dalam melakukan penelitian terhadap maslah yang sedang di

teliti oleh peneliti.

Page 35: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

25

3. Teori Disparitas

Disparitas menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

perbedaan. Disparitas hukum adalah perbedaaan yang terdapat

ketidaksamaan dalam mendapatkan keadilan dengan yang lainnya.

Teori ini tentu sangat berbeda dengan asas persamaan di depan hukum

( equity before the law).

Teori disparitas jika dilihat sangat berbeda dengan asas persamaan

di depan hukum (equity before the law). Perbedaan yang dapat kita

lihat adalah dimana asas persamaan di depan hukum diterapkan atau

diberlakukan terhadap setiap pelaku pelanngaran hukum baik secara

formil ataupun materil. Teori disparitas berlaku ketika hakim

menjatuhkan sanksi terhadap para pelaku pelanggar hukum yang tentu

saja sangat berbeda bagi setiap pelakunya. Perbedaan ini terjadi tentu

saja berdasarkan pertimbangan situasi, kondisi, dan efek yang

diberikan atas hukuman tersebut.

Disparitas adalah kebebasan yang diberikan undang-undang

kepada majelis komisi untuk memutuskan perkara sesuai dengan

ketentuan walaupun putusan tersebut bisa saling berbeda antara satu

perkara dengan perkara lain.18

Perbedaan sanksi administrasi terhadap para pelaku usaha tentu

hal yang sangat wajar, karena semuanya berdasarkan pertimbangan

terhadap fakta dan sikap dari para pelaku usaha itu sendiri. Sifat

kooperatif dari para pelaku usaha menjadi bahan pertimbangan bagi

majlis hakim dalam menjatuhkan sanksi suatu perkara yang sedang di

sidangkan.

4. Teori Efektifitas Hukum

18 Izmi Amalia, Disparitas sanksi denda KPPU atas keterlambatan notofokasi

akuisisi saham ( perbandingan kasus PT Japfa dengan LG Internasional), Skripsi mahasiswa UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 26.

Page 36: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

26

Efektivitas Hukum adalah kesesuaian antara apa yang diatur

dalam hukum pelaksanaanya. Bisa juga karena kepatuhan masyarakat

kepada hukum karena adanya unsur memaksa dari hukum. Hukum

dibuat oleh otoritas berwenang adakalanya bukan abstraksi nilai dalam

masyarakat. Jika demikian, maka terjadilah hukum tidak efektif, tidak

bisa dijalankan, atau bahkan atas hal tertentu terbit pembangkangan

sipil. Dalam realita kehidupan masyarakat, seringkali penerapan

hukum tidak efektif, sehingga wacana ini menjadi perbincangan

menarik untuk dibahas dalam prespektif efektivitas hukum19

Adapun apabila kita melihat efektivitas dalam bidang hukum,

Achmad Ali berpendapat bahwa ketika kita ingin mengetahui sejauh

mana efektivitas dari hukum, maka kita pertama-tama harus dapat

mengukur “sejauh mana aturan hukum itu ditaati atau tidak ditaati”.

Lebih lanjut Achmad Ali pun mengemukakan bahwa pada umumnya

faktor yang banyak mempengaruhi efektivitas suatu perundang-

undangan adalah profesional dan optimal pelaksanaan peran,

wewenang dan fungsidari para penegak hukum, baik di dalam

menjelaskan tugas yang dibebankanterhadap diri mereka maupun

dalam menegakkan perundang-undangan tersebut.20

Menurut Soerjono Soekanto efektif adalah taraf sejauh mana

suatu kelompok dapat mencapai tujuannya. Hukum dapat dikatakan

efektif jika terdapat dampak hukum yang positif, pada saat itu hukum

19 Septi Wahyu Sandiyoga, 2015, “Efektivitas Peraturan Walikota Makassar Nomor

64 Tahun 2011 tentang Kawasan Bebas Parkir di Lima Ruas Bahu Jalan Kota Makassar”,

Skripsi Universitas Hasanuddin Makassar, h.11.

20 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan (Jakarta: Kencana,

2010), h. 375.

Page 37: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

27

mencapai sasarannya dalam membimbing ataupun merubah perilaku manusia

sehingga menjadi perilaku hukum.21

Menurut Soerjono Soekanto ukuran efektivitas pada elemen pertama

adalah22:

1. Peraturan yang ada mengenai bidang-bidang kehidupan tertentu sudah

cukup sistematis.

2. Peraturan yang ada mengenai bidang-bidang kehidupan tertentu sudah

cukup sinkron, secara hierarki dan horizontal tidak ada pertentangan.

3. Secara kualitatif dan kuantitatif peraturan-peraturan yang mengatur

bidang-bidang kehidupan tertentu sudah mencukupi.

4. Penerbitan peraturan-peraturan tertentu sudah sesuai dengan

persyaratan yuridis yang ada

C. Tinjauan (Review) Hasil Studi Terdahulu

1. AKUISISI SAHAM PERUSAHAAN DAN IMPLIKASI DALAM

PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DITINJAU DARI UU.NO 5

TAHUN 1999 (Studi Putusan KPPU Nomor.09/KPPU-l/2009 Tentang

Akuisisi Saham Oleh PT. Carrefour Indonesia Terhadap PT. Alfa

Retailindo) oleh Daniel Perananta Sirait mahasiswa fakultas hukum

universitas sumatera utara23.

Dalam skripsi ini daniel perananta sirait membahas tentang akuisisi

saham yang dilakukan oleh PT carrefour indonesia terhadap PT alfa

retailindo yang mana melihat implikasi dari persaingan usaha tidak sehat

atas akuisis tersebut. Secara singkatnya bahwa skripsi daniel peranata

21 Soerjono Soekanto,Efektivitas Hukum dan Penerapan Sanksi (Bandung: CV. Ramadja

Karya, 1988), h. 80.

22 Soerjono Soekanto,Penegakan Hukum (Bandung: Bina Cipta, 1983), h. 80. 23Daniel ParanataSirait,Skripsi akuisisi saham perusahaan dan implikasi

dalampersaingan usaha tidak sehat ditinjaudari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999(Studi

Putusan KPPU Nomor.09/KPPU-L/2009 tentang akuisisi sahamoleh pt. carrefour

indonesiaterhadap pt. alfa retailindo) mahasiswa fakultas hukum universitas sumetara

utara.

Page 38: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

28

sirait ini melihat apakah terjadi persaingan usaha tidak sehat berdasarkan

undang-undang nomor 5 tahun 1999 atas akuisisi saham PT alfa retailindo

oleh PT carrefour indonesia.

Persamaannya adalah sama-sama membahas yang berkaitan

dengan akusisi atau pengambil alihan saham yang dilakukan oleh suatu

badan hukum terhadap sebuah perusahaan.

Perbedaan dengan tulisan penelitian penulis adalah penulis

meneliti putusan majelis komisi atas keterlambatan pemberitahuan yang

dilakukan oleh PT Nippon Indosari Corpindo tbk atas akuisisi saham PT

Prima Top Boga yang mana putusannya tidak sesuai dengan undang-

undang yang berlaku.

2. KETERLAMBATAN PEMBERITAHUAN KEPADA KPPU ATAS

PENGAMBILALIHAN SAHAM PT. SUBAFOOD PANGAN JAYA

OLEH PT. BALARAJA BISCO PALOMA DALAM PERSPEKTIF

HUKUM PERSAINGANUSAHA (Studi Kasus: Putusan Mahkamah

Agung Nomor 95 K/Pdt.Sus-Kppu/2015) Oleh Grace Intan Permatasari

mahasiswa fakultas hukum universitas slamet riyadi surakarta24.

Dalam tulisan di atas grace intan permata sari membahas

keterlambatan pemberitahuan yang dilakukan oleh PT Balaraja Bisco

Paloma atas pengambilalihan saham subafood pangan jaya kepada KPPU.

Dalam hal ini terlapor mengajukan keberatan kepada mahkamah agung

namun di tolak oleh majelis hakim.

Persamaanya adalah sama sama membahas tentang keterlambatan

pemberitahuan oleh badan hukum yang mengambil alih

perusahaan.Perbedaannya dengan masalah yang dibahas oleh penulis

adalah objek bahasan yang mana penulis membahas keterlambatan

24Grace Intan Permatasari,keterlambatan pemberitahuan kepada kppu

ataspengambilalihan saham pt. subafood pangan jaya oleh pt.balaraja bisco paloma

dalam perspektif hukum persainganusaha(studi kasus: putusan mahkamah agung nomor

95 k/pdt.sus-kppu/2015), mahasiswa fakultas hukum universitas slamet riyadi surakarta.

Page 39: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

29

pemberitahuan oleh PT Nippon Indosari Corpindo Tbk sedangkan dalam

tulisan grace adalah PT Balaraja Bisco Paloma.

3. Analisis Hukum Terhadap Kewajiban Pemberitahuan Pengambilalihan

Saham Perusahaan Kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha : Studi

Kasus Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 09/KPPU-

M/2012 oleh Diyana Theresia Berlian Siagian mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Indonesia25

Dalam skripsi di atas oleh diyana theresia berlian membahas tentang

keterlambatan pemberitahuan yang dilakukan oleh PT Mitra Pinastika

Mustika dan di jatuhi sanksi administrasi oleh majelis KPPU denda

sebesar 4.600.000.000. terlapor juga terbukti terlambat dalam melakukan

pelaporan dan harus melaksanakan putusan majelis komisi.

Persamaanya adalah sama sama membahas tentang keterlambatan

pemberitahuan oleh badan hukum yang mengambil alih

perusahaan.Perbedaannya dengan masalah yang dibahas oleh penulis

adalah objek bahasan yang mana penulis membahas keterlambatan

pemberitahuan oleh PT nippon indosari corpindo tbk sedangkan dalam

tulisan diyana adalah PT Mitra Pinastika Mustika.

4. Jurnal Merger, akusisi dan konsolidasi dalam perspektif hukum persaingan

usaha oleh Paulus Aluk Fajar Dwi Santo26.

Pada jurnal ini membahas tentang keharusan marger, akuisisi, dan

konsolidasi di atur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Jurnal

ini juga membahas tentang perbedaan penggunaan istilah dalam peraturan

yang dibuat oleh masing- masing lembaga yang berwenang dalam

pengawasan aksi korporasi.

25Diyana Theresia Berlian Siagian danDitha Wiradiputra Analisis Hukum

terhadap Kewajiban Pemberitahuan PengambilalihanSaham Perusahaan kepada Komisi

Pengawas Persaingan Usaha : StudiKasus Putusan Komisi Pengawas Persaingan

UsahaNomor 09/KPPU-M/2012,mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia. 26Paulus Aluk Fajar Dwi Santo,Merger, akusisi dan konsolidasi dalam perspektif hukum

persaingan usaha, (Jurnal Binus business review vol. 2 no. 1 mei 2011), h. 423-433.

Page 40: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

30

Persamaan dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahas

masalah akuisisi yang diatur dalam Undanh-Undang Nomor 5 Tahun

1999. Perbedaan dengan skrispi penulis adalah saya membahas tentang

keterlambatan pelaporan yang dilakukan oleh suatu perusahaan atas

akuisisi yang mana sanksinya tidak sesuai dengan aturan perundang-

undangan yang ada.

5. Jurnal Pertanggungjawaban Hukum atas Keterlambatan Pemberitahuan

Akuisisi Asing kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha oleh

Muchamad Arifin27.

Pada jurnal ini mengkaji mengenai kewenangan KPPU dalam

kasus keterlambatan pemberitahuan atas tindakan akuisisi saham

perusahaan Woongjin yang dilakukan oleh Toray Materials. Akuisisi

tersebut dilakukan oleh perusahaan asing yang tidak berkedudukan di

Indonesia, sehingga tindakan akuisisi tersebut dilakukan di luar wilayah

hukum Negara Republik Indonesia.

Persamaan dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahas

tentang masalah keterlambatan pelaporan atas akuisisi suatu perusahaan.

Perbedaan dengan skripsi saya adalah dari objek yang dibahas. Penulis

membahas keterlambatan pelaporan oleh PT Nippon Indosari Corpindo

Tbk atas akuisisi PT Prima Top Boga.

6. Artikel ilmiah tinjauan yuridis keterlambatan melakukan pembertitahuan

pengambilalihan saham PT. Austindo Nusantara Jaya Rent oleh pt. Mitra

Pinastika Mustika ditinjau dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat(Studi Putusan No.09/KPPU-M/2012) oleh Heni Ulfa Yuliatin

27Muchamad Arifin, Pertanggungjawaban Hukum atas Keterlambatan Pemberitahuan

Akuisisi Asing kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha, ( jurnal Lex Renaissance No. 2 VOL.

2 JULI 2017), h. 259 – 277.

Page 41: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

31

Aminah, Ikarini Dani Widiyanti, Nuzulia Kumala sari Hukum Perdata

Ekonomi, Fakultas Hukum, Universitas Jember (UNEJ)28.

Pada artikel ini membahas keterlambatan pelaporan atas

pengambilalihan saham PT Austindo Nusantara Jaya Rent oleh PT Mitra

Pinastika Mustika.Persamaan dengan penelitian penulis yaitu sama-sama

membahas keterlambatan pelaporan akuisisi. Perbedaaan pada skripsi

penulis membahas tentang keterlambatab pelaporan atas pengambil alihan

saham PT Prima Tob Boga oleh PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.

28Aminah,Heni Ulfa Yuliatin, Ikarini Dani Widiyanti, Nuzulia Kumala sari, tinjauan

yuridis keterlambatan melakukan pembertitahuan pengambilalihan saham pt. Austindo nusantara

jaya rent oleh pt. Mitra pinastika mustika ditinjau dari undang-undang no.5 tahun 1999 tentang

larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat (Studi Putusan No.09/KPPU-

M/2012), (Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014).

Page 42: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

32

BAB III

TUGAS DAN WEWENANG KPPU DALAM

SENGKETA PERSAINGAN USAHA DAN PARA

PELAKU USAHA

A. Profil KPPU

Komisi pengawas persaingan usaha atau KPPU merupakan sebuah

lembaga yang dibentuk berdasarkan Amanat atau perintah dari Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli Dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat sebagai lembaga yang bertugas dan

berwenang melaksanakan perintah yang diberikan oleh undang-undang

tersebut.

KPPU adalah lembaga yang bersifat indepenent, dimana dalam

menangani, memutuskaan dan melakukan penyelidikan suatu perkara

persaingan usaha tidak dapat dipengaruhi oleh pihak manapun, baik itu

pemerintah maupun pihak yang memiliki Kepentingan (conflict of

interes)1. Dalam melaksanaan tugasnya Komisi Pengawas Persaingan

Usaha bertanggung jawab kepada Presiden sebagai kepala negara,

berhubungan komisi pengawas persaingan usaha juga melaksanakan

sebagian tugas-tugas pemerintah negara dalam melaksanakan undang-

undang2.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha merupakan lembaga negara

komplementer (state auxiliary organ) yang dibentuk diluar konstitusi yang

membantu pelaksanaan tugas lembaga negara pokok atau disebut juga

lembaga quasi3. KPPU merupakan lembaga quasi judicial yang

mempunyai wewenang eksekutorial terhadap putusan terhadapa kasus

persaingan usaha.

1 Hermansyah, Pokok-Pokok hukum Persaingan Usaha Di Indonesiai, (Jakarta: Kencana,

2008), h. 73. 2 Rachmadi Usaman, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2004), h. 100. 3 Abdul Rahman, hukum persaingan usaha, ( Sleman: deepublish,2018), h. 304.

Page 43: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

33

Jika dibandingkan dengan lembaga negara komplementer ( state

auxiliary organ) lainnya, seperti KPK maka terdapat persamaan dan

perbedaan. Beberapa persamaan keduanya adalah, kedua komisi ini sama-

sama dibentuk berdasarkan undang-undang. Sejalan dengan pemikiran

jimly asshidiqie, kedua komisi ini berbeda dalam hal kedudukan. KPK

disebut sebagai komisi negara yang independent berdasakan konstitusi

atau yang memiliki constitutional importance. Hal ini dikarenakan

walaupun KPK dibentuk berdasarkan UU, namun keberadaanya

berdasarkan pasal 24 ayat (3) UUD NRI 1945. Sedangkan KPPU

merupakan lembaga independen lainnya yang dibentuk berdasarkan

undang-undang perbedaaan yang lain berkaitan dengan latar belakang

pembentukan kedua lembaga ini4.

Alasan pembentukan komisi pengawas persaingan usaha dapat di

kemukakan secara filosofis dan sosiologis. Alasan filosofis dari

pembentukannya yaitu dalam mengawasi pelaksanaan suatu aturan hukum

diperlukan suatu lembaga yang mendapatkan kewenangan dari negara (

pemerintah dan rakyat ). Dengan mendapat kewenangan dari negara

diharapakan lembaga tersebut dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya

dan independent5.

Adapun alasan sosiologisnya yaitu menurunnya citra pengadilan

dalam memeriksa dan mengadili suatu perkara, serta beban perkara

pengadilan yang sudah menumpuk. Alasan lainnya dunia usaha

memerlukan penyelesaina yang cepat dan proses pemeriksaan yang

bersifat rahasia6.

Sebenarnya penegakan hukum persaingan usaha dapat saja

dilakukan oleh kepolisian, kejaksaaan, dan pengadilan. Meskipun

pengadilan umumnya merupakan tempat penyelesaian perkara yang resmi

dibentuk oleh negara, namun untuk hukum persaingan usaha, pada

tingakat pertama penyelesaian sengketa antar pelaku usaha tidak dilakukan

4 Abdul Rahman, Hukum Persaingan Usaha, ( Sleman: deepublish,2018), h. 305. 5 Rachmadi Usaman, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia..., h. 99. 6 Rachmadi Usaman, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia..., h. 99.

Page 44: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

34

oleh pengadilan. Alasan yang dapat dikemukakan adalah karena hukum

persaingan usaha membutuhkan orang yang spesialis yang mengerti latar

belakang dan mengerti betul tentang seluk beluk bisnis dalam rangka

menjaga mekanisme pasar. Institusi yang menyelesaikan sengketa

persaingan usaha harus beranggotakan orang yang tidak hanya belakang

hukum tapi juga ekonomi dan bisnis7.

Keanggotaan komisi pengawas persaingan usaha minimim

berjumlah 9 orang, termasuk ketua dan wakil ketua yang merangkap

sebagai anggota. Dalam pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 dinyatakan bahwa “komisi terdiri atas seorang ketua yang

merangkap anggota, seorang wakil yang merangkap anggota,dan

sekurang-kurangnya tujuh orang anggota” dari sini dapat diartikan bahwa

jumlah anggota boleh lebih dari 7 orang atau paling sedikit berjumlah 7

orang. Dengan ditambahkan ketua dan wakil ketua jumlah anggota komisi

persaingan usaha berjumlah paling sedikit 9 (sembilan) orang8.

Susunan organisasi komisi pengawas persaingan usaha terdiri atas

anggota komis dan sekretariat. Anggota komis pengawas persaingan usaha

wajib melaksanakan tugas dengan berdasarkan pada asas keadilan dan

perlakuan, serta wajib mematuhi tata tertib yang telah disusun oleh komisi

pengawas persaingan usaha9

Dalam menjalankan tugasnya Komisi pengawas persaingan usaha

tidak dapat melakukan beberapa tindakan yang bisa dilakukan karena tidak

ada wewenang yang diberikan kepada komisi pengawas persaingan usaha.

Dengan tidak adanya wewenang ini maka Undang-Undang menunjuk

institusi lain yang memiliki wewenang untuk membantu melakukan

tindakan eksekotur yang mana KPPU tidak memiliki wewenang di

dalamnya, seperti contohnya adalah dalam melakukan penyitaan maka

dengan ini KPPU menyerahkan pelaksanaannya kepada Pengadilan Negri.

7 Dr. Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia Dalam Teori Dan

Praktik Serta Penerapan hukumnya, ( Jakarta: Kencana, 2012), h. 540. 8 Rachmadi Usaman, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia,... h. 101. 9 Rachmadi Usaman, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia,... h. 104.

Page 45: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

35

Dan berapa contoh lainnya yang mana karena ketidak adanya wewenang

ini membuat KPPU tidak bisa melaksanakan tugas dan wewenangnya

secara mandiri.

B. Tugas dan Wewenang KPPU

Pasal 35 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 menentukan bahwa

tugas KPPU adalah sebagai berikut10:

1. Melakukan penilaian terhadapa pejanjian yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktik monopoli dan atau peraingan usaha tidak sehat

2. Melakukan penilaian terhadapa kegiatan usaha dan atau tindakan

pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli

dan persaingan usaha tidak sehat

3. Melakukan penilaian terhadap atau atau tidak adanya penyalahan

posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli

dan persaingan usaha tidak sehat

4. Mengambil tindakan sesuai degan wewenang komisi sebagaimana

diatur dalam pasal 36

5. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah

yang berkaitan dengan praktik monopoli dan atau persaingan usaha

tidak sehat.

6. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

7. Memberikan laporan sevara berkala atas hasil kerja komisis kepada

Presiden dan DPR

Dalam menjalankan tugas-tugasanya tersebut, pasal 36 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 memberi wewenang kepada Komisi

pengawas persaingan Usaha Untuk11:

1. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang

dugaan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat

10 Abdul Rahman, hukum persaingan usaha, ( Sleman: deepublish,2018), h. 307. 11 Abdul Rahman, hukum persaingan usaha,… h. 307.

Page 46: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

36

2. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau

tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat

3. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan

praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehatyang

dilaporkan oleh masyarakat atau pelaku usaha atau yang ditemukan

komisi sebagai hasil penelitiannya.

4. Menyimpulkan hasil penelitian dan atau pemeriksaan tentang ada atau

tidak adanya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat

5. Memagggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanngaran

terhadapa ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

6. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang

dianggap mengetahui pelanggaran ketentuan Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1999

7. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi,

saksi ahli, atau setiap orang yang dimaksud dalam nomor 5 dan 6

tersebut di atas yang tidak bersedia memenuhi panggilan komisi

8. Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya dengan

penyelidikan dan atau pemeriksaan teradap pelaku usaha yang

melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

9. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen dan atau alat

bukti lain untuk keperluan penyelidikan dan atau pemeriksaan.

10. Memutuskan dan menetapkan ada atau atau tidaknya kerugian di pihak

usaha lain atau masyarakat

11. Memberitahukan keputusan komisi kepada pelaku usaha yang diduga

melakukan praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat

12. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku

usaha yang melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999

Page 47: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

37

C. Bentuk-Bentuk Sanksi

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 terdapat 3 (Tiga)

Jenis sanksi yang dapat di jatuhkan oleh Komisi Pengawas Persaingan

Usaha kepada para pelaku usaha yang melanggar ketentuan dalam

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yaitu:

1. Sanksi Administratif

Pada Pasal 47 menagtur jenis- jenis sanksi administratif yang di

jatuhkan oleh Komis pengawas persaingan usaha kepada para pelaku

usaha berupa:

a. Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan

administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan

Undang-undang ini.

b. Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat

berupa:

1) Penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, dan Pasal 16; dan

atau

2) Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi

vertikal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14; dan atau

3) Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan

yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau

menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan

masyarakat; dan atau

4) Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan

penyalahgunaan posisi dominan; dan atau

5) Penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan

badan usaha dan pengambilalihan saham sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 28; dan atau

6) Penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau

Page 48: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

38

7) Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00

(satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp

25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).

Komisi dapat menjatuhkan sanksi administratif tersebut

secara kumulatif ataupun alternatif. Keputusan mengenai bentuk

sanksi tergantung pada pertimbangan Komisi dengan melihat

situasi dan kondisi masing masing kasus12

2. Sanksi Pidana Pokok

Pada Pasal 48 komis pengawas persaingan usaha diberi

wewenag untuk menjatuhkan sanksi pidana kepada para pelaku usaha

yang melanggar ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun

1999 berupa:

a. Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan

Pasal 14, Pasal 16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan

Pasal 28 diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp

25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) dan setinggi-

tingginya Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), atau

pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.

b. Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8,

Pasal 15, Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-

undang ini diancam UNDANG-UNDANG NOMOR .5 TAHUN

1999 25 pidana denda serendah-rendahnya Rp 5.000.000.000,00 (

lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00

(dua puluh lima miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti

denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.

c. Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 Undang-undang ini

diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00

(satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 5.000.000.000,00

12 Dr. Andi Fahmi Lubis, SE, ME dkk, Hukum Persaingan Usaha¸( Jakarta:

KPPU, 2017), h. 407.

Page 49: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

39

(lima miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda

selama-lamanya 3 (tiga) bulan.

3. Pidana Tambahan

Dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab Undang-undang

Hukum Pidana, terhadap pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48

dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa:

a. Pencabutan izin usaha; atau

b. Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan

pelanggaran terhadap undang-undang ini untuk menduduki jabatan

direksi atau komisaris sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan

selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau

c. Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan

timbulnya kerugian pada pihak lain.

D. Sanksi Keterlambatan atau Tidak Menyampaikan Pemberitahuan

Dalam hal pelaku usaha tidak memenuhi kewajiban untuk

menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atas merger yang telah

memenuhi syarat, maka komisi berwenang menjatuhkan sanksi sesuai

ketentuan pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2010 berupa

denda administratif sebesar Rp. 1.000.000.000.- ( Satu Miliar Rupiah)

untuk setiap hari keterlambatan, dengan ketentuan denda administratif

secara keseluruhan paling tinggi sebesar Rp. 25.000.000.000.- ( dua puluh

lima miliar rupiah)13.

Selain itu komisi pengawas persaingan usaha juga bisa

memberikan sanksi administratif sesuai pasal 4 ayat 1 Peraturan

Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 yang mengacu kepada pasal 47 ayat (2)

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yaitu berupa14:

1. Penetapan pembatalan perjanjian

13 Dr. Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia Dalam Teori Dan

Praktik Serta Penerapan hukumnya, ( Jakarta: Kencana, 2012), h. 536. 14 Dr. Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia Dalam Teori Dan

Praktik Serta Penerapan hukumnya,… h. 536.

Page 50: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

40

2. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi

vertikal

3. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan

yang terbukti menimbulkan praktik monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat

4. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalah

gunaan posisi dominan

5. Penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan

badan usaha dan pengambil alihan

6. Penetapan ganti rugi

7. Pengenaaan den da serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000.- (

satu miliar rupuah) dan setinggin-tingginya Rp

25.000.000.000.- ( dua puluh lima miliar rupiah)

Komisi pengawas persaingan usaha akan melakkan monitoring

terhadap para pelaku usaha yang melakukan merger atau akusisi bersama

institusi terkait. Namun apabila dalam waktu 30 hari tidak melakukan

pelaporan maka komisi pengawas persaingan usaha akan melakukan

sanksi denda keterlambatan kepada para pelaku usaha sesuai dengan yang

tela ditentukan15.

15 Dr. Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia Dalam Teori Dan

Praktik Serta Penerapan hukumnya,… h. 537.

Page 51: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

41

BAB IV

Sanksi Keterlambatan Pelaporan Akuisisi Ke KPPU

A. Kronologi Kasus

Pada bab ini peneliti akan melakukan pemaparan terhadap

timbulnya perbedaan penetapan sanksi yang diberikan oleh majelis komis

pengawas persaingan usaha yang mana disini peneliti melihat kepada

peraturan perundang-undangan yang dilanggar yaitu Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 jo Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun

2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan

Pengambilalihan Saham.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupaka sebuah

lembaga pemerintah yang lahir atau timbul karena amanat Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli Dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sebagai lembaga negara yang mendapat

amanat dari undang-undang maka komisi pengawas persaingan usaha

mendapatkan wewenang untuk menjatuhkan sanksi kepada para pelaku

usaha yang mana melakukan pelanggaran terhadap aturan yang berlaku

dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Bentuk-bentuk sanksi yang

diatur dalam Pasal 45 sampai Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999. Sedangkan untuk ketentuan jumlah denda diatur dalam Pasal 47

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Di pasal tersebut menjelaskan

bahwa ketentuan denda terlambat melakukan pelaporan adalah Rp

1.000.000.000.- ( satu miliar rupiah) perhari keterlambatan dengan

ketentuan denda maksimal adalah Rp 25.000.000.000.- ( dua puluh lima

milia rupiah.

Komisi pengawas persaingan usaha dalam perkara ini berwenang

menajtuhkan sanksi kepada pelaku usaha telah memutus perkara Nomor

07/KPPU-M/2018 tentang dugaan pelanggaran Pasal 29 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat Jo. Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun

Page 52: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

42

2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan

Pengambilalihan Saham. PT. Prima Top Boga yang diambilalih oleh PT

Nippon Indosari Corpindo Tbk, yang dalam kasus ini sebagai terlapor. PT

Nippon Indosari corpindo Tbk sendiri merupakan perusahaan penanaman

modal asing yang beralamat di wisma GKBI, jl. Jend. Sudirman No. 28,

RT 14/RW 1 Bendungan Hilir Kecamatan Tanah Abang, Kota jakarta

Pusat Daerah Khusus Ibukota jakarta.

Terlapor yang dalam kasus ini yaitu PT. Nippon Indosari Corpindo

Tbk terbukti secara sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal 29

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 jo Pasal 5 Peraturan pemerintah

Nomor 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan

Usaha dan Pengambilalihan saham. Majlis hakim Komisi pengawas

persaingan Usaha menghukum kepada terlapor membayar denda sebesar

Rp 2.800.000.000,- ( dua miliar delapan ratus juta rupiah ) karena

terlambat melakukan pelaporan pengambil alihan saham kepada komisi

pengawas persaingan usaha selama 4 hari kerja.

Berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang belaku

yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 pada Pasal 47 huruf G

menyatakan bahwa “pengenaan denda serendah-rendahnya Rp

1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp

25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah)” selanjutnya ketentuan

ini diperjelas dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010

yang menyatakan bahwa “Dalam hal Pelaku Usaha tidak menyampaikan

pemberitahuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan

ayat (3), Pelaku Usaha dikenakan sanksi berupa denda administratif

sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk setiap hari

keterlambatan, dengan ketentuan denda administratif secara keseluruhan

paling tinggi sebesar Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar

rupiah)”.

Berdasarkan pernyataan di atas terdapat perbedaaan yang terjadi

atas putusan komisi pengawas persaingan usaha terhadap pelaku usaha

Page 53: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

43

yang secara sah dan terbukti melakukan pelanggaran atas pasal 29

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 jo Peraturan Pemerintah Nomor 57

Tahun 2010 yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Apabila dilihat kedalam peraturan perundang-undangan dapat kita

temukan bahwa sebenarnya tela diatur ketentuan menjatuhkan sanksi

denda kepada para pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-

undang anti monopoli tersebut, yaitu di dalam undang-undang telah di

tetapkan batas-batas denda yang yang diberikan paling sedikit Rp

1.000.000.000.- ( satu miliar rupiah ) dan paling banyak Rp

25.000.000.000.- ( dua puluh lima miliar rupiah ) yang mana aturan ini di

perjelas lebih lanjut dengan ketentuan denda keterlambatan sebanyak Rp

1.000.000.000.- ( satu miliar rupiah ) untuk setiap hari keterlambatannya.

Dapat kita garis bawahi bahwa di aturan tersebut mengatakan bahwa setiap

hari keterlambatan. Apabila suatu perusahaan terlambat melakukan

pelaporan atas akuisisi saham kepada komisi pengawas persaingan usaha

selama 4 hari maka seharusnya perusahaan tersebut dikenakan denda

sebanyak 4 miliar rupiah. Tetapi dalam putusan yang di jatukan kepada

PT. Nippon Indosari corpindo Tbk tidak sesuai dengan yang seharusnya

yaitu sebanyak Rp 4.000.000.000,- ( empat miliar rupiah ) selama 4 (

empat ) hari keterlambatan tapi hanya sebanyak Rp 2.800.000.000,- ( dua

miliar delapan ratus juta rupiah )

B. Jawaban Para Pihak

PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk sebagai terlapor dalam kasus

keterlambatan pelaporan pengambilalihan saham yang mereka lakukan dan

telah mendapatkan surat teguran dari komisi KPPU di dalam persidangan

memberikan pembelaan terhadap kasus yang sedang mereka hadapi,

pembelaan merekaadalah sebagai berikut:

1. PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk sebagai Terlapor mengakui secara

benar dan meyakinkan telah melakukan pengambilalihan saham atas

Page 54: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

44

32.051 (tiga puluh dua ribu lima puluh satu) lembar saham PT Prima

Top Boga (PTB) dengan penerbitan lembar saham baru di dalam PTB

yang diambilalih dengan penyetoran modal senilai

Rp31.499.722.800,00 (tiga puluh satu miliar empat ratus sembilan

puluh sembilan juta tujuh ratus dua puluh dua ribu delap an ratus

rupiah) sebagaimana telah dituangkan dalam Akta Pernyataan

Keputusan pemegang saham Prima Top Boga Nomor 12 tanggal 24

Januari 2018, yang dibuat oleh Notaris Budiono Widjaja, S.H; 2.2

Terlapor juga telah menerima Surat Direktorat Merger KPPU Nomor

116/DC.2/S/III/2018 tanggal 07 Maret 2018 perihal himbauan

pemberitahuan akuisis

2. Terlapor sebagai pelaku usaha yang melakukan kegiatan usaha di

Indonesia sangat menghormati pengawasan dan penegakan hukum

yang dilakukan oleh Komisi untuk menciptakan persaingan usaha

yang sehat dan mengawasi segala tindakan Pelaku Usaha (termasuk

Terlapor) agar sesuai dengan prinsip Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan usaha Tidak

Sehat. Oleh karena itu Terlapor telah melakukan kewajiban

pemberitahuan terkait dengan Pengambilalihan saham (A kuisisi) PTB

oleh Terlapor kepada komisi sesuai dengan ketentuan yang diwajibkan

Pas al 29 Undang Undang Nomor 5 tahun 1999 jo. pasal 5 Peraturan

Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 pada tanggal 29 Maret 2018, yaitu

melalui surat tanggapan Nomor 0213/HO/LGL/III/2008 dan Formulir

Pemberitahuan kepada Komisi tertanggal 28 Maret 2018, dan

pemberitahuan tersebut tidak terlambat;

3. PT. Nippon Indosari Corpindo dalam melakukan proses

pengambilalihan saham PTB, sebagai perusahaan terbuka senantiasa

memperhatikan, menghormati dan wajib mematuhi peraturan-

peraturan yang berlaku di Indonesia yang sifatnya kumulatif, yaitu

sebagai berikut:

Page 55: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

45

a. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas yaitu:

1) Terlapor telah mengumumkan perihal rencana atas

pengambilalihan saham PTB di harian terbit tanggal 25

November 2017

2) PTB telah melakukan permohonan persetujuan perubahan

dasarn ya kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia dan mendapatkan keputusan pada tanggal

9 Februari 2018, berdasarkaan keputusan Menkumham nomor

AHU-0003152.AH.01.02 tentang persetujuan Perubahan

Anggaran Dasar Perseroan Terbatas PT Prima Top Boga, yang

juga menyangkut perubahan pemegang saham PT Prima Top

Boga. Adapun PT Prima Top Boga, masih berkewajiban

mendapatkan salinan persetujuan Badan Koordinasi

Penanaman Modal (selanjutnya disebut BKPM) atas adanya

perubahan pendaf taran penanaman modal asing terkait

perubahan susunan pemegang sahamnya

b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Peraturan OJK bahwa atas rencana pengambilalihan saham PTB

tersebut, Terlapor juga telah melaporkannya kepada OJK dan Bursa

Efek Indonesia, melalui surat Terlapor Nomor 096/FCS/L/XI/2017

tanggal 27 November 2017 sesuai dengan ketentuan Peraturan OJK

Nomor 31/POJK.04/2015 tentang keterbukaan atas Informasi atau

Fakta Material oleh Perusahaan Publik

c. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal, khu susnya Pasal 25 ayat (4) yang petikan isinya sebagai

berikut “Perusahaan Penanaman Modal yang akan melakukan

kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dari instansi yang menyelidiki

kewenangan, kecuali ditentukan lain dalam undang undang

Page 56: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

46

d. Peraturan Kepala BKPM Nomor 13 Tahun 2017 tentang

pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas Penanaman

Modal, Pasal 21 ayat (3) dan ayat (4) Walaupun PT Prima Top

Boga telah memperoleh persetujuan Menkumham, sebagai

perusahaan yang berstatus sebagai PMAA, PT Prima Top Boga

wajib untuk mendapat persetujuan lebih dahulu dari BKPM atas

adanya perubah an pendaftaran penanaman modal asing terkait p

erubahan susunan pemegang sahamnya. Tanpa Pers etujuan dari

BKPM tersebut, maka pengambilalihan saham PT Prima Top Boga

oleh Terlapor tidak dapat dinyatakan telah berlaku efektif secara

yuridis. PT Prima Top Boga telah mendapatkan persetujuan dari

BKPM sebagaimana terdapat dalam surat Pendaftaran Penanaman

Modal Asing Nomor 469/1/PI_PB/PMA/201 8 tanggal 1 Maret

2018. Hal mana pendaftaran Penanaman Modal tersebu t

merupakan bagian yang tidak terpisahkan atas izin prinsip Nomor

227/1/IP/PMA/2014 tanggal 27 Januari 2014 jo. perubahan terakhir

Nomo r 3758/1/IP-PB/PMA/2017 tanggal 17 Oktober 2017;

e. Undang undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dan peraturan

pelaksanaannya

4. Berdasarkan ketentuan tersebut maka Terlapor menyatakan kepada

majelis telah menyampaikan pemberitahuan kepada Komisi sesuai

dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam peraturan

perundang-undangan

5. Berdasarkan kepada pemberitahuan sebagaimana yang telah Terlapor

sampaikan kepada Komisi KPPU, Terlapor hingga kini belum

menerima tanggapan dari pihak komisi perihal penilaian Komisi atas

transaksi pengambilalihan Terlapor atas saham PT Prima Top Boga;

Page 57: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

47

6. PT.Nippon Indosari Corpindo Tbk sebagai Terlapor menerima Surat

Panggilan Nomor 4 41/KPPU/MK-PP/X/2018 tanggal 15 Oktober

2018 dari Komisi yang intinya berisi adanya Perkara Nomor 07/KPPU

-M /2018 tentang dugaan Pelanggaran Pasal 29 Undang Nomor 5

tahun 1999 jo pasal 5 PP 57 Tahun 2010 terkait dengan

Pengambilalihan Saham (Akuisisi) PT Prima Top Boga oleh Terlapor

7. Berdasarkan kepada surat panggilan tersebut Terlapor telah menindak

lanjuti Surat Panggilan tersebut dan hadir pada tanggal 22 Oktober

2018 serta menerima Salinan Laporan Keterlambatan Pemberitahuan

yang dibuat oleh Investigator KPPU (LKP)

8. Pihak PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk setelah mempelajari salinan

LKP tersebut, menyatakan keberatan atas dugaan yang dituduhkan

dalam Perkara Nomor 07/KPPU-M/2018 tentang Dugaan Pelanggaran

Pasal 29 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999 jo. Pasal 5

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 terkait Keterlambatan

Pemberitahuan Pengambilalihan Saham (A kuisisi) PT Prima Top

Boga oleh Terlapor

C. Pertimbangan Majelis Komisi

Setelah melihat fakta dan hasil penyelidikan yang dilakukan oeh

komisi pengawas persaingan usaha maka majelis melakukan

pertimbangan-pertimbangan yang menjadi alasan penentuan sanksi

terhadap terlapor atas kasus yang sedang dihadapinya. Pertimbangan

majelis komisi antara lain:

1. Majelis komisi memberikan pertimbangan berdasarkan Pasal 36 huruf

(d) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Komisi KPPU berwenang

menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada

atau tidaknya praktek monopoli dan atau persai ngan usaha tidak sehat

yang sedang diperkarakan

Page 58: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

48

2. Berdasarkan Pasal 43 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Komisi wajib memutuskan telah terjadi atau tidak terja di pelanggaran

terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 selambat –lambatnya

30 (tiga puluh) hari terhitung sejak selesainya pemeriksaan lanjutan.

3. Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan sanksi

yang akan diberikan kepada terlapor antara lain:

a. Pihak terlapor sangat lambat dalam merespon surat pemberitahuan

yang telah dikirimkan oleh komisi dengan Nomor

116/DC.2/S/III/2018 perihal untuk melakukan pemberitahuan

atau notifikasi atas terjadinya pengambilalihan saham (akuisisi);

b. Pihak terlapor sampai dengan akhir pemeriksaan dan setelah

memperoleh keterangan dari pihak BKPM, Kemenkumham, dan

Ahli Hukum Persaingan Usaha, Terlapor tetap tidak mengakui

pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomo 5 Tahun 1999 jo.

Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010;

c. PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk sebagai Perusahaan Publik

yang beroperasi di Indonesia sudah seharusnya mengetahui

peraturan-peraturan terkait kegiatan Merger dan Akuisisi yang

berlaku di Indonesia, seperti:

1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

2) Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang

Penggabungan, Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan

saham

3) Peraturan Kom isi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun

2012 tentang Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan

Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan

Pengambilalihan Saham Perusahaan

Page 59: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

49

4. Majelis Komisi juga mempertimbangkan hal-hal yang meringankan

sanksi yang diberikan kepada terlapor, yaitu:

a. Terlapor bersikap kooperatif selama proses Sidang berlangsung

atas kasus keterlambatan pelaporan pengambilalihan saham yang

di adili oleh Majelis Komisi;

b. Terlapor belum pernah dihukum karena melanggar Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat semenjak terlapor beroperasi

menjalankan usahanya.

c. Terlapor dalam menyelenggarakan usahanya di sektor industri

pengolahan pangan memberikan nilai tambah bagi perekonomian

Indonesia.

D. Putusan Majelis komisi

Berdasarkan kepada tanggapan para pihak dan pertimbangan-

pertimbangan hasil penyelidikan oleh komisi pengawas persaingan usaha

yang telah disebutkan sebelumnya maka majlis komisi memutuskan

perkara pelanggaran yang dilakukan oleh PT Nippon Indosari corpindo

tersebut sebagai berikut

1. Majelis berdasarkan pertimbangan yang telah disebutkan menyatakan

PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk terbukti secara sah dan

meyakinkan melanggar Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 jo. Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010

2. Majelis komisi Menghukum PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk

membayar denda sebesar Rp2.800.000.000,00 (Dua Miliar Delapan

Ratus Juta Rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran

pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan

Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah

Page 60: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

50

dengan kode penerimaan 425812 (Pendapatan Denda Pelanggaran di

Bidang Persaingan Usaha)

3. Majelis Memerintahkan Terlapor untuk melaporkan dan

menyerahkan salinan bukti pembayaran denda tersebut ke KPPU

sebagai bukti bahwa terlapor telah menjalankan kewajibannya.

E. Syarat dan Prosedur Konsultasi dan Pemberitahuan

Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan para pelaku

usaha yang melakukan pengambilalihan wajib melakukan pemberitahuan

kepada komisi paling lambat 30 ( tiga puluh ) hari sejak tanggal

pengambilalihan berlaku efektif secara yuridis. Tetapi dalam Pasal 10

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 memberikan hak kepada

pelaku usaha untuk melakukan Konsultasi kepada Komisi secara sukarela

baik secara tertulis maupun lisan sebelum melaksanakan Pengambilalihan.

Dengan demikian pengawasan atas pengambilalihan dilakukan oleh Komisi

dalam dua bentuk, yaitu

1. Pemberitahuan

2. Konsultasi.

Konsultasi berarti penilaian merger dan akuisisi dilakukan sebelum

merger dan akuisisi terjadi (pre-closing notification), sedangkan

pemberitahuan dilakukan setelah merger dan akuisisi terjadi (post-closing

notification).1Untuk lebih jelas tentang pemberitahuan dan konsultasi

berikut adalah penjabarannya:

1. Pemberitahuan

1 Farid Nasution, Konsultasi vs Pemberitahuan Merger dan Akuisisi Kepada KPPU

(https://www.kompasiana.com/ffnst/550fdc71813311d238bc5fa6/konsultasi-vs-pemberitahuan-

merger-dan-akuisisi-kepada-kppu diakses pada tanggal 20 juli 2020 jam 5.31 wibb).

Page 61: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

51

Pemberitahuan adalah pengawasan setelah Pengambilalihan

dilaksanakan (post-evaluation). Artinya, setelah para pelaku usaha

melakukan pengambilalihan saham, maka perusahaan hasil

Pengambilalihan melakukan pemberitahuan kepada Komisi.

a. Syarat Pemberitahuan

Pelaku Usaha wajib untuk melakukan pemberitahuan

Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan kepada

Komisi dalam hal memenuhi ketentuan:

1) Batasan Nilai

Batasan Nilai untuk melakukan pemberitahuan Penggabungan,

Peleburan danPengambilalihan kepada Komisi adalah apabila:

a) Nilai aset badan usaha hasil penggabungan atau peleburan

atau pengambilalihan melebihi Rp2.500.000.000.000,00 (dua

triliun lima ratus miliar rupiah); atau

b) nilai penjualan (omzet) badan usaha hasil penggabungan

atau peleburan atau pengambilalihan melebihi

Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah);

Sedangkan jika dua atau lebih pihak yang melakukan

Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan bergerak di

bidang perbankan, pelaku usaha wajib melakukan pemberitahuan

kepada Komisi apabila nilai aset badan usaha hasil penggabungan

atau peleburan atau pengambilalihan melebihi

Rp20.000.000.000.000,00 (dua puluh triliun rupiah).

Jika salah satu pihak yang melakukan Penggabungan,

Peleburan dan Pengambilalihan bergerak di bidang perbankan dan

pihak lain bergerak bukan di bidang perbankan, pelaku usaha

wajib melakukan Pemberitahuan kepada Komisi apabila nilai aset

badan usaha hasil penggabungan atau peleburan atau

Page 62: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

52

pengambilalihan melebihi Rp Rp2.500.000.000.000,00 (dua triliun

lima ratus miliar rupiah).

2) Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan antar

perusahaan yang tidak terafiliasi

Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan secara sederhana

adalah tindakan pelaku usaha yang mengakibatkan:

a) Terciptanya konsentrasi kendali dari beberapa pelaku usaha

yang sebelumnya independen kepada satu pelaku usaha atau

satu kelompok pelaku usaha; atau

b) Beralihnya suatu kendali dari satu pelaku usaha kepada pelaku

usaha lainnya yang sebelumnya masing-masing independen

sehingga menciptakan konsentrasi pengendalian atau

konsentrasi pasar.

Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan diantara

perusahaan yang terafiliasi tidak merubah struktur pasar dan

kondisi persaingan yang telah ada, sehingga tidak memenuhi

kriteria Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan

sebagaimana dimaksud dalam Pedoman ini.

Berdasarkan penjelasan Pasal 7 Peraturan Pemerintah

Nomor 57 Tahun 2010, yang dimaksud dengan“terafiliasi” adalah:

a). hubungan antara perusahaan, baik langsung maupun

tidak langsung, mengendalikan atau dikendalikan oleh

perusahaan tersebut;

b). hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan,

baik langsung maupun tidak langsung, oleh pihak yang

sama; atau jika perusahaan menambah kepemilikan saham

di suatu perusahaan sehingga berakibat perusahaan

tersebut menjadi pengendali, maka penambahan

kepemilikan saham tersebut wajib dinotifikasikan kepada

Komisi.

Page 63: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

53

3) Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan pada

perusahaan patungan/Joint Venture (JV)

.JV pada intinya adalah bentuk usaha bersama yang dilakukan

oleh dua perusahaan atau lebih. JV merupakan tindakan dua

perusahaan atau lebih yang memiliki tingkat pengendali yang

sama untuk menciptakan perusahaan baru.Dalam hal terjadi

perubahan pengendali baik dari nilai saham dan/atau jumlah

pengendali pada perusahaan JV yang dikarenakan adanya

tindakan Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan, maka

tindakan tersebut tidak dikecualikan dari PP 57 Tahun

2010.Namun dalam hal dua atau lebih perusahaan menciptakan

perusahaan JV tanpa melalui proses Penggabungan, Peleburan dan

Pengambilalihan, maka tindakan/aksi korporasi tersebut tidak

wajib dinotifikasi atau dilaporkan kepada Komisi.

b. Waktu Pemberitahuan

Pelaku usaha harus melakukan pemberitahuan paling lambat

30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Penggabungan, Peleburan dan

Pengambilalihan telah berlaku efektif secara yuridis. Tanggal

Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan berlaku efektif

secara yuridis adalah:

1). Untuk Badan Usaha yang berbentuk perseroan terbatas,

sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 133 Undang-

Undang Nomor. 40 Tahun 2007 pada bagian

penjelasan adalah tanggal:

a). Persetujuan menteri atas perubahan anggaran dasar

dalam terjadi Penggabungan;

b). Pemberitahuan diterima menteri baik dalam hal

terjadi perubahan anggaran dasar sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang

Page 64: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

54

Nomor 40 Tahun 2007 maupun yang tidak disertai

perubahan anggaran dasar; dan

c). Pengesahan menteri atas akta pendirian perseroan

dalam hal terjadi peleburan.

2). Jika salah satu pihak yang melakukan Penggabungan,

Peleburan dan Pengambilalihan adalah perseroan terbatas

dan pihak lain adalah perusahaan non-perseroan

terbatas, maka pemberitahuan dilakukan paling lambat

30 (tiga puluh) hari sejak tanggal ditandatanganinya

pengesahan Penggabungan, Peleburan dan

Pengambilalihan oleh para pihak. Adapun tanggal

pengesahan adalah tanggal efektif suatu badan usaha

bergabung atau melebur dan beralihnya kepemilikan

saham di perusahaan yang diambil alih (closing date);

3). Kemudian khusus untuk pengambilalihan saham yang

terjadi di bursa efek, maka pemberitahuan dilakukan

paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal surat

keterbukaan informasi pengambilalihan saham perseroan

terbuka.

Komisi akan melakukan penilaian terhadap perusahaan hasil

Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan tersebut untuk

memberikan pendapat terhadap ada atau tidaknya dugaan praktik

monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

c. Prosedur Pemberitahuan

1) Pelaku usaha yang memenuhi syarat Pemberitahuan

sebagaimana dimaksud pada poin 1 di atas, wajib

memberitahukan secara tertulis kepada Komisi dalam jangka

waktu paling lama 30 hari (tiga puluh) hari kerja.

2) Pelaku usaha yang wajib melakukan Pemberitahuan adalah:

Page 65: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

55

a) Pelaku usaha hasil Penggabungan;

b) Pelaku usaha Pengambilalih saham;

c) Pelaku usaha hasil Peleburan.

3) Pemberitahuan tersebut dilakukan secara tertulis oleh Pelaku

usaha hasil Penggabungan, Peleburan Badan Usaha atau

Pengambilalihan Saham dengan cara mengisi formulir M1

untuk penggabungan badan usaha, formulir K1 untuk peleburan

badan usaha, dan formulir A1 untuk pengambilalihan saham

perusahaan.

4) Formulir pemberitahuan wajib disertai dengan dokumen-

dokumen yang telah dipersyaratkan serta dokumen lain yang

dianggap perlu oleh Komisi.

5) Komisi menerbitkan tanda terima pemberitahuan dan

mempelajari kelengkapan formulir serta dokumen yang

dipersyaratkan.

6) Komisi berhak untuk meminta dokumen tambahan dari

pelaku usaha dalam hal dipandang perlu untuk melakukan

penilaian.

7) Pelaku usaha yang telah melakukan Pemberitahuan, wajib

melengkapi formulir dan dokumen yang dipersyaratkan

dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja

sejak tanggal Tanda Terima Pemberitahuan, atau menyerahkan

Surat Pernyataan Kesanggupan Melengkapi Dokumen

Pemberitahuan yang diserahkan kepada Komisi. Jika pelaku

usaha tidak melengkapi kekurangan dokumen yang

dipersyaratkan tersebut sampai batas waktu 30 hari atau

melebihi batas waktu kesanggupan melengkapi dokumen

Pemberitahuan, maka akan dikenakan denda keterlambatan

melakukan Pemberitahuan.

Page 66: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

56

2. Konsultasi atas Rencana Penggabungan, Peleburan dan

Pengambilalihan

Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, para pelaku usaha diberikan kesempatan untuk melakukan

konsultasi ke komisi bagi perusahaan yang akan melakukan

pengambilalihan saham, peleburan, atau penggabungan. Tujuan dari

konsultasi ini adalah agar para pelaku usaha tidak mengalami

kerugian yang besar atas penggabungan, peleburan dan

pengambilalihan yang nantinya ditolak oleh komisi yang menurut

komisi berpostensi terjadinya paktik monopoli dan persaingan tidak

sehat.

Konsultasi pada intinya bukan lah suatu kewajiban bagi para

pelaku usaha apabila ingin melakukan penggabungan, peleburan, dan

pengambilalihan. Konsultasi dilakukan secara sukarela. Berbeda

dengan pemberitahuna yang mana setiap pelaku usaha wajib

melakukan pemberitahuan kepada komisi paling lambat 30 hari

setelah penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan efektif secara

yuridis. Selain itu pihak komisi juga tidak akan mengubah penilaian

terhadap perusahaan yang melakukan peleburan, penggabungan, dan

pengambilalihan pada waktu pemberitahuan apabila pelaku usaha

melakukan konsultasi terlebuh dahulu sebelum melakukan

penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan.

a. Syarat Konsultasi

Pelaku Usaha dapat melakukan Konsultasi Penggabungan,

Peleburan dan Pengambilalihan kepada Komisi dalam hal

memenuhi ketentuan:

1) Dokumen Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan

tertulis

Page 67: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

57

Pelaku usaha dapat melakukan Konsultasi

Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan kepada

Komisi selama telah terdapat kesepakatan tertulis antar

pelaku usaha yang akan melakukan Penggabungan, Peleburan

dan Pengambilalihan, misalnya berupa Memorandum of

Understanding (MoU), Letter of Intent (LoI), atau perjanjian

dalam bentuk lainnya.

2) Batasan Nilai

Batasan Nilai untuk melakukan pemberitahuan Penggabungan,

Peleburan dan Pengambilalihan kepada Komisi adalah apabila:

a) nilai aset badan usaha hasil penggabungan atau

peleburan atau pengambilalihan melebihi

Rp2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus miliar

rupiah); atau

b) nilai penjualan (omzet) badan usaha hasil

penggabungan atau peleburan atau pengambilalihan

melebihi Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah); atau

Sedangkan jika dua atau lebih pihak yang melakukan

Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan bergerak di

bidang perbankan, pelaku usaha dapat melakukan Konsultasi

kepada Komisi apabila nilai aset badan usaha hasil

penggabungan atau peleburan atau pengambilalihan melebihi

Rp20.000.000.000.000,00 (dua puluh triliun rupiah). Jika salah

satu pihak yang melakukan Penggabungan, Peleburan dan

Pengambilalihan bergerak di bidang perbankan dan pihak lain

bergerak bukan di bidang perbankan, pelaku usaha dapat

melakukan Konsultasi kepada Komisi apabila nilai aset badan

usaha hasil penggabungan atau peleburan atau pengambilalihan

melebihi Rp Rp2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus

Page 68: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

58

miliar rupiah). Ketentuan mengenai tata cara perhitungan nilai

aset dan nilai penjualan untuk pemberitahuan berlaku juga

terhadap tata cara perhitungan nilai aset dan nilai penjualan

untuk konsultasi.

3) Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan antar

perusahaan yang tidak terafiliasi

Ketentuan mengenai Penggabungan, Peleburan dan

Pengambilalihan antarperusahaan yang tidak terafiliasi dalam

pemberitahuan berlaku juga terhadap ketentuan mengenai

Penggabungan,Peleburan dan Pengambilalihan antarperusahaan

yang tidak terafiliasi dalam konsultasi.

b. Waktu Konsultasi

Konsultasi dapat dilakukan kepada Komisi setelah

proses Due Dilligence. Oleh karena itu, Konsultasi dapat

dilakukan pada tahap apapun sebelum Penggabungan, Peleburan

dan Pengambilalihan selesai dilaksanakan. Namun, Komisi

mendorong Pelaku usaha untuk melakukan Konsultasi sedini

mungkin kepada Komisi dengan mempertimbangkan kepastian

transaksi dari pihak- pihak yang akan melakukan

Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan serta

memperhitungkan jangka waktu penilaian Konsultasi.

c. Prosedur Konsultasi

1). Pelaku usaha yang memenuhi syarat Konsultasi

sebagaimana dimaksud pada poin 1 di atas, dapat melakukan

Konsultasi, baik secara tertulis maupun lisan kepada Komisi.

2). Konsultasi secara tertulis dilakukan oleh seluruh Pelaku

usaha yang akan melakukan penggabungan atau peleburan

atau oleh pelaku usaha pengambilalih, dengan cara mengisi

Page 69: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

59

formulir M2 untuk penggabungan badan usaha, formulir K2

untuk peleburan badan usaha, dan formulir A2 untuk

pengambilalihan saham perusahaan.

3) Formulir Konsultasi wajib disertai dengan dokumen-

dokumen yang telah dipersyaratkan serta dokumen lain yang

dianggap perlu oleh Komisi.

4) Komisi menerbitkan tanda terima konsultasi dan

mempelajari kelengkapan formulir serta dokumen yang

dipersyaratkan.

5) Formulir dan dokumen yang telah dinyatakan lengkap oleh

Komisi akan ditindaklanjuti dengan proses Penilaian Awal.

Dimulainya proses Penilaian Awal diberitahukan secara

tertulis oleh Komisi kepada Pelaku usaha.

6) Komisi berhak untuk meminta dokumen tambahan dari

pelaku usaha dalam hal dipandang perlu untuk melakukan

penilaian

F. Analisis Putusan

Melakukan akuisisi terhadap suatu saham perusahaan lain oleh suatu

badan usaha merupakan hal yang wajar dan sering terjadi di dalam dunia

bisnis. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dari aksi korporasi yang

bertujuan memberkan keuntungan bagi perusahaan yang melakukan

pegambil alihan saham yang mana dapat meringankan beban operasional

dan beban lain yang memberatkan suatu perusahaan. Pengambilalihan

saham juga dapat memberikan untung bagi konsumen yang menggunakan

produk suatu perusahaan karena dapat membrikan harga yang lebih murah

dan produk yang tersedia komplit dalam satu paket produk suatu

Page 70: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

60

perusahaan. Namun disisi lain pengambil alihan saham dapat menimbulkan

persaingan usaha yang tidak sehat.

Munculnya persaingan usaha yang tidak sehat tersebut dapat

merugikan pihak-pihak pelaku usaha yang memiliki modal kecil. Efek

negatif dari pada akusisi yaitu tercptanya konsentrasi pasar yang dapat

menimbulkan aspek neatif bagi persaingan tidak sehat di pasar, yaitu dapat

menyebabkan harga produk semakin tinggi, yang pada gilirannya kekuatan

pasar besar yang akan mengancam pelaku usaha kecil2.

Dengan dilakukannya pengambilalihan saham oleh suatu

perusahaan makan berarti perusahaan pengambilalih adalah pemilik dari

perusahaan yang di ambilalih dan juga sebagai pengendali dalam setiap

asset-aset perusahaan yang di ambil alih. Pengambil alihan saham

perusahaan lain tantu akan memperbesar wilayah jangkauan pasar suatu

perusahaan dan mengurangi pelaku usaha lain yang bersaing dalam pasar

tersebut dikarenakan terjadinya pengambil alihan saham.

Berkurangnya pelaku usaha dipasar maka akan memperbesar

peluang oleh para pelaku usaha besar untuk melakukan perjanjian-

perjanjian yang tidak sehat dengan pelaku usaha lainnya. Perjanjian antara

pelaku usaha, baik yang dilakukan secara eksplisit, maupun implisit

biasanya berkisar pada perjanjian dalam hal penentuan harga, margin,

kegiatan promosi, pangsa pasar, kuantitas produksi dan alokasi pasar atau

konsumen3.

Untuk mencegak terjadinya kegiatan persaingan usaha yang tidak

sehat dalam satu pasar maka pengambilalihan saham diatur didalam hukum

persaingan usaha yang berlaku di Indonesia. Hukum persaingan usaha

mewajibkan kepada setiap perusahaan yang akan melakukan kegiatan

penambilalihan saham untuk melakukan pemberitahuan (Notification)

2 Suyud Margono, Hukum anti Monopoli (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 130. 3 Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia ( Jakarta: Sinar Grafika,2013),

h. 634.

Page 71: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

61

kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha baik sebelum melakukan

pengambilalihan – konsultasi yang tidak wajib tapi bisa berpengaruh-

maupun setelah melakukan pengambilalihan saham yang hukumnya wajib.

Tujuan dari diwajibkannya pemberitahuan akuisis ini adalah supaya pihak

komisi pengawas persaingan usaha dapat melakukan analisa atau penilaian

apakah kegiatan pengambilalihan saham persebut dapat menyebabkan

persaingan usaha tidak sehat atau tidak. Apabila menimbulkan persaingan

usaha yang tidak sehat tentu akan dijatuhkan sanksi.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum, majelis

komisi KPPU sebagai lembaga yang diberi tugas mengawal dan mengawasi

penegakan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 memiliki kemandirian

dan kebebasan yang seluas-luasnya untuk memutuskan perkara dan

menjatuhkan sanksi terhadap perkara persaingan usaha yang sedang

ditanganinya. Majelis komisi KPPU memiliki wewenag menjatuhkan

sanksi tingkat pertama sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 36 huruf

(1).

Kewenangan yang dimiliki majelis komisi KPPU dalam

menjatuhkan sanksi yang seluasnya tentu memberikan ruang bagi majelis

KPPU untuk menjatuhkan sanksi yang berbeda-beda bagi setiap perkara

yang sedang ditanganinya. Dengan adanya ruang untuk menatuhkan sanksi

yang berbeda-beda tersebut tentu akan membuat majelis KPPU akan lebih

objekctif dalam menajtuhkan sanksi terhadap perkara yang sedang

ditangani sesuai dengan kondisi dan pertimbangan-pertimbangan yang

terdapat dilapangan. Namun tentu akan menimbulkan rasa ketidakadilan

yang yang muncul dalam pikiran masyarakat yang seharusnya setiap

putusan harus sama berdasarkan undang-undang. Tetapi dalam perkara

hukum perbedaaan putusan adalah hal yang biasa dan bisa terjadi

tergantung dari perkara yang di hadapkan kepada terlapor dan factor-faktor

yang mempengaruhi dari perkara tersebut.

Page 72: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

62

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi majelis komisi KPPU

dalam menjatuhkan sanksi terhadap perkara yang sedang ditanganinya dan

besaran denda yang dijatuhkan adalah

1. Faktor yang berasal dari penegak hukum atau majelis yang menangani

perkara.

Sebagai lembaga yang diamanatkan oleh Undang Undang Nomor 5

Tahun 1999 dalam menangani perkara yang berkaitan dengan

persaingan usaha dan tindakan monopoli maka majelis komisi KPPU

memiliki wewenang dalam menjatuhkan sanksi kepada para pelaku

usaha yang dalam perkara tersebut melanggar aturan-aturan yang

terdapat dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999. Majelis komisi

KPPU dalam hal ini memiliki wewenang untuk menganalisa dan

menilai terhadap perkara tersebut dan nilai positif dan negatif yang

diberikan oleh perusahaan semenjak perusahaan tersebut menjalankan

usahanya. Penilain-penilaian tersebut tentunya dapat mempengaruhi

majelis Komisi KPPU atau para penegak hukum dalam menjatuhkan

sanksi denda atau sanksi administratif terhadap terlapor. Bahkan

didalam undang-undang sendiri ditentukan nilai batas bawah dan nilai

batas atas terhadap sanksi denda yang bisa di putuskan oleh majelis

komisi yang tentu menjatuhkan nilai denda yang paling tepat dan

sesuai dengan penilaian-penilaian.

Majelis komisi KPPU berdasarkan teori keadilan substantif juga

dapat mengabaikan undang-undang yang tidak memberi rasa keadilan,

tetapi tetap berpedoman pada formal-prosedural undang-undang yang

sudah memberi rasa keadilan sekaligus menjamin kepastian hukum4.

2. Berdasarkan mekanisme KPPU dalam menentukan besaran sanksi

denda yang berpedoman pada Peraturan KPPU Nomor 4 tahun 2009

tentang pedoman tindakan administratif sesuai ketentuan pasal 47

4 Izmi Amalia, Disparitas sanksi denda KPPU atas keterlambatan notofokasi akuisisi

saham ( perbandingan kasus PT Japfa dengan LG Internasional), Skripsi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 65.

Page 73: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

63

Undang-Undang nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan usaha tidak sehat.

a. Penentuan besaran nilai dasar

Dalam hal ini KPPU dalam menentukan sanksi denda

dengan melakukan penghitungan nilai penjualan lalu menentukan

nilai dasar denda. Nilai penjualan dishitung berdasarkan nilai

keseluruhan dari penjualan pada tahun sebelum pelanggaran

dilakukan. Adapun nilai denda terkait dengan proporsi nilai

penjualan yang akan bergantung dari tingkat pelanggara yang

nantinya akan dikalikan dengan jumlah tahun pelanggaran5

b. Penyesuaian terhadap besaran nilai denda

Dalam memperhitungkan denda, KPPU disini akan melakukan

penyesuaian dengan mempertimbangkan beberapa hal yang

memberatkan dan beberapa hal yang meringankan. Hal-hal yang

memberatkan dan hal-hal yang meringankan tersebut diantaranya:

Hal-hal yang memberatkan

Nilai dasar dapat ditambahkan ketika KPPU menemukan Hal-hal

yang memberatkan, Sebagai berikut:

1) Apabila terlapor melanjutkan atau mengulangi pelanggaran

yang sama ketika KPPU menemukan bahwa terlapor

melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, maka nilai

dasar akan ditambah sampai 100% untuk setiap pelanggaran

yang dilakukan.

2) Menolak diperiksa, menolak memberikan informasi yang

diperlukan dalam penyidikan dan/atau pemeriksaan, atau

menghambat proses penyelidikan dan/atau pemeriksaan.

3) Bagi pemimpin atau penggagas dari pelanggaran, KPPU akan

memberikan perhatian khusus terhadap langkah-langkah yang

5 Susanti Adi Nugroho, hukum Persaingan Usaha DI Indonesia ( Jakarta:

Kencana,2012), h. 582.

Page 74: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

64

dilakukan oleh penggagas dalam peranannya menekan atau

mengancam pihak lain

Hal-Hal yang meringankan

Nilai dasar yang dapat dikurangi apabila KPPU menemukan hal-

hal yang meringankan sebagai berikut:

1) Terlapor memberikan bukti bahwa dia telah menghentikan

tindakan pelangaran segera setelah KPPU melakukan

penyelidikan

2) Terlapor menunjukkan bukti bahwa pelanggaran tersebut

dilakukan secara tidak sengaja

3) Terlapor menunjukkan bukti bahwa keterlibatannya adalah

minimal

4) Terlapor bersikap baik dan kooperatif dalam proses

penyelidikan dan/atau pemeriksaan

5) Apabila tindakan tesebut merupakan perintah perundang-unda

ngan atau persetujuan instansi yang berwenang

6) Adanya pernyataan kesediaan untuk melakukan perubahan

perilaku dari pelaku usaha6

3. Tambahan denda sebagai penjara

KPPU akan memberikan perhatian khusus kepada kebutuhan untuk

menjamin bahwa denda mengandung efek penjara cukup. Karena pada

dasarnya tujuan dari denda salah satunya untuk memberikan

peringatan terhadap pelaku usaha agar mematuhi aturan hukum yang

ada. KPPU dalam hal ini bias saja menambahkan sanksi denda yang

dikenakan pada pihak terlapor yang memiliki turnover yang melebihi

besar dari penjualan barang dan jasa yang terkait dengan pelanggaran.

KPPU akan juga mempertimbangkan kebutuhan untuk menambahkan

denda dengan tujuan untuk melebihi jumlah dari keuntungan yang

6 Susanti Adi Nugroho, hukum Persaingan Usaha DI Indonesia,… h. 584.

Page 75: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

65

diperoleh dari tindakan pelanggaran yang dimungkinkan untuk

diperhitungkan nilainya7

4. Rentang nilai denda

Jumlah akhir dari besaran denda dalam keadaan apapun, tidak boleh

melebihi Rp 25.000.000.000,-, tetapi dalam hal ini KPPU dapat

menjatuhkan denda dibawah aturan yang ada yaitu denda dibawah Rp

1.000.000.000,-, jikan jumlah perhitungan denda kurang dari Rp

1.000.000.000,-, dengan mempertimbangkan aspek keadilan maka

denda dapat dikenakan dan dibenarkan oleh hukum atau diganti

dengan bentuk sanksi lainnya.8

Tujuan dari diberikannya denda adalah agar para pelaku usaha

mendapatkan pelajaran dari pelanggaran-pelanggaran yang telah

mereka lakukan, maka KPPU bisa saja memberikan denda dibawah

dari aruran yang ditentukan oleh undang-undang karena melihat dari

aspek apakah pelaku dengan diberikannya denda tersebut pelaku usaha

dapat melanjutkan usahanya atau malah mematikan usahanya. Apabila

penjatuhan denda malah mematikan usaha dari pelaku usaha

penjatuhan denda dibawah 1 miliar bias dilakukan mengingat pelaku

usaha juga sebagai penyumbang dari pendapatan Negara.

5. Kemampuan untuk membayar

KPPU juga dalam hal ini mempertimbangkan kemampuan finansial

dari pada pelaku dalam membayar denda. Berdasarkan permintaan

pihak terlapor, KPPU dapat mempertimbangkan kemampuan

membayar dari terlapor pada konteks social dan ekonomi tertentu.

Penguranan akan diberikan secara individu berdasar pada bukti

objectif, yaitu bila denda tersebut akan berakibat pada bangkrutnya

perusahaan. Karena sudah jelas esensi dari pemberian sanksi terhadap

terlapor tentunya tidak untuk mematikan usaha tersebut. Bahkan dalam

hal ini KPPU bisa memberikan alternatif yang mana selain membayar

7 Susanti Adi Nugroho, hukum Persaingan Usaha DI Indonesia,… h. 585. 8 Susanti Adi Nugroho, hukum Persaingan Usaha DI Indonesia,… h. 585.

Page 76: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

66

denda bias saja pemberian hukuman digantikan dengan bentuk

lainnya.9

Berdasarkan factor-yang disebutkan diatas kenapa KPPU bias

memberika sanksi denda yang berbeda dari peratutan perundang-undangan

yang berlaku, alas an ekonomi juga menjadi pertimbangan oleh majelis

KPPU. Factor ini dikarenakan para pelaku usaha merupakan penggerak

ekonomi bagi Negara kita dan juga sebagai pemberi pemasukan untuk

Negara. Apabila suatu perusahaan diberikan sanksi yang berat sehingga

tidak dapat melanjutkan kegiatannya lagi tentu akan mempengaruhi

perekonomian dan pemasukan kas Negara dan tentu juga lapangan kerja

yang tersedia. Dengan alasan tersebut maka KPPU menatuhkan sanksi

berdasarkan analisa dan penilaian sehingga penjatuhan sanksi bisa tidak

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dalam hal

ini KPPU tidak terikat dengan aturan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Melihat kepada kasus PT. Nippon Indosari Corpindo, yang mana

dalam kasus ini majelis KPPU menjatuhkan hukuman tidak sesuai dengan

pedoman peraturan perundang-undangan. Dalam kasus ini pihak PT. Nippon

Indoasri corpindo dijatuhi hukuman denda sebanyak 2.8 miliar rupiah untuk

empat hari keterlambatan. Seharusnya jika berpedoman kepada peraturan

perundang-undangan maka denda yang seharusnya adalah sebanyak 4 miliar

rupiah.

Apabila dilihat dari alasan kenapa PT. Nippon Indosari Corpindo

telat dalam melakukan pelaporan setelah melakukan akuisisi atau

pengambilalihan saham PT Prima Top Boga adalah karena PT Nippon

Indosari Corpindo merupakan Perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh

asing atau dalam arti lain perusahaan penanaman modal asing. Sebagai

perusahaan penanaman modal asing pihak PT Nippon Indosari Corpindo

9 Susanti Adi Nugroho, hukum Persaingan Usaha DI Indonesia,… h. 586.

Page 77: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

67

mengatakan bahwa mereka terlebih dahulu harus menerima izin dari pihak

BKPM untuk selanjutnya baru melakukan pelaporan kepada KPPU. Dalam

persidangan majelis menghadirkan pihak dari BKPM terkait dengan alasan

pihak PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk telat dalam melakukan pelaporan.

Dalam persidangan pihak BKPM mengatakan bahwa mereka tidak memilki

kewajiban untuk mengeluarkan perizinan terkait dengan pelaporan atas

akusisi atau pengambialihan saham kepada KPPU. Pelaporan harus

dilakukan oleh pihak yang melakukan pengambilalihan saham yaitu selama

paling lambat 30 hari setelah keluarnya keputusan Kementrian Hukum dan

Ham tentang efektif yuridisnya pengambilalihan saham tersebut.

Berdasarkan kepada kasus PT Nippon Indosari Corpindo Tbk dengan

Nomor perkara 07/KPPU-M/2018 dapat kita analisis pertimbangan-

pertimbangan yang dilakukan oleh majelis komisi terhadap keterlambatan

pelaporan yang dilakukan oleh PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk atas

pengambilalihan saham PT. Prima Top Boga. Pertimbangan-pertimbangan

majelis komisi sebelum memutuskan perkara tentang kasus PT Nippon

Indosari Corpindo Tbk adalah

Pertama, majelis komisi berdasarkan Pasal 36 huruf (d) Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 memiliki hak dan wewenag dalam

menyimpulkan hasil dari penilaian dan penyelidikan dan atau pemeriksaan

terhadap PT Nippon Indosari corpindo Tbk yang telah dilakukan oleh

komisi Pengawas Persaingan usaha atas keterlambatan pelaporan atas

pengambilalihan sahan yang dilakukan oleh PT Nippon Indsari Corpindo

Tbk terhadap PT Prima Top Boga. Kesimpulan yang diberikan oleh majelis

berdasarkan kepada hasil penyelidikan oleh komisi, hasil dari keterangan

terlapor, hasil dari keterangan saksi dan juga hasil dari keterangan instansi-

instansi yang berwenag dalam hal ini

Majelis komisi dalam perkara ini harus memberikan putusan paling

lambat 30 hari setelah pemeriksaan lanjutan telah selesai dilakukan. Tujuan

Page 78: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

68

diberikannya batas waktu adalah agar perkara ini tidak memakan waktu

yang lama untuk menyelesaikannya agar para pelaku usaha dapat

menyelesaikan kewajiban yang harus mereka penuhi dan kembali

melanjutkan kegiatan usaha yang mereka lakukan agar usaha yang mereka

lakukan tidak terhenti sehingga tetap bisa menggerakkan perekonomian

Negara.

Kedua, pada bagian ini majelis komisi memberikan pertimbangan-

pertimbangan terhadap hal-hal yang bisa memberatkan sanksi yang bisa

diterima oleh terlapor yang dalam kasus ini yaitu PT. Nippon Indosari

Corpindo Tbk karena erlambat dalam melakukan pelaporan pengambilalihan

saham Pt prima Top Boga. Hal-hal yang memberatkan terlapor dalam kasus

ini adalah

1. Bahwa dalam kasus pengambilalihan saham ini terlapor yaitu PT

Nippon Indosari corpindo tbk sangan terlambat dalam merespon surat

pemberitahuan yang di layangkan oleh komisi kepada terlapor agar

melakukan pemberitahuan kepada komisi karena telah melakukan

pengambilalihan saham. Tapi dalam pembelaannya terlapor

menyatakan bahwa terlapor adalah adalah perusahaan pananaman

modal asing dan harus mendapatkan persetujuan dari BKPM terlebih

dahulu baru dinyatakan sah atau efektif secara yuridis sehingga

menurut terlapor tidak ada keterlambatan dalam pemberitahuan.

2. Pada bagian yang bisa memberatkan sanksi terlapor yang kedua adalah

dimana majelis menghadirkan pihak dari lembaga yang berwenangi,

dan ahli yang mana tujuannya menjelaskan tentang aturan-aturan

berdasarkan lembaga tersebut seperti dari BKPM, kemenkumham.

Sebelumnya dalam keterangan terlapor bahwa terlapor merupakan

perusahaan penanaman modal asing harus mendapatkan persetujuan

dari BKPM. Setelah mendapatkan persetujuan barulah

pengambilalihan efektif secara yuridis dan mulai masuk wajib lapor

kepada komisi KPPU.

Page 79: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

69

Dalam persidangan ini pihak BKPM menyatakan bahwa mereka

tidak memiliki wewenang dan tidak menjadi patokan untuk ketentuan

efektif yuridis terhadap ketentuan pengambilalihan saham yang

dilakukan terlapor meskipun terlapor mrupakan perusahaan

penanaman modal asing. Karena menurut BKPM mereka hanya

berwenang memberikan izin terhadap penanaman modal asing dan

bukan menentukan efektif yuridis.

Di dalam persidangan juga dikatan menurut ahli bahwa tidak ada

perbedaan efektif yuridis dari perusahaan penanaman modal asing

(PMA) dengan perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Tidak adanya perbedaan ini menurut ahli karena setiap perusahaan

asing yang ingin melakukan kegiatan usaha atau menanamkan modal

di Indonesia harus dalam bentuk perseroan terbatas (PT) sehingga

aturannya berlaku sama yaitu undang-undang tentang perseroan

terbatas (PT) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.

Tetapi didalam persidangan ini pihak terlapor yaitu PT. Nippon

Indosari Corpindo Tbk tetap tidak mersa bersalah atau terlambat dalam

melakukan kewajiban laporan kepada komisi KPPU sehingga majelis

komisi mempertimbangkan bahwa hal ini memperberat sanksi

terhadap terlapor.

3. Pada bagian pemberatan yang ketiga majelis menyatakan bahwa

seharusnya sebagai perusahaan publik PT. Nippon Indosari corpindo

sudah seharusnya mengetahui semua aturan perundang-undangan yang

mengatur terkait dengan merger dan pengambilalihan saham. Sebagai

perusahaan besar dan juga sebagai perusahaan asing yang melakukan

kegiatan usaha seharusnya PT. Nippon Indosari corpindo Tbk memang

harus mengetahui seluk-beluk tentang peraturan yang berlaku di

Indonesia mengingat Indonesia adalah Negara hukum sehingga setiap

kegiatan korporasi berdasarkan dengan hukum yang berlaku.

Berdasarkan kepada pertimbangan majelis komisi yang

memberatkan sanksi terlapor yaitu PT. Nippon Indosari Corpondo Tbk

Page 80: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

70

dapat dilihat bahwa terlapor tidak melakukan konsultasi terlebih

dahulu sebelum melakukan pengambilalihan saham kepada KPPU

sehingga terjadi salah pengertian terhadap undag-undang yang berlaku.

Bisa juga dalam kasus ini pihak telapor tidak mempelajari secara

terperinci dan tidak memahami terlebih dahulu tentang aturan yang

berlaku di BKPM tentang penanaman modal asing dan aturan tentang

larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, dan

aturan yang mengatur tentang perseroan terbatas.

Badan hukum atau perorangan yang akan melakukan kegiatan

usaha di Indonesia seharusnya memahami dan mempelajari terlebih

dahulu tentang aturan hukum yang berkaitan dengan usaha mereka,

atau bisa juga melakukan konsultasi kepada lembaga-lembaga yang

terkait. Tujuannya adalah agar kegiatan usaha yang dijalankan oleh

pelaku usaha tersebut berjalan sesuai dengan aturan hukum yang

berlaku di Indonesia. Apabila usaha tersbut berjalan secara illegal

makan akan merugikan banyak pihak dan tentunya juga bisa

mempengaruhi kegiatan ekonomi di Indonesia.

Ketiga, pada bagian pertimbangan yang meringankan sanksi dari

pihak terlapor majelis komisi memberikan tiga point yang

meringankan

1. Point pertama adalah majelis menilai kalau pihak telapor

bersikap kooperatif dalam melakukan persidangan. Sikap

kooperati ini bisa juga dinilai bahwa pihak terlapor sangan

mengahargai proses hukum yang sedang berlangsung dan juga

pihak terlapor bertanggung jawab terhadap pelanggaran yang

telah dilakukannya sehingga menjadi nilai tambah untuk

meringankan sanksi oleh majelis komisi.

2. Terlapor belum pernah dihukum karena melanggar Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999. Alasan ini bisa menjadi

pertimbangan majelis komisi bahwa pihak terlapor bukanlah

pihak yang suka melakukan pelanggaran atau membuat

Page 81: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

71

permasalahan. Apabila sutau perusahaan pernah mendapatkan

hukuman bisa jadi hal tersebut menjadi nilai pemberat atas

sanksi yang diberikan.

3. Terlapor dalam menyelenggarakan usaha memberikan nilai

tambah bagi perekonomian Negara. Sebagai perusahaan public

dan perusahaan yang besar tentu memberikan dampak yang

sangan besar bagi perekonomian Negara. Dampak-dampak

yang bisa kita lihat dari hadirnya perusahaan tersebut adalah

terbukanya lapangan kerja bagi para masyarakan Indonesia.

Dengan adanya lapangan kerja bagi masyarakat maka akan

menggerakkan roda perekonomian Negara karena dengan

adanya kerja maka akan ada uang untuk memenuhi kebutuhan

hidup dan juga keinginan dari masyarakat itu sendiri. Dengan

berputarnya roda perekonimian dengara maka perekonomian

suatu Negara akan tumbuh dan berkembang. Dampak lainnya

adalah pemasukan bagi Negara melalui pajak. Dengan

dibayarkannya pajak maka kas Negara akan memiliki uang

sehingga roda pemerintahan akan berjalan dan fasilitas Negara

seperti jalan, bandara, dan lain lain akan terus meningkat.

Berdasarkan pertimbangan dari majelis komisi tersebut maka majelis

komis memutuskan sanksi yang akan diberikan kepada terlapor yaitu PT.

Nippon Indosari Corpindo Tbk sebagai berikut

1. Majelis komisi menyatakan bahwa terlapor secara sah dan meyakinkan

telah melanggar Pasal 29 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 jo

pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010.

Putusan pertama ini berdasarkan kepada pertimbangan hakim

setelah melihat dan mendengar keterangan dari pihak BKPM,

Kemenkumham, dan ahli hukum persaingan usaha dan juga keterangan

dari terlapor yang menyatakan bahwa terlapor adalah perusahaan

penanaman modal asing dan harus menunggu izin dari BKPM.

Page 82: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

72

Keterangan terlapor pun telah dibantah oleh pihak BKPM dan

menyatakan tidak memiliki wewenang dalam hal penetapan efektif

yuridis, sedangkan menurut ahli bahwa undang-undang mengatur

perusahaan penanaman modal asing dan perusahaan penanaman modal

dalam negeri sama karena baik perusahaan asing maupun dalam negri

harus berbentuk perseroan terbatas (PT) yang diatur oleh undang-

undang perseroan terbatas.

2. Majelis komisi menghukum terlapor dengan membayar denda sebesar

Rp 2.800.000.000,00 ( dua miliar delapan ratus juta rupiah) yang

disetor kedalam kas Negara.

Berdasarkan kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 jo

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa

setiap keterlabatan pelaporan makan didenda sebanyak Rp

1.000.000.000 ( satu miliar rupiah) perhari keterlambatan. PT Nippon

Indosari Corpindo Tbk telah terlambat melakukan pelaporan sebanyak

4 hari yang seharusnya dijatuhkan denda sebanyak Rp 4.000.000.000 (

empat miliar Rupiah). Sebagaimana yang penulis sebelumnya bahwa

majelis mempunyai wewenang yang tidak terikat dengan undang-

undang yang artinya majelis bisa menjatuhkan sanksi kepada terlapor

berdasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan yang telah di periksa

dan diselidik oleh komisi. Tujuan dari kebebasan yang dimiliki oleh

majelis menurut pendapat penulis adalah supaya para pelaku usaha

yang melakukan pelanggaran tidak mengalami kehancuran sehingga

menutup kegiatan usaha mereka. Apabila ditutup kegiatan usaha

mereka tentu juga akan berpengaruh kepada perekonomian Negara.

Factor kooperatif yang menjadi pertimbangan hakim bisa menjadi

alasan diringankannya jumlah denda yang harus dibayarkan oleh

terlapor. Kooperatif dalam persidangan menjadi salah satu alasan

untuk diringankannya suatu hukuman di dalam pengadilan manapun

bahkan dalam pengadilan pidana. Menurut penulis sikap kooperatif

Page 83: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

73

bisa ditinkan sebagai pengakuan bahwa kita bersalah dan menghargai

proses hukum yang berlaku sehingga hukuman kita dikurangkan.

3. Putusan ketiga dari majelis adalah terlapor untuk melaporkan dan

menyerahkan salinan bukti pembayaran denda ke KPPU

Pada putusan ini majelis memastikan bahwa terlaor benar-benar

telah melakukan kewajibannya untuk membayar denda dengan

menyerahkan bukti ke KPPU

Penjatuhan sanksi oleh majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha

kepada PT Nippon Indosari Corpindo Tbk jika ditelaah berdasarkan teori

efektifitas hukum maka penerapan sanksi oleh majelis komisi pengawas

persaingan usaha sudah efektif secara hukum. Alasan kenapa sanksi

tersebut telah efektif secara hukum adalah karena sanksi yang dijatuhkan

oleh majelis komisi tidak bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku

di Indonesia. Meskipun dalam peraturan pemerintah menyatakan bahwa

untuk setiap hari keterlambatannya didenda sebesa 1 miliar rupiah, namun

komisi dapat memutuskan sanksi denda yang sesuai dengan kasus yang

sedang tangani berdasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan. Majelis

komisi juga diberi kewenanga yang bebas untuk menjatuhkan sanksi sesuai

dengan perimbangan hasil penyelidikan dan ketrangan saksi yang tujuannya

adalah agar tidak memberatkan para pelaku usaha.

Sanksi denda yang dijatuhkan oleh majelis komisi kepada terlapor pun

dalam kasus ini berada dalam rentang sanksi denda yang diperbolehkan.

Rentang sanksi denda yang diatur oleh undang-undang adalah satu miliar

rupiah untuk sanksi denda paling rendah dan dua puluh lima miliar rupiah

untuk sanksi denda yang paling maksimal. Majelis dalam kasus ini

menjatuhkan denda sebesar Rp. 2.800.000.000,- ( dua miliar delapan ratus

juta rupiah) yang masih berada dalam rentang sanksi denda berdasarkan

kepada pertimbangan yang telah diberikan oleh majelis hakim. jadi

peraturan perundang-undangan tentang persaingan usaha sudah efektif

pelaksanaannya di Indonesia.

Page 84: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat

ditarik kesimpulan

1. Putusan Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha atas kasus

keterlambatan Pelaporan Pengambilalihan saham Oleh PT. Nippon

Indosari Corpindo Tbk adalah

a) Menyatakan bahwa Terlapor terbukti secara sah dan

meyakinkan melanggar Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 jo. Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun

2010

b) Menghukum Terlapor membayar denda sebesar

Rp2.800.000.000,00 (Dua Miliar Delapan Ratus Juta Rupiah)

yang harus disetor ke Kas Negara seb agai setoran pendapatan

denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja

Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah

dengan kode penerimaan 425812 (Pendapatan Denda

Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

c) Memerintahkan Terlapor untuk melaporkan dan menyerahkan

salinan bu kti pembayaran denda tersebut ke KPPU.

2. Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam menjatuhkan

Putusan terhadap kasus yang sedang ditangani selalu berpedoman

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Setiap putusan pasti merujuk kepada peraturan yang ada, tetapi

majelis KPPU diberi kebebasan untuk menentukan sendiri putusan

bagi para terlapor berdasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan

yang didapat dari dalam persidangan. Tujuannya supaya tidak

Page 85: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

75

memberatkan bagi para pelaku usaha sehingga usahanya tetap bisa

berjalan.

Pada kasus PT Nippon Indosari Corpindo Tbk, majelis

menjatuhkan sanksi denda sebesar Rp 2.800.000.000,- ( dua miliar

delapan ratus juta rupiah ). Sanksi ini lebih ringan dari yang

seharusnya yaitu sebesar Rp 4.000.000.000 ( empat miliar rupiah ).

Alasan majelis menjatuhkan sanksi lebih kecil dari yang

seharusnya adalah karena dalam pertimbangannya majelis melihat

sikap kooperatif dari terlapor dan juga terlapor sebagai penggerak

perekonomian Negara.

Putusan majelis pada kasus ini pun tidak melanggar

peraturan perundang-undangan yang berlaku karena dalam

peraturannya menetapkan sanksi denda paling sedikit adalah

sebanyak Rp. 1.000.000.000 ( satu miliar rupiah ) dan paling

banyak Rp 25.000.000.000 ( duapuluh lima miliar rupiah )

sehingga putusan ini masih dalam koridor hukum yang berlaku

namun diringankan berdasarkan pertimbangan hakim.

Jika diuji dengan teori efektifitas maka penerapan sanksi

denda yang dijatuhkan oleh majelis komisi pengawas persaingan

usaha terhadap PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk atas

keterlambatan pelaporan akuisisi berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, maka peraturan perundang-

undangan mengenai pengambilalihan saham selama ini sudah

efektif.

Alasan kenapa bisa dikatakan efektif adalah karena

peraturan perundang-undangan telah memberi dampak positif

terhadap pelanggaran-pelanggaran dibidang persaingan usaha.

Banyak para pelaku usaha yang telah dijatuhkan sanksi

memberhentikan kegiatan pelanggaran terhadap peraturan

Page 86: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

76

persaingan usaha yang mereka lakukan. Meskipun dalam tahap

pelaksanaan atau eksekusi atas putusan sanksi dari majelis KPPU

tidak berjalan maksimal karena terkendala wewenang dalam hal

eksekusi putusan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pembahasan penelitian dan analisi permasalahan yang

telah diuraikan pada bab sebelumnya, penulis memberikan beberapa

rekomendasi terhadapa permasalahan yang terjadi dan kepada para pihak

yang terkait agar tidak terjadi lagi permasalahan yang tentu merugikan

para pihak. Rekomendasi yang akan diberikan oleh penulis adalah sebagai

berikut:

1. Dalam peraturan perundang-undangn seharusnya diwajibkan

kepada para pelaku usaha untuk melakukan konsultasi terlebih

dahulu sebelum melakukan penggabungan, peleburan, dan

pengambilalihan saham. Tujuannya adalah agar tidak

terjadinya salah informasi dan salah analisa hukum.

2. Melakukan evaluasi atau revisi terhadap peraturan perundang-

undangan yang berlaku dimana lebih dijelaskan tentang

perusahaan penanaman modal asing yang berkegiatan usaha di

Indonesia agar tidak terjadi kesalahan informasi

3. Lebih memperjelas fungsi dari lembaga-lembaga yang

berkaitan dengan penanaman modal asing di Indonesia atau

mungkin bisa jadi dengan system satu pintu sehingga tidak

terjadi simpang siur.

4. Memberikan wewenang kepada komisi pengawas persaingan

usaha untuk melakukan eksekusi sendiri terhadap putusan yang

mereka lakukan sehingga proses pelaksanaan nya lebih efisien

dan juga komisi pengawas persaingan usaha dalam fugsinya

Page 87: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

77

sebagai pelaksana undang-undang tentang persaingan usaha

bisa lebih efektif mulai dari tahap awal sampai akhir.

5. Menyediakan satu wadah konsultasi bagi para pelaku ekonomi

yang dalam wadah tersebut terdapat unsur-unsur yang komplit.

Page 88: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

78

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ali, Achmad,, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan (Jakarta: Kencana,

2010)

Asikin, Zainal, Pengantar Hukum Perusahaan, ( Jakarta: prenada media grup,

2016)

Elips,Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di Indonesia. (Jakarta:

Elips, 1999)

Hermansyah, Pokok Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, (Jakarta:

kencana,2009)

Margono, Suyud, Hukum anti Monopoli (Jakarta: Sinar Grafika, 2009)

Marzuki, Peter Mahmud, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008)

Meyliana,Devi. Hukum Persaingan Usaha. (Malang: Setara Press, 2013)

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perusahaan Indonesia, ( Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti,2010)

Nadapdap, Binoto,Hukum Perseroan Terbatas (Berdasarkan Undang-Undang No

40 Tahun 2007), (Jakarta:permata aksara, 2013)

Nugroho, Susanti Adi, hukum Persaingan Usaha DI IndonesiaI (Jakarta:

Kencana), 2012

Rahman, Abdul, hukum persaingan usaha, ( Sleman: deepublish,2018)

Rokan, Mustafa Kamal, Hukum Persaingan Usaha, (Jakarta: rajawali Pers, 2012)

Sirait,Ningrum Natasya.Hukum Persaingan di Indonesia. (Medan: Pustaka

Bangsa Press, 2004)

Page 89: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

79

Siswanto,Arie. Hukum Persaingan Usaha. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002)

Soekanto, Soerjono, Efektivitas Hukum dan Penerapan Sanksi (Bandung: CV.

Ramadja Karya, 1988)

Soekanto, Soerjono, Penegakan Hukum, (Bandung: Bina Cipta, 1983)

Sulaiman, Abdul Rasyid,Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori Dan Contoh

Kasus, (jakarta: kencana,2011)

Usman, Rachmadi, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia ( Jakarta: Sinar

Grafika,2013)

Widjaja,Rai. Hukum Perusahaan. (Jakarta: Megapoin, 2000)

Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999Tentang Larangan Praktik Monopoli Dan

Persaiingan Usaha Tidak Sehat

Peraturan pemerintah Nomor 57 tahun 2010Tentang Penggabungan Atau

Peleburan Badan Usahadan Pengambilalihan Saham Perusahaan Yang

Dapatmengakibatkan Terjadinya Praktik Monopolidan Persaingan Usaha

Tidak Sehat

Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2012Tentang

Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan Pemberitahuan Penggabungan

Atau Peleburan Badan Usaha Dan Pengambilalihan Saham Perusahaan

Peraturan komisi pengawas persaingan usaha Nomor 3 tahun 2012 Tentang

Perubahan kedua atas peraturan komisi pengawas persaingan usaha nomor

13 tahun 2010 tentang pedoman pelaksanaan tentang penggabungan atau

peleburan badan usaha dan pengambilalihan saham perusahaan yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak

sehat

Skripsi

Page 90: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

80

Skripsi akuisisi saham perusahaan dan implikasi dalam persaingan usaha tidak

sehat ditinjau dari uu.no 5 tahun 1999 (studi putusan kppu nomor.09/kppu-l/2009

tentang akuisisi saham oleh pt. carrefour indonesia terhadap pt. alfa retailindo)

oleh daniel paranata sirait mahasiswa fakultas hukum universitas sumetara utara

keterlambatan pemberitahuan kepada kppu atas pengambilalihan saham pt.

subafood pangan jaya oleh pt.balaraja bisco paloma dalam perspektif hukum

persaingan usaha (studi kasus: putusan mahkamah agung nomor 95 k/pdt.sus-

kppu/2015) oleh grace intan permatasari mahasiswa fakultas hukum universitas

slamet riyadi surakarta

Analisis Hukum terhadap Kewajiban Pemberitahuan Pengambilalihan Saham

Perusahaan kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha : Studi Kasus Putusan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 09/KPPU-M/2012 oleh Diyana

Theresia Berlian Siagian dan Ditha Wiradiputra mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Indonesia

Disparitas sanksi denda KPPU atas keterlambatan notofokasi akuisisi saham (

perbandingan kasus PT Japfa dengan LG Internasional) oleh Izmi Amalia

mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Islam negeri syarif Hidayatullah

Septi Wahyu Sandiyoga, “Efektivitas Peraturan Walikota Makassar Nomor 64 Tahun 2011

tentang Kawasan Bebas Parkir di Lima Ruas Bahu Jalan Kota Makassar”, Skripsi Universitas

Hasanuddin Makassar

Jurnal dan Artikel Ilmiah

Paulus Aluk Fajar Dwi Santo, Merger, akusisi dan konsolidasi dalam perspektif

hukum persaingan usaha,(Jurnal Binus business review vol. 2 no. 1 mei 2011)

hlm 423-433

Page 91: KETERLAMBATAN PELAPORAN DALAM AKUISISI OLEH PT NIPPON ...

81

Muchamad Arifin,Pertanggungjawaban Hukum atas Keterlambatan

Pemberitahuan Akuisisi Asing kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha, (

jurnal Lex Renaissance No. 2 VOL. 2 JULI 2017) hlm 259 – 277

Heni Ulfa Yuliatin Aminah, Ikarini Dani Widiyanti, Nuzulia Kumala sari,

tinjauan yuridis keterlambatan melakukan pembertitahuan pengambilalihan

saham pt. Austindo nusantara jaya rent oleh pt. Mitra pinastika mustika ditinjau

dari undang-undang no.5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat (Studi Putusan No.09/KPPU-M/2012), (Artikel

Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014)