Assessment Psikologi Keterlambatan Bicara

download Assessment Psikologi Keterlambatan Bicara

of 27

Transcript of Assessment Psikologi Keterlambatan Bicara

KASUSSaya ibu yang bekerja mempunyai putra berusia 4 tahun 1 bulan yang mana sampai saat ini anak saya belum lancar mengucapkan kata, apalagi untuk merangkai kata. Apakah hal ini ada kaitannya dengan tidak bisa diamnya anak saya (anak saya selalu ingin bergerak kesana kemari), tapi kalau diajak bercerita anak selalu memandang (kontak mata ada) malah kalau dia bicara kita tidak melihat ke matanya dia akan memalingkan wajah kita agar melihatnya. 1.1.Identifikasi Masalah Kasus Nama anak Jenis kelamin Umur Kebiasaan Keluhan : Putra (bukan nama sebenarnya) : Laki-laki : 4 tahun 1 bulan : - tidak bisa diam - selalu memandang lawan bicara : Belum lancar mengucapkan kata apalagi merangkai kata Dari kasus tersebut, dapat diketahui anak berumur 4 tahun lebih namun belum lancar mengucapkan kata apalagi berbicara, hanya menggunakan bahasa isyarat tubuh saja. Anak dapat merespon setiap stimulus dari orang lain, anak selalu aktif bergerak. Dan ibu mereka sama-sama bekerja. karena merupakan Masalah keterlambatan bicara pada anak salah satu penyebab gangguan perkembangan merupakan masalah yang cukup serius yang harus segera ditangani yang paling sering ditemukan pada anak. Menurut Hurlock (2008: 194195) anak yang mengalami keterlambatan bicara, yaitu apabila tingkat perkembangan bicara anak berada di bawah tingkat kualitas perkembangan bicara anak pada umur yang sama. Yang dapat diketahui dari ketepatan penggunaan kata, yang ditandai dengan pengucapan yang tidak jelas dan dalam berkomunikasi hanya dapat menggunakan bahasa isyarat, sehingga orang tua maupun orang yang ada disekitarnya kurang dapat memahami anak. Dalam keterlambatan 1

bicara anak dapat memahami apa yang dibicarakan orang, namun dia mengalami kesulitan dalam merespon dengan menggunakan kata-kata dan hanya dapat mengunakan bahasa isyarat saja. Dampak yang paling nyata dengan adanya keterlambatan bicara pada anak yaitu anak akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi terhadap lingkungannya, orang disekitar anak akan susah memahami anak. Anak akan mengalami keputusasaan sebab mereka tidak dapat menjelaskan kebutuhan dan keinginan mereka kepada orang lain, anak juga akan mengalami kesulitan bersosialisasi terhadap teman sebaya. Dan pada akhirnya perkembangan anak akan mengalami gangguan karena tidak terpenuhinya keterampilan-keteramapilan yang dibutuhkan anak untuk dapat memenuhi tugas-tugas perkembangannya. Keterlambatan bicara tidak hanya mempengaruhi penyesuaian sosial dan pribadi anak, tetapi juga mempengaruhi penyesuaian akademis anak. Pengaruh yang paling serius adalah terhadap kemampuan membaca yang merupakan mata pelajaran pokok pada awal sekolah anak. Kemudian keadaan ini akan mempengaruhi kemampuan anak dalam mengeja. Ketidakmampuan berprestasi di sekolah, digabungkan dengan masalah penerimaan social akan menimbulkan rasa benci anak untuk bersekolah. Lebih jauh lagi, ini akan menghambat prestasi akademis anak. 1.2.Latar Belakang Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara mengacu pada simbol verbal. Selain itu bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural dan musik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk menekankan makna wicara. Pantomim adalah sebuah cara komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan aksi yang mencakup beberapa gestural (ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian tubuh) dengan

makna yang berbeda-beda. Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 - 10% pada anak sekolah. Penyebab keterlambatan bicara sangat luas dan banyak, Gangguan tersebut ada yang ringan sampai yang berat, mulai dari yang bisa membaik hingga yang sulit untuk membaik. Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya ringan dan hanya merupakan tertentu ketidakmatangan fungsi bicara pada anak. Pada usia setelah usia 2 tahun akan membaik. Bila terutama

keterlambatan bicara tersebut bukan karena proses fungsional maka gangguan tersebut harus lebih diwaspadai karena bukan sesuatu yang ringan. Semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan pemulihan gangguan tersebut. Bila keterlambatan bicara tersebut nonfungsional maka harus cepat dilakukan stimulasi dan intervensi dapat dilakukan pada anak tersebut. Deteksi dini keterlambatan bicara harus dilakukan oleh semua individu yang terlibat dalam penanganan anak ini. Kegiatan deteksi dini ini melibatkan orang tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan dokter anak yang merawat anak tersebut. Sehingga dalam deteksi dini tersebut harus bisa mengenali apakah keterlambatan bicara anak kita merupakan sesuatu yang fungsional atau yang nonfungsional. Berdasarkan Keterlambatan kesimpulan di atas, maka dapat sebagai Gangguan gangguan Berbicara dapat didefinisikan

kemampuan dalam berbahasa yang dialami oleh individu, dalam hal ini anak-anak, yang dilihat berdasarkan dalam tahapan perkembangan berbicara dan bahasa, yang disebabkan oleh beberapa factor yaitu factor fungsional (gangguan pendengaran) dan factor nonfungsional

3

(komunikasi dengan orangtua atau lingkungan sosialnya).

1.3.Landasan Teori 1.3.1. Tahapan Perkembangan Kemampuan Bicara dan Berbahasa Berikut ini akan disajikan informasi seputar tahapan perkembangan bahasa dan bicara seorang anak. Namun perlu diperhatikan, bahwa batasan-batasan yang tertera juga bukan merupakan batasan yang kaku mengingat keunikan setiap anak berbeda satu dengan yang lain. (1995) tahapan perkembangan dibagi berbahasa dapat Menurut Dr. Miriam Stoppard kemampuan berikut bicara dan sebagai (www.e-

psikologi.com) : 1) 0 - 8 Minggu Pada masa awal, seorang bayi akan mendengarkan dan mencoba mengikuti suara yang didengarnya. Sebenarnya tidak hanya itu, sejak lahir ia sudah belajar mengamati dan mengikuti gerak tubuh serta ekspresi wajah orang yang dilihatnya dari jarak tertentu. Meskipun masih bayi, seorang anak akan mampu memahami dan merasakan adanya komunikasi dua arah dengan memberikan respon lewat gerak tubuh dan suara. Sejak dua minggu pertama, ia sudah mulai terlibat dengan percakapan, dan pada minggu ke-6 ia akan mengenali suara sang ibu, dan pada usia 8 minggu, ia mulai mampu memberikan respon terhadap suara yang dikenalinya. 2) 8 - 24 Minggu Tidak lama setelah seorang bayi tersenyum, ia mulai belajar mengekspresikan dirinya melalui suara-suara yang sangat lucu dan sederhana, seperti eh, ah, uh, oh dan tidak lama kemudian ia akan mulai mengucapkan konsonan seperti m, p, b, j dan k. Pada usia 12 minggu, seorang bayi sudah mulai terlibat pada percakapan tunggal dengan

menyuarakan gaga, ah goo, dan pada usia 16 minggu, ia makin mampu mengeluarkan suara seperti tertawa atau teriakan riang, dan bublling. Pada usia 24 minggu, seorang bayi akan mulai bisa menyuarakan ma, ka, da dan sejenisnya. Sebenarnya banyak tanda-tanda yang menunjukkan bahwa seorang anak sudah mulai memahami apa yang orang tuanya atau orang lain katakan. Lucunya, anak-anak itu akan bermain dengan suaranya sendiri dan terus mengulang apa yang didengar dari suaranya sendiri. 3) 28 Minggu - 1 Tahun Usia 28 minggu seorang anak mulai bisa mengucapkan ba, da, ka secara jelas sekali. Bahkan waktu menangis pun vokal suaranya sangat lantang dan dengan penuh intonasi. Pada usia 32 minggu, ia akan mampu mengulang beberapa suku kata yang sebelumnya sudah mampu diucapkannya. Pada usia 48 minggu, seorang anak mulai mampu sedikit demi sedikit mengucapkan sepatah kata yang sarat dengan arti. Selain itu, ia mulai mengerti kata tidak dan mengikuti instruksi sederhana seperti bye-bye atau main ciluk-baa. Ia juga mulai bisa meniru bunyi binatang seperti guk, kuk, ck 4) 1 Tahun - 18 Bulan Pada usia setahun, seorang anak akan mampu mengucapkan dua atau tiga patah kata yang punya makna. Sebenarnya, ia juga sudah mampu memahami sebuah obyek sederhana yang diperlihatkan padanya. Pada usia 15 bulan, anak mulai bisa mengucapkan dan meniru kata yang sederhana bulan, dan sering didengarnya untuk kemudian yang mengekspresikannya pada porsi / situasi yang tepat. Usia 18 ia sudah mampu menunjuk obyek-obyek dilihatnya di buku dan dijumpainya setiap hari. Selain itu ia juga mampu menghasilkan kurang lebih 10 kata yang

5

bermakna. 5) 18 Bulan - 2 Tahun Pada rentang usia ini, kemampuan bicara anak semakin tinggi dan kompleks. Perbendaharaan katanya pun bisa mencapai 30 kata dan mulai sering mengutarakan pertanyaan sederhana, seperti mana ?, dimana? dan memberikan jawaban singkat, seperti tidak, disana, disitu, mau. Pada usia ini mereka juga mulai menggunakan kata-kata yang menunjukkan kepemilikan, seperti punya ani, punyaku. Bagaimana pun juga, sebuah percakapan melibatkan komunikasi dua belah pihak, sehingga anak juga akan belajar merespon setelah mendapatkan stimulus. Semakin hari ia semakin luwes dalam menggunakan kata-kata dan bahasa sesuai dengan situasi yang sedang dihadapinya dan mengutarakan kebutuhannya. Namun perlu diingat, oleh karena perkembangan koordinasi motoriknya juga belum terlalu sempurna, maka kata-kata yang diucapkannya masih sering kabur, misalnya balon jadi aon, roti jadi oti 6) 2 Tahun - 3 Tahun Seorang anak mulai menguasai 200 300 kata dan senang bicara sendiri (monolog). Sekali waktu ia akan memperhatikan kata-kata yang baru didengarnya untuk dipelajari secara diam-diam. Mereka mulai mendengarkan pesan-pesan yang penuh makna, yang memerlukan perhatian dengan penuh minat dan perhatian. Perhatian mereka juga semakin luas dan semakin bervariasi. Mereka juga semakin lancar dalam bercakap-cakap, meski pengucapannya juga belum sempurna. Anak seusia ini juga semakin tertarik mendengarkan cerita yang lebih panjang dan kompleks. Jika diajak bercakap-cakap, mudah bagi mereka untuk loncat dari satu topik pembicaraan ke yang lainnya. Selain itu, mereka sudah mampu menggunakan kata sambung sama, misalnya

ani pergi ke pasar sama ibu, untuk menggambarkan dan menyambung dua situasi yang berbeda. Pada usia ini mereka juga bisa menggunakan kata aku, saya kamu dengan baik dan benar. Dengan banyaknya kata-kata yang mereka pahami, mereka semakin mengerti perbedaan antara yang terjadi di masa lalu, masa kini dan masa sekarang. 7) 3 - 4 Tahun Anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang bersifat perintah; hal ini juga menunjukkan adanya rasa percaya diri yang kuat dalam menggunakan kata-kata dan menguasai keadaan. Mereka senang sekali mengenali katakata baru dan terus berlatih untuk menguasainya. Mereka menyadari, bahwa dengan kata-kata mereka bisa mengendalikan situasi seperti yang diinginkannya, bisa mempengaruhi orang lain, bisa mengajak teman-temannya atau ibunya. Mereka juga mulai mengenali konsep-konsep tentang kemungkinan, kesempatan, dengan andaikan, mungkin, misalnya, kalau. Perbendaharaan katanya makin banyak dan bervariasi seiring dengan peningkatan penggunaan kalimat yang utuh. Anak-anak itu juga makin sering bertanya sebagai ungkapan rasa keingintahuan mereka, seperti kenapa dia Ma ?, sedang apa dia Ma?, mau ke mana ?

7

1.3.2.

Faktor Penyebab Keterlambatan Bicara Penyebab gangguan bicara dan bahasa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1) Faktor fisiologis Keterlambatan bicara seringkali disebabkan oleh

masalah pada alat pendengaran, sistem pendengaran dan pada areal otak yang mengatur mekanisme pendengaranbicara serta otak yang memproduksi kemampuan berbicara. Sehingga dalam keterlambatan bicara dibutuhkan pemeriksaan secara klinis. Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung. Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara. Di dalam otak terdapat 3 pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahasa lisan dan tulisan. Ketiganya berada di hemisfer

dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat. Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area wernick, merupakan pusat persepsi auditoro-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah pusat persepsi visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahsa ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi. Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membrane timpani. Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea. Saat gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.

9

a. Hambatan pendengaran Pada beberapa kasus, hambatan pada

pendengaran berkaitan dengan keterlambatan berbicara. Kadang-kadang cacat pendengaran atau tuna rungu semu terjadi di sini. Tuna rungu semu adalah tuna rungu yang tidak sebenarnya. Karena tidak ada masalah baik pada alat pendengaran, alat berbicara maupun organisasi sstem indrawinya. Tetapi kecacatan anak yang disebabkan oleh orang tua yang tidak sengaja telah mengucilkan anak dari lingkungannya. Ia tidak diberi bekal informasi yang mantap untuk terus bereksplorasi. Anak disuruh menonton duna tanpa suara tanpa penjelasan. Jika anak mengalami kesulitan dalam

pendengaran, maka dia akan mengalami kesulitan dalam memahami, meniru dan menggunakan bahasa. Salah satu penyebab dari gangguan pendengaran yaitu terjadinya infeksi pada telinga.

b. Hambatan perkembangan pada otak yang menguasai kemampuan oral-motor Adanya masalah pada area oral-motor di otak menyebabkan terjadinya ketidakefisienan hubungan di daerah otak yang bertanggung jawab menghasilkan bicara. Akibatnya anak mengalami kesulitan menggunakan bibir, lidah bahkan rahangnya untuk menghasilkan bunyi kata tertentu.

2) Faktor Lingkungan

a. Masalah pembelajaran dan komunikasi dengan orang tua Masalah komunikasi dan interaksi dengan orang tua tanpa disadari memiliki peran yang penting dalam membuat anak mempunyai kemampuan berbicara dan berbahasa yang tinggi. Sebagai contoh, ibu yang pendiam akan menciptakan masa depan anak menjadi kelabu, karena bahasa sebagai alat sosialisasi dan alat berpikir manusia akan tumbuh kerdil pada jiwa anak. Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka berkomunikasi dengan anaklah yang juga membuat anak tidak punya banyak perbendaharaan katakata, kurang dipacu untuk berpikir logis, analisa atau membuat kesimpulan dari kalimat-kalimat yang sangat sederhana sekali pun. Sering orang tua malas mengajak anaknya bicara panjang lebar dan hanya bicara satu, dua patah kata saja yang isinya instruksi atau jawaban sangat singkat. Keramahan dan banyak bicara pada anak dituntut lebih banyak bila kita berhadapan atau mensiasati anak-anak yang bermasalah. Selain itu, anak yang tidak pernah diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri sejak dini (lebih banyak menjadi pendengar pasif) karena orang tua terlalu memaksakan dan hanya member instruksi pandangan mereka sendiri atau keinginan mereka tanpa member kesempatan pada anaknya untuk member umpan balik, hal ini juga dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa. bicara, menggunakan kalimat dan

b. Faktor televisi Sejauh ini, kebanyakan nonton televisi pada anakanak usia batita merupakan faktor yang membuat anak

11

lebih menjadi pendengar pasif. Pada saat nonton televisi, anak akan lebih sebagai pihak yang menerima tanpa harus mencerna dan memproses informasi yang masuk. Belum lagi suguhan yang ditayangankan berisi adeganadegan yang seringkali tidak dimengerti oleh anak dan bahkan sebenarnya traumatis (karena menyaksikan adegan perkelahian, kekerasan, seksual atau pun acara yang tidak disangka member kesan yang mendalam karena egosentrisme yang kuat pada anak dank arena kemampuan kognitif yang masih belum berkembang). Akibatnya, dalam seharusnya otak jangka waktu tertentu yang mana mendapat banyak stimulasi dari

lingkungan atau orang tua untuk kemudian memberikan timabal balik kembali, namun karena yang memberikan stimulasi adalah televise (yang tidak membutuhkan respon apa-apa dari penontonnya) maka sel-sel otak yang mengurusi masalah bahasa dan bicara akan terhambat perkembangannya.

3) Faktor Psikologis Keterlambatan dalam berbicara juga perlu diperiksa secara psikologis agar dapat dipahami fungsi-fungsi lain yang berhubungan dengan kemampuan berbicara dan berbahasa seperti tingkat intelegensi dan tingkat sosialemosional anak. Dalam hal ini, orang tua mempunyai pengaruh untuk meningkatkan perkembangan sosialemosional pada anak. Anak-anak perlu dilatih emosinya dan pengenalan irama, anak juga belajar mengucapkan katakata dalam nyanyian tersebut. Selain itu, anak juga diberikan tempat yang seluas-luasnya untuk berinteraksi dengan orang lain, dikenalkan pada berbagai aturan, norma dan disiplin, mengerti suasana hati anak dengan selalu member

sentuhan emosional, atau sentuhan kehangatan (emotionalattachment), Dengan merangkul atau memeluknya dan yang terpenting bagaimana memberikan waktu panjang pada anak untuk mengasah kreativitasnya. Untuk melihat semua itu, maka perlu dilakukan pemeriksaan psikologis. Pemeriksaan secara psikologis ini juga dimaksudkan untuk melihat sejauh mana pengaruh dari hambatan yang dialami anak tersebut terhadap kemampuan emosional dan intelektualnya.

1.3.3. Tipe gangguan Perkembangan Bahasa Anak Menurut Sutadi dan Deliana dalam Permasalahan anak Taman kanak-kanak membagi tipe gangguan perkembangan bahasa menjadi tiga: 1) Gangguan memahami bahasa yang diterima Gangguan terdapat pada anak-anak yang mengalami lemah mental berat. Gangguan ini sudah bisa dilihat sejak awal oleh orangtua. Anak dengan gangguan ini disarankan untuk dimasukkan ke sekolah luar biasa.

2) Gangguan pada bahasa yang telah dikuasai, sebagai akibat dari trauma atau gangguan neurologi Pada gangguan ini, perlakuan yang dapat diberikan adalah tindakan medis. Kalau ada anak yang mengalami gangguan ke dokter. semacam ini di sekolah, guru sebaiknya menganjurkan kepada orangtuanya untuk memeriksakannya

13

3) Keterlambatan dalam berbahasa a. Tipe reseptif (kesukaran menerima

bahsa yang dibicarakan) Gangguan berbahasa tipe reseptif adalah kegagalan untuk mengembangkan pengertian bahasa (decoding) dan ekspresi vocal bahasa (encoding). Gangguan ini disebabkan oleh kekurangan yang terdapat dalam persepsi sensori (pengenalan symbol-simbol) visual (gambar), atau auditori (suara), atau integrasi keduanya yaitu menghubungkan atau memanipulasi symbol-simbol visual dan auditori. Contohnya mengenal bahwa antara sepatu dan kaus kaki terdapar semacam hubungan, gudang ingatan (kemampuan memproduksi rangkaian symbol visual atau auditorik beberapa saat setelah disajikan. Contoh lain, anak yang baru melihat gambar rumah, tidak dapat mengatakan bahwa itu adalah rumah karena gudang ingatannya terganggu, juga kemampuan memberikan urutan (kemampuan untuk mengenal symbol secara berurutan seperti yang disajikan) terganggu, misalnya setelah diperkenalkan symbol angka dari angka satu sampai sepuluh, anak tidak bias menyebutkannya secara urut.

b. Tipe ekspresif Gangguan mengembangkan tipe ekspresi ini vocal adalah bahasa kegagalan (encoding)

sedangkan kemampuannya untuk mengerti bahasa tetap utuh. Artikulasi (pegucapan kata) umumnya immature (belum matang) dan huruf-huruf yang sulit dibunyikan seperti R, S, L, Z, dan Y sering dilewati atau diganti

dengan huruf lain misalnya R menjadi L, L menjadi Y, S menjadi T, orang dan sebagainya. Misalnya tapi anak dia mendangar mengucapkan sandal,

menirukan kata tersebut dengan tandal, tetapi dia mengerti apa yang dimaksud dengan sandal itu, hanya pengucapan saja yang tidak sempurna.

1.4.Pengertian Assessment Dan Tujuan Assessment 1.4.1. Pengertian Assessment Proses mengumpulkan informasi yang biasanya digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang nantinya akan dikomunikasikan kepada pihak-pihak terkait oleh asesor (Nietzel dkk,1998). 1.4.2. Tujuan Assessment Psikologi Tujuan assessment ini adalah untuk membuat deskripsi, membuat potret yang akurat mengenai status psikologis seseorang.

1.4.3. Tahapan Assessment Psikologi 1) Screening, kesanggupan pendekatan yaitu yang memprediksi dan akan digunakan tentang kepada

assessor

menentukan

assesee berdasarkan usia, kepribadian, dan halhal yang bersifat personal dari assesee. 2) Identifikasi masalah, yaitu menjabarkan secara jelas tentang kesulitan yang dialami oleh assesee serta menganalisis factor-faktor yang mungkin berpengaruh dalam gangguan yang dialami oleh

15

assesee. 3) Seleksi treatment, yaitu menentukan metode dan instrument yang akan digunakan dalam proses treatment. 4) Evaluasi treatment, yaitu evaluasi terhadap

keefektifan treatment yang telah diberikan. Dalam tahapan ini akan ditentukan apakah treatmenttreatment tersebut berhasil atau tidak dalam menangani gangguan yang dialami oleh assesee.

1.5.RANCANGAN Rancangan assessment keterlambatan bicara fungsional biasanya tidak memerlukan penanganan secara khusus. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya akan membaik setelah usia 2 tahun. Meskipun penyebabnya bukan karena kurang stimulasi, tetapi keadaan ini memerlukan stimulasi yang lebih dibandingkan anak yang normal. Stimulasi yang lebih ini tidak harus melalui terapi bicara oleh seorang terapis yang memerlukan dana dan waktu yang tidak sedikit. Meskipun terapi bicara juga tidak merugikan bagi anak. Pada anak normal tanpa gangguan bicara dan bahasa juga perlu dilakukan stimulasi kemampuan bicara dan bahasa sejak lahir. Bahkan bisa juga dilakukan stimulasi sejak dalam kandungan. Dengan stimulasi lebih dini diharapkan kemampuan bicara dan bahsa pada anak lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas komunikasinya. Pada keterlambatan bicara nonfungsional harus dilakukan

stimulasi dan intervensi sejak dini secara khusus oleh tenaga profesional sesuai penyebabnya. Semakin dini upaya tersebut dilakukan akan meningkatkan keberhasilan penanganan keterlambatan bicara tersebut. Gangguan keterlambatan nonfungsional perlu dilakukan pendekatan secara multi disiplin ilmu. Penanganan keterlambatan bicara dilakukan pendekatan medis sesuai dengan penyebab kelainan

tersebut. Multi disiplin ilmu yang terlibat adalah dokter anak dengan minat tumbuh kembang anak, neurologi anak, gastroenterologi anak, alergi anak, psikolog anak, psikiater anak, rehabilitasi medik, serta klinisi atau praktisi lainnya yang berkaitan. 1.5.1. Metode Assessment 1) Interview Interview merupakan merupakan yang dasar sangat dalam luas. asesmen Ada dan sumber beberapa

kelebihan interview antara lain: a. Merupakan hal biasa dalam interaksi sosial sehingga memungkinkan untuk mengumpulkan sampel tentang perilaku verbal atau non verbal individu bersama-sama. b. Tidak membutuhkan peralatan atau perlengkapan khusus dan dapat dilakukan dimanapun juga. c. Mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi. Klinisi bebas untuk melakukan inquiry (pendalaman) terhadap topik pembicaraan yang mungkin dapat membantu proses asesmen. Tetapi interview dapat terdistorsi oleh karakteristik dan pertanyaan interviewer, karakteristik klien dan oleh situasi pada saat interview berlangsung maka dari itu selain interview, assessor juga memetode aaessment yang lain untuk melengkapi data interview.

2) Observasi Tujuan observasi adalah untuk mengetahui lebih jauh di luar apa yang dikatakan klien. Banyak yang mempertimbangkan bahwa observasi langsung mempunyai tingkat validitas yang tertinggi dalam asesmen. Hal itu berhubungan dengan kelebihan observasi antara lain:

17

a. Observasi dilakukan secara langsung dan mempunyai kemampuan untuk menghindari permasalahan yang muncul selama interview dan tes seperti masalah memori, jenis respon, motivasi dan bias situasional. b. Relevansinya terhadap perilaku yang menjadi topik utama. Misalnya perilaku agresif anak dapat diobservasi sebagaimana perilaku yang ditunjukkan dalam lingkungan bermain dimana masalah itu telah muncul. c. Observasi dapat mengases perilaku dalam konteks

sosialnya. Misalnya untuk memahami seorang pasien yang kelihatan depresi setelah dikunjungi keluarganya, akan lebih bermakna dengan mengamati secara langsung daripada bertanya, Apakah Anda pernah depresi?. d. Dapat mendeskripsikan perilaku secara khusus dan detail. Misalnya untuk mengetahui tingkat gairah seksual seseorang dapat diobservasi dengan banyaknya cairan vagina yang keluar atau observasi melalui bantuan kamera.

3) Test Seperti interview, tes juga memberikan sampel perilaku individu, hanya saja dalam tes stimulus yang direspon klien lebih terstandardisasikan daripada interview. Bentuk tes yang sudah standar tersebut membantu untuk mengurangi bias yang mungkin muncul selama proses asesmen berlangsung. Respon yang diberikan biasanya dapat diubah dalam bentuk skor dan dibuat analisis kuantitatif. Hal itu membantu klinisi untuk memahami klien. Skor yang didapat kemudian diinterpretasi sesuai dengan norma yang ada.

1.6.Alat Ukur 1.6.1. Check list (Observasi)

a. Lembar observasi untuk anak No. Aspek 1. a. Menyendiri b. Rendah diri c. Diberikan intervensi yang bersifat menekan oleh keluarganya d. Cepat merespon lawan bicara e. Penggunaa n bahasa isyarat f. Bersikap pasif dalam berinteraksi dengan lingkungan g. Takut mengemuk akan pendapat h. Memanfaat kan fasilitas yang berhubunga n dengan perkemban gan bahasa i. Berkumpul dengan anggota keluarga lain j. Kontak mata dengan lawan 19 Selalu Sering Kadangkadang Jarang Tidak pernah

bicara

1.6.2. Interview Guide 1) Aspek fisiologis dan neurologis a. Bagaimana kondisi kesehatan anak ibu ketika masih di dalam kandungan? b. Bagaimana asupan gizi yang dikonsumsi oleh si ibu saat mengandung? c. Bagaimana riwayat kesehatan anggota keluarga (ayah, ibu, keluarga besar)?

2) Aspek Psikologis a. Bagaimana perkembangan bahasa / bicara pada anak? b. Bagaimana hubungan interaksi anak dengan anggota keluarga lainnya? c. Bagaimana hubungan interaksi anak dengan teman sebayanya? d. Sejauhmana anak diberikan dorongan atau rangsangan untuk berbicara? e. Bagaimana gambaran pribadi anak? f. Seberapa besarkah minat anak untuk belajar berbicara? 3) Aspek lingkungan a. Sejauhmana peran orangtua dalam memfasilitasi perkembangan bahasa anak? b. Apa saja aktivitas yang dilakukan oleh anak di rumah dan lingkungan sekitar?

1.6.3. Tes Psikologi Macam-macam test yang digunakan dalam assessment keterlambatan bicara pada anak, antara lain: 1) Tes Stanfort-Binet Untuk mengungkap inteligensi seorang anak, maka digunakan tes binet atau Stanford-Binet Intelligence Scale. Materi yang terdapat dalam Skala Stanford-Binet berupa sebuah kotak berisi bermacam-macam benda mainan tertentu yang akan disajikan pada anak-anak (sebagaimana telah disebutkan terdahulu, skala ini dimaksudkan untuk mengukur inteligensi anak-anak), dua buah buku kecil yang memuat cetakan kartu-kartu, sebuah buku catatan untuk mencatat jawaban dan skornya, dan sebuah manual/petunjuk pelaksanaan pemberian tes. Versi terbaru skala StanfordBinet diterbitkan pada tahun 1986. dalam revisi terakhir ini konsep inteligensi dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes. Yang pertama adalah tipe penalaran yang diwakili oleh tes kosakata dan keganjilan. Kedua, penalaran kuantitatif diwakili oleh tes kuantitatif dan rangkaian angka. Yang ketiga adalah penalaran visual abstrak dengan tes melipat kertas dan mengkopi. Dan terakhir adalah memori jangka pendek yang meliputi tes memori kalimat, memori sajian urutan benda. Dalam tes ini dapat diketahui mengenai perkembangan bahasa dan berbicara pada anak melalui subtest-subtest yang berhubungan dengan kemampuan bahasa dan berbicara anak seperti dalam subtestpenalaran verbal (kosakata dan keganjilan), penalaran kuantitatif (tes kuantitatif dan penalaran angka), dan memori jangka pendek (memori kalimat dan memori sajian urutan benda).

21

2) Skala Receptive Expressive Emergent Language Skala Receptive Expressive Emergent Language (REEL) adalah salah satu jenis instrumen yang berbentuk kuesioner yang diisi oleh orang tua. REEL pertama kali dipakai tahun 1971, yang kemudian mengalami revisi pertama kali tahun 1991, dan yang terakhir, REEL -3, tahun 2003. Skala REEL menggunakan model penilaian tridimensi, yaitu menilai perkembangan bahasa menurut isi, bentuk dan pemakaian bahasa, menurut 4 tahap perkembangannya seperti yang iuraikan oleh Bzoch, dan juga menurut proses berbahasanya baik resptif maupun ekspresif. Kuesioner penilaiannya dibagi dalam 2 subskala yaitu komponen bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Masing-masing subskala terdiri dari 66 pertanyaan. Empat tahap usia perkembangan bahasa dalam skala REEL adalah tingkat pertama ( 0- 3 bulan), kedua (3-9 bulan), ketiga (9-18 bulan ) dan tingkat keempat (18-36 bulan). 24 Kelompok usia yang terakhir ini yang akan dipakai dalam penelitian ini. Pengisian kuesioner dapat melalui wawancara langsung dengan orang tua atau care giver atau pemberi laporan dapat mengisi sendiri formulir kuesioner. Pengisian kuesioner ini membutuhkan waktu kira-kira 15-20 menit, dapat dilakukan di klinik atau dirumah. Tiap subskala REEL akan dihitung skor masing masing. Skor yang didapat dari tiap subskala ini merupakan nilai mentah yang akan dikonversikan lagi menjadi skor kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif. Hasil penjumlahan nilai mentah reseptif dan ekspresif juga akan dikonversikan menjadi skor kemampuan bahasa (language ability score = LAS). Berdasarkan nilai kemampuan bahasa anak dapat ditentukan tingkat perkembangan bahasa, dengan demikian akan terlihat apakah ada keterlambatan dalam perkembangan

bahasanya. 3) Phonological Assessment Of Children (media.wiley.com) Phonological Assessment Of Children ini dikembangkan oleh Arthur J. Compton, Ph.D., alat ini telah diujicobakan kepada lebih dari 200 anak-anak dengan berbagai gangguan berbicara. Tes ini tepat digunakan untuk evaluasi dan analisis pola gangguan berbicara pada anak. Digunakan secara berurutan, ini membantu memberikan sebuah analisis bahasa yang lengkap pada kesalahan-kesalahan artikulasi anak-anak. Proses evaluasi dan analisisnya hanya membutuhkan waktu sekitar 45-60 menit. Phonological Assessment Of Children ini terdiri dari 51stimulus berupa gambar dan 25 panduan analisis respon. Dari tes ini dapat diperoleh contoh cara pengucapan yang menggunakan gambar sebagai stimulus. Buku panduannya akan membantu proses analisis kemampuan bahasa dan berbicara anak. Dan panduan desain khusus responakan membantu merekam hasil pada sebuah lembar code berwarna,

23

Phonological Assessment Of Children Alur fungsi Phonological Assessment Of Children

4) Analysis of Incomplete Sentences Ini merupakan salah satu teknik proyeksi dalam psikologi analisis. Tes ini mengungkap bagaimana perasaan, perilaku individu melalui proses melengkapi kalimat yang disajikan. Biasanya, tes ini berisi pernyataan tentang apa yang disukai atau tidak disukai, tentang keluarga, sahabat, dan teman, cita-cita, keinginan, apa yang menyebabkan anak itu sedih atau senang, dan bagaimana upaya assessor dalam memahami masalah yang dihadapi oleh anak. Untuk mengetahui bagaimana kondisi psikis anak. Dan dari hasil tes ini dapat diketahui juga bagaimana kecemasan, ketakutan, dan apa yang menghambatnya untuk mengemukakan pendapatnya. Berikut adalah beberapa contoh tes ini:

Saya adalah _______________________ Ibu saya adalah ____________________ Ayah saya adalah ___________________ Saya harap ibu saya ________________ Saya harap ayah saya ________________ Saya takut jika ______________________ Saya berbicara ketika ________________ Saya diam ketika ___________________ Saya sulit untuk berbicara karena _______ 5) HTP (House Tree Person) Tes ini dilakukan untuk mengetahui keadaan jiwa anak apakah keterlambatan dipengaruhi oleh keadaan psikis anak. Sebab tes ini dirancang untuk menilai penyesuaian kepribadian seseorang. Dasar interpretasi pada ter HTP ini adalah dengan melihat tipe figure yang digambar, kompusisi dalam menggambar dan hubungan antar masing-masing figure dalam gambar.

25

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2006. Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hulock, Elizabeth. 2008. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga Mahasiswa Psikologi UNNES (editor: Sri Maryati Deliana). 2006. Diagnosis Anak Bermasalah. Semarang: Tidak diterbitkan Nuraeni, M.A. 1997. Intervensi Dini Bagi Anak Bermasalah. Jakarta: Rineka Cipta Sutadi, Rusda Koto. Tanpa tahun. Permasalahan Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta: tidak diterbitkan Thomson, L Charles, dan Henderson, A. Donna. 2007. Counseling Childrent. California: Thomshon Brooks/Cole Wiramihardja, Sutardjo A. 2004. Pengantar Psikologi Klinis. Bandung: Refika Aditama http://www.e-psikologi.com/anak/bicara-1.htm http://www.e-psikologi.com/anak/bicara-2.htm http://www.e-psikologi.com/anak/bicara-3.htm http://speechandchildren.blogspot.com/2008/10/speech-screening-skreningbicara-pada.html http://www.carouselhouse.com/html/child_assessment.html http://eric.ed.gov/ERICWebPortal/custom/portlets/recordDetails/detailmini.jsp? _nfpb=true&_&ERICExtSearch_SearchValue_0=ED403728&ERICExtSear ch_SearchType_0=no&accno=ED403728 http://72.14.235.132/search? q=cache:UN5fyErLrUoJ:media.wiley.com/product_data/excerpt/32/0787978 1/0787978132-1.pdf+Slosson+Articulation, +Language+Test+with+Phonology+ (SALT+P)&hl=id&ct=clnk&cd=8&gl=id&client=firefox-a

30

27