KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU...

64
KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU JPH PADA PRODUK FARMASI Prof. Dr. Slamet Ibrahim S. DEA. Apt. Sekolah Farmasi ITB

Transcript of KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU...

Page 1: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

KESIAPAN INDUSTRI FARMASIDAN IMPLEMENTASI UU JPH

PADA PRODUK FARMASI

Prof. Dr. Slamet Ibrahim S. DEA. Apt.Sekolah Farmasi ITB

Page 2: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

Pokok Bahasan

1. Pendahuluan

2. Produk Halal

3. Produk Farmasi Halal

4. Tantangan dan Peluang Farmasi Halal

5. Kesiapan Industri Farmasi

6. Implementasi UU JPH untuk Bidang Farmasi

Page 3: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

Pendahuluan

UU Jaminan Produk Halal (UU No 33 tahun 2014) telah diundangkan pada 17 Oktober 2014, namun implementasinya kurang begitu lancar.

Sertifikasi halal bagi produk farmasi ditentang oleh pihak pengusaha bidang Farmasi. (www.tempo.co/read/opiniKT/2015/11 /20/11342/bahaya-obat-halal).

Bahkan seorang Pejabat tinggi negara di bidang kesehatan menolak sertifikasi halal untuk obat. (www.halalmui.org/new MUI/index php/main/detil-page/8/1726).

Page 4: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

Pendahuluan-2

Kaum Muslimin dan Muslimat diwajibkan oleh Syariat Islam untuk menggunakan dan mengonsumsi produk (termasuk obat) yang halal dan thoyyib.

Jika ummat Islam mengabaikan kewajiban tersebut, maka akan berdampak negatif pada tingkat akidah, keimanan dan keislamannya seperti amalan dan ibadahnya tidak diterima, doanya tidak terkabulkan dan terancam masuk neraka.

Oleh karena itu segala produk halal yang diperlukan masyarakat Muslim di Indonesia harus tersedia, terjangkau dan terjamin, sehingga ummat Islam dapat menggunakannya secara aman dan nyaman.

Page 5: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

Pendahuluan-3

Permintaan terhadap produk halal semakin meningkat, dengan meningkatnya kesadaran masyarakat Islam terhadap penggunaan produk halal.

Peningkatan permintaan terhadap produk halal juga dipicu oleh meningkatnya jumlah penduduk beragama Islam di Indonesia maupun di dunia.

Produk-produk yang berlogo Halal menjadi pilihan utama dalam pembelian produk.

Logo Halal dianggap lebih penting dari pada logo SNI pada kemasan produk.

Page 6: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

Perkembangan Penduduk Muslim

Page 7: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

Pendahuluan-4

Di beberapa negara Eropa dan Australia, ada pasien menghindari penggunaan obat yang mengandung bahan dari hewan atau turunannya karena alasan diet, kepercayaan dan agama yang dianutnya, seperti Budhism, Hinduism, Islam, Jehovah, Judaism dan Sikh.

Sudah ada petunjuk untuk dokter dan apoteker dalam menyiapkan dan menyerahkan obat-obat yang berasal dari hewan dan turunannya kepada pasien tertentu.

Sumber: Ogde J, Religious constraints on prescribing medication Prescriber December 2016,

www.prescriber.co.ukErikson et al. Animal derived products may conflict with religious patients beliefs, BMC Medical Ethic:

www.biomediccentral.com/1472-6939/14/48Guideline for the use ofMedicine or Pharmaceutical of animal origin:

https://www.health.gld.gov.aus/_data/assets/

Page 8: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

Religious restriction of certain faithswww.ggcprescribing.org.uk/medic/

Page 9: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

PRODUK HALAL

Produk adalah barang dan/atau jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan atau dimanfaatkan oleh masyarakat (UU JPH, No 33/2014, Pasal 1).

Produk Halal adalah produk yang telah dinyatakan halal sesuai dengan Syariat Islam.

Status kehalalan suatu produk dinyatakan dalam bentuk Sertifikat Halal yang dikeluarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BP JPH) berdasarkan fatwa halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Page 10: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

PRODUK HALAL-2

Produk yang masuk, beredar dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal (Pasal 4, UU JPH).

Pasal 4 ini mengubah praktik penyelenggaraan proses sertifikasi halal yang bersifat sukarela (voluntary) yang dilakukan oleh MUI (sampai BPJPH terbentuk) menjadi wajib (mandatory) yang dilaksanakan sepenuhnya oleh BPJPH.

Kewajiban bersertifikat halal untuk semua produk yang beredar dan diperdagangkan di Indonesia akan dilaksanakan lima tahun setelah diundangkannya UU JPH (tahun 2019).

Page 11: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

SEDIAAN FARMASI

Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, Kesehatan).

Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (UU Kesehatan)

Bahan Obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi (UU Kesehatan).

Page 12: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

SEDIAAN FARMASI-2

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Produk biologi adalah vaksin, imunosera, antigen, hormon, enzim, produk darah dan produk hasil fermentasi lainnya (termasuk antibodi monoklonal dan produk yang berasal dari teknologi rekombinan DNA) yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka pencegahan , penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan (Per KBPOM No HK 03.1.23.10.11.08481, tahun 2011)

Page 13: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

SEDIAAN FARMASI-3

Sediaan Farmasi (pharmaceutical dosage forms) adalah bentuk produk farmasi hasil manufaktur suatu formulasi obat seperti tablet, kapsul, suspensi, larutan, salep, krim, supositoria, ovula, dll.

Komposisi Sediaan Farmasi :

a. Bahan Aktif Farmasi

b. Eksipien (Bahan tambahan).

Page 14: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

SEDIAAN FARMASI-4

BAHAN AKTIF FARMASI

BAHAN EKSIPIEN

PROSES MANUFAKTUR(COMPOUNDING)

SEDIAAN FARMASI

Aman

Berkhasiat

Bermutu

Aman

Tidak berlebihan

Tidak mengurangi

Ketersediaan hayati &

Efek terapi obat

Tidak mengganggu dalam

pengujian dan penetapan

kadar obat

Bermutu

Aman

Berkhasiat

Bermutu

CPOB

Page 15: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

SEDIAAN FARMASI-5

Bahan Aktif Farmasi (Active Pharmaceutical Ingredient) adalah zat atau bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi yang memberikan aktivitas farmakologi pada sediaan farmasi tersebut, atau

Zat yang memberikan aktivitas farmakologi atau efek langsung pada diagnosis, penyembuhan, mitigasi, pengobatan atau pencegahan suatu penyakit atau yang mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh.

Page 16: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

SEDIAAN FARMASI-6

• Bahan Eksipien adalah bahan-bahan selain bahan aktif farmasi yang terdapat dalam sediaan farmasi dan telah dievaluasi keamanannya yang digunakan dalam suatu sistem penghantaran obat untuk: Membantu dalam proses manufaktur sediaan

farmasi. Melindungi, mendukung atau meningkatkan

stabilitas, ketersediaan hayati atau keberterimaan pasien.

Membantu dalam identifikasi sediaan farmasi Meningkatkan sifat keamanan dan keefektifan

sediaan selama penyimpanan atau penggunaan.

Page 17: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

Jenis Eksipien Farmasetik

1. Bahan Pengasam 15. Bahan Pengeras2. Bahan Pembasa 16. Bahan Pemanis3. Bahan Penjerap 17. Bahan Pensuspensi 4. Propelan Aerosol 18. Bahan Penhancur Tablet5. Bahan Pengawet 19. Bahan Perekat Tablet6. Antioksidan 20. Bahan Pengisi Tablet7. Bahan Pendapar 21. Bahan Penyalut8. Bahan Pengkhelat 22. Bahan Pelincir Tablet9. Bahan Pengemulsi 23. Bahan Pelumas10. Bahan Pewarna 24. Bahan Pengkilap11. Bahan Perisa 25. Bahan Pengisotoni larutan12. Bahan Pelembab 26. Pelarut/Pembawa13. Bahan Pelembut 27. Bahan Enkapsulasi14. Bahan dasar Salep 28. Pengganti Udara

Page 18: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

Tujuan Penggunaan Obat

a. Melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam tubuh (vitamin, mineral, hormon, protein, gula, dll)

b. Mencegah suatu penyakit atau infeksi (vaksin)c. Melawan dan membunuh agen penginfeksi

(antibiotika, antibakteri, anti parasit, dll)d. Blokade/menghalangi sementara fungsi normal organ

tubuh (anestetika dan kontrasepsi)e. Koreksi terhadap suatu fungsi fisiologi organ yang

terganggu (disfungsi, hipofungsi dan hiperfungsi)f. Detoksifikasi racun dalam tubuh ( antidotum)g. Membantu dalam diagnosis (senyawa radio opaque)h. Meningkatkan performa tubuh (doping pada atlet

olahraga).

Page 19: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

MENGAPA FARMASI HALAL?

Obat merupakan campuran bahan-bahan yang dimungkinkan berasal dari bahan yang haram atau najis, atau pada saat pembuatannya terkontaminasi dan tercampur dengan bahan haram atau najis.

Penggunaan obat yang tidak jelas status kehalalannya akan menjadikan tubuh pengguna yaitu ummat Islam terkontaminasi bahan yang mungkin haram atau najis.

Penggunaan barang haram atau najis akan berdampak negatif pada ibadah pengguna yaitu tidak sah, berdosa, sia-sia dan terancam masuk neraka.

Page 20: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

MENGAPA FARMASI HALAL?

Memperoleh dan menggunakan obat halal bagi setiap Muslim adalah hak yang dijamin konstitusi.

Hukum mengkonsumsi obat disamakan dengan hukum mengkonsumsi produk pangan.

Obat halal memberikan jaminan kesembuhan dan keberkahan dari Alloh SWT seperti yang dinyatakan Hadits.

Obat Halal diyakini pasti terjamin aman, berkhasiat dan berkualitas (tersedia dan terjangkau).

Page 21: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

AL-QUR’AN:DASAR FARMASI HARUS HALAL

Q.S. Al-Maidah:32:”Barang siapa yang menghidupkan seseorang, maka dia bagaikan menghidupkan manusia semuanya”.

Q.S. Al-Baqarah:193:”......dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan”.

Q.S. Al-Syuara:80: “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku”.

Q.S. Al-Baqarah:173:” Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang ketika disembelih disebut nama selain Allah. Akan tetapi, barangsiapa dalam keadaan terpaksa sedang ia tidak menginginkannya an tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Page 22: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

HADIST: DASAR FARMASI HARUS HALAL

a. Setiap penyakit ada obatnya, maka apabila obat itu sesuai untuk suatu penyakit akan sembuh dengan izin Allah azza wa jalla (Hadist)

b. Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit kecuali diturunkan pula obatnya. (H.R. Buchari)

c. Kesembuhan terjadi bila ada kesesuaian antara obat dengan penyakit (Hadist)

d. Ditanya tentang khamer untuk obat, maka Rosulullah SAW bersabda: itu adalah penyakit dan bukan obat. (HR Abu Daud dan Tirmidy)

e. Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan dari apa-apa yang diharamkan untukmu (Hadist)

Page 23: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

HADIST :DASAR FARMASI HARUS HALAL-2

f. Barang siapa berobat dengan bahan yang halal maka baginya kesembuhan, dan barang siapa berobat dengan bahan haram maka Allah tidak akan memberikan kesembuhan.

g. Rosululloh SAW melarang berobat dari bahan yang kotor.

h. Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan diantaranya adalah syubhat dan hendaklah kamu meninggalkan yang syubhat itu karena akan membawamu ke arah haram demi menjaga marwah dan agamamu.

Page 24: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

FATWA MUI No: 30 Tahun 2013 tentang Obat dan Pengobatan

1. Islam mensyariatkan pengobatan karena bagian dari perlindungan dan perawatan kesehatan yang merupakan bagian dari menjaga al-Dharuriyat Al-Khamsah.

2. Dalam ikhtiar mencari kesembuhan, wajib menggunakan metode yang tidak melanggar Syariat.

3. Obat yang digunakan untuk kepentingan pengobatan, wajib menggunakan bahan yang suci dan halal.

4. Penggunaan bahan najis dan haram dalam obat-obatan, hukumnya haram

Page 25: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

FATWA MUI No: 30 Tahun 2013 tentang Obat dan Pengobatan

5. Penggunaan obat yang berbahan najis dan haram untuk pengobatan hukumnya haram, kecuali memenuhi syarat sebagai berikut:a. Digunakan pada kondisi keterpaksaan (al-dharurat) yaitu

kondisi yang apabila tidak dilakukan dapat menancam jiwa manusia, atau kondisi keterdesakan yang setara dengan kondisi darurat, yaitu kondisi keterdesakan yang apabila tidak dilaksanakan maka akan dapat mengancam eksistensi jiwa manusia di kemudian hari.

b. Belum diketemukan bahan yang halal dan suci,c. Adanya rekomendasi dari para tenaga medis yang

kompeten dan terpercaya bahwa tidak ada obat yang halal.

Page 26: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

DEFINISI FARMASI HALAL

1. Telah dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam (UU No 33 Tahun 2014, Jaminan Produk Halal)

2. Memenuhi persyaratan mutu, aman dan berkhasiat (UU No 36 Tahun 2009, Kesehatan).

3. Memenuhi Fatwa Majelis Ulama Indonesia No 30 tahun 2013, tentang Obat dan Pengobatan.

4. Tidak dibuat dari atau bercampur dengan bahan haram atau najis (haram and najis free materials)

5. Pada saat diproduksi, penyimpanan dan distribusi tidak terkontaminasi oleh bahan berasal dari babi (pork free facility and process).

Sumber:Slamet Ibrahim S.”Tantangan dan Peluang Produksi Obat Halal, Seminar Menjawab Tantangan dan

Implementasi Sistem Jaminan Halal di Indonesia, ITB, 14 Desember 2015.

Page 27: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

KONSEP HALAL BY DESIGN

• Untuk memenuhi persyaratan produksi obat halal, maka harus ada panduan produksi halal yang melengkapi CPOB

• Halal by Design (HbD) adalah suatu konsep pendekatan untuk memproduksi obat halal yang sesuai dengan Syariah Islam.

• HbD mempunyai dasar bahwa kehalalan produk dapat dibangun ke dalam produk ( built-in to product).

• Konsep ini terinspirasi oleh konsep Quality by Design (QbD), yaitu pendekatan sistematik dan ilmiah untuk pengembangan produk halal yang diawali dengan perencanaan, pemilihan bahan halal , produksi halal dan penjaminan produk halal yang berbasis manajemen halal.

Page 28: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

IMPLEMENTASI HALAL BY DESIGN

1. Identifikasi dan Penetapan Profil Produk Obat Halal . 2. Perencanaan dan penetapan Formula dan Proses

Manufaktur Obat Halal sesuai dengan cGMP.3. Identifikasi kehalalan semua bahan yang digunakan

dalam produksi melalui dokumen pengadaan atau flow chart produksi atau sintesis bahan.

4. Pemilihan dan penetapan bahan-bahan halal yang digunakan.

5. Penetapan strategi produksi, pengawasan dan penjaminan kehalalan produk melalui Sistem Manajemen Halal yang sejalan dengan cGMP.

6. Permohonan sertifikasi halal produk ke BPJPH dan nomor izin edar dari BPOM.

Page 29: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

TANTANGAN DAN PELUANGFARMASI HALAL

• Penetapan status kehalalan obat, dan vaksin sangat sulit mengingat:

a. Jumlah dan jenis bahan aktif dan eksipien banyak dan sebagian besar masih import ( lebih dari 90%).

b. Proses dalam sintesis obat, pembuatan vaksin dan sediaan farmasi sangat rumit, mahal, ketat dan kompleks.

c. Bahan aktif, eksipien, dan bahan penolong untuk obat sangat banyak, bervariasi, dan bersifat kompleks.

Page 30: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

TANTANGAN DAN PELUANGFARMASI HALAL

Page 31: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

ALASAN KEBERATANSERTIFIKASI HALAL UNTUK OBAT

1. Karena sekitar 96% bahan baku obat diimport dari luar negeri (Tiongkok, Korea, India dan USA), maka akan mendapatkan kesulitan dalam mendapatkan Sertifikat Halal.

2. Penekanan pada kriteria untuk obat yang aman, berkhasiat dan bermutu sudah menjamin keefektifan dalam pengobatan.

3. Penambahan kriteria kehalalan tidak akan meningkatkan keamanan, khasiat dan mutu obat.

4. Penambahan kriteria kehalalan, akan meningkatkan biaya produksi yang akhirnya akan meningkatkan harga obat.

Page 32: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

ALASAN KEBERATANSERTIFIKASI HALAL UNTUK OBAT

5. Proses sertifikasi halal untuk obat memakan waktu lama, dapat menyebabkan kekosongan persediaan obat yang dibutuhkan dan akibatnya akan mengancam kesehatan dan keselamatan pasien.

6. Kewajiban untuk melakukan pemisahan fasilitas dan peralatan manufakturing antara obat halal dan obat haram, akan menimbulkan penambahan biaya yang signifikan.

7. Penggantian salah satu komponen dalam formulasi (terutama sediaan Biofarmasetika), akan berdampak pada proses produksi, karena harus melakukan pengulangan uji stabilitas, uji kinerja sediaan, uji klinik dan revalidasi proses.

Page 33: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

OBAT HALAL DAPAT MEMBUKA PELUANG BISNIS

Indonesia dengan jumlah penduduk Muslim yang besar telah muncul sebagai new emerging pharmaceutical market dengan pertumbuhan yang tinggi dibandingkan dengan negara Islam lainnya.

Peserta asuransi kesehatan di dalam negeri melalui Jaminan Kesehatan Nasional (BPJS Kesehatan) meningkat secara signifikan.

Obat dan vaksin Halal dapat menjadi “barrier” untuk masuknya komoditas sejenis pada MEA.

Meningkatkan Riset bersama antara Industri Farmasi dengan Perguruan Tinggi untuk memproduksi BBO dan Obat Halal di dalam negeri.

Page 34: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

OBAT HALAL DAPAT MEMBUKA PELUANG BISNIS

Omzet Industri Farmasi Indonesia mencapai Rp. 52 Trilyun padatahun 2014.

Pangsa pasar Industri Farmasi PMDN mencapai 70% dansisanya 30% dikuasai PMA. (Sumber: GP Farmasi Indonesia).

Page 35: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

OBAT HALAL DAPAT MEMBUKA PELUANG BISNIS

Page 36: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

KESIAPAN INDUSTRI FARMASIDALAM PRODUKSI HALAL

Melihat pangsa pasar obat halal di Indonesia yang cukup besar dan minat tinggi dari pasien Muslim yang ingin menggunakan obat halal, ada peluang besar bagi industri farmasi dalam negeri untuk segera berbenah memulai memproduksi obat halal.

Kenyataannya sudah ada beberapa industri farmasi yang melaksanakan sertifikasi halal bagi produk yang dihasilkan.

Industri farmasi harus siap memasuki era paradigma baru yaitu industri halal.

Page 37: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

KESIAPAN INDUSTRI FARMASIDALAM PRODUKSI HALAL

Menyiapkan perangkat sertifikasi halal untuk obat seperti:• Standard/persyaratan obat halal (Sistem

Manajemen Halal) oleh pihak yang berwenang (BP JPH bekerja sama dengan pihak lain yang berkepentingan).

• Menerapkan konsep Halal by Design bagi Industri farmasi

• Melatih Penyelia Halal di Industri Farmasi• Menyediakan Buku Indeks Bahan Aktif dan

Eksipien Halal

Page 38: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

PEDOMAN PRODUKSI OBAT HALAL

Pedoman Produksi Obat Halal secara khusus belum ada (masih menggunakan SISTEM JAMINAN HALAL/HAS 23000-MUI)

Pedoman tsb seharusnya dibuat dan dikembangkan melalui suatu konsensus oleh suatu Komite yang dibentuk BP JPH, yang terdiri atas produser, user, konsumen, regulator nasional di bidang Farmasi, Kementerian terkait dan BP JPH.

Pedoman harus terkait dan dapat mengadopsi sebagian atau seluruhnya pedoman produksi obat halal internasional yang sudah berlaku.

Pedoman harus kompatibel dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

Page 39: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

PEDOMAN UMUM PRODUKSI OBAT HALAL

1. Semua bahan yang digunakan dalam produksi (bahan aktif, eksipien, bahan tambahan, bahan penolong dan bahan kemasan) tidak berasal atau turunan dari bahan haram.

2. Bahan atau produk obat tidak bercampur atau terkontaminasi dengan bahan haram atau najis yang berasal dari bahan tambahan, bahan penolong dan dari fasilitas produksi.

3. Fasilitas produksi, penyimpanan dan transportasi bahan tidak bercampur dengan bahan yang haram dan najis.

4. Bahan yang berasal dari khewan harus berasal dari khewan halal yang disembelih dengan cara yang sesuai dengan syariah Islam.

Page 40: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

PEDOMAN UMUMPRODUKSI OBAT HALAL-2

5. Bahan yang berasal dari mikroba harus berasal dari mikroba yang medium pertumbuhannya tidak mengandung bahan yang berasal dari babi atau turunannya. Jika berasal dari bahan haram dan najis yang bukan babi, maka harus dilakukan pensucian yang sesuai syariah (tathhir syar’an).

6. Bahan yang berasal dari mikroba rekombinan tidak boleh menggunakan gen yang berasal dari gen babi atau manusia.

7. Bahan yang berasal dari bahan haram bukan babi, dapat digunakan jika dihasilkan dari proses transformasi kimiawi dan biotransformasi menggunakan enzim atau mikroba (proses Istihalah).

Page 41: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

PEDOMAN UMUMPRODUKSI OBAT HALAL-3

8. Bila menggunakan etanol, maka tidak berasal dari alkohol produksi industri khamr (minuman beralkohol). Kadar alkohol pada produk akhir tidak membahayakan pemakai atau lingkungan sesuai dengan pertimbangan dari akhlinya.

9. Bahan padat yang berasal dari hasil samping industri khamr boleh digunakan asal telah dilakukan pemisahan dan pensucian. Sedangkan bahan padatnya boleh digunakan setelah dilakukan proses transformasi kimiawi atau biotransformasi.

10. Fasilitas produksi hanya digunakan untuk produksi bahan atau produk halal saja , yang dilengkapi dengan cara pencegahan kontaminasi bahan yang haram.

Page 42: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

DIAGRAM ISHIKAWAFaktor berpengaruh pada obat halal

42

EKSIPIEN

PROSES PRODUKSIBANGUNAN, FASILITAS DAN

PERALATAN PRODUKSI

OBATHALAL

PERSONALIA

DOKUMENTASI

BAHAN AKTIF FARMASI SISTEM MANAJEMEN

HALAL

Page 43: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

PENYELIA HALAL (HALAL SUPERVISOR)

Penyelia Halal adalah seseorang atau tim manajemen halal yang ditetapkan oleh Pimpinan pelaku usaha (Industri Farmasi) dan dilaporkan kepada BP JPH.

Harus beragama Islam dan mempunyai wawasan luas dan memahami syariat kehalalan.

Bertugas (UU JPH, Pasal 28)1. Mengawasi proses produk halal (PPH) di

perusahaan (Industri Farmasi)2. Menentukan tindakan perbaikan dan pencegahan3. Mengkoordinasikan Proses Produk Halal.4. Mendampingi Auditor Halal pada saat pemeriksaan

(visitasi) dalam rangka sertifikasi halal.

Page 44: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

PENYELIA HALAL -2(HALAL SUPERVISOR)

Penyelia Halal harus memahami dan menguasai:• Syariat Islam yang berkaitan dengan Halal-Haram (benda,

amalan, ibadah dan binatang)

• Kebijakan, kriteria dan prosedur sertifikasi halal

• Pengetahuan dan keterampilan identifikasi titik kritis kehalalan bahan dan proses produksi

• Pengetahuan tentang Sistem Jaminan atau Manajemen Halal (SJH/SMH)

• Penilaian dan keterampilan dalam implementasi SJH/SMH

• Prosedur Audit Halal

Page 45: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

TITIK KRITIS KEHALALANBAHAN DAN PROSES

Ada berbagai macam produk dan proses dalam produksi farmasi yang samar-samar status kehalalannya (syubhat) dalam arti meragukandan tidak jelas antara halal dan haram.

Titik kritis atau titik kontrol kehalalan (HCP= Halal Critical/Control Point) produk adalah suatu tahapan dalam proses pengolahan atau produksi yang dapat diduga menggunakan atau dapat terkontaminasi bahan-bahan haram.

Titik kritis kehalalan dapat ditentukan dari sumber bahan, alur proses produksi bahan atau produk olahannya.

Page 46: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

TITIK KRITIS KEHALALANSEDIAAN FARMASI

SEDIAAN FARMASI

BAHAN AKTIFFARMASI

BAHAN EKSIPIEN

SUMBER ?? SUMBER ?? SUMBER ??

BAHAN PENGEMAS

Page 47: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

TITIK KRITIS KEHALALANSEDIAAN FARMASI

SUMBER BAHAN DALAM OBAT

HEWAN HALAL 1. TUMBUHAN2. MINERAL3. SINTETIS4. MIKROBIAL5. REKAYASA GENETIK

PENYEMBE-LIHAN SYARIAH

HALAL

HARAM

YANO

BAHAN HARAM

HARAM

YANO

Melibatkan

Page 48: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

SUMBER ASALBAHAN DALAM OBAT

Bahan-bahan yang digunakan dalam obat meliputi bahan aktif, bahan eksipien dan bahan pengemas dapat berasal dari:

1. Tumbuhan2. Hewan3. Mineral4. Mikroorganisme 5. Laboratorium (Sintesis kimia, semi sintesis

dan rekayasa genetik). Sumber dari sintesis kimia dan semi sintesis

merupakan yang paling banyak menghasilkan bahan yang digunakan dalam produksi bahan obat.

Page 49: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

TUMBUHAN

Misalnya:•Minyak dan Lemak•Asam Lemak dan turunan (garam & Ester)

•Allkohol•Bahan Pewarna

SINTESIS

KIMIA

Misalnya:•Asam Lemak dan turunan (garam & Ester)•Alkohol•Sufaktan

MIKROBAMisalnya:• Asam amino• Protein• Alcohol• Enzim

HEWAN

Misalnya:•Asam Lemak dan turunan (garam & Ester)•Fat (tallow, lanolin, lard)•Gelatin•Enzim , Hormon, dll

Sumber Bahan OBAT

SUMBER ASAL BAHAN-BAHAN UNTUK OBAT

Page 50: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

SUMBER ASALBAHAN YANG HARAM

Pada dasarnya bahan-bahan itu halal, kecuali yang telah diharamkan menurut syariat Islam (Al-Quran, Hadist, Ijma Ulama dan Qiyas)

Bahan yang diharamkan meliputi (UU JPH, Pasal 18):

a) Bangkai

b) Darah;

c) Babi; dan/atau

d) Hewan yang disembelih tidak sesuai dengan syariat.

e) Bahan selain di atas yang ditetapkan oleh ketetatapan Menteri Agama berdasarkan atas fatwa MUI.

Page 51: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

RANGKUMAN TITIK KRITIS KEHALALAN SUMBER BAHAN OBAT

TUMBUHAN HEWAN MIKROORGANISME SINTESIS

TIDAK KRITIS KRITIS KRITIS TIDAK KRITIS

Memabukkan dan membahayakan,Melibatkan bahan haram dalam proses : HARAM

Hewan Haram: HARAM

Melibatkan mediumpertumbuhan atau bahan haram dan najis: HARAM

Bahan pereaksi dari babi atau turunannya: HARAM

BOLEH Hewan Halal: Perlu Cara Penyembelihan SyariahBOLEH

Medium Najis bukan Babi:Perlu pemisahan dan pensucian sesuai Syariah: BOLEH

BOLEH

Page 52: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

TITIK KRITIS KEHALALAN PRODUKSI OBAT

• Bahan aktif , bahan eksipien dan bahan penolong yang digunakan harus halal.

• Fasilitas produksi hanya digunakan untuk produk halal saja.

• Tidak ada peluang tercampur dan terkontaminasi dengan bahan yang haram dari bahan tambahan, bahan penolong atau dari fasilitas yang digunakan.

• Bahan pengemas yang digunakan harus halal.

• Pencucian dan pensucian peralatan harus sesuai syariat.

• Proses akan diaudit langsung oleh Auditor halal untuk menetapkan kehalalannya.

Page 53: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

Flow-Chart: Produksi Tablet

53

BAHAN AKTIF

FARMASIGRANULASI

PENGERINGAN

PENCETAKAN TABLET

PENCAMPURAN

PENGEMASAN TABLET

EKSIPIEN EKSIPIEN

Page 54: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

Titik Kritis Kehalalan Sediaan Farmasi

JENIS SEDIAAN TITIK KRITIS BAHAN ATAU PROSES

Aerosol Bahan aktif, surfaktan dan pelarut

Sirup Bahan aktif, bahan pengental, pemanis, pelarut, etanol

Eliksir Bahan aktif, bahan pelarut (etanol, gliserol, dll)

Emulsi Bahan aktif, minyak/lemak, surfaktan dan pengawet

Suspensi Bahan aktif, bahan pensuspensi, pengawet dan pengental

Lotio Bahan aktif, sama dengan emulsi dan suspensi

Injeksi Bahan aktif, titik kritis larutan, emulsa, suspensi dan serbuk

Salep Bahan aktif, minyak/lemak, surfaktan, pengawet

Page 55: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

Titik Kritis Kehalalan Sediaan Farmasi

JENIS SEDIAAN TITIK KRITIS BAHAN DAN PROSES

Larutan sejati Bahan aktif, pelarut, perisa, pewarna dan pemanis

Obat tetes (mata, hidungdan telinga)

Bahan aktif, sama seperti pada larutan, emulsi, dan suspensi

Serbuk Bahan aktif, bahan pengisi, perisa, pewarna dan pemanis

Tablet dan kapsul Bahan aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, lubrikan, asam lemak, penyalut, pemanis, etanol, pewarna, cangkang kapsul gelatin

Suppositoria Bahan aktif, sumber gelatin, gliserin, surfaktan

Gel Bahan aktif, kosolven, surfaktan, humektan, minyak, pengawet

Krim Bahan aktif minyak, malam, asam lemak, kosolven, surfaktan, pengawet, pewarna, pewangi.

Page 56: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

SISTEM MANAJEMEN HALAL

• Industri Farmasi yang mau memproduksi sediaan farmasi halal dituntut menyiapkan suatu sistem manajemen halal untuk menjamin kesinambungan proses produksi halal secara konsisten.

• Sistem manajemen halal adalah suatu sistem manajemen terintegrasi yang disusun, diterapkan dan dipelihara untuk mengatur bahan, proses produksi, produk, sumber daya manusia dan prosedur dalam menjaga kesinambungan proses produksi halal sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

• Dikenal Sistem Jaminan Halal (SJH) yang tertera di dalam Halal Assurance System (HAS) 23000 (LPPOM MUI) dan Sistem Manajemen Halal ISO 99001:2016 (BSN) serta General guidelines for Halal Pharmaceutical MS 2424.2012 (Malaysia)

Page 57: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

PERBEDAAN SISTEM MANAJEMEN HALAL

NO SJH /HAS 23000 SMH ISO 99001 MS 2424.2012

1. Kebijakan halal Organisasi Quality Management

2. Tim Manajemen Halal kepemimpinan Responsibility

3. Training dan Edukasi Perencanaan Halal Assurance System

4. Bahan Dukungan Halal Pharma in GMP

5. Produk Operasional Halal Qualty Control

6. Fasiltas Evaluasi Kerja Personal & Training

7. Prosedur Kritis Peningkatan Premise & Equipment

8. Ketertelusuran Materials

9. Penanganan tdk Halal Production Process

10. Audit Internal Production & Storage Areas

11. Kaji ulang manajemen Documentation

Page 58: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

YANG TERLIBAT DALAM SERTIFIKASI OBAT HALAL

1. Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BP JPH).

2. Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) dengan Auditor Halal (yang sudah operasional adalah LPPOM-MUI)

3. Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menetapkan status kehalalan obat melalui sidang komisi fatwa.

4. Industri Farmasi dengan Penyelia Halal (yang mendaftarkannya ke BPJPH).

5. Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dan Kementerian Kesehatan RI.

6. Pihak lain yang terkait

Page 59: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

IMPLEMENTASI UU JPH:SERTIFIKASI HALAL UNTUK OBAT

Sertifikasi halal adalah suatu proses untuk memperoleh sertifikat halal , melalui kegiatan beberapa tahap untuk membuktikan bahwa bahan, proses produksi dan sistem jaminan halal pelaku usaha telah memenuhi persyaratan/standar halal yang telah ditetapkan.

Menurut UU JPH, Sertifikat Halal adalah pengakuan kehalalan suatu Produk yang dikeluarkan oleh BPJPH berdasarkan fatwa halal tertulis yang dikeluarkan oleh MUI.

Kewajiban bersertifikat halal bagi Produk yang beredar dan diperdagangkan di wilayah Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 mulai berlaku 5 (lima) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan (2019).

Page 60: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

SKEMA SERTIFIKASI HALAL

INDUSTRI FARMASI

LPH

BP JPH

BPOM RI

MAJELIS ULAMA INDONESIA

AUDIT

DAFTAR

SERTIFIKAT

TUNJUKLAPOR

MOHON

FATWA

REGISTRASI

NIE

Page 61: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

PENYIAPAN SERTIFIKASI HALAL

1. Menyiapkan dokumen: Organisasi, Tim Manajemen Halal dan Penyelia Halal terlatih, Bahan-bahan, Produk, Prosedur, Suplier, Bangunan, Fasilitas : produksi, kontrol, penyimpanan, SOP semua kegiatan, dll.

2. Menyusun Sistem Manajemen Halal.

3. Pendaftaran Sertifikasi Halal: langsung atau on line.

4. Menerima Visitasi dan Audit dari LPH yang ditunjuk BP JPH.

Page 62: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

PENTAHAPAN SERTIFIKASI HALAL

Sediaan Farmasi beragam klasifikasi dan fungsi.

Sesuai dengan pasal 67 ayat 2, maka sertfikasi obat diusulkan dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan dan fungsi obat sesuai klasifikasinya .

Obat-obat yang bersifat live saving, tapi bahan haramnya belum bisa digantikan dengan yang halal maka diusulkan tetap iproduksi dengan catatan khusus sesuai aturan.

Page 63: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

PENTAHAPAN SERTIFIKASI HALAL

Tahapan proses sertifikasi adalah berurutan dimulai dari:

Obat Herbal, OHT dan Fitofarmaka

Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

Obat Keras

Obat “live saving” dan program: Respiratory, Cardiovascular, Endocrine, Pain killer, ATM (anti AIDS, Tuberkulosa dan Malaria).

Biopharmaceutical products (vaksin, obat polipeptida)

Page 64: KESIAPAN INDUSTRI FARMASI DAN IMPLEMENTASI UU …ikatanapotekerindonesia.net/uploads/rakernasdocs/material2017/... · dan kosmetik (UU RI No 36 tahun 2009, ... pasien. Membantu dalam

HALAL

TERIMA KASIH