Kesiapan Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean...dan SDA, momen ini sangat penting untuk...

25
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Beralihnya sistem ekonomi yang bergeser ke arah liberalisme dengan menempatkan pasar bebas sebagai aktifitas utama mendorong negara-negara di kawasan Asia Tenggara mulai mengintegrasikan ekonominya. Hal itu dapat dilihat dengan munculnya perjanjian atau kerjasama regional dibidang liberalisasi perdagangan melalui sistem perdagangan bebas ( free trade ). Integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara tidak lepas dari peran serta ASEAN yang saat ini telah diikuti oleh 10 negara anggota. Melalui ASEAN maka terbentuknya ASEAN Free Trade Area ( AFTA) . AFTA ( ASEAN Free Trade Area ) merupakan hasil pertemuan KTT ASEAN KTT ASEAN IV 27-28 Januari 1992 di Singapura. Kerjasama AFTA bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk ASEAN di pasar dunia dan menciptakan pasar seluas-luasnya untuk menstimulus peningkatan FDI (Foreign Direct Investment) di kawasan Asia Tenggara, yang artinya semua barang atau produk yang dihasilkan oleh ASEAN dapat diperdagangkan di negara anggota dengan tarif atau tanpa tariff 1 . Terbentuknya AFTA diharapkan akan menjadi hal yang penting dalam menentukan integrasi ekonomi dan pembentukan pasar tunggal di ASEAN. Skema Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area ( CEPT-AFTA) merupakan suatu skema untuk mewujudkan AFTA melalui : penurunan tarif hingga menjadi 0 - 5%, penghapusan pembatasan kuantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya. Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015 2 . Akan tetapi pemberlakuan AFTA merupakan pilihan yang sulit bagi negara-negara anggota ASEAN yang sebagian mengalami perekonomian yang belum begitu kuat. Negara-negara anggota ASEAN seakan-akan berada diposisi yang sulit karena efisiensi produksi dan jumlah 1 Cuyvers.Ludo danWisran Pupphavesa. 1996. From ASEAN to AFTA .CAS Discussion paper No 6 2 Penjelasan Umum Tarif ,diakses melalui http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA

Transcript of Kesiapan Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean...dan SDA, momen ini sangat penting untuk...

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Beralihnya sistem ekonomi yang bergeser ke arah liberalisme dengan menempatkan pasar bebas

    sebagai aktifitas utama mendorong negara-negara di kawasan Asia Tenggara mulai

    mengintegrasikan ekonominya. Hal itu dapat dilihat dengan munculnya perjanjian atau

    kerjasama regional dibidang liberalisasi perdagangan melalui sistem perdagangan bebas ( free

    trade ).

    Integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara tidak lepas dari peran serta ASEAN yang saat ini

    telah diikuti oleh 10 negara anggota. Melalui ASEAN maka terbentuknya ASEAN Free Trade

    Area ( AFTA) . AFTA ( ASEAN Free Trade Area ) merupakan hasil pertemuan KTT ASEAN

    KTT ASEAN IV 27-28 Januari 1992 di Singapura. Kerjasama AFTA bertujuan untuk

    meningkatkan daya saing produk ASEAN di pasar dunia dan menciptakan pasar seluas-luasnya

    untuk menstimulus peningkatan FDI (Foreign Direct Investment) di kawasan Asia Tenggara,

    yang artinya semua barang atau produk yang dihasilkan oleh ASEAN dapat diperdagangkan di

    negara anggota dengan tarif atau tanpa tariff 1.

    Terbentuknya AFTA diharapkan akan menjadi hal yang penting dalam menentukan integrasi

    ekonomi dan pembentukan pasar tunggal di ASEAN. Skema Common Effective Preferential

    Tariffs For ASEAN Free Trade Area ( CEPT-AFTA) merupakan suatu skema untuk mewujudkan

    AFTA melalui : penurunan tarif hingga menjadi 0 - 5%, penghapusan pembatasan kuantitatif dan

    hambatan-hambatan non tarif lainnya. Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah

    adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai

    Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand, dan

    bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015 2.

    Akan tetapi pemberlakuan AFTA merupakan pilihan yang sulit bagi negara-negara anggota

    ASEAN yang sebagian mengalami perekonomian yang belum begitu kuat. Negara-negara

    anggota ASEAN seakan-akan berada diposisi yang sulit karena efisiensi produksi dan jumlah

    1 Cuyvers.Ludo danWisran Pupphavesa. 1996. From ASEAN to AFTA .CAS Discussion paper No 6

    2 Penjelasan Umum Tarif ,diakses melalui http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA

    http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA

  • 2

    produk kompetitif di masing-masing negara masih rendah sehingga justru dapat menimbulkan

    kerugian.

    Namun disisi lain dengan terbentuknya AFTA dapat meningkatkan perekonomian di masing-

    masing negara, karena dengan adanya fenomena globalisasi yang menciptakan liberalisasi di

    berbagai sektor menimbulkan dampak langsung terhadap sistem perekonomian dunia.

    Topik mengenai pasar bebas di ASEAN sangat menarik untuk diteliti karena tahun 2015

    mendatang Indonesia akan benar-benar ikut berperan dalam pasar bebas ASEAN ( MEA 2015).

    Indonesia merupakan salah satu aktor penting yang berperan dalam pemberlakuan AFTA.

    Sebagai salah satu negara anggota ASEAN yang memiliki pasar yang luas, tentunya posisi

    Indonesia sangat strategis bagi produsen karena proporsi penduduk Indonesia jauh lebih banyak

    dibanding negara-negara anggota ASEAN sehingga Indonesia menjadi target produsen dalam

    memasarkan barang dan jasa. Momen ini sangat penting bagi Indonesia karena akan menentukan

    masa depan Indonesia, apakah Indonesia mampu berperan aktif sebagai aktor atau hanya sebagai

    penonton. Sebagai salah satu tujuan dari dibentuknya kerjasama ekonomi ASEAN adalah guna

    meningkatkan perekonomian di kawasan ASEAN, disinilah yang akan menjadi tolak ukur

    apakah Indonesia di untungkan dengan kerjasama ini atau tidak, dan hal-hal apa saja yang perlu

    menjadi perhatian dan perbaikan atau evaluasi di sektor-sektor ekonomi dalam menuju

    Masyarakat Ekonomi ASEAN mendatang. Sehingga melalui kerjasama ini di harapkan mampu

    memberikan dampak postitif bagi sektor ekonomi dan bahkan SDM di Indonesia.

    Isu yang kini tengah menjadi perbincangan di Indonesia adalah mengenai ekspor-impor

    Indonesia yang menyebabkan defisit neraca perdagangan. Secara khusus dalam penelitian ini

    membahas kondisi ekspor-impor Indonesia dengan ASEAN dan implikasinya, serta prospek dan

    isu-isu yang menjadi masalah di Indonesia menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dengan

    mengacu data ekspor-impor Indonesia dengan ASEAN tahun 2008-2012 akan dilihat

    perkembangan ekspor-impor baik dilihat dari nominal dan komoditas andalan. Negara yang

    mendominasi perdagangan di ASEAN adalah Singapura, Malaysia dan Thailand, dengan segala

    kemampuan di bidang infrastruktur dan teknologi ke 3 negara tersebut mampu mendominasi

    perdagangan. Di bentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN tidak ditujukan untuk membangun

    negara masing-masing agar menjadi paling hebat di ASEAN tanpa peduli negara anggota yang

  • 3

    lain. Namun dengan terbentuknya MEA agar seluruh negara ASEAN bisa berintegrasi untuk

    menjadikan kawasan yang lebih sejahtera,stabil,damai dan tangguh dalam politik internasional.

    Meski tidak yang paling tertinggal, Indonesia masih perlu kerja ekstra untuk menghadapi MEA.

    Ini mengingat dalam beberapa hal strategis, Indonesia relatif tertinggal. Dari studi Bank Dunia

    (2013) daya saing impor Indonesia tertinggal dibanding dengan negara ASEAN lainnya selain itu

    kondisi infrastruktur Indonesia seperti pelabuhan yang belum cukup memadai. Namun kondisi

    Indonesia masih lebih baik di banding kondisi Kamboja dan Brunei. Ekspor Indonesia ke Brunei

    tahun 2012 sebesar US$ 81,7 juta dengan share 0,20% meningkat 1% dari tahun sebelumnya.

    Tahun 2009 dan 2011 Brunei mengalami surplus perdagangan dengan Indonesia namun tahun

    2008-2010 dan 2012 mengalami defisit perdagangan. perdagangan Indonesia- Brunei

    menunjukkan trend -35%. Komoditas yang diekspor Indonesia meliputi consumer

    goods,farmasi,alat-alat listrik dan elektronik, tekstil dan suku cadang. Sementara impor

    Indonesia dari Brunei adalah transport equipment, cashed head petroleum, dan mesin-mesin.

    Neraca perdagangan Indonesia dengan Singapura selama 5 tahun ( 2008-2012) menunjukan

    posisi defisit, karena Singapura lebih banyak mengekspor hasil sulingan minyak bumi, kapal,

    tekstil, pipa besi, baja dan bahan kimia, disisi lain adanya dukungan dari segi infrastruktur

    Singapura yang sangat maju. Negara ke 2 yang mendominasi perdagangan setelah Singapura

    adalah Malaysia, selama 5 tahun ( 2008-2012) neraca perdagangan secara umum menunjukan

    surplus bagi Malaysia namun untuk tahun 2010-2011 menunjukan surplus bagi Indonesia.

    Komposisi ekspor Indonesia di dominasi komoditas ( resource based ) barang primer ( primary

    product), kondisi ini menyebabkan ekspor Indonesia rentan dengan gejolak harga, hal ini juga

    yang menyebabkan ekspor Indonesia melemah akibat pelemahan perekonomian dunia yang

    menyebabkan harga komoditas dunia juga ikut menurun. Ekspor Indonesia yang didominasi

    komoditas dan barang primer ,memiliki nilai tambah yang sedikit selain itu menurut Menteri

    Perdagangan Gita Wirjawan adanya koreksi harga komoditas oleh negara-negara besar atau

    negara tujuan ekspor terbesar.3 Lain halnya dengan Singapura, Malaysia ,dan Thailand yang

    produk ekspornya lebih di dominasi barang-barang berteknologi tinggi. Selain itu adanya isu

    logistik di Indonesia sangat berpengaruh terhadap daya saing, aktivitas bongkar muat di

    pelabuhan yang memakan waktu berhari-hari menjadi hal yang perlu diperhatikan dan perlu

    3 http://economy.okezone.com/

  • 4

    adanya pembenahan. Masalah mengenai logistik yang tengah dihadapi Indonesia merupakan

    masalah yang berkaitan yang melibatkan instansi pemerintah, pengelola pelabuhan dan

    pengusaha angkutan. Sehingga perlu adanya kebijakan baru dan perubahan sistem dalam

    pengelolaan aktivitas di pelabuhan dan pembangunan infrastruktur.

    Ekspor-impor Indonesia yang mengalami defisit tentunya menyebabkan neraca perdagangan

    tidak seimbang yang berdampak pada pendapatan devisa yang menurun dan nilai tukar rupiah

    melemah. Padahal sangat penting bagi Indonesia menjaga kondisi nilai tukar rupiah untuk

    menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), agar perekonomian kuat maka perlu di

    dukung dengan rupiah yang kuat. Defisit yang semakin meningkat dari tahun ke tahun

    menandakan bahwa negara tersebut semakin ketergantungan dengan negara lain, sebagai contoh

    ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM dari Singapura yang mengakibatkan defisit

    neraca perdagangan.

    Terbentuknya ASEAN pada awalnya hanya untuk keamanan. Namun kemudian berkembang dan

    muncul kerjasama ekonomi seperti AFTA dan kemudian MEA yang berfokus pada ekonomi.

    Dengan disepakatinya kerjasama regional sangat diharapakan Indonesia mendapat manfaat,

    secara khusus dalam MEA 2015. Dengan segala kelimpahan yang di miliki Indonesia baik SDM

    dan SDA, momen ini sangat penting untuk kemajuan Indonesia. Meskipun banyak tantangan

    yang dihadapi Indonesia, tetap saja Indonesia masih memiliki banyak peluang jika Indonesia

    benar-benar menjadi aktor dalam MEA. Bahkan jika pemerintah dan masyarakat Indonesia

    bersinergi atau kompak dalam persaingan pasar bebas ASEAN maka Indonesia mampu menjadi

    Macan Asia kembali bila sektor-sektor yang unggul di Indonesia terus di kelola. Dengan begitu

    Indonesia mendapat banyak manfaat yang maksimal dalam pasar bebas Masyarakat Ekonomi

    ASEAN. Manfaat yang diperoleh Indonesia dalam hal ini seperti prospek sektor jasa pariwisata

    yang mampu bersaing dengan Singapura, Malaysia dan Thailand. Hal ini dapat di lihat ketika

    Indonesia menghadapi krisis global ,ketika ekspor turun sektor pariwisata justru mengalami

    peningkatan 7 %.4 Masih ada banyak lagi sektor-sektor yang unggul dalam menghadapi MEA.

    4 http: //www.parekraf.go.id

  • 5

    Dari penjelasan di atas maka pertanyaan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Bagaimana

    kesiapan Indonesia menghadapi MEA .

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatif

    diskriptif. Dimana penelitian ini untuk memahami fenomena mengenai apa yang terjadi dengan

    subjek penelitian pasar bebas Indonesia dengan ASEAN dan mendeskripsikan penelitian yang

    sudah didapat yang kemudian dapat memecahkan atau menjawab masalah yang ada berdasarkan

    data-data atau catatan-catatan. Sumber-sumber di peroleh dari koran, jurnal dan data sekunder

    dari BPS. Penelitian ini diharapakan dapat memberi manfaat bagi mahasiswa dan sebagai sumber

    untuk penelitian selanjutnya.

  • 6

    Review Literatur

    Pasca perang dingin perubahan sistem ekonomi internasional mulai berkembang sehingga

    menimbulkan dampak yang besar bagi hubungan perdagangan internasional antarnegara. Yang

    menjadi landasan pembangunan ekonomi di Eropa, Asia dan Afrika pada saat itu adalah sistem

    ekonomi liberalisme. Amerika Serikat pun menjadi satu-satunya negara Adi daya yang memiliki

    ideologi kebebasan di semua bidang. Selain itu hegemoni Amerika Serikat sangat kuat

    menguasai ekonomi, budaya, politik luar negeri dan militer diseluruh dunia, sehingga sistem

    ekonomi lantas bergeser ke arah neoliberalisme dengan menempatkan pasar bebas sebagai

    aktivitas utama ( Helwani : 2006). Hal itu kemudian mendorong negara-negara di dunia dituntut

    untuk mengintegrasikan ekonomi nasionalnya menuju keterbukaan tata perekonomian dunia baru

    yang berdasarkan liberalisme ekonomi. Perubahan sistem ekonomi ini juga diikuti dengan

    munculnya perjanjian atau kerjasama internasional di bidang Liberalisasi perdagangan melalui

    sistem perdagangan bebas.

    Perdagangan Internasional dan negara-negara berkembang

    Sistem perdagangan Internasional melalui integrasi ekonomi menawarkan banyak keuntungan

    bagi ekonomi dunia. Hal ini sama seperti dengan teori yang dikemukaan oleh Adam Smith,

    Ricardo dan Heckscher-Ohlin. Keuntungan yang paling mendasar dari perdagangan internasional

    adalah ketika suatu negara dapat mengkonsumsi barang yang tidak bisa dihasilkan oleh

    negaranya atau tidak dapat di produksi secara lokal. Keuntungan muncul karena perdagangan

    internasional memperbolehkan suatu negara untuk mengkhususkan pembuatan suatu produk dan

    mengekspor produk yang dapat diproduksi lebih efisien di dalam negeri dan mengimpor produk

    yang dapat diproduksi lebih efisien di negara-negara lain. Namun perdagangan antara negara

    maju dengan negara berkembang sangat berbeda. Karena di negara maju mengekpor padat modal

    dan negara berkembang mengekspor padat karya. Disisi lain adanya perbedaan yang mencolok

    dalam pendapatan per kapita di negara maju dan negara berkembang.5

    Dalam perdagangan internasional negara berkembang menganut dualisme yaitu proteksi dan

    liberalisasi. Proteksi dengan tujuan melindungi pabrik domestik dari kompetitor internasional.

    5 Zimmermann, Thomas A. 2000. Trade Liberalisation South-East Asia.

  • 7

    Proteksi diwujudkan melalu kebijakan subsidi impor. Subsidi impor adalah kebijakan

    perdagangan dengan membatasi masuknya barang ke dalam negeri dengan menggunakan tarif

    atau kuota untuk mendorong penggunaan produk domestik mengganti impor.6 Latar belakang

    digunakannya kebijakan ini adalah untuk melindungi industri yang baru muncul (infant

    industry) . Negara berkembang sebenarnya memiliki potensi dalam hal keunggulan komparatif,

    namun industri baru muncul sehingga tidak dapat berkompetisi dengan industri yang sudah lama

    dari negara maju. Dua argumen yang mereka gunakan adalah adanya ketidaksempurnaan pasar

    modal dan tidak adanya kompensasi atas nilai awal. Ketidaksempurnaan pasar modal diakibatkan

    negara berkembang tidak memiliki institusi keuangan seperti negara maju. Tidak adanya

    kompensasi atas nilai awal, artinya industri baru yang mengeluarkan biaya untuk memulai

    aktivitasnya. Jika industri lain ingin melakukan hal yang sama, mereka tidak memerlukan biaya

    yang sama dengan industri pendahulunya, dan industri pendahulunya tidak mendapat

    kompensasi dari industri yang lebih baru tersebut.7

    Negara-negara berkembang telah menolak liberalisasi perdagangan selama beberapa dekade,

    mereka lebih memilih strategi substitusi impor dan perlindungan industri kecil bersama dengan

    menuntut akses istimewa ke pasar negara-negara maju melalui System Preferensi Generalized (

    SGP ), yang merupakan sistem pengurangan tariff yang lebih besar bagi negara-negara

    berkembang. Namun hal ini kemudian menimbulkan beberapa kritik bagi kebijakan subsidi

    impor karena negara yang menggunakan kebijakan ini ternyata tidak berkembang.8 Alasan

    pertama, negara tersebut rugi dalam hal kompetensi karena mereka memiliki keunggulan dalam

    bidang manufaktur ( keunggulan komparatif ) namun tidak dibuka kesempatan untuk itu. Alasan

    kedua, di negara berkembang banyak buruh yang tidak memiliki ketrampilan, kekurangan

    wiraswasta dan kompetensi manajerial serta masalah pada organisasi sosial yang nantinya akan

    berpengaruh terhadap pengalaman industrialisasi. Alasan ketiga, kegagalan kebijakan subsidi

    impor dalam menghasilkan keuntungan yang menjanjikan dikarenaan fokus pada biaya

    pengembangan industri domestik. Dan alasan yang terakhir adalah, industri domestik terlalu

    kecil sehingga tidak efisien dalam menghasilkan profit.

    6 Krugman, Paul R. dan Maurice Obstfeld. 2003. International Economics: Theory and Policy. Pearson

    Education Internasional , hal 25

    7 Ibid

    8 Ibid , hal 256

  • 8

    Pada akhir tahun 1980, kritik tersebut sudah diterima oleh negara berkembang. Sehingga

    kebijakan proteksi ditinggalkan. Sementara kebijakan liberalisasi mulai diterapkan karena

    adanya fakta yang menyatakan negara yang sudah menganut kebijakan liberalisasi memiliki

    tingkat pertumbuhan yang lebih cepat daripada negara yang menganut proteksi.9 ( Krugman &

    Obstfeld, 2003 : 257 ).

    Kerjasama Regional

    Liberalisasi merupakan fenomena yang sudah tidak bisa dihindari oleh negara-negara didunia.

    Hal ini dikarenakan semakin terintegrasinya ekonomi di dunia. Terbentuknya WTO ( World

    Trade Organization ) telah didahului dengan terbentuknya blok-blok ekonomi. Perdagangan

    dengan WTO dan kerjasama ekonomi regional berarti mengembangkan institusi yang

    demokratis, memperbaharui mekanisme pasar dan memfungsikan sistem hukum. Dalam sejarah

    perdagangan bebas internasional menunjukkan bahwa perdagangan internasional merupakan

    perdagangan yang fokus mengembangkan pasar terbuka.

    Pada awal tahun 1990, Masyarakat Eropa memperluas integrasinya dalam Pasar Tunggal dan

    bahkan menyatukan mata uang mereka dengan euro, kemudian AS, Kanada dan Meksiko

    menyepakati pembentukan NAFTA. Tumbuhnya tren dalam perdagangan internasional pada

    masa itu maka muncul regionalisme yang mendorong ASEAN untuk meningkatkan kerjasama

    dengan menyepakati berbagai kesepakatan di bidang ekonomi ,khususnya ekonomi regional di

    kawasan ASEAN. Diawali dengan kesepakatan Preferential Tariff Arrangement (PTA) pada

    tahun 1977. Kesepakatan yang cukup menonjol dan menjadi awal visi pembentukan AEC (AEC)

    pada tahun 2015 adalah disepakatinya Common Effective Preferential Tariff – ASEAN Free

    Trade Area (CEPT-AFTA) pada tahun 1992. Tujuan dari terbentuknya AFTA adalah

    meningkatkan daya saing ASEAN sebagai basis produksi untuk pasar bebas. Mekanisme untuk

    mencapai tujuan AFTA melalui Common Efektif Preferential Tariff ( CEPT ) dimana tarif intra

    regional akan berkurang menjadi 0 % hingga 5 % dalam jangka waktu 15 tahun mulai 1993,

    penghapusan pembatasan kuantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya. Perkembangan

    terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea

    9 Ibid , hal 257

  • 9

    masuk impor barang bagi Brunai Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia,

    Philippines, Singapura dan Thailand, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada

    tahun 2015. 10

    Dampak Kerjasama Regional

    Liberalisasi perdagangan telah memberikan dampak yang signifikan pada ekonomi dunia,

    dengan efek bermacam-macam. Liberalisasi perdagangan di Asia Tenggara diharapkan mampu

    menghasilkan pergeseran terhadap output sektoral, karena adanya realokasi sumber daya ke

    sektor yang lebih efisien , liberalisasi perdagangan akan sangat mempengaruhi pola perdagangan

    luar negeri. Dengan dihilangkannya distorsi domestik maupun luar negeri, masing-masing

    wilayah akan dapat meningkatkan produksi di sektor yang mempunyai keunggulan, serta

    mendapat kesempatan lebih besar untuk mengekspor hasil hasil produknya akibat dari semakin

    terbukanya pasar. Pada perubahan output, negara-negara ASEAN juga akan mengalami

    perubahan ekspor yang cukup signifikan di sektor manufaktur dan sektor tekstil karena

    dipengaruhi oleh AFTA yang merupakan blok perdagangan di ASEAN sehingga terbuka

    kesempatan dalam mengekspor ke negara anggota karena dikenai bea masuk yang rendah

    daripada negara bukan anggota. Akibatnya, harga domestik komoditas impor akan lebih murah

    dibandingkan harga komoditas dari negara lain sehingga ekspor antar negara ASEAN akan

    meningkat. Ekspansi di sektor manufaktur akan meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja

    dan menyebabkan perpindahan sumber daya. Ekspansi tersebut berbeda-beda antarnegara.

    Indonesia yang memiliki tenaga kerja berlimpah akan mendapat manfaat lebih banyak daripada

    industri yang padat karya, sementara negara ASEAN lainnya seperti Malaysia dan Thailand lebih

    tergantung pada industri padat modal. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa transformasi tenaga

    kerja dari sektor pertanian ke manufaktur di Indonesia lebih lambat dibandingkan dengan negara-

    negara lain. Pelaksanaan AFTA sebagai blok perdagangan akan sangat meningkatkan

    perdagangan antar negara anggota sebagai akibat dari trade creation dan trade diversion. Secara

    keseluruhan ada indikasi bahwa dengan liberalisasi maka perdagangan intra industri akan

    semakin dominan, karena liberalisasi mendorong diferensiasi produk. Negara- negara yang

    memiliki keunggulan komparatif diharapkan mampu meningkatkan produksi dan impor sehingga

    dapat menarik faktor produksi dari sektor yang kurang kompetitif. Semakin maju liberalisasi

    10

    Penjelasan Umum Tarif , http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA diakses 8 November 2013

  • 10

    perdagangan yang dilakukan maka akan semakin meningkatkan keuntungan yang diperoleh dari

    liberalisasi tersebut.11

    Beberapa dampak liberalisasi terhadap ekonomi nasional salah satunya

    adalah pertumbuhan investasi asing ( FDI ). Investasi memiliki peran dalam transfer teknologi,

    dalam restrukturisasi industri dan dalam pembentukan perusahaan global yang semuanya

    memiliki dampak besar pada tingkat nasional.

    Yang ketiga adalah dampak liberalisasi terhadap inovasi teknologi. Teknologi telah menjadi

    faktor dalam liberalisasi, selain itu liberalisasi memacu kompetisi sehingga mendorong dan

    mempercepat difusi dalam bangsa melalui investasi asing langsung.12

    Keempat adalah

    pertumbuhan perdagangan di jasa termasuk keuangan, jasa dan hukum, manajerial, dan informasi

    berwujud dari semua jenis yang telah menjadi andalan perdagangan internasional.

    AFTA Dan Indonesia

    Indonesia merupakan anggota pendiri ASEAN dan ikut serta dalam kesepakatan AFTA yang

    berorientasi kepasar bebas Asia Tenggara. Indonesia juga telah mengadopsi kebijakan

    pembangunan ekonomi selama beberapa tahun terakhir.13

    Kebijakan pembangunan diharapkan

    akan mendorong perekonomian di ASEAN yang mencangkup perdagangan dan investasi.

    Seperti anggota ASEAN lainnya, Indonesia mau tidak mau harus menghadapi iklim global

    dengan lingkungan yang lebih kompetitif.

    Pada tahun 1995 Indonesia mengusulkan untuk melindungi beberapa produk pertanian,

    khususnya beras, gula, tepung terigu dan kedelai yang dianggap produk sensitif dan menunda

    liberalisasi komoditas ini. Usulan tersebut diterima dan liberalisasi komoditas sensitif akan

    dimulai pada bulan januari 2003 dan berakhir pada tahun 2010.

    Namun kita dapat melihat kondisi Indonesia saat ini dimana Indonesia justru mengimpor

    komoditas pangan strategis seperti beras, jagung, kedelai, gula, daging ayam dan daging sapi

    11

    Dhayattoni , 2013 ,” Liberalisasi Perdagangan Dunia”. 12

    Michael D. 2003 , “Globalization Of The World Economy : Potential Benefits And Cos And A Net Assessment”

    13 R.H Arif dan Regalado A.Aurora . “A Country report The Impact Of AFTA On Indonesian Economy And

    Small Scale Producers” . Publish by: Southeast Asian council For Food Security And Fair Trade

  • 11

    yang diperkirakan memiliki kartel dalam jumlah milyar rupiah.14

    Hal ini merupakan tanggung

    jawab pemerintah dalam mengatur tata niaga impor, yang harus segera selesaikan.

    Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi AFTA ditunjukan dari segi penegak hukum yang

    masih sangat lemah, dan hal ini menjadi perhatian serius di Indonesia. Jika tidak ada kepastian

    hukum, maka iklim usaha akan tersendat sehingga menyebabkan biaya ekonomi yang tinggi

    yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap daya saing produk dalam pasar internasional.15

    Faktor lain yang juga penting adalah lembaga-lembaga pemerintah yang banyak melakukan

    KKN. Seharusnya lembaga pemerintah ini mendukung perdagangan dan kemudahan dalam

    membuka usaha tapi nyatanya banyak praktek korupsi ditubuh lembaga-lembaga pemerintah.

    Dengan adanya korupsi, rent seeking dan bahkan kartel akan berdampak terhadap harga produk

    di pasar

    14

    Nurmayanti, “ 6 Komoditas Pangan Strategis Yang Jadi Mainan Kartel “ 11 Septembe 2013

    http://bisnis.liputan6.com/read/689209/ini-dia-6-komoditas-pangan-strategis-yang-jadi-mainan-kartel 15

    Andri Aditya, “ Indonesia dan AFTA “ , http://andriaditya.wordpress.com/2007/06/21/indonesia-dan-afta/

    http://andriaditya.wordpress.com/2007/06/21/indonesia-dan-afta/

  • 12

    Kesiapan Indonesia Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

    Perkembangan Ekspor dan Impor

    1. Indonesia-Singapura

    Ekspor Indonesia dengan negara anggota ASEAN dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

    Volume ekspor terbesar Indonesia adalah dengan Singapura, Malaysia dan kemudian di ikuti

    oleh Thailand. Ekspor Indonesia dengan Singapura pada tahun 2011 sebesar US$ 18,4 meningkat

    tahun dibanding tahun sebelumnya 2010 yang hanya US$ 13,7 dengan share 43,81 %. Besarnya

    peran tersebut didominasi oleh minyak mentah, gas alam, timah, karet, kopra dan elektronik (

    untuk memenuhi kebutuhan industri di Singapura. Sementara untuk produk yang di ekspor

    Singapura ke Indonesia meliputi hasil sulingan minyak bumi, kapal, pakaian jadi, tekstil, pipa

    besi dan baja dan bahan kimia. Namun pada tahun 2012 ( 18, 4 Miliar ) ekspor Indonesia ke

    Singapura mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang hanya 17,1 miliar.

    Sementara untuk impor dari Singapura ke Indonesia untuk tahun 2008 hingga 2010 mengalami

    fluktuasi dan stabil di tahun 2011 hingga 2012. Neraca perdagangan Indonesia-Singapura selama

    5 tahun terakhir ( 2008-2012) menunjukan posisi defisit dengan ketiga negara dan defisit terbesar

    di alami dengan Singapura.

  • 13

    Jika dilihat dari tabel ekspor dan impor terlihat bahwa perdagangan Singapura lebih unggul

    karena struktur ekonomi pasar bebas di Singapura sangat maju, didukung dengan lingkungan

    bisnis dan infrastruktur seperti lokasi geostrategis dan fasilitas pelabuhan yang sangat maju.

    Total perdagangan eksternal Singapura pada 2012 adalah sebesar S$ 984.88 miliar meningkat

    tipis 1.1% (yoy) dibandingkan tahun 2011. Total ekspor turun -0.9% menjadi S$ 510.33 miliar,

    dan total impor tumbuh 3.2% menjadi S$ 474.55 miliar pada tahun 2011 16

    . Dimana, dari S$

    510.33 miliar ekspor, 44.12% adalah re-ekspor, hal ini menunjukkan peran Singapura dalam

    perdagangan internasional. Kelesuan ekonomi global akibat utang zona euro yang berkelanjutan,

    adalah alasan penurunan kinerja perdagangan Singapura. Dapat di lihat bahwa negara ASEAN

    yang mampu atau siap dalam menghadapi AFTA adalah Singapura, dimana kinerja ekonominya

    tumbuh pesat dan infrastruktur yang maju berpengaruh terhadap kondisi ekonomi global.

    2. Indonesia-Malaysia

    Malaysia pun menjadi urutan ke 2 , negara ASEAN yang siap dalam menghadapi AFTA. Ekspor

    Indonesia ke Malaysia pada tahun 2010 mengalami peningkatan, tercatat sebesar US$ 19,36

    milyar, meningkat 27,66 % dibanding dengan tahun 2009 ( US$ 6,81 milyar). Ekspor Indonesia

    ke Malaysia tahun 2009 hanya meningkat 3 % dari tahun sebelumnya, namun hingga tahun 2012

    ekspor terus meningkat. Tren perdagangan Indonesia dengan Malaysia selama 5 tahun (2008-

    2012) positif 15 %. Produk unggulan Indonesia yang di ekspor ke Malaysia di antaranya

    16

    Market Brief, “ Atase perdagangan RI di Singapura” 2013

  • 14

    minyak sawit, karet alam, kertas, serta tekstil. Impor Indonesia dari Malaysia pada tahun 2009

    sebesar US$ 5,68 milyar menurun dari tahun sebelumnya sebesar US$ 8,99 milyar. Penurunan

    impor ini tercatat pada refined petroleum products, electronics & Electrical products, crude

    petroleum, manufactures of metal dan chemicals and chemical products 17

    .Trend selama 5 tahun

    ( 2008-2012) positif 8 %. Neraca perdagangan Indonesia-Malaysia pada tahun 2012

    menunjukan posisi defisit untuk Indonesia sebesar US$ 12.2 Milyar,atau meningkat dibanding

    dengan defisit tahun 2011 (10,9 milyar). Selama 5 tahun terakhir ( 2008-2012) , neraca

    perdagangan menunjukan posisi surplus bagi Malaysia. Pada periode tahun 2010-2011 , neraca

    perdagangan menunjukan posisi surplus bagi Indonesia sebesar US$ 9,36 milyar dan US$ 10,9

    milyar.

    3. Indonesia-Thailand

    Negara 3 yang mendominasi perdagangan di kawasan ASEAN adalah Thailand. Dari grafik

    ekspor Indonesia ke Thailand dari tahun 2009-2012 mengalami peningkatan walaupun

    peningkatan dari tahun ke tahun tidak signifikan. Trend selama 5 tahun ( 2008 - 2012) positif 16

    %. Ekspor Indonesia ke Thailand di antaranya adalah kayu lapis dan minyak bumi. Sementara

    untuk Impor dari Thailand ke Indonesia meningkat tipis dari tahun 2008-2012 dengan share

    15,5% di tahun 2008 dan share 21,3 % di tahun 2012. Produk impor Thailand yang membanjiri

    Indonesia di antaranya beras dan gula. Ketergantungan Indonesia terhadap impor beras Thailand

    dikarenakan Indonesia mengalami krisis ketahanan pangan nasional. Dari beberapa literatur, kini

    Thailand mampu mengekspor 2,3 juta unit mobil per tahun di kawasan ASEAN hal ini

    menandakan bahwa industri di Thailand cukup maju. Neraca perdagangan Indonesia - Thailand

    tahun 2012 menunjukkan defisit untuk Indonesia sebesar US$ 6,63 milyar, meningkat dari tahun

    sebelumnya. Sedangkan neraca perdagangan menunjukkan posisi surplus bagi Thailand

    Sehingga dapat dikatakan bahwa neraca perdagangan Indonesia – Thailand selama 5 tahun

    mengalami defisit.

    Konflik geopolitik yang tengah dihadapi Thailand beberapa bulan ini memberi dampak baik

    positif maupun negatif bagi Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN. Dampak positif bagi

    Indonesia dan negara-negara ASEAN sekitarnya adalah seperti beralihnya tujuan wisatawan

    mancanegara dan mendorong sebagian pelaku usaha untuk memindahkan basis produksinya ke

    17

    Badan Pusat Statistik

  • 15

    Filipina, Vietnam, atau Indonesia. Untuk Indonesia sendiri dampak yang paling terasa adalah

    ekspor elektonik dan otomotif ke Thailand menurun. Sementara impor dari Thailand ke

    Indonesia juga mengalami penurunan.

    Implikasi Ekspor-Impor Indonesia ke ASEAN

    Dampak diberlakukannya perdagangan bebas di kawasan ASEAN sangat berpengaruh terhadap

    kondisi perekonomian Indonesia hal ini dapat dilihat jelas dalam neraca transaksi perdagangan

    Indonesia dengan Singapura, Malaysia dan Thailand yang mengalami defisit. Defisit yang

    terjadi di neraca transaksi Indonesia dengan ke 3 negara tersebut tidak jauh dari impor bahan

    bakar minyak (BBM) dan minyak mentah ke Indonesia. Defisit neraca perdagangan bukan

    hanya terjadi di sektor barang namun sektor jasa juga sangat berpengaruh. Beberapa contoh

    sektor jasa yang membuat defisit diantaranya seperti jasa pelayaran, perkapalan, perbankan,

    asuransi ekspor. Di industri keuangan seperti sektor asuransi, banyak digunakan perusahaan re-

    asuransi asing yang digunakan oleh perusahaan dalam negeri sehingga harus membayar devisa.

    Sektor jasa lainya yaitu tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia jumlahnya lebih banyak di

    banding jumlah TKI yang bekerja di luar negeri, sehingga membuat neraca defisit. Namun ada

    sektor jasa yang masih selalu surplus yaitu sektor pariwisata, jumlah wisatawan asing yang

    berbelanja di Indonesia jauh lebih besar dan banyak jika dibanding dengan orang Indonesia.

    Ekspor impor berpengaruh kuat terhadap neraca perdagangan yang defisit. Defisit yang semakin

    tinggi dari tahun ke tahun menandakan bahwa negara tersebut semakin ketergantungan dengan

    negara lain, sebagai contoh ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM dari Singapura yang

    mengakibatkan defisit. Defisit tersebut jelas berdampak pada devisa dan nilai tukar Rupiah yang

    melemah. Hal ini tentunya akan berdampak pada kegiatan transaksi baik secara domestik atau

    pun secara internasional. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan memperkuat

    fundamental, sehingga membuat perekonomian menjadi lebih kompetitif melalui peningkatan

    kinerja ekspor.

    Indonesia merupakan negara terbesar di ASEAN, baik dari segi kewilayahan, jumlah penduduk,

    maupun ukuran ekonominya namun sayangnya, dalam kualitas, terutama daya saing, Indonesia

    tertinggal cukup jauh dibanding Singapura, Malaysia, dan Thailand. Beberapa studi

    mengonfirmasikan terkait ketertinggalan Indonesia ini. Dari ulasan sebelumnya, menurut studi

  • 16

    bank dunia (2013) daya saing produk ekspor Indonesia relatif tertinggal dibanding negara-negara

    ASEAN lain, terutama kaitannya dengan nilai tambah produk ekspor kita. Komposisi ekspor kita

    terbesar didominasi komoditas (resource based) dan barang primer (primary product). Kondisi

    ini menyebabkan ekspor Indonesia rentan dengan gejolak harga. Hal ini pula yang saat ini kita

    rasakan, ekspor kita melemah akibat pelemahan perekonomian dunia yang menyebabkan harga

    komoditas dunia juga ikut menurun.

    Namun lain halnya dengan Singapura,Malaysia dan Thailand yang produk ekspornya di

    dominasi oleh barang-barang yang berteknologi tinggi. Posisi dan daya saing industri logistik

    Indonesia kalah dibanding dengan Malaysia, Thailand, Vietnam dan Filipina dan lebih unggul

    terhadap Myanmar dan Kamboja. Bertambahnya kelas menengah Indonesia membuat PDB per

    kapita mendekati USD 5.000 yang artinya daya beli masyarakat tinggi 18

    . Namun tingginya daya

    beli akan menjadi boomerang bagi neraca ekonomi jika daya saing dan kesiapan infrastruktur

    Indonesia tidak segera dibenahi dalam menghadapai MEA 2015 nanti.

    Prospek Indonesia di ASEAN

    ASEAN Economic Community (AEC) mengintegrasikan perekonomian ASEAN dengan

    kerjasama ekonomi regional di Asia Tenggara. Dengan kerjasama ekonomi ini banyak

    keuntungan yang didapat seperti penghapusan pembatasan kuantitatif dan hambatan non tarif.

    Dengan jumlah penduduk yang lebih banyak, Indonesia menjadi tujuan produsen-produsen

    dalam menawarkan barang dan hal itu merupakan keuntungan bagi para produsen. Selain sebagai

    market potensial dengan jumlah penduduk paling banyak diharapkan mampu menarik minat

    untuk investor berinvestasi dengan menanam modal di Indonesia. Namun biar bagaimanapun

    masih banyak hal yang menjadi tantangan Indonesia dalam menghadapi perdagangan bebas di

    lingkup domestik maupun internasional secara khusus Asia Tenggara. Dalam perkembangan

    ekspor Indonesia selama 5 tahun ( 2008-2012 ) menunjukan bahwa Indonesia berada di posisi ke

    4 di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand. Indonesia juga mengalami defisit dengan ke 3

    negara tersebut, defisit ini akan mejadi ancaman bagi perekonomian Indonesia.

    18

    http://koran.bisnis.com

  • 17

    Dalam KTT ASEAN ke 21 di Phnom Pen tahun 2012, Indonesia di tunjuk sebagai penggerak

    dalam mengintegrasikan kekuatan Asia Tenggara di dunia19

    . Bersama dengan Singapura dan

    Thailand, Indonesia berada di barisan terdepan dalam mengimplementasikan konsep-konsep

    yang telah disepakati. Banyak pihak yang menyatakan bahwa Indonesia belum siap dalam

    menghadapi AEC 2015, namun masih banyak peluang yang bisa dimanfaatkan Indonesia,

    bukan hal yang mustahil jika perekonomian di Indonesia meningkat. Peluang-peluang tersebut

    diantaranya sebagai berikut :

    Daya saing pasar bebas ASEAN memberikan kemudahan dalam masuknya arus barang antar

    negara anggota ASEAN karena adanya hambatan non tarif. Sebagai negara yang integrasinya

    cukup tinggi di sektor elektronik dan keunggulan komparatif di sektor sumber daya alam,

    Indonesia berpeluang dalam mengembangkan industri di kedua sektor tersebut 20

    .

    Sektor Jasa/ Pariwisata Indonesia yang merupakan negara ke pulauan dengan ragam bentukan

    alam seperti danau, pantai dan bahkan gunung berapi akan mampu mendorong pariwisata.

    Menurut BPS dan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementrian Pariwisata dan Ekonomi

    Kreatif mencatat kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2013 sebesar 8.802.129

    wisman, tumbuh 9,42 % dengan perolehan devisa sebesar US$10,05 milliar. Meningkatnya

    sektor pariswisata Indonesia menjadi peluang yang sangat besar untuk memperkuat

    perekonomian. Hal ini dapat dilihat ketika Indonesia menghadapi krisis global, ketika ekspor

    turun sektor pariwisata justru mengalami peningkatan dari 10% menjadi 17 % dari total ekspor

    barang dan jasa Indonesia dan menyumbang devisa terbesar meningkat dari peringkat 5 menjadi

    peringkat 4 dengan devisa sebesar US$ 10 miliar. 21

    Dengan melihat kondisi ini Indonesia optimis dapat meningkatkan sektor pariwisata di tahun

    2015 mendatang, peluang untuk meningkatkan sektor pariwisata Indonesia sangat terbuka karena

    di ASEAN daya saing Indonesia di sektor pariwisata ada di peringkat 4. Untuk terus

    meningkatkan daya saing banyak upaya yang dilakukan Kemenentrian Pariwisata dan Ekonomi

    Kreatif (Kemenparkraf) seperti melakukan sertifikasi sebanyak 58.627 tenaga kerja pariwisata.

    19

    Wahyudin.Dian , “Peluang atau Tantangan Indonesia menuju AEC 2015”

    20 Menuju ASEAN Economic Community 2015, Jakarta: Departemen Perdagangan Republik Indonesia

    21 http://www.parekraf.go.id

  • 18

    Selain itu Kemenparkraf membuat standarisasi bagi sektor jasa seperti hotel. Menurut

    MenKemenparkraf sektor pariwisata sudah paling siap dalam menghadapi MEA 2015.

    Populasi penduduk Indonesia berusia produktif Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan

    akan mencapai 255,5 juta jiwa di tahun 2015 mendatang atau 40,3 % dari total jumlah penduduk

    di negara ASEAN.22

    Sebagian besar populasi penduduk Indonesia berusia produktif ,sehingga ini

    membuka peluang Indonesia untuk ekspor tenaga kerja ke negara-negara ASEAN karena usia

    produktif di negara-negara ASEAN lainnya relative sedikit. Dengan adanya penduduk usia

    produktif dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dapat memanfaatkan peluang kerja di

    ASEAN.

    Pasar potensial dunia Kesepakatan kerjasama ekonomi ASEAN yang di ikuti 9 negara

    menjadikan pasar terbesar ke 3 di dunia yang tentunya dengan jumlah penduduk yang cukup

    besar. Indonesia merupakan jumlah penduduk yang paling besar di kawasan ASEAN (40%) dari

    total penduduk ASEAN hal ini menjadikan peluang yang sangat besar bagi Indonesia yang

    membuat perekonomian negara lebih produktif yang dapat menjadi pemimpin di pasar ASEAN

    ke depan.23

    Posisi Indonesia

    Implementasi kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA ) 2015 sudah di depan mata,

    namun masih banyak hal yang perlu di persiapkan Indonesia. Indonesia menjadi daya tarik dan

    menjadi salah satu aktor penting yang berperan dalam perberlakuan AFTA. Sebagai salah satu

    negara anggota ASEAN yang memiliki pasar yang luas, tentunya posisi Indonesia sangat

    strategis bagi produsen karena proporsi penduduk Indonesia jauh lebih banyak dibanding negara-

    negara anggota ASEAN sehingga Indonesia menjadi target produsen dalam memasarkan barang.

    Namun Indonesia juga harus berhati-hati dan belajar dari pengalaman ketika implementasi

    ACFTA 2010, akibat dari ketidaksiapaan Indonesia dalam ACFTA maka banyak produk Cina

    yang membanjiri Indonesia dan mengakibatkan barang-barang lokal tidak laku karena dari segi

    harga, produk Cina lebih murah.

    22

    www.economy.okezone.com 23

    Menuju ASEAN Economic Community 2015,Jakarta: Departemen Perdagangan Republik Indonesia

  • 19

    Jika dilihat dari ulasan-ulasan sebelumnya maka bisa dikatakan bahwa Indonesia belum siap

    dengan adanya MEA tahun 2015, karena sejauh ini pemerintah belum sepenuhnya fokus pada

    peningkatan produk Indonesia yang disebabkan minimnya dukungan infrastruktuur logistik

    nasional yang menjadi penghambat peningkatan daya saing.

    Masih banyak negara anggota ASEAN yang perlu berbenah dalam menyambut implementasi

    Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Ada beberapa negara yang sudah siap dan serius dalam

    menyiapkan, seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Vietnam terus berbenah untuk

    menjadikan negaranya tujuan investasi dan basis produksi. Kamboja terus mengasah industri

    pariwisata. Indonesia juga masih berbenah dalam sektor perbankan, infrastruktur dan SDM. Di

    sektor perbankan

    Isu Logistik di Indonesia

    Dengan diberlakukannya AEC tahun 2015 masih saja banyak tantangan yang harus dihadapi oleh

    setiap negara-negara di ASEAN salah satunya mengenai logistik. Indonesia merupakan salah

    satu negara dengan mengenakan biaya logistik paling tinggi di banding dengan Malaysia.

    Menurut Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, biaya logistik di Indonesia sebesar

    24 % dari total PDB yang senilai 1.820 triliun/tahun sedangkan Malaysia hanya 15% 24

    . Isu lain

    mengenai logistik seperti halnya infrastruktur penunjang logistik yang kurang memadai dan

    aktifitas bongkar muat yang berhari-hari sehingga berdampak terhadap biaya logistik yang

    mahal. Selain itu belum adanya konektivitas antar satu wilayah ke wilayah lain, sehingga

    cenderung biaya pengiriman barang dengan menggunakan container ke daerah jauh lebih mahal

    dibanding jika mengirim barang ke luar negeri. Seperti halnya kondisi wilayah Indonesia timur

    yang masih sangat minim kondisi infrastrukturnya baik jalan, listrik dan pelabuhan yang

    menyebabkan biaya logistik cukup tinggi sehingga muncul kesenjangan di Indonesia bagian

    Timur.

    Isu logistik yang dihadapi Indonesia merupakan masalah yang saling berkaitan atau melibatkan

    antar instansi baik pemerintah, pengelola pelabuhan dan pengusaha angkutan 25

    . Dengan adanya

    24

    http://m.dephub.go.id/read/kolom-redaksi/tingginya-biaya-logistik-di-indonesia-10694 25

    ibid

  • 20

    isu ini maka perlu adanya kebijakan baru, perubahan sistem dalam pengelolaan aktivitas di

    pelabuhan dan pembangunan infrastruktur pelabuhan,bandara dan bahkan terminal.

    Terintegrasinya industri logistik di ASEAN yang terapkan pada tahun 2015 di harapkan mampu

    memberikan kenyamanan atau keleluasaan untuk pengusaha jasa logistik namun kenyataannya

    posisi dan daya saing industri logistik di Indonesia kalah dibanding dengan Malaysia dan

    Vietnam, namun lebih unggul dengan Myanmar dan kamboja. Sementara industri logistik yang

    paling kuat di pegang oleh Singapura dan Malaysia. Hal ini di karenakan kualitas sumber daya

    manusia (tenaga ahli logistik) dan teknologi informasi di Indonesia kurang mendukung dan

    masalah lainnya mengenai modal yang terbatas.26

    Sehingga diharapkan industri logistik

    membentuk koneksi / jaringan dari lingkup domestik ke lingkup global (ASEAN) karena selama

    ini industri logistik lebih berorientasi ke pasar domestik dan fokus dengan beberapa jenis

    komoditas tertentu saja. 27

    26

    Khafi, ” MEA : Industri Jasa Logistik RI Mengkhawatirkan” 11 Maret 2014 http://koran.bisnis.com/read/20140311/244/209607/masyarakat-ekonomi-asean-industri-jasa-logistik-ri-mengkhawatirkan 27

    ibid

    http://koran.bisnis.com/read/20140311/244/209607/masyarakat-ekonomi-asean-industri-jasa-logistik-ri-mengkhawatirkanhttp://koran.bisnis.com/read/20140311/244/209607/masyarakat-ekonomi-asean-industri-jasa-logistik-ri-mengkhawatirkan

  • 21

    KESIMPULAN

    Secara teoritis, perdagangan bebas antar kedua negara akan membuat negara yang memiliki

    keunggulan komparatif akan saling mengimpor atau mengekspor dan akibatnya volume

    perdagangan akan sama meningkat jika masing-masing mengambil spesialisasi dalam

    memproduksi barang. Dalam hal ini Indonesia sangat diuntungkan karena merupakan salah satu

    negara dengan jumlah penduduk dan wilayah terbesar di kawasan ASEAN, ini merupakan suatu

    kesempatan bagi Indonesia dalam memajukan perekonomian jika Indonesia benar-benar

    berperan aktif dalam memanfaatkan momen ini. Tidak hanya sebagai negara tujuan ekspor

    namun Indonesia juga diharapkan mampu menjadi raksasa yang mampu mengimpor produk ke

    seluruh kawasan ASEAN. Berkaca dari pengalaman ketika implementasi ACFTA 2010 yang

    sangat jelas bahwa Indonesia tidak siap menghadapinya sehingga banyak produk Cina yang

    membanjiri Indonesia dan mengakibatkan barang-barang lokal tidak laku karena dari segi

    harga,produk Cina lebih murah.

    Secara umum Indonesia belum siap dengan diberlakukannya MEA karena masih ada sektor yang

    vital dalam perdagangan bebas seperti infrastruktur dan logistik yang masih perlu dibenahi.

    Namun disisi lain sektor jasa pariwisata sudah berbenah dan siap menghadapi pasar bebas

    ASEAN hal ini dapat dilihat dari meningkatnya kunjungan wisatawan asing yang datang ke

    Indonesia dan sudah adanya sertifikasi SDM pariwisata sehingga tenaga kerja pariwisata sudah

    siap bersaing saat MEA diberlakukan

  • 22

    DAFTAR PUSTAKA

    Andri Aditya. Indonesia dan AFTA . 2007. http://andriaditya.wordpress.com

    ASEAN Economic Community Blueprint, Jakarta: ASEAN Secretariat, Januari 2008

    Chongkittavorn Kavi . 2014. Is Thailand Ready For ASEAN Economic Community.

    http://www.nationmultimedia.com/

    Cuyvers.Ludo danWisran Pupphavesa. 1996. From ASEAN to AFTA .CAS Discussion paper

    No 6

    Data Bank Indonesia.2013.Waspadai Depresiasi Rupiah Makin Liar. http://www.neraca.co.id/

    Dhayattoni. 2013 . Liberalisasi Perdagangan Dunia. http://dhayattoni.wordpress.com/

    Dhany Rama. 2014. Selain Impor BBM Tinggi Ini Penyebab Defisit Transaksi Berjalan

    http://finance.detik.com/read/2014/04/17/174522/2558758/4/selain-impor-bbm-tinggi-ini-

    penyebab-defisit-transaksi-berjalan

    Economy And Small Scale Producers” . Publish by: Southeast Asian council For Food Security

    And Fair Trade

    Global Future Instittute. 2012 . Proyeksi Pertumbuhan ekonomi Indonesia Tertinggi Tahun

    2012 http://www.theglobal-review.com/

    Hendra,Helwani, 2006, Ekonomi Internasional dan Globalisasi, Ghalia Indonesia , Bogor

    Supriyatna,iwan. 2012. Komoditas Primer Dominasi Ekspor RI.

    http://economy.okezone.com/read/2012/07/03/320/658038/komoditi-primer-dominasi-ekspor-

    ri/large

    Jambak, Amal. 2014. Dimana Posisi Kita di MEA.

    http://ns1.kompas.web.id/read/read/2014/05/10/58/983006/di-mana-posisi-kita-di-mea-

    2015

    Kusuma Dewi K dan Harto Budi R. 2014. Tiga Penyebab Defisit.

    http://www.businessweekindonesia.com/article/makro-ekonomi/pertumbuhan-lapangan-

    kerja/4436/tiga-penyebab-defisit#.VCjD9aSSzDA

    Khafi. 2014. MEA : Industri Jasa Logistik RI Mengkhawatirkan.

    http://koran.bisnis.com/read/20140311/244/209607/masyarakat-ekonomi-asean-industri-

    jasa-logistik-ri-mengkhawatirkan

    http://www.nationmultimedia.com/http://www.neraca.co.id/http://ns1.kompas.web.id/read/read/2014/05/10/58/983006/di-mana-posisi-kita-di-mea-2015http://ns1.kompas.web.id/read/read/2014/05/10/58/983006/di-mana-posisi-kita-di-mea-2015

  • 23

    Krugman, Paul R. dan Maurice Obstfeld. 2003. International Economics:Theory and Policy.

    Pearson Education Internasional , hal 25

    Market Brief, “ Atase perdagangan RI di Singapura” 2013

    Menuju ASEAN Economic Community 2015, Jakarta: Departemen Perdagangan RI

    Michael D. 2003 , “Globalization Of The World Economy : Potential Benefits And Cos And

    A Net Assessment”

    Nurmayanti. 2013. 6 Komoditas Pangan Strategis Yang Jadi Mainan Kartel.

    http://bisnis.liputan6.com/read/689209/ini-dia-6-komoditas-pangan-strategis-yang-jadi-

    mainan-kartel

    Penjelasan Umum Tarif http://www.tarif.depkeu.go.id

    R.H Arif dan Regalado A.Aurora . “A Country report The Impact Of AFTA On Indonesian

    Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia. 2013. Direktorat Jenderal Pengembangan

    Ekspor Nasional , PEN/ BPS/04/VI?/2013

    Seperempat Ekspor RI ke Negara ASEAN.2013.

    http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/11/02/seperempat-ekspor-ri-ke-negara-asean

    Sunarsip. 2014. MEA 2015 dan Daya Saing Kita.

    http://economy.okezone.com/read/2014/03/24/23/959646/mea-2015-dan-daya-saing-kita

    Wahyudin.Dian , “Peluang atau Tantangan Indonesia menuju AEC 2015”

    Zimmermann, Thomas A. 2000. Trade Liberalisation South-East Asia.

    http://www.asean.org/communities/asean-economic-community

    http://m.dephub.go.id

    http://www.parekraf.go.id

    http://www.asean.org/communities/asean-economic-community

  • i

    Tabel Ekspor Impor Indonesia ke Negara ASEAN

    Periode Tahun 2008-2012

  • i

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Yermia Anggraeni

    Tempat/ Tanggal lahir : Salatiga , 2 Mei 1990

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Alamat Rumah : Jl Lawu no 2A Rt 02 / Rw 05

    Kelurahan Kalicacing, Kecamatan Sidomukti Salatiga

    Kewarganegaraan : Indonesia

    Agama : Kristen Protestan

    No.Hp : 085740877804

    Email : [email protected]

    Latar Belakang Pendidikan

    1. SMA Kristen 1 Salatiga 2006-2009

    2. SMP Kristen 2 Salatiga 2003-2006

    3. SDN Mangunsari 7 Salatiga 1996-2003

    mailto:[email protected]