kesesuaian-lahan-bagi-tanaman-TEBU.docx

15
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN BAGI USAHATANI TEBU DAN KEDELAI DI WILAYAH KECAMATAN KROMENGAN, KABUPATEN MALANG (Land Suitability Analysis for sugarcane and soybeans farming in Kromengan, Malang) Oleh: Firman Darmawan dan Soemarno Jurusan Ilmu Tanah, FAPERTA, UNIBRAW, Malang ABSTRAK Studi evaluasi kesesuaian lahan dilakukan di wilayah Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang dengan menggunakan pendekatan agroekologi. Analisis kesesuaian lahan untuk usahatani tanaman tebu pada daerah SPL-1 menunjukkan tingkat sangat sesuai, sedangkan SPL-2 tidak sesuai untuk usahatani tanaman tebu dengan faktor penghambat utama adalah kemiringan lahan. Untuk tanaman kedelai, SPL-1 sesuai bersyarat dengan faktor pembatas utama adalah suhu udara. Sedangkan SPL-2 tidak sesuai dengan faktor pembatas utama kemiringan lahan. ABSTRACT Agroecological land suitability analysis was conducted at the Kromengan subdistrict, Malang regency. Sugarcane farming at the land unit of SPL-1 are suitable, at the SPL-2 are not suitable with the main constraint is land slope. For soybeans farming, the SPL-1 is conditional suitable with the main constraint is temperature. The SPL-2 are not suitable for soybeans farming due to the land slope constraint. ------------- Kata kunci: Tebu, kedelai, lahan AGRITEK VOL.8 NO.4 NOPEMBER 2000 490

description

agro

Transcript of kesesuaian-lahan-bagi-tanaman-TEBU.docx

Page 1: kesesuaian-lahan-bagi-tanaman-TEBU.docx

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN BAGI USAHATANI TEBU DAN KEDELAI DI WILAYAH KECAMATAN KROMENGAN, KABUPATEN

MALANG(Land Suitability Analysis for sugarcane and soybeans farming in Kromengan,

Malang)

Oleh:Firman Darmawan dan Soemarno

Jurusan Ilmu Tanah, FAPERTA, UNIBRAW, Malang

ABSTRAK

Studi evaluasi kesesuaian lahan dilakukan di wilayah Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang dengan menggunakan pendekatan agroekologi.

Analisis kesesuaian lahan untuk usahatani tanaman tebu pada daerah SPL-1 menunjukkan tingkat sangat sesuai, sedangkan SPL-2 tidak sesuai untuk usahatani tanaman tebu dengan faktor penghambat utama adalah kemiringan lahan. Untuk tanaman kedelai, SPL-1 sesuai bersyarat dengan faktor pembatas utama adalah suhu udara. Sedangkan SPL-2 tidak sesuai dengan faktor pembatas utama kemiringan lahan.

ABSTRACT

Agroecological land suitability analysis was conducted at the Kromengan subdistrict, Malang regency. Sugarcane farming at the land unit of SPL-1 are suitable, at the SPL-2 are not suitable with the main constraint is land slope. For soybeans farming, the SPL-1 is conditional suitable with the main constraint is temperature. The SPL-2 are not suitable for soybeans farming due to the land slope constraint.

-------------Kata kunci: Tebu, kedelai, lahan

PENDAHULUAN

Perencanaan penggunaan lahan (landuse planning) merupakan hal yang

penting dalam pemanfaatan sumber daya lahan masa kini, dan terutama pada masa yang akan datang. Pertambahan penduduk yang disertai

AGRITEK VOL.8 NO.4 NOPEMBER 2000

490

Page 2: kesesuaian-lahan-bagi-tanaman-TEBU.docx

dengan perkembangan kota dan desa menyebabkan seluruh penggunaan lahan dan tanah menjadi lebih bersaing secara ketat.

Lahan pertanian yang subur akan mendapat ancaman dan tekanan yang lebih besar dari pertumbuhan per-kotaan dan perluasan fasilitas atau sarana untuk keperluan umum seperti perumahan, jalan raya, pasar, per-tokoan, dan lapangan terbang.

Perencanaan dalam arti luas merupakan proses yang dilakukan secara sadar dan sistematis dari sejumlah kegiatan dalam memilih dan mengembangkan tindakan yang paling baik untuk mencapai tujuaun tertentu. Adapun alasan perlunya pelakukan perencanaan adalah: (1) diharapkan terdapat suatu pengarahan kegiatan , adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan pada pencapaian tujuan pembangunan ; (2) dengan adanya perencanaan, maka dapat dilakukan peramalan (fore-casting) terhadap berbagai hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui; (3) perencanaan memberikan kesem-patan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik atau ke-sempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik; (4) dapat disusun sekala prioritas, memilih urut-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya; (5) dengan adanya perencanaan, maka akan ada suatu alat ukur atau patokan dalam melakukan pengawasan dan evaluasi.

Perencanaan adakalanya dilaku-kan berdasarkan alasan supaya pelaksanaan kegiatan tertentu dapat lebih beraturan serta supaya peman-faatan rencana yang disusun dapat berfungsi sepenuhnya dalam upaya untuk mencapai keseimbangan ling-kungan atau ekologis.

Esensi dari suatu perencanaan penggunaan lahan adalah merenca-nakan penggunaan lahan lingkungan hidup manusia mulai dari skala besar (lingkungan pekarangan) sampai dengan sekala kecil (wilayah nasional). Tujuannya adalah penggunaan sum-berdaya lahan secara intensif dan efisien secara berkesinambungan. Inti dasar landasannya adalah kaidah-kaidah fisik lahan dan kaidah-kaidah perilaku (behavioural) yang mene-rangkan pola kegiatan manusia beserta motivasinya (sosial-ekonomi-budaya-politik).

Dalam laporan evaluasi lahan ini, daerah yang dievaluasi adalah Keca-matan Kromengan, Kabupaten Malang yang memiliki dua jenis tanah yang berbeda, yaitu Inceptisol dan Asosiasi Alfisol. Evaluasi lahan yang dilakukan di Kromengan ini akan memberikan gambaran bagi para pengambil ke-putusan untuk mengembangkan sum-berdaya alam yang ada khususnya untuk sumberdaya lahan pertanian di daerah ini. Jenis tanaman yang dicoba untuk dianalisis adalah tebu dan kedelai. Adapun alasan pemilihan komoditi tebu dan kedelai adalah untuk memfungsikan lahan secara maksimal, baik itu untuk tanaman industri maupun untuk tanaman pangan.

Tujuan dari evaluasi lahan ini adalah untuk menilai kesesuaian lahan di wilayah Kecamatan Kromengan bagi usahatani tebu dan kedelai dan merekomendasikannya untuk dibudi-dayakan apabila lahan tersebut sesuai untuk tanaman tebu dan kedelai.

METODE PENELITIAN

Data yang digunakan dalam analisis kesesuaian lahan ini adalah: Deskripsi profil pewakil, tabel hasil

AGRITEK VOL.8 NO.4 NOPEMBER 2000

491

Page 3: kesesuaian-lahan-bagi-tanaman-TEBU.docx

analisis contoh tanah, dan persyaratan penggunaan lahan.

Adapun jenis peta yang digunakan adalah; peta topografi, peta tanah dan satuan peta tanah, dan penampalan peta yang menghasilkan satuan peta lahan (SPL)

Data yang diperoleh dianalisis untuk diketahui sesuai tidaknya komo-diti tersebut pada jenis lahan yang berbeda dalam wilayah Kecamatan Kromengan dan memberikan reko-mendasi penggunaan lahan yang sesuai.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Wilayah

Kecamatan Kromengan merupa-kan slaah satu kecamatan yang terletak di bagian selatan wilayah Ka-bupaten Malang. Secara administratif, di sebelah barat, timur dan selatan, berturut-turut berbatasan dengan kecamatan Wonosari, kecamatan Ke-panjen, dan Sumberpucung. Keca-matan Kromengan terbagi menjadi 6 wilayah desa, yaitu Jambuwer, Peniwen, Kromengan, Ngadirejo, Jatikerto, dan Slorok.

Secara umum, jenis tanah yang mendominasi Kecamatan Kromengan adalah Inceptisol dan Asosiasi Alfisol, dengan nama great group Typic Tropudalf dan Fluventic Ustropept.

Berdasarkan peta topografi yang ada, kecamatan Kromengan termasuk dataran rendah dengan ketinggian tempat 220 - 400 m di atas permukaan laut. Jika dilihat dari letaknya secara topografis, daerah ini terletak di lereng bawah Gunung Pitrang dengan bahan induk penyusun tanahnya didominasi

oleh bahan aluvium dan fluvent. Daerah ini memiliki landform datar hingga bergelombang dengan kemiringan berkisar antara 0 - 60%. Suhu udara pada daerah ini berkisar antara 13 -31oC dengan curah hujan per tahun 1600-5000 mm.

Hasil analisis Kesesuaian Lahan Pada Kecamatan Kromengan bagi usahatani Tanaman Tebu disajikan dalam Tabel 1.

Berdasarkan hasil analisa kesesuaian lahan untuk usahatani tanaman tebu tampak bahwa pada satuan peta lahan (SPL) 1 memiliki kelas sangat sesuai untuk usaha tanaman tebu (S1). Hal ini menan-dakan bahwa seluruh daerah yang tercakup pada SPL 1 dapat digunakan untuk usahatani tebu tanpa faktor penghambat apapun. Sedangkan tingkat Kesesuaian Lahan SPL 2 menunjukkan kelas tidak sesuai untuk usahatani tanaman tebu. Adapun faktor penghambat ketidak-sesuaian ini adalah kemiringan lahan lyang berkisar antara 41-60%. Seperti yang kita ketahui bersama, lahan yang mempunyai kemiringan ekstrim (lebih dari 40%) sangat berpotensi untuk terjadi erosi. Adanya erosi yang tinggi akan mengurangi kesuburan dan kemantapan tanah sebagai penunjang pertumbuhan tanaman karena unsur-unsur hara maupun partikel-partikel tanah akan terlimpas oleh air bila terjadi hujan. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah kelerengan ini adalah dengan membuat teras-teras konservasi ataupun dengan mengganti tanaman tebu dengan tanaman kehutanan atau tanaman tahunan. Rekomendasi diatas dapat dipertimbangkan berdasarkan biaya dan waktu yang diperlukan untuk memfungsikan lahan tersebut kembali.

AGRITEK VOL.8 NO.4 NOPEMBER 2000

492

Page 4: kesesuaian-lahan-bagi-tanaman-TEBU.docx

Tabel 1. Analisis kesesuaian lahan untuk tanaman tebu

Persyaratan penggunaan lahan/karakteristik lahan

SPL1 Kelas kesesuaian

SPL2 Kelas kesesuaian

1. Temperatur (t);oC 13-31 S1 20-32 S12. Kondisi hidrologi (w) Curah hujab, mm/thn 1600 - 5000 S1 2000-

5000S1

3. Kondisi perakaran (r) Drainase Sedang S1 Sedang S1 Tekstur Topsoil CL S1 C S1 Kedalaman Solum > 100 S1 > 120 S14. Retensi unsur hara (nr) KTK (cmol/kg) 21.97 S1 28.86 S1 pH (H2O) 7.1 S1 7.2 S1 Kejenuhan basa (%) 87.3 S1 47.5 S2 C-organik (%C) 1.2 S1 1.73 S15. Bahaya keracunan (x) Salinitas (mmhos/ cm) 1 S1 1.8 S16. Kondisi permukaan lahan (s) Kemiringan (%) 0.- 40 S1 41- 60 N Kandungan batuan (%) 0 S1 20 S1

Keterangan: SPL = Satuan peta lahan; CL = clay-loam; C= clay.

Berdasarkan hasil analisa kese-suaian lahan untuk usahatani tanaman tebu tampak bahwa pada satuan peta lahan (SPL) 1 memiliki kelas sangat sesuai untuk usaha tanaman tebu (S1). Hal ini menandakan bahwa seluruh daerah yang tercakup pada SPL 1 dapat digunakan untuk usahatani tebu tanpa faktor penghambat apapun. Sedangkan tingkat Kesesuaian Lahan SPL 2 menunjukkan kelas tidak sesuai untuk usahatani tanaman tebu. Adapun faktor penghambat ketidak-sesuaian ini adalah kemiringan lahan lyang berkisar antara 41-60%.

Seperti yang kita ketahui bersama, lahan yang mempunyai kemiringan ekstrim (lebih dari 40%) sangat

berpotensi untuk terjadi erosi. Adanya erosi yang tinggi akan mengurangi kesuburan dan kemantapan tanah sebagai penunjang pertumbuhan ta-naman karena unsur-unsur hara maupun partikel-partikel tanah akan terlimpas oleh air bila terjadi hujan. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah kelerengan ini adalah dengan membuat teras-teras konservasi ataupun dengan mengganti tanaman tebu dengan tanaman kehutanan atau tanaman tahunan. Rekomendasi diatas dapat diper-timbangkan berdasarkan biaya dan waktu yang diperlukan untuk mem-fungsikan lahan tersebut kembali.

AGRITEK VOL.8 NO.4 NOPEMBER 2000

493

Page 5: kesesuaian-lahan-bagi-tanaman-TEBU.docx

Pembuatan teras konservasi dapat dilakukan dengan biaya yang relatif mahal dengan kelebihannya yaitu waktu pemfungsian lahan menjadi lebih cepat. Penanaman tanaman tahunan dapat dilakukan dengan biaya yang relatif murah bila dibandingkan dengan pembuatan teras konservasi, tetapi kekurangannya adalah waktu pemfungsian lahan menjadi lebih lama. Adapun hasil produksi tebu yang diusahakan pada berbagai kondisi

lahan dan manajemen adalah: (a). tadah hujan (komersial): 70 - 100 ton batang / ha; (b). Irigasi (komersial): 110 - 150 ton batang / ha

Analisa tingkat kesesuaian lahan untuk usahatani kedelai disajikan dalam Tabel 2. Hasil analisis kese-suaian lahan untuk usahatani tanaman kedelai pada SPL 1 menunjukkan adanya kelas kesesuaian bersyarat (S3) pda alahan tersebut.

Tabel 2. Tingkat Kesesuaian Lahan Pada Kecamatan Kromengan untuk usahatani tanaman Kedelai

Persyaratan Penggunaan/ Karakteristik lahan

Data SPL 1 Kelas kesesuaian

Data SPL 2

Kelas kesesuaia

n1. Temperatur (t) oC 13 -31 S3 20 - 32 S32. Kondisi hidrologi (w) Curah hujab, mm/thn 1600 - 5000 S2 2000-5000 S33. Kondisi perakaran (r) Drainase Sedang S1 Sedang S1 Tekstur Topsoil CL S1 C S3 Kedalaman Solum > 100 S1 > 120 S14. Retensi unsur hara (nr) KTK (cmol/kg) 21.97 S1 28.86 S1 pH (H2O) 7.1 S2 7.2 S2 Kejenuhan basa (%) 87.3 S1 47.5 S1 C-organik (%C) 1.2 S1 1.73 S15. Kesuburan tanah (n) N-total (%) 0.1 S2 0.11 S2 P-Olsen (ppm) 96.8 S1 12.54 S2 K2O (me / 100 g) 2.86 S1 0.5 S16. Bahaya keracunan (x) Salinitas (mmhos/ cm) 1 S1 1.8 S17. Kondisi permukaan (s) Kemiringan (%) 0.- 40 S1 41- 60 N Kandungan batuan (%) 0 S1 20 S1

Keterangan: SPL = Satuan peta lahan; CL = clay-loam; C= clay.

Faktor penghambatnya adalah suhu udara. Suhu udara yang diinginkan oleh tanaman kedelai adalah

23 - 28oC, tetapi pada SPL 1 suhu udaranya adalah 13-31°C. Kita tentu saja tidak dapat dengan mudah untuk

AGRITEK VOL.8 NO.4 NOPEMBER 2000

494

Page 6: kesesuaian-lahan-bagi-tanaman-TEBU.docx

menye-suaikan suhu udara pada lahan tersebut, bahkan bisa dikatakan tidak mungkin karena suhu udara meru-pakan faktor pembatas alam yang kompleks.

Rekomendasi yang dapat dibe-rikan pada masalah ini adalah dengan mengganti komoditi kedelai dengan komoditi lain yang hampir sama hasil produksi dan jenisnya dengan tanaman kedelai, tetapi toleran terhadap suhu tinggi. Apabila tetap diterapkan budi-daya tanaman kedelai pada alahan ini, maka kemungkinan yang terjadi adalah hasil produksinya akan lebih rendah dari hasil produksi normal ataupun kemungkinan yang terburuk adalah tanaman tersebut tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. adapun untuk lahan pada SPL -2, faktor penghambat utamanvya adalah kemi-ringan lahan. rekomendasi yang dapat diberikan sama dengan rekomendasi pada usahatani tanaman tebu.

Analisis PetaBerdasarkan peta topografi yang

ada, daerah Kecamatan Kromengan terletak pada ketinggian 200 - 400 m dpl. Sedangkan peta tanah untuk Kecamatan Kromengan menunjukkan dua jenis tanah yang berbeda pada wilayah tersebut. Apabila peta tanah dan peta topografi ini dioverlay-kan, maka akan terbentuklah satuan peta lahan (SPL) yang dalam hal ini hanya dibatasi pada dua jenis tanah yang berbeda dalam satu wilayah keca-matan, sehingga hanya terbentuk dua satuan peta lahan saja. Daerah yang tercakup dalam SPL-1 adalah Desa Jatikerto dan Desa Slorok. Sedangkan daerah yang tercakup dalam SPL-2 adalah Desa Jambuwer, Peniwen, Kromengan dan Ngadirejo.

Secara umum, pemanfaatan lahan pada SPL-1 adalahL untuk pekarangan,

penggembalaan/ternak, serta pena-naman aneka tanaman perdagangan. Sedangkan pada SPL-2 penggunaan lahannya secara umum adalah untuk tanaman kehutanan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

(1). Analisis kesesuaian lahan untuk usahatani tanaman tebu pada daerah yang tercakup pada SPL-1 menunjukkan tingkat sangat sesuai.

(2). Pada SPL-2, analisis tingkat kesesuaian lahannya menunjukkan tidak sesuai untuk usahatani tanaman tebu dengan faktor penghambat utama adalah kemiringan lahan. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah dengan membuat teras-teras konservasi atau dengan mengganti tanaman yang dibudidayakan dengan tanaman tahunan / tanaman kehutanan.

(3). Untuk tanaman kedelai, analisis kesesuaian lahan pada SPL-1 menunjukkan tingkat sesua bersyarat dengan faktor pembatas utama adalah suhu udara. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah dengan mengganti tanaman yang dibudidayakan dengan tanamanb lain yang karakteristiknya hampir sama dengan kedelai, termasuk hasil produksinya yang toleran terhadap suhu udara pada daerah tersebut.

(4). Sedangkan untuk SPL-2, kelas kesesuaian lahannya menunjukkan kelas tidak sesuai dengan faktor pembatas utama kemiringan lahan. Rekomendasi yang dapat diberikan sama dengan rekomendasi untuk usahatani komoditi tebu.

AGRITEK VOL.8 NO.4 NOPEMBER 2000

495

Page 7: kesesuaian-lahan-bagi-tanaman-TEBU.docx

Saran

Hal yang perlu dipertimbangkan dari rekomendasi di atas adalah jenis rekomendasi mana yang perlu dilakukan dengan memperhitungkan biaya dan lamanya pemanfaatan lahan kembali agar tidak salah langkah dalam menentukan rencana kerja.

Daftar Pustaka

Dent, D. dan A. Younger . 1981. Soil Survey and Land Evaluation. George Allen & Unwin, London. 278 pp.

Sitorus, S.R.P. 1986. Survai Tanah dan Penggunaan Lahan. Labora-torium Survai Tanah dan Evaluasi Lahan, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.

AGRITEK VOL.8 NO.4 NOPEMBER 2000

496

Page 8: kesesuaian-lahan-bagi-tanaman-TEBU.docx

Lampiran 1. Deskripsi Profil Tanah Alfisol

Lokasi : Dusun Bedali, Desa Jatikerto, Kecamatan KromenganElevasi: 220 m dplBentuk lahan: DataranLereng: 0-3%Bahan induk: Aluvium-vulkanikDrainase: SedangTaksonomi Tanah: Typic Tropudalf

Ap (00 - 25 cm): Coklat sangat tua (10 YR 2/2) lembab; liat berlempung, gumpal membulat, sedang; gembur, agak lekat; agak plastis; pori mikro sedikit; karatan besi sedang, kecil, merah (2.5 YR 5/8); perakaran halus, sedang; batas jelas rata ke....

Bw1 (25 - 40 cm): Hitam (10 YR 2/1) lembab; liat berdebu; gumpal bersudut, sedang; teguh, agak lekat, agak plastis; karatan besi sedang, merah (2.5 YR 5/8); perakaran sedang; terdapat selaput liat; batas jelas rata beralih ke ......

Bw2 (40-100 cm): Coklat tua kekuning-kuningan (10 YR 3/4) lembab; liat berdebu; gumpal bersudut, kasar; teguh, agak lekat, sangat plastis; karatan besi banyak, kasar, merah (2.5 YR 4/6); terdapat selaput liat; perakaran halus sedikit sampai kedalaman 75 cm.

AGRITEK VOL.8 NO.4 NOPEMBER 2000

497

Page 9: kesesuaian-lahan-bagi-tanaman-TEBU.docx

Lampiran 2. Analisis contoh Tanah

Jenis Kedalaman 0-30 cm 30-60 cm

pH H20 7.64 6.57pH KCI 5.50 5.03N- total (%) 0.10 0.10P2O5 tersedia (ppm) 111.47 82.10C- organik (%) 1.18 1.23Bahan organik (%) 2.02 2.12C/N ratio 11.8 12.3Ca (cmol./ kg) 5.57 5.26Mg (cmol /kg ) 5.05 4.92Na (cmol/kg) 1.90 0.87K2O tersedia (cmol.kg-1) 25.56 4.21K20 tersedia (ppm) 484.50 86.63K (cmol.kg~l) 21.20 3.49KTK (cmol.kg~l) 24.45 19.49Kejenuhan Basa (%) 100 74.60Salinitas (mmhos.cm~l) 1.10 0.90

Tekstur tanahPasir (%) 19.18 20.19Debu (%) 40.95 40.46Liat (%) 39.87 39.36Kelas tekstur Lempung liat

berdebuLempung

liat berdebuBerat Isi (g /cm3) 1.05 1.12Berat Jenis (g / cm3) 2.71 2.53Diameter Agregat (mm) 1.69 2.00Kelas Kemantapan Agregat Stabil StabilPorositas (%) 61.29 55.65Kadar AirpF 0 50.90 50.06pF 2.5 42.39 45.42pF 4.2 34.19 33.71Air tersedia 8.20 11.71KHJ (cm /jam) 0.33 3.38Kelas KHJ Lambat Sedang

AGRITEK VOL.8 NO.4 NOPEMBER 2000

498

Page 10: kesesuaian-lahan-bagi-tanaman-TEBU.docx

Lampiran 3. Deskripsi Profil Tanah Inceptisol

Taksonomi tanah: Fluventic UstropeptsLokasi: Desa Jambuwer, Kecamatan KromenganKemiringan: 40%Elevasi: 300 m dplBentul lahan: DataranBahan induk: FluventDrainase: Sedang

Horison Ap (0-22 cm): Coklat sampai coklat tua (10 YR 4/3) lembab; liat; subangular blocky, sedang, kuat; konsistensi teguh bila lembab; agak lekat dan agak plastis bila basah, keras bila kering; pori mikro, pori meso, dan pori makro banyak; perakaran halus banyak, batas jelas dan nyata.

Horison Bw1 (22-70 cm): Coklat (10 YR 4/2) lembab; liat; angular blocky, sedang , kuat; konsistensi sangat teguh bila lembab, sangat lekat; sangat plastis bila basah, sangat keras bila kering; pori mikro banyak, pori meso sedang, pori makro sedikit; batas kontinyu jelas dan sedang.

Bw2 (70-120 cm): Coklat tua (10 YR 4/4), lembab; liat; angular blocky, sedang, kuat; konsistensi sangat teguh bila lembab, sangat lekat, sangat plastis bila basah, sangat keras bila kering; pori mikro banyak, pori meso sedang, pori makro sedikit; batas kontinyu jelas dan sedangh.

AGRITEK VOL.8 NO.4 NOPEMBER 2000

499

Page 11: kesesuaian-lahan-bagi-tanaman-TEBU.docx

Lampiran 4. Hasil analisis contoh Tanah :

Jenis Kedalaman 0-22 cm 22-70 cm 70-120 cmpH H20 6.98 7.45 7.35pH KCI 4.72 5.32 5.12N- total (%) 0.153 0.1274 0.0712C- organik (%) 1.7283 0.9470 0.4474P-Olsen (ppm) 6.1092 4.8874 2.1502K-dd (cmol/kg) 0.4191 0.7413 0.681Ca-dd (cmol./ kg) 7.8 8.85 6.75Mg-dd (cmol /kg ) 5.5 5.85 4.63Na-dd (cmol/kg) 1.8455 1.9521 1.7526KTK (cmol.kg~l) 33.14 29.93 25.95Kejenuhan Basa (%) 47.11 58.11 47.72

Tekstur tanahPasir (%) 20.11 25.64 25.14Debu (%) 29.68 21.75 27.72Liat (%) 50.21 52.60 47.14Berat Isi (g /cm3) 1.168 1.253 1.297Berat Jenis (g / cm3) 2.24 2.34 2.27KHJ (cm /jam) 0.31 0.21 0.10

AGRITEK VOL.8 NO.4 NOPEMBER 2000

500